LAPORAN PKL BBIB Revisi PRINT 31 JANUARI 2017
LAPORAN PKL BBIB Revisi PRINT 31 JANUARI 2017
Oleh:
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
SUMEDANG
2017
2
Visi dari BBIB Singosari yaitu Menjadi model BLU yang handal,
akuntabel dan inovatif berbasis teknologi peternakan bertaraf internasional.
Adapun Misi dari BBIB Singosari yaitu:
1. Meningkatkan produksi dan diversifikasi produk layanan penunjang yang
berkualitas melalui pengujian yang akurat dan teknologi mutakhir.
2. Melaksanakan replacement pejantan dan produksi bibit unggul secara
berkesinambungan yang ditunjang oleh optimalisasi pakan ternak dan
biosecurity.
3. Meningkatkan profesionalisme SDM melalui pendidikan dan pelatihan
serta promosi dan penempatan berdasarkan kompetensi guna tercapainya
kesejahteraan.
4. Mengoptimalkan fasilitas serta meningkatkan nilai tambah aset fisik dan
intelektual dengan pengembangan teknologi dan pendaftaran hak paten
merk.
5. Meningkatkan kualitas pelayanan, pemasaran dan penjualan produk,
monitoring dan evaluasi.
6. Meningkatkan tertib adminstriasi dan keuangan, efisiensi dan
akuntabilitas, koordinasi dan komunikasi serta pelayanan guna
mewujudkan manajemen bisnis modern.
Kepala Balai
drh. Enniek Herwijanti, MP
Jabatan Fungsional
Ilustrasi 1. Struktur Organisasi BBIB Singosari
Masing-masing jabatan mempunyai tugas tersendiri, yaitu:
1. Kepala Balai
Seorang kepala balai mempunyai tugas dan wewenang yakni menyusun
rencana kerja tahunan, menetapkan kebijakan dalam mengelola semen beku
serta bertanggung jawab atas pekerjaan yang dilakukan oleh kepala bidang dan
kepala seksi.
6
c) Biaya/tarif:
12
II
Oleh:
MUHAMMAD GUSTARA
200110140054
Abstrak
Sapi Bali merupakan plasma nutfah asli Indonesia memiliki keunggulan seperti
persentase karkas yang tinggi, daya tahan terhadap panas, adaptasi pakan yang
tinggi menjadi sangat menarik untuk mngetahui bagaimana cara BBIB Singosari
untuk mengembangkan ternak lokal potensial seperti sapi Bali. Alur produksi di
BBIB Singosari terdiri atas penampungan semen dengan teknik koleksi semen
menggunakan vagina buatan, proses pengujian serta pengemasan dalam
laboratorium, serta distribusi yang menggunakan pemetaan untuk mengantisipasi
terjadinya inbreeding disuatu daerah. BBIB Singosari telah menerapkan standar
SNI 01-4869.1:2008 untuk semen beku yang akan dipasarkan.
Kata Kunci : Proses produksi, semen beku, BBIB Singosari
sebagai sapi yang merupakan plasma nutfah asli Indonesia memiliki keunggulan
seperti persentase karkas yang tinggi, daya tahan terhadap panas, adaptasi pakan
yang tinggi menjadi sangat menarik untuk mngetahui bagaimana cara BBIB
Singosari untuk mengembangkan ternak lokal potensial seperti sapi bali.
2.2 Tujuan
1. Mengetahui tata cara pengenceran dan bahan pengencer semen beku di
Balai Besar Insenminasi Buatan Singosari Jawa Timur.
2. Mengetahui bagaimana proses pembekuan semen di Balai Besar
Insenminasi Buatan Singosari Jawa Timur.
2.3 Metode
Praktek kerja lapangan yang dilakukan meliputi kegiatan sebagai berikut :
1. Mengikuti aktivitas harian di BBIB Singosari Jawa Timur
2. Melaksanakan pengamatan dan praktek langsung mengenai pemeliharaan,
proses semen beku, dan pemasaran dan informasi di BBIB Singosari Jawa
Timur.
3. Berdiskusi dengan rekan pkl dan pegawai setiap bidang yang terlibat
mengenai setiap kegiatan yang dilaksanakan.
4. Melakukan pengumpulan data-data untuk memenuhi proses pelaporan
praktek kerja lapangan.
memiliki kekuatan yang bertahan lama apabila berada di luar ruangan yang
terpapar sinar matahari langsung serta mecegah adanya kontaminasi dari
lingkungan sekitar. Semen yang sudah ada di laboratorium akan diproses menjadi
semen beku. Proses pengiriman yang tidak benar berdampak pula terhadap
kualitas semen dan tentunya akan menurun.
Ada beberapa hal yang harus disiapkan sebelum dilakukannya
penmpungan atau koleksi semen, antara lain:
a) Persiapan petugas pelaksana teknis
Petugas penampungan semen di BBIB Singosari terdiri atas handler sapi,
kolektor semen, dan petugas pembantu koleksi semen yang meemiliki tugas ditiap
divisinya seperti mempersiapkan sapi yang akan ditampung semennya,
penampung semen, penyedia alat vagina buatan serta pengantar semen ke
laboratorium. Petugas yang ada di area tersebut harus menggunakan pakaian
khusus seperti wearpack dan safety boots yang bersih untuk menunjang
keselamatan para pekerja yang bertugas serta mencegah kontaminasi
mikroorganisme, untuk kolektor semen wajib menggunakan sarung tangan steril
sekali pakai saat menampung semen untuk mencegah timbulnya penyakit pada
sapi yang ditampung dan kontamnasi pada semennya.
b) Persiapan alat dan tempat penampungan
Sanitasi dalam tempat penampungan sangatlah penting untuk mengantisipasi
adanya pencemaran pada semen dan meningkatkan kenyamanan sapi, untuk lebih
menjaga kenyamanan sapi pada saat penampungan semen di BBIB Singosari
diberi matras bedding. Selain fungsinya yang meningkatkan kenyamanan, bedding
ini pun berfungsi untuk meminimalisir kemungkinan cidera kaki pada saat sapi
utama menaiki bull teaser ataupun pada saat mendorong sewaktu ejakulasi. Dan
peralatan lain yang di persiapkan antara lain desinfektan, tali temali, handuk,
ember,dan preputium washing machine.
c) Persiapan Pejantan
17
Salah satu syarat sapi pejantan yang akan di tampung sudah dalam keadaan
bersih dan sudah diberi pakan. Sebelum penampungan dimulai petugas harus
sudah mempersiapkan daftar sapi-sapi yang akan ditampung sesuai dengan jadwal
yang ada. Pejantan yang disiapkan terdiri dari sapi yang ditampung semennya dan
bull teaser atau jantan pemancing, Bull teaser yang di gunakan adalah sapi jantan
yang sudah terbiasa menjadi teaser atau pemancing dan bertempramen rendah
atau cenderung diam. Pengunaan bull teaser yang selalu sama bertujuan agar sapi-
sapi yang akan di tampung memahami atau suka terhadap bull teaser tersebut.
Setelah semua siap kemudian sapi diikat di area penampungan. Saat akan di
tampung semennya,rambut di sekitar kelamin dan preputium pejantan dicuci
dengan larutan desinfektan ringan menggunakan preputium washing machine atau
jika terlalu panjang sebaiknya dipotong karena preputium ini bisa menyebabkan
kontaminasi semen pada saat ditampung.
d) Persiapan Artificial Vagina (AV)
Pada pelaksaaan dilapangan AV yang digunakan harus sudah disterilkan
sebelumnya, kemudian AV diisi air hangat dengan suhu akhir berkisar 40-50C
sesuai dengan kapasitasnya yaitu antara 550-650ml yang bertujuan untuk
mendapatkan kondisi yang sama seperti suhu vagina sapi. menurut Arifiantini
(2012) suhu akhir pada vagina buatan idealnya adalah 40-44C karena jika terlalu
panas kemungkinan sapi menarik kembali penis yang di penetrasikan dan jika
terlalu dingin ejakulasi bisa tidak maksmimal bahkan ejakulasi bisa tidak terjadi.
Pada saat akan digunakan, AV diolesi Lubricating Jelly dengan menggunakan
glass stick dimulai dari bagian AV terluar di lanjutkan melumasi bagian AV
sampai 1/3 bagian atas agar penis dapat masuk dengan lancar tanpa melukainya.
Bagian luar lubang AV tidak boleh tersentuh dengan tangan dan diletakan
disembarang tempat agar tidak terkontaminasi mikroorganisme.
Beberapa komponen pada AV masing-masing dapat dipisahkan dengan tujuan
mempermudah proses sterilisasi dan peyimpanan. Bagian-bagian dari komponen
tersebut terdiri atas:
18
o Selongsong karet tebal (heavy rubber cylinder) dengan lubang pengisi air
yang dapat ditutup
o Corong karet (rubber funnel) yang agak halus permukaannya atau biasa
disebut cone
o Gelas ukur berskala (collection tube 15 ml)
o Karet pengikat (rubber band)
o Kain atau penutup collection tube yang berwarna hitam
o Tangkai pelicin (Glass stick) untuk meratakan pelicin (Lubricant Jelly)
Apabila semua hal tersebut telah terpenuhi maka penampungan semen siap
dilaksanakan secara keseluruhan.
sesuai dengan pernyataan Maria (2016), kisaran normal volume semen sapi
bali antara 4-8 ml. Jadi bisa dikatakan volume semen yang dihasilkan oleh
sapi bali BBIB Singosari tergolong normal dan banyak. tetapi selain kondisi
sapi tersebut ada beberapa faktor yang menyebabkan rusaknya semen antara
lain adalah tingkat ejakulasi, keadaan bull teaser dan kolektor.
Warna
Warna semen normal adalah putih susu, atau krem. Jika semen yang
diterima diluar warna tersebut maka semen dikatakan abnormal. Warna semen
abnormal adalah kemerahan, kehijauan, atau kekuningan, Kemungkinan hal
tersebut terjadi karena mengandung darah, feses atau nanah. Akan tetapi
menurut penelitian Feradis (2010) Kira-kira 10% sapi menghasilkan semen
yang normal dengan warna kekuning-kuningan, warna kekuningan yang
dihasilkan suatu semen bukan berarti terkontaminasi nanah akan tetapi
disebabkan oleh riboflavin yang dibawa oleh satu gen autosom resesif dan
tidak mempunyai pengaruh terhadap fertilitas.
Uji pH Semen
pengujian dilakukan dengan cara pengambilan sampel semen yang
kemudian diteteskan pada kertas lakmus, kemudian cocokan warna dari
kertas lakmus yang sudah ditetesi dengan tabel warna standar pH lakmus dan
ditentukan pHnya. Standar pH semen di BBIB Singosari berkisar antara 6,2-
6,8.
B. Pemeriksaan Mikroskopis
Tujuan pemeriksaan mikroskopis pada smeen adalah untuk menganalisa
kondisi semen lebih intens dengan melihat pergerakan individu dan massa
meggunakan mikroskop dengan perbesaran 100 sampai 200 kali. Untuk
mengetahui gerak masa dan perbesaran 200 sampai 400 kali ,untuk
mengetahui gerak individu. Standar semen segar di BBIB Singosari yang
layak diproses ketahap selanjutnya dengan kriteria semen segar dengan
motilitas 70%, konsentrasi >2000 juta per sel per ml, gerakan massa 2+ atau
3+, dan presentase abnormalitas <15%. Untuk semen before freezing Standart
20
pada motilitasnya adalah 55% dengan gerak massa 2+ atau 3+, dan untuk
semen saat pengujian post thawing motility harus memiliki motilitas sebesar
40%. Apabila dibawah angka tersebut maka dinyatakan afkir.
