FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA
KEPANITERAAN KLINIK OBSTETRIK & GINEKOLOGI
RUMAH SAKIT BAYUKARTA KARAWANG
Umur : 26 tahun
Jenis : Perempuan
Pekerjaan : Swasta
Pendidikan : SMA
Agama : Islam
IDENTITAS SUAMI
Nama : A.H
Umur : 30 tahun
Pekerjaan : Swasta
ANAMNESIS
Pasien pada awalnya tidak menyadari awal mula timbul benjolan pada perut bagian bawahnya.
Sejak 1 tahun smrs, pasien mengeluh nyeri pada perut bagian bawah, namun tidak dihiraukan pasien dan
tidak sampai mengganggu aktifitas sehari hari. Dianggap kurang minum dan banyak duduk karena
pekerjaan pasien yang banyak di depan komputer.
1 bulan smrs, merasa tidak ada perbaikan dan benjolan bertambah besar, pasien kembali pergi ke
klinik yang berbeda di wilayah perum di Karawang barat dan diberi obat NSAID serta antasid. Namun
tidak ada perbaikan kondisi pasien, dan nyeri yang dialami pasien semakin hebat. Hingga untuk aktifitas
sedang pasien tidak mampu.
1 hari smrs, pasien tidak dapat menahan lagi nyeri yang dialami bahkan untuk berbagai posisi
istirahat pun sulit dikarenakan nyeri yang hebat. Dan kemudian datang ke poli spesialis obgyn di RSBK.
Pasien baru menikah 5 bulan dan tidak ada riwayat penggunaan kontrasepsi. Saat hubungan badan tidak
dirasa nyeri,
Penyakit Dahulu
Riwayat Keluarga
Anak-anak - - - -
Alergi - - -
Asma - - -
Tuberkulosis - - -
HIV - - -
Hepatitis B - - -
Hepatitis C - - -
Hipertensi - - -
ANAMNESIS SISTEM
Haid
Haid terakhir 25 Juni 2017, Siklus 30 hari, Lamanya 6 hari, Teratur dan tidak nyeri.
Merarche : 12 tahun
Kontrasepsi
( - ) IUD ( - ) Lain-lain
Ekstremitas
PEMERIKSAAN JASMANI
Pemeriksaan umum
Berat badan : 47 kg
Suhu : 36.7 o C
Kepala : Normocephal
Abdomen : supel, bising usus (+), tampak pembesaran abdomen bagian bawah
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium rutin
Darah
Urin lengkap
RESUME
Anamnesis :
Pasien mengeluh benjolan yang semakin membesar semakin lama dan disertai dengan rasa nyeri.
Keluhan diawali sekitar 1 tahun lalu. Penggunaan kontrasepsi pil atau suntik disangkal pasien. Siklus haid
pasien teratur 30 hari dengan lama haid 6 hari setiap bulannya.
Pemeriksaan Fisik :
Pada pemeriksaan fisik didapat hasil pembesaran pada abdomen regio suprapubic, dengan ukuran
benjolan sebesar 12 x 7 cm dan terasa nyeri.
Pemeriksaan Penunjang :
Pada USG, didapatkan massa disebelah uterus dengan ukuran 12 x 7 cm dan adanya bakteri pada
pemeriksaan urin.
Diagnosis kerja : P0 A0 dengan torsio mioma uteri peduncular , infeksi saluran kemih
Dasar diagnosis :
Benjolan yang semakin bertambah besar seiringnya waktu dan disertai rasa nyeri. Haid pasien yang
teratur siklus dan lamanya tiap bulan. Dan pada pemeriksaan USG didapat massa serta ditemukan bakteri
pada pemeriksaan urin.
Diagnosis differensial :
USG
Konsul anestesi
Laparatomi ekspolrasi miomektomi
Pemeriksaan patologi anatomi setelah pengangkatan
EDUKASI PASIEN :
Menjelaskan kepada pasien dan keluarga tentang penyakitnya serta komplikasi yang mungkin
timbul
Menjelaskan prosedur operasi dan resikonya.
