Anda di halaman 1dari 26

BAB I

PENDAHULUAN
Humas dan Pemasaran Rumah Sakit mempunyai peran yang sangat penting dalam
manajemen Rumah Sakit. Dengan strategi pengelolaan Humas dan Pemasaran (Public
Relations and Marketing) yang tepat diharapkan dapat meningkatkan citra produk layanan
Rumah Sakit Paru Provinsi Jawa Barat serta jumlah kunjungan pasien di Rumah Sakit Paru
Provinsi Jawa Barat, sehingga bisa memberikan kemanfaatan yang optimal dan berkelanjutan
terhadap masyarakat. Mencermati peran strategis Humas dan Pemasaran bagi Rumah Sakit untuk
masa kini dan yang akan datang, maka dibuat Pedoman Pengorganisasian Humas Pemasaran
Rumah Sakit Paru Provinsi Jawa Barat.
Peranan Humas bagi sebuah Rumah Sakit sangatlah penting dalam memberikan
informasi kepada masyarakat. Selain sebagai ujung tombak dalam program atau kegiatan yang
dilakukanrumah sakit, baik itu kegiatan yang bersifat institusional maupun kegiatan-kegiatan
sosial kemasyarakatan yang mampu mendekatkan hubungan baik antara Rumah Sakit dengan
masyarakat luas. Selain itu, Humas Rumah Sakit juga berperan penting dalam memberikan
penjelasan terkait dengan kejadian-kejadian luar biasa yang dialami rumah sakit bersangkutan.
Misalnya, kasus mal praktek dokter sampai dengan up date informasi jumlah korban bencana
alam.
Dibutuhkan manajemen kehumasan rumah sakit yang solid dan mempunyai
pengetahuan, keterampilan dan sikap dalam berkomunikasi dengan masyarakat dan media.
Selain itu, adanya strategi dalam pengelolaan humas yang tepat tentunya akan meningkatkan
citra produk dan layanan rumah sakit dan akan meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap
rumah sakit sehingga dapat memberikan manfaat yang optimal bagi masyarakat ataupun
pengelola rumah sakit. Dengan adanya humas yang baik, maka proses marketing Rumah
Sakit akan menjadi lebih mudah karena masyarakat akan lebih terbangun kepercayaannya karena
sebuah citra Rumah Sakit yang baik.

1
BAB II
GAMBARAN UMUM
RUMAH SAKIT PARU PROVINSI JAWA BARAT
1. GAMBARAN UMUM RUMAH SAKIT PARU PROVINSI JAWA BARAT

Sebagai gambaran umum mengenai Rumah Sakit Paru Provinsi Jawa


Barat, diuraikan sebagai berikut :

Rumah
Sakit Paru Provinsi Jawa Barat terletak di perbatasan antara Kabupaten Cirebon
dan Kabupaten Kuningan tepatnya di Desa Sidawangi Kecamatan Sumber
Kabupaten Cirebon dan Desa Nanggela Kecamatan Mandirancan Kabupaten
Kuningan.

Awalnya Rumah Sakit Paru Provinsi Jawa Barat merupakan suatu


Sanatorium Sidawangi yang didirikan oleh Pemerintah Hindia Belanda pada tahun
1939 yang ditujukan untuk mengisolasi penderita penyakit Tuberkulosa Paru (TB
Paru) untuk menekan penularan / penyebaran penyakit TB Paru, dimana pada
masa itu angka kematian akibat penyakit TB Paru sangat tinggi.

2
Pendirian Sanatorium Sidawangi ini diawali oleh Yayasan Yayasan
Penanggulangan Pemberantasan Penyakit Paru Paru ( P5) yang bekerjasama
dengan Pemerintah Hindia Belanda mengadakan Pasar Malam di lapangan
Kebumen Cirebon pada tahun 1938, dalam kegiatan itu digalang dana dari
masyarakat untuk pembangunan Sanatorium Sidawangi yang dibangun diatas
tanah seluas kurang lebih 10 Hektar, yang terletak di pasir anjing Desa Sidawangi
Kecamatan Sumber Kabupaten Cirebon. Hasilnya berupa bangunan sebanyak 17
buah, empat diantaranya merupakan bangunan yang digunakan untuk merawat
penderita sebanyak 60 (enam puluh) tempat tidur. Pada tanggal 21 Nopember
1939 Sanatorium Sidawangi diresmikan oleh Gubernur Jenderal Carda
Stockenberg. Selanjutnya pengawasan Sanatorium diserahkan kepada dr. Tong
Siong Beng.
Pada tahun 1942 bersamaan dengan datangnya Penjajah Jepang,
pengawasan Sanatorium diserahkan dari dr. H. Abdul Fatah kepada dr. Hko Pek
Gwan dan dijadikan sebagai tempat evakuasi dari RSU Kesambi dan RS Bersalin
Pamitran.
Pada tahun 1948 Sanatorium Sidawangi oleh Palang Merah Militer
Belanda dirubah fungsinya menjadi Rumah Sakit Umum Sidawangi, yang juga
digunakan untuk merawat para Gerilyawan RI terutama para Perwira TNI.Pada
tahun 1950 fungsi Rumah Sakit Umum dikembalikan kepada fungsi semula
sebagai Sanatorium Sidawangi yang khusus merawat pasien penderita penyakit
TB Paru.
Pada tahun 1953 ketika pimpinan Sanatorium diserah terimakan dari dr.
Tong Siong Beng kepada dr. Liem Ghiek Djiang, dilakukan penambahan gedung
sehingga dapat menampung 80 (delapan Puluh) tempat tidur. Pada tahun ini pula
terjadi penyerangan oleh DI/ TII, yang disertai pembakaran Pada bangunan dan
peralatan kedokteran seperti alat Rontgen dan doorlight, serta penjarahan pada
barang-barang pasien dan karyawan yang berada di asrama. Walaupun sempat
mendapat serangan DI/ TII sebanyak dua kali tetapi karyawan tidak goyah dan
tetap bekerja seperti biasa.

3
Pada tahun 1978, Sanatorium Sidawangi diubah menjadi Rumah Sakit
Tuberkulosa Paru (RSTP) Sidawangi dan menjadi Unit Pelaksana Teknis yang
berada dibawah Direktorat Jenderal Pelayanan Medik Departemen Kesehatan
Republik Indonesia berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI No.137
tahun 1978.
Pada tahun 2002, RSTP Sidawangi diserahkan kepemilikannya kepada
Pemerintah Provinsi Jawa Barat, berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor : 909/ Menkes/ SK/VIII/2001. Kemudian direspon oleh
Pemerintah Provinsi Jawa Barat dan namanya diubah menjadi RUMAH SAKIT
PARU SIDAWANGI berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor. 6
Tahun 2002 tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat
Nomor. 16 Tahun 2000 tentang Lembaga Teknis Daerah Provinsi Jawa Barat.
Pada tahun 2008 Rumah Sakit Paru Sidawangi dirubah menjadi
RUMAH SAKIT PARU PROVINSI JAWA BARAT berdasarkan Perda provinsi
Jawa Barat No. 23 tahun 2008 tentang Organisasi dan tata kerja Rumah Sakit
Daerah Provinsi Jawa Barat.
Pada tanggal 11 Agustus 2016 Rumah sakit Paru Provinsi Jawa Barat
telah ditetapkan menjadi Rumah sakit khusus kelas B berdasarkan keputusan
Kepala Badan Penanaman Modal dan perizinan terpadu (BPMPT) Provinsi Jawa
Barat dan berdasarkan Peraturan Gubernur Jawa Barat Nomor 84 Tahun 2016
tentang Pembentukan dan Susunan Organisasi Unit Pelaksana Teknis Dinas dan
Badan di lingkungan Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Barat berubah menjadi
UPTD Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat dengan mempunyai tugas pokok dan
fungsi sebagai berikut:
Tugas Pokok :
Melakasanakan Pelayanan Penunjang Penyelenggaraan Pemerintah Daerah di
Bidang Kesehatan Paru
Fungsi :

- Peyelenggaraan usaha pelayanan medis penyakit paru;


- Penyelenggaaraan pelaksanaan usaha pelayanan penujang medis

4
- Penyelenggaran usaha perawatan penderita dan kegawatdaruratan penyakit
paru;
- Penyelenggaraan pelaksanaan usaha rehabilitasi medis penyakit paru;
- Penyelenggaran pelaksanan system rujukan (system referral)

Keberhasilan dan kekurangan dalam proses pelaksanaan kegiatannya


sebagai pelayanan kesehatan kepada masyarakat tidak lepas dari sosok
pemimpin yang mengendalikan institusinya, berikut para Direktur yang pernah
memimpin sanatorium sidawangi sampai menjadi Rumah Sakit Paru Provinsi
Jawa Barat.
Tahun 1939 - 1953 : Dr. Tong Siong Beng
Tahun 1953 : Dr. Liem Ghiek Djiang
Tahun 1953 - 1967 : Dr. Brenesen
Tahun 1967 - 1983 : Dr. Soeripto Hadiwiyono
Tahun 1983 - 1985 : Dr. Mumun Siradj
Tahun 1985 - 1986 : Dr. Achmad Ali
Tahun 1986 - 1990 : Dr. Budi Sadjarwa AM
Tahun 1990 - 1994 : Dr. Nandang Basar, Sp.P
Tahun 1994 November 1999 : dr. H. Yulino Amrie, Sp.P. M.Kes
November 1999 September : dr. H. Hady Sutjipto,Sp.P
2006
September 2006 Januari : Drs. Yan Suryana S.W.MM (Plt
2009 Direktur
Oktober 2011 Mei 2013 : dr. R.M Wahyu Suryaputra. MPH
Mei 2013 Maret 2015 : Awan Tanuwijaya, S.Sos (Plt
Direktur)
Maret 2015 Desember 2016 : dr. Endang Noersita Daim. MPH
1 Januari 2017 Juli 2017 : dr. Endang Noersita Daim. MPH (plt
direktur)
Agustus 2017 - Sekarang : dr. Hadri Pramono. MARS

5
Pencapaian target kinerja tersebut tidak lepas dari pengaruh berbagai
faktor baik faktor internal yang masih dalam kendali Rumah Sakit maupun faktor
eksternal yang di luar kendali Rumah Sakit namun masih bisa diantisipasi oleh
Rumah Sakit dengan melakukan analisa dan penetapan kebijakan Rumah Sakit
dalam mencapai Visi dan Misi Rumah Sakit untuk mendukung Visi Jawa Barat
yaitu Maju dan Sejahtera untu Semua dan dalam meningkatkan derajat Kesehatan
Paru Masyarakat Jawa Barat khususnya wilayah Jawa Barat bagian timur.

