Anda di halaman 1dari 8

SATUAN ACARA PENYULUHAN

AFASIA MOTORIK

Oleh :

Suferik Desintia Atmowiyoto


17.07.3.149.078

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI (NERS)


SEKOLAH TINGGI KESEHATAN NAHDLATUL ULAMA TUBAN
2017-2018
(SAP)
SATUAN ACARA PENYULUHAN

Pokok Bahasan : Neurologi


Sub Bahasan : Afasia Motorik
Waktu : 1 x 30 Menit
Hari/ tanggal : Selasa, 26 Oktober 2017
Tempat : Ruang Anggrek B3
Sasaran : Pasien dan keluarga pasien di Ruang Anggrek
Penyuluh : Suferik Desintia Atmowiyoto

1. Tujuan Instruksional
1) Tujuan Instruksinal Umum
Setelah diberikan penyuluhan diharapkan klien dan keluarga memahami
dan dapat melaksanakan perawatan di rumah.
2) Tujuan Instruksinal Khusus
Setelah mendapatkan penyuluhan, selama 20 menit diharapkan sasaran
mampu :
Mengulang pengertian afasia motorik tanpa melihat materi dengan
benar.
Menyebutkan kembali penyebab afasia motorik tanpa melihat materi
dengan benar.
Menyebutkan tanda dan gejala afasia motorik tanpa melihat materi
dengan benar.
Mengetahui terapi pada afasia motorik tanpa melihat materi dengan
benar.
2. Strategi Pelaksanaan
1) Metode
Ceramah
Tanya Jawab

2) Media
Leaflet
3) Garis Besar Materi
Pengertian afasia motorik
Penyebab afasia motorik
Tanda dan gejala afasia motorik
Terapi afasia motorik
3. Pengorganisasi dan Job Description
1) Pembimbing
2) Moderator
1) Job description :
Membuka dan menutup kegiatan
Membuat susunan acara dengan jelas
3) Penyaji :
2) Job description :
Menyampaikan materi penyuluhan
4) Observer :
3) Job description :
Mengobservasi jalannya kegiatan
5) Fasilitator :
4) Job description :
Membantu menyiapkan perlengkapan penyuluhan
Memotivasi audience untuk bertanya
4. Kegiatan Penyuluhan
No. Kegiatan Respon Peserta Waktu Oleh
1. Pembukaan : 5 Menit Moderator
- Memperkenalkan diri - Membalas salam
- Menjelaskan tujuan
dari penyuluhan - Mendengarkan
- Melakukan kontrak
waktu - Mendengarkan
- Menyebutkan materi
penyuluhan yang akan - Mendengarkan
diberikan

2. Pelaksanaan : 15 Menit Penyaji


- Menjelaskan - Mendengarkan dan
Pengertian afasia memperhatikan
motorik - Mendengarkan dan
- Menjelaskan memperhatikan
penyebab afasia - Mendengarkan dan
motorik memperhatikan
- Menjelaskan Tanda - Bertanya dan
dan gejala afasia menjawab
motorik
pertanyaan yang
- Menjelaskan terapi
diajukan
afasia motorik
3. Penutup : 10 Menit Moderator
- Menyimpulkan materi - Menyimpulkan
penyuluhan materi
- Melakukan evaluasi penyuluhan
- Menutup penyuluhan bersama
dan memberikan - Menjawab
salam pertanyaan
- Menjawab salam

5. Kriteria Evaluasi
1) Evaluasi struktur
- Keluarga dan pasien di ruang Anggrek
- Penyelenggaraan penyuluhan dilakukan di ruang rawat Anggrek
- Pengorganisasian penyelenggaraan penyuluhan dilakukan sebelum
dan saat penyuluhan

2) Evaluasi Proses
- Keluarga dan pasien antusias terhadap materi penyuluhan
- Keluarga dan pasien konsentrasi mendengarkan penyuluhan
3) Evaluasi Hasil
- Keluarga dan klien mampu menjelaskan pengertian afasia motorik
- Keluarga dan klien mampu menjelaskan penyebab afasia motorik
- Keluarga dan klien mampu menjelaskan tanda dan gejala afasia
motorik
- Keluarga dan klien mampu menjelaskan terapi pada tonsilitis

