Mungkin suatu saat kita pernah dilanda oleh sakit yang agak parah sehingga kita harus dirawat
dirumah sakit. Siang hari, mungkin ada beberapa teman kita yang berkunjung untuk
memperlihatan bahwa mereka punya perhatian kepada kita. Perawat dan dokter juga rajin
berkunjung memeriksa kesehatan kita. Boleh jadi pula ada anak, istri atau suami kita yang
menemani kita dari pagi sampai malam. Akan tetapi pada suatu saat, tatkala tengah malam
datang menjambangi kita, mata kita ternyata masih belum bisa kita pejamkan dalam sebuah tidur
yang lelap. Saat itu teman kita hanyalah botol cairan infus yang dengan telaten meneteskan
cairannya kedalam tubuh kita. Tiba-tiba kita seperti merasakan sebuah kesepian yang sangat
Kita menjadi sedih dengan diri kita sendiri. Teganya diri kita yang sedang sakit ini memisahkan
kita dengan orang-orang yang kita cintai, dengan sahabat tempat kita bercanda ria, dengan teman
sejawat di kantor atau ditempat kerja kita, dengan harta benda yang kita miliki, dengan rumah
kita, dengan kendaraan kita, dan sebagainya. Tubuh kita seperti sedang mencabut semua yang
Jarum jam terasa seperti begitu lambatnya bergerak. Rasanya kita ingin mempercepat putaran
jarum jam itu agar ia bisa berlari kencang untuk menjemput pagi. Kita merasa tidak kuat
menahan kesepian dan kesunyian itu sendirian. Kita seperti orang yang sedang merindukan
munculnya cahaya matahari pagi. Karena dengan adanya cahaya matahari itu berarti kita merasa
akan bisa bertemu kembali dengan orang-orang yang datang menjenguk kita. Tiba-tiba saja
muncul kerinduan kita untuk mendengarkan kicauan burung-burung di pagi hari menyambut
datangnya sinar matahari. Padahal sebelum-sebelumnya sinar matahari pagi dan nyanyian
Andaikan di dalam sakit itu kita tidak bisa bangun dari tempat tidur, perasaan kita lebih bergejolak
lagi. Bagaimana kalau kita ingin BAB dan BAK?. Bagaimana kalau cairan infusnya macet?,
bagaimana kalau ?, bagaimana kalau?. Seribu ingatan seperti datang bergelombang silih
berganti memenuhi kepala kita. Malam itu seakan kita jalani dengan kesendirian yang
menakutkan.
Kalaulah saat itu ada orang lain yang menemani kita tidur dirumah sakit itu, kita ingin
mengadukan masalah kita itu kepadanya. Kita tidak kuat menanggungnya sendiri. Kita
merindukan adanya orang lain tempat kita mencurahkan dan mengadukan segala permasalahan
yang sedang kita rasakan itu. Kita merindukan adanya orang lain tempat kita berkata-kata,
tempat kita berkeluh-kesah. Kita ingin mengurai kesendirian kita itu. Kita ingin berbagi
penderitaan kita dengan orang-orang yang kita anggap dekat dengan kita selama ini
Pada keadaan yang lain, tatkala kita telah beranjak tua dan sakit-sakitan, dan kita sudah dirawat
dirumah saja, karena dirumah sakitpun keadaan kita tidak akan banyak berubah, maka keadaan
yang akan kita alami bisa lebih menyedihkan lagi. Biasanya kita sudah tidak bisa apa-apa. Kita
butuh berbagai pertolongan dari orang-orang terdekat kita untuk berbagai kegiatan keseharian
kita. Mulai dari makan, minum, buang air, dan membersihkan badan. Kita sudah tidak bisa lagi
melakukannya sendiri. Tubuh kita sudah lemah, letih, dan tidak berdaya lagi untuk melakukan
apa-apa.
Waktu siang hari, mungkin masih banyak orang yang bisa membantu kita. Ada anak kita, ada
menantu kita, ada cucu kita, ada suami/istri kita. Akan tetapi pada waktu tengah malam, semua
mereka sudah tidur dengan lelap. Mereka sudah tidak sedikitpun memikirkan kita lagi. Tinggallah
kita sendirian. Sepi ditengah keramaian. Kalau kita ingin BAB dan BAK, kitapun terpaksa
melakukannya diatas tempat tidur. Karena kita telah dipasangi pampers seperti bayi.
Kita benar-benar telah menjadi seperti seorang bayi tua ditengah-tengah keluarga kita sendiri.
Sebab, di dalam ingatan kita, kita merasa masih punya keluarga, kita masih punya anak, kita
masih punya istri/suami. Kita masih merasa bahwa kita adalah orang tua mereka, kita adalah
saudara mereka, kita adalah istri atau suami pasangan kita. Sementara kenyataannya kita sudah
tidak bisa mengharapkan apa-apa dari orang-orang yang terdekat dengan kita itu.
Saat itulah kita akan merasa kesepian dan kesendirian yang sangat mencekam. Segala prasangka
kita tentang keluarga kita, tentang kepemilikan kita terhadap mereka, ternyata hanyalah khayalan
kita saja selama ini. Sebab kalau mereka adalah milik kita, maka kita akan bisa memegang
mereka setiap saat sebagai tempat bergantung kita, sebagai tempat kita mencurahkan keluh-
kesah dan penderitaan kita, sehingga kita bisa terlepas dari semua permasalahan kita itu.
Saat itu barulah kita sadar bahwa ternyata kita butuh tempat bergantung yang tidak akan pernah
jauh dari kita. Kita butuh alamat kita berkeluh kesah yang selalu menemani kita setiap saat.
Sebab apapun tempat kita bergantung dan berkeluh kesah selama ini ternyata adalah alamat yang
palsu.
Disinilah pentingnya kita mengetahui sejak awal-awal alamat tempat kita bergantung yang
sebenar-benarnya tempat bergantung. Karena semakin mendekati waktu uzur kita mengenali
alamat tersebut, akan semakin lama pula kita mengalami penderitaan dan kepedihan di dalam
hidup ini.
Kita akan selalu berada dibatas sepi, kita akan selalu berada dibatas rindu, sehingga kitapun
akan selalu pula mencari dan mencari tempat yang bisa mengatasi rasa sepi kita, alamat yang
bisa mengurai kerinduan kita. Namun sayangnya pencarian kita itu nyaris tak selesai-selesai juga.
Karena kita selalu salah dalam memilih tempat bergantung dan berpegangan. Kita terpilih pada
Akan tetapi, kalau kita melihat kepada sejarah Nabi-Nabi, Rasul-Rasul, dan orang-orang shaleh
terdahulu, keberadaan di wilayah batas sepi dan rindu ini adalah posisi yang paling dekat bagi
mereka dengan Allah. Mari kita lihat terlebih dahulu beberapa kisah mereka yang sangat terkenal,
diantaranya adalah:
1. Siti Hajar, istri dari Nabi Ibrahim
Di dalam sejarah Nabi-Nabi ceritakan bahwa Nabi Ibrahim AS dengan istri pertama Beliau, yaitu
Siti Sarah, untuk sekian lamanya, masih belum diberikan anak keturunan. Sampai suatu saat,
kemudian Beliau menikah kembali dengan istri kedua Beliau yang bernama Siti Hajar. Dengan Siti
Hajar inilah Beliau punya anak laki-laki yang Beliau beri nama dengan Ismail AS, yang nantinya
Tentu saja Beliau dan Siti Hajar sangat berbahagia dengan kelahiran Ismail ini. Sudah
sepantasnya kalau kasih sayang mereka tercurah kepada Ismail kecil ini setiap saat. Akan tetapi
karena Kisah Kehidupan Nabi Ibrahim, Siti Hajar, dan Ismail ini akan menjadi sebuah contoh
tauladan dan bahan pelajaran bagi seluruh umat manusia kelak, maka di dalam kisah itu harus
termuat pelajaran tentang lika-liku kehidupan yang berisikan kerinduan, kesabaran, kebahagiaan,
kepatuhan, keridhaan, dan tentu saja jalan keluar yang sangat mencengangkan dari setiap
Ditengah-tengah kebahagiaan itu, Nabi Ibrahim diperintahkan oleh Allah untuk membawa Siti
Hajar dan Ismail yang masih bayi itu ke sebuah bukit pasir yang sekarang dikenal sebagai bukit
Shafa di Bakkah (Mekkah). Nabi Ibrahim mendapatkan wahyu dari Allah untuk meninggalkan Siti
Hajar dan Ismail di tengah-tengah gurun pasir yang sangat panas dan gersang itu. Tiada sebatang
pepohonan yang tersedia untuk berlindung dari teriknya sinar matahari. Tiada tetes air yang
mengalir untuk mendinginkan tubuh saat kepanasan ataupun untuk diminum saat kehauasan.
Tiada rumah yang bisa dipakai untuk melindungi diri beliau dan anaknya Ismail dari serangan
hewan padang pasir yang berbisa dan untuk berlindung dari dinginnya angin malam yang
menusuk tulang.
Saat itu, Nabi Ibrahim dipisahkan oleh Allah dari anak dan istri Beliau. Padahal anak tersebut telah
Beliau harap-harapkan selama sekian puluh tahun lamanya. Akan tetapi begitu anak yang diharap-
harapkan itu lahir, dalam hitungan bulan kemudian Beliau harus merelakan anak tersebut
dijauhkan dari sisi Beliau. Anak dan istri Beliau itu harus Beliau tinggalkan di sebuah tempat yang
sangat keras dan kejam kalau tidak mau dikatakan mematikan. Di padang pasir yang kering
Akan tetapi karena yang memerintahkan itu adalah Allah, maka Nabi Ibrahim AS sudah menjadi
sangat yakin bahwa semua akan baik-baik saja. Walaupun pada saat itu air mata Beliau boleh saja
jatuh berderai-derai dan perasaan Beliau remuk-redam, akan tetapi keyakinan Beliau atas
penjagaan Allah atas keluarga Beliau itu sangatlah kuat. Sehingga Beliaupun akhirnya
meninggalkan kedua orang yang Beliau cintai itu tanpa menoleh-noleh lagi kebelakang
Begitu juga yang terjadi dengan Siti Hajar. Ketika Siti Hajar menanyakan kepada Nabi Ibrahim AS:
apakah penyebab dari tindakan Nabi Ibrahim itu adalah akibat adanya rasa cemburu dari Istri
pertama Beliau (Siti Sarah) ataukah ini memang murni atas perintah Allah ?; dan kemudian Nabi
Ibrahim menjawabnya bahwa Ini adalah murni atas perintah Allah, maka Siti Hajarpun menjadi
tenang. Sangat tenang sekali. Karena Beliau yakin bahwa kalau Allah yang memerintahkan, maka
Allah pasti akan menjamin segala kebutuhan Beliau. Sebuah keyakinan yang sangat kokoh akan
perlindungan Allah kepada Beliau dan anak Beliau Ismail dalam keadaan yang sesulit apapun juga.
Ketika bekal makanan dan minuman yang Beliau bawa sudah habis, dan anak Beliau menangis
karena kelaparan dan kehausan yang mendera, Beliau juga hanya sekedar menjalankan apa yang
harus Beliau jalankan saja. Yaitu Beliau berjalan hilir mudik antara bukit Shafa dan Marwa.
Perjalanan penuh harap. Beliau hanya berjalan saja bolak-balik dengan sebuah harapan yang pasti
bahwa bahwa Allah pasti akan menolong Beliau dan Ismail. Walaupun ketika Beliau berjalan sekali
dua kali balik, ternyata masih belum ada hasil apa-apa, namun Beliau sudah diberikan KEYAKINAN
oleh Allah bahwa hasil yang beliau harapkan itu hanyalah menunggu WAKTU saja untuk
Pada saatnya, setelah tujuh kali Beliau bolak balik antara puncak bukit Shafa dan puncak bukit
Marwa dengan keyakinan yang sangat kokoh bahwa Allah pasti akan menolongnya, maka Allahpun
menzahirkan apa yang sudah ditakdirkan-Nya. Bahwa air yang merupakan sumber kehidupan
akan memancar dari cerukan pasir yang terkena hentakan kaki kecil Ismail AS. Dan semenjak saat
itu, merekahlah fajar kehidupan yang akan bertahan selama ribuan tahun yang disangga oleh
aliran air yang tidak pernah meluap dan tidak pernah pula berkurang dari sumur yang terkenal
Kalau kita yang mengalami hal yang dialami oleh Nabi Ibrahim AS ini, logika berpikir kita akan
sangat sulit untuk bisa menerimanya. Kita akan menganggap bahwa perintah itu adalah sebuah
perintah sangat kejam dan tidak masuk akal. Kita akan bertanya dan bertanya:
Bagaimana makan dan minumnya kalau bekal yang mereka bawa sudah habis?.
Saat kita meninggalkan anak dan istri kita dirumah saja, yang notabene sudah sangat lengkap
dengan makanan dan minuman, sudah terlindung dari berbagai perubahan cuaca, dan sudah
aman pula dari gangguan binatang dan dari orang-orang yang ingin berbuat tidak baik, kita masih
saja merasa khawatir. Apalagi kalau kita diperintahkan untuk meninggalkan mereka disebuah
tempat yang sangat kejam, sangat keras, dan sangat tidak layak untuk dihuni oleh binatang
sekalipun seperti yang diperintahkan kepada Nabi Ibrahim AS. Pastilah kita akan selalu bertanya:
kenapa, kenapa. Silih berganti, kita akan dilanda oleh rasa khawatir, marah, sedih, kecewa,
tidak percaya, dan rasa-rasa negatif lainnya selama berhari-hari Itu pasti
Bersambung
Tentang firman Allah yang artinya Allah berfirman kepada Nya Kun Fayakun
Jazakamullah
Wassalam
Ulasan.
Ya begitulah Pak Tomi. Ternyata selama ini banyak umat Islam yang tidak tahu tentang hal ini.
Padahal ini adalah hal yang sangat VITAL bagi keimanan kita, karena ia berkenaan dengan
TAUHID kita.
Kalau ADA sesuatu selain Dzat-Nya tempat Allah SWT bersabda KUN, maka saat itu sudah ada
DUA yang ada atau wujud, yaitu Allah sendiri dan sesuatu yang lain tempat Allah bersabda KUN.
Dengan begitu, maka gugurlah TAUHID kita. Itulah gunanya kita memahami ilmu makrifatullah.
Ada tiga Paham yang akan membawa kita bisa membawa kita untuk memahami hakekat dari
semua ciptaan dan peristiwa. yaitu Paham Dzatiyah, paham Wahdatul Wujud, dan paham Nur
Muhammad.
Jawaban yang sederhana ini akan mengulas apa yang membedakan paham Dzatiyah dengan
paham Wahdatul Wujud dan paham Nur Muhammad.
Pada paham Dzatiyah, Nya itu adalah sedikit saja dari Diri atau Dzat Allah tempat Allah bersabda
Kun itu. sehingga dari SEDIKIT Dzat-Nya itulah kemudian tercipta SEMUA CIPTAAN DAN
PERISTIWA. Paham ini menganggap bahwa disebalik semua ciptaan dan peristiwa adalah Dzat
Allah yang SEDIKIT, yang besarnya tidak lebih dari sebutir pasir di padang pasir, atau setetes air
dilautan. jadi kecil sekali dzat Allah yang menjadi batin bagi semua ciptaan dan peristiwa.
Sehebat, sekuat, sebesar, setinggi, sesedahsyat, seluarbiasa apapun juga yang ada dialam
ciptaan, maka itu hanyalah tak lebih dari sedikit saja dari Dzat Allah yang sedang menjalankan
peranan sesuai dengan Takdir yang telah ditentukan oleh Allah untuk terdzahir pada waktu
tertentu. Paham ini meyakini bahwa semua ciptaan dan peristiwa adalah TIDAK WUJUD, yang
WUJUD Adalah sedikit dari Dzat Allah yang sedang berperan menjalankan takdir yang telah
Pada Paham Dzatiyah ini, untuk BISA memahami hakekat semua ciptaan dan peristiwa yang
akhirnya akan membawa kita UNTUK mengenal Allah (Makrifatullah), kita cukup hanya berbekal
ILMU saja, yaitu Ilmu pembukaan pintu Makrifatullah. Dan untuk itu kita hanya butuh waktu yang
sangat Sedikit. SEBENTAR SAJA. Setelah kita bermakrifat itu kita tinggal hanya melaksanakan
Jadi langkahnya hanya: Dari Sifat kepada Hakekat untuk kemudian Bermakrifatullah SIFAT
HAKEKAT MAKRIFAT. . Simple sekali, dan itu bisa kita tamatkan dalam waktu sekejap. Setelah
Pada paham Wahdatul Wujud, Nya itu adalah SELURUH Diri atau DZat Allah tempat Allah bersabda
KUN itu. sehingga dari SELURUH Diri Allah itulah kemudian tercipta SEMUA CIPTAAN DAN
PERISTIWA. Paham ini menganggap bahwa disebalik semua yang dzahir adalah Allah, disebalik
semua peristiwa adalah Allah, disebalik semua gerak adalah Allah, disebalik semua nafas adalah
Allah, disebalik semua ucapan adalah Allah, disebalik semua alam adalah Allah. Alam adalah Allah,
Allah adalah alam. Makanya ada orang yang seringkali berkata: aku tidak ada yang ada adalah
Allah; Allah tidak ada yang ada adalah aku; aku adalah Aku; tidak ada aku kecuali Aku;
Dia adalah dia; aku adalah Allah, marahku adalah marah Allah, dan berbagai ungkapan
syatahat lainnya.
Pada Paham Nur Muhammad, Nya itu adalah SETENGAH atau 50% DIRI atau DZAT Allah. Artinya
Allah terlebih dahulu membelah Diri atau Dzatnya menjadi dua bagian. Yang setengah bagian
adalah Dzat-Nya yang Asli, sedangkan yang setengah bagian laginya adalah Dirinya yang
kemudian menjelma menjadi Nur Muhammad. Lalu kemudian Allah bersabda KUN kepada Nur
Muhammad itu, sehingga dari Nur Muhammad itu kemudian terciptalah semua ciptaan dan
peristiwa. Jadi pada paham ini, hakekat dari semua ciptaan dan peristiwa adalah Nur Muhammad.
Disebalik semua ciptaan dan peristiwa adalah Nur Muhammad. Batin dari semua makhluk adalah
Nur Muhammad. Tidak akan mengenal seseorang kepada Allah sebelum ia mengenal Nur
Muhammad. Setelah mengenal Nur Muhammad, barulah ia bisa bermakrifat kepada Allah. Dan
setelah itu, ungkapan-ungkapan syatahat seperti dalam paham Wahdatul wujud diataspun sangat
Pada Paham Wahdatul Wujud dan Paham Nur Muhammad, dua-duanya membutuhkan dzikir-dzikir
khusus dengan jumlah yang sangat-sangat-sangat banyak yang harus dilakukan dalam waktu
tahunan bahkan puluhan tahun untuk mendapatkan peringkat makrifatullah. Untuk dzikir itu, kita
harus pula diajarkan oleh mursyid yang konon kabarnya haruslah sudah berperingkat Kamil dan
Mukamil melalui CARA-CARA atau JALAN-JALAN atau TAREKAT tertentu. Tanpa mengikuti tarekat
tertentu kita dianggap tidak akan pernah bisa bermakrifat. Karena menurut kedua paham ini
langkah yang harus dilakukan seseorang untuk ia bisa bermakrifat adalah dengan urutan:
SYARIAT TAREKAT HAKEKAT MAKRIFAT. Jadi amalan apapun yang kita lakukan tanpa
mengikuti cara-cara dari sebuah tarekat muktabarah tertentu, maka amalan kita itu, menurut
paham ini, akan menjadi sia-sia. Melalui talian atau tautan rohani kita dengan rohani mursyid kita
dan rohani guru-guru dari muryid kita itu, kemudian sampailah ruhani kita kepada ruhani Nabi
Muhammad, kemudian Jibril, dan setelah itu barulah kita akan bisa mengalami ekstase
makrifatullah. Biasanya kita akan bergetar hebat, berteriak -teriak, menangis histeris, guling-
gulingan, dan akhirnya kita akan diam seperti pingsan. Kalau kita sudah bisa melalui fase diam
seperti pingsan itu, maka kita akan dianggap sudah FANA. Dalam Fana itu kita biasanya akan bisa
pula mengalami pengalaman Out of body experience. kita seperti bisa mikraj ke alam-alam gaib.
Bahkan kalau kita fana di dalam shalat yang ditandai dengan kita terjatuh kebelakang seperti
pingsan, maka shalat kita itu dianggap shalat yang sudah mikraj. Dan kita tidak perlu mengulang
shalat itu lagi walau saat kita jatuh itu adalah pada rakaat pertama. Kalau kita sudah bisa seperti
ini, maka kita akan dipanggil sebagai khalifah, yang merupakan jalan awal agar kita bisa pula
Nah, silahkan pakai yang mana saja yang Pak Tomi anggap mudah untuk pak Toni pahami. Tidak
pakai salah satu dari tiga paham itupun tidak apa-apa. Kalau saya DULU memakai paham Nur
Muhammad, dan sedikit paham Wahdatul Wujud. Sejak saya mendapatkan Ilmu Makrifatullah dari
Arif Billah Ustad Hussien BA. Latiff, saya hanya memakai Paham Dzatiyah saja Paham-paham
Ini adalah Artikel yang saya tulis di: yahoo.groups/dzikrullah di tahun 2005.
Artikel ini bisa dikomparasikan dengan artikel saya di tahun 2015, PUASA KALI INI, SUNGGUH
BERBEDA
Kita akan bisa melihat bagaimana cara Allah yang selalu memperbaiki pemahaman kita dari waktu
ke waktu. Sungguh Dia akan mengajari kita apa-apa yang tidak kita ketahui dengan cara yang
unik.
Bulan puasa seperti tahun-tahun yang lalu datanglah sudah. Bagi teman-teman yang berbahagia
dan berpuasa, kita telah terlalu sering memang mendengarkan kuliah dan ungkapan-ungkapan
bahwa puasa adalah untuk mendapatkan ketaqwaan, bahwa puasa adalah untuk mendapatkan
idul fitri, bahwa puasa adalah untuk membersihkan diri kita dari dosa, bahwa puasa adalah untuk
Tapi cobalah perhatikan agak sejenak apa yang kita hasilkan dari puasa ke puasa. Sudah adakah
pada diri kita ciri-ciri apa yang dikuliahkan kepada kita selama ini?. Kalau belum atau paling
tidak belum mantap gitu, maka tidak ada salahnya, bagi yang mau, untuk mulai mematok
sebuah target yang akan kita capai selama bulan puasa yang telah menyapa kita ini.
Target itu jangan hanya sekedar kita tamat baca Al Quran selama Ramadhan. Jangan pula hanya
sekedar kita telah ikut shalat taraweh berbilang kali. Jangan juga hanya sekedar kita telah ikut
itikaf di masjid selama beberapa hari. Dan jangan juga hanya sekedar kita telah menahan lapar
dan haus selama 30 hari. Kalau hanya sekedar seperti ini, maka sejak zaman SD dulupun semua
Tapi puasa itu ternyata mempunyai tujuan yang lebih mulia dari rutinitas di atas yang itu ke itu
Pada puasa itu ada sebuah proses untuk MERAHMATI NAFS (diri kita). Karena mata yang tidak
dirahmati Allah akan membawa kita kepada pandangan yang kurang ajar. Telinga yang tidak
dirahmati Allah akan membawa kita untuk mendengarkan hal-hal yang tidak baik. Perut yang
tidak dirahmati Allah akan mendorong kita kepada memakan apa saja dengan cara apa saja. Otak
yang tidak dirahmati akan menarik-narik dan mendorong kita ke sana sini tak tentu arah. Sulbi
yang tidak dirahmati Allah akan mendorong kita kearah kemaksiatan demi kemaksiatan.
Mata kita akan mengalirkan rahmat itu kepada mata-mata umat manusia lainnya.
Telinga kita akan mengalirkan rahmat itu kepada telinga-telinga umat manusia lainnya.
Perut kita akan masih menyisakan dan mengalirkan rahmat itu kepada perut-perut umat
manusia lainnya.
Otak kita akan mengalirkan berbagai rahmat itu kepada otak-otak manusia lainnya.
Sulbi yang dirahmati akan menebarkan rahmat itu kepada sulbi suami atau istri kita.
Pada puasa itu juga ada sebuah proses agar kita bisa BERADA DI ATAS NAFS itu. Sehingga kita
bisa membalik keadaan dari keadaan semula dimana Nafs yang mengendalikan kita menjadi
Dan yang mampu mengendalikan NAFS itu hanyalah AR RUH. Maka salah satu buah dari puasa
adalah bagaimana agar kita sadar dan ingat dari waktu kewaktu bahwa kita ini hakikinya adalah
SANG KUSIR terhadap AN NAFS. Jadi, bagaimana caranya agar buah dari puasa ini adalah agar
kita mampu berada dalam kesadaran bahwa kita ini ternyata adalah AR RUH, yang suci, yang fitri,
yang bening, yang tidak bergolak, yang selalu bersandar kepada Allah. Karena tiada lagi tempat
bersandar dan bergantung ar-ruh ini kecuali hanya kepada Allah. Karena Aku adalah milik Allah
Wass
@gmail.com
Assalamualaikum wr.wb.
Sudah beberapa tahun saya mengikuti tulisan2 bpk. dan Abu Sangkan, telah membuat perubahan
yg sangat berarti bagi saya. Pa Deka telah menjadi seakan menjadi guru bagi saya meski tak
kenal raut muka. dan terakhir saya mengenal Arif Billah Ustadz Hussien BA Latiff di Youtube
setelah membaca tulisan pa Deka. Terkadang saya dalam doa saya berkirim alfatihah semoga bisa
Membaca kiriman Pa Abu melalui Facebook tentang Puasa, bahwa ibadah yang diwajibkan dibulan
ramadhan adalah puasa. Bagi saya puasa khawas apalagi khawasul khawas merupakan sesuatu
Saya bermohon kepada Allah agar melalui pa Deka kiranya dapat memberikan step by step cara
berpuasa dalam bahasa yang sederhana dan dapat dipraktekkan bagi kami yang berpuasa sambil
bekerja di kantor dan lain-lain. Berharap ramadhan yang tersisa ini dapat menjadi Ramadhan yang
terindah. Semoga Allah mengabulkan. (sudah dulu pa Deka, air mata saya keluar). terima kasih.
Wassalam Wr.Wb.
Jawaban Deka
Mengenai Puasa, saya hanya ingin menyampaikan beberapa pengalaman sendiri yang saya alami
Terus terang, pada awalnya puasa adalah sebuah ibadah yang sangat berat untuk saya lakukan.
Sebab tujuannya adalah untuk mencapai sesuatu yang sepertinya hanya mudah untuk diucapkan
tetapi sangat sumir untuk bisa dipahami apalagi untuk dialami, yaitu TAQWA. Akan tetapi selama
puluhan tahun berpuasa, rasanya puasa yang saya lakukan itu ya begitu-begitu saja.
Walau pada saat yang sama saya juga sudah tahu bahwa puasa itu adalah untuk menghidupkan
Ruh dengan cara meleremkan atau melemahkan jasad kita yang terbentuk dari unsur tanah,
sehingga pada akhir ramadhan kita bisa kembali menjadi makhluk yang sudah kembali menjadi
fitrah. Makhluk Ruhani. Saya sudah tahu itu. Namun pada kenyataannya semua itu tetap hanya
seperti sebuah mimpi atau ilusi yang rasanya saya tak akan pernah sampai kesana.
Al-Ghazali (semoga Allah merahmatinya) pernah berkata: Tidak sah ibadah (seorang hamba)
kecuali setelah mengenal (Allah) yang wajib disembah. Dari situlah kemudian populer kalimat
Berbekal dengan ungkapan tersebut, apakah itu hadist atau tidak saya tidak tahu, dengan sebuah
sebab yang unik, saya kemudian dibawa untuk benar-benar mengenal Allah oleh Ustad Hussien BA
Latiff. Dari syarahan Beliau yang sangat gamblang, saya akhirnya meyakini betul bahwa :
Pada awalnya hanya Allah saja Yang Ada. Pada awalnya tidak ada siapa-siapa dan apa-apa kecuali
hanya Allah sahaja. Tidak ada yang Mengenali-Nya, tidak ada yang mengetahui-Nya, tidak ada
yang tahu Namanya, tidak ada yang tahu kebesaran-Nya. Hanya Dia sahaja yang Ada. Hanya
Kemudian Allah berfirman KUN kepada setitik atau sedikit dari Dzat-Nya atau DIRI-NYA. Kemudian
dari sedikit Dzat-Nya itu Dia Ciptakan semua Makhluk yang akan menjalankan peran-peran
Oleh sebab itu, semua ciptaan ini tak lain dan tak bukan adalah semata-mata (atau HAKEKATNYA)
adalah penzhahiran dari setitik Dzat Allah yang telah Dia Sabda dengan Firman KUN itu. Dengan
Sabda KUN itu, Dzat-Nya yang setitik itulah kemudian yang akan menzhahirkan Lauhul Mahfuz
dengan segala tingkah polah (SIFAT) dari makhluk yang ada didalamnya.
Oleh sebab itu, sifat apapun yang dapat kita rasakan dan pikirkan, semua itu pastilah sempurna.
Karena memang semua sifat itu pada hakekatnya berasal dari SATU SUMBER saja yaitu Dzat-Nya
yang setitik. Dzat yang dimiliki oleh Allah Yang Maha Sempurna.
Konsekuensinya, apapun yang dapat kita pikirkan, kita lihat, kita dengarkan, kita rasakan, kita
baui, dan kita raba, maka itu PASTI bukanlah Allah. Kemanapun kita menghadap, kemanapun kita
berjalan, kemanapun kita mengarah, kemanapun kita pergi, baik secara jasmani maupun secara
ruhani, maka yang kita TUJU itu tetap bukanlah Allah. Sebab semua itu hanyalah berasal dari
Oleh sebab itu apa yang paling tinggi yang bisa kita TEMUKAN disebalik semua yang BISA kita
pikirkan, kita lihat, kita dengarkan, kita rasakan, kita baui, kita rabai, kita tujui, kita jalani, kita
arahi, atau kita apakan saja, maka itu hanyalah Dzat-Nya yang setitik atau sedikit saja. Kita tidak
boleh mengatakan bahwa itu adalah Allah. Terlalu kecil Allah kalau itu yang kita katakan Allah.
Jadi sebenarnya, pada hakekatnya, yang wujud:
Sampai disini saja sebenarnya kita sudah SELESAI dalam mengenal diri kita sendiri. Bahwa
sebenarnya kita ternyata adalah TIDAK WUJUD. Yang Wujud bagi diri kita sebenarnya adalah
Al Ghazali mengkonfirmnya dengan mengatakan bahwa: orang yang mengenal dirinya dan
mengenal Tuhannya niscaya sudah pasti ia mengenal bahwa ia TIADA mempunyai wujud bagi
Setelah kita selesai mengenal diri kita yang ternyata adalah tidak wujud, maka kemudian kita bisa
memalingkan mata kita untuk melihat kepada benda-benda yang ada disekitar kita. Kita bisa
mulai dari melihat benda-benda yang kecil sampai dengan benda-benda yang sangat besar yang
Disebalik piring, sendok, dan gelas yang kita pakai adalah Dzat-Nya.
Bahkan bagi siapapun yang sudah terlanjur kesengsem dengan alam-alam getaran dan alam
gelombang yang bisa mengayun dan meliuk-liukkan tubuh kita dengan gemulai kesana kemari.
Sekarang cobalah sadari pula, walau hanya sebentar saja, bahwa Hakekatnya Yang Wujud:
Jadi, di dalam Lauhul Mahfuz, pada Hakekatnya (sebenar-benarnya) tidak ada satupun yang
Wujud kecuali hanyalah Dzat-Nya semata-mata. Yang terzhahir menjadi Sifat-Sifat adalah Dzat-
Nya yang disebut sebagai Dzat-Nya Yang Zhahir, dan disebalik Sifat-Sifat yang tetap TESEMBUNYI
sebagai HAKEKAT adalah Dzat-Nya juga yang disebut sebagai Dzat-Nya Yang Bathin.
Tidak terpisah antara Yang Dzahir dengan Yang Bathin. Tidak terpisah antara Sifat dengan
Hakekat. Sifat dan Hakekat itu tetap hanyalah satu. Karena Sifat dan Hakekat itu hanyalah
gambaran dari Aktifitas dan Perlakukan Allah terhadap sedikit dari Dzat-Nya yang besarnya
hanyalah seperti sebutir pasir di padang pasir, atau setetes air di dalam lautan, terhadap Dzat-Nya
Setelah kita mengenali Sifat-sifat, kita akan segera pula menyadari akan HAKEKAT. Bahwa
sebenarnya disebaik Sifat-sifat itu ada Dzat-Nya yang sedikit yang menjadi HAKEKAT dari semua
sifat-sifat itu. TIDAK ada apa-apa lagi lagi setelah HAKEKAT kecuali hanya kita BERMAKRIFAT
Artinya, setelah kita mengenal Allah, makrifatullah, kita sudah tidak perlu lagi membahas-bahas
apa-apa tentang Allah, tidak perlu berandai-andai lagi tentang Allah, tidak perlu membayang-
bayangkan apa-apa lagi tentang Allah, tidak perlu melakukan perjalanan-perjalan apa-apa lagi
Kita mau membahas apa tentang Allah?, bukankah Dia Laisa kamistlihi syaiun?.
Kita mau membayangkan apa tentang Allah?, bukankah Dia Laisa kamistlihi syaiun?.
Kita mau mengandaikan apa tentang Allah?, bukankah Dia Laisa kamistlihi syaiun?.
Kita mau berjalan kemana lagi untuk menemui Allah?. Apa kita mau berjalan ke langit?. Atau Apa
Kita mau menjalankan apa lagi untuk bertemu dengan Allah?. Apakah kita mau menjalankan
RUH,atau mau menjalankan SOUL, kata orang bule, untuk bisa bertemu dengan Allah?.
Bukankah kita sebenarnya tidak pernah terpisah dengan Allah?. Bukankah semua kita ini, semua
ciptaan, dan seluruh peristiwa-peristiwa, sebenarnya adalah gambaran atau sifat-sifat yang
melekat pada SEDIKIT dari DZAT Allah sendiri?. Masak Dzat atau Diri Allah terpisah dengan Allah?.
Disinilah kita banyak yang keliru selama ini. Dari sifat-sifat, dari benda-benda, dari peristiwa-
peristiwa, dari gejala-gejala getaran dan gelombang, kita terburu buru untuk berkata bahwa
Kita terlalu terburu-buru mengatakan bahwa yang menggerakkan nafas kita adalah Allah. Yang
menggerakkan Alam adalah Allah. Yang menggetarkan gelombang adalah Allah. Yang memberi
cahaya kepada alam adalah Allah. Sehingga tidak ada kegentaran dan keterkejutan kita sedikitpun
Karena kalau kita mengatakan bahwa yang menggerakkan nafas kita adalah Allah, maka rasanya
Allah adalah sangat kecil sekali. Kalau kita mengatakan bawa yang menggerakkan kita dan
bintang-bintang adalah Allah, maka Allah yang seperti itu masih bisa kita bayangkan dan pikirkan.
Masih terlalu kecil rasanya. Padahal yang kita temukan dan hadapi saat itu barulah Dzat-Nya yang
Sedikit.
Walaupun kita sudah mencoba untuk melihat ke langit yang tinggi, dan kita sudah menengadah
pula keatas sebagai isyarat bahwa kita sedang menghadap kepada Allah, namun semua usaha
yang kita lakukan itu tetap saja tidak menimbulkan kegentaran dan keterkejutan kita kepada
Allah. Sebab kesan kita terhadap Allah tetaplah masih terlalu kecil sekali.
Paling-paling yang akan kita rasakan adalah getaran-getaran dan gejolak dari RUH kita yang mulai
menggoncangkan tubuh kita. Kita jadi bisa bergerak-gerak sendiri dengan gerakan-gerakan yang
tidak kita atur-atur sedikitpun. Kita seperti bisa bergerak mengikuti sebuah aliran daya yang
menyelimuti kita. Kita bisa pula berbicara sendiri seperti ngoceh begitu dengan kata-kata yang
tidak kita atur-atur. Dalam istilah sekarang keadaa seperti itu disebut sebagai kondisi TRANCE.
Karena Ruh kita sudah mulai merasakan keadaan di luar dari tubuh kita, maka biasanya kita akan
bisa pula menangis tersedu-sedu, bahkan sampai berteriak-teriak. Setelah tangisan dan teriakan
itu, kemudian kita akan menjadi tenang. Kita kemudian akan berbinar-binar untuk mengatakan
bahwa dengan melakukan sebuah ritual atau latihan tertentu kita bisa merasa TENANG dan
BAHAGIA. Dengan begitu maka kita segera saja akan DIJERAT untuk tetap melakukan RITUAL
atau LATIHAN-LATIHAN itu dengan semangat 45. Kita tidak akan bisa lagi keluar dari keadaan
yang telah kita anggap bisa membuat kita tenang dan bahagia.
Hanya saja jarang ada yang BISA mengkalibrasi TENANG dan BAHAGIA sebagai hasil dari latihan-
latihan atau ritual-ritual tertentu itu dengan TENANG dan BAHAGIA yang berasal dari buahnya
SHALAT. Sebab ternyata banyak yang berkata bahwa tenang dan bahagia yang ia dapatkan dari
hasil latihan-latihan itu sama saja dengan tenang dan bahagia yang ia dapatkan ketika ia shalat.
Bahkan ada yang sambil terkekeh-kekeh berkata bahwa tanpa shalatpun ia ternyata bisa tenang
Kenapa hasilnya bisa sama?. Jawabannya hanya SATU, yaitu SHALAT kita ketika itu bukanlah
SHALAT orang YANG INGAT KEPADA ALLAH. Kita shalat dalam keadaan LALAI. Kita sedikit sekali
mengingat Allah, atau bahkan tidak ingat sama sekali kepada Allah, di dalam shalat itu. Ingatan
kita malah terpaku kuat kepada sifat-sifat yang ada didepan kita. Banyak kita yang di dalam
shalat itu kita malah sedang bermain getaran, kita malah mengingati getaran, kita malah
mengingati tenang dan bahagia. Atau kalau kita tidak mengetahui itu semua, kita malah tidak
bermasalah. Kita mulai malas untuk shalat shalat sunat, kita mulai longgar dalam menjaga waktu-
waktu shalat. Kita mulai malas untuk membaca Al Quran, kita mulai malas untuk puasa-puasa
sunat. Hanya karena takut akan dosa sajalah yang membuat kita masih memaksa-maksakan diri
untuk shalat, dan juga puasa. Kalaulah tidak ada kata-kata DOSA itu, kita sudah akan
meninggalkan shalat dan puasa itu. Karena kenyataannya orang yang tidak shalat dan tidak
puasa, artinya orang yang non-muslim, yang melakukan latihan-latihan itupun tenang dan
bahagianya sama dengan tenang dan bahagia yang kita rasakan. Inilah yang sebenarnya yang
merusak dan menggerogoti akidah kita sebagai seorang muslim tanpa kita sadari.
Bersambung
Sekarang kita sudah hampir selesai melakukan puasa pada 10 hari pertama. Kita akan memasuki
10 hari yang kedua dan 10 hari yang ketiga puasa. Walaupun agak terlambat, namun untuk Pak
Noor dan juga siap-siapa yang ditakdirkan untuk bisa mengikutinya, marilah kita lakukan mulai
hari ini untuk kita puasa dari keterpesonaan terhadap sifat-sifat. Kita puasa dari membicarakan
sifat-sifat. Kita puasa dari berbicara tentang benda-benda, tentang makanan dan minuman,
tentang kegiatan orang lain, dan tentang fenomena-fenomena yang ada disekitar kita.
Kita pejamkan MATA kita buat sejenak. Kita naikkan hitam bola mata kita sedikit kearah atas.
Tindakan kita ini akan mengaktifkan MATA HATI kita. Lalu kita fokuskan pandangan MATA HATI
kita itu memandang ke alam HAKEKAT. Kita pandang Dzat-Nya yang ada disebalik semua sifat-
sifat dengan MATA HATI kita. Mata hati kita tidak akan melihat apa-apa. Harus tidak melihat apa-
apa.
Sedangkan HATI kita selalu kita pakai untuk MENGINGATI ALLAH. Ya, kita hanya perlu INGAT
saja kepada ALLAH di dalam hati kita yang halus yang berhubungan dengan OTAK kita. Saat
Hati kita mengingat Allah, kita hunjamkan pandang MATA HATI kita itu kepada HATI kita yang
sedang MENGINGAT ALLAH itu. Mata hati kita itu tidak akan melihat apa-apa. Sebab Allah
memang tidak ada rupa, tidak ada warna, tidak ada huruf, tidak ada suara. Tidak kelihatan apa-
apa. Kalau kita melihat bayangan macam-macam, katakan saja pergi kau, kau bukanlah Tuhan
saya. Dan dengan seketika itu juga bayangan itu akan hilang dari pandangan mata hati kita.
Dengan kita tetap menaikkan hitam bola mata kita kieatas dalam keadaan mata tertutup, artinya
MATAH HATI kita bisa kita tumpukan terus kepada HATI kita yang sedang mengingati ALLAH,
maka INGATAN kita kepada ALLAH itu akan TERKUNCI. Ingatan kita akan terhalang untuk
dimasuki oleh ingatan kepada apa saja yang lain selain dari ingatan kepada Allah.
Kalau hati kita sudah kita kunci untuk selalu mengingati Allah, maka secara otomatis Hati kita itu
akan tidak bisa lagi dimasuki oleh iblis. Sebab iblis itu hanya akan bisa masuk kedalam hati kita
Ketika hati kita INGAT HANYA kepada semua sifat-sifat seperti yang telah kita sebutkan diatas,
maka lewat pintu ingatan itu pulalah iblis akan bisa mendompleng untuk masuk pula kedalam hati
kita. Misalnya, kalau ingatan kita kepada makanan dan minuman secara terus menerus, maka iblis
akan masuk kedalam hati kita melalui ingatan kita terhadap makanan itu. Sehingga kerjaan kita
setelah itu adalah kita akan memburu makanan dan minuman keberbagai tempat. Kalau kita
selalu ingat kepada pornografi, maka iblis akan segera masuk kedalam hati kita melalui pintu
ingatan kita kepada pornografi itu, sehingga apapun yang berbau pornografi akan menjadi ajang
perburuan kita.
Jadi, ciri-ciri hati kita yang sudah dimasuki iblis itu adalah, kita akan seringkali mengkhayal, kita
akan dibawa masuk oleh iblis ke alam lamunan. Makanya ketika itu yang akan kita ingat-ingat
adalah berbagai keanehan, berbagai kejahatan, berbagai keburukan, berbagai hal yang negatif.
Atau bisa pula kita dibawa memasuki berbagai alam yang keadaannya saja yang kelihatan positif,
baik, benar, tenang, dan bahagia, akan tetapi pada saat itu kita sebenarnya sedang LUPA BERAT
kepada Allah.
Nah ternyata di bulan ramadhan ini Allah telah memudahkan kita untuk membersihkan hati kita
dari susupan iblis. Karena setiap kali kita ingat kepada hal-hal yang selama ini halal untuk kita
lakukan disiang hari, kita ingat bahwa kita sedang puasa, maka saat itu juga iblis akan TERIKAT
dan tidak bisa masuk lagi kedalam hati kita, paling tidak selama kita puasa disiang hari. Itulah
makna dari hadist yang mengtakan bahwa selama bulan ramadhan ini iblis dibelenggu. Itu terjadi
karena kita tidak terlalu mengingat-ingat kesenangan dunia selama kita berpuasa disiang hari.
Makanya iblis seperti terikat dan tidak berdaya untuk masuk kedalam hati kita.
Akan tetapi kalau hanya seperti ini yang kita lakukan, maka di malam hari, saat semua yang
dihalalkan bagi kita sudah bisa kita lakukan kembali, maka ingatan kita kembali akan mengingati
sifat-sifat seperti sediakala. Kembali mengingati sifat-sifat, artinya adalah kita membuka kembali
Oleh sebab itu, selama bulan ramadhan ini, sungguh merupakan sebuah kesempatan yang sangat
besar bagi kita untuk selalu ISTIQAMAH dalam mengingati Allah. Dengan mengingati Allah, maka
HATI kita akan menjadi TENANG, BERSIH, dan BERCAHAYA. Hanya dan hanya dengan mengingati
Allahlah Hati kita ini akan bersih, tenang, dan bercahaya. Dan hanya Hati yang sudah seperti inilah
yang akan dapat menangkap turunnya Rahmat dan Ampunan Allah, serta menangkap turunnya
malam kemulyaan, Lailatul Qadar. Malam yang bagi generasi Nabi-nabi dan Rasul-rasul sebelum
Nabi Muhammad hanya turun sekali dalam seribu bulan. Sedangkan bagi umat Nabi Muhammad,
Allah telah berkenan menurunkan bulan kemulyaan itu disetiap bulan Ramadhan.
Oleh sebab itu, mumpung ramadhan masih tersisa sekitar dua puluh hari lagi, tidak ada kata
terlambat bagi kita untuk mulai saat ini juga, untuk kita puasa yang sebenar-benarnya puasa.
Yaitu kita puasa dari memandang segala SIFAT-SIFAT. Kita puasa dari memandang,
membelenggu kita. MATA HATI kita, kita jadi pertajam untuk bisa memandang Dzat-Nya (yang
sedikit) yang ada disebalik semua sifat-sifat itu. Karena Dzat-Nya (yang sedikit) itulah sebenarnya
yang Wujud, yang menjadi HAKEKAT dari semua sifat-sifat itu. Dan HATI kita, kita kunci agar bisa
Lalu di dalam shalat, kita berbicara, kita rukuk dan sujud menghormat kepada Allah yang sedang
kita INGAT. Di luar shalat, kita berdiri, kita duduk, kita tiduran, kita berjalan, kita bekerja, kita
meneliti, kita memimpin, dan sebagainya, semuanya itu kita lakukan dalam keadaan HATI yang
jantung, bukan lever. Bukan. Tapi hati yang dimaksudkan itu adalah Hati yang halus atau Akal
Dengan begitu, insyaallah, ramadhan kita kali ini akan jadi sangat berbeda dengan ramadhan-
Insyaallah
Demikian ilham yang turun kali ini, semoga bermanfaat bagi Mas Noor Radman khususnya dan
Wassalamualaikum
Untuk bisa DZIKRULLAH (Mengingat Allah) kita wajib untuk bisa Makrifatullah (mengenal Allah)
Saat Syahadat kita wajib untuk bisa Mengingat Allah
Bahkan:
Mengingati Allah akan membuat HATI kita BERSIH dari ingatan kepada yang selain Allah
Mengingati Allah akan membuat HATI kita TENTERAM dari segala gejolak dan kocakan
Hati yang bercahaya akan mampu menangkap KEBENARAN akan KEBESARAN, KEWUJUDAN, dan
KEKUASAAN ALLAH
Maka sebenarnya:
Dan sebenarnya Allahlah yang sedang BERGURAU SENDA dengan SEDIKIT DZAT-NYA itu
Ada MASALAH?.
2. Nabi Yunus AS, Nabi Musa AS, Ibrahim AS, Masyitah, sampai dengan Nabi Muhammad SAW
Nabi Yunus As juga mengalami proses yang membawa Beliau masuk ke wilayah batas sepi dan
rindu yang sangat ekstrim. Mulai dari penyeruan Beliau terhadap kaum Niwana agar mereka mau
menyembah Allah sebagai Tuhan mereka, dan agar mereka mau meninggalkan perbuatan maksiat
yang saat itu sangat merajalela ditengah-tengah umat tersebut. Akan tetapi kaum tersebut
menolaknya sehingga Allahpun menakdirkan umat tersebut untuk mengalami azab berupa badai
Nabi Yunus As, dengan izin dan takdir Allah, melarikan diri dari umat Beliau tersebut sampai ke
sebuah pantai. Kemudian Beliau naik ke dalam sebuah kapal yang akan berlayar meninggalkan
pantai tersebut. Ditengah perjalanan, terjadilah badai yang sangat hebat sehingga sebagian
muatan kapal tersebut harus dibuang kelaut, termasuk beberapa penumpangnya. Dengan proses
pengundian berkali, kali, selalu saja Nabi Yunus As yang terpilih untuk dibuang kelaut. Walhasil,
akhirnya Nabi Yunus pun dilemparkan ke dalam laut yang sedang bergelora tersebut. Dan saat
beberapa waktu di dalam perut ikan NUN itu dan bagaimana proses keluar Beliau dari dalam perut
ikan itu. Kita tidak akan berbicara tentang Mukjizat-Mukjizat. Kita hanya akan melihat bagaimana
KEADAAN beliau saat itu yang berada di di wilayah batas sepi dan rindu, dan apa HAKEKAT dari
Sebab KEADAAN dan HAKEKAT dari apa-apa yang dialami oleh Nabi Yunus AS itu, sama persis
dengan: Keadaan dan Hakekat yang di alami oleh Nabi Musa AS ketika Beliau dan kaumnya
terkepung antara Lautan didepan Beliau dan Pasukan Firuan di belakang Beliau yang sedang
mengejar-ngejar Beliau untuk dibunuh oleh Firaun dan pasukannya; Keadaan dan hakekat yang
dialami oleh Nabi Ibrahim ketika Beliau dilemparkan kedalam kobaran api yang menyala-nyala
oleh Raja Namrut; Keadaan dan hakekat yang dialami oleh Masyitah (tukang sisir rambut Ratu
Firaun) dan anak-anaknya ketika Beliau dimasukkan kedalam kuali besar yang berisikan minyak
yang sedang bergejolak dan mendidih saking panasnya; Keadaan dan hakekat yang dialami oleh
Nabi Yusuf tatkala Beliau dibuang oleh saudara-saudara Beliau ke dalam sumur ditengah-tengah
padang pasir; Keadaan dan hakekat yang dialami oleh Nabi Yakub ketika Beliau menghadapi
Bahkan Keadaan dan Hakekat yang dialami oleh semua Beliau itu, tidak jauh berbeda dengan apa-
apa yang dialami oleh Nabi Muhammad SAW: Ketika Ibu dan Bapak Beliau diwafatkan oleh Allah;
Ketika Istri Beliau, Khadijah Ra, dan paman Beliau (Abdul Muthalib) di wafatkan oleh Allah; Ketika
Beliau bersama Ali bin Abi Thalib Ra dikepung oleh kaum musyrikin Mekkah untuk dibunuh; Ketika
Beliau dan Abu Bakar Siddiq Ra terkepung oleh kaum kafir Mekkah di Gua Tsur saat Beliau mau
Hijrah ke Medinah; Ketika Beliau beliau terluka dalam perang Uhud sehingga Beliau hanya bisa
duduk bersandar pada sebuah batu di dalam perut gua di gunung Uhud itu; dan ketika Beliau
Untuk kali ini kita hanya akan membahas tentang apa dan bagaimana KEADAAN dan HAKEKAT
yang dialami oleh para orang-orang terpilih tersebut diatas sebagai bahan Pelajaran bagi orang-
Bersambung
-$$-
Dari Bang Bunisora Deva Nagari:
Maaf pak Deka, saya salahsatu yang meyakini adanya Nur
Muhamad(bukan berarti saya berfaham seperti itu) tapi fahaman yang
saya dapatkan tidak seperti yang pak Deka uraikan. Untuk yang lain nya
saya sangat setuju dengan pandangan pak Deka tentang penzahiran
Dzat yang sedikit. __/\__ Salam
-&&&-
Bang Sterie dan Bang Bunisora, saya akan bahas pernyataan maaf abang
diatas dalam sebuah artikel berikut ini.
Bang Sterie dan Bang Bunisora yang baik, bagi saya selama dalilnya
ada, ya nggak masalah pak. Keterangan Ustad Hussien yang lebih dalam
tentang semua itu adalah sebuah Ijtihad Beliau dari ILHAM yang Beliau
dapatkan dari Allah setiap Beliau mau memberikan Syarahan.
Betapa tidak, setiap melihat sesuatu, mata hati saya melihat Lauhul
Mahfuz yang sedang berjalan. Betapa sempurnany a rencana Allah.
Betapa harmoninya ketentuan Allah. Betapa teguhnya rencana Allah.
Betapa mengagumkan hikmah yang terkandung di dalam setiap
peristiwa. Betapa pastinya setiap kejadian untuk terzhahir pada
waktunya. Betapa kokohnya Allah menjaga agar tidak ada seorangpun
yang bisa MENGAKU bahwa seseorang itu bisa mengubah rencana yang
telah Dia TETAPKAN.
Setiap tanya kenapa yang mau terlontar dari mulut ini untuk
mempertanyakan takdir, langsung saja ayat Al Quran yang berbunyi:
Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui,
menggelegar membungkam hati yang sedang mulai berani angkuh untuk
mempertanyakan kemahasempurnaan rencana Allah.
Artinya, perubahan keadaan yang akan terjadi pada diri kita, itu akan
terjadi setelah tangan kita bergerak, kaki kita melangkah, dan lidah kita
berucap, untuk merealisasikan perubahan takdir yang telah ditetapkan
oleh Allah untuk terjadi pada kita. Setiap per ubahan yang terealisasi
oleh pergerakan tangan, kaki, dan lidah kita, maka itulah realisasi dari
perubahan takdir yang telah ditetapkan dan dituliskan Allah untuk kita.
Prosesnya pun dimulai dari Ilham yang diturunkan oleh Allah kedalam
AQAL atau HATI kita yang wujudnya biasanya adalah berupa sebuah
bibit pikiran.
Dengan memahami cara pandang takdir seperti ini, yang awalnya atau
basiknya disyarahkan oleh Ustad Hussien, maka cara hidup saya
ternyata juga jadi berubah dengan sangat drasti s. Saya akan melihat
segala sesuatunya sebagai pandangan orang luar saja. Saya akan
menjadi objektif dalam memandang segala sesuatu. Bahwa semua yang
terjadi, itu adalah Perlakuan Allah terhadap Dzat -Nya sendiri.
Bang Sterie dan Bang Bunisora tidak perlu minta maaf kepada saya
gara-gara abang berdua berbeda pendapat dengan apa yang saya tulis.
Tidak perlu minta maaf. Karena abang menulis itu, juga adalah apa
yang sudah ditakdirkan oleh Allah untuk terdzahir dari tangan abang.
Cobalah lihat, disebalik diri abang ada Dzat-Nya, disebalik diri saya
juga ada Dzat-Nya. Dan Dzat-Nya itulah yang memastikan tulisan saya
dan tulisan abang-abang untuk terzhahir.
Untuk siapa tulisan-tulisan itu?. Ya untuk diri kita dan diri-diri yang
lain lagi, agar mereka bisa pula m endapatkan pelajaran, Bukankah
disebalik diri-diri yang lain itu juga ada Dzat-Nya?.
Itu satu hal. Hal lain yang saya rasaka n setelah mengikuti Syarahan dan
Praktek Dzikrullah dengan Beliau adalah, apa-apa yang berkenaan
dengan Dzikrullah, yang selama ini membingungkan saya, dengan
sangat mengejutkan berubah menjadi terang benderang.
Dengan menjunjung ingatan kepada Allah seperti itu, Terasa sekali Ruh
menjadi sangat senang dan tenang. Set iap ada balasan ingatan dari
Allah, Ruh akan menggigil kedinginan yang terasa sampai keseluruh
tubuh, terutama di wilayah dada.
Setiap ada ingatan yang selain ingatan kepada Allah menyelinap masuk
kedalam Aqal atau hati, saya hanya menebasnya dengan pedang tauhid:
Allah tidak serupa dan tidak seumpama (laisa kamistlihi syaiun),
sehingga Aqal atau Hati ini menjadi sangat bersih, dan
tenteram. Karena Hati ini terasa hanya diisi penuh dengan ingatan
kepada Allah. Sampai Aqal atau hati ini rasanya menjadi pejal dan
kaku.
Dan yang lebih menakjubkan lagi adalah, dengan aqal atau hati yang
selalu dipenuhi oleh ingatan kepada Allah, di dalam shalat rasanya
sungguh tak terbayangkan sebelumnya. Apa -apa yang selama ini hanya
menjadi impian saya belaka, ternyata di dala m shalat itu memang ada
realitasnya pahalanya, realitas jawaban-jawaban Allah atas bacaan,
rukuk, dan sujud kita.
Saya dulu juga berada disana, yang ternyata itu adalah hal yang sangat
dekat dengan Paham Wahdatul Wujud. Tapi Allah menakdirkan saya
meninggalkan Paham itu dengan jalan mengenalkan saya kepada Ustad
Hussien BA Latiff.
Untuk selanjutnya bagaimana?. Saya tidak tahu Saya saat ini hanya
bisa berserah kepada Allah (Islam). Saya hanya sedang menikmati
betapa hidup dalam agama yang dibawa oleh Rasulullah ternyata SO
BEAUTIFUL, SO FUN, SO EASY, AND SO LITE , semuanya telah
diatur Allah untuk kita.
salam
Ditulis dalam INSPIRASI | 2 Komentar
Perbedaan Proses Pendalaman Lelaku
Agustus 8, 2015 oleh Murid Dalam Sikap Bertuhankan Allah SWT.
Akan tetapi TIDAK terpisah Dzat-Nya yang sedikit itu dengan Dzat-Nya
yang Keseluruhan, seperti tidak terpisahnya diri kita dengan kuku
tangan atau jari tangan kita.
Semua ciptaan dan peristiwa yang dialami oleh ciptaan itu adalah
penzhahiran dari apapun yang telah ditetapkan oleh Allah terhadap
Dzat-Nya yang sedikit itu. Sedangkan Dzat-Nya yang Maha Besar adalah
Maha Suci dari segala persepsi, prasangka, dan peristiwa -peristiwa.
Dari sisi pandangan Makhluk, apapun yang terjadi terhadap Setiap
Makhluk, apapun yang dilakukan oleh Setiap Makhluk, itu tak lebih dan
tak kurang adalah Penzhahiran dari aktifitas atau Afal Allah yang telah
Dia TETAPKAN semenjak Firman Kun terh adap Dzat-Nya yang sedikit
sahaja.
Jadi tidak ada tempat sedikitpun tempat bagi makhluk, walau yang
sehebat apapun juga, untuk mengatakan bahwa apapun yang dia
lakukan, itu adalah perbuatan atau Afal Allah. Misalnya, dia mengaku
bahwa perkataannya adalah perkataan Allah, atau perbuatannya adalah
perbuatan Allah, apalagi untuk mengatakan bahwa dirinya adalah Diri
Allah. Tidak bisa.
Akan tetapi dari sisi pandangan Allah, Dia berhak mengatakan bahwa
semua aktifitas makhluk, semua peristiwa yang terjadi terhadap
makhluk-Nya, itu adalah Aktifitas atau Afal -Nya sendiri terhadap Diri-
Nya sendiri. Sebab semua ciptaan itu adalah bagian yang sangat sedikit
atau kecil sekali dari Dzat-Nya yang Maha Indah, Yang Maha Besar.
Walau ada tujuh milyar orang yang sakit, Allah tetap bisa berkata
bahwa yang sakit tujuh milyar orang itu adalah Diri -Nya. Sebab tujuh
Milyar manusia itu tak lebih dari hanya bagian yang sangat kecil saja
dari Dzat-Nya yang sedikit.
Akan tetapi bagi kita yang sedang sakit, TIDAK ADA ruang sedikitpun
bagi kita untuk berkata: yang sakit ini bukanlah aku, tapi yang sakit
adalah Allah. Nggak bisa begitu, nanti setiap orang bisa menjadi
Allah, sehinga Allah bisa menjadi tujuh Milyar banyaknya.
Namun, untuk mengetahui bagaimana KEADAAN dan HAKEKAT yang dialami oleh semua orang-
orang istimewa diatas, kita tidak perlu terlebih dahulu mengetahui ilmu-ilmu yang sangat rumit.
Kita juga tidak perlu terlebih dahulu melakukan praktek-praktek yang kesannya terlalu mengada-
ada. Misalnya:
1. Kita tidak perlu masuk terlebih dahulu ke dalam sebuah tarekat untuk berzikir yang jumlahnya
2. Kita tidak perlu terlebih dahulu berkenalan dengan pengolahan dan pembersihan lathaif-lathaif;
4. Kita tidak perlu belajar terlebih dahulu tentang Sifat 20 untuk membahas apa-apa yang wajib
dan yang mustahil bagi Allah, seperti membahas sifat Wujud, Qiyam, Baqa dan sebagainya;
5. Kita tidak perlu terlebih dahulu belajar tentang Martabat 7 untuk mengetahui Alam Ahadiyat,
Alam Wahdah, Alam Wahidiyat, Alam Ruh, Alam Misal, Alam Ihsan,dan Insan Kamil.
6. Kita tidak perlu terlebih dahulu mengetahui tentang Alam Malakut yang konon katanya itu
adalah maqAq ruhaniyah di wilayah kebajikan yang hakiki atau rasa jiwa yang sejati. Konon
disanalah dunia Ruh yang hanya merindukan dan menghendaki Allah semata (tanzih), dan
disanalah taman jiwa yang hakiki, dengan keindahan Asma dan sifatNya Allah yang terpantul
7. Kita juga tidak perlu terlebih dahulu mengarungi alam Jabarut dan Alam Jabarut, yang konon
katanya itu adalah Alam Ilahi yang menjadi hamparan Marifatullah. Di dalam alam ini seluruh
elemen SATU DALAM BANYAK DAN BANYAK DALAM SATU, menjelma dalam penyucian tasbih
kepada Allah semata. Dunia Rahasia Ilahi. Dan diatas Alam Jabarut masih ada lagi Alam Lahut,
8. Kita tidak perlu terlebih dahulu melakukan Rabithah dengan cara MENGAITKAN ruhani kita
dengan seseorang yang kita anggap sebagai Mursyid, Syeikh, atau orang-orang yang kita anggap
9. Kita tidak perlu terlebih dahulu membayang-bayangkan wajah mereka sebelum kita melakukan
10. Kita tidak perlu terlebih dahulu BERTAWASUL untuk mendekatkan diri atau memohon kepada
Allah SWT dengan melalui WASILAH (perantara) orang-orang yang memiliki kedudukan baik di sisi
Allah SWT.
11. Kita tidak perlu berkoar-koar terlebih dahulu untuk mendirikan sebuah negara yang
12. Kita tidak perlu terlebih dahulu menyata-nyatakan bahwa kita adalah orang yang menjalankan
13. Kita juga tidak perlu membuat-buat tafsir lebay dalam memaknai sebuah peristiwa, misalnya
(disadur dari sebuah sumber di Web) dalam memaknai ular yang menggigit tangan Abu Bakar As
Siddiq Ra, ketika beliau dan Rasulullah bersembunyi di dalam Gua Tsur saat Rasulullah berangkat
Hijrah ke Medinah dan Beliau berdua dikejar-kejar oleh kaum quraisy untuk dibunuh.
Adakah kita mempersalahkan si Ular yang hendak keluar? Mengapa ia sampai hati menggigit
tangan Abu Bakar yang sedang melindungi Utusan Allah untuk semua makhluk termasuk ular ini?
Saat Rasulullah shallallahu alayhi wasallam masuk ke dalam gua, seisi gua menjadi terang karena
nur beliau. Ular yang ada di dalam liangnya itupun melihat itu, cahaya yang tidak pernah ia lihat
sebelumnya. Ia mengerti manusia yang masuk ke dalam gua adalah Muhammad, utusan Allah
yang menjadi rahmat bagi seluruh isi alam. Terbesit rasa rindu dalam hati si ular hingga ia
berusaha keluar untuk melihat langsung kekasih Allah yang mulia itu. Namun Abu Bakar
menghalang-halanginya, hingga ia pun terpaksa menggigit tangan Abu Bakar, walaupun ia tahu
bahwa Abu Bakar adalah orang yang melindungi Sang Pujaan hatinya. Ia rindu, serindu-rindunya
14. Kita juga tidak perlu terlebih dahulu bersentuhan dengan berbagai ilmu modern yang (tanpa
kita sadari) ternyata itu akan memisahkan kita semakin jauh dengan serba-serbi yang berkenaan
dengan Allah dan semakin melemahkan kita untuk menjalankan ibadah-ibadah yang di contohkan
oleh Rasulullah.
Ilmu-ilmu itu antara lain adalah Ilmu Hipnotis / Hipnotherapy; NLP; Ilmu otak kiri otak kanan;
ilmu pikiran sadar, bawah sadar, dan supra sadar; ilmu mengatur-ngatur pikiran positif dan pikiran
dan berbagai ilmu lainnya yang sekarang ini memang sedang menjadi trending topic di tengah-
tengah masyarakat.
