Anda di halaman 1dari 9

Jurnal Poetika Vol. IV No.

1, Juli 2016

MITOS KECANTIKAN DALAM CERPEN-CERPEN DWI RATIH RAMADHANY

Royyan Julian
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Universitas Madura
royyanjulian@yahoo.co.id

Abstrak
Kajian ini mengangkat isu mitos kecantikan dalam cerpen-cerpen Dwi Ratih Ramadhany, yakni
Janda Sungai Gayam dan Perempuan Bisu dan Cermin Ratu. Perspektif yang digunakan adalah
mitos kecantikan Naomi Wolf. Hasilnya antara lain: (1) kedua cerpen tersebut menggambarkan bahwa
cantik memiliki standar baku rambut hitam panjang, leher jenjang, bibir merekah, tubuh wangi, kulit
kencang-putih-mulus, dan langsing; (2) dalam cerpen-cerpen tersebut, sesungguhnya kualitas cantik
lebih merujuk pada perilaku yang dapat membangkitkan gairah daripada penampakan fisik; (3)
karena cantik bukan merupakan kualitas instrinsik, ia dipengaruhi oleh faktor-faktor eksternal, yaitu
kosmetik dan kekuatan supranatural. Mitos kecantikan dalam kedua cerpen tersebut berdiri di atas
landasan kepentingan dan selera laki-laki, serta motif perempuan untuk mendapatkan sumber daya
yang disediakan oleh laki-laki, yaitu kesetiaan, pengakuan, pujian, dan keterpesonaan.
Kata kunci: mitos kecantikan, cerpen-cerpen Dwi Ratih Ramadhany.
Abstract
This study highlights the myth of beauty in short stories written by Dwi Ratih Ramadhany, which are Janda
Sungai Gayam and Perempuan Bisu dan Cermin Ratu. The perspective utilized in this study is the myth of
beauty by Naomi Wolf. The results are: (1) both the short stories illustrate standards of beauty identified by long
black hair, long neck, sensual lips, body fragrant, white-toned-smooth-skin, and slim body; (2) in both short stories, the
quality of beauty refers to behaviors that could arouse an excitement rather than merely consider physical appearance;
(3) regarding beauty not as an intrinsic quality, it is affected by external factors, for instance cosmetic and supernatural
powers. Myth of beauty in both short stories stands on the runway of mens interest and taste, and womens motive to
achieve resources provided by men, which are called loyalty, recognition, praise and charm.
Keywords: myth of beauty, short stories by Dwi Ratih Ramadhany.

Pendahuluan direpresentasikan. Ada persoalan khas dalam


Pentingkah menyoal isu kecantikan jika cerpen-cerpen Ramadhany yang tidak sama
hal itu kerap dianggap sebagai sesuatu yang dengan wacana kecantikan perempuan Dunia
profanbahkan oleh sebagian perempuan Pertama wolfian. Masalah usia, misalnya.
itu sendiri? Jika sebuah cerpen menjadikan Menurut Wolf, bertambahnya usia adalah
kecantikan sebagai konflik (utama) di antara sesuatu yang sangat ditakuti oleh perempuan
karakter-karakter yang bermain di dalamnya, dalam kaitannya dengan kecantikan. Namun,
itu berarti persoalan kecantikan barangkali dalam cerpen Ramadhany, ketuaan tidak menjadi
memang bukan isu sepele. Dalam wacana masalah bila perempuan yang mengalaminya
gender, kecantikan dihubungkan dengan adalah seorang janda. Identitas janda justru
institusi patriarki, kontestasi antarperempuan, menjadi salah satu faktor perempuan menjadi
dan industri kapitalistik. cantik. Uniknya, dalam sejumlah literatur/
Dalam cerpen-cerpen Dwi Ratih folklor di Indonesia, tokoh janda juga kerap
Ramadhany, Janda Sungai Gayam (selanjutnya dikaitkan dengan sosok yang karib dengan sihir
disingkat JSG) serta Perempuan Bisu dan dan alam gaib. Lalu bagaimana kaitan dunia
Cermin Ratu (selanjutnya disingkat PBCR), supranatural tersebut dengan mitos kecantikan
persoalan kecantikanyang menurut Naomi dalam kedua cerpen tersebut?
Wolf meracuni alam bawah sadar perempuan JSG mengisahkan seorang janda cantik

52
Jurnal Poetika Vol. IV No. 1, Juli 2016

bernama Ratih. Ia dikisahkan sebagai sosok pandangan dunia.


