Oleh:
Pieter Reinaldo G99152005
Pembimbing :
SURAKARTA
2017
STATUS PASIEN
I. Anamnesis
A. Identitas pasien
Nama : Ny. L
Umur : 40 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
No. RM : 01386xxx
Alamat : Keloran, Selogiri, Wonogiri
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Status : Menikah
MRS : 3 Oktober 2017
Tanggal Periksa : 5 Oktober 2017
B. KeluhanUtama
Benjolan di dada sebelah kanan
Riwayat kebiasaan
Makan Pasien mengaku makan 3 kali sehari. porsi untuk
sekali makan + 10-12 sendok makan dengan
dengan lauk tahu, tempe, telur, daging dan sayur.
Merokok Disangkal
Alkohol Disangkal
Minum jamu Disangkal
Obatbebas Disangkal
Memasak dengan Disangkal
kayu bakar
B. Secondary Survey
1. Kepala : bentuk mesocephal, rambut warna hitam, mudah rontok
(-), alopesia (-) luka (-), atrofi m. temporalis(-)
2. Mata : Mata cekung (-/-), konjungtiva pucat (-/-), sklera ikterik
(-/-), perdarahan subkonjugtiva (-/-), pupil isokor dengan
diameter ( mm/3 mm), reflek cahaya (+/+), edema palpebra
(-/-), strabismus (-/-)
3. Telinga : sekret (-/-), darah (-/-), nyeri tekan mastoid (-/-),
4. Hidung : bentuk simetris, napas cuping hidung (-), sekret (-), keluar
darah (-)
5. Mulut : Sianosis (-), gusi berdarah (-), papil lidah atrofi(-), gusi
berdarah (-), luka pada sudut bibir (-), oral thrush (-),
mukosa bibir basa(+), benjolan di labium inferior
6. Leher : JVP R+2 cmH2O pembesaran tiroid (-), pembesaran
limfonodi (-), nyeri tekan (-)
7. Thorak : lihat status lokalis
8. Jantung
Inspeksi : ictus cordis tidak tampak
Palpasi : ictus cordis teraba di SIC V linea midcalvicularis
sinistra tidak kuat angkat
Perkusi : batas jantung kesan tidak melebar
Auskultasi : bunyi jantung I-II intensitas normal, regular,bising
(-)
9. Pulmo
Inspeksi : normochest, pengembangan dada kanan sama
dengan kiri
Palpasi : fremitus raba kanan sama dengan kiri, nyeri tekan
(-/-)
Perkusi : sonor/sonor
Auskultasi : suara dasar vesikuler (+/+) normal, suara tambahan
(-/-)
10. Abdomen
Inspeksi : dinding perut sejajar dari dinding thorak, sikatrik
(-), striae (-), caput medusae (-), ikterik (-),
Auskultasi : bising usus (+) 10x/ menit normal
Perkusi : timpani
Palpasi :supel, nyeri tekan (-), defans muscular (-), hepar
tidak teraba, lien tidak teraba
11. Genitourinaria : BAK normal, BAK darah (-), BAK nanah (-), nyeri
BAK (-)
12. Ekstremitas : nyeri tekan (-)
Akral dingin Oedema
- - - -
- - - -
C. Status Lokalis
Regio Thorax
Inspeksi : tampak keloid pada regio hemithorax dextra ukuran 12 cm
x 6 cm, dan ukuran 9 cm x 4 cm
Palpasi : konsistensi lunak, berbenjol-benjol kecil, dapat digerakkan,
nyeri tekan (-)
IV. Assesment I
Keloid regio hemithorax dextra
V. Plan I
1. Mondok bangsal pro eksisi Keloid
2. Infus NaCl 0.9% 20 tpm
3. Cek darah rutin, HbsAg, PT/APTT/INR
Hct 37 % 33 45
INR 1,210
VII. Assessment II
Keloid regio hemithorax dextra
VIII. Plan II
1. Pro eksisi keloid
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. KELOID
A. Definisi
Gambar 1. Keloid.
Luka pada kulit seperti luka bakar, insisi pembedahan, ulkus dan
lain-lain diperbaiki melalui deposisi dari komponen yang akan
membentuk kulit baru. Komponen tersebut meliputi pembuluh darah,
saraf, serat elastin (memberelastisitas kulit), serat kolagen (memberi
ketegangan kulit), dan gliko-saminoglikan yang membentuk matriks di
mana serat-serat struktural, saraf dan pembuluh darah berada.3,4
Pada beberapa orang, jaringan parut yang terbentuk akibat proses
penyembuhan luka tumbuh secara abnormal menghasilkan jaringan parut
hipertrofik atau keloid. Jaringan parut abnormal tersebut dapat
menyebabkan gangguan psikis dan fungsional pada pasien dan
penatalaksanaannya relatif sulit.3,4
B. Etiologi
Selain trauma, faktor penyebab yang mungkin untuk terjadinya
keloid masih belum bisa dijelaskan. Keloid biasanya berhubungan
dengan faktor penyembuhan luka yang tidak baik seperti infeksi, luka
bakar, inflamasi kronis, penutupan luka yang tidak adekuat, tegangan
yang berlebihan, benda asing dan trauma berulang, namun dapat muncul
pada luka yang bersih. Beberapa faktor lain yang diketahui berpengaruh
adalah herediter dan ras, umur dan faktor endokrin, jenis luka dan lokasi
trauma seperti yang telah dijelaskan diatas
C. Patogenesis
Secara umum, keloid timbul setelah cedera atau inflamasi kulit pada
individu yang beresiko. Keloid dapat terjadi dalam jangka waktu satu
bulan sampai satu tahun setelah trauma atau inflamasi. Trauma kulit pada
dermis retikuler atau lapisan kulit lebih dalam lagi cenderung berpotensi
menjadi parut hipertrofik dan keloid. Beberapa penyebab keloid yang
sering dilaporkan adalah: akne, folikulitis, varicella, vaksinasi, tindik
telinga, luka robek dan luka operasi. Luka kecil sekalipun, bahkan bintil
bekas gigitan serangga dapatmenjadi keloid. Injeksi menggunakan jarum
ukuran kecil, seperti injeksi anestesi lokal, biasanya tidak menimbulkan
keloid.
