Anda di halaman 1dari 54

PENYEBARAN PENYAKIT

OLEH MIKROORGANISME
MELALUI AIR
Wabah kolera di London 1854.
John Snow melaporkan
bahwa terdapat hubungan antara air
dan transmisi penyakit yang
ditimbulkan oleh bakteri sebagai
penyebab wabah.
Penduduk yang terjangkit
wabah meminum air dari sumur
tercemar saluran pembuangan air
kotor
SUMBER PENCEMAR AIR
SUMBER DOMESTIK
Pencemar yang dihasilkan oleh kegiatan manusia sehari-hari
secara langsung
Contoh: Limbah rumah tangga, perkampungan, pasar.

SUMBER NON DOMESTIK


Pencemar yang dihasilkan oleh kegiatan manusia sehari-hari
secara tidak langsung
Contoh : sampah industri, sampah pertanian, sampah
peternakan, tansportasi.
MEKANISME PENYEBARAN PENYAKIT MELALUI AIR
Waterborne mechanism
Manusia meminum/ mengkonsumsi air yang telah tercemar oleh patogen
penyebab penyakit.
Contoh: Tiphoid, cholera, disentri dan penyakit diare lainnya
Water-washed mechanism
Rendahnya kebersihan personal dan kontak badan dengan air tercemar.
Contoh: scabies, trachoma, flea, lice, thick-borne disesase
Water-based mechanism
Disebabkan oleh parasit organisme intermediate yang hidup di air
Contoh: dracunculiasis, schistosomiasis
Water-related mechanism
Disebabkan oleh veketor serangga yang berkembang di air
Contoh: demam berdarah, malaria, trypanosimiasis, filariasis, yellow fever
WATERBORNE DISEASE
1. CHOLERA
Disebabkan oleh Vibrio cholera (bakteri gram
negatif, berbentuk comma, memiliki single polar
flagellum)
Menyebabkan diare, kehilangan cairan, muntah,
penurunan tekanan darah, suhu tidak normal dan
kolaps dalam 48 jam tanpa pengobatan.
Bakteri menghasilkan racun cholera (enterotoxin)
yang bereaksi pada lapisan epitel usus halus.
Sejumlah besar vibrio non kolera dapat ditemukan
di air. Berbeda dengan V. cholera, vibrio non
kolera yang kekurangan antigen O1 somatik
dikenal dengan non-agglutinating vibrios (NAG).
VIBRIO CHOLERA

Gram-negative
Curved rod
0.5-0.8 m width
1.4-2.6 m length
Facultative anaerobe
Single polar flagellum
Chemoorganotroph
Optimal growth 20-30 degrees
WATERBORNE DISEASE
2. Salmonellosis
Disebabkan oleh bakteri Salmonella (bakateri gram negatif,
bersifat motil, memfermentasi laktosa, berbentuk batang
dan termasuk family Enterobacteriaceae).
Salmonela berimplikasi pada penyakit skala luas termasuk
sakit perut dan demam tipes (terutama Salmonella typhi
dan Salmonella paratyphi), infeksi endovascular, focal
infections (e.g., osteomyelitis), dan enterocolitis (terutama
Salmonella typhimurium, Salmonella enteritidis, dan
Salmonella heidelberg)
Penjangkitan penyakit
biasanya terjadi melalui
konsumsi pangan dan air yang
telah terkontaminasi.
S. typhi dan spesies lainnya
terutama strain berbahaya
menginvasi jaringan lebih
dalam melalui saluran limfatik
dan saluran pembuluh darah
WATERBORNE DISEASE
3. Cryptosporidiosis
Disebabkan oleh Sporozoa protozoa
jenis Cryptosporidium parvum
Ditandai dengan kram perut, demam,
diare, dehidrasi dan demam rendah
selama 1-2 minggu pada orang sehat.
Pada orang dengan gangguan
kekebalan tubuh akan menimbulkan
kelemahan, diare 20 l/hari dan
kelelahan.
Siklus hidup Cryptosporidium parvum (Note the oocysts whose thick walls shield them from
disinfectants) (From http://www.dpd.cdc.gov/dpdx/html/frames/A-/Cryptosporidiosis/
body_Cryptosporidiosis_life_cycle_lrg.htm; Credit: Center for Disease Control [CDC])
Penjangkitan penyakit disebabkan air minum yang
telah tercemar oleh feses orang atau hewan yang
terinfeksi oleh cryptosporidium
Bentuk oocytes dari Cryptosporidium parvum resisten
terhadap konsentrasi klor yang biasa digunakan pada
pengolahan air. Lapisan dinding oocytes yang tebal
melindungi dari pengaruh desinfektan.
WATERBORNE DISEASE
4. Shigellosis
Shigellosis dikenal dengan disentri basiliari.
Disebabkan infeksi bakteri Shigella. Non motile
gram negatif, fakultatif anaerob.
Terdapat empat jenis Shigella yaitu S. Boydii,
S. dysenteriae,
S. flexneri, dan S. sonnei.
Shigella dysenteriae type 1 menyebabkan
pandemi mematikan di negara berkembang.
Menginveksi usus besar (colon), rembesan
darah memasuki colon, lendir dan nanah juga
dapat terlihat pada kotoran.
Sangat sering ditemukan dalam air tercemar oleh
feses manusia dan ditransmisikan melalui rute feses
dan oral.