Bersambung
Ya TIDAK perlu, sebab di wilayah batas sepi dan rindu itu, semua ilmu-ilmu diatas sudah
tidak ada gunanya lagi. Kita sudah tidak sempat lagi untuk mengingat-ingat dan merapal berbagai
ilmu berikut dengan tetek bengeknya yang telah kita miliki selama ini.
Wilayah batas sepi dan rindu itu juga BUKANLAH wilayah dimana kita penuh dengan kesaktian,
Dzat-Nya, dengan cara kita mengibarkan bendera putih tanda menyerah. Menyerah untuk TIDAK
WUJUD.
Kita menyerahkan diri untuk tenggelam dalam lautan Lakuan Dzat-Nya yang merupakan
pembuktian dari ucapan kita di dalam shalat: Inna shalati, wanusuki, wamahyaya,
hidupku, dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam, tiada sekutu bagi-Nya; dan
demikian itulah yang diperintahkan kepadaku dan aku adalah orang yang pertama-tama
Di wilayah itu kita hanya butuh untuk senantiasa redha, sabar dan berpegang teguh kepada Allah.
Karena saat itu kita sungguh dikejutkan oleh KEBENARAN akan KEWUJUDAN, KEBESARAN, dan
KEKUASAAN ALLAH. Kita jadi MALU untuk mengaku-ngaku. Sebab ternyata keberadaan kita
sebenarnya adalah TIADA. Kita tidak wujud. Yang Wujud adalah Dzat-Nya semata-mata. Kita ada
Memandang dengan memakai Kacamata Makrifatullah ini akan mengantarkan kita kepada
pemahaman yang JATI. Bahwa sebenarnya Allahlah yang sedang bersenda gurau dengan sedikit
Dzat-Nya, sehingga terciptalah sebuah Panggung Sandiwara Dzat-Nya yang akan selalu berjalan
SESUAI dengan apa yang telah Dia rencanakan di dalam LAUHUL MAHFUZ sejak Firman KUN
Mata hati kita telah menjadi sangat tajam dan awas dalam melihat dan memaknai segala ciptaan,
setiap peristiwa, dan semua kejadian. Bahwa kemanapun mata kita memandang, mata hati kita
hanya melihat SATU PEMAIN TUNGGAL saja. Yaitu DZAT-Nya yang sedikit. Mata hati kita hanya
melihat bahwa Dzatlah yang sedang beraksi di dalam bingkai Lauhul Mahfuz. Yang Bathin adalah
Setiap kali mata kita melihat kejadian-kejadian dan peristiwa-peristiwa, dengan memakai
Kacamata Makrifatullah, maka bagi kita semua itu tidak lebih hanyalah interaksi antara Dzat
dengan Dzat saja. Seperti kita sedang melihat jari-jari tangan kita yang saling berinteraksi satu
sama lainnya. Seperti jari Telunjuk sedang memukul jari Jempol. Seperti jari Telunjuk dan jari
Jempol sedang mencubit jari Tengah. Seperti kelima jari tangan kita sedang saling berpilin-pilin
dan saling bergurau canda memerankan Peran yang telah ditentukan untuk masing-masing jari-
Adakalanya antara satu jari dengan jari-jari yang lainnya sedang memerankan peran yang saling
peran yang saling pukul-memukul, saling menekan dan menghindar, saling maki-memaki, saling
dan hancur-menghacurkan.
HUBUNGAN antara kita (semua umat manusia dari zaman dulu, sekarang, dan zaman yang akan
datang) dan bahkan antara semua ciptaan yang lainnya dengan Allah adalah ibarat jari-jari tangan
kita dengan diri kita. Tidak terpisah antara jari-jari tangan kita dengan diri kita. Akan tetapi jari-
jari tangan kita itu hanyalah SEDIKIT BAGIAN saja dari KESELURUHAN diri atau tubuh kita.
Jari-jari tangan kita tidak bisa berkata bahwa ia adalah kita atau mengaku bahwa lakuannya
adalah mewakili kita. Sehingga jari telunjuk tidak bisa BERKATA atau MENGAKU kepada jari
jempol bahwa apa-apa yang dia lakukan itu adalah lakuan kita. Bahkan jari telunjuk itu tidak
berhak untuk mengatakan bahwa apa-apa yang dilakukannya itu adalah lakuan yang mewakili
Saat jari telunjuk memukul jari jempol, ia tidak berhak untuk berkata bahwa yang memukul itu
bukanlah dia, tapi kita. Ia tidak berhak untuk berkata: bukan aku (telunjuk) yang memukul saat
aku (telunjuk) memukulmu wahai jari jempol tapi yang memukul adalah Yusdeka. Dia juga tidak
berhak untuk berkata bahwa lakuannya saat memukul jari jempol itu adalah dalam rangka
mewakili lakuan kita. Ia tidak berhak untuk berkata: aku memukul dan berbicara denganmu
wahai jari jempol adalah MEWAKILI Yusdeka dalam memukulmu dan berbicara denganmu. Tidak
bisa begitu
Karena apa-apa yang sedang dilakukan oleh jari telunjuk itu hanya sedikit bagian saja dari
kemampuan kita yang sebenarnya. Dan jari telunjuk itu sebenarnya juga tidak melakukan apa-
apa. Ia hanya pasif saja. Gerak dan aktifitasnya adalah kita yang melakukan, wujudnya juga
adalah sedikit bagian saja dari diri kita. Adanya jari-jari tangan itu adalah karena adanya sedikit
Bersambung
Oleh sebab itu hanya kitalah yang bisa berkata-kata bahwa jari-jari tangan itu adalah kita.
Geraknya adalah gerak kita, bicaranya adalah bicara kita, lakuannya adalah lakuan kita. Kita
berhak untuk berkata: bukan kamu (jari telunjuk) yang memukul saat kamu memukul jari jempol
itu, tapi aku yang sedang memukul diriku sendiri, bukan kamu (jari telunjuk) yang berkata-kata
kepada jari jempol itu, tapi aku yang sedang berkata-kata kepada diriku sendiri.
Mampu melihat dengan memakai Kacamata Makrifatullah itu memang akan sangat mengejutkan
kita. Sebab kita sudah tidak melihat lagi nama-nama dari jari-jari yang saling berinteraksi itu. Kita
sudah TIDAK melihat lagi nama-nama. Tidak ada lagi jari telunjuk, jari jempol, jari tengah, jari
manis, dan jari kelingking. Ternyata perbedaan dari setiap jari itu hanyalah dalam hal SIFAT-SIFAT
saja. Dan sekarang SEMUA SIFAT itu sudah lenyap kedalam HAKEKAT. Kita hanya akan melihat
SATU WUJUD saja yang sedang saling berinteraksi, yaitu sedikit dari DIRI kita sendiri.
Begitu juga halnya ketika kita melihat hubungan antara Allah dengan seluruh Makhluk-Nya.
Sebenarnya TIDAK TERPISAH antara Allah dengan SELURUH Makhluk-Nya. Makhluk-Nya adalah
sebagian kecil yang teramat kecil dari DIRI atau Dzat Allah. Ketika seluruh Makhluk-Nya di gabung
(MERGE) menjadi SATU WUJUD, maka wujud dari hasil penggabungan seluruh Makhluk-Nya itu
besarnya terhadap Diri atau Wujud Allah yang sebenarnya hanyalah sebesar sebutir pasir yang
berada dipadang-pasir yang sangat luas, atau seperti setetes air asin di dalam lautan.
Bahkan dalam teori Fisika Quantum, Dzat-Nya yang sedikit itu, yang merupakan Wajibul Wujud
bagi seluruh Ciptaan, disebutkan itu lebih kecil lagi, yang dinamakan sebagai Partikel Higg-Bosson
atau Partikel Tuhan. Namun begitu, sampai saat ini tetap saja partikel Higg-Bosson itu tidak
terlihat dengan bantuan alat secanggih apapun juga, apalagi dengan hanya memakai mata
telanjang saja. Kalaupun suatu saat nanti partikel itu bisa terlihat dengan bantuan teknologi yang
sangat canggih, yang terlihat itu tetap hanyalah sedikit saja dari Dzat-Nya yang telah ditabiri-Nya
dengan 70 lapis Tabir Cahaya (Cahaya diatas Cahaya, Cahaya yang berlapis-lapis).
Rasulullah Muhammad SAW pun telah mengkorfirmasi bahwa Dzat-Nya yang bisa kita lihat nanti di
dalam syurga adalah Dzat-Nya yang telah dilapisi-Nya atau dilindungi-Nya dengan Tabir Cahaya
itu. Seperti kita sedang melihat Bulan Purnama diantara jari-jari tangan kita saja.
Abu Razin Al Uqail bertanya kepada Rasulullah saw: Adakah setiap kami akan melihat Allah
swt?. Baginda menjawab: Abu Razin, adakah kamu semua melihat bulan purnama?. Saya
menjawab, Benar. Baginda berkata, Kamu semua tidak akan ada masalah melihat-Nya seperti
bulan purnama, tetapi itu hanya kecil saja. Allah lebih Mulia dan lebih Besar daripada itu.
Sebab siapapun juga tidak akan pernah bisa melihat Dzat-Nya yang Asli. Siapa saja yang
terpandang kepada KEAGUNGAN DZAT-NYA Yang MAHA INDAH, maka ia akan hangus terbakar,
musnah!.
Dengan begitu, maka semua ajaran, pemahaman, ataupun paradigma pantheisme: seperti God
is all and all is god yang biasa digadang-gadangkan dalam Gerakan Zaman Baru (New Age
Movement), atau Wahdatul Wujud (Allah adalah makhluk, makhluk adalah Allah) yang biasa
dipakai dalam sebagian besar Tasawuf jalan Wali-Wali dan Tarekat, tidak punya pijakan sama
sekali untuk kita pakai. Bahkan untuk mengatakan kalimat halus saja semisal Allah adalah Bathin
dari Makhluk, atau Makhluk adalah wujud Dzahir dari Allah sungguh tidak pantas
Bersambung
Alasan lain kenapa kita TIDAK memerlukan ilmu-ilmu diatas adalah bahwa hampir semua ilmu-
ilmu diatas, dengan sadar ataupun tanpa kita sadari, dengan sangat halus sekali tapi pasti,
ternyata MALAH akan semakin mengukuhkan KEBERADAAN atau KEWUJUDAN kita baik dihadapan
sesama manusia maupun dihadapan sesama ciptaan Allah yang lainnya, dan bahkan dihadapan
Allah sekalipun.
Ciri-ciri utamanya dari adanya KEWUJUDAN dan KEBERADAAN kita itu adalah:
1. Adanya pengakuan kita akan: Aku dan Milikku. Milikku itu bisa beragam sifat yang
kita rasa itu adalah milik kita. Sifat paling hebat yang bisa melekat erat pada diri kita
adalah ILMU. Ini ilmuku!. Dengan ilmu ini, maka segera saja kita akan berkata-kata
kepada orang lain: ini bisaku, ini kemampuanku, ini kehebatanku, ini
kesempurnaanku, dan sebagainya. Karena ada aku kita, maka harus ada kamu,
kamu, kamu lainnya sebagai alamat kita untuk menyatakan keakuan dan
kepemilikan kita kepadanya. Harus ada pendengar yang akan mengagumi kehebatan
kita. Harus ada korban yang akan mengakui kepemilikan kita. Dan harus ada
pula kambing hitam yang nantinya akan kita jadikan tumbal sebagai penyebab dari
penderitaan kita. Dan semakin banyak alamat itu, maka kita juga akan merasa semakin
puas, senang, dan sumringah.
Keadaan ini tak ubahnya seperti jari telunjuk yang sedang berlagak kepada jari tengah, dan pada
saat yang sama jari tengahpun bisa berlagak pula kepada jari telunjuk. Jari-jari bisa saling
berlagak satu sama lainnya. Dan itulah yang terjadi pada hampir seluruh umat manusia saat ini. Si
A berlagak kepada si B. Pada tingkat yang lebih besar, kelompok P berlagak kepada Kelompok Q.
kepada pimpinannya. Organisasi ini berlagak kepada organisasi itu, dan organisasi itupun balik
berlagak kepada organisasi ini. Begitu terus setiap masa. Jika semua orang sudah saling memiliki
keakuan dan kepemilikan seperti ini, maka saat itu akan terciptalah sebuah keadaan yang sangat
menekan. Dunia terasa sempit, pikiran kita terasa kacau, semua terasa menjadi masalah
2. Bila kita menghadapi berbagai masalah di dalam kehidupan kita, atau kita ingin
mendapatkan sesuatu yang kita inginkan, maka ilmu-ilmu diatas, terutama yang
bernuansakan paradigma NAM, aliran yang mencampuradukkan praktek berbagai
agama, akan mengajarkan kita jalan keluar yang menjauhkan kita dari Allah.
Misalnya, agar kita bisa terlepas dari berbagai masalah, kita cukup hanya melakukan meditasi
atau semedi, atau melakukan perenungan dan konsentrasi-konsentrasi tertentu, atau merapalkan
kalimat-kalimat tertentu, yang tujuannya adalah agar adanya penyatuan antara diri kita dengan
Roh Kosmis atau Energi Alam Semesta. Kalaupun kita yang beragama islam masih shalat dan
berdoa, tapi shalat dan doa kita itu sudah tidak begitu meyakinkan kita lagi akan
kemanfaatannya. Tetap saja nantinya, Roh Kosmis atau Energi Alam Semesta itulah yang kita
pecayai yang akan menyelesaikan setiap permasalahan kita, dan merealisasikan keinginan-
keinginan kita itu. Sebab kita katanya hanya butuh melakukan penyatuan dan meleburkan diri
Kalaupun kita masih berdoa, itu karena kita masih mengaku orang beragama, dan dalam berdoa
itu kita bisa pula sampai menangis tersedu-sedu, namun tangisan kita itu sudah BUKAN lagi
karena kita TERKEJUT MELIHAT Kebenaran akan Keesaan dan Kebesaran Allah. Bukan!. Tangisan
kita itu adalah tangisan karena PLACEBO EFFECT saja. TENANG dan BAHAGIA kita setelah itupun
adalah tenang dan bahagia karena PLACEBO EFFECT pula. Tangisan, tenang, dan bahagia yang
muncul karena adanya sekresi HORMONAL dan CAIRAN tubuh kita saja.
Dan hasilnya adalah, kita lambat laun merasa sudah tidak perlu lagi melakukan hubungan
(SHILATUN) yang sangat intens dengan Allah dalam bentuk doa dan ibadah-ibadah seperti yang
dicontohkan oleh Rasulullah Muhammad SAW. Kalau Rasulullah, setiap ada masalah Beliau pasti
Shalat dua rakaat, dan setelah itu Beliau berdoa, lalu Allah menjawab setiap permasalahanBeliau.
Akan tetapi anehnya adalah, Beliau TIDAK pernah berkata bahwa jabawan-jawaban dari Allah itu
adalah sebagai hasil dari Beliau melakukan shalat dua rakaat dan berdoa itu. Tidak pernah,
nanti akan kita bahas kenapa Beliau tidak pernah mengaku seperti itu.
Hal ini akan sangat berbeda dengan kita, ketika kita memakai ilmu-ilmu diatas saat kita
menghadapi permasalahan.
Misalnya, ketika kita punya permasalahan yang sangat berat, atau hanya sekedar pikiran kita lagi
kacau, kita jadi gelisah, stress, dan galau, yang katanya itu adalah keadaan yang BERGETARAN
FORCE. Kita hanya perlu melakukan meditasi atau semedi dengan teknik-teknik tertentu, yang
katanya praktek itu bisa mengubah GETARAN PIKIRAN dan PERASAAN kita menjadi BERGETARAN
POWER.
Setelah itu.., eh pikiran kita benar bisa berubah menjadi tenang, dan bahagia. Lalu dengan nada
sumringah dan penuh semangat kita akan berkata: saya tadinya punya masalah sehingga saya
stress bla bla.. bla. Kemudian saya bisa tenang dan keluar dari permasalahan saya berkat
meditasi atau semedi ala xyz yang saya lakukan, hebat memang meditasi xyz.
Atau kita bisa berkata-kata: yang saya lakukan hanya mengubah getaran pikiran dan perasaan
saya menjadi getaran senang dan bahagia yang frekuansinya sekian Hz. Tadi itu pada awalnya
getaran pikiran dan perasaan saya adalah Force lalu dengan teknik ini dan itu, saya mengubah
getaran pikiran dan perasaan saya menjadi Power sesuai dengan apa yang diterangkan oleh David
R. Hawkins. Betul dia itu, cobalah!, kata kita seperti tengah berpromosi kepada orang lain.
Setelah itu jadilah kita menjadi orang-orangnya David R. Hawkin atau pakar-pakar ilmu-ilmu
lainnya seperti diatas. Kita akan yang selalu menggadang-gadangkan ilmu dan pencetus dari ilmu-
ilmu tersebut. Kemanapun kita pergi, kita akan menjunjung dan menggusung nama dan pikiran
mereka. Adakalanya nama kita, kita tambah-tambahi dengan gelar yang berjajar menandakan kita
telah menguasai berbagai Ilmu yang layak disebut sebagai MOTIVATOR. Misalnya Yusdeka, CCTV,
SCTV, RCTI, CHH, CHHT, MCHH, ONOZ, DN, KBHA, dan berbagai gelar lainnya.
Bahkan nama dengan segudang gelar dan ilmu itulah yang mengantarkan kita menjalani profesi
kita dalam mengais rezeki untuk keluarga kita. Tidak saja orang awam, orang yang berpendidikan
tinggi dan bahkan ustad sekalipun banyak pula yang tergoda untuk bersilancar dalam dunia
seperti ini
Bersambung
3. Dengan memakai ilmu-ilmu NAM diatas, ataupun sebagian besar ilmu Tasawuf wali-wali
Tarekat, cepat atau lambat kita akan digiring untuk masuk ke dunia MAGIC, dunia KESAKTIAN,
dunia PERDUKUNAN (Tuk Bomoh), dunia Fuh Fuh, Fuh, bagi orang yang sudah
menggelutinya. Sedangkan bagi orang-orang yang baru memasukinya, dunia itu boleh jadi masih
Dunia yang katanya bisa mewujudkan seribu mimpi dan sejuta harapan dengan sekejap waktu.
Seperti: dapat menyembuhkan lusinan penyakit dan timbunan trauma psikis; bisa bermain-main
dengan energi alam semesta yang bisa kita perintah-perintah; dapat menjanjikan sukses dan
keberlimpahan hanya dengan kita berusaha memanfaatkan energi kosmis yang katanya
memenuhi diri manusia dan alam semesta, dan bisa pula dengan melantun ribuan dzikir-dzikir
Makanya ada istilah bagaimana di dalam diri kita maka begitu pulalah diluar. Bagaimana suasana
hati kita, maka begitu pulalah yang realitas kehidupan yang akan kita lalui. Bagaimana macro
cosmos (energi alam semesta) merespon, itu tergantung dari bagaimana micro cosmos (atau
manusia) berperasaan dan berpikiran. Kalau kita berpikir begini dan berperasaan begitu, maka
hasilnya nanti akan seperti ini dan begitu. Hasil itu akan mengikuti pola-pola yang sudah bisa
diprediksi dari awal-awal. Dan untuk kesemuanya itu kita hanya butuh meditasi, samadi, berpikian
positif, mengelola hati atau Qalbu, dan menciptakan ikhlas di dengan pikiran dan perasaan kita.
Kalaupun ada ibadah-ibadah yang kita lakukan, maka di dalam ibadah itu sebenarnya kita tak
ubahnya sedang bermeditasi, sedang bersamadi, sedang mengolah qalbu, sedang mencari-cari
rasa yang bisa dirasa-rasa. Karena semua aktifitas yang kita lakukan itu kadangkala memang ada
rasanya, maka saat itulah kita menganggap apa yang kita lakukan itu adalah benar. Ibadah yang
kita lakukan sambil bermeditasi, sambil bermain-main dengan rasa di Qalbu yang katanya berada
di dalam dada itu kita anggap adalah hal yang benar menurut syarak.
Dan setelah itu, kita hanya menunggu waktu saja untuk membesar-besarkan diri kita dan metoda
samadi, meditasi, dan olah Qalbu yang kita lakukan itu. Kita menjadi tenar, metoda kita menjadi
tenar. Sedangkan Allah entah sudah jadi nomor berapa. Syariat yang di contohkan oleh Rasulullah
juga entah jadi nomor berapa pula. Saat dikatakan bahwa ketika itu sebenarnya kita tengah
sangat dekat dengan syaitan sebagai teman dan sahabat karib kita, sulit sekali kita untuk
Ini tak ada hubungannya dengan syaitan bung, kata kita terkekeh-kekeh.
ini murni proses alamiah dan ilmiah, kata kita dengan bangga.
ini adalah murni hasil dzikir, puasa, dan proses tadzkiyatunnafs, bantah kita dengan gagah.
Akan tetapi kalau kita kembali melihat jejak Nabi dan Rasul Allah yang jumlahnya sekitar 124.000
orang, semuanya diutus kemuka bumi ini TIDAK untuk mengembangkan magic, kesaktian, dan
keajaiban-keajaiban. Walaupun sebagian mereka diberikan Mujizat oleh Allah berupa berbagai
peristiwa luar biasa, seperti Nabi Ibrahim tidak terbakar oleh nyala api yang sedang berkobar-
kobar, Nabi Yunus bisa keluar hidu-hidup dari perut ikan Nun, Nabi Musa yang tongkatnya dapat
berubah menjadi ular dan dapat membelah Laut Merah, Nabi Yusuf dengan tafsir mimpi yang jitu,
Nabi Isa dapat menyembuhkan orang sakit kusta, buta, dan juga menghidupkan orang yang sudah
mati, Nabi Muhammad SAW yang dapat melakukan Perjalanan Isra dan Miraj, dan sebagainya,
namun tugas semuanya BUKAN untuk mengembangkan magic, kesaktian, dan keajaiban. Tidak
Tugas Beliau semua hanyalah satu yaitu MENGENALKAN ALLAH kepada umat manusia dan Jin,
sehingga umat manusia dan Jin pun bisa MENYEMBAH Allah, BERIBADAH kepada Allah dengan
SENANG dan GEMBIRA. Karena Allah memang tidak menciptakan Jin dan Manusia kecuali hanya
untuk beribadah kepada-Nya. Jin dan manusia itu tidak diciptakan untuk bermain magic, bermain
Sedangkan mujizat-mujizat dan keajaiban-keajaiban yang diberikan kepada Nabi dan Rasul itu
adalah sebuah peristiwa incidental, sewaktu-waktu dan kebetulan, yang memang berguna pada
saat itu saja. Setelah Mujizat itu terjadi, ia tidak dibahas dan dilatihkan lagi oleh mereka menjadi
sebuah ilmu yang bisa dipakai setiap waktu dan berulang-ulang untuk gagah-gagahan. Tidak
Itu pulalah sebabnya Mujizat Nabi Muhammad SAW yang sangat fantastis dan fenomenal, yaitu
peristiwa Isra dan Miraj, tidak pernah dibahas panjang lebar oleh Nabi dan para sahabat setelah
peristiwa itu terjadi. Sebab Nabi sudah menutupnya dengan hadist Beliau: Shalat adalah
Dan sahabat juga tidak bertanya-tanya lagi tentang peristiwa Isra dan Miraj itu. Sebab dengan
melakukan shalatpun mereka sudah mendapatkan realitas miraj seperti yang dilakukan oleh Nabi
SAW. Realitas bertemu dengan Allah, berkata-kata dengan Allah, dan mendapatkan jawaban-
Makanya Abu Bakar As Shiddiq setelah Beliau juga melakukan shalat, dengan bergegas Beliau
berkata: Shadaqta ya Rasulullah, betul yang engkau katatakan ya Rasulullah. Dan setelah itu
Abu Bakar As Shiddiq pun selalu tenggelam dalam Shalat yang sangat intense. Begitu juga dengan
para Sahabat yang lainnya, sehingga saat itu terbentuklah masyarakat yang berlomba-lomba
melakukan kebaikan. Masyarakat yang dengan sendirinya akan meramaikan masjid. Masyarakat
yang tidak mengenal takut, sedih dan khawatir. Karena saat itu yang ada di dalam ingatan
mereka, di dalam mind mereka, di dalam hati atau akal mereka hanya ada satu penghuni saja,
yaitu INGATAN KEPADA ALLAH (Dzikrullah). Mereka menjunjung tinggi ingatan kepada Allah.
Kemana-mana yang mereka bawa-bawa adalah ingatan kepada Allah. Mereka memikul ingatan
Oleh sebab itu, dengan akal yang selalu mengingati Allah, apa-apa yang mereka bicarakan juga
jadinya adalah tentang Allah. Mereka saling bercerita tentang kehebatan Allah, tentang kebesaran
Allah, tentang kasih dan sayang Allah, tentang ilmu Allah, tentang keagungan Allah, tentang
kesempurnaan ciptaan Allah, tentang aturan-aturan Allah, tentang siksa Allah. Sehingga ucapan-
ucapan seperti: Allahlah tujuanku, cukuplah Allah bagiku, dan ucapan mereka yang lainnya,
merupakan ucapan-ucapan yang bersesuaian antara apa yang diucapkan mereka dengan keadaan
Bersambung
4. Ilmu-ilmu NAM yang berkembang sejak abad 20 ini, dan mayoritas Ilmu-ilmu tasawuf wali-wali
tarekat yang berkembang sejak 400 tahun setelah kewafatan Nabi Saw, serta pemecah belahan
islam menjadi berbagai golongan, mahzab, fikih, syiah, sunni, dan sebagainya, tanpa kita sadari,
kebanyakan akan membuat kita merasa JAUH dan TERPISAH dengan Allah. Bahkan kita merasa
Masih mendingan sedikit kalau kita hanya sekedar merasa bahwa Allah itu jauh dan terpisah dari
kita. Masih ada Allah yang kita percayai. Sebab karena kalau kita merasa jauh dan terpisah
dengan Allah itu, maka kita jadinya masih ingin MENDEKAT mendekat, dan mendekat kepada
Allah. Malah adakalanya kita tidak hanya sekedar ingin mendekat kepada Allah, tapi ingin sekalian
Yang paling parah adalah ketika kita merasa bahwa Allah telah hilang entah kemana. Kita berlaku
seperti kita sendirilah yang memiliki segala sesuatu. Kita lakukan ini dan itu seperti orang yang
tidak dilihat oleh Allah sama sekali. Kita mencuri. Kita korupsi dengan mudah. Kita maksiat
berkali-kali. Kita mencaci orang lain, kita memaki ciptaan Allah yang lain, dan bahkan kita mencaci
maki WAKTU. Sekarang ini, media sosial, media cetak, dan media visual lainnya, penuh dengan
Disamping itu, karena kita merasa bahwa Allah kita telah hilang, maka kita jadinya akan sibuk
mencari-cari Allah kemana-mana. Maka untuk itu, kemudian bermunculan berbagai cara dan
metoda baru yang katanya itu adalah untuk menemukan kembali Allah kita yang telah hilang dan
Ada yang mencari-cari Allah dikedalaman HATINYA dan di dalam apa yang dinamakannya
LATHAIF-LATHAIF tertentu dengan cara berdzikir sekian puluh ribu atau bahkan ratusan ribu
selama bertahun-tahun. Ada yang mencari-cari Allah didalam nafasnya. Ada yang mencari-cari
Allah di dalam gerakan-gerakannya seperti dalam Tarian Sufi, Gerakan di lapangan mengikuti arah
getaran yang acak seperti gerakan Taichi. Ada yang mendekat-dekatkan Ruhnya kepada Allah
yang disebut sebagai Perjalanan Ruhani, dan sebagainya. Banyak sekali macam dan ragamnya.
Metoda-metoda baru dalam mencari-cari Allah dan dalam mendekat-dekatkan diri kepada Allah
seperti itulah sebenarnya yang disebut dengan BIDAH. Sebab tiga generasi Islam awal, Rasulullah
SAW, para sahabat, Tabiin dan Tabit tabiin dulu tidak pernah melakukannya. Jadi Bidah itu bukan
Saat itu, dengan KUNCI ILMU yang sedang ada ditangan Rasulullah SAW, setiap kali Rasulullah
SAW mengajarkan sesuatu ilmu tentang mengenal Allah (Makrifatullah), semua orang yang
mendengarkan syarahan Beliau saat itu, dengan sangat mudahnya bisa memahaminya. Ya,
tanpa bersusah-susah melakukan cara-cara yang aneh seperti diatas, seketika itu juga para
sahabat yang Beliau ajar atau syarah itu bisa mengerti dan paham. Mereka langsung BERIMAN
Dan yang lebih aneh lagi saat itu adalah, begitu SATU PINTU ILMU dibukakan oleh Rasulullah
kepada para Sahabat Beliau, maka, dengan sangat mengejutkan, pintu-pintu Ilmu yang lainnya
terbuka pula satu persatu dengan sangat mudahnya. Makanya dengan sangat mudah para sahabat
itu berkata, shadaqta ya Rasulullah, kami dengar, kami mengerti, dan akan kami lakukan ya
Rasulullah. Saat itu memang umat Islam sedang berada pada puncak ketinggian Ilmu dan
kemegahan peradaban. Satu persatu hukum-hukum Allah (sunatullah) tersibak menjadi berbagai
Ilmu dan Teknologi yang nantinya akan sangat berguna bagi kemaslahatan hidup umat manusia.
Akan tetapi, walaupun saat itu ilmu dan teknologi sudah berkembang dengan sangat pesat dan
mencengangkan, namun dalam hal BERIBADAH, tidak ada satupun diantara para tiga generasi
Awal Islam itu yang menambah-nambah cara beribadah kepada Allah dengan cara-cara yang baru
diluar yang dicontohkan oleh Rasulullah. Semuanya hanya MENYAMPAIKAN apa-apa yang telah
diajarkan oleh Rasulullah kepada mereka. Tidak ada diantara mereka yang MEMAKAI ilmu yang
disampaikan oleh Rasulullah itu sebagai Ilmu milik mereka sendiri. Tidak ada. Mereka bahkan
tidak berani menambah-nambahinya dengan pemahaman dan cara-cara ibadah menurut rekaan
dan ciptaan mereka sendiri. Mereka tidak menyampaikan tafsiran-tafsiran yang nantinya akan
menyusahkan umat.
Makanya ibadah-ibadah pada zaman itu tidak ada yang aneh-aneh. Praktek mengingat Allah
(dzikrullah) yang mereka lakukan tidak ada yang aneh-aneh. Puasa mereka tidak ada yang aneh-
aneh. Haji dan umrah mereka tidak ada yang aneh-aneh. Haji dan Umrah mereka tidak perlu
berkali-kali seperti yang dilakukan oleh umat Islam sekarang ini. Malam hari mereka isi dengan
beribadah, terutama di sepertiga malam terakhir sampai pagi. Siang mereka banyak berpuasa.
Shalat wajib dan shalat-shalat sunnah mereka kerjakan dengan istiqamah. Sedekah mereka
lakukan dengan penuh semangat. Kepada tetangga mereka sangat penuh perhatian. Mereka tidak
pernah memaki dan menghardik. Kehidupan mereka benar-benar seperti kehidupan orang biasa
saja. Tidak ada perbedaan yang berarti antara khalifah dengan rakyat jelata. Mereka saling
maupun yang sunat. Setiap punya masalah mereka Shalat dua rakaat. Setiap minta pertolongan
atas permasalahan apa saja yang sedang mereka hadapi, mereka hanya melakukan shalat,
shalat, dan shalat!. Dan merekapun kemudian mendapatkan JAWABAN-JAWABAN dari Allah
terhadap semua permasalahan yang sedang mereka hadapi. Pertolongan demi pertolongan dari
Allahpun datang kepada mereka dalam bentuk sesuatu yang tanpa mereka duga-duga sama
sekali.
Dan saat pertemuan dengan Allah di dalam Shalat itu, Para Sahabat Nabi yang mulia itu juga tidak
perlu melakukan berbagai PERJALANAN ROHANI apa-apa seperti yang banyak dilakukan oleh
orang-orang yang hidup pada generasi 400 tahun setelah kewafatan Rasulullah. Praktek-praktek
Pertanyaannya adalah: kita mau berjalan kemana?; kita mau pergi kemana?. Proses pergi
dan memperjalankan rohani itulah sebenarnya yang nantinya akan menyebabkan kita merasa
Nantinya, dari sinilah titik awal munculnya berbagai konsep spiritualitas yang ternyata masih
bertahan sampai saat ini, seperti Wahdatul Wujud, Nur Muhammad, Hulul, emanasi, Fana Fillah,
Baqabillah. Dan kalau kita amati dengan seksama, maka ketika kita berusaha mendekat kepada
Allah atau malah sekalian bersatu dengan Allah itu, maka saat itu akan ada DUA KEWUJUDAN.
Adanya DUA WUJUD seperti ini, dalam pandangan Kacamata Makrifatullah, adalah sebuah
KESYIRIKAN.
Dan sejak itu pulalah umat Islam mulai kehilangan ilmu yang sebenarnya tentang MENGENALI
ALLAH (Makrifatullah) dan ilmu tentang MENGINGATI ALLAH (Dzikrullah). Hilang kedua hal ini,
Makrifatullah dan Dzikrullah, maka hilang pulalah makna SHALAT yang sebenarnya yang sedang
kita lakukan. Karena shalat itu sebenarnya adalah prosesi Dzikrullah!. Dan sejak itu, hilang
pulalah dengan cepat bekas-bekas shalat, bekas puasa, bekas sedekah, bekas haji dan umrah dari
sebagian besar umat Islam. Walaupun jumlah umat Islam berkembang dengan sangat pesat,
namun JEJAK yang ditorehkan oleh umat Islam dalam membangun peradaban sangatlah KECIL
sekali.
Saya sendiri begitu terkaget-kaget saat mengetahui tentang hal ini. Sebab sebelum saya
mengenal ilmu Makrifatullah menerusi jalan Nabi-Nabi ini, saya masih berkutat dengan hal-hal
seperti diatas. Untuk bertemu Allah harus di depan Kabah. Saya juga masih beranggapan bahwa
untuk bertemu Allah itu saya juga harus melakukan sebuah PERJALANAN ROHANI. Perjalanan RUH
saya yang pergi mendekat kepada Allah, atau Ruh saya didekat-dekatkan kepada Allah. Dan
karena saat itu memang ada rasanya, maka saya anggap itu adalah hal yang benar. Apalagi dari
buku-buku tasawuf yang saya baca, dan pengajaran-pengajaran yang saya terima, seakan-akan
memang perjalanan rohani itu adalah sebuah aktifitas wajib yang harus saya lakukan agar saya
bisa khusyu dalam beribadah, apalagi kalau saya ingin bisa mendapatkan ilham dan pengajaran
Akan tetapi dengan berbekal ilmu Makrifatullah yang disampaikan oleh Arif Billah Ustadz Hussien
Bin A Latiif, ternyata semua paradigma dan ilmu-ilmu diatas yang juga sedikit banyaknya telah
saya punyai sebelumnya, seketika itu juga rontok dan gugur tanpa sisa. Karena, dengan ilmu
Mengenal Allah (makrifatullah) dengan kesadaran yang Jati, yang KUNCI ILMUNYA ternyata ada
pada Beliau, saya dikejutkan dengan kenyataan bahwa sebenarnya saya, semua manusia, dan
semua ciptaan Allah yang lainnya TIDAK PERNAH TERPISAH dengan Allah.
Kita semata-mata adalah penzhahiran dari sedikit Dzat-Nya Yang sedikit. Kita dan semua ciptaan-
Nya tenyata adalah TIDAK WUJUD. Kita dan seluruh ciptaan-Nya yang lain ternyata adalah Dzat-
Nya Yang Dzahir. Dan Disebalik Dzat-Nya Yang Dzahir itu ada SEDIKIT Dzat-Nya Yang Bathin.
Tidak terpisah Dzat-Nya Yang Dzahir dengan Dzat-Nya Yang Bathin itu. Dzat-Nya Yang Dzahir dan
Dzat-Nya Yang Bathin itu bisa disebut juga dengan Dzat-Nya yang berada di dalam Lauhul Mahfuz.
Tidak terpisah Dzat-Nya yang sedikit itu dengan Dzat-Nya yang keseluruhan Yang Maha Indah.
Pantas Imam Al Ghazali berkesimpulan bahwa: Orang yang mengenal dirinya dan mengenal
Tuhannya niscaya sudah pasti ia mengenal bahawa ia tiada mempunyai wujud bagi
dirinya, Ihya Ulumiddin Bk. 7, 427 (1981). Sebab yang wujud sebenar-benar wujud ternyata
adalah Dzat-Nya saja. Dzat-Nya itulah yang menjadi Wajibul Wujud bagi semua ciptaan. Tanpa
Allah merelakan sedikit Dzat-Nya atau DIRI-NYA menjadi Unsur dasar bagi penciptaan semua
ciptaan, maka tidak akan pernah ada satupun ciptaan yang akan terzhahir.
Bersambung
5. Ilmu-ilmu diatas akan sangat sulit sekali mengantarkan kita untuk paham dengan berbagai
ayat-ayat dan hadist-hadist tentang MAKRIFATULLAH yang ciri-cirinya disebutkan Allah di dalam
ayat:
Engkau melihat mata mereka mencucurkan air mata disebabkan kebenaran yang mereka ketahui,
sambil mereka berkata: Wahai Tuhan kami, kami beriman, oleh itu tetapkanlah kami bersama-
sama orang-orang yang menjadi saksi, Al Maidah (5):83. Akan tetapi kenyataannya berkata lain,
ayat ini tetap menjadi ayat langit yang realitasnya entah seperti apa. Semua kita seperti tak henti-
hentinya mencari dan mencari, tangis seperti apakah gerangan yang diberitakan oleh ayat ini
Ayat-ayat dan hadist-hadist itu sudah sering kita baca, kita tulis, kita diskusikan, dan bahkan kita
khutbahkan. Sudah ada pula beribu-ribu buku yang membahasnya, akan tetapi beribu pula
menahun pada HATI kita. Luka yang akan kembali menganga setiap kali kita membaca ayat-ayat
Makrifatullah, sehingga kulit kita, daging-daging yang berada dibawah kulit kita, bahkan tulang
kita, menjadi menggigil seperti kedinginan karena perasaan takut kita kepada Allah. Ayat-ayat
yang sebenarnya akan menyebabkan air mata kita jatuh bercucuran, disebabkan KEBENARAN
yang akhirnya kita dipahamkan oleh Allah. Kita benar-benar menjadi SADAR dan DIKEJUTKAN
Dan Allah jualah yang memiliki timur dan barat, maka ke mana sahaja kamu menghadap di situ
Maka (yang sebenarnya) bukan kamu yang membunuh mereka, akan tetapi Allah-lah yang
membunuh mereka, dan bukan kamu yang melempar ketika kamu melempar tetapi Allah yang
3, 1452 (1990).
Allah cahaya langit dan bumi. Perumpamaan cahaya Allah, adalah seperti sebuah lubang yang tak
tembus, yang di dalamnya ada pelita besar. Pelita itu di dalam kaca (dan) kaca itu seakan-akan
bintang (yang bercahaya) seperti mutiara, yang dinyalakan dengan minyak dari pohon yang
banyak berkahnya, (yaitu) pohon zaitun yang tumbuh tidak di sebelah timur (sesuatu) dan tidak
pula di sebelah barat (nya), yang minyaknya (saja) hampir-hampir menerangi, walaupun tidak
disentuh api. Cahaya di atas cahaya (berlapis-lapis), Allah membimbing kepada cahaya-Nya siapa
yang Dia kehendaki, dan Allah memperbuat perumpamaan-perumpamaan bagi manusia, dan Allah
Jutaan, ratusan juta, bahkan milyaran orang sebenarnya ingin bisa mereguk madu Makrifatullah
yang indikasinya telah Allah hamparkan di dalam ayat-ayat Al Quran seperti diatas, dan sebanyak
itu pula orang yang ingin untuk duduk tenteram dalam Dzikrullah yang mengasyikkan. Akan tetapi
hampir sebanyak itu pula yang gagal mendapatkannya. Kita bertanya dan bertanya, kita mencari
dan mencari.
Akan tetapi PINTU untuk kesana seperti sudah ditutup rapat oleh Allah. Kunci Ilmunya seperti
masih tersimpan rapi disuatu tempat menunggu seorang Arif Billah untuk menerimanya yang akan
bisa membuka pintu tersebut. Seorang Arif Billah yang akan menggairahkan umat manusia
diseluruh dunia dan bahkan bangsa Jin untuk kembali mengikuti ajaran-ajaran Rasulullah SAW
dengan mudah. Semudah para sahabat Nabi dahulu menerima pelajaran dari Nabi.
Demikianlah.
Maka apabila Allah berkehendak untuk memilih seseorang Hamba-Nya dan melebihkannya dari
sekalian makhluk-Nya yang lain serta melengkapkan ke dalam batinnya cahaya makrifat, niscaya
akan dilihat-Nya orang itu dengan pandangan keutamaan dan kerahmatan, dibukakan baginya
pintu-pintu hidayat, lalu dimuliakanNya dengan sifat kesedaran, dikejutkanNya daripada lelapan
orang-orang lalai. Saiyid Ahmad Ar Rifai, Benteng Diri Ahli Hakikat Dalam Meniti Makrifat kepada
Allah, 42 (1994).
Allah anugerahkan kepadanya ilmu ladunni (ilmu yang langsung dari sisi Allah) suatu ilmu yang
diilhamkan oleh Allah ke dalam hati seseorang hamba-Nya tanpa belajar melalui perantaraan guru
(talqin masyayikh) ilmu mana tidak akan hilang dan tidak akan dilupakan. Seseorang yang
mendapat ilmu yang seperti ini adalah yang benar-benar alim. Syekh M. Nafis Al Bajaree, Ad
Darunnafis, 84 (?).
Hati mereka menjadi gedung ilmu Allah yang amat berharga dan orang itu akan diberi Allah
rahsia-rahsia yang tidak diberinya kepada orang lain. Allah telah memilih mereka dan membawa
mereka ke sisi-Nya. Hati mereka akan dilapangkan untuk menerima rahsia-rahsia ini dan ilmu-
ilmu yang tinggi. Allah jadikan mereka itu pelaku dan lakuanNya dan pengajak manusia kepada
jalan Allah dan melarang membuat dosa dan maksiat. Jadilah mereka itu orang-orang Allah.
Mereka mendapat bimbingan yang benar. Mereka boleh memberi pertolongan kepada orang-orang
yang benar dan mengesahkan kebenaran orang lain. Mereka ibarat timbalan nabi-nabi dan rasul-
rasul Allah. Mereka sentiasa mendapat taufik dan hidayah dari Allah Yang Maha Agung. Syeikh
Hendaklah kamu segera mencari cahaya bicara orang-orang Arif-Billah itu sebelum
Pada satu-satu zaman ataupun di dalam satu wilayah ataupun di peringkat antarabangsa hanya
ada satu. Martin Lings, Shaikh Ahmad Al Alawi Wali Sufi Abad 20, 70 (1995).
Dengan Kunci Ilmu yang ada ditangan Arif Billah tersebut, maka barang siapa yang dikehendaki
oleh Allah, ia akan dengan penuh gelora akan bersedia menerima kucuran ilmu dari Arfi Billah
tersebut, sehingga satu persatu pintu ilmu yang lainpun terbuka pula baginya dengan sangat
terang benderang.
Andaikata kamu mengenali Allah Taala dengan sebenar-benar pengenalan, niscaya kamu akan
diajarkan-Nya suatu ilmu yang tiada lagi sesudahnya sifat kejahilan. Sayid Ahmad Rifai, Benteng
Barangsiapa dikehendaki Allah akan kebaikan padanya maka Allah memberikan kefahaman dalam
Dan alhamdulillah, ternyata saya termasuk salah satu dari segelintir orang yang sudah ditakdirkan
oleh Allah untuk meyakini akan kearifbillahan Ustadz Hussien Bin Abdul Latiff. Kepada Beliaulah
saya sekarang ini menimba Ilmu. Dan sikap saya kepada Beliau hanya mencontoh sikap seorang
BILAL terhadap Rasulullah Muhammad SAW. Saya hanya seorang bodoh yang sedang dalam masa
Bersambung
6.Ilmu-ilmu diatas, tidak hanya banyak gagalnya untuk membawa kita memahami ayat-ayat
tentang makrifatullah, akan tetapi juga banyak gagalnya dalam memahamkan kita tentang ayat-
ayat, Al Hadist, dan Pendapat Arif Billah yang berkenaan dengan TAKDIR atau RUKUN IMAN KE-6,
misalnya:
Tiap-tiap manusia itu telah Kami tetapkan amal perbuatannya (sebagaimana tetapnya kalung)
Orang-orang itu akan memperoleh bahagian yang telah ditentukan untuknya dalam kitab. Al Araaf
(7):37.
Dan berkatalah orang-orang yang berilmu serta beriman: Demi sesungguhnya, kamu telah tinggal
menurut yang terkandung dalam Kitab Allah sampai ke hari kebangkitan. Ar Rum (30):56
Orang-orang golongan bahagia mereka akan dipermudahkan untuk melakukan amalnya orang-
orang bahagia. Adapun golongan orang celaka, dia juga pasti akan mengarah pada amalnya
orang-orang celaka. Terjemahan Sahih Muslim Bk.4, 575 (1994); Terjemahan Sahih Al Bukhari Bk.
8, 402 (1987).
Tak seorang pun daripada kamu kecuali sudah ditetapkan tempatnya di syurga atau di neraka.
Kamu tidak ada pilihan sendiri dalam perkara ini. Syeikh Abdul Qadir Al Jilani, Futh Ghaib, 32
(1990)
Sesungguhnya kehidupan dunia hanyalah permainan dan senda gurau. Muhammad (47):36
Sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah kesenangan (sementara) dan sesungguhnya akhirat
Dengan yang demikian itu, janganlah kamu menyalahi-Nya dalam lakuan-Nya yang terzahir
melalui kamu meskipun itu tidak kamu sukai dan tidak sesuai dengan kehendak kamu dan
meskipun pada zahirnya membahayakan kamu. Syeikh Abdul Qadir Al Jilani, Futuh Ghaib,163;
Hendaklah sentiasa sabar, redha dan menyesuaikan diri kamu dengan Allah, dan tenggelamkan
diri kamu ke dalam lautan lakuanNya. Syeikh Abdul Qadir Al Jilani, Futuh Ghaib, 153(1990)
Kamu sekali-kali tiada akan mendapati perubahan pada sunnah Allah: Al Ahzab (33):62.
Tidak ada yang lebih kecil dan tidak (pula) yang lebih besar dari itu melainkan (semua tercatat)
dalam kitab yang nyata Loh Mahfuz. Yunus (10):61; Al Qamar (54):52-53.
Tidak ada sesuatu musibah pun yang menimpa seseorang kecuali dengan izin Allah. At Taghabun
(64):11.
Tiadalah memberi mudarat sedikit pun kepada mereka, kecuali dengan izin Allah. Al Mujadilah
(58):10
Sesuatu yang bernyawa tidak akan mati melainkan dengan izin Allah. Ali Imran (3):145.
Allah telahpun menentukan kadar dan masa bagi berlakunya tiap-tiap sesuatu At Talaq (65):3)
Dan tidak ada seorang pun akan beriman kecuali dengan izin Allah. Yunus (10):100
Allah mengeluarkan orang-orang itu dari gelap gulita kepada cahaya yang terang benderang
Mereka berkata, Apakah ada bagi kita barang sesuatu (hak campurtangan) dalam urusan ini?.
Katakanlah, Sesungguhnya urusan itu seluruhnya di tangan Tuhan. Ali Imran (3):154.
Katakanlah, Semuanya dari Allah. Mengapa orang-orang itu hampir tidak memahami perbicaraan
Maka adakah patut kamu menyangka bahwa Kami hanya menciptakan kamu sahaja dengan tiada
(Ingatlah), tidaklah Kami menciptakan langit dan bumi serta segala yang ada di antara keduanya
Allah tidak menjadikan semuanya itu melainkan dengan adanya faedah dan gunanya yang
Kerana boleh jadi kamu bencikan sesuatu, sedang Allah hendak menjadikan pada apa yang kamu
Sesunguhnya dia telah memikirkan dan menetapkan maka celakalah dia ! Bagaimana dia
(74):18-20.
Dan kepunyaan Allah-lah segala apa yang tersembunyi di langit dan di bumi. An Nahl (16):77
Tiadakah kamu mengetahui bahwa kerajaan langit dan bumi adalah kepunyaan Allah? . Al Baqarah
(2):107.
Hendaklah engkau beriman kepada Allah, kepada malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, para utusan-Nya,
dan Hari Akhir (kiamat) serta beriman kepada takdir dan buruknya takdir. Terjemahan Sahih
Seandainya salah seorang di antara mereka mempunyai emas segunung Uhud yang dia nafkahkan
maka Allah tidak bakal menerimanya sebelum dia beriman kepada TAKDIR. Terjemahan Sahih
Maka perlu engkau ketahui bahawa musibah yang menimpa kamu tak akan hilang daripadamu.
Dan sesuatu yang mesti terlepas daripadamu tak akan dapat memberikanmu musibah. Dan jika
engkau mati dengan keyakinan selain ini, pasti engkau akan masuk ke neraka: Terjemahan Sunan
Dan jika engkau tertimpa dengan sesuatu musibah maka janganlah berkata, Seandainya sahaja
aku berbuat begini dan begini. Akan tetapi katakanlah, Allah sudah mentakdirkan dan apa yang
Dia kehendaki pasti dilaksanakan-Nya. Ketahuilah bahawa kata, Seandainya akan membuka
jalan bagi syaitan untuk menggoda. Terjemahan Sunan Ibnu Majah Bk 1, 67 (1992).
Nabi Musa as berkata, Hai Adam, engkau adalah bapa kami tetapi engkau telah mempersia-
siakan kami serta mengeluarkan kami daripada syurga kerana dosa-dosamu. Nabi Adam as
menjawab, Hai Musa, Allah telah memilihmu dengan Kalam-Nya dan menulis Taurat untukmu
dengan tangan-Nya maka apakah engkau menyalahi aku atas perkara yang telah ditakdirkan Allah
kepadaku 40 tahun sebelum aku diciptakan?. Terjemahan Sunan Ibnu Majah Buku 1, 68 (1992).
Sesungguhnya Allah tidak menganiaya seseorang walaupun sebesar zarrah. An Nisa (4):40.
Sesungguhnya Allah tidak berbuat zalim kepada manusia sedikitpun akan tetapi manusia itulah
yang berbuat zalim kepada diri mereka sendiri. Yunos (10):44; Ar Rum (30):9.
Ayat-ayat, hadist-hadist dan pendapat Arif Billah di atas dengan jelas ataupun tersamar
menyatakan bahwa takdir yang BAIK maupun takdir yang BURUK semuanya, 100 %, adalah
berasal dari Allah. Namun kita gagal untuk memahaminya. Kita gagal memahami bahwa apapun
yang terjadi pada diri kita maupun orang lain semuanya itu (sejak FIRMAN KUN):
Sudah tersusun dengan teguh, rapih, lengkap, dan sempurna. Karena semua itu memang disusun
Sudah tidak bisa berubah lagi, sebab segala perubahan dan persyaratan atas penzhahirannyapun
sudah dituliskan.
Sudah diselipkan pula berbagai HIKMAH yang wajib kita baca sebagai bahan pelajaran bagi kita
khususnya, dan bagi umat manusia umumnya, untuk bekal kita dalam mengarungi kehidupan
dikemudian hari.
Kebanyakan kita GAGAL dalam mengimanai takdir seperti ini karena kita keliru dalam memahami
Sesungguhnya Allah tidak akan merubah keadaan suatu kaum sebelum mereka mengubah
keadaan diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap suatu kaum,
maka tidak ada yang dapat menolaknya dan tidak ada pelindung bagi mereka selain Dia. Ar-Radu
(13): 11 .
Satu ayat ini saja, yang kita keliru memahaminya, telah membawa kita MERASA BISA untuk
mengatur-atur diri kita, mengatur-atur nasib kita, mengatur-atur masa depan kita. Kita merasa
bisa untuk merencana-rencanakan masa depan kita. Dan itupun katanya bisa kita dapatkan
dengan hanya mengatur-ngatur pikiran kita, imaginasi kita, kata-kata kita, dan perasaan kita.
Kita merasa hal seperti itu tidak hanya bisa kita pakai untuk kepentingan diri kita sendiri, akan
tetapi juga untuk kepentingan orang lain. Sehingga akhirnya kita menjadi orang yang dikenal luas
dimana-mana. Dan dengan gagah berani kita mengiming-imingi orang lain bahwa mereka akan
menangguk manfaat yang sangat besar bila mengikuti saran-saran kita. Seperti dijamin berhasil
begitu.
Akan tetapi, supaya tidak berkesan sombong, kita kemudian menutupnya dengan ucapan: apa-
apa hasil yang baik adalah dari Allah, sedangkan apa-apa hasil yang buruk dari kebodohan kita
sendiri .
Yang lebih parah lagi adalah segala sesuatunya mulai jadi BERMASALAH bagi kita. Kita mulai tidak
bisa menerima apapun yang terjadi yang tidak sama dengan apa yang kita harapkan baik pada diri
diri kita, maupun pada keluarga kita, dan pada kelompok kita. Makanya apapun yang kita lihat,
kita baca, dan kita dengar membaca apa yang tertulis dan tergambar didepan mata kita.
Kalau pada sesama manusia, sudah dapat dipastikan bahwa, dengan kata-kata yang alangkah
kasarnya (walau kadangkala sudah dicoba dihalus-haluskan, namun tetap terasa kasar dan
menusuk perasaan), kita akan menolak, mencaci, menghujat, melaknat, dan memaki orang yang
Sedangkan kepada Allah, untuk setiap peristiwa dan kejadian buruk yang menimpa kita, kita akan
selalu dan selalu berkata: Kenapa ya Allah ini terjadi pada saya, pada keluarga saya, bukankah
Gagal dalam mengimani TAKDIR atau Rukun Iman ke-6 inilah sumber permasalahan kita yang
akan selalu membuat kita menderita, dan ilmu-ilmu diatas hanya akan menyelesaikan
permasalahan kita itu pada tingkat kulit luarnya saja. Dengan sangat mengejutkan kita juga akan
segera merasakan tingkat keberadaan atau tingkat KEAKUAN kita meningkat dengan sangat cepat.
Selalu akan ada kita dan ada pula Allah. Akan selalu ada dua wujud yang saling kalah
mengalahkan, dan pada akhirnya dengan terpaksa kita akan selalu merasa kalah dan menjadi
korban permainan takdir Allah. Merasa ada tapi akhirnya kita harus merasa kalah, itu alangkah
Firasat kita akan menjadi lemah dalam menghadapi berbagai masalah kehidupan. Dan kita juga
akan selalu gagal untuk memetik HIKMAH dan membaca PELAJARAN dari setiap peristiwa yang
kita hadapi. Pada akhirnya kita akan selalu saja tertinggal dari perputaran zaman yang selalu
menuntut kebaharuan
Bersambung
ilmu diatas, umat Islam hampir saja kehilangan pemaknaan TOTAL tentang HATI dan DIMANA LET
AK dari HATI tersebut. Karena memang sejak 400 tahun setelah Rasulullah Wafat, banyak umat Is
lam yang TERSILAP dalam memaknai HATI ini. Hati itu dikira ada di dalam DADA (SUDUR), atau H
ati itu dikira ada di dalam JANTUNG yang diistilahkan dengan QALB.
Lalu dada atau qalb itu dijadikan orang sebagai OBJEK yang paling utama dan paling pertama untu
k DITAMPAR dengan lafaz.lafaz dzikir dan istighfar agar dada atau qalb itu bisa menjadi tenang da
n bersih sehingga mudah dimasuki oleh ilham TAQWA berupa munculnya rasa cinta, senang, tenan
g, damai, bahagia dan pelajaranpelajaran lainnya. Sebab ternyata hampir bagi semua orang, kita
merasakan dada kita itu sempit dan sakit terus melihat apapun yang terjadi disekeliling kita. Kita
mengira saat itu dada kita sedang dimasuki oleh ilham FASIK berupa munculnya rasa marah, iri, b
enci, tamak, loba, susah, takut, khawatir yang terasa ada di dalam dada kita itu.
Praktek ini menggejala hampir kesemua lapisan masyarakat, karena sejak itu pengamal tasawuf ja
lan waliwali yang kebanyakan adalah wali tarekat, memang mewarnai spiritual Islam dengan sang
pecah orang menjadi Islam dengan pengamalan tarekat model A,B,C, dan sebagainya.
Sedangkan ulama-ulama tasawuf jalan Nabi-Nabi seperti Imam Al Ghazali sudah mewanti-
wali (tarekat) tidak mau mengakui bahwa bahwa mereka telah salah dalam memberi nama HATI it
u. Kesalahan itu sudah sangat sulit untuk terhapus dari kepahaman mereka. Ia sudah sangat berk
embang dari mulut kemulut, dari tulisan ke tulisan, dan melekat erat pada hati mereka. Kaum sufi
tersebut mencela minda atau akal dan apa-apa yang bisa dipahami oleh akal tersebut.
Akan tetapi peringatan Iman A Ghazali itu tidak menjadi perhatian lagi bagi kaum sufi jalan wali-
wali tarekat karena mereka asyik sendiri mencari rasa demi rasa dalam berdzikir. Sedangkan umat
wali, asyik sendiri pula menghafal dalil demi dalil untuk saling diperdebatkan. Jadilah umat islam it
u terpecah-
belah menjadi dua golongan besar. Yang satu golongan asyik berburu rasa dan ilham dengan cara
nya masing-
masing yang disebut dengan TAREKAT A,B,C, dan yang satu golongan lagi asyik pula saling berb
uru dalil dan hukum untuk saling menjatuhkan satu sama lainnya.
Dengan begitu maka lengkaplah prasyarat untuk terzhahirnya umat yang sangat mudah untuk dile
cehkan, umat yang terpecah belah, umat yang saling berperang dan menumpahkan darah. Umat y
ang sudah tidak dapat lagi melihat HIKMAH dari setiap kejadian dan peristiwa selama hampir 1000
penemuan ilmu dan teknologi yang dihasilkan oleh umat Islam sejak saat itu. Umat Islam asyik be
rumah dzikir bagi yang mengikuti jalan tarekat, dan bagi yang tidak ikut jalan tarekat asyik pula m
tebal untuk menemukan sesuatu yang entah apa. Keduanya asyik, tapi tujuan dalam melakukan k
easyikan itu nyaris tidak dketahui oleh kedua golongan ini. Entah apa yang dicari, entah apa
Padahal tujuan Allah dalam menciptakan manusia dan Jin adalah untuk mengenal dan beribadah k
epada Allah. Kalau kita sudah bisa beribadah hanya kepada Allah, maka insyaallah kita akan dijad
ikan PERKAKAS oleh Allah untuk mengujudkan rahmat dan kesenangan bagi umat manusia dan al
am semsta. Sedangkan kalau kita tidak bisa beribadah kepada Allah, kita tetap akan dijadikan per
kakas juga oleh Allah, tetapi perkakas untuk mengujudkan keangkaramurkaan bagi umat manusia
Melihat begitu pentingnya HATI atau AKAL ini yang di dalam Al Quran dikatakan fungsinya adalah
aqun) dan untuk itu Hati tersebut dilengkapi dengan MATAHATI / MATA AKAL yang berfungsi untuk
MELIHAT dan MENDENGAR, maka sudah seharusnya umat Islam mulai memperhatikan masalah H
Sebab RUH hanya akan IKUT dan PATUH MENGANTARKAN RAGA kita kemana saja kata hati kita b
erdetak sembari ia memberikan UMPAN BALIK berupa RASA tentang hasil demi hasil dari pelaksan
aan kata hati kita itu. Sebab fungsi RUH itu memang utamanya adalah untuk MENGGERAKKAN rag
a kita dan mengirimkan umpan balik kembali ke tubuh kita dalam bentuk RASA.
Karena RUH itu berada dan melayang di dalam seluruh jaringan tubuh kita. Maka umpan balik dari
RUH kepada raga kita itu akan terasa pula di sekujur tubuh kita. Perubahan-
perubahan rasa itu ternyata lebih terasa atau sangat kentara sekali terasa di dalam dada kita. Per
ubahan di dalam dada kita itu adalah seperti menyempit dan melapang. Kalau dada kita terasa me
engah, jantung kita akan berdenyut lebih cepat, dan kitapun menjadi sangat mudah untuk menjad
hal yang baik dan penuh ketakwaan, umpan balik yang diberikan oleh RUH yang terasa di sekujur
tubuh kita dan dada kita adalah, dada kita itu akan berubah menjadi lapang dan luas. Ada rasa leg
a dan lepas dari beban berat yang menyeruak dan menyembul dan memancar dari dalam dada kit
a itu. Nafas kitapun akan bergerak seperti nafas bayi yang sedang tidur. Denyut jantung kita akan
otot kita akan rileks dan kendor. Hal ini merupakan prasyarat untuk RUH kita itu bisa berdesir kelu
Setiap perubahan rasa berikutnya, akan sangat terasa pula dikulit kita. Kulit kita kadangkala merin
ding-
rinding seperti orang yang kedinginan. Akan tetapi tubuh kita sendiri tidak sampai berkocak atau d
an berkelojotan secara kasar. Dinginnya itu bahkan akan terasa sampai ke daging di bawah kulit ki
ta dan bahkan bisa sampai ketulang kita. Itu sangat tergantung dari keadaan yang sedang kita ala
Bersambung
Bersambung
P ELITA D ZATIYAH
Murid dalam SIKAP ber -Tuhan-kan Allah SWT.
Feeds:
Pos
Komentar
Sedangkan KATA HATI itu sendiri ditentukan oleh apa yang SEDANG ADA atau bercokol di
DALAM hati kita. Apa-apa yang ada di dalam hati kita itu sangat tergantung kepada apa-apa yang
sedang kita INGAT-INGAT di dalam hati atau akal kita itu. Allah sudah membukakan sebuah
rahasia maha besar tentang hati ini di dalam Al Quran bahwa; isi hati itu hanya dua, yaitu hati
yang berisikan INGATAN KEPADA ALLAH (Dzikrullah), atau hati yang TIDAK berikan ingatan
kepada Allah.
Hati yang tidak berisikan ingatan kepada Allah akan segera saja diisi oleh QARIN dengan ingatan-
ingatan kita kepada objek pikir yang lain yang akan membuat kita terlalu mudah untuk melakukan
kefasikan. Qarin ini adalah satu Jin yang selalu menemani setiap manusia sejak lahir sampai kita
wafat. Setiap orang pasti punya qarin, termasuk Nabi sekalipun. Akan tetapi Qarin yang menemani
Nabi sudah dibuat tidak berdaya oleh Allah untuk menggoda Nabi
Insyaallah kita akan bercerita lebih panjang tentang Qarin ini pada kesempatan lain Ini akan
sangat menarik sekali. Karena kalau melihat ciri-ciri apa yang dilakukan umat manusia saat ini,
hampir sebagian besar kelihatannya adalah karena ulah QARIN yang telah mengotori hati kita
Dengan melihat fungsi HATI dan MATA HATI yang seperti ini, maka tidak mungkinlah HATI dan
MATA HATI itu terletak di dalam dada atau di dalam jantung kita. Tidak Bisa. Pada kesempatan
yang lalu kita sudah bahas bahwa satu-satunya TEMPAT di dalam tubuh kita yang sesuai dengan
definisi hati sebagai MUDGAH yaitu GUMPALAN yang hampir serupa daging yang lembut tapi
Tapi OTAK itu sendiri bukanlah HATI. Sebab yang dimaksud dengan HATI itu adalah sebentuk
anasir diri manusia yang HALUS yang mempunyai tempat DUDUKAN di dalam otak kita seperti
halnya DUDUKAN udara di dalam paru-paru kita, atau dudukan RUH di dalam tubuh kita. Jadi otak
Segala informasi dan perintah dari dalam hati kita akan sampai kepada tubuh kita untuk
dilaksanakan akan disalurkan melalui jaringan otak ini. Begitu pula dengan segala umpan balik
dan informasi dari luar tubuh kita yang akan masuk kedalam hati kita juga melalui jaringan otak
ini terlebih dahulu. Ruh akan menggerakkan raga kita sesuai dengan kehendak hati, dan dalam
perjalanan mengikuti gerak itu, RUH juga mengantarkan umpan balik berupa RASA yang akan
Jadi satu-satunya yang perlu kita lakukan adalah bagaimana caranya kita membersihkan hati kita
yang halus ini agar RUH kita bisa mengantarkan tubuh kita ketujuan yang baik dengan lembut dan
ringan serta rasanya juga dingin dan suejuuk. Itu saja kok repot
Dengan mengetahui dimana letak atau kedudukan hati kita yang halus ini, yaitu di dalam otak
kita, maka kita hanya tinggal membersihkan saja HATI kita itu lagi dan lagi secara ISTIQAMAH.
Dan untuk itupun kita hanya perlu dengan satu cara saja, yaitu dengan cara mengisi hati kita itu
Karena Allah TIDAK bisa kita rupakan, kita hurufkan, kira warnakan, kita suarakan, kita
bayangkan, maka ketika hati kita telah selalu kita isi dengan INGATAN kepada Allah (Dzikrullah),
maka ingatan kita kepada apapun yang lain selain dari Allah otomatis akan hilang dengan seketika
itu juga. Hati kita akan otomatis menjadi bersih dalam sekejap. Sebab hati kita memang hanya
Hanya saja kalau kita belum terbiasa mengingat Allah seperti ini, biasanya ingatan kita kepada
Allah itu tidak akan bisa bertahan lama. Lama-lama ingatan kita kepada Allah menjadi kendor dan
mulai dimasuki oleh ingatan kita kepada yang lain selain Allah, yang saat itu sedang kita cintai
atau senangi.
Begitu ingatan kita kepada Allah telah hilang, artinya kita beralih dari ingatan kepada Allah Yang
Maha Rahman, maka seketika itu juga Qarin akan menyusupkan ingatan-ingatan yang lain yang
sangat banyak silih berganti kedalam hati kita. Qarin akan memperkuat ingatan kita kepada apa-
apa yang selain Allah itu sampai akhirnya suatu saat kita terlanjur melakukan satu perbuatan
bintik kuningnya. Jika perbuatan fasik itu telah kita lakukan berulang dan berulang, maka lama-
lama hati kita akan hitam, keras membatu, buta, pekak, dan tuli. Otak kita sih tetap seperti biasa.
Kalau kita menyesal, qarinnya akan istirahat dulu sebentar membiarkan kita merasakan
penyesalan itu. Boleh jadi kita menangis karena menyesal itu. Atau boleh jadi pula kita berusaha
mengucapkan kata-kata motivasi positive seperti yang banyak diseminarkan orang, atau kita
membaca ayat-ayat kitab suci dan dzikiran seperti di dalam pengajian-pengajian. Tapi setelah itu
Qarin kita akan datang kembali dengan tugasnya untuk mengantarkan kita melakukan perbuatan
fujur berikutnya. Jadilah kita seperti orang yang tobat berkali-kali dan kumat berkali-kali pula.
Mengunci Hati agar tetap hanya mengingat Allah setiap saat (dzikrullah) inilah yang telah menjadi
topik perbincangan, pencarian, dan kerinduan umat Islam sejak berbilang Abad semenjak 300-400
tahun setelah kewafatan Rasulullah. Dan inilah yang telah melahirkan berbagai Tarekat Dzikir
dengan ciri-ciri dan prakteknya masing-masing. Saya termasuk salah seorang yang telah
melanglangbuana dengan berbagai cara dzikir ini, tanpa hasil yang berarti.
Namun Alhamdulillah, lewat syarahan, seminar, dan tuntunan langsung dari Arif Billah Ustadz
Hussien Bin Abdul Latiff, sudah ribuan orang diberbagai benua yang sudah merasakan lezatnya
berkekalan dalam mengingat Allah Akan tetapi masih ada jutaan-jutaan orang yang masih
mencarinya
Bersambung
Akan tetapi dalam memaknai dzikrullah itu umat manusia ternyata sangat beragam sekali. Ada
yang mengatakan bahwa DZIKRULLAH itu adalah dengan MENGINGAT ALLAH, ada yang
mengatakannya dengan MENYADARI ALLAH, ada yang mengartikannya dengan MENYEBUT (Nama)
ALLAH, ada yang mengatakannya dengan BERDZIKIR kepada Allah, dan lain-lain sebagainya.
Baru-baru ini ada kampanye dari seorang sahabat saya dan kelompoknya yang mengatakan
bahwa dzikrullah itu adalah SADAR kepada Allah, bukan MENGINGAT Allah. Kalau mengingat Allah
maka itu adalah MUSYRIK. Karena mengingat berarti dengan pikiran, sedangkan Allah tidak bisa
Tentu saja banyak kita yang dibuat bingung oleh pernyataan ini. Ada saja memang disetiap zaman
Disinilah pentingnya ILMU MENGENAL ALLAH, MAKRIFATULLAH, sehingga kita betul-betul bisa
meletakkan kemahaan Allah pada tempat yang seharusnya. Kalau tidak, kita akan tersasar-sasar
ketika kita ingin berbicara tentang Allah, ketika kita ingin beribadah kepada Allah, dan terutama
Sebab sebenarnya semua ibadah pada hakekatnya adalah dalam rangka kita untuk BERDZIKIR
kepada Allah. Shalat adalah Lidzikri, untuk dzikir kepada Allah. Ibadah Haji dan Umrah adalah
untuk dzikir kepada Allah. Membaca Al Quran, zakat, berbuat baik kepada sesama manusia juga
adalah dalam rangka dzikir kepada Allah. Wiridan sebenarnya juga sedang berusaha untuk Dzikir
kepada Allah. Untuk menjadi Ulul Albab kita juga dipersyaratkan agar kita bisa dzikir kepada Allah
ketika sedang berdiri, duduk, ataupun tiduran. Akan tetapi dzikir yang bukan sembarang dzikir,
Sementara itu, DZIKRULLAH itu sendiri, walau ia hanya sebuah kata yang sederhana, namun ia
juga telah menjadi sebuah Rahasia pencapaian umat manusia sepanjang masa, yang untuk itulah
para Nabi dan Rasul diturunkan pada zamannya, dan para Arif Billah diturunkan untuk
melanjutkan tugas Para Nabi dan Rasul, sesuai dengan zamannya pula. Sebab seiring dengan
berjalannya waktu, ternyata umat manusia telah ditakdirkan pula untuk menjadi semakin cerdas
dan sekaligus juga semakin banyak masalah, sehingga ditengah-tengah orang yang sudah
semakin cerdas dan semakin banyak masalah itu, perlu pulalah orang-orang yang bisa
menjelaskan Dzikrullah itu agar ia tetap menjadi sebuah proses yang sederhana. Sesederhana
kalau kita tidak kenal betul dengan Allah. Makrifatullah. Sebab kalau kita tidak kenal, akibatnya
adalah kita akan sangat mudah sekali terperosok untuk menuhankan sesuatu yang tidak layak
untuk kita pertuhankan. Kita akan mudah sekali menjadi salah paham dengan eksistensi Allah,
walaupun ayat-ayat Al quran yang menerangkan tentang itu sudah sangat jelas sekali sebenarnya
Bersambung
1. Kita MENGIRA bahwa Allah ada DI DEKAT kita. Kita menganggap Allah ada DI DEPAN kita.
Biasanya ayat-ayat yang kita pakai untuk mendukung pernyataan kita ini adalah bahwa: Allah
lebih dekat dengan kita dari pada kita dengan urat leher atau urat nyawa kita. Kita juga biasa
memakai dalil lainnya, yaitu ayat yang mengatakan bahwa: Allah MELIPUTI segala sesuatu.
Dengan mengatakan Allah ada di dekat kita atau didepan kita, tanpa kita sadari, kita telah
mengatakan bahwa Allah adalah BERTEMPAT. Allah bisa jauh dan bisa pula dekat dengan kita.
2. Karena kita menganggap bahwa Allah ada di dekat kita, atau di depan kita, bahkan meliputi diri
kita, maka seakan-akan Allah, atau paling tidak perbuatan atau aktifitas Allah, bisa kita RASA-
RASAKAN. Kita akan mencoba untuk mencari-cari sensasi akan kedekatan kita dengan Allah itu.
Kita akan MENGARAH-ARAHKAN kesadaran kita, perasaan kita, ataupun gerakan-gerakan kita
Malah karena kita merasa saking dekatnya dengan Allah, kita menganggap bahwa keluar
masuknya aliran NAFAS kita juga adalah karena Allah yang menggerakkan. Allah seakan-akan
berada diujung-ujung nafas kita itu. Seakan-akan Allahlah yang sedang menggerak-gerakkan
Lalu, dengan mengamati aliran nafas itu dan meyakini bahwa Allahlah yang menggerakkan nafas
kita itu, maka gerakan keluar masuknya nafas kita itu bisa pula kita anggap sebagai alat bantu
bagi kita untuk berdzikir atau menyadari keberadaan Allah yang sangat dekat dengan kita. Dan
jebakannya adalah bahwa semua yang kita lakukan itu ada pula rasanya. Sehingga kitapun
3. Atau sebaliknya kita menganggap Allah berada jauh di tempat yang sangat tinggi, sehingga kita
mencona mengarah-ngarahkan ucapan kita, wajah kita, pandangan mata kita, atau konsentrasi
kita ketempat yang tinggi diatas langit. Kita melihat dan menggapai-gapaikan tangan kita kearah
ATAS, seakan-akan kita sedang berkonsentrasi bahwa arah atas yang kita tuju itu adalah tidak
terbatas. Harapan kita setelah itu adalah kita akan merasakan jawaban-jawaban Allah berupa
4. Karena Allah atau aktifitas Allah kita anggap bisa kita rasa-rasakan, maka disinilah bisanya
muncul praktek-praktek yang bertujuan untuk merasakan aktifitas atau perbuatan Allah itu.
Praktek yang paling mudah untuk kita lakukan biasanya adalah dengan memanggil-manggil Allah,
Allah, Allah Allah!. Dalilnya juga ada Qulid ullah awidur Rahman dst. Biasanya kita tidak
cukup hanya dengan memanggil-manggil Allah saja. Memanggil-mannggil Allah itu harus kita
barengi pula dengan mengarahkan emosi kita, atau pandangan kita, atau gerakan tangan kita
kesuatu arah tertentu, misalnya keatas, kedepan, kebawah sambil rukuk atau sujud, dan
sebaginya. Semua arah yang kita tuju ini seperti berada DI LUAR tubuh kita.
Akan tetapi arah yang kita tuju itupun bisa pula suatu titik konsentrasi yang ada di dalam tubuh
kita, misalnya gerakan nafas kita, merasakan detak jantung kita baik di dada maupun
dipergelangan tangan kita, atau titik titik tertentu di sepanjang tubuh kita yang bisa juga disebut
cakra-cakra atau lathaif-lathaif. Titik konsentrasi utama yang sering dipakai Umat Islam adalah
wilayah disekitas JANTUNG yang konon katanya disanalah HATI kita berada. Kita juga bisa
berkonsentrasi bahwa akita seakan-akan sedang BERGERAK menembus dan memasuki ruang dada
kita yang paling-paling-paling dalam. Titik konsentrasi lainnya yang bisa kita pakai adalah dengan
Akan tetapi semua yang kita lakukan itu tujuannya bukan lagi untuk berdzikir kepada Allah, akan
tetap telah berubah menjadi sebagai alat untuk menghentikan keliaran pikiran kita saat kita
menyebut-nyebut Nama Allah. Kita mencoba menghentikan keliaran pikiran kita dengan cara
mengarahkan konsentrasi kita hanya tertuju pada satu objek pikir tertentu saja. Orang yang
melakukannya menamakan objek pikir antara itu adalah jangkar. Suka-sukanya sajalah
Padahal saat itu kita memanggil-manggil Allah, sedangkan kita sedang berkonsentrasi kepada
Objek Jangkar itu, maka bukankah artinya objek jangkar itulah yang kita panggil-panggil sebagai
saya bersama istri saya, saya berkata: Neneng, abang sayang sekali kepada Neneng. Akan
tetapi pada saat yang sama ingatan yang ada di dalam pikiran saya adalah tentang si Ani.
Bukankah keadaan ini sama dengan keadaan kita sedang berdzikir menyebut Nama Allah diatas?.
Silahkan jawab sendirilah masing-masing. Dan setiap jawabannya itu akan ada tersedia alasan-
5. Biasanya praktek-praktek seperti diatas baru akan dianggap berhasil kalau kita sudah bisa
menangis, atau kita sudah bisa merasa-rasakan getaran, atau tubuh kita sudah bisa tergetar-getar
(keter-keter dan kejet-kejet), atau kita sudah bisa tersujud dan tersungkur (baik sambil
menangis-nangis ataupun tidak dengan menangis), atau tubuh kita sudah bisa berputar-putar
tanpa kita sengaja-sengaja untuk berputar-putar. Lalu kita meyakini bahwa Allahlah yang telah
Kalau kita tidak bergetar-getar, atau tidak mengalami satupun dari tanda-tanda diatas, maka kita
dengan mudah bisa dianggap sebagai orang yang tidak beriman, atau paling tidak iman kita masih
kurang dan rendah. Kriteria penilaian inipun ada pula dalilnya yang cocok, yaitu fadzkurini
kita menjadi tenang kembali. Dan keadaan inipun ada pula dalilnya yang dipakai, yaitu : tsumma
Setelah itu kita akan menjadi tenang, merasa bahagia, dan tubuh kita terasa seperti telah menjadi
sangat luas dan besar, dan kita seperti terlepas dari segala beban yang menghimpit kita selama
ini. Keadaan inipun ada pula dalilnya, Qad Aflahal Muminun, dst.
Bersambung
Tentu ada yang bertanya-tanya seperti ini: Lalu letak salah kaprahnya dimana?, bukankan ayat Al
Ayat Al Qurannya betul berkata begitu. Akan tetapi yang salah kaprah adalah paradigma berpikir
kita. Kita mengira bahwa ayat Al Quran itu adalah untuk kita yang paradigma berpikirnya masih
tercampur baur dengan paradigma berpikir lain yang keliru. Paradigma berpikir yang tidak pernah
dipakai oleh para Nabi dan Rasul, para Sahabat Nabi dan dua generasi yang mengikutinya, dan
beriman kepada Allah. Orang-orang yang sedang DZIKRULLAH. Orang-orang yang sedang INGAT
kepada Allah. Bahwa kalau orang yang sedang Dzikrullah itu pastilah begini dan begitu. Pasti
hatinya bergetar, wajilats qulu buhum. Pastilah dia akan menangis dan tersungkur sujud melihat
KEBENARAN Allah. Ingatannya kepada Allah akan dibalas oleh Allah dengan Ingatan Allah
kepadanya, fadzkurini adzkurkum. Pastilah Hatinya akan menjadi Tenteram, Talinu. Pastilah dia
Akan tetapi, dengan paradigma berpikir kita yang masih tercampur baur itu, lalu kita mencoba
lainnya, kemudian ada respon, hal, dan kejadian-kejadian yang mirip dengan yang dikatakan oleh
ayat-ayat Al quran diatas tentang ciri-ciri orang yang beriman, maka kita terlalu cepat merasa
sumringah.
Kita terlalu cepat merasa Ge-er bahwa kita telah menjadi orang yang beriman. Padahal saat itu
hati kita masih belum beriman kepada Allah. Tanda-tandanya mudah sekali kok untuk
mengetahuinya. Saat itu HATI kita masih dipenuhi oleh berbagai hal, keadaan, sifat, dan objek
pikir yang akan MENGHALANGI kita untuk INGAT kepada Allah. Hati kita masih kotor, sehingga
kotoran hati itu akan menghalangi hati kita untuk ingat kepada Allah.
Dengan adanya respon-respon seperti ini, yang bisa kita RASAKAN dan ALAMI, maka BISANYA kita
TERBURU-BURU untuk menganggap bahwa itu adalah RESPON atau JAWABAN DARI ALLAH atas
panggilan-panggilan kita kepada-Nya, walau saat itu HATI kita tengah mengingati berbagai
kotoran yang ada di dalam hati kita itu. Dari sinilah kemudian muncul keyakinan seseorang bahwa
dengan mengalami hal seperti itu ia merasa telah berdzikir dengan baik dan betul kepada Allah.
Sebab sudah ada tanda-tandanya yaitu, dia sudah bisa bergetar secara halus atau secara kasar,
ada yang sampai tubuhnya jatuh dan bahkan berguling-guling, dan ada yang sudah merasakan
pula rasanya yang sangat nyaman. Dia juga merasa telah mendapatkan berbagai bimbingan dan
Betulkah semua RESPON yang seperti itu adalah berasal dari Allah seperti yang kita duga?.
Betulkah Allah yang telah meresponnya?. Mari kita ulas hal ini dengan memakai kacamata
Bersambung
Pada awalnya hanya Allah saja yang ada. Dzat-Nya, The Essense. Tidak ada sesuatu apapun yang
bersama Dia. Oleh sebab itu tidak ada satupun yang tahu tentang Dia. Dia tidak bisa dikenali.
Tidak ada yang tahu Dia punya Kebesaran, karena saat itu belum ada yang akan membesarkan-
Nya. Tidak ada yang kenal Dia Bernama, karena belum ada siapa-siapa yang akan Dia beritahu
Nama-Nya. Tidak ada yang tahu Dia Maha Berkuasa, karena belum ada apa-apa dan siapa-siapa
yang mau dikuasai-Nya. Tidak ada yang tahu Dia Maha Memiliki Kuasa dan Kecerdasan, karena
memang hanya Dia Sendiri Yang Ada. Hanya Diri-Nya, Hanya Dzat-Nya sendiri Yang ada. Kalau
saat itu SUDAH ADA yang tahu bahwa Dia Maha Berkuasa dan Dia Maha Memiliki Kuasa dan
Kecerdasan, maka saat itu berarti SUDAH ADA sesuatu yang lain selain dari Diri-Nya yang Dia
Kuasai dan Miliki tempat kemana Dia mencurahkan Kuasa dan Kecerdasan-Nya. Artinya saat itu
sudah ada sesuatu yang lain selain dari Diri-Nya. Dengan begitu maka runtuhlah Tauhid kita.
Jadi sampai kapanpun, TIDAK AKAN ADA yang mengetahui SEPERTI APA Allah dan DI MANA
Allah. Inilah makna dari LAISA KAMISTLIHI SYAIUN yang seharusnya kita pahami. Allah adalah
DZAT Yang MAHA RAHASIA. Dan rahasia itu akan tetap berlaku Di DALAM MASA dan DI LUAR
MASA. Sebab Masa baru tercipta sejak Firman Kun. Sedangkan Rahasia itu ABADI Tidak
Karena saat itu hanya DIRI-NYA sendiri yang ADA, maka Firman KUN itu tentu Dia tujukan kepada
Diri-Nya sendiri, Dzat-Nya sendiri. Bukan kepada kepada sesuatu yang bukan Diri-Nya. Sebab
sesuatu yang bukan Diri-Nya itu TIDAK ADA. Bahkan tidak ada pun tidak ada, kosong pun
tidak ada. Kalau ada sesuatu yang bukan Diri-Nya saat Dia berfirman KUN itu, maka saat itu
berarti sudah ada DUA. Dengan begitu maka runtuhlah TAUHID kita seketika itu juga.
Walaupun Firman KUN itu Dia tujukan kepada Diri-Nya sendiri, Dzat-Nya sendiri, Namun Firman
KUN itu hanya Dia tujukan kepada sedikit dari Dzat-Nya (the small essense). Ya, hanya kepada
SEDIKIT Diri-Nya, bukan kepada KESELURUHAN Diri-Nya dan bukan pula kepada SEPARUH Diri-
Nya.
KUN, maka dari sedikit Dzat-Nya itulah kemudian yang akan menzhahirkan seluruh Ciptaan. Dzat-
Nya yang sedikit itu segera dilindungi-Nya dengan 70 lapis Tabir Cahaya. Dzat-Nya yang sedikit
itupun sudah berubah Sifat pula menjadi Unsur Dasar bagi terciptanya semua ciptaan.
The small essense ini juga belum ada bentuk dan rupa, belum ada warna dan nyala, belum ada
angka dan huruf, belum ada getaran dan gelombang, belum ada materi dan partikel. Ia semata-
mata adalah the small essense yang besarnya terhadap The Essense adalah tidak lebih dari sebutir
pasir di padang pasir, atau setetes air di dalam lautan, atau kalau dalam ukuran ilmu modern
Akan tetapi tidak ada keterpisahan antara The Essense dan the small essense. Tidak ada DUA
yang berbeda. Tetap hanya ada SATU, yaitu The Essense. Sebab the small essense adalah bagian
yang sangat kecil dari The Essense itu sendiri. Kalau kita contohkan pada diri kita, hubungan
antara The Essense dengan the small essense itu, tak ubahnya seperti hubungan antara seluruh
tubuh kita dengan jari-jari tangan kita. Dimana jari tangan kita itu adalah masih menjadi bagian
dari tubuh kita juga. Tidak terpisah antara jari tangan kita dengan tubuh kita. Akan tetapi ia telah
diberi nama dengan nama yang lain, yaitu JARI TANGAN. Perbedaan antara tubuh kita dengan jari
tangan itu hanyalah dalam hal SIFAT-SIFAT saja. Kita dapat melihat bahwa jari tangan kita sudah
Perbedaan utama antara jari tangan kita dengan tubuh kita adalah dalam hal UKURANNYA. Jari-
jari tangan kita kecil jika dibandingkan dengan tubuh kita. Perbedaan berikutnya adalah bahwa
untuk menggerak-gerakkan jari-jari tangan itu kita tidak perlu menggerakkan SELURUH badan
kita. Juga, kita bisa mengatakan bahwa jari-jari tangan kita adalah badan kita. Akan tetapi jari-jari
tangan kita tidak bisa kita anggap sebagai badan kita. Ia hanya sebagian dari badan kita.
Andaikan satu jari tangan kita itu bisa berkata-kata dengan sesama jari tangan kita yang lainnya,
maka masing-masing jari tangan itu tidak bisa berkata bahwa ia adalah Yusdeka. Telunjuk tidak
bisa berkata aku Yusdeka. Jempol, jari tengah, jari manis, dan kelingking pun juga tidak bisa
saling berkata-kata bahwa dia adalah Yusdeka. Tidak bisa. Karena mereka masing-masing
hanyalah sebagian kecil saja dari Yusdeka yang besar. Jari-jari tangan itu paling banter hanya bisa
berkata: aku adalah bagian dari telapak tangan Yusdeka. Tidak lebih, bahkan itu saja sudah
sangat berlebihan.
Sebaliknya Yusdeka bisa berkata bahwa kelingking, atau jari telunjuk itu adalah yusdeka. itu aku
lho. Saat jari telunjuk memukul-mukul jempol, Yusdeka berhak berkata kepada si jari telunjuk:
bukan kamu yang memukul si jempol wahai jari telunjuk, tapi aku yang memukul. Jelas sekali
bedanya sebenarnya.
Bersambung..
Nah, dalam Skala Ilaahi, begitu Firman KUN, maka SEDIKIT Dzat-Nya yang terkena oleh Firman
KUN itu segera saja terkurung di dalam 70 lapis tabir cahaya (yang besarnya pastilah tak
terperikan), menjadi the small essense. Di dalam the smal essense inilah nantinya akan terjadi
SEMUA yang berkenaan dengan seluk-beluk dan tingkah-polah SEGALA CIPTAAN. Di dalam the
small essense ini pulalah tempat atau alamat bagi Allah untuk mencurahkan Kuasa dan
Kecerdasan-Nya, agar Dia bisa dikenali oleh ciptaan-Nya, yang tidak lain dan tidak bukan juga
Jadi boleh dikatakan bahwa the smaal essense itu adalah WAJIBUL WUJUD bagi semua Ciptaan.
Yaitu Dzat Yang Wajib Ada sebelum terciptanya semua ciptaan. Sebab dari Dzat Yang Wajibul
Wujud inilah nantinya akan tercipta semua ciptaan atau MUNGKINUL WUJUD, yaitu wujud-wujud
dalam berbagai bentuk dan sifat-sifat. Dzat itu Mungkin menjadi bumi, mungkin menjadi langit,
mungkin menjadi syurga dan neraka, mungkin menjadi manusia, mungkin menjadi hewan dan
tumbuhan, mungkin menjadi malaikat dan jin, mungkin menjadi awan, bintang dan matahari, dan
Akan tetapi untuk terjadinya proses penzhahiran dari ciptaan-ciptaan itu, mungkinul wujud, maka
di dalam the small essensi (Dzat-Nya yang sedikit) itu ternyata sudah ada pula KECERDASAN dan
KUASA. Karena pada the small essense itu saja, Dzat yang sangat kecil dan halus, ada Kecerdasan
dan Kuasa, padahal Dzat itu adalah bagian yang amat kecil saja dari The Essense, Dzat Yang Maha
Maha Besar, maka mau tidak mau, pastilah The Essense itu Sangat Maha Kuasa dan Sangat Maha
Cerdas. Tidak bisa tidak Sebab sedikit Dzat-Nya saja sudah mempunyai Kecerdasan dan Kuasa
KECERDASAN dan KUASA itu sudah ada dan tertanam kuat di dalam the small essense, Dzat.
KECERDASAN dan KUASA itu tidak terpisah dari the small essense. Dimanapun ada the small
essense, maka disitu pastilah ada pula KECERDASAN dan KUASA. Karena memang KECERDASAN
dan KUASA itulah yang akan mengatur, mengarahkan, mengontrol, menahan, dan memegang the
small essense yang nantinya, pada saatnya, akan terzhahir menjadi berbagai ciptaan atau
Mungkinul Wujud. Sehingga semua ciptaan itu akan tetap berjalan sesuai dengan KETETAPAN dan
MAHA RENCANA yang telah ditetapkan untuk masing-masing ciptaan itu. Tidak ada satupun yang
bisa melenceng dan keluar dari batas-batas dan ketetapan yang telah ditentukan itu.
Kecerdasan dan Kuasa itu akan sangat berguna untuk menjaga keberlangsungan sebuah aktifitas
yang maha sempurna, maha detail, maha terukur, maha tertimbang, maha teratur, maha rumit,
dan maha-maha yang lainnya yang berkenaan dengan segala ciptaan. Sehingga selama
penzhahirannya, tidak akan ada satupun peran dan peristiwa yang tertukar-tukar antara satu
Oleh sebab itu, tidak menjadi aneh lagi kalau kita seperti bisa melihat bahwa pada setiap ciptaan
yang kita lihat dan amati seperti ada pula sebuah kuasa dan kecerdasan yang ada bersamanya.
Pada matahari dan bintang seperti ada kuasa dan kecerdasan bersamanya. Pada gunung dan
sungai, seperti mereka itu punya kuasa dan kecerdasan. Angin dan awanpun seperti punya kuasa
dan kecerdasan. Pada tumbuhan dan hewan yang sekecil dan selemah apapun, mereka juga
seperti punya kuasa dan kecerdasan. Pada bebatuan maupun pada sebutir pasirpun, mereka
Bahkan kalau kita melihat pada diri kita sendiri, mulai dari ujung rambut sampai keujung kaki.
kuasa dan kecerdasan untuk tetap menjadi rambut. Mata mempunyai kuasa dan kecerdasan untuk
tetap menjadi mata. Begitu juga dengan jantung, hati, paru-paru, otak, dan berbagai organ tubuh
kita yang lainnya, mereka juga seperti punya kuasa dan kecerdasan masing-masing sesuai dengan
perannya masing-masing. Dan itu berlaku bagi seluruh umat manusia di seluruh permukaan bumi.
Saat ini, semua orang juga sudah tahu tentang Kuasa dan Kecerdasan itu. Dari Stephen Hawing
sampai dengan orang yang paling awan sekalipun, sudah tahu akan adanya kecerdasan dan kuasa
itu, yang mengatur dan menyebabkan kehidupan ini bergerak seperti sebuah Soap opera
(sandiwara) buatan komputer saja, kata Stephen Hawking. Semuanya sudah diatur, semuanya
sudah terencana dan terprogram dengan sangat menakjubkan, semuanya tinggal berjalan
Mr. Stephen Hawking itu baru bertemu dengan keteraturan permainan bak opera sabun soap
opera ciptaan komputer saja. Selangkah kecil lagi, kalau ia terus membaca (Iqraa), maka ia akan
bertemu dan yakin dengan Kuasa dan Kecerdasan yang mengatur alam semesta ini dengan segala
isinya. Akan tetapi orang-orang yang sudah BERHAKEKAT, mereka sudah bertemu dan yakin
Jadi dua langkah lagi saja sebenarnya, Stephen Hawking itu akan menjadi orang yang menyadari
Hakekat. Dan setelah itu hanya butuh selangkah kecil berikutnya saja untuk, mau tidak mau,
beliau pasti akan bermakrifat kepada Allah, Makrifatullah Tentu saja itu hanya kalau memang
beliau sudah ditakdirkan oleh Allah untuk sampai kepada jenjang atau Maqam untuk bermakrifat
kepada Allah.
Sandiwara itu bisa terlaksana, karena memang pada setiap ciptaan itu ada Dzat-Nya yang sedikit
(the smal essense) yang berada disebalik setiap ciptaan itu. Sebab The small essense itulah yang
menjadi HAKEKAT dari semua Ciptaan. Kemanapun kita memandang, sejauh-jauh mata
memandang, saat mata kita terpandang pada berbagai macam ciptaan, maka seharusnya kita
sudah tahu bahwa disebalik semua ciptaan itu ada Dzat yang menjadi sebab bagi bisa
terzhahirnya semua peran dalam sandiwara itu. Dzat yang memiliki KECERDASAN dan KUASA.
Bersambung
Jadi, apapun juga yang dapat kita rasa-rasakan, yang dapat kita gapai-gapai, yang dapat kita
rengkuh-rengkuh, yang dapat kita permain-mainkan, maka itu semua tak lebih dan tak bukan
hanyalah bagian-bagian kecil saja dari kecerdasan dan kuasa dari the small essense, Dzat-Nya
yang sedikit. Dan itu sudah pasti bukanlah Allah. Pasti bukan. Sebab itu hanyalah karakter dan
sifat-sifat tertentu saja dari bagian-bagian yang sangat-sangat kecil dari the small essense, Dzat.
Kalau kita BERHENTI hanya sampai di Alam Hakekat ini, maka kita akan sangat mudah terjebak
untuk menganut paham Wahdatul Wujud, paham Fana Fillah, paham Baqa Billah. paham Nur
Muhammad, dan berbagai paham lainnya. Intisari dari paham-paham diatas adalah munculnya
pengakuan-pengakuan kita bahwa kita sedang tenggelam di dalam Allah, atau di dalam cahaya
Allah, atau di dalam cahaya Nur Muhammad. Kita merasa bahwa kita sedang digerakkan oleh
Allah. Kita merasa bahwa kita sedang dinafaskan oleh Allah. Bahkan saat kita berkata-kata, kita
Padahal sebenarnya saat itu kita barulah sampai pada tahap berhadapan dan merasakan sifat-
sifat, kuasa-kuasa, dan kecerdasan-kecerdasan yang dimiliki oleh Dzat yang ada pada diri kita
sendiri maupun Dzat yang ada pada berbagai ciptaan yang ada di sekeliling kita. Baru itu saja kok.
Sebab untuk bisa berkata-kata bahwa gerakan kita hanyalah digerakkan oleh Allah, lakukan kita
adalah lakuan Allah, berbicara kita adalah pembicaraan Allah, dan sebagainya, sepanjang
pengetahuan saya, itu tidak pernah diucapkan oleh para Nabi-nabi pendahulu kita sejak dari
Para Nabi terdahulu itupun, termasuk Nabi Khidir AS, juga hanya berkata bahwa apa yang Beliau-
beliau lakukan dan sampaikan, semuanya itu adalah apa-apa yang sudah DIPERINTAHKAN oleh
Allah, apa-apa yang sudah DITULISKAN oleh Allah, apa-apa yang sudah DITUGASKAN oleh Allah,
untuk menjadi diri yang sesuci dan sebening Matahari dalam menjalankan tugasnya.
Sang Matahari bekerja 24 jam sehari. Ia tidak pernah cuti membakar dirinya sendiri demi
memberikan cahaya bagi bumi dan segala isinya. Ia tidak punya kehendak sehingga ia tidak
menjalankan tugasannya walau tidak dihiraukan oleh manusia. Bahkan Ia redha kehilangan
simpati dari umat manusia saat manusia mencerca panas cahayanya. Duh, alangkah beratnya
Sementara kita, yang masih kotor dan diperbudak oleh nafsu kita sendiri, yang masih suka
merungut dan mengomel atas apa-apa yang datang menimpa kita, yang masih jauh dari redha,
yang masih penuh dengan kehehendak sendiri, sudah berani-berani pula mengatakan bahwa
lakuan kita adalah lakuan Allah, gerakan kita adalah gerakan yang digerakkan Allah, pembicaraan
kita adalah pembicaraan Allah. Secara tidak langsung sebenarnya kita telah MENGECILKAN peran
ALLAH hanya sebatas apa-apa yang kita lakukan saja. Alangkah kurang ajarnya kita kalau begitu.
Padahal boleh jadi itu hanyalah pengakuan hawa nafsu kita saja.
Sehingga pantaslah Allah menghancurkan kita, menghancurkan semua nafsu dan kehendak kita
itu dengan cara-cara yang sangat menakutkan. Seperti halnya juga yang dialami oleh Nabi-Nabi
terdahulu, yang hidup penuh dengan penderitaan dan kepedihan. Sehingga akhirnya setelah itu
barulah Beliau-Beliau itu bisa hidup dan berperan seperti sabut kelapa yang mengambang diatas
air, seperti tong kosong yang sudah bolong-bolong sehingga tidak ada lagi isinya, seperti bola
Selanjutnya, kalau kita hanya sibuk mencari-cari dan merasa-rasakan alam hakekat ini dalam
berbagai bentuk olah tubuh, olah pikir, dan olah rasa, maka dengan segala RASA yang kita
peroleh, segala PIKIR yang kita dapatkan, yang kita anggap itu adalah datangnya dari Allah, maka
biasanya impak, dampak, gegaran atau pukulannya kepada ruhani kita akan sangat kecil sekali,
yang sunah, tidak menjadi lebih getol kita lakukan kalau tidak mau dikatakan semakin kendor
saja. Pada tahapan yang sangat ekstrim, kita malah bisa tidak bisa lagi beribadah sama sekali. Itu
terjadi karena tanpa kita sadari, dengan pencapaian-pencapaian yang kita dapatkan saat itu, kita
merasa sudah berhasil mencapai tingkat ruhani yang sangat tinggi. Kita merasa sudah sangat
dekat dengan Allah. Bahkan kita bisa merasa sudah bersatu dengan Allah.
Kita tidak getol lagi beribadah karena tanpa ibadahpun kita merasa sudah ada tenangnya, sudah
ada bahagianya kok. Padahal tenang dan bahagia itu bisa kita nilai sendiri bahwa itu hanyalah
sebuah rasa yang palsu saja. Karena kalau kita kena masalah yang sedikit lebih berat saja, kita
langsung goyah dan gelagapan. Kita masih sangat mudah terpengaruh dan goyah dengan
berbagai ungkapan dan tindakan orang lain kepada kita, kepada keluarga kita, atau kepada orang-
Perkataan kenapa dan seharusnya juga menjadi kosa kata yang wajib untuk kita ucapkan,
setiap kali kita menghadapi permasalahan, sehingga kita hampir selalu luput untuk melihat hikmah
dari permasalahan itu. Dalam menghadapi berbagai persoalan, kita hanya bisa terheran-heran
saja. Sebab jawaban dari persoalan kita itu malah sudah ditemukan oleh orang lain. Sehingga
kitapun harus membeli jawaban itu dari orang lain yang telah menemukannya terlebih dahulu.
Kalau kita menangis, tangisan kita itupun biasanya juga hanyalah sekedar tangisan karena adanya
pergolakan perasaan di dalam diri kita saja. Bukan tangisan karena kita telah MELIHAT
KEBENARAN akan KEJAMALAN dan KEJALALAN Allah. Tangisan yang mampu membawa Rasulullah
SAW untuk berdiri shalat malam berjam-jam lamanya, sampai kaki Beliau bengkak-bengkak.
Tangisan yang mampu merontokkan kekerasan hati Umar Bin Khattab Ra. dihadapan adik Beliau
Bersambung
PENZHAHIRAN
Bersamaan dengan Firman KUN itu, dari the smal essense itu, terzhahir pula LAHUL MAHFUZ.
Yaitu sebuah Rencana Agung Yang Sangat Matang dan Sangat Sempurna yang berkenaan dengan
semua aktifitas dan seluk beluk Mungkinul Wujud yang akan mengisi Lauhul Mahfuz. Rencana itu
sudah memuat GAMBARAN DETAIL dan PROGRAM KESELURUHAN dari hal-hal yang terbesar
sampai kepada hal-hal yang terkecil mengenai semua ciptaan. Gambaran dan Program itu tidak
melupakan hal-hal yang sekecil apapun juga. Gambaran dan program itu sungguh Maha Lengkap
Bersamaan dengan Firman KUN itu, maka dari the small essense itu terzhahirlah WAKTU. Yaitu
titik awal bermulanya segala sesuatu yang berkenaan dengan CIPTAAN. Sebab sebelum firman
KUN itu belum ada yang namanya WAKTU. Yang ada adalah KEABADIAN. WAKTU itulah yang akan
mengantarkan gambaran yang sudah lengkap itu untuk terzhahir dan mulai bergerak dari Titik
Awal menuju ke Titik Akhir dari Rencana yang sudah terencana dengan sangat sempurna itu.
Waktu akan akan bergerak dan berfungsi sebagai mesin atau lampu scanner, yang dengan
telaten, akan berjalan menyisir gambaran demi gambaran dari peran-peran yang sudah tergambar
di dalam Luhul Mahfuz itu. Begitu waktu sampai kepada gambaran tentang penciptaan Langit dan
bumi, maka KUASA dan KECERDASAN yang sudah ada pada the small essense akan mengubah
pula sedikit dari the small essense itu menjadi Langit dan Bumi. Begitulah seterusnya.
Setiap detik dan menit yang berjalan, maka berjalan pulalah gambaran yang ada di Luhul Mahfuz
membentuk penzhairan berbagai peran dan peristiwa. Ada saatnya Nabi Adam AS wajib terzhahir
dan berperan untuk turun ke bumi. Maka sebelumnya wajib pulalah langit dan bumi terzhahir
terlebih dahulu. Lalu wajib pulalah terzhahir peran Malaikat dan peran Iblis, yang akhirnya nanti
akan menyebabkan Adam AS diturunkan ke bumi dari suatu tempat awal yang sudah ada tapi
letaknya entah dimana, Wallahu Alam. Sebab Syurga yang diperlihatkan kepada Nabi SAW dalam
peristiwa Isra dan Miraj Beliau itu belumlah terzhahir. Syurga yang diceritakan oleh Nabi SAW itu
masih dalam bentuk Rencana atau Gambaran. Sebab Perjalanan Waktu belum menyentuh
Walaupun saat itu Beliau sudah melihat orang-orang yang disiksa di neraka, yang kebanyakan
adalah wanita (hadist), dan nikmat hidup para penghuni syurga, namun Beliau tidak bisa berbuat
apa-apa untuk merubahnya, untuk menambah dan menguranginya. Sebab saat itu Beliau hanya
seperti melihat lembaran-lembaran buku yang berisikan gambaran dan tulisan tentang berbagai
peristiwa dan kejadian yang terjadi di Lauhul Mahfuz. Semuanya sudah tidak bisa berubah,
.
Demi Masa, maka pada masanya terzhahirlah peran Nabi-Nabi, berikut dengan umatnya masing-
masing, yang tentu saja akan menzhahirkan pula berbagai peran dan peristiwa yang di dalamnya
keburukan, kasih sayang, kebencian, cinta kasih, suka, duka, sedih, marah, pembunuhan,
Semuanya itu ditujukan untuk sebagai bahan pelajaran bagi para Ulul Albab yang akan menguak
rahasia-rahasia dan hukum-hukum atau sunatullah yang sudah ada dan tidak akan pernah
berubah lagi sepanjang masa. Pada masanya terkuaklah hukum tentang mesin uap, tentang
listrik, tentang telpon, tentang kisaran angin, yang sekarang ternyata telah membawa umat
Setiap zaman akan selalu begitu. Dulu, sekarang, dan sampai pada masa-masa yang akan datang,
peristiwanya akan selalu seperti berulang-ulang. Akan tetapi aktor pemeran dan settingan
peristiwanya saja akan berbeda-beda. Peristiwa-peritiwa itu akan berbeda hanya dalam hal
magnitude kedahsyatannya, jangkauan, dan dampak yang ditimbulkannya saja antara satu
Dengan begitu, maka peristiwa apapun yang telah, sedang, dan yang akan kita alami, semua itu
benar-benar sebuah peritiwa yang sudah terukur, pas, dan terencana dengan sangat matang sejak
Firman KUN untuk kita jalani pada masa dimana kita harus berperan. Tidak akan ada lagi
perubahan di dalam rencana itu. Sebab setiap perubahannyapun sudah ada pula tertera dan
Bersambung
Kita sudah tahu bahwa setelah Firman KUN, ada sedikit dari Dzat Allah yang menjadi the small
essense, Dzat yang akan menjadi cikal bakal bagi penzhairan semua ciptaan, segenap peristiwa,
Kepintaran yang melekat erat pada the small essense itu. Kuasa dan Kepintaran semula jadi, yang
berasal dari sedikit percikan Kuasa dan Kepintaran dari Dzat Yang Maha Kuasa dan Maha Pintar,
Allah
Percikan Kuasa dan Kecerdasan itu kemudian membentuk DAYA dan INFORMASI yang akan
mengantarkan the small essense (Dzat) BERGULIR bersama WAKTU untuk menzhahirkan Ciptaan,
Agar supaya peran yang akan dimainkan oleh Nabi Adam AS dan keturunan Beliau bisa tergelar,
maka Daya, Informasi, dan Waktu itu terlebih dahulu mengantarkan Dzat untuk membentuk
INFRASTRUKTUR tempat dimana Nabi Adam AS dan keturunannya, kita umat manusia ini, akan
Daya, Informasi, dan Waktu mengantarkan Dzat bertransformasi menjadi 7 lapis Langit dan
sebuah Bumi selama lebih kurang 16 Milyar tahun, atau 8 Masa yang tiap-tiap masanya adalah
selama 2 Milyar Tahun. Langit diolah dalam 2 Masa (4 Miyar tahun), dan Bumi beserta semua
perlengkapannya diolah selama 6 Masa (12 Milyar tahun). Lagit dan Bumi ini adalah Infrastruktur
bagi terlaksananya peran Umat manusia sebagai pengamanah kesejahteraan di Langit da Bumi.
Saat Dzat akan bertransformasi menjadi Infrastruktur Langit dan Bumi ini, maka terjadilah sebuah
peristiwa Dentuman Besar (Big Bang) yang mengeluarkan dan melemparkan bahan-bahan dasar
pembentuk Langit dan Bumi ke segala penjuru. Akan tetapi kejadiannya tetap hanya berada di
Berbagai bahan dasar itu kemudian diolah, dibentuk, dihancurkan ulang pada bagian-bagian
tertentu, kemudian di emplek-emplek, dibakar ulang dengan panah api, sampai akhirnya
Infrastruktur Langit dan terutama Bumi terbentuk dan siap untuk di huni oleh Adam AS da
keturunan Beliau. Umat Manusia. Proses itu berlangsung selama 16 Milyar tahun. Sangat lama
sekali
Setelah Infrastruktur Langit dan Bumi itu selesai terbentuk selama 16 Milyar tahun, untuk
menampung pergelaran peran umat manusia, maka Langit dan Bumi itupun kemudian diberi
UMUR agar ia tetap bisa bertahan dari kehancurannya selama 10 Milyar tahun lagi sejak
selesainya pembentukan Langit dan Bumi itu. Dan ditambah sekitar 2 Milyar tahun untuk
kehidupan Akhirat dengan Bumi dan Langit yang Baru, yang di dalamnya adalah kehidupan syurga
dan neraka. Jadi total umur langit bumi itu adalah sekitar 12 Milyar tahun.
Scientis juga sudah mengkonfirmasi bahwa bahwa Matahari akan Gering dan Hancur sekitar 5.4
Milyar tahun lagi dari saat sekarang. Sedangkan Umur Langit dan Bumi sejak sudah selesai
dibentuk sampai dengan saat kita hidup sekarang ini sudah berjalan selama 4.6 Milyar tahun.
Rentang waktu antara kita dengan Nabi Muhammad SAW adalah sekitar 15 abad. Sedangkan
rentang waktu antara Nabi Adam dengan Nabi Muhammad SAW ada yang mengatakan sekitar
7400 tahun ada yang mengatakan lebih. Akan tetapi, berapapun itu, kalau dibandingkkan dengan
umur Bumi dan Langit yang sudah 4.6 Milyar tahun, itu masih belum apa-apa. Masih terlalu sangat
amat singkat. Dan nampaknya kita memang tidak perlu tahu sampai jauh-jauh kesana.
Bersambung
Nah, ada satu point penting yang nyaris terlupakan oleh kita, bahwa pada setiap ciptaan (sekecil
apapun itu), pada setiap kejadian (sesepele apapun itu), dan pada setiap peristiwa
(sesederhanapun itu), semuanya DIDAHULUI oleh INFORMASI AWAL dan DAYA PEMANTIK AWAL.
Setelah itu barulah akan diikuti oleh proses penzhahiran ciptaan, kejadian, dan peristiwa itu. Hal
yang sama juga akan berlaku untuk penghancuran atau pelenyapan ciptaan, kejadian, dan
peristiwa itu.
Jadi, setiap saat (waktu), di depan hidung setiap orang sebenarnya sudah ada informasi dan
daya tentang sebuah penzhairan atau pelenyapan dari suatu ciptaan, atau kejadian, atau
peristiwa. Baik itu untuk yang sudah terjadi, yang sedang terjadi, ataupun yang akan terjadi.
Sebab kita sudah paham pula sebelumnya bahwa disebalik semua ciptaan, peristiwa dan kejadian
itu, ada Dzat yang maha meliputi semuanya, segala sesuatu. Dan setiap informasi dan daya itu
Setiap kali waktu bergerak, maka terzhahirlah apa yang harus terzhahir. Informasi dan daya juga
menjalar mengikuti pergerakan waktu dengan membentuk getaran dan gelombang dengan
berbagai frekuansi dan panjang gelombang, yang tentu saja ia sangat berkaitan erat dengan
karakterisitik dari ciptaan, kejadian, dan peristiwa yang diwakilinya untuk terzhahir.
Semakin lama jeda atau rentang waktu antara AKTUAL penzhahiran dengan RENCANA
penzhahiran suatu ciptaan, kejadian, dan peristiwa, maka semakin lemah pula getaran dan
gelombang yang terpancar dari Dzat yang menjadi cikal bakal dari ciptaan, kejadian, dan peristiwa
itu. Tetapi ia tidak akan pernah hilang sama sekali selama masih ada tabir 70 cahaya yang
Getaran dan gelombang itu, yang di dalamnya ada tersimpan Informasi dan daya, ada yang bisa
terasa dan terdeteksi melalui panca Indera kita, yaitu mata, telinga, hidung, lidah, dan kulit, dan
ada pula yang baru bisa kita rasakan dan deteksi dengan menggunakan Mata Hati kita yang ada
Aha, ternyata disinilah letak titik mulainya permasalahan yang dihadapi oleh setiap orang dari
zaman ke zaman. Ada orang yang hanya mampu memandang dan mendeteksi serba-serbi ciptaan,
kejadian, dan peristiwa-peristiwa dengan hanya memakai panca indera lahiriah, yang dalam hal ini
ditandai dengan aktifnya otak belalahan Kirinya. Dan ada pula orang yang sudah mampu melihat
ciptaan, kejadian, dan peristiwa itu sampai kepada merasakan getaran dan gelombang di balik
ciptaan, kejadian, dan peristiwa-peristiwa itu, yang dalam hal ini ditandai dengan aktifnya otak
belahan Kanannya. Dan bahkan ada pula orang yang sudah sampai bisa memahami Informasi dan
daya yang ikut bersamaan dengan getaran dan gelombang itu, bagi peristiwa-peristiwa yang akan
terzhahir beberapa waktu yang akan datang. Untuk hal yang terakhir ini, untuk bisa tercapai,
dibutuhkan Hati yang suci dan bening, yang bukan lagi bermain pada sensasi otak kiri dan otak
kanan.
Ribut dan ramainya itu ternyata di bagian ini. Yaitu di bagian IQRA atau pembelajaran. Sebab
ternyata setiap orang sudah ada jatahnya masing-masing tentang apa-apa yang bisa dipelajarinya
dan dari bagian Lauhul Lahfuz yang mana pembelajaran itu bisa dia petik. Ada yang hanya sampai
bisa memetik pelajarab dari sifat-sifat yang terlihat oleh panca indera. Ada yang sudah bisa
sampai mempelajari getaran dan gelombang. Dan ada yang sudah bisa mempelajari sampai
mengetahui Informasi yang melekat pada sifat-sifat, getaran, dan gelombang itu, untuk kemudian
mereka bisa merealisasikannya dalam bentuk perbuatan, sikap, maupun memberikan hasil yang
Kalau orang-orang, yang membaca informasi yang tidak sama, saling bertukar kata, maka pastilah
hasilnya akan sangat ramai dan kacau sekali. Wajar sekali terjadi pertentangan dan perbedaan
pendapat yang membingungkan. Karena informasi-informasi yang dibahas itu memang tidak
Bersambung
MENGASAH FIRASAT
Kun, maka seketika itu juga terciptalah Lauhul Mahfuz, dari sedikit Diri-Nya sendiri, yang
berfungsi sebagai tempat bagi Allah untuk mengumumkan, memperlihatkan, dan menyatakan
akan Kemahaan Sifat-Sifat dan Afal-Afal-Nya. Jadi kalau kita ingin melihat realitas dan bentuk
dari Sifat-sifat Allah dan Afal-afal-Nya, maka satu-satunya tempat untuk kita mengetahuinya
adalah dengan membaca dan mempelajari ( IQRA ) semua yang ada di dalam Lauhul Mahfuz,
(the small essense) jika dibandingkankan dengan Dzat-Nya yang Maha Rahasia (the Essense),
maka Allah sudah bisa berkata kepada semua ciptaan yang ada di dalam Lauhul Mahfuz itu bahwa
Adanya Dzat-Nya Yang Maha Kecil (Al Lathif) itulah yang menyebabkan kita bisa MELIHAT
KEBENARAN akan adanya Dzat-Nya Yang Maha Besar (Al Akbar). Yang kita lihat adalah kebenaran
Karena Lauhul Mahfuz itu dipenuhi dengan semua Ciptaan-Nya, maka saat itu sudah ada alamat
Kepada semua Ciptaan-Nya itu, kemudian Dia memperkenalkan Diri-Nya. Dia menyebutkan
Nama-Nya, Innani Anallah, sesungguhnya Aku adalah Allah!. Jelas sekali sekarang. Ada Allah
dan ada alamat-Nya untuk memperkenalkan Nama-Nya. Yaitu kepada seluruh makhluk-Nya yang
ada di dalam Lauhul Mahfuz, yang tak lain dan bukan juga adalah Dzat-Nya sendiri, sedikit dari
Diri-Nya sendiri.
Konsekuensinya adalah, siapapun yang ingin menyebut nama Allah, memanggil-manggil Allah,
maka Allah yang dia maksud itu haruslah Allah yang MENGUASAI Lauhul Mahfuz. Bukan sesuatu
Sebab APAPUN juga yang berada di dalam Lauhul mahfuz, SEMUANYA adalah MAKHLUK sebagai
PENZHAHIRAN dari Dzat-Nya yang Sedikit (the small essens). Dan semuanya itu tidak pantas
untuk kita sebut sebagai Allah. Paling-paling semuanya hanya bisa ringkas menjadi satu sebutan,
yaitu Dzat-Nya, the small essense, atau DZATULLAH saja. Itupun hanya bisa kita lakukan kalau
Dengan begitu, maka kita sudah bisa berkata bahwa, di dalam Lauhul Mahfuz, tidak ada lain
WUJUD YANG HAKIKI kecuali hanyalah DZATULLAH semata. LAA MAUJUD DZATULLAH
Bersambung
2. KUN.., maka sifat pertama yang akan kita lihat, tentu saja dengan MATA HATI kita, adalah
adanya AWAL bagi terciptanya semua ciptaan. The small essense berubah menjadi Dzat Yang Awal
Begitu ada ciptaan yang terzhahir, misalnya langit, bintang-bintang, matahari, bumi, manusia, dan
bahkan bakhteri dan virus, maka mereka semua dapat disebut sebagai Sifat-Sifat Zhahir yang
sesuai dengan karaktrisitik atau takdirnya masing-masing. Sifat-sifat Zhadir itu dapatlah disebut
sebagai Dzat Yang Zhahir yang berada di dalam Lauhul Mahfuz. Akan tetapi, disebalik Dzat Yang
Zhahir itu, mata hati kita juga masih dapat melihat kebenaran akan keberadaan the small essense
Semua ciptaan, Dzat Yang Dzahir, pastilah tidak abadi. Karena Ia punya masa awal untuk tercipta,
maka tentu saja Ia juga punya masa akhir untuk musnah kembali saat umurnya telah sampai
pada batas yang telah ditentukan. Ketika semua yang Dzat Yang Zhahir telah musnah kembali,
maka yang tersisa adalah Dzat Yang ada disebalik Dzat Yang Zhahir itu, yaitu Dzat Yang Akhir,
yang tak lain dan tak bukan the small essense itu sendiri.
Yang Zhahir (semua ciptaan) adalah berasal dari the small essense.
Yang Akhir adalah saat Yang Zhahir telah musnah dan kembali menjadi the small essense.
Artinya adalah, bahwa Sifat-sifat Yang Awal, Yang Bathin, Yang Akhir, dan bahkan Yang Zhahir,
sebenarnya semuanya adalah mengacu kepada SATU HAKEKAT saja, yaitu the small essense.
Oleh sebab itu ketika Allah menerangkan tentang Diri-Nya di dalam Al Quran: Dialah Yang Awal,
Dialah Yang Akhir, Dialah Yang Zhahir, Dialah Yang Bathin, maka yang Dia maksudkan itu adalah
apa-apa yang berkenaan dengan Dzatullah, the small essense. Sebab Allah SWT sendiri adalah
Dzat Yang Tiada Awal dan Tiada Akhir. Allah adalah Dzat Yang Tiada Zhahir dan Tiada Bathin. Dia
Yang Maha Melihat, maka Yang Allah maksudkan itu adalah bahwa Dia Maha Melihat segala
apapun juga yang ada dan yang terjadi pada semua ciptaan di dalam Lauhul Mahfuz MELALUI
Dzat-Nya Yang sedikit, the small essense.
Yang Maha Mendengar, maka Yang Allah maksudkan itu adalah bahwa Dia Maha Mendengar
segala apapun juga yang ada dan yang terjadi pada semua ciptaan di dalam Lauhul Mahfuz
MELALUI Dzat-Nya Yang sedikit, the small essense.
Yang Maha Mengawasi, maka Yang Allah maksudkan itu adalah bahwa Dia Maha Mengawasi
segala apapun juga yang ada dan yang terjadi pada semua ciptaan di dalam Lauhul Mahfuz
MELALUI Dzat-Nya Yang sedikit, the small essense.
Yang Maha Mengetahui, maka Yang Allah maksudkan itu adalah bahwa Dia Maha Mengetahui
segala apapun juga yang ada dan yang terjadi pada semua ciptaan di dalam Lauhul Mahfuz
MELALUI Dzat-Nya Yang sedikit, the small essense.
Yang Maha Berkuasa, maka Yang Allah maksudkan itu adalah bahwa Dia Maha Berkuasa atas
segala apapun juga yang ada dan yang terjadi pada semua ciptaan di dalam Lauhul Mahfuz
MELALUI Dzat-Nya Yang sedikit, the small essense.
Sebab DI LUAR Lauhul Mahfuz, tidak ada sesuatu apapun yang Akan Dia Lihat, akan Dia Dengar,
akan Dia Awasi, akan Dia Ketahui, dan akan Dia Kuasai. Karena apapun yang ada diluar Lauhul
Mahfuz semata-mata adalah Diri-Nya Sendiri, Dzat-nya Yang Maha Indah. Dzat-Nya Yang Maha
Suci dari segala prasangka, praduga, khayalan, dan lamunan. Maha Tinggi dan Maha Besar-Nya
sendiripun juga tidak akan pernah terduga-sangka dan tidak terkhayal-lamunkan oleh siapapun
juga kecuali hanya bagi Dia Sendiri. Dia sungguh Laisa Kamistlihi Syaiun bagi seluruh makhluk.
Yang Maha Halus, maka Yang Allah maksudkan dengan Yang Maha Halus itu adalah Dzat-Nya
Yang sedikit, the small essense yang akan tetap ada disebalik semua ciptaan. Sekecil apapun
ciptaan itu terzhahir, seperti misalnya atom, partikel Higgs Bosson, dan bahkan kalau ada
yang lebih kecil lagi dari itu, maka disebalik semua itu pasti ada Dzat-Nya yang menjadi
Wajibul Wujud bagi terzhahirnya kesemuanya itu.
Yang Meliputi segala sesuatu, maka yang Allah maksudkan dengan Yang Maha Meliputi itu
adalah Dzat-Nya Yang sedikit, the small essense. BUKAN Allah sendiri yang meliputi segala
sesuatu, sebab ternyata dengan padangan seperti itu akan berujung kepada Pahaman
Wahdatul Wujud. Akan tetapi Yang Maha Meliputi itu adalah the small essense, yang tidak
saja berada disebalik semua ciptaan, akan tetapi juga meliputi semua ciptaan itu dengan
Kemaha-halusan yang hanya akan bisa terdeteksi oleh Hati yang sudah sangat bening dan
bersih, dan dengan Mata Hati yang sudah TIDAK lagi dalam keadaan buta dan tuli.
Yang ada dimana-mana, seperti halnya juga dengan Yang bersamamu dimanapun kamu
berada, Maka yang dimaksudkan oleh Allah itu juga adalah Dzat-Nya Yang sedikit, the small
essense. Kemanapun kita menghadapkan wajah kita, atau pandangan mata hati kita, kekiri,
kekanan, kebawah, keatas, kedepan, kebelakang, maka MATAHATI kita hanya akan melihat
kenyataan the small essense, Dzatullah. Dzat yang tidak ada rupa, tidak ada warna, tidak
ada huruf, tidak ada suara, tidak ada. Dzat yang Laisa Kamistlihi Syaiun.
Bersambung
Tuhan, bagaimana cara saya menjenguk-Mu, sedangkan Engkau Tuhan penguasa alam semesta?
Allah menjawab: Apakah engkau tidak mengetahui bahwa seorang hamba-Ku bernama Fulan
sedang sakit tetapi engkau tidak mau menjenguknya. Sekiranya engkau mau menjenguknya, pasti
Wahai anak Adam, Aku minta makan kepadamu, tetapi engkau tidak mau memberikan makan
kepada-Ku. Orang itu bertanya: Wahai Tuhan, bagaimana caranya saya memberi makan kepada-
Mu, sedang Engkau Tuhan penguasa alam semesta? Allah berfirman: Ketahuilah, apakah engkau
tidak peduli adanya seorang hamba-Ku, si Fulan, telah datang meminta makan kepadamu, tetapi
engkau tidak memberinya makan. Ketahuilah, sekiranya engkau mau memberinya makan, pasti
Wahai anak Adam, Aku minta minum kepadamu, tetapi engkau tidak mau memberi-Ku minum.
Orang itu bertanya: Wahai Tuhan, bagaimana caranya aku memberi-Mu minum, padahal Engkau
Tuhan penguasa semesta alam? Allah berfirman: hamba-Ku, si Fulan, minta minum kepadamu
tetapi engkau tidak mau memberinya minum. Ketahuilah, sekiranya engkau memberinya minum,
maka yang dimaksudkan oleh Allah dengan ungkapan Aku telah sakit, Aku minta makan, Aku
minta minum , itu adalah keadaan yang sedang dialami oleh Dzat-Nya Yang Zhahir. Sebab kita
sudah paham pula bahwa semua ciptaan ini pada hakekatnya juga adalah Dzat-Nya Yang Zhahir,
yang berasal dari the small essense, atau Dzat-Nya yang Bathin. Bak kata pepatah, Buah jatuh
tidak akan jauh dari pohonnya. Segala sesuatu atau ciptaan yang berasal dari Dzatullah, pastilah
tidak akan diberi nama selain dari Dzatullah pula. Perbedaan ciptaan yang satu dengan yang
Begitulah seterusnya, setiap kali kita melihat ciptaan, kejadian, peristiwa, apapun juga, maka kita
sudah tahu bahwa itu adalah Dzat-Nya. Ketika kita, misalnya, melihat diri kita dari ujung rambut
sampai kepada ujung kaki, maka kita sudah paham sepaham-pahamnya bahwa semuanya itu
adalah Dzat-Nya semata. Dzat-Nya Yang Zhahir. Sehelai rambut kita adalah Dzat-Nya, seiris tipis
kulit kita adalah Dzat-Nya, sepasang mata kita danjuga alat indera kita yang lainnya juga adalah
Dzat-nya. Jantung kita, paru-paru kita, ginjal kita, otak kita, lever kita, dan seluruh organ internal
kita yang lainnya juga adalah Dzat-Nya. Jadi, jelas sekali sebenarnya bahwa seluruh sel tubuh
kita tak lain dan tak bukan adalah DZAT-NYA YANG ZHAHIR.
JIWA kita yang terdiri dari Hati/Minda dan Ruh, yang merupakan diri kita yang bathin, juga adalah
Dzat-Nya. Bahkan sampai kepada pikiran dan perasaan kita, semua itu juga adalah Dzat-Nya.
Karena semuanya itu adalah penzhahiran dari Dzat-Nya yang sedikit, the small essense.
Kalau kita sudah paham dengan hal yang seperti ini, maka kita juga akan benar-benar TIDAK
berani lagi untuk BERKATA dan MENGAKU aku kepada siapapun juga. Karena ternyata kita
benar-benar TIDAK WUJUD sama sekali. Sebab Yang Wujud ternyata adalah Dzatullah yang
sedang memikul tanggung jawab dari Allah untuk berperan sesuai dengan peran-peran yang
tertentu, pada waktu dan tempat yang tertentu pula. Karena kita tidak wujud, maka sebenarnya
Bersambung
Yang sangat mengherankan sebenarnya adalah, bahwa dengan memahami kebenaran hakekat
seperti ini secara terus menerus, maka sikap kita terhadap semua ciptaan atau makhluk apapun
juga, yang ada disekitar kita, juga akan menjadi berubah dengan sangat drastis
sekali. Firasat kita akan semakin tajam dalam memandang dan berperilaku terhadap sesama
manusia bahkan terhadap semua semua makhluk ciptaan Allah yang lainnya.
Misalnya, kita sudah menjadi tidak sanggup lagi untuk menghina, mencaci, mengutuk, membenci,
memarahi, melukai, apalagi sampai membunuh sesama manusia yang ada disekitar kita. Karena
bukankah mereka itu adalah Dzat-Nya Yang Zhahir?. Dan disebalik diri merekapun ada pula Dzat-
Nya Yang Bathin. Jelas sekali bahwa antara diri kita dengan diri mereka ternyata hakekatnya
persis SAMA. Sama-sama Dzatullah. Kita sebenarnya adalah Zero, Nul!. Mereka juga
Kita akan merasakan hantaman yang sangat keras ketika kita akan melakukan hal-hal yang tidak
baik atau yang menyakitkan bagi orang lain. Ketika kita ingin:
menghina orang lain, bukankah Allah bisa berkata: Aku telah dihinanya.
mencaci orang lain, bukankah Allah bisa berkata: Aku telah dicacinya.
mengutuk orang lain, bukankah Allah bisa berkata: Aku telah dikutuknya.
membenci orang lain, bukankah Allah bisa berkata: Aku telah dibencinya.
memarahi orang lain, bukankah Allah bisa berkata: Aku telah dimarahinya.
melukai apalagi sampai membunuh orang lain, bukankah Allah bisa berkata: Aku telah
dilukainya, Aku telah dibunuhnya.
Makanya tidak heran, kalau kita sudah sangat memahami hakekat yang seperti
benda yang ada disekitar kita, atau yang kita temui saat kita beraktifitas, juga akan menjadi lain
Kita inginnya berbual mesra dengan mereka. Kita tidak ingin merusak dan menyakiti mereka. Kita
tidak ingin menghancurkan dan membunuh mereka. Karena kita seperti bisa merasakan
kedekatan kita dengan mereka. Mereka telah seperti menjadi sahabat-sahabat kita. Sahabat
Bayangkan, dirumah, kita ingin berbual dengan kursi, dengan dinding, dengan pintu, dengan
sajadah.
Terima kasih sahabat, engkau telah jaga rumah ini agar tidak dimasuki pencuri, kata kita
Maaf sahabat, engkau saya duduki ya, kata kita kepada kursi.
