TUBERKULOSIS PARU
Oleh :
0808151021
Pembimbing :
1
BAB I
PENDAHULUAN
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Tuberkulosis (TB) paru merupakan suatu penyakit yang menyerang jaringan paru
yang diakibatkan oleh infeksi Mycobacterium tuberculosis. Gejala utamanya adalah batuk
produktif terus-menerus lebih dari tiga minggu, biasanya sering disertai dengan gejala
tambahan seperti sputum bercampur darah, hemoptoe (batuk berdarah), sesak nafas dan
rasa nyeri dada, badan terasa lemah, nafsu makan berkurang, berat badan turun, rasa
kurang enak badan (malaise), berkeringat malam walaupun tanpa aktivitas.1,2
2.2 Etiologi
Basil TB sangat rentan terhadap sinar matahari, sehingga dalam beberapa menit
saja akan mati. Kuman ini berbentuk batang, bersifat aerob, mudah mati pada air mendidih
(5 menit pada suhu 800C, dan 20 menit pada suhu 600C), dan apabila terkena sinar
ultraviolet (matahari). Basil tuberkulosis tahan hidup berbulan-bulan pada suhu kamar dan
ruangan yang lembab.3
3
Penularan tuberkulois paru terjadi karena kuman dibatukkan atau dibersinkan
keluar menjadi droplet nuclei dalam udara sekitar. Partikel infeksi ini dapat menetap dalam
udara bebas selama 1-2 jam, tergantung pada ada tidaknya sinar ultraviolet, ventilasi yang
buruk dan kelembaban. Dalam suasana lembab dan gelap kuman dapat bertahan berhari-
hari sampai berbulan-bulan. Bila partikel infeksi ini terhisap oleh orang sehat, maka
partikel akan menempel pada saluran nafas atau jaringan paru. Partikel dapat masuk ke
alveolar bila ukuran partikel < 5 mikrometer.3
Kuman akan berhadapan pertama kali oleh neutrofil, kemudian oleh makrofag. Bila
kuman menetap dijaringan paru, berkembang biak dalam sitoplasma makrofag kuman
dapat terbawa masuk ke organ tubuh lainnya. Kuman yang bersarang di jaringan paru akan
membentuk sarang tuberkulosis pneumonia kecil dan disebut sarang primer atau afek
primer. Sarang primer dapat terjadi di setiap bagian jaringan paru. Bila menjalar ke pleura
maka, terjadilah efusi pleura. Kuman dapat masuk melalui saluran gastrointestinal,
jaringan limfe, orofaring dan kulit akan terjadi limfadenopati regional kemudian bakteri
masuk ke dalam vena dan menjalar ke seluruh organ seperti otak, ginjal, tulang. Bila
masuk ke arteri pulmonalis maka terjadi penjalaran ke seluruh bagian paru menjadi TB
milier.3
Dari sarang primer akan timbul peradangan saluran getah bening menuju hilus
(limfangitis fokal) dan pembesaran kelenjar getah bening hilus (limfadenitis regional).
Sarang primer limfangitis lokal dan limfadenitis regional disebut kompleks primer
(Ranke). Semua proses ini memakan waktu 3-8 minggu. Kompleks primer selanjutnya
akan menjadi:3,4
1. Sembuh dengan tidak meninggalkan cacat sama sekali (restitution ad integrum).
2. Sembuh dengan meninggalkan sedikit bekas (antara lain garis fibrotik, kalsifikasi di
hilus).
3. Menyebar dengan cara:
Perkontinuitatum.
Bronkogenik.
Hematogen dan Limfogen.
4
Tuberkulosis sekunder merupakan sindrom yang disebabkan oleh infeksi M.
tuberculosis pada orang yang pernah terinfeksi dan oleh karenanya pasien sensitif terhadap
tuberkulin. Tuberkulosis sekunder akan muncul bertahun-tahun kemudian setelah
tuberkulosis primer. Mayoritas reinfeksi mencapai 90%. Tuberkulosis sekunder terjadi
karena imunitas menurun seperti malnutrisi, alkohol, penyakit maligna, diabetes, AIDS
dan gagal ginjal. 5,6
Tuberkulosis pasca primer ini dimulai dari sarang dini yang berlokasi di regio atas
paru. Invasinya adalah ke daerah parenkim paru-paru dan tidak ke nodus hiler paru. Dalam
3-10 minggu sarang ini menjadi tuberkel yakni suatu granuloma yang terdiri dari sel-sel
histiosit dan sel Datia-Langhans yang dikelilingi oleh sel-sel limfosit dan berbagai jaringan
ikat.1
Sarang dini pada tuberkulosis sekunder ini akan mengikuti salah satu jalan sebagai
berikut:1,6
2.4 Klasifikasi
Sampai sekarang belum ada kesepakatan di antara para klinikus, ahli radiologi, ahli
patologi, mikrobiologi dan ahli kesehatan masyarakat tentang keseragaman klasifikasi
tuberkulosis. Di Indonesia klasifikas yang banyak dipakai adalah berdasarkan kelainan
klinis, radiologis, dan mikrobiologis, yaitu:1
5
Tuberkulosis paru
Bekas tuberkulosis paru
Tuberkulosis paru tersangka, yang terbagi dalam:
- Tuberkulosis paru tersangka yang diobati. Di sini sputum BTA negatif
tetapi tanda-tanda lain positif.
- Tuberkulosis paru tersangka yang tidak diobati. Di sini sputum BTA negatif
dan tanda-tanda lain juga meragukan.
Berdasarkan hasil pemeriksaan dahak (BTA), kriteria pasien TB paru adalah sebagai
berikut:7
6
Kasus yang tidak memenuhi definisi pada TB paru BTA positif. Kriteria diagnostik
TB paru BTA negatif harus meliputi:
a) Paling tidak 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA negative
b) Foto toraks abnormal menunjukkan gambaran tuberkulosis.
c) Tidak ada perbaikan setelah pemberian antibiotika non OAT.
d) Ditentukan (dipertimbangkan) oleh dokter untuk diberi pengobatan.
1. Kasus baru, bila pasien belum pernah mendapat pengobatan dengan OAT atau
sudah pernah menelan obat kurang dari satu bulan.
2. Kasus relaps (kambuh), bila pasien sebelumnya pernah mendapat pengobatan
TB dan telah dinyatakan sembuh atau pengobatan lengkap, kemudian kembali
lagi berobat dengan hasil pemeriksaan sputum BTA (+).
3. Kasus defaulted atau drop out , bila pasien telah menjalani pengobatan 1
bulan dan tidak mengambil obat 2 bulan berturut-turut atau lebih sebelum masa
pengobatan selesai.
4. Kasus gagal, bila pasien BTA positif yang masif tetap positif atau kembali
positif pada akhir bulan ke 5 atau akhir pengobatan.
5. Kasus kronik, bila pasien dengan hasil pemeriksaan BTA masih positif setelah
selesai pengobatan ulang dengan pengobatan kategori 2 dengan pengawasan
yang baik.
6. Kasus bekas TB, bila hasil pemeriksaan BTA negatif dan gambaran radiologi
paru menunjukkan lesi TB yang tidak aktif.
2.5 Diagnosis
a. Anamnesis
Gejala klinis TB diagi dalam 2 bagian yaitu gejala sistemik dan gejala lokal. Gejala
sistemik berupa demam, malaise, keringat malam, anoreksia, dan berat badan menurun.
Pada paru akan timbul gajala lokal berupa gejala respiratori seperti batuk, sputum purulen,
batuk darah, nyeri dada dan sesak nafas. Tanda dan gejala respiratori tergantung luas lesi.
Keluhan yang terbanyak adalah:1,37,8
Demam
7
Demam merupakan gejala pertama dari TB paru, biasanya subfibril, mirip demam
influenza yang segera mereda. Tergantung dari daya tahan tubuh dan virulensi kuman,
serangan demam yang berikut dapat terjadi setelah 3 bulan, 6 bulan, 9 bulan (multiplikasi
3 bulan). Demam seperti influenza ini hilang timbul dan makin lama makin panjang masa
serangannya, sedangkan masa bebas serangan akan makin pendek. Demam dapat
mencapai suhu tinggi yaitu 40-41C.