perempuan yang karena kecantikannya, banyak Tulisan ini mengangkat wacana mitos
perempuan cemas; takut suami mereka terpikat. kecantikan dalam cerpen-cerpen Dwi Ratih
Ia digunjingkan sebagai perempuan penggoda. Ramadhany yang dalam hal ini hanya dibatasi
Tidak hanya ibu-ibu, para perempuan muda iri pada dua cerpen, yaitu JSG dan PBCR.
terhadap kecantikannya. Mereka mencuri resep Pokok-pokok masalah yang akan dibahas
kecantikannya, yaitu buah gayam. Sayangnya ada tiga. Pertama, mitos kecantikan memiliki
mereka salah pakai sehingga lulur gayam ukuran tertentu. Penulis akan memaparkan
merusak tubuh. Warga menganggap bahwa standar kecantikan yang digambarkan dalam
Ratih telah bersekutu dengan entitas dari cerpen-cerpen tersebut. Kedua, perilaku
alam gaib untuk keuntungan sendiri dengan seperti apakah yang didemonstrasikan tokoh
menumbalkan gadis-gadis itu. utamanya sehingga kemudian ia disebut
Sementara itu, PBCR berkisah tentang cantik. Ketiga, karena kecantikan bukan nilai
Putri Salju yang dengki kepada ibu tirinya yang intrinsik, maka ada faktor eksternal yang
(Ratu) karena cantik dan membuat banyak mengonstruksinya. Faktor tersebut adalah
laki-laki terpesona. Putri Salju tidak ingin ada industri kecantikan. Namun, faktor kecantikan
seorang pun yang menyaingi kecantikannya dalam kedua cerpen tersebut juga diasosiasiakan
sehingga dengan bantuan cermin ajaib, ia bisa dengan afiliasi tokoh utama dengan dunia
mengetahui siapa saja perempuan cantik. Lalu supranatural.
ia akan membunuh perempuan-perempuan itu Tulisan ini mendeskripsikan dan
sehingga tidak ada lagi yang dapat menyainginya. mengungkap wacana mitos kecantikan dalam
Penulis menganggap bahwa cerpen ini diresepsi cerpen JSG dan PBCR. Dengan menganalisis
dari kisah Snow White karya Grimm Bersaudara. cerpen-cerpen tersebut akan dilihat mitos
JSG dan PBCR merupakan cerpen- kecantikan perempuan Barat wolfian yang
cerpen yang dimuat dalam buku Pemilin relevan dengan mitos kecantikan dalam
Kematian (2015) karya Dwi Ratih Ramadhany. cerpen-cerpen tersebut. Hal ini juga sekaligus
Hampir semua cerpen dalam buku tersebut untuk mengetahui apa saja perbedaan mitos
memilih identitas seks perempuan sebagai kecantikan wolfian dengan mitos kecantikan
heroin. Terlepas dari persoalan apakah cerpen- yang dinarasikan cerpen-cerpen tersebut.
cerpen tersebut mengangkat isu kesetaraan Perbedaan-perbedaan itulah yang kemudian
gender atau tidak, yang jelas di dalamnya dianggap merepresentasikan mitos kecantikan
persoalan perempuan mendapatkan porsi lebih. yang khas Indonesia.
Dalam JSG dan PBCR, misalnya, wacana mitos
kecantikan wolfian ditampakkan paling pekat, Mitos Kecantikan Wolfian
bahkan menjadi konflik utama. Setelah berhasil eksodus dari ranah
Mitos kecantikan dalam JSG dan PBCR domestik ke wilayah publikberkat upaya
menarik untuk diamati, sebab sebagaimana Friedan dan rekan-rekannya yang menolak
yang telah dipaparkan, persoalan-persoalan mistik femininperempuan belum juga berada
terkait kecantikan dalam cerpen-cerpen tersebut dalam situasi yang benar-benar bebas. Ibarat
memang sesuai dengan wacana mitos kecantikan lepas dari mulut harimau masuk ke dalam
wolfian. Namun, konteks lokal memberi warna mulut buaya, perempuan liberal Dunia Pertama
lain. Akhirnya, konteks lokal tersebut menjadi kini bergelut dengan dirinya; menghadapi
semacam anomali dari wacana mitos kecantikan monster yang tak kalah bengis. Menurut Walby,
wolfian. Hal ini sekaligus menunjukkan bahwa patriarki berubah dan mengalami evolusi
persoalan perempuan Barat memang berbeda serta migrasinya dari ruang privat (rumah)
dengan masalah perempuan di negara Dunia menuju luar rumah (publik) (Candraningrum,
Ketiga yang disebabkan oleh perbedaan 2016). Patriarki tersebut kini bernama mitos