Terima kasih ya sahabat, engkau telah relakan dirimu untuk saya injak-injak dalam shalat
Pokoknya kita adakalanya bisa menjadi orang yang sangat aneh. Orang yang bisa berbicara
dengan kucing, ayam, kecoak, tikus, dan bahkan dengan nyamuk seperti orang yang sedang
Kita jadi tidak berani untuk meludah sembarangan, membuang sampah sembarangan, mengotori
tanah dengan sampah tanpa alasan yang jelas. Kita tidak butuh lagi kata-kata mutiara seperti
jangan membuang sampah sembarang, dan sebagainya. Tidak perlu. Kita sudah menjadi tidak
enak sendiri. Karena Mata hati kita sudah tajam memandang bahwa tanah itupun adalah Dzat-Nya
Yang Zhahir, dan disebalik tanah itupun ada pula Dzat-Nya Yang Bathin. Sahabat kita. Sehingga
kita jadi sangat sungkan untuk mengotorinya. Kadangkala mau menginjak tanah itu kita bisa
minta maaf dulu kepada tanah tersebut. Maaf ya sahabat, engkau saya injak.
Saat makan dan minumpun, kita maunya berbual dulu dengan makanan dan minuman yang akan
kita santap itu. Maaf ya sahabat, engkau saya makan dan minum, karena makan dan minum
adalah fitrah yang harus saya jalankan untuk menghidupkan sel-sel tubuh saya.
Kalau ini bisa kita dawamkan, maka suatu saat, tidak berapa lama kok, kita bisa menggigil
kedinginan menyadari akan kebenaran hakekat yang seperti ini. Pada tingkat yang ekstrim, ada
orang yang sampai-sampai tidak berani berjalan, tidak berani makan dan minum untuk beberapa
lama.
Akan tetapi semua keadaan atau hal tersebut akan bisa segera hilang kalau kita menyadari bahwa
Rasulullah SAW pun makan, minum, dan berjalan menginjak tanah. Jadi kita contoh Beliau SAW
saja
Dan anehnya, setiap pembicaraan yang kita lakukan, ternyata seperti TEREKAMpada benda-
benda, binatang-binatang, dan tumbuh-tumbuhan yang kita perlakukan seperti sahabat kita itu. Ia
tersimpan dalam bentuk GETARAN atau bisa pula dalam bentuk KEADAAN HAL di dalam DZAT
Bersambung
Insya Allah.
Mungkin saja Bapak akan merasa tulisan awal Bapak adalah tulisan kanak-kanak di banding
Namun ada ribuan atau jutaan orang di sana. Saat membaca tulisan awal Bapak pun mendapat
pencerahan.
Tulisan awal Bapak pun masih sangat mudah dan banyak dikaji
Dipelajari.. diikuti.
Bila saya bertanya panjang lebar.. apakah Bapak pun mau menjelaskan secara panjang lebar?.
Jawaban singkat
Assalamualaikum..
Tidak ada niatan saya untuk menulis sebenarnya. Tetapi entah kenapa, saya sudah menulis saja
apa-apa yang tertulis di dalam blog ini sejak berbilang tahun yang lalu.
Ternyata tulisan-tulisan saya itu memang seperti ada periodesasinya. yaitu periode belajar
PATRAP, periode belajar Shalat Khusyu, dan terakhir periode saya belajar Makriftullah, Dzikrullah,
Alhamdulillah saya sungguh beruntung diizinkan dan diberi kesempatan oleh Allah untuk mereguk
berbagai sumber Ilmu yang tentu saja hakekatnya semua ilmu itu adalah berasal dari Allah jua.
Kalaupun ada yang bisa merasakan manfaat dari tulisan-tulisan saya itu, maka itu semata-mata
adalah atas Kehendak dan Hidayah Allah juga adanya. Sebab saya tidak bisa membuat orang
mengerti tentang apa-apa yang saya tulis itu. Saya hanya menulis apa yang saya alami.
Barangkali itulah sebabnya kenapa tulisan itu terlihat seperti mengalir begitu saja. Sebab saya
bukanlah seorang ustadz, saya bukanlah seorang ulama, apalagi guru. Bukan. Saya hanya
Kalau ada sahabat yang bisa merasakan manfaat dari tulisan-tulisan saya pada periode Patrap dan
Shalat Khusyu dulu, ya Alhamdulillah saja. Saya juga ikut berbahagia. Sangat bahagia malah.
Berarti apa-apa yang saya alami saat periode-peride itu juga dialami oleh sahabat semua.
Kalaupun ada yang masih bertahan sampai sekarang pada pelajaran-pelajaran yang saya tulis
pada periode itu, ya itu sudah takdir yang harus sahabat jalani. Bagi saya itu sudah diluar
kemampuan saya untuk mengatur-aturnya. Tidak ada hak saya untuk meminta sahabat untuk
Allah akan mengajarkan siapa-siapa yang Dia kehendaki dengan ilmu-ilmu yang sesuai untuk
menjalankan takdir yang sudah dituliskan untuknya. Setiap orang akan meninggal dengan
membawa takdirnya masing-masing. Tidak lebih dan tidak kurang. Tidak ada yang bisa dituntut
dari orang lain, karena diakhirat kelak kita semua akan menjalani takdir kita sesuai dengan apa-
Akan tetapi, ada satu pola yang sama dari tulisan-tulisan saya dari periode ke periode, yaitu saya
hanya ingin mengabarkan tentang Allah, mengabarkan tentang Rasulullah dengan segala
kekurangan saya. Hanya saja saya menuliskan bahwa Periode terakhir yang saya alami, semuanya
menjadi lebih mudah dan lebih memberikan dampak atau pukulan yang kuat kepada rohani saya.
Shalat saya masih tetap seperti ketika saya di Shalat Center dulu, hanya saja dalam hal sisi
kerohaniannya saya memakai cara yang sekarang ini saya pakai. Itu bukan berarti bahwa apa-apa
yang saya pelajari dulu itu adalah tidak benar. Bukan begitu. Hanya saja, saya merasa sangat
bodoh saja untuk bisa mengerti pelajaran-pelajaran yang saya terima saat itu. Kebodohan saya
seperti menhalangi saya untuk bisa mengerti ilmu-ilmu yang diajarkan kepada saya waktu itu. Dan
itu terjadi dalam waktu yang tidak singkat. Tahunan, bahkan belasan tahun.
Dan dengan berbekal kebodohan saya tersebut, saya menyerah keapada Allah. Saya berhenti
belajar untuk beberapa saat untuk hanya duduk diam minta petunjuk Allah. Dan Alhamdulilah
Allah menjawabnya melalui Mas Guntar yang suatu saat dulu mengirimkan link youtube
Farhan4u2c kepada group fb saya. Sejak itulah saya seperti dibukakan pintu ilmu demi ilmu oleh
Allah yang LANTARAN pembawanya adalah Arif Billah Ustad Hussien BA Latiff. Dan apa-apa
kepahaman yang diberikan oleh Allah kepada saya tentang ilmu dari Ustad Hussien itulah yang
kemudian saya tulis sebenarnya. Tentu saja itu hanya sebatas bahasa yang saya mengerti saja.
Saran saya untuk mas Pandanaran hanya satu, selalulah minta tuntunan kepada Allah agar kita
bisa ingat kepada Allah, agar kita bisa bersyukur kepada Allah, dan agar kita bisa khusyu dalam
beribadah kepada Allah. Dan kuncinya hanya satu saja, Dzikrullah, Dzikrullah, dan Dzikrullah
Tidak ada kunci yang lain. Dan untuk bisa Dzikrullah itu, SATU persyaratan mutlaknya adalah Kita
WAJIB terlebih dahulu Mengenal Allah dengan kesadaran Yang Jati, Makrifatullah.
Nah carilah siapa-siapa yang bisa mengenalkan kita dengan Allah dalam waktu yang sesingkat-
singkatnya, untuk kemudian kita teguh dan istiqamah saja dalam Mengingati Allah yang sudah kita
kenali itu, Dzikrullah. Sebab umur kita boleh jadi sudah sangat pendek untuk berlama-lama dalam
belajar. Kita hanya butuh: ketika shalat kita bisa tetap ingat kepada Allah; diluar shalat kita juga
masih bisa menjaga ingatan kita untuk tetap kepada Allah; kita jadi sangat bersemangat dalam
melakukan ibadah-ibadah sunnah; jika kita punya masalah, maka kita tinggal duduk di bilik
Saya tidak menjadi apa-apapun, juga tidak jadi masalah bagi saya. Cukuplah Allah bagi saya
Deka
Kalau kita bermain-main dengan getaran ini, maka getaran itu akan menjadi pakaian kita. Kita
akan dikuasai oleh getaran itu. Kita akan menjadi budak dari getaran itu berikut dengan makhluk-
makhluk lain (jin) yang ada bersama getaran itu. Kalau getaran itu kita anggap mengandung
power, maka Dzat yang ada pada getaran itu akan meresponnya dengan memberikan power
kepada kita. Inilah yang terjadi dengan orang-orang yang berkecimpung dengan ilmu kontak.
Kalau getaran itu kita anggap mempunyai kekuatan untuk menyembuhkan, baik untuk jarah
pendek maupun jarak jauh, maka Dzat yang ada pada getaran itu akan meresponnya dengan
mengantarkan anggapan kita itu kepada orang yang percaya kepada kehebatan kita dalam bidang
penyembuhan itu.
Kalau kita menganggap bahwa Allah ada didekat kita, bahkan Allah meliputi kita, maka ketika
kita memanggil-manggil nama Allah, dengan kesadaran kita bahwa Allah ada di dekat kita dan
meliputi kita, maka Dzat yang ada disekitar kita, yang meliputi kita akan meresponnya dengan
memberikan getaran-getaran tertentu yang bisa kita rasakan. Getaran itu bahkan bisa
menggoyangkan badan atau tubuh fisik kita dengan lembut ataupun dengan keras. Sehingga
dengan begitu kita semakin percaya bahwa Allah memang benar-benar ada di dekat kita dan
meliputi kita. Hal seperti inilah yang saya lakukan d awal tahun 2001 sampai dengan tahun 2010.
Bahkan baru-baru ini, ada seorang teman saya dari kota Ternate berkirim sms kepada saya
sebagai berikut:
Assalamualaikum Pak. Saya M dari Ternate
Saya sudah lama membaca dan mempraktekan beberapa yang tertulis di buku2nya Pak Deka dan
Ust AS. Tapi dalam prakteknya ada beberapa kejadian atau sensasi di dalam pelaksanaan
shalat dan zikir. Pada saat shalat, saya merasa ada semacam tarikan ke arah atas sehingga
kadang2 posisi saya berdiri ketika shalat bertumpu dengan kedua ujung jari kaki. Kemudian pada
saat zikir, pun sama. Ada semacam tarikan ke arah atas sehingga posisi duduk saya berubah
dan kadang bertumpu dengan menggunakan kedua lutut. Bisa di jelaskan fenomena apa yang
Pengalaman saya juga seperti itu, bahkan lebih seru lagi. Dan itu ternyata di konfirm oleh
pengalaman beberapa orang yang mengalami hal yang sama dengan yang saya alami itu, tidak
hanya dizaman yang lalu, tetapi juga pada saat sekarang ini.
Dulu saya diajarkan bahwa diujung getaran itu ada Allah yang menggerakkan partikel dan
gelombang, seperti juga Allah yang menggerakkan keluar masuknya nafas saya, seperti juga Allah
yang menggerakkan bumi dan matahari. Makanya saat itu, untuk mengenal Allah saya cukup
dengan merasa-rasakan getaran di dalam dada, saya cukup merasakan gerak keluar masuk nafas,
saya cukup bergerak kesana kemari mengikuti getaran-getaran alam seperti sedang berlatih taichi
ataupun tarian sufi. Saat itu memang ada sensasi tubuh ini menjadi meluas, ada sensasi badan ini
Semakin dijalani, semakin terasa pula kesendirian saya. Kemanapun saya pergi meluas, setinggi
apapun sensasi yang saya dapatkan, karena masih berjalan, maka saya malah merasa semakin
ada. Pada suatu kali saya mulai dikejutkan dengan kenyataan bahwa saya mulai menjadi malas
untuk beribadah. Saya tidak pernah lagi puasa sunnah, shalat sunnah, membaca Al Quran dan
ibadah-ibadah lainnya. Bangun jam 3 subuh, malah saya duduk diluar rumah berlatih memandang
alam, merasakan getaran-getaran yang seperti bergelombang ingin naik dari dada saya keatas.
Gerakan gelombang naik dari dada menuju keatas itu menimbulkan sensasi atau rasa EKSTASIS
mirip orgasme. Semua itu saya lalui saja, karena memang saya belum lagi menemukan ilmu yang
Bahkan dengan bekal ilmu tasawuf yang ada di dalam buku Madarijus Salikin pun, saya seperti
sangat susah untuk keluar dari keadaan seperti diatas. Madarijus Salikin hanya saya rasakan
sampai pada tahap memperlembut apa-apa yang telah saya dapatkan sebelumnya. Namun ada
sedikit perubahan, bahwa jam 3 malam bukan lagi saya pakai untuk berlatih hal diatas.
Alhamdulillah saya sudah mulai Shalat tahajud, sebagai pengganti dzikir (patrap).
Akan tetapi, syukur Alhamdulillah, sejak awal tahun 2014 yang lalu sampai sekarang, dengan
berbekal Ilmu Hakekat, Makrifatullah dan Dzikrullah yang disampaikan oleh Ustad Hussien BA
Latiff, maka saya seperti disadarkan bahwa apa-apa yang saya praktekkan dan alami dahulu itu
masih belum sampai kepada alam Makrifatullah. Bahkan kepada Alam Hakekat saja saya belum
sampai, apalagi untuk sampai kepada Alam Makrifatullah. Masih sangat jauh
Sebab getaran-getaran itu masihlah berada pada tatanan alam sifat-sifat saja. Getaran-getaran itu
juga adalah Makhluk. Tidak lebih. Jadi ia masih berada di alam keramaian ciptaan. Sedangkan
untuk memasuki alam Makrifatullah, maka kita terlebih dahulu haruslah bersedia untuk
meninggalkan dan menanggalkan alam sifat-sifat itu untuk kemudian masuk selangkah ke alam
Hakekat, yaitu Alam yang berhubungan dengan Dzat-Nya yang sedikit, the small essense.
dulu, bahwa:
ADA Dzat-Nya yang sedikit, THE SMALL ESSENSE, yang menjadi WAJIBUL WUJUD bagi tercipta
Artinya, diri kita sendiri dan semua makhluk ini pada Hakekatnya TIDAKLAH WUJUD. Karena
KEWUJUDAN diri kita dan semua makhluk ini hanyalah semata-mata karena adanya The Small
Essense, Dzat Yang Wajibul Wujud. DZATULLAH. Yaitu SEDIKIT atau SEJUMPUT KECIL dari Dzat
Jadi untuk memasuki alam Hakekat itu kita cukup hanya melakukan satu langkah kecil dan
sederhana saja, yaitu: LAA MAUJUD DZATILLAH, tidak ada kewujudan kecuali hanya Dzat
Lalu setiap MATA kita memandang apa saja dan kearah mana saja, setiap PANCA INDERA kita
mendeteksi dan menginderai apa saja, maka kita akan segera saja dikejutkan oleh kenyataan
bahwa sekarang MATA HATI sudah menjadi SANGAT TAJAM untuk memandang keberadaan
DZATULLAH disebalik semua yang tergelar dan terhidang dihadapan kita itu.
Saat MATA kita melihat warna dan nyala, melihat bentuk dan rupa, melihat huruf dan angka,
mata HATI KITA malah tidak melihat apa-apa.
Saat TELINGA kita mendengarkan suara dan nada, MATA HATI kita malah tidak mendengar
apa-apa.
Saat HIDUNG kita mencium bau semerbak wangi, MATA HATI kita malah tidak membaui apa-
apa.
Saat LIDAH kita merasakan kelezatan berbagai rasa, MATA HATI kita malah tidak merasakan
kelezatan apa-apa.
Saat KULIT tubuh kita mendeteksi berbagai fenomena, MATA HATI kita malah tidak
mendeteksi fenomena apa-apa.
MATA HATI kita tetap hanya terpandang kepada SATU WUJUD saja, yaitu DZATULLAH. Dzat yang
tidak bisa dirupa-rupakan, yang tidak bisa diwarna-warnakan, yang tidak bisa dirasa-rasakan, dan
yang tidak bisa dideteksi-deteksi dengan alat apa saja. Mata Hati kita terpandang kepada Dzat
Yang Ghaib, dimana mata atau panca indera kita tidak akan pernah bisa untuk menggapainya.
Mata hati kitapun juga hanya bisa sampai melihat kepada yang kosong. Tidak terbayang apa-apa,
Para meditator dan para pedzikirpun sebenarnya banyak yang rela untuk melakukan berbagai hal
yang sulit dan berat demi untuk mendapatkan keadaan atau hal yang berkenaan dengan Alam
Hakekat ini. Namun yang berhasil mencapainya boleh dikatakan hanyalah beberapa orang saja
diantara puluhan ribu orang. Sulit sekali, dan juga rahasia sekali ilmunya.
Alam Hakekat ini pulalah yang telah dijalani oleh Rasulullah SAW saat Beliau Miraj sebelum Beliau
menemui Allah di balik 70 Tabir cahaya, diatas Arsy Allah yang Agung. Ternyata Alam Hakekat itu
bukanlah akhir dari perjalanan Beliau. Sebab dari Alam Hakekat itu Beliau masih diperjalankan
Artinya, sebelum Beliau bertemu dan berbicara LANGSUNG dengan Allah, Beliau terlebih dahulu
harus meninggalkan semua alam ciptaan, termasuk Arsy Allah Yang Agung. Bahkan Jibril AS
Rasulullah datang sendiri, dengan tidak membawa apa-apa dan tidak membawa siapa-siapa.
Beliau datang menghadap dalam keadaan sendirian. Beliau dituntun Allah untuk meninggalkan
Alam Hakekat untuk kemudian memasuki Alam Makrifat. Beliau dituntun untuk menafi-kan
Dzatullah yang sedikit, the small essense, lalu Beliau Beliau dituntun pula untuk mengIsbathkan
Dzat Allah yang Maha Indah yang ada disebalik Tabir 70 Cahaya di hadapan Beliau. Laa Maujud
Illallah, lalu terjadilah perjumpaan antara Beliau dengan Allah dibalik tabir.
Sebab tabir 70 lapis cahaya ini haruslah tetap ada, karena kalau tidak ada, maka Beliau akan
hangus terbakar karena terpandang kepada Keagungan Dzat-Nya Yang Maha Indah. Beliau hanya
diperlihatkan kepada SELAPUT Keagungan Dzat-Allah Yang Maha Indah yang membungkus Lauhul
Mahfuz, yang tak ubahnya seperti Bulan Mengambang di langit lepas. Kecil sekali, sehingga Beliau
katakan bahwa selaput Dzat itu seperti bisa Beliau tutup dengan telapak tangan Beliau.
Bersambung
Demikianlah cara Rasulullah diperjalankan oleh Allah mulai dari melihat segala macam dan ragam
Alam Sifat, lalu memasuki SATU Alam Hakekat saja, yaitu alam Dzatullah yang sedikit, untuk
kemudian BERHENTI dengan penuh KETAKJUBAN untuk Bermakrifat kepada Allah. Makrifatullah
Dalam perjalanan itu, Beliau telah diperlihatkan GAMBARAN LENGKAP dari segala sesuatu yang
mengisi dan memenuhi Lauhul Mahfuz. Gambaran dari peristiwa yang sudah terjadi maupun yang
belum terjadi atau yang masih dalam bentuk rencana. Beliau pun hanya sebatas diperlihatkan saja
atas gambaran itu tanpa Beliau bisa mengubahnya, walau sedikitpun, saat itu.
Sebab Beliau memang sudah ditetapkan oleh Allah hanya untuk menjadi Rahmat bagi semua
peristiwa yang tergelar di dalam Gambaran itu dengan peran Beliau sebagai seorang Rasul yang
akan memberi contoh dan tauladan untuk apa-apa yang baik dan buruk, memberi tahu mana yang
salah dan yang benar, serta memberikan syafaat kelak di kehidupan akhirat.
Proses perjalanan Makrifatullah Beliau itu hanya terjadi dalam SATU malam saja. Hal ini
merupakan suatu pertanda baik bagi kita bahwa untuk bermakrifatullah itu sebenarnya kitapun
TIDAK butuh waktu yang sangat lama dan proses yang sangat sulit dan berbelit-belit. Kita hanya
perlu memahami makna hakiki dari perjalanan Isra dan Miraj Beliau, kemudian kita ikuti saja
praktek-praktek Beliau setelah Beliau melakukan perjalanan yang sangat luar biasa dan fenomenal
tersebut.
.
Banyak memang yang telah membahas perjalanan Isra dan Miraj Beliau itu. Mulai dari pengajian
kepengajian, dari buku ke buku, dari khutbah ke khutbah, sampai ke seminar keseminar, dan
sebagainya. Namun pembahasannya hampir selalu berakhir hanya pada kewajiban ibadah shalat
yang harus dilakukan oleh umat Islam, dan juga kisah-kisah tentang bagaimana Beliau melihat
syurga dan neraka dan penghuni-penghuninya masing-masing, dan berbagai kisah lainnya. Selalu
begitu, dan itu sudah berlangsung sejak lama. Dari generasi ke generasi.
Akan tetapi jarang sekali orang yang mau membahas makna dari perjalanan Isra dan terutama
Miraj Beliau itu dalam bentuk sebuah kajian untuk membuka pintu Makrifatullah. Pintu
pengenalan kepada Allah. Namun, Alhamdulillah, seorang Arif Billah, Ustad Hussien BA Latiff, telah
diberikan dan disusunkan oleh Allah sebuah Ilmu tentang membuka Pintu Makrifatullah ini, yang
ternyata memang sangat mudah gamblang sekali. Sungguh perjalanan Isra dan Miraj itu
benarlah adanya
Begitu juga di dalam memaknai diperintahkannya ibadah shalat bagi seluruh umat Islam. Hampir
selalu saja yang dikisahkan adalah bagaimana Beliau, setelah di sarankan oleh Nabi Musa AS,
harus bolak balik menemui Allah untuk mengurangi bilangan shalat mulai dari awalnya 50 kali
menjadi hanya 5 kali sehari dalam sehari semalam. Akhirnya kita umat Islam hanya tahu bahwa
Shalat itu adalah sebuah ibadah yang WAJIB untuk kita lakukan setiap hari. Jarang sekali ada
yang membahasnya dari sisi kesamaannya dengan pertemuan Rasulullah SAW dengan Allah SWT
Oleh sebab itu, pada kesempatan yang sangat baik ini, setelah kita membahas tentang perjalanan
Isra dan Miraj dari segi Ilmu Hakekat dan Makrifatullah, sekarang marilah kita mencoba untuk
melihat ibadah shalat yang selalu kita kerjakan setiap hari itu sebagai sebuah sarana bagi kita
untuk mengobati rasa Rindu dan Lara kita akibat dari lupanya kita kepada Allah.
Ada jumpa pastilah akan ada pula rindu. Perjumpaan Rasulullah dengan Allah SWT, walau hanya
terjadi dibalik tabir 70 Cahaya, tentu saja telah menimbulkan luka parut yang sangat dalam di
dalam JIWA Rasulullah SWT. Luka yang akan selalu menimbulkan rasa rindu yang sangat
membuncah. Sementara perjalanan Isra dan Mikraj itu sudah ditakdirkan pula untuk hanya terjadi
sekali saja. Akan tetapi rasa rindu Beliau untuk kembali dan kembali bertemu dengan Allah
Tidak akan pernah!. Karena rasa rindu Beliau itu adalah rasa rindu seluruh umat manusia. Ya,
seluruh anak manusia. Rasa rindu untuk kembali saling bertutur sapa dan berkata-kata mesra
dengan Allah.
Bukankah kita semua sebenarnya telah membawa sebuah memori tunggal saat kita dilahirkan?.
Memori yang tidak bisa tidak, kita harus mengucapkan Bala syahidna, benar ya Allah, Engkau
adalah Tuhan kami, sebagai jawaban penuh kepastian kita atas pertanyaan tunggal Allah kepada
Memori atau INGATAN kita terhadap peristiwa yang sangat menggetarkan itu, walau dalam
perjalanan waktu telah dikaburkan dengan adanya ingatan-ingatan kita kepada hal-hal yang lain,
ternyata ia akan selalu menjadi sinar yang menerangi bagi kita semua.
Sejahat apapun kita, sedurhaka apapun kita, sekafir dan seatheis apapun kita, pastilah suatu saat
kita pernah dilanda oleh rasa rindu untuk berjumpa dengan sesuatu yang kita anggap melebihi
apapun juga yang ada di alam dunia ini. Kita rindu untuk kembali berjumpa dengan Tuhan.
Makanya sejarah panjang umat manusia juga dipenuhi oleh kisah-kisah pencarian kembali umat
manusia kepada Tuhannya. Ada banyak yang berhasil, dan tentu saja tak kurang pula banyaknya
yang gagal.
Nah untuk memberikan contoh bagaimana agar kita umat manusia ini bisa kembali merasakan
moment-moment pertemuan kita pertama kali dengan Allah di alam Azali dulu, Rasulullah
diberikan sebuah fasiltas yang kualitasnya sama dengan peristiwa Isra dam Miraj yang pernah
Beliau lakukan. Fasilitas itu adalah SHALAT, tapi shalat yang bukan sembarangan shalat. Shalat itu
haruslah Shalat yang memenuhi syarat, yaitu SHALAT yang LI DZIKRI. Aqimishshalata li dzikri.
Shalat yang di dalam pelaksanaannya kita harus selalu tetap MENGINGATI ALLAH. Shalat yang
seperti inilah yang disebut oleh Beliau sebagai Mirajnya orang beriman.Ashshalatu murajul
mukminin
Bersambung
Bagi kita, yang tidak pernah mengalami peristiwa Miraj, Bertemu dan berkata-kata dengan Allah,
seperti yang dialami oleh Rasulullah, ternyata Allah telah memfasilitasi kita agar kita juga bisa
mengalami hal yang sama dengan apa yang dialami oleh Rasulullah di dalam peristiwa Miraj itu.
Namun tentu saja ada yang bertanya-tanya, seberapa pentingkah Shalat itu bagi kita sebenarnya
sehingga Allah sampai-sampai mewajibkan kita untuk melaksanakannya?. Begitu juga bagi
Rasulullah SAW beserta para Sahabat Beliau ketika itu, Beliau sangat menjaga betul shalat Beliau,
baik waktunya maupun tata cara pelaksanaannya, Beliau menikmati betul setiap rakaat yang
Beliau kerjakan, tidak ada capek dan lelah sedikitpun yang Beliau rasakan, air mata dan isak
tangis Beliau jangan ditanyalah berapa banyak dan seringnya Beliau tumpahkan.
Hal ini sangat berbeda dengan apa yang kita alami. Kita umumnya malah sebaliknya, Shalat kita
kurang terjaga waktu dan tata caranya. Kita di dalam shalat jarang sekali merasakan nikmat yang
membuat kita selalu ingin dan ingin lagi untuk shalat. Duh rasanya setiap rakaat yang kita lalui itu
lama sekali, dan terasa sekali capek dan lelahnya. Boro-boro bisa menangis dan berisak tangis,
yang kita dapatkan malah lebih sering rasa kantuk yang datang secara bergelombang. Di dalam
shalat itu kita juga seperti orang yang sedang bermimpi dan melamun. Bacaan kita entah apa,
ingatan kita entah kemana. Tidak sinkron antara AKTIFITAS yang kita lakukan dengan apa yang
kita INGAT.
Malah ada beberapa teman yang mengaku sering berdzikir berkata: kok lebih enak dan nikmat
berdzikir dari pada shalat. Kenapa bisa begitu ya?, katanya dengan terus terang. Jawabannya
juga bermacam-macam. Misalnya, kalau dzikir bacaannya sedikit, sedangkan shalat bacaannya
banyak dan ada malah bagian-bagian yang tidak kita mengerti. Ada pula yang berkata bahwa
dzikir itu ibadah yang mudah dan bisa dilakukan kapan saja, sedangkan shalat banyak aturannya.
Dari jawaban diatas terlihat seperti ada KETERPISAHAN antara melaksanakan Shalat dengan
dengan (untuk) mengingat Aku. Shalat dan Dzikir itu telah menjadi sebuah aktifitas saja. Yaitu
SHALAT KEPADA YANG SEDANG KITA DZIKIRI. Kita sedang bertutur kata santun dan bersikap
Dan ternyata disinilah letak permasalahan yang sebenarnya berada, yaitu pada kegiatan DZIKIR
itu sendiri. Bagaimana kita memaknai Dzikir itu, dan bagaimana pula cara kita melakukannya.
Kenapa dzikir yang umum dilakukan oleh umat islam sekarang ini BISA terasa lebih enak dan
nikmat dibandingkan dengan shalat?. Ada salah apakah gerangan yang kita lakukan?.
Sebenarnya ada sebuah rahasia besar yang terkandung di dalamnya. Yaitu kita telah KEHILANGAN
KERINDUAN kita untuk berjumpa dan berkata-kata mesra dengan Allah SWT. Keseharian kita telah
berubah menjadi seperti seorang anak kecil yang sebenarnya sedang menderita kesepian, sangat
sepi, tetapi kita hanya mencari kepuasan untuk sebentar dan sementara saja, dan itupun hanya
Kerinduan kita tidak pernah terlipur, kecintaan kita tak pernah berbalas, kekaguman kita tak
pernah menggetarkan, ketakutan kita tidak pernah mencekam, sehingga ibadah kita, shalat kita,
senandung kita, doa-doa kita, tidak pernah memberikan pukulan dan hantaman yang berarti
kepada hati kita. Karena memang hati kita itu masih seringkali MENGINGATI apa-apa yang selain
Hati kita tidak pernah sampai luka dan berparut seperti hati yang dimiliki olehorang-orang Allah.
Hati mereka itu sangat mudah luka, sangat mudah mengeluarkan darah kembali ketika RINDU
mereka kepada Allah SWT datang membuncah, ketika cinta mereka kepada Allah datang
bergelora, ketika takut mereka kepada Allah datang mencekam, sehinggga air mata merekapun
seringkali jatuh bercucuran tatkala Allah berkenan menyambut rindu, cinta, dan takut mereka.
Ini yang tidak kita punyai. Karena hati kita masih saja kita isi dengan Ingatan kepada sesuatu
yang selain dari Allah. Sehingga kita hanya jadi rindu dengan sesuatu yang bukan Allah, kita jadi
cinta hanya kepada sesuatu yang bukan Allah, kita jadi takut hanya dengan sesuatu yang bukan
Allah. HATI kita jadi KOSONG dari INGATAN KEPADA ALLAH, DZIKRULLAH
Kalau tidak ingat Allah, mana bisa pula Allah akan Ingat kita
Kalau tidak ada Ingatan dari Allah, mana bisa kita terhibur
Kalau tidak ada Ingatan dari Allah, mana bisa kita terlipur
Kalau tidak ada Ingatan dari Allah, mana bisa kita berpaut
Kalau tidak ada Ingatan dari Allah, mana bisa kita bergantung
Akan tetapi, kita tidak usah KHAWATIR. Ternyata pengenalan kita kepada Hakekat ini, selangkah
lagi saja, kita akan segera saja diantarkan untuk Bermakrifat kepada Allah. Karena memang untuk
bisa mengingat Allah itu, apalagi di dalam shalat, kita memerlukan Makrifatullah sebagai
fondasinya.
Namun karena artikel ini hanya bertujuan untuk membahas tentang MENYADARI HAKEKAT, maka
kita akan tutup artikel ini untuk kemudian, Insya Allah, kita berjumpa lagi pada artikel
Walupun begitu, sebelum ditutup, ada baiknya kita simpulkan uraian panjang lebar diatas dalam
sepatah dua kata berikut ini. Bahwa untuk memasuki Alam Hakekat, kita hanya perlu MENYADARI
bahwa disebalik semua ciptaan, disebalik semua sifat-sifat, disebalik semua nama-nama, disebalik
setiap peristiwa dan kejadian, SEBENARNYA, HAKIKINYA, ada DZATULLAH yang sedikit, yang
sedang aktif memerankan Perintah dan Kehendak Allah untuk menzhahirkan apa-apa yang
LAA MAUJUD ILLA DZATILLAH, lalu kemana dan kepada apa saja PANCA INDERA kita melihat,
mendengar, merasakan, membau, menyicipi segala SIFAT yang ada, maka MATA HATI kita hanya
terpandang kepada SATU WUJUD saja, yaitu DZATULLAH, yang menjadi HAKEKAT bagi semua
yang terdeteksi ataupun yang tidak terdeteksi oleh Panca Indera kita. Dzatullah itu Maha Halus
Kita tinggalkan segala SIFAT dari pandangan panca indera kita, untuk kemudian mata hati kita
hanya terpandang kepada HAKEKAT sahaja, lalu setelah itu kita kukuhkan Hati kita untuk
Bermakrifat kepada Allah, sehingga kitapun dengan terbata-bata akan bisa berkata: LAA
MAUJUD ILLALLAH
Mungkin suatu saat kita pernah dilanda oleh sakit yang agak parah sehingga kita harus dirawat
dirumah sakit. Siang hari, mungkin ada beberapa teman kita yang berkunjung untuk
memperlihatan bahwa mereka punya perhatian kepada kita. Perawat dan dokter juga rajin
berkunjung memeriksa kesehatan kita. Boleh jadi pula ada anak, istri atau suami kita yang
menemani kita dari pagi sampai malam. Akan tetapi pada suatu saat, tatkala tengah malam
datang menjambangi kita, mata kita ternyata masih belum bisa kita pejamkan dalam sebuah tidur
yang lelap. Saat itu teman kita hanyalah botol cairan infus yang dengan telaten meneteskan
cairannya kedalam tubuh kita. Tiba-tiba kita seperti merasakan sebuah kesepian yang sangat
Kita menjadi sedih dengan diri kita sendiri. Teganya diri kita yang sedang sakit ini memisahkan
kita dengan orang-orang yang kita cintai, dengan sahabat tempat kita bercanda ria, dengan teman
sejawat di kantor atau ditempat kerja kita, dengan harta benda yang kita miliki, dengan rumah
kita, dengan kendaraan kita, dan sebagainya. Tubuh kita seperti sedang mencabut semua yang
Jarum jam terasa seperti begitu lambatnya bergerak. Rasanya kita ingin mempercepat putaran
jarum jam itu agar ia bisa berlari kencang untuk menjemput pagi. Kita merasa tidak kuat
menahan kesepian dan kesunyian itu sendirian. Kita seperti orang yang sedang merindukan
munculnya cahaya matahari pagi. Karena dengan adanya cahaya matahari itu berarti kita merasa
akan bisa bertemu kembali dengan orang-orang yang datang menjenguk kita. Tiba-tiba saja
muncul kerinduan kita untuk mendengarkan kicauan burung-burung di pagi hari menyambut
datangnya sinar matahari. Padahal sebelum-sebelumnya sinar matahari pagi dan nyanyian
Andaikan di dalam sakit itu kita tidak bisa bangun dari tempat tidur, perasaan kita lebih bergejolak
lagi. Bagaimana kalau kita ingin BAB dan BAK?. Bagaimana kalau cairan infusnya macet?,
bagaimana kalau ?, bagaimana kalau?. Seribu ingatan seperti datang bergelombang silih
berganti memenuhi kepala kita. Malam itu seakan kita jalani dengan kesendirian yang
menakutkan.
Kalaulah saat itu ada orang lain yang menemani kita tidur dirumah sakit itu, kita ingin
mengadukan masalah kita itu kepadanya. Kita tidak kuat menanggungnya sendiri. Kita
merindukan adanya orang lain tempat kita mencurahkan dan mengadukan segala permasalahan
yang sedang kita rasakan itu. Kita merindukan adanya orang lain tempat kita berkata-kata,
tempat kita berkeluh-kesah. Kita ingin mengurai kesendirian kita itu. Kita ingin berbagi
penderitaan kita dengan orang-orang yang kita anggap dekat dengan kita selama ini
Pada keadaan yang lain, tatkala kita telah beranjak tua dan sakit-sakitan, dan kita sudah dirawat
dirumah saja, karena dirumah sakitpun keadaan kita tidak akan banyak berubah, maka keadaan
yang akan kita alami bisa lebih menyedihkan lagi. Biasanya kita sudah tidak bisa apa-apa. Kita
butuh berbagai pertolongan dari orang-orang terdekat kita untuk berbagai kegiatan keseharian
kita. Mulai dari makan, minum, buang air, dan membersihkan badan. Kita sudah tidak bisa lagi
melakukannya sendiri. Tubuh kita sudah lemah, letih, dan tidak berdaya lagi untuk melakukan
apa-apa.
Waktu siang hari, mungkin masih banyak orang yang bisa membantu kita. Ada anak kita, ada
menantu kita, ada cucu kita, ada suami/istri kita. Akan tetapi pada waktu tengah malam, semua
mereka sudah tidur dengan lelap. Mereka sudah tidak sedikitpun memikirkan kita lagi. Tinggallah
kita sendirian. Sepi ditengah keramaian. Kalau kita ingin BAB dan BAK, kitapun terpaksa
melakukannya diatas tempat tidur. Karena kita telah dipasangi pampers seperti bayi.
Kita benar-benar telah menjadi seperti seorang bayi tua ditengah-tengah keluarga kita sendiri.
Sebab, di dalam ingatan kita, kita merasa masih punya keluarga, kita masih punya anak, kita
masih punya istri/suami. Kita masih merasa bahwa kita adalah orang tua mereka, kita adalah
saudara mereka, kita adalah istri atau suami pasangan kita. Sementara kenyataannya kita sudah
tidak bisa mengharapkan apa-apa dari orang-orang yang terdekat dengan kita itu.
Saat itulah kita akan merasa kesepian dan kesendirian yang sangat mencekam. Segala prasangka
kita tentang keluarga kita, tentang kepemilikan kita terhadap mereka, ternyata hanyalah khayalan
kita saja selama ini. Sebab kalau mereka adalah milik kita, maka kita akan bisa memegang
mereka setiap saat sebagai tempat bergantung kita, sebagai tempat kita mencurahkan keluh-
kesah dan penderitaan kita, sehingga kita bisa terlepas dari semua permasalahan kita itu.
Saat itu barulah kita sadar bahwa ternyata kita butuh tempat bergantung yang tidak akan pernah
jauh dari kita. Kita butuh alamat kita berkeluh kesah yang selalu menemani kita setiap saat.
Sebab apapun tempat kita bergantung dan berkeluh kesah selama ini ternyata adalah alamat yang
palsu.
Disinilah pentingnya kita mengetahui sejak awal-awal alamat tempat kita bergantung yang
sebenar-benarnya tempat bergantung. Karena semakin mendekati waktu uzur kita mengenali
alamat tersebut, akan semakin lama pula kita mengalami penderitaan dan kepedihan di dalam
hidup ini.
Kita akan selalu berada dibatas sepi, kita akan selalu berada dibatas rindu, sehingga kitapun
akan selalu pula mencari dan mencari tempat yang bisa mengatasi rasa sepi kita, alamat yang
bisa mengurai kerinduan kita. Namun sayangnya pencarian kita itu nyaris tak selesai-selesai juga.
Karena kita selalu salah dalam memilih tempat bergantung dan berpegangan. Kita terpilih pada
Bersambung
Akan tetapi, kalau kita melihat kepada sejarah Nabi-Nabi, Rasul-Rasul, dan orang-orang shaleh
terdahulu, keberadaan di wilayah batas sepi dan rindu ini adalah posisi yang paling dekat bagi
mereka dengan Allah. Mari kita lihat terlebih dahulu beberapa kisah mereka yang sangat terkenal,
diantaranya adalah:
1. Siti Hajar, istri dari Nabi Ibrahim
Di dalam sejarah Nabi-Nabi ceritakan bahwa Nabi Ibrahim AS dengan istri pertama Beliau, yaitu
Siti Sarah, untuk sekian lamanya, masih belum diberikan anak keturunan. Sampai suatu saat,
kemudian Beliau menikah kembali dengan istri kedua Beliau yang bernama Siti Hajar. Dengan Siti
Hajar inilah Beliau punya anak laki-laki yang Beliau beri nama dengan Ismail AS, yang nantinya
Tentu saja Beliau dan Siti Hajar sangat berbahagia dengan kelahiran Ismail ini. Sudah
sepantasnya kalau kasih sayang mereka tercurah kepada Ismail kecil ini setiap saat. Akan tetapi
karena Kisah Kehidupan Nabi Ibrahim, Siti Hajar, dan Ismail ini akan menjadi sebuah contoh
tauladan dan bahan pelajaran bagi seluruh umat manusia kelak, maka di dalam kisah itu harus
termuat pelajaran tentang lika-liku kehidupan yang berisikan kerinduan, kesabaran, kebahagiaan,
kepatuhan, keridhaan, dan tentu saja jalan keluar yang sangat mencengangkan dari setiap
Ditengah-tengah kebahagiaan itu, Nabi Ibrahim diperintahkan oleh Allah untuk membawa Siti
Hajar dan Ismail yang masih bayi itu ke sebuah bukit pasir yang sekarang dikenal sebagai bukit
Shafa di Bakkah (Mekkah). Nabi Ibrahim mendapatkan wahyu dari Allah untuk meninggalkan Siti
Hajar dan Ismail di tengah-tengah gurun pasir yang sangat panas dan gersang itu. Tiada sebarang
pepohonan yang tersedia untuk berlindung dari teriknya sinar matahari. Tiada tetes air yang
mengalir untuk mendinginkan tubuh saat kepanasan ataupun untuk diminum saat kehauasan.
Tiada rumah yang bisa dipakai untuk melindungi diri beliau dan anaknya Ismail dari serangan
hewan padang pasir yang berbisa dan untuk berlindung dari dinginnya angin malam yang
menusuk tulang.
Saat itu, Nabi Ibrahim dipisahkan oleh Allah dari anak dan istri Beliau. Padahal anak tersebut telah
Beliau harap-harapkan selama sekian puluh tahun lamanya. Akan tetapi begitu anak yang diharap-
harapkan itu lahir, dalam hitungan bulan kemudian Beliau harus merelakan anak tersebut
dijauhkan dari sisi Beliau. Anak dan istri Beliau itu harus Beliau tinggalkan di sebuah tempat yang
sangat keras dan kejam kalau tidak mau dikatakan mematikan. Di padang pasir yang kering
Akan tetapi karena yang memerintahkan itu adalah Allah, maka Nabi Ibrahim AS sudah menjadi
sangat yakin bahwa semua akan baik-baik saja. Walaupun pada saat itu air mata Beliau boleh saja
jatuh berderai-derai dan perasaan Beliau remuk-redam, akan tetapi keyakinan Beliau atas
penjagaan Allah atas keluarga Beliau itu sangatlah kuat. Sehingga Beliaupun akhirnya
meninggalkan kedua orang yang Beliau cintai itu tanpa menoleh-noleh lagi kebelakang
Begitu juga yang terjadi dengan Siti Hajar. Ketika Siti Hajar menanyakan kepada Nabi Ibrahim AS:
apakah penyebab dari tindakan Nabi Ibrahim itu adalah akibat adanya rasa cemburu dari Istri
pertama Beliau (Siti Sarah) ataukah ini memang murni atas perintah Allah ?; dan kemudian Nabi
Ibrahim menjawabnya bahwa Ini adalah murni atas perintah Allah, maka Siti Hajarpun menjadi
tenang. Sangat tenang sekali. Karena Beliau yakin bahwa kalau Allah yang memerintahkan, maka
Allah pasti akan menjamin segala kebutuhan Beliau. Sebuah keyakinan yang sangat kokoh akan
perlindungan Allah kepada Beliau dan anak Beliau Ismail dalam keadaan yang sesulit apapun juga.
Ketika bekal makanan dan minuman yang Beliau bawa sudah habis, dan anak Beliau menangis
karena kelaparan dan kehausan yang mendera, Beliau juga hanya sekedar menjalankan apa yang
harus Beliau jalankan saja. Yaitu Beliau berjalan hilir mudik antara bukit Shafa dan Marwa.
Perjalanan penuh harap. Beliau hanya berjalan saja bolak-balik dengan sebuah harapan yang pasti
bahwa bahwa Allah pasti akan menolong Beliau dan Ismail. Walaupun ketika Beliau berjalan sekali
dua kali balik, ternyata masih belum ada hasil apa-apa, namun Beliau sudah diberikan KEYAKINAN
oleh Allah bahwa hasil yang beliau harapkan itu hanyalah menunggu WAKTU saja untuk
Pada saatnya, setelah tujuh kali Beliau bolak balik antara puncak bukit Shafa dan puncak bukit
Marwa dengan keyakin yang sangat kokoh bahwa Allah pasti akan menolongnya, maka Allahpun
menzahirkan apa yang sudah ditakdirkan-Nya. Bahwa air yang merupakan sumber kehidupan
akan memancar dari cerukan pasir yang terkena hentakan kaki kecil Ismail AS. Dan semenjak saat
itu, merekahlah fajar kehidupan yang akan bertahan selama ribuan tahun yang disangga oleh
aliran air yang tidak pernah meluap dan tidak pernah pula berkurang dari sumur yang terkenal
Kalau kita yang mengalami hal yang dialami oleh Nabi Ibrahim AS ini, logika berpikir kita akan
sangat sulit untuk bisa menerimanya. Kita akan menganggap bahwa perintah itu adalah sebuah
perintah sangat kejam dan tidak masuk akal. Kita akan bertanya dan bertanya:
Bagaimana makan dan minumnya kalau bekal yang mereka bawa sudah habis?.
Saat kita meninggalkan anak dan istri kita dirumah saja, yang notabene sudah sangat lengkap
dengan makanan dan minuman, sudah terlindung dari berbagai perubahan cuaca, dan sudah
aman pula dari gangguan binatang dan dari orang-orang yang ingin berbuat tidak baik, kita masih
saja merasa khawatir. Apalagi kalau kita diperintahkan untuk meninggalkan mereka disebuah
tempat yang sangat kejam, sangat keras, dan sangat tidak layak untuk dihuni oleh binatang
sekalipun seperti yang diperintahkan kepada Nabi Ibrahim AS. Pastilah kita akan selalu bertanya:
kenapa, kenapa. Silih berganti, kita akan dilanda oleh rasa khawatir, marah, sedih, kecewa,
tidak percaya, dan rasa-rasa negatif lainnya selama berhari-hari Itu pasti
Bersambung
Tentang firman Allah yang artinya Allah berfirman kepada Nya Kun Fayakun
Jazakamullah
Wassalam
Ulasan.
Ya begitulah Pak Tomi. Ternyata selama ini banyak umat Islam yang tidak tahu tentang hal ini.
Padahal ini adalah hal yang sangat VITAL bagi keimanan kita, karena ia berkenaan dengan
TAUHID kita.
Kalau ADA sesuatu selain Dzat-Nya tempat Allah SWT bersabda KUN, maka saat itu sudah ada
DUA yang ada atau wujud, yaitu Allah sendiri dan sesuatu yang lain tempat Allah bersabda KUN.
Dengan begitu, maka gugurlah TAUHID kita. Itulah gunanya kita memahami ilmu makrifatullah.
Ada tiga Paham yang akan membawa kita bisa membawa kita untuk memahami hakekat dari
semua ciptaan dan peristiwa. yaitu Paham Dzatiyah, paham Wahdatul Wujud, dan paham Nur
Muhammad.
Jawaban yang sederhana ini akan mengulas apa yang membedakan paham Dzatiyah dengan
Pada paham Dzatiyah, Nya itu adalah sedikit saja dari Diri atau Dzat Allah tempat Allah bersabda
Kun itu. sehingga dari SEDIKIT Dzat-Nya itulah kemudian tercipta SEMUA CIPTAAN DAN
PERISTIWA. Paham ini menganggap bahwa disebalik semua ciptaan dan peristiwa adalah Dzat
Allah yang SEDIKIT, yang besarnya tidak lebih dari sebutir pasir di padang pasir, atau setetes air
dilautan. jadi kecil sekali dzat Allah yang menjadi batin bagi semua ciptaan dan peristiwa.
Sehebat, sekuat, sebesar, setinggi, sesedahsyat, seluarbiasa apapun juga yang ada dialam
ciptaan, maka itu hanyalah tak lebih dari sedikit saja dari Dzat Allah yang sedang menjalankan
peranan sesuai dengan Takdir yang telah ditentukan oleh Allah untuk terdzahir pada waktu
tertentu. Paham ini meyakini bahwa semua ciptaan dan peristiwa adalah TIDAK WUJUD, yang
WUJUD Adalah sedikit dari Dzat Allah yang sedang berperan menjalankan takdir yang telah
Pada Paham Dzatiyah ini, untuk BISA memahami hakekat semua ciptaan dan peristiwa yang
akhirnya akan membawa kita UNTUK mengenal Allah (Makrifatullah), kita cukup hanya berbekal
ILMU saja, yaitu Ilmu pembukaan pintu Makrifatullah. Dan untuk itu kita hanya butuh waktu yang
sangat Sedikit. SEBENTAR SAJA. Setelah kita bermakrifat itu kita tinggal hanya melaksanakan
Jadi langkahnya hanya: Dari Sifat kepada Hakekat untuk kemudian Bermakrifatullah SIFAT
HAKEKAT MAKRIFAT. . Simple sekali, dan itu bisa kita tamatkan dalam waktu sekejap. Setelah
Pada paham Wahdatul Wujud, Nya itu adalah SELURUH Diri atau DZat Allah tempat Allah bersabda
KUN itu. sehingga dari SELURUH Diri Allah itulah kemudian tercipta SEMUA CIPTAAN DAN
PERISTIWA. Paham ini menganggap bahwa disebalik semua yang dzahir adalah Allah, disebalik
semua peristiwa adalah Allah, disebalik semua gerak adalah Allah, disebalik semua nafas adalah
Allah, disebalik semua ucapan adalah Allah, disebalik semua alam adalah Allah. Alam adalah Allah,
Allah adalah alam. Makanya ada orang yang seringkali berkata: aku tidak ada yang ada adalah
Allah; Allah tidak ada yang ada adalah aku; aku adalah Aku; tidak ada aku kecuali Aku;
Dia adalah dia; aku adalah Allah, marahku adalah marah Allah, dan berbagai ungkapan
syatahat lainnya.
Pada Paham Nur Muhammad, Nya itu adalah SETENGAH atau 50% DIRI atau DZAT Allah. Artinya
Allah terlebih dahulu membelah Diri atau Dzatnya menjadi dua bagian. Yang setengah bagian
adalah Dzat-Nya yang Asli, sedangkan yang setengah bagian laginya adalah Dirinya yang
kemudian menjelma menjadi Nur Muhammad. Lalu kemudian Allah bersabda KUN kepada Nur
Muhammad itu, sehingga dari Nur Muhammad itu kemudian terciptalah semua ciptaan dan
peristiwa. Jadi pada paham ini, hakekat dari semua ciptaan dan peristiwa adalah Nur Muhammad.
Disebalik semua ciptaan dan peristiwa adalah Nur Muhammad. Batin dari semua makhluk adalah
Nur Muhammad. Tidak akan mengenal seseorang kepada Allah sebelum ia mengenal Nur
Muhammad. Setelah mengenal Nur Muhammad, barulah ia bisa bermakrifat kepada Allah. Dan
setelah itu, ungkapan-ungkapan syatahat seperti dalam paham Wahdatul wujud diataspun sangat
Pada Paham Wahdatul Wujud dan Paham Nur Muhammad, dua-duanya membutuhkan dzikir-dzikir
khusus dengan jumlah yang sangat-sangat-sangat banyak yang harus dilakukan dalam waktu
tahuna bahkan puluhan tahun untuk mendapatkan peringkat makrifatullah. Untuk dzikir itu, kita
harus pula diajarkan oleh mursyid yang konon kabarnya haruslah sudah berperingkat Kamil dan
Mukamil melalui CARA-CARA atau JALAN-JALAN atau TAREKAT tertentu. Tanpa mengikuti tarekat
tertentu kita dianggap tidak akan pernah bisa bermakrifat. Karena menurut kedua paham ini
langkah yang harus dilakukan seseorang untuk ia bisa bermakrifat adalah dengan urutan:
SYARIAT TAREKAT HAKEKAT MAKRIFAT. Jadi amalan apapun yang kita lakukan tanpa
mengikuti cara-cara dari sebuah tarekat muktabarah tertentu, maka amalan kita itu, menurut
paham ini, akan menjadi sia-sia. Melalui talian atau tautan rohani kita dengan rohani mursyid kita
dan rohani guru-guru dari muryid kita itu, kemudian sampailah ruhani kita kepada ruhani Nabi
Muhammad, kemudian Jibril, dan setelah itu barulah kita akan bisa mengalami ekstase
makrifatullah. Biasanya kita akan bergetar hebat, berteriak -teriak, menangis histeris, guling-
gulingan, dan akhirnya kita akan diam seperti pingsan. Kalau kita sudah bisa melalui fase diam
seperti pingsan itu, maka kita akan dianggap sudah FANA. Dalam Fana itu kita biasanya akan bisa
pula mengalami pengalaman Out of body experience. kita seperti bisa mikraj ke alam-alam gaib.
Bahkan kalau kita fana di dalam shalat yang ditandai dengan kita terjatuh kebelakang seperti
pingsan, maka shalat kita itu dianggap shalat yang sudah mikraj. Dan kita tidak perlu mengulang
shalat itu lagi walau saat kita jatuh itu adalah pada rakaat pertama. Kalau kita sudah bisa seperti
ini, maka kita akan dipanggil sebagai khalifah, yang merupakan jalan awal agar kita bisa pula
Nah, silahkan pakai yang mana saja yang Pak Tomi anggap mudah untuk pak Toni pahami. Tidak
pakai salah satu dari tiga paham itupun tidak apa-apa. Kalau saya DULU memakai paham Nur
Muhammad, dan sedikit paham Wahdatul Wujud. Sejak saya mendapatkan Ilmu Makrifatullah dari
Arif Billah Ustad Hussien BA. Latiff, saya hanya memakai Paham Dzatiyah saja Paham-paham
Ini adalah Artikel yang saya tulis di: yahoo.groups/dzikrullah di tahun 2005.
Artikel ini bisa dikomparasikan dengan artikel saya di tahun 2015, PUASA KALI INI, SUNGGUH
BERBEDA
Kita akan bisa melihat bagaimana cara Allah yang selalu memperbaiki pemahaman kita dari waktu
ke waktu. Sungguh Dia akan mengajari kita apa-apa yang tidak kita ketahui dengan cara yang
unik.
Bulan puasa seperti tahun-tahun yang lalu datanglah sudah. Bagi teman-teman yang berbahagia
dan berpuasa, kita telah terlalu sering memang mendengarkan kuliah dan ungkapan-ungkapan
bahwa puasa adalah untuk mendapatkan ketaqwaan, bahwa puasa adalah untuk mendapatkan
idul fitri, bahwa puasa adalah untuk membersihkan diri kita dari dosa, bahwa puasa adalah untuk
Tapi cobalah perhatikan agak sejenak apa yang kita hasilkan dari puasa ke puasa. Sudah adakah
pada diri kita ciri-ciri apa yang dikuliahkan kepada kita selama ini?. Kalau belum atau paling
tidak belum mantap gitu, maka tidak ada salahnya, bagi yang mau, untuk mulai mematok
sebuah target yang akan kita capai selama bulan puasa yang telah menyapa kita ini.
Target itu jangan hanya sekedar kita tamat baca Al Quran selama Ramadhan. Jangan pula hanya
sekedar kita telah ikut shalat taraweh berbilang kali. Jangan juga hanya sekedar kita telah ikut
itikaf di masjid selama beberapa hari. Dan jangan juga hanya sekedar kita telah menahan lapar
dan haus selama 30 hari. Kalau hanya sekedar seperti ini, maka sejak zaman SD dulupun semua
Tapi puasa itu ternyata mempunyai tujuan yang lebih mulia dari rutinitas di atas yang itu ke itu
Pada puasa itu ada sebuah proses untuk MERAHMATI NAFS (diri kita). Karena mata yang tidak
dirahmati Allah akan membawa kita kepada pandangan yang kurang ajar. Telinga yang tidak
dirahmati Allah akan membawa kita untuk mendengarkan hal-hal yang tidak baik. Perut yang
tidak dirahmati Allah akan mendorong kita kepada memakan apa saja dengan cara apa saja. Otak
yang tidak dirahmati akan menarik-narik dan mendorong kita ke sana sini tak tentu arah. Sulbi
yang tidak dirahmati Allah akan mendorong kita kearah kemasiatan demi kemaksiatan.
Mata kita akan mengalirkan rahmat itu kepada mata-mata umat manusia lainnya.
Telinga kita akan mengalirkan rahmat itu kepada telinga-telinga umat manusia lainnya.
Perut kita akan masih menyisakan dan mengalirkan rahmat itu kepada perut-perut umat
manusia lainnya.
Otak kita akan mengalirkan berbagai rahmat itu kepada otak-otak manusia lainnya.
Sulbi yang dirahmati akan menebarkan rahmat itu kepada sulbi suami atau istri kita.
Pada puasa itu juga ada sebuah proses agar kita bisa BERADA DI ATAS NAFS itu. Sehingga kita
bisa membalik keadaan dari keadaan semula dimana Nafs yang mengendalikan kita menjadi
Dan yang mampu mengendalikan NAFS itu hanyalah AR RUH. Maka salah satu buah dari puasa
adalah bagaimana agar kita sadar dan ingat dari waktu kewaktu bahwa kita ini hakikinya adalah
SANG KUSIR terhadap AN NAFS. Jadi, bagaimana caranya agar buah dari puasa ini adalah agar
kita mampu berada dalam kesadaran bahwa kita ini ternyata adalah AR RUH, yang suci, yang fitri,
yang bening, yang tidak bergolak, yang selalu bersandar kepada Allah. Karena tiada lagi tempat
bersandar dan bergantung ar-ruh ini kecuali hanya kepada Allah. Karena Aku adalah milik Allah
Wass
Sekarang kita sudah hampir selesai melakukan puasa pada 10 hari pertama. Kita akan memasuki
10 hari yang kedua dan 10 hari yang ketiga puasa. Walaupun agak terlambat, namun untuk Pak
Noor dan juga siap-siapa yang ditakdirkan untuk bisa mengikutinya, marilah kita lakukan mulai
hari ini untuk kita puasa dari keterpesonaan terhadap sifat-sifat. Kita puasa dari membicarakan
sifat-sifat. Kita puasa dari berbicara tentang benda-benda, tentang makanan dan minuman,
tentang kegiatan orang lain, dan tentang fenomena-fenomena yang ada disekitar kita.
Kita pejamkan MATA kita buat sejenak. Kita naikkan hitam bola mata kita sedikit kearah atas.
Tindakan kita ini akan mengaktifkan MATA HATI kita. Lalu kita fokuskan pandangan MATA HATI
kita itu memandang ke alam HAKEKAT. Kita pandang Dzat-Nya yang ada disebalik semua sifat-
sifat dengan MATA HATI kita. Mata hati kita tidak akan melihat apa-apa. Harus tidak melihat apa-
apa.
Sedangkan HATI kita selalu kita pakai untuk MENGINGATI ALLAH. Ya, kita hanya perlu INGAT
saja kepada ALLAH di dalam hati kita yang halus yang berhubungan dengan OTAK kita. Saat
Hati kita mengingat Allah, kita hunjamkan pandang MATA HATI kita itu kepada HATI kita yang
sedang MENGINGAT ALLAH itu. Mata hati kita itu tidak akan melihat apa-apa. Sebab Allah
memang tidak ada rupa, tidak ada warna, tidak ada huruf, tidak ada suara. Tidak kelihatan apa-
apa. Kalau kita melihat bayangan macam-macam, katakan saja pergi kau, kau bukanlah Tuhan
saya. Dan dengan seketika itu juga bayangan itu akan hilang dari pandangan mata hati kita.
Dengan kita tetap menaikkan hitam bola mata kita kieatas dalam keadaan mata tertutup, artinya
MATAH HATI kita bisa kita tumpukan terus kepada HATI kita yang sedang mengingati ALLAH,
maka INGATAN kita kepada ALLAH itu akan TERKUNCI. Ingatan kita akan terhalang untuk
dimasuki oleh ingatan kepada apa saja yang lain selain dari ingatan kepada Allah.
Kalau hati kita sudah kita kunci untuk selalu mengingati Allah, maka secara otomatis Hati kita itu
akan tidak bisa lagi dimasuki oleh iblis. Sebab iblis itu hanya akan bisa masuk kedalam hati kita
Ketika hati kita INGAT HANYA kepada semua sifat-sifat seperti yang telah kita sebutkan diatas,
maka lewat pintu ingatan itu pulalah iblis akan bisa mendompleng untuk masuk pula kedalam hati
kita. Misalnya, kalau ingatan kita kepada makanan dan minuman secara terus menerus, maka iblis
akan masuk kedalam hati kita melalui ingatan kita terhadap makanan itu. Sehingga kerjaan kita
setelah itu adalah kita akan memburu makanan dan minuman keberbagai tempat. Kalau kita
selalu ingat kepada pornografi, maka iblis akan segera masuk kedalam hati kita melalui pintu
ingatan kita kepada pornografi itu, sehingga apapun yang berbau pornografi akan menjadi ajang
perburuan kita.
Jadi, ciri-ciri hati kita yang sudah dimasuki iblis itu adalah, kita akan seringkali mengkhayal, kita
akan dibawa masuk oleh iblis ke alam lamunan. Makanya ketika itu yang akan kita ingat-ingat
adalah berbagai keanehan, berbagai kejahatan, berbagai keburukan, berbagai hal yang negatif.
Atau bisa pula kita dibawa memasuki berbagai alam yang keadaannya saja yang kelihatan positif,
baik, benar, tenang, dan bahagia, akan tetapi pada saat itu kita sebenarnya sedang LUPA BERAT
kepada Allah.
Nah ternyata di bulan ramadhan ini Allah telah memudahkan kita untuk membersihkan hati kita
dari susupan iblis. Karena setiap kali kita ingat kepada hal-hal yang selama ini halal untuk kita
lakukan disiang hari, kita ingat bahwa kita sedang puasa, maka saat itu juga iblis akan TERIKAT
dan tidak bisa masuk lagi kedalam hati kita, paling tidak selama kita puasa disiang hari. Itulah
makna dari hadist yang mengtakan bahwa selama bulan ramadhan ini iblis dibelenggu. Itu terjadi
karena kita tidak terlalu mengingat-ingat kesenangan dunia selama kita berpuasa disiang hari.
Makanya iblis seperti terikat dan tidak berdaya untuk masuk kedalam hati kita.
Akan tetapi kalau hanya seperti ini yang kita lakukan, maka di malam hari, saat semua yang
dihalalkan bagi kita sudah bisa kita lakukan kembali, maka ingatan kita kembali akan mengingati
sifat-sifat seperti sediakala. Kembali mengingati sifat-sifat, artinya adalah kita membuka kembali
Oleh sebab itu, selama bulan ramadhan ini, sungguh merupakan sebuah kesempatan yang sangat
besar bagi kita untuk selalu ISTIQAMAH dalam mengingati Allah. Dengan mengingati Allah, maka
HATI kita akan menjadi TENANG, BERSIH, dan BERCAHAYA. Hanya dan hanya dengan mengingati
Allahlah Hati kita ini akan bersih, tenang, dan bercahaya. Dan hanya Hati yang sudah seperti inilah
yang akan dapat menangkap turunnya Rahmat dan Ampunan Allah, serta menangkap turunnya
malam kemulyaan, Lailatul Qadar. Malam yang bagi generasi Nabi-nabi dan Rasul-rasul sebelum
Nabi Muhammad hanya turun sekali dalam seribu bulan. Sedangkan bagi umat Nabi Muhammad,
Allah telah berkenan menurunkan bulan kemulyaan itu disetiap bulan Ramadhan.
Oleh sebab itu, mumpung ramadhan masih tersisa sekitar dua puluh hari lagi, tidak ada kata
terlambat bagi kita untuk mulai saat ini juga, untuk kita puasa yang sebenar-benarnya puasa.
Yaitu kita puasa dari memandang segala SIFAT-SIFAT. Kita puasa dari memandang,
membelenggu kita. MATA HATI kita, kita jadi pertajam untuk bisa memandang Dzat-Nya (yang
sedikit) yang ada disebalik semua sifat-sifat itu. Karena Dzat-Nya (yang sedikit) itulah sebenarnya
yang Wujud, yang menjadi HAKEKAT dari semua sifat-sifat itu. Dan HATI kita, kita kunci agar bisa
Lalu di dalam shalat, kita berbicara, kita rukuk dan sujud menghormat kepada Allah yang sedang
kita INGAT. Di luar shalat, kita berdiri, kita duduk, kita tiduran, kita berjalan, kita bekerja, kita
meneliti, kita memimpin, dan sebagainya, semuanya itu kita lakukan dalam keadaan HATI yang
Catatan kecil: Hati yang dimaksud disini bukanlah hati yang berada di dalam DADA, bukan
jantung, bukan lever. Bukan. Tapi hati yang dimaksudkan itu adalah Hati yang halus atau Akal
Dengan begitu, insyaallah, ramadhan kita kali ini akan jadi sangat berbeda dengan ramadhan-
Insyaallah
Demikian ilham yang turun kali ini, semoga bermanfaat bagi Mas Noor Radman khususnya dan
Wassalamualaikum
Setelah kita selesai mengenal diri kita yang ternyata adalah tidak wujud, maka kemudian kita bisa
memalingkan mata kita untuk melihat kepada benda-benda yang ada disekitar kita. Kita bisa
mulai dari melihat benda-benda yang kecil sampai dengan benda-benda yang sangat besar yang
Disebalik piring, sendok, dan gelas yang kita pakai adalah Dzat-Nya.