6. Materi Terlampir

Tuban, 26 Oktober 2017

Penyuluh
LAMPIRAN

I. Pengertian
Afasia adalah gangguan fungsi bahasa yang disebapkan cedera atau
penyakit pusat otak. Ini termasuk gangguan kemapuan membaca dan
menulis dengan baik, demikian juga bercakap-cakap, mendengar berhitung,
menyimpulkan dan pemahaman terhadap sikap tubuh. Akhirnya digunakan
gambaran afasia yang diprsentasikan. Kira-kira 1-1,5 juta orang dewasa
diamerika mengalami kecacatan kronik afasia.(Smeltzer dan Bare, 2002).
Afasia adalah gangguan berbahasa akibat gangguan serebrovaskuler
hemisfer dominan, trauma kepala, atau proses penyakit. Terdapat beberapa
tipe afasia, biasanya digolongkan sesuai lokasi lesi.Semua penderita afasia
memperlihatkan keterbatasan dalam pemahaman, membaca, ekspresi
verbal, dan menulis dalam derajat berbeda-beda.
Afasia biasanya berarti hilangnya kemampuan berbahasa setelah
kerusakan otak.Dalam hal ini pasien menunjukkan gangguan dalam
memproduksi dan atau memahami bahasa.

II. Etiologi
Afasia biasanya berarti hilangnya kemampuan berbahasa setelah
kerusakan otak. Kata afasia perkembangan (sering disebut sebagai disfasia)
digunakan bila anak mempunyai keterlambatan spesifik dalam
memperoleh kemampuan berbahasa. Dalam hal ini, perkembangan
kemampuan berbahasa yang tidak sebanding dengan perkembangan
kognitif umumnya.
Stroke, tumor otak, cedera otak, demensi dan penyakit lainnya dapat
mengakibatkan gangguan berbahasa.

III. Tanda dan gejala


Tanda dan gejala Afasia Motorik adalah :
1. Gangguan tonus otot, terjadi kelemahan umum
2. Gangguan penglihatan
3. Gangguan tingkat kesadaran
4. Disritmia/gangguan irama jantung
5. Emosi yang labil
6. Kesulitan menelan
7. Gangguan rasa pengecapan dan penciuman
8. Afasia (gangguan fungsi bahasa), mungkin afasia motorik (kesulitan
untuk mengungkapkan.
IV. Terapi
Bina wicara (speech therapy) pada afasia didasarkan pada :
1. Dimulai seawal mungkin. Segera diberikan bila keadaan umum pasien
sudah memungkinkan pada fase akut penyakitnya.
2. Dikatakan bahwa bina wicara yang diberikan pada bulan
pertama sejak mula sakit mempunyai hasil yang paling baik.
3. Hindarkan penggunaan komunikasi non-linguistik (seperti isyarat).
4. Program terapi yang dibuat oieh terapis sangat individual dan
tergantung dari latar belakang pendidikan, status sosial dan kebiasaan
pasien.
5. Program terapi berlandaskan pada penurnbuhan motivasi pasien untuk
mau belajar (re-learning) bahasanya yang hilang. Memberikan
stimulasi supaya pasien metnberikan tanggapan verbal. Stimuli dapat
berupa verbal, tulisan atau pun taktil. Materi yang teiah dikuasai pasien
perlu diulang-ulang(repetisi).
6. Terapi dapat diberikan secara pribadi dan diseling dengan terapi
kelompok dengan pasien afasi yang lain.
7. Penyertaan keluarga dalam terapi sangat mutlak.
DAFTAR PUSTAKA

Cohen JI. Anatomi dan Fisiologi Laring. Dalam: Adam GL, Boies LR, Higler PA.
Doenges, M.E., Moorhouse, M.F dan Geissler, A.C.2000.Rencana Asuhan
Keperawatan:Pedoman untuk Perencanaan dan Pendokumentasian
Perawata Pasien.Jakarta:EGC.
Herdman, T.H. 2011.NANDA Diagnosis Keperawatan: Definisi dan Klasifikasi
2009-2011. Jakarta: FKUI.
Herdman,T.H.2012. Nanda Internasional Diagnosis Keperawatan definisi dan
Klasifikasi 2012-2014.Jakarta :EGC.
Higler PA. BOIES. 1997. Buku Ajar Penyakit THT, Edisi 6. Alih Bahasa: Wijaya
C. BOIES Fundamental of Otolaryngology.Jakarta: EGC
Smeltzer C. Suzanne, Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan
Medikal Bedah. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai