Nasrullah FST PDF
Nasrullah FST PDF
NASRULLOH
SKRIPSI
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Sains Pada
Program Studi Biologi Fakultas Sains dan Teknologi
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
NASRULLOH
104095003063
JAKARTA
2009 M / 1430 H
HIDROLISIS ASAM DAN ENZIMATIS PATI UBI JALAR
(Ipomoea batatas L) MENJADI GLUKOSA SEBAGAI SUBSTRAT
FERMENTASI ETANOL
SKRIPSI
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Sains Pada
Program Studi Biologi Fakultas Sains dan Teknologi
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
NASRULLOH
104095003063
Menyetujui :
Pembimbing 1, Pembimbing 2,
Mengetahui :
Ketua Program Studi
Skripsi berjudul Hidrolisis Asam dan Enzimatis Pati Ubi Jalar (Ipomoea Batatas
L) Menjadi Glukosa Sebagai Substrat Fermentasi Etanol yang ditulis oleh
Nasrulloh, NIM 104095003063 telah diuji dan dinyatakan lulus dalam sidang
Munaqosyah Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta pada tanggal .......Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu
syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Strata Satu (S1) Program Studi Biologi.
Menyetujui
Penguji 1, Penguji 2,
Pembimbing 1, Pembimbing 2,
Mengetahui :
DR. Syopiansyah Jaya Putra, M.Sis DR. Lily Surayya Eka Putri, M.Env.Stud
NIP. 150 317 956 NIP. 150 375 182
PERNYATAAN
Jakarta , 2009
Nasrulloh
104095003063
NASRULLOH Hidrolisis Asam dan Enzimatis Pati Ubi Jalar (Ipomoea batatas L) Jakarta
Menjadi Glukosa Sebagai Substrat Fermentasi Etanol 2009 M / 1430 H
ABSTRAK
Nasrulloh. Hirolisis Asam dan Enzimatis Pati Ubi Jalar (Ipomoea batatas L)
Menjadi Glukosa Sebagai Substrat Fermentasi Etanol. Pembimbing : DR.
Lily Surayya Eka Putri, M.Env.Stud dan Abdul Haris, M.Si.
Kata kunci : Ubi Jalar (Ipomoea batatas L), Pati, Hidrolisis, Gula Reduksi,
Fermentasi, Etanol
ABSTRACT
Key words : Sweet Potatoes (Ipomoea batatas L), Starch, Hydrolysis, Sugar
Reduction, Fermentation, Ethanol
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Allah swt. yang telah memberikan berbagai limpahan
nikmat kepada seluruh hamba-Nya. Shalawat dan salam dihaturkan kepada Nabi
Muhammad saw. yang telah memberikan dan membawa risalah Islam untuk
enzimatis pada pati ubi jalar (Ipomoea batatas L) menggunakan isolat Aspergillus flavus
UICC 372 dan Aspergillus niger UICC 371 merupakan tahap baru dan penting bagi
pengalaman dan bantuan dari berbagai pihak. Penulis ingin mengucapkan banyak
1. Ayahanda H. Rozin dan Ibunda Hj. Armanih serta kakak dan adik tercinta
2. Pembimbing I Ibu Lily Surayya Eka Putri, M.Env. Stud dan pembimbing II
Bapak Abdul Haris, M.Si yang telah memberi bimbingan dan arahan kepada
penulis.
3. Bapak DR. Syopiansyah Jaya Putra, M.Sis Dekan Fakultas Sains dan
Teknologi.
4. Ibu Megga Ratnasari Pikoli, M.Si sebagai penguji I dan Bapak Dede
Sukandar, M.Si sebagai penguji II pada seminar hasil penulis serta Ibu
5. Ibu Dra. Nani Radiastuti, M.Si sebagai penguji I dan Ibu Dasumiati, M.Si
vii
6. Para dosen Program Studi Biologi yang telah banyak memberikan ilmu dan
7. Ibu Dra. Sri Astuti, M.Si ketua kelompok bioteknologi Lemigas, Bpk. Firdaus,
S.Si. pembimbing lapangan penulis, Ibu Cut Nanda Sari, M.Si dan para
9. Para Asisten laboratorium terpadu UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan kakak
kelas kimia.
10. Teman-teman mahasiswa Program Studi Biologi angkatan 04, kakak kelas
dan adik kelasku yang selalu memberikan semangat dan doa kepada penulis.
11. Teman seperjuanganku, Sdr. Fachruroji dan Sdr. Fahmi Rizaldi yang selalu
berada di samping penulis saat sulit dan senang dalam penelitian serta semua
Semoga semua ilmu, doa, pengalaman dan bantuan yang telah diberikan
kepada penulis mendapat balasan dari-Nya. Penulis berharap semoga skripsi yang
Penulis
viii
DAFTAR ISI
Halaman
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ................................................................................. 1
1.2. Perumusan Masalah ......................................................................... 4
1.3. Hipotesis........................................................................................... 4
1.4. Tujuan .............................................................................................. 4
1.5. Manfaat ............................................................................................ 5
ix
3.3.12. Dehidrasi ............................................................................... 30
3.3.13. Analisis Kadar Etanol Metode Kromatografi Gas ................ 30
3.4. Analisis Data .................................................................................... 31
x
DAFTAR TABEL
Halaman
xi
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 9. Pengaruh Hidrolisis dan Jenis Isolat Terhadap Kadar Gula Reduksi 34
Gambar 11. Pengaruh Waktu Fermentasi Terhadap Kadar Etanol Berat Jenis .. 40
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 9. Tabel Konversi Berat Jenis Etanol Pada Suhu 150 C ..................... 54
Lampiran 10. Data Uji Statistik Gula Reduksi Hidrolisis Asam dan Enzimatis 55
Lampiran 17. Data Kromatogram Fermentasi Etanol 24, 48 dan 72 jam ........... 59
xiii
1
BAB I
PENDAHULUAN
mengimpor BBM.
Pertamina hanya 1,03 juta kiloliter per tahun sementara kebutuhan BBM nasional
sekitar 1,4 juta kiloliter per tahun. Keadaan ini mengakibatkan pemerintah harus
minyak dunia yang sangat tinggi, impor BBM sangat menguras devisa negara.
