Anda di halaman 1dari 225

Ditulis dalam INSPIRASI | Meninggalkan komentar

DUDUKNYA ORANG BERMAKRIFATULLAH, Bagian-1


Juni 16, 2015 oleh Murid Dalam Sikap Bertuhankan Allah SWT.

Makhluk Dibatas Sepi.

Mungkin suatu saat kita pernah dilanda oleh sakit yang agak parah sehingga kita harus dirawat

dirumah sakit. Siang hari, mungkin ada beberapa teman kita yang berkunjung untuk

memperlihatan bahwa mereka punya perhatian kepada kita. Perawat dan dokter juga rajin

berkunjung memeriksa kesehatan kita. Boleh jadi pula ada anak, istri atau suami kita yang

menemani kita dari pagi sampai malam. Akan tetapi pada suatu saat, tatkala tengah malam

datang menjambangi kita, mata kita ternyata masih belum bisa kita pejamkan dalam sebuah tidur

yang lelap. Saat itu teman kita hanyalah botol cairan infus yang dengan telaten meneteskan

cairannya kedalam tubuh kita. Tiba-tiba kita seperti merasakan sebuah kesepian yang sangat

mencekam. Kita seperti sedang hidup di alam kesendirian. Sepi, Sunyi

Kita menjadi sedih dengan diri kita sendiri. Teganya diri kita yang sedang sakit ini memisahkan

kita dengan orang-orang yang kita cintai, dengan sahabat tempat kita bercanda ria, dengan teman

sejawat di kantor atau ditempat kerja kita, dengan harta benda yang kita miliki, dengan rumah

kita, dengan kendaraan kita, dan sebagainya. Tubuh kita seperti sedang mencabut semua yang

kita miliki dan senangi itu dari tangan kita.

Jarum jam terasa seperti begitu lambatnya bergerak. Rasanya kita ingin mempercepat putaran

jarum jam itu agar ia bisa berlari kencang untuk menjemput pagi. Kita merasa tidak kuat

menahan kesepian dan kesunyian itu sendirian. Kita seperti orang yang sedang merindukan

munculnya cahaya matahari pagi. Karena dengan adanya cahaya matahari itu berarti kita merasa

akan bisa bertemu kembali dengan orang-orang yang datang menjenguk kita. Tiba-tiba saja

muncul kerinduan kita untuk mendengarkan kicauan burung-burung di pagi hari menyambut

datangnya sinar matahari. Padahal sebelum-sebelumnya sinar matahari pagi dan nyanyian

burung-burung itu tidak menjadi titik perhatian kita sama sekali.

Andaikan di dalam sakit itu kita tidak bisa bangun dari tempat tidur, perasaan kita lebih bergejolak

lagi. Bagaimana kalau kita ingin BAB dan BAK?. Bagaimana kalau cairan infusnya macet?,

bagaimana kalau ?, bagaimana kalau?. Seribu ingatan seperti datang bergelombang silih
berganti memenuhi kepala kita. Malam itu seakan kita jalani dengan kesendirian yang

menakutkan.

Kalaulah saat itu ada orang lain yang menemani kita tidur dirumah sakit itu, kita ingin

mengadukan masalah kita itu kepadanya. Kita tidak kuat menanggungnya sendiri. Kita

merindukan adanya orang lain tempat kita mencurahkan dan mengadukan segala permasalahan

yang sedang kita rasakan itu. Kita merindukan adanya orang lain tempat kita berkata-kata,

tempat kita berkeluh-kesah. Kita ingin mengurai kesendirian kita itu. Kita ingin berbagi

penderitaan kita dengan orang-orang yang kita anggap dekat dengan kita selama ini

Pada keadaan yang lain, tatkala kita telah beranjak tua dan sakit-sakitan, dan kita sudah dirawat

dirumah saja, karena dirumah sakitpun keadaan kita tidak akan banyak berubah, maka keadaan

yang akan kita alami bisa lebih menyedihkan lagi. Biasanya kita sudah tidak bisa apa-apa. Kita

butuh berbagai pertolongan dari orang-orang terdekat kita untuk berbagai kegiatan keseharian

kita. Mulai dari makan, minum, buang air, dan membersihkan badan. Kita sudah tidak bisa lagi

melakukannya sendiri. Tubuh kita sudah lemah, letih, dan tidak berdaya lagi untuk melakukan

apa-apa.

Waktu siang hari, mungkin masih banyak orang yang bisa membantu kita. Ada anak kita, ada

menantu kita, ada cucu kita, ada suami/istri kita. Akan tetapi pada waktu tengah malam, semua

mereka sudah tidur dengan lelap. Mereka sudah tidak sedikitpun memikirkan kita lagi. Tinggallah

kita sendirian. Sepi ditengah keramaian. Kalau kita ingin BAB dan BAK, kitapun terpaksa

melakukannya diatas tempat tidur. Karena kita telah dipasangi pampers seperti bayi.

Kita benar-benar telah menjadi seperti seorang bayi tua ditengah-tengah keluarga kita sendiri.

Sebab, di dalam ingatan kita, kita merasa masih punya keluarga, kita masih punya anak, kita

masih punya istri/suami. Kita masih merasa bahwa kita adalah orang tua mereka, kita adalah

saudara mereka, kita adalah istri atau suami pasangan kita. Sementara kenyataannya kita sudah

tidak bisa mengharapkan apa-apa dari orang-orang yang terdekat dengan kita itu.
Saat itulah kita akan merasa kesepian dan kesendirian yang sangat mencekam. Segala prasangka

kita tentang keluarga kita, tentang kepemilikan kita terhadap mereka, ternyata hanyalah khayalan

kita saja selama ini. Sebab kalau mereka adalah milik kita, maka kita akan bisa memegang

mereka setiap saat sebagai tempat bergantung kita, sebagai tempat kita mencurahkan keluh-

kesah dan penderitaan kita, sehingga kita bisa terlepas dari semua permasalahan kita itu.

Saat itu barulah kita sadar bahwa ternyata kita butuh tempat bergantung yang tidak akan pernah

jauh dari kita. Kita butuh alamat kita berkeluh kesah yang selalu menemani kita setiap saat.

Sebab apapun tempat kita bergantung dan berkeluh kesah selama ini ternyata adalah alamat yang

palsu.

Disinilah pentingnya kita mengetahui sejak awal-awal alamat tempat kita bergantung yang

sebenar-benarnya tempat bergantung. Karena semakin mendekati waktu uzur kita mengenali

alamat tersebut, akan semakin lama pula kita mengalami penderitaan dan kepedihan di dalam

hidup ini.

Kita akan selalu berada dibatas sepi, kita akan selalu berada dibatas rindu, sehingga kitapun

akan selalu pula mencari dan mencari tempat yang bisa mengatasi rasa sepi kita, alamat yang

bisa mengurai kerinduan kita. Namun sayangnya pencarian kita itu nyaris tak selesai-selesai juga.

Karena kita selalu salah dalam memilih tempat bergantung dan berpegangan. Kita terpilih pada

alamat yang palsu. Kita terpegang pada tempat yang ringkih

Ditulis dalam INSPIRASI | 3 Komentar


DUDUKNYA ORANG BERMAKRIFATULLAH, Bagian-2
Juli 25, 2015 oleh Murid Dalam Sikap Bertuhankan Allah SWT.

Akan tetapi, kalau kita melihat kepada sejarah Nabi-Nabi, Rasul-Rasul, dan orang-orang shaleh

terdahulu, keberadaan di wilayah batas sepi dan rindu ini adalah posisi yang paling dekat bagi

mereka dengan Allah. Mari kita lihat terlebih dahulu beberapa kisah mereka yang sangat terkenal,

diantaranya adalah:
1. Siti Hajar, istri dari Nabi Ibrahim

Di dalam sejarah Nabi-Nabi ceritakan bahwa Nabi Ibrahim AS dengan istri pertama Beliau, yaitu

Siti Sarah, untuk sekian lamanya, masih belum diberikan anak keturunan. Sampai suatu saat,

kemudian Beliau menikah kembali dengan istri kedua Beliau yang bernama Siti Hajar. Dengan Siti
Hajar inilah Beliau punya anak laki-laki yang Beliau beri nama dengan Ismail AS, yang nantinya

juga akan bertugas sebagai seorang Nabiullah pula.

Tentu saja Beliau dan Siti Hajar sangat berbahagia dengan kelahiran Ismail ini. Sudah

sepantasnya kalau kasih sayang mereka tercurah kepada Ismail kecil ini setiap saat. Akan tetapi

karena Kisah Kehidupan Nabi Ibrahim, Siti Hajar, dan Ismail ini akan menjadi sebuah contoh

tauladan dan bahan pelajaran bagi seluruh umat manusia kelak, maka di dalam kisah itu harus

termuat pelajaran tentang lika-liku kehidupan yang berisikan kerinduan, kesabaran, kebahagiaan,

kepatuhan, keridhaan, dan tentu saja jalan keluar yang sangat mencengangkan dari setiap

persoalan yang Beliau hadapi.

Ditengah-tengah kebahagiaan itu, Nabi Ibrahim diperintahkan oleh Allah untuk membawa Siti

Hajar dan Ismail yang masih bayi itu ke sebuah bukit pasir yang sekarang dikenal sebagai bukit

Shafa di Bakkah (Mekkah). Nabi Ibrahim mendapatkan wahyu dari Allah untuk meninggalkan Siti

Hajar dan Ismail di tengah-tengah gurun pasir yang sangat panas dan gersang itu. Tiada sebatang

pepohonan yang tersedia untuk berlindung dari teriknya sinar matahari. Tiada tetes air yang

mengalir untuk mendinginkan tubuh saat kepanasan ataupun untuk diminum saat kehauasan.

Tiada rumah yang bisa dipakai untuk melindungi diri beliau dan anaknya Ismail dari serangan

hewan padang pasir yang berbisa dan untuk berlindung dari dinginnya angin malam yang

menusuk tulang.

Saat itu, Nabi Ibrahim dipisahkan oleh Allah dari anak dan istri Beliau. Padahal anak tersebut telah

Beliau harap-harapkan selama sekian puluh tahun lamanya. Akan tetapi begitu anak yang diharap-

harapkan itu lahir, dalam hitungan bulan kemudian Beliau harus merelakan anak tersebut

dijauhkan dari sisi Beliau. Anak dan istri Beliau itu harus Beliau tinggalkan di sebuah tempat yang

sangat keras dan kejam kalau tidak mau dikatakan mematikan. Di padang pasir yang kering

kerontang, yang di sana juga barangkali belum ada kehidupan.

Akan tetapi karena yang memerintahkan itu adalah Allah, maka Nabi Ibrahim AS sudah menjadi

sangat yakin bahwa semua akan baik-baik saja. Walaupun pada saat itu air mata Beliau boleh saja

jatuh berderai-derai dan perasaan Beliau remuk-redam, akan tetapi keyakinan Beliau atas

penjagaan Allah atas keluarga Beliau itu sangatlah kuat. Sehingga Beliaupun akhirnya

meninggalkan kedua orang yang Beliau cintai itu tanpa menoleh-noleh lagi kebelakang

Begitu juga yang terjadi dengan Siti Hajar. Ketika Siti Hajar menanyakan kepada Nabi Ibrahim AS:

apakah penyebab dari tindakan Nabi Ibrahim itu adalah akibat adanya rasa cemburu dari Istri

pertama Beliau (Siti Sarah) ataukah ini memang murni atas perintah Allah ?; dan kemudian Nabi

Ibrahim menjawabnya bahwa Ini adalah murni atas perintah Allah, maka Siti Hajarpun menjadi

tenang. Sangat tenang sekali. Karena Beliau yakin bahwa kalau Allah yang memerintahkan, maka
Allah pasti akan menjamin segala kebutuhan Beliau. Sebuah keyakinan yang sangat kokoh akan

perlindungan Allah kepada Beliau dan anak Beliau Ismail dalam keadaan yang sesulit apapun juga.

Tidak ada ketakutan dan kekhawatiran sedikitpun yang Beliau rasakan.

Ketika bekal makanan dan minuman yang Beliau bawa sudah habis, dan anak Beliau menangis

karena kelaparan dan kehausan yang mendera, Beliau juga hanya sekedar menjalankan apa yang

harus Beliau jalankan saja. Yaitu Beliau berjalan hilir mudik antara bukit Shafa dan Marwa.

Perjalanan penuh harap. Beliau hanya berjalan saja bolak-balik dengan sebuah harapan yang pasti

bahwa bahwa Allah pasti akan menolong Beliau dan Ismail. Walaupun ketika Beliau berjalan sekali

dua kali balik, ternyata masih belum ada hasil apa-apa, namun Beliau sudah diberikan KEYAKINAN

oleh Allah bahwa hasil yang beliau harapkan itu hanyalah menunggu WAKTU saja untuk

pengkabulannya dari Allah.

Pada saatnya, setelah tujuh kali Beliau bolak balik antara puncak bukit Shafa dan puncak bukit

Marwa dengan keyakinan yang sangat kokoh bahwa Allah pasti akan menolongnya, maka Allahpun

menzahirkan apa yang sudah ditakdirkan-Nya. Bahwa air yang merupakan sumber kehidupan

akan memancar dari cerukan pasir yang terkena hentakan kaki kecil Ismail AS. Dan semenjak saat

itu, merekahlah fajar kehidupan yang akan bertahan selama ribuan tahun yang disangga oleh

aliran air yang tidak pernah meluap dan tidak pernah pula berkurang dari sumur yang terkenal

dengan sumur ZAMZAM

Kalau kita yang mengalami hal yang dialami oleh Nabi Ibrahim AS ini, logika berpikir kita akan

sangat sulit untuk bisa menerimanya. Kita akan menganggap bahwa perintah itu adalah sebuah

perintah sangat kejam dan tidak masuk akal. Kita akan bertanya dan bertanya:

Nanti istri dan anak saya bagaimana hidupnya disana?.

Bagaimana makan dan minumnya kalau bekal yang mereka bawa sudah habis?.

Bagaimana kalau disana banyak binatang buas dan binatang berbisa?,

Bagaimana mereka akan berlindung dari panas dan dinginnya cuaca?.

Saat kita meninggalkan anak dan istri kita dirumah saja, yang notabene sudah sangat lengkap

dengan makanan dan minuman, sudah terlindung dari berbagai perubahan cuaca, dan sudah

aman pula dari gangguan binatang dan dari orang-orang yang ingin berbuat tidak baik, kita masih

saja merasa khawatir. Apalagi kalau kita diperintahkan untuk meninggalkan mereka disebuah

tempat yang sangat kejam, sangat keras, dan sangat tidak layak untuk dihuni oleh binatang

sekalipun seperti yang diperintahkan kepada Nabi Ibrahim AS. Pastilah kita akan selalu bertanya:
kenapa, kenapa. Silih berganti, kita akan dilanda oleh rasa khawatir, marah, sedih, kecewa,

tidak percaya, dan rasa-rasa negatif lainnya selama berhari-hari Itu pasti

Bersambung

Tentang Nya atau nya.


Juli 21, 2015 oleh Murid Dalam Sikap Bertuhankan Allah SWT.

Pertanyaan Pak Tomi

Assalamualaikum Pak Yusdeka,

Taqqobalallohu minna wa minkum..mohon maaf lahir dan bathin

Pertanyaan yang masih mengusik saya adalah

Tentang firman Allah yang artinya Allah berfirman kepada Nya Kun Fayakun

Sebagian besar terjemahan bermakna ,nya pada kata tersebut

Menggunakan huruf kecil.

Kenapa hal tersebut bisa berbeda penafsiran..padahal yang

Menerjemahkan sudah tentu pakar dibidang bahasa.

Demikian pak mohon jawabannya.

Jazakamullah

Wassalam

Ulasan.

Ya begitulah Pak Tomi. Ternyata selama ini banyak umat Islam yang tidak tahu tentang hal ini.

Padahal ini adalah hal yang sangat VITAL bagi keimanan kita, karena ia berkenaan dengan

TAUHID kita.

Kalau ADA sesuatu selain Dzat-Nya tempat Allah SWT bersabda KUN, maka saat itu sudah ada

DUA yang ada atau wujud, yaitu Allah sendiri dan sesuatu yang lain tempat Allah bersabda KUN.

Dengan begitu, maka gugurlah TAUHID kita. Itulah gunanya kita memahami ilmu makrifatullah.

sehingga setelah itu insyaalah tidak akan ada lagi kejahilan.

Ada tiga Paham yang akan membawa kita bisa membawa kita untuk memahami hakekat dari

semua ciptaan dan peristiwa. yaitu Paham Dzatiyah, paham Wahdatul Wujud, dan paham Nur

Muhammad.

Jawaban yang sederhana ini akan mengulas apa yang membedakan paham Dzatiyah dengan
paham Wahdatul Wujud dan paham Nur Muhammad.

Pada paham Dzatiyah, Nya itu adalah sedikit saja dari Diri atau Dzat Allah tempat Allah bersabda

Kun itu. sehingga dari SEDIKIT Dzat-Nya itulah kemudian tercipta SEMUA CIPTAAN DAN

PERISTIWA. Paham ini menganggap bahwa disebalik semua ciptaan dan peristiwa adalah Dzat

Allah yang SEDIKIT, yang besarnya tidak lebih dari sebutir pasir di padang pasir, atau setetes air

dilautan. jadi kecil sekali dzat Allah yang menjadi batin bagi semua ciptaan dan peristiwa.

Sehebat, sekuat, sebesar, setinggi, sesedahsyat, seluarbiasa apapun juga yang ada dialam

ciptaan, maka itu hanyalah tak lebih dari sedikit saja dari Dzat Allah yang sedang menjalankan

peranan sesuai dengan Takdir yang telah ditentukan oleh Allah untuk terdzahir pada waktu

tertentu. Paham ini meyakini bahwa semua ciptaan dan peristiwa adalah TIDAK WUJUD, yang

WUJUD Adalah sedikit dari Dzat Allah yang sedang berperan menjalankan takdir yang telah

ditetapkan oleh Allah sejak dari zaman KUN.

Pada Paham Dzatiyah ini, untuk BISA memahami hakekat semua ciptaan dan peristiwa yang

akhirnya akan membawa kita UNTUK mengenal Allah (Makrifatullah), kita cukup hanya berbekal

ILMU saja, yaitu Ilmu pembukaan pintu Makrifatullah. Dan untuk itu kita hanya butuh waktu yang

sangat Sedikit. SEBENTAR SAJA. Setelah kita bermakrifat itu kita tinggal hanya melaksanakan

Syariat yang dicontohkan oleh Rasulullah SAW dengan sikap IHSAN.

Jadi langkahnya hanya: Dari Sifat kepada Hakekat untuk kemudian Bermakrifatullah SIFAT

HAKEKAT MAKRIFAT. . Simple sekali, dan itu bisa kita tamatkan dalam waktu sekejap. Setelah

itu kita tinggal Bersyariat saja dengan sikap Ihsan

Pada paham Wahdatul Wujud, Nya itu adalah SELURUH Diri atau DZat Allah tempat Allah bersabda

KUN itu. sehingga dari SELURUH Diri Allah itulah kemudian tercipta SEMUA CIPTAAN DAN

PERISTIWA. Paham ini menganggap bahwa disebalik semua yang dzahir adalah Allah, disebalik

semua peristiwa adalah Allah, disebalik semua gerak adalah Allah, disebalik semua nafas adalah

Allah, disebalik semua ucapan adalah Allah, disebalik semua alam adalah Allah. Alam adalah Allah,

Allah adalah alam. Makanya ada orang yang seringkali berkata: aku tidak ada yang ada adalah

Allah; Allah tidak ada yang ada adalah aku; aku adalah Aku; tidak ada aku kecuali Aku;

Dia adalah dia; aku adalah Allah, marahku adalah marah Allah, dan berbagai ungkapan

syatahat lainnya.

Pada Paham Nur Muhammad, Nya itu adalah SETENGAH atau 50% DIRI atau DZAT Allah. Artinya

Allah terlebih dahulu membelah Diri atau Dzatnya menjadi dua bagian. Yang setengah bagian

adalah Dzat-Nya yang Asli, sedangkan yang setengah bagian laginya adalah Dirinya yang

kemudian menjelma menjadi Nur Muhammad. Lalu kemudian Allah bersabda KUN kepada Nur

Muhammad itu, sehingga dari Nur Muhammad itu kemudian terciptalah semua ciptaan dan

peristiwa. Jadi pada paham ini, hakekat dari semua ciptaan dan peristiwa adalah Nur Muhammad.

Disebalik semua ciptaan dan peristiwa adalah Nur Muhammad. Batin dari semua makhluk adalah
Nur Muhammad. Tidak akan mengenal seseorang kepada Allah sebelum ia mengenal Nur

Muhammad. Setelah mengenal Nur Muhammad, barulah ia bisa bermakrifat kepada Allah. Dan

setelah itu, ungkapan-ungkapan syatahat seperti dalam paham Wahdatul wujud diataspun sangat

sering pula ia ucapkan.

Pada Paham Wahdatul Wujud dan Paham Nur Muhammad, dua-duanya membutuhkan dzikir-dzikir

khusus dengan jumlah yang sangat-sangat-sangat banyak yang harus dilakukan dalam waktu

tahunan bahkan puluhan tahun untuk mendapatkan peringkat makrifatullah. Untuk dzikir itu, kita

harus pula diajarkan oleh mursyid yang konon kabarnya haruslah sudah berperingkat Kamil dan

Mukamil melalui CARA-CARA atau JALAN-JALAN atau TAREKAT tertentu. Tanpa mengikuti tarekat

tertentu kita dianggap tidak akan pernah bisa bermakrifat. Karena menurut kedua paham ini

langkah yang harus dilakukan seseorang untuk ia bisa bermakrifat adalah dengan urutan:

SYARIAT TAREKAT HAKEKAT MAKRIFAT. Jadi amalan apapun yang kita lakukan tanpa

mengikuti cara-cara dari sebuah tarekat muktabarah tertentu, maka amalan kita itu, menurut

paham ini, akan menjadi sia-sia. Melalui talian atau tautan rohani kita dengan rohani mursyid kita

dan rohani guru-guru dari muryid kita itu, kemudian sampailah ruhani kita kepada ruhani Nabi

Muhammad, kemudian Jibril, dan setelah itu barulah kita akan bisa mengalami ekstase

makrifatullah. Biasanya kita akan bergetar hebat, berteriak -teriak, menangis histeris, guling-

gulingan, dan akhirnya kita akan diam seperti pingsan. Kalau kita sudah bisa melalui fase diam

seperti pingsan itu, maka kita akan dianggap sudah FANA. Dalam Fana itu kita biasanya akan bisa

pula mengalami pengalaman Out of body experience. kita seperti bisa mikraj ke alam-alam gaib.

Bahkan kalau kita fana di dalam shalat yang ditandai dengan kita terjatuh kebelakang seperti

pingsan, maka shalat kita itu dianggap shalat yang sudah mikraj. Dan kita tidak perlu mengulang

shalat itu lagi walau saat kita jatuh itu adalah pada rakaat pertama. Kalau kita sudah bisa seperti

ini, maka kita akan dipanggil sebagai khalifah, yang merupakan jalan awal agar kita bisa pula

menjadi mursyid disuatu saat kelak.

Nah, silahkan pakai yang mana saja yang Pak Tomi anggap mudah untuk pak Toni pahami. Tidak

pakai salah satu dari tiga paham itupun tidak apa-apa. Kalau saya DULU memakai paham Nur

Muhammad, dan sedikit paham Wahdatul Wujud. Sejak saya mendapatkan Ilmu Makrifatullah dari

Arif Billah Ustad Hussien BA. Latiff, saya hanya memakai Paham Dzatiyah saja Paham-paham

lain sudah saya masukkan ke dalam musium ilmu

Demikian Pak Tomi, wassalam

Ditulis dalam INSPIRASI | 2 Komentar


Ada Masalah Denganmu..?
Juli 10, 2015 oleh Murid Dalam Sikap Bertuhankan Allah SWT.
Kalau seperti ini apa ada masalah denganmu?

Ditulis dalam INSPIRASI | 4 Komentar


Komparasi Paradigma 2005 dan 2015
Juni 27, 2015 oleh Murid Dalam Sikap Bertuhankan Allah SWT.

Ini adalah Artikel yang saya tulis di: yahoo.groups/dzikrullah di tahun 2005.

Artikel ini bisa dikomparasikan dengan artikel saya di tahun 2015, PUASA KALI INI, SUNGGUH

BERBEDA

Kita akan bisa melihat bagaimana cara Allah yang selalu memperbaiki pemahaman kita dari waktu

ke waktu. Sungguh Dia akan mengajari kita apa-apa yang tidak kita ketahui dengan cara yang

unik.

Target Apa Yang Kau Cari Teman ?

Bulan puasa seperti tahun-tahun yang lalu datanglah sudah. Bagi teman-teman yang berbahagia

dan berpuasa, kita telah terlalu sering memang mendengarkan kuliah dan ungkapan-ungkapan

bahwa puasa adalah untuk mendapatkan ketaqwaan, bahwa puasa adalah untuk mendapatkan

idul fitri, bahwa puasa adalah untuk membersihkan diri kita dari dosa, bahwa puasa adalah untuk

untuk Tuhan, dan sebagainya.!.

Tapi cobalah perhatikan agak sejenak apa yang kita hasilkan dari puasa ke puasa. Sudah adakah

pada diri kita ciri-ciri apa yang dikuliahkan kepada kita selama ini?. Kalau belum atau paling

tidak belum mantap gitu, maka tidak ada salahnya, bagi yang mau, untuk mulai mematok

sebuah target yang akan kita capai selama bulan puasa yang telah menyapa kita ini.

Target itu jangan hanya sekedar kita tamat baca Al Quran selama Ramadhan. Jangan pula hanya

sekedar kita telah ikut shalat taraweh berbilang kali. Jangan juga hanya sekedar kita telah ikut

itikaf di masjid selama beberapa hari. Dan jangan juga hanya sekedar kita telah menahan lapar

dan haus selama 30 hari. Kalau hanya sekedar seperti ini, maka sejak zaman SD dulupun semua

itu telah kita lakukan.

Tapi puasa itu ternyata mempunyai tujuan yang lebih mulia dari rutinitas di atas yang itu ke itu

saja yang telah kita praktekkan selama ini.

Pada puasa itu ada sebuah proses untuk MERAHMATI NAFS (diri kita). Karena mata yang tidak

dirahmati Allah akan membawa kita kepada pandangan yang kurang ajar. Telinga yang tidak

dirahmati Allah akan membawa kita untuk mendengarkan hal-hal yang tidak baik. Perut yang

tidak dirahmati Allah akan mendorong kita kepada memakan apa saja dengan cara apa saja. Otak
yang tidak dirahmati akan menarik-narik dan mendorong kita ke sana sini tak tentu arah. Sulbi

yang tidak dirahmati Allah akan mendorong kita kearah kemaksiatan demi kemaksiatan.

Akan tetapi NAFS yang dirahmati, akan menjadikan :

Mata kita akan mengalirkan rahmat itu kepada mata-mata umat manusia lainnya.
Telinga kita akan mengalirkan rahmat itu kepada telinga-telinga umat manusia lainnya.
Perut kita akan masih menyisakan dan mengalirkan rahmat itu kepada perut-perut umat
manusia lainnya.
Otak kita akan mengalirkan berbagai rahmat itu kepada otak-otak manusia lainnya.
Sulbi yang dirahmati akan menebarkan rahmat itu kepada sulbi suami atau istri kita.

Pada puasa itu juga ada sebuah proses agar kita bisa BERADA DI ATAS NAFS itu. Sehingga kita

bisa membalik keadaan dari keadaan semula dimana Nafs yang mengendalikan kita menjadi

sebaliknya kita yang mengendalikan Nafs itu.

Dan yang mampu mengendalikan NAFS itu hanyalah AR RUH. Maka salah satu buah dari puasa

adalah bagaimana agar kita sadar dan ingat dari waktu kewaktu bahwa kita ini hakikinya adalah

SANG KUSIR terhadap AN NAFS. Jadi, bagaimana caranya agar buah dari puasa ini adalah agar

kita mampu berada dalam kesadaran bahwa kita ini ternyata adalah AR RUH, yang suci, yang fitri,

yang bening, yang tidak bergolak, yang selalu bersandar kepada Allah. Karena tiada lagi tempat

bersandar dan bergantung ar-ruh ini kecuali hanya kepada Allah. Karena Aku adalah milik Allah

dan kepada Allah lah aku mengembalikan kesadaranku.

Lalu target apa yang kau cari teman??.

Wass

Deka, 5 oktober 2005

Ditulis dalam INSPIRASI | Meninggalkan komentar


PUASA KALI INI, SUNGGUH BERBEDA, bagian 1/3
Juni 26, 2015 oleh Murid Dalam Sikap Bertuhankan Allah SWT.

Noor Radman 2015/06/25 at 8:42 am

@gmail.com

Assalamualaikum wr.wb.

Yth. Bapak Yusdeka.

Sudah beberapa tahun saya mengikuti tulisan2 bpk. dan Abu Sangkan, telah membuat perubahan

yg sangat berarti bagi saya. Pa Deka telah menjadi seakan menjadi guru bagi saya meski tak

kenal raut muka. dan terakhir saya mengenal Arif Billah Ustadz Hussien BA Latiff di Youtube
setelah membaca tulisan pa Deka. Terkadang saya dalam doa saya berkirim alfatihah semoga bisa

tersambung dengan bp.

Membaca kiriman Pa Abu melalui Facebook tentang Puasa, bahwa ibadah yang diwajibkan dibulan

ramadhan adalah puasa. Bagi saya puasa khawas apalagi khawasul khawas merupakan sesuatu

yang tak mungkin kami capai.

Saya bermohon kepada Allah agar melalui pa Deka kiranya dapat memberikan step by step cara

berpuasa dalam bahasa yang sederhana dan dapat dipraktekkan bagi kami yang berpuasa sambil

bekerja di kantor dan lain-lain. Berharap ramadhan yang tersisa ini dapat menjadi Ramadhan yang

terindah. Semoga Allah mengabulkan. (sudah dulu pa Deka, air mata saya keluar). terima kasih.

Dari saya Noor Radman

Wassalam Wr.Wb.

Jawaban Deka

Alaikum salam Mas Noor Radman

Mengenai Puasa, saya hanya ingin menyampaikan beberapa pengalaman sendiri yang saya alami

dalam berpuasa kali ini.

Terus terang, pada awalnya puasa adalah sebuah ibadah yang sangat berat untuk saya lakukan.

Sebab tujuannya adalah untuk mencapai sesuatu yang sepertinya hanya mudah untuk diucapkan

tetapi sangat sumir untuk bisa dipahami apalagi untuk dialami, yaitu TAQWA. Akan tetapi selama

puluhan tahun berpuasa, rasanya puasa yang saya lakukan itu ya begitu-begitu saja.

Walau pada saat yang sama saya juga sudah tahu bahwa puasa itu adalah untuk menghidupkan

Ruh dengan cara meleremkan atau melemahkan jasad kita yang terbentuk dari unsur tanah,

sehingga pada akhir ramadhan kita bisa kembali menjadi makhluk yang sudah kembali menjadi

fitrah. Makhluk Ruhani. Saya sudah tahu itu. Namun pada kenyataannya semua itu tetap hanya

seperti sebuah mimpi atau ilusi yang rasanya saya tak akan pernah sampai kesana.

Al-Ghazali (semoga Allah merahmatinya) pernah berkata: Tidak sah ibadah (seorang hamba)

kecuali setelah mengenal (Allah) yang wajib disembah. Dari situlah kemudian populer kalimat

Awaluddin Makrifatullah, awal dari agama adalah mengenal Allah.

Berbekal dengan ungkapan tersebut, apakah itu hadist atau tidak saya tidak tahu, dengan sebuah

sebab yang unik, saya kemudian dibawa untuk benar-benar mengenal Allah oleh Ustad Hussien BA

Latiff. Dari syarahan Beliau yang sangat gamblang, saya akhirnya meyakini betul bahwa :
Pada awalnya hanya Allah saja Yang Ada. Pada awalnya tidak ada siapa-siapa dan apa-apa kecuali

hanya Allah sahaja. Tidak ada yang Mengenali-Nya, tidak ada yang mengetahui-Nya, tidak ada

yang tahu Namanya, tidak ada yang tahu kebesaran-Nya. Hanya Dia sahaja yang Ada. Hanya

Dzat-Nya sahaja yang ada. Hanya Diri-Nya sahaja yang Ada.

Kemudian Allah berfirman KUN kepada setitik atau sedikit dari Dzat-Nya atau DIRI-NYA. Kemudian

dari sedikit Dzat-Nya itu Dia Ciptakan semua Makhluk yang akan menjalankan peran-peran

tertentu pada waktu-waktu yang tertentu pula.

Oleh sebab itu, semua ciptaan ini tak lain dan tak bukan adalah semata-mata (atau HAKEKATNYA)

adalah penzhahiran dari setitik Dzat Allah yang telah Dia Sabda dengan Firman KUN itu. Dengan

Sabda KUN itu, Dzat-Nya yang setitik itulah kemudian yang akan menzhahirkan Lauhul Mahfuz

dengan segala tingkah polah (SIFAT) dari makhluk yang ada didalamnya.

Oleh sebab itu, sifat apapun yang dapat kita rasakan dan pikirkan, semua itu pastilah sempurna.

Karena memang semua sifat itu pada hakekatnya berasal dari SATU SUMBER saja yaitu Dzat-Nya

yang setitik. Dzat yang dimiliki oleh Allah Yang Maha Sempurna.

Konsekuensinya, apapun yang dapat kita pikirkan, kita lihat, kita dengarkan, kita rasakan, kita

baui, dan kita raba, maka itu PASTI bukanlah Allah. Kemanapun kita menghadap, kemanapun kita

berjalan, kemanapun kita mengarah, kemanapun kita pergi, baik secara jasmani maupun secara

ruhani, maka yang kita TUJU itu tetap bukanlah Allah. Sebab semua itu hanyalah berasal dari

setitik dari Dzat-Nya saja.

Oleh sebab itu apa yang paling tinggi yang bisa kita TEMUKAN disebalik semua yang BISA kita

pikirkan, kita lihat, kita dengarkan, kita rasakan, kita baui, kita rabai, kita tujui, kita jalani, kita

arahi, atau kita apakan saja, maka itu hanyalah Dzat-Nya yang setitik atau sedikit saja. Kita tidak

boleh mengatakan bahwa itu adalah Allah. Terlalu kecil Allah kalau itu yang kita katakan Allah.
Jadi sebenarnya, pada hakekatnya, yang wujud:

Disebalik Jasad kita adalah Dzat-Nya.

Disebalik Nyawa kita adalah Dzat-Nya.

Disebalik Ruh kita adalah Dzat-Nya.

Disebalik Hati atau Akal kita adalah Dzat-Nya.

Disebalik Nafas kita adalah Dzat-Nya.

Disebalik Darah kita adalah Dzat-Nya.

Disebalik sel-sel tubuh kita adalah Dzat-Nya.

Sampai disini saja sebenarnya kita sudah SELESAI dalam mengenal diri kita sendiri. Bahwa

sebenarnya kita ternyata adalah TIDAK WUJUD. Yang Wujud bagi diri kita sebenarnya adalah

Dzat-nya yang sangat sedikit saja dari Dzat-Nya yang sedikit.

Al Ghazali mengkonfirmnya dengan mengatakan bahwa: orang yang mengenal dirinya dan

mengenal Tuhannya niscaya sudah pasti ia mengenal bahwa ia TIADA mempunyai wujud bagi

dirinya, (Ihya Ulumudin Bk. 7, 427, (1981))Ditulis dalam INSPIRASI | 17 Komentar


PUASA KALI INI, SUNGGUH BERBEDA, bagian 2/3
Juni 26, 2015 oleh Murid Dalam Sikap Bertuhankan Allah SWT.

Setelah kita selesai mengenal diri kita yang ternyata adalah tidak wujud, maka kemudian kita bisa

memalingkan mata kita untuk melihat kepada benda-benda yang ada disekitar kita. Kita bisa

mulai dari melihat benda-benda yang kecil sampai dengan benda-benda yang sangat besar yang

bertebaran di alam semesta raya.

Bahwa Hakekatnya Yang Wujud:

Disebalik butiran tanah adalah Dzat-Nya.

Disebalik bebatuan adalah Dzat-Nya.


Disebalik rerumputan adalah Dzat-Nya.

Disebalik pepohonam adalah Dzat-Nya.

Disebalik udara yang kita hirup adalah Dzat-Nya.

Disebalik hewan-hewan yang berkeliaran adalah Dzat-Nya.

Disebalik dinding rumah kita adalah Dzat-Nya.

Disebalik lantai yang kita injak adalah Dzat-Nya.

Disebalik kursi yang kita duduki adalah Dzat-Nya.

Disebalik makanan dan sayuran yang kita makan adalah Dzat-Nya.

Disebalik air yang kita minum adalah Dzat-Nya.

Disebalik piring, sendok, dan gelas yang kita pakai adalah Dzat-Nya.

Disebalik kendaraan yang kita kendarai adalah Dzat-Nya.

Disebalik semua suara dan bunyi adalah Dzat-Nya.

Disebalik bebauan adalah Dzat-Nya.

Disebalik planet-palnat adalah Dzat-Nya.

Disebalik bulan dan matahari adalah Dzat-Nya.

Disebalik bintang-bintang adalah Dzat-Nya.

Disebalik galaksi adalah Dzat-Nya.

Disebalik Dark Matter adalah Dzat-Nya.

Disebalik Dark Energy adalah Dzat-Nya.

Disebalik the observable Universe.. adalah Dzat-Nya.

Bahkan bagi siapapun yang sudah terlanjur kesengsem dengan alam-alam getaran dan alam

gelombang yang bisa mengayun dan meliuk-liukkan tubuh kita dengan gemulai kesana kemari.

Sekarang cobalah sadari pula, walau hanya sebentar saja, bahwa Hakekatnya Yang Wujud:

Disebalik semua getaran adalah Dzat-Nya.


Disebalik semua gelombang adalah Dzat-Nya.

Disebalik cahaya adalah Dzat-Nya.

Disebalik kekuatan dan daya adalah Dzat-Nya.

Jadi, di dalam Lauhul Mahfuz, pada Hakekatnya (sebenar-benarnya) tidak ada satupun yang

Wujud kecuali hanyalah Dzat-Nya semata-mata. Yang terzhahir menjadi Sifat-Sifat adalah Dzat-

Nya yang disebut sebagai Dzat-Nya Yang Zhahir, dan disebalik Sifat-Sifat yang tetap TESEMBUNYI

sebagai HAKEKAT adalah Dzat-Nya juga yang disebut sebagai Dzat-Nya Yang Bathin.

Tidak terpisah antara Yang Dzahir dengan Yang Bathin. Tidak terpisah antara Sifat dengan

Hakekat. Sifat dan Hakekat itu tetap hanyalah satu. Karena Sifat dan Hakekat itu hanyalah

gambaran dari Aktifitas dan Perlakukan Allah terhadap sedikit dari Dzat-Nya yang besarnya

hanyalah seperti sebutir pasir di padang pasir, atau setetes air di dalam lautan, terhadap Dzat-Nya

keseluruhan yang Maha Indah dan Maha Agung.

Setelah kita mengenali Sifat-sifat, kita akan segera pula menyadari akan HAKEKAT. Bahwa

sebenarnya disebaik Sifat-sifat itu ada Dzat-Nya yang sedikit yang menjadi HAKEKAT dari semua

sifat-sifat itu. TIDAK ada apa-apa lagi lagi setelah HAKEKAT kecuali hanya kita BERMAKRIFAT

kepada Allah. Makrifatullah.

Artinya, setelah kita mengenal Allah, makrifatullah, kita sudah tidak perlu lagi membahas-bahas

apa-apa tentang Allah, tidak perlu berandai-andai lagi tentang Allah, tidak perlu membayang-

bayangkan apa-apa lagi tentang Allah, tidak perlu melakukan perjalanan-perjalan apa-apa lagi

untuk bertemu dengan Allah. Tidak perlu.

Kalau sudah Bermakrifat kepada Allah, Makrifatullah:

Kita mau membahas apa tentang Allah?, bukankah Dia Laisa kamistlihi syaiun?.

Kita mau membayangkan apa tentang Allah?, bukankah Dia Laisa kamistlihi syaiun?.
Kita mau mengandaikan apa tentang Allah?, bukankah Dia Laisa kamistlihi syaiun?.

Kita mau berjalan kemana lagi untuk menemui Allah?. Apa kita mau berjalan ke langit?. Atau Apa

kita mau berjalan ke dalam diri kita sendiri?.

Kita mau menjalankan apa lagi untuk bertemu dengan Allah?. Apakah kita mau menjalankan

RUH,atau mau menjalankan SOUL, kata orang bule, untuk bisa bertemu dengan Allah?.

Bukankah kita sebenarnya tidak pernah terpisah dengan Allah?. Bukankah semua kita ini, semua

ciptaan, dan seluruh peristiwa-peristiwa, sebenarnya adalah gambaran atau sifat-sifat yang

melekat pada SEDIKIT dari DZAT Allah sendiri?. Masak Dzat atau Diri Allah terpisah dengan Allah?.

Disinilah kita banyak yang keliru selama ini. Dari sifat-sifat, dari benda-benda, dari peristiwa-

peristiwa, dari gejala-gejala getaran dan gelombang, kita terburu buru untuk berkata bahwa

disebalik semua itu adalah Allah yang mengatur dan menggerakkannya.

Kita terlalu terburu-buru mengatakan bahwa yang menggerakkan nafas kita adalah Allah. Yang

menggerakkan Alam adalah Allah. Yang menggetarkan gelombang adalah Allah. Yang memberi

cahaya kepada alam adalah Allah. Sehingga tidak ada kegentaran dan keterkejutan kita sedikitpun

saat kita menyebut nama Allah

Karena kalau kita mengatakan bahwa yang menggerakkan nafas kita adalah Allah, maka rasanya

Allah adalah sangat kecil sekali. Kalau kita mengatakan bawa yang menggerakkan kita dan

bintang-bintang adalah Allah, maka Allah yang seperti itu masih bisa kita bayangkan dan pikirkan.

Masih terlalu kecil rasanya. Padahal yang kita temukan dan hadapi saat itu barulah Dzat-Nya yang

Sedikit.

Walaupun kita sudah mencoba untuk melihat ke langit yang tinggi, dan kita sudah menengadah

pula keatas sebagai isyarat bahwa kita sedang menghadap kepada Allah, namun semua usaha
yang kita lakukan itu tetap saja tidak menimbulkan kegentaran dan keterkejutan kita kepada

Allah. Sebab kesan kita terhadap Allah tetaplah masih terlalu kecil sekali.

Paling-paling yang akan kita rasakan adalah getaran-getaran dan gejolak dari RUH kita yang mulai

menggoncangkan tubuh kita. Kita jadi bisa bergerak-gerak sendiri dengan gerakan-gerakan yang

tidak kita atur-atur sedikitpun. Kita seperti bisa bergerak mengikuti sebuah aliran daya yang

menyelimuti kita. Kita bisa pula berbicara sendiri seperti ngoceh begitu dengan kata-kata yang

tidak kita atur-atur. Dalam istilah sekarang keadaa seperti itu disebut sebagai kondisi TRANCE.

Karena Ruh kita sudah mulai merasakan keadaan di luar dari tubuh kita, maka biasanya kita akan

bisa pula menangis tersedu-sedu, bahkan sampai berteriak-teriak. Setelah tangisan dan teriakan

itu, kemudian kita akan menjadi tenang. Kita kemudian akan berbinar-binar untuk mengatakan

bahwa dengan melakukan sebuah ritual atau latihan tertentu kita bisa merasa TENANG dan

BAHAGIA. Dengan begitu maka kita segera saja akan DIJERAT untuk tetap melakukan RITUAL

atau LATIHAN-LATIHAN itu dengan semangat 45. Kita tidak akan bisa lagi keluar dari keadaan

yang telah kita anggap bisa membuat kita tenang dan bahagia.

Hanya saja jarang ada yang BISA mengkalibrasi TENANG dan BAHAGIA sebagai hasil dari latihan-

latihan atau ritual-ritual tertentu itu dengan TENANG dan BAHAGIA yang berasal dari buahnya

SHALAT. Sebab ternyata banyak yang berkata bahwa tenang dan bahagia yang ia dapatkan dari

hasil latihan-latihan itu sama saja dengan tenang dan bahagia yang ia dapatkan ketika ia shalat.

Bahkan ada yang sambil terkekeh-kekeh berkata bahwa tanpa shalatpun ia ternyata bisa tenang

dan bahagia. Bisa Happiness katanya.

Kenapa hasilnya bisa sama?. Jawabannya hanya SATU, yaitu SHALAT kita ketika itu bukanlah

SHALAT orang YANG INGAT KEPADA ALLAH. Kita shalat dalam keadaan LALAI. Kita sedikit sekali

mengingat Allah, atau bahkan tidak ingat sama sekali kepada Allah, di dalam shalat itu. Ingatan

kita malah terpaku kuat kepada sifat-sifat yang ada didepan kita. Banyak kita yang di dalam

shalat itu kita malah sedang bermain getaran, kita malah mengingati getaran, kita malah

mengingati tenang dan bahagia. Atau kalau kita tidak mengetahui itu semua, kita malah tidak

sedang mengingati apa-apa.


Kalau kita juga seperti itu, maka kemudian secara perlahan-lahan, shalat kita akan mulai

bermasalah. Kita mulai malas untuk shalat shalat sunat, kita mulai longgar dalam menjaga waktu-

waktu shalat. Kita mulai malas untuk membaca Al Quran, kita mulai malas untuk puasa-puasa

sunat. Hanya karena takut akan dosa sajalah yang membuat kita masih memaksa-maksakan diri

untuk shalat, dan juga puasa. Kalaulah tidak ada kata-kata DOSA itu, kita sudah akan

meninggalkan shalat dan puasa itu. Karena kenyataannya orang yang tidak shalat dan tidak

puasa, artinya orang yang non-muslim, yang melakukan latihan-latihan itupun tenang dan

bahagianya sama dengan tenang dan bahagia yang kita rasakan. Inilah yang sebenarnya yang

merusak dan menggerogoti akidah kita sebagai seorang muslim tanpa kita sadari.

Bersambung

Ditulis dalam INSPIRASI | 3 Komentar


PUASA KALI INI, SUNGGUH BERBEDA, bagian 3/3 (selesai)
Juni 26, 2015 oleh Murid Dalam Sikap Bertuhankan Allah SWT.

BERKAH RAMADHAN YANG TERLUPAKAN.

Sekarang kita sudah hampir selesai melakukan puasa pada 10 hari pertama. Kita akan memasuki

10 hari yang kedua dan 10 hari yang ketiga puasa. Walaupun agak terlambat, namun untuk Pak

Noor dan juga siap-siapa yang ditakdirkan untuk bisa mengikutinya, marilah kita lakukan mulai

hari ini untuk kita puasa dari keterpesonaan terhadap sifat-sifat. Kita puasa dari membicarakan

sifat-sifat. Kita puasa dari berbicara tentang benda-benda, tentang makanan dan minuman,

tentang kegiatan orang lain, dan tentang fenomena-fenomena yang ada disekitar kita.

Kita pejamkan MATA kita buat sejenak. Kita naikkan hitam bola mata kita sedikit kearah atas.

Tindakan kita ini akan mengaktifkan MATA HATI kita. Lalu kita fokuskan pandangan MATA HATI

kita itu memandang ke alam HAKEKAT. Kita pandang Dzat-Nya yang ada disebalik semua sifat-

sifat dengan MATA HATI kita. Mata hati kita tidak akan melihat apa-apa. Harus tidak melihat apa-

apa.

Sedangkan HATI kita selalu kita pakai untuk MENGINGATI ALLAH. Ya, kita hanya perlu INGAT

saja kepada ALLAH di dalam hati kita yang halus yang berhubungan dengan OTAK kita. Saat

Hati kita mengingat Allah, kita hunjamkan pandang MATA HATI kita itu kepada HATI kita yang

sedang MENGINGAT ALLAH itu. Mata hati kita itu tidak akan melihat apa-apa. Sebab Allah

memang tidak ada rupa, tidak ada warna, tidak ada huruf, tidak ada suara. Tidak kelihatan apa-
apa. Kalau kita melihat bayangan macam-macam, katakan saja pergi kau, kau bukanlah Tuhan

saya. Dan dengan seketika itu juga bayangan itu akan hilang dari pandangan mata hati kita.

Dengan kita tetap menaikkan hitam bola mata kita kieatas dalam keadaan mata tertutup, artinya

MATAH HATI kita bisa kita tumpukan terus kepada HATI kita yang sedang mengingati ALLAH,

maka INGATAN kita kepada ALLAH itu akan TERKUNCI. Ingatan kita akan terhalang untuk

dimasuki oleh ingatan kepada apa saja yang lain selain dari ingatan kepada Allah.

Kalau hati kita sudah kita kunci untuk selalu mengingati Allah, maka secara otomatis Hati kita itu

akan tidak bisa lagi dimasuki oleh iblis. Sebab iblis itu hanya akan bisa masuk kedalam hati kita

ketika hati kita itu sedang tidak mengingat Allah.

Ketika hati kita INGAT HANYA kepada semua sifat-sifat seperti yang telah kita sebutkan diatas,

maka lewat pintu ingatan itu pulalah iblis akan bisa mendompleng untuk masuk pula kedalam hati

kita. Misalnya, kalau ingatan kita kepada makanan dan minuman secara terus menerus, maka iblis

akan masuk kedalam hati kita melalui ingatan kita terhadap makanan itu. Sehingga kerjaan kita

setelah itu adalah kita akan memburu makanan dan minuman keberbagai tempat. Kalau kita

selalu ingat kepada pornografi, maka iblis akan segera masuk kedalam hati kita melalui pintu

ingatan kita kepada pornografi itu, sehingga apapun yang berbau pornografi akan menjadi ajang

perburuan kita.

Jadi, ciri-ciri hati kita yang sudah dimasuki iblis itu adalah, kita akan seringkali mengkhayal, kita

akan dibawa masuk oleh iblis ke alam lamunan. Makanya ketika itu yang akan kita ingat-ingat

adalah berbagai keanehan, berbagai kejahatan, berbagai keburukan, berbagai hal yang negatif.

Atau bisa pula kita dibawa memasuki berbagai alam yang keadaannya saja yang kelihatan positif,

baik, benar, tenang, dan bahagia, akan tetapi pada saat itu kita sebenarnya sedang LUPA BERAT

kepada Allah.

Nah ternyata di bulan ramadhan ini Allah telah memudahkan kita untuk membersihkan hati kita

dari susupan iblis. Karena setiap kali kita ingat kepada hal-hal yang selama ini halal untuk kita

lakukan disiang hari, kita ingat bahwa kita sedang puasa, maka saat itu juga iblis akan TERIKAT
dan tidak bisa masuk lagi kedalam hati kita, paling tidak selama kita puasa disiang hari. Itulah

makna dari hadist yang mengtakan bahwa selama bulan ramadhan ini iblis dibelenggu. Itu terjadi

karena kita tidak terlalu mengingat-ingat kesenangan dunia selama kita berpuasa disiang hari.

Makanya iblis seperti terikat dan tidak berdaya untuk masuk kedalam hati kita.

Akan tetapi kalau hanya seperti ini yang kita lakukan, maka di malam hari, saat semua yang

dihalalkan bagi kita sudah bisa kita lakukan kembali, maka ingatan kita kembali akan mengingati

sifat-sifat seperti sediakala. Kembali mengingati sifat-sifat, artinya adalah kita membuka kembali

pintu selebar-lebarnya bagi iblis untuk masuk kedalam hati kita.

Oleh sebab itu, selama bulan ramadhan ini, sungguh merupakan sebuah kesempatan yang sangat

besar bagi kita untuk selalu ISTIQAMAH dalam mengingati Allah. Dengan mengingati Allah, maka

HATI kita akan menjadi TENANG, BERSIH, dan BERCAHAYA. Hanya dan hanya dengan mengingati

Allahlah Hati kita ini akan bersih, tenang, dan bercahaya. Dan hanya Hati yang sudah seperti inilah

yang akan dapat menangkap turunnya Rahmat dan Ampunan Allah, serta menangkap turunnya

malam kemulyaan, Lailatul Qadar. Malam yang bagi generasi Nabi-nabi dan Rasul-rasul sebelum

Nabi Muhammad hanya turun sekali dalam seribu bulan. Sedangkan bagi umat Nabi Muhammad,

Allah telah berkenan menurunkan bulan kemulyaan itu disetiap bulan Ramadhan.

Oleh sebab itu, mumpung ramadhan masih tersisa sekitar dua puluh hari lagi, tidak ada kata

terlambat bagi kita untuk mulai saat ini juga, untuk kita puasa yang sebenar-benarnya puasa.

Yaitu kita puasa dari memandang segala SIFAT-SIFAT. Kita puasa dari memandang,

mendengarkan, membaui, merasakan, menyicipi berbagai SIFAT-SIFAT yang selama ini

membelenggu kita. MATA HATI kita, kita jadi pertajam untuk bisa memandang Dzat-Nya (yang

sedikit) yang ada disebalik semua sifat-sifat itu. Karena Dzat-Nya (yang sedikit) itulah sebenarnya

yang Wujud, yang menjadi HAKEKAT dari semua sifat-sifat itu. Dan HATI kita, kita kunci agar bisa

ISTIQAMAH untuk hanya mengingati Allah sahaja di setiap waktu. Dzikrullah.

Lalu di dalam shalat, kita berbicara, kita rukuk dan sujud menghormat kepada Allah yang sedang

kita INGAT. Di luar shalat, kita berdiri, kita duduk, kita tiduran, kita berjalan, kita bekerja, kita

meneliti, kita memimpin, dan sebagainya, semuanya itu kita lakukan dalam keadaan HATI yang

selalu mengingati Allah.


Catatan kecil: Hati yang dimaksud disini bukanlah hati yang berada di dalam DADA, bukan

jantung, bukan lever. Bukan. Tapi hati yang dimaksudkan itu adalah Hati yang halus atau Akal

yang berkedudukan atau berkaitan erat dengan OTAK.

Dengan begitu, insyaallah, ramadhan kita kali ini akan jadi sangat berbeda dengan ramadhan-

ramadhan kita yang sebelumnya.

Insyaallah

Demikian ilham yang turun kali ini, semoga bermanfaat bagi Mas Noor Radman khususnya dan

kepada siapa saja yang sempat membaca artikel ini umumnya.

Wassalamualaikum

Ditulis dalam INSPIRASI | 1 Komentar


Hanya Sebentuk Wadah Untuk Mengurai Langkah
Agustus 25, 2015 oleh Murid Dalam Sikap Bertuhankan Allah SWT.

Sebuah WADAH untuk menyebarkan MAKRIFATULLAH sebagai FONDASI dalam setiap

IBADAH serta LAKUAN

Untuk bisa DZIKRULLAH (Mengingat Allah) kita wajib untuk bisa Makrifatullah (mengenal Allah)
Saat Syahadat kita wajib untuk bisa Mengingat Allah

Saat Shalat kita wajib untuk bisa Mengingati Allah

Saat berpuasa kita wajib untuk bisa Mengingati Allah

Saat berzakat kita wajib untuk bisa Mengingati Allah

Saat Melaksanakan Haji kita wajin untuk bisa Mengingati Allah..

Bahkan:

Saat berdiri kita wajib untuk bisa Mengingati Allah

Saat duduk kita wajib untuk bisa Mengingati Allah

Saat tiduran kita wajib untuk bisa Mengingati Allah

Saat berdagang kita wajib untuk bisa Mengingati Allah

Saat bekerja kita wajib untuk bisa Mengingati Allah

Mengingati Allah akan membuat HATI kita BERSIH dari ingatan kepada yang selain Allah

Mengingati Allah akan membuat HATI kita TENTERAM dari segala gejolak dan kocakan

Mengingati Allah akan membuat HATI kita BERCAHAYA

HATI yang bersih akan membuat RUH menggigil..

HATI yang tenteram akan membuat RUH bergegar

Hati yang bercahaya akan membuat RUH berloncatan

Hati yang bersih akan mampu menangkap ilham TAKWA

Hati yang tenteram akan mampu menangkap Adzkurkum ALLAH

Hati yang bercahaya akan mampu menangkap KEBENARAN akan KEBESARAN, KEWUJUDAN, dan

KEKUASAAN ALLAH

Ketika KEBENARAN itu sudah TERSINGKAP,

MATA HATI semata-mata hanya akan melihat LAKUAN DZAT

Maka sebenarnya:

Yang MELEMPAR adalah DZAT


Yang DILEMPAR adalah DZAT

Yang MEMBUNUH adalah DZAT

Yang DIBUNUH adalah DZAT

Yang MENCACI adalah DZAT

Yang DICACI adalah DZAT

Yang KAFIR adalah DZAT

Yang BERIMAN adalah DZAT

Yang MAKAN dan MINUM ada adalah DZAT

Yang DIMAKAN dan DIMINUM adalah DZAT

Dan sebenarnya Allahlah yang sedang BERGURAU SENDA dengan SEDIKIT DZAT-NYA itu

Seperti GAJAH yang sedang menggoyang-goyangkan EKORNYA

Ada MASALAH?.

Salam. Ditulis dalam INSPIRASI | 1 Komentar


DUDUKNYA ORANG BERMAKRIFATULLAH, Bagian-3
Agustus 24, 2015 oleh Murid Dalam Sikap Bertuhankan Allah SWT.

2. Nabi Yunus AS, Nabi Musa AS, Ibrahim AS, Masyitah, sampai dengan Nabi Muhammad SAW

Nabi Yunus As juga mengalami proses yang membawa Beliau masuk ke wilayah batas sepi dan

rindu yang sangat ekstrim. Mulai dari penyeruan Beliau terhadap kaum Niwana agar mereka mau

menyembah Allah sebagai Tuhan mereka, dan agar mereka mau meninggalkan perbuatan maksiat

yang saat itu sangat merajalela ditengah-tengah umat tersebut. Akan tetapi kaum tersebut

menolaknya sehingga Allahpun menakdirkan umat tersebut untuk mengalami azab berupa badai

yang sangat menghancurkan.

Nabi Yunus As, dengan izin dan takdir Allah, melarikan diri dari umat Beliau tersebut sampai ke

sebuah pantai. Kemudian Beliau naik ke dalam sebuah kapal yang akan berlayar meninggalkan

pantai tersebut. Ditengah perjalanan, terjadilah badai yang sangat hebat sehingga sebagian

muatan kapal tersebut harus dibuang kelaut, termasuk beberapa penumpangnya. Dengan proses

pengundian berkali, kali, selalu saja Nabi Yunus As yang terpilih untuk dibuang kelaut. Walhasil,

akhirnya Nabi Yunus pun dilemparkan ke dalam laut yang sedang bergelora tersebut. Dan saat

itulah Beliau ditelan oleh ikan NUN atau Paus.


Kita tidak akan berbicara tentang keajaiban atas bagaimana Nabi Yunus bisa tetap hidup selama

beberapa waktu di dalam perut ikan NUN itu dan bagaimana proses keluar Beliau dari dalam perut

ikan itu. Kita tidak akan berbicara tentang Mukjizat-Mukjizat. Kita hanya akan melihat bagaimana

KEADAAN beliau saat itu yang berada di di wilayah batas sepi dan rindu, dan apa HAKEKAT dari

semua kejadian yang dialami oleh Nabi Yunus.

Sebab KEADAAN dan HAKEKAT dari apa-apa yang dialami oleh Nabi Yunus AS itu, sama persis

dengan: Keadaan dan Hakekat yang di alami oleh Nabi Musa AS ketika Beliau dan kaumnya

terkepung antara Lautan didepan Beliau dan Pasukan Firuan di belakang Beliau yang sedang

mengejar-ngejar Beliau untuk dibunuh oleh Firaun dan pasukannya; Keadaan dan hakekat yang

dialami oleh Nabi Ibrahim ketika Beliau dilemparkan kedalam kobaran api yang menyala-nyala

oleh Raja Namrut; Keadaan dan hakekat yang dialami oleh Masyitah (tukang sisir rambut Ratu

Firaun) dan anak-anaknya ketika Beliau dimasukkan kedalam kuali besar yang berisikan minyak

yang sedang bergejolak dan mendidih saking panasnya; Keadaan dan hakekat yang dialami oleh

Nabi Yusuf tatkala Beliau dibuang oleh saudara-saudara Beliau ke dalam sumur ditengah-tengah

padang pasir; Keadaan dan hakekat yang dialami oleh Nabi Yakub ketika Beliau menghadapi

perilaku anak-anak Beliau terhadap Nabi Yusuf.

Bahkan Keadaan dan Hakekat yang dialami oleh semua Beliau itu, tidak jauh berbeda dengan apa-

apa yang dialami oleh Nabi Muhammad SAW: Ketika Ibu dan Bapak Beliau diwafatkan oleh Allah;

Ketika Istri Beliau, Khadijah Ra, dan paman Beliau (Abdul Muthalib) di wafatkan oleh Allah; Ketika

Beliau bersama Ali bin Abi Thalib Ra dikepung oleh kaum musyrikin Mekkah untuk dibunuh; Ketika

Beliau dan Abu Bakar Siddiq Ra terkepung oleh kaum kafir Mekkah di Gua Tsur saat Beliau mau

Hijrah ke Medinah; Ketika Beliau beliau terluka dalam perang Uhud sehingga Beliau hanya bisa

duduk bersandar pada sebuah batu di dalam perut gua di gunung Uhud itu; dan ketika Beliau

berada di dalam Gua Hira sebelum Beliau menerima Wahyu.

Untuk kali ini kita hanya akan membahas tentang apa dan bagaimana KEADAAN dan HAKEKAT

yang dialami oleh para orang-orang terpilih tersebut diatas sebagai bahan Pelajaran bagi orang-

orang yang BERAKAL.

Bersambung

Ditulis dalam INSPIRASI | 1 Komentar


Mengkonfirmasi Takdir ?
Agustus 9, 2015 oleh Murid Dalam Sikap Bertuhankan Allah SWT.
Dari Bang Steria Anam:
Maaf sebelumnya pak deka, dalam sarahan utz hussein yang menurut
saya cukup ekstrem.
Beliau mengatakan bahwa ketika Rasulullah miraj dan berdialog
dengan dengan Allah sebenarnya juga sudah ditentukan dari awal
penciptaan termasuk isi dialognya, maksudnya seperti rekaman film.
Bukan sekedar ditakdirkan bertemu saja sedangkan dialognya
spontaneously

Bagaimana mengkonfirmasi hal seperti ini?

Klopun utz hussein bertemu Rasulullah dan melihat Lauh Mahfuz


seperti yang beliau jelaskan secara implisit apakah bisa menjelaskan hal
itu?

Sementara Rasulullah sendiri tidak menjelaskannya atau hal itu hanya


persepsi utz hussein saja?

-$$-
Dari Bang Bunisora Deva Nagari:
Maaf pak Deka, saya salahsatu yang meyakini adanya Nur
Muhamad(bukan berarti saya berfaham seperti itu) tapi fahaman yang
saya dapatkan tidak seperti yang pak Deka uraikan. Untuk yang lain nya
saya sangat setuju dengan pandangan pak Deka tentang penzahiran
Dzat yang sedikit. __/\__ Salam

-&&&-

Bang Sterie dan Bang Bunisora, saya akan bahas pernyataan maaf abang
diatas dalam sebuah artikel berikut ini.

Bang Sterie dan Bang Bunisora yang baik, bagi saya selama dalilnya
ada, ya nggak masalah pak. Keterangan Ustad Hussien yang lebih dalam
tentang semua itu adalah sebuah Ijtihad Beliau dari ILHAM yang Beliau
dapatkan dari Allah setiap Beliau mau memberikan Syarahan.

Bagi Rasulullah Muhammad SAW, bukti kerasulan Beliau adalah Al


Quran dan ajaran Beliau yang akan membuat hidup kita: so lite, so
easy, and so fun, yang dalam bahasa arabnya diistilahkan: la khaufun la
tahzan.

Bagi ustad Hussien, bukti kearifbillahan Beliau adalah ajaran atau


syarahan Beliau yang ternyata bagi saya dan murid -murid Beliau yang
lain kembali membawa kami seperti kembali keajaran Rasulullah SAW
seperti diatas. Hidup ini menjadi begitu indah, fun, lite, dan easy.

Betapa tidak, setiap melihat sesuatu, mata hati saya melihat Lauhul
Mahfuz yang sedang berjalan. Betapa sempurnany a rencana Allah.
Betapa harmoninya ketentuan Allah. Betapa teguhnya rencana Allah.
Betapa mengagumkan hikmah yang terkandung di dalam setiap
peristiwa. Betapa pastinya setiap kejadian untuk terzhahir pada
waktunya. Betapa kokohnya Allah menjaga agar tidak ada seorangpun
yang bisa MENGAKU bahwa seseorang itu bisa mengubah rencana yang
telah Dia TETAPKAN.

Setiap tanya kenapa yang mau terlontar dari mulut ini untuk
mempertanyakan takdir, langsung saja ayat Al Quran yang berbunyi:
Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui,
menggelegar membungkam hati yang sedang mulai berani angkuh untuk
mempertanyakan kemahasempurnaan rencana Allah.

Padahal pertanyaan itu muncul karena kita sudah terbiasa memakai


satu ayat untuk membunuh ayat yang lainnya. A tau kita terbiasa
memenggal satu ayat dan meninggalkan penggalan ayat yang lainnya.

Misalnya Ar Rad ayat 11 yang berkenaan dengan takdir dan usaha


kita, yang sangat populer kita pakai adalah Sesungguhnya Allah tidak
akan mengubah keadaan suatu kaum seb elum mereka mengubah
keadaan diri mereka sendiri. bahasannya selalu berhenti disini,
sehingga tanpa kita sadari kita jadi merasa bisa untuk mengubah
keadaan kita sendiri dengan usaha yang kita lakukan. Kita merasa bisa
berusaha.

Padahal, sambungan dari penggalan ayat itu berbunyi: Dan apabila


Allah menghendaki keburukan terhadap suatu kaum, maka tidak ada
yang dapat untuk menolaknya, dan tidak ada pelindung bagi mereka
selain Dia. Ayat ini sungguh mengacu kepada suatu KEPASTIAN
tentang takdir Allah.

Artinya, perubahan keadaan yang akan terjadi pada diri kita, itu akan
terjadi setelah tangan kita bergerak, kaki kita melangkah, dan lidah kita
berucap, untuk merealisasikan perubahan takdir yang telah ditetapkan
oleh Allah untuk terjadi pada kita. Setiap per ubahan yang terealisasi
oleh pergerakan tangan, kaki, dan lidah kita, maka itulah realisasi dari
perubahan takdir yang telah ditetapkan dan dituliskan Allah untuk kita.
Prosesnya pun dimulai dari Ilham yang diturunkan oleh Allah kedalam
AQAL atau HATI kita yang wujudnya biasanya adalah berupa sebuah
bibit pikiran.

Kalau Allah telah menetapkan sesuatu keadaan bagi kita untuk


terzhahir, maka Allah akan menahan bibit pikiran itu untuk tetap
bertahan dan bercokol di dalam Aqal atau Hati kita. Betapapun orang
lain menasehati atau mengajari kita agar kita mau berubah dari
keadaan kita sekarang, selama Allah belum menakdirkan kita untuk
berubah, maka nasehat atau pengajaran orang lain itu tidak akan bisa
mengubah keadaan kita. Sebab tangan, kaki, dan lidah kita m asih akan
tetap hanya akan menzhahirkan apa-apa yang telah ditetapkan Allah
untuk terzhahir dari tangan, kaki, dan lidah kita.
Dzat-Nya yang ada di tangan kita, di kaki kita, di lidah kita, di otak
kita, akan memastikan bahwa apa-apa yang telah ditetapkan oleh Allah
untuk terjadi pada diri kita itu akan terzhahir tepat pada waktunya.

Dengan memahami cara pandang takdir seperti ini, yang awalnya atau
basiknya disyarahkan oleh Ustad Hussien, maka cara hidup saya
ternyata juga jadi berubah dengan sangat drasti s. Saya akan melihat
segala sesuatunya sebagai pandangan orang luar saja. Saya akan
menjadi objektif dalam memandang segala sesuatu. Bahwa semua yang
terjadi, itu adalah Perlakuan Allah terhadap Dzat -Nya sendiri.

Bang Sterie dan Bang Bunisora tidak perlu minta maaf kepada saya
gara-gara abang berdua berbeda pendapat dengan apa yang saya tulis.
Tidak perlu minta maaf. Karena abang menulis itu, juga adalah apa
yang sudah ditakdirkan oleh Allah untuk terdzahir dari tangan abang.

Cobalah lihat, disebalik diri abang ada Dzat-Nya, disebalik diri saya
juga ada Dzat-Nya. Dan Dzat-Nya itulah yang memastikan tulisan saya
dan tulisan abang-abang untuk terzhahir.

Untuk siapa tulisan-tulisan itu?. Ya untuk diri kita dan diri-diri yang
lain lagi, agar mereka bisa pula m endapatkan pelajaran, Bukankah
disebalik diri-diri yang lain itu juga ada Dzat-Nya?.

Jadi, semua itu semata-mata hanyalah permainan Dzat-Nya yang


sedikit saja, yang sedang dimain-mainkan dan digurausendakan oleh
Allah.

Dan dengan memakai paradigma yang diajarkan oleh Ustad Hussien


bahwa semua permainan dan senda gurau itu sudah ditulis dan
digambarkan oleh Allah di Lauhul Mahfuz sejak dari Firman Kun, maka
TIDAK ada lagi, walau sedikitpun, ruang yang tersedia bagi kita untuk
mengaku WUJUD, untuk mengaku BISA apa-apa, dan untuk mengaku
PUNYA apa-apa Dan.. kalau sudah tidak punya apa-apa, maka kita
juga tidak akan pernah kehilangan apa -apa. Bukankan ini sebenarnya
realitas dari Fana?. Realitas dari Rukun Iman ke -6 ?.

Itu satu hal. Hal lain yang saya rasaka n setelah mengikuti Syarahan dan
Praktek Dzikrullah dengan Beliau adalah, apa-apa yang berkenaan
dengan Dzikrullah, yang selama ini membingungkan saya, dengan
sangat mengejutkan berubah menjadi terang benderang.

Sekarang saya benar-benar seperti sedang menjunjung ingatan kepada


Allah kemana-mana seperti seorang perempuan desa yang menjunjung
rantang atau talam (dalam bahasa minang) diatas kepalanya.

Dengan menjunjung ingatan kepada Allah seperti itu, Terasa sekali Ruh
menjadi sangat senang dan tenang. Set iap ada balasan ingatan dari
Allah, Ruh akan menggigil kedinginan yang terasa sampai keseluruh
tubuh, terutama di wilayah dada.

Setiap ada ingatan yang selain ingatan kepada Allah menyelinap masuk
kedalam Aqal atau hati, saya hanya menebasnya dengan pedang tauhid:
Allah tidak serupa dan tidak seumpama (laisa kamistlihi syaiun),
sehingga Aqal atau Hati ini menjadi sangat bersih, dan
tenteram. Karena Hati ini terasa hanya diisi penuh dengan ingatan
kepada Allah. Sampai Aqal atau hati ini rasanya menjadi pejal dan
kaku.

Dan yang lebih menakjubkan lagi adalah, dengan aqal atau hati yang
selalu dipenuhi oleh ingatan kepada Allah, di dalam shalat rasanya
sungguh tak terbayangkan sebelumnya. Apa -apa yang selama ini hanya
menjadi impian saya belaka, ternyata di dala m shalat itu memang ada
realitasnya pahalanya, realitas jawaban-jawaban Allah atas bacaan,
rukuk, dan sujud kita.

Begitu juga sedekah ada realitas pahalanya, membaca Al Quran ada


realitas pahalanya, kebaikan ada realitas pahalanya. Bahkan perbuatan
fujur pun ada realitas realitas dosanya

Demikian untuk Bang Sterie.

Sedangkan untuk Bang Bunisora, silahkan abang memakai Paham Nur


Muhammad. Itu adalah takdir abang sendiri. Abang akan dipaksa oleh
Allah untuk tetap berada disana selama Allah belum menakdirkan
abang untuk berubah. Bagi saya itu bukan urusan saya.

Saya dulu juga berada disana, yang ternyata itu adalah hal yang sangat
dekat dengan Paham Wahdatul Wujud. Tapi Allah menakdirkan saya
meninggalkan Paham itu dengan jalan mengenalkan saya kepada Ustad
Hussien BA Latiff.

Untuk selanjutnya bagaimana?. Saya tidak tahu Saya saat ini hanya
bisa berserah kepada Allah (Islam). Saya hanya sedang menikmati
betapa hidup dalam agama yang dibawa oleh Rasulullah ternyata SO
BEAUTIFUL, SO FUN, SO EASY, AND SO LITE , semuanya telah
diatur Allah untuk kita.

salam
Ditulis dalam INSPIRASI | 2 Komentar
Perbedaan Proses Pendalaman Lelaku
Agustus 8, 2015 oleh Murid Dalam Sikap Bertuhankan Allah SWT.

Perbedaan Pada Paham-paham ini, bukan hanya sebatas pada BAHASA


saja, tetapi juga sangat berbeda dalam hal pendalaman lakukanya.
Intinya adalah sebagai berikut:
1. Pada Paham Nur Muhammad, segala sesuatu yang berkenaan dengan
ciptaan berhubungan terlebih dahulu dengan Nur Muhammad. Ciptaan
adalah Nur Muhammad dan Nur Muhammad adalah Ciptaan. Kenal
dengan Nur Muhammad, dan telah dapat pula berhubungan
(tersambung) dengan Nur Muhammad, barulah setelah itu seseorang
bisa berhubungan pula dengan Allah. Dan yang bisa tersambung dengan
Nur Muhaammad itu hanyalah Guru -guru Mursyid yang Kamil Mukamil
saja, yang silsilahnya tersambung sampai kepada Nabi Muhammad
SAW. Sambungan itu adalah melalui GETARAN ROHANI dari Mursyid
ke grand-grand mursyid sebelumnya. Kasihan sekali kalau begitu bagi
siapa yang tidak punya mursyid, dia tidak akan pernah bisa
tersambung dengan Allah &&&&

2. Pada Paham Wahdatul Wujud, segala sesuatu yang berkenaan dengan


ciptaan adalah manifestasi dari Allah. Tidak ada lagi perbedaan antara
Allah dan ciptaan. Allah bisa beremanasi kepada ciptaan. Ciptaan bisa
manunggal dengan Allah. Besi panas sudah tidak ada bedanya lagi
dengan Api. Dia adalah aku, aku adalah Dia. Hanya orang-orang
khusus, Mursyid yang kamil mukamil, yang mempunyai silsilah
tersambung kepada Rasulullah, pulalah yang akan bisa membuat
seseorang bisa tersambung dengan Allah melalui hubungan getaran
Rohani. Tanpa bantuan getaran rohani mereka seseorang tidak akan
pernah bisa mengenal Allah dan tersambung kepada Allah. &&&

3. Pada Paham Dzatiyah, segala sesuatu yang berkenaan dengan Ciptaan


HANYALAH berhubungan dengan Dzat-Nya yang sedikit saja, yang
besarnya tidak lebih dari ukuran sebutir pasir dibandingkan dengan
padang pasir, atau setetes air masin di dalam lautan.

Akan tetapi TIDAK terpisah Dzat-Nya yang sedikit itu dengan Dzat-Nya
yang Keseluruhan, seperti tidak terpisahnya diri kita dengan kuku
tangan atau jari tangan kita.

Semua ciptaan dan peristiwa yang dialami oleh ciptaan itu adalah
penzhahiran dari apapun yang telah ditetapkan oleh Allah terhadap
Dzat-Nya yang sedikit itu. Sedangkan Dzat-Nya yang Maha Besar adalah
Maha Suci dari segala persepsi, prasangka, dan peristiwa -peristiwa.
Dari sisi pandangan Makhluk, apapun yang terjadi terhadap Setiap
Makhluk, apapun yang dilakukan oleh Setiap Makhluk, itu tak lebih dan
tak kurang adalah Penzhahiran dari aktifitas atau Afal Allah yang telah
Dia TETAPKAN semenjak Firman Kun terh adap Dzat-Nya yang sedikit
sahaja.

Jadi tidak ada tempat sedikitpun tempat bagi makhluk, walau yang
sehebat apapun juga, untuk mengatakan bahwa apapun yang dia
lakukan, itu adalah perbuatan atau Afal Allah. Misalnya, dia mengaku
bahwa perkataannya adalah perkataan Allah, atau perbuatannya adalah
perbuatan Allah, apalagi untuk mengatakan bahwa dirinya adalah Diri
Allah. Tidak bisa.

Paling banter kita hanya bisa berkata: Alhamdulillah, subhanallah, laa


ilaha illallah, Allahu Akbar, lahaula wala quwwata illa billah,
insyaallah, dan yang sejenisnya.

Akan tetapi dari sisi pandangan Allah, Dia berhak mengatakan bahwa
semua aktifitas makhluk, semua peristiwa yang terjadi terhadap
makhluk-Nya, itu adalah Aktifitas atau Afal -Nya sendiri terhadap Diri-
Nya sendiri. Sebab semua ciptaan itu adalah bagian yang sangat sedikit
atau kecil sekali dari Dzat-Nya yang Maha Indah, Yang Maha Besar.

Misalnya, saat seseorang sakit: Allah berhak berkata: Aku sakit,


kenapa tidak ada satupun dari kamu yang mengunjungi Aku?. Allah
sangat bisa berkata seperti itu.

Walau ada tujuh milyar orang yang sakit, Allah tetap bisa berkata
bahwa yang sakit tujuh milyar orang itu adalah Diri -Nya. Sebab tujuh
Milyar manusia itu tak lebih dari hanya bagian yang sangat kecil saja
dari Dzat-Nya yang sedikit.

