Anda di halaman 1dari 57

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Keluarga Berencana (KB) merupakan salah satu pelayanan kesehatan


preventif yang paling dasar dan utama bagi wanita. Peningkatan dan perluasan
pelayanan keluarga berencana merupakan salah satu usaha untuk menurunkan
angka kesakitan dan kematian ibu yang sedemikian tinggi akibat kehamilan
yang dialami oleh wanita. Banyak wanita harus menentukan pilihan
kontrasepsi yang sulit, tidak hanya karena terbatasnya jumlah metode yang
tersedia tetapi juga karena metode-metode tertentu mungkin tidak dapat
diterima sehubungan dengan kebijakan nasional KB, kesehatan individual dan

Seksualitas wanita atau biaya untuk memperoleh kontrasepsi (Depkes RI, 2004).
Gerakan Keluarga Berencana (KB) Nasional adalah gerakan yang
mengajak dan menghimpun segenap potensi masyarakat untuk berpartisipasi
aktif dalam melembagakan dan membudayakan Norma Keluarga Kecil
Bahagia Sejahtera (NKKBS) dalam rangka meningkatkan mutu sumber daya
manusia. Tujuan gerakan Keluarga Berencana (KB) Nasional adalah
mewujudkan keluarga kecil bahagia sejahtera yang menjadi dasar bagi
terwujudnya masyarakat yang sejahtera melalui pengendalian kelahiran dan
mempertumbuhkan penduduk Indonesia (Wiknjosastro, 2007).
Rencana pembangunan jangka menengah dan KB 2004 - 2009 tidak
merinci dan menjelaskan indikator untuk pemakaian alat kontrasepsi efektif
dan efisien dan menurut para ahli semua alat kontrasepsi efektif bila dipakai
dan patuh sesuai dengan petunjuk pemakaian dan pemasangannya tidak mahal

dan berdampak lama dalam mencegah kehamilan dan pada Data Survey
Nasional di semua BPS di Indonesia menunjukkan persentase terbanyak alat
kontrasepsi yang dipakai di Indonesia adalah pada tahun 2010, angka
2
penggunaan kontrasepsi terbesar adalah suntik sebesar 71,6%, pil 13,2%, IUD
4,8%, implant 2,8%, MOW 3,1%, MOP 0,2%, pantang berkala 1,5%,
senggama terputus 2,2% dan metode lainnya 0,4% (BKKBN, 2010).

Sampai saat ini jumlah akseptor di Jawa Tengah tahun 2005 telah

mencapai 468.357 akseptor, untuk pemakaian kontrasepsi Suntik 75,%, Pil

38,8%, AKDR 23,4%, Implant 22,1%, MOW 20,3% (Dinkes Jateng, 2010).

Salah satu kontrasepsi yang digunakan di Indonesia adalah IUD yang

menempati urutan ketiga setelah alat kontrasepsi Suntik dan Pil, IUD

merupakan suatu alternatif pilihan bagi klien yang ingin menunda kehamilan

dengan jarak lebih dari 2 tahun, keunggulan dari IUD adalah dapat diterima

masyarakat dengan baik. Pemasangan tidak memerlukan alat medis yang sulit,

kontrol medis ringan, penyulit tidak terlalu berat, pulihnya kesuburan setelah

AKDR dicabut berlangsung baik (Manuaba, 2008).

Di samping keunggulan tersebut IUD juga mempunyai resiko untuk

terjadinya komplikasi dan efek samping yang dapat terjadi diantaranya adalah

rasa nyeri, perforasi, perdarahan, ekspulsi, translokasi, infeksi dan yang sering

terjadi adalah erosi portio. Erosi portio adalah merupakan pengikisan lapisan

mulut rahim. Hal ini dapat terjadi karena lamanya pemakaian IUD dan adanya

gesekan-gesekan dari luar saat berhubungan seksual (Ferri, 2007).

Pada pemeriksaan erosi portio yang berlanjut ditemukan portio yang

merah (radang) dengan disertai gejala infeksi seperti suhu yang meningkat,

infeksi yang dibiarkan tanpa penanganan yang memadai merangsang

Pertumbuhan yang beresiko patologis pada portio dan hal ini merupakan salah

satu penyebab munculnya kanker serviks(ferry,2005)


3

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Teori Medis

1. Kontrasepsi

a. Pengertian
1) Kontrasepsi adalah upaya untuk mencegah terjadinya kehamilan yang bersifat sementara dapat pula bersifat
permanen dan merupakan
salah satu variabel yang mempengaruhi fertilitas (Saifuddin, 2008).

2) Kontrasepsi adalah upaya untuk mencegah terjadinya kehamilan.

Upaya ini dapat bersifat sementara maupun bersifat permanen, dan

upaya ini dapat dilakukan dengan menggunakan cara, alat atau obat-

obatan (Proverawati dkk, 2010).

3) Kontrasepsi atau antikonsepsi (conception control) adalah cara, alat

Atau obat-obatan untuk mencegah terjadinya konsepsi (Mochtar, 2011).

b. Syarat Kontrasepsi

Menurut Mochtar (2011), syarat kontrasepsi adalah sebagai berikut :

1) Aman pemakaiannya dan dapat dipercaya.

2) Tidak ada efek samping yang merugikan.

3) Lama kerjanya dapat diatur menurut keinginan.

4) Tidak mengganggu hubungan persetubuhan.

5) Tidak memerlukan bantuan medik atau kontrol yang ketat selama

pemakaiannya.

6) Cara penggunaannya sederhana.


4

7) Harganya murah supaya dapat dijangkau masyarakat luas.

8) Dapat diterima oleh pasangan suami isteri.

c. Faktor-faktor yang berperan dalam pemilihan kontrasepsi

Menurut Proverawati (2010), beberapa faktor yang mempengaruhi

akseptor dalam memilih metode kontrasepsi antara lain sebagai berikut :

1) Faktor pasangan dan motivasi, meliputi :

a) Umur

b) Gaya hidup

c) Frekuensi senggama

d) Jumlah keluarga yang diinginkan

e) Pengalaman dengan metode kontrasepsi yang lalu

2) Faktor kesehatan, meliputi :

a) Status kesehatan

b) Riwayat haid

c) Riwayat keluarga

d) Pemeriksaan fisik dan panggul

3) Faktor metode kontrasepsi, meliputi :

a) Efektivitas

b) Efek samping

c) Biaya

d.Tujuan pelayanan kontasepsi

1) Tujuan Umum

Menyelenggarakan pelayanan kontrasepsi yang berkualitas dan

menuju tercapainya keluarga sejahtera dan produktif (Hartanto, 2004).


5

2) Tujuan Pokok

Penurunan angka kematian yang bermakna guna mencapai tujuan tersebut yaitu

menurunkan angka kelahiran, maka ditempuh kebijaksanaan dengan

mengkatagorikan 3 (tiga) fase untuk mencapai sasaran, menurut Hartanto (2004),

yaitu :

a) Fase Menunda atau Mencegah Kehamilan

Fase menunda kehamilan di anjurkan bagi Pasangan Usia Subur

(PUS) dengan usia istri kurang dari 20 tahun, fase ini meliputi :

(1) Alasan menunda kehamilan


(a) Umur dibawah 20 tahun adalah usia yang sebaiknya tidak mempunyai anak terlebih dahulu untuk berbagai alasan.

(b) Prioritas penggunaan kontrasepsi pil oral, karena akseptor masih muda.
(c) Pemasangan IUD mini bagi yang belum punya anak pada masa ini dapat dianjurkan terutama bagi calon peserta dengan kontra
indikasi terhadap pil oral.

(d) Penggunaan kondom kurang menguntungkan karena pasangan muda masih

mempunyai frekuensi yang tinggi sehingga angka kegagalan tinggi.

(2) Kontrasepsi yang cocok, meliputi :

(a) Pil

(b) IUD

(c) Cara sederhana.


6

b) Fase Menjarangkan / Mengatur Kehamilan

(1) Alasan menjarangkan kehamilan :

(a) Umur antara 20-30 tahun merupakan usia yang terbaik

untuk mengandung dan melahirkan.

(b) Segera setelah melahirkan anak pertama dianjurkan

untuk memakai IUD sebagai pilihan pertama.


(c) Kegagalan yang menyebabkan kehamilan cukup tinggi,
namun disini tidak begitu berbahaya karena yang
bersangkutan berada pada usia melahirkan yang baik.

(2) Kontrasepsi yang cocok, meliputi :

(a) IUD

(b) Suntik

(c) Mini pil

(d) Susuk (Implant)

(e) Cara sederhana

c) Fase Menghentikan atau Mengakhiri Kesuburan

(1) Alasan Mengakhiri kesuburan

(a) Ibu dengan usia diatas 30 tahun dianjurkan untuk tidak hamil karena alasan

medis.

(b) Pilihan utama adalah kontrasepsi mantap.

(c) Pil oral kurang dianjurkan karena usia ibu relatif tua dan kemungkinan timbul

akibat sampingan.