PROGNOSIS :
Dubia ad bonam
Definisi
Mioma uteri adalah tumor jinak miometrium uterus dengan konsistensi padat kenyal,
batas jelas, mempunyai pseudo kapsul, tidak nyeri, bisa soliter atau multipel. Tumor ini juga
dikenal dengan istilah fibromioma uteri, leiomioma uteri, atau uterine fibroid. Mioma uteri
bukanlah suatu keganasan dan tidak juga berhubungan dengan keganasan.(1,5,6)
Epidemiologi
Mioma uteri belum pernah dilaporkan terjadi sebelum menarke, sedangkan setelah
menopause hanya kira-kira 10% mioma yang masih bertumbuh. Diperkirakan insiden mioma
uteri sekitar 20 30% dari seluruh wanita. Di Indonesia mioma uteri ditemukan pada 2,39
11,7% pada semua penderita ginekologi yang dirawat. Tumor ini paling sering ditemukan pada
wanita umur 35 45 tahun (kurang lebih 25%) dan jarang pada wanita 20 tahun dan wanita post
menopause. Wanita yang sering melahirkan akan lebih sedikit kemungkinan untuk
berkembangnya mioma ini dibandingkan dengan wanita yang tak pernah hamil atau hanya 1 kali
hamil. Statistik menunjukkan 60% mioma uteri berkembang pada wanita yang tak pernah hamil
atau hanya hamil 1 kali. Prevalensi meningkat apabila ditemukan riwayat keluarga, ras,
kegemukan dan nullipara.(2,3)
Etiologi
Sampai saat ini belum diketahui penyebab pasti mioma uteri dan diduga merupakan
penyakit multifaktorial. Dipercaya bahwa mioma merupakan sebuah tumor monoklonal yang
dihasilkan dari mutasi somatik dari sebuah sel neoplastik tunggal. Sel-sel tumor mempunyai
abnormalitas kromosom lengan 12q13-15. Ada beberapa faktor yang diduga kuat sebagai faktor
predisposisi terjadinya mioma uteri, yaitu : (3)
1. Umur : mioma uteri jarang terjadi pada usia kurang dari 20 tahun, ditemukan sekitar 10%
pada wanita berusia lebih dari 40 tahun. Tumor ini paling sering memberikan gejala klinis
antara 35-45 tahun.
2. Paritas : lebih sering terjadi pada nullipara atau pada wanita yang relatif infertil, tetapi sampai
saat ini belum diketahui apakah infertil menyebabkan mioma uteri atau sebaliknya mioma
uteri yang menyebabkan infertil, atau apakah kedua keadaan ini saling mempengaruhi.
Meyer dan De Snoo mengajukan teori Cell Nest atau teori genioblast. Percobaan Lipschultz yang
memberikan estrogen kepada kelinci percobaan ternyata menimbulkan tumor fibromatosa baik pada
permukaan maupun pada tempat lain dalam abdomen. Efek fibromatosa ini dapat dicegah dengan
pemberian preparat progesteron atau testoster. Pemberian agonis GnRH dalam waktu lama sehingga
terjadi hipoestrogenik dapat mengurangi ukuran mioma. Efek estrogen pada pertumbuhan mioma
mungkin berhubungan dengan respon mediasi oleh estrogen terhadap reseptor dan faktor pertumbuhan
lain. Terdapat bukti peningkatan produksi reseptor progesteron, faktor pertumbuhan epidermal dan
insulin-like growth factor 1 yang distimulasi oleh estrogen. Anderson dkk, telah mendemonstrasikan
munculnya gen yang distimulasi oleh estrogen lebih banyak pada mioma daripada miometrium normal
dan mungkin penting pada perkembangan mioma. Namun bukti-bukti masih kurang meyakinkan karena
tumor ini tidak mengalami regresi yang bermakna setelah menopause sebagaimana yang disangka. Lebih
daripada itu tumor ini kadang-kadang berkembang setelah menopause bahkan setelah ooforektomi
bilateral pada usia dini.(3)
1. Lokasi
Cerivical (2,6%), umumnya tumbuh ke arah vagina menyebabkan infeksi.
Isthmica (7,2%), lebih sering menyebabkan nyeri dan gangguan traktus urinarius.
