Anda di halaman 1dari 234

MATERI

ILMU AKHLAK DAN TASAWUF

Diajukan Sebagai Salah Satu Tugas Mata Kuliah Ilmu Akhlak dan
Tasawuf

Dosen Pengampu H. Dadan Nurulhaq, M.Ag.

Oleh:
MHS SMT VA PENDIDIKAN MATEMATIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MIPA


FAKULTAS TARIYAH DAN KEGURUAN
UIN SUNAN GUNUNG DJATI
BANDUNG
KATA PENGANTAR

Assalamualaikumwr.wb.
Segala puji hanya milik Allah yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya dan hanya kepada-Nyalah kita berhak
bersyukur dan tiada yang lain selain Allah, karena sesungguhnya
Allah lah yang mampu memberikan kita kekuatan untuk
mengerjakan segala sesuatu yang kita lakukan.
Shalawat serta salam semoga tercurahlimpahkan kepada
Nabi Muhammad SAW yang telah membawa kita kepada jalan
yang benar. Makalah ini dibuat untuk memenuhi salah satu
tugas mata kuliah Akhlah Tasawuf. Kami berharap makalah ini
dapat memberikan pengetahuan yang mengarahkan kepada hal
yang baik, dan mampu menjadi petunjuk untuk pembahasan
yang kami bahas. Semoga makalah ini bermanfaat khususnya
bagi kami dan umumnya bagi pembaca.
Wassalamualaikumwr.wb.

Bandung, ......................

Penyusun

1
DAFTAR ISI
Kata Pengantar............................................................................................... i
Daftar Isi........................................................................................................ ii

Topik awal Akhlak: Konsep Akhlak ........................................................... 1


A. Definisi Akhlak ................................................................................. 3
B. Proses Terbentuknya Akhlak ............................................................. 13
C. Tujuan dan Manfaat Mempelajari Akhlak ........................................ 14
D. Landasan dan Kedudukan Akhlak .................................................... 15
E. Tujuan dan cara mewujudkan Akhlak ............................................... 14

Topik 1: Standar dan Rentang Nilai Akhlak ................................................ 18


A. Standar Nilai Akhlak ........................................................................ 21
B. Rentang Nilai Akhlak ....................................................................... 37

Topik 2 (Ciri dan Arah Akhlak)..................................................................... 58


A. Ciri-ciri Akhlak................................................................................. 60
B. Arah Akhlak..................................................................................... 65

Topik 3 (Potensi Dasar dan Induk Akhlak).................................................... 81


A. Potensi Dasar.................................................................................... 82
B. Induk Akhlak.................................................................................... 92

Topik 4 (Status, Kewajiban, dan Hak)........................................................... 101


A. Status Seorang Muslim................................................................... 104
B. Kewajiban Seorang Muslim............................................................ 108
C. Hak Seorang Muslim...................................................................... 113

Topik 5 (Kisah Teladan dan Ibrah)


A. Kisah Terpuji ....
a. Kisah Nabi Muhammad Saw.
b. Kisah .....
B. Kisah Tecela
a. Kisah Firaun
b. Kisah ......

2
Topik awal Tasawuf (Konsep Tasawuf)......................................................... 137
A. Definisi............................................................................................ 140
B. Wilayah Kajian dan Obyek Persoalan............................................ 142
C. Tujuan Tasawuf dan Cara Mencapainya......................................... 144
D. Fungsi Tasawuf............................................................................... 150
E. Sikap Umat...................................................................................... 152

Topik 7 (Perkembangan Tasawuf)................................................................. 155


A. Cikal Bakal Tasawuf...................................................................... 157
B. Tasawuf Fase ke-1 (abad ke 1-2 H)............................................... 160
C. Tasawuf Fase ke-2 (abad ke 3-4 H)............................................... 167
D. Tasawuf Fase ke-3 (abad ke 5 H).................................................. 168
E. Tasawuf Fase ke-4 (abad ke 6-7 H)............................................... 169
F. Tasawuf Fase ke-5 (abad ke 8 H dst.) .......................................... 171
G. Tasawuf Masa Kini........................................................................ 172

Topik 8 (Maqamat dan Ahwal)...................................................................... 176


A. Maqamat........................................................................................ 179
B. Ahwal............................................................................................ 190

Topik 9 (Mahabbah dan Makrifah)................................................................ 200


A. Mahabbah..................................................................................... 203
B. Makrifah....................................................................................... 208

Topik 9 (Tarekat)
A. Definisi Tarekat, dan kedudukannya dlm Tasawuf
B. Awal Munculnya Tarekat di dunia Islam dan di Indonesia
C. Tarekat2 di Indonesia dan tata caranya
D. Pengaruh Tarekat dalam kehidupan

Topik 10 (Tasawuf dan Masyarakat Modern)................................................ 218


A. Krisis Modernisme....................................................................... 222
B. Tasawuf sebagai Alternatif........................................................... 230
Daftar Pustaka................................................................................................ 238

3
Topik 1
KONSEP AKHLAK
1. Definisi Akhlak
2. Proses Terbentuknya Akhlak
3. Tujuan dan cara mewujudkan Akhlak
4. Manfaat Mempelajari Akhlak
5. Persentuhan Akhlak dengan Tasawuf

4
Disusun Oleh : TIM

A. Tujuan
1. Dapat menjelaskan definisi Akhlak
2. Dapat menjelaskan proses terbentuknya Akhlak
3. Dapat menjelaskan tujuan dan cara mewujudkan Akhlak
4. Dapat menjelaskan manfaat Mempelajari Akhlak
5. Dapat menjelaskan persentuhan Akhlak dengan Tasawuf

B. Uraian Materi
1. Definisi Akhlak

2.1 Definisi, Teks Suci dan Objek Persoalan Akhlak


A. Pengertian Akhlak Menurut Bahasa
Dari segi bahasa, akhlak (bahasa arab) bentuk jamak dari khulk.
Khulk di dalam kamus al-Munjid berarti budi pekerti, perangai tingkah
laku atau tabiat1. Kata tersebut mengandung segi-segi persesuaian dengan
) yang berarti kejadian, serta erat
perkataan Khalqun (
hubungannya dengan Khaliq ( ) yang berarti pencipta dan
) yang berarti yang di ciptakan dan dari sinilah asal
Makhluq (
mula perumusan ilmu akhlak yang merupakan koleksi ugeran yang
memungkinkan timbulnya hubungan yang baik antara Makhluk dengan
Khaliq dan antara Makhluk dengan makhluk .
( ini dipakai
Dalam bahasa Yunani pengertian Khuluqun (
kata ethicos atau ethos, artinya adat kebiasaan, perasaan batin,
kecenderungan hati untuk melakukan perbuatan, kemudian kata ethicos
ini berubah menjadi ethika ( memakai h ) atau etika ( tanpa h ) dalam
istilah Indonesia . Sedangkan dalam pengertian sehari-hari Khuluqun

1 Dadan Nurul Haq,dkk. Aqidah Akhlak. Hal. 20 dari Luis Maluf, Kamus al-Munjid al-
Maktabah al-Katulitiayas,(Beirut, tt) hal. 194

5
( umumnya disamakan artinya dengan arti kata budi pekerti atau
(
kesusilaan atau sopan santun .
Ibn Al- Jauzi menjelaskan bahwa al-khuluq adalah etika yang
dipilih seseorang. Dinamakan khuluq karena etika bagaikan khalqah
(karakter) pada dirinya. Dengan demikian khuluq adalah etika yang
menjadi pilihan dan di usahakan seseorang. Adapun etika yang yang
sudah menjadi tabiat bawaannya dinamakan al-khayam.
Angkatan kata budi pekerti , dalam bahasa Indonesia,
merupakan kata majemuk dari kata budi dan pekerti . Perkataan
budi berasal dari bahasa Sansekerta, bentuk isim fail atau alat, yang
berarti yang sadar atau yang menyadarkan atau alat kesadaran .
Bentuk mashdarnya ( momenverbal ) budh yang berarti kesadaran .
Sedang bentuk mafulnya ( obyek ) adalah budha, artinya yang
disadarkan . Pekerti, berasal dari bahasa Indonesia sendiri, yang berarti
kelakuan .

B. Makna Akhlak Secara Al-Quran


a. Dalam Al-quran kata Khuluq terdapat:
1. Dalam surat Al-Qalam ayat 4

Artinya: Sesungguhnya engkau telah benar-benar berbudi


.pekerti yang agung

2. Dalam suat Asy-Syuaara ayat 137



Artinya:(Agama kami) ini tidak lain hanyalah adat kebiasaan
.orang dahulu

Ayat pertama merupakan ungkapan dalam bentuk pujian, Ayat ini


memuat pujian Allah Subhanahu wa Taala kepada Rasul-Nya yg pilihan
Muhammad Shallallahu alaihi wa sallam. Kenyataan memang tdk ada
manusia yg lbh sempurna akhlak daripada beliau Shallallahu alaihi wa

6
sallam sebagai suatu anugerah dari Allah Subhanahu wa Taala yg telah
memberi taufik kepada beliau. Tidak ada satu pun kebagusan dan
kemuliaan melainkan didapatkan pada diri beliau dlm bentuk yg paling
sempurna dan paling utama
Yang kedua mengungkapkan sifat yang terdapat pada orang-orang
kuno dahulu.Ungkapan pertama tadi merupakan barometer terhadap
sesuatu yang seyogyanya akan dilakukan, sedangkan yang kedua
memberikan sifat yang telah ada.2
C. Makna Akhlak Secara Istilah
Dilihat dari segi terminologi Akhlak terdapat beberapa pakar yang
berpendapat antara lain :
Abu Ali Ibnu Muhammad Ibnu Yaqub Miskawaih :


Artinya : Akhlak ialah keadaan gerak jiwa yang mendorong
untuk melakukan perbuatan-perbuatan tanpa melalui pertimbangan
pemikiran terlebih dahulu
Abu Hamid Muhammad bin Muhammad Al-Ghozali:




Artinya : Khuluk adalah suatu ibarat dari dorongan jiwa yang
secara otomatis, menimbulkan perbuatan dengan mudah dah
gampang tanpa membutuhkan pikiran dan usaha.
Ibrahim Anis :
Akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa, yang melahirkan
bermacam-macam perbuatan, baik atau buruk, tanpa membutuhkan
pemikiran dan pertimbangan.
Ahmad Amin :




Artinya :Sebagian orang mendefinisikan akhlaq, bahwa yang disebut
akhlak ialah kehendak yang dibiasakan. Artinya bahwa kehendak itu
bila membiasakan sesuatu, maka kebiasaan itu dinamakan akhlak.
Al-Qurthuby

2 Drs. H.M. Athoullah Ahmad, Antara Ilmu Akhlak dan Tasawuf. Hal. 15

7
Ahklak adalah Suatu perbuatan manusia yang bersumber dariadab-
kesopanannya disebut akhlak, karena perbuatan termasuk bagian dari
kejadiannya.

Muhammad bin Ilaan Ash Shodieqy





Artinya : Akhlak adalah suatu pembawaan dalam diri manusia,
yang dapat menimbulkan perbuatan baik, dengan cara yang mudah
(tanpa dorongan dari orang lain).
Muhammad Abdullah Dirros :
Akhlak adalah suatu kekuatan dalam kehendak yang mantap,
kekuatan dan kehendak mana berkombinasi membawa kecenderungan
pada pemilihan pihak yang benar (dalam hal akhlak yang baik) atau
pihak yang jahat (akhlak yang jahat).

Semua pengertian diatas memberi gambaran bahwa akhlak merupakan


bentuk kepribadian seseorang tanpa dibuat buat atau spontan atau tanpa
ada dorongan dari luar. Jika baik menurut pandangan akal dan agama,
tindakan spontan itu dinamakan akhlak yang baik (al-akhlakul karimah /
al-akhlakul mahmudah), sebaliknya jika tindakan spontan itu buruk
disebut al-akhlakul madzmumah. 3
Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa akhlak
meliputi faktor-faktor:
a. Pengertian baik dan buruk
b. Apa yang harus kita lakukan untuk diri kita dan oarnga lain
c. Tujuan apa yang harus dicapai dalam perbuatan tersebut
d. Bagaimana cara melakukan pekerjaan tersebut.

Jadi akhlak adalah tingkah laku manusia yang di tinjau dari segi baik
dan buruknya, apa yang harus dilakukan dan bagaimana cara melakukan
sesuatu untuk diri sendiri dan orang lain dalam mencapai tujuan.

D. Objek Persoalan Akhlak


Adapun objek persoalan dalam hal ini adalah bahwa peraturan-
peraturan akhlak dalam Al-Quran tidak melewatkan sesuatu sedikitpun

3Syatori, op.cit, hlm. 1; Hamzah Yaqub, Etika Islam, Bandung: Diponegoro, 1993, hlm. 12

8
apakah masalah yang besar ataupun yang kecil dari kegiatan manusia
dimana semuanya telah digariskan oleh Al-Quran sebagai tuntutan
tingkah laku manusia, baik yang bersifat detail maupun global.
Al-Quran telah mengatur, hubungan manusia dengan Allah SWT,
hubungan manusia dengan Rasulullah SAW, hubungan manusia dengan
dirinya, hubungan manusia dengan sesamanya, bahkan juga mengatur
hubungan manusia dengan alam sekitarnya atau lingkungannya. Hal ini
dapat di ambil contoh:
1. Hubungan manusia dengan Allah SWT.
Sebagai mana terdapat dalam Al-Quran surat Al-Araaf ayat 205









Artinya: Dan sebutlah (nama) Tuhannmu dalam hatimu dengan
merendahkan diri dan rasa takut, dan dengan tidak mengeraskan
suara, di waktu pagi dan petang, dan janganlah kamu Termasuk
orang-orang yang lalai.

Dan contoh lain dalam surat Al-Israa ayat 78













Artinya: Dirikanlah shalat dari sesudah matahari tergelincir sampai
gelap malam dan (dirikanlah pula shalat) subuh. Sesungguhnya
shalat subuh itu disaksikan (oleh malaikat).

Pola hubungan antara manusia dengan Allah Swt. antara lain;


a. Mentauhidkan Allah, yaitu mengesakan-Nya baik dalam zat,
asma was-shiffat maupun afal (perbuatan-Nya) serta
menjauhkan diri dari perbuatan syirik yang bisa menghancurkan
sendi-sendi moral dan kehidupan manusia.
b. Bertaqwa, yaitu memelihara diri dari siksaan Allah dengan
mengikuti segala perintah dan menjauhi segala larangan-Nya.
c. Cinta dan Ridha, seseorang akan dikatakn mencintai Allah jika dia
selalu berusha melakukan segala sesuatau yang dicintai-Nya, dan

9
meninggalkan segala sesuatu yang tidak disukai-Nya atau dibenci-
Nya.
d. Tawakal, yaitu membebaskan hati dari segala ketergantungan
kepada selain Allah dan menyerahkan segala keputusan hanya
kepada Allah Swt.
e. Syukur, yaitu memuji si pemberi nikmat atas kebaikan yang telah
dilakukannya. Syukur melibatkan tiga dimensi yaitu hati, untuk
marifah dan mahabbah, lisan untuk memuja dan menyebut asma
Allah dan anggota badan untuk menggunakan nikmat yang
diterima sebagai sarana untuk taat kepada Allah dan menahan diri
dari maksiat kepada-Nya.
f. Muraqabah, yaitu pengawasan. Kesadaran akan pengawasan Allah
Swt. akan mendorong seseorang muslim untuk selanjutnya
melakukan muhasabah (perhitungan, evaluasi) terhadap amal
perbuatan, tingkah laku dan sikap hatinya sendiri.
g. Taubat, yaitu sebuah kebijakan Allah untuk menerima kembali
hamba-Nya yang telah menjauhkan diri dari-Nya dan
menginginkan untuk kembali ke jalan yang benar setelah
melakukan kesalahan-kesalahan.

2. Hubungan manusia dengan Rasulullah SAW


Akhlak terhadap Rasulullah Saw adalah cara kita berinteraksi
secara tidak langsung kepada Rasulullah Saw. yang meliputi tata kita
bersikap kepada beliau dan segala sesuatau yang dibawahnya. Contoh
akhlak kepada Rasulullah diantaranya dengan mencintai dan
memuliakannya. Mengikuti dan mematuhi Rasulullah berarti
mengikuti segala aturan yang dibawa oleh Rasulullah yang
terlembagakan dalam Al-Quran dan Sunnah dan merupakan dua
warisan yang ditinggalkan Rasulullah untuk umat manusia sebagai
pedoman hidup menuju kebahagiaan dunia dan akhirat.

10
3. Hubungan manusia dengan dirinya
Perilaku seseorang akan mencerminkan akhlak yang baik manakala
selalu dilandasi dengan nilai-nilai yang secara universal sudah
diterima baik dalam pandangan manusia maupun pandangan Allah
Swt. Nilai-nilai diantaranya;
a. Shidiq, artinya benar atau jujur. Seorang muslim ditutut selalu
berada dalam keadaan benar lahir batin , benar hati, benar
perkataan, dan benar perbuatan yang harus ditegakkan kepada
siapa saja.
b. Amanah, artinya dipercaya. Sifat amanah lahir dari kekuatan
iman. Semakin menipis keimanan seseorang semakin pudar pula
sifat amanah yang dimilikinya. Amanah dalam arti sempit yaitu
memelihara titipan dan mengembalikannya kepada pemiliknya
dalambentuk semula. Sedangkan amanah dalam arti luas yaitu
menyimpan rahasia orang, menjaga kehormatan orang lain,
menjaga dirinya sendiri, menuanaikan tugas-tugas yang diberikan
kepadanya dan yang paling penting adalah menjalakan segala
tugas yang diberikan oleh Allah Swt.
c. Istiqamah, yatiu sikap teguh dalam mempertahankan keimanan
dan keislaman sekalipun menghadapai berbagai tangtangan dan
godaan.
d. Iffah, yaitu memelihara kehormatan diri dari segala hal yang akan
merendahkan, merusak dan menjatuhkannya. Untuk menjaga
kehormatan diri tersebut, setiaporang haruslah menjauhkan diri
dari perkataan dan perbuatan yang dilarang oleh Allah Swt.
e. Tawadhu, artinya rendah hati. Sikap tawadhu akan akan
melahirkan kesadaran bahwa apa yang dimiliki, baik bentuk fisik,
ilmu pengetahuan, harta kekayaan, maupun pangkat dan
kedudukan adlah karunia Allah Swt.
f. Malu, merupakan cirri yang sangat khas akhlak mulia dalam
pandangan islam. Seseorang yang tidak memiliki rasa malu

11
cenderung akan melakukan apa saja, tanpa memperdulikan akibat
buruknya, sekalipun akan menimpa dirnya sendiri maupun
menimpa kehidupan masyarakat.
g. Sabar, yatiu menahan diri dari segala sesuatu yang tidak disukai
karena mengharapkan ridha Allah. Seorang muslim dituntut
memilki sifat sabar dalam berbagai situasi, seperti sabar dalam
menerima cobaan, sabar dari keinginan hawa nafsu, sabar dalam
taat kepada Allah, sabar dalam berdakwa, sabar dalam perang dan
pergaulan.
h. Pemaaf, sikap suka memberi maaf terhadap kesalahan orang lain
tanpa harus menunggu orang yang bersalah meminta maaf kepada
dirinya.

4. Hubungan manusia dengan sesamanya


a. Akhlak terhadap Ibu Bapak
Akhlak kepada keluarag yaitu mengembangkan kasih sayang
diantara anggota keluarga yang diungkapkan dalam bentuk
komunikasi. Komunikasi dalam keluarga diungkapkan dalam
bentuk perhatian melaluim kata-kata, isyarat-isyrat maupun
perilaku.

Surat Al-Israa ayat 23-24






















Artinya: (23)Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu
jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik
pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. jika salah seorang di

12
antara keduanya atau Kedua-duanya sampai berumur lanjut
dalam pemeliharaanmu, Maka sekali-kali janganlah kamu
mengatakan kepada keduanya Perkataan "ah" dan janganlah
kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka
Perkataan yang mulia. (24) dan rendahkanlah dirimu terhadap
mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah:
"Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana
mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil".

b. Akhlak terhadap Keluarga


Akhlak kepada keluarag yaitu mengembangkan kasih saying
diantara anggota keluarga yang diungkapkan dalam bentuk
komunikasi. Komunikasi dalam keluarga diungkapkan dalam
bentuk perhatian melaluim kata-kata, isyarat-isyrat maupun
perilaku

c. Akhlak terhadap Masyarakat


Dalam kehidupan sehari-hari seorang muslim harus dapat
berhubungan baik dengan masyarakat yang lbeih luas, baik dalam
lingkungan pendidikan, kerja, sosial, dan lingkungan lainnya.
Surat Al-Baqaraah ayat 263











Artinya:Perkataan yang baik dan pemberian maaf lebih baik
dari sedekah yang diiringi dengan sesuatu yang menyakitkan
(perasaan si penerima). Allah Maha Kaya lagi Maha Penyantun.

Surat An-Nur ayat 27

13










Artinya:Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu
memasuki rumah yang bukan rumahmu sebelum meminta izin dan
memberi salam kepada penghuninya. yang demikian itu lebih baik
bagimu, agar kamu (selalu) ingat.

Surat Al-Baqaraah ayat 83






Artinya: Ucapkanlah kata-kata yang baik kepada manusia,...

5. Hubungan manusia dengan alam sekitar atau lingkungan hidupnya.


Yang dimaksud lingkungan di sini adalah segala sesuatu yang
berada di sekitar manusia, baik binatang, tumbuh-tumbuhan, maupun
benda-benda tak bernyawa. Pada dasarnya, akhlak yang diajarkan Al-
Quran terhadap lingkungan bersumber dari fungsi manusia sebagai
khalifah.
Kekhalifahan menuntut adanya interaksi antara manusia dengan
sesamanya dan manusia terhadap alam. Kekhalifahan mengandung
arti pengayoman, pemeliharaan, serta pembimbingan, agar setiap
makhluk mencapai tujuan penciptaannya. Dalam pandangan akhlak
Islam, seseorang tidak dibenarkan mengambil buah sebelum matang,
atau memetik bunga sebelum mekar, karena hal ini berarti tidak
memberi kesempatan kepada makhluk untuk mencapai tujuan
penciptaannya.
Ini berarti manusia dituntut untuk mampu menghormati proses-
proses yang sedang berjalan, dan terhadap semua proses yang sedang
terjadi. Yang demikian mengantarkan manusia bertanggung jawab,
sehingga ia tidak melakukan perusakan, bahkan dengan kata lain,

14
"Setiap perusakan terhadap lingkungan harus dinilai sebagai
perusakan pada diri manusia sendiri."

2.2 Proses Terbentuknya Akhlak

Niat
Hasil dari perdebatan batin yang
mempertimbangkan masukan
berupa ilham dan was-was.

Perilaku
Ekspresi niat dengan
kesadaran dan pemikiran,
biasanya masih ada rasa
keterpaksaan.

Kebiasaan
Setelah perilaku
dibiasakan maka
iamenjadi ringan untuk
dilakukan, tidak ada
rasa berat dalam
melakukan itu.

Akhlak
Jika kebiasaan itu diinternalisasikan lebih dalam maka akan
terbentuklah perbuatan yang muncul tanpa pemikiran dan
pertimbangan lagi. Pada level ini pelaku akan selalu merasakan
kenikmatan melakukan akhlak terkait.

Dari bagan di atas dapat dituliskan hal itu bermula dari sebuah wacana ke
dekontruksi menuju rekonstruksi, dari sebuah niat ia lakukan sehingga
menjadi sebuah prilaku, prilaku dilihat kuantitas masih lemah. Ketika
kuantitasnya dinaikkan maka hal itu akan menjadikan sebuah kebiasaan.
Walaupun kuantitas sudah baik namun secara kualitas belum. Maka ketika
kualitasnya dinaikkan hal itu menjadi sebuah akhlak. Patokan ia sudah
menjadi sebuah akhlak adalah ketika ia sudah merasa nikmat menjalankan
perintah Allah dan berat untuk meninggalkannya.
Pada proses pembentukan akhlak, tingkat kedua adalah perilaku. Perilaku
dalam dinamika perbuatan Al-Ghazali merupakan ekspresi niat dengan
kesadaran dan pemikiran. Dalam perilaku biasanya masih ada unsur
keterpaksaan. Dari niat yang kuat akan terbentuk suatu perilaku. Perilaku

15
dibentuk oleh niat dengan kesadaran dan pemikiran. Disini peran akal
manusia berkembang. Dan menentukan perilaku yang akan ditampilkan. Bila
niat yang ada di dalam diri kita lemah, maka perilaku yang kita tampak
penuh keterpaksaan. Karena tidak adanya keselarasan. Namun sebaliknya
jika niat kita tinggi dan batin kita pun menerimanya, maka prilaku yang akan
ditampilkan akan menjadi penuh ketulusan.
Proses pembentukan akhlak selanjutnya adalah kebiasaan. Kebiasaan
terbentuk karena adanya prilaku yang terus-menerus berulang atau
dibiasakan, sehingga telah menjadi rutinitas sehari-hari. Seseorang yang telah
terbiasa dalam melakukan sesuatu hal, maka dalam mengerjakan sesuatu hal
tersebut tidak akan merasa berat atau terbebani. Contohnya kebiasaan bangun
pagi di hari minggu untuk berolah raga.
Yang terakhir adalah pembentukan akhlak. Niat, perilaku dan kebiasaan
yang kita lakukan itu akan membentuk akhlak kita. Menurut Imam Al-
Ghazali Akhlak adalah suatu sikap yang mengakar dalam jiwa yang darinya
lahir berbagai perbuatan dengan mudah dan gampang, tanpa perlu kepada
pikiran dan pertimbangan. Akhlak terbentuk jika kebiasaan itu
diinternalisasikan lebih dalam maka akan terbentuklah perbuatan yang
muncul tanpa pamikiran dan pertimbangan lagi.
Akhlak terbentuk diawali dengan niat. Sudah diketahui bahwa niat
bermula dari ide, yang kemudian menguat menjadi sebuah Azam (tekad kuat)
hingga ia menjadi niat.
Oleh karena itu, Akhlak seseorang itu bisa saja baik atau buruk. Hal
tersebut tergantung pada niat seseorang dan proses-proses jalannya niat
kepada prilaku, kebiasaan, dan menuju kepada akhlak.
2.3 Tujuan dan Manfaat Mempelajari Akhlak
Adapun tujuan mempelajari akhlak adalah sebagai berikut:
1. Menghindari pemisahan antara akhlak dan ibadah. Atau menghindari
pemisahan agama dengan dunia (sekulerisme).
2. Tujuan mempelajari ilmu akhlak dan permasalahannya yang menyebabkan
kita dapat menetapkan sebagian perbuatan yang lainnya sebagai yang baik
dan sebagian perbuatan lainnya sebagai yang buruk.

16
3. Membersihkan qalbu dari kotoran-kotoran hawa nafsu dan marahsehingga
hati menjadi suci bersih, bagaikan cermin yang dapat menerima NUR
cahaya Tuhan.
4. Untuk memberikan pedoman atau penerangan bagi manusia dalam
mengetahui perbuatan yang baik atau yang buruk. Terhadap perbuatan
yang baik ia beruasaha melakukannya, dan terhadap yang buruk ia
berusaha untuk menghindarinya.
Sedangakan manfaat mempelajari akhlak adalah:
1. Seseorang yang mempelajari ilmu ini akan memiliki pengetahuan tentang
kriteria perbuatan baik dan buruk, dan selanjutnya ia akan banyak
mengetahui perbuatan yang baik dan perbuatan yang buruk.
2. Ilmua akhlak atau akhlak yang mulia juga berguna dalam mengarahkan
dan mewarnai berbagai aktivitas kehidupan manusia disegala bidang.
3. Demikian juga dengan mengetahui akhlak yang buruk serta bahaya-bahaya
yang akan ditimbulkan darinya, menyebabkan orang enggan untuk
melakukannya dan berusaha menjauhinya.

2.4. LANDASAN DAN KEDUDUKAN AKHLAK


2.4.1. Landasan Akhlak
Dasar atau alat pengukur yang menytakan bahwa sifat seseorang
tersebut baik atau buruk adalah All-Quran dan As-Sunnah.
Pendekatan Al-Quran dalam menerangkan akhlak yang mulia, bukan
pendekatan teroretikal, melainkan dalam bentuk konseptual dan
penghayatan.
Pribadi Rasulullah SAW adalah contoh yang paling tepat untuk
dijadikan teladan dalam membentuk pribadi yang akhlakul karimah.
Firman Allah SWT : Al- ahzab : 21








Artinya :
Sungguh telah ada pada diri Rasulullah itu suri tauladan yang baik
bagimu (teladan) bagi orang yang mengharap (rohmat) Allah dan
(kedatangan) hari kiamt dan yang banyak mengingat Allah.

2.4.2. Kedudukan Akhlak

17
Dalam Islam, akhlak memiliki posisi yang sangat penting, yaitu
sebagai salah satu rukun agama islam. Akhlak memberikan peran
penting bagi kehidupan, baik bersifat individual maupun kolektif.
Diantara hadist yang menekankan pentingnya akhlak adalah sabda
Rasulullah SAW :
( )
Artinya :
Mukmin yang paling sempurna keimanannya adalah orang yang
paling bagus akhlaknya.

18
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Akhlak adalah tingkah laku manusia yang di tinjau dari segi baik dan
buruknya, apa yang harus dilakukan dan bagaimana cara melakukan
sesuatu untuk diri sendiri dan orang lain dalam mencapai tujuan.Terdapat
banyak pendapat tentang akhlak salah satunya adalah menurut Imam Al-
Ghazali, beliau mendefinisikan akhlah adalah suatu ibarat dari dorongan
jiwa yang secara otomatis, menimbulkan perbuatan dengan mudah dah
gampang tanpa membutuhkan pikiran dan usaha. Dalam akhlak terdapat
objek persoalan akhlak yang meliputi hubungan manusia dengan Allah
SWT, hubungan manusia dengan Rasullulah SAW, hubungan manusia
dengam dirinya, hubungan manusia dengan sesamanya, serta hubungan
manusia dengan alam sekitar atau lingkungan hidupnya.
Proses pembentukan akhlak dimulai dengan niat, yaitu hasil
perdebatan batin yang mempertimbangkan masukan berupa ilham dan
was-was, yang menghasilkan perilaku. Perilaku merupakan ekspresi niat
dengan kesadaran dan pemikiran, biasanya masih ada rasa keterpaksaan.
Selanjutanya yaitu kebiasaan. Setelah perilaku dibiasakan maka ia menjadi
ringan untuk dilakukan, tidak ada rasa berat dalam melakukan itu. Jika
kebiasaan itu diinternalisasikan lebih dalam maka akan terbentuklah
perbuatan yang muncul tanpa pemikiran dan pertimbangan lagi. Pada level
ini pelaku akan selalu merasakan kenikmatan melakukan akhlak terkait.
Adapun tujuan dalam mempelajari akhlak salah satunya adalah
membersihkan qalbu dari kotoran-kotoran hawa nafsu dan marah sehingga
hati menjadi suci bersih, bagaikan cermin yang dapat menerima nur
cahaya Tuhan. Sedangkan manfaat mempelajari akhlak salah satu
manfaatnya adalah dapat mengetahui criteria perbuatan baik dan buruk,
selanjutnya ia akan banyak mengetahui perbuatan yang baik dan perbuatan
yang buruk.

19
20
Topik 1:
STANDAR DAN RENTANG NILAI AKHLAK

Standar Nilai Akhlak: tiga hal yg menjadi standar nilai Akhlak


- Hati Nurani
- Konsensus Masyarakat
- Petunjuk Tuhan

Rentang Nilai Akhlak: Akhlak Terpuji dan Tercela


- Antara Jujur dan dusta
- Antara Cerdas dan Bodoh
- Antara Tangguh dan Rapuh
- Antara Peduli dan Masa bodoh
- Antara kemandirian dan ketergantungan
- Antara Kerja sama tim dan individual
- Antara Tanggung jawab dan cuci tangan
- Antara Visioner dan sesaat

Oleh :

Anggun Pertiwi (1132050006)


Annisa Nurul Aeni (1132050007)

21
A. Tujuan
Setelah membahas materi standar dan rentang nilai akhlak
ini secara mendalam, sangat diharapkan mahasiswa dapat:
1. Menjelaskan standar nilai akhlak, aspek hati nurani,
2. Menjelaskan standar nilai akhlak, aspek konsensus
masyarakat
3. Menjelaskan standar nilai akhlak, aspek petunjuk Tuhan
4. Menjelaskan relevansi aspek hati nurani, konsensus masy,
petunjuk Tuhan.
5. Menjelaskan rentang nilai akhlak mengenai jujur dan dusta
6. Menjelaskan rentang nilai akhlak mengenai cerdas dan
bodoh
7. Menjelaskan rentang nilai akhlak mengenai tangguh dan
rapuh
8. Menjelaskan rentang nilai akhlak mengenai peduli dan
masa bodoh
9. Menjelaskan rentang nilai akhlak mengenai kerja sama tim
dan individual
10. Menjelaskan rentang nilai akhlak mengenai tanggung jawab
dan cuci tangan

B. Uraian Materi
1. Standar Nilai Akhlak
Standar nilai akhlak berarti ...
a. Hati
1) Hati Nurani
Pengertian Hati Nurani
Hati atau sukma terjemahan dari kata bahasa Arab qalb.
Sebenarnya terjemahan yang tepat dari qalb adalah jantung, bukan hati
atau sukma. Tetapi, dalam pembahasan ini kita memakai kata hati
sebagaimana yang sudah biasa. Hati adalah segumpal daging yang
berbentuk bulat panjang dan terletak di dada sebelah kiri. Hati dalam
pengertian ini bukanlah objek kajian kita di sini, karena hal itu termasuk
bidang kedokteran yang cakupannya bisa lebih luas, misalnya hati
binatang, bahkan bangkainya.

22
Adapun yang dimaksud hati di sini adalah hati dalam arti yang
halus, hati-nurani daya pikir jiwa (daya nafs nathiqah) yang ada pada hati,
di rongga dada. Dan daya berfikir itulah yang disebut dengan rasa (dzauq),
yang memperoleh sumber pengetahuan hati (ma'rifat qalbiyah). Dalam
kaitan ini Allah berfirman, "Mereka mempunyai hati, tetapi tidak
dipergunakan memahaminya." (QS Al-A'raaf: 179).
Hati nurani dalam bahasa arab disebut dlamir atau wijdan sedang
dalam bahasa inggris disebut dengan conscience. Hati nurani adalah suatu
kekuatan dalam hati seseorang yang selalu memberikan penilaian benar
dan salahnya atau baik dan buruknya atau perbuatan yang akan di lakukan.
Dalam bahasa sufi nurani disebut sebagai kalbu. Kalbu atau hati
dikatakan nurani karena hati adalah modal awal yang diberikan Allah
kepada manusia sejak zaman azali, awal penciptaan, dan salah satu
fungsinya adalah agar manusia mampu menggunakan sumber kecerdasan
hati nurani tersebut sebagai penerang dalam menjalani kehidupan. Dan
jiwa serta penyempurnaannya (ciptaannya), maka Allah mengilhamkan
kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya, sesungguhnya
beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu, dan sesungguhnya
merugilah orang yang mengotorinya (QS. Asy-Syams: 7-10).
Istilah hati nurani, atau kata hati, atau disebut juga suara hati. Suara
hati adalah kekuatan hati yang cenderung pada kebaikan. Hati nurani atau
intuisi merupakan tempat dimana manusia dapat memperoleh saluran
ilham dari Tuhan. Hati nurani ini diyakini selalu cenderung kepada
kebaikan dan tidak suka kepada keburukan. Atas dasar inilah muncul
aliran atau paham intuisisme, yaitu paham yang mengatakan bahwa
perbuatan yang baik adalah perbuatan yang sesuai dengan kata hati,
sedangkan perbuatan yang buruk adalah perbuatan yang tidak sejalan
dengan kata hati atau hati nurani.
Hati nurani erat kaitannya dengan tanggung jawab yang ada dalam
diri manusia karena seseorang baru dapat disebut bertanggung jawab

23
apabila secara intuisi perbuatannya itu dapat dipertanggungjawabkan pada
hati nurani dan kepada masyarakat pada umumnya.
Karena sifatnya yang demikian itu, maka hati nurani harus menjadi
salah satu dasar pertimbangan dalam melaksanakan kebebasan yang ada
dalam diri manusia, yaitu kebebasan yang tidak menyalahi atau
membelenggu hati nuraninya, karena kebebasan yang demikian itu pada
hakikatnya adalah kebebasan yang merugikan secara moral.
Selain itu, kebebasan dan tanggung jawab juga memiliki hubungan
dengan hati nurani dalam akhlak manusia. Karena masalah kebebasan,
tanggung jawab dan hati nurani adalah factor dominan yang menentukan
suatu perbuatan dapat dikatakan sebagai perbuatan akhlaki. Disini terdapat
hubungan fungsional antara kebebasan, tanggung jawab dan hati nurani
dengan akhlak.
Kemutlakan Hati Nurani :
a. Tuntunan mutlak, tidak dapat di tawar-tawar
b. Memerintahkan tanpa syarat
c. Mengikuti hati nurani merupakan hak dasar bagi setiap orang
d. Hati nurani adalah norma terakhir bagi perbuatan-perbuatan kita
e. Hati nurani bisa keliru
f. Tuntutannya mutlak tapi belum tentu benar (bisa benar bisa salah)
Suara hati ini bisa bertumbuh dengan baik bila disirami dengan didikan
yang baik dan sebaliknya bisa mati jika diracuni dengan didikan yang buruk.
Suara hati ini beberapa tingkatan, yaitu:

Melakukan kewajiban karena merasa takut kepada manusia.


Melakukan kewajiban karena merasa ada undang-undang, mau
sendirian ataupun dihadapan orang banyak.
Melakukan kewajiban karena merasa seharusnya mengikuti apa
yang dipandang benar oleh dirinya, meskipun hal itu berbeda
dengan pendapat orang, atau mungkinj juga menyalahi dengan
aturan yang terkenal diantara mereka. Tingkatan ini merupakan
suara hati tingkat tinggi. Ia memerintahkan dirinya untuk
mengikuti apa yang menjadi pendapatnya, mengikuti apa yang
diyakininya, walaupun karenanya segala resiko harus dihadapi.
Bentuk Hati Nurani

24
Dapat di bedakan menjadi dua yaitu hati nurani retrospektif dan
prospektif
a. Hati nurani retrospektif
Yaitu hati nurani yang memberikan penilaian perbuatan-perbuatan
yang telah berlangsung di masa lampau, hati nurani dalam arti
retrospektif menuduh atau mencela bila perbuatanya jelek dan menuju
atau memberi rasa puas, bila perbuatanya di anggap baik. Jadi hati
nurani ini merupakan semacam instansi ke hakiman dalam batin kita
tentang perbuatan yang telah berlangsung.
b. Hati nurani prospektif
Yaitu hati nurani yang melihat ke masa depan dan menilai
perbuatan-perbuatan kita yang akan datang. Hati nurani dalam arti ini
mengajak kita untuk melakukan sesuatu atau seperti barang kali lebih
banyak terjadi mengatakan jangan dan melarang untuk melakukan
sesuatu . Dalam hati nurani ini sebenarnya terkadang semacam
ramalan ia mengatakan, hati nurani pasti akan menghukum kita, andai
kata kita melakukan perbuatan itu. Dalam arti ini hati nurani prospektif
menunjuk kepada hati nurani retrospektif yang akan datang jika
perbuatan menjadi kenyataan.
Sifat Hati Nurani
Hati nurani bersifat personal dan adi personal
Bersifat personal
Artinya, selalu berkaitan erat dengan pribadi bersangkutan. Norma-
norma dan cita yang saya terima dalam hidup sahari-hari dan
seolah-olah melekat pada pribadi saya, akan tampak juga dalam
ucapan-ucapan hati nurani saya. Seperti kita katakan bahwa tidak
ada dua manusia yang sama, begitu pula tidak ada hati nurani yang
bersifat sama.
Ada alasan lain lagi untuk mengatakan bahwa hati nurani bersifat
personal yaitu hati nurani hanya memberi penilaianya tentang
perbuatan saya sendiri, maksudnya hati nurani tidak memberikan
penilaianya tentang perbuatan orang lain. Saya hanya

25
memperhatikan norma-norma dan cita-cita yang juga di ikuti hati
nurani saya
Bersifat Adi personal
Selain bersifat pribadi hati nurani juga seolah-olah melebihi pribadi
kita, seolah-olah merupakan instansi di atas kita. Aspek hati
nuraniberarti hati yang diterangi (nur cahaya) .hati nurani seolah-
olah ada cahaya dari sinar yang menerangi budi dan hati kita.aspek
yang sama tampak juga dalam nama-nama lain untuk menunjukan
hati nurani suara hati,kata hati,suara batin. aspek ini sangat
mangesankan hingga terungkap banyak nama,tarhadap hati
nuran ,kita seakan - akan menjadi pendengar kita seakan-akan
membuka diri terhadap suara yang datang dari luar. Hati nurani
mempunyai satu aspek teransenden artinya melebihi pribadi kita.
Aspek adi personal, orang beragama kerap kali mengatakan bahwa
hati nurani adalah suara tuhan atau bahwa tuhan berbicara melalui
hati nurani, sehingga bagi orang beragama hati nurani memiliki
suatu dimensi religious.

Fungsi hati nurani


Fungsi hati nurani yaitu sebagai pegangan, pedoman, atau norma.
Hati nurani berfungsi sebagai pegangan atau praturan-peraturan konkret di
dalam kehidupan sehari-hari dan menyadarkan manusia akan nilai dan
harga dirinya.
Sikap kita terhadap hati nurani adalah menghormati setiap suara
hati yang keluar dari hati nurani kita.Mendengarkan dengan cermat dan
teliti setiap bisikan hati nurani. Mempertimbangkan secara masak dan
dengan pikiran sehat apa yang dikatakan hati nurani. Melaksanakan apa
yang disuruh hati nurani.
Pentingnya pembinaan hati nurani
Tujuan pokok pembinaan hati nurani adalah hati nurani yang
secara subyektif dan benar. Denga hati nurani yang baik dan benar,
seseorang akan selalu terdorong untuk bertiandak melakukan kehendak

26
Tuhan dan menuruti norma-norma moral obyektif. Pembinaan hati nurani
tidak hanya bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan seseoang tentang
kebenaran dan nilai-nilai, ataupun kemapuan untuk memecahkan dilema
moral, tetapi juga harus memasukkan ke dalamnya pembinaan karakter
moral seseoarang secara lebih penuh. Pembinaan hati nurani merupakan
upaya yang hakiki agar manusia lebih mampu hidup dan bertindak sesuai
dengan bisikan hati hati nurani yang bisa dipertanggungjawabkan secara
moral. Melalui pembinaan hati nurani, manusia diharapkan bisa terhindar
dari kesesatan dalam pengambilan keputusan dan tindakan.
Ciri khas hati nurani
Ciri khas dari suara hati nurani adalah ia tidak dapat ditawar dan
hanya sepintas keluarnya dengan atau tanpa disadari, ini berlaku mutlak.
Mutlak di sini mempunyai arti ia tidak dapat ditawar melalui
pertimbangan-pertimbangan dalam bentuk apapun. Hal itu disebkan
karena suara hati nurani merupakan suara dari Maha Mutlak.
Tempat berkumpulnya bagi mereka yang hatinya bersih dan tak bernoda
dan tempat mengingat Tuhan itulah Hati Nurani. Suara hati adalah suara
halus yang murni datang langsung dari kesadaran sang Hidup yang ada
dalam diri kita yang paling dalam yang bersih dan jujur, tanpa adanya
pertimbangan dalam memberikan jawaban. Suara hati ini tidak akan keluar
jika hati nurani.
Teks suci
Hati nurani merupakan karunia Allah SWT yang sangat mahal dan
terpenting dalam jiwa manusia. Dan, ia tidak akan terlepas dari
pertanggungjawaban di akhirat kelak. ''Sesungguhnya pendengaran,
penglihatan, dan hati, semuanya itu akan dimintai pertanggung
jawabannya.'' (QS Al-Isra' [17]: 36).
''Ketahuilah bahwa dalam jasad ada segumpal daging, apabila
segumpal daging itu baik, maka akan menjadi baik semuanya, dan apabila
segumpal daging itu jelek, maka akan jeleklah semuanya. Ketahuilah
bahwa segumpal daging itu adalah hati.'' (HR Bukhari dan Muslim).