53
Jurnal Poetika Vol. IV No. 1, Juli 2016

kecantikan. Mitos kecantikan menyatakan bahwa


Konflik internal tersebut sesungguhnya kualitas cantik memang benar-benar ada
dianggap sebagai persoalan sepele yang tak secara objektif dan universal. Perempuan
pantas dipermasalahkan: rambut kusam, pasti ingin cantik dan laki-laki ingin memiliki
muka tembem, kuku tumpul, pinggul perempuan cantik. Namun, tekanan tentang
lebar, lengan bergelambir, dan sebagainya. keinginan tersebut hanya dirasakan oleh
Beauvoir menyebut hal ini sebagai narsisme, perempuan, bukan laki-laki. Situasi tersebut
yaitu femininitas yang menguras waktu menjadi sesuatu yang alamiah dan diperlukan
produktif perempuan (Tong, 1998:270271). karena sifatnya biologis, seksual, dan evolusioner.
Masalahnya, struktur kekuasaan yang telah Narasi tentang kebesaran laki-laki seringkali
mereka dobrak pada dekade sebelumnya melibatkan perebutan perempuan cantik, yaitu
malih rupa menjadi kebiasaan makan yang perempuan yang subur. Sejak sistem berbasis
menyimpang, industri kosmetik, pornografi, seksual tersebut maujud, kecantikan menjelma
dan hantu usia. Meski gelombang emansipasi sesuatu yang terstandarkan (Wolf, 2002:29).
telah membuat perempuan menjadi mandiri Bagi Wolf, hal itu tidak sepenuhnya
secara finansial, berkuasa, dan mendapatkan benar. Kecantikan, sebagaimana standar emas,
pengakuan hukum, alam bawah sadar mereka merupakan sistem pertukaran. Kecantikan
dikontrol oleh perasaan tentang kondisi diri ditentukan oleh sistem politik. Di negara Barat,
yang berkaitan dengan fisik. Obsesi tersebut kecantikan adalah agama yang meneguhkan
meracuni semua pembicaraan tentang dominasi laki-laki. Mitos kecantikan kemudian
kecantikan (Wolf, 2002:25). diperalat sebagai pemantik devide et impera yang
Wolf (2002:25) menganggap bahwa membuat seorang perempuan berkontestasi
mitos kecantikan merupakan senjata politis dengan perempuan lainnya demi sumber daya
baru para penentang feminisme. Jika feminisme yang diberikan oleh laki-laki. Tujuannya adalah
telah membebaskan perempuan untuk bekerja untuk melemahkan perlawanan perempuan
di ruang publik dengan dilindungi oleh hukum, terhadap kuasa patriarki yang (masih)
dengan segera, muncul kasus-kasus di Inggris menempati hierarki puncak (Wolf, 2002:25).
dan Amerika yang melembagakan diskriminasi Secara biologis, antropologis, dan
kerja berdasarkan penampilan perempuan. Pada historis, mitos tersebut tidak memiliki rujukan.
saat itulah sekte relijius baru bernama mitos Kecantikan bukan hal yang universal dan tidak
kecantikan terlahir untuk menggantikan ritual bisa berubah. Kecantikan juga bukan bagian dari
pemujaan tradisional sepanjang abad patriarki evolusi spesies. Charles Darwin tidak pernah
(Wolf, 2002:26). mencatat bahwa kecantikan dihasilkan oleh
Momentum revolusi seksual yang proses seleksi seksual yang memiliki hukum-
mempromosikan penemuan seksualitas hukum berbeda dengan seleksi alam. Sejumlah
perempuan dimanfaatkan oleh industri antropolog menolak klaim bahwa perempuan
kecantikan. Pornografi kecantikanyaitu harus cantik untuk memenangkan seleksi alam.
kecantikan yang terkomodifikasi diasosiasikan Lalu apa yang menjadi dasar legitimasi mitos
secara palsu dengan seksualitasterus kecantikan? Mitos tersebut mengukuhkan diri
menggempur perempuan muda dengan maksud pada persoalan keintiman, seks, dan kehidupan;
merobohkan perasaan tentang harga diri mereka hal-hal yang diselebrasi oleh perempuan. Mitos
yang masih baru dan rapuh. Industri tersebut tersebut adalah kombinasi dari jarak emosional,
menciptakan produk makanan bagi mereka represi politik, ekonomi, dan seksual. Akhirnya
yang dikendalikan oleh obsesi berat badan dan mitos kecantikan bukan semata-mata tentang
teknologi-teknologi kosmetik yang digunakan perempuan. Ia lebih condong pada persoalan
sebagai alat kontrol medis perempuan (Wolf, institusi laki-laki dan kekuasaan institusional
2002:27). (Wolf, 2002:3132).