C. Pemeriksaan Konsentrasi
Metode perhitungan konsentrasi sperma di BBIB Singosari dilakukan
dengan menggunakan alat spektofotometer, yaitu dengan mengambil sampel
(semen) sebanyak 0,04 ml kemudian dicampurkan dengan NaCl fisiologis
0,9% sebanyak 3,96 ml untuk pemeriksaan semen pada sapi yang di
homogenkan dengan thermomixer sebelum dimasukan kedalam alat
spektofotometer dan hasil baru dapat dibaca. Menurut Aerens dkk (2013),
menyebutkan bahwa standart perhitungan <1000 juta dikategorikan encer,
1000-1500 juta dikategorikan sedang, dan >1500 juta dikategorikan peka.
25.000.000
Pemberian pengencer A1 dilakukan setelah semen dinyatakan lulus apabila
telah memenuhi standar pada pengujian secara makroskopis dan mikroskopis.
Pengencer A1 diberikan saat suhu semen sudah dikondisikan menjadi 37C,
pengondisian ini dilakukan dengan proses perendaman didalam waterbath selama
15 detik. Setelah pencampuran selesai semen yang selesai diencerkan diletakan
kedalam waterjacket bersuhu 20C selama beberapa saat, hal ini dilakukan untuk
mengantisipasi temperature shock yang dapat membunuh sperma. Setelah proses
tersebut selesai maka dilakukan pendinginan awal dengan suhu 4 -5C
menggunakan cool top sampai suhunya sesuai dengan suhu pendingin, dan proses
pengenceran A2 baru bisa dilakukan sesuai dengan ketentuan rumus yang ada.
Setelah pencampuran selesai, tabung semen diberikan identitas dan ditutup
menggunakan aluminum foil untuk menghindari adanya kontaminasi dari mikroba
pada saat pendinganan lebih lanjut selama 18 24 jam dengan suhu 4-5C.
Pengenceran B dilakukan setelah selesai proses pendinginan lanjutan dengan
mencampur pengencer yang sudah ditambahkan gliserol 13% kedalam semen
sebelum dilanjutkan ke proses evaluasi before freezing untuk mengetahui
kelayakan motilitas sebelum dilanjutkan ke proses pre freezing.
produk dari jerman yang berbentuk pipa dengan salah satu ujungnya terdapat
sumbat yang terberisi kapas dan gel serbuk yang apabila terkena cairan akan
menyerap sehingga semen dapat tersumbat, istilah untuk sumbat tersebut adalah
factory plug. Straw yang sering digunakan untuk menyimpan semen memiliki 3
macam ukuran kapsitas, yaitu mini straw 0,25 ml, medium straw 0,50 ml, dan
large straw 1 ml. Straw yang digunakan di BBIB Singosari adalah mini straw
dengan panjang 13,5 cm dan berkapasitas 0,25 ml yang bisa menampung minimal
25 juta spermatozoa untuk sapi. Printing straw dilaksanakan setelah semen lolos
pengujian before freezing, Proses ini bertujuan untuk memberikan identitas pada
semen yang nantinya akan memudahkan proses pendistribusian. Untuk sapi bali
straw yang digunakan adalah straw berwarna merah, berikut contoh identitas
straw:
BBIB SGS SNI BALI DARMA 10571 PP 0116
Gambar 1. Identifikasi straw semen beku di BBIB Singosari
Keterangan:
BBIB SGS : Nama produsen
SNI : Standar yang digunakan
BALI : Bangsa pejantan
DARMA : Nama pejantan
10571 : Nomor kode pejantan
1 = kode pejantan Bali
07 = tahun lahir
67 = nomor pejantan di Balai
PP : kode batch (tahun pembuatan)
0116 : 01 adalah bulan produksi semen beku
16 adalah tanggal produksi semen beku
2.5 Kesimpulan
27
Daftar Pustaka
Aerens, C., M.N. Ihsan, dan N. Isnaini. 2013. Perbedaan Kuantitatif dan
Kualitatif Semen Segar Pada Berbagai Bangsa Sapi Potong. Fakultas
Peternakan Universitas Brawijaya. Malang.
Arifiantini, R,lis. 2012. Teknik koleksi dan evaluasi pada semen ternak. IPB Press.
Bogor.
Graha, N. 2005. Recovery Rate dan Longivitas Pasca Thawing Semen Beku Sapi
FH (Frisian Holstein) Menggunakan Berbagai Bahan Pengencer. Skripsi.
Fakultas Kedokteran Hewan. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Noviana, Maria. 2016. Uji Viabilitas Spermatozoa Sapi Bali Jantan dengan
Menggunakan Larutan Natrium Clorida (NaCl) yang Berbeda Level.
Fakultas pertanian. Universitas Timor. NTT.
III
TATALAKSANA PRODUKSI DAN DISTRIBUSI SEMEN BEKU SAPI
ONGOLE DI BALAI BESAR INSEMINASI BUATAN SINGOSARI,
MALANG, JAWA TIMUR
Oleh :
FAZRIA INSANI ZAHRA
200110140111
Abstrak
Kegiatan praktek kerja lapangan (PKL) dilaksanakan pada tanggal 2 Januari
sampai dengan 3 Februari 2017 di Balai Besar Inseminasi Buatan (BBIB)
Singosari, Malang Jawa Timur. Kegiatan ini merupakan salah satu sarana
pembelajaran mahasiswa yang diselenggarakan secara langsung ke lapangan
untuk mengamati dan menganalisis fenomena-fenomena yang terjadi di lapangan.
Judul yang diangkat dalam laporan ini yaitu mengenai proses penampungan,
pengenceran, dan pembekuan semen serta distribusi semen beku sapi ongole.
Metode yang digunakan adalah observasi langsung ke lapangan yaitu dengan
mengikuti segala kegiatan rutin yang dilaksanakan di BBIB Singosari, melakukan
pengamatan dan berdiskusi dengan petugas yang terlibat langsung dalam kegiatan
tersebut.
Kata kunci: Proses Penampungan, Pengenceran, dan Pembekuan Semen,
Distribusi Semen Beku
3.2 Tujuan
Tujuan dari kegiatan Praktek Kerja Lapangan di BBIB Singosari ini adalah
sebagai berikut:
1. Mengetahui bagaimana tatalaksana penampungan, pengenceran, dan
pembekuan semen serta distribusi semen beku sapi ongole di BBIB
Singosari, Malang Jawa Timur.
2. Mempraktekkan serta membandingkan ilmu yang diperoleh di bangku
kuliah dengan keadaan di lapangan khususnya mengenai proses produksi
semen beku di BBIB Singosari.
3.3 Metode
Praktek kerja lapangan yang dilakukan meliputi kegiatan sebagai berikut:
1. Mengikuti kegiatan dan tatalaksana harian di BBIB Singosari Malang.
2. Melaksanakan pengamatan secara langsung dan menyeluruh terhadap
kondisi dan pengelolaan di BBIB Singosari Malang mengenai
penampungan, pengenceran, dan pembekuan semen serta distribusi semen
beku sapi ongole.
31
Evaluasi makroskopis
Evaluasi Mikroskopis
Diluter A2
- Filtrasi semen
- Penambahan Diluter A2 (1/2 dari total
volume)
Diluter B
Glicerol Equilibrasi Diluter A + Glicerol 13%
Printing straw
Prae Freezing
Evaluasi
Storage
Distribusi
33
tinggi di depan supaya tidak menghalangi pejantan menaiki dari belakang dan
menumpukan kaki-kakinya di samping pemancing tetapi mencegah
pemancing jangan terlepas atau melompat ke luar.
Vagina Buatan, karena tidak menyakiti pejantan yang akan diambil semennya,
semen yang dihasilkan lebih bersih, kualitas lebih baik, dan maksimal.
AV yang digunakan ini sebelumnya sudah disterilkan, kemudian diisi air
hangat bersuhu 40-50C sebanyak 550-650 ml yang bertujuan untuk
mendapatkan kondisi yang sama seperti suhu vagina sapi aslinya. Menurut
Mac Millian dkk (1966) sewaktu penampungan semen suhu di dalam vagina
buatan berkisar antara 40oC dan 52oC. Apabila suhu di dalam vagina buatan
terlalu rendah akan mengakibatkan pejantan yang akan ditampung semennya
tidak mau berejakulasi, sedangkan bila suhu terlalu panas akan membunuh
spermatozoa atau menyakiti pejantan dan menyebabkan takut atau enggan
melayani vagina buatan. Pompa AV disesuaikan dengan kebutuhan sapi yang
akan di tampung, karena tiap sapimenyukai kekenyalan yang berbeda, sebelum
dipompa AV tersebut dikocok 2-3 kali, kemudian AV di olesi Lubricating Jelly
dengan menggunakan glass stick sampai 1/3 bagian dari atas. Hal tersebut
sesuai dengan penyataan Butarbutar (2009) yang menyatakan bahwa vagina
buatan dipompa melalui intik dan dioleskan bahan pelicin sebanyak 1/3
panjang vagina buatan. Bagian luar lubang AV tidak boleh tersentuh dengan
tangan dan diletakkan di sembarang tempat agar tidak terkontaminasi
mikroorganisme.
(karena air seni atau tersentuh tangan) harus dilakukan pencucian preputium
lagi atau dibersihkan dengan handuk yang sudah diberi desinfektan.
Pejantan yang akan ditampung didekatkan pada bagian punggung ternak
pemancing, tujuannya untuk merangsang pejantan yangakan ditampung. Secara
perlahan akan terlihat perubahan atau tingkah laku kelamin yang khas pada
pejantan, dimana penis pejantan mulai keluar sedikit dari preputium dan
adanya keinginan untuk menaiki pemancing (Aqsa & Syarief, 2011 dan
Butarbatur, 2009).
Pada saat penampungan, kolektor berdiri di sebelah kanan pemancing
dengan tangan kanan memegang vagina buatan. Penis diarahkan ke vagina
buatan dengan posisi vagina buatan membentuk sudut 45 dengan garis
horizontal pemancing. Pada posisi ini, selain dari arahnya yang sesuai dengan
arah penis, juga memberi kesempatan pada air di dalam vagina menumpuk di
pangkalnya dan memberikan tekanan panas yang sesuai untuk merangsang
ejakulasi (Toelihere, 1981).
Dilakukan recording penampungan yang terdiri dari nama pejantan, kode
pejantan, ejakulasi, pemancing, lama ejakulasi, handle, libido, ereksi, daya
dorong, daya jepit, daya lompat, volume, kolektor, petugas handle setelah
semen sudah ditampung. Tabung penampung yang berisi semen segar dibawa
ke laboratorium untuk diuji dan diproses, selama pengiriman tabung koleksi
tidak boleh terkena sinar matahari yang dapat menyebabkan temperature shock
(perbedaan suhu antara semen dengan lingkungan) yang akan berpengaruh
pada kualitas semen itu sendiri, oleh karena itu tabung koleksi harus ditutup
dengan kain berwarna hitam.