(2) Kontrasepsi yang cocok, meliputi :

(a) Kontasepsi mantap (Tubektomi dan Vasektomi)

(b) IUD

(c) Implant
7

(d) Suntik

(e) Pil

(f) Cara sederhana

e. Macam-macam kontrasepsi

Menurut Hartanto (2004), macam-macam kontrasepsi antara lain :

1) Kontrasepsi Metode Sederhana

a) Tanpa Alat

(1) KB alamiah terdiri dari pantang berkala, metode kalender, metode suhu basal,

metode lendir cerviks.

(2) Coitus Interuptus

b) Dengan Alat

(1) Mekanis (barier), terdiri dari kondom pria, barier intravagina (diafragma, kap

servik, spons, kondom).

(2) Kimiawi yang berupa spermisid (vaginal cream, vagina foam, vagina jelly, vagina

tablet dan vagina suble film).

2) Kontrasepsi Metode Modern

a) Kontrasepsi hormonal

(1) Per-oral : Pil oral kombinasi dan mini pil

(2) Suntikan atau injeksi KB : depoprovera setiap 3 bulan nongest setiap 10 minggu

cyclofem setiap bulan.

(3) Sub Kutis (Implant) atau alat kontrasepsi bawah kulit (AKBR) yang meliputi implant dan
norplant
8

b) IUD (Intra Uteri Device) atau Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) :

Copper T, Medusa, Seven Copper T.

c) Metode kontrasepsi Mantap

(1) Pada wanita : Metode Operatif Wanita (MOW) : Tubektomi.

(2) Pada Pria: Metode Operatif Pria (MOP) : Vasektomi.

f.Efektivitas / Daya Guna

Efektivitas (daya guna) suatu cara kontrasepsi dapat dinilai pada 2 tingkat menurut

Wiknjosastro (2006), yaitu :

1) Daya guna teoretis (theoretical effectiveness), yaitu kemampuan

suatu cara kontrasepsi untuk mengurangi terjadinya kehamilan yang tidak diingini,

apabila cara tersebut digunakan terus-menerus dan sesuai dengan petunjuk yang

diberikan.
2) Daya guna pemakaian (use effectiveness), yaitu kemampuan suatu cara kontrasepsi dalam keadaan sehari-hari di mana
pemakaiannya dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti pemakai tidak hati-hati, kurang taat pada peraturan dan sebagainya.

2.IUD

a. Pengertian

IUD (Intra Uterine Divice) adalah bahan inest inthetik (dengan atau tanpa unsur

tambahan untuk sinergi efektivitas dengan berbagai bentuk yang dipasang ke

dalam rahim untuk menghasilkan efek kontrasepsi (Saifuddin, 2006).

IUD (Intra Uterine Devices) adalah alat yang terbuat dari benang sutra tebal yang

dimasukkan ke dalam rahim untuk menghindari kehamilan (Manuaba, 2008).


9

b.Jenis-jenis IUD
Jenis alat kontrasepsi dalam rahim / IUD yang sering digunakan di Indonesia

menurut Proverawati (2010), antara lain :

1) Copper-T
AKDR berbentuk T, terbuat dari bahan polyethelen di mana pada

bagian vertikalnya diberi lilitan kawat tembaga halus. Lilitan kawat

tembaga halus ini mempunyai efek antifertilisasi (anti pembuahan)

yang cukup baik.

2) Copper-7

AKDR ini berbentuk angkat 7 dengan maksud untuk memudahkan pasangan. Jenis

ini mempunyai ukuran diameter batang vertikal 32 mm dan ditambahkan

gulungan kawat tembaga (Cu) yang mempunyai luas permukaan 200 mm2,

fungsinya sama seperti halnya lilitan tembaga halus pada jenis Copper-T.

3) Multi load

AKDR ini terbuat dari plastik (polyethelene) dengan dua tangan kiri

dan kanan berbentuk sayap yang fleksibel. Panjangnya dari ujung

atas ke bawah 3,6 cm. Batangnya diberi gulungan kawat tembaga

dengan luas permukaan 250 mm2 atau 375 mm2 untuk menambah

efektivitas. Ada 3 ukuran multi load, yaitu standar, small (kecil), dan

mini.

4) Lippes loop

AKDR ini terbuat dari bahan polyethelene, bentuknya seperti spiral atau huruf S

bersambung. Untuk memudahkan kontrol, dipasang benang pada ekornya.

Keuntungan lain dari spiral jenis ini ialah bila terjadi perforasi jarang menyebabkan

luka atau penyumbatan usus, sebab terbuat dari bahan plastik.


10

c.Mekanisme Kerja IUD

Menurut Wiknjosastro (2007), hingga dewasa ini mekanisme kerja IUD masih belum

jelas. Telah banyak teori yang dikemukakan menurut berbagai penelitian, tetapi

mekanisme yang pasti belum ditemukan. Ada beberapa teori dan hipotesis yaitu :

1) Teori reaksi radang non spesifik dengan sebutan lekosit.


2) Teori reaksi benda asing yang menyebabkan kumpulan sejumlah besar makrofag yang menelan sperma atau ovum pada
permukaan mukosa rahim.

3) Teori perubahan hormonal melalui peningkatan kadar prostaglandin intrauterin.

4) Teori efek mekanik, yaitu menimbulkan kontraksi rahim yang menghalangi

perjalanan sperma.
5) Teori perubahan sekresi biokimia dan perubahan enzimatik karbonik-anhidrase dan alkali fosfatase dalam uterus, terutama pada
IUD dengan ion tembaga.

d. Efektivitas IUD

Menurut Proverawati (2010), efektivitas IUD sangat tinggi yaitu berkisar antara 0,6

- 0,8 kehamilan per 100 perempuan dalam 1 tahun pertama (1 kegagalan dalam 125 -

170 kehamilan).

Sedangkan menurut Wiknjosastro (2007), efektivitas IUD untuk mencegah

kehamilan cukup tinggi dalam jangka waktu yang lama. Angka kehamilan pada

pemakaian IUD berkisar antara 1,5 - 3 per 100 wanita pada tahun pertama, dan

angka tersebut menjadi lebih rendah pada tahun-tahun berikutnya.


11

e.Cara kerja IUD

Cara kerja dari alat kontrasepsi IUD menurut Proverawati (2010), adalah sebagai

berikut :

1) Menghambat kemampuan sperma masuk ke tuba falopii.

2) Mempengaruhi fertilisasi sebelum ovum mencapai kavum uteri.


3) IUD bekerja terutama mencegah sperma dan ovum bertemu, walaupun IUD membuat sperma sulit masuk ke dalam alat
reproduksi perempuan dan mengurangi kemampuan sperma untuk fertilisasi.

4) Memungkinkan untuk mencegah implantasi telur dalam uterus.

f. Indikasi Pemakaian IUD

Indikasi Pemakaian IUD, menurut Wiknjosastro (2006), antara lain :

1) Ingin menjarangkan kehamilan (spacing). Akseptor sudah

mempunyai anak dan ingin menjarangkan kehamilannya.

2) Sudah cukup jumlah anaknya dan takut atau menolak cara kotrasepsi mantap

(sterilisasi).
3) Tidak cocok memakai kontrasepsi hormonal (mengidap penyakit jantung, hipertensi, penyakit hati). Kontrasepsi hormonal
dapat mempengaruhi penyait yang diderita.

4) Dianjurkan pada wanita berumur 35 tahun dimana kontrasepsi

hormonal kurang menguntungkan karena akan terjadi

ketidakseimbangan hormon disamping akan terjadi masa menopouse.

g. Kontra Indikasi Pemakaian IUD

Yang tidak diperkenankan menggunakan IUD menurut Saifuddin (2006)

adalah :

1) Sedang hamil (diketahui hamil atau kemungkinan hamil)


12

2) Perdarahan vagina yang tidak diketahui (sampai dapat dievaluasi).

3) Sedang mengidap penyakit radang panggul atau pasca keguguran septik.

4) Penyakit trofoblas yang ganas

5) Kelainan rahim misalnya rahim kecil endometrosis, polip endometrium.

6) Tiga bulan terakhir sedang mengalami atau sering menderita PRP (Penyakit

Radang Panggul) atau abortus septik.

7) Kelainan bawaan uterus yang abnormal atau tumor jinak rahim yang dapat

mempengaruhi kavum uteri.

8) Diketahui menderita TBC pelvic.

h. Persyaratan Pemasangan IUD

Persyaratan pemasangan IUD menurut Hartanto (2003), antara lain :

1) Mendapatkan persetujuan dari akseptor (informed concent).

Persetujuan dari suami merupakan informed concent yang paling

utama karena suami dapat memberikan dukungan bagi akseptor KB.

2) Ibu dalam masa post haid, post partum post SC, post abortus.

Pada masa ini OUE akseptor masih membuka sehingga pemasangan IUD dapat

dengan mudah.

3) Pemeriksaan sondage uterus tidak boleh kurang dari 5 cm.

