Anda di halaman 1dari 115

1

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN


TATALAKSANA PRODUKSI DAN DISTRIBUSI SEMEN BEKU DI BALAI
BESAR INSEMINASI BUATAN SINGOSARI,
MALANG, JAWA TIMUR

Diajukan untuk menempuh ujian Praktek Kerja Lapangan (PKL)


Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran

Oleh:

Muhammad Gustara 200110140054


Fazria Insani Zahra 200110140111
Luthfi Mutia Syafei 200110140114
Putri Dwi Anjani 200110140154
Nur Muhammad Ghifari 200110140249

FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
SUMEDANG
2017
2

KEADAAN UMUM PERUSAHAAN

1.1 Sejarah BBIB Singosari


Pada tahun 1976, Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Timur bekerja sama
dengan Pemerintah Belgia mendirikan laboratorium semen beku di Wonocolo,
Surabaya. Pada Tahun 1978, Pemerintah Pusat mengambil alih pengelolaan
laboratorium dan ditetapkan sebagai Cabang Balai Inseminasi Buatan Wonocolo
dengan Surat Keputusan Menteri Pertanian nomor 314/Kpts/Org/5/1978, tanggal
25 Mei 1978.Pada tahun 1982, pemindahan lokasi dari Wonocolo ke Singosari.
Pada tahun 1984, Direktur Jenderal Peternakan menetapkan sebagai
Cabang Balai Inseminasi Buatan Singosari. Pada tahun 1986, kerjasama dengan
pemerintah Jepang dalam proyek pengembangan BIB Singosari (The
Strengthening of Singosari AI Centre ATA 233) melalui Japan International
Cooperation Agency (JICA).Sejak saat itu dikembangkan Program Uji Zuriat
(Progeny Test).
Pada tahun 1988, statusnya ditingkatkan menjadi Balai Inseminasi Buatan
Singosari dengan Surat Keputusan Menteri Pertanian nomor
193/Kpts/OT.212/2/1988, tanggal 29 Februari 1988. Pada tahun 1996, ditetapkan
sebagai Pusat Pelatihan Inseminasi Buatan dengan Surat Keputusan Direktur
Jenderal Peternakan nomor 52/OT.210/Kpts/0896, tanggal 29 Agustus 1996
walaupun sebenarnya pelatihan sudah dimulai dilaksanakan sejak tahun 1987.
Pada tahun 2004, statusnya ditingkatkan menjadi Balai Besar Inseminasi Buatan
Singosari dengan Surat keputusan Menteri Pertanian nomor
681/Kpts/OT.140/11/2004, tanggal 25 November 2004. Pada tahun 2010, BBIB
Singosari ditetapkan menjadi PK BLU berdasarkan Surat Keputusan Menteri
Keuangan nomor 54/KMK.05/2010, tanggal 5 Februari 2010. Pada tahun 2012,
perubahan struktur organisasi sesuai dengan Peraturan Menteri Pertanian nomor
40/permentan/OT.140/6/2012, tanggal 5 Juni 2012.
1.2 Visi dan Misi
3

Visi dari BBIB Singosari yaitu Menjadi model BLU yang handal,
akuntabel dan inovatif berbasis teknologi peternakan bertaraf internasional.
Adapun Misi dari BBIB Singosari yaitu:
1. Meningkatkan produksi dan diversifikasi produk layanan penunjang yang
berkualitas melalui pengujian yang akurat dan teknologi mutakhir.
2. Melaksanakan replacement pejantan dan produksi bibit unggul secara
berkesinambungan yang ditunjang oleh optimalisasi pakan ternak dan
biosecurity.
3. Meningkatkan profesionalisme SDM melalui pendidikan dan pelatihan
serta promosi dan penempatan berdasarkan kompetensi guna tercapainya
kesejahteraan.
4. Mengoptimalkan fasilitas serta meningkatkan nilai tambah aset fisik dan
intelektual dengan pengembangan teknologi dan pendaftaran hak paten
merk.
5. Meningkatkan kualitas pelayanan, pemasaran dan penjualan produk,
monitoring dan evaluasi.
6. Meningkatkan tertib adminstriasi dan keuangan, efisiensi dan
akuntabilitas, koordinasi dan komunikasi serta pelayanan guna
mewujudkan manajemen bisnis modern.

1.3 Lokasi Perusahaan


BBIB terletak di Desa Toyomarto, Kecamatan Singosari, Kabupaten
Malang, 20 kilometer sebelah utara Kota Malang, dengan ketinggian 800 sampai
1200 meter di atas permukaan laut dengan rataan suhu udara berkisar antara 16 o
sampai 22o celcius, kelembaban berkisar antara 70% sampai 90% dan curah hujan
2.223 mm/tahun.
BBIB Singosari yang memiliki areal seluas 67,72 hektar dilengkapi
dengan bangunan perkantoran asrama, gedung belajar, auditorium, guest house,
kandang sapi dan kambing, laboratorium, arena penampungan, kebun rumput,
gudang, garasi, perumahan dinas, kereta biosecurity, dan mesin pertanian.

1.4 Tugas dan Fungsi Unit Kerja


4

Sesuai SK MENTAN Nomor 40/Permentan/OT.140/6/2012 Tanggal 5 Juni


2012, BBIB Singosari memiliki tugas pokok sebagai berikut "Produksi,
Distribusi, Pemasaran dan Pemantauan Mutu Semen Ternak Unggul serta
Pengembangan Inseminasi Buatan." BBIB Singosari memiliki fungsi sebagai
berikut:
1. Penyusunan program, evaluasi dan laporan kegiatan produksi, pemasaran
dan pemantauan mutu semen ternak unggul, serta pengembangan
inseminasi buatan;
2. Pelaksanaan produksi dan pemberian saran teknis produksi semen ternak
unggul;
3. Pelaksanaan pengujian dan pemantauan mutu semen ternak unggul;
4. Pelaksanaan pengembangan inseminasi buatan dan metoda produksi;
5. Pelaksanaan pemeliharaan pejantan ternak unggul;
6. Pelaksanaan perawatan kesehatan pejantan ternak unggul;
7. Pelaksanaan pengawasan dan penyedian pakan pejantan ternak unggul;
8. Pelaksanaan pengujian keturunan dan peningkatan mutu genetik pejantan
ternak unggul;
9. Pelaksanaan kerjasama dan optimalisasi pemanfaatan sumber daya;
10. Pelaksanaan penyimpanan, pendistribusian dan pemasaran hasil produksi;
11. Pengelolaan prasarana dan sarana produksi;
12. Pengelolaan informasi dan promosi hasil produksi;
13. Pengelolaan urusan tata usaha, rumah tangga dan perlengkapan.
5

1.5 Struktur Organisasi

Kepala Balai
drh. Enniek Herwijanti, MP

Kepala Bagian Umum


Ir. Nurkhayati, MM

Ka.Sub.Bag Ka.Sub.Bag Ka.Sub.Bag


Rumah Kepegawaia Program
Tangga dan n dan Tata dan
Perlengkapa Usaha Keuangan
n Suhartanti. Sailendra,
I. Putu Eka. N, S.Pt SE
S, S.Pt
(Suhartati
Noviana, S.Pt)
Ka.Bid Pelayanan Teknis Ka.Bid Pemasaran dan Informasi
Suharyanta, S.Pt drh. Sarastina, MP

Ka. Yantek Sie Ka. Yantek Ka.Sie Informasi Ka.Sie Pemasaran


Pemeliharaan Sie Produksi dan Pemantauan dan Kerjasama
& Peningkatan Semen & Mutu Semen Nugro M.N.,
Mutu Genetik Pengemban
Natalia H. K., S.Pt, S.Pt,MM
Ternak gan IB
drh. Anny M.Hum
drh. Koko
Wisnu P. Amalia

Jabatan Fungsional
Ilustrasi 1. Struktur Organisasi BBIB Singosari
Masing-masing jabatan mempunyai tugas tersendiri, yaitu:
1. Kepala Balai
Seorang kepala balai mempunyai tugas dan wewenang yakni menyusun
rencana kerja tahunan, menetapkan kebijakan dalam mengelola semen beku
serta bertanggung jawab atas pekerjaan yang dilakukan oleh kepala bidang dan
kepala seksi.
6

2. Kepala Bidang Umum


Bertugas membantu Kepala Balai dalam membina pekerjaan di bidang
administrasi dan mewakili Kepala Balai jika berhalangan hadir dalam
menjalankan tugas dan wewenangnya.
3. Sub Bagian Program dan Keuangan
Bertugas melakukan penyiapan bahan penyusunan program, evaluasi,
rencana bisnis dan anggaran, dokumen pelaksanaan anggaran, pengelolaan
pendapatan dan belanja, pengelolaan kas, urusan akuntasi, penerapan sistem
informasi, managemen keuangan serta penyusunan laporan
4. Sub Bagian Kepegawaian dan Tata Usaha
Tugas dari Sub bagian Kepegawaian dan Tata Usaha adalah melakukan
urusan kepegawaian dan tata usaha.
5. Sub Bagian Rumah Tangga dan Perlengkapan
Tugas dari Sub bagian Rumah Tangga adalah melakukan urusan rumah
tangga dan perlengkapan, serta prasarana dan sarana produksi.
6. Bidang Pelayanan Teknis
Tugas dari Bidang Pelayanan Teknis adalah melaksanakan pemberian
pelayanan teknis pemeliharaan ternak dan peningkatan mutu genetik ternak,
produksi semen ternak unggul, serta pengembangan inseminasi buatan.
Fungsi :
a) Pemberian pelayanan teknis pemeliharaan ternak;
b) Pemberian pelayanan teknis kesehatan pejantan ternak unggul;
c) Pemberian pelayanan pengawasan dan penyediaan pakan pejantan
ternak unggul;
d) Pemberian pelayanan teknis peningkatan mutu genetik ternak;
e) Pemberian pelayanan teknis produksi semen ternak unggul;
f) Pemberian pelayanan teknis pengembangan inseminasi buatan.
7. Seksi Yantek Pemeliharaan dan Peningkatan Mutu Genetik Ternak
Tugas dari Seksi Pemeliharaan dan Peningkatan Mutu Genetik Ternak
adalah melakukan pemberian pelayanan teknis pemeliharaan ternak, pelayanan
kesehatan ternak, dan penyediaan dan pengawasan pakan ternak, serta
peningkatan mutu genetik ternak.
8. Seksi Yantek Produksi Semen dan Pengembangan Inseminasi Buatan
7

Tugas dari Seksi Produksi Semen dan Pengembangan Inseminasi Buatan


adalah melakukan pemberian pelayanan teknis produksi semen ternak unggul
dan pengembangan inseminasi buatan.
9. Bidang Pemasaran dan Informasi
Tugas dari Bidang Pemasaran dan Informasi adalah melaksanakan
kerjasama dan optimalisasi pemanfaatan sumber daya, penyimpanan dan
pendistribusian hasil produksi, serta pengelolaan informasi dan promosi hasil
produksi. Fungsi :
a. Penyiapan kerjasama dan optimalisasi pemanfaatan sumber daya;
b. Pelaksanaan penyimpanan dan pendistribusian hasil produksi;
c. Pelaksanaan urusan informasi dan promosi hasil produksi;
d. Pelaksanaan pencatatan dan dokumentasi hasil produksi;
e. Pemberian pelayanan purna jual;
f. Pemberian pelayanan pemantauan mutu semen ternak unggul.
10. Seksi Pemasaran dan Kerjasama
Tugas dari Seksi Pemasaran dan Kerjasama adalah melakukan penyiapan
bahan kerjasama dan optimalisasi pemanfaatan sumber daya, serta penyimpanan
dan pendistribusian hasil produksi.
11. Seksi Informasi dan Pemantauan Mutu Semen
Tugas dari Seksi Informasi dan Pemantauan Mutu Semen adalah
melakukan pelaksanaan urusan informasi dan promosi, pencatatan dan
dokumentasi hasil produksi, pemberian pelayanan purna jual, serta pelayanan
pemantauan mutu semen ternak unggul.
12. Kelompok Jabatan Fungsional
Kelompok Jabatan Fungsional terdiri atas Jabatan Fungsional Pengawas
Bibit Ternak, Medik Veteriner, Paramedik Veteriner, dan Pengawas Mutu Pakan
serta Jabatan Fungsional lain terbagi kedalam berbagai kelompok Jabatan
Fungsional berdasarkan bidang masing-masing sesuai perundang-undangan yang
berlaku.
a. Tugas dari Kelompok Jabatan Fungsional Pengawas Bibit Ternak yaitu:
1) Melakukan produksi dan pemberian saran teknis produksi semen
ternak unggul;
2) Melakukan pengujian dan pemantauan mutu semen ternak unggul;
3) Melakukan pengembangan inseminasi buatan dan metoda produksi;
8

4) Melakukan pemeliharaan pejantan ternak unggul;


5) Melakukan pengujian keturunan dan peningkatan mutu genetik
pejantan ternak unggul;
6) Melakukan kegiatan fungsional lainnya sesuai peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
b. Tugas dari Kelompok Jabatan Fungsional Medik Veteriner dan
Paramedik Veteriner yaitu:
1) Melakukan produksi dan pemberian saran teknis produksi semen
ternak unggul;
2) Melakukan pengembangan inseminasi buatan dan metoda produksi;
3) Melakukan pemeliharaan pejantan ternak unggul;
4) Melakukan perawatan kesehatan pejantan ternak unggul;
5) Melakukan kegiatan fungsional lainnya sesuai peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
c. Tugas dari Kelompok Jabatan Fungsional Pengawas Mutu Pakan yaitu:
1) Melakukan pengawasan dan penyediaan pakan pejantan ternak
unggul;
2) Melakukan kegiatan fungsional lainnya sesuai peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
d. Tugas dari Kelompok Jabatan Fungsional lainnya yaitu:
Melakukan kegiatan sesuai dengan jabatan fungsional masing-masing
berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

1.6 9 Layanan BLU di BBIB Singosari


1.6.1 Penjualan Semen Beku
a) Bangsa pejantan unggul (Sapi Simental, Limousin, Brahman, Ongole,
Bali, Angus, FH, Brangus, Madura, Kambing PE, Boer).
b) Biaya/tarif:
Tabel 1. Harga Semen Beku di BBIB Singosari
Semen Beku Unsexing Dalam Negeri Luar Negeri
Sapi Potong/FH Kelas B/ Kambing Rp. 7.000 Rp. 30.000
Sapi Fh Kelas A Rp. 8.000 Rp. 40.000
Sapi Fh Proven Sire Rp. 9.000 Rp. 60.000
Sapi Fh Elite Bull Rp. 12.000 Rp. 80.000
Ikan Rp. 15.000 -
Semen Beku Sexing Dalam Negeri Luar Negeri
Sapi Potong/FH Kelas B/ Kambing Rp. 36.000 Rp. 115.000
9

Sapi Fh Kelas A Rp. 40.000 Rp. 150.000


Sapi Fh Proven Sire Rp. 45.000 Rp. 155.000
Sapi Fh Elite Bull Rp. 60.000 Rp. 165.000
Sumber: BBIB Singosari, 2017.
c) Jamiman Pelayanan:
Sesuai standar SNI 01-4869.1:2008.
Telah diuji di lab Uji Mutu yang menerapkan sistem mutu sesuai
ISO/IEC 17025:2005.

1.6.2 Bimbingan Teknis/Managemen IB


a) Jenis Bimbingan Teknis:
Bersifat kelompok: Inseminator sapi/kerbau, inseminator
kambing/domba, PKB, ATR.
Bersifat perseorangan: Potong kuku, Bull-salon, Laboran, Bull-Master,
Pembuatan Silase, Pembuatan Hay, Handling Semen.
b) Bentuk pelayanan:
Bersifat kelompok: penyampaian teori, praktek RPH, Praktek di
laboratorium, Pengenalan organ reproduksi ternak, kunjungan lapang,
praktek lapang.
Bersifat perseorangan: Penyampaian teori dan praktek.
c) Biaya/tarif:
Tabel 2. Tarif Bimbingan Teknis di BBIB Singosari
Nama Bimbingan Biaya/Orang Nama Biaya/Orang
Teknis Dan Magang Bimbingan
Teknis
BIMBINGAN TEKNIS (Dalam Negeri) BIMBINGAN TEKNIS (Luar
Negeri)
Inseminator Pada Rp. 7.000.000,- Inseminator Rp.
Sapi/Kerbau pada sapi/kerbau 40.000.000,-
Pemeriksaan Rp. 7.500.000,- Asisten Teknis Rp.
Kebuntingan (PKB) Reproduksi 30.000.000,-
(ATR)
Asisten Teknis Rp. 7.500.000,- pemeriksaan Rp.
Reproduksi (ATR) kebuntingan 30.000.000,-
(PKB)
Inseminator Pada Rp. 5.000.000,- Inseminator Rp.
Kambing/Domba pada 30.000.000,-
kambing/domba
Recording Rp. 2.500.000,- Handling semen Rp.
beku 25.000.000,-
10

Penanganan Mutu Rp. 2.500.000,-


Semen Beku (Handling
Semen Beku)
Hoof Trimming Rp. 2.500.000,-
(Potong Kuku)
Laborant Rp. 2.500.000,-
Bull Mater Rp. 2.500.000,-
Pembuatan Hay Dan Rp. 2.500.000,-
Silase
Magang Bull Salon Rp. 2.500.000,-
Magang Manajemen Rp. 2.500.000,-
Perkantoran

1.6.3 Jasa Pelayanan Pengujian Mutu Semen


a) Jenis pengujian: Motilitas, jumlah konsentrasi sel sperma, persentasi
hidup/mati sel sperma, abnormalitas sel sperma dan derajat keasaman
(pH).
b) Bentuk Sampel Pengujian: Pemeriksaan semen segar, semen cair dan
semen beku.
c) Biaya/tarif:
Motilitas semen segar : Rp. 25.000,-
Konsentrasi semen segar : Rp. 25.000,-
pH semen segar : Rp. 25.000,-
Motilitas semen cair : Rp. 25.000,-
Motilitas semen beku : Rp. 50.000,-
Motilitas semen beku : Rp. 50.000,-
Livabilitas semen segar/cair : Rp. 50.000,-
Abnormalitas semen segar/cair : Rp. 50.000,-
Livabilitas semen beku : Rp. 50.000,-
Abnormalitas semen beku : Rp. 50.000,-

1.6.4 Layanan Masyarakat


a) Bentuk pelayanan:
Paket I : Informasi aktivitas Balai Besar secara audiovisual.
Paket II : Informasi aktivitas Balai Besar secara audiovisual dan
melihat langsung dengan kereta bio security.
b) Biaya/tarif
Dalam Negeri (pengguna layanan minimal 20 orang).
1) Layanan Masyarakat paket 1 (SD, TK, Playgroup) Rp. 5.000
2) Layanan Masyarakat paket 2 Rp. 10.000
3) Layanan Masyarakat paket 3 (sabtu - minggu) Rp. 15.000
11

Luar Negeri (pengguna layanan minimal 10 orang).


1) Layanan Masyarakat paket 1 Rp. 30.000

1.6.5 Jasa Penyediaan Tenaga dan Juri Kontes Ternak


a) Bidang Pelayanan: Instruktur bidang manajemen IB dan Juri Kontes.
b) Bentuk Pelayanan: Pemberian Praktek Lapangan dan Pemberian Penilaian.
c) Biaya/tarif:
Jasa instruktur/juri kontes ternak (Luar Jawa Timur): Rp.
1.000.000,-
Jasa instruktur/juri kontes ternak (Jawa Timur) : Rp. 750.000,-

1.6.6 Jasa Konsultasi


a) Ruang lingkup/jenis konsultasi:
Bidang pemeliharaan ternak, pengawetan pakan, pemulihan
ternak/breeding,
Penanganan reproduksi ternak,
Penanganan semen beku dan manajemen perkantoran,
b) Bentuk pelayanan:
Konsultasi teknis dan monitoring produk.
BBIB Singosari di lapangan.
c) Biaya/tarif:
Dalam negeri
Layanan konsultasi (Luar Jawa Timur) Rp. 1.000.000/orang/kegiatan
Layanan konsultasi (Jawa Timur) Rp. 750.000/orang/kegiatan.
Luar Negeri
Layanan konsultasi Rp. 4.500.000/orang/kegiatan

1.6.7 Jasa Penggunaan Sarana Prasarana


a) Bentuk pelayanan:
Penggunaan ruang/gedung serta sarana dan prasarana lainnya.
b) Jenis prasarana:
Gedung Auditorium, Gedung Workshop, Gedung Asrama/Guesthouse,
Kandang Karantina, Gedung Serbaguna, Ruang Makan.

c) Biaya/tarif:
12

Tabel 3. Tarif Jasa Penggunaan Sarana Prasarana BBIB Singosari


No Nama Aset Tarif Sewa (Rp) Keterangan
1 Gedung auditorium Rp. 1.500.000,-/12 Kapasitas 200
jam orang
2 Gedung workshop Rp. 800.000,-/12 jam Kapasitas 75 orang
3 Kamar asrama I & Rp. 7.500,-/hari Internal
II
4 Kamar asrama I Rp. 20.000,-/hari Eksternal
5 Kamar asrama II Rp. 150.000,-/hari Eksternal
6 Ruang makan Rp. 250.000,-/12 jam Kapasitas 32 orang
7 Kandang karantina Rp.
40,000,-/ekor/hari

1.6.8 Jasa Pelayanan Penelitian S2, S3 dan Program Kampus


a) Jasa Penelitian: Produksi ternak, nutrisi ternak, kualitas semen, prosesing
semen, kesehatan hewan, pemulliaan ternak dan ekonomi peternakan.
b) Bentuk layanan: penyediaan ruangan, penyediaan alat/bahan.
c) Tarif jasa penelitian S2, S3 dan Program Kampus (Rp.
3.500.000/orang/kegiatan).

1.6.9 Pelayanan Purna Jual


a) Ruang lingkup:
Penanganan semen beku:
Penanganan kelainan reproduksi, manajemen pakan ternak.
Manajemen pemeliharaan ternak, pasca pelatihan manajemen IB.
Program pemuliaan ternak/breeding, aktivitas balai.
b) Bentuk pelayanan:
Pertemuan teknis, kunjungan lapangan, pengujian semen beku di
lapangan, evaluasi hasil pelaksanaan manajemen IB.
c) Biaya/tarif:
Tidak dikenakan biaya (gratis).
13

II

TATALAKSANA PRODUKSI DAN DISTRIBUSI SEMEN BEKU SAPI


BALI DI BALAI BESAR INSEMINASI BUATAN SINGOSARI, MALANG,
JAWA TIMUR

Oleh:
MUHAMMAD GUSTARA
200110140054

Abstrak
Sapi Bali merupakan plasma nutfah asli Indonesia memiliki keunggulan seperti
persentase karkas yang tinggi, daya tahan terhadap panas, adaptasi pakan yang
tinggi menjadi sangat menarik untuk mngetahui bagaimana cara BBIB Singosari
untuk mengembangkan ternak lokal potensial seperti sapi Bali. Alur produksi di
BBIB Singosari terdiri atas penampungan semen dengan teknik koleksi semen
menggunakan vagina buatan, proses pengujian serta pengemasan dalam
laboratorium, serta distribusi yang menggunakan pemetaan untuk mengantisipasi
terjadinya inbreeding disuatu daerah. BBIB Singosari telah menerapkan standar
SNI 01-4869.1:2008 untuk semen beku yang akan dipasarkan.
Kata Kunci : Proses produksi, semen beku, BBIB Singosari

2.1 Latar Belakang


Inseminasi buatan merupakan sebuah teknologi yang paling efisien dalam
peningkatan mutu genetik, karena pada dasarnya bahan yang digunakan pada
inseminasi buatan adalah semen yang didapat dari pejantan yang sebelumnya
telah diseleksi secara intensif sehingga memiliki kualitas yang tinggi. Dengan
adanya inseminasi buatan, peningkatan mutu genetik dapat ditingkatkan secara
efisien dan teratur. BBIB Singosari sebuah lembaga perbibitan ternak memiliki
tujuan untuk meningkatkan produksi ternak serta meningkatkan mutu genetik
yang baik di Indonesia. Sehingga harapan swasembada daging yang dapat tercapai
secara nyata, hal tersebut tentunya akan lebih efisien apabila menggunakan proses
inseminasi buatan untuk mencegah adanya inbreeding apabila kawin alam secara
acak. Dalam pengamatan yang dilakukan, sapi bali menjadi perhatian karena
14

sebagai sapi yang merupakan plasma nutfah asli Indonesia memiliki keunggulan
seperti persentase karkas yang tinggi, daya tahan terhadap panas, adaptasi pakan
yang tinggi menjadi sangat menarik untuk mngetahui bagaimana cara BBIB
Singosari untuk mengembangkan ternak lokal potensial seperti sapi bali.

2.2 Tujuan
1. Mengetahui tata cara pengenceran dan bahan pengencer semen beku di
Balai Besar Insenminasi Buatan Singosari Jawa Timur.
2. Mengetahui bagaimana proses pembekuan semen di Balai Besar
Insenminasi Buatan Singosari Jawa Timur.

2.3 Metode
Praktek kerja lapangan yang dilakukan meliputi kegiatan sebagai berikut :
1. Mengikuti aktivitas harian di BBIB Singosari Jawa Timur
2. Melaksanakan pengamatan dan praktek langsung mengenai pemeliharaan,
proses semen beku, dan pemasaran dan informasi di BBIB Singosari Jawa
Timur.
3. Berdiskusi dengan rekan pkl dan pegawai setiap bidang yang terlibat
mengenai setiap kegiatan yang dilaksanakan.
4. Melakukan pengumpulan data-data untuk memenuhi proses pelaporan
praktek kerja lapangan.