Gejala penyakit : diare, biasanya sering dengan


darah dan lendir, kram, demam dan mual. Mulai
terasa satu atau dua hari setelah terjangkit.
WATERBORNE DISEASE
5. Tuberculosis
Tuberculosis disebabkan oleh spesies bakteri
Mycobacterium tuberculosis (bakteri aerobik,
berbentuk batang)
Tuberculosis umumnya menyerang paru-paru Koloni Mycobacterium
tetapi dapat juga mempengaruhi sistem saraf tuberculosis
pusat, sistem limfatik, sistem peredaran darah,
sistem genital, tulang, sendi dan kulit.
M. tuberculosis, M bovis, M. africanum, dan M.
leprae terdapat pada cairan tubuh manusia
atau hewan dan tidak dijangkitkan melalui air.
Namun jenis non-tuberculous atau spesies
atypical dari Mycobacterium secara alami
menempati lingkungan air yang beragam.
WATERBORNE DISEASE
6. Atypical Tuberculosis
Disebut juga MOTT (mycobacteria other than tuberculosis),
opportunist mycobacterial disease, environmental tuberculosis, dan
NTM TB .
Terdiri dari M. avium, M. intracellularae, M. kansasii, M. xenopi, dan
M. fortuitum
Kebanyakan infeksi jenis atypical Mycobacteria diyakini timbul dari
lingkungan dalam air, tanah, debu atau udara yang terinfeksi
Atypical tuberculosis lebih sering menjangkiri orang dengan sistem
imun rendah dalam balita.
WATERBORNE DISEASE
7. Leptospirosis
Leptospirosis adalah infeksi bakteri akut yang menyerang ginjal,
hati dana sistem saraf pusat, yang disebabkan oleh bakteri genus
Leptospira.
Gejala yang ditimbulkan saat leptospirosis termasuk demam yang
tinggi, sakendi mual dan dapat juga jaundice (yellow skin and
eyes), mata kemerahan, nyeri pada perut, diare, atau ruam. Jika
tidak ditangani, pasien dapat mengalami kerusakan ginjal,
meningitis (peradangan pada membran selaput otak dan spinal
cord), kegagalan fungsi hati, dan sulit bernafas.
Leptospira, jenis pathogenic dan saprophytic, dapat menempati lingkungan,
habitat dan siklus hidup yang luas; dapat ditenmukan diseluruh wilayah
dunia, kecuali di Antartika.
Kelembaban tinggi dan pH netral (6.97.4) sangat diperlukan bagi bakteri
Leptospira bertahan hidup, (danau, kolam, dll menjadi habitat alami bakteri
Leptospira).
Leptospira berbentuk spiral dengan panjang 6-20 m dan diameter 0.1 m
dengan lebar spiral sekitar 0.5 m.

