Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH PENGENDALIAN VEKTOR

DAN BINATANG PENGANGGU A

SURVEI JENTIK NYAMUK

Dosen Pengampuh :Hajimi, S.K.M, M.Kes


Susilawati, S.K.M, M.Sc

DISUSUN OLEH :

Adi Kurniawan (20131310231)

Eva Lestari (20131320244)

Sri Fathonah (20131320266)

Kelompok 1

POLITEKNIK KESEHATAN PONTIANAK


JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN
PROGRAM STUDI D-IV
2015
KATA PENGANTAR

Puji sukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
terselesaikannya tugas pembuatan Makalah Pengendalian Vektor Dan Binatang
Pengganggu. Makalah ini di selesaikan dengan maksud untuk membantu kami
dalam memahami materi tentang pembelajaran Pengendalian Vektor Dan
Binatang Penggangu.

Makalah ini merupakan salah satu sarana pembelajaran di kelas dalam


kegiatan diskusi tentang mata kuliah Pengendalian Vektor Dan Binatang
Pengganggu, oleh karena itu makalah ini menyajikan beberapa referensi yang
akan membantu kami dalam kegiatan diskusi kedepannya. Setiap konsep kami
bahas sedemikian rupa dengan rinci supaya memudahkan untuk memahaminya
dan menunjang kegiatan pembelajaran di kelas.

Makalah ini jauh dari kesempurnaan baik dalam hal bahasa bahkan sampai
pada hal penyusunan isi, untuk itu, kami mengharapkan kerja sama dan kritik
yang membangun agar laporan ini ke depannya dapat lebih baik untuk
meningkatkan mutu pembelajaran kami pada khususnya. Akhir kata, semoga
laporan ini dapat bermanfaat bagi siapapun yang membacanya. Terima kasih.

Pontianak, 22 Mei 2015

Penyusun.

i
DAFTAR ISI

Hal
KATA PENGANTAR ........................................................................................................ i
DAFTAR ISI...................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................. 1
A. Latar Belakang ...................................................................................................... 1
B. Tujuan .................................................................................................................... 1
C. Manfaat .................................................................................................................. 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................................... 3
A. Pemberantasan Habitat Jentik dan Nyamuk ..................................................... 3
B. Definisi Container ................................................................................................. 4
C. Definisi Nyamuk .................................................................................................... 5
D. Angka Kepadatan Jentik ...................................................................................... 8
BAB III PELAKSANAAN PRAKTIKUM .................................................................. 10
A. Tempat dan Waktu Pelaksanaan....................................................................... 10
B. Jenis kegiatan ...................................................................................................... 10
C. Alat dan Bahan .................................................................................................... 10
D. Metode Kerja ....................................................................................................... 10
E. Uraian Kegiatan .................................................................................................. 10
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ....................................................................... 12
A. Data Hasil Pemeriksaan ..................................................................................... 12
B. Hasil Perhitungan ............................................................................................... 12
C. Pembahasan ......................................................................................................... 13
BAB V PENUTUP ......................................................................................................... 16
A. Kesimpulan .......................................................................................................... 16
B. Saran .................................................................................................................... 16
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... 17
LAMPIRAN