1. FAKTOR INTERNAL
Kondisi internal Rumah Sakit Paru Provinsi Jawa Barat yang secara
langsung maupun tidak langsung sangat mempengaruhi keberhasilan dalam
peningkatan pengembangan Rumah Sakit meliputi peningkatan pelayanan,
keuangan, organisasi dan sumber daya manusia, serta sarana dan
prasarana.

a. Pelayanan

Rumah Sakit Paru Provinsi Jawa Barat mempunyai tugas melaksanakan


Pelayanan penunjang penyelenggaraan Pemerintah Daerah Bidang
Kesehatan Paru. Pelayanan diarahkan untuk memberikan pelayanan
kepada seluruh masyarakat/penduduk baik pasien mampu atau tidak
mampu. Upaya-upaya peningkatan pelayanan selalu digalakan dalam
rangka memberikan kepuasan masyarakat, meningkatkan mutu dan
keselamatan pasien. Rumah Sakit Paru Provinsi Jawa Barat
menyelenggarakan pelayanan kesehatan kepada masyarakat dalam
berbagai unit pelayanan, yaitu:
1. Instalasi Rawat Jalan
2. Instalasi Rawat Inap
3. Instalasi Rawat Darurat
4. Instalasi Laboratorium
5. Instalasi Farmasi
6. Instalasi Gizi

6
7. Instalasi Radiologi
8. Instalasi Perawatan Intensif/ICU
9. Instalasi Penyehatan Lingkungan Rumah Sakit (IPLRS)
10. Pelayanan Medik Lainnya, terdiri dari Pelayanan EKG,
Broncoscopy dan spirometri.
Secara keseluruhan pelayanan yang dilakukan oleh Rumah Sakit Paru
Provinsi Jawa Barat cenderung ada peningkatan yang dilihat dari berbagai
aspek yaitu :
1. Customer Acquistion indikator ini digunakan untuk mengukur
sampai sejauh mana minat pasien baru menggunakan jasa layanan
yang disediakan Rumah Sakit Paru Provinsi Jawa Barat.
2. Customer loyality, ini bertujuan untuk mengukur sampai sejauh
mana Rumah Sakit Paru Provinsi Jawa Barat mampu
mempertahankan pasien lama (kunjungan ulang) untuk
menggunakan jasa layanan yang disediakan.
3. Keluhan pasien: Indikator ini untuk mengukur sampai sejauh mana
kepuasan pasien terhadap layanan yang diberikan, survey kepuasan
pelanggan/masyarakat terhadap kualitas pelayanan dan unsur
penunjang pelayanan Rumah Sakit dilaksanakan 2 kali selama
setahun.

4. Quality of Place

Terdapat tiga indikator yang menggambarkan secara agregat


kualitas fisik layanan Rumah Sakit yaitu :

1) Angka Penggunaan Tempat Tidur (Bed Occupation Ratio


=BOR),
yaitu prosentase pemakaian tempat tidur pada satu waktu
tertentu. Indikator ini memberikan gambaran tinggi rendahnya
tingkat pemanfaatan tempat tidur Rumah Sakit Paru Menurut

7
Departemen Kesehatan RI (tahun 2005), nilai parameter BOR
yang ideal adalah antara 60-85%, dihitung berdasarkan rumus,
BOR = ((Jumlah hari perawatan Rumah Sakit / (Jumlah tempat
tidur x Jumlah hari dalam satu periode)) x 100%. pemanfaatan
tempat tidur Menurut Departemen Kesehatan RI, Rumah Sakit
Paru dalam keadaan belum optimal yaitu dengan BOR 51% .
b). Angka Perputaran Tempat Tidur (Bed Turn Over = BTO),
Yaitu frekuensi pemakaian tempat tidur pada satu periode,
berapa kali tempat tidur dipakai dalam satu satuan waktu
tertentu. Menurut Departeman Kesehatan RI (tahun 2005),
idealnya dalam satu tahun satu tempat tidur rata-rata dipakai
88.42 kali, dihitung berdasarkan rumus, BTO = Jumlah pasien
keluar (hidup + mati) / Jumlah tempat tidur. Indikator ini untuk
mengukur frekuensi pemakaian tempat tidur dalam satuan
waktu. Rata-rata frekuensi pemakaian tempat tidur selama tahun
2016 (93.72) mengalami penurunan dibanding tahun 2015.

2) Tenggang Perputaran (Turn Over Interval=TOI)


Adalah hari rata-rata di mana tempat tidur tidak ditempati dari
setelah diisi ke saat terisi berikutnya. Indikator ini memberikan
gambaran tingkat efisiensi penggunaan tempat tidur. Menurut
Departemen Kesehatan RI, idealnya tempat tidur kosong tidak
terisi pada kisaran 1 - 3 hari, dihitung berdasarkan rumus, TOI =
((Jumlah tempat tidur x periode) hari perawatan) / Jumlah
pasien keluar (hidup+mati). TOI tahun 2016 (0.97) mengalami
penurunan dibanding tahun 2015 hal ini diakibatkan tingginya
kunjungan dengan tingkat morbiditas yang meningkat sehingga
diperlukan adanya kebijakan agar proses perawatan pasien
berjalan lancar dengan tidak mengurangi kualitas pelayanan.

8
Berdasarkan indikator-indikator kinerja diatas, quality of place
Rumah Sakit Paru Provinsi Jawa Barat relatif masih dalam
kisaran yang diperkenankan oleh Kementerian Kesehatan. Kondisi
tersebut secara relatif terkait pengembangan infrastruktur dan
budaya kerja insan Rumah Sakit yang belum sepenuhnya
berkorelasi langsung terhadap peningkatan kualitas fisik layanan.

5. Quality of Place

Kualitas Layanan Rumah Sakit dapat tergambar dari indikator mutu


yang telah ditetapkan sebagai perjanjian kinerja dengan Pemerintah
sebagai berikut :

a) Angka kematian Kasar (Gross Death Rate=GDR) :


digunakan untuk menilai angka kematian umum untuk setiap 1000
penderita keluar, dihitung berdasarkan rumus, GDR = (Jumlah pasien
mati seluruhnya/Jumlah pasien keluar (hidup+mati)) x 1000.
Tahun 2016 rata-rata Angka Kematian Kasar 2.23% mengalami
penurunan dibandingkan tahun 2015 dimana masih di bawah standar
nasional yaitu tidak lebih dari 45 per 1000 penderita keluar.
b) Indikator Kepuasan Masyarakat
Digunakan untuk mengetahui Indeks Kepuasan Masyarakat
terhadap kinerja pelayanan yang diberikan oleh Rumah Sakit pada
Tahun 2016 Indeks Kepuasan Masyarakat Rumah Sakit Paru
Provinsi Jawa Barat mencapai 75.3% ada peningkatan dibandingkan
Tahun 2015.
C). Angka Kesembuhan Pasien
Pemberantasan penyakit TBC merupakan Program Nasional dalam
menurunkan angka kematian yang disebabkan oleh penyakit TBC

