1, Juli 2016
Royyan Julian
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Universitas Madura
royyanjulian@yahoo.co.id
Abstrak
Kajian ini mengangkat isu mitos kecantikan dalam cerpen-cerpen Dwi Ratih Ramadhany, yakni
Janda Sungai Gayam dan Perempuan Bisu dan Cermin Ratu. Perspektif yang digunakan adalah
mitos kecantikan Naomi Wolf. Hasilnya antara lain: (1) kedua cerpen tersebut menggambarkan bahwa
cantik memiliki standar baku rambut hitam panjang, leher jenjang, bibir merekah, tubuh wangi, kulit
kencang-putih-mulus, dan langsing; (2) dalam cerpen-cerpen tersebut, sesungguhnya kualitas cantik
lebih merujuk pada perilaku yang dapat membangkitkan gairah daripada penampakan fisik; (3)
karena cantik bukan merupakan kualitas instrinsik, ia dipengaruhi oleh faktor-faktor eksternal, yaitu
kosmetik dan kekuatan supranatural. Mitos kecantikan dalam kedua cerpen tersebut berdiri di atas
landasan kepentingan dan selera laki-laki, serta motif perempuan untuk mendapatkan sumber daya
yang disediakan oleh laki-laki, yaitu kesetiaan, pengakuan, pujian, dan keterpesonaan.
Kata kunci: mitos kecantikan, cerpen-cerpen Dwi Ratih Ramadhany.
Abstract
This study highlights the myth of beauty in short stories written by Dwi Ratih Ramadhany, which are Janda
Sungai Gayam and Perempuan Bisu dan Cermin Ratu. The perspective utilized in this study is the myth of
beauty by Naomi Wolf. The results are: (1) both the short stories illustrate standards of beauty identified by long
black hair, long neck, sensual lips, body fragrant, white-toned-smooth-skin, and slim body; (2) in both short stories, the
quality of beauty refers to behaviors that could arouse an excitement rather than merely consider physical appearance;
(3) regarding beauty not as an intrinsic quality, it is affected by external factors, for instance cosmetic and supernatural
powers. Myth of beauty in both short stories stands on the runway of mens interest and taste, and womens motive to
achieve resources provided by men, which are called loyalty, recognition, praise and charm.
Keywords: myth of beauty, short stories by Dwi Ratih Ramadhany.
52
Jurnal Poetika Vol. IV No. 1, Juli 2016
53
Jurnal Poetika Vol. IV No. 1, Juli 2016
54
Jurnal Poetika Vol. IV No. 1, Juli 2016
55
Jurnal Poetika Vol. IV No. 1, Juli 2016
sedangkan dalam PBCR, kulit kencang tersebut istri mereka karena mengembung. Sementara
harus putih. Mengapa putih? Sebab cerita Putri itu, ibu kandung Putri Salju mati lantaran jijik
Salju dalam cerpen tersebut merupakan resepsi terhadap tubuhnya yang bergelambir lemak
kisah Snow White (Grimm Bersaudara) dengan dan keriput. Standar kecantikan demikian
latar ras kaukasia yang berkulit putih. merupakan proyeksi mitos kecantikan modern
Frase kulit kecang seringkali ke dalam kedua cerpen tersebut: perempuan
diasosiasikan dengan usia. Pada umumnya, cantik memiliki tubuh ceking.