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam bidang kesehatan, serangga mempunyai arti yang sangat penting karena
peranannya sebagai vektor (perantara) dari berbagai penyakit. Penyakit yang
ditularkan oleh vektor ini antara lain penyakit demam berdarah, malaria, dan
filariasis. Ketiga penyakit ini ditularkan dari orang yang satu ke orang yang lain
melalui perantara nyamuk.
Dewasa ini, penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu
masalah kesehatan lingkungan yang cenderung meningkat jumlah penderita dan
semakin luas daerah penyebarannya, sejalan dengan meningkatnya mobilitas dan
kepadatan penduduk.
Pada tahun 2009, kasus Demam Berdarah di wilayah Indonesia mencapai 150
juta kasus yang mana hal ini menempatkan Indonesia menjadi negara dengan kasus
DBD tertinggi di ASEAN. DBD disebabkan oleh nyamuk Aedes aegypti. Laju
perkembangbiakan nyamuk Aedes aegypti yang cukup cepat merupakan salah satu
penyebab penyakit DBD di Indonesia sulit diberantas. (P2B2, 2010)
Nyamuk seringkali berkembang biak di tempat penampungan air seperti bak
mandi, tempayan, drum, barang bekas, pot tanaman air dan lain sebagainya. Oleh
karena itu, untuk mengantisipasi segala dampak yang bisa ditimbulkan nyamuk,
masyarakat umum perlu mengetahui jenis, kehidupan, permasalahan yang
disebabkan oleh nyamuk bahkan pengetahuan mengenai kepadatan jentik nyamuk
sebagai langkah awal pencegahan terhadap dampak buruk akibat serangga
(khususnya nyamuk) bagi kesehatan.
Kegiatan pemantauan jentik nyamuk untuk mengetahui kepadatan jentik
merupakan salah satu upaya yang harus dilakukan guna menurunkan kejadian
penyakit yang disebabkan oleh nyamuk. Dengan berbekal pengetahuan inilah
masyarakat secara mandiri dapat melakukan upaya pengendalian jentik nyamuk.
Terdapat beberapa indikator yang mengindikasikan suatu kepadatan jentik nyamuk.
Indikator-indikator tersebut antara lain House Index (HI), Kontainer Index (CI) dan
Breteau Index (BI).

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mampu melakukan pengukuran kepadatan larva atau jentik.

1
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa terampil dalam melakukan pengukuran kepadatan (density)
larva/jentik di permukiman/ tempat-tempat umum.
b. Mahasiswa dapat mengetahui jenis larva/ jentik yang tertangkap dalam
pengamatan.
c. Mahasiswa mengetahui bionomic dari larva/ jentik nyamuk (fungsi, bahan,
dan volume kontainer) dipergunakan.
d. Mahasiswa mampu melakukan interpretasi hasil pengukuran kepadatan
larva/jentik dengan parameter House Index, Container Index, Breteau Index
dan Density Figure.
e. Mahasiswa mampu melakukan dan memberikan upaya pengendalian
keberadaan larva/jentik di permukiman atau tempat-tempat umum.

C. Manfaat
1. Dapat melakukan pengukuran kepadatan (density) larva/jentik di
permukiman/tempat-tempat umum.
2. Dapat mengetahui jenis larva/jentik yang tertangkap dalam pemgamatan.
3. Mengetahui bionomic dari larva/jentik nyamuk (fungsi, bahan, dan volume
kontainer) dipergunakan.
4. Mampu melakukan interpretasi hasil pengukuran kepadatan larva/jentik dengan
parameter House Index, Container Index, Breteau Index dan Density Figure.
5. Mampu melakukan dan memberikan upaya pengendalian keberadaan larva/jentik
di permukiman atau tempat-tempat umum.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pemberantasan Habitat Jentik dan Nyamuk


Angka kejadian penyakit Demam Berdarah yang cenderung sulit turun
menyebabkan berbagai upaya pemberantasan terus dilakukan. Sebagaimana kita
kenal, metode pemberantasan habitat nyamuk ini, misalnya dengan upaya
pemberantasan sarang nyamuk (PSN), masih dianggap cara paling efektif. Berkaitan
dengan hal tersebut pemerintah memiliki program kajian yaitu dengan melakukan
survei jentik pada rumah-rumah warga.
Jumantik kepanjangan dari Juru Pemantau Jentik merupakan seorang petugas
khusus yang secara sukarela mau bertanggung jawab untuk melakukan upaya
pemantauan jentik nyamuk DBD Aedes Aegypti di wilayah-wilayah dengan
sebelumnya melakukan pelaporan ke kelurahan atau puskesmas terdekat. Tugas dari
Jumantik pada saat memantau wilayah wilayah diantaranya :
1. Menyambangi rumah-rumah warga untuk cek jentik.
2. Mengecek tempat penampungan air dan tempat yang dapat tergenang air bersih
apakah ada jentik dan apakah sudah tertutup dengan rapat. Untuk tempat air yang
sulit dikuras diberi bubuk larvasida (abate).
3. Mengecek kolam renang serta kolam ikan agar bebas dari keberadaan jentik
nyamuk.
4. Membasmi keberadaan pakaian/kain yang tergantung di dalam rumah.
Pemantauan jentik nyamuk dilakukan satu kali dalam seminggu, pada waktu pagi
hari,apabila diketemukan jentik nyamuk maka jumantik berhak untuk memberi
peringatan kepada pemilik rumah untuk membersihkan atau menguras agar bersih
dari jentik-jentik nyamuk.
Selanjutnya jumantik wajib membuat catatan atau laporan untuk dilaporkan ke
kelurahan atau puskesmas terdekat dan kemudian dari Puskesmas atau kelurahan
dilaporkan ke instansi terkait atau vertikal. Selain petugas Juru Pemantau Jentik
(Jumantik), tiap-tiap masyarakat juga wajib melakukan pengawasan/pemantauan
jentik di wilayahnya (self Jumantik) dengan minimal tekhnik dasar 3M Plus, yaitu;
1. Menguras
Menguras adalah membersihkan tempat-tempat yang sering dijadikan tempat
penampungan air seperti kolam renang, bak kamar mandi, ember air, tempat air
minum, penampungan air , lemari es ,dll