9
dimana saat ini kecenderungan adanya resistensi terhadap kuman
TBC dan peningkatan penderita TBC, oleh karena itu Rumah Sakit
Paru untuk meningkatkan angka kesembuhan TB dilakukan kerja
sama dengan Instansi pemberian Pelayanan Kesehatan Kabupaten
Kota sewilayah III Cirebon. Angka kesembuhan pasien pada Tahun
2016 mencapai 62% lebih tinggi daripada tahun 2015.

b. Keuangan

Dengan ditetapkannya Rumah Sakit Paru Provinsi Jawa Barat sebagai


BLUD seharusnya seluruh pendapatan seluruh yang diterimanya dapat
digunakan langsung untuk membiayai seluruh kegiatan BLUD yang
tercantum dalam RBA, serta diperbolehkannya BLUD untuk melakukan
investasi dan hutang namun saat ini pendapatan yang ada masih di
setorkan ke kas Daerah.

Fleksibilitas BLUD ini diharapkan mampu mendorong kinerja layanan


yang juga berpengaruh pada peningkatan pendapatan Rumah Sakit .
Pendapatan inilah yang akan menentukan kemandirian Rumah Sakit
dengan membandingkan pendapatan jasa layanan Rumah Sakit dengan
biaya yang dikeluarkan.
Dengan peningkatan pendapatan fungsional diharapkan Rumah Sakit
dapat lebih mandiri dalam membiayai kegiatan-kegiatan yang
direncanakannya dalam rangka peningkatan pelayanan kepada
masyarakat.. Rumah Sakit Paru Provinsi Jawa Barat dalam
pembiayaannya menggunakan dana dari APBD dan APBN.

c. Organisasi dan Sumber Daya Manusia


Peningkatan dan penambahan pelayanan serta menggantikan pegawai
dengan yang baru, serta adanya sistem pembagian tugas yang jelas,
kualitas dan kuantitas Sumber Daya Manusia masih perlu ditingkatkan
terutama tenaga fungsional, untuk menunjang pelaksanaan pelayanan
medis spesialis, pelayanan keperawatan profesional dengan metoda

10
Metoda Pelayanan Keperawatan Profesional (MPKP) serta pelayanan
Penunjang lainnya.

Upaya meningkatkan kualitas SDM terus dilaksanakan melalui


pendidikan/pelatihan baik formal maupun non formal.

Namun demikian, masih perlu adanya peningkatan komitmen dari


pegawai untuk memberikan pelayanan prima kepada pelanggan Rumah
Sakit Paru Provinsi Jawa Barat

Berdasarkan Daftar Urut Kepangkatan yang terdapat pada Rumah Sakit


Umum Daerah Tahun 2017, diperoleh susunan kepegawaian sebagai
berikut :

1. Pejabat Struktural Rumah Sakit Paru berjumlah 4 Orang , terdiri dari :


a. Pejabat eselon III a 1 Orang
b. Pejabat eselon IV 3 Orang
2. Seluruh Pegawai dan karyawan Rumah Sakit Paru, berjumlah 233
Orang , terdiri atas: 171 PNS dan 62 orang Tenaga BLUD
a. Tenaga dokter 12 Orang
b. Tenaga Keperawatan 72 Orang
c. Tenaga Penunjang Medis 37 Orang
d. Tenaga Administrasi 50 Orang
e. Karyawan BLUD 62 Orang (terdiri dari dokter,
Perawat, Nakes dan tenaga administrasi)

d. Sarana dan Prasarana


Dengan semakin berkembangnya tuntutan pasien, Rumah Sakit terus
melakukan peningkatan sarana dan prasarana pelayanan kesehatan
antara lain melakukan review Master Plan Tahun 2016 dan DED Tahun
2017 sehingga diharapkan kedepan Rumah Sakit Paru Provinsi Jawa
Barat memiliki gedung sesuai dengan standar perumasakitan. Sehingga
masyarakat nyaman dalam mendapatkan pelayanan kesehatan.

e. Kekuatan yang dimiliki Rumah Sakit Paru Provinsi Jawa Barat

11
1) Adanya pengembangan pembangunan Provinsi Jawa Barat yaitu
adanya pembangunan Bandara Internasional Jawa Barat, Tol Cipali
dan Pelabuhan Cirebon.
2) Dukungan stake holder yang menjadikan Rumah Sakit Paru sebagai
UPTD unggulan pelayanan publik, bidang kesehatan paru.
3) Status Rumah Sakit Paru Provinsi Jawa Barat sebagai Badan
Layanan Umum Daerah (BLUD).
4) Lingkungan Rumah Sakit yang masih hijau, banyak pohon-pohonan.
5) Penambahan Jenis Pelayanan Lokasi Rumah Sakit Paru Provinsi
Jawa Barat yang strategis sebagai Rumah Sakit yang berada di
wilayah pebatasan Jawa Barat dan Jawa Tengah.
6) Memiliki lahan yang luas yang masih bisa dikembangkan.
7) Pembangunan/pengembangan sarana dan prasarana Rumah Sakit.
8) Kualitas Sumber Daya Manusia yang siap mendukung pengembangan
pelayanan.
9) Pusat Rujukan & Jejaring Pendidikan.

f. Kelemahan yang dimiliki Rumah Sakit Paru Provinsi Jawa Barat


1) Masih kurangnya jumlah tenaga medis Spesialis Paru dan Spesialis
lainnya dalam memenuhi kebutuhan operasional Rumah Sakit khusus
kelas B, sesuai standar yang ditetapkan, dan mendukung
pengembangan jenis layanan.
2) Belum optimalnya budaya organisasi yang mendukung
pengembangan pelayanan kesehatan Rumah Sakit secara optimal.
3) BLUD belum dilaksanakan sepenuhnya.
4) Jumlah dana operasional masih terbatas.
5) Struktur organisasi yang ada saat ini belum sesuai dengan peraturan
Peerumah sakitan
6) Kurang tertibnya penataan administrasi aset dan pemeliharaan
sebagai pendukung jaminan mutu pelayanan kesehatan Rumah Sakit.
7) Pemasaran belum dikemas dengan baik sehingga produk layananan
kurang dikenal masyarakat.