27
Hati nurani adalah amanah yang wajib dijaga, sebagaimana amanah
untuk menjaga mata, telinga, mulut, kaki, tangan dari perbuatan dosa dan
maksiat. Bila seseorang melakukan perbuatan dosa dan maksiat, pada
dasarnya ia telah menorehkan setitik noda hitam pada hatinya
Contoh :
Ketika ada orang miskin yang mendapat barang dijalan,Ia yakin bahwa
tidak ada yang melihatnya kecuali tuhan nya dan kekuasaan undang-
undang negeri tidak akan mengenainya,maka hati nurani nya pun
menyuruh untuk berbuat baik kemudian ia kembalikan barang tersebut
kepada pemiliknya atau pusat kepolisian.
2) Hati zulmani
Hati atau sukma dzulmani selalu mempunyai keterkaitan dengan
nafs atau jiwa nabati dan hewani. Itulah sebabnya ia selalu menggoda
manusia untuk mengikuti hawa nafsunya. Kesempurnaan manusia (nafs
nathiqah), tergantung pada kemampuan hati-nurani dalam pengendalian
dan pengontrolan hati dzulmani.
Apabila kecerdasan hati nurani hilang dalam diri seseorang, maka
kecerdasan tersebut berubah menjadi kecerdasan hati zulmani.
Karakteristik dari kecerdasan hati zulmani adalah jika ia berbuat jahat, ia
tidak merasa bebuat jahat, dan ia biasanya selalu mampu mencari solusi
untuk membenarkan perbuatan jahat/buruknya itu, sehingga terlihat seprti
baik. Maka apakah orang yang dijadikan setan menganggap baik
pekerjaannya yang buruk lalu dia meyakini pekerjaan itu baik (sama
dengan orang yang tidak ditipu oleh setan) Maka sesungguhnya Allah
menyesatkan siapa yang dikehendaki-Nya dan menunjuki siapa yang Dia
kehendaki-Nya, maka janganlah dirimu binasa karena bersedih terhadap
mereka. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka kerjakan
(QS. Faathir: 8)
Kalau kita perhatikan dalam kehidupan sehari-hari maka akan kita
temui orang-orang yang mempunyai kecerdasan hati zulmani tersebut,
biasanya mereka ini tidak mengindahkan hukum-hukum Allah, mereka

28
yang mempunyai kecerdasan hati zulmani cenderung menuhankan
keinginannya sendiri tanpa mengindahkan hukum Allah dan kepentingan
manusia. Dan orang-orang yang kafir/ingkar pelindung-pelindungnya
adalah setan, yang mengeluarkan mereka dari cahaya kepada kegelapan.
Dan mereka itulah penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya (QS.Al-
Baqarah: 257).
Orang-orang yang mempunyai kecerdasan zulmani telah
mengabaikan dan mengingkari himbauan dan peringatan Allah. Jika
manusia ingin berusaha menjadi makhluk yang lebih baik dan sungguh-
sungguh bertaubat maka Allah akan mengeluarkan seseorang dari
kecerdasan hati zulmani kepada kecerdasan hati nurani/cahaya. Allah
pelindung orang-orang yang beriman. Dia mengeluarkan mereka dari
kegelapan (zhulumat) kepada cahaya (nur) (QS. Al-baqarah: 257). Agar
terhindar dari hati zulmani hendaklah kita banyak membaca Al-Quran,
salat malam, mendalami ilmu agama/berkumpul dengan orang soleh,
sering puasa dan banyak berzikir kepada Allah. Ingatlah hanya dengan
mengingat Allah hati menjadi tenang. (QS. Ar-Radu: 28).

c. Konsensus Masyarakat
Dalam setiap kondisi, manusia itu terpengaruh oleh tradisi
golongan tertentu karena ia hidup di dalam lingkungan mereka. Ia
melihat, mendengar bahwa mereka melakukan suatu perbuatan dan
menjauhi perbuatan lainnya, sehingga ia mengikuti kebanyakan perbuatan
yang mereka lakukan.
Paham tradisionalis, memandang bahwa yang menjadi ukuran
kebaikan itu adalah tradisi, yaitu adat kebiasaan yang dimiliki oleh suatu
masyarakat dan sudah ada sejak lama, dianggap sebagai suatu kebenaran
dan dilanjutkan secara turun temurun.
Sedangkan menurut pahan Hedonis berpandangan bahwa ukuran kebaikan
itu adalah bahagia. Perbuatan yang mengandung kelezatan itulah yang
baik yang harus dicari secara maksimal. Paham ini ada dua, yaitu:

29
1. Egoistik hedonis, mereka mencari kelezatan sebesar-besarnya
untukdirinya
2. Universalistik hedonis, memandang bahwa kebaikan itu terdapat pada
kebahagian sesama manusia.
a. Norma Tertulis
Setiap Negara pasti memiliki peraturan-peraturan yang mengatur
kehidupan masyarakatnya agar senantiasa mematuhi rambu-rambu
peraturan yang berlaku dan dapat hidup harmonis dalam kehidupannya
sehari-hari. Maka dari itu dibuat lah norma tertulis yang meliputi
undang-undang, kode etik dan tata tertib dalam lingkungan
masyarakat. Pembahasan kali ini meliputi undang-undang, kode etik
dan tata tertib mengenai akhlak. Sebelumnya, harus kita pahami
pengertian undang-undang, kode etik dan tata tertib.
Menurut UU No. 10 tahun 2004 yang dimaksud dengan UU adalah
peraturan perundang-undnagan yang dibentuk oleh DPR dengan
persetujuan bersama Presiden (pasal 1 angka 3). Undang-undang
mempunyai kekuatan mengikat sejak diundangkannya di dalam
lembaran Negara. Undang-undang mempunyai persayaratan untuk
dapat berlaku. Ada tiga syarat kekuatan berlakunya undang-undang
yaitu : kekuatan berlaku yuidis, sosiologis dan filosofis.
Contoh undang-undang yang meilputi akhlak adalah undang-
undang mengenai pencurian seperti diterangakn dalam kitab undang-
undang bab XXII tentang pencurian pasal 362 menyebutkan bahwa :
barang siapa mengambil barang sesuatu, yang seluruhnya atau
sebagian kepunyaan orang lain, dengan maksud untuk dimiliki secara
melawan hokum, diancam karena pencurian, dengan pidana penjara
paling lama lima tahun atau pidana denda paling banyak sembilan ratu
ribu rupiah.
Atau undang-undang nomor 31 tahun 1999 mengenai
pemberantasan tindak pidana korupsi pasal 2 ayat 1 menyebutkan
bahwa setiap orang yang secara melawan hokum melakukan perbuatan
memperkaya diri sendiri atau orang lain yang suatu korporasi yang

30
dapat merugikan keuangan Negara atau perekonomian Negara,
dipidana dengan pidana penjara seumur hidup atau pidana penjaran
paling singkat 4 (empat) tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun
dan denda paling sedikit Rp. 200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah)
dan paling banyak Rp.1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).
Undang-undang mengenai pencurian dan korupsi adalah salah satu
undang-undang yang terdapat di Indonesia yang mencegah kita untuk
melakukan hal-hal buruk yang menyebabkan kita memiliki akhlak
tercela. Masih banyak undang-undang yang melarang kita melakukan
akhlak tercela seperti undang-undang pembunuhan, pencemaran nama
baik, pelecehan seksual, plagiat dan lain sebagainya di Indonesia.
Setelah undang-undang, terdapat pula norma tertulis yang berupa
kode etik. Kode etik adalah suatu sistem norma, nilai dan juga aturan
professional tertulis yang secara tegas menyatakan apa yang benar dan
baik, dan apa yang tidak benar dan tidak baik bagi professional.
Tujuannya agar professional memberikan jasa yang sebaik-baiknya
kepada para nasabahnya. Dengan adanya kode etik akan melindungi
perbuatan dari yang tidak professional.
Contohnya adalah kode etik guru dan dosen. Menilik
Permendiknas No. 16 tahun 2007 tentang standar kualifikasi akademik
dan kompetensi guru, berkaitan dengan kompetensi guru pada poin
kepribadan bahwa guru harus menjunjung tinggi kode etik profesi
guru. Kode etik guru adalah norma atau asas yang disepakati dan
diterima guru dan bertujuan untuk menempatkan guru sebagai profesi
terhormat, mulia dan bermartabat yang dilindungi undang-undang.
Adapun kode etik guru dan dosen adalah sebagai berikut:
1. Kewajiban beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
2. Menjunjung tinggi hokum dan peraturan yang berlaku
3. Mematuhi norma dan etika susila
4. Menghormati kebebasan akademik
5. Melaksanakan tridarma perguruan tinggi
6. Menghormati kebebasan mimbar akademik
7. Mengikuti perkembangan ilmu

31
8. Mengembangkan sikap objektif dan universal
9. Mengahrgai hasil karya orang lain
10. Menciptakna kehidupan sekolah atau kampus yang kondusif
11. Mengutamakan tugas dari kepentingan lain
12. Pelanggaran kode etik guru dan dosen dapat dikenai sanksi
akademik, administrasi dan moral.
Itu adalah salah satu contoh kode etik yang ada di Indonesia dan
merupakan salah satu cara agar akhlak para professional terjaga dan
mengemban amanah dengan baik. Sedangkan tata tertib adalah
peraturan yang harus ditaati atau dilaksanakan, bila tidak dilaksanakan
akan mendapatkan sanksi atau punishment.
Misalnya tata tertib berpakaian yang ada di Fakultas Tarbiyah dan
Keguruan UIN Sunan Gunung Djati Bandung untuk mahasiswanya
harus memakai kemeja dan tidak boleh memakai celana jeans
berpakaian rapid dan harus memakai sepatu. Dan bagi mahasiswi harus
mengenakan jilbab, memakai rok atau baju muslimah, dan harus
memakai sepatu.
Tentunya, setiap tata tertib memiliki manfaatnnya, disini manfaat
yang dirasakan mahasiswa adalah mereka menjadi lebih disiplin dan
berpakaian formal agar terbiasa nanti ketika jadi guru. Ada pula tata
tertib sekolah yang mengatur cara berpakaian siswa, perilaku, jam
masuk belajar dan jam pulang kemudian tata tertib lain yang diadakan
pada suatu sekolah yang bertujuan agar menjadikan siswa siswinya
lebih disiplin dan memiliki akhlak yang baik.
b. Norma tidak tertulis
Norma tidak tertulis dapat berupa konvensi dan adat istiadat.
Konvensi adalah hukum dasar yang tidak tertulis. Konvensi ini
mempunyai sifat-sifat sebagai berikut :
- Merupakan kebiasaan yang berulang kali dan terpelihara dalam
praktek penyelenggarannya
- Tidak bertentangan dengan Undang-undang Dasar dan berjalan sejajar
- Diterima oleh seluruh rakyat

32
- Bersifat sebagai pelengkap, sehingga memungkinkan sebagai aturan-
aturan dasar yang tidak terdapat dalam Undang-undang Dasar.
Contoh konvensi dalam hukum tata Negara di Indonesia :
1. Pidato presiden setiap tanggal 16 Agustus (satu hari menjelang
peringatan Hari kemerdekaan RI)
2. Upacara Bendera Peringatan Hari Kemerdekaan RI 17 Agustus
3. Peletakan Posisi Photo Presiden dan Wakil Presiden di Kantor-
kantor pemerintahan.
4. Pemberian grasi , amnestis , abolisi atau rehabilitasi pada hari
kemerdekaan , hari raya keagamaan secara serentak.
5. Setiap Sidang DPR dengan anggota baru maka dipilih menjadi ketua
sementara dan wakil ketua sementara sebelum terpilihnya Ketua dan
wakil ketua MPR/DPR dengan memperhatikan umur anggota yang
tertua dan yang termuda
6. Setiap pergantian periode kepemimpinan maka kabinet juga akan
ikut berganti, bahkan presiden sama sekalipun.
7. Program 100 hari kerja kabinet baru.
8. Menyambut tamu negara/daerah juga yang paling sering menyajikan
tari-tarian
9. Acara menyerahkan cinderamata dengan tamu negara.
10. Tata Cara Pemilihan Menteri Kabinet oleh Presiden Terpilih.
Kaitannya dengan akhlak bahwa segala sesuatu harus ditempatkan
pada tempatnya, misalnya dalam pidato kepresidenan sekalipun harus
mematuhi peraturan yang berlaku, begitu pula dengan kehidupan kita
harus mematuhi norma yang berlaku di dalma masyarakat. Kemudian
setelah konvensi, terdapat adat istiadat atau tradisi.
Tradisi (Bahasa Latin: traditio, "diteruskan") atau kebiasaan, dalam
pengertian yang paling sederhana adalah sesuatu yang telah dilakukan
untuk sejak lama dan menjadi bagian dari kehidupan suatu kelompok
masyarakat, biasanya dari suatu negara, kebudayaan, waktu, atau
agama yang sama. Hal yang paling mendasar dari tradisi adalah adanya
informasi yang diteruskan dari generasi ke generasi baik tertulis
maupun (sering kali) lisan, karena tanpa adanya ini, suatu tradisi dapat
punah. Contohnya adalah tradisi menghormati orang yang lebih tua,
tradisi akikah untuk bayi laki-laki maupun perempuan, tradisi yang

33
bersifat baik dapat membawa dampak positif namun jika tradisi itu
menyimpang dari norma agama islam seharusnya tidak perlu diikuti.
c. Sumber norma
Norma adalah pedoman, ketentuan dan acuan yang menjadi
keharusan bagi para anggota masyarakat dan segala objek yang
menjadi milik masyarakat tersebut untuk mengikuti dan mematuhi
serta mengakui dan sekaligus memberi sanksi bagi yang tidak
mengikuti, mematuhi dan mengakui pedoman tersebut. Adapun fungsi
norma adalah :
- Memberikan batasan yang berupa perintah ataupun larangan dalam
bertindak dan berperilaku
- Memaksa individu untuk beradaptasi dan menyesuaikan diri dengan
norma norma yang ada dalam masyarakat dan menyerap nilai nilai
yang diharapkan
- Menjaga kebersamaan dan solidaritas antara anggota masyarakat
- Menjaga ketertiban dan keteraturan dalam Masyarakat
- Menjaga kelestarian lingkungan sekitar
Sumber norma bagi umat muslim tentunya adalah Al-quran,
karena Al-quran adalah pedoman hidup kita. Al-quran adalah perkataan
Allah swt dan didalamnya berisi norma-norma dalam kehidupan secara
jelas dan lengkap. Selain Al-quran terdapat pula hadis. Hadis adalah
perkataan atau perbuatan nabi yang dijadikan pedoman syariat islam. Di
dalam hadis terdapat pula hal-hal mengenai kehidupan didalam
masyarakat.
Misalnya, kita dapat mengetahui dan mencontoh hal-hal baik yang
telah dilakukan Nabi Muhammad saw, seperti puasa sunah senin kamis,
beramal saleh misalnya dengat berkurban dan berzakat. Hal-hal tersebut
dapat dijadikan sumber norma kita dalam kehidupan bermasyarakat.
Karena kita tinggal di Indonesia, sumber norma kita juga dapat meliputi
Undang-Undang Dasar, Pancasila, Peraturan Pemerintah, dan adat istiadat
dalam masyarakat.
d. Petunjuk Tuhan

34
Perbuatan yang baik itu adalah perbuatan yang sesuai dengan
petunjuk dari Tuhan, dan perbuatan yang tidak baik adalah perbuatan yang
menyalahi petunjuk-Nya itu. Penentuan baik dan buruk dalam kontek ini
adalah tingkat kesesuaian dengan petunjuk dalam alquran dan alsunah.
Sesuatu yang baik menurut ajaran islam koprehensif mengenai akhlak
terpuji, meliputi kebaikan yang bermamfaat bagi fisik, psikis, dan rohani
serta kesejahteraan dunia dan kebahagiaan di akhirat.
a. Firman Tuhan
Al-Quran menyuruh manusia menjadi bermartabat, rendah hati,
dapat dipercaya, baik budi, beriman, dewasa, dan mau mendengarkan. Al-
Quran bahkan menggambar-kan jalan yang seharusnya kita tempuh.
Beberapa ayat Al-quran tentang akhlak dan moralitas adalah :
Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia
(karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi
dengan angkuh. Sesungguhnya, Allah tidak me-nyukai orang-
orang yang sombong lagi membanggakan diri. (Luqman :18).
Dan sesungguhnya engkau (Muhammad) benar-benar
berakhlak yang agung. (Al Qalam: 4)
Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu jadi orang-
orang yang selalu menegakkan kebenaran karena Allah,
menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah sekali-kali
kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk
berlaku tidak adil. Berlaku adil lah, karena adil itu lebih dekat
kepada takwa. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya
Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. (Al Maidah:
8)

Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan


menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada
ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di
antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut
dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu

35
mengatakan kepada keduanya perkataan ah dan janganlah
kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka
perkataan yang mulia. (Al Isra: 23)
Hai orang-orang yang beriman, janganlah suatu kaum
mengolok-olok kaum yang lain (karena) boleh jadi mereka
(yang diolok-olokkan) lebih baik dari mereka yang mengolok-
olok, dan jangan pula wanita-wanita (mengolok-olok) wanita-
wanita lain (karena) boleh jadi wanita (yang diolok-olokkan)
lebih baik dari wanita (mengolok-olok). (Al-Hujurat:11)
Dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan
sombong. (Al-Isra: 37)
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengkhianati
Allah dan Rasul (Muhammad) dan (juga) janganlah kamu
mengkhianati amanat-amanat yang dipercayakan kepadamu,
sedang kamu mengetahui. (QS Al Anfaal 8 : 27)
b. Sabda Nabi
Hadis atau sabda nabi adalah perbuatan atau perkataan nabi yang
menjadi sumber norma kedua setelah Al-quan. Terdapat beberapa
hadis mengenai akhlak dan moralitas diantaranya :
Rasulullah SAW bersabda Sesungguhnya Allah tidak
menerima amal kecuali dilakukan dengan ikhlas dan
mengharapa ridha-Nya. Imam Syafii pernah memberi nasihat
kepada seorang temannya Wahai Abu Musa, jika engkau
berijtihad dengan sebenar-benar kesungguhan untuk membuat
seluruh manusia ridha (suka), maka itu tidak akan terjadi. Jika
demikian, maka ikhlaskan amalmu dan niatmu karena Allah
Azza wa Jalla.
Dalam hadist yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad bin
Hambal, sahabat Anas bin Malik berkata bahwa Rasulullah
tidak pernah berkhutbah untuk para sahabat kecuali beliau
bersabda : Tidak ada keimanan bagi orang yang tidak memiliki

36
amanah, dan tidak ada agama bagi orang yang tidak pandai
memeliharanya.
Akhlak yang diajarkan Rasulullah SAW terbagi dalam 4
macam:
1. Akhlak terhadap Allah SWT, bentuk akhlak terhadap Allah
tercermin pada suatu hal yang dicintai Allah. Contohnya : siwak
adalah menyucikan mulut dan membawa keridhoan Allah
(Sahih Bukhari) sungguh Nabi SAW melihat bekas ludah yang
mengering diarah kiblat, maka hal itu sangat membuat beliau
sedih, hingga terlihat bekas kesedihan pada wajah beliau SAW,
seraya berdiri dan membersihkannya dengan jarinya dan
bersabda: Jika diantara kalian berdiri untuk melakukan
shalatnya, sungguh ia sedang berbicara pada Tuhannya(Sahih
Bukhari) dsb.
2. Akhlak terhadap orang lain. Diantaranya seperti :
memuliakan tamu, memuliakan yang lebih tua, murah senyum,
memuliakan orang tua, menolong tanpa pamrih dalma hal
kebaikan dan lain sebagainya.
3. Akhlak pada diri sendiri, sebagai hamba Allah, manusia
diwajibkan untuk selalu bersikap tunduk dan patuh terhadap
Allah Swt. Kepatuhan dan ketaatan bukan dipaksa melainkan
datang dari kemauan hati, sesuai dangan dasar akal fikiran yang
telah dianugerahkan oleh Allah SWT dan Allah tidak menyukai
suatu yang berlebih-lebihan.
4. Akhlak pada lingkungan dalam kajian al-Quran dan Sunnah
Rasul bentuk aktualisasi akhlak terhadap lingkungan dibedakan
menjadi dua yaitu akhlak terhadap alam nyata dan akhlak
terhadap alam ghaib.
2. Rentang Nilai Akhlak
Nilai akhlak merentang dari perbuatan yang sangat terpuji hingga
perbuatan yang sangat tercela. Perbuatan sepertiperbuatan yang terpuji,
tercela, Nampak dan tersembunyi disebut juga dengan perbuatan etis.

37
Perbutan etis itu kebalikannya adalah perbuatan alami yang terjadi alamiah
atau tidak dibuat-dibuat.
Perbuatan manusia dibagi menjadi dua yaitu perbuatan yang alami
dan perbuatan ikhtiari. Perbuatan ikhtiari itu ada yang berharga yaitu
bersifat material dan ada yang bernilai yaitu bersifat non material. Perbuatan
yang bernilai itu disebut juga dengan perbuatan terpuji atau akhlak terpuji.
Akhlak terpuji adalah sifat-sifat terrpuji yang memikirkan serangkaian
perbuatan-perbuatan moderat (utama), yang berada di tengah antara kedua
ujung ekstrimnya. Sedangkan akhlak tercela, yaitu sifat-sifat tercela yang
memunculkan serangkaian perbuatan-pewrbuatan tercela secara
konsisten.Perbutan tercela itu adalah perbuatan yang memihak pada salah
satu titik ekstrim.
A. Akhlak Terpuji
Akhlak terpuji merupakan terjemahan dari ungkapan bahasa Arab
akhlaq mahmudah. Mahmudah merupakan bentuk maful dari kata hamida
yang berarti dipuji. Akhlak terpuji disebut pula dengan akhlaq karimah
(akhlak mulia) atau makarim al-akhlaq (akhlak mulia) atau al-akhlaq al-
munjiyat (akhlak yang menyelamatkan pelakunya). Berikut ini dijelaskan
beberapa pengertian akhlak terpuji :
1. Menurut Al-Ghazali, akhlak terpuji merupakan sumber
ketaatan dan kedekatan kepada Allah swt. Sehingga
mempelajari dan mengamalkannya merupakan kewajiban
individual setiap muslim.
2. Menurut Al-quzwaini, akhlak terpuji adalah ketepatanjiwa
dengan perilaku yang baik dan terpuji.
3. Menurut Al-Mawardi, akhlak terpuji adalah perangai yang baik
dan ucapan yang baik.
4. Menurut Ibnu Hazm, pangkal akhlak terpuji ada empat, yaitu
sdil, paham, keberanian dan kedermawanan.
5. Menurut Abu Dawud As-Sijistani (w. 275/889), akhlak terpuji
adalah perbuatan-perbuatan yang disenangi, sedangkan akhlak
tercela adalah perbuatan-perbuatan yang harus dihindari.
Macam-macam Akhlak Terpuji

38
a. Jujur
Jujur adalah salah satu sifat terpuji yaitu tidak mengada-ngada,
tidak menyembunyikan, mengatakan keadaan yang sebenarnya dan
tidak menambahkan atau melebihkan suatu fakta. Di antara ciri jujur
menurut Al-Muhasiby adalah mengharapkan keridaan Allah swt
semata dalam perbuatan, tidakmengharapkan imbalan dari makhluk
dan benar dalam ucapan. Apa yang dituturkan oleh Al-Muhasiby ini
sejalan dengan apa yang dikatakan oleh Al-Ghazali.
Ia menegaskan bahwa jujur yang sempurna adalah hendaklah
seseorang menghilangkan sifat riya dari dirinya, sehingga bagi dirinya
tidak ada perbedaan antara orang yang memuji dan mencelanya.
Sebab, ia tahu bahwa yang memberikan manfaat atau bahaya hanyalah
Allah swt semata, sementara makhluk tidak memberikan apa-apa.
Dasar perintah berlaku jujur adalah :
1. Firman Allah swt dalam surat At-Taubah 9: 119 yang artinya
wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah,
dan bersamalah dengan orang yang benar
2. Rasulullah saw bersadba : Sesungguhnya kebenaran itu
membawa pada kebaikan dan kebaikan itu membawa ke surge.
Seseorang yang membiasakan diri berkata benar tercatat di siis
Allah sebagai orang yang benar (HR. Muttafaq alaih)
3. Rasululah saw bersabda : Tinggalkanlah apa yang engkau
ragu-ragukan pada apa yang tidak engkau ragu-ragukan.
Sesungguhnya, kebenaran itu memebawa pada ketenangan dan
dusta itu menimbulkan keragu-raguan (HR. At-Tirmidzi)
Jika kejujuran telah membudaya dalam suatu masyarakat, akan
terlihat suatu kehidupan yang harmonis, man dan damai. Maka,
sudah seharusnya sebagai muslim kita bersikap jujur dalam
kehidupan kita.
b. Cerdas
Manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna
(Q.S. At-Tin: 5). Secara fisik, manusia memiliki struktur tubuh yang
sangat sempurna, ditambah lagi dengan pemberian akal, maka ia

39
adalah makhluk jasadiyah dan ruhaniyah. Akal yang dianugrahkan
kepada manusia memiliki tingkatan kecerdasan yang berbeda-beda.
Menurut Howard Gordner definisi kecerdasan sebagaimana
dikutip oleh Agus Efendi, adalah kemampuan untuk memecahkan atau
menciptakan sesuatu yang bernilai bagi budaya tertentu. Sedangkan
menurut Alfred binet dan Theodore Simon, kecerdasan terdiri dari
tiga komponen : (1) kemampuan mengarahkan pikiran dan atau
tindakan, (2) kemampuan mengubah arah tindakan jika tindakan
tersebut telah dilakukan, dan (3) kemampuan mengkritik diri sendiri.
Dalam literatur Islam ada beberapa kata yang apabila ditinjau
dari pengertian etimologi memiliki makna yang sama atau dekat
dengan kecerdasan, antara lain :
1. Al-fathanah atau al-fithnah, yang artinya cerdas, juga memiliki makna
sama denganal-fahm (paham) lawan dari al-ghabawah (bodoh).
2. Adz-dzaka yang berarti hiddah al-fuad wa surah al-fithnah (tajamnya
pemahaman hati dan cepat paham). Ibn Hilal al-Askari membedakan
antara al-fithnah dan adz-dzaka, bahwa adz-dzaka adalah tamam al-
fithnah (kecedasan yang sempurna).
3. Al-hadzaqah , di dalam kamus Lisan al-Arab, al-hadzaqah diberi
mana al-Maharah fi kull amal (mahir dalam segala pekerjaan).
4. An-Nubl dan an-Najabah, menurut Ibn Mandzur an-Nubl artinya sama
dengan adz-dzaka dan an-najabah yani cerdas.
5. An-Najabah, berarti cerdas.
6. Al-Kayyis, memiliki mana sama dengan al-aqil (cerdas).Rasulullah saw.
Mendefinisikan kecerdasan dengan menggunakan kata al-kayyis,
sebagaimana dalam hadits berikut :


- -
()

Dari Syaddad Ibn Aus, darr Rasulullah saw. Bersabda : orang yang
cerdas adalah orang yang merendahkan dirinya dan beramal untuk
persiapan sesudah mati (H.R. At-Tirmidzi).

40
Al-Mawardi dalam kitab Adab ad-Dunya wa ad-Ddin pada bab
pertama menjelaskan tentang keutamaan akal, bahwa segala yang mulia
memilki asas dan segala etika memiliki sumber, asas bagi segala
kemuliaan dan sumber bagi segala etika adalah akal. Lebih lanjut Al-
Mawardi menyimpulkan definisi akal yaitu pengetahuan tentang hal-hal
yang diketahui secara langsung.
Agus Efendi menyimpulkan dari beberapa pendapat ahli, ada 14 jenis
kecerdasan :
1.Intelligence Quotient (Kecerdasan Inteligensi).
2. Multiple Intelligence (Kecerdasan Majmuk).
3. Practical Intelligence (Kecerdasan Praktis)
4. Emotional Intelligence (Kecerdasan Emosional)
5. Entrepreneurial Intelligence (Kecerdasan Berwiraswasta)
6. Financial Intelligence (kecerdasan Finansial)
7. Adversity Quotient (Kecerdasan Advesitas)
8. Aspiration Intelligence (Kecerdasan Aspirasi)
9. Power Intelligence (Kecerdasan Kekuatan)
10. Imagination Intelligence (Kecerdasan Imajinasi)
11. Intuition Intgelligence (Kecerdasan Intuitif)
12. Moral Intelligence (Kecerdasan Moral)
13. Spiritual Intelligence (Kecerdasan spiritual)
14. Succesful Intelligence (Kecerdasan Kesuksesan)
Kecerdasan Pribadi
Kecerdasan pribadi ini banyak dijelaskan di dalam al-Quran,
seperti pada Surat Adz-Dzariyat ayat 21 berikut:



Dan (juga) pada dirimu sendiri, maka apakah kamu tiada
memperhatikan (Q.S. adz-Dzariyat/52 : 21)
Dengan bentuk pertanyaan, Allah swt. memotivasi manusia
agar selalu berusaha mengetahui, mengenali dirinya. Begitu
pentingnya dan sentralnya pribadi. Al-Qurthubi menafsirkan ayat
tersebut ; apakah mereka tidak melihat, dengan penglihatan

41
tafakkur dan tadabbur sehingga mereka dapat mengambil petunjuk
bahwa pada diri merka terjadi peristiwa dan perubahan.
Apabila manusia tidak berpikir dengan peringatan ini bahwa
Allah telah memberikan akal pada dirinya, yang dengannya dapat
mengatur dan mengerahkan segala sesuatu. Berpikir awal mula
kejadiannya, diciptakan dari sperma kemudian berubah menjadi
segumpal darah, kemudian berubah menjadi segumpal daging.
Perubahan dari muda menjadi tua. Perubahan-perubahan yang
terjadi pada dirinya itu tidaklah terjadi dengan sendirinya, tetapi
itu semua atas kehendak Allah swt.
Panca Indra manusia adalah lebih mulia dibanding bintang
yang menerangi. Pendengaran dan penglihatan laksana matahari
dan rembulan di dalam menemukan hal-hal yang perlu diketahui.
Semua anggota badannya itu akan hancur. Otot-ototnya laksana
sungai-sungai, sedang jantungnya laksana mata air yang akan
mengalir ke sungai-sungai itu. Kandung kemih laksana lautan,
tulang laksana gunung. Anggota badan laksana pepohonan, maka
sebagaimana setiap pohon memiliki daun dan buah demikian pula
setiap anggota badan memiliki perbuatan dan pengaruh. Rambut
di badan laksana pohon-pohon kecil dan rumput Segala apa yang
ada di jagad raya ini ada padanannya di alam kecil yaitu badan
manusia.
Kecerdasan pribadi ini mencakup kemampuan manusia dalam
mencermati penciptaan dirinya, Allah swt. menciptakan bentuk
tubuh manusia yang sangat sempurna, seperti yang telah
diungkapkan di atas, juga kemampuan mencermati dan
menganalisa prilaku dirinya.
Ayat berikut juga memberikan dorongan kepada manusia agar
ia memiliki Kecerdasan Pribadi, Yaitu pada Surat al-Baqarah : 44
dan 242,

42
Mengapa kamu suruh orang lain (mengerjakan) kebajikan,
sedang kamu melupakan diri (kewajiban)mu sendiri padahal kamu
membaca Al-Kitab (Taurat)? Maka tidakkah kamu berpikir(Q.S.
Al-Baqarah/2 : 44)
- Kecerdasan Emosional
Kecerdasan Emosional adalah kemampuan mengenali perasaan diri
kita sendiri dan perasaan orang lain, kamampuan memotivasi diri
sendiri, dan kemampuan mengelola emosi dengan baik pada diri
sendiri dan dalam hubungannya dengan orang lain. Emosi merupakan
salah satu dari trilogi mental yang terdiri dari ; kognisi, emosi, dan
motivasi.
Menurut Paul Ekman, sebagaimana dikutip oleh Agus Efendi, ada
enam (6) jenis emosi dasar, yaitu ; anger (marah), fear (takut), surprise
(kejuan), disgust (Jengkel), happiness (kebahagiaan), dan sadness
(kesedihan).
Kecerdasan Emosional (EQ) yang diungkap oleh Al-Quran dalam ayat-
ayat yang diberi stressing dengan menggunakan kata yang memiliki
makna kecerdasan seperti tafakkur dan sejenisnya, seperti pada Surat
al-Rum : 21 beikut ;

dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan


untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan
merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih
dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar
tgerdapat tanda-tanda bagi kaum Yang berfikir (Q.S. Al-Rum/30 : 21).

Pada ayat tersebut, Allah swt. mengingatkan kepada orang-orang


yang berfikir, bahwa mereka telah diberikan nikmat cinta dan kasih
sayang, yang mesti dikelola dengan sebaik-baiknya. Apabila mereka
menggunakan kecerdasan emosionalnya dengan mengendalikan

43
emosinya, mengelola cintanya dengan sebaik-baiknya, maka akan
melahirkan kedamaian dan ketentraman.
Ayat berikut menjelaskan bentuk Kecerdasan Emosional yang lain :

(Musim) haji adalah beberapa bulan yang dimaklumi, barangsiapa


yang menetapkan niatnya dalam bulan itu akan mengerjakan haji, maka
tidak boleh rafats. Berbuat fasik dan berbantah-bantahan di dalam masa
mengerjakan haji. Dan apa yang kamu kerjakan berupa kebaikan, niscaya
Allah mengetahuinya. Berbekallah, dan sesungguhnya sebaik-baik bekal
adalah takwa dan bertakwalah kepada-Ku hai orang-orang yang berakal
(Q.S. Al-Baqarah : 197)
Ayat tersebut memanggil orang-orang yang berakal (uli al-albab)
agar dapat mengendalikan emosi di saat melaksanakan ibadah haji, pada
saat itu bertemu banyak orang dari berbagai bangsa dan negara, yang
berbeda watak, kultur, dan tradisi. Pengendalian emosi dalam berbicara,
tidak berbicara yang tidak baik dan tidak bermanfaat, juga tidak membalas
perkataan orang lain yang tidak baik.
- Kecerdasan Spiritual
Kecedasan Spiritual (Spiritual Quotion) adalah kecerdasan untuk
menghadapi dan memecahkan persoalan makna dan nilai, yaitu
kecerdasan untuk menempatkan prilaku dan hidup kita dalam konteks
makna yang lebih luas dan kaya, kecerdasan untuk menilai bahwa
tindakan atau jalan hidup seseorang lebih bermakna dibandinkan
dengan yang lain. Kecerdasan yang menfasilitasi suatu dialog antara
akal dan emosi, antara pikiran dan tubuh, menyediakan titik tumpu
bagi pertumbuhan dan perubahan, menyediakan pusat pemberi makna
yang aktif dan menyatu bagi diri.
Ayat Al-quran mengenai kecerdasan spiritual diantaranya Surat Al-
Baqarah : 164) :

44








Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, silih bergantinya


malam dan siang, bahtera yang berlayar di laut membawa apa yang
berguna bagi manusia, dan apa yang Allah turunkan dari langit berupa
air, lalu dengan air itu Dia hidupkan bumi sesudah mati (kering)-
nyadan Dia sebarkan di bumi itu segala jenis hewan, dan pengisaran
angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan bumi; sungguh
(terdapat) tanda-tanda (kekuasaan dan kebesaran Allah) bagi kaum
yang memikirkan(Q.S. al-Baqarah :164).
Juga pada ayat berikut, Surat Al-Maidah : 58 :




Dan apabila menyeru (mereka) untuk (mengerjakan) shalat, mereka
menjadikannya buah ejekan dan permainan. Yang demikian itu adalah
karena mereka benar-benar kaum yang tidak mau mempergunakan
akal(Q.S. Al-Maidah/5 : 58)
- Kecerdasan Visual
Kecerdasan ini adalah kemampuan untuk memberikan gambar-
gambar dan imagi-imagi, serta kemampuan dalam mentransformasikan
dunia visual-spasial. Keterampilan menghasilkan imagi mental dan
menciptakan representasi grafis, berfikir tiga dimensi.
Ayat yang mengungkap Kecerdasan Visual ini antara lain, Surat Al-Rad
ayat 3, dan Surat




Dan Dia lah Yang menjadikan bumi terbentang luas, dan


menjadikan padanya gunung-ganang (terdiri kukuh) serta sungai-sungai
(yang mengalir). dan dari tiap-tiap jenis buah-buahan, ia jadikan padanya
pasangan: dua-dua. ia juga melindungi siang Dengan malam silih berganti.

45
Sesungguhnya semuanya itu mengandungi tanda-tanda kekuasaan Allah
bagi kaum Yang (mahu) berfikir.(Q.S.Al-Rad : 3)
- Kecerdasan Tubuh
Kecerdasan Tubuh adalah Kecerdasan Atletik dalam mengontrol
tubuh seseorang dengan sangat cermat. Oleh karena itu, ditegaskan oleh
Buzan bahwa jika kita memiliki kecerdasan Fisik yang tinggi maka kita
akan memahami hubungan antara otak dan tubuh, men sana in corpore
sano, pikiran yang sehat terdapat dalam badan yang sehat, Sebaliknya,
badan yang sehat berada dalam pikiran yang sehat (Agus Efendi : 2005 :
152).
Al-Quran memberikan petunjuk kepada manusia, agar memilki
kecerdasan memeliharaha badannya, sehingga terhindar dari hal-hal yang
membahayakan badannya, seperti al-Quran Surat al-Baqarah ayat 219
berikut :





Mereka bertanya tentang khamar dan judi. Katakanlah: Pada
keduanya itu terdapat dosa besar dan beberapa manfaat bagi manusia,
tetapi dosa keduanya lebih besar daripada manfaatnya. Dan mereka
bertanya kepadamu : apa yang mereka nafkahkan? Katakanlah: Yang
lebih dari keperluan. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya
kepadamu supaya kamu berfikir(Q.S., Al-Baqarah/2 : 219).
- Kecerdasan Moral
Kecerdasan Moral berarti Kemampuan seseorang untuk melalukan
hubungan dan komunikasi yang baik dengan orang lain. Ayat-ayat al-
Quran yang di dalamnya menyinggung orang-orang yang memiliki
akal (kecerdasan) yang terkait dengan moral seperti Surat al-Hujurat
Ayat 4 :

Sesungguhnya orang-orang yang memanggil kamu dari luar kamar


(mu) kebanyakan mereka tidak mengerti (Q.S. al-Hujurat /49: 4)
Juga dalam ayat berikut, Surat Al-Qalam: 5:

46

( 4)

(5)
Dan Sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung.
Maka kelak kamu akan melihat, dan mereka (orang-orang kafir) pun
akan melihat(Q.S.Al-Qalam/68:4-5)
- Sumber Kecerdasan
Al-Quran memberikan isyarat bahwa ada 3 sumber Kecerdasa,
yaitu; 1. Keimanan atau keyakinan, apa yang diyakininya akan menjadi
inspirasi dan motivasi seseorang untuk membentuk kecerdasan atau
kemampuan bepikir. 2. Ilmu, Dengan membaca ayat-ayat al-Quran dan
ayat-ayat kauniyah, yang terhampar di jagad raya, maka manusia akan
memilki pikiran dan kecerdasan. 3. Sejarah, yaitu pengalaman pribadinya
pada masa lalu, juga peristiwa- peristiwa dan sejarah umat terdahulu. Oleh
karena itu, Al-Quran sangat banyak mengingatkan kepada manusia agar
memilki kemampuan mengambil pelajaran sejarah umat terdahulu,
sehingga sepertiga isi al-Quran adalah berupa al-Qashash (cerita-cerita),
juga mendorong kamampuan manusia melihat masa lalunya sendiri untuk
dijadikan pelajaran buat masa depan, sebagaimana pada Surat al-Hasyr :
18


Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan


hendaklah setiap diri memerhatikan apa yang telah diperbuatnyauntuk hari
esok (akhirat). dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha
Mengetahui apa yang kamu kerjakan(Q.S. Al-Hasyr/59 : 18).
c. Tangguh
Tangguh sama artinya dengan kuat, kokoh, tahan banting, bertekad
untuk beridri tegak dan gigih pantang menyerah. Sedangkan ketangguhan
adalah kemampuan seseorang untuk berbuat yang terbaik dari apa yang
dipercayakan kepadanya. Tangguh juga dpaat diartikan dengan membuat
keputusan untuk mengubah sikap mengasihani diri, suka mengeluh dan
bergantung menjadi percaya diri, mandiri dan totalitas dalam bertindak.

47
Kita dapat merenungkan ayat al-quran Bertakwalah kepada
Allah. menurut kemampuanmu (QS. At-Taghabun [64]: 16) dan hadis
yang mengatakan bahwa : Allah merahmati seseorang yang mengetahui
kemampuannya (Al-Hadits)
d. Peduli
Muslim diajarkan bagaimana ia cinta terhadap sesama muslimnya.
Peduli akan kesusahannya, kesenangannya. Banyak sekali ajaran-ajaran
islam yang mengajarkan akan arti peduli. Banyak ayat yang menganjurkan
kita untuk tidak menghardik anak yatim, menyayanginya, menyantuninya.
Peduli. Dalam islam juga dikenal dengan adanya sedekah yang sunnah.
Zakat yang wajib. Ini dilakukan supaya tidak ada senggang antara si kaya
dan si miskin. Peduli, semuanya rata, Allah menilai tingkat ketaqwaan
bukan kekayaan. Rasulullah SAW ketika dipenghujung usianya, beliau tak
memikirkan keadaan dirinya. Tapi yang terucap dari lisannya yang agung
adalah, ummati, ummati, ummati. Lagi-lagi beliau mengajarkan
betapa pentingnya peduli.
Bahkan sampai dengan tegas ada hadits yang menyatakan
pedulilah pada tetanggamu, jika tidak maka kau bukan bagian dari orang-
orang mukmin. Bukan mukmin, orang yang kenyang perutnya sedang
tetangga sebelahnya kelaparan (HR. Al Baihaqi dalam Sunan Al Kubra
18108, dishahihkan Al Albani dalam Silsilah Ash Shahihah 149).
Maka Allah mempertegas bahwa seorang muslim harus memiliki rasa
peduli kepada sesamanya dalam ayat-Nya.
Adapula ayat al-quran yang menjelaskan pentingnya sikap peduli :
Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan
sesuatu pun. Dan berbuat baiklah kepada kedua orang tua, karib-kerabat,
anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang memiliki hubungan
kerabat dan tetangga yang bukan kerabat, teman sejawat, ibnu sabil dan
hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang
sombong dan membangga-banggakan diri (QS. An Nisa: 36)

48
B. Akhlak Tercela
Kata madzmumah berasal dari bahasa arab yang artinya tercela.
Akhlak madzmumah artinya akhlak tercela. Istilah ini digunakan oleh
beberapa kitab tentang akhlak, seperti Ihyaa ulum ad-diin dan Ar Risaalah
Al-qusairiyyah. Istilah lain yang digunakan dalam masawi al-akhlaq
sebagaimana digunakan oleh Asy-syamiri.
Segala bentuk akhlak yang bertentangan dengan akhlak terpuji
disebut akhlak tercela. Akhlak tercela merupakan tingkah laku yang tercela
yang dapat merusak keimanan seseorang dan menjatuhkan martabatnya
sebagai manusia. Bentuk-bentuk akhlak madzmumah bisa berkaitan
dengan Allah swt, Rasulullah saw, dirinya, keluarganya, masyarakat dan
alam sekitarnya.
Banyak keterangan yang menjelaskan perintah menjauhi akhlak
tercela dan pelakunya, diantaranya :
1. Rasulullah saw, bersabda yang artinya Seandainya akhlak
buruk itu seseorang yang berjalan di tengah-tengah manusia, ia
pasti orang yang buruk. Sesungguhnya, Allah tidak menjadikan
perangaiku jahat
2. Rasulullah saw juga bersadba : Sesungguhnya akhlak tercela
termasuk merusak kebaikan sebagaimana cuka merusak madu
Macam-macam Akhlak Tercela
a. Dusta
Dusta adalah memberitakan tidak sesuai dengan kebenaran, baik
dengan ucapan lisan secara tegas maupun dengan isyarat seperti
menggelengkan kepala atau mengangguk. Rasulullah shallallahu alaihi
wassalam telah menyebutkan dusta sebagai salah satu tanda kemunafikan.
Beliau bersabda yang artinya, Tanda orang yang munafik ada tiga: jika
berkata dia dusta, jika berjanji dia ingkari, dan jika diamanahi dia
khianat. (HR. Al-Bukhari dan Muslim).
- Dusta yang diperbolehkan dan yang tidak diperbolehkan
Secara asalnya, semua dusta terlarang dalam Islam. Namun, sebagai
agama pertengahan yang tidak berlebihan dan mengurang-ngurangi, Islam

49
memiliki pengecualian dalam berdusta. Karena, terkadang berdusta
dibutuhkan pada waktu-waktu tertentu. Rasulullah shallallahu alaihi
wassalam memberikan keringanan untuk berdurta dalam tiga keadaan:
untuk memperbaiki hubungan antara suami istri, memperbaiki hubungan
antara dua orang, dan kebohongan dalam peperangan. Beliau shallallahu
alaihi wassalam bersabda, Tidak halal berdusta kecuali pada tiga
keadaan: seorang laki-laki berbicara kepada istrinya, dusta dalam
peperangan, dan dusta untuk memperbaiki hubungan antara manusia.
(HR. At-Tirmidzi dari Asma binti Yazid radhiyallahu anha, dishahihkan
oleh Syaikh Al-Albani rahimahullahu)
Para ulama sepakat bolehnya berdusta pada tiga keadaan ini :
1. Dusta dalam Bergurau
Lalu bagaimana dengan dusta untuk bergurau? Apakah termasuk
yang dikecualikan? Jawabannya terkandung dalam sabda Rasulullah
shallallahu alaihi wassalam yang artinya, Celaka orang yang berbicara
kemudian berdusta untuk membuat tertawa manusia, celakalah ia,
celakalah ia. (HR. Abu Dawud dan At-Tirmidzi dari sahabat Muawiyah
bin Haidah radhiyallahu anhu, hadits ini hasan menurut Syaikh Al-Albani
rahimahullahu).
Meninggallan berkata dusta meskipun hanya gurauan adalah
kesempurnaan iman. Rasulullah shallallahu alaihi wassalam pernah
bersabda yang maknanya, Seorang hamba tidak beriman secara sempurna
hingga dia meninggalkan dusta meskipun hanya bergurau. (HR. Ahmad
dan Ath-Thabarani, dari sahabat Abu Hurairah rahimahullahu, Asy-Syaikh
Al-Albani rahimahullahu mengatakan, Derajat hadits ini shahih lighairih
di dalam kitab Shahih At-Targhib)
2. Dusta kepada Anak
Bagaimana dengan berdusta kepada seorang anak? Meskipun
hanya berdusta kepada anak kecil agar datang kepadanxa, hal itu tidak
diperbolehkan di dalam agama Islam. Rasul shallallahu alaihi wassalam
telah bersabda:

50
Barangsiapa mengatakan kepada seorang anak, Kesini nak, aku
beri kamu. Lalu dia tidak memberinya, maka ini adalah sebuah
kedustaan. (HR. Ahmad, dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu,
dishahihkan oleh Asy-Syaikh Al-Albani rahimahullahu)
Dalam al-quran juga dijelaskan mengenai dusta yaitu
Sesungguhnya yang mengada-adakan kebohongan, hanyalah orang-orang
yang tidak beriman kepada ayat-ayat Allah. Dan mereka itulah orang-
orang yang dusta. (QS. An-Nahl : 105). Ayat ini memperingatkan kita
bahwa sesungguhnya orang-orang yang suka berdusta adalah orang-orang
yang tidak mau beriman kepada ayat-ayat Allah. Mereka tidak takut
terhadap ancaman Allah swt yang sangat pedih lagi keras.
Kebohongan adalah perbuatan dan ciri orang-orang munafiq. Oleh
karena itu, hendaknya kita menjauhinya. Sebab jika terbiasa dusta, boleh
jadi pada akhirnya kita berubah menjadi orang munafik. Rasulullah saw
bersabda :

,

:

,
Tanda-tanda orang munafiq itu ada tiga: (1) Apabila berkata, ia
dusta. (2) Apabila berjanji, ia ingkar. (3) Apabila dipercaya, ia khianat.
[HR. Al-Bukhoriy (no. 33), dan Muslim (no. 59)]. Hadits ini
memperingatkan kita bahwa sifat-sifat orang munafiq, demikian adanya.
Semoga kita tidak memiliki sifat-sifat tersebut dan senantiasa berikhtiar
untuk menjaga diri kita dari sifat-sifat tersebut.
Allah swt juga berfirman Maka siapakah yang lebih zalim
daripada orang yang membuat-buat dusta terhadap Allah dan mendustakan
kebenaran ketika datang kepadanya? bukankah di neraka Jahannam
tersedia tempat tinggal bagi orang-orang yang kafir? (QS. Az-Zumar : 32)
b. Bodoh
Abu Darda radhiyallahu anhu berkata: Tanda orang bodoh itu ada 3
(tiga), yaitu: 1. Bangga diri.

51
2. Banyak bicara dalam hal yg tidak bermanfaat.
3. Melarang orang lain dari suatu perbuatan, namun ia sendiri
melakukannya. (Lihat Uyuunu Al-Akhbaar, karya Ibnu
Qutaibah II/39).
Jadi, Orang pintar itu selalu berupaya membebaskan diri dari 3
Tanda Orang Bodoh di atas, dan juga dari tanda-tanda yg lainnya, seperti
bermalas-malasan dalam beramal ibadah dan tidak peduli dengan
menuntut ilmu agama, mengharapkan keselamatan dan kebahagian di
dunia dan akhirat tetapi ia berjalan di atas jalan kesesatan, kesengsaraan.
Kebodohan dalam Pandangan Ali bin Abi Tholib :
- Kamu tidak melihat orang bodoh kecuali dia cenderung ifrath
(melampaui batas) atau tafrith (lalai)
- Banyak orang alim dibunuh oleh kebodohannya sendiri dan ilmunya
tidak bermanfaat baginya
Sahabat Ali bin abi thalib ditanya "Terangkan kepada kami sifat
orang bijak" Beliau menjawab: "Dia adalah orang yang meletakkan
sesuatu pada tempatnya"; kemudian beliau ditanya lagi "Jelaskan kepada
kami sifat orang bodoh" sahabat Ali kw. Menjawab: "Sudah aku jelaskan
(yakni orang yang meletakkan sesuatu bukan pada tempatnya). Barang
siapa yang berdiri (menentang) kebenaran niscaya akan binasa.

Kebodohan dalam pandangan Muhammad Baqir:


Suatu ketika Muhammad Baqir ibn Ali ibn Husain ibn Ali bin Abi
Thalib ra. berniat untuk bepergian. Tiba-tiba ayah beliau Imam Ali As-
Sajjad ra. masuk ke rumah. Salah satu yang diucapkan beliau adalah,
Wahai anakku, hindarilah bersahabat dan bergaul dengan orang bodoh;
jauhi dan hindari berbicara dengannya. Beliau menjelaskan tanda-tanda
kebodohan serta sempitnya pemikiran dan pandangannya. Beliau berkata:
-Apabila berbicara, kebodohannya mempermalukannya
-Apabila berdiam diri, celanya tertutupi
-Apabila berbuat (sesuatu), (ia) merusak

52
-Apabila diminta untuk menjaga (sesuatu), (ia) menghilangkannya
-Ilmunya tidak cukup bagi dirinya dan ilmu orang lain tidak berguna
baginya
-Ia tidak taat kepada (orang) yang menasihatinya dan temannya tidak
pernah (merasa) tenang dengan kehadirannya.
-Ibunya merasa tidak melahirkannya dan isterinya merasa telah kehilangan
dirinya
-Tetangganya jauh dari rumahnya dan temannya menjauh darinya
-Apabila ia yang paling muda dalam majelis, (ia) merasa lebih sadar dari
orang yang lebih tua (darinya)
-Apabila ia yang paling tua, (ia) merusak (orang) yang lebih muda darinya.

c. Rapuh
Allah telah menjadikan manusia dari unsur Ruh (jiwa) dan jasad
(jasmani). Ilmu kedokteran telah berkembang sedemikian pesatnya,
banyak penyakit jasmani yang sudah dikenal dan ditemukan obatnya oleh
dunia kedokteran dewasa ini. Namun sedikit sekali yang diketahui
manusia tentang penyakit dan obat bagi gangguan atau penyakit jiwa
(Ruh). Jika sakit jasmani bisa diobati dengan memberikan obat kimia,
herbal atau tindakan operasi. Sakit atau gangguan kejiwaan tidak bisa
diobati dengan cara tersebut. Jiwa tidak bisa diraba atau disentuh secara
fisik.
Mengobati penyakit atau gangguan kejiwaan jauh lebih rumit
dibandingkan mengobati penyakit atau gangguan jasmani. Allah memberi
pengetahuan pada manusia tentang jiwa atau ruh ini sangat sedikit
dibandingkan ilmu tentang jasmani. Kesulitan utama adalah dikarenakan
jiwa atau Ruh tidak bisa dilihat atau diraba secara fisik, sehingga tidak ada
alat yang bisa menyentuh atau mengdiagnosa tentang kondisi jiwa atau ruh
seseorang. Dalam surat Al Israak ayat 85 Allah menegaskan hal ini :

53
Dan mereka bertanya kepadamu tentang roh. Katakanlah: Roh itu
termasuk urusan Tuhan-ku, dan tidaklah kamu diberi pengetahuan
melainkan sedikit. (Al Israak 85)
Kondisi kesehatan dan ketangguhan jiwa seseorang sangat
berpengaruh bagi kwalitas hidup dan ketangguhan seseorang dalam
menghadapi berbagai masalah atau problem hidup yang dihadapinya.
Orang yang jiwanya sehat dan kuat dapat menghadapi berbagai masalah
kehidupan dengan mudah, sementara orang yang jiwanya rapuh, lemah
dan dirongrong berbagai penyakit sangat rapuh terhapap berbagai masalah
kehidupan.
Ciri khas dari orang yang memiliki jiwa rapuh adalah, jika
mendapat kenikmatan atau kesenangan mereka bergembira secara
berlebih-lebihan. Berjingkrak-jingkrak kegirangan, melompat kesana
kemari, tertawa terbahak-bahak, berjalan dengan sombong dan congkak.
Namun jika mereka ditimpa musibah atau kesulitan, maka orang yang
berjiwa agresif akan mengumpat, memaki-maki, marah-marah serta
menyalahkan berbagai pihak atas kejadian yang menimpanya, sedangkan
mereka yang berjiwa pasif akan sering melamun, mengunci diri,
menyendiri serta bicara dan tertawa seorang diri. Allah menggambarkan
keadaan orang yang berjiwa rapuh ini dalam surat Al-Fajr ayat 15-16 :

15- Adapun manusia apabila Tuhannya mengujinya lalu dimuliakan-Nya


dan diberi-Nya kesenangan, maka dia berkata: Tuhanku telah
memuliakanku.
16- Adapun bila Tuhannya mengujinya lalu membatasi rezekinya maka dia
berkata: Tuhanku menghinakanku. (Al Fajr 15-16)

54
Jiwa yang rapuh ini dapat ditanggulangi atau diobati dengan
memperbanyak berzikir kepada Allah swt, membaca asmaul husna,
membaca al-quran, berkumpul dengan orang-orang saleh dan mengisi
jiwa dengan hal-hal positif seperti mendengarkan ayat al-quran atau
mendengarkan ceramah. Seharusnya kita jangan rapuh, melainkan
haruslah memiliki jiwa yang kuat dan pribadi yang tangguh.
d. Masa bodoh
Secara bahasa masa bodoh adalah kata afektif untuk menyatakan
tidak senang hati; terserahlah; sesukamulah:begini tidak mau, begitu tidak
mau, ; tidak peduli apa-apa; tidak memperhatikan sama sekali; acuh tak
acuh: tt pendidikan anaknya ia saja;
bersikap , pb tidak peduli apa-apa; tidak ikut memikirkan perkara orang
lain; 1). Mendengar kedua kata tersebut sekilas akan memunculkan kesan
negatif di pikiran kita.
Masa bodoh dalam beberapa hal dapat menjadi hal yang positif.
Bahkan sikap masa bodoh mutlak diperlukan untuk menjadi pribadi yang
sukses. Untuk tujuan itu, di dalam kehidupan sehari-hari setidaknya sikap
masa bodoh diperlukan dalam hal-hal berikut :
1. Masa bodoh terhadap hal-hal sepele/tidak penting/tidak bermanfaat
Terlalu banyak memikirkan atau mengerjakan perkara yang sepele
dan tidak bermanfaat, tentu saja akan banyak membuang waktu yang kita
punya, sementara banyak hal-hal penting lainnya yang kita abaikan. Masa
bodoh dalam hal ini diterangkan di dalam Al-Quran sebagai ciri-ciri
orang beriman yang sukses Dan orang-orang yang menjauhkan diri
dari(perbuatan dan perkataan) yang tiada berguna. (QS Al-Muminun : 3)
2. Masa bodoh terhadap urusan/bisnis orang lain
Kepedulian terhadap sesama adalah sifat yang mulia, peduli
terhadap sesama dapat melahirkan sikap simpati dan empati. Namun ada
saatnya seseorang tidak ingin kita terlalu peduli terhadap urusannya. Saat
hal ini terjadi sikap masa bodoh adalah lebih utama, dan sikap peduli bisa
diartikan sebagai ikut campur oleh orang yang memiliki urusan.

55
3. Masa bodoh terhadap kritikan destruktif ( penghancur/perusak/pelemah)
Dalam kehidupan sosial, semua yang kita lakukan tidak lepas dari
pengamatan orang lain. Kadang perbuatan kita mendapat respon positif
dari lingkungan, namun kadang pula sebaliknya. Respon negatif ini
biasanya tersampaikan lewat kritikan, baik verbal ataupun nonverbal.
Kritikan yang membangun dapat kita terima sebagai masukan dan bahan
evaluasi bagi diri. Namun kritikan yang destruktif (menjatuhkan/merusak),
lebih baik, masa bodoh sajalah.
Banyak manfaat yang akan kita peroleh bila menerapkan sikap
masa bodoh pada 3 hal di atas. Paling tidak 3 manfaat yang sudah terlihat :
1. Urusan kita yang lebih prioritas tidak akan terbengkalai
2. Kita memiliki lebih banyak energi dan waktu untuk mengurusi
urusan/bisnis sendiri.
3. Kita tetap menjadi seorang yang istiqomah tidak akan terpengaruh
dengan pedasnya kritikan destruktif.
Namun, sikap masa bodoh juga dapat menjadi akhlak tercela
karena dengan sikap tersebut kita menjadi tidak peduli dengan apa yang
orang lain rasakan atau kesulitan orang lain. Misalnya, bila tetangga kita
sakit seharusnya kita tahu dan jangan bersikap masa boodh karena
sejatinya setiap manusia harus saling tolong menolong dan bersikap
empati. Kemudian, bila keluarga atau orang terdekat kita sedang berada
dalam kesusahan kita juga jangan bersikap masa bodoh atau acuh, malah
sebaliknya seharusnya kita membantunya. Dari Jubair bin Muth'im ia
berkata: Rasulullah saw bersabda, "tidak akan masuk surga orang yang
memutuskan tali persaudaraan/ tali kekeluargaan." (HR. Bukhori dan
Muslim)
PENUTUP
3.1 Simpulan
Standar nilai akhlak terletak pada bagaimana hati kita saat
melakukan perbuatan tersebut, jika hal tersebut berasal dari hati nurani
maka hal tersebut pasti tulus. Namun bila hati zulmani yang berkehendak

56
maka akan sebaliknya. Dan dalam kehidupan bermasyarakat juga dilihat
beberapa undang-undang yang terikat baik secara tertulis maupun tidak
tertulis. Norma-norma yang berlaku dalam masyarakat bersumber dari Al-
quran sebagai pedoman hidup kita, hadis, UUD dan pancasila.
Kemudian akhlak merentang dari akhlak terpuji sampai akhlak
tercela. Akhlak terpuji adalah sifat-sifat terrpuji yang memikirkan
serangkaian perbuatan-perbuatan moderat (utama), yang berada di tengah
antara kedua ujung ekstrimnya. Sedangkan akhlak tercela, yaitu sifat-sifat
tercela yang memunculkan serangkaian perbuatan-pewrbuatan tercela secara
konsisten. Perbutan tercela itu adalah perbuatan yang memihak pada salah
satu titik ekstrim.