54
Jurnal Poetika Vol. IV No. 1, Juli 2016

Mitos kecantikan sesungguhnya merujuk adalah rambut lurus. Standar kecantikan


pada perilaku, bukan penampakan. Kualitas tersebut merupakan refleksi standar kecantikan
yang pada periode tertentu disebut sebagai pada masa pengarang hidup, bukan standar
kecantikan perempuan hanyalah simbol kecantikan generasi terdahulu saat rambut ikal
dari perilaku perempuan yang dianggap menjadi tren.
menggairahkan. Persaingan antarperempuan
menjadi mitos yang memisahkan mereka satu Rambut panjang dan hitam
sama lain. Kemudaan dan keperawanan menjadi menjuntai hingga pinggul tampaknya
memang syarat pertama dan utama dapat
ukuran kecantikan perempuan. Perempuan dikatakan cantik. Standar yang sama
tua merasa terancam oleh perempuan muda. muncul dalam cerpen PBCR atas tokoh
Sementara itu, perempuan muda takut menjadi Putri Salju.
tua. Identitas perempuan kemudian direduksi Rambut hitam panjang menjuntai
sampai pinggang, kulit seputih salju, bibir
hanya sebatas pada kecantikan (Wolf, 2002:32). merah merekah bak buah delima, dan
tubuh yang menguar wangi bunga paling
Standar Kecantikan harum di dunia (Ramadhany, 2015:89).
Menurut Wolf, mitos kecantikan
membutuhkan standar baku karena ia universal. Pada kutipan tersebut, rambut hitam
Standar baku tersebut merupakan imajinasi panjang menjuntai sampai pinggang disebut
tentang kesempurnaan perempuan. Mistik pertama kali di antara ciri-ciri penampakan fisik
feminin yang menjadikan sosok ibu dan istri lainnya.
rumah tangga sebagai sosok sempurna telah Berbeda dengan mitos kecantikan di dunia
berganti menjadi perempuan yang telah ditakar Barat modern bahwa perempuan cantik adalah
ukuran kualitas fisiknya. yang berambut pirang sebagaimana yang disebut
Dalam cerpen JSG, standar kecantikan Wolf, dalam cerpen JSG dan PBCR, perempuan
tersebut mula-mula diukur dari tubuh bagian dapat dikatakan cantik apabila memiliki rambut
atas. Ukuran baku kecantikan tersebut muncul hitam, lurus, dan panjang hingga pinggul/
dari pembicaraan warga (dan memang begitulah pinggang. Imajinasi tentang cantik dalam kedua
seterusnya, standar kecantikan dalam cerpen cerpen tersebut lebih merujuk pada perempuan
JSG merupakan akumulasi dari desas-desus tradisional yang memiliki rambut panjang
negatif warga terhadap tokoh bernama Ratih). ketimbang perempuan modern yang memiliki
model rambut beragam.
Kematian suaminya (Ratih Standar kecantikan dalam cerpen PBCR
peny.) adalah hukuman bagi wanita yang dilanjutkan dengan deskripsi kulit seputih salju,
suka menggoda suami orang dengan bibir merah merekah bagai delima, dan tubuh
kemolekan tubuh dan rambut panjang
menjuntai indah sampai pinggul yang wangi. Kata wangi muncul pula dalam
(Ramadhany, 2015:70). cerpen JSG: Pun leher jenjang dan wangi
rambut panjangnya adalah surga bagi mereka
Bagaimana sosok perempuan yang (Ramadhany, 2015:71). Faktanya, wangi bukan
dianggap molek? Kutipan tersebut memberi sifat instrinsik manusia. Ia disebabkan oleh
jawaban bahwa perempuan cantik mula-mula faktor eksternal, misalnya bebungaan atau
memiliki ciri-ciri berambut panjang menjuntai parfum (faktor eksternal kecantikan akan diulas
hingga pinggul. Tentunya, rambut tersebut lebih detail pada pembahasan selanjutnya).
berwarna hitam, sebab cerpen tersebut berlatar Leher jenjang sebagai salah satu standar
kebudayaan Madura dan orang-orang Madura kecantikan hanya muncul dalam cerpen JSG.
(sebagaimana orang Indonesia pada umumnya) Namun, kulit kencang dapat dijumpai pada
memiliki rambut berwarna hitam. Barangkali kedua cerpen tersebut. Perbedaannya, dalam
yang dimaksud dengan kata menjuntai JSG, kulit kecang diberi embel-embel mulus,

55
Jurnal Poetika Vol. IV No. 1, Juli 2016

sedangkan dalam PBCR, kulit kencang tersebut istri mereka karena mengembung. Sementara
harus putih. Mengapa putih? Sebab cerita Putri itu, ibu kandung Putri Salju mati lantaran jijik
Salju dalam cerpen tersebut merupakan resepsi terhadap tubuhnya yang bergelambir lemak
kisah Snow White (Grimm Bersaudara) dengan dan keriput. Standar kecantikan demikian
latar ras kaukasia yang berkulit putih. merupakan proyeksi mitos kecantikan modern
Frase kulit kecang seringkali ke dalam kedua cerpen tersebut: perempuan
diasosiasikan dengan usia. Pada umumnya, cantik memiliki tubuh ceking.
perempuan tua adalah kelompok usia yang tidak Persoalannya, dalam kedua cerpen
memiliki kualitas tersebut. Oleh karena itu, tersebut, bertambah umur tidak selalu identik
menjadi tua adalah kata lain dari mengucapkan dengan tidak menjadi cantik. Dalam JSG, gadis-
selamat tinggal kepada kecantikan. Para gadis desa justru takut kepada kecantikan Ratih
perempuan kerap melawan ketuaan dengan yang (barangkali) berumur lebih tua. Begitu
cara menghilangkan kerutan pada wajah dan pula dalam PBCR, Putri Salju merasa terancam
mengembalikan kulit kencang sebagaimana oleh kecantikan ibu tirinya (Ratu). Hal ini
pada saat masih muda. menolak anggapan Wolf bahwa perempuan
Dalam JSG, para laki-laki menghendaki yang berusia lebih tua takut kepada gadis-gadis
kulit istri mereka kencang. muda. Dalam kedua cerpen tersebut, justru
sebaliknya, perempuan-perempuan muda takut
Demikian tubuh idaman setiap kepada perempuan yang lebih tua. Jika diamati
lelaki karena tak bisa mereka nikmati lebih lanjut, sebenarnya yang menjadi alasan
lagi dari istri yang mengembung atau
keriput. Betul, mana mungkin ketakutan bukanlah bertambahnya usia, tetapi
kulitnya bisa mulus dan kencang seperti tanda-tanda penurunan kualitas fisik ketika
itu kalau bukan karena main dukun. seseorang menjadi tua, yaitu keriput pada kulit.
(Ramadhany, 2015:7172). Baik Ratih maupun Ratu merupakan
tokoh perempuan yang memang tidak terkena
Begitu juga dalam PBCR, ketuaan dengan dampak perubahan fisik akibat usia. Mereka
sifat keriput adalah kondisi yang ditakuti, tetap memiliki apa yang disebut sebagai standar
sedangkan kulit kencang menjadi idaman. baku cantik. Uniknya, kedua tokoh perempuan
Saat itu terjadi, ia akan segera tersebut berstatus sebagai janda (dalam cerpen
menghampirinya dengan kereta kuda tak PBCR memang tidak disebutkan bahwa tokoh
kasat mata dan merenggut paras cantiknya, Ratu adalah seorang janda, tetapi hipogram
menyisakan kulit keriput dan tubuh ringkih cerita tersebut, Snow White, memosisikan tokoh
tanpa jiwa. Semua itu ia lakukan sejak Ratu sebagai seorang janda).
ibunya meninggal. Belakangan ia tahu
bahwa ketakutanlah yang menggiring Dalam cerpen JSG, identitas kejandaan
ibunya ke alam baka. Sejak ia menyadari tokoh Ratih ditonjolkan. Ia janda cantik
bahwa gelambir bak gajih sapi menjadi dan dianggap gemar menggoda. (Tokoh
perut ibunya dan garis-garis tua mulai yang mirip muncul dalam cerpen Goyang
muncul di sana-sini, ibunya bernapas
dalam kecemasan. Kau tahu? Apa lagi Penasaran karya Intan Paramaditha. Dalam
yang tersisa jika seorang perempuan telah cerpen tersebut, Salimah adalah janda beranak
pudar cantik dan moleknya?.... Kulitnya satu yang berprofesi sebagai biduan dangdut.
lebih kencang dan kecantikannya lebih Penampakan fisiknya yang molek kerap
memancar (Ramadhany, 2015:9091).
mengundang birahi laki-laki. Sebuah percakapan
Satu hal yang muncul secara tersurat dalam cerpen tersebut menunjukkan bahwa
baik pada kutipan JSG maupun PBCR di laki-laki lebih tertarik kepada janda daripada
atas: perempuan cantik harus langsing. Laki- perawan karena dianggap lebih berpengalaman
laki dalam cerpen JSG tidak menikmati tubuh di atas ranjang [Paramaditha, 2010]. Nada yang
sama, misalnya, juga ditunjukkan oleh lirik lagu