Akan tetapi bagi kita yang sedang sakit, TIDAK ADA ruang sedikitpun
bagi kita untuk berkata: yang sakit ini bukanlah aku, tapi yang sakit
adalah Allah. Nggak bisa begitu, nanti setiap orang bisa menjadi
Allah, sehinga Allah bisa menjadi tujuh Milyar banyaknya.

Untuk berhubungan dengan Allah, kita cukup hanya mengikuti proses:


Mengenal Allah (Makrifatullah, pembukaan pintu Makrifatullah, dan
Lauhul Mahfuz yang akan membawa kita beriman penuh kepada takdir
atau rukun iman ke-6) dalam sekali atau beberapa kali Syarahan atau
Kuliah Umum, setelah itu diajarkan pula tentang Hati dan Mata Hati,
lalu diajarkan pula lebih lanjut tentang Dzikrullah (mengingati Allah),
Ibadah, Keredhaan, dan Arah Tujuan Umat. Lalu semua ibadah dan
aktifitas yang kita lakukan kita bingkai dengan Ingatan kepada Allah
secara istiqamah.

Dan setelah itu tidak ada akan lagi kejahilan insyaallah

DUDUKNYA ORANG BERMAKRIFATULLAH, Bagian-4


Agustus 24, 2015 oleh Murid Dalam Sikap Bertuhankan Allah SWT.

Namun, untuk mengetahui bagaimana KEADAAN dan HAKEKAT yang dialami oleh semua orang-

orang istimewa diatas, kita tidak perlu terlebih dahulu mengetahui ilmu-ilmu yang sangat rumit.

Kita juga tidak perlu terlebih dahulu melakukan praktek-praktek yang kesannya terlalu mengada-

ada. Misalnya:
1. Kita tidak perlu masuk terlebih dahulu ke dalam sebuah tarekat untuk berzikir yang jumlahnya

ratusan ribu kali;

2. Kita tidak perlu terlebih dahulu berkenalan dengan pengolahan dan pembersihan lathaif-lathaif;

3. Kita tidak perlu mengerti terlebih dahulu tentang Nur Muhammad;

4. Kita tidak perlu belajar terlebih dahulu tentang Sifat 20 untuk membahas apa-apa yang wajib

dan yang mustahil bagi Allah, seperti membahas sifat Wujud, Qiyam, Baqa dan sebagainya;

5. Kita tidak perlu terlebih dahulu belajar tentang Martabat 7 untuk mengetahui Alam Ahadiyat,

Alam Wahdah, Alam Wahidiyat, Alam Ruh, Alam Misal, Alam Ihsan,dan Insan Kamil.

6. Kita tidak perlu terlebih dahulu mengetahui tentang Alam Malakut yang konon katanya itu

adalah maqAq ruhaniyah di wilayah kebajikan yang hakiki atau rasa jiwa yang sejati. Konon

disanalah dunia Ruh yang hanya merindukan dan menghendaki Allah semata (tanzih), dan

disanalah taman jiwa yang hakiki, dengan keindahan Asma dan sifatNya Allah yang terpantul

dalam hamparan Ruh kekasih Allah. (?)

7. Kita juga tidak perlu terlebih dahulu mengarungi alam Jabarut dan Alam Jabarut, yang konon

katanya itu adalah Alam Ilahi yang menjadi hamparan Marifatullah. Di dalam alam ini seluruh

elemen SATU DALAM BANYAK DAN BANYAK DALAM SATU, menjelma dalam penyucian tasbih

kepada Allah semata. Dunia Rahasia Ilahi. Dan diatas Alam Jabarut masih ada lagi Alam Lahut,

Alam Hahut dan Alam Bahut serta Alam Ahut. (?).

8. Kita tidak perlu terlebih dahulu melakukan Rabithah dengan cara MENGAITKAN ruhani kita

dengan seseorang yang kita anggap sebagai Mursyid, Syeikh, atau orang-orang yang kita anggap

sebagai guru spiritual kita.

9. Kita tidak perlu terlebih dahulu membayang-bayangkan wajah mereka sebelum kita melakukan

sebuah ritual dzikir.

10. Kita tidak perlu terlebih dahulu BERTAWASUL untuk mendekatkan diri atau memohon kepada

Allah SWT dengan melalui WASILAH (perantara) orang-orang yang memiliki kedudukan baik di sisi

Allah SWT.

11. Kita tidak perlu berkoar-koar terlebih dahulu untuk mendirikan sebuah negara yang

berdasarkan Syariat Islam dan menjalankan Khilafah Islamiah;

12. Kita tidak perlu terlebih dahulu menyata-nyatakan bahwa kita adalah orang yang menjalankan

syariah sesuai dengan Al Quran dan Al Hadist;

13. Kita juga tidak perlu membuat-buat tafsir lebay dalam memaknai sebuah peristiwa, misalnya

(disadur dari sebuah sumber di Web) dalam memaknai ular yang menggigit tangan Abu Bakar As

Siddiq Ra, ketika beliau dan Rasulullah bersembunyi di dalam Gua Tsur saat Rasulullah berangkat

Hijrah ke Medinah dan Beliau berdua dikejar-kejar oleh kaum quraisy untuk dibunuh.
Adakah kita mempersalahkan si Ular yang hendak keluar? Mengapa ia sampai hati menggigit

tangan Abu Bakar yang sedang melindungi Utusan Allah untuk semua makhluk termasuk ular ini?

Saat Rasulullah shallallahu alayhi wasallam masuk ke dalam gua, seisi gua menjadi terang karena

nur beliau. Ular yang ada di dalam liangnya itupun melihat itu, cahaya yang tidak pernah ia lihat

sebelumnya. Ia mengerti manusia yang masuk ke dalam gua adalah Muhammad, utusan Allah

yang menjadi rahmat bagi seluruh isi alam. Terbesit rasa rindu dalam hati si ular hingga ia

berusaha keluar untuk melihat langsung kekasih Allah yang mulia itu. Namun Abu Bakar

menghalang-halanginya, hingga ia pun terpaksa menggigit tangan Abu Bakar, walaupun ia tahu

bahwa Abu Bakar adalah orang yang melindungi Sang Pujaan hatinya. Ia rindu, serindu-rindunya

kepada Rasulullah shallallahu alayhi wasallam.

14. Kita juga tidak perlu terlebih dahulu bersentuhan dengan berbagai ilmu modern yang (tanpa

kita sadari) ternyata itu akan memisahkan kita semakin jauh dengan serba-serbi yang berkenaan

dengan Allah dan semakin melemahkan kita untuk menjalankan ibadah-ibadah yang di contohkan

oleh Rasulullah.

Ilmu-ilmu itu antara lain adalah Ilmu Hipnotis / Hipnotherapy; NLP; Ilmu otak kiri otak kanan;

ilmu pikiran sadar, bawah sadar, dan supra sadar; ilmu mengatur-ngatur pikiran positif dan pikiran

negatif; ilmu quantum-quantuman; ilmu getaran-getaran; ilmu qalbu-qalbuan; ilmu cakra-

cakraan, ilmu meditasi-meditasian, ilmu bahagia-bahagiaan, ilmu tenang-tenangan, ilmu kenal

diri-dirian (Nafs-Nafsan, Nafas-Nafasan, atau Napas-Napasan); Ilmu perjalanan rohani-rohanian;

dan berbagai ilmu lainnya yang sekarang ini memang sedang menjadi trending topic di tengah-

tengah masyarakat.

Kenapa TIDAK PERLU??.

Bersambung

Ditulis dalam INSPIRASI | 1 Komentar


DUDUKNYA ORANG BERMAKRIFATULLAH, Bagian-5
Agustus 26, 2015 oleh Murid Dalam Sikap Bertuhankan Allah SWT.

Ya TIDAK perlu, sebab di wilayah batas sepi dan rindu itu, semua ilmu-ilmu diatas sudah

tidak ada gunanya lagi. Kita sudah tidak sempat lagi untuk mengingat-ingat dan merapal berbagai

ilmu berikut dengan tetek bengeknya yang telah kita miliki selama ini.

Wilayah batas sepi dan rindu itu juga BUKANLAH wilayah dimana kita penuh dengan kesaktian,

keperkasaan, kebisaan, keajaiban, keanehan, ataupun kedigjayaan. Tidak


Wilayah itu hanya butuh satu hal saja, yaitu BERSERAH. Kita menyerahkan diri ke dalam Lakuan

Dzat-Nya, dengan cara kita mengibarkan bendera putih tanda menyerah. Menyerah untuk TIDAK

WUJUD.

Kita menyerahkan diri untuk tenggelam dalam lautan Lakuan Dzat-Nya yang merupakan

pembuktian dari ucapan kita di dalam shalat: Inna shalati, wanusuki, wamahyaya,

wamamati, lillahirabbilalamin, laa syarikalahu.!. Sesungguhnya sembahyangku, ibadahku,

hidupku, dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam, tiada sekutu bagi-Nya; dan

demikian itulah yang diperintahkan kepadaku dan aku adalah orang yang pertama-tama

menyerahkan diri (ISLAM). (Al Anaam (6):162-163).

Di wilayah itu kita hanya butuh untuk senantiasa redha, sabar dan berpegang teguh kepada Allah.

Karena saat itu kita sungguh dikejutkan oleh KEBENARAN akan KEWUJUDAN, KEBESARAN, dan

KEKUASAAN ALLAH. Kita jadi MALU untuk mengaku-ngaku. Sebab ternyata keberadaan kita

sebenarnya adalah TIADA. Kita tidak wujud. Yang Wujud adalah Dzat-Nya semata-mata. Kita ada

hanyalah karena penzhahiran atas Lakuan Dzat-Nya.

Memandang dengan memakai Kacamata Makrifatullah ini akan mengantarkan kita kepada

pemahaman yang JATI. Bahwa sebenarnya Allahlah yang sedang bersenda gurau dengan sedikit

Dzat-Nya, sehingga terciptalah sebuah Panggung Sandiwara Dzat-Nya yang akan selalu berjalan

SESUAI dengan apa yang telah Dia rencanakan di dalam LAUHUL MAHFUZ sejak Firman KUN

sampai pada WAKTU yang telah ditentukan-Nya.

Mata hati kita telah menjadi sangat tajam dan awas dalam melihat dan memaknai segala ciptaan,

setiap peristiwa, dan semua kejadian. Bahwa kemanapun mata kita memandang, mata hati kita

hanya melihat SATU PEMAIN TUNGGAL saja. Yaitu DZAT-Nya yang sedikit. Mata hati kita hanya

melihat bahwa Dzatlah yang sedang beraksi di dalam bingkai Lauhul Mahfuz. Yang Bathin adalah

Dzat-Nya, Yang Dzahir juga adalah Dzat-Nya.

Setiap kali mata kita melihat kejadian-kejadian dan peristiwa-peristiwa, dengan memakai

Kacamata Makrifatullah, maka bagi kita semua itu tidak lebih hanyalah interaksi antara Dzat

dengan Dzat saja. Seperti kita sedang melihat jari-jari tangan kita yang saling berinteraksi satu

sama lainnya. Seperti jari Telunjuk sedang memukul jari Jempol. Seperti jari Telunjuk dan jari

Jempol sedang mencubit jari Tengah. Seperti kelima jari tangan kita sedang saling berpilin-pilin

dan saling bergurau canda memerankan Peran yang telah ditentukan untuk masing-masing jari-

jari tangan kita tersebut.

Adakalanya antara satu jari dengan jari-jari yang lainnya sedang memerankan peran yang saling

sayang-menyayangi, saling cinta-mencintai, saling tolong-menolong, saling bela-membela, saling


bersahabat dan bekerja sama. Akan tetapi pada saat yang lain, jari-jari itu juga bisa menjalankan

peran yang saling pukul-memukul, saling menekan dan menghindar, saling maki-memaki, saling

marah-memarahi, saling hina-menghina, saling siksa-menyiksa, bahkan saling bunuh membunuh

dan hancur-menghacurkan.

HUBUNGAN antara kita (semua umat manusia dari zaman dulu, sekarang, dan zaman yang akan

datang) dan bahkan antara semua ciptaan yang lainnya dengan Allah adalah ibarat jari-jari tangan

kita dengan diri kita. Tidak terpisah antara jari-jari tangan kita dengan diri kita. Akan tetapi jari-

jari tangan kita itu hanyalah SEDIKIT BAGIAN saja dari KESELURUHAN diri atau tubuh kita.

Jari-jari tangan kita tidak bisa berkata bahwa ia adalah kita atau mengaku bahwa lakuannya

adalah mewakili kita. Sehingga jari telunjuk tidak bisa BERKATA atau MENGAKU kepada jari

jempol bahwa apa-apa yang dia lakukan itu adalah lakuan kita. Bahkan jari telunjuk itu tidak

berhak untuk mengatakan bahwa apa-apa yang dilakukannya itu adalah lakuan yang mewakili

lakuan kita. Tidak berhak.

Saat jari telunjuk memukul jari jempol, ia tidak berhak untuk berkata bahwa yang memukul itu

bukanlah dia, tapi kita. Ia tidak berhak untuk berkata: bukan aku (telunjuk) yang memukul saat

aku (telunjuk) memukulmu wahai jari jempol tapi yang memukul adalah Yusdeka. Dia juga tidak

berhak untuk berkata bahwa lakuannya saat memukul jari jempol itu adalah dalam rangka

mewakili lakuan kita. Ia tidak berhak untuk berkata: aku memukul dan berbicara denganmu

wahai jari jempol adalah MEWAKILI Yusdeka dalam memukulmu dan berbicara denganmu. Tidak

bisa begitu

Karena apa-apa yang sedang dilakukan oleh jari telunjuk itu hanya sedikit bagian saja dari

kemampuan kita yang sebenarnya. Dan jari telunjuk itu sebenarnya juga tidak melakukan apa-

apa. Ia hanya pasif saja. Gerak dan aktifitasnya adalah kita yang melakukan, wujudnya juga

adalah sedikit bagian saja dari diri kita. Adanya jari-jari tangan itu adalah karena adanya sedikit

dari diri kita yang berwujud jari-jari.

Bersambung

Ditulis dalam INSPIRASI | Meninggalkan komentar


DUDUKNYA ORANG BERMAKRIFATULLAH, Bagian-6
Agustus 28, 2015 oleh Murid Dalam Sikap Bertuhankan Allah SWT.

Oleh sebab itu hanya kitalah yang bisa berkata-kata bahwa jari-jari tangan itu adalah kita.

Geraknya adalah gerak kita, bicaranya adalah bicara kita, lakuannya adalah lakuan kita. Kita

berhak untuk berkata: bukan kamu (jari telunjuk) yang memukul saat kamu memukul jari jempol
itu, tapi aku yang sedang memukul diriku sendiri, bukan kamu (jari telunjuk) yang berkata-kata

kepada jari jempol itu, tapi aku yang sedang berkata-kata kepada diriku sendiri.

Mampu melihat dengan memakai Kacamata Makrifatullah itu memang akan sangat mengejutkan

kita. Sebab kita sudah tidak melihat lagi nama-nama dari jari-jari yang saling berinteraksi itu. Kita

sudah TIDAK melihat lagi nama-nama. Tidak ada lagi jari telunjuk, jari jempol, jari tengah, jari

manis, dan jari kelingking. Ternyata perbedaan dari setiap jari itu hanyalah dalam hal SIFAT-SIFAT

saja. Dan sekarang SEMUA SIFAT itu sudah lenyap kedalam HAKEKAT. Kita hanya akan melihat

SATU WUJUD saja yang sedang saling berinteraksi, yaitu sedikit dari DIRI kita sendiri.

Begitu juga halnya ketika kita melihat hubungan antara Allah dengan seluruh Makhluk-Nya.

Sebenarnya TIDAK TERPISAH antara Allah dengan SELURUH Makhluk-Nya. Makhluk-Nya adalah

sebagian kecil yang teramat kecil dari DIRI atau Dzat Allah. Ketika seluruh Makhluk-Nya di gabung

(MERGE) menjadi SATU WUJUD, maka wujud dari hasil penggabungan seluruh Makhluk-Nya itu

besarnya terhadap Diri atau Wujud Allah yang sebenarnya hanyalah sebesar sebutir pasir yang

berada dipadang-pasir yang sangat luas, atau seperti setetes air asin di dalam lautan.

Bahkan dalam teori Fisika Quantum, Dzat-Nya yang sedikit itu, yang merupakan Wajibul Wujud

bagi seluruh Ciptaan, disebutkan itu lebih kecil lagi, yang dinamakan sebagai Partikel Higg-Bosson

atau Partikel Tuhan. Namun begitu, sampai saat ini tetap saja partikel Higg-Bosson itu tidak

terlihat dengan bantuan alat secanggih apapun juga, apalagi dengan hanya memakai mata

telanjang saja. Kalaupun suatu saat nanti partikel itu bisa terlihat dengan bantuan teknologi yang

sangat canggih, yang terlihat itu tetap hanyalah sedikit saja dari Dzat-Nya yang telah ditabiri-Nya

dengan 70 lapis Tabir Cahaya (Cahaya diatas Cahaya, Cahaya yang berlapis-lapis).

Rasulullah Muhammad SAW pun telah mengkorfirmasi bahwa Dzat-Nya yang bisa kita lihat nanti di

dalam syurga adalah Dzat-Nya yang telah dilapisi-Nya atau dilindungi-Nya dengan Tabir Cahaya

itu. Seperti kita sedang melihat Bulan Purnama diantara jari-jari tangan kita saja.

Abu Razin Al Uqail bertanya kepada Rasulullah saw: Adakah setiap kami akan melihat Allah

swt?. Baginda menjawab: Abu Razin, adakah kamu semua melihat bulan purnama?. Saya

menjawab, Benar. Baginda berkata, Kamu semua tidak akan ada masalah melihat-Nya seperti

bulan purnama, tetapi itu hanya kecil saja. Allah lebih Mulia dan lebih Besar daripada itu.

Translation of Sunan Abu Dawud Vol 3, 1324 (1990)

Sebab siapapun juga tidak akan pernah bisa melihat Dzat-Nya yang Asli. Siapa saja yang

terpandang kepada KEAGUNGAN DZAT-NYA Yang MAHA INDAH, maka ia akan hangus terbakar,

musnah!.
Dengan begitu, maka semua ajaran, pemahaman, ataupun paradigma pantheisme: seperti God

is all and all is god yang biasa digadang-gadangkan dalam Gerakan Zaman Baru (New Age

Movement), atau Wahdatul Wujud (Allah adalah makhluk, makhluk adalah Allah) yang biasa

dipakai dalam sebagian besar Tasawuf jalan Wali-Wali dan Tarekat, tidak punya pijakan sama

sekali untuk kita pakai. Bahkan untuk mengatakan kalimat halus saja semisal Allah adalah Bathin

dari Makhluk, atau Makhluk adalah wujud Dzahir dari Allah sungguh tidak pantas

Bersambung

Ditulis dalam INSPIRASI | 3 Komentar


DUDUKNYA ORANG BERMAKRIFATULLAH, Bagian-7
Agustus 29, 2015 oleh Murid Dalam Sikap Bertuhankan Allah SWT.

Alasan lain kenapa kita TIDAK memerlukan ilmu-ilmu diatas adalah bahwa hampir semua ilmu-

ilmu diatas, dengan sadar ataupun tanpa kita sadari, dengan sangat halus sekali tapi pasti,

ternyata MALAH akan semakin mengukuhkan KEBERADAAN atau KEWUJUDAN kita baik dihadapan

sesama manusia maupun dihadapan sesama ciptaan Allah yang lainnya, dan bahkan dihadapan

Allah sekalipun.

Ciri-ciri utamanya dari adanya KEWUJUDAN dan KEBERADAAN kita itu adalah:

1. Adanya pengakuan kita akan: Aku dan Milikku. Milikku itu bisa beragam sifat yang
kita rasa itu adalah milik kita. Sifat paling hebat yang bisa melekat erat pada diri kita
adalah ILMU. Ini ilmuku!. Dengan ilmu ini, maka segera saja kita akan berkata-kata
kepada orang lain: ini bisaku, ini kemampuanku, ini kehebatanku, ini
kesempurnaanku, dan sebagainya. Karena ada aku kita, maka harus ada kamu,
kamu, kamu lainnya sebagai alamat kita untuk menyatakan keakuan dan
kepemilikan kita kepadanya. Harus ada pendengar yang akan mengagumi kehebatan
kita. Harus ada korban yang akan mengakui kepemilikan kita. Dan harus ada
pula kambing hitam yang nantinya akan kita jadikan tumbal sebagai penyebab dari
penderitaan kita. Dan semakin banyak alamat itu, maka kita juga akan merasa semakin
puas, senang, dan sumringah.

Keadaan ini tak ubahnya seperti jari telunjuk yang sedang berlagak kepada jari tengah, dan pada

saat yang sama jari tengahpun bisa berlagak pula kepada jari telunjuk. Jari-jari bisa saling

berlagak satu sama lainnya. Dan itulah yang terjadi pada hampir seluruh umat manusia saat ini. Si

A berlagak kepada si B. Pada tingkat yang lebih besar, kelompok P berlagak kepada Kelompok Q.

Bahkan pada tingkat dunia, Bangsa X bisa berlagak kepada Bangsa Y.

Pimpinan-pimpinan lembaga pemerintahan berlagak kepada rakyatnya, rakyatnya balik berlagak

kepada pimpinannya. Organisasi ini berlagak kepada organisasi itu, dan organisasi itupun balik

berlagak kepada organisasi ini. Begitu terus setiap masa. Jika semua orang sudah saling memiliki
keakuan dan kepemilikan seperti ini, maka saat itu akan terciptalah sebuah keadaan yang sangat

menekan. Dunia terasa sempit, pikiran kita terasa kacau, semua terasa menjadi masalah

2. Bila kita menghadapi berbagai masalah di dalam kehidupan kita, atau kita ingin
mendapatkan sesuatu yang kita inginkan, maka ilmu-ilmu diatas, terutama yang
bernuansakan paradigma NAM, aliran yang mencampuradukkan praktek berbagai
agama, akan mengajarkan kita jalan keluar yang menjauhkan kita dari Allah.

Misalnya, agar kita bisa terlepas dari berbagai masalah, kita cukup hanya melakukan meditasi

atau semedi, atau melakukan perenungan dan konsentrasi-konsentrasi tertentu, atau merapalkan

kalimat-kalimat tertentu, yang tujuannya adalah agar adanya penyatuan antara diri kita dengan

Roh Kosmis atau Energi Alam Semesta. Kalaupun kita yang beragama islam masih shalat dan

berdoa, tapi shalat dan doa kita itu sudah tidak begitu meyakinkan kita lagi akan

kemanfaatannya. Tetap saja nantinya, Roh Kosmis atau Energi Alam Semesta itulah yang kita

pecayai yang akan menyelesaikan setiap permasalahan kita, dan merealisasikan keinginan-

keinginan kita itu. Sebab kita katanya hanya butuh melakukan penyatuan dan meleburkan diri

dengan Roh Kosmis atau Energi Alam Semesta itu.

Kalaupun kita masih berdoa, itu karena kita masih mengaku orang beragama, dan dalam berdoa

itu kita bisa pula sampai menangis tersedu-sedu, namun tangisan kita itu sudah BUKAN lagi

karena kita TERKEJUT MELIHAT Kebenaran akan Keesaan dan Kebesaran Allah. Bukan!. Tangisan

kita itu adalah tangisan karena PLACEBO EFFECT saja. TENANG dan BAHAGIA kita setelah itupun

adalah tenang dan bahagia karena PLACEBO EFFECT pula. Tangisan, tenang, dan bahagia yang

muncul karena adanya sekresi HORMONAL dan CAIRAN tubuh kita saja.

Dan hasilnya adalah, kita lambat laun merasa sudah tidak perlu lagi melakukan hubungan

(SHILATUN) yang sangat intens dengan Allah dalam bentuk doa dan ibadah-ibadah seperti yang

dicontohkan oleh Rasulullah Muhammad SAW. Kalau Rasulullah, setiap ada masalah Beliau pasti

Shalat dua rakaat, dan setelah itu Beliau berdoa, lalu Allah menjawab setiap permasalahanBeliau.

Akan tetapi anehnya adalah, Beliau TIDAK pernah berkata bahwa jabawan-jawaban dari Allah itu

adalah sebagai hasil dari Beliau melakukan shalat dua rakaat dan berdoa itu. Tidak pernah,

nanti akan kita bahas kenapa Beliau tidak pernah mengaku seperti itu.

Hal ini akan sangat berbeda dengan kita, ketika kita memakai ilmu-ilmu diatas saat kita

menghadapi permasalahan.

Misalnya, ketika kita punya permasalahan yang sangat berat, atau hanya sekedar pikiran kita lagi

kacau, kita jadi gelisah, stress, dan galau, yang katanya itu adalah keadaan yang BERGETARAN

FORCE. Kita hanya perlu melakukan meditasi atau semedi dengan teknik-teknik tertentu, yang
katanya praktek itu bisa mengubah GETARAN PIKIRAN dan PERASAAN kita menjadi BERGETARAN

POWER.

Setelah itu.., eh pikiran kita benar bisa berubah menjadi tenang, dan bahagia. Lalu dengan nada

sumringah dan penuh semangat kita akan berkata: saya tadinya punya masalah sehingga saya

stress bla bla.. bla. Kemudian saya bisa tenang dan keluar dari permasalahan saya berkat

meditasi atau semedi ala xyz yang saya lakukan, hebat memang meditasi xyz.

Atau kita bisa berkata-kata: yang saya lakukan hanya mengubah getaran pikiran dan perasaan

saya menjadi getaran senang dan bahagia yang frekuansinya sekian Hz. Tadi itu pada awalnya

getaran pikiran dan perasaan saya adalah Force lalu dengan teknik ini dan itu, saya mengubah

getaran pikiran dan perasaan saya menjadi Power sesuai dengan apa yang diterangkan oleh David

R. Hawkins. Betul dia itu, cobalah!, kata kita seperti tengah berpromosi kepada orang lain.

Setelah itu jadilah kita menjadi orang-orangnya David R. Hawkin atau pakar-pakar ilmu-ilmu

lainnya seperti diatas. Kita akan yang selalu menggadang-gadangkan ilmu dan pencetus dari ilmu-

ilmu tersebut. Kemanapun kita pergi, kita akan menjunjung dan menggusung nama dan pikiran

mereka. Adakalanya nama kita, kita tambah-tambahi dengan gelar yang berjajar menandakan kita

telah menguasai berbagai Ilmu yang layak disebut sebagai MOTIVATOR. Misalnya Yusdeka, CCTV,

SCTV, RCTI, CHH, CHHT, MCHH, ONOZ, DN, KBHA, dan berbagai gelar lainnya.

Bahkan nama dengan segudang gelar dan ilmu itulah yang mengantarkan kita menjalani profesi

kita dalam mengais rezeki untuk keluarga kita. Tidak saja orang awam, orang yang berpendidikan

tinggi dan bahkan ustad sekalipun banyak pula yang tergoda untuk bersilancar dalam dunia

seperti ini

Bersambung

Ditulis dalam INSPIRASI | 1 Komentar


DUDUKNYA ORANG BERMAKRIFATULLAH, Bagian-8
September 3, 2015 oleh Murid Dalam Sikap Bertuhankan Allah SWT.

3. Dengan memakai ilmu-ilmu NAM diatas, ataupun sebagian besar ilmu Tasawuf wali-wali

Tarekat, cepat atau lambat kita akan digiring untuk masuk ke dunia MAGIC, dunia KESAKTIAN,

dunia PERDUKUNAN (Tuk Bomoh), dunia Fuh Fuh, Fuh, bagi orang yang sudah

menggelutinya. Sedangkan bagi orang-orang yang baru memasukinya, dunia itu boleh jadi masih

berupa mimpi dan lamunan saja.

Dunia yang katanya bisa mewujudkan seribu mimpi dan sejuta harapan dengan sekejap waktu.

Seperti: dapat menyembuhkan lusinan penyakit dan timbunan trauma psikis; bisa bermain-main

dengan energi alam semesta yang bisa kita perintah-perintah; dapat menjanjikan sukses dan
keberlimpahan hanya dengan kita berusaha memanfaatkan energi kosmis yang katanya

memenuhi diri manusia dan alam semesta, dan bisa pula dengan melantun ribuan dzikir-dzikir

dengan cara-cara yang tertentu pula.

Makanya ada istilah bagaimana di dalam diri kita maka begitu pulalah diluar. Bagaimana suasana

hati kita, maka begitu pulalah yang realitas kehidupan yang akan kita lalui. Bagaimana macro

cosmos (energi alam semesta) merespon, itu tergantung dari bagaimana micro cosmos (atau

manusia) berperasaan dan berpikiran. Kalau kita berpikir begini dan berperasaan begitu, maka

hasilnya nanti akan seperti ini dan begitu. Hasil itu akan mengikuti pola-pola yang sudah bisa

diprediksi dari awal-awal. Dan untuk kesemuanya itu kita hanya butuh meditasi, samadi, berpikian

positif, mengelola hati atau Qalbu, dan menciptakan ikhlas di dengan pikiran dan perasaan kita.

Kalaupun ada ibadah-ibadah yang kita lakukan, maka di dalam ibadah itu sebenarnya kita tak

ubahnya sedang bermeditasi, sedang bersamadi, sedang mengolah qalbu, sedang mencari-cari

rasa yang bisa dirasa-rasa. Karena semua aktifitas yang kita lakukan itu kadangkala memang ada

rasanya, maka saat itulah kita menganggap apa yang kita lakukan itu adalah benar. Ibadah yang

kita lakukan sambil bermeditasi, sambil bermain-main dengan rasa di Qalbu yang katanya berada

di dalam dada itu kita anggap adalah hal yang benar menurut syarak.

Dan setelah itu, kita hanya menunggu waktu saja untuk membesar-besarkan diri kita dan metoda

samadi, meditasi, dan olah Qalbu yang kita lakukan itu. Kita menjadi tenar, metoda kita menjadi

tenar. Sedangkan Allah entah sudah jadi nomor berapa. Syariat yang di contohkan oleh Rasulullah

juga entah jadi nomor berapa pula. Saat dikatakan bahwa ketika itu sebenarnya kita tengah

sangat dekat dengan syaitan sebagai teman dan sahabat karib kita, sulit sekali kita untuk

mempercayainya. Kita hanya cengengesan saja.

Ini tak ada hubungannya dengan syaitan bung, kata kita terkekeh-kekeh.

ini murni proses alamiah dan ilmiah, kata kita dengan bangga.

ini adalah murni hasil dzikir, puasa, dan proses tadzkiyatunnafs, bantah kita dengan gagah.

Akan tetapi kalau kita kembali melihat jejak Nabi dan Rasul Allah yang jumlahnya sekitar 124.000

orang, semuanya diutus kemuka bumi ini TIDAK untuk mengembangkan magic, kesaktian, dan

keajaiban-keajaiban. Walaupun sebagian mereka diberikan Mujizat oleh Allah berupa berbagai

peristiwa luar biasa, seperti Nabi Ibrahim tidak terbakar oleh nyala api yang sedang berkobar-

kobar, Nabi Yunus bisa keluar hidu-hidup dari perut ikan Nun, Nabi Musa yang tongkatnya dapat

berubah menjadi ular dan dapat membelah Laut Merah, Nabi Yusuf dengan tafsir mimpi yang jitu,

Nabi Isa dapat menyembuhkan orang sakit kusta, buta, dan juga menghidupkan orang yang sudah
mati, Nabi Muhammad SAW yang dapat melakukan Perjalanan Isra dan Miraj, dan sebagainya,

namun tugas semuanya BUKAN untuk mengembangkan magic, kesaktian, dan keajaiban. Tidak

Tugas Beliau semua hanyalah satu yaitu MENGENALKAN ALLAH kepada umat manusia dan Jin,

sehingga umat manusia dan Jin pun bisa MENYEMBAH Allah, BERIBADAH kepada Allah dengan

SENANG dan GEMBIRA. Karena Allah memang tidak menciptakan Jin dan Manusia kecuali hanya

untuk beribadah kepada-Nya. Jin dan manusia itu tidak diciptakan untuk bermain magic, bermain

kesaktian, dan berbuat keajaiban-keajaiban.

Sedangkan mujizat-mujizat dan keajaiban-keajaiban yang diberikan kepada Nabi dan Rasul itu

adalah sebuah peristiwa incidental, sewaktu-waktu dan kebetulan, yang memang berguna pada

saat itu saja. Setelah Mujizat itu terjadi, ia tidak dibahas dan dilatihkan lagi oleh mereka menjadi

sebuah ilmu yang bisa dipakai setiap waktu dan berulang-ulang untuk gagah-gagahan. Tidak

Itu pulalah sebabnya Mujizat Nabi Muhammad SAW yang sangat fantastis dan fenomenal, yaitu

peristiwa Isra dan Miraj, tidak pernah dibahas panjang lebar oleh Nabi dan para sahabat setelah

peristiwa itu terjadi. Sebab Nabi sudah menutupnya dengan hadist Beliau: Shalat adalah

Mirajnya orang yang beriman. Selesai sudah!.

Dan sahabat juga tidak bertanya-tanya lagi tentang peristiwa Isra dan Miraj itu. Sebab dengan

melakukan shalatpun mereka sudah mendapatkan realitas miraj seperti yang dilakukan oleh Nabi

SAW. Realitas bertemu dengan Allah, berkata-kata dengan Allah, dan mendapatkan jawaban-

jawaban dari Allah.

Makanya Abu Bakar As Shiddiq setelah Beliau juga melakukan shalat, dengan bergegas Beliau

berkata: Shadaqta ya Rasulullah, betul yang engkau katatakan ya Rasulullah. Dan setelah itu

Abu Bakar As Shiddiq pun selalu tenggelam dalam Shalat yang sangat intense. Begitu juga dengan

para Sahabat yang lainnya, sehingga saat itu terbentuklah masyarakat yang berlomba-lomba

melakukan kebaikan. Masyarakat yang dengan sendirinya akan meramaikan masjid. Masyarakat

yang tidak mengenal takut, sedih dan khawatir. Karena saat itu yang ada di dalam ingatan

mereka, di dalam mind mereka, di dalam hati atau akal mereka hanya ada satu penghuni saja,

yaitu INGATAN KEPADA ALLAH (Dzikrullah). Mereka menjunjung tinggi ingatan kepada Allah.

Kemana-mana yang mereka bawa-bawa adalah ingatan kepada Allah. Mereka memikul ingatan

kepada Allah setiap saat.

Oleh sebab itu, dengan akal yang selalu mengingati Allah, apa-apa yang mereka bicarakan juga

jadinya adalah tentang Allah. Mereka saling bercerita tentang kehebatan Allah, tentang kebesaran

Allah, tentang kasih dan sayang Allah, tentang ilmu Allah, tentang keagungan Allah, tentang

kesempurnaan ciptaan Allah, tentang aturan-aturan Allah, tentang siksa Allah. Sehingga ucapan-
ucapan seperti: Allahlah tujuanku, cukuplah Allah bagiku, dan ucapan mereka yang lainnya,

merupakan ucapan-ucapan yang bersesuaian antara apa yang diucapkan mereka dengan keadaan

hati mereka. Sama

Bersambung

Ditulis dalam INSPIRASI | Meninggalkan komentar


DUDUKNYA ORANG BERMAKRIFATULLAH, Bagian-9
September 9, 2015 oleh Murid Dalam Sikap Bertuhankan Allah SWT.

4. Ilmu-ilmu NAM yang berkembang sejak abad 20 ini, dan mayoritas Ilmu-ilmu tasawuf wali-wali

tarekat yang berkembang sejak 400 tahun setelah kewafatan Nabi Saw, serta pemecah belahan

islam menjadi berbagai golongan, mahzab, fikih, syiah, sunni, dan sebagainya, tanpa kita sadari,

kebanyakan akan membuat kita merasa JAUH dan TERPISAH dengan Allah. Bahkan kita merasa

bahwa Allah seperti hilang entah kemana.

Masih mendingan sedikit kalau kita hanya sekedar merasa bahwa Allah itu jauh dan terpisah dari

kita. Masih ada Allah yang kita percayai. Sebab karena kalau kita merasa jauh dan terpisah

dengan Allah itu, maka kita jadinya masih ingin MENDEKAT mendekat, dan mendekat kepada

Allah. Malah adakalanya kita tidak hanya sekedar ingin mendekat kepada Allah, tapi ingin sekalian

BERSATU dengan Allah.

Yang paling parah adalah ketika kita merasa bahwa Allah telah hilang entah kemana. Kita berlaku

seperti kita sendirilah yang memiliki segala sesuatu. Kita lakukan ini dan itu seperti orang yang

tidak dilihat oleh Allah sama sekali. Kita mencuri. Kita korupsi dengan mudah. Kita maksiat

berkali-kali. Kita mencaci orang lain, kita memaki ciptaan Allah yang lain, dan bahkan kita mencaci

maki WAKTU. Sekarang ini, media sosial, media cetak, dan media visual lainnya, penuh dengan

arena caci maki seperti ini.

Disamping itu, karena kita merasa bahwa Allah kita telah hilang, maka kita jadinya akan sibuk

mencari-cari Allah kemana-mana. Maka untuk itu, kemudian bermunculan berbagai cara dan

metoda baru yang katanya itu adalah untuk menemukan kembali Allah kita yang telah hilang dan

untuk mendekatkan diri kita dengan Allah.

Ada yang mencari-cari Allah dikedalaman HATINYA dan di dalam apa yang dinamakannya

LATHAIF-LATHAIF tertentu dengan cara berdzikir sekian puluh ribu atau bahkan ratusan ribu

selama bertahun-tahun. Ada yang mencari-cari Allah didalam nafasnya. Ada yang mencari-cari

Allah di dalam gerakan-gerakannya seperti dalam Tarian Sufi, Gerakan di lapangan mengikuti arah

getaran yang acak seperti gerakan Taichi. Ada yang mendekat-dekatkan Ruhnya kepada Allah

yang disebut sebagai Perjalanan Ruhani, dan sebagainya. Banyak sekali macam dan ragamnya.

Metoda-metoda baru dalam mencari-cari Allah dan dalam mendekat-dekatkan diri kepada Allah

seperti itulah sebenarnya yang disebut dengan BIDAH. Sebab tiga generasi Islam awal, Rasulullah
SAW, para sahabat, Tabiin dan Tabit tabiin dulu tidak pernah melakukannya. Jadi Bidah itu bukan

untuk masalah-masalah yang berhubungan dengan perkembangan PERADABAN. Yang namanya

peradaban itu PASTILAH akan berubah menerusi WAKTU.

Saat itu, dengan KUNCI ILMU yang sedang ada ditangan Rasulullah SAW, setiap kali Rasulullah

SAW mengajarkan sesuatu ilmu tentang mengenal Allah (Makrifatullah), semua orang yang

mendengarkan syarahan Beliau saat itu, dengan sangat mudahnya bisa memahaminya. Ya,

tanpa bersusah-susah melakukan cara-cara yang aneh seperti diatas, seketika itu juga para

sahabat yang Beliau ajar atau syarah itu bisa mengerti dan paham. Mereka langsung BERIMAN

kepada Allah dan BERIMAN pula kepada Kerasulan Beliau.

Dan yang lebih aneh lagi saat itu adalah, begitu SATU PINTU ILMU dibukakan oleh Rasulullah

kepada para Sahabat Beliau, maka, dengan sangat mengejutkan, pintu-pintu Ilmu yang lainnya

terbuka pula satu persatu dengan sangat mudahnya. Makanya dengan sangat mudah para sahabat

itu berkata, shadaqta ya Rasulullah, kami dengar, kami mengerti, dan akan kami lakukan ya

Rasulullah. Saat itu memang umat Islam sedang berada pada puncak ketinggian Ilmu dan

kemegahan peradaban. Satu persatu hukum-hukum Allah (sunatullah) tersibak menjadi berbagai

Ilmu dan Teknologi yang nantinya akan sangat berguna bagi kemaslahatan hidup umat manusia.

Akan tetapi, walaupun saat itu ilmu dan teknologi sudah berkembang dengan sangat pesat dan

mencengangkan, namun dalam hal BERIBADAH, tidak ada satupun diantara para tiga generasi

Awal Islam itu yang menambah-nambah cara beribadah kepada Allah dengan cara-cara yang baru

diluar yang dicontohkan oleh Rasulullah. Semuanya hanya MENYAMPAIKAN apa-apa yang telah

diajarkan oleh Rasulullah kepada mereka. Tidak ada diantara mereka yang MEMAKAI ilmu yang

disampaikan oleh Rasulullah itu sebagai Ilmu milik mereka sendiri. Tidak ada. Mereka bahkan

tidak berani menambah-nambahinya dengan pemahaman dan cara-cara ibadah menurut rekaan

dan ciptaan mereka sendiri. Mereka tidak menyampaikan tafsiran-tafsiran yang nantinya akan

menyusahkan umat.

Makanya ibadah-ibadah pada zaman itu tidak ada yang aneh-aneh. Praktek mengingat Allah

(dzikrullah) yang mereka lakukan tidak ada yang aneh-aneh. Puasa mereka tidak ada yang aneh-

aneh. Haji dan umrah mereka tidak ada yang aneh-aneh. Haji dan Umrah mereka tidak perlu

berkali-kali seperti yang dilakukan oleh umat Islam sekarang ini. Malam hari mereka isi dengan

beribadah, terutama di sepertiga malam terakhir sampai pagi. Siang mereka banyak berpuasa.

Shalat wajib dan shalat-shalat sunnah mereka kerjakan dengan istiqamah. Sedekah mereka

lakukan dengan penuh semangat. Kepada tetangga mereka sangat penuh perhatian. Mereka tidak

pernah memaki dan menghardik. Kehidupan mereka benar-benar seperti kehidupan orang biasa

saja. Tidak ada perbedaan yang berarti antara khalifah dengan rakyat jelata. Mereka saling

membantu dan saling menghormati.


Kalau mereka ingin berjumpa dengan Allah, mereka hanya melakukan Shalat, baik yang wajib

maupun yang sunat. Setiap punya masalah mereka Shalat dua rakaat. Setiap minta pertolongan

atas permasalahan apa saja yang sedang mereka hadapi, mereka hanya melakukan shalat,

shalat, dan shalat!. Dan merekapun kemudian mendapatkan JAWABAN-JAWABAN dari Allah

terhadap semua permasalahan yang sedang mereka hadapi. Pertolongan demi pertolongan dari

Allahpun datang kepada mereka dalam bentuk sesuatu yang tanpa mereka duga-duga sama

sekali.

Dan saat pertemuan dengan Allah di dalam Shalat itu, Para Sahabat Nabi yang mulia itu juga tidak

perlu melakukan berbagai PERJALANAN ROHANI apa-apa seperti yang banyak dilakukan oleh

orang-orang yang hidup pada generasi 400 tahun setelah kewafatan Rasulullah. Praktek-praktek

seperti ini ternyata ada yang berlanjut sampai sekarang ini.

Pertanyaannya adalah: kita mau berjalan kemana?; kita mau pergi kemana?. Proses pergi

dan memperjalankan rohani itulah sebenarnya yang nantinya akan menyebabkan kita merasa

terpisah dan jauh dengan Allah.

Nantinya, dari sinilah titik awal munculnya berbagai konsep spiritualitas yang ternyata masih

bertahan sampai saat ini, seperti Wahdatul Wujud, Nur Muhammad, Hulul, emanasi, Fana Fillah,

Baqabillah. Dan kalau kita amati dengan seksama, maka ketika kita berusaha mendekat kepada

Allah atau malah sekalian bersatu dengan Allah itu, maka saat itu akan ada DUA KEWUJUDAN.

Adanya DUA WUJUD seperti ini, dalam pandangan Kacamata Makrifatullah, adalah sebuah

KESYIRIKAN.

Dan sejak itu pulalah umat Islam mulai kehilangan ilmu yang sebenarnya tentang MENGENALI

ALLAH (Makrifatullah) dan ilmu tentang MENGINGATI ALLAH (Dzikrullah). Hilang kedua hal ini,

Makrifatullah dan Dzikrullah, maka hilang pulalah makna SHALAT yang sebenarnya yang sedang

kita lakukan. Karena shalat itu sebenarnya adalah prosesi Dzikrullah!. Dan sejak itu, hilang

pulalah dengan cepat bekas-bekas shalat, bekas puasa, bekas sedekah, bekas haji dan umrah dari

sebagian besar umat Islam. Walaupun jumlah umat Islam berkembang dengan sangat pesat,

namun JEJAK yang ditorehkan oleh umat Islam dalam membangun peradaban sangatlah KECIL

sekali.

Saya sendiri begitu terkaget-kaget saat mengetahui tentang hal ini. Sebab sebelum saya

mengenal ilmu Makrifatullah menerusi jalan Nabi-Nabi ini, saya masih berkutat dengan hal-hal

seperti diatas. Untuk bertemu Allah harus di depan Kabah. Saya juga masih beranggapan bahwa

untuk bertemu Allah itu saya juga harus melakukan sebuah PERJALANAN ROHANI. Perjalanan RUH

saya yang pergi mendekat kepada Allah, atau Ruh saya didekat-dekatkan kepada Allah. Dan

karena saat itu memang ada rasanya, maka saya anggap itu adalah hal yang benar. Apalagi dari

buku-buku tasawuf yang saya baca, dan pengajaran-pengajaran yang saya terima, seakan-akan

memang perjalanan rohani itu adalah sebuah aktifitas wajib yang harus saya lakukan agar saya
bisa khusyu dalam beribadah, apalagi kalau saya ingin bisa mendapatkan ilham dan pengajaran

dari Allah, dan agar saya bisa tenang dan bahagia.

Akan tetapi dengan berbekal ilmu Makrifatullah yang disampaikan oleh Arif Billah Ustadz Hussien

Bin A Latiif, ternyata semua paradigma dan ilmu-ilmu diatas yang juga sedikit banyaknya telah

saya punyai sebelumnya, seketika itu juga rontok dan gugur tanpa sisa. Karena, dengan ilmu

Mengenal Allah (makrifatullah) dengan kesadaran yang Jati, yang KUNCI ILMUNYA ternyata ada

pada Beliau, saya dikejutkan dengan kenyataan bahwa sebenarnya saya, semua manusia, dan

semua ciptaan Allah yang lainnya TIDAK PERNAH TERPISAH dengan Allah.

Kita semata-mata adalah penzhahiran dari sedikit Dzat-Nya Yang sedikit. Kita dan semua ciptaan-

Nya tenyata adalah TIDAK WUJUD. Kita dan seluruh ciptaan-Nya yang lain ternyata adalah Dzat-

Nya Yang Dzahir. Dan Disebalik Dzat-Nya Yang Dzahir itu ada SEDIKIT Dzat-Nya Yang Bathin.

Tidak terpisah Dzat-Nya Yang Dzahir dengan Dzat-Nya Yang Bathin itu. Dzat-Nya Yang Dzahir dan

Dzat-Nya Yang Bathin itu bisa disebut juga dengan Dzat-Nya yang berada di dalam Lauhul Mahfuz.

Tidak terpisah Dzat-Nya yang sedikit itu dengan Dzat-Nya yang keseluruhan Yang Maha Indah.

Pantas Imam Al Ghazali berkesimpulan bahwa: Orang yang mengenal dirinya dan mengenal

Tuhannya niscaya sudah pasti ia mengenal bahawa ia tiada mempunyai wujud bagi

dirinya, Ihya Ulumiddin Bk. 7, 427 (1981). Sebab yang wujud sebenar-benar wujud ternyata

adalah Dzat-Nya saja. Dzat-Nya itulah yang menjadi Wajibul Wujud bagi semua ciptaan. Tanpa

Allah merelakan sedikit Dzat-Nya atau DIRI-NYA menjadi Unsur dasar bagi penciptaan semua

ciptaan, maka tidak akan pernah ada satupun ciptaan yang akan terzhahir.

Bersambung

Ditulis dalam INSPIRASI | 1 Comment


DUDUKNYA ORANG BERMAKRIFATULLAH, Bagian-10
September 11, 2015 oleh Murid Dalam Sikap Bertuhankan Allah SWT.

5. Ilmu-ilmu diatas akan sangat sulit sekali mengantarkan kita untuk paham dengan berbagai

ayat-ayat dan hadist-hadist tentang MAKRIFATULLAH yang ciri-cirinya disebutkan Allah di dalam

ayat:

Engkau melihat mata mereka mencucurkan air mata disebabkan kebenaran yang mereka ketahui,

sambil mereka berkata: Wahai Tuhan kami, kami beriman, oleh itu tetapkanlah kami bersama-

sama orang-orang yang menjadi saksi, Al Maidah (5):83. Akan tetapi kenyataannya berkata lain,

ayat ini tetap menjadi ayat langit yang realitasnya entah seperti apa. Semua kita seperti tak henti-

hentinya mencari dan mencari, tangis seperti apakah gerangan yang diberitakan oleh ayat ini

Ayat-ayat dan hadist-hadist itu sudah sering kita baca, kita tulis, kita diskusikan, dan bahkan kita

khutbahkan. Sudah ada pula beribu-ribu buku yang membahasnya, akan tetapi beribu pula

ketidakmengertian malah yang kita dapatkan.


Tidak ada satupun dari ayat-ayat itu yang berhasil memberikan PUKULAN yang memberikan LUKA

menahun pada HATI kita. Luka yang akan kembali menganga setiap kali kita membaca ayat-ayat

Makrifatullah, sehingga kulit kita, daging-daging yang berada dibawah kulit kita, bahkan tulang

kita, menjadi menggigil seperti kedinginan karena perasaan takut kita kepada Allah. Ayat-ayat

yang sebenarnya akan menyebabkan air mata kita jatuh bercucuran, disebabkan KEBENARAN

yang akhirnya kita dipahamkan oleh Allah. Kita benar-benar menjadi SADAR dan DIKEJUTKAN

tentang KEBENARAN akan:

Dia Yang Maha Besar, Ar Rad (13):9

Allah yang Maha Luas, Al Hajj (22):62

Yang Maha Tinggi, Al Mukmin (40):12

Dia-lah Yang Awal dan Yang Akhir, Al Hadid (57):3

(Dia-lah) Yang Zahir dan Yang Batin, Al Hadid (57):3

Dia Maha Halus lagi Maha Mengetahui?, Al Mulk (67):14

Tiada sehelai daun jatuh tanpa Dia mengetahuinya, Al Anaam(6):59

Allah sentiasa Meliputi akan tiap-tiap sesuatu, An Nisa (4):126.

Demi Dzat yang menguasai diriku!, Sahih Muslim Bk.1, 57 (1994)

Sesungguhnya Dia Maha Melihat, Al Mulk (67):19

Sesungguhnya Allah Mengetahui segala sesuatu, Al Hijr (15):25.

Dan Allah Maha mengetahui segala isi hati, At Taghabun (64):4

Dialah yang Maha Mendengar, Al Mukmin (40):56

Allah Maha Mengawasi segala sesuatu, Al Mujadilah (58):7.

Dan Allah jualah yang memiliki timur dan barat, maka ke mana sahaja kamu menghadap di situ

ada wajah (Dzat) Allah, Al Baqarah (2):115

Dia bersama kamu di mana sahaja kamu berada, Al Hadid (57):4.

Kami lebih dekat kepadanya dari urat nyawanya, Qaaf (50):16.

Maka (yang sebenarnya) bukan kamu yang membunuh mereka, akan tetapi Allah-lah yang

membunuh mereka, dan bukan kamu yang melempar ketika kamu melempar tetapi Allah yang

melempar, Al Anfaal (8):17.


Anak Adam melukaiKu dengan mencaci Masa kerana Masa itu adalah Aku, Sunan Abu Dawud Vol.

3, 1452 (1990).

Allah cahaya langit dan bumi. Perumpamaan cahaya Allah, adalah seperti sebuah lubang yang tak

tembus, yang di dalamnya ada pelita besar. Pelita itu di dalam kaca (dan) kaca itu seakan-akan

bintang (yang bercahaya) seperti mutiara, yang dinyalakan dengan minyak dari pohon yang

banyak berkahnya, (yaitu) pohon zaitun yang tumbuh tidak di sebelah timur (sesuatu) dan tidak

pula di sebelah barat (nya), yang minyaknya (saja) hampir-hampir menerangi, walaupun tidak

disentuh api. Cahaya di atas cahaya (berlapis-lapis), Allah membimbing kepada cahaya-Nya siapa

yang Dia kehendaki, dan Allah memperbuat perumpamaan-perumpamaan bagi manusia, dan Allah

Maha Mengetahui segala sesuatu, An Nur (24):35

Jutaan, ratusan juta, bahkan milyaran orang sebenarnya ingin bisa mereguk madu Makrifatullah

yang indikasinya telah Allah hamparkan di dalam ayat-ayat Al Quran seperti diatas, dan sebanyak

itu pula orang yang ingin untuk duduk tenteram dalam Dzikrullah yang mengasyikkan. Akan tetapi

hampir sebanyak itu pula yang gagal mendapatkannya. Kita bertanya dan bertanya, kita mencari

dan mencari.

Akan tetapi PINTU untuk kesana seperti sudah ditutup rapat oleh Allah. Kunci Ilmunya seperti

masih tersimpan rapi disuatu tempat menunggu seorang Arif Billah untuk menerimanya yang akan

bisa membuka pintu tersebut. Seorang Arif Billah yang akan menggairahkan umat manusia

diseluruh dunia dan bahkan bangsa Jin untuk kembali mengikuti ajaran-ajaran Rasulullah SAW

dengan mudah. Semudah para sahabat Nabi dahulu menerima pelajaran dari Nabi.

Demikianlah.

Maka apabila Allah berkehendak untuk memilih seseorang Hamba-Nya dan melebihkannya dari

sekalian makhluk-Nya yang lain serta melengkapkan ke dalam batinnya cahaya makrifat, niscaya

akan dilihat-Nya orang itu dengan pandangan keutamaan dan kerahmatan, dibukakan baginya

pintu-pintu hidayat, lalu dimuliakanNya dengan sifat kesedaran, dikejutkanNya daripada lelapan

orang-orang lalai. Saiyid Ahmad Ar Rifai, Benteng Diri Ahli Hakikat Dalam Meniti Makrifat kepada

Allah, 42 (1994).

Allah anugerahkan kepadanya ilmu ladunni (ilmu yang langsung dari sisi Allah) suatu ilmu yang

diilhamkan oleh Allah ke dalam hati seseorang hamba-Nya tanpa belajar melalui perantaraan guru

(talqin masyayikh) ilmu mana tidak akan hilang dan tidak akan dilupakan. Seseorang yang

mendapat ilmu yang seperti ini adalah yang benar-benar alim. Syekh M. Nafis Al Bajaree, Ad

Darunnafis, 84 (?).

Hati mereka menjadi gedung ilmu Allah yang amat berharga dan orang itu akan diberi Allah

rahsia-rahsia yang tidak diberinya kepada orang lain. Allah telah memilih mereka dan membawa
mereka ke sisi-Nya. Hati mereka akan dilapangkan untuk menerima rahsia-rahsia ini dan ilmu-

ilmu yang tinggi. Allah jadikan mereka itu pelaku dan lakuanNya dan pengajak manusia kepada

jalan Allah dan melarang membuat dosa dan maksiat. Jadilah mereka itu orang-orang Allah.

Mereka mendapat bimbingan yang benar. Mereka boleh memberi pertolongan kepada orang-orang

yang benar dan mengesahkan kebenaran orang lain. Mereka ibarat timbalan nabi-nabi dan rasul-

rasul Allah. Mereka sentiasa mendapat taufik dan hidayah dari Allah Yang Maha Agung. Syeikh

Abdul Qadir Al Jilani, Futuh Ghaib, 95 (1990).

Hendaklah kamu segera mencari cahaya bicara orang-orang Arif-Billah itu sebelum

kewafatannya. Saiyid Ahmad Ar Rifai, Benteng Ahli Hakikat, 112 (1994).

Pada satu-satu zaman ataupun di dalam satu wilayah ataupun di peringkat antarabangsa hanya

ada satu. Martin Lings, Shaikh Ahmad Al Alawi Wali Sufi Abad 20, 70 (1995).

Dengan Kunci Ilmu yang ada ditangan Arif Billah tersebut, maka barang siapa yang dikehendaki

oleh Allah, ia akan dengan penuh gelora akan bersedia menerima kucuran ilmu dari Arfi Billah

tersebut, sehingga satu persatu pintu ilmu yang lainpun terbuka pula baginya dengan sangat

terang benderang.

Andaikata kamu mengenali Allah Taala dengan sebenar-benar pengenalan, niscaya kamu akan

diajarkan-Nya suatu ilmu yang tiada lagi sesudahnya sifat kejahilan. Sayid Ahmad Rifai, Benteng

Ahli Hakikat, 33 (1994).

Barangsiapa dikehendaki Allah akan kebaikan padanya maka Allah memberikan kefahaman dalam

soal Agama. Sunan At Tirmidzi Bk 4, 273 (1993).

Dan alhamdulillah, ternyata saya termasuk salah satu dari segelintir orang yang sudah ditakdirkan

oleh Allah untuk meyakini akan kearifbillahan Ustadz Hussien Bin Abdul Latiff. Kepada Beliaulah

saya sekarang ini menimba Ilmu. Dan sikap saya kepada Beliau hanya mencontoh sikap seorang

BILAL terhadap Rasulullah Muhammad SAW. Saya hanya seorang bodoh yang sedang dalam masa

bimbingan seorang Arif Billah.

Bersambung

Ditulis dalam INSPIRASI | Leave a Comment


DUDUKNYA ORANG BERMAKRIFATULLAH, Bagian-11
September 23, 2015 oleh Murid Dalam Sikap Bertuhankan Allah SWT.

6.Ilmu-ilmu diatas, tidak hanya banyak gagalnya untuk membawa kita memahami ayat-ayat

tentang makrifatullah, akan tetapi juga banyak gagalnya dalam memahamkan kita tentang ayat-
ayat, Al Hadist, dan Pendapat Arif Billah yang berkenaan dengan TAKDIR atau RUKUN IMAN KE-6,

misalnya:

Tiap-tiap manusia itu telah Kami tetapkan amal perbuatannya (sebagaimana tetapnya kalung)

pada lehernya. Al Israa (17):13.

Orang-orang itu akan memperoleh bahagian yang telah ditentukan untuknya dalam kitab. Al Araaf

(7):37.

Dan berkatalah orang-orang yang berilmu serta beriman: Demi sesungguhnya, kamu telah tinggal

menurut yang terkandung dalam Kitab Allah sampai ke hari kebangkitan. Ar Rum (30):56

Orang-orang golongan bahagia mereka akan dipermudahkan untuk melakukan amalnya orang-

orang bahagia. Adapun golongan orang celaka, dia juga pasti akan mengarah pada amalnya

orang-orang celaka. Terjemahan Sahih Muslim Bk.4, 575 (1994); Terjemahan Sahih Al Bukhari Bk.

8, 402 (1987).

Tak seorang pun daripada kamu kecuali sudah ditetapkan tempatnya di syurga atau di neraka.

Terjemahan Sunan Ibnu Majah Bk.1, 66 (1992).

Kamu tidak ada pilihan sendiri dalam perkara ini. Syeikh Abdul Qadir Al Jilani, Futh Ghaib, 32

(1990)

Sesungguhnya kehidupan dunia hanyalah permainan dan senda gurau. Muhammad (47):36

Sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah kesenangan (sementara) dan sesungguhnya akhirat

itulah negeri yang kekal. Muhammad (40):39

Dengan yang demikian itu, janganlah kamu menyalahi-Nya dalam lakuan-Nya yang terzahir

melalui kamu meskipun itu tidak kamu sukai dan tidak sesuai dengan kehendak kamu dan

meskipun pada zahirnya membahayakan kamu. Syeikh Abdul Qadir Al Jilani, Futuh Ghaib,163;

149; 145; 83; 56 (1980).

Hendaklah sentiasa sabar, redha dan menyesuaikan diri kamu dengan Allah, dan tenggelamkan

diri kamu ke dalam lautan lakuanNya. Syeikh Abdul Qadir Al Jilani, Futuh Ghaib, 153(1990)

Sesungguhnya rencana-Ku amatlah teguh: Al Araaf (7):183.

Kamu sekali-kali tiada akan mendapati perubahan pada sunnah Allah: Al Ahzab (33):62.

Allah Maha Bijaksana: An Nisa (4):170

Tidaklah Kami alpakan sesuatupun di dalam al Kitab: Al Anaam (6):38.


Tidak luput dari pengetahuan Tuhanmu biarpun sebesar zarrah (atom) di bumi ataupun di langit.

Tidak ada yang lebih kecil dan tidak (pula) yang lebih besar dari itu melainkan (semua tercatat)

dalam kitab yang nyata Loh Mahfuz. Yunus (10):61; Al Qamar (54):52-53.

Tidak ada sesuatu musibah pun yang menimpa seseorang kecuali dengan izin Allah. At Taghabun

(64):11.

Tiadalah memberi mudarat sedikit pun kepada mereka, kecuali dengan izin Allah. Al Mujadilah

(58):10

Sesuatu yang bernyawa tidak akan mati melainkan dengan izin Allah. Ali Imran (3):145.

Allah telahpun menentukan kadar dan masa bagi berlakunya tiap-tiap sesuatu At Talaq (65):3)

Dan tidak ada seorang pun akan beriman kecuali dengan izin Allah. Yunus (10):100

Allah mengeluarkan orang-orang itu dari gelap gulita kepada cahaya yang terang benderang

dengan seizin-Nya. Al Maidah (5):16

Sesungguhnya Allah Berkuasa atas segala sesuatu. Al Baqarah (2):20

Dan Dialah yang Berkuasa atas sekalian hamba-hamba-Nya. Al Anaam (6)18

Mereka berkata, Apakah ada bagi kita barang sesuatu (hak campurtangan) dalam urusan ini?.

Katakanlah, Sesungguhnya urusan itu seluruhnya di tangan Tuhan. Ali Imran (3):154.

Katakanlah, Semuanya dari Allah. Mengapa orang-orang itu hampir tidak memahami perbicaraan

sedikitpun?. An Nisa (4):78.

Maka adakah patut kamu menyangka bahwa Kami hanya menciptakan kamu sahaja dengan tiada

sebarang hikmah pada ciptaan itu?. Al Muminun (23):115

(Ingatlah), tidaklah Kami menciptakan langit dan bumi serta segala yang ada di antara keduanya

melainkan dengan ada gunanya yang benar . Al Ahqaf (46):3.

Allah tidak menjadikan semuanya itu melainkan dengan adanya faedah dan gunanya yang

sebenar. Yunos (10):5.

Kerana boleh jadi kamu bencikan sesuatu, sedang Allah hendak menjadikan pada apa yang kamu

benci itu kebaikan yang banyak. An Nisa (4):19

Sesunguhnya dia telah memikirkan dan menetapkan maka celakalah dia ! Bagaimana dia

menetapkannya? Kemudian celakalah dia ! Bagaimana dia menetapkannya?. Al Muddathsir

(74):18-20.
Dan kepunyaan Allah-lah segala apa yang tersembunyi di langit dan di bumi. An Nahl (16):77

Tiadakah kamu mengetahui bahwa kerajaan langit dan bumi adalah kepunyaan Allah? . Al Baqarah

(2):107.

Bahwa kekuatan itu kepunyaan Allah semuanya. Al Baqarah (2):165

Ketahuilah, bahwa segala hukum kepunyaan-Nya. Al Anaam (6):62

Hendaklah engkau beriman kepada Allah, kepada malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, para utusan-Nya,

dan Hari Akhir (kiamat) serta beriman kepada takdir dan buruknya takdir. Terjemahan Sahih

Muslim Jilid 1, 5 (1994).

Seandainya salah seorang di antara mereka mempunyai emas segunung Uhud yang dia nafkahkan

maka Allah tidak bakal menerimanya sebelum dia beriman kepada TAKDIR. Terjemahan Sahih

Muslim Jilid 1, 5 (1994).

Maka perlu engkau ketahui bahawa musibah yang menimpa kamu tak akan hilang daripadamu.

Dan sesuatu yang mesti terlepas daripadamu tak akan dapat memberikanmu musibah. Dan jika

engkau mati dengan keyakinan selain ini, pasti engkau akan masuk ke neraka: Terjemahan Sunan

Ibnu Majah Bk. 1, 65 (1992).

Dan jika engkau tertimpa dengan sesuatu musibah maka janganlah berkata, Seandainya sahaja

aku berbuat begini dan begini. Akan tetapi katakanlah, Allah sudah mentakdirkan dan apa yang

Dia kehendaki pasti dilaksanakan-Nya. Ketahuilah bahawa kata, Seandainya akan membuka

jalan bagi syaitan untuk menggoda. Terjemahan Sunan Ibnu Majah Bk 1, 67 (1992).

Nabi Musa as berkata, Hai Adam, engkau adalah bapa kami tetapi engkau telah mempersia-

siakan kami serta mengeluarkan kami daripada syurga kerana dosa-dosamu. Nabi Adam as

menjawab, Hai Musa, Allah telah memilihmu dengan Kalam-Nya dan menulis Taurat untukmu

dengan tangan-Nya maka apakah engkau menyalahi aku atas perkara yang telah ditakdirkan Allah

kepadaku 40 tahun sebelum aku diciptakan?. Terjemahan Sunan Ibnu Majah Buku 1, 68 (1992).

Sesungguhnya Allah tidak menganiaya seseorang walaupun sebesar zarrah. An Nisa (4):40.

Kamu tidak akan dianiaya sedikitpun. An Nisa (4):77.

Sesungguhnya Allah tidak berbuat zalim kepada manusia sedikitpun akan tetapi manusia itulah

yang berbuat zalim kepada diri mereka sendiri. Yunos (10):44; Ar Rum (30):9.

Ayat-ayat, hadist-hadist dan pendapat Arif Billah di atas dengan jelas ataupun tersamar

menyatakan bahwa takdir yang BAIK maupun takdir yang BURUK semuanya, 100 %, adalah
berasal dari Allah. Namun kita gagal untuk memahaminya. Kita gagal memahami bahwa apapun

yang terjadi pada diri kita maupun orang lain semuanya itu (sejak FIRMAN KUN):

Sudah dituliskan oleh Allah,

Sudah sudah ditetapkan oleh Allah,

Sudah diizinkan oleh Allah,

Sudah tersusun dengan teguh, rapih, lengkap, dan sempurna. Karena semua itu memang disusun

oleh Allah Yang Maha Sempurna.

Sudah tidak bisa berubah lagi, sebab segala perubahan dan persyaratan atas penzhahirannyapun

sudah dituliskan.

Sudah terukur dengan sempurna. Tidak ada satupun yang terlupakan.

Sudah diselipkan pula berbagai HIKMAH yang wajib kita baca sebagai bahan pelajaran bagi kita

khususnya, dan bagi umat manusia umumnya, untuk bekal kita dalam mengarungi kehidupan

dikemudian hari.

Kebanyakan kita GAGAL dalam mengimanai takdir seperti ini karena kita keliru dalam memahami

ayat Al Quran, semisal:

Sesungguhnya Allah tidak akan merubah keadaan suatu kaum sebelum mereka mengubah

keadaan diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap suatu kaum,

maka tidak ada yang dapat menolaknya dan tidak ada pelindung bagi mereka selain Dia. Ar-Radu

(13): 11 .

Satu ayat ini saja, yang kita keliru memahaminya, telah membawa kita MERASA BISA untuk

mengatur-atur diri kita, mengatur-atur nasib kita, mengatur-atur masa depan kita. Kita merasa

bisa untuk merencana-rencanakan masa depan kita. Dan itupun katanya bisa kita dapatkan

dengan hanya mengatur-ngatur pikiran kita, imaginasi kita, kata-kata kita, dan perasaan kita.

Kita merasa hal seperti itu tidak hanya bisa kita pakai untuk kepentingan diri kita sendiri, akan

tetapi juga untuk kepentingan orang lain. Sehingga akhirnya kita menjadi orang yang dikenal luas

dimana-mana. Dan dengan gagah berani kita mengiming-imingi orang lain bahwa mereka akan

menangguk manfaat yang sangat besar bila mengikuti saran-saran kita. Seperti dijamin berhasil

begitu.

Akan tetapi, supaya tidak berkesan sombong, kita kemudian menutupnya dengan ucapan: apa-

apa hasil yang baik adalah dari Allah, sedangkan apa-apa hasil yang buruk dari kebodohan kita

sendiri .

Yang lebih parah lagi adalah segala sesuatunya mulai jadi BERMASALAH bagi kita. Kita mulai tidak

bisa menerima apapun yang terjadi yang tidak sama dengan apa yang kita harapkan baik pada diri
diri kita, maupun pada keluarga kita, dan pada kelompok kita. Makanya apapun yang kita lihat,

kita baca, dan kita dengar membaca apa yang tertulis dan tergambar didepan mata kita.

Kalau pada sesama manusia, sudah dapat dipastikan bahwa, dengan kata-kata yang alangkah

kasarnya (walau kadangkala sudah dicoba dihalus-haluskan, namun tetap terasa kasar dan

menusuk perasaan), kita akan menolak, mencaci, menghujat, melaknat, dan memaki orang yang

kita anggap berseberangan dengan kita.

Sedangkan kepada Allah, untuk setiap peristiwa dan kejadian buruk yang menimpa kita, kita akan

selalu dan selalu berkata: Kenapa ya Allah ini terjadi pada saya, pada keluarga saya, bukankah

saya selalu berbuat baik dan selalu menjalankan perintah-Mu?.

Gagal dalam mengimani TAKDIR atau Rukun Iman ke-6 inilah sumber permasalahan kita yang

akan selalu membuat kita menderita, dan ilmu-ilmu diatas hanya akan menyelesaikan

permasalahan kita itu pada tingkat kulit luarnya saja. Dengan sangat mengejutkan kita juga akan

segera merasakan tingkat keberadaan atau tingkat KEAKUAN kita meningkat dengan sangat cepat.

Selalu akan ada kita dan ada pula Allah. Akan selalu ada dua wujud yang saling kalah

mengalahkan, dan pada akhirnya dengan terpaksa kita akan selalu merasa kalah dan menjadi

korban permainan takdir Allah. Merasa ada tapi akhirnya kita harus merasa kalah, itu alangkah

sakitnya. Tersiksa dan menderita

Firasat kita akan menjadi lemah dalam menghadapi berbagai masalah kehidupan. Dan kita juga

akan selalu gagal untuk memetik HIKMAH dan membaca PELAJARAN dari setiap peristiwa yang

kita hadapi. Pada akhirnya kita akan selalu saja tertinggal dari perputaran zaman yang selalu

menuntut kebaharuan

Bersambung

itulis dalam INSPIRASI | 3 Comments


DUDUKNYA ORANG BERMAKRIFATULLAH, Bagian-12
September 30, 2015 oleh Murid Dalam Sikap Bertuhankan Allah SWT.

7. Dengan memakai atau menerima pengaruh dari ilmu-

ilmu diatas, umat Islam hampir saja kehilangan pemaknaan TOTAL tentang HATI dan DIMANA LET

AK dari HATI tersebut. Karena memang sejak 400 tahun setelah Rasulullah Wafat, banyak umat Is

lam yang TERSILAP dalam memaknai HATI ini. Hati itu dikira ada di dalam DADA (SUDUR), atau H

ati itu dikira ada di dalam JANTUNG yang diistilahkan dengan QALB.

Lalu dada atau qalb itu dijadikan orang sebagai OBJEK yang paling utama dan paling pertama untu

k DITAMPAR dengan lafaz.lafaz dzikir dan istighfar agar dada atau qalb itu bisa menjadi tenang da

n bersih sehingga mudah dimasuki oleh ilham TAQWA berupa munculnya rasa cinta, senang, tenan
g, damai, bahagia dan pelajaranpelajaran lainnya. Sebab ternyata hampir bagi semua orang, kita

merasakan dada kita itu sempit dan sakit terus melihat apapun yang terjadi disekeliling kita. Kita

mengira saat itu dada kita sedang dimasuki oleh ilham FASIK berupa munculnya rasa marah, iri, b

enci, tamak, loba, susah, takut, khawatir yang terasa ada di dalam dada kita itu.

Praktek ini menggejala hampir kesemua lapisan masyarakat, karena sejak itu pengamal tasawuf ja

lan waliwali yang kebanyakan adalah wali tarekat, memang mewarnai spiritual Islam dengan sang

at kuat. Berbagai macam tarekat bermunculan dengan cepat, seakan-

akan agama Islam itu sudah dipecah-

pecah orang menjadi Islam dengan pengamalan tarekat model A,B,C, dan sebagainya.

Sedangkan ulama-ulama tasawuf jalan Nabi-Nabi seperti Imam Al Ghazali sudah mewanti-

wantinya sejak awal bahwa bahwa kaum sufi wali-

wali (tarekat) tidak mau mengakui bahwa bahwa mereka telah salah dalam memberi nama HATI it

u. Kesalahan itu sudah sangat sulit untuk terhapus dari kepahaman mereka. Ia sudah sangat berk

embang dari mulut kemulut, dari tulisan ke tulisan, dan melekat erat pada hati mereka. Kaum sufi

tersebut mencela minda atau akal dan apa-apa yang bisa dipahami oleh akal tersebut.

Akan tetapi peringatan Iman A Ghazali itu tidak menjadi perhatian lagi bagi kaum sufi jalan wali-

wali tarekat karena mereka asyik sendiri mencari rasa demi rasa dalam berdzikir. Sedangkan umat

Islam yang lainnya yang tidak mengikuti tasawuf jalan wali-

wali, asyik sendiri pula menghafal dalil demi dalil untuk saling diperdebatkan. Jadilah umat islam it

u terpecah-

belah menjadi dua golongan besar. Yang satu golongan asyik berburu rasa dan ilham dengan cara

nya masing-

masing yang disebut dengan TAREKAT A,B,C, dan yang satu golongan lagi asyik pula saling berb

uru dalil dan hukum untuk saling menjatuhkan satu sama lainnya.

Dengan begitu maka lengkaplah prasyarat untuk terzhahirnya umat yang sangat mudah untuk dile

cehkan, umat yang terpecah belah, umat yang saling berperang dan menumpahkan darah. Umat y

ang sudah tidak dapat lagi melihat HIKMAH dari setiap kejadian dan peristiwa selama hampir 1000

tahun kemudian, sehingga nyaris tidak ada satupun lagi penemuan-

penemuan ilmu dan teknologi yang dihasilkan oleh umat Islam sejak saat itu. Umat Islam asyik be

rzikir di dalam rumah-

rumah dzikir bagi yang mengikuti jalan tarekat, dan bagi yang tidak ikut jalan tarekat asyik pula m

embolak-balik berbagai buku dan kitab yang tebal-

tebal untuk menemukan sesuatu yang entah apa. Keduanya asyik, tapi tujuan dalam melakukan k

easyikan itu nyaris tidak dketahui oleh kedua golongan ini. Entah apa yang dicari, entah apa
Padahal tujuan Allah dalam menciptakan manusia dan Jin adalah untuk mengenal dan beribadah k

epada Allah. Kalau kita sudah bisa beribadah hanya kepada Allah, maka insyaallah kita akan dijad

ikan PERKAKAS oleh Allah untuk mengujudkan rahmat dan kesenangan bagi umat manusia dan al

am semsta. Sedangkan kalau kita tidak bisa beribadah kepada Allah, kita tetap akan dijadikan per

kakas juga oleh Allah, tetapi perkakas untuk mengujudkan keangkaramurkaan bagi umat manusia

dan alam semesta.

Melihat begitu pentingnya HATI atau AKAL ini yang di dalam Al Quran dikatakan fungsinya adalah

untuk MENGERTI (Taqilun, MENGINGAT (Tadzakkarun), BERPIKIR (Tafakkarun), BERTAQWA (Tatt

aqun) dan untuk itu Hati tersebut dilengkapi dengan MATAHATI / MATA AKAL yang berfungsi untuk

MELIHAT dan MENDENGAR, maka sudah seharusnya umat Islam mulai memperhatikan masalah H

ATI dengan sebenar-benarnya.

Sebab RUH hanya akan IKUT dan PATUH MENGANTARKAN RAGA kita kemana saja kata hati kita b

erdetak sembari ia memberikan UMPAN BALIK berupa RASA tentang hasil demi hasil dari pelaksan

aan kata hati kita itu. Sebab fungsi RUH itu memang utamanya adalah untuk MENGGERAKKAN rag

a kita dan mengirimkan umpan balik kembali ke tubuh kita dalam bentuk RASA.

Karena RUH itu berada dan melayang di dalam seluruh jaringan tubuh kita. Maka umpan balik dari

RUH kepada raga kita itu akan terasa pula di sekujur tubuh kita. Perubahan-

perubahan rasa itu ternyata lebih terasa atau sangat kentara sekali terasa di dalam dada kita. Per

ubahan di dalam dada kita itu adalah seperti menyempit dan melapang. Kalau dada kita terasa me

nyempit, maka nafas kita akan menjadi terengah-

engah, jantung kita akan berdenyut lebih cepat, dan kitapun menjadi sangat mudah untuk menjad

i terbakar api benci, dendam, marah, dan hal-

hal fasik lainnya, yang dikatakan orang sebagai emosi negatif.

Sebaliknya, kalau kita melakukan hal-

hal yang baik dan penuh ketakwaan, umpan balik yang diberikan oleh RUH yang terasa di sekujur

tubuh kita dan dada kita adalah, dada kita itu akan berubah menjadi lapang dan luas. Ada rasa leg

a dan lepas dari beban berat yang menyeruak dan menyembul dan memancar dari dalam dada kit

a itu. Nafas kitapun akan bergerak seperti nafas bayi yang sedang tidur. Denyut jantung kita akan

berada pada denyut yang optimum, otot-

otot kita akan rileks dan kendor. Hal ini merupakan prasyarat untuk RUH kita itu bisa berdesir kelu

ar dari tubuh kita dengan ridha dan tanpa halangan.

