Anda di halaman 1dari 7

Catatan Si ejar

Jumat, 17 Oktober 2014


dongeng wandiu-ndiu

WANDIU-NDIU

Mai rangoa tula-tulana wandiu-ndiu minakai lipuku (mari dengarkan kisah putri
duyung yang berasal dari kampung saya). Dongeng putri duyung ini sejak lama sudah
berkembang dan melegenda di kampung saya, yang di mana di kenal dengan
nama Wandiu-ndiu. Secara gografis letak Kampung saya barada di pesisir pantai dan
perbukitan. Nama kampung saya adalah kota Baubau, tepatnya di pulau Buton
provinsi Sulawesi Tenggara. Di tempat inilah saya di lahirkan serta di besarkan oleh
kedua orang tua saya, dan di daerah ini pula saya mengenal cerita rakyat yang
terkenal dengan sebutan wandiu-ndiu

kisah ini mempunyai banyak ajaran dalam kehidupan kita sehari-hari.


Utamanya dalam kehidupan keluarga kecil kita. Di mana ajarannya tentang betapa
besar cinta kasih seorang ibu pada anak. Meskipun kadang-kadang anak tak tahu
berterima kasih terhadap kedua orang yang telah melahirkan dan membesarkan
serta menafkahi ia sejak dalam kandungan higga besar.
Dahulu kala hiduplah keluarga kecil di pulauBUTON. Di mana dalam kelurga
bahagia itu terdapat seorang kepala rumah tangga, ibu rumah tangga beserta ke dua
anaknya. Dalam kelurga ini terdapat dua anak laki-laki yang di mana anak pertama
bernama Lacurungkoleo dan si Bungsu bernama Lambata-mbata. Si ibu sangat
menyayangi ke dua buah hatinya, terlebih pada si Bungsu Lambata-mbata. Maklum
saja karena anak bungsu, maka si Lambata-mbata yang paling di sayangi oleh ibunya.

Pekerjaan sang suami adalah seorang nelayan, sendangkan sang istri bertugas
mengurus rumah serta mendidik anak-anak. Rumah mereka tepat berada di pesisir
pantai, yang sesuai dengan profesi sang suami. Sebelum waktu musim barat tiba
sang ayah, seperti biasanya menyimpan sebagian hasil tangkapannya di rumah
mereka. Sebab di pulau buton pada waktu musim barat adalah musim gelombang
besar dan para nelayan tidak ada yang dapat pergi kelaut untuk menangkap ikan
seperti biasanya. Terkadang ikan yang di simpan di awetkan terlebih dahulu. Untuk
ikan yang ukurannya sedang hingga besar di awetkan dengan cara di beri garam atau
di kenal dengan sebutankagarai, sendangkan ikan yang kecil di awetkan dengan cara
di asap atau dikenal dengan nama ikane kaholeo.

Semua persediaan ini di siapkan untuk musim barat tiba, hingga musim timur
datang kembali. Ikan yang di awetkan ini biasanya di simpan di dapur atau di tingkat
rumah serta di ikat pada tiang rumah.
Pada musim barat biasanya para
nelayan berganti profesi dengan bercocok tanam di kebun. Suatu ketika sang ayah
berpamitan kepada anak-anak dan istrinya untuk berangkat ke kebun, guna mencari
umbi-umbian serta jagung agar dapat di makan untuk kebutuhan pangan sehari-hari.
Sebelum sang suami berangkat ke kebun ia berpesan kepada sang istri agar
memasak ikan yang telah diawetkan. Sebab siang nanti ia akan pulang makan di
rumah bersama ke dua anak mereka dan kumpul seperti biasanya.

Tak terasa matahari mulai menyengat kulit dan tepat berada di tengah-
tengah. Sang ayah mulai merasa kelelahan dan perutnya mulai keroncongan. Ia pun
mulai bergegas untuk segera pulang kerumah. Setelah sampainya di rumah, sang
ayah mengajak keluarga kecilnya untuk makan, namun pada saat itu Lambata-mbata
sedang tertidur. Sehabis makan sang ayah beristrahat sejenak sebelum kembali ke
kebun.

Sang ayah merasa tenaganya mulai pulih kembali. Ia pun siap untuk kembali
bekerja di kebun lagi. Namun, sebelum bergegas ke kebun sang ayah berpesan
kepada istrinya agar ikan yang masih tersisa jangan di makan oleh siapapun sebelum
ia pulang kerumah. Setelah menyampaikan pesan tersebut, ia langsung melanjutkan
niatnya.

