Anda di halaman 1dari 34

BAB II

APLIKASI STRATEGI PEMBELAJARAN PAIKEM PADA MATA

PELAJARAN FIQIH DI SD/ MI

A. STRATEGI PEMBELAJARAN PAIKEM

1. Sejarah model Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif, dan

Menyenangkan (PAIKEM)

Sistem pendidikan akan menghasilkan lulusan yang berkualitas jika

didukung oleh model pembelajaran yang berkualitas pula. Hasil belajar di

Indonesia masih dipandang kurang baik, karena sebagian siswa belum

mampu menggapai potensi yang ideal. Pembelajaran merupakan aktualisasi

kurikulum yang menuntut aktifitas, kreatifitas, dan kearifan guru dalam

menciptakan dan menumbuhkan kegiatan peserta didik sesuai dengan rencana

yang telah diprogramkan, secara efektif dan menyenangkan. (Mulyasa, 2006:

189)

Metode pembelajaran atau sering digunakan istilah strategi belajar

mengajar senantiasa mengalami dinamika dalam praktik dunia pendidikan.

Tidak terkecuali di Negara Indonesia, dinamika tersebut terjadi dari masa ke

masa seiring dengan kebijakan pemberlakuan kurikulum pendidikan mulai

kurikulum 1975, 1984, 1994, 2004, KTSP 2006. Dalam catatan sejarah

pendidikan nasional, telah dikenal beberapa pendekatan atau strategi

16
17

pembelajaran seperti SAS (Sistesis, Analisis, Sistematis), CBSA (Cara

Belajar Siswa Aktif), CTL (Contextual Teaching and Learning), Life Skills

Education, dan yang terakhir adalah Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan

Menyenangkan (PAKEM). (Ismail, 2008: 45)

Sejarah singkat munculnya PAIKEM dimulai dari diberlakukannya

Undang-Undang RI no 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, telah

diterbitkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 18 Tahun 2007

tentang Sertifikasi Guru dalam Jabatan. Dalam permendiknas tersebut diatur

pelaksanaan sertifikasi guru melalui penilaian portofolio dengan sepuluh

komponen yang bertujuan mengatur kompetensi pendidik, yaitu kompetensi

pedagogik, kepribadian, social dan professional. Bagi guru yang lulus

penilaian portofolio, memperoleh sertifikat pendidik dan dinyatakan sebagai

guru professional. Sebaliknya bagi guru yang belum lulus diwajibkan

mengikuti kegiatan Pendidikan dan Latihan Profesi Guru atau dikenal dengan

istilah PPLG. Dalam buku rambu-rambu PPLG yang berlaku secara nasional

oleh Depdiknas tahun 2007, salah satu materi pokok yang harus diberikan

adalah materi PAIKEM (Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif dan

Menyenangkan). Maka sejak akhir tahun 2007 istilah PIAKEM mulai dikenal

luas dalam dunia pendidikan di Indonesia. (Ismail, 2008: 45-46)


18

2. Pengertian Pembelajaran Paikem

PAIKEM adalah singkatan dari Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan

Menyenangkan. PAIKEM merupakan model pembelajaran yang diterapkan

dalam kurikulum yang disempurnakan di bawah bimbingan MBE (managing

based of education) dari UNESCO yang dalam aplikasinya pembelajaran yang

mengembangkan kemampuan kritis, kreatif dan kemampuan memecahkan

masalah.

Metode PAIKEM merupakan salah satu model pembelajaran yang

diinginkan dalam implementasi KTSP di dalam kelas. Hal ini didasarkan dari

bahwa PAIKEM merupakan salah satu pilar pembangun KTSP selain manajemen

sekolah dan PSM (peran serta masyarakat).

PAIKEM juga merupakan pendekatan pembelajaran yang memungkinkan

peserta didik melakukan kegiatan yang beragam untuk mengembangkan

ketrampilan, sikap, dan pemahaman dengan penekanan kepada belajar sambil

bekerja, sementara guru menggunakan berbagai sumber dan alat bantu belajar

termasuk pemanfaatan lingkungan supaya pembelajaran lebih menarik,

menyenangkan, dan efektif. (Daryanto, 2009: 208)

Pengertian pembelajaran PAIKEM dapat dijabarkan sebagai berikut:

a. Pembelajaran Aktif
19

Model belajar aktif terkait erat dengan motivasi belajar karena adanya

hubungan timbal balik diantara kedua hal tersebut; untuk belajar aktif

diperlukan motivasi belajar yang kuat; sebaliknya belajar aktif akan

menyebabkan kegiatan belajar menjadi lebih berhasil dan menyenangkan

sehingga dapat meningkatkan motivasi belajar. (Haris murjiman, 2007: 54)

Menurut Mulyasa, Pembelajaran aktif merupakan pendekatan

pembelajaran yang lebih banyak melibatkan aktifitas peserta didik dalam

mengakses berbagai informasi dan pengetahuan untuk dibahas dan dikaji

dalam proses pembelajaran di kelas, sehingga mereka mendapatkan berbagai

pengalaman yang dapat meningkatkan pemahaman dan kompetensinya.

(Mulyasa, 2006: 191)

Hal ini diterapkan dalam bentuk pendekatan PAIKEM pada

pembelajaran. Dalam pembelajaran ini, guru lebih memposisikan dirinya

sebagai fasilitator pembelajaran yang mengatur sirkulasi dan jalannya

pembelajaran dengan terlebih dahulu menyampaikan tujuan dan kompetensi

yang akan dicapai dalam suatu pembelajaran. (Khaerudin dan Mahfud

Junaedi, 2007: 209)

Sedangkan peserta didik terlibat secara aktif dan banyak berperan

dalam proses pembelajaran. Sebagai pusat belajar, peserta didik harus lebih

aktif berkegiatan untuk membangun suatu pemahaman, ketrampilan, dan

sikap tertentu. Aktifitas siswa menjadi penting karena belajar pada

hakikatnya adalah proses yang aktif dimana siswa menggunakan pikirannya


20

untuk membangun pemahaman (constructivism aproach). Dari proses

pembelajaran aktif akan menyebabkan peserta didik mampu berpikir inovatif

dan kreatif. (Nasar, 2006: 31)

b. Pembelajaran Kreatif

Pembelajaran kreatif merupakan proses pembelajaran yang

mengharuskan guru untuk dapat memotivasi dan memunculkan kreatifitas

peserta didik selama pembelajaran berlangsung, dengan menggunakan

beberapa metode dan strategi bervariasi, misalnya kerja kelompok, bermain

peran, dan pemecahan masalah. (Mulyasa, 2006: 192)

Untuk itu guru dituntut mampu merangsang kreatifitas peserta didik

dalam hal kecakapan berpikir maupun dalam melakukan suatu tindakan.