Batuk darah terjadi akibat pecahnya pembuluh darah. Berat dan ringannya batuk
darah yang timbul tergantung dari besar kecilnya pembuluh darah yang pecah. Batuk darah
tidak selalu timbul akibat pecahnya aneurisma pada dinding kavitas, juga dapat terjadi
karena ulserasi pada mukosa bronkus. Batuk darah inilah yang paling sering membawa
penderita berobat ke dokter.
Sesak Napas
Pada penyakit yang ringan belum dirasakan sesak napas. Sesak napas akan
ditemukan pada penyakit yang sudah lanjut, yang infiltrasinya sudah meliputi setengah
bagian paru-paru.
Nyeri dada
Hal ini jarang ditemukan. Nyeri dada dapat timbul bila infiltrasi radang sudah
sampai ke pleura sehingga menimbulkan pleuritis. Terjadi gesekan kedua pleura
sewaktu pasien menarik atau melepaskan nafasnya.
Malaise
Gejala malaise sering ditemukan berupa anoreksia ( tidak ada nafsu makan), badan
makin kurus, berat badan turun, sakit kepala, meriang, nyeri otot, keringat malam.
Gejala ini makin lama makin berat dan terjadi hilang timbul secara tidak teratur.
b. Pemeriksaan fisik
8
Pemeriksaan pertama terhadap keadaan umum pasien mungkin ditemukan
konjungtiva dan kulit yang pucat karena anemia, suhu demam subfebris, badan kurus atau
berat badan menurun.4,6
Dasar kelainan anatomis tuberkulosis paru terletak pada lobuli, jadi meliputi alveoli
dan beberapa bronkiolus terminalis. Tanda-tanda dini berupa konsolidasi serta didapatkan
sekret di bronkus kecil. Karena proses menjalar pelan-pelan dan menahun, maka biasanya
penderita datang dengan keadaan yang sudah lanjut sehingga kelainan fisik mudah
diketahui, berupa:7,8
Sekret yang berada di dalam bronkus akan menyebabkan suara tambahan berupa
ronki basah. Suara ronki kasar atau halus tergantung dari tempat sekret berada.
Penyempitan saluran pernafasan menimbulkan ronki kering, dan penyempitan ini disertai
kavitas dapat terdengar suara yang disebut hallow sound sampai amforik.8,9
c. Pemeriksaan laboratorium
Sputum
Sputum dijadikan tanda yang patognomonis, dengan ditemukannya kuman BTA,
diagnosis tuberkulosis sudah dapat dipastikan. Di samping itu, pemeriksaan sputum juga
dapat memberikan evaluasi terhadap pengobatan yang sudah diberikan. Cara pengambilan
sputum yaitu 3 kali (sewaktu-pagi-sewaktu).4,6,7,8
Kuman baru dapat ditemukan apabila bronkus yang terlibat proses penyakit ini
terbuka keluar sehingga sputum yang mengandung kuman BTA mudah keluar.
Diperkirakan di Indonesia terdapat 50 % pasien BTA + tetapi kuman tersebut tidak
9
ditemukan dalam sputum. Kriteria sputum BTA positif adalah bila sekurang-kurangnya
ditemukan ditemukan 3 kuman dalam 1 sediaan, atau dengan kata lain diperlukan 5000
kuman dalam 1 ml sputum.4,7
Cara pemeriksaan sediaan sputum:8
1. Pemeriksaan sediaan langsung dengan mikroskop biasa.
2. Pemeriksaan sediaan langsung dengan mikroskop fluoresens (pewarnaan khusus)
3. Pemeriksaan terhadap resistensi obat
4. Pemeriksaan dengan biakan (kultur). Setelah 4-6 minggu penanaman, koloni
kuman mulai tampak. Bila setelah 8 minggu tidak tampak biakan dinyatakan
negatif.