Salah satu sumber energi alternatif yang mengarah kepada tujuan tersebut adalah
komponen pati atau selulosa melalui proses biologi. Etanol dapat dibuat secara
1
2
sintesa kimia dengan proses hidrasi zat etilen, sedangkan secara biologi atau
dapat digunakan sebagai bahan baku bioetanol antara lain, bahan berpati, bergula
Salah satu sumber bahan berpati yang cukup potensial untuk pembuatan
bioetanol yaitu ubi jalar. Ubi jalar dapat dibudidayakan pada berbagai tempat,
yaitu di dataran rendah dan di dataran tinggi. Menurut badan penelitian dan
ton/ha (Hasyim dan Yusuf, 2008). Selain produktivitas yang cukup tinggi ubi jalar
mengandung pati yang berpotensi sebagai sumber bahan baku etanol karena
memiliki kandungan pati sebesar 22,4 %. Hal ini memungkinkan untuk dapat
digunakan sebagai bahan baku industri berbasis pati (Damarjati dan Widowati,
1994).
monomer glukosa, hidrolisis pati dapat dilakukan dengan katalis asam, kombinasi
asam dan enzim serta kombinasi enzim dengan enzim. Hidrolisis dengan katalis
berasal dari tanaman atau hewan karena mikroorganisme dapat berkembang biak
dengan cepat, pertumbuhannya relatif mudah diatur, enzim yang dihasilkan tinggi
sehingga ekonomis bila digunakan untuk industri. Selain itu, enzim yang berasal
dari mikroorganisme lebih stabil dibandingkan enzim sejenis yang berasal dari
3
tanaman atau hewan serta produksi enzim mikroorganisme biasanya lebih mudah
dengan prosedur yang lebih sederhana dibandingkan enzim dari tanaman atau
Menurut Sani et al, (1992) Aspergillus flavus merupakan kapang penghasil enzim
amilase pada subsrat pati ubi kayu. Aspergillus niger menghasilkan enzim
memecah polisakarida seperti pati pada ikatan 1,4 dan 1,6 dengan menghasilkan
Pambayun, 1996) menghidrolisis pati ubi jalar menjadi gula yang dapat
Menurut Yusak (2003) HCl 0,5 N volume 25 ml dengan waktu hidrolisis 2 jam
memberikan hasil yang terbaik pada pembuatan sirup glukosa dari pati ubi jalar.
dihasilkan dari proses fermentasi. Pada fermentasi perlu diketahui waktu terbaik
1. Apakah ada perbedaan hasil hidrolisis pati menjadi gula pereduksi dengan
HCl 0,5 N dengan isolat Aspergillus niger, HCl 0,5 N dengan isolat
1.3. Hipotesis
HCl 0,5 N dengan isolat Aspergillus niger, HCl 0,5 N dengan isolat
1.4. Tujuan
HCl 0,5 N dengan isolat Aspergillus niger, HCl 0,5 N dengan isolat
optimal.
5
1.5. Manfaat
optimal dan mengetahui waktu fermentasi yang menghasilkan kadar etanol yang
optimal.
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Sebagian besar ahli botani mengatakan bahwa tanaman ubi jalar berasal
utara Amerika Selatan dan Kepulauan Karibia. Tanaman ubi jalar merupakan
famili Convolvulacea dengan genus Ipomoea yang memiliki nama jenis Ipomoea
Ubi jalar termasuk tanaman kotiledon (biji berkeping dua) dan tanaman
semusim yang memiliki umbi, batang, daun, bunga dan biji (Rukmana, 1997).
Pertumbuhan tanaman ini seperti semak atau menjalar. Akar ubi jalar dapat
dibedakan menjadi dua tipe yaitu akar penyerap hara di dalam tanah yang disebut
akar sejati dan akar penyimpan energi hasil fotosintesis yang disebut ubi atau
Setiap tanaman ubi jalar biasanya memiliki 4-10 umbi. Bentuk umbi ada
yang bulat besar, lonjong kecil memanjang, atau bentuknya tidak beraturan.
Warna kulit umbi dari ungu-kemerahan, sampai kuning keputihan dan kuning
jingga. Daging umbi berpati dan bertekstur padat dengan warna daging umbi ada
yang putih, kuning, kuning-kemerahan, dan ungu. Umbi ubi jalar selalu bermata
6
7
t
tipe merambbat (menjalaar) antara 22-3 m. Warnna batang bbervariasi anntara hijau,
k
kuning samppai ungu. Taanaman berbbatang ungu rata-rata meenghasilkan umbi yang
l
lebih banyak
k dibandingk
kan yang berrwarna lain (Sarwono,
( 2005).
b
buku-buku b
batang. Pada ketiak dauun, tumbuh beberapa akkar yang siffatnya bisa
b
berubah men
njadi umbi. Daun ubi jaalar berbentuuk bulat, meenyerupai jaantung atau
s
seperti jari tangan
t yang bertopang ppada tangkaii yang tegakk. Tipe daun
n bervariasi
a
antara rata, berlekuk
b dan
ngkal dan menjari dengaan ujung dauun runcing attau tumpul.
W
Warna tangk
kai daun dann tulang dauun bervariasi antara hijaau sampai unngu, sesuai
w
warna batanngnya. Perm
mukaan daunn bagian ataas berwarnaa hijau tua, sedangkan
b
bagian bawaah berwarna hijau muda (Sarwono, 2005).
2
Tanaaman ubi jaalar jarang ssekali berbuunga tetapi pada kondisi tertentu,
t
tanaman inni dapat menghasilka
m an bunga. Proses peembungaan ubi jalar
m
membutuhka
an kelembabban agak renndah, terganntung varietaas. Bunga beerkarangan
3 kuntum
3-7 m yang tumb
buh di ketiaak daun. Maahkota bungga ubi jalar berbentuk
8
menyerupai terompet, panjang 3-5 cm dan berdiameter 3-4 cm. Warna bunga
putih, kemerahan atau ungu pada bagian pangkal dan putih atau merah jambu
Tanaman ubi jalar umumnya tidak berbuah, jika berbuah dan berbiji
biasanya biji sulit tumbuh ketika ditanam karena kulitnya terlalu keras. Waktu
yang diperlukan dari saat penyerbukan sampai berbuah masak sekitar 30 hari.
Buah ubi jalar berbentuk seperti kapsul, bagian dalamnya berkotak tiga berisi biji.
Biji matang berwarna hitam, berbentuk pipih dan berkulit keras. Bijinya tergolong
Ubi jalar termasuk tanaman tropis dan dapat tumbuh baik di daerah
subtropis. Ubi jalar dapat tumbuh baik serta memberikan hasil yang tinggi dengan
suhu maksimum 400 C dan suhu optimum adalah 21-270 C. Pertumbuhan ubi jalar
(Wargiono, 1980).
suhu rata-rata 270 C dan sebagian kecil ditanam di daerah pegunungan dengan
ketinggian sampai 1.700 m. Ubi jalar menghendaki tempat tumbuh yang terbuka
dengan suhu yang tidak banyak berbeda antara siang dan malam. Panjang hari
yang relatif sama, penyinaran 11-12 jam/ha. Ubi jalar termasuk tanaman pangan
kemarau (Wargiono, 1980). Ubi jalar mengandung karbohidrat yang cukup tinggi,
Komponen Jumlah
Air (gr) 70
Serat kasar (gr) 0,3
Kalori (kal) 113
Protein (gr) 2,3
Fe (mg) 1
Ca (mg) 46
Vitamin A (IU) 7100
Vitamin B1 (mg) 0,08
Vitamin B2 (mg) 0,05
Niacin (mg) 0,9
Vitamin C (mg) 20
2.2. Pati
Berbagai macam pati tidak sama sifatnya bergantung dari panjang rantai
karbonnya serta apakah lurus atau bercabang rantai molekulnya. Pati terdiri dari
dua fraksi yang dapat dipisahkan dengan air panas. Fraksi terlarut disebut amilosa
Pati terdapat dalam sel tanaman dalam bentuk partikel-partikel yang tidak
larut yang disebut granula. Penampakan mikroskopik dari granula pati seperti
bentuk, ukuran, keseragaman dan letak hilum (ditengah atau ditepi) berbeda-beda
untuk setiap jenis tanaman penghasil pati. Menurut Lin Jane et al, (1992 dalam
Ega, 2002) bahwa ukuran granula pati yang berasal dari biji-bijian lebih kecil dari
tanaman sumber pati lainnya, yaitu berkisar antara 3-20 m sedangkan yang
Kondisi tersebut salah satunya yang menyebabkan pati yang berasal dari biji-
10
bijian cenderung mempunyai suhu gelatinisasi yang rendah dan lebih mudah
Dalam air dingin pati tidak dapat larut, akan tetapi dalam air panas akan
membentuk larutan yang lebih kental. Butir-butir pati akan mengembang dan
mengabsorbsi air dalam jumlah besar apabila campuran antara pati dan air
dipanaskan. Air yang berdifusi dalam jumlah cukup besar akan mengakibatkan
gelatinasi membentuk gel sehingga akan lebih mudah dihidrolisis (Ega, 2002).
Amilosa terdiri dari 250-300 unit D-glukosa yang terikat dengan ikatan -
terdiri atas molekul D-glukosa yang sebagian besar mempunyai ikatan 1,4
gikosidik dan sebagian lagi ikatan 1,6 glikosidik. Adanya ikatan glikosidik ini
molekul amilosa karena terdiri dari 1000 unit glukosa. Pati dapat dihidrolisis
sempurna menjadi glukosa dengan menggunakan asam dan juga enzim (Poedjiadi
Proporsi pati relatif dari amilosa dan amilopektin berbeda-beda dari satu
jenis pati dengan pati lainnya. Pati alami biasanya mengandung amilopektin lebih
banyak dari pada amilosa. Butiran pati mengandung amilosa berkisar antara 15-30
2002). Menurut Damardjati dan Widowati (1994) ubi jalar mengandung pati 22,4
%.
12
Tabel 2. Komposisi kimia tepung ubi jalar (sumber : Widowati dkk, 2001)
Hidrolisis pati dapat dilakukan dengan cara hidrolisis dengan katalis asam,
kombinasi asam dengan enzim serta kombinasi enzim dengan enzim. Hidrolisis
pati dengan asam memerlukan suhu yang tinggi yaitu 120-1600 C. Asam akan
memecah molekul pati secara acak dan gula yang dihasilkan sebagian besar
adalah gula pereduksi. Pada tahap pertama hidrolisis dilakukan dengan katalis
asam sampai mencapai nilai derajat konversi sekitar 40-50 %. Hidrolisis dengan
kombinasi asam dan enzim akan mencapai nilai dekstrosa yang dikehendaki
Pada proses hidrolisis untuk pembuatan sirup glukosa terdiri dari 2 tahap,
yaitu dengan likuifikasi dan sakarifikasi. Likuifikasi adalah proses pencairan gel
pati dengan menggunakan enzim -amilase. Tujuan dari proses ini adalah untuk
(Judoamidjojo, 1990).
13
dalam proses karena tidak dipengaruhi oleh berbagai faktor, hidrolisis terjadi
secara acak dan waktu lebih cepat (Wirakartakusumah, 1981 dalam Ega, 2002).
Kelebihan hidrolisis dengan enzim yaitu reaksi hidrolisis yang terjadi dapat
beragam, kondisi proses yang digunakan tidak ekstrim, seperti suhu sedang dan
pH mendekati netral, tingkat konversi lebih tinggi, polutan lebih rendah dan reaksi
lingkungan enzim meliputi suhu, pH dan konsentrasi substrat maupun enzim dan
Karbohidrat ada yang bersifat gula pereduksi dan bukan gula pereduksi.
Sifat gula pereduksi ini disebabkan adanya gugus aldehid dan gugus keton yang
bebas, sehingga dapat mereduksi ion-ion logam seperti tembaga (Cu) dan perak
(Ag) dalam larutan basa. Dalam larutan Benedict yang terbuat dari campuran
CuSO4, NaOH dan Na sitrat, gula tersebut akan mereduksi Cu2+ yang berupa
Cu(OH)2 menjadi Cu+ sebagai CuOH selanjutnya menjadi Cu2O yang tidak larut,
berwarna kuning atau merah. Pada saat yang bersamaan gula pereduksi akan
Menurut Kay (1973 dalam Ega, 2002), melaporkan bahwa umbi ubi jalar
pereduksi berbentuk kristal padat yang larut di dalam air tetapi tidak larut di
dalam pelarut non polar. Glukosa merupakan monosakarida yang umum dijumpai
waktu 7 hari dan berwarna hijau kekuningan karena lebatnya konidiofor yang
terbentuk. Kepala konidia khas berbentuk bulat dan berwarna hijau kekuningan
hingga hijau tua kekuningan. Konidiofor berwarna hialin, kasar dan dapat
mencapai panjang 1 mm. Vesikula bulat hingga semibulat dengan fialid terbentuk
3,6 m dan berduri. Sklerotia sering kali dibentuk pada koloni yang baru,
bervariasi dalam ukuran dan berwarna coklat hingga hitam. Pertumbuhan koloni
enzim amilase. Enzim -amilase adalah enzim yang mampu merombak pati
bagian dalam molekul baik pada amilosa maupun amilopektin. Hasil hidrolisis -
hari dan terdiri dari suatu lapisan basal yang kompak berwarna putih hingga
kuning dan suatu lapisan konidiofor yang lebat berwarna coklat tua hingga hitam.