Bahkan bagi siapapun yang sudah terlanjur kesengsem dengan alam-alam getaran dan alam
gelombang yang bisa mengayun dan meliuk-liukkan tubuh kita dengan gemulai kesana kemari.
Sekarang cobalah sadari pula, walau hanya sebentar saja, bahwa Hakekatnya Yang Wujud:
Jadi, di dalam Lauhul Mahfuz, pada Hakekatnya (sebenar-benarnya) tidak ada satupun yang
Wujud kecuali hanyalah Dzat-Nya semata-mata. Yang terzhahir menjadi Sifat-Sifat adalah Dzat-
Nya yang disebut sebagai Dzat-Nya Yang Zhahir, dan disebalik Sifat-Sifat yang tetap TESEMBUNYI
sebagai HAKEKAT adalah Dzat-Nya juga yang disebut sebagai Dzat-Nya Yang Bathin.
Tidak terpisah antara Yang Dzahir dengan Yang Bathin. Tidak terpisah antara Sifat dengan
Hakekat. Sifat dan Hakekat itu tetap hanyalah satu. Karena Sifat dan Hakekat itu hanyalah
gambaran dari Aktifitas dan Perlakukan Allah terhadap sedikit dari Dzat-Nya yang besarnya
hanyalah seperti sebutir pasir di padang pasir, atau setetes air di dalam lautan, terhadap Dzat-Nya
Setelah kita mengenali Sifat-sifat, kita akan segera pula menyadari akan HAKEKAT. Bahwa
sebenarnya disebaik Sifat-sifat itu ada Dzat-Nya yang sedikit yang menjadi HAKEKAT dari semua
sifat-sifat itu. TIDAK ada apa-apa lagi lagi setelah HAKEKAT kecuali hanya kita BERMAKRIFAT
apa-apa tentang Allah, tidak perlu berandai-andai lagi tentang Allah, tidak perlu membayang-
bayangkan apa-apa lagi tentang Allah, tidak perlu melakukan perjalanan-perjalan apa-apa lagi
Kita mau membahas apa tentang Allah?, bukankah Dia Laisa kamistlihi syaiun?.
Kita mau membayangkan apa tentang Allah?, bukankah Dia Laisa kamistlihi syaiun?.
Kita mau mengandaikan apa tentang Allah?, bukankah Dia Laisa kamistlihi syaiun?.
Kita mau berjalan kemana lagi untuk menemui Allah?. Apa kita mau berjalan ke langit?. Atau Apa
Kita mau menjalankan apa lagi untuk bertemu dengan Allah?. Apakah kita mau menjalankan
RUH,atau mau menjalankan SOUL, kata orang bule, untuk bisa bertemu dengan Allah?.
Bukankah kita sebenarnya tidak pernah terpisah dengan Allah?. Bukankah semua kita ini, semua
ciptaan, dan seluruh peristiwa-peristiwa, sebenarnya adalah gambaran atau sifat-sifat yang
melekat pada SEDIKIT dari DZAT Allah sendiri?. Masak Dzat atau Diri Allah terpisah dengan Allah?.
Disinilah kita banyak yang keliru selama ini. Dari sifat-sifat, dari benda-benda, dari peristiwa-
peristiwa, dari gejala-gejala getaran dan gelombang, kita terburu buru untuk berkata bahwa
Kita terlalu terburu-buru mengatakan bahwa yang menggerakkan nafas kita adalah Allah. Yang
menggerakkan Alam adalah Allah. Yang menggetarkan gelombang adalah Allah. Yang memberi
cahaya kepada alam adalah Allah. Sehingga tidak ada kegentaran dan keterkejutan kita sedikitpun
Allah adalah sangat kecil sekali. Kalau kita mengatakan bawa yang menggerakkan kita dan
bintang-bintang adalah Allah, maka Allah yang seperti itu masih bisa kita bayangkan dan pikirkan.
Masih terlalu kecil rasanya. Padahal yang kita temukan dan hadapi saat itu barulah Dzat-Nya yang
Sedikit.
Walaupun kita sudah mencoba untuk melihat ke langit yang tinggi, dan kita sudah menengadah
pula keatas sebagai isyarat bahwa kita sedang menghadap kepada Allah, namun semua usaha
yang kita lakukan itu tetap saja tidak menimbulkan kegentaran dan keterkejutan kita kepada
Allah. Sebab kesan kita terhadap Allah tetaplah masih terlalu kecil sekali.
Paling-paling yang akan kita rasakan adalah getaran-getaran dan gejolak dari RUH kita yang mulai
menggoncangkan tubuh kita. Kita jadi bisa bergerak-gerak sendiri dengan gerakan-gerakan yang
tidak kita atur-atur sedikitpun. Kita seperti bisa bergerak mengikuti sebuah aliran daya yang
menyelimuti kita. Kita bisa pula berbicara sendiri seperti ngoceh begitu dengan kata-kata yang
tidak kita atur-atur. Dalam istilah sekarang keadaa seperti itu disebut sebagai kondisi TRANCE.
Karena Ruh kita sudah mulai merasakan keadaan di luar dari tubuh kita, maka biasanya kita akan
bisa pula menangis tersedu-sedu, bahkan sampai berteriak-teriak. Setelah tangisan dan teriakan
itu, kemudian kita akan menjadi tenang. Kita kemudian akan berbinar-binar untuk mengatakan
bahwa dengan melakukan sebuah ritual atau latihan tertentu kita bisa merasa TENANG dan
BAHAGIA. Dengan begitu maka kita segera saja akan DIJERAT untuk tetap melakukan RITUAL
atau LATIHAN-LATIHAN itu dengan semangat 45. Kita tidak akan bisa lagi keluar dari keadaan
yang telah kita anggap bisa membuat kita tenang dan bahagia.
Hanya saja jarang ada yang BISA mengkalibrasi TENANG dan BAHAGIA sebagai hasil dari latihan-
latihan atau ritual-ritual tertentu itu dengan TENANG dan BAHAGIA yang berasal dari buahnya
SHALAT. Sebab ternyata banyak yang berkata bahwa tenang dan bahagia yang ia dapatkan dari
hasil latihan-latihan itu sama saja dengan tenang dan bahagia yang ia dapatkan ketika ia shalat.
Bahkan ada yang sambil terkekeh-kekeh berkata bahwa tanpa shalatpun ia ternyata bisa tenang
SHALAT orang YANG INGAT KEPADA ALLAH. Kita shalat dalam keadaan LALAI. Kita sedikit sekali
mengingat Allah, atau bahkan tidak ingat sama sekali kepada Allah, di dalam shalat itu. Ingatan
kita malah terpaku kuat kepada sifat-sifat yang ada didepan kita. Banyak kita yang di dalam
shalat itu kita malah sedang bermain getaran, kita malah mengingati getaran, kita malah
mengingati tenang dan bahagia. Atau kalau kita tidak mengetahui itu semua, kita malah tidak
Kalau kita juga seperti itu, maka kemudian secara perlahan-lahan, shalat kita akan mulai
bermasalah. Kita mulai malas untuk shalat shalat sunat, kita mulai longgar dalam menjaga waktu-
waktu shalat. Kita mulai malas untuk membaca Al Quran, kita mulai malas untuk puasa-puasa
sunat. Hanya karena takut akan dosa sajalah yang membuat kita masih memaksa-maksakan diri
untuk shalat, dan juga puasa. Kalaulah tidak ada kata-kata DOSA itu, kita sudah akan
meninggalkan shalat dan puasa itu. Karena kenyataannya orang yang tidak shalat dan tidak
puasa, artinya orang yang non-muslim, yang melakukan latihan-latihan itupun tenang dan
bahagianya sama dengan tenang dan bahagia yang kita rasakan. Inilah yang sebenarnya yang
merusak dan menggerogoti akidah kita sebagai seorang muslim tanpa kita sadari.
Bersambung
@gmail.com
Assalamualaikum wr.wb.
Sudah beberapa tahun saya mengikuti tulisan2 bpk. dan Abu Sangkan, telah membuat perubahan
yg sangat berarti bagi saya. Pa Deka telah menjadi seakan menjadi guru bagi saya meski tak
kenal raut muka. dan terakhir saya mengenal Arif Billah Ustadz Hussien BA Latiff di Youtube
setelah membaca tulisan pa Deka. Terkadang saya dalam doa saya berkirim alfatihah semoga bisa
ramadhan adalah puasa. Bagi saya puasa khawas apalagi khawasul khawas merupakan sesuatu
Saya bermohon kepada Allah agar melalui pa Deka kiranya dapat memberikan step by step cara
berpuasa dalam bahasa yang sederhana dan dapat dipraktekkan bagi kami yang berpuasa sambil
bekerja di kantor dan lain-lain. Berharap ramadhan yang tersisa ini dapat menjadi Ramadhan yang
terindah. Semoga Allah mengabulkan. (sudah dulu pa Deka, air mata saya keluar). terima kasih.
Wassalam Wr.Wb.
Jawaban Deka
Mengenai Puasa, saya hanya ingin menyampaikan beberapa pengalaman sendiri yang saya alami
Terus terang, pada awalnya puasa adalah sebuah ibadah yang sangat berat untuk saya lakukan.
Sebab tujuannya adalah untuk mencapai sesuatu yang sepertinya hanya mudah untuk diucapkan
tetapi sangat sumir untuk bisa dipahami apalagi untuk dialami, yaitu TAQWA. Akan tetapi selama
puluhan tahun berpuasa, rasanya puasa yang saya lakukan itu ya begitu-begitu saja.
Walau pada saat yang sama saya juga sudah tahu bahwa puasa itu adalah untuk menghidupkan
Ruh dengan cara meleremkan atau melemahkan jasad kita yang terbentuk dari unsur tanah,
sehingga pada akhir ramadhan kita bisa kembali menjadi makhluk yang sudah kembali menjadi
fitrah. Makhluk Ruhani. Saya sudah tahu itu. Namun pada kenyataannya semua itu tetap hanya
seperti sebuah mimpi atau ilusi yang rasanya saya tak akan pernah sampai kesana.
Al-Ghazali (semoga Allah merahmatinya) pernah berkata: Tidak sah ibadah (seorang hamba)
kecuali setelah mengenal (Allah) yang wajib disembah. Dari situlah kemudian populer kalimat
Berbekal dengan ungkapan tersebut, apakah itu hadist atau tidak saya tidak tahu, dengan sebuah
sebab yang unik, saya kemudian dibawa untuk benar-benar mengenal Allah oleh Ustad Hussien BA
Latiff. Dari syarahan Beliau yang sangat gamblang, saya akhirnya meyakini betul bahwa :
Pada awalnya hanya Allah saja Yang Ada. Pada awalnya tidak ada siapa-siapa dan apa-apa kecuali
hanya Allah sahaja. Tidak ada yang Mengenali-Nya, tidak ada yang mengetahui-Nya, tidak ada
yang tahu Namanya, tidak ada yang tahu kebesaran-Nya. Hanya Dia sahaja yang Ada. Hanya
Kemudian Allah berfirman KUN kepada setitik atau sedikit dari Dzat-Nya atau DIRI-NYA. Kemudian
dari sedikit Dzat-Nya itu Dia Ciptakan semua Makhluk yang akan menjalankan peran-peran
Oleh sebab itu, semua ciptaan ini tak lain dan tak bukan adalah semata-mata (atau HAKEKATNYA)
adalah penzhahiran dari setitik Dzat Allah yang telah Dia Sabda dengan Firman KUN itu. Dengan
Sabda KUN itu, Dzat-Nya yang setitik itulah kemudian yang akan menzhahirkan Lauhul Mahfuz
dengan segala tingkah polah (SIFAT) dari makhluk yang ada didalamnya.
Oleh sebab itu, sifat apapun yang dapat kita rasakan dan pikirkan, semua itu pastilah sempurna.
Karena memang semua sifat itu pada hakekatnya berasal dari SATU SUMBER saja yaitu Dzat-Nya
yang setitik. Dzat yang dimiliki oleh Allah Yang Maha Sempurna.
Konsekuensinya, apapun yang dapat kita pikirkan, kita lihat, kita dengarkan, kita rasakan, kita
baui, dan kita raba, maka itu PASTI bukanlah Allah. Kemanapun kita menghadap, kemanapun kita
berjalan, kemanapun kita mengarah, kemanapun kita pergi, baik secara jasmani maupun secara
ruhani, maka yang kita TUJU itu tetap bukanlah Allah. Sebab semua itu hanyalah berasal dari
Oleh sebab itu apa yang paling tinggi yang bisa kita TEMUKAN disebalik semua yang BISA kita
pikirkan, kita lihat, kita dengarkan, kita rasakan, kita baui, kita rabai, kita tujui, kita jalani, kita
arahi, atau kita apakan saja, maka itu hanyalah Dzat-Nya yang setitik atau sedikit saja. Kita tidak
boleh mengatakan bahwa itu adalah Allah. Terlalu kecil Allah kalau itu yang kita katakan Allah.
Sampai disini saja sebenarnya kita sudah SELESAI dalam mengenal diri kita sendiri. Bahwa
sebenarnya kita ternyata adalah TIDAK WUJUD. Yang Wujud bagi diri kita sebenarnya adalah
Al Ghazali mengkonfirmnya dengan mengatakan bahwa: orang yang mengenal dirinya dan
mengenal Tuhannya niscaya sudah pasti ia mengenal bahwa ia TIADA mempunyai wujud bagi
Bersambung
2. Nabi Yunus AS, Nabi Musa AS, Ibrahim AS, Masyitah, sampai dengan Nabi Muhammad SAW
Nabi Yunus As juga mengalami proses yang membawa Beliau masuk ke wilayah batas sepi dan
rindu yang sangat ekstrim. Mulai dari penyeruan Beliau terhadap kaum Niwana agar mereka mau
menyembah Allah sebagai Tuhan mereka, dan agar mereka mau meninggalkan perbuatan maksiat
yang saat itu sangat merajalela ditengah-tengah umat tersebut. Akan tetapi kaum tersebut
menolaknya sehingga Allahpun menakdirkan umat tersebut untuk mengalami azab berupa badai
Nabi Yunus As, dengan izin dan takdir Allah, melarikan diri dari umat Beliau tersebut sampai ke
sebuah pantai. Kemudian Beliau naik ke dalam sebuah kapal yang akan berlayar meninggalkan
pantai tersebut. Ditengah perjalanan, terjadilah badai yang sangat hebat sehingga sebagian
muatan kapal tersebut harus dibuang kelaut, termasuk beberapa penumpangnya. Dengan proses
pengundian berkali, kali, selalu saja Nabi Yunus As yang terpilih untuk dibuang kelaut. Walhasil,
akhirnya Nabi Yunus pun dilemparkan ke dalam laut yang sedang bergelora tersebut. Dan saat
Kita tidak akan berbicara tentang keajaiban atas bagaimana Nabi Yunus bisa tetap hidup selama
beberapa waktu di dalam perut ikan NUN itu dan bagaimana proses keluar Beliau dari dalam perut
ikan itu. Kita tidak akan berbicara tentang Mukjizat-Mukjizat. Kita hanya akan melihat bagaimana
KEADAAN beliau saat itu yang berada di di wilayah batas sepi dan rindu, dan apa HAKEKAT dari
Sebab KEADAAN dan HAKEKAT dari apa-apa yang dialami oleh Nabi Yunus AS itu, sama persis
dengan: Keadaan dan Hakekat yang di alami oleh Nabi Musa AS ketika Beliau dan kaumnya
terkepung antara Lautan didepan Beliau dan Pasukan Firuan di belakang Beliau yang sedang
mengejar-ngejar Beliau untuk dibunuh oleh Firaun dan pasukannya; Keadaan dan hakekat yang
dialami oleh Nabi Ibrahim ketika Beliau dilemparkan kedalam kobaran api yang menyala-nyala
oleh Raja Namrut; Keadaan dan hakekat yang dialami oleh Masyitah (tukang sisir rambut Ratu
Firaun) dan anak-anaknya ketika Beliau dimasukkan kedalam kuali besar yang berisikan minyak
yang sedang bergejolak dan mendidih saking panasnya; Keadaan dan hakekat yang dialami oleh
Nabi Yusuf tatkala Beliau dibuang oleh saudara-saudara Beliau ke dalam sumur ditengah-tengah
padang pasir; Keadaan dan hakekat yang dialami oleh Nabi Yakub ketika Beliau menghadapi
Bahkan Keadaan dan Hakekat yang dialami oleh semua Beliau itu, tidak jauh berbeda dengan apa-
apa yang dialami oleh Nabi Muhammad SAW: Ketika Ibu dan Bapak Beliau diwafatkan oleh Allah;
Ketika Istri Beliau, Khadijah Ra, dan paman Beliau (Abdul Muthalib) di wafatkan oleh Allah; Ketika
Beliau bersama Ali bin Abi Thalib Ra dikepung oleh kaum musyrikin Mekkah untuk dibunuh; Ketika
Beliau dan Abu Bakar Siddiq Ra terkepung oleh kaum kafir Mekkah di Gua Tsur saat Beliau mau
Hijrah ke Medinah; Ketika Beliau beliau terluka dalam perang Uhud sehingga Beliau hanya bisa
duduk bersandar pada sebuah batu di dalam perut gua di gunung Uhud itu; dan ketika Beliau
Untuk kali ini kita hanya akan membahas tentang apa dan bagaimana KEADAAN dan HAKEKAT
yang dialami oleh para orang-orang terpilih tersebut diatas sebagai bahan Pelajaran bagi orang-
Bersambung
Ditulis dalam INSPIRASI | 1 Komentar
Mengkonfirmasi Takdir ?
Agustus 9, 2015 oleh Murid Dalam Sikap Bertuhankan Allah SWT.
Dari Bang Steria Anam:
Maaf sebelumnya pak deka, dalam sarahan utz hussein yang menurut
saya cukup ekstrem.
-$$-
Dari Bang Bunisora Deva Nagari:
Maaf pak Deka, saya salahsatu yang meyakini adanya Nur
Muhamad(bkn brarti sy brfaham sprti itu) tapi fahaman yang saya
dapatkan tidak seperti yang pak Deka uraikan. Untu k yang lain nya saya
sangat setuju dengan pandangan pak Deka tentang penzahiran Dzat
yang sedikit. __/\__ Salam
-&&&-
Bang Sterie dan Bang Bunisora, saya akan bahas pernyataan maaf abang
diatas dalam sebuah artikel berikut ini.
Bang Sterie dan Bang Bunisora yang baik, bagi saya selama dalilnya
ada, ya nggak masalah pak. Keterangan Ustad Hussien yang lebih dalam
tentang semua itu adalah sebuah Ijtihad Beliau dari ILHAM yang Beliau
dapatkan dari Allah setiap Beliau mau memberikan Syarahan.
Setiap tanya kenapa yang mau terlontar dari mulut ini untuk
mempertanyakan takdir, langsung saja ayat Al Quran yang berbunyi:
Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui,
menggelegar membungkam hati yang sedang mulai berani angkuh untuk
mempertanyakan kemahasempurnaan rencana Allah.
Artinya, perubahan keadaan yang akan terjadi pada diri kita, itu akan
terjadi setelah tangan kita bergerak, kaki kita melangkah, dan lidah kita
berucap, untuk merealisasikan perubahan takdir yang telah ditetapkan
oleh Allah untuk terjadi pada kita. Setiap perubahan yang terealisasi
oleh pergerakan tangan, kaki, dan lidah kita, maka itulah realisasi dari
perubahan takdir yang telah ditetapkan dan dituliskan Allah untuk kita.
Prosesnya pun dimulai dari Ilham yang diturunkan oleh Allah kedalam
AQAL atau HATI kita yang wujudnya biasanya adalah berupa sebuah
bibit pikiran.
Dzat-Nya yang ada di tangan kita, di kaki kita, di lidah kit a, di otak
kita, akan memastikan bahwa apa-apa yang telah ditetapkan oleh Allah
untuk terjadi pada diri kita itu akan terzhahir tepat pada waktunya.
Dengan memahami cara pandang takdir seperti ini, yang awalnya atau
basiknya disyarahkan oleh Ustad Hussien, maka cara hidup saya
ternyata juga jadi berubah dengan sangat drastis. Saya akan melihat
segala sesuatunya sebagai pandangan orang luar saja. Saya akan
menjadi objektif dalam memandang segala sesuatu. Bahwa semua yang
terjadi, itu adalah Perlakuan Allah terhadap Dzat-Nya sendiri.
Bang Sterie dan Bang Bunisora tidak perlu minta maaf kepada saya
gara-gara abang berdua berbeda pendapat dengan apa yang saya tulis.
Tidak perlu minta maaf. Karena abang menulis itu, juga adalah apa
yang sudah ditakdirkan oleh Allah untuk terdzahir dari tangan abang.
Cobalah lihat, disebalik diri abang ada Dzat -Nya, disebalik diri saya
juga ada Dzat-Nya. Dan Dzat-Nya itulah yang memastikan tulisan saya
dan tulisan abang-abang untuk terzhahir.
Untuk siapa tulisan-tulisan itu?. Ya untuk diri kita dan diri-diri yang
lain lagi, agar mereka bisa pula mendapatkan pelajaran, Bukankah
disebalik diri-diri yang lain itu juga ada Dzat-Nya?.
Itu satu hal. Hal lain yang saya rasakan setelah mengikuti Syarahan dan
Praktek Dzikrullah dengan Beliau adalah, apa-apa yang berkenaan
dengan Dzikrullah, yang selama ini membingungkan saya, dengan
sangat mengejutkan berubah menjadi terang benderang.
Sekarang saya benar-benar seperti sedang menjunjung ingatan kepada
Allah kemana-mana seperti seorang perempuan desa yang menjunjung
rantang atau talam (dalam bahasa minang) diatas kepalanya.
Dengan menjunjung ingatan kepada Allah seperti itu, Terasa sekali Ruh
menjadi sangat senang dan tenang. Setiap ada balasan ingatan dari
Allah, Ruh akan menggigil kedinginan yang terasa sampai keseluruh
tubuh, terutama di wilayah dada.
Setiap ada ingatan yang selain ingatan kepada Allah menyelin ap masuk
kedalam Aqal atau hati, saya hanya menebasnya dengan pedang tauhid:
Allah tidak serupa dan tidak seumpama (laisa kamistlihi syaiun),
sehingga Aqal atau Hati ini menjadi sangat bersih, dan
tenteram. Karena Hati ini terasa hanya diisi penuh dengan i ngatan
kepada Allah. Sampai Aqal atau hati ini rasanya menjadi pejal dan
kaku.
Dan yang lebih menakjubkan lagi adalah, dengan aqal atau hati yang
selalu dipenuhi oleh ingatan kepada Allah, di dalam shalat rasanya
sungguh tak terbayangkan sebelumnya. Apa -apa yang selama ini hanya
menjadi impian saya belaka, ternyata di dalam shalat itu memang ada
realitasnya pahalanya, realitas jawaban-jawaban Allah atas bacaan,
rukuk, dan sujud kita.
Saya dulu juga berada disana, yang ternyata itu adalah hal yang sangat
dekat dengan Paham Wahdatul Wujud. Tapi Allah menakdirkan saya
meninggalkan Paham itu dengan jalan mengenalkan saya kepada Ustad
Hussien BA Latiff.
Untuk selanjutnya bagaimana?. Saya tidak tahu Saya saat ini hanya
bisa berserah kepada Allah (Islam). Saya hanya sedang menikmati
betapa hidup dalam agama yang dibawa oleh Rasulullah ternyata SO
BEAUTIFUL, SO FUN, SO EASY, AND SO LITE, semuanya telah
diatur Allah untuk kita.
salam
Ditulis dalam INSPIRASI | 2 Komentar
Perbedaan Proses Pendalaman Lelaku
Agustus 8, 2015 oleh Murid Dalam Sikap Bertuhankan Allah SWT.
Akan tetapi TIDAK terpisah Dzat-Nya yang sedikit itu dengan Dzat-Nya
yang Keseluruhan, seperti tidak terpisahnya diri kita dengan kuku
tangan atau jari tangan kita.
Semua ciptaan dan peristiwa yang dialami oleh ciptaan itu adalah
penzhahiran dari apapun yang telah ditetapkan oleh Allah terhadap
Dzat-Nya yang sedikit itu. Sedangkan Dzat-Nya yang Maha Besar adalah
Maha Suci dari segala persepsi, prasangka, dan peristiwa -peristiwa.
Dari sisi pandangan Makhluk, apapun yang terjadi terhadap Setiap
Makhluk, apapun yang dilakukan oleh Setiap Makhluk, itu tak lebih dan
tak kurang adalah Penzhahiran dari aktifitas atau Afal Allah yang telah
Dia TETAPKAN semenjak Firman Kun terhadap Dzat -Nya yang sedikit
sahaja.
Jadi tidak ada tempat sedikitpun tempat bagi makhluk, walau yang
sehebat apapun juga, untuk mengatakan bahwa apapu n yang dia
lakukan, itu adalah perbuatan atau Afal Allah. Misalnya, dia mengaku
bahwa perkataannya adalah perkataan Allah, atau perbuatannya adalah
perbuatan Allah, apalagi untuk mengatakan bahwa dirinya adalah Diri
Allah. Tidak bisa.
Akan tetapi dari sisi pandangan Allah, Dia berhak mengatakan bahwa
semua aktifitas makhluk, semua peristiwa yang terjadi terhadap
makhluk-Nya, itu adalah Aktifitas atau Afal -Nya sendiri terhadap Diri-
Nya sendiri. Sebab semua ciptaan itu adalah bagian yang sangat sedikit
atau kecil sekali dari Dzat-Nya yang Maha Indah, Yang Maha Besar.
Walau ada tujuh milyar orang yang sakit, Allah tetap bisa berkata
bahwa yang sakit tujuh milyar orang itu adalah Dir i-Nya. Sebab tujuh
Milyar manusia itu tak lebih dari hanya bagian yang sangat kecil saja
dari Dzat-Nya yang sedikit.
Akan tetapi bagi kita yang sedang sakit, TIDAK ADA ruang sedikitpun
bagi kita untuk berkata: yang sakit ini bukanlah aku, tapi yang sakit
adalah Allah. Nggak bisa begitu, nanti setiap orang bisa menjadi
Allah, sehinga Allah bisa menjadi tujuh Milyar banyaknya.
Berikut ini adalah Perbandingan Intisari Ilmu Makrifatullah dari tiga zaman. Silahkan lihat diri kita
Banyak orang yang membaca Kitab Ajaran Besar,Kitab Tengah Sempurna,Kitab Sabda Suci,dan
Kitab Meng Zi
Tapi anehnya
Semakin membaca kitab, orang malah merasa menjadi semakin lebih baik
Semakin membaca kitab, orang malah merasa menjadi semakin lebih hebat
Semakin membaca kitab kebaikan, orang merasa itu adalah: Gua banget.
Semakin membaca kitab keburukan, orang merasa itu adalah: Bagian Lu.
Dan
Membaca langit dan bumi, orang bisa sepakat tentang harmoni dalam gerak
Dan
Ternyata tidak
Bahwa matahari itu adalah penzahiran dari sedikit Dzatnya yang ada di Lauhul Mahfuz
Bahwa air itu adalah penzahiran dari sedikit Dzatnya yang ada di Lauhul Mahfuz
Bahwa angin itu adalah penzahiran dari sedikit Dzatnya yang ada di Lauhul Mahfuz
Bahwa tumbuhan itu adalah penzahiran dari sedikit Dzatnya yang ada di Lauhul Mahfuz
Bahwa hewan itu adalah penzahiran dari sedikit Dzatnya yang ada di Lauhul Mahfuz
Langit dan bumi itu adalah penzahiran dari sedikit Dzatnya yang ada di Lauhul Mahfuz
Bahwa diri manusia itu adalah penzahiran dari sedikit Dzatnya yang ada di Lauhul Mahfuz
Bahwa pada hakekatnya tidak ada matahari, tidak ada air, tidak ada angin, tidak ada tumbuhan,
tidak ada hewan, tidak ada langit dan bumi, tidak ada diri manusia, kecuali semata-mata hanyalah
Dzat-Nya yang sedikit sahaja. Karena semuanya itu hanyalah Sifat-Sifat yang terdzahir saja dari
Dzat-Nya Yang sedikit yang sedang dikenai oleh aktifitas dan perbuatan Allah sesuai dengan apa
yang dikehendaki-Nya.
Langit dan bumi itu tak lain adalah Dzat-Nya yang Dzahir.
Disebalik semua Dzat-Nya Yang Dzahir itu adalah Dzat-Nya Yang Sedikit, Dzat semata wayang
yang amat sangat kecil, yang menjadi Bathin (Dzat-Nya yang Bathin) dari semua Dzat-Nya Yang
Dzahir itu.
Dan pada Dzat Semata Wayang yang sangat kecil, atau Dzat-Nya Yang Bathin, atau Lauhul
Mahfuz, inilah MUARA dari segala kitab itu berujung dan berakhir.
Dan Allahlah yang berbicara melalui atau melewati Dzat-Nya yang sedikit itu yang kemudian
Dan tidaklah Al Quran dan As Sunnah itu berfungsi kecuali hanya untuk Allah:
Kutinggalkan kepadamu dua perkara, dan kamu sekalian tidak akan tersesat selama berpegang
kepada keduanya, yaitu Kitabullah (Al Quran dan As Sunnah Rasul-Nya) Al Hadist
Namun, untuk mengetahui bagaimana KEADAAN dan HAKEKAT yang dialami oleh semua orang-
orang istimewa diatas, kita tidak perlu terlebih dahulu mengetahui ilmu-ilmu yang sangat rumit.
Kita juga tidak perlu terlebih dahulu melakukan praktek-praktek yang kesannya terlalu mengada-
ada. Misalnya:
1. Kita tidak perlu masuk terlebih dahulu ke dalam sebuah tarekat untuk berzikir yang jumlahnya
2. Kita tidak perlu terlebih dahulu berkenalan dengan pengolahan dan pembersihan lathaif-lathaif;
4. Kita tidak perlu belajar terlebih dahulu tentang Sifat 20 untuk membahas apa-apa yang wajib
dan yang mustahil bagi Allah, seperti membahas sifat Wujud, Qiyam, Baqa dan sebagainya;
5. Kita tidak perlu terlebih dahulu belajar tentang Martabat 7 untuk mengetahui Alam Ahadiyat,
Alam Wahdah, Alam Wahidiyat, Alam Ruh, Alam Misal, Alam Ihsan,dan Insan Kamil.
6. Kita tidak perlu terlebih dahulu mengetahui tentang Alam Malakut yang konon katanya itu
adalah maqAq ruhaniyah di wilayah kebajikan yang hakiki atau rasa jiwa yang sejati. Konon
disanalah dunia Ruh yang hanya merindukan dan menghendaki Allah semata (tanzih), dan
disanalah taman jiwa yang hakiki, dengan keindahan Asma dan sifatNya Allah yang terpantul
7. Kita juga tidak perlu terlebih dahulu mengarungi alam Jabarut dan Alam Jabarut, yang konon
katanya itu adalah Alam Ilahi yang menjadi hamparan Marifatullah. Di dalam alam ini seluruh
elemen SATU DALAM BANYAK DAN BANYAK DALAM SATU, menjelma dalam penyucian tasbih
kepada Allah semata. Dunia Rahasia Ilahi. Dan diatas Alam Jabarut masih ada lagi Alam Lahut,
8. Kita tidak perlu terlebih dahulu melakukan Rabithah dengan cara MENGAITKAN ruhani kita
dengan seseorang yang kita anggap sebagai Mursyid, Syeikh, atau orang-orang yang kita anggap
9. Kita tidak perlu terlebih dahulu membayang-bayangkan wajah mereka sebelum kita melakukan
10. Kita tidak perlu terlebih dahulu BERTAWASUL untuk mendekatkan diri atau memohon kepada
Allah SWT dengan melalui WASILAH (perantara) orang-orang yang memiliki kedudukan baik di sisi
Allah SWT.
11. Kita tidak perlu berkoar-koar terlebih dahulu untuk mendirikan sebuah negara yang
12. Kita tidak perlu terlebih dahulu menyata-nyatakan bahwa kita adalah orang yang menjalankan
13. Kita juga tidak perlu membuat-buat tafsir lebay dalam memaknai sebuah peristiwa, misalnya
(disadur dari sebuah sumber di Web) dalam memaknai ular yang menggigit tangan Abu Bakar As
Siddiq Ra, ketika beliau dan Rasulullah bersembunyi di dalam Gua Tsur saat Rasulullah berangkat
Hijrah ke Medinah dan Beliau berdua dikejar-kejar oleh kaum quraisy untuk dibunuh.
Adakah kita mempersalahkan si Ular yang hendak keluar? Mengapa ia sampai hati menggigit
tangan Abu Bakar yang sedang melindungi Utusan Allah untuk semua makhluk termasuk ular ini?
Saat Rasulullah shallallahu alayhi wasallam masuk ke dalam gua, seisi gua menjadi terang karena
nur beliau. Ular yang ada di dalam liangnya itupun melihat itu, cahaya yang tidak pernah ia lihat
sebelumnya. Ia mengerti manusia yang masuk ke dalam gua adalah Muhammad, utusan Allah
yang menjadi rahmat bagi seluruh isi alam. Terbesit rasa rindu dalam hati si ular hingga ia
berusaha keluar untuk melihat langsung kekasih Allah yang mulia itu. Namun Abu Bakar
menghalang-halanginya, hingga ia pun terpaksa menggigit tangan Abu Bakar, walaupun ia tahu
bahwa Abu Bakar adalah orang yang melindungi Sang Pujaan hatinya. Ia rindu, serindu-rindunya
14. Kita juga tidak perlu terlebih dahulu bersentuhan dengan berbagai ilmu modern yang (tanpa
kita sadari) ternyata itu akan memisahkan kita semakin jauh dengan serba-serbi yang berkenaan
dengan Allah dan semakin melemahkan kita untuk menjalankan ibadah-ibadah yang di contohkan
oleh Rasulullah.
Ilmu-ilmu itu antara lain adalah Ilmu Hipnotis / Hipnotherapy; NLP; Ilmu otak kiri otak kanan;
ilmu pikiran sadar, bawah sadar, dan supra sadar; ilmu mengatur-ngatur pikiran positif dan pikiran
negatif; ilmu quantum-quantuman; ilmu getaran-getaran; ilmu qalbu-qalbuan; ilmu cakra-
dan berbagai ilmu lainnya yang sekarang ini memang sedang menjadi trending topic di tengah-
tengah masyarakat.
Bersambung
Namun, untuk mengetahui bagaimana KEADAAN dan HAKEKAT yang dialami oleh semua orang-
orang istimewa diatas, kita tidak perlu terlebih dahulu mengetahui ilmu-ilmu yang sangat rumit.
Kita juga tidak perlu terlebih dahulu melakukan praktek-praktek yang kesannya terlalu mengada-
ada. Misalnya:
1. Kita tidak perlu masuk terlebih dahulu ke dalam sebuah tarekat untuk berzikir yang jumlahnya
2. Kita tidak perlu terlebih dahulu berkenalan dengan pengolahan dan pembersihan lathaif-lathaif;
4. Kita tidak perlu belajar terlebih dahulu tentang Sifat 20 untuk membahas apa-apa yang wajib
dan yang mustahil bagi Allah, seperti membahas sifat Wujud, Qiyam, Baqa dan sebagainya;
5. Kita tidak perlu terlebih dahulu belajar tentang Martabat 7 untuk mengetahui Alam Ahadiyat,
Alam Wahdah, Alam Wahidiyat, Alam Ruh, Alam Misal, Alam Ihsan,dan Insan Kamil.
6. Kita tidak perlu terlebih dahulu mengetahui tentang Alam Malakut yang konon katanya itu
adalah maqAq ruhaniyah di wilayah kebajikan yang hakiki atau rasa jiwa yang sejati. Konon
disanalah dunia Ruh yang hanya merindukan dan menghendaki Allah semata (tanzih), dan
disanalah taman jiwa yang hakiki, dengan keindahan Asma dan sifatNya Allah yang terpantul
7. Kita juga tidak perlu terlebih dahulu mengarungi alam Jabarut dan Alam Jabarut, yang konon
katanya itu adalah Alam Ilahi yang menjadi hamparan Marifatullah. Di dalam alam ini seluruh
elemen SATU DALAM BANYAK DAN BANYAK DALAM SATU, menjelma dalam penyucian tasbih
kepada Allah semata. Dunia Rahasia Ilahi. Dan diatas Alam Jabarut masih ada lagi Alam Lahut,
8. Kita tidak perlu terlebih dahulu melakukan Rabithah dengan cara MENGAITKAN ruhani kita
dengan seseorang yang kita anggap sebagai Mursyid, Syeikh, atau orang-orang yang kita anggap
sebagai guru spiritual kita.
9. Kita tidak perlu terlebih dahulu membayang-bayangkan wajah mereka sebelum kita melakukan
10. Kita tidak perlu terlebih dahulu BERTAWASUL untuk mendekatkan diri atau memohon kepada
Allah SWT dengan melalui WASILAH (perantara) orang-orang yang memiliki kedudukan baik di sisi
Allah SWT.
11. Kita tidak perlu berkoar-koar terlebih dahulu untuk mendirikan sebuah negara yang
12. Kita tidak perlu terlebih dahulu menyata-nyatakan bahwa kita adalah orang yang menjalankan
13. Kita juga tidak perlu membuat-buat tafsir lebay dalam memaknai sebuah peristiwa, misalnya
(disadur dari sebuah sumber di Web) dalam memaknai ular yang menggigit tangan Abu Bakar As
Siddiq Ra, ketika beliau dan Rasulullah bersembunyi di dalam Gua Tsur saat Rasulullah berangkat
Hijrah ke Medinah dan Beliau berdua dikejar-kejar oleh kaum quraisy untuk dibunuh.
Adakah kita mempersalahkan si Ular yang hendak keluar? Mengapa ia sampai hati menggigit
tangan Abu Bakar yang sedang melindungi Utusan Allah untuk semua makhluk termasuk ular ini?
Saat Rasulullah shallallahu alayhi wasallam masuk ke dalam gua, seisi gua menjadi terang karena
nur beliau. Ular yang ada di dalam liangnya itupun melihat itu, cahaya yang tidak pernah ia lihat
sebelumnya. Ia mengerti manusia yang masuk ke dalam gua adalah Muhammad, utusan Allah
yang menjadi rahmat bagi seluruh isi alam. Terbesit rasa rindu dalam hati si ular hingga ia
berusaha keluar untuk melihat langsung kekasih Allah yang mulia itu. Namun Abu Bakar
menghalang-halanginya, hingga ia pun terpaksa menggigit tangan Abu Bakar, walaupun ia tahu
bahwa Abu Bakar adalah orang yang melindungi Sang Pujaan hatinya. Ia rindu, serindu-rindunya
14. Kita juga tidak perlu terlebih dahulu bersentuhan dengan berbagai ilmu modern yang (tanpa
kita sadari) ternyata itu akan memisahkan kita semakin jauh dengan serba-serbi yang berkenaan
dengan Allah dan semakin melemahkan kita untuk menjalankan ibadah-ibadah yang di contohkan
oleh Rasulullah.
Ilmu-ilmu itu antara lain adalah Ilmu Hipnotis / Hipnotherapy; NLP; Ilmu otak kiri otak kanan;
ilmu pikiran sadar, bawah sadar, dan supra sadar; ilmu mengatur-ngatur pikiran positif dan pikiran
tengah masyarakat.
Bersambung
Ya TIDAK perlu, sebab di wilayah batas sepi dan rindu itu, semua ilmu-ilmu diatas sudah
tidak ada gunanya lagi. Kita sudah tidak sempat lagi untuk mengingat-ingat dan merapal berbagai
ilmu berikut dengan tetek bengeknya yang telah kita miliki selama ini.
Wilayah batas sepi dan rindu itu juga BUKANLAH wilayah dimana kita penuh dengan kesaktian,
Wilayah itu hanya butuh satu hal saja, yaitu BERSERAH. Kita menyerahkan diri ke dalam Lakukan
Dzat-Nya, dengan cara kita mengibarkan bendera putih tanda menyerah. Menyerah untuk TIDAK
WUJUD.
Kita menyerahkan diri untuk tenggelam dalam lautan Lakuan Dzat-Nya yang merupakan
pembuktian dari ucapan kita di dalam shalat: Inna shalati, wanusuki, wamahyaya,
hidupku, dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam, tiada sekutu bagi-Nya; dan
demikian itulah yang diperintahkan kepadaku dan aku adalah orang yang pertama-tama
Di wilayah itu kita hanya butuh untuk senantiasa redha, sabar dan berpegang teguh kepada Allah.
Karena saat itu kita sungguh dikejutkan oleh KEBENARAN akan KEWUJUDAN, KEBESARAN, dan
KEKUASAAN ALLAH. Kita jadi MALU untuk mengaku-ngaku. Sebab ternyata keberadaan kita
sebenarnya adalah TIADA. Kita tidak wujud. Yang Wujud adalah Dzat-Nya semata-mata. Kita ada
Memandang dengan memakai Kacamata Makrifatullah ini akan mengantarkan kita kepada
pemahaman yang JATI. Bahwa sebenarnya Allahlah yang sedang bersenda gurau dengan sedikit
Dzat-Nya, sehingga terciptalah sebuah Panggung Sandiwara Dzat-Nya yang akan selalu berjalan
SESUAI dengan apa yang telah Dia rencanakan di dalam LAUHUL MAHFUZ sejak Firman KUN
setiap peristiwa, dan semua kejadian. Bahwa kemanapun mata kita memandang, mata hati kita
hanya melihat SATU PEMAIN TUNGGAL saja. Yaitu DZAT-Nya yang sedikit. Mata hati kita hanya
melihat bahwa Dzatlah yang sedang beraksi di dalam bingkai Lauhul Mahfuz. Yang Bathin adalah
Setiap kali mata kita melihat kejadian-kejadian dan peristiwa-peristiwa, dengan memakai
Kacamata Makrifatullah, maka bagi kita semua itu tidak lebih hanyalah interaksi antara Dzat
dengan Dzat saja. Seperti kita sedang melihat jari-jari tangan kita yang saling berinteraksi satu
sama lainnya. Seperti jari Telunjuk sedang memukul jari Jempol. Seperti jari Telunjuk dan jari
Jempol sedang mencubit jari Tengah. Seperti kelima jari tangan kita sedang saling berpilin-pilin
dan saling bergurau canda memerankan Peran yang telah ditentukan untuk masing-masing jari-
Adakalanya antara satu jari dengan jari-jari yang lainnya sedang memerankan peran yang saling
bersahabat dan bekerja sama. Akan tetapi pada saat yang lain, jari-jari itu juga bisa menjalankan
peran yang saling pukul-memukul, saling menekan dan menghindar, saling maki-memaki, saling
dan hancur-menghacurkan.
HUBUNGAN antara kita (semua umat manusia dari zaman dulu, sekarang, dan zaman yang akan
datang) dan bahkan antara semua ciptaan yang lainnya dengan Allah adalah ibarat jari-jari tangan
kita dengan diri kita. Tidak terpisah antara jari-jari tangan kita dengan diri kita. Akan tetapi jari-
jari tangan kita itu hanyalah SEDIKIT BAGIAN saja dari KESELURUHAN diri atau tubuh kita.
Jari-jari tangan kita tidak bisa berkata bahwa ia adalah kita atau mengaku bahwa lakuannya
adalah mewakili kita. Sehingga jari telunjuk tidak bisa BERKATA atau MENGAKU kepada jari
jempol bahwa apa-apa yang dia lakukan itu adalah lakuan kita. Bahkan jari telunjuk itu tidak
berhak untuk mengatakan bahwa apa-apa yang dilakukannya itu adalah lakuan yang mewakili
Saat jari telunjuk memukul jari jempol, ia tidak berhak untuk berkata bahwa yang memukul itu
bukanlah dia, tapi kita. Ia tidak berhak untuk berkata: bukan aku (telunjuk) yang memukul saat
aku (telunjuk) memukulmu wahai jari jempol tapi yang memukul adalah Yusdeka. Dia juga tidak
berhak untuk berkata bahwa lakuannya saat memukul jari jempol itu adalah dalam rangka
mewakili lakuan kita. Ia tidak berhak untuk berkata: aku memukul dan berbicara denganmu
wahai jari jempol adalah MEWAKILI Yusdeka dalam memukulmu dan berbicara denganmu. Tidak
bisa begitu
Karena apa-apa yang sedang dilakukan oleh jari telunjuk itu hanya sedikit bagian saja dari
kemampuan kita yang sebenarnya. Dan jari telunjuk itu sebenarnya juga tidak melakukan apa-
apa. Ia hanya pasif saja. Gerak dan aktifitasnya adalah kita yang melakukan, wujudnya juga
adalah sedikit bagian saja dari diri kita. Adanya jari-jari tangan itu adalah karena adanya sedikit
Bersambung
Oleh sebab itu hanya kitalah yang bisa berkata-kata bahwa jari-jari tangan itu adalah kita.
Geraknya adalah gerak kita, bicaranya adalah bicara kita, lakuannya adalah lakuan kita. Kita
berhak untuk berkata: bukan kamu (jari telunjuk) yang memukul saat kamu memukul jari jempol
itu, tapi aku yang sedang memukul diriku sendiri, bukan kamu (jari telunjuk) yang berkata-kata
kepada jari jempol itu, tapi aku yang sedang berkata-kata kepada diriku sendiri.
Mampu melihat dengan memakai Kacamata Makrifatullah itu memang akan sangat mengejutkan
kita. Sebab kita sudah tidak melihat lagi nama-nama dari jari-jari yang saling berinteraksi itu. Kita
sudah TIDAK melihat lagi nama-nama. Tidak ada lagi jari telunjuk, jari jempol, jari tengah, jari
manis, dan jari kelingking. Ternyata perbedaan dari setiap jari itu hanyalah dalam hal SIFAT-SIFAT
saja. Dan sekarang SEMUA SIFAT itu sudah lenyap kedalam HAKEKAT. Kita hanya akan melihat
SATU WUJUD saja yang sedang saling berinteraksi, yaitu sedikit dari DIRI kita sendiri.
Begitu juga halnya ketika kita melihat hubungan antara Allah dengan seluruh Makhluk-Nya.
Sebenarnya TIDAK TERPISAH antara Allah dengan SELURUH Makhluk-Nya. Makhluk-Nya adalah
sebagian kecil yang teramat kecil dari DIRI atau Dzat Allah. Ketika seluruh Makhluk-Nya di gabung
(MERGE) menjadi SATU WUJUD, maka wujud dari hasil penggabungan seluruh Makhluk-Nya itu
besarnya terhadap Diri atau Wujud Allah yang sebenarnya hanyalah sebesar sebutir pasir yang
berada dipadang-pasir yang sangat luas, atau seperti setetes air asin di dalam lautan.
Bahkan dalam teori Fisika Quantum, Dzat-Nya yang sedikit itu, yang merupakan Wajibul Wujud
bagi seluruh Ciptaan, disebutkan itu lebih kecil lagi, yang dinamakan sebagai Partikel Higg-Bosson
atau Partikel Tuhan. Namun begitu, sampai saat ini tetap saja partikel Higg-Bosson itu tidak
terlihat dengan bantuan alat secanggih apapun juga, apalagi dengan hanya memakai mata
telanjang saja. Kalaupun suatu saat nanti partikel itu bisa terlihat dengan bantuan teknologi yang
sangat canggih, yang terlihat itu tetap hanyalah sedikit saja dari Dzat-Nya yang telah ditabiri-Nya
dengan 70 lapis Tabir Cahaya (Cahaya diatas Cahaya, Cahaya yang berlapis-lapis).
Rasulullah Muhammad SAW pun telah mengkorfirmasi bahwa Dzat-Nya yang bisa kita lihat nanti di
dalam syurga adalah Dzat-Nya yang telah dilapisi-Nya atau dilindungi-Nya dengan Tabir Cahaya
itu. Seperti kita sedang melihat Bulan Purnama diantara jari-jari tangan kita saja.
Abu Razin Al Uqail bertanya kepada Rasulullah saw: Adakah setiap kami akan melihat Allah
swt?. Baginda menjawab: Abu Razin, adakah kamu semua melihat bulan purnama?. Saya
menjawab, Benar. Baginda berkata, Kamu semua tidak akan ada masalah melihat-Nya seperti
bulan purnama, tetapi itu hanya kecil saja. Allah lebih Mulia dan lebih Besar daripada itu.
Sebab siapapun juga tidak akan pernah bisa melihat Dzat-Nya yang Asli. Siapa saja yang
terpandang kepada KEAGUNGAN DZAT-NYA Yang MAHA INDAH, maka ia akan hangus terbakar,
musnah!.
Dengan begitu, maka semua ajaran, pemahaman, ataupun paradigma pantheisme: seperti God
is all and all is god yang biasa digadang-gadangkan dalam Gerakan Zaman Baru (New Age
Movement), atau Wahdatul Wujud (Allah adalah makhluk, makhluk adalah Allah) yang biasa
dipakai dalam sebagian besar Tasawuf jalan Wali-Wali dan Tarekat, tidak punya pijakan sama
sekali untuk kita pakai. Bahkan untuk mengatakan kalimat halus saja semisal Allah adalah Bathin
dari Makhluk, atau Makhluk adalah wujud Dzahir dari Allah sungguh tidak pantas
Bersambung
Alasan lain kenapa kita TIDAK memerlukan ilmu-ilmu diatas adalah bahwa hampir semua ilmu-
ilmu diatas, dengan sadar ataupun tanpa kita sadari, dengan sangat halus sekali tapi pasti,
ternyata MALAH akan semakin mengukuhkan KEBERADAAN atau KEWUJUDAN kita baik dihadapan
sesama manusia maupun dihadapan sesama ciptaan Allah yang lainnya, dan bahkan dihadapan
Allah sekalipun.
Ciri-ciri utamanya dari adanya KEWUJUDAN dan KEBERADAAN kita itu adalah:
1. Adanya pengakuan kita akan: Aku dan Milikku. Milikku itu bisa beragam sifat yang
kita rasa itu adalah milik kita. Sifat paling hebat yang bisa melekat erat pada diri kita
adalah ILMU. Ini ilmuku!. Dengan ilmu ini, maka segera saja kita akan berkata-kata
kepada orang lain: ini bisaku, ini kemampuanku, ini kehebatanku, ini
kesempurnaanku, dan sebagainya. Karena ada aku kita, maka harus ada kamu,
kamu, kamu lainnya sebagai alamat kita untuk menyatakan keakuan dan
kepemilikan kita kepadanya. Harus ada pendengar yang akan mengagumi kehebatan
kita. Harus ada korban yang akan mengakui kepemilikan kita. Dan harus ada
pula kambing hitam yang nantinya akan kita jadikan tumbal sebagai penyebab dari
penderitaan kita. Dan semakin banyak alamat itu, maka kita juga akan merasa semakin
puas, senang, dan sumringah.
Keadaan ini tak ubahnya seperti jari telunjuk yang sedang berlagak kepada jari tengah, dan pada
saat yang sama jari tengahpun bisa berlagak pula kepada jari telunjuk. Jari-jari bisa saling
berlagak satu sama lainnya. Dan itulah yang terjadi pada hampir seluruh umat manusia saat ini. Si
A berlagak kepada si B. Pada tingkat yang lebih besar, kelompok P berlagak kepada Kelompok Q.
kepada pimpinannya. Organisasi ini berlagak kepada organisasi itu, dan organisasi itupun balik
berlagak kepada organisasi ini. Begitu terus setiap masa. Jika semua orang sudah saling memiliki
keakuan dan kepemilikan seperti ini, maka saat itu akan terciptalah sebuah keadaan yang sangat
menekan. Dunia terasa sempit, pikiran kita terasa kacau, semua terasa menjadi masalah
2. Bila kita menghadapi berbagai masalah di dalam kehidupan kita, atau kita ingin
mendapatkan sesuatu yang kita inginkan, maka ilmu-ilmu diatas, terutama yang
bernuansakan paradigma NAM, aliran yang mencampuradukkan praktek berbagai
agama, akan mengajarkan kita jalan keluar yang menjauhkan kita dari Allah.
Misalnya, agar kita bisa terlepas dari berbagai masalah, kita cukup hanya melakukan meditasi
atau semedi, atau melakukan perenungan dan konsentrasi-konsentrasi tertentu, atau merapalkan
kalimat-kalimat tertentu, yang tujuannya adalah agar adanya penyatuan antara diri kita dengan
Roh Kosmis atau Energi Alam Semesta. Kalaupun kita yang beragama islam masih shalat dan
berdoa, tapi shalat dan doa kita itu sudah tidak begitu meyakinkan kita lagi akan
kemanfaatannya. Tetap saja nantinya, Roh Kosmis atau Energi Alam Semesta itulah yang kita
pecayai yang akan menyelesaikan setiap permasalahan kita, dan merealisasikan keinginan-
keinginan kita itu. Sebab kita katanya hanya butuh melakukan penyatuan dan meleburkan diri
Kalaupun kita masih berdoa, itu karena kita masih mengaku orang beragama, dan dalam berdoa
itu kita bisa pula sampai menangis tersedu-sedu, namun tangisan kita itu sudah BUKAN lagi
karena kita TERKEJUT MELIHAT Kebenaran akan Keesaan dan Kebesaran Allah. Bukan!. Tangisan
kita itu adalah tangisan karena PLACEBO EFFECT saja. TENANG dan BAHAGIA kita setelah itupun
adalah tenang dan bahagia karena PLACEBO EFFECT pula. Tangisan, tenang, dan bahagia yang
muncul karena adanya sekresi HORMONAL dan CAIRAN tubuh kita saja.
Dan hasilnya adalah, kita lambat laun merasa sudah tidak perlu lagi melakukan hubungan
(SHILATUN) yang sangat intens dengan Allah dalam bentuk doa dan ibadah-ibadah seperti yang
dicontohkan oleh Rasulullah Muhammad SAW. Kalau Rasulullah, setiap ada masalah Beliau pasti
Shalat dua rakaat, dan setelah itu Beliau berdoa, lalu Allah menjawab setiap permasalahanBeliau.
Akan tetapi anehnya adalah, Beliau TIDAK pernah berkata bahwa jabawan-jawaban dari Allah itu
adalah sebagai hasil dari Beliau melakukan shalat dua rakaat dan berdoa itu. Tidak pernah,
nanti akan kita bahas kenapa Beliau tidak pernah mengaku seperti itu.
Hal ini akan sangat berbeda dengan kita, ketika kita memakai ilmu-ilmu diatas saat kita
menghadapi permasalahan.
Misalnya, ketika kita punya permasalahan yang sangat berat, atau hanya sekedar pikiran kita lagi
kacau, kita jadi gelisah, stress, dan galau, yang katanya itu adalah keadaan yang BERGETARAN
FORCE. Kita hanya perlu melakukan meditasi atau semedi dengan teknik-teknik tertentu, yang
katanya praktek itu bisa mengubah GETARAN PIKIRAN dan PERASAAN kita menjadi BERGETARAN
POWER.
Setelah itu.., eh pikiran kita benar bisa berubah menjadi tenang, dan bahagia. Lalu dengan nada
sumringah dan penuh semangat kita akan berkata: saya tadinya punya masalah sehingga saya
stress bla bla.. bla. Kemudian saya bisa tenang dan keluar dari permasalahan saya berkat
meditasi atau semedi ala xyz yang saya lakukan, hebat memang meditasi xyz.
Atau kita bisa berkata-kata: yang saya lakukan hanya mengubah getaran pikiran dan perasaan
saya menjadi getaran senang dan bahagia yang frekuansinya sekian Hz. Tadi itu pada awalnya
getaran pikiran dan perasaan saya adalah Force lalu dengan teknik ini dan itu, saya mengubah
getaran pikiran dan perasaan saya menjadi Power sesuai dengan apa yang diterangkan oleh David
R. Hawkins. Betul dia itu, cobalah!, kata kita seperti tengah berpromosi kepada orang lain.
Setelah itu jadilah kita menjadi orang-orangnya David R. Hawkin atau pakar-pakar ilmu-ilmu
lainnya seperti diatas. Kita akan yang selalu menggadang-gadangkan ilmu dan pencetus dari ilmu-
ilmu tersebut. Kemanapun kita pergi, kita akan menjunjung dan menggusung nama dan pikiran
mereka. Adakalanya nama kita, kita tambah-tambahi dengan gelar yang berjajar menandakan kita
telah menguasai berbagai Ilmu yang layak disebut sebagai MOTIVATOR. Misalnya Yusdeka, CCTV,
SCTV, RCTI, CHH, CHHT, MCHH, ONOZ, DN, KBHA, dan berbagai gelar lainnya.
Bahkan nama dengan segudang gelar dan ilmu itulah yang mengantarkan kita menjalani profesi
kita dalam mengais rezeki untuk keluarga kita. Tidak saja orang awam, orang yang berpendidikan
tinggi dan bahkan ustad sekalipun banyak pula yang tergoda untuk bersilancar dalam dunia
seperti ini
Bersambung
itulis dalam INSPIRASI | 1 Komentar
DUDUKNYA ORANG BERMAKRIFATULLAH, Bagian-8
September 3, 2015 oleh Murid Dalam Sikap Bertuhankan Allah SWT.
3. Dengan memakai ilmu-ilmu NAM diatas, ataupun sebagian besar ilmu Tasawuf wali-wali
Tarekat, cepat atau lambat kita akan digiring untuk masuk ke dunia MAGIC, dunia KESAKTIAN,
dunia PERDUKUNAN (Tuk Bomoh), dunia Fuh Fuh, Fuh, bagi orang yang sudah
menggelutinya. Sedangkan bagi orang-orang yang baru memasukinya, dunia itu boleh jadi masih
Dunia yang katanya bisa mewujudkan seribu mimpi dan sejuta harapan dengan sekejap waktu.
Seperti: dapat menyembuhkan lusinan penyakit dan timbunan trauma psikis; bisa bermain-main
dengan energi alam semesta yang bisa kita perintah-perintah; dapat menjanjikan sukses dan
keberlimpahan hanya dengan kita berusaha memanfaatkan energi kosmis yang katanya
memenuhi diri manusia dan alam semesta, dan bisa pula dengan melantun ribuan dzikir-dzikir
Makanya ada istilah bagaimana di dalam diri kita maka begitu pulalah diluar. Bagaimana suasana
hati kita, maka begitu pulalah yang realitas kehidupan yang akan kita lalui. Bagaimana macro
cosmos (energi alam semesta) merespon, itu tergantung dari bagaimana micro cosmos (atau
manusia) berperasaan dan berpikiran. Kalau kita berpikir begini dan berperasaan begitu, maka
hasilnya nanti akan seperti ini dan begitu. Hasil itu akan mengikuti pola-pola yang sudah bisa
diprediksi dari awal-awal. Dan untuk kesemuanya itu kita hanya butuh meditasi, samadi, berpikian
positif, mengelola hati atau Qalbu, dan menciptakan ikhlas di dengan pikiran dan perasaan kita.
Kalaupun ada ibadah-ibadah yang kita lakukan, maka di dalam ibadah itu sebenarnya kita tak
ubahnya sedang bermeditasi, sedang bersamadi, sedang mengolah qalbu, sedang mencari-cari
rasa yang bisa dirasa-rasa. Karena semua aktifitas yang kita lakukan itu kadangkala memang ada
rasanya, maka saat itulah kita menganggap apa yang kita lakukan itu adalah benar. Ibadah yang
kita lakukan sambil bermeditasi, sambil bermain-main dengan rasa di Qalbu yang katanya berada
di dalam dada itu kita anggap adalah hal yang benar menurut syarak.
Dan setelah itu, kita hanya menunggu waktu saja untuk membesar-besarkan diri kita dan metoda
samadi, meditasi, dan olah Qalbu yang kita lakukan itu. Kita menjadi tenar, metoda kita menjadi
tenar. Sedangkan Allah entah sudah jadi nomor berapa. Syariat yang di contohkan oleh Rasulullah
juga entah jadi nomor berapa pula. Saat dikatakan bahwa ketika itu sebenarnya kita tengah
sangat dekat dengan syaitan sebagai teman dan sahabat karib kita, sulit sekali kita untuk
ini murni proses alamiah dan ilmiah, kata kita dengan bangga.
ini adalah murni hasil dzikir, puasa, dan proses tadzkiyatunnafs, bantah kita dengan gagah.
Akan tetapi kalau kita kembali melihat jejak Nabi dan Rasul Allah yang jumlahnya sekitar 124.000
orang, semuanya diutus kemuka bumi ini TIDAK untuk mengembangkan magic, kesaktian, dan
keajaiban-keajaiban. Walaupun sebagian mereka diberikan Mujizat oleh Allah berupa berbagai
peristiwa luar biasa, seperti Nabi Ibrahim tidak terbakar oleh nyala api yang sedang berkobar-
kobar, Nabi Yunus bisa keluar hidu-hidup dari perut ikan Nun, Nabi Musa yang tongkatnya dapat
berubah menjadi ular dan dapat membelah Laut Merah, Nabi Yusuf dengan tafsir mimpi yang jitu,
Nabi Isa dapat menyembuhkan orang sakit kusta, buta, dan juga menghidupkan orang yang sudah
mati, Nabi Muhammad SAW yang dapat melakukan Perjalanan Isra dan Miraj, dan sebagainya,
namun tugas semuanya BUKAN untuk mengembangkan magic, kesaktian, dan keajaiban. Tidak
Tugas Beliau semua hanyalah satu yaitu MENGENALKAN ALLAH kepada umat manusia dan Jin,
sehingga umat manusia dan Jin pun bisa MENYEMBAH Allah, BERIBADAH kepada Allah dengan
SENANG dan GEMBIRA. Karena Allah memang tidak menciptakan Jin dan Manusia kecuali hanya
untuk beribadah kepada-Nya. Jin dan manusia itu tidak diciptakan untuk bermain magic, bermain
Sedangkan mujizat-mujizat dan keajaiban-keajaiban yang diberikan kepada Nabi dan Rasul itu
adalah sebuah peristiwa incidental, sewaktu-waktu dan kebetulan, yang memang berguna pada
saat itu saja. Setelah Mujizat itu terjadi, ia tidak dibahas dan dilatihkan lagi oleh mereka menjadi
sebuah ilmu yang bisa dipakai setiap waktu dan berulang-ulang untuk gagah-gagahan. Tidak
Itu pulalah sebabnya Mujizat Nabi Muhammad SAW yang sangat fantastis dan fenomenal, yaitu
peristiwa Isra dan Miraj, tidak pernah dibahas panjang lebar oleh Nabi dan para sahabat setelah
peristiwa itu terjadi. Sebab Nabi sudah menutupnya dengan hadist Beliau: Shalat adalah
Dan sahabat juga tidak bertanya-tanya lagi tentang peristiwa Isra dan Miraj itu. Sebab dengan
melakukan shalatpun mereka sudah mendapatkan realitas miraj seperti yang dilakukan oleh Nabi
SAW. Realitas bertemu dengan Allah, berkata-kata dengan Allah, dan mendapatkan jawaban-
Makanya Abu Bakar As Shiddiq setelah Beliau juga melakukan shalat, dengan bergegas Beliau
berkata: Shadaqta ya Rasulullah, betul yang engkau katatakan ya Rasulullah. Dan setelah itu
Abu Bakar As Shiddiq pun selalu tenggelam dalam Shalat yang sangat intense. Begitu juga dengan
para Sahabat yang lainnya, sehingga saat itu terbentuklah masyarakat yang berlomba-lomba
melakukan kebaikan. Masyarakat yang dengan sendirinya akan meramaikan masjid. Masyarakat
yang tidak mengenal takut, sedih dan khawatir. Karena saat itu yang ada di dalam ingatan
mereka, di dalam mind mereka, di dalam hati atau akal mereka hanya ada satu penghuni saja,
yaitu INGATAN KEPADA ALLAH (Dzikrullah). Mereka menjunjung tinggi ingatan kepada Allah.