Akseptor yang diameter uterusnya kurang dari 5 cm tidak dapat dipasang IUD dikarenakan bisa
terjadi ekspulsi (Manuaba, 2008).
13

i. Keuntungan dan Kerugian IUD

1) Menurut Saifuddin (2006), keuntungan IUD adalah sebagai berikut :

a) IUD sangat efektifitas tinggi

b) AKDR dapat efektif setelah pemasangan

c) Metode jangka panjang (10 tahun proteksi dan CUT-380A dan

tidak perlu diganti).

d) Sangat efektif karena tidak perlu lagi mengingat-ingat

e) Tidak ada efek samping hormonal dengan CU AKDR (CU-380A).

f) Tidak mempengaruhi kualitas dan volume ASI

g) Tidak mempengaruhi hubungan seksual

h) Dapat dipasang segera setelah melahirkan atau sesudah abortus

(apabila tidak terjadi infeksi).

2) Kerugian kontrasepsi IUD menurut Saifuddin (2006), antara lain :

b) Perubahan siklus haid (umumnya pada bulan pertama dan akan

berkurang setelah 3 bulan).

c) Tidak mencegah IMS termasuk HIV/AIDS.

d) Tidak baik digunakan pada perempuan dengan IMS atau

perempuan yang sering berganti pasangan.

e) Klien tidak dapat melepas IUD sendiri.

f) Sedikit nyeri dan perdarahan (spotting) terjadi segera setelah

pemasangan dan biasanya menghilang dalam 1-2 hari.

g) Penyakit radang panggul terjadi sesudah perempuan dengan IMS

memakai IUD.
14

h) Perempuan harus memeriksa posisi benang dari waktu ke waktu.

i) Mungkin AKDR keluar dari uterus tanpa diketahui (sering terjadi

apabila AKDR di pasang sesudah melahirkan.

j. Pemeriksaan lanjutan (Follow up)

Pemeriksaan lanjutan (follow up) untuk akseptor KB IUD menurut

Manuaba (2008) :

1) 1 minggu

Setelah insersi untuk mengetahui keluhan setelah pemasangan.

2) 1 bulan

a) Untuk mengetahui posisi IUD apakah keluar atau tidak

b) Untuk mengetahui efek samping atau komplikasi

3) 3 bulan

a) Untuk mengetahui benang IUD ada atau tidak

b) Untuk mengetahui efek samping atau komplikasi

4) 6 bulan

a) Untuk mengetahui benang IUD ada atau tidak.

b) Untuk mengetahui efek samping atau komplikasi

5) 12 bulan

a) Untuk mengetahui adakah efek samping atau komplikasi

b) Untuk dilakukan pemeriksaan Pap Smear.

k. Efek Samping dan Penanggulangan

Efek samping dan komplikasi menurut Hartanto (2003), di bagi menjadi

dua, yaitu :
15

1) Pada Saat Insersi/Pemasangan

a) Rasa nyeri

Pengobatan : analgetik atau prostaglandin-inhibitor.

b) Muntah dan keringat dingin

Penyebabnya adalah reaksi vaso-vagal. Hal ini dapat dicegah

dengan konseling agar akseptor tenang dan merasa tidak takut.

Dengan pemberian atropin 0,4-0,5 mg IM/IV, sedativa ringan dan

anastesi lokal. Selain obat-obatan tersebut juga dapat disarankan

dengan istirahat dalam posisi horisontal.

c) Perforasi uterus

Perforasi sering terjadi pada insersi push-out. Gejala yang dapat

timbul adalah perdarahan yang mendadak. Hal ini dapat dicegah

dengan teknik pemasangan yang hati-hati dan sesuai dengan

prosedur. Tindakan yang harus segera dilakukan adalah

pengeluaran IUD.

2) Setelah Insersi

a) Menoragia dan spotting mentroragia

Dengan insersi IUD menyebabkan tingginya konsentrasi

plaminogen aktifator dalam endomentrium dan enzim-enzim ini

menyebabkan bertambahnya aktifitas fribrinolitik serta

menghalangi pembekuan darah akibatnya timbul perdarahan yang

lebih banyak.
16

b) Embedding dan displasement

IUD tertanam dalam-dalam di endometrium atau myometrium Tanda gejalanya

perdarahan abnormal, nyeri abdomen, merasa tidak sehat, demam menggigil,

benang ekor IUD menghilang, bertambah pendek atau bertambah panjang. Tindakan

yang segera dilakukan adalah mengeluarkan IUD.

c)Infeksi

Mekanisme timbulnya infeksi :

(1) Masuknya kuman-kuman. yang biasanya hidup didalam traktus genitalis

bagian bawah di dalam uterus pada insersi.


(2) Dengan adanya IUD maka dimungkinkan bertambahnya volume dan lama perdarahan haid. Darah merupakan media subur
untuk berkembangnya bakteri.

(3) Naiknya kuman-kuman melalui benang ekor IUD ke dalam kavum uteri

pencegahan timbulnya infeksi dapat dilakukan dengan skrening calon akseptor

dengan baik, pemberian antibiotik profilaksis pada saat infeksi antisepsis.

l. Komplikasi dan Penanggulangan

Komplikasi yang dapat menyertai pemakaian IUD menurut Hartanto (2003), adalah

sebagai berikut :
1) Pelvik Inflamatori Disease (PID) merupakan kelanjutan dari infeksi
yang tidak ditangani dengan baik. Tanda dan gejala adalah sebagai berikut :
17

a) Dismenorhoe (sakit saat haid)

b) Nyeri uterus atau serviks saat dilakukan pemeriksaan dalam

c) Nyeri tekan pada perut bagian bawah, biasanya terjadi pembengkakan

daerah tuba fallopi atau ovarium.

d) Suhu badan mencapai 38 0 C atau lebih.

2) Menurut Hartanto (2003), penanganan (PID) meliputi :

a) Diagnosa dini

b) Pengangkatan IUD

c) Terapi antibiotik

d) Follow-up yang teratur

e) Pengobatan patner seksual

3.Erosi Porsio

a. Pengertian

Erosi porsio pengikisan permukaan dari portio, portio yaitu istilah medis untuk

mulut rahim. Jadi erosi portio adalah terjadinya pengikusan dari lapisan mulut rahim

(Ferry, 2007).Erosi portio atau pseudo erosi yaitu terkelupasnya epitel silindris akibat

rangsangan dari luar dan digantikan dengan epitel gepeng pada kanalis servikalis,

erosi ini nampak sebagai tempat merah menyala dan agak mudah berdarah (Sulaiman,

2004).

b. Tanda dan gejala

Menurut Fery (2007), tanda dan gejala erosi portio adalah sebagai

berikut :

1) Portio berwarna merah muda

2) Perdarahan diluar haid

3) Perdarahan post-coitus
18

4) Lendir berwarna kecoklatan

5) Sering tanpa gejala

c. Klasifikasi Erosi Portio

Menurut Midyuin (2008), klasifikasi erosi portio dibedakan menjadi 3

yaitu :

1) Erosi ringan : meliputi < 1/3 total area servik.

2) Erosi sedang : meliputi 1/3 - 2/3 total area servik.

3) Erosi berat : meliputi > 2/3 total area servik.

d. Patofisiologi Erosi Portio

Proses terjadinya erosi portio dapat disebabkan adanya

rangsangan dari luar misalnya IUD. IUD yang mengandung polyethilien

yang sudah berkarat membentuk ion Ca, kemudian bereaksi dengan ion

sel sehat PO4 sehingga terjadi denaturasi / koalugasi membaran sel dan

terjadilah erosi portio. Bisa juga dari gesekan benang IUD yang

menyebabkan iritasi lokal sehingga menyebabkan sel superfisialis

terkelupas dan terjadilah erosi portio. Dari posisi IUD yang tidak tepat

menyebabkan reaksi radang non spesifik sehingga menimbulkan sekresi

sekret vagina yang meningkat dan menyebabkan kerentanan sel

superfisialis dan terjadilah erosi portio. Dari semua kejadian erosi portio itu

menyebabkan tumbuhnya bakteri patogen, bila sampai kronis menyebabkan

metastase keganasan leher rahim (Ferry, 2007).

e. Penatalaksanaan Erosi Porsio

Secara teori menurut Varney (2004) meliputi :

1) Anamnesa

a) Perdarahan

b) Keputihan
19

c) Rasa nyeri di daerah abdomen

d) Kehamilan

e) Benjolan

2) Pemeriksaan umum secara terbatas

Pemeriksaan umum secara terbatas menurut Manuaba (2008), pemeriksaan ini

dilakukan untuk mengetahui adanya komplikasi yang disebabkan oleh erosi portio hal

ini dapat dilakukan :

a) Pemeriksaan Konjungtiva

Untuk mengetahui kemungkinan adanya anemi pada akseptor.

Pemeriksaan ini dapat dilakukan karena adanya perdarahan pada

akseptor dan mencegah adanya anemia yang berkelanjutan.

b) Pemeriksaan nadi

Untuk mengetahui adanya anemia yang ditunjukkan dengan nadi lebih dari 100

x/menit ataupun kelainan sirkulasi darah.

c) Pemeriksaan Suhu

Untuk mengetahui adanya peningkatan suhu tubuh yang dapat menunjukkan tanda-

tanda infeksi atau radang.

d) Pemeriksaan abdomen

Pemeriksaan ini dapat dilakuakan pada daerah abdomen dengan cara palpasi

(Manuaba, 2008). Untuk kemungkinan adanya :

(1) Nyeri tekan daerah suprapubik

(2) Benjolan massa ataupun kelainan tubuh

(3) Apabila teraba benjolan menunjukkan adanya kelainan yang dapat mengarah

pada tumor.
20

e) Pemeriksaan bimanual yang lengkap

(1) Masih adakah benang untuk memastikan bahwa IUD masih berada pada posisi

yang benar.