12
8) Fasilitas fisik (bangunan) masih kurang lengkap.
9) Kualitas dan kuantitas Sumber Daya Manusia rata-rata masih kurang.
10) Kualitas Pelayanan belum optimal.
11) Program SIM-RS terpadu belum dilaksanakan secara optimal.
12) Motivasi dan produktivitas Sumber Daya Manusia belum optimal.
13) Kurangnya Keterlibatan komite dalam decision making.
14) Kepatuhan terhadap SOP belum optimal.
15) Pengembangan Karir staf belum proporsional.

2. FAKTOR EKSTERNAL
Faktor eksternal adalah kondisi di luar Rumah Sakit Paru yang secara
langsung maupun tidak langsung mempengaruhi keberhasilan Rumah Sakit
dalam mencapai tujuannya.

Rumah Sakit Paru tidak mampu untuk mengendalikan faktor eksternal


sesuai dengan apa yang diinginkan untuk masa yang akan datang, namun
analisis terhadap faktor eksternal cukup membantu untuk melakukan langkah
antisipatif jika terjadi perubahan lingkungan ekternal tersebut. Cakupan
analisis kondisi eksternal tersebut tergambar pada bidang pelayanan,
keuangan, organisasi dan Sumber Daya Manusia serta sarana dan prasarana
yang dipengaruhi oleh undang-undang, kebijakan pemerintah, keadaan
persaingan, keadaan perekonomian baik nasional maupun internasional,
perkembangan sosial budaya, dan perkembangan teknologi.

1. Pesaing

Industri Rumah Sakit saat ini mengalami persaingan yang ketat dengan
semakin mudahnya perizinan pendirian Rumah Sakit swasta. Lokasinya
pun saat ini sudah tidak lagi mempertimbangkan jarak antar Rumah Sakit
, sehingga persaingan sangat mengandalkan kualitas pelayanan, biaya
perawatan dan tenaga medis yang ditawarkan. Dampak dari persaingan
yang ketat ini, Rumah Sakit dituntut untuk membuat inovasi dan strategi
untuk mendapatkan pasien.

13
Rumah Sakit yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan yang ada kini
telah banyak tersedia. Disamping milik pemerintah kini telah banyak pula
fasilitas pelayanan kesehatan yang didirikan oleh pihak swasta, mulai dari
balai pengobatan hingga Rumah Sakit berskala internasional. Jumlah
kunjungan pasien ke berbagai fasilitas tersebut juga menunjukkan
kecenderungan yang positif. Ini mengindikasikan bahwa kesadaran
masyarakat terhadap kesehatan dan pelayanan medis makin meningkat.
Kesehatan menjadi suatu hal yang penting untuk diperhatikan, karena
merupakan modal dasar bagi suatu bangsa untuk maju dan berkembang.
Selain itu pelayanan penyakit Paru juga diberikan oleh Rumah Sakit-
Rumah Sakit lainnya.

Tidak terkecuali perkembangan sarana pelayanan kesehatan di


Kabupaten Cirebon, Kota Cirebon dan Kabupaten Kuningan telah tumbuh
dan berkembang beberapa Rumah Sakit swasta.

Rumah Sakit Paru Provinsi Jawa Barat merupakan lima dari Rumah Sakit
milik Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Barat. Selain Rumah Sakit Paru
Provinsi Jawa Barat.

Saat ini Rumah Sakit Paru Provinsi Jawa Barat telah meningkatkan
sarana dan prasarana untuk menunjang peningkatan pelayanan. Namun
disisi lain, kurangnya tenaga dokter spesialis khususnya spesialis paru
sehingga pelayanan yang diberikan kepada pasien kurang optimal.

2. Penetapan tarif jasa layanan

Tarif yang ada saat ini belum menggambarkan adanya jasa layanan dan
jasa Rumah Sakit dan tidak berdasarkan perhitungan unit cost. Sehingga
hal ini belum bisa menutupi biaya operasional.

3. Perluasaan Kepesertaan BPJS

Dengan perluasan kepesertaan BPJS tersebut, diharapkan peserta BPJS


yang menggunakan jasa pelayanan kesehatan di Rumah Sakit Paru

14
Provinsi Jawa Barat akan meningkat, dan pada akhirnya akan
meningkatkan pendapatan Rumah Sakit.

4. Undang-undang Nomor 8 tahun 1999 tentang perlindungan


konsumen.

Kesadaran masyarakat yang lebih mengedepankan tuntutan atas


pemenuhan hak-hak pelanggan/pasien terhadap layanan Rumah Sakit
(yang berkaitan dengan konsekuensi hukum sesuai undang-undang
Nomor 8 tahun 1999 tentang perlindugan konsumen), sehingga tuntutan
profesionalisme layanan demi kepuasan pelanggan mutlak harus
dilakukan oleh Rumah Sakit .