Penampungan semen pejantan sapi ongole di BBIB Singosari dilakukan di
kandang bawah berdasarkan jadwal yang telah ditentukan. Sapi pejantan dan
teaser dikembalikan ke dalam kandang setelah penampungan selesai, kemudian
tempat penampungan dibersihkan dan disemprot dengan desinfektan. Vagina
buatan dan peralatan yang telah digunakan dicuci dengan sabun khusus lalu
37
dibilas air dingin, direndam dalam air panas bersuhu 90C dan disterilisasi
dengan sinar UV bersuhu 180C selama 15 menit.
Setiap pejantan di BBIB Singosari dilakukan penampungan sebanyak dua
kali per minggu, sesuai dengan kebutuhan. Penampungan semen dilakukan
sebanyak 2 kali ejakulasi, disesuaikan dengan kondisi kesehatan sapi, tetapi
jika kondisi pejantan kurang sehat, pincang maka penampungan dilakukan 1
kali dalam 1 kali ejakulasi. Rentan waktu yang dibutuhkan dari penampungan
pertama ke penampugan kedua minimal 15 menit. Apabila dilakukan
penampungan lebih dari 2 kali akan menyebabkan pejantan menjadi lelah,
kondisi fisik menjadi berkurang, kualitas semen berkurang dan konsentrasi
sperma rendah.
Warna semen yang diinginkan di BBIB Singosari yaitu putih susu, putih
kuning, dan putih bening. Jadi apabila warna semen yang dihasilkan tidak
sesuai maka semen telah tercampur dengan sesuatu. Sesuai dengan Toelihere
(1981) yang menyatakan bahwa semen sapi normal berwarna seperti susu
atau krem keputih-putihan dan keruh. Derajat kekeruhan bergantung pada
konsentrasi sperma.
3) Derajat Keasaman (pH) Semen
Pemeriksaan semen dilakukan dengan cara mengambil sampel semen
kemudian di teteskan pada kertas BTB (Brom Timol Blue), kemudian
ditentukan pHnya dengan cara mencocokan warna kertas BTB yang telah
ditetesi semen dengan tabel warna standar pH paper BTB. Standar pH semen
berkisar 6,2-6,8.
4) Konsistensi
Konsistensi atau derajat kekentalan dapat diperiksa dengan
menggoyangkan tabung berisi semen secara perlahan-lahan. Kategori
konsistensi berdasarkan konsentrasi yang diperoleh yaitu kurang dari 1000
(encer), 1000-1499 (sedang), diatas 1500 (pekat).
B. Pemeriksaan Mikroskopis
Pemeriksaan semen secara mikroskopis ini bertujuan untuk menganalisa
kondisi semen lebih dalam lagi. Pemeriksaan ini meliputi:
1) Gerakan Massa
Gerakan massa spermatozoa diamati dengan cara meletakkan satu tetes
semen diatas gelas objek tanpa diberikan pengencer dan cover glass kemudian
diamati pada perbesaran 100 kali. Menurut Toelihere (1985), gerakan massa
spermatozoa digolongkan: Sangat baik (+++ atau 3+), baik (++ atau 2+),
lumayan atau sedang (+ atau 1+), buruk (nekrospemia atau nilai 0).
2) Gerakan Individu
Gerakan individu diamati dengan cara meletakkan satu tetes semen diatas
gelas objek dengan diberikan pengencer dan cover glass kemudian diamati
39
C. Konsentrasi
Alat pengukur konsentrasi yang digunakan di BBIB Singosari yaitu
foktometer. Caranya dengan menambahkan NaCl 0,9% 3,5 ml dan untuk
semennya (semen sapi) 35 mikrolit, sedangkan NaCl 0,9%, 4 ml dan untuk
semennya (semen kambing) 8 mikrolit. Homogenkan dengan thermomixer lalu
pindahkan ke cuvvet dan masukan ke dalam alat spektrofotometer. Tujuan dari
penentuan penilaian konsentrasi pada spermatozoa adalah menentukan jumlah
pengencer dan jumlah straw filling yang dibutuhkan untuk setiap semen
individu.
larutan A1, A2, dan yang terakhir pencampuran dengan larutan pengencer B,
maksud dari pencampuran yang bertahap adalah untuk menjaga kestabilan
suhu sperma saat suhu sperma tersebut diturunkan.
Perhitungan penambahan volume pengencer:
1. Perhitungan Volume total
V.Total (ml) =
Ps =
Keterangan:
Vt : Volume Total
Vs : Volume semen
VA1 : Volume Pengencer A1
VA2 : Volume Pengencer A2
VB : Volume Pengencer B
Ps : Printing straw
Pengenceran A1 dengan menambahkan trish kuning telur dengan
perbandingan 1:1 dengan menghangatkan dulu di water batch bersuhu 33oC.
Memasukkan air dalam water bath bersuhu 33oC ke dalam gelas setinggi
larutan yang ada di dalam tabung semen, fungsinya untuk menyesuaikan suhu
42
atau menurunkan suhu semen secara perlahan agar tidak terjadi temperatur
shock. Memasukkan ke dalam cool top hingga terjadi penurunan suhu 4-7oC
untuk dilanjutkan pengenceran A2. Untuk pencampuran A2 sesuai dengan
perhitungan yang telah dilakukan. Pada saat menambahkan pengencer A2,
suhu larutan semen A1 bersuhu 4-5oC karena jika suhu tinggi dapat
menyebabkan temperature shock, setelah selesai semen tersebut dipindahkan
ke tabung erlenmeyer. Hasil ejakulasi pertama dan kedua digabungkan jika
motilitas keduanya sama, tetapi jika berbeda akan dipisahkan untuk evaluasi
before freezing. Semen disimpan di lemari pendingin bersuuhu 4-7 oC.
Penambahan pengenceran B dilakukan keesokan harinya dengan
menambahan trish kuning telur dengan glycerol 13%, tetapi yang masuk ke
semennya sebanyak 6,5%.
2) Evaluasi Before Freezing
Evaluasi before freezing dilakukan untuk mengetahui motilitas sperma
setelah pengenceran terhadap daya tahan spermasebelum dikemas dalam
bentuk straw. Semen hasil pengenceran akan diafkir jika tidak lolos evaluasi.
Evaluasi before freezing dilakukan dengan mengambil semen yang telah
diencerkan dengan menggunakan glass stick dan menempatkannya pada
object glass dan ditutup, kemudian dilakukan pengamatan di bawah
mikroskop dengan perbersaran 200400 kali.
3) Printing Straw
Kemasan produk semen beku di BBIB Singosari adalah berupa mini straw,
dengan kapasitas 0,25 ml yang mana setiap bangsa sapi dibedakan dalam
warna straw yang berbeda dan kode bull atau kode produksi yang dicetak.
Warna straw untuk bangsa sapi Ongole yaitu biru muda.Printing straw
dilakukan menggunakan mesin jetz printing. Printing straw dilaksanakan
bersamaan dengan waktu pengenceran setelah diketahui berapa jumlah straw
yang akan dicetak.Straw yang akan diprinting diberi keterangan jenis pejantan,
nama pejantan, kode pejantan, batch number, dan produsen semen. Jumlah
43
Proses freezing ini dilakukan di dalam container storage yang telah berisi
N2 cair bersuhu -196C. Straw di dalam goblet dicelupkan ke dalam N2 cair
yang berada di container storage dengan tujuan untuk pembekuan semen cair
yang berada di dalam straw, selain itu untuk mengetahui kerusakan saat proses
filling sealing melihat straw yang mengambang di N2 cair. Saat proses
freezing posisi sumbat lab berada diatas dan sumbat pabrik dibawah. Straw di
dalam goblet dimasukkan kedalam canester kemudian dimasukkan kedalam
container. Hal yang perlu diperhatikan selama proses freezing adalah
mengecek kembali nama serta kode pejantan di tiap goblet sebelum
dimasukkan ke dalam canester untuk dilakukan pencatatan jumlah dan letak
semen beku dalam container.
8) Pemeriksaan Post Thawing Motility
Proses ini biasanya dilakukan sehari setelah proses freezing. Pada
pengujian ini dilakukan pengambilan dua sampel semen secara acak yang
telah dibekukan. Alat yang digunakan yaitu mikroskop yang dihubungkan
dengan monitor. Menyiapkan air hangat dengan suhu 37-38C di water bath,
kemudian merendam straw selama 15-30 detik dengan posisi vertikal atau
horizontal agar straw terendam seluruhnya, angkat straw dan keringkan
dengan kertas tissue. Memotong straw pada bagian sumbat lab dan bagian
tengah, setelah itu meneteskan pada slide glass dan ditutup dengan cover
glass. Pengamatan dilakukan dengan menggunakan mikroskop pada
perbesaran 200-400 kali.
Standar Motility pada proses ini adalah 40% (+++ atau ++), apabila
dibawah standar, maka perlu dilakukan PTM (Post Thawing Motility) lagi. Hal
itu untuk membandingkan dengan pengujian sebelumnya. Apabila pengujian
kedua tetap didapatkan motilitas dibawah 40% maka semen beku akan diafkir
dengan cara dibakar dan dibuatkan berita acara pengafkiran, sedangkan untuk
semen beku yang lolos uji PTM akan dibuatkan berita acara serah terima.
Distribusi semen beku diBBIB Singosari terdapat dua alur, yaitu melalui
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yang ditetapkan oleh
Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan dan Badan Layanan Umum
(BLU).
a. Prosedur APBN
Prosedur APBN ini semua sudah ditentukan oleh Direktorat Jenderal
Peternakan dan Kesehatan Hewan baik jumlah semen beku maupun bangsa
ternak yang akan didistribusikan ke daerah tujuan. Cara pendistribusian semen
beku dengan APBN yaitu:
1. Dinas Peternakan provinsi mengajukan surat permohonan rencana alokasi
distribusi semen beku ke Direktur Perbibitan Direktorat Jenderal
Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian dengan
Tembusan ke BBIB Singosari.
2. Kepala BBIB Singosari meminta Kepala Bidang Pemasaran dan
Informasi membuat rencana alokasi sesuai stok semen beku, potensi
pejantan dan dana APBN.
3. Mengirim rencana distribusi ke Direktur Perbibitan Direktorat Jenderal
Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian setelah
diverifikasi oleh Kepala BBIB Singosari.
4. Menerima surat persetujuan rencana distribusi dari Direktur Perbibitan
dan Produksi Ternak Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan
Hewan Kementrian Pertanian.
5. Menghubungi/menginformasikan Dinas Peternakan Provinsi untuk
mengirim container kosong ke BBIB Singosari.
6. Container yang datang di data.
7. Membuat surat order ke bagian penghitungan sesuai barang yang akan
dikirim.
3.5 Kesimpulan
1. Proses produksi semen beku di BBIB Singosari sudah berdasarkan standar
ISO/IEC 17025-2005. Hal ini dibuktikan dengan kualitas semen segar dan
semen beku yang dihasilkan sudah memenuhi standar yang diterapkan.
2. Penampungan semen di BBIB Singosari menggunakan metode Artificial
Vagina (AV) atau Vagina Buatan, karena tidak menyakiti pejantan yang
akan diambil semennya, semen yang dihasilkan lebih bersih, kualitas lebih
baik, dan maksimal.
