Anda di halaman 1dari 2

Keluh Kesahku

@RantyNurhikmah
Tak pernah ku merasakan bagaimana diperhatikan secara utuh. Dari dulu
merasakan sikap galak dari seorang ibu yang amat sangat ku sayangi dan ku
hormati. Sikap cuek dari seorang Bapa yang amat ku banggakan. Bagaimana
tidak? Tanpa ada mereka, maka aku tak ada. Tanpa doa mereka aku bukan
apa-apa. Entah apalagi yang saat ini sedang terjadi. Aku merasa lama semakin
lama keluargaku dalam keadaan tidak baik. Sudah hampir 2 Minggu si Bapa tak
kunjung pulang, Mamah yang mengandalkanku dalam urusan keuangan. Bila
boleh aku jujur, aku sungguh lelah. Sudah sangat lelah. Lelah tenaga masih
bisa ku atasi, namun lelah hati dan pikiran? Akupun tak bisa apa-apa. Ya Allah,
memang tak baik bila terus berkeluh kesah. Berkeluh kesah bukan sifat
kedewasaan. Namun apalah aku? Aku hanya bisa menuliskan semua ini
dengan seperti ini.
Alhamdulillah, berkat doa kedua orang tuaku, aku bisa memenuhi seluruh
kebutuhanku, tapi tanpa adanya dukungan dan nasehat akupun selalu merasa
sepi. Aku memang telah menginjak usia dewasa, tapi bukan keadaan seperti ini
yang aku inginkan.
Sedari pagi ku bekerja, dengan orang-orang yang rata-rata hanya
mementingkan diri mereka sendiri, tanpa bisa memberi manfaat bagi orang
lain, apalagi orang kecil sepertiku. Siang ku berperan sebagai seorang
pengajar yang sungguh merupakan suatu musibah bagiku, ingat? Aku
bukanlah seorang guru, menggurui diriku sendiri saja aku sudah kewalahan.
Diriku yang masih banyak dan sering bermaksiat dengan keindahan hidup
dunia dituntut harus menjadi seorang teladan yang baik bagi anak-anak yang
masih sangat belia. Lingkungan yang dipenuhi dengan keharusan mengajar
dan memberi contoh yang baik. Sungguh berat yaaa Allaaah apa aku pantas?
TENTU TIDAK. Namun aku hanya mencoba belajar dan belajar. Mungkin
dengan begini aku bisa menjadi peribadi yang jauh lebih baik lagi.
Keinginanku kuliah menggeluti bidang bahasa harus ku kubur dalam-dalam.
Sungguh, aku ingin Sekolah atau bila lebihnya, aku ingin kembali berada di
sebuah pondok pesantren, membekali diri dengan ilmu-ilmu agama.
Tapi disetiap harinya aku selalu yakin dan percaya jika inilah yang terbaik
untukku. Allah mentakdirkan semua ini untuk kebaikanku.
Namun saat ini, aku sungguh sudah tak ingin kuliah, jika ku kuliah maka
keuangan rumah akan terbengkalai begitu saja. Walaupun aku punya seorang
bapa, dia sudah tak begitu kuat lagi untuk bekerja terlalu berat. Yaa Allah
sehatkanlah ia dimanapun ia berada. Dua kakak yang memang sibuk dengan
urusan masing-masingnya. Karena aku tahu, mereka juga punya keluarga dan
penghasilan mereka juga tak begitu besar, sehingga sangat tak mungkin
membiayai kuliahku. Hal kecil apapun yang mereka lakukan untukku dan
keluarga di rumah ini, selalu aku ingat untuk bahan ku agar aku tak banyak
menuntut mereka. Mereka sudah sangat baik, namun apa aku tanggungan
mereka jua? Tentu bukan. Aku hanya ingin mendapat tempat berbagi
terhadap apapun kebahagiaan dan masalahku.

Anda mungkin juga menyukai