2.4 Hasil dan Diskusi


2.4.1 Penampungan Semen dan Laboratorium
2.4.1.1 Penampungan
Penampungan atau collecting merupakan tahapan paling awal dalam
proses pembuatan semen beku dengan cara menampung semen segar dari pejantan
unggul dengan menggunakan artifical vagina (AV). Pada proses penampungan
semen ada beberapa cara yaitu menggunakan artifical vagina, electroejaculator,
dan pemijatan. Akan tetapi di BBIB Singosari menggunakan metode koleksi
semen dengan vagina buatan atau artifical vagina karena dinilai lebih efisien
dengan memaksimalkan ejakulasi pejantan tersebut sehingga mendapatkan semen
secara maksimal.
15

Pada koleksi semen metode vagina buatan dibutuhkan sarana seperti


kandang jepit untuk menempatkan seekor bull teaser atau pejantan pemancing.
Bull teaser yang digunakan harus memiliki karakteristik yang tenang atau
cenderung lebih pendiam dibandingkan pejantan yang lain sesuai dengan
pernyataan toliehere (1979) dimana teaser bisa menggunakan pejantan dengan
syarat bertempramen rendah atau pendiam, tujuan utama adanya bull teaser ini
semata-mata untuk merangsang libido dari pejantan yang telah dijadwalkan untuk
ditampung semennya. Dalam sebuah kasus di BBIB Singosari ada beberapa
pejantan yang tidak mau naik pada proses koleksi semen yang sudah
dijadwalkan, hal ini bisa terjadi akibat kurangnya persiapan seperti kurang
bugarnya pejantan yang menyebabkan libido rendah atau bisa tejadi karena
pejantan tidak menyukai bull teaser yang ada. sehingga solusinya adalah
mengoper pejantan dengan bull teaser lainnya atau melakukan koleksi semen di
tempat yang berbeda karena libido dari pejantan ini dipengaruhi juga oleh mood si
pejantan tersebut.
Rata-rata penampungan semen pejantan di BBIB Singosari dilakukan
seminggu sekali berdasarkan jadwal yang telah ditentukan pada pukul 08.00 WIB.
Dalam sekali penampungan, semen pejantan bisa ditampung sebanyak 2 kali
ejakulasi dengan menyesuaikan kondisi sapi. Jika semen ditampung lebih dari 2
kali akan menyebabkan pejantan lelah serta menimbulkan kemungkinan kualitas
semen yang jelek. Pada proses collecting semen Sapi bali hanya dilakukan
seminggu sekali dengan sekali penampungan, hal tersebut didasari oleh kondisi
atau jenis sapi yang mempengaruhi proses penampungannya. Dalam proses
penampungan ada istilah false mounting yang memiliki pengertian semen tidak
langsung ditampung melainkan membiarkan pejantan menaiki bull teaser
sebanyak beberapa kali atau lebih. Pada pengamatan dilapangan sapi Bali
memiliki frekuensi mounting rata-rata 7-8 kali Hal ini di maksudkankan agar
semen yang di tampung merupakan semen yang memiliki konsentrasi terbaik.
Semen pejantan yang telah berhasil ditampung harus segera dibawa ke
laboratorium untuk dilakukan proses pemeriksaan. hal ini karena, semen tidak
16

memiliki kekuatan yang bertahan lama apabila berada di luar ruangan yang
terpapar sinar matahari langsung serta mecegah adanya kontaminasi dari
lingkungan sekitar. Semen yang sudah ada di laboratorium akan diproses menjadi
semen beku. Proses pengiriman yang tidak benar berdampak pula terhadap
kualitas semen dan tentunya akan menurun.
Ada beberapa hal yang harus disiapkan sebelum dilakukannya
penmpungan atau koleksi semen, antara lain:
a) Persiapan petugas pelaksana teknis
Petugas penampungan semen di BBIB Singosari terdiri atas handler sapi,
kolektor semen, dan petugas pembantu koleksi semen yang meemiliki tugas ditiap
divisinya seperti mempersiapkan sapi yang akan ditampung semennya,
penampung semen, penyedia alat vagina buatan serta pengantar semen ke
laboratorium. Petugas yang ada di area tersebut harus menggunakan pakaian
khusus seperti wearpack dan safety boots yang bersih untuk menunjang
keselamatan para pekerja yang bertugas serta mencegah kontaminasi
mikroorganisme, untuk kolektor semen wajib menggunakan sarung tangan steril
sekali pakai saat menampung semen untuk mencegah timbulnya penyakit pada
sapi yang ditampung dan kontamnasi pada semennya.
b) Persiapan alat dan tempat penampungan
Sanitasi dalam tempat penampungan sangatlah penting untuk mengantisipasi
adanya pencemaran pada semen dan meningkatkan kenyamanan sapi, untuk lebih
menjaga kenyamanan sapi pada saat penampungan semen di BBIB Singosari
diberi matras bedding. Selain fungsinya yang meningkatkan kenyamanan, bedding
ini pun berfungsi untuk meminimalisir kemungkinan cidera kaki pada saat sapi
utama menaiki bull teaser ataupun pada saat mendorong sewaktu ejakulasi. Dan
peralatan lain yang di persiapkan antara lain desinfektan, tali temali, handuk,
ember,dan preputium washing machine.

c) Persiapan Pejantan
17

Salah satu syarat sapi pejantan yang akan di tampung sudah dalam keadaan
bersih dan sudah diberi pakan. Sebelum penampungan dimulai petugas harus
sudah mempersiapkan daftar sapi-sapi yang akan ditampung sesuai dengan jadwal
yang ada. Pejantan yang disiapkan terdiri dari sapi yang ditampung semennya dan
bull teaser atau jantan pemancing, Bull teaser yang di gunakan adalah sapi jantan
yang sudah terbiasa menjadi teaser atau pemancing dan bertempramen rendah
atau cenderung diam. Pengunaan bull teaser yang selalu sama bertujuan agar sapi-
sapi yang akan di tampung memahami atau suka terhadap bull teaser tersebut.
Setelah semua siap kemudian sapi diikat di area penampungan. Saat akan di
tampung semennya,rambut di sekitar kelamin dan preputium pejantan dicuci
dengan larutan desinfektan ringan menggunakan preputium washing machine atau
jika terlalu panjang sebaiknya dipotong karena preputium ini bisa menyebabkan
kontaminasi semen pada saat ditampung.
d) Persiapan Artificial Vagina (AV)
Pada pelaksaaan dilapangan AV yang digunakan harus sudah disterilkan
sebelumnya, kemudian AV diisi air hangat dengan suhu akhir berkisar 40-50C
sesuai dengan kapasitasnya yaitu antara 550-650ml yang bertujuan untuk
mendapatkan kondisi yang sama seperti suhu vagina sapi. menurut Arifiantini
(2012) suhu akhir pada vagina buatan idealnya adalah 40-44C karena jika terlalu
panas kemungkinan sapi menarik kembali penis yang di penetrasikan dan jika
terlalu dingin ejakulasi bisa tidak maksmimal bahkan ejakulasi bisa tidak terjadi.
Pada saat akan digunakan, AV diolesi Lubricating Jelly dengan menggunakan
glass stick dimulai dari bagian AV terluar di lanjutkan melumasi bagian AV
sampai 1/3 bagian atas agar penis dapat masuk dengan lancar tanpa melukainya.
Bagian luar lubang AV tidak boleh tersentuh dengan tangan dan diletakan
disembarang tempat agar tidak terkontaminasi mikroorganisme.
Beberapa komponen pada AV masing-masing dapat dipisahkan dengan tujuan
mempermudah proses sterilisasi dan peyimpanan. Bagian-bagian dari komponen
tersebut terdiri atas:
18

o Selongsong karet tebal (heavy rubber cylinder) dengan lubang pengisi air
yang dapat ditutup
o Corong karet (rubber funnel) yang agak halus permukaannya atau biasa
disebut cone
o Gelas ukur berskala (collection tube 15 ml)
o Karet pengikat (rubber band)
o Kain atau penutup collection tube yang berwarna hitam
o Tangkai pelicin (Glass stick) untuk meratakan pelicin (Lubricant Jelly)
Apabila semua hal tersebut telah terpenuhi maka penampungan semen siap
dilaksanakan secara keseluruhan.

2.4.1.2 Pemeriksaan Laboratorium


1. Pemeriksaan Semen Segar
Pemeriksaan semen segar di lab yang sudah terstandar ISO 17025:2008
dilakukan untuk mengetahui kelayakannya sebelum mengalami proses
selanjutnya. Kelayakan ini ditentukan berdasarkan standar yang telah
ditetapkan BBIB singosari. Proses pemeriksaan semen ini harus dilakukan
dengan cepat setelah proses penampungan karena ditempat terbuka
kemungkinan kontaminasi dan kerusakan pada kualitas sperma akan sangat
besar.
Ada dua tipe pemeriksaan semen yang dilakukan pada umumnya, yaitu :
A. Pemeriksaan Makroskopis
Pemeriksaan makroskopis merupakan suatu evaluasi semen dengan mata
secara langsung tanpa memerlukan alat bantu. Pada pemeriksaan ini
dilakukan pengukuran volume, warna,dan pH.
Volume Semen
Volume semen dapat langsung diketahui dengan melihat skala pada semen
tube. Volume semen hasil penampungan . Volume yang dihasilkan masing-
masing pejantan berbeda, namun biasanya berkisar 5-11ml untuk seiap jenis
sapi. Dan untuk sapi Bali di BBIB Singosari rata rata volume semen
berkisar antara 5-7 ml sesuai dengan pengamatan dilapangan, hal ini pun
19

sesuai dengan pernyataan Maria (2016), kisaran normal volume semen sapi
bali antara 4-8 ml. Jadi bisa dikatakan volume semen yang dihasilkan oleh
sapi bali BBIB Singosari tergolong normal dan banyak. tetapi selain kondisi
sapi tersebut ada beberapa faktor yang menyebabkan rusaknya semen antara
lain adalah tingkat ejakulasi, keadaan bull teaser dan kolektor.
Warna
Warna semen normal adalah putih susu, atau krem. Jika semen yang
diterima diluar warna tersebut maka semen dikatakan abnormal. Warna semen
abnormal adalah kemerahan, kehijauan, atau kekuningan, Kemungkinan hal
tersebut terjadi karena mengandung darah, feses atau nanah. Akan tetapi
menurut penelitian Feradis (2010) Kira-kira 10% sapi menghasilkan semen
yang normal dengan warna kekuning-kuningan, warna kekuningan yang
dihasilkan suatu semen bukan berarti terkontaminasi nanah akan tetapi
disebabkan oleh riboflavin yang dibawa oleh satu gen autosom resesif dan
tidak mempunyai pengaruh terhadap fertilitas.
Uji pH Semen
pengujian dilakukan dengan cara pengambilan sampel semen yang
kemudian diteteskan pada kertas lakmus, kemudian cocokan warna dari
kertas lakmus yang sudah ditetesi dengan tabel warna standar pH lakmus dan
ditentukan pHnya. Standar pH semen di BBIB Singosari berkisar antara 6,2-
6,8.
B. Pemeriksaan Mikroskopis
Tujuan pemeriksaan mikroskopis pada smeen adalah untuk menganalisa
kondisi semen lebih intens dengan melihat pergerakan individu dan massa
meggunakan mikroskop dengan perbesaran 100 sampai 200 kali. Untuk
mengetahui gerak masa dan perbesaran 200 sampai 400 kali ,untuk
mengetahui gerak individu. Standar semen segar di BBIB Singosari yang
layak diproses ketahap selanjutnya dengan kriteria semen segar dengan
motilitas 70%, konsentrasi >2000 juta per sel per ml, gerakan massa 2+ atau
3+, dan presentase abnormalitas <15%. Untuk semen before freezing Standart
20

pada motilitasnya adalah 55% dengan gerak massa 2+ atau 3+, dan untuk
semen saat pengujian post thawing motility harus memiliki motilitas sebesar
40%. Apabila dibawah angka tersebut maka dinyatakan afkir.
C. Pemeriksaan Konsentrasi
Metode perhitungan konsentrasi sperma di BBIB Singosari dilakukan
dengan menggunakan alat spektofotometer, yaitu dengan mengambil sampel
(semen) sebanyak 0,04 ml kemudian dicampurkan dengan NaCl fisiologis
0,9% sebanyak 3,96 ml untuk pemeriksaan semen pada sapi yang di
homogenkan dengan thermomixer sebelum dimasukan kedalam alat
spektofotometer dan hasil baru dapat dibaca. Menurut Aerens dkk (2013),
menyebutkan bahwa standart perhitungan <1000 juta dikategorikan encer,
1000-1500 juta dikategorikan sedang, dan >1500 juta dikategorikan peka.

2.4.1.3 Pembuatan Pengencer dan Pengenceran Semen


Tujuan utama dari pengenceran semen adalah untuk memperbanyak
volume, memberi media yang cocok untuk hidup spermatozoa, menjaga pH,
tekanan osmotik, serta sebagai media perlindungan bagi sperma. Dalam proses
pengenceran, semen harus terhindar dari panas yang berlebihan, bahan beracun,
guncangan, berhubungan dengan udara luar dan sinar matahari secara langsung.
Proses pengenceran semen segar yang dilakukan di BBIB Singosari
memiliki 3 tahapan yang terdiri dari pengenceran A1, pengenceran A2, dan
pengenceran B. Bahan yang digunakan untuk setiap pengenceran sama. Tetapi
untuk bahan pengencer B ditambahkan Gliserol 13% yang berfungsi untuk
melindungi sperma pada waktu proses pembekuan.
Pemberian pengencer A1 dilakukan pada saat semen masih dalam keadaan
segar dengan perbandingan 1 : 1. Pemberian pengencer A2 dan B ditentukan
dengan rumus berikut:
Volume B = 0,5 x volume total
Volume A2 = 0,5 x volume total (Volume semen + Volume A1)
Volume total = Volume semua x Konsentrasi x 0,25
21

25.000.000
Pemberian pengencer A1 dilakukan setelah semen dinyatakan lulus apabila
telah memenuhi standar pada pengujian secara makroskopis dan mikroskopis.
Pengencer A1 diberikan saat suhu semen sudah dikondisikan menjadi 37C,
pengondisian ini dilakukan dengan proses perendaman didalam waterbath selama
15 detik. Setelah pencampuran selesai semen yang selesai diencerkan diletakan
kedalam waterjacket bersuhu 20C selama beberapa saat, hal ini dilakukan untuk
mengantisipasi temperature shock yang dapat membunuh sperma. Setelah proses
tersebut selesai maka dilakukan pendinginan awal dengan suhu 4 -5C
menggunakan cool top sampai suhunya sesuai dengan suhu pendingin, dan proses
pengenceran A2 baru bisa dilakukan sesuai dengan ketentuan rumus yang ada.
Setelah pencampuran selesai, tabung semen diberikan identitas dan ditutup
menggunakan aluminum foil untuk menghindari adanya kontaminasi dari mikroba
pada saat pendinganan lebih lanjut selama 18 24 jam dengan suhu 4-5C.
Pengenceran B dilakukan setelah selesai proses pendinginan lanjutan dengan
mencampur pengencer yang sudah ditambahkan gliserol 13% kedalam semen
sebelum dilanjutkan ke proses evaluasi before freezing untuk mengetahui
kelayakan motilitas sebelum dilanjutkan ke proses pre freezing.

2.4.1.4 Evaluasi before freezing (BF)


Before freezing merupakan tahap evaluasi kedua setelah proses
pengenceran B yang dilakukan untuk mengetahui motilitas sperma cair sebelum
dibekukan yang mana standar motilitas pada pengujian ini adalah >55% dengan
gerak massa 2+ atau 3+ sehingga apabila motilitas spermatozoa pada sperma cair
kurang dari 55% maka sperma akan diafkir

2.4.1.5 Printing Straw


Straw merupakan kemasan yang digunakan untuk semen beku, straw di
BBIB Singosari terbuat dari bahan polyvynil chlorida (PVC) bermerk minitube
22

produk dari jerman yang berbentuk pipa dengan salah satu ujungnya terdapat
sumbat yang terberisi kapas dan gel serbuk yang apabila terkena cairan akan
menyerap sehingga semen dapat tersumbat, istilah untuk sumbat tersebut adalah
factory plug. Straw yang sering digunakan untuk menyimpan semen memiliki 3
macam ukuran kapsitas, yaitu mini straw 0,25 ml, medium straw 0,50 ml, dan
large straw 1 ml. Straw yang digunakan di BBIB Singosari adalah mini straw
dengan panjang 13,5 cm dan berkapasitas 0,25 ml yang bisa menampung minimal
25 juta spermatozoa untuk sapi. Printing straw dilaksanakan setelah semen lolos
pengujian before freezing, Proses ini bertujuan untuk memberikan identitas pada
semen yang nantinya akan memudahkan proses pendistribusian. Untuk sapi bali
straw yang digunakan adalah straw berwarna merah, berikut contoh identitas
straw:
BBIB SGS SNI BALI DARMA 10571 PP 0116
Gambar 1. Identifikasi straw semen beku di BBIB Singosari
Keterangan:
BBIB SGS : Nama produsen
SNI : Standar yang digunakan
BALI : Bangsa pejantan
DARMA : Nama pejantan
10571 : Nomor kode pejantan
1 = kode pejantan Bali
07 = tahun lahir
67 = nomor pejantan di Balai
PP : kode batch (tahun pembuatan)
0116 : 01 adalah bulan produksi semen beku
16 adalah tanggal produksi semen beku

Tabel 4. Warna straw sesuai bangsa ternak


Kode Bangsa Warna
1. Bali Merah
23

2. Ongole Biru muda


3. Holstein Abu-abu
4. Brahman Biru tua
6. Simental Putih transparan
8. Limousin Pink
14. Brangus Hijau tua
16. Madura Hujau muda
17. Angus Oranye (warna blewah)
20. Kambing Kuning
Sumber : BBIB Singosari, 2017.

2.4.1.6 Filling & Sealing


Filling adalah proses pengisian semen yang telah diencerkan ke dalam
straw dengan menggunakan alat yang bekerja secara otomatis. Mesin tersebut
secara otomatis memasukkan semen cair sebanyak 0,25 ml ke dalam straw tetapi
kelemahannya ada pada proses pengisian pertama dimana semen yang disuntikan
kedalam straw tidak dapat sepenuhnya masuk secara penuh sehingga dibutuhkan
pemancing awal untuk lebih memantapkan proses filling.
Lalu dilanjutkan dengan proses sealing atau penyegelan dengan
mengepres ujung straw sehingga tertutup rapat, segel ini dinamakan laboratory
plug. Proses ini dilakukan di dalam cool top dengan suhu 4-7% agar sperma masih
tetap bertahan dengan kondisi yang sebelumnya, dalam sekali proses straw yang
di isi dan di segel adalah 4 straw

2.4.1.7 Penghitungan dan seleksi straw semen


Metode penghitungan dan seleksi straw setelah proses filling dan sealing
di BBIB Singosari menggunakan teknik racking dengan menggunakan rak straw
yang memiliki kapasitas 100 dan 175 straw per Rak. Proses penghitungan straw
biasa dilakukan di cooling top karena semen harus berada pada suhu 4-7C agar
kualitasnya tetap terjaga. Apabila ada kecacatan pada penyegelan straw atau
printing akan dipisahkan dan dicatat untuk kepentingan data perusahaan.
2.4.1.8 Pre Freezing
24

Pre freezing adalah tahapan selanjutnya setelah perhitungan selesai, proses


pre-freezing merupakan proses pendinginan lanjutan setelah sebelumnya
didinginkan dari suhu 40C menjadi -1400C, proses ini berjalan didalam mesin
bernama Digit Cool yang menyebarkan uap Nitrogen cair ke semua bagian atau
ruang didalam mesin tersebut melalui selang khusus dari tabung Vertical Gas
Liquid (VGL) selama 7 menit.
Pada proses tersebut terdapat penurunan suhu yang harus dilalui secara
drastis antara 0C s/d -60C. Pada saat-saat inilah fungsi gliserol saat pengenceran
B bekerja sebagai cryoprotective agent yang dapat mencegah terjadinya cold
shock pada saat proses pemberian uap nitrogen.

2.4.1.9 Freezing / Pembekuan Semen


Pada tahap pembekuan straw yang tadi telah di uapkan langsung
dimasukan kedalam goblet dan dimasukan kedalam storage container yang berisi
N2 cair bersuhu -196C sampai terendam sempurna. Kemudian dilakukan
pengecekan semen beku yang tidak memenuhi standar diantaranya straw yang
kosong, laboratory plug tidak tertutup rapat, straw yang hancur, serta adanya
rongga udara di dalam straw yang menandakan bahwa semen terisi kurang dari
0,25 ml akan mengapung . Goblet yang berisi semen beku dimasukkan pada
canister dan didata posisinya dibawah atau diatas sesuai dengan nomor container.
Kemudian dilakukan pencatatan pada semen beku sesuai dengan standart pada
buku produksi.

2.4.1.10 Evaluasi Post Thawing Motility (PTM)


Post Thawing Motility (PTM) merupakan proses evaluasi terakhir dalam
rangkaian proses produksi semen beku dimana semen yang sudah siap edar dites
kembali untuk menentukan kelayakan saat didistribusikan. Pada evaluasi PTM
diambil 2 sampel secara acak dari tiap pejantan Standar minimal motilitas
spermatozoa saat pemeriksaan PTM di BBIB Singosari adalah 40% apabila
nilainya dibawah nilai tersebut maka semen harus di afkir. Semen beku yang lolos
25

dalam pemeriksaan PTM segera diserahkan ke bagian pemasaran untuk dicek


lebih lanjut dengan maksud memastikan kondisi yang benar-benar siap jual.

2.4.2 Distribusi Semen Beku


Tujuan distribusi semen beku oleh unit pemasaran BBIB Singosari
dilakukan bukan hanya mendorong percepatan penyebaran bibit ternak saja, akan
tetapi juga memperhitungkan lokasi penyebaran di setiap area yang ada untuk
meminimalisir kemungkinan inbreeding pada suatu wilayah agar nantinya dapat
memenuhi persyaratan teknis bibit di suatu wilayah untuk perbaikan mutu genetik
dan produksi, hal ini tercantum pada Peraturan Direktur Jenderal Peternakan
Nomor: 12207/HK.060/F/12/2007 yang menyebutkan bahwa pengembangan
sentra pembibitan atau kawasan perbibitan harus disesuaikan berdasarkan potensi
atau agroekosistem.
Sistem pendistribusian di BBIB Singosari memiliki alur sebagai berikut :
a. Verifikasi Kesesuaian Isi Semen Beku dengan BAST (Berita Acara Serah
Terima)
Pengecekan kembali isi straw dalam container meliputi kode bull, nama bull
dan kode batch untuk memastikan isi straw di dalam container sudah sesuai
dengan BAST.
b. Pengukuran tinggi dan penambahan N2 cair pada container
Dilakukan dengan menggunakan mistar dan dimasukan kedalam container
secara perlahan agar suhu mistar dengan N2 cair sesuai, bertujuan untuk
menentukan jumlah kebutuhan N2 cair yang akan ditambahkan kedalam
container. Setelah itu tinggi N2 cair dicatat pada kartu identifikasi.
Container basah
Tinggi N2 cair x volume N2 cair pelanggan
Volume kapasitas container
Container kering
Volume total container x 1,5
c. Penyegelan pada tutup container.
26

Dilakukan dengan menggunakan kawat segel dan timah segel, tujuan


penyegelan ini untuk menjaga keamanan container dan menghindari
kecurangan yang mungkin terjadi selama proses pengiriman. Dilakukan
pengepakan container dengan menggunakan box yang menggunakan bahan
kayu, besi, dan fiber untuk mengamankan container dari benturan selama
proses pengiriman. Pada proses pengepakan juga dilakukan penempelan
stiker rambu-rambu penanganan container, identifikasi isi container, dan
alamat yang akan dituju.
d. Penimbangan berat container
Dilakukan untuk mengetahui berat container saat dikirim, saat proses
pengiriman N2 cair akan menguap sehingga akan menurunkan berat container
saat tiba ditangan konsumen.
Setiap Prosedur di dokumentasikan.
e. Penandatanganan oleh pihak ekspedisi.
f. Penempelan alamat dan kartu identifikasi.
g. Memasukan kedalam mobil ekspedisi. Selama proses distribusi pihak
ekspedisi akan menangani container sesuai dengan rambu - rambu yang telah
dicantumkan/diberikan oleh BBIB Singosari.
h. Siap untuk pengiriman.
Pembekuan semen merupakan usaha untuk menjamin daya tahan
spermatozoa dalam waktu yang lama, melalui proses pengolahan, pengawetan,
dan penyimpanan semen sehingga dapat digunakan pada suatu waktu sesuai
kebutuhan (Graha, 2005). Semen beku dapat bertahan sampai 1000 tahun lebih
apabila kondisi didalam kontainer tidak mengalami kebocoran dan kekurangan N2
cair, Untuk distribusi semen beku sapi bali di Indonesia BBIB Singosari banyak
mendapatkan permintaan dari koperasi daerah sulawesi, Bali bahkan sampai ke
Malaysia.

2.5 Kesimpulan
27

Berdasarkan pengamatan yang dilakukan selama Praktek Kerja Lapangan


(PKL) yang berlangsung di Balai Besar Inseminasi Buatan Singosari, Malang,
Jawa Timur dapat disimpulkan bahwa:
1. Kriteria pejantan yang akan ditampung ditentukan berdasarkan semennya,
umur pejantan, frekuensi ejakulasi, stress.
2. Persiapan di lakukan dalam penampungan semen adalah persiapan
kolektor dan handle, alat dan tempat penampungan, persiapan pejantan,
persiapan arena penampungan, persiapan pemancing atau bull teaser dan
persiapan vagina buatan atau artificial vagina.
3. Penampungan semen sapi FH di BBIB singosari dilakukan dengan
menggunakan alat bantuan artificial vagina atau vagina buatan.
4. Proses pembekuan semen sapi FH di BBIB Singosari sudah baik karena
setiap tahapannya mulai dari pengenceran, pre-freezing sampai pembekuan
telah sesuai dengan standar yang telah ditetapkan dan dipelajari
berdasarkan pengalaman.
5. Distribusi semen beku di Balai Besar Inseminasi Buatan Singosari terdapat
2 (dua) alur yaitu melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
(APBN) dan Badan Layanan Umum (BLU).
6. Alur distribusi semen beku yaitu Pengisian cek semen beku yang di pesan
sesuai berita acara, Pengukuran dan Penambahan N2 cair pada kontainer,
Penyegelan, Packing/Pengepakan, Penimbangan, dan Pengiriman.

Daftar Pustaka
Aerens, C., M.N. Ihsan, dan N. Isnaini. 2013. Perbedaan Kuantitatif dan
Kualitatif Semen Segar Pada Berbagai Bangsa Sapi Potong. Fakultas
Peternakan Universitas Brawijaya. Malang.

Arifiantini, R,lis. 2012. Teknik koleksi dan evaluasi pada semen ternak. IPB Press.
Bogor.

Badan Standarisasi Nasional. 2005. Semen Beku Sapi.

Feradis. 2010. Bioteknologi Reproduksi pada Ternak. Alfabeta. Bandung.


28

Graha, N. 2005. Recovery Rate dan Longivitas Pasca Thawing Semen Beku Sapi
FH (Frisian Holstein) Menggunakan Berbagai Bahan Pengencer. Skripsi.
Fakultas Kedokteran Hewan. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Noviana, Maria. 2016. Uji Viabilitas Spermatozoa Sapi Bali Jantan dengan
Menggunakan Larutan Natrium Clorida (NaCl) yang Berbeda Level.
Fakultas pertanian. Universitas Timor. NTT.

Peraturan Direktur Jenderal Peternakan Nomor: 12207/HK.060/F/12/2007.


Petunjuk Teknis Produksi dan Distribusi Semen Beku. Departemen Pertanian
Direktorat Jenderal Peternakan. Jakarta.

Toliehere, Mozes, R. 1979. Inseminasi buatan pada ternak. Angkasa. Bandung.


29

III
TATALAKSANA PRODUKSI DAN DISTRIBUSI SEMEN BEKU SAPI
ONGOLE DI BALAI BESAR INSEMINASI BUATAN SINGOSARI,
MALANG, JAWA TIMUR

Oleh :
FAZRIA INSANI ZAHRA
200110140111

Abstrak
Kegiatan praktek kerja lapangan (PKL) dilaksanakan pada tanggal 2 Januari
sampai dengan 3 Februari 2017 di Balai Besar Inseminasi Buatan (BBIB)
Singosari, Malang Jawa Timur. Kegiatan ini merupakan salah satu sarana
pembelajaran mahasiswa yang diselenggarakan secara langsung ke lapangan
untuk mengamati dan menganalisis fenomena-fenomena yang terjadi di lapangan.
Judul yang diangkat dalam laporan ini yaitu mengenai proses penampungan,
pengenceran, dan pembekuan semen serta distribusi semen beku sapi ongole.
Metode yang digunakan adalah observasi langsung ke lapangan yaitu dengan
mengikuti segala kegiatan rutin yang dilaksanakan di BBIB Singosari, melakukan
pengamatan dan berdiskusi dengan petugas yang terlibat langsung dalam kegiatan
tersebut.
Kata kunci: Proses Penampungan, Pengenceran, dan Pembekuan Semen,
Distribusi Semen Beku

3.1 Latar Belakang


Seiring dengan berjalannya waktu populasi masyarakat di Indonesia
mengalami peningkatan, hal ini juga mengakibatkan kebutuhan akan pangan
mengalami kenaikan contohnya makanan sumber protein asal hewan khususnya
daging. Berbagai macam cara dilakukan agar populasi ternak di Indonesia dapat
mengalami peningkatan contohnya dengan penerapan bioteknologi reproduksi
Inseminasi Buatan. Inseminasi buatan merupakan pemasukan atau penyampaian
semen ke dalam saluran kelamin betina dengan menggunakan alat-alat buatan
manusia, jadi bukan secara alam.
30

Pembekuan semen merupakan usaha untuk menjamin daya tahan


spermatozoa dalam waktu yang lama, melalui proses pengolahan, pengawetan,
dan penyimpanan semen sehingga dapat digunakan pada waktu sesuai kebutuhan
(Graha, 2005). Balai Besar Inseminasi Buatan (BBIB) Singosari secara aktif
memproduksi semen beku yang disebarkan ke berbagai wilayah khususnya dalam
negeri, semen tersebut diproduksi melalui berbagai tahapan yang harus dilakukan
secara tepat seperti penampungan semen, evaluasi semen, pengenceran,
pembekuan dan penyimpanan semen beku.
Semen yang telah dibekukan kemudian dipasarkan sehingga sampai ke
tangan konsumen. BBIB Singosari dalam memasarkan produknya memiliki
Bidang Pemasaran dan Informasi. Bidang pemasaran dan Informasi terdiri dari
dua seksi, yaitu Seksi Pemasaran dan Kerjasama juga Seksi Informasi dan
Pemantauan Mutu Semen.