57
TOPIK 3
CIRI DAN ARAH AKHLAK

Disusun Oleh :

Asry Erma Yunita (1132050009)


Atoillah (1132050010)

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Di zaman yang modern ini manusia dihadapkan pada masalah moral
dan akhlak yang cukup serius dan jika dibiarkan akan menghancurkan masa
depan bangsa yang bersangkutan. Praktek hidup yang menyimpang dan

58
penyalahgunaan kesempatan dengan mengambil bentuk perbuatan sadis dan
merugikan orang lain kian tumbuh subur diwilayah yang tak berakhlak dan tak
bertasawuf. Korupsi, kolusi, perampokkan, pembunuhan dan perampasan hak-
hak asasi manusia pada umumnya terlalu banyak yang dapat dilihat, cara
mengatasinya tidak hanya dengan uang, ilmu pengetahuan dan teknologi saja
akan tetapi harus dibarengi dengan penanganan dibidang mental spiritual dan
akhlak yang mulia.
Oleh karena itu, pada zaman modern ini akhlak-akhlak manusia sangat
bertentangan dengan akhlah rasulullah SAW. Walaupun berbedanya zaman
sekarang dengan zaman diwaktu rasulullah SAW akan tetapi kita adalah umat
rasulullah dan sudah seharusnya kita meniru akan akhlak dan keluhuran budi
rasulullah dan dijadikan contoh dalam kehidupan diberbagai bidang. karena
rasulullah adalah uswatun hassanah bagi manusia (umatnya), bagi mereka
yang mematuhi dan meniru akhlak dan keluhuran rasull maka dijamin akan
keselamatan hidupnya didunia dan diakhirat.

B. Rumusan masalah
1. Apa saja yang termasuk kepada cirri-ciri akhlak ?
2. Di tujukan Kepada siapa sajakah arah akhlak tersebut ?

C. Tujuan
1. Agar mahasiswa lebih paham akan cirri-ciri akhlak
2. Agar mahasiswa dapat mengetahui arah akhlak
3. Agar mahasiswa bisa mengaplikasikan akhlak yang baik dalam kehidupan
sehari-hari

59
PEMBAHASAN
A. Ciri-ciri akhlak
1. Pangkalnya disengaja
a) Niat
Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh mutaafaqun alaih
yang artinya sesungguhnya amal itu dengan niat dan setiap orang itu
tergantung pada apa yang diniatkannya. Dan dalam hadits lain juga
dikatakan bahwa jika dua orang muslim bertemu dengan pedangnya
masing-masing, maka pembunuh dan yang terbunuh sama-sama masuk
neraka. Ditanyakan kepada beliau : wahai rasullallah, kalau pembunuh
betul bagaimana dengan orang yang terbunuh? Maka Rasullullah SAW
bersabda : karena ia juga ingin membunuh sahabatnya. (mutafaqun
alaih).
Seperti yang sudah dipaparkan diatas bahwa segala sesuatu yang
ingin kita perbuat berawal dari sebuah niat,dan niat itu menjadi pijakan
bagi kita untuk melangkah berbuat, dan kekuatan niat itu juga yang
menjadi topangan untuk menentukan kekuatan langkah kita berikutnya.
Barangsiapa yang menanam maka dialah yang akan menuainya dan jika
kita menanam buah apel maka kita akan memanen buah apel kelak,
pribahasa tersebut sudahlah tidak asing lagi di telinga kita sebagai
perumpamaan bahwa niat itu sangatlah menentukan hasil.
Niat berarti menyengaja untuk memulai berbuat, kekuatan niat itu
dari yang rendah hingga yang tinggi, yaitu terpaksa, ada unsur sengaja,
disengaja dan terancang.
b) Kehendak
Dalam berbuat diawali dengan keinginan yang pada akhirnya
menimbulkan sebuah kehendak untuk berbuat.kehendak ini muncul
berdasarkan keinginan-keinginan yang dirasakan, kemudian bimbang
dan mempertimbangkannya dan berikutnya satu keinginan
memenangkan keinginan lainnya , dan yang demikian itulah yang
disebut dengan suatu kehendak. keinginan yang menang itu disebut
raghbah, kemudian muncul azam atau niat berbuat. Azam ini bisa bisa

60
untuk yang dekat, langsung, seperti hendak menulis, hendak memanggil.
Dan untuk yang jauh seperti hendak meneruskan kuliah S2 tahun depan.

c) Kekuatan kehendak
Kehendak merupakan penggerak segala perbuatan manusia,
membangunkan kekuatan sifat-sifat manusia. Kekuatan kehendak dapat
menggerakkan kekuatan berfikir dalam melakukan sesuatu yang hendak
dicapai atau ditolak oleh manusia, karena dengan adanya kekuatan
kehendak itu bisa dipakai sebagai modal manusia sebagai pendorong
kekuatan. Oleh karena itu, kehendak adalah suatu titik penentuan
dimana manusia bisa melakukan hal yang sangat baik atau yang sangat
buruk, tergantung apa niat yang ingin kita capai di tambah dengan
kekuatan kehendak sebagai pendorong keinginan manusia.
Kelemahan atau rintangan yang bisa saja datang dalam
berkehendak:
Lemahnya kehendak, seperti disaat ingin berkehendak tapi terhalang
dengan kekuatan malas yang menimbulkan kewajibannya itu
terlaksanakan tidak secara maksimal.
Arahnya kehendak, disaat mempunyai kehendak yang kuat tapi
diarahkan untuk hal-hal yang kurang baik atau tercela maka tidak
akan pernah ada kebaikan karena telah menjadi rusak.tapi kehendak
yang rusak itu dapat ditanggulangi dengan beberapa cara, yaitu:
kehendak yang lemah itu diperkuat dengan latihan yang berat-berat
dalam hal-hal yang dikehendaki; jika sudah berazam berbuat suatu
kebaikan, paksakan untuk mewujudkan hingga keujungnya, jangan
biarkan kehendak tersebuat hilang begitu saja; kehendak yang
diarahkan pada perbuatan tercela, maka perkenankanlah pada jiwa itu
untuk berbuat kebaikan.

d) Pendorong untuk berbuat


Pendorong berbuat itu memiliki dua arti, yaitu:
Sesuatu yang menarik kita untuk berbuat. Misalnya, seorang ayah
memukul anaknya, itu berarti penariknya adalah rasa jera, ia
memukul anaknya itu agar menariknya pada rasa jera dari kesalahan

61
yang sudah ia perbuat dan juga untuk kebaikan dan kepentingan
anaknya juga.
Sesuatu yang mendorong kita untuk berbuat. Misalnya, seorang
ayah yang memukul anaknya, itu berarti pendorongnya adalah rasa
marah ayahnya dan marahnya itu mendorong nya untuk memukul
anaknya itu, dan itu semata untuk kepuasan dirinya.
Adapun contoh salah satu hadis yaitu:
sesungguhnya suatu amal itu dengan niat, dan sesungguhnya setiap
amr itu terletak pada apa yang diniatkannya itu

2. Prosesnya terbiasa
Kebiasaan adalah suatu perbuatan yang selalu dilakukan oleh manusia
secara berkelanjutan atau terus menerus dilakukan. Dan mayoritas dari
konsep atau cara hidup setiap manusia adalah suatu kebiasaan yang selalu
mereka lakukan, seperti cara makan, cara bicara, cara berjalan, cara
berpakaian, cara berpenampilan dan sebagainya.
Setiap kebiasaan dibentuk oleh 3 hal:
1) Adanya rasa menyukai pada perbuatan itu.
2) Adanya wujud perbuatan itu.
3) Adanya pengulangan yang berlanjut pada keduanya.

Maka nabi SAW bersabda:


Suruhlah anakmu untuk melaksanakan salat di usia 7 tahun, dan
pukullah mereka jika tidak melakukannya di usia 10 tahun dan
pisahkanlah tempat tidur mereka.
Dari hadits tersebut menunjukkan bahwa memerintahkan kepada
anak untuk salat sejak dini agar dia terbiasa melakukan ibadah solat
tersebut hingga dia dewasa.
1) Kebiasaan dan fisik
Suatu perangkat yang halus di tubuh yang menghubungkan
otak dengan alat perasa,peraba, penglihatan, pendengaran,
penciuman dan sebagainya. Dan semua itu disebut dengan urat
syaraf. Dikarenakan segala sesuatu yang dilakukan oleh setiap
organ tubuh manusia menghasilkan impuls/ rangsangan yang

62
diteruskan ke otak melalui urat syaraf. Dan sifat urat saraf itu dapat
menerima perubahan.
Seperti halnya air yang mengalir dari dataran tinggi kedataran
rendah yang mengikuti rendahnya permukaan tanah, setiap air
melewati suatu tempat maka semakin bertambah dalamnya tempat
itu, dan berikutnnya menjadikannya semakin mudah untuk melewati
tempat itu. Demikian pula dengan sistem saraf, setiap tindakan yang
dilakukan pasti ada rekamannya(membekas) dan setiap ia
melakukan pebuatan baru, awalnya akan terasa kaku atau susah
untuk dilakukan akan tetapi kalau perbuatan itu dilakukan secara
kontinu maka perbuatan itu akan mudah untuk dilakukan karena
sistem sarafnya sudah terbentuk untuk perbuatan itu.
2) Sifat kebiasaan
Kebiasaan itu memiliki empat macam karakter, yaitu:
Memudahkan berbuat.
Suatu perbuatan yang sudah terbiasa dilakukan maka ia akan
sangat relative mudah untuk melakukan perbuatan tersebut,
berbeda dengan hal yang belum pernah ia lakukan sebelumnya
(baru). Seperti halnya di saat seorang mahasiswa di berikan tugas
untuk membuat makalah, maka pada saat ia mulai belajar membuat
makalah mungkin untuk membuat kata pengantarnya pun akan
sangat sulit akan tetapi jika ia terus menerus membuat makalah
atas perintah tugas dari dosennya yang berkelanjutan maka dengan
sendirinya ia akan terbiasa membuat makalah dengan mudah.
Menghemat waktu dan perhatian.
Suatu perbuatan yang sudah menjadi kebiasaan maka ia dapat
malakukannya dalam waktu yang singkat dan relative sedikit. Mungkin
pada awalnya untuk menulis sebuah makalah bisa memakan waktu yang
lama dan pehatian yang cukup banyak, tetapi setelah diulang beberapa
kali maka untuk kesekian kalinya sudah menjadi kebiasaan sehingga ia
dapat dengan mudah membuat suatu makalah dengan waktu yang
relative lebih cepat disbanding dengan semmula ia membuat makalah.
Kekuatan kebiasaan

63
Kebiasaan berfikir dan bertindak kita dimasa lalu itu akan
mewarnai pikiran dan perbuatan kita dimasa kini. Misalkan jika kita
terbisa makan dipagi hari karena kita sudah diajarkan oleh orang tua kita
bahwa makan dipagi hari itu baik maka setelah dewasa pun akan
terbiasa dengan sarapan pagi karena hati kita sudah tercetak dengan
kebiasaan yang dilakukan dari kecil.
Mengubah kebiasaan
Untuk membentuk kebiasaan kita harus ada keinginan pada
sesuatu, memulai melakukannya, kemudian melatihkannya dan
dibiasakan untuk melakukannya berkali-kali. Termasuk untuk mengubah
kebiasaan buruk. Dan untuk mengubah kebiasan buruk itu harus
mempunyai niat yang kuat untuk mengubah kebiasaan buruk tersebut
dengan berniat melakukan hal yang lebih baik. dan setelah itu memulai
dengan membiasakan hal yang baru dan konsisten dengan kebiasaan itu.
3. Eksistensinya mewarnai
Kata eksistensi lebih dikenal dengan keberadaannya, dan
eksistensinya akhlak senantiasa mewarnai setiap tindakan seseorang. Sabda
Nabi SAW sebagai berikut:
Sesungguhnya allah mewajibkan berihsan pada segala segala sesuatu jika
kamu membunuh maka bunuhlah dengan ihsan dan jika kamu
menyembelih hewan sembelihlah dengan ihsan, dengan mengasah pisau
setajam mungkin agar ringan penderitaan kurbanmu.
Berlandaskan aqidah yang benar maka sikap yang ihsan itu mewarnai
perbuatan kepatuhan dalam beribadah dan berkarya dalam
berkhilafah.terbiasa berbuat yang terbaik.
Ihsan dalam beribadah: bersyahadat, sholat, berzakat, berpuasa, behaji,
berdzikir, berdoa, bermunajat dan bertaubat.
Ihsan dalam berkhilafah: ihsan dalam menjalankan profesi:
Sebagai akademis, professional, teknisi, tukang.
Profesi ahli, kode etik, jenjang pendidikan, organisasi profesi, khazanah
teori keilmuan.Oleh karena itu, akhlak itu mewarnai segala bentuk
ibadah dan khilafah.
B. Arah Akhlak
Maksud dari arah akhlak itu sendiri ialah akhlak itu arahnya
ditujukan kepada siapa. Akhlak ini diarahkan pada dua hal,

64
yaitu akhlak kepada khalik dan akhlak kepada makhluk. Khalik
adalah yang menciptakan, sang pencipta, yaitu Allah SWT,
dan makhluk adalah yang diciptakan, yaitu manusia dan yang
selainnya.
a. Akhlak kepada Allah swt
Ketika menghadap Allah, maka berperan sebagai seorang
hamba. Banyak cara yang dapat dilakukan oleh seorang
hamba terhadap tuhannya, dan cirinya ada dua, yaitu merasa
rendah diri di hadapannya dan merasa seperti melihatnya.
Akhlak terhadap Allah swt itu antara lain ialah :
Senantiasa mengesakan-Nya dalam setiap tindakan
Untuk memelihara keimanan kita, maka diupayakan
dalam setiap tindakan itu senantiasa mengesakan-Nya.
Memfokuskan pada Arah mengesakan-Nya dan menghindari
dari mempersekutukan-Nya pada tingkat aqidah maupun
tingkat ibadah.
Q.S. An-Nisa, 4 : 116.
Sesungguhnya Allah swt tidak mengampuni dosa
mempersekutukan sesuatu dengan-Nya, dan Dia
mengampuni dosa selain itu bagi siapa yang dikehendaki-
Nya. Barang siapa mempersekutukan sesuatu dengan Allah
swt, sesungguhnya ia telah tersesat sejauh-jauhnya.
Senantiasa patuh terhadappetunjuk-Nya
Untuk memelihara ketercantelan penghambaan
kepada-Nya, maka kita mengupayakan senantiasa patuh
kepada setiap perintah yang datang dari-Nya, samina
wathana, kami dengar dan kami taat.
Q.S. An-Nur, 52 ; 2.
Barang siapa taat kepada Allah swt dan Rasul-Nya serta
takut kepada Allah serta bertaqwa kepada-Nya, maka itulah
orang-orang yang memperoleh kemenangan.
Senantiasa mencontoh sifat-sifat-Nya
Sifat-sifat-Nya itu dikenal untuk menjadi cermin dan
dicontoh. Allah swt ialah Dia, Dzat yang cintanya merupakan

65
samudra yang tidak bertepi, yang anugrahnya seperti langit
yang tak berujung, yang marahnya dkalahkan oleh
rahmatnya, serta yang pintu ampunannya terbuka lebar
setiap saat.
Senantiasa memohon kepada-Nya
Allah swt memiliki apa yang dinamainya sendiri dengan
Al-asma al Husna, nama-nama terbaik. Sebagaimana
firmannya ;Katakanlah, serulah Allah swt atau serulah Ar-
rahman. Dengan nama yang mana saja kamu seru, Dia
mempunyai Asma al- Husna dan janganlah kamu
mengeraskan suaramu dalam shalatmu dan janganlah pula
merendahkannya dan carilah jalan tengah di antara
keduanya. ( Q.S. 17. 10 )
1)Memohon ampunan ( bertaubat )
QS. An-Nur, 24 : 31
Bertaubatlah kamu semua kepada Allah Swt, hai orang-
orang yang beriman, supaya kamu beruntung.
QS. Al-Baqarah, 2: 222
Sesungguhnya Allah swt menyukai orang yang bertaubat
dan orang yang bersuci
Sabda Nabi ;
Hai manusia, bertaubatlah kepada Allah Swt dan
mintalah ampun kepada-Nya, sesungguhnya aku sendiri
bertaubat dalam seharinya100 kali. ( HR. Muslim )
Setiap anak adam memiliki kesalahan, dan sebaik-baik
orang yang bersalah adalah mereka yang mau bertaubat.
( HR. Tirmidzi dan Ibnu Majah )
2)Memohon karunia (berdoa)
QS. Al-mukmin, 40: 60
Berdoalah kamu kepadaku, Niscaya aku kabulkan
Berdoa dengan memaksimalkan usaha dengan tabah,
mendekati terkabulnya harapan kita. Ku perkenankan doa
orang yang memohon apabila ia memohon kepada-
Ku( 2:186 )

66
Berdoa itu dimulai membaca puji-pujian, membaca
shalawat, keharusan untuk tabah berusaha dengan
bahasa dan materi yang layak untuk disampaikan,
menunjukan kehinaan diri dan berharap mendapat
anugrah kebaikan.
3)Menyampaikan keluhan ( bermunajat )
Sejak semula al-quran telah menggariskan bahwa
manusia itu suka mengeluh. Sesungguhnya kami telah
menciptakan manusia dalam keadaan susah payah. ( QS.
Al-balad, 90;4 )
Sejak dalam kandungan, selama dalam kehidupan ini
hingga kematian dan masa sesudahnya, manusia itu tidak
pernah luput dari kesulitan demi kesulitan.
Orang yang beriman, keimanannya akan melahirkan
sikap optimisme karena ia yakin bahwa apa yang ada
dalam genggaman ilahi, jauh lebih dapat diandalkan
daripada apa yang ada di dalam genggamannya. Boleh
saja mengeluh, apa lagi jika ditujukan kepada Allah Swt
sabil berusaha. Saat itu keluhan menjadi tanda
optimisme.
Para nabi pun mengeluh,
QS.Shad, 38 : 41
Ingatlah hamba kami, Ayub, ketika ia menyeru
tuhannya, sesungguhnya aku diganggu setan dengan
kepayahan dan siksaan.
Dengarkan juga keluhan Nabi Yakub, yang ucapannya di
abadikan oleh Al-quran.
QS. Yusuf, 12 : 86
Sesungguhnya hanyakepada Allah Swt aku
mengadukan kesusahanku dan kesedihanku
Selain itu, Nabi Muhammad pun demikian pula, beliau
mengeluh ketika di makkah ditolak dan di Thaif pun di
ganggu. Beliau mengeluh,

67
Wahai Tuhanku! Kepada siapa engkau serahkan aku,
kepada musuh yang elalu mengintaiku, atau kepada
teman yang patah- sayap menghadapiku? Akantetapi,
selama engkau tidak murka kepadaku, aku sama sekali
tidak peduli.
Manusia mengeluh karena dia mengharap, dan pada
saat yang sama, sebenarnya dia memenuhi jiwanya
dengan optimisme. Oleh karena itu, kita dilarang berputus
asa, dan harus senantiasa menghiasi diri dengan
beroptimis.
QS. Ath-Thalaq, 65;7

Allah Swt akan menjadikan setelah kesempitan itu


kelapangan
Bahkan kelapangan akan berganda sesudah satu
kesulitan. Maka sebetulnya tidak ada tempat bagi
masyarakat kita untuk berputus asa ( pesimis ), karena
tidak ada yang berputus asa dari rahmat tuhannya,
kecuali orang-orang yang sesat. ( QS. Al-Hijr, 15;56 )

C. Akhlak terhadap Makhluk


Ketika menghadap Makhluk Allah Swt, maka berperan
sebagai Khalifah- Nya, yakni berperan sebgaai Khalifah Allah
Swt. Di muka bumi ini, banyak cara yang dilakukan oleh kita
terhadap makhluknya saat berinteraksi. Mengenai hal ini,
terdapat dua macam, yakni akhlak terhadap manusia dan
akhlak terhadap non manusia.
Merasa rendah diri dihadapan-Nya dan merasa seperti
melihatnya, akhlak terhadap Allah Swt itu antara lain ialah
( peran sebagai khalifatullah
a. Akhlak terhadap manusia
1) Akhlak terhadap diri sendiri
Akhlaq terhadap diri sendiri ini telah di firmankan Allah dalam
QS. Al-isra, 17;7

68
Jika kamu berbuat baik, berarti kebaikanmu itu untuk
dirimu sendiri.
Adapun akhlaq terhadap dirisendiri adalah sebagai berikut :

a) Kerja keras
Kerja keras adalah memaksimalkan segala kemampuan
diri untuk mencapai suatu tujuan. kemampuan itu adalah
segala hal yang dimiliki seperti tenaga, biaya, kesempatan,
kesanggupan. Memaksimalkan itu berarti memfungsikan
seluruh kemampuan itu dengan sebaik-baiknya.
QS. Al-Anam, 6 : 135
Hai kaumku, berbuatlah sepenuh kemampuanmu.
Sabda Nabi :
Sesungguhnya Allah Swt senang apabila salah seorang
diantara kamu mengerjakan suatu pekerjaan itu dikerjakan
dengan baik.

b) Hemat
Hemat berarti hidup irit, sederhana, teliti,
menggunakan anugrahnya secara proporsional, yang
pertengahan antara boros yaitu yang menghamburkan
anugrah secara berlebihan, dan kikir yaitu menahan
penggunaan anugrah secara berlebihan pula. Bersikap
hemat itu, bias dilakukan dalam berbagai hal, seperti hemat
dalam hal makanan, pakaian, tempat tinggal, menabung,
dan sebagainya.
Nabi bersabda :
Tempat yang paling jelek yang suka di isi manusia
adalah perut yang terlalu penuh.
2) Akhlak terhadap diri orang lain
Akhlaq terhadap orang lain itu bersandar kepada firman
Allah dalam QS. An-Nisa, 4: 86
Apabila orang mengucapkan salam kepadamu, maka
hendaklah kamu balas salamnya itu dengan yang lebih baik

69
atau balaslah salam itu degan yang setimpal.
Sesungguhnya Allah Swt maha memperhitungkan segala
sesuatu.
Mengenai Akhlak terhadap orang lain, difokuskan
terhadap orang tua, saudara, tetangga, sesama muslim,
kaum lemah.
a) akhlak terhadap orang tua
Pembicaraan tentang akhlak terhadap orang tua ini
dibatasi kepada tanggung jawab orang tua, kewajiban
anak, dan realisasi berbuat baik.
(1) tanggung jawab orang tua
Ibu dan bapak berperan sebagai orang tua. Mereka
memainkan perannya itu dengan membesarkan anak-
anaknya hingga mencapai kedewasaannya.
Membesarkan anak itu dilaksanakan dalam bentuk
tanggung jawab sebagai orang tua. Tanggung jawab
yang kompleks ini terbagi pada dua hal, yaitu bersifat
materi dan bersifat non materi.
(a) Tanggung jawab bersifat materi
Menanggung biaya hidup ( memberi nafkah, infaq
). Seorang ayah mencari nafkah untuk menghidupi
keluarganya yang kebutuhannya terus berlanjut.
Mengenai kebutuhan makanan (pangan), pakaian
(sandang), tempat tinggal ( papan), biaya
berolahraga dan berobat (kesehatan), biaya
bersekolah dan tirkah yaitu harta peninggalan
sabagai bukti kepeduliannya kepada ahli waris.
(b) Tanggung jawab bersifat non materi
Mengenai tanggung jawab melimpahkan kasih
sayang, perhatian, memberikan hak-haknya,
seperti mengazani, mengamati, memberi nama
yang baik, mencukur rambutnya,
mengaqiqahkannya, mengkhitankannya,

70
mendidiknya, menyekolahkannya, menikahkannya,
melepasnya dalam kemandirian.
QS. At-Taghabun, 64 : 14
Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya
diantara istri-istrimu dan anak-anakmu ada yang
menjadi musuh bagimu, maka berhati-hatilah
kamu terhadap mereka. Dan jika kamu
memaafkan, berhati lapang, dan memberi
ampun, maka sesungguhnya Allah Swt maha
pengampun lagi maha penyayang.

(2) kewajiban anak


Seorang anak harus ihsan terhadap orang tuanya.
QS.Al-Isra, 17:23
Tuhanmu telah menetapkan supaya kamu tidak
menyembah kecuali kepada-Nya, dan berbuat baik
kepada kedua orang tua.
Berbuat baik kepada orang tua itu dalam bentuk
yang beragam, seperti memberikan kasih sayang,
tazim, bersikap sopan, menentramkan, merendah,
mendoakan.

b) Akhlak terhadap orang terdekat


saudara dalam konteks ini adalah saudara kandung,
kakak, adik, paman, bibi, mereka disebut juga dengan
Zawul Qurba atau Zawul Arham. Tentang ini ada 2 hal,
yaitu
(1) bersilaturahmi. Artinya, mempererat tali
persaudaraan, mempererst hubungan antar family, dan
(2) memberi bantuan. Kerabat dekat menempati
peringkat kedua setelah orang tua dalam hal infak
c) Akhlak terhadap tetangga
tetangga berarti orang yang tempat tinggalnya
( rumahnya) berdekatan dengan kita. Rasulullah Saw
bersabda :

71
Demi Allah Swt, tidak sempurna imannya (3x). beliau
ditanya : siapa itu wahai rasul? Beliau menjawab:
orang yang tetangganya tidak merasa aman dengan
gangguan dan kejahatannya. (Mutafaq alaih)
Berakhlak kepada tetangga dengan memberikan
haknya. Rasulullah Saw melihat empat macam
kategori tetangga.
(1) tetangga yang kerabat, muslim, memiliki 3 hak,
yakni hak keislaman, hak kekerabatan, hak
ketetanggaan.
(2) tetangga yang muslim, bukan kerabat, memiliki dua
hak.
(3) tetangga yang bukan kerabat dan bukan muslim,
memiliki satu hak.
(4) tetangga yang kerabat tapi bukan muslim memiliki
dua hak.

d) berakhlak terhadap sesama muslim


pada hakikatnya, muslim itu saling menyelamatkan
antar sesamanya, ada ikatan keluarga semuslim dan
tidak saling mengganggu antar mereka. Rasulullah
Saw bersabda :
muslim itu adalah orang yang tidak pernah
mengganggu sesamanya, baik dengan ucapannya
maupun dengan tindakannya. (HR.Mutafaq alaih).
(1) Setia Kawan
QS. Al-Hujrat : 10
Sesungguhnya orang-orang mukmin itu bersaudara.
Sabda Nabi :
Orang-orang mukmin itu bagaikan satu tubuh. Bila
salah satu anggotanya sakit, maka seluruh
anggotanya terpanggil karenanya. (Hadits shahih).
(2) Menunaikan hak-haknya
Nabi bersada :
Hak seorang muslim atasmuslim yang lain itu ada 6,
yaitu :

72
- Jika bertemu, ucapkanlah salam kepadanya
- Jika mengundang, maka penuhilah
- Jika meminta nasihat, berilah ia nasihat
- Jika bersin, mengucapkan alhamdulilah dan
jawablah yarhamukallah
- Jika sakit, maka tengoklah
- Jika mati, antarkanlah ia ke peristirahatan
terakhirnya.
( HR. Bukhori )
e) Akhlak terhadap kaum lemah
Rasulullah Saw bersabda :
Sesungguhnya Allah Swt memfardukan atas orang-
orang kaya muslim, sekadar dalam hartanya sehingga
menutupi kebutuhan kaum fakir miskin. Kemelaratan
orang-orang miskin adalah karena ulah orang-orang
kaya di kalangan mereka. Ingatlah, Allah akan
menghisab mereka dengan hisaban yang keras dan
mengazab mereka dengan azab yang pedih. ( Hadits
dari Ali bin Abi Thalib )

D. Akhlak terhadap Non Manusia (Alam sekitar)


Alam ialah segala sesuatu yang ada di langit dan bumi
beserta isinya, selain Allah. Allah melalui Al-Quran
mewajibkan kepada manusia agar mengenal alam semesta
beserta isinya.
Manusia sebagai khlaifah diberi kemampuan oleh Allah untuk
mengelola bumi dan mengelola alam semesta ini. Manusia
diturunkan kebumi untuk membawa rahmat dan cinta kasih
kepada alam sekitarnya. Oleh karena itu, manusia mempunyai
tugas dan kewajiban terhadap alam sekitarnya, yakni
melestarikannya dengan baik, ada kewajiban manusia untuk
berakhlaq kepada alam sekitanya. Ini berdasarkan kepada hal-
hal berikut :

73
1. bahwa manusia hidup dan mati selalu berada di alam, yaitu
bumi.
2. Bahwa alam merupakan salah satu hal pokok yang disampaikan
di dalam Al-Quran.
3. Bahwa Allah memerintahkan kepada manusia untuk menjaga
pelestarian alam yang bersifat umum dan khusus.
4. Bahwa Allah memerintahkan kepada manusia untuk mengambil
manfaat yang sebesar-besarnta dari alam, agar kehidupannya
menjadi makmur.
5. Manusia berkewajiban untuk mewujudkan kemakmuran di bumi.
1) memelihara kelestarian Alam
QS. Ar-Rum, 30 : 41
Telah terjadi kerusakan di darat dan di laut karena
perbuatan tangan manusia, kemudian Allah Swt
menimpakan balasan perbuatan mereka agar mereka
kembali.

a) Alam dan kelestariannya


Alam ini merupakan media fasilitas kehidupan
manusia dengan segala macam perangkat yang
dimilikinya. Bumi dengan segala yang dikandungnya
seperti tanah, air, tumbuhan, hewan, khazanah di
perutnya, dan langit pun dengan seantero penjurunya
seperti udara, matahari, bulan, bintang dan semua
fasilitas ini disediakan untuk kepentingan manusia.

QS. Lukman : 20
Tidaklah kamu perhatikan bahwa Allah Swt telah
menundukan untukmu apa yang ada di langit dan apa
yang ada di bumi. Dan dia telah menyempurnakan
nikmat-nya kepadamu lahir dan bathin? Dandiantara
manusia ada yang memperdebatkan Allah Swt tanpa
ilmu tanpa petunjuk, dan tidak pula ada kitab yang
memberi penerangan.

74
Lestari adalah tetap seperti keadaan semula.
Melestarikan adalah membiarkan sesuatu seperti
keadaan semula, mempertahankan kelangsungannya.
Berarti pula menjaga, memelihara dari kerusakan,
menjaga dari kepunahan.
b) Perwujudan pelestarian alam
Upaya mewujudkan pelestarian alam itu difokuskan
pada 3 hal, yaitu syukur, islah, dan tidak merusak.
(1) Syukur
Syukur berarti menggunakan nikmat sesuai
dengan tujuan diciptaknnya nikmat itu. Mensyukuri
nikmat itu adalah pertama, tahu untuk apa Dia
menciptakan nikmat itu, dan kedua,
menggunakannya sesuai dengan tujuan penciptaan
itu.
(2) Ishlah
Ishlah berarti mendamaikan, membetulkan
QS. Al-Araf, 7 : 56
Janganlah kamu membuat kerusakan di muka
bumi sesudah dibangunnya. Dan mohonlah
kepadanya dengan rasa takut dan harap.
Sesungguhnya rahmat Allah Swt itu dekat dengan
muhsinin
(3) Tidak merusak
a. Akhlaq terhadap kenyamanan
Kenyamanan adalah suatu keadaan dimana telat
terpenuhinya kebutuhan dasar manusia yaitu kebutuhan
akan ketentraman ( suatu kepuasan yang meningkatkan
penampilan sehari-hari). Kelegaan (kebutuhan yang telah
terpenuhi) dan transenden (keadaan tentang sesuatu
yang melebihi nyeri). Atau menerut pendapat lain,
bahwasannya kenyamanan adalah keadaan yang
menyebabkan seseorang merasa nyaman seseorang
akan merasa nyaman jika :

75
Adapun hal yang dilakukan untuk menciptakan
kenyamanan adalah :
Merawat suasana kebersihan
Kebersihan adalah keadaan bebas dari kotoran,
termasuk diantaranya debu, sampah bau. Kebersihan
juga sangat berpengaruh terhadap kesehatan, karena
penularan penyakit atau infeksi disebabkan oleh
mikroba, kebersihan juga berarti terbebas dari virus
bakteri pathogen dan bahan kimia berbahaya.
Adapun kebersihan dalam pandangan agama islam
Islam itu adalah agama yang sangat memperhatikan
kebersihan baik itu secara fisik ataupun jiwa, baik
yang nampak taupun tidak nampak, agar menjaga
sekeliling kita dari kotor agar tetap bersih, adapun
sabda Rasulullah SAW yang artinya :

meludah itu salah satu kesalahan, dan dendanya


adalah meleburnya
(HR. Ahmad)

Adapun hadits Rasullah saw yang menerangkan


penting kebersihan dan perlunya mewujudkan
kebersihan antara lain :
1. Kebersihan itu sebagian dari iman (HR Muslim)
2. Agama itu diatas kebersihan ( HR Muslim)
3. Sungguh islam itu bersih, hendaklah kamu mewujudkan
kebersihan karena sesungguhnya tidak akan masuk
syurga kecuali orang yang bersih (HR Khatib)
4. Sungguh Allah itu bersih dan memncintai kebersihan
(HR at-Turmudzi)

Marawat suasana keindahan

76
Keindahan berasal dari kata indah, keindahan adalah
sifat dari sesuatu yang memberi kita rasa senang bila
melihatnya. Dalam kamus besar bahasa Indonesia,
keindahan diartikan sebagai keadaan yang enak,
dipandang cantik, bagus benar atau elok.

Merawat keindahan merupakan kewajiban kita


sebagai mahluk hidup.
Menjaga ketertiban
Ketertiban berasal dari kata tertib yang berarti
teratur, menurut aturan ; rapi, sedangkan ketertiban
ada kalanya diartikan sebagai ketertiban,
kesejahteraan dan dan keamanan.
Disetiap aspek kehidupan sudah barang tentu
terdapat aturan yang mengatur, baik itu dalam
lingkungan, rumah, sekolah dalam beragamapun
banyak aturan yang harus kita taati, semua itu
bertujuan agar masyarakat tertata rapih tidak
melanggar apa yang telah disyariatkan.

b. Akhlaq terhadap kepemilikan


Islam mencangkup sekumpulan pinsip yang
mengatur hubungan seorang muslim dengan
muslim, muslim dengan Tuhan dan masyarakat.
Dalam hal ini islam bukan hanya sekedar layanan
Tuhan tetapi juga mengatur dan mengorganisir
umat manusia agar berakhlaq baik dalam
kehidupan spiritual maupun material.
Dalam pandangan islam, pemilik asal semua
harta dengan segala macamnya adalah Allah SWT

77
karena Dialah sang Pencipta, Pengatur dan
Pemilik segala yang ada di alam semesta ini.
Seseorang yang telah beruntung memperoleh
harta, pada hakekatnya dia menerima titipan dari
Allah sebagai amanat untuk disalurkan dan
dibelanjakan sesuai kehendak pemilik sebenarnya
(Allah SWT), baik dalam pengembangannya
maupun pengguaannya. Sejak semula Allah telah
menetapkan bahwa hnedaknya digunakan untuk
kepentingan bersama.

Menjaga barang milik sendiri


Kepemilikan pribadi adalah hukum syara yang berlaku
bagi dzat atau kegunaan tertentu, yang memungkinkan
pemiliknya untuk memanfaatkan barang tersebut, setra
memperoleh komprnsasiny baik karena diambil
kegunaannya atau karena disewa orang lain atau
karena dikonsumsi dari barang tersebut.
Adapun hal yang baik untuk dilakukan adalah dengan
menjaga titipan yang diamanatkan Allah untuk hal-hal
yang bermanfaat.
Menjaga barang milik orang lain
Menjaga barang orang lain itu sangat erat kaitannya
dengan amanah. Apabila berbicara tentang amanah,
pasti kita selaku hamba Allah yang beriman harus
menjaga setiap amanah yang diberikan kepada kita,
termasuk menjaga barang orang lain yang dtitipkan
kepada kita.
Adapun hadits Rasulullah tentang amanah sebagai
berikut :

78
















( ) .
Artinya: Dari Khudzaifah berkata, Rasulullah SAW menyampaikan
kepadaku dua hadis, yang satu telah saya ketahui dan yang satunya lagi
masih saya tunggu. Beliau bersabda kepada kami bahwa amanah itu
diletakkan di lubuk hati manusia, lalu mereka mengetahuinya dari Al
Quran kemudian mereka ketahui dari al hadis (sunnah). Dan beliau juga
menyampaikan kepada kami tentang akan hilangnya amanah. Beliau
bersabda: seseorang tidur lantas amanah dicabut dari hatinya hingga
tinggal bekasnya seperti bekas titik-titik. Kemudian ia tidur lagi, lalu
amanah dicabut hingga tinggal bekasnya seperti bekas yang terdapat di
telapak tangan yang digunakan untuk bekerja, bagaikan bara yang di
letakkan di kakimu, lantas melepuh tetapi tidak berisi apa-apa. Kemudian
mereka melakukan jual beli/transaksi-transaksi tetapi hampir tidak ada
orang yang menunaikan amanah maka orang-orang pun berkata :
sesungguhnya dikalangan Bani Fulan terdapat orang yang bisa dipercayai
dan adapula yang mengatakan kepada seseorang alangkah pandainya,
alangkah cerdasnya, alangkah tabahnya padahal pada hatinya tidak ada
iman sedikitpun walaupun hanya sebiji sawi. Sungguh akan datang padaku
suatu zaman dan aku tidak memperdulikan lagi siapa diantara kamu yang
aku baiat, jika ia seorang muslim hendaklah dikembalikan kepada Islam
yang sebenarnya dan juga ia seorang nasrani maka dia akan dikembalikan
kepadaku oleh orang-orang yang mengusahakannya. Adapun pada hari ini
aku tidak membaiat kecuali Fulan bin Fulan.(HR. Imam Bukhari)[1].

c. akhlaq terhadap mahluk lain


menyayangi hewan
Nabi bersabda :
Seorang perempuan masuk neraka akibat mengurung
kucing sampai mati, tidak memberinya makan,
minum, dan tidak melepasnya makan sendiri.
( Mutafaq alaih )
Sahabat bertanya :wahai rasulullah, apakah menolong
hewan seperti anjing itu berpahala?

79
Beliau menjawab :menolong setiap yang hisup ada
pahalanya.
Perwujuda menyayangi hewan dengan cara
menyayanginya. Menyembelih dengan memperpendek
rasa sakit, tidak menyakiti, membiarkannya aman, dan
sebagainya.
merawat tumbuhan
Alam ligkungan dengan tetumbuhannya yang
asri, memberikan rasa senang kepada manusia
sebagai penghuninya. Dengan begitu, perawatan yang
baik terhadap mereka sebagai tanaman hias, tempat
berteduh, berbuah, gunung dengan pepohonannya
dan sebagainya, semuanya sangat menopang
kenyamanan kehidupan manusia.
Gerakan penghijauan, penganekaragaman
tanaman dan pelestarian lingkungan merupakan suatu
hal yang sangat diperlukan bagi kenyamanan hidup
manusia.

PENUTUP
A. Kesimpulan
Ciri-ciri akhlak
Pangkalnya disengaja
Prosesnya terbiasa
Eksistensinya mewarnai
Arah Akhlak
Maksud dari arah akhlak itu sendiri ialah akhlak itu arahnya ditujukan
kepada siapa. Akhlak ini diarahkan pada dua hal, yaitu akhlak kepada khalik
dan akhlak kepada makhluk.
Akhlak kepada Allah swt
Akhlak terhadap Makhluk

80
TOPIK 4
POTENSI DASAR DAN INDUK AKHLAK

Disusun Oleh :

Budi Bhaskara ( 1132050013)


Desi Ratnasari ( 1132050014)

81
PEMBAHASAN

1. Potensi Dasar

Dari segi peristilahan, kata potensi berasal dari bahasa Inggris to


potent yang berarti keras atau kuat. Dalam pemahaman lain kurang lebih
semakna yaitu mengandung arti kekuatan, kemampuan, dan daya, baik
yang belum maupun yang sudah terwujud, tetapi belum optimal.
Sementara itu, dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, yang dimaksud
potensi adalah kemampuan-kemampuan dan kualitas-kualitas yang
dimiliki oleh seseorang, namun belum digunakan secara maksimal.

Secara umum, potensi dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

82
Kemampuan dasar, seperti tingkatan inteligensi, kemampuan abstraksi,
logika, dan daya tangkap.
Sikap kerja, seperti ketekunan, ketelitian, tempo kerja, dan daya tahan
terhadap tekanan.
Kepribadian, yaitu pola menyeluruh terhadap semua kemampuan,
perbuatan, serta kebiasaan seseorang, baik yang jasmani, rohani,
emosional, maupun sosial yang ditata dengan cara yang khas di bawah
pengaruh dari luar. Pola ini berbentuk tingkah laku dalam usahanya
menjadi manusia sebagaimana yang dikehendaki. Beberapa contoh
kepribadian, antara lain ikhlas, tulus, lincah, cerdas, dan lain
sebagainya.

a. Potensi Fitrah

Pengertian : Kata fitrah berasal dari kata (fiil) fathara yang berarti
menjadikan secara etimologi fitrah berarti kejadian asli,agama,
ciptaan, sifat semula jadi, potensi dasar, dan kesucian.
Menurut Ibn Al-Qayyim dan Ibn Al-Katsir, karena fatir artinya
menciptakan, maka fitrah artinya keadaan yang dihasilkan dari
penciptaannya itu. Menurut hadist yang diriwayatkan oleh Ibnu Abbas,
fitrah adalah awal mula penciptaan manusia. Sebab lafadz fitrah tidak
pernah dikemukakan oleh al-Quran dalam konteksnya selain dengan
manusia.
Dalam kamus susunan Mahmud Yunus, fitrah diartikan sebagai agama,
ciptaan, perangai, kejadian asli. Dalam kamus Munjid kata fitrah
diartikan dengan agama, sunnah, kejadian, tabiat.
Menurut Syahminan Zain (1986 : 5), bahwa fitrah adalah potensi laten
atau kekuatan yang terpendam yang ada dalam diri manusia, yang
dibawanya sejak lahir.
Pengertian secara Etimologi tersebut masih bersifat umum, untuk
mengkhususkan arti fitrah, hendaklah perhatikan firman Allah SWT
dalam Q.S Ar-Rum30:Maka hadapkanlah wajahmu kepada agama
dengan selurus-lurusnya (sesuai dengan kecenderungan aslinya),
itulah fitrah Allah. Yang Allah menciptakan manusia diatas fitrah itu.

83
Itulah agama yang lurus. Namun kebanyakan orang tidak
mengetahuinya.
Adapun sabda Nabi SAW yang diriwayatkan oleh Imam Muslim
adalah :
Tiap-tiap anak yang dilahirkan dalam keadaan fitrah. Hanya bapak
ibulah yang menjadikan Yahudi, Nasrani dan Majusi.(H.R. Muslim)
Dalam kata fitrah merupakan bentuk masdar dari kata fathara yang
artinya suci. Sedangkan potensi fitrah dapat diarikian dengan potensi
dasar ke tuhanan yang dimiliki manusia secara internal (hati). asfek
internal akan berfungsi apabila ada faktor pendukung yaitu faktor
eksternal yang berupa wahyu tuhan.
Allah swt dalam al-quran banyak sekali menyinggung mengenai
masalah fitrah salah satunya yang terdapat pada surat Q.S 30 : 30 yang
artinya maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama.
Fitrah Allah yang telah menciptakan manusia atasnya. Tidak ada
perubahan pada ciptaan allah itu, itulah agama yang benar, tetapi
kebanyakan manusia tidak mengetahui
Selain firman allah ada juga salah satu hadits yang menyinggung
masalah fitrah yaitu: Seorang anak tidak dilahirkan kecuali dalam
keadaan fitrah, maka kedua orangn tuanya lah yang menjadikannya
Yahudi, nasrani, atau majusi dalam rieayat yang lain musyrik (Hr
bukhari muslim).
1. Fitrah Beriman
Beriman dapat diartikan dengan membenarkan dihati,
mengucapkan dengan lisan, dan mewujudkan dengan perbuatan.
Adapun pengertian fitrah beriman adalah potensi asal mula
manusia itu dipersiapkan oleh allah untuk beriman kepada-Nya.
Iman merupakan dasar pijakan untuk segala tindakan apapun yang
dilakukan oleh seorang individu.

Tanda-tanda orang yang beriman :


Bergetar hatinya
Bergetar hatinyaa apabila mendengar nama allah.pernyataan itu
tertera dalam surat al-anfal ayat 2-3 yang artinya sesunggunya

84
orang yang beriman itu adalah mereka yang apabila disebut
nama allah gemetarlah hati mereka dan apabila dibacakan
kepada mereka ayat-ayatNya maka bertambahlah iman mereka
dan kepada tuhanlah mereka bertawaqal. (Qs Al-Anfal :2-3).
Tentram hatinya
Seperti yang terdapat dalam al-quran surat Ar-Radu ayat 28,
yang artinya Orang orang yang beriman dan hati mereka
menjadi tentram dengan mengingat allah , ingatlah hanya
dengan mengingat allahlah hati mejadi tentram (Qs Al-Radu :
28)
Tunduk kepada allah
Seperti yang terkandung dalam surat al-hujurat ayat 14
Orang-orang badui berkata: kami telah beriman, katakanlah
kepada mereka kamu belum beriman, tapi katakanlah kami
telah tunduk karena iman itu belum masuk kedalam hatimu. (Qs
Al-Hujurat : 14).
Mendapat cahaya (islam)
Seperti yang terkandung dalam surat Az-Zumar ayat 22
Orang-orang yang dibukakan hatinya oleh allah untuk
menerima islam, lalu dia mendapatkan cahaya dari tuhannya
(Qs Al-Zumar : 22).
2. Fitrah Beribadah
Ibadah adalah satu nama yang mencakup apa-apa yang dicintai dan
diridhai Allah berupa perbuatan dan ucapan, yang lahir maupun
yang batin.
Ayat yang menerangkan tentang ibadah:

Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya


mereka menyembah kepada-Ku. (Qs. adz-Dzariyaat/51: 56)
Untuk apa beribadah? Untuk menjaga diri kita manusia supaya tidak
rugi di dalam kehidupan dunia dan akhirat kita. Allah memberitahu
kepada umat manusia siapa diri-Nya: Allah adalah Dzat yang
memiliki sifat-sifat yang agung dan sempurna. Dengan demikian hal
itu adalah seruan dan ajakan sangat menarik untuk diikuti dan

85
dengan demikian maka umat manusia kemudian beribadah kepada-
Nya untuk menyelamatkan diri dari adzab siksanya dan memperoleh
ridha dan surga-Nya. Allah menutup seruan dan ajakan-Nya dengan
memberi penjelasan untuk tidak menjadikan sekutu-sekutu bagi-
Nya dengan menyembahnya dengan mengabaikan Allah atau
menyembahnya bersama dengan menyembah Allah.
3. Fitrah Berkhilafah
Khilafah berasal dari kata al-khalfu khalafa yakhlufu yang
berarti belakang lalu berkembang menjadi khalfun, kholifah,
Khilafah, khalaif, dan khulafa. Didalamnya terkandung makna
pengganti generasi, pemimpin dan pewaris bumi. Kha-la-fa dalam
arti kepemimpinan terdapat dalam Al-Quran dengan makna
generasi pengganti (QS Al-Araf : 69, QS Maryam : 59). Suksesi
generasi dan kepemimpinan (QS Al Anam : 165, QS Yunus : 14
dan 73, QS Al-Fatir : 39). Setelah memaparkan berbagai dalil Syekh
Abdul Majid Al-Khalidi mendefinisikan Khilafah secara syari
adalah Khilafah didefinisikan sebagai kepemimpinan umum bagi
kaum muslimin secara keseluruhan didunia untuk menegakkan
hukum-hukum syara serta mengemban dakwah Islam keseluruh
dunia (Qowaid Nidzam Al-hukumfii Al Islam hal 238)
Jamaah atau Khilafah menurut Syekh Abdul Qodir Hasan Baraja
adalah wadah bagi kehidupan bersama seluruh kaum muslimin
dimuka bumi untuk melaksanakan ajaran Islam dengan seorang
Imam/Kholifah/Amirul mukminin sebagai pemimpin (Gambaran
Global Pemerintahan Islam hal 73).
Berkhilafah berarti kita melaksanakan kewajiban beruIil amri
minkum. Allah SWT mewajibkan setiap orang beriman untuk taat
kepada Alloh, Rasulullah, dan Ulil amri minkum. Sebagaimana
firman-Nya ( Q.S. 4 : 59 ).
Apakah Khilafah sama dengan Negara
Khilafah adalah wadah bersatunya kaum muslimin yang bersifat
universal dan tidak dibatasi oleh wilayah teritorial, sedangkan

86
negara adalah sistem pemerintahan yang tidak bersifat universal dan
dibatasi oleh daerah teritorial. Pemimpin dalam sistem Khilafah
adalah Kholifah/Amirul Mukminin sedangkan negara pemimpinnya
seorang Presiden (Kepala Negara).

b. Potensi Ego

Ego adalah salah satu sifat umum manusia yang dimiliki oleh
siapa pun. Perasaan yang membuatnya ingin melakukan apapun untuk
dirinya sendiri. Hal itu biasanya terjadi tanpa dia sadari. Takaran ke-
Ego-an setiap manusia itu berbeda-beda, tergantung dari kemampuan
orang tersebut apakah mampu menahannya atau tidak. Faktor-faktor
lain yang dapat membuat takaran keegoan setiap manusia berbeda-
beda itu adalah sebagai berikut:

Faktor Lingkungan.

Keegoan seseorang itu biasanya akan sulit terkontrol jika


lingkungannya tidak mendukung. Seperti keadaan yang
mengharuskannya untuk melakukan apapun untuk bisa mendapatkan
yang terbaik untuk dirinya. Biasanya dikarenakan persaingan, baik itu
persaingan untuk hidup maupun untuk uang, dan sebagainya.

Faktor Kebiasaan.

Faktor yang ini masih berkaitan dengan Faktor Lingkungan.


Faktor ini disebabkan oleh kemanjaan yang dibiasakan oleh orang tua
kepada anaknya sehingga membuatnya merasa apapun bisa dia
dapatkan.

Faktor Keturunan.

87
Faktor ini ada karena ego adalah sifat yang dapat "diturunkan"
kepada keturunannya. Jika ego orang tua besar maka biasanya ego
anaknya pun akan besar juga. Begitupun sebaliknya.

1. Aspek-aspek Ego
Kognitif : fungsi otak, fungsi akal, fungsi qolbu

Otak dan akal adalah pusat aktifitas pikiran manusia berada. Seluruh
peradaban manusia pun dihasilkan oleh kedua hal ini. Itu pula,
kenapa dunia binatang tidak memiliki peradaban seperti manusia
tidak punya sains, teknologi, seni budaya, bahkan agama.

Bicara tentang otak dan akal, Al-Quran memiliki cakupan yang luas
tentang akal dan otak, seperti pada ayat berikut ini :

(Orang yang berakal adalah) orang-orang yang mengingat


(yadzkuruna) Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan
berbaring dan mereka berpikir (yatafakkaruna) tentang penciptaan
langit dan bumi (seraya berkata): Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau
menciptakan ini dengan sia-sia. Maha Suci Engkau, maka
peliharalah kami dari siksa neraka, [QS. Al-Imraan: 190-191].