perempuan tua adalah kelompok usia yang tidak Persoalannya, dalam kedua cerpen
memiliki kualitas tersebut. Oleh karena itu, tersebut, bertambah umur tidak selalu identik
menjadi tua adalah kata lain dari mengucapkan dengan tidak menjadi cantik. Dalam JSG, gadis-
selamat tinggal kepada kecantikan. Para gadis desa justru takut kepada kecantikan Ratih
perempuan kerap melawan ketuaan dengan yang (barangkali) berumur lebih tua. Begitu
cara menghilangkan kerutan pada wajah dan pula dalam PBCR, Putri Salju merasa terancam
mengembalikan kulit kencang sebagaimana oleh kecantikan ibu tirinya (Ratu). Hal ini
pada saat masih muda. menolak anggapan Wolf bahwa perempuan
Dalam JSG, para laki-laki menghendaki yang berusia lebih tua takut kepada gadis-gadis
kulit istri mereka kencang. muda. Dalam kedua cerpen tersebut, justru
sebaliknya, perempuan-perempuan muda takut
Demikian tubuh idaman setiap kepada perempuan yang lebih tua. Jika diamati
lelaki karena tak bisa mereka nikmati lebih lanjut, sebenarnya yang menjadi alasan
lagi dari istri yang mengembung atau
keriput. Betul, mana mungkin ketakutan bukanlah bertambahnya usia, tetapi
kulitnya bisa mulus dan kencang seperti tanda-tanda penurunan kualitas fisik ketika
itu kalau bukan karena main dukun. seseorang menjadi tua, yaitu keriput pada kulit.
(Ramadhany, 2015:7172). Baik Ratih maupun Ratu merupakan
tokoh perempuan yang memang tidak terkena
Begitu juga dalam PBCR, ketuaan dengan dampak perubahan fisik akibat usia. Mereka
sifat keriput adalah kondisi yang ditakuti, tetap memiliki apa yang disebut sebagai standar
sedangkan kulit kencang menjadi idaman. baku cantik. Uniknya, kedua tokoh perempuan
Saat itu terjadi, ia akan segera tersebut berstatus sebagai janda (dalam cerpen
menghampirinya dengan kereta kuda tak PBCR memang tidak disebutkan bahwa tokoh
kasat mata dan merenggut paras cantiknya, Ratu adalah seorang janda, tetapi hipogram
menyisakan kulit keriput dan tubuh ringkih cerita tersebut, Snow White, memosisikan tokoh
tanpa jiwa. Semua itu ia lakukan sejak Ratu sebagai seorang janda).
ibunya meninggal. Belakangan ia tahu
bahwa ketakutanlah yang menggiring Dalam cerpen JSG, identitas kejandaan
ibunya ke alam baka. Sejak ia menyadari tokoh Ratih ditonjolkan. Ia janda cantik
bahwa gelambir bak gajih sapi menjadi dan dianggap gemar menggoda. (Tokoh
perut ibunya dan garis-garis tua mulai yang mirip muncul dalam cerpen Goyang
muncul di sana-sini, ibunya bernapas
dalam kecemasan. Kau tahu? Apa lagi Penasaran karya Intan Paramaditha. Dalam
yang tersisa jika seorang perempuan telah cerpen tersebut, Salimah adalah janda beranak
pudar cantik dan moleknya?.... Kulitnya satu yang berprofesi sebagai biduan dangdut.
lebih kencang dan kecantikannya lebih Penampakan fisiknya yang molek kerap
memancar (Ramadhany, 2015:9091).
mengundang birahi laki-laki. Sebuah percakapan
Satu hal yang muncul secara tersurat dalam cerpen tersebut menunjukkan bahwa
baik pada kutipan JSG maupun PBCR di laki-laki lebih tertarik kepada janda daripada
atas: perempuan cantik harus langsing. Laki- perawan karena dianggap lebih berpengalaman
laki dalam cerpen JSG tidak menikmati tubuh di atas ranjang [Paramaditha, 2010]. Nada yang
sama, misalnya, juga ditunjukkan oleh lirik lagu
56
Jurnal Poetika Vol. IV No. 1, Juli 2016
Perawan atau Janda ciptaan Tjahjadi Djajanata Ia baru menjadi fetish ketika telah memiliki
yang dipopulerkan pedangdut Cita Citata. Lirik konteks cerita.
lagu tersebut menarasikan keunggulan janda
daripada perawan karena janda dinilai lebih Bahkan sehelai rambutnya
menggoda, aduhai, dan berpengalaman pun mampu membangkitkan birahi
suamiku (Ramadhany, 2015:70).