Kreatif yang dimaksud adalah kemampuan peserta didik dalam menghasilkan

sebuah kegiatan atau aktifitas yang baru yang diperoleh dari hasil berpikir

kreatif dengan mewujudkannya dalam bentuk sebuah hasil karya yang baru.

(Khaerudin dan Mahfud Junaedi, 2007: 210)

c. Pembelajaran Efektif

Pembelajaran dapat dikatakan efektif jika mampu memberikan

pengalaman baru, dan membentuk kompetensi peserta didik, serta

mengantarkan mereka ke tujuan yang ingin dicapai secara optimal. (Mulyasa,

2006: 193)

Hal ini dapat dicapai dengan cara melibatkan seluruh peserta didik

dalam merencanakan proses pembelajaran. Pendapat senada dikemukakan


21

oleh Khaerudin dan Mahfud Junaedi yang menyatakan, Pembelajararan

dikatakan efektif jika peserta didik mengalami berbagai pengalaman baru dan

perilakunya menjadi berubah menuju titik akumulasi kompetensi yang

diharapkan. (Khaerudin dan Mahfud Junaedi, 2007: 210)

Pembelajaran efektif menuntut keterlibatan peserta didik secara aktif,

karena mereka merupakan pusat kegiatan pembelajaran dan pembentukan

kompetensi. Pembelajaran ini juga perlu ditunjang oleh suasana dan

lingkungan yang memadai. Untuk itu, guru harus mampu mengelola tempat

belajar dengan baik, mengelola peserta didik, mengelola kegiatan

pembelajaran, mengelola isi atau materi pembelajaran, dan mengelola

sumber-sumber belajar. (Mulyasa, 2006: 193-194)

d. Pembelajaran Menyenangkan

Pembelajaran menyenangkan (joyfull instruction) merupakan suatu

proses pembelajaran yang didalamnya terdapat sebuah kohesi yang kuat

antara pendidik dan peserta didik, tanpa ada perasaan terpaksa atau tertekan

(not under pressure). (Mulyasa, 2006: 193-194)

Dalam pembelajaran ini guru memposisikan diri sebagai mitra belajar

peserta didik agar tercipta suasana keakraban antara pendidik dan peserta

didik dalam proses belajar mengajar. Menyenangkan atau membuat suasana

belajar dalam keadaan gembira bukan berarti menciptakan suasana ribut dan

hura-hura. Ini tidak ada hubungannya dengan kesenangan yang sembrono dan
22

kemeriahan yang dangkal. Kegembiraan disini berarti bangkitnya minat,

adanya keterlibatan penuh, serta terciptanya makna, pemahaman (penguasaan

materi yang dipelajari), dan nilai yang membanggakan pada diri si

pembelajar. Itu semua adalah kegembiraan dalam melahirkan sesuatu yang

baru. (Hernowo, 2004: 17)

Pembelajaran yang menyenangkan ini dapat terwujud apabila guru

mampu mendesain materi pembelajaran dengan baik serta

mengkombinasikannya dengan strategi pembelajaran yang mengedepankan

keterlibatan aktif peserta didik di kelas, seperti simulasi, game, team quiz,

role playing dan sebagainya. (Khaerudin dan Mahfud Junaedi, 2007: 220)

3. Ciri-ciri Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif, dan

Menyenangkan (PAIKEM)

Menurut Daryanto, pembelajaran aktif, kreatif, efektif dan

menyenangkan mempunyai ciri-ciri antara lain:

a. Mengaktifkan peserta didik.

b. Mendorong kreatifitas peserta didik.

c. Pembelajarannya efektif.

d. Pembelajarannya menyenangkan. (Daryanto, 2009: 209)

Pendapat lain diungkapkan oleh Paulus Hariyono yang menyatakan

bahwa ciri-ciri PAKEM adalah sebagai berikut:


23

a. Tidak menganggap anak sebagai botol kosong atau kertas putih yang

siap diisi atau dicoret-coret, sebaliknya terimalah dan hargailah

pikiran atau pendapatnya.

b. Hubungan guru dan murid berlangsung dalam kekerabatan, tidak

perlu diciptakan jarak, apalagi suasana menakutkan.

c. Guru banyak menggali pendapat anak, mengembangkan pendapat

yang benar atau baik dan meluruskan yang kurang tepat.

d. Selalu menggunakan pengalaman langsung anak, bukan mencaricari

yang tidak dialami oleh anak.

e. Perbanyak memecahkan masalah secara praktis sesuai dengan tigkat

kemampuan anak.

f. Menggunakan semua sarana yang ada secara optimal dan tidak merasa

dikejar-kejar batasan waktu oleh jam pelajaran sematamata.

g. Memanfaatkan, menciptakan dan mengembangkan alat peraga yang

sederhana, mudah sesuai dengan kemampuan anak. (Paulus Hariyono,

2008: 251)

4. Tujuan model Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif, dan

Menyenangkan (PAIKEM)
24

Secara umum tujuan penerapan PAIKEM adalah agar proses

pembelajaran yang dilaksanakan di kelas dapat merangsang aktifitas dan

kreatifitas belajar peserta didik serta dilaksanakan secara efektif dan

menyenangkan. (Khaerudin dan Mahfud Junaedi, 2007: 228)

Model ini merupakan salah satu alternatif solusi untuk menciptakan

lulusan yang berkualitas, kompetitif dan unggul. Tujuan PAIKEM adalah

merancang pembelajaran untuk mengaktifkan peserta didik agar dapat

mengembangkan kreatifitas sehingga efektif namun tetap menyenangkan.

Guru bertanggung jawab untuk menciptakan situasi yang dapat mendorong

prakarsa, motivasi dan tanggung jawab peserta didik dalam suasana yang

menyenangkan dan tidak kaku sehingga pembelajaran akan mudah dipahami

dan berpusat pada peserta didik. Selain itu guru juga harus mampu

mengembangkan kemampuan peserta didik yang beraneka ragam secara

optimal sehingga peserta didik mampu berperan dalam kehidupan di

masyarakat.