Memang dalam kaitan antara akal dan qalbu sering dilakukan oleh
para ilmuwan ilmuwan muslim, karena dalam proses diatas bahwa
proses berfikir memang saling berhubungan dengan qalbu.

Selaras dengan kitab suci Al-Quran , Rasulullah saw juga bersabda


yang pertama kali diciptakan oleh allah adalah akal . lalu allah
berkata kepadanya datanglah kemari , maka akalpun datang
kepadanya.kata Allah : demi kemuliaan serta keagunganku, tidaklah
aku ciptakan makhluk yang lebih muia bagiku daripada kamu .
dengan engkaulah aku mengambil dan dengan engkaulah aku
memberi . dengan engkau aku memberikan pahala dan dengan
engkaulah aku memberi hukuman .

88
Sabda Rasulullah saw yang lainnya adalah aku bertanya pada jibril
apakah yang dinamakan kepempinan itu ? jibril menjawab :
akal.

Hakikat akal adalah naluri yang dipergunakan untuk memahami


pengetahuan pengetahuan yang bersifat teoritis . seolah oleh akal
itu adalah cahaya yang dimasukkan kedalam jiwa sehingga manusia
siap memahami sesuatu dan ini berbedabeda menurut perbedaan
perbedaan naluri.

Jika akal kita dijadikan sebuah naluri yang luar biasa terhadap daya
cipta dan karya kita. Menggunakan akal, yaitu pikiran / akal
bukanlah sebuah wadah yang harus diisi melainkan api yang haru
dinyalakan. Hormonhormon yang ada dalam akal sangat mudah
beraksi , sehingga ketika kita berfikir untuk menjadi besar, maka kita
benar-benar kita akan mendapatkan , tentunya melalui proses akal

Afektif : fungsi jantung, fungsi rasa, fungsi qolbu

Jantung (Hati) sesungguhnya memiliki dua pengertian, yakni fisik


dan spiritual. Secara fisik hati merupakan daging yakni organ tubuh
manusia yang tersimpan dan terlindungi oleh tulang belulang. Hati
terletak di dada sebelah kiri. Bentuk hati seperti buah shanaubar
sehingga sering dikatakan hati sanubari.Pada daging hati terdapat
lubang dan jaringan yang halus. Di dalam lubang atau rongga
terdapat darah hitam yang menjadi sumber ruh.

Hati secara spiritual merupakan sesuatu yang halus, rabbaniyah


(ketuhanan), ruhaniah (kerohanian) dan mempunyai keterkaitan
dengan hati yang jasmaniah.

Hati yang halus ialah hakikat manusia. Hatilah yang mengetahui,


yang mengerti dan yang mengenal diri sendiri. Hatilah yang diajak

89
bicara, disiksa, dicela dan dituntut Tuhannya. Hati dalam pengertian
ini juga memiliki kaitan dengan jasmaniah. Hati terkait dengan
akhlak terpuji yang direalisasikan oleh gerak tubuh. Hati
menentukan sifat dan watak manusia yang tampak secara lahiriah.

Al-quran QS. Al-Imraan: 190-191menjelaskan bahwa orang-orang


yang berakal adalah orang-orang yang memadukan fungsi antara
pikiran (Cortex) dan perasaan (sistem limbik) secara maksimum,
sehingga ketika memperoleh keyakinan (kesimpulan tertinggi berupa
keimanan) bakal menggetarkan jantung-hati (Qalb), yang berada di
dalam dada.

Selain itu juga manusia juga memiliki getaran qalbu, sehingga


getaran ini melahirkan sebuah kepahaman. getaran Qalbu yang ada
di jantung merupakan resonansi getaran yang berasal dari Sistem
Limbik di otak tengah. Dengan kata lain, Qalbu merupakan cerminan
apa yang terjadi di Sistem Limbik. Masalahnya, getaran apakah yang
paling dominan sedang mengisi Sistem Limbik, maka itulah yang
diresonansikan ke jantung.

Psikomotorik : fungsi otot (panca indra) , fungsi gerak, fungsi


qolbu
Psikomotorik adalah kemampuan yang menyangkut kegiatan
otot dan fisik.PancaIndera atau indria merupakan alat
penghubung/kontak antara jiwa dalam wujud kesadaran rohani diri
dengan material lingkungan. Dalam ajaran Hindu indria ada sebelas
macam dan disebut sebagai eka dasa indriya.
Lima macam indera berfungsi sebagai alat sensor dalam
bahasa Sansekertanya disebut panca budi indriya dan dalam bahasa
Indonesia lebih dikenal sebagai panca indera yaitu: alat pembantu
untuk melihat (mata), alat pembantu untuk mengecap (lidah), alat

90
pembantu untuk membau (hidung), alat pembantu untuk mendengar
(telinga), dan alat pembantu untuk merasakan (kulit/indera peraba).
Lima jenis lagi disebut panca budi indria sebagai alat gerak
yaitu tangan untuk mengambil, kaki untuk berjalan, anus untuk
membuang air, mulut sampai hidung untuk bicara-bernafas-makan,
alat kelamin untuk menikmati hubungan kelamin. Indria yang
kesebelas merupakan indera utama yang mengontrol jalannya
kesepuluh indera yang lain. Indera kesebelas ini adalah pikiran
sebagai kendali segala aktivitas diri.
Ilmuwan muslim yang merujuk pada kitab suci Al-quran ,
dijelaskannya bahwa di dalam otak manusia terdapat Cortex Cerebri,
atau sering disebut Cortex saja. Sangat menarik mendapati kenyataan
bahwa pusat penglihatan dan pendengaran manusia ternyata juga
terdapat di Cortex-nya. Pusat penglihatan berada di kulit otak bagian
belakang, sedangkan pusat pendengaran berada di bagian samping.
Berarti, proses melihat dan mendengar itu sebenarnya identik dengan
proses berpikir. Orang yang melamun, meskipun bisa melihat dengan
mata dan mendengar dengan telinga, dia tidak bisa memahami apa
yang sedang dilihat dan didengarnya. Pada saat demikian, dia tidak
sedang mengaktifkan daya pikir Cortexnya secara utuh.

2. Macam-Macam Ego
a. Ego Kedirian
Ego kedirian atau juga ego individualis adalah konsep keakuan yang
bersifat individu sebagai pusat lingkungan dirinya,dan orang lain
siapapun itu, berada di luarnya.orang seperti ini memiliki sifat
egois,angkuh,segalanga di lakukan untuk dirinya saja. Ini
memungkinkan untuk berbagi tindakan keji hanya untuk kepentingan
dirinya.
b. Ego kekeluargaan
Ego kekeluargaan adalah konsep keakuan yang bersifat keluarga
sebagai pusat lingkaran dirinya dan orang lain selain mereka itu

91
berada di luarnya. Lingkaran ego tingkat ini lebih luas. Jika orang
egois itu berkeluarga dan memiliki beberapa orang anak, maka ia
bersifat adil,jujur, bersikap lembut dan rela berkorban untuk
keluarganya itu, akan tetapi jika bergaul dengan masyarakat, ia
menghendaki segalanya itu untuk keluarganya.

c. Ego keprofesian
Ego keprofesian adalah konsep keakuan yang bersifat profesi
sebagai pusat lingkungan dirinya dan orang lain selain orang yang
satu profesi dengannya dianggap orang lain(berada diluarnya). Jika
orang egois itu memiliki suatu profesi, maka orang itu akan memiliki
tanggungjawab, berkompeten, dan memiliki keahlian sesuai dengan
tuntutan profesi yang dimilikinya, dan apabila orang itu bergaul
dengan masyarakat, orang itu menghendaki segalanya untuk
mengabdi dan memberi pelayanan yang disanggupi sesuai dengan
kebutuhan masyarakat.
d. Ego keagamaan
Ego keagamaan adalah konsep keakuan yang bersifat agama sebagai
pusat dirinya, dan orang lain selain mereka itu berada di luarnya.
Lingkaran ego tingkat ini lebih luas dari lingkaran ego sebelumnya,
lebih luas dari ego sebuah keluarga. Ego keagamaan lingkaranya
menjadi satuan kepercayaan dikalangan intern itu sendiri. Konsep
moral mereka adalah benar di kalangan individu-individu, namun
tidak demikian hanya di kalangan agama lain.

2. Induk Akhlak
Kata akhlak berasal dari bahasa Arab,yaitu jama dari kata khuluqun
yang secara linguistic diartikan dengan budi pekerti, perangai, tingkah
laku atau tabiat.
Akhlak secara garis besar terbagi kepada dua bagian, yaitu akhlak yang
terpuji, al-akhlaq al-karimah dan akhlak yang tercela, al-akhlaq al-
mazmumah. Dan secara teoritis macam-macam akhlak ini berinduk kepada
tiga perbuatan utama, yaitu hikmah (bijaksana), syajaah (perwira,

92
kesatria), dan iffah (menjaga diri dari perbuatan dosa dan maksiat). Yang
ini semua berinduk kepada sikap adil, yaitu sikap pertengahan atau
seimbang dalam mempergunakan ketiga potensi rohaniah yang terdapat
dalam diri manusia, yaitu aql (pemikiran) yang berpusat di kepala,
ghadab (amarah) yang berpusat di dada, dan nafsu syahwat (dorongan
seksual) yang berpusat di perut, mengenai terakhir ini telah dibicarakan
sebelum ini.
Tetapi walau demikian sikap adil ini tidak luput dari kritik para peneliti di
bidang akhlak sebagaimana dikemukakan oleh Aristoteles yang diikuti
oleh Ibn Miskawaih dan para filosof akhlak lainnya, di mana sikap adil,
tengah-tengah ini tidak sepenuhnya diterima oleh mereka, karena
menurutnya keutamaan sebenarnya berada pada titik yang jauhnya tidak
sama dari dua sisi keburukan, sikap dermawan misalnya, akan lebih dekat
kepada sikap boros dibandingkan pada sifat kikir. Demikian juga yang
lainnya. Selain itu, lanjutnya, banyak keutamaan yang tidak mempunyai
tengah-tengah seperti jujur dan adil itu sendiri pun demikian dengan benar
dan baik. Sehingga dengan ini teori pertengahan tidak dapat menjelaskan
seluruh contoh perbuatan akhlak yang baik ataupun yang buruk karena
memang teori pertengahan hanya terbatas pada akhlak yang dasarnya
adalah bersumber pada penggunaan potensi rohani, akal, amarah dan nafsu
syahwat yang digunakan secara pertengahan.

a. Hikmah
Definisi Hikmah secara bahasa menurut kamus bahasa Arab, Al-
Hikmah berarti : kebijaksanaan, pendapat atau pikiran yang bagus,
pengetahuan, filsafat, kenabian, keadilan, peribahasa (kata-kata
bijak), dan al-Quranul karim.
Sedangkan Imam al-Jurjani rahimahullah dalam kitabnya memberikan
makna AL-HIKMAH secara bahasa artinya : ilmu yang disertai amal
(perbuatan), atau perkataan yang logis dan bersih dari kesia-siaan.
Orang yang ahli ilmu HIKMAH disebut al-Hakim, bentuk jamaknya
(plural) adalah al-Hukama. Yaitu orang-orang yang perkataan dan
perbuatannya sesuai dengan sunnah Rasulullah..

93
Sehingga orang yang dianugerahi HIKMAH adalah:

Orang yang mempunyai ilmu mendalam dan mampu


mengamalkannya.

Orang yang benar dalam perkataan dan perbuatan.

Orang yang menempatkan sesuatu sesuai pada tempatnya (adil).

Orang yang melakukan atau tidak melakukan sesuatu sesuai


dengan apa yang seharusnya dilakukan atau tidak dilakukan.

Orang yang mampu memahami dan menerapkan hukum Allah.

Hikmah bisa didapat dari siapa saja dan dalam peristiwa apa saja.

Ambillah hikmah yang kamu dengan dari siapa saja, sebab hikmah
itu kadang-kadang diucapkan oleh seseorang yang bukan ahli
hikmah. Bukankah ada lemparan yang mengenai sasaran tanpa
disengaja? (HR. Al-Askari dari Anas ra dalam kitab Kashful Khafa
Jilid II, h.62)

Begitu banyak ilmu dan hikmah yang disebarkan Allah subhana


wataala di dunia ini. Sering kita menemukannya dari pelajaran di
lembaga pendidikan, majlis talim, nasihat-nasihat orang tua, diskusi
dengan teman, bahkan saat kita menyaksikan apa yang terjadi di
penjuru langit dan bumi. Kekayaan ilmu yang Allah miliki tak pernah
terbatas dan akan diberikan kepada siapa yang dikehendaki-Nya.

b. Syajaah
secara sederhana, syajaah biasa diartikan berani.BIla hendak
didefinisikan dengan lebih luas, Syajaah dikatakan sebagai
kemampuan menundukkan jiwa agar tetap tegar dan teguh serta tetap
maju saat berhadapan dengan musuh atau musibah. Istilah yang

94
berdekatan dengan sajaah adalah jurah.sinomin lainnya adalah
iqdam. syajaah adalah sifat pertengahan (wasath) antara jubn
(penakut,pengecut) dan tahawwur (berani tanpa perhitungan). Imam
syahid Hasan Al Banna mendefinisikan Syajaah sebagai azhimul
ihtimal (besarnya daya pikul dan daya tahan). Sifat Syajaah seperti ini
merupakan konsekuensi logis dari keimanan seseorang kepada Allah
swt, hari akhir, malaikat, nabi dan rasul dan kepada qadha dan qadar
Alllah SWT.
keimanan kepada Allah SWT, hari akhir dan kepada Qadha dan Qadar
misalnya akan menjadikan seseorang merasa yakin seyakin-yakinnya
bahwa siapa saja yang berada di jalan Allah SWT. berarti berada pada
jalan kebenaran. Kematian di jalan Allah SWT hanyalah mempercepat
kerinduannya untuk bertemu Allah SWT dan menikmati surga nya
serta mati atau hidup itu sudah ada ketentuannya di sisi Allah SWT,
betapa pun seseorang selalu berhadapan dengan mara bahaya,
namaun, jika Allah swt belum menakdirkannya meninggal, ia tidak
akan meninggal.

Perwujudan sifat Syajaah sebagaimana yang sudah dijelaskan di atas


bisa bermacam-macam, tidak mesti dalam medan pertempuran atau
medan laga. Imam Syahid Hasan Al- Banna rahimahullah
menyebutkan bahwa Syajaah bisa terwujudkan dalam bentuk-bentuk
sebagai berikut :

1. Ash-Sharahah fil haq (terus terang dalam kebenaran), tidak plin-


plan (sesekali mengatakan begini dan pada kali lainnya
mengatakan begitu).

2. Kitmanus-sirr (menyebunyikan rahasia, tidak membukanya, apalagi


menyebarkanluaskannya).Apapun yang dia hadapi dalam
menyimpan rahasia itu, ia tetap mempertahankannya, sepatah pun
tidak mengataknnya.

95
3. Al Itiraf bil khatha (mengakui kesalahan),tidak lempar batu
sembunyi tangan, menutupi kesalahan apalagi mengemasnya
dengan kemasan-kemasan kebenaran.

4. Al Inshaf minan-nafs( obyektif terhadap diri sendiri), hati boleh


panas, telinga boleh merah akan tetapi akal pikiran tetap jenih dan
memilih cara mengekspresikan kemarahannya dalam bentuk yang
paling tepat.

c. Iffah
Secara bahasa, iffah adalah menahan. Adapun secara istilah; menahan
diri sepenuhnya dari perkara-perkara yang Allah haramkan. Dengan
demikian, seorang yang afif adalah orang yang bersabar dari perkara-
perkara yang diharamkan walaupun jiwanya cenderung kepada perkara
tersebut dan menginginkannya.

Bila seorang muslim dituntut untuk memiliki iffah maka demikian


pula seorang muslimah. Hendaknya ia memiliki iffah sehingga ia
menjadi seorang wanita yang afifah, karena akhlak yang satu ini
merupakan akhlak yang tinggi, mulia dan dicintai oleh Allah
Subhanahu wa Taala. Bahkan akhlak ini merupakan sifat hamba-
hamba Allah yang shalih, yang senantiasa menghadirkan keagungan
Allah dan takut akan murka dan azab-Nya. Ia juga menjadi sifat bagi
orang-orang yang selalu mencari keridhaan dan pahala-Nya.

Berkaitan dengan iffah ini, maka ada beberapa hal yang harus
diperhatikan dan dilakukan oleh seorang muslimah untuk menjaga
kehormatan diri, di antaranya:

1. Menundukkan pandangan mata (ghadhul bashar) dan menjaga


kemaluannya. Allah Subhanahu wa Taala berfirman:

96



Katakanlah kepada wanita-wanita mukminah: Hendaklah mereka


menundukkan pandangan mata mereka dan menjaga kemaluan
mereka (An-Nur: 31)

Asy-Syaikh Muhammad Amin Asy-Syinqithi rahimahullah berkata:


Allah Jalla wa Ala memerintahkan kaum mukminin dan mukminat
untuk menundukkan pandangan mata mereka dan menjaga kemaluan
mereka. Termasuk menjaga kemaluan adalah menjaganya dari
perbuatan zina, liwath (homoseksual) dan lesbian, dan juga
menjaganya dengan tidak menampakkan dan menyingkapnya di
hadapan manusia. (Adhwa-ul Bayan, 6/186)

2. Tidak bepergian jauh (safar) sendirian tanpa didampingi mahramnya


yang akan menjaga dan melindunginya dari gangguan. Rasulullah
Shallallahu alaihi wa sallam bersabda:

Tidak boleh seorang wanita safar kecuali didampingi mahramnya.


(HR. Al-Bukhari no. 1862 dan Muslim no. 1341)

3. Tidak berjabat tangan dengan lelaki yang bukan mahramnya. Karena


bersentuhan dengan lawan jenis akan membangkitkan gejolak di
dalam jiwa yang akan membuat hati itu condong kepada perbuatan
keji dan hina.

Asy-Syaikh Abdul Aziz bin Abdillah bin Baz rahimahullah berkata:


Secara mutlak tidak boleh berjabat tangan dengan wanita yang bukan
mahram, sama saja apakah wanita itu masih muda ataupun sudah tua.
Dan sama saja apakah lelaki yang berjabat tangan denganya itu masih

97
muda atau kakek tua. Karena berjabat tangan seperti ini akan
menimbulkan fitnah bagi kedua pihak. Aisyah radhiallahu anhu
berkata tentang teladan kita (Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam):

Tangan Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam tidak pernah


menyentuh tangan wanita, kecuali tangan wanita yang dimilikinya
(istri atau budak beliau). (HR. Al-Bukhari, no. 7214)

Tidak ada perbedaan antara jabat tangan yang dilakukan dengan


memakai alas/ penghalang (dengan memakai kaos tangan atau kain
misalnya) ataupun tanpa penghalang. Karena dalil dalam masalah ini
sifatnya umum dan semua ini dalam rangka menutup jalan yang
mengantarkan kepada fitnah. (Majmu Al-Fatawa, 1/185)

4. Tidak khalwat (berduaan) dengan lelaki yang bukan mahram.


Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam telah memperingatkan dalam
titahnya yang agung:

Tidak boleh sama sekali seorang lelaki bersepi-sepi dengan seorang


wanita kecuali bila bersama wanita itu ada mahramnya. (HR. Al-
Bukhari no. 5233 dan Muslim no. 1341)

5. Menjauh dari hal-hal yang dapat mengundang fitnah seperti


mendengarkan musik, nyanyian, menonton film, gambar yang
mengumbar aurat dan semisalnya.

98
Seorang muslimah yang cerdas adalah yang bisa memahami akibat
yang ditimbulkan dari suatu perkara dan memahami cara-cara yang
ditempuh orang-orang bodoh untuk menyesatkan dan
meyimpangkannya. Sehingga ia akan menjauhkan diri dari membeli
majalah-majalah yang rusak dan tak berfaedah, dan ia tidak akan
membuang hartanya untuk merobek kehormatan dirinya dan
menghilangkan iffah-nya. Karena kehormatannya adalah sesuatu
yang sangat mahal dan iffah-nya adalah sesuatu yang sangat
berharga. (Lihat: Lin Nisa-i Faqath, Asy-Syaikh Abdullah bin Jarullah
Alu Jarillah, hal. 60-75. Al-Iffah, hal. 8-10)

Memang usaha yang dilakukan untuk sebuah iffah bukanlah usaha


yang ringan. Butuh perlu perjuangan jiwa yang sungguh-sungguh
dengan meminta tolong kepada Allah Subhanahu wa Taala. Allah
Subhanahu wa Taala telah menyatakan:

Dan orang-orang yang bersungguh-sungguh untuk mencari keridhaan


Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan
Kami. Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang
berbuat baik. (Al-Ankabut: 69).

99
PENUTUP

A. Simpulan
Potensi Dasar
Dari segi peristilahan, kata potensi berasal dari bahasa Inggris to
potent yang berarti keras atau kuat. Dalam pemahaman lain
kurang lebih semakna yaitu mengandung arti kekuatan,
kemampuan, dan daya, baik yang belum maupun yang sudah
terwujud, tetapi belum optimal. Sementara itu, dalam Kamus
Umum Bahasa Indonesia, yang dimaksud potensi adalah
kemampuan-kemampuan dan kualitas-kualitas yang dimiliki oleh
seseorang, namun belum digunakan secara maksimal.
Induk akhlak
Kata akhlak berasal dari bahasa Arab,yaitu jama dari kata
khuluqun yang secara linguistic diartikan dengan budi pekerti,
perangai, tingkah laku atau tabiat.
Akhlak secara garis besar terbagi kepada dua bagian, yaitu
akhlak yang terpuji, al-akhlaq al-karimah dan akhlak yang
tercela, al-akhlaq al-mazmumah. Dan secara teoritis macam-
macam akhlak ini berinduk kepada tiga perbuatan utama, yaitu
hikmah (bijaksana), syajaah (perwira, kesatria), dan iffah
(menjaga diri dari perbuatan dosa dan maksiat). Yang ini semua
berinduk kepada sikap adil, yaitu sikap pertengahan atau
seimbang dalam mempergunakan ketiga potensi rohaniah yang
terdapat dalam diri manusia, yaitu aql (pemikiran) yang
berpusat di kepala, ghadab (amarah) yang berpusat di dada, dan

100
nafsu syahwat (dorongan seksual) yang berpusat di perut,
mengenai terakhir ini telah dibicarakan sebelum ini.

TOPIK 5
STATUS, KEWAJIBAN, DAN HAK

Disusun Oleh :

Dewi Nurnina 1132050015


Dhea Gishela 1132050016

101
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Islam merupakan agama yang menjadi rahmat bagi seluruh alam.Tidak
hanya bagi umat Islam, namun juga bagi orang-orang yang tidak percaya
dengan Islam, bahkan yang memusuhi Islam sekalipun.Islam yang hadir pada
saat manusia dalam kegelapan dan kebekuan moral, telah merubah dunia
dengan wajah baru, terutama dalam hal revolusi akhlak. Nabiyyuna
Muhammad SAW di utus, tidak lain adalah untuk menyempurnakan akhlak
manusia dari kebiadaban menuju umat yang berkedaban. Oleh karena itu
sudah selayaknya kita sebagai pengikut beliau untuk mengikuti sunnah-sunnah
beliau, salah satunya adalah berakhlak sesuai dengan akhlak Nabi SAW.
Dalam masalah akhlak tentu saja tidak akan lepas dari pembahasan
masalah hak dan kewajiban, sedangkan hak dan kewajiban adalah suatu
tindakan yang harus dilakukan oleh setiap manusia dalam memenuhi
hubungan sebagai makhluk individu, sosial dan bertuhan. Pengetahuan akan
status, hak dan kewajiban mutlak perlu bagi kita. Hal ini dikarenakan
pengetahuan tentang hal tersebut perlu disampaikan supaya dapat tercipta
keseimbangan antara status, hak dan kewajiban. Maka untuk menambah
pengetahuan para pembaca, dalam makalah ini penyusun akan membahas
tentang status, hak dan kewajiban seorang muslim terhadap Allah.

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini, yaitu :
1. Apa dan bagaimana Status seorang muslim kepada Allah?
2. Apa dan bagaimana Kewajiban seorang muslim kepada Allah?
3. Apa dan bagaimana Hak seorang muslim kepada Allah?

102
C. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini adalah :
1. Mengetahui dan memahami Status seorang muslim baik sebagai saksi,
hamba, maupun sebagai khalifah Allah.
2. Memahami dan mengetahui Kewajiban seorang muslim baik sebagai
saksi, hamba, maupun sebagai khalifah Allah.
3. Memahami dan mengetahui Hak seorang muslim baik sebagai saksi,
hamba, maupun sebagai khalifah Allah.

103
BAB II
PEMBAHASAN
A. Status Seorang Muslim
Status Terlahir didunia ini sebagai seorang muslim. muslim secara umum
adalah sebutan bagi orang yang beragama Islam. Hal yang lain yang lebih
tinggi selain status sebagai seorang muslim adalah status sebagai orang yang
beriman. Dan janganlah seseorang mengatakan bahwa dirinya telah beriman
jika masih saja berbuat curang, dholim, dan mencela orang lain. lebih-lebih
terhadap tetangga dekat rumah. Jika belum bisa membuat tetangganya nyaman
dan aman dari keburukannya, maka dia belum beriman dengan sebenar-
benarnya iman. Status berarti peran atau kedudukan.4
"Aku adalah seorang muslim." mungkin mudah mengatakannya, akan tetapi,
apakah kita sadar akan status yang kita sandang sebagai seorang muslim?
karena bukanlah seorang muslim yang belum menyerahkan hati dan lisannya
kepada Allah. Menyerahkan hati dengan segala keikhlasan akan apa yang
Allah berikan kepada kita dan akan apa yang ditimpakan atas kita. tunduk
serta takut akan perintah dan larangan-Nya. beramal hanya karena Allah
semata dengan penuh keikhlasan dalam jiwa. Tidak mengharapkan apapun
kecuali ridho Allah -ta'ala.
Menyerahkan lisan dengan cara membasahi lisan ini dengan dzikir kepada-
Nya. senantiasa bersyukur atas apa yang diberikan kepada kita berupa
kenikmatan. dan membujuk diri untuk selalu sabar atas apa yang ditimpakan
atas kita berupa musibah dan masalah.
Jika seseorang tidak bisa menyerahkan hati dan lisannya kepada Allah, maka
janganlah pernah bangga diri sebagai orang muslim, karena seorang muslim
adalah orang yang menyerahkan hati dan lisan kepada Allah -ta'ala.5
Dengan demikian status manusia sebagai seorang muslim terbagi ke dalam 3
bagian, yaitu :
1) Status sebagai Saksi-Nya

4Dadan Nurulhaq, Bahan Ajar Mata Kuliah Akhlak Tasawuf, 2009,hal 39


5http://www.artikelislami.com/2011/04/yang-disebut-muslim-dan-
mukmin.html#ixzz1llevbRlm

104
Menjadi saksi bagi Allah bertingkat-tingkat. Seorang dapat menjadi
saksi dimana ketika ia mengetahui, mengerti dan mengenal sesuatu yang ia
bersaksi atasnya. Dengan kata lain status sebagai saksi dapat dilihat dari
makna lafadz Asyhadu.
Secara bahasa, Asyhadu berarti saya bersaksi. Kesaksian ini bisa
dilihat dari waktu, termasuk dalam aktivitas yang sedang berlangsung dan
masih sedang dilakukan ketika diucapkan Asyhadu ini sendiri memiliki tiga
arti:
1. Al Ilan (pernyataan), QS. Ali Imran (3) : 18
2. Al Wad (janji), QS. Ali Imran (3) : 81
3. Al Qosam (sumpah), QS. Al Munafiqun (63) : 2
Secara istilah syahadat merupakan pernyataan, janji sekaligus sumpah
untuk beriman kepada Allah dan Rasul-Nya melalui :
1. Pembenaran dalam hati (tasdiqu bil qolbi)
2. Dinyatakan dengan lisan (al qaulu bil lisan)
3. Dibuktikan dengan perbuatan (al amalu bil arkan)
Menurut hadist : Iman adalah dikenali oleh hati, diucapkan dengan lisan, dan
diamalkan rukun-rukunnya. (HR Ibnu Hibban). Setelah memahami syahadah
maka akan muncul keimanan, keimanan ini harus terus disempurnakan
dengan sikap istiqomah.
Dijelaskan pula dalam Firman Allah:




Dan (ingatlah), ketika Rabbmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam


dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka
(seraya berfirman): "Bukankah Aku ini Rabbmu". Mereka menjawab: "Betul
(Engkau Rabb kami), kami menjadi saksi". (Kami lakukan yang demikian itu)
agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: "Sesungguhnya kami (Bani
Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Rabb)." (QS.
Al Araaf:172)
2) Status sebagai Hamba-Nya (Abdullah)
Dihadapan Yang Mahakuasa, manusia merupakan makhluk kecil yang
berjalan di muka bumi dalam waktu yang sangat singkat, dan dalam kondisi

105
yang rentan terkena duri sekalipun sekecil peniti. Pengetahuan, kebajikan,
indera-indera yang dimilikinya merupakan titipan sebagai amanah dari-Nya
yang sewaktu-waktu dapat diambil.6Hamba berarti sedia menerima segala
perintah-Nya, sedia menjadi wadah, cetakan, yang isinya adalah kehendak-
Nya.Status sebagai hamba-nya, memiliki peran sebagai seorang
hamba.Dalilnya terdapat dalam QS.Adzariyat : 56


Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka
mengabdi kepada-Ku.
Indikasinya adalah memiliki rasa berserah diri kepada Tuhannya, saya
sadar dan taat, setiapa kepatuhan kepada Allah dilakukan karena
Allah.Contohnya seorang muslim melakukan shalat hanya terhadap Allah
karena perintah-Nya dan karena statusnya sebagai hamba Allah.

3) Status sebagai Khalifah-Nya


Identitas sebagai khalifah adalah manusia bernama Adam yang
pertama kali tercipta.Hal ini tercantum dalam QS. Al-Baqarah : 30-33.
Kedudukan manusia pertama sebagai khalifah berada di alam yang relative
asing bagi malaikat.Cahaya terang dengan kegelapan, kebaikan dan kejahatan
saling menyatu didalamnya.Malaikat malah diperintahkan untuk sujud
dihadapan makhluk ini.Tak pelak lagi, ini menjadi pertanyaan besar, apakah
keunggulan yang dimiliki manusia?
Hati manusia mencerminkan asma-Nya.Dalam lubuk hatinya, manusia
memantulkan totalitas.Dia mengajarkan kepada Adam, nama-nama, demikian
Al-Quran menyatakan.Ini merupakan pengetahuan yang mencakup segala
sesuatu.Manusia itu secara actual fana, namun secara potensial
berakal.Seperti sebuah pohon, secara actual sebagai benih, namun secara
potensial sebagai buah.7

6Wildan Baihaqi, dkk. Ilmu Akhlak / Tasawuf, Bandung, Berkat Press, hal 85

7SayyidHosein Nasr, Ensiklopedia Tematis : Spiritualitas Islam, Bandung, Mizan, 2002, hal 528

106
Khalifah itu berarti pengganti yang dipercayakan Allah untuk
memimpin umat dalam memakmurkan bumi.Dalilnya terdapat dalam QS. Al-
Baqarah : 30





Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada Para Malaikat: "Sesungguhnya

aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi." mereka berkata:
"Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang
akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, Padahal Kami
Senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?"
Tuhan berfirman: "Sesungguhnya aku mengetahui apa yang tidak kamu
ketahui."
Dan QS.Hud : 61

Dan kepada Tsamud (kami utus) saudara mereka shaleh. Shaleh berkata:
"Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada bagimu Tuhan selain
Dia. Dia telah menciptakan kamu dari bumi (tanah) dan menjadikan kamu
pemakmurnya, karena itu mohonlah ampunan-Nya, kemudian bertobatlah
kepada-Nya, Sesungguhnya Tuhanku Amat dekat (rahmat-Nya) lagi
memperkenankan (doa hamba-Nya)."
Maksudnya: manusia dijadikan penghuni dunia untuk menguasai dan
memakmurkan dunia.
Indikasinya adalah kerja keras yang kreatif, menemukan sesuatu yang
baru.Contohnya menjadi seorang guru.

Skema :

Status Seorang Muslim

107
makna lafadz
Saksi-
Asyhadu pada
Nya Syahadatain

memiliki rasa
Hamba-
berserah diri
Nya kepada Tuhannya

Bertanggung jawab
Khalifah- atas amanah sebagai
Nya manusia penghuni
Dunia

B. Kewajiban Seorang Muslim


Kewajiban mempunyai banyak pengertian, antara lain sebagai berikut:
dilihat dari segi ilmu fiqih, wajib mempunyai arti pengertian sesuatu yang
harus dikerjakan, apabila dikerjakan mendapat pahala dan apabila
ditinggalkan mendapat dosa. Menurut ilmu tauhid, wajib sesuatu yang pasti
benar adanya.Sedangkan menurut ilmu akhlak, wajib adalah suatu perbuatan
yang harus dikerjakan, karena perbuatan itu dianggap baik dan
benar.8Kewajiban sendiri adalah suatu tindakan yang harus dilakukan oleh
setiap manusia dalam memenuhi hubungan sebagai makhluk individu, sosial,
dan tuhan.
Manusia sebagai makhluk individu dan makhluk sosial, tidak dapat
terlepas dari kewajiban.Apa yang dilakukan seseorang dapat menyebabkan
pola pengaruh pola hubungannya dengan sosial. Pola hubungan yang baik
antara individu dengan yang satu dengan yang lain. Karena adanya kewajiban-
kewajiban yang harus dipenuhi.9
Ada 7 kewajiban seorang muslim dalam Al-Quran, yaitu
1. Menjawab salam: menjawab salam mempunyai hukum yang wajib
karena kita telah didoakan keselamatan bagi orang yang telah

8Imam Suraji, Etika dalam perspektif Al-quran dan hadist, Jakarta, Pustaka Al-Husna baru,2006,
hal 184
9Arifmanto.blogspot.com/2010/04/hak-kewajiban-keadilan.html

108
memberikan salam. Untuk itu kita wajib menjawabnya dengan maksud
untuk mendapatkan berkah doanya serta mendoakan kembali kepada
yang memberikan salam.
2. Menjenguk orang sakit: menjenguk orang sakit adalah bagian atau
salah satu hal yang dapat dilakukan untuk saling memberi semangat
sekaligus mengingatkan bahwa menjaga jasmani adalah sebagian dari
iman.
3. Memberikan maaf: Allah swt adalah maha dari segala maha untuk itu
manusia yang hanya sebuah jentikan buih yang ada dilaut ataupun
debu yang ada di udara ada baiknya dengan lapang dan ikhlas dapat
memaafkan atas kesalahan yang pernah dilakukan oleh orang lain
terhadap diri kita.
4. Menyambung Silahturahmi: menyambung silahturahmi adalah
sebagian dari cara yang dilakukan Nabi Muhammad SAW untuk
melakukan penyebaran agama islam. Dan silahturahmi itu pula yang
mengikat segala peradaban yang ada dimuka bumi ini untuk saling
mendoakan dan menguatkan sesama muslim.
5. Berbuat baik: berbuat baik kepada sesama muslim ataupun orang yang
tidak baik kepada diri kita merupakan kewajiban yang diatur dalam al-
quran karena manusia adalah makhluk sosial yang diciptakan oleh
Allah SWT untuk saling membutuhkan.
6. Menjawab doa orang yang sedang bersin: Hal ini bahkan dilakukan
pula oleh setiap malaikat apabila mendengar ataupun melihat
seseorang yang sedang bersin dan membaca Hamdallah setelahnya
maka wajib hukumnya bagi yang mendengar untuk menjawab
Yarhamukallah / killah dan dijawab kembali dengan Yahdikumullah /
kumillah bagi yang telah bersin.
7. Mendoakan sesama muslim.
Dengan demikian kewajiban manusia sebagai seorang muslim terbagi ke
dalam 3 bagian, yaitu :
1) Kewajiban sebagai Saksi-Nya

109
Kewajiban manusia sebagai saksi Allah yaitu kita sebagai makhluk
harus meyakini akan keesaan Allah sebagai Tuhan yang menciptakan
seluruh alam semesta.
Bahkan sangat jelas, keesaan Allah juga tertera dalam Surat Al-Ikhlas:

Katakanlah: "Dia-lah Allah, yang Maha Esa. Allah adalah Tuhan yang
bergantung kepada-Nya segala sesuatu.Dia tiada beranak dan tidak pula
diperanakkan, dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia."

Manusia menjadi saksi tentang kebenaran dan datangnya petunjuk


Allah, yang telah diberikan dan diterima lewat para nabi dan Rasul-
Nya.Dan mereka menjalankan, serta mempertahankan dan
menyebarkannya.


Hai Nabi, Sesungguhnya Kami mengutusmu untuk Jadi saksi, dan pembawa
kabar gembira dan pemberi peringatan. (Q. S. Ahzab : 45)

2) Kewajiban sebagai Hamba-Nya


Kewajiban seorang hamba merupakan hal-hal yang harus ditunaikan
dalam posisinya sebagai hamba Allah dalam bentuk ibadah ritual, sebagai
wujud refleksi hakikat iman, untuk mencapai ridha Allah dan mendapatkan
pahala dari-Nya. Hal tersebut merujuk pada hadits mahsyur: Islam itu
didirikan di atas lima perkara, yaitu syahadat bahwa tidak ada ilah selain
Allah dan Muhammad itu rosul Allah, mendirikan salat, menunaikan
zakat, berpuasa di bulan Ramadhan, dan naik haji bagi yang mampu.
Untuk menunaikan kewajiban, diperlukan kekuatan ihsan yang berisi
kerja keras dan patuh, dengan demikian maka kewajiban seorang hamba
adalah menunaikan kewajiban beribadah dengan cara yang ihsan. Ihsan
dalam konteks ini berarti kehalusan dalam mematuhi perintah-Nya, kerja
keras, patuh dan layak.
- Ihsan ketika mendirikan ibadah shalat
- Ihsan ketika mengeluarkan zakat
- Ihsan ketika menunaikan ibadah puasa

110

Kewajiban Seorang Muslim


- Ihsan ketika menunaikan ibadah haji
- Ihsan ketika bersyahadat, berdzikir, bertaubat, bermunajat, dan berdoa.10

3) Kewajiban sebagai Khalifah-Nya


Kewajiban seorang khalifah itu berarti hal-hal yang harus ditunaikan
seseorang dalam posisinya sebagai seorang khalifah Allah.Dalam bentuk
ibadah sosial, kepedulian sosial, memberi sesuatu kepada umat, sebagai
wujud refleksi keahlian yang pangkalnya iman. Hal ini merujuk pada
hadits mahsyur: Manakala suatu urusan diberikan bukan kepada ahlinya,
maka tunggulah saat kehancurannya.
Kewajiban seorang khalifah itu adalah :
1. Memelihara lingkungan
Etika Lingkungan
Etika lingkungan disini berarti berbuat baik (ihsan) terhadap
lingkungan, yang terwujud dalam kewajiban alam, meliputi :
a) Ihsan terhadap dirinya (ego), yang menghasilkan kesadaran akan
ketergantungan terhadap yang lain.
b) Ihsan terhadap sesama manusia (humanis) yang menghasilkan
solidaritas sosial.
c) Ihsan terhadap sesama makhluk hidup (sentietis) yang bisa
merasakan sakit kalau disakiti.
d) Ihsan terhadap sesama makhluk (fitalis) yang bisa merasakan
eksistensinya.
e) Ihsan terhadap semua makhluk (altruis) yang bisa merasakan
solidaritas kepada semua makhluk.
2. Pemilik profesi
Etika profesi
Etika profesi disini berarti berbuat baik (ihsan) mengemban amanah
profesi yang bewujud dalam bentuk kewajiban sebagai seorang
pekerja dalam melayani konsumen, klien, umat.11

10Abdul Wahhab Khalaf,Ilmu Usul al-Fiqh. Mesir : Dar al-maarif, 1985, hal 45
11Dadan dan Wildan, Bahan Ajar Ilmu Akhlak dan Tasawuf, Bandung, 2014, hal 60

111
Skema:

Kewajiban Seorang Muslim


suatu perbuatan yang harus dikerjakan, karena
perbuatan itu dianggap baik dan benar

Kewajiban sebagai Kewajiban sebagai Kewajiban sebagai


saksi-Nya hamba-Nya khalifah-Nya

.
Menjadi saksi tentang hal-hal yang harus hal-hal yang harus
kebenaran dan datangnya ditunaikan dalam posisinya ditunaikan seseorang
petunjuk Allah, yang telah sebagai hamba Allah dalam dalam posisinya sebagai
diberikan dan diterima bentuk ibadah ritual seorang khalifah Allah
lewat para nabi dan Rasul-
Contoh:menjadi saksi tentang Contoh: ihsan ketika mengeluarkan Contoh: memelihara lingkungan
kebenaran petunjuk Allah zakat

C. Hak Seorang Muslim

112
Perkataan hak mempunyai bermacam-macam arti.Dalam Ilmu Akhlak yang
dimaksud hak ialah sesuatu yang dipunyai oleh seseorang atau kelompok
orang.Hak yang dimiliki oleh seseorang atau kelompok orang itu dapat berupa
benda atau wewenang melakukan sesuatu.
Ahmad Amin mengatakan : "Ma lil insan yusamma haqqan, Wama 'alaihi
yusamma wajiban". Apa yang dipunyai oleh seseorang dinamakan Hak, dan
apa yang harus diperbuat oleh seseorang kepada orang lain dinamakan
Kewajiban. Dalam redaksi lain, "Al-haqqu ma laka, wal wajib ma 'alaika".
Hak ialah yang engkau punyai, dan kewajiban ialah apa yang engkau harus
lakukan (kepada orang lain).
Hak dapat diartikan wewenang atau kekuasaan yang secara etis seseorang
dapat mengerjakan, memiliki, meninggalkan, mempergunakan atau menuntut
sesuatu.12Di dalam Al-Quran kita jumpai juga kata al-haqq, namun
pengertiannya agak berbeda dengan pengertian hak yang dikemukakan
tersebut. Pengertian al-haqq dalam Al-Quran sebagaimana dikemukakan al-
Raghib al-Asfahani adalah al-muthabaqah wa al-muwafaqah artinya
kecocokan, kesesuaian dan kesepakatan, seperti cocoknya kaki pintu sebagai
penyangganya.
Dilihat dari segi objek dan hubungannya dengan akhlak, hak itu secara garis
besar dapat dibagi menjadi tujuh bagian, yaitu hak hidup, hak mendapat
perlakuan hukum, hak mengembangkan keturunan, hak milik, hak
mendapatkan nama baik, hak kebebasan berfikir dan hak mendapatkan
kebenaran.
Hak dan Kewajiban merupakan dua hal yang saling berkaitan. Oleh karena
hak itu merupakan wewenang dan bukan kekuatan, maka ia merupakan
tuntutan, dan terhadap orang lain hak itu menimbulkan kewajiban, yaitu
kewajiban menghormati terlaksananya hak hak orang lain. Dengan cara
demikian orang lain pun akan berbuat yang sama pada dirinya. Jika seseorang
mempunyai hak, misalnya hak memiliki sebuah rumah atau sebidang tanah,
maka wajib bagi orang lain menghormati hak itu. Demikian pula wajib bagi

12Abuddin Nata,.Akhlak Tasawuf, Jakarta, Raja Grafindo Persada, 2011,hal 137

113
yang memiliki hak mempergunakan haknya untuk kebaikan dirinya dan
kebaikan orang banyak.
Salah satu Hadits yang menjelaskan Hak seorang muslim terhadap Allah:
Dari sahabat Muadz bin Jabbal, aku membonceng di belakang Rasulullah di
atas keledai, Rasulullah berkata, Ya Muadz, tahukah engkau apa haknya Allah
terhadap hamba-Nya, dan apa haknya hamba terhadap Allah (tatkala hamba
sudah menunaikan haknya Allah) ?, jawab Muadz, Wallahu taala alam.
Jawab Rasullah, Hak Allah terhadap hamba-Nya (kewajiban hamba terhadap
Allah) yaitu agar mereka hanya menyembah kepada Allah semata dan tidak
menyekutukan-Nya sedikitpun dalam beribadah. Dan haknya hamba terhadap
Allah (Apa yang Allah balas tatkala hamba sudah mengerjakan kewajibannya
terhadap Allah) yaitu Allah tidak akan mengadzab mereka yang tidak
menyekutukan Allah sedikitpun. Kemudian Muadz berkata kepada Rasulullah,
Ya Rasulullah, Apakah boleh aku sampaikan kabar gembira kepada
manusia ?, Jawab Rasulullah, Jangan engkau kabarkan, karena manusia akan
meninggalkan berlomba-lomba memperbanyak amalan.(HR Bukhari Muslim)

Dengan demikian hak manusia sebagai seorang muslim terbagi ke dalam 3


bagian, yaitu :
1) Hak sebagai Saksi-Nya
Manakala kewajiban sebagai saksi Allah telah dilaksanakan, seperti
mengesakan Allah, dan beriman kepada rukun iman, maka seorang hamba
memiliki hak untuk mendapatkan kenikmatan baik di dunia maupun di
akhirat yaitu sebagai seorang muslim yang kaffah yang jalannya selalu
dilindungi oleh Allah SWT.

2) Hak sebagai Hamba-Nya


Manakala kewajiban sebagai hamba ini ditunaikan secara maksimal,
maka ia berhak memiliki qalbu yang bersih, sifat-sifat yang bersih, pikiran
yang bersih, langkah-langkah yang bersih, yang pada akhirnya ia memiliki
suatu amal persembahan yang dipersembahkan kepada Dzat yang
memberi amanah penghambaan ini.13

13Abdul Wahhab Khalaf,Ilmu Usul al-Fiqh, Mesir, Dar al-maarif, 1985, hal 46

114
Dengan kata lain, jika kewajiban sebagai seorang Hamba-Nya tidak
ditunaikan dengan baik, maka wadah dirinya menjadi kotor dan tidak
layak diisi oleh nur keridhaan-Nya. Dirinya kotor, amalnya tidak layak
diterima oleh-Nya, dan jika kewajiban sebagai hamba-Nya ditunaikan
dengan baik, maka wadah dirinya menjadi bersih dan layak diisi oleh
nur keridhaan-Nya.Dirinya yang bersih, amalnya menjadi layak diterima
oleh-Nya.
Dan adapula yang menjadi balasan yang pasti Allah berikan kepada
hamba tatkala hamba sudah menunaikan haknya Allah yaitu untuk
beribadah kepada Allah semata dan tidak syirik.
Dan bukan berarti hamba mewajibkan sesuatu terhadap Allah, karena
tidak ada sesuatupun yang dapat memaksa Allah.Akan tetapi yang
dimaksud hak hamba terhadap Allah adalah Allah yang telah menjanjikan
terhadap hambanya dan Allah mewajibkan terhadap diri-Nya sendiri untuk
memberikan hak hamba yang sudah menunaikan kewajibannya.

3) Hak sebagai Khalifah-Nya


Manakala kewajiban sebagai khalifah ditunaikan secara maksimal,
maka ia berhak untuk memanfaatkan dengan baik apa saja yang ada di
bumi untuk keperluannya. Pada akhirnya ia memiliki amal kekhalifahan
yang dipersembahkan kepada Dzat yang memberi amanah kekhalifahan
ini.
Sebagaimana firman Allah yang artinya dan di antara hewan ternak
itu ada yang dijadikan untuk pengangkutan dan ada yang untuk
disembelih.makanlah dari rezki yang telah diberikan Allah kepadamu,
dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya
syaitan itu musuh yang nyata bagimu.(Q.S Al- Anam: 142)
Dengan kata lain, jika kewajiban sebagai seorang Khalifah-Nya tidak
ditunaikan dengan baik, maka tujuan penciptaan tidak terwujud, amalnya
tidak layak diterima oleh-Nya, dan jika kewajibannya sebagai seorang
khalifah-Nya ditunaikan dengan baik, maka tujuan penciptaannya menjadi
terwujud, amalnya menjadi layak oleh-Nya.

115
Skema:

Hak Seorang Muslim: sesuatu yang dipunyai oleh


seseorang setelah melaksanakan kewajibannya

Hak sebagai saksi-Nya


memiliki hak untuk mendapatkan kenikmatan,
baik di dunia maupun di akhirat

Hak sebagai hamba-Nya


ia berhak memiliki qalbu yang bersih

Hak sebagai khalifah-Nya


ia berhak untuk memanfaatkan dengan baik apa saja
yang ada di bumi untuk keperluannya

116
PENUTUP

A. Simpulan
Status adalah peran atau kedudukan dengan segala potensi yang
dimilikinya.Status manusia dimuka bumi ini memiliki dua peran yaitu sebagai
Abdullah dan sebagai khalifatullah.Kedudukan sebagai Abdullah (hamba) itu
merupakan sebuah cermin jernih yang memantulkan realitas-realitas
kehendak-Nya.Kedudukan sebagai khalifah (majikan) berkaitan sangat erat
dengan kedudukan sebagai hamba.
Kewajiban adalah hal yang harus dilakukan manusia, terkait statusnya baik
sebagai saksi Allah,hamba Allah, maupun khalifah-Nya. Kewajiban manusia
sebagai saksi Allah yaitu kita sebagai makhluk harus meyakini akan adanya
Allah sebagai Tuhan yang menciptakan seluruh alam semesta.
Hak berarti sesuatu yang layak diperoleh setelah menunaikan kewajiban
sebagai saksi Allah.Hak itu mencakup hak manusia sebagai saksi Allah, hak
manusia sebagai hamba Allah, dan hak manusia sebagai khalifah di muka
bumi.

117
TOPIK 5
STATUS, KEWAJIBAN DAN HAK
SEORANG MUSLIM

Disusun Oleh :
Dewi Nurnina 1132050015
Dhea Gishela 1132050016

118
PENDAHULUAN

C. Latar Belakang Masalah


Islam merupakan agama yang menjadi rahmat bagi seluruh alam.Tidak
hanya bagi umat Islam, namun juga bagi orang-orang yang tidak percaya
dengan Islam, bahkan yang memusuhi Islam sekalipun.Islam yang hadir pada
saat manusia dalam kegelapan dan kebekuan moral, telah merubah dunia
dengan wajah baru, terutama dalam hal revolusi akhlak. Nabiyyuna
Muhammad SAW di utus, tidak lain adalah untuk menyempurnakan akhlak
manusia dari kebiadaban menuju umat yang berkedaban. Oleh karena itu
sudah selayaknya kita sebagai pengikut beliau untuk mengikuti sunnah-sunnah
beliau, salah satunya adalah berakhlak sesuai dengan akhlak Nabi SAW.
Dalam masalah akhlak tentu saja tidak akan lepas dari pembahasan
masalah hak dan kewajiban, sedangkan hak dan kewajiban adalah suatu
tindakan yang harus dilakukan oleh setiap manusia dalam memenuhi
hubungan sebagai makhluk individu, sosial dan bertuhan. Pengetahuan akan
status, hak dan kewajiban mutlak perlu bagi kita. Hal ini dikarenakan
pengetahuan tentang hal tersebut perlu disampaikan supaya dapat tercipta
keseimbangan antara status, hak dan kewajiban. Maka untuk menambah
pengetahuan para pembaca, dalam makalah ini penyusun akan membahas
tentang status, hak dan kewajiban seorang muslim terhadap Allah.

D. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini, yaitu :
4. Apa dan bagaimana Status seorang muslim kepada Allah?
5. Apa dan bagaimana Kewajiban seorang muslim kepada Allah?
6. Apa dan bagaimana Hak seorang muslim kepada Allah?

C. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini adalah :
4. Mengetahui dan memahami Status seorang muslim baik sebagai saksi,
hamba, maupun sebagai khalifah Allah.

119
5. Memahami dan mengetahui Kewajiban seorang muslim baik sebagai
saksi, hamba, maupun sebagai khalifah Allah.
6. Memahami dan mengetahui Hak seorang muslim baik sebagai saksi,
hamba, maupun sebagai khalifah Allah.