5. Peraturan Gubernur Jawa Barat Nomor 41 Tahun 2016


Tentang Pengangkatan dan Pemberhentian Pejabat Pengelola Dan
Pegawai Yang Berhasil Dari Non Pegawai Negeri Sipil Pada Perangkat
Daerah/Unit Kerja Perangkat Daerah Yang Menerapkan Pola
dimungkinkan pula Rumah Sakit Paru Provinsi Jawa Barat
mempekerjakan Pegawai Non PNS untuk memperkuat posisi Rumah Sakit
dalam peningkatan pelayanan dan persaingan dengan Rumah Sakit lain.
S

6. Adanya Perubahan Organisasi

Dengan diberlakukannya undang-undang nomor 23 taun 2014 tentang


Pemerintah Daerah, Rumah sakit Paru yang sebelumnya merupakan
Lemnaga Tekhnis Daerah menjadi Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD)
Dinas Kesehatan , sehingga hal ini menambah panjang Birokrasi terutama
dalam hal pengelolaan keuangan..
7. Peraturan-peraturan yang memayungi pelaksanan BLUD
Saat ini peraturan-peraturan gubernur yang memayungi pelaksanaan
BLUD belum semuanya ada sehinga hal ini menyulitkan Rumah Sakit Paru
untuk menjalankan PPK-BLUD dengan optimal.
8. Fluktuasi Tarif Dasar Listrik (TDL)dan Bahan Bakar Minyak (BBM)
Tidak mementunya TDL dan BBM tersebut akan berdampak pula pada

15
kenaikan harga-harga barang termasuk harga obat-obatan dan alat-alat
kesehatan.

9. Peluang yang Dihadapi Rumah Sakit Paru Provinsi Jawa Barat

a. Undang-undang Rumah Sakit Nomor. 44 Tahun 2009 tentang Rumah


Sakit , Undang-undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang SJSN, Undang-
undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah serta
Undang-undang Nomor 33 tahun 2004 tentang perimbangan keuangan
pusat dan daerah.
b. Jaminan Pembiayaan oleh BPJS
c. Perkembangan Teknologi Medik
d. Adanya good will dari Gubernur sebagai Pemerintah Daerah Provinsi
Jawa Barat dalam peningkatan kinerja pelayanan publik dengan
penerapan PPK-BLUD.
e. Adanya keinginan (needs) dan pemanfaatan fasilitas kesehatan oleh
masyarakat (demand) yang cukup tinggi.
f. Program MDGs Kementrian Kesehatan
g. Adanya kerja sama dengan Institusi Pendidikan (kesehatan) dengan
menggunakan Rumah Sakit Paru sebagai lahan praktek, penelitian dan
pengembangan, sebagai potret kualitas / mutu pelayanan RS.
h. Partisipasi masyarakat terhadap pendidikan kesehatan (health minded)
cukup baik.
i. Berdirinya perusahaan-perusahaan swasta disekitar Rumah Sakit
Paru.
j. Adanya Anggaran dari APBD yang memadai.
10. Ancaman yang dihadapi Rumah Sakit Paru Provinsi Jawa Barat
a. Trend kunjungan pasien menurun.
b. Regulasi tenaga profesi / ahli.
c. Berdirinya sarana pelayanan kesehatan baik Swasta maupun
Pemerintah dengan fasilitas peralatan medik canggih dan lengkap

16
d. Tuntutan masyarakat yang semakin tinggi terhadap mutu pelayanan
kesehatan secara menyeluruh dan lengkap, yang akan mengalihkan
masyarakat mencari pelayanan kesehatan ke Rumah Sakit lain.
e. Kondisi krisis ekonomi dan moneter sulit diprediksi yang sangat
berpengaruh terhadap daya beli masyarakat dan berpengaruh
terhadap kenaikan harga alkes dan obat.
f. Regulasi pengelolaan BLUD yang belum sepenuhnya diterbitkan
untuk mengatur dana dari pendapatan.
g. Kenaikan Tarif dasar listrik dan BBM.
h. Era Masyarakat ekonomi asean (MEA), masuknya modal asing dan
fasilitas kesehatan swasta luar negeri.

BAB III
VISI, MISI, NILAI DAN TUJUAN
RUMAH SAKIT PARU PROVINSI JAWA BARAT
1. VISI DAN MISI
A. V I S I
Visi adalah tujuan ke depan yang ingin dicapai oleh Rumah Sakit agar
berkarya, konsisten dan eksis, antisipatif, motivatif serta produktif. Visi
merupakan gambaran keadaan masa depan dengan berisikan cita dan citra
yang ingin diwujudkan.
Rumah Sakit Paru Provinsi Jawa Barat sebagai rumah sakit merupakan
Institusi pelayanan publik yang bertanggungjawab kepada Pemerintah
Provinsi Jawa Barat yang dalam hal ini Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat,
tentunya dalam menentukan Visinya tentu merujuk kepada Visi Provinsi Jawa
Barat, sebagai tujuan dari Daerah Provinsi Jawa Barat yaitu Pemerintah
Jawa Barat Maju untuk Semua
Selaras dengan visi Provinsi Jawa Barat maka Rumah Sakit Paru
menetapkan visi yaitu Menjadi Rumah Sakit Paru dan Saluran Pernafasan
yang Handal dan Terlengkap Berkelas Dunia.

B. MISI

17
Misi adalah upaya-upaya atau tahapan-tahapan pelaksanaan dalam
rangka mewujudkan visi. Dengan memperhatikan Misi Provinsi Jawa Barat,
yaitu :

1. Membangun masyarakat yang berkualitas dan berdaya saing


2. Membangun perekonomian yang kokoh dan berkeadilan.
3. Meningkatkan kinerja Pemerintahan, profesionalisme Aparatur, dan
perluasan partisipasi publik.
4. Mewujudkan Jawa Barat yang nyaman dan pembangunan infrastruktur
stategis yang berkelanjutan.
5. Meningkatkan kehidupan sosial, seni dan budaya, peran Pemuda dan olah
raga serta pengembangan pariwisata dalam bingkan kearifan lokal.