Interpretasi pemeriksaan mikroskopis dibaca dengan skala International Union
Against Tuberculosis and Lung Disease (IUATLD):
1. Tidak ditemukan BTA dalam 100 lapang pandang disebut negatif
2. Ditemukan 1-9 BTA dalam 100 lapang pandang, ditulis jumlah kuman yang
ditemukan
3. Ditemukan 10-99 BTA dalam 100 lapang pandang disebut + (1+)
4. Ditemukan 1-10 BTA dalam 1 lapang pandang disebut ++ (2+)
5. Ditemukan >10 BTA dalam 1 lapang pandang disebut +++ (3+)
Kadang kadang dari hasil pemeriksaan mikroskopis biasa terdapat kuman BTA
(+), tetapi pada biakan hasilnya negatif. Ini terjadi pada fenomena Death bacilli atau
nonculturable bacilli yang disebabkan keampuhan panduan obat antituberkulosis jangka
pendek yang cepat mematikan kuman BTA dalam waktu singkat.2
Darah
Pemeriksaan ini hasilnya tidak sensitif dan tidak spesifik. Pada saat tuberkulosis
baru mulai (aktif), akan didapatkan jumlah lekosit yang sedikit meninggi dengan hitung
jenis pergeseran ke kiri. Jumlah limfosit masih dibawah normal. Laju endap darah mulai
meningkat. Bila penyakit mulai sembuh, jumlah lekosit kembali normal dan jumlah
limfosit masih tinggi. Laju endap darah mulai turun ke arah normal. Hasil pemeriksaan
lain dari darah didapatkan anemia ringan normokrom normositer, gama globulin
meningkat, kadar natrium darah menurun.7
d. Pemeriksaan Radiologis
10
Pemeriksaan standar ialah foto thoraks PA. Pada pemeriksaan foto toraks,
tuberkulosis dapat memberi gambaran bermacam-macam bentuk (multiform). Gambaran
radiologi yang dicurigai sebagai lesi TB aktif:8
- Bayangan berawan / nodular di segmen apikal dan posterior lobus atas paru dan
segmen superior lobus bawah paru.
- Kaviti, terutama lebih dari satu, dikelilingi oleh bayangan opak berawan atau
nodular.
- Bayangan bercak milier
- Efusi pleura unilateral (umumnya) atau bilateral (jarang)
11
Foto rontgen thorak tuberkulosis paru
12
a. Tahap intensif
Penderita mendapat obat setiap hari, awasi langsung. Bila pengobatan tahap
intensif diberikan secara tepat, biasanya penderita menular menjadi tidak menular
dalam 2 minggu. Sebagian besar penderita BTA positif akan menjadi negatif pada
akhir pengobatan
b. Tahap lanjutan
Paduan obat yang digunakan terdiri dari panduan obat utama dan obat tambahan.
b. Rifampisin, bersifat bakterisid, dapat membunuh kuman semi dorman yang tidak
dapat dibunuh INH.
c. Prazinamid, bersifat bakterisid, dapat membunuh kuman yang berada dalam sel
dengan suasana asam.
Obat-obatan tersebut tersedia dalam kemasan obat tunggal dan obat kombinasi
(Fixed Dose Combination/FDC). FDC direkomendasikan bila tidak dilakukan pengawasan
menelan obat.9
1. Kategori I (2HRZE/4H3R3)
Diberikan untuk penderita baru TB paru BTA positif, TB paru BTA negatif rontgen
positif yang sakit berat, dan penderita TB paru ekstra paru berat.
2. Kategori II (2HRZES/HRZE/5H3R3E)
13
Diberikan untuk penderita kambuh (relaps), penderita gagal (failure) dan penderita
dengan pengobatan lalai (drop out).