Sejalan dengan itu, PAIKEM diharapkan dapat menciptakan

lingkungan belajar yang lebih menyenangkan dengan menyiapkan peserta

didik memperoleh ketrampilan, pengetahuan dan sikap, guna mempersiapkan

kehidupan di masa depan.

5. Model Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif, dan

Menyenangkan (PAIKEM) pada mata pelajaran Fiqih


25

PAIKEM merupakan pendekatan pembelajaran yang memungkinkan

peserta didik melakukan kegiatan yang beragam untuk mengembangkan

ketrampilan, sikap dan pemahaman dengan penekanan kepada belajar sambil

bekerja, sementara guru menggunakan berbagai sumber dan alat bantu belajar

termasuk pemanfaatan lingkungan supaya pembelajaran lebih menarik,

menyenangkan, dan efektif. (Daryanto, 2009: 208)

PAIKEM diharapkan dapat menciptakan lingkungan belajar yang

lebih menyenangkan dengan menyiapkan peserta didik memperoleh

ketrampilan, pengetahuan dan sikap, guna mempersiapkan kehidupan di masa

depan.

Dalam proses pembelajaran guru dituntut untuk memberikan

bimbingan dan pendidikan kepada peserta didik secara profesional. Proses

pembelajaran hendaknya dilakukan dengan metode yang mudah diterima oleh

peserta didik. PAIKEM memberikan solusi pembelajaran yang dapat

merangsang aktifitas pikir sehingga dapat meningkatkan kreatifitas peserta

didik dan dalam kondisi yang menyenangkan pembelajaran dapat berjalan

secara efektif.

Fiqih sebagai salah satu cabang mata pelajaran agama Islam memiliki

tujuan yang sama dengan mata pelajaran umum. Sehingga penerapan

Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan (PAIKEM)

diharapkan mampu mencapai hasil belajar atau tujuan dari pembelajaran yang

telah dirumuskan.
26

Permasalahannya terletak pada bagaimana seharusnya penerapan

PAIKEM yang diharapkan mampu mencapai hasil dan tujuan pembelajaran

khususnya pada mata pelajaran Fiqih. Karena pada awalnya PAIKEM hanya

diterapkan pada mata pelajaran umum saja dan mata pelajaran agama seperti

Fiqih hanya sekedar mengikuti.

B. Mata Pelajaran Fiqih

1. Pengertian Fiqih

Adapun pengertian fiqih secara terminologi, pada mulanya fiqih

diartikan sebagai pengetahuan keagamaan yang mencakup seluruh ajaran

agama, baik berupa aqidah (ushuliyah) meupun amaliah (furu'ah). Ini berarti

fiqih sama dengan pengertian syari'ah islamiyah. Pada perkembangan

selanjutnya, fiqih merupakan syari'ah islamiyah, yaitu pengetahuan tentang

hukum syari'ah islamiyah yang berkaitan dengan perbuatan manusia yang

telah dewasa dan berakal sehat (mukallaf) dan diambil dari dalil yang terinci.

Untuk lebih jelasnya tentang definisi fiqih secara terminologi salah

satunya dikemukakan pendapat para ahli fiqih terdahulu yaitu:

"Ilmu tentang hukum syara' tentang manusia (amaliah) yang diperoleh

melalui dalil-dalilnya yang terperinci".


27

Obyek kajian fiqih ialah hukum perbuatan mukallaf, yakni halal, haram,

wajib, mandub, makruh dan mubah beserta dalil-dalil yang mendasari

ketentuan hukum tersebut.

2. Tujuan dan Fungsi Pembelajaran Fiqih

Tujuan mata pelajaran fiqih di madrasah ibtidaiyah adalah agar siswa

dapat mengetahui dan memahami pokok-pokok hukum Islam secara

terperinci dan menyeluruh, baik berupa dalil naqli maupun aqli. Pengetahuan

dan pemahaman tersebut diharapkan menjadi pedoman hidup dalam

kehidupan pribadi dan sosialnya.

Agar siswa dapat melaksanakan dan mengamalkan ketentuan hukum

Islam dengan benar. Pengamalan tersebut diharapkan dapat menumbuhkan

ketaatan menjalankan hukum islam dan tanggung jawab sosial yang tinggi

dalam kehidupan pribadi maupun sosialnya.

Sedangkan fungsi dari pelajaran fiqih di madrasah ibtidaiyah adalah:

a) Mendorong tumbuhnya kesadaran beribadah siswa kepada

Allah SWT.

b) Menanamkan kebiasaan melaksanakan hukum Islam

dikalangan siswa dengan ikhlas.

c) Mendorong tumbuhnya kesadaran siswa untuk mensyukuri

nikmat Allah SWT dengan mengolah dan rasa tanggung jawab

sosial di madrasah dan di masyarakat.


28

d) Membentuk kebiasaan berbuat/berperilakuyang sesuai dengan

peraturan yang berperilakudi madrasah dan di masyarakat.

3. Kajian Tentang Implementasi PAIKEM dalam Pembelajaran Fiqih

Pembelajaran pendidikan agama Islam (khususnya Fiqih) dewasa ini

masih tetap cenderung bersifat memaksakan bahan ajar, bukan pada

pencapaian dan penguasaan kompetensi. Disamping itu metode pembelajaran

yang diterapkan juga membosankan, dan juga dalam pembelajaran

pendidikan agama Islam guru adalah sebagai pusat informasi, peserta didik

hanya disuguhi ceramah sang guru tanpa memperhatikan peserta didik

tersebut faham atau tidak, hal ini dikarenakan mengejar target bahan ajar

selesai. Sehingga pendidikan agama Islam tidak bermakna bagi peserta didik

dan tidak diterapkan pada kehidupan sehari-hari mereka.

Malik Fajar menyatakan bahwa Proses belajar mengajar sampai

sekarang ini lebih banyak hanya sekedar mengejar target pencapaian

kurikulum yang telah ditentukan. Nurcholis Madjid juga menyatakan bahwa

pendidikan agama masih dianggap gagal dikarenakan oleh pembelajaran

pendidikan agama Islam lebih menitikberatkan pada hal-hal yang bersifat

formal dan hafalan, bukan pada pemaknaannya.

Dengan melihat beberapa kelemahan dari pembelajaran pendidikan

agama Islam diatas, maka dengan adanya strategi pembelajaran PAIKEM

(pembelajaran aktif, inovatif, kreatif, efektif dan menyenangkan) dapat

diterapkan dalam pembelajaran pendidikan agama Islam (Khususnya Fiqih).