56
Jurnal Poetika Vol. IV No. 1, Juli 2016

Perawan atau Janda ciptaan Tjahjadi Djajanata Ia baru menjadi fetish ketika telah memiliki
yang dipopulerkan pedangdut Cita Citata. Lirik konteks cerita.
lagu tersebut menarasikan keunggulan janda
daripada perawan karena janda dinilai lebih Bahkan sehelai rambutnya
menggoda, aduhai, dan berpengalaman pun mampu membangkitkan birahi
suamiku (Ramadhany, 2015:70).
[Djajanata, 2014].) Hal ini mengingkatkan Sehelai rambut tersebut baru dapat
kita pada stereotipe janda dalam sejumlah dikatakan membangkitkan birahi ketika
masyarakat di Indonesia. Kecantikan janda ia dipergunakan sebagai alat untuk
kerap dioposisikan dengan potensi negatifnya menggoda. Begitu pula bagian-bagian
tubuh lain dapat berfungsi secara seksual
yang amoral. Oleh karena itu, stereotipe janda, ketika ia dikaitkan dengan perilaku yang
misalnya, bisa dirujuk pada narasi-narasi tentang berpotensi memantik birahi. Misalnya
perempuan sundal dan penyihir. pada kutipan Ratih melempar senyum
Pandangan karikatural terhadap janda yang memikat pada siapa pun yang
ia lewati (Ramadhany, 2015:7071)
membeku sebagai stereotipe. Ia dibenci karena memotret bagaimana sepotong bibir
berpotensi merusak moral sekaligus dicintai dapat menarik ketika ia diwujudkan ke
karena kemolekan tubuhnya. Akhirnya, janda dalam perilaku tertentu (tersenyum).
(bisa) menjadi salah satu faktor kecantikan Setiap lelaki, muda atau tua,
bujang atau beristri, semua akan terpana
karena daya tarik seksualnya. Perempuan tatkala Ratih berjalan lembut seperti angin
boleh bertambah usia, asal tetap memiliki kulit sepoi-sepoi yang memainkan pucuk-pucuk
kencang, apalagi berstatus janda. rambut mereka. Para lelaki itu memuja
lekuk tubuh guci cina yang sering dibalut
kebaya merah kirmizi dan samper sampai
Perilaku Cantik lutut. Kerling matanya mampu menjerat
Menurut Wolf, apa yang disebut cantik setiap lelaki yang memandangnya. Tidak
sejatinya merujuk pada perilaku perempuan heran jika istri-istri mulai gencar merawat
yang menggairahkan. Daya tarik seksual diri atau mengurung suami mereka di
tersebut tidak esensial; bukan sesuatu yang dalam kamar agar tidak tergoda pesona
deterministik. Maka, kecantikan adalah hasil Ratih (Ramadhany, 2015:71).
konstruksi dan perempuan, sebagai subjek
kecantikan, berlomba-lomba berperilaku sesuai Dengan memanfaatkan standar baku
dengan norma menjadi cantik; berkontestasi kecantikan, tokoh Ratih mampu menjerat laki-
satu sama lain untuk mendapatkan pengakuan laki. Akhirnya, cantik tidak cukup didefinisikan
dari laki-laki atau sesamanya. sebagai kualitas tertentu terhadap sebuah
Dalam JSG, perilaku seduktif bagian tubuh. Ia harus dieksekusikan ke
membangkitkan imajinasi tentang sosok yang dalam tindakan. Tubuh menjadi indah ketika
menggairahkan secara seksual. ia berjalan dengan cara yang tepat. Mata dapat
menggoda ketika ia digerakkan dengan cara
Kematian suaminya adalah yang tepat. Akhirnya, cantik lebih tepat disebut
hukuman bagi wanita yang suka menggoda
suami orang dengan kemolekan tubuh sebagai kata kerja ketimbang kata sifat. Dalam
dan rambut panjang menjuntai indah konteks kutipan di atas, cantik adalah ketika si
sampai pinggul (Ramadhany, 2015:70). pemiliknya tebar pesona.
Menurut Wolf, perempuan akan
Pada kalimat tersebut, perilaku Ratih berlomba-lomba berperilaku cantik untuk
dibumbui dengan deskripsi tentang kecantikan mendapatkan sumber daya yang disediakan
menurut standar baku untuk mengesankan oleh laki-laki. Mereka berkontestasi untuk
bahwa gerak-gerik tersebut bernilai erotis. mendapatkan pekerjaan (sebab cantik menjadi
Bagian tubuh perempuan tidak menjadi indah kriteria lolos ujian masuk), bahkan ketika
jika tidak dinarasikan dalam perilaku tertentu.