2. Lapisan Uterus
Mioma uteri pada daerah korpus, sesuai dengan lokasi dibagi menjadi 3 jenis, yaitu :
Mioma submukosa dapat tumbuh bertangkai menjadi polip, kemudian dilahirkan melalui
saluran serviks disebut mioma geburt. Hal ini dapaat menyebabkan dismenore, namun ketika
telah dikeluarkan dari serviks dan menjadi nekrotik, akan memberikan gejala pelepasan darah
yang tidak regular dan dapat disalahartikan dengan kanker serviks.
Dari sudut klinik mioma uteri submukosa mempunyai arti yang lebih penting
dibandingkan dengan jenis yang lain. Pada mioma uteri subserosa ataupun intramural walaupun
ditemukan cukup besar tetapi sering kali memberikan keluhan yang tidak berarti. Sebaliknya pada
jenis submukosa walaupun hanya kecil selalu memberikan keluhan perdarahan melalui vagina.
Perdarahan sulit untuk dihentikan sehingga sebagai terapinya dilakukan histerektomi.
Lokasi tumor di subserosa korpus uteri dapat hanya sebagai tonjolan saja, dapat pula
sebagai satu massa yang dihubungkan dengan uterus melalui tangkai. Pertumbuhan ke arah lateral
dapat berada di dalam ligamentum latum dan disebut sebagai mioma intraligamenter. Mioma
yang cukup besar akan mengisi rongga peritoneal sebagai suatu massa. Perlengketan dengan usus,
omentum atau mesenterium di sekitarnya menyebabkan sistem peredaran darah diambil alih dari
tangkai ke omentum. Akibatnya tangkai makin mengecil dan terputus, sehingga mioma akan
terlepas dari uterus sebagai massa tumor yang bebas dalam rongga peritoneum. Mioma jenis ini
dikenal sebagai jenis parasitik.
Disebut juga sebagai mioma intraepitelial. Biasanya multipel apabila masih kecil tidak
merubah bentuk uterus, tetapi bila besar akan menyebabkan uterus berbenjol-benjol, uterus
bertambah besar dan berubah bentuknya. Mioma sering tidak memberikan gejala klinis yang
berarti kecuali rasa tidak enak karena adanya massa tumor di daerah perut sebelah bawah.
Kadang kala tumor tumbuh sebagai mioma subserosa dan kadang-kadang sebagai mioma
Gangguan perdarahan yang terjadi umumnya adalah hipermenore, menoragia dan dapat juga
terjadi metroragia. Beberapa faktor yang menjadi penyebab perdarahan ini, antara lain adalah :
Rasa nyeri bukanlah gejala yang khas tetapi dapat timbul karena gangguan sirkulasi darah pada
sarang mioma, yang disertai nekrosis setempat dan peradangan. Pada pengeluaran mioma submukosum
yang akan dilahirkan, pula pertumbuhannya yang menyempitkan kanalis servikalis dapat menyebabkan
juga dismenore.
Gangguan ini tergantung dari besar dan tempat mioma uteri. Penekanan pada kandung kemih
akan menyebabkan poliuri, pada uretra dapat menyebabkan retensio urine, pada ureter dapat
menyebabkan hidroureter dan hidronefrosis, pada rectum dapat menyebabkan obstipasi dan tenesmia,
pada pembuluh darah dan pembuluh limfe dipanggul dapat menyebabkan edema tungkai dan nyeri
panggul.
Infertilitas dapat terjadi apabila sarang mioma menutup atau menekan pars intertisialis tuba,
sedangkan mioma submukosum juga memudahkan terjadinya abortus oleh karena distorsi rongga uterus.
Rubin (1958) menyatakan bahwa apabila penyebab lain infertilitas sudah disingkirkan, dan mioma
merupakan penyebab infertilitas tersebut, maka merupakan suatu indikasi untuk dilakukan miomektomi.
Diagnosis
1. Anamnesis
Dalam anamnesis dicari keluhan utama serta gejala klinis mioma lainnya, faktor resiko serta
kemungkinan komplikasi yang terjadi.
3. Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan laboratorium
Akibat yang terjadi pada mioma uteri adalah anemia akibat perdarahan uterus yang
berlebihan dan kekurangan zat besi. Pemeriksaaan laboratorium yang perlu dilakukan adalah
Darah Lengkap (DL) terutama untuk mencari kadar Hb. Pemeriksaaan lab lain disesuaikan
dengan keluhan pasien.
b. Imaging
1) Pemeriksaaan dengan USG akan didapat massa padat dan homogen pada uterus. Mioma uteri
berukuran besar terlihat sebagai massa pada abdomen bawah dan pelvis dan kadang terlihat
tumor dengan kalsifikasi.