3
2. Menutup
Menutup adalah memberi tutup secara rapat pada tempat air yang
ditampung seperti bak mandi, botol air minum, kendi, dll
3. Mengubur
Mengubur adalah menimbun dalam tanah bagi sampah-sampah atau benda
yang sudah tidak dipakai lagi yang berpotensi untuk tempat perkembangbiakan
dan bertelur nyamuk di dalam rumah.
Plus Kegiatan-kegiatan Pencegahan, seperti :
a. Membiasakan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)
b. Menaburkan bubuk Larvasida di tempat-tempat air yang sulit dibersihkan
c. Tidak menggantung pakaian di dalam rumah serta tidak menggunakan
horden yang berpotensi menjadi sarang nyamuk
d. Menggunakan obat nyamuk / anti nyamuk.
e. Membersihkan lingkungan sekitar, terutama pada musim penghujan.
Dengan melakukan tindakan-tindakan positif seperti yang telah disebutkan
di atas akan dapat menekan atau mengurangi penyebaran dan perkembangbiakan
vektor nyamuk sehingga meminimalisasi ancaman tertular penyakit DBD,
Chikungunya, ataupun Malaria.

B. Definisi Container
Kontainer merupakan semua tempat/wadah yang dapat menampung air yang
mana air didalamnya tidak dapat mengalir ke tempat lain. Dalam container
seringkali ditemukan jentik-jentik nyamuk karena biasanya kontainer digunakan
nyamuk untuk perindukan telurnya. Misalnya saja nyamuk Aedes aegypti menyukai
kontainer yang menampung air jernih yang tidak langsung berhubungan langsung
dengan tanah dan berada di tempat gelapsebagai tempat perindukan telurnya.
(Dinkes DKI Jakarta, 2003)
Menurut Dinas Kesehatan DKI Jakarta (2003), tempat perindukan nyamuk Aedes
aegypti dibedakan menjadi 3, yaitu:
1. Tempat penampungan air (TPA), yaitu tempat untuk menampung air guna
keperluan seharihari seperti tempayan, bak mandi, bak WC, ember, dan lain
lain.
2. Bukan TPA, seperti tempat minum hewan peliharaan, barangbarang bekas (ban
bekas, kaleng bekas, botol, pecahan piring/gelas), vas bunga, dll.

4
3. Tempat penampungan air alami (natural/alamiah) misalnya tempurung kelapa,
lubang di pohon, pelepah daun, lubang batu, potongan bambu, kulit kerang dll.
Kontainer ini pada umumnya ditemukan diluar rumah.