(2) Adanya perlukaan portio (portio tampak merah menyala).

(3) Portio mudah berdarah

(4) portio tertutup cairan atau lendir.

f) Pemeriksaan Inspekulo

Pemeriksaan inspekulo untuk mengetahui masih adakah benang untuk memastikan

IUD masih berada pada posisi yang benar.

g) Pemeriksaan sekret pada servik (Pap Smear)

Pemeriksaan IUD dengan erosi portio perlu dilakukan untuk mengetahui adanya

infeksi karena jamur, virus, bakteri maupun mikroorganisme lainnya.

f.Terapi

Menurut Susilowati (2008), terapi untuk erosi portio adalah sebagai

berikut :

1) Antibiotika terutama kalau dapat ditemukan gonococus dalam secret


2) Kalau serviks tidak spesifik dapat diobati dengan argentetas netra 10% atau albotyl yang menyebabkan nekrosi epitel slindris
dengan harapan bahwa kemudian diganti dengan epitel gepeng berlapis banyak.

3) Kateterisasi-radial dengan termokuler atau dengan krioterapi.

Sesudah kateterisasi terjadi nekrosis, jaringan yang meradang terlepas

dalam kira-kira 2 minggu dan diganti lambat laun oleh jaringan yang

sudah sehat.
21

4) Vulva hygiene (Hartanto, 2003).

5) Pemberian analgetik apabila nyeri (BKKBN, 2005).

B. Teori Manajemen Kebidanan

1. Pengertian

Manajemen kebidanan adalah proses pemecahan masalah yang

digunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan

berdasarkan teori ilmiah, penemuan-penemuan ketrampilan dalam

rangkaian atau tahapan yang logis untuk pengambilan suatu keputusan

yang berfokus pada klien (Varney, 2004).

2. Manajemen Kebidanan dan Langkah-langkah Asuhan Kebidanan

Menurut Varney (2004), manajemen kebidanan terdiri dari 7

langkah yang berurutan, dimana setiap langkah disempurnakan secara

periodik. Proses periodik dimulai dengan mengumpulkan data dasar dan

berakhir dengan evaluasi. Ketujuh langkah tersebut membentuk kerangka

lengkap yang dapat menjadi langkah-langkah tertentu dan dapat berubah

sesuai dengan keadaan pasien. Adapun pelaksanaan menggunakan

manajemen kebidanan 7 langkah Varney tersebut adalah sebagai berikut :

a. Langkah Pertama : Pengumpulan dan Pengkajian Data

Sistematis dalam mengumpulkan data dari berbagai sumber data untuk

mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan klien

(Varney, 2004).
22

Tahap ini meliputi :

1) Data Subjektif

Data subjektif adalah data yang dikatakan oleh pasien atau orang

yang terdekat yang mencerminkan pikiran perasaan dan persepsi

mereka sendiri (Nursalam, 2004).

a) Biodata

(1) Nama : Untuk mengetahuui nama pasien.

(2) Umur : Untuk mengenal faktor resiko dari umur pasien.

(3) Agama : Berguna untuk memberi motivasi pasien sesuai

dengan kepercayaannya.

(4) Suku/bangsa : Untuk mengetahui adat dan kebiasaan pasien.

(5) Pendidikan : Untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu

dalam bidang kesehatan.

(6) Pekerjaan : Untuk mengetahui status sosial ekonomi dan

aktifitas ibu sehari.

(7) Alamat : Untuk mendapatkan gambaran lingkungan

tempat tinggal pasien.

b) Keluhan utama

Adalah mengetahui keluhan yang dirasakan saat pemeriksaan

(Varney, 2004). Pada kasus KB IUD dengan erosi portio

keluhannya adalah pengeluaran perdarahan diluar haid, merasakan

nyeri saat berkemih, dan keluar cairan yang berlebihan berwarna

kecoklatan, berbau dan tak kunjung sembuh (Ferry, 2005). Menurut Varney

(2004),pada KB IUD dengan erosi portio

didapatkan keluhan utama adanya pengeluaran darah bercampur sekret dan

kadang juga bercampur dengan nanah dan adanya rasa sakit yang
23
menyertai pergerakan dari rahim apabila erosi portio tidak diobati dengan

benar. Menurut Fery (2005) adanya perdarahan di luar haid setelah

pemakaian IUD, adanya perdarahan post coitus, keluar lendir berwarna

kecoklatan.
24

c) Riwayat Menstruasi

Untuk mengetahui kapan mulai menstruasi, siklus mentruasi,

lamanya menstruasi, banyaknya darah menstruasi, teratur/tidak

menstruasinya, sifat darah menstruasi, keluhan yang dirasakan

sakit waktu menstruasi disebut disminorea (Estiwidani dkk.,

2008). Pada kasus erosi portio terajadi perubahan siklus haid,

perdarahan antar menstruasi haid lebih lama dan banyak dan saat

haid lebih sakit (Saifuddin, 2010).

d) Riwayat Perkawinan

Pada status perkawinan yang ditanyakan adalah kawin syah,

berapa kali, usia menikah berapa tahun, dengan suami usia berapa,

lama perkawinan, dan sudah mempunyai anak belum. Hal ini perlu

diketahui seberapa perhatian suami kepada istrinya (Estiwidani

dkk., 2008).

e) Riwayat Kehamilan dan Nifas yang lalu

Untuk mengetahui jumlah kehamilan dan kelahiran : G

(gravidarum), P (para), A (abortus), H (hidup). Riwayat persalinan

yaitu jarak antara dua kelahiran, tempat kelahiran, lamanya

melahirkan, dan cara melahirkan. Masalah/ gangguan kesehatan

yang timbul sewaktu hamil dan melahirkan. Riwayat kelahiran

anak, mencangkup berat badan bayi sewaktu lahir, adakah

kelainan bawaan bayi, jenis kelamin bayi, keadaan bayi hidup/

mati saat dilahirkan (Estiwidani dkk., 2008).


25

f) Riwayat Keluarga Berencana

Bila ibu pernah mengikuti KB perlu ditanyakan : jenis kontrasepsi,

efek samping, keluhannya apa, alasan berhenti, (bila tidak

memakai lagi), lamanya menggunakan alat kontrasepsi

(Etiwidani dkk, 2008).

g) Riwayat Kesehatan

Riwayat kesehatan untuk memastikan bahwa tidak ada kontra

indikasi pemakaian KB IUD seperti penyakit jantung, diabetes

militus dengan komplikasi. Tumor dan adanya perdarahan

pervaginam yang tidak diketahui penyebabnya (Saifuddin, 2006).

h) Kebiasaan sehari-hari

Pola nutrisi : Mengetahui seberapa banyak asupan nutrisi


pada pasien dengan mengamati adakah
penurunan berat badan atau tidak ada pada
pasien (Susilawati, 2008).
Pola Eliminasi : Untuk mengetahui perubahan siklus BAB
dan BAK, apakah lebih dari 4 kali sehari,

BAK sedikit atau jarang (Susilawati, 2008).


Pola Istirahat : Mungkin terganggu karena adanya rasa yang
tidak nyaman (Susilawati, 2008).

Pola Hygiene : Kebiasaan mandi setiap harinya


(Susilawati, 2008).

Aktivitas : Aktivitas akan terganggu karena kondisi


tubuh yang lemah atau adanya nyeri akibat
penyakit yang dialaminya (Susilawati, 2008).
26

Pola Seksualitas : Untuk mengetahui kebiasaan hubungan

seksual klien dengan suami dan

adakah

terdapat kelainan atau keluhan selama

hubungan seksual (Susilowati, 2008).

Pada kasus pola seksual ibu menurun

i) Riwayat Psikologis (Hartanto, 2004).

Dengan menggunakan pendekatan psikologis kesehatan maka

akan diketahui gaya hidup orang tersebut dan pengaruh psikologi

kesehatan terhadap gangguan kesehatan (UII, 2008). Pada kasus

erosi portio ibu merasa cemas dengan keadaannya

(Rachmawati, 2006).

2) Data Objektif

Data objektif data yang dapat dilihat dan diobservasikan tenaga

kesehatan (Priharjo, 2006).

a) Pemeriksaan Fisik

Tekanan Darah : Untuk mengetahui faktor resiko hipertensi atau potensi dengan
nilai satuannya mmHg. Keadaan sebaiknya antara 90 per 60 sampai 130/90 mmHg atau
peningkatan sistolik tidak lebih dari 30 mmHg dan peningkatan diastolik tidak lebih dari
14 mmHg dari kedaan pasien normal pada atau sedikit pengukuran berturut-turut pada
selisih 1jam (Winjosastro,2007)
27
Pengukuran Suhu : Suhu badan normal adalah 36 sampai 37 0 Bila suhu tubuh lebih
dari380C harus dicurigai adanya infeksi (Wiknjosastro, 2002). Pada kasus erosi portio
terjadi kenaikan suhu 370-380C (Proverawati, 2010). Sedangkan pada data objektif
pemeriksaanTTV:suhu terjadi kenaikan 37-380C, Nadi lebih dari 100 x/menit
(Proverawati, 2010)

Nadi : Denyut nadi normal 70 x/menit sampai 88 x/menit (Perry&Potter,


2005). Pada kasus erosi portio nadi lebih 100 x/menit (Varney, 2004).