Kemana-mana yang mereka bawa-bawa adalah ingatan kepada Allah. Mereka memikul ingatan
Oleh sebab itu, dengan akal yang selalu mengingati Allah, apa-apa yang mereka bicarakan juga
jadinya adalah tentang Allah. Mereka saling bercerita tentang kehebatan Allah, tentang kebesaran
Allah, tentang kasih dan sayang Allah, tentang ilmu Allah, tentang keagungan Allah, tentang
kesempurnaan ciptaan Allah, tentang aturan-aturan Allah, tentang siksa Allah. Sehingga ucapan-
ucapan seperti: Allahlah tujuanku, cukuplah Allah bagiku, dan ucapan mereka yang lainnya,
merupakan ucapan-ucapan yang bersesuaian antara apa yang diucapkan mereka dengan keadaan
Bersambung
4. Ilmu-ilmu NAM yang berkembang sejak abad 20 ini, dan mayoritas Ilmu-ilmu tasawuf wali-wali
tarekat yang berkembang sejak 400 tahun setelah kewafatan Nabi Saw, serta pemecah belahan
islam menjadi berbagai golongan, mahzab, fikih, syiah, sunni, dan sebagainya, tanpa kita sadari,
kebanyakan akan membuat kita merasa JAUH dan TERPISAH dengan Allah. Bahkan kita merasa
Masih mendingan sedikit kalau kita hanya sekedar merasa bahwa Allah itu jauh dan terpisah dari
kita. Masih ada Allah yang kita percayai. Sebab karena kalau kita merasa jauh dan terpisah
dengan Allah itu, maka kita jadinya masih ingin MENDEKAT mendekat, dan mendekat kepada
Allah. Malah adakalanya kita tidak hanya sekedar ingin mendekat kepada Allah, tapi ingin sekalian
Yang paling parah adalah ketika kita merasa bahwa Allah telah hilang entah kemana. Kita berlaku
seperti kita sendirilah yang memiliki segala sesuatu. Kita lakukan ini dan itu seperti orang yang
tidak dilihat oleh Allah sama sekali. Kita mencuri. Kita korupsi dengan mudah. Kita maksiat
berkali-kali. Kita mencaci orang lain, kita memaki ciptaan Allah yang lain, dan bahkan kita mencaci
maki WAKTU. Sekarang ini, media sosial, media cetak, dan media visual lainnya, penuh dengan
mencari-cari Allah kemana-mana. Maka untuk itu, kemudian bermunculan berbagai cara dan
metoda baru yang katanya itu adalah untuk menemukan kembali Allah kita yang telah hilang dan
Ada yang mencari-cari Allah dikedalaman HATINYA dan di dalam apa yang dinamakannya
LATHAIF-LATHAIF tertentu dengan cara berdzikir sekian puluh ribu atau bahkan ratusan ribu
selama bertahun-tahun. Ada yang mencari-cari Allah didalam nafasnya. Ada yang mencari-cari
Allah di dalam gerakan-gerakannya seperti dalam Tarian Sufi, Gerakan di lapangan mengikuti arah
getaran yang acak seperti gerakan Taichi. Ada yang mendekat-dekatkan Ruhnya kepada Allah
yang disebut sebagai Perjalanan Ruhani, dan sebagainya. Banyak sekali macam dan ragamnya.
Metoda-metoda baru dalam mencari-cari Allah dan dalam mendekat-dekatkan diri kepada Allah
seperti itulah sebenarnya yang disebut dengan BIDAH. Sebab tiga generasi Islam awal, Rasulullah
SAW, para sahabat, Tabiin dan Tabit tabiin dulu tidak pernah melakukannya. Jadi Bidah itu bukan
Saat itu, dengan KUNCI ILMU yang sedang ada ditangan Rasulullah SAW, setiap kali Rasulullah
SAW mengajarkan sesuatu ilmu tentang mengenal Allah (Makrifatullah), semua orang yang
mendengarkan syarahan Beliau saat itu, dengan sangat mudahnya bisa memahaminya. Ya,
tanpa bersusah-susah melakukan cara-cara yang aneh seperti diatas, seketika itu juga para
sahabat yang Beliau ajar atau syarah itu bisa mengerti dan paham. Mereka langsung BERIMAN
Dan yang lebih aneh lagi saat itu adalah, begitu SATU PINTU ILMU dibukakan oleh Rasulullah
kepada para Sahabat Beliau, maka, dengan sangat mengejutkan, pintu-pintu Ilmu yang lainnya
terbuka pula satu persatu dengan sangat mudahnya. Makanya dengan sangat mudah para sahabat
itu berkata, shadaqta ya Rasulullah, kami dengar, kami mengerti, dan akan kami lakukan ya
Rasulullah. Saat itu memang umat Islam sedang berada pada puncak ketinggian Ilmu dan
kemegahan peradaban. Satu persatu hukum-hukum Allah (sunatullah) tersibak menjadi berbagai
Ilmu dan Teknologi yang nantinya akan sangat berguna bagi kemaslahatan hidup umat manusia.
Akan tetapi, walaupun saat itu ilmu dan teknologi sudah berkembang dengan sangat pesat dan
mencengangkan, namun dalam hal BERIBADAH, tidak ada satupun diantara para tiga generasi
Awal Islam itu yang menambah-nambah cara beribadah kepada Allah dengan cara-cara yang baru
diluar yang dicontohkan oleh Rasulullah. Semuanya hanya MENYAMPAIKAN apa-apa yang telah
diajarkan oleh Rasulullah kepada mereka. Tidak ada diantara mereka yang MEMAKAI ilmu yang
disampaikan oleh Rasulullah itu sebagai Ilmu milik mereka sendiri. Tidak ada. Mereka bahkan
tidak berani menambah-nambahinya dengan pemahaman dan cara-cara ibadah menurut rekaan
dan ciptaan mereka sendiri. Mereka tidak menyampaikan tafsiran-tafsiran yang nantinya akan
menyusahkan umat.
Makanya ibadah-ibadah pada zaman itu tidak ada yang aneh-aneh. Praktek mengingat Allah
(dzikrullah) yang mereka lakukan tidak ada yang aneh-aneh. Puasa mereka tidak ada yang aneh-
aneh. Haji dan umrah mereka tidak ada yang aneh-aneh. Haji dan Umrah mereka tidak perlu
berkali-kali seperti yang dilakukan oleh umat Islam sekarang ini. Malam hari mereka isi dengan
beribadah, terutama di sepertiga malam terakhir sampai pagi. Siang mereka banyak berpuasa.
Shalat wajib dan shalat-shalat sunnah mereka kerjakan dengan istiqamah. Sedekah mereka
lakukan dengan penuh semangat. Kepada tetangga mereka sangat penuh perhatian. Mereka tidak
pernah memaki dan menghardik. Kehidupan mereka benar-benar seperti kehidupan orang biasa
saja. Tidak ada perbedaan yang berarti antara khalifah dengan rakyat jelata. Mereka saling
Kalau mereka ingin berjumpa dengan Allah, mereka hanya melakukan Shalat, baik yang wajib
maupun yang sunat. Setiap punya masalah mereka Shalat dua rakaat. Setiap minta pertolongan
atas permasalahan apa saja yang sedang mereka hadapi, mereka hanya melakukan shalat,
shalat, dan shalat!. Dan merekapun kemudian mendapatkan JAWABAN-JAWABAN dari Allah
terhadap semua permasalahan yang sedang mereka hadapi. Pertolongan demi pertolongan dari
Allahpun datang kepada mereka dalam bentuk sesuatu yang tanpa mereka duga-duga sama
sekali.
Dan saat pertemuan dengan Allah di dalam Shalat itu, Para Sahabat Nabi yang mulia itu juga tidak
perlu melakukan berbagai PERJALANAN ROHANI apa-apa seperti yang banyak dilakukan oleh
orang-orang yang hidup pada generasi 400 tahun setelah kewafatan Rasulullah. Praktek-praktek
Pertanyaannya adalah: kita mau berjalan kemana?; kita mau pergi kemana?. Proses pergi
dan memperjalankan rohani itulah sebenarnya yang nantinya akan menyebabkan kita merasa
Nantinya, dari sinilah titik awal munculnya berbagai konsep spiritualitas yang ternyata masih
bertahan sampai saat ini, seperti Wahdatul Wujud, Nur Muhammad, Hulul, emanasi, Fana Fillah,
Baqabillah. Dan kalau kita amati dengan seksama, maka ketika kita berusaha mendekat kepada
Allah atau malah sekalian bersatu dengan Allah itu, maka saat itu akan ada DUA KEWUJUDAN.
Adanya DUA WUJUD seperti ini, dalam pandangan Kacamata Makrifatullah, adalah sebuah
KESYIRIKAN.
Dan sejak itu pulalah umat Islam mulai kehilangan ilmu yang sebenarnya tentang MENGENALI
ALLAH (Makrifatullah) dan ilmu tentang MENGINGATI ALLAH (Dzikrullah). Hilang kedua hal ini,
Makrifatullah dan Dzikrullah, maka hilang pulalah makna SHALAT yang sebenarnya yang sedang
kita lakukan. Karena shalat itu sebenarnya adalah prosesi Dzikrullah!. Dan sejak itu, hilang
pulalah dengan cepat bekas-bekas shalat, bekas puasa, bekas sedekah, bekas haji dan umrah dari
sebagian besar umat Islam. Walaupun jumlah umat Islam berkembang dengan sangat pesat,
namun JEJAK yang ditorehkan oleh umat Islam dalam membangun peradaban sangatlah KECIL
sekali.
Saya sendiri begitu terkaget-kaget saat mengetahui tentang hal ini. Sebab sebelum saya
mengenal ilmu Makrifatullah menerusi jalan Nabi-Nabi ini, saya masih berkutat dengan hal-hal
seperti diatas. Untuk bertemu Allah harus di depan Kabah. Saya juga masih beranggapan bahwa
untuk bertemu Allah itu saya juga harus melakukan sebuah PERJALANAN ROHANI. Perjalanan RUH
saya yang pergi mendekat kepada Allah, atau Ruh saya didekat-dekatkan kepada Allah. Dan
karena saat itu memang ada rasanya, maka saya anggap itu adalah hal yang benar. Apalagi dari
buku-buku tasawuf yang saya baca, dan pengajaran-pengajaran yang saya terima, seakan-akan
memang perjalanan rohani itu adalah sebuah aktifitas wajib yang harus saya lakukan agar saya
bisa khusyu dalam beribadah, apalagi kalau saya ingin bisa mendapatkan ilham dan pengajaran
Akan tetapi dengan berbekal ilmu Makrifatullah yang disampaikan oleh Arif Billah Ustadz Hussien
Bin A Latiif, ternyata semua paradigma dan ilmu-ilmu diatas yang juga sedikit banyaknya telah
saya punyai sebelumnya, seketika itu juga rontok dan gugur tanpa sisa. Karena, dengan ilmu
Mengenal Allah (makrifatullah) dengan kesadaran yang Jati, yang KUNCI ILMUNYA ternyata ada
pada Beliau, saya dikejutkan dengan kenyataan bahwa sebenarnya saya, semua manusia, dan
semua ciptaan Allah yang lainnya TIDAK PERNAH TERPISAH dengan Allah.
Kita semata-mata adalah penzhahiran dari sedikit Dzat-Nya Yang sedikit. Kita dan semua ciptaan-
Nya tenyata adalah TIDAK WUJUD. Kita dan seluruh ciptaan-Nya yang lain ternyata adalah Dzat-
Nya Yang Dzahir. Dan Disebalik Dzat-Nya Yang Dzahir itu ada SEDIKIT Dzat-Nya Yang Bathin.
Tidak terpisah Dzat-Nya Yang Dzahir dengan Dzat-Nya Yang Bathin itu. Dzat-Nya Yang Dzahir dan
Dzat-Nya Yang Bathin itu bisa disebut juga dengan Dzat-Nya yang berada di dalam Lauhul Mahfuz.
Tidak terpisah Dzat-Nya yang sedikit itu dengan Dzat-Nya yang keseluruhan Yang Maha Indah.
Pantas Imam Al Ghazali berkesimpulan bahwa: Orang yang mengenal dirinya dan mengenal
Tuhannya niscaya sudah pasti ia mengenal bahawa ia tiada mempunyai wujud bagi
dirinya, Ihya Ulumiddin Bk. 7, 427 (1981). Sebab yang wujud sebenar-benar wujud ternyata
adalah Dzat-Nya saja. Dzat-Nya itulah yang menjadi Wajibul Wujud bagi semua ciptaan. Tanpa
Allah merelakan sedikit Dzat-Nya atau DIRI-NYA menjadi Unsur dasar bagi penciptaan semua
ciptaan, maka tidak akan pernah ada satupun ciptaan yang akan terzhahir.
Bersambung
ayat-ayat dan hadist-hadist tentang MAKRIFATULLAH yang ciri-cirinya disebutkan Allah di dalam
ayat:
Engkau melihat mata mereka mencucurkan air mata disebabkan kebenaran yang mereka ketahui,
sambil mereka berkata: Wahai Tuhan kami, kami beriman, oleh itu tetapkanlah kami bersama-
sama orang-orang yang menjadi saksi, Al Maidah (5):83. Akan tetapi kenyataannya berkata lain,
ayat ini tetap menjadi ayat langit yang realitasnya entah seperti apa. Semua kita seperti tak henti-
hentinya mencari dan mencari, tangis seperti apakah gerangan yang diberitakan oleh ayat ini
Ayat-ayat dan hadist-hadist itu sudah sering kita baca, kita tulis, kita diskusikan, dan bahkan kita
khutbahkan. Sudah ada pula beribu-ribu buku yang membahasnya, akan tetapi beribu pula
Tidak ada satupun dari ayat-ayat itu yang berhasil memberikan PUKULAN yang memberikan LUKA
menahun pada HATI kita. Luka yang akan kembali menganga setiap kali kita membaca ayat-ayat
Makrifatullah, sehingga kulit kita, daging-daging yang berada dibawah kulit kita, bahkan tulang
kita, menjadi menggigil seperti kedinginan karena perasaan takut kita kepada Allah. Ayat-ayat
yang sebenarnya akan menyebabkan air mata kita jatuh bercucuran, disebabkan KEBENARAN
yang akhirnya kita dipahamkan oleh Allah. Kita benar-benar menjadi SADAR dan DIKEJUTKAN
Dan Allah jualah yang memiliki timur dan barat, maka ke mana sahaja kamu menghadap di situ
Maka (yang sebenarnya) bukan kamu yang membunuh mereka, akan tetapi Allah-lah yang
membunuh mereka, dan bukan kamu yang melempar ketika kamu melempar tetapi Allah yang
Anak Adam melukaiKu dengan mencaci Masa kerana Masa itu adalah Aku, Sunan Abu Dawud Vol.
3, 1452 (1990).
Allah cahaya langit dan bumi. Perumpamaan cahaya Allah, adalah seperti sebuah lubang yang tak
tembus, yang di dalamnya ada pelita besar. Pelita itu di dalam kaca (dan) kaca itu seakan-akan
bintang (yang bercahaya) seperti mutiara, yang dinyalakan dengan minyak dari pohon yang
banyak berkahnya, (yaitu) pohon zaitun yang tumbuh tidak di sebelah timur (sesuatu) dan tidak
pula di sebelah barat (nya), yang minyaknya (saja) hampir-hampir menerangi, walaupun tidak
disentuh api. Cahaya di atas cahaya (berlapis-lapis), Allah membimbing kepada cahaya-Nya siapa
yang Dia kehendaki, dan Allah memperbuat perumpamaan-perumpamaan bagi manusia, dan Allah
Jutaan, ratusan juta, bahkan milyaran orang sebenarnya ingin bisa mereguk madu Makrifatullah
yang indikasinya telah Allah hamparkan di dalam ayat-ayat Al Quran seperti diatas, dan sebanyak
itu pula orang yang ingin untuk duduk tenteram dalam Dzikrullah yang mengasyikkan. Akan tetapi
hampir sebanyak itu pula yang gagal mendapatkannya. Kita bertanya dan bertanya, kita mencari
dan mencari.
Akan tetapi PINTU untuk kesana seperti sudah ditutup rapat oleh Allah. Kunci Ilmunya seperti
masih tersimpan rapi disuatu tempat menunggu seorang Arif Billah untuk menerimanya yang akan
bisa membuka pintu tersebut. Seorang Arif Billah yang akan menggairahkan umat manusia
diseluruh dunia dan bahkan bangsa Jin untuk kembali mengikuti ajaran-ajaran Rasulullah SAW
dengan mudah. Semudah para sahabat Nabi dahulu menerima pelajaran dari Nabi.
Demikianlah.
Maka apabila Allah berkehendak untuk memilih seseorang Hamba-Nya dan melebihkannya dari
sekalian makhluk-Nya yang lain serta melengkapkan ke dalam batinnya cahaya makrifat, niscaya
akan dilihat-Nya orang itu dengan pandangan keutamaan dan kerahmatan, dibukakan baginya
pintu-pintu hidayat, lalu dimuliakanNya dengan sifat kesedaran, dikejutkanNya daripada lelapan
orang-orang lalai. Saiyid Ahmad Ar Rifai, Benteng Diri Ahli Hakikat Dalam Meniti Makrifat kepada
Allah, 42 (1994).
Allah anugerahkan kepadanya ilmu ladunni (ilmu yang langsung dari sisi Allah) suatu ilmu yang
diilhamkan oleh Allah ke dalam hati seseorang hamba-Nya tanpa belajar melalui perantaraan guru
(talqin masyayikh) ilmu mana tidak akan hilang dan tidak akan dilupakan. Seseorang yang
mendapat ilmu yang seperti ini adalah yang benar-benar alim. Syekh M. Nafis Al Bajaree, Ad
Darunnafis, 84 (?).
Hati mereka menjadi gedung ilmu Allah yang amat berharga dan orang itu akan diberi Allah
rahsia-rahsia yang tidak diberinya kepada orang lain. Allah telah memilih mereka dan membawa
mereka ke sisi-Nya. Hati mereka akan dilapangkan untuk menerima rahsia-rahsia ini dan ilmu-
ilmu yang tinggi. Allah jadikan mereka itu pelaku dan lakuanNya dan pengajak manusia kepada
jalan Allah dan melarang membuat dosa dan maksiat. Jadilah mereka itu orang-orang Allah.
Mereka mendapat bimbingan yang benar. Mereka boleh memberi pertolongan kepada orang-orang
yang benar dan mengesahkan kebenaran orang lain. Mereka ibarat timbalan nabi-nabi dan rasul-
rasul Allah. Mereka sentiasa mendapat taufik dan hidayah dari Allah Yang Maha Agung. Syeikh
Hendaklah kamu segera mencari cahaya bicara orang-orang Arif-Billah itu sebelum
Pada satu-satu zaman ataupun di dalam satu wilayah ataupun di peringkat antarabangsa hanya
ada satu. Martin Lings, Shaikh Ahmad Al Alawi Wali Sufi Abad 20, 70 (1995).
Dengan Kunci Ilmu yang ada ditangan Arif Billah tersebut, maka barang siapa yang dikehendaki
oleh Allah, ia akan dengan penuh gelora akan bersedia menerima kucuran ilmu dari Arfi Billah
tersebut, sehingga satu persatu pintu ilmu yang lainpun terbuka pula baginya dengan sangat
terang benderang.
Andaikata kamu mengenali Allah Taala dengan sebenar-benar pengenalan, niscaya kamu akan
diajarkan-Nya suatu ilmu yang tiada lagi sesudahnya sifat kejahilan. Sayid Ahmad Rifai, Benteng
Barangsiapa dikehendaki Allah akan kebaikan padanya maka Allah memberikan kefahaman dalam
oleh Allah untuk meyakini akan kearifbillahan Ustadz Hussien Bin Abdul Latiff. Kepada Beliaulah
saya sekarang ini menimba Ilmu. Dan sikap saya kepada Beliau hanya mencontoh sikap seorang
BILAL terhadap Rasulullah Muhammad SAW. Saya hanya seorang bodoh yang sedang dalam masa
Bersambung
Salah Satu Nazam (Lagu) Makrifat Ustadz Hussien BA Latiff yang akan segera di rilis
&&
6.Ilmu-ilmu diatas, tidak hanya banyak gagalnya untuk membawa kita memahami ayat-ayat
tentang makrifatullah, akan tetapi juga banyak gagalnya dalam memahamkan kita tentang ayat-
ayat, Al Hadist, dan Pendapat Arif Billah yang berkenaan dengan TAKDIR atau RUKUN IMAN KE-6,
misalnya:
Tiap-tiap manusia itu telah Kami tetapkan amal perbuatannya (sebagaimana tetapnya kalung)
Orang-orang itu akan memperoleh bahagian yang telah ditentukan untuknya dalam kitab. Al Araaf
(7):37.
Dan berkatalah orang-orang yang berilmu serta beriman: Demi sesungguhnya, kamu telah tinggal
menurut yang terkandung dalam Kitab Allah sampai ke hari kebangkitan. Ar Rum (30):56
Orang-orang golongan bahagia mereka akan dipermudahkan untuk melakukan amalnya orang-
orang bahagia. Adapun golongan orang celaka, dia juga pasti akan mengarah pada amalnya
orang-orang celaka. Terjemahan Sahih Muslim Bk.4, 575 (1994); Terjemahan Sahih Al Bukhari Bk.
8, 402 (1987).
Tak seorang pun daripada kamu kecuali sudah ditetapkan tempatnya di syurga atau di neraka.
Kamu tidak ada pilihan sendiri dalam perkara ini. Syeikh Abdul Qadir Al Jilani, Futh Ghaib, 32
(1990)
Sesungguhnya kehidupan dunia hanyalah permainan dan senda gurau. Muhammad (47):36
Sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah kesenangan (sementara) dan sesungguhnya akhirat
melalui kamu meskipun itu tidak kamu sukai dan tidak sesuai dengan kehendak kamu dan
meskipun pada zahirnya membahayakan kamu. Syeikh Abdul Qadir Al Jilani, Futuh Ghaib,163;
Hendaklah sentiasa sabar, redha dan menyesuaikan diri kamu dengan Allah, dan tenggelamkan
diri kamu ke dalam lautan lakuanNya. Syeikh Abdul Qadir Al Jilani, Futuh Ghaib, 153(1990)
Kamu sekali-kali tiada akan mendapati perubahan pada sunnah Allah: Al Ahzab (33):62.
Tidak luput dari pengetahuan Tuhanmu biarpun sebesar zarrah (atom) di bumi ataupun di langit.
Tidak ada yang lebih kecil dan tidak (pula) yang lebih besar dari itu melainkan (semua tercatat)
dalam kitab yang nyata Loh Mahfuz. Yunus (10):61; Al Qamar (54):52-53.
Tidak ada sesuatu musibah pun yang menimpa seseorang kecuali dengan izin Allah. At Taghabun
(64):11.
Tiadalah memberi mudarat sedikit pun kepada mereka, kecuali dengan izin Allah. Al Mujadilah
(58):10
Sesuatu yang bernyawa tidak akan mati melainkan dengan izin Allah. Ali Imran (3):145.
Allah telahpun menentukan kadar dan masa bagi berlakunya tiap-tiap sesuatu At Talaq (65):3)
Dan tidak ada seorang pun akan beriman kecuali dengan izin Allah. Yunus (10):100
Allah mengeluarkan orang-orang itu dari gelap gulita kepada cahaya yang terang benderang
Mereka berkata, Apakah ada bagi kita barang sesuatu (hak campurtangan) dalam urusan ini?.
Katakanlah, Sesungguhnya urusan itu seluruhnya di tangan Tuhan. Ali Imran (3):154.
Katakanlah, Semuanya dari Allah. Mengapa orang-orang itu hampir tidak memahami perbicaraan
(Ingatlah), tidaklah Kami menciptakan langit dan bumi serta segala yang ada di antara keduanya
Allah tidak menjadikan semuanya itu melainkan dengan adanya faedah dan gunanya yang
Kerana boleh jadi kamu bencikan sesuatu, sedang Allah hendak menjadikan pada apa yang kamu
Sesunguhnya dia telah memikirkan dan menetapkan maka celakalah dia ! Bagaimana dia
(74):18-20.
Dan kepunyaan Allah-lah segala apa yang tersembunyi di langit dan di bumi. An Nahl (16):77
Tiadakah kamu mengetahui bahwa kerajaan langit dan bumi adalah kepunyaan Allah? . Al Baqarah
(2):107.
Hendaklah engkau beriman kepada Allah, kepada malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, para utusan-Nya,
dan Hari Akhir (kiamat) serta beriman kepada takdir dan buruknya takdir. Terjemahan Sahih
Seandainya salah seorang di antara mereka mempunyai emas segunung Uhud yang dia nafkahkan
maka Allah tidak bakal menerimanya sebelum dia beriman kepada TAKDIR. Terjemahan Sahih
Maka perlu engkau ketahui bahawa musibah yang menimpa kamu tak akan hilang daripadamu.
Dan sesuatu yang mesti terlepas daripadamu tak akan dapat memberikanmu musibah. Dan jika
engkau mati dengan keyakinan selain ini, pasti engkau akan masuk ke neraka: Terjemahan Sunan
Dan jika engkau tertimpa dengan sesuatu musibah maka janganlah berkata, Seandainya sahaja
aku berbuat begini dan begini. Akan tetapi katakanlah, Allah sudah mentakdirkan dan apa yang
Dia kehendaki pasti dilaksanakan-Nya. Ketahuilah bahawa kata, Seandainya akan membuka
jalan bagi syaitan untuk menggoda. Terjemahan Sunan Ibnu Majah Bk 1, 67 (1992).
Nabi Musa as berkata, Hai Adam, engkau adalah bapa kami tetapi engkau telah mempersia-
siakan kami serta mengeluarkan kami daripada syurga kerana dosa-dosamu. Nabi Adam as
menjawab, Hai Musa, Allah telah memilihmu dengan Kalam-Nya dan menulis Taurat untukmu
dengan tangan-Nya maka apakah engkau menyalahi aku atas perkara yang telah ditakdirkan Allah
kepadaku 40 tahun sebelum aku diciptakan?. Terjemahan Sunan Ibnu Majah Buku 1, 68 (1992).
Sesungguhnya Allah tidak menganiaya seseorang walaupun sebesar zarrah. An Nisa (4):40.
Sesungguhnya Allah tidak berbuat zalim kepada manusia sedikitpun akan tetapi manusia itulah
yang berbuat zalim kepada diri mereka sendiri. Yunos (10):44; Ar Rum (30):9.
Ayat-ayat, hadist-hadist dan pendapat Arif Billah di atas dengan jelas ataupun tersamar
menyatakan bahwa takdir yang BAIK maupun takdir yang BURUK semuanya, 100 %, adalah
berasal dari Allah. Namun kita gagal untuk memahaminya. Kita gagal memahami bahwa apapun
yang terjadi pada diri kita maupun orang lain semuanya itu (sejak FIRMAN KUN):
Sudah tersusun dengan teguh, rapih, lengkap, dan sempurna. Karena semua itu memang disusun
Sudah tidak bisa berubah lagi, sebab segala perubahan dan persyaratan atas penzhahirannyapun
sudah dituliskan.
Sudah diselipkan pula berbagai HIKMAH yang wajib kita baca sebagai bahan pelajaran bagi kita
khususnya, dan bagi umat manusia umumnya, untuk bekal kita dalam mengarungi kehidupan
dikemudian hari.
Kebanyakan kita GAGAL dalam mengimanai takdir seperti ini karena kita keliru dalam memahami
Sesungguhnya Allah tidak akan merubah keadaan suatu kaum sebelum mereka mengubah
keadaan diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap suatu kaum,
maka tidak ada yang dapat menolaknya dan tidak ada pelindung bagi mereka selain Dia. Ar-Radu
(13): 11 .
Satu ayat ini saja, yang kita keliru memahaminya, telah membawa kita MERASA BISA untuk
mengatur-atur diri kita, mengatur-atur nasib kita, mengatur-atur masa depan kita. Kita merasa
bisa untuk merencana-rencanakan masa depan kita. Dan itupun katanya bisa kita dapatkan
dengan hanya mengatur-ngatur pikiran kita, imaginasi kita, kata-kata kita, dan perasaan kita.
Kita merasa hal seperti itu tidak hanya bisa kita pakai untuk kepentingan diri kita sendiri, akan
tetapi juga untuk kepentingan orang lain. Sehingga akhirnya kita menjadi orang yang dikenal luas
dimana-mana. Dan dengan gagah berani kita mengiming-imingi orang lain bahwa mereka akan
menangguk manfaat yang sangat besar bila mengikuti saran-saran kita. Seperti dijamin berhasil
begitu.
Akan tetapi, supaya tidak berkesan sombong, kita kemudian menutupnya dengan ucapan: apa-
apa hasil yang baik adalah dari Allah, sedangkan apa-apa hasil yang buruk dari kebodohan kita
sendiri .
Yang lebih parah lagi adalah segala sesuatunya mulai jadi BERMASALAH bagi kita. Kita mulai tidak
bisa menerima apapun yang terjadi yang tidak sama dengan apa yang kita harapkan baik pada diri
diri kita, maupun pada keluarga kita, dan pada kelompok kita. Makanya apapun yang kita lihat,
kita baca, dan kita dengar membaca apa yang tertulis dan tergambar didepan mata kita.
Kalau pada sesama manusia, sudah dapat dipastikan bahwa, dengan kata-kata yang alangkah
kasarnya (walau kadangkala sudah dicoba dihalus-haluskan, namun tetap terasa kasar dan
menusuk perasaan), kita akan menolak, mencaci, menghujat, melaknat, dan memaki orang yang
Sedangkan kepada Allah, untuk setiap peristiwa dan kejadian buruk yang menimpa kita, kita akan
selalu dan selalu berkata: Kenapa ya Allah ini terjadi pada saya, pada keluarga saya, bukankah
Gagal dalam mengimani TAKDIR atau Rukun Iman ke-6 inilah sumber permasalahan kita yang
akan selalu membuat kita menderita, dan ilmu-ilmu diatas hanya akan menyelesaikan
permasalahan kita itu pada tingkat kulit luarnya saja. Dengan sangat mengejutkan kita juga akan
segera merasakan tingkat keberadaan atau tingkat KEAKUAN kita meningkat dengan sangat cepat.
Selalu akan ada kita dan ada pula Allah. Akan selalu ada dua wujud yang saling kalah
mengalahkan, dan pada akhirnya dengan terpaksa kita akan selalu merasa kalah dan menjadi
korban permainan takdir Allah. Merasa ada tapi akhirnya kita harus merasa kalah, itu alangkah
Firasat kita akan menjadi lemah dalam menghadapi berbagai masalah kehidupan. Dan kita juga
akan selalu gagal untuk memetik HIKMAH dan membaca PELAJARAN dari setiap peristiwa yang
kita hadapi. Pada akhirnya kita akan selalu saja tertinggal dari perputaran zaman yang selalu
menuntut kebaharuan
Bersambung
ilmu diatas, umat Islam hampir saja kehilangan pemaknaan TOTAL tentang HATI dan DIMANA LET
AK dari HATI tersebut. Karena memang sejak 400 tahun setelah Rasulullah Wafat, banyak umat Is
lam yang TERSILAP dalam memaknai HATI ini. Hati itu dikira ada di dalam DADA (SUDUR), atau H
ati itu dikira ada di dalam JANTUNG yang diistilahkan dengan QALB.
Lalu dada atau qalb itu dijadikan orang sebagai OBJEK yang paling utama dan paling pertama untu
lafaz dzikir dan istighfar agar dada atau qalb itu bisa menjadi tenang dan bersih sehingga mudah d
imasuki oleh ilham TAQWA berupa munculnya rasa cinta, senang, tenang, damai, bahagia dan pela
jaran-
pelajaran lainnya. Sebab ternyata hampir bagi semua orang, kita merasakan dada kita itu sempit
dan sakit terus melihat apapun yang terjadi disekeliling kita. Kita mengira saat itu dada kita sedan
g dimasuki oleh ilham FASIK berupa munculnya rasa marah, iri, benci, tamak, loba, susah, takut,
Praktek ini menggejala hampir kesemua lapisan masyarakat, karena sejak itu pengamal tasawuf ja
lan wali-
wali yang kebanyakan adalah wali tarekat, memang mewarnai spiritual Islam dengan sangat kuat.
pecah orang menjadi Islam dengan pengamalan tarekat model A,B,C, dan sebagainya.
Sedangkan ulama-ulama tasawuf jalan Nabi-Nabi seperti Imam Al Ghazali sudah mewanti-
wali (tarekat) tidak mau mengakui bahwa bahwa mereka telah salah dalam memberi nama HATI it
u. Kesalahan itu sudah sangat sulit untuk terhapus dari kepahaman mereka. Ia sudah sangat berk
embang dari mulut kemulut, dari tulisan ke tulisan, dan melekat erat pada hati mereka. Kaum sufi
tersebut mencela minda atau akal dan apa-apa yang bisa dipahami oleh akal tersebut.
Akan tetapi peringatan Iman A Ghazali itu tidak menjadi perhatian lagi bagi kaum sufi jalan wali-
wali tarekat karena mereka asyik sendiri mencari rasa demi rasa dalam berdzikir. Sedangkan umat
u terpecah-
belah menjadi dua golongan besar. Yang satu golongan asyik berburu rasa dan ilham dengan cara
nya masing-
masing yang disebut dengan TAREKAT A,B,C, dan yang satu golongan lagi asyik pula saling berb
uru dalil dan hukum untuk saling menjatuhkan satu sama lainnya.
Dengan begitu maka lengkaplah prasyarat untuk terzhahirnya umat yang sangat mudah untuk dile
cehkan, umat yang terpecah belah, umat yang saling berperang dan menumpahkan darah. Umat y
ang sudah tidak dapat lagi melihat HIKMAH dari setiap kejadian dan peristiwa selama hampir 1000
penemuan ilmu dan teknologi yang dihasilkan oleh umat Islam sejak saat itu. Umat Islam asyik be
rumah dzikir bagi yang mengikuti jalan tarekat, dan bagi yang tidak ikut jalan tarekat asyik pula m
tebal untuk menemukan sesuatu yang entah apa. Keduanya asyik, tapi tujuan dalam melakukan k
easyikan itu nyaris tidak dketahui oleh kedua golongan ini. Entah apa yang dicari, entah apa
Padahal tujuan Allah dalam menciptakan manusia dan Jin adalah untuk mengenal dan beribadah k
epada Allah. Kalau kita sudah sudah bisa beribadah hanya kepada Allah, maka insyaallah kita akan
dijadikan PERKAKAS oleh Allah untuk mengujudkan rahmat dan kesenangan bagi umat manudia d
an alam semsta. Sedangkan kalau kita tidak bisa beribadah kepada Allah, kita tetap akan dijadikan
perkakas juga oleh Allah, tetapi perkakas untuk mengujudkan keangkaramurkaan bagi umat man
Melihat begitu pentingnya HATI atau AKAL ini yang di dalam Al Quran dikatakan fungsinya adalah
aqun) dan untuk itu Hati tersebut dilengkapi dengan MATAHATI / MATA AKAL yang berfungsi untuk
MELIHAT dan MENDENGAR, maka sudah seharusnya umat Islam mulai memperhatikan masalah H
Sebab RUH hanya akan IKUT dan PATUH MENGANTARKAN RAGA kita kemana saja kata hati kita b
erdetak sembari ia memberikan UMPAN BALIK berupa RASA tentang hasil demi hasil dari pelaksan
aan kata hati kita itu. Sebab fungsi RUH itu memang utamanya adalah untuk MENGGERAKKAN rag
a kita dan mengirimkan umpan balik kembali ke tubuh kita dalam bentuk RASA.
Karena RUH itu berada dan melayang di dalam seluruh jaringan tubuh kita. Maka umpan balik dari
RUH kepada raga kita itu akan terasa pula di sekujur tubuh kita. Perubahan-
perubahan rasa itu ternyata lebih terasa atau sangat kentara sekali terasa di dalam dada kita. Per
ubahan di dalam dada kita itu adalah seperti menyempit dan melapang. Kalau dada kita terasa me
engah, jantung kita akan berdenyut lebih cepat, dan kitapun menjadi sangat mudah untuk menjad
hal yang baik dan penuh ketakwaan, umpan balik yang diberikan oleh RUH yang terasa di sekujur
tubuh kita dan dada kita adalah, dada kita itu akan berubah menjadi lapang dan luas. Ada rasa leg
a dan lepas dari beban berat yang menyeruak dan menyembul dan memancar dari dalam dada kit
a itu. Nafas kitapun akan bergerak seperti nafas bayi yang sedang tidur. Denyut jantung kita akan
otot kita akan rileks dan kendor. Hal ini merupakan prasyarat untuk RUH kita itu bisa berdesir kelu
Setiap perubahan rasa berikutnya, akan sangat terasa pula dikulit kita. Kulit kita kadangkala merin
ding-
rinding seperti orang yang kedinginan. Akan tetapi tubuh kita sendiri tidak sampai berkocak atau d
an berkelojotan secara kasar. Dinginnya itu bahkan akan terasa sampai ke daging di bawah kulit ki
ta dan bahkan bisa sampai ketulang kita. Itu sangat tergantung dari keadaan yang sedang kita ala
Bersambung
Saya tersentak dan terkaget-kaget tatkala Ustad Hussien Bin Abdul Latiff menyatakan bahwa kita
semua, dan bahkan seluruh ciptaan selalu di indoktrinasi oleh Allah setiap saat agar kita tidak
melenceng dari takdir yang sudah ditetapkan bagi kita masing-masing untuk kita jalani.
Penyampaian indoktrinasi itu adalah tentang suatu isu yang akan selalu kita pegang kuat dalam
perjalanan hidup kita. Penyampaian isu itu benar-benar berat sebelah. Isu itu seperti isu satu arah
yang sangat kuat. Kita tidak diberikan kesempatan atau hak oleh Allah untuk melihat secara
terang dan adil kesemua bagian dari isu itu. Isu itu akan selalu berulang-ulang disusupkan Allah
kedalam PINTU INGATAN KITA mulai dari saat kita bayi sampai saat kita meninggal.
Saat kita bayi, semua kita adalah sama. Tidak ada perbedaan yang signifikan diantara kita. Paling
yang terlihat adalah perbedaan warna kulit saja dan perbedaan berat badan. Saat bayi itu kita
adalah makhluk innocent, makhluk yang suci, fitrah dan tanpa dosa.
Sejak kita dilahirkan itu, sampai kita remaja, dewasa, tua, dan mati, setiap saat kita diindoktrinasi
oleh Allah tentang apa yang harus kita lalui. Apa yang akan kita lalui itulah yang disebut sebagi
TAKDIR yang sudah dicatat, ditulis, digambar, diijinkan, diberi waktu,masa, dan tempat, serta
diberi hikmah.
Untuk menjamin agar takdir yang akan kita lalui itu tidak berubah dari SCRIPT atau skenario yang
telah ditetapkan, berbagai ISU disusupkan-Nya kedalam Minda/Hati kita. Bahkan kita dihantarkan-
Nya berbagai lantaran-Nya agar isu itu bisa kita pahami dan kita mengerti. Sampai ke dalam
Contoh indoktrinasi yang sangat mencengangkan adalah indoktrinasi tentang isu halal dan haram.
Allah telah mengharamkan umat Islam untuk makan daging babi. Bahkan umat Kristiani dan umat
Lalu Allah mengindoktrinasi umat Islam setiap saat, diingatkan setiap saat, bahwa babi itu
haram, haram, sehingga melihat daging bagi saja, apalagi sampai memakannya, umat islam
akan muntah-muntah dibuatnya. haram, haram?, kata umat islam berapi-api ketika disuguhi
Akan tetapi, Allah telah mengindoktrinasi sebagian umat manusia yang lain pula bahwa daging
babi itu enak dimakan, menimbulkan selera untuk memakannya. Mereka didoktrin Allah untuk
tidak mengenal halal-haram. Mereka hanya terheran-heran saja mendengar halal-haram. halal-
Untuk memastikan siapa-siapa yang akan memasuki wilayah halal maupun wilayah haram itu,
sungguh Allah akan mengilhamkan (mengindoktrinasi) kepada setiap jiwa itu tentang kefasikan
dan ketakwaannya Dan Allah telah mengajar (mengindoktrinasi) kamu hal-hal apa yang kamu
tidak mengetahuinya.
Salam.
Indonesia, sebagai testimoni saya dalam menempuh perjalanan panjang saya, yang entah
bagaimana, sepertinya memang sudah ditakdirkan Allah untuk selalu bersentuhan dengan jalan
Selepas SMA-I Bukitinggi Tahun 1980, saya mulai bersentuhan dengan Ilmu Al Hikmah yang saya
dapatkan dari sebuah perguruan di Kampung Ambon, Jakarta Timur. Saat itu pulalah awal saya
mulai berkenalan dengan dunia ilmu kontak dan dunia ilmu hipnotis. Sebelum-sebelumnya saya
Bangga rasanya saat itu ketika saya turun naik bis kota berkeliling Jakarta. Turun dari satu
terminal keterminal yang lainnya, menantang copet yang saat itu memang sangat banyak
berkeliaran di dalam bis kota dengan lipatan koran ditangan sebagai ciri utama mereka.
Tahun 1984, saat saya masih kuliah di ITB, saya mulai bersentuhan lagi dengan sebuah perguruan
Silat yang tempat latihannya adalah di bilangan Gudang Utara, Komplek Militer, Bandung.
Sungguh gagah rasanya saat itu, dengan sabuk merah dengan pita kecil berwarna tertentu melilit
di pinggang saya, latihan fisik yang sangat berat diimbangi dengan pengolahan pernafasan,
Latihan pembersihan CAKRA, MEDITASI, dan pengolahan berbagai GETARAN adalah bentuk
rutinitas keseharian saya disamping kuliah yang tentu saja sangatlah ketat.
Pembajaan diri ke gunung-gunung di sekitar Bandung, dan di beberapa Pantai di Selatan Jawa,
juga sangat sering saya ikuti. Kaki melepuh, tangan lecet dan sedikit luka, kaki bengkak-bengkak
saat ujian naik tingkat adalah beberapa hal sudah sangat biasa saya alami.
Pada saat yang sama, saat itu saya seperti sedang mencari-cari sesuatu yang saya sendiri tidak
tahu yang saya cari itu apa. Yang ada hanya seperti sebuah kerinduan untuk menemukan sesuatu
yang rasanya sangat-sangat dekat. Akan tetapi dengan berbagai latihan yang saya lakukan itu,
walau sekalipun dengan meditasi yang terdalam di atas gunung yang sepi di CIATER BANDUNG,
kerinduan itu seperti tak pernah terpuaskan. Ada sih sesaat terasa lega dan tenang, rasa rindu
seperti terhapus untuk sesaat, akan tetapi hanya dalam hitungan setarikan nafas kemudian,
kerinduan itu kembali membuncah. Rindu yang membuat dada terasa kering kerontang.
Tanpa terasa, dalam dunia kerja yang saya lalui di sebuah BUMN di Cilegon, sampai dengan tahun
1991, latihan-latihan dari perguruan silat itu tetap saya lakukan. Ada memang terputus sebentar
dari tahun 1992-1995, yaitu saat saya dibiayai oleh negara (Program STAID sebagai buah tangan
dari Bapak Habibi) untuk Kuliah lanjutan di Las Cruses, USA. Namun sepulang dari kuliah itu,
tahun 1995, saya masih melanjutkan kembali latihan-latihan di perguruan silat itu, walau
intensitas fisiknya sudah mulai berkurang. Saya lebih banyak hanya mengolah PERNAFASAN,
Walaupun tengah melakukan semua kegiatan itu, saya alhamdulillah juga masih tetap
tidak pernah meninggalkan shalat dan ibadah-ibadah lainnya. Hanya saja kadangkala saat shalat
itu saya malah gabungkan dengan pengaturan nafas dan berkonsentrasi kepada beberapa
cakra tertentu, terutama cakra dada. Ya, saya seperti sedang bermeditasi saja layaknya.
Tapi bacaan dan gerakan saya adalah bacaan dan gerakan shalat. Aneh sekali sebenarnya.
Shalat kok malah latihan nafas. Tapi ya hanya itulah yang bisa saya lakukan. Karena tanpa
Saat melakukan itu, tenangnya ada sih memang terasa, tapi kerinduan, yang entah
kerinduan kepada apa dan siapa, itu malah semakin sering datang membuncah. Kerinduan itu
pulalah yang membawa saya untuk ikut melakukanSULUK di sebuah desa di Kaki gunung Merapi.
HALABAN, itulah nama desa tempat saya suluk itu. Tahun 1999, di dalam sebuah surau
sederhana, sunyi dan terpencil, di lembah yang penuh dengan tumbuhan itu, saya habiskan 20
hari ramadhan di dalam proses suluk yang menurut saya itu adalah cukup berat. Di dalam surau
yang gelap, karena semua pintu dan jendelanya ditutup itu, siang dan malam hanya saya isi
dengan dzikir Lisan, DzikirQalb, dan dzikir Sirr di dalam kelambu kecil yang saling berdempetan
dengan kelambu yang lain. Di dalam kelambu itu pulalah saya tidur dan makan selama 20 hari itu.
Pada hari kedua suluk yang saya lakukan, mulailah terjadi proses yang memang wajar
bagi seseorang yang sedang suluk. Saat melakukan Tawajuh, Rabithah, dan dzikir
melingkar setelah Shalat Wajib, tubuh saya mulai menggigil dan bergetar hebat. Saat itu sampai
Semakin saya kuatkan dzikir saya, semakin kuat pulalah fenomena itu terjadi. Dari dalam dada
saya seperti ada yang sedang bergera-gerak ingin naik keatas dan keluar. Tapi mursyid saya
waktu itu hanya duduk disamping saya seperti sedang mendoakan saya.
Pas hari raya Idul Fitri, saat itu saya masih ada di rumah suluk itu, siangnya (waktu
dhuha) mulailah terasa ruh saya seperti berdesir keluar. Saya seperti meninggalkan tubuh saya,
dan saya jadi bebas pergi kemana-mana. Saya terbang ke awan, masuk ke alam yang berwarna
warni dan indah. Sampai di tempat yang terang benderang tapi tidak ada mataharinya.
Bahkan kalau mau ke Mekkah rasanya sekejap saja saya sudah sampai disana. Entah ia entah
tidak, rasanya kening saya juga sempat dikecup oleh Nabi di Masjid Medinah. Ya seperti cerita-
Sejak itu, rumah dinas saya di tempat saya bekerja, mulai ada sebuah kamar khusus untuk saya
berdzikir. Anak dan Istri saya, saya larang masuk saat saya berdzikir itu. Yang saya harapkan saat
itu adalah Ruh saya bisa kembali keluar dari tubuh saya. Karena dalam pemahaman saya, yang
saya dapatkan dari mursyid saya saat itu, keluar Ruh dari tubuh itulah yang dinamakan MIKRAJ.
Kalau bisa malah saat sedang shalat ruh saya itu harus bisa keluar.
Dari hari kehari begitu terus. Tapi walaupun begitu, kerinduan akan sesuatu, yang itu entah apa,
selalu menggedor-gedor relung hati saya untuk terpenuhi. Rasanya masih ada yang tidak kena
dengan apa yang saya lakukan saat itu. Rasanya bukan begini deh yang dicontohkan oleh
Dalam ibadah Haji Milenium tahun 2000, di Padang Arafah saya tidak banyak berdoa dari buku
yang diberikan oleh Departemen agama. Sebab buku doa-doa itu hilang diatas mobil dalam
perjalanan dari Jeddah ke Mekkah. Saya hanya duduk bersimpuh dan berdoa agar saya dituntun
oleh Allah untuk menemukan jalan keluar dari kerinduan yang entah kenapa malah semakin
memuncak itu.
DanSepulang dari haji itu, tahun 2001 awal, tiba-tiba saja saya telah mengikuti latihan spiritual
yang saat itu dinamakanPATRAP. Saya begitu dekat dengan H. Slamet Utomo dan Ustad Abu
Bertahun-tahun, setiap minggu, saya bersedia datang dari Cilegon ke Bekasi yang jaraknya sekitar
140 Km, untuk berlatih bersama Ustad Abu Sangkan. Bumi perkemahan Cibubur juga merupakan
tempat langganan kami waktu itu untuk melakukanPATRAP GERAK dan PATRAP JALAN PAGI.
latihanPATRAP dan bergabung hanya dengan Ustadz Abu Sangkan saja, yang kemudian hanya
Saya mengikuti berbagai latihan yang Ustadz Abu Sangkan lakukan dengan semangat yang tetap
tidak berubah dari saat-saat awal. Apalagi sejak Beliau memakai Kitab Madarijus Salikin karya
Imam Ibnu Qayyim Al-Jauziyah, kajian demi kajian saya hadiri, uzlah demi uzlah saya ikuti.
Ilmu dari kitab Madarijus Salikin itu secara logika sangat bisa diterima oleh akal. Karena buku itu
lahir dari proses laku yang dialami langsung oleh Imam Ibnu Qayyim Al-Jauziyah. Buku
akan menjadi lebih mudah untuk mendapatkan apa yang selama ini saya rindukan. Harusnya
begitu. Akan tetapi kenyataannya berkata lain. Tiga belas tahun lamanya saya belajar seperti ini,
selama itu pula saya sepertinya tidak memahami apa yang saya pelajari. Entah memang karena
Hal yang paling saya takutkan adalah ketika saya di suruh jadi IMAM SHALAT dalam acara uzlah
atau kajian-kajian lain yang dihadiri oleh banyak orang di Shalat Center Jatibening. Karena banyak
yang katanya bisa membaca bahwa dalam saya mengimami shalat itu, saya tidak nyambung.
Nggak ada getaran imannya. Menakutkan sekali. Saya nyaris putus asa. Saya akhirnya tetap
bertanya-tanya. Saya ini sebenarnya sedang mencari apa sih?. Kenapa sulit sekali?.
Sejak tahun 2013, saya mulai jarang mengikuti acara-acara yang diadakan diShalat
Center. Disamping saya sudah berputus asa, ditambah pula dengan keterbatasan fisik saya yang
sudah mulai menua untuk bepergian jauh, saya lebih banyak berada di rumah saja. Saya hidup
hanya menjadi orang biasa saja. Hanya saja shalat malam dan puasa sunnah senen kamis
selalu saya lakukan sejak tahun 2012 itu. Tapi saya tetap memendam rindu yang belum
Tahun 2014, seorang teman mengantarkan link : FARHAN4U2C ke-email saya. Yang isinya saat itu
adalah mengenai MAKRIFATULLAH. Klik pertama kali itu, rasanya sangat mengena di dalam hati
saya.
Bulan Februari 2014 saya langsung datang menghadiri kajian Ustadz Hussien Bin Abdul Latiff di
Singapore. Kali berikutnya saya datang lagi ke Singapore. 16 Video kajian asas saya download dari
Youtube. Sejak itu, berbagai pertemuan dengan Beliau sudah saya ikuti. Di Semarang, Ciloto,
Sampai sekarang saya sudah mendownload sekitar 130 video Syarahan Beliau yang juga sudah
saya konversi ke WMA sehingga saat saya pergi kemana-mana, saya masih bisa mendengarkan
syarahan Beliau. Dengan kunci ilmu yang ada ditangan Beliau, puzzle-puzzle kehidupan, yang
selama ini saya jumpai bercerai berai, dapat disatukan oleh Beliau dalam sebuah pemahaman
yang Jati. Dan sejak itu pulalah secara sangat mengejutkan, rasa RINDU yang selama ini
membuncah seperti telah menemukan MUARANYA. Tidak ada lagi masalah. Tidak ada lagi takut.
Tidak ada lagi sedih. Tidak ada lagi khawatir. Tidak ada lagi tanya kenapa. Semuanya ternyata
sudah diatur terlalu sempurna oleh Allah untuk saya bisa menemukan cela dan tanya.
Sekarang, dipenghujung umur saya, saya sudah berketetapan bahwa saya hanya akan memakai
dan mengabarkan ilmu yang diajarkan oleh Arif Billah Ustadz Hussien bin Abdul Latiff saja, sampai
akhir hayat saya, kecuali kalau Allah menakdir hal yang lain lagi yang harus saya jalani.
Kalau Beliau berkenan, biarlah saya hanya bersikap seperti seorang Bilal terhadap Rasulullah SAW,
atau barangkali boleh jadi hanya sebagai seorang jelata saja, yang tidak ada apa-apanya, yang
Walaupun begitu, dengan semua sahabat saya selama ini, tentu saja kalau mereka berkenan, saya
tetap tidak ingin memutuskan hubungan silaturahim dengan mereka. Kita hanya berbeda wadah
dalam pergerakan, dan berbeda pula dalam hal ilmu yang disampaikan. Dan diatas semua itu,
begitulah TAKDIR Allah yang harus saya lalui. Sungguh berliku dan berbelit
Wassalam
Sedangkan KATA HATI itu sendiri ditentukan oleh apa yang SEDANG ADA atau bercokol di
DALAM hati kita. Apa-apa yang ada di dalam hati kita itu sangat tergantung kepada apa-apa yang
sedang kita INGAT-INGAT di dalam hati atau akal kita itu. Allah sudah membukakan sebuah
rahasia maha besar tentang hati ini di dalam Al Quran bahwa; isi hati itu hanya dua, yaitu hati
yang berisikan INGATAN KEPADA ALLAH (Dzikrullah), atau hati yang TIDAK berikan ingatan
kepada Allah.
Hati yang tidak berisikan ingatan kepada Allah akan segera saja diisi oleh QARIN dengan ingatan-
ingatan kita kepada objek pikir yang lain yang akan membuat kita terlalu mudah untuk melakukan
kefasikan. Qarin ini adalah satu Jin yang selalu menemani setiap manusia sejak lahir sampai kita
wafat. Setiap orang pasti punya qarin, termasuk Nabi sekalipun. Akan tetapi Qarin yang menemani
Nabi sudah dibuat tidak berdaya oleh Allah untuk menggoda Nabi
Insyaallah kita akan bercerita lebih panjang tentang Qarin ini pada kesempatan lain Ini akan
sangat menarik sekali. Karena kalau melihat ciri-ciri apa yang dilakukan umat manusia saat ini,
hampir sebagian besar kelihatannya adalah karena ulah QARIN yang telah mengotori hati kita
Dengan melihat fungsi HATI dan MATA HATI yang seperti ini, maka tidak mungkinlah HATI dan
MATA HATI itu terletak di dalam dada atau di dalam jantung kita. Tidak Bisa. Pada kesempaan
yang lalu kita sudah bahas bahwa satu-satunya TEMPAT di dalam tubuh kita yang sesuai dengan
definisi hati sebagai MUDGAH yaitu GUMPALAN yang hampir serupa daging yang lembut tapi
anasir diri manusia yang HALUS yang mempunyai tempat DUDUKAN di dalam otak kita seperti
halnya DUDUKAN udara di dalam paru-paru kita, atau dudukan RUH di dalam tubuh kita. Jadi otak
Segala informasi dan perintah dari dalam hati kita akan sampai kepada tubuh kita untuk
dilaksanakan akan disalurkan melalui jaringan otak ini. Begitu pula dengan segala umpan balik
dan informasi dari luar tubuh kita yang akan masuk kedalam hati kita juga melalui jaringan otak
ini terlebih dahulu. Ruh akan menggerakkan raga kita sesuai dengan kehendak hati, dan dalam
perjalanan mengikuti gerak itu, RUH juga mengantarkan umpan balik berupa RASA yang akan
Jadi satu-satunya yang perlu kita lakukan adalah bagaimana caranya kita membersihkan hati kita
yang halus ini agar RUH kita bisa mengantarkan tubuh kita ketujuan yang baik dengan lembut dan
ringan serta rasanya juga dingin dan suejuuk. Itu saja kok repot
Dengan mengetahui dimana letak atau kedudukan hati kita yang halus ini, yaitu di dalam otak
kita, maka kita hanya tinggal membersihkan saja HATI kita itu lagi dan lagi secara ISTIQAMAH.
Dan untuk itupun kita hanya perlu dengan satu cara saja, yaitu dengan cara mengisi hati kita itu
Karena Allah TIDAK bisa kita rupakan, kita hurufkan, kira warnakan, kita suarakan, kita
bayangkan, maka ketika hati kita telah selalu kita isi dengan INGATAN kepada Allah (Dzikrullah),
maka ingatan kita kepada apapun yang lain selain dari Allah otomatis akan hilang dengan seketika
itu juga. Hati kita akan otomatis menjadi bersih dalam sekejap. Sebab hati kita memang hanya
Hanya saja kalau kita belum terbiasa mengingat Allah seperti ini, biasanya ingatan kita kepada
Allah itu tidak akan bisa bertahan lama. Lama-lama ingatan kita kepada Allah menjadi kendor dan
mulai dimasuki oleh ingatan kita kepada yang lain selain Allah, yang saat itu sedang kita cintai
atau senangi.
Begitu ingatan kita kepada Allah telah hilang, artinya kita beralih dari ingatan kepada Allah Yang
Maha Rahman, maka seketika itu juga Qarin akan menyusupkan ingatan-ingatan yang lain yang
sangat banyak silih berganti kedalam hati kita. Qarin akan memperkuat ingatan kita kepada apa-
apa yang selain Allah itu sampai akhirnya suatu saat kita terlanjur melakukan satu perbuatan
Begitu kita terlanjur melakukan satu perbuatan fasik, maka hati kita mulai ada bintik hitam atau
bintik kuningnya. Jika perbuatan fasik itu telah kita lakukan berulang dan berulang, maka lama-
lama hati kita akan hitam, keras membatu, buta, pekak, dan tuli. Otak kita sih tetap seperti biasa.
Kalau kita menyesal, qarinnya akan istirahat dulu sebentar membiarkan kita merasakan
penyesalan itu. Boleh jadi kita menangis karena menyesal itu. Atau boleh jadi pula kita berusaha
mengucapkan kata-kata motivasi positive seperti yang banyak diseminarkan orang, atau kita
membaca ayat-ayat kitab suci dan dzikiran seperti di dalam pengajian-pengajian. Tapi setelah itu
Qarin kita akan datang kembali dengan tugasnya untuk mengantarkan kita melakukan perbuatan
fujur berikutnya. Jadilah kita seperti orang yang tobat berkali-kali dan kumat berkali-kali pula.
Mengunci Hati agar tetap hanya mengingat Allah setiap saat (dzikrullah) inilah yang telah menjadi
topik perbincangan, pencarian, dan kerinduan umat Islam sejak berbilang Abad semenjak 300-400
tahun setelah kewafatan Rasulullah. Dan inilah yang telah melahirkan berbagai Tarekat Dzikir
dengan ciri-ciri dan prakteknya masing-masing. Saya termasuk salah seorang yang telah
melanglangbuana dengan berbagai cara dzikir ini, tanpa hasil yang berarti.
Namun Alhamdulillah, lewat syarahan, seminar, dan tuntunan langsung dari Arif Billah Ustadz
Hussien Bin Abdul Latiff, sudah ribuan orang diberbagai benua yang sudah merasakan lezatnya
berkekalan dalam mengingat Allah Akan tetapi masih ada jutaan-jutaan orang yang masih
mencarinya
Bersambung
Pos
Komentar
Hari ini, 04 Oktober 2015, saya telah melepaskan diri dari KEILMUAN yang disyiarkan di Shalat
Center (SC) oleh Ustad Abu Sangkan. Kebodohan saya adalah saya tidak pernah bisa mengerti
apa-apa yang telah beliau ajarkan kepada saya. Hampir 14 tahun saya mencoba untuk mengerti
dan memraktekkan apa-apa yang diajarkan Beliau, selama itu pula saya tidak mengerti dimana
sekarang menjadi salah satu rujukan utama kajian di SC, dari uzlah ke uzlah, tetap tidak bisa saya
mengerti. Bodoh sekali saya rasanya untuk menerima ilmu yang sedemikian tingginya itu.
Akhirnya pintu masuk yang hakiki itu dihantarkan oleh Allah kepada saya melalui lisan Arif Billah
Ustad Hussien Bin Abd. Latiff sejak Bulan Februari 2014 sampai sekarang. Dan sekelumit dari ilmu
tersebut, sebatas yang saya pahami, telah saya sampaikan kepada Ustad Abu Sangkan pada hari
Minggu 04 Oktober 2015 baru lalu. Hasilnya adalah, dengan bismillah, Beliau menyalami saya dan
mempersilahkan saya untuk tidak membawa-bawa nama Shalat Center lagi kemanapun saya
pergi. Sayapun menerimanya dengan Ridho. Karena seperti itulah TAKDIR berbicara. Lagi pula,
memang sudah sejak lama saya sebenarnya sudah tidak aktif lagi dalam jamaah SC.
Untuk para sahabat yang dulu kita pernah bersama dalam wadah SC, saya hanya mengucapkan
maaf yang sebesar-besarnya seandainya saya punya khilaf dan salah selama kita bersama-sama
itu.
Saya sekarang hanya orang biasa saja yang bertugas menjadi fasilitator di Indonesia agar
syarahan Ustad Hussien BA Latiff bisa dinikmati oleh masyarakat banyak. Yamas Indonesia,
Yayasan Makrifat Sedunia, Indonesia adalah wadah resmi yang telah kami bentuk untuk
Terus terang saya belum pernah menemukan syarahan lain yang selengkap, semudah, seteratur,
sedalam, dan seaplikatif yang Beliau sampaikan diumur saya yang sudah lebih dari setengah abad
ini.
Wassalamualaikum
Wallahu alam
Deka
Sekarang kita sudah bisa melihat dengan jelas bahwa HATI mempunyai PERAN yang sangat
SENTRAL dalam kehidupan setiap diri manusia. Kita juga sudah paham bahwa HATI yang
dimaksud itu adalah HATI yang HALUS (FUAAD) atau HATI NURANI, seperti yang dikatakan juga
oleh Iman Al Ghazali. HATI yang dimaksudkan ini adalah HATI yang berhubungan erat dengan
OTAK. Ia bukanlah HATI yang berhubungan dengan JANTUNG (HEART) dan bukan pula HATI yang
Dengan memahami HATI yang seperti ini, maka dengan mudah kita juga akan bisa mementahkan
dan mematahkan anggapan hampir SEMUA MANUSIA saat ini yang memercayai bahwa LETAK
HATI yang HALUS itu adalah Di DALAM DADA, yang disebut dengan JANTUNG (Heart).
Sebab fungsi JANTUNG itu hanyalah untuk memompakan DARAH dan NUTRISI keseluruh tubuh
selama kita masih HIDUP. Melalui darah yang dipompakan itu mengalir pulalah zat-zat pembangun
tubuh dan juga dzat yang berguna bagi pertahanan tubuh dari penyakit, serta suplai energi yang
LIVER (HATI) berfungsi untuk: Menyaring darah, Membuat empedu, Memproses dan mengikat
Sedangkan HATI yang dimaksudkan Al Quran di dalam surat As Sajdah (32): 9 adalah HATI yang
HALUS (HATI NURANI) yang berhubungan dengan RUH. Fungsi dari Hati yang Halus ini adalah
UNTUK MENGINGAT, BERPIKIR. HATI, dan BERTAQWA (Al Anam (6): 151-153). Hati yang HALUS
itu juga mempunyai mata yang disebut dengan MATA HATI yang berfungsi untuk MELIHAT dan
MENDENGAR.
Tidak ada satu dalilpun yang menyatakan bahwa JANTUNG (HEART) kita punya kemampuan
UNTUK MENGINGAT dan BERPIKIR, misalnya untuk MENGINGAT ALLAH (DZIKRULLAH), dan
Ada memang HADIST Nabi yang yang bercerita tentang HATI yang sering dinamakan orang
dengan QALBU. Abu Nu`aym menceritakan bahwa Rasulullah s.a.w. berkata: Sesungguhnya DI
DALAM JASAD ada MUDGHAH; jika ia baik maka baiklah JASAD SELURUHNYA, jika ia rusak maka
SEPERTI DAGING, tapi ia bukanlah daging. Dalam bahasa Inggris ia disebut juga seperti chewed-
like form (suatu yang telah kita kunyah-kunyah). Ia adalah bentuk PERTENGAHAN antara
Gumpalan DARAH seperti LINTAH (LEECH atau ALAQAH) dengan gumpalan DAGING (LAHMAN).
Sebab DAGING yang sudah berbentuk SEMPURNA yang membungkus tulang dalam bahasa Arab
disebut dengan LAHMAN (atau MUSCLE, MEAT dalam bahasa INGGRIS), lihat surat Al Mukminun
ayat 14.
Dengan ciri-ciri seperti itu, maka MUDGHAH itu secara fisik ia TIDAK cocok disebut dengan
JANTUNG. Sebab JANTUNG lebih cocok dengan ciri-ciri bagi LAHMAN atau MUSCLE. Ciri-ciri
MUDGHAH itu lebih cocok secara fisik dengan ciri-ciri yang ada pada OTAK.
Dengan begitu kita dapat memahami suatu hubungan yang sangat erat antara HATI dan OTAK.
Bahwa dalam keadaan NORMAl, HATI berkedudukan di dalam OTAK. Dengan kata lain Hati adalah
Sekarang marilah kita lihat apa FUNGSI dari OTAK ini dalam kehidupan kita.