C. Definisi Nyamuk
Nyamuk termasuk jenis serangga yang masuk pada kelas Hexapoda orde
Diptera. Pada umumnya nyamuk mengalami 4 tahap dalam siklus hidupnya
(metamorfosis), yaitu telur, larva, pupa dan dewasa. Nyamuk Aedes aegypti
mengalami metamorfosis sempurna, yaitu telur larva pupa dewasa. Stadium
telur, larva dan pupa hidup didalam air, sedangkan stadium dewasa hidup diluar air.
Pada umumnya telur akan menetas dalam 1-2 hari setelah terendam dalam air.
Stadium jentik biasanya berlangsung antara 5-15 hari, dalam keadaan normal
berlangsung 9-10 hari. Stadium berikutnya adalah stadium pupa yang berlangsung 2
hari, kemudian menjadi nyamuk dewasa dan siklus tersebut akan berlangsung
kembali. Dalam kondisi yang optimal, perkembangan dari stadium telur sampai
menjadi nyamuk dewasa memerlukan waktu sedikitnya 9 hari.

Nyamuk
Betina
Dewasa

Nyamuk Telur
Muda (1-2 hari)

Pupa (2-4 Jentik


hari) (7-9 hari)

Gambar 2.1. Siklus Hidup Nyamuk Aedes Aegypti


Induk nyamuk biasanya meletakkan telur nyamuk pada tempat yang berair dan
tidak mengalir. Pada tempat kering, telur nyamuk akan rusak dan mati. Kebiasaan
meletakkan telur dari nyamuk berbeda-beda tergantung dari jenisnya.
1. Nyamuk Anopheles akan meletakkan telurnya di permukaan air satu persatu atau
bergerombol tetapi saling lepas, telur Anopeles mempunyai alat pengapung.

5
2. Nyamuk Culex akan meletakkan telur di permukaan air secara bergerombolan
dan bersatu berbentuk rakit sehingga mampu untuk mengapung.
3. Nyamuk Aedes meletakkan telur yang mana menempel pada dinding kontainer
dan mengapung di permukaan air.

Gambar 2.2. Perbedaan nyamuk Anopheles, Aedes dan Culex


Menurut Ririh Yudhastuti (2011), adapun sifat nyamuk dewasa berbeda-beda
bergantung dari spesies nyamuknya. Berikut sifat-sifat umum yang dimiliki adalah :

6
1. Nyamuk betina membutuhkan darah untuk proses reproduksi seperti
pembentukan telur, sedangkan nyamuk jantan senang tetap tinggal didaerah dekat
perindukannya, atau di tumbuh-tumbuhan.
2. Nyamuk memiliki jarak terbang yang berbeda-beda tergantung jenis spesiesnya.
Misalnya nyamuk Anopheles bisa mencapai jarak terbang hingga 3 km. Selain itu,
hal tersebut dipengaruhi oleh kelembaban udara. Penyebaran dari nyamuk itu
sendiri bisa bersifat aktif maupun pasif.
3. Nyamuk juga memiliki waktu yang spesifik dalam mencari mangsa. Misalnya
nyamuk Anopheles, Culex dan Mansonia menyukai senja hingga fajar dalam
mencari mangsanya. Sedangkan nyamuk Aedes aegypti mencari mangsa di siang
hari. Ditinjau dari tempat hidupnya, nyamuk dibedakan atas beberapa macam
yaitu : (1) Nyamuk yang senang berinduk di air payau (salt marsh type); dan (2)
Nyamuk yang senang berinduk di genangan air yang sifatnya sementara,
dibedakan atas :
4. Temporary pool type, jenis nyamuk ini senang berinduk di genangan air yang
sifatnya sementara, seperti bekas pijakan kerbau, manusia, dan sebagainya
5. Artifial container type, nyamuk yang senang di perindukan genangan air yang
terdapat di kaleng bekas, ban bekas, gelas plastik bekas yang biasanya dibuang
oleh manusia disembarang tempat.
6. Treehole type, jenis nyamuk ini pada dasarnya memiliki selera yang sama seperti
jenis Temporary pool type, hanya saja pada jenis ini banyak ditemukan terutama
pada daerah yang sering hujan atau curah hujannya tinggi, misalnya di lubang-
lubang pohon.
7. Rock pool type, sama halnya dengan Treehole type, hanya saja yang dipilih pada
genangan air di lubang-lubang di batu karang atau padas.
Sedangkan jika ditinjau dari tempat persembunyiannya atau tempat
peristirahatannya, maka nyamuk dikategorikan kedalam dua jenis yaitu :
a. Natural resting station type, dimana tempat peristirahatannya dalam lubang-
lubang yang ditemui secara alamiah, misalnya pada pohon-pohon, batu
karang atau padas, dan lain sebagainya.
b. Artifial resting station type, dimana tempat peristirahatannya pada tempat-
tempat yang terbentuk karena hasil karya manusia, baik yang sifatnyasengaja
maupun tidak sengaja misalnya dalam rumah disela-sela baju yang
digantung, adanya kaleng bekas, dan sebagainya.