Pernafasan:Dinilai sifat pernafasan dan bunyi nafas dalam satu menit pernafasan kurang
dari 40 kali per menit atau lebih dari 60 kali per menit (Saifuddin, 2006).

b) Inspeksi

(1) Rambut:Untuk menilai warna, kelebatan, distribusi dan karakteristik (Alimul, 2006).

(2) Muka:Keadaan muka pucat atau tidak adakah kelainan,adakah oedema (Wiknjosastro,
2006).
28

(3) Mata : Conjungtiva anemis atau tidak, sklera ikterik

atau tidak (Alimul, 2006).

(4) Hidung : Untuk mengetahui apakah ada polip atau

tidak (Rachmawati, 2006).

(5) Mulut : Untuk mengetahui mulut bersih apa tidak,

ada caries dan karang gigi tidak (Wiknjosastro, 2006).

(6) Telinga : Bagaimana keadaan daun telinga, liang

telinga dan timpani, ketajaman pendengaran (Alimul, 2006).

(7) Leher : Untuk mengetahui pembesaran tyroid, nyeri

atau kekakuan pada leher, keterbatasan gerak leher, pembesaran atau nyeri tekan

pada kelenjar getah bening, kesimetrisan trakea. Hal ini untuk mengetahui adanya

peradangan atau gangguan metabolisme tubuh (Varney, 2007).

(8) Payudara : Untuk mengetahui kesimetrisan, ukuran,massa, lesi jaringan perut


pada struktur dan dinding dada. Hal ini untuk mengetahui apakah ada tumor atau kanker/tidak (Varney,
2007)

(9) Abdomen: Apakah ada jaringan perut atau bekas operasi, adakah nyeri tekan serta adanya massa
(Alimul, 2006). Pada kasus erosi portio akseptor merasa nyeri pada perut bagian bawah (Fery, 2005).

(10) Ekstremitas : Untuk mengetahui adanya oedema, varices(Wiknjosastro, 2006).

c) Pemeriksaan Obstetri, terdiri dari :


(1) Vagina Taucher : untuk mengetahui apa ada nyeri sentuh, benjolan,meraba benang IUD, adakah leokorea (Varney,
2007).

(2) Obstium uteri eksternum (OUE) : tertutup atau tidak,

mengetahui adanya flour albus, perdarahan post coitus dan lendir berwarna

kecoklatan (Ferry, 2008).

(3) Inspekulo : seberapa luas erosi portio yang terjadi dan berwarna merah menyala (Varney, 2007).

Pada kasus erosi portio inspeculo fluor ada warna putih, tidak berbau, benang IUD

tampak 3 cm di depan portio, tampak luka kemerahan di sekitar obstium uteri

eksternum (Rahmawati, 2006).

3) Pemeriksaan penunjang atau laboratorium


29
Digunakan untuk mengetahui kondisi klien sebagai data penunjang

yaitu dilakukan pemeriksaan pap smear (Manuaba, 2008). pada kasus

erosi portio dilakukan untuk mengetahui adanya diagnosis dini


30

keganasan, perawatan ikutan dari keganasan, interpretasi hormonal wanita dan

menentukan proses peradangan (Manuaba, 2005).

b. Langkah Kedua : Interpretasi Data

Data dasar yang sudah dikumpulkan, diinterpretasikan sehingga

dirumsukan diagnosa, masalah dan kebutuhan. Diagnosa kebidanan

adalah diagnosa yang ditegakkan dalam lingkup praktek kebidanan

(Varney, 2004)

4) Diagnosa kebidanan

Diagnosa kebidanan adalah diagnosa yang ditegakkan bidan dalam lingkup praktek

kebidanan (Estiwidani dkk., 2008).

Diagnosa : Ny. X P A Akseptor KB IUD dengan Erosi portio.

Dasar :

a) Data Subyektif :

(1) Adanya perdarahan di luar haid setelah pemakaian IUD.

(2) Adanya perdarahan post coitus.

(3) Keluar lendir berwarna kecoklatan. (Ferry, 2005).

(4) Adanya pengeluaran darah bercampur sekret dan kadang juga bercampur dengan

nanah (Varney, 2004).

(5) Adanya rasa nyeri saat buang air kecil (Susilowati, 2008).

b) Data Obyektif

(1) Pemeriksaan TTV : suhu terjadi kenaikan 37-380C, Nadi lebih dari 100 x/menit

(Proverawati, 2010).
31

(2) Pemeriksaan abdomen akseptor merasa nyeri pada perut bagian bawah (Fery,

2005).
(3) Pemeriksaan obstetri : ada flour berwarna putih, tidak berbau, benang IUD tampak didepan portio, tampak luka kemerahan di
sekitar obstium uteri eksternu (Rahmawati, 2006).

2) Masalah

Masalah yang berkaitan dengan pengalaman pasien yang ditemukan

dari hasil pengkajian atau yang menyertai diagnosa sesuai dengan

keadaan pasien (Nursalam, 2004). Masalah yang sering ditemukan

pada akseptor KB IUD dengan erosi portio yaitu merasa cemas

(Ferry, 2008).

3) Kebutuhan

Kebutuhan meruapak hal-hal yang dibutuhkan pasien, pasien dan

yang belum teridentifikasi dalam diagnosa masalah yang didapatkan

dengan melakukan analisa data (Varney, 2004). Kebutuhan akseptor

KB IUD antara lain :

a) Penjelasan tentang efek samping dari IUD (Hartanto, 2003).

b) Penjelasan tentang kebersihan (Vulva hygiene) (Hartanto, 2003).

c) Pengobatan pada erosi porsio (Ferry, 2005).

c. Langkah Ketiga : Diagnosa Potensial

Diagnosa potensial adalah suatu pernyataan yang timbul

berdasarkan diagnosa atau masalah yang sudah diidentifikasi. Langkah

ini mengidentifikasi masalah atau diagnosa potensial lain berdasarkan


32

rangkaian masalah dan diagnosa yang sudah diidentifikasi. Langkah ini

membutuhkan antisipasi, bila diagnosa atau masalah potensial ini benar-

benar terjadi (Varney, 2004). Diagnosa potensial yang terjadi pada KB

IUD dengan erosi portio adalah terjadinya keganasan (Hartanto, 2003).

d. Langkah Keempat : Antisipasi

Pada langkah ini perlu diambil segera untuk mengantisipasi

diagnosa potensial yang berkembang lebih lanjut dan menimbulkan

komplikasi, sehingga dapat segera dapat segera dilakukan tindakan yang

sesuai dengan diagnosa potensial yang muncul (Varney, 2004). Pada

kontrasepsi IUD tindakan yang dilakukan oleh bidan adalah dengan

pemberian amphicillin 500 mg/oral tiap 6 jam dan asam mefenamat 3 x

500 mg/oral selama 3 hari, pemberian nasehat Vulva hygiene

(Hartanto, 2003).

e. Langkah Kelima : Perencanaan

Merupakan pengembangan rencana perawatan yang komprehensif

ditentukan oleh langkah sebelumnya.Langkah ini adalah sebuah

perluasan dari mengidentifikasi masalah dan diagnosa yang telah

diantisipasi dan yang terbaru dan juga melibatkan usaha untuk

memperoleh bagian tambahan dari data apapun yang hilang

(Varney, 2004).

Perencanaan asuhan yang menyeluruh berkaitan dengan diagnosa kebidanan, masalah

dan kebutuhan, maka perencanaan yang perlu dilakukan terhadap klien menurut

BKKBN (2005), adalah :

1) Periksa keadaan umum dan kesadaran pada kunjungan ulang

2) Periksa tanda-tanda vital


33

3) Periksa pengeluaran pervaginam

4) Rawat luka erosi dengan albothyl konsentrasi 36% dengan cara

mengusap luka erosi portio dengan kapas yang telah diberi albothyl 36%.

5) Beri informasi tentang personal hygiene daerah vagina dengan cara melakukan

cebok dari arah depan ke belakang.

6) Anjurkan pada ibu untuk minum obat ampicillin 500 mg 3 x sehari dan asam

mefenamat 500 mg x 3 sehari.

7) Anjurkan pada ibu untuk kontrol 1 minggu sampai luka erosi sembuh atau membaik.

f. Langkah Keenam : Implementasi

Implementasi merupakan pelaksaan dari asuhan yang telah

dierencanakan secara efisien dan aman. Pada kasus dimana bidan harus

berkolaborasi dengan dokter, maka keterlibatan bidan dalam manajemen

asuhan pasien adalah tetap bertanggung jawab terhadap pelaksanaan

asuhan bersama yang menyeluruh (Varney, 2004). Pelaksanaan asuhan

kebidanan pada akseptor KB IUD dengan erosi portio sesuai dengan

perencanaan yang telah dibuat.

g. Langkah Ketujuh : Evaluasi

Merupakan langka terakhir untuk menilai keaktifan dari renana asuhan yang telah

diberikan meliputi pemenuhan akan bantuan apakah benar-benar telah terpenuhi

sesuai dengan kebutuhan dalam masalah dan diagnosa (Varney, 2004). Evaluasi yang

diharapkan pada akseptor KB IUD dengan erosi portio menurut Hartanto (2003),

yaitu :

1) Pasien mengatakan sudah tidak merasakan cemas

2) Keadaan umum baik, kesadaran composmentis.