Fungsi Rumah Sakit adalah mengupayakan masyarakat dengan segala


tindakan pelayanan kesehatan, sehingga masyarakat menjadi sehat agar
hidupnya lebih bermaksan, bila kita telaah dan cermati maka fungsi tersebut
berimplementasi kepada tahapan-tahapan pelaksanaan atau dari misi ke 1
(satu ) dari misi provinsi jawa Barat, maka Rumah Sakit Paru Provinsi Jawa
Barat mempunyai misi, sebagai berikut :

1. Meningkatkan pelayanan kesehatan paru dan saluran pernafasan,


kedokteran klinis, dan onkologi paru secara komprehensif, holistik, dan
bertaraf internasional.
2. Menyediakan sarana dan prasarana tercanggih dan terlengkap disertai
pengembangan sumber daya manusia yang berkarakter, terampil dan
berdaya saing global dalam rangka mendukung tata kelola klinis paru
yang baik (good pulmonary clinical governance).
3. Menjadi pusat pendidikan, pelatihan dan penelitian serta pengembangan
di bidang kesehatan paru dan saluran pernafasan yang terdepan.
4. Menjalin kemitraan strategis di bidang kesehatan paru dan saluran
pernafasan dengan institusi lain baik dalam maupun luar negeri.

18
5. Meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap kesehatan paru dan
saluran pernapasan melalui pengembangan tourism hospital yang ramah
lingkungan (eco friendly).

C. NILAI-NILAI RUMAH SAKIT


Rumah Sakit Paru Provinsi Jawa Barat memiliki nilai-nilai yang tercermin
dari sikap kerja pegawai Rumah sakit Paru, yaitu:
a. Terpercaya adalah suatu keadaan yang mengutamakan kebenaran,
yakin akan kemampuan untuk memenuhi harapan.
b. Profesionalisme adalah bekerja efektif dan efisien sesuai dengan
keahlian, keterampilan, kreatifitas tinggi, tentunya sesuai dengan Standar
Operasional prosedur yang telah ditetapkan serta senantiasa
mengembangkan diri untuk memberikan pelayanan yang terbaik.
c. Kepuasan pelanggan adalah mengerti kebutuhan pelanggan, memberi
solusi serta pelayanan terbaik terhadap pelanggan.
d. Peduli adalah:
- Sebuah nilai dasar dan sikap memperhatikan dan bertindak pro aktif,
responsive, dan sensitive terhadap kondisi/keadaan di sekitar kita
- Suatu tindakan yang didasari pada keprihatinan terhadap masalah
orang lain
- Sikap untuk memperhatikan nilai kemanusiaan, selalu tergerak
membantu kesulitan manusia lainnya
e. Tanggung jawab adalah melakukan segala sesuatu sesuai janji atau
kesepakatan
f. Kerjasama adalah:
- Mengoptimalkan potensi yang dimiliki oleh setiap orang untuk
mencapai tujuan bersama
- Saling mendukung dan menyelesaikan tugas bersama sesuai dengan
pembagian tanggung jawab yang telah disepakati

D. MEANING STATEMENT

19
Meaning Statement Rumah Sakit Paru adalah Menjaga Kesehatan Paru
Yang Berkualitas Untuk Hidup Lebih Bermakna

E. TUJUAN, SASARAN DAN STRATEGI


1. Tujuan
Tujuan merupakan penjabaran atau implementasi dari pernyataan misi
yang akan dicapai atau dihasilkan dalam tahun 2017 dan bersifat
idealistik yang mengandung nilai-nilai keluhuran dan keinginan yang kuat
untuk melakukan perubahan kearah yang lebih baik dan akan menjadi
arah perjalanan pemerintahan.

Dari berbagai permasalahan yang dapat diidentifikasi, maka untuk


pencapaian misi harus ditetapkan tujuan yang ingin dicapai untuk
mewujudkan Misi Rumah Sakit Paru Provinsi Jawa Barat, adapun
tujuan yang ingin dicapai tersebut yaitu :

1. Mewujudkan pelayanan kesehatan kepada masyarakat secara


Paripurna.
2. Mewujudkan tata kelola klinis yang baik.
3. Mewujudkan Fasilitas dan Sumber Daya Manusia Rumah Sakit
menjadi Pusat Pendidikan, Pelatihan, dan Penelitian
4. Mewujudkan sinergitas dengan instansi pemberi pelayanan
kesehatan (PPK) lain dalam rangka pencegahan dan pemberantasan
penyakit TB Paru.
5. Mewujudkan kesadaran masyarakat berprilaku hidup sehat dalam
memelihara kesehatan paru.

2. SASARAN
Untuk mencapai suatu tujuan secara terukur dan nyata dalam jangka
waktu tertentu dijabarkan dalam suatu sasaran. Sasaran yang ditentukan
menggambarkan hal yang ingin dicapai dalam 1 (satu) tahun melalui
tindakan-tindakan yang akan dilakukan untuk mencapai tujuan yang

20
akan datang, sehingga bersifat spesifik, terinci dapat diukur dan dapat
dicapai.