Tak berapa lama kemudian Lambata-mbata terbangun dari tidurnya karena


kelaparan. Kemudian ibunya pergi ke dapur untuk mencari makan, tetapi tak ada
makanan apa pun yang tersisa kecuali ikan yang sengaja di simpan oleh
ayahnya. Namun, Lambata-mbata terus menangis karena keleparan dan tidak ada
makanan hanya ikan milik ayahnya yang ada di dapur, karena ibunya tidak tega
melihat Lambata-mbata menangis kelaparan, akhirnya ibunya mengambilkan ikan
milik ayahnya. Setelah makan Lambata-mbata tidak menangis lagi. Sehabis makan
Lambata-mbata pun kembali tertidur.
Hari semakin larut, matahari pulang ke peraduan. Sang ayah pun telah pulang.
Di depan pintu, sang istri berdiri menyambut. Membantu mengangkat hasil kebun
yang di bawah oleh sang suami.Beberapa saat kemudianayahnya ke dapur dan
melihat ikan yang ia simpan sudah tidak ada lagi. Lantas ayahnya bertanya siapa
yang ambil ikan saya ?. Ibu Lambata-mbata menjelaskan bahwa ikan tersebut telah
dimakan oleh aLambata-mbata. Mendengar jawaban itu sang ayah marah dan
memukul serta menendang si ibu sampai keluar rumah. Sang ibu lari dipinggir pantai
dan menangis. Pada saat ituLancurungkoleo ikut menangis dan mengejar ibunya di
pinggir pantai. Ibunya mengatakan kepada anaknya untuk pulang ke rumah
karena adiknya Lambata-mbata sedang tertidur. Lancurungkoleo mengajak ibunya
untuk kembali ke rumah. Namun, sang ibu menolak ia mengatakan bahwa ia akan
pulang ketika ia sudah mendapatkan ikan pengganti yang dimakan oleh Lambata-
mbata. Ibunya berpesan kepada Lancurungkoleo bahwa besok sebelum fajar ia akan
pergi untuk mencari penganti ikan ayahnya, jika adikmu menangis bawalah dia ke
pinggir pantai dan panggilah saya.

Sejak ibunya pergi Lacurungkoleo mengambil tugas-tugas ibundanya menyuapi


makan dan menidurkan Lambata-mbata. Di siang harinya Lambata-mbata menangis
mencari ibunya hingga tak mau makan sama sekali sebelum bertemu dengan ibunya.
Lancurungkoleo tidak tega melihat adiknya yang menangis memanggil ibunya sampai mata
adiknya bengkak. Akhirnya membawa adiknya di pesisir pantai dan memanggil ibunya dengan
nyanyian kabanti (lagu daerah yang menggunakan alat musik tradisional).
ooinaa wandiu-diu maipasusu andiku
Andiku Lambata-mbata
Akaaku Lacurungkelo

Duhai ibu wandiu-diu, datanglah susui adikku


Adik ku Lambata-mbata
Akulah ini kakaknya-Lacurungkoleo

Sampai nyanyian itu di nyanyikan berulang kali hingga tak terhitung, sang ibu
pun tak kunjung datang. Hingga rasa putus asa pun mulai terasa di tambah tangisan
sang adik yang semakin menjadi. Akhirnya muncullah keajaiban dari yang kuasa. Ibu
mereka datang dan menghampiri sembari memberikan ikan sesuai janjinya kepada
Lancurungkoleo. Di gendonglah Lambata-mbata oleh ibundanya namun, tak berapa
lama kemudian separuh badan ibu mereka berubah. Ibu mereka mulai bersisik
seperti seekor ikan.

Sang ibu menangis pilu dengan tubuhnya yang tiba-tiba berubah menjadi ikan.
Lancungkoleo dan adiknya pun ikut menangis dengan musibah yang di timpah oleh
ibundanya. Dengan berat hati sang ibu mengatakan kepada anak-anaknya agar pulang
dan membawakan ikan tersebut kepada ayah mereka. Ibu mereka berpesan jikalau
mereka ingin bertemu dengan dirinya cukup nyanyikan syair seperti yang
Lancurungkoleo nyanyikan tadi. Namun, sang ibu tidak berjanji bisa bersama anak-
anaknya sedekat ini lagi sebab, ia kini sudah menjadi seekor ikan. Sang ibu pun
bergegas meninggalkan anaknya dengan berderai air mata.

Keesokan harinya Lambata-mbata


kembali menangis dan meminta kepada kakaknya agar mengantarkannya bertemu
ibundanya. Sang kakak tidak tega melihat adiknya yang menangis terus ingin
bertemu dengan ibunya akhirnya mengikuti keinginan adiknya tersebut. Mereka
berdua kepesisir pantai dan kembali menyanyikan syair yang sama seperti kemarin.

oo.. inaaaa..wandiu-diu maipasusu andiku


Andiku lambata-mbata
Akaaku Lacurungkelo

duhai ibu wandiu-diu, datanglah susui adikku


Adik ku Lambata-mbata
Akulah ini kakaknya-Lacurungkoleo

Nyanyian itu telah di nyanyikan berulang kali namun, hasil tidak seperti
yang di harapkan. Sang kakak bernyanyi terus hingga hari hampir gelap. Di ujung
rasa putus asa Lancungkoleo, sang ibu muncul dari kejauhan. Lancurungkoleo dan
adiknya tidak bisa melihat ibunya namun, sang ibu hanya bisa melihat anak-anaknya
dari kejahuan. Kini sang ibu telah menjadi ikan seutuhnya dan pertemuan antara
anak dan ibu tidak pernah terjadi lagi.

Sampai saat ini putri duyung di kenal dengan nama ikan dugongatau ikan
duyung. Di kampung saya kita bisa temukan jenis ikan ini. Namun pada bulan-bulan
tertentu saja yaitu pada bulan September dan febuari. Tepatnya di Lasalimu pantai,
sekitar 90 Km dari kota Baubau.

Thank You

Penulis
Andika Ibnul Faisal Sadif

Anda mungkin juga menyukai