48
Daftar Pustaka
Arifiantini, I., T. L. Yusuf, dan N. Graha. 2005. Longivitas dan recovery rate
pasca thawing spermatozoa beku sapi Friesian Holstein menggunakan
bahan pengencer yang ber-beda. Buletin Peternakan 29: 53-61.
Mac Millan, K.L., H.D. Hofs & C. Desjardins, 1966; Some semen characteristics
in dairy bulls ejaculated with artificial vagina at varying temperatures, J.
Dairy Sci., 49, 1132
LAMPIRAN
IV
TATALAKSANA PRODUKSI DAN DISTRIBUSI SEMEN BEKU SAPI
FRIESIAN HOLLAND DI BALAI BESAR INSEMINASI BUATAN
SINGOSARI, MALANG, JAWA TIMUR
Oleh :
LUTHFI MUTIA SYAFEI
200110140114
Abstrak
Laporan PKL ini dibuat setelah melakukan kegiatan PKL dari tanggal 2 Januari
sampai 3 Februari 2017 di Balai Besar Inseminasi Buatan Singosari yang
merupakan Unit Pelaksana Teknis (UPT) Direktorat Jenderal Peternakan dan
Kesehatan Hewan yang berada di Singosari, Jawa Timur. Laporan Praktek Kerja
Lapangan (PKL) ini bertujuan untuk menambah pengetahuan, pengalaman, serta
menerapkan dan membandingkan antara teori dengan praktek kerja di lapangan.
Inseminasi Buatan merupakan bioteknologi reproduksi ternak yang
memungkinkan manusia dapat mengawinkan ternak betina tanpa seekor pejantan
yang utuh. Penampungan semen bertujuan untuk memperoleh semen dari pejantan
yang kualitasnya baik untuk diproses lebih lanjut untuk keperluan inseminasi
buatan. Evaluasi semen segar ada tiga macam yaitu pengujian secara makroskopis
meliputi volume, warna, pH, pengujian secara mikroskopis yang meliputi
pengamatan gerak massa dan gerak individu dan pengujian konsentrasi dan
konsistensi.
Kata Kunci: Produksi Semen Beku, Distribusi Semen Beku, Sapi Fries
Holland
4.2 Tujuan
1. Meningkatkan wawasan dan kemampuan diri dalam mengembangkan
keterampilan yang tidak diperoleh dalam perkuliahan.
2. Memahami proses penampungan semen, evaluasi semen, pengenceran
semen, pembekuan semen dan pemsaran semen beku pada sapi FH
(Friesian Holland).
3. Membandingkan antara teori yang didapatkan di bangku perkuliahan
dengan praktek di lapangan.
4.3 Metode
Metode pengamatan yang dilakukan selama PKL (Praktek Kerja
Lapangan) adalah mengikuti dan terjun langsung untuk melakukan aktivitas yang
ada di BBIB Singosari yang bertujuan untuk memahami secara langsung kegiatan
dan tata cara yang dilakukan dalam penampungan semen pejantan sapi FH hingga
proses distribusi semen beku sapi FH, melakukan wawancara dan diskusi
langsung dengan para pekerja dan koordinator lapang, serta mengambil data dari
literatur yang terkait.
52
Pemberian pakan ini bertujuan untuk memberikan tenaga pada pejantan supaya
fit, libido meningkatdan volume semennya meningkat.Selanjutnya, preputiumnya
di cuci menggunakan dengan larutan desinfektan dengan suhu air 40-50o C
pencucian ini bertujuan agar tidak terjadi kontaminasi pada semen yang akan
ditampung, jantan yang sudah bersihkan lalu diikat untuk menunggu ditampung
semennya. Selanjutnya, arena penampungan dibersihkan dari kotoran ternak
kemudian disiram dengan desinfektan. Setelah itu, selanjutnya adalah persiapan
bull teaser. Bull teaser ini sendiri ada yang diikat di kandang jepit dan ada yang
dihandle untuk di biarkan berjalan, ternak yang akan dijadikan bull teaser
dibersihkan bagian belakangnya untuk menghindari kontaminasi terhadap semen
yang akan di tampung. Terakhir mempersiapkan vagina buatan atau artificial
vagina, persiapan ini meliputi pengisian AV dengan air hangat bersuhu 50-60 oC,
kemudian dipompa serta mengolesi bagian mulut AV dengan menggunakan
lubricating gell agar penis terhindar dari gesekan
Menurut Aqsa dan Syarief, 2011 hal-hal yang harus diperhatikan sebelum
mengeluarkan pejantan dari kandang adalah memastikan bahwa pejantan sudah
diberi makan dan dalam keadaan bersih terutama daerah ventral abdomen,
disekeliling preputium dibasuh dengan air hangat tanpa sabun. Hal ini
dimaksudkan untuk mencegah adanya kotoran kotoran yang mengkontaminasi
semen segar
1. Persiapan kolektor dan handle
Kolektor dan handle harus menggunakan pakaianoverall (wearpack) dan
ukuranya pas dengan bentuk badan agar lebih nyaman saat proses menampung
semen, selain itu harus menggunakan penutup kepala serta sepatu pengaman
(safety boots) agar lebih aman dan menggunakan glove pada tangan kiri sampai
siku.
dengan pejantan yang akan menaiki teaser tersebut sehingga tidak mempersulit
kolektor maupun pejantan yang menaiki teaser.
Teaser yang akan digunakan dikeluarkan dari kandang dan di bawa
ketempat penampungan dan dimasukan ke dalam kandang jepit, kemudian diikat.
Ekornya pun diikat agar tidak menggangu proses penampungan. Selanjutnya
membersihkan badan teaser pada bagian pantat dengan menggunakan kain basah
yang sudah di beri disinfektan ringan.
Penggunaan pemancing bertujuan untuk meningkatkan libido sapi yang
akan diambil semennya, sapi yang digunakan sebagai teaser biasanya sapi jantan
yang ukurannya lebih kecildan kurang aktif atau pendiam, alasannya agar sapi
yang akan ditampung semennya tidak terjatuh dan tidak di tendang olehbull
teaser. BBIB Singosari sendiri tidak menggunakan sapi betina sebagai teaser
untuk mengurangi resiko semen yang akan diambil masuk kedalam organ
reproduksi betina. Menurut Toelihere (1985), pemancing yang digunakan pada
saat proses penampungan adalah sapi betina, bull teaser (pejantan pemancing),
atau bisa menggunakan dummy cow (hewan tiruan). Namun untuk pemancing
lebih baik menggunakan bull teaser karena untuk sapi FH pun lebih tertarik dan
mudah naik bila menggunakan bull teaser dari pada dummy cow walaupun ada 1-2
ekor sapi FH yang mau menggunakan dummy cow. Hal-hal yang perlu
diperhatikan untuk persiapan bull teaser adalah:
a. Bersihkan badan pemancing, terutama pada bagian belakang/pantat
(tempat mounting) dengan menggunakan handuk yang sudah dibasahi
dengan larutan desinfektan ringan.
b. Bersihkan bagian pantat pemancing setiap kali selesai penampungan dan
setiap kali selesai membuang kotoran.
5. Persiapan Artificial Vagina (AV) atau Vagina Buatan
Peralatan yang digunakan dalam penampungan semen harus bersih, steril
dan kering untuk menjaga kebersihan semen yang tertampung tidak tercampur
dengan kotoran dan kuman kuman penyakit (Salisbury dan VanDenmark, 1985).
Semua bagian vagina buatan harus dicuci bersih dengan sikat, sabun, kemudian
dibilas, dan langkah yang terakhir menyiramnya dengan air hangat. Sebelum
58
digunakan, artificial vagina ini harus diisi air panas dengan kisaran suhu 50-55c,
sampai dengan suhu akhir vagina buatan 40-45C untuk menyesuaikan suhu
vagina asli sapi. Vagina buatan dipompa melalui intik dan dioleskan lubricating
jelly sebanyak 1/3 panjang vagina buatan (Butarbatur, 2009). Jika suhu AV kurang
panas maka ejakulasi akan kurang sempurna dan sebaliknya jika suhu AV terlalu
panas maka akan menyebabkan sapi menjadi stress.Pompa AV disesuaikan dengan
kebutuhan sapi yang akan di tampung , karena sapi yang akan satu dengan yang
lain menyukai kekenyalan yang berbeda. Bagian luar lubang AV tidak boleh
tersentuh dengan tangan dan di letakan di sembarang tempat agar tidak
terkontaminasi mikroorganisme.
Metode penampungan semen yang digunakan pada BBIB Singosari adalah
dengan Artificial Vagina (AV) atau yang lebih dikenal dengan Vagina Buatan. AV
terdiri dari beberapa komponen yang masing-masing dapat dipisahkan untuk
mempermudah proses sterilisasi dan peyimpanan. Komponen tersebut berupa :
1. Selongsong karet tebal yang berbentuk tabung (heavy rubber cylinder)
dengan lubang pengisi air dan udara yang dapat ditutup.
2. Corong karet (rubber funnel) yang agak halus permukaannya atau biasa
disebut cone.
3. Gelas ukur berskala (collection tube 15 ml).
4. Karet pengikat (rubber band).
5. Kain atau penutup collection tube yang berwarna hitam.
6. Tangkai pelicin (Glass stick) untuk meratakan pelicin (Lubricating Jelly).
Persiapan AV yang digunakan dalam penampungan:
1. Menyiapkan AV.
2. Memasang cone pada AV kemudian diikat.
3. Memasang collection tube 15 ml pada ujung cone.
4. Menutup collection tube menggunakan selongsong kemudian diikat.
5. Memasukkan air panas dengan suhu 50-55C sebanyak 550-600 ml.
6. Dikocok 2-3 kali.
7. Memompa untuk menyesuaikan lubang vagina buatan dengan ukuran
penis sapi.
8. Mengolesi AV dengan lubricating jelly dengan menggunakan glass stick
sampai 1/3 bagian dari atas AV.
Hal yang perlu diperhatikan pada saat penampungan semen adalah sifat-
sifat sapi yang akan ditampung semennya, ada beberapa pejantan yang baru akan
menaiki teaser apabila ada pejantan lain yang berusaha menaiki teaser yang sama,
ada pula pejantan langsung menaiki teaser tanpa harus ada pejantan lain sebagai
saingannya.Libido pejantan semakin baik bila menggunakan bull teaser sapi yang
di sukai.
Pejantan yang akan ditampung semennya didekatkan pada bagian
punggung ternak pemancing dengan tujuan untuk merangsang pejantan yang
semennya akan ditampung. Secara perlahan akan terlihat perubahan atau tingkah
laku kelamin yang khas pada pejantan, dimana penis pejantan tersebut mulai
keluar sedikit dari preputium dan adanya keinginan untuk menaiki pemancing
(Aqsa dan Syarief, 2011 dan Butarbatur, 2009).