Adapun sasaran yang ingin dicapai sebagai berikut :

1. Terciptanya Pelayanan Kesehatan Paru dan saluran pernafasan


yang cepat, tepat dan akurat secara komperhensif meliputi promotif,
prefentif, kuratif dan Rehabilitatif
2. Terselenggaranya pelayanan kesehatan dengan baik bedasarkan
standar pelayanan yang tinggi dengan lingkungan kerja yang
memiliki profesionalisme tinggi.
3. Terwujudnya kualitas dan kuantitas Sumber Daya Rumah Sakit
dalam Mendukung mejadi pusat, pendidikan, pelatihan dan
penelitian.
4. Terciptanya kerjasama saling menguntungkan dengan Instansi
Pemberi Pelayanan Kesehatan (PPK) Kab/kotaSewilayah III Provinsi
Jawa Barat
5. Terciptanya kesadaran masyarakat untuk berprilaku hidup sehat
menjaga dan memelihara kesehatan paru.
3. STRATEGI
Untuk mewujudkan Visi dan Misi Rumah Sakit yang telah ditetapkan,
rencana strategis berfokus pada penguatan sumber daya baik sarana
maupun prasarana dan ketenagaan, rencama strategis yang akan
dilaksanakan merupakan kelanjutan dari renstra sebelumnya, yang mulai
di fokuskan pada peningkatan mutu, dan pengembangan pelayanan
untuk itu diperlukan suatu strategi dalam pencapaian target yang telah
ditetapkan meliputi :
Misi : Meningkatkan pelayanan kesehatan paru dan
Pertama saluran pernafasan, kedokteran klinis, dan
onkologi paru secara komprehensif, holistik, dan
bertaraf internasional.
Strategi : 1. Perluasan dan peningkatan pelayanan yang

21
bermutu.
2. Peningkatan Pelayanan menghadapi
perkembagan penyakit paru, yaitu : TBC-HIV,
MDR,XDR, Kanker Paru dan lain-lain
3. Terciptanya pelayanan kesehaan yang Cepat,
Tepat, dan Akurat.
4. Terlaksananya pelayanan kesehatan yang
berfokus kepentingan pasien dan berorientasi
kepada keselamatan pasien.
Misi : Menyediakan sarana dan prasarana tercanggih
kedua dan terlengkap disertai pengembangan sumber
daya manusia yang berkarakter, terampil dan
berdaya saing global dalam rangka mendukung
tata kelola klinis paru yang baik (good pulmonary
clinical governance).
Strategi : 1. Meningkatkan akses masyarakat terhadap
pelayanan kesehatan yang berkualitas.
2. Meningkatkan Pelayanan standar kualitas
nasional.
3. Meningkatkan mekanisme untuk menjamin
terselenggaranya pelayanan klinis yang
berkualitas.
4. Meningkatkan sistem-sistem yang secara
efektif dapat memantau paelayanan
kesehatan yang bermutu.
Misi : Menjadi pusat pendidikan, pelatihan dan
Ketiga penelitian serta pengembangan di bidang
kesehatan paru dan saluran pernafasan yang
terdepan.
Strategi : 1. Meningkatkan Kerjasama dengan institusi
pendidikan

22
2. Meningkatkan Sumber Daya Manusia yang
kompeten dan berkualitas sebagai pendidik
/klinik Instruktur (CI)
3. Meningkatkan sarana prasarana sebagai
pusat pendidikan, pelatihan dan penelitian.

Misi : Menjalin kemitraan strategis di bidang kesehatan


Keempat paru dan saluran pernafasan dengan institusi lain
baik dalam maupun luar negeri.

BAB V
STRUKTUR ORGANISASI
RUMAH SAKIT PARU PROVINSI JAWA BARAT

23
BAB V
STRUKTUR ORGANISASI HUMAS PEMASARAN
RUMAH SAKIT PARU PROVINSI JAWA BARAT

DIREKTUR

Ka.Sub Bagian Tata Usaha

Kasie penunjang medik

Bagian humas dan informasi

Anggota Anggota Anggota

24
BAB VI
URAIAN JABATAN HUMAS PEMASARAN
RUMAH SAKIT PARU PROVINSI JAWA BARAT

Bertanggung jawab kepada Kepala Sub Bagian Tata Usaha


Tugas Pokok :
1. Membantu Kepala Sub Bagian Tata Usaha merencanakan, menyusun kebijakan dan
prosedur di Unit Kerja Humas Pemasaran sesuai dengan kebijakan Rumah Sakit Paru
Provinsi Jawa Barat
2. Penanggung jawab humas dan pemasaran melaksanakan riset dan analisis pasar,
perumusan strategi pemasaran, sales, promosi dan riset pesaing (intelegen bisnis)
Rumah Sakit Paru Provinsi Jawa Barat.
3. Supervisor kegiatan pelanggan tetap, pasien dan keluarganya, karyawan dan dokter
organik serta dokter mitra dan para perujuk Rumah Sakit Paru Provinsi Jawa

Uraian Tugas :
1. Menyusun Rencana Anggaran Biaya (RAB) dan menuangkan dalam Program Kerja
Tahunan Unit Kerja Humas Pemasaran Rumah Sakit Paru Provinsi Jawa Barat
2. Mengidentifikasi masalah / kebutuhan yang timbul di Unit Kerja Humas &
Pemasaran.
3. Merencanakan pelasksanaan pemasaran melalui pelayanan pelanggan secara khusus
dan customer secara umum dengan metode dan media yang telah yang disediakan.
4. Menangani dan menindaklanjuti aspek aspek kepuasan pelanggan dengan unit kerja
lain yang terkait.
5. Mengkoordinir pemberian keringanan berobat dan mengkomunikasikan ke unit kerja
lain yang terkait
6. Melaksanakan kerjasama dengan instansi / perusahaan dalam bentuk sponsorship bagi
kegiatan Rumah Sakit baik yang interen maupun ekstern.
7. Mengelola umpan balik rujukan pasien dan menjalin kerjasama dengan perujuk untuk
meningkatkan cakupan pelayanan pasien rawat jalan maupun pasien rawat inap.

25
8. Mencari dan menindaklanjuti kerjasama layanan kesehatan secara berlangganan
dengan instansi/perusahaan lain.
9.
BAB VII

TATA HUBUNGAN KERJA HUMAS PEMASARAN


RUMAH SAKIT PARU PROVINSI JAWA BARAT

26

Anda mungkin juga menyukai