Setiap perubahan rasa berikutnya, akan sangat terasa pula dikulit kita. Kulit kita kadangkala merin

ding-

rinding seperti orang yang kedinginan. Akan tetapi tubuh kita sendiri tidak sampai berkocak atau d
an berkelojotan secara kasar. Dinginnya itu bahkan akan terasa sampai ke daging di bawah kulit ki

ta dan bahkan bisa sampai ketulang kita. Itu sangat tergantung dari keadaan yang sedang kita ala

mi Inilah yang mebuat kita seringkali menangis dan menangis

Bersambung

Bersambung

P ELITA D ZATIYAH
Murid dalam SIKAP ber -Tuhan-kan Allah SWT.
Feeds:

Pos

Komentar

DUDUKNYA ORANG BERMAKRIFATULLAH, Bagian-13


September 30, 2015 oleh Murid Dalam Sikap Bertuhankan Allah SWT.

Sedangkan KATA HATI itu sendiri ditentukan oleh apa yang SEDANG ADA atau bercokol di

DALAM hati kita. Apa-apa yang ada di dalam hati kita itu sangat tergantung kepada apa-apa yang

sedang kita INGAT-INGAT di dalam hati atau akal kita itu. Allah sudah membukakan sebuah

rahasia maha besar tentang hati ini di dalam Al Quran bahwa; isi hati itu hanya dua, yaitu hati

yang berisikan INGATAN KEPADA ALLAH (Dzikrullah), atau hati yang TIDAK berikan ingatan

kepada Allah.

Hati yang tidak berisikan ingatan kepada Allah akan segera saja diisi oleh QARIN dengan ingatan-

ingatan kita kepada objek pikir yang lain yang akan membuat kita terlalu mudah untuk melakukan

kefasikan. Qarin ini adalah satu Jin yang selalu menemani setiap manusia sejak lahir sampai kita

wafat. Setiap orang pasti punya qarin, termasuk Nabi sekalipun. Akan tetapi Qarin yang menemani

Nabi sudah dibuat tidak berdaya oleh Allah untuk menggoda Nabi

Insyaallah kita akan bercerita lebih panjang tentang Qarin ini pada kesempatan lain Ini akan

sangat menarik sekali. Karena kalau melihat ciri-ciri apa yang dilakukan umat manusia saat ini,

hampir sebagian besar kelihatannya adalah karena ulah QARIN yang telah mengotori hati kita

dengan ingatan-ingatan yang selain kepada ingatan kepada Allah.

Dengan melihat fungsi HATI dan MATA HATI yang seperti ini, maka tidak mungkinlah HATI dan

MATA HATI itu terletak di dalam dada atau di dalam jantung kita. Tidak Bisa. Pada kesempatan

yang lalu kita sudah bahas bahwa satu-satunya TEMPAT di dalam tubuh kita yang sesuai dengan
definisi hati sebagai MUDGAH yaitu GUMPALAN yang hampir serupa daging yang lembut tapi

bukan daging adalah OTAK kita.

Tapi OTAK itu sendiri bukanlah HATI. Sebab yang dimaksud dengan HATI itu adalah sebentuk

anasir diri manusia yang HALUS yang mempunyai tempat DUDUKAN di dalam otak kita seperti

halnya DUDUKAN udara di dalam paru-paru kita, atau dudukan RUH di dalam tubuh kita. Jadi otak

kita hanyalah tempat atau dudukan bagi hati kita saja.

Segala informasi dan perintah dari dalam hati kita akan sampai kepada tubuh kita untuk

dilaksanakan akan disalurkan melalui jaringan otak ini. Begitu pula dengan segala umpan balik

dan informasi dari luar tubuh kita yang akan masuk kedalam hati kita juga melalui jaringan otak

ini terlebih dahulu. Ruh akan menggerakkan raga kita sesuai dengan kehendak hati, dan dalam

perjalanan mengikuti gerak itu, RUH juga mengantarkan umpan balik berupa RASA yang akan

terasa terutama di dalam dada kita. Simple sekali sebenarnya prosesnya.

Jadi satu-satunya yang perlu kita lakukan adalah bagaimana caranya kita membersihkan hati kita

yang halus ini agar RUH kita bisa mengantarkan tubuh kita ketujuan yang baik dengan lembut dan

ringan serta rasanya juga dingin dan suejuuk. Itu saja kok repot

Dengan mengetahui dimana letak atau kedudukan hati kita yang halus ini, yaitu di dalam otak

kita, maka kita hanya tinggal membersihkan saja HATI kita itu lagi dan lagi secara ISTIQAMAH.

Dan untuk itupun kita hanya perlu dengan satu cara saja, yaitu dengan cara mengisi hati kita itu

dengan INGATAN kepada Allah.

Karena Allah TIDAK bisa kita rupakan, kita hurufkan, kira warnakan, kita suarakan, kita

bayangkan, maka ketika hati kita telah selalu kita isi dengan INGATAN kepada Allah (Dzikrullah),

maka ingatan kita kepada apapun yang lain selain dari Allah otomatis akan hilang dengan seketika

itu juga. Hati kita akan otomatis menjadi bersih dalam sekejap. Sebab hati kita memang hanya

akan bisa mengingat satu hal dalam satu waktu.

Hanya saja kalau kita belum terbiasa mengingat Allah seperti ini, biasanya ingatan kita kepada

Allah itu tidak akan bisa bertahan lama. Lama-lama ingatan kita kepada Allah menjadi kendor dan

mulai dimasuki oleh ingatan kita kepada yang lain selain Allah, yang saat itu sedang kita cintai

atau senangi.

Begitu ingatan kita kepada Allah telah hilang, artinya kita beralih dari ingatan kepada Allah Yang

Maha Rahman, maka seketika itu juga Qarin akan menyusupkan ingatan-ingatan yang lain yang

sangat banyak silih berganti kedalam hati kita. Qarin akan memperkuat ingatan kita kepada apa-

apa yang selain Allah itu sampai akhirnya suatu saat kita terlanjur melakukan satu perbuatan

FASIK atau FUJUR.


Begitu kita terlanjur melakukan satu perbuatan fasik, maka hati kita mulai ada bintik hitam atau

bintik kuningnya. Jika perbuatan fasik itu telah kita lakukan berulang dan berulang, maka lama-

lama hati kita akan hitam, keras membatu, buta, pekak, dan tuli. Otak kita sih tetap seperti biasa.

Darahnya tetap merah, urat-urat syarafnya tetap berwarna susu.

Kalau kita menyesal, qarinnya akan istirahat dulu sebentar membiarkan kita merasakan

penyesalan itu. Boleh jadi kita menangis karena menyesal itu. Atau boleh jadi pula kita berusaha

mengucapkan kata-kata motivasi positive seperti yang banyak diseminarkan orang, atau kita

membaca ayat-ayat kitab suci dan dzikiran seperti di dalam pengajian-pengajian. Tapi setelah itu

Qarin kita akan datang kembali dengan tugasnya untuk mengantarkan kita melakukan perbuatan

fujur berikutnya. Jadilah kita seperti orang yang tobat berkali-kali dan kumat berkali-kali pula.

Mengunci Hati agar tetap hanya mengingat Allah setiap saat (dzikrullah) inilah yang telah menjadi

topik perbincangan, pencarian, dan kerinduan umat Islam sejak berbilang Abad semenjak 300-400

tahun setelah kewafatan Rasulullah. Dan inilah yang telah melahirkan berbagai Tarekat Dzikir

dengan ciri-ciri dan prakteknya masing-masing. Saya termasuk salah seorang yang telah

melanglangbuana dengan berbagai cara dzikir ini, tanpa hasil yang berarti.

Namun Alhamdulillah, lewat syarahan, seminar, dan tuntunan langsung dari Arif Billah Ustadz

Hussien Bin Abdul Latiff, sudah ribuan orang diberbagai benua yang sudah merasakan lezatnya

berkekalan dalam mengingat Allah Akan tetapi masih ada jutaan-jutaan orang yang masih

mencarinya

Bersambung

Ditulis dalam INSPIRASI | 1 Komentar


Menyadari Hakekat, Bagian-1
Mei 9, 2015 oleh Murid Dalam Sikap Bertuhankan Allah SWT.

Al Quran menyuruh umat manusia untuk DZIKRULLAH

Akan tetapi dalam memaknai dzikrullah itu umat manusia ternyata sangat beragam sekali. Ada

yang mengatakan bahwa DZIKRULLAH itu adalah dengan MENGINGAT ALLAH, ada yang

mengatakannya dengan MENYADARI ALLAH, ada yang mengartikannya dengan MENYEBUT (Nama)

ALLAH, ada yang mengatakannya dengan BERDZIKIR kepada Allah, dan lain-lain sebagainya.

Baru-baru ini ada kampanye dari seorang sahabat saya dan kelompoknya yang mengatakan

bahwa dzikrullah itu adalah SADAR kepada Allah, bukan MENGINGAT Allah. Kalau mengingat Allah
maka itu adalah MUSYRIK. Karena mengingat berarti dengan pikiran, sedangkan Allah tidak bisa

dipikirkan. Laista kamistlihi syaiun

Tentu saja banyak kita yang dibuat bingung oleh pernyataan ini. Ada saja memang disetiap zaman

muncul orang-orang yang sering membuat pernyataan-pernyataan aneh yang membingungkan

umat Islam sendiri. Setiap zaman ada

Disinilah pentingnya ILMU MENGENAL ALLAH, MAKRIFATULLAH, sehingga kita betul-betul bisa

meletakkan kemahaan Allah pada tempat yang seharusnya. Kalau tidak, kita akan tersasar-sasar

ketika kita ingin berbicara tentang Allah, ketika kita ingin beribadah kepada Allah, dan terutama

ketika kita ingin BERDZIKIR kepada Allah.

Sebab sebenarnya semua ibadah pada hakekatnya adalah dalam rangka kita untuk BERDZIKIR

kepada Allah. Shalat adalah Lidzikri, untuk dzikir kepada Allah. Ibadah Haji dan Umrah adalah

untuk dzikir kepada Allah. Membaca Al Quran, zakat, berbuat baik kepada sesama manusia juga

adalah dalam rangka dzikir kepada Allah. Wiridan sebenarnya juga sedang berusaha untuk Dzikir

kepada Allah. Untuk menjadi Ulul Albab kita juga dipersyaratkan agar kita bisa dzikir kepada Allah

ketika sedang berdiri, duduk, ataupun tiduran. Akan tetapi dzikir yang bukan sembarang dzikir,

tapi dzikrullah. Mendzikiri Allah.

Sementara itu, DZIKRULLAH itu sendiri, walau ia hanya sebuah kata yang sederhana, namun ia

juga telah menjadi sebuah Rahasia pencapaian umat manusia sepanjang masa, yang untuk itulah

para Nabi dan Rasul diturunkan pada zamannya, dan para Arif Billah diturunkan untuk

melanjutkan tugas Para Nabi dan Rasul, sesuai dengan zamannya pula. Sebab seiring dengan

berjalannya waktu, ternyata umat manusia telah ditakdirkan pula untuk menjadi semakin cerdas

dan sekaligus juga semakin banyak masalah, sehingga ditengah-tengah orang yang sudah

semakin cerdas dan semakin banyak masalah itu, perlu pulalah orang-orang yang bisa

menjelaskan Dzikrullah itu agar ia tetap menjadi sebuah proses yang sederhana. Sesederhana

yang dilakukan oleh Nabi-Nabi dan Rasul-Rasul.


Untuk Zaman kita sekarang ini, masalahnya adalah, bagaimana kita akan bisa mendzikiri Allah

kalau kita tidak kenal betul dengan Allah. Makrifatullah. Sebab kalau kita tidak kenal, akibatnya

adalah kita akan sangat mudah sekali terperosok untuk menuhankan sesuatu yang tidak layak

untuk kita pertuhankan. Kita akan mudah sekali menjadi salah paham dengan eksistensi Allah,

walaupun ayat-ayat Al quran yang menerangkan tentang itu sudah sangat jelas sekali sebenarnya

Beberapa kesalahpahaman yang umumnya terjadi, diantaranya adalah:

Bersambung

Ditulis dalam INSPIRASI | Meninggalkan komentar


Menyadari Hakekat, Bagian-2
Mei 9, 2015 oleh Murid Dalam Sikap Bertuhankan Allah SWT.

1. Kita MENGIRA bahwa Allah ada DI DEKAT kita. Kita menganggap Allah ada DI DEPAN kita.

Biasanya ayat-ayat yang kita pakai untuk mendukung pernyataan kita ini adalah bahwa: Allah

lebih dekat dengan kita dari pada kita dengan urat leher atau urat nyawa kita. Kita juga biasa

memakai dalil lainnya, yaitu ayat yang mengatakan bahwa: Allah MELIPUTI segala sesuatu.

Dengan mengatakan Allah ada di dekat kita atau didepan kita, tanpa kita sadari, kita telah

mengatakan bahwa Allah adalah BERTEMPAT. Allah bisa jauh dan bisa pula dekat dengan kita.

Maha suci Allah dari segala anggapan seperti apapun juga.

2. Karena kita menganggap bahwa Allah ada di dekat kita, atau di depan kita, bahkan meliputi diri

kita, maka seakan-akan Allah, atau paling tidak perbuatan atau aktifitas Allah, bisa kita RASA-

RASAKAN. Kita akan mencoba untuk mencari-cari sensasi akan kedekatan kita dengan Allah itu.

Kita akan MENGARAH-ARAHKAN kesadaran kita, perasaan kita, ataupun gerakan-gerakan kita

kepada Allah yang ada di depan ata di dekat kita.

Malah karena kita merasa saking dekatnya dengan Allah, kita menganggap bahwa keluar

masuknya aliran NAFAS kita juga adalah karena Allah yang menggerakkan. Allah seakan-akan

berada diujung-ujung nafas kita itu. Seakan-akan Allahlah yang sedang menggerak-gerakkan

nafas kita itu.

Lalu, dengan mengamati aliran nafas itu dan meyakini bahwa Allahlah yang menggerakkan nafas

kita itu, maka gerakan keluar masuknya nafas kita itu bisa pula kita anggap sebagai alat bantu

bagi kita untuk berdzikir atau menyadari keberadaan Allah yang sangat dekat dengan kita. Dan
jebakannya adalah bahwa semua yang kita lakukan itu ada pula rasanya. Sehingga kitapun

menjadi betah di sana.

3. Atau sebaliknya kita menganggap Allah berada jauh di tempat yang sangat tinggi, sehingga kita

mencona mengarah-ngarahkan ucapan kita, wajah kita, pandangan mata kita, atau konsentrasi

kita ketempat yang tinggi diatas langit. Kita melihat dan menggapai-gapaikan tangan kita kearah

ATAS, seakan-akan kita sedang berkonsentrasi bahwa arah atas yang kita tuju itu adalah tidak

terbatas. Harapan kita setelah itu adalah kita akan merasakan jawaban-jawaban Allah berupa

getaran-getaran yang menjalari seluruh bagian tubuh kita.

4. Karena Allah atau aktifitas Allah kita anggap bisa kita rasa-rasakan, maka disinilah bisanya

muncul praktek-praktek yang bertujuan untuk merasakan aktifitas atau perbuatan Allah itu.

Praktek yang paling mudah untuk kita lakukan biasanya adalah dengan memanggil-manggil Allah,

Allah, Allah Allah!. Dalilnya juga ada Qulid ullah awidur Rahman dst. Biasanya kita tidak

cukup hanya dengan memanggil-manggil Allah saja. Memanggil-mannggil Allah itu harus kita

barengi pula dengan mengarahkan emosi kita, atau pandangan kita, atau gerakan tangan kita

kesuatu arah tertentu, misalnya keatas, kedepan, kebawah sambil rukuk atau sujud, dan

sebaginya. Semua arah yang kita tuju ini seperti berada DI LUAR tubuh kita.

Akan tetapi arah yang kita tuju itupun bisa pula suatu titik konsentrasi yang ada di dalam tubuh

kita, misalnya gerakan nafas kita, merasakan detak jantung kita baik di dada maupun

dipergelangan tangan kita, atau titik titik tertentu di sepanjang tubuh kita yang bisa juga disebut

cakra-cakra atau lathaif-lathaif. Titik konsentrasi utama yang sering dipakai Umat Islam adalah

wilayah disekitas JANTUNG yang konon katanya disanalah HATI kita berada. Kita juga bisa

berkonsentrasi bahwa akita seakan-akan sedang BERGERAK menembus dan memasuki ruang dada

kita yang paling-paling-paling dalam. Titik konsentrasi lainnya yang bisa kita pakai adalah dengan

mendengarkan suara-suara dan lagu-lagu, melihat warna-warna, dan lain-lain sebagainya.

Akan tetapi semua yang kita lakukan itu tujuannya bukan lagi untuk berdzikir kepada Allah, akan

tetap telah berubah menjadi sebagai alat untuk menghentikan keliaran pikiran kita saat kita

menyebut-nyebut Nama Allah. Kita mencoba menghentikan keliaran pikiran kita dengan cara

mengarahkan konsentrasi kita hanya tertuju pada satu objek pikir tertentu saja. Orang yang

melakukannya menamakan objek pikir antara itu adalah jangkar. Suka-sukanya sajalah

Padahal saat itu kita memanggil-manggil Allah, sedangkan kita sedang berkonsentrasi kepada

Objek Jangkar itu, maka bukankah artinya objek jangkar itulah yang kita panggil-panggil sebagai

Allah?. Kita selingkuh di dalam hati atau pikiran kita.


Contohnya adalah: Istri saya namanya Neneng, saya juga punya teman yang namanya Ani. Saat

saya bersama istri saya, saya berkata: Neneng, abang sayang sekali kepada Neneng. Akan

tetapi pada saat yang sama ingatan yang ada di dalam pikiran saya adalah tentang si Ani.

Bukankah keadaan ini sama dengan keadaan kita sedang berdzikir menyebut Nama Allah diatas?.

Silahkan jawab sendirilah masing-masing. Dan setiap jawabannya itu akan ada tersedia alasan-

alasan yang sangat tepat pula.

5. Biasanya praktek-praktek seperti diatas baru akan dianggap berhasil kalau kita sudah bisa

menangis, atau kita sudah bisa merasa-rasakan getaran, atau tubuh kita sudah bisa tergetar-getar

(keter-keter dan kejet-kejet), atau kita sudah bisa tersujud dan tersungkur (baik sambil

menangis-nangis ataupun tidak dengan menangis), atau tubuh kita sudah bisa berputar-putar

tanpa kita sengaja-sengaja untuk berputar-putar. Lalu kita meyakini bahwa Allahlah yang telah

melakukan semua hal itu terhadap diri kita.

Kalau kita tidak bergetar-getar, atau tidak mengalami satupun dari tanda-tanda diatas, maka kita

dengan mudah bisa dianggap sebagai orang yang tidak beriman, atau paling tidak iman kita masih

kurang dan rendah. Kriteria penilaian inipun ada pula dalilnya yang cocok, yaitu fadzkurini

adzkurkum dst, wajilats qulu buhum dst, taqsyairru minhu dst.

6. Setelah proses menangis-nangis, tersungkur-sungkur, bergetar-getar itu, biasanya kemudian

kita menjadi tenang kembali. Dan keadaan inipun ada pula dalilnya yang dipakai, yaitu : tsumma

talinu juluduhum wa qulu buhum, dst.

Setelah itu kita akan menjadi tenang, merasa bahagia, dan tubuh kita terasa seperti telah menjadi

sangat luas dan besar, dan kita seperti terlepas dari segala beban yang menghimpit kita selama

ini. Keadaan inipun ada pula dalilnya, Qad Aflahal Muminun, dst.

Bersambung

Ditulis dalam INSPIRASI | 6 Komentar


Menyadari Hakekat, Bagian-3
Mei 10, 2015 oleh Murid Dalam Sikap Bertuhankan Allah SWT.

Tentu ada yang bertanya-tanya seperti ini: Lalu letak salah kaprahnya dimana?, bukankan ayat Al

Qurannya berkata begitu?.

Ayat Al Qurannya betul berkata begitu. Akan tetapi yang salah kaprah adalah paradigma berpikir

kita. Kita mengira bahwa ayat Al Quran itu adalah untuk kita yang paradigma berpikirnya masih

tercampur baur dengan paradigma berpikir lain yang keliru. Paradigma berpikir yang tidak pernah

dipakai oleh para Nabi dan Rasul, para Sahabat Nabi dan dua generasi yang mengikutinya, dan

para Arif Billah.


Padahal ayat Al Quran yang telah kita sebutkan diatas berkata-kata hanya kepada orang yang

beriman kepada Allah. Orang-orang yang sedang DZIKRULLAH. Orang-orang yang sedang INGAT

kepada Allah. Bahwa kalau orang yang sedang Dzikrullah itu pastilah begini dan begitu. Pasti

hatinya bergetar, wajilats qulu buhum. Pastilah dia akan menangis dan tersungkur sujud melihat

KEBENARAN Allah. Ingatannya kepada Allah akan dibalas oleh Allah dengan Ingatan Allah

kepadanya, fadzkurini adzkurkum. Pastilah Hatinya akan menjadi Tenteram, Talinu. Pastilah dia

akan mendapatkan Ilham tentang ketaqwaan. Pasti

Akan tetapi, dengan paradigma berpikir kita yang masih tercampur baur itu, lalu kita mencoba

memanggil-manggil Allah, mencoba menyebut-nyebut Nama Allah dan kalimat-kalimat Thayyibah

lainnya, kemudian ada respon, hal, dan kejadian-kejadian yang mirip dengan yang dikatakan oleh

ayat-ayat Al quran diatas tentang ciri-ciri orang yang beriman, maka kita terlalu cepat merasa

sumringah.

Kita terlalu cepat merasa Ge-er bahwa kita telah menjadi orang yang beriman. Padahal saat itu

hati kita masih belum beriman kepada Allah. Tanda-tandanya mudah sekali kok untuk

mengetahuinya. Saat itu HATI kita masih dipenuhi oleh berbagai hal, keadaan, sifat, dan objek

pikir yang akan MENGHALANGI kita untuk INGAT kepada Allah. Hati kita masih kotor, sehingga

kotoran hati itu akan menghalangi hati kita untuk ingat kepada Allah.

Dengan adanya respon-respon seperti ini, yang bisa kita RASAKAN dan ALAMI, maka BISANYA kita

TERBURU-BURU untuk menganggap bahwa itu adalah RESPON atau JAWABAN DARI ALLAH atas

panggilan-panggilan kita kepada-Nya, walau saat itu HATI kita tengah mengingati berbagai

kotoran yang ada di dalam hati kita itu. Dari sinilah kemudian muncul keyakinan seseorang bahwa

dengan mengalami hal seperti itu ia merasa telah berdzikir dengan baik dan betul kepada Allah.

Sebab sudah ada tanda-tandanya yaitu, dia sudah bisa bergetar secara halus atau secara kasar,

ada yang sampai tubuhnya jatuh dan bahkan berguling-guling, dan ada yang sudah merasakan

pula rasanya yang sangat nyaman. Dia juga merasa telah mendapatkan berbagai bimbingan dan

tuntunan dari Allah.

Betulkah semua RESPON yang seperti itu adalah berasal dari Allah seperti yang kita duga?.

Betulkah Allah yang telah meresponnya?. Mari kita ulas hal ini dengan memakai kacamata

Makrifatullah. Paradigma berpikir Makrifatullah

Bersambung

s dalam INSPIRASI | 1 Komentar


Menyadari Hakekat, Bagian-4
Mei 12, 2015 oleh Murid Dalam Sikap Bertuhankan Allah SWT.
ALAM HAKEKAT

Pada awalnya hanya Allah saja yang ada. Dzat-Nya, The Essense. Tidak ada sesuatu apapun yang

bersama Dia. Oleh sebab itu tidak ada satupun yang tahu tentang Dia. Dia tidak bisa dikenali.

Tidak ada yang tahu Dia punya Kebesaran, karena saat itu belum ada yang akan membesarkan-

Nya. Tidak ada yang kenal Dia Bernama, karena belum ada siapa-siapa yang akan Dia beritahu

Nama-Nya. Tidak ada yang tahu Dia Maha Berkuasa, karena belum ada apa-apa dan siapa-siapa

yang mau dikuasai-Nya. Tidak ada yang tahu Dia Maha Memiliki Kuasa dan Kecerdasan, karena

memang hanya Dia Sendiri Yang Ada. Hanya Diri-Nya, Hanya Dzat-Nya sendiri Yang ada. Kalau

saat itu SUDAH ADA yang tahu bahwa Dia Maha Berkuasa dan Dia Maha Memiliki Kuasa dan

Kecerdasan, maka saat itu berarti SUDAH ADA sesuatu yang lain selain dari Diri-Nya yang Dia

Kuasai dan Miliki tempat kemana Dia mencurahkan Kuasa dan Kecerdasan-Nya. Artinya saat itu

sudah ada sesuatu yang lain selain dari Diri-Nya. Dengan begitu maka runtuhlah Tauhid kita.

Jadi sampai kapanpun, TIDAK AKAN ADA yang mengetahui SEPERTI APA Allah dan DI MANA

Allah. Inilah makna dari LAISA KAMISTLIHI SYAIUN yang seharusnya kita pahami. Allah adalah

DZAT Yang MAHA RAHASIA. Dan rahasia itu akan tetap berlaku Di DALAM MASA dan DI LUAR

MASA. Sebab Masa baru tercipta sejak Firman Kun. Sedangkan Rahasia itu ABADI Tidak

bermasa, ia di dalam dan diluar masa

Suatu SAAT, Dia berfirman KUN

Karena saat itu hanya DIRI-NYA sendiri yang ADA, maka Firman KUN itu tentu Dia tujukan kepada

Diri-Nya sendiri, Dzat-Nya sendiri. Bukan kepada kepada sesuatu yang bukan Diri-Nya. Sebab

sesuatu yang bukan Diri-Nya itu TIDAK ADA. Bahkan tidak ada pun tidak ada, kosong pun

tidak ada. Kalau ada sesuatu yang bukan Diri-Nya saat Dia berfirman KUN itu, maka saat itu

berarti sudah ada DUA. Dengan begitu maka runtuhlah TAUHID kita seketika itu juga.

Walaupun Firman KUN itu Dia tujukan kepada Diri-Nya sendiri, Dzat-Nya sendiri, Namun Firman

KUN itu hanya Dia tujukan kepada sedikit dari Dzat-Nya (the small essense). Ya, hanya kepada

SEDIKIT Diri-Nya, bukan kepada KESELURUHAN Diri-Nya dan bukan pula kepada SEPARUH Diri-

Nya.

KUN, maka dari sedikit Dzat-Nya itulah kemudian yang akan menzhahirkan seluruh Ciptaan. Dzat-

Nya yang sedikit itu segera dilindungi-Nya dengan 70 lapis Tabir Cahaya. Dzat-Nya yang sedikit

itupun sudah berubah Sifat pula menjadi Unsur Dasar bagi terciptanya semua ciptaan.

The small essense ini juga belum ada bentuk dan rupa, belum ada warna dan nyala, belum ada

angka dan huruf, belum ada getaran dan gelombang, belum ada materi dan partikel. Ia semata-

mata adalah the small essense yang besarnya terhadap The Essense adalah tidak lebih dari sebutir
pasir di padang pasir, atau setetes air di dalam lautan, atau kalau dalam ukuran ilmu modern

adalah sekecil partikel Higgs-Bosson dialam semesta.

Akan tetapi tidak ada keterpisahan antara The Essense dan the small essense. Tidak ada DUA

yang berbeda. Tetap hanya ada SATU, yaitu The Essense. Sebab the small essense adalah bagian

yang sangat kecil dari The Essense itu sendiri. Kalau kita contohkan pada diri kita, hubungan

antara The Essense dengan the small essense itu, tak ubahnya seperti hubungan antara seluruh

tubuh kita dengan jari-jari tangan kita. Dimana jari tangan kita itu adalah masih menjadi bagian

dari tubuh kita juga. Tidak terpisah antara jari tangan kita dengan tubuh kita. Akan tetapi ia telah

diberi nama dengan nama yang lain, yaitu JARI TANGAN. Perbedaan antara tubuh kita dengan jari

tangan itu hanyalah dalam hal SIFAT-SIFAT saja. Kita dapat melihat bahwa jari tangan kita sudah

mempuyai SIFAT yang berbeda dengan tubuh kita.

Perbedaan utama antara jari tangan kita dengan tubuh kita adalah dalam hal UKURANNYA. Jari-

jari tangan kita kecil jika dibandingkan dengan tubuh kita. Perbedaan berikutnya adalah bahwa

untuk menggerak-gerakkan jari-jari tangan itu kita tidak perlu menggerakkan SELURUH badan

kita. Juga, kita bisa mengatakan bahwa jari-jari tangan kita adalah badan kita. Akan tetapi jari-jari

tangan kita tidak bisa kita anggap sebagai badan kita. Ia hanya sebagian dari badan kita.

Andaikan satu jari tangan kita itu bisa berkata-kata dengan sesama jari tangan kita yang lainnya,

maka masing-masing jari tangan itu tidak bisa berkata bahwa ia adalah Yusdeka. Telunjuk tidak

bisa berkata aku Yusdeka. Jempol, jari tengah, jari manis, dan kelingking pun juga tidak bisa

saling berkata-kata bahwa dia adalah Yusdeka. Tidak bisa. Karena mereka masing-masing

hanyalah sebagian kecil saja dari Yusdeka yang besar. Jari-jari tangan itu paling banter hanya bisa

berkata: aku adalah bagian dari telapak tangan Yusdeka. Tidak lebih, bahkan itu saja sudah

sangat berlebihan.

Sebaliknya Yusdeka bisa berkata bahwa kelingking, atau jari telunjuk itu adalah yusdeka. itu aku

lho. Saat jari telunjuk memukul-mukul jempol, Yusdeka berhak berkata kepada si jari telunjuk:

bukan kamu yang memukul si jempol wahai jari telunjuk, tapi aku yang memukul. Jelas sekali

bedanya sebenarnya.

Bersambung..

Ditulis dalam INSPIRASI | 4 Komentar


Menyadari Hakekat, Bagian-5
Mei 14, 2015 oleh Murid Dalam Sikap Bertuhankan Allah SWT.

Nah, dalam Skala Ilaahi, begitu Firman KUN, maka SEDIKIT Dzat-Nya yang terkena oleh Firman

KUN itu segera saja terkurung di dalam 70 lapis tabir cahaya (yang besarnya pastilah tak
terperikan), menjadi the small essense. Di dalam the smal essense inilah nantinya akan terjadi

SEMUA yang berkenaan dengan seluk-beluk dan tingkah-polah SEGALA CIPTAAN. Di dalam the

small essense ini pulalah tempat atau alamat bagi Allah untuk mencurahkan Kuasa dan

Kecerdasan-Nya, agar Dia bisa dikenali oleh ciptaan-Nya, yang tidak lain dan tidak bukan juga

adalah sebagian kecil dari Diri-Nya sendiri.

Jadi boleh dikatakan bahwa the smaal essense itu adalah WAJIBUL WUJUD bagi semua Ciptaan.

Yaitu Dzat Yang Wajib Ada sebelum terciptanya semua ciptaan. Sebab dari Dzat Yang Wajibul

Wujud inilah nantinya akan tercipta semua ciptaan atau MUNGKINUL WUJUD, yaitu wujud-wujud

dalam berbagai bentuk dan sifat-sifat. Dzat itu Mungkin menjadi bumi, mungkin menjadi langit,

mungkin menjadi syurga dan neraka, mungkin menjadi manusia, mungkin menjadi hewan dan

tumbuhan, mungkin menjadi malaikat dan jin, mungkin menjadi awan, bintang dan matahari, dan

sebagainya. MUNGKINUL WUJUD.

Akan tetapi untuk terjadinya proses penzhahiran dari ciptaan-ciptaan itu, mungkinul wujud, maka

di dalam the small essensi (Dzat-Nya yang sedikit) itu ternyata sudah ada pula KECERDASAN dan

KUASA. Karena pada the small essense itu saja, Dzat yang sangat kecil dan halus, ada Kecerdasan

dan Kuasa, padahal Dzat itu adalah bagian yang amat kecil saja dari The Essense, Dzat Yang Maha

Maha Besar, maka mau tidak mau, pastilah The Essense itu Sangat Maha Kuasa dan Sangat Maha

Cerdas. Tidak bisa tidak Sebab sedikit Dzat-Nya saja sudah mempunyai Kecerdasan dan Kuasa

yang mencengangkan. Apalagi Dzat-Nya yang keseluruhan. The Essense.

KECERDASAN dan KUASA itu sudah ada dan tertanam kuat di dalam the small essense, Dzat.

KECERDASAN dan KUASA itu tidak terpisah dari the small essense. Dimanapun ada the small

essense, maka disitu pastilah ada pula KECERDASAN dan KUASA. Karena memang KECERDASAN

dan KUASA itulah yang akan mengatur, mengarahkan, mengontrol, menahan, dan memegang the

small essense yang nantinya, pada saatnya, akan terzhahir menjadi berbagai ciptaan atau

Mungkinul Wujud. Sehingga semua ciptaan itu akan tetap berjalan sesuai dengan KETETAPAN dan

MAHA RENCANA yang telah ditetapkan untuk masing-masing ciptaan itu. Tidak ada satupun yang

bisa melenceng dan keluar dari batas-batas dan ketetapan yang telah ditentukan itu.

Kecerdasan dan Kuasa itu akan sangat berguna untuk menjaga keberlangsungan sebuah aktifitas

yang maha sempurna, maha detail, maha terukur, maha tertimbang, maha teratur, maha rumit,

dan maha-maha yang lainnya yang berkenaan dengan segala ciptaan. Sehingga selama

penzhahirannya, tidak akan ada satupun peran dan peristiwa yang tertukar-tukar antara satu

dengan yang lainnya. Tepat dan presisi sekali

Oleh sebab itu, tidak menjadi aneh lagi kalau kita seperti bisa melihat bahwa pada setiap ciptaan

yang kita lihat dan amati seperti ada pula sebuah kuasa dan kecerdasan yang ada bersamanya.
Pada matahari dan bintang seperti ada kuasa dan kecerdasan bersamanya. Pada gunung dan

sungai, seperti mereka itu punya kuasa dan kecerdasan. Angin dan awanpun seperti punya kuasa

dan kecerdasan. Pada tumbuhan dan hewan yang sekecil dan selemah apapun, mereka juga

seperti punya kuasa dan kecerdasan. Pada bebatuan maupun pada sebutir pasirpun, mereka

seperti punya kuasa dan kecerdasan.

Bahkan kalau kita melihat pada diri kita sendiri, mulai dari ujung rambut sampai keujung kaki.

Semuanya seperti mempunyai kecerdasan dan kuasanya masing-masing. Rambut mempunyai

kuasa dan kecerdasan untuk tetap menjadi rambut. Mata mempunyai kuasa dan kecerdasan untuk

tetap menjadi mata. Begitu juga dengan jantung, hati, paru-paru, otak, dan berbagai organ tubuh

kita yang lainnya, mereka juga seperti punya kuasa dan kecerdasan masing-masing sesuai dengan

perannya masing-masing. Dan itu berlaku bagi seluruh umat manusia di seluruh permukaan bumi.

Saat ini, semua orang juga sudah tahu tentang Kuasa dan Kecerdasan itu. Dari Stephen Hawing

sampai dengan orang yang paling awan sekalipun, sudah tahu akan adanya kecerdasan dan kuasa

itu, yang mengatur dan menyebabkan kehidupan ini bergerak seperti sebuah Soap opera

(sandiwara) buatan komputer saja, kata Stephen Hawking. Semuanya sudah diatur, semuanya

sudah terencana dan terprogram dengan sangat menakjubkan, semuanya tinggal berjalan

mengikuti jalan yang telah ditentukan.

Mr. Stephen Hawking itu baru bertemu dengan keteraturan permainan bak opera sabun soap

opera ciptaan komputer saja. Selangkah kecil lagi, kalau ia terus membaca (Iqraa), maka ia akan

bertemu dan yakin dengan Kuasa dan Kecerdasan yang mengatur alam semesta ini dengan segala

isinya. Akan tetapi orang-orang yang sudah BERHAKEKAT, mereka sudah bertemu dan yakin

dengan Dzat Yang Mempunyai Kuasa dan Kecerdasan itu.

Jadi dua langkah lagi saja sebenarnya, Stephen Hawking itu akan menjadi orang yang menyadari

Hakekat. Dan setelah itu hanya butuh selangkah kecil berikutnya saja untuk, mau tidak mau,

beliau pasti akan bermakrifat kepada Allah, Makrifatullah Tentu saja itu hanya kalau memang

beliau sudah ditakdirkan oleh Allah untuk sampai kepada jenjang atau Maqam untuk bermakrifat

kepada Allah.

Sandiwara itu bisa terlaksana, karena memang pada setiap ciptaan itu ada Dzat-Nya yang sedikit

(the smal essense) yang berada disebalik setiap ciptaan itu. Sebab The small essense itulah yang

menjadi HAKEKAT dari semua Ciptaan. Kemanapun kita memandang, sejauh-jauh mata

memandang, saat mata kita terpandang pada berbagai macam ciptaan, maka seharusnya kita

sudah tahu bahwa disebalik semua ciptaan itu ada Dzat yang menjadi sebab bagi bisa

terzhahirnya semua peran dalam sandiwara itu. Dzat yang memiliki KECERDASAN dan KUASA.
Bersambung

tulis dalam INSPIRASI | 5 Komentar


Menyadari Hakekat, Bagian-6
Mei 15, 2015 oleh Murid Dalam Sikap Bertuhankan Allah SWT.

Jadi, apapun juga yang dapat kita rasa-rasakan, yang dapat kita gapai-gapai, yang dapat kita

rengkuh-rengkuh, yang dapat kita permain-mainkan, maka itu semua tak lebih dan tak bukan

hanyalah bagian-bagian kecil saja dari kecerdasan dan kuasa dari the small essense, Dzat-Nya

yang sedikit. Dan itu sudah pasti bukanlah Allah. Pasti bukan. Sebab itu hanyalah karakter dan

sifat-sifat tertentu saja dari bagian-bagian yang sangat-sangat kecil dari the small essense, Dzat.

Kalau kita BERHENTI hanya sampai di Alam Hakekat ini, maka kita akan sangat mudah terjebak

untuk menganut paham Wahdatul Wujud, paham Fana Fillah, paham Baqa Billah. paham Nur

Muhammad, dan berbagai paham lainnya. Intisari dari paham-paham diatas adalah munculnya

pengakuan-pengakuan kita bahwa kita sedang tenggelam di dalam Allah, atau di dalam cahaya

Allah, atau di dalam cahaya Nur Muhammad. Kita merasa bahwa kita sedang digerakkan oleh

Allah. Kita merasa bahwa kita sedang dinafaskan oleh Allah. Bahkan saat kita berkata-kata, kita

merasa sedang berbicara mewakili Allah.

Padahal sebenarnya saat itu kita barulah sampai pada tahap berhadapan dan merasakan sifat-

sifat, kuasa-kuasa, dan kecerdasan-kecerdasan yang dimiliki oleh Dzat yang ada pada diri kita

sendiri maupun Dzat yang ada pada berbagai ciptaan yang ada di sekeliling kita. Baru itu saja kok.

Baru merasakan informasi-informasi Dzat saja. Tidak lebih

Sebab untuk bisa berkata-kata bahwa gerakan kita hanyalah digerakkan oleh Allah, lakukan kita

adalah lakuan Allah, berbicara kita adalah pembicaraan Allah, dan sebagainya, sepanjang

pengetahuan saya, itu tidak pernah diucapkan oleh para Nabi-nabi pendahulu kita sejak dari

zaman Nabi Adam AS.

Para Nabi terdahulu itupun, termasuk Nabi Khidir AS, juga hanya berkata bahwa apa yang Beliau-

beliau lakukan dan sampaikan, semuanya itu adalah apa-apa yang sudah DIPERINTAHKAN oleh

Allah, apa-apa yang sudah DITULISKAN oleh Allah, apa-apa yang sudah DITUGASKAN oleh Allah,

sehingga Beliau-beliau tidak bisa menghindar untuk tidak melaksanakannya.


Dan untuk kita, kalau kita berani dan ingin berkata-kata seperti itu, maka kita haruslah sanggup

untuk menjadi diri yang sesuci dan sebening Matahari dalam menjalankan tugasnya.

Sang Matahari bekerja 24 jam sehari. Ia tidak pernah cuti membakar dirinya sendiri demi

memberikan cahaya bagi bumi dan segala isinya. Ia tidak punya kehendak sehingga ia tidak

pernah merungut dalam menjalankan tugasannya. Ia taat menjalankan tugasan. Ia redha

menjalankan tugasannya walau tidak dihiraukan oleh manusia. Bahkan Ia redha kehilangan

simpati dari umat manusia saat manusia mencerca panas cahayanya. Duh, alangkah beratnya

Sementara kita, yang masih kotor dan diperbudak oleh nafsu kita sendiri, yang masih suka

merungut dan mengomel atas apa-apa yang datang menimpa kita, yang masih jauh dari redha,

yang masih penuh dengan kehehendak sendiri, sudah berani-berani pula mengatakan bahwa

lakuan kita adalah lakuan Allah, gerakan kita adalah gerakan yang digerakkan Allah, pembicaraan

kita adalah pembicaraan Allah. Secara tidak langsung sebenarnya kita telah MENGECILKAN peran

ALLAH hanya sebatas apa-apa yang kita lakukan saja. Alangkah kurang ajarnya kita kalau begitu.

Padahal boleh jadi itu hanyalah pengakuan hawa nafsu kita saja.

Sehingga pantaslah Allah menghancurkan kita, menghancurkan semua nafsu dan kehendak kita

itu dengan cara-cara yang sangat menakutkan. Seperti halnya juga yang dialami oleh Nabi-Nabi

terdahulu, yang hidup penuh dengan penderitaan dan kepedihan. Sehingga akhirnya setelah itu

barulah Beliau-Beliau itu bisa hidup dan berperan seperti sabut kelapa yang mengambang diatas

air, seperti tong kosong yang sudah bolong-bolong sehingga tidak ada lagi isinya, seperti bola

yang redha ditendang-tendang kesana kemari. Mau?.

Selanjutnya, kalau kita hanya sibuk mencari-cari dan merasa-rasakan alam hakekat ini dalam

berbagai bentuk olah tubuh, olah pikir, dan olah rasa, maka dengan segala RASA yang kita

peroleh, segala PIKIR yang kita dapatkan, yang kita anggap itu adalah datangnya dari Allah, maka

biasanya impak, dampak, gegaran atau pukulannya kepada ruhani kita akan sangat kecil sekali,

kalau tidak mau dikatakan tidak ada.


Tanda-tandanya mudah sekali kok untuk dilihat. Misalnya, Ibadah kita, baik yang wajib apalagi

yang sunah, tidak menjadi lebih getol kita lakukan kalau tidak mau dikatakan semakin kendor

saja. Pada tahapan yang sangat ekstrim, kita malah bisa tidak bisa lagi beribadah sama sekali. Itu

terjadi karena tanpa kita sadari, dengan pencapaian-pencapaian yang kita dapatkan saat itu, kita

merasa sudah berhasil mencapai tingkat ruhani yang sangat tinggi. Kita merasa sudah sangat

dekat dengan Allah. Bahkan kita bisa merasa sudah bersatu dengan Allah.

Kita tidak getol lagi beribadah karena tanpa ibadahpun kita merasa sudah ada tenangnya, sudah

ada bahagianya kok. Padahal tenang dan bahagia itu bisa kita nilai sendiri bahwa itu hanyalah

sebuah rasa yang palsu saja. Karena kalau kita kena masalah yang sedikit lebih berat saja, kita

langsung goyah dan gelagapan. Kita masih sangat mudah terpengaruh dan goyah dengan

berbagai ungkapan dan tindakan orang lain kepada kita, kepada keluarga kita, atau kepada orang-

orang yang kita anggap sebagai bagian dari diri kita.

Perkataan kenapa dan seharusnya juga menjadi kosa kata yang wajib untuk kita ucapkan,

setiap kali kita menghadapi permasalahan, sehingga kita hampir selalu luput untuk melihat hikmah

dari permasalahan itu. Dalam menghadapi berbagai persoalan, kita hanya bisa terheran-heran

saja. Sebab jawaban dari persoalan kita itu malah sudah ditemukan oleh orang lain. Sehingga

kitapun harus membeli jawaban itu dari orang lain yang telah menemukannya terlebih dahulu.

Kalau kita menangis, tangisan kita itupun biasanya juga hanyalah sekedar tangisan karena adanya

pergolakan perasaan di dalam diri kita saja. Bukan tangisan karena kita telah MELIHAT

KEBENARAN akan KEJAMALAN dan KEJALALAN Allah. Tangisan yang mampu membawa Rasulullah

SAW untuk berdiri shalat malam berjam-jam lamanya, sampai kaki Beliau bengkak-bengkak.

Tangisan yang mampu merontokkan kekerasan hati Umar Bin Khattab Ra. dihadapan adik Beliau

yang saat itu sedang membaca sepenggal ayat Al Quran.

Bersambung

Menyadari Hakekat, Bagian-7


Mei 16, 2015 oleh Murid Dalam Sikap Bertuhankan Allah SWT.

PENZHAHIRAN
Bersamaan dengan Firman KUN itu, dari the smal essense itu, terzhahir pula LAHUL MAHFUZ.

Yaitu sebuah Rencana Agung Yang Sangat Matang dan Sangat Sempurna yang berkenaan dengan

semua aktifitas dan seluk beluk Mungkinul Wujud yang akan mengisi Lauhul Mahfuz. Rencana itu

sudah memuat GAMBARAN DETAIL dan PROGRAM KESELURUHAN dari hal-hal yang terbesar

sampai kepada hal-hal yang terkecil mengenai semua ciptaan. Gambaran dan Program itu tidak

melupakan hal-hal yang sekecil apapun juga. Gambaran dan program itu sungguh Maha Lengkap

Bersamaan dengan Firman KUN itu, maka dari the small essense itu terzhahirlah WAKTU. Yaitu

titik awal bermulanya segala sesuatu yang berkenaan dengan CIPTAAN. Sebab sebelum firman

KUN itu belum ada yang namanya WAKTU. Yang ada adalah KEABADIAN. WAKTU itulah yang akan

mengantarkan gambaran yang sudah lengkap itu untuk terzhahir dan mulai bergerak dari Titik

Awal menuju ke Titik Akhir dari Rencana yang sudah terencana dengan sangat sempurna itu.

Waktu akan akan bergerak dan berfungsi sebagai mesin atau lampu scanner, yang dengan

telaten, akan berjalan menyisir gambaran demi gambaran dari peran-peran yang sudah tergambar

di dalam Luhul Mahfuz itu. Begitu waktu sampai kepada gambaran tentang penciptaan Langit dan

bumi, maka KUASA dan KECERDASAN yang sudah ada pada the small essense akan mengubah

pula sedikit dari the small essense itu menjadi Langit dan Bumi. Begitulah seterusnya.

Setiap detik dan menit yang berjalan, maka berjalan pulalah gambaran yang ada di Luhul Mahfuz

membentuk penzhairan berbagai peran dan peristiwa. Ada saatnya Nabi Adam AS wajib terzhahir

dan berperan untuk turun ke bumi. Maka sebelumnya wajib pulalah langit dan bumi terzhahir

terlebih dahulu. Lalu wajib pulalah terzhahir peran Malaikat dan peran Iblis, yang akhirnya nanti

akan menyebabkan Adam AS diturunkan ke bumi dari suatu tempat awal yang sudah ada tapi

letaknya entah dimana, Wallahu Alam. Sebab Syurga yang diperlihatkan kepada Nabi SAW dalam

peristiwa Isra dan Miraj Beliau itu belumlah terzhahir. Syurga yang diceritakan oleh Nabi SAW itu

masih dalam bentuk Rencana atau Gambaran. Sebab Perjalanan Waktu belum menyentuh

Rencana atau Gambaran Syurga itu.

Walaupun saat itu Beliau sudah melihat orang-orang yang disiksa di neraka, yang kebanyakan

adalah wanita (hadist), dan nikmat hidup para penghuni syurga, namun Beliau tidak bisa berbuat

apa-apa untuk merubahnya, untuk menambah dan menguranginya. Sebab saat itu Beliau hanya

seperti melihat lembaran-lembaran buku yang berisikan gambaran dan tulisan tentang berbagai

peristiwa dan kejadian yang terjadi di Lauhul Mahfuz. Semuanya sudah tidak bisa berubah,

hanya tinggal penzhahirannya saja lagi menerusi waktu.

.
Demi Masa, maka pada masanya terzhahirlah peran Nabi-Nabi, berikut dengan umatnya masing-

masing, yang tentu saja akan menzhahirkan pula berbagai peran dan peristiwa yang di dalamnya

sudah terkandung berbagai pelajaran tentang penciptaan, penghancuran, kebaikan, kecurangan,

keburukan, kasih sayang, kebencian, cinta kasih, suka, duka, sedih, marah, pembunuhan,

kesakitan, kesembuhan, kecerdasan, kecemerlangan, kebodohan, pemaafan, keadilan,

penghukuman, keserahaan, kedermawanan, dan sebagainya.

Semuanya itu ditujukan untuk sebagai bahan pelajaran bagi para Ulul Albab yang akan menguak

rahasia-rahasia dan hukum-hukum atau sunatullah yang sudah ada dan tidak akan pernah

berubah lagi sepanjang masa. Pada masanya terkuaklah hukum tentang mesin uap, tentang

listrik, tentang telpon, tentang kisaran angin, yang sekarang ternyata telah membawa umat

manusia untuk hidup dalam KEMUDAHAN.

Setiap zaman akan selalu begitu. Dulu, sekarang, dan sampai pada masa-masa yang akan datang,

peristiwanya akan selalu seperti berulang-ulang. Akan tetapi aktor pemeran dan settingan

peristiwanya saja akan berbeda-beda. Peristiwa-peritiwa itu akan berbeda hanya dalam hal

magnitude kedahsyatannya, jangkauan, dan dampak yang ditimbulkannya saja antara satu

dengan yang lain.

Dengan begitu, maka peristiwa apapun yang telah, sedang, dan yang akan kita alami, semua itu

benar-benar sebuah peritiwa yang sudah terukur, pas, dan terencana dengan sangat matang sejak

Firman KUN untuk kita jalani pada masa dimana kita harus berperan. Tidak akan ada lagi

perubahan di dalam rencana itu. Sebab setiap perubahannyapun sudah ada pula tertera dan

tergambar di dalam rencana itu.

Bersambung

Ditulis dalam INSPIRASI | 1 Komentar


Menyadari Hakekat, Bagian-8
Mei 18, 2015 oleh Murid Dalam Sikap Bertuhankan Allah SWT.

Daya dan Informasi

Kita sudah tahu bahwa setelah Firman KUN, ada sedikit dari Dzat Allah yang menjadi the small

essense, Dzat yang akan menjadi cikal bakal bagi penzhairan semua ciptaan, segenap peristiwa,

dan seluruh peran yang akan tergelar di Lauhul Mahfuz.


Kita sudah tahu pula bahwa bersama the small essense itu ada pula Kuasa dan Kecerdasan atau

Kepintaran yang melekat erat pada the small essense itu. Kuasa dan Kepintaran semula jadi, yang

berasal dari sedikit percikan Kuasa dan Kepintaran dari Dzat Yang Maha Kuasa dan Maha Pintar,

Allah

Percikan Kuasa dan Kecerdasan itu kemudian membentuk DAYA dan INFORMASI yang akan

mengantarkan the small essense (Dzat) BERGULIR bersama WAKTU untuk menzhahirkan Ciptaan,

Peran, Kejadian, dan Peristiwa-peristiwa.

Agar supaya peran yang akan dimainkan oleh Nabi Adam AS dan keturunan Beliau bisa tergelar,

maka Daya, Informasi, dan Waktu itu terlebih dahulu mengantarkan Dzat untuk membentuk

INFRASTRUKTUR tempat dimana Nabi Adam AS dan keturunannya, kita umat manusia ini, akan

menjalankan perannya bersama-sama dengan pemeran-pemeran pembantu lainnya.

Daya, Informasi, dan Waktu mengantarkan Dzat bertransformasi menjadi 7 lapis Langit dan

sebuah Bumi selama lebih kurang 16 Milyar tahun, atau 8 Masa yang tiap-tiap masanya adalah

selama 2 Milyar Tahun. Langit diolah dalam 2 Masa (4 Miyar tahun), dan Bumi beserta semua

perlengkapannya diolah selama 6 Masa (12 Milyar tahun). Lagit dan Bumi ini adalah Infrastruktur

bagi terlaksananya peran Umat manusia sebagai pengamanah kesejahteraan di Langit da Bumi.

Saat Dzat akan bertransformasi menjadi Infrastruktur Langit dan Bumi ini, maka terjadilah sebuah

peristiwa Dentuman Besar (Big Bang) yang mengeluarkan dan melemparkan bahan-bahan dasar

pembentuk Langit dan Bumi ke segala penjuru. Akan tetapi kejadiannya tetap hanya berada di

dalam Lauhul Mahfuz saja. Bukan di luar

Berbagai bahan dasar itu kemudian diolah, dibentuk, dihancurkan ulang pada bagian-bagian

tertentu, kemudian di emplek-emplek, dibakar ulang dengan panah api, sampai akhirnya

Infrastruktur Langit dan terutama Bumi terbentuk dan siap untuk di huni oleh Adam AS da

keturunan Beliau. Umat Manusia. Proses itu berlangsung selama 16 Milyar tahun. Sangat lama

sekali
Setelah Infrastruktur Langit dan Bumi itu selesai terbentuk selama 16 Milyar tahun, untuk

menampung pergelaran peran umat manusia, maka Langit dan Bumi itupun kemudian diberi

UMUR agar ia tetap bisa bertahan dari kehancurannya selama 10 Milyar tahun lagi sejak

selesainya pembentukan Langit dan Bumi itu. Dan ditambah sekitar 2 Milyar tahun untuk

kehidupan Akhirat dengan Bumi dan Langit yang Baru, yang di dalamnya adalah kehidupan syurga

dan neraka. Jadi total umur langit bumi itu adalah sekitar 12 Milyar tahun.

Scientis juga sudah mengkonfirmasi bahwa bahwa Matahari akan Gering dan Hancur sekitar 5.4

Milyar tahun lagi dari saat sekarang. Sedangkan Umur Langit dan Bumi sejak sudah selesai

dibentuk sampai dengan saat kita hidup sekarang ini sudah berjalan selama 4.6 Milyar tahun.

Rentang waktu antara kita dengan Nabi Muhammad SAW adalah sekitar 15 abad. Sedangkan

rentang waktu antara Nabi Adam dengan Nabi Muhammad SAW ada yang mengatakan sekitar

7400 tahun ada yang mengatakan lebih. Akan tetapi, berapapun itu, kalau dibandingkkan dengan

umur Bumi dan Langit yang sudah 4.6 Milyar tahun, itu masih belum apa-apa. Masih terlalu sangat

amat singkat. Dan nampaknya kita memang tidak perlu tahu sampai jauh-jauh kesana.

Bersambung

lis dalam INSPIRASI | Meninggalkan komentar


Menyadari Hakekat, Bagian-9
Mei 20, 2015 oleh Murid Dalam Sikap Bertuhankan Allah SWT.

Nah, ada satu point penting yang nyaris terlupakan oleh kita, bahwa pada setiap ciptaan (sekecil

apapun itu), pada setiap kejadian (sesepele apapun itu), dan pada setiap peristiwa

(sesederhanapun itu), semuanya DIDAHULUI oleh INFORMASI AWAL dan DAYA PEMANTIK AWAL.

Setelah itu barulah akan diikuti oleh proses penzhahiran ciptaan, kejadian, dan peristiwa itu. Hal

yang sama juga akan berlaku untuk penghancuran atau pelenyapan ciptaan, kejadian, dan

peristiwa itu.

Jadi, setiap saat (waktu), di depan hidung setiap orang sebenarnya sudah ada informasi dan

daya tentang sebuah penzhairan atau pelenyapan dari suatu ciptaan, atau kejadian, atau

peristiwa. Baik itu untuk yang sudah terjadi, yang sedang terjadi, ataupun yang akan terjadi.

Sebab kita sudah paham pula sebelumnya bahwa disebalik semua ciptaan, peristiwa dan kejadian
itu, ada Dzat yang maha meliputi semuanya, segala sesuatu. Dan setiap informasi dan daya itu

melekat erat pada Dzat yang meliputi segala sesuatu itu.

Setiap kali waktu bergerak, maka terzhahirlah apa yang harus terzhahir. Informasi dan daya juga

menjalar mengikuti pergerakan waktu dengan membentuk getaran dan gelombang dengan

berbagai frekuansi dan panjang gelombang, yang tentu saja ia sangat berkaitan erat dengan

karakterisitik dari ciptaan, kejadian, dan peristiwa yang diwakilinya untuk terzhahir.

Semakin lama jeda atau rentang waktu antara AKTUAL penzhahiran dengan RENCANA

penzhahiran suatu ciptaan, kejadian, dan peristiwa, maka semakin lemah pula getaran dan

gelombang yang terpancar dari Dzat yang menjadi cikal bakal dari ciptaan, kejadian, dan peristiwa

itu. Tetapi ia tidak akan pernah hilang sama sekali selama masih ada tabir 70 cahaya yang

menabiri Lauhul Mahfuz.

Getaran dan gelombang itu, yang di dalamnya ada tersimpan Informasi dan daya, ada yang bisa

terasa dan terdeteksi melalui panca Indera kita, yaitu mata, telinga, hidung, lidah, dan kulit, dan

ada pula yang baru bisa kita rasakan dan deteksi dengan menggunakan Mata Hati kita yang ada

bersama RUH. Ini dia

Aha, ternyata disinilah letak titik mulainya permasalahan yang dihadapi oleh setiap orang dari

zaman ke zaman. Ada orang yang hanya mampu memandang dan mendeteksi serba-serbi ciptaan,

kejadian, dan peristiwa-peristiwa dengan hanya memakai panca indera lahiriah, yang dalam hal ini

ditandai dengan aktifnya otak belalahan Kirinya. Dan ada pula orang yang sudah mampu melihat

ciptaan, kejadian, dan peristiwa itu sampai kepada merasakan getaran dan gelombang di balik

ciptaan, kejadian, dan peristiwa-peristiwa itu, yang dalam hal ini ditandai dengan aktifnya otak

belahan Kanannya. Dan bahkan ada pula orang yang sudah sampai bisa memahami Informasi dan

daya yang ikut bersamaan dengan getaran dan gelombang itu, bagi peristiwa-peristiwa yang akan

terzhahir beberapa waktu yang akan datang. Untuk hal yang terakhir ini, untuk bisa tercapai,

dibutuhkan Hati yang suci dan bening, yang bukan lagi bermain pada sensasi otak kiri dan otak

kanan.
Ribut dan ramainya itu ternyata di bagian ini. Yaitu di bagian IQRA atau pembelajaran. Sebab

ternyata setiap orang sudah ada jatahnya masing-masing tentang apa-apa yang bisa dipelajarinya

dan dari bagian Lauhul Lahfuz yang mana pembelajaran itu bisa dia petik. Ada yang hanya sampai

bisa memetik pelajarab dari sifat-sifat yang terlihat oleh panca indera. Ada yang sudah bisa

sampai mempelajari getaran dan gelombang. Dan ada yang sudah bisa mempelajari sampai

mengetahui Informasi yang melekat pada sifat-sifat, getaran, dan gelombang itu, untuk kemudian

mereka bisa merealisasikannya dalam bentuk perbuatan, sikap, maupun memberikan hasil yang

bermanfaat bagi orang lain disekitarnya.

Kalau orang-orang, yang membaca informasi yang tidak sama, saling bertukar kata, maka pastilah

hasilnya akan sangat ramai dan kacau sekali. Wajar sekali terjadi pertentangan dan perbedaan

pendapat yang membingungkan. Karena informasi-informasi yang dibahas itu memang tidak

nyambung antara satu dengan yang lainnya. Capek deh

Bersambung

Ditulis dalam INSPIRASI | Meninggalkan komentar


Menyadari Hakekat, Bagian-10
Mei 21, 2015 oleh Murid Dalam Sikap Bertuhankan Allah SWT.

MENGASAH FIRASAT

Setelah Firman KUN, mari kita lihat apa yang terjadi

Kun, maka seketika itu juga terciptalah Lauhul Mahfuz, dari sedikit Diri-Nya sendiri, yang

berfungsi sebagai tempat bagi Allah untuk mengumumkan, memperlihatkan, dan menyatakan

akan Kemahaan Sifat-Sifat dan Afal-Afal-Nya. Jadi kalau kita ingin melihat realitas dan bentuk

dari Sifat-sifat Allah dan Afal-afal-Nya, maka satu-satunya tempat untuk kita mengetahuinya

adalah dengan membaca dan mempelajari ( IQRA ) semua yang ada di dalam Lauhul Mahfuz,

yaitu pada semua ciptaan

Mari kita melihat beberapa contoh berikut ini dengan seksama:


1. Karena apa-apa yang ada di Lauhul Mahfuz adalah penzahiran dari Dzat-Nya Yang Maha Kecil

(the small essense) jika dibandingkankan dengan Dzat-Nya yang Maha Rahasia (the Essense),

maka Allah sudah bisa berkata kepada semua ciptaan yang ada di dalam Lauhul Mahfuz itu bahwa

Dia Adalah Maha Besar.

Adanya Dzat-Nya Yang Maha Kecil (Al Lathif) itulah yang menyebabkan kita bisa MELIHAT

KEBENARAN akan adanya Dzat-Nya Yang Maha Besar (Al Akbar). Yang kita lihat adalah kebenaran

akan Kebesaran-Nya bukan melihat Dzat-Nya.

Karena Lauhul Mahfuz itu dipenuhi dengan semua Ciptaan-Nya, maka saat itu sudah ada alamat

bagi-Nya untuk mengenalkan Diri-Nya.

Kepada semua Ciptaan-Nya itu, kemudian Dia memperkenalkan Diri-Nya. Dia menyebutkan

Nama-Nya, Innani Anallah, sesungguhnya Aku adalah Allah!. Jelas sekali sekarang. Ada Allah

dan ada alamat-Nya untuk memperkenalkan Nama-Nya. Yaitu kepada seluruh makhluk-Nya yang

ada di dalam Lauhul Mahfuz, yang tak lain dan bukan juga adalah Dzat-Nya sendiri, sedikit dari

Diri-Nya sendiri.

Konsekuensinya adalah, siapapun yang ingin menyebut nama Allah, memanggil-manggil Allah,

maka Allah yang dia maksud itu haruslah Allah yang MENGUASAI Lauhul Mahfuz. Bukan sesuatu

yang berada DI DALAM Lauhul Mahfuz, bukan Dzat-Nya yang sedikit.

Sebab APAPUN juga yang berada di dalam Lauhul mahfuz, SEMUANYA adalah MAKHLUK sebagai

PENZHAHIRAN dari Dzat-Nya yang Sedikit (the small essens). Dan semuanya itu tidak pantas

untuk kita sebut sebagai Allah. Paling-paling semuanya hanya bisa ringkas menjadi satu sebutan,

yaitu Dzat-Nya, the small essense, atau DZATULLAH saja. Itupun hanya bisa kita lakukan kalau

kita sudah memahami Hakekat dari semua ciptaan, yaitu DZATULLAH

Dengan begitu, maka kita sudah bisa berkata bahwa, di dalam Lauhul Mahfuz, tidak ada lain

WUJUD YANG HAKIKI kecuali hanyalah DZATULLAH semata. LAA MAUJUD DZATULLAH
Bersambung

dalam INSPIRASI | 3 Komentar


Menyadari Hakekat, Bagian-11
Mei 21, 2015 oleh Murid Dalam Sikap Bertuhankan Allah SWT.

2. KUN.., maka sifat pertama yang akan kita lihat, tentu saja dengan MATA HATI kita, adalah

adanya AWAL bagi terciptanya semua ciptaan. The small essense berubah menjadi Dzat Yang Awal

sebagai prasyarat bagi terciptanya semua ciptaan.

Begitu ada ciptaan yang terzhahir, misalnya langit, bintang-bintang, matahari, bumi, manusia, dan

bahkan bakhteri dan virus, maka mereka semua dapat disebut sebagai Sifat-Sifat Zhahir yang

sesuai dengan karaktrisitik atau takdirnya masing-masing. Sifat-sifat Zhadir itu dapatlah disebut

sebagai Dzat Yang Zhahir yang berada di dalam Lauhul Mahfuz. Akan tetapi, disebalik Dzat Yang

Zhahir itu, mata hati kita juga masih dapat melihat kebenaran akan keberadaan the small essense

yang menjadi Bathin dari semua Dzat Yang Zhadir itu.

Semua ciptaan, Dzat Yang Dzahir, pastilah tidak abadi. Karena Ia punya masa awal untuk tercipta,

maka tentu saja Ia juga punya masa akhir untuk musnah kembali saat umurnya telah sampai

pada batas yang telah ditentukan. Ketika semua yang Dzat Yang Zhahir telah musnah kembali,

maka yang tersisa adalah Dzat Yang ada disebalik Dzat Yang Zhahir itu, yaitu Dzat Yang Akhir,

yang tak lain dan tak bukan the small essense itu sendiri.

Sekarang lihatlah bahwa:

Yang Awal adalah the small essense

Yang Zhahir (semua ciptaan) adalah berasal dari the small essense.

Yang Bathin disebalik Yang Zhahir adalah the small essense.

Yang Akhir adalah saat Yang Zhahir telah musnah dan kembali menjadi the small essense.
Artinya adalah, bahwa Sifat-sifat Yang Awal, Yang Bathin, Yang Akhir, dan bahkan Yang Zhahir,

sebenarnya semuanya adalah mengacu kepada SATU HAKEKAT saja, yaitu the small essense.

Dzatulllah. Satu Tidak ada yang lain.

Oleh sebab itu ketika Allah menerangkan tentang Diri-Nya di dalam Al Quran: Dialah Yang Awal,

Dialah Yang Akhir, Dialah Yang Zhahir, Dialah Yang Bathin, maka yang Dia maksudkan itu adalah

apa-apa yang berkenaan dengan Dzatullah, the small essense. Sebab Allah SWT sendiri adalah

Dzat Yang Tiada Awal dan Tiada Akhir. Allah adalah Dzat Yang Tiada Zhahir dan Tiada Bathin. Dia

adalah Dzat yang Laisa Kamistlihi Syaiun.

itulis dalam INSPIRASI | Meninggalkan komentar


Menyadari Hakekat, Bagian-12
Mei 22, 2015 oleh Murid Dalam Sikap Bertuhankan Allah SWT.

Begitu juga ketika Allah berfirman bahwa Dia adalah Allah:

Yang Maha Melihat, maka Yang Allah maksudkan itu adalah bahwa Dia Maha Melihat segala
apapun juga yang ada dan yang terjadi pada semua ciptaan di dalam Lauhul Mahfuz MELALUI
Dzat-Nya Yang sedikit, the small essense.

Yang Maha Mendengar, maka Yang Allah maksudkan itu adalah bahwa Dia Maha Mendengar
segala apapun juga yang ada dan yang terjadi pada semua ciptaan di dalam Lauhul Mahfuz
MELALUI Dzat-Nya Yang sedikit, the small essense.

Yang Maha Mengawasi, maka Yang Allah maksudkan itu adalah bahwa Dia Maha Mengawasi
segala apapun juga yang ada dan yang terjadi pada semua ciptaan di dalam Lauhul Mahfuz
MELALUI Dzat-Nya Yang sedikit, the small essense.

Yang Maha Mengetahui, maka Yang Allah maksudkan itu adalah bahwa Dia Maha Mengetahui
segala apapun juga yang ada dan yang terjadi pada semua ciptaan di dalam Lauhul Mahfuz
MELALUI Dzat-Nya Yang sedikit, the small essense.

Yang Maha Berkuasa, maka Yang Allah maksudkan itu adalah bahwa Dia Maha Berkuasa atas
segala apapun juga yang ada dan yang terjadi pada semua ciptaan di dalam Lauhul Mahfuz
MELALUI Dzat-Nya Yang sedikit, the small essense.
Sebab DI LUAR Lauhul Mahfuz, tidak ada sesuatu apapun yang Akan Dia Lihat, akan Dia Dengar,

akan Dia Awasi, akan Dia Ketahui, dan akan Dia Kuasai. Karena apapun yang ada diluar Lauhul

Mahfuz semata-mata adalah Diri-Nya Sendiri, Dzat-nya Yang Maha Indah. Dzat-Nya Yang Maha

Suci dari segala prasangka, praduga, khayalan, dan lamunan. Maha Tinggi dan Maha Besar-Nya

sendiripun juga tidak akan pernah terduga-sangka dan tidak terkhayal-lamunkan oleh siapapun

juga kecuali hanya bagi Dia Sendiri. Dia sungguh Laisa Kamistlihi Syaiun bagi seluruh makhluk.

Ketika Allah berkata bahwa Dia adalah Allah:

Yang Maha Halus, maka Yang Allah maksudkan dengan Yang Maha Halus itu adalah Dzat-Nya
Yang sedikit, the small essense yang akan tetap ada disebalik semua ciptaan. Sekecil apapun
ciptaan itu terzhahir, seperti misalnya atom, partikel Higgs Bosson, dan bahkan kalau ada
yang lebih kecil lagi dari itu, maka disebalik semua itu pasti ada Dzat-Nya yang menjadi
Wajibul Wujud bagi terzhahirnya kesemuanya itu.

Yang Meliputi segala sesuatu, maka yang Allah maksudkan dengan Yang Maha Meliputi itu
adalah Dzat-Nya Yang sedikit, the small essense. BUKAN Allah sendiri yang meliputi segala
sesuatu, sebab ternyata dengan padangan seperti itu akan berujung kepada Pahaman
Wahdatul Wujud. Akan tetapi Yang Maha Meliputi itu adalah the small essense, yang tidak
saja berada disebalik semua ciptaan, akan tetapi juga meliputi semua ciptaan itu dengan
Kemaha-halusan yang hanya akan bisa terdeteksi oleh Hati yang sudah sangat bening dan
bersih, dan dengan Mata Hati yang sudah TIDAK lagi dalam keadaan buta dan tuli.

Yang ada dimana-mana, seperti halnya juga dengan Yang bersamamu dimanapun kamu
berada, Maka yang dimaksudkan oleh Allah itu juga adalah Dzat-Nya Yang sedikit, the small
essense. Kemanapun kita menghadapkan wajah kita, atau pandangan mata hati kita, kekiri,
kekanan, kebawah, keatas, kedepan, kebelakang, maka MATAHATI kita hanya akan melihat
kenyataan the small essense, Dzatullah. Dzat yang tidak ada rupa, tidak ada warna, tidak
ada huruf, tidak ada suara, tidak ada. Dzat yang Laisa Kamistlihi Syaiun.

Bersambung

itulis dalam INSPIRASI | 2 Komentar


Menyadari Hakekat, Bagian 13
Mei 23, 2015 oleh Murid Dalam Sikap Bertuhankan Allah SWT.
Ketika Allah berfirman dalam Hadist Qudsi berikut ini:
Hai anak Adam, Aku telah sakit, tetapi engkau tidak menjenguk-Ku. Orang itu bertanya: Wahai

Tuhan, bagaimana cara saya menjenguk-Mu, sedangkan Engkau Tuhan penguasa alam semesta?

Allah menjawab: Apakah engkau tidak mengetahui bahwa seorang hamba-Ku bernama Fulan

sedang sakit tetapi engkau tidak mau menjenguknya. Sekiranya engkau mau menjenguknya, pasti

engkau dapati Aku di sisinya.

Wahai anak Adam, Aku minta makan kepadamu, tetapi engkau tidak mau memberikan makan

kepada-Ku. Orang itu bertanya: Wahai Tuhan, bagaimana caranya saya memberi makan kepada-

Mu, sedang Engkau Tuhan penguasa alam semesta? Allah berfirman: Ketahuilah, apakah engkau

tidak peduli adanya seorang hamba-Ku, si Fulan, telah datang meminta makan kepadamu, tetapi

engkau tidak memberinya makan. Ketahuilah, sekiranya engkau mau memberinya makan, pasti

engkau akan menemukan balasannya di sisi-Ku.

Wahai anak Adam, Aku minta minum kepadamu, tetapi engkau tidak mau memberi-Ku minum.

Orang itu bertanya: Wahai Tuhan, bagaimana caranya aku memberi-Mu minum, padahal Engkau

Tuhan penguasa semesta alam? Allah berfirman: hamba-Ku, si Fulan, minta minum kepadamu

tetapi engkau tidak mau memberinya minum. Ketahuilah, sekiranya engkau memberinya minum,

pasti engkau akan menemui balasannya di sisi-Ku. [HR. Muslim],

maka yang dimaksudkan oleh Allah dengan ungkapan Aku telah sakit, Aku minta makan, Aku

minta minum , itu adalah keadaan yang sedang dialami oleh Dzat-Nya Yang Zhahir. Sebab kita

sudah paham pula bahwa semua ciptaan ini pada hakekatnya juga adalah Dzat-Nya Yang Zhahir,

yang berasal dari the small essense, atau Dzat-Nya yang Bathin. Bak kata pepatah, Buah jatuh

tidak akan jauh dari pohonnya. Segala sesuatu atau ciptaan yang berasal dari Dzatullah, pastilah

tidak akan diberi nama selain dari Dzatullah pula. Perbedaan ciptaan yang satu dengan yang

lainnya hanyalah dalam hal sifat-sifat saja

Begitulah seterusnya, setiap kali kita melihat ciptaan, kejadian, peristiwa, apapun juga, maka kita

sudah tahu bahwa itu adalah Dzat-Nya. Ketika kita, misalnya, melihat diri kita dari ujung rambut

sampai kepada ujung kaki, maka kita sudah paham sepaham-pahamnya bahwa semuanya itu

adalah Dzat-Nya semata. Dzat-Nya Yang Zhahir. Sehelai rambut kita adalah Dzat-Nya, seiris tipis
kulit kita adalah Dzat-Nya, sepasang mata kita danjuga alat indera kita yang lainnya juga adalah

Dzat-nya. Jantung kita, paru-paru kita, ginjal kita, otak kita, lever kita, dan seluruh organ internal

kita yang lainnya juga adalah Dzat-Nya. Jadi, jelas sekali sebenarnya bahwa seluruh sel tubuh

kita tak lain dan tak bukan adalah DZAT-NYA YANG ZHAHIR.

JIWA kita yang terdiri dari Hati/Minda dan Ruh, yang merupakan diri kita yang bathin, juga adalah

Dzat-Nya. Bahkan sampai kepada pikiran dan perasaan kita, semua itu juga adalah Dzat-Nya.

Karena semuanya itu adalah penzhahiran dari Dzat-Nya yang sedikit, the small essense.

Kalau kita sudah paham dengan hal yang seperti ini, maka kita juga akan benar-benar TIDAK

berani lagi untuk BERKATA dan MENGAKU aku kepada siapapun juga. Karena ternyata kita

benar-benar TIDAK WUJUD sama sekali. Sebab Yang Wujud ternyata adalah Dzatullah yang

sedang memikul tanggung jawab dari Allah untuk berperan sesuai dengan peran-peran yang

tertentu, pada waktu dan tempat yang tertentu pula. Karena kita tidak wujud, maka sebenarnya

kita juga TIDAK MEMILIKI apa-apa. ZERO, NUL

Bersambung

Ditulis dalam INSPIRASI | 6 Komentar


Menyadari Hakekat, Bagian-14
Mei 24, 2015 oleh Murid Dalam Sikap Bertuhankan Allah SWT.

Yang sangat mengherankan sebenarnya adalah, bahwa dengan memahami kebenaran hakekat

seperti ini secara terus menerus, maka sikap kita terhadap semua ciptaan atau makhluk apapun

juga, yang ada disekitar kita, juga akan menjadi berubah dengan sangat drastis

sekali. Firasat kita akan semakin tajam dalam memandang dan berperilaku terhadap sesama

manusia bahkan terhadap semua semua makhluk ciptaan Allah yang lainnya.

Misalnya, kita sudah menjadi tidak sanggup lagi untuk menghina, mencaci, mengutuk, membenci,

memarahi, melukai, apalagi sampai membunuh sesama manusia yang ada disekitar kita. Karena

bukankah mereka itu adalah Dzat-Nya Yang Zhahir?. Dan disebalik diri merekapun ada pula Dzat-

Nya Yang Bathin. Jelas sekali bahwa antara diri kita dengan diri mereka ternyata hakekatnya

persis SAMA. Sama-sama Dzatullah. Kita sebenarnya adalah Zero, Nul!. Mereka juga

sebenarnya adalah Zero.., Nul

Kita akan merasakan hantaman yang sangat keras ketika kita akan melakukan hal-hal yang tidak

baik atau yang menyakitkan bagi orang lain. Ketika kita ingin:
menghina orang lain, bukankah Allah bisa berkata: Aku telah dihinanya.
mencaci orang lain, bukankah Allah bisa berkata: Aku telah dicacinya.
mengutuk orang lain, bukankah Allah bisa berkata: Aku telah dikutuknya.
membenci orang lain, bukankah Allah bisa berkata: Aku telah dibencinya.
memarahi orang lain, bukankah Allah bisa berkata: Aku telah dimarahinya.
melukai apalagi sampai membunuh orang lain, bukankah Allah bisa berkata: Aku telah
dilukainya, Aku telah dibunuhnya.

Lalu sanggahan kita akan bagaimana untuk membantah-Nya?.

Makanya tidak heran, kalau kita sudah sangat memahami hakekat yang seperti

ini,adakalanya sikap kita kepada binatang-binatang, tumbuh-tumbuhan, dan bahkan benda-

benda yang ada disekitar kita, atau yang kita temui saat kita beraktifitas, juga akan menjadi lain

sekali. Aneh sekali malah.

Kita inginnya berbual mesra dengan mereka. Kita tidak ingin merusak dan menyakiti mereka. Kita

tidak ingin menghancurkan dan membunuh mereka. Karena kita seperti bisa merasakan

kedekatan kita dengan mereka. Mereka telah seperti menjadi sahabat-sahabat kita. Sahabat

karena sesama Dzatullah. Sahabat dalam sunyi

Bayangkan, dirumah, kita ingin berbual dengan kursi, dengan dinding, dengan pintu, dengan

sajadah.