Hari Kali
14
baru
BTA (-), lesi luas/ kasus
berat
TB ekstrapulmonal berat
TB kasus berat + HIV 2RHZE/ 6HE
(2 bulan) (4 bulan)
30-37 2 2 2 2 2
38-54 3 3 3 3 3
55-70 4 4 4 4 4
>71 5 5 5 5 5
15
DM, uremia, malnutrisi)
2. Rifampisin Gangguan saluran cerna
Hepatitis
Interaksi obat
Rash
Gejala seperti flu
Kelainan darah
3. Pirazinamid Hepatitis
Rash
Nyeri sendi
Hiperurisemia
Gangguan saluran cerna
4. Etambutol Optic neuritis
5. Streptomisin (p.e) Ototoksik (hidari pada penderita >60 tahun)
Gangguan fungsi ginjal
6. Ciprofloksasin Gangguan saluran cerna
7. Ofloksasin Gangguan saluran cerna
Gangguan tidur, sakit kepala
8. Kanamisin Seperti streptomisin
16
radiologis tidak, harus dicurigai penyakit lain disamping tuberkulosis paru. Perlu
dipikirkan juga ada gangguan imunologis pada pasien tersebut antara lain AIDS2. Pasien
yang gagal pengobatan dapat diberikan resimen pengobatan yang dimodifikasi dengan
menambahkan sedikitnya 3 obat baru (dimana kuman masih sensitif terhadap obat
tersebut). Pasien dengan MDR diterapi dengan 4-6 obat selama 18-24 bulan (jika terdapat
resistensi terhadap etambutol dan pirazinamid maka pengobatan diberikan selama 24
bulan). 9- 11
2.8 Komplikasi
Penyakit tuberkulosis paru bila tidak ditangani dengan benar akan menimbulkan
komplikasi, yang dibagi atas: 9- 11
17
ILUSTRASI KASUS
Identitas pasien :
Nama : Tn. M
No. MR : 859382
Umur : 56 tahun
Pekerjaan : Petani
Status : Menikah
Alamat : Kampar
ANAMNESIS (Autoanamnesis)
Keluhan Utama :
18
- 3 bulan SMRS, pasien mengeluh batuk berdahak, sesak dan terasa panas di dada.
Dahak berwarna putih hingga kuning, tidak ada darah. Terjadi penurunan nafsu
makan pada pasien. Pasien mengeluh terjadi penurunan berat badan 12 kg. Pasien
mengaku berobat kepuskesmas dan beberapa kali membeli obat batuk tetapi
keluhan batuk juga tidak hilang.
- 2 bulan SMRS pasien masih mengeluh batuk, dahak campur darah, setiap kali
batuk. Batuk disertai sesak napas dan panas pada dada. Pasien juga mengeluh
badan terasa lemas, menggigil dan sering berkeringat di malam hari hingga baju
dan rambut menjadi basah. Pasien juga mengaku sering demam hilang timbul.
Demam tidak begitu tinggi, dan sering terjadi pada malam hari, membaik di pagi
hari. Pasien juga mengeluhkan tidak nyenyak tidur. Pasien berobat ke puskesmas,
dirujuk ke RS Bangkinang untuk pemeriksaan rontgen dada. Kemudian pasien
didiagnosis TB paru dan diberi obat untuk 6 bulan.
- 2 minggu SMR, pasien merasa keluhan sudah berkurang, batuk darah tidak ada
lagi, sehingga pasien berhenti minum obat.
- 2 hari SMRS, pasien mengeluhkan sesak semakin hebat, batuk semakin sering dan
bertambah berat, dan menyebabkan dadanya sakit, sakit pada dada juga dikeluhkan
sampai ke punggung. Batuk disertai darah, volume seperempat gelas setiap kali
batuk. Pasien merasa sangat lemah, demam tinggi pada malam hari dan berkeringat
banyak sampai bajunya basah, mual (+), muntah (-), tidak ada nafsu makan, BAB
hanya sesekali dengan konsistensi dan warna normal dan BAK tidak ada keluhan.