Bersambung.
FUNGSI INTERFACE
Sebelumnya mari kita kenal dulu bahwa istilah HATI = AKAL = MINDA = MIND, dan satu dengan
yang lainnya bisa dipakai secara acak dengan arti yang tetap sama.
Kalau kita lihat fungsi dari OTAK ini bagi kehidupan kita, maka OTAK hanyalah sebuah jaringan
INTERFACE super cepat tempat dimana terjadinya pertukaran INFORMASI antara HATI (MIND)
dengan RAGA (BODY). Apa-apa yang tergores dihati, akan dihantarkan melalui otak kepada raga,
agar raga segera meresponnya dalam berbagai bentuk GERAKAN (MOTION), yang bisa berupa
tindakan fisik, dan bisa pula dalam rupa perkataan-perkataan, baik yang tertulis maupun yang
verbal.
Fungsi dari OTAK ini adalah sebagai sebuah ALAT PENGHUBUNG antara TUBUH BATIN dengan
TUBUH DZAHIR. Penghubung antara JIWA dan RAGA, sehingga JIWA dan RAGA itu bisa saling
berinteraksi secara baik. Kalau alat penghubung atau OTAK ini baik, maka JIWA yang baik akan
membuat RAGA juga menjadi baik. Begitupun sebaliknya, OTAK yang baik akan membuat RAGA
Entitas yang menggerakkan RAGA (BODY) ini disebut dengan RUH. Tanpa peran dari RUH, maka
RAGA tidak akan bisa BERGERAK. Jadi RUH adalah MOTOR PENGERAK yang akan MENGANTARKAN
RAGA untuk memenuhi atau merealisasikan segala PERINTAH dari HATI. Dan disepanjang
pergerakan RAGA beraktifitas itu, RUH akan menerima UMPAN BALIK berupa RASA dari aktifitas
yang dilakukan RAGA itu. Rasanya tuh DISINI, seperti berada di dalam DADA.
Kalau dibadingkan dengan sebuah Komputer, HATI adalah ibarat CPU sedangkan RAGA adalah
ibarat PRINTER atau MONITOR yang akan memperlihatkan apa yang diproses oleh CPU.
Sedangkan OTAK adalah ibarat PORT USB yang bisa menghubungkan antara CPU dengan PRINTER
atau MONITOR. Hasil dari informasi atau data yang diproses atau digoreskan oleh CPU akan
Untuk memudahkan kepahaman saja, data atau informasi yang mengalir itu diantarkan oleh ARUS
LISTRIK yang mengisi CPU maupun MONITOR dan PRINTER. Arus listrik ini bolehlah diumpamakan
sebagai RUH dari sistem komputer itu, walau itu tidak sama betul. Sebab Arus listrik itu lebih pas
disebut sebagai NYAWA dari sebuah sitem komputer. Arus listriknya mati, maka mati pulalah sitem
komputer itu.
Jadi HATI atau MIND adalah SANG PENANGGUNG JAWAB, DRIVER, PILOT, KUSIR atas segala hal
yang akan TERJADI dan TERLAKSANA pada RAGA. Hatilah yang bertanggung jawab untuk
membentuk PERSONALITY, MEMILIH keputusan-keputusan, MENGINGAT-INGAT (memory),
Sedangkan RAGA berfungsi sebagai tempat penzhahiran dari apa-apa yang telah diproses dan
diputuskan oleh HATI atau MIND. Dengan begitu, maka RAGA tak ubahnya hanya seperti ROBOT
atau MESIN BIOLOGIS bagi SPIRIT (JIWA) untuk beraktifitas di Alam Materi.
Sementara itu RUH berfungsi untuk menggerakkan MESIN BIOLOGIS atau ROBOT JIWA itu sesuai
dengan kehendak HATI. RUH pulalah yang akan menerima UMPAN BALIK dari kerja dan aktiftas
RAGA itu dalam bentuk RASA yang akan diterima kembali oleh RUH.
Bersambung
Oleh sebab ketika seseorang beraktifitas, maka yang beraktifitas itu sebenarnya adalah JIWA,
yaitu HATI dan RUH. Misalnya saat ia BERBICARA, maka yang berbicara itu sebenarnya adalah
JIWA. Sedangkan RAGA hanya berfungsi sebagai sekedar mesin biologis yang ikut BERKOMAT-
KAMIT saja.
HATILAH yang akan menentukan pembicaraan jenis apa yang akan diucapkan. Apa-apa yang
dibicarakan itu menentukan KUALITAS ISI HATI dari orang yang berbicara itu. OTAK akan
menyambungkan informasi dari HATI itu kepada RAGA atau bagian-bagiannya yang bertanggung
jawab sebagai robot-robot biologis untuk berbicara, yaitu Mulut, Hidung, Lidah, Pita Suara, dan
Paru-Paru. Lalu RUH akan mengantarkan DAYA atau GERAK sehingga semua instrumen dari robot
Dengan begitu dengan mudah kita dapat MEMAHAMI apa ISI HATI dari seorang PIMPINAN atau
PEJABAT yang selalu berkata-kata tentang TOILET, COMBERAN, dan perkataan-perkataan KASAR
lainnya ketika dia berbicara kepada orang lain atau kepada rakyat dan bawahannya. Tentu saja isi
hatinya tidak lebih dari apa-apa yang dia katakan dan ucapkannya itu.
Kalau perkataannya adalah tentang TOILET, maka kualitas JIWANYA juga akan seperti itu.
HATINYA berisi serba-serbi TOILET, RUHNYA akan merasakan rasa TOILET, dan RAGANYA akan
diantarkan oleh RUH untuk berperilaku seperti orang yang sedang berada di dalam TOILET.
Apalagi kalau TOILETNYA itu mampet dan tidak ada airnya, pintunya terkunci pula dari luar.
Begitu juga dengan aktifitas-aktifitas lainnya. Misalnya shalat, yang takbir, yang membaca ayat-
ayat, yang rukuk, yang sujud, yang berdoa, yang salam, pelakunya adalah JIWA. Sedangkan
RAGA hanyalah ROBOT BIOLOGIS yang mengikuti PERGERAKAN JIWA di dalam shalat itu.
Informasi tentang gerakan-gerakan dan bacaan shalat sudah kita pelajari sejak dari kita kecil.
Informasi itu masuk ke dalam HATI kita melalui saluran di dalam OTAK KIRI kita. Informasi itu
menjadi pengetahuan bagi HATI kita untuk melakukan SHALAT. Makanya begitu kita berniat untuk
shalat, misalnya shalat subuh, maka semua gerakan, bacaan, dan jumlah rakaat shalat subuh itu
bisa kita lakukan tanpa kita berpikir sedikitpun. Semuanya bisa berjalan seperti ban berjalan di
dalam sebuah pabrik otomatis. Begitu HATI menginginkan atau berniat untuk shalat, RUH akan
Bersambung
Oleh sebab ketika seseorang beraktifitas, maka yang beraktifitas itu sebenarnya adalah JIWA,
yaitu HATI dan RUH. Misalnya saat ia BERBICARA, maka yang berbicara itu sebenarnya adalah
JIWA. Sedangkan RAGA hanya berfungsi sebagai sekedar mesin biologis yang ikut BERKOMAT-
KAMIT saja.
HATILAH yang akan menentukan pembicaraan jenis apa yang akan diucapkan. Apa-apa yang
dibicarakan itu menentukan KUALITAS ISI HATI dari orang yang berbicara itu. OTAK akan
menyambungkan informasi dari HATI itu kepada RAGA atau bagian-bagiannya yang bertanggung
jawab sebagai robot-robot biologis untuk berbicara, yaitu Mulut, Hidung, Lidah, Pita Suara, dan
Paru-Paru. Lalu RUH akan mengantarkan DAYA atau GERAK sehingga semua instrumen dari robot
Dengan begitu dengan mudah kita dapat MEMAHAMI apa ISI HATI dari seorang PIMPINAN atau
PEJABAT yang selalu berkata-kata tentang TOILET, COMBERAN, dan perkataan-perkataan KASAR
lainnya ketika dia berbicara kepada orang lain atau kepada rakyat dan bawahannya. Tentu saja isi
hatinya tidak lebih dari apa-apa yang dia katakan dan ucapkannya itu.
Kalau perkataannya adalah tentang TOILET, maka kualitas JIWANYA juga akan seperti itu.
HATINYA berisi serba-serbi TOILET, RUHNYA akan merasakan rasa TOILET, dan RAGANYA akan
diantarkan oleh RUH untuk berperilaku seperti orang yang sedang berada di dalam TOILET.
Apalagi kalau TOILETNYA itu mampet dan tidak ada airnya, pintunya terkunci pula dari luar.
Begitu juga dengan aktifitas-aktifitas lainnya. Misalnya shalat, yang takbir, yang membaca ayat-
ayat, yang rukuk, yang sujud, yang berdoa, yang salam, pelakunya adalah JIWA. Sedangkan
RAGA hanyalah ROBOT BIOLOGIS yang mengikuti PERGERAKAN JIWA di dalam shalat itu.
Informasi tentang gerakan-gerakan dan bacaan shalat sudah kita pelajari sejak dari kita kecil.
Informasi itu masuk ke dalam HATI kita melalui saluran di dalam OTAK KIRI kita. Informasi itu
menjadi pengetahuan bagi HATI kita untuk melakukan SHALAT. Makanya begitu kita berniat untuk
shalat, misalnya shalat subuh, maka semua gerakan, bacaan, dan jumlah rakaat shalat subuh itu
bisa kita lakukan tanpa kita berpikir sedikitpun. Semuanya bisa berjalan seperti ban berjalan di
dalam sebuah pabrik otomatis. Begitu HATI menginginkan atau berniat untuk shalat, RUH akan
Bersambung
Ternyata TIDAK. Sebab pada kegiatan shalat ini sebenarnya ada sebuah aktifitas luar biasa lainnya
yang sangat bermanfaat sekali bagi ketenteram JIWA kita, yaitu aktifitas HATI yang MENGINGATI
Jadi shalat itu sebenarnya bukanlah sebuah aktifitas yang semata-mata hanya untuk
MENGAMALKAN ILMU SHALAT saja. Bukan. Tapi di dalam SHALAT itu ada sebuah PROSES
PEMBELAJARAN secara TERUS MENERUS yang akan sangat berguna bagi kita untuk memasuki
Tapi, walaupun hampir semua orang juga sudah punya ilmu yang berbicara tentang KHUSYU,
tentang keutamaan KHUSYU, dan bahkan ada ilmu pula tentang bagaimana cara-cara untuk
mendapatkan KHUSYU itu, namun rasa bahagia (Aflaha), apalagi rasa TENTERAM
(MUTHMAINNAH), masih sangat jarang kita jumpai di dalam shalat yang kita lakukan itu. Ada
memang beberapa diantara kita yang bisa merasakan rasa tenang, menangis, dan bahagia di
dalam shalat itu. Akan tetapi sayangnya keadaan itu tidak bisa bertahan lama untuk kita rasakan
dan nikmati.
Oleh sebab itu banyak pula orang yang sudah belajar shalat khusyu atau yang serupanya mulai
mencari dan mencari lagi cara-cara lain yang barangkali bisa membuat HATINYA menjadi
TENTERAM. Kebanyakan cara-cara lain itu sangat bersentuhan dengan ALAM-ALAM GETARAN dan
ALAM-ALAM PERASAAN. Kalau badannya sudah bisa BERGETAR dan ada pula RASANYA, maka ada
yang menamakannya itu sudah KHUSYU. Atau kalau pikirannya sudah tenang yang di dapat baik
dengan cara INDUKSI HIPNOSA maupun dengan cara-cara MEDITASI lainnya, maka ada juga yang
KETENTERAM PUNCAK (the Ultimate Tranquility) yang bisa dirasakan oleh JIWA semata-mata
karena Jiwa itu MENGINGAT ALLAH, DZIKRULLAH. Akan tetapi, karena JIWA itu belum sampai
mendapatkan ketenteraman puncak, maka HATI akan lebih sering berada dalam keadaan terbolak
balik. Hati yang terbolak balik itu (QALBU) memerintahkan RAGA untuk kadangkala berbuat
Kalau perintah HATI kepada RAGA berbolak balik antara BAIK dan BURUK, maka RUH akan
merasakan hal yang berbolak balik pula antara BAHAGIA dan PEDIH secara silih berganti. Keadaan
HATI yang terbolak balik ini disebut sebagai HATI yang bersifat QALBU. Hati yang tidak menetap,
Hati si Katak Lompat. Keadaan HATI dan RUH yang bolak balik seperti itu disebut juga dengan
Sedangkan kalau HATI sudah menetap untuk memerintahkan KEBAIKAN demi KEBAIKAN, maka
RUH juga akan menetap pula merasakan KEBAHAGIAAN demi KEBAHAGIAAN. HATI dan RUH yang
sudah menetap dalam kebaikan dan kebahagiaan seperti ini disebut dengan JIWA YANG
Yaitu, Jiwa yang sudah SIAP untuk menjadi orang-orang Allah. Jiwa yang akan sering bertemu
dengan sesama Orang-orang Allah, baik bertemu secara JASMANI maupun bertemu secara
ROHANI. Jiwa yang sudah tenteram ini pulalah yang akan mudah untuk menjalani proses MATI
SEBELUM MATI. JIWA yang sudah bebas untuk keluar masuk RAGA untuk mengalami HAL demi
HAL. Rasulullah SAW mengalami keadaan HAL ini lebih dari 100 kali dalam sehari.
Bersambung
Sekarang kita sudah mulai paham bahwa OTAK bertugas untuk menjembatani informasi antara
HATI dengan RAGA, sehingga semua kata HATI akan bisa direspon oleh RAGA sebagaimana
mestinya, dan semua aktifitas RAGA dapat pula dimonitor dan direspon oleh HATI tanpa kecuali
Selama ini banyak orang yang meyakini bahwa yang melihat, yang mendengar, dan yang merasa
adalah OTAK kita. Misalnya dikatakan mereka bahwa seekor burung yang terlihat oleh mata, sinyal
listik dari retina akan diteruskan oleh jaringan syaraf kebagian otak bagian belakang. Bagian otak
belakang inilah kemudian melihat gambaran burung seperti yang terlihat oleh mata.
Begitu juga dengan hal-hal lain yang bisa kita lihat, kita dengar, kita raba, kira rasa, dan kita
cium, semuanya itu dikatakan mereka hanyalah sebagi GAMBARAN yang terjadi di dalam otak
kita. Karena hanya gambaran, maka semua yang ada di dunia ini dikatakan mereka hanyalah
sebuah ILUSI saja. Sesuatu yang sebenarnya TIDAK ADA dan TIDAK NYATA. Yang ada sebenarnya
adalah INFORMASI saja kata mereka. Informasi itu kemudian TERSIMPAN di dalam otak dalam
bentuk memori, baik memori jangka pendek, jangka menengah dan jangka panjang.
Pertanyaannya adalah, SIAPA yang MELIHAT, MENDENGAR dan MERASAKAN semua informasi
yang masuk ke dalam otak itu?. SIAPA pula yang MENYIMPAN informasi itu. Dan SIAPA pula yang
adalah aku. Makanya semuanya bisa kita akui. Ini melihatku, mendengarku, merasaku, dan
sebagainya.
Saat ditanya pula aku itu siapa, maka jawabannya juga bisa bermacam-macam. Ada yang
mengatakan aku itu adalah JIWA, ada yang mengatakan aku itu adalah RUH, ada yang
mengatakan aku itu adalah PIKIRAN. Namun jiwa dan ruh itupun masih bisa kita aku: ini jiwaku,
Karena banyak kita yang masih bingung juga dengan semua jawaban-jawaban itu, maka akhirnya
ada diantara kita yang mengatakan bahwa aku ini adalah Aku. Maksudnya aku ini adalah Allah.
Sehingga ada yang mengaku bahwa saat dia melihat, maka yang melihat adalah Allah. Begitu juga
dengan aktiftas-aktifitas yang lainnya, seperti: yang mendengar adalah Allah, yang marah adalah
Tapi biarlah hal-hal itu berlaku seperti itu dulu. Kita terlebih dahulu akan melihat lebih dalam
Jika OTAK ini rusak, yang disebabkan oleh berbagai hal, maka RAGA tidak akan mendapatkan
INFORMASI apa-apa dari HATI. Karena dengan begitu tidak ada bagian yang bisa menghubungkan
antara HATI dengan RAGA. Hati dan raga menjadi putus hubungan.
Sekarang, marilah kita lihat apa-apa yang bisa MERUSAK atau MENGHALANGI fungsi kerja otak:
KERUSAKAN FISIK OTAK: bisa karena stroke, Luka benturan, Lobotomy, kena Racun, kena
Zat Kimia, dll.
KELELAHAN: tidur, pingsan, dll.
KEMEROSOTAN FUNGSI, seperti Penuaan, Alzheimers, dll.
PENYAKIT, seperti Thyroid, Diabetes, neurosyphilis , Kurang Gizi, Demam, dll.
DRUGS, seperti Anestesi, Halusinogen, LSD, ALKOHOL, dll.
BAWAAN GENETIK, seperti Bakat, IQ, Down Syndrom, dll.
Karena informasi dan data dari HATI sudah tidak bisa lagi sampai ke RAGA dengan sempurna,
yang terjadi karena port interfacenya atau OTAK telah RUSAK, maka akibatnya juga akan terlihat
pada RAGA. Misalnya: Raga menjadi Tidak Sadar; Raga kehilangan Fungsi Eksekusinya;
seluruhnya atau sebagian; Raga bingung membedakan Antara Pikiran Dan Realitas
Walaupun raga bermasalah akibat adanya kerusakan di dalam otak kita, namun JIWA (HATI dan
RUH) tetap sadar dan tahu bahwa RAGANYA sedang bermasalah atau tidak berfungsi. Misalnya
kalau kita Comma, RAGA kita tidak bisa bergerak, tetapi kita masih bisa mendengar pembicaraan
orang-orang yang berada disekitar RAGA kita. Makanya seringkali kita melihat orang yang comma
masih bisa meneteskan air mata. Atau bisa pula dia merasa sedang pergi kesuatu tempat seperti
sedang melakukan perjalanan di luar tubuh begitu (out of body journey), dan perjalanan itu bisa
Karena OTAK tak lebih dari hanya sebagai sebuah Port Interface saja antara HATI dan BODY,
maka sebenarnya di dalam OTAK tidak ada tersimpan memory apapun juga. Karena ia bukanlah
sebuah Storage atau tempat menyimpan MEMORI. Otak juga tidak berfungsi untuk menghasilkan
EMOSI dan MOOD. Ia juga tidak melakukan proses PEMILIHAN atas berbagai alternatif solusi yang
Anasir diri kita yang bertanggung jawab untuk menyimpan memori, membangkitkan emosi dan
mood, dan melaksanakan pilihan-pilihan adalah HATI. Sedangkan OTAK tidak melakukan proses
apa-apa. Otak hanyalah sebuah ALAT PENYEMBUNG saja antara HATI dan RAGA. Semua informasi
dari raga (Panca Indera) masuk ke dalam Hati melalui OTAK. Begitu juga semua KEHENDAK dan
KEPUTUSAN yang telah diambil oleh HATI yang akan DILAKSANAKAN atau DIEKSEKUSI oleh
RAGA akan mengalir melalui OTAK ke pada bagian-bagian tertentu dari RAGA sehingga kehendak
dan keputusan itupun bisa dilaksanakan oleh RAGA sesuai dengan fungsinya masing-masing.
Bersambung
MERASAKAN. Alat itu disebut dengan MATA HATI (Spiritual Eyes). Disamping itu, HATI
RUH ini punya POWER yang sangat Menakjubkan untuk mengantarkan HATI dalam
MENGARUNGI, MELIHAT, MENDENGAR, dan MERASAKAN berbagai hal dan keadaan, baik
KENDARAAN lain, yaitu BADAN atau BODY. Kendaraan Lahiriah. RUH akan
menggerakkan BADAN ini sesuai dengan apa-apa yang diingini oleh HATI.
RUH juga akan mengantarkan UMPAN BALIK kembali ke dalam HATI atas setiap
keadaan dan serba-serbi dari Alam Lahiriah yang diarungi oleh HATI bersama BADAN
dan RUH, dan serba-serbi Alam Rohaniah yang diarungi oleh HATI bersama RUH saja.
Sedangkan OTAK hanyalah PORT INTERKONESI DUA ARAH yang menghubungan antara
Kalau HATI ingin melihat MATERI, maka HATI akan mengirimkan informasi ke RAGA melalui
jaringan OTAK agar MATA bisa menyiapkan diri untuk dipakai oleh MATA HATI sebagai
CORONG untuk melihat.
Kalau HATI ingin mendengar SUARA-SUARA, maka HATI akan mengirimkan informasi ke
RAGA melalui jaringan OTAK agar TELINGA bisa menyiapkan diri untuk dipakai oleh MATA
HATI sebagai CORONG untuk mendengar.
Begitu juga kalau HATI ingin merasakan bermacam RASA, maka HATI akan mengirimkan
informasi kepada RAGA melalui jaringan OTAK agar Lidah, atau Kulit, Hidung, dan DADA bisa
menyiapkan diri untuk dipakai oleh MATA HATI sebagai CORONG untuk merasakan.
Kalau HATI sudah melihat, mendengar, dan merasakan sesuatu, termasuk terhadap sesuatu
YANG GHAIB, maka HATI itu disebut HATI yang SUDAH TAHU atau HATI yang sudah
BERSAKSI. Hati yang seperti ini bisa pula di sebut sebagai BASHIRAH. Si TAHU, Si SYAHID.
RUH akan memberi atau menyuplai DAYA atau POWER agar Corong mata, corong telinga dan
Corong Rasa bisa berfungsi sebagaimana mestinya.
Hasil penglihatan, pendengaran, dan perasaan itu akan disimpan oleh HATI di dalam HATI itu
sendiri sebagai MEMORI atas penglihatan, pendengaran, dan perasaan. Jadi memori itu
BUKAN di simpan di dalam SEL-SEL OTAK. Bukan. Sebab sel-sel otak itu berfungsi hanyalah
sebagai PORT tempat mengalirnya data atau informasi dari HATI ke RAGA atau sebaliknya
dari RAGA ke HATI.
Kalau HATI ingin MENGINGAT sesuatu, maka HATI akan melihat ke DALAM dirinya sendiri,
yaitu HATI itu sendiri, tentang sesuatu yang harus DIINGAT itu. Kalau sesuatu itu bisa diingat
kembali oleh HATI, maka HATI tersebut disebut sebagai HATI YANG INGAT (DZIKIR).
Kalau HATI sudah melihat, mendengar, dan merasakan sesuatu, termasuk terhadap YANG
GHAIB, dan Ia juga sudah MENGERTI, sudah BERPIKIR, sudah BERTAQWA, maka HATI yang
seperti itu disebut sebagai Si Ulul Albab, Si Taqilun dan Tafakkarun, dan si Tattaaqun.
Kalau HATI sudah melihat, mendengar, dan merasakan sesuatu, termasuk terhadap YANG
GHAIB, akan tetapi Ia belum mau MENGERTI, belum mau BERPIKIR, belum mau BERTAQWA,
maka HATI yang seperti itu disebut sebagai Si Bodoh, Si Jahil, Si Kafir, Si Syirik.
Kalau HATI masih diliputi KERAGU-RAGUAN, maka HATI itu disebut sebagai SI QALBU. HATI
yang seperti ini kadang-kadang Ia merasa BISA melihat, mendengar, merasakan, dan tahu,
tapi kadang-kadang Ia merasa TIDAK melihat, tidak mendengar, tidak merasakan, dan tidak
tahu. Makanya si Qalbu seperti ini kadang-kadang Ia menjadi Baik dan kadang-kadang ia
menjadi Jahat. Kadang Ia menjadi Taqwa dan kadang Ia menjadi Fujur atau Fasiq.
Kalau HATI Belum bisa melihat, mendengar, dan merasakan sesuatu, termasuk terhadap
sesuatu YANG GHAIB, maka HATI itu disebut sebagai Si Buta, Si Tuli, Si Hati Mati, Si Hati
Batu, Si Tidak punya Perasaan, Si Tidak Tahu, Si Tidak Bersaksi.
HATI itu bisa ANGKUH dan MENGAKU-NGAKU, dan HATI itu bisa pula MENYERAH dan TIDAK
MENGAKU. HATI yang angkuh dan mengaku-ngaku akan selalu berkata: aku, milikku.
Sebaliknya HATI yang menyerah dan tidak mengaku-ngaku, mulutnya akan diam, bibirnya
seperti dijahit, dia akan tidak berkata-kata untuk mengaku. Karena dia sudah tahu bahwa
sebenarnya dia tidak wujud.
Semua kemungkinan keadaan HATI diatas yang dikatakan oleh banyak orang sebagai PILIHAN-
PILIHAN, akan melahirkan EMOSI di dalam HATI itu sendiri. Jadi yang akan menuai hasilnya
adalah HATI itu sendiri. HATI akan mempertanggungjawabkan keadaannya sendiri. Sedangkan
yang terlaksana pada suatu waktu. Dengan kata lain, yang akan dimintakan pertanggungjawaban
atas semua yang dilakukan RAGA dan apa-apa yang DIINGAT oleh HATI adalah HATI itu sendiri.
RUH akan mengantarkan HATI untuk mempertanggungjawabkan apa-apa yang telah dilakukan
oleh RAGA, baik semasa masih di kehidupan DUNIA ini maupun kelak di kehidupan AKHIRAT.
Tentu saja pertanggungjawaban HATI itu sesuai dengan keadaan RAGA dan OTAK. Sebab saat
otak kita RUSAK dan RAGA kita tidak bisa menjalankan aktifitasnya secara normal, maka HATI
juga tidak akan dimintakan pertanggungjawabannya. Bagi anak-anak, hatinya juga tidak dikenai
pertanggungjawaban. Untuk pemaafan-pemaafan dari perbuatan-perbuatan seperti ini ada
Akan tetapi, kalau paradigma berpikir ini kita tingkatkan lagi dengan memakai Paradigma Berpikir
Makrifatullah, maka kejadian yang melibatkan RAGA, NYAWA, RUH, dan HATI seperti diatas
tidaklah berhenti sampai di situ saja. Karena dalam pandangan Kacamata Makrifatullah Raga,
Nyawa, Ruh, dan Hati itu masih termasuk dalam kategori SIFAT-SIFAT saja. Jadi kalau ada
perbedaan pandangan dan paradigma tentang sifat-sifat tersebut, ya wajar-wajar saja. Tidak ada
masalah.
Kacamata Makrifatullah akan membawa kita untuk bisa memandang bahwa disebalik semua sifat-
sifat itu Raga, Nyawa, Ruh, dan Hati ada DZAT yang menjadi HAKEKAT dari semua sifat-sifat
itu. Jadi apapun yang dilakukan dan dialami oleh Raga, Nyawa, Ruh, dan Hati itu, pada
Raga, Nyawa, Ruh, dan Hati itu hanyalah pendzahiran dari Dzat,
Aktifitas Raga, Nyawa, Ruh dan Hati itu adalah Aktifitas dari Dzat.
Pengalaman Raga, Nyawa, Ruh, dan Hati itu adalah Pengalaman dari Dzat.
Dzat juga hanyalah sebagai Pelaksana yang sangat patuh atas apa-apa yang sudah dituliskan
oleh Allah, yang sudah ditetapkan oleh Allah, yang sudah diijinkan oleh Allah, yang sudah
ditakdirkan oleh Allah untuk terdzahir.
Dzat itu akan sangat patuh kepada Allah.
Dzat akan menjalankan apa-apa yang sudah dituliskan untuknya di Lauhul Mahfuz.
Dzat akan mengikuti semua yang diinginkan oleh Allah.
Karena memang Dzat itu adalah bagian yang sedikit dari Keseluruhan Dzat-Nya yang Maha
Indah.
Dengan begitu, maka setiap MATA kita melihat Sifat (CIPTAAN), maka MATA HATI kita akan selalu
terpandang kepada Hakekat (DZAT), sedangkan HATI kita akan berhenti di Makrifat kepada Allah.
Saat kita baru DILAHIRKAN, kita atau TIDAK TAHU apa-apa. Hati kita dikatakan HATI yang SUCI
dan BERSIH. Dikatakan bersih dan suci, karena memang BELUM ada INFORMASI apa-apa yang
tersimpan di dalam HATI kita yang akan kita alirkan kepada RAGA melalui OTAK kita untuk
Begitu juga dengan apa-apa yang ada DI LUAR tubuh kita, yang terlihat oleh mata kita, terdengar
oleh telinga kita, dan terdeteksi oleh alat indera kita yang lain, juga BELUM ada asosiasi apa-apa
di dalam HATI kita. Sebab di dalam HATI kita belum ada informasi tentang bentuk, warna, rupa,
HATI kita seperti kosong begitu saja. HATI yang tidak berkocak. Keadaan HATI yang seperti inilah
yang disebut sebagai HATI bagi orang-orang yang INGAT kepada Allah. HATI orang Dzikrullah.
Karena saat kita ingat kepada Allah, memang tidak ada sesuatu apapun yang bisa menyerupai-
Nya. Tidak ada rupa, tidak ada warna, tidak ada huruf, tidak ada suara, tidak ada cahaya, tidak
ada apa-apa sama sekali. GHAIB. Keadaannya persis sama dengan keadaan yang dialami bayi
yang baru lahir itu. MATA HATI kita tidak melihat apa-apa
Karena HATI kita sedang KOSONG dari bayangan-bayang atau sensasi-sensasi apapun juga, maka
HATI sedang berada pada keadaan AWAL seperti saat seorang manusia dilahirkan. HATI yang
tidak berisikan apa-apa. HATI yang seperti ini akan menjadi TENTERAM, TENANG, HENING,
SENTOSA karena ia memang tidak menemukan apa-apa yang harus dikhawatirkan dan ditakutkan.
Karena Hati kita sudah tenteram, maka RUH yang mengisi seluruh RAGA juga akan mengikuti
TENTERAM, An Nafsul Muthmainnah. Jiwa yang persis sama dengan JIWA seorang Bayi Yang Baru
lahir. Hanya saja, keadaan Jiwa yang seperti jiwa seorang BAYI ini, hanya dan hanya bisa kita
Alami kalau kita hanya punya SATU INGATAN saja, yaitu INGATAN kepada Allah. Karena saat lahir
itu, seorang bayi memang hanya membawa satu ingatan saja, yaitu ingatan kepada Allah. Sebab
saat masih di Alam Rohani, Sang Bayi yang masih dalam rupa JIWA itu memang pernah bertegur
sapa dengan Allah. Alastu birabbikum, bukankah Aku Tuhan kamu?, tanya Allah, dan Sang Jiwa
menjawabnya dengan mantap: bala Syahidna, benar ya Allah, kami telah bersaksi.
Ingatan AWAL kita yang berupa kesaksian kita kepada Allah inilah ingatan yang kita bawa saat
kita lahir kedunia ini. Ingatan kita kepada Allah itu tetap TERPATRI KUAT di dalam HATI kita.
Semua manusia yang lahir PASTI membawa ingatan kepada Allah ini saat ia dilahirkan. Artinya
semua manusia dilahirkan sebenarnya adalah dalam keadaan ISLAM, karena memang semua kita
membawa ingatan kepada Allah itu sejak awal kelahiran kita ke alam dunia ini.
Ingatan kepada Allah itu akan menjadi CAHAYA YANG MENERANGI bagi semua umat manusia,
tanpa kecuali. Sehingga kita semua selalu punya NALURI yang sama pula, yaitu untuk kembali
mencari Allah selama dalam menjalani kehidupan kita di dunia ini, apalagi saat kita menghadapi
permasalahan hidup yang berat. Tidak ada satu orang manusiapun yang tidak ingin kembali
mencari ketenangan dan ketenteraman awal atau keadaan azali seperti yang dipunyai oleh
Setiap kali kita punya permasalahan, seperti ada sebuah kerinduan yang sangat dalam yang
mengaduk-aduk HATI kita untuk merasakan kembali INGATAN AWAL yang kita bawa ke alam
dunia ini, yaitu Ingatan kepada Allah. Yang mana saat itu, kita tidak punya masalah apa-apa yang
membebani kita.
Bersambung
bulan, dan tahun ke tahun, berbagai informasi dan data-data yang ada di LUAR, apa-apa yang
ada disekitar kita, satu persatu MASUK melalui PANCA INDERA menuju HATI kita. Informasi itu
tersalur melalui OTAK, yang berfungsi sebagai PORT penghubung antara KEADAAN DI LUAR
dengan HATI yang berada di DALAM. Berbagai data dan Informasi itu lalu TEREGISTRASI di
DALAM HATI kita membentuk PARADIGMA BERPIKIR yang akan menentukan kemana RAGA kita
akan bergerak dan aktifitas apa yang akan dilakukan oleh RAGA.
Keberadaan OTAK kita yang terdiri dari dua belahan, yaitu belahan KIRI dan belahan KANAN,
ternyata bukan hanya terbelah secara kebetulan saja, atau tanpa makna sama sekali. Tetapi,
ternyata masing-masing belahan otak itu punya tugasan masing-masing, yaitu untuk menyalurkan
informasi yang berbeda SIFATNYA yang terdeteksi oleh RAGA ke dalam HATI, maupun sebaliknya
Informasi atau data yang sifatnya logik, serial, linier, detail demi detail, kategori-kategori,
lalu dan masa depan, definisi-definisi, bahasa-bahasa, akan masuk ke dalam HATI melalui
Kalau sepanjang hidup informasi dan data yang masuk ke dalam hati kita SEBAGIAN BESAR
adalah melalui saluran otak KIRI ini, maka paradigma berpikir kita akan menjadi paradigma khas
Ciri-cirinya adalah, HATI kita akan cenderung menjadi FULL of CHATTING dan dipenuhi dengan
SUARA-SUARA yang hiruk pikuk tentang berbagai hal. Semua hal seperti menjadi masalah. Kita
merasa bahwa kita adalah sebuah diri yang solid yang dibatas oleh KULIT dan DAGING. Kehidupan
kita seperti sebuah gerakan panthomim yang patah-patah dan tertegun-tegun. Kita merasa
mempunyai KEPEMILIKAN dan akan sering mengatakan ini AKU, ini KEAHLIANKU, ini
INTELEKTUALKU. Kita akan menjadi orang-orang yang merasa terpisah dengan orang lain walau
kita sedang berada ditempat yang ramai. Ini aku dan itu dia atau mereka.
Sedangkan saluran informasi yang berada di dalam OTAK KANAN kita seperti menjadi TUMPUL,
kalau tidak mau dikatakan tidak berfungsi lagi. Karena ia JARANG dilalui oleh informasi dan data
yang sesuai dengan karakternya yang penuh persahabatan. Akibatnya kita akan menjalani
kehidupan kita dengan HATI yang penuh dengan paradigma hitung-hitungan dan aku-akuan,
Kalau sudah begini, kita akan sulit sekali untuk keluar dari Zona NYAMAN yang sedang kita
tempati. Kita akan tiap sebentar merasa terusik dengan berbagai kejadian disekitar kita. Kita akan
mudah marah, marah, dan marah. Dimana-mana kita akan selalu mencari perbedaan. Kita
menjadi orang yang pendendam dan sulit untuk memaafkan. Kita akan berusaha sekuat tenaga
menjaga dan melanggengkan keadaan STATUS QUO yang sedang kita jalani. Dalam
bermasyarakat kita merasa menjadi orang lama yang perlu dihormati orang-orang baru. Kita
jadinya lebih cenderung bertindak sebagai seorang ADMINISTRATOR ketimbang sebagi seorang
INOVATOR.
Dan sayangnya dengan model pendidikan dan pengajaran yang berkembang seperti saat ini,
hampir sebagian besar kita berada dalam paradigma berpikir seperti ini, tak terkecuali untuk
Bersambung..
SEBALIKNYA, kalau informasi dan data-data yang sering kita lihat, baca, dan dengarkan cocok
dengan karakter atau fungsi kerja dari jaringan OTAK KANAN kita, maka HATI kita akan di isi
dengan informasi dan data yang bersifat paralel, saat ini dan disini, gambaran utuh atau
sintesis dari sebuah keadaan, bau-bauan, rasa di lidah dan di kulit, energi dan getaran,
Ciri-cirinya adalah, HATI kita menjadi SILENT atau TENANG dari CHATTING atau PERBUALAN-
PERBUALAN yang saling bertentangan. Kita akan bisa merasakan bahwa alam semesta ini adalah
sebuah aliran energi yang mempersatukan semua makhluk yang ada. Jadi kita bisa merasakan
bahwa tubuh kita tidak lagi hanya sebatas daging dan kulit saja. Kita bisa merasa bahwa diri kita
telah menjadi sangat luas dan besar. Kita merasa telah bersatu dengan atom-atom dan molekul
Kita juga bisa merasakan bahwa keberadaan kita sudah tidak ada lagi awal dan akhirnya, tidak
ada batasnya, tidak ada ujung pangkalnya. Karena kemanapun kita menghadap, disitu ada diri
kita yang telah menjadi luas dan bahkan menjadi energi pula. Kita merasa seperti sedang
melayang-layang di angkasa, karena diri kita telah menjadi begitu ringan. Kadangkala kita bisa
pula merasa bahwa kita sedang DIKUASAI oleh sebuah KEADAAN tertentu. Gerakan energi dan
daya yang bergerak melingkar-lingkar seperti bisa masuk, mengangkat, dan menimang-nimang
diri kita.
Kalau sudah seperti itu, kita akan merasakan berbagai perasaan seperti rasa DAMAI, MELUAS,
MEMBESAR, CANTIK. Hati kita jadi mudah TERHARU dan kadangkala juga EUFORIA atau
menikmati sensasi getaran dan gelombang yang bisa kita rasa-rasakan. Karena saat itu kita
seperti terlepas dari berbagai tekanan dan permasalahan Hidup. Malah kita bisa merasa bahwa
kita adalah titik pusat dari kehidupan di alam semesta ini. Dan pada akhirnya kita bahkan bisa
merasa bahwa kita seperti telah hidup dan berada di ALAM SYURGAWI.
Perbedaan fungsi otak kiri dan otak kanan ini dalam memberikan informasi dari RAGA ke HATI dan
juga sebaliknya dari HATI ke RAGA telah di dokumentasikan dengan sangat apik sekali oleh JILL
BOLTE TAILOR dalam buku atau videonya yang berjudul My Stroke Insight. Ia menceritakan
apa-apa yang dialaminya ketika dia mengalami STROKE di belahan otak kirinya. Lalu fenomena
aktifnya belahan otak kanannnya seperti diatas bisa dia rasakan. Dia akhirnya merasakan seperti
Padahal fenomena alam syurgawi itu hanyalah masalah biasa saja bagi orang-orang yang sudah
berhasil mengalirkan dan mengakses sebanyak mungkin informasi yang cocok dengan karakter
otak kanan kita seperti informasi tentang GETARAN dan ENERGI, yang memang memenuhi Alam
Semesta ini. Jadi untuk merasakan keadaan seperti itu, kita tidak usah mengalami stroke terlebih
dahulu.
Disamping itu, dengan banyaknya belahan otak kanan kita dialiri oleh informasi, maka dalam
kehidupan sehari-hari, kita akan mempunyai banyak ide baru walau untuk hal-hal kecil sekalipun.
Karena cara berpikir kita bukan lagi berpikir secara serial yang selalu menjaga urut-urutan proses
dari awal sampai akhir. Disini kita sudah bisa berpikir secara paralel dan holistik, sehingga kita
sudah bisa melihat dari ujung akhir untuk kemudian melihat berbagai kemungkinan yang ada, dan
Dengan memahami hal seperti ini, kita akan mudah mengerti tentang perbedaan personality
orang-orang yang ada disekitar kita. Bahwa perbedaan itu hanyalah karena berbedanya informasi
dan data yang kita masukkan kedalam HATI kita. Ada kita yang lebih banyak memasukkan
informasi dan data yang hanya bisa melewati saluran OTAK KIRI, dan ada kita yang lebih banyak
memasukkan informasi dan data yang hanya bisa melewati saluran OTAK KANAN ke dalam HATI
kita. Akhirnya kita semua hanya akan berbeda dalam PARAGDIGMA BERPIKIR saja sebenarnya.
Apa-apa informasi yang MASUK kedalam HATI kita, maka itu pulalah yang akan KELUAR
membentuk tindakan dan aktifitas pada RAGA kita. Tidak bisa tidak. Karena apapun tindakan dan
aktifitas LAHIRIAH yang kita lakukan, itu DIAWALI oleh aktifitas dan tindakan RUHANIAH yang
berada di dalam JIWA kita. Saat HATI menginginkan sesuatu, dan RUH akan memastikan bahwa
Misalnya, kalau informasi yang kita masukkan kedalam HATI kita adalah informasi tentang
HIPNOTERAPI, maka yang keluar dari HATI membentuk tindakan RAGA juga adalah apa-apa yang
tentang GETARAN (VIBRASI), NLP, AURA, TENAGA DALAM, TENAGA HIKMAH, TENAGA QUANTUM,
RUH akan mengantarkan kita untuk MELAKUKAN apa-apa yang diinginkan oleh HATI itu.
Disamping itu, RUH juga akan mengantarkan UMPAN BALIK ke dalam HATI kita, tentang
pelaksanaan atas keinginan HATI itu, dalam bentuk berbagai RASA yang akan dirasakan kembali
oleh HATI. Kekuatan dan Daya RUH itu sangat-sangat Luar Biasa. Makanya orang sering berkata
bahwa apa yang dia pikirkan seperti bisa terlaksana. Sebenarnya RUH itulah yang mengantarkan
kita kepada apa-apa yang tercetus di dalam HATI atau MIND kita.
Demikianlah, segala informasi yang kita masukkan ke dalam hati kita melalui kedua belahan otak
kita akan membentuk PARADIGMA BERPIKIR kita yang sangat sulit untuk kita UBAH-UBAH. Kita
akan menjunjung, mendukung, membela, dan membesar-besarkan paradigma berpikir kita itu
kemanapun kita pergi. Jadi perbedaan-perbedaan yang sangat tajam diantara kita sebenarnya
hanyalah karena berbedanya informasi yang kita jejalkan ke dalam hati kita saja. Perbedaan sifat-
Namun di sini pulalah bermulanya kepedihan demi kepedihan yang kita alami di dalam hidup kita.
Sebab perbedaan itu telah membuat kita tidak bisa lagi merasa TENTERAM dan TENANG dalam
setiap langkah yang kita lalui. Dan dari sini pulalah munculnya berbagai metoda atau cara yang
ditawarkan orang agar kita bisa kembali mendapatkan ketenteraman dan ketenangan itu. Sebab
mereka melihat bahwa ini adalah PASAR yang sangat potensial sekali. Siapa sih yang tidak ingin
mendapatkan ketenangan dan ketenteraman yang seakan-akan membawa kita kembali kemasa-
masa dimana kita merasa sangat tenteram dan tenang ketika kita dahulu masih menjadi bayi ?.
Akan tetapi yang diajarkan mereka hanyalah bagaimana caranya agar OTAK KIRI kita bisa menjadi
SILENCE buat beberapa jenak. Yaitu dengan cara memberikan informasi sebanyak-banyaknya
yang bisa diakses oleh OTAK KANAN kita. Makanya kalau mereka berbicara, bicaranya adalah
mengenai GETARAN, ENERGI, IMAJINASI, dan usaha merasa-rasakan pengaruh dari KALIMAT-
Sebenarnya untuk merasakan GETARAN dan ENERGI itu mudah saja. Syaratnya hanyalah dengan
membuat TUBUH kita RILEKS dan LUNAK. Semakin tubuh kita rileks dan lunak, akan semakin
mudah pula kita untuk merasakan getaran dan energi itu. Kemudian PINTU MASUK Informasi yang
akan melalui otak kiri kita juga haruslah ditutup. Cara yang paling mudah untuk itu adalah dengan
MENUTUP MATA kita. Tutuplah mata dengan tidak terlalu keras. Cukup asal kedua kelopak mata
kita tertutup saja. Tidak ada terasa tekanan di kedua kelopak mata kita itu.
Kemudian angkat tangan kita dengan lembut dan gerak-gerakkan sampai kita merasakan adanya
aliran energi di telapak tangan kita. Atau bisa pula kita berdiri dan mulai menggerak-gerakkan
tubuh kita sedikit. Tidak berapa lama kemudian, kita akan merasakan adanya aliran energi yang
berputar-putar disekitar kita. Kalau kita ikuti aliran energi itu, maka tubuh kita akan ikut berputar-
Biasanya, kalau kita belum terbiasa membuat tubuh kita rileks, gerakan energi itu akan bisa
membanting-banting tubuh kita sampai terguling-guling di tanah. Kalau saat itu kita memanggil
nama sesuatu yang kita yakini berada di tempat yang sangat tinggi dan sangat besar, maka
gerakan tubuh kita akan semakin menggila. Biasanya, kalau Umat kita Islam kita akan diminta
untuk memanggil-manggil Nama Allah saat itu. Akan tetapi sebenarnya dengan tidak menyebut
nama Allah pun keadaan yang seperti itu juga akan bisa kita dapatkan. Misalnya, dengan
menyebut hak, atau hu saja kita juga akan mengalami hal tersebut. Jadi menyebut nama Allah
atau tidak, untuk hal-hal seperti ini, lebih bersifat untuk sebagai fungsi PLACEBO saja bagi otak
kita.
Kalau kita sudah mahir merasakan aliran energi ini, maka putaran energi itu akan tidak
menggoncangkan tubuh kita lagi. Kita akan bisa mengikuti aliran energi itu seperti yang dilakukan
oleh orang-orang yang berlatih TAICHI. Bahkan dalam keadaan DIAM pun energi itu masih dapat
kita rasakan. Objek pikir kita seperti ikut mengalir mengikuti aliran energi-energi itu, sehingga
menimbulkan efek MEDITATIF. Tapi sebenarnya apa-apa yang kita rasakan itu adalah akibat RUH
mengantarkan kita kepada apa yang kita yakini. Ini yang tidak banyak diketahui orang.
Dibawah tingkatan pengaruh Energi dan Getaran ini adalah permainan Imajinasi dan kata-kata
atau kalimat-kalimat bernada Positif. Misalnya, kita diminta untuk berimajinasi tentang pantai dan
gunung, lalu kita diminta pula untuk mengucapkan kata-kata TENANG, DAMAI, LOVE, berkali-kali.
Singkat kata, kemudian kita memang seperti bisa merasa tenang, damai, dan berkelimpahan
dengan cinta. Tapi kualitasnya hanya sebatas rasa-rasa yang pernah kita rasakan sebelumnya,
Bersambung
Nah, sekarang banyak orang menganggap bahwa kalau OTAK KANAN kita sudah banyak
mengirimkan INFORMASI seperti diatas ke dalam HATI kita, dan kita sudah merasakan pula
fenomena-fenomenanya yang bisa menguras RASA dan AIRI MATA, maka kita disebut sebagai
orang yang sudah BERSPIRITUAL. Makanya di dalam berbagai buku dan pengajaran spiritual yang
ada sekarang ini, termasuk dalam spiritual ISLAM sekalipun, cerita-ceritanya hampir saja. Yaitu
sama dengan keadaan atau ciri-ciri yang dialami oleh orang-orang yang OTAK KANANNYA sudah
aktif dilalui oleh berbagai informasi dari dan ke HATINYA seperti yang telah diterangkan diatas.
Akibatnya, ketika orang-orang berbicara tentang Spiritual, maka kita akan sulit membedakan
antara Spiritual Islam dengan Spiritual Hindu, Budha, Kejawen, TAO, Kabbala, dan aliran-aliran
KEBATINAN atau MISTIK lainnya. Tokoh yang dijadikan bahan referensipun selalu saja orang-
orang yang berkecimpung di dunia METIDASI, apakah itu Hindu, Budha, atau meditasi-meditasi
lainnya. Jarang sekali yang menjadi referensi itu adalah ulama-ulama Islam masa kini.
Mungkin ulama-ulama Islam dianggap mereka tidak mempunyai sama sekali sisi KEBATINAN yang
menarik untuk dikupas atau dieksplorasi. Karena pada kenyataannya, atau paling tidak yang
tersiar ke ranah umum, adalah bahwa diantara ulama-ulama Islam ataupun diantara sesama umat
Islam sendiri memang selalu terlihat RAMAI dan SUKA BERANTAM satu dengan yang lainnya,
Seakan-akan umat Islam ini dianggap mereka tidak punya sikap MEDITATIF sedikitpun. Yaitu
sikap orang-orang yang OTAK KIRINYA sudah bisa SILENCE (DIAM) dan tidak penuh lagi dengan
CHATING (berbalas kata) untuk beberapa saat. Memang pikiran umat Islam terkesan sangat
RAMAI SEKALI walau di dalam SHALAT sekalipun. Makanya orang Islam yang ikut berlatih meditasi
akan lebih bisa bercerita tentang pengalaman bermeditasinya dibandingkan dengan pengalaman
menjalankannya. Kesamaan itu terjadi karena memang sejak 400 tahun setelah Rasulullah
Muhammad SAW wafat, dan berakhir pula zaman Tabiit Tabiin, pengajaran Spiritual Islam dan
spiritual-spiritual lainnya itu sudah saling bersinggungan sangat dekat sekali. Tapi pada
berspiritual diluar ajaran Islam. Cara-cara baru berspiritual di dalam Islam inilah kemudian yang
Contoh kesamaannya adalah, OBJEK PIKIR saat berdzikir di dalam TAREKAT sudah tidak ada
bedanya lagi dengan objek pikir saat BERMEDITASI atau di dalam berbagai aliran MISTIK lainnya.
Tarekat memakai objek pikir yang disebut LATHAIF, dan Meditasi atau aliran MISTIK lainnya
memakai objek pikir yang disebut CAKRA. Hanya letak atau posisi dari beberapa Lathaif dan Cakra
Kalau Cakra mengambil tempat mulai dari Cakra Dasar, yaitu di wilayah tulang ekor paling bawah,
dan bergerak keatas sepanjang tulang belakang kita menuju ke ubun-ubun (Cakra Mahkota).
Diantara kedua cakra itu ada cakra-cakra lain yang mereka namakan: Cakra Ajna (mata ketiga),
Cakra Tenggorokan, Cakra Jantung, Cakra Solar Plexus, dan Cakra Sex.
Sedangkan Lathaif-lathaif kebanyakannya mengambil tempat mulai dari sekitar wilayah Cakra
Jantung, naik keatas sampai ke ubun-ubun dan kemudian ke seluruh tubuh (kullu jasad). Hanya
saja di TAREKAT Cakra jantung ini dibuat lebih sedikit rumit dengan menambahkan beberapa
Cakra kecil lainnya, sehingga jadilah diwilayah sekitar jantung itu penuh dengan lathaif-lathaif
seperti: Lathifatul QALB, Lathifatul ROH, Lathifatul SIRR, Lathifatur KHAFI, Lathifatul AKHFA,
Perbedaannya dengan CAKRA adalah bahwa di dalam Tarekat, Objek Dzikir dan Objek Pikir yang
dilakukan adalah Pembersihan Lathaif-lathaif itu. Karena setiap Lathaif dianggap sebagai pusat
dari berbagai perbuatan BURUK. Misalnya, LATHIFAH QALB dianggap sebagai pusat dari
keberadaan sifat kemusyrikan, ketahayulan, kekafiran, dan sifat-sifat iblis lainnya. Membersihkan
Lathaif-lathaif itu dengan Dzikir dianggap dapat membersihkannya dari sifat-sifat Buruk tersebut.
Begitulah seterusnya dengan lathaif-lathaif yang lainya. Masing-masing dibersihkan agar kita
dapat dengan mudah melakukan perbuatan-perbuatan baik. Inilah kemudian yang dikenal dengan
Sedangkan pada meditasi Cakra, Objek Meditasi dan Objek Pikirnya adalah pembersihan cakra-
cakra yang tadinya gelap dan tidak bergetar menjadi terang benderang dengan berbagai warna,
dan juga bergetar dengan berbagai frekuensi. Di dalam meditasi Cakra ini, kita akan dapat
merasakan berbagai fenomena warna, getaran, dan daya yang berada disetiap cakra yang kita
Walaupun Bacaan dan Objek Pikir antara Dzikir dan Meditasi itu berbeda, akan tetapi pencapaian
saat BERDZIKIR di dalam berbagai cara berdzikir Umat Islam yang ada sekarang ini hampir sama
saja dengan pencapaian saat BERMEDITASI di dalam agama-agama dan kepercayaan lainnya.
Misalnya, ada fenomena bergetar-getar, menangis, rasa dipengaruhi oleh daya-daya tertentu, dan
sebagainya.
Pada akhirnya, semuanya bisa pula sama-sama merasa bahagia, merasa tenang, merasa dapat
jawaban-jawaban dalam dzikir atau meditasinya, terbukanya MATA BATIN sehingga bisa melihat
hal-hal yang Ghaib (Kasyaf), dan dapat melakukan perjalanan Astral, serta terbukanya MATA
KETIGA. Setelah pencapaian itu biasanya juga akan dibarengi dengan status yang sama, yaitu kita
akan terbawa-bawa untuk bersikap dan berperilaku sebagai seorang PARANORMAL kalau tidak
Ya, DUKUN Itu lho orang-orang yang mengaku PINTAR dan HEBAT, yang katanya bisa
mengubah-ubah dan menukar-nukar Cuaca dan Nasib. Atau paling tidak ada orang lain yang
percaya dengan kehebatan dan kepintarannya sehingga dia didatangi oleh orang lain yang
Bersambung
Saat ini, memang sangat sedikit sekali buku dan referensi yang bisa menceritakan bahwa
sebenarnya Spiritual Islam, yang bisa disebut TASAWUF, sangatlah berbeda dengan Spiritual ala
ajaran-ajaran MISTIK lainnya itu. Kalaupun ada buku-buku karangan ulama-ulama besar seperti
Imam Al Ghazali, Imam Ibnu Qayyim Al Jauziah, Syech Abdul Qadir Al Jilani, dan lain-lain
sebagainya, namun buku-buku tersebut tidak serta merta bisa mengangkat penghargaan orang
Hal itu terjadi karena memang sangat jarang sekali orang yang bisa memahami buku-buku Ulama
Besar tersebut dengan pengertian dan sekaligus prakteknya yang utuh seperti TASAWUF yang
dijalankan oleh NABI, Sahabat, Tabiin dan Tabiut Tabiin, serta beberapa orang yang berhasil
menjalankannya setelah itu. Sehingga banyak orang yang kemudian mencoba memahami dan
Akibatnya, walaupun dalam segi pengamalan SYARIAH memang ada PERBEDAAN yang cukup
signifikan antara Umat Islam dan ajaran-ajaran Mistik lainnya itu, namun dari segi keadaan
BATINIAH atau JIWA dari masing-masing pengamal ajaran itu hampir sama saja. Tidak ada
Sehingga sekarang ini banyak sekali kita lihat orang-orang yang secara fisik dan pakaian
bercirikan penganut Islam (seperti kerudung dan peci haji), tapi mereka sedang asyik masyuk
duduk berdzikir atau bermeditasi mengikuti cara, sikap tubuh, bacaan, dan objek pikir yang
dipakai pada ajaran-ajaran Mistik lainnya. Sehingga timbul kesan bahwa semua agama dan
Padahal Tasawuf adalah adalah sebuah laku batin TINGKAT TINGGI yang sudah ada semenjak
zaman Nabi Muhammad SAW masih hidup. Pernah suatu ketika, setelah mengetahui bahwa Nabi
sudah berada di Madinah, sebanyak 400 orang ahli Sufi datang dari pegunungan dan lembah-
lembah ke Madinah untuk berjumpa dengan Rasulullah dan memeluk Agama Islam ditangan
Rasulullah. Rasulullah meletakkan mereka di Masjid Beliau dan mereka diberi gelar Ahli Sufah.
Kalau dilihat secara sekilas, hasil yang ingin kita dapatkan melalui semua jalan Mistik atau Jalan
Rohani itu memang nyaris sama. Yaitu bagaimana caranya agar HATI kita, yang sudah sangat
lama kita ISI dan PENUHI dengan berbagai Data dan Informasi, bisa menjadi BERSIH dan SUCI
kembali seperti HATI seorang BAYI yang baru lahir. Atau paling tidak, kita ingin agar HATI kita
yang kita rasakan telah menjadi KOTOR, SEMPIT, dan SUMPEK oleh berbagai Informasi dan Data
itu. Kita ingin agar hati kita bisa menjadi BERSIH, LAPANG, NYAMAN kembali seperti HATI kita
waktu kita kecil dulu. Kita seperti ingin MENJADI BAYI DEWASA atau DEWASA YANG BAYI.
Masalahnya adalah, HATI kita di waktu bayi yang tadinya BERSIH, SUCI, dan LAPANG karena
hanya memuat SATU ingatan saja, yaitu ingatan kepada Allah, kemudian mulai dikotori oleh
adanya BERCAK-BERCAK hitam, kuning, merah, dan sebagainya. Setiap bercak-bercak warna itu
mewakili sebuah INGATAN kita terhadap sesuatu yang baru dan sudah teregistrasi di dalam HATI
kita. Akibatnya HATI kita lalu menjadi KOTOR, TERNODA, dan SEMPIT.
Suasananya sungguh menyiksa sekali. Karena kekotoran, noda, dan kesempitan di dalam HATI
kita itu terasa semakin hari semakin bertambah. Hati kita seperti menarik-narik kekotoran, noda
dan kesempitan yang baru untuk masuk ke dalam HATI kita. Tetapi sebenarnya bukan begitu.
RUH lah yang MENGANTARKAN kita memasuki kekotoran, noda, dan kesempitan yang berikutnya,
karena memang di dalam HATI kita saat itu yang ada adalah INGATAN yang bukan kepada ALLAH.
Kita semua INGIN agar HATI kita ini bisa kembali menjadi SUCI, BERSIH, dan LAPANG. Tapi
tampaknya kita semua nyaris terbentur kepada cara-cara pembersihannya. Al Quran menyatakan
bahwa yang dibersihkan itu adalah NAFS, makanya namanya adalah TADZKIYATUNNAFS. Tapi
anehnya yang dibersihkan malah LATHAIF atau CAKRA, sehingga cara-caranyapun pasti akan
berbeda pula.
Padahal tujuan utama dari Tadzkiyatunnafs ini sebenarnya adalah agar kita bisa kembali
MENGENAL ALLAH seperti pengenalan kita kepada Allah saat di Alam Azali dulu. Inilah yang
disebut sebagai proses BERTASAWUF. Sebab dengan berbagai informasi yang telah kita masukkan
ke dalam HATI kita, ditambah dengan sentuhan-sentuhan SYAITAN ke dalam hati kita, maka kita
telah menjadi LUPA dengan ALLAH. Lupa yang benar-benar lupa. Hanya saja naluri untuk ingat
kepada Allah itu tetap ada di dalam HATI kita sepanjang masa. Makanya setiap kita punya
masalah, ada kecenderungan kita untuk mencari pertolongan kepada Allah, walaupun kadangkala
kita tidak tahu siapa yang akan kita mintakan pertolongan itu.
Setelah mengetahui berbagai hal yang berkenaan dengan HATI kita seperti diatas, sudah saatnya
kita mulai membedah proses Tadzkiyatunnafs (pembersihan jiwa) ini agar kita bisa melihat bahwa
ketidaktahuan kitalah yang menyebabkan proses itu kemudian menjadi sulit dan ribet untuk kita
Bersambung..
Antara DZIKR ataukah NAFI-ISBATH, Bagian-13
April 13, 2015 oleh Murid Dalam Sikap Bertuhankan Allah SWT.
TADZKIYATUNNAFS
Tadzkiyatunnafs artinya adalah sebuah proses untuk membersihkan kembali NAFS atau JIWA kita
yang sudah sudah kotor atau dikotori oleh berbagai sampah yang kita kasukkan ke dalam HATI
Kita sudah tahu bahwa yang disebut dengan JIWA itu adalah HATI bersama RUH. Kalau HATI saja
itu bukanlah JIWA, begitu juga kalau RUH saja itu bukan pula disebut JIWA. Kalau RUH dan HATI
Kita juga sudah tahu bahwa RUH adalah anasir Diri kita yang SUCI. Ia akan selalu PATUH kepada
AMR Allah. RUH adalah KENDARAAN atau DAYA yang telah disiapkan oleh Allah bagi HATI untuk
menjalankan dan mencapai apa-apa yang diinginkan oleh HATI. Nanti kita akan sampai pula
kepada kajian bahwa sebenarnya apa-apa yang diinginkan oleh hati itu sebenarnya DIILHAMKAN
oleh ALLAH sesuai dengan TAKDIR yang harus kita jalankan masing-masing. Tapi itu pada bagaian
nanti
Karena RUH adalah Anasir diri kita yang SUDAH SUCI, maka satu-satunya cara untuk menyucikan
JIWA itu tanggal hanya dengan jalan MEMBERSIHAN HATI. Kita juga sudah tahu bahwa HATI yang
dimaksud disini adalah HATI SPIRITUAL yang berkedudukan di DALAM OTAK kita. Bukan hati yang
berada di dalam DADA kita seperti yang banyak diyakini orang selama ini.
Kalau HATI kita sudah BERSIH, maka RUH akan mengantarkan kita untuk bisa melakukan
berbagai perbuatan BAIK. Dan RUH juga akan memberikan pula umpan balik ke dalam HATI kita
atas perbuatan baik yang kita lakukan itu. Umpan balik itu adalah dalam bentuk berbagai RASA
Sebaliknya, kalau HATI kita masih KOTOR, maka RUH akan tetap setia mengantarkan dan
memberi kita DAYA untuk melakukan berbagai perbuatan BURUK dan JAHAT. RUH juga akan
mengirimkan umpan balik ke dalam HATI kita berupa RASA yang tidak nyaman, sempit, hambar,
BERSIH atau KOTORNYA HATI kita itu bisa kita lihat dengan mudah dari apa-apa yang sedang kita
PIKIRKAN atau kita INGAT-INGAT di setiap waktu. HATI yang BERSIH adalah ibarat HATI seorang
BAYI yang baru lahir. Hati sang bayi tidak sedang mengingat dan tidak sedang memikirkan apa-
apa. Hatinya begitu tenteram, hening, diam, dan tidak berkocak. TRANQUIL kata Barack Obama.
Kalaupun sang bayi menangis, atau tersenyum, atau bahkan tertawa, semua itu dia lakukan bukan
karena hatinya sedang berkocak, atau dia sedang ingat dan memikirkan sesuatu.
Sedangkan HATI yang KOTOR adalah HATI yang di dalamnya sudah dipenuhi dengan berbagai
INGATAN dan PIKIRAN. Hati yang seperti itu akan selalu berkocak, akan berubah, akan gelisah,
akan bergerak dari satu ingatan kepada ingatan yang lain, akan berubah dari satu pikiran kepada
pikiran yang lain. Kalau kita menangis dan tertawa, menangis dan tertawa kita itu berasal dari
Dan apa-apa yang kita pikirkan dan ingat-ingat itu akan ada pula sekaligus RASA-RASA yang
mengikutinya. RUH akan mengantarkan RAGA kita untuk merealisasikan apa-apa yang kita
pikirkan dan ingat-ingat itu menjadi sebuah TINDAKAN atau AKTIFITAS yang kita lakukan tepat
pada WAKTUNYA. Dan Rasa dari setiap TINDAKAN dan AKTIFITAS yang dilakukan oleh RAGA
itupun kemudian dikembalikan oleh RUH kedalam HATI kita agar kita tahu bahwa tindakan dan
aktifitas kita itu adalah BAIK atau BURUK. Rasa-rasa inilah yang akan membuat kita menangis
Kita juga sudah tahu bahwa proses perpindahan Informasi berupa Pikiran dan Ingatan dari Hati
kepada RAGA untuk dilaksanakan, dan perpindahan informasi umpan balik berupa RASA dari RAGA
ke HATI atas apa-apa yang kita lakukan itu adalah melalui sebuah Port Interkoneksi yang disebut
dengan OTAK. Dimana otak kita ini terbagi menjadi dua belahan, belahan kiri dan belahan kanan,
yang masing-masingnya hanya bisa dilalui oleh Informasi yang sesuai dengan karekaternya
Hanya saja selama ini banyak kita yang KELIRU tentang HATI ini, dan juga tentang proses
BERPIKIR dan MERASA ini. Kita menganggap bahwa BERPIKIR dan MERASA itu dilakukan oleh dua
entity yang berbeda di dalam diri kita. Banyak kita yang tertipu dengan menganggap bahwa yang
BERPIKIR itu adalah OTAK dan yang MERASAKAN itu adalah DADA. Entah sejak kapan kekeliruan
itu bermula. Tapi yang pasti kekeliruan itu telah menyengsarakan kita semua begitu lamanya.