29

Sehingga dapat menghasilkan peserta didik yang mengerti akan agama Islam.

Selain itu dengan mengimplementasikan strategi pembelajaran PAIKEM

pada pembelajaran Fiqih maka kegiatan pembelajaran akan lebih bermakna

karena strategi pembelajaran PAIKEM adalah sebuah pembelajaran yang

memberdayakan seluruh aspek yang dimiliki peserta didik (afektif,

psikomotorik, kognitif), dengan peserta didik pun aktif dalam pembelajaran

Fiqih. Dengan diterapkannya pembelajaran PAIKEM dalam pembelajaran

Fiqih maka tidak lagi menjadi pembelajaran yang membosankan, melainkan

menjadi sebuah pembelajaran yang menyenangkan.

Adapun beberapa strategi pembelajaran PAIKEM yang dapat

diterapkan dalam pembelajaran Fiqih antara lain:

1) Everyone Is A Teacher Here (Setiap Murid Sebagai guru)

Strategi ini sangat tepat untuk mendapatkan partisipasi kelas secara

keseluruhan dan secara individual. Strategi ini memberi kesempatan

kepada setiap siswa untuk berperan sebagai guru dari kawan-kawannya.

Dengan strategi ini siswa yang selama ini tidak aktif akan terlibat dalam

pembelajaran secara aktif.

2) Reading Aloud (Strategi Membaca Keras)

Strategi ini dapat membantu siswa untuk berkonsentrasi, mengajukan

pertanyaan dan menggugah diskusi. Reading aloud adalah sebuah strategi

pembelajaran yang dilakukan dengan cara guru memberikan bacaan


30

kepada peserta didik dan setiap peserta didik membaca bagian teks yang

berbeda-beda.

3) Role Play (Bermain Peran)

Unsur yang paling menonjol dalam role play (bermain peran) adalah

unsur hubungan sosial. Dalam bermain peran, siswa dapat mencoba

menempatkan diri sebagai tokoh atau pribadi tertentu.

4) Snow Bowling (bola salju)

Strategi ini digunakan untuk mendapatkan jawaban yang dihasilkan dari

diskusi siswa secara bertingkat. Dimulai dari kelompok kecil kemudian

dilanjutkan dengan kelompok yang lebih besar sehingga pada akhirnya

akan memunculkan dua atau tiga jawaban yang telah disepakati oleh

siswa secara berkelompok.


31

1) Metode Penugasan

Metode ini biasa disebut dengan metode tugas. Pada metode


ini guru memberikan seperangkat tugas yang harus dikerjakan peserta
didik, baik secara individual maupun secara kelompok. Tugas yang
paling sering diberikan dalam pengajaran matematika adalah
pekerjaan rumah yang diartikan sebagai latihan menyelesaikan soal-
soal. Kecuali ini, dapat pula menyuruh murid mempelajari lebih dulu
topik yang akan dibahas.1

Metode tugas mensyaratkan adanya pemberian tugas dan

adanya pertanggungjawaban dari murid. Tugas ini dapat berbentuk

suruhan-suruhan guru seperti contoh-contoh di atas. Tetapi dapat pula

timbul atas insiatif murid setelah disetujui oleh guru.

2) Metode Eksperimen

Metode eksperimen merupakan suatu bentuk pembelajaran

yang melibatkan peserta didik bekerja dengan benda-benda, bahan-

bahan, dan peralatan laboratorium, baik secara perorangan maupun

kelompok. Eksperimen merupakan situasi pemecahan masalah yang

di dalamnya berlangsung pengujian suatu hipotesis, dan terdapat

variabel-variabel yang dikontrol secara ketat. Hal yang diteliti dalam

suatu eksperimen adalah pengaruh variabel tertentu terhadap variabel

yang lain.

Hal-hal yang perlu dipersiapkan guru dalam menggunakan

metode eksperimen adalah sebagai berikut :

a. Tetapkan tujuan eksperimen


b. Persiapkan alat dan bahan yang diperlukan

1
File.upi/Direktori/DUAL-
MODES/MODEL_PEMBELAJARAN_MATEMATIKA_BERMAIN_SAMBIL_BELAJAR.pdf.
diakses tanggal 30 Juli (20. 06)
32

c. Persiapkan tempat eksperimen


d. Pertimbangkan jumlah peserta didik sesuai dengan alat-
alat yang tersedia.
e. Perhatikan keamanan dan kesehatan agar dapat
memperkecil atau menghindarkan risiko yang merugikan
atau berbahaya.
f. Perhatikan disiplin atau tata tertib, terutama dalam
menjaga peralatan dan bahan yang akan digunakan.
g. Berikan penjelasan tentang apa yang harus dikerjakan dan
tahapan-tahapan yang mesti dilakukan peserta didik,
termasuk yang dilarang dan yang membahayakan.2

3) Metode Drill dan Metode Latihan

Kata drill dan latihan merupakan sinonim. Namun di sini


kedua kata itu akan dibedakan artinya. Sesudah murid
memahami penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan
pembagian bilangan bulat positif sampai 100, akhirnya mereka
dituntut untuk dapat mengerjakannya dengan cepat dan
cermat.3

Kemampuan mengenai fakta-fakta dasar berhitung ini

tergantung pada ingatan. Cepat mengingat, kemampuan mengingat

kembali dan kegiatan-kegiatan lain yang bersifat lisan merupakan hal-

hal yang perlu untuk hafal. Kemampuan-kemampuan demikian

merupakan tujuan dari metode drill. Sebelum program pengajaran

matematika yang sekarang berlaku, pengajarannya terlalu ditekankan

pada drill atau latihan. Perlu disadari bahwa belajar keterampilan

secara rutin menyebabkan sedikit yang dapat diingat, sedikit

pengertian, dan sedikit aplikasi dalam masalah sehari-hari. Karena itu

drill hendaknya diadakan bila perlu saja. Dengan demikian antara

2
File.upi/Direktori/DUAL-
MODES/MODEL_PEMBELAJARAN_MATEMATIKA_BERMAIN_SAMBIL_BELAJAR.pdf.
diakses tanggal 30 Juli (20. 06)
3
File.upi/Direktori/DUAL-
MODES/MODEL_PEMBELAJARAN_MATEMATIKA_BERMAIN_SAMBIL_BELAJAR.pdf.
diakses tanggal 30 Juli (20. 06)
33

keterampilan, pengertian, dan penerapan akan menjadi seimbang dan

pengajaran menjadi efisien.