34

3) Inspekulo tidak ada fluor albus, erosi sembuh.

4) Pasien bersedia melakukan kunjungan ulang 1 minggu lagi atau bila ada keluhan.

5) Ibu bersedia mengurangi frekuensi hubungan seksual dengan suami.

Data Perkembangan Menggunakan SOAP :

Pendokumentasian data perkembangan asuhan kebidanan yang telah

menggunakan SOAP

S :Subyektif

Menggambarkan pendokumentasian hasil pengumpulan data klien melalui

anamnesa.

O :Obyektif

Menggambarkan pendokumentasian hasil pemeriksaan fisik klien, hasil

laboratorium dan test diagnostik lain yang dirumuskan dalam data

fokus untuk mendukung assesment. Pemeriksaan fisik dilakukan

dengan melihat keadaan umum pasien misalnya kesadaran, pucat,

lemah dan menahan sakit. Pada pemeriksaan laboratorium misalnya

pemeriksaan Hb, pemeriksaan pap smear dan secret vagina.

A :Assesment / Analisa

Menggambarkan pendokumentasian hasil analisa dan interpretasi data subyektif dan

obyektif dalam suatu indentifikasi

P :Plan

Menggambarkan pendokumentasian dari rencana evaluasi berdasarkan assesment.

Memberikan konseling sesuai dengan permasalahan yang ada sebagai upaya untuk

membangun pengobatan.
35

.
36

A. TINJAUAN KASUS

Hari / Tanggal : Kamis / 21 Maret 2013

Jam : 09.30 WIB

Tempat : BPM Siti Nuraini, Ngunut, Tohkuning, Karangpandan

Pengkajian Tanggal 21 Maret 2013 Pukul 09.30 WIB

Identitas Pasien Identitas Suami

Nama : Ny. F Nama Suami : Tn. R

Umur : 28 tahun Umur : 33 tahun

Agama : Islam Agama : Islam

Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia

Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA

Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Swasta

Alamat : Sendangsongo RT 2 RW 13, Tohkuning, Karangpandan

No. Seri KB : 0087-30

Anamnesa (Data Subjektif)

1) Alasan Kunjungan

Ibu mengatakan keluar flek berwarna merah kecoklatan sejak tanggal

19 Maret 2013 dan keluar keputihan agak banyak, tidak berbau, tidak

gatal, warna putih jernih.

2) Riwayat perkawinan

Ibu mengatakan status perkawinannya syah, kawin pertama kali pada

umur 24 tahun dengan suami umur 29 tahun, lamanya perkawinan 4

tahun dan jumlah anak 1 orang.


37

3) Riwayat Menstruasi

a) Menarche : Ibu mengatakan haid pertama pada umur 13

tahun.

b) Siklus haid : Ibu mengatakan siklus haidnya 29 hari.

c) Banyaknya : Ibu mengatakan banyaknya 2 - 3 kali ganti

pembalut / hari.

d) Lamanya : Ibu mengatakan lamanya 6 - 7 hari.

e) Teratur/tidak : Ibu mengatakan haidnya teratur setiap bulan.

f) Sifat darah : Ibu mengatakan darah haidnya encer dan

berwarna merah tua.

g) Dismenorhoe : Ibu mengatakan tidak pernah merasa nyeri saat

haid sampai mengganggu aktivitasnya.

4) Riwayat Obstetri

Jenis Anak Keadaan


No Tgl/th Tempat Umur Persalina Peno- Penyuli Nifas anak
Partus Partus Hamil Long t Jenis BB PB
n sekarang
9 3100 50 Norm
1. 2010 Bidan Spontan Bidan - Hidup
bulan gr cm al

5) Riwayat KB

a) Macam Peserta KB : Lama

b) Metode yang pernah digunakan

Setelah melahirkan anak pertama ibu memakai KB IUD selama

3 tahun, saat ini ibu mengeluh keputihan, warna putih jernih, tidak

gatal dan tidak bau, dan keluar flek-flek sejak tanggal 19 Maret

2013.
38

6) Riwayat Penyakit

a) Riwayat Penyakit Sekarang

Ibu mengatakan sejak 3 hari yang lalu mengeluh keputihan, warna

putih jernih, tidak gatal dan tidak bau serta keluar flek-flek dan ibu

mengatakan saat ini tidak sedang sakit seperti batuk, pilek dan

demam.

b) Riwayat Penyakit Sistemik

(1) Jantung : Ibu mengatakan tidak pernah merasakan

jantungnya berdebar-debar, tidak mudah capek

dan tidak pernah mengeluarkan keringat dingin

pada telapak tangannya.

(2) Ginjal : Ibu mengatakan tidak pernah mengeluh nyeri

pada perut bagian bawah, pinggang sakit saat

BAK.

(3) Asma / TBC : Ibu mengatakan tidak pernah merasa sesak

nafas dan tidak pernah mengalami batuk yang

berkepanjangan lebih dari 2 minggu.

(4) Hepatitis : Ibu mengatakan tidak pernah terlihat kuning

pada mata maupun pada kuku.

(5) DM : Ibu mengatakan tidak pernah merasa haus,

lapar dan sering kencing pada malam hari lebih

dari 7 kali.

(6) Hipertensi : Ibu mengatakan tidak pernah mengalami

tekanan darah tinggi lebih dari 140/90 mmHg.


39

(7) Epilepsi : Ibu mengatakan tidak pernah mengalami

kejang sampai mengeluarkan busa dari

mulutnya.

(8) Lain-lain : Ibu mengatakan tidak pernah mempunyai

riwayat penyakit HIV/AIDS dan penyakit

menular seksual.

c) Riwayat kesehatan keluarga

Ibu mengatakan dalam keluarga tidak ada yang menderita

penyakit menurun seperti hipertensi, DM, jantung asma dan dalam

keluarga juga tidak ada yang memiliki riwayat penyakit menular

seperti TBC dan hepatitis.

d) Riwayat keturunan kembar

Ibu mengatakan baik dari pihak dirinya maupun dari pihak

suaminya tidak ada yang memiliki riwayat keturunan kembar.

e) Riwayat operasi

Ibu mengatakan belum pernah mengalami operasi sebelumnya.

f) Riwayat Kebiasaan sehari-hari

Pola nutrisi : Ibu mengatakan makan 3 x/hari dengan

porsi sedang menu nasi, sayur, lauk pauk,

buah minum air putih sebanyak 7-8

gelas/hari, dan 1 gelas teh hangat pagi hari.

Pola eliminasi : Ibu mengatakan BAK 5 - 6 x sehari, warna

kuning jernih dan tidak merasakan nyeri


40

saat berkemih. BAB 1 x sehari dengan

konsistensi lembek dan tidak ada keluhan.

Pola istirahat : Ibu mengatakan tidur siang + 1 jam dan

tidur malam + 8 jam.

Aktivitas : Ibu mengatakan tidak bekerja, ibu

mengatkaan sebagai ibu rumah tangga

dengan mengerjakan pekerjaan rumah

sendiri.

Personal hygiene : Ibu mengatakan mandi 2 x sehari, gosok gigi 2

x pagi dan malam, ganti baju 2 x, keramas

3 x seminggu, selama flek-flek dan

keputihan ibu mengatakan ganti pembalut

2-3 x sehari dan ganti celana dalam 3 x

sehari.

Pola seksual : Ibu mengatakan sebelum erosi portio ibu

mengatakan melakukan hubungan seksual

3 x seminggu dan tidak merasa nyeri saat

berhubungan seksual dan tidak

mengeluarkan darah. Selama mengalami

flek-flek dan keputihan ibu tidak

melakukan hubungan seksual.

g) Data Psikologis : Ibu mengatakan cemas terhadap keluhan

yang dialaminya sekarang ini.


41

Pemeriksaan Fisik (Data Obyektif)

Status Generalis

a) Keadaan umum : Baik

b) Kesadaran : Composmentis

c) TTV : TD : 120/80 mmHg S : 365 0C

N : 80 x/menit R : 20 x/menit

d) TB : 155 cm

e) BB : 52 kg

Pemeriksaan Sistematis

Kepala

(1) Rambut : Bersih, tidak berketombe, warna hitam,

tidak kusam dan tidak mudah rontok.

(2) Muka : Tidak pucat, tidak oedema, tidak ada

cloasma.

(3) Mata

(a) Oedema : Tidak ada oedema

(b) Conjungtiva : Berwarna merah muda

(c) Sklera : Berwarna putih

(4) Hidung : Simetris, tidak ada pernafasan cuping

hidung, bersih, tidak ada sekret, tidak ada

polip.

