Anda di halaman 1dari 5

Fisiologi sel darah putih ( leukosit)

Sel darah putih (leukosit ) adalah unit yang aktif dari system pertahanan tubuh. Pada keadaan normal
terdapat 4.000-11.000 sel darah putih permikroliter darah manusia. Leukosit ini sebagian di bentuk di
sumsum tulang (granulosit dan monosit serta sedikit limfosit) dan sebagian lagi dijaringan limfe (limfosit
dan sel-sel plasma).

Granulosit & Monosit

Pembentukan

Sel darh putih (granulosit & monosit )dibentuk dalam sumsum tulang disimpan dalam sumsum tulang
sampai mereka diperlukan di system sirkulasi. Kemudian bila kebutuhannya meningkat, bermacam-
macam factor akan menyebabkan granulosit tersebut dilepaskan. Dalam keadaan normal, granulosit
yang bersirkulasi dalam seluruh darah kira-kira tiga kali jumlah disimpan dalam sumsum. Jumlah ini
sesuai dengan persediaan granulosit selama 6 hari. Granulosit mencakup tiga jenis yaitu sel neutrofil
(polimorfonuklear), eosinofil, dan basofil

Masa hidup

Masa hidup granulosit sesudah dilepaskandari sumsum tulang normalnya 4-8 jam dalam darah sirkulasi ,
dan 4 sampai 5 hari berikutnya dalam jaringan. Pada keadaan infeksi jaringan yang berat, masa hidup
keseluruhan seringkali berkurang sampai hanya beberapa jam, karena granulosit dengan cepat menuju
daerah infeksi, melakukan fungsinya dan masuk dalam proses dimana sel-sel itu sendiri dimusnahkan.

Monosit juga mempunyai masa edar yang singkat yaitu 10-20 jam, berada dalam darah sebelum
mengembara melalui membrane kapiler kedalam jaringan. Begitu masuk kedalam jaringan, sel-sel ini
membengkak sampai ukurannya menjadi besar sekali untuk menjadi makrofag jaringan, dan dalam
bentuk ini, sel-sel tersebut dapat hidup berbulan-bulan atau bahkan bertahun-tahun kecuali bila mereka
dimusnahkan karena melakukan fungsi fagositik.

Sifat pertahanan dari neutrofil dan makrofag

Netrofil dan makrofag menyerang dan menghancurkan bakteri, virus, dan bahan-bahan merugikan lain
yang menyerbu masuk ke dalam tubuh.

Terdapat banyak jalur pertahanan dari sel-sel ini ,yang dapat dilihat sebagai berikut :

Sel darah putih memasuki ruang jaringan dengan cara diapedesis


Melalui pori-pori pembuluh darah, neutrofil dan monosit dapat terperas dengan cara
diapedesis, ukuran pori ukurannya jauh lebih kecil dari pada daripada besarnya sel, sel dapat
berkonstriksi sesuai dengan pori sehingga dapat memasuki jaringan.
Sel darah putih bergerak melewati ruang jaringan dengan gerakan ameboid
Neutrofil dan makrofag bergerak melalui jaringan dengan gerakan ameboid
Sel darah putih tertarik kearah area jaringan yang meradang dengan cara kemotaksis
Bahan kimia dalam jaringan dapat menyebabkan netrofil dan makrofag bergerak menuju
sumber bahan kimia. Bila suatu jaringan mengalami radang, sedikitnya terbentuk selusin produk
yang dapat menyebabkan kemotaksis kea rah area yang mengalami radang . Kemotaksis bersifat
efektif sampai jarak 100 mikrometer dari jaringan yang meradang, karena hamper tidak ada
area jaringan yang jauhnya lebih dari 50 mikrometer dari kpiler, maka sinyal kemotaksis dapat
dengan mudah memindahkan serombongan besar sel darah putih dari kapiler ke daerah yang
meradang.