PEMBAHASAN

D. Status Seorang Muslim


Status Terlahir didunia ini sebagai seorang muslim. muslim secara umum
adalah sebutan bagi orang yang beragama Islam. Hal yang lain yang lebih

120
tinggi selain status sebagai seorang muslim adalah status sebagai orang yang
beriman. Dan janganlah seseorang mengatakan bahwa dirinya telah beriman
jika masih saja berbuat curang, dholim, dan mencela orang lain. lebih-lebih
terhadap tetangga dekat rumah. Jika belum bisa membuat tetangganya nyaman
dan aman dari keburukannya, maka dia belum beriman dengan sebenar-
benarnya iman. Status berarti peran atau kedudukan.14
"Aku adalah seorang muslim." mungkin mudah mengatakannya, akan tetapi,
apakah kita sadar akan status yang kita sandang sebagai seorang muslim?
karena bukanlah seorang muslim yang belum menyerahkan hati dan lisannya
kepada Allah. Menyerahkan hati dengan segala keikhlasan akan apa yang
Allah berikan kepada kita dan akan apa yang ditimpakan atas kita. tunduk
serta takut akan perintah dan larangan-Nya. beramal hanya karena Allah
semata dengan penuh keikhlasan dalam jiwa. Tidak mengharapkan apapun
kecuali ridho Allah -ta'ala.
Menyerahkan lisan dengan cara membasahi lisan ini dengan dzikir kepada-
Nya. senantiasa bersyukur atas apa yang diberikan kepada kita berupa
kenikmatan. dan membujuk diri untuk selalu sabar atas apa yang ditimpakan
atas kita berupa musibah dan masalah.
Jika seseorang tidak bisa menyerahkan hati dan lisannya kepada Allah, maka
janganlah pernah bangga diri sebagai orang muslim, karena seorang muslim
adalah orang yang menyerahkan hati dan lisan kepada Allah -ta'ala.15
Dengan demikian status manusia sebagai seorang muslim terbagi ke dalam 3
bagian, yaitu :
4) Status sebagai Saksi-Nya
Menjadi saksi bagi Allah bertingkat-tingkat. Seorang dapat menjadi
saksi dimana ketika ia mengetahui, mengerti dan mengenal sesuatu yang ia
bersaksi atasnya. Dengan kata lain status sebagai saksi dapat dilihat dari
makna lafadz Asyhadu.
Secara bahasa, Asyhadu berarti saya bersaksi. Kesaksian ini bisa
dilihat dari waktu, termasuk dalam aktivitas yang sedang berlangsung dan

14Dadan Nurulhaq, Bahan Ajar Mata Kuliah Akhlak Tasawuf, 2009,hal 39


15http://www.artikelislami.com/2011/04/yang-disebut-muslim-dan-
mukmin.html#ixzz1llevbRlm

121
masih sedang dilakukan ketika diucapkan Asyhadu ini sendiri memiliki tiga
arti:
4. Al Ilan (pernyataan), QS. Ali Imran (3) : 18
5. Al Wad (janji), QS. Ali Imran (3) : 81
6. Al Qosam (sumpah), QS. Al Munafiqun (63) : 2
Secara istilah syahadat merupakan pernyataan, janji sekaligus sumpah
untuk beriman kepada Allah dan Rasul-Nya melalui :
4. Pembenaran dalam hati (tasdiqu bil qolbi)
5. Dinyatakan dengan lisan (al qaulu bil lisan)
6. Dibuktikan dengan perbuatan (al amalu bil arkan)
Menurut hadist : Iman adalah dikenali oleh hati, diucapkan dengan lisan, dan
diamalkan rukun-rukunnya. (HR Ibnu Hibban). Setelah memahami syahadah
maka akan muncul keimanan, keimanan ini harus terus disempurnakan
dengan sikap istiqomah.
Dijelaskan pula dalam Firman Allah:




Dan (ingatlah), ketika Rabbmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam


dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka
(seraya berfirman): "Bukankah Aku ini Rabbmu". Mereka menjawab: "Betul
(Engkau Rabb kami), kami menjadi saksi". (Kami lakukan yang demikian itu)
agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: "Sesungguhnya kami (Bani
Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Rabb)." (QS.
Al Araaf:172)
5) Status sebagai Hamba-Nya (Abdullah)
Dihadapan Yang Mahakuasa, manusia merupakan makhluk kecil yang
berjalan di muka bumi dalam waktu yang sangat singkat, dan dalam kondisi
yang rentan terkena duri sekalipun sekecil peniti. Pengetahuan, kebajikan,
indera-indera yang dimilikinya merupakan titipan sebagai amanah dari-Nya
yang sewaktu-waktu dapat diambil.16Hamba berarti sedia menerima segala

16Wildan Baihaqi, dkk. Ilmu Akhlak / Tasawuf, Bandung, Berkat Press, hal 85

122
perintah-Nya, sedia menjadi wadah, cetakan, yang isinya adalah kehendak-
Nya.Status sebagai hamba-nya, memiliki peran sebagai seorang
hamba.Dalilnya terdapat dalam QS.Adzariyat : 56


Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka
mengabdi kepada-Ku.
Indikasinya adalah memiliki rasa berserah diri kepada Tuhannya, saya
sadar dan taat, setiapa kepatuhan kepada Allah dilakukan karena
Allah.Contohnya seorang muslim melakukan shalat hanya terhadap Allah
karena perintah-Nya dan karena statusnya sebagai hamba Allah.

6) Status sebagai Khalifah-Nya


Identitas sebagai khalifah adalah manusia bernama Adam yang
pertama kali tercipta.Hal ini tercantum dalam QS. Al-Baqarah : 30-33.
Kedudukan manusia pertama sebagai khalifah berada di alam yang relative
asing bagi malaikat.Cahaya terang dengan kegelapan, kebaikan dan kejahatan
saling menyatu didalamnya. Malaikat malah diperintahkan untuk sujud
dihadapan makhluk ini.Tak pelak lagi, ini menjadi pertanyaan besar, apakah
keunggulan yang dimiliki manusia?
Hati manusia mencerminkan asma-Nya.Dalam lubuk hatinya, manusia
memantulkan totalitas.Dia mengajarkan kepada Adam, nama-nama, demikian
Al-Quran menyatakan.Ini merupakan pengetahuan yang mencakup segala
sesuatu.Manusia itu secara actual fana, namun secara potensial
berakal.Seperti sebuah pohon, secara actual sebagai benih, namun secara
potensial sebagai buah.17
Khalifah itu berarti pengganti yang dipercayakan Allah untuk
memimpin umat dalam memakmurkan bumi.Dalilnya terdapat dalam QS. Al-
Baqarah : 30





17SayyidHosein Nasr, Ensiklopedia Tematis : Spiritualitas Islam, Bandung, Mizan, 2002, hal 528

123
Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada Para Malaikat: "Sesungguhnya
aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi." mereka berkata:
"Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang
akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, Padahal Kami
Senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?"
Tuhan berfirman: "Sesungguhnya aku mengetahui apa yang tidak kamu
ketahui."
Dan QS.Hud : 61

Dan kepada Tsamud (kami utus) saudara mereka shaleh. Shaleh berkata:
"Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada bagimu Tuhan selain
Dia. Dia telah menciptakan kamu dari bumi (tanah) dan menjadikan kamu
pemakmurnya, karena itu mohonlah ampunan-Nya, kemudian bertobatlah
kepada-Nya, Sesungguhnya Tuhanku Amat dekat (rahmat-Nya) lagi
memperkenankan (doa hamba-Nya)."
Maksudnya: manusia dijadikan penghuni dunia untuk menguasai dan
memakmurkan dunia.
Indikasinya adalah kerja keras yang kreatif, menemukan sesuatu yang
baru.Contohnya menjadi seorang guru.

Skema :

Status Seorang Muslim

124
makna lafadz
Saksi-
Asyhadu pada
Nya Syahadatain

memiliki rasa
Hamba-
berserah diri
Nya kepada Tuhannya

Bertanggung jawab
Khalifah- atas amanah sebagai
Nya manusia penghuni
Dunia

E. Kewajiban Seorang Muslim


Kewajiban mempunyai banyak pengertian, antara lain sebagai berikut:
dilihat dari segi ilmu fiqih, wajib mempunyai arti pengertian sesuatu yang
harus dikerjakan, apabila dikerjakan mendapat pahala dan apabila
ditinggalkan mendapat dosa. Menurut ilmu tauhid, wajib sesuatu yang pasti
benar adanya. Sedangkan menurut ilmu akhlak, wajib adalah suatu perbuatan
yang harus dikerjakan, karena perbuatan itu dianggap baik dan
benar.18Kewajiban sendiri adalah suatu tindakan yang harus dilakukan oleh
setiap manusia dalam memenuhi hubungan sebagai makhluk individu, sosial,
dan tuhan.
Manusia sebagai makhluk individu dan makhluk sosial, tidak dapat
terlepas dari kewajiban.Apa yang dilakukan seseorang dapat menyebabkan
pola pengaruh pola hubungannya dengan sosial. Pola hubungan yang baik
antara individu dengan yang satu dengan yang lain. Karena adanya kewajiban-
kewajiban yang harus dipenuhi.19
Ada 7 kewajiban seorang muslim dalam Al-Quran, yaitu
8. Menjawab salam: menjawab salam mempunyai hukum yang wajib
karena kita telah didoakan keselamatan bagi orang yang telah

18Imam Suraji, Etika dalam perspektif Al-quran dan hadist, Jakarta, Pustaka Al-Husna baru,2006,
hal 184
19Arifmanto.blogspot.com/2010/04/hak-kewajiban-keadilan.html

125
memberikan salam. Untuk itu kita wajib menjawabnya dengan maksud
untuk mendapatkan berkah doanya serta mendoakan kembali kepada
yang memberikan salam.
9. Menjenguk orang sakit: menjenguk orang sakit adalah bagian atau
salah satu hal yang dapat dilakukan untuk saling memberi semangat
sekaligus mengingatkan bahwa menjaga jasmani adalah sebagian dari
iman.
10. Memberikan maaf: Allah swt adalah maha dari segala maha untuk itu
manusia yang hanya sebuah jentikan buih yang ada dilaut ataupun
debu yang ada di udara ada baiknya dengan lapang dan ikhlas dapat
memaafkan atas kesalahan yang pernah dilakukan oleh orang lain
terhadap diri kita.
11. Menyambung Silahturahmi: menyambung silahturahmi adalah
sebagian dari cara yang dilakukan Nabi Muhammad SAW untuk
melakukan penyebaran agama islam. Dan silahturahmi itu pula yang
mengikat segala peradaban yang ada dimuka bumi ini untuk saling
mendoakan dan menguatkan sesama muslim.
12. Berbuat baik: berbuat baik kepada sesama muslim ataupun orang yang
tidak baik kepada diri kita merupakan kewajiban yang diatur dalam al-
quran karena manusia adalah makhluk sosial yang diciptakan oleh
Allah SWT untuk saling membutuhkan.
13. Menjawab doa orang yang sedang bersin: Hal ini bahkan dilakukan
pula oleh setiap malaikat apabila mendengar ataupun melihat
seseorang yang sedang bersin dan membaca Hamdallah setelahnya
maka wajib hukumnya bagi yang mendengar untuk menjawab
Yarhamukallah / killah dan dijawab kembali dengan Yahdikumullah /
kumillah bagi yang telah bersin.
14. Mendoakan sesama muslim.

Dengan demikian kewajiban manusia sebagai seorang muslim terbagi ke


dalam 3 bagian, yaitu :
4) Kewajiban sebagai Saksi-Nya

126
Kewajiban manusia sebagai saksi Allah yaitu kita sebagai makhluk
harus meyakini akan keesaan Allah sebagai Tuhan yang menciptakan
seluruh alam semesta.
Bahkan sangat jelas, keesaan Allah juga tertera dalam Surat Al-Ikhlas:


Katakanlah: "Dia-lah Allah, yang Maha Esa. Allah adalah Tuhan yang
bergantung kepada-Nya segala sesuatu.Dia tiada beranak dan tidak pula
diperanakkan, dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia."

Manusia menjadi saksi tentang kebenaran dan datangnya petunjuk


Allah, yang telah diberikan dan diterima lewat para nabi dan Rasul-
Nya.Dan mereka menjalankan, serta mempertahankan dan
menyebarkannya.


Hai Nabi, Sesungguhnya Kami mengutusmu untuk Jadi saksi, dan pembawa
kabar gembira dan pemberi peringatan. (Q. S. Ahzab : 45)

5) Kewajiban sebagai Hamba-Nya


Kewajiban seorang hamba merupakan hal-hal yang harus ditunaikan
dalam posisinya sebagai hamba Allah dalam bentuk ibadah ritual, sebagai
wujud refleksi hakikat iman, untuk mencapai ridha Allah dan mendapatkan
pahala dari-Nya. Hal tersebut merujuk pada hadits mahsyur: Islam itu
didirikan di atas lima perkara, yaitu syahadat bahwa tidak ada ilah selain
Allah dan Muhammad itu rosul Allah, mendirikan salat, menunaikan
zakat, berpuasa di bulan Ramadhan, dan naik haji bagi yang mampu.
Untuk menunaikan kewajiban, diperlukan kekuatan ihsan yang berisi
kerja keras dan patuh, dengan demikian maka kewajiban seorang hamba
adalah menunaikan kewajiban beribadah dengan cara yang ihsan. Ihsan
dalam konteks ini berarti kehalusan dalam mematuhi perintah-Nya, kerja
keras, patuh dan layak.
- Ihsan ketika mendirikan ibadah shalat
- Ihsan ketika mengeluarkan zakat
- Ihsan ketika menunaikan ibadah puasa
- Ihsan ketika menunaikan ibadah haji

127

Kewajiban Seorang Muslim


- Ihsan ketika bersyahadat, berdzikir, bertaubat, bermunajat, dan berdoa.20

6) Kewajiban sebagai Khalifah-Nya


Kewajiban seorang khalifah itu berarti hal-hal yang harus ditunaikan
seseorang dalam posisinya sebagai seorang khalifah Allah.Dalam bentuk
ibadah sosial, kepedulian sosial, memberi sesuatu kepada umat, sebagai
wujud refleksi keahlian yang pangkalnya iman. Hal ini merujuk pada
hadits mahsyur: Manakala suatu urusan diberikan bukan kepada ahlinya,
maka tunggulah saat kehancurannya.
Kewajiban seorang khalifah itu adalah :
3. Memelihara lingkungan
Etika Lingkungan
Etika lingkungan disini berarti berbuat baik (ihsan) terhadap
lingkungan, yang terwujud dalam kewajiban alam, meliputi :
f) Ihsan terhadap dirinya (ego), yang menghasilkan kesadaran akan
ketergantungan terhadap yang lain.
g) Ihsan terhadap sesama manusia (humanis) yang menghasilkan
solidaritas sosial.
h) Ihsan terhadap sesama makhluk hidup (sentietis) yang bisa
merasakan sakit kalau disakiti.
i) Ihsan terhadap sesama makhluk (fitalis) yang bisa merasakan
eksistensinya.
j) Ihsan terhadap semua makhluk (altruis) yang bisa merasakan
solidaritas kepada semua makhluk.
4. Pemilik profesi
Etika profesi
Etika profesi disini berarti berbuat baik (ihsan) mengemban amanah
profesi yang bewujud dalam bentuk kewajiban sebagai seorang
pekerja dalam melayani konsumen, klien, umat.21

20Abdul Wahhab Khalaf,Ilmu Usul al-Fiqh. Mesir : Dar al-maarif, 1985, hal 45
21Dadan dan Wildan, Bahan Ajar Ilmu Akhlak dan Tasawuf, Bandung, 2014, hal 60

128
Skema:

Kewajiban Seorang Muslim


suatu perbuatan yang harus dikerjakan, karena
perbuatan itu dianggap baik dan benar

Kewajiban sebagai Kewajiban sebagai Kewajiban sebagai


saksi-Nya hamba-Nya khalifah-Nya

.
Menjadi saksi tentang hal-hal yang harus hal-hal yang harus
kebenaran dan datangnya ditunaikan dalam posisinya ditunaikan seseorang
petunjuk Allah, yang telah sebagai hamba Allah dalam dalam posisinya sebagai
diberikan dan diterima bentuk ibadah ritual seorang khalifah Allah
lewat para nabi dan Rasul-
Contoh:menjadi saksi tentang Contoh: ihsan ketika mengeluarkan Contoh: memelihara lingkungan
kebenaran petunjuk Allah zakat

129
F. Hak Seorang Muslim
Perkataan hak mempunyai bermacam-macam arti.Dalam Ilmu Akhlak yang
dimaksud hak ialah sesuatu yang dipunyai oleh seseorang atau kelompok
orang.Hak yang dimiliki oleh seseorang atau kelompok orang itu dapat berupa
benda atau wewenang melakukan sesuatu.
Ahmad Amin mengatakan : "Ma lil insan yusamma haqqan, Wama 'alaihi
yusamma wajiban". Apa yang dipunyai oleh seseorang dinamakan Hak, dan
apa yang harus diperbuat oleh seseorang kepada orang lain dinamakan
Kewajiban. Dalam redaksi lain, "Al-haqqu ma laka, wal wajib ma 'alaika".
Hak ialah yang engkau punyai, dan kewajiban ialah apa yang engkau harus
lakukan (kepada orang lain).
Hak dapat diartikan wewenang atau kekuasaan yang secara etis seseorang
dapat mengerjakan, memiliki, meninggalkan, mempergunakan atau menuntut
sesuatu.22Di dalam Al-Quran kita jumpai juga kata al-haqq, namun
pengertiannya agak berbeda dengan pengertian hak yang dikemukakan
tersebut. Pengertian al-haqq dalam Al-Quran sebagaimana dikemukakan al-
Raghib al-Asfahani adalah al-muthabaqah wa al-muwafaqah artinya
kecocokan, kesesuaian dan kesepakatan, seperti cocoknya kaki pintu sebagai
penyangganya.
Dilihat dari segi objek dan hubungannya dengan akhlak, hak itu secara garis
besar dapat dibagi menjadi tujuh bagian, yaitu hak hidup, hak mendapat
perlakuan hukum, hak mengembangkan keturunan, hak milik, hak
mendapatkan nama baik, hak kebebasan berfikir dan hak mendapatkan
kebenaran.
Hak dan Kewajiban merupakan dua hal yang saling berkaitan. Oleh karena
hak itu merupakan wewenang dan bukan kekuatan, maka ia merupakan
tuntutan, dan terhadap orang lain hak itu menimbulkan kewajiban, yaitu
kewajiban menghormati terlaksananya hak hak orang lain. Dengan cara
demikian orang lain pun akan berbuat yang sama pada dirinya. Jika seseorang

22Abuddin Nata,.Akhlak Tasawuf, Jakarta, Raja Grafindo Persada, 2011,hal 137

130
mempunyai hak, misalnya hak memiliki sebuah rumah atau sebidang tanah,
maka wajib bagi orang lain menghormati hak itu. Demikian pula wajib bagi
yang memiliki hak mempergunakan haknya untuk kebaikan dirinya dan
kebaikan orang banyak.
Salah satu Hadits yang menjelaskan Hak seorang muslim terhadap Allah:
Dari sahabat Muadz bin Jabbal, aku membonceng di belakang Rasulullah di
atas keledai, Rasulullah berkata, Ya Muadz, tahukah engkau apa haknya Allah
terhadap hamba-Nya, dan apa haknya hamba terhadap Allah (tatkala hamba
sudah menunaikan haknya Allah) ?, jawab Muadz, Wallahu taala alam.
Jawab Rasullah, Hak Allah terhadap hamba-Nya (kewajiban hamba terhadap
Allah) yaitu agar mereka hanya menyembah kepada Allah semata dan tidak
menyekutukan-Nya sedikitpun dalam beribadah. Dan haknya hamba terhadap
Allah (Apa yang Allah balas tatkala hamba sudah mengerjakan kewajibannya
terhadap Allah) yaitu Allah tidak akan mengadzab mereka yang tidak
menyekutukan Allah sedikitpun. Kemudian Muadz berkata kepada Rasulullah,
Ya Rasulullah, Apakah boleh aku sampaikan kabar gembira kepada
manusia ?, Jawab Rasulullah, Jangan engkau kabarkan, karena manusia akan
meninggalkan berlomba-lomba memperbanyak amalan.(HR Bukhari Muslim)

Dengan demikian hak manusia sebagai seorang muslim terbagi ke dalam 3


bagian, yaitu :
4) Hak sebagai Saksi-Nya
Manakala kewajiban sebagai saksi Allah telah dilaksanakan, seperti
mengesakan Allah, dan beriman kepada rukun iman, maka seorang hamba
memiliki hak untuk mendapatkan kenikmatan baik di dunia maupun di
akhirat yaitu sebagai seorang muslim yang kaffah yang jalannya selalu
dilindungi oleh Allah SWT.

5) Hak sebagai Hamba-Nya


Manakala kewajiban sebagai hamba ini ditunaikan secara maksimal,
maka ia berhak memiliki qalbu yang bersih, sifat-sifat yang bersih, pikiran
yang bersih, langkah-langkah yang bersih, yang pada akhirnya ia memiliki

131
suatu amal persembahan yang dipersembahkan kepada Dzat yang
memberi amanah penghambaan ini.23
Dengan kata lain, jika kewajiban sebagai seorang Hamba-Nya tidak
ditunaikan dengan baik, maka wadah dirinya menjadi kotor dan tidak
layak diisi oleh nur keridhaan-Nya. Dirinya kotor, amalnya tidak layak
diterima oleh-Nya, dan jika kewajiban sebagai hamba-Nya ditunaikan
dengan baik, maka wadah dirinya menjadi bersih dan layak diisi oleh
nur keridhaan-Nya.Dirinya yang bersih, amalnya menjadi layak diterima
oleh-Nya.
Dan adapula yang menjadi balasan yang pasti Allah berikan kepada
hamba tatkala hamba sudah menunaikan haknya Allah yaitu untuk
beribadah kepada Allah semata dan tidak syirik.
Dan bukan berarti hamba mewajibkan sesuatu terhadap Allah, karena
tidak ada sesuatupun yang dapat memaksa Allah.Akan tetapi yang
dimaksud hak hamba terhadap Allah adalah Allah yang telah menjanjikan
terhadap hambanya dan Allah mewajibkan terhadap diri-Nya sendiri untuk
memberikan hak hamba yang sudah menunaikan kewajibannya.

6) Hak sebagai Khalifah-Nya


Manakala kewajiban sebagai khalifah ditunaikan secara maksimal,
maka ia berhak untuk memanfaatkan dengan baik apa saja yang ada di
bumi untuk keperluannya. Pada akhirnya ia memiliki amal kekhalifahan
yang dipersembahkan kepada Dzat yang memberi amanah kekhalifahan
ini.
Sebagaimana firman Allah yang artinya dan di antara hewan ternak
itu ada yang dijadikan untuk pengangkutan dan ada yang untuk
disembelih.makanlah dari rezki yang telah diberikan Allah kepadamu,
dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya
syaitan itu musuh yang nyata bagimu.(Q.S Al- Anam: 142)
Dengan kata lain, jika kewajiban sebagai seorang Khalifah-Nya tidak
ditunaikan dengan baik, maka tujuan penciptaan tidak terwujud, amalnya
tidak layak diterima oleh-Nya, dan jika kewajibannya sebagai seorang

23Abdul Wahhab Khalaf,Ilmu Usul al-Fiqh, Mesir, Dar al-maarif, 1985, hal 46

132
khalifah-Nya ditunaikan dengan baik, maka tujuan penciptaannya menjadi
terwujud, amalnya menjadi layak oleh-Nya.

Skema:

Hak Seorang Muslim: sesuatu yang dipunyai oleh


seseorang setelah melaksanakan kewajibannya

Hak sebagai saksi-Nya


memiliki hak untuk mendapatkan kenikmatan,
baik di dunia maupun di akhirat

Hak sebagai hamba-Nya


ia berhak memiliki qalbu yang bersih

Hak sebagai khalifah-Nya


ia berhak untuk memanfaatkan dengan baik apa saja
yang ada di bumi untuk keperluannya

133
PENUTUP

Simpulan
Status adalah peran atau kedudukan dengan segala potensi yang
dimilikinya. Status manusia dimuka bumi ini memiliki dua peran yaitu sebagai
Abdullah dan sebagai khalifatullah.Kedudukan sebagai Abdullah (hamba) itu
merupakan sebuah cermin jernih yang memantulkan realitas-realitas
kehendak-Nya.Kedudukan sebagai khalifah (majikan) berkaitan sangat erat
dengan kedudukan sebagai hamba.
Kewajiban adalah hal yang harus dilakukan manusia, terkait statusnya baik
sebagai saksi Allah,hamba Allah, maupun khalifah-Nya. Kewajiban manusia
sebagai saksi Allah yaitu kita sebagai makhluk harus meyakini akan adanya
Allah sebagai Tuhan yang menciptakan seluruh alam semesta.
Hak berarti sesuatu yang layak diperoleh setelah menunaikan kewajiban
sebagai saksi Allah.Hak itu mencakup hak manusia sebagai saksi Allah, hak
manusia sebagai hamba Allah, dan hak manusia sebagai khalifah di muka
bumi.
.

134
TOPIK 6

KONSEP TASAWUF
Disusun Oleh:
1. Dian Safitri 1132050017
2. Dina Kartina Yulisa 1132050018
3. Dini Oktaviani Solihat 1132050019

137
PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah


Tasawuf Islam merupakan bagian integral dari ajaran spiritual Islam yang
bersumber dari Al-Quran dan al-sunnah, lahir bersamaan dengan lahirnya
agama Islam itu sendiri. Namun tasawuf berdiri sendiri sebagai sebuah
disiplin ilmu baru, muncul pada abad kedua dan ketiga. Istilah tasawuf belum
dikenal dikalangan masyarakat muslim akan tetapi bukan berarti ajaran
tasawuf belum ada pada permulaan islam, ia sudah ada tapi tidak secara
ekslisit sebagaimana layaknya sebuah disiplin ilmu. Bila kita merujuk lebih
jauh kebelakang, tidak hanya tasawuf yang tidak dikenal pada periode awal
islam, disiplin ilmu yang lainpun seperti fiqih, tauhid, tafsir, ilmu hadists
belum dikenal pada masa Rasulullah.
Melalui studi tasawuf ini seseorang dapat mengetahui tentang cara-cara
melakukan pembersihan diri serta mengamalkannya dengan benar. Dari
pengetahuan ini diharapkan ia akan tampil sebagai orang yang pandai
mengendalikan dirinya pada saat berinteraksi dengan orang lain, atau pada
saat melakukan berbagai aktivitas dunia yang menuntut kejujuran, keikhlasan,
tanggung jawab, kepercayaan dan sebagainya. Dari suasana yang demikian
itu, tasawuf diharapkan dapat mengatasi berbagai penyimpangan moral yang
mengambil bentuk seperti manipulasi, korupsi, kolusi, penyalahgunaan
kekuasaan dan kesempatan, penindasan.

Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, penulis merumuskan rumusan masalah
sebagai berikut :
1. Apa yang dimaksud dengan tasawuf ?
2. Apa saja yang menjadi wilayah kajian dan objek persoalan tasawuf ?
3. Apa saja tujuan tasawuf dan bagaimana cara mencapainya ?
4. Bagaimana fungsi tasawuf ?
5. Bagaimana sikap umat terhadap tasawuf ?
Tujuan
Makalah ini dibuat dengan tujuan untuk :

138
1. Memahami pengertian tasawuf
2. Memahami wilayah kajian dan obyek persoalan tasawuf
3. Memahami tujuan tasawuf dan cara mencapainya
4. Memahami fungsi tasawuf
5. Memahami sikap umat terhadap tasawuf

PEMBAHASAN

A. Definisi Tasawuf
1. Secara Bahasa
Secara bahasa, pengertian tasawuf dapat dilihat menjadi beberapa macam
pengertian, seperti di bawah ini :
a. Tasawuf berasal dari istilah yang dikonotasikan dengan ahlu suffah,
yang berarti sekelompok orang pada masa Rasulullah SAW. yang
hidupnya berdiam di serambi-serambi masjid, mereka mengabdikan
hidupnya untuk beribadah kepada Allah SWT.

139
b. Tasawuf berasal dari kata Shafa. Kata Shafa ini berbentuk fiil mabni
majhul sehingga menjadi isim mulhaq dengan huruf ya nisbah, yang
berarti nama bagi orang-orang yang bersih atau suci. Maksudnya
adalah orang-orang yang menyucikan dirinya di hadapan Tuhannya.
c. Tasawuf berasal dari shuf, yang berarti wol kasar karena orang-
orang sufi selalu memakai pakaian tersebut sebagai lambang
kesederhanaan.
d. Tasawuf berasal dari kata shopos. Kata tersebut berasal dari Yunani
yang berarti hikmah.
e. Tasawuf berasal dari kata shaf. Makna shaf dinisbahkan kepada orang-
orang yang ketika shalat selalu berada di shaf yang paling depan.
f. Tasawuf berkaitan dengan kata ash-shifah karena para sufi sangat
mementingkan sifat-sifat terpuji dan berusaha keras meninggalkan
sifat-sifat tercela.
g. Tasawuf berasal dari kata shaufanah yaitu sebangsa buah-buahan
kecil yang berbulu-bulu dan banyak tumbuh dipadang pasir di tanah
arab, dimana pakaian kaum sufi itu berbulu-bulu seperti buah itu pula,
dalam kesederhanaannya.
2. Secara Istilah
Pengertian Tasawuf secara istilah, telah banyak diformulasikan oleh para
ahli yang satu sama lain berbeda sesuai dengan seleranya masing-masing.
a. Menurut Al Jurairi, tasawuf adalah memasuki ke dalam segala budi
(akhlak) yang bersifat sunni, dan keluar dari budi pekerti yang
rendah.
b. Al-Junaidi memberikan rumusan tentang tasawuf sebagai berikut,
Tasawuf adalah bahwa yang Hak adalah yang mematikanmu, dan
Haklah yang menghidupkanmu.
c. Dalam ungkapan lain, Al Junaidi mengatakan, adalah beserta Allah
tanpa adanya penghubung.
d. Abu Hamzah memberikan cirri terhadap ahli tasawuf sebagai berikut
Tanda sufi yang benar adalah yang berfakir setelah dia kaya,
merendahkan diri setelah dia bermegah-megahan, menyembunyikan
diri setelah dia terkenal.,dan tanda sufi palsu adalah kaya setelah dia
fakir, bermegah-megahan setelah dia hina, dan tersohor setelah dia
bersembunyi.

140
e. Amir bin Usman Al-Makki pernah mengatakan, Tasawuf adalah
seseorang hamba yang setiap waktunya mengambil waktu yang
utama.
f. Muhammad Ali Al-Qassab memberikan ulasannya sebagai berikut,
Tasawuf adalah akhlak yang mulia yang timbul pada masa yang mulia
dari seorang yang mulia ditengah-tengah kaumnya yang mulia.
g. Syamnun menyatakan, Tasawuf adalah bahwa engkau memiliki
sesuatu dan tidak dimiliki sesuatu.
h. Banyak lagi ahli memeberikan pengertian yang bersifa terminologis,
seperti Maruf Al-Karakhi, yang mengungkapkan pengertian tasawuf
sebagai, mengambil hakikat dan berputus asa apa yang ada di tangan
makhluk.
Dari semua ungkapan itu, lebih utama manakala kita menyimak apa
yang telah disimpulkan oleh Al-Junaedi sebagai berikut, Tasawuf adalah
membersihkan hati dari apa yang menggangu perasaan kebanyakan
makhluk, berjuang menanggalkan pengaruh budi yang asal (instink) kita,
memadamkan sifat-sifat kelemahan kita sebagai manusia, menjauhi segala
seruan dari hawa nafsu, mendekati sifat-sifat suci kerohaina, dan
bergantung pada ilmu-ilmu hakikat , memaknai barang yang penting dan
terlebih kekal, menaburkan nasihat kepada semua umat manusia,
memegang teguh janji dengan Allah SWT dalam hal hakikat dan
mengikuti contoh Rasulullah SAW dalam hal syariat.
Jadi, jika kita simpulkan dapat kita ringkas sebagai berikut,ilmu
tasawuf adalah ilmu yang mempelajari usaha membersihkan diri, berjuang
memerangi hawa nafsu, mencari jalan kesucian dengan makrifat menuju
keabadian, saling mengingatkan antara manusia, serta berpegang teguh
pada janji Allah SWT dan mengikuti syariat Rasulullah SAW dalam
mendekatkan diri dan mencapai keridhaan-Nya.

141
Shafa (Bersih/Suci)

D e fin is i T a s a w u f
Shuf (Wol)

Bahasa Shaf (Barisan)

Shifah (Sifat Terpuji)


Ahlu Shuffah
(Sekelompok Orang)
Al-Jurairi

Al Junaidi
Istilah
Abu Hamzah
Muhammad Ali Al-
Qassab
Wilayah Kajian dan Obyek Persoalan
1. Kajian Tasawuf
Islam itu memiliki tiga dimensi besar, yaitu pertama, mengenai
persoalan pengakuanyang dibahas dalam ilmu kalam. Ukurannya antara
mengakui-mengingkari; kedua mengenai persoalan syariat yang dibahas
dalam ilmu fiqih. Ukurannnya antara wajib-haram atau halal-haram; yang
ketiga, mengenai persoalan syariat batin yang dibahas dalam ilmu tasawuf,
ukurannya antara merasa-tidak merasa. Merasa dilihat-Nya itu merupakan
konsep ihsan yang disabdakan oleh Nabi Muhammad SAW. Menata
akhlak dan ibadah yang dikemas dalam kehidupan spiritual untuk
mengenal-Nya. Berawal dari merasa dilihat, merasa melihat, merasa dekat,
kemudian merasa satu.

142
Wilayah Kajian
Tasawuf

Persoalan Persoalan Persoalan


pengakuan Syariat Syariat Batin
Ilmu Kalam Ilmu Fiqih Ilmu Tasawuf
2. Objek Tasawuf
Tasawuf merupakan suatu perjalanan panjang berdimensi spiritual
sebagai upaya menuju Tuhan. Dimensi spiritual itu bersifat unconsuisness,
di daalmnya berisi segala upaya untuk mengasah kecerdasan spiritual
individu. Kemudian apa yang menjadi objek tasawuf? Yang menjadi objek
tasawuf adalah qalbu, mempersoalkan karakteristik qalbu, mempersoalkan
manajeman qalbu, agar dengannya kita mulai melangkah menelusuri
perjalananspiritual untuk menghampiri-Nya. Yang menjadi pusat
perhatiannya ada dua, yaitu qalbu dan Tuhan. Dengan kehalusan qalbunya
seorang hamba berupaya mendekat kepada tuhannya.

143
Katarteristik
Objek Qalbu
Qalbu
Tasawuf Manajeman
Qalbu
Tujuan Tasawuf dan Cara Mencapainya
1. Tujuan Tasawuf
Tujuan tasawuf adalah berada sedekat mungkin di sisi Allah dengan
mengenalnya secara langsung dan tenggelam dalam ke Maha Esaan-Nya
yang mutlak. Dengan kata lain, bahwa sufi yaitu seorang ego pribadinya
sudah lebur dalam pelukan keabadian Allah, sehingga semua rahasia yang
membatasi dirinya dengan Allah tersingkap atau kasyaf. Dan di sisi lain
hakikat tasawuf itu sendiri sama dengan tujuan tasawuf yaitu mendekatkan
diri kepada Tuhandalam ajaran islam, Tuhan memang dekat sekali dengan
manusia. Dekatnya Tuhan kepada manusia itu tertuang dalam al-Quran
dan hadits.
Tasawuf itu diciptakan hanya sebagai media lintasan untuk mencapai
maqasid al syari (tujuan-tujuan syari). Sebagai contoh orang yang
diperintahkan naik ke atas atap rumah, maka secara tidak langsung ia juga
diperintahkan untuk mencari media yang dapat digunakan untuk
melaksanakan tugas itu dengan cara menaiki tangga. Berikut tujuan
tasawuf diantaranya adalah:
a. Berupaya menyelamatkan diri dari akidah-akidah syirik dan batil.
b. Melepaskan diri (takhalli) dari penyakit kalbu.
c. Menghiasi diri (tahalli) dengan akhlak islam yang mulia.
d. Menggapai derajat ihsan dalam ibadah (tajalli).
e. Menstabilkan akidah shuhbah ilahiyah (persahabatan ketuhanan),
dalam arti bahwa Allah SWT melihat hamba-hambaNya dari atas arsy
dan meliputi mereka dan segala arah dengan ilmu, kekuasaan (qudrat),
pendengaran (sama) dan penglihatan (bashar) Nya.

144
f. Menggapai kekuatan iman yang dulu pernah dimiliki para sahabat
Rasulullah SAW, menyebarkan ilmu-ilmu syariat dan meniupkan ruh
kehidupannya, sehingga menghasilkan motivasi bagi kaum muslimin
untuk dapat memimpin kembali umat, baik ilmiah, pemikiran
keagamaan maupun politik. Selain itu mereka juga mampu
mengembalikan kepemimpinan global ke pangkuannya, baik peta
politik maupun ekonomi serta dapat menyelamatkan bangsa-bangsa
yang ada dari alenasi dan kehancuran.
2. Cara Mencapai Tujuan Tasawuf
Untuk mencapai tujuan ini seorang sufi harus menjalani proses dan
latihan spiritual yang panjang yaitu melalui tahapan-tahapan kesufian
menuju Allah yang disebut dengan maqamat.

Definisi maqamat
Definisi maqamat secara etimologis adalah bentuk jamak dari kata maqam,
yang berarti kedudukan spiritual (English: Station).
a. Maqam arti dasarnya adalah "tempat berdiri", dalam terminologi
sufistik berarti tempat atau martabat seseorang hamba di hadapan
Allah pada saat dia berdiri menghadap kepada-Nya.
b. Adapun "ahwal" bentuk jamak dari'hal'biasanya diartikan sebagai
keadaan mental(mental states)yang dialami oleh para sufi di sela-sela
perjalanan spiritualnya.
Para ulama atau sufi banyak berbeda pendapat mengenai
pengkategorian susunan tahapan atau maqamat ini, seperti Abu Nasr As-
Sarraj mengemukakan ada tujuh yang harus ditempuh oleh seorang sufi,
hal ini berbeda dengan Abu Khair, yang menyebutkan sampai 40
maqamatyang harus ditempuh oleh seorang sufi. Perbedaan ini karena di
antara para sufi itu memiliki pengalaman rohani yang berbeda-beda ketika
menempuh maqamat tersebut. Lebih jelasnya sebagai berikut:
a. Al Qusyairi, menjelaskan bahwa maqamat adalah etika seorang
hamba dalam wushul (mencapai, menyambung) kepadanya dengan

145
macam upaya, diwujudkan dengan tujuan pencarian dan ukuran
tugas. Al Qusyairi menggambarkan maqamat dalam taubat - wara -
zuhud - tawakal - sabar dan Ridha.
b. Al Ghazali dalam kitab Ihya Ulumudin membuat sistematika
maqamat dengan taubat - sabar - faqir - zuhud - tawakal - mahabah
- ma'rifat dan ridha.
c. At Thusimenjelaskan maqamat sebagai berikut: Al Taubat - Wara -
Zuhud - faqir - sabar - ridha - tawakal - ma'rifat.
d. Al Kalabadhi (w. 990/5) didalam kitabnya "Al taaruf Li Madzhab
Ahl Tasawuf", sebuah kitab yang sudah diterjemahkan dalam
bahasa Inggris oleh Arthur John Arberry dengan judul "The
doctrine of the Sufi" menjelaskan ada sekitar 10 maqamat :Taubat -
zuhud - sabar - faqir - dipercaya - tawadhu (rendah hati) - tawakal -
ridho - mahabbah (cinta) -dan ma'rifat.
e. Ibn Arabi dalam kitab Al futuhat Al Makiyah (The Meccan
Revalation) bahkan menyebutkan enam puluh maqam tetapi tidak
memperdulikan sistematika maqam tersebut
Maqamat adalah perjalanan spiritual yang diperjuangkan oleh para
Sufi untuk memperolehnya. Perjuangan ini pada hakikatnya merupakan
perjuangan spiritual yang panjang dan melelahkan untuk melawan hawa
nafsu termasuk ego manusia yang dipandang sebagai berhala besar dan
merupakan kendala untuk menuju Tuhan. Didalam kenyataannya para
Saliki memang untuk berpindah dari satu maqam ke maqam lain
memerlukan waktu berbilang tahun, sedangkan"ahwal" sering diperoleh
secara spontan sebagai hadiah dari Tuhan. Contoh ahwal yang sering
disebut adalah : takut , syukur, rendah hati, ikhlas, takwa, gembira.
Walaupun definisi yang diberikan sering berlawanan makna,namun
kebanyakan mereka mengatakan bahwa ahwal dialami secara spontan dan
berlangsung sebentar dan diperoleh bukan atas dasar usaha sadar dan
perjuangan keras, seperti halnya pada maqamat, melainkan sebagai hadiah
dari kilatan Ilahiah (divine flashes), yang biasa disebut "lama'at"

146
Jenjang Maqamat
Sebagai suatu kesadaran pribadi tentulah maqamat sangat bersifat
subyektif. Satu jenjang terlewati hanya dapat ditentukan oleh sufi yang
menjalani perjalanan tersebut. Tidak ada kriteria yang dapat dijadikan
ukuran secara pasti menyatakan bahwa, seorang calon sufi sudah melewati
maqm tertentu. Ini pun, merupakan latihan pensucian dlamair (kesucian
batin) itu sendiri, dengan menimbulkan kejujuran pada diri sendiri. Tidak
pernah seorang sufi memberikan pengakuan bahwa dirinya sudah
melampaui maqm tertentu, dan sedang melangkah ke maqam berikutnya.
Karena pernyataan itu bisa melahirkan sikap ria dan kesombongan diri.
Jelas hal ini bertentangan dengan maksud pensucian dlamir yang sedang
dicapai oleh seorang sufi.
Proses pensucian dlamir dimulai dari maqm al-taubah. Seorang yang
hendak melakukan pensucian dlamair hendaklah menghentikan dirinya
dari pelbagai perbuatan dosa. Bahkan harus lahir sikap dan perasaan sudah
terbebaskan dari beban mental akibat berbagai kesalahan dan dosa yang
pernah dilakukan. Tanpa perasaan tersebut, seseorang tetap merasa dirinya
dalam keadaan kotor. Maka bertaubat di sini, dimaksudkan melepaskan
diri dari perasaan bersalah, dan berdosa. Kemudian berjanji dengan
sungguh sungguh tidak akan melakukan perbuatan-perbuatan-dosa-lagi.
Bila perasaan taubat sudah diperoleh, maka seorang calon sufi baru
meningkat ke jenjang kedua, yaitu al-war, yang merupakan usaha sekuat
tenaga lahir batin untuk menghindarkan diri dari hal-hal yang syubht,
sesuatu yang diragukan apakah halal atau haram. Jadi di sini, kemampuan
ditingkatkan ke tingkat yang lebih tinggi, bukan hanya meninggalkan yang
haram, tetapi juga yang belum jelas halal atau haramnya.Hadits Nabi
memang memperingatkan umat beriman untuk meninggalkan hal-hal yang
syubhat ini, karena dikhawatirkan nanti-akan-jatuh-kepada-yang-
diharamkan.

147
Jenjang ketiga yang harus dicapai, setelah timbul kebiasaan
meninggalkan yang syubhat ini adalah maqm al faqr, yakni tidak
meminta sesuatu kepada Tuhan, melebihi apa yang telah ada pada diri
sendiri. Maqm faqr ini sebenarnya merupakan manifestasi dari
ketundukan dan ketawadluan seseorang di hadapan Allah s.w.t. itulah
sebabnya tidak akan meminta melebihi apa yang telah dimiliki. Bila masih
terus meminta, padahal kebutuhan diri sendiri sudah tercukupi,
dikhawatirkan akan menimbulkan sikap tamak yang pada gilirannya akan
meruntuhkan dua jenjang yang terdahulu, yang berarti proses-pensucian-
dlamair-menjadi-hancur-berantakan.
Jenjang keempat adalah maqam al-shabr. Maqam ini mengandung
makna sabar dalam menjalankan perintah Allah, sabar dalam menjauhi
segala larangannya, dan juga sabar dalam menerima cobaan dari Allah.
Kesabaran di sini diartikan dengan konsisten, tidak pernah bergeser, dan
menenima dengan penuh kepasrahan segala ketentuan Allah. Sikap inii
akan melahirkan kekuatan hati, dalam bentuk tidak pernah tergoncang dan
mengeluh dalam menghadapi cobaan yang-datang,-bagaimanapun-
beratnya.
Setelah jenjang al-shabr dilalui, maka seorang calon sufi meningkat ke
maqam al-tawakkul. Yakni sikap penyerahan secara totalitas, lahir batin
kepada Allah s.w.t., sehingga seorang sufi selamanya berada dalam
suasana tentram. Bahkan dalam maqam ini akan lahir tingkat kepekaan
kalbu yang sangat tinggi, yaitu perasaan tidak diperdulikan Allah bila tidak
diberi cobaan. Maka cobaan Allah dipandang sebagai pernyataan cinta-
Tuhan-kepadanya.
Maqam yang terakhir adalah maqam al-ridha, yakni mengeluarkan
perasaan benci dari hati, sehingga yang tinggal dalam hati hanyalah
perasaan senang dan cinta. Inilah yang disenandungkan, misalnya oleh al-
Adawiyah dengan mengatakan, Hatiku tidak punya tempat lagi untuk
benci kepada syetan, karena telah dipenuhi oleh perasaan cinta kepada-
Allah.

148
Maqamat sebagai Jalan Tasawuf untuk Mendekatkan Diri kepada Allah
Tujuan para sufi dalam bertasawuf, adalah untuk mempereroleh
hubungan langsung dan disadari dengan Allah. Kesadaran tersebut
dihayati sebagai sungguh berada pada hadirat Allah s.w.t.serta merasakan
kelezatan berdialog atau berbisik-bisik dengan-Nya. Kelezatan berdialog
dengan Tuhan hanya mungkin dirasakan secara rohaniah melalui sujud dan
mendekatkan diri kepada-Nya. Allah berfirman, Sujudlah dan dekatkanlah
diri engkau dengan kepada Allah (Q.S. a1-Alaq/96:19).
Rasa dekat dengan Tuhan bisa mencapai situasi spiritual bersatu
dengan Tuhan, yang juga harus dipahami dalam makna spiritual.
Pernyataan Allah dalam al-Quran, Dialah yang Awal, Dialah yang
Akhir,Dialah yang Zhahir, dan Dialah yang Batin. Pernyataan bersatu
dengan Allah dalam konsep para sufi adalah timbulnya kesadaran total
berada dalam hadirat dan kekuasaan Allah, fan dalam kebesarannya,
serta tenggelam dalam baqa. Bukan dalarn pengertian ketercampuran zat
Allah yang immateri dengan zat manusia yang materi.
Di sini berlaku dasar pernikiran bahwa Allah, Dia Yang Maha Suci,
hanya bisa didekati oleh yang suci. Sesuatu yang kotor tidak bisa
mendekati Maha Suci. Maka dasar aktifitas tasawuf diletakkan pada
kesucian, kesucian lahir (al-zhawahir, eksotenis) maupun kesucian batin
(al-dlamair, esoteris). Namun perlu diberi catatan, bahwa kesucian batin
lebih diutamakan daripada kesucian lahir. Maka dalam mencapai tingkat
kesufian, para calon sufi haruslah melalui perjalannan panjang untuk
membersihkan dlamairnya. Berbeda dengan pensucian zhawahir,
pensucian dlamair itu lebih sulit dan lebih memakan waktu. Karena
pensucian dlamir itu, seorang bid (hamba) berusaha sekuat tenaga
menundukkan diri dan hawa nafsunya, sehingga hawa nafsu tersebut
dijinakkan untuk mencapai jalan yang diridlai Allah s.w.t. Perjalanan
panjang dalam proses pensucian dlamair itu dikenal dengan istilah
maqmt, yang dalam pemahaman para sufi mengandung makna jenjang-

149
jenjang pencapaian kesadaran kesufian untuk sampai ke tingkat kedekatan
dan kebersatuan dengan Tuhan.

Tujuan Tasawuf :
-Berupaya menyelamatkan diri dari
akidah-akidah syirik Jenjang-jenjangnya
- Melepaskan diri dari penyakit Maqamat yakni tempat atau
kalbu. Taubat
martabat seorang hamba di Wara'
- Menghiasi diri dengan akhlak hadapan Allah pada saat dia Faqr
islam yang mulia. berdiri menghadap kepada- Sabar
- Menggapai derajat ihsan dalam Nya atau proses dan latihan Tawakal
ibadah. spiritual yang panjang yaitu Ridha
- Menstabilkan akidah shuhbah melalui tahapan-tahapan
ilahiyah (persahabatan ketuhanan) kesufian menuju Allah
- Menggapai kekuatan iman yang Dekat dengan Allah
dulu pernah dimiliki para sahabat dan bersatu dengan
Rasulullah SAW Tasawuf
Fungsi Allah
1. Fungsi Tasawuf terhadap Keindahan Akhlak
AkhlakCara Mencapainya
yang baik itu disebut juga ihsan. Ihsan itu berarti merasa
dilihat oleh Allah SWT. Merasa dilihat ini merupakan langkah awal masuk
ke khazanah tasawuf. Tingkatannya adalah merasa dilihat, lalu merasa
melihat, merasa dekat dan akhirnya merasa satu. Dengan begitu, maka
tasawuf berfungsi sebagai khazanah illahiyah yang menampak pada
keindahan akhlak. Tasawuf merupakan sisi dalamnya dan akhlak
merupakan sisi luarnya.
Berawal dari tindakan tindakan yang suci, lalu mengkristal menjadi
sifat yang suci dan berikutnya terbentuklah qalbu yang suci. Kemudian
setelah itu dalam keadaan suci, mulai menghadap dzat Yang Mahasuci dan
berikutnya terus saja menghadap untuk semakin mendekat kepada-Nya
dengan berbagai sandungaan.

3. Fungsi Tasawuf terhadap Keindahan Teknologi


Nilai tasawuf menjadikan teknologi informasi tidak menjadi
sekuler. Teknologi diwarnai nilai-nilai ilahiyah. Secara lahir, tidak
menyimpang dari rambu-rambu syariat lahir dan secara batin tidak
menyimpang dari rambu-rambu syariat batin. Kuncinya

150
adalahkecanggihan teknologi sekedar dijadikan media strategis untuk
mencapai tujuan yang bersifat ilahiyah yang esensi. Teknologi
dikendalikan untuk kepentingan agama dan bukan agama yang
dikendalikan untuk kepentingan teknologi.

4. Fungsi Tasawuf terhadap Keindahan Profesi


Profesi adalah bidang pekerjaan yang dilandasi keahlian tertentu.
Dengan nilai tasawuf kita tidak sembarang memilih profesi. Kemudian,
dengan nilai tasawuf menjadikan profesi yang kita pilih bertujuan untuk
kepentingan umat tidak hanya untuk kepentingan pribadi. Sehingga profesi
kita lebih indah manfaatnya. Selain itu, dengan nilai tasawuf seseorang
melakukan pekerjaannya dilandasi dengan akhlak-akhlak terpuji seperti
sabar, jujur, bekerja keras, dan bertanggung jawab. Dan pekerjaan pun
dilakukan secara professional.

5. Fungsi Tasawuf terhadap Keindahan Spiritual


Menurut KBBI, spiritual adalah berhubungan dengan atau bersifat
kejiwaan (rohani, batin). Dengan nilai tasawuf akan melahirkan kondisi
kejiwaan (rohani) yang tenang dan sehat.