Padahal yang berpikir dan yang merasakan itu tetap hanya satu saja, yaitu HATI yang
berkedudukan di dalam OTAK kita. Di dalam otak kita itulah ADA ANASIR DIRI KITA YANG
MELIHAT, YANG MENDENGAR, dan YANG MERASAKAN, yang tidak lain dan tidak bukan adalah
HATI kita sendiri. HATI pulalah anasir diri kita yang bisa BERPIKIR (TAFAKUR), MENGINGAT. Dan
yang tak kalah pentingnya adalah bahwa HATI kita pulalah tempat Allah menurunkan ILHAM agar
kita bisa menjadi orang yang BERTAQWA atau orang yang FAJUR/FASIK sesuai dengan TAKDIR
Dengan begitu jelas sekali terlihat bahwa yang harus dibersihkan itu adalah HATI ini. Sehingga
hati yang tadinya buta bisa menjadi melihat, hati yang tadinya tuli bisa menjadi mendengar, hati
yang tadinya keras bisa menjadi lembut, hati yang tadinya lupa bisa menjadi ingat, hati yang
tadinya bodoh bisa menjadi berpikir, hati yang tadinya lupa bisa menjadi ingat, hati yang tadinya
Akan tetapi karena kita sudah SALAH KAPRAH tentang HATI, dengan mengatakan bahwa yang
berpikir adalah OTAK, dan yang merasa adalah DADA, maka banyak pulalah muncul ungkapan-
ungkapan SALAH KAPRAH seperti: jangan gunakan pikiran, gunakanlah hati yang ada di dalam
dada; bekerja atau beribadahlah dengan hati, jangan bekerja dan beribadah dengan otak atau
pikiran; bersihkanlah hatimu yang berada di dalam dadamu sehingga hatimu itu bisa menjadi
TAJAM untuk mendengarkan Ilham-ilham dari Allah; dan ungkapan-ungkapan lainnya yang
serupa.
Karena sudah dimulai dengan pemahaman yang Salah Kaprah seperti itu, maka langkah untuk
membersihkan HATI itupun juga menjadi aktifitas yang Salah Kaprah pula. Perintah Allah agar kita
membersihkan JIWA kita (Tadzkiyatunnafs), yang dalam hal ini adalah HATI SPIRITUAL kita, telah
kita ubah menjadi membersih-bersihkan PIKIRAN yang kita anggap berada di dalam OTAK, dan
menyucikan HATI (QALB) yang kita anggap berada di dalam DADA kita. Lain yang diperintahan,
Bersambung
Sekarang coba bayangkan, betapa sulitnya kalau kita harus membersihkan PIKIRAN dan INGATAN
yang sudah mengendap sekian lama di dalam OTAK kita, agar ia bisa bersih kembali seperti
keadaan otak BAYI. Untuk itu lahirlah berbagai paradigma yang diantaranya adalah:
1. MENINGGALKAN sama sekali apa-apa yang bisa menjadi pikiran dan ingatan kita.
Misalnya, untuk itu kita harus meninggalkan dan menolak untuk punya harta benda,
punya keluarga, punya kekayaan, punya kehidupan dunia. Biasanya kita akan hidup di
goa-goa, di tempat-tempat sepi dan jauh dari kehidupan normal. Praktek seperti ini
banyak dilakukan oleh pemuka-pemuka agama tertentu seperti Pandita, Bikhu, Empu,
Resi, Biarawan-biarawati, Rahib, dan sebagainya. Orang-orang yang seperti Itu
kemudian yang disebut sebagai orang suci.
2. MENYIKSA BADAN atau Melakukan AKTIFITAS EKSTRIM yang tujuannya adalah untuk
menimbulkan aliran ADRENALIN yang sangat deras di dalam pembuluh darah kita.
Sehingga buat sejenak kita memang bisa lupa dengan berbagai PIKIRAN dan INGATAN
yang sangat mengganggu kita pada keadaan normal. Misalnya seperti yang dilakukan
oleh meditator-meditor di pegunungan Himalaya atau di Dataran Tinggi Tibet.
oleh Nabi Ibrahim dalam mencari Allah. Akan tetapi sekarang proses Nafi-Isbath ini sudah berubah
menjadi berbagai macam ragam teknik yang tujuan utamanya adalah untuk mengalihkan ingatan
dan pikiran kita dari berbagai pikiran dan ingatan yang mengganggu kita selama ini.
Cara-cara yang mirip dengan proses Nafi-Isbath inilah yang banyak beredar disekitar kita
sekarang ini dengan berbagai nama, misalnya, Meditasi Cakra, Dzikir Lathaif, Wirid-wirid, Dzikir
Nafas, Patrap, Dzikir Cahaya, Meditasi Gerak, permainan Energi dan Getaran, dan sebagainya.
Kemiripan dari berbagai cara diatas bisa kita lihat dari kemiripan dalam OBJEK PIKIR dan OBJEK
INGATAN yang kita pakai selama kita melakukan aktifitas diatas. Semuanya masih memakai
objek-objek yang BISA DIBAYANGKAN, atau BISA DIRUPAKAN, atau BISA DIUMPAMAKAN, atau
Disini kita tidak memandang kepada KATA-KATA dan KALIMAT-KALIMAT yang kita ucapkan atau
SIKAP-SIKAP tubuh yang kita lakukan dalam melakukan berbagai cara diatas. Sebab ucapan dan
sikap tubuh itu hanyalah bentuk LUAR atau KULIT saja dari cara-cara tersebut yang boleh jadi
Hanya saja pada cara ketiga ini sudah diikutkan pula cara untuk membersihkan HATI (QALB),
terutama dalam proses berbagai Dzikir yang dilakukan oleh Umat Islam, yang tujuannya adalah
untuk MENIADAKAN sifat-sifat HATI (QALB) yang buruk untuk mendapatkan sifat-sifat HATI
4. DZIKR, atau mengingat SESUATU yang TIDAK bisa dibayang-bayangkan, atau TIDAK
bisa dirupa-rupakan, atau TIDAK bisa diumpama-umpamakan, atau TIDAK bisa dirasa-
rasakan, atau TIDAK bisa diarah-arahkan, atau TIDAK bisa diwujud-wujudkan, atau
TIDAK bisa dipikir-pikirkan, atau tidak bisa disuara-suarakan, atau tidak bisa dihuruf-
hurufkan.
Dan untuk itu hanya SATU SAJA yang bisa kita lakukan, yaitu dengan jalan MENGINGAT ALLAH,
DZIKRULLAH!. Namun cara ini pulalah yang telah nyaris hilang dalam KHASANAH praktek
LANTARAN bagi umat manusia di masa sekarang ini agar bisa kembali mengenal keajaiban dan
keistimewaan cara Dzikrullah ini melalui Arif Billah Ustad Hussien BA Latiff.
Sekarang marilah kita fokuskan pembahasan kita pada konsep pembersihan jiwa yaitu proses
NAFI-ISBATH dan proses DZIKRULLAH. Kita akan lihat beda caranya ada dimana, dan hasilnya
Bersambung
NAFI-ISBATH.
Sejarah awal Proses pengenalan Allah dengan cara Nafi-Isbath ini ternyata bermula ketika Nabi
Ibrahim AS ingin mengenal Allah. Dalam Surat Al Anam ayat 75 sd 79, Allah menceritakan
bagaimana Allah mengajari Ibrahim untuk memahami tanda-tanda keagungan Allah di langit dan
Pada awalnya Beliau melihat kearah Bintang, dan menyatakan bahwa Bintang itu adalah Tuhan
Beliau. Akan tetapi ketika Beliau melihat bahwa bintang itu tenggelam oleh sinar Bulan, lalu Beliau
Menafikan Bintang itu sebagai Tuhan Beliau dan mengsibathkan bahwa Bulanlah sebagai Tuhan
Beliau.
Akan tetapi ketika Bulan juga tenggelam oleh sinar Matahari, maka Beliau kembali menafikan
Bulan sebagai Tuhan Beliau dan mengisbathkan Matahari Sebagai Tuhan Beliau. Namun begitu
Matahari ternyata juga tenggelam diujung cakrawala, maka Beliau kembali menafikan Matahari itu
sebagai Tuhan Beliau, dan akhirnya mengisbathkan bahwa Tuhan Beliau bukanlah semua yang
bisa hilang lenyap seperti itu. Beliau memastikan bahwa Beliau hanya akan menghadapkan diri
Proses Nafi-Isbath yang dilakukan oleh Nabi Ibrahim AS dalam mencari Tuhan ini sebenarnya
adalah sebuah proses ilmiah yang masih sangat relevan untuk kita lakukan sampai sekarang ini.
Proses yang Beliau lakukan itu sama saja dengan proses yang dilakukan oleh semua Ilmuan yang
bergerak di bidang Ilmu Fisika, Biologi, Kimia, Astronomi, dan ilmu-ilmu lain yang bertujuan untuk
menguak berbagai rahasia Alam semesta yang memang SUDAH DITULISKAN di dalam Lauhul
Dalam hal ini Nabi Ibrahim memulainya dengan melihat melalui ilmu Astronomi, dan yang beliau
amati itupun hanya SIFAT dari tiga objek pikir astronomi saja, yaitu Bintang, Bulan, dan Matahari.
Beliau menafikan SIFAT dari objek pikir yang satu dan kemudian mengisbathkan SIFAT dari objek
pikir yang berikutnya.. Tidak Berhala sebagai Tuhan tapi Bintang. Tidak Bintang Bintang Sebagai
Tuhan, tapi Bulan. Tidak Bulan sebagai Tuhan, tapi Matahari. Beliau bergerak dari satu SIFAT
Karena tidak ada sedikitpun bedanya antara SIFAT dari Bulan, Bintang, dan Matahari, maka Beliau
lengsung menafikan SIFAT itu untuk kemudian masuk kepada Alam HAKEKAT. Bahwa disebalik
SIFAT bintang, bulan, dan matahari itu ada DZAT yang tidak pernah tenggelam, sehingga dengan
mudah Beliaupun kemudian mengakhiri pencarian Beliau di Alam MAKRIFAT. Beliau berhenti
mencari. Beliau berhenti bergerak dari memadang satu sifat kepada sifat yang lain. Beliau sudah
menemukan KEBENARAN bahwa Beliau hanya akan menghadapkan Wajah Beliau kepada Dzat
Siapa saja bisa melakukan proses Nafi-Isbath seperti yang dilakukan oleh Nabi Ibrahim AS itu.
Sebab, dilihat dari sisi ilmu apapun juga, maka kita akan tetap terpesona dengan kesempurnaan
SIFAT dari objek apapun yang kita lihat itu. Namun kita tidak perlu berlama-lama dalam
mengagumi kesempurnaan SIFAT-SIFAT itu. Kita cukup masuk melalui dua atau tiga SIFAT saja,
untuk kemudian kita bergegas masuk ke Alam HAKEKAT. Alam yang berada DISEBALIK semua
SIFAT-SIFAT itu. Yaitu Alam DZAT. Sebuah Alam yang tidak bisa dirupakan, tidak bisa
diumpamakan, tidak bisa dihurufkan, tidak bisa dibunyikan, tidak bisa dibayangkan. Kita hanya
bisa sebutkan bahwa DZAT yang berada disebalik semua SIFAT-SIFAT itu besarnya hanyalah
sebesar sebiji PASIR di padang pasir dibandingkan dengan DZAT ALLAH yang keseluruhan.
Setelah kita melihat kebenaran Hakekat Dzat ini, maka kita akhirnya akan berhenti di Alam
Makrifat. Begitu kita menyebut Allah, maka tidak ada lagi PERBUALAN kita tentang Allah. Kita
selesai sampai disitu. Allah, maka kita tinggal MENGINGATNYA saja lagi. DZIKRULLAH. Mata hati
kita tidak melihat apa-apa. Sebab Dia tidak bisa dirupakan, tidak bisa diumpamakan. Mata hati
kita tidak mendengarkan apa-apa. Sebab dia tidak bisa dibunyikan dan dihurufkan.
Saat memanggil nama Allah itu, MATA kita dan MATA HATI kita tidak harus kita arahkan-arahkan
untuk melihat keatas menembus ketinggian cakrawala setinggi apapun juga. Sebab KETINGGIAN
dan KEBESARAN ALLAH tidak akan seperti yang kita bayangkan itu.
Jadi Nafi-Isbath yang dilakukan oleh Nabi Ibrahim AS itu adalah dengan menafikan SIFAT dan
mengisbathkan HAKEKAT (DZAT yang sedikit). Kemudian Beliau Nafikan pula Dzat Yang Sedikit itu
untuk kemudian Mengisbathkan DZAT Keseluruhan Yang Maha Indah sebagai Tuhan Beliau. Dzat
yang akan menjadi alamat BERGANTUNG Beliau dalam keadaan apapun juga. Dzat yang Maha
Sederhana sekali sebenarnya yang Beliau lakukan itu. Tapi bagi kita sekarang ini, untuk sampai
kesana kita masih membutuhkan Ilmu Makrifatullah. Tanpa ini, kita boleh dikatakan akan sangat
sulit untuk menempuh jalan yang sesederhana Nabi Ibrahim diatas. Dan kesulitan itu telah dijalani
oleh Umat Islam sejak 400 Tahun setelah kewafatan Nabi Muhammad SAW. Sejak masa itu, Umat
Islam mulai terperangkap untuk menjalankan proses Nafi-Isbath seperti yang dilakukan oleh
Bersambung
Agama Hindu ini adalah sebuah agama yang menyimpang dari Agama Hanif (LURUS) yang dibawa
oleh Nabi Ibrahim AS. Penyimpangan itu dimulai oleh SHAMIRI yang karena kebingungan untuk
mengkaji dan menjelaskan Dzat Tuhan kepada kaumnya, akhirnya dia terperosok kepada sikap
yang menganggap SAPI adalah Wujud dari TUHANNYA. Mereka akhirnya menjadi umat yang
menyembah sapi. Keturunan mereka lalu sampai ke India dan beranak pinak di sana.
Walaupun saat itu mereka menyembah Sapi sebagai Tuhannya, atau paling tidak sekarang ini
mereka menganggap sapi adalah hewan yang Suci, namun secara samar-samar mereka masih
ingat terhadap ajaran Nabi Ibrahim AS yang berlandaskan Tauhid. Mereka masih ingat bahwa Nabi
Ibrahim menyembah Tuhan yang tidak bisa dirupakan dan diserupakan, serta tidak bisa
diumpamakan. Mereka menyebut Tuhan dari NABI IBRAHIM AS itu dengan nama BRAHMAN.
Sebagai manusia yang telah dibekali oleh Allah ingatan kepada Allah sejak kita semua lahir,
mereka juga masih punya naluri untuk bisa kembali mengingat-ingat Allah sebagai alamat tempat
bergantung mereka dalam keadaan apapun juga. Mereka ingin bisa kembali mengingat BRAHMAN,
Tuhan dari Nabi Ibrahim AS. Akan tetapi karena apa-apa yang mereka lakukan saat itu sudah
sangat lama dan sangat jauh menyimpang dari cara-cara Nabi Ibrahim AS mengenal Allah, maka
Mereka bingung bagaimana caranya untuk mengosongkan PIKIRAN mereka dari berbagai Objek
Pikir yang telah memenuhi HATI mereka. Sementara untuk, memahami BRAHMAN, mereka tahu
bahwa BRAHMAN itu tidak bisa DIPIKIRKAN, tidak bisa DIRUPAKAN, tidak bisa KHAYALKAN. Ada
Entah bagaimana awalnya, maka muncullah kemudian konsep KHAYALAN tentang pembersihan
PIKIRAN dengan jalan berkonsentrasi atau menumpukan Pandangan Mata Hati mereka kepada
beberapa bagian tubuh mereka yang ada di sepanjang Tulang Belakang. Mulai dari bawah (di
Tulang Ekor) sampai ke ubun-ubun (di atas kepala). Tempat-tempat tersebut mereka sebut
dengan CAKRA, yang menjadi TITIK KONSENTRASI atau tempat MENGHENTIKAN PIKIRAN mereka
untuk sesaat dari begitu banyaknya Objek Pikir yang sebelumnya sudah ada di dalam Hati
Mereka.
Cakra itu bukan hanya sekedar objek konsentarasi saja, tetapi juga kemudian menjadi Objek
Khayal bahwa di dalam Cakra-cakra tertentu ada pula warna-warna dan energi-energi tertentu
yang sedang bergetar disana. Jadi ketika mata hati ditumpukan kepada Cakra-cakra tertentu,
maka mata hati mereka mengkayalkan warna-warna tertentu, bentuk-bentuk tertentu, dan
getaran-getaran tertentu. Mereka mulai dari Cakra Dasar dan bergerak terus sampai ke Cakra
Mahkota.
Karena sudah ada objek pikirnya, yaitu Cakra-cakra, dan sudah ada pula khayalannya yang harus
dilihat oleh mata hati, yaitu warna-warna dan getaran-getaran, maka RUH akan memastikan
semua yang dikhayalkan itu akan TERWUJUD dan TERLAKSANA. Begitu mereka berkonsentarasi
kepada sebuah cakra, maka RUH akan mengantarkan agar mata hati mereka akan melihat warna-
warna tertentu, dan hati akan merasakan pula getaran-getaran tertentu. Dengan begitu, maka
mereka akan lupa dengan berbagai objek pikir lainnya yang selama ini telah menyengsarakan
mereka.
Mereka menafikan pikiran-pikiran mereka yang selama ini sangat banyak, dan mengisbathkan
warna, bentuk, dan getaran-getaran dengan cara berkonsentrasi kepada sebuah pikiran saja yang
berkenaan dengan cakra. Bagitulah, mereka akan mengolah Cakra Dasar terlebih dahulu, lalu
kemudian mereka menafikan cakra dasar itu untuk mengisbathkan cakra berikutnya yaitu cakra
sex dengan segala warna dan getarannya pula. Setelah itu mereka akan menafikan cakra sex
untuk mengisbathkan cakra solar plexus. Begitulah seterusnya sampai akhirnya mereka
Perjalanan yang mirip dengan proses nafi-isbath Nabi Ibrahim AS itu, yang dimulai dari mengolah
cakra dasar sampai kepada cakra mahkota, akan memakan waktu yang sangat lama dan dengan
praktek-praktek yang tidak mudah. Ia akan menyita waktu dan tenaga kita, sehingga fungsi kita
dalam kehidupan di dunia ini akan menjadi terbengkalai, Kita jadi sibuk bermeditasi siang dan
malam. Kita akan meninggalkan kehidupan normal untuk menjadi seorang PERTAPA, yang kalau di
India sana identik dengan orang-orang yang rambutnya awut-awutan, pakaian tidak terurus, dan
tidak punya keluarga. Tetapi, seperti juga mereka, kita bisa menjadi sakti. Kita bisa berbuat
sesuatu yang tidak bisa diperbuat oleh orang-orang biasa yang tidak terlatih.
Kita seperti sudah tidak bermain di tingkatan alam materi lagi. Kita seperti telah menafikan alam
materi dan mengisbathkan alam energi sebagai objek konsentrasi kita. Kita sudah mengeksplorasi
alam energi dan alam vibrasi sehingga menimbulkan daya-daya yang bisa mengubah peran dan
sifat materi menjadi permainan-permainan yang sangat mengasyikkan. Perginya selalu ke situ.
Dan inilah cikal bakal kita akan berperilaku seperti DUKUN-DUKUN, TOK BOMOH, SHAMAN,
PENYEMBUH berbagai PENYAKIT dengan memakai energi dan vibrasi, dan sebagainya.
Bersambung
Allah bergurau senda dengan SEDIKIT Dzat-Nya, SEJUMPUT KECIL Diri-Nya, seperti kita bersenda
gurau dengan jari-jari tangan kita sendiri. Tetapi senda gurau Allah dengan SEJUMPUT KECIL Diri-
Nya itu telah membentuk Drama Kehidupan dan Kematian Yang Maha Dahsyat dan Maha Kolosal
Drama itu:
Skenarionya sudah direncanakan, dituliskan, dan ditetapkan oleh Allah saat Firman KUN tersabda.
Skenario itu:
sebab-akibat,
* sudah ada rangkaian keadaan awal, perubahan-perubahan yang harus terjadi, dan keadaan
* sudah tidak ada perubahan dan revisi lagi walau hanya sebesar titik dan koma sekalipun.
Setiap Peran selalu mengandung hikmah atau bahan pelajaran.
Setiap Pelakon selalu hanya akan menjalankan sebuah Peranan yang juga hanya dan hanya cocok
dan pas untuk dijalankan oleh sang Pelakon itu sendiri pada slot waktu yang telah ditentukan
untuknya. Peran itu tidak pernah tertukar antara satu pelakon dengan pelakon yang lainnya.
Karena Dzat-Nya yang sejumput itu adalah bagian yang sangat kecil dari Diri Allah, maka tentu
saja Dzat itu akan patuh kepada Allah seperti patuhnya jari-jari tangan kita kepada kita. Oleh
sebab itu Dzat-Nya yang sejumput itu akan memastikan bahwa semua PELAKON akan
menjalankan peranannya masing-masing sesuai dengan skenario yang telah dituliskan baginya
untuk kemudian membentuk Lakonan atau Tontonan yang akan melahirkan Sifat-Sifat.
Jadi kita masing-masing sebenarnya adalah salah satu saja dari sifat-sifat itu. Kalau ada diantara
kita yang sudah ditakdirkan untuk memerankan Si LUPA terhadap KEBENARAN HAKIKI ini, maka
kitapun, tanpa kita sadari, akan mengakui habis-habisan bahwa sifat-sifat itu adalah kita.
Aku dan milikku, kata kita dengan sangat jumawanya. Dan dari sini pulalah pangkal mula dari
segala penderitaan yang akan kita lalui. Karena kita mengakui sebagai milik kita apa-apa yang
Akan tetapi kalau diantara kita ada yang sudah ditakdirkan untuk memerankan Si Ingat, si Dzikr
akan Kebenaran Hakekat ini, maka kitapun akan segera saja menyadari bahwa ternyata kita
adalah TIDAK MEMPUNYAI KEWUJUDAN atas diri kita sendiri Karena kita sudah bisa melihat
KEBENARAN yang JATI bahwa yang Wujud sebenarnya adalah Dzat-Nya Yang sedikit.
Dzat-Nya Yang Sedikit itulah yang menjadi Wajibul Wujud bagi semua Ciptaan yang akan
melahirkan Sifat-sifat. Jadi semua Sifat yang terzhahir itu pada hakekatnya adalah penzhahiran
dari Dzat-Nya yang sedikit itu saja. Tidak ada yag perlu kita aku-aku sebagai atribut kepemilikan
kita.
Dan dari sinilah awal mula dari segala ketenteraman yang akan kita jalani. Karena kita sudah
ditakdirkan untuk bisa mendudukan diri kita pada tempat yang seharusnya. Duduk dalam
ketiadaan Wujud. Sebab yang Wujud ternyata adalah Dzat-Nya Yang sedikit. Dan tidak terpisah
Dzat-Nya yang sedikit itu dengan Dzat-Nya atau Diri-Nya Yang Keseluruhan Yang Maha Indah,
Paradigma seperti inilah yang menjadi syarat utama yang akan kita perlukan kalau kita mau
Wallahu alam
Ketika kita bermain-main dengan khayalan dan imaginasi kita tentang seluk beluk cakra, warna,
bentuk, dan getaran-getaran, maka berarti saat itu kita sedang mengalirkan data dan informasi
dari luar ke dalam Hati kita melalui port atau terminal Otak Kanan kita. Dengan begitu, maka
otomatis pula informasi yang melalui terminal Otak Kiri kita menjadi terhenti. Makanya selama
pengolahan cakra demi cakra itu, kita seperti bisa terbebas dari keramaian Logika Bahasa dan
Matematis yang memang salurannya adalah melalui Otak Kiri kita. Otak kiri kita itu sekarang
menjadi Silent dan tidak gaduh lagi dengan berbagai inner ataupun outer chatting.
Karena saat itu kita sedang mengkhayalkan warna, bentuk, dan getaran-getaran, maka RUH akan
memastikan khayalan dan imaginasi kita itu terwujud seperti apa yang kita khayalkan. RUH akan
patuh mengantarkan kita untuk merasakan warna, bentuk, dan getaran-getaran itu sesuai dengan
khayalan yang kita punyai. Sekarang khayalan-khayalan kita itu akan menjadi Objek Ingatan kita
yang akan kita ingat-ingat setiap saat. Setiap kali kita ingat cakra, maka Ruh akan mengantarkan
umpan balik dari cakra itu kedalam Hati kita dalam bentuk rasa yang berubah-ubah.
Tidak hanya itu, RUH juga akan mengantarkan kita untuk mengujudkan kalau kita kemudian ingin
mengolah getaran-getaran itu lebih lanjut untuk berbagai penggunaan. Kalau kita ingin
menggunakan getaran itu sebagai Power atau kekuatan, maka RUH akan mengantarkan kita
kepada power atau kekuatan itu untuk kita gunakan. Kalau kita ingin menggunakan getaran itu
untuk pengobatan, atau untuk keperluan lain, maka RUH juga akan mengantarkan kita untuk bisa
melakukannya.
Hanya saja banyak yang tidak tahu dan tidak percaya bahwa ketika kita bermain-main dengan
alam khayalan itu, maka kita akan segera saja ditemani oleh iblis atau syaitan. Karena setiap kali
INGATAN kita melenceng dari INGAT kepada Allah Yang Maha Rahman, maka seketika itu juga
Allah akan mengirimkan syaitan sebagai teman kita. Syaitan itulah yang akan menambah-nambah
khayalan kita, sehingga kita akan bergerak dari satu khayalan ke khayalan lain. Karena memang
syaian sudah ditakdirkan oleh Allah untuk tugas yang seperti itu.
RUH, dengan setia, akan mengantarkan kita mengujudkan khayalan-khayalan itu, sehingga
kitapun merasa BISA ini dan itu. Karena merasa bisa, maka kitapun akan merasa ADA dan
WUJUD. Kita akan mudah sekali untuk mengucapkan kata-kata sebagai penanda akan beradaan
dan kewujudan kita itu. Ungkapan pengakuan, Aku, milikku, pendapatku, segera saja
mengalir dengan deras keluar dari mulut kita. Pengakuan-pengakuan kita itu akan langsung
bertabrakan dengan pengakuan orang lain yang juga sedang mengaku-ngaku. Akibatnya,
terjadilah tabrakan pengakuan yang menimbulkan kegaduhan. Gaduh dan ramai sekali
Walaupun RUH mengantarkan kita kepada alam-alam khayalan seperti itu, akan tetapi Sang RUH
akan sangat menderita dan tersiksa sekali. Karena semua alam khayal itu punya getarannya
masing-masing yang sangat kasar, dan ditambah pula adanya resonansi dengan getaran yang
dipunyai oleh syaitan. Padahal RUH mempunyai kedekatan yag amat sangat dengan Allah. Oleh
sebab itu, karena RUH dibawa kepada alam-alam getaran yang sangat rendah, maka RUH yang
tersiksa itu akan menggetarkan tubuh kita, bahkan kadangkala kita sampai terguling-guling dan
muntah-muntah.
Dulu saya tidak tahu kenapa bisa tubuh saya dan juga teman-teman saya bisa bergetar-getar dan
bahkan sampai kelojotan ketika BERDZIKIR mengikuti cara sebuah TAREKAT dan juga ketika
mengikuti dzikir dengan cara PATRAP. Walaupun setelah beberapa saat getaran itu memang
menghilang dan diganti dengan suasana tenang dan luas, tapi itu tetap membuat saya terheran-
heran dan bertanya-tanya. Dulu Nabi Muhammad SAW dan Sahabat-sahabat Beliau juga
Pertanyaan dan keheranan itu tetap saya pendam cukup lama. Saya menghibur-hibur diri dengan
anggapan bahwa Nabi saat menerima wahyu pertama kali di Gua Hiro juga bergetar dan merasa
kedinginan sehingga Beliau minta diselimuti oleh Istri Beliau, Bunda Khadijah. Apalagi setelah
merasakan diam, tenang, dan luas itu saya disuruh untuk membaca sesuatu yang turun. Ada
memang getaran-getaran yang terasa turun dan mengalir ke dalam tubuh, dan kadang ada pula
bahasa-bahasa dalam bentuk pengertian yang datang bersama getaran itu. Namun getaran itu
tidak membawa RASA DINGIN seperti yang dirasakan oleh Rasulullah sehingga Beliau minta
Mau tidak mau, Malaikat akhirnya harus mau menjalankan takdirnya sebagai
makhluk yang selalu berdzikir kepada Allah.
Mau tidak mau, Adam AS harus memakan buah Khuldi agar Beliau bisa
turun ke bumi untun menjalankan tugas Beliau, karena Bumi memang sudah
disiapkan untuk Beliau dan keturunan Beliau. Dan mau tidak mau, Beliau
serta keturunan Beliau akan selalu pula menghadapi godaan demi godaan
dari Iblis.
Mau tidak mau, Iblis juga harus mau menjalankan tugasnya yang akan selalu
menggoda manusia untuk berbuat tidak baik.
.
Kalaulah semua itu bukan karena ILHAM dari Allah tentang sesuatu yang
sudah ditetapkan dan dituliskan-Nya di Lauhul Mahfuz, siapakah kalau
begitu yang menggoda Malaikat untuk pada awalnya mempertanyakan
penciptaan Adam AS ?. Dan siapa pula yang menggoda Iblis untuk berani
menolak perintah Allah agar sujud kepada Adam AS?.
Ada masalah?
Selama beberapa tahun, 1999-2001, saya mendawamkan praktek Dzikir menerusi sebuah Tarekat
yang saya ikuti itu. Karena sebelumnya saya juga sudah sering berlatih mengolah cakra-cakra ala
meditasi Hindu di sebuah perguruan silat, maka ketika melakukan Dzikir melalui beberapa Cakra
di dalam dada, yang disebut Lathaif, saya tidak mengalami kesulitan yang berarti untuk
melakukannya. Kalau dulu, saat melatih cakra-cakra, saya mengkhayalkan bulatan cahaya dan
merasa-rasakan getaran pada setiap cakra, maka di tarekat yang saya ikuti itu saya hanya
mengganti objek pikirnya itu dengan huruf Allah yang dihunjamkan ke dalam lathaif-lathaif yang
guru dan murid. Proses ini adalah pembukaan atau Inisiasi sebelum murid bisa melakukan
meditasi. Guna inisiasi ini katanya adalah untuk membuka aliran energi dipanjang cakra-cakra,
sehingga dengan begitu murid akan lebih mudah untuk merasakan aliran energi dan getaran
disetiap cakra yang akan dibersihkan dalam meditasi itu. Attunement ini bisa dilakukan dalam
jarak dekat ataupun dalam jarak jauh. Salah satu persyaratannya kalau ingin dari jarak jauh
adalah dengan MEMBAYANGKAN wajah sang Inisiator atau Attuner sambil kita merasa-rasakan
getaran pada cakra tertentu. Setelah itu barulah sang murid dianggap bisa melakukan meditasi
Puncak pencerahan dalam meditasi Cakra ini adalah naiknya Kundalini dari cakra dasar sampai
mencapai Cakra Mahkota yang berada diatas Ubun-ubun. Dan setelah itu sang murid sudah bisa
pula disebut menjadi orang yang suci. Orang yang katanya punya berbagai kelebihan
Dalam dzikir Tarekat yang saya ikuti, proses attunement ini disebut dengan ber-Baiat dan ber-
Rabithah kepada Mursyid yang Kamil Mukamil. Yaitu mursyid yang katanya punya silsilah keilmuan
sampai kepada Rasulullah SAW, Malaikat Jibril, dan Nur Muhammad. Salah satu persyaratan untuk
bisa mulai berdzikir adalah juga dengan membayangkan wajah Guru Mursyid. Dengan Rabithah
itu, membayang wajah Mursyid, dikhayalkan adanya keselarasan rohani antara murid dengan
gurunya, dan dengan guru-guru sebelumnya sampai kepada Nabi Muhammad SAW, Malaikat Jibril,
dan Nur Muhammad. Harapannya dengan begitu adalah, kalau kita sudah sampai melihat Nur
Muhammad, maka setelah itu barulah kita bisa melihat Allah, karena Nur Muhammad itu adalah
Saya telah mencoba mencari dalil-dalil tentang proses Rabithah ini di dalam Hadist-Hadist. Tapi
tidak pernah saya temukan satupun hadist yang menyatakan bahwa Abu Bakar Siddiq Ra, Umar
bin Khattab Ra, Usman bin Affan Ra, dan Ali bin Abi Thalib Ra membayangkan wajah Rasulullah
dulu sebelum Beliau-beliau itu berdzikir. Tidak pernah. Begitu juga dalam sejarah Tabiin dan
Tabiut Tabiin, mereka juga TIDAK melakukannya. Proses Rabithah ini baru muncul 400 tahun
setelah Rasulullah SAW wafat. Yaitu semenjak maraknya praktek tasawuf tarekat dilakukan umat
Islam.
Kan aneh sekali sebenarnya, suatu aktifitas yang sangat penting dan sangat mendasar sekali,
yaitu Dzikrullah (mengingati Allah), malah kita mulai dengan mengingati suatu objek pikir yang
bukan Allah, yaitu wajah orang yang kita jadikan sebagai mursyid kita. Saya sangat setuju dengan
pendapat Ustad Hussien BA. Latiff yang menyatakan bahwa membayang wajah guru mursyid
kesyirikan, maka hasilnya ternyata juga telah menyulitkan umat Islam sendiri. Semenjak proses
rabithah yang dipraktekkan dalam tasawuf Tarekat mulai menyebar luas ke berbagai penjuru
dunia, ditambah lagi dengan peristiwa dendam mendendam antara Sunni dan Syiah, maka sejak
itu mulailah zaman kegelapan menyelimuti peradaban umat Islam. Walaupun Islam menyebar luas
keberbagai benua, namun umat Islam tidak serta merta berhasil mendapatkan penghormatan
Sejak itu, Allah telah memperlihatkan bagaimana jadinya kalau umat Islam tidak lagi mengingati
Allah (SYIRIK). Sehingga akibatnya Umat Islam tidak bisa lagi menjadi Umat yang berkualitaskan
Ulul Albab, yaitu umat yang bisa membaca hikmah-hikmah dari setiap ciptaan dan setiap
peristiwa. Umat Islam juga telah berubah dari umat yang seharusnya menjadi rahmatan lil alamin
menjadi umat yang saling salah menyalahkan, umat yang saling bunuh-bunuhan.
Sebagian besar Umat Islam malah menjadi asyik sendiri berdzikir membersihkan lathaif-lathaif.
Untuk itu sang murid diwajibkan melakukan berbagai dzikir yang jumlahnya bisa puluhan bahkan
sampai ratusan ribu kali dalam sehari semalam. Sebelum berdzikir, murid harus rabithah dengan
membayangkan wajah guru terlebih dahulu. Kemudian barulah berdzikir. Saat berdzikir itu sang
murid harus pula memasukkan objek pikir berupa kalimat ALLAH kedalam setiap lathaif yang
harus didzikirinya. Kalau dzikir itu dilakukan dalam sebuah prosesi SULUK, maka penyiksaan
terhadap tubuh lebih berat lagi. Tidur, makan, berdzikir dilakukan di dalam kelambu diruangan
yang kurang cahaya. Makanan yang mengandung daging juga dikurangi. Saya pernah
Puncak pencapaian di dalam tasawuf Tarekat ini sungguh merupakan sebuah maqam yang sangat-
sangat sulit untuk dicapai. Sang Murid akan merasa dianugerahkan oleh Allah berupa Ruh Al Quds
dalam bentuk Nur Muhammmad yang akan berfungsi sebagai guru sejati bagi sang murid. Di sini
pulalah nantinya akan muncul perasaan tentang Wahdatul Wujud, Hulul, Fana Fillah, Baqa Billah,
Karena cara, objek pikir, dan aktititas yang dilakukan antara Meditasi Cakra (misalnya Reiki), dan
Tasawuf Tarekat itu nyaris sama saja, maka hasilnya pun tidak akan banyak berbeda pula. Yang
perasaan, kesaktian, dan kehebatannya tidak bayak perbedaan sama sekali. Ada kemampuan
OBE, ada kemampuan untuk melihat hal-hal yang gaib (khasyaf), bahkan sampai kepada
Semuanya itu mempunyai keasyikan tersendiri, sehingga kadangkala itu malah MELUPAKAN kita
untuk INGAT kepada ALLAH, membuat kita malas untuk beribadah seperti shalat, puasa, dan
ibadah-ibadah lainnya. Sebab berdzikir dan bermeditasi terasa jauh lebih enak dari pada shalat,
puasa, membaca Al quran, dan ibadah-ibadah lainnya. Aneh memang, tapi nyata.
Bersambung
Karena ketidakmampuan saya untuk mengamalkan dzikir Tarekat tersebut, maka kemudian pada
tahun 2001 saya tinggalkan semua praktek Dzikir Tarekat tersebut untuk kemudian masuk ke
dalam Jamaah PATRAP yang pada saat itu dibina oleh H. Slamet Utomo dan Ustad Abu Sangkan.
Dalam Jamaah ini saya juga diajarkan untuk berdzikir dan sekaligus menerapkannya dalam
kehidupan sehari-hari. Dzikir yang diajarkan di dalam Jamaah Patrap ini sudah tidak melalui objek
Sebenarnya dzikir ini sudah cukup bagus, lebih cepat, dan lebih mudah untuk melakukannya
dibandingkan dengan dzikir lathaif ataupun meditasi cakra. Kita cukup memulainya dengan
memanggil-manggil Allah saja dan kemudian mengikuti saja fenomena-fenomena yang muncul
putar, bergerak mengikuti getaran, diam, hening, dan sebagainya menjadi sebuah permainan
mengasyikkan yang saya lakukan sampai dengan tahun 2012. Lapangan bola di sebelah rumah
dan juga Bumi Perkemahan Cibubur adalah tempat favorit bagi kami untuk melakukan aktifitas
Tapi akhirnya praktek patrap itu kembali menyeret-nyeret saya untuk memiliki segudang
pengakuan. Sebab terlalu banyak yang bisa diakui sebagai hasil dari latihan patrap itu yang bisa
dianggap sebagai kelebihan saya dari orang-orang yang tidak melakukannya. Tetapi anehnya
semakin banyak pula berkurangnya gairah saya untuk bersyariat, misalnya shalat-shalat sunnah
(terutama tahajud), puasa sunnah, membaca Al Quran, berdoa, dan ibadah-ibadah sederhana
lainnya. Pertanyaan saya tentang rasa dingin yang mengaliri tubuh saat berdzikir dulu, seperti
yang dialami Rasulullah saat menerimam wahyu pertama di Goa Hira, juga belum terjawab sama
sekali.
Akhirnya pada tahun 2012 saya mohon pamit langsung kepada H. Slamet Utomo. Saya akan
meninggalkan latihan Patrap dan kemudian saya bergabung total, yang sebelumnya setengah-
setengah, dengan Ustad Abu Sangkan yang telah terlebih dahulu keluar dari Jamaah Patrap sejak
Dengan Ustad Abu Sangkan, saya belajar dari beliau tasawuf melalui buku Madarijus Salikin, dan
beberapa buku lainnya. Fokus utama yang diajarkan beliau kepada saya sungguh menarik sekali.
Dengan Beliau saya mengenal apa yang disebut dengan RIQQAH, yaitu rasa dingin yang sangat
sejuk yang mengalir di dalam Dada ketika saya berdzikir. Dan itu memang terasa. Ada riqqah, ada
ilham, dan khusyu, dan sebagainya yang memang bisa dirasakan. Apa yang menjadi pertanyaan-
Hanya saja tetap rasanya ada yang belum saya dapatkan, saya ingin merasakan semua itu dimana
saja dan kapan saja. Selama ini saya mendapatkan fenomena-fenomena itu hanya kalau
berdekatan dengan beliau, sehingga beliau selalu dan selalu menyalahkan saya dalam berbagai
pertemuan. Buku Madarijus Salikin itupun terasa sangat berat untuk saya pahami. Rasanya ada
satu konci ilmu yang belum saya dapatkan. Dan itu entah apa
Ustad Abu Sangkan berkali-kali mengatakan bahwa syarat untuk mendapatkan ilmu khusyu,
riqqah, ilham, dan sebagainya itu syaratnya adalah: PERTAMA, percaya total kepada RUKUN IMAN
KE-6, dan KEDUA, selalu melakukan TADZKIYATUNNAFS (pembersihan jiwa) dengan terus-
Akan tetapi ternyata dua syarat ini pulalah yang menjadi beban terberat bagi umat manusia untuk
memenuhinya. Sebab Rukun Iman ke-6 akan membawa kita untuk tidak bergaduh lagi dengan
Allah maupun dengan sesama manusia. Karena Rukun Iman ke-6 ini akan membawa kita kepada
paradigma berpikir bahwa apapun yang BAIK dan yang BURUK yang terjadi kepada kita dan
kepada orang lain, semuanya itu 100% datang dari Allah. Sehingga tidak ada lagi yang perlu kita
pergaduhkan. Semua sudah ditakdirkan, sudah dituliskan, dan sudah diizinkan oleh Allah untuk
terjadi. Semua yang terjadi memang sudah harusnya begitu. Ini yang berat. Sangat berat sekali.
Sedangkan Dzikir kepada Allah telah menjadi beban berat yang tidak berkesudahan bagi umat
manusia dalam mempelajari dan menjalaninya. Dzikir melalui ajaran Tarekat dan juga beralihnya
sebagian umat Islam masa sekarang kepada ajaran Hipnoterapi, NLP, dan metoda-metoda New
Age Movement lainnya dalam menemukan ketenangan dan kebahagiaan adalah sebagai bukti
bahwa Dzikir kepada Allah dianggap orang bukanlah sebuah cara yang paling bagus untuk
menyucikan Jiwa.
Kalau begitu, mungkinkah Dzikir kepada Allah ini hanya akan bisa dilakukan oleh segelintir orang
saja?, yaitu Wali-Wali Allah saja?. Dan kita sebagai umat kebanyakan ini hanya bisa meneguk air
liur saja menyaksikan orang-orang yang dianggap sebagai Wali-Wali Allah itu menikmati Dzikir
Pada bulan Februari tahun 2014, dengan sebuah cara yang tidak terduga, saya bertemu dengan
Arif Billah, Ustad Hussien BA. Latiff di Singapore. Awalnya saya terklik sebuah video di Youtube
yang berjudul Syarahan Makrifatullah. Setelah itu saya telah terbang saja ke Singapore untuk
mengikuti seminar Beliau tentang Ilmu Dasar yang diperlukan kalau kita ingin mengikuti Tasawuf
Jalan Nabi-Nabi. Dan sejak itulah paradigma berpikir dan beribadah saya menjadi berubah dengan
sangat drastis.
Pelajaran Makrifatullah ternyata telah membuat saya menjadi percaya penuh kepada Rukun Iman
ke-6. Bahwa apapun yang baik dan buruk yang menimpa kita dan orang lain, semuanya itu datang
dari Allah. Paradigma itu begitu CLEAR dan tak terbantahkan, sehingga satu syarat yang sangat
sulit untuk dipenuhi oleh umat manusia alhamdulillah sudah bisa terpenuhi. Tinggal satu syarat
Pelajaran tentang Hati dan Mata Hati, dan Dzikrullah dari Ustad Hussien BA Latiff, telah
melengkapi Pelajaran Makrifatullah yang telah saya dapatkan sebelumnya. Sehingga dengan
sangat menakjubkan hal itu, alhamdulillah, telah membawa saya pula menjadi sangat mudah
untuk MENGINGATI ALLAH. Saya mencoba mengkonfirmasi apa yang saya rasakan dan dapatkan
itu kepada beberapa orang teman yang juga telah melakukannya. Jawaban mereka sungguh
melegakan. Mereka mendapatkan hal sama dengan apa yang saya dapatkan, bahkan ada banyak
orang yang mendapatkan lebih baik lagi dari apa yang saya dapatkan.
Bersambung
Ternyata selama ini saya, dan barangkali hampir sebagian besar umat Islam, tidak patuh kepada
apa yang dikatakan oleh Al Quran dan Al Sunnah. Misalnya, awaluddin makrifatullah, bahwa
awal dari agama itu adalah Makrifatullah, mengenal Allah. Sederhana sekali untuk mengawali
agama Islam itu. Mengenal Allah!. Tapi itu tidak kita laksanakan sama sekali. Padahal mengenal
Allah itu bisa kita berikan kepada anak kecil sekalipun, dan juga kepada orang yang paling awam.
Hal berikutnya yang tidak kita patuhi adalah tentang Dzikrullah, MENGINGATI ALLAH. Dengan
sederhana Al Quran mengatakan bahwa mengingat Allah itu adalah seperti kita mengingat ayah
kita (abaa akum), Al Baqarah 200. Mengingat Allah itu juga dikatakan Al Quran adalah di dalam
JIWA kita, Al Araaf 205. Dengan mengingat Allah di dalam jiwa kita, seperti kita mengingat ayah
kita, maka sikap tadarruk dan takut kita kepada Allah ternyata lahir dengan sendirinya. Rasa
tadarruk dan takut itu seperti dihadiahkan oleh Allah ke dalam hati kita, sehingga kitapun tidak
Kita juga tidak perlu lagi menyediakan waktu-waktu khusus untuk berdzikir seperti yang saya
lakukan dulu di dalam praktak Tarekat. Sebab, ternyata kita bisa ingat kepada Allah kapan saja
dan di mana saja. Mau berdiri, mau duduk, mau tiduran, mau pagi, mau petang, mau malam, di
dalam shalat dan di luar shalat, insyaalah kita ternyata bisa mengingati Allah. Bahkan saat kita
Akan tetapi petunjuk Al Quran inipun juga tidak kita patuhi dan lakukan. Kita mengingat Allah
malah di dalam Jantung, di dalam dada, di dalam Cakra-cakra atau lathaif-lathaif. Ia nggak bisa.
Wong jantung, dada, cakra, dan lathaif itu TIDAK BISA mengingat apa-apa kok, apalagi kalau
hanya di dalam gerakan keluar masuknya nafas kita. Semua itu tidak bisa MENGINGAT ALLAH.
Jadilah dengan itu kita hanya bisa menyebut dan menyebut, wirid dan wirid, komat dan kamit,
Tentang kepatuhan dan ketidakpatuhan ini, saya punya pengalaman yang menarik. Suatu ketika
saya harus pergi kesuatu tempat di Jakarta. Alamatnya, kalau dicari di peta, akan sangat sulit
sekali menemukannya. Jalannya kecil, masuk gang, dan lingkungannya juga sangat padat sekali.
Istri saya sudah khawatir kalau-kalau kami tidak sampai kealamat yang akan dituju. Tapi saya
tenang-tenang saja, karena saya punya peta interaktif yang bisa menuntun, yaitu W..E, yang ada
Saya tinggal hanya mengikuti saja arahan dari W..E. Disuruh ke kiri, saya kekiri, disuruh kekanan
saya kekanan, disuruh berputar saya berputar. Ada juga yang tidak saya ikut arahannya. Saya
melawan dan mencari jalan lain. W..E langsung mengingatkan bahwa saya salah jalan dan
mengkalkulasi ulang arah yang harus lewati. Cuma saja jaraknya agak menjadi lebih jauh, tapi
Kepada petunjuk yang dibuat oleh manusia saja, kalau kita patuhi, kita akan mendapatkan
manfaat yang sangat besar di dalam kehidupan kita. Apalagi kepada petunjuk yang telah
disiapkan oleh Allah untuk kita dalam menjalani kehidupan ini, yaitu Al Quran dan Sunnah. Tentu
Akan tetapi Al Quran dan As Sunnah itu mempunyai nilai khusus yang sangat mencengangkan. Ia
akan berbicara kepada siapa saja sesuai dengan keadaan HATI kita masing-masing. Karena ia
memang adalah gambaran keadaan HATI seluruh Umat Manusia dan bahkan gambaran dari
Hampir seluruh isi Al Quran dan As Sunnah itu bercerita tentang seluk-beluk Lauhul Mahfuz dan
Perlakuan Allah terhadap segala sesuatu yang ada di Lauhul Mahfuz itu. Perlakuan Allah terhadap
sedikit Dzat-Nya yang telah Dia sabda dengan Firman KUN, sehingga Dzat-Nya yang sedikit itu
kemudian berubah menjadi Lauhul Mahfuz, tempat dimana segala peristiwa, segala ciptaan, dan
Begitu Allah berfirman KUN kepada Dzat-Nya yang sedikit itu, maka Dzat-Nya yang sedikit itu
langsung dilindungi-Nya dengan 70 lapis cahaya. Sebab Dzat-Nya yang sedikit itu telah berubah
SIFAT menjadi Bahan Dasar bagi terciptanya semua yang berkenaan dengan Ciptaan. Kalau tidak
dilindungi-Nya dengan 70 tabir cahaya, maka pastilah semua Ciptaan akan kembali hancur
Saat firman KUN itu juga selesailah tergambar sebuah rencana yang Maha Lengkap yang tidak
melupakan satu hal sekecil dan sesepele apapun juga. Semua sudah lengkap. Untuk kita masing-
masing, juga telah ditentukan pula takdir yang akan kita lalui. Apakah kita akan menjadi orang
yang berjalan di jalan ketaqwaan ataukah sebaliknya di jalan kefasikan, semua sudah dituliskan.
Untuk mengantarkan kita berjalan di jalan ketaqwaan atau kefasikan itu, sejak firman KUN itu,
telah disiapkan pula ILHAM oleh Allah untuk kita masing-masing. Ilham itu akan TURUN pada
saatnya ke dalam HATI kita, sehingga mau tidak mau kita akan menjalani takdir kita, sesuai
kepada kita adalah juga Ilham yang akan mengantarkan kita untuk berbuat taqwa. Sebaliknya,
kalau kita sudah ditakdirkan pula oleh Allah menjadi orang yang fasiq atau fujur, maka Ilham yang
akan turun kedalam Hati kita adalah ilham tentang bagaimana cara berbuat fasiq.
Ilham yang turun itu akan BERUBAH pada saatnya. Setiap perubahan dari ilham yang turun itu,
maka akan berubah pulalah apa yang akan kita perbuat. Akan tetapi perubahan-perubahan itu
tetap tidak akan keluar dari apa-apa yang sudah dituliskan untuk kita masing-masing. Hanya saja,
sebagai misteri yang agung, kita tidak diberitahu oleh Allah kapan perubahan itu akan terjadi dan
apa akhir dari perubahan itu yang akan kita hadapi, kecuali hanya sedikit yang Dia berikan
Bersambung
Ilham itu akan tetap menjadi misteri yang Agung, yang dengan itu kita akan selalu hidup dalam
keadaan harap-harap cemas dan rindu yang membara kepada Allah. Sehingga dengan begitu, mau
tidak mau kita akan selalu menggantungkan segala harapan kita kepada Allah agar Allah berkenan
memberikan kepada kita ilham tentang ketaqwaan. Sebab kalau kita tidak mendapatkan Ilham
Taqwa, berarti saat itu kita sedang mendapatkan ilham fasiq atau fujur. Sesederhana itu
Dengan adanya misteri itulah ternyata Allah akan berkenan untuk menuntun kita. Allah sendiri
akan menuntun kita untuk merasakan nikmatnya beribadah kepada-Nya. Sahabat saya, Ustadz AS
Alhamdulillah, nikmatnya seperti hari-hari di bulan Ramadhan dan seperti di Mekkah dan
Medinah. Karena yang di pikirkan dan yang dikerjakan hanya ibadah untuk memperoleh Ridha-
Nya.
Selalu ingat kepada-Nya sampai Rindu yang tak tertahankan. Persis seperti yang dinyanyikan Evi
Tamala, kemanapun, dimanapun, sedang apapun, rindu pada-Nya. Nggak apa-apa sudah
malam dan bergegas shalat 23 rakaat, puasa, duduk termenung merindukan berhari-hari,
Ternyata keadaan seperti yang dialami Nabi SAW dan para shalihin pada masa yang lalu bisa pula
kita rasakan saat sekarang ini. Walaupun kadar yang kita dapatkan itu tidak seujung kukupun dari
apa yang beliau-beliau dapatkan, namun ternyata itu sudah sangat menenteramkan. Siang kita
bekerja seperti biasa, tapi malam kita bisa beribadah dengan sepuas hati. Puasa dan ibadah-
ibadah sunnah jadinya menjadi sebuah kebiasaan yang kalau tidak dilakukan akan membawa diri
Begitulah cara ilham bekerja. Kita akan melakukan apa-apa yang diilhamkan oleh Allah kepada
kita. Dan itu akan menentukan masa depan kita. Boleh jadi kita pada awalnya dilahirkan sebagai
orang Islam dan dikeluarga yang Islam pula. Akan tetapi kalau di akhir hidup kita sudah
ditakdirkan bahwa kita akan menjadi penghuni neraka, maka pada akhir-akhir kehidupan kita,
Ilham tentang kefasikan dan kefujuran akan mengantarkan dan memaksa kita untuk masuk ke
neraka itu. Kita akan berbuat fasik dan fujur menjelang ajal menjemputa kita.
Boleh jadi juga, kita dilahirkan di dalam keluarga yang beragama lain yang bukan Islam, akan
tetapi kalau akhir kehidupan kita sudah ditulis bahwa kita akan menjadi penghuni syurga, maka
pada saatnya Ilham akan mengantarkan kita untuk beramal dengan amalan-amalan penghuni
syurga.
Artinya, tidak ada satupun perbuatan kita yang tidak tertulis di Lauhul Mahfuz. Semuanya sudah
ditulis, dan bahkan sudah disiapkan pula ILHAM untuk menzhahirkan perbuatan kita itu. Kita tidak
akan bisa marah tanpa adanya ilham marah yang turun ke dalam hati kita. Kita tidak akan bisa
korupsi kalau tidak ada ilham, untuk kita melakukan korupsi itu, turun ke dalam hati kita. Kita
tidak akan bisa berzina, bermaksiat, menganiaya orang, mencuri, iri, dengki, memakan makanan
yang haram, dan perilaku negatif lainnya tanpa itu didahului dengan turunnya ILHAM FUJUR
berbuat baik, memakan makanan yang halal, tidak iri dan dengki, sabar, tidak mencuri, dan
berbagai perbuatan positif lainnya tanpa itu didahului dengan turunnya ILHAM TAQWA ke dalam
Bersambung
Akan tetapi untuk sampai kepada pemahaman seperti ini, terlebih dahulu memang diperlukan
pengenalan kepada Allah dengan pengenalan yang JATI, Makrifatullah, sehingga setelah itu tidak
ada lagi keraguan-raguan kita terhadap kebenaran Allah dengan segala atribut-Nya. Sebab
bagaimana kita akan percaya kepada Rukun Iman yang ke-6 kalau kita tidak mengenal hakekat
Bahwa semua ciptaan ini tak lain dan tak bukan adalah penzhahiran dari sedikit Dzat-Nya.
Sehingga apapun yang terzhahir, yang membentuk segala sifat-sifat, sebenarnya itu adalah senda
gurau dan permainan Allah sendiri terhadap sedikit Dzat-Nya itu. Sedangkan bagi kita yang
menjalankannya, sebagai penzhairan Dzat-Nya, mau tidak mau kita akan menjalani peran kita
Namun begitu, tatkala kita bisa memandang apapun yang menimpa kita itu pada HAKEKATNYA
adalah karena Dzat-Nya yang berperan, maka kita akan RIDHA untuk menerima dan melakukan
peran kita, sehingga semua masalah yang kita hadapi akan berubah menjadi TANPA MASALAH
apa-apa. Masalahnya memang tetap masih ada, tapi masalah itu sudah menjadi tidak TIDAK
masalah lagi bagi kita. Karena dengan Makrifatullah itu, kita diberi tahu tentang rahasia dari
MATA kita memandang kepada peristiwa-peristiwa dengan segala sifat-sifatnya, MATA HATI kita
memandang kepada Dzat-Nya yang menjadi HAKEKAT dari semua peristiwa-peristiwa itu, dan
HATI kita tetap terjaga dan berpaut erat dengan Allah dalam bentuk INGATAN kita yang tak
Jadi, kalau kita tidak mengenal Allah terlebih dahulu, bagaimana kita akan bisa MENGINGATI
ALLAH, Dzikrullah?, bagaimana kita akan bisa menyembah Allah?, bagaimana kita akan bisa sujud
dan rukuk kepada Allah?, bagaimana kita akan bisa berdoa dan memohon langsung kepada
Allah?, bagaimana kita akan tahu bahasa Allah (Ilham)?. Dan yang paling penting adalah
bagaimana kita akan bisa menjadi orang yang IHSAN kepada Allah?.
Sebab ketika kita mencuri, korupsi, berzina, minum arak, dan berbuat jahat / maksiat kepada
sesama, sebenarnya saat kita melakukannya kita sedang tidak menyadari bahwa Allah melihat
kita. Ya, saat itu kita telah kehilangan perasaan IHSAN kepada Allah di dalam hati kita. Sebuah
perasaan bahwa kita sedang dilihat oleh Allah secara terus menerus.
Siapa saja, orang awam kek, orang berpendidikan kek, aparat pemerintahan kek, aparat penegak
hukum dan keadilan kek, selama kita tidak menyadari bahwa Allah melihat kita, maka kita PASTI
akan mudah sekali untuk tergelincir kepada perbuatan fujur dan fasik seperti diatas. Dan pasti,
ketika kita melakukannya, kita 100% sedang tidak ingat kepada Allah, dan saat itu kita juga
Itulah yang menyebabkan adanya seorang pimpinan Daerah yang ingin melegalkan pelacuran,
ingin membangun apartemen untuk tempat mangkalnya para pelacur, ingin melakukan sertifikasi
kepada pelacur. Karena memang ia sudah ditakdirkan untuk menjadi orang yang tidak mengenal
Allah. Ia sudah ditakdirkan untuk tidak bisa mengingat Allah. Ia tidak bisa merasa IHSAN. Namun
semua yang diperbuatnya itu tetaplah tidak sia-sia. Ada hikmah yang bisa kita ambil. Diantaranya,
Allah ingin membuktikan bahwa ayat-Nya tentang bagaimana jadinya umat Islam kalau dipimpin
Padahal, perasaan Ihsan inilah yang nantinya akan menyebabkan kita akan merinding-rinding dan
merasa dingin disekujur tubuh kita, yang oleh Nabi SAW dinamakan Riqqah. Kita benar-benar
merasakan bahwa kita sedang dilihat, diamati, diawasi oleh Allah, Dzat Yang Maha Jamal dan
Ketika Allah memperlihat keadaan Jamal dan Jalal-Nya ini pulalah yang akan membuat airmata
kita jatuh berderai-derai. Saat Allah merasakan ke dalam hati kita Maha Kasih Sayang-Nya, maka
airmata kita jatuh bercucuran menahan bahagia. Saat Allah merasakan ke dalam Hati kita Maha
Perkasa-Nya, tubuh kita akan menggigil-gigil ketakutan. Takut yang sebenar-benar takut. Bukan
takut yangsekedar diucapan bibir saja. Air mata kita juga akan jatuh berguguran dengan sangat
deras. Semua itu silih berganti dan bergelombang turun ke dalam hati kita.
Air mata itu seakan membasuh HATI kita, menyelup hati kita, menyuci hati kita. Sehingga hati kita
yang tadinya gelap, mati, buta, tuli, dan keras membatu menjadi Hati yang jernih dan bercahaya,
Hati yang lunak dan lembut, hati yang melihat dan mendengar. Hati kita yang sudah dibasuh
Bagian Penutup
Kita sudah bahas tentang MUDGHAH yang sering diterjemahkan orang sebagai HATI atau
JANTUNG yang ada di dalam dada. Dan kita sudah bahas bahwa Mudghah itu kelihatannya lebih
cocok kepada keadaan yang dipunyai oleh OTAK. Kita juga sudah bahas apa yang disebut dengan
RAGA dan apa pula yang dimaksud dengan JIWA. Bahwa JIWA adalah gabungan antara
Begitu juga, kita telah membahas tentang fungsi Otak sebagai terminal interface yang
menghubungkan Jiwa dengan Raga. Bagaimana jadinya hati kita kalau informasi tentang SUATU
HAL yang masuk ke dalam hati kita adalah melalui otak kiri dan bagaimana pula kalau itu melalui
melalui otak kanan kita. Hasilnya akan berbeda walau untuk satu hal yang sama. Inilah kemudian
yang kita sebut sebagai persepsi atau paradigma versi otak kiri dan versi otak kanan terhadap
satu hal yang sama. Akan tetapi dari kedua versi itu tidak ada mana yang salah dan tidak ada
mana yang benar. Yang menjadi berbeda hanyalah karakter dan cara bertindak kita saja terhadap
Dalam menghadapi sebuah masalah, ada kita yang kuat di logika serial dan kerja administratif
karena kita lebih banyak memakai Otak KIRI kita sebagai saluran informasi yang masuk ke dalam
hati kita, dan ada pula kita yang kuat di logika Holistik dan kerja penuh Inovasi karena informasi
yang masuk dan keluar dari hati kita adalah melalui Otak KANAN kita. Paradigma yang manapun
yang kita punyai, kalau kita melakukannya dengan bersungguh-sungguh insyaallah hasilnya akan
Kita juga sudah membahas pula tentang bagaimana perkembangan dari proses Nafi-Isbath yang
bermula sejak zaman Nabi Ibrahim AS yang ingin mengenal Allah, yang kemudian ternyata telah
bermetamorposis menjadi proses pembersihan Cakra-cakra yang dilakukan oleh penganut agama
banyak melenceng sesuai dengan perjalanan waktu, melalui syariat Nabi Muhammad SAW. Beliau
dengan, dasar-dasar yang ada di dalam Al Quran, mengenalkan Dzikrullah (Ingat kepada Allah)
sebagai aktifitas puncak bagi umat manusia. Di dalam shalat kita ingat Allah. Aqimishhalati lidzikri.
Di dalam pelaksanaan ibadah Haji dan Umrah, semua aktifitasnya mengisyaratkan bahwa kita
harus ingat kepada Allah (dzikrullah). Begitu juga di dalam pelaksanaan ibadah puasa, sedekah,
zakat, dan sebagainya. Saat mengucapkan kalimat laa ilaha illallah sekalipun, atau panggilan-
panggilan kita kepada Allah melalui Nama-nama-Nya Yang Agung, ingatan kita juga sudah tidak
Empat generasi kemudian Ajaran Rasulullah SAW kembali terkontaminasi dengan ajaran-ajaran
meditasi Hindu dengan memunculkan konsep pembersihan Lathaif-lathaif, dan kemudian berlanjut
dengan proses-proses mencari ketenangan dan kebahagiaan lainnya yang hampir sama, yang
Ajaran Islam yang tadinya mudah dan sederhana kemudian berubah menjadi ajaran yang sulit,
rumit, dan aneh-aneh. Itu terjadi karena Dzikrullah sudah menjadi barang yang langka dan sulit
Tetapi, atas takdir yang telah dirancang oleh Allah, sekarang muncul kembali kesederhanaan dan
kemudahan dalam dzikrullah yang sangat menyejukkan, seperti munculnya semburan mata air di
tanah yang dulunya kering kerontang. LANTARAN untuk kemudahan dalam dzikrullah itu ternyata
adalah Ustad Hussien BA. Latiff, yang dengan Beliaulah saya menimba ilmu yang belum pernah
Dengan kapasitas Beliau sebagai Lantaran bagi munculnya kembali Tasawuf Jalan Nabi-Nabi pada
abad ini, maka proses Nafi-Isbath yang sangat meletihkan itu ternyata bisa dituntaskan dalam
sebuah praktek Dzikr (mengingat) yang sangat sederhana, yaitu proses MENGINGATI ALLAH
(DZIKRULLAH). Disinilah kami, murid-murid Beliau, MENYADARI bahwa selama ini kami ternyata
telah berdzikir dengan cara yang salah, dan dengan memakai alat yang salah pula. KESADARAN
akan kesalahan masa lalu dan kesadaran bahwa tidak mungkinlah Nabi mengajarkan kesulitan
bagi umat Beliau, itulah yang telah membuat kami, murid-murid Beliau, merasa tidak bisa lagi
Sekarang kemanapun kami pergi, sedang apapun kami, maka kami, alhamdulillah, selalu merasa
sedang MENJUNJUNG DAN MEMIKUL INGATAN KEPADA ALLAH. Apapun masalah yang kami
hadapi, ingatan kami tetap berpaut erat dengan Allah. Tidak ada lagi tempat di dalam hati atau
minda kami untuk ingatan kepada yang lain selain dari Allah. Kalaupun kadang-kadang ingatan itu
lepas juga, kami kembali masuk ke dalam base camp untuk berkhalwat membina diri
Sampai disini berakhirlah Artikel Antara DZIKR ataukah NAFI-ISBATH ini. Mohon diperbanyak
maaf
Kita akan berjumpa kembali, insyaallah, dalam artikel dan frekuensi yang lain.
Wallahu alam
Selesai