[Djajanata, 2014].) Hal ini mengingkatkan Sehelai rambut tersebut baru dapat
kita pada stereotipe janda dalam sejumlah dikatakan membangkitkan birahi ketika
masyarakat di Indonesia. Kecantikan janda ia dipergunakan sebagai alat untuk
kerap dioposisikan dengan potensi negatifnya menggoda. Begitu pula bagian-bagian
tubuh lain dapat berfungsi secara seksual
yang amoral. Oleh karena itu, stereotipe janda, ketika ia dikaitkan dengan perilaku yang
misalnya, bisa dirujuk pada narasi-narasi tentang berpotensi memantik birahi. Misalnya
perempuan sundal dan penyihir. pada kutipan Ratih melempar senyum
Pandangan karikatural terhadap janda yang memikat pada siapa pun yang
ia lewati (Ramadhany, 2015:7071)
membeku sebagai stereotipe. Ia dibenci karena memotret bagaimana sepotong bibir
berpotensi merusak moral sekaligus dicintai dapat menarik ketika ia diwujudkan ke
karena kemolekan tubuhnya. Akhirnya, janda dalam perilaku tertentu (tersenyum).
(bisa) menjadi salah satu faktor kecantikan Setiap lelaki, muda atau tua,
bujang atau beristri, semua akan terpana
karena daya tarik seksualnya. Perempuan tatkala Ratih berjalan lembut seperti angin
boleh bertambah usia, asal tetap memiliki kulit sepoi-sepoi yang memainkan pucuk-pucuk
kencang, apalagi berstatus janda. rambut mereka. Para lelaki itu memuja
lekuk tubuh guci cina yang sering dibalut
kebaya merah kirmizi dan samper sampai
Perilaku Cantik lutut. Kerling matanya mampu menjerat
Menurut Wolf, apa yang disebut cantik setiap lelaki yang memandangnya. Tidak
sejatinya merujuk pada perilaku perempuan heran jika istri-istri mulai gencar merawat
yang menggairahkan. Daya tarik seksual diri atau mengurung suami mereka di
tersebut tidak esensial; bukan sesuatu yang dalam kamar agar tidak tergoda pesona
deterministik. Maka, kecantikan adalah hasil Ratih (Ramadhany, 2015:71).
konstruksi dan perempuan, sebagai subjek
kecantikan, berlomba-lomba berperilaku sesuai Dengan memanfaatkan standar baku
dengan norma menjadi cantik; berkontestasi kecantikan, tokoh Ratih mampu menjerat laki-
satu sama lain untuk mendapatkan pengakuan laki. Akhirnya, cantik tidak cukup didefinisikan
dari laki-laki atau sesamanya. sebagai kualitas tertentu terhadap sebuah
Dalam JSG, perilaku seduktif bagian tubuh. Ia harus dieksekusikan ke
membangkitkan imajinasi tentang sosok yang dalam tindakan. Tubuh menjadi indah ketika
menggairahkan secara seksual. ia berjalan dengan cara yang tepat. Mata dapat
menggoda ketika ia digerakkan dengan cara
Kematian suaminya adalah yang tepat. Akhirnya, cantik lebih tepat disebut
hukuman bagi wanita yang suka menggoda
suami orang dengan kemolekan tubuh sebagai kata kerja ketimbang kata sifat. Dalam
dan rambut panjang menjuntai indah konteks kutipan di atas, cantik adalah ketika si
sampai pinggul (Ramadhany, 2015:70). pemiliknya tebar pesona.