4) Metode Penemuan

Penemuan (discovery) merupakan metode yang lebih

menekankan pada pengalamanlangsung. Pembelajaran dengan metode

penemuan lebih mengutamakan proses daripada hasil belajar. Dalam

metode ini tidak berarti sesuatu yang ditemukan oleh peserta didik

(siswa) benar-benar baru sebab sudah diketahui oleh orang yang lain.

Cara mengajar dengan metode penemuan menempuh langkah-

langkah berikut :

a. Adanya masalah yang akan dipecahkan


b. Sesuai dengan tingkat perkembangan kognitif peserta
didik.
c. c.Konsep atau prinsip yang harus ditemukan oleh peserta
didik melalui kegiatan tersebut perlu dikemukakan dan
ditulis secara jelas.
d. Harus tersedia alat dan bahan yang diperlukan.
e. Susunan kelas diatur sedemikian rupa sehingga
memudahkan terlibatnya arus bebas pikiran peserta didik
dalam kegiatan belajar mengajar.
f. Guru harus memberikan kesempatan kepada peserta didik
untuk mengumpulkan data.
g. Guru harus memberikan jawaban dengan cepat dantepat
dengan data dan informasi yang diperlukan peserta didik.4

5) Metode Inquiri

Inquiri berasal dari bahasa Inggris inquiry, yang secara harfiah


berarti penyelidikan. Carin dan Sund (1975) mengemukakan bahwa
inquiry adalah the process of invstigating a problem. Adapun Piaget,
mengemukakan bahwa metode inquiri merupakan metode yang

4
File.upi/Direktori/DUAL-
MODES/MODEL_PEMBELAJARAN_MATEMATIKA_BERMAIN_SAMBIL_BELAJAR.pdf.
diakses tanggal 30 Juli (20. 06)
34

mempersiapkan peserta didik pada situasi untuk melakukan


eksperimen sendiri secara luas agar melihat apa yang terjadi, ingin
melakukan sesuatu, mengajukan pertanyaan-pertanyaan, dan mencari
jawabannya sendiri, serta menghubungkan penemuan yang satu
dengan yang lain, membandingkan apa yang ditemukannya dengan
yang ditemukan peserta didik lain.5

Sebuah contoh pengajaran penemuan dalam geometri adalah

menarik jarak antara dua garis yang sejajar. Sejenis dengan ini, dalam

inquiri adalah menarik jarak antara dua garis yang bersilangan

sembarang dalam ruang. Contoh-contoh topik lainnya untuk inquiri

adalah menentukan kepadatan lalu lintas di suatu perempatan,

menentukan air yang terbuang percuma dari kran ledeng yang rusak,

menentukan banyak air suatu aliran sungai.

6) Metode Permainan

Seorang guru menyuruh tiap murid menuliskan hitungan sesuai

dengan suruhannya tanpa mengatakan apa yang dihitungnya. Suruhan

tersebut adalah demikian.

Tulislah bilangan banyak adikmu

Tambah itu dengan tiga


Kalikan dua
Sekali lagi, kalikan enam.
Sekarang, bagi empat
Terakhir, kurangi delapan

Kemudian guru bertanya kepada Budi.


Guru : Berapa hasil akhir yang kau peroleh?
Budi : Sepuluh.
Guru : Jadi adikmu tiga orang, bukan?

5
File.upi/Direktori/DUAL-
MODES/MODEL_PEMBELAJARAN_MATEMATIKA_BERMAIN_SAMBIL_BELAJAR.pdf.
diakses tanggal 30 Juli (20. 06)
35

Budi : Ya, Bu.6

Semua anak yang menyebutkan hasil akhir hitungannya dapat

ditebak dengan benar jumlah adik masing-masing oleh Guru.

Permainan matematika adalah suatu kegiatan yang

menggembirakan yang dapat menunjang tercapainya tujuan

instruksional pengamatan matematika. Tujuan ini dapat menyangkut

aspek kognitif, psikomotor, dan afektif.

Walaupun permainan matematika menyenangkan,

penggunaannya harus dibatsi. Barangkali sekali-kali dapat juga

diberikan untuk mengisi waktu, mengubah suasana yang tegang /

tekanan tinggi, menimbulkan minat, dan sejenisnya. Seharusnya

direncanakan dengan tujuan instruksional yang jelas, tepat

penggunaannya, dan tepat pula waktunya.

7) Metode Pemecahan Masalah

Menurut Gagne (1985), kalau seorang peserta didik


dihadapkan pada suatu masalah, pada akhirnya mereka bukan hanya
sekedar memecahkan masalah, tetapi juga belajar sesuatu yang baru.7
Pemecahan masalah memegang peranan penting dalam pembelajaran
matematika.
Berdasarkan hal tersebut, pembelajaran dengan metode
pemecahan masalah harus melalui langkah-langkah sebagai berikut :
a. merasakan adanya masalah-masalah yang potensial;
b. merumuskan masalah;
c. mencari jalan keluar;
d. memilih jalan ke luar yang paling tepat;
e. melaksanakan pemecahan masalah;

6
File.upi/Direktori/DUAL-
MODES/MODEL_PEMBELAJARAN_MATEMATIKA_BERMAIN_SAMBIL_BELAJAR.pdf.
diakses tanggal 30 Juli (20. 06)
7
File.upi/Direktori/DUAL-
MODES/MODEL_PEMBELAJARAN_MATEMATIKA_BERMAIN_SAMBIL_BELAJAR.pdf.
diakses tanggal 30 Juli (20. 06)
36

f. menilai apakah pemecahan masalah yang dilakukan sudah tepat


atau belum.8

6. Pembelajaran Pecahan

1. Pengertian Pecahan

Pecahan dapat diartikan sebagai suatu bagian dari

keseluruhan.9Sedangkan menurut Heruman pecahan dapat diartikan sebagai

bagian dari sesuatu yang utuh.10 Dalam ilustrasi gambar, bagian yang

dimaksud adalah bagian yang diperhatikan, yang biasanya ditandai dengan

arsiran. Bagian inilah yang dinamakan pembilang. Adapun bagian yang utuh

adalah bagian yang dianggap sebagai satuan, dan dinamakan penyebut.