Kepala konidia berwarna hitam berbentuk bulat dan cenderung merekah pada
koloni yang sudah tua. Tangkai dari konidiofor berdinding halus, berwarna hialin,
tetapi dapat juga kecoklatan. Vesikula berbentuk bulat hingga semibulat dan
berdiameter 50-100 m. Koloni pada medium MEA lebih tipis tetapi bersporulasi
memecah polisakarida (pati, glikogen, dan lain-lain) pada ikatan 1,4 dan 1,6
dengan menghasilkan glukosa (Darwis dan Sukara 1990 dalam Kombong, 2004).
bidang pangan dan non pangan telah memberikan manfaat dan keuntungan bagi
manusia. Glukoamilase banyak digunakan dalam industri gula cair dan beer
(Frazier dan Westhoff, 1988 dalam Kombong, 2004). Pada penelitian tentang
aktivitas enzim glukoamilase terhadap pati kentang dan jagung diperoleh bahwa
enzim ini memiliki daya hidrolitik yang lebih optimal pada waktu fermentasi lima
hari dibandingkan satu, dua, tiga atau empat hari (Kombong, 2004).
pullulan. Enzim glukoamilase juga dapat menyerang ikatan -1,6 pada titik
percabangan, walaupun dengan laju yang lebih rendah. Hal ini berarti bahwa pati
ditanam dari substrat bekatul gandum secara perlahan-lahan terjadi selama periode
2 Saccharromyces cerrevisiae
2.7.
Sacccharomyces cerevisiae
c teermasuk fam
mili dari Sacccharomycetaales dengan
g
genus Sacchharomyces (Alexopouluus et al., 19986). Bentuuk sel kham
mir bundar,
l
lonjong, m
memanjang seperti beenang dan menghasiilkan psedoomiselium.
B
Berkembang
g biak seccara vegetattif dengan cara pengguncupan multilateral.
m
K
Konjugasi isogami atauu heterogam ndahului dann dapat terjadi setelah
mi dapat men
p
pembentuka
an askus. Seetiap askus dapat menggandung satuu hingga em
mpat spora
d
dengan berbbagai bentuk dengan sporra yang dapaat berkonjuggasi (Pelczarr and Chan,
1986). Kham
mir ini dappat tumbuh pada kisaraan pH 3-6 dan memiliiki interval
t
temperatur u
untuk metabolismenya cukup lebar. Temperatur maksimum sekitar 40-
5500 C dengan
n temperaturr minimum 00 C (Sudarm
madji dkk, 1989).
Sacccharomyces cerevisiae
c merupakan saalah satu khaamir yang telah dikenal
m
m
memiliki daaya konversii gula menjaadi etanol. Khamir
K ini memiliki
m enzzim zimase
d
dan invertase. Enzim invertase berfungsi
b seebagai pemeecah sukrossa menjadi
m
monosakarid
da (glukosa dan fruktoosa). Enzim zimase akaan mengubaah glukosa
m
menjadi etan
nol (Judoamidjojo et al.,, 1989).
18
bersifat aerob. Pada kondisi anaerob proses fermentasi berjalan lebih aktif
kecepatan fermentasi menurun dan sebaliknya proses respirasi menjadi lebih aktif.
2. Suhu yang baik untuk fermentasi adalah dibawah 300 C. Semakin rendah
suhu fermentasi, maka semakin tinggi kadar etanol yang dihasilkan. Hal
ini dikarenakan pada suhu rendah CO2 lebih sedikit yang dihasilkan.
menurunkan pH. Pada pH 3,5 atau sedikit lebih rendah fermentasi masih
Produksi etanol dari substrat berpati secara garis besar terbagi atas tiga
etanol terjadi pada kondisi anaerob dengan menggunakan khamir tertentu yang
Pathway. Dari 1 molekul glukosa akan terbentuk 2 molekul etanol dan CO2,
gula dan alkohol tinggi serta kondisi selama fermentasi (Watson, 1985 dalam
Astuty, 1991).
21
Salah satu spesies khamir yang telah dikenal mempunyai daya konversi
2.9. Bioetanol
Menurut Prihandana dkk, (2007) bioetanol adalah etanol yang dibuat dari
biomassa yang mengandung komponen pati atau selulosa melalui proses biologi.
Etanol merupakan kependekan dari etil alkohol (C2H5OH) atau disebut juga
22
sebagai alkohol. Bentuk etanol berupa cairan yang tidak berwarna dan mempunyai
aroma yang khas. Berat jenisnya pada 150 C adalah sebesar 0,7937 dengan titik
didihnya 78,320 C pada tekanan 766 mmHg. Sifatnya yang lain adalah larut dalam
air dan eter serta mempunyai panas pembakaran 328 kkal (Judoamidjojo, 1990).
oktan yang tinggi yaitu sebesar 96-113, bersifat ramah lingkungan karena gas
seperti karbon monoksida, nitrogen oksida dan gas rumah kaca serta bioetanol
komponen yang akan dipisahkan terdistribusi diantara dua fase yaitu fase diam
dan fase gerak. Sebagai fase diam dapat digunakan zat cair atau zat padat
sedangkan fase geraknya dapat berupa gas atau zat cair (Hendayana dkk, 2000).
kolom gelas non polar metil silikon. Gas pembawa helium kemudian mengangkut
oleh detektor nyala pengion dan sinyal detektor diolah oleh suatu sistem akuisisi
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian menggunakan bahan antara lain umbi ubi jalar (Ipomoea batatas
Collection) 372 dan Aspergillus niger UICC 371, HCl (asam klorida), akuades,
medium PDA dan PDB, alkohol, pereaksi Nelson Somogyi, pereaksi Anthrone,
Alat yang digunakan antara lain fermentor (erlenmeyer 500 ml), shaker,
gelas piala, labu ukur, labu didih, gelas ukur, tabung reaksi, cawan petri, jarum
250 dan 500 ml, vakum RS-8, filter zneitz, destilator, autoklaf, piknometer,
Packard.