Menurut Wolf, perempuan akan
Pada kalimat tersebut, perilaku Ratih berlomba-lomba berperilaku cantik untuk
dibumbui dengan deskripsi tentang kecantikan mendapatkan sumber daya yang disediakan
menurut standar baku untuk mengesankan oleh laki-laki. Mereka berkontestasi untuk
bahwa gerak-gerik tersebut bernilai erotis. mendapatkan pekerjaan (sebab cantik menjadi
Bagian tubuh perempuan tidak menjadi indah kriteria lolos ujian masuk), bahkan ketika
jika tidak dinarasikan dalam perilaku tertentu.
57
Jurnal Poetika Vol. IV No. 1, Juli 2016
mereka sudah diterima. Dalam JSG dan PBCR, menghisap jiwa-jiwa gadis yang dianggap
kontestasi perempuan tersebut dilukiskan menyainginya. Ia akan melakukan segala
dalam situasi perasaan terancam. cara untuk menjadi satu-satunya yang
dipuja. Ya, benar. Ia menjadi yang dipuja
Dalam JSG, para istri merasa terancam oleh petaka (Ramadhany, 2015:90).
dan takut suami mereka terjerat oleh godaan Jangan tanya mengapa Putri Salju tidak
Ratih yang telah menjanda. (Hal yang sama memilih untuk membunuh ibu tirinya,
juga dapat diamati dalam cerpen Dilarang sebab kepuasannya terletak pada siksaan-
siksaan yang mendera ibu tirinya. Ia
Menyanyi di Kamar Mandi karya Seno lebih suka melihat korbannya menikmati
Gumira Ajidarma. Dalam cerpen tersebut, tiap derita yang dialami (Ramadhany,
warga perempuan terancam karena suami 2015:92).
mereka tergoda oleh perilaku tokoh perempuan
ketika ia sedang mandi [Ajidarma, 2006].) Pemberantasan setiap perempuan yang
Perasaan terancam tersebut digambarkan dalam dianggap menyaingi Putri Salju dilakukan
adengan-adegan gunjingan. Bahkan, subjek karena motif agar sumber daya yang disediakan
yang melakukan kontestasi tersebut tidak laki-laki hanya dikuasai olehnya seorang.
hanya ibu-ibu kampung. Anak-anak mereka Dalam hal ini, sumber daya tersebut berwujud
pun memendam iri terhadap kecantikan Ratih. pujian dan keterpesonaan laki-laki kepadanya.
Diam-diam mereka ingin menjadi seperti Ratih. Dengan cara itu Putri Salju membuat setiap
Untuk itu, gadis-gadis itu mematai-matai resep lelaki hanya memuja pesonanya (Ramadhany,
rahasia Ratih. Mereka membubuhkan bedak, 2015:91). Oleh karena itu, untuk mendapatkan
pemerah bibir dan pipi, pewangi, lulur gayam, sumber daya tersebut, Putri Salju berusaha
dan sebagainya. melenyapkan kecantikan para pesaingnya.
Masalahnya, keinginan untuk menjadi Kontestasi kecantikan dalam dunia faktual
seideal Ratih tidak tercapai. Dalam cerpen mungkin tidak seekstrem dalam JSG dan PBCR.
tersebut dikisahkan bahwa tubuh mereka Namun, adegan-adegan tersebut menunjukkan
menjadi rusak karena salah resep. Hal bahwa dalam dunia perempuan, persaingan
paling penting yang ingin disampaikan oleh menjadi cantik memang ada. Mereka kemudian
cerpen ini, perempuan menjadi cantik bukan berperilaku tertentu sehingga menjadi cantik.
karena resep tertentu (lulur, bunga-bungaan, Bagi Wolf, memberi perhatian terhadap
daun-daunan, gayam, dsb), melainkan karena kecantikan hanya membuang-buang waktu dan
perilaku tertentu. Tidak salah resep tidak tidak produktif, sebab ia hanya mitos.
menjamin mereka menjadi cantik seperti Ratih.