Depdikbud (2009) yang dikutip oleh Heruman dalam bukunya yang

berjudul Model Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar yang

diungkapkan oleh Pusat pengembangan Kurikulum dan Sarana Pendidikan

Badan Penelitian dan Pengembangan menyatakan bahwa pecahan

merupakan salah satu topik yang sulit untuk diajarkan.11 Kesulitan itu terlihat

dari kurang bermaknanya kegiatan yang dilakukan oleh guru, dan sulitnya

pengadaan media pembelajaran. Akibatnya guru biasanya langsung

mengajarkan pengenalan angka, seperti pada pecahan 1/2, angka 1 disebut

pembilang dan angka 2 disebut penyebut.

Contoh pembelajaran pecahan;

Penanamankonsep

8
File.upi/Direktori/DUAL-
MODES/MODEL_PEMBELAJARAN_MATEMATIKA_BERMAIN_SAMBIL_BELAJAR.pdf.
diakses tanggal 30 Juli (20. 06)
9
Abdussakir, Matematika 1: Kajian Integratif Matematika Al-Quran, Cet. 1, (UIN: Malang
Press, 2009), hlm. 157.
10
Heruman, Model..., hlm. 43.
11
Heruman, Model...,hlm. 43.
37

Media yang diperlukan

a. Kertas yang berbentuklingkaranataupersegipanjang

b. Berbagaibenda yang dapatdipotong-potong

Kegiatan pembelajaran

a. Guru memberikan permasalahan dalam kehidupan sehari-hari

(kontekstual) yang berkaitan dengan pecahan , seperti

Susi mempunyai satu buahkue. Kue tersebut dibagi menjadi dua

bagian yang sama dengan adiknya. Adiknya mendapat bagian

b. Untuk peragaan dengan kertas dalam pengenalan pecahan , siswa

menyediakan kertas berbentuk persegi panjang, lalu kertas tersebut dilipat

menjadi dua bagian yang sama. Berilah garis bekas lipatan dan arsirslah

satu bagian lipatan.

c. Siswa kemudian diberi serangkaian pertanyaan


38

1) Berapa bagian kertas yang telahdilipat? (Jawaban yang diharapkan: 2

bagian)

2) Berapa bagian kertas yang diarsir? (Jawaban yang diharapkan 1

bagian)

3) Berapa bagian kertas yang diarsir dari semua bagian? (Jawaban yang

diharapkan: 1 dari 2).12

Apabila ditulis dalam bentuk pecahan :

Oleh karena itu, dalam pembelajaran matematika khususnya pokok

bahasan pecahan guru dituntut untuk menguasai materi, dan membuat

pembelajaran menjadi lebih bermakna. Disamping itu guru juga dituntut

untuk bisa menggunakan metode dan strategi serta mampu menggunakan

media pembelajaran dengan tepat dan benar disesuaikan dengan materi yang

sedang dibahasnya. Agar tidak terjadi anggapan bahwa suatu materi

pembelajaran sulit untuk dikerjakan.

12
Heruman, Model..., hlm. 44-45.
39

2. Standar Kompetensi dan Kompetensi Pembelajaran Pecahan

6. Standar Kompetensi Kompetensi Dasar

Meggunakan pecahan dalam 6.1 Menjelaskan arti pecahan dan


pemecahan masalah urutannya
6.2 Menyederhankan berbagai
bentuk pecahan

3. Ruang Lingkup Pembelajaran pecahan

1. Pecahan senilai

Pecahan senilai bukanlah topik pecahan yang terlalu sulit untuk

diajarkan kepada siswa Sekolah dasar. Akan tetapi, sering kali guru

langsung memberikan konsep abstrak. Sebagai contoh, dalam penanaman

konsep senilai dengan 2/4, guru sering kali langsung mengajarkan agar

masing-masing pembilang dan penyebut dikalikan dengan bilangan yang

sama.13

Contoh penanaman konsep pecahan senilai

Media yang diperlukan:

1) Kertas yang berbentuk persegi panjang sebanyak 4-6 lembar.

2) Berbagai benda yang dapat dipotong-potong.

Kegiatan pembelajaran

1) Sebagai pengantar, siswa diingatkan kembali tentang nilai pecahan

yang telah dikenal.

13
Heruman, Model..., hlm. 48.
40

2) Siswa diperintahkan menunjukan pecahan melalui arsiran satu

bagian lipatan kertas. Kemudian, siswa melipat lagi kertas tersebut

menjadi 4 bagian.

Padahal, kalau saja siswa terlebih dahulu diberi contoh lewat

media peraga yang kongkrit, siswa akan lebih memahami konsep pecahan

senilai ini dengan baik.

2. Membandingkan Pecahan

Pecahan lebih besar dari pecahan 1/4 , ditulis >


41

Kemampuan prasyarat yang harus dikuasai siswa dalam

membandingkan pecahan ini adalah pemahaman tentang pecahan senilai.

Sama halnya seperti pengajaran konsep pecahan, pada umumnya guru

langsung memberikan drill dengan cara menyamakan terlebih dahulu

bilangan penyebut dari dua pecahan yang akan dibandingkan, tanpa

menggunakan media peraga. Inilah yang menjadi alasan mengapa konsep

pecahan kurang dapatdimengerti oleh sebagian siswa.

7. Penerapan Metode Demonstrasi pada Pembelajaran Pecahan di SD/MI

Penerapan adalah aplikasi, pelaksanaan, pengalaman mempraktekan dan

pengayaan. Penerapan dapat diartikan sebagai pemakaian atau penggunaan, suatu

proses atau cara yang teratur untuk mencapai maksud tertentu.

Jadi penerapan yang dimaksud disini adalah penerapan metode demonstrasi

dalam pembelajaran pecahan pada mata pelajaran matematika di MI Maarif NU 1

Pageraji Cilongok. Metode demosntrasi yang diterapkan disini adalah pada

penyampaian materi pecahan di MI Maarif NU 1 Pageaji yang disampaikan oleh

guru di kelas IV sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai dalam pembelajaran.

Metode pembelajaran matematika merupakan cara yang sistematis yang

dilakukan oleh seorang guru dalam proses pembelajaran untuk mencapai tujuan

pembelajaran tertentu yang disesuaikan dengan materi dan tujuan pembelajaran

matematika.

Guru dikatakan kompeten jika menguasai dan memiliki kecakapan

profesional keguruan, yang ditandai dengan keahlian yang selaras dengan


42

tuntutan bidang ilmu yang menjadi tanggungjawabnya14 dan menguasai berbagai

metode pembelajaran.