Terima kasih sahabat, engkau telah jaga rumah ini agar tidak dimasuki pencuri, kata kita

kepada dinding, pintu, jendela, dan kunci.

Maaf sahabat, engkau saya duduki ya, kata kita kepada kursi.

Terima kasih ya sahabat, engkau telah relakan dirimu untuk saya injak-injak dalam shalat

saya, kata kita kepada sajadah.

Pokoknya kita adakalanya bisa menjadi orang yang sangat aneh. Orang yang bisa berbicara

dengan kucing, ayam, kecoak, tikus, dan bahkan dengan nyamuk seperti orang yang sedang

berbicara dengan sahabat lamanya saja.

Kita jadi tidak berani untuk meludah sembarangan, membuang sampah sembarangan, mengotori

tanah dengan sampah tanpa alasan yang jelas. Kita tidak butuh lagi kata-kata mutiara seperti

jangan membuang sampah sembarang, dan sebagainya. Tidak perlu. Kita sudah menjadi tidak

enak sendiri. Karena Mata hati kita sudah tajam memandang bahwa tanah itupun adalah Dzat-Nya

Yang Zhahir, dan disebalik tanah itupun ada pula Dzat-Nya Yang Bathin. Sahabat kita. Sehingga

kita jadi sangat sungkan untuk mengotorinya. Kadangkala mau menginjak tanah itu kita bisa

minta maaf dulu kepada tanah tersebut. Maaf ya sahabat, engkau saya injak.
Saat makan dan minumpun, kita maunya berbual dulu dengan makanan dan minuman yang akan

kita santap itu. Maaf ya sahabat, engkau saya makan dan minum, karena makan dan minum

adalah fitrah yang harus saya jalankan untuk menghidupkan sel-sel tubuh saya.

Kalau ini bisa kita dawamkan, maka suatu saat, tidak berapa lama kok, kita bisa menggigil

kedinginan menyadari akan kebenaran hakekat yang seperti ini. Pada tingkat yang ekstrim, ada

orang yang sampai-sampai tidak berani berjalan, tidak berani makan dan minum untuk beberapa

lama.

Akan tetapi semua keadaan atau hal tersebut akan bisa segera hilang kalau kita menyadari bahwa

Rasulullah SAW pun makan, minum, dan berjalan menginjak tanah. Jadi kita contoh Beliau SAW

saja

Dan anehnya, setiap pembicaraan yang kita lakukan, ternyata seperti TEREKAMpada benda-

benda, binatang-binatang, dan tumbuh-tumbuhan yang kita perlakukan seperti sahabat kita itu. Ia

tersimpan dalam bentuk GETARAN atau bisa pula dalam bentuk KEADAAN HAL di dalam DZAT

yang ada disebalik diri para sahabat kita itu.

Bersambung

Untuk Tidak Menjadi Siapa-siapa


Mei 24, 2015 oleh Murid Dalam Sikap Bertuhankan Allah SWT.

Sebuah Pertanyaan dari Pak Pandanaran

Pak Deka yg dirahmati Allah..

Telah sampailah disini. Sebuah taraf ilmu yg begitu tinggi.

Saya ingin bertanya secara jujur. Bila Allah menghendaki.

Insya Allah.

Sesampai disini dan membaca tulisan awal Bapak sendiri.

Membandingkan isi,. Suasana dan rasanya.

Mungkin saja Bapak akan merasa tulisan awal Bapak adalah tulisan kanak-kanak di banding

tulisan saat ini.

Namun ada ribuan atau jutaan orang di sana. Saat membaca tulisan awal Bapak pun mendapat

pencerahan.

Meyakini..membenarkan dan bahkan menjalankan dst.

Nah saya ingin bertanya..

Tulisan awal Bapak pun masih sangat mudah dan banyak dikaji

Dipelajari.. diikuti.

Bagaimana rasa .. jiwa.. fikiran Bapak saat melihat

Mereka atau bahkan saya sendiri misalnya


Yg teguh berpegang atas apa yg Bapak sampaikan dahulu.

Bagaimana bila saya mati dalam keyakinan itu

Keyakinan sebagaimana tulisan awal Bapak

Dan kami belum mengerti

Atau belum sampai atas apa yg Bapak sampaikan saat ini..

Saya mohon sudilah kiranya Bapak menjawab dan menjelaskan.

Bila saya bertanya panjang lebar.. apakah Bapak pun mau menjelaskan secara panjang lebar?.

Mohon maaf bila ada kalimat yg tidak pada tempatnya.

Doa saya untuk kebahagiaan Bapak.

Semoga rahmat dan karunia Allah melimpah untuk Bapak.

Jawaban singkat

Assalamualaikum..

Bapak/Sdr Pandanaran yang baik.

Tidak ada niatan saya untuk menulis sebenarnya. Tetapi entah kenapa, saya sudah menulis saja

apa-apa yang tertulis di dalam blog ini sejak berbilang tahun yang lalu.

Ternyata tulisan-tulisan saya itu memang seperti ada periodesasinya. yaitu periode belajar

PATRAP, periode belajar Shalat Khusyu, dan terakhir periode saya belajar Makriftullah, Dzikrullah,

Rukun Iman ke-6.

Alhamdulillah saya sungguh beruntung diizinkan dan diberi kesempatan oleh Allah untuk mereguk

berbagai sumber Ilmu yang tentu saja hakekatnya semua ilmu itu adalah berasal dari Allah jua.

Kalaupun ada yang bisa merasakan manfaat dari tulisan-tulisan saya itu, maka itu semata-mata

adalah atas Kehendak dan Hidayah Allah juga adanya. Sebab saya tidak bisa membuat orang

mengerti tentang apa-apa yang saya tulis itu. Saya hanya menulis apa yang saya alami.

Barangkali itulah sebabnya kenapa tulisan itu terlihat seperti mengalir begitu saja. Sebab saya

bukanlah seorang ustadz, saya bukanlah seorang ulama, apalagi guru. Bukan. Saya hanya

seorang biasa, terlalu biasa malah.

Kalau ada sahabat yang bisa merasakan manfaat dari tulisan-tulisan saya pada periode Patrap dan

Shalat Khusyu dulu, ya Alhamdulillah saja. Saya juga ikut berbahagia. Sangat bahagia malah.

Berarti apa-apa yang saya alami saat periode-peride itu juga dialami oleh sahabat semua.

Kalaupun ada yang masih bertahan sampai sekarang pada pelajaran-pelajaran yang saya tulis

pada periode itu, ya itu sudah takdir yang harus sahabat jalani. Bagi saya itu sudah diluar
kemampuan saya untuk mengatur-aturnya. Tidak ada hak saya untuk meminta sahabat untuk

mengikuti tulisan-tulisan saya pada periode sekarang ini.

Allah akan mengajarkan siapa-siapa yang Dia kehendaki dengan ilmu-ilmu yang sesuai untuk

menjalankan takdir yang sudah dituliskan untuknya. Setiap orang akan meninggal dengan

membawa takdirnya masing-masing. Tidak lebih dan tidak kurang. Tidak ada yang bisa dituntut

dari orang lain, karena diakhirat kelak kita semua akan menjalani takdir kita sesuai dengan apa-

apa yang sudah ditetapkan untuk kita.

Akan tetapi, ada satu pola yang sama dari tulisan-tulisan saya dari periode ke periode, yaitu saya

hanya ingin mengabarkan tentang Allah, mengabarkan tentang Rasulullah dengan segala

kekurangan saya. Hanya saja saya menuliskan bahwa Periode terakhir yang saya alami, semuanya

menjadi lebih mudah dan lebih memberikan dampak atau pukulan yang kuat kepada rohani saya.

Shalat saya masih tetap seperti ketika saya di Shalat Center dulu, hanya saja dalam hal sisi

kerohaniannya saya memakai cara yang sekarang ini saya pakai. Itu bukan berarti bahwa apa-apa

yang saya pelajari dulu itu adalah tidak benar. Bukan begitu. Hanya saja, saya merasa sangat

bodoh saja untuk bisa mengerti pelajaran-pelajaran yang saya terima saat itu. Kebodohan saya

seperti menhalangi saya untuk bisa mengerti ilmu-ilmu yang diajarkan kepada saya waktu itu. Dan

itu terjadi dalam waktu yang tidak singkat. Tahunan, bahkan belasan tahun.

Dan dengan berbekal kebodohan saya tersebut, saya menyerah keapada Allah. Saya berhenti

belajar untuk beberapa saat untuk hanya duduk diam minta petunjuk Allah. Dan Alhamdulilah

Allah menjawabnya melalui Mas Guntar yang suatu saat dulu mengirimkan link youtube

Farhan4u2c kepada group fb saya. Sejak itulah saya seperti dibukakan pintu ilmu demi ilmu oleh

Allah yang LANTARAN pembawanya adalah Arif Billah Ustad Hussien BA Latiff. Dan apa-apa

kepahaman yang diberikan oleh Allah kepada saya tentang ilmu dari Ustad Hussien itulah yang

kemudian saya tulis sebenarnya. Tentu saja itu hanya sebatas bahasa yang saya mengerti saja.

Saran saya untuk mas Pandanaran hanya satu, selalulah minta tuntunan kepada Allah agar kita

bisa ingat kepada Allah, agar kita bisa bersyukur kepada Allah, dan agar kita bisa khusyu dalam

beribadah kepada Allah. Dan kuncinya hanya satu saja, Dzikrullah, Dzikrullah, dan Dzikrullah

Tidak ada kunci yang lain. Dan untuk bisa Dzikrullah itu, SATU persyaratan mutlaknya adalah Kita

WAJIB terlebih dahulu Mengenal Allah dengan kesadaran Yang Jati, Makrifatullah.

Nah carilah siapa-siapa yang bisa mengenalkan kita dengan Allah dalam waktu yang sesingkat-

singkatnya, untuk kemudian kita teguh dan istiqamah saja dalam Mengingati Allah yang sudah kita

kenali itu, Dzikrullah. Sebab umur kita boleh jadi sudah sangat pendek untuk berlama-lama dalam

belajar. Kita hanya butuh: ketika shalat kita bisa tetap ingat kepada Allah; diluar shalat kita juga

masih bisa menjaga ingatan kita untuk tetap kepada Allah; kita jadi sangat bersemangat dalam
melakukan ibadah-ibadah sunnah; jika kita punya masalah, maka kita tinggal duduk di bilik

khalwat untuk meminta petunjuk dan tuntunan kepada Allah.

Saya tidak menjadi apa-apapun, juga tidak jadi masalah bagi saya. Cukuplah Allah bagi saya

Demikian MAs PAndanaran yang bisa saya sampaikan

Wassalamualaiku warahmatullahi wabarakatuh..

Deka

itulis dalam INSPIRASI | 2 Komentar


Menyadari Hakekat, Bagian-16
Mei 27, 2015 oleh Murid Dalam Sikap Bertuhankan Allah SWT.

Kalau kita bermain-main dengan getaran ini, maka getaran itu akan menjadi pakaian kita. Kita

akan dikuasai oleh getaran itu. Kita akan menjadi budak dari getaran itu berikut dengan makhluk-

makhluk lain (jin) yang ada bersama getaran itu. Kalau getaran itu kita anggap mengandung

power, maka Dzat yang ada pada getaran itu akan meresponnya dengan memberikan power

kepada kita. Inilah yang terjadi dengan orang-orang yang berkecimpung dengan ilmu kontak.

Kalau getaran itu kita anggap mempunyai kekuatan untuk menyembuhkan, baik untuk jarah

pendek maupun jarak jauh, maka Dzat yang ada pada getaran itu akan meresponnya dengan

mengantarkan anggapan kita itu kepada orang yang percaya kepada kehebatan kita dalam bidang

penyembuhan itu.

Kalau kita menganggap bahwa Allah ada didekat kita, bahkan Allah meliputi kita, maka ketika

kita memanggil-manggil nama Allah, dengan kesadaran kita bahwa Allah ada di dekat kita dan

meliputi kita, maka Dzat yang ada disekitar kita, yang meliputi kita akan meresponnya dengan

memberikan getaran-getaran tertentu yang bisa kita rasakan. Getaran itu bahkan bisa

menggoyangkan badan atau tubuh fisik kita dengan lembut ataupun dengan keras. Sehingga

dengan begitu kita semakin percaya bahwa Allah memang benar-benar ada di dekat kita dan

meliputi kita. Hal seperti inilah yang saya lakukan d awal tahun 2001 sampai dengan tahun 2010.

Bahkan baru-baru ini, ada seorang teman saya dari kota Ternate berkirim sms kepada saya

sebagai berikut:
Assalamualaikum Pak. Saya M dari Ternate

Saya sudah lama membaca dan mempraktekan beberapa yang tertulis di buku2nya Pak Deka dan

Ust AS. Tapi dalam prakteknya ada beberapa kejadian atau sensasi di dalam pelaksanaan

shalat dan zikir. Pada saat shalat, saya merasa ada semacam tarikan ke arah atas sehingga

kadang2 posisi saya berdiri ketika shalat bertumpu dengan kedua ujung jari kaki. Kemudian pada

saat zikir, pun sama. Ada semacam tarikan ke arah atas sehingga posisi duduk saya berubah

dan kadang bertumpu dengan menggunakan kedua lutut. Bisa di jelaskan fenomena apa yang

terjadi ?. Dan bagaimana solusinya ?

Wassalam. Terima kasih

Pengalaman saya juga seperti itu, bahkan lebih seru lagi. Dan itu ternyata di konfirm oleh

pengalaman beberapa orang yang mengalami hal yang sama dengan yang saya alami itu, tidak

hanya dizaman yang lalu, tetapi juga pada saat sekarang ini.

Dulu saya diajarkan bahwa diujung getaran itu ada Allah yang menggerakkan partikel dan

gelombang, seperti juga Allah yang menggerakkan keluar masuknya nafas saya, seperti juga Allah

yang menggerakkan bumi dan matahari. Makanya saat itu, untuk mengenal Allah saya cukup

dengan merasa-rasakan getaran di dalam dada, saya cukup merasakan gerak keluar masuk nafas,

saya cukup bergerak kesana kemari mengikuti getaran-getaran alam seperti sedang berlatih taichi

ataupun tarian sufi. Saat itu memang ada sensasi tubuh ini menjadi meluas, ada sensasi badan ini

naik keatas menuju bintang-bintang, yang katanya itu adalah MIRAJ.

Semakin dijalani, semakin terasa pula kesendirian saya. Kemanapun saya pergi meluas, setinggi

apapun sensasi yang saya dapatkan, karena masih berjalan, maka saya malah merasa semakin

ada. Pada suatu kali saya mulai dikejutkan dengan kenyataan bahwa saya mulai menjadi malas

untuk beribadah. Saya tidak pernah lagi puasa sunnah, shalat sunnah, membaca Al Quran dan

ibadah-ibadah lainnya. Bangun jam 3 subuh, malah saya duduk diluar rumah berlatih memandang

alam, merasakan getaran-getaran yang seperti bergelombang ingin naik dari dada saya keatas.
Gerakan gelombang naik dari dada menuju keatas itu menimbulkan sensasi atau rasa EKSTASIS

mirip orgasme. Semua itu saya lalui saja, karena memang saya belum lagi menemukan ilmu yang

akan menyeret saya untuk keluar dari keadaan itu.

Bahkan dengan bekal ilmu tasawuf yang ada di dalam buku Madarijus Salikin pun, saya seperti

sangat susah untuk keluar dari keadaan seperti diatas. Madarijus Salikin hanya saya rasakan

sampai pada tahap memperlembut apa-apa yang telah saya dapatkan sebelumnya. Namun ada

sedikit perubahan, bahwa jam 3 malam bukan lagi saya pakai untuk berlatih hal diatas.

Alhamdulillah saya sudah mulai Shalat tahajud, sebagai pengganti dzikir (patrap).

Akan tetapi, syukur Alhamdulillah, sejak awal tahun 2014 yang lalu sampai sekarang, dengan

berbekal Ilmu Hakekat, Makrifatullah dan Dzikrullah yang disampaikan oleh Ustad Hussien BA

Latiff, maka saya seperti disadarkan bahwa apa-apa yang saya praktekkan dan alami dahulu itu

masih belum sampai kepada alam Makrifatullah. Bahkan kepada Alam Hakekat saja saya belum

sampai, apalagi untuk sampai kepada Alam Makrifatullah. Masih sangat jauh

Sebab getaran-getaran itu masihlah berada pada tatanan alam sifat-sifat saja. Getaran-getaran itu

juga adalah Makhluk. Tidak lebih. Jadi ia masih berada di alam keramaian ciptaan. Sedangkan

untuk memasuki alam Makrifatullah, maka kita terlebih dahulu haruslah bersedia untuk

meninggalkan dan menanggalkan alam sifat-sifat itu untuk kemudian masuk selangkah ke alam

Hakekat, yaitu Alam yang berhubungan dengan Dzat-Nya yang sedikit, the small essense.

Ditulis dalam INSPIRASI | 1 Komentar


Menyadari Hakekat, bagian-17
Mei 28, 2015 oleh Murid Dalam Sikap Bertuhankan Allah SWT.

Dan untuk memasuki alam Hakekat itu:

Kita tidak butuh usaha yang aneh-aneh dan sulit-sulit,


Kita tidak butuh untuk berdzikir atau wiridan sebanyak ratusan ribu kali,
Kita tidak butuh membersih-bersihkan Jantung atau Qalb,
Kita tidak butuh membersihkan lathaif-latahif atau cakra-cakra,
Kita tidak perlu capek-capek sampai muter-muter dan guling-gulingan ditanah,
Kita tidak perlu mencari-cari getaran,
Kita tidak perlu mengatur-atur nafas kita untuk berdzikir,
Sungguh, kita tidak perlu ilmu yang sulit-sulit.
Bahkan kita tidak perlu melakukan apa-apa.
Kita cukup HANYA MENYADARI, atau kalau belum bisa menyadari, kita cukup hanya BERIMAN saja

dulu, bahwa:

DISEBALIK semua atribut yang ada pada DIRI KITA,


Disebalik SEMUA MAKHLUK mulai dari yang terkecil sampai ke yang terbesar,
Disebalik bumi dan 7 lapis langit,
Disebalik Sidratul Muntaha (kerajan Allah),
Disebalik Syurga dan Neraka,
Disebalik Air Maha Massive di bawah Arasy,
Disebalik Arasy Allah yang tak terperikan besarnya,
dan disebalik 70 lapis Cahaya yang tak ada orang yang mengetahui berapa ketebalannya,

ADA Dzat-Nya yang sedikit, THE SMALL ESSENSE, yang menjadi WAJIBUL WUJUD bagi tercipta

dan terzhahirnya semua makhluk itu.

Artinya, diri kita sendiri dan semua makhluk ini pada Hakekatnya TIDAKLAH WUJUD. Karena

KEWUJUDAN diri kita dan semua makhluk ini hanyalah semata-mata karena adanya The Small

Essense, Dzat Yang Wajibul Wujud. DZATULLAH. Yaitu SEDIKIT atau SEJUMPUT KECIL dari Dzat

Allah atau Diri Allah sendiri.

Jadi untuk memasuki alam Hakekat itu kita cukup hanya melakukan satu langkah kecil dan

sederhana saja, yaitu: LAA MAUJUD DZATILLAH, tidak ada kewujudan kecuali hanya Dzat

Allah. Masuk sudah kita ke alam Hakekat.

Lalu setiap MATA kita memandang apa saja dan kearah mana saja, setiap PANCA INDERA kita

mendeteksi dan menginderai apa saja, maka kita akan segera saja dikejutkan oleh kenyataan

bahwa sekarang MATA HATI sudah menjadi SANGAT TAJAM untuk memandang keberadaan

DZATULLAH disebalik semua yang tergelar dan terhidang dihadapan kita itu.

Saat MATA kita melihat warna dan nyala, melihat bentuk dan rupa, melihat huruf dan angka,
mata HATI KITA malah tidak melihat apa-apa.
Saat TELINGA kita mendengarkan suara dan nada, MATA HATI kita malah tidak mendengar
apa-apa.
Saat HIDUNG kita mencium bau semerbak wangi, MATA HATI kita malah tidak membaui apa-
apa.
Saat LIDAH kita merasakan kelezatan berbagai rasa, MATA HATI kita malah tidak merasakan
kelezatan apa-apa.
Saat KULIT tubuh kita mendeteksi berbagai fenomena, MATA HATI kita malah tidak
mendeteksi fenomena apa-apa.

MATA HATI kita tetap hanya terpandang kepada SATU WUJUD saja, yaitu DZATULLAH. Dzat yang

tidak bisa dirupa-rupakan, yang tidak bisa diwarna-warnakan, yang tidak bisa dirasa-rasakan, dan

yang tidak bisa dideteksi-deteksi dengan alat apa saja. Mata Hati kita terpandang kepada Dzat

Yang Ghaib, dimana mata atau panca indera kita tidak akan pernah bisa untuk menggapainya.

Mata hati kitapun juga hanya bisa sampai melihat kepada yang kosong. Tidak terbayang apa-apa,

tidak terasa apa-apa, tidak ada rupa apa-apa.

Para meditator dan para pedzikirpun sebenarnya banyak yang rela untuk melakukan berbagai hal

yang sulit dan berat demi untuk mendapatkan keadaan atau hal yang berkenaan dengan Alam

Hakekat ini. Namun yang berhasil mencapainya boleh dikatakan hanyalah beberapa orang saja

diantara puluhan ribu orang. Sulit sekali, dan juga rahasia sekali ilmunya.

Alam Hakekat ini pulalah yang telah dijalani oleh Rasulullah SAW saat Beliau Miraj sebelum Beliau

menemui Allah di balik 70 Tabir cahaya, diatas Arsy Allah yang Agung. Ternyata Alam Hakekat itu

bukanlah akhir dari perjalanan Beliau. Sebab dari Alam Hakekat itu Beliau masih diperjalankan

selangkah lagi oleh Allah untuk memasuki Alam Makrifat.

Artinya, sebelum Beliau bertemu dan berbicara LANGSUNG dengan Allah, Beliau terlebih dahulu

harus meninggalkan semua alam ciptaan, termasuk Arsy Allah Yang Agung. Bahkan Jibril AS

sekalipun, juga tidak boleh ada.

Rasulullah datang sendiri, dengan tidak membawa apa-apa dan tidak membawa siapa-siapa.

Beliau datang menghadap dalam keadaan sendirian. Beliau dituntun Allah untuk meninggalkan

Alam Hakekat untuk kemudian memasuki Alam Makrifat. Beliau dituntun untuk menafi-kan

Dzatullah yang sedikit, the small essense, lalu Beliau Beliau dituntun pula untuk mengIsbathkan

Dzat Allah yang Maha Indah yang ada disebalik Tabir 70 Cahaya di hadapan Beliau. Laa Maujud

Illallah, lalu terjadilah perjumpaan antara Beliau dengan Allah dibalik tabir.
Sebab tabir 70 lapis cahaya ini haruslah tetap ada, karena kalau tidak ada, maka Beliau akan

hangus terbakar karena terpandang kepada Keagungan Dzat-Nya Yang Maha Indah. Beliau hanya

diperlihatkan kepada SELAPUT Keagungan Dzat-Allah Yang Maha Indah yang membungkus Lauhul

Mahfuz, yang tak ubahnya seperti Bulan Mengambang di langit lepas. Kecil sekali, sehingga Beliau

katakan bahwa selaput Dzat itu seperti bisa Beliau tutup dengan telapak tangan Beliau.

Bersambung

Ditulis dalam INSPIRASI | Meninggalkan komentar


Menyadari Hakekat, Bagian-18
Juni 1, 2015 oleh Murid Dalam Sikap Bertuhankan Allah SWT.

OBAT PELIPUR RINDU YANG MEMBUNCAH

Demikianlah cara Rasulullah diperjalankan oleh Allah mulai dari melihat segala macam dan ragam

Alam Sifat, lalu memasuki SATU Alam Hakekat saja, yaitu alam Dzatullah yang sedikit, untuk

kemudian BERHENTI dengan penuh KETAKJUBAN untuk Bermakrifat kepada Allah. Makrifatullah

Dalam perjalanan itu, Beliau telah diperlihatkan GAMBARAN LENGKAP dari segala sesuatu yang

mengisi dan memenuhi Lauhul Mahfuz. Gambaran dari peristiwa yang sudah terjadi maupun yang

belum terjadi atau yang masih dalam bentuk rencana. Beliau pun hanya sebatas diperlihatkan saja

atas gambaran itu tanpa Beliau bisa mengubahnya, walau sedikitpun, saat itu.

Sebab Beliau memang sudah ditetapkan oleh Allah hanya untuk menjadi Rahmat bagi semua

peristiwa yang tergelar di dalam Gambaran itu dengan peran Beliau sebagai seorang Rasul yang

akan memberi contoh dan tauladan untuk apa-apa yang baik dan buruk, memberi tahu mana yang

salah dan yang benar, serta memberikan syafaat kelak di kehidupan akhirat.

Proses perjalanan Makrifatullah Beliau itu hanya terjadi dalam SATU malam saja. Hal ini

merupakan suatu pertanda baik bagi kita bahwa untuk bermakrifatullah itu sebenarnya kitapun

TIDAK butuh waktu yang sangat lama dan proses yang sangat sulit dan berbelit-belit. Kita hanya

perlu memahami makna hakiki dari perjalanan Isra dan Miraj Beliau, kemudian kita ikuti saja

praktek-praktek Beliau setelah Beliau melakukan perjalanan yang sangat luar biasa dan fenomenal

tersebut.
.

Banyak memang yang telah membahas perjalanan Isra dan Miraj Beliau itu. Mulai dari pengajian

kepengajian, dari buku ke buku, dari khutbah ke khutbah, sampai ke seminar keseminar, dan

sebagainya. Namun pembahasannya hampir selalu berakhir hanya pada kewajiban ibadah shalat

yang harus dilakukan oleh umat Islam, dan juga kisah-kisah tentang bagaimana Beliau melihat

syurga dan neraka dan penghuni-penghuninya masing-masing, dan berbagai kisah lainnya. Selalu

begitu, dan itu sudah berlangsung sejak lama. Dari generasi ke generasi.

Akan tetapi jarang sekali orang yang mau membahas makna dari perjalanan Isra dan terutama

Miraj Beliau itu dalam bentuk sebuah kajian untuk membuka pintu Makrifatullah. Pintu

pengenalan kepada Allah. Namun, Alhamdulillah, seorang Arif Billah, Ustad Hussien BA Latiff, telah

diberikan dan disusunkan oleh Allah sebuah Ilmu tentang membuka Pintu Makrifatullah ini, yang

ternyata memang sangat mudah gamblang sekali. Sungguh perjalanan Isra dan Miraj itu

benarlah adanya

Begitu juga di dalam memaknai diperintahkannya ibadah shalat bagi seluruh umat Islam. Hampir

selalu saja yang dikisahkan adalah bagaimana Beliau, setelah di sarankan oleh Nabi Musa AS,

harus bolak balik menemui Allah untuk mengurangi bilangan shalat mulai dari awalnya 50 kali

menjadi hanya 5 kali sehari dalam sehari semalam. Akhirnya kita umat Islam hanya tahu bahwa

Shalat itu adalah sebuah ibadah yang WAJIB untuk kita lakukan setiap hari. Jarang sekali ada

yang membahasnya dari sisi kesamaannya dengan pertemuan Rasulullah SAW dengan Allah SWT

saat menjalankan prosesi Isra dan Miraj.

Oleh sebab itu, pada kesempatan yang sangat baik ini, setelah kita membahas tentang perjalanan

Isra dan Miraj dari segi Ilmu Hakekat dan Makrifatullah, sekarang marilah kita mencoba untuk

melihat ibadah shalat yang selalu kita kerjakan setiap hari itu sebagai sebuah sarana bagi kita

untuk mengobati rasa Rindu dan Lara kita akibat dari lupanya kita kepada Allah.

Mari kita lihat

Ada jumpa pastilah akan ada pula rindu. Perjumpaan Rasulullah dengan Allah SWT, walau hanya

terjadi dibalik tabir 70 Cahaya, tentu saja telah menimbulkan luka parut yang sangat dalam di

dalam JIWA Rasulullah SWT. Luka yang akan selalu menimbulkan rasa rindu yang sangat
membuncah. Sementara perjalanan Isra dan Mikraj itu sudah ditakdirkan pula untuk hanya terjadi

sekali saja. Akan tetapi rasa rindu Beliau untuk kembali dan kembali bertemu dengan Allah

pastilah tidak akan pernah berhenti.

Tidak akan pernah!. Karena rasa rindu Beliau itu adalah rasa rindu seluruh umat manusia. Ya,

seluruh anak manusia. Rasa rindu untuk kembali saling bertutur sapa dan berkata-kata mesra

dengan Allah.

Bukankah kita semua sebenarnya telah membawa sebuah memori tunggal saat kita dilahirkan?.

Memori yang tidak bisa tidak, kita harus mengucapkan Bala syahidna, benar ya Allah, Engkau

adalah Tuhan kami, sebagai jawaban penuh kepastian kita atas pertanyaan tunggal Allah kepada

seluruh umat manusia: Alastu birabbikum?, bukankah Aku ini Tuhanmu?.

Memori atau INGATAN kita terhadap peristiwa yang sangat menggetarkan itu, walau dalam

perjalanan waktu telah dikaburkan dengan adanya ingatan-ingatan kita kepada hal-hal yang lain,

ternyata ia akan selalu menjadi sinar yang menerangi bagi kita semua.

Sejahat apapun kita, sedurhaka apapun kita, sekafir dan seatheis apapun kita, pastilah suatu saat

kita pernah dilanda oleh rasa rindu untuk berjumpa dengan sesuatu yang kita anggap melebihi

apapun juga yang ada di alam dunia ini. Kita rindu untuk kembali berjumpa dengan Tuhan.

Makanya sejarah panjang umat manusia juga dipenuhi oleh kisah-kisah pencarian kembali umat

manusia kepada Tuhannya. Ada banyak yang berhasil, dan tentu saja tak kurang pula banyaknya

yang gagal.

Nah untuk memberikan contoh bagaimana agar kita umat manusia ini bisa kembali merasakan

moment-moment pertemuan kita pertama kali dengan Allah di alam Azali dulu, Rasulullah

diberikan sebuah fasiltas yang kualitasnya sama dengan peristiwa Isra dam Miraj yang pernah

Beliau lakukan. Fasilitas itu adalah SHALAT, tapi shalat yang bukan sembarangan shalat. Shalat itu

haruslah Shalat yang memenuhi syarat, yaitu SHALAT yang LI DZIKRI. Aqimishshalata li dzikri.

Shalat yang di dalam pelaksanaannya kita harus selalu tetap MENGINGATI ALLAH. Shalat yang

seperti inilah yang disebut oleh Beliau sebagai Mirajnya orang beriman.Ashshalatu murajul

mukminin
Bersambung

Ditulis dalam INSPIRASI | 2 Komentar


Menyadari Hakekat, Bagian-19
Juni 4, 2015 oleh Murid Dalam Sikap Bertuhankan Allah SWT.

Bagi kita, yang tidak pernah mengalami peristiwa Miraj, Bertemu dan berkata-kata dengan Allah,

seperti yang dialami oleh Rasulullah, ternyata Allah telah memfasilitasi kita agar kita juga bisa

mengalami hal yang sama dengan apa yang dialami oleh Rasulullah di dalam peristiwa Miraj itu.

Shalat itulah fasilitasnya ternyata.

Namun tentu saja ada yang bertanya-tanya, seberapa pentingkah Shalat itu bagi kita sebenarnya

sehingga Allah sampai-sampai mewajibkan kita untuk melaksanakannya?. Begitu juga bagi

Rasulullah SAW beserta para Sahabat Beliau ketika itu, Beliau sangat menjaga betul shalat Beliau,

baik waktunya maupun tata cara pelaksanaannya, Beliau menikmati betul setiap rakaat yang

Beliau kerjakan, tidak ada capek dan lelah sedikitpun yang Beliau rasakan, air mata dan isak

tangis Beliau jangan ditanyalah berapa banyak dan seringnya Beliau tumpahkan.

Hal ini sangat berbeda dengan apa yang kita alami. Kita umumnya malah sebaliknya, Shalat kita

kurang terjaga waktu dan tata caranya. Kita di dalam shalat jarang sekali merasakan nikmat yang

membuat kita selalu ingin dan ingin lagi untuk shalat. Duh rasanya setiap rakaat yang kita lalui itu

lama sekali, dan terasa sekali capek dan lelahnya. Boro-boro bisa menangis dan berisak tangis,

yang kita dapatkan malah lebih sering rasa kantuk yang datang secara bergelombang. Di dalam

shalat itu kita juga seperti orang yang sedang bermimpi dan melamun. Bacaan kita entah apa,

ingatan kita entah kemana. Tidak sinkron antara AKTIFITAS yang kita lakukan dengan apa yang

kita INGAT.

Malah ada beberapa teman yang mengaku sering berdzikir berkata: kok lebih enak dan nikmat

berdzikir dari pada shalat. Kenapa bisa begitu ya?, katanya dengan terus terang. Jawabannya

juga bermacam-macam. Misalnya, kalau dzikir bacaannya sedikit, sedangkan shalat bacaannya

banyak dan ada malah bagian-bagian yang tidak kita mengerti. Ada pula yang berkata bahwa

dzikir itu ibadah yang mudah dan bisa dilakukan kapan saja, sedangkan shalat banyak aturannya.
Dari jawaban diatas terlihat seperti ada KETERPISAHAN antara melaksanakan Shalat dengan

Berdzikir. Shalat ya shalat, dzikir ya dzikir. Masing-masing berjalan sendiri-sendiri. Asyiknya

sendiri-sendiri. Padahal Al quran berkata bahwa:Aqimishshalata li dzikri, dirikanlah shalat

dengan (untuk) mengingat Aku. Shalat dan Dzikir itu telah menjadi sebuah aktifitas saja. Yaitu

SHALAT KEPADA YANG SEDANG KITA DZIKIRI. Kita sedang bertutur kata santun dan bersikap

merendah kepada Allah yang sedang kita INGAT

Dan ternyata disinilah letak permasalahan yang sebenarnya berada, yaitu pada kegiatan DZIKIR

itu sendiri. Bagaimana kita memaknai Dzikir itu, dan bagaimana pula cara kita melakukannya.

Kenapa dzikir yang umum dilakukan oleh umat islam sekarang ini BISA terasa lebih enak dan

nikmat dibandingkan dengan shalat?. Ada salah apakah gerangan yang kita lakukan?.

Sebenarnya ada sebuah rahasia besar yang terkandung di dalamnya. Yaitu kita telah KEHILANGAN

KERINDUAN kita untuk berjumpa dan berkata-kata mesra dengan Allah SWT. Keseharian kita telah

berubah menjadi seperti seorang anak kecil yang sebenarnya sedang menderita kesepian, sangat

sepi, tetapi kita hanya mencari kepuasan untuk sebentar dan sementara saja, dan itupun hanya

dengan iming-iming sebutir permen atau gula-gula.

Kerinduan kita tidak pernah terlipur, kecintaan kita tak pernah berbalas, kekaguman kita tak

pernah menggetarkan, ketakutan kita tidak pernah mencekam, sehingga ibadah kita, shalat kita,

senandung kita, doa-doa kita, tidak pernah memberikan pukulan dan hantaman yang berarti

kepada hati kita. Karena memang hati kita itu masih seringkali MENGINGATI apa-apa yang selain

dari Allah SWT.

Hati kita tidak pernah sampai luka dan berparut seperti hati yang dimiliki olehorang-orang Allah.

Hati mereka itu sangat mudah luka, sangat mudah mengeluarkan darah kembali ketika RINDU

mereka kepada Allah SWT datang membuncah, ketika cinta mereka kepada Allah datang

bergelora, ketika takut mereka kepada Allah datang mencekam, sehinggga air mata merekapun

seringkali jatuh bercucuran tatkala Allah berkenan menyambut rindu, cinta, dan takut mereka.
Ini yang tidak kita punyai. Karena hati kita masih saja kita isi dengan Ingatan kepada sesuatu

yang selain dari Allah. Sehingga kita hanya jadi rindu dengan sesuatu yang bukan Allah, kita jadi

cinta hanya kepada sesuatu yang bukan Allah, kita jadi takut hanya dengan sesuatu yang bukan

Allah. HATI kita jadi KOSONG dari INGATAN KEPADA ALLAH, DZIKRULLAH

Bersambung kebagian terakhir

Ditulis dalam INSPIRASI | Meninggalkan komentar


Menyadari Hakekat, Bagian-20 (Selesai)
Juni 4, 2015 oleh Murid Dalam Sikap Bertuhankan Allah SWT.

Kalau tidak ingat, kita sama saja dengan mati

Kalau tidak ingat, kita sama saja dengan gila

Kalau tidak ingat, kita sama saja dengan tidur

Kalau tidak ingat, kita sama saja dengan pingsan

Kalau tidak ingat, mana ada sadar

Kalau tidak ingat, mana ada jumpa

Kalau tidak ingat, mana ada berbicara

Kalau tidak ingat, mana ada berkata-kata

Kalau tidak ingat, mana ada rindu

Kalau tidak ingat, mana ada cinta

Kalau tidak ingat, mana ada takut

Kalau tidak ingat Allah, mana ada SHALAT

Kalau tidak ingat Allah, mana ada DZIKIR

Kalau tidak ingat Allah, mana bisa pula Allah akan Ingat kita

Kalau tidak ada Ingatan dari Allah, mana bisa kita terhibur

Kalau tidak ada Ingatan dari Allah, mana bisa kita terlipur

Kalau tidak ada Ingatan dari Allah, mana bisa kita berpaut

Kalau tidak ada Ingatan dari Allah, mana bisa kita bergantung
Akan tetapi, kita tidak usah KHAWATIR. Ternyata pengenalan kita kepada Hakekat ini, selangkah

lagi saja, kita akan segera saja diantarkan untuk Bermakrifat kepada Allah. Karena memang untuk

bisa mengingat Allah itu, apalagi di dalam shalat, kita memerlukan Makrifatullah sebagai

fondasinya.

Namun karena artikel ini hanya bertujuan untuk membahas tentang MENYADARI HAKEKAT, maka

kita akan tutup artikel ini untuk kemudian, Insya Allah, kita berjumpa lagi pada artikel

berikutnya: DUDUKNYA ORANG BERMAKRIFATULLAH

Walupun begitu, sebelum ditutup, ada baiknya kita simpulkan uraian panjang lebar diatas dalam

sepatah dua kata berikut ini. Bahwa untuk memasuki Alam Hakekat, kita hanya perlu MENYADARI

bahwa disebalik semua ciptaan, disebalik semua sifat-sifat, disebalik semua nama-nama, disebalik

setiap peristiwa dan kejadian, SEBENARNYA, HAKIKINYA, ada DZATULLAH yang sedikit, yang

sedang aktif memerankan Perintah dan Kehendak Allah untuk menzhahirkan apa-apa yang

memang seharusnya terzhahir tepat pada masanya.

LAA MAUJUD ILLA DZATILLAH, lalu kemana dan kepada apa saja PANCA INDERA kita melihat,

mendengar, merasakan, membau, menyicipi segala SIFAT yang ada, maka MATA HATI kita hanya

terpandang kepada SATU WUJUD saja, yaitu DZATULLAH, yang menjadi HAKEKAT bagi semua

yang terdeteksi ataupun yang tidak terdeteksi oleh Panca Indera kita. Dzatullah itu Maha Halus

dan Maha Meliputi segala sesuatu.

Kita tinggalkan segala SIFAT dari pandangan panca indera kita, untuk kemudian mata hati kita

hanya terpandang kepada HAKEKAT sahaja, lalu setelah itu kita kukuhkan Hati kita untuk

Bermakrifat kepada Allah, sehingga kitapun dengan terbata-bata akan bisa berkata: LAA

MAUJUD ILLALLAH

Asyahaduanlla ilaha illallah

Wa asyhaduanna Muhammadan Rasulullah

Allahumma shalli ala Muhammad waala ali Muhammad

DemikianDUDUKNYA ORANG BERMAKRIFATULLAH, Bagian-1


Juni 16, 2015 oleh Murid Dalam Sikap Bertuhankan Allah SWT.

Makhluk Dibatas Sepi.

Mungkin suatu saat kita pernah dilanda oleh sakit yang agak parah sehingga kita harus dirawat

dirumah sakit. Siang hari, mungkin ada beberapa teman kita yang berkunjung untuk
memperlihatan bahwa mereka punya perhatian kepada kita. Perawat dan dokter juga rajin

berkunjung memeriksa kesehatan kita. Boleh jadi pula ada anak, istri atau suami kita yang

menemani kita dari pagi sampai malam. Akan tetapi pada suatu saat, tatkala tengah malam

datang menjambangi kita, mata kita ternyata masih belum bisa kita pejamkan dalam sebuah tidur

yang lelap. Saat itu teman kita hanyalah botol cairan infus yang dengan telaten meneteskan

cairannya kedalam tubuh kita. Tiba-tiba kita seperti merasakan sebuah kesepian yang sangat

mencekam. Kita seperti sedang hidup di alam kesendirian. Sepi, Sunyi

Kita menjadi sedih dengan diri kita sendiri. Teganya diri kita yang sedang sakit ini memisahkan

kita dengan orang-orang yang kita cintai, dengan sahabat tempat kita bercanda ria, dengan teman

sejawat di kantor atau ditempat kerja kita, dengan harta benda yang kita miliki, dengan rumah

kita, dengan kendaraan kita, dan sebagainya. Tubuh kita seperti sedang mencabut semua yang

kita miliki dan senangi itu dari tangan kita.

Jarum jam terasa seperti begitu lambatnya bergerak. Rasanya kita ingin mempercepat putaran

jarum jam itu agar ia bisa berlari kencang untuk menjemput pagi. Kita merasa tidak kuat

menahan kesepian dan kesunyian itu sendirian. Kita seperti orang yang sedang merindukan

munculnya cahaya matahari pagi. Karena dengan adanya cahaya matahari itu berarti kita merasa

akan bisa bertemu kembali dengan orang-orang yang datang menjenguk kita. Tiba-tiba saja

muncul kerinduan kita untuk mendengarkan kicauan burung-burung di pagi hari menyambut

datangnya sinar matahari. Padahal sebelum-sebelumnya sinar matahari pagi dan nyanyian

burung-burung itu tidak menjadi titik perhatian kita sama sekali.

Andaikan di dalam sakit itu kita tidak bisa bangun dari tempat tidur, perasaan kita lebih bergejolak

lagi. Bagaimana kalau kita ingin BAB dan BAK?. Bagaimana kalau cairan infusnya macet?,

bagaimana kalau ?, bagaimana kalau?. Seribu ingatan seperti datang bergelombang silih

berganti memenuhi kepala kita. Malam itu seakan kita jalani dengan kesendirian yang

menakutkan.

Kalaulah saat itu ada orang lain yang menemani kita tidur dirumah sakit itu, kita ingin

mengadukan masalah kita itu kepadanya. Kita tidak kuat menanggungnya sendiri. Kita

merindukan adanya orang lain tempat kita mencurahkan dan mengadukan segala permasalahan
yang sedang kita rasakan itu. Kita merindukan adanya orang lain tempat kita berkata-kata,

tempat kita berkeluh-kesah. Kita ingin mengurai kesendirian kita itu. Kita ingin berbagi

penderitaan kita dengan orang-orang yang kita anggap dekat dengan kita selama ini

Pada keadaan yang lain, tatkala kita telah beranjak tua dan sakit-sakitan, dan kita sudah dirawat

dirumah saja, karena dirumah sakitpun keadaan kita tidak akan banyak berubah, maka keadaan

yang akan kita alami bisa lebih menyedihkan lagi. Biasanya kita sudah tidak bisa apa-apa. Kita

butuh berbagai pertolongan dari orang-orang terdekat kita untuk berbagai kegiatan keseharian

kita. Mulai dari makan, minum, buang air, dan membersihkan badan. Kita sudah tidak bisa lagi

melakukannya sendiri. Tubuh kita sudah lemah, letih, dan tidak berdaya lagi untuk melakukan

apa-apa.

Waktu siang hari, mungkin masih banyak orang yang bisa membantu kita. Ada anak kita, ada

menantu kita, ada cucu kita, ada suami/istri kita. Akan tetapi pada waktu tengah malam, semua

mereka sudah tidur dengan lelap. Mereka sudah tidak sedikitpun memikirkan kita lagi. Tinggallah

kita sendirian. Sepi ditengah keramaian. Kalau kita ingin BAB dan BAK, kitapun terpaksa

melakukannya diatas tempat tidur. Karena kita telah dipasangi pampers seperti bayi.

Kita benar-benar telah menjadi seperti seorang bayi tua ditengah-tengah keluarga kita sendiri.

Sebab, di dalam ingatan kita, kita merasa masih punya keluarga, kita masih punya anak, kita

masih punya istri/suami. Kita masih merasa bahwa kita adalah orang tua mereka, kita adalah

saudara mereka, kita adalah istri atau suami pasangan kita. Sementara kenyataannya kita sudah

tidak bisa mengharapkan apa-apa dari orang-orang yang terdekat dengan kita itu.

Saat itulah kita akan merasa kesepian dan kesendirian yang sangat mencekam. Segala prasangka

kita tentang keluarga kita, tentang kepemilikan kita terhadap mereka, ternyata hanyalah khayalan

kita saja selama ini. Sebab kalau mereka adalah milik kita, maka kita akan bisa memegang

mereka setiap saat sebagai tempat bergantung kita, sebagai tempat kita mencurahkan keluh-

kesah dan penderitaan kita, sehingga kita bisa terlepas dari semua permasalahan kita itu.
Saat itu barulah kita sadar bahwa ternyata kita butuh tempat bergantung yang tidak akan pernah

jauh dari kita. Kita butuh alamat kita berkeluh kesah yang selalu menemani kita setiap saat.

Sebab apapun tempat kita bergantung dan berkeluh kesah selama ini ternyata adalah alamat yang

palsu.

Disinilah pentingnya kita mengetahui sejak awal-awal alamat tempat kita bergantung yang

sebenar-benarnya tempat bergantung. Karena semakin mendekati waktu uzur kita mengenali

alamat tersebut, akan semakin lama pula kita mengalami penderitaan dan kepedihan di dalam

hidup ini.

Kita akan selalu berada dibatas sepi, kita akan selalu berada dibatas rindu, sehingga kitapun

akan selalu pula mencari dan mencari tempat yang bisa mengatasi rasa sepi kita, alamat yang

bisa mengurai kerinduan kita. Namun sayangnya pencarian kita itu nyaris tak selesai-selesai juga.

Karena kita selalu salah dalam memilih tempat bergantung dan berpegangan. Kita terpilih pada

alamat yang palsu. Kita terpegang pada tempat yang ringkih

Bersambung

DUDUKNYA ORANG BERMAKRIFATULLAH, Bagian-2


Juli 25, 2015 oleh Murid Dalam Sikap Bertuhankan Allah SWT.

Akan tetapi, kalau kita melihat kepada sejarah Nabi-Nabi, Rasul-Rasul, dan orang-orang shaleh

terdahulu, keberadaan di wilayah batas sepi dan rindu ini adalah posisi yang paling dekat bagi

mereka dengan Allah. Mari kita lihat terlebih dahulu beberapa kisah mereka yang sangat terkenal,

diantaranya adalah:
1. Siti Hajar, istri dari Nabi Ibrahim

Di dalam sejarah Nabi-Nabi ceritakan bahwa Nabi Ibrahim AS dengan istri pertama Beliau, yaitu

Siti Sarah, untuk sekian lamanya, masih belum diberikan anak keturunan. Sampai suatu saat,

kemudian Beliau menikah kembali dengan istri kedua Beliau yang bernama Siti Hajar. Dengan Siti

Hajar inilah Beliau punya anak laki-laki yang Beliau beri nama dengan Ismail AS, yang nantinya

juga akan bertugas sebagai seorang Nabiullah pula.

Tentu saja Beliau dan Siti Hajar sangat berbahagia dengan kelahiran Ismail ini. Sudah

sepantasnya kalau kasih sayang mereka tercurah kepada Ismail kecil ini setiap saat. Akan tetapi

karena Kisah Kehidupan Nabi Ibrahim, Siti Hajar, dan Ismail ini akan menjadi sebuah contoh
tauladan dan bahan pelajaran bagi seluruh umat manusia kelak, maka di dalam kisah itu harus

termuat pelajaran tentang lika-liku kehidupan yang berisikan kerinduan, kesabaran, kebahagiaan,

kepatuhan, keridhaan, dan tentu saja jalan keluar yang sangat mencengangkan dari setiap

persoalan yang Beliau hadapi.

Ditengah-tengah kebahagiaan itu, Nabi Ibrahim diperintahkan oleh Allah untuk membawa Siti

Hajar dan Ismail yang masih bayi itu ke sebuah bukit pasir yang sekarang dikenal sebagai bukit

Shafa di Bakkah (Mekkah). Nabi Ibrahim mendapatkan wahyu dari Allah untuk meninggalkan Siti

Hajar dan Ismail di tengah-tengah gurun pasir yang sangat panas dan gersang itu. Tiada sebarang

pepohonan yang tersedia untuk berlindung dari teriknya sinar matahari. Tiada tetes air yang

mengalir untuk mendinginkan tubuh saat kepanasan ataupun untuk diminum saat kehauasan.

Tiada rumah yang bisa dipakai untuk melindungi diri beliau dan anaknya Ismail dari serangan

hewan padang pasir yang berbisa dan untuk berlindung dari dinginnya angin malam yang

menusuk tulang.

Saat itu, Nabi Ibrahim dipisahkan oleh Allah dari anak dan istri Beliau. Padahal anak tersebut telah

Beliau harap-harapkan selama sekian puluh tahun lamanya. Akan tetapi begitu anak yang diharap-

harapkan itu lahir, dalam hitungan bulan kemudian Beliau harus merelakan anak tersebut

dijauhkan dari sisi Beliau. Anak dan istri Beliau itu harus Beliau tinggalkan di sebuah tempat yang

sangat keras dan kejam kalau tidak mau dikatakan mematikan. Di padang pasir yang kering

kerontang, yang di sana juga barangkali belum ada kehidupan.

Akan tetapi karena yang memerintahkan itu adalah Allah, maka Nabi Ibrahim AS sudah menjadi

sangat yakin bahwa semua akan baik-baik saja. Walaupun pada saat itu air mata Beliau boleh saja

jatuh berderai-derai dan perasaan Beliau remuk-redam, akan tetapi keyakinan Beliau atas

penjagaan Allah atas keluarga Beliau itu sangatlah kuat. Sehingga Beliaupun akhirnya

meninggalkan kedua orang yang Beliau cintai itu tanpa menoleh-noleh lagi kebelakang

Begitu juga yang terjadi dengan Siti Hajar. Ketika Siti Hajar menanyakan kepada Nabi Ibrahim AS:

apakah penyebab dari tindakan Nabi Ibrahim itu adalah akibat adanya rasa cemburu dari Istri

pertama Beliau (Siti Sarah) ataukah ini memang murni atas perintah Allah ?; dan kemudian Nabi

Ibrahim menjawabnya bahwa Ini adalah murni atas perintah Allah, maka Siti Hajarpun menjadi

tenang. Sangat tenang sekali. Karena Beliau yakin bahwa kalau Allah yang memerintahkan, maka

Allah pasti akan menjamin segala kebutuhan Beliau. Sebuah keyakinan yang sangat kokoh akan

perlindungan Allah kepada Beliau dan anak Beliau Ismail dalam keadaan yang sesulit apapun juga.

Tidak ada ketakutan dan kekhawatiran sedikitpun yang Beliau rasakan.

Ketika bekal makanan dan minuman yang Beliau bawa sudah habis, dan anak Beliau menangis

karena kelaparan dan kehausan yang mendera, Beliau juga hanya sekedar menjalankan apa yang
harus Beliau jalankan saja. Yaitu Beliau berjalan hilir mudik antara bukit Shafa dan Marwa.

Perjalanan penuh harap. Beliau hanya berjalan saja bolak-balik dengan sebuah harapan yang pasti

bahwa bahwa Allah pasti akan menolong Beliau dan Ismail. Walaupun ketika Beliau berjalan sekali

dua kali balik, ternyata masih belum ada hasil apa-apa, namun Beliau sudah diberikan KEYAKINAN

oleh Allah bahwa hasil yang beliau harapkan itu hanyalah menunggu WAKTU saja untuk

pengkabulannya dari Allah.

Pada saatnya, setelah tujuh kali Beliau bolak balik antara puncak bukit Shafa dan puncak bukit

Marwa dengan keyakin yang sangat kokoh bahwa Allah pasti akan menolongnya, maka Allahpun

menzahirkan apa yang sudah ditakdirkan-Nya. Bahwa air yang merupakan sumber kehidupan

akan memancar dari cerukan pasir yang terkena hentakan kaki kecil Ismail AS. Dan semenjak saat

itu, merekahlah fajar kehidupan yang akan bertahan selama ribuan tahun yang disangga oleh

aliran air yang tidak pernah meluap dan tidak pernah pula berkurang dari sumur yang terkenal

dengan sumur ZAMZAM

Kalau kita yang mengalami hal yang dialami oleh Nabi Ibrahim AS ini, logika berpikir kita akan

sangat sulit untuk bisa menerimanya. Kita akan menganggap bahwa perintah itu adalah sebuah

perintah sangat kejam dan tidak masuk akal. Kita akan bertanya dan bertanya:

Nanti istri dan anak saya bagaimana hidupnya disana?.

Bagaimana makan dan minumnya kalau bekal yang mereka bawa sudah habis?.

Bagaimana kalau disana banyak binatang buas dan binatang berbisa?,

Bagaimana mereka akan berlindung dari panas dan dinginnya cuaca?.

Saat kita meninggalkan anak dan istri kita dirumah saja, yang notabene sudah sangat lengkap

dengan makanan dan minuman, sudah terlindung dari berbagai perubahan cuaca, dan sudah

aman pula dari gangguan binatang dan dari orang-orang yang ingin berbuat tidak baik, kita masih

saja merasa khawatir. Apalagi kalau kita diperintahkan untuk meninggalkan mereka disebuah

tempat yang sangat kejam, sangat keras, dan sangat tidak layak untuk dihuni oleh binatang

sekalipun seperti yang diperintahkan kepada Nabi Ibrahim AS. Pastilah kita akan selalu bertanya:

kenapa, kenapa. Silih berganti, kita akan dilanda oleh rasa khawatir, marah, sedih, kecewa,

tidak percaya, dan rasa-rasa negatif lainnya selama berhari-hari Itu pasti

Bersambung

Ditulis dalam INSPIRASI | 1 Komentar


Tentang Nya atau nya.
Juli 21, 2015 oleh Murid Dalam Sikap Bertuhankan Allah SWT.
Pertanyaan Pak Tomi

Assalamualaikum Pak Yusdeka,

Taqqobalallohu minna wa minkum..mohon maaf lahir dan bathin

Pertanyaan yang masih mengusik saya adalah

Tentang firman Allah yang artinya Allah berfirman kepada Nya Kun Fayakun

Sebagian besar terjemahan bermakna ,nya pada kata tersebut

Menggunakan huruf kecil.

Kenapa hal tersebut bisa berbeda penafsiran..padahal yang

Menerjemahkan sudah tentu pakar dibidang bahasa.

Demikian pak mohon jawabannya.

Jazakamullah

Wassalam

Ulasan.

Ya begitulah Pak Tomi. Ternyata selama ini banyak umat Islam yang tidak tahu tentang hal ini.

Padahal ini adalah hal yang sangat VITAL bagi keimanan kita, karena ia berkenaan dengan

TAUHID kita.

Kalau ADA sesuatu selain Dzat-Nya tempat Allah SWT bersabda KUN, maka saat itu sudah ada

DUA yang ada atau wujud, yaitu Allah sendiri dan sesuatu yang lain tempat Allah bersabda KUN.

Dengan begitu, maka gugurlah TAUHID kita. Itulah gunanya kita memahami ilmu makrifatullah.

sehingga setelah itu insyaalah tidak akan ada lagi kejahilan.

Ada tiga Paham yang akan membawa kita bisa membawa kita untuk memahami hakekat dari

semua ciptaan dan peristiwa. yaitu Paham Dzatiyah, paham Wahdatul Wujud, dan paham Nur

Muhammad.

Jawaban yang sederhana ini akan mengulas apa yang membedakan paham Dzatiyah dengan

paham Wahdatul Wujud dan paham Nur Muhammad.

Pada paham Dzatiyah, Nya itu adalah sedikit saja dari Diri atau Dzat Allah tempat Allah bersabda

Kun itu. sehingga dari SEDIKIT Dzat-Nya itulah kemudian tercipta SEMUA CIPTAAN DAN

PERISTIWA. Paham ini menganggap bahwa disebalik semua ciptaan dan peristiwa adalah Dzat

Allah yang SEDIKIT, yang besarnya tidak lebih dari sebutir pasir di padang pasir, atau setetes air

dilautan. jadi kecil sekali dzat Allah yang menjadi batin bagi semua ciptaan dan peristiwa.

Sehebat, sekuat, sebesar, setinggi, sesedahsyat, seluarbiasa apapun juga yang ada dialam
ciptaan, maka itu hanyalah tak lebih dari sedikit saja dari Dzat Allah yang sedang menjalankan

peranan sesuai dengan Takdir yang telah ditentukan oleh Allah untuk terdzahir pada waktu

tertentu. Paham ini meyakini bahwa semua ciptaan dan peristiwa adalah TIDAK WUJUD, yang

WUJUD Adalah sedikit dari Dzat Allah yang sedang berperan menjalankan takdir yang telah

ditetapkan oleh Allah sejak dari zaman KUN.

Pada Paham Dzatiyah ini, untuk BISA memahami hakekat semua ciptaan dan peristiwa yang

akhirnya akan membawa kita UNTUK mengenal Allah (Makrifatullah), kita cukup hanya berbekal

ILMU saja, yaitu Ilmu pembukaan pintu Makrifatullah. Dan untuk itu kita hanya butuh waktu yang

sangat Sedikit. SEBENTAR SAJA. Setelah kita bermakrifat itu kita tinggal hanya melaksanakan

Syariat yang dicontohkan oleh Rasulullah SAW dengan sikap IHSAN.

Jadi langkahnya hanya: Dari Sifat kepada Hakekat untuk kemudian Bermakrifatullah SIFAT

HAKEKAT MAKRIFAT. . Simple sekali, dan itu bisa kita tamatkan dalam waktu sekejap. Setelah

itu kita tinggal Bersyariat saja dengan sikap Ihsan

Pada paham Wahdatul Wujud, Nya itu adalah SELURUH Diri atau DZat Allah tempat Allah bersabda

KUN itu. sehingga dari SELURUH Diri Allah itulah kemudian tercipta SEMUA CIPTAAN DAN

PERISTIWA. Paham ini menganggap bahwa disebalik semua yang dzahir adalah Allah, disebalik

semua peristiwa adalah Allah, disebalik semua gerak adalah Allah, disebalik semua nafas adalah

Allah, disebalik semua ucapan adalah Allah, disebalik semua alam adalah Allah. Alam adalah Allah,

Allah adalah alam. Makanya ada orang yang seringkali berkata: aku tidak ada yang ada adalah

Allah; Allah tidak ada yang ada adalah aku; aku adalah Aku; tidak ada aku kecuali Aku;

Dia adalah dia; aku adalah Allah, marahku adalah marah Allah, dan berbagai ungkapan

syatahat lainnya.

Pada Paham Nur Muhammad, Nya itu adalah SETENGAH atau 50% DIRI atau DZAT Allah. Artinya

Allah terlebih dahulu membelah Diri atau Dzatnya menjadi dua bagian. Yang setengah bagian

adalah Dzat-Nya yang Asli, sedangkan yang setengah bagian laginya adalah Dirinya yang

kemudian menjelma menjadi Nur Muhammad. Lalu kemudian Allah bersabda KUN kepada Nur

Muhammad itu, sehingga dari Nur Muhammad itu kemudian terciptalah semua ciptaan dan

peristiwa. Jadi pada paham ini, hakekat dari semua ciptaan dan peristiwa adalah Nur Muhammad.

Disebalik semua ciptaan dan peristiwa adalah Nur Muhammad. Batin dari semua makhluk adalah

Nur Muhammad. Tidak akan mengenal seseorang kepada Allah sebelum ia mengenal Nur

Muhammad. Setelah mengenal Nur Muhammad, barulah ia bisa bermakrifat kepada Allah. Dan

setelah itu, ungkapan-ungkapan syatahat seperti dalam paham Wahdatul wujud diataspun sangat

sering pula ia ucapkan.

Pada Paham Wahdatul Wujud dan Paham Nur Muhammad, dua-duanya membutuhkan dzikir-dzikir

khusus dengan jumlah yang sangat-sangat-sangat banyak yang harus dilakukan dalam waktu

tahuna bahkan puluhan tahun untuk mendapatkan peringkat makrifatullah. Untuk dzikir itu, kita
harus pula diajarkan oleh mursyid yang konon kabarnya haruslah sudah berperingkat Kamil dan

Mukamil melalui CARA-CARA atau JALAN-JALAN atau TAREKAT tertentu. Tanpa mengikuti tarekat

tertentu kita dianggap tidak akan pernah bisa bermakrifat. Karena menurut kedua paham ini

langkah yang harus dilakukan seseorang untuk ia bisa bermakrifat adalah dengan urutan:

SYARIAT TAREKAT HAKEKAT MAKRIFAT. Jadi amalan apapun yang kita lakukan tanpa

mengikuti cara-cara dari sebuah tarekat muktabarah tertentu, maka amalan kita itu, menurut

paham ini, akan menjadi sia-sia. Melalui talian atau tautan rohani kita dengan rohani mursyid kita

dan rohani guru-guru dari muryid kita itu, kemudian sampailah ruhani kita kepada ruhani Nabi

Muhammad, kemudian Jibril, dan setelah itu barulah kita akan bisa mengalami ekstase

makrifatullah. Biasanya kita akan bergetar hebat, berteriak -teriak, menangis histeris, guling-

gulingan, dan akhirnya kita akan diam seperti pingsan. Kalau kita sudah bisa melalui fase diam

seperti pingsan itu, maka kita akan dianggap sudah FANA. Dalam Fana itu kita biasanya akan bisa

pula mengalami pengalaman Out of body experience. kita seperti bisa mikraj ke alam-alam gaib.

Bahkan kalau kita fana di dalam shalat yang ditandai dengan kita terjatuh kebelakang seperti

pingsan, maka shalat kita itu dianggap shalat yang sudah mikraj. Dan kita tidak perlu mengulang

shalat itu lagi walau saat kita jatuh itu adalah pada rakaat pertama. Kalau kita sudah bisa seperti

ini, maka kita akan dipanggil sebagai khalifah, yang merupakan jalan awal agar kita bisa pula

menjadi mursyid disuatu saat kelak.

Nah, silahkan pakai yang mana saja yang Pak Tomi anggap mudah untuk pak Toni pahami. Tidak

pakai salah satu dari tiga paham itupun tidak apa-apa. Kalau saya DULU memakai paham Nur

Muhammad, dan sedikit paham Wahdatul Wujud. Sejak saya mendapatkan Ilmu Makrifatullah dari

Arif Billah Ustad Hussien BA. Latiff, saya hanya memakai Paham Dzatiyah saja Paham-paham

lain sudah saya masukkan ke dalam musium ilmu

Demikian Pak Tomi, wassalam

Ditulis dalam INSPIRASI | 2 Komentar


Ada Masalah Denganmu..?
Juli 10, 2015 oleh Murid Dalam Sikap Bertuhankan Allah SWT.
Kalau seperti ini apa ada masalah denganmu?

Ditulis dalam INSPIRASI | 4 Komentar


Komparasi Paradigma 2005 dan 2015
Juni 27, 2015 oleh Murid Dalam Sikap Bertuhankan Allah SWT.

Ini adalah Artikel yang saya tulis di: yahoo.groups/dzikrullah di tahun 2005.

Artikel ini bisa dikomparasikan dengan artikel saya di tahun 2015, PUASA KALI INI, SUNGGUH

BERBEDA

Kita akan bisa melihat bagaimana cara Allah yang selalu memperbaiki pemahaman kita dari waktu

ke waktu. Sungguh Dia akan mengajari kita apa-apa yang tidak kita ketahui dengan cara yang

unik.

Target Apa Yang Kau Cari Teman ?

Bulan puasa seperti tahun-tahun yang lalu datanglah sudah. Bagi teman-teman yang berbahagia

dan berpuasa, kita telah terlalu sering memang mendengarkan kuliah dan ungkapan-ungkapan

bahwa puasa adalah untuk mendapatkan ketaqwaan, bahwa puasa adalah untuk mendapatkan

idul fitri, bahwa puasa adalah untuk membersihkan diri kita dari dosa, bahwa puasa adalah untuk

untuk Tuhan, dan sebagainya.!.

Tapi cobalah perhatikan agak sejenak apa yang kita hasilkan dari puasa ke puasa. Sudah adakah

pada diri kita ciri-ciri apa yang dikuliahkan kepada kita selama ini?. Kalau belum atau paling

tidak belum mantap gitu, maka tidak ada salahnya, bagi yang mau, untuk mulai mematok

sebuah target yang akan kita capai selama bulan puasa yang telah menyapa kita ini.

Target itu jangan hanya sekedar kita tamat baca Al Quran selama Ramadhan. Jangan pula hanya

sekedar kita telah ikut shalat taraweh berbilang kali. Jangan juga hanya sekedar kita telah ikut

itikaf di masjid selama beberapa hari. Dan jangan juga hanya sekedar kita telah menahan lapar

dan haus selama 30 hari. Kalau hanya sekedar seperti ini, maka sejak zaman SD dulupun semua

itu telah kita lakukan.

Tapi puasa itu ternyata mempunyai tujuan yang lebih mulia dari rutinitas di atas yang itu ke itu

saja yang telah kita praktekkan selama ini.

Pada puasa itu ada sebuah proses untuk MERAHMATI NAFS (diri kita). Karena mata yang tidak

dirahmati Allah akan membawa kita kepada pandangan yang kurang ajar. Telinga yang tidak

dirahmati Allah akan membawa kita untuk mendengarkan hal-hal yang tidak baik. Perut yang

tidak dirahmati Allah akan mendorong kita kepada memakan apa saja dengan cara apa saja. Otak
yang tidak dirahmati akan menarik-narik dan mendorong kita ke sana sini tak tentu arah. Sulbi

yang tidak dirahmati Allah akan mendorong kita kearah kemasiatan demi kemaksiatan.

Akan tetapi NAFS yang dirahmati, akan menjadikan :

Mata kita akan mengalirkan rahmat itu kepada mata-mata umat manusia lainnya.
Telinga kita akan mengalirkan rahmat itu kepada telinga-telinga umat manusia lainnya.
Perut kita akan masih menyisakan dan mengalirkan rahmat itu kepada perut-perut umat
manusia lainnya.
Otak kita akan mengalirkan berbagai rahmat itu kepada otak-otak manusia lainnya.
Sulbi yang dirahmati akan menebarkan rahmat itu kepada sulbi suami atau istri kita.

Pada puasa itu juga ada sebuah proses agar kita bisa BERADA DI ATAS NAFS itu. Sehingga kita

bisa membalik keadaan dari keadaan semula dimana Nafs yang mengendalikan kita menjadi

sebaliknya kita yang mengendalikan Nafs itu.

Dan yang mampu mengendalikan NAFS itu hanyalah AR RUH. Maka salah satu buah dari puasa

adalah bagaimana agar kita sadar dan ingat dari waktu kewaktu bahwa kita ini hakikinya adalah

SANG KUSIR terhadap AN NAFS. Jadi, bagaimana caranya agar buah dari puasa ini adalah agar

kita mampu berada dalam kesadaran bahwa kita ini ternyata adalah AR RUH, yang suci, yang fitri,

yang bening, yang tidak bergolak, yang selalu bersandar kepada Allah. Karena tiada lagi tempat

bersandar dan bergantung ar-ruh ini kecuali hanya kepada Allah. Karena Aku adalah milik Allah

dan kepada Allah lah aku mengembalikan kesadaranku.

Lalu target apa yang kau cari teman??.

Wass

Deka, 5 oktober 2005

Ditulis dalam INSPIRASI | 3 Komentar


PUASA KALI INI, SUNGGUH BERBEDA, bagian 3/3 (selesai)
Juni 26, 2015 oleh Murid Dalam Sikap Bertuhankan Allah SWT.

BERKAH RAMADHAN YANG TERLUPAKAN.

Sekarang kita sudah hampir selesai melakukan puasa pada 10 hari pertama. Kita akan memasuki

10 hari yang kedua dan 10 hari yang ketiga puasa. Walaupun agak terlambat, namun untuk Pak

Noor dan juga siap-siapa yang ditakdirkan untuk bisa mengikutinya, marilah kita lakukan mulai

hari ini untuk kita puasa dari keterpesonaan terhadap sifat-sifat. Kita puasa dari membicarakan

sifat-sifat. Kita puasa dari berbicara tentang benda-benda, tentang makanan dan minuman,

tentang kegiatan orang lain, dan tentang fenomena-fenomena yang ada disekitar kita.
Kita pejamkan MATA kita buat sejenak. Kita naikkan hitam bola mata kita sedikit kearah atas.

Tindakan kita ini akan mengaktifkan MATA HATI kita. Lalu kita fokuskan pandangan MATA HATI

kita itu memandang ke alam HAKEKAT. Kita pandang Dzat-Nya yang ada disebalik semua sifat-

sifat dengan MATA HATI kita. Mata hati kita tidak akan melihat apa-apa. Harus tidak melihat apa-

apa.

Sedangkan HATI kita selalu kita pakai untuk MENGINGATI ALLAH. Ya, kita hanya perlu INGAT

saja kepada ALLAH di dalam hati kita yang halus yang berhubungan dengan OTAK kita. Saat

Hati kita mengingat Allah, kita hunjamkan pandang MATA HATI kita itu kepada HATI kita yang

sedang MENGINGAT ALLAH itu. Mata hati kita itu tidak akan melihat apa-apa. Sebab Allah

memang tidak ada rupa, tidak ada warna, tidak ada huruf, tidak ada suara. Tidak kelihatan apa-

apa. Kalau kita melihat bayangan macam-macam, katakan saja pergi kau, kau bukanlah Tuhan

saya. Dan dengan seketika itu juga bayangan itu akan hilang dari pandangan mata hati kita.

Dengan kita tetap menaikkan hitam bola mata kita kieatas dalam keadaan mata tertutup, artinya

MATAH HATI kita bisa kita tumpukan terus kepada HATI kita yang sedang mengingati ALLAH,

maka INGATAN kita kepada ALLAH itu akan TERKUNCI. Ingatan kita akan terhalang untuk

dimasuki oleh ingatan kepada apa saja yang lain selain dari ingatan kepada Allah.

Kalau hati kita sudah kita kunci untuk selalu mengingati Allah, maka secara otomatis Hati kita itu

akan tidak bisa lagi dimasuki oleh iblis. Sebab iblis itu hanya akan bisa masuk kedalam hati kita

ketika hati kita itu sedang tidak mengingat Allah.

Ketika hati kita INGAT HANYA kepada semua sifat-sifat seperti yang telah kita sebutkan diatas,

maka lewat pintu ingatan itu pulalah iblis akan bisa mendompleng untuk masuk pula kedalam hati

kita. Misalnya, kalau ingatan kita kepada makanan dan minuman secara terus menerus, maka iblis

akan masuk kedalam hati kita melalui ingatan kita terhadap makanan itu. Sehingga kerjaan kita

setelah itu adalah kita akan memburu makanan dan minuman keberbagai tempat. Kalau kita

selalu ingat kepada pornografi, maka iblis akan segera masuk kedalam hati kita melalui pintu

ingatan kita kepada pornografi itu, sehingga apapun yang berbau pornografi akan menjadi ajang

perburuan kita.
Jadi, ciri-ciri hati kita yang sudah dimasuki iblis itu adalah, kita akan seringkali mengkhayal, kita

akan dibawa masuk oleh iblis ke alam lamunan. Makanya ketika itu yang akan kita ingat-ingat

adalah berbagai keanehan, berbagai kejahatan, berbagai keburukan, berbagai hal yang negatif.

Atau bisa pula kita dibawa memasuki berbagai alam yang keadaannya saja yang kelihatan positif,

baik, benar, tenang, dan bahagia, akan tetapi pada saat itu kita sebenarnya sedang LUPA BERAT

kepada Allah.

Nah ternyata di bulan ramadhan ini Allah telah memudahkan kita untuk membersihkan hati kita

dari susupan iblis. Karena setiap kali kita ingat kepada hal-hal yang selama ini halal untuk kita

lakukan disiang hari, kita ingat bahwa kita sedang puasa, maka saat itu juga iblis akan TERIKAT

dan tidak bisa masuk lagi kedalam hati kita, paling tidak selama kita puasa disiang hari. Itulah

makna dari hadist yang mengtakan bahwa selama bulan ramadhan ini iblis dibelenggu. Itu terjadi

karena kita tidak terlalu mengingat-ingat kesenangan dunia selama kita berpuasa disiang hari.

Makanya iblis seperti terikat dan tidak berdaya untuk masuk kedalam hati kita.

Akan tetapi kalau hanya seperti ini yang kita lakukan, maka di malam hari, saat semua yang

dihalalkan bagi kita sudah bisa kita lakukan kembali, maka ingatan kita kembali akan mengingati

sifat-sifat seperti sediakala. Kembali mengingati sifat-sifat, artinya adalah kita membuka kembali

pintu selebar-lebarnya bagi iblis untuk masuk kedalam hati kita.

Oleh sebab itu, selama bulan ramadhan ini, sungguh merupakan sebuah kesempatan yang sangat

besar bagi kita untuk selalu ISTIQAMAH dalam mengingati Allah. Dengan mengingati Allah, maka

HATI kita akan menjadi TENANG, BERSIH, dan BERCAHAYA. Hanya dan hanya dengan mengingati

Allahlah Hati kita ini akan bersih, tenang, dan bercahaya. Dan hanya Hati yang sudah seperti inilah

yang akan dapat menangkap turunnya Rahmat dan Ampunan Allah, serta menangkap turunnya

malam kemulyaan, Lailatul Qadar. Malam yang bagi generasi Nabi-nabi dan Rasul-rasul sebelum

Nabi Muhammad hanya turun sekali dalam seribu bulan. Sedangkan bagi umat Nabi Muhammad,

Allah telah berkenan menurunkan bulan kemulyaan itu disetiap bulan Ramadhan.

Oleh sebab itu, mumpung ramadhan masih tersisa sekitar dua puluh hari lagi, tidak ada kata

terlambat bagi kita untuk mulai saat ini juga, untuk kita puasa yang sebenar-benarnya puasa.
Yaitu kita puasa dari memandang segala SIFAT-SIFAT. Kita puasa dari memandang,

mendengarkan, membaui, merasakan, menyicipi berbagai SIFAT-SIFAT yang selama ini

membelenggu kita. MATA HATI kita, kita jadi pertajam untuk bisa memandang Dzat-Nya (yang

sedikit) yang ada disebalik semua sifat-sifat itu. Karena Dzat-Nya (yang sedikit) itulah sebenarnya

yang Wujud, yang menjadi HAKEKAT dari semua sifat-sifat itu. Dan HATI kita, kita kunci agar bisa

ISTIQAMAH untuk hanya mengingati Allah sahaja di setiap waktu. Dzikrullah.

Lalu di dalam shalat, kita berbicara, kita rukuk dan sujud menghormat kepada Allah yang sedang

kita INGAT. Di luar shalat, kita berdiri, kita duduk, kita tiduran, kita berjalan, kita bekerja, kita

meneliti, kita memimpin, dan sebagainya, semuanya itu kita lakukan dalam keadaan HATI yang

selalu mengingati Allah.

Catatan kecil: Hati yang dimaksud disini bukanlah hati yang berada di dalam DADA, bukan

jantung, bukan lever. Bukan. Tapi hati yang dimaksudkan itu adalah Hati yang halus atau Akal

yang berkedudukan atau berkaitan erat dengan OTAK.

Dengan begitu, insyaallah, ramadhan kita kali ini akan jadi sangat berbeda dengan ramadhan-

ramadhan kita yang sebelumnya.

Insyaallah

Demikian ilham yang turun kali ini, semoga bermanfaat bagi Mas Noor Radman khususnya dan

kepada siapa saja yang sempat membaca artikel ini umumnya.

Wassalamualaikum

Ditulis dalam INSPIRASI | 17 Komentar


PUASA KALI INI, SUNGGUH BERBEDA, bagian 2/3
Juni 26, 2015 oleh Murid Dalam Sikap Bertuhankan Allah SWT.

Setelah kita selesai mengenal diri kita yang ternyata adalah tidak wujud, maka kemudian kita bisa

memalingkan mata kita untuk melihat kepada benda-benda yang ada disekitar kita. Kita bisa
mulai dari melihat benda-benda yang kecil sampai dengan benda-benda yang sangat besar yang

bertebaran di alam semesta raya.

Bahwa Hakekatnya Yang Wujud:

Disebalik butiran tanah adalah Dzat-Nya.

Disebalik bebatuan adalah Dzat-Nya.

Disebalik rerumputan adalah Dzat-Nya.

Disebalik pepohonam adalah Dzat-Nya.

Disebalik udara yang kita hirup adalah Dzat-Nya.

Disebalik hewan-hewan yang berkeliaran adalah Dzat-Nya.

Disebalik dinding rumah kita adalah Dzat-Nya.

Disebalik lantai yang kita injak adalah Dzat-Nya.

Disebalik kursi yang kita duduki adalah Dzat-Nya.

Disebalik makanan dan sayuran yang kita makan adalah Dzat-Nya.

Disebalik air yang kita minum adalah Dzat-Nya.

Disebalik piring, sendok, dan gelas yang kita pakai adalah Dzat-Nya.