57
Jurnal Poetika Vol. IV No. 1, Juli 2016

mereka sudah diterima. Dalam JSG dan PBCR, menghisap jiwa-jiwa gadis yang dianggap
kontestasi perempuan tersebut dilukiskan menyainginya. Ia akan melakukan segala
dalam situasi perasaan terancam. cara untuk menjadi satu-satunya yang
dipuja. Ya, benar. Ia menjadi yang dipuja
Dalam JSG, para istri merasa terancam oleh petaka (Ramadhany, 2015:90).
dan takut suami mereka terjerat oleh godaan Jangan tanya mengapa Putri Salju tidak
Ratih yang telah menjanda. (Hal yang sama memilih untuk membunuh ibu tirinya,
juga dapat diamati dalam cerpen Dilarang sebab kepuasannya terletak pada siksaan-
siksaan yang mendera ibu tirinya. Ia
Menyanyi di Kamar Mandi karya Seno lebih suka melihat korbannya menikmati
Gumira Ajidarma. Dalam cerpen tersebut, tiap derita yang dialami (Ramadhany,
warga perempuan terancam karena suami 2015:92).
mereka tergoda oleh perilaku tokoh perempuan
ketika ia sedang mandi [Ajidarma, 2006].) Pemberantasan setiap perempuan yang
Perasaan terancam tersebut digambarkan dalam dianggap menyaingi Putri Salju dilakukan
adengan-adegan gunjingan. Bahkan, subjek karena motif agar sumber daya yang disediakan
yang melakukan kontestasi tersebut tidak laki-laki hanya dikuasai olehnya seorang.
hanya ibu-ibu kampung. Anak-anak mereka Dalam hal ini, sumber daya tersebut berwujud
pun memendam iri terhadap kecantikan Ratih. pujian dan keterpesonaan laki-laki kepadanya.
Diam-diam mereka ingin menjadi seperti Ratih. Dengan cara itu Putri Salju membuat setiap
Untuk itu, gadis-gadis itu mematai-matai resep lelaki hanya memuja pesonanya (Ramadhany,
rahasia Ratih. Mereka membubuhkan bedak, 2015:91). Oleh karena itu, untuk mendapatkan
pemerah bibir dan pipi, pewangi, lulur gayam, sumber daya tersebut, Putri Salju berusaha
dan sebagainya. melenyapkan kecantikan para pesaingnya.
Masalahnya, keinginan untuk menjadi Kontestasi kecantikan dalam dunia faktual
seideal Ratih tidak tercapai. Dalam cerpen mungkin tidak seekstrem dalam JSG dan PBCR.
tersebut dikisahkan bahwa tubuh mereka Namun, adegan-adegan tersebut menunjukkan
menjadi rusak karena salah resep. Hal bahwa dalam dunia perempuan, persaingan
paling penting yang ingin disampaikan oleh menjadi cantik memang ada. Mereka kemudian
cerpen ini, perempuan menjadi cantik bukan berperilaku tertentu sehingga menjadi cantik.
karena resep tertentu (lulur, bunga-bungaan, Bagi Wolf, memberi perhatian terhadap
daun-daunan, gayam, dsb), melainkan karena kecantikan hanya membuang-buang waktu dan
perilaku tertentu. Tidak salah resep tidak tidak produktif, sebab ia hanya mitos.
menjamin mereka menjadi cantik seperti Ratih.
Kecantikan Ratih berasal dari apa yang telah Faktor Eksternal
mereka gunjingkan: lenggak-lenggok tubuhnya Karena cantik bukan nilai intrinsik, ia
ketika sedang berjalan atau kerlingan nakal. butuh faktor dari luar. Pada bahasan sebelumnya,
Dalam JSG, kedengkian karena kontestasi cantik bukanlah kualitas tertentu yang inheren
berujung pada percobaan pembunuhan Ratih dengan penampakan fisik perempuan. Namun,
pada bagian akhir cerpen. Sementara itu, dalam ia merupakan perilaku tertentu yang dapat
PBCR, perasaan dengki membuat Putri Salju menimbulkan gairah.
menyiksa para pesaingnya, yaitu sang Ratu Mitos kecantikan wolfian juga dibangun
dan gadis-gadis kampung. Kedengkian dalam di atas anggapan bahwa standar baku cantik
cerpen ini dinarasikan dengan lebih kejam dikonstruksi oleh industri kecantikan seperti
ketimbang dalam JSG. program diet, operasi kecantikan, perusahaan
kosmetik, dan sebagainya. Iklan berperan
Maka pada setiap bulan ganjil ia sebagai nabi yang menyampaikan standar-
akan menjelma gagak raksasa, mematuki standar tersebut kepada khalayak. Mitos
lirik mata yang tertuju padanya, dan kecantikan dalam JSG juga dibangun di atas