24
25
Media PDA dibuat dari umbi kentang yang dibersihkan. Umbi kentang
ditimbang 150 gr dan dipotong dadu kemudian direbus dengan 300 ml air. Setelah
direbus, kentang disaring dan ditambahkan akuades hingga 500 ml. Larutan
homogen. Larutan disterilisasi dengan autoklaf pada tekanan 1 atm, suhu 1210 C
PDB dengan mengambil 1 ose. Media tersebut diinkubasi pada suhu ruang dan
diagitasi 120 rpm, untuk pertumbuhan khamir setiap 4 jam sekali dihitung jumlah
mengandung spora isolat kapang berumur 7 hari yang telah diremajakan. Spora
diluruhkan dengan ose dan dihitung jumlah spora dengan hemasitometer, suspensi
Pati ubi jalar dibuat dari 1000 gr umbi yang sudah tua dan bagus. Umbi
dibersihkan dan dikupas kulitnya. Umbi ubi jalar kemudian dicuci, dikeringkan
dan diparut atau dihaluskan. Umbi hasil parutan ditambahkan air dengan
Endapan hasil saringan dibiarkan mengendap dalam wadah selama 24 jam. Air
hasil endapan dibuang dan filtrat pati dipanaskan hingga kering di dalam oven.
Larutan pati dibuat dengan menimbang 12,5 gr pati ubi jalar (Ipomoae
1150 C selama 1 jam pada tekanan 1 atm. Larutan diangkat, didinginkan dan
dinetralisasi dengan Na2CO3 10 %. Kadar gula reduksi dan gula total dianalisis
dan kombinasi keduanya. Hidrolisis dilakukan pada suhu ruang selama 72 jam
dengan agitasi 120 rpm. Larutan hasil hidrolisis dianalisis gula reduksinya.
Larutan hidrolisis dengan kadar gula pereduksi tertinggi dianalisis pula kadar gula
totalnya.
dalam 100 ml akuades (100 ppm). Dari larutan glukosa standar tersebut dilakukan
5 pengenceran sehingga diperoleh larutan glukosa dengan konsentrasi 20, 40, 60,
80 dan 100 ppm. 5 tabung reaksi disiapkan dan masing-masing diisi dengan 1 ml
larutan glukosa standar tersebut dan disiapkan 1 tabung yang berisi akuades
dipanaskan semua tabung pada penangas air mendidih selama 20 menit. Semua
tabung diambil dan didinginkan dalam gelas piala yang berisi air. Tabung yang
endapan Cu2O yang ada larut kembali. Setelah semua endapan Cu2O larut
larutan dihitung OD (optical density) pada panjang gelombang 540 nm. Kurva
28
glukosa.
sampel yang telah diencerkan ke dalam tabung reaksi. Kemudian sampel tersebut
dkk, 1997).
Pembuatan kurva standar gula total dilakukan dengan cara menimbang 0,2
gr glukosa standar yang dilarutkan dengan akuades hingga 100 ml (2000 ppm).
80, 120, 160, dan 200 ppm. Selain itu dibuat juga larutan blanko dari akuades.
ditutup dan dicampur dengan merata. Larutan dipanaskan dalam penangas air
mendidih selama 12 menit. Setelah itu larutan diangkat dan didinginkan dalam
gelas piala yang berisi air. Nilai absorbansi dihitung pada panjang gelombang 630
sampel yang telah diencerkan ke dalam tabung reaksi dan dilakukan dengan cara
yang sama seperti pada pembuatan kurva standar dan ditentukan konsentrasi gula
tertinggi hasil hidrolisis asam dan enzim difiltrasi dan ditambahkan 1 % (b/v)
pepton dan 4 % (b/v) ammonium sulfat sebagai nutrisi (Holila, 2007). Setelah itu,
ruang secara anaerob selama 72 jam. Hasil fermentasi dianalisis kadar etanolnya
pada jam ke 24, 48 dan 72 jam untuk masing-masing fermentor yang berbeda.
3.3.10. Distilasi
didihkan pada rentang suhu 78-1000 C. Cairan hasil distilasi ditampung dan
didinginkan pada suhu 150 C dan ditimbang. Lakukan hal yang sama pada sampel
Tjandrawati, 2005).
Berat jenis yang terukur dikonversikan pada tabel konversi berat jenis
3.3.12. Dehidrasi
Kondisi operasi kromatografi gas FID yang digunakan dalam penelitian ini
Injektor
Temperatur : 3000 C
Detektor
Tipe : FID
Temperatur : 3000 C
metanol 0,1 % dan n-heptan 3,9 %. Larutan dibuat sebanyak 1 ml. Kurva standar
dan larutan sampel diinjeksikan ke dalam kolom sebanyak 0,1-0,5 l pada kondisi
Data hasil percobaan hidrolisis pati ubi jalar dianalisis dengan Rancangan
Acak Lengkap satu arah dengan satu perlakuan yaitu metode hidrolisis dengan 3
Aspergillus niger.
H0 : tidak ada perbedaan hasil hidrolisis pati menjadi gula pereduksi dengan
kombinasi keduanya.
kombinasi keduanya.
Pada data hasil fermentasi etanol dianalisis pula dengan Rancangan Acak
Lengkap satu arah dengan satu perlakuan yaitu waktu fermentasi (24, 48, dan 72
jam) dengan 3 kali ulangan. Nilai signifikasi ditentukan pada taraf 5 %. Nilai
Pada data statistik hasil hidrolisis asam dan enzim serta data hasil
fermentasi dilakukan uji lanjut Duncan pada taraf 5 % bila terdapat perbedaan
BAB IV
Pati ubi jalar yang dibuat dari umbi ubi jalar (Ipomoea batatas L)
merupakan salah satu substrat yang dapat digunakan dalam pembuatan etanol
selain substrat bergula dan berselulosa. Umbi ubi jalar (Ipomoea batatas L)
sebanyak 1000 gr menghasilkan pati 140 gr. Pati yang dihasilkan bertekstur
dapat dilakukan dengan katalis asam, kombinasi asam dan enzim serta kombinasi
asam dan enzimatis terdapat perbedaan. Kadar gula pereduksi hasil hidrolisis
33
34
asam menggunakan HCl 0,5 N sebesar 6,20 % sedangkan kadar gula pereduksi
hasil hidrolisis asam HCl 0,5 N dan enzimatis dengan menggunakan isolat
14%
12%
persentase kadar
10%
gula pereduksi
8%
6%
4%
2%
0%
Asam Asam dan Asam dan Asam dan
Aspergillus Aspergillus kombinasi
flavus niger kedua isolat
hidrolisis
Gambar 9. Pengaruh hidrolisis dan jenis isolat terhadap kadar gula pereduksi
reaksi hidrolisis yang terjadi dapat beragam, tingkat konversi lebih tinggi dan
karbon -1,4 dan -1,6 pada titik percabangan. Peningkatan kadar gula pereduksi
molekul pati oleh enzim amilolitik dari isolat A. flavus dan A. niger.