3.2 Tujuan
Tujuan dari kegiatan Praktek Kerja Lapangan di BBIB Singosari ini adalah
sebagai berikut:
1. Mengetahui bagaimana tatalaksana penampungan, pengenceran, dan
pembekuan semen serta distribusi semen beku sapi ongole di BBIB
Singosari, Malang Jawa Timur.
2. Mempraktekkan serta membandingkan ilmu yang diperoleh di bangku
kuliah dengan keadaan di lapangan khususnya mengenai proses produksi
semen beku di BBIB Singosari.

3.3 Metode
Praktek kerja lapangan yang dilakukan meliputi kegiatan sebagai berikut:
1. Mengikuti kegiatan dan tatalaksana harian di BBIB Singosari Malang.
2. Melaksanakan pengamatan secara langsung dan menyeluruh terhadap
kondisi dan pengelolaan di BBIB Singosari Malang mengenai
penampungan, pengenceran, dan pembekuan semen serta distribusi semen
beku sapi ongole.
31

3. Melakukan diskusi dengan petugas atau karyawan pengawas bidang proses


produksi semen beku yang terlibat langsung dalam manajemen reproduksi
di BBIB Singosari Malang.
4. Melakukan pengumpulan data-data yang berhubungan dengan
penampungan, pengenceran, dan pembekuan semen serta distribusi
pemasaran dan informasi semen beku.

3.4 Hasil dan Diskusi


3.4.1 Proses Produksi Semen Beku

Memandikan sapi dan mencuci


preputium
Bangsa sapi pejantan: FH, Bali, Madura,
Brahman, Ongole, Simmental, Limousin,
Brangus, Angus
Penampungan semen

Tiap pejantan ditampung 1 kali tiap minggu, 2 -


3 kali ejakulasi

Evaluasi makroskopis

- Warna: Cream-Putih Susu-Kuning Muda


- PH: 6,2 - 6,8
- Volume: 2 10 ml
- Konsentrasi
- Bau

Pre Dilution (A1)

Semen segar ditambah Diluter A1


Semen segar: A1 = 1 :1

Evaluasi Mikroskopis

- Gerak/Motilitas Progresif maju ke depan (-)


+++ 70%
- Pemeriksaan Morfologi (% Abnormal 10%)
- Jumlah Sperma/Straw (0,25 ml) 25 x 106
Sperma
32

Diluter A2

- Filtrasi semen
- Penambahan Diluter A2 (1/2 dari total
volume)

Diluter B
Glicerol Equilibrasi Diluter A + Glicerol 13%

Evaluasi before freezing Motilitas progresif


+++ 55%

Printing straw

Injectin and sealing dengan ultra sonic filling


sealing machine

Prae Freezing

- Meletakkan rak straw di atas Nitogen Cair 5


cm (diuap Nitrogen) 4o - -130oC
Freezing Direndam dalam Nitrogen Cair
-196oC

Evaluasi

- Motilitas kurang dari 40%


- Jumlah sperma motil 10.000.000/ds

Storage

Distribusi
33

Ilustrasi 2. Proses Produksi Semen Beku

3.4.2 Penampungan semen


1) Persiapan Pejantan Sebelum Penampungan
Menurut Zenichiro dkk (2002) hal-hal yang harus diperhatikan sebelum
mengeluarkan pejantan dari kandang adalah nama sapi, bangsa sapi, warna
bulu, motif atau belang pada tubuh sapi, label di telinga, cap bakar. Syarat
pejantan yang akan ditampung semennya yaitu sehat (terdapat rekombinasi
dari klinik), sudah mandi atau dalam keadaan bersih terutama pada daerah
ventral abdomen disekeliling preputium dengan maksud untuk mencegah
adanya kotoran yang dapat mengkontaminasi semen segar dan sudah diberi
makan agar pejantan yang akan ditampung semennya memiliki banyak energi.
Rata-rata umur pejantan bangsa sapi ongole di BBIB Singosari yang sudah
dapat diambil semennya yaitu umur 2 tahun. Perbedaan semen yang
dihasilkan oleh sapi pejantan muda dan dewasa hanya terletak pada volume
yang dihasilkan. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Salisbury dan Van
Denmark (1985) yang menyatakan sapi jantan muda akan menghasilkan
semen dengan volume 12 ml lebih rendah dibandingkan sapi jantan yang lebih
tua dengan umur 2-7 tahun. Di BBIB Singosari tidak ada batasan umur
maksimal, jadi selama sapi tersebut produktif akan selalu ditampung, bahkan
ada yang sampai umur 12 tahun.

2) Persiapan Tempat Penampungan


Persiapan tempat penampungan dimulai dari membersihkan sampah dan
kotoran yang ada di tempat penampungan, memasang dan mengatur
matras/karpet. Karpet yang digunakan di BBIB Singosari terbuat dari serabut
kelapa karena selain ekonomis, karpet ini juga dapat melindungi ternak ketika
terjatuh karena sifatnya yang empuk.Hal tersebut sesuai dengan pernyataan
Toelihere (1981) yang menyatakan bahwa kandang penampungan harus
mempunyai lantai atau tempat berpijak yang tidak licin, rendah di belakang
34

tinggi di depan supaya tidak menghalangi pejantan menaiki dari belakang dan
menumpukan kaki-kakinya di samping pemancing tetapi mencegah
pemancing jangan terlepas atau melompat ke luar.

3) Persiapan Teaser (Pemancing)


Menurut Toelihere (1981) teaser yang digunakan pada saat proses
penampungan adalah sapi betina, bull teaser (pejantan pemancing), atau bisa
menggunakan dummy cow (hewan tiruan). Tujuan penggunaan bull teaser
yaitu untuk merangsang libido dari pejantan yang akan ditampung semennya.
Bangsa sapi ongole di BBIB Singosari lebih sering menggunakan bull
teaser. Salah satu kelebihan jika menggunakan bull teaser yaitu semen yang
didapatkan lebih bagus dari pada memakai dummy cow. Tetapi terdapat juga
beberapa kekurangan jika menggunakan bull teaser yaitu harus menggunakan
bull teaser yang butuh pejantan, banyak yang pincang karena sering dinaiki.
Karakteristik bull teaser yaitu ukuran lebih kecil, tenang, pendiam (tidak
aktif), postur tubuh tidak terlalu tinggi, tidak pincang dan sehat. Persiapan
bull teaser dimulai dengan memasukan ke dalam kandang jepit, lalu diikat
dengan cara mengikat bagian ekor, lalu dilewatkan pada perut bagian bawah
dan diikatkan pada leher. Hal-hal yang perlu diperhatikan untuk persiapan
bull teaser yaitu membersihkan badan teaser, terutama pada bagian belakang
(tempat mounting) denganhanduk yang sudah dibasahi dengan larutan
desinfektan ringan, membersihkan bagian pantat teaser setiap kali selesai
penampungan dan setiap kali selesai membuang kotoran.

4) Persiapan Artificial Vagina (AV) atau Vagina Buatan


Menurut Salisbury dan Van Denmark (1985), peralatan yang digunakan
dalam penampungan semen harus bersih, steril dan kering untuk menjaga
kebersihan semen yang tertampung tidak tercampur dengan kotoran dan
kuman-kuman penyakit. Metode penampungan semen sapi ongole di BBIB
Singosari yaitu dengan Artificial Vagina (AV) atau yang lebih dikenal dengan
35

Vagina Buatan, karena tidak menyakiti pejantan yang akan diambil semennya,
semen yang dihasilkan lebih bersih, kualitas lebih baik, dan maksimal.
AV yang digunakan ini sebelumnya sudah disterilkan, kemudian diisi air
hangat bersuhu 40-50C sebanyak 550-650 ml yang bertujuan untuk
mendapatkan kondisi yang sama seperti suhu vagina sapi aslinya. Menurut
Mac Millian dkk (1966) sewaktu penampungan semen suhu di dalam vagina
buatan berkisar antara 40oC dan 52oC. Apabila suhu di dalam vagina buatan
terlalu rendah akan mengakibatkan pejantan yang akan ditampung semennya
tidak mau berejakulasi, sedangkan bila suhu terlalu panas akan membunuh
spermatozoa atau menyakiti pejantan dan menyebabkan takut atau enggan
melayani vagina buatan. Pompa AV disesuaikan dengan kebutuhan sapi yang
akan di tampung, karena tiap sapimenyukai kekenyalan yang berbeda, sebelum
dipompa AV tersebut dikocok 2-3 kali, kemudian AV di olesi Lubricating Jelly
dengan menggunakan glass stick sampai 1/3 bagian dari atas. Hal tersebut
sesuai dengan penyataan Butarbutar (2009) yang menyatakan bahwa vagina
buatan dipompa melalui intik dan dioleskan bahan pelicin sebanyak 1/3
panjang vagina buatan. Bagian luar lubang AV tidak boleh tersentuh dengan
tangan dan diletakkan di sembarang tempat agar tidak terkontaminasi
mikroorganisme.

5) Pelaksanaan Penampungan Semen Segar


Hal-hal yang harus diperhatikan oleh kolektor pada saat menampung
semen adalah harus mengerti sifat-sifat sapi pejantan yang akan ditampung
semennya, seperti false mounting. Tujuan false mounting adalah untuk
mendapatkan ereksi penis yang sempurna, ketegangan yang sempurna untuk
menghasilkan daya dorong, daya jepit yang sempurna, dan meningkatkan
konsentrasi. Pejantan biasanya mengeluarkan cairan pelengkap, penis harus
dalam keadaan ereksi (keras dan merah) dan hindari penis menyentuh bagian
pantat teaser, preputium tidak boleh dalam keadaan kotor, penis yang kotor
36

(karena air seni atau tersentuh tangan) harus dilakukan pencucian preputium
lagi atau dibersihkan dengan handuk yang sudah diberi desinfektan.
Pejantan yang akan ditampung didekatkan pada bagian punggung ternak
pemancing, tujuannya untuk merangsang pejantan yangakan ditampung. Secara
perlahan akan terlihat perubahan atau tingkah laku kelamin yang khas pada
pejantan, dimana penis pejantan mulai keluar sedikit dari preputium dan
adanya keinginan untuk menaiki pemancing (Aqsa & Syarief, 2011 dan
Butarbatur, 2009).
Pada saat penampungan, kolektor berdiri di sebelah kanan pemancing
dengan tangan kanan memegang vagina buatan. Penis diarahkan ke vagina
buatan dengan posisi vagina buatan membentuk sudut 45 dengan garis
horizontal pemancing. Pada posisi ini, selain dari arahnya yang sesuai dengan
arah penis, juga memberi kesempatan pada air di dalam vagina menumpuk di
pangkalnya dan memberikan tekanan panas yang sesuai untuk merangsang
ejakulasi (Toelihere, 1981).
Dilakukan recording penampungan yang terdiri dari nama pejantan, kode
pejantan, ejakulasi, pemancing, lama ejakulasi, handle, libido, ereksi, daya
dorong, daya jepit, daya lompat, volume, kolektor, petugas handle setelah
semen sudah ditampung. Tabung penampung yang berisi semen segar dibawa
ke laboratorium untuk diuji dan diproses, selama pengiriman tabung koleksi
tidak boleh terkena sinar matahari yang dapat menyebabkan temperature shock
(perbedaan suhu antara semen dengan lingkungan) yang akan berpengaruh
pada kualitas semen itu sendiri, oleh karena itu tabung koleksi harus ditutup
dengan kain berwarna hitam.
Penampungan semen pejantan sapi ongole di BBIB Singosari dilakukan di
kandang bawah berdasarkan jadwal yang telah ditentukan. Sapi pejantan dan
teaser dikembalikan ke dalam kandang setelah penampungan selesai, kemudian
tempat penampungan dibersihkan dan disemprot dengan desinfektan. Vagina
buatan dan peralatan yang telah digunakan dicuci dengan sabun khusus lalu
37

dibilas air dingin, direndam dalam air panas bersuhu 90C dan disterilisasi
dengan sinar UV bersuhu 180C selama 15 menit.
Setiap pejantan di BBIB Singosari dilakukan penampungan sebanyak dua
kali per minggu, sesuai dengan kebutuhan. Penampungan semen dilakukan
sebanyak 2 kali ejakulasi, disesuaikan dengan kondisi kesehatan sapi, tetapi
jika kondisi pejantan kurang sehat, pincang maka penampungan dilakukan 1
kali dalam 1 kali ejakulasi. Rentan waktu yang dibutuhkan dari penampungan
pertama ke penampugan kedua minimal 15 menit. Apabila dilakukan
penampungan lebih dari 2 kali akan menyebabkan pejantan menjadi lelah,
kondisi fisik menjadi berkurang, kualitas semen berkurang dan konsentrasi
sperma rendah.

3.4.3 Prosesing Semen Beku


3.4.3.1 Pemeriksaan Semen Segar
Pemeriksaan semen segar bertujuan untuk mengetahui apakah semen segar
dapat diproses lebih lanjut atau tidak berdasarkan standar yang telah ditetapkan.
Proses pemeriksaan ini harus dilakukan dengan cepat untuk menghindari atau
meminimalisasi kerusakan, kematian, dan kehabisan energi bagi sperma.
Pengujian semen segar meliputi:
A. Pemeriksaan Makroskopis
Pemeriksaan ini dapat memperkirakan konsentrasi sperma dalam semen
dengan melihat warna dan kekeruhannya. Semen segar yang baru diperoleh,
langsung diperiksa di dalam tabung koleksi berskala. Berikut evaluasi semen
secara makroskopis:
1) Volume
Volume semen tertinggi yang dihasilkan oleh bangsa sapi ongole di BBIB
Singosari yaitu 10 cc, terendah 2 cc dan rata-rata 6 cc. Sesuai dengan
pendapat Toelihere (1981) dalam jenis ternak itu sendiri volume semen per
ejakulat berbeda beda menurut umur, bangsa, ukuran badan, tingkatan
makanan, frekuensi penampungan, dan berbagai faktor lain.
2) Warna
38

Warna semen yang diinginkan di BBIB Singosari yaitu putih susu, putih
kuning, dan putih bening. Jadi apabila warna semen yang dihasilkan tidak
sesuai maka semen telah tercampur dengan sesuatu. Sesuai dengan Toelihere
(1981) yang menyatakan bahwa semen sapi normal berwarna seperti susu
atau krem keputih-putihan dan keruh. Derajat kekeruhan bergantung pada
konsentrasi sperma.
3) Derajat Keasaman (pH) Semen
Pemeriksaan semen dilakukan dengan cara mengambil sampel semen
kemudian di teteskan pada kertas BTB (Brom Timol Blue), kemudian
ditentukan pHnya dengan cara mencocokan warna kertas BTB yang telah
ditetesi semen dengan tabel warna standar pH paper BTB. Standar pH semen
berkisar 6,2-6,8.
4) Konsistensi
Konsistensi atau derajat kekentalan dapat diperiksa dengan
menggoyangkan tabung berisi semen secara perlahan-lahan. Kategori
konsistensi berdasarkan konsentrasi yang diperoleh yaitu kurang dari 1000
(encer), 1000-1499 (sedang), diatas 1500 (pekat).

B. Pemeriksaan Mikroskopis
Pemeriksaan semen secara mikroskopis ini bertujuan untuk menganalisa
kondisi semen lebih dalam lagi. Pemeriksaan ini meliputi:
1) Gerakan Massa
Gerakan massa spermatozoa diamati dengan cara meletakkan satu tetes
semen diatas gelas objek tanpa diberikan pengencer dan cover glass kemudian
diamati pada perbesaran 100 kali. Menurut Toelihere (1985), gerakan massa
spermatozoa digolongkan: Sangat baik (+++ atau 3+), baik (++ atau 2+),
lumayan atau sedang (+ atau 1+), buruk (nekrospemia atau nilai 0).
2) Gerakan Individu
Gerakan individu diamati dengan cara meletakkan satu tetes semen diatas
gelas objek dengan diberikan pengencer dan cover glass kemudian diamati
39

pada perbesaran 100-200 kali. Standar motilitas semen segar di BBIB


Singosari minimal 70% dengan pengecualian dilakukan uji coba pada
motilitas 60%-65% dan abnormalitas harus kurang dari 10%.

C. Konsentrasi
Alat pengukur konsentrasi yang digunakan di BBIB Singosari yaitu
foktometer. Caranya dengan menambahkan NaCl 0,9% 3,5 ml dan untuk
semennya (semen sapi) 35 mikrolit, sedangkan NaCl 0,9%, 4 ml dan untuk
semennya (semen kambing) 8 mikrolit. Homogenkan dengan thermomixer lalu
pindahkan ke cuvvet dan masukan ke dalam alat spektrofotometer. Tujuan dari
penentuan penilaian konsentrasi pada spermatozoa adalah menentukan jumlah
pengencer dan jumlah straw filling yang dibutuhkan untuk setiap semen
individu.

3.4.3.2 Pengenceran dan pembekuan semen beku


1) Pengenceran
Semen perlu dicampur dengan larutan pengencer yang menjamin
kebutuhan fisik kimiawi dan disimpan pada suhu dan kondisi tertentu yang
mempertahankan kehidupan sperma selama waktu yang diinginkan untuk
kemudian dipakai sesuai dengan kebutuhan.
Fungsi dari pengencer itu sendiri yaitu untuk menyediakan zat-zat
makanan sebagai sumber energi bagi sperma, melindungi dari cold shock,
penyanggah untuk mencegah perubahan pH akibat pembentukan asam laktat,
mempertahankan tekanan osmotik dan keseimbangan elektrolit, mencegah
pertumbuhan kuman, memperbanyak volume semen. Syarat pengencer semen
yang baik diantaranya yaitu berbahan murah, praktis, sederhana, mengandung
unsur-unsur yang hampir sama sifat fisik dan kimiawi, mempertahankan dan
tidak membatasi daya fertilitas sperma, pergerakan sperma masih dapat
terlihat.
Tabel 5. Bahan Pembuat Pengencer volume 1500 ml di BBIB Singosari
40

Nama Bahan Jumlah


Triss Amino Methan 17,25 gr
Lactose 15,55 gr
Citrid Acid 9,65 gr
Raffinose 27,25 gr
Aquadest 880 ml
Penniciline 1.000.000 gr/lt
Streptomycine 1.000.000 gr/lt
Egg Yolk 220 ml
Sumber: BBIB Singosari, 2015
Bahan-bahan yang digunakan untuk membuat pengencer dengan volume
1500 ml di BBIB Singosari beserta fungsinya disajikan dalam tabel 3.1
a. Kuning telur, berfungsi untuk mempertahankan serta melindungi integritas
dari selubung lipoprotein dari spermatozoa.
b. Tris amino methane, berfungsi sebagai buffer untuk mencegah adanya
perubahan pH yang diakibatkan adanya asam laktat serta hasil dari
metabolisme dari spermatozoa, selain itu berfungsi untuk mempertahankan
tekanan osmotik serta keseimbanan elektrolit.
c. Citric Acid, berfungsi sebagai buffer, anti oksidan, mengurangi peroksida
lipid dari membran plasma spermatozoa serta sebagai ion kalsium yang
dibutuhkan oleh spermatozoa pada saat freezing.
d. Lactose dan Rafinose, berfungsi sebagai sumber energi bagi spermatozoa
sedangkan rafinose berfungsi sebagai transpalasi organ manusia dan
hewan menyampaikan cairan dengan komponen utama melindungi dan
memperpanjang kelangsungan hidup.
e. Penicillin dan streptomycin, berfungsi untuk mencegah adanya
pertumbuhan dari mikroorganisme yang nantinya dapat mempengaruhi
motilitas spermatozoa.

f. Destilled water sebagai pelarut seluruh bahan yang akan dicampurkan


g. Glycerin yang hanya ditambahkan pada pengencer B, berfungsi
mencengah adanya cold shock.
Pencampuran larutan pengencer dengan semen segar di BBIB Singosari
dilakukan dengan proses yang bertahap mulai dari pencampuran dengan
41

larutan A1, A2, dan yang terakhir pencampuran dengan larutan pengencer B,
maksud dari pencampuran yang bertahap adalah untuk menjaga kestabilan
suhu sperma saat suhu sperma tersebut diturunkan.
Perhitungan penambahan volume pengencer:
1. Perhitungan Volume total

V.Total (ml) =

2. Perhitungan Volume Pengencer A1 Dilution


VA1 = Perbandingan 1:1 antara semen segar dengan larutan A1.
3. Perhitungan Volume Larutan Pengencer B

V. Larutan pengencer B yang ditambahkan (ml) =

4. Perhitungan Volume Larutan Pengencer A2 yang ditambahkan


V. Lar. Pengencer A2 = VA2 = Vb (VS + VA1)
5. Perhitungan Dosis atau Jumlah Straw yang Digunakan

Ps =

Keterangan:
Vt : Volume Total
Vs : Volume semen
VA1 : Volume Pengencer A1
VA2 : Volume Pengencer A2
VB : Volume Pengencer B
Ps : Printing straw
Pengenceran A1 dengan menambahkan trish kuning telur dengan
perbandingan 1:1 dengan menghangatkan dulu di water batch bersuhu 33oC.
Memasukkan air dalam water bath bersuhu 33oC ke dalam gelas setinggi
larutan yang ada di dalam tabung semen, fungsinya untuk menyesuaikan suhu
42

atau menurunkan suhu semen secara perlahan agar tidak terjadi temperatur
shock. Memasukkan ke dalam cool top hingga terjadi penurunan suhu 4-7oC
untuk dilanjutkan pengenceran A2. Untuk pencampuran A2 sesuai dengan
perhitungan yang telah dilakukan. Pada saat menambahkan pengencer A2,
suhu larutan semen A1 bersuhu 4-5oC karena jika suhu tinggi dapat
menyebabkan temperature shock, setelah selesai semen tersebut dipindahkan
ke tabung erlenmeyer. Hasil ejakulasi pertama dan kedua digabungkan jika
motilitas keduanya sama, tetapi jika berbeda akan dipisahkan untuk evaluasi
before freezing. Semen disimpan di lemari pendingin bersuuhu 4-7 oC.
Penambahan pengenceran B dilakukan keesokan harinya dengan
menambahan trish kuning telur dengan glycerol 13%, tetapi yang masuk ke
semennya sebanyak 6,5%.
2) Evaluasi Before Freezing
Evaluasi before freezing dilakukan untuk mengetahui motilitas sperma
setelah pengenceran terhadap daya tahan spermasebelum dikemas dalam
bentuk straw. Semen hasil pengenceran akan diafkir jika tidak lolos evaluasi.
Evaluasi before freezing dilakukan dengan mengambil semen yang telah
diencerkan dengan menggunakan glass stick dan menempatkannya pada
object glass dan ditutup, kemudian dilakukan pengamatan di bawah
mikroskop dengan perbersaran 200400 kali.
3) Printing Straw
Kemasan produk semen beku di BBIB Singosari adalah berupa mini straw,
dengan kapasitas 0,25 ml yang mana setiap bangsa sapi dibedakan dalam
warna straw yang berbeda dan kode bull atau kode produksi yang dicetak.
Warna straw untuk bangsa sapi Ongole yaitu biru muda.Printing straw
dilakukan menggunakan mesin jetz printing. Printing straw dilaksanakan
bersamaan dengan waktu pengenceran setelah diketahui berapa jumlah straw
yang akan dicetak.Straw yang akan diprinting diberi keterangan jenis pejantan,
nama pejantan, kode pejantan, batch number, dan produsen semen. Jumlah
43

printing straw tergantung dari banyaknya semen dalam ejakulasi. Biasanya


bangsa sapi Ongole dapat memperoleh 150-200 straw.
Straw dimasukkan kedalam alat sterilisasi ultra violet selama 15 menit,
yang bertujuan untuk mengurangi adanya resiko kontaminan dari
mikroorganisme.
4) Filling dan Sealing
Proses ini merupakan proses pengisian semen yang telah diencerkan ke
dalam straw menggunakan alat otomatis. Mesin tersebut memasukan semen
cair sebanyak 0,25 cc dan menutup ujung straw dengan sumbat lab. Ketika
proses pengisian semen kedalam straw, fleksible rubber set long neddle dan
tipper disk (tempat semen) harus selalu diganti untuk pengisian semen yang
berbeda, yang bertujuan untuk menghindari percampuran semen satu dengan
yang lainnya.
5) Perhitungan Straw
Straw disusun di rak straw dan dihitung jumlahnya.Terdapat dua jenis rak
straw yang digunakan di BBIB Singosari yaitu rak straw berukuran kecil
kapasitas 100 straw dan besar kapasitas 175 straw. Perhitungan straw
dilakukan di dalam mesin prae freezing bersuhu 3-5C, hal ini bertujuan
untuk menjaga kondisi suhu straw.
6) Prae Freeezing
Proses ini dilakukan menggunakan digit cool dengan penstabilan suhu
hingga mencapai 4C selama 5 menit, kemudian dimulai proses prae freezing
selama 7 menit hingga suhu turun menjadi -140C. Semen beku disusun
dalam rak susun agar memudahkan dalam proses. Pengawasan penurunan
suhu straw berisi semen cair diamati melalui monitor yang menunjukkan
garis kuning (setting-an suhu digit cool), garis merah (suhu di ruang digit
cool), dan garis biru (suhu sample straw). Straw dihitung dan dimasukkan ke
dalam goblet dengan posisi sumbat laboratorium di atas dan sumbat pabrik di
bawah.
7) Freezing
44

Proses freezing ini dilakukan di dalam container storage yang telah berisi
N2 cair bersuhu -196C. Straw di dalam goblet dicelupkan ke dalam N2 cair
yang berada di container storage dengan tujuan untuk pembekuan semen cair
yang berada di dalam straw, selain itu untuk mengetahui kerusakan saat proses
filling sealing melihat straw yang mengambang di N2 cair. Saat proses
freezing posisi sumbat lab berada diatas dan sumbat pabrik dibawah. Straw di
dalam goblet dimasukkan kedalam canester kemudian dimasukkan kedalam
container. Hal yang perlu diperhatikan selama proses freezing adalah
mengecek kembali nama serta kode pejantan di tiap goblet sebelum
dimasukkan ke dalam canester untuk dilakukan pencatatan jumlah dan letak
semen beku dalam container.
8) Pemeriksaan Post Thawing Motility
Proses ini biasanya dilakukan sehari setelah proses freezing. Pada
pengujian ini dilakukan pengambilan dua sampel semen secara acak yang
telah dibekukan. Alat yang digunakan yaitu mikroskop yang dihubungkan
dengan monitor. Menyiapkan air hangat dengan suhu 37-38C di water bath,
kemudian merendam straw selama 15-30 detik dengan posisi vertikal atau
horizontal agar straw terendam seluruhnya, angkat straw dan keringkan
dengan kertas tissue. Memotong straw pada bagian sumbat lab dan bagian
tengah, setelah itu meneteskan pada slide glass dan ditutup dengan cover
glass. Pengamatan dilakukan dengan menggunakan mikroskop pada
perbesaran 200-400 kali.
Standar Motility pada proses ini adalah 40% (+++ atau ++), apabila
dibawah standar, maka perlu dilakukan PTM (Post Thawing Motility) lagi. Hal
itu untuk membandingkan dengan pengujian sebelumnya. Apabila pengujian
kedua tetap didapatkan motilitas dibawah 40% maka semen beku akan diafkir
dengan cara dibakar dan dibuatkan berita acara pengafkiran, sedangkan untuk
semen beku yang lolos uji PTM akan dibuatkan berita acara serah terima.