Kecantikan Ratih berasal dari apa yang telah Faktor Eksternal
mereka gunjingkan: lenggak-lenggok tubuhnya Karena cantik bukan nilai intrinsik, ia
ketika sedang berjalan atau kerlingan nakal. butuh faktor dari luar. Pada bahasan sebelumnya,
Dalam JSG, kedengkian karena kontestasi cantik bukanlah kualitas tertentu yang inheren
berujung pada percobaan pembunuhan Ratih dengan penampakan fisik perempuan. Namun,
pada bagian akhir cerpen. Sementara itu, dalam ia merupakan perilaku tertentu yang dapat
PBCR, perasaan dengki membuat Putri Salju menimbulkan gairah.
menyiksa para pesaingnya, yaitu sang Ratu Mitos kecantikan wolfian juga dibangun
dan gadis-gadis kampung. Kedengkian dalam di atas anggapan bahwa standar baku cantik
cerpen ini dinarasikan dengan lebih kejam dikonstruksi oleh industri kecantikan seperti
ketimbang dalam JSG. program diet, operasi kecantikan, perusahaan
kosmetik, dan sebagainya. Iklan berperan
Maka pada setiap bulan ganjil ia sebagai nabi yang menyampaikan standar-
akan menjelma gagak raksasa, mematuki standar tersebut kepada khalayak. Mitos
lirik mata yang tertuju padanya, dan kecantikan dalam JSG juga dibangun di atas
58
Jurnal Poetika Vol. IV No. 1, Juli 2016
Karena mereka iri kepada Ratih, mereka Aku yakin, Ratih pasti pakai
mencari tahu kira-kira faktor eksternal apa yang susuk. Betul, mana mungkin kulitnya
bisa mulus dan kencang seperti itu
membuat Ratih menjadi cantik. Untuk menjadi kalau bukan karena main dukun
cantik, mereka membubuhkan bedak, lipstik, (Ramadhany, 2015:7172).
parfum, menyetrika rambut agar menjuntai
indah seperti rambut Ratih, dan resep rahasia, Di Indonesia, selain kosmetik dan
yakni lulur gayam. Gadis-gadis itu percaya dokter, mengandalkan kekuatan supranatural
bahwa cantik dapat diwujudkan oleh hal-hal dari seorang syaman menjadi pilihan alternatif
itu karena ia tidak inheren dengan fisik; cantik cara menjadi cantik. Susuk, misalnya, adalah
membutuhkan sebab dari luar fisik. materi kecil yang diimplan pada bagian tubuh
Hal yang sama juga diyakini dalam PBCR tertentu sehingga dapat memancarkan karisma.
bahwa perempuan cantik adalah perempuan Tidak heran jika dalam cerpen tersebut seorang
yang berdandan. Putri Salju akan membantai perempuan berkata, Bahkan sehelai rambutnya
gadis-gadis desa yang berdandan, sebab dengan pun mampu membangkitkan birahi suamiku
itulah mereka akan menyaingi kecantikannya. (Ramadhany, 2015:72).
Sebagaimana yang telah disinggung
Sebab cermin ajaib akan pada bahasan sebelumnya, dalam banyak
mengadu padanya bahwa di suatu sudut narasi, perempuan janda seringkali dikaitkan
desa, seorang gadis tengah berpupur
tebal dan mengoleskan pemerah bibir dengan sifat amoral dan penyihir. Sifat dan
59
Jurnal Poetika Vol. IV No. 1, Juli 2016
predikat tersebut, misalnya, secara ikonik Ketiga hal tersebut saling terkait satu sama
tampil dalam karakter Calon Arang, seorang lain. Perilaku tertentu memberikan makna pada
tokoh legenda yang hidup pada zaman Raja Air standar baku kecantikan. Bagian tubuh tertentu
Langga (Suastika, 1997). Selain itu, stereotipe yang dianggap telah memenuhi standar yang
negatif tentang janda sebagai penggoda juga berkualitas tidak bisa dikatakan cantik bila tidak
berkembang dalam masyarakat. direpresentasikan ke dalam perilaku tertentu,
Cerpen PBCR bisa dibilang lebih atraktif misalnya lenggak-lenggok dan kerlingan.