7
D. Angka Kepadatan Jentik
Untuk mengetahui kepadatan vektor nyamuk pada suatu tempat, diperlukan
survei yang meliputi survei nyamuk, survei jentik serta survei perangkap telur
(ovitrap). Data-data yang diperoleh, nantinya dapat digunakan untuk menunjang
perencanaan program pemberantasan vektor. Dalam pelaksanaannya, survei dapat
dilakukan dengan menggunakan 2 metode (Depkes RI, 2005), yakni :
1. Metode Single Larva
Survei ini dilakukan dengan cara mengambil satu jentik disetiap tempat-tempat
yang menampung air yang ditemukan ada jentiknya untuk selanjutnya dilakukan
identifikasi lebih lanjut mengenai jenis jentiknya.
2. Metode Visual
Survei ini dilakukan dengan melihat ada atau tidaknya larva di setiap tempat
genangan air tanpa mengambil larvanya.

Setelah dilakukan survei dengan metode diatas, pada survei jentik nyamuk Aedes
aegypti akan dilanjutkan dengan pemeriksaan kepadatan jentik dengan ukuran
sebagai berikut:
1. House Index (HI) adalah jumlah rumah positif jentik dari seluruh rumah yang
diperiksa.

Jumlah rumah yang positif jentik


HI = X 100 %
Jumlah rumah yang diperiksa

2. Container Index (CI) adalah jumlah kontainer yang ditemukan larva dari seluruh
kontainer yang diperiksa

Jumlah kontainer yang positif jentik


CI = X 100 %
Jumlah kontainer yang diperiksa

3. Breteu Index (BI) adalah jumlah kontainer dengan larva dalam seratus rumah.

Jumlah kontainer yang positif jentik


BI = X 100 %
100 rumah yang diperiksa

8
HI lebih menggambarkan penyebaran nyamuk di suatu wilayah. Density figure (DF)
adalah kepadatan jentik Aedes aegypti yang merupakan gabungan dari HI, CI dan BI yang
dinyatakan dengan skala 1-9 seperti tabel menurut WHO Tahun 1972di bawah ini :
Tabel 2.1 Larva Index
Container Index
Density figure (DF) House Index (HI) Breteau Index (BI)
(CI)
1 13 1-2 1-4
2 47 3-5 59
3 8 17 6-9 10 19
4 18 28 10 -1 4 20 34
5 29 37 15 20 35 -49
6 38 49 21 - 27 50 74
7 50 -59 28 - 31 75 99
8 60 76 32 40 100 199
9 >77 >41 >200
Sumber: WHO (1972)

Keterangan Tabel :
DF = 1 = kepadatan rendah
DF = 2-5 = kepadatan sedang
DF = 6-9 = kepadatan tinggi.
Berdasarkan hasil survei larva dapat ditentukanDensity Figure. Density
Figure ditentukan setelah menghitung hasil HI, CI, BI kemudian dibandingkan
dengan tabel Larva Index. Apabila angka DF kurang dari 1 menunjukan risiko
penularan rendah, 1-5 resiko penularan sedang dan diatas 5 risiko penularan tinggi

9
BAB III
PELAKSANAAN PRAKTIKUM

A. Tempat dan Waktu Pelaksanaan


Hari/tanggal : Kamis, 28 Mei 2015
Waktu : 08.00 WIB s/d selesai
Tempat : JL. Selat Panjang Gg. Setia

B. Jenis kegiatan
Pengukuran kepadatan (density) larva/jentik dengan visual larvae methode di
permukiman Gg. Setia

C. Alat dan Bahan


1. Alat tulis
2. Senter
3. Sendok
4. Form pemeriksaan
5. Bubuk abate

D. Metode Kerja
Pada survei jentik kali ini , metode yang digunakan adalah metode visual, dimana
survei ini dilakukan dengan melihat ada atau tidaknya larva di setiap tempat
genangan air tanpa mengambil larvanya.