Fungsi Tasawuf terhadap :


Keindahan Akhlak Keindahan Teknologi Keindahan Profesi Keindahan Spriritual
Membentuk qolbu
yang suci. Menjadikan teknologi Dengan nilai tasawuf Dengan nilai tasawuf
digunakan untuk seseorang melakukan akan melahirkan
Berawal dari tindakan kepentingan agama. pekerjaannya dilandasi kondisi kejiwaan
tindakan yang suci, dengan akhlak-akhlak (rohani) yang tenang
lalu mengkristal terpuji dan untuk dan sehat
Dengan nilai tasawuf, kepentingan umat
menjadi sifat yang suci teknologi diwarnai
dan berikutnya dengan nilai-nilai Allah
terbentuklah qalbu
SikapyangUmatsuciterhadap Tasawuf

1. Positif Thinking

151
Dari kalangan pejalan (esoteris).Memandang sufisme sebagai inti
dari ajaran islam,dan mereka tidak peduli dengan pertayaan apakah
sufisme itu sesuai dengan ajaran islam atau tidak. Mereka memastikan
bahwa persoalan kasyif tidak bisa secara utuh dikomunikasikan dengan
kata-kata.Kitab Ihya Ulumuddin, oleh penulisnya sendiri,al
Ghazali,dipandang termasuk pada kategori ilmu muamalah yang
menyangkut aspek lahir dan aspek batin.Tasawuf itu ibarat mata uang
yang memiliki dua muka,yaitu muka yang satu aspek muamalah dan muka
yang lain aspek mukasyafah. Jalaluddin Rumi umpamanya yang menulis
fihi ma fihi.

2. Negatif Thinking
Dari kalangan fuqaha (eksoteris), ahli syariat, memandang sufisme
sebagai non-Islam. Mereka tidak peduli apakah sufisme mempunyai
tempat di dalam Islam ataukah tidak. Mereka menanggapinya dengan
sikap syak, kemudian meningkat menjadi celaan yang menimbulkan
ketegangan yang memuncak dengan pengkafiran dan penghukuman mati
terhadap paramartir. Mereka mempersoalkan sesuatu dan persoalan ini
tidak pernah mendapat jawaban yang meyakinkan mereka.
3. Netral
Dikalangan pengamat (peneliti), memandang sufisme sebagai
sesuatu khazanah yang perlu dibedah. Sisi mana yang menyebabkan orang
memandang bahwa sufisme itu sebagai anti ajaran Islam (non-Islam) ?
Dan sisi mana pula yang dapat dijadikan sebagai jembatan yang dapat
mendekatkan kedua kelompok tersebut. Dengan kata lain, persoalan kasyif
itu merupakan persoalan yang perlu dibahas secara bijak.

152
PENUTUP

Simpulan
Tasawuf adalah ilmu tentang kedekatan kita terhadap Allah SWT, dengan
segala kejadian kejadian yang didalamnya mencerminkan bagaimana tingkat
kedekatan kita terhadap pencipta kita. Tasawuf ada karena adanya makhluk
dan penciptanya, dan semua itu adalah suatu kesatuan yang tidak bisa
dipisahkan bagi orang orang yang memeluk agama Allah SWT.

153
TOPIK 7
PERKEMBANGAN TASAWUF

154
Disusun Oleh:
1. Erni Susilawati 1132050026
2. Fajar Ridwanulah 1132050028
3. Fitri Wulansari 1132050030

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kehidupan sufi sudah terdapat pada diri Nabi Muhammad SAW
bahkan sebelum diangkat menjadi rasul pun beliau sudah sering
melakukan kegiatan sufi dengan melakukan uzlah di gua Hiro sampai
beliau menerima wahyu pertama.
Perkataan tasawuf atau sufi belum dikenal pada zaman nabi
ataupun zaman sahabat-sahabatnya. Tetapi perkataan dan perbuatan yang
dikerjakannya sudah mencerminkan kehidupan sufi.
Menurut catatan sejarah, sahabat yang pertama kali memfilsafatkan
ibadah dan menjadikan ibadah secara satu hariqah yang khusus adalah
khudzaifah bin Al-Yamani dan dialah yang perama kali mendirikan
madrasah asawuf tetapi belum terkenal dengan nama tasawuf.
Oleh karena itu berdasarkan latar belakang diatas penulis akan
memaparkan mengenai sejarah perkembangan tasawuf dari masa kemasa,
sejak masa rosulillah sampai perkembangan tasawuf masa kini.

B. Rumusan Masalah

155
Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis merumuskan masalah
sebagai berikut :
1. Bagaimana cikal bakal tasawuf?
2. Bagaimana perkembangan tasawuf?

C. Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui bagaimana cikal bakal tasawuf?
2. Untuk mengetahui bagaimana perkembangan tasawuf?

PEMBAHASAN

A. Perkembangan Tasawuf
1. Cikal Bakal Tasawuf (Masa Nabi)
Benih-benih tasawuf sudah ada sejak dalam kehidupan Nabi. Hal
ini dapat dilihat dalam ibadah dan kehidupan Nabi. Sebelum diangkat
menjadi Rasul, berbulan-bulan terutama dibulan Ramadhan, beliau
berkhalawat, mengasingkan diri dari karakter-karakter manusia pada
umumnya saat itu. Kemudian puncaknya terjadi ketika beliau Isra miraj.
Beliau telah sampai ke sidratyllmuntaha, yaitu tempat terakhir yang
dicapai Nabi ketika miraj di langit ke tujuh. Bahkan sampai kehadirat-
Nya dan sempat berdialog berulang kali saat beliau menerima perintah
kewajiban shalat lima puluh kali sehari, atas usul Nabi Musa as, beliau
memohon agar jumlahnya diringankan dengan alasan karena bahwa
umatnya tidak akan mampu melaksanakannya, keadaan demikian
merupakan benih-benih yang menumbuhkan sufisme dikemudian hari.
Demikian pula halnya dalam kehidupan Nabi. Beliau memiliki
pola hidup sederhana, baik dalam keadaan tertindas maupun disaat
berkuasa. Dalam salah satu doanya beliau memohon : Ya Allah
hidupkanlah aku dalam kemiskinan dan matikanlah aku sebagai orang
miskin (HR. Tirmidzi). Menurut Haikal pola hidup sederhana yang

156
dilakukan oleh Nabi bukanlah suatu kewajiban agama, tetapi dengan cara
itulah ia memberikan teladan tentang ketangguhan mental yang kuat.
Nabi adalah orang yang paling tekun beribadah, Aisyah
meriwayatkan bahwa pada suatu malam Nabi mengerjakan salat malam.
Ketika salat itu lututnya bergetar karena panjang dan banyaknya rakaat
salat. Tatkala ruku dan sujud, terdengar suara tangisnya namun ia tetap
melakukannya sampai azan Bilal bin Rabbah terdengar diwaktu subuh.
Melihat Nabi demikian tekun melakukan salat, Aisyah bertanya : wahai
junjungan, bukankah dosamu yang terdahulu dan yang akan datang telah
diampuni Allah? Mengapa engkau masih banyak melakukan salat? Nabi
menjawab : Aku ingin menjadi hamba yang banyak bersyukur (HR.
Bukhari Muslim)
Disamping itu beliau pun banyak berzikir ia berkata:
Sesungguhnya saya memohon ampun kepada Allah lebih dari 70 kali
setiap harinya (HR. Tabrani). Sekali waktu beliau pernah lupa kepada
Aisyah, saat itu Nabi bertanya : Siapakah engkau? Aisyah menjawab : saya
Aisyah? Nabi bertanya lagi : Siapa Aisyah? Aisyah menjawab : anak as
Shiddiq. Nabi bertanya lagi : Siapa as Shiddiq? Aisyah menjawab : Abu
Bakar. Nabi bertanya lagi : Siapa Abu Bakar? Selanjutnya Aisyah tidak
menyahut lagi. Ia sudah tahu bahwa Nabi sedang tenggelam dalam
bermunajat kepada Allah SWT, saat itu fisiknya di dekat Aisyah dan
batinnya di dekat Allah.
Demikian pula halnya akhlak Nabi, akhlak beliau sudah di cap
terpuji oleh manusia, bahkan oleh Allah SWT, seperti firman-Nya :
Sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung (Q. 68:4).
Ketika Aisyah ditanya : Bagaimana akhlak Nabi? Ia menjawab : kana
khuluquhu al quran. (HR. Ahmad dan Muslim). Dalam diri Nabi
terkumpul sifat-sifat utama, seumpama rendah hati, melupakan hal-hal
yang tidak berkenan dihatinya, tangguh, hingga beliau menjadi tipe ideal
kaum muslimin, juga kaum sufi. Sesungguhnya telah ada pada diri
Rasulullah itu suri tauladan yang baik bagimu(Q. Al-Ahzab : 21).

a. Nuansa Zuhudnya Rasulullah

157
Menurut Istrinya, Siti Aisyah, bahwa Rasulullah s.a.w., terbiasa:
1) Menebal kain, menebal sandal, dan mengerjakan pekerjaan
rumahnya
2) Jika tiba waktu shalat, beliau pergi shalat ke masjid
3) Berakhlak sangat baik, tidak pernah berkata keji
4) Tidak pernah teriak-teriak dipasar, membalas keburukan-
keburukan
5) Tidak pernah mencela makanan
Sabdanya :
1) Sederhana dalam berpakaian itu termasuk bagian dari iman.
2) Aku dan dunia,seumpama seorang pengembara, dibawah
lindunganpohon pada hari yang panas,kemudian dia pergi pada
sore hari dan meninggalkannya.
3) Demi Zat yang mengenggam nafs Muhammad diTangannya.
Sekirannya kalian tahu apa yang kuketahui,niscaya kalian akan
sedikit tertawa dan banyak menangis.

b. Nuansa Zuhudnya para sahabat


1. Zuhudnya Abu Bakar As Shiddik
Menjelang perang Tabuk, Rasulullah s.a.w., mengimbau para aghninya
untuk menyumbang. Abu Bakar datang menghadap, ia
menyumbangkan seluruh hartanya.
Nabi bertanya : Wahai Abu Bakar, apa yang kamu tinggalkan untuk
keluargamu? Jawabnya : Aku masih memiliki Allah dan Rasul-Nya.
2. Zuhud pada Umar bin Khattab
Umar bin Khattab berkata: orang yang menyebarkan aib orang lain,
maka Allah menyebarkan aibnya. Seseorang memohon: Ya Allah
jadikanlah aku dari golongan minoritas. Umar bertanya: Wahai hamba
Allah,apa maksudnya golongan minoritas itu? Ia menjawab: Aku
pernah mendengar Allah berfirman:tidak beriman bersama Nuh itu
kecuali sedikit.(Hud:40) begitu pula firman-Nya: dan sedikit sekali
dari hamba-hamba ku yang berterima kasih (saba:13).
3. Zuhud pada Ali bin Abi Thalib
Ali bin Abi Thalib berkata: Sesuatu yang paling kutakuti atas diri
kalian adalah dua hal,yaitu:Angan-angan yang panjang dan mengikuti
hawa nafsu.Angan-angan panjang dapat melalaikan akhirat,sedangkan
mengikuti hawa nafsu dapat menghalangi kebenaran. Ingatlah

158
sesungguhnya dunia ini akan ditinggalkan dan akhirat akan datangdi
jemput.Masing-masingnya memiliki anak. Jadilah kalian anak-anak
akhirat dan jangan menjadi anak-anak dunia. Karena pada saat
sekarang ada amal yang tidak disisab dan tidak ada lagi amal.

2. Tasawuf abad ke-1 dan ke-2 Hijriah (dari zuhud ke tasawuf)


Pada periode tabiin sekitar abad ke-1 dan ke-2 Hijriah, kondisi
sosial politik mulai berubah dari masa sebelumnya. Konflik politik yang
berawal dari masa Usman bi Affan itu terus berlanjut. Berikutnya
muncullah kelompok-kelompok Muawiyah, Syiah, Khawarij, dan Murijah.
Sejak awal kekuasaan Bani Ummayah kehidupan politik berubah total.
Mereka mulai menganut sistem pemerintahan monarki. Semua lawan
politiknya dikejar kemana-mana untuk dibersihkan, puncaknya pada
peristiwa terbunuhnya Husein bin Abi Thalib di Karbala.
Sebagai khalifah monarki pertama, Muawiyah mulai menjauh dari
tradisi nabi yang memiliki pola hidup sederhana dan semakin dekat ke
tradisi kehidupan raja-raja Romawi yang memiliki pola hidup mewah yang
kemudian diteruskan oleh anaknya, Yazid yang memerintah 61-64 H,
dikenal sebagai khalifah yang mengumbar nafsu, hidup mewah,
menganggap enteng ajaran agama, dan ia dikenal sebagai pemabuk.
Dalam situasi yang demikian itu kaum muslimin yang shaleh
merasa berkewajiban menyerukan kepada masyarakat untuk hidup
sederhana, zuhud, saleh dan tidak tenggelam dalam buaian hawa nafsu.
Penyeru tersebut antara lain Abu Dzar al Ghifari. Dia melancarkan kritik
tajam kepada Bani Ummayah yang tenggelam dalam kemewahan dan
menyerukan agar keadilan sosial dalam Islam diterapkan kembali.
Diantara mereka mulai merindukan kesederhanaan kehidupan Nabi
dan para sahabatnya, mereka mulai merenggangkan diri dari kehidupan
mewah. Sejak itu kehidupan zuhud mulai tumbuh di masyarakat. Mereka
mengelompok pada pola hidup zuhud (zahid, zuhhad), tekun beribadah,
(abid, ubbad) dan menempuh jalan batin (nasik, mussak).
Di kota Basrah dikenal nama Hasan al Basri, ia dibesarkan dalam
asuhan Ali bin Abi Talib dan banyak belajar ilmu kerohanian darinya.

159
Beliau adalah seorang zahid yang berlandaskan pada niat khauf yaitu takut
terjerumus pada maksiat hingga Allah murka, dan diiringi dengan raja,
yaitu senantiasa mengharap rahmat-Nya. Hal ini memunculkan minat
untuk menghindari kelezatan duniawi (zuhud) untuk meraih yang ukhwari.
Pesannya seperti ini : jauhilah dunia ini karena sebenarnya ia serpa
dengan ular, licin pada bagian perasaan tangan, tetapi racunnya
mematikan.
Tokoh tabiin di Kuffah antara lain adalah Sofyan Tsauri (97-161 H)
yang terkenal dengan kealimannya dalam hadits (bergelar khalifah hadits)
dan fiqh (sebagai mujtahid mutlak). Dalam kerohanian ia terkenal zuhud
dan sanggup menentang penguasa yang dzalim.
Warna kezuhudan lebih tampak pada Rabiah al Adawiyah (95-185
H) seorang anak keluarga miskin, hidup sebagai hamba sahaya, kemudian
menjalani hidup zuhud. Hari-harinya dihabiskan di tikar sajadah. Yang
menjadi pendorongnya adalah rasa cinta kepada Allah sehingga tidak
tersisa lagi ruang dihatinya selain itu, pada akhir abad ke-2 H, peralihan
dari zuhud ke tasawuf sudah mulai nampak. Analisis singkat tentang
kesufian yang dipelopori oleh tokoh-tokoh kerohanian yang zahid itu
mulai bermunculan.
Perkembangan tasawuf pada abad ke-1 dan ke-2 H dapat dibagi
dalam empat aliran, yaitu :
1) Aliran Madianah
Sejak masa awal, di Madinah telah muncul para sufi. Mereka kuat
berpegang teguh pada Al-Quran dan As-Sunah, dan meneapkan Rosulullah
SAW sebagai panutan kezuhudannya. Para sahabat dalam kehidupan selalu
mencontoh kehidupan Rosulullah SAW yang serba sederhana dan
hidupnya hanya diabdikan kepada tuhannya. Para sahabat tersebut adalah
sebagai berikut.
a. Abu Bakar Ash-Shiddiq (w.13 H)
Abu Bakar pada umumnya adalah seorang saudagar Quraisy yang
kaya. Seelah masuk Islam, ia menjadi seorang yang sangat sederhana.
Ketika menghadapi perang Taduk, Rosulullah SAW. Bertanya pada para
sahabat, Siapakah yang bersedia memberikan harta kepadanya di jalan

160
Allah? Abu Bakar adalah orang pertama menjawab, Saya ya
Rosulallah. Akhirnya memberikan seluruh hartanya untuk jalan Allah
SWT.
b. Umar bin Khaththab (w.23 H)
Umar bin Khatab merupakan sahabat Nabi Muhammad SAW.
Terdekat dan khalifah kedua Al-Khulafa Ar-Rasyidun. Ia termasuk orang
yang tinggi kasish sayangnya terhadap sesame manusia. Ketika ia menjadi
khalifah, ia selalu mengadakan pengamatan langsung terhadap keadaan
rakyanya. Diceritakan bahwa setiap malam, ia keliling mengamati keadaan
rakyatnya.
c. Utsman bin Affan (w.35 H)
Ustman merupakan khalifah ketiga dan sahabat yang sangat berjasa
pada periode awal pengembangan Islam, baik pada saat Islam
dikembangkan secara sembunyi-sembunyi maupun secara terbuka. Ia
dijuluki Dzu An-Nurain (memiliki dua cahaya) karena menikah dengan
dua orang putri Nabi Muhammad SAW, yang bernama Ruqayyah dan
Ummu Kulsum.
Sebelum masuk Islam, Utsman bin Affan dikenal sebagai pedagang
besar dan terpandang. Kekayaannya berlimpah ruah. Setelah masuk Islam,
dengan penuh kerelaannya, ia menyerahkan sebagian besar harta
kekayaannya untuk perjuangan Islam dan membela orang-orang miskin
dan yang teraniaya.
d. Ali bin Abi Thalib (w.40 H)
Ali merupakan khalifah keempat dari Al-Khulafa Ar-Rasyidun,
orang pertama yang masuk Islam dan kalangan anak-anak, sepupu Nabi
Muhammad SAW. Yang kemudian menjadi menantunya. Ali dikenal
sangat sederhana dan zahid dalam kehidupan sehari-hari. Tidak tampak
perbedalam kehidupan rumah tangganya antara sebelum dan sesudah
diangkat sebagai khalifah.
e. Salman Al-Farisi (w. 32 H)
Menurut satu riwayat, Salman Al-Farisi berasal dari Dihqan,
sebuah desa di Persia (Iran) di wilayah Jaiy (Jaiyan), dekat Isfahan.

161
Sumberlain menyebutkan bahwa ia berasal dari sekitar Ramhurzum. Nama
aslinya adalah Mahbeh (Mayeh).
Dikalangan kalangan ahli tasawuf, Salman Al-Farisi dikenal
sebagai seorang sahabat yang suka hidup keras (menderita) dan zuhud,
bahkan dikatakan termasuk ahl as-suffah (penganut tasawuf) dan pendiri
tasawuf yang dikaruniai ilmu laduni (ilmu yang dianugrahkan Allah SWT.
f. Abu Dzar Al-Ghifary (w.22 H)
Ia adalah seorang sufi yang selalu mengamalkan ajaran zuhud yang
telah dirintis oleh Abu Bakar dan Umar. Ia lebih senang memilih cara
hidup miskin dan tidak pernah merasa menderita apabila ditimpa cobaan.
Bahkan, ia sangat senang menerima berbagai macam cobaan dari Allah
SWT. Karena menganggap bahwa cobaan itu merupakan perhatian Allah
erhadapnya.
g. Ammar bin Yasir (w. 37 H)
Ia adalah seorang sufi yang sangat setia kepada Khalifah Ali bin
Ali Thalib, sehingga terliha ajaran tasawufnya sama dengan ajaran tasawuf
yang telah diamalkan oleh Ali sebelumnya. Ia pun termasuk salah seorang
dari Ahlus Suffah yang pernah menyatakan bahwa apabila amalan zuhud
merupakan perhiasan dalam segala kebaikan, Harta benda itu merupakan
kebanggan bagi pemuka-pemuka masyarakat Mekah yang telah diberantas
oleh agama Islam.
h. Hudzaifah bin Al-Yaman (w. 36 H)
Ia juga salah seorang sufi yang setia kepada Ali bin Abi Thalib,
sebagaimana halnya Ammar bin Yasir. Ia tergolong pula sebagai alim yang
bijaksana sehingga banyak orang yang dating belajar tasawuf kepadanya.
Dalam mengajarkan tasawuf, ia selalu mendapatkan bimbingan
dari Ali, terutama cara mengajarkan ilmu itu kepada murid-muridnya. Ali
sering memerintahkannya agar tidak menerima sembarang orang sebagai
muridnya yang dalam pengajaran tasawuf sebab hal itu bisa
membahayakan terhadap murid-murid yang tidak mampu menerimanya.
i. Al- Miqdad bin Al-Aswad (w.33 H)
Ia adalah seorang sufi yang berpegang teguh pada ajaran zuhud,
termasuk salah seorang ulama sufi yang sangat menentang kebijakan

162
politik yang dijalankan oleh Khalifah Utsman. Akan tetapi, setelah ia
wafat, bahkan Khalifah usman sering mengemukakan kekagumannya, dan
memuji cara hidup Miqdad, yang dinilainya sebagai salah seorang ulama
sufi yang terbuka.
2) Aliran Bashrah
Louis Massignon mengemukakan bahwa pada abad kesatu dan dua
Hijriah terdapat dua aliran asketisme Islam menonjol, yaitu Bashrah dan
Kuffah. Diantara sufi yang menonjol dari aliran Basrah.
a. Al-Hasan Al-Bashry (22 H-110 H)
Nama lengkapnya adalah Al-Hasan bin Abi Hasan Abu Said. Dia
dilahirkan di Madinah pada tahun 110 H/728 M. Ia adalah putra Zaid bin
Sabit, seorang budak yang tertangkap di Maisan, kemudian menjadi
sekretaris Nabi Muhammmad SAW. Ia memperoleh pendidikan di Basrah.
Ia sempat bertemu dengan sahabat-sahabat nabi Muhammad SAW,
termasuk tujuh puluh diantara mereka adalah yang turut serta dalam
Perang Badar.
b. Rabiah Al-Adawiyah (96 H/713 M 185 H/181 M)
Nama lengkapnya adalah Ummu Al-Khair Rabiah binti Ismail Al-
Adawiyah Al-Qisiyah. Ia lahir dari keluarga yang sangat miskin di Basrah
pada tahun 96 H/713 M. Pada saat masih kanak-kanak, ia sudah ditinggal
mati oleh ayahnya sehingga pada saat remaja, ia dirundung keprihatinan.
c. Malik bin Dinar (w. 131 H)
Ibnu Khallikan menjelaskan bahwa Malik adalah seorang ilmuan
yang asketis dan rendah hati. Bahkan, ia adalah seorang yang suka
merendah dan tidak mau makan, kecuali dari kerjanya sendiri.
Pekerjaannya adalah menulis mushaf dengan upah. Diantara ucapannya
adalah, Barang siapa yang menyertaiku dalam kesederhanaan hidup, dia
besertaku. Kalau tidak, lebih baik berpisah denganku, Sementara doanya
yang terkenal adalah Yatuhanku, janganlah kau masukkan apa pun ke
dalam rumah Malik bin Dinar.
3) Aliran Kufah
Aliran Kufah bercorak idealistis, menyikai hal-hal aneh dalam
nahwu, imajinasi dalam puisi, dan harfiah dalam hadis. Mereka cenderung
pada aliran Syiah dan Murjiah. Itu terjadi karena Syiah adalah aliran

163
kalam yang pertama kali muncul di kufah. Diantara tokoh-tokohnya adalah
sebagao berikut.
a. Sufyan Ats-Tsaury (97 H/715 M-161 H/778 M)
Nama lengkapnya adalah Abu Abdullah Sufayan bin Said bin
Masruq Ats-Tsauri Al-Kufi. Ia dilahirkan di kufah pada tahun 97 H/715 M,
dan meninggal di Basrah pada tahun 161 H/778 M. dia adalah seorang
tabiin pilihan dan seorang zahid yang jarang ada tandingannya, bahkan
merupakan seorang ulama hadist terkenal, sehingga dalam merawikan
hadist, dia dijuluki amir al-muminin fil hadis. Dia adalah ulama
Mujtahidin yang mempunyai madzhab sendiri. Menurut riwayat, Abu al-
Qasim Al-Junaid mengikuti madzhabnya. Madzhabnya bisa bertahan
selama dua abad.
b. Ar-Rabiin Khatsim (w.67 H)
Di antara ucapannya adalah, Duh, Saudaraku! Jadilah pelindung
dirimu sendiri. Kalau tidak, kamu akan hancur. Segala sesuatu yang
tidak mengharap karunia Allah SWT akan hancur lebur. Aku suka
menjadikan diriku tertimpa cobaan hidup. Diapun terkenal dengan rasa
takutnya terhadap akhirat. Asy-Syarani meriwayatkan bahwa apabila ada
orang yang pergi kekuburan, Ar-Rabi berkata, Wahai penghuni kubur!
Kami beserta kalian. Lalu, ia tidur semalaman dan perginya ia tampak
seakan-akan baru bangkit dari kuburnya.
c. Said bin Jubair ( w.95 H)
Said termasuk tabiin. Ia wafat di bunuh Al-Hajjaj. Mengenai
kematiannya, Ahmad bin Hanbal berkata,Al Hajjaj telah membunuh Said
bin Jubair, padahal tidak ada seorangpun dimuka bumi ini yang tidak
membutuhkan ilmunya.
d. Thawus bis Kisan
Menurut Ibnu Khallikan, ia seorang faqih yang cakap dan cerdas.
Selain itu, ia dicintai para keturunan Nabi Muhammad SAW. Ia pernah
memberi saran kepada Umar bin Abdul Aziz. Keutamaannya diakui malik
bin Anas. Di antara ucapannya adalah, Orang yang menerima azab paling
pedih pada hari kiamat adalah yang menyekutukan Allah SWT. Dengan
kekuasaannya dan bertindak zalim.
4) Aliran Mesir

164
Diantara tokoh-tokoh sufi aliran Mesir abad pertama Hijriah adalah
Salim bin Atar At-Tazbi (w. 75 H), Abdurrahman bin Hujairah (w. 69 H)
Nafi (w. 117 H) Al-Laits bin Saad (w.175 H), Hayah bin Syuraih (w. 158
H), dan Abdullah bin Wahab (w. 197 H).
Secara umum, tasauf pada abad pertama dan kedua Hijriah
memiliki karakteristik berikut.
1. Berdasarkan ide menjauhi hal-hal duniawi demi meraih pahala dan
memelihara diri dari azab neraka. Ide ini berakar dari ajaran-ajaran
Al-Quran dan As-Sunnah dan sebagai dampak berbagai kondisi
sosiopolitik yang berkembang dalam masyarakat Islam ketika itu.
2. Bercorak praktis. Pada tokohnya tidak menaruh perintah untuk
menyusun teoretis atas tasawuf. Sementara sarana-sarana
praktisnya adalah hidup dalam ketenangan dan kesederhanaan
secara penuh, sedikit makan ataupun minum, banyak beribadah dan
mengingat Allah SWT.
3. Motivasi tasaufnya adalah rasa takut, yaitu rasa takut yang muncul
dari landasan keagamaan secara sungguh-sungguh. Sementara,
pada akhir abad kedua hijriah di tangan Rabiah al-Adawiyah
muncul motivasi cinta kepada Allah SWT.
4. Ditandai dengan kedalaman membuat analisis khususnya di
Khurasan yang dipandang sebagai pendahuluan tasawuf secara
Teoritis.

3. Tasawuf pada abad ke-3 dan ke-4 Hijriah


Pada abad ke-1 dan ke-2 H, cara hidup zuhud sudah mulai dimulai,
lalu pada abad ke-3 dan ke-4 dimulailah kajian-kajian kesufian, dalam
kajian tersebut terdapat dua kecenderungan para tokoh:
1. Cenderung pada kajian tasawuf yang bersifat akhlak yang didasarkan
pada Al-Quran dan As-Sunnah (tasawuf Sunni). Tokohnya antara lain
Haris al Muhasibi (165-243 H) banyak mengkaji persoalan disiplin diri
(muhasabah). Pembicaraannya yang lebih rinci tertuang dalam
karyanya ar Riayat li Huquq Allah (menjaga hak Allah) yang banyak
mempengaruhi al Ghazali dalam menyusun karyanya Ihya Ulum al
Din. Tokoh lainnya adalah Abu Nasr as araj, dengan karyanya Kitab al

165
Lumma, Abu Thalib al Makki dengan karyanya Taaruf li mazhab ahl
Tasawuf (perkenalan pada aliran ahli tasawuf).
2. Cenderung pada kajian tasawuf filsafat dan berbaur dengan kajian
metafisika. Tokohnya antara lain Zun Num al Misri (180-246 H) ia
seorang sufi dan juga ahli kimia dikenal sebagai bapak teori makrifat.
Menurutnya, pengetahuan tentang Tuhan memiliki tiga tingkatan yaitu:
1) Pengetahuan awam, yaitu mengenal Tuhan melalui ucapan
syahadat
2) Pengetahuan alim, yaitu mengenal Tuhan melalui logika
3) Pengetahuan arif, yaitu mengenal Tuhan melalui qalbu
Pengetahuan yang ketiga ini disebut juga makrifat dan orangnya
disebut dengan arif. Tokoh lainnya adalah Abu Yazid al Busthami, al
Halaj, dsb. Pada peride ini munculnya tarekat-tarekat sufi pada bentuknya
yang awal. Di dalamnya ada musyid yaitu pemimpin tarekat ada dua murid
yaitu pengikut tarekat (salik) ada ribath, yaitu sebuah pondok tempat untuk
bertarekat. Seperti tarekat Taifurinya yang dinisbahkan kepada Abu Yazid
al Busthami.

4. Tasawuf pada abad ke-5 Hijriah


Setelah al-hallaj meninggal, tasawuf filsafat semakin tenggelam.
Sementara tasawuf sunni semakin mendapat tempat dihari masyarakat. Hal
ini sejalan dengan keunggulan teologi Asyariyah yang sejalan dengan
tasawuf sunni. Tokoh tasawuf yang muncul pada periode ini antara lain
Abu Qasim abdul Karim al Qusyairi (376-466 H) penulis ar risalah al
Qusyairiyah yang mengangkat kerangka teori tasawuf. Abu Ismail
Abdullah bin Muhammad al Anshari al Hawari (396-481 H) dengan
karyanya Manazil as Sairin ila Rabb al alamin (kedudukan orang-orang
yang mendekatkan diri kepada Allah) yang mengurai tentang maqamat
para sufi yang memiliki awal dan akhir.
Puncaknya adalah pada masa al Ghazali yang karena jasanya
beliau mendapat gelar hujjatul Islam, beliau menempuh dua masa
kehidupan yang berbeda yaitu :
Pertama : ketika penuh semangat menimba ilmu, mengajar,
berkedudukan sebagai guru besar di Nizamiyah dan,

166
Kedua : masa syak terhadap kebenaran ilmu yang diperolehnya dan
kedudukan yang dipegangnya. Akhirnya keraguan itu terjawab melalui
pengalaman spiritualnya, hal ini terjadi di akhir masa pertamanya, sebagai
masa peralihannya. Maka bagian kedua masa kehidupannya dilalui dengan
ketentraman dan kebeningan tasawuf. Pada masa ini beliau banyak
menulis tentang tasawuf. Karyanya antara lain Ihya Ulum al Din dan yang
paling populer dan diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa. Didalamnya
beliau mendamaikan konflik antara teolog, fuqaha, dan sufi. Juga
membahas tentang ibadah, kebiasaan dalam kehidupan, dosa yang
membinasakan, jalan menuju keselamatan berupa maqamat dan ahwal.

5. Tasawuf pada abad ke-6 dan ke-7 Hijriah


Setelah menghilang ditengah-tengah masyarakat, maka pada awal
abad ke-6 H, tasawuf filsafat muncul kembali dalam bentuk yang lain.
Suhrawardi al Maqtul (w. 587 H) mencetuskan teori Hikmah al Isyraq
(filsafat Iluminasi). Teorinya adalah bahwa Allah itu adalah cahaya mutlak
yang merupakan sumber segala cahaya. Dari situ memancar cahaya-
cahaya yang lain, bahkan segala yang ada di alam ini. Apabila jiwa-jiwa
telah terpancar jauh dari sumbernya, maka ia ingin kembali ke asalnya.
Diawali dengan latihan-latihan ruhaniah agar terlepas dari kungkungan
kefanaan duniawi, berenang dan melangkah menuju samudera cahaya
hakiki.
Periode ini puncaknya terjadi pada masa Ibnu Arabi dengan
teorinya wahdat al wujud, yang memandang bahwa wujud mutlak itu
adalah Allah SWT, sedangkan wujud yang lainnya dalam alam itu adalah
hanya wujud mazaji (kiasa) yang bergantung pada wujud mutlak itu. Jadi,
wujud yang sebenarnya adalah satu dan wujud fenomena alam yang serba
aneka, serba ganda, ini merupakan wadah penampakan (tajali) lahir dari
wujud mutlak itu. Teori ini diuraikan dalam bukunya Futus al Hikam dan
Futuhat al Makiyah.

167
Sufi-sufi lain yang muncul dalam periode ini pada umumnya
memiliki pandangan yang relatif sama dengan konsep wahdat al
wujudnya. Ibnu Marabi diantaranya adalah Ibu Sabiin (614-669 H) dengan
karyanya Nudd al Arif, Ibnu Farid (579-632 H) dengan karyanya berupa
kumpulan puisi sufi berjudul taiyah, dan jalaludin Rumi (604-672 H)
dengan karyanya Masnawi.
Sesudah abad ke-7 H tidak ada lagi tokoh besar yang membawa
teori baru dikalangan sufi. Mereka berkisar pada upaya mengembangkan
ide pendahulunya. Abdul Karim berupaya melacak kembali teori Wahdat
asy Syarani (898-973 H), seorang sufi yang berpengetahuan luas namun
tidak kritis dalam bukunya penuh tahayul dan menonjolkan dirinya.
Kemudian, Syekh Muhammad Isa Sindhi al Burhanpuri al Hindi (w.1030
H) dengan bukunya berjudul at Tuihfat al Mursalah (kiriman cindera mata)
yang mengembangkan teori wahdat al wujud menjadi ajaran martabat
tujuh

6. Tasawuf pada abad ke-8 Hijriah


Dengan terlewatnya abad ketujuh Hijriah hingga masuknya abad
kedelapan, tidak terdengar lagi perkembangan dan pemikiran baru dalam
tasawuf. Meskipun banyak pengarang kaum sufi yang mengemukakan
pemikirannya tentang ilmu tasawuf, mereka kurang mendapakan perhatian
yang sungguh-sungguh dari uma Islam sehingga boleh dikatakan bahwa
nasib ajaran tasawuf keika itu, hamper sama dengan nasibnya pada abad
sebelumnya.
Pengarang-pengarang kitab tasawuf pada abad ini, anara lain:
a. Al-Kisany (w. 739 H/1321 M);
b. Abdul Karim Al-Jily, pengarang kitab Al-Insan Al-Kamil
Kalau pada abad kelima Hijriah, Imam Al-Ghazali dikenal sebagai
okoh muslim yang pernah memurnikan ajaran tasawuf dari unsur-unsur
filsafa, pada abad ini Ibnu Taimiyyah yang berfungsi seperi Imam Al-
Ghazali.
Tokoh-tokoh yang berpengaruh pada abad ke-8 Hijriah :

168
1) Ibnu Taymiyyah (wafat 728 H), mengembangkan mahzab Hambali
dan menolak taklid, kurafat, maupun bidah.
2) Ibnu Ataillah Al-Sakandari (wafat 709 H), pengikut Tarekat
Shaziliyyah.
3) Ibnu Al-Qayyim Al-Jawziyyah (wafat 751 H), mewarisi ajaran dari
Ibnu Taymiyyah.
4) Bahau Al-Din Al-Naqshabandi (wafat 791 H), mengamalkan
Tarekat Naqshabandiyyah.
5) Abdu Al-Karim Al-Jilli (wafat 820 H), pengikut ajaran Wahdatul
Wujud.
Ajaran asawuf yang dominan ketika itu adalah ajaran asawuf Ibnu
Arabi, anara lain pemikiran Wihdatul Wujud. Karena Ibnu Taimiyyah
memandang bahwa ajaran tersebut banyak menyesatkan masyarakat Islam,
ia berupaya unuk memberanasnya, melalui kegiatan berlajar mengajar sera
berbagai karyanya, antara lain kiabnya yang berjudul Ar-Raddu Ala Ibnu
ray.
Usaha-usaha seperti ini, dilanjukan lagi olem murid-muridnya
anara lain Ibnu Qayyim Al-Jauzy. Hingga abad-abad sesudahnya, selalu
ada ulama yang berupaya seperi iu sampai sekarang.

7. Tasawuf abad ke-9 dan ke-10 Hijriah serta sesudahnya


Dalam beberapa abad ini, ajaran tasawuf mulai memudar di dunia
Islam. Nasibnya lebih buruk lagi dari pada keadaannya pada abad keenam,
ketujuh, dan kedelapan Hijriah. Banyak diantara peneliti muslim yang
menarik kesimpulan bahwa dua faktor yang sangat menonjol yang
menyebabkan runuhnya pengaruh ajaran tasawuf di dunia Islam, yaitu:
1) Ahli tasawuf sudah kehilangan kepercayaan dikalangan masyaraka
Islam sebab banyak di antara mereka yang selalu menyimpang dari
ajaran Islam yang srebenarnya, misalnya tidaki lagimenjalankan
shalat karena mereka sudah mencapai tingkat marifat.
2) Penjajah bangsa Eropa yang beragam Nasrani sudah menguasai
seluruh Negara Islam. Tentu saja, paham-paham sekularisme dan
materialism, selalu dibawa dan digunakan untuk menghancurkan
ajaran tasawuf yang sangat bertenangan dengan pahamnya.

169
Meskipun nasib ajaran tasawuf sangat menyedihkan dalam empat
abad tersebut diatas, tidak berarti bahwa ajaran tasawuf sama sekali hilang
diatas bumi islam ditelan masa. Ini terlihat masih adanya ahli tasawuf yang
memunculkan ajarannya, dengan mengarang kitab-kitab yang memuat
tasawuf, antara lain:
1) Abdul Wahhab Asy-Syarany ; hidup tahun 898-973 H/1493-1565
M. Dianara karangannya yang memuat ajaran tasawuf berjudul Al-
Lathaif Al-Minan (kehalusan hati);
2) Abdul Abbas Ahmad bin Muhammad bin Mukhtar At-Tijany; lahir
di Ain Mahdi tahun 1150 H/1737 M, lalu wafat tahun 1230
H/1815 M. Ia sebagai pendiri tarekat Tijaniah;
3) Sidi Muhammad bin Ali As-Sanusy; lahir di Tursy tahun 1206
H/1791 M. Ia sebagai pendiri tarekat Sanusiah.
4) Asy-Syekh Muhammad Amin Al-Kurdi; wafa tahun 1332 H/1914
M. Ia sebagai pengarang kitab Tanwinul Qulub fi Muamalah
Allam Al-Ghuyub; serta termasuk pengikut tarekat
Naqsyabandiyah.
Sudah menjadi kebiasaan bagi setiap golongan yang menekuni
suatu ajran (paham) untuk merindukan masa kejayaan yang telah dialami
oleh pendahulunya, apabila mereka mengalami suatu kemunduran. Begitu
juga halnya pengikut ajaran tasawuf, mereka sanga merindukan kejayaan
tasawuf yang terjadi sekitar abad kedua, ketiga dan keempa Hijriyah.
Masa kejayaan yang seperti tersebut itu, tidak pernah dicapai
hingga sekarang ini. Sekalipun demilkian, ajarannya tetap hidup karena
merupakan suatu unsur dari ajaran Islam, tetapi kadang-kadang disalah
gunakan oleh orang-orang tertentu untuk mencapai tujuannya misalnya
untuk tujuan pilitik, magis dan sebagainya. Akibanya citra tasawuf dimata
masyarakat muslim menjadi rusak, karena dikotori oleh motif-motif
terentu. Oleh karena itu, fakor-faktor inilah yang menyebabkan tasawuf
mengalami kemunduran hingga sekarang ini. Akan tetapi, masih selalu
diupayakan oleh pengikunya dari berbagai macam aliran tareka untuk
menyemarakkan kembali.

170
8. Tasawuf Masa Kini
Dalam dasawarsa terakhir ini, komunitas sufi mewarnai kehidupan
perkotaan. Tak sedikit dari kalangan eksekutif dan selebriti menjadi
peserta kursus atau terlibat dalam komunitas tarekat tertentu. Alas an
mereka masuk kesana memang beraneka ragam. Misalnya, mengejar
ketenangan barin atau demi menyelaraskan kehidupan yang gamang.
Secara antropologis, sufisme kota dikenal sebagai trend baru di Indonesia
sepanjang dekade ini. Sebelumnya, sufisme dikenal sebagai gejala
beragama di pedesaan. Sufisme kota, kata Muslim Abdurrohman, bisa
terjadi minimal karena dua hal :
1) Hijrahnya para pengawal tasawwuf dari desa ke kota, lalu
membentuk jamaah atau kursus tasawwuf
2) Sejumlah orang kota bermasalah tengah mencari ketenangan ke
pusat-pusat tasawwuf di desa.
Adapun sufisme secara sederhana didefinisikan sebagai gejala
minat masyarakat pada tasawwuf. Sufisme adalah istilah yang populer
dalam literatur Barat (Sufism), sedangkan dalam literature Arab dan
Indonesia hingga 1980-an adalah tasawwuf.
Direktur Tazkia Sejati Jalaluddin Rakhmat, berpendapat bahwa
sufisme diminati masyarakat kota sebagai alternatif terhadap bentuk-
bentuk keagamaan yang kaku. Sufisme juga menjadi jalan untuk
pembebasan.
Azyumardi Azra, Rektor IAIN Jakarta telah memetakan du model
utama sufisme masyarakat kota dewasa ini :
1) Sufisme kontemporer (biasanya berciri longgar dan terbuka siapa
pun bisa masuk) yang aktivitasnya tidak menjiplak model sufi
sebelumnya. Model ini dapay dilihat dalam kelompok-kelompok
pengajian eksekutif, seperti Paramadina, Tazkia Sejati, Grend
Wijaya dan IIMaN. Model ini pula yang berkembang di kampus-
kampus perguruan tinggi umum.
2) Sufisme konvensional yaitu gaya sufisme yang pernah ada
sebelumnya dan kini diminati kembali. Model ini adalah berbentuk

171
tarekat (Qadiriyah Wa Naqsabandiyah, Syatariyah, Syadzziliyah,
dan lain-lain), ada juga yang nontarekat (banyak di anut kalangan
Muhammadiyah yang merujuk tasawwuf Buya Hamka dan Syekh
Khitab al-Minangkabawi).
Asep Usman Ismail, kandidat doctor bidang tasawuf dari IAIN
Jakarta, menilai bahwa tasawwuf model tarekat lebih di terima dikalangan
menengah kebawah. Sementara kalangan menengah ke atas cenderung
memilih tasawwuf nontarekat.
Tasawwuf yang diminati masyarakat kota jenis model tarekat kata
Asep. Mereka tidak berorientasi pada tasawwuf klasik, seperti model
tarekat dengan segala riyadhonya (pelatihan). Itu tidak diminati kecuali
tarekat yang bisa menyesuaikan dengan suasana perkotaan, ia
menambahkan.
Bentuknya tentu yang singkat, esensial, dan instant. Dunia
tasawwuf bagi masyarakat kota, semacam obat gigi saya resah, saya
menemukan problem, saya stress, maka saya belajar tasawwuf agar
memperoleh ketenangan ujar Asep, menirukan keluhan para pengikut
tarekat dikalangan perkotaan itu.
Asep juga menilai, dari lima komponen tarekat : mursyid, murid,
wirid, tata tertib dan tempat, yang paling berat bagi masyarakat kota
adalah wirid dan tata tertib. Adapun tata tertib yang paling tidak masuk
logika orang modern adalah baiat kesetiaannya kepada guru. Mereka
ingin bebas tanpa baiat, dan tak mau terjebak kultus, kata Asep.
Orang-orang kota juga tidak berminat pada zikir yang panjang-
panjang, apalagi harus berpuasa. (lihat Majalah Gatra, hal : 65-67, edisi
30 September 2000 M).

172
PENUTUP

Simpulan
1. Akal Cikal bakal tasawuf
Untuk melihat cikal bakal tasawuf, perlu dilihat perkembangan peradaban
Islam sejak zaman Rasulullah s.a.w., sebab, pada hakikatnya kehidupan
rohani itu telah ada pada dirinya sebagai panutan umat. Kesederhanaan hidup
dan upaya menghindari bentuk-bentuk kemewahan sudah tumbuh sejak Islam
datang masa Rasulullah s.a.w., dan para sahabatnya hidup dalam suasana
kesederhanaan.

2. Dalam sejarah perkembangannya, tasawuf dapat dibedakan kedalam beberapa


periode, dalam periode mempunyai karakteristik dan tokohnya masing-
masing. Periode tersebut adalah :
1) Perkembangan tasawuf abad ke-1 dan ke-2 Hijriah
2) Perkembangan tasawuf abad ke-3 dan ke-4 Hijriah
3) Perkembangan tasawuf abad ke-5 Hijriah
4) Perkembangan tasawuf abad ke-6 dan ke-7 Hijriah
5) Perkembangan tasawuf abad ke-8 Hijriah
6) Perkembangan tasawuf abad ke-9 dan ke-10 serta sesudahnya
7) Perkembangan tasawuf masa kini

173
TOPIK 8

MAQAMAT DAN AHWAL

Disusun Oleh:
1. Fitriani Apendi 1132050031
2. Ghina Fauziyyah 1132050032
3. Gita Rizki Fardillah 1132050033

PENDAHULUAN

174
A. Latar Belakang
Selama ini umat Islam cenderung memahami agama Islam secara
sempit. Islam dipahami sebagai agama yang di dalamnya terdapat aturan-
aturan yang hanya berkisar pada wilayah ibadah, muamalah, dan aqidah.
Sehingga agama sering dipandang sebagai aturan-aturan yang bersifat ketat
dan kaku dan cenderung terlihat sebagai kegiatan-kegiatan lahiriyah semata
walaupun orientasinya mengarahkan manusia untuk meraih kebahagiaan di
dunia dan akhirat.
Ada aspek yang banyak dibicarakan atau sekedar diketahui oleh banyak
orang tentang Islam yang sangat mewarnai perjalanan sejarah Islam dari
dulu hingga sekarang yang tidak henti-hentinya menjadi bahan kajian dan
perdebatan baik dari kalangan akademisi maupun masyarakat luas baik di
perkotaan maupun di tingkat pedesaan. Aspek ini dikenal dengan istilah
tasawuf atau sebagaimana yang dikenal para orientalis sebagai mistisme
dalam Islam. Dalam konteks tasawuf terdapat pembahasan mengenai
Maqamat dan Ahwal. Dimana, Maqamat adalah tempat orang berdiri atau
pangkal mulia, sedangkan Ahwal berarti kondisi mental atau kejiwaan yang
diperoleh seorang sufi sebagai karunia Allah, bukan hasil dari usahanya.
Dalam pembahasan maqamat dan Ahwal dikenal beberapa istilah seperti
tobat, zuhud, sabar, tawakal, tumaninah, yakin, dan sebagainya
Oleh karena itu pada makalah ini akan dibahas lebih mendalam
mengenai Maqamat dan Ahwal.
B. Rumusan Masalah
Sesuai dengan bahasan yaitu Maqamat dan Ahwal,adapun rumusan
masalah yang akan di bahas antara lain sebagai berikut :
1. Pengertian dan Perbedaan Maqam dan Ahwal
2. Macam-Macam Maqam dalam Tasawuf

C. Tujuan Pembahasan
Begitupun tujuan dari pembahasan makalah ini antara lain untuk:
1. Memahami pengertian dan perbedaan Maqam dan Ahwal
2. Mengetahui macam-macam Maqam dalam Tasawuf

175
176
PEMBAHASAN

A. Maqamat
a) Definisi
Secara harfiah maqamat berasal dari bahasa Arab yang berarti tempat
orang berdiri atau pangkal mulia. Istilah ini selanjutnya digunakan untuk arti
sebagai jalan panjang yang harus ditempuh oleh seorang sufi untuk berada dekat
dengan Allah. Dalam bahasa Inggris maqamat dikenal dengan istilah stages yang
berarti tangga. Tentang berapa umlah tangga atau muqamat yang harus ditempuh
oleh seorang sufi untuk sampai menuju Tuhan, di kalangan para sufi tidak sama
pendapatnya. Muhammad al-Kalabazy dalam kitabnya al-Taarruf li Mazhab ahl
al-Tasawwuf, sebagai dikutip Harun Nasution misalnya mengatakan bahwa
maqamat itu jumlahnya ada sepuluh, yaitu al-taubah, al-zuhud, al-shabr, al-faqr,
al-tawadlu, al-taqwa, al-tawakkal, al-ridla, al-ma-habbah, dan al-marifah.
Sementara itu, Abu Nasr al-Sarraj al-Tusi dalam kitab al-Luma
menyebutkan jumlah maqamat hanya enam, yaitu al-taubah, al-wara, al-zuhud,
al-faqr, al-tawakkal, dan al-ridla.
Imam al-Ghazali dalam kitabnya Ihya Ulum al-Din mengatakan bahwa
maqamat itu ada tujuh, yaitu al-taubah, al-shabr, al-zuhud, al-tawakkal, al-
mahabbah, al-marifah, dan al-ridla.
Kutipan diatas memperlihatkan keadaan variasi penyebutan maqamat yang
berbeda-beda, namun ada maqamat yang oleh mereka disepakati, yaitu al-
taubah, al-zuhud, al-wara, al-faqr, al-shabr, al-tawakkal, dan al-ridla. Sedangkan
al-tawaddlu, al-mahabbah, dan al-marifah oleh mereka tidak disepakati sebagai
maqamat. Untuk itu dalam uraian ini, maqamat yang akan dijelaskan lebih lanjut
adalah maqamat yang disepakati oleh mereka.
b) Struktur
1. Taubat
Secara bahasa, taubat berarti kembali. Kembali kepada kebenaran yang
dilegalkan Allah SWT. dan diajarkan Rasulullah SAW. Taubat merupakan
upaya seorang hamba menyesali dan meninggalkan perbuatan dosa yang
pernah dilakukan selama ini.

177
Menurut Sayyid Abi Bakar Ibnu Muh. Syatha, taubat adalah kembali dari
segala sesuatu yang dicela oleh Allah menuju ke arah yang dipuji oleh-Nya.
Taubat adalah tahap pertama dalam menempuh tahap-tahap berikutnya. Taubat
adalah jalan untuk membersihkan segala dosa. Setelah manusia dilumuri
berbagai dosa. Tanpa adanya taubat seorang salik tidak akan dapat menempuh
jalan menuju Allah SWT.
Ada banyak definisi taubat di kalangan sufi, Abul Husain an-Nuri,
mengungkapkan definisi tentang taubat. "Taubat adalah menolak dari semua,
kecuali Allah yang Maha Tinggi", dan pemikiran yang sama dari penyesalan
tahap tertinggi adalah berbeda sama sekali dari yang biasa terjadi, sebagaimana
ditemukan dalam suatu pernyataan, "Dosa-dosa bagi mereka yang dekat
dengan Allah SWT. adalah suatu perbuatan baik yang pada tempatnya". Sedang
al-Ghazali menyatakan bahwa hakikat taubat adalah kembali dari maksiat
menuju taat, kembali dari jalan yang jauh menuju jalan yang dekat.
Taubat yang dilakukan adalah taubat yang sungguh-sungguh (taubatan
nasuhan). Dalam hal ini, baik hati, lisan dan amal mencerminkan pertobatan.
Beliau menganalogikan seseorang yang bertaubat nasuha seperti menggali akar
(dosa) umbi dengan cangkul berupa didikan ruhaniah dari guru atau syekh
yang sebenarnya (guru munsyid). Sebelum berladang atau berkebun, tanahnya
harus dibersihkan terlebih dahulu dari akar-akar pohon, tunggul-tunggul pohon,
dan semak-semak belukar. Rasulullah SAW pernah ditanya seorang sahabat,
Apakah penyesalan itu taubat? Rasulullah SAW menjawab, Ya. (HR. Ibnu
Majah) Amr bin Ala pernah mengatakan, Taubat nasuha adalah apabila kamu
membenci perbuatan dosa sebagaimana kamu mencintainya.
Ibnu Qayyim al-Jauziyyah pernah mengatakan bahwa taubat yang murni
itu mengandung tiga unsur, antara lain :
1. Taubat yang meliputi atas keseluruhan jenis dosa, tidak ada satu dosa pun
melainkan bertaubat karenanya;
2. Membulatkan tekad dan bersungguh-sungguh dalam bertaubat, sehingga tiada
keraguan dan menunda-nunda kesempatan untuk bertaubat; dan
3. Mensucikan jiwa dari segala kotoran dan hal-hal yang dapat mengurangi rasa
keikhlasan, khauf kepada Allah SWT dan menginginkan karunia-Nya.