Disebalik kendaraan yang kita kendarai adalah Dzat-Nya.

Disebalik semua suara dan bunyi adalah Dzat-Nya.

Disebalik bebauan adalah Dzat-Nya.

Disebalik planet-palnat adalah Dzat-Nya.

Disebalik bulan dan matahari adalah Dzat-Nya.

Disebalik bintang-bintang adalah Dzat-Nya.

Disebalik galaksi adalah Dzat-Nya.

Disebalik Dark Matter adalah Dzat-Nya.


Disebalik Dark Energy adalah Dzat-Nya.

Disebalik the observable Universe.. adalah Dzat-Nya.

Bahkan bagi siapapun yang sudah terlanjur kesengsem dengan alam-alam getaran dan alam

gelombang yang bisa mengayun dan meliuk-liukkan tubuh kita dengan gemulai kesana kemari.

Sekarang cobalah sadari pula, walau hanya sebentar saja, bahwa Hakekatnya Yang Wujud:

Disebalik semua getaran adalah Dzat-Nya.

Disebalik semua gelombang adalah Dzat-Nya.

Disebalik cahaya adalah Dzat-Nya.

Disebalik kekuatan dan daya adalah Dzat-Nya.

Jadi, di dalam Lauhul Mahfuz, pada Hakekatnya (sebenar-benarnya) tidak ada satupun yang

Wujud kecuali hanyalah Dzat-Nya semata-mata. Yang terzhahir menjadi Sifat-Sifat adalah Dzat-

Nya yang disebut sebagai Dzat-Nya Yang Zhahir, dan disebalik Sifat-Sifat yang tetap TESEMBUNYI

sebagai HAKEKAT adalah Dzat-Nya juga yang disebut sebagai Dzat-Nya Yang Bathin.

Tidak terpisah antara Yang Dzahir dengan Yang Bathin. Tidak terpisah antara Sifat dengan

Hakekat. Sifat dan Hakekat itu tetap hanyalah satu. Karena Sifat dan Hakekat itu hanyalah

gambaran dari Aktifitas dan Perlakukan Allah terhadap sedikit dari Dzat-Nya yang besarnya

hanyalah seperti sebutir pasir di padang pasir, atau setetes air di dalam lautan, terhadap Dzat-Nya

keseluruhan yang Maha Indah dan Maha Agung.

Setelah kita mengenali Sifat-sifat, kita akan segera pula menyadari akan HAKEKAT. Bahwa

sebenarnya disebaik Sifat-sifat itu ada Dzat-Nya yang sedikit yang menjadi HAKEKAT dari semua

sifat-sifat itu. TIDAK ada apa-apa lagi lagi setelah HAKEKAT kecuali hanya kita BERMAKRIFAT

kepada Allah. Makrifatullah.


Artinya, setelah kita mengenal Allah, makrifatullah, kita sudah tidak perlu lagi membahas-bahas

apa-apa tentang Allah, tidak perlu berandai-andai lagi tentang Allah, tidak perlu membayang-

bayangkan apa-apa lagi tentang Allah, tidak perlu melakukan perjalanan-perjalan apa-apa lagi

untuk bertemu dengan Allah. Tidak perlu.

Kalau sudah Bermakrifat kepada Allah, Makrifatullah:

Kita mau membahas apa tentang Allah?, bukankah Dia Laisa kamistlihi syaiun?.

Kita mau membayangkan apa tentang Allah?, bukankah Dia Laisa kamistlihi syaiun?.

Kita mau mengandaikan apa tentang Allah?, bukankah Dia Laisa kamistlihi syaiun?.

Kita mau berjalan kemana lagi untuk menemui Allah?. Apa kita mau berjalan ke langit?. Atau Apa

kita mau berjalan ke dalam diri kita sendiri?.

Kita mau menjalankan apa lagi untuk bertemu dengan Allah?. Apakah kita mau menjalankan

RUH,atau mau menjalankan SOUL, kata orang bule, untuk bisa bertemu dengan Allah?.

Bukankah kita sebenarnya tidak pernah terpisah dengan Allah?. Bukankah semua kita ini, semua

ciptaan, dan seluruh peristiwa-peristiwa, sebenarnya adalah gambaran atau sifat-sifat yang

melekat pada SEDIKIT dari DZAT Allah sendiri?. Masak Dzat atau Diri Allah terpisah dengan Allah?.

Disinilah kita banyak yang keliru selama ini. Dari sifat-sifat, dari benda-benda, dari peristiwa-

peristiwa, dari gejala-gejala getaran dan gelombang, kita terburu buru untuk berkata bahwa

disebalik semua itu adalah Allah yang mengatur dan menggerakkannya.

Kita terlalu terburu-buru mengatakan bahwa yang menggerakkan nafas kita adalah Allah. Yang

menggerakkan Alam adalah Allah. Yang menggetarkan gelombang adalah Allah. Yang memberi

cahaya kepada alam adalah Allah. Sehingga tidak ada kegentaran dan keterkejutan kita sedikitpun

saat kita menyebut nama Allah


Karena kalau kita mengatakan bahwa yang menggerakkan nafas kita adalah Allah, maka rasanya

Allah adalah sangat kecil sekali. Kalau kita mengatakan bawa yang menggerakkan kita dan

bintang-bintang adalah Allah, maka Allah yang seperti itu masih bisa kita bayangkan dan pikirkan.

Masih terlalu kecil rasanya. Padahal yang kita temukan dan hadapi saat itu barulah Dzat-Nya yang

Sedikit.

Walaupun kita sudah mencoba untuk melihat ke langit yang tinggi, dan kita sudah menengadah

pula keatas sebagai isyarat bahwa kita sedang menghadap kepada Allah, namun semua usaha

yang kita lakukan itu tetap saja tidak menimbulkan kegentaran dan keterkejutan kita kepada

Allah. Sebab kesan kita terhadap Allah tetaplah masih terlalu kecil sekali.

Paling-paling yang akan kita rasakan adalah getaran-getaran dan gejolak dari RUH kita yang mulai

menggoncangkan tubuh kita. Kita jadi bisa bergerak-gerak sendiri dengan gerakan-gerakan yang

tidak kita atur-atur sedikitpun. Kita seperti bisa bergerak mengikuti sebuah aliran daya yang

menyelimuti kita. Kita bisa pula berbicara sendiri seperti ngoceh begitu dengan kata-kata yang

tidak kita atur-atur. Dalam istilah sekarang keadaa seperti itu disebut sebagai kondisi TRANCE.

Karena Ruh kita sudah mulai merasakan keadaan di luar dari tubuh kita, maka biasanya kita akan

bisa pula menangis tersedu-sedu, bahkan sampai berteriak-teriak. Setelah tangisan dan teriakan

itu, kemudian kita akan menjadi tenang. Kita kemudian akan berbinar-binar untuk mengatakan

bahwa dengan melakukan sebuah ritual atau latihan tertentu kita bisa merasa TENANG dan

BAHAGIA. Dengan begitu maka kita segera saja akan DIJERAT untuk tetap melakukan RITUAL

atau LATIHAN-LATIHAN itu dengan semangat 45. Kita tidak akan bisa lagi keluar dari keadaan

yang telah kita anggap bisa membuat kita tenang dan bahagia.

Hanya saja jarang ada yang BISA mengkalibrasi TENANG dan BAHAGIA sebagai hasil dari latihan-

latihan atau ritual-ritual tertentu itu dengan TENANG dan BAHAGIA yang berasal dari buahnya

SHALAT. Sebab ternyata banyak yang berkata bahwa tenang dan bahagia yang ia dapatkan dari

hasil latihan-latihan itu sama saja dengan tenang dan bahagia yang ia dapatkan ketika ia shalat.

Bahkan ada yang sambil terkekeh-kekeh berkata bahwa tanpa shalatpun ia ternyata bisa tenang

dan bahagia. Bisa Happiness katanya.


Kenapa hasilnya bisa sama?. Jawabannya hanya SATU, yaitu SHALAT kita ketika itu bukanlah

SHALAT orang YANG INGAT KEPADA ALLAH. Kita shalat dalam keadaan LALAI. Kita sedikit sekali

mengingat Allah, atau bahkan tidak ingat sama sekali kepada Allah, di dalam shalat itu. Ingatan

kita malah terpaku kuat kepada sifat-sifat yang ada didepan kita. Banyak kita yang di dalam

shalat itu kita malah sedang bermain getaran, kita malah mengingati getaran, kita malah

mengingati tenang dan bahagia. Atau kalau kita tidak mengetahui itu semua, kita malah tidak

sedang mengingati apa-apa.

Kalau kita juga seperti itu, maka kemudian secara perlahan-lahan, shalat kita akan mulai

bermasalah. Kita mulai malas untuk shalat shalat sunat, kita mulai longgar dalam menjaga waktu-

waktu shalat. Kita mulai malas untuk membaca Al Quran, kita mulai malas untuk puasa-puasa

sunat. Hanya karena takut akan dosa sajalah yang membuat kita masih memaksa-maksakan diri

untuk shalat, dan juga puasa. Kalaulah tidak ada kata-kata DOSA itu, kita sudah akan

meninggalkan shalat dan puasa itu. Karena kenyataannya orang yang tidak shalat dan tidak

puasa, artinya orang yang non-muslim, yang melakukan latihan-latihan itupun tenang dan

bahagianya sama dengan tenang dan bahagia yang kita rasakan. Inilah yang sebenarnya yang

merusak dan menggerogoti akidah kita sebagai seorang muslim tanpa kita sadari.

Bersambung

Ditulis dalam INSPIRASI | Meninggalkan komentar


PUASA KALI INI, SUNGGUH BERBEDA, bagian 1/3
Juni 26, 2015 oleh Murid Dalam Sikap Bertuhankan Allah SWT.

Noor Radman 2015/06/25 at 8:42 am

@gmail.com

Assalamualaikum wr.wb.

Yth. Bapak Yusdeka.

Sudah beberapa tahun saya mengikuti tulisan2 bpk. dan Abu Sangkan, telah membuat perubahan

yg sangat berarti bagi saya. Pa Deka telah menjadi seakan menjadi guru bagi saya meski tak

kenal raut muka. dan terakhir saya mengenal Arif Billah Ustadz Hussien BA Latiff di Youtube

setelah membaca tulisan pa Deka. Terkadang saya dalam doa saya berkirim alfatihah semoga bisa

tersambung dengan bp.


Membaca kiriman Pa Abu melalui Facebook tentang Puasa, bahwa ibadah yang diwajibkan dibulan

ramadhan adalah puasa. Bagi saya puasa khawas apalagi khawasul khawas merupakan sesuatu

yang tak mungkin kami capai.

Saya bermohon kepada Allah agar melalui pa Deka kiranya dapat memberikan step by step cara

berpuasa dalam bahasa yang sederhana dan dapat dipraktekkan bagi kami yang berpuasa sambil

bekerja di kantor dan lain-lain. Berharap ramadhan yang tersisa ini dapat menjadi Ramadhan yang

terindah. Semoga Allah mengabulkan. (sudah dulu pa Deka, air mata saya keluar). terima kasih.

Dari saya Noor Radman

Wassalam Wr.Wb.

Jawaban Deka

Alaikum salam Mas Noor Radman

Mengenai Puasa, saya hanya ingin menyampaikan beberapa pengalaman sendiri yang saya alami

dalam berpuasa kali ini.

Terus terang, pada awalnya puasa adalah sebuah ibadah yang sangat berat untuk saya lakukan.

Sebab tujuannya adalah untuk mencapai sesuatu yang sepertinya hanya mudah untuk diucapkan

tetapi sangat sumir untuk bisa dipahami apalagi untuk dialami, yaitu TAQWA. Akan tetapi selama

puluhan tahun berpuasa, rasanya puasa yang saya lakukan itu ya begitu-begitu saja.

Walau pada saat yang sama saya juga sudah tahu bahwa puasa itu adalah untuk menghidupkan

Ruh dengan cara meleremkan atau melemahkan jasad kita yang terbentuk dari unsur tanah,

sehingga pada akhir ramadhan kita bisa kembali menjadi makhluk yang sudah kembali menjadi

fitrah. Makhluk Ruhani. Saya sudah tahu itu. Namun pada kenyataannya semua itu tetap hanya

seperti sebuah mimpi atau ilusi yang rasanya saya tak akan pernah sampai kesana.

Al-Ghazali (semoga Allah merahmatinya) pernah berkata: Tidak sah ibadah (seorang hamba)

kecuali setelah mengenal (Allah) yang wajib disembah. Dari situlah kemudian populer kalimat

Awaluddin Makrifatullah, awal dari agama adalah mengenal Allah.

Berbekal dengan ungkapan tersebut, apakah itu hadist atau tidak saya tidak tahu, dengan sebuah

sebab yang unik, saya kemudian dibawa untuk benar-benar mengenal Allah oleh Ustad Hussien BA

Latiff. Dari syarahan Beliau yang sangat gamblang, saya akhirnya meyakini betul bahwa :
Pada awalnya hanya Allah saja Yang Ada. Pada awalnya tidak ada siapa-siapa dan apa-apa kecuali

hanya Allah sahaja. Tidak ada yang Mengenali-Nya, tidak ada yang mengetahui-Nya, tidak ada

yang tahu Namanya, tidak ada yang tahu kebesaran-Nya. Hanya Dia sahaja yang Ada. Hanya

Dzat-Nya sahaja yang ada. Hanya Diri-Nya sahaja yang Ada.

Kemudian Allah berfirman KUN kepada setitik atau sedikit dari Dzat-Nya atau DIRI-NYA. Kemudian

dari sedikit Dzat-Nya itu Dia Ciptakan semua Makhluk yang akan menjalankan peran-peran

tertentu pada waktu-waktu yang tertentu pula.

Oleh sebab itu, semua ciptaan ini tak lain dan tak bukan adalah semata-mata (atau HAKEKATNYA)

adalah penzhahiran dari setitik Dzat Allah yang telah Dia Sabda dengan Firman KUN itu. Dengan

Sabda KUN itu, Dzat-Nya yang setitik itulah kemudian yang akan menzhahirkan Lauhul Mahfuz

dengan segala tingkah polah (SIFAT) dari makhluk yang ada didalamnya.

Oleh sebab itu, sifat apapun yang dapat kita rasakan dan pikirkan, semua itu pastilah sempurna.

Karena memang semua sifat itu pada hakekatnya berasal dari SATU SUMBER saja yaitu Dzat-Nya

yang setitik. Dzat yang dimiliki oleh Allah Yang Maha Sempurna.

Konsekuensinya, apapun yang dapat kita pikirkan, kita lihat, kita dengarkan, kita rasakan, kita

baui, dan kita raba, maka itu PASTI bukanlah Allah. Kemanapun kita menghadap, kemanapun kita

berjalan, kemanapun kita mengarah, kemanapun kita pergi, baik secara jasmani maupun secara

ruhani, maka yang kita TUJU itu tetap bukanlah Allah. Sebab semua itu hanyalah berasal dari

setitik dari Dzat-Nya saja.

Oleh sebab itu apa yang paling tinggi yang bisa kita TEMUKAN disebalik semua yang BISA kita

pikirkan, kita lihat, kita dengarkan, kita rasakan, kita baui, kita rabai, kita tujui, kita jalani, kita

arahi, atau kita apakan saja, maka itu hanyalah Dzat-Nya yang setitik atau sedikit saja. Kita tidak

boleh mengatakan bahwa itu adalah Allah. Terlalu kecil Allah kalau itu yang kita katakan Allah.

Jadi sebenarnya, pada hakekatnya, yang wujud:


Disebalik Jasad kita adalah Dzat-Nya.

Disebalik Nyawa kita adalah Dzat-Nya.

Disebalik Ruh kita adalah Dzat-Nya.

Disebalik Hati atau Akal kita adalah Dzat-Nya.

Disebalik Nafas kita adalah Dzat-Nya.

Disebalik Darah kita adalah Dzat-Nya.

Disebalik sel-sel tubuh kita adalah Dzat-Nya.

Sampai disini saja sebenarnya kita sudah SELESAI dalam mengenal diri kita sendiri. Bahwa

sebenarnya kita ternyata adalah TIDAK WUJUD. Yang Wujud bagi diri kita sebenarnya adalah

Dzat-nya yang sangat sedikit saja dari Dzat-Nya yang sedikit.

Al Ghazali mengkonfirmnya dengan mengatakan bahwa: orang yang mengenal dirinya dan

mengenal Tuhannya niscaya sudah pasti ia mengenal bahwa ia TIADA mempunyai wujud bagi

dirinya, (Ihya Ulumudin Bk. 7, 427, (1981))

Bersambung

Ditulis dalam INSPIRASI | 1 Komentar


DUDUKNYA ORANG BERMAKRIFATULLAH, Bagian-3
Agustus 24, 2015 oleh Murid Dalam Sikap Bertuhankan Allah SWT.

2. Nabi Yunus AS, Nabi Musa AS, Ibrahim AS, Masyitah, sampai dengan Nabi Muhammad SAW

Nabi Yunus As juga mengalami proses yang membawa Beliau masuk ke wilayah batas sepi dan

rindu yang sangat ekstrim. Mulai dari penyeruan Beliau terhadap kaum Niwana agar mereka mau

menyembah Allah sebagai Tuhan mereka, dan agar mereka mau meninggalkan perbuatan maksiat

yang saat itu sangat merajalela ditengah-tengah umat tersebut. Akan tetapi kaum tersebut

menolaknya sehingga Allahpun menakdirkan umat tersebut untuk mengalami azab berupa badai

yang sangat menghancurkan.

Nabi Yunus As, dengan izin dan takdir Allah, melarikan diri dari umat Beliau tersebut sampai ke

sebuah pantai. Kemudian Beliau naik ke dalam sebuah kapal yang akan berlayar meninggalkan
pantai tersebut. Ditengah perjalanan, terjadilah badai yang sangat hebat sehingga sebagian

muatan kapal tersebut harus dibuang kelaut, termasuk beberapa penumpangnya. Dengan proses

pengundian berkali, kali, selalu saja Nabi Yunus As yang terpilih untuk dibuang kelaut. Walhasil,

akhirnya Nabi Yunus pun dilemparkan ke dalam laut yang sedang bergelora tersebut. Dan saat

itulah Beliau ditelan oleh ikan NUN atau Paus.

Kita tidak akan berbicara tentang keajaiban atas bagaimana Nabi Yunus bisa tetap hidup selama

beberapa waktu di dalam perut ikan NUN itu dan bagaimana proses keluar Beliau dari dalam perut

ikan itu. Kita tidak akan berbicara tentang Mukjizat-Mukjizat. Kita hanya akan melihat bagaimana

KEADAAN beliau saat itu yang berada di di wilayah batas sepi dan rindu, dan apa HAKEKAT dari

semua kejadian yang dialami oleh Nabi Yunus.

Sebab KEADAAN dan HAKEKAT dari apa-apa yang dialami oleh Nabi Yunus AS itu, sama persis

dengan: Keadaan dan Hakekat yang di alami oleh Nabi Musa AS ketika Beliau dan kaumnya

terkepung antara Lautan didepan Beliau dan Pasukan Firuan di belakang Beliau yang sedang

mengejar-ngejar Beliau untuk dibunuh oleh Firaun dan pasukannya; Keadaan dan hakekat yang

dialami oleh Nabi Ibrahim ketika Beliau dilemparkan kedalam kobaran api yang menyala-nyala

oleh Raja Namrut; Keadaan dan hakekat yang dialami oleh Masyitah (tukang sisir rambut Ratu

Firaun) dan anak-anaknya ketika Beliau dimasukkan kedalam kuali besar yang berisikan minyak

yang sedang bergejolak dan mendidih saking panasnya; Keadaan dan hakekat yang dialami oleh

Nabi Yusuf tatkala Beliau dibuang oleh saudara-saudara Beliau ke dalam sumur ditengah-tengah

padang pasir; Keadaan dan hakekat yang dialami oleh Nabi Yakub ketika Beliau menghadapi

perilaku anak-anak Beliau terhadap Nabi Yusuf.

Bahkan Keadaan dan Hakekat yang dialami oleh semua Beliau itu, tidak jauh berbeda dengan apa-

apa yang dialami oleh Nabi Muhammad SAW: Ketika Ibu dan Bapak Beliau diwafatkan oleh Allah;

Ketika Istri Beliau, Khadijah Ra, dan paman Beliau (Abdul Muthalib) di wafatkan oleh Allah; Ketika

Beliau bersama Ali bin Abi Thalib Ra dikepung oleh kaum musyrikin Mekkah untuk dibunuh; Ketika

Beliau dan Abu Bakar Siddiq Ra terkepung oleh kaum kafir Mekkah di Gua Tsur saat Beliau mau

Hijrah ke Medinah; Ketika Beliau beliau terluka dalam perang Uhud sehingga Beliau hanya bisa

duduk bersandar pada sebuah batu di dalam perut gua di gunung Uhud itu; dan ketika Beliau

berada di dalam Gua Hira sebelum Beliau menerima Wahyu.

Untuk kali ini kita hanya akan membahas tentang apa dan bagaimana KEADAAN dan HAKEKAT

yang dialami oleh para orang-orang terpilih tersebut diatas sebagai bahan Pelajaran bagi orang-

orang yang BERAKAL.

Bersambung
Ditulis dalam INSPIRASI | 1 Komentar
Mengkonfirmasi Takdir ?
Agustus 9, 2015 oleh Murid Dalam Sikap Bertuhankan Allah SWT.
Dari Bang Steria Anam:
Maaf sebelumnya pak deka, dalam sarahan utz hussein yang menurut
saya cukup ekstrem.

Beliau mengatakan bahwa ketika Rasulullah miraj dan berdialog


dengan dengan Allah sebenarnya juga sudah ditentukan dari awal
penciptaan termasuk isi dialognya, maksudnya seperti rekaman film.
Bukan sekedar ditakdirkan bertemu saja sedangkan dialognya
spontaneously

Bagaimana mengkonfirmasi hal seperti ini?

Klopun utz hussein bertemu Rasulullah dan melihat Lauh Mahfuz


seperti yang beliau jelaskan secara implisit apakah bisa menjelaskan hal
itu?

Sementara Rasulullah sendiri tidak menjelaskannya atau hal itu hanya


persepsi utz hussein saja?

-$$-
Dari Bang Bunisora Deva Nagari:
Maaf pak Deka, saya salahsatu yang meyakini adanya Nur
Muhamad(bkn brarti sy brfaham sprti itu) tapi fahaman yang saya
dapatkan tidak seperti yang pak Deka uraikan. Untu k yang lain nya saya
sangat setuju dengan pandangan pak Deka tentang penzahiran Dzat
yang sedikit. __/\__ Salam

-&&&-

Bang Sterie dan Bang Bunisora, saya akan bahas pernyataan maaf abang
diatas dalam sebuah artikel berikut ini.

Bang Sterie dan Bang Bunisora yang baik, bagi saya selama dalilnya
ada, ya nggak masalah pak. Keterangan Ustad Hussien yang lebih dalam
tentang semua itu adalah sebuah Ijtihad Beliau dari ILHAM yang Beliau
dapatkan dari Allah setiap Beliau mau memberikan Syarahan.

Bagi Rasulullah Muhammad SAW, bukti kerasulan Beliau adalah Al


Quran dan ajaran Beliau yang akan membuat hidup kita: so lite, so
easy, and so fun, yang dalam bahasa arabnya diistilahkan: la khaufun la
tahzan.

Bagi ustad Hussien, bukti kearifbillahan Beliau adalah ajar an atau


syarahan Beliau yang ternyata bagi saya dan murid -murid Beliau yang
lain kembali membawa kami seperti kembali keajaran Rasulullah SAW
seperti diatas. Hidup ini menjadi begitu indah, fun, lite, dan easy.

Betapa tidak, setiap melihat sesuatu, mata ha ti saya melihat Lauhul


Mahfuz yang sedang berjalan. Betapa sempurnanya rencana Allah.
Betapa harmoninya ketentuan Allah. Betapa teguhnya rencana Allah.
Betapa mengagumkan hikmah yang terkandung di dalam setiap
peristiwa. Betapa pastinya setiap kejadian unt uk terzhahir pada
waktunya. Betapa kokohnya Allah menjaga agar tidak ada seorangpun
yang bisa MENGAKU bahwa seseorang itu bisa mengubah rencana yang
telah Dia TETAPKAN.

Setiap tanya kenapa yang mau terlontar dari mulut ini untuk
mempertanyakan takdir, langsung saja ayat Al Quran yang berbunyi:
Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui,
menggelegar membungkam hati yang sedang mulai berani angkuh untuk
mempertanyakan kemahasempurnaan rencana Allah.

Padahal pertanyaan itu muncul karena kita sudah terbiasa memakai


satu ayat untuk membunuh ayat yang lainnya. Atau kita terbiasa
memenggal satu ayat dan meninggalkan penggalan ayat yang lainnya.

Misalnya Ar Rad ayat 11 yang berkenaan dengan takdir dan usaha


kita, yang sangat populer kita pakai adalah Sesungguhnya Allah tidak
akan mengubah keadaan suatu kaum sebelum mereka mengubah
keadaan diri mereka sendiri. bahasannya selalu berhenti disini,
sehingga tanpa kita sadari kita jadi merasa bisa untuk mengubah
keadaan kita sendiri dengan usaha ya ng kita lakukan. Kita merasa bisa
berusaha.

Padahal, sambungan dari penggalan ayat itu berbunyi: Dan apabila


Allah menghendaki keburukan terhadap suatu kaum, maka tidak ada
yang dapat untuk menolaknya, dan tidak ada pelindung bagi mereka
selain Dia. Ayat ini sungguh mengacu kepada suatu KEPASTIAN
tentang takdir Allah.

Artinya, perubahan keadaan yang akan terjadi pada diri kita, itu akan
terjadi setelah tangan kita bergerak, kaki kita melangkah, dan lidah kita
berucap, untuk merealisasikan perubahan takdir yang telah ditetapkan
oleh Allah untuk terjadi pada kita. Setiap perubahan yang terealisasi
oleh pergerakan tangan, kaki, dan lidah kita, maka itulah realisasi dari
perubahan takdir yang telah ditetapkan dan dituliskan Allah untuk kita.
Prosesnya pun dimulai dari Ilham yang diturunkan oleh Allah kedalam
AQAL atau HATI kita yang wujudnya biasanya adalah berupa sebuah
bibit pikiran.

Kalau Allah telah menetapkan sesuatu keadaan bagi kita untuk


terzhahir, maka Allah akan menahan bibit pikiran itu untuk tetap
bertahan dan bercokol di dalam Aqal atau Hati kita. Betapapun orang
lain menasehati atau mengajari kita agar kita mau berubah dari
keadaan kita sekarang, selama Allah belum menakdirkan kita untuk
berubah, maka nasehat atau pengajaran orang lain itu tidak akan bisa
mengubah keadaan kita. Sebab tangan, kaki, dan lidah kita masih akan
tetap hanya akan menzhahirkan apa-apa yang telah ditetapkan Allah
untuk terzhahir dari tangan, kaki, dan lidah kita.

Dzat-Nya yang ada di tangan kita, di kaki kita, di lidah kit a, di otak
kita, akan memastikan bahwa apa-apa yang telah ditetapkan oleh Allah
untuk terjadi pada diri kita itu akan terzhahir tepat pada waktunya.

Dengan memahami cara pandang takdir seperti ini, yang awalnya atau
basiknya disyarahkan oleh Ustad Hussien, maka cara hidup saya
ternyata juga jadi berubah dengan sangat drastis. Saya akan melihat
segala sesuatunya sebagai pandangan orang luar saja. Saya akan
menjadi objektif dalam memandang segala sesuatu. Bahwa semua yang
terjadi, itu adalah Perlakuan Allah terhadap Dzat-Nya sendiri.

Bang Sterie dan Bang Bunisora tidak perlu minta maaf kepada saya
gara-gara abang berdua berbeda pendapat dengan apa yang saya tulis.
Tidak perlu minta maaf. Karena abang menulis itu, juga adalah apa
yang sudah ditakdirkan oleh Allah untuk terdzahir dari tangan abang.

Cobalah lihat, disebalik diri abang ada Dzat -Nya, disebalik diri saya
juga ada Dzat-Nya. Dan Dzat-Nya itulah yang memastikan tulisan saya
dan tulisan abang-abang untuk terzhahir.

Untuk siapa tulisan-tulisan itu?. Ya untuk diri kita dan diri-diri yang
lain lagi, agar mereka bisa pula mendapatkan pelajaran, Bukankah
disebalik diri-diri yang lain itu juga ada Dzat-Nya?.

Jadi, semua itu semata-mata hanyalah permainan Dzat-Nya yang


sedikit saja, yang sedang dimain-mainkan dan digurausendakan oleh
Allah.

Dan dengan memakai paradigma yang diajarkan oleh Ustad Hussien


bahwa semua permainan dan senda gurau itu sudah ditulis dan
digambarkan oleh Allah di Lauhul Mahfuz sejak dari Firman Kun, maka
TIDAK ada lagi, walau sedikitpu n, ruang yang tersedia bagi kita untuk
mengaku WUJUD, untuk mengaku BISA apa-apa, dan untuk mengaku
PUNYA apa-apa Dan.. kalau sudah tidak punya apa-apa, maka kita
juga tidak akan pernah kehilangan apa -apa. Bukankan ini sebenarnya
realitas dari Fana?. Realitas dari Rukun Iman ke-6 ?.

Itu satu hal. Hal lain yang saya rasakan setelah mengikuti Syarahan dan
Praktek Dzikrullah dengan Beliau adalah, apa-apa yang berkenaan
dengan Dzikrullah, yang selama ini membingungkan saya, dengan
sangat mengejutkan berubah menjadi terang benderang.
Sekarang saya benar-benar seperti sedang menjunjung ingatan kepada
Allah kemana-mana seperti seorang perempuan desa yang menjunjung
rantang atau talam (dalam bahasa minang) diatas kepalanya.

Dengan menjunjung ingatan kepada Allah seperti itu, Terasa sekali Ruh
menjadi sangat senang dan tenang. Setiap ada balasan ingatan dari
Allah, Ruh akan menggigil kedinginan yang terasa sampai keseluruh
tubuh, terutama di wilayah dada.

Setiap ada ingatan yang selain ingatan kepada Allah menyelin ap masuk
kedalam Aqal atau hati, saya hanya menebasnya dengan pedang tauhid:
Allah tidak serupa dan tidak seumpama (laisa kamistlihi syaiun),
sehingga Aqal atau Hati ini menjadi sangat bersih, dan
tenteram. Karena Hati ini terasa hanya diisi penuh dengan i ngatan
kepada Allah. Sampai Aqal atau hati ini rasanya menjadi pejal dan
kaku.

Dan yang lebih menakjubkan lagi adalah, dengan aqal atau hati yang
selalu dipenuhi oleh ingatan kepada Allah, di dalam shalat rasanya
sungguh tak terbayangkan sebelumnya. Apa -apa yang selama ini hanya
menjadi impian saya belaka, ternyata di dalam shalat itu memang ada
realitasnya pahalanya, realitas jawaban-jawaban Allah atas bacaan,
rukuk, dan sujud kita.

Begitu juga sedekah ada realitas pahalanya, membaca Al Quran ada


realitas pahalanya, kebaikan ada realitas pahalanya. Bahkan perbuatan
fujur pun ada realitas realitas dosanya

Demikian untuk Bang Sterie.

Sedangkan untuk Bang Bunisora, silahkan abang memakai Paham Nur


Muhammad. Itu adalah takdir abang sendiri. Abang akan dipaksa oleh
Allah untuk tetap berada disana selama Allah belum menakdirkan
abang untuk berubah. Bagi saya itu bukan urusan saya.

Saya dulu juga berada disana, yang ternyata itu adalah hal yang sangat
dekat dengan Paham Wahdatul Wujud. Tapi Allah menakdirkan saya
meninggalkan Paham itu dengan jalan mengenalkan saya kepada Ustad
Hussien BA Latiff.

Untuk selanjutnya bagaimana?. Saya tidak tahu Saya saat ini hanya
bisa berserah kepada Allah (Islam). Saya hanya sedang menikmati
betapa hidup dalam agama yang dibawa oleh Rasulullah ternyata SO
BEAUTIFUL, SO FUN, SO EASY, AND SO LITE, semuanya telah
diatur Allah untuk kita.

salam
Ditulis dalam INSPIRASI | 2 Komentar
Perbedaan Proses Pendalaman Lelaku
Agustus 8, 2015 oleh Murid Dalam Sikap Bertuhankan Allah SWT.

Perbedaan Pada Paham-paham ini, bukan hanya sebatas pada BAHASA


saja, tetapi juga sangat berbeda dalam hal pendalaman lakukanya.
Intinya adalah sebagai berikut:

1. Pada Paham Nur Muhammad, segala sesuatu yang berkenaan dengan


ciptaan berhubungan terlebih dahulu dengan Nur Muhammad. Ciptaan
adalah Nur Muhammad dan Nur Muhammad adalah Ciptaan. Kenal
dengan Nur Muhammad, dan telah dapat pula berhubungan
(tersambung) dengan Nur Muhammad, barulah setelah itu seseorang
bisa berhubungan pula dengan Allah. Dan yang bisa tersambung dengan
Nur Muhaammad itu hanyalah Guru-guru Mursyid yang Kamil Mukamil
saja, yang silsilahnya tersambung sampai kepada Nabi Muhammad
SAW. Sambungan itu adalah melalui GETARAN ROHANI dari Mursyid
ke grand-grand mursyid sebelumnya. Kasihan sekali kalau begitu bagi
siapa yang tidak punya mursyid, dia tidak akan pernah bisa
tersambung dengan Allah &&&&

2. Pada Paham Wahdatul Wujud, segala sesuatu yang berkenaan dengan


ciptaan adalah manifestasi dari Allah. Tidak ada lagi perbedaan antara
Allah dan ciptaan. Allah bisa beremanasi kepada ciptaan. Ciptaan bisa
manunggal dengan Allah. Besi panas sudah tidak ada bedanya lagi
dengan Api. Dia adalah aku, aku adalah Dia. Hanya orang -orang
khusus, Mursyid yang kamil mukamil, yang mempunyai silsilah
tersambung kepada Rasulullah, pulalah yang akan bisa membuat
seseorang bisa tersambung dengan Allah melalui hubungan getaran
Rohani. Tanpa bantuan getaran rohani mereka seseorang tidak akan
pernah bisa mengenal Allah dan tersambung kepada Allah. &&&

3. Pada Paham Dzatiyah, segala sesuatu yang berkenaan dengan Ciptaan


HANYALAH berhubungan dengan Dzat-Nya yang sedikit saja, yang
besarnya tidak lebih dari ukuran sebutir pasir dibandingkan dengan
padang pasir, atau setetes air masin di dalam lautan.

Akan tetapi TIDAK terpisah Dzat-Nya yang sedikit itu dengan Dzat-Nya
yang Keseluruhan, seperti tidak terpisahnya diri kita dengan kuku
tangan atau jari tangan kita.

Semua ciptaan dan peristiwa yang dialami oleh ciptaan itu adalah
penzhahiran dari apapun yang telah ditetapkan oleh Allah terhadap
Dzat-Nya yang sedikit itu. Sedangkan Dzat-Nya yang Maha Besar adalah
Maha Suci dari segala persepsi, prasangka, dan peristiwa -peristiwa.
Dari sisi pandangan Makhluk, apapun yang terjadi terhadap Setiap
Makhluk, apapun yang dilakukan oleh Setiap Makhluk, itu tak lebih dan
tak kurang adalah Penzhahiran dari aktifitas atau Afal Allah yang telah
Dia TETAPKAN semenjak Firman Kun terhadap Dzat -Nya yang sedikit
sahaja.
Jadi tidak ada tempat sedikitpun tempat bagi makhluk, walau yang
sehebat apapun juga, untuk mengatakan bahwa apapu n yang dia
lakukan, itu adalah perbuatan atau Afal Allah. Misalnya, dia mengaku
bahwa perkataannya adalah perkataan Allah, atau perbuatannya adalah
perbuatan Allah, apalagi untuk mengatakan bahwa dirinya adalah Diri
Allah. Tidak bisa.

Paling banter kita hanya bisa berkata: Alhamdulillah, subhanallah, laa


ilaha illallah, Allahu Akbar, lahaula wala quwwata illa billah,
insyaallah, dan yang sejenisnya.

Akan tetapi dari sisi pandangan Allah, Dia berhak mengatakan bahwa
semua aktifitas makhluk, semua peristiwa yang terjadi terhadap
makhluk-Nya, itu adalah Aktifitas atau Afal -Nya sendiri terhadap Diri-
Nya sendiri. Sebab semua ciptaan itu adalah bagian yang sangat sedikit
atau kecil sekali dari Dzat-Nya yang Maha Indah, Yang Maha Besar.

Misalnya, saat seseorang sakit: Allah berhak berkata: Aku sakit,


kenapa tidak ada satupun dari kamu yang mengunjungi Aku?. Allah
sangat bisa berkata seperti itu.

Walau ada tujuh milyar orang yang sakit, Allah tetap bisa berkata
bahwa yang sakit tujuh milyar orang itu adalah Dir i-Nya. Sebab tujuh
Milyar manusia itu tak lebih dari hanya bagian yang sangat kecil saja
dari Dzat-Nya yang sedikit.

Akan tetapi bagi kita yang sedang sakit, TIDAK ADA ruang sedikitpun
bagi kita untuk berkata: yang sakit ini bukanlah aku, tapi yang sakit
adalah Allah. Nggak bisa begitu, nanti setiap orang bisa menjadi
Allah, sehinga Allah bisa menjadi tujuh Milyar banyaknya.

Untuk berhubungan dengan Allah, kita cukup hanya mengikuti proses:


Mengenal Allah (Makrifatullah, pembukaan pintu Makrifatullah, da n
Lauhul Mahfuz yang akan membawa kita beriman penuh kepada takdir
atau rukun iman ke-6) dalam sekali atau beberapa kali Syarahan atau
Kuliah Umum, setelah itu diajarkan pula tentang Hati dan Mata Hati,
lalu diajarkan pula lebih lanjut tentang Dzikrullah ( mengingati Allah),
Ibadah, Keredhaan, dan Arah Tujuan Umat. Lalu semua ibadah dan
aktifitas yang kita lakukan kita bingkai dengan Ingatan kepada Allah
secara istiqamah.

Dan setelah itu tidak ada akan lagi kejahilan insyaallah


Ditulis dalam INSPIRASI | 2 Komentar
Ilmu Makrifatullah dari Tiga Zaman
Agustus 6, 2015 oleh Murid Dalam Sikap Bertuhankan Allah SWT.

Berikut ini adalah Perbandingan Intisari Ilmu Makrifatullah dari tiga zaman. Silahkan lihat diri kita

masing-masing, dibagian manakah kita berada?.


Deka On Behalf of Rio Benny Arya

Ditulis dalam INSPIRASI | 3 Komentar


MENCARI UJUNG KITAB YANG TAK BERTEPI
Juli 28, 2015 oleh Murid Dalam Sikap Bertuhankan Allah SWT.
Banyak orang yang membaca kitab-kitab Suci

Banyak orang yang membaca Al Quran

Banyak orang yang membaca As Sunnah

Banyak orang yang membaca Injil Perjanjian Lama

Banyak orang yang membaca Perjanjian Baru

Banyak orang yang membaca Taurat

Banyak orang yang membaca Talmut

Banyak orang yang membaca Zabur

Banyak orang yang membaca Veda

Banyak orang yang membaca Tripitaka

Banyak orang yang membaca Kitab Ajaran Besar,Kitab Tengah Sempurna,Kitab Sabda Suci,dan

Kitab Meng Zi

Banyak orang yang membaca kitab karangan si A, si B, dan si C

Banyak orang yang membaca kitab yang jumlahnya berlemari-lemari

Tapi anehnya

Banyak orang yang tidak tahu apa sebenarnya yang dicari

Banyak orang yang tidak paham akan makna-makna

Banyak orang yang tidak menangkap akan esensi-esensi


Sehingga

Semakin membaca kitab, orang malah menjadi semakin ada

Semakin membaca kitab, orang malah menjadi semakin wujud

Semakin membaca kitab, orang malah menjadi semakin memiliki

Semakin membaca kitab, orang malah merasa menjadi semakin lebih baik

Semakin membaca kitab, orang malah merasa menjadi semakin lebih hebat

Semakin membaca kitab kebaikan, orang merasa itu adalah: Gua banget.

Semakin membaca kitab keburukan, orang merasa itu adalah: Bagian Lu.

Semakin membaca kitab, orang malah semakin terbagi-bagi

Semakin membaca kitab, orang malah semakin tercabik-cabik

Semakin membaca kitab, orang malah semakin terpisah-pisah

Semakin membaca kitab, orang malah semakin bergolong-golongan

Dan

Langkah berikutnya adalah perdebatan,

Muaranya adalah perkelahian,

Hasilnya adalah hancur-hancuran

Bahkan ujung-ujungnya bisa bunuh-bunuhan

Akan tetapi, ketika:

Membaca matahari, orang bisa sepakat tentang panas yang membakar

Membaca air, orang bisa sepakat tentang pelepasan dahaga

Membaca angin, orang bisa sepakat tentang pertukaran cuaca

Membaca tumbuhan, orang bisa sepakat tentang keindahan


Membaca hewan, orang bisa sepakat tentang keanggunan

Membaca langit dan bumi, orang bisa sepakat tentang harmoni dalam gerak

Dan

Hasilnya adalah sebuah peradaban

Hasilnya adalah berbagai teknologi untuk memudahkan kehidupan

Tapi cukupkah hanya sampai disitu???.

Ternyata tidak

Bahwa kitab-kitab itu, sebenarnya tengah bercerita tentang kehebatan Sang:

Pemilik Matahari itu

Pemilik Air itu

Pemilik Tumbuhan itu..

Pemilik Hewan itu

Pemilik Langit dan Bumi itu

Pemilik diri manusia

Bahwa matahari itu adalah penzahiran dari sedikit Dzatnya yang ada di Lauhul Mahfuz

Bahwa air itu adalah penzahiran dari sedikit Dzatnya yang ada di Lauhul Mahfuz

Bahwa angin itu adalah penzahiran dari sedikit Dzatnya yang ada di Lauhul Mahfuz

Bahwa tumbuhan itu adalah penzahiran dari sedikit Dzatnya yang ada di Lauhul Mahfuz

Bahwa hewan itu adalah penzahiran dari sedikit Dzatnya yang ada di Lauhul Mahfuz

Langit dan bumi itu adalah penzahiran dari sedikit Dzatnya yang ada di Lauhul Mahfuz

Bahwa diri manusia itu adalah penzahiran dari sedikit Dzatnya yang ada di Lauhul Mahfuz
Bahwa pada hakekatnya tidak ada matahari, tidak ada air, tidak ada angin, tidak ada tumbuhan,

tidak ada hewan, tidak ada langit dan bumi, tidak ada diri manusia, kecuali semata-mata hanyalah

Dzat-Nya yang sedikit sahaja. Karena semuanya itu hanyalah Sifat-Sifat yang terdzahir saja dari

Dzat-Nya Yang sedikit yang sedang dikenai oleh aktifitas dan perbuatan Allah sesuai dengan apa

yang dikehendaki-Nya.

Dengan begitu maka nyatalah bahwa:

Matahari itu tak lain adalah Dzat-Nya yang Dzahir.

Air itu tak lain adalah Dzat-Nya yang Dzahir.

Angin itu tak lain adalah Dzat-Nya yang Dzahir.

Tumbuhan itu tak lain adalah Dzat-Nya yang Dzahir.

Hewan itu tak lain adalah Dzat-Nya yang Dzahir.

Langit dan bumi itu tak lain adalah Dzat-Nya yang Dzahir.

Diri manusia tak lain adalah Dzat-Nya yang Dzahir.

Disebalik semua Dzat-Nya Yang Dzahir itu adalah Dzat-Nya Yang Sedikit, Dzat semata wayang

yang amat sangat kecil, yang menjadi Bathin (Dzat-Nya yang Bathin) dari semua Dzat-Nya Yang

Dzahir itu.

Dan pada Dzat Semata Wayang yang sangat kecil, atau Dzat-Nya Yang Bathin, atau Lauhul

Mahfuz, inilah MUARA dari segala kitab itu berujung dan berakhir.

Bahwa Ujung dari Al Quran adalah Dzat-Nya yang sedikit

Bahwa Ujung dari As Sunnah adalah Dzat-Nya yang sedikit

Dan Allahlah yang berbicara melalui atau melewati Dzat-Nya yang sedikit itu yang kemudian

menzhahirkan Al Quran dan As Sunnah

Dan tidaklah Al Quran dan As Sunnah itu berfungsi kecuali hanya untuk Allah:

Meluruskan kembali Taurat yang sudah compang camping.

Meluruskan kembali Injil yang sudah tertukuk dan tertambahi.


Meluruskan kembali Zabur yang sudah tercerai berai.

Meluruskan kembali berbagai persepsi yang tumbuh begitu liar.

Meluruskan kembali berbagai paradigma yang berkembang begitu rumit.

Kutinggalkan kepadamu dua perkara, dan kamu sekalian tidak akan tersesat selama berpegang

kepada keduanya, yaitu Kitabullah (Al Quran dan As Sunnah Rasul-Nya) Al Hadist

Wallahu alam bishawab

Ditulis dalam INSPIRASI | 3 Komentar

Ditulis dalam INSPIRASI | 1 Komentar


DUDUKNYA ORANG BERMAKRIFATULLAH, Bagian-4
Agustus 24, 2015 oleh Murid Dalam Sikap Bertuhankan Allah SWT.

Namun, untuk mengetahui bagaimana KEADAAN dan HAKEKAT yang dialami oleh semua orang-

orang istimewa diatas, kita tidak perlu terlebih dahulu mengetahui ilmu-ilmu yang sangat rumit.

Kita juga tidak perlu terlebih dahulu melakukan praktek-praktek yang kesannya terlalu mengada-

ada. Misalnya:

1. Kita tidak perlu masuk terlebih dahulu ke dalam sebuah tarekat untuk berzikir yang jumlahnya

ratusan ribu kali;

2. Kita tidak perlu terlebih dahulu berkenalan dengan pengolahan dan pembersihan lathaif-lathaif;

3. Kita tidak perlu mengerti terlebih dahulu tentang Nur Muhammad;

4. Kita tidak perlu belajar terlebih dahulu tentang Sifat 20 untuk membahas apa-apa yang wajib

dan yang mustahil bagi Allah, seperti membahas sifat Wujud, Qiyam, Baqa dan sebagainya;

5. Kita tidak perlu terlebih dahulu belajar tentang Martabat 7 untuk mengetahui Alam Ahadiyat,

Alam Wahdah, Alam Wahidiyat, Alam Ruh, Alam Misal, Alam Ihsan,dan Insan Kamil.

6. Kita tidak perlu terlebih dahulu mengetahui tentang Alam Malakut yang konon katanya itu

adalah maqAq ruhaniyah di wilayah kebajikan yang hakiki atau rasa jiwa yang sejati. Konon

disanalah dunia Ruh yang hanya merindukan dan menghendaki Allah semata (tanzih), dan

disanalah taman jiwa yang hakiki, dengan keindahan Asma dan sifatNya Allah yang terpantul

dalam hamparan Ruh kekasih Allah. (?)

7. Kita juga tidak perlu terlebih dahulu mengarungi alam Jabarut dan Alam Jabarut, yang konon

katanya itu adalah Alam Ilahi yang menjadi hamparan Marifatullah. Di dalam alam ini seluruh

elemen SATU DALAM BANYAK DAN BANYAK DALAM SATU, menjelma dalam penyucian tasbih
kepada Allah semata. Dunia Rahasia Ilahi. Dan diatas Alam Jabarut masih ada lagi Alam Lahut,

Alam Hahut dan Alam Bahut serta Alam Ahut. (?).

8. Kita tidak perlu terlebih dahulu melakukan Rabithah dengan cara MENGAITKAN ruhani kita

dengan seseorang yang kita anggap sebagai Mursyid, Syeikh, atau orang-orang yang kita anggap

sebagai guru spiritual kita.

9. Kita tidak perlu terlebih dahulu membayang-bayangkan wajah mereka sebelum kita melakukan

sebuah ritual dzikir.

10. Kita tidak perlu terlebih dahulu BERTAWASUL untuk mendekatkan diri atau memohon kepada

Allah SWT dengan melalui WASILAH (perantara) orang-orang yang memiliki kedudukan baik di sisi

Allah SWT.

11. Kita tidak perlu berkoar-koar terlebih dahulu untuk mendirikan sebuah negara yang

berdasarkan Syariat Islam dan menjalankan Khilafah Islamiah;

12. Kita tidak perlu terlebih dahulu menyata-nyatakan bahwa kita adalah orang yang menjalankan

syariah sesuai dengan Al Quran dan Al Hadist;

13. Kita juga tidak perlu membuat-buat tafsir lebay dalam memaknai sebuah peristiwa, misalnya

(disadur dari sebuah sumber di Web) dalam memaknai ular yang menggigit tangan Abu Bakar As

Siddiq Ra, ketika beliau dan Rasulullah bersembunyi di dalam Gua Tsur saat Rasulullah berangkat

Hijrah ke Medinah dan Beliau berdua dikejar-kejar oleh kaum quraisy untuk dibunuh.

Adakah kita mempersalahkan si Ular yang hendak keluar? Mengapa ia sampai hati menggigit

tangan Abu Bakar yang sedang melindungi Utusan Allah untuk semua makhluk termasuk ular ini?

Saat Rasulullah shallallahu alayhi wasallam masuk ke dalam gua, seisi gua menjadi terang karena

nur beliau. Ular yang ada di dalam liangnya itupun melihat itu, cahaya yang tidak pernah ia lihat

sebelumnya. Ia mengerti manusia yang masuk ke dalam gua adalah Muhammad, utusan Allah

yang menjadi rahmat bagi seluruh isi alam. Terbesit rasa rindu dalam hati si ular hingga ia

berusaha keluar untuk melihat langsung kekasih Allah yang mulia itu. Namun Abu Bakar

menghalang-halanginya, hingga ia pun terpaksa menggigit tangan Abu Bakar, walaupun ia tahu

bahwa Abu Bakar adalah orang yang melindungi Sang Pujaan hatinya. Ia rindu, serindu-rindunya

kepada Rasulullah shallallahu alayhi wasallam.

14. Kita juga tidak perlu terlebih dahulu bersentuhan dengan berbagai ilmu modern yang (tanpa

kita sadari) ternyata itu akan memisahkan kita semakin jauh dengan serba-serbi yang berkenaan

dengan Allah dan semakin melemahkan kita untuk menjalankan ibadah-ibadah yang di contohkan

oleh Rasulullah.

Ilmu-ilmu itu antara lain adalah Ilmu Hipnotis / Hipnotherapy; NLP; Ilmu otak kiri otak kanan;

ilmu pikiran sadar, bawah sadar, dan supra sadar; ilmu mengatur-ngatur pikiran positif dan pikiran
negatif; ilmu quantum-quantuman; ilmu getaran-getaran; ilmu qalbu-qalbuan; ilmu cakra-

cakraan, ilmu meditasi-meditasian, ilmu bahagia-bahagiaan, ilmu tenang-tenangan, ilmu kenal

diri-dirian (Nafs-Nafsan, Nafas-Nafasan, atau Napas-Napasan); Ilmu perjalanan rohani-rohanian;

dan berbagai ilmu lainnya yang sekarang ini memang sedang menjadi trending topic di tengah-

tengah masyarakat.

Kenapa TIDAK PERLU??.

Bersambung

Ditulis dalam INSPIRASI | 1 Komentar


DUDUKNYA ORANG BERMAKRIFATULLAH, Bagian-4
Agustus 24, 2015 oleh Murid Dalam Sikap Bertuhankan Allah SWT.

Namun, untuk mengetahui bagaimana KEADAAN dan HAKEKAT yang dialami oleh semua orang-

orang istimewa diatas, kita tidak perlu terlebih dahulu mengetahui ilmu-ilmu yang sangat rumit.

Kita juga tidak perlu terlebih dahulu melakukan praktek-praktek yang kesannya terlalu mengada-

ada. Misalnya:

1. Kita tidak perlu masuk terlebih dahulu ke dalam sebuah tarekat untuk berzikir yang jumlahnya

ratusan ribu kali;

2. Kita tidak perlu terlebih dahulu berkenalan dengan pengolahan dan pembersihan lathaif-lathaif;

3. Kita tidak perlu mengerti terlebih dahulu tentang Nur Muhammad;

4. Kita tidak perlu belajar terlebih dahulu tentang Sifat 20 untuk membahas apa-apa yang wajib

dan yang mustahil bagi Allah, seperti membahas sifat Wujud, Qiyam, Baqa dan sebagainya;

5. Kita tidak perlu terlebih dahulu belajar tentang Martabat 7 untuk mengetahui Alam Ahadiyat,

Alam Wahdah, Alam Wahidiyat, Alam Ruh, Alam Misal, Alam Ihsan,dan Insan Kamil.

6. Kita tidak perlu terlebih dahulu mengetahui tentang Alam Malakut yang konon katanya itu

adalah maqAq ruhaniyah di wilayah kebajikan yang hakiki atau rasa jiwa yang sejati. Konon

disanalah dunia Ruh yang hanya merindukan dan menghendaki Allah semata (tanzih), dan

disanalah taman jiwa yang hakiki, dengan keindahan Asma dan sifatNya Allah yang terpantul

dalam hamparan Ruh kekasih Allah. (?)

7. Kita juga tidak perlu terlebih dahulu mengarungi alam Jabarut dan Alam Jabarut, yang konon

katanya itu adalah Alam Ilahi yang menjadi hamparan Marifatullah. Di dalam alam ini seluruh

elemen SATU DALAM BANYAK DAN BANYAK DALAM SATU, menjelma dalam penyucian tasbih

kepada Allah semata. Dunia Rahasia Ilahi. Dan diatas Alam Jabarut masih ada lagi Alam Lahut,

Alam Hahut dan Alam Bahut serta Alam Ahut. (?).

8. Kita tidak perlu terlebih dahulu melakukan Rabithah dengan cara MENGAITKAN ruhani kita

dengan seseorang yang kita anggap sebagai Mursyid, Syeikh, atau orang-orang yang kita anggap
sebagai guru spiritual kita.

9. Kita tidak perlu terlebih dahulu membayang-bayangkan wajah mereka sebelum kita melakukan

sebuah ritual dzikir.

10. Kita tidak perlu terlebih dahulu BERTAWASUL untuk mendekatkan diri atau memohon kepada

Allah SWT dengan melalui WASILAH (perantara) orang-orang yang memiliki kedudukan baik di sisi

Allah SWT.

11. Kita tidak perlu berkoar-koar terlebih dahulu untuk mendirikan sebuah negara yang

berdasarkan Syariat Islam dan menjalankan Khilafah Islamiah;

12. Kita tidak perlu terlebih dahulu menyata-nyatakan bahwa kita adalah orang yang menjalankan

syariah sesuai dengan Al Quran dan Al Hadist;

13. Kita juga tidak perlu membuat-buat tafsir lebay dalam memaknai sebuah peristiwa, misalnya

(disadur dari sebuah sumber di Web) dalam memaknai ular yang menggigit tangan Abu Bakar As

Siddiq Ra, ketika beliau dan Rasulullah bersembunyi di dalam Gua Tsur saat Rasulullah berangkat

Hijrah ke Medinah dan Beliau berdua dikejar-kejar oleh kaum quraisy untuk dibunuh.

Adakah kita mempersalahkan si Ular yang hendak keluar? Mengapa ia sampai hati menggigit

tangan Abu Bakar yang sedang melindungi Utusan Allah untuk semua makhluk termasuk ular ini?

Saat Rasulullah shallallahu alayhi wasallam masuk ke dalam gua, seisi gua menjadi terang karena

nur beliau. Ular yang ada di dalam liangnya itupun melihat itu, cahaya yang tidak pernah ia lihat

sebelumnya. Ia mengerti manusia yang masuk ke dalam gua adalah Muhammad, utusan Allah

yang menjadi rahmat bagi seluruh isi alam. Terbesit rasa rindu dalam hati si ular hingga ia

berusaha keluar untuk melihat langsung kekasih Allah yang mulia itu. Namun Abu Bakar

menghalang-halanginya, hingga ia pun terpaksa menggigit tangan Abu Bakar, walaupun ia tahu

bahwa Abu Bakar adalah orang yang melindungi Sang Pujaan hatinya. Ia rindu, serindu-rindunya

kepada Rasulullah shallallahu alayhi wasallam.

14. Kita juga tidak perlu terlebih dahulu bersentuhan dengan berbagai ilmu modern yang (tanpa

kita sadari) ternyata itu akan memisahkan kita semakin jauh dengan serba-serbi yang berkenaan

dengan Allah dan semakin melemahkan kita untuk menjalankan ibadah-ibadah yang di contohkan

oleh Rasulullah.

Ilmu-ilmu itu antara lain adalah Ilmu Hipnotis / Hipnotherapy; NLP; Ilmu otak kiri otak kanan;

ilmu pikiran sadar, bawah sadar, dan supra sadar; ilmu mengatur-ngatur pikiran positif dan pikiran

negatif; ilmu quantum-quantuman; ilmu getaran-getaran; ilmu qalbu-qalbuan; ilmu cakra-

cakraan, ilmu meditasi-meditasian, ilmu bahagia-bahagiaan, ilmu tenang-tenangan, ilmu kenal

diri-dirian (Nafs-Nafsan, Nafas-Nafasan, atau Napas-Napasan); Ilmu perjalanan rohani-rohanian;


dan berbagai ilmu lainnya yang sekarang ini memang sedang menjadi trending topic di tengah-

tengah masyarakat.

Kenapa TIDAK PERLU??.

Bersambung

Ditulis dalam INSPIRASI | 1 Komentar


DUDUKNYA ORANG BERMAKRIFATULLAH, Bagian-5
Agustus 26, 2015 oleh Murid Dalam Sikap Bertuhankan Allah SWT.

Ya TIDAK perlu, sebab di wilayah batas sepi dan rindu itu, semua ilmu-ilmu diatas sudah

tidak ada gunanya lagi. Kita sudah tidak sempat lagi untuk mengingat-ingat dan merapal berbagai

ilmu berikut dengan tetek bengeknya yang telah kita miliki selama ini.

Wilayah batas sepi dan rindu itu juga BUKANLAH wilayah dimana kita penuh dengan kesaktian,

keperkasaan, kebisaan, keajaiban, keanehan, ataupun kedigjayaan. Tidak

Wilayah itu hanya butuh satu hal saja, yaitu BERSERAH. Kita menyerahkan diri ke dalam Lakukan

Dzat-Nya, dengan cara kita mengibarkan bendera putih tanda menyerah. Menyerah untuk TIDAK

WUJUD.

Kita menyerahkan diri untuk tenggelam dalam lautan Lakuan Dzat-Nya yang merupakan

pembuktian dari ucapan kita di dalam shalat: Inna shalati, wanusuki, wamahyaya,

wamamati, lillahirabbilalamin, laa syarikalahu.!. Sesungguhnya sembahyangku, ibadahku,

hidupku, dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam, tiada sekutu bagi-Nya; dan

demikian itulah yang diperintahkan kepadaku dan aku adalah orang yang pertama-tama

menyerahkan diri (ISLAM). (Al Anaam (6):162-163).

Di wilayah itu kita hanya butuh untuk senantiasa redha, sabar dan berpegang teguh kepada Allah.

Karena saat itu kita sungguh dikejutkan oleh KEBENARAN akan KEWUJUDAN, KEBESARAN, dan

KEKUASAAN ALLAH. Kita jadi MALU untuk mengaku-ngaku. Sebab ternyata keberadaan kita

sebenarnya adalah TIADA. Kita tidak wujud. Yang Wujud adalah Dzat-Nya semata-mata. Kita ada

hanyalah karena penzhahiran atas Lakuan Dzat-Nya.

Memandang dengan memakai Kacamata Makrifatullah ini akan mengantarkan kita kepada

pemahaman yang JATI. Bahwa sebenarnya Allahlah yang sedang bersenda gurau dengan sedikit

Dzat-Nya, sehingga terciptalah sebuah Panggung Sandiwara Dzat-Nya yang akan selalu berjalan

SESUAI dengan apa yang telah Dia rencanakan di dalam LAUHUL MAHFUZ sejak Firman KUN

sampai pada WAKTU yang telah ditentukan-Nya.


Mata hati kita telah menjadi sangat tajam dan awas dalam melihat dan memaknai segala ciptaan,

setiap peristiwa, dan semua kejadian. Bahwa kemanapun mata kita memandang, mata hati kita

hanya melihat SATU PEMAIN TUNGGAL saja. Yaitu DZAT-Nya yang sedikit. Mata hati kita hanya

melihat bahwa Dzatlah yang sedang beraksi di dalam bingkai Lauhul Mahfuz. Yang Bathin adalah

Dzat-Nya, Yang Dzahir juga adalah Dzat-Nya.

Setiap kali mata kita melihat kejadian-kejadian dan peristiwa-peristiwa, dengan memakai

Kacamata Makrifatullah, maka bagi kita semua itu tidak lebih hanyalah interaksi antara Dzat

dengan Dzat saja. Seperti kita sedang melihat jari-jari tangan kita yang saling berinteraksi satu

sama lainnya. Seperti jari Telunjuk sedang memukul jari Jempol. Seperti jari Telunjuk dan jari

Jempol sedang mencubit jari Tengah. Seperti kelima jari tangan kita sedang saling berpilin-pilin

dan saling bergurau canda memerankan Peran yang telah ditentukan untuk masing-masing jari-

jari tangan kita tersebut.

Adakalanya antara satu jari dengan jari-jari yang lainnya sedang memerankan peran yang saling

sayang-menyayangi, saling cinta-mencintai, saling tolong-menolong, saling bela-membela, saling

bersahabat dan bekerja sama. Akan tetapi pada saat yang lain, jari-jari itu juga bisa menjalankan

peran yang saling pukul-memukul, saling menekan dan menghindar, saling maki-memaki, saling

marah-memarahi, saling hina-menghina, saling siksa-menyiksa, bahkan saling bunuh membunuh

dan hancur-menghacurkan.

HUBUNGAN antara kita (semua umat manusia dari zaman dulu, sekarang, dan zaman yang akan

datang) dan bahkan antara semua ciptaan yang lainnya dengan Allah adalah ibarat jari-jari tangan

kita dengan diri kita. Tidak terpisah antara jari-jari tangan kita dengan diri kita. Akan tetapi jari-

jari tangan kita itu hanyalah SEDIKIT BAGIAN saja dari KESELURUHAN diri atau tubuh kita.

Jari-jari tangan kita tidak bisa berkata bahwa ia adalah kita atau mengaku bahwa lakuannya

adalah mewakili kita. Sehingga jari telunjuk tidak bisa BERKATA atau MENGAKU kepada jari

jempol bahwa apa-apa yang dia lakukan itu adalah lakuan kita. Bahkan jari telunjuk itu tidak

berhak untuk mengatakan bahwa apa-apa yang dilakukannya itu adalah lakuan yang mewakili

lakuan kita. Tidak berhak.

Saat jari telunjuk memukul jari jempol, ia tidak berhak untuk berkata bahwa yang memukul itu

bukanlah dia, tapi kita. Ia tidak berhak untuk berkata: bukan aku (telunjuk) yang memukul saat

aku (telunjuk) memukulmu wahai jari jempol tapi yang memukul adalah Yusdeka. Dia juga tidak

berhak untuk berkata bahwa lakuannya saat memukul jari jempol itu adalah dalam rangka

mewakili lakuan kita. Ia tidak berhak untuk berkata: aku memukul dan berbicara denganmu

wahai jari jempol adalah MEWAKILI Yusdeka dalam memukulmu dan berbicara denganmu. Tidak

bisa begitu
Karena apa-apa yang sedang dilakukan oleh jari telunjuk itu hanya sedikit bagian saja dari

kemampuan kita yang sebenarnya. Dan jari telunjuk itu sebenarnya juga tidak melakukan apa-

apa. Ia hanya pasif saja. Gerak dan aktifitasnya adalah kita yang melakukan, wujudnya juga

adalah sedikit bagian saja dari diri kita. Adanya jari-jari tangan itu adalah karena adanya sedikit

dari diri kita yang berwujud jari-jari.

Bersambung

Ditulis dalam INSPIRASI | Meninggalkan komentar


DUDUKNYA ORANG BERMAKRIFATULLAH, Bagian-6
Agustus 28, 2015 oleh Murid Dalam Sikap Bertuhankan Allah SWT.

Oleh sebab itu hanya kitalah yang bisa berkata-kata bahwa jari-jari tangan itu adalah kita.

Geraknya adalah gerak kita, bicaranya adalah bicara kita, lakuannya adalah lakuan kita. Kita

berhak untuk berkata: bukan kamu (jari telunjuk) yang memukul saat kamu memukul jari jempol

itu, tapi aku yang sedang memukul diriku sendiri, bukan kamu (jari telunjuk) yang berkata-kata

kepada jari jempol itu, tapi aku yang sedang berkata-kata kepada diriku sendiri.

Mampu melihat dengan memakai Kacamata Makrifatullah itu memang akan sangat mengejutkan

kita. Sebab kita sudah tidak melihat lagi nama-nama dari jari-jari yang saling berinteraksi itu. Kita

sudah TIDAK melihat lagi nama-nama. Tidak ada lagi jari telunjuk, jari jempol, jari tengah, jari

manis, dan jari kelingking. Ternyata perbedaan dari setiap jari itu hanyalah dalam hal SIFAT-SIFAT

saja. Dan sekarang SEMUA SIFAT itu sudah lenyap kedalam HAKEKAT. Kita hanya akan melihat

SATU WUJUD saja yang sedang saling berinteraksi, yaitu sedikit dari DIRI kita sendiri.

Begitu juga halnya ketika kita melihat hubungan antara Allah dengan seluruh Makhluk-Nya.

Sebenarnya TIDAK TERPISAH antara Allah dengan SELURUH Makhluk-Nya. Makhluk-Nya adalah

sebagian kecil yang teramat kecil dari DIRI atau Dzat Allah. Ketika seluruh Makhluk-Nya di gabung

(MERGE) menjadi SATU WUJUD, maka wujud dari hasil penggabungan seluruh Makhluk-Nya itu

besarnya terhadap Diri atau Wujud Allah yang sebenarnya hanyalah sebesar sebutir pasir yang

berada dipadang-pasir yang sangat luas, atau seperti setetes air asin di dalam lautan.

Bahkan dalam teori Fisika Quantum, Dzat-Nya yang sedikit itu, yang merupakan Wajibul Wujud

bagi seluruh Ciptaan, disebutkan itu lebih kecil lagi, yang dinamakan sebagai Partikel Higg-Bosson

atau Partikel Tuhan. Namun begitu, sampai saat ini tetap saja partikel Higg-Bosson itu tidak

terlihat dengan bantuan alat secanggih apapun juga, apalagi dengan hanya memakai mata

telanjang saja. Kalaupun suatu saat nanti partikel itu bisa terlihat dengan bantuan teknologi yang

sangat canggih, yang terlihat itu tetap hanyalah sedikit saja dari Dzat-Nya yang telah ditabiri-Nya

dengan 70 lapis Tabir Cahaya (Cahaya diatas Cahaya, Cahaya yang berlapis-lapis).
Rasulullah Muhammad SAW pun telah mengkorfirmasi bahwa Dzat-Nya yang bisa kita lihat nanti di

dalam syurga adalah Dzat-Nya yang telah dilapisi-Nya atau dilindungi-Nya dengan Tabir Cahaya

itu. Seperti kita sedang melihat Bulan Purnama diantara jari-jari tangan kita saja.

Abu Razin Al Uqail bertanya kepada Rasulullah saw: Adakah setiap kami akan melihat Allah

swt?. Baginda menjawab: Abu Razin, adakah kamu semua melihat bulan purnama?. Saya

menjawab, Benar. Baginda berkata, Kamu semua tidak akan ada masalah melihat-Nya seperti

bulan purnama, tetapi itu hanya kecil saja. Allah lebih Mulia dan lebih Besar daripada itu.

Translation of Sunan Abu Dawud Vol 3, 1324 (1990)

Sebab siapapun juga tidak akan pernah bisa melihat Dzat-Nya yang Asli. Siapa saja yang

terpandang kepada KEAGUNGAN DZAT-NYA Yang MAHA INDAH, maka ia akan hangus terbakar,

musnah!.

Dengan begitu, maka semua ajaran, pemahaman, ataupun paradigma pantheisme: seperti God

is all and all is god yang biasa digadang-gadangkan dalam Gerakan Zaman Baru (New Age

Movement), atau Wahdatul Wujud (Allah adalah makhluk, makhluk adalah Allah) yang biasa

dipakai dalam sebagian besar Tasawuf jalan Wali-Wali dan Tarekat, tidak punya pijakan sama

sekali untuk kita pakai. Bahkan untuk mengatakan kalimat halus saja semisal Allah adalah Bathin

dari Makhluk, atau Makhluk adalah wujud Dzahir dari Allah sungguh tidak pantas

Bersambung

itulis dalam INSPIRASI | 3 Komentar


DUDUKNYA ORANG BERMAKRIFATULLAH, Bagian-7
Agustus 29, 2015 oleh Murid Dalam Sikap Bertuhankan Allah SWT.

Alasan lain kenapa kita TIDAK memerlukan ilmu-ilmu diatas adalah bahwa hampir semua ilmu-

ilmu diatas, dengan sadar ataupun tanpa kita sadari, dengan sangat halus sekali tapi pasti,

ternyata MALAH akan semakin mengukuhkan KEBERADAAN atau KEWUJUDAN kita baik dihadapan

sesama manusia maupun dihadapan sesama ciptaan Allah yang lainnya, dan bahkan dihadapan

Allah sekalipun.

Ciri-ciri utamanya dari adanya KEWUJUDAN dan KEBERADAAN kita itu adalah:

1. Adanya pengakuan kita akan: Aku dan Milikku. Milikku itu bisa beragam sifat yang
kita rasa itu adalah milik kita. Sifat paling hebat yang bisa melekat erat pada diri kita
adalah ILMU. Ini ilmuku!. Dengan ilmu ini, maka segera saja kita akan berkata-kata
kepada orang lain: ini bisaku, ini kemampuanku, ini kehebatanku, ini
kesempurnaanku, dan sebagainya. Karena ada aku kita, maka harus ada kamu,
kamu, kamu lainnya sebagai alamat kita untuk menyatakan keakuan dan
kepemilikan kita kepadanya. Harus ada pendengar yang akan mengagumi kehebatan
kita. Harus ada korban yang akan mengakui kepemilikan kita. Dan harus ada
pula kambing hitam yang nantinya akan kita jadikan tumbal sebagai penyebab dari
penderitaan kita. Dan semakin banyak alamat itu, maka kita juga akan merasa semakin
puas, senang, dan sumringah.

Keadaan ini tak ubahnya seperti jari telunjuk yang sedang berlagak kepada jari tengah, dan pada

saat yang sama jari tengahpun bisa berlagak pula kepada jari telunjuk. Jari-jari bisa saling

berlagak satu sama lainnya. Dan itulah yang terjadi pada hampir seluruh umat manusia saat ini. Si

A berlagak kepada si B. Pada tingkat yang lebih besar, kelompok P berlagak kepada Kelompok Q.

Bahkan pada tingkat dunia, Bangsa X bisa berlagak kepada Bangsa Y.

Pimpinan-pimpinan lembaga pemerintahan berlagak kepada rakyatnya, rakyatnya balik berlagak

kepada pimpinannya. Organisasi ini berlagak kepada organisasi itu, dan organisasi itupun balik

berlagak kepada organisasi ini. Begitu terus setiap masa. Jika semua orang sudah saling memiliki

keakuan dan kepemilikan seperti ini, maka saat itu akan terciptalah sebuah keadaan yang sangat

menekan. Dunia terasa sempit, pikiran kita terasa kacau, semua terasa menjadi masalah

2. Bila kita menghadapi berbagai masalah di dalam kehidupan kita, atau kita ingin
mendapatkan sesuatu yang kita inginkan, maka ilmu-ilmu diatas, terutama yang
bernuansakan paradigma NAM, aliran yang mencampuradukkan praktek berbagai
agama, akan mengajarkan kita jalan keluar yang menjauhkan kita dari Allah.

Misalnya, agar kita bisa terlepas dari berbagai masalah, kita cukup hanya melakukan meditasi

atau semedi, atau melakukan perenungan dan konsentrasi-konsentrasi tertentu, atau merapalkan

kalimat-kalimat tertentu, yang tujuannya adalah agar adanya penyatuan antara diri kita dengan

Roh Kosmis atau Energi Alam Semesta. Kalaupun kita yang beragama islam masih shalat dan

berdoa, tapi shalat dan doa kita itu sudah tidak begitu meyakinkan kita lagi akan

kemanfaatannya. Tetap saja nantinya, Roh Kosmis atau Energi Alam Semesta itulah yang kita

pecayai yang akan menyelesaikan setiap permasalahan kita, dan merealisasikan keinginan-

keinginan kita itu. Sebab kita katanya hanya butuh melakukan penyatuan dan meleburkan diri

dengan Roh Kosmis atau Energi Alam Semesta itu.

Kalaupun kita masih berdoa, itu karena kita masih mengaku orang beragama, dan dalam berdoa

itu kita bisa pula sampai menangis tersedu-sedu, namun tangisan kita itu sudah BUKAN lagi

karena kita TERKEJUT MELIHAT Kebenaran akan Keesaan dan Kebesaran Allah. Bukan!. Tangisan

kita itu adalah tangisan karena PLACEBO EFFECT saja. TENANG dan BAHAGIA kita setelah itupun

adalah tenang dan bahagia karena PLACEBO EFFECT pula. Tangisan, tenang, dan bahagia yang

muncul karena adanya sekresi HORMONAL dan CAIRAN tubuh kita saja.

Dan hasilnya adalah, kita lambat laun merasa sudah tidak perlu lagi melakukan hubungan

(SHILATUN) yang sangat intens dengan Allah dalam bentuk doa dan ibadah-ibadah seperti yang
dicontohkan oleh Rasulullah Muhammad SAW. Kalau Rasulullah, setiap ada masalah Beliau pasti

Shalat dua rakaat, dan setelah itu Beliau berdoa, lalu Allah menjawab setiap permasalahanBeliau.

Akan tetapi anehnya adalah, Beliau TIDAK pernah berkata bahwa jabawan-jawaban dari Allah itu

adalah sebagai hasil dari Beliau melakukan shalat dua rakaat dan berdoa itu. Tidak pernah,

nanti akan kita bahas kenapa Beliau tidak pernah mengaku seperti itu.

Hal ini akan sangat berbeda dengan kita, ketika kita memakai ilmu-ilmu diatas saat kita

menghadapi permasalahan.

Misalnya, ketika kita punya permasalahan yang sangat berat, atau hanya sekedar pikiran kita lagi

kacau, kita jadi gelisah, stress, dan galau, yang katanya itu adalah keadaan yang BERGETARAN

FORCE. Kita hanya perlu melakukan meditasi atau semedi dengan teknik-teknik tertentu, yang

katanya praktek itu bisa mengubah GETARAN PIKIRAN dan PERASAAN kita menjadi BERGETARAN

POWER.

Setelah itu.., eh pikiran kita benar bisa berubah menjadi tenang, dan bahagia. Lalu dengan nada

sumringah dan penuh semangat kita akan berkata: saya tadinya punya masalah sehingga saya

stress bla bla.. bla. Kemudian saya bisa tenang dan keluar dari permasalahan saya berkat

meditasi atau semedi ala xyz yang saya lakukan, hebat memang meditasi xyz.

Atau kita bisa berkata-kata: yang saya lakukan hanya mengubah getaran pikiran dan perasaan

saya menjadi getaran senang dan bahagia yang frekuansinya sekian Hz. Tadi itu pada awalnya

getaran pikiran dan perasaan saya adalah Force lalu dengan teknik ini dan itu, saya mengubah

getaran pikiran dan perasaan saya menjadi Power sesuai dengan apa yang diterangkan oleh David

R. Hawkins. Betul dia itu, cobalah!, kata kita seperti tengah berpromosi kepada orang lain.

Setelah itu jadilah kita menjadi orang-orangnya David R. Hawkin atau pakar-pakar ilmu-ilmu

lainnya seperti diatas. Kita akan yang selalu menggadang-gadangkan ilmu dan pencetus dari ilmu-

ilmu tersebut. Kemanapun kita pergi, kita akan menjunjung dan menggusung nama dan pikiran

mereka. Adakalanya nama kita, kita tambah-tambahi dengan gelar yang berjajar menandakan kita

telah menguasai berbagai Ilmu yang layak disebut sebagai MOTIVATOR. Misalnya Yusdeka, CCTV,

SCTV, RCTI, CHH, CHHT, MCHH, ONOZ, DN, KBHA, dan berbagai gelar lainnya.

Bahkan nama dengan segudang gelar dan ilmu itulah yang mengantarkan kita menjalani profesi

kita dalam mengais rezeki untuk keluarga kita. Tidak saja orang awam, orang yang berpendidikan

tinggi dan bahkan ustad sekalipun banyak pula yang tergoda untuk bersilancar dalam dunia

seperti ini

Bersambung
itulis dalam INSPIRASI | 1 Komentar
DUDUKNYA ORANG BERMAKRIFATULLAH, Bagian-8
September 3, 2015 oleh Murid Dalam Sikap Bertuhankan Allah SWT.

3. Dengan memakai ilmu-ilmu NAM diatas, ataupun sebagian besar ilmu Tasawuf wali-wali

Tarekat, cepat atau lambat kita akan digiring untuk masuk ke dunia MAGIC, dunia KESAKTIAN,

dunia PERDUKUNAN (Tuk Bomoh), dunia Fuh Fuh, Fuh, bagi orang yang sudah

menggelutinya. Sedangkan bagi orang-orang yang baru memasukinya, dunia itu boleh jadi masih

berupa mimpi dan lamunan saja.