E. Uraian Kegiatan
1. Menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan
2. Mengamati semua penampungan air baik di dalam maupun diluar rumah
3. Menanyakan kepada pemilik rumah letak penampungan air
4. Mengamati ada tidaknya jentik
5. Untuk TPA ukuran besar, menunggu antara 0,5-1 menit
6. Mengamati secara makroskopis apakah jentik Aedes dengan ciri-ciri:
a. Gerakan larva cepat dengan membengkokkan tubuhnya (sudut)
b. Sifat fotophobia
c. Tahan lama berada jauh dari permukaan air

10
d. Posisi larva dalam air tegak/ membentuk sudut
7. Jika ditemukan larva atau jentik, amati dan catat rumah, letak container, jenis,
jumlah dan waktu PSN serta pemberian bubuk abate
8. Menghitung kepadatan jentik dengan parameter : HI, CI, BI dan DF

11
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Data Hasil Pemeriksaan


HASIL PENGAMATAN LARVA/ JENTIK DI PERMUKIMAN JL. SELAT
PANJANG GG. SETIA PONTIANAK UTARA

Hari/tanggal : Kamis, 28 Mei 2015


Waktu : Pukul 08.00 WIB s/d selesai
Lokasi pengamatan : JL. SELAT PANJANG GG SETIA
Metode pengamatan : Visual Larvae Methode
Hasil pengamatan :
Jumlah rumah yang diperiksa = 33 rumah
Jumlah rumah positif jentik = 19 rumah
Jumlah kontainer yang diperiksa = 110 kontainer
Jumlah kontainer positif jentik = 30 kontainer

B. Hasil Perhitungan

1. House Index adalah jumlah rumah positif jentik dari seluruh rumah yang
diperiksa
(+)
HI =
x 100 %
19
HI = 33
x 100 = 57,5 %

2. Container Index adalah jumlah kontainer yang positif larva dari seluruh kontainer
yang diperiksa
(+)
CI =
x 100
30
CI = 110
x 100 = 27,2 %

3. Breteau Index adalah jumlah kontainer dengan larva dalam seratus rumah
(+)
BI = 100

12
33
BI = 100
= 0,33
30
BI = 0,3 = 100

4. Density Figure
DF = Konfirmasi nilai HI, CI dan BI ke dalam tabel
Tabel Density Figure
DF HI CI BI
1 1-3 1-2 1-4
2 4-7 3-5 5-9
3 8-17 6-9 10-19
4 18-28 10-14 20-34
5 29-37 15-20 35-49
6 38-49 21-27 50-74
7 50-59 28-31 75-99
8 60-76 32-40 100-199
9 77 DST 41 DST 200 DST

7+7+8
Sehingga : Density Figure = = 7,33 (Daerah merah, derajad penularan
3

penyakit oleh larva tinggi, perlu pengendalian segera)


No Density Keterangan
1 1-3 Daerah hijau, derajad penularan penyakit oleh larva
rendah atau tidak menularkan
2 4-5 Daerah kuning, derajad penularan penyakit oleh
larva sedang atau perlu waspada
3 >5 Daerah merah, derajad penularan penyakit oleh
larva tinggi, perlu pengendalian segera

C. Pembahasan
Dari hasil pengamatan larva atau jentik di permukiman Gg. Setia pada tanggal 28
Mei 2015 pukul 08.00 wib dan dengan menggunakan visual larvae methode di temukan
jumlah rumah (+) larva ada 19 buah dari 33 rumah yang diperiksa. Sedangkan pada
jumlah container (+) larva ada 30 buah dari 110 buah container yang diperiksa.