Fagositosis

Fagosistosis akan terjadi atau tidak terjadi, terutama bergantung pada tiga prosedur selektif berikut :

1. Struktur alami jaringan permukaan nya halus yang menahan fagositosis, tetapi jika permukaan
menjadi kasar maka kecenderungan fagositosis akan meningkat
2. Bahan alami tubuh mempunyai selubung protein pelindung yang menolak sel-sel fagosit.
Sebaliknya jika jaringan mati dan kebanyakan partikel asing tidak mempunyai selubung
pelindung, sehingga mereka menjadi subjek yang akan difagositosis.
3. Tubuh mempunyai kemampuan khusus untuk mengenali bahan-bahan asing tertentu. System
imun membuat antibody untuk melawan bahan infeksius seperti bakteri. Antibody kemudian
melekat pada membrane bakteri dan dengan demikian membuat bakteri dan dengan demikian
membuat bakteri rentan terhadap fagositosis. Untuk melakukan ini, molekul antibody juga
bergabung dengan produk C3 dari rangkaian komplemen, yang merupakan bagian tambahan
dari sitem imun. Molekul C3 kemudian melekatkan diri pada reseptor di membrane sel fagosit,
jadi memicu fagositosis. Seluruh proses ini disebut opsosinasi.

Fagosistosis oleh neutrofil

Neutrofil sewaktu memasuki jaringan sudah merupakan sel-sel matur yang dapat segera memulai
fagositosis. Sewaktu mendekati suatu partikel untuk difagositosis, mula-mula netrofil melekatkan diri
pada partikel kemudian menonjolkan psedudopodia ke semua jurusan di sekeliling partikel.
Pseudopodia saling bertemu satu sama lain pada sisi yang berlawanan dan bergabung dan menciptakan
ruangan tertutup yang berisi partikel yang sudah difagositosis. Kemudian ruangan ini berinvaginasi ke
dalam rongga sitoplasma dan melepaskan diri dari bagian luar membrane sel untuk membentuk
gelembung fagositik yang mengapung dengan bebas (fagosom didalam sitoplasma). Sel netrofil dapat
memfagositosis 5-20 bakteri sebelum sel netrofil itu sendiri menjadi inaktif dan mati.
Fagositosis oleh makrofag

Makrofag adalah sel fagosit yang lebih kuat dari netrofil, seringkali mampu memfagositosis 100 bakteri.
Makrofag juga mempunyai kemampuan untun menelan partikel yang ukurannya jauh lebih besar,
bahkan sel darah merah utuh atau kadang kadang bahakan parasit malaria, sedangkan netrofil tidak
mampu memvagositosis partikel yang yang ukuranna lebih besar dari bakteri. Makrofag setelah merusak
partikel, juga dapat mengeluarkan produk residu dan sering kali dapat mengeluarkan produk residu dan
sering kali dapat bertahan hidup sampai berbulan-bulan.

System retikuloendotelial (system makrofag-monosit) : adalah kombinasi monosit, makrofag mobil,


makrofag yang terfiksasi jaringan dan beberapa sel endotel yang terspesialisasi dalam sumsum tulang,
limpa, dan nodus limfe.

Makrofag jaringan dalam kulit dan jaringan sub kutan (histiosit) : Bila infeksi mulai dijaringan
sub kutan dan timbul peradangan setempat, maka makrofag lebih banyak lagi. Selanjutnya
makrofag jaringan melakukan fungsinya seperti biasa yakni menyerbu dan menghancurkan agen
infeksi.
Makrofag dalam nodus limfe : sejumlah besar makrofag membentengi sinus nodus limfe dan
bila ada partikel yang masuk kedalam sinus nodus linfe, makrofag memfagositosisnya dan
mencegah penyebaran lebih lanjut ke seluruh tubuh.
Makrofag alveolus dalam paru-paru : sejumlah besar makrofag jaringan tersedia sebagai
komponen menyatu dari dinding alveolus. Makrofag ini dapat memfagositosis partikel yang
terjerat dalam alveoli. Bila partikel dicerna, maka makrofag juga mencernakannya, dan
melepaskan produk hasil pencernaan tadi ke dalam cairan limfe. Bila partikel tak dapat dicerna
maka makrofag seringkali membentuk kapsul sel raksasa yang mengelilingi partikel sampai
suatu saat partikel itu pelan-pelan dapat dilarutkan. Kapsul semacam ini seringkali terbentuk di
sekeliling basil tuberkel, partikel debu silica, dan bahkan partkel karbon.
Makrofag dalam sinus hati (sel kupffer) : sebelum darah portal masuk ke dalam sirkulasi umum,
bakteri harus lebih dahulu melintasi sinus hati, sinus ini dibatasi dengan makrofag jaringan yang
disebut sel Kupffer. Sel-sel ini membentuk semacam system infiltrasi khusus yang efektif
sehingga hamper tidak satupun bakteri dari traktus gastrointestinal berhasil melewati aliran
darah potal untuk masuk ke dalam system sirkulasi umum. Fagositosis sel Kupffer terhadap
bakteri mengambil waktu dari seperatus detik.
Makrofag dalam limpa dan sumsum tulang : arteri kecil yang menembus dari kapsul limpa
masuk ke dalam pulpa limpa dan berakhir dikapiler kecil. Kapiler ini sangat berpori-pori,
sehingga memungkinkan sel darah utuh keluar dari kapiler masuk kedalam korda pulpa merah.
Secara bertahap melalui anyaman trabekula darah terperas dan kembali ke sirkulasi melalui
dinding endotel sinus venosus. Trabekula dari pulpa merah dibatasi banyak sekali makrofag, dan
sinus venosus juga dibatasi oleh makrofag. Jalan aliran darah yang khusus melalui korda pulpa
merah mempunyai manfaat yang luar biasa bagi fagositosis debris (bahan sisa) yang tak
diinginkan di dalam alirah darah, termasuk khususnya sel darah merah yang abnormal dan yang
sudah tua.