- Pasien seorang petani, berkeluarga, sekitar 3 bulan SMRS pasien sering tidur larut
malam dan bergadang
19
- Riwayat minum alkohol (-)
Pemeriksaan umum
- Kesadaran : komposmentis
- Nadi : 98 x/menit
- Nafas : 26 x/menit
- Suhu : 36,1oc
Pemeriksaan fisik
Kepala
- Mata : Konjungtiva anemis (+/+), sklera tidak ikterik, pupil bulat, isokor, reflek
cahaya (+/+)
- Hidung: simetris (+/+), scar (-), massa(-), darah (-), secret (-)
- Leher : Pembesaran kelenjar getah bening (-), tidak ada peninggian JPV
Toraks
- Paru:
Inspeksi : Bentuk dan gerakan dada simetris kanan kiri, otot napas tambahan (+)
Perkusi : Sonor
- Jantung :
20
Inspeksi : Iktus kordis tidak terlihat
Palpasi : iktus kordis teraba 2 jari medial LMC sinistra kiri RIC V
Abdomen
Inspeksi : perut datar, venektasi (-), scar (-), papil eritema (+)
Palpasi : Perut supel, nyeri tekan epigastrium (-), hepar dan lien tidak teraba
Perkusi : timpani
Ekstremitas
Pemeriksaan penunjang
28 Juni 2014
21
Diagnosis kerja : Hemoptoe e.c TB paru BTA (+) putus obat + anemia e.c low intake
DAFTAR MASALAH:
ANALISIS MASALAH
Pada anamnesis didapatkan adanya hemoptosis 3 bulan SMRS. Pada pasien ini
dapat dipastikan perdarahan berasal dari saluran pernapasan, dan dicurigai disebabkan oleh
proses inflamasi, infeksi parenkim paru, atau adanya gangguan perdarahan
(trombositopenia). Adanya anamnesis tambahan dada terasa sakit dan panas, semakin berat
saat batuk, badan lemah, tidak nafsu makan, sering berkeringat banyak, penurunan berat
badan memberikan keluhan yang diderita kepada gejala klinis respiratorik dan gejala
umum dari infeksi TB paru, dikonfirmasi dengan keterangan riwayat putus obat 6 bulan
dari puskesmas pada bulan kedua. Dilakukan pemeriksaan fisik paru didapatkan ronki (+).
Ditambah dengan foto toraks yang didapatkan gambaran kavitas dan infiltrat pada paru kiri
dan kanan. Pemeriksaan darah didapatkan peningkatan leukosit yang menandakan adanya
infeksi. Hasil ini menunjukkan aktivitas penyakit dari pasien ini masih dalam status aktif.,
dan dilakukan pemeriksaan sputum dengan hasil (+).
Selain itu pada pasien ini didapatkan penurunan berat badan dan pasien
mengeluhkan nafsu makannya berkurang. Kurangnya intake zat gizi dalam segi kuantitas,
apalagi kurangnya kualitas zat gizi itu sendiri dalam waktu yang lama, diperburuk dengan
adanya perdarahan dapat menyebabkan anemia pada pasien yang terlihat pada kadar Hb
22
dibawah normal (9,7 g/dL). Adanya kemungkinan penyebab trombositopenia pada masalah
perdarahan disingkirkan dengan adanya trombosit dalam batas normal (227X103/mm3)
Rencana Penatalaksanaan:
Penyuluhan
Follow Up
16 JuLi 2014
S : sesak napas, batuk berdarah(+), berkeringat banyak, lemas, nafsu makan kurang
23
A : hemoptoe e.c TB paru BTA (+)putus obat + anemia e.c low intake
P : - O2 4L/menit
- IVFD RL 20 tpm
Strepto=750mg.
DAFTAR PUSTAKA
5. Poliklinik Paru RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau. Register TB.03 penderita TB
dengan program DOTS 2008. Pekanbaru: 2008.
6. FK UI. Buku ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi IV. Jakarta: 2007.
24
7. Brooks GF, Butel JS, Morse SA. Mikrobiologi Kedokteran (Medical
Microbiology). Jakarta: Salemba Medika. 2005.
10. Sahputra RA. Analisis Faktor Risiko Penderita Turberkulodis yang Berobat di
Poliklinik Paru RSUD Arifin Achmad Pekanbaru Periode Mei-Oktober 2009
[skripsi]. Pekanbaru: 2009.
25