Pada saat penampungan, kolektor berdiri di sebelah kanan pemancing
dengan tangan kanan memegang vagina buatan. Penis diarahkan ke vagina buatan
dengan posisi vagina buatan membentuk sudut 45 dengan garis horizontal. Saat
ejakulasi pejantan harus dibiarkan mendorong penisnya sendiri kedalam vagina
buatan untuk memperoleh ejakulasi yang optimal. Setelah semua semen turun
kedalam tabung penampung, maka tabung penampung dilepas dari vagina buatan
dan ditutup. Semen yang ditampung tersebut siap dibawa ke laboratorium untuk di
evaluasi (Butarbatur, 2009).
Setelah semen sudah ditampung, AV yang berisi semen segar dilihat
volumenya serta dicatat nama sapi yang ditampung, nama teaser, jumlah handle,
waktu proses penampungan, frekuensi mounting, libido, ereksi, daya lompat, daya
jepit, daya dorong pejantan, volume semen, nama petugas handle, dan nama
kolektornya. Seusai dilakukan recording atau pencatatan, tabung penampung yang
berisi semen segar dibawa ke laboratorium untuk diuji dan diproses.
Untuk jumlah handle, semakin banyak handle semakin baik untuk
memperoleh hasil dan kualitas semen yang baik. Pada sapi FH handle dilakukan
sebanyak 4-5 kali. Untuk daya lompat, lompatan yang kencang dan bertenaga itu
lebih baik dibandingkan yang tidak terlalu kencangdan semakin banyak mounting
60
b. Warna
Indikator warna yang digunakan untuk uji mutu kelayakan semen sapi dan
kambing di BBIB singosari adalah pk (putih krem), ps (putih susu), dan pb (putih
bening).Menurut Feradis (2010) semen sapi normal berwarna seperti susu atau
krem keputih-putihan dan keruh. Derajat kekeruhan semen bergantung pada
konsentrasi spermatozoa. Abnormalitas warna semen diakibatkan karena
kandungan bakteri tertentu seperti Pseudomonas aeruginosa sehingga
menyebabkan warna semensapi menjadi hijau kekuning-kuningan. Warna
kecoklatan dapat disebabkan karena adanya darah yang telah mengalami
dekomposisi. Abnormalitas warna semen pun tergantung dari individu sapi itu
sendiri dan tergantung dari perlakuan handle pada saat penampungan semen.
c. Derajat Keasaman (pH)
Pemeriksaan semen segar dilakukan dengan cara mengambil sampel
semen kemudian diteteskan pada kertas BTB (Brom Timol Blue), kemudian
ditentukan pHnya dengan cara mencocokan warna kertas BTB yang telah ditetesi
semen dengan tabel warna standar pH paper BTB. Standar pH semen berkisar
6,2-6,8 (Toelihere, 1985).
d. Konsistensi
Konsistensi atau kekentalan atau viskositas merupakan salah satu sifat
semen yang erat kaitannya dengan kepadatan atau konsentrasi sperma.Semakin
kental semen maka semakin tinggi konsistensi sperma. Konsistensi dapat dilihat
dengan cara menggoyangkan tabung penampung berisi semen segar secara
perlahan. Semen dengan konsistensi kental akan terlihat pada saat memiringkan
tabung gelas penampung dan selanjutnya kembali pada posisi normal, maka
proses kembalinya larutan semen tersebut ke posisi tegak akan lama,
dibandingkan dengan semen dengan konsistensi encer. Semen sapi mempunyai
konsistensi kental berwarna krem dengan konsentrasi 1000 juta hingga 2000 juta
sel spermatozoa per ml semen.
63
Untuk sapi FH gerak individu nya termasuk yang baik karena lebih tahan
dibandingkan bangsa sapi lain.
4.4.3.3 Konsentrasi
Pemeriksaan konsentrasi sperma dilakukan dengan menggunakan alat
fotometer, yaitu dengan mengambil sampel (semen) sebanyak 35 l kemudian
dicampurkan dengan NaCl fisiologis 0,9% sebanyak 3,5 ml untuk pemeriksaan
semen pada sapi. Homogenkan dengan thermomixer lalu pindahkan ke cuvvet dan
masukan ke dalam alat fotometer. Tujuan dari penentuan penilaian konsentrasi
pada spermatozoa adalah menentukan jumlah pengencer dan jumlah straw filling
yang dibutuhkan untuk setiap semen individu.
Konsentrasi semen dapat diketahui dengan cara melihat nilai dari alat
fotometer saat dilakukan pemeriksaan konsentrasi sperma, dengan ketentuannya
adalah :
1. Konsentrasi sel sperma 1000 juta , maka konsistensi semen tersebut
encer.
2. Konsentrasi sel sperma antara 1000-1500 juta, maka konsistensi semen
tersebut adalah sedang.
3. Konsentrasi sel sperma 1500 juta, maka konsistensi semen tersebut
adalah pekat.
Filling dan Sealing adalah proses pengisian semen yang telah diencerkan
ke dalamstraw dengan menggunakan alat yang bekerja secara otomatis (mesin
filling & sealing). Mesin tersebut secara otomatis memasukkan semen cair
sebanyak 0,25 cc ke dalam straw dan menutup ujung straw dengan tutup/sumbat
laboratorium.
Proses filling sealing dimulai dengan memasang tupper dish, kemudian
meletakan flexible rubber section dan flexible short needle pada posisinya,
kemudian letakkan semen yang sudah lolos before freezing evaluation di tupper
dish, ketika mesin beroperasi secara otomatis selang sedot dan selang pengisian
berkerja bergantian. Diakhir proses,straw akan ditutup dengan tutup/sumbat
laboratorium, ketika proses pengisian semen ke dalam straw, silicon tube
(fleksibel rubber) dan tupper disk (tempat semen) harus selalu diganti untuk
pengisian semen yang berbeda. Hal ini bertujuan untuk menghindari percampuran
semen satu dengan semen yang lain, yang nantinya akan berpengaruh terhadap
keaslian semen itu sendiri. Setelah straw tertutup dengan tutup/sumbat
laboratorium, selanjutnya straw yang telah berisi semen dilakukan pengecekan
untuk mengetahui ada tidaknya straw yang tidak terisi semen dengan cara dilihat
dibawah cahaya. Straw yang tidak sempurna akan dinyatakan afkir. Untuk proses
filling&sealing pada semen sapi FH harus dilakukan secara teliti karna straw yang
berwarna abu-abu sedikit menyulitkan untuk melihat apakah semen terisi penuh
kedalam straw atau tidak. Rata-rata dalam satu kali ejakulasi, sapi FH dapat
menghasilkan kurang lebih 500 straw.
4.4.9 Freezing
Freezing adalah pencelupan straw ke N2 cairyang merupakan tahapan
selanjutnya setelah proses pre freezing selesai. Pada proses ini semen beku
dimasukkan kedalam goblet sesuai dengan kode semen beku. Selanjutnya semen
beku dicelupkan pada N2 cair dari suhu -140C hingga 1960. Selama freezing
dapat diketahui apabila ada straw yang kosong ataupun isinya tidak penuh maka
straw akan mengapung. Setelah proses freezing selesai, kemudian semen beku
dimasukkan dalam container (penguapan dengan uap N2 cair).
Freezing merupakan proses penghentian sementara kegiatan hidup sel
tanpa mematikan fungsi sel dan proses hidup dapat berlanjut setelah pembekuan
dihentikan. Proses freezing ini dilakukan di dalam storagecontainer yang telah
berisi N2 cair dengan suhu -196C.Penggunaan N2 cair ini dikarenakan N2 cair
dapat membekukan pada suhu yang paling rendah dan dapat menyimpan semen
pada waktu yang lama. Setelah proses freezing, straw yang ada dalamgoblet
dimasukkan kedalam canester. Kemudian canester tersebut dimasukkan
kedalamcontainer, lama proses pemindahan kedalam container ini tidak boleh
lebih dari 2 detik karena semen tidak boleh terlalu lama terkena suhu
ruang.Setelah itu diambil dua sampel secara acak untuk dilakukan pengujian Post
Thawing Motility. Hal yang perlu diperhatikan selama proses freezing adalah
dengan mengecek kembali nama serta kode dari pejantan di tiap rak sebelum
dimasukkan ke dalam canesterdan seluruh bagian straw yang panjangnya 13,2cm
harus terendam secara keseluruhan.
setelah proses freezing. Pada pengujian ini dilakukan pengambilan dua sampel
semen secara acak yang telah dibekukan.Alat yang digunakan pada pemeriksaan
ini adalah mikroskopyang dihubungan dengan televisi.Langkah pertama yang
dilakukan adalah menyiapkan air hangat dengan suhu 37C - 38C di-water
bath.Kemudian merendam straw selama 15 - 30 detik dengan posisi sumbat
pabrik dibagian bawah atau dalam posisi horisontal, sehingga seluruh bagian
straw terendam.Angkat straw dan keringkan sisa air yang menempel pada straw
dengan kertas tissue.Potong straw pada bagian tengah menggunakan gunting yang
telah didesinfeksi.Setelah itu, semen diteteskan pada slide glass dan ditutup
dengan cover glass.Dilakukan pengamatan dengan menggunakan mikroskop pada
perbesaran 200 kali.
Standart pada pengujian Post Thawing Motility ini adalah 40% (+++ dan +
+).Apabila ditemukan motilitas spermatozoa dibawah 40%, maka perlu dilakukan
pengujian motilitas lagi.Hal itu bertujuan untuk membandingkan dengan
pengujian sebelumnya.Apabila pengujian yang kedua didapatkan motilitas
spermatozoa diatas 40%, maka data pengujian pertama dan data pengujian kedua
dibagi. Namun apabila pengujian kedua tetap didapatkan motilitas spermatozoa
dibawah 40%, maka semen tersebut tidak jadi didistribusikan kepada pelanggan.
Semen yang dinyatakan afkir akan di lakukan pengafkiran dengan cara di bakar
oleh tim dari laboratorium , seksi pemasaran dan Informasi, dan BMN kemudian
dibuat berita acara pengafkiran.
Standar maksimal semen yang afkir di BBIB Singosari adalah sebesar
10%.Untuk bangsa sapi FH adalah yang paling kuat dan paling sedikit di afkir
karena semen yang dihasilkan cenderung stabil.
Setelah semen beku lolos uji kualitas semen dari laboratorium uji mutu
semen ISO/IEC 17025:2005 kemudian didistribusikan sesuai dengan pesanan
konsumen. Lalu, setelah diterimanya permohonan pelanggan atas pembelian
semen beku, dan kelengkapan administrasi sudah disetujui, dilakukan langkah
prosedur teknis dalam penanganan dan persiapan pendistribusian semen beku,
yaitu:
1. Pengisian cek semen beku yang di pesan sesuai berita acara
Pengisian berita acara informasi mengenai semen beku yang dikirim
meliputi: nama bull, bangsa, nomor pejantan, kode batch, dosis, tempat pada
canester, goblet, PTM, tanggal pengiriman, dan tujuan. Membuat berita acara
serah terima barang, jumlah semen beku dan surat pelengkap administrasi untuk
kepentingan ekspedisi atau surat jalan, Verifikasi Kepala Seksi dan Kepala Bidang
serta persetujuan dari Kepala Balai, Penomoran dan stempel balai, Penyimpanan
arsip distribusi semen beku untuk mengetahui dan memantau jumlah semen beku
yang telah didistribusikan. Selanjutnya BBIB Singosari akan melakukkan evaluasi
dan pengaturan jangka pendek, menengah, dan panjang didalam memproduksi
semen beku berdasarkan permintaan dari pihak konsumen.