12,61 %, kemudian A. flavus sebesar 9,04 % dan terakhir kombinasi kedua isolat
sebesar 8,30 %. Tingginya kadar gula pereduksi yang dihasilkan dengan isolat A.
35
niger dikarenakan produktivitas enzim ekstraseluler dari isolat ini yaitu -amilase
terus mengalami peningkatan selama periode 72 jam pada suhu perlakuan (suhu
ruang). Hal ini sesuai dengan penelitian Nandakumar et al, (1994 dalam
dari isolat A. niger yang ditanam dari substrat bekatul gandum secara perlahan-
isolat ini mungkin pula menghasilkan enzim amilolitik lain yaitu enzim
glukoamilase (Darwis dan Sukara, 1990 dalam Kombong, 2004). Enzim ini dapat
memecah polisakarida seperti pati pada ikatan karbon -1,4 dan -1,6 dengan
menghasilkan glukosa. Menurut Kosaic et al, (1983 dalam Astuty, 1991) A. niger
proses sakarifikasi dari pati (Svenby et al., 1981 & Chua et al., 1984 dalam
Astuty, 1991).
tingginya kadar gula pereduksi hasil hidrolisis asam dan enzim. Sinergisme antara
bagian permukaan granula setelah itu bagian dalam dihidrolisis oleh enzim -
dalam Pambayun, 1996). Sinergisme kerja enzim ini mungkin hanya terjadi pada
pada hidrolisis enzimatis dengan kombinasi kedua isolat yaitu sebesar 8,30 %. Hal
ini terjadi karena adanya persaingan mendapatkan nutrisi pada kedua isolat untuk
metabolisme isolat sehingga hasil gula pereduksi dari kombinasi isolat tersebut
akan menurun.
Pada hidrolisis asam dan enzimatis dengan isolat A. flavus kadar gula
kadar gula pereduksi yang dihasilkan masih rendah. Hal ini mungkin dikarenakan
menjadi gula dari isolat A. flavus kurang optimal dibandingkan enzim -amilase
dikarenakan enzim glukoamilase tidak hanya dapat memutus ikatan -1,4 tetapi
dan enzim dari isolat yang berbeda menunjukkan bahwa nilai signifikasi (P<0,05)
atau terdapat perbedaan yang nyata terhadap kadar gula pereduksi yang
dihasilkan. Pada uji lanjut Duncan juga diketahui bahwa setiap perlakuan berbeda
37
nyata dimana perlakuan pada hidrolisis dengan menggunakan isolat dari A. niger
Hidrolisis pati ubi jalar (Ipomoea batatas L) pada percobaan ini terdiri atas
hidrolisis asam dan hidrolisis pati dengan asam dan enzim. Hidrolisis asam
berlangsung pada suhu tinggi dan sebagai katalis yaitu asam klorida dengan
konsentrasi rendah yaitu 0,5 N. Asam akan memecah molekul pati secara acak
dan menghasilkan sakarida berantai pendek (Whistler et al., 1982, dalam Ega,
2002). Pada hidrolisis asam dan enzim, hasil hidrolisis asam kemudian dihidrolisis
klorida 0,5 N volume 25 ml menghasilkan kadar gula total sebesar 72.027,95 ppm
atau 7,20 %. Kadar gula total hasil hidrolisis asam lebih rendah dibandingkan
kadar gula total hidrolisis asam dan enzim. Kadar gula total hidrolisis asam dan
Peningkatan kadar gula total pada hidrolisis asam dan enzim disebabkan
terjadinya proses degradasi berkelanjutan dari molekul pati dengan bantuan enzim
yang berasal dari isolat A. niger. Enzim amilolitik yang dihasilkan dari isolat A.
niger yaitu -amilase dan glukoamilase yang berperan dalam pemecahan molekul
bagian dalam molekul baik pada amilosa maupun amilopektin. Hasil hidrolisis -
38
pullulan. Enzim glukoamilase juga dapat menyerang ikatan -1,6 pada titik
percabangan, walaupun dengan laju yang lebih rendah. Hal ini berarti bahwa pati
gula pereduksi tertinggi yaitu sebesar 12,61 %. Enzim invertase dan zimase yang
dihasilkan oleh khamir S. cerevisiae akan merubah gula pereduksi menjadi etanol
terbaik dilakukan pada fase log pertumbuhannya yaitu jam ke-10 (Gambar 10).
39
14
12
10
logjumlahsel/ml
8
0
0 4 8 12 16 20 24 28
waktufermentasi(jam)
Kadar etanol yang dihasilkan dari fermentasi oleh khamir diukur melalui
metode berat jenis dan juga kromatografi gas untuk mengetahui tingkat
kemurniannya.
etanol yang dihasilkan hanya sebesar 12,12 % dari medium fermentasi. Kadar
etanol yang terukur dengan perlakuan waktu fermentasi menunjukkan hasil yang
berbeda. Kadar etanol tertinggi diperoleh pada waktu fermentasi 72 jam sebesar
14 % (gambar 11).
40
18%
15%
kadar etanol
persentase
12%
9%
6%
3%
0%
24 48 72
waktu fermentasi (jam)
Gambar 11. Pengaruh waktu fermentasi terhadap kadar etanol berat jenis
Kadar etanol yang cukup tinggi pada fermentasi 72 jam karena aktivitas
sempurna dan baik. Menurut Reed et al, (1982 dalam Jusfah, 1989) bahwa kadar
etanol yang baik akan dihasilkan pada waktu fermentasi 50 jam sampai 72 jam
pada suhu 25-300 C. Kadar gula pereduksi sebesar 12,61 % pada fermentasi dan
suhu ruang bagi khamir cukup optimal untuk menghasilkan etanol, menurut
Frazier dan Westhoff (1978 dalam Sudarmadji dkk, 1989) bahwa kadar gula yang
optimum untuk fermentasi antara 10-18 % dengan suhu optimum antara 25-300 C.