2) Histerosalfingografi digunakan untuk mendeteksi mioma uteri yang tumbuh ke arah kavum
uteri pada pasien infertil.
3) MRI lebih akurat untuk menentukan lokasi, ukuran, jumlah mioma uteri, namun biaya
pemeriksaan lebih mahal.
Diagnosis banding
1. Adenomiosis (7)
2. Neoplasma ovarium
Penatalaksanaan
Tidak semua mioma uteri memerlukan pengobatan bedah. Penanganan mioma uteri tergantung
pada umur, status fertilitas, paritas, lokasi dan ukuran tumor, sehingga biasanya mioma yang ditangani
yaitu yang membesar secara cepat dan bergejala serta mioma yang diduga menyebabkan fertilitas. Secara
umum, penanganan mioma uteri terbagi atas penanganan konservatif dan operatif. (3)
Penanganan konservatif bila mioma berukuran kecil pada pra dan post menopause tanpa gejala.
Cara penanganan konservatif sebagai berikut : (3)
Mioma
Konservatif Operatif
Komplikasi
Perubahan sekunder pada mioma uteri yang terjadi sebagian besar bersifat degenerasi. Hal ini
oleh karena berkurangnya pemberian darah pada sarang mioma. Perubahan sekunder tersebut antara lain :
(6)
Atrofi : sesudah menopause ataupun sesudah kehamilan mioma uteri menjadi kecil.
Degenerasi hialin : perubahan ini sering terjadi pada penderita berusia lanjut. Tumor kehilangan
struktur aslinya menjadi homogen. Dapat meliputi sebagian besar atau hanya sebagian kecil dari
padanya seolah-olah memisahkan satu kelompok serabut otot dari kelompok lainnya.
Degenerasi kistik : dapat meliputi daerah kecil maupun luas, dimana sebagian dari mioma menjadi cair,
sehingga terbentuk ruangan-ruangan yang tidak teratur berisi agar-agar, dapat juga terjadi
pembengkakan yang luas dan bendungan limfe sehingga menyerupai limfangioma. Dengan konsistensi
yang lunak ini tumor sukar dibedakan dari kista ovarium atau suatu kehamilan.
Degenerasi membatu (calcereus degeneration) : terutama terjadi pada wanita berusia lanjut oleh karena
adanya gangguan dalam sirkulasi. Dengan adanya pengendapan garam kapur pada sarang mioma maka
mioma menjadi keras dan memberikan bayangan pada foto rontgen.
Degenerasi merah (carneus degeneration) : perubahan ini terjadi pada kehamilan dan nifas. Patogenesis
: diperkirakan karena suatu nekrosis subakut sebagai gangguan vaskularisasi. Pada pembelahan dapat
dilihat sarang mioma seperti daging mentah berwarna merah disebabkan pigmen hemosiderin dan
hemofusin. Degenerasi merah tampak khas apabila terjadi pada kehamilan muda disertai emesis, haus,
sedikit demam, kesakitan, tumor pada uterus membesar dan nyeri pada perabaan. Penampilan klinik ini
seperti pada putaran tangkai tumor ovarium atau mioma bertangkai.
1. Degenerasi ganas.
Mioma uteri yang menjadi leiomiosarkoma ditemukan hanya 0,32-0,6% dari seluruh mioma;
serta merupakan 50-75% dari semua sarkoma uterus. Keganasan umumnya baru ditemukan pada
pemeriksaan histologi uterus yang telah diangkat. Kecurigaan akan keganasan uterus apabila
mioma uteri cepat membesar dan apabila terjadi pembesaran sarang mioma dalam menopause.
Sarang mioma yang bertangkai dapat mengalami torsi, timbul gangguan sirkulasi akut sehingga
mengalami nekrosis. Dengan demikian terjadilah sindrom abdomen akut. Jika torsi terjadi
perlahan-lahan, gangguan akut tidak terjadi.
Sarang mioma dapat mengalami nekrosis dan infeksi yang diperkirakan karena gangguan
sirkulasi darah padanya.