Anda di halaman 1dari 3

FAKTOR HOSPES PADA INFEKSI

Syarat timbulnya infeksi adalah bahwa mikroorganisme yang menular harus mampu melekat,
menduduki atau memasuki hospes dan berkembang biak paling tidak sampai taraf tertentu.
Karena itu tidaklah mengherankan bila dalam perjalanan evolusi, spesies hewan termasuk
manusia sudah mengembangkan mekanisme pertahanan tertentu pada berbagai tempat yang
berhubungan dengan lingkungan.

1. Kulit dan mukosa orofaring

Batas utama antara lingkungan dan tubuh manusia adalah kulit. Kulit yang utuh memiliki lapisan
keratin atau lapisan tanduk pada permukaan luar dan epitel berlapis gepeng sebagai barier
mekanis yang baik sekali terhadap infeksi. Namun jika terjadi luka iris, abrasi atau maserasi
(seperti pada lipatan tubuh yang selalu basah) dapat memungkinkan agen menular masuk.
Kulit juga mempunyai kemampuan untuk melakukan dekontaminasi terhadap dirinya sendiri.
Pada dekontaminasi fisik, organisme yang melekat pada lapisan luar kulit (dengan anggapan
bahwa mereka tidak mati kalau menjadi kering) akan dilepaskan pada waktu lapisan kulit
mengelupas. Dekontaminasi kimiawi terjadi karena tubuh berkeringat dan sekresi kelenjar
sebasea sehingga membersihkan kulit dari kuman. Flora normal yang terdapat pada kulit
menimbulkan dekontaminasi biologis dengan menghalangi pembiakan organisme organisme
lain yang melekat pada kulit.

2. Saluran pencernaan

Mukosa lambung merupakan kelenjar dan tidak merupakan barier mekanis yang baik.
Sering terjadi defek defek kecil atau erosi pada lapisan lambung, tetapi tidak banyak
berarti pada proses infkesi sebab suasana lambung sendiri sangat tidak sesuai untuk
banyak mikroorganisme. Hal ini sebagian besar disebabkan oleh keasaman lambung yang
tinggi, disamping lambung cenderung memindahkan isinya ke usus halus dengan proses
yang relatif cepat.
Lapisan usus halus juga bukan merupakan barier mekanis yang baik dan secara mudah
dapat ditembus oleh banyak bakteri. Namun gerakan peristaltik untuk mendorong isi usus
berlangsung cepat sekali sehingga populasi bakteri dalam lumen dipertahankan tetap
sedikit.
Lapisan dalam usus besar secara mekanis juga tidak baik. Pada tempat ini pendorongan
tidak cepat dan terdapat stagnasi relatf dari isi usus. Pertahanan utma melawan jasad
renik adalah melalui banyaknya flora normal yang menghuni usus besar dan hidup
berdampingan dnegan hospes. Bakteri normal yang banyak ini berkompetisi untuk
mendapatkan makanan atau mereka benar-benar mengeluarkan substansi antibakteri
(antibiotik).

3. Saluran pernafasan

Epitel pada saluran nafas misalnya pada lapisan hidung, lapisan nasofaring, trakea dan bronkus,
terdiri dari sel sel tinggi yang beberapa diantaranya mengeluarkan mukus, tetapi sebagian besar
diperlengkapi dengan silia pada permukaan lumen mereka. Tonjolan-tonjolan kecil ini bergetar
seperti cambuk dengan gerakan yang diarahkan kemulut, hidung dan keluar tubuh. Jika jasad
renik terhirup, mereka cenderung menegnai selimut mukosa yang dihasilkan dari mukus, untuk
digerakkan keluar dan atau dibatukkan atau ditelan. Kerja perlindungan ini dipertinggi dengan
adanya antibodi didalam sekresi. Jika beberapa agen menghindar dari pertahanan ini dan
mencapai ruang ruang udara didalam paru-paru, maka disana selalu terdapat makrofag alveoler
yang merupakan barisan pertahanan lain.

Sawar pertahanan lain

1. Radang sebagai pertahanan

Jika agen menular berhasil menembus salah satu barier tubuh dan memasuki jaringan,
maka barisan pertahanan berikutnya adalah reaksi peradangan akut yaitu aspek humoral
(antibodi) dan aspek seluler pertahanan tubuh bersatu.
2. Pembuluh limfe pada infeksi

Aliran limfe pada radang akut dipercepat sehingga agen-agen menular ikut menyebar
dengan cepat sepanjang pembuluh limfe bersama dengan aliran limfe itu. Kadang-kadang
menyebabkan limfangitis, tetapi lebih sering agen-agen tersebut langsung terbawa ke
kelenjar limfe, dimana mereka dengan cepat difagositosis oleh makrofag. Pada keadaan
ini maka cairan limfe yang mengalir ke pusat melewati kelenjar limfe dapat terbebas dari
agen-agen tersebut.

3. Pertahanan terakhir

Jika penyebaran agen menular tidak terhenti pada kelenjar limfe atau jika agen tersebut
langsung memasuki vena ditempat primernya, maka dapat terjadi infeksi pada aliran
darah. Ledakan bakteri didalam aliran darah sebenarnya tidak jarang terjadi, dan
peristiwa yang dinamakan bakteremia ini biasanya ditangani secara cepat dan efektif oleh
makrofag dari sistem monosit makrofag. Septikemia atau keracunan darah terjadi jika
kondisi bakteremia berlanjut yang mengakibatkan organisme yang masuk berjumlah
sangat besar dan cukup resisten sehingga sistem makrofag ditaklukkan. Organisme yang
menetap ini menimulkan gejala malaise, kelemahan, demam, dll.
Pada kondisi yang parah yang disebut septikopiemia atau disingkat piemia, dimana
organisme mencapai jumlah yang sedemikan besarnya sehingga mereka bersirkulasi
dalam gumpalan-gumpalan dan mengambil tempat pada banyak organ dan menimbulkan
banyak sekali mikroabses.

Anda mungkin juga menyukai