Kadar etanol terendah diperoleh pada waktu fermentasi 48 jam yaitu 3.33
glukosa hasil hidrolisis. Pada waktu fermentasi 48-72 jam proses pembentukan
jam jauh lebih tinggi dari kadar etanol fermentasi 24 dan 48 jam. Menurut
Presscolt dan Dunns (1959 dalam Jusfah, 1989) bahwa pada awal fermentasi
memperbanyak diri. Kadar etanol tertinggi pada waktu fermentasi 72 jam juga
substrat kulit ubi kayu sebesar 6,33 %. Begitu pula dengan penelitian Jusfah
Hasil uji statistik dengan perlakuan waktu fermentasi 24, 48 dan 72 jam
menunjukkan bahwa nilai signifikasi (P<0,05) atau terdapat perbedaan yang nyata
terhadap kadar etanol yang dihasilkan. Pada uji lanjut Duncan diketahui pula
bantuan kapur tohor. Hasil dehidrasi ini hanya menghasilkan 1-2 ml destilat dari
60 ml destilat pada setiap perlakuan waktu fermentasi yang berbeda. Pada analisis
50
45
40
persentase
30
25
20
15
10
5
0
24 48 72
Gambar 12. Pengaruh waktu fermentasi terhadap kadar etanol kromatografi gas
Kadar etanol yang dihasilkan pada waktu fermentasi 24 jam hanya sebesar
0,08 %. Pada waktu fermentasi 48 jam sebesar 25,07 % dan fermentasi 72 jam
sebesar 46,17 %. Kadar etanol yang tinggi pada waktu fermentasi 72 jam mungkin
fermentasi 24 dan 48 jam belum sempurna karena pada awal fermentasi tersebut
khamir baru mulai memanfaatkan glukosa hasil hidrolisis untuk tumbuh dan
memperbanyak diri (Presscolt dan Dunns, 1959 dalam Jusfah, 1989). Kadar
etanol hasil kromatografi gas lebih tinggi dan murni dibandingkan kadar etanol
berat jenis dikarenakan proses dehidrasi yang dapat mengikat molekul air.
43
BAB V
5.1. Kesimpulan
pada pati ubi jalar (Ipomoea batatas L) menggunakan isolat Aspergillus flavus
asam dan enzim dengan isolat dari Aspergillus niger sebesar 12,61 %.
5.2. Saran
Pada tahap distilasi etanol perlu menggunakan alat distilasi yang lebih baik
43
44
DAFTAR PUSTAKA
Astuty, E.D. 1991. Fermentasi alkohol kulit buah pisang (Musa sapientum Lamb)
dengan berbagai jenis inokulum. Tesis : Universitas Gadjah Mada.
Yogyakarta.
Damardjati, D.S dan S. Widowati. 1994. Pemanfaatan ubi jalar dalam program
diversifikasi guna mensukseskan swasenbada pangan. Balai Penelitian
Tanaman Pangan. Bul. 3 : 1-25.
Ega, L. 2002. Kajian sifat fisik dan kimia serta pola hidrolisis pati ubi jalar jenis
unggul secara enzimatis dan asam. Tesis : Program Pascasarjana Institut
Pertanian Bogor. Bogor.
Fessenden R.J and J.S. Fessenden, 1991. Kimia Organik Jilid I. Terj. dari Organic
Chemistry. S. Maun, K. Anas, T.S. Sally. Erlangga. Jakarta.
Hadi, P.U., A. Djulin, A.K. Zakaria, V. Darwis & J. Situmorang. 2006. Prospek
pengembangan sumber energi alternatif (biofuel) : fokus pada jarak pagar.
Seminar Hasil Penelitian Tugas Akhir : Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan
Kebijakan Pertanian Badan penelitian dan Pengembangan Pertanian
Departemen Pertanian. Bogor.
44
45
Hasyim, A dan M. Yusuf. 2008. Diversifikasi Produk Ubi Jalar Sebagai Bahan
Pangan Substitusi Beras. http://www.litbang.deptan.co.id, 18 Agustus
2009, pkl. 16.50 WIB.
Hendayana, S., Maekinnu, S.S. Adji. 2000. Kimia Analitik. Universitas terbuka.
Jakarta.
Holila, D. 2007. Konversi pati ganyong (canna edulis ker.) menjadi bioetanol
melalui hidrolisis asam dan fermentasi. Skripsi : Program Studi Kimia
Universitas Islam Negeri syarif Hidayatullah Jakarta. Jakarta.
Kombong, H. 2004. Evaluasi daya hidrolitik enzim glukoamilase dari filtrat kultur
Aspergillus niger. FMIPA Unhalu kendari. Jurnal Ilmu Dasar. 5(1):16-20.
Melliawati, R., R.S. Suherman, B. Subardjo. 2006. Pengkajian kapang endofit dari
taman nasional gunung halimun sebagai penghasil glukoamilase. Jurnal
Berkala Penelitian Hayati. 12 (2006) : 1925.
Mohamad, E dan H. Hasan. 2008. Pemanfaatan kulit ubi kayu untuk pembuatan
alkohol dengan cara fermentasi. Laporan Penelitian. Jurusan Kimia
Fakultas Matematika dan IPA. Universitas Negeri Gorontalo.
Pambayun, R. 1996. Fermentasi etanol pada ubi talas liar (Colocasia esculenta (L)
Schott) tanpa pemanasan oleh S. fibuligera FNCC 3027 & S. cerevisiae
FNCC 3004. Tesis : Program Pascasarjana Universitas Gadjah Mada .
Yogyakarta.
46
Pelczar, M.J and E.C.S Chan. 1986. Dasar-dasar Mikrobiologi. Terj. dari
Elements of Microbiology, R.S. Hadioetomo, T. Imas, S.S. Tjitrosomo,
S.L. Angka. UI-Press. Jakarta.
Rukmana, R. 1997. Ubi Jalar Budi Daya dan Pasca Panen. Kanisius.
Yogyakarta.
Sani, A., Awe F.A, and Akinyanju, J.A. 1992. Amylase synthesis in Aspergillus
flavus and Aspergillus niger grown on cassava peel. Journal of Industrial
Microbiology. 10 (1992) : 55-59.
Sarwono, B. 2005. Ubi Jalar Cara Budidaya Yang Tepat, Efisien dan Ekonomis.