3.4.4 Distribusi Semen Beku


45

Distribusi semen beku diBBIB Singosari terdapat dua alur, yaitu melalui
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yang ditetapkan oleh
Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan dan Badan Layanan Umum
(BLU).
a. Prosedur APBN
Prosedur APBN ini semua sudah ditentukan oleh Direktorat Jenderal
Peternakan dan Kesehatan Hewan baik jumlah semen beku maupun bangsa
ternak yang akan didistribusikan ke daerah tujuan. Cara pendistribusian semen
beku dengan APBN yaitu:
1. Dinas Peternakan provinsi mengajukan surat permohonan rencana alokasi
distribusi semen beku ke Direktur Perbibitan Direktorat Jenderal
Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian dengan
Tembusan ke BBIB Singosari.
2. Kepala BBIB Singosari meminta Kepala Bidang Pemasaran dan
Informasi membuat rencana alokasi sesuai stok semen beku, potensi
pejantan dan dana APBN.
3. Mengirim rencana distribusi ke Direktur Perbibitan Direktorat Jenderal
Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian setelah
diverifikasi oleh Kepala BBIB Singosari.
4. Menerima surat persetujuan rencana distribusi dari Direktur Perbibitan
dan Produksi Ternak Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan
Hewan Kementrian Pertanian.
5. Menghubungi/menginformasikan Dinas Peternakan Provinsi untuk
mengirim container kosong ke BBIB Singosari.
6. Container yang datang di data.
7. Membuat surat order ke bagian penghitungan sesuai barang yang akan
dikirim.

b. Badan Layanan Umum (BLU)


46

BLU merupakan satuan kerja yang menerima secara fleksibilitas


pengelolaan keuangan dalam pengelolaan APBN/APBD.BLUmerupakan
pembaharuan manajemen keuangan sektor publik, demi meningkatkan
pelayanan pemerintah terhadap masyarakat.
Pendistribusian semen beku melalui BLU:
a. Pelanggan Swasta/Koperasi/Pemerintah mengajukan permohonan melalui
surat, telepon, faximile, sms ke BBIB Singosari.
b. Mengecek stock semen beku yang tersedia meliputi jenis bangsa dan
jumlahnya.
c. Konfirmasi ke pelanggan kebutuhan semen beku yang dilayani serta
jumlah dan administrasi dan sarana penunjung yang harus disiapkan.
d. Pelanggan mengirim container kosong dan mentransfer dana.
e. Membuat surat order sesuai pesanan yang masuk.
Setelah semen beku lolos uji kualitas semen dari laboratorium uji mutu
semen ISO/IEC 17025:2005 kemudian didistribusikan sesuai dengan pesanan
konsumen.
a. Proses persiapan dan pemeriksaan container
Pada saat container datang, akan dilakukan identifikasi pada kondisi
fisiknya meliputi pemeriksaan kerusakan, kebocoran, kelengkapan isi
container seperti canister, dan goblet. Container selanjutnya diisi dengan N 2
cair dan didiamkan selama satu minggu. Apabila terjadi kebocoran maka akan
ada kristal es di sekitar tutup container, badan container berembun, dan
apabila di cek ketinggian nitrogen cairnya menurun drastis.
b. Perhitungan straw
Proses ini dilakukan sebelum didistribusikan, dengan tujuan untuk
memastikan jumlah straw sudah sesuai dengan pesanan. Perhitungan
dilakukan menggunakan rak straw kapasitas 100 straw.
c. Identifikasi isi container
Identifikasi isi container meliputi bangsa, namabull, kode bull, kode
batch, letak canister, letak goblet dan PTM sesuai dengan isi berita acara.
d. Pengukuran dan penambahan N2 cair pada container
47

Dilakukan dengan menggunakan mistar dan memasukan kedalam


container secara perlahan agar suhu mistar dengan N2 cair sesuai, bertujuan
untuk menentukan jumlah kebutuhan N2 cair yang akan ditambahkan kedalam
container. Setelah itu tinggi N2 cair dicatat pada kartu identitas.
e. Penyegelan pada tutup container
Penyegelan tutup container menggunakan segel timah BBIB Singosari.
f. Packing container
Dilakukan pengepakan container dengan menggunakan boxkayu, pada
proses pengepakan juga dilakukan penempelan stiker rambu-rambu
penanganan container, identifikasi isi container, dan alamat yang akan dituju.
g. Penimbangan berat container
Dilakukan untuk mengetahui berat container saat dikirim, saat proses
pengiriman N2 cair akan menguap sehingga akan menurunkan berat container
saat tiba ditangan konsumen. Namun pengurangan berat tidak terjadi secara
signifikan, sehingga apabila berat kontairner merosot secara drastis maka
dapat disimpulkan terjadi kesalahan penanganan pada saat pengiriman.
h. Pendataan oleh pihak ekspedisi.
i. Penempelan alamat dan kartu identitas yang ditandatangani pihak
ekspedisi dan petugas balai.
j. Memasukan kedalam mobil ekspedisi
Container terdokumentasi dan jaminan tidak rusaknya terasuransi oleh
pihak ekspedisi

3.5 Kesimpulan
1. Proses produksi semen beku di BBIB Singosari sudah berdasarkan standar
ISO/IEC 17025-2005. Hal ini dibuktikan dengan kualitas semen segar dan
semen beku yang dihasilkan sudah memenuhi standar yang diterapkan.
2. Penampungan semen di BBIB Singosari menggunakan metode Artificial
Vagina (AV) atau Vagina Buatan, karena tidak menyakiti pejantan yang
akan diambil semennya, semen yang dihasilkan lebih bersih, kualitas lebih
baik, dan maksimal.
48

3. Prosesing semen segar di Balai Besar Inseminasi Buatan Singosari dimulai


dari pemeriksaan makroskopis, mikroskopis, dan konsentrasi, kemudian
dilanjutkan dengan pengenceran semen, evaluasi before freezing,
printingstraw, filling sealing, perhitungan straw, prae freezing, freezing,
dan pemeriksaan post thawing motility.
4. Distribusi semen beku di Balai Besar Inseminasi Buatan Singosari terdapat
2 (dua) alur yaitu melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
(APBN) dan Badan Layanan Umum (BLU).

Daftar Pustaka
Arifiantini, I., T. L. Yusuf, dan N. Graha. 2005. Longivitas dan recovery rate
pasca thawing spermatozoa beku sapi Friesian Holstein menggunakan
bahan pengencer yang ber-beda. Buletin Peternakan 29: 53-61.

Aqsa, M. dan M syarief.2011. Pedoman Teknis Penampungan Semen.Dinas


Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Sulawesi Selatan.

Butarbatur, E.K. 2009.Efektivitas Frekuensi Exercise terhadap Peningkatan


Kualitas Semen Sapi Simmental.Universitas Sumatra Utara. Medan.

Djanuar, R,. Haryati. C. T. R. Tagama. 1985. Dasar-Dasar Insemenasi Buatan


Pada Ternak Sapi. Laboratorium Fisiologi dan Reproduksi Ternak Fakultas
Peternakan Universitas Jendral Soedirman, Purwokerto.

Mac Millan, K.L., H.D. Hofs & C. Desjardins, 1966; Some semen characteristics
in dairy bulls ejaculated with artificial vagina at varying temperatures, J.
Dairy Sci., 49, 1132

Salisbury G.W, dan N.L. VanDenmark. 1985. Fisiologi Reproduksi dan


Inseminasi Buatan pada Sapi. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
(Diterjemahkan oleh: R. Djanuar).

Toilehere, M.R., 1981. Inseminasi Buatan pada Ternak.Angkasa. Bandung.

Zenichiro, K., Herliantien dan Sarastina. 2002. Practical Instruction Technology


of Frozen Semen Processing for Cattle. Balai Besar Inseminasi Buatan
Singosari. Malang.
49

LAMPIRAN

Lampiran 1. Vagina Buatan Lampiran 2. Penampungan Semen


Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2017 Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2017

Lampiran 3. Bank Sperma Lampiran 4. Straw


Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2017 Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2017

Lampiran 5. Pengamatan Mikroskopis Lampiran 6. Prae Freezing


Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2017 Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2017
50

IV
TATALAKSANA PRODUKSI DAN DISTRIBUSI SEMEN BEKU SAPI
FRIESIAN HOLLAND DI BALAI BESAR INSEMINASI BUATAN
SINGOSARI, MALANG, JAWA TIMUR

Oleh :
LUTHFI MUTIA SYAFEI
200110140114

Abstrak
Laporan PKL ini dibuat setelah melakukan kegiatan PKL dari tanggal 2 Januari
sampai 3 Februari 2017 di Balai Besar Inseminasi Buatan Singosari yang
merupakan Unit Pelaksana Teknis (UPT) Direktorat Jenderal Peternakan dan
Kesehatan Hewan yang berada di Singosari, Jawa Timur. Laporan Praktek Kerja
Lapangan (PKL) ini bertujuan untuk menambah pengetahuan, pengalaman, serta
menerapkan dan membandingkan antara teori dengan praktek kerja di lapangan.
Inseminasi Buatan merupakan bioteknologi reproduksi ternak yang
memungkinkan manusia dapat mengawinkan ternak betina tanpa seekor pejantan
yang utuh. Penampungan semen bertujuan untuk memperoleh semen dari pejantan
yang kualitasnya baik untuk diproses lebih lanjut untuk keperluan inseminasi
buatan. Evaluasi semen segar ada tiga macam yaitu pengujian secara makroskopis
meliputi volume, warna, pH, pengujian secara mikroskopis yang meliputi
pengamatan gerak massa dan gerak individu dan pengujian konsentrasi dan
konsistensi.
Kata Kunci: Produksi Semen Beku, Distribusi Semen Beku, Sapi Fries
Holland

4.1 Latar Belakang


Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan produktifitas
ternak yaitu dengan melakukan persilangan sapi betina lokal dengan bibit sapi
jantan unggul melalui penerapan teknologi Inseminasi Buatan (IB). keberhasilan
IB sangat ditentukan oleh beberapa aspek diantaranya adalah kualitas bibit jantan
(semen) yang digunakan.
Faktor utama yang mempengaruhi keberhasilan IB ialah kualitas semen
yang digunakan. Selain itu, keberhasilan IB juga dipengaruhi oleh reproduksi
51

ternak betina dan keterampilan petugasnya, ketepatan dan pelaporan deteksi


berahi, serta pemeliharaan ternak betina. Oleh sebab itu untuk terjaminnya mutu
semen beku sapi yang beredar, perlu ditetapkan standar semen beku sapi. Mutu
semen beku sapi yang memenuhi standar harus didukung oleh penanganan yang
baik dan benar agar mutu semen beku sapi dapat dipertahankan hingga siap untuk
diinseminasikan. Kualitas semen yang digunakan untuk inseminasi buatan harus
memenuhi persyaratan seperti volume, warna, pH, konsistensi, motilitas,
konsentrasi, dan morfologi sperma untuk mempertahankan kualitas semen.
Balai Besar Inseminasi Buatan (BBIB) Singosari secara aktif
memproduksi semen beku yang disebarkan ke seluruh pelosok tanah air. Semen
beku tersebut diproduksi melalui berbagai tahapan yang harus dilakukan secara
tepat seperti penampungan semen, evaluasi semen, pengenceran, pembekuan dan
penyimpanan semen beku serta pemasaran semen beku.

4.2 Tujuan
1. Meningkatkan wawasan dan kemampuan diri dalam mengembangkan
keterampilan yang tidak diperoleh dalam perkuliahan.
2. Memahami proses penampungan semen, evaluasi semen, pengenceran
semen, pembekuan semen dan pemsaran semen beku pada sapi FH
(Friesian Holland).
3. Membandingkan antara teori yang didapatkan di bangku perkuliahan
dengan praktek di lapangan.

4.3 Metode
Metode pengamatan yang dilakukan selama PKL (Praktek Kerja
Lapangan) adalah mengikuti dan terjun langsung untuk melakukan aktivitas yang
ada di BBIB Singosari yang bertujuan untuk memahami secara langsung kegiatan
dan tata cara yang dilakukan dalam penampungan semen pejantan sapi FH hingga
proses distribusi semen beku sapi FH, melakukan wawancara dan diskusi
langsung dengan para pekerja dan koordinator lapang, serta mengambil data dari
literatur yang terkait.
52

4.4 Hasil dan Diskusi


4.4.1 Penampungan Semen
Penampungan adalah proses pengambilan sperma dari pejantan unggul
dengan menggunakan vagina buatan. Pada proses penampungan semen ini
dibutuhkan seekor bull teaser atau yang lebih dikenal dengan sebutan pejantan
pemancing. Penggunaan bull teaser dalam hal ini bertujuan untuk merangsang
libido dari pejantan yang telah dijadwalkan untuk ditampung semennya.
Semen pejantan yang telah berhasil ditampung harus segera dibawa ke
laboratorium untuk dilakukan proses pemeriksaan untuk selanjutnya diproses
menjadi semen beku. Namun, perlu diperhatikan bahwa semen tersebut harus
terhindar dari debu, air, suhu dingin dan sinar matahari langsung. Hal ini
bertujuan untuk menjaga kualitas semen serta terhindar dari kontaminasi
mikroorganisme. Lamanya proses pengiriman juga bisa menjadi salah satu faktor
yang menyebabkan semen menurunnya kualitas semen.
Penampungan semen yang dilakukan di BBIB singosari menggunakan
Vagina Buatan (Artificial Vagina)dan dummy cow digunakan sebagai teaser untuk
pengganti bull teaser. Penampungan semen pejantan dilakukan berdasarkan
jadwal yang telah ditentukan.Setiap pejantan yang ada di Balai Besar Inseminasi
Buatan Singosari dilakukan penampungan paling banyak 2 kali per minggu atau
tergantung tingkat produksi setiap sapi pejantan. Apa bila dilakukan
penampungan semen lebih dari 2 kali akan menyebabkan pejantan lelah dan
konsentrasi sperma yang rendah. Jadwal penampungan semen sapi FH di BBIB
Singosari dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6. Jadwal Penampungan Semen di BBIB Singosari
Hari Bangsa Sapi Area Penampungan
Senin FH Penampungan Bawah
Kamis FH Penampungan Bawah
Sumber : BBIB Singosari, 2017
53

4.4.2 Tahapan Proses Penampungan Semen


4.4.2.1 Kriteria Pejantan
Kriteria yang digunakan untuk menentukan pejantan yang akan ditampung
semennya adalah umur pejantan, frekuensi ejakulasi, dan stress.
1. Umur Pejantan
Umur pejantan FH yang di tampung di Balai Besar Inseminasi Buatan
Singosari adalah berumur rata-rata 2tahun, ini karena pada umur 2 tahun sapi
pejantan akan menghasilkan volume semen yang lebih bannyak dan kualitas yang
baik di banding sapi yang masih berumur kurang dari 2 tahun.
Pada umur 15 bulan pubertas pada sapi jantan rata rata sudah tercapai
dan mulai memproduksi semen hanya saja semen tersebut belum layak untuk
diproses lebih lanjut sebagai semen beku disebabkan rendahnya motilitas
spermatozoa yang berkisar 10% (Jainudeen dan Hafez, 1987). Salisbury dan Van
Denmark (1978) menyatakan bahwa sapi sapi jantan muda akan menghasilkan
semen dengan volume 1-2 ml lebih rendah dibandingkan sapi jantan yang lebih
tua dengan umur 2-7 tahun.
2. Frekuensi Ejakulasi
Penampungan semen di Balai Besar Inseminasi Buatan dilakukan 1-2 kali
dalam satu minggu, frekuensi pada penampungan semen ini tergantung pada
produktifitas individu ternak pejantan yang akan di tampung semenya. Sistem ini
diterapkan untuk menjaga kualitas semen yang dihasilkan oleh ternak pejantan
seperti konsentrasi, volume semen dan konsistensi semen. Ini sesuai dengan
peryataan Partodihardjo (1980) yaitu, penampungan semen yang dilakukan satu
sampai 2 kali seminggu akan menjaga kualitas dan kuantitas semen serta kondisi
pejantan tetap baik. Pada sapi FH penampungan semen dilakukan sebanyak 2 kali
dalam seminggu yaitu pada hari Senin dan Kamis.Hal ini dikarenakan sapi FH
mempuyai libido yang paling baik diantara semua bangsa sapi yang ada di BBIB
Singosari.
Sebelum dilakukan penampungan semen, pejantan yang akan ditampung
semen nyaharus melakukan post mounting terlebih dahulu minimal 1 kali post
54

mounting, tujuannya agar dapat meningkatkan konsentrasi post 20-30%. Setelah


dilakukan post mounting lebih dari 1 kali, penis berubah menjadi kemerahan dan
sudah mengeras yang berarti semen siap di tampung. Semakin banyak mounting
maka akan semakin baik karena semen yang dihasilkan pun akan lebih optimal
kualitasnya.
3. Stress
Stress adalah suatu kondisi dimana ternak mengalami perubahan kondisi
hormonal yang disebabkan oleh beberapa faktor, salah satunya karena faktor suhu.
Suhu lingkungan yang terlalu rendah atau terlalu tinggi akan dapat mempengaruhi
organ reproduksi hewan jantan. Apabila suhu lingkungan terlalu panas
spermatozoa yang diproduksi tidak akan bertahan hidup dan menyebabkan
rendahnya fertilitas sperma. Di Balai Besar Inseminasi Buatan Singosari sendiri
sapi dibuat senyaman mungkin agar ternak tidak mengalami stress. Ketersediaan
kandang yang memadai untuk berlangsungnya aktivitas alami dari pejantan
merupakan komponen utama penentu tingkat stress. Aktivitas fisik hewan terdiri
dari pergerakan yang leluasa, diantaranya keleluasaan merunduk, berdiri, saat
rebah dan berputar tanpa kesulitan. Stress tidak hanya berpengaruh terhadap
kondisi psikologis, dan produktivitas pejantan. Stress juga memicu penurunan
imunitas tubuh, yang menginduksi hewan lebih sensitif terhadap penyakit
infeksius. Sebelum dilakukan penampungan semen pejantan dimandikan untuk
menjaga suhu tubuh karena jika pejantan kepanasan akan mengakibatkan heat
stress (Salanikove, 2000).

4.4.2.2 Persiapan Penampungan Semen


Persiapan yang pertama kali di lakukan dalam penampungan semen adalah
persiapan kolektor dan handle, alat dan tempat penampungan, persiapan pejantan,
persiapan arena penampungan, persiapan pemancing atau bull teaser dan
persiapan vagina buatan atau artificial vagina.
Pejantan yang akan di tampung semennya dimandikan terlebih dahulu agar
bersih, lalu diberi pakan hijauan sebelum dilakukan penampungan semen.
55

Pemberian pakan ini bertujuan untuk memberikan tenaga pada pejantan supaya
fit, libido meningkatdan volume semennya meningkat.Selanjutnya, preputiumnya
di cuci menggunakan dengan larutan desinfektan dengan suhu air 40-50o C
pencucian ini bertujuan agar tidak terjadi kontaminasi pada semen yang akan
ditampung, jantan yang sudah bersihkan lalu diikat untuk menunggu ditampung
semennya. Selanjutnya, arena penampungan dibersihkan dari kotoran ternak
kemudian disiram dengan desinfektan. Setelah itu, selanjutnya adalah persiapan
bull teaser. Bull teaser ini sendiri ada yang diikat di kandang jepit dan ada yang
dihandle untuk di biarkan berjalan, ternak yang akan dijadikan bull teaser
dibersihkan bagian belakangnya untuk menghindari kontaminasi terhadap semen
yang akan di tampung. Terakhir mempersiapkan vagina buatan atau artificial
vagina, persiapan ini meliputi pengisian AV dengan air hangat bersuhu 50-60 oC,
kemudian dipompa serta mengolesi bagian mulut AV dengan menggunakan
lubricating gell agar penis terhindar dari gesekan
Menurut Aqsa dan Syarief, 2011 hal-hal yang harus diperhatikan sebelum
mengeluarkan pejantan dari kandang adalah memastikan bahwa pejantan sudah
diberi makan dan dalam keadaan bersih terutama daerah ventral abdomen,
disekeliling preputium dibasuh dengan air hangat tanpa sabun. Hal ini
dimaksudkan untuk mencegah adanya kotoran kotoran yang mengkontaminasi
semen segar
1. Persiapan kolektor dan handle
Kolektor dan handle harus menggunakan pakaianoverall (wearpack) dan
ukuranya pas dengan bentuk badan agar lebih nyaman saat proses menampung
semen, selain itu harus menggunakan penutup kepala serta sepatu pengaman
(safety boots) agar lebih aman dan menggunakan glove pada tangan kiri sampai
siku.

2. Persiapan alat dan tempat penampungan


56

Tempat penampungan harus bersih dari kotoran maupun feses, untuk


menjaga kenyamanan sapi pada saat penampungan maka harus di beri
karpet/matrass. Selain kenyamanan , matras berfungsi untuk meminimalisir cidera
kaki pada saat menaiki bull teaser ataupun pada saat mendorong sewaktu
ejakulasi. Alat yang di persiapkan antara lain desinfektan ringan , handuk,
ember,dan preputium washing machine.
Persiapan yang harus dilakukan sebelum melakukan penampungan adalah
menyiapkan karpet/matrass, membersihkan karpet dengan desinfektan,
menyemprot lantai di area penampungan dengan air untuk menghilangkan debu,
pemotongan rambut preputium.
Menurut Toelihere (1979), penampungan yang dilakukan di tempat terbuka
dapat meningkatkan libido pejantan. Aspek lain yang sangat penting dalam
perlakuan pejantan selama proses penampungan yaitu menghindari gangguan-
gangguan seperti gerakan tiba-tiba yang akan membuat pejantan menjadi takut.
3. Persiapan Pejantan
Sapi pejantan yang akan di tampung sudah dalam keadaan bersih terutama
pada bagian perut bagian bawah dan pantat (sudah dimandikan) dan sudah di beri
pakan. Sapi-sapi yang akan di tampung di periksa tanda pengenalnya (ear tag),
apakah sesuai dengan jadwal penampungan. Pejantan yang akan di tampung
kemudian di keluarkan dari kandang menuju tempat penampungan semen
,kemudian sapi diikat di area penampungan. Saat akan di tampung semennya,
rambut di sekitar kelamin dan preputium pejantan dicuci dengan larutan
desinfektan ringan menggunakan preputium washing machine.
4. Persiapan Bull Teaser (Pemancing)
Bull teaser yang di gunakan adalah sapi jantan yang sudah terbiasa
menjadi teaser atau pemancing. Hal ini bertujuan agar sapi-sapi yang akan di
tampung memahami atau suka terhadap bull teaser tersebut. Selain itu karakter
teaser yang digunakan harus tenang dan tidak banyak bergerak sehingga dapat
mempermudah dalam proses penampungan semen. Ukuran teaser disesuaikan
57

dengan pejantan yang akan menaiki teaser tersebut sehingga tidak mempersulit
kolektor maupun pejantan yang menaiki teaser.
Teaser yang akan digunakan dikeluarkan dari kandang dan di bawa
ketempat penampungan dan dimasukan ke dalam kandang jepit, kemudian diikat.
Ekornya pun diikat agar tidak menggangu proses penampungan. Selanjutnya
membersihkan badan teaser pada bagian pantat dengan menggunakan kain basah
yang sudah di beri disinfektan ringan.
Penggunaan pemancing bertujuan untuk meningkatkan libido sapi yang
akan diambil semennya, sapi yang digunakan sebagai teaser biasanya sapi jantan
yang ukurannya lebih kecildan kurang aktif atau pendiam, alasannya agar sapi
yang akan ditampung semennya tidak terjatuh dan tidak di tendang olehbull
teaser. BBIB Singosari sendiri tidak menggunakan sapi betina sebagai teaser
untuk mengurangi resiko semen yang akan diambil masuk kedalam organ
reproduksi betina. Menurut Toelihere (1985), pemancing yang digunakan pada
saat proses penampungan adalah sapi betina, bull teaser (pejantan pemancing),
atau bisa menggunakan dummy cow (hewan tiruan). Namun untuk pemancing
lebih baik menggunakan bull teaser karena untuk sapi FH pun lebih tertarik dan
mudah naik bila menggunakan bull teaser dari pada dummy cow walaupun ada 1-2
ekor sapi FH yang mau menggunakan dummy cow. Hal-hal yang perlu
diperhatikan untuk persiapan bull teaser adalah:
a. Bersihkan badan pemancing, terutama pada bagian belakang/pantat
(tempat mounting) dengan menggunakan handuk yang sudah dibasahi
dengan larutan desinfektan ringan.
b. Bersihkan bagian pantat pemancing setiap kali selesai penampungan dan
setiap kali selesai membuang kotoran.
5. Persiapan Artificial Vagina (AV) atau Vagina Buatan
Peralatan yang digunakan dalam penampungan semen harus bersih, steril
dan kering untuk menjaga kebersihan semen yang tertampung tidak tercampur
dengan kotoran dan kuman kuman penyakit (Salisbury dan VanDenmark, 1985).
Semua bagian vagina buatan harus dicuci bersih dengan sikat, sabun, kemudian
dibilas, dan langkah yang terakhir menyiramnya dengan air hangat. Sebelum
58

digunakan, artificial vagina ini harus diisi air panas dengan kisaran suhu 50-55c,
sampai dengan suhu akhir vagina buatan 40-45C untuk menyesuaikan suhu
vagina asli sapi. Vagina buatan dipompa melalui intik dan dioleskan lubricating
jelly sebanyak 1/3 panjang vagina buatan (Butarbatur, 2009). Jika suhu AV kurang
panas maka ejakulasi akan kurang sempurna dan sebaliknya jika suhu AV terlalu
panas maka akan menyebabkan sapi menjadi stress.Pompa AV disesuaikan dengan
kebutuhan sapi yang akan di tampung , karena sapi yang akan satu dengan yang
lain menyukai kekenyalan yang berbeda. Bagian luar lubang AV tidak boleh
tersentuh dengan tangan dan di letakan di sembarang tempat agar tidak
terkontaminasi mikroorganisme.
Metode penampungan semen yang digunakan pada BBIB Singosari adalah
dengan Artificial Vagina (AV) atau yang lebih dikenal dengan Vagina Buatan. AV
terdiri dari beberapa komponen yang masing-masing dapat dipisahkan untuk
mempermudah proses sterilisasi dan peyimpanan. Komponen tersebut berupa :
1. Selongsong karet tebal yang berbentuk tabung (heavy rubber cylinder)
dengan lubang pengisi air dan udara yang dapat ditutup.
2. Corong karet (rubber funnel) yang agak halus permukaannya atau biasa
disebut cone.
3. Gelas ukur berskala (collection tube 15 ml).
4. Karet pengikat (rubber band).
5. Kain atau penutup collection tube yang berwarna hitam.
6. Tangkai pelicin (Glass stick) untuk meratakan pelicin (Lubricating Jelly).
Persiapan AV yang digunakan dalam penampungan:
1. Menyiapkan AV.
2. Memasang cone pada AV kemudian diikat.
3. Memasang collection tube 15 ml pada ujung cone.
4. Menutup collection tube menggunakan selongsong kemudian diikat.
5. Memasukkan air panas dengan suhu 50-55C sebanyak 550-600 ml.
6. Dikocok 2-3 kali.
7. Memompa untuk menyesuaikan lubang vagina buatan dengan ukuran
penis sapi.
8. Mengolesi AV dengan lubricating jelly dengan menggunakan glass stick
sampai 1/3 bagian dari atas AV.