75
3. Penyegelan
Penyegelan dilakukan dengan menggunakan kawat dan timah segel.
Penyegelan dilakukan untuk keamanan kontainer dan melindungi kontainer dari
kecurangan yang mungkin terjadi dalam proses pengiriman/distribusi.
4. Packing/Pengepakan
Setelah dilakukan penyegelan,kemudian dilakukanlah pengepakan dengan
bahan kayu untuk mengamankan kontainer dari benturan terutama pada ventilator
container selama proses pengiriman. Saat pengepakan juga dilakukan penempelan
stiker yang berisi rambu penanganan kontainer , identifikasi isi kontainer, berita
acara dan alamat yang dituju.
5. Penimbangan
Kontainer yang telah disegel dan telah siap untuk dikirim kemudian
ditimbang terlebih dahulu. Hal ini untuk mengetahui berat kontainer yang
dijadikan parameter kontrol kondisi kontainer saat diterima konsumen.
6. Pengiriman
Proses pengiriman dilakukan oleh pihak ekspedisi yang merupakan mitra
kerja BBIB Singosari maupun ekspedisi yang sesuai dengan keinginan konsumen.
76
4.5 Kesimpulan
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan selama Praktek Kerja Lapangan
(PKL) yang berlangsung di Balai Besar Inseminasi Buatan Singosari, Malang,
Jawa Timur dapat disimpulkan bahwa:
1. Proses produksi semen beku di BBIB Singosari sudah berdasarkan standar
ISO/IEC 17025-2005. Hal ini dibuktikan dengan kualitas semen segar dan
semen beku yang dihasilkan sudah memenuhi standar yang diterapkan.
2. Persiapan di lakukan dalam penampungan semen adalah persiapan
kolektor dan handle, alat dan tempat penampungan, persiapan pejantan,
persiapan arena penampungan, persiapan pemancing atau bull teaser dan
persiapan vagina buatan atau artificial vagina.
3. Penampungan semen sapi FH di BBIB singosari dilakukan dengan
menggunakan alat bantuan artificial vagina atau vagina buatan.
4. Proses pembekuan semen sapi FH di BBIB Singosari sudah baik karena
setiap tahapannya mulai dari pengenceran, pre-freezing sampai pembekuan
telah sesuai dengan standar yang telah ditetapkan dan dipelajari
berdasarkan pengalaman.
5. Distribusi semen beku di Balai Besar Inseminasi Buatan Singosari terdapat
2 (dua) alur yaitu melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
(APBN) dan Badan Layanan Umum (BLU).
6. Alur distribusi semen beku yaitu Pengisian cek semen beku yang di pesan
sesuai berita acara, Pengukuran dan Penambahan N2 cair pada kontainer,
Penyegelan, Packing/Pengepakan, Penimbangan, dan Pengiriman.
Daftar Pustaka
Aqsa, M. dan M syarief.2011. Pedoman Teknis Penampungan Semen.Dinas
Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Sulawesi Selatan.
77
LAMPIRAN
Lampiran 9. Proses pengenceran semen Lampiran 10. Gambar gerak massa semen
sapi FH sapi FH
V
79
Oleh :
PUTRI DWI ANJANI
200110140154
Abstrak
Kegiatan Praktek Kerja Lapangan (PKL) dilaksanakan pada tanggal 2 Januari
sampai dengan 1 Februari 2016 di Balai Besar Inseminasi Buatan Singosari,
Malang, Jawa Timur. Kegiatan PKL ini bertujuan untuk mengetahui tatalaksana
penampungan semen, pengenceran dan pembekuan semen, serta distribusi semen
beku sapi simental di Balai Besar Inseminasi Buatan Singosari Malang, Jawa
Timur. Penampungan semen di BBIB singosari ini dilakukan dengan
menggunakan alat bantuan artificial vagina atau vagina buatan. Setelah semen
tertampung dilakukan pembekuan semen, namun sebelumnya dilakukan
pengenceran terlebih dahulu dengan menggunakan tris kuning telur secara
bertahap. Selain diencerkan, semen juga dievaluasi untuk mengetahui kualitas dan
kuantitas dari semen segar yang tertampung. Evaluasi semen ini dilakukan pada
saat semen baru ditampung (segar), setelah ditambahkan diluter B atau sebelum
dibekukan (before freezing) dan setelah dibekukan (post thawing motility).
Evaluasi yang dilakukan dibagi dalam 3 kelompok yaitu: 1. Evaluasi secara
mikroskopis meliputi pergerakan massa dan pergerakan individu; 2. Evaluasi
makroskopis meliputi warna, pH, dan volume; 3. Evaluasi konsistensi dan
konsentrasi. Setelah diproses di laboratorium, semen yang telah dibekukan dan
lolos uji PTM diserahkan ke Bidang Pemasaran dan Informasi di BBIB Singosari
yang bertugas untuk melakukan kegiatan pendistribusian semen beku dengan
catatan memperhatikan area pengiriman agar tidak terjadi inbreeding.
Kata kunci : Penampungan semen, pengenceran dan pembekuan semen,
pemasaran semen beku, sapi simental
semen yang berkualitas dengan jumlah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan
pasar, maka dilakukan penampungan dan pengenceran semen. Penampungan
semen di BBIB singosari ini dilakukan dengan menggunakan alat bantuan
artificial vagina atau vagina buatan. Setelah semen tertampung dilakukan
pembekuan semen, namun sebelumnya dilakukan pengenceran terlebih dahulu
dengan menggunakan tris kuning telur secara bertahap. Selain diencerkan, semen
juga dievaluasi untuk mengetahui kualitas dan kuantitas dari semen segar yang
tertampung. Evaluasi semen ini dilakukan pada saat semen baru ditampung
(segar), setelah ditambahkan diluter B atau sebelum dibekukan (before freezing)
dan setelah dibekukan (post thawing motility). Evaluasi yang dilakukan dibagi
dalam 3 kelompok yaitu: 1. Evaluasi secara mikroskopis meliputi pergerakan
massa dan pergerakan individu; 2. Evaluasi makroskopis meliputi warna, pH, dan
volume; 3. Evaluasi konsistensi dan konsentrasi. Setelah diproses di laboratorium,
semen yang telah dibekukan dan lolos uji PTM diserahkan ke Bidang Pemasaran
dan Informasi di BBIB Singosari yang bertugas untuk melakukan kegiatan
pendistribusian semen beku dengan catatan memperhatikan area pengiriman agar
tidak terjadi inbreeding.
5.2 Tujuan
1. Mengetahui tatalaksana penampungan semen sapi simental di BBIB
Singosari.
2. Mengetahui tatalaksana pengenceran dan pembekuan semen sapi simental
di BBIB Singosari.
3. Mengetahui tatalaksana pemasaran semen beku sapi simental di BBIB
Singosari.
5.3 Metode
1. Mengikuti kegiatan dan tatalaksana harian di BBIB Singosari Malang.
2. Melaksanakan pengamatan langsung dan menyeluruh mengenai
pengelolaan semen di BBIB Singosari Malang mengenai penampungan
semen, pengenceran dan pembekuan semen, sampai pemasaran semen
beku sapi simental.
81
mulai memproduksi semen hanya saja semen tersebut belum layak untuk
diproses lebih lanjut sebagai semen beku disebabkan rendahnya motilitas
spermatozoa yang berkisar 10% (Jainudeen dan Hafez, 1987). Salisbury dan
Van Denmark (1978) menyatakan bahwa sapi jantan muda akan menghasilkan
semen dengan volume 1-2 ml lebih rendah dibandingkan sapi jantan yang
lebih tua dengan umur 2-7 tahun.
b. Frekuensi Ejakulasi
Mathoven dkk, (1998) menyatakan bahwa frekuensi ejakulasi yang terlalu
sering dapat menurunkan jumlah spermatozoa, volume semen dan konsentrasi
semen. Penampungan semen sebaiknya dilakukan dalam interval 4-7 hari
pada pejantan muda dan 5 hari pada pejantan dewasa. Menurut Partodihardjo
(1980), penampungan semen yang dilakukan satu sampai 2 kali seminggu
akan menjaga kualitas dan kuantitas semen serta kondisi pejantan tetap baik.
Hal tersebut sesuai dengan yang dilakukan di BBIB Singosari bahwa ada
beberapa sapi yang ditampung sampai 2 kali dalam seminggu.
Di BBIB Singosari juga dilakukan penampungan ejakulasi 1 sampai 2 kali,
dan pejantan harus melakukan false mounting terlebih dahulu sampai penis
pejantan mengeras dan baru bisa diambil semennya, minimal false mounting
1 kali dan berikutnya dilihat dari penisnya sudah siap ditampung semennya
atau tidak, jika tidak ada false mounting dan langsung ditampung
kemungkinan yang keluar dari penisnya itu cairan dari kelenjar aksesoris, ciri
penis pejantan yang sudah siap ditampung yaitu jika sudah berubah warna
menjadi kemerahan dan sudah mengeras.
c. Stres
Stres adalah suatu kondisi dimana ternak mengalami perubahan kondisi
hormonal yang disebabkan oleh beberapa faktor, salah satunya karena faktor
suhu. Suhu lingkungan yang terlalu rendah atau terlalu tinggi akan dapat
mempengaruhi organ reproduksi hewan jantan. Suhu lingkungan terlalu
panas spermatozoa yang diproduksi tidak bertahan hidup dan menyebabkan
rendahnya fertilitas sperma.
83
5. Kain atau penutup collection tube yang berwarna hitam yang bertujuan
agar dapat menyerap panas sebanyak-banyaknya sehingga semen yang
telah tertampung terhindar dari cold shock.
6. Tangkai pelicin (Glass stick) untuk meratakan pelicin (Lubricating Jelly).
Gambar 3. Penampang AV
Sumber : BBIB Singosari, 2017
Persiapan AV yang digunakan dalam penampungan:
1. Menyiapkan AV.
2. Memasang cone pada AV kemudian diikat.
3. Memasang collection tube 15 ml pada ujung cone.
4. Menutup collection tube menggunakan selongsong (jaket) kemudian
diikat.
5. Memasukkan air panas dengan suhu 50-55C sebanyak 550-600 ml
untuk sapi, dan 100-150 ml pada AV kambing ke dalam AV.
6. Dikocok 2-3 kali.
7. Memompa untuk menyesuaikan lubang vagina buatan dengan ukuran
penis sapi.
8. Mengolesi AV dengan lubricating jelly dengan menggunakan glass stick
sampai 1/3 bagian dari atas AV.
3. Pelaksanaan Penampungan Semen Segar
Hal yang perlu diperhatikan pada saat penampungan semen adalah sifat-sifat
sapi yang akan ditampung semennya, ada beberapa pejantan yang baru akan
menaiki teaser apabila ada pejantan lain yang berusaha menaiki teaser yang
sama, ada pula pejantan langsung menaiki teaser tanpa harus ada pejantan lain
sebagai saingannya.