Penebar Swadaya. Jakarta.
Sudarmadji, S., B. Haryono & Suhardi. 1997. Prosedur Analisis Untuk Bahan
Makanan dan Pertanian. Liberty. Yogyakarta.
Wargiono, J. 1980. Ubi Jalar dan Cara Bercocok Tanamnya. Lembaga Pusat
Penelitian Bogor. Bogor.
Yusak, Y. 2003. Pengaruh variasi volume HCl 0,5 N dan waktu hidrolisa terhadap
mutu sirup pada pembuatan sirup glukosa dari pati ubi jalar (Ipomoea
batatas L, Sin batatas edulis choisy). FMIPA-USU Medan. Jurnal Sains
Kimia. 7 (2) : 69-73.
.
47
hidrolisis asam
HCl 0,5 N 25 ml
hidrolisis enzim
dengan isolat kapang
substrat fermentasi
inokulasi khamir
Saccharomyces cerevisiae
distilasi
Waktu
inkubasi Absorbansi log jumlah sel/ml
(jam)
0 0,002 4,00
4 0,002 4,61
8 0,021 5,78
12 0,688 8,04
16 1,471 9,91
20 1,59 11,03
24 1,679 12,32
28 1,688 12,40
49
Rochelle, 10 gram Natrium bikarbonat dan 100 gr Natrium sulfat dalam 350 ml
Pereaksi Nelson Somogyi dibuat dengan cara mencampur 25 bagian Nelson A dan
molybdat dalam 450 ml air suling dan ditambahkan 25 ml asam sulfat pekat.
kemudian larutan ini dituang ke dalam larutan pertama. Simpan dalam botol
warna coklat dan diinkubasi pada suhu 37 0C selama 24 jam. Larutan ini berwarna
0,8
0,7
0,6
Absorbansi(A)
0,5
0,4
0,3 y=0,0064x+0,0871
0,2 2
R =0,9925
0,1
0
0 20 40 60 80 100 120
Konsentrasi(ppm)
51
1,6
1,4
1,2
Absorbansi(A)
1
0,8
0,6 y=0,0061x+0,1989
0,4
2
R =0,9512
0,2
0
0 50 100 150 200 250
Konsntrasi(ppm)
52
Rata-rata
Konsentrasi Kadar gula
Sampel Absorbansi kadar gula
(ppm) pereduksi (b/v)
pereduksi (b/v)
0,501 64464,17 6,44 %
A 0,450 65242,10 6,52 % 6,20 %
0,506 56520,25 5,65 %
0,750 103249,22 10,32 %
AF 0,574 75834,89 7,58 % 9,04 %
0,680 92345,79 9,23 %
0,984 139697,82 13,96 %
AN 0,872 122252,34 12,22 % 12,61 %
0,836 116644,86 11,66 %
0,678 92034,27 9,20 %
AC 0,698 95149,53 9,51 % 8,30 %
0,486 62127,73 6,21 %
Keterangan :
A = hidrolisis asam HCl 0,5 N 25 ml
AF = hidrolisis asam HCl 0,5 N 25 ml + isolat Aspergilus flavus
AN = hidrolisis asam HCl 0,5 N 25 ml + isolat Aspergillus niger
AC = hidrolisis asam HCl 0,5 N 25 ml + kombinasi kedua isolat
53
Waktu
Berat cairan Rata-rata
fermentasi Berat jenis etanol Kadar etanol
destilat kadar etanol
(jam)
9,9688 0,99260 4%
24 9,9664 0,99236 4% 3,66 %
9,7979 0,99433 3%
9,8014 0,99469 3%
48 9,8067 0,99523 3% 3,33 %
9,7819 0,99271 4%
9,7837 0,97317 18 %
72 9,8738 0,98314 10 % 14 %
9,6564 0,97797 14 %
54
Lampiran 9. Tabel Konversi Berat Jenis Etanol Pada Suhu 150 C (sumber : America Institute of Physics Handbook, 1957)
% etanol BJ etanol % etanol BJ etanol % etanol BJ etanol % etanol BJ etanol % etanol BJ etanol
0 0,99913 24 0,96558 48 0,92211 72 0,86710 96 0,80566
1 725 25 424 49 0,91995 73 470 97 274
2 542 26 287 50 776 74 229 98 0,79975
3 365 27 144 51 555 75 0,85988 99 670
4 195 28 0,95996 52 333 76 747 100 360
5 032 29 844 53 110 77 505
6 0,98877 30 686 54 0,90885 78 262
7 729 31 524 55 659 79 018
8 584 32 357 56 433 80 0,84772
9 442 33 186 57 207 81 525
10 304 34 011 58 0,89980 82 277
11 171 35 0,94832 59 752 83 028
12 041 36 650 60 523 84 0,83777
13 0,97914 37 464 61 293 85 525
14 790 38 273 62 062 86 271
15 669 39 079 63 0,88830 87 014
16 552 40 0,93882 64 597 88 0,82754
17 433 41 682 65 364 89 492
18 313 42 478 66 130 90 227
19 191 43 271 67 0,87895 91 0,81959
20 068 44 062 68 660 92 688
21 0,96944 45 0,92852 69 424 93 413
22 818 46 640 70 187 94 134
23 689 47 426 71 0,86949 95 0,80852
55
ANOVA
Gula pereduksi
Derajat Jumlah Rata F Sig
bebas kuadrat tengah
Perlakuan 64,060 3 21,353 12,390 0,002
Galat 13,788 8 1,723
]Total 77,847 11
Kesimpulan :
Subset
hidrolisis N
1 2 3
asam 3 6,2033a
kombinasi 3 8,3067a 8,3067b
A.flavus 3 9,0433b
A.niger 3 12,6133c
Sig. 0,085 0,511 1,000
Keterangan : huruf kecil a,b dan c menunjukkan adanya perbedaan.
56
ANOVA
Kadar etanol
Derajat Jumlah Rata F Sig
bebas kuadrat tengah
Perlakuan 220,667 2 110,333 19,860 0,002
Galat 33,333 6 5,556
]Total 254,000 8
Kesimpulan :
Waktu Subset
N
fermentasi 1 2
a
24 jam 3 3,6667
48 jam 3 3,3333a
72 jam 3 14,000b
Sig. 0,868 1,000
Keterangan : huruf kecil a dan b menunjukkan adanya perbedaan.
57
= 0,4964758 x 93 %