58
Jurnal Poetika Vol. IV No. 1, Juli 2016

dasar keyakinan demikian; cantik ditentukan menggairahkan (Ramadhany, 2015:90).


oleh faktor-faktor eksternal.
Pada kutipan tersebut, yang membuat
Mereka mulai membubuhkan wajah tampak cantik adalah bedak dan bibir
bedak seputih tembok di wajah dan tampak menggairahkan bila dipoles gincu. Putri
pemerah pipi yang berlebihan serta lipstik
yang merah menyala. Wewangian yang Salju tidak akan melakukan penyiksaan kepada
disemprotkan pada tubuh, bahkan pada gadis yang tidak berias. Oleh karena itu,
tiap helai rambut mereka menyeruak
memaksa masuk ke lubang hidung. Sejak saat itu, para orang tua
Usut punya usut, gadis-gadis tersebut mengharamkan anak gadis berpupur.
menyelidiki resep rahasia untuk menjadi Bahkan untuk sekadar mandi, mereka
secantik Ratih. Diam-diam, dari lubang lebih memilih berendam di Danau
pintu dan jendela tanpa korden, mereka Sembilu, tempat Putri Salju membuang
mengamati lulur apa yang Ratih pakai dan tahinya. Kulit mereka dibiarkan terbakar
ritual apa yang ia lakukan untuk rambutnya terik matahari dan rambut mereka
yang begitu wangi dan tubuhnya yang amat menjadi ladang ternak kutu (Ramadhany,
indah. Di suatu sore yang asin, gadis- 2015:90).
gadis itu melihat Ratih mengumpulkan
buah gayam yang jatuh dan membawanya
ke air ketika hendak mandi di sungai. Pasti Artinya, tanpa sentuhan kosmetik,
itu resep rahasia atas keindahan tubuh perempuan tidak akan cantik dan Putri Salju
dan rambutnya, pikir mereka. Segera tidak merasa tersaingi.
gadis-gadis kencur itu pulang dengan Lalu mitos kecantikan seperti apa yang
sekarung buah gayam yang akan mereka
gunakan untuk menggosok tubuh saat khas dalam kedua cerpen tersebut? Kedua
mandi dan keramas. Berbagai macam cerpen tersebut memberikan sentuhan klenik.
lulur, bunga, dan daun-daunan menemani Baik dalam JSG maupun PBCR, faktor eksternal
ritual mandi mereka. Bahkan mereka rela yang membuat perempuan tampak cantik
menyetrika rambutnya agar tampak lurus
jatuh seperti rambut Ratih (Ramadhany, bukan hanya perilaku seksual dan kosmetik,
2015:7273). melainkan juga faktor-faktor supranatural.

Karena mereka iri kepada Ratih, mereka Aku yakin, Ratih pasti pakai
mencari tahu kira-kira faktor eksternal apa yang susuk. Betul, mana mungkin kulitnya
bisa mulus dan kencang seperti itu
membuat Ratih menjadi cantik. Untuk menjadi kalau bukan karena main dukun
cantik, mereka membubuhkan bedak, lipstik, (Ramadhany, 2015:7172).
parfum, menyetrika rambut agar menjuntai
indah seperti rambut Ratih, dan resep rahasia, Di Indonesia, selain kosmetik dan
yakni lulur gayam. Gadis-gadis itu percaya dokter, mengandalkan kekuatan supranatural
bahwa cantik dapat diwujudkan oleh hal-hal dari seorang syaman menjadi pilihan alternatif
itu karena ia tidak inheren dengan fisik; cantik cara menjadi cantik. Susuk, misalnya, adalah
membutuhkan sebab dari luar fisik. materi kecil yang diimplan pada bagian tubuh
Hal yang sama juga diyakini dalam PBCR tertentu sehingga dapat memancarkan karisma.
bahwa perempuan cantik adalah perempuan Tidak heran jika dalam cerpen tersebut seorang
yang berdandan. Putri Salju akan membantai perempuan berkata, Bahkan sehelai rambutnya
gadis-gadis desa yang berdandan, sebab dengan pun mampu membangkitkan birahi suamiku
itulah mereka akan menyaingi kecantikannya. (Ramadhany, 2015:72).
Sebagaimana yang telah disinggung
Sebab cermin ajaib akan pada bahasan sebelumnya, dalam banyak
mengadu padanya bahwa di suatu sudut narasi, perempuan janda seringkali dikaitkan
desa, seorang gadis tengah berpupur
tebal dan mengoleskan pemerah bibir dengan sifat amoral dan penyihir. Sifat dan