86
dengan yang dilakukan di BBIB Singosari yang bertujuan agar dapat dilakukan
evaluasi mendalam ketika terjadi penurunan kualitas sperma. Setelah dilakukan
penampungan semen maka sapi pejantan dan teaser dikembalikan ke dalam
kandang. Kemudian tempat penampungan harus dibersihkan, disapu, dan
disemprot dengan desinfektan. Vagina buatan dan peralatan yang digunakan
untuk menampung semen dicuci oleh sabun khusus laboratorium (tipol) lalu
dibilas air dingin, lalu di rendam dalam air panas dengan suhu 90C dan
disterilisasi dengan sinar UV dengan suhu 180C selama 15 menit.
V. Total (ml)
V. A1 =
V. B (ml) =
Printing Straw =
kode bull atau kode produksi yang dicetak. Printing straw dilakukan
menggunakan mesin jetz printing. Printing straw dilaksanakan bersamaan
dengan waktu pengenceran setelah diketahui berapa jumlah straw yang akan
dicetak.
Straw yang akan diprinting atau dicetak diberi keterangan tentang jenis
pejantan, nama pejantan, kode pejantan, batch number, dan produsen semen
beku tersebut. Jumlah printing straw tergantung dari banyaknya spermatozoa
dalam ejakulasi. Hal ini karena volume semen dan konsentrasi sperma hasil
ejakulasi yang akan dihasilkan juga berbeda. Straw dari semen sapi simental
berwana putih transparan (bening).
Straw memiliki penamaan khusus yang berfungsi untuk memudahkan
proses identifikasi straw sebelum dipasarkan. Berikut adalah contoh penamaan
straw.
diatur sedemikian rupa agar seluruh bagian straw terkena sinar ultra violet
dengan bagian sumbat pabrik berada di bagian bawah. Pada saat melaksanakan
sterilisasi ultra violet, diharapkan jangan sampai terkena kulit dan mata.
5.4.2.6 Pre-freezing
Proses pre freezing dilakukan menggunakan digit cool dengan penstabilan
suhu hingga mencapai 4C selama 15 menit, kemudian baru dimulai proses pre
freezing selama 7 menit hingga suhu turun sebesar -140C. Semen beku disusun
dalam rak susun agar memudahkan proses pre freezing. Pengawasan penurunan
suhu straw berisi semen cair diamati melalui monitor yang menunjukkan garis
kuning (garis yang menunjukan setting-an suhu digit cool), garis merah (garis
94
yang menunjukan suhu di ruang digit cool), dan garis biru (garis yang
menunjukan suhu sample straw). Straw yang telah melalui proses pre-freezing
dan telah dihitung dimasukkan ke dalam goblet dengan posisi sumbat
laboratorium di atas dan sumbat pabrik di bawah.
5.4.2.7 Freezing
Freezing merupakan proses penghentian sementara kegiatan hidup sel
tanpa mematikan fungsi sel dan proses hidup dapat berlanjut setelah pembekuan
dihentikan (Djanuar dkk, 1985). Proses freezing ini dilakukan di dalam
container storage yang telah berisi N2 cair dengan suhu -196C. Semen beku
setelah proses pre-freezing, kemudian dimasukan ke dalam goblet untuk
dicelupkan ke dalam N2 cair yang berada di container storage dengan tujuan
utama sebagai pembekuan semen cair yang berada di dalam straw, selain itu
pencelupan dimaksud agar straw yang rusak saat proses filling sealing dapat
diketahui dengan cara melihat straw yang melayang dan mengambang di N 2 cair.
Penggunaan N2 cair dilakukan karena N2 cair dapat membekukan pada suhu
yang paling rendah dan dapat menyimpan semen pada waktu yang lama
(Djanuar dkk, 1985). Saat proses freezing posisi sumbat laboratorium berada
diatas dan sumbat pabrik berada dibawah. Setelah proses freezing, straw yang
ada dalam goblet dimasukkan kedalam canester kemudian dimasukkan kedalam
container. Setelah proses freezing diambil dua sampel secara acak untuk
dilakukan pengujian Post Thawing Motility. Hal yang perlu diperhatikan selama
proses freezing adalah dengan mengecek kembali nama serta kode dari pejantan
di tiap goblet sebelum dimasukkan ke dalam canester untuk dilakukan
pencatatan jumlah dan letak semen beku dalam container.
semen secara acak yang telah dibekukan. Alat yang digunakan pada pemeriksaan
ini adalah mikroskop yang dihubungkan dengan monitor. Langkah pertama yang
dilakukan adalah menyiapkan air hangat dengan suhu 37-38C di water bath.
Kemudian merendam straw selama 15-30 detik dengan posisi vertikal maupun
horizontal yang harus diperhatikan adalah seluruh bagian dari straw yang berisi
semen beku terendam seluruhnya, angkat straw dan keringkan sisa air yang
menempel di straw dengan kertas tissue. Potong straw pada bagian tengah dan
bagian sumbat laboratorium menggunakan gunting yang telah didesinfeksi.
Setelah itu, semen diteteskan pada object glass dan ditutup dengan cover glass.
Pengamatan dilakukan dengan menggunakan mikroskop pada perbesaran 200-
400 kali.
Standar motilitas individu pada pengujian Post Thawing Motility ini
adalah 40% (+++ atau ++), apabila ditemukan motilitas spermatozoa dibawah
40%, maka perlu dilakukan uji motilitas lagi dengan sampel yang lain dari
semen yang sama. Hal itu bertujuan untuk membandingkan dengan pengujian
sebelumnya. Apabila pengujian kedua tetap didapatkan motilitas spermatozoa
dibawah 40% maka semen beku akan diafkir dengan cara dibakar dan dibuatkan
berita acara pengafkiran, sedangkan untuk semen beku yang lolos uji PTM
dengan motilitas 40% atau lebih akan dibuatkan berita acara serah terima.
2. Mengecek stock semen beku yang tersedia meliputi jenis bangsa dan
jumlahnya.
3. Konfirmasi ke pelanggan kebutuhan semen beku yang dilayani serta jumlah
dan administrasi dan sarana penunjung yang harus disiapkan.
4. Pelanggan mengirim container kosong dan mentransfer dana ke BBIB
Singosari.
5. Membuat surat order sesuai pesanan yang masuk.
Setelah surat order dibuat selanjutnya dilakukan penghitungan ulang
semen beku dilakukan sebelum pendistribusian ke konsumen. Penghitungan
ulang semen beku bertujuan untuk memastikan jumlah semen beku yang akan
didistribusikan sudah sesuai dengan pesanan konsumen. Saat penghitungan
ulang semen beku dilakukan dalam container storage dengan menggunakan rak
straw berkapasitas 100 dosis agar penghitungan lebih mudah dilakukan.
Selain penghitungan dilakukan juga dilakukan identifikasi semen beku saat
pemeriksaan seperti kondisi fisik straw apakah ada straw yang mengalami
kerusakan seperti straw kosong, pecah, mengapung, meletup, tanpa laboratory
plug atau factory plug. Selain itu juga dilakukan identifikasi atau pencacatan
penghitungan meliputi kode bull, bangsa, nama pejantan, batch, tempat di
canister, dan jumlah dosis untuk selanjutnya dilakukan verifikasi PTM dan
pembuatan berita acara serah terima (BAST).
Tahap selanjutnya yaitu dilakukan pengecekan kembali isi straw dalam
container meliputi kode bull, nama bull dan kode batch untuk memastikan isi
straw di dalam container sudah sesuai dengan BAST. Setelah isi straw dalam
kontainer sesuai dengan BAST dilakukan pengukuran tinggi dan penambahan N2
cair pada kontainer yang dilakukan dengan menggunakan mistar dan dimasukan
kedalam kontainer secara perlahan agar suhu mistar dengan N2 cair sesuai,
bertujuan untuk menentukan jumlah kebutuhan N2 cair yang akan ditambahkan
kedalam kontainer. Setelah itu tinggi N2 cair dicatat pada kartu identifikasi.
Selnajutnya dilakukan penyegelan pada tutup kontainer menggunakan kawat
segel dan timah segel, tujuan penyegelan ini untuk menjaga keamanan kontainer
dan menghindari kecurangan yang mungkin terjadi selama proses pengiriman.
98
5.5 Kesimpulan
1. Penampungan semen sapi simental di BBIB singosari dilakukan dengan
menggunakan alat bantuan artificial vagina atau vagina buatan.
2. Proses pembekuan semen sapi simental di BBIB Singosari sudah baik
karena setiap tahapannya mulai dari pengenceran, pre-freezing sampai
pembekuan telah sesuai dengan standar yang telah ditetapkan dan
dipelajari berdasarkan pengalaman.
3. Distribusi semen beku di Balai Besar Inseminasi Buatan Singosari terdapat
2 (dua) alur yaitu melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
(APBN) dan Badan Layanan Umum (BLU).
Daftar Pustaka
Aqsa, M. dan M syarief. 2011. Pedoman Teknis Penampungan Semen. Dinas
Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Sulawesi Selatan.
Jainudeen, R.M. And E. S. E. Hafeez 1987. Cattle and Water Buffalo.In: B. Hafez,
99
and E.S.E. Hafez (eds) Reproduction in Farm Animals. 5 th eds. Lea and
Febiger. Philladephia.297-314.
LAMPIRAN
VI
TATALAKSANA PRODUKSI DAN DISTRIBUSI SEMEN BEKU SAPI
LIMOUSIN DI BALAI BESAR INSEMINASI BUATAN SINGOSARI,
MALANG, JAWA TIMUR
Oleh:
NUR MUHAMMAD GHIFARI
200110140249
Abstrak
Inseminasi buatan (IB) merupakan bioteknologi reproduksi ternak yang
memungkinkan manusia dapat mengkawinkan ternak betina tanpa seekor
penjantan yang utuh. Pembuatan semen beku bertujuan untuk memperoleh semen
dari pejantan yang kualitasnya baik untuk di proses lebih lanjut untuk keperluan
inseminasi buatan. Pembuatan semen beku secara umum merupakan proses dari
penampungan semen sampai membekukan straw. Dalam pembuatan semen beku
ada beberapa evaluasi diantaranya adalah evaluasi semen segar, evaluasi before
freezing, dan evaluasi post thawing. Setelah proses pembuatan semen beku
dilakukan maka di dapatlah semen beku yang siap di distribusikan. Semen beku di
distribusikan oleh bagian pemasaran dan informasi. Dalam distribusi pula terdapat
beberapa feedback yang diberikan oleh pengguna semen beku sapi limousin.
Kata kunci: Pembuatan semen beku, semen beku, distribusi.
6.2 Tujuan
Mahasiswa yang melaksanakan PKL diharapkan mampu menerapkan ilmu
yang sudah dipelajari di perkuliahan dengan yang ada di lapangan serta dapat
memberikan pengalaman yang baru disetiap kegiatan PKL. Tujuan khusus
pembuatan laporan ini adalah mengetahui proses pembuatan dan distribusi semen
beku sapi limousin di BBIB Singosari.
6.3 Metode
Ada dua metode yang digunakan dalam kegiatan PKL di BBIB Singosari.
Pertama, metode primer adalah data yang diperoleh melalui pengamatan langsung
atau hasil penelitian terhadap studi objek. Metode primer ini diperoleh dengan
cara mengikuti kegiatan dan tatalaksana harian di bagian Pengujian Semen dan
Pengembangan Inseminasi Buatan dan bagian Pemasaran dan Informasi Balai
Besar Inseminasi Buatan Singosari.