(5) Telinga : Simetris, bersih, tidak ada serumen, daun

telinga tidak ada kelainan.


42

(6) Mulut/gigi/gusi : Mulut bersih, tidak ada stomatitis, gigi

bersih tidak ada caries, gusi tidak berdarah

dan tidak bengkak.

Leher

(1) Kelenjar gondok : Tidak ada pembesaran kelenjar gondok.

(2) Tumor : Tidak ada benjolan.

(3) Pembesaran Kelenjar limfe : Tidak ada pembesaran kelenjar

limfe.

Dada dan Axilla

(1) Jantung : Tidak dilakukan

(2) Paru : Tidak dilakukan

(3) Mammae

(a) Membesar : Ya, fisiologis kanan dan kiri

(b) Tumor : Tidak ada benjolan

(c) Simetris : Ya, simetris kanan dan kiri

(4) Axilla

(a) Benjolan : Tidak ada benjolan pada axilla

(b) Nyeri : Tidak ada nyeri tekan

Abdomen

(1) Pembesaran Uterus : Tidak ada pembesaran uterus

(2) Pembesaran hati : Tidak ada pembesaran hati

(3) Benjolan / Tumor : Tidak ada benjolan atau tumor

(4) Nyeri Tekan : Tidak ada nyeri tekan

(5) Luka Bekas operasi : Tidak ada luka bekas operasi


43

Anogenital

(1) Vulva Vagina

(a) Varices : Tidak ada varices

(b) Luka : Tidak ada luka

(c) Kemerahan : Tidak ada kemerahan

(d) Nyeri : Tidak ada nyeri tekan

(e) Kelenjar Bartholini : Tidak ada pembesaran

(f) Pengeluaran pervaginam : Flek-flek dan keputihan

(2) Inspeculo

(a) Vagina : Keluar flek-flek berwarna merah

kecoklatan dan tidak berbau

serta keputihan berwarna putih

dan tidak berbau.

(b) Serviks : Terlihat benang IUD + 3 cm.

(c) Warna portio : Merah menyala

(d) Tanda Chadwick : Tidak terdapat tanda Chadwick.

(3) Pemeriksaan dalam

(a) Portio / servik

Keras / Lunak : Lunak. Teraba benang IUD +

3 cm.

Warna portio : Merah menyala

(b) Tumor / Benjolan : Tidak ada tumor / benjolan.

(c) Nyeri : Tidak ada nyeri.


44

(4) Anus

(a) Haemoroid : Tidak ada haemoroid.

(b) Keluhan Lain : Tidak ada keluhan.

Ekstremitas

(1) Varices : Tidak ada varices.

(2) Oedema : Tidak ada oedema.

(3) Reflek patella : Tidak dilakukan pemeriksaan.

Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan laboratorium : Tidak dilakukan.

Pemeriksaan penunjang lain : Tidak dilakukan.

2. Interpretasi Data

a. Diagnosa Kebidanan

Ny. F P1A0 umur 28 tahun, akseptor KB IUD dengan erosi portio.

Data Dasar :

Data Subjektif

1) Ibu mengatakan berumur 28 tahun.

2) Ibu mengatakan melahirkan satu kali dan belum pernah keguguran.


3) Ibu mengatakan mengeluarkan sedikit flek berwarna merah
kecoklatan dan tidak berbau, keluar keputihan dari alat kelamin
berwarna putih, tidak gatal dan tidak berbau sejak 3 hari yang lalu.

4) Adanya rasa sakit yang menyertai saat buang air kecil.


5) Ibu mengatakan sebelum erosi portio melakukan hubungan seksual
tidak merasa nyeri dan tidak mengeluarkan darah. Selama mengalami
flek-flek dan keputihan ibu tidak melakukan hubungan seksual.
45

Data Objektif

1) Keadaan umum: Baik

2) Kesadaran : Composmentis

3) TTV : TD : 120/80 mmHg S : 365 0C

N : 80 x/menit R : 20 x/menit
4) Palpasi tidak ada pembesaran uterus, pembesaran hati, benjolan,
nyeri tekan dan tidak ada luka bekas operasi pada perut bagian
bawah.

5) Pemeriksaan vulva vagina tidak ada varices, luka, kemerahan, tidak

ada nyeri tekan, tidak ada pembesaran kelenjar bartholini,

pengeluaran pervaginam terdapat flek-flek dan keputihan.

6) Pemeriksaan inspeculo

a) Portio / serviks : Portio lunak, luas erosi pada sepertiga portio

berwarna merah menyala, terlihat benang IUD

+ 3 cm.

b) Tanda Chadwick : Tidak terdapat tanda Chadwick.

7) Pengeluaran pervaginam keluar flek-flek berwarna merah kecoklatan

dan tidak berbau serta keputihan berwarna putih dan tidak berbau.

b. Masalah

Ibu mengatakan merasa cemas dengan keadaan yang dialaminya saat ini

dan merasa tidak nyaman karena keluar keputihan dan sedikit flek.

c. Kebutuhan

1) Beri dukungan moril pada ibu.

2) Beri penjelasan tentang efek samping dari KB IUD.


46

3) Beri penkes tentang personal hygiene terutama pada daerah

kemaluan.

4) Beri terapi untuk penyembuhan erosi portio.

3. Diagnosa Potensial

Terjadi keganasan pada erosi portio.

4. Antisipasi / Tindakan Segera

Pemberian amphicillin 500 mg/oral tiap 6 jam dan asam mefenamat 3 x

500 mg/oral selama 3 hari.

5. Perencanaan

Tanggal 21 Maret 2013 Pukul 10.00 WIB

a. Beritahu ibu tentang erosi portio yang sedang dialaminya merupakan

salah satu efek samping dari kontrasepsi IUD.

b. Rawat luka erosi dengan menggunakan kapas yang sudah diberi albothyl

konsentrasi 36% kemudian mengusap luka pada erosi portio.


c. Beri penkes tentang personal hygiene daerah vagina dengan cara
melakukan cebok dari arah depan ke belakang dan tidak melakukan
hubungan seksual

d. Anjurkan pada ibu untuk minum obat :

1) Ampicillin 500 mg 3 x 1 jumlah 18 tablet

2) Asam Mefenamat 500 mg 3 x 1 jumlah 18 tablet.

e. Anjurkan pada ibu untuk kontrol 1 minggu sampai luka erosi sembuh

dan membaik atau bila ada keluhan.


47

6. Implementasi

Tanggal 21 Maret 2013 Pukul 10.30 WIB

a. Pukul 10.30 WIB memberitahu ibu tentang erosi portio yang sedang

dialaminya merupakan salah satu efek samping dari kontrasepsi IUD.


b. Pukul 10.35 WIB merawat luka erosi dengan albothyl konsentrasi 36%
dengan cara mengusap luka erosi portio dengan kapas yang telah diberi
albothyl 36%.

c. Pukul 10.40 WIB memberi penkes tentang personal hygiene daerah

vagina dengan cara melakukan cebok dari arah depan ke belakang dan

tidak melakukan hubungan seksual.

d. Pukul 10.45 WIB menganjurkan pada ibu untuk minum obat :

1) Ampicillin 500 mg 3 x 1 sebanyak 18 tablet

2) Asam Mefenamat 500 mg 3 x 1 sebanyak 18 tablet.

e. Pukul 10.50 WIB menganjurkan pada ibu untuk kontrol 1 minggu

sampai luka erosi sembuh dan membaik atau bila ada keluhan.

7. Evaluasi

Tanggal 21 Maret 2013 Pukul 11.10 WIB

a. Ibu mengerti tentang keadaannya dan mengatakan kecemasan berkurang

setelah menerima penjelasan efek samping KB IUD.


b. Setelah dilakukan pengobatan dengan cara mengusap luka erosi portio
dengan kapas yang telah diberi albothyl 36% luka pada portio tampak
berwarna putih dan setelah beberapa detik kembali berwarna merah.

c. Setelah diberikan konseling tentang personal hygiene ibu mengerti dan

bersedia menjaga kebersihan pada daerah genitalnya dan memberikan


48

pengertian pada suami untuk tidak melakukan hubungan seksual sampai

penyakitnya sembuh.

d. Ibu bersedia untuk minum obat ampicillin 500 mg 3 x 1 sebanyak 18

tablet dan asam mefenamat 500 mg 3 x 1 sebanyak 18 tablet.

e. Ibu bersedia melakukan kunjungan ulang 1 minggu lagi yaitu pada

tanggal 27 Maret 2013 atau jika ada keluhan.


49

DATA PERKEMBANGAN I

(Kunjungan Ulang)

Tanggal 27 Maret 2013 Pukul 08.30 WIB

Subjektif
1. Ibu mengatakan masih sedikit mengeluarkan flek berwarna merah
kecoklatan dan keluar keputihan yang tidak berbau dari alat kelaminnya dan
rasa gatal sudah berkurang.

2. Ibu mengatakan sudah menjaga kebersihan terutama pada daerah

genetalianya.

3. Ibu mengatakan suami setuju tidak melakukan hubungan seksual sampai

penyakitnya sembuh.

4. Ibu mengatakan sudah mengkonsumsi obat yang sudah di berikan dan sudah

habis.