178
Salah satu unsur taubat yang harus dipenuhi adalah adanya penyesalan diri
atas dosa-dosa yang dilakukan kepada Allah SWT. Sebagaimana yang
dikatakan al-Qusyairi dalam Syamsun Niam, "Menyesali kesalahan adalah
cukup untuk memenuhi syarat pertaubatan", demikian kata mereka yang telah
melaksanakannya, karena tindakan tersebut mempunyai akibat berupa dua
syarat yang lain. Artinya, orang tidak mungkin bertaubat dari suatu tindakan
yang tetap dilakukan atau yang ia mungkin bermaksud melakukannya. Inilah
makna taubat secara umum.
Taubat dari segala kesalahan tidak membuat seorang manusia terhina di
hadapan Tuhannya. Justru, akan menambah kecintaan dan kedekatan seorang
hamba dengan Tuhannya. Karena Allah sangat mencintai orang-orang yang
bertaubat dan mensucikan diri. Sebagaimana firman Allah SWT :







(222)

Artinya : Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang taubat dan
menyukai orang-orang yang mensucikan diri. (QS. Al-Baqarah: 222)
Karena itu, ingat syarat taubat nasuha. Antara lain, pertama, segera
meninggalkan dosa dan maksiat, kedua, menyesali dengan penuh kesadaran
segala dosa dan maksiat yang telah dilakukan dan ketiga, bertekad untuk tidak
akan mengulangi dosa. Abdul Kadir al-Jilani menegaskan bahwa tanda taubat
yang diterima Allah SWT adalah seseorang tidak akan mengulangi perbuatan
dosa.
2. Wara
Secara harfiah al-wara artinya saleh, menjauhkan diri dari perbuatan dosa.
Kata ini selanjutnya mengandung arti menjauhi hal-hal yang tidak baik.
Sedangkan dalam pengertian sufi, al-wara adalah meninggalkan segala yang di
dalamnya terdapat keraguan-keraguan antara halal dan haram (syubhat). Sikap
menjauhi diri dari yang syubhat ini sejalan dengan hadits Nabi yang berbunyi:

179
( )

Barangsiapa yang dirinya terbebas dari syubhat, maka sesungguhnya ia
telah terbebas dari yang haram. (HR Bukhari).
Hadits tersebut menunjukkan bahwa syubhat lebih dekat pada yang haram.
Kaum sufi menyadari benar bahwa setiap makanan, minuman, pakaian, dan
sebagainya yang haram dapat memberi pengaruh bagi orang yang memakan,
meminum, dan memakainya. Orang yang demikian akan keras hatinya, sulit
mendapatkan hidayah dan ilham dari Tuhan. Hal ini dipahami dari hadits Nabi
yang menyatakan bahwa setiap makanan yang haram yang dimakan oleh
manusia akan menyebabkan noda hitam pada hati yang lama-kelamaan hati
menjadi keras. Hal ini sangat ditakuti oleh para sufi yang senantiasa
mengharapkan nur ilahi yang dipancarkan lewat hatinya yang bersih.
Dalam tasawuf, wara merupakan langkah kedua sesudah taubat, dan
disamping merupakan pembinaan mentalitas (akhlak) juga merupakan tangga
awal untuk membersihkan hati dari ikatan keduniaan. Oleh karena itu
dikembangkan dalam tasawuf dengan berbagai macam pengertian, dan juga
mempunyai tingkat-tingkat kewaraan mereka.
Yahya Ibn Maadz misalnya mengatakan:


Wara itu dua tingkat, wara segi lahir yaitu hendaklah kamu tidak bergerak
terkecuali untuk ibadah pada Allah; dan wara batin yakni agar tidak masuk
dalam hatimu terkecuali Allah taala.
3. Zuhud
Secara bahasa Zuhud adalah Zuhd (Arab) darwis; pertapa dalam Islam;
orang yang meninggalkan kehidupan duniawi, mempunyai sikap tidak
terbelenggu oleh hidup kebendaan. Amin Syukur menambahkan, zuhud berarti
mengasingkan diri dari kesenangan dunia untuk ibadah. Sedangkan orang yang
memiliki sikap zuhud disebut zahid.
Dalam tasawuf zuhud dijadikan maqam dalam upaya melatih diri dan
menyucikan hati untuk melepas ikatan hati dengan dunia. Al-Ghazali

180
mengatakan, zuhud berarti membenci dunia demi mencintai akhirat. Sedang
menurut, Abu Sulaiman al-Darani dalam Simuh , zuhud adalah meninggalkan
segala yang melalaikan hati dari Allah SWT. Al-Junaidi menyatakan bahwa
zuhud adalah,bahwa tangan terbebas dari harta dan hati terbebas dari angan-
angan. Michael A. Sells, seorang profesor perbandingan agama Haverford
College berpendapat, zuhud adalah mengendalikan apa yang dihalalkan dan
menjadi sebuah kewajiban melepaskan perkara yang diharamkan dan subhat.
Ragam penafsiran mengenai zuhud ini, tetapi semuanya berkonotasi pada
mengurangi dan jika mungkin mengabaikan kehidupan duniawi dengan segala
kenikmatannya. Sehingga secara sederhana zuhud adalah sikap seseorang
dalam memandang perkara duniawi secara tidak berlebihan.
Zuhud adalah salah satu akhlak utama seorang muslim. Zuhud adalah
karakteristik dasar yang membedakan antara seorang mukmin sejati dengan
mukmin awam. Rasulullah SAW. bersabda,Zuhudlah terhadap apa yang ada di
dunia, maka Allah akan mencintaimu. Dan zuhudlah terhadap apa yang ada di
sisi manusia, maka manusia pun akan mencintaimu. (HR Ibnu Majah, tabrani,
Ibnu Hibban dan Al-Hakim).
Makna dan hakikat zuhud banyak diungkap Al-Quran, hadits, dan para
ulama. Misalnya surat Al-Hadid ayat 20-23.








(20)







(21)




(22)

181


(23)
Artinya :
20. ketahuilah, bahwa Sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah
permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah- megah
antara kamu serta berbangga-banggaan tentang banyaknya harta dan anak,
seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan Para petani; kemudian
tanaman itu menjadi kering dan kamu Lihat warnanya kuning kemudian
menjadi hancur. dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari
Allah serta keridhaan-Nya. dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah
kesenangan yang menipu.
21. berlomba-lombalah kamu kepada (mendapatkan) ampunan dari Tuhanmu
dan syurga yang luasnya seluas langit dan bumi, yang disediakan bagi orang-
orang yang beriman kepada Allah dan rasul-rasul-Nya. Itulah karunia Allah,
diberikan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya. dan Allah mempunyai
karunia yang besar.
22. tiada suatu bencanapun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada
dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauhul Mahfuzh) sebelum
Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi
Allah.
23. (kami jelaskan yang demikian itu) supaya kamu jangan berduka cita
terhadap apa yang luput dari kamu, dan supaya kamu jangan terlalu gembira
terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu. dan Allah tidak menyukai Setiap
orang yang sombong lagi membanggakan diri,
Dari ayat itu, kita mendapat pelajaran bahwa akhlak zuhud tidak mungkin
diraih kecuali dengan mengetahui hakikat dunia yang bersifat sementara, cepat
berubah, rendah, hina dan bahayanya ketika manusia mencintainya, dan
hakikat akhirat yang bersifat kekal, baik kenikmatannya maupun
penderitaannya.
Para ulama memperjelas makna dan hakikat zuhud. Secara syari, zuhud
bermakna mengambil sesuatu yang halal hanya sebatas keperluan. Abu Idris

182
Al-Khaulani berkata, Zuhud terhadap dunia bukanlah mengharamkan yang
halal dan membuang semua harta. Akan tetapi zuhud terhadap dunia adalah
lebih menyakini apa yang ada di sisi Allah ketimbang apa yang ada di tangan
kita. Dan jika kita ditimpa musibah, maka kita sangat berharap untuk
mendapatkan pahala. Bahkan ketika musibah itu masih bersama kita, kita pun
berharap bisa menambah dan menyimpan pahalanya. Ibnu Khafif berkata,
Zuhud adalah menghindari dunia tanpa terpaksa. Ibnu Taimiyah berkata,
Zuhud adalah meninggalkan apa yang tidak bermanfaat di akhirat nanti,
sedangkan wara adalah meninggalkan sesuatu yang ditakuti bahayanya di
akhirat nanti.
Imam Ahmad bin Hanbal membagi zuhud ke dalam tiga tingkatan atau
derajat, antara lain :
i. zuhudnya orang awam yaitu meninggalkan sesuatu yang diharamkan.
ii. zuhudnya orang khawash (orang khusus, orang istimewa), yaitu meninggalkan
barang halal, jika barang halal itu dipandangnya telah berlebih dari kebutuhan
dasarnya.
iii. zuhudnya orang arif (orang yang mengetahui hakikat Allah), yaitu
meninggalkan segala sesuatu yang membuatnya sibuk dan lalai dari mengingat
Allah SWT.
Banyak orang yang berpandangan sempit terhadap zuhud. Zuhud dianggap
harus meninggalkan harta, menolak segala kenikmatan dunia, dan
mengharamkan yang halal. Tidak demikian, karena meninggalkan harta adalah
sangat mudah, apalagi jika mengharapkan pujian dan popularitas dari orang
lain. Zuhud yang demikian sangat dipengaruhi oleh pikiran sufi yang
berkembang di dunia Islam. Kerja mereka cuma mengharap belas kasihan dari
orang lain, dengan mengatakan bahwa dirinya ahli ibadah atau keturunan
Rasulullah SAW. Padahal Islam mengharuskan umatnya agar memakmurkam
bumi, bekerja, dan menguasai dunia, tetapi pada saat yang sama tidak tertipu
oleh dunia.

183
4. Fakir
Ibrahim ibn Ahmad Al-Khawwash ra. Berkata, Kefakiran adalah jubah
dari mereka yang mulia, pakaian dari mereka yang telah diberikan sebuah misi,
perhiasan para budiman, mahkota kaum bertakwa, hiasan para Mukmin,
rampasan paraarifin, peringatan bagi pencari, benteng bagi para abid, dan
penjara bagi para pendosa.
Simuh mengutip Abu Bakar al-Mishri berkata Fakir yang sesungguhnya
adalah tidak memiliki sesuatu dan hatinya juga tidak menginginkan sesuatu.
Sedang Abu Abdullah ibn Al-Jalla menjelaskan mengenai hakikat fakir,
Bahwa engkau tidak memiliki apa pun dan jika engkau memiliki sesuatu,
engkau masih tidak memilikinya, dan sejauh engkau tidak memilikinya,
engkau tidak memilikinya. Beragam interpretasi yang dijumpai di kalangan
sufi mengenai istilah Faqr (al Faqr) ini. Meskipun demikian, pesan yang
tersirat di dalamnya adalah agar manusia bersikap hati-hati terhadap pengaruh
negatif akibat keinginan kepada harta kekayaan.
Jelasnya, faqr adalah maqam yang bertujuan untuk menyucikan diri dari
segala keinginan selain Allah. Tidak ada yang lebih penting dalam
menghambakan diri kepada sang khalik selain membebaskan keterikatan batin
kepada selain-Nya. Dengan pengertian bahwa melalui faqr, para salik akan
menyadari serba terbatasnya dirinya sebagai hamba. Sehingga, perasaan itu
melahirkan kepasrahan dan ketundukan.
5. Sabar
Sebagaimana Firman Allah SWT. dalam QS. Az-Zumar : 10




(10)
Artinya : Katakanlah: "Hai hamba-hamba-Ku yang beriman. bertakwalah
kepada Tuhanmu". Orang-orang yang berbuat baik di dunia ini memperoleh
kebaikan. Dan bumi Allah itu adalah luas. Sesungguhnya hanya orang-orang
yang bersabarlah Yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas.
Al-Ghazali mengatakan,Sabar berarti bersemayamnya pembangkit
ketaatan sebagai ganti pembangkit hawa-nafsu. Al-Junaid berkata bahwa

184
sabar itu, menanggung beban demi Allah SWT. hingga saat-saat sulit tersebut
berlalu. Sedang menurut Sahl At-Tusturi, sabar berarti menanti kelapangan
(jalan keluar, solusi) dari Allah.Walaupun definisi mengenai sabar dari
masing-masing para ulama berbeda, pada hakikatnya adalah sama. Sebab
secara garis besar, sabar dimaksudkan sebagai wujud ibadah hamba Allah
dalam menggapai keridhaan-Nya. Dan orang yang telah berhasil membentuk
dirinya sebagai insan penyabar, ia akan memperoleh keberuntungan yang besar.
6. Tawakal
Kata tawakal diambil dari akar kata wakalah. Dia mewakilkan
urusannya kepada si fulan. Kata mewakilkan disini berarti menyerahkan
atau mempercayakan. Tawakal berarti menggantungkan hati hanya kepada al
wakil (tumpuan perwakilan).
Beberapa ulama berpendapat mengenai tawakal ini. Abu Bakar Al-Zaqaq
berkata, ketika ditanya tentang tawakal, hidup untuk satu hari menenangkan
kepedulian akan hari esok. Ruwaim mengatakan, tawakal adalah percaya akan
janji. Dan Sahl ibn Abdullah berkata bahwa tawakal itu, Menyerahkan diri
kepada Allah dalam urusan apa pun yang Allah kehendaki.
Berbagai sudut pandang dari para ulama dalam membahasakan istilah
tawakal. Dan sebenarnya definisi dari mereka tidak saling berseberangan.
Bahkan saling melengkapi. Sederhananya, tawakal berarti penyerahan penuh
diri hamba kepada sang khalik setelah melalui ikhtiar yang maksimal dari
hamba tersebut. Sebab Simuh menegaskan bahwa tawakal yang didahului
dengan ikhtiar merupakan tuntunan syariat Islam.
7. Ridha
Ridha berarti penerimaan, tetapi ia juga berarti kualitas kepuasan dengan
sesuatu atau seseorang. Ridha digambarkan sebagai keteguhan di hadapan
qadha. Allah SWT. menyebutkan ridha dalam kitab-Nya,

185
Artinya : Allah berfirman: "Ini adalah suatu hari yang bermanfaat bagi
orang-orang yang benar kebenaran mereka. bagi mereka surga yang
dibawahnya mengalir sungai-sungai; mereka kekal di dalamnya selama-
lamanya; Allah ridha terhadapNya [457]. Itulah keberuntungan yang paling
besar".(QS. Al-Maidah (5) : 119)
[457] Maksudnya : Allah meridhai segala perbuatan-perbuatan mereka,
dan merekapun merasa puas terhadap nikmat yang telah dicurahkan Allah
kepada mereka.

Artinya : Allah menjanjikan kepada orang-orang mukmin, lelaki dan


perempuan, (akan mendapat) surga yang dibawahnya mengalir sungai-sungai,
kekal mereka di dalamnya, dan (mendapat) tempat-tempat yang bagus di surga
'Adn. dan keridhaan Allah adalah lebih besar; itu adalah keberuntungan yang
besar.(QS Al-Taubah [9] : 72)
Dengan cara demikian, keridhaan Allah SWT atas hamba-Nya jauh lebih
besar daripada ridha atas-Nya dan mendahuluinya. Dzu Al-Nun berkata,
Kebahagiaan hati dengan berlalunya Qadha. Ibn Atha berkata, ridha adalah
takzimnya hati untuk pilihan abadi dari Tuhan untuk sang hamba karena dia
tahu bahwa Dia telah memilihkan yang terbaik untuknya dan menerimanya
serta melepaskan ketidakpuasannya. Ibnu Khafif mengatakan, ridha adalah
kerelaan hati menerima ketentuan Tuhan, dan persetujuan hatinya terhadap
yang diridhai Allah untuknya . Sedang menurut Rabiah al-Adawiyah, ridha
adalah Jika dia telah gembira menerima musibah seperti kegembiraannya
menerima nikmat Sepertinya pengertian ridha demikian merupakan perpaduan
antara sabar dan tawakal sehingga melahirkan sikap mental yang merasa
tenang dan senang menerima segala situasi dan kondisi.

186
Segala peristiwa atau perihal yang terjadi dan dialami dihadapi dengan hati
yang tenang. Sekalipun peristiwa itu perkara musibah, kebahagiaan, atau apa
saja di matanya sama saja. Ridha merupakan maqam terakhir dari perjalanan
salik. Tidak mudah dalam menggapai kedudukan pada maqam ini. Para salik
harus berjuang dan berkorban (mujahadah) secara bertahap serta terus-menerus
melakukan riadhah. Namun, bukan berarti perjalanan para salik berhenti
sampai di sini. Masih ada perjalanan selanjutnya yang mesti ditempuh dan
tentunya masing-masing mereka akan mengalami pengalaman spiritual yang
berbeda.

c) Skema

Maqam
at
Definisi Struktur
Tobat yaitu kembali kepada
Tingkatan seorang kebenaran yang dilegalkan Allah
SWT. dan diajarkan Rasulullah
hamba dihadapanNya, Wara artinya saleh,
SAW
dalam hal ibadah dan menjauhkan diri dari
latihan-latihan (riyadhah) perbuatan dosa.
Zuhud berarti mengasingkan diri
jiwa yang dilakukannya. dari kesenangan dunia untuk
187ibadah
kemampuan spiritual
yang diperoleh melalui
mujahadah.
Faqr yaitu tidak memiliki sesuatu
dan hatinya juga tidak
menginginkan sesuatu
Sabar berarti menanti kelapangan
(jalan keluar, solusi) dari Allah.
Tawakal menyerahkan diri kepada
Allah dalam urusan apa pun yang
Allah kehendaki
Ridha berarti penerimaan, tetapi ia
juga berarti kualitas kepuasan dengan
sesuatu atauseseorang.
B. Ahwal
a) Definisi
Ahwal adalah bentuk jama dari kata hal, yang berarti kondisi mental atau
situasi kejiwaan yang diperoleh seorang sufi sebagai karunia Allah, bukan hasil
dari usahanya. Hal bersifat sementara, datang dan pergi (datang dan pergi bagi
seorang sufi dalam perjalananya mendekati Tuhan). Hal atau akhwal
merupakan keadaan mental perasaan senang, perasaan takut, perasaan sedih,
dan sebagainya.
Sedangkan Menurut imam al Ghozali dalam Bukunya Tim Penyusun MKD
Iain Sunan Ampel Surabaya. Menerangkan bahwa, hal adalah kedudukan atau
situasi kejiwaan yang dianugrahkan Allah kepada seorang hamba pada suatu
waktu, baik sebagai buah dari amal saleh yang mensucikan jiwa atau sebagai
pemberian semata.
Pada istilah hal atau arti jamak ahwal adalah suasana atau keadaan yang
menyelimuti kalbu, yang diciptakan sebagai hak prerogatif pada Allah dalam
hati setiap hambanNya, tidak ada sufi yang mampu merubah keadaan tersebut
apabila datang saatnya, atau memperhatikannya apabila pergi.
b) Struktur
Yang termasuk dalam ahwal di antaranya: muraqabah, qurb, mahabbah,
khauf, raja, syauq, uns, tumaninah, musyahadah dan yakin. Berikut ini adalah
penjelasannya:

188
1. Muraqabah
Praktik sufi yang sangat penting ialah keterjagaan. Kata Arabnya
muraqabah. Ini dipraktikkan agar dapat menyaksikan dan menghaluskan
keadaan diri sendiri. Dengan praktik muraqabah timbul kepekaan yang kian
lama kian besar yang menghasilkan kemampuan untuk menyaksikan
"pembukaan" di dalam. Muraqabah yang terkonsentrasi dan maju terjadi
dalam pengasingan diri (khalwat).
Selama pengasingan, dan ketika "pembukaan " yang sesungguhnya
terjadi, si pencari akan menerima kekosongan dan ketidakterbatasan waktu
yang luas dalam dirinya. Ini merupakan kulminasi, boleh dikatakan, dari
kesadaran diri dan keterjagaan diri, dan awal dari apa yang dipandang
sebagai proses kebangunan gnostik (makrifat) atau pencerahan. Maksud dari
semua ini ialah bahwa orang itu sadar setiap waktu tentang keadaan di
dalam batin yang tak terlukiskan, yang tak ada batasnya.
2. Qurb
Perilaku-perilaku spiritual (al-ahwal) yang bersama-sama dengan
maqamat merupakan inti hakikat tasawuf. Salah satunya yaitu Al-qurb.
Kedekatan Allah menurut al-Junaid adalah kedekatan ke hati yang semarak
dengan keimanan. Semakin banyak intensitas seorang hamba mendekatkan
diri kepada Tuhannya maka semakin bertambah pula kedekatan Allah ke
hatinya. Imam al-Junaid berujar: ketahuilah, sesungguhnya, dia mendekati
hati hamba-hambaNya sesuai dengan kedekatan hati hamba-hambanNya
kepada-Nya maka perhatikanlah apa yang dekat di hatimu?
Perasaan seorang hamba akan kedekatan Allah dengannya jika terus
menguat maka ia telah berada dalam status wajd atau dzauq, dimana
berbagai jenis pengetahuan tersingkap dihadapannya, juga rahasia-
rahasia tauhid yang terlalu rumit untuk digambarkan sebab ia termasuk
kategori isyarat. Inilah istilah kaum sufi dengan istilah jam. Adapun jika
hamba tidak mencapai status tersebut, atau pernah sampai kesana namun
kemudian pindah ke yang lain maka ia tidak akan bisa menangkap
rahasia-rahasia tersebut sebab kala itu ia berada dalam status tafriqah

189
atau farq. Imam al-Junaid berkata : Kedekatan dengan perasaan adalah
jam, dan keabsenan dengan status kemanusiaan adalah tafriqah.
Perasaan hamba akan kedekatan Allah dengannya, baik dalam
kondisi jam maupun farq, seyogianya tetap dalam bingkai persucian
Allah sepenuhnya dari hal-hal yang tidak layak bagi-Nya. Saat ditanya
tentang kedekatan Allah, Imam al-Junaid menjawab. Dekat namun tidak
saling bersua, jauh namun tidak terpisah.
3. Mahabbah
Mahabbah berasal dari kata ahabba, yuhibbu, mahabbatan, yang secara
harfiah berarti mencintai secara mendalam. Dalam mujam al-falsafi, Jamil
Shaliba mengatakan mahabbah adalah lawan dari al-baghd, yakni cinta
lawan dari benci. Al mahabbah dapat pula berarti al wadud yakni yang
sangat kasih atau penyayang.
Dalam kajian tasawuf, mahabbah berarti mencintai Allah dan
mengandung arti patuh kepada-Nya dan membenci sikap yang melawan
kepada-Nya, mengosongkan hati dari segala-galanya kecuali Allah SWT
serta menyerahkan seluruh diri kepada-Nya.
Cinta atau mahabbah merupakan salah satu pilar utama islam dan inti
dari ajarannya.Mahabbah adalah kecenderungan hati untuk memerhatikan
keindahan atau kecantikan.
Dalam pandangan Al-Junaidi, cinta didefinisikan sebagai
kecenderungan hati pada Allah Taala, kecenderungan hati pada sesuatu
karena mengharap ridha Allah tanpa merasa diri terbebani, atau menaati
Allah dalam segala hal yang diperintahkan atau dilarang, dan rela menerima
apa yang telah ditetapkan dan ditakdirkan Allah.
Tingkatan Mahabbah
Abu Nasr as Sarraj at-Tusi seorang tokoh sufi terkenal membagi
mahabbah kepada tiga tingkat:
i. Mahabbah orang biasa, yaitu orang yang selalu mengingat Allah SWT
dengan zikir dan memperoleh kesenangan dalam berdialog dengan-Nya
serta senantiasa memuji-Nya.

190
ii. Mahabbah orang siddik (orang jujur, orang benar) yaitu orang yang
mengenal Allah tentang kebesaran-Nya, kekuasaan-Nya dan ilmu-Nya.
Mahabbah orang siddik ini dapat menghilangkan hijab, sehingga dia
menjadi kasysyaf, terbuka tabir yang memisahkan diri seseorang dari Allah
SWT. Mahabbah tingkat kedua ini sanggup menghilangkan kehendak dan
sifatnya sendiri, sebab hatinya penuh dengan rindu dan cinta kepada Allah.
iii. Mahabbah orang arif, yaitu cintanya orang yang telah penuh sempurna
makrifatnya dengan Allah SWT. Mahabbah orang arif ini, yang dilihat dan
dirasakannya bukan lagi cinta, tetapi diri yang dicintai. Pada akhirnya sifat-
sifat yang dicintai masuk ke dalam diri yang mencintai. Cinta pada tingkat
ketiga inilah yang menyebabkan mahabbah orang arif ini dapat berdialog
dan menyatu dengan kehendak Allah SWT.
Setiap orang mengakui bahwa cinta itu sulit untuk digolongkan, namun
hal itu tidak melelahkan seseorang untuk mencoba melakukannya.
Klasifikasi mistik terhadap tingkatakan cinta berbeda dari analisis cinta
secara filosofis yang legal dan sekuler. Karena, para sufi secara konsisten
menempatkan cinta dalam konteks psikologi mistik mereka dari keadaan
(ahwal) dan makam, dengan penekanan pada cinta sebagai transenensi diri.
Lebih-lebih, cinta dalam beragam bentuknya demikian penting, sehingga ia
secara umum diakui sebagai, tujuan tertinggi dari seluruh makam dan
puncak tertinggi dari segala tingkatan.
4. Khauf
Khauf (Takut kepada Allah) Abu Hafsh berkata, khauf (takut) adalah
cambuk Allah SWT. yang digunakan-Nya untuk menghukum manusia yang
berontak keluar dari ambang pintu-Nya. Khauf dikatakan pula sebagai
ungkapan derita hati dan kegundahannya terhadap apa yang akan dihadapi.
Sehingga mampu mencegah diri dari bermaksiat dan mengikatnya dengan
bentuk-bentuk ketaatan. Allah SWT meridhai hamba-Nya yang khauf
kepada-Nya. Allah ridha terhadap mereka dan merekapun ridha kepadaNya.
Yang demikian itu adalah (balasan) bagi orang yang takut kepada Tuhannya
(QS.Al-Bayyinah [98] : 8).

191
Banyak ayat lain yang mengisyaratkan keutamaan khauf ini,
diantaranya QS. Al-Araf [7]:156, QS. Fatir [35]:28, QS. Ali Imran [3]:175,
dan lainnya.

Artinya : Dan tetapkanlah untuk Kami kebajikan di dunia ini dan di


akhirat; Sesungguhnya Kami kembali (bertaubat) kepada Engkau. Allah
berfirman: "Siksa-Ku akan Kutimpakan kepada siapa yang aku kehendaki
dan rahmat-Ku meliputi segala sesuatu. Maka akan aku tetapkan rahmat-
Ku untuk orang-orang yang bertakwa, yang menunaikan zakat dan orang-
orang yang beriman kepada ayat-ayat kami". (QS. Al-Araf : 156).
5. Raja
Ar Raja (Berpengharapan kepada Allah). Raja diartikan berharap atau
optimisme , yaitu tenang dan senangnya hati karena menunggu sesuatu yang
dicintai . Karena keterbatasan bahasa Indonesia, tidak ada padanan kata
yang sesuai untuk Ar Raja, yang paling mendekati artinya adalah harapan,
meskipun sebetulnya artinya bukan harapan. Sang hamba menebar benih
iman, menyiraminya dengan air ketaatan, membersihkan hatinya dari akhlak
tercela, lalu menunggu anugerah dari Allah SWT, yaitu Dia menetapkannya
sampai ajal tiba dan husnul khatimah pembuka maghfirah. Dengan itu, raja
sang hamba adalah raja yang benar. Firman Allah SWT.

Artinya: Sesungguhnya orang-orang yang beriman, orang-orang yang


berhijrah dan berjihad di jalan Allah, mereka itu mengharapkan rahmat

192
Allah, dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS.Al-
Baqarah [2]: 218)
Ada tiga hal yang dipenuhi oleh orang yang raja terhadap sesuatu, yaitu
: mencintai yang diharapkannya, takut akan kehilangannya, dan usaha
untuk mendapatkannya. Raja yang tidak disertai dengan tiga perkara
tersebut, hanyalah angan-angan semata. Setiap orang yang ber-raja pastilah
ia orang yang ber-khauf (takut).
6. Syauq
Suhrawardi dalam Solihin berujar, selama masih ada cinta, syauq tetap
diperlukan. Kerinduan yang terdalam ingin berjumpa dengan Tuhan,
sehingga matinya jasad malah bukan sesuatu yang ditakuti. Bahkan
diinginkan para sufi, karena dengan begitu impiannya ingin berjumpa
dengan sang maha kasih, Allah SWT. dapat terkabul.
7. Uns
Uns adalah sifat merasa selalu berteman, tidak pernah merasa kesepian.
Untuk mendeskripsikan uns ini, simak petikan syair sufistik berikut : Ada
orang yang merasa sepi dalam keramaian. Ia adalah orang yang selalu
memikirkan kekasihnya sebab sedang dimabuk cinta. Seperti halnya
sepasang pemuda dan pemudi. Ada pula orang yang merasa bising dalam
kesepian. Ia adalah orang yang selalu memikirkan atau merencanakan tugas
pekerjaannya semata-mata. Adapun engkau, selalu merasa berteman di
manapun berada. Alangkah mulianya engkau berteman dengan Allah,
artinya engkau selalu berada dalam pemeliharaan Allah Syair tersebut
menggambarkan sekilas perasaan keintiman para sufi dengan Tuhan. Istilah
intim disini, jelas bukan merujuk pada pengertian hubungan sesama
makhluk. Intim hanya digunakan sebagai simbol bahasa dalam memahami
kedalaman hubb (cinta) hamba kepada Allah SWT. yang disimbolkan
sebagai sang kekasih.

193
8. Tumaninah
Secara bahasa tumaninah berarti tenang dan tentram. Tidak ada rasa
was-was atau khawatir, tak ada yang dapat mengganggu perasaan dan
pikiran karena ia telah mencapai tingkat kebersihan jiwa yang paling tinggi.
9. Musyahadah
Musyahadah berarti persaksian yang berkenaan dengan muhadharah
dan mukasyafah. Muhadharah berarti kehadiran qalbu dan mukasyafah
berarti kehadiran qalbu dengan sifat nyatanya dan musyahadah berarti
kehadiran al-haq dengan tanpa di bayangkan.
Di tahap muhadharah selalu terikat dengan sifat-sifat Tuhan, di tahap
mukasyafah itu terhampar oleh sifat-sifat tuhan dan di tahap musyahadah itu
di temukan zat Tuhan. Saat itu qalbunya dipenuhi cahaya keTuhanan, ibarat
kilatan cahaya di malam hari yang tiada terputus. Dalam kondisi apapun
senantiasa ditangkap sama, saat perasaan menyatu dengan alam semesta
tidak lagi diluar alam, tetapi menjadi bagian dari alam.
10.Yakin
Yaqin berarti percaya sebagai paduan antara ilm al yaqin, ain al yaqin,
dan haq al yaqin. Ilm al yaqin berarti sesuatu yang ada dengan syarat adanya
bukti, ain al yaqin berarti sesuatu yang ada dengan disertai kejelasan dan
haq al yaqin berarti sesuatu yang ada dengan sifat-sifat yang menyertai
kenyataan-Nya. Ilm al yaqin dibutuhkan untuk mereka yang cenderung
rasional. Ain al yaqin bagi para ilmuan sedangan haq al yaqin bagi orang
yang makrifah jelasnya al yaqin adalah sebuah kepercayaan yang kuat
tentang kebenaran pengetahuan yang dimiliki, karena penyaksiannya
dengan segenap jiwanya dan dirasakan oleh seluruh ekspresinya serta
dirasakan oleh segenap eksistensinya.

194
c) Skema
Akhwal

Definisi Struktur

Muraqabah keterjagaan
adalah situasi kejiwaan yang
diperoleh seorang sufi sebagai Qurb yaitu kedekatan ke
hati yang semarak
karunia Allah, bukan dari hasil
dengankeimanan
Mahabbah berarti mencintai
usahanya.
Allah dan mengandung arti
patuh kepada-Nya dan
membenci sikap yang
melawan kepada-Nya

Khauf yaitu ketakutan kepada Allah,


Sehinggamampu mencegah diri dari
bermaksiatdan mengikatnya dengan
bentuk-bentuk ketaatan.

Syauq yaitu Kerinduan yang terdalam


Rajaberjumpa
ingin yaitu harapan, mencintai
dengan Tuhan
yang diharapkannya, takut
akankehilangannya,
Uns dan selalu
adalah sifat merasa usaha untuk
mendapatkannya.
berteman, tidak pernah merasa
kesepian.

Tumaninah berarti tenang dan tentram.

Muhasabah adalah yang menghisab


(mengevaluasi) dirinya sendiri serta
beramal untuk kehidupan sesudah
kematian.

Yakinberarti percaya sebagai paduan


antara ilm al yaqin, ain al yaqin, dan
haq al yaqin.

195
PENUTUP

Simpulan
Dari penjabaran di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa:
1. Maqamat secara harfiah berasal dari bahasa Arab yang berarti tempat
orang berdiri atau pangkal mulia.
2. Maqamat yang disepakati para ulama yaitu al-taubah, al-zuhud, al-
wara, al-faqr, al-shabr, al-tawakkal, dan al-ridla.
3. Ahwal adalah bentuk jama dari kata hal, yang berarti kondisi mental
atau situasi kejiwaan yang diperoleh seorang sufi sebagai karunia
Allah, bukan hasil dari usahanya.
4. Yang termasuk dalam ahwal di antaranya: muraqabah, qurb,
mahabbah, khauf, raja, syauq, uns, tumaninah, musyahadah dan yakin.

196
TOPIK 9

MAHABBAH DAN MARIFAH

Disusun Oleh:

1. Indira Nabila Insani Wahyudi (1132050036)


2. Irmawati Mardian (1132050037)
3. Ismatul Hoeriyah (1132050038)

197
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang Masalah


Mahabbah dan Marifah adalah sebuah istilah atau ajaran yang sering
digunakan dalam ilmu tasawuf dimana antara keduanya hampir selalu
berdampingan baik dalam kedudukannya maupun dalam pengertiannya. Marifat
merupakan tingkatan pengetahuan kepada Tuhan melalui mata hati (al-qalb) maka
mahabbah adalah perasaan kedekatan Tuhan melalui cinta (roh), seluruh jiwanya
terisi oleh rasa kasih dan cinta kepada Allah SWT.
Rasa cinta itu buah dari marifat, rasa cinta ada karena marifat ada. Oleh
sebab itu Hasan Al-Basri berkata: Barang siapa yang marifat (mengenal
Tuhannya) pasti ia mencintainya. Orang yang telah mampu memandang dengan
marifat maka ia akan dapat merasakan kenikmatan dan kesenangan luar biasa. Ia
mampu mencintai Allah SWT dengan cinta yang sebenarnya.
Mahabbah dan Marifat ini adalah merupakan azas yang sangat penting dalam
pembinaan akhlak dan pembentukan kepribadian manusia yang berakhlakul
karimah melalui proses pengendalian diri. Untuk itu dalam makalah ini, kami
akan memberikan ulasan tentang mahabbah dan marifat dalam hubungannya
dengan proses pengendalian diri dengan tujuan agar pembaca memahami tentang
keutamaan mahabbah dan marifat ini dalm proses pembentukan kepribadian
manusia islami.

2. Identifikasi Masalah
Dalam makalah ini penulis mengidentifikasi masalah sebagai berikut :
1. Apa yang dimaksud dengan mahabbah dan marifah itu ?
2. Bagaimanakah teks suci yang berkaitan dengan pembahasan mahabbah
dan marifah ?
3. Bagaimanakah konsep mahabbah dan marifat menurut para tokoh ?

3. Tujuan Pembahasan

198
1. Mampu memahami pengertian mahabbah dan marifah
2. Mampu mengetahui dan memahami teks suci yang berkaitan dengan
pembahasan mahabbah dan marifah
3. Mampu mengetahui dan memahami konsep mahabbah dan marifat
menurut para tokoh

PEMBAHASAN

199
1. Mahabbah
a. Definisi
Secara etimologi, mahabbah adalah bentuk masdar dari kata: yang
mempunyai arti: a) membiasakan dan tetap, b) menyukai sesuatu karena punya
rasa cinta. Selain itu, secara etimologi jugaMahabbah berasal dari kata ahabba,
yuhibbu, mahabbatan, yang secara harfiah berarti mencintai secara mendalam.
Dalam bahasa Indonesia kata cinta, berarti: a) suka sekali, sayang sekali, b) kasih
sekali, c) ingin sekali, berharap sekali, rindu, makin ditindas makin terasa betapa
rindunya, dan d) susah hati (khawatir) tiada terperikan lagi.

Berdasarkan pengertian di atas, dapat dipahami bahwa mahabbah (cinta)


merupakan keinginan yang sangat kuat terhadap sesuatu melebihi kepada yang
lain atau ada perhatian khusus, sehingga menimbulkan usaha untuk memiliki dan
bersatu dengannya, sekalipun dengan pengorbanan.

Sedangkan secara terminologi, terdapat perbedaan defenisi di kalangan


ulama. Pendapat kaum Teologi yang dikemukakan oleh Webster bahwa
mahabbah berarti; a) keredaan Tuhan yang diberikan kepada manusia, b)
keinginan manusia menyatu dengan Tuhan, dan c) perasaan berbakti dan
bersahabat seseorang kepada yang lainnya. Pengertian tersebut bersifat umum,
sebagaimana yang dipahami masyarakat bahwa ada mahabbah Tuhan kepada
manusia dan sebaliknya, ada mahabbah manusia kepada Tuhan dan sesamanya.

Dalam kajian tasawuf, mahabbah berarti mencintai Allah dan mengandung


arti patuh kepada-Nya dan membenci sikap yang melawan kepada-Nya,
mengosongkan hati dari segala-galanya kecuali Allah SWT serta menyerahkan
seluruh diri kepada-Nya.

Harun Nasution (w.1998 M) mengemukakan bahwa mahabbah mempunyai


beberapa pengertian:

1. Memeluk kepatuhan pada Tuhan dan membenci sifat melawan pada-Nya.


2. Menyerahkan seluruh diri kepada yang dikasihi.

200
3. Mengosongkan hati dari segala-galnya kecuali dari diri yang dikasihi.
Yang dimaksud dengan kekasih ialah Allah.
Pengertian tersebut di atas sesuai dengan tingkatan kaum muslimin dalam
pengalamannya terhadap ajaran agama, tidak semuanya mampu menjalani hidup
kesufian, bahkan hanya sedikit saja yang menjalaninya, yang terbanyak adalah
kelompok awam mahabbah-nya termasuk pada pengertian yang pertama. Sejalan
dengan itu, al-Sarraj (w. 377 H) membagi mahabbah kepada tiga tingkatan yaitu:

1. Cinta biasa, yaitu selalu mengingat Tuhan dengan zikir, senantiasa


menyebut nama-nama Allah dan memperoleh kesenangan dalm berdialog
dengan Tuhan.
2. Cinta orang siddiq, yaitu orang yang kenal kepada Tuhan, pada
kebesaran-Nya tabir yang memsahkan diri seseorang dari Tuhan dan
dengan demikian dapat melihat rahasia-rahasia pada Tuhan
3. Cinta orang arif, yaitu mengetahui betul Tuhan, yang dilihat dan yang
dirasa bukan lagi cinta, tetapi diri yang dicintai. Akhirnya sifat-sifat yang
dicintai masuk ke dalam ciri yang mencintai.

b. Teks Suci
Ajaran mahabbah memiliki dasar dan landasan, baik di dalam Alquran
maupun Sunah Nabi SAW. Hal ini juga menunjukkan bahwa ajaran tentang cinta
khususnya dan tasawuf umumnya, dalam Islam tidaklah mengadopsi dari unsur-
unsur kebudayaan asing atau agama lain seperti yang sering ditudingkan oleh
kalangan orientalis

Dalil-dalil dalam al-Quran, misalnya sebagai berikut:

a) Q.S Al-Baqarah : 165

201
Artinya: Dan diantara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-
tandingan selain Allah; mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai
Allah. adapun orang-orang yang beriman amat sangat cintanya kepada Allah.
dan jika seandainya orang-orang yang berbuat zalim itu[106] mengetahui ketika
mereka melihat siksa (pada hari kiamat), bahwa kekuatan itu kepunyaan Allah
semuanya, dan bahwa Allah amat berat siksaan-Nya (niscaya mereka menyesal).

b) Q.S Al-Maidah : 54)

Artinya : Hai orang-orang yang beriman, barangsiapa di antara kamu yang


murtad dari agamanya, Maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum yang
Allah mencintai mereka dan merekapun mencintaiNya, yang bersikap lemah
Lembut terhadap orang yang mukmin, yang bersikap keras terhadap orang-orang
kafir, yang berjihad dijalan Allah, dan yang tidak takut kepada celaan orang yang
suka mencela. Itulah karunia Allah, diberikan-Nya kepada siapa yang
dikehendaki-Nya, dan Allah Maha luas (pemberian-Nya), lagi Maha Mengetahui.

c) Q.S Ali Imran : 31

Artinya : Katakanlah: "Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku,


niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu." Allah Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang.

Dalil-dalil dalam hadits Nabi Muhammad SAW adalah sebagai berikut :

202
Tiga hal yang barang siapa mampu melakukannya, maka ia akan merasakan
manisnya iman, yaitu: pertama Allah dan Rasul-Nya lebih ia cintai daripada
selain keduanya; kedua: tidak mencintai seseorang kecuali hanya karena Allah;
ketiga benci kembali kepada kekafiran sebagaimana ia benci dilemparkan ke
neraka

..


.Tidaklah seorang hamba-Ku senantiasa mendekati-Ku dengan ibadah-ibadah


sunah kecuali Aku akan mencintainya. Jika Aku mencintainya, maka Aku pun
menjadi pendengarannya yang ia gunakan untuk mendengar; menjadi
penglihatannya yang ia gunakan untuk melihat; menjadi tangannya yang ia
gunakan untuk memukul; dan menjadi kakinya yang ia gunakan untuk berjalan..

c. Konsep
Terlepas dari banyaknya penjelasan mengenai defenisi dan seluk-beluk
cinta atau mahabbah tersebut, namun yang pasti, mahabbah pada dasarnya
merupakan sebuah sikap operasional. Dengan kata lain, batin saja, akan tetapi ia
adalah cinta yang memiliki kecenderungan pada kegiatan nyata sekaligus menjadi
sumber keutamaan moral.

Hanya saja dalam perjalanan sejarah umat Islam, term cinta atau
mahabbah telah menjadi salah satu pokok pembicaraan orang-orang sufi.
Mereka menggeser penekanan cinta ke arah idealism emosional yang dibatinkan
secara murni. Sehingga di kalangan sufi, mahabbah adalah satu istilah yang
hampir selalu berdampingan dengan makrifat, baik dalam penempatannya
maupun dalam pengertiannya. Kalau makrifat merupakan tingkat pengetahuan
tentang Tuhan melalui hati, sedang mahabbah adalah merupakan perasaan
kedekatan dengan Tuhan melalui cinta. Seluruh jiwa terisi oleh rasa kasih dan
kasih dan cinta kepada Tuhan. Rasa cinta yang tumbuh dari pengetahuan dan
pengenalan kepada Tuhan, sudah sangat jelas dan mendalam, sehingga yang

203
dilihat dan dirasa bukan cinta, tetapidiri yang dicintai. Oleh karena itu menurut
al-Gazali, mahabbah itu adalah manifestasi dari makrifat kepada Tuhan.

Demikian cintanya orang-orang sufi kepada Tuhan, mereka rela


mengorbankan dirinya demi memenuhi keinginan Tuhannya. Olehnya itu, cinta
atau mahabbah pada hakikatnya adalah lupa terhadap kepentingan diri sendiri,
karena mendahulukan kepentingan yang dicintainya yaitu Tuhan. Mahabbah
adalah suatu ajaran tentang cinta atau kecintaan kepada Allah. Tetapi bagaimana
bentuk pelaksanaan kecintaan kepada Allah itu tidak bisa dirumuskan secara pasti
karena hal itu menyangkut perasaan dan penghayatan subyektif tiap sufi.

d. Tokoh

Rabiah Al-Adawiyah, Sosok sufi perempuan ini sangat dikenal dalam dunia
tasawuf. Ia hidup di abad kedua Hijriah, dan meninggal pada tahun 185 H. Meski
ia hidup di Bashrah sebagai seorang hamba sahaya dari keluarga Atiq, hal itu tidak
menghalanginya tumbuh menjadi seorang sufi yang disegani di zamannya, bahkan
hingga di zaman modern sekarang ini.

Corak tasawuf Rabiah yang begitu menonjolkan cinta kepada Tuhan tanpa
pamrih apapun merupakan suatu corak tasawuf yang baru di zamannya. Pada saat
itu, tasawuf lebih didominasi corak kehidupan zuhud (asketisme) yang
sebelumnya dikembangkan oleh Hasan al-Bashri yang mendasarkan ajarannya
pada rasa takut (khauf) kepada Allah. Corak tasawuf yang dikembangkan oleh
Rabiah tersebut kelak membuatnya begitu dikenal dan menduduki posisi penting
dalam dunia tasawuf.

Sedemikian tulusnya cinta kepada Allah yang dikembangkan oleh Rabiah,


bisa dilihat, misalnya, dalam sebuah munajat yang ia panjatkan: Tuhanku,
sekiranya aku beribadah kepada-Mu karena takut neraka-Mu, biarlah diriku
terbakar api jahanam. Dan sekiranya aku beribadah kepada-u karena mengharap
surga-Mu, jauhkan aku darinya. Tapi, sekiranya aku beribadah kepada-Mu hanya

204
semata cinta kepada-Mu, Tuhanku, janganlah Kauhalangi aku melihat
keindahan-Mu yang abadi.

Saking besar dan tulusnya cinta Rabiah kepada Allah, maka seolah cintanya
telah memenuhi seluruh kalbunya. Tak ada lagi tersisa ruang di hatinya untuk
mencintai selain Allah, bahkan kepada Nabi Muhammad sekalipun tak ada ruang
lagi di kalbunya untuk membenci apapun, bahkan kepada setan sekalipun. Seluruh
hatinya telah penuh dengan cinta kepada Tuhan semata. Hal ini juga Rabiah
tunjukkan dengan memutuskan untuk tidak menikah sepanjang hidupnya, karena
ia menganggap seluruh diri dan hidupnya hanya untuk Allah semata.

Skema

2. Marifat
a. Definisi
Menurut ahli bahasa, kata Marifat diambil dari kata Arafa, Yarifu, Irfan,
Marifatan, semua ilmu disebut Marifat, dan semua Marifat adalah ilmu, dan
setiap orang memiliki ilmu (alim) tentang Allah SWT. berarti seorang yang arif,

205
dan setiap yang arif berarti alim. Berdasarkan pengertian ini orang yang
bermarifat adalah orang yang memiliki ilmu (arif).

Kata Marifat secara harfiah atau semantik dapat diartikan mengenal atau
mengetahui dan dapat diperluas lagi pengertianya menjadi cara mengetahui atau
mengenal eksistesi Tuhan.

Makna Makrifah adalah:

a. Kalau mata yang ada di dalam hati sanubari manusia terbuka, maka mata
kepalanya tertutup, dan waktu inilah yang dilihat hanya Allah.
b. Marifah adalah cermin. Apabila seorang yang arif melihat ke arah
cermin maka apa yang dilihatnya hanya Allah.
c. Orang arif baik di waktu tidur dan bangun yang dilihat hanyalah Allah
SWT.
d. Seandainya Marifah itu materi, maka semua orang yang meliat akan
mati karena tidak tahan melihat kecantikan dan keindahannya. Dan
semua cahaya akan menjadi gelap disamping cahaya keindahan yang
gilang-gemilang.

b. Teks suci
a) Q.S Qaaf : 22

Artinya : Sesungguhnya kamu berada dalam keadaan lalai dari (hal) ini, Maka kami
singkapkan daripadamu tutup (yang menutupi) matamu, Maka penglihatanmu pada hari
itu amat tajam.

b) Q.S Al-Insaan : 13

Artinya: Di dalamnya mereka duduk bertelakan di atas dipan, mereka tidak merasakan di
dalamnya (teriknya) matahari dan tidak pula dingin yang bersangatan.

206
c. Konsep
Tidak semua orang yang menuntut ajaran Tasawuf dapat sampai kepada
tingkatan marifah. Karena itu sufi yang sudah mendapatkan marifah, memiliki
tanda-tanda tertentu, sebagaimana keterangan Dzun Nun Al-Mishri yang
mengatakan: ada beberapa tanda yang dimiliki sufi bila sudah sampai kepada
tingkatan marifah, antara lain:
a. Selalu memancar cahaya marifah padanya dalam segala sikap dan
perilakunya, karena itu, sikap wara selalu ada pada dirinya.
b. Tidak menjadikan keputusan pada sesuatu yang berdasarkan fakta yang
bersifat nyata, karena hal-hal yang nyata menurut ajaran tasawuf belum
tentu benar.
c. Tidak menginginkan nikmat Allah yang banyak buat dirinya, karena hal
itu bisa membawanya kepada perbuatan yang haram.
Dari sinilah kita dapat melihat bahwa seorang sufi tidak membutuhkan
kehidupan yang mewah, kecuali tingkatan kehidupan yang hanya sekedar dapat
menunjang kegiatan ibadahnya kepada Allah SWT., sehingga Asy Syekh
Muhammad bin Al-Fadhal mengatakan bahwa marifah yang dimiliki Sufi,
cukup dapat memberikan kebahagiaan batin padanya, karena merasa selalu
bersama-sama dengan Tuhannya.
Menurut Zunnun Al-Misrilah (Bapak paham Marifah) bahwa pengetahuan
tentang Tuhan ada tiga macam:
a. Pengetauan Awam
Memberi penjelasan bahwa Tuhan satu dengan perantara ucapan
syahadat.
b. Pengetahuan Utama
Memberi penjelasan bahwa Tuhan satu menurut akal (logika)
c. Pengetahuan Sufi
Memberi penjelasan bahwa Tuhan satu dengan perantara Hati Sanubari.
Pengetahuan Awam dan Ulama di atas belum dapat memberikan
pengetahuan hakiki tentang Tuhan. Sehingga kedua pengetauan tersebut baru
disebut Ilmu belum dapat dikatakan sebagai Marifah. Adapun pengetahuan
yang disebut Marifah adalah pengetahuan Sufi.

207
Kaum Sufi untuk mendapatkan suatu marifah melalui jalan yang
ditempuh dengan mempergunakan suatu alat. Menurut Al-Qusyairi ada tiga
yaitu:
1) Qalb fungsinya untuk dapat mengetahui sifat Tuhan.
2) Ruh fungsinya untuk dapat mencintai Tuhan.
3) Sir fungsinya untuk melihat Tuhan.
Kedudukan Sir lebih halus dari Ruh dan Qalb, dan Ruh lebih halus dari
Qalb. Qalb di samping sebagai alat untuk merasa juga sebagai alat untuk
berpikir. Bedanya qalb dengan aql ialah kalau aql tidak dapat menerima
pengetahuan tentang hakikat Tuhan, tetapi Qalb dapat mengetahui hakikat dari
segala yang ada dan manakala dilimpahi suatu cahaya dari Tuhan, bisa
mengetahui rahasia-rahasia Tuhan.
Posisi sir bertempat di dalam ruh, dan ruh sendiri berada di dalam qalb.
Sir akan dapat menerima pantulan cahaya dari Allah apabila qalb dan ruh benar-
benar suci, kosong dan tidak berisi suatu apapun. Pada suasana yang demikian,
Tuhan akan menurunkan cahanya-Nya kepada mereka (Sufi). Dan sebaliknya
mereka yang melakukannya (orang sufi) yang dilihat hanyalah Allah SWT.

d. Tokoh
1) Salah satu tokoh sufi yang terkenal dengan ilmu marifatnya
adalah,Zunnun Al-Misri, beliau berasal dari Akhtaman salah satu kota di daerah
pedalaman Mesir, beliau dimakamkan di Pemakaman asy-Syafii, dan beliau
bernama lengkap Abu al-Fayd Sauban bin Ibrahim al-Misri., ayahnya seorang
Nubian (sebutan bagi penduduk Nubiah, dan termasuk keturunan pembesar
Quraisy), beliau memiliki banyak saudara, dan salah satunya adalah Zu al-Kifli
yang banyak memberikan keterangan tentang hal-ikhwal saudaranya
Beliau adalah merupakan tokoh sufi pertama yang menonjolkan tentang teori
Marifat. Padahal Paham tentang Marifat sudah banyak dikemukakan oleh tokoh-
tokoh sufi sebelum Al-Misri, tapi yang paling menekankan konsep Marifat pada
ajaran tasawuf adalah Zunnun Al-Misri, ya habibullah.