4.4.2.3 Pelaksanaan Penampungan Semen Segar


59

Hal yang perlu diperhatikan pada saat penampungan semen adalah sifat-
sifat sapi yang akan ditampung semennya, ada beberapa pejantan yang baru akan
menaiki teaser apabila ada pejantan lain yang berusaha menaiki teaser yang sama,
ada pula pejantan langsung menaiki teaser tanpa harus ada pejantan lain sebagai
saingannya.Libido pejantan semakin baik bila menggunakan bull teaser sapi yang
di sukai.
Pejantan yang akan ditampung semennya didekatkan pada bagian
punggung ternak pemancing dengan tujuan untuk merangsang pejantan yang
semennya akan ditampung. Secara perlahan akan terlihat perubahan atau tingkah
laku kelamin yang khas pada pejantan, dimana penis pejantan tersebut mulai
keluar sedikit dari preputium dan adanya keinginan untuk menaiki pemancing
(Aqsa dan Syarief, 2011 dan Butarbatur, 2009).
Pada saat penampungan, kolektor berdiri di sebelah kanan pemancing
dengan tangan kanan memegang vagina buatan. Penis diarahkan ke vagina buatan
dengan posisi vagina buatan membentuk sudut 45 dengan garis horizontal. Saat
ejakulasi pejantan harus dibiarkan mendorong penisnya sendiri kedalam vagina
buatan untuk memperoleh ejakulasi yang optimal. Setelah semua semen turun
kedalam tabung penampung, maka tabung penampung dilepas dari vagina buatan
dan ditutup. Semen yang ditampung tersebut siap dibawa ke laboratorium untuk di
evaluasi (Butarbatur, 2009).
Setelah semen sudah ditampung, AV yang berisi semen segar dilihat
volumenya serta dicatat nama sapi yang ditampung, nama teaser, jumlah handle,
waktu proses penampungan, frekuensi mounting, libido, ereksi, daya lompat, daya
jepit, daya dorong pejantan, volume semen, nama petugas handle, dan nama
kolektornya. Seusai dilakukan recording atau pencatatan, tabung penampung yang
berisi semen segar dibawa ke laboratorium untuk diuji dan diproses.
Untuk jumlah handle, semakin banyak handle semakin baik untuk
memperoleh hasil dan kualitas semen yang baik. Pada sapi FH handle dilakukan
sebanyak 4-5 kali. Untuk daya lompat, lompatan yang kencang dan bertenaga itu
lebih baik dibandingkan yang tidak terlalu kencangdan semakin banyak mounting
60

yang dilakukan akan semakin meningkatkan kualitas semen.Daya lompat, daya


jepit dan daya dorong merupakan tingkah laku seksual yang sedikit banyak
mempengaruhi kualitas semen yang dihasilkan.Untuk volume semen, didasarkan
pada individu sapi itu sendiri dan tidak berpengaruh pada kualitas semen karena
semen yang bervolume banyak belum tentu berkualitas baik begitupun sebaliknya.
Untuk sapi FH sendiri rata-rata volume semen yang dihasilkan yaitu 8-12 ml.
Selama pengiriman, semen yang berada didalam tabung koleksi tidak
boleh terkena sinar matahari yang dapat menyebabkan sperma mengalami
temperature shock (perbedaan suhu antara semen dengan lingkungan). Tabung
koleksi harus ditutup selongsong berwarna hitam. Hal ini sesuai dengan
pernyataan Lindsay, dkk. (1982) yaitu tabung diberi penutup kain hitam
(selongsong) guna menghindarkan semen dari pengaruh sinar matahari secara
langsung, sehingga dapat mempertahankan kualitas semen.
Penyerahan semen ke laboratorium disertai dengan daftar pencatatan
seperti nama pejantan, kode bull, berapa kali ejakulasi, lama ejakulasi, tingkah
laku seksual yang meliputi handle berapa kali frekuensi mounting, libido, ereksi,
daya lompat, daya jepit, dan daya dorong pejantan, petugas handle serta volume
semen yang ditampung (Zenichiro dkk, 2002).
Setelah dilakukan penampungan semen maka sapi pejantan dan teaser
dikembalikan ke dalam kandang. Kemudian tempat penampungan harus
dibersihkan, disapu, dan diberi dengan desinfektan. Vagina buatan dan peralatan
yang digunakan untuk menampung semen dicuci oleh sabun khusus yaitu teepol.
Teepol adalah sabun yang tidak berwarna dan tidak berbau. Kemudian, dibilas air
dingin, lalu di rendam dalam air panas dengan suhu 90C dan disterilisasi dengan
sinar UV dengan suhu 180C selama 15 menit.
Penggunaan metode sterilisasi dengan sinar UV ini karena bahan AV yang
terbuat dari karet cocok untuk dilakukan sterilisasi dengan UV dengan syarat
sebelum dilakukan penyinaran UV, peralatan tersebut harus bersih dan benar-
benar kering.
61

4.4.3 Pengujian Semen Segar


Semen yang telah ditampung secepatnya dibawa ke laboratorium untuk
dilakukan pengujian kualitas maupun kuantitasnya. Pengujian semen segar
meliputi pengujian secara makroskopis, mikroskopis dan pengujian konsentrasi.
Pengujian makroskopis meliputi volume, warna, pH, dan konsistensi, sedangkan
pengujian mikroskopis meliputi pergerakan massa dan pergerakan individu.
Pemeriksaan semen segar bertujuan untuk mengetahui apakah semen segar dapat
diproses lebih lanjut atau tidak, berdasarkan standar yang telah ditetapkan. Proses
pemeriksaan semen ini harus dilakukan dengan cepat untuk menghindari dan
meminimalisasi kerusakan, kematian, dan kehabisan energi bagi spermatozoa.
Ada tiga macam pemeriksaan yang dilakukan, yaitu pemeriksaan
makroskopis, pemeriksaan mikroskopis dan konsentrasi.
4.4.3.1 Pengujian Makroskopis
Pengujian secara makroskopis meliputi volume, warna, konsistensi dan
pH. Konsentrasi spermatozoa dapat mempengaruhi warna dan konsistensi
(kekentalan) semen.
a. Volume
Volume semen segar yang tertampung dapat dilihat melalui gelas ukur.
Menurut Feradis(2010) volume semen sapi berkisar antara 2-10 ml, sedangkan
menurut Sorensen (1979) volume semen sapi berkisar 5-15 ml. Volume semen
yang dihasilkan oleh pejantan dapat berbeda-beda tergantung pada bangsa, umur,
bobot, maupun frekuensi penampungan.Suatu peningkatan atau penurunan
volume semen yang diejakulasikan tidak berhubungan dengan fertilitas. Volume
semen sapi FH berkisar antara 8-12 ml. Volume semen sapi FH ini termasuk
unggul dibandingkan dengan bangsa sapi lain yang ada di BBIB Singosari.
Kualitas semen tidak ditentukan oleh banyaknya volume yang diperoleh
pada saat penampungan melainkan ditunjukan oleh gerakan massa sperma.Untuk
volume yang dihasilkan oleh sapi FH termasuk yang paling banyak. Untuk
kualitas, semen sapi FH lebih baik dibandingkan dengan bangsa sapi lain dengan
umur yang sama.
62

b. Warna
Indikator warna yang digunakan untuk uji mutu kelayakan semen sapi dan
kambing di BBIB singosari adalah pk (putih krem), ps (putih susu), dan pb (putih
bening).Menurut Feradis (2010) semen sapi normal berwarna seperti susu atau
krem keputih-putihan dan keruh. Derajat kekeruhan semen bergantung pada
konsentrasi spermatozoa. Abnormalitas warna semen diakibatkan karena
kandungan bakteri tertentu seperti Pseudomonas aeruginosa sehingga
menyebabkan warna semensapi menjadi hijau kekuning-kuningan. Warna
kecoklatan dapat disebabkan karena adanya darah yang telah mengalami
dekomposisi. Abnormalitas warna semen pun tergantung dari individu sapi itu
sendiri dan tergantung dari perlakuan handle pada saat penampungan semen.
c. Derajat Keasaman (pH)
Pemeriksaan semen segar dilakukan dengan cara mengambil sampel
semen kemudian diteteskan pada kertas BTB (Brom Timol Blue), kemudian
ditentukan pHnya dengan cara mencocokan warna kertas BTB yang telah ditetesi
semen dengan tabel warna standar pH paper BTB. Standar pH semen berkisar
6,2-6,8 (Toelihere, 1985).
d. Konsistensi
Konsistensi atau kekentalan atau viskositas merupakan salah satu sifat
semen yang erat kaitannya dengan kepadatan atau konsentrasi sperma.Semakin
kental semen maka semakin tinggi konsistensi sperma. Konsistensi dapat dilihat
dengan cara menggoyangkan tabung penampung berisi semen segar secara
perlahan. Semen dengan konsistensi kental akan terlihat pada saat memiringkan
tabung gelas penampung dan selanjutnya kembali pada posisi normal, maka
proses kembalinya larutan semen tersebut ke posisi tegak akan lama,
dibandingkan dengan semen dengan konsistensi encer. Semen sapi mempunyai
konsistensi kental berwarna krem dengan konsentrasi 1000 juta hingga 2000 juta
sel spermatozoa per ml semen.
63

4.4.3.2 Pengujian Mikroskopis


Metode pengujian mikroskopis yang digunakan di BBIB Singosari ini
bertujuan untuk menganalisa kondisi semen lebih dalam lagi. Pengujian
mikroskopis ini meliputi gerak massa dan gerak individu. Standar motilitas untuk
semen segar adalah lebih atau sama dengan 70 %, semen cair lebih atau sama
dengan 55 % dan semen beku lebih atau sama dengan 40 %. Motilitas merupakan
daya gerak spermatozoa yang lakukan pengujian setelah penampungan selesai
dilakukan.
a. Pemeriksaan Gerak Massa
Gerakan massa spermatozoa diamati dengan cara meletakkan satu tetes
semen diatas gelas objek tanpa gelas penutup kemudian diamati dengan
mikroskop pembesaran 100 kali. Menurut Toelihere, (1985), gerakan massa
spermatozoa digolongkan sebagai berikut:
1. Sangat baik (+++ atau 3+), jika gerakan bergelombang cepat dan padat,
membentuk pusaran-pusaran gelombang.
2. Baik (++ atau 2+), jika gerakan aktif kedepan.
3. Lumayan atau sedang (+ atau 1+), jika gerakan sangat lemah atau gerakan
berayun.
4. Buruk (nekrospemia atau nilai 0), jika sperma tidak bergerak.
Standar gerakan massa untuk dapat diproses lebih lanjut adalah (++ atau 2+ dan +
++ atau 3+).
Untuk sapi FH gerak massa nya termasuk yang baik karena lebih tahan
dibandingkan bangsa sapi lain.
b. Pemeriksaan Gerak Individu
Pemeriksaan ini menggunakan mikroskop dengan perbesaran 100 dan 200
kali.Standar motilitas semen segar di BBIB Singosari minimal 70% dan
abnormalitas maksimal 20%, dengan gerakan progressive motility yaitu
pergerakan kedepan agar dapat diproses lebih lanjut. Jika tidak memenuhi nilai
tersebut maka semen segar harus diafkir.
64

Untuk sapi FH gerak individu nya termasuk yang baik karena lebih tahan
dibandingkan bangsa sapi lain.

4.4.3.3 Konsentrasi
Pemeriksaan konsentrasi sperma dilakukan dengan menggunakan alat
fotometer, yaitu dengan mengambil sampel (semen) sebanyak 35 l kemudian
dicampurkan dengan NaCl fisiologis 0,9% sebanyak 3,5 ml untuk pemeriksaan
semen pada sapi. Homogenkan dengan thermomixer lalu pindahkan ke cuvvet dan
masukan ke dalam alat fotometer. Tujuan dari penentuan penilaian konsentrasi
pada spermatozoa adalah menentukan jumlah pengencer dan jumlah straw filling
yang dibutuhkan untuk setiap semen individu.
Konsentrasi semen dapat diketahui dengan cara melihat nilai dari alat
fotometer saat dilakukan pemeriksaan konsentrasi sperma, dengan ketentuannya
adalah :
1. Konsentrasi sel sperma 1000 juta , maka konsistensi semen tersebut
encer.
2. Konsentrasi sel sperma antara 1000-1500 juta, maka konsistensi semen
tersebut adalah sedang.
3. Konsentrasi sel sperma 1500 juta, maka konsistensi semen tersebut
adalah pekat.

4.4.4 Pembuatan Pengencer dan Pengenceran Semen


Fungsi pengencer semen adalah untuk memperbanyak volume, memberi
media yang cocok untuk hidup spermatozoa, menjaga pH, tekanan osmotik, dan
sebagai perlindungan (cryoprotectant). Pengenceran semen perlu menghindari
panas yang berlebihan, bahan kimia yang dapat menyebabkan toxic, berhubungan
dengan udara luar, sinar matahari secara langsung dan guncangan.
Proses pengenceran terhadap semen segar yang dilakukan di BBIB
Singosari yaitu melalui 3 tahapan antara lain: pengenceran A1, pengenceran A2,
dan pengenceran B. Pada dasarnya, bahan pengencer A dan B adalah sama. Hanya
saja, pada pengencer B ditambahkan Gliserol 13% yang berfungsi untuk
cryoprotectant yaitu melindungi sperma pada waktu proses pembekuan.
65

Pengencer yang digunakan yaitu tris kuning telur.Penggunaan tris kuning


telur ini karena adaptasi tris lebih mudah terhadap semen perbangsa sapi.
Bahan-bahan yang digunakan untuk membuat pengencer di Balai Besar
Inseminasi Buatan Singoari adalah sebagai berikut:
Tabel 7. Bahan-bahan Pengencer Egg Yolk Tris
Nama Bahan Jumlah
Triss Amino Methan 17,25 gr
Lactose 15,55 gr
Citric Acid 9,65 gr
Raffinose 27,95 gr
Aquadest 880 ml
Penniciline 1.000.000 gr/lt
Streptomycine 1.000.000 gr/lt
Egg Yolk 220 ml
Sumber : BBIB Singosari, 2015
Fungsi dari masing-masing bahan pengencer adalah :
a. Kuning telur, berfungsi untuk mempertahankan serta melindungi integritas
dari selubung lipoprotein dari spermatozoa
b. Tris amino methane, berfungsi sebagai buffer untuk mencegah adanya
perubahan pH yang diakibatkan adanya asam laktat serta hasil dari
metabolisme dari spermatozoa. Selain itu, berfungsi untuk mempertahankan
tekanan osmotik serta keseimbangan elektrolit.
c. Citric Acid, berfungsi pula sebagai buffer, anti oksidan, mengurangi
peroksida lipid dari membran plasma spermatozoa serta sebagai ion kalsium
yang dibutuhkan oleh spermatozoa pada saat freezing.
d. Lactose dan Rafinose, lactose berfungsi sebagai pelindung sperma agar tidak
terjadi pengkristalan di dalam sel spermatozoa dan rafinose sebagai
pelindung sperma agar tidak terjadi pengkristaan di luar sel spermatozoa.
e. Penicillin dan streptomycin, berfungsi untuk mencegah adanya pertumbuhan
dari mikroorganisme yang nantinya dapat mempengaruhi motilitas
spermatozoa.
f. Destilled water sebagai pelarut seluruh bahan yang akan dicampurkan
g. Glycerin yang hanya ditambahkan pada pengencer B, berfungsi untuk
mencegah adanya cold shock.
Ada tiga macam pengenceran yang dilakukan, yaitu pengenceran A1,
pengenceran A2 dan pengenceran B. Pemberian pengencer A1 dilakukan pada saat
66

semen masih dalam keadaan segar dengan perbandingan 1 : 1. Pemberian


pengencer A2 dan B ditentukan dengan rumus. Rumus pemberian pengencer A2
dan pengencer B adalah sebagai berikut:
Volume B = 0,5 x volume total
Volume A2 = 0,5 x volume total (Volume semen + Volume A1)
Volume total = Volume se,mua x Konsentrasi x 0,25
25.000.000
Pemberian pengencer A1 dilakukan setelah semen dinyatakan lulus pada
pengujian secara makroskopis dan mikroskopis. Suhu semen pada saat pemberian
pengencer A1 adalah 37 C, yang kemudian akan diturunkan menjadi 3 - 5C
dengan cara campuran semen dan pengencer A1 yang disimpan pada tabung
reaksi diletakkan didalam water jacket untuk kemudian diletakkan pada waterbath
dengan suhu 37C dan kemudian di masukkan dalam cooling top dengan suhu 4 -
5C. Penggunaan air hangat disini bertujuan untuk menurunkan suhu semen
secara perlahan lahan, sehingga tidak terjadi temperatur shock. Setelah proses
tersebut, dilakukan penambahan pengencer A2. Suhu larutan pengencer A2 yang
akan ditambahkan harus sama dengan suhu larutan semen dan pengencer A1. Hal
ini bertujuan untuk menghindari terjadinya temperature shock. Setelah itu
dilakukan penyimpanan campuran semen dan A2 didalam sterofoam pada
refrigator dengan suhu 4 5 oC selama 18 24 jam. Selanjutnya dilakukan
pemberian pengencer B. Pemberian larutan pengencer B dilakukan
sekaligus.Volume larutan pengencer B ditambahkan sebanyak setengah dari
volume total.
Prosedur pembuatan pengencer B, yaitu pengencer A ditambah 13%
gliserol. Pembuatan pengencer B dilakukan sehari sebelum pengencer tersebut
digunakan. Hal ini bertujuan untuk memaksimalkan percampuran pengencer A
dan gliserol. Fungsi penggunaan gliserol sebagai cryoprotectant yang merupakan
prosedur pelaksanaan kriopreservasi. Cryoprotectant perlu ditambahkan dalam
pengolahan semen beku untuk meminimalisasi kerusakan akibat pembekuan,
seperti pembentukan kristal es intra dan ekstra seluler.
67

4.4.5 Before Freezing Evaluation


Setelah dilakukan pengenceran maka tahap selanjutnya ialah pemeriksaan
motilitas sprematozoa atau lebih dikenal dengan pemeriksaan before freezing atau
pemeriksaan setelah pengenceran. Hal ini dilakukan dengan cara mengambil
semen yang telah diencerkan dengan menggunakan glass stick dan
menempatkannya pada objeck glass dan ditutup dengan cover glass kemudian
memeriksanya dengan bantuan mikroskop dengan perbesaran 200x atau 400x
yang telah disambungkan dengan monitor untuk mengetahui motilitas sperma.
Pengujian ini untuk mengetahui motilitas spermatozoa sebelum dilakukan
pembekuan. Standar pada pengujian Before Freezing ini adalah 55% (+++ dan +
+).Apabila ditemukan motilitas spermatozoa dibawah 55%, maka semen
dinyatakan afkir.

4.4.6 Printing Straw


Kemasan produk semen beku di BBIB Singosari adalah berupa mini
straw, yang mana tiap bangsa sapi dibedakan dalam warna straw yang berbeda-
beda dan kode bull atau kode produksi yang dicetak. Printing straw dilakukan
menggunakan mesin jetz printing. Printing straw dilaksanakan bersamaan dengan
waktu pengenceran setelah diketahui berapa jumlah straw yang akan dicetak.
Straw yang akan diprinting atau dicetak diberi keterangan tentang jenis penjantan,
nama penjantan, kode penjantan, batch number dan produsen semen beku
tersebut. Jumlahnya printing straw tergantung dari banyaknya spermatozoa dalam
ejakulasi. Hal ini karena volume semen dan konsentrasi sperma hasil ejakulasi
untuk setiap pejantan berbeda-beda sehingga jumlah straw yang akan dihasilkan
juga berbeda.Untuk sapi FH warna straw yang digunakan adalah abu-abu.
a) Identifikasi Straw
Straw memiliki penamaan yang khusus, penamaan ini digunakan untuk
menunjukan bangsa, nama pejantan dan produksi.
Gambar 2. Identifikasi
Straw
68

Sumber : Dokumentasi Pribadi (Januari, 2017)


Contoh identifikasi straw :

Keterangan: BBIB SGS SNIFH SG GLENS 314107 PP 0105


1. BBIB SGS: menunjukan nama tempat produsen di BBIB Singosari
2. SNI: Berdasarkan standar SNI
3. FH : Nama bangsa pejantan
4. SG GLENS : Nama Pejantan
5. Kode Pejantan (314107). Angka 3 menunjukan bangsa FH, 14
menunjukan tahun kelahiran, 107 menunjukan urutan masuk.
6. Kode Batch (PP 0105) : PP menunjukan tahun produksi tahun 2017, 01
menunjukan bulan produksi dan 05 menunjukan tanggal produksi.
Sebelum diproses ke tahap selanjutnya, straw disterilisasi ke dalam alat
sterilisasi ultra violet selama 15 menit. Straw per pejantan ditempatkan pada gelas
stainless agar seluruh bagian dari straw terkena sinar ultra violet. Straw yang
sudah disterilisasi siap untuk digunakan. Hal ini bertujuan untuk mengurangi
adanya resiko kontaminan dari mikroorganisme. Pada saat proses sterilisasi, posisi
straw harus diatur sedemikian- rupa agar seluruh bagian straw terkena sinar ultra
violet. Pada saat melaksanakan sterilisasi ultra violet, diharapkan jangan sampai
terkena kulit dan mata
b) Dosis Printing Straw
Jumlah dosis printing straw harus sesuai dengan produksi semen yang didapat
dari proses pegnenceran. Cara mengetahui dosis printing yaitu :
Volume total Semen
0,25

4.4.7 Filling Sealing


69

Filling dan Sealing adalah proses pengisian semen yang telah diencerkan
ke dalamstraw dengan menggunakan alat yang bekerja secara otomatis (mesin
filling & sealing). Mesin tersebut secara otomatis memasukkan semen cair
sebanyak 0,25 cc ke dalam straw dan menutup ujung straw dengan tutup/sumbat
laboratorium.
Proses filling sealing dimulai dengan memasang tupper dish, kemudian
meletakan flexible rubber section dan flexible short needle pada posisinya,
kemudian letakkan semen yang sudah lolos before freezing evaluation di tupper
dish, ketika mesin beroperasi secara otomatis selang sedot dan selang pengisian
berkerja bergantian. Diakhir proses,straw akan ditutup dengan tutup/sumbat
laboratorium, ketika proses pengisian semen ke dalam straw, silicon tube
(fleksibel rubber) dan tupper disk (tempat semen) harus selalu diganti untuk
pengisian semen yang berbeda. Hal ini bertujuan untuk menghindari percampuran
semen satu dengan semen yang lain, yang nantinya akan berpengaruh terhadap
keaslian semen itu sendiri. Setelah straw tertutup dengan tutup/sumbat
laboratorium, selanjutnya straw yang telah berisi semen dilakukan pengecekan
untuk mengetahui ada tidaknya straw yang tidak terisi semen dengan cara dilihat
dibawah cahaya. Straw yang tidak sempurna akan dinyatakan afkir. Untuk proses
filling&sealing pada semen sapi FH harus dilakukan secara teliti karna straw yang
berwarna abu-abu sedikit menyulitkan untuk melihat apakah semen terisi penuh
kedalam straw atau tidak. Rata-rata dalam satu kali ejakulasi, sapi FH dapat
menghasilkan kurang lebih 500 straw.

4.4.8 Perhitungan straw dan Pre Freezing


Straw yang telah berisi semen disusun di rak straw dan dihitung
jumlahnya. Terdapat dua jenis rak straw, yaitu rak straw berukuran kecil dan
besar. Rak straw berukuran kecil, berisi sebanyak 100 dan yang berukuran besar
berisi 175. Perhitungan straw dilakukan di dalam cooling top. Hal ini bertujuan
untuk menjaga kondisi suhu straw. Pre freezing merupakan suatu tahapan
penurunan suhu straw yang sudah berisi semen dari suhu 40 C hingga -1400 C
70

secara betahap dengan menggunakan uap N2 dalam mesin digitcool. Lama


persipan proses Pre Freezing adalah 15 menit dan lama Proses Pre Freezing
adalah 7-9 menit.

4.4.9 Freezing
Freezing adalah pencelupan straw ke N2 cairyang merupakan tahapan
selanjutnya setelah proses pre freezing selesai. Pada proses ini semen beku
dimasukkan kedalam goblet sesuai dengan kode semen beku. Selanjutnya semen
beku dicelupkan pada N2 cair dari suhu -140C hingga 1960. Selama freezing
dapat diketahui apabila ada straw yang kosong ataupun isinya tidak penuh maka
straw akan mengapung. Setelah proses freezing selesai, kemudian semen beku
dimasukkan dalam container (penguapan dengan uap N2 cair).
Freezing merupakan proses penghentian sementara kegiatan hidup sel
tanpa mematikan fungsi sel dan proses hidup dapat berlanjut setelah pembekuan
dihentikan. Proses freezing ini dilakukan di dalam storagecontainer yang telah
berisi N2 cair dengan suhu -196C.Penggunaan N2 cair ini dikarenakan N2 cair
dapat membekukan pada suhu yang paling rendah dan dapat menyimpan semen
pada waktu yang lama. Setelah proses freezing, straw yang ada dalamgoblet
dimasukkan kedalam canester. Kemudian canester tersebut dimasukkan
kedalamcontainer, lama proses pemindahan kedalam container ini tidak boleh
lebih dari 2 detik karena semen tidak boleh terlalu lama terkena suhu
ruang.Setelah itu diambil dua sampel secara acak untuk dilakukan pengujian Post
Thawing Motility. Hal yang perlu diperhatikan selama proses freezing adalah
dengan mengecek kembali nama serta kode dari pejantan di tiap rak sebelum
dimasukkan ke dalam canesterdan seluruh bagian straw yang panjangnya 13,2cm
harus terendam secara keseluruhan.

4.4.10 Pemeriksaan PTM (Post Thawing Motility)


Post Thawing Motility merupakan pengujian lebih lanjut motilitas sel
spermatozoa setelah dilakukan freezing. Biasanya pengujian ini dilakukan sehari
71

setelah proses freezing. Pada pengujian ini dilakukan pengambilan dua sampel
semen secara acak yang telah dibekukan.Alat yang digunakan pada pemeriksaan
ini adalah mikroskopyang dihubungan dengan televisi.Langkah pertama yang
dilakukan adalah menyiapkan air hangat dengan suhu 37C - 38C di-water
bath.Kemudian merendam straw selama 15 - 30 detik dengan posisi sumbat
pabrik dibagian bawah atau dalam posisi horisontal, sehingga seluruh bagian
straw terendam.Angkat straw dan keringkan sisa air yang menempel pada straw
dengan kertas tissue.Potong straw pada bagian tengah menggunakan gunting yang
telah didesinfeksi.Setelah itu, semen diteteskan pada slide glass dan ditutup
dengan cover glass.Dilakukan pengamatan dengan menggunakan mikroskop pada
perbesaran 200 kali.
Standart pada pengujian Post Thawing Motility ini adalah 40% (+++ dan +
+).Apabila ditemukan motilitas spermatozoa dibawah 40%, maka perlu dilakukan
pengujian motilitas lagi.Hal itu bertujuan untuk membandingkan dengan
pengujian sebelumnya.Apabila pengujian yang kedua didapatkan motilitas
spermatozoa diatas 40%, maka data pengujian pertama dan data pengujian kedua
dibagi. Namun apabila pengujian kedua tetap didapatkan motilitas spermatozoa
dibawah 40%, maka semen tersebut tidak jadi didistribusikan kepada pelanggan.
Semen yang dinyatakan afkir akan di lakukan pengafkiran dengan cara di bakar
oleh tim dari laboratorium , seksi pemasaran dan Informasi, dan BMN kemudian
dibuat berita acara pengafkiran.
Standar maksimal semen yang afkir di BBIB Singosari adalah sebesar
10%.Untuk bangsa sapi FH adalah yang paling kuat dan paling sedikit di afkir
karena semen yang dihasilkan cenderung stabil.

4.4.11 Sterilisasi Alat


Sterilisasi peralatan yang telah digunakan dan hendak digunakan di
processing berikutnya merupakan hal yang sangat penting. Hal ini karena
peralatan yan bersih ikut menunjang dalam keberhasilan suatu proses, baik itu
72

penampungan semen, evaluasi, maupun pengolahan. Ada dua Jenis Sterilisasi,


yaitu Sterilisasi kering dan Sterilisasi UV.
Sterilisasi ini menggunakan peralatan seperti tabung reaksi, erlenmeyer,
tabung ukur, jarum spuit, dsb. Proses sterilisasi dimulai dengan mencuci alat
dengan air bersih dan digosok dengan sikat dan air sabun teepol. Hal ini
dikarenakan produk teepol tidak meninggalkan bau sabun pada peralatan setelah
pencucian.Selanjutnya dibilas dengan air bersih mengalir dan ditiriskan. Setelah
itu, alat alat tersebut direbus didalam air pada suhu mendidih selama 5 menit
atau pada suhu 75C selama 15 menit atau tergantung tebal tipisnya alat.
Untuk alat yang tahan dengan panas, proses selanjutnya adalah
memasukkan alat tersebut kedalam oven. Suhu yang digunakan dimulai dari 0C
sampai dengan 180C.Oven yang digunakan untuk sterilisasi kering dilengkapi
dengan alarm. Alarm tersebut akan berbunyi apabila suhu telah mencapai 180oC.
Selama proses sterilisasi berlangsung pintu oven tidak boleh dibuka. Hal ini
dikarenakan perbedaan suhu yang tinggi antara di dalam dengan di luar oven
dapat menyebabkan peralatan yang terbuat dari kaca pecah.Setelah steril, semua
permukaan peralatan dibungkus rapat dengan alumunium foil dan disimpan dalam
lemari alat steril.
Sedangkan untuk alat yang tidak tahan panas, disterilisasi menggunakan
sinar UV. Namun sebelum disterilisasi dengan sinar UV, semua peralatan harus
kering terlebih dahulu, setelah alat-alat itu kering, baru dilakukan sterilisasi
dengan sinar UV sekitar 15 menit atau tergantung dari kapasitas alat yang ada
didalam oven. Peralatan yang terbuat dari silikon dan karet tidak perlu dilakukan
sterilisasi dalam waktu lama karena sinar UV yang terlalu lama dapat merusak
peralatan.