Metode yang kedua adalah metode sekunder, metode sekunder memperoleh
data dari pihak lain atau instansi terkait, menggunakan data yang telah ada. Data
sekunder diperoleh dengan berdiskusi dengan karyawan pengawas setiap bidang
terkait dalam proses pembuatan dan distribusi semen beku sapi limousin di BBIB
Singosari.
103
Semen beku merupakan semen yang berasal dari pejantan unggul, sehat,
bebas dari penyakit hewan menular yang diencerkan sesuai prosedur proses
produksi sehingga menjadi semen beku dan disimpan didalam rendaman nitrogen
cair pada suhu -196 C dalam kontainer kriogenik.
Pengujian semen segar ini bertujuan untuk mengetahui apakah semen yang baru
diperoleh dapat diproses lebih lanjut atau tidak.
Pengujian semen segar secara makroskopis meliputi volume, warna,
konsistensi dan pH. Konsentrasi spermatozoa dapat mempengaruhi warna dan
konsistensi (kekentalan) semen. Volume di ukur menggunakan gelas ukur,
menurut Feradis (2010) volume semen sapi berkisar antara 2-10ml. Indikator
warna yang digunakan untuk uji mutu kelayakan semen sapi dan kambing di
BBIB singosari adalah pk (putih krem), ps (putih susu), dan pb (putih bening).
Pemeriksaan semen segar dilakukan dengan cara mengambil sampel semen
kemudian diteteskan pada kertas BTB, kemudian ditentukan pHnya dengan cara
mencocokan warna kertas BTB yang telah ditetesi semen dengan tabel warna
standar pH paper BTB (Brom Timol Blue). Standar pH semen berkisar 6,2-6,8.
pH semen sapi berkisar antara 6,2-6,8 sedangkan pada kambing memiliki pH
normal 6,8-7,0 menurut (Toelihere, 1985). Konsistensi atau kekentalan merupakan
salah satu sifat semen yang erat kaitannya dengan kepadatan atau konsentrasi
sperma. Semakin kental semen maka semakin tinggi konsentrasi sperma.
Konsistensi dapat dilihat dengan cara menggoyangkan tabung penampung berisi
semen segar secara perlahan. Semen dengan konsistensi kental akan terlihat pada
saat memiringkan tabung gelas penampung dan selanjutnya kembali pada posisi
normal, maka proses kembalinya larutan semen tersebut ke posisi tegak akan
lama, dibandingkan dengan semen dengan konsistensi encer. Semen sapi
mempunyai konsistensi kental berwarna krem dengan konsentrasi 1000 juta
hingga 2000 juta sel spermatozoa per ml semen.
Metode pengujian mikroskopis yang digunakan di BBIB Singosari ini dengan
cara pengujian mikroskopisdengan tujuan untuk menganalisa kondisi semen lebih
dalam lagi. Pengujian mikroskopis ini meliputi gerak massa dan gerak individu.
Gerakan massa spermatozoa diamati dengan cara meletakkan satu tetes semen
diatas gelas objek tanpa gelas penutup kemudian diamati dengan mikroskop
pembesaran 100 kali. Menurut Toelihere, (1985), gerakan massa spermatozoa
digolongkan sebagai berikut:
106
5. Sangat baik (+++ atau 3+), jika gerakan bergelombang cepat dan padat,
membentuk pusaran-pusaran gelombang.
6. Baik (++ atau 2+), jika gerakan aktif kedepan.
7. Lumayan atau sedang (+ atau 1+), jika gerakan sangat lemah atau gerakan
berayun.
8. Buruk (nekrospemia atau nilai 0), jika sperma tidak bergerak.
Standar gerakan massa untuk dapat diproses lebih lanjut adalah (++ atau 2+ dan +
++ atau 3+).
Pada pengujian mikroskopis semen segar lainnya adalah gerakan individu.
Pemeriksaan ini menggunakan mikroskop dengan perbesaran 100 dan 200 kali.
Standar motilitas semen segar di BBIB Singosari minimal 70% dan abnormalitas
maksimal 20%, dengan gerakan progressive motility yaitu pergerakan kedepan
agar dapat diproses lebih lanjut. Jika tidak memenuhi nilai tersebut maka semen
segar harus diafkir.
Fungsi pengenceran:
1. Menyediakan zat makanan sebagai sumber energy baik spermatozoa.
2. Melindungi spermatozoa terhadap cold shock.
3. Menyediakan suatu penyanggah untuk mencegah perubahan pH.
4. Mempertahankan tekanan osmotic dan keseimbangan elektrolit.
5. Mencegah perubahan kuman.
6. Memperbanyak volume semen.
Kuning telur dapat digunakan sebagai pengencer semen, sumber energy dan
agen protektif. Komponen kuning telur yang bertanggungjawab sebagai agen
krioprotektif adalah lesitin, fosfolipid, ekstrak lipid, fraksi lipoprotein spesifik.
Tetapi didalam kuning telur juga terdapat zat yang dapat merusak fertilitas
spemartozoa sehingga bisa menjadi racun baik spermatozoa dan juga zat-zat yang
dapat mencegah kerusakan spermatozoa selama proses pendinginan. Standar
kualitas pengencer yang telat ditetapkan yaitu berwarna kuning atau orange, pH
6,2-6,8 dengan pendapat 10% dengan batas yang jelas dan bau khas tris.
Pembuatan pengencer dilakukan seminggu dua kali. Pengenceran pertama
yaitu penambahan A1, jumlah pengencer A1 ditambahkan sebesar volume dari
semen yang ditampung. Penambahan dilakukan pada tabung semen yang lebih
besar atau dapat memuat dua kali volume semen saat penampungan. Tabung yang
digunakan dapat penambahan A1 dimasukkan kedalam waterbath terlebih dahulu
agar suhunya sesuai dengan suhu semen yaitu 36-37C. penambahan pengencer
ini dilakukan pada suhu 37-38C.
Setelah penambahan A1 pada masing-masing semen dilakukan pendinginan
agar suhunya turun secara berangsur-angsur dari suhu 37-20-4. Pendinginan
dilakukan didalam cool tube untuk menghindari kejutan dengan atau cold shock
pada semen diberikan water jacket terlebih dahulu. Dengan bantuan water jacket
diharapkan proses pendinginan yang terhadap tidak telah cepat dan
mengakibatkan kematian sel sperma yang telah tinggi. Dengan kata lain water
jacket dapat memuat semen selama masa adaptasi terhadap suhu. Kemudian
dilakukan pengenceran A2 dan B dengan cara menghitung volume pengencer
yang akan ditambahkan menggunakan rumus:
108
Keterangan:
25.000.000 = Menunjukkan jumlah sel sperma yang ada dalam satu
straw.
1/0,25 = Menunjukkan bahwa tiap 1 ml semen dapat menghasilkan
sebanyak 4 straw.
0,25 = Menunjukkan volume semen dalam satu straw.
Pada proses pengenceran A2 dan B jumlah bahan pengencer yang akan
ditambahkan dapat diketahui dengan cara menghitung volume total. Setelah
diketahui volume total, maka jumlah volume bahan oengencer A2 dan B, serta
jumlah straw yang akan diprinting dapat diketahui dengan rumus:
Menurut SNI (Standar Nasional Indonesia) kadar gliserol pada semen beku
adalah 6-7C. Oleh karena itu, penambahan gliderol pada pengencer B adalah
13% karena jumlah pengencer B adalah setengah dari total volume semen cair.
Sehingga setelah proses pengenceran B dilakukan, maka kadar gliserolnya adalah
6,5%. Setelah penambahan pengencer B selesai, akan dilanjutkan dengan
pemeriksaan Before Freezing.
laboratory pluck, sedangkan ujung straw yang disumbat dengan kapas disebut
factory pluck. Proses ini dilakukan didalam cool top untuk menghindari terjadinya
perubahan suhu pada semen. Sebelum proses filling dan sealing dilakukan seluruh
peralatan yang akan digunakan harus didinginkan pada 4-5C. Silicon tube dan
tipper disck pada saat proses pengisian semen dari bull yang berbeda harus selalu
diganti dengan yang baru untuk menghindari terjadinya kontaminasi anatara
semen satu dengan semen yang lain.
ditentukan oleh direktorat jendral peternakan dan kesehatan hewan mulai dari
bangsa sapi yang akan di distribusikan ke daerah tujuan. Dalam pola lainnya yaitu
pola BLU dimana merupakan suatu kerja yang menerima fleksibilitas pegelolaan
keuangan sebagai fomat baru dalam pengolahan APBN/APBD. BLU adalah
wadah baru bagi pelayanan pemerintah kepada masyarakat.
Pelayanan umum oleh Lembaga Administrasi Negara diartikan sebagai
segala bentuk kegiatan pelayanan umum yang dilaksanakan oleh instansi
pemerintah dan di lingkungan Badan Usaha Milik Negara/daerah dalam bentuk
barang atau jasa, baik dalam rangka upaya pemenuhan kebutuhan masyarakat
maupun dalam rangka pelaksanaan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Badan Layanan Umum (disingkat BLU) adalah instansi di lingkungan
Pemerintah yang dibentuk untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat
berupa penyediaan barang dan/atau jasa yang dijual tanpa mengutamakan mencari
keuntungan dan dalam melakukan kegiatannya didasarkan pada prinsip efisiensi
dan produktifitas.
Jalur distribusi dari pelanggan sampai pengeluaran semen beku pada seksi
pemasaran terdapat dua jalur yaitu, jalur penerimaan Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara (APBN) serta jalur penerimaan Badan Layanan Umum (BLU)
sebagai berikut:
1. Pola APBN
a. Kepala dinas peternakan provinsi mengajukan surat permohonan
rencana alokasi distribusi semen beku ke Direktur penerbitan Direktorat
Jendral Peternakan dan kesehatan hewan kementrian pertanian dengan
tembusan ke Balai Besar Inseminasi Buatan (BBIB) Singosari.
b. Kepala Balai Besar Inseminasi Buatan (BBIB) Singosari meminta
kepala bidang pemasaran dan informasi pembuatan rencana alokasi sesuai
stock semen beku, potensi pejantan dan dana APBN.
c. Mengirim rencana distribusi ke Direktorat Perbibitan Direktorat Jendral
Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementrian Pertanian setelah diverifikasi
oleh Kepala Balai Besar Inseminasi Buatan (BBIB) Singosari.
113
6.5 Kesimpulan
1. Penampungan semen sapi limousin di BBIB singosari dilakukan dengan
menggunakan alat bantuan artificial vagina atau vagina buatan.
2. Proses pembekuan semen sapi limousin di BBIB Singosari sudah baik
karena setiap tahapannya mulai dari pengenceran, pre-freezing sampai
pembekuan telah sesuai dengan standar yang telah ditetapkan dan
dipelajari berdasarkan pengalaman.
114
Daftar Pustaka
Aqsa, M. dan M syarief. 2011. Pedoman Teknis Penampungan Semen. Dinas
Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Sulawesi Selatan.
Rizal, M. dan Herdis. 2008. Inseminasi Buatan pada Domba. Rineka Cipta.
Jakarta.
SNI 4869.1-2008 Semen beku sapi.
Toelihere.1979. Fisiologi Reproduksi pada Ternak. Angkasa. Bandung.
LAMPIRAN
115