208
Zunnun ber mutawatta dan mempelajari disiplin ilmu fiqh kepada Malik Ibn
Anas, dan di bidang spritual beliau belajar pada Israfil Al-Maghribi. Zunun pernah
mengatakanaku menempuh perjalanan 3 kali dan mendapatkan 3 ilmu. Pada
perjalanan pertama aku dapatkan ilmu yang bisa diterima kalangan awam dan
khass, pada perjalanan kedua aku dapatkan ilmu yang hanya bisa diterima
kalangan khass, dan pada perjalanan yang ketiga aku dapatkan ilmu yang tidak
bisa diterima oleh kalangan awam maupun khass. Maka tinggalah aku hampa
papa seorang diri.

Maka dari pernyataan diatas itu Zunnun pun membagi tingkatan Marifat
dalam tiga tingkatan, yaitu : yang pertama adalah tingkat awam, dan yang kedua
adalah tingkat ulama dan yang ketiga adalah tingkat sufi, seperti yang sudah
diuraikan dalam Jalan Menuju Marifat dan Hakekat.

Menurut Zunnun Al-Misri, Marifat atau mengenal Allah swt yang


sesungguhnya adalah marifat lewat hati sanubari, karena pada tingkatan syahadat
dan logika itu sebenarnya bukanlah termasuk Marifat, tetapi itu hanya dapat
digolongkan kedalam kategori ilmu saja.

Memikirkan zat Allah adalah kebodohan, mengisyaratkan sesuatu kepadaNya


adalah kesyirikan, dan hakikat makrifat adalah kebingungan

Pada suatu kesempatan beliau pernah ditanya tentang bagaimana memperoleh


makrifat itu, beliau berkata : araftu rabbi bi rabbi yang artinya aku mengenal
Tuhanku karena Tuhan. Karena mengenal Allah SWT tidak akan bisa dengan
logika dan penalaran akal, melainkan dengan hati sanubari yang bersih dan selalu
diisi dengan asma agung Allah SWT, yaitu dzikrullah. Dzikir yang dilakukan
secara terus menerus.

Beliau mengatakan bahwa akhlak seorang Arif billah adalah Allah, dan orang
yang arif selalu akan bersifat seperti sifat-sifat Tuhan dan selalu menjaga
perilakunya agar tidak terjebak dalam kenistaan dunia yang menghanyutkan dan
menghinakan orang yang dekat kepada Allah.

209
Selain konsep marifat beliau juga mengungkapkan pengalamannya tentang
khauf (rasa takut kepada Allah). Menurutnya, jika kebenaran telah meliputi diri
seseorang maka kebenaran akan rasa takut kepada Allah akan meliputi dirinya.
Karena takut itu penjaga amal dan harap itu adalah penolong bencana

Beliau juga adalah seorang tokoh yang penuh dengan mahabbah terhadap
Tuhan, itu tampak dari perkataan beliau aku memanggilMu, di hadapan orang
lain dengan Ilahi (wahai Tuhan), tetapi manakala aku sendirian aku
memanggilMu dengan panggilan Ya Habibi(Wahai Kekasihku).

Zunnun pernah mengatakan, bahwa Neraka bukanlah sesuatu hal yang harus
ditakuti, yang lebih ditakuti adalah ketika berpisah dari Kekasih Sejati.
Ketakutannya tak lebih dari setetes air yang dibuang ke samudera cinta Allah.

Kemudian ketika ditanya tentang apa itu mahabbah, beliau menjawab :


Mahabbah ialah mencintai apa yang dicintai Allah, membenci apa yang dibenci
Allah, mengerjakan secara paripurna apa yang diperintahkan, dan meninggalkan
segala sesuatu yang akan membuat kita jauh dari Allah, tidak takut pada apapun
selain dari Allah, dan bersifat lembut terhadap saudara dan bersifat keras
terhadap musuh-musuh Allah, dan mengikuti jejak Rasulullah dalam segala hal

Zunnun meninggal pada tahun 425 H. konon, tatkala orang mengusung


jenazahnya, muncullah sekawanan burung hijau yang memayungi jenazahnya dan
seluruh pengiring jenazah dengan sayap-sayap hijau burung tersebut. Dan pada
hari kedua, orang-orang menemukan tulisan pada nisan makam beliau, Zunnun
adalah kekasih Allah, diwafatkan karena Rindu dan setiap kali orang akan
menghapus tulisan itu, maka muncul kembali seperti sedia kala.

2) Al Qusairi. Menurutnya ada tiga alat yang digunakan manuasia dalam


hubungannya dengan Tuhan. Qalbu untuk mnegenal sifat-sifat Tuhan, ruh untuk
mencintai Tuhan, dan sir untuk melihat Tuhan. Sir lebih halus dari ruh, dan ruh
lebih halus dari qalb, dan qalb itu tidak sama dengan hati atau jantung. Sir
bertempat di ruh, ruh bertempat di qalb, qalb itu berkaitan dengan jantung.
Setelah qalbunya bersih, maka sir muncul dan menerima illuminasi dari-Nya.

210
Dia menurunkan cahaya-Nya, maka sampailah ia pada tingkat makrifah.
Memperoleh makrifah merupakan suatu proses yang bersifat kontinyu.
Memperoleh makrifat yang penuh tentang Tuhan, merupakan suatu hal yang
tidak mungkin, karena semacam cangkir teh yang tidak akan pernah bisa
menampung semua air di samudera. Demikian kata Junaed.
3) Al- Ghazali. menurut al-Gazali berarti ilmu yang tidak menerima
keraguan ( ) yaitu pengetahuan yang mantap dan mapan,
yang tak tergoyahkan oleh siapapun dan apapun, karena ia adalah pengetahuan
yang telah mencapai tingkat haqq al-yaqin. Inilah ilmu yang meyakinkan, yang
diungkapkan oleh al-Gazali dengan rumusan sebagai berikut:
Sesungguhnya ilmu yang meyakinkan itu ialah ilmu di mana yang menjadi
obyek pengetahuan itu terbuka dengan jelas sehingga tidak ada sedikit pun
keraguan terhadapnya; dan juga tidak mungkin salah satu keliru, serta tidak ada
ruang di qalbu untuk itu.

Dari definisi di atas, dapat dikatakan bahwa obyek makrifat dalam ajaran
tasawuf al-Gazali tidak hanya terbatas pada pengenalan tentang Tuhan, tetapi juga
mencakup pengenalan tentang segala hukum-hukum-Nya yang terdapat pada
semua makhluk. Lebih jauh, dapat pula diartikan bahwa orang yang telah
mencapai tingkat makrifat (al-arif) mampu mengenal hukum-hukum Allah atau
sunnah-Nya yang hanya tampak pada orang-orang tertentu--para arifin--. Karena
itu, adanya peristiwa-peristiwa luar biasa, seperti karamah, kasyf dan lain-lain
yang dialami oleh orang-orang sufi, sebenarnya, tidaklah keluar dari sunnah Allah
dalam arti yang luas, karena mereka mampu menjangkau sunnah-Nya yang tak
dapat dilihat atau dijangkau oleh orang-orang biasa. Karena itu, dapat dikatakan,
bahwa obyek makrifat dalam pandangan al-Gazali mencakup pengenalan terhadap
hakikat dari segala realitas yang ada. Meskipun demikian, pada kenyataannya, al-
Gazali lebih banyak membahas atau mengajarkan tentang cara seseorang
memperoleh pengetahuan tentang Tuhan, yang memang tujuan utama dari setiap
ajaran sufi. Dengan demikian, al-Gazali mendefinisikan makrifat dengan. (
( ) memandang kepada wajah Allah taala).

211
Perlu disadari, betapapun tingginya pengenalan (al-makrifah) seseorang
terhadap Allah, ia tidak akan mungkin dapat mengenal-Nya dengan sempurna,
sebab manusia itu bersifat terbatas (finite), sedangkan Allah bersifat tak terbatas
(infinite). Ibnu Taimiyah (w. 728 H./1328 M.), seorang pemikir muslim yang
mengatakakn pernah mengalami kasyf, menegaskan bahwa mencapai pengertian
sempurna tentang kebenaran mutlak (al-haqq) atau Tuhan adalah mustahil.

Skema

Ma'rifah
Definisi Teks suci Konsep Tokoh

cara Q.S Al- cukup dapat


mengetahui Q.S Qaaf : Al Al-
Insaan : memberikan
atau 22 Qusairi Ghazali
13 kebahagiaan
mengenal
eksistesi
batin
Tuhan. padanya,
karena Zunnun Al-
merasa selalu Misri
bersama-
sama dengan
Tuhannya

PENUTUP

212
Simpulan
Mahabbah (cinta) merupakan keinginan yang sangat kuat terhadap sesuatu
melebihi kepada yang lain atau ada perhatian khusus, sehingga menimbulkan
usaha untuk memiliki dan bersatu dengannya, sekalipun dengan pengorbanan.

Artinya: Dan diantara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-


tandingan selain Allah; mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai
Allah. adapun orang-orang yang beriman amat sangat cintanya kepada Allah.
dan jika seandainya orang-orang yang berbuat zalim itu[106] mengetahui ketika
mereka melihat siksa (pada hari kiamat), bahwa kekuatan itu kepunyaan Allah
semuanya, dan bahwa Allah amat berat siksaan-Nya (niscaya mereka menyesal).

Di kalangan sufi, mahabbah adalah satu istilah yang hampir selalu


berdampingan dengan makrifat, baik dalam penempatannya maupun dalam
pengertiannya. Dan dapat dibadakan pula antara makrifat dan mahabbah yaitu,
makrifat merupakan tingkat pengetahuan tentang Tuhan melalui hati, sedang
mahabbah adalah merupakan perasaan kedekatan dengan Tuhan melalui cinta.
Seluruh jiwa terisi oleh rasa kasih dan kasih dan cinta kepada Tuhan. Rasa cinta
yang tumbuh dari pengetahuan dan pengenalan kepada Tuhan, sudah sangat jelas
dan mendalam, sehingga yang dilihat dan dirasa bukan cinta, tetapidiri yang
dicintai. Oleh karena itu menurut al-Gazali, mahabbah itu adalah manifestasi
dari makrifat kepada Tuhan.

Marifat secara harfiah atau semantik dapat diartikan mengenal atau


mengetahui dan dapat diperluas lagi pengertianya menjadi cara mengetahui atau
mengenal eksistesi Tuhan

213
Menurut Zunnun Al-Misri, Marifat atau mengenal Allah swt yang
sesungguhnya adalah marifat lewat hati sanubari, karena pada tingkatan syahadat
dan logika itu sebenarnya bukanlah termasuk Marifat, tetapi itu hanya dapat
digolongkan kedalam kategori ilmu saja.

214
TOPIK 10

TASAWUF DAN MASYARAKAT MODERN

Disusun Oleh:

1. Khofiyah (1132050039)
2. Lastri Asmara Kurnia Ningsih (1132050040)
3. M. Fakhri J. (1132050043)

215
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Akhir-akhir ini gerakan tasawuf makin marak. Khusus bagi masyarakat


yang relative mapan, kehidupan dunia tidak begitu lagi menarik. Ini
mrnunjukkan tasawuf modern dan positif.

Sudah tidak dapat diingkari bahwa masyarakat sekarang ini sedang


berkembang menuju masyarakat modern yang ditandai dengan kompetisi yang
tinggi. Kehidupan modern penuh dengan dilema dan tantangan yang menjadi
sannatullah. Menghadapi dilema kehidupan tersebut memerlukan arus
pemikiran yang mengarah kepada pencapaian titik kebahagiaan melalui
kehidupan spiritual.

Kehidupan spiritual selalu ditandai dengan meditasi, karena itu, meditasi


merupakan kegiatan sehari-hari yang sangat menonjol dikalangan mereka yang
menempuh jalan spiritual, seperti sufi.

Harus diakui bahwa gejala-gejala mistik telah muncul dalam sejarah


kehidupan manusia sepanjang zaman, baik yang terkait dengan tradisi agama
maupun yang lepas dari ikatgan agama secara formal. Hal ini menunjukkan
bahwa pengalaman mistik merupakan gejala manusiawi yang bersifat
agamawi. Gejala mistik dalam kehidupan manusia merupakan salah satu
metode pencarian manusia terhadap tuhannya.

Melihat jauhnya wilayah mistik, maka orang yang terlibat didalamnya


sangat langka dan menjadi suatu pengalaman yang sangat pribadi. Oleh karena
merupakan pengalaman spiritual, maka pengalaman mistik yang sangat pribadi
itu seakan tidak terkatakan secara konsepsional. Pengalaman itu sangat rahasia
dan misteri, bahkan hanya dapat dirasakan dan dimengerti oleh orang yang
mengalami peristiwa itu. Ungkapan-ungkapan mistik seseorang disampaikan
dalam bahasa non-informatif, bersifat alegoris dan simbolis.

216
Tasawuf sebagai perwujudan dari mistisisme islam, merupakan masalah
eksklusif dan transkultural dalam islam. Dikatakan demikian, sebab tasawuf
dalam tinjauan pluralitas ajaran islam tidak ditemukan pada masa Rasulullah.
Disini perlu dicatat bahwa meski Nabi hidup dalam kesederhanaan, tetapi
beliau tidak pernah menyebut bahwa dirinya menjalankan ajaran tasawuf.
Demikian halnya dengan ashab al-suffah, mereka tidak pernah disebutkan
dalam sejarah sebagai orang-orang yang suffi menjalankan ajaran tasawuf

Menurut Hamkah, tasawuf muncul pada masa pemerintahan al-Makmun


dari Dinasti Abbasiyah. Pada masa itu muncul golongan yang tidak ingin
terlibat dalam pertentangan teologi dan politik yang semakin tidak tertentu,
ditambah lagi dengan masuknya pikiran filsafat dalam ajaran islam.n Mereka
merasa jemu terhadap situasi dunia pada saat itu dan berusaha menjauhkan diri
dari kehidupan duniawi. Pada mulannya, para suffi yang menyisihkan diri itu
bermaksud baik, yakni ingin memerangi hawa nafsu dan memperbaiki budi
pekerti. Namun pada perkembangan selanjutnya, para sufi sudah ada yang
melakukan penyelewengan terhadap ajaran tasawuf. Sebagian diantara mereka
ada yang mengharamkan bagi dirinya barang-barang mewah, bahkan ada yang
tidak mau mencari rezeki, membelakangi kemewahan dunia, dan membenci
kerajaan.

Penyelewengan yang dilakukan oleh sebagian para sufi masa lalu itulah
yang berusaha dimurnikan oleh para pemikir tasawuf masa kini. Kelompok-
kelompok tasawuf yang muncul dewasa ini berupaya menyesuaikan kondisi
social masyarakat dengan ajaran tasawuf yang orisinil. Tasawuf positif
misalnya, yang digagas oleh Haidar Bagir, bertujuan untuk mengatasi krisis
spiritual yang dialami oleh masyarakat Indonesia yang sedang bergumul
ditengah modernitas.

Dunia modern memancarkan nilai-nilai positif dan negative, hal ini


menjadi dilemma da tantangan yang penuh kompetitif. Kompetisi itu perlu
memacu pengembangan diri dan kelompok dalam kehidupan masyarakat.

217
Makin maju suatu masyarakat, maka makin tinggi pula tingkat kompetisinya.
Sebaliknya masyarakat yang kurang maju, maka tingkat kompetisinya juga
rendah.

Pemakalah berasumsi bahwa segala yang menghadang di tengah


masyarakat modern harus ditantang dengan nilai-nilai spiritual yang
dihidupkembangkan dalam mistisisme islam yaitu tasawuf..

B. Rumusan Masalah
Merujuk penjelasan dalam latar belakang diatas, pemakalah menarik
masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana krisis modernisme pada masyarakat modern dan masyarakat
muslim?
2. Apa saja tawaran yang diberikan terhadap masyarakat modern dan
masyarakat muslim?

218
PEMBAHASAN

1. Krisis Modernisme
Proses modernisasi dibarat memberi dampak positif-negatif. Positifnya
membawa kemudahan-kemudahan dalam penyelesaian berbagai persolar
kehidupan sedangkan negatifnya menimbulkan krisis makna hidup.
Menghadapi kenyataan ini para pemikir berusaha keras mencari jalan keluar
dengan caranya sendiri-sendiri. Sayed Hosein Nasr (Ali Maksum, 2003:70)
memberikan alternative jalan keluarnya yang ditujukan kepada (1) masyarakat
barat modern, agar kembali kepada hikmah spiritual agama yang memberikan
rambu-rambu dalam meraih kesenangan duniawi (2) masyarakat islam agar
mengkaji kembali khazanah pemikiran islam klasik. Kajian berikutnya
mengenai krisis dunia modern dan krisis dunia islam.

a. Krisis Dunia Modern

1. Kehilangan Visi Keilahian


Krisis peraban modern bersumber pada penolakan terhadap hakikat ruh,
Tuhan, kehidupan akhirat, hidupnya hanya mengandalkan roti semata.
Eksesnya, kekuatan manusia mengalami eksternalisasi. Berikutnya,
menaklukan dunia tanpa batas. Interaksi dengan alam melalui proses
desakralisasi alam. Mendapat kepuasan dari alam tanpa rasa tanggung jawab
apapun. Munculah berbagai krisis dunian modern. Krisis kehidupan spiritual,
juga krisis kehidupan social. Idealnya penguasa bumi ini, keatas berperan
sebagai Abdullah dan kebawah berperan sebagai khalifatullah. Dengan
demikian keseimbangan hidupnya dapat dijaga.
Dalam menganalisis krisis lingkungan hidup ini. Mestinya, alam
dipandang sebagai teofani yang menyelimuti sekaligus mengungkapkan
kebesaran tuhan sebagai tanda-tanda kebesaran-Nya, wahyu terhampar,
kosmos. Tuhan sendiri lingkungan yang mencakup (al-mahit) mencakup kita
semua. Tidak sadar? Berarti kotor dan bersihkan dengan dzikrullah, yaitu
mengingat-Nya, menyadari terus menerus kualitas alam, realitas fenomena
alam sebagai ayat-ayat Tuhan.

219
Kerusakan lingkungan disebabkan oleh upaya manusia modern yang
memandang lingkungan alam sebagai tatan realitas fenomena alam sebagai
ayat-ayat Tuhan.
Kerusakan lingkungan disebabkan oleh upaya manusia modern yang
memandang lingkungan alam sebagai tatan realitas yang berdiri sendiri dan
terpisah dari lingkungan ilahi.
Manusia dipandang sebagai khalifah Allah fil ardh, aktif, memelihara
keharmonisan kosmis, membunikan rahmat-Nya dan Abdullah fil masjid, pasif
dihadapan-Nya, menerima apapun rahmat yang diturunkan-Nya. Makna
menundukan (22:65) merupakan menguasai sesuatu yang diperkenankan
Tuhan. Sejalan dengan petunjuk-petunjuknya, ini diberikan kepada manusia
sebagai khalifah dengan amanah yang diemban kepadanya.
Dari segi ini, ancaman yang paling serius bagi lingkunga adalah praktik
kekhalifahan manusia yang tidak lagi menerima posisi asalnya sebagai hamba
Allah yang menjalankan amanahnya. Mereka mengembangkan sains yang
didasarkan pada dominasi (penjajah) atas alam.
Dalam perspektif ini, Nasr menawarkan pendekatan tradisional
mengatasi krisis lingkungan. Pertama, memperkenalkan hikmah perennial
Islam tentang tatanan alam dan kaitannya dengan setiap fase kehidupan
manusia.
Kedua, mengembangkan kesadaran perlakuan etis terhadap lingkungan
alam.
Problem paling akut yang dihadapi manusia modern muncul dari
pembangunan yang berlebihan, bukan karena terbelakang, kajian alternative
untuk keluar dari krisis modernisasi para peneliti menawarkan (1) perubahan
dalam konsep manuisa tentang pertumbuhan (2) kembali kepada upaya
pengembangan kehidupan non material (3) kepuasan dalam sedikit objek
material dan sebagainya.
Manusia modern menciptakan sebuah sains berdasarkan kekuatan ratio
semata untuk memperoleh data melalui indera, tidak menyertakan hal yang
paling esensial dari manusia itu sendiri. Ketika lupa siapa mereka sebenarnya,
telah membakar tangan didalam api yang mereka nyalakan sendiri.
Masyarakat barat telah mencapai tingkat kemakmuran materi
sedemikian hingga perangkat teknologinya serba mekanis. Namun

220
kemewahannya kian dihantui rasa cemas. Mereka membanggakan teknologi
namun mereduksi integritas kemanusiaanya, lalu terperangkap dalam jaringan
system rasionalitas teknologi yang sangat tidak human. Untuk fenomena
semacam ini, nasr menggunakan dua istilah pokok yaitu pusat (axis, center)
dan pinggir (rim, periphery), untuk membedakan kategori orientasi hidup
manusia.
Yang menyaksikan panorama kehidupan kontemporer seringkali
manusia yang hidup dipinggir lingkaran eksitensi. Ia menyaksikan segala
sesuatu dari sudut pandangnya sendiri. Tidak peduli dengan jari-jari lingkaran
eksitensi dan sama sekali lupa dengan sumbunya yang dapat dicapai dengan
jari-jari itu.
Masyarakat modern berada diwilayah pinggir eksitensi, bergerak
menjauh dari pusat, mereka-mereka merasa cukup dengan perangkat teknologi
sebagai buah gerakan renaissance abad 16, sementara pemikiran keagamaan
yang bersumber pada wahyu kian ditinggalkan. Berkembanglah paham
sekularisme. Menurut berger (Maksmum, 2003) ada dua bentuk sekularisme
(1) dalam kontek social, pemisahan instusi agama dan politik (2) dalam
konteks keagamaan berupa sekularisasi kesadaran, terbebasnya manusia dan
komitmenya terhadap nilai-nilai agama. Berpaling dari dunia sana,
memusatkan perhatian pada dunia sini, sekarang. Proses sekularisasi kesadaran
ini menyebabkan manusia modern kehilangan kendali diri, mudah dihinggapi
penyakit ruhaniah, menjadi lupa tentang siapa dirinya karena hidupnya
terperosok dipinggir lingkaran eksistensi. Pengetahuan dunia diperoleh secara
kualitatif berubah. Dengan begitu mereka kehilangan visi keilahian,
pengelihatan intelectus-nya tumpul dalammelihat realitas kehidupan.
Intellectus (mata hati) merupakan elemen esensi manusia, dipusat
eksistensi yang sanggup menatap realitas lebih utuh, realitas baying-bayang
Tuhan yang diisyaratkan oleh alam semesta, esensi manusia. Begitulah mata
hati tertutup, Intellectusnya disfungsional, mandeg, buntu, maka apapun yang
diraih manusia modern itu berada dipinggiran. Pengetahuan tentang hakikat
manusia, hakikat alam semesta. Sebagai kesatuan yang tunggal. Cermin
keesaan Tuhan tidak kunjung ditemukan, tidak utuh, terpecah.

221
Untuk mencapai level eksistensi, harus mengadakan pendakian
spiritual, melatih ketajaman Intellectus. Setiap pengetahuan yang utuh diraih
melalui pengetahuan dari pusat, yang memandang pengetahuan dipinggir-
pinggirnya dan ruji-ruji yang menghubungkannya.
Manusia bisa mengetahui dirinya secara sempurna bila mendapat bantuan dari
ilmu Tuhan keberadaan yang relative hanya berarti bila dikaitkan dengan
absolute, yaitu Tuhan.
Intelectus berfungsi, pengelihatan dititik pusat, maka pengetahuan yang
dihasilkan pemikiran mansuia bisa mencapai hakikat realitas, utuh dan
Intellectus yang tidak berfungsi, pengelihatan dipinggiran, maka pengetahuan
yang dihasilkannya pun tidak bisa mencapai hakikat realitas, terpecah.
Nasr memasuki wilayah filosof dan mistikus, segala usaha manusia
mesti dikaitka dengan titik pusat agar keberadaanya tidak terpelanting
kewilayah pinggiran. Upaya ini dilakukan bila memiliki kesadaran religious
yang visi Intellectusnya tajam. Suatu ketajaman intuitif dengan mengatasi
ketajaman rasio.
Penyebab kejatuhan manusia. Dibarat berkembang aliran dualism
Cartesian, yaitu realitas ada dua bentuk: realitas material, fisik dan realitas
mental, rasio. Dimensi metafisik menjadi profane, padahal mulanya itu
merupakan pengetahuan sacara, keilahian. Dimensi metafisik Barat menjadi
data empiris dari bentuknya yang philosofi yang hanya melajirkan konsep
ruhaniah yang palsu.
Rasionalisme Descartes menyatakan bahwa sesuatu dipandang benar
jika sesuai dengan criteria rumusan rasio. Cogito ergo sum, saya berfikir maka
saya ada. Pengetahuan ini bersifat persial, pengetahuan yang utuh hanya dapat
diraih melalui visi Intellectus-Nya, diupayakan melalui pendakian ruhani kea
rah titik pusat, hikmah spititual agama.
Manusia demikian:
Meskipun hidup dalam batas ruang dan waktu, berkarya dengan disiplin ilmu
yang fragmentalis, namun dapat memahami watak alam, sehingga dapat
mengelolanya, sementara mata hatinya memandang alam yang dikelolanya
sebagai sesama makhluk tuhan, yang mengisyaratkan al-Rahman.
Manusia Modern:

222
Menciptakan situasi yang berjalan tanpa adanya control, karenanya mereka
terperosok kedalam posisi yang sulit yang mengantarkannya pada kehancuran
lingkungan dan manusianya.
Agar keluar dari lilitan krisis ini mereka harus kembali kepusat eksistensinya
lewat:
Latihan spiritual
Pengalaman ajaran agama

2. Kehampaan Spiritual
Terlalu menggunakan rasio berakibat pada mudah dihinggapi penyakit
kehampaan spiritual. Kemajuan pesat di Barat dalam bidang filsafat, ilmu,
teknologi, hanya mampu memenuhi kebutuhan pokok manusia yang immanen,
empiris, namun kebutuhan pokoknya yang transenden tidak terpenuhi.
Kebutuhan ini hanya bisa dipenuhi dengan menggali sumber ilahiyah.
Menghidupkan sikap keagamaan.
Herlihy berpendapat:
Hijab dan ilusi merupakan dua hal yang bertentangan dalam kebijaksanaan
manusia. Hijab menutupi kebenaran, sedangkan ilusi mengaburkannya.
Manusia tradisional mencoba menyikap hijab itu, tetapi manusia modern
berusaha untuk mengapusnya. Akibatnya manusia modern menciptakan ilusi.
Memandang dunia ini sebagai realitas kehidupan yang sesungguhnya.
Kehidupan yang final tidak ada lagi kehidupan setelahnya. Manuisa tradisional
berpandang sebaliknya, bahwa kehidupan dunia ini hanya bersifat sementara
dan setelah itu ada kehidupan lain, sebagai kehidupan yang sesungguhnya.
Manusia modern menciptakan ilusi untuk melepas tanggungjawabnya
atas keberadaan tuhan. Menjauh dari hijab itu dan menggantinya dengan ilusi-
ilusi yang menyenangkan baginya dan manuisa modern tradisional berupaya
menyikap hijab itu untuk sampai kepada tuhan. Itulah gambaran manusia
modern yang sudah terjatuh.
Nilai-nilai supranatural di dunia modern sudah lenyap, tuhan sudah
mati. Berakhirnyazaman kristus.
Batasan-batasan yang sacral hilang, sehingga mereka lelingkar-lingkar
dalam dunia yang serba relative mengenai system nilai dan moralitas yang
dibangunnya. Berikutnya ketentraman batin tidak kunjung ditentukan, menjadi

223
rapuh. Mereka asik bergelut dengan problem empiris, menekuni dimensi luar
yang senantiasa berubah.
Untuk menentukan kembali integritas manusia secara utuh, manusia
harus berada pada titik pusat, mampu mengambil jarak dari kenyataan yang
senantiasa berubah dan serba profane.
Agar manusia modern:
Memikirkan kembali kehadiran tuhan sebagai landasan kebijakan.
Kembali kepada agama yang menuntun jalan hidup manusia agar selamat.

b. Krisis Dunia Islam


Menurut Nasr, sepanjang 12 abad pertama, umat Islam tidak menghadapi
masalah yang serius karena mereka hidup dengan kesadaran penuh mengenai
keberadaan dan realisasi janji Allah mengikuti ajaran agamanya. Mereka
menghancurkan pasukan salib, menguasai tiga benua yaitu asia, eropa dan
afrika.

1. Krisis pemikiran islam


Krisis dunia islam mulai terjadi ketika kolonialisme eropa mengenai
pantai dari al-Islam. Secara perlahan modernisme terus menggenaninya. Krisis
ini berdimensi kosmis saat itu sekularistik-materialistik barat terjadi di dunia
Islam tradisi autentik Islam mulai dirusak. Dunia Islam saat ini, mengelompok
pada tiga bagian yaitu:
1) Muslim yang masih berpegang teguh pada tradisional
2) Muslim yang sudah terpengaruh oleh modernism
3) Muslim yang berada ditengah ketegangan pertarungan tradisional-
modernism.
Warisan intelektual Islam masih merupakan realitas yang hidup, akan
membimbingnya dari pinggir lingkaran kepusat eksistensi. Di pihak lain,
masuknya peradaban modern merupakan anti-tesis dari prinsip-prinsip Islam
yang dipegangnya.
Dimasyarakat muslim, senter masih terlihat batasan-batasan lingkaran
masih diketahui bentuknya, dimensi transenden masih hadir, ibadah ritual
dilaksanakan, hukum tuhan merupakan aturan pokok, figure wali masih hidup.

224
Muslim yang hidup di pojok-pojok dunia Islam, terasing dari pengaruh
modernism, dunianya homogeny, ketegangan kehidupannya normal. Muslim
dipusat dunia Islam tersentuh modernism, diwarnai ketegangan yang muncul
dari pertarungan dua system nilai yang berlawanan, Barat dan Islam.
Dalam situasi yang serba kebingungan itu, renspon keliru umat islam
mempengaruhi krisis, tiga bentuk respon keliru yang terjadi karena salah baca
terhadap krisis yaitu:
1) Bacaan messranistik, ada sesuatu yang salah terhadap dunia ini firman Allah
2) Bacaan
3) Reaksi tentang islam yang harus diubah, dimodifikasi, dipengaruhi, agar
sejalan dengan kondisi-kondisi modern. Ini memunculkan jenis-jenis
modernisme yang dipengaruhi oleh Revolusi Prancis dan rasionalisme
Descartes (m. 1650) kelompok ini dipandang sebagai tunduknya islam
kepada barat. Inilah modernism islam yang amat ditentang oleh islam
trdisional.
Tasawuf: Alternatif Pembebasan Manusia Modern
Tasawuf senantiasa menjadi persoalan menarik:
1) Dalam kerangka ajaran islam. Apakah ia merupakan ajaran yang sesuai
dengan teks suci ?
2) Dalam perkembangan sejarah islam. Apakah ia membawa kemajuan atau
justru kemunduran umat ?
3) Dalam konteks lain. Di satu sisi menjadi mentalite umat dan di sisi lain
ditinggalkan umat. Salah satu tema penting dalam pembaruan pemikiran
islam Nasr. Menjadi bagian integral dari wacana pemikirannya tentan g
persoaalan dunia modern.
Mengapa Nasr memilih sufisme sebagai alternative upaya pembebasan
manusia modern ? secara tersirat ia menjawab: secara perlahan kekayaan
islam yang paling dalam, mulai menarik pehatian sejumlah orang barat,
meskipun dalam waktu yang sama proses pembaratan terus mengancam
benteng peradaban islam itu.
Kemunduran umat islam justru antara lain disebabkan karena penghancuran
tarekat sufi oleh bentuk baru rasionalisme purita, seperti Wahibisme di
Arabia. Sebetulnya menolak sufisme dan mengkambing hitamkannya

225
sebagai penyebab kemunduran umat, berarti islam direduksi sampai tinggal
doktrin fikih-kaku yang pada gilirannya tidak berdaya menghadapi serangan
bertubi-tubi dari intelektual barat.
Skema:
Krisis
Modernisme

Krisis Dunia Krisis Dunia


Modern Islam

Kehilangan Krisis
Visi Keilahian Pemikiran

Kehampaan Pembaharuan
Spiritual Pemikiran
2. Tasawuf sebagai Alternatif

a. Tasawuf dan Syariah


Sebagai sistem ajaran keagamaan yang utuh, islam memberi tempat kepada
jenis penghayatan keagamaan eksoterik, lahiri dan esoteric, batini sekaligus.
Kaum syariah lebih menitikberatkan perhatian kepada segi-segi kaum hukum
lahiri, sementara kaum tariqah mereka berkecimpung dalam amalan-amalan
tarikat dinamakan kaum batini.
Dalam ibadah pun dibagi dua, yaitu orientasi keislaman lebih menitikberatkan
kepada:
1) Ketentuan-ketentuan luar, segi-segi lahiriah;
2) Ketentuan-ketentuan dalam, segi-segi batiniah.
Dalam perkembangannya sempat terjadi polemik antar mereka dengan sikap
saling menuduh bahwa lawannya sesat, tidak sempurna. Kemudian muncul
upaya mewujudkan prinsip equilibrium (tawazun).

b. Tasawuf Baru (Neo-Sufisme)


Neo-Sufisme

226
1) Suatu jenis kesufian yang merupakan kelanjutan dari ajaran islam, tetap
menjaga keterlibatan dimasyarakat secara aktif
2) Sufisme yang diperbaharui, sifat akstatik metafisis yang dominan
ditasawuf awal. Digantikan dengan postulat-postulat agama ortodoks
(salaf)
3) Tekanannya pada motif moral, penerapan metode dzikir dan muraqabah.

Pemikiran Neo-Sufisme di Indonesia dikembangkan oleh :


1) Hamka (m.1981 M) dengan bukunya tasaawuf modern, meletakkan dasar-
dasar sufisme baru ditanah air. Esoteris islam disampaikan secara wajar,
terkendali standar syariah, mendalam namun tidak uzlah. Tetap terlibat
dimasyarakat
2) Norcholis Madjid (1.1939 M) cenderung menghidupkan kembali aktifitas
salafi, menanamkan kembali sikap positif kepada dunia. Praktiknya dalam
lingkungan kitab suci. Penghayatan keagamaan yang lebih dalam. Sesekali
menyingkirkan diri, uzlah, mungkin ada baiknya. Untuk meyegarkan
kembali wawasan, meluruskan pandangan, yang dijadikan titik tolak untuk
penobatan diri dan aktivitas yang lebih segar.
Konsep Nasr :
1) Menekankan perlunya sufisme yang tidak mengisolir diri dari kehidupan
dunia, tapi terlibat aktif dimasyarakat
2) Mengenal uzlah, meminjam konsep Said Ramdan, Uzlah, mengasingkan
diri, dapatdapat digantikan dengan :
a) Merenungkan makna kitab suci
b) Mempelajari kehadiran Nabi melalui sunnah dan biografi beliau
c) Memelihara hubungan dengan orang sholeh
d) Menjaga diri dari sikap tercela
e) Melakukan ibadah wajib dan sunnat.

c. Kebutuhan Spritual Manusia Modern Dan Tawaran Tasawuf


Bagaimana tasawuf memberi sumbangan alternatif terhadap kebutuhan
manusia modern? Nasr mengatakan ajaran Islam dapat memberikan jawaban-
jawaban terhadap kebutuhan intelektual dewasa ini. Kehadiran dimensi
spritual dapat memadamkan kehausan orang dalam mencari Tuhan. Masyarakat
Barat Modern mulai merasakan kekeringan batin dan kini upaya

227
pemenuhannya kian mendesak, kini saatnya dimensi batiniyaha Islam harus
memperkenalkan diri sebagai alternatif.
Bagi masyarakat Barat masih amat asing kalau Muhammad ditempatkan
sebagai tokoh spritual, Islam memiliki kekayaan ruhani yang mereka rindukan.
Idola tokoh spritual mereka berkisar pada : Budha Gautama yang
meninggalkan kemewahan hidup kerajaan, Kristus sang penebus dosa anak
cucu adam, Gandhi yang pribadinya besar diblik hidup lebuh sederhana.
Sementara Muhammad? Ia lebuh dikenal sebagai panglima perang yang sibuk
dengan penaklukan wilayah dan membangun kekuasaan.
Tasawuf baru disosialisasikan kepada mereka untuk tiga tujuan :
1) Turut serta sebagai peran dalam mengatasi kebingungan keringanan nilai
spritual
2) Memperkenalkan aspek esotoris Islam, terhadap muslim-non muslim
3) Menegaskan bahwa esotoris Islam itu merupakan jantungnya ajaran Islam,
bila aspek ini kering tak lagi berdenyut maka akan kering pulalah aspek-
aspek yang lain.
Tarekat jalan ruhani merupakan aspek esotoris Islam dimensi bagian dalamnya
rahasianya. Mengatur seluruh organisme keagamaan, yang kurang mendapat
perlakuan yang semestinya didunia Islam. Inti ajaran sufisme ialah
memperoleh hubungan langsung dengan Tuhan. Sehingga merasa dihadirat-
Nya upaya ini dilakukan dengan kontemplasi, melepaskan diri dari jeratan
dunia yang senantiasa berubah itu. Melepaskan kacamata ilmiah lalu beralih
pada penglihatan intelektus-nya, mata hati, untuk menangkap bayang-bayang
Tuhan, berdialog dengan-Nya, ditambati benang merah yang menghubungkan
dirinya dengan titik pusat dalam pendakian spritual menuju marifah.
Mencapai titik pusat menjadi sulit karena manusia modern terlalu
mengandalkan kekuatan nalar, melimpahnya materi, sehingga mata hatinya
tertutup. Untuk mengembalikan kesadaran Ilahiyah, harus melatih kekuatan
intellectus-nya didalam dada.
Pemikiran tersebut (Nasr) relevan untuk masyarakat panca modern namun
untuk umat Islam yang beragam budayanya tidak, dalam konteks ini tasawuf
amat berjasa bagi psokolog-psikiater-psikoanalisis modern untuk penyembuhan
gangguan jiwa yang banyak diderita masyarakat pasca-industri.

228
Di barat krisis-krisis itu mendorong terjadinya arus pencarian makna hidup
yang lebih spritualistik, sehingga tumbuh bemacam-macam aliran kepercayaan,
sebagainya go east, pergi ke timur, mencari pola penghayatan spritual dari
Asia, khususnya India. Karenanya ajaran esotarik ini mestinya diberi porsi
perhatian yang lebih besar. Diharapkan ini menjadi pengimbang bagi pola
kehidupan industrial modern yang materialistik.

Tasawuf dapat mempegaruhi Barat dalam 3 aliran yaitu :


1) Mempraktekkan tasawuf secara aktif. Ini mensyaratkan penterahan mutlat
kepada disiplinnya. Sesuai hadits Nabi : matilah kamu sebelum engkau mati.
Mulanya mematikan dirinya, lalu dilahirkan kembali secara spritual.
Kesenangan terhadap materi dibatasi dan mengarahkannya pada meditasi,
berdoa, mensucikan batin, mengkaji hati nurani dan ritual lainnya yang
lazim dilakukan para sufi.
2) Menyajikan Islam dalam bentuk yang lebih menarik. Praktek-praktek
tasawuf yang benar ditemukan. Konflik histotik yang berlarut menyebabkan
Barat menyikapinya dengan memusuhi Islam. Untuk memulihkan citra
Islam ini maka mendakwahkan Islam kepada barat harus menarik. Paket
yang harmonis antara aspek spritual dengan aspek aktivitas duniawi.
Sufisme Islam membuka peluang bagi kebutuhan spritual kebutuhan Barat
yang dilanda krisis makna kehidupan itu
3) Memfungsikan tasawuf sebagai alat bantu untuk mengingatkan dan
membangunkan orang barat dari tidurnya, menghidupkan kembali bernagai
aspek kehidupan ruhani Barat yang selama ini terpinggirkan.
Islam belum dapat berkembang secara fenomenal dibarat karena :
a) Terjadi konflik yang berkepanjangan antara Islam-Barat akibat perang
salib
b) Citra negatif Islam oleh sejumlah orientalis lewat media masa Barat
c) Orang Barat cenderung memilih aliran spritual eksotik
d) Islam dipandang lebih dekat kepada Yudio-Kristiani yang tidak bisa
memberi jawaban
e) Islam terlalu membentuk kewajiban bagi pemeluknya
d. Tasawuf dan integrasi kehidupan
Yang dicari manusia adalah kebahagiaan hidup dunia dan akherat,. Dalam
menghadapi kenyaan ini manusia terbagi menjadi 3 bagian :

229
1) Mengorbankan kehidupan duniawi untuk ukhrawi
2) Mengejar kehidupan duniawi mengorbankan ukhrawi
Masyarakat Barat hidup dalam suasana sekularisme, orientasi hidupnya
padakelompok kedua, yaitu kehidupan duniawi makanya kesenangan hidup
duniawi sudah didapat, jiwa-jiwa mereka kelaparan-kehausan, kebutuhannya
spritualnuya terlupakan. Mereka menderita batin dan mencoba mencari jalan
untuk memenuhinya. Kebutuhan spritual suatu masyarakat itu bersifat alamiah,
jika tidak dikasih makan akan ambruk ditimpa beban berat strukturnya.
Meleleh akibat penyakit-penyakit spritualya merembes kemana-mana.
Konsep perennialisme itu identik dengan fitrah. Spritualitas harus berpijak
pada kerangka ajaran agama yang bersangkutan. Persoalan spritual itu bukan
sekedar persoalan psikologis. Spritualitas yang diluar ajaran agama
memunculkan kultus-kultus pada pribadi kharismatik pada fenomena-
fenomena yang luar biasa (magic).
Pemikiran tradisional Nasr dalam persoalan tasawuf sebagai berikut :
1) Tasawuf dipraktekkan dalam kerangka syariah
2) Penganut tasawuf modern harus terlibat aktif dalam masyarakat
3) Masyarakat Barat modern membutuhkan membutuhkan pegangan spritual
sementara Islam memiliki kekayaan spritual yang tepat.
Tidak banyak pemikir Islam kontemporer yang begitu bersemangat membela
tasawuf seperti Nasr. Kebanyakan sebaliknya. Tasawuf dipandang sebagai
penghambat kemodernan kerenanya harus disingkirkan dari umat Islam
Signifikan tasawuf bagi pembebasan manusia modern dinilai Nasr, kian
menjauh dari center-nya. Melalui tasawuf manusia dikembalikan ketitik pusat
tersebut. Kesadaran secara praktis timbul pencarian makna hidup yang dimiliki
oleh kepercayaan yang sarat spritualitas. Pemikiran Nasr memiliki relevansi
yang sangat kuat dalam hal ini.
d. Tasawuf dan Integrasi Kehidupan
Menurut Nasr, Sumber dimensi batiniah Islam yang paling mudah
dijangkau, yaitu tasawuf. Praktik dimensi batin ini muncul tidak saja dalam
dunia Sunni, tapi juga dalam mazhab Syi'ah Dua Belas Imam dan Ismailiyah.
Nasr mengklaim, dalam sejarahnya tasawuf telah menjadi obat yang mampu

230
melepaskan simpul keburukan yang menjerat kebeningan jiwa. Ilmu ini,
menurutnya, menjadi psikoterapi sejati yang lebih unggul dari psikoterapi
modern. Sebab, guru sufi menyembuhkan muridnya dengan sarana Ruh,
mampu menenangkan dan sekaligus menyenangkan jiwa, serta memberinya
cahaya yang terpancar dari-Nya sesuatu yang tak bisa dilakukan oleh
psikoterapi modern.
Sebagian pengamat menilai gagasan Nasr bahwa tasawuf sebagai alternatif
untuk mengatasi krisis umat manusia tersebut dalam banyak hal hanya cocok
dan relevan untuk masyarakat pasca modernisme, yakni masyarakat Barat,
sebaliknya kurang cocok dan relevan untuk masyarakat Islam yang tingkat
budayanya sangat beragam.
Kita patut menghargai usaha-usaha serius dan gigih yang dilakukan Nasr.
Sejauh ini, seperti ditunjukkan dalam berbagai karyanya, dialah intelektual
muslim yang serius mengkaji tema spiritualitas Islam dengan berbagai
dimensinya. Namun demikian, menurut penulis, Nasr sebagai orang yang
menyaksikan langsung kehidupan modern di Barat, mestinya tidak hanya
menggunakan ukuran-ukuran mikro-subyektif semata, tapi harus melihat
realitas makro-obyektif bahwa di Barat spiritualitas dan religiusitas masih
dipegangi sebagaimana juga di dunia Timur oleh sebagaian mereka.
Realitanya sebagaimana dapat diakses melalui berbagai media cetak maupun
visual bahwa kehidupan spiritual dan religi di Barat masih diminati. Ini
terbukti banyaknya tempat-tempat ibadah di kampus dan perkantoran,
termasuk juga di White House (Gedung Putih) ada semacam mushalla yang
disebut dengan chaple, rumah sakit dan ini sudah merupakan bagian dari
sistem pelayanan memberikan pelayanan doa bagi pasennya, terutama bagi
pasen yang akan menjalani bedah (oprasi), Mike Petinju si Leher Beton
Tyson masuk Islam di penjara karena pelayanan doa dari seorang muslim yang
dengan suka rela mau mengunjunginya, di mall-mall terdapat biro-biro
pelayanan doa dan konsultasi agama bagi yang membutuhkan, sementara di
dunia Timur fenomena semacam ini tak pernah kita temukan.

231
Skema:

Tasawuf sebagai
Alternatif

Kebutuhan Tasawuf dan


Tasawuf dan
Tasawuf Baru Spiritual dan Integrasi
Syariah
Tawaran Tasawuf Kehidupan

232
PENUTUP

Simpulan
Proses modernisasi dibarat memberi dampak positif-negatif. Positifnya
membawa kemudahan-kemudahan dalam penyelesaian berbagai persolar
kehidupan sedangkan negatifnya menimbulkan krisis makna hidup.
Menghadapi kenyataan ini para pemikir berusaha keras mencari jalan keluar
dengan caranya sendiri-sendiri. Sayed Hosein Nasr (Ali Maksum, 2003:70)
memberikan alternative jalan keluarnya yang ditujukan kepada (1) masyarakat
barat modern, agar kembali kepada hikmah spiritual agama yang memberikan
rambu-rambu dalam meraih kesenangan duniawi (2) masyarakat islam agar
mengkaji kembali khazanah pemikiran islam klasik. Kajian berikutnya
mengenai krisis dunia modern dan krisis dunia islam.
Tasawuf dapat mempegaruhi Barat dalam 3 aliran yaitu :
Mempraktekkan tasawuf secara aktif. Ini mensyaratkan penterahan mutlat
kepada disiplinnya. Sesuai hadits Nabi : matilah kamu sebelum engkau mati.
Mulanya mematikan dirinya, lalu dilahirkan kembali secara spritual.
Kesenangan terhadap materi dibatasi dan mengarahkannya pada meditasi,
berdoa, mensucikan batin, mengkaji hati nurani dan ritual lainnya yang lazim
dilakukan para sufi.
Menyajikan Islam dalam bentuk yang lebih menarik. Praktek-praktek
tasawuf yang benar ditemukan. Konflik histotik yang berlarut menyebabkan
Barat menyikapinya dengan memusuhi Islam. Untuk memulihkan citra Islam
ini maka mendakwahkan Islam kepada barat harus menarik. Paket yang
harmonis antara aspek spritual dengan aspek aktivitas duniawi. Sufisme Islam
membuka peluang bagi kebutuhan spritual kebutuhan Barat yang dilanda krisis
makna kehidupan itu
Memfungsikan tasawuf sebagai alat bantu untuk mengingatkan dan
membangunkan orang barat dari tidurnya, menghidupkan kembali bernagai
aspek kehidupan ruhani Barat yang selama ini terpinggirkan.

DAFTAR PUSTAKA

233
Agus Efendi. Revolusi Kecerdasan Abad 21. Bandung :
Alfabeta. 2005

Al-Quran dan terjemahannya , CV. Darus Sunah , Jakarta


Anwar, Rosihon. 2010. Akhlak Tasawuf. Bandung: CV Pustaka
Setia
Ary Ginanjar Agustian , ESQ, Arga
Asmaran, A. 1994. Pengantar Studi Tasawuf. Jakarta: Rajawali
Press.
Athoullah Ahmad. Antara Ilmu Akhlak dan Tasawuf. 1995.
Banten: Yayasan Rihlah Al-Qudsiyah

Dadan Nurul Haq,dkk. Aqidah Akhlak. 2010. Bandung: Pustaka


Al-Kasyap
Departemen Agama, 1985, Al-Quran dan Terjemahnya,Proyek
Pengadaan Kitab Suci Al-Quran Departemen Agama RI,
Jakarta.
Hajjaj. M, Fauqi. 2011. Tasawuf Islam dan Akhlak. Jakarta:
AMZAH
Hamid, Abdul (2010). Ilmu Akhlak. Bandung : CV PUSTAKA
SETIA
Hassan, Ahmad.2002. Terjemah bulugul maram. Bandung; CV
penerbit diponegoro
Ibrahim Elfiky. Terapi Berpikir Positif. Jakarta : Zaman. 2009

Imam Al- Ghazali , Menggali Mutiara Ihya Ulumuddin

Majalah Tashfiyah edisi 03 vol. 01 1432 H 2011 M, artikel


Dusta dalam Canda hal. 68-70

Mustofa. 2014. Akhlak Tasawuf. Bandung: Pustaka Setia


Bandung.

234
Nata, Abuddin. 2013. Akhlak Tasawuf dan Karakter Mulia.
Jakarta: PT Rajagrafindo Persada.
Nurulhaq, Dadan dan Wildan Baihaqi. 2014. Ilmu
Akhlaq/Tasawuf. Bandung: Kati Berkat Press.
Simuh. 2002. Tasawuf dan Perkembangannya Dalam Islam.
Jakarta: PT Rajagrafindo Persada.
Taufik Pasiak. Revolusi IQ/EQ/SQMenyingkap Rahasia
Kecerdasan Berdasarkan Al-Quran dan Neurosains Mutakhir.
Bandung : Mizan Pustaka. 2008.

https://akarsejarah.wordpress.com/2013/03/31/menjadi-
pribadi-tangguh/
https://arhan65.wordpress.com/2011/11/25/kecerdasan-
menurut-al-quran/
http://datarental.blogspot.com/2009/07/marifat-dan-
mahabbah-sebagai-metode.html
http://dwitaapriliani.blogspot.com/2011/05/ayat-ayat-al-quran-
tentang-akhlak.html
http://gelorakata.blogspot.com/2010/09/konsep-akhlak-dalam-
islam_08.html
http://khilafatulmuslimin.com/mau-tahu-apa-itu-khilafah/
http://taufiqurrahmannoermuslim.blogspot.com/2011/06/maha
bbah-dan-marifah.html
http://tuntunanislam.com/beribadah-hanya-kepada-allah/
http://www.docstoc.com/docs/25343928/Akhlak-Tasawuf-
dalam-Pembentukan-Pribadi-Manusia
www.tasawufislam.blogspot.com

235

Anda mungkin juga menyukai