Objektif

1. Pemeriksaan umum

a. Keadaan umum : Baik, Kesadaran : Composmentis.

b. TTV : TD : 120/80 mmHg, R : 22 x/menit, N : 80 x/menit, S : 36 0C

2. Pemeriksaan fisik

Palpasi abdomen : Tidak ada nyeri tekan dan tidak ada benjolan atau tumor.

3. Pemeriksaan inspekulo

a. Portio / serviks : portio lunak, luas erosi pada sepertiga portio berwarna

merah menyala.

b. Tumor / benjolan : tidak ada benjolan.


50

c. Ostium Uteri Eksternum : tertutup, tampak benang IUD + 3 cm.

d. Pengeluaran pervaginam : keluar flek-flek berwarna merah kecoklatan

dan tidak berbau serta keputihan berwarna putih dan tidak berbau.

Assesment

Ny. F P1 A0 umur 28 tahun, akseptor KB IUD dengan erosi portio hari ke 7.

Planning

Tanggal 27 Maret 2013 Pukul 09.00 WIB

1. Pukul 09.00 WIB memberitahu ibu hasil pemeriksaan bahwa ibu masih

mengalami erosi portio, tetapi sudah berkurang.

2. Pukul 09.05 WIB memberikan informasi tentang proses penyembuhan erosi

portio yang tidak dapat langsung sembuh tetapi harus dengan pengobatan

secara teratur.

3. Pukul 09.10 WIB melakukan pengobatan erosi portio dengan kapas yang

telah diberi albothyl konsentrasi 36% dan kemkudian dioleskan pada luka

erosi disekitar mulut rahim di deep + 5 menit.

4. Pukul 09.15 WIB menganjurkan ibu untuk memenuhi kebutuhan nutrisi

dengan mengkonsumsi makanan yang mengandung protein seperti daging,

telur, hati, ayam agar luka portio cepat sembuh.

5. Pukul 09.20 WIB memotivasi ibu untuk tetap menggunakan IUD.

6. Pukul 09.25 WIB memberi terapi ampicillin 500 mg 3 x 1 sebanyak 9 tablet

dan asam mefenamat 500 mg 3 x 1 sebanyak 9 tablet dan menganjurkan

untuk meminumnya secara teratur.

7. Pukul 09.30 WIB menganjurkan pada ibu untuk melakukan kunjungan ulang

3 hari lagi, yaitu pada tanggal 30 Maret 2013.


51

Evaluasi

Tanggal 27 Maret 2013 Pukul 09.35 WIB

1. Ibu paham dan mengerti bahwa ibu masih mengalami erosi portio tapi

sudah berkurang.

2. Ibu mengerti tentang penjelasan yang diberikan bidan dan bersedia

melakukan pengobatan secara teratur.


3. Setelah dilakukan pengobatan pada erosi portio dengan Albothyl 36%
pada luka portio, didapatkan hasil luas erosi portio berkurang, warna
kemerahan pada portio berkurang, flek berwarna merah kecoklatan dan
tidak berbau serta keputihan berwarna putih, tidak berbau dan rasa gatal
sudah berkurang.

4. Ibu bersedia untuk mengkonsumsi makanan yang mengandung protein.

5. Ibu bersedia untuk tetap menggunakan IUD.

6. Ibu bersedia minum obat secara rutin.

7. Ibu bersedia untuk melakukan kunjungan ulang 3 hari lagi, yaitu pada

tanggal 30 Maret 2013.


52

DATA PERKEMBANGAN II

(Kunjungan Ulang)

Tanggal 30 Maret 2013 Pukul 09.00 WIB

Subjektif

1. Ibu mengatakan keputihan dan flek sudah tidak keluar sejak tanggal 28

Maret 2013.

2. Ibu mengatakan ingin memastikan bahwa penyakitnya benar-benar sembuh.

3. Ibu belum melakukan hubungan seksual dengan suami karena belum

sembuh.

4. Ibu mengatakan sudah tidak memakai pembalut karena flek dan keputihan

sudah berhenti.

5. Ibu mengatakan obatnya sudah habis.

Objektif

1. Pemeriksaan umum

a. Keadaan umum : baik, Kesadaran : composmentis.

b. TTV : TD : 110/70 mmHg, R : 24 x/menit, N : 82 x/menit, S : 370C

2. Pemeriksaan fisik

Palpasi abdomen : tidak ada nyeri tekan dan benjolan atau tumor.

3. Pemeriksaan inspekulo

a. Portio / servik : portio lunak, luas erosi pada portio berwarna merah

tinggal sedikit.

b. Tumor / benjolan : tidak ada benjolan.

c. Ostium Uteri Eksternum : tertutup, tampak benang IUD + 3 cm.

d. Pengeluaran pervaginam : tidak ada flek dan tidak ada keputihan.


53

Assesment

Ny. F P1 A0 umur 28 tahun, akseptor KB IUD dengan erosi portio hari ke 10.

Planning

Tanggal 30 Maret 2013 Pukul 09.30 WIB

1. Pukul 09.30 WIB memberitahu hasil pemeriksaan bahwa ibu mengalami

erosi portio tapi sudah berkurang.

2. Pukul 09.35 WIB melakukan pengobatan erosi portio dengan kapas yang

telah diberi albothyl konsentrasi 36% dan kemkudian dioleskan pada luka

erosi disekitar mulut rahim di deep + 5 menit.

3. Pukul 09.40 WIB menganjurkan pada ibu untuk tetap menjaga kebersihan

daerah genetalia.

4. Pukul 09.45 WIB menganjurkan pada ibu untuk tetap menggunakan

kontrasepsi IUD.

5. Pukul 09.50 WIB menganjurkan ibu agar tidak menggaruk daerah vagina

bila terasa gatal untuk menghindari terjadinya luka supaya terhindar dari

infeksi.

6. Pukul 09.55 WIB memberitahu ibu untuk melakukan kunjungan ulang 3 hari

lagi yaitu pada tanggal 2 April 2013.

Evaluasi

Tanggal 30 Maret 2013 pukul 10.00 WIB

1. Ibu paham dan mengerti bahwa ibu masih mengalami erosi portio tapi

sudah berkurang.

2. Setelah dilakukan pengobatan pada erosi portio dengan Albothyl

konsentrasi 36%, luka pada erosi portio tampak berwarna putih dan
54

setelah beberapa detik kembali berwarna merah, luas erosi portio sudah

berkurang, warna kemerahan pada portio berkurang.

3. Ibu bersedia untuk menjaga kebersihan terutama pada daerah

genetalianya.

4. Ibu bersedia untuk tetap menggunakan kontrasepsi IUD.

5. Ibu bersedia untuk tidak menggaruk daerah genetalia bila terasa gatal agar

terhindar dari infeksi.

6. Ibu bersedia untuk kontrol ulang pada tanggal 2 April 2013.


55

DATA PERKEMBANGAN III

(Kunjungan Ulang)

Tanggal 02 April 2013 Pukul 09.00 WIB

Subjektif

1. Ibu mengatakan sudah tidak ada keluhan dan sudah merasa nyaman.

2. Ibu mengatakan keputihan dan flek sudah tidak keluar.

3. Ibu mengatakan ingin tetap menggunakan kontrasepsi IUD.

Objektif

1. Pemeriksaan umum

a. Keadaan umum : baik, kesadaran : composmentis.

b. TTV : TD : 120/80 mmHg, R : 24 x/menit, N : 84 x/menit, S : 36,8 0C.

2. Pemeriksaan fisik

Palpasi abdomen : tidak ada nyeri tekan dan benjolan atau tumor.

3. Pemeriksaan inspekulo

Portio tampak merah jambu, masih tampak benang IUD + 3 cm, tidak ada

pengeluaran pervaginam, erosi portio sudah sembuh.

Assesment

Ny. F P1 A0 umur 28 tahun, akseptor KB IUD dengan post erosi portio.

Planning

Tanggal 02 April 2013 Pukul 09.10 WIB

1. Pukul 09.10 WIB memberitahu ibu kalau penyakit erosi portio sudah

sembuh.

2. Pukul 09.20 WIB memberitahu pada ibu boleh berhubungan seksual secara

hati-hati dan menjelaskan cara berhubungan seksual yang benar.


56

3. Pukul 09.30 WIB menganjurkan ibu untuk tetap menjaga kebersihan

terutama pada daerah genetalianya.


4. Pukul 09.40 WIB memberitahu ibu untuk kontrol 3 bulan sekali untuk
mengetahui benang IUD dan efek samping pemakaian kontrasepsi IUD atau
jika ada keluhan sewaktu-waktu.

Evaluasi

Tanggal 02 April 2013 Pukul 09.50 WIB

1. Ibu telah mengetahui bahwa erosi portio sudah sembuh.

2. Ibu bersedia melakukan hubungan seksual dengan hati-hati dan sudah

mengetahui cara berhubungan seksual yang benar.

3. Ibu bersedia tetap menjaga kebersihan daerah genetalianya.

4. Ibu bersedia untuk melakukan kontrol ulang 3 bulan sekali atau bila ada

keluhan.
57

Anda mungkin juga menyukai