Walaupun secara teori guru sudah memahami langkah-langkah

operasional tentang metode pembelajaran namun belum tentu seorang guru

mampu dan berhasil menerapkan metode dalam pelaksanaan pembelajaran

tersebut dikelas. Keberhasilan seorang guru dalam menerapkan metode

pembelajaran sangat tergantung pada kemampuan seorang guru dalam

menganalisis kondisi yang ada, seperti tujuan pembelajaran, karakteristik siswa,

kendala sumber belajar, dan karakteristik bidang studi yang dipelajari.

1. Tujuan pembelajaran

Menurut taksonomi Bloom, secara teoritis tujuan pembelajaran dapat

dibagi atas tiga kategori (1) tujuan pembelajaran ranah kognitif, (2) tujuan

pembelajaran ranah afektif, (3) tujuan pemebelajaran ranah psikomotor.15

Dalam proses pembelajaran guru harus menetapkan terlebih dahulu

tujuan yang ingin dicapai. Dalam pembelajaran matematika bertujuan untuk

menjadi manusia yang bisa memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-

hari karena tanpa disadari manusia selalu berhadapan dengan matematika.

2. Karakteristik Siswa

Karakteristik siswa berhubungan dengan aspek-aspek yang melekat

pada diri siswa, seperti : motivasi, bakat, minat, kemampuan awal, gaya

belajar dan sebagainya.

14
Syaiful Sagala, Konsep..., hlm. 149.
15
Hamzah B. Uno, PerencanaanPembelajaran,(Jakarta: PT Bumi Aksara, 2006), hlm. 35.
43

Anak usia sekolah dasar unurnya berkisar 6 sampai 12 tahun, ini

merupakan tahapan yang sangat penting dan bahkan fundamental bagi

kesuksesan selanjutnya. Karena itu guru dituntut untuk bisa memunculkan

bakat-bakat mereka supaya potensi yang mereka miliki muncul secara

sempurna.

Menurut Bassett, Jacka dan Logan sebagaimana dikutip oleh

Annisatul Mufarrokah yang dituangkan dalam bukunya yang berjudul

strategi belajar mengajar mengungkapkan bahwa karakteristik siswa SD/MI

antara lain:

a. Secara alamiah mereka memiliki rasa ingin tahu yang kuat dan tertarik

akan dunia sekitar yang mengelilingi diri mereka sendiri.

b. Mereka senang bermain dan lebih suka bergembira.

c. Mereka suka mengatur dirinya untuk menangani berbagai hal,

mengeksplorasi suatu situasi dan mencoba usaha-usaha baru.

d. Mereka biasanya bergetar perasaannya dan terdorong untuk berprestasi

sebagaimana mereka mengalami ketidakpuasan dan menolak kegagalan-

kegagalan.

e. Mereka belajar secara efektif ketika mereka merasa puas dengan situasi

yang terjadi.

f. Mereka belajar dengan cara bekerja, mengobservasi, berinisiatif dan

mengajar anak-anak lainnya.16

16
Annisatul Mufarokah, Strategi Belajar Mengajar, Cet. 1, (Yogyakarta: Teras, 2009), hlm.
11.
44

3. Kendala sumber belajar

Terkait dengan penerapan strategi dan metode pembelajaran bahwa

setiap strategi dan metode digunakan untuk materi atau isi pemebelajaran

tertentu, dan juga membutuhkan sumber media atau sumber belajar tertentu.17

Penyampaian pelajaran dalam kelas sangat menuntut penggunaan

jenis media yang berbeda. Tanpa adanya sumber belajar yang memadai amat

sulit bagi seorang guru untuk melaksanakan pembelajaran. Mengingat begitu

pentingnya keberadaan sumber belajar, maka setiap guru seharusnya

memiliki kemampuan dalam mengembangkan sumber belajar atau media

pembelajaran.

4. Karakteristik bidang studi

Bidang studi erat kaitannya dengan hubungan-hubungan diantara

bagian-bagian suatu bidang studi. Struktur bidang studi matematika tentu

berbeda dengan struktur bidang studi sejarah dan lainnya. Perbedaan struktur

bidang studi tersebut membutuhkan strategi dan metode yang berbeda pula.

Pembelajaran merupakan suatu proses atau upaya menciptakan

kondisi belajar dalam mengembangkan kemampuan minat dan bakat siswa

secara optimal, sehingga kompetensi dan tujuan dapat tercapai. Dalam rangka

mencapai tujuan tersebut guru dituntut untuk menguasai kompetensi

pedagogik. Kompetensi pedagogik merupakan kemampuan guru dalam

pengelolaan pembelajaran peserta didik yang sekuran-kurangnya meliputi

hal-hal sebagai berikut: 1). Pemahaman wawasan atau landasan

17
Made Wena, Strategi Pemebelajaran Inovatif Kontemporer: Suatu Tinjauan Konseptual
Operasional, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), hlm. 15.
45

kependidikan. 2). Pemahaman terhadap peserta didik. 3). Pengembangan

kurikulum. 4). Perancangan pembelajaran. 5). Pelaksanaan pembelajaran

yang mendidik dan dialogis. 6). Pemanfaatan teknologi pembelajaran. 7).

Evaluasi hasil belajar. 8). Pengembangan peserta didik untuk

mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya.18

Dalam upaya mengembangkan dan mengaktualisasikan berbagai

potensi yang dimiliki peserta didik, guru hendaknya mampu menyajikan

bahan pelajaran yang efektif dan efisien, sesuai dengan kurikulum dan pola

pikir siswa. Dalam mengajarkan matematika, guru harus memahami bahwa

kemampuan siswa berbeda-beda, serta tidak semua siswa menyukai pelajaran

matematika. Untuk itu, guru diharapkan mampu memilih metode yang tepat

menyesuaikan dengan kondisi yang ada dalam menunjang proses belajar

mengajar khususnya bidang studi matematika. Agar tujuan pembelajaran

matematika dapat tercapai sesuai yang diharapkan.