Dunia yang katanya bisa mewujudkan seribu mimpi dan sejuta harapan dengan sekejap waktu.

Seperti: dapat menyembuhkan lusinan penyakit dan timbunan trauma psikis; bisa bermain-main

dengan energi alam semesta yang bisa kita perintah-perintah; dapat menjanjikan sukses dan

keberlimpahan hanya dengan kita berusaha memanfaatkan energi kosmis yang katanya

memenuhi diri manusia dan alam semesta, dan bisa pula dengan melantun ribuan dzikir-dzikir

dengan cara-cara yang tertentu pula.

Makanya ada istilah bagaimana di dalam diri kita maka begitu pulalah diluar. Bagaimana suasana

hati kita, maka begitu pulalah yang realitas kehidupan yang akan kita lalui. Bagaimana macro

cosmos (energi alam semesta) merespon, itu tergantung dari bagaimana micro cosmos (atau

manusia) berperasaan dan berpikiran. Kalau kita berpikir begini dan berperasaan begitu, maka

hasilnya nanti akan seperti ini dan begitu. Hasil itu akan mengikuti pola-pola yang sudah bisa

diprediksi dari awal-awal. Dan untuk kesemuanya itu kita hanya butuh meditasi, samadi, berpikian

positif, mengelola hati atau Qalbu, dan menciptakan ikhlas di dengan pikiran dan perasaan kita.

Kalaupun ada ibadah-ibadah yang kita lakukan, maka di dalam ibadah itu sebenarnya kita tak

ubahnya sedang bermeditasi, sedang bersamadi, sedang mengolah qalbu, sedang mencari-cari

rasa yang bisa dirasa-rasa. Karena semua aktifitas yang kita lakukan itu kadangkala memang ada

rasanya, maka saat itulah kita menganggap apa yang kita lakukan itu adalah benar. Ibadah yang

kita lakukan sambil bermeditasi, sambil bermain-main dengan rasa di Qalbu yang katanya berada

di dalam dada itu kita anggap adalah hal yang benar menurut syarak.

Dan setelah itu, kita hanya menunggu waktu saja untuk membesar-besarkan diri kita dan metoda

samadi, meditasi, dan olah Qalbu yang kita lakukan itu. Kita menjadi tenar, metoda kita menjadi

tenar. Sedangkan Allah entah sudah jadi nomor berapa. Syariat yang di contohkan oleh Rasulullah

juga entah jadi nomor berapa pula. Saat dikatakan bahwa ketika itu sebenarnya kita tengah

sangat dekat dengan syaitan sebagai teman dan sahabat karib kita, sulit sekali kita untuk

mempercayainya. Kita hanya cengengesan saja.


Ini tak ada hubungannya dengan syaitan bung, kata kita terkekeh-kekeh.

ini murni proses alamiah dan ilmiah, kata kita dengan bangga.

ini adalah murni hasil dzikir, puasa, dan proses tadzkiyatunnafs, bantah kita dengan gagah.

Akan tetapi kalau kita kembali melihat jejak Nabi dan Rasul Allah yang jumlahnya sekitar 124.000

orang, semuanya diutus kemuka bumi ini TIDAK untuk mengembangkan magic, kesaktian, dan

keajaiban-keajaiban. Walaupun sebagian mereka diberikan Mujizat oleh Allah berupa berbagai

peristiwa luar biasa, seperti Nabi Ibrahim tidak terbakar oleh nyala api yang sedang berkobar-

kobar, Nabi Yunus bisa keluar hidu-hidup dari perut ikan Nun, Nabi Musa yang tongkatnya dapat

berubah menjadi ular dan dapat membelah Laut Merah, Nabi Yusuf dengan tafsir mimpi yang jitu,

Nabi Isa dapat menyembuhkan orang sakit kusta, buta, dan juga menghidupkan orang yang sudah

mati, Nabi Muhammad SAW yang dapat melakukan Perjalanan Isra dan Miraj, dan sebagainya,

namun tugas semuanya BUKAN untuk mengembangkan magic, kesaktian, dan keajaiban. Tidak

Tugas Beliau semua hanyalah satu yaitu MENGENALKAN ALLAH kepada umat manusia dan Jin,

sehingga umat manusia dan Jin pun bisa MENYEMBAH Allah, BERIBADAH kepada Allah dengan

SENANG dan GEMBIRA. Karena Allah memang tidak menciptakan Jin dan Manusia kecuali hanya

untuk beribadah kepada-Nya. Jin dan manusia itu tidak diciptakan untuk bermain magic, bermain

kesaktian, dan berbuat keajaiban-keajaiban.

Sedangkan mujizat-mujizat dan keajaiban-keajaiban yang diberikan kepada Nabi dan Rasul itu

adalah sebuah peristiwa incidental, sewaktu-waktu dan kebetulan, yang memang berguna pada

saat itu saja. Setelah Mujizat itu terjadi, ia tidak dibahas dan dilatihkan lagi oleh mereka menjadi

sebuah ilmu yang bisa dipakai setiap waktu dan berulang-ulang untuk gagah-gagahan. Tidak

Itu pulalah sebabnya Mujizat Nabi Muhammad SAW yang sangat fantastis dan fenomenal, yaitu

peristiwa Isra dan Miraj, tidak pernah dibahas panjang lebar oleh Nabi dan para sahabat setelah

peristiwa itu terjadi. Sebab Nabi sudah menutupnya dengan hadist Beliau: Shalat adalah

Mirajnya orang yang beriman. Selesai sudah!.

Dan sahabat juga tidak bertanya-tanya lagi tentang peristiwa Isra dan Miraj itu. Sebab dengan

melakukan shalatpun mereka sudah mendapatkan realitas miraj seperti yang dilakukan oleh Nabi

SAW. Realitas bertemu dengan Allah, berkata-kata dengan Allah, dan mendapatkan jawaban-

jawaban dari Allah.

Makanya Abu Bakar As Shiddiq setelah Beliau juga melakukan shalat, dengan bergegas Beliau

berkata: Shadaqta ya Rasulullah, betul yang engkau katatakan ya Rasulullah. Dan setelah itu

Abu Bakar As Shiddiq pun selalu tenggelam dalam Shalat yang sangat intense. Begitu juga dengan
para Sahabat yang lainnya, sehingga saat itu terbentuklah masyarakat yang berlomba-lomba

melakukan kebaikan. Masyarakat yang dengan sendirinya akan meramaikan masjid. Masyarakat

yang tidak mengenal takut, sedih dan khawatir. Karena saat itu yang ada di dalam ingatan

mereka, di dalam mind mereka, di dalam hati atau akal mereka hanya ada satu penghuni saja,

yaitu INGATAN KEPADA ALLAH (Dzikrullah). Mereka menjunjung tinggi ingatan kepada Allah.

Kemana-mana yang mereka bawa-bawa adalah ingatan kepada Allah. Mereka memikul ingatan

kepada Allah setiap saat.

Oleh sebab itu, dengan akal yang selalu mengingati Allah, apa-apa yang mereka bicarakan juga

jadinya adalah tentang Allah. Mereka saling bercerita tentang kehebatan Allah, tentang kebesaran

Allah, tentang kasih dan sayang Allah, tentang ilmu Allah, tentang keagungan Allah, tentang

kesempurnaan ciptaan Allah, tentang aturan-aturan Allah, tentang siksa Allah. Sehingga ucapan-

ucapan seperti: Allahlah tujuanku, cukuplah Allah bagiku, dan ucapan mereka yang lainnya,

merupakan ucapan-ucapan yang bersesuaian antara apa yang diucapkan mereka dengan keadaan

hati mereka. Sama

Bersambung

Ditulis dalam INSPIRASI | Meninggalkan komentar


DUDUKNYA ORANG BERMAKRIFATULLAH, Bagian-9
September 9, 2015 oleh Murid Dalam Sikap Bertuhankan Allah SWT.

4. Ilmu-ilmu NAM yang berkembang sejak abad 20 ini, dan mayoritas Ilmu-ilmu tasawuf wali-wali

tarekat yang berkembang sejak 400 tahun setelah kewafatan Nabi Saw, serta pemecah belahan

islam menjadi berbagai golongan, mahzab, fikih, syiah, sunni, dan sebagainya, tanpa kita sadari,

kebanyakan akan membuat kita merasa JAUH dan TERPISAH dengan Allah. Bahkan kita merasa

bahwa Allah seperti hilang entah kemana.

Masih mendingan sedikit kalau kita hanya sekedar merasa bahwa Allah itu jauh dan terpisah dari

kita. Masih ada Allah yang kita percayai. Sebab karena kalau kita merasa jauh dan terpisah

dengan Allah itu, maka kita jadinya masih ingin MENDEKAT mendekat, dan mendekat kepada

Allah. Malah adakalanya kita tidak hanya sekedar ingin mendekat kepada Allah, tapi ingin sekalian

BERSATU dengan Allah.

Yang paling parah adalah ketika kita merasa bahwa Allah telah hilang entah kemana. Kita berlaku

seperti kita sendirilah yang memiliki segala sesuatu. Kita lakukan ini dan itu seperti orang yang

tidak dilihat oleh Allah sama sekali. Kita mencuri. Kita korupsi dengan mudah. Kita maksiat

berkali-kali. Kita mencaci orang lain, kita memaki ciptaan Allah yang lain, dan bahkan kita mencaci

maki WAKTU. Sekarang ini, media sosial, media cetak, dan media visual lainnya, penuh dengan

arena caci maki seperti ini.


Disamping itu, karena kita merasa bahwa Allah kita telah hilang, maka kita jadinya akan sibuk

mencari-cari Allah kemana-mana. Maka untuk itu, kemudian bermunculan berbagai cara dan

metoda baru yang katanya itu adalah untuk menemukan kembali Allah kita yang telah hilang dan

untuk mendekatkan diri kita dengan Allah.

Ada yang mencari-cari Allah dikedalaman HATINYA dan di dalam apa yang dinamakannya

LATHAIF-LATHAIF tertentu dengan cara berdzikir sekian puluh ribu atau bahkan ratusan ribu

selama bertahun-tahun. Ada yang mencari-cari Allah didalam nafasnya. Ada yang mencari-cari

Allah di dalam gerakan-gerakannya seperti dalam Tarian Sufi, Gerakan di lapangan mengikuti arah

getaran yang acak seperti gerakan Taichi. Ada yang mendekat-dekatkan Ruhnya kepada Allah

yang disebut sebagai Perjalanan Ruhani, dan sebagainya. Banyak sekali macam dan ragamnya.

Metoda-metoda baru dalam mencari-cari Allah dan dalam mendekat-dekatkan diri kepada Allah

seperti itulah sebenarnya yang disebut dengan BIDAH. Sebab tiga generasi Islam awal, Rasulullah

SAW, para sahabat, Tabiin dan Tabit tabiin dulu tidak pernah melakukannya. Jadi Bidah itu bukan

untuk masalah-masalah yang berhubungan dengan perkembangan PERADABAN. Yang namanya

peradaban itu PASTILAH akan berubah menerusi WAKTU.

Saat itu, dengan KUNCI ILMU yang sedang ada ditangan Rasulullah SAW, setiap kali Rasulullah

SAW mengajarkan sesuatu ilmu tentang mengenal Allah (Makrifatullah), semua orang yang

mendengarkan syarahan Beliau saat itu, dengan sangat mudahnya bisa memahaminya. Ya,

tanpa bersusah-susah melakukan cara-cara yang aneh seperti diatas, seketika itu juga para

sahabat yang Beliau ajar atau syarah itu bisa mengerti dan paham. Mereka langsung BERIMAN

kepada Allah dan BERIMAN pula kepada Kerasulan Beliau.

Dan yang lebih aneh lagi saat itu adalah, begitu SATU PINTU ILMU dibukakan oleh Rasulullah

kepada para Sahabat Beliau, maka, dengan sangat mengejutkan, pintu-pintu Ilmu yang lainnya

terbuka pula satu persatu dengan sangat mudahnya. Makanya dengan sangat mudah para sahabat

itu berkata, shadaqta ya Rasulullah, kami dengar, kami mengerti, dan akan kami lakukan ya

Rasulullah. Saat itu memang umat Islam sedang berada pada puncak ketinggian Ilmu dan

kemegahan peradaban. Satu persatu hukum-hukum Allah (sunatullah) tersibak menjadi berbagai

Ilmu dan Teknologi yang nantinya akan sangat berguna bagi kemaslahatan hidup umat manusia.

Akan tetapi, walaupun saat itu ilmu dan teknologi sudah berkembang dengan sangat pesat dan

mencengangkan, namun dalam hal BERIBADAH, tidak ada satupun diantara para tiga generasi

Awal Islam itu yang menambah-nambah cara beribadah kepada Allah dengan cara-cara yang baru

diluar yang dicontohkan oleh Rasulullah. Semuanya hanya MENYAMPAIKAN apa-apa yang telah

diajarkan oleh Rasulullah kepada mereka. Tidak ada diantara mereka yang MEMAKAI ilmu yang

disampaikan oleh Rasulullah itu sebagai Ilmu milik mereka sendiri. Tidak ada. Mereka bahkan

tidak berani menambah-nambahinya dengan pemahaman dan cara-cara ibadah menurut rekaan
dan ciptaan mereka sendiri. Mereka tidak menyampaikan tafsiran-tafsiran yang nantinya akan

menyusahkan umat.

Makanya ibadah-ibadah pada zaman itu tidak ada yang aneh-aneh. Praktek mengingat Allah

(dzikrullah) yang mereka lakukan tidak ada yang aneh-aneh. Puasa mereka tidak ada yang aneh-

aneh. Haji dan umrah mereka tidak ada yang aneh-aneh. Haji dan Umrah mereka tidak perlu

berkali-kali seperti yang dilakukan oleh umat Islam sekarang ini. Malam hari mereka isi dengan

beribadah, terutama di sepertiga malam terakhir sampai pagi. Siang mereka banyak berpuasa.

Shalat wajib dan shalat-shalat sunnah mereka kerjakan dengan istiqamah. Sedekah mereka

lakukan dengan penuh semangat. Kepada tetangga mereka sangat penuh perhatian. Mereka tidak

pernah memaki dan menghardik. Kehidupan mereka benar-benar seperti kehidupan orang biasa

saja. Tidak ada perbedaan yang berarti antara khalifah dengan rakyat jelata. Mereka saling

membantu dan saling menghormati.

Kalau mereka ingin berjumpa dengan Allah, mereka hanya melakukan Shalat, baik yang wajib

maupun yang sunat. Setiap punya masalah mereka Shalat dua rakaat. Setiap minta pertolongan

atas permasalahan apa saja yang sedang mereka hadapi, mereka hanya melakukan shalat,

shalat, dan shalat!. Dan merekapun kemudian mendapatkan JAWABAN-JAWABAN dari Allah

terhadap semua permasalahan yang sedang mereka hadapi. Pertolongan demi pertolongan dari

Allahpun datang kepada mereka dalam bentuk sesuatu yang tanpa mereka duga-duga sama

sekali.

Dan saat pertemuan dengan Allah di dalam Shalat itu, Para Sahabat Nabi yang mulia itu juga tidak

perlu melakukan berbagai PERJALANAN ROHANI apa-apa seperti yang banyak dilakukan oleh

orang-orang yang hidup pada generasi 400 tahun setelah kewafatan Rasulullah. Praktek-praktek

seperti ini ternyata ada yang berlanjut sampai sekarang ini.

Pertanyaannya adalah: kita mau berjalan kemana?; kita mau pergi kemana?. Proses pergi

dan memperjalankan rohani itulah sebenarnya yang nantinya akan menyebabkan kita merasa

terpisah dan jauh dengan Allah.

Nantinya, dari sinilah titik awal munculnya berbagai konsep spiritualitas yang ternyata masih

bertahan sampai saat ini, seperti Wahdatul Wujud, Nur Muhammad, Hulul, emanasi, Fana Fillah,

Baqabillah. Dan kalau kita amati dengan seksama, maka ketika kita berusaha mendekat kepada

Allah atau malah sekalian bersatu dengan Allah itu, maka saat itu akan ada DUA KEWUJUDAN.

Adanya DUA WUJUD seperti ini, dalam pandangan Kacamata Makrifatullah, adalah sebuah

KESYIRIKAN.

Dan sejak itu pulalah umat Islam mulai kehilangan ilmu yang sebenarnya tentang MENGENALI

ALLAH (Makrifatullah) dan ilmu tentang MENGINGATI ALLAH (Dzikrullah). Hilang kedua hal ini,

Makrifatullah dan Dzikrullah, maka hilang pulalah makna SHALAT yang sebenarnya yang sedang

kita lakukan. Karena shalat itu sebenarnya adalah prosesi Dzikrullah!. Dan sejak itu, hilang
pulalah dengan cepat bekas-bekas shalat, bekas puasa, bekas sedekah, bekas haji dan umrah dari

sebagian besar umat Islam. Walaupun jumlah umat Islam berkembang dengan sangat pesat,

namun JEJAK yang ditorehkan oleh umat Islam dalam membangun peradaban sangatlah KECIL

sekali.

Saya sendiri begitu terkaget-kaget saat mengetahui tentang hal ini. Sebab sebelum saya

mengenal ilmu Makrifatullah menerusi jalan Nabi-Nabi ini, saya masih berkutat dengan hal-hal

seperti diatas. Untuk bertemu Allah harus di depan Kabah. Saya juga masih beranggapan bahwa

untuk bertemu Allah itu saya juga harus melakukan sebuah PERJALANAN ROHANI. Perjalanan RUH

saya yang pergi mendekat kepada Allah, atau Ruh saya didekat-dekatkan kepada Allah. Dan

karena saat itu memang ada rasanya, maka saya anggap itu adalah hal yang benar. Apalagi dari

buku-buku tasawuf yang saya baca, dan pengajaran-pengajaran yang saya terima, seakan-akan

memang perjalanan rohani itu adalah sebuah aktifitas wajib yang harus saya lakukan agar saya

bisa khusyu dalam beribadah, apalagi kalau saya ingin bisa mendapatkan ilham dan pengajaran

dari Allah, dan agar saya bisa tenang dan bahagia.

Akan tetapi dengan berbekal ilmu Makrifatullah yang disampaikan oleh Arif Billah Ustadz Hussien

Bin A Latiif, ternyata semua paradigma dan ilmu-ilmu diatas yang juga sedikit banyaknya telah

saya punyai sebelumnya, seketika itu juga rontok dan gugur tanpa sisa. Karena, dengan ilmu

Mengenal Allah (makrifatullah) dengan kesadaran yang Jati, yang KUNCI ILMUNYA ternyata ada

pada Beliau, saya dikejutkan dengan kenyataan bahwa sebenarnya saya, semua manusia, dan

semua ciptaan Allah yang lainnya TIDAK PERNAH TERPISAH dengan Allah.

Kita semata-mata adalah penzhahiran dari sedikit Dzat-Nya Yang sedikit. Kita dan semua ciptaan-

Nya tenyata adalah TIDAK WUJUD. Kita dan seluruh ciptaan-Nya yang lain ternyata adalah Dzat-

Nya Yang Dzahir. Dan Disebalik Dzat-Nya Yang Dzahir itu ada SEDIKIT Dzat-Nya Yang Bathin.

Tidak terpisah Dzat-Nya Yang Dzahir dengan Dzat-Nya Yang Bathin itu. Dzat-Nya Yang Dzahir dan

Dzat-Nya Yang Bathin itu bisa disebut juga dengan Dzat-Nya yang berada di dalam Lauhul Mahfuz.

Tidak terpisah Dzat-Nya yang sedikit itu dengan Dzat-Nya yang keseluruhan Yang Maha Indah.

Pantas Imam Al Ghazali berkesimpulan bahwa: Orang yang mengenal dirinya dan mengenal

Tuhannya niscaya sudah pasti ia mengenal bahawa ia tiada mempunyai wujud bagi

dirinya, Ihya Ulumiddin Bk. 7, 427 (1981). Sebab yang wujud sebenar-benar wujud ternyata

adalah Dzat-Nya saja. Dzat-Nya itulah yang menjadi Wajibul Wujud bagi semua ciptaan. Tanpa

Allah merelakan sedikit Dzat-Nya atau DIRI-NYA menjadi Unsur dasar bagi penciptaan semua

ciptaan, maka tidak akan pernah ada satupun ciptaan yang akan terzhahir.

Bersambung

ulis dalam INSPIRASI | 1 Comment


DUDUKNYA ORANG BERMAKRIFATULLAH, Bagian-10
September 11, 2015 oleh Murid Dalam Sikap Bertuhankan Allah SWT.
5. Ilmu-ilmu diatas akan sangat sulit sekali mengantarkan kita untuk paham dengan berbagai

ayat-ayat dan hadist-hadist tentang MAKRIFATULLAH yang ciri-cirinya disebutkan Allah di dalam

ayat:

Engkau melihat mata mereka mencucurkan air mata disebabkan kebenaran yang mereka ketahui,

sambil mereka berkata: Wahai Tuhan kami, kami beriman, oleh itu tetapkanlah kami bersama-

sama orang-orang yang menjadi saksi, Al Maidah (5):83. Akan tetapi kenyataannya berkata lain,

ayat ini tetap menjadi ayat langit yang realitasnya entah seperti apa. Semua kita seperti tak henti-

hentinya mencari dan mencari, tangis seperti apakah gerangan yang diberitakan oleh ayat ini

Ayat-ayat dan hadist-hadist itu sudah sering kita baca, kita tulis, kita diskusikan, dan bahkan kita

khutbahkan. Sudah ada pula beribu-ribu buku yang membahasnya, akan tetapi beribu pula

ketidakmengertian malah yang kita dapatkan.

Tidak ada satupun dari ayat-ayat itu yang berhasil memberikan PUKULAN yang memberikan LUKA

menahun pada HATI kita. Luka yang akan kembali menganga setiap kali kita membaca ayat-ayat

Makrifatullah, sehingga kulit kita, daging-daging yang berada dibawah kulit kita, bahkan tulang

kita, menjadi menggigil seperti kedinginan karena perasaan takut kita kepada Allah. Ayat-ayat

yang sebenarnya akan menyebabkan air mata kita jatuh bercucuran, disebabkan KEBENARAN

yang akhirnya kita dipahamkan oleh Allah. Kita benar-benar menjadi SADAR dan DIKEJUTKAN

tentang KEBENARAN akan:

Dia Yang Maha Besar, Ar Rad (13):9

Allah yang Maha Luas, Al Hajj (22):62

Yang Maha Tinggi, Al Mukmin (40):12

Dia-lah Yang Awal dan Yang Akhir, Al Hadid (57):3

(Dia-lah) Yang Zahir dan Yang Batin, Al Hadid (57):3

Dia Maha Halus lagi Maha Mengetahui?, Al Mulk (67):14

Tiada sehelai daun jatuh tanpa Dia mengetahuinya, Al Anaam(6):59

Allah sentiasa Meliputi akan tiap-tiap sesuatu, An Nisa (4):126.

Demi Dzat yang menguasai diriku!, Sahih Muslim Bk.1, 57 (1994)

Sesungguhnya Dia Maha Melihat, Al Mulk (67):19

Sesungguhnya Allah Mengetahui segala sesuatu, Al Hijr (15):25.


Dan Allah Maha mengetahui segala isi hati, At Taghabun (64):4

Dialah yang Maha Mendengar, Al Mukmin (40):56

Allah Maha Mengawasi segala sesuatu, Al Mujadilah (58):7.

Dan Allah jualah yang memiliki timur dan barat, maka ke mana sahaja kamu menghadap di situ

ada wajah (Dzat) Allah, Al Baqarah (2):115

Dia bersama kamu di mana sahaja kamu berada, Al Hadid (57):4.

Kami lebih dekat kepadanya dari urat nyawanya, Qaaf (50):16.

Maka (yang sebenarnya) bukan kamu yang membunuh mereka, akan tetapi Allah-lah yang

membunuh mereka, dan bukan kamu yang melempar ketika kamu melempar tetapi Allah yang

melempar, Al Anfaal (8):17.

Anak Adam melukaiKu dengan mencaci Masa kerana Masa itu adalah Aku, Sunan Abu Dawud Vol.

3, 1452 (1990).

Allah cahaya langit dan bumi. Perumpamaan cahaya Allah, adalah seperti sebuah lubang yang tak

tembus, yang di dalamnya ada pelita besar. Pelita itu di dalam kaca (dan) kaca itu seakan-akan

bintang (yang bercahaya) seperti mutiara, yang dinyalakan dengan minyak dari pohon yang

banyak berkahnya, (yaitu) pohon zaitun yang tumbuh tidak di sebelah timur (sesuatu) dan tidak

pula di sebelah barat (nya), yang minyaknya (saja) hampir-hampir menerangi, walaupun tidak

disentuh api. Cahaya di atas cahaya (berlapis-lapis), Allah membimbing kepada cahaya-Nya siapa

yang Dia kehendaki, dan Allah memperbuat perumpamaan-perumpamaan bagi manusia, dan Allah

Maha Mengetahui segala sesuatu, An Nur (24):35

Jutaan, ratusan juta, bahkan milyaran orang sebenarnya ingin bisa mereguk madu Makrifatullah

yang indikasinya telah Allah hamparkan di dalam ayat-ayat Al Quran seperti diatas, dan sebanyak

itu pula orang yang ingin untuk duduk tenteram dalam Dzikrullah yang mengasyikkan. Akan tetapi

hampir sebanyak itu pula yang gagal mendapatkannya. Kita bertanya dan bertanya, kita mencari

dan mencari.

Akan tetapi PINTU untuk kesana seperti sudah ditutup rapat oleh Allah. Kunci Ilmunya seperti

masih tersimpan rapi disuatu tempat menunggu seorang Arif Billah untuk menerimanya yang akan

bisa membuka pintu tersebut. Seorang Arif Billah yang akan menggairahkan umat manusia

diseluruh dunia dan bahkan bangsa Jin untuk kembali mengikuti ajaran-ajaran Rasulullah SAW

dengan mudah. Semudah para sahabat Nabi dahulu menerima pelajaran dari Nabi.

Demikianlah.

Maka apabila Allah berkehendak untuk memilih seseorang Hamba-Nya dan melebihkannya dari
sekalian makhluk-Nya yang lain serta melengkapkan ke dalam batinnya cahaya makrifat, niscaya

akan dilihat-Nya orang itu dengan pandangan keutamaan dan kerahmatan, dibukakan baginya

pintu-pintu hidayat, lalu dimuliakanNya dengan sifat kesedaran, dikejutkanNya daripada lelapan

orang-orang lalai. Saiyid Ahmad Ar Rifai, Benteng Diri Ahli Hakikat Dalam Meniti Makrifat kepada

Allah, 42 (1994).

Allah anugerahkan kepadanya ilmu ladunni (ilmu yang langsung dari sisi Allah) suatu ilmu yang

diilhamkan oleh Allah ke dalam hati seseorang hamba-Nya tanpa belajar melalui perantaraan guru

(talqin masyayikh) ilmu mana tidak akan hilang dan tidak akan dilupakan. Seseorang yang

mendapat ilmu yang seperti ini adalah yang benar-benar alim. Syekh M. Nafis Al Bajaree, Ad

Darunnafis, 84 (?).

Hati mereka menjadi gedung ilmu Allah yang amat berharga dan orang itu akan diberi Allah

rahsia-rahsia yang tidak diberinya kepada orang lain. Allah telah memilih mereka dan membawa

mereka ke sisi-Nya. Hati mereka akan dilapangkan untuk menerima rahsia-rahsia ini dan ilmu-

ilmu yang tinggi. Allah jadikan mereka itu pelaku dan lakuanNya dan pengajak manusia kepada

jalan Allah dan melarang membuat dosa dan maksiat. Jadilah mereka itu orang-orang Allah.

Mereka mendapat bimbingan yang benar. Mereka boleh memberi pertolongan kepada orang-orang

yang benar dan mengesahkan kebenaran orang lain. Mereka ibarat timbalan nabi-nabi dan rasul-

rasul Allah. Mereka sentiasa mendapat taufik dan hidayah dari Allah Yang Maha Agung. Syeikh

Abdul Qadir Al Jilani, Futuh Ghaib, 95 (1990).

Hendaklah kamu segera mencari cahaya bicara orang-orang Arif-Billah itu sebelum

kewafatannya. Saiyid Ahmad Ar Rifai, Benteng Ahli Hakikat, 112 (1994).

Pada satu-satu zaman ataupun di dalam satu wilayah ataupun di peringkat antarabangsa hanya

ada satu. Martin Lings, Shaikh Ahmad Al Alawi Wali Sufi Abad 20, 70 (1995).

Dengan Kunci Ilmu yang ada ditangan Arif Billah tersebut, maka barang siapa yang dikehendaki

oleh Allah, ia akan dengan penuh gelora akan bersedia menerima kucuran ilmu dari Arfi Billah

tersebut, sehingga satu persatu pintu ilmu yang lainpun terbuka pula baginya dengan sangat

terang benderang.

Andaikata kamu mengenali Allah Taala dengan sebenar-benar pengenalan, niscaya kamu akan

diajarkan-Nya suatu ilmu yang tiada lagi sesudahnya sifat kejahilan. Sayid Ahmad Rifai, Benteng

Ahli Hakikat, 33 (1994).

Barangsiapa dikehendaki Allah akan kebaikan padanya maka Allah memberikan kefahaman dalam

soal Agama. Sunan At Tirmidzi Bk 4, 273 (1993).


Dan alhamdulillah, ternyata saya termasuk salah satu dari segelintir orang yang sudah ditakdirkan

oleh Allah untuk meyakini akan kearifbillahan Ustadz Hussien Bin Abdul Latiff. Kepada Beliaulah

saya sekarang ini menimba Ilmu. Dan sikap saya kepada Beliau hanya mencontoh sikap seorang

BILAL terhadap Rasulullah Muhammad SAW. Saya hanya seorang bodoh yang sedang dalam masa

bimbingan seorang Arif Billah.

Bersambung

Ditulis dalam INSPIRASI | 2 Komentar


Dzat-Mu Di Sebalik Semua ini
September 10, 2015 oleh Murid Dalam Sikap Bertuhankan Allah SWT.

Salah Satu Nazam (Lagu) Makrifat Ustadz Hussien BA Latiff yang akan segera di rilis

Bilaku terpandang dunia yang permai ini.

Bilaku melihat langit indah terperi

Namun di dalam hatiku, aku mengetahui

Dzat-Mu disebalik semua ini

Benarlah benarlah pandangan hati

Benarlah benarlah pandangah hatiku ini

Bilaku melihat burung-burung berterbangan

Bilaku merasakan angin bertiupan

Namun di dalam hatiku, aku mengetahui

Dzatmu di sebalik semua ini

Benarlah benarlah pandangan hati

Benarlah benarlah pandangah hatiku ini

Bilaku tercium haruman bunga-bunga

Bilaku merasakan nyaman suasana

Namun di dalam hatiku, aku mengetahui

Dzatmu di sebalik semua ini

Benarlah benarlah pandangan hati

Benarlah benarlah pandangah hatiku ini

Bilaku memandang di sekelilingku

Dan melihat pada kewujudanku

Namun di dalam hatiku, aku mengetahui

Dzatmu di sebalik semua ini

Benarlah benarlah pandangan hati

Benarlah benarlah pandangah hatiku ini


Bila kesemua ciptaan dinafikan

Maka hilanglah segala kewujudan

Namun di dalam hatiku, aku mengetahui

Dzatmu di sebalik semua ini

Benarlah benarlah pandangan hati

Benarlah benarlah pandangah hatiku ini

&&

Ditulis dalam INSPIRASI | Leave a Comment


DUDUKNYA ORANG BERMAKRIFATULLAH, Bagian-11
September 23, 2015 oleh Murid Dalam Sikap Bertuhankan Allah SWT.

6.Ilmu-ilmu diatas, tidak hanya banyak gagalnya untuk membawa kita memahami ayat-ayat

tentang makrifatullah, akan tetapi juga banyak gagalnya dalam memahamkan kita tentang ayat-

ayat, Al Hadist, dan Pendapat Arif Billah yang berkenaan dengan TAKDIR atau RUKUN IMAN KE-6,

misalnya:

Tiap-tiap manusia itu telah Kami tetapkan amal perbuatannya (sebagaimana tetapnya kalung)

pada lehernya. Al Israa (17):13.

Orang-orang itu akan memperoleh bahagian yang telah ditentukan untuknya dalam kitab. Al Araaf

(7):37.

Dan berkatalah orang-orang yang berilmu serta beriman: Demi sesungguhnya, kamu telah tinggal

menurut yang terkandung dalam Kitab Allah sampai ke hari kebangkitan. Ar Rum (30):56

Orang-orang golongan bahagia mereka akan dipermudahkan untuk melakukan amalnya orang-

orang bahagia. Adapun golongan orang celaka, dia juga pasti akan mengarah pada amalnya

orang-orang celaka. Terjemahan Sahih Muslim Bk.4, 575 (1994); Terjemahan Sahih Al Bukhari Bk.

8, 402 (1987).

Tak seorang pun daripada kamu kecuali sudah ditetapkan tempatnya di syurga atau di neraka.

Terjemahan Sunan Ibnu Majah Bk.1, 66 (1992).

Kamu tidak ada pilihan sendiri dalam perkara ini. Syeikh Abdul Qadir Al Jilani, Futh Ghaib, 32

(1990)

Sesungguhnya kehidupan dunia hanyalah permainan dan senda gurau. Muhammad (47):36

Sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah kesenangan (sementara) dan sesungguhnya akhirat

itulah negeri yang kekal. Muhammad (40):39


Dengan yang demikian itu, janganlah kamu menyalahi-Nya dalam lakuan-Nya yang terzahir

melalui kamu meskipun itu tidak kamu sukai dan tidak sesuai dengan kehendak kamu dan

meskipun pada zahirnya membahayakan kamu. Syeikh Abdul Qadir Al Jilani, Futuh Ghaib,163;

149; 145; 83; 56 (1980).

Hendaklah sentiasa sabar, redha dan menyesuaikan diri kamu dengan Allah, dan tenggelamkan

diri kamu ke dalam lautan lakuanNya. Syeikh Abdul Qadir Al Jilani, Futuh Ghaib, 153(1990)

Sesungguhnya rencana-Ku amatlah teguh: Al Araaf (7):183.

Kamu sekali-kali tiada akan mendapati perubahan pada sunnah Allah: Al Ahzab (33):62.

Allah Maha Bijaksana: An Nisa (4):170

Tidaklah Kami alpakan sesuatupun di dalam al Kitab: Al Anaam (6):38.

Tidak luput dari pengetahuan Tuhanmu biarpun sebesar zarrah (atom) di bumi ataupun di langit.

Tidak ada yang lebih kecil dan tidak (pula) yang lebih besar dari itu melainkan (semua tercatat)

dalam kitab yang nyata Loh Mahfuz. Yunus (10):61; Al Qamar (54):52-53.

Tidak ada sesuatu musibah pun yang menimpa seseorang kecuali dengan izin Allah. At Taghabun

(64):11.

Tiadalah memberi mudarat sedikit pun kepada mereka, kecuali dengan izin Allah. Al Mujadilah

(58):10

Sesuatu yang bernyawa tidak akan mati melainkan dengan izin Allah. Ali Imran (3):145.

Allah telahpun menentukan kadar dan masa bagi berlakunya tiap-tiap sesuatu At Talaq (65):3)

Dan tidak ada seorang pun akan beriman kecuali dengan izin Allah. Yunus (10):100

Allah mengeluarkan orang-orang itu dari gelap gulita kepada cahaya yang terang benderang

dengan seizin-Nya. Al Maidah (5):16

Sesungguhnya Allah Berkuasa atas segala sesuatu. Al Baqarah (2):20

Dan Dialah yang Berkuasa atas sekalian hamba-hamba-Nya. Al Anaam (6)18

Mereka berkata, Apakah ada bagi kita barang sesuatu (hak campurtangan) dalam urusan ini?.

Katakanlah, Sesungguhnya urusan itu seluruhnya di tangan Tuhan. Ali Imran (3):154.

Katakanlah, Semuanya dari Allah. Mengapa orang-orang itu hampir tidak memahami perbicaraan

sedikitpun?. An Nisa (4):78.


Maka adakah patut kamu menyangka bahawa Kami hanya menciptakan kamu sahaja dengan tiada

sebarang hikmah pada ciptaan itu?. Al Muminun (23):115

(Ingatlah), tidaklah Kami menciptakan langit dan bumi serta segala yang ada di antara keduanya

melainkan dengan ada gunanya yang benar . Al Ahqaf (46):3.

Allah tidak menjadikan semuanya itu melainkan dengan adanya faedah dan gunanya yang

sebenar. Yunos (10):5.

Kerana boleh jadi kamu bencikan sesuatu, sedang Allah hendak menjadikan pada apa yang kamu

benci itu kebaikan yang banyak. An Nisa (4):19

Sesunguhnya dia telah memikirkan dan menetapkan maka celakalah dia ! Bagaimana dia

menetapkannya? Kemudian celakalah dia ! Bagaimana dia menetapkannya?. Al Muddathsir

(74):18-20.

Dan kepunyaan Allah-lah segala apa yang tersembunyi di langit dan di bumi. An Nahl (16):77

Tiadakah kamu mengetahui bahwa kerajaan langit dan bumi adalah kepunyaan Allah? . Al Baqarah

(2):107.

Bahwa kekuatan itu kepunyaan Allah semuanya. Al Baqarah (2):165

Ketahuilah, bahwa segala hukum kepunyaan-Nya. Al Anaam (6):62

Hendaklah engkau beriman kepada Allah, kepada malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, para utusan-Nya,

dan Hari Akhir (kiamat) serta beriman kepada takdir dan buruknya takdir. Terjemahan Sahih

Muslim Jilid 1, 5 (1994).

Seandainya salah seorang di antara mereka mempunyai emas segunung Uhud yang dia nafkahkan

maka Allah tidak bakal menerimanya sebelum dia beriman kepada TAKDIR. Terjemahan Sahih

Muslim Jilid 1, 5 (1994).

Maka perlu engkau ketahui bahawa musibah yang menimpa kamu tak akan hilang daripadamu.

Dan sesuatu yang mesti terlepas daripadamu tak akan dapat memberikanmu musibah. Dan jika

engkau mati dengan keyakinan selain ini, pasti engkau akan masuk ke neraka: Terjemahan Sunan

Ibnu Majah Bk. 1, 65 (1992).

Dan jika engkau tertimpa dengan sesuatu musibah maka janganlah berkata, Seandainya sahaja

aku berbuat begini dan begini. Akan tetapi katakanlah, Allah sudah mentakdirkan dan apa yang

Dia kehendaki pasti dilaksanakan-Nya. Ketahuilah bahawa kata, Seandainya akan membuka

jalan bagi syaitan untuk menggoda. Terjemahan Sunan Ibnu Majah Bk 1, 67 (1992).
Nabi Musa as berkata, Hai Adam, engkau adalah bapa kami tetapi engkau telah mempersia-

siakan kami serta mengeluarkan kami daripada syurga kerana dosa-dosamu. Nabi Adam as

menjawab, Hai Musa, Allah telah memilihmu dengan Kalam-Nya dan menulis Taurat untukmu

dengan tangan-Nya maka apakah engkau menyalahi aku atas perkara yang telah ditakdirkan Allah

kepadaku 40 tahun sebelum aku diciptakan?. Terjemahan Sunan Ibnu Majah Buku 1, 68 (1992).

Sesungguhnya Allah tidak menganiaya seseorang walaupun sebesar zarrah. An Nisa (4):40.

Kamu tidak akan dianiaya sedikitpun. An Nisa (4):77.

Sesungguhnya Allah tidak berbuat zalim kepada manusia sedikitpun akan tetapi manusia itulah

yang berbuat zalim kepada diri mereka sendiri. Yunos (10):44; Ar Rum (30):9.

Ayat-ayat, hadist-hadist dan pendapat Arif Billah di atas dengan jelas ataupun tersamar

menyatakan bahwa takdir yang BAIK maupun takdir yang BURUK semuanya, 100 %, adalah

berasal dari Allah. Namun kita gagal untuk memahaminya. Kita gagal memahami bahwa apapun

yang terjadi pada diri kita maupun orang lain semuanya itu (sejak FIRMAN KUN):

Sudah dituliskan oleh Allah,

Sudah sudah ditetapkan oleh Allah,

Sudah diizinkan oleh Allah,

Sudah tersusun dengan teguh, rapih, lengkap, dan sempurna. Karena semua itu memang disusun

oleh Allah Yang Maha Sempurna.

Sudah tidak bisa berubah lagi, sebab segala perubahan dan persyaratan atas penzhahirannyapun

sudah dituliskan.

Sudah terukur dengan sempurna. Tidak ada satupun yang terlupakan.

Sudah diselipkan pula berbagai HIKMAH yang wajib kita baca sebagai bahan pelajaran bagi kita

khususnya, dan bagi umat manusia umumnya, untuk bekal kita dalam mengarungi kehidupan

dikemudian hari.

Kebanyakan kita GAGAL dalam mengimanai takdir seperti ini karena kita keliru dalam memahami

ayat Al Quran, semisal:

Sesungguhnya Allah tidak akan merubah keadaan suatu kaum sebelum mereka mengubah

keadaan diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap suatu kaum,

maka tidak ada yang dapat menolaknya dan tidak ada pelindung bagi mereka selain Dia. Ar-Radu

(13): 11 .

Satu ayat ini saja, yang kita keliru memahaminya, telah membawa kita MERASA BISA untuk

mengatur-atur diri kita, mengatur-atur nasib kita, mengatur-atur masa depan kita. Kita merasa
bisa untuk merencana-rencanakan masa depan kita. Dan itupun katanya bisa kita dapatkan

dengan hanya mengatur-ngatur pikiran kita, imaginasi kita, kata-kata kita, dan perasaan kita.

Kita merasa hal seperti itu tidak hanya bisa kita pakai untuk kepentingan diri kita sendiri, akan

tetapi juga untuk kepentingan orang lain. Sehingga akhirnya kita menjadi orang yang dikenal luas

dimana-mana. Dan dengan gagah berani kita mengiming-imingi orang lain bahwa mereka akan

menangguk manfaat yang sangat besar bila mengikuti saran-saran kita. Seperti dijamin berhasil

begitu.

Akan tetapi, supaya tidak berkesan sombong, kita kemudian menutupnya dengan ucapan: apa-

apa hasil yang baik adalah dari Allah, sedangkan apa-apa hasil yang buruk dari kebodohan kita

sendiri .

Yang lebih parah lagi adalah segala sesuatunya mulai jadi BERMASALAH bagi kita. Kita mulai tidak

bisa menerima apapun yang terjadi yang tidak sama dengan apa yang kita harapkan baik pada diri

diri kita, maupun pada keluarga kita, dan pada kelompok kita. Makanya apapun yang kita lihat,

kita baca, dan kita dengar membaca apa yang tertulis dan tergambar didepan mata kita.

Kalau pada sesama manusia, sudah dapat dipastikan bahwa, dengan kata-kata yang alangkah

kasarnya (walau kadangkala sudah dicoba dihalus-haluskan, namun tetap terasa kasar dan

menusuk perasaan), kita akan menolak, mencaci, menghujat, melaknat, dan memaki orang yang

kita anggap berseberangan dengan kita.

Sedangkan kepada Allah, untuk setiap peristiwa dan kejadian buruk yang menimpa kita, kita akan

selalu dan selalu berkata: Kenapa ya Allah ini terjadi pada saya, pada keluarga saya, bukankah

saya selalu berbuat baik dan selalu menjalankan perintah-Mu?.

Gagal dalam mengimani TAKDIR atau Rukun Iman ke-6 inilah sumber permasalahan kita yang

akan selalu membuat kita menderita, dan ilmu-ilmu diatas hanya akan menyelesaikan

permasalahan kita itu pada tingkat kulit luarnya saja. Dengan sangat mengejutkan kita juga akan

segera merasakan tingkat keberadaan atau tingkat KEAKUAN kita meningkat dengan sangat cepat.

Selalu akan ada kita dan ada pula Allah. Akan selalu ada dua wujud yang saling kalah

mengalahkan, dan pada akhirnya dengan terpaksa kita akan selalu merasa kalah dan menjadi

korban permainan takdir Allah. Merasa ada tapi akhirnya kita harus merasa kalah, itu alangkah

sakitnya. Tersiksa dan menderita

Firasat kita akan menjadi lemah dalam menghadapi berbagai masalah kehidupan. Dan kita juga

akan selalu gagal untuk memetik HIKMAH dan membaca PELAJARAN dari setiap peristiwa yang

kita hadapi. Pada akhirnya kita akan selalu saja tertinggal dari perputaran zaman yang selalu

menuntut kebaharuan
Bersambung

Ditulis dalam INSPIRASI | 3 Comments


DUDUKNYA ORANG BERMAKRIFATULLAH, Bagian-12
September 30, 2015 oleh Murid Dalam Sikap Bertuhankan Allah SWT.

7. Dengan memakai atau menerima pengaruh dari ilmu-

ilmu diatas, umat Islam hampir saja kehilangan pemaknaan TOTAL tentang HATI dan DIMANA LET

AK dari HATI tersebut. Karena memang sejak 400 tahun setelah Rasulullah Wafat, banyak umat Is

lam yang TERSILAP dalam memaknai HATI ini. Hati itu dikira ada di dalam DADA (SUDUR), atau H

ati itu dikira ada di dalam JANTUNG yang diistilahkan dengan QALB.

Lalu dada atau qalb itu dijadikan orang sebagai OBJEK yang paling utama dan paling pertama untu

k DITAMPAR dengan lafaz-

lafaz dzikir dan istighfar agar dada atau qalb itu bisa menjadi tenang dan bersih sehingga mudah d

imasuki oleh ilham TAQWA berupa munculnya rasa cinta, senang, tenang, damai, bahagia dan pela

jaran-

pelajaran lainnya. Sebab ternyata hampir bagi semua orang, kita merasakan dada kita itu sempit

dan sakit terus melihat apapun yang terjadi disekeliling kita. Kita mengira saat itu dada kita sedan

g dimasuki oleh ilham FASIK berupa munculnya rasa marah, iri, benci, tamak, loba, susah, takut,

khawatir yang terasa ada di dalam dada kita itu.

Praktek ini menggejala hampir kesemua lapisan masyarakat, karena sejak itu pengamal tasawuf ja

lan wali-

wali yang kebanyakan adalah wali tarekat, memang mewarnai spiritual Islam dengan sangat kuat.

Berbagai macam tarekat bermunculan dengan cepat, seakan-

akan agama Islam itu sudah dipecah-

pecah orang menjadi Islam dengan pengamalan tarekat model A,B,C, dan sebagainya.

Sedangkan ulama-ulama tasawuf jalan Nabi-Nabi seperti Imam Al Ghazali sudah mewanti-

wantinya sejak awal bahwa bahwa kaum sufi wali-

wali (tarekat) tidak mau mengakui bahwa bahwa mereka telah salah dalam memberi nama HATI it

u. Kesalahan itu sudah sangat sulit untuk terhapus dari kepahaman mereka. Ia sudah sangat berk

embang dari mulut kemulut, dari tulisan ke tulisan, dan melekat erat pada hati mereka. Kaum sufi

tersebut mencela minda atau akal dan apa-apa yang bisa dipahami oleh akal tersebut.

Akan tetapi peringatan Iman A Ghazali itu tidak menjadi perhatian lagi bagi kaum sufi jalan wali-

wali tarekat karena mereka asyik sendiri mencari rasa demi rasa dalam berdzikir. Sedangkan umat

Islam yang lainnya yang tidak mengikuti tasawuf jalan wali-


wali, asyik sendiri pula menghafal dalil demi dalil untuk saling diperdebatkan. Jadilah umat islam it

u terpecah-

belah menjadi dua golongan besar. Yang satu golongan asyik berburu rasa dan ilham dengan cara

nya masing-

masing yang disebut dengan TAREKAT A,B,C, dan yang satu golongan lagi asyik pula saling berb

uru dalil dan hukum untuk saling menjatuhkan satu sama lainnya.

Dengan begitu maka lengkaplah prasyarat untuk terzhahirnya umat yang sangat mudah untuk dile

cehkan, umat yang terpecah belah, umat yang saling berperang dan menumpahkan darah. Umat y

ang sudah tidak dapat lagi melihat HIKMAH dari setiap kejadian dan peristiwa selama hampir 1000

tahun kemudian, sehingga nyaris tidak ada satupun lagi penemuan-

penemuan ilmu dan teknologi yang dihasilkan oleh umat Islam sejak saat itu. Umat Islam asyik be

rzikir di dalam rumah-

rumah dzikir bagi yang mengikuti jalan tarekat, dan bagi yang tidak ikut jalan tarekat asyik pula m

embolak-balik berbagai buku dan kitab yang tebal-

tebal untuk menemukan sesuatu yang entah apa. Keduanya asyik, tapi tujuan dalam melakukan k

easyikan itu nyaris tidak dketahui oleh kedua golongan ini. Entah apa yang dicari, entah apa

Padahal tujuan Allah dalam menciptakan manusia dan Jin adalah untuk mengenal dan beribadah k

epada Allah. Kalau kita sudah sudah bisa beribadah hanya kepada Allah, maka insyaallah kita akan

dijadikan PERKAKAS oleh Allah untuk mengujudkan rahmat dan kesenangan bagi umat manudia d

an alam semsta. Sedangkan kalau kita tidak bisa beribadah kepada Allah, kita tetap akan dijadikan

perkakas juga oleh Allah, tetapi perkakas untuk mengujudkan keangkaramurkaan bagi umat man

usia dan alam semesta.

Melihat begitu pentingnya HATI atau AKAL ini yang di dalam Al Quran dikatakan fungsinya adalah

untuk MENGERTI (Taqilun, MENGINGAT (Tadzakkarun), BERPIKIR (Tafakkarun), BERTAQWA (Tatt

aqun) dan untuk itu Hati tersebut dilengkapi dengan MATAHATI / MATA AKAL yang berfungsi untuk

MELIHAT dan MENDENGAR, maka sudah seharusnya umat Islam mulai memperhatikan masalah H

ATI dengan sebenar-benarnya.

Sebab RUH hanya akan IKUT dan PATUH MENGANTARKAN RAGA kita kemana saja kata hati kita b

erdetak sembari ia memberikan UMPAN BALIK berupa RASA tentang hasil demi hasil dari pelaksan

aan kata hati kita itu. Sebab fungsi RUH itu memang utamanya adalah untuk MENGGERAKKAN rag

a kita dan mengirimkan umpan balik kembali ke tubuh kita dalam bentuk RASA.

Karena RUH itu berada dan melayang di dalam seluruh jaringan tubuh kita. Maka umpan balik dari

RUH kepada raga kita itu akan terasa pula di sekujur tubuh kita. Perubahan-

perubahan rasa itu ternyata lebih terasa atau sangat kentara sekali terasa di dalam dada kita. Per
ubahan di dalam dada kita itu adalah seperti menyempit dan melapang. Kalau dada kita terasa me

nyempit, maka nafas kita akan menjadi terengah-

engah, jantung kita akan berdenyut lebih cepat, dan kitapun menjadi sangat mudah untuk menjad

i terbakar api benci, dendam, marah, dan hal-

hal fasik lainnya, yang dikatakan orang sebagai emosi negatif.

Sebaliknya, kalau kita melakukan hal-

hal yang baik dan penuh ketakwaan, umpan balik yang diberikan oleh RUH yang terasa di sekujur

tubuh kita dan dada kita adalah, dada kita itu akan berubah menjadi lapang dan luas. Ada rasa leg

a dan lepas dari beban berat yang menyeruak dan menyembul dan memancar dari dalam dada kit

a itu. Nafas kitapun akan bergerak seperti nafas bayi yang sedang tidur. Denyut jantung kita akan

berada pada denyut yang optimum, otot-

otot kita akan rileks dan kendor. Hal ini merupakan prasyarat untuk RUH kita itu bisa berdesir kelu

ar dari tubuh kita dengan ridha dan tanpa halangan.

Setiap perubahan rasa berikutnya, akan sangat terasa pula dikulit kita. Kulit kita kadangkala merin

ding-

rinding seperti orang yang kedinginan. Akan tetapi tubuh kita sendiri tidak sampai berkocak atau d

an berkelojotan secara kasar. Dinginnya itu bahkan akan terasa sampai ke daging di bawah kulit ki

ta dan bahkan bisa sampai ketulang kita. Itu sangat tergantung dari keadaan yang sedang kita ala

mi Inilah yang mebuat kita seringkali menangis dan menangis

Bersambung

Ditulis dalam INSPIRASI | Leave a Comment


Ilham merupakan Indoktrinasi Allah
September 29, 2015 oleh Murid Dalam Sikap Bertuhankan Allah SWT.

Saya tersentak dan terkaget-kaget tatkala Ustad Hussien Bin Abdul Latiff menyatakan bahwa kita

semua, dan bahkan seluruh ciptaan selalu di indoktrinasi oleh Allah setiap saat agar kita tidak

melenceng dari takdir yang sudah ditetapkan bagi kita masing-masing untuk kita jalani.

Penyampaian indoktrinasi itu adalah tentang suatu isu yang akan selalu kita pegang kuat dalam

perjalanan hidup kita. Penyampaian isu itu benar-benar berat sebelah. Isu itu seperti isu satu arah

yang sangat kuat. Kita tidak diberikan kesempatan atau hak oleh Allah untuk melihat secara

terang dan adil kesemua bagian dari isu itu. Isu itu akan selalu berulang-ulang disusupkan Allah

kedalam PINTU INGATAN KITA mulai dari saat kita bayi sampai saat kita meninggal.
Saat kita bayi, semua kita adalah sama. Tidak ada perbedaan yang signifikan diantara kita. Paling

yang terlihat adalah perbedaan warna kulit saja dan perbedaan berat badan. Saat bayi itu kita

adalah makhluk innocent, makhluk yang suci, fitrah dan tanpa dosa.

Sejak kita dilahirkan itu, sampai kita remaja, dewasa, tua, dan mati, setiap saat kita diindoktrinasi

oleh Allah tentang apa yang harus kita lalui. Apa yang akan kita lalui itulah yang disebut sebagi

TAKDIR yang sudah dicatat, ditulis, digambar, diijinkan, diberi waktu,masa, dan tempat, serta

diberi hikmah.

Untuk menjamin agar takdir yang akan kita lalui itu tidak berubah dari SCRIPT atau skenario yang

telah ditetapkan, berbagai ISU disusupkan-Nya kedalam Minda/Hati kita. Bahkan kita dihantarkan-

Nya berbagai lantaran-Nya agar isu itu bisa kita pahami dan kita mengerti. Sampai ke dalam

mimpipun kita dikejar-Nya untuk itu.

Contoh indoktrinasi yang sangat mencengangkan adalah indoktrinasi tentang isu halal dan haram.

Allah telah mengharamkan umat Islam untuk makan daging babi. Bahkan umat Kristiani dan umat

Yahudipun sebenarnya diharamkan Allah untuk makan daging babi.

Lalu Allah mengindoktrinasi umat Islam setiap saat, diingatkan setiap saat, bahwa babi itu

haram, haram, sehingga melihat daging bagi saja, apalagi sampai memakannya, umat islam

akan muntah-muntah dibuatnya. haram, haram?, kata umat islam berapi-api ketika disuguhi

makanan daging babi.

Akan tetapi, Allah telah mengindoktrinasi sebagian umat manusia yang lain pula bahwa daging

babi itu enak dimakan, menimbulkan selera untuk memakannya. Mereka didoktrin Allah untuk

tidak mengenal halal-haram. Mereka hanya terheran-heran saja mendengar halal-haram. halal-

haram?, apaan tuh, kata mereka.

Untuk memastikan siapa-siapa yang akan memasuki wilayah halal maupun wilayah haram itu,

sungguh Allah akan mengilhamkan (mengindoktrinasi) kepada setiap jiwa itu tentang kefasikan

dan ketakwaannya Dan Allah telah mengajar (mengindoktrinasi) kamu hal-hal apa yang kamu

tidak mengetahuinya.

Salam.

Ditulis dalam INSPIRASI | Leave a Comment


MENITI TAKDIR YANG BERLIKU
September 26, 2015 oleh Murid Dalam Sikap Bertuhankan Allah SWT.
Tulisan ini sengaja saya buat untuk Sahabat Yamas

Indonesia, sebagai testimoni saya dalam menempuh perjalanan panjang saya, yang entah

bagaimana, sepertinya memang sudah ditakdirkan Allah untuk selalu bersentuhan dengan jalan

spiritual atau dalam olah raga dan olah jiwa.

Selepas SMA-I Bukitinggi Tahun 1980, saya mulai bersentuhan dengan Ilmu Al Hikmah yang saya

dapatkan dari sebuah perguruan di Kampung Ambon, Jakarta Timur. Saat itu pulalah awal saya

mulai berkenalan dengan dunia ilmu kontak dan dunia ilmu hipnotis. Sebelum-sebelumnya saya

hanya belajar ilmu-ilmu itu dari membaca berbagai buku saja.

Bangga rasanya saat itu ketika saya turun naik bis kota berkeliling Jakarta. Turun dari satu

terminal keterminal yang lainnya, menantang copet yang saat itu memang sangat banyak

berkeliaran di dalam bis kota dengan lipatan koran ditangan sebagai ciri utama mereka.

Tahun 1984, saat saya masih kuliah di ITB, saya mulai bersentuhan lagi dengan sebuah perguruan

Silat yang tempat latihannya adalah di bilangan Gudang Utara, Komplek Militer, Bandung.

Sungguh gagah rasanya saat itu, dengan sabuk merah dengan pita kecil berwarna tertentu melilit

di pinggang saya, latihan fisik yang sangat berat diimbangi dengan pengolahan pernafasan,

sungguh merupakan pengalaman yang tak akan pernah saya lupakan.

Latihan pembersihan CAKRA, MEDITASI, dan pengolahan berbagai GETARAN adalah bentuk

rutinitas keseharian saya disamping kuliah yang tentu saja sangatlah ketat.

Pembajaan diri ke gunung-gunung di sekitar Bandung, dan di beberapa Pantai di Selatan Jawa,

juga sangat sering saya ikuti. Kaki melepuh, tangan lecet dan sedikit luka, kaki bengkak-bengkak

saat ujian naik tingkat adalah beberapa hal sudah sangat biasa saya alami.

Pada saat yang sama, saat itu saya seperti sedang mencari-cari sesuatu yang saya sendiri tidak

tahu yang saya cari itu apa. Yang ada hanya seperti sebuah kerinduan untuk menemukan sesuatu

yang rasanya sangat-sangat dekat. Akan tetapi dengan berbagai latihan yang saya lakukan itu,

walau sekalipun dengan meditasi yang terdalam di atas gunung yang sepi di CIATER BANDUNG,

kerinduan itu seperti tak pernah terpuaskan. Ada sih sesaat terasa lega dan tenang, rasa rindu
seperti terhapus untuk sesaat, akan tetapi hanya dalam hitungan setarikan nafas kemudian,

kerinduan itu kembali membuncah. Rindu yang membuat dada terasa kering kerontang.

Tanpa terasa, dalam dunia kerja yang saya lalui di sebuah BUMN di Cilegon, sampai dengan tahun

1991, latihan-latihan dari perguruan silat itu tetap saya lakukan. Ada memang terputus sebentar

dari tahun 1992-1995, yaitu saat saya dibiayai oleh negara (Program STAID sebagai buah tangan

dari Bapak Habibi) untuk Kuliah lanjutan di Las Cruses, USA. Namun sepulang dari kuliah itu,

tahun 1995, saya masih melanjutkan kembali latihan-latihan di perguruan silat itu, walau

intensitas fisiknya sudah mulai berkurang. Saya lebih banyak hanya mengolah PERNAFASAN,

CAKRA, GETARAN, dan MEDITASI saja.

Walaupun tengah melakukan semua kegiatan itu, saya alhamdulillah juga masih tetap

tidak pernah meninggalkan shalat dan ibadah-ibadah lainnya. Hanya saja kadangkala saat shalat

itu saya malah gabungkan dengan pengaturan nafas dan berkonsentrasi kepada beberapa

cakra tertentu, terutama cakra dada. Ya, saya seperti sedang bermeditasi saja layaknya.

Tapi bacaan dan gerakan saya adalah bacaan dan gerakan shalat. Aneh sekali sebenarnya.

Shalat kok malah latihan nafas. Tapi ya hanya itulah yang bisa saya lakukan. Karena tanpa

itu, pikiran saya pasti akan melayang-layang entah kemana.

Saat melakukan itu, tenangnya ada sih memang terasa, tapi kerinduan, yang entah

kerinduan kepada apa dan siapa, itu malah semakin sering datang membuncah. Kerinduan itu

pulalah yang membawa saya untuk ikut melakukanSULUK di sebuah desa di Kaki gunung Merapi.

HALABAN, itulah nama desa tempat saya suluk itu. Tahun 1999, di dalam sebuah surau

sederhana, sunyi dan terpencil, di lembah yang penuh dengan tumbuhan itu, saya habiskan 20

hari ramadhan di dalam proses suluk yang menurut saya itu adalah cukup berat. Di dalam surau

yang gelap, karena semua pintu dan jendelanya ditutup itu, siang dan malam hanya saya isi

dengan dzikir Lisan, DzikirQalb, dan dzikir Sirr di dalam kelambu kecil yang saling berdempetan

dengan kelambu yang lain. Di dalam kelambu itu pulalah saya tidur dan makan selama 20 hari itu.

Pada hari kedua suluk yang saya lakukan, mulailah terjadi proses yang memang wajar

bagi seseorang yang sedang suluk. Saat melakukan Tawajuh, Rabithah, dan dzikir

melingkar setelah Shalat Wajib, tubuh saya mulai menggigil dan bergetar hebat. Saat itu sampai

saya berguling-guling dan menggelepar-gelepar seperti hewan yang sedang disembelih.

Semakin saya kuatkan dzikir saya, semakin kuat pulalah fenomena itu terjadi. Dari dalam dada

saya seperti ada yang sedang bergera-gerak ingin naik keatas dan keluar. Tapi mursyid saya

waktu itu hanya duduk disamping saya seperti sedang mendoakan saya.

Pas hari raya Idul Fitri, saat itu saya masih ada di rumah suluk itu, siangnya (waktu

dhuha) mulailah terasa ruh saya seperti berdesir keluar. Saya seperti meninggalkan tubuh saya,
dan saya jadi bebas pergi kemana-mana. Saya terbang ke awan, masuk ke alam yang berwarna

warni dan indah. Sampai di tempat yang terang benderang tapi tidak ada mataharinya.

Bahkan kalau mau ke Mekkah rasanya sekejap saja saya sudah sampai disana. Entah ia entah

tidak, rasanya kening saya juga sempat dikecup oleh Nabi di Masjid Medinah. Ya seperti cerita-

cerita orang-orang yang pernah mengambil jalan tarekatlah

Sejak itu, rumah dinas saya di tempat saya bekerja, mulai ada sebuah kamar khusus untuk saya

berdzikir. Anak dan Istri saya, saya larang masuk saat saya berdzikir itu. Yang saya harapkan saat

itu adalah Ruh saya bisa kembali keluar dari tubuh saya. Karena dalam pemahaman saya, yang

saya dapatkan dari mursyid saya saat itu, keluar Ruh dari tubuh itulah yang dinamakan MIKRAJ.

Kalau bisa malah saat sedang shalat ruh saya itu harus bisa keluar.

Dari hari kehari begitu terus. Tapi walaupun begitu, kerinduan akan sesuatu, yang itu entah apa,

selalu menggedor-gedor relung hati saya untuk terpenuhi. Rasanya masih ada yang tidak kena

dengan apa yang saya lakukan saat itu. Rasanya bukan begini deh yang dicontohkan oleh

Rasulullah. Kok sulit dan ribetnya nggak ketulungan begini.

Dalam ibadah Haji Milenium tahun 2000, di Padang Arafah saya tidak banyak berdoa dari buku

yang diberikan oleh Departemen agama. Sebab buku doa-doa itu hilang diatas mobil dalam

perjalanan dari Jeddah ke Mekkah. Saya hanya duduk bersimpuh dan berdoa agar saya dituntun

oleh Allah untuk menemukan jalan keluar dari kerinduan yang entah kenapa malah semakin

memuncak itu.

DanSepulang dari haji itu, tahun 2001 awal, tiba-tiba saja saya telah mengikuti latihan spiritual

yang saat itu dinamakanPATRAP. Saya begitu dekat dengan H. Slamet Utomo dan Ustad Abu

Sangkan yang merupakan motor penggerak utama Patrap saat itu.

Bertahun-tahun, setiap minggu, saya bersedia datang dari Cilegon ke Bekasi yang jaraknya sekitar

140 Km, untuk berlatih bersama Ustad Abu Sangkan. Bumi perkemahan Cibubur juga merupakan

tempat langganan kami waktu itu untuk melakukanPATRAP GERAK dan PATRAP JALAN PAGI.

Tahun berganti tahun, pada 2012, akhirnya saya meninggalkan metoda

latihanPATRAP dan bergabung hanya dengan Ustadz Abu Sangkan saja, yang kemudian hanya

bergerak dalam mengembangkan Shalat Khusyu saja. Wadahnya adalahShalat Center.

Saya mengikuti berbagai latihan yang Ustadz Abu Sangkan lakukan dengan semangat yang tetap

tidak berubah dari saat-saat awal. Apalagi sejak Beliau memakai Kitab Madarijus Salikin karya

Imam Ibnu Qayyim Al-Jauziyah, kajian demi kajian saya hadiri, uzlah demi uzlah saya ikuti.

Ilmu dari kitab Madarijus Salikin itu secara logika sangat bisa diterima oleh akal. Karena buku itu

lahir dari proses laku yang dialami langsung oleh Imam Ibnu Qayyim Al-Jauziyah. Buku

yang ternyata masih tetap bisa bertahan selama ratusan tahun.


Dengan semua itu, ditambah dengan umur saya yang sudah beranjak senja, saya seharusnya

akan menjadi lebih mudah untuk mendapatkan apa yang selama ini saya rindukan. Harusnya

begitu. Akan tetapi kenyataannya berkata lain. Tiga belas tahun lamanya saya belajar seperti ini,

selama itu pula saya sepertinya tidak memahami apa yang saya pelajari. Entah memang karena

sayanya yang bodoh atau apa. Saya sendiri tidak tahu.

Hal yang paling saya takutkan adalah ketika saya di suruh jadi IMAM SHALAT dalam acara uzlah

atau kajian-kajian lain yang dihadiri oleh banyak orang di Shalat Center Jatibening. Karena banyak

yang katanya bisa membaca bahwa dalam saya mengimami shalat itu, saya tidak nyambung.

Nggak ada getaran imannya. Menakutkan sekali. Saya nyaris putus asa. Saya akhirnya tetap

bertanya-tanya. Saya ini sebenarnya sedang mencari apa sih?. Kenapa sulit sekali?.

Sejak tahun 2013, saya mulai jarang mengikuti acara-acara yang diadakan diShalat

Center. Disamping saya sudah berputus asa, ditambah pula dengan keterbatasan fisik saya yang

sudah mulai menua untuk bepergian jauh, saya lebih banyak berada di rumah saja. Saya hidup

hanya menjadi orang biasa saja. Hanya saja shalat malam dan puasa sunnah senen kamis

selalu saya lakukan sejak tahun 2012 itu. Tapi saya tetap memendam rindu yang belum

kesampaian sampai saat itu.

Tahun 2014, seorang teman mengantarkan link : FARHAN4U2C ke-email saya. Yang isinya saat itu

adalah mengenai MAKRIFATULLAH. Klik pertama kali itu, rasanya sangat mengena di dalam hati

saya.

Bulan Februari 2014 saya langsung datang menghadiri kajian Ustadz Hussien Bin Abdul Latiff di

Singapore. Kali berikutnya saya datang lagi ke Singapore. 16 Video kajian asas saya download dari

Youtube. Sejak itu, berbagai pertemuan dengan Beliau sudah saya ikuti. Di Semarang, Ciloto,

Jogja, Makassar, dan insyaallah bulan oktober 2015 ini di Jakarta.

Sampai sekarang saya sudah mendownload sekitar 130 video Syarahan Beliau yang juga sudah

saya konversi ke WMA sehingga saat saya pergi kemana-mana, saya masih bisa mendengarkan

syarahan Beliau. Dengan kunci ilmu yang ada ditangan Beliau, puzzle-puzzle kehidupan, yang

selama ini saya jumpai bercerai berai, dapat disatukan oleh Beliau dalam sebuah pemahaman

yang Jati. Dan sejak itu pulalah secara sangat mengejutkan, rasa RINDU yang selama ini

membuncah seperti telah menemukan MUARANYA. Tidak ada lagi masalah. Tidak ada lagi takut.

Tidak ada lagi sedih. Tidak ada lagi khawatir. Tidak ada lagi tanya kenapa. Semuanya ternyata

sudah diatur terlalu sempurna oleh Allah untuk saya bisa menemukan cela dan tanya.

Sekarang, dipenghujung umur saya, saya sudah berketetapan bahwa saya hanya akan memakai

dan mengabarkan ilmu yang diajarkan oleh Arif Billah Ustadz Hussien bin Abdul Latiff saja, sampai

akhir hayat saya, kecuali kalau Allah menakdir hal yang lain lagi yang harus saya jalani.
Kalau Beliau berkenan, biarlah saya hanya bersikap seperti seorang Bilal terhadap Rasulullah SAW,

atau barangkali boleh jadi hanya sebagai seorang jelata saja, yang tidak ada apa-apanya, yang

sedang bersikap dihadapan seorang Arif Billah

Walaupun begitu, dengan semua sahabat saya selama ini, tentu saja kalau mereka berkenan, saya

tetap tidak ingin memutuskan hubungan silaturahim dengan mereka. Kita hanya berbeda wadah

dalam pergerakan, dan berbeda pula dalam hal ilmu yang disampaikan. Dan diatas semua itu,

begitulah TAKDIR Allah yang harus saya lalui. Sungguh berliku dan berbelit

Ya Allah., hamba menyerah seperti menyerahnya orang-orang yang pertama-tama

menyerah kepada-Mu ya Allah

Wassalam

Ditulis dalam INSPIRASI | 5 Comments


DUDUKNYA ORANG BERMAKRIFATULLAH, Bagian-13
September 30, 2015 oleh Murid Dalam Sikap Bertuhankan Allah SWT.

Sedangkan KATA HATI itu sendiri ditentukan oleh apa yang SEDANG ADA atau bercokol di

DALAM hati kita. Apa-apa yang ada di dalam hati kita itu sangat tergantung kepada apa-apa yang

sedang kita INGAT-INGAT di dalam hati atau akal kita itu. Allah sudah membukakan sebuah

rahasia maha besar tentang hati ini di dalam Al Quran bahwa; isi hati itu hanya dua, yaitu hati

yang berisikan INGATAN KEPADA ALLAH (Dzikrullah), atau hati yang TIDAK berikan ingatan

kepada Allah.

Hati yang tidak berisikan ingatan kepada Allah akan segera saja diisi oleh QARIN dengan ingatan-

ingatan kita kepada objek pikir yang lain yang akan membuat kita terlalu mudah untuk melakukan

kefasikan. Qarin ini adalah satu Jin yang selalu menemani setiap manusia sejak lahir sampai kita

wafat. Setiap orang pasti punya qarin, termasuk Nabi sekalipun. Akan tetapi Qarin yang menemani

Nabi sudah dibuat tidak berdaya oleh Allah untuk menggoda Nabi

Insyaallah kita akan bercerita lebih panjang tentang Qarin ini pada kesempatan lain Ini akan

sangat menarik sekali. Karena kalau melihat ciri-ciri apa yang dilakukan umat manusia saat ini,

hampir sebagian besar kelihatannya adalah karena ulah QARIN yang telah mengotori hati kita

dengan ingatan-ingatan yang selain kepada ingatan kepada Allah.

Dengan melihat fungsi HATI dan MATA HATI yang seperti ini, maka tidak mungkinlah HATI dan

MATA HATI itu terletak di dalam dada atau di dalam jantung kita. Tidak Bisa. Pada kesempaan

yang lalu kita sudah bahas bahwa satu-satunya TEMPAT di dalam tubuh kita yang sesuai dengan

definisi hati sebagai MUDGAH yaitu GUMPALAN yang hampir serupa daging yang lembut tapi

bukan daging adalah OTAK kita.


Tapi OTAK itu sendiri bukanlah HATI. Sebab yang dimaksud dengan HATI itu adalah sebentuk

anasir diri manusia yang HALUS yang mempunyai tempat DUDUKAN di dalam otak kita seperti

halnya DUDUKAN udara di dalam paru-paru kita, atau dudukan RUH di dalam tubuh kita. Jadi otak

kita hanyalah tempat atau dudukan bagi hati kita saja.

Segala informasi dan perintah dari dalam hati kita akan sampai kepada tubuh kita untuk

dilaksanakan akan disalurkan melalui jaringan otak ini. Begitu pula dengan segala umpan balik

dan informasi dari luar tubuh kita yang akan masuk kedalam hati kita juga melalui jaringan otak

ini terlebih dahulu. Ruh akan menggerakkan raga kita sesuai dengan kehendak hati, dan dalam

perjalanan mengikuti gerak itu, RUH juga mengantarkan umpan balik berupa RASA yang akan

terasa terutama di dalam dada kita. Simple sekali sebenarnya prosesnya.

Jadi satu-satunya yang perlu kita lakukan adalah bagaimana caranya kita membersihkan hati kita

yang halus ini agar RUH kita bisa mengantarkan tubuh kita ketujuan yang baik dengan lembut dan

ringan serta rasanya juga dingin dan suejuuk. Itu saja kok repot

Dengan mengetahui dimana letak atau kedudukan hati kita yang halus ini, yaitu di dalam otak

kita, maka kita hanya tinggal membersihkan saja HATI kita itu lagi dan lagi secara ISTIQAMAH.

Dan untuk itupun kita hanya perlu dengan satu cara saja, yaitu dengan cara mengisi hati kita itu

dengan INGATAN kepada Allah.

Karena Allah TIDAK bisa kita rupakan, kita hurufkan, kira warnakan, kita suarakan, kita

bayangkan, maka ketika hati kita telah selalu kita isi dengan INGATAN kepada Allah (Dzikrullah),

maka ingatan kita kepada apapun yang lain selain dari Allah otomatis akan hilang dengan seketika

itu juga. Hati kita akan otomatis menjadi bersih dalam sekejap. Sebab hati kita memang hanya

akan bisa mengingat satu hal dalam satu waktu.

Hanya saja kalau kita belum terbiasa mengingat Allah seperti ini, biasanya ingatan kita kepada

Allah itu tidak akan bisa bertahan lama. Lama-lama ingatan kita kepada Allah menjadi kendor dan

mulai dimasuki oleh ingatan kita kepada yang lain selain Allah, yang saat itu sedang kita cintai

atau senangi.

Begitu ingatan kita kepada Allah telah hilang, artinya kita beralih dari ingatan kepada Allah Yang

Maha Rahman, maka seketika itu juga Qarin akan menyusupkan ingatan-ingatan yang lain yang

sangat banyak silih berganti kedalam hati kita. Qarin akan memperkuat ingatan kita kepada apa-

apa yang selain Allah itu sampai akhirnya suatu saat kita terlanjur melakukan satu perbuatan

FASIK atau FUJUR.

Begitu kita terlanjur melakukan satu perbuatan fasik, maka hati kita mulai ada bintik hitam atau

bintik kuningnya. Jika perbuatan fasik itu telah kita lakukan berulang dan berulang, maka lama-
lama hati kita akan hitam, keras membatu, buta, pekak, dan tuli. Otak kita sih tetap seperti biasa.

Darahnya tetap merah, urat-urat syarafnya tetap berwarna susu.

Kalau kita menyesal, qarinnya akan istirahat dulu sebentar membiarkan kita merasakan

penyesalan itu. Boleh jadi kita menangis karena menyesal itu. Atau boleh jadi pula kita berusaha

mengucapkan kata-kata motivasi positive seperti yang banyak diseminarkan orang, atau kita

membaca ayat-ayat kitab suci dan dzikiran seperti di dalam pengajian-pengajian. Tapi setelah itu

Qarin kita akan datang kembali dengan tugasnya untuk mengantarkan kita melakukan perbuatan

fujur berikutnya. Jadilah kita seperti orang yang tobat berkali-kali dan kumat berkali-kali pula.

Mengunci Hati agar tetap hanya mengingat Allah setiap saat (dzikrullah) inilah yang telah menjadi

topik perbincangan, pencarian, dan kerinduan umat Islam sejak berbilang Abad semenjak 300-400

tahun setelah kewafatan Rasulullah. Dan inilah yang telah melahirkan berbagai Tarekat Dzikir

dengan ciri-ciri dan prakteknya masing-masing. Saya termasuk salah seorang yang telah

melanglangbuana dengan berbagai cara dzikir ini, tanpa hasil yang berarti.

Namun Alhamdulillah, lewat syarahan, seminar, dan tuntunan langsung dari Arif Billah Ustadz

Hussien Bin Abdul Latiff, sudah ribuan orang diberbagai benua yang sudah merasakan lezatnya

berkekalan dalam mengingat Allah Akan tetapi masih ada jutaan-jutaan orang yang masih

mencarinya

Bersambung

urid dalam SIKAP ber -Tuhan-kan Allah SWT.


Feeds:

Pos

Komentar

SEBUAH SALAM PERPISAHAN


Oktober 5, 2015 oleh Murid Dalam Sikap Bertuhankan Allah SWT.

Hari ini, 04 Oktober 2015, saya telah melepaskan diri dari KEILMUAN yang disyiarkan di Shalat

Center (SC) oleh Ustad Abu Sangkan. Kebodohan saya adalah saya tidak pernah bisa mengerti

apa-apa yang telah beliau ajarkan kepada saya. Hampir 14 tahun saya mencoba untuk mengerti

dan memraktekkan apa-apa yang diajarkan Beliau, selama itu pula saya tidak mengerti dimana

pintu masuknya yang HAKIKI.