Faktor-faktor yang mempengaruhi makrofag & neutrofil

Terdapat lebih dari dua lusin factor yang telah diimplikasikan mampu mengatur respons makrofag-
neutrofil terhadap peradangan, lima diantaranya dipercaya memainkan peran yang dominan yang terdiri
dari :

1. Faktor nekrosis tumor (TNF)


2. Interleukin 1 (IL-1)
3. Faktor perangasang koloni granulosit-monosit (GM-CSF)
4. Faktor perangsang koloni granulosit (G-CSF)
5. Faktor perangsang koloni monosit (M-CSF)

Factor ini dibentuk oleh makrofag dan sel T yang teraktivasi dalam jaringan yang meradang dan dalam
jumlah kecil oleh sel-sel jaringan yang meradang.

Eosinofil

Dalam keadaan normal, eosinofil kira-kira merupakan 2 % dari seluruh leukosit darah. Eosinofil
merupakan sel fagosit yang lemah, dan menunjukkan kemotaksis, namun bila dibandingkan dengan
neutrofil, maka esodinofil masih diragukan apakah cukup bermakna dalam pertahanan tubuh terhadap
infeksi umum.

Eosinofil seringkali diproduksi dalam jumlah besar pada penderika infeksi parasit dan esoinofil ini
bermigrasi ke dalam jaringan yang menderita infeksi parasit. Walaupun kebanyakan parasit terlalu besar
untuk dapat difagositosis oleh eosinofil atau oleh sel fagositik lain, namun eosinofil akan melekatkan diri
pada parasit melalui molekul permukaan khusus, dan melepaskan bahan-bahan yang membunuh
banyak parasit. Eosinofil melakukan hal ini dengan beberapa cara : 1. Dengan melepaskan enzim
hidrolitik dari granulanya, yang dimodifikasi dengan lisosomnya; 2. Melepaskan bentuk oksigen yang
sangat reaktif khususnya bersifat mematikan; dan 3. Melepaskan suatu polipeptida yang sangat
larvasidal, yaitu yang disebut protein dasar utama dari granulanya.

Eosinofil juga mempunyai kecenderungan khusus untuk berkumpul dalam jaringan yang mengalami
reaksi alergi. Eosinofil di duga mendetoksifikasi beberapa substansi pencetus peradangan yang
dilepaskan oleh sel mast dan basofil, dan barangkali juga memfagositosis dan menghancurkan kompleks
antibody-alergen, jadi mencegah penyebaran proses peradangan setempat.
Basofil

Basofil dalam darah sirkulasi mirip dengan sel mast besar yang terletak tepat di sisi luar kebanyakan
kapiler dalam tubuh. Sel mast dan basofil melepaskan heparin ke dalam darah yaitu suatu bahan yang
dapat mencegah pembekuan darah dan dapat mempercepat perpindahan pertikel lemak dari darah
sesudah makan makanan berlemak.

Sel mast dan basofil juga melepaskan histamine dan sedikit bradikinin dan serotonin, terutama sel mast
pada jaringan meradanglah yang banyak mengeluarkan bahan-bahan ini.

Sel mast dan basofil sangat berperan pada beberapa tipe reaksi alergi, sebab tipe antibody yang
menyebabkan reaksi alergi, yakni tipe IgE, mempunyai kecenderungan khusus untuk melekat pada sel
mast dan basofil.

Anda mungkin juga menyukai