59
Jurnal Poetika Vol. IV No. 1, Juli 2016

predikat tersebut, misalnya, secara ikonik Ketiga hal tersebut saling terkait satu sama
tampil dalam karakter Calon Arang, seorang lain. Perilaku tertentu memberikan makna pada
tokoh legenda yang hidup pada zaman Raja Air standar baku kecantikan. Bagian tubuh tertentu
Langga (Suastika, 1997). Selain itu, stereotipe yang dianggap telah memenuhi standar yang
negatif tentang janda sebagai penggoda juga berkualitas tidak bisa dikatakan cantik bila tidak
berkembang dalam masyarakat. direpresentasikan ke dalam perilaku tertentu,
Cerpen PBCR bisa dibilang lebih atraktif misalnya lenggak-lenggok dan kerlingan.
dalam mengandalkan kekuatan gaib. Putri Salju Bagian tubuh tersebut juga tidak bernilai cantik
digambarkan sebagai orang yang memiliki ilmu bila tidak ditopang oleh faktor-faktor eksternal
hitam. Praktik sihir Putri Salju adalah gabungan seperti kosmetik dan kekuatan supranatural.
dari obsesi, kesadisan, dan kanibalisme. Mitos kecantikan dalam kedua cerpen
tersebut dilandasi oleh kepentingan laki-laki.
Santapannya adalah daging mentah Standar kecantikan disesuaikan dengan selera
dan minumannya adalah darah perawan laki-laki. Seluruh motif menjadi cantik dalam
agar tetap cantik wajahnya serta molek
tubuhnya. Ia gemar mengisap jiwa-jiwa kedua cerpen tersebut selalu merujuk pada
gadis dan menguliti tubuh lelaki perjaka keinginan perempuan untuk mendapatkan
di rengkuh sayapnya (Ramadhany, sumber daya dari laki-laki berupa kesetiaan,
2015:90). pengakuan, pujian, dan keterpesonaan.
Hal-hal demikian merepresentasikan Daftar Isi
mitos kecantikan menurut masyarakat Ajidarma, Seno Gumira. 2006. Dilarang Menyanyi
(tradisional) Indonesia. Hingga saat ini, mitos di Kamar Mandi. Yogyakarta: Galang
kecantikan klenik masih diyakini oleh sebagian Press.
masyarakat Indonesia. Inilah yang membedakan Candraningrum, Dewi. 2014. Karier Patriarki,
mitos kecantikan ala Indonesia dengan mitos (Online), (www.jurnalperempuan.org),
kecantikan dunia Barat modern. diakses 18 April 2016.
Djajanata, Tjahjadi. 2014. Perawan atau Janda,
(Online), (www.kapanlagi.com), diakses
Simpulan 17 April 2016.
Cerpen JSG dan PBCR merepresenta- Paramaditha, Intan, dkk. 2010. Kumpulan Budak
sikan isu gender yang oleh Naomi Wolf dise- Setan. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
but sebagai mitos kecantikan. Pertama, kedua Ramadhany, Dwi Ratih. 2015. Pemilin Kematian.
cerpen tersebut memiliki standar baku cantik, Malang: Universitas Negeri Malang.
yaitu rambut hitam panjang, leher jenjang, bi- Suastika, I Made. 1997. Calon Arang dalam
bir merekah, tubuh wangi, kulit kencang putih Tradisi Bali. Yogyakarta: Duta Wacana
mulus, serta langsing. Usia tua akan mendepak University Press.
perempuan dari kelompok cantik, kecuali ia Tong, Rosemarie Putnam. 1998. Feminist Thought:
adalah seorang janda yang terjaga kualitas fisi- Pengantar Paling Komprehensif kepada Arus
knya. Kedua, dalam cerpen-cerpen tersebut, Utama Pemikiran Feminis. Terjemahan
sesungguhnya kualitas cantik merujuk pada Aquarini Priyatna Prabasmoro. 2010.
perilaku tertentu (terutama tokoh Ratih dalam Yogyakarta: Jalasutra.
JSG), yaitu perilaku yang dapat membangkitkan Wolf, Naomi. 2002. Mitos Kecantikan: Kala
gairah, bukan penampakan fisik. Ketiga, karena Kecantikan Menindas Perempuan.
cantik bukan merupakan kualitas intrinsik, ia Terjemahan Alia Swastika. 2004.
dipengaruhi oleh faktor-faktor eksternal. Selain Yogyakarta: Penerbit Niagara.
kosmetik, cantik dalam kedua cerpen tersebut
dipengaruhi oleh kekuatan supranatural.

60

Anda mungkin juga menyukai