Kitab Madarijussalikin karya syech Ibnul Qayyum Al Jauziah yang sangat fenomenal itu yang

sekarang menjadi salah satu rujukan utama kajian di SC, dari uzlah ke uzlah, tetap tidak bisa saya

mengerti. Bodoh sekali saya rasanya untuk menerima ilmu yang sedemikian tingginya itu.

Akhirnya pintu masuk yang hakiki itu dihantarkan oleh Allah kepada saya melalui lisan Arif Billah

Ustad Hussien Bin Abd. Latiff sejak Bulan Februari 2014 sampai sekarang. Dan sekelumit dari ilmu

tersebut, sebatas yang saya pahami, telah saya sampaikan kepada Ustad Abu Sangkan pada hari

Minggu 04 Oktober 2015 baru lalu. Hasilnya adalah, dengan bismillah, Beliau menyalami saya dan

mempersilahkan saya untuk tidak membawa-bawa nama Shalat Center lagi kemanapun saya

pergi. Sayapun menerimanya dengan Ridho. Karena seperti itulah TAKDIR berbicara. Lagi pula,

memang sudah sejak lama saya sebenarnya sudah tidak aktif lagi dalam jamaah SC.

Untuk para sahabat yang dulu kita pernah bersama dalam wadah SC, saya hanya mengucapkan

maaf yang sebesar-besarnya seandainya saya punya khilaf dan salah selama kita bersama-sama

itu.

Saya sekarang hanya orang biasa saja yang bertugas menjadi fasilitator di Indonesia agar

syarahan Ustad Hussien BA Latiff bisa dinikmati oleh masyarakat banyak. Yamas Indonesia,

Yayasan Makrifat Sedunia, Indonesia adalah wadah resmi yang telah kami bentuk untuk

kelancaran aktiftas ini.

Terus terang saya belum pernah menemukan syarahan lain yang selengkap, semudah, seteratur,

sedalam, dan seaplikatif yang Beliau sampaikan diumur saya yang sudah lebih dari setengah abad

ini.

Wassalamualaikum

Wallahu alam

Deka

itulis dalam INSPIRASI | 1 Komentar


Antara DZIKR ataukah NAFI-ISBATH, Bagian-1
Maret 28, 2015 oleh Murid Dalam Sikap Bertuhankan Allah SWT.

Sekarang kita sudah bisa melihat dengan jelas bahwa HATI mempunyai PERAN yang sangat

SENTRAL dalam kehidupan setiap diri manusia. Kita juga sudah paham bahwa HATI yang

dimaksud itu adalah HATI yang HALUS (FUAAD) atau HATI NURANI, seperti yang dikatakan juga

oleh Iman Al Ghazali. HATI yang dimaksudkan ini adalah HATI yang berhubungan erat dengan
OTAK. Ia bukanlah HATI yang berhubungan dengan JANTUNG (HEART) dan bukan pula HATI yang

berhubungan dengan LIVER.

Dengan memahami HATI yang seperti ini, maka dengan mudah kita juga akan bisa mementahkan

dan mematahkan anggapan hampir SEMUA MANUSIA saat ini yang memercayai bahwa LETAK

HATI yang HALUS itu adalah Di DALAM DADA, yang disebut dengan JANTUNG (Heart).

Sebab fungsi JANTUNG itu hanyalah untuk memompakan DARAH dan NUTRISI keseluruh tubuh

selama kita masih HIDUP. Melalui darah yang dipompakan itu mengalir pulalah zat-zat pembangun

tubuh dan juga dzat yang berguna bagi pertahanan tubuh dari penyakit, serta suplai energi yang

kita perlukan untuk beraktifitas.

LIVER (HATI) berfungsi untuk: Menyaring darah, Membuat empedu, Memproses dan mengikat

lemak termasuk kolesterol, Memetabolisme obat-obatan, Membuat protein-protein penting,

Mengurai dan mendaurulang sel-sel darah merah, dan sebagainya.

Sedangkan HATI yang dimaksudkan Al Quran di dalam surat As Sajdah (32): 9 adalah HATI yang

HALUS (HATI NURANI) yang berhubungan dengan RUH. Fungsi dari Hati yang Halus ini adalah

UNTUK MENGINGAT, BERPIKIR. HATI, dan BERTAQWA (Al Anam (6): 151-153). Hati yang HALUS

itu juga mempunyai mata yang disebut dengan MATA HATI yang berfungsi untuk MELIHAT dan

MENDENGAR.

Tidak ada satu dalilpun yang menyatakan bahwa JANTUNG (HEART) kita punya kemampuan

UNTUK MENGINGAT dan BERPIKIR, misalnya untuk MENGINGAT ALLAH (DZIKRULLAH), dan

mengingat hal-hal yang lainnya, apalagi untuk berpikir.

Ada memang HADIST Nabi yang yang bercerita tentang HATI yang sering dinamakan orang

dengan QALBU. Abu Nu`aym menceritakan bahwa Rasulullah s.a.w. berkata: Sesungguhnya DI

DALAM JASAD ada MUDGHAH; jika ia baik maka baiklah JASAD SELURUHNYA, jika ia rusak maka

rusaklah JASAD SELURUHNYA;MUDGHAH itu adalah QALBU.


MUDGHAH secara bahasa artinya adalah BONGKAHAN atau GUMPALAN (LUMP) yang bentuknya

SEPERTI DAGING, tapi ia bukanlah daging. Dalam bahasa Inggris ia disebut juga seperti chewed-

like form (suatu yang telah kita kunyah-kunyah). Ia adalah bentuk PERTENGAHAN antara

Gumpalan DARAH seperti LINTAH (LEECH atau ALAQAH) dengan gumpalan DAGING (LAHMAN).

Sebab DAGING yang sudah berbentuk SEMPURNA yang membungkus tulang dalam bahasa Arab

disebut dengan LAHMAN (atau MUSCLE, MEAT dalam bahasa INGGRIS), lihat surat Al Mukminun

ayat 14.

Dengan ciri-ciri seperti itu, maka MUDGHAH itu secara fisik ia TIDAK cocok disebut dengan

JANTUNG. Sebab JANTUNG lebih cocok dengan ciri-ciri bagi LAHMAN atau MUSCLE. Ciri-ciri

MUDGHAH itu lebih cocok secara fisik dengan ciri-ciri yang ada pada OTAK.

Dengan begitu kita dapat memahami suatu hubungan yang sangat erat antara HATI dan OTAK.

Bahwa dalam keadaan NORMAl, HATI berkedudukan di dalam OTAK. Dengan kata lain Hati adalah

entitas Yang Halusnya dan Otak adalah entitas yang Kasarnya.

Sekarang marilah kita lihat apa FUNGSI dari OTAK ini dalam kehidupan kita.

Bersambung.

itulis dalam INSPIRASI | 6 Komentar


Antara DZIKR ataukah NAFI-ISBATH, Bagian-2
Maret 29, 2015 oleh Murid Dalam Sikap Bertuhankan Allah SWT.

FUNGSI INTERFACE

Sebelumnya mari kita kenal dulu bahwa istilah HATI = AKAL = MINDA = MIND, dan satu dengan

yang lainnya bisa dipakai secara acak dengan arti yang tetap sama.

Kalau kita lihat fungsi dari OTAK ini bagi kehidupan kita, maka OTAK hanyalah sebuah jaringan

INTERFACE super cepat tempat dimana terjadinya pertukaran INFORMASI antara HATI (MIND)
dengan RAGA (BODY). Apa-apa yang tergores dihati, akan dihantarkan melalui otak kepada raga,

agar raga segera meresponnya dalam berbagai bentuk GERAKAN (MOTION), yang bisa berupa

tindakan fisik, dan bisa pula dalam rupa perkataan-perkataan, baik yang tertulis maupun yang

verbal.

Fungsi dari OTAK ini adalah sebagai sebuah ALAT PENGHUBUNG antara TUBUH BATIN dengan

TUBUH DZAHIR. Penghubung antara JIWA dan RAGA, sehingga JIWA dan RAGA itu bisa saling

berinteraksi secara baik. Kalau alat penghubung atau OTAK ini baik, maka JIWA yang baik akan

membuat RAGA juga menjadi baik. Begitupun sebaliknya, OTAK yang baik akan membuat RAGA

yang prima juga akan menjadikan JIWA yang prima pula.

Entitas yang menggerakkan RAGA (BODY) ini disebut dengan RUH. Tanpa peran dari RUH, maka

RAGA tidak akan bisa BERGERAK. Jadi RUH adalah MOTOR PENGERAK yang akan MENGANTARKAN

RAGA untuk memenuhi atau merealisasikan segala PERINTAH dari HATI. Dan disepanjang

pergerakan RAGA beraktifitas itu, RUH akan menerima UMPAN BALIK berupa RASA dari aktifitas

yang dilakukan RAGA itu. Rasanya tuh DISINI, seperti berada di dalam DADA.

Kalau dibadingkan dengan sebuah Komputer, HATI adalah ibarat CPU sedangkan RAGA adalah

ibarat PRINTER atau MONITOR yang akan memperlihatkan apa yang diproses oleh CPU.

Sedangkan OTAK adalah ibarat PORT USB yang bisa menghubungkan antara CPU dengan PRINTER

atau MONITOR. Hasil dari informasi atau data yang diproses atau digoreskan oleh CPU akan

mengalir melalui Port USB ke MONITOR atau PRINTER.

Untuk memudahkan kepahaman saja, data atau informasi yang mengalir itu diantarkan oleh ARUS

LISTRIK yang mengisi CPU maupun MONITOR dan PRINTER. Arus listrik ini bolehlah diumpamakan

sebagai RUH dari sistem komputer itu, walau itu tidak sama betul. Sebab Arus listrik itu lebih pas

disebut sebagai NYAWA dari sebuah sitem komputer. Arus listriknya mati, maka mati pulalah sitem

komputer itu.

Jadi HATI atau MIND adalah SANG PENANGGUNG JAWAB, DRIVER, PILOT, KUSIR atas segala hal

yang akan TERJADI dan TERLAKSANA pada RAGA. Hatilah yang bertanggung jawab untuk
membentuk PERSONALITY, MEMILIH keputusan-keputusan, MENGINGAT-INGAT (memory),

membentuk EMOSI, MELIHAT, dan MENDENGAR.

Sedangkan RAGA berfungsi sebagai tempat penzhahiran dari apa-apa yang telah diproses dan

diputuskan oleh HATI atau MIND. Dengan begitu, maka RAGA tak ubahnya hanya seperti ROBOT

atau MESIN BIOLOGIS bagi SPIRIT (JIWA) untuk beraktifitas di Alam Materi.

Sementara itu RUH berfungsi untuk menggerakkan MESIN BIOLOGIS atau ROBOT JIWA itu sesuai

dengan kehendak HATI. RUH pulalah yang akan menerima UMPAN BALIK dari kerja dan aktiftas

RAGA itu dalam bentuk RASA yang akan diterima kembali oleh RUH.

Bersambung

itulis dalam INSPIRASI | Meninggalkan komentar


Antara DZIKR ataukah NAFI-ISBATH, Bagian-3
Maret 30, 2015 oleh Murid Dalam Sikap Bertuhankan Allah SWT.

Oleh sebab ketika seseorang beraktifitas, maka yang beraktifitas itu sebenarnya adalah JIWA,

yaitu HATI dan RUH. Misalnya saat ia BERBICARA, maka yang berbicara itu sebenarnya adalah

JIWA. Sedangkan RAGA hanya berfungsi sebagai sekedar mesin biologis yang ikut BERKOMAT-

KAMIT saja.

HATILAH yang akan menentukan pembicaraan jenis apa yang akan diucapkan. Apa-apa yang

dibicarakan itu menentukan KUALITAS ISI HATI dari orang yang berbicara itu. OTAK akan

menyambungkan informasi dari HATI itu kepada RAGA atau bagian-bagiannya yang bertanggung

jawab sebagai robot-robot biologis untuk berbicara, yaitu Mulut, Hidung, Lidah, Pita Suara, dan

Paru-Paru. Lalu RUH akan mengantarkan DAYA atau GERAK sehingga semua instrumen dari robot

biologis itu akan bekerja sebagaimana mestinya.

Dengan begitu dengan mudah kita dapat MEMAHAMI apa ISI HATI dari seorang PIMPINAN atau

PEJABAT yang selalu berkata-kata tentang TOILET, COMBERAN, dan perkataan-perkataan KASAR

lainnya ketika dia berbicara kepada orang lain atau kepada rakyat dan bawahannya. Tentu saja isi

hatinya tidak lebih dari apa-apa yang dia katakan dan ucapkannya itu.
Kalau perkataannya adalah tentang TOILET, maka kualitas JIWANYA juga akan seperti itu.

HATINYA berisi serba-serbi TOILET, RUHNYA akan merasakan rasa TOILET, dan RAGANYA akan

diantarkan oleh RUH untuk berperilaku seperti orang yang sedang berada di dalam TOILET.

Apalagi kalau TOILETNYA itu mampet dan tidak ada airnya, pintunya terkunci pula dari luar.

Sehingga isinya adalah marah, marah, marah dan memaki-maki saja.

Begitu juga dengan aktifitas-aktifitas lainnya. Misalnya shalat, yang takbir, yang membaca ayat-

ayat, yang rukuk, yang sujud, yang berdoa, yang salam, pelakunya adalah JIWA. Sedangkan

RAGA hanyalah ROBOT BIOLOGIS yang mengikuti PERGERAKAN JIWA di dalam shalat itu.

Informasi tentang gerakan-gerakan dan bacaan shalat sudah kita pelajari sejak dari kita kecil.

Informasi itu masuk ke dalam HATI kita melalui saluran di dalam OTAK KIRI kita. Informasi itu

menjadi pengetahuan bagi HATI kita untuk melakukan SHALAT. Makanya begitu kita berniat untuk

shalat, misalnya shalat subuh, maka semua gerakan, bacaan, dan jumlah rakaat shalat subuh itu

bisa kita lakukan tanpa kita berpikir sedikitpun. Semuanya bisa berjalan seperti ban berjalan di

dalam sebuah pabrik otomatis. Begitu HATI menginginkan atau berniat untuk shalat, RUH akan

mengantarkan RAGA untuk melakukan gerakan-gerakan dan bacaan-bacaan shalat secara

otomatis sampai SALAM.

Lalu selesaikah sampai disitu?.

Bersambung

ulis dalam INSPIRASI | Meninggalkan komentar


Antara DZIKR ataukah NAFI-ISBATH, Bagian-3
Maret 30, 2015 oleh Murid Dalam Sikap Bertuhankan Allah SWT.

Oleh sebab ketika seseorang beraktifitas, maka yang beraktifitas itu sebenarnya adalah JIWA,

yaitu HATI dan RUH. Misalnya saat ia BERBICARA, maka yang berbicara itu sebenarnya adalah

JIWA. Sedangkan RAGA hanya berfungsi sebagai sekedar mesin biologis yang ikut BERKOMAT-

KAMIT saja.
HATILAH yang akan menentukan pembicaraan jenis apa yang akan diucapkan. Apa-apa yang

dibicarakan itu menentukan KUALITAS ISI HATI dari orang yang berbicara itu. OTAK akan

menyambungkan informasi dari HATI itu kepada RAGA atau bagian-bagiannya yang bertanggung

jawab sebagai robot-robot biologis untuk berbicara, yaitu Mulut, Hidung, Lidah, Pita Suara, dan

Paru-Paru. Lalu RUH akan mengantarkan DAYA atau GERAK sehingga semua instrumen dari robot

biologis itu akan bekerja sebagaimana mestinya.

Dengan begitu dengan mudah kita dapat MEMAHAMI apa ISI HATI dari seorang PIMPINAN atau

PEJABAT yang selalu berkata-kata tentang TOILET, COMBERAN, dan perkataan-perkataan KASAR

lainnya ketika dia berbicara kepada orang lain atau kepada rakyat dan bawahannya. Tentu saja isi

hatinya tidak lebih dari apa-apa yang dia katakan dan ucapkannya itu.

Kalau perkataannya adalah tentang TOILET, maka kualitas JIWANYA juga akan seperti itu.

HATINYA berisi serba-serbi TOILET, RUHNYA akan merasakan rasa TOILET, dan RAGANYA akan

diantarkan oleh RUH untuk berperilaku seperti orang yang sedang berada di dalam TOILET.

Apalagi kalau TOILETNYA itu mampet dan tidak ada airnya, pintunya terkunci pula dari luar.

Sehingga isinya adalah marah, marah, marah dan memaki-maki saja.

Begitu juga dengan aktifitas-aktifitas lainnya. Misalnya shalat, yang takbir, yang membaca ayat-

ayat, yang rukuk, yang sujud, yang berdoa, yang salam, pelakunya adalah JIWA. Sedangkan

RAGA hanyalah ROBOT BIOLOGIS yang mengikuti PERGERAKAN JIWA di dalam shalat itu.

Informasi tentang gerakan-gerakan dan bacaan shalat sudah kita pelajari sejak dari kita kecil.

Informasi itu masuk ke dalam HATI kita melalui saluran di dalam OTAK KIRI kita. Informasi itu

menjadi pengetahuan bagi HATI kita untuk melakukan SHALAT. Makanya begitu kita berniat untuk

shalat, misalnya shalat subuh, maka semua gerakan, bacaan, dan jumlah rakaat shalat subuh itu

bisa kita lakukan tanpa kita berpikir sedikitpun. Semuanya bisa berjalan seperti ban berjalan di

dalam sebuah pabrik otomatis. Begitu HATI menginginkan atau berniat untuk shalat, RUH akan

mengantarkan RAGA untuk melakukan gerakan-gerakan dan bacaan-bacaan shalat secara

otomatis sampai SALAM.


Lalu selesaikah sampai disitu?.

Bersambung

lis dalam INSPIRASI | Meninggalkan komentar


Antara DZIKR ataukah NAFI-ISBATH, Bagian-4
Maret 30, 2015 oleh Murid Dalam Sikap Bertuhankan Allah SWT.

Ternyata TIDAK. Sebab pada kegiatan shalat ini sebenarnya ada sebuah aktifitas luar biasa lainnya

yang sangat bermanfaat sekali bagi ketenteram JIWA kita, yaitu aktifitas HATI yang MENGINGATI

ALLAH (DZIKRULLAH). Dirikanlah SHALAT untuk MENGINGAT AKU, kata Allah.

Jadi shalat itu sebenarnya bukanlah sebuah aktifitas yang semata-mata hanya untuk

MENGAMALKAN ILMU SHALAT saja. Bukan. Tapi di dalam SHALAT itu ada sebuah PROSES

PEMBELAJARAN secara TERUS MENERUS yang akan sangat berguna bagi kita untuk memasuki

kembali SUASANA kedekatan dan kemesraan kita dengan ALLAH.

Tapi, walaupun hampir semua orang juga sudah punya ilmu yang berbicara tentang KHUSYU,

tentang keutamaan KHUSYU, dan bahkan ada ilmu pula tentang bagaimana cara-cara untuk

mendapatkan KHUSYU itu, namun rasa bahagia (Aflaha), apalagi rasa TENTERAM

(MUTHMAINNAH), masih sangat jarang kita jumpai di dalam shalat yang kita lakukan itu. Ada

memang beberapa diantara kita yang bisa merasakan rasa tenang, menangis, dan bahagia di

dalam shalat itu. Akan tetapi sayangnya keadaan itu tidak bisa bertahan lama untuk kita rasakan

dan nikmati.

Oleh sebab itu banyak pula orang yang sudah belajar shalat khusyu atau yang serupanya mulai

mencari dan mencari lagi cara-cara lain yang barangkali bisa membuat HATINYA menjadi

TENTERAM. Kebanyakan cara-cara lain itu sangat bersentuhan dengan ALAM-ALAM GETARAN dan

ALAM-ALAM PERASAAN. Kalau badannya sudah bisa BERGETAR dan ada pula RASANYA, maka ada

yang menamakannya itu sudah KHUSYU. Atau kalau pikirannya sudah tenang yang di dapat baik

dengan cara INDUKSI HIPNOSA maupun dengan cara-cara MEDITASI lainnya, maka ada juga yang

menamakan bahwa itu sudah KHUSYU.


Hanya saja banyak sekali umat Islam yang tidak paham bahwa sebenarnya ada sebuah

KETENTERAM PUNCAK (the Ultimate Tranquility) yang bisa dirasakan oleh JIWA semata-mata

karena Jiwa itu MENGINGAT ALLAH, DZIKRULLAH. Akan tetapi, karena JIWA itu belum sampai

mendapatkan ketenteraman puncak, maka HATI akan lebih sering berada dalam keadaan terbolak

balik. Hati yang terbolak balik itu (QALBU) memerintahkan RAGA untuk kadangkala berbuat

kebaikan dan dilain kesempatan berbuat keburukan.

Kalau perintah HATI kepada RAGA berbolak balik antara BAIK dan BURUK, maka RUH akan

merasakan hal yang berbolak balik pula antara BAHAGIA dan PEDIH secara silih berganti. Keadaan

HATI yang terbolak balik ini disebut sebagai HATI yang bersifat QALBU. Hati yang tidak menetap,

Hati si Katak Lompat. Keadaan HATI dan RUH yang bolak balik seperti itu disebut juga dengan

NAFSUL AMMARAH, NAFSUL LAWWAMAH, NAFSUL SUFFIAH, dan sebaginya.

Sedangkan kalau HATI sudah menetap untuk memerintahkan KEBAIKAN demi KEBAIKAN, maka

RUH juga akan menetap pula merasakan KEBAHAGIAAN demi KEBAHAGIAAN. HATI dan RUH yang

sudah menetap dalam kebaikan dan kebahagiaan seperti ini disebut dengan JIWA YANG

TENTERAM (AN NAFSUL MUTHMAINNAH).

Yaitu, Jiwa yang sudah SIAP untuk menjadi orang-orang Allah. Jiwa yang akan sering bertemu

dengan sesama Orang-orang Allah, baik bertemu secara JASMANI maupun bertemu secara

ROHANI. Jiwa yang sudah tenteram ini pulalah yang akan mudah untuk menjalani proses MATI

SEBELUM MATI. JIWA yang sudah bebas untuk keluar masuk RAGA untuk mengalami HAL demi

HAL. Rasulullah SAW mengalami keadaan HAL ini lebih dari 100 kali dalam sehari.

Bersambung

ulis dalam INSPIRASI | Meninggalkan komentar


Antara DZIKR ataukah NAFI-ISBATH, Bagian-5
Maret 31, 2015 oleh Murid Dalam Sikap Bertuhankan Allah SWT.

Sekarang kita sudah mulai paham bahwa OTAK bertugas untuk menjembatani informasi antara

HATI dengan RAGA, sehingga semua kata HATI akan bisa direspon oleh RAGA sebagaimana

mestinya, dan semua aktifitas RAGA dapat pula dimonitor dan direspon oleh HATI tanpa kecuali
Selama ini banyak orang yang meyakini bahwa yang melihat, yang mendengar, dan yang merasa

adalah OTAK kita. Misalnya dikatakan mereka bahwa seekor burung yang terlihat oleh mata, sinyal

listik dari retina akan diteruskan oleh jaringan syaraf kebagian otak bagian belakang. Bagian otak

belakang inilah kemudian melihat gambaran burung seperti yang terlihat oleh mata.

Begitu juga dengan hal-hal lain yang bisa kita lihat, kita dengar, kita raba, kira rasa, dan kita

cium, semuanya itu dikatakan mereka hanyalah sebagi GAMBARAN yang terjadi di dalam otak

kita. Karena hanya gambaran, maka semua yang ada di dunia ini dikatakan mereka hanyalah

sebuah ILUSI saja. Sesuatu yang sebenarnya TIDAK ADA dan TIDAK NYATA. Yang ada sebenarnya

adalah INFORMASI saja kata mereka. Informasi itu kemudian TERSIMPAN di dalam otak dalam

bentuk memori, baik memori jangka pendek, jangka menengah dan jangka panjang.

Pertanyaannya adalah, SIAPA yang MELIHAT, MENDENGAR dan MERASAKAN semua informasi

yang masuk ke dalam otak itu?. SIAPA pula yang MENYIMPAN informasi itu. Dan SIAPA pula yang

bisa MENGINGAT kembali semua imformasi itu untuk kemudian MERANGKAI-RANGKAINYA

menjadi sebuah PARADIGNA BERPIKIR untuk DILAKSANAKAN dan DIWUJUDKAN?.

Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan diatas, maka muncullah berbagai FILSAFAT yang

mencoba menguraikannya. Misalnya yang melihat, mendengar dan merasa itu

adalah aku. Makanya semuanya bisa kita akui. Ini melihatku, mendengarku, merasaku, dan

sebagainya.

Saat ditanya pula aku itu siapa, maka jawabannya juga bisa bermacam-macam. Ada yang

mengatakan aku itu adalah JIWA, ada yang mengatakan aku itu adalah RUH, ada yang

mengatakan aku itu adalah PIKIRAN. Namun jiwa dan ruh itupun masih bisa kita aku: ini jiwaku,

ini ruhku, ini pikiranku, dan sebagainya.

Karena banyak kita yang masih bingung juga dengan semua jawaban-jawaban itu, maka akhirnya

ada diantara kita yang mengatakan bahwa aku ini adalah Aku. Maksudnya aku ini adalah Allah.

Sehingga ada yang mengaku bahwa saat dia melihat, maka yang melihat adalah Allah. Begitu juga
dengan aktiftas-aktifitas yang lainnya, seperti: yang mendengar adalah Allah, yang marah adalah

Allah, yang berbicara adalah Allah, dan pengakuan-pengakuan lainnya.

Tapi biarlah hal-hal itu berlaku seperti itu dulu. Kita terlebih dahulu akan melihat lebih dalam

tentang otak yang ada di rongga kepala kita.

Jika OTAK ini rusak, yang disebabkan oleh berbagai hal, maka RAGA tidak akan mendapatkan

INFORMASI apa-apa dari HATI. Karena dengan begitu tidak ada bagian yang bisa menghubungkan

antara HATI dengan RAGA. Hati dan raga menjadi putus hubungan.

Sekarang, marilah kita lihat apa-apa yang bisa MERUSAK atau MENGHALANGI fungsi kerja otak:

KERUSAKAN FISIK OTAK: bisa karena stroke, Luka benturan, Lobotomy, kena Racun, kena
Zat Kimia, dll.
KELELAHAN: tidur, pingsan, dll.
KEMEROSOTAN FUNGSI, seperti Penuaan, Alzheimers, dll.
PENYAKIT, seperti Thyroid, Diabetes, neurosyphilis , Kurang Gizi, Demam, dll.
DRUGS, seperti Anestesi, Halusinogen, LSD, ALKOHOL, dll.
BAWAAN GENETIK, seperti Bakat, IQ, Down Syndrom, dll.

Karena informasi dan data dari HATI sudah tidak bisa lagi sampai ke RAGA dengan sempurna,

yang terjadi karena port interfacenya atau OTAK telah RUSAK, maka akibatnya juga akan terlihat

pada RAGA. Misalnya: Raga menjadi Tidak Sadar; Raga kehilangan Fungsi Eksekusinya;

Raga mengalami Penyimpangan Orientasi; Amnesia; Comma; Pelemahan Raga

seluruhnya atau sebagian; Raga bingung membedakan Antara Pikiran Dan Realitas

(GILA), dan sebagainya.

Walaupun raga bermasalah akibat adanya kerusakan di dalam otak kita, namun JIWA (HATI dan

RUH) tetap sadar dan tahu bahwa RAGANYA sedang bermasalah atau tidak berfungsi. Misalnya

kalau kita Comma, RAGA kita tidak bisa bergerak, tetapi kita masih bisa mendengar pembicaraan

orang-orang yang berada disekitar RAGA kita. Makanya seringkali kita melihat orang yang comma

masih bisa meneteskan air mata. Atau bisa pula dia merasa sedang pergi kesuatu tempat seperti
sedang melakukan perjalanan di luar tubuh begitu (out of body journey), dan perjalanan itu bisa

dia ceritakan kalau dia kembali sadar dari commanya.

Karena OTAK tak lebih dari hanya sebagai sebuah Port Interface saja antara HATI dan BODY,

maka sebenarnya di dalam OTAK tidak ada tersimpan memory apapun juga. Karena ia bukanlah

sebuah Storage atau tempat menyimpan MEMORI. Otak juga tidak berfungsi untuk menghasilkan

EMOSI dan MOOD. Ia juga tidak melakukan proses PEMILIHAN atas berbagai alternatif solusi yang

tersedia untuk menyelesaikan permasalahan kita.

Anasir diri kita yang bertanggung jawab untuk menyimpan memori, membangkitkan emosi dan

mood, dan melaksanakan pilihan-pilihan adalah HATI. Sedangkan OTAK tidak melakukan proses

apa-apa. Otak hanyalah sebuah ALAT PENYEMBUNG saja antara HATI dan RAGA. Semua informasi

dari raga (Panca Indera) masuk ke dalam Hati melalui OTAK. Begitu juga semua KEHENDAK dan

KEPUTUSAN yang telah diambil oleh HATI yang akan DILAKSANAKAN atau DIEKSEKUSI oleh

RAGA akan mengalir melalui OTAK ke pada bagian-bagian tertentu dari RAGA sehingga kehendak

dan keputusan itupun bisa dilaksanakan oleh RAGA sesuai dengan fungsinya masing-masing.

Bersambung

Ditulis dalam INSPIRASI | 5 Komentar


Antara DZIKR ataukah NAFI-ISBATH, Bagian-6
April 1, 2015 oleh Murid Dalam Sikap Bertuhankan Allah SWT.

HATI (Spiritual Hearth) mempunyai ALAT untuk MELIHAT, MENDENGAR, dan

MERASAKAN. Alat itu disebut dengan MATA HATI (Spiritual Eyes). Disamping itu, HATI

juga mempunyai ALAT untuk BERGERAK, yang disebut dengan RUH.

RUH ini punya POWER yang sangat Menakjubkan untuk mengantarkan HATI dalam

MENGARUNGI, MELIHAT, MENDENGAR, dan MERASAKAN berbagai hal dan keadaan, baik

di Alam Lahiriah maupun di Alam Rohaniah.

Hanya saja, untuk mengarungi serba-serbi Alam Lahiriah, Hati membutuhkan

KENDARAAN lain, yaitu BADAN atau BODY. Kendaraan Lahiriah. RUH akan

menggerakkan BADAN ini sesuai dengan apa-apa yang diingini oleh HATI.
RUH juga akan mengantarkan UMPAN BALIK kembali ke dalam HATI atas setiap

keadaan dan serba-serbi dari Alam Lahiriah yang diarungi oleh HATI bersama BADAN

dan RUH, dan serba-serbi Alam Rohaniah yang diarungi oleh HATI bersama RUH saja.

Sedangkan OTAK hanyalah PORT INTERKONESI DUA ARAH yang menghubungan antara

HATI dan BADAN.

Kalau HATI ingin melihat MATERI, maka HATI akan mengirimkan informasi ke RAGA melalui
jaringan OTAK agar MATA bisa menyiapkan diri untuk dipakai oleh MATA HATI sebagai
CORONG untuk melihat.
Kalau HATI ingin mendengar SUARA-SUARA, maka HATI akan mengirimkan informasi ke
RAGA melalui jaringan OTAK agar TELINGA bisa menyiapkan diri untuk dipakai oleh MATA
HATI sebagai CORONG untuk mendengar.
Begitu juga kalau HATI ingin merasakan bermacam RASA, maka HATI akan mengirimkan
informasi kepada RAGA melalui jaringan OTAK agar Lidah, atau Kulit, Hidung, dan DADA bisa
menyiapkan diri untuk dipakai oleh MATA HATI sebagai CORONG untuk merasakan.
Kalau HATI sudah melihat, mendengar, dan merasakan sesuatu, termasuk terhadap sesuatu
YANG GHAIB, maka HATI itu disebut HATI yang SUDAH TAHU atau HATI yang sudah
BERSAKSI. Hati yang seperti ini bisa pula di sebut sebagai BASHIRAH. Si TAHU, Si SYAHID.

RUH akan memberi atau menyuplai DAYA atau POWER agar Corong mata, corong telinga dan
Corong Rasa bisa berfungsi sebagaimana mestinya.

Hasil penglihatan, pendengaran, dan perasaan itu akan disimpan oleh HATI di dalam HATI itu
sendiri sebagai MEMORI atas penglihatan, pendengaran, dan perasaan. Jadi memori itu
BUKAN di simpan di dalam SEL-SEL OTAK. Bukan. Sebab sel-sel otak itu berfungsi hanyalah
sebagai PORT tempat mengalirnya data atau informasi dari HATI ke RAGA atau sebaliknya
dari RAGA ke HATI.

Kalau HATI ingin MENGINGAT sesuatu, maka HATI akan melihat ke DALAM dirinya sendiri,
yaitu HATI itu sendiri, tentang sesuatu yang harus DIINGAT itu. Kalau sesuatu itu bisa diingat
kembali oleh HATI, maka HATI tersebut disebut sebagai HATI YANG INGAT (DZIKIR).

Kalau HATI sudah melihat, mendengar, dan merasakan sesuatu, termasuk terhadap YANG
GHAIB, dan Ia juga sudah MENGERTI, sudah BERPIKIR, sudah BERTAQWA, maka HATI yang
seperti itu disebut sebagai Si Ulul Albab, Si Taqilun dan Tafakkarun, dan si Tattaaqun.
Kalau HATI sudah melihat, mendengar, dan merasakan sesuatu, termasuk terhadap YANG
GHAIB, akan tetapi Ia belum mau MENGERTI, belum mau BERPIKIR, belum mau BERTAQWA,
maka HATI yang seperti itu disebut sebagai Si Bodoh, Si Jahil, Si Kafir, Si Syirik.

Kalau HATI masih diliputi KERAGU-RAGUAN, maka HATI itu disebut sebagai SI QALBU. HATI
yang seperti ini kadang-kadang Ia merasa BISA melihat, mendengar, merasakan, dan tahu,
tapi kadang-kadang Ia merasa TIDAK melihat, tidak mendengar, tidak merasakan, dan tidak
tahu. Makanya si Qalbu seperti ini kadang-kadang Ia menjadi Baik dan kadang-kadang ia
menjadi Jahat. Kadang Ia menjadi Taqwa dan kadang Ia menjadi Fujur atau Fasiq.

Kalau HATI Belum bisa melihat, mendengar, dan merasakan sesuatu, termasuk terhadap
sesuatu YANG GHAIB, maka HATI itu disebut sebagai Si Buta, Si Tuli, Si Hati Mati, Si Hati
Batu, Si Tidak punya Perasaan, Si Tidak Tahu, Si Tidak Bersaksi.

HATI itu bisa ANGKUH dan MENGAKU-NGAKU, dan HATI itu bisa pula MENYERAH dan TIDAK
MENGAKU. HATI yang angkuh dan mengaku-ngaku akan selalu berkata: aku, milikku.

Sebaliknya HATI yang menyerah dan tidak mengaku-ngaku, mulutnya akan diam, bibirnya
seperti dijahit, dia akan tidak berkata-kata untuk mengaku. Karena dia sudah tahu bahwa
sebenarnya dia tidak wujud.

Semua kemungkinan keadaan HATI diatas yang dikatakan oleh banyak orang sebagai PILIHAN-

PILIHAN, akan melahirkan EMOSI di dalam HATI itu sendiri. Jadi yang akan menuai hasilnya

adalah HATI itu sendiri. HATI akan mempertanggungjawabkan keadaannya sendiri. Sedangkan

OTAK tidak akan dimintakan pertanggungjawabannya terhadap emosi-emosi dan pilihan-pilihan

yang terlaksana pada suatu waktu. Dengan kata lain, yang akan dimintakan pertanggungjawaban

atas semua yang dilakukan RAGA dan apa-apa yang DIINGAT oleh HATI adalah HATI itu sendiri.

RUH akan mengantarkan HATI untuk mempertanggungjawabkan apa-apa yang telah dilakukan

oleh RAGA, baik semasa masih di kehidupan DUNIA ini maupun kelak di kehidupan AKHIRAT.

Tentu saja pertanggungjawaban HATI itu sesuai dengan keadaan RAGA dan OTAK. Sebab saat

otak kita RUSAK dan RAGA kita tidak bisa menjalankan aktifitasnya secara normal, maka HATI

juga tidak akan dimintakan pertanggungjawabannya. Bagi anak-anak, hatinya juga tidak dikenai
pertanggungjawaban. Untuk pemaafan-pemaafan dari perbuatan-perbuatan seperti ini ada

hukum SYARIATNYA tersendiri. Silahkan lihat ILMU FIKIHNYA.

Akan tetapi, kalau paradigma berpikir ini kita tingkatkan lagi dengan memakai Paradigma Berpikir

Makrifatullah, maka kejadian yang melibatkan RAGA, NYAWA, RUH, dan HATI seperti diatas

tidaklah berhenti sampai di situ saja. Karena dalam pandangan Kacamata Makrifatullah Raga,

Nyawa, Ruh, dan Hati itu masih termasuk dalam kategori SIFAT-SIFAT saja. Jadi kalau ada

perbedaan pandangan dan paradigma tentang sifat-sifat tersebut, ya wajar-wajar saja. Tidak ada

masalah.

Kacamata Makrifatullah akan membawa kita untuk bisa memandang bahwa disebalik semua sifat-

sifat itu Raga, Nyawa, Ruh, dan Hati ada DZAT yang menjadi HAKEKAT dari semua sifat-sifat

itu. Jadi apapun yang dilakukan dan dialami oleh Raga, Nyawa, Ruh, dan Hati itu, pada

Hakekatnya Dzatlah yang melakukan dan mengalaminya.

Raga, Nyawa, Ruh, dan Hati itu hanyalah pendzahiran dari Dzat,
Aktifitas Raga, Nyawa, Ruh dan Hati itu adalah Aktifitas dari Dzat.
Pengalaman Raga, Nyawa, Ruh, dan Hati itu adalah Pengalaman dari Dzat.

Dzat juga hanyalah sebagai Pelaksana yang sangat patuh atas apa-apa yang sudah dituliskan
oleh Allah, yang sudah ditetapkan oleh Allah, yang sudah diijinkan oleh Allah, yang sudah
ditakdirkan oleh Allah untuk terdzahir.
Dzat itu akan sangat patuh kepada Allah.
Dzat akan menjalankan apa-apa yang sudah dituliskan untuknya di Lauhul Mahfuz.
Dzat akan mengikuti semua yang diinginkan oleh Allah.
Karena memang Dzat itu adalah bagian yang sedikit dari Keseluruhan Dzat-Nya yang Maha
Indah.

Dengan begitu, maka setiap MATA kita melihat Sifat (CIPTAAN), maka MATA HATI kita akan selalu

terpandang kepada Hakekat (DZAT), sedangkan HATI kita akan berhenti di Makrifat kepada Allah.

Lalu masihkah kita berani untuk berkata aku dan milikku ?


Bersambung

Ditulis dalam INSPIRASI | Meninggalkan komentar


Antara DZIKR ataukah NAFI-ISBATH, Bagian-7
April 3, 2015 oleh Murid Dalam Sikap Bertuhankan Allah SWT.

MENAPAKI JALAN KEHIDUPAN

Saat kita baru DILAHIRKAN, kita atau TIDAK TAHU apa-apa. Hati kita dikatakan HATI yang SUCI

dan BERSIH. Dikatakan bersih dan suci, karena memang BELUM ada INFORMASI apa-apa yang

tersimpan di dalam HATI kita yang akan kita alirkan kepada RAGA melalui OTAK kita untuk

dilaksanakan oleh RAGA.

Begitu juga dengan apa-apa yang ada DI LUAR tubuh kita, yang terlihat oleh mata kita, terdengar

oleh telinga kita, dan terdeteksi oleh alat indera kita yang lain, juga BELUM ada asosiasi apa-apa

di dalam HATI kita. Sebab di dalam HATI kita belum ada informasi tentang bentuk, warna, rupa,

suara, huruf, dan angka-angka.

HATI kita seperti kosong begitu saja. HATI yang tidak berkocak. Keadaan HATI yang seperti inilah

yang disebut sebagai HATI bagi orang-orang yang INGAT kepada Allah. HATI orang Dzikrullah.

Karena saat kita ingat kepada Allah, memang tidak ada sesuatu apapun yang bisa menyerupai-

Nya. Tidak ada rupa, tidak ada warna, tidak ada huruf, tidak ada suara, tidak ada cahaya, tidak

ada apa-apa sama sekali. GHAIB. Keadaannya persis sama dengan keadaan yang dialami bayi

yang baru lahir itu. MATA HATI kita tidak melihat apa-apa

Karena HATI kita sedang KOSONG dari bayangan-bayang atau sensasi-sensasi apapun juga, maka

HATI sedang berada pada keadaan AWAL seperti saat seorang manusia dilahirkan. HATI yang

tidak berisikan apa-apa. HATI yang seperti ini akan menjadi TENTERAM, TENANG, HENING,

SENTOSA karena ia memang tidak menemukan apa-apa yang harus dikhawatirkan dan ditakutkan.

Karena Hati kita sudah tenteram, maka RUH yang mengisi seluruh RAGA juga akan mengikuti

KEADAAN dari HATI yang seperti itu.


Kalau HATI dan RUH telah menjadi TENTERAM, maka ia disebut dengan JIWA yang TENANG dan

TENTERAM, An Nafsul Muthmainnah. Jiwa yang persis sama dengan JIWA seorang Bayi Yang Baru

lahir. Hanya saja, keadaan Jiwa yang seperti jiwa seorang BAYI ini, hanya dan hanya bisa kita

Alami kalau kita hanya punya SATU INGATAN saja, yaitu INGATAN kepada Allah. Karena saat lahir

itu, seorang bayi memang hanya membawa satu ingatan saja, yaitu ingatan kepada Allah. Sebab

saat masih di Alam Rohani, Sang Bayi yang masih dalam rupa JIWA itu memang pernah bertegur

sapa dengan Allah. Alastu birabbikum, bukankah Aku Tuhan kamu?, tanya Allah, dan Sang Jiwa

menjawabnya dengan mantap: bala Syahidna, benar ya Allah, kami telah bersaksi.

Ingatan AWAL kita yang berupa kesaksian kita kepada Allah inilah ingatan yang kita bawa saat

kita lahir kedunia ini. Ingatan kita kepada Allah itu tetap TERPATRI KUAT di dalam HATI kita.

Semua manusia yang lahir PASTI membawa ingatan kepada Allah ini saat ia dilahirkan. Artinya

semua manusia dilahirkan sebenarnya adalah dalam keadaan ISLAM, karena memang semua kita

membawa ingatan kepada Allah itu sejak awal kelahiran kita ke alam dunia ini.

Ingatan kepada Allah itu akan menjadi CAHAYA YANG MENERANGI bagi semua umat manusia,

tanpa kecuali. Sehingga kita semua selalu punya NALURI yang sama pula, yaitu untuk kembali

mencari Allah selama dalam menjalani kehidupan kita di dunia ini, apalagi saat kita menghadapi

permasalahan hidup yang berat. Tidak ada satu orang manusiapun yang tidak ingin kembali

mencari ketenangan dan ketenteraman awal atau keadaan azali seperti yang dipunyai oleh

seorang bayi itu.

Setiap kali kita punya permasalahan, seperti ada sebuah kerinduan yang sangat dalam yang

mengaduk-aduk HATI kita untuk merasakan kembali INGATAN AWAL yang kita bawa ke alam

dunia ini, yaitu Ingatan kepada Allah. Yang mana saat itu, kita tidak punya masalah apa-apa yang

membebani kita.

Bersambung

itulis dalam INSPIRASI | 1 Komentar


Antara DZIKR ataukah NAFI-ISBATH, Bagian-8
April 6, 2015 oleh Murid Dalam Sikap Bertuhankan Allah SWT.

POKOK PERMASALAHAN KITA


Masalah yang kita hadapi semua adalah, TERNYATA sejak kita lahir, dari hari ke hari, bulan ke

bulan, dan tahun ke tahun, berbagai informasi dan data-data yang ada di LUAR, apa-apa yang

ada disekitar kita, satu persatu MASUK melalui PANCA INDERA menuju HATI kita. Informasi itu

tersalur melalui OTAK, yang berfungsi sebagai PORT penghubung antara KEADAAN DI LUAR

dengan HATI yang berada di DALAM. Berbagai data dan Informasi itu lalu TEREGISTRASI di

DALAM HATI kita membentuk PARADIGMA BERPIKIR yang akan menentukan kemana RAGA kita

akan bergerak dan aktifitas apa yang akan dilakukan oleh RAGA.

Keberadaan OTAK kita yang terdiri dari dua belahan, yaitu belahan KIRI dan belahan KANAN,

ternyata bukan hanya terbelah secara kebetulan saja, atau tanpa makna sama sekali. Tetapi,

ternyata masing-masing belahan otak itu punya tugasan masing-masing, yaitu untuk menyalurkan

informasi yang berbeda SIFATNYA yang terdeteksi oleh RAGA ke dalam HATI, maupun sebaliknya

dari HATI kepada RAGA.

Informasi atau data yang sifatnya logik, serial, linier, detail demi detail, kategori-kategori,

pengelompokan, asosiasi, perbandingan, proyeksi dan kemungkinan masa depan, masa

lalu dan masa depan, definisi-definisi, bahasa-bahasa, akan masuk ke dalam HATI melalui

belahan OTAK KIRI.

Kalau sepanjang hidup informasi dan data yang masuk ke dalam hati kita SEBAGIAN BESAR

adalah melalui saluran otak KIRI ini, maka paradigma berpikir kita akan menjadi paradigma khas

bagi orang-orang yang katanya Otak Kirinya Aktif.

Ciri-cirinya adalah, HATI kita akan cenderung menjadi FULL of CHATTING dan dipenuhi dengan

SUARA-SUARA yang hiruk pikuk tentang berbagai hal. Semua hal seperti menjadi masalah. Kita

merasa bahwa kita adalah sebuah diri yang solid yang dibatas oleh KULIT dan DAGING. Kehidupan

kita seperti sebuah gerakan panthomim yang patah-patah dan tertegun-tegun. Kita merasa

mempunyai KEPEMILIKAN dan akan sering mengatakan ini AKU, ini KEAHLIANKU, ini

INTELEKTUALKU. Kita akan menjadi orang-orang yang merasa terpisah dengan orang lain walau

kita sedang berada ditempat yang ramai. Ini aku dan itu dia atau mereka.
Sedangkan saluran informasi yang berada di dalam OTAK KANAN kita seperti menjadi TUMPUL,

kalau tidak mau dikatakan tidak berfungsi lagi. Karena ia JARANG dilalui oleh informasi dan data

yang sesuai dengan karakternya yang penuh persahabatan. Akibatnya kita akan menjalani

kehidupan kita dengan HATI yang penuh dengan paradigma hitung-hitungan dan aku-akuan,

seperti yang biasanya dipunyai oleh orang-orang SEKOLAHAN.

Kalau sudah begini, kita akan sulit sekali untuk keluar dari Zona NYAMAN yang sedang kita

tempati. Kita akan tiap sebentar merasa terusik dengan berbagai kejadian disekitar kita. Kita akan

mudah marah, marah, dan marah. Dimana-mana kita akan selalu mencari perbedaan. Kita

menjadi orang yang pendendam dan sulit untuk memaafkan. Kita akan berusaha sekuat tenaga

menjaga dan melanggengkan keadaan STATUS QUO yang sedang kita jalani. Dalam

bermasyarakat kita merasa menjadi orang lama yang perlu dihormati orang-orang baru. Kita

jadinya lebih cenderung bertindak sebagai seorang ADMINISTRATOR ketimbang sebagi seorang

INOVATOR.

Dan sayangnya dengan model pendidikan dan pengajaran yang berkembang seperti saat ini,

hampir sebagian besar kita berada dalam paradigma berpikir seperti ini, tak terkecuali untuk

orang-orang yang bergerak dalam bidang keagamaan dan spiritualitas sekalipun.

Bersambung..

tulis dalam INSPIRASI | Meninggalkan komentar


Antara DZIKR ataukah NAFI-ISBATH, Bagian-9
April 7, 2015 oleh Murid Dalam Sikap Bertuhankan Allah SWT.

SEBALIKNYA, kalau informasi dan data-data yang sering kita lihat, baca, dan dengarkan cocok

dengan karakter atau fungsi kerja dari jaringan OTAK KANAN kita, maka HATI kita akan di isi

dengan informasi dan data yang bersifat paralel, saat ini dan disini, gambaran utuh atau

sintesis dari sebuah keadaan, bau-bauan, rasa di lidah dan di kulit, energi dan getaran,

keindahan, serasa satu dengan yang lain, terhubung dengan energi-energi.

Ciri-cirinya adalah, HATI kita menjadi SILENT atau TENANG dari CHATTING atau PERBUALAN-

PERBUALAN yang saling bertentangan. Kita akan bisa merasakan bahwa alam semesta ini adalah
sebuah aliran energi yang mempersatukan semua makhluk yang ada. Jadi kita bisa merasakan

bahwa tubuh kita tidak lagi hanya sebatas daging dan kulit saja. Kita bisa merasa bahwa diri kita

telah menjadi sangat luas dan besar. Kita merasa telah bersatu dengan atom-atom dan molekul

yang ada di Alam.

Kita juga bisa merasakan bahwa keberadaan kita sudah tidak ada lagi awal dan akhirnya, tidak

ada batasnya, tidak ada ujung pangkalnya. Karena kemanapun kita menghadap, disitu ada diri

kita yang telah menjadi luas dan bahkan menjadi energi pula. Kita merasa seperti sedang

melayang-layang di angkasa, karena diri kita telah menjadi begitu ringan. Kadangkala kita bisa

pula merasa bahwa kita sedang DIKUASAI oleh sebuah KEADAAN tertentu. Gerakan energi dan

daya yang bergerak melingkar-lingkar seperti bisa masuk, mengangkat, dan menimang-nimang

diri kita.

Kalau sudah seperti itu, kita akan merasakan berbagai perasaan seperti rasa DAMAI, MELUAS,

MEMBESAR, CANTIK. Hati kita jadi mudah TERHARU dan kadangkala juga EUFORIA atau

KEGEMBIRAAN yang berlebih-lebihan. Kita bisa tersenyum-senyum dan tertawa-tawa sendiri

menikmati sensasi getaran dan gelombang yang bisa kita rasa-rasakan. Karena saat itu kita

seperti terlepas dari berbagai tekanan dan permasalahan Hidup. Malah kita bisa merasa bahwa

kita adalah titik pusat dari kehidupan di alam semesta ini. Dan pada akhirnya kita bahkan bisa

merasa bahwa kita seperti telah hidup dan berada di ALAM SYURGAWI.

Perbedaan fungsi otak kiri dan otak kanan ini dalam memberikan informasi dari RAGA ke HATI dan

juga sebaliknya dari HATI ke RAGA telah di dokumentasikan dengan sangat apik sekali oleh JILL

BOLTE TAILOR dalam buku atau videonya yang berjudul My Stroke Insight. Ia menceritakan

apa-apa yang dialaminya ketika dia mengalami STROKE di belahan otak kirinya. Lalu fenomena

aktifnya belahan otak kanannnya seperti diatas bisa dia rasakan. Dia akhirnya merasakan seperti

sedang berada di ALAM SYURGAWI.

Padahal fenomena alam syurgawi itu hanyalah masalah biasa saja bagi orang-orang yang sudah

berhasil mengalirkan dan mengakses sebanyak mungkin informasi yang cocok dengan karakter

otak kanan kita seperti informasi tentang GETARAN dan ENERGI, yang memang memenuhi Alam
Semesta ini. Jadi untuk merasakan keadaan seperti itu, kita tidak usah mengalami stroke terlebih

dahulu.

Disamping itu, dengan banyaknya belahan otak kanan kita dialiri oleh informasi, maka dalam

kehidupan sehari-hari, kita akan mempunyai banyak ide baru walau untuk hal-hal kecil sekalipun.

Karena cara berpikir kita bukan lagi berpikir secara serial yang selalu menjaga urut-urutan proses

dari awal sampai akhir. Disini kita sudah bisa berpikir secara paralel dan holistik, sehingga kita

sudah bisa melihat dari ujung akhir untuk kemudian melihat berbagai kemungkinan yang ada, dan

kemudian melakukannya dengan semangat empat lima.

Dengan memahami hal seperti ini, kita akan mudah mengerti tentang perbedaan personality

orang-orang yang ada disekitar kita. Bahwa perbedaan itu hanyalah karena berbedanya informasi

dan data yang kita masukkan kedalam HATI kita. Ada kita yang lebih banyak memasukkan

informasi dan data yang hanya bisa melewati saluran OTAK KIRI, dan ada kita yang lebih banyak

memasukkan informasi dan data yang hanya bisa melewati saluran OTAK KANAN ke dalam HATI

kita. Akhirnya kita semua hanya akan berbeda dalam PARAGDIGMA BERPIKIR saja sebenarnya.

Apa-apa informasi yang MASUK kedalam HATI kita, maka itu pulalah yang akan KELUAR

membentuk tindakan dan aktifitas pada RAGA kita. Tidak bisa tidak. Karena apapun tindakan dan

aktifitas LAHIRIAH yang kita lakukan, itu DIAWALI oleh aktifitas dan tindakan RUHANIAH yang

berada di dalam JIWA kita. Saat HATI menginginkan sesuatu, dan RUH akan memastikan bahwa

keinginan itu bisa TERLAKSANA.

Misalnya, kalau informasi yang kita masukkan kedalam HATI kita adalah informasi tentang

HIPNOTERAPI, maka yang keluar dari HATI membentuk tindakan RAGA juga adalah apa-apa yang

berbau-bau HIPNOTERAPI. Begitu juga dengan informasi-informasi lainnya seperti informasi

tentang GETARAN (VIBRASI), NLP, AURA, TENAGA DALAM, TENAGA HIKMAH, TENAGA QUANTUM,

dan informasi-informasi lain yang menyiratkan kehebatan lainnya.

RUH akan mengantarkan kita untuk MELAKUKAN apa-apa yang diinginkan oleh HATI itu.

Disamping itu, RUH juga akan mengantarkan UMPAN BALIK ke dalam HATI kita, tentang
pelaksanaan atas keinginan HATI itu, dalam bentuk berbagai RASA yang akan dirasakan kembali

oleh HATI. Kekuatan dan Daya RUH itu sangat-sangat Luar Biasa. Makanya orang sering berkata

bahwa apa yang dia pikirkan seperti bisa terlaksana. Sebenarnya RUH itulah yang mengantarkan

kita kepada apa-apa yang tercetus di dalam HATI atau MIND kita.

Demikianlah, segala informasi yang kita masukkan ke dalam hati kita melalui kedua belahan otak

kita akan membentuk PARADIGMA BERPIKIR kita yang sangat sulit untuk kita UBAH-UBAH. Kita

akan menjunjung, mendukung, membela, dan membesar-besarkan paradigma berpikir kita itu

kemanapun kita pergi. Jadi perbedaan-perbedaan yang sangat tajam diantara kita sebenarnya

hanyalah karena berbedanya informasi yang kita jejalkan ke dalam hati kita saja. Perbedaan sifat-

sifat saja sebenarnya.

tulis dalam INSPIRASI | 1 Komentar


Antara DZIKR ataukah NAFI-ISBATH, Bagian-10
April 8, 2015 oleh Murid Dalam Sikap Bertuhankan Allah SWT.

Namun di sini pulalah bermulanya kepedihan demi kepedihan yang kita alami di dalam hidup kita.

Sebab perbedaan itu telah membuat kita tidak bisa lagi merasa TENTERAM dan TENANG dalam

setiap langkah yang kita lalui. Dan dari sini pulalah munculnya berbagai metoda atau cara yang

ditawarkan orang agar kita bisa kembali mendapatkan ketenteraman dan ketenangan itu. Sebab

mereka melihat bahwa ini adalah PASAR yang sangat potensial sekali. Siapa sih yang tidak ingin

mendapatkan ketenangan dan ketenteraman yang seakan-akan membawa kita kembali kemasa-

masa dimana kita merasa sangat tenteram dan tenang ketika kita dahulu masih menjadi bayi ?.

Akan tetapi yang diajarkan mereka hanyalah bagaimana caranya agar OTAK KIRI kita bisa menjadi

SILENCE buat beberapa jenak. Yaitu dengan cara memberikan informasi sebanyak-banyaknya

yang bisa diakses oleh OTAK KANAN kita. Makanya kalau mereka berbicara, bicaranya adalah

mengenai GETARAN, ENERGI, IMAJINASI, dan usaha merasa-rasakan pengaruh dari KALIMAT-

KALIMAT POSITIF yang kita ucapkan.

Sebenarnya untuk merasakan GETARAN dan ENERGI itu mudah saja. Syaratnya hanyalah dengan

membuat TUBUH kita RILEKS dan LUNAK. Semakin tubuh kita rileks dan lunak, akan semakin

mudah pula kita untuk merasakan getaran dan energi itu. Kemudian PINTU MASUK Informasi yang
akan melalui otak kiri kita juga haruslah ditutup. Cara yang paling mudah untuk itu adalah dengan

MENUTUP MATA kita. Tutuplah mata dengan tidak terlalu keras. Cukup asal kedua kelopak mata

kita tertutup saja. Tidak ada terasa tekanan di kedua kelopak mata kita itu.

Kemudian angkat tangan kita dengan lembut dan gerak-gerakkan sampai kita merasakan adanya

aliran energi di telapak tangan kita. Atau bisa pula kita berdiri dan mulai menggerak-gerakkan

tubuh kita sedikit. Tidak berapa lama kemudian, kita akan merasakan adanya aliran energi yang

berputar-putar disekitar kita. Kalau kita ikuti aliran energi itu, maka tubuh kita akan ikut berputar-

putar mengalir bersama energi itu.

Biasanya, kalau kita belum terbiasa membuat tubuh kita rileks, gerakan energi itu akan bisa

membanting-banting tubuh kita sampai terguling-guling di tanah. Kalau saat itu kita memanggil

nama sesuatu yang kita yakini berada di tempat yang sangat tinggi dan sangat besar, maka

gerakan tubuh kita akan semakin menggila. Biasanya, kalau Umat kita Islam kita akan diminta

untuk memanggil-manggil Nama Allah saat itu. Akan tetapi sebenarnya dengan tidak menyebut

nama Allah pun keadaan yang seperti itu juga akan bisa kita dapatkan. Misalnya, dengan

menyebut hak, atau hu saja kita juga akan mengalami hal tersebut. Jadi menyebut nama Allah

atau tidak, untuk hal-hal seperti ini, lebih bersifat untuk sebagai fungsi PLACEBO saja bagi otak

kita.

Kalau kita sudah mahir merasakan aliran energi ini, maka putaran energi itu akan tidak

menggoncangkan tubuh kita lagi. Kita akan bisa mengikuti aliran energi itu seperti yang dilakukan

oleh orang-orang yang berlatih TAICHI. Bahkan dalam keadaan DIAM pun energi itu masih dapat

kita rasakan. Objek pikir kita seperti ikut mengalir mengikuti aliran energi-energi itu, sehingga

menimbulkan efek MEDITATIF. Tapi sebenarnya apa-apa yang kita rasakan itu adalah akibat RUH

mengantarkan kita kepada apa yang kita yakini. Ini yang tidak banyak diketahui orang.

Dibawah tingkatan pengaruh Energi dan Getaran ini adalah permainan Imajinasi dan kata-kata

atau kalimat-kalimat bernada Positif. Misalnya, kita diminta untuk berimajinasi tentang pantai dan

gunung, lalu kita diminta pula untuk mengucapkan kata-kata TENANG, DAMAI, LOVE, berkali-kali.

Singkat kata, kemudian kita memang seperti bisa merasa tenang, damai, dan berkelimpahan
dengan cinta. Tapi kualitasnya hanya sebatas rasa-rasa yang pernah kita rasakan sebelumnya,

dan rasa-rasa itu tidak akan bertahan lama. MEMBOSANKAN

Bersambung

itulis dalam INSPIRASI | Meninggalkan komentar


Antara DZIKR ataukah NAFI-ISBATH, Bagian-11
April 10, 2015 oleh Murid Dalam Sikap Bertuhankan Allah SWT.

BERTASAWUF DAN BERSPIRITUAL..

Nah, sekarang banyak orang menganggap bahwa kalau OTAK KANAN kita sudah banyak

mengirimkan INFORMASI seperti diatas ke dalam HATI kita, dan kita sudah merasakan pula

fenomena-fenomenanya yang bisa menguras RASA dan AIRI MATA, maka kita disebut sebagai

orang yang sudah BERSPIRITUAL. Makanya di dalam berbagai buku dan pengajaran spiritual yang

ada sekarang ini, termasuk dalam spiritual ISLAM sekalipun, cerita-ceritanya hampir saja. Yaitu

sama dengan keadaan atau ciri-ciri yang dialami oleh orang-orang yang OTAK KANANNYA sudah

aktif dilalui oleh berbagai informasi dari dan ke HATINYA seperti yang telah diterangkan diatas.

Akibatnya, ketika orang-orang berbicara tentang Spiritual, maka kita akan sulit membedakan

antara Spiritual Islam dengan Spiritual Hindu, Budha, Kejawen, TAO, Kabbala, dan aliran-aliran

KEBATINAN atau MISTIK lainnya. Tokoh yang dijadikan bahan referensipun selalu saja orang-

orang yang berkecimpung di dunia METIDASI, apakah itu Hindu, Budha, atau meditasi-meditasi

lainnya. Jarang sekali yang menjadi referensi itu adalah ulama-ulama Islam masa kini.

Mungkin ulama-ulama Islam dianggap mereka tidak mempunyai sama sekali sisi KEBATINAN yang

menarik untuk dikupas atau dieksplorasi. Karena pada kenyataannya, atau paling tidak yang

tersiar ke ranah umum, adalah bahwa diantara ulama-ulama Islam ataupun diantara sesama umat

Islam sendiri memang selalu terlihat RAMAI dan SUKA BERANTAM satu dengan yang lainnya,

paling tidak berkelahi secara kata-kata atau kalimat-kalimat.

Seakan-akan umat Islam ini dianggap mereka tidak punya sikap MEDITATIF sedikitpun. Yaitu

sikap orang-orang yang OTAK KIRINYA sudah bisa SILENCE (DIAM) dan tidak penuh lagi dengan

CHATING (berbalas kata) untuk beberapa saat. Memang pikiran umat Islam terkesan sangat

RAMAI SEKALI walau di dalam SHALAT sekalipun. Makanya orang Islam yang ikut berlatih meditasi

akan lebih bisa bercerita tentang pengalaman bermeditasinya dibandingkan dengan pengalaman

bershalatnya. Aneh memang.


Jadilah jalan cerita dari spiritalitas itupun nyaris sama saja, begitu juga cara-cara untuk

menjalankannya. Kesamaan itu terjadi karena memang sejak 400 tahun setelah Rasulullah

Muhammad SAW wafat, dan berakhir pula zaman Tabiit Tabiin, pengajaran Spiritual Islam dan

spiritual-spiritual lainnya itu sudah saling bersinggungan sangat dekat sekali. Tapi pada

kenyataannya ternyata cara-cara berspiritual Islamlah yang banyak mengadopsi cara-cara

berspiritual diluar ajaran Islam. Cara-cara baru berspiritual di dalam Islam inilah kemudian yang

lebih dikenal dengan TAREKAT.

Contoh kesamaannya adalah, OBJEK PIKIR saat berdzikir di dalam TAREKAT sudah tidak ada

bedanya lagi dengan objek pikir saat BERMEDITASI atau di dalam berbagai aliran MISTIK lainnya.

Tarekat memakai objek pikir yang disebut LATHAIF, dan Meditasi atau aliran MISTIK lainnya

memakai objek pikir yang disebut CAKRA. Hanya letak atau posisi dari beberapa Lathaif dan Cakra

itu saja yang sedikit berbeda-beda.

Kalau Cakra mengambil tempat mulai dari Cakra Dasar, yaitu di wilayah tulang ekor paling bawah,

dan bergerak keatas sepanjang tulang belakang kita menuju ke ubun-ubun (Cakra Mahkota).

Diantara kedua cakra itu ada cakra-cakra lain yang mereka namakan: Cakra Ajna (mata ketiga),

Cakra Tenggorokan, Cakra Jantung, Cakra Solar Plexus, dan Cakra Sex.

Sedangkan Lathaif-lathaif kebanyakannya mengambil tempat mulai dari sekitar wilayah Cakra

Jantung, naik keatas sampai ke ubun-ubun dan kemudian ke seluruh tubuh (kullu jasad). Hanya

saja di TAREKAT Cakra jantung ini dibuat lebih sedikit rumit dengan menambahkan beberapa

Cakra kecil lainnya, sehingga jadilah diwilayah sekitar jantung itu penuh dengan lathaif-lathaif

seperti: Lathifatul QALB, Lathifatul ROH, Lathifatul SIRR, Lathifatur KHAFI, Lathifatul AKHFA,

Lathifatul NATIQAH. Dan setelah itu baru Lathifatul KULLU JASAD.

Perbedaannya dengan CAKRA adalah bahwa di dalam Tarekat, Objek Dzikir dan Objek Pikir yang

dilakukan adalah Pembersihan Lathaif-lathaif itu. Karena setiap Lathaif dianggap sebagai pusat

dari berbagai perbuatan BURUK. Misalnya, LATHIFAH QALB dianggap sebagai pusat dari

keberadaan sifat kemusyrikan, ketahayulan, kekafiran, dan sifat-sifat iblis lainnya. Membersihkan

Lathaif-lathaif itu dengan Dzikir dianggap dapat membersihkannya dari sifat-sifat Buruk tersebut.

Begitulah seterusnya dengan lathaif-lathaif yang lainya. Masing-masing dibersihkan agar kita

dapat dengan mudah melakukan perbuatan-perbuatan baik. Inilah kemudian yang dikenal dengan

proses Tadzkiyatunnafs ala Tarekat.

Sedangkan pada meditasi Cakra, Objek Meditasi dan Objek Pikirnya adalah pembersihan cakra-

cakra yang tadinya gelap dan tidak bergetar menjadi terang benderang dengan berbagai warna,

dan juga bergetar dengan berbagai frekuensi. Di dalam meditasi Cakra ini, kita akan dapat
merasakan berbagai fenomena warna, getaran, dan daya yang berada disetiap cakra yang kita

bersihkan dengan cara BERIMAJINASI.

Walaupun Bacaan dan Objek Pikir antara Dzikir dan Meditasi itu berbeda, akan tetapi pencapaian

saat BERDZIKIR di dalam berbagai cara berdzikir Umat Islam yang ada sekarang ini hampir sama

saja dengan pencapaian saat BERMEDITASI di dalam agama-agama dan kepercayaan lainnya.

Misalnya, ada fenomena bergetar-getar, menangis, rasa dipengaruhi oleh daya-daya tertentu, dan

sebagainya.

Pada akhirnya, semuanya bisa pula sama-sama merasa bahagia, merasa tenang, merasa dapat

jawaban-jawaban dalam dzikir atau meditasinya, terbukanya MATA BATIN sehingga bisa melihat

hal-hal yang Ghaib (Kasyaf), dan dapat melakukan perjalanan Astral, serta terbukanya MATA

KETIGA. Setelah pencapaian itu biasanya juga akan dibarengi dengan status yang sama, yaitu kita

akan terbawa-bawa untuk bersikap dan berperilaku sebagai seorang PARANORMAL kalau tidak

mau dikatakan DUKUN.

Ya, DUKUN Itu lho orang-orang yang mengaku PINTAR dan HEBAT, yang katanya bisa

mengubah-ubah dan menukar-nukar Cuaca dan Nasib. Atau paling tidak ada orang lain yang

percaya dengan kehebatan dan kepintarannya sehingga dia didatangi oleh orang lain yang

meminta bantuan atas penyelesaian masalah-masalahnya.

Bersambung

itulis dalam INSPIRASI | Meninggalkan komentar


Antara DZIKR ataukah NAFI-ISBATH, Bagian-12
April 11, 2015 oleh Murid Dalam Sikap Bertuhankan Allah SWT.

Saat ini, memang sangat sedikit sekali buku dan referensi yang bisa menceritakan bahwa

sebenarnya Spiritual Islam, yang bisa disebut TASAWUF, sangatlah berbeda dengan Spiritual ala

ajaran-ajaran MISTIK lainnya itu. Kalaupun ada buku-buku karangan ulama-ulama besar seperti

Imam Al Ghazali, Imam Ibnu Qayyim Al Jauziah, Syech Abdul Qadir Al Jilani, dan lain-lain

sebagainya, namun buku-buku tersebut tidak serta merta bisa mengangkat penghargaan orang

orang terhadap TASAWUF ke tingkat yang seharusnya.

Hal itu terjadi karena memang sangat jarang sekali orang yang bisa memahami buku-buku Ulama

Besar tersebut dengan pengertian dan sekaligus prakteknya yang utuh seperti TASAWUF yang

dijalankan oleh NABI, Sahabat, Tabiin dan Tabiut Tabiin, serta beberapa orang yang berhasil

menjalankannya setelah itu. Sehingga banyak orang yang kemudian mencoba memahami dan

menjalankan ketasawufan itu dengan menyentuhkannya dengan pemahaman-pemahaman dan


latihan-latihan ala TARIQAT dan juga ala NEW AGE MOVEMENT (NAM) yang bermuara kepada

HIPNOTIS dan NLP.

Akibatnya, walaupun dalam segi pengamalan SYARIAH memang ada PERBEDAAN yang cukup

signifikan antara Umat Islam dan ajaran-ajaran Mistik lainnya itu, namun dari segi keadaan

BATINIAH atau JIWA dari masing-masing pengamal ajaran itu hampir sama saja. Tidak ada

perbedaan sama sekali.

Sehingga sekarang ini banyak sekali kita lihat orang-orang yang secara fisik dan pakaian

bercirikan penganut Islam (seperti kerudung dan peci haji), tapi mereka sedang asyik masyuk

duduk berdzikir atau bermeditasi mengikuti cara, sikap tubuh, bacaan, dan objek pikir yang

dipakai pada ajaran-ajaran Mistik lainnya. Sehingga timbul kesan bahwa semua agama dan

kepercayaan itu seakan-akan pada akhirnya sudah menjadi SAMA SAJA.

Padahal Tasawuf adalah adalah sebuah laku batin TINGKAT TINGGI yang sudah ada semenjak

zaman Nabi Muhammad SAW masih hidup. Pernah suatu ketika, setelah mengetahui bahwa Nabi

sudah berada di Madinah, sebanyak 400 orang ahli Sufi datang dari pegunungan dan lembah-

lembah ke Madinah untuk berjumpa dengan Rasulullah dan memeluk Agama Islam ditangan

Rasulullah. Rasulullah meletakkan mereka di Masjid Beliau dan mereka diberi gelar Ahli Sufah.

Kalau dilihat secara sekilas, hasil yang ingin kita dapatkan melalui semua jalan Mistik atau Jalan

Rohani itu memang nyaris sama. Yaitu bagaimana caranya agar HATI kita, yang sudah sangat

lama kita ISI dan PENUHI dengan berbagai Data dan Informasi, bisa menjadi BERSIH dan SUCI

kembali seperti HATI seorang BAYI yang baru lahir. Atau paling tidak, kita ingin agar HATI kita

yang kita rasakan telah menjadi KOTOR, SEMPIT, dan SUMPEK oleh berbagai Informasi dan Data

itu. Kita ingin agar hati kita bisa menjadi BERSIH, LAPANG, NYAMAN kembali seperti HATI kita

waktu kita kecil dulu. Kita seperti ingin MENJADI BAYI DEWASA atau DEWASA YANG BAYI.

Masalahnya adalah, HATI kita di waktu bayi yang tadinya BERSIH, SUCI, dan LAPANG karena

hanya memuat SATU ingatan saja, yaitu ingatan kepada Allah, kemudian mulai dikotori oleh

adanya BERCAK-BERCAK hitam, kuning, merah, dan sebagainya. Setiap bercak-bercak warna itu
mewakili sebuah INGATAN kita terhadap sesuatu yang baru dan sudah teregistrasi di dalam HATI

kita. Akibatnya HATI kita lalu menjadi KOTOR, TERNODA, dan SEMPIT.

Suasananya sungguh menyiksa sekali. Karena kekotoran, noda, dan kesempitan di dalam HATI

kita itu terasa semakin hari semakin bertambah. Hati kita seperti menarik-narik kekotoran, noda

dan kesempitan yang baru untuk masuk ke dalam HATI kita. Tetapi sebenarnya bukan begitu.

RUH lah yang MENGANTARKAN kita memasuki kekotoran, noda, dan kesempitan yang berikutnya,

karena memang di dalam HATI kita saat itu yang ada adalah INGATAN yang bukan kepada ALLAH.

Kita semua INGIN agar HATI kita ini bisa kembali menjadi SUCI, BERSIH, dan LAPANG. Tapi

tampaknya kita semua nyaris terbentur kepada cara-cara pembersihannya. Al Quran menyatakan

bahwa yang dibersihkan itu adalah NAFS, makanya namanya adalah TADZKIYATUNNAFS. Tapi

anehnya yang dibersihkan malah LATHAIF atau CAKRA, sehingga cara-caranyapun pasti akan

berbeda pula.

Padahal tujuan utama dari Tadzkiyatunnafs ini sebenarnya adalah agar kita bisa kembali

MENGENAL ALLAH seperti pengenalan kita kepada Allah saat di Alam Azali dulu. Inilah yang

disebut sebagai proses BERTASAWUF. Sebab dengan berbagai informasi yang telah kita masukkan

ke dalam HATI kita, ditambah dengan sentuhan-sentuhan SYAITAN ke dalam hati kita, maka kita

telah menjadi LUPA dengan ALLAH. Lupa yang benar-benar lupa. Hanya saja naluri untuk ingat

kepada Allah itu tetap ada di dalam HATI kita sepanjang masa. Makanya setiap kita punya

masalah, ada kecenderungan kita untuk mencari pertolongan kepada Allah, walaupun kadangkala

kita tidak tahu siapa yang akan kita mintakan pertolongan itu.

Setelah mengetahui berbagai hal yang berkenaan dengan HATI kita seperti diatas, sudah saatnya

kita mulai membedah proses Tadzkiyatunnafs (pembersihan jiwa) ini agar kita bisa melihat bahwa

proses pembersihan jiwa itu sebenarnya SEDERHANA saja. Tambahan-tambahan karena

ketidaktahuan kitalah yang menyebabkan proses itu kemudian menjadi sulit dan ribet untuk kita

jalankan dan praktekkan.

Bersambung..
Antara DZIKR ataukah NAFI-ISBATH, Bagian-13
April 13, 2015 oleh Murid Dalam Sikap Bertuhankan Allah SWT.

TADZKIYATUNNAFS

Tadzkiyatunnafs artinya adalah sebuah proses untuk membersihkan kembali NAFS atau JIWA kita

yang sudah sudah kotor atau dikotori oleh berbagai sampah yang kita kasukkan ke dalam HATI

kita sepanjang Hidup kita.

Kita sudah tahu bahwa yang disebut dengan JIWA itu adalah HATI bersama RUH. Kalau HATI saja

itu bukanlah JIWA, begitu juga kalau RUH saja itu bukan pula disebut JIWA. Kalau RUH dan HATI

sudah bersama, barulah itu disebut sebagai JIWA atau SPIRIT.

Kita juga sudah tahu bahwa RUH adalah anasir Diri kita yang SUCI. Ia akan selalu PATUH kepada

AMR Allah. RUH adalah KENDARAAN atau DAYA yang telah disiapkan oleh Allah bagi HATI untuk

menjalankan dan mencapai apa-apa yang diinginkan oleh HATI. Nanti kita akan sampai pula

kepada kajian bahwa sebenarnya apa-apa yang diinginkan oleh hati itu sebenarnya DIILHAMKAN

oleh ALLAH sesuai dengan TAKDIR yang harus kita jalankan masing-masing. Tapi itu pada bagaian

nanti

Karena RUH adalah Anasir diri kita yang SUDAH SUCI, maka satu-satunya cara untuk menyucikan

JIWA itu tanggal hanya dengan jalan MEMBERSIHAN HATI. Kita juga sudah tahu bahwa HATI yang

dimaksud disini adalah HATI SPIRITUAL yang berkedudukan di DALAM OTAK kita. Bukan hati yang

berada di dalam DADA kita seperti yang banyak diyakini orang selama ini.

Kalau HATI kita sudah BERSIH, maka RUH akan mengantarkan kita untuk bisa melakukan

berbagai perbuatan BAIK. Dan RUH juga akan memberikan pula umpan balik ke dalam HATI kita

atas perbuatan baik yang kita lakukan itu. Umpan balik itu adalah dalam bentuk berbagai RASA

yang nyaman dan membahagiakan yang dirasakan oleh HATI.

Sebaliknya, kalau HATI kita masih KOTOR, maka RUH akan tetap setia mengantarkan dan

memberi kita DAYA untuk melakukan berbagai perbuatan BURUK dan JAHAT. RUH juga akan
mengirimkan umpan balik ke dalam HATI kita berupa RASA yang tidak nyaman, sempit, hambar,

dan mengecewakan, yang akan dirasakan oleh HATI.

BERSIH atau KOTORNYA HATI kita itu bisa kita lihat dengan mudah dari apa-apa yang sedang kita

PIKIRKAN atau kita INGAT-INGAT di setiap waktu. HATI yang BERSIH adalah ibarat HATI seorang

BAYI yang baru lahir. Hati sang bayi tidak sedang mengingat dan tidak sedang memikirkan apa-

apa. Hatinya begitu tenteram, hening, diam, dan tidak berkocak. TRANQUIL kata Barack Obama.

Kalaupun sang bayi menangis, atau tersenyum, atau bahkan tertawa, semua itu dia lakukan bukan

karena hatinya sedang berkocak, atau dia sedang ingat dan memikirkan sesuatu.