4.4.12 Pemasaran Semen Beku


Sesuai dengan Peraturan Menteri Pertanian No.
40/permentan/OT.140/6/2012, tanggal 5 Juni 2012, bidang pemasaran dan
informasi bertugas melaksanakan Pelaksanaan kerjasama dan optimalisasi
73

pemanfaatan sumber daya; Pelaksanaan penyimpanan, Pendistribusian dan


pemasaran hasil produksi; Pengelolaan informasi dan promosi hasil produksi;
Pemantauan mutu semen unggul ternak.
Seksi Pemasaran dan Kerjasama bertugas untuk memasarkan atau
mendistribusikan semen beku dan pelayanan purna jual bibit unggul ternak,
pemantauan mutu semen unggul ternak, penyimpanan dan perhitungan semen
beku dalam kontainer sebelum diproduksi dan proses administrasi. Distribusi
semen beku pada Balai Besar Inseminasi Buatan Singosari terdapat dua jalur
dalam pendistribusiannya, yaitu: Hibah Anggaran Pendapatan Belanja Negara
(APBN) dan BLU. Balai Besar Inseminasi Buatan Singosari mendistribusikan
semen beku ke seluruh Provinsi berdasarkan alokasi dana Anggaran Pendapatan
Belanja Negara (APBN) dari Direktorat Jendral Peternakan dan Kesehatan
Hewan.
Pendistribusian Semen Beku melalui APBN:
a. Dinas Peternakan propinsi mengajukan surat permohonan rencana alokasi
distribusi semen beku ke Direktur Perbibitan Direktorat Jenderal
Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian dengan
Tembusan ke BBIB Singosari
b. Kepala BBIB Singosari meminta Kepala Bidang Pemasaran dan Informasi
membuat rencana alokasi sesuai stock semen beku, potensi pejantan dan
dana APBN
c. Mengirim rencana distribusi ke Direktur Perbibitan Direktorat Jenderal
Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian setelah
diverifikasi oleh Kepala BBIB Singosari
d. Menerima surat persetujuan rencana distribusi dari Direktur Perbibitan
Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementrian
Pertanian
e. Menghubungi/menginformasikan Dinas Peternakan Propinsi untuk
mengirim container kosong ke BBIB Singosari
f. Kemudian Dinas Peternakan mengirim container kosong ke BBIB
Singosari
g. Container yang datang di data di BBIB Singosari
74

h. Membuat surat order ke bagian penghitungan sesuai barang yang akan


dikirim.
Pendistribusian semen beku melalui BLU (Badan Layanan Umum) :
f. Pelanggan Swasta / Koperasi / Pemerintah mengajukan permohonan
melalui surat, telepon, faximile, sms ke Balai Besar Inseminasi Buatan
Singosari.
g. Mengecek stock semen beku yang tersedia meliputi jenis bangsa dan
jumlahnya.
h. Konfirmasi ke pelanggan kebutuhan semen beku yang dilayani serta
jumlah dan administrasi dan sarana penunjung yang harus disiapkan.
i. Pelanggan mengirim container kosong dan mentransfer dana ke Balai
Besar Inseminasi Buatan (BBIB) Singosari.
j. Membuat surat order sesuai pesanan yang masuk.

Setelah semen beku lolos uji kualitas semen dari laboratorium uji mutu
semen ISO/IEC 17025:2005 kemudian didistribusikan sesuai dengan pesanan
konsumen. Lalu, setelah diterimanya permohonan pelanggan atas pembelian
semen beku, dan kelengkapan administrasi sudah disetujui, dilakukan langkah
prosedur teknis dalam penanganan dan persiapan pendistribusian semen beku,
yaitu:
1. Pengisian cek semen beku yang di pesan sesuai berita acara
Pengisian berita acara informasi mengenai semen beku yang dikirim
meliputi: nama bull, bangsa, nomor pejantan, kode batch, dosis, tempat pada
canester, goblet, PTM, tanggal pengiriman, dan tujuan. Membuat berita acara
serah terima barang, jumlah semen beku dan surat pelengkap administrasi untuk
kepentingan ekspedisi atau surat jalan, Verifikasi Kepala Seksi dan Kepala Bidang
serta persetujuan dari Kepala Balai, Penomoran dan stempel balai, Penyimpanan
arsip distribusi semen beku untuk mengetahui dan memantau jumlah semen beku
yang telah didistribusikan. Selanjutnya BBIB Singosari akan melakukkan evaluasi
dan pengaturan jangka pendek, menengah, dan panjang didalam memproduksi
semen beku berdasarkan permintaan dari pihak konsumen.
75

2. Pengukuran dan Penambahan N2 cair pada kontainer


Pengukuran tinggi N2 cair dilakukan dengan cara menggunakan mistar
ukur dan dimasukkan kedalam kontainer secara perlahan untuk penyesuaian
suhumistar dengan N2 cair selama beberapa saat dan melihat pengkristalan pada
mistar dan diambil perolehan tinggi N2 cair dalam kontainer. Pengukuran N2 cair
dilakukan untuk menentukan jumlah kebutuhan N2 cair dalam satuan liter yang
harus ditambahkan kedalam kontainer transport sebelum dilakukan pengiriman.
Apabila dalam kontainer terdapat satu susun semen beku dalam goblet maka
ketinggian N2 cair minimal adalah 15 cm, dan apabila dalam kontainer terdapat 2
susun semen beku goblet maka tinggi N2 cair minimal 30 cm. Jika ketinggian N2
cair kurang maka dilakukan penambahan agar straw tetap terendam dalam N2 cair.

3. Penyegelan
Penyegelan dilakukan dengan menggunakan kawat dan timah segel.
Penyegelan dilakukan untuk keamanan kontainer dan melindungi kontainer dari
kecurangan yang mungkin terjadi dalam proses pengiriman/distribusi.
4. Packing/Pengepakan
Setelah dilakukan penyegelan,kemudian dilakukanlah pengepakan dengan
bahan kayu untuk mengamankan kontainer dari benturan terutama pada ventilator
container selama proses pengiriman. Saat pengepakan juga dilakukan penempelan
stiker yang berisi rambu penanganan kontainer , identifikasi isi kontainer, berita
acara dan alamat yang dituju.
5. Penimbangan
Kontainer yang telah disegel dan telah siap untuk dikirim kemudian
ditimbang terlebih dahulu. Hal ini untuk mengetahui berat kontainer yang
dijadikan parameter kontrol kondisi kontainer saat diterima konsumen.
6. Pengiriman
Proses pengiriman dilakukan oleh pihak ekspedisi yang merupakan mitra
kerja BBIB Singosari maupun ekspedisi yang sesuai dengan keinginan konsumen.
76

Selama proses pendistribusian pihak ekspedisi akan menangani kontainer sesuai


dengan rambu-rambu yang telah diberikan oleh pihak BBIB Singosari. Dalam
proses pendistribusian juga perlu dilakukan dokumentasi sebagai bukti bahwa
prosedur pendistribusian telah sesuai dengan prosedur yang ada.

4.5 Kesimpulan
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan selama Praktek Kerja Lapangan
(PKL) yang berlangsung di Balai Besar Inseminasi Buatan Singosari, Malang,
Jawa Timur dapat disimpulkan bahwa:
1. Proses produksi semen beku di BBIB Singosari sudah berdasarkan standar
ISO/IEC 17025-2005. Hal ini dibuktikan dengan kualitas semen segar dan
semen beku yang dihasilkan sudah memenuhi standar yang diterapkan.
2. Persiapan di lakukan dalam penampungan semen adalah persiapan
kolektor dan handle, alat dan tempat penampungan, persiapan pejantan,
persiapan arena penampungan, persiapan pemancing atau bull teaser dan
persiapan vagina buatan atau artificial vagina.
3. Penampungan semen sapi FH di BBIB singosari dilakukan dengan
menggunakan alat bantuan artificial vagina atau vagina buatan.
4. Proses pembekuan semen sapi FH di BBIB Singosari sudah baik karena
setiap tahapannya mulai dari pengenceran, pre-freezing sampai pembekuan
telah sesuai dengan standar yang telah ditetapkan dan dipelajari
berdasarkan pengalaman.
5. Distribusi semen beku di Balai Besar Inseminasi Buatan Singosari terdapat
2 (dua) alur yaitu melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
(APBN) dan Badan Layanan Umum (BLU).
6. Alur distribusi semen beku yaitu Pengisian cek semen beku yang di pesan
sesuai berita acara, Pengukuran dan Penambahan N2 cair pada kontainer,
Penyegelan, Packing/Pengepakan, Penimbangan, dan Pengiriman.

Daftar Pustaka
Aqsa, M. dan M syarief.2011. Pedoman Teknis Penampungan Semen.Dinas
Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Sulawesi Selatan.
77

Butarbatur, E.K. 2009.Efektivitas Frekuensi Exercise terhadap Peningkatan


Kualitas Semen Sapi Simmental.Universitas Sumatra Utara. Medan.

Feradis, 2010.Bioteknologi Reproduksi pada Ternak.Alfabeta. Bandung.

Jainudeen, R.M. And E. S. E. Hafeez 1987.Cattle and Water Buffalo.In: B. Hafez,


and E.S.E. Hafez (eds) Reproduction in Farm Animals. 5 th eds. Lea and
Febiger. Philladephia.297-314.

Lindsay D.R., Entwistle KW and A.Winantea. 1982. Reproduction in Domestic


Livestock in Indonesia.University of Queenskand Press. Melbourne.

Partodiharjo, S. 1980. Ilmu Reproduksi Hewan. Mutiara Sumber Widya. IPB.


Bogor.

Peraturan Menteri Pertanian No. 40/permentan/OT.140/6/2012, tanggal 5 Juni


2012. Organisasi dan Tata Kerja Balai Besar Inseminasi
Buatan.Departemen Pertanian Direktorat Jenderal Peternakan. Jakarta

Salanikove, N. 2000. Effects of Heat Stress on The Welfare of Extensively


Managed Domestic Ruminants. Livestock Production Science. Vol 67: pp 1-
18

Salisbury G.W, dan N.L. VanDenmark. 1985. Fisiologi Reproduksi dan


Inseminasi Buatan pada Sapi. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
(Diterjemahkan oleh: R. Djanuar).

Sorensen, A. M. 1979. Animal Reproduction Principles and Practice.McGraw-


Hill.United State of America.

Toelihere.1979. Fisiologi Reproduksi pada Ternak.Angkasa; Bandung.

________. 1985. Inseminasi Buatan pada Ternak.Angkasa. Bandung.

Zenichiro, K., Herliantien dan Sarastina. 2002. Practical Instruction Technology


of Frozen Semen Processing for Cattle. Balai Besar Inseminasi Buatan
Singosari. Malang.
78

LAMPIRAN

Lampiran 7. Artificial Vagina Lampiran 8. Proses penampungan semen


sapi FH

Lampiran 9. Proses pengenceran semen Lampiran 10. Gambar gerak massa semen
sapi FH sapi FH

Lampiran 11. Proses Filling Sealing &


Straw semen sapi FH Lampiran 12. Bank Sperma.

V
79

TATALAKSANA PRODUKSI DAN DISTRIBUSI SEMEN BEKU SAPI


SIMENTAL DI BALAI BESAR INSEMINASI BUATAN SINGOSARI,
MALANG, JAWA TIMUR

Oleh :
PUTRI DWI ANJANI
200110140154

Abstrak
Kegiatan Praktek Kerja Lapangan (PKL) dilaksanakan pada tanggal 2 Januari
sampai dengan 1 Februari 2016 di Balai Besar Inseminasi Buatan Singosari,
Malang, Jawa Timur. Kegiatan PKL ini bertujuan untuk mengetahui tatalaksana
penampungan semen, pengenceran dan pembekuan semen, serta distribusi semen
beku sapi simental di Balai Besar Inseminasi Buatan Singosari Malang, Jawa
Timur. Penampungan semen di BBIB singosari ini dilakukan dengan
menggunakan alat bantuan artificial vagina atau vagina buatan. Setelah semen
tertampung dilakukan pembekuan semen, namun sebelumnya dilakukan
pengenceran terlebih dahulu dengan menggunakan tris kuning telur secara
bertahap. Selain diencerkan, semen juga dievaluasi untuk mengetahui kualitas dan
kuantitas dari semen segar yang tertampung. Evaluasi semen ini dilakukan pada
saat semen baru ditampung (segar), setelah ditambahkan diluter B atau sebelum
dibekukan (before freezing) dan setelah dibekukan (post thawing motility).
Evaluasi yang dilakukan dibagi dalam 3 kelompok yaitu: 1. Evaluasi secara
mikroskopis meliputi pergerakan massa dan pergerakan individu; 2. Evaluasi
makroskopis meliputi warna, pH, dan volume; 3. Evaluasi konsistensi dan
konsentrasi. Setelah diproses di laboratorium, semen yang telah dibekukan dan
lolos uji PTM diserahkan ke Bidang Pemasaran dan Informasi di BBIB Singosari
yang bertugas untuk melakukan kegiatan pendistribusian semen beku dengan
catatan memperhatikan area pengiriman agar tidak terjadi inbreeding.
Kata kunci : Penampungan semen, pengenceran dan pembekuan semen,
pemasaran semen beku, sapi simental

5.1 Latar Belakang


Dalam rangka pemenuhan kebutuhan protein hewani masyarakat perlu
dilakukan peningkatan populasi ternak. Salah satu upaya dalam peningkatan
populasi ternak utamanya sapi simental adalah dengan teknologi inseminasi
buatan (IB) dengan semen berkualitas dari pejantan terbaik. Untuk mendapatkan
80

semen yang berkualitas dengan jumlah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan
pasar, maka dilakukan penampungan dan pengenceran semen. Penampungan
semen di BBIB singosari ini dilakukan dengan menggunakan alat bantuan
artificial vagina atau vagina buatan. Setelah semen tertampung dilakukan
pembekuan semen, namun sebelumnya dilakukan pengenceran terlebih dahulu
dengan menggunakan tris kuning telur secara bertahap. Selain diencerkan, semen
juga dievaluasi untuk mengetahui kualitas dan kuantitas dari semen segar yang
tertampung. Evaluasi semen ini dilakukan pada saat semen baru ditampung
(segar), setelah ditambahkan diluter B atau sebelum dibekukan (before freezing)
dan setelah dibekukan (post thawing motility). Evaluasi yang dilakukan dibagi
dalam 3 kelompok yaitu: 1. Evaluasi secara mikroskopis meliputi pergerakan
massa dan pergerakan individu; 2. Evaluasi makroskopis meliputi warna, pH, dan
volume; 3. Evaluasi konsistensi dan konsentrasi. Setelah diproses di laboratorium,
semen yang telah dibekukan dan lolos uji PTM diserahkan ke Bidang Pemasaran
dan Informasi di BBIB Singosari yang bertugas untuk melakukan kegiatan
pendistribusian semen beku dengan catatan memperhatikan area pengiriman agar
tidak terjadi inbreeding.

5.2 Tujuan
1. Mengetahui tatalaksana penampungan semen sapi simental di BBIB
Singosari.
2. Mengetahui tatalaksana pengenceran dan pembekuan semen sapi simental
di BBIB Singosari.
3. Mengetahui tatalaksana pemasaran semen beku sapi simental di BBIB
Singosari.

5.3 Metode
1. Mengikuti kegiatan dan tatalaksana harian di BBIB Singosari Malang.
2. Melaksanakan pengamatan langsung dan menyeluruh mengenai
pengelolaan semen di BBIB Singosari Malang mengenai penampungan
semen, pengenceran dan pembekuan semen, sampai pemasaran semen
beku sapi simental.
81

3. Berdiskusi dengan petugas atau karyawan bidang proses produksi dan


pemasaran semen beku di BBIB Singosari Malang.
4. Melakukan pengumpulan data-data yang berhubungan dengan
penampungan, pengenceran dan pembekuan, serta pemasaran semen beku
sapi simental.

5.4 Hasil dan Diskusi


5.4.1 Penampungan Semen Sapi Simental
Penampungan semen yang digunakan di BBIB singosari ini adalah dengan
metode Vagina Buatan (Artificial Vagina), karena berdasarkan pengalaman
metode inilah yang paling mudah digunakan dan lebih sedikit kontaminasi
dengan cairan accesories. Pada proses penampungan semen ini dibutuhkan bull
teaser atau yang lebih dikenal dengan sebutan pejantan pemancing atau
menggunakan dummy cow. Penggunaan bull teaser dalam hal ini bertujuan
untuk merangsang libido dari pejantan yang telah dijadwalkan untuk ditampung
semennya. Di BBIB Singosari dummy cow tidak digunakan untuk sapi simental
karena kurang merangsang libidonya.
Penampungan semen pejantan dilakukan berdasarkan jadwal yang telah
ditentukan. Setiap pejantan yang ada di Balai Besar Inseminasi Buatan Singosari
dilakukan penampungan sebanyak dua kali per minggu atau sesuai dengan
kebutuhan. Penampungan semen dilakukan sebanyak 2-3 kali ejakulasi dan
disesuaikan dengan kondisi kesehatan sapi dan jika ditampung sebanyak 2 kali
seminggu, pejantan harus istirahat selama minimal 2 hari agar semennya tetap
terjaga kualitasnya, karena jika terlalu sering diambil semennya bisa terjadi
kemungkinan semen pejantan tersebut menjadi encer dan kualitasnya buruk.
Berikut merupakan tahapan proses penampungan semen:
1. Penentuan Pejantan yang Akan Ditampung Semennya
Menurut Jainudeen dan Hafeez (1987), kualitas semen sangat bergantung
pada umur pejantan, frekuensi ejakulasi, dan stress pada ternak.
a. Umur Pejantan
Umur 15 bulan pubertas pada sapi jantan ratarata sudah tercapai dan
82

mulai memproduksi semen hanya saja semen tersebut belum layak untuk
diproses lebih lanjut sebagai semen beku disebabkan rendahnya motilitas
spermatozoa yang berkisar 10% (Jainudeen dan Hafez, 1987). Salisbury dan
Van Denmark (1978) menyatakan bahwa sapi jantan muda akan menghasilkan
semen dengan volume 1-2 ml lebih rendah dibandingkan sapi jantan yang
lebih tua dengan umur 2-7 tahun.
b. Frekuensi Ejakulasi
Mathoven dkk, (1998) menyatakan bahwa frekuensi ejakulasi yang terlalu
sering dapat menurunkan jumlah spermatozoa, volume semen dan konsentrasi
semen. Penampungan semen sebaiknya dilakukan dalam interval 4-7 hari
pada pejantan muda dan 5 hari pada pejantan dewasa. Menurut Partodihardjo
(1980), penampungan semen yang dilakukan satu sampai 2 kali seminggu
akan menjaga kualitas dan kuantitas semen serta kondisi pejantan tetap baik.
Hal tersebut sesuai dengan yang dilakukan di BBIB Singosari bahwa ada
beberapa sapi yang ditampung sampai 2 kali dalam seminggu.
Di BBIB Singosari juga dilakukan penampungan ejakulasi 1 sampai 2 kali,
dan pejantan harus melakukan false mounting terlebih dahulu sampai penis
pejantan mengeras dan baru bisa diambil semennya, minimal false mounting
1 kali dan berikutnya dilihat dari penisnya sudah siap ditampung semennya
atau tidak, jika tidak ada false mounting dan langsung ditampung
kemungkinan yang keluar dari penisnya itu cairan dari kelenjar aksesoris, ciri
penis pejantan yang sudah siap ditampung yaitu jika sudah berubah warna
menjadi kemerahan dan sudah mengeras.
c. Stres
Stres adalah suatu kondisi dimana ternak mengalami perubahan kondisi
hormonal yang disebabkan oleh beberapa faktor, salah satunya karena faktor
suhu. Suhu lingkungan yang terlalu rendah atau terlalu tinggi akan dapat
mempengaruhi organ reproduksi hewan jantan. Suhu lingkungan terlalu
panas spermatozoa yang diproduksi tidak bertahan hidup dan menyebabkan
rendahnya fertilitas sperma.
83

2. Persiapan Pejantan yang Akan Ditampung Semennya


Hal-hal yang harus diperhatikan sebelum mengeluarkan pejantan dari
kandang adalah memastikan bahwa pejantan sudah diberi makan dan dalam
keadaan bersih terutama daerah ventral abdomen, disekeliling preputium dibasuh
dengan air hangat tanpa sabun. Hal ini dimaksudkan untuk mencegah adanya
kotoran kotoran yang mengkontaminasi semen segar (Aqsa dan Syarief, 2011).
a. Persiapan Teaser (Pemancing)
Penggunaan pemancing bertujuan untuk meningkatkan libido sapi yang
akan diambil semennya, sapi yang digunakan sebagai teaser biasanya sapi
jantan yang kuat untuk menopang sapi yang akan ditampung semennya dan
kurang aktif atau pendiam. Tidak digunakan sapi betina sebagai teaser karena
untuk mengurangi resiko semen yang akan diambil masuk kedalam organ
reproduksi betina tersebut. Menurut Toelihere (1981) pemancing yang
digunakan pada saat proses penampungan adalah sapi betina, bull teaser
(pejantan pemancing), atau bisa menggunakan dummy cow (hewan tiruan).
Pemancing yang digunakan di BBIB Singosari khususnya untuk sapi simental
adalah bull teaser. Tujuan penggunaan bull teaser yaitu untuk mempermudah
meningkatkan libido sapi. Persiapan bull teaser dimulai dengan
memasukannya kedalam kandang jepit, lalu diikat dengan tali brongsong
karena apabila diikat dengan tali tendok dikhawatirkan akan melukai hidung
bull teaser jika ia berontak. Selain tali brongsong, perlu juga mengikat bagian
ekor sapi dengan tali agar tidak bergerak-gerak karena dikhawatirkan melukai
sapi yang akan ditampung semennya dan mencemari semen yang ditampung.
Hal-hal yang perlu diperhatikan untuk persiapan bull teaser adalah
membersihkan badan pemancing, terutama pada bagian belakang/pantat
(tempat mounting) dengan menggunakan handuk yang sudah dibasahi dengan
larutan desinfektan ringan. Lalu membersihkan bagian pantat pemancing
setiap kali selesai penampungan dan setiap kali selesai membuang kotoran.
b. Persiapan Tempat Penampungan
Persiapan yang harus dilakukan sebelum melakukan penampungan adalah
menyiapkan karpet/matras, membersihkan karpet dengan desinfektan,
84

menyemprot lantai di area penampungan dengan air untuk menghilangkan


debu, dan pemotongan rambut preputium. Menurut Toelihere (1981),
penampungan yang dilakukan di tempat terbuka dapat meningkatkan libido
pejantan. Aspek lain yang sangat penting dalam perlakuan pejantan selama
proses penampungan yaitu menghindari gangguan-gangguan seperti gerakan
tiba-tiba yang akan membuat pejantan menjadi takut.
c. Persiapan Artificial Vagina (AV) atau Vagina Buatan
Peralatan yang digunakan dalam penampungan semen harus bersih, steril
dan kering untuk menjaga kebersihan semen yang tertampung tidak
tercampur dengan kotoran dan kuman penyakit (Salisbury dan VanDenmark,
1985). Kemudian semua bagian vagina buatan harus dicuci bersih dengan
sikat, sabun, kemudian dibilas, direbus dengan air panas lalu disinari dengan
ultra violet (UV).
Sebelum digunakan, artificial vagina ini harus diisi air panas dengan
kisaran suhu 50-55C lalu akan turun suhunya selagi menunggu sapi false
mounting sampai dengan suhu 40-45C untuk menyesuaikan dengan vagina
sapi sungguhan. Vagina buatan dipompa sampai mennggembung bagian
dalamnya dan dioleskan bahan pelicin berupa lubricating jelly agar penis sapi
yang akan ditampung semennya mudah untuk masuk kedalam AV serta
mengurangi resiko terjadinya lecet pada penis sapi. Hal ini sesuai deng
pernyataan Butarbutra (2009) bahwa vagina buatan dipompa melalui intik dan
dioleskan bahan pelicin sebanyak 1/3 panjang vagina buatan.
AV terdiri dari beberapa komponen yang dapat dipisahkan untuk
mempermudah proses sterilisasi dan peyimpanan. Komponen tersebut berupa:
1. Selongsong karet tebal yang berbentuk tabung (heavy rubber cylinder)
dengan lubang pengisi air dan udara yang dapat ditutup.
2. Corong karet (rubber funnel) yang agak halus permukaannya atau biasa
disebut cone.
3. Gelas ukur berskala (collection tube 15 ml).
4. Karet pengikat (rubber band).
85

5. Kain atau penutup collection tube yang berwarna hitam yang bertujuan
agar dapat menyerap panas sebanyak-banyaknya sehingga semen yang
telah tertampung terhindar dari cold shock.
6. Tangkai pelicin (Glass stick) untuk meratakan pelicin (Lubricating Jelly).

Gambar 3. Penampang AV
Sumber : BBIB Singosari, 2017
Persiapan AV yang digunakan dalam penampungan:
1. Menyiapkan AV.
2. Memasang cone pada AV kemudian diikat.
3. Memasang collection tube 15 ml pada ujung cone.
4. Menutup collection tube menggunakan selongsong (jaket) kemudian
diikat.
5. Memasukkan air panas dengan suhu 50-55C sebanyak 550-600 ml
untuk sapi, dan 100-150 ml pada AV kambing ke dalam AV.
6. Dikocok 2-3 kali.
7. Memompa untuk menyesuaikan lubang vagina buatan dengan ukuran
penis sapi.
8. Mengolesi AV dengan lubricating jelly dengan menggunakan glass stick
sampai 1/3 bagian dari atas AV.
3. Pelaksanaan Penampungan Semen Segar
Hal yang perlu diperhatikan pada saat penampungan semen adalah sifat-sifat
sapi yang akan ditampung semennya, ada beberapa pejantan yang baru akan
menaiki teaser apabila ada pejantan lain yang berusaha menaiki teaser yang
sama, ada pula pejantan langsung menaiki teaser tanpa harus ada pejantan lain
sebagai saingannya.
86

Pejantan yang akan ditampung semennya didekatkan pada bagian punggung


ternak pemancing dengan tujuan untuk merangsang pejantan yang semennya
akan ditampung. Secara perlahan akan terlihat perubahan atau tingkah laku
seksual yang khas pada pejantan, dimana penis pejantan tersebut mulai keluar
sedikit dari preputium dan adanya keinginan untuk menaiki pemancing (Aqsa
dan Syarief, 2011 dan Butarbutar, 2009). Saat penampungan, kolektor berdiri di
sebelah kanan pemancing dengan tangan kanan memegang vagina buatan. Penis
diarahkan ke vagina buatan dengan posisi vagina buatan membentuk sudut 45
dengan garis horizontal. Saat ejakulasi pejantan harus dibiarkan mendorong
penisnya sendiri kedalam vagina buatan untuk memperoleh ejakulasi yang
optimal. Setelah semua semen turun kedalam tabung penampung, maka tabung
penampung dilepas dari vagina buatan dan ditutup. Semen yang ditampung siap
dibawa ke laboratorium untuk di evaluasi (Butarbatur, 2009).
Setelah semen sudah ditampung, AV yang berisi semen segar dilihat
volumenya serta dicatat nama sapi yang ditampung, nama teaser, jumlah false
mounting, waktu proses penampungan, nama penghandle, dan nama
kolektornya. Seusai dilakukan recording atau pencatatan, tabung penampung
yang berisi semen segar dibawa ke laboratorium untuk diuji dan diproses.
Selama pengiriman, semen yang berada didalam tabung koleksi tidak boleh
terkena sinar matahari dan menghindari sperma mengalami temperature shock
(perbedaan suhu antara semen dengan lingkungan). Tabung koleksi harus ditutup
selongsong berwarna hitam. Hal ini sesuai dengan pernyataan Lindsay, dkk.
(1982) yaitu tabung diberi penutup kain hitam (selongsong) guna
menghindarkan semen dari pengaruh sinar matahari secara langsung, sehingga
dapat mempertahankan kualitas semen.
Penyerahan semen ke laboratorium disertai dengan daftar pencatatan seperti
nama pejantan, kode bull, berapa kali ejakulasi, lama ejakulasi, tingkah laku
seksual yang meliputi handle berapa kali frekuensi mounting, libido, ereksi, daya
lompat, daya jepit, dan daya dorong pejantan, petugas handle serta volume
semen yang ditampung (Zenichiro dkk, 2002). Pernyataan tersebut sesuai
87

dengan yang dilakukan di BBIB Singosari yang bertujuan agar dapat dilakukan
evaluasi mendalam ketika terjadi penurunan kualitas sperma. Setelah dilakukan
penampungan semen maka sapi pejantan dan teaser dikembalikan ke dalam
kandang. Kemudian tempat penampungan harus dibersihkan, disapu, dan
disemprot dengan desinfektan. Vagina buatan dan peralatan yang digunakan
untuk menampung semen dicuci oleh sabun khusus laboratorium (tipol) lalu
dibilas air dingin, lalu di rendam dalam air panas dengan suhu 90C dan
disterilisasi dengan sinar UV dengan suhu 180C selama 15 menit.

