Anda di halaman 1dari 3

PANDUAN PRAKTIK KLINIS

SMF ILMU KESEHATAN THT-KL


RINOSINUSITIS
1. No. ICD 10 Rinosinusitis akut (J.01)
Rinosinusitis kronik (J.32)
2. Diagnosis Rinosinusitis
3. Definisi Rinosinusitis merupakan inflamasi yang mengenai mukoperiosteum
kavum nasi dan satu atau lebih sinus paranasal. Umumnya disertai
atau dipicu oleh rinitis sehingga sering disebut rinosinusitis.
Penyebab utama ialah selesma (common cold) yang merupakan
infeksi virus. Klasifikasi rinosinusitis berdasarkan waktu dibagi atas
rinosinusitis akut (< 12 minggu) dan kronik ( 12 minggu).
Rinosinusitis dapat menjadi berbahaya karena menyebabkan
komplikasi ke orbita dan intrakranial.
4. Anamnesis - Hidung tersumbat
- Rinorea (pilek/hidung berlendir) purulen, kadang berbau
- Post nasal drip (lendir mengalir di tenggorok)
- Nyeri atau rasa tertekan di wajah (pipi, pangkal hidung, dahi)
- Hiposmia atau anosmia (gangguan penghidu)
- Kadang demam atau batuk
- Hidung atau mulut berbau
5. Pemeriksaan Fisik - Mukosa kavum nasi udem, hiperemis
- Discaj purulen di kavum nasi atau di meatus media
- Post nasal drip
- Nyeri tekan di daerah sinus (pipi, dahi, pangkal hidung)
- Kadang disertai polip di kavum nasi
- Untuk rinosinusitis odontogen, dapat ditemukan gigi yang
karies atau gangren pulpa
6. Kriteria Diagnosis Anamnesis dan pemeriksaan fisik (endoskopi bila perlu)
7. Diagnosis Banding Rinitis alergi
Ozaena (rinitis atropi)
Karsinoma sinonasal
Benda asing kavum nasi
8. Pemeriksaan Endoskopi hidung (nasoskopi)
Penunjang Laboratorium darah rutin
X-foto sinus paranasal (Waters)
CT-scan sinus paranasal
9. Konsultasi Bagian Mata bila ada komplikasi ke orbita.
Bagian Anestesi untuk toleransi pembiusan.
10. Perawatan Rawat jalan.
Rumah Sakit Rawat inap untuk operasi (5 hari bila tanpa komplikasi).
11. Terapi / tindakan 1. Terapi konservatif
(ICD 9-CM) - Antibiotik

1
Antrostomi CWL (22.61) Lini pertama: Amoksisilin, amoksisilin-asam klavulanat,
Nasoantral window (22.2) kotrimoksasol
Lini kedua: Golongan sefalosporin generasi 2-3, makrolida,
quinolon respiratorik
- Cuci hidung dengan NaCl fisiologis
- Kortikosteroid
Kortikosteroid sistemik jangka pendek dipakai pada kondisi
akut, sedangkan kortikosteroid topikal dipakai pada kondisi
kronik atau memerlukan kortikosteroid jangka lama.
- Dekongestan
- Analgetik
2. Operatif
- CWL
Indikasi: Rinosinusitis yang tidak membaik dengan terapi
medikamentosa, rinosinusitis dengan kelainan ireversibel
dan polip, rinosinusitis jamur
- FESS (functional endoscopic sinus surgery)
12. Tempat 1. Rawat Jalan Poli THT
Pelayanan 2. Rawat Inap bila akan dilakukan tindakan CWL, polipektomi, atau
FESS
13. Penyulit Komplikasi penyakit : selulitis orbita, abses preseptal, abses orbita,
trombosis sinus kavernosus
14. Informed Consent Tertulis untuk tindakan operasi.
15. Lama Perawatan 5 hari rawat inap (bila tanpa komplikasi).
16. Masa Pemulihan 1 bulan sampai 3 bulan
17. Prognosis Quo ad vitam : dubia ad bonam
Quo ad functionam : dubia ad bonam
18. Edukasi - Cara mencuci hidung atau pemakaian semprot hidung
- Indikasi dan komplikasi bila dilakukan operasi
19. Kepustakaan 1. Fokkens WJ, Lund VJ, Mullol J, Bachert C, Alobid I, Baroody F, et
al. European position paper on rhinosinusitis and nasal polyps
2012. Rhinology. 2012; 50 (suppl.23): p.3-224
2. Guideline penyakit THT di Indonesia. Dalam: Soetjipto D,
Wardhani RS, editor. Perhimpunan dokter spesialis THT-KL
Indonesia. 2007
3. Chandra RK. Medical management of chronic rhinosinusitis. In:
Thaler ER, Kennedy DW, editors. Rhinosinusitis: a guide for
diagnosis and management. New York: Springer. 2008; p. 75-89

ALGORITMA PENATALAKSANAAN RINOSINUSITIS

2
3

Anda mungkin juga menyukai