Sedangkan HATI yang KOTOR adalah HATI yang di dalamnya sudah dipenuhi dengan berbagai

INGATAN dan PIKIRAN. Hati yang seperti itu akan selalu berkocak, akan berubah, akan gelisah,

akan bergerak dari satu ingatan kepada ingatan yang lain, akan berubah dari satu pikiran kepada

pikiran yang lain. Kalau kita menangis dan tertawa, menangis dan tertawa kita itu berasal dari

ingatan dan pikiran yang sedang kita ingat-ingat dan pikir-pikirkan.

Dan apa-apa yang kita pikirkan dan ingat-ingat itu akan ada pula sekaligus RASA-RASA yang

mengikutinya. RUH akan mengantarkan RAGA kita untuk merealisasikan apa-apa yang kita

pikirkan dan ingat-ingat itu menjadi sebuah TINDAKAN atau AKTIFITAS yang kita lakukan tepat

pada WAKTUNYA. Dan Rasa dari setiap TINDAKAN dan AKTIFITAS yang dilakukan oleh RAGA

itupun kemudian dikembalikan oleh RUH kedalam HATI kita agar kita tahu bahwa tindakan dan

aktifitas kita itu adalah BAIK atau BURUK. Rasa-rasa inilah yang akan membuat kita menangis

atau tertawa gembira.

Kita juga sudah tahu bahwa proses perpindahan Informasi berupa Pikiran dan Ingatan dari Hati

kepada RAGA untuk dilaksanakan, dan perpindahan informasi umpan balik berupa RASA dari RAGA

ke HATI atas apa-apa yang kita lakukan itu adalah melalui sebuah Port Interkoneksi yang disebut

dengan OTAK. Dimana otak kita ini terbagi menjadi dua belahan, belahan kiri dan belahan kanan,

yang masing-masingnya hanya bisa dilalui oleh Informasi yang sesuai dengan karekaternya

masing-masing. Sederhana sekali sebenarnya


Bersambung

Ditulis dalam INSPIRASI | Meninggalkan komentar


Antara DZIKR ataukah NAFI-ISBATH, Bagian-14
April 15, 2015 oleh Murid Dalam Sikap Bertuhankan Allah SWT.

Hanya saja selama ini banyak kita yang KELIRU tentang HATI ini, dan juga tentang proses

BERPIKIR dan MERASA ini. Kita menganggap bahwa BERPIKIR dan MERASA itu dilakukan oleh dua

entity yang berbeda di dalam diri kita. Banyak kita yang tertipu dengan menganggap bahwa yang

BERPIKIR itu adalah OTAK dan yang MERASAKAN itu adalah DADA. Entah sejak kapan kekeliruan

itu bermula. Tapi yang pasti kekeliruan itu telah menyengsarakan kita semua begitu lamanya.

Padahal yang berpikir dan yang merasakan itu tetap hanya satu saja, yaitu HATI yang

berkedudukan di dalam OTAK kita. Di dalam otak kita itulah ADA ANASIR DIRI KITA YANG

MELIHAT, YANG MENDENGAR, dan YANG MERASAKAN, yang tidak lain dan tidak bukan adalah

HATI kita sendiri. HATI pulalah anasir diri kita yang bisa BERPIKIR (TAFAKUR), MENGINGAT. Dan

yang tak kalah pentingnya adalah bahwa HATI kita pulalah tempat Allah menurunkan ILHAM agar

kita bisa menjadi orang yang BERTAQWA atau orang yang FAJUR/FASIK sesuai dengan TAKDIR

yang akan kita jalankan.

Dengan begitu jelas sekali terlihat bahwa yang harus dibersihkan itu adalah HATI ini. Sehingga

hati yang tadinya buta bisa menjadi melihat, hati yang tadinya tuli bisa menjadi mendengar, hati

yang tadinya keras bisa menjadi lembut, hati yang tadinya lupa bisa menjadi ingat, hati yang

tadinya bodoh bisa menjadi berpikir, hati yang tadinya lupa bisa menjadi ingat, hati yang tadinya

dilalui oleh ilham FUJUR bisa dilalui oleh Ilham TAQWA.

Akan tetapi karena kita sudah SALAH KAPRAH tentang HATI, dengan mengatakan bahwa yang

berpikir adalah OTAK, dan yang merasa adalah DADA, maka banyak pulalah muncul ungkapan-

ungkapan SALAH KAPRAH seperti: jangan gunakan pikiran, gunakanlah hati yang ada di dalam

dada; bekerja atau beribadahlah dengan hati, jangan bekerja dan beribadah dengan otak atau

pikiran; bersihkanlah hatimu yang berada di dalam dadamu sehingga hatimu itu bisa menjadi

TAJAM untuk mendengarkan Ilham-ilham dari Allah; dan ungkapan-ungkapan lainnya yang

serupa.
Karena sudah dimulai dengan pemahaman yang Salah Kaprah seperti itu, maka langkah untuk

membersihkan HATI itupun juga menjadi aktifitas yang Salah Kaprah pula. Perintah Allah agar kita

membersihkan JIWA kita (Tadzkiyatunnafs), yang dalam hal ini adalah HATI SPIRITUAL kita, telah

kita ubah menjadi membersih-bersihkan PIKIRAN yang kita anggap berada di dalam OTAK, dan

menyucikan HATI (QALB) yang kita anggap berada di dalam DADA kita. Lain yang diperintahan,

lain pula yang kita kerjakan.

Bersambung

tulis dalam INSPIRASI | 1 Komentar


Antara DZIKR ataukah NAFI-ISBATH, Bagian-15
April 15, 2015 oleh Murid Dalam Sikap Bertuhankan Allah SWT.

MEMBERSIHKAN PIKIRAN dan HATI (QALB)

Sekarang coba bayangkan, betapa sulitnya kalau kita harus membersihkan PIKIRAN dan INGATAN

yang sudah mengendap sekian lama di dalam OTAK kita, agar ia bisa bersih kembali seperti

keadaan otak BAYI. Untuk itu lahirlah berbagai paradigma yang diantaranya adalah:

1. MENINGGALKAN sama sekali apa-apa yang bisa menjadi pikiran dan ingatan kita.
Misalnya, untuk itu kita harus meninggalkan dan menolak untuk punya harta benda,
punya keluarga, punya kekayaan, punya kehidupan dunia. Biasanya kita akan hidup di
goa-goa, di tempat-tempat sepi dan jauh dari kehidupan normal. Praktek seperti ini
banyak dilakukan oleh pemuka-pemuka agama tertentu seperti Pandita, Bikhu, Empu,
Resi, Biarawan-biarawati, Rahib, dan sebagainya. Orang-orang yang seperti Itu
kemudian yang disebut sebagai orang suci.

2. MENYIKSA BADAN atau Melakukan AKTIFITAS EKSTRIM yang tujuannya adalah untuk
menimbulkan aliran ADRENALIN yang sangat deras di dalam pembuluh darah kita.
Sehingga buat sejenak kita memang bisa lupa dengan berbagai PIKIRAN dan INGATAN
yang sangat mengganggu kita pada keadaan normal. Misalnya seperti yang dilakukan
oleh meditator-meditor di pegunungan Himalaya atau di Dataran Tinggi Tibet.

3. MENIADAKAN PIKIRAN-PIKIRAN dan INGATAN-INGATAN, yang sudah bercokol sekian


lamanya di dalam OTAK kita, dengan cara kita HANYA memikirkan dan mengingat SATU
pikiran dan ingatan tertentu saja pada suatu waktu tertentu.
Cara ketiga ini mirip sekali dengan proses NAFI-ISBATH yang pada awalnya dulu dipraktekkan

oleh Nabi Ibrahim dalam mencari Allah. Akan tetapi sekarang proses Nafi-Isbath ini sudah berubah

menjadi berbagai macam ragam teknik yang tujuan utamanya adalah untuk mengalihkan ingatan

dan pikiran kita dari berbagai pikiran dan ingatan yang mengganggu kita selama ini.

Cara-cara yang mirip dengan proses Nafi-Isbath inilah yang banyak beredar disekitar kita

sekarang ini dengan berbagai nama, misalnya, Meditasi Cakra, Dzikir Lathaif, Wirid-wirid, Dzikir

Nafas, Patrap, Dzikir Cahaya, Meditasi Gerak, permainan Energi dan Getaran, dan sebagainya.

Kemiripan dari berbagai cara diatas bisa kita lihat dari kemiripan dalam OBJEK PIKIR dan OBJEK

INGATAN yang kita pakai selama kita melakukan aktifitas diatas. Semuanya masih memakai

objek-objek yang BISA DIBAYANGKAN, atau BISA DIRUPAKAN, atau BISA DIUMPAMAKAN, atau

BISA DIRASA-RASAKAN, atau BISA DIARAH-ARAHKAN, atau BISA DIWUJUD-WUJUDKAN, atau

bisa DISUARA-SUARAKAN, atau bisa DIHURUF-HURUFKAN.

Disini kita tidak memandang kepada KATA-KATA dan KALIMAT-KALIMAT yang kita ucapkan atau

SIKAP-SIKAP tubuh yang kita lakukan dalam melakukan berbagai cara diatas. Sebab ucapan dan

sikap tubuh itu hanyalah bentuk LUAR atau KULIT saja dari cara-cara tersebut yang boleh jadi

berbeda antara satu sama lainnya.

Hanya saja pada cara ketiga ini sudah diikutkan pula cara untuk membersihkan HATI (QALB),

terutama dalam proses berbagai Dzikir yang dilakukan oleh Umat Islam, yang tujuannya adalah

untuk MENIADAKAN sifat-sifat HATI (QALB) yang buruk untuk mendapatkan sifat-sifat HATI

(QALB) yang baik.

4. DZIKR, atau mengingat SESUATU yang TIDAK bisa dibayang-bayangkan, atau TIDAK
bisa dirupa-rupakan, atau TIDAK bisa diumpama-umpamakan, atau TIDAK bisa dirasa-
rasakan, atau TIDAK bisa diarah-arahkan, atau TIDAK bisa diwujud-wujudkan, atau
TIDAK bisa dipikir-pikirkan, atau tidak bisa disuara-suarakan, atau tidak bisa dihuruf-
hurufkan.

Dan untuk itu hanya SATU SAJA yang bisa kita lakukan, yaitu dengan jalan MENGINGAT ALLAH,

DZIKRULLAH!. Namun cara ini pulalah yang telah nyaris hilang dalam KHASANAH praktek

Sprititual ajaran Islam sejak berbilang zaman yang lalu.


Akan tetapi alhamdulillah, ternyata Allah telah berkenan mengirimkan orang yang akan menjadi

LANTARAN bagi umat manusia di masa sekarang ini agar bisa kembali mengenal keajaiban dan

keistimewaan cara Dzikrullah ini melalui Arif Billah Ustad Hussien BA Latiff.

Sekarang marilah kita fokuskan pembahasan kita pada konsep pembersihan jiwa yaitu proses

NAFI-ISBATH dan proses DZIKRULLAH. Kita akan lihat beda caranya ada dimana, dan hasilnya

masing-masing seperti apa.

Bersambung

dalam INSPIRASI | 4 Komentar


Antara DZIKR ataukah NAFI-ISBATH, Bagian-16
April 16, 2015 oleh Murid Dalam Sikap Bertuhankan Allah SWT.

NAFI-ISBATH.

Sejarah awal Proses pengenalan Allah dengan cara Nafi-Isbath ini ternyata bermula ketika Nabi

Ibrahim AS ingin mengenal Allah. Dalam Surat Al Anam ayat 75 sd 79, Allah menceritakan

bagaimana Allah mengajari Ibrahim untuk memahami tanda-tanda keagungan Allah di langit dan

di bumi dalam rangka untuk memantapkan ketauhidan Beliau.

Pada awalnya Beliau melihat kearah Bintang, dan menyatakan bahwa Bintang itu adalah Tuhan

Beliau. Akan tetapi ketika Beliau melihat bahwa bintang itu tenggelam oleh sinar Bulan, lalu Beliau

Menafikan Bintang itu sebagai Tuhan Beliau dan mengsibathkan bahwa Bulanlah sebagai Tuhan

Beliau.

Akan tetapi ketika Bulan juga tenggelam oleh sinar Matahari, maka Beliau kembali menafikan

Bulan sebagai Tuhan Beliau dan mengisbathkan Matahari Sebagai Tuhan Beliau. Namun begitu

Matahari ternyata juga tenggelam diujung cakrawala, maka Beliau kembali menafikan Matahari itu

sebagai Tuhan Beliau, dan akhirnya mengisbathkan bahwa Tuhan Beliau bukanlah semua yang

bisa hilang lenyap seperti itu. Beliau memastikan bahwa Beliau hanya akan menghadapkan diri

Beliau kepada Tuhan yang menciptakan langit dan bumi

Proses Nafi-Isbath yang dilakukan oleh Nabi Ibrahim AS dalam mencari Tuhan ini sebenarnya

adalah sebuah proses ilmiah yang masih sangat relevan untuk kita lakukan sampai sekarang ini.

Proses yang Beliau lakukan itu sama saja dengan proses yang dilakukan oleh semua Ilmuan yang

bergerak di bidang Ilmu Fisika, Biologi, Kimia, Astronomi, dan ilmu-ilmu lain yang bertujuan untuk
menguak berbagai rahasia Alam semesta yang memang SUDAH DITULISKAN di dalam Lauhul

Mahfuz sejak Firman KUN pertama kali Disabdakan oleh Allah.

Dalam hal ini Nabi Ibrahim memulainya dengan melihat melalui ilmu Astronomi, dan yang beliau

amati itupun hanya SIFAT dari tiga objek pikir astronomi saja, yaitu Bintang, Bulan, dan Matahari.

Beliau menafikan SIFAT dari objek pikir yang satu dan kemudian mengisbathkan SIFAT dari objek

pikir yang berikutnya.. Tidak Berhala sebagai Tuhan tapi Bintang. Tidak Bintang Bintang Sebagai

Tuhan, tapi Bulan. Tidak Bulan sebagai Tuhan, tapi Matahari. Beliau bergerak dari satu SIFAT

kepada SIFAT yang lain.

Karena tidak ada sedikitpun bedanya antara SIFAT dari Bulan, Bintang, dan Matahari, maka Beliau

lengsung menafikan SIFAT itu untuk kemudian masuk kepada Alam HAKEKAT. Bahwa disebalik

SIFAT bintang, bulan, dan matahari itu ada DZAT yang tidak pernah tenggelam, sehingga dengan

mudah Beliaupun kemudian mengakhiri pencarian Beliau di Alam MAKRIFAT. Beliau berhenti

mencari. Beliau berhenti bergerak dari memadang satu sifat kepada sifat yang lain. Beliau sudah

menemukan KEBENARAN bahwa Beliau hanya akan menghadapkan Wajah Beliau kepada Dzat

Yang menciptakan Langit dan Bumi.

Siapa saja bisa melakukan proses Nafi-Isbath seperti yang dilakukan oleh Nabi Ibrahim AS itu.

Sebab, dilihat dari sisi ilmu apapun juga, maka kita akan tetap terpesona dengan kesempurnaan

SIFAT dari objek apapun yang kita lihat itu. Namun kita tidak perlu berlama-lama dalam

mengagumi kesempurnaan SIFAT-SIFAT itu. Kita cukup masuk melalui dua atau tiga SIFAT saja,

untuk kemudian kita bergegas masuk ke Alam HAKEKAT. Alam yang berada DISEBALIK semua

SIFAT-SIFAT itu. Yaitu Alam DZAT. Sebuah Alam yang tidak bisa dirupakan, tidak bisa

diumpamakan, tidak bisa dihurufkan, tidak bisa dibunyikan, tidak bisa dibayangkan. Kita hanya

bisa sebutkan bahwa DZAT yang berada disebalik semua SIFAT-SIFAT itu besarnya hanyalah

sebesar sebiji PASIR di padang pasir dibandingkan dengan DZAT ALLAH yang keseluruhan.

Setelah kita melihat kebenaran Hakekat Dzat ini, maka kita akhirnya akan berhenti di Alam

Makrifat. Begitu kita menyebut Allah, maka tidak ada lagi PERBUALAN kita tentang Allah. Kita

selesai sampai disitu. Allah, maka kita tinggal MENGINGATNYA saja lagi. DZIKRULLAH. Mata hati

kita tidak melihat apa-apa. Sebab Dia tidak bisa dirupakan, tidak bisa diumpamakan. Mata hati

kita tidak mendengarkan apa-apa. Sebab dia tidak bisa dibunyikan dan dihurufkan.

Saat memanggil nama Allah itu, MATA kita dan MATA HATI kita tidak harus kita arahkan-arahkan

untuk melihat keatas menembus ketinggian cakrawala setinggi apapun juga. Sebab KETINGGIAN

dan KEBESARAN ALLAH tidak akan seperti yang kita bayangkan itu.
Jadi Nafi-Isbath yang dilakukan oleh Nabi Ibrahim AS itu adalah dengan menafikan SIFAT dan

mengisbathkan HAKEKAT (DZAT yang sedikit). Kemudian Beliau Nafikan pula Dzat Yang Sedikit itu

untuk kemudian Mengisbathkan DZAT Keseluruhan Yang Maha Indah sebagai Tuhan Beliau. Dzat

yang akan menjadi alamat BERGANTUNG Beliau dalam keadaan apapun juga. Dzat yang Maha

Indah itu menamakan Diri-Nya sendiri sebagai Allah

Sederhana sekali sebenarnya yang Beliau lakukan itu. Tapi bagi kita sekarang ini, untuk sampai

kesana kita masih membutuhkan Ilmu Makrifatullah. Tanpa ini, kita boleh dikatakan akan sangat

sulit untuk menempuh jalan yang sesederhana Nabi Ibrahim diatas. Dan kesulitan itu telah dijalani

oleh Umat Islam sejak 400 Tahun setelah kewafatan Nabi Muhammad SAW. Sejak masa itu, Umat

Islam mulai terperangkap untuk menjalankan proses Nafi-Isbath seperti yang dilakukan oleh

orang-orang HINDU dalam membersihkan jiwa mereka.

Bersambung

itulis dalam INSPIRASI | 2 Komentar


Antara DZIKR ataukah NAFI-ISBATH, Bagian-17
April 22, 2015 oleh Murid Dalam Sikap Bertuhankan Allah SWT.

Agama Hindu ini adalah sebuah agama yang menyimpang dari Agama Hanif (LURUS) yang dibawa

oleh Nabi Ibrahim AS. Penyimpangan itu dimulai oleh SHAMIRI yang karena kebingungan untuk

mengkaji dan menjelaskan Dzat Tuhan kepada kaumnya, akhirnya dia terperosok kepada sikap

yang menganggap SAPI adalah Wujud dari TUHANNYA. Mereka akhirnya menjadi umat yang

menyembah sapi. Keturunan mereka lalu sampai ke India dan beranak pinak di sana.

Walaupun saat itu mereka menyembah Sapi sebagai Tuhannya, atau paling tidak sekarang ini

mereka menganggap sapi adalah hewan yang Suci, namun secara samar-samar mereka masih

ingat terhadap ajaran Nabi Ibrahim AS yang berlandaskan Tauhid. Mereka masih ingat bahwa Nabi

Ibrahim menyembah Tuhan yang tidak bisa dirupakan dan diserupakan, serta tidak bisa

diumpamakan. Mereka menyebut Tuhan dari NABI IBRAHIM AS itu dengan nama BRAHMAN.

Sebagai manusia yang telah dibekali oleh Allah ingatan kepada Allah sejak kita semua lahir,

mereka juga masih punya naluri untuk bisa kembali mengingat-ingat Allah sebagai alamat tempat

bergantung mereka dalam keadaan apapun juga. Mereka ingin bisa kembali mengingat BRAHMAN,

Tuhan dari Nabi Ibrahim AS. Akan tetapi karena apa-apa yang mereka lakukan saat itu sudah

sangat lama dan sangat jauh menyimpang dari cara-cara Nabi Ibrahim AS mengenal Allah, maka

merekapun menjadi bingung sendiri untuk melakukannya.

Mereka bingung bagaimana caranya untuk mengosongkan PIKIRAN mereka dari berbagai Objek

Pikir yang telah memenuhi HATI mereka. Sementara untuk, memahami BRAHMAN, mereka tahu
bahwa BRAHMAN itu tidak bisa DIPIKIRKAN, tidak bisa DIRUPAKAN, tidak bisa KHAYALKAN. Ada

konflik di dalam Hati mereka.

Entah bagaimana awalnya, maka muncullah kemudian konsep KHAYALAN tentang pembersihan

PIKIRAN dengan jalan berkonsentrasi atau menumpukan Pandangan Mata Hati mereka kepada

beberapa bagian tubuh mereka yang ada di sepanjang Tulang Belakang. Mulai dari bawah (di

Tulang Ekor) sampai ke ubun-ubun (di atas kepala). Tempat-tempat tersebut mereka sebut

dengan CAKRA, yang menjadi TITIK KONSENTRASI atau tempat MENGHENTIKAN PIKIRAN mereka

untuk sesaat dari begitu banyaknya Objek Pikir yang sebelumnya sudah ada di dalam Hati

Mereka.

Cakra itu bukan hanya sekedar objek konsentarasi saja, tetapi juga kemudian menjadi Objek

Khayal bahwa di dalam Cakra-cakra tertentu ada pula warna-warna dan energi-energi tertentu

yang sedang bergetar disana. Jadi ketika mata hati ditumpukan kepada Cakra-cakra tertentu,

maka mata hati mereka mengkayalkan warna-warna tertentu, bentuk-bentuk tertentu, dan

getaran-getaran tertentu. Mereka mulai dari Cakra Dasar dan bergerak terus sampai ke Cakra

Mahkota.

Karena sudah ada objek pikirnya, yaitu Cakra-cakra, dan sudah ada pula khayalannya yang harus

dilihat oleh mata hati, yaitu warna-warna dan getaran-getaran, maka RUH akan memastikan

semua yang dikhayalkan itu akan TERWUJUD dan TERLAKSANA. Begitu mereka berkonsentarasi

kepada sebuah cakra, maka RUH akan mengantarkan agar mata hati mereka akan melihat warna-

warna tertentu, dan hati akan merasakan pula getaran-getaran tertentu. Dengan begitu, maka

mereka akan lupa dengan berbagai objek pikir lainnya yang selama ini telah menyengsarakan

mereka.

Mereka menafikan pikiran-pikiran mereka yang selama ini sangat banyak, dan mengisbathkan

warna, bentuk, dan getaran-getaran dengan cara berkonsentrasi kepada sebuah pikiran saja yang

berkenaan dengan cakra. Bagitulah, mereka akan mengolah Cakra Dasar terlebih dahulu, lalu

kemudian mereka menafikan cakra dasar itu untuk mengisbathkan cakra berikutnya yaitu cakra

sex dengan segala warna dan getarannya pula. Setelah itu mereka akan menafikan cakra sex

untuk mengisbathkan cakra solar plexus. Begitulah seterusnya sampai akhirnya mereka

mengishbatkan cakra mahkota dengan segala fenomenanya tentunya.

Perjalanan yang mirip dengan proses nafi-isbath Nabi Ibrahim AS itu, yang dimulai dari mengolah

cakra dasar sampai kepada cakra mahkota, akan memakan waktu yang sangat lama dan dengan

praktek-praktek yang tidak mudah. Ia akan menyita waktu dan tenaga kita, sehingga fungsi kita

dalam kehidupan di dunia ini akan menjadi terbengkalai, Kita jadi sibuk bermeditasi siang dan

malam. Kita akan meninggalkan kehidupan normal untuk menjadi seorang PERTAPA, yang kalau di
India sana identik dengan orang-orang yang rambutnya awut-awutan, pakaian tidak terurus, dan

tidak punya keluarga. Tetapi, seperti juga mereka, kita bisa menjadi sakti. Kita bisa berbuat

sesuatu yang tidak bisa diperbuat oleh orang-orang biasa yang tidak terlatih.

Kita seperti sudah tidak bermain di tingkatan alam materi lagi. Kita seperti telah menafikan alam

materi dan mengisbathkan alam energi sebagai objek konsentrasi kita. Kita sudah mengeksplorasi

alam energi dan alam vibrasi sehingga menimbulkan daya-daya yang bisa mengubah peran dan

sifat materi menjadi permainan-permainan yang sangat mengasyikkan. Perginya selalu ke situ.

Dan inilah cikal bakal kita akan berperilaku seperti DUKUN-DUKUN, TOK BOMOH, SHAMAN,

PENYEMBUH berbagai PENYAKIT dengan memakai energi dan vibrasi, dan sebagainya.

Kenapa bisa hampir selalu begitu?.

Bersambung

Ditulis dalam INSPIRASI | 1 Komentar


Membaca Maha Senda Gurau
April 18, 2015 oleh Murid Dalam Sikap Bertuhankan Allah SWT.

Allah bergurau senda dengan SEDIKIT Dzat-Nya, SEJUMPUT KECIL Diri-Nya, seperti kita bersenda

gurau dengan jari-jari tangan kita sendiri. Tetapi senda gurau Allah dengan SEJUMPUT KECIL Diri-

Nya itu telah membentuk Drama Kehidupan dan Kematian Yang Maha Dahsyat dan Maha Kolosal

kalau dilihat dari sisi kita sebagai seorang manusia.

Drama itu:

Durasi Waktu tayangnya adalah milrayan tahun.

Panggung pergelarannya adalah seluas Lauhul Mahfuz.

Para Pelakonnya adalah Semua Ciptaan yang memenuhi Lauhul Mahfuz.

Skenarionya sudah direncanakan, dituliskan, dan ditetapkan oleh Allah saat Firman KUN tersabda.

Skenario itu:

* sudah sangat sempurna,

* sudah sangat detail,

* sudah tidak ada yang terlupakan,

* sudah ada aturan main, ukuran-ukuran, besaran-besaran, hukum-hukum, peristiwa-peristiwa,

sebab-akibat,

* sudah ada apa berapa kenapa siapa bagaimana dan kapan,

* sudah ada rangkaian keadaan awal, perubahan-perubahan yang harus terjadi, dan keadaan

akhir yang mengikuti perubahan-perubahan itu sesuai dengan waktunya.

* sudah tidak ada perubahan dan revisi lagi walau hanya sebesar titik dan koma sekalipun.
Setiap Peran selalu mengandung hikmah atau bahan pelajaran.

Setiap Pelakon selalu hanya akan menjalankan sebuah Peranan yang juga hanya dan hanya cocok

dan pas untuk dijalankan oleh sang Pelakon itu sendiri pada slot waktu yang telah ditentukan

untuknya. Peran itu tidak pernah tertukar antara satu pelakon dengan pelakon yang lainnya.

Karena Dzat-Nya yang sejumput itu adalah bagian yang sangat kecil dari Diri Allah, maka tentu

saja Dzat itu akan patuh kepada Allah seperti patuhnya jari-jari tangan kita kepada kita. Oleh

sebab itu Dzat-Nya yang sejumput itu akan memastikan bahwa semua PELAKON akan

menjalankan peranannya masing-masing sesuai dengan skenario yang telah dituliskan baginya

untuk kemudian membentuk Lakonan atau Tontonan yang akan melahirkan Sifat-Sifat.

Jadi kita masing-masing sebenarnya adalah salah satu saja dari sifat-sifat itu. Kalau ada diantara

kita yang sudah ditakdirkan untuk memerankan Si LUPA terhadap KEBENARAN HAKIKI ini, maka

kitapun, tanpa kita sadari, akan mengakui habis-habisan bahwa sifat-sifat itu adalah kita.

Aku dan milikku, kata kita dengan sangat jumawanya. Dan dari sini pulalah pangkal mula dari

segala penderitaan yang akan kita lalui. Karena kita mengakui sebagai milik kita apa-apa yang

sebenarnya bukan hak kita untuk mengakuinya.

Akan tetapi kalau diantara kita ada yang sudah ditakdirkan untuk memerankan Si Ingat, si Dzikr

akan Kebenaran Hakekat ini, maka kitapun akan segera saja menyadari bahwa ternyata kita

adalah TIDAK MEMPUNYAI KEWUJUDAN atas diri kita sendiri Karena kita sudah bisa melihat

KEBENARAN yang JATI bahwa yang Wujud sebenarnya adalah Dzat-Nya Yang sedikit.

Dzat-Nya Yang Sedikit itulah yang menjadi Wajibul Wujud bagi semua Ciptaan yang akan

melahirkan Sifat-sifat. Jadi semua Sifat yang terzhahir itu pada hakekatnya adalah penzhahiran

dari Dzat-Nya yang sedikit itu saja. Tidak ada yag perlu kita aku-aku sebagai atribut kepemilikan

kita.

Dan dari sinilah awal mula dari segala ketenteraman yang akan kita jalani. Karena kita sudah

ditakdirkan untuk bisa mendudukan diri kita pada tempat yang seharusnya. Duduk dalam

ketiadaan Wujud. Sebab yang Wujud ternyata adalah Dzat-Nya Yang sedikit. Dan tidak terpisah

Dzat-Nya yang sedikit itu dengan Dzat-Nya atau Diri-Nya Yang Keseluruhan Yang Maha Indah,

seperti tidak terpisahnya jari tangan kita dengan diri kita.

Paradigma seperti inilah yang menjadi syarat utama yang akan kita perlukan kalau kita mau

beriman dengan Rukun Iman ke-6.

Wallahu alam

Antara DZIKR ataukah NAFI-ISBATH, Bagian-18


April 24, 2015 oleh Murid Dalam Sikap Bertuhankan Allah SWT.

Jawabannya juga sangat logis sekali.

Ketika kita bermain-main dengan khayalan dan imaginasi kita tentang seluk beluk cakra, warna,

bentuk, dan getaran-getaran, maka berarti saat itu kita sedang mengalirkan data dan informasi

dari luar ke dalam Hati kita melalui port atau terminal Otak Kanan kita. Dengan begitu, maka

otomatis pula informasi yang melalui terminal Otak Kiri kita menjadi terhenti. Makanya selama

pengolahan cakra demi cakra itu, kita seperti bisa terbebas dari keramaian Logika Bahasa dan

Matematis yang memang salurannya adalah melalui Otak Kiri kita. Otak kiri kita itu sekarang

menjadi Silent dan tidak gaduh lagi dengan berbagai inner ataupun outer chatting.

Karena saat itu kita sedang mengkhayalkan warna, bentuk, dan getaran-getaran, maka RUH akan

memastikan khayalan dan imaginasi kita itu terwujud seperti apa yang kita khayalkan. RUH akan

patuh mengantarkan kita untuk merasakan warna, bentuk, dan getaran-getaran itu sesuai dengan

khayalan yang kita punyai. Sekarang khayalan-khayalan kita itu akan menjadi Objek Ingatan kita

yang akan kita ingat-ingat setiap saat. Setiap kali kita ingat cakra, maka Ruh akan mengantarkan

umpan balik dari cakra itu kedalam Hati kita dalam bentuk rasa yang berubah-ubah.

Tidak hanya itu, RUH juga akan mengantarkan kita untuk mengujudkan kalau kita kemudian ingin

mengolah getaran-getaran itu lebih lanjut untuk berbagai penggunaan. Kalau kita ingin

menggunakan getaran itu sebagai Power atau kekuatan, maka RUH akan mengantarkan kita

kepada power atau kekuatan itu untuk kita gunakan. Kalau kita ingin menggunakan getaran itu

untuk pengobatan, atau untuk keperluan lain, maka RUH juga akan mengantarkan kita untuk bisa

melakukannya.

Hanya saja banyak yang tidak tahu dan tidak percaya bahwa ketika kita bermain-main dengan

alam khayalan itu, maka kita akan segera saja ditemani oleh iblis atau syaitan. Karena setiap kali

INGATAN kita melenceng dari INGAT kepada Allah Yang Maha Rahman, maka seketika itu juga

Allah akan mengirimkan syaitan sebagai teman kita. Syaitan itulah yang akan menambah-nambah

khayalan kita, sehingga kita akan bergerak dari satu khayalan ke khayalan lain. Karena memang

syaian sudah ditakdirkan oleh Allah untuk tugas yang seperti itu.
RUH, dengan setia, akan mengantarkan kita mengujudkan khayalan-khayalan itu, sehingga

kitapun merasa BISA ini dan itu. Karena merasa bisa, maka kitapun akan merasa ADA dan

WUJUD. Kita akan mudah sekali untuk mengucapkan kata-kata sebagai penanda akan beradaan

dan kewujudan kita itu. Ungkapan pengakuan, Aku, milikku, pendapatku, segera saja

mengalir dengan deras keluar dari mulut kita. Pengakuan-pengakuan kita itu akan langsung

bertabrakan dengan pengakuan orang lain yang juga sedang mengaku-ngaku. Akibatnya,

terjadilah tabrakan pengakuan yang menimbulkan kegaduhan. Gaduh dan ramai sekali

Walaupun RUH mengantarkan kita kepada alam-alam khayalan seperti itu, akan tetapi Sang RUH

akan sangat menderita dan tersiksa sekali. Karena semua alam khayal itu punya getarannya

masing-masing yang sangat kasar, dan ditambah pula adanya resonansi dengan getaran yang

dipunyai oleh syaitan. Padahal RUH mempunyai kedekatan yag amat sangat dengan Allah. Oleh

sebab itu, karena RUH dibawa kepada alam-alam getaran yang sangat rendah, maka RUH yang

tersiksa itu akan menggetarkan tubuh kita, bahkan kadangkala kita sampai terguling-guling dan

muntah-muntah.

Dulu saya tidak tahu kenapa bisa tubuh saya dan juga teman-teman saya bisa bergetar-getar dan

bahkan sampai kelojotan ketika BERDZIKIR mengikuti cara sebuah TAREKAT dan juga ketika

mengikuti dzikir dengan cara PATRAP. Walaupun setelah beberapa saat getaran itu memang

menghilang dan diganti dengan suasana tenang dan luas, tapi itu tetap membuat saya terheran-

heran dan bertanya-tanya. Dulu Nabi Muhammad SAW dan Sahabat-sahabat Beliau juga

mengalami hal yang seperti inikah?.

Pertanyaan dan keheranan itu tetap saya pendam cukup lama. Saya menghibur-hibur diri dengan

anggapan bahwa Nabi saat menerima wahyu pertama kali di Gua Hiro juga bergetar dan merasa

kedinginan sehingga Beliau minta diselimuti oleh Istri Beliau, Bunda Khadijah. Apalagi setelah

merasakan diam, tenang, dan luas itu saya disuruh untuk membaca sesuatu yang turun. Ada

memang getaran-getaran yang terasa turun dan mengalir ke dalam tubuh, dan kadang ada pula

bahasa-bahasa dalam bentuk pengertian yang datang bersama getaran itu. Namun getaran itu

tidak membawa RASA DINGIN seperti yang dirasakan oleh Rasulullah sehingga Beliau minta

diselimuti oleh istri Beliau.


Bersambung

Ditulis dalam INSPIRASI | 2 Komentar


Memandang Sebuah Kesempurnaan Permainan
April 22, 2015 oleh Murid Dalam Sikap Bertuhankan Allah SWT.
Sempurna, Maha Sempurna!.
ILHAM, demikianlah cara Allah memaksakan kepada setiap jiwa untuk
melakukan segala sesuatu, dalam bentuk sifat-sifat yang terbaca dan terlihat,
yang akan membuat jiwa itu sempurna pula dalam menjalankan peran dan
tugas yang sudah ditakdirkan untuknya.

Dengan ilham itulah:

Mau tidak mau, Malaikat akhirnya harus mau menjalankan takdirnya sebagai
makhluk yang selalu berdzikir kepada Allah.

Mau tidak mau, Adam AS harus memakan buah Khuldi agar Beliau bisa
turun ke bumi untun menjalankan tugas Beliau, karena Bumi memang sudah
disiapkan untuk Beliau dan keturunan Beliau. Dan mau tidak mau, Beliau
serta keturunan Beliau akan selalu pula menghadapi godaan demi godaan
dari Iblis.
Mau tidak mau, Iblis juga harus mau menjalankan tugasnya yang akan selalu
menggoda manusia untuk berbuat tidak baik.

.
Kalaulah semua itu bukan karena ILHAM dari Allah tentang sesuatu yang
sudah ditetapkan dan dituliskan-Nya di Lauhul Mahfuz, siapakah kalau
begitu yang menggoda Malaikat untuk pada awalnya mempertanyakan
penciptaan Adam AS ?. Dan siapa pula yang menggoda Iblis untuk berani
menolak perintah Allah agar sujud kepada Adam AS?.

Akan tetapi, selalu ada jiwa-jiwa yang kemudian diberikan sebentuk


kesadaran oleh Allah untuk bisa melihat Hakekat dari peran atau takdir yang
sedang dijalankan oleh masing-masing pelakon itu. Sehingga bagi mereka
sudah tidak ada lagi kekaguman ataupun kebencian terhadap peran-peran dan
pemeran-pemeran dari peran-peran itu. Karena ternyata Allah sendirilah
yang TELAH mengilhamkan kepada sedikit dari Dzat-Nya sendiri. Sehingga
dari Dzat-Nya yang sedikit itu bermunculanlah berbagai peran sebagai
bentuk pendzahiran dari Ilham itu.

Karena itu dari Dzat-Nya sendiri, Makanya Allah MENEGASKAN:

Akulah yang Dzahir dalam bentuk peran-peran itu.

Akulah yang Batin disebalik Yang Dzahir itu.

Akulah yang membunuh,

Akulah yang memanah,

Akulah yang mengilhamkan kebaikan.

Akulah yang mengilhamkan kejahatan.

Daripada Akulah yang baik-baik terdzahir, dan

Daripada Akupulalah yang jahat-jahat terdzahir.

Ada masalah?

Ditulis dalam INSPIRASI | 8 Komentar


Antara DZIKR ataukah NAFI-ISBATH, Bagian-19
April 26, 2015 oleh Murid Dalam Sikap Bertuhankan Allah SWT.

Selama beberapa tahun, 1999-2001, saya mendawamkan praktek Dzikir menerusi sebuah Tarekat

yang saya ikuti itu. Karena sebelumnya saya juga sudah sering berlatih mengolah cakra-cakra ala

meditasi Hindu di sebuah perguruan silat, maka ketika melakukan Dzikir melalui beberapa Cakra

di dalam dada, yang disebut Lathaif, saya tidak mengalami kesulitan yang berarti untuk

melakukannya. Kalau dulu, saat melatih cakra-cakra, saya mengkhayalkan bulatan cahaya dan

merasa-rasakan getaran pada setiap cakra, maka di tarekat yang saya ikuti itu saya hanya

mengganti objek pikirnya itu dengan huruf Allah yang dihunjamkan ke dalam lathaif-lathaif yang

sedang saya dzikiri.


Kalau dalam meditasi cakra dikenal adanya proses Attunement (penyelarasan getaran) antara

guru dan murid. Proses ini adalah pembukaan atau Inisiasi sebelum murid bisa melakukan

meditasi. Guna inisiasi ini katanya adalah untuk membuka aliran energi dipanjang cakra-cakra,

sehingga dengan begitu murid akan lebih mudah untuk merasakan aliran energi dan getaran

disetiap cakra yang akan dibersihkan dalam meditasi itu. Attunement ini bisa dilakukan dalam

jarak dekat ataupun dalam jarak jauh. Salah satu persyaratannya kalau ingin dari jarak jauh

adalah dengan MEMBAYANGKAN wajah sang Inisiator atau Attuner sambil kita merasa-rasakan

getaran pada cakra tertentu. Setelah itu barulah sang murid dianggap bisa melakukan meditasi

dari cakra terbawah (dasar) sampai ke cakra Mahkota.

Puncak pencerahan dalam meditasi Cakra ini adalah naiknya Kundalini dari cakra dasar sampai

mencapai Cakra Mahkota yang berada diatas Ubun-ubun. Dan setelah itu sang murid sudah bisa

pula disebut menjadi orang yang suci. Orang yang katanya punya berbagai kelebihan

dibandingkan dengan orang-orang biasa.

Dalam dzikir Tarekat yang saya ikuti, proses attunement ini disebut dengan ber-Baiat dan ber-

Rabithah kepada Mursyid yang Kamil Mukamil. Yaitu mursyid yang katanya punya silsilah keilmuan

sampai kepada Rasulullah SAW, Malaikat Jibril, dan Nur Muhammad. Salah satu persyaratan untuk

bisa mulai berdzikir adalah juga dengan membayangkan wajah Guru Mursyid. Dengan Rabithah

itu, membayang wajah Mursyid, dikhayalkan adanya keselarasan rohani antara murid dengan

gurunya, dan dengan guru-guru sebelumnya sampai kepada Nabi Muhammad SAW, Malaikat Jibril,

dan Nur Muhammad. Harapannya dengan begitu adalah, kalau kita sudah sampai melihat Nur

Muhammad, maka setelah itu barulah kita bisa melihat Allah, karena Nur Muhammad itu adalah

setengah dari Nur Allah.

Saya telah mencoba mencari dalil-dalil tentang proses Rabithah ini di dalam Hadist-Hadist. Tapi

tidak pernah saya temukan satupun hadist yang menyatakan bahwa Abu Bakar Siddiq Ra, Umar

bin Khattab Ra, Usman bin Affan Ra, dan Ali bin Abi Thalib Ra membayangkan wajah Rasulullah

dulu sebelum Beliau-beliau itu berdzikir. Tidak pernah. Begitu juga dalam sejarah Tabiin dan

Tabiut Tabiin, mereka juga TIDAK melakukannya. Proses Rabithah ini baru muncul 400 tahun

setelah Rasulullah SAW wafat. Yaitu semenjak maraknya praktek tasawuf tarekat dilakukan umat

Islam.

Kan aneh sekali sebenarnya, suatu aktifitas yang sangat penting dan sangat mendasar sekali,

yaitu Dzikrullah (mengingati Allah), malah kita mulai dengan mengingati suatu objek pikir yang

bukan Allah, yaitu wajah orang yang kita jadikan sebagai mursyid kita. Saya sangat setuju dengan

pendapat Ustad Hussien BA. Latiff yang menyatakan bahwa membayang wajah guru mursyid

seperti itu adalah sebuah SYIRIK YANG SANGAT BESAR.


Karena proses Dzikrullah itu, yang seharusnya mengingati Allah, malah dimulai dengan sebuah

kesyirikan, maka hasilnya ternyata juga telah menyulitkan umat Islam sendiri. Semenjak proses

rabithah yang dipraktekkan dalam tasawuf Tarekat mulai menyebar luas ke berbagai penjuru

dunia, ditambah lagi dengan peristiwa dendam mendendam antara Sunni dan Syiah, maka sejak

itu mulailah zaman kegelapan menyelimuti peradaban umat Islam. Walaupun Islam menyebar luas

keberbagai benua, namun umat Islam tidak serta merta berhasil mendapatkan penghormatan

masyarakat dunia seperti yang seharusnya.

Sejak itu, Allah telah memperlihatkan bagaimana jadinya kalau umat Islam tidak lagi mengingati

Allah (SYIRIK). Sehingga akibatnya Umat Islam tidak bisa lagi menjadi Umat yang berkualitaskan

Ulul Albab, yaitu umat yang bisa membaca hikmah-hikmah dari setiap ciptaan dan setiap

peristiwa. Umat Islam juga telah berubah dari umat yang seharusnya menjadi rahmatan lil alamin

menjadi umat yang saling salah menyalahkan, umat yang saling bunuh-bunuhan.

Sebagian besar Umat Islam malah menjadi asyik sendiri berdzikir membersihkan lathaif-lathaif.

Untuk itu sang murid diwajibkan melakukan berbagai dzikir yang jumlahnya bisa puluhan bahkan

sampai ratusan ribu kali dalam sehari semalam. Sebelum berdzikir, murid harus rabithah dengan

membayangkan wajah guru terlebih dahulu. Kemudian barulah berdzikir. Saat berdzikir itu sang

murid harus pula memasukkan objek pikir berupa kalimat ALLAH kedalam setiap lathaif yang

harus didzikirinya. Kalau dzikir itu dilakukan dalam sebuah prosesi SULUK, maka penyiksaan

terhadap tubuh lebih berat lagi. Tidur, makan, berdzikir dilakukan di dalam kelambu diruangan

yang kurang cahaya. Makanan yang mengandung daging juga dikurangi. Saya pernah

menjalaninya selama 15 hari.

Puncak pencapaian di dalam tasawuf Tarekat ini sungguh merupakan sebuah maqam yang sangat-

sangat sulit untuk dicapai. Sang Murid akan merasa dianugerahkan oleh Allah berupa Ruh Al Quds

dalam bentuk Nur Muhammmad yang akan berfungsi sebagai guru sejati bagi sang murid. Di sini

pulalah nantinya akan muncul perasaan tentang Wahdatul Wujud, Hulul, Fana Fillah, Baqa Billah,

dan sebagainya, seperti yang telah diterangkan dalam artikel-artikel sebelumnya.

Karena cara, objek pikir, dan aktititas yang dilakukan antara Meditasi Cakra (misalnya Reiki), dan

Tasawuf Tarekat itu nyaris sama saja, maka hasilnya pun tidak akan banyak berbeda pula. Yang

membedakannya hanyalah istilah-istilah atau bahasa keagamaannya saja. Tapi mengenai

perasaan, kesaktian, dan kehebatannya tidak bayak perbedaan sama sekali. Ada kemampuan

OBE, ada kemampuan untuk melihat hal-hal yang gaib (khasyaf), bahkan sampai kepada

terbukanya mata ketiga.

Semuanya itu mempunyai keasyikan tersendiri, sehingga kadangkala itu malah MELUPAKAN kita

untuk INGAT kepada ALLAH, membuat kita malas untuk beribadah seperti shalat, puasa, dan
ibadah-ibadah lainnya. Sebab berdzikir dan bermeditasi terasa jauh lebih enak dari pada shalat,

puasa, membaca Al quran, dan ibadah-ibadah lainnya. Aneh memang, tapi nyata.

Bersambung

itulis dalam INSPIRASI | 51 Komentar


Antara DZIKR ataukah NAFI-ISBATH, Bagian-20
April 28, 2015 oleh Murid Dalam Sikap Bertuhankan Allah SWT.

Karena ketidakmampuan saya untuk mengamalkan dzikir Tarekat tersebut, maka kemudian pada

tahun 2001 saya tinggalkan semua praktek Dzikir Tarekat tersebut untuk kemudian masuk ke

dalam Jamaah PATRAP yang pada saat itu dibina oleh H. Slamet Utomo dan Ustad Abu Sangkan.

Dalam Jamaah ini saya juga diajarkan untuk berdzikir dan sekaligus menerapkannya dalam

kehidupan sehari-hari. Dzikir yang diajarkan di dalam Jamaah Patrap ini sudah tidak melalui objek

pikir cakra-cakra atau lathaif-lathaif lagi.

Sebenarnya dzikir ini sudah cukup bagus, lebih cepat, dan lebih mudah untuk melakukannya

dibandingkan dengan dzikir lathaif ataupun meditasi cakra. Kita cukup memulainya dengan

memanggil-manggil Allah saja dan kemudian mengikuti saja fenomena-fenomena yang muncul

setelah itu. Ada menangis, berteriak-teriak, tubuh bergetar-getar, berguling-guling, berputar-

putar, bergerak mengikuti getaran, diam, hening, dan sebagainya menjadi sebuah permainan

mengasyikkan yang saya lakukan sampai dengan tahun 2012. Lapangan bola di sebelah rumah

dan juga Bumi Perkemahan Cibubur adalah tempat favorit bagi kami untuk melakukan aktifitas

yang disebut dengan Patrap Gerak.

Tapi akhirnya praktek patrap itu kembali menyeret-nyeret saya untuk memiliki segudang

pengakuan. Sebab terlalu banyak yang bisa diakui sebagai hasil dari latihan patrap itu yang bisa

dianggap sebagai kelebihan saya dari orang-orang yang tidak melakukannya. Tetapi anehnya

semakin banyak pula berkurangnya gairah saya untuk bersyariat, misalnya shalat-shalat sunnah

(terutama tahajud), puasa sunnah, membaca Al Quran, berdoa, dan ibadah-ibadah sederhana

lainnya. Pertanyaan saya tentang rasa dingin yang mengaliri tubuh saat berdzikir dulu, seperti

yang dialami Rasulullah saat menerimam wahyu pertama di Goa Hira, juga belum terjawab sama

sekali.
Akhirnya pada tahun 2012 saya mohon pamit langsung kepada H. Slamet Utomo. Saya akan

meninggalkan latihan Patrap dan kemudian saya bergabung total, yang sebelumnya setengah-

setengah, dengan Ustad Abu Sangkan yang telah terlebih dahulu keluar dari Jamaah Patrap sejak

beberapa tahun yang lalu.

Dengan Ustad Abu Sangkan, saya belajar dari beliau tasawuf melalui buku Madarijus Salikin, dan

beberapa buku lainnya. Fokus utama yang diajarkan beliau kepada saya sungguh menarik sekali.

Dengan Beliau saya mengenal apa yang disebut dengan RIQQAH, yaitu rasa dingin yang sangat

sejuk yang mengalir di dalam Dada ketika saya berdzikir. Dan itu memang terasa. Ada riqqah, ada

ilham, dan khusyu, dan sebagainya yang memang bisa dirasakan. Apa yang menjadi pertanyaan-

pertanyaan saya selama ini mulai terjawab dan terasakan.

Hanya saja tetap rasanya ada yang belum saya dapatkan, saya ingin merasakan semua itu dimana

saja dan kapan saja. Selama ini saya mendapatkan fenomena-fenomena itu hanya kalau

berdekatan dengan beliau, sehingga beliau selalu dan selalu menyalahkan saya dalam berbagai

pertemuan. Buku Madarijus Salikin itupun terasa sangat berat untuk saya pahami. Rasanya ada

satu konci ilmu yang belum saya dapatkan. Dan itu entah apa

Ustad Abu Sangkan berkali-kali mengatakan bahwa syarat untuk mendapatkan ilmu khusyu,

riqqah, ilham, dan sebagainya itu syaratnya adalah: PERTAMA, percaya total kepada RUKUN IMAN

KE-6, dan KEDUA, selalu melakukan TADZKIYATUNNAFS (pembersihan jiwa) dengan terus-

menerus Dzikir kepada Allah.

Akan tetapi ternyata dua syarat ini pulalah yang menjadi beban terberat bagi umat manusia untuk

memenuhinya. Sebab Rukun Iman ke-6 akan membawa kita untuk tidak bergaduh lagi dengan

Allah maupun dengan sesama manusia. Karena Rukun Iman ke-6 ini akan membawa kita kepada

paradigma berpikir bahwa apapun yang BAIK dan yang BURUK yang terjadi kepada kita dan

kepada orang lain, semuanya itu 100% datang dari Allah. Sehingga tidak ada lagi yang perlu kita

pergaduhkan. Semua sudah ditakdirkan, sudah dituliskan, dan sudah diizinkan oleh Allah untuk

terjadi. Semua yang terjadi memang sudah harusnya begitu. Ini yang berat. Sangat berat sekali.
Sedangkan Dzikir kepada Allah telah menjadi beban berat yang tidak berkesudahan bagi umat

manusia dalam mempelajari dan menjalaninya. Dzikir melalui ajaran Tarekat dan juga beralihnya

sebagian umat Islam masa sekarang kepada ajaran Hipnoterapi, NLP, dan metoda-metoda New

Age Movement lainnya dalam menemukan ketenangan dan kebahagiaan adalah sebagai bukti

bahwa Dzikir kepada Allah dianggap orang bukanlah sebuah cara yang paling bagus untuk

menyucikan Jiwa.

Kalau begitu, mungkinkah Dzikir kepada Allah ini hanya akan bisa dilakukan oleh segelintir orang

saja?, yaitu Wali-Wali Allah saja?. Dan kita sebagai umat kebanyakan ini hanya bisa meneguk air

liur saja menyaksikan orang-orang yang dianggap sebagai Wali-Wali Allah itu menikmati Dzikir

mereka kepada Allah

Pada bulan Februari tahun 2014, dengan sebuah cara yang tidak terduga, saya bertemu dengan

Arif Billah, Ustad Hussien BA. Latiff di Singapore. Awalnya saya terklik sebuah video di Youtube

yang berjudul Syarahan Makrifatullah. Setelah itu saya telah terbang saja ke Singapore untuk

mengikuti seminar Beliau tentang Ilmu Dasar yang diperlukan kalau kita ingin mengikuti Tasawuf

Jalan Nabi-Nabi. Dan sejak itulah paradigma berpikir dan beribadah saya menjadi berubah dengan

sangat drastis.

Pelajaran Makrifatullah ternyata telah membuat saya menjadi percaya penuh kepada Rukun Iman

ke-6. Bahwa apapun yang baik dan buruk yang menimpa kita dan orang lain, semuanya itu datang

dari Allah. Paradigma itu begitu CLEAR dan tak terbantahkan, sehingga satu syarat yang sangat

sulit untuk dipenuhi oleh umat manusia alhamdulillah sudah bisa terpenuhi. Tinggal satu syarat

lagi, yaitu Dzikir kepada Allah.

Pelajaran tentang Hati dan Mata Hati, dan Dzikrullah dari Ustad Hussien BA Latiff, telah

melengkapi Pelajaran Makrifatullah yang telah saya dapatkan sebelumnya. Sehingga dengan

sangat menakjubkan hal itu, alhamdulillah, telah membawa saya pula menjadi sangat mudah

untuk MENGINGATI ALLAH. Saya mencoba mengkonfirmasi apa yang saya rasakan dan dapatkan

itu kepada beberapa orang teman yang juga telah melakukannya. Jawaban mereka sungguh

melegakan. Mereka mendapatkan hal sama dengan apa yang saya dapatkan, bahkan ada banyak

orang yang mendapatkan lebih baik lagi dari apa yang saya dapatkan.
Bersambung

itulis dalam INSPIRASI | 1 Komentar


Antara DZIKR ataukah NAFI-ISBATH, Bagian-21
April 29, 2015 oleh Murid Dalam Sikap Bertuhankan Allah SWT.

Ternyata selama ini saya, dan barangkali hampir sebagian besar umat Islam, tidak patuh kepada

apa yang dikatakan oleh Al Quran dan Al Sunnah. Misalnya, awaluddin makrifatullah, bahwa

awal dari agama itu adalah Makrifatullah, mengenal Allah. Sederhana sekali untuk mengawali

agama Islam itu. Mengenal Allah!. Tapi itu tidak kita laksanakan sama sekali. Padahal mengenal

Allah itu bisa kita berikan kepada anak kecil sekalipun, dan juga kepada orang yang paling awam.

Hal berikutnya yang tidak kita patuhi adalah tentang Dzikrullah, MENGINGATI ALLAH. Dengan

sederhana Al Quran mengatakan bahwa mengingat Allah itu adalah seperti kita mengingat ayah

kita (abaa akum), Al Baqarah 200. Mengingat Allah itu juga dikatakan Al Quran adalah di dalam

JIWA kita, Al Araaf 205. Dengan mengingat Allah di dalam jiwa kita, seperti kita mengingat ayah

kita, maka sikap tadarruk dan takut kita kepada Allah ternyata lahir dengan sendirinya. Rasa

tadarruk dan takut itu seperti dihadiahkan oleh Allah ke dalam hati kita, sehingga kitapun tidak

perlu lagi memanggil-manggil Allah sambil berteriak-teriak.

Kita juga tidak perlu lagi menyediakan waktu-waktu khusus untuk berdzikir seperti yang saya

lakukan dulu di dalam praktak Tarekat. Sebab, ternyata kita bisa ingat kepada Allah kapan saja

dan di mana saja. Mau berdiri, mau duduk, mau tiduran, mau pagi, mau petang, mau malam, di

dalam shalat dan di luar shalat, insyaalah kita ternyata bisa mengingati Allah. Bahkan saat kita

dikamar mandipun kita bisa mengingati Allah.

Akan tetapi petunjuk Al Quran inipun juga tidak kita patuhi dan lakukan. Kita mengingat Allah

malah di dalam Jantung, di dalam dada, di dalam Cakra-cakra atau lathaif-lathaif. Ia nggak bisa.

Wong jantung, dada, cakra, dan lathaif itu TIDAK BISA mengingat apa-apa kok, apalagi kalau

hanya di dalam gerakan keluar masuknya nafas kita. Semua itu tidak bisa MENGINGAT ALLAH.

Jadilah dengan itu kita hanya bisa menyebut dan menyebut, wirid dan wirid, komat dan kamit,

tanpa kita bisa mengingat Allah sedikitpun.

Tentang kepatuhan dan ketidakpatuhan ini, saya punya pengalaman yang menarik. Suatu ketika

saya harus pergi kesuatu tempat di Jakarta. Alamatnya, kalau dicari di peta, akan sangat sulit

sekali menemukannya. Jalannya kecil, masuk gang, dan lingkungannya juga sangat padat sekali.

Istri saya sudah khawatir kalau-kalau kami tidak sampai kealamat yang akan dituju. Tapi saya
tenang-tenang saja, karena saya punya peta interaktif yang bisa menuntun, yaitu W..E, yang ada

di Ip.d saya. Alamat tujuan tinggal saya ketik, lalu Go

Saya tinggal hanya mengikuti saja arahan dari W..E. Disuruh ke kiri, saya kekiri, disuruh kekanan

saya kekanan, disuruh berputar saya berputar. Ada juga yang tidak saya ikut arahannya. Saya

melawan dan mencari jalan lain. W..E langsung mengingatkan bahwa saya salah jalan dan

mengkalkulasi ulang arah yang harus lewati. Cuma saja jaraknya agak menjadi lebih jauh, tapi

saya tetap sampai di tujuan.

Kepada petunjuk yang dibuat oleh manusia saja, kalau kita patuhi, kita akan mendapatkan

manfaat yang sangat besar di dalam kehidupan kita. Apalagi kepada petunjuk yang telah

disiapkan oleh Allah untuk kita dalam menjalani kehidupan ini, yaitu Al Quran dan Sunnah. Tentu

manfaatnya akan sangat besar sekali bagi kesejahteraan hidup kita.

Akan tetapi Al Quran dan As Sunnah itu mempunyai nilai khusus yang sangat mencengangkan. Ia

akan berbicara kepada siapa saja sesuai dengan keadaan HATI kita masing-masing. Karena ia

memang adalah gambaran keadaan HATI seluruh Umat Manusia dan bahkan gambaran dari

seluruh seluk beluk Ciptaan dalam menjalani takdirnya masing-masing.

Hampir seluruh isi Al Quran dan As Sunnah itu bercerita tentang seluk-beluk Lauhul Mahfuz dan

Perlakuan Allah terhadap segala sesuatu yang ada di Lauhul Mahfuz itu. Perlakuan Allah terhadap

sedikit Dzat-Nya yang telah Dia sabda dengan Firman KUN, sehingga Dzat-Nya yang sedikit itu

kemudian berubah menjadi Lauhul Mahfuz, tempat dimana segala peristiwa, segala ciptaan, dan

segala keadaan terzhahir menurut Takdir yang telah ditetapkan-Nya.

Begitu Allah berfirman KUN kepada Dzat-Nya yang sedikit itu, maka Dzat-Nya yang sedikit itu

langsung dilindungi-Nya dengan 70 lapis cahaya. Sebab Dzat-Nya yang sedikit itu telah berubah

SIFAT menjadi Bahan Dasar bagi terciptanya semua yang berkenaan dengan Ciptaan. Kalau tidak

dilindungi-Nya dengan 70 tabir cahaya, maka pastilah semua Ciptaan akan kembali hancur

musnah karena terpandang kepada Keagungan Dzat-Nya Yang Maha Indah.

Saat firman KUN itu juga selesailah tergambar sebuah rencana yang Maha Lengkap yang tidak

melupakan satu hal sekecil dan sesepele apapun juga. Semua sudah lengkap. Untuk kita masing-

masing, juga telah ditentukan pula takdir yang akan kita lalui. Apakah kita akan menjadi orang

yang berjalan di jalan ketaqwaan ataukah sebaliknya di jalan kefasikan, semua sudah dituliskan.

Untuk mengantarkan kita berjalan di jalan ketaqwaan atau kefasikan itu, sejak firman KUN itu,

telah disiapkan pula ILHAM oleh Allah untuk kita masing-masing. Ilham itu akan TURUN pada

saatnya ke dalam HATI kita, sehingga mau tidak mau kita akan menjalani takdir kita, sesuai

dengan apa-apa yang telah dituliskan itu.


Kalau kita sudah ditakdirkan untuk menjadi orang yang taqwa, maka Ilham yang akan turun

kepada kita adalah juga Ilham yang akan mengantarkan kita untuk berbuat taqwa. Sebaliknya,

kalau kita sudah ditakdirkan pula oleh Allah menjadi orang yang fasiq atau fujur, maka Ilham yang

akan turun kedalam Hati kita adalah ilham tentang bagaimana cara berbuat fasiq.

Ilham yang turun itu akan BERUBAH pada saatnya. Setiap perubahan dari ilham yang turun itu,

maka akan berubah pulalah apa yang akan kita perbuat. Akan tetapi perubahan-perubahan itu

tetap tidak akan keluar dari apa-apa yang sudah dituliskan untuk kita masing-masing. Hanya saja,

sebagai misteri yang agung, kita tidak diberitahu oleh Allah kapan perubahan itu akan terjadi dan

apa akhir dari perubahan itu yang akan kita hadapi, kecuali hanya sedikit yang Dia berikan

pengetahuan kepada orang-orang yang telah ditetapkan-Nya..

Bersambung

itulis dalam INSPIRASI | 3 Komentar


Antara DZIKR ataukah NAFI-ISBATH, Bagian-22
April 30, 2015 oleh Murid Dalam Sikap Bertuhankan Allah SWT.

Ilham itu akan tetap menjadi misteri yang Agung, yang dengan itu kita akan selalu hidup dalam

keadaan harap-harap cemas dan rindu yang membara kepada Allah. Sehingga dengan begitu, mau

tidak mau kita akan selalu menggantungkan segala harapan kita kepada Allah agar Allah berkenan

memberikan kepada kita ilham tentang ketaqwaan. Sebab kalau kita tidak mendapatkan Ilham

Taqwa, berarti saat itu kita sedang mendapatkan ilham fasiq atau fujur. Sesederhana itu

Dengan adanya misteri itulah ternyata Allah akan berkenan untuk menuntun kita. Allah sendiri

akan menuntun kita untuk merasakan nikmatnya beribadah kepada-Nya. Sahabat saya, Ustadz AS

menggambarkan keadaan itu dengan sangat menakjubkan:

Alhamdulillah, nikmatnya seperti hari-hari di bulan Ramadhan dan seperti di Mekkah dan

Medinah. Karena yang di pikirkan dan yang dikerjakan hanya ibadah untuk memperoleh Ridha-

Nya.

Selalu ingat kepada-Nya sampai Rindu yang tak tertahankan. Persis seperti yang dinyanyikan Evi

Tamala, kemanapun, dimanapun, sedang apapun, rindu pada-Nya. Nggak apa-apa sudah

menjadi orang sinting.


Kok bisa ya?. Apa gerangan yang memenuhi pikiran dan ingatan ini, sampai rela bangun tengah

malam dan bergegas shalat 23 rakaat, puasa, duduk termenung merindukan berhari-hari,

berminggu-minggu?. Ada ada dengan diri ini?.

Ternyata keadaan seperti yang dialami Nabi SAW dan para shalihin pada masa yang lalu bisa pula

kita rasakan saat sekarang ini. Walaupun kadar yang kita dapatkan itu tidak seujung kukupun dari

apa yang beliau-beliau dapatkan, namun ternyata itu sudah sangat menenteramkan. Siang kita

bekerja seperti biasa, tapi malam kita bisa beribadah dengan sepuas hati. Puasa dan ibadah-

ibadah sunnah jadinya menjadi sebuah kebiasaan yang kalau tidak dilakukan akan membawa diri

kita merana. Aneh memang. Tapi mau bagaimana lagi?.

Begitulah cara ilham bekerja. Kita akan melakukan apa-apa yang diilhamkan oleh Allah kepada

kita. Dan itu akan menentukan masa depan kita. Boleh jadi kita pada awalnya dilahirkan sebagai

orang Islam dan dikeluarga yang Islam pula. Akan tetapi kalau di akhir hidup kita sudah

ditakdirkan bahwa kita akan menjadi penghuni neraka, maka pada akhir-akhir kehidupan kita,

Ilham tentang kefasikan dan kefujuran akan mengantarkan dan memaksa kita untuk masuk ke

neraka itu. Kita akan berbuat fasik dan fujur menjelang ajal menjemputa kita.

Boleh jadi juga, kita dilahirkan di dalam keluarga yang beragama lain yang bukan Islam, akan

tetapi kalau akhir kehidupan kita sudah ditulis bahwa kita akan menjadi penghuni syurga, maka

pada saatnya Ilham akan mengantarkan kita untuk beramal dengan amalan-amalan penghuni

syurga.

Artinya, tidak ada satupun perbuatan kita yang tidak tertulis di Lauhul Mahfuz. Semuanya sudah

ditulis, dan bahkan sudah disiapkan pula ILHAM untuk menzhahirkan perbuatan kita itu. Kita tidak

akan bisa marah tanpa adanya ilham marah yang turun ke dalam hati kita. Kita tidak akan bisa

korupsi kalau tidak ada ilham, untuk kita melakukan korupsi itu, turun ke dalam hati kita. Kita

tidak akan bisa berzina, bermaksiat, menganiaya orang, mencuri, iri, dengki, memakan makanan

yang haram, dan perilaku negatif lainnya tanpa itu didahului dengan turunnya ILHAM FUJUR

kedalam hati kita. Tidak bisa.


Sama halnya juga, kita tidak akan pernah bisa beriman, khusyu dalam beribadah, bersedekah,

berbuat baik, memakan makanan yang halal, tidak iri dan dengki, sabar, tidak mencuri, dan

berbagai perbuatan positif lainnya tanpa itu didahului dengan turunnya ILHAM TAQWA ke dalam

hati kita. Tidak bisa.

Bersambung

itulis dalam INSPIRASI | 4 Komentar


Antara DZIKR ataukah NAFI-ISBATH, Bagian-23
Mei 1, 2015 oleh Murid Dalam Sikap Bertuhankan Allah SWT.

Akan tetapi untuk sampai kepada pemahaman seperti ini, terlebih dahulu memang diperlukan

pengenalan kepada Allah dengan pengenalan yang JATI, Makrifatullah, sehingga setelah itu tidak

ada lagi keraguan-raguan kita terhadap kebenaran Allah dengan segala atribut-Nya. Sebab

bagaimana kita akan percaya kepada Rukun Iman yang ke-6 kalau kita tidak mengenal hakekat

dari semua Ciptaan dengan segala perilakunya.

Bahwa semua ciptaan ini tak lain dan tak bukan adalah penzhahiran dari sedikit Dzat-Nya.

Sehingga apapun yang terzhahir, yang membentuk segala sifat-sifat, sebenarnya itu adalah senda

gurau dan permainan Allah sendiri terhadap sedikit Dzat-Nya itu. Sedangkan bagi kita yang

menjalankannya, sebagai penzhairan Dzat-Nya, mau tidak mau kita akan menjalani peran kita

sampai kita ampun-ampunan, berdarah-darah, dan berurai air mata.

Namun begitu, tatkala kita bisa memandang apapun yang menimpa kita itu pada HAKEKATNYA

adalah karena Dzat-Nya yang berperan, maka kita akan RIDHA untuk menerima dan melakukan

peran kita, sehingga semua masalah yang kita hadapi akan berubah menjadi TANPA MASALAH

apa-apa. Masalahnya memang tetap masih ada, tapi masalah itu sudah menjadi tidak TIDAK

masalah lagi bagi kita. Karena dengan Makrifatullah itu, kita diberi tahu tentang rahasia dari

semua kejadian dan peristiwa.

MATA kita memandang kepada peristiwa-peristiwa dengan segala sifat-sifatnya, MATA HATI kita

memandang kepada Dzat-Nya yang menjadi HAKEKAT dari semua peristiwa-peristiwa itu, dan

HATI kita tetap terjaga dan berpaut erat dengan Allah dalam bentuk INGATAN kita yang tak

pernah terputus dari Mengingat-Nya, Dzikrullah.

Jadi, kalau kita tidak mengenal Allah terlebih dahulu, bagaimana kita akan bisa MENGINGATI

ALLAH, Dzikrullah?, bagaimana kita akan bisa menyembah Allah?, bagaimana kita akan bisa sujud

dan rukuk kepada Allah?, bagaimana kita akan bisa berdoa dan memohon langsung kepada
Allah?, bagaimana kita akan tahu bahasa Allah (Ilham)?. Dan yang paling penting adalah

bagaimana kita akan bisa menjadi orang yang IHSAN kepada Allah?.

Sebab ketika kita mencuri, korupsi, berzina, minum arak, dan berbuat jahat / maksiat kepada

sesama, sebenarnya saat kita melakukannya kita sedang tidak menyadari bahwa Allah melihat

kita. Ya, saat itu kita telah kehilangan perasaan IHSAN kepada Allah di dalam hati kita. Sebuah

perasaan bahwa kita sedang dilihat oleh Allah secara terus menerus.

Siapa saja, orang awam kek, orang berpendidikan kek, aparat pemerintahan kek, aparat penegak

hukum dan keadilan kek, selama kita tidak menyadari bahwa Allah melihat kita, maka kita PASTI

akan mudah sekali untuk tergelincir kepada perbuatan fujur dan fasik seperti diatas. Dan pasti,

ketika kita melakukannya, kita 100% sedang tidak ingat kepada Allah, dan saat itu kita juga

sedang berteman akrab dengan syaitan. Pasti.

Itulah yang menyebabkan adanya seorang pimpinan Daerah yang ingin melegalkan pelacuran,

ingin membangun apartemen untuk tempat mangkalnya para pelacur, ingin melakukan sertifikasi

kepada pelacur. Karena memang ia sudah ditakdirkan untuk menjadi orang yang tidak mengenal

Allah. Ia sudah ditakdirkan untuk tidak bisa mengingat Allah. Ia tidak bisa merasa IHSAN. Namun

semua yang diperbuatnya itu tetaplah tidak sia-sia. Ada hikmah yang bisa kita ambil. Diantaranya,

Allah ingin membuktikan bahwa ayat-Nya tentang bagaimana jadinya umat Islam kalau dipimpin

oleh orang yang tidak beriman kepada Allah adalah nyata.

Padahal, perasaan Ihsan inilah yang nantinya akan menyebabkan kita akan merinding-rinding dan

merasa dingin disekujur tubuh kita, yang oleh Nabi SAW dinamakan Riqqah. Kita benar-benar

merasakan bahwa kita sedang dilihat, diamati, diawasi oleh Allah, Dzat Yang Maha Jamal dan

Maha Jalal. Dzat yang tak terlawan!.

Ketika Allah memperlihat keadaan Jamal dan Jalal-Nya ini pulalah yang akan membuat airmata

kita jatuh berderai-derai. Saat Allah merasakan ke dalam hati kita Maha Kasih Sayang-Nya, maka

airmata kita jatuh bercucuran menahan bahagia. Saat Allah merasakan ke dalam Hati kita Maha

Perkasa-Nya, tubuh kita akan menggigil-gigil ketakutan. Takut yang sebenar-benar takut. Bukan

takut yangsekedar diucapan bibir saja. Air mata kita juga akan jatuh berguguran dengan sangat

deras. Semua itu silih berganti dan bergelombang turun ke dalam hati kita.

Air mata itu seakan membasuh HATI kita, menyelup hati kita, menyuci hati kita. Sehingga hati kita

yang tadinya gelap, mati, buta, tuli, dan keras membatu menjadi Hati yang jernih dan bercahaya,

Hati yang lunak dan lembut, hati yang melihat dan mendengar. Hati kita yang sudah dibasuh

bersih itu menjadi dimampukan untuk melihat akan KEBENARAN ALLAH.

Bersambung ke bagian akhir


Ditulis dalam INSPIRASI | Meninggalkan komentar
Antara DZIKR ataukah NAFI-ISBATH, Bagian-24, SELESAI
Mei 6, 2015 oleh Murid Dalam Sikap Bertuhankan Allah SWT.

Bagian Penutup

Demikianlah artikel ini dirangkai

Kita sudah bahas tentang MUDGHAH yang sering diterjemahkan orang sebagai HATI atau

JANTUNG yang ada di dalam dada. Dan kita sudah bahas bahwa Mudghah itu kelihatannya lebih

cocok kepada keadaan yang dipunyai oleh OTAK. Kita juga sudah bahas apa yang disebut dengan

RAGA dan apa pula yang dimaksud dengan JIWA. Bahwa JIWA adalah gabungan antara

HATI/MINDA dengan RUH.

Begitu juga, kita telah membahas tentang fungsi Otak sebagai terminal interface yang

menghubungkan Jiwa dengan Raga. Bagaimana jadinya hati kita kalau informasi tentang SUATU

HAL yang masuk ke dalam hati kita adalah melalui otak kiri dan bagaimana pula kalau itu melalui

melalui otak kanan kita. Hasilnya akan berbeda walau untuk satu hal yang sama. Inilah kemudian

yang kita sebut sebagai persepsi atau paradigma versi otak kiri dan versi otak kanan terhadap

satu hal yang sama. Akan tetapi dari kedua versi itu tidak ada mana yang salah dan tidak ada

mana yang benar. Yang menjadi berbeda hanyalah karakter dan cara bertindak kita saja terhadap

satu hal yang sama.

Dalam menghadapi sebuah masalah, ada kita yang kuat di logika serial dan kerja administratif

karena kita lebih banyak memakai Otak KIRI kita sebagai saluran informasi yang masuk ke dalam

hati kita, dan ada pula kita yang kuat di logika Holistik dan kerja penuh Inovasi karena informasi

yang masuk dan keluar dari hati kita adalah melalui Otak KANAN kita. Paradigma yang manapun

yang kita punyai, kalau kita melakukannya dengan bersungguh-sungguh insyaallah hasilnya akan

11-12 saja. Sama atau paling tidak mirip-miriplah.

Kita juga sudah membahas pula tentang bagaimana perkembangan dari proses Nafi-Isbath yang

bermula sejak zaman Nabi Ibrahim AS yang ingin mengenal Allah, yang kemudian ternyata telah

bermetamorposis menjadi proses pembersihan Cakra-cakra yang dilakukan oleh penganut agama

Hindu dan agama-agama bumi lainnya.


Kemudian Allah memurnikan kembali proses Nafi-Isbath semasa Nabi Ibrahim itu, yang sudah

banyak melenceng sesuai dengan perjalanan waktu, melalui syariat Nabi Muhammad SAW. Beliau

dengan, dasar-dasar yang ada di dalam Al Quran, mengenalkan Dzikrullah (Ingat kepada Allah)

sebagai aktifitas puncak bagi umat manusia. Di dalam shalat kita ingat Allah. Aqimishhalati lidzikri.

Di dalam pelaksanaan ibadah Haji dan Umrah, semua aktifitasnya mengisyaratkan bahwa kita

harus ingat kepada Allah (dzikrullah). Begitu juga di dalam pelaksanaan ibadah puasa, sedekah,

zakat, dan sebagainya. Saat mengucapkan kalimat laa ilaha illallah sekalipun, atau panggilan-

panggilan kita kepada Allah melalui Nama-nama-Nya Yang Agung, ingatan kita juga sudah tidak

lari kemana-mana lagi. Hanya ingat kepada Allah.

Empat generasi kemudian Ajaran Rasulullah SAW kembali terkontaminasi dengan ajaran-ajaran

meditasi Hindu dengan memunculkan konsep pembersihan Lathaif-lathaif, dan kemudian berlanjut

dengan proses-proses mencari ketenangan dan kebahagiaan lainnya yang hampir sama, yang

sangat menjamur sekarang ini.

Ajaran Islam yang tadinya mudah dan sederhana kemudian berubah menjadi ajaran yang sulit,

rumit, dan aneh-aneh. Itu terjadi karena Dzikrullah sudah menjadi barang yang langka dan sulit

untuk diterangkan , apalagi untuk dilaknasakan.

Tetapi, atas takdir yang telah dirancang oleh Allah, sekarang muncul kembali kesederhanaan dan

kemudahan dalam dzikrullah yang sangat menyejukkan, seperti munculnya semburan mata air di

tanah yang dulunya kering kerontang. LANTARAN untuk kemudahan dalam dzikrullah itu ternyata

adalah Ustad Hussien BA. Latiff, yang dengan Beliaulah saya menimba ilmu yang belum pernah

saya terima, baca, dan mimpikan selama hidup saya.

Dengan kapasitas Beliau sebagai Lantaran bagi munculnya kembali Tasawuf Jalan Nabi-Nabi pada

abad ini, maka proses Nafi-Isbath yang sangat meletihkan itu ternyata bisa dituntaskan dalam

sebuah praktek Dzikr (mengingat) yang sangat sederhana, yaitu proses MENGINGATI ALLAH

(DZIKRULLAH). Disinilah kami, murid-murid Beliau, MENYADARI bahwa selama ini kami ternyata

telah berdzikir dengan cara yang salah, dan dengan memakai alat yang salah pula. KESADARAN

akan kesalahan masa lalu dan kesadaran bahwa tidak mungkinlah Nabi mengajarkan kesulitan
bagi umat Beliau, itulah yang telah membuat kami, murid-murid Beliau, merasa tidak bisa lagi

meninggalkan lakuan untuk selalu INGAT Kepada Allah.

Sekarang kemanapun kami pergi, sedang apapun kami, maka kami, alhamdulillah, selalu merasa

sedang MENJUNJUNG DAN MEMIKUL INGATAN KEPADA ALLAH. Apapun masalah yang kami

hadapi, ingatan kami tetap berpaut erat dengan Allah. Tidak ada lagi tempat di dalam hati atau

minda kami untuk ingatan kepada yang lain selain dari Allah. Kalaupun kadang-kadang ingatan itu

lepas juga, kami kembali masuk ke dalam base camp untuk berkhalwat membina diri

Sampai disini berakhirlah Artikel Antara DZIKR ataukah NAFI-ISBATH ini. Mohon diperbanyak

maaf

Kita akan berjumpa kembali, insyaallah, dalam artikel dan frekuensi yang lain.

Wallahu alam

Selesai

Anda mungkin juga menyukai