13
Dan adapun angka parameter yang digunakan yaitu : House Index, Container
Index, Breteau Index dan Density Figure. House Index merupakan jumlah rumah (+)
larva dibagi dengan jumlah rumah yang diperiksa dikalikan 100. Untuk Container Index
merupakan jumlah container (+) larva dibagi dengan jumlah container yang diperiksa
dikalikan 100 dan Breteau Index merupakan jumlah container (+) larva dibagi dengan
jumlah rumah yang diperiksa dikalikan 100. Dan adapun hasil dari (HI) adalah 57,5,
sedangkan (CI) adalah 27,2 dan (BI) adalah 100. Untuk Density figure mengkonfirmasi
nilai HI, CI dan BI ke dalam tabel di bawah ini :

DF HI CI BI
1 1-3 1-2 1-4
2 4-7 3-5 5-9
3 8-17 6-9 10-19
4 18-28 10-14 20-34
5 29-37 15-20 35-49
6 38-49 21-27 50-74
7 50-59 28-31 75-99
8 60-76 32-40 100-199
9 77 DST 41 DST 200 DST
Untuk nilai HI 57,5 maka angka density figure nya adalah 7, sedangkan nilai CI 27,2
maka angka density figure nya adalah 7 dan nilai BI adalah 100 maka angka density
7+7+8
figure nya adalah 8. Maka, Density Figure = 3
= 7,33

Adapun Interpretasi Hasil Pengukuran sebagai berikut:


No Density Keterangan
1 1-3 Daerah hijau, derajad penularan penyakit oleh larva
rendah atau tidak menularkan
2 4-5 Daerah kuning, derajad penularan penyakit oleh larva
sedang atau perlu waspada
3 >5 Daerah merah, derajad penularan penyakit oleh larva
tinggi, perlu pengendalian segera

Dari tabel interpretasi Komplek kesehatan banjarbaru mendapatkan hasil >5


dimana dikatakan Daerah merah derajad penularan penyakit oleh larva tinggi, perlu
pengendalian segera. Dengan beberapa cara seperti selalu menguras bak mandi setiap 1

14
minggu sekali, menutup tempat-tempat penampungan air seperti bak mandi, tondon,
selalu menjaga kebersihan lingkungan sekitar rumah jangan sampai di rumah ada sampah
seperti botol plastik atau kaleng yang dapat menjadi tempat penampungan air alamiah,
membersihkan pot-pot yang tergenang air dan menaburkan bubuk abate.

15
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari hasil pengamatan larva atau jentik di permukiman Gg. Setia pada tanggal 28
Mei 2015 pukul 08.00 wib dan dengan menggunakan visual larvae methode di
temukan jumlah rumah (+) larva ada 19 buah dari 33 rumah yang diperiksa.
Sedangkan pada jumlah container (+) larva ada 30 buah dari 110 buah container
yang diperiksa.
Untuk nilai HI 57,5 maka angka density figure nya adalah 7, sedangkan nilai CI
27,2 maka angka density figure nya adalah 7 dan nilai BI adalah 100 maka angka
density figure nya adalah 8. Maka, Density Figure nya adalah 7,33. Dari tabel
interpretasi pemukiman Gg. Setia mendapatkan hasil > 5 dimana dikatakan daerah
merah derajad penularan penyakit oleh larva tinggi, perlu pengendalian segera.

B. Saran
Setiap rumah di pemukiman hendaknya melakukan pembenahan sesegera
mungkin seperti :
1. Dengan beberapa cara seperti selalu menguras bak mandi setiap 1 minggu
sekali,
2. Menutup tempat-tempat penampungan air seperti bak mandi, tondon,
3. Selalu menjaga kebersihan lingkungan sekitar rumah jangan sampai di rumah
ada sampah seperti botol plastik atau kaleng yang dapat menjadi tempat
penampungan air alamiah,
4. Selalu membersihkan kolam dan lain-lain
5. Membersihkan pot-pot yang tergenang air dan
6. Menaburkan bubuk abate.

16
DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2014. Survei Jentik Nyamuk. Di unduh dari


:http/inspeksi.blogspot.com/2014/10/survey-jentik-nyamuk.html

17
LAMPIRAN

18

Anda mungkin juga menyukai