5.4.2 Pengenceran dan Pembekuan Semen Sapi Simental


5.4.2.1 Pengenceran
Pengencer adalah campuran bahan-bahan yang berfungsi sebagai zat-zat
makanan bagi sperma, sehingga kebutuhan hidupnya diluar saluran reproduksi
dapat terpenuhi (Djanuar dkk, 1985). Bahan yang banyak digunakan sebagai
pengencer adalah bahan-bahan seperti susu, kuning telur, glukosa, dan gliserin
dalam perbandingan tertentu bahan tersebut masih ditambahkan antibiotik guna
mencegah kontaminasi mikroorganisme. Berdasarkan pengalaman, di BBIB
Singosari digunakan larutan pengencer tris kuning telur untuk semen sapi
dengan pengenceran 2 kali yaitu A dan B. Adapun pengencer A terdiri atas
raffinose, asam sitrat, fruktosa dan kuning telur sedangkan pengencer B
berbahan sama dengan pengencer A namun ditambahkan gliserol sebanyak 13%.
Fungsi larutan pengencer adalah untuk memperbanyak volume, sehingga
semen yang diperoleh dapat dibagi untuk menginseminasi banyak betina dari
satu ejakulat, selain itu larutan pengencer memiliki fungsi sebagai penyedia zat-
zat makanan, pelindung spermatozoa dari cold shock, penyanggah untuk
mencegah perubahan pH sebagai akibat pembentukan asam laktat dari hasil
metabolisme spermatozoa, dan juga mempertahankan tekanan osmotik dan
keseimbangan elektrolit. Selain itu larutan pengencer juga ditambahkan
penniciline dan strptomycine, hal tersebut sesuai dengan pernyataan Toelihere
(1981) bahwa pengencer harus mengandung zat antibiotik sehingga mikroba
88

dalam semen dapat dihentikan aktifitasnya serta sebagai pelindung spermatozoa


terhadap perubahan temperatur atau anti shock. Pengencer juga harus memenuhi
syarat antara lain: murah, sederhana dan praktis dibuat tetapi mempunyai
kemampuan pemeliharaan yang tinggi, mengandung unsur yang sama dengan
sifat fisik dan kimiawi semen, tidak boleh mengandung bahan toksik terhadap
spermatozoa, serta memberi penilaian sperma sesudah pengenceran.
Berdasarkan pertimbangan syarat-syarat pengencer diatas, maka di BBIB
Singosari menggunaka tris kuning telur sebagai pengencer untuk semen sapi.
Beberapa zat hidrat arang sederhana seperti glukosa, dapat digunakan
sebagai sumber energi bagi sperma, selain itu kuning telur dan air susu yang
mengandung lipoprotein dan lecithin dapat melindungi sperma terhadap cold
shock.
Tabel 8. Bahan Pembuat Pengencer Volume 1500 ml di BBIB Singosari
Nama Bahan Jumlah
Triss Amino Methan 17,25 gr
Lactose 15,55 gr
Citrid Acid 9,65 gr
Raffinose 27,25 gr
Aquadest 880 ml
Penniciline 1.000.000 gr/lt
Streptomycine 1.000.000 gr/lt
Egg Yolk 220 ml
Sumber: BBIB Singosari, 2015
Bahan-bahan yang digunakan untuk membuat pengencer dengan volume 1500
ml pada Balai Besar Inseminasi Buatan Singosari disajikan dalam tabel 5.
Berikut merupakan fungsi dari bahan-bahan tersebut.
a. Kuning telur, berfungsi untuk mempertahankan serta melindungi integritas
dari selubung lipoprotein dari spermatozoa.
b. Tris amino methane, berfungsi sebagai buffer untuk mencegah adanya
perubahan pH yang diakibatkan adanya asam laktat serta hasil dari
metabolisme dari spermatozoa, selain itu berfungsi untuk mempertahankan
tekanan osmotik serta keseimbanan elektrolit.
89

c. Citric Acid, berfungsi pula sebagai buffer, anti oksidan, mengurangi


peroksida lipid dari membran plasma spermatozoa serta sebagai ion
kalsium yang dibutuhkan oleh spermatozoa pada saat freezing.
d. Lactose dan Rafinose, berfungsi sebagai sumber energi bagi spermatozoa
sedangkan rafinose berfungsi sebagai transpalasi organ manusia dan
hewan menyampaikan cairan dengan komponen utama melindungi dan
memperpanjang kelangsungan hidup.
e. Penicillin dan streptomycin, berfungsi untuk mencegah adanya
pertumbuhan dari mikroorganisme yang nantinya dapat mempengaruhi
motilitas spermatozoa.
f. Destilled water sebagai pelarut seluruh bahan yang akan dicampurkan
g. Glycerin yang hanya ditambahkan pada pengencer B, berfungsi
mencengah adanya cold shock.
Cara untuk mengetahui besarnya jumlah pengencer tergantung pada
volume ejakulasi, konsentrasi, dan presentase spermatozoa yang hidup dan motil
progresif. Pencampuran larutan pengencer dengan semen segar di BBIB
Singosari dilakukan dengan proses yang bertahap mulai dari pencampuran
dengan larutan A1, kemudian dilanjutkan dengan pencampuran dengan larutan
A2, dan yang terakhir barulah dicampurkan dengan larutan pengencer B,
maksud dari pencampuran yang bertahap adalah untuk menjaga kestabilan suhu
sperma saat suhu sperma tersebut diturunkan.
Perhitungan penambahan volume pengencer:
1. Perhitungan Volume total

V. Total (ml)

2. Perhitungan Volume Pengencer A1

V. A1 =

3. Perhitungan Volume Larutan Pengencer B


90

V. B (ml) =

4. Perhitungan Volume Larutan Pengencer A2


V. A2 = VB (VS + VA1)
5. Perhitungan Dosis atau Jumlah Straw yang Digunakan

Printing Straw =

BBIB Singosari melakukan beberapa penambahan pengenceran secara


bertahap diantaranya, diluter A1, A2, dan B, serta dilakukan pada waktu dan
suhu yang berbeda dengan jumlah penambahan yang berbeda pula sehingga
didapat konsentrasi semen yang digunakan untuk IB. Suhu dari bahan pengencer
dan semen tersebut harus sama agar spermatozoa yang ada dalam cairan tersebut
tidak mati karena perubahan suhu secara mendadak yaitu dengan cara
pengenceran sebagai berikut:
1. Menyiapkan pengencer A1 dalam water bath dengan suhu 37C.
2. Semen yang memenuhi syarat setelah dilakukan pengujian makroskopis
dan mikroskopis maka akan ditambahkan pengencer A1 yang bersuhu
sama dengan semen yaitu 37C. Volume pengencer A1 yang ditambahkan
sama dengan volume semen segar dalam tabung semen, cara
menambahkan larutan pengencer A1 yaitu dengan pengencer A1
dimasukan ke dalam collection tube dan dituang bergantian hal ini
dimaksud agar tidak ada sperma yang tertinggal di dalam collection tube.
Gelas ukur jangan sampai menyentuh mulut collection tube agar tidak
terjadi kontaminasi antara semen satu dengan yang lainnya karena gelas
ukur digunakan untuk menuang diluter ke semua collection tube.
3. Memasukkan hasil pencampuran A1 kedalam gelas yang berisi air (water
jacket) yang bersuhu 37C.
4. Memasukkan ke dalam cool top dengan suhu 5-7C, pengencer A2 juga
disiapkan dalam cool top dengan suhu 5-7C.
91

5. Melakukan penambahan pengencer A2 sesuai dengan perhitungan setelah


suhu water jacket dalam cool top turun mencapai 4-7C biasanya
memakan waktu sekitar 1-2 jam, kemudian hasil pencampuran A2
dimasukkan box sterofoam dan disimpan didalam lemari pendingin yang
bersuhu 4-5C selama 18-22 jam.
6. Pengencer B dipersiapkan sehari sebelum dilakukan pengenceran yaitu
penambahan pengencer dengan gliserol 6,5% dari jumlah pengencer.
7. Penambahan pengencer B dilakukan pada suhu 4-5C, sama dengan suhu
larutan pengencer A2.

5.4.2.2 Evaluasi Before Freezing


Evaluasi before freezing dilakukan untuk mengetahui motilitas sperma
setelah pengenceran terhadap daya tahan sperma tersebut sebelum dikemas
dalam bentuk straw. Semen hasil pengenceran akan diafkir jika tidak lolos
evaluasi. Evaluasi ini dilakukan pada hari kedua setelah penambahan gliserol
sebelum dilakukan proses filling-sealing. Bila motilitas dibawah 55% akan
mempengaruhi motilitas dan viabilitas sperma saat dan setelah proses freezing.
Motilitas sperma yang rendah akan mempengaruhi angka kebuntingan (Djanuar
dkk, 1985).
Evaluasi before freezing dilakukan dengan cara mengambil semen yang
telah diencerkan dengan menggunakan glass stick dan menempatkannya pada
object glass dan ditutup dengan cover glass, kemudian dilakukan pengamatan di
bawah mikroskop dengan perbersaran 200x400x yang telah disambungkan
dengan monitor untuk mengetahui motilitas sperma. Pengujian ini untuk
mengetahui motilitas spermatozoa sebelum dilakukan pembekuan. Standar pada
pengujian before freezing ini adalah 55% (+++ atau ++), apabila ditemukan
motilitas spermatozoa dibawah 55% maka semen dinyatakan afkir.

5.4.2.3 Printing Straw


Kemasan produk semen beku di BBIB Singosari adalah berupa mini straw,
yang mana setiap bangsa sapi dibedakan dalam warna straw yang berbeda dan
92

kode bull atau kode produksi yang dicetak. Printing straw dilakukan
menggunakan mesin jetz printing. Printing straw dilaksanakan bersamaan
dengan waktu pengenceran setelah diketahui berapa jumlah straw yang akan
dicetak.
Straw yang akan diprinting atau dicetak diberi keterangan tentang jenis
pejantan, nama pejantan, kode pejantan, batch number, dan produsen semen
beku tersebut. Jumlah printing straw tergantung dari banyaknya spermatozoa
dalam ejakulasi. Hal ini karena volume semen dan konsentrasi sperma hasil
ejakulasi yang akan dihasilkan juga berbeda. Straw dari semen sapi simental
berwana putih transparan (bening).
Straw memiliki penamaan khusus yang berfungsi untuk memudahkan
proses identifikasi straw sebelum dipasarkan. Berikut adalah contoh penamaan
straw.

Gambar 4. Straw Sapi Simental di BBIB Singosari


Keterangan:
1. BBIB SGS : Nama tempat produsen
2. SNI : Standar Nasional Indonesia
3. SIM : Nama bangsa pejantan (Sapi Simental)
4. DEMETRI : Nama Penjantan
5. 60849 : Kode pejantan, angka 6 menunjukkan bangsa simental, 08
menunjukkan tahun kelahiran, 111 menunjukkan urutan masuk
6. PP 0104 : Kode batch, PP menunjukkan tahun produksi tahun 2016,
01 menunjukkan bulan produksi dan 04 menunjukkan tanggal
penampungan
Setelah straw dicetak, kemudian dimasukkan kedalam alat sterilisasi ultra
violet selama 15 menit. Hal ini bertujuan untuk mengurangi adanya resiko
kontaminan dari mikroorganisme. Pada saat proses sterilisasi, posisi straw harus
93

diatur sedemikian rupa agar seluruh bagian straw terkena sinar ultra violet
dengan bagian sumbat pabrik berada di bagian bawah. Pada saat melaksanakan
sterilisasi ultra violet, diharapkan jangan sampai terkena kulit dan mata.

5.4.2.4 Filling dan Sealing Straw


Filling dan sealing merupakan proses pengisian semen yang telah
diencerkan ke dalam straw dengan menggunakan alat yang bekerja secara
otomatis. Mesin tersebut secara otomatis memasukan semen cair sebanyak 0,25
cc ke dalam straw dan menutup ujung straw dengan sumbat lab. Sebelum
dilakukan proses filling sealing, seluruh peralatan yang akan digunakan
didinginkan pada suhu 4-5C. Ketika proses pengisian semen kedalam straw,
fleksible rubber set long neddle dan tipper disk (tempat semen) harus selalu
diganti untuk pengisian semen yang berbeda. Hal ini bertujuan untuk
menghindari percampuran semen satu dengan semen yang lain, yang nantinya
akan berpengaruh terhadap keaslian semen itu sendiri.

5.4.2.5 Perhitungan Straw


Straw yang telah berisi semen disusun di rak straw dan dihitung
jumlahnya.Terdapat dua jenis rak straw, yaitu rak straw berukuran kecil dan
besar. Rak straw berukuran kecil berisi 100 yang sekarang sudah tidak
digunakan lagi dan yang berukuran besar berisi 175. Perhitungan straw
dilakukan di dalam mesin pre freezing dengan suhu 3-5C, hal ini bertujuan
untuk menjaga kondisi suhu straw.

5.4.2.6 Pre-freezing
Proses pre freezing dilakukan menggunakan digit cool dengan penstabilan
suhu hingga mencapai 4C selama 15 menit, kemudian baru dimulai proses pre
freezing selama 7 menit hingga suhu turun sebesar -140C. Semen beku disusun
dalam rak susun agar memudahkan proses pre freezing. Pengawasan penurunan
suhu straw berisi semen cair diamati melalui monitor yang menunjukkan garis
kuning (garis yang menunjukan setting-an suhu digit cool), garis merah (garis
94

yang menunjukan suhu di ruang digit cool), dan garis biru (garis yang
menunjukan suhu sample straw). Straw yang telah melalui proses pre-freezing
dan telah dihitung dimasukkan ke dalam goblet dengan posisi sumbat
laboratorium di atas dan sumbat pabrik di bawah.

5.4.2.7 Freezing
Freezing merupakan proses penghentian sementara kegiatan hidup sel
tanpa mematikan fungsi sel dan proses hidup dapat berlanjut setelah pembekuan
dihentikan (Djanuar dkk, 1985). Proses freezing ini dilakukan di dalam
container storage yang telah berisi N2 cair dengan suhu -196C. Semen beku
setelah proses pre-freezing, kemudian dimasukan ke dalam goblet untuk
dicelupkan ke dalam N2 cair yang berada di container storage dengan tujuan
utama sebagai pembekuan semen cair yang berada di dalam straw, selain itu
pencelupan dimaksud agar straw yang rusak saat proses filling sealing dapat
diketahui dengan cara melihat straw yang melayang dan mengambang di N 2 cair.
Penggunaan N2 cair dilakukan karena N2 cair dapat membekukan pada suhu
yang paling rendah dan dapat menyimpan semen pada waktu yang lama
(Djanuar dkk, 1985). Saat proses freezing posisi sumbat laboratorium berada
diatas dan sumbat pabrik berada dibawah. Setelah proses freezing, straw yang
ada dalam goblet dimasukkan kedalam canester kemudian dimasukkan kedalam
container. Setelah proses freezing diambil dua sampel secara acak untuk
dilakukan pengujian Post Thawing Motility. Hal yang perlu diperhatikan selama
proses freezing adalah dengan mengecek kembali nama serta kode dari pejantan
di tiap goblet sebelum dimasukkan ke dalam canester untuk dilakukan
pencatatan jumlah dan letak semen beku dalam container.

5.4.2.8 Pemeriksaan Post Thawing Motility


Post Thawing Motility merupakan pengujian lebih lanjut motilitas sel
spermatozoa setelah dilakukan freezing. Biasanya pengujian ini dilakukan sehari
setelah proses freezing. Pada pengujian ini dilakukan pengambilan dua sampel
95

semen secara acak yang telah dibekukan. Alat yang digunakan pada pemeriksaan
ini adalah mikroskop yang dihubungkan dengan monitor. Langkah pertama yang
dilakukan adalah menyiapkan air hangat dengan suhu 37-38C di water bath.
Kemudian merendam straw selama 15-30 detik dengan posisi vertikal maupun
horizontal yang harus diperhatikan adalah seluruh bagian dari straw yang berisi
semen beku terendam seluruhnya, angkat straw dan keringkan sisa air yang
menempel di straw dengan kertas tissue. Potong straw pada bagian tengah dan
bagian sumbat laboratorium menggunakan gunting yang telah didesinfeksi.
Setelah itu, semen diteteskan pada object glass dan ditutup dengan cover glass.
Pengamatan dilakukan dengan menggunakan mikroskop pada perbesaran 200-
400 kali.
Standar motilitas individu pada pengujian Post Thawing Motility ini
adalah 40% (+++ atau ++), apabila ditemukan motilitas spermatozoa dibawah
40%, maka perlu dilakukan uji motilitas lagi dengan sampel yang lain dari
semen yang sama. Hal itu bertujuan untuk membandingkan dengan pengujian
sebelumnya. Apabila pengujian kedua tetap didapatkan motilitas spermatozoa
dibawah 40% maka semen beku akan diafkir dengan cara dibakar dan dibuatkan
berita acara pengafkiran, sedangkan untuk semen beku yang lolos uji PTM
dengan motilitas 40% atau lebih akan dibuatkan berita acara serah terima.

5.4.3 Pemasaran Semen Beku Sapi Simental


Pelayanan yang diberikan telah sesuai dengan Standar SNI 01-
4869.1:2008 dan telah diuji di lab uji mutu yang menerapkan sistem mutu sesuai
ISO/IEC 17025:2005. BBIB menyediakan semen beku sexing dan unsexing.
Dengan harga sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan No:
119/PMK.05/2013 ditetapkan harga Rp. 7000 untuk semen beku unsexing sapi
simental dan Rp. 36.000 untuk semen beku sexing sapi simental. Sedangkan
untuk pembelian dari luar negeri ditetapkan harga Rp. 30.000 untuk semen beku
unsexing dan Rp. 115.000 untuk semen beku sexing.
96

Distribusi semen beku di Balai Besar Inseminasi Buatan Singosari terdapat


2 (dua) alur yaitu melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN)
yang ditetapkan oleh Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan dan
Badan Layanan Umum (BLU).
Prosedur distribusi semen beku berdasarkan APBN sudah ditentukan oleh
Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan baik jumlah semen beku
maupun bangsa ternak yang akan didistribusikan ke daerah tujuan. Beberapa tahap
pendistribusian semen beku dengan APBN yaitu:
1. Dinas Peternakan provinsi mengajukan surat permohonan rencana alokasi
distribusi semen beku ke Direktur Perbibitan Direktorat Jenderal Peternakan
dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian dengan Tembusan ke BBIB
Singosari.
2. Kepala BBIB Singosari meminta Kepala Bidang Pemasaran dan Informasi
membuat rencana alokasi sesuai stok semen beku, potensi pejantan dan dana
APBN.
3. Mengirim rencana distribusi ke Direktur Perbibitan dan Produksi Ternak
Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian
setelah diverifikasi oleh Kepala BBIB Singosari.
4. Menerima surat peretujuan rencana distribusi dari Direktur Perbibitan dan
Produksi Ternak Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan
Kementrian Pertanian.
5. Menghubungi/menginformasikan Dinas Peternakan Propinsi untuk mengirim
container kosong ke BBIB Singosari.
6. Kemudian Dinas Peternakan mengirim container kosong ke BBIB Singosari.
Container yang datang di data di BBIB Singosari.
7. Membuat surat order ke bagian penghitungan sesuai barang yang akan
dikirim.
Prosedur distribusi semen beku melalui BLU (Badan Layanan Umum)
yaitu:
1. Pelanggan Swasta/Koperasi/Pemerintah mengajukan permohonan melalui
surat, telepon, faximile, sms ke BBIB Singosari.
97

2. Mengecek stock semen beku yang tersedia meliputi jenis bangsa dan
jumlahnya.
3. Konfirmasi ke pelanggan kebutuhan semen beku yang dilayani serta jumlah
dan administrasi dan sarana penunjung yang harus disiapkan.
4. Pelanggan mengirim container kosong dan mentransfer dana ke BBIB
Singosari.
5. Membuat surat order sesuai pesanan yang masuk.
Setelah surat order dibuat selanjutnya dilakukan penghitungan ulang
semen beku dilakukan sebelum pendistribusian ke konsumen. Penghitungan
ulang semen beku bertujuan untuk memastikan jumlah semen beku yang akan
didistribusikan sudah sesuai dengan pesanan konsumen. Saat penghitungan
ulang semen beku dilakukan dalam container storage dengan menggunakan rak
straw berkapasitas 100 dosis agar penghitungan lebih mudah dilakukan.
Selain penghitungan dilakukan juga dilakukan identifikasi semen beku saat
pemeriksaan seperti kondisi fisik straw apakah ada straw yang mengalami
kerusakan seperti straw kosong, pecah, mengapung, meletup, tanpa laboratory
plug atau factory plug. Selain itu juga dilakukan identifikasi atau pencacatan
penghitungan meliputi kode bull, bangsa, nama pejantan, batch, tempat di
canister, dan jumlah dosis untuk selanjutnya dilakukan verifikasi PTM dan
pembuatan berita acara serah terima (BAST).
Tahap selanjutnya yaitu dilakukan pengecekan kembali isi straw dalam
container meliputi kode bull, nama bull dan kode batch untuk memastikan isi
straw di dalam container sudah sesuai dengan BAST. Setelah isi straw dalam
kontainer sesuai dengan BAST dilakukan pengukuran tinggi dan penambahan N2
cair pada kontainer yang dilakukan dengan menggunakan mistar dan dimasukan
kedalam kontainer secara perlahan agar suhu mistar dengan N2 cair sesuai,
bertujuan untuk menentukan jumlah kebutuhan N2 cair yang akan ditambahkan
kedalam kontainer. Setelah itu tinggi N2 cair dicatat pada kartu identifikasi.
Selnajutnya dilakukan penyegelan pada tutup kontainer menggunakan kawat
segel dan timah segel, tujuan penyegelan ini untuk menjaga keamanan kontainer
dan menghindari kecurangan yang mungkin terjadi selama proses pengiriman.
98

Dilakukan pengepakan container dengan menggunakan box yang menggunakan


bahan kayu, besi, dan fiber untuk mengamankan container dari benturan selama
proses pengiriman. Pada proses pengepakan juga dilakukan penempelan stiker
rambu-rambu penanganan container, identifikasi isi container, dan alamat yang
akan dituju. Sebelum dikirim ke alamat tujuan, dilakukan penimbangan berat
container. Hal ini dilakukan untuk mengetahui berat container saat dikirim, saat
proses pengiriman N2 cair akan menguap sehingga akan menurunkan berat
container saat tiba ditangan konsumen. Setiap prosedur pengepakan
didokumentasikan sebagai bukti.

5.5 Kesimpulan
1. Penampungan semen sapi simental di BBIB singosari dilakukan dengan
menggunakan alat bantuan artificial vagina atau vagina buatan.
2. Proses pembekuan semen sapi simental di BBIB Singosari sudah baik
karena setiap tahapannya mulai dari pengenceran, pre-freezing sampai
pembekuan telah sesuai dengan standar yang telah ditetapkan dan
dipelajari berdasarkan pengalaman.
3. Distribusi semen beku di Balai Besar Inseminasi Buatan Singosari terdapat
2 (dua) alur yaitu melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
(APBN) dan Badan Layanan Umum (BLU).

Daftar Pustaka
Aqsa, M. dan M syarief. 2011. Pedoman Teknis Penampungan Semen. Dinas
Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Sulawesi Selatan.

BBIB Singosari. 2002. Panduan Teknis Penanganan Semen Beku. Departemen


Pertanian. Direktorat Jenderal Peternakan. BBIB Singosari.

Butarbatur, E.K. 2009. Efektivitas Frekuensi Exercise terhadap Peningkatan


Kualitas Semen Sapi Simmental. Universitas Sumatra Utara. Medan.

Djanuar, R,. Haryati. C. T. R. Tagama. 1985. Dasar-Dasar Inseminasi Buatan


pada Ternak Sapi. Laboratorium Fisiologi dan Reproduksi Ternak Fakultas
Peternakan Universitas Jendral Soedirman, Purwokerto.

Jainudeen, R.M. And E. S. E. Hafeez 1987. Cattle and Water Buffalo.In: B. Hafez,
99

and E.S.E. Hafez (eds) Reproduction in Farm Animals. 5 th eds. Lea and
Febiger. Philladephia.297-314.

Lindsay D.R., Entwistle KW and A.Winantea. 1982. Reproduction in Domestic


Livestock in Indonesia. University of Queenskand Press. Melbourne.

Salisbury G.W, dan N.L. VanDenmark. 1985. Fisiologi Reproduksi dan


Inseminasi Buatan pada Sapi. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
(Diterjemahkan oleh: R. Djanuar).

Toelihere. 1981. Inseminasi Buatan pada Ternak. Angkasa. Bandung.

Zenichiro, K., Herliantien dan Sarastina. 2002. Practical Instruction Technology


of Frozen Semen Processing for Cattle. Balai Besar Inseminasi Buatan
Singosari. Malang.
100

LAMPIRAN

Lampiran 14. Penampungan Semen Sapi


Lampiran 13. Artificial Vagina Simental
Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2017. Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2017.

Lampiran16. Proses Freezing


Lampiran 15. Proses Pengenceran Semen Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2017.
Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2017.

Lampiran 17. Evaluasi Post Thawing


Motility Lampiran 18. Bank Sperma
Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2017. Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2017.
101

VI
TATALAKSANA PRODUKSI DAN DISTRIBUSI SEMEN BEKU SAPI
LIMOUSIN DI BALAI BESAR INSEMINASI BUATAN SINGOSARI,
MALANG, JAWA TIMUR

Oleh:
NUR MUHAMMAD GHIFARI
200110140249

Abstrak
Inseminasi buatan (IB) merupakan bioteknologi reproduksi ternak yang
memungkinkan manusia dapat mengkawinkan ternak betina tanpa seekor
penjantan yang utuh. Pembuatan semen beku bertujuan untuk memperoleh semen
dari pejantan yang kualitasnya baik untuk di proses lebih lanjut untuk keperluan
inseminasi buatan. Pembuatan semen beku secara umum merupakan proses dari
penampungan semen sampai membekukan straw. Dalam pembuatan semen beku
ada beberapa evaluasi diantaranya adalah evaluasi semen segar, evaluasi before
freezing, dan evaluasi post thawing. Setelah proses pembuatan semen beku
dilakukan maka di dapatlah semen beku yang siap di distribusikan. Semen beku di
distribusikan oleh bagian pemasaran dan informasi. Dalam distribusi pula terdapat
beberapa feedback yang diberikan oleh pengguna semen beku sapi limousin.
Kata kunci: Pembuatan semen beku, semen beku, distribusi.