D. Manifestasi Klinis
Secara klinis keloid merupakan nodul fibrosa, papul atau plak, keras,
elastis, berkilat, tidak teratur, berbatas tegas, terdapat telangiektasis dan
berwarna merah muda, merah sampai coklat gelap.4,5 Pasien sering
mengeluhkan rasa gatal dan nyeri.5,7 Keloid cenderung tumbuh lambat
lebih dari beberapa bulan sampai tahun. Secara histopatologis
menunjukkan adanya hialinisasi serabut kolagen yang tersusun
melingkar. Keloid biasanya diagnosis banding dengan parut hipertrofi,
dermatofibroma dan dermatofibrosarkoma protuberans.4 Parut hipertrofi
sama dengan keloid, namun secara klinis tinggi parutnya tidak tumbuh
melebihi batas dari lukanya.5
Keloid tidak mengalami resolusi spontan, tetapi dengan pengobatan
yang sesuai progresinya dapat dihambat. Keloid dapat menyebabkan
terganggunya pasien secara fisik maupun psikologis dan menyebabkan
dampak negatif pada kualitas hidupnya.4
Walaupun prevalensi keloid ini tinggi pada populasi umum, namun
masih menjadi tantangan bagi dermatolog untuk menanganinya karena
kekambuhan sering terjadi setelah penanganan. Penanganan kombinasi
sepertinya merupakan stategi yang optimal.6 Terdapat beberapa
penanganan pada keloid. Namun, tidak ada penanganan keloid yang
dinyatakan 100% efektif.5 Ada beberapa penanganan keloid seperti
kompresi, kortikosteroid intralesi, penggunaan silikon, vitamin dan
bahan farmakologi secara topikal, pembedahan, bedah beku, laser,
radioterapi, penanganan kombinasi dan beberapa penanganan keloid
lainnya.3,5
E. Penatalaksanaan
1) Konservatif
a) Kortikosteroid Intralesi
b) 5-Fluorouracil
5) Laser
6) Radioterapi
3. Krakowski AC, Totri CR, Donelan MB, et al. Scar Management in the
Pediatric and Adolesent Populations. Pediatrics. 2016; 137(2): e20142065.
10. Kokoska, Mimi. 2010. Keloid and Hypertrophic Scar. Diakses dari
www.medscapemedline.com tanggal 26 April 2011.
11. Berman, Brian. 2010. Keloid and Hypertrophic Scar. Diakses dari
www.medscapemedline.com tanggal 25 April 2011.
12. Litrowski N, Boullie MC, Dehesdin D, Barros De, Joly (2014). Treatment
of earlobe keloids by surgical excisions and cryosurgery. JEADV, 28:1324-
31.
13. Butler PD, Longaker M (2008). Current progress in keloid research and
treatment. Jamcollsurg, 12:731-5.
15. Anzarus, A., Olson, J., Singy P., Rose, B., Tredget, E. (2009). The
effectiveness of pressure garment therapy for the prevention of abnormal
scarring after burn injury: a meta-analysis. Journal of Plastic,
Reconstructive & Aesthetic Surgery, 62.77-84.
16. Durani, P., McGrouther, D.A., Ferguson, M.W.J. (2009) Current scales for
assessing human scarring: A review. Journal of Plastic, Reconstructive &
Aesthetic Surgery, 62.713-720.
17. Esselman, Peter C. (2007) Burn Rehabilitation: An Overview. Archives of
Physical Medicine and Rehabilitation, 88.2.S3-S6.
18. Rabello FP, Souza CD, Junior JA (2014). Update on Hypertrophic Scar
Treatment. CLINICS 69 (8): 565-573.
22. Goyal NN, Gold MH (2014). A Novel Triple Medicine Cobination Injection
for the Resolution of Keloids and Hypertrophic Scars. The Journal of
Clinical and Aesthetic Dermatology, 7(11): 31-34.
27. Butler PD, Longaker MT, Yang GP. Current progress in keloid research
and treatment. Journal of the American College of Surgeons. 2008 Apr
1;206(4):731-41.
28. Durani P, Bayat A. Levels of evidence for the treatment of keloid disease.
Journal of Plastic, Reconstructive & Aesthetic Surgery. 2008 Jan
31;61(1):4-17.
30. van Leeuwen MC, Bulstra AE, Ket JC, Ritt MJ, van Leeuwen PA, Niessen
FB. Intralesional cryotherapy for the treatment of keloid scars: evaluating
effectiveness. Plastic and Reconstructive Surgery Global Open. 2015
Jun;3(6).