Tujuan akhir dari pembelajaran matematika SD/MI yaitu agar siswa

terampil dalam menggunakan berbagai konsep matematika dalam kehidupan

sehari-hari. Untuk memperoleh pengalaman yang mendalam dan dapat

membuat atau menyusun sesuatu terhadap apa yang telah dipelajari dalam

pembelajaran matematika khususnya materi pecahan biasanya guru

menggunakan metode demonstrasi terhadap pelajaran yang sedang dipelajari,

karena dengan melakukan metode demonstrasi siswa dapat mengamati dan

melihat langsung proses pembelajaran yang sedang dipelajari. Demonstrasi

18
E. Mulyasa, Standar KompetensidanSertifikasiGuru,(Bandung: PT Remaja Rosydakarya,
2007), hlm. 75.
46

merupakan metode pelajaran yang menyajikan pelajaran dengan

memperagakan situasi, maupun proses dengan menggunakan benda

sebenarnya atau hanya sekedar tiruan yang dilakukan oleh guru. Demonstrasi

juga dapat diartika pertunjukan.19 Pembelajaran yang menggunakan metode

demonstrasi, pertunjukan atau peragaannya dibuat dalam menyampaikan

suatu proses yang berkenaan dengan bahan pelajaran.

Dalam pembelajaran matematika guru memiliki tanggung jawab untuk

mengelola pembelajaran sedemikian rupa sehingga pembelajaran matematika

pun menjadi lebih efektif, aktif, kreatif dan efisien serta menyenangkan.

Dalam kaitannya dengan hal ini guru harus mampu menggunakan metode

yang menarik dan dapat mengaktifkan siswa dalam pembelajaran. Adapun

metode yang digunakan harus mampu memberikan kejelasan, ketertarikan

dan kelebihan tersendiri dalam merangsang pikiran dan motivasi siswa

supaya lebih meningkat dalam meraih prestasi yang diharapkan. Salah satu

metode yang diterapkan adalah metode demonstrasi dalam pembelajaran

matematika.

Penerapkan metode demonstrasi pada pelajaran matematika

khususnya materi pecahan, siswa mudah mengamati dan melihat langsung

pembelajaran yang sedang terjadi di dalam kelas dan memudahkan siswa

memahami isi kandungan materi yang diajarkan.

Langkah-langkah metode demosntrasi menggunakan cara yang

sistematis dan disesuaikan dengan kebutuhan peserta didik. Seorang guru

19
Mohamad Ali, Guru dalam proses belajar mengajar, (Bandung: Sinar Baru, 1992), hlm.
84.
47

perlu mendesain metode pembelajaran sedemikian rupa agar penyampaian

demonstrasi dapat maksimal. Untuk itu guru harus dapat menjadi contoh bagi

peserta didik, karena pada dasarnya guru merupakan representasi dari

sekelompok orang pada suatu komunitas atau masyarakat yang diharapkan

dapat menjadi tauladan.20 Berkaitan dengan hal ini, guru adalah orang yang

akan ditiru perihal baik buruknya dalam menyampaikan materi apakah guru

tersebut kreatif atau tidak dalam menyampaikan materi.

Syarat metode demonstrasi antara lain, menyampaikan petunjuk yang

jelas, memperagakan atau mendemonstrasikan apa yang diharapkan pendidik

untuk dilakukan peserta didik sehingga tidak akan muncul kebingungan yang

memungkinkan dapat mengalihkan perhatian siswa dari tujuan utama

penggunaan teknik-teknik dalam metode pembelajaran yang menarik.

Demonstrasi akan jelek jika perencanaannya jelek. Rencanakan

demonstrasi sedemikian rupa sehingga setiap siswa dapat melihatnya, atau

ulangilah untuk kelompok-kelompok kecil.21 Berikan juga perhatian pada

perangsang visual, seperti tulisan dipapan tulis. Siapkan tindakan-tindakan

pengaman yang diperlukan sehingga penggunaan metode demonstrasi akan

berhasil.

Adapun mata pelajaran matematika merupakan salah satu mata

pelajaran yang terdapat dalam rumpun pelajaran umum. Maka dari itu,

melihat karakteristik mata pelajaran matematika , perlu adamya metode yang

20
Hamzah B. Uno, Profesi Kependidikan: Problema, Solusi dan Reformasi pendidikan di
Indonesia,Ed. I, Cet. 4, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2009), hlm. 17.
21
W. James Popham dan Eva L. Baker, TeknikMengajarSecaraSistematis,Cet. 1, (Jakarta: PT
Rineka Cipta, 2001), hlm. 88.
48

relevan dengan karakteristik mata pelajaran matematika. Sehingga peserta

didik diharapkan mampu menjelaskan serta mempraktekan materi yang telah

dipelajari.

Dalam hal ini penulis akan menjelaskan langkah-langkah penerapan

pembelajaran dengan menggunakan demonstrasi antara lain:

1. Rumuskan dengan jelas kecakapan dan atau keterampilan apa yang

diharapkan akan dicapai oleh siswa sesudah demonstrasi dilakukan.

2. Pertimbangkan dengan sungguh-sungguh, apakah metode itu wajar

dipergunakan, dan apakah ia merupakan metode yang paling efektif untuk

mencapai tujuan yang dirumuskan.

3. Apakah alat yang diperlukan untuk demonstrasi bisa didapat dengan mudah,

dan apakah sudah dicoba terlebih dahulu supaya waktu diadakan demonstrasi

tidak gagal.

4. Apakah jumlah siswa memungkinkan untuk diadakan demonstrasi dengan

jelas.

5. Menetapkan garis-garis besar langkah-langkah yang akan dilaksanakan,

sebaiknya sebelum demonstrasi dilaksanakan, sudah dicoba terlebih dahulu

supaya tidak gagal pada waktunya.

6. Memperhitungkan waktu yang dibutuhkan, apakah tersedia waktu untuk

memberi kepada siswa mengajukan pertanyaan dan komentar selama dan

sesudah demonstrasi.

7. Selama demonstrasi berlangsung, hal-hal yang harus diperhatikan:

a. Keterangan-keterangan dapat didengar jelas oleh siswa.


49

b. Alat-alat ditempatkan pada posisi yang baik, sehingga setiap siswa dapat

melihat dengan jelas.

c. Telah disarankan kepada siswa untuk membuat catatan-catatan

seperlunya.

8. Menetapkan rencana untuk menilai kemajuan siswa. Sering perlu diadakan

diskusi setelah demonstrasi berlangsung atau siswa mencoba melakukan

demonstrasi.22

Dengan menggunakan metode demonstrasi terutama dalam pembelajaran

pecahan anak-anak tidak cepat merasa bosan dan jenuh terhadap materi yang

disampaikan justru siswa akan merasa tertarik dapat memecahkan masalah yang

diberikan oleh guru.

22
J.J. Hasibuan dan Moedjiono, Proses..., hlm. 31.

Anda mungkin juga menyukai