6.1 Latar Belakang


Inseminasi Buatan (IB) merupakan salah satu upaya pemanfaatan bibit
pejantan unggul secara maksimal dalam rangka perbaikan mutu genetik ternak.
Faktor-faktor utama yang mempengaruhi keberhasilan IB ialah mutu semen beku,
Reproduksi ternak betina, keterampilan petugasnya, ketepatan dan pelaporan
deteksi berahi, serta pemeliharaan ternak betina. Mutu semen beku sapi yang
memenuhi standar harus didukung oleh penanganan yang baik dan benar agar
mutu semen beku sapi dapat dipertahankan sehingga siap untuk diinseminasikan.
Semen beku sapi adalah semen yang berasal dari pejantan sapi terpilih yang
di encerkan sesuai prosedur dan dibekukan pada suhu minus 196C. Produksi
semen beku merupakan suatu proses pembuatan semen beku, mulai dari
penampungan semen segar sampai dengan semen beku siap digunakan untuk
102

pelayanan IB. Urutan pembuatan semen beku meliputi penampungan semen,


pemeriksaan semen, pengenceran, pengisian straw dan pembekuan.
Setelah semen di produksi maka distribusi adalah hal yang harus di
lakukan. Dikutip dalam buku Basu Swastha dan Irawan 2002, pemasaran adalah
suatu sistem keseluruhan dari kegiatan bisnis yang ditujukan untuk merencanakan,
menentukan harga, mempromosikan dan mendistribusikan barang dan jasa yang
memuaskan kebutuhan baik kepada pembeli yang ada maupun pembeli potensial.
Saluran distribusi merupakan suatu sistem yang aktivitasnya bertujuan
untuk menggerakkan atau menyalurkan produk dari produsen kepada konsumen.
Tujuan saluran distrbusi adalah untuk mencapai pasar tertentu yang merupakan
tujuan akhir kegiatan saluran distribusi (Tjiptono, 2008)

6.2 Tujuan
Mahasiswa yang melaksanakan PKL diharapkan mampu menerapkan ilmu
yang sudah dipelajari di perkuliahan dengan yang ada di lapangan serta dapat
memberikan pengalaman yang baru disetiap kegiatan PKL. Tujuan khusus
pembuatan laporan ini adalah mengetahui proses pembuatan dan distribusi semen
beku sapi limousin di BBIB Singosari.

6.3 Metode
Ada dua metode yang digunakan dalam kegiatan PKL di BBIB Singosari.
Pertama, metode primer adalah data yang diperoleh melalui pengamatan langsung
atau hasil penelitian terhadap studi objek. Metode primer ini diperoleh dengan
cara mengikuti kegiatan dan tatalaksana harian di bagian Pengujian Semen dan
Pengembangan Inseminasi Buatan dan bagian Pemasaran dan Informasi Balai
Besar Inseminasi Buatan Singosari.
Metode yang kedua adalah metode sekunder, metode sekunder memperoleh
data dari pihak lain atau instansi terkait, menggunakan data yang telah ada. Data
sekunder diperoleh dengan berdiskusi dengan karyawan pengawas setiap bidang
terkait dalam proses pembuatan dan distribusi semen beku sapi limousin di BBIB
Singosari.
103

Semen beku merupakan semen yang berasal dari pejantan unggul, sehat,
bebas dari penyakit hewan menular yang diencerkan sesuai prosedur proses
produksi sehingga menjadi semen beku dan disimpan didalam rendaman nitrogen
cair pada suhu -196 C dalam kontainer kriogenik.

6.4 Pembahasan Proses Pembuatan


6.4.1 Penampungan Semen
Penampungan semen yang dilakukan di BBIB singosari menggunakan
Vagina Buatan (Artificial Vagina) atau elektroejakulator, dummy diguakan sebagai
teaser untuk pengganti bull teaser. Pada proses penampungan semen ini
dibutuhkan bull teaser atau yang lebih dikenal dengan sebutan pejantan
pemancing. Penggunaan bull teaser dalam hal ini bertujuan untuk merangsang
libido pejantan yang akan di tamping semennya.Penampungan semen pejantan
dilakukan berdasarkan jadwal yang telah ditentukan.Setiap pejantan yang ada di
Balai Besar Inseminasi Buatan Singosari dilakukan penampungan paling banyak 2
kali per minggu atau tergantung tingkat produksi setiap sapi pejantan. Pada sapi
Limousin, jadwal penampungan adalah hari senin dan hari kamis.
Persiapan yang pertama kali di lakukan dalam penampungan semen adalah
persiapan pejantan, persiapan arena penampungan, persiapan pemancing atau bull
teaser dan persiapan vagina buatan atau artificial vagina.
Pejantan yang akan di tampung semennya dimandikan dan diberi pakan
hijauan sebelum ditampung semen nya, preputiumnya di cuci menggunakan
larutan desinfektan dengan suhu air 40-50o C pencucian ini bertujuan agar tidak
terjadi kontaminasi pada semen yang akan ditampung, jantan yang sudah
bersihkan lalu diikat untuk menunggu ditampung semennya. Selanjutnya, arena
penampungan dibersihkan dari kotoran ternak kemudian disiram dengan
desinfektan. Setelah itu, persiapan bull teaser. Bull teaser ini sendiri ada yang
diikat di kandang jepit dan ada yang dihandle untuk di biar kan berjalan, ternak
yang akan dijadikan bull teaser dibersihkan bagian belakangnya untuk
menghindari kontaminasi terhadap semen yang akan di tampung. Terakhir
mempersiapkan vagina buatan atau artificial vagina, persiapan ini meliputi
104

pengisian AV dengan air hangat bersuhu 50-60oC, kemudian dipompa serta


mengolesi bagian mulut AV dengan menggunakan lubricating gel agar penis
terhindar dari gesekan
Menurut Aqsa dan Syarief, 2011 hal-hal yang harus diperhatikan sebelum
mengeluarkan pejantan dari kandang adalah memastikan bahwa pejantan sudah
diberi makan dan dalam keadaan bersih terutama daerah ventral abdomen,
disekeliling preputium dibasuh dengan air hangat tanpa sabun. Hal ini
dimaksudkan untuk mencegah adanya kotoran kotoran yang mengkontaminasi
semen segar.
Setelah persiapan sebelum penampungan selesai, maka dilakukanlah
penampungan. Pada saat penampungan, kolektor berdiri di sebelah kanan
pemancing dengan tangan kanan memegang vagina buatan.Penis diarahkan ke
vagina buatan dengan posisi vagina buatan membentuk sudut 45 dengan garis
horizontal. Saat ejakulasi pejantan harus dibiarkan mendorong penisnya sendiri
kedalam vagina buatan untuk memperoleh ejakulasi yang optimal. Setelah semua
semen turun kedalam tabung penampung, maka tabung penampung dilepas dari
vagina buatan dan ditutup.Semen yang ditampung tersebut siap dibawa ke
laboratorium untuk di evaluasi (Butarbatur, 2009).
Setelah semen sudah ditampung, AV yang berisi semen segar dilihat
volumenya serta dicatat nama sapi yang ditampung, nama teaser, jumlah false
mounting, waktu proses penampungan, nama peng-handle, dan nama kolektornya.
Seusai dilakukan recording atau pencatatan, tabung penampung yang berisi semen
segar dibawa ke laboratorium untuk diuji dan diproses.

6.4.2 Pengujian Semen


Semen yang telah ditampung secepatnya dibawa ke laboratorium untuk
dilakukan pengujian kualitas maupun kuantitasnya. Pengujian semen segar
meliputi pengujian secara makroskopis, mikroskopis dan pengujian konsentrasi.
Pengujian makroskopis meliputi volume, warna, pH, dan konsistensi, sedangkan
pengujian mikroskopis meliputi pergerakan massa dan pergerakan individu.
105

Pengujian semen segar ini bertujuan untuk mengetahui apakah semen yang baru
diperoleh dapat diproses lebih lanjut atau tidak.
Pengujian semen segar secara makroskopis meliputi volume, warna,
konsistensi dan pH. Konsentrasi spermatozoa dapat mempengaruhi warna dan
konsistensi (kekentalan) semen. Volume di ukur menggunakan gelas ukur,
menurut Feradis (2010) volume semen sapi berkisar antara 2-10ml. Indikator
warna yang digunakan untuk uji mutu kelayakan semen sapi dan kambing di
BBIB singosari adalah pk (putih krem), ps (putih susu), dan pb (putih bening).
Pemeriksaan semen segar dilakukan dengan cara mengambil sampel semen
kemudian diteteskan pada kertas BTB, kemudian ditentukan pHnya dengan cara
mencocokan warna kertas BTB yang telah ditetesi semen dengan tabel warna
standar pH paper BTB (Brom Timol Blue). Standar pH semen berkisar 6,2-6,8.
pH semen sapi berkisar antara 6,2-6,8 sedangkan pada kambing memiliki pH
normal 6,8-7,0 menurut (Toelihere, 1985). Konsistensi atau kekentalan merupakan
salah satu sifat semen yang erat kaitannya dengan kepadatan atau konsentrasi
sperma. Semakin kental semen maka semakin tinggi konsentrasi sperma.
Konsistensi dapat dilihat dengan cara menggoyangkan tabung penampung berisi
semen segar secara perlahan. Semen dengan konsistensi kental akan terlihat pada
saat memiringkan tabung gelas penampung dan selanjutnya kembali pada posisi
normal, maka proses kembalinya larutan semen tersebut ke posisi tegak akan
lama, dibandingkan dengan semen dengan konsistensi encer. Semen sapi
mempunyai konsistensi kental berwarna krem dengan konsentrasi 1000 juta
hingga 2000 juta sel spermatozoa per ml semen.
Metode pengujian mikroskopis yang digunakan di BBIB Singosari ini dengan
cara pengujian mikroskopisdengan tujuan untuk menganalisa kondisi semen lebih
dalam lagi. Pengujian mikroskopis ini meliputi gerak massa dan gerak individu.
Gerakan massa spermatozoa diamati dengan cara meletakkan satu tetes semen
diatas gelas objek tanpa gelas penutup kemudian diamati dengan mikroskop
pembesaran 100 kali. Menurut Toelihere, (1985), gerakan massa spermatozoa
digolongkan sebagai berikut:
106

5. Sangat baik (+++ atau 3+), jika gerakan bergelombang cepat dan padat,
membentuk pusaran-pusaran gelombang.
6. Baik (++ atau 2+), jika gerakan aktif kedepan.
7. Lumayan atau sedang (+ atau 1+), jika gerakan sangat lemah atau gerakan
berayun.
8. Buruk (nekrospemia atau nilai 0), jika sperma tidak bergerak.
Standar gerakan massa untuk dapat diproses lebih lanjut adalah (++ atau 2+ dan +
++ atau 3+).
Pada pengujian mikroskopis semen segar lainnya adalah gerakan individu.
Pemeriksaan ini menggunakan mikroskop dengan perbesaran 100 dan 200 kali.
Standar motilitas semen segar di BBIB Singosari minimal 70% dan abnormalitas
maksimal 20%, dengan gerakan progressive motility yaitu pergerakan kedepan
agar dapat diproses lebih lanjut. Jika tidak memenuhi nilai tersebut maka semen
segar harus diafkir.

6.4.3 Proses Pengenceran Semen


Semen yang akan ditampung harus segera mungkin di olah berupa
mengencerkannya dengan pengencer semen. Pengencer tersebut berupa:
pengencer Tris, natrium sitrat, susu skim, susu segar, dan laktosa. Semen yang
dibiarkan pada suhu ruang tanpa diencerkan akan menyebabkan kematian
spermatozoa dengan cepat hanya dalam waktu kurang dari 2 jam. Semen yang
telah diencerkan dapat disimpan dalam suhu ruang, suhu lemari es (suhu 3-55 C),
dan dalam keadaan beku (kriopreservasi) pada suhu -1965 C (Rizal & Herdis,
2008).
Pengenceran di BBIB Singosari menggunakan bahan pengencer yang
berasal dari kuning telur ayam yang disebut pengenceran tris kuning telur. Syarat
sebagai bahan pengencer yaitu:
1. Murah, sederhana dan praktis dibuat.
2. Harus mengandung unsur-unsur yang hampir sama sifat fisik dan
kiwiawinya dengan semen dan tidak boleh mengandung zat toksik atau zat
racun baik terhadap sperma maupun ayam reproduksi betina.
107

Fungsi pengenceran:
1. Menyediakan zat makanan sebagai sumber energy baik spermatozoa.
2. Melindungi spermatozoa terhadap cold shock.
3. Menyediakan suatu penyanggah untuk mencegah perubahan pH.
4. Mempertahankan tekanan osmotic dan keseimbangan elektrolit.
5. Mencegah perubahan kuman.
6. Memperbanyak volume semen.
Kuning telur dapat digunakan sebagai pengencer semen, sumber energy dan
agen protektif. Komponen kuning telur yang bertanggungjawab sebagai agen
krioprotektif adalah lesitin, fosfolipid, ekstrak lipid, fraksi lipoprotein spesifik.
Tetapi didalam kuning telur juga terdapat zat yang dapat merusak fertilitas
spemartozoa sehingga bisa menjadi racun baik spermatozoa dan juga zat-zat yang
dapat mencegah kerusakan spermatozoa selama proses pendinginan. Standar
kualitas pengencer yang telat ditetapkan yaitu berwarna kuning atau orange, pH
6,2-6,8 dengan pendapat 10% dengan batas yang jelas dan bau khas tris.
Pembuatan pengencer dilakukan seminggu dua kali. Pengenceran pertama
yaitu penambahan A1, jumlah pengencer A1 ditambahkan sebesar volume dari
semen yang ditampung. Penambahan dilakukan pada tabung semen yang lebih
besar atau dapat memuat dua kali volume semen saat penampungan. Tabung yang
digunakan dapat penambahan A1 dimasukkan kedalam waterbath terlebih dahulu
agar suhunya sesuai dengan suhu semen yaitu 36-37C. penambahan pengencer
ini dilakukan pada suhu 37-38C.
Setelah penambahan A1 pada masing-masing semen dilakukan pendinginan
agar suhunya turun secara berangsur-angsur dari suhu 37-20-4. Pendinginan
dilakukan didalam cool tube untuk menghindari kejutan dengan atau cold shock
pada semen diberikan water jacket terlebih dahulu. Dengan bantuan water jacket
diharapkan proses pendinginan yang terhadap tidak telah cepat dan
mengakibatkan kematian sel sperma yang telah tinggi. Dengan kata lain water
jacket dapat memuat semen selama masa adaptasi terhadap suhu. Kemudian
dilakukan pengenceran A2 dan B dengan cara menghitung volume pengencer
yang akan ditambahkan menggunakan rumus:
108

Keterangan:
25.000.000 = Menunjukkan jumlah sel sperma yang ada dalam satu
straw.
1/0,25 = Menunjukkan bahwa tiap 1 ml semen dapat menghasilkan
sebanyak 4 straw.
0,25 = Menunjukkan volume semen dalam satu straw.
Pada proses pengenceran A2 dan B jumlah bahan pengencer yang akan
ditambahkan dapat diketahui dengan cara menghitung volume total. Setelah
diketahui volume total, maka jumlah volume bahan oengencer A2 dan B, serta
jumlah straw yang akan diprinting dapat diketahui dengan rumus:

Proses pengenceran A2 dilakukan ketika semen yang sudah ditambahkan


pengencer A1 mencapai suhu 4-5C. penambahan pengencer A2 dilakukan
didalam cool tube. Jumlah volume yang ditambahkan sesuai dengan hasil
perhitungan menggunakan rumus yang telah ditentukan.
Proses penambahan pengencer B dilakukan di cool tube dengan suhu 4-5C.
pemberian pengencer B dilakukan pada waktu 18-24 jam setelah penambahan
pengencer A2. Gliserolisasi merupakan kegiatan pengenceran paling akhir
sebelum pada akhir yang dilakukan pengujian before freezing (BF). Gliserolisasi
yaitu prises penambahan Gliserol dengan semen pengenceran. Gliserol yang
ditambahkan yaitu sebesar 13% dari volume total. Penambahan gliserol dilakukan
pada suhu 3-5C. pengencer B dibuat sehari sebelum digunakan agar dliserin
benar-benar terlarut dalam larutan A.
109

Menurut SNI (Standar Nasional Indonesia) kadar gliserol pada semen beku
adalah 6-7C. Oleh karena itu, penambahan gliderol pada pengencer B adalah
13% karena jumlah pengencer B adalah setengah dari total volume semen cair.
Sehingga setelah proses pengenceran B dilakukan, maka kadar gliserolnya adalah
6,5%. Setelah penambahan pengencer B selesai, akan dilanjutkan dengan
pemeriksaan Before Freezing.

6.4.4 Pemeriksaan Before Freezing


Before Freezing merupakan tahap evaluasi ke-2 yang dilakukan untuk
emngetahui motilitas semen cair sebelum dibekukan. Pengujian ini dilakukan
setelah proses pengenceran B, dengan cara mengambil sampel semen dari masing-
masing bull yang kemudian diperiksa dibawah mikroskop yang telah terhubung
dengan layar monitor denga perbesaran 10x20 atau 10x40. Standar motilitas pada
pemeriksaan ini adalah kurang dari sama dengan 55% (+++~++), sehingga apabila
motilitas spermatozoa pada semen cair kurang dari 55% makan semen akan di
afkir.

6.4.5 Printing Straw


Semen yang telah lulus uji Before Freezing akan segera dilakukan proses
printing straw, yaitu proses pemberian keterangan pada straw kosong yang akan
digunakan untuk membekukan semen, yang meliputi: nama perusahaan, SNI,
bangsa pejantan, nama pejantan, kode pejantan dan kode batch. Proses ini
dilakukan menggunakan mesin jetz printing. Warna straw berbeda sesuai dengan
bangsa masing-masing, warna straw sapi limousin adalah merah muda.
6.4.6 Filling dan Sealing
Filling dan sealing merupakan tahapan proses pengisian semen cair ke
dalam straw serta penutupan pada straw dengan menggunakan automatic filling
and sealing machine dengan menggunakan flexible Rubber section. Mesin ini
secara otomatis mengisi straw dengan semen cair sebanyak 0,25 ml dan menutup
ujung straw. Ujung straw yang disumbat dengan mesin tersebut disebut
110

laboratory pluck, sedangkan ujung straw yang disumbat dengan kapas disebut
factory pluck. Proses ini dilakukan didalam cool top untuk menghindari terjadinya
perubahan suhu pada semen. Sebelum proses filling dan sealing dilakukan seluruh
peralatan yang akan digunakan harus didinginkan pada 4-5C. Silicon tube dan
tipper disck pada saat proses pengisian semen dari bull yang berbeda harus selalu
diganti dengan yang baru untuk menghindari terjadinya kontaminasi anatara
semen satu dengan semen yang lain.

6.4.7 Pre-freezing dan Freezing


Straw yang kualitasnya baik akan segera dihitung sebelum proses pre-
freezing. Perhitungan straw dilakukan didalam cool tube yang suhunya sama
dengan suhu semen, yaitu 4-5C. proses perhitungan ini dilakukan menggunakan
rak straw dengan kapasitas sebanyak 175 dosis.
Pre-Freezing merupakan proses pembekuan atau pendinginan straw yang
sudah diisi semen dengan menggunakan uap N2 cair. Straw yang sudah diberi
semen kemudian dihitung atau ditata di rak, selanjutkan straw yang sudah berisi
semen didalam digit cool. Penyesuaian suhu semen didalam digit cool dilakukan
selama 5-10 menit. Kemudian dilakukan penurunan suhu secara berkala
menggunakan N2 cair dari 4C hingga -140C selama 7 menit. Penurunan suhu
secara bertahap ini bertujuan untuk menghindari terjadinya cold shock. Setelah 7
menit, straw pada rak-rak diambil dan dimasukkan ke dalam goblet dengan posisi
factory pluck dibawah dan laboratory pluck diatas. Selanjutnya direndam ke
dalam N2 cair bersuhu -196C selama beberapa detik hingga semen menjadi beku.
Proses perendaman inilah yang disebut sebagai freezing. Apabila saat proses
freezing ini ada straw yang mengapung, dapat disimpulkan bahwa straw tersebut
kosong atau tidak terisi penuh, sehingga harus diafkir. Setelah proses freezing,
goblet yang berisi straw dimasukkan kedalam canister dan selanjutnya disimpan
didalam container yang berisi N2 cair untuk disimpan.

6.4.8 Post thawingMotility (PTM)


111

Pemeriksaan semen beku dilakukan setelah freezing selama 24 jam. PTM


dilakukan untuk emngetahui motilitas sprema setelah dilakukan freezing. Sampel
straw yang digunakan untuk uji PTM adalah sebanyak 2 buah straw.
Semen beku yang akan diperiksa melalui PTM terlebih dahulu harus
dithawing dengan cara semen beku dimasukkan dalam water bath yang bersuhu
37C selama 15-30 detik. Suhu tersebut merupakan suhu optimal spermatozoa
untuk bergerak. Setelah itu bagian ujung straw yang terdapat laboratory plug
dipotong untuk menstabilkan tekanan didalam straw. Kemudian bagian tengah
straw dipotong setengah bagian (tidak sampai patah) sehingga semen beku
didalam straw dapat keluar dan diteteskan ke atas gelas objek ayang telah
dibersihkan denga alhokhol 70% dan ditutup dengan cover glass dan diamati
motilitas spermatozoa menggunakan mikroskop dengan perbesaran 100 untuk
pemeriksaan gerak massa dan digunakan perbesaran 20x hingga 400x untuk
peeriksaan gerak individu. Penilaian untuk motilitas spermatozoa adalah +++, ++,
dan +. Standar PTM yang digunakan BBIB Singosari adalah 40%. Apabila
presentasi kurang dari 40% makan dilakukan pengujian kembali dengan straw lain
dalam satu jenis pejantan untuk memastikan motilitasnya. Namun, jika hasil
masih kurang dari 40% maka dibuat berita acara untuk pengafkiran straw tersebut.

6.5 Distribusi Semen Beku


BBIB Singosari menggunakan sistem distribusi jalan pendek atau langsung
dan sistem distribusi jalan panjang atau tidak langsung. Distribusi langsung
biasanya semen yang dikirim ke KUD di Jawa Timur karena semen tidak di jual
lagi dan digunakan untuk inseminasi sapi milik peternak anggota KUD sendiri.
Sedangkan sistem distribusi jalan panjang atau tidak langsung yaitu semen yang
dijual melalui Dinas Peternakan Provinsi yang ada di pulau Jawa maupun luar
Jawa.
Distribusi semen beku dilakukan melalui dua prosedur, yaitu APBN yang
ditetapkan oleh Direktoran Jendral Peternakan dan Kesehatan Hewan, juga
melalui proses BLU atau badan layanan umum. Dalam proses APBN sudah
112

ditentukan oleh direktorat jendral peternakan dan kesehatan hewan mulai dari
bangsa sapi yang akan di distribusikan ke daerah tujuan. Dalam pola lainnya yaitu
pola BLU dimana merupakan suatu kerja yang menerima fleksibilitas pegelolaan
keuangan sebagai fomat baru dalam pengolahan APBN/APBD. BLU adalah
wadah baru bagi pelayanan pemerintah kepada masyarakat.
Pelayanan umum oleh Lembaga Administrasi Negara diartikan sebagai
segala bentuk kegiatan pelayanan umum yang dilaksanakan oleh instansi
pemerintah dan di lingkungan Badan Usaha Milik Negara/daerah dalam bentuk
barang atau jasa, baik dalam rangka upaya pemenuhan kebutuhan masyarakat
maupun dalam rangka pelaksanaan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Badan Layanan Umum (disingkat BLU) adalah instansi di lingkungan
Pemerintah yang dibentuk untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat
berupa penyediaan barang dan/atau jasa yang dijual tanpa mengutamakan mencari
keuntungan dan dalam melakukan kegiatannya didasarkan pada prinsip efisiensi
dan produktifitas.
Jalur distribusi dari pelanggan sampai pengeluaran semen beku pada seksi
pemasaran terdapat dua jalur yaitu, jalur penerimaan Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara (APBN) serta jalur penerimaan Badan Layanan Umum (BLU)
sebagai berikut:
1. Pola APBN
a. Kepala dinas peternakan provinsi mengajukan surat permohonan
rencana alokasi distribusi semen beku ke Direktur penerbitan Direktorat
Jendral Peternakan dan kesehatan hewan kementrian pertanian dengan
tembusan ke Balai Besar Inseminasi Buatan (BBIB) Singosari.
b. Kepala Balai Besar Inseminasi Buatan (BBIB) Singosari meminta
kepala bidang pemasaran dan informasi pembuatan rencana alokasi sesuai
stock semen beku, potensi pejantan dan dana APBN.
c. Mengirim rencana distribusi ke Direktorat Perbibitan Direktorat Jendral
Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementrian Pertanian setelah diverifikasi
oleh Kepala Balai Besar Inseminasi Buatan (BBIB) Singosari.
113

d. Menerima surat persetujuan rencana distribusi dari Direktur Perbibitan


Direktorat Jendral Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementrian Pertanian.
e. Menghubungi atau menginformasikan Dinas Peternakan Provinsi untuk
mengirim container kosong ke Balai Besar Inseminasi Buatan (BBIB)
Singosari.
f. Dinas peternakan mengirim container kosong ke Balai Besar Inseminasi
Buatan (BBIB) Singosari.
g. Container yang datang didata di Balai Besar Inseminasi Buatan (BBIB)
Singosari.
h. Membuat surat order ke bagian penghitungan sesuai barang yang akan
dikirim.
2. Pola BLU (Badan Layanan Umum)
a. Pelanggan swasta atau koperasi atau pemerintah mengajukan permohonan
melalui surat, telefon, faximile, SMS ke Balai Besar Inseminasi Buatan
Singosari.
b. Mengecek stock semen beku yang tersedia meliputi jenis bangsa dan
jumlahnya.
c. Konfirmasi ke pelanggan kebutuhan semen beku yang dilayani serta jumlah
dan administrasi dan peranan penunjang yang harus disiapkan.Pelanggan
mengirim container kosong dan mentransfer dana ke Balai Besar
Inseminasi Buatan Singosari.

6.5 Kesimpulan
1. Penampungan semen sapi limousin di BBIB singosari dilakukan dengan
menggunakan alat bantuan artificial vagina atau vagina buatan.
2. Proses pembekuan semen sapi limousin di BBIB Singosari sudah baik
karena setiap tahapannya mulai dari pengenceran, pre-freezing sampai
pembekuan telah sesuai dengan standar yang telah ditetapkan dan
dipelajari berdasarkan pengalaman.
114

3. Distribusi semen beku di Balai Besar Inseminasi Buatan Singosari terdapat


2 (dua) alur yaitu melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
(APBN) dan Badan Layanan Umum (BLU).

Daftar Pustaka
Aqsa, M. dan M syarief. 2011. Pedoman Teknis Penampungan Semen. Dinas
Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Sulawesi Selatan.

Basu Swastha. 2002. Manajemen Pemasaran. Edisi Kedua. Cetakan Kedelapan.


Penerbit Liberty. Jakarta.

Butarbatur, E.K. 2009. Efektivitas Frekuensi Exercise terhadap Peningkatan


Kualitas Semen Sapi Simmental. Universitas Sumatra Utara. Medan.

Fandy Tjiptono, 2008. Strategi Bisnis Pemasaran. Andi. Yogyakarta.

Feradis, 2010. Bioteknologi Reproduksi pada Ternak. Alfabeta. Bandung.

Rizal, M. dan Herdis. 2008. Inseminasi Buatan pada Domba. Rineka Cipta.
Jakarta.
SNI 4869.1-2008 Semen beku sapi.
Toelihere.1979. Fisiologi Reproduksi pada Ternak. Angkasa. Bandung.

LAMPIRAN
115

Lampiran 19. Arena Penampungan Lampiran 20. Uji Mikroskopis


(Dokumentasi Pribadi) (Dokumentasi Pribadi)

Lampiran 21. Penyimpanan di Cooltube Lampiran 22. Prefreezing


(Dokumentasi Pribadi) (Dokumentasi Pribadi)

Anda mungkin juga menyukai