dalam mengandalkan kekuatan gaib. Putri Salju Bagian tubuh tersebut juga tidak bernilai cantik
digambarkan sebagai orang yang memiliki ilmu bila tidak ditopang oleh faktor-faktor eksternal
hitam. Praktik sihir Putri Salju adalah gabungan seperti kosmetik dan kekuatan supranatural.
dari obsesi, kesadisan, dan kanibalisme. Mitos kecantikan dalam kedua cerpen
tersebut dilandasi oleh kepentingan laki-laki.
Santapannya adalah daging mentah Standar kecantikan disesuaikan dengan selera
dan minumannya adalah darah perawan laki-laki. Seluruh motif menjadi cantik dalam
agar tetap cantik wajahnya serta molek
tubuhnya. Ia gemar mengisap jiwa-jiwa kedua cerpen tersebut selalu merujuk pada
gadis dan menguliti tubuh lelaki perjaka keinginan perempuan untuk mendapatkan
di rengkuh sayapnya (Ramadhany, sumber daya dari laki-laki berupa kesetiaan,
2015:90). pengakuan, pujian, dan keterpesonaan.
Hal-hal demikian merepresentasikan Daftar Isi
mitos kecantikan menurut masyarakat Ajidarma, Seno Gumira. 2006. Dilarang Menyanyi
(tradisional) Indonesia. Hingga saat ini, mitos di Kamar Mandi. Yogyakarta: Galang
kecantikan klenik masih diyakini oleh sebagian Press.
masyarakat Indonesia. Inilah yang membedakan Candraningrum, Dewi. 2014. Karier Patriarki,
mitos kecantikan ala Indonesia dengan mitos (Online), (www.jurnalperempuan.org),
kecantikan dunia Barat modern. diakses 18 April 2016.
Djajanata, Tjahjadi. 2014. Perawan atau Janda,
(Online), (www.kapanlagi.com), diakses
Simpulan 17 April 2016.
Cerpen JSG dan PBCR merepresenta- Paramaditha, Intan, dkk. 2010. Kumpulan Budak
sikan isu gender yang oleh Naomi Wolf dise- Setan. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
but sebagai mitos kecantikan. Pertama, kedua Ramadhany, Dwi Ratih. 2015. Pemilin Kematian.
cerpen tersebut memiliki standar baku cantik, Malang: Universitas Negeri Malang.
yaitu rambut hitam panjang, leher jenjang, bi- Suastika, I Made. 1997. Calon Arang dalam
bir merekah, tubuh wangi, kulit kencang putih Tradisi Bali. Yogyakarta: Duta Wacana
mulus, serta langsing. Usia tua akan mendepak University Press.
perempuan dari kelompok cantik, kecuali ia Tong, Rosemarie Putnam. 1998. Feminist Thought:
adalah seorang janda yang terjaga kualitas fisi- Pengantar Paling Komprehensif kepada Arus
knya. Kedua, dalam cerpen-cerpen tersebut, Utama Pemikiran Feminis. Terjemahan
sesungguhnya kualitas cantik merujuk pada Aquarini Priyatna Prabasmoro. 2010.
perilaku tertentu (terutama tokoh Ratih dalam Yogyakarta: Jalasutra.
JSG), yaitu perilaku yang dapat membangkitkan Wolf, Naomi. 2002. Mitos Kecantikan: Kala
gairah, bukan penampakan fisik. Ketiga, karena Kecantikan Menindas Perempuan.
cantik bukan merupakan kualitas intrinsik, ia Terjemahan Alia Swastika. 2004.
dipengaruhi oleh faktor-faktor eksternal. Selain Yogyakarta: Penerbit Niagara.
kosmetik, cantik dalam kedua cerpen tersebut
dipengaruhi oleh kekuatan supranatural.
60