Scanning electron micrograph of Leptospira


interrogans.
WATERBORNE DISEASE
8. Enteropathogenic E. Coli
E. coli secara normal tidak berbahaya, namun E. coli sero-types
sering menyebabkan gastroenteritis yang ditandai oleh diare
dengan sedikit lendir atau darah, disertai dehidrasi dan biasanya
tanpa demam.
Terdapat empat jenis enterovirulent E. coli (EEC group) yang
menyebabkan gastroenteritis pada manusia.
Diantaranya adalah strains enteropathogenic E. coli (EPEC).
EPEC merupakan E. coli sero-types yang secara epidemiologi
berimplikasi sebagai pathogen namun mekanisme virulansinya tidak
terkait dengan ekskresi enterotoxin E. coli
Diare pada balita yang akut disebabkan oleh EPEC
WATERBORNE DISEASE
9. Aeromonas
Disebabkan oleh bakteri Aeromonas (bakteri gram-negatif, non-
sporeforming, berbentuk batang, anaerobik fakultatif yang terdapat
dalam lingkungan akuatik.
Terdapat 17 species.
A. Salmonicid (bakteri psychrophilic; patogen pada ikan).
A. hydrophila, A. caviae, A. sobria, A. veronii (bakteri mesophilic;
diasosiasikan dengan gastroenteritis pada manusia)
Cara menginfeksi manusia belum jelas namun selalu diasosiasikan
dengan luka, melalui mata, pernafasan dan infeksi sistemik lainnya.
Kebanyakan infeksi sistemik meningkat seiring dengan kontaminasi
luka dengan air yang memiliki banyak Aeromonas.
WATERBORNE DISEASE
10. Amoebiasis
Amoebiasis merupakan infeksi parasistik pada usus besar oleh
Entamoeba histolytica. Disentri dengan lendir dan darah, kadang-
kadang disertai kontipasi.
Disebabkan oleh meminum air yang terkontaminasi amuba atau
memakan buah dan sayur yang terkontaminasi amuba dari air atau
juga dari tangan atau benda yang kotor.

Entamoeba histolytica cyst


WATERBORNE DISEASE
11. Giardiasis
Disebabkan oleh Giardia lamblia (protozoa berflagel).
Gejala yang ditimbulkan : diare, flatulence, kejang perut, atau
mual.
Kista protozoa tidak hancur oleh klorinasi pada level normal
yang digunakan dalam penanganan air.
Parasit Giardia intestinalis akan tinggal di saluran pencernaan
hewan atau orang yang terinfeksi dan keluar melalui kotoran.
Penyebabnya adalah meminum air yang terkontaminasi dan
luka yang terkena air terinfeksi
WATERBORNE DISEASE
12. Virus
Lebih dari 100 virus yang menyebabkan beragam penyakit pada
manusia berasal dari air yang tercemar oleh air buangan (Bosch 1998)
a. Enteroviruses
(terdiri dari poliovirus dan non-polio virus)

Orang yang sakit terinfeksi enterovirus biasanya menunjukkan


gejala pada pernafasan. Di beberapa kasus yang jarang terjadi
beberapa orang terjangkit viral meningitis, sakit yang mempengaruhi
jantung (myocarditis) atau otak (encephalitis) atau menyebabkan
paralysis. Infeksi Enterovirus juga diperkirakan berperan dalam
munculnya diabetes melitus pada anak-anak.
b. Hepatoviruses
Menyebabkan penyakit hepatitis pada manusia yang terjangkit
melalui makanan atau minuman yang terkontaminasi feses yang
telah mengandung hepatovirus.

c. Reovirus
Menyebabkan sakit pada sistem pernafasan dan pencernaan

d. Rotavirus
Penyebab utama gastroenteritis pada anak-anak.
e. Mastadenovirus
Menginveksi mamalia termasuk manusia dan menyebabkan
penyakit yang luas termasuk sakit perut dan pernafasan. Pada
manusia adalah adenovirus. Tipe 40 dan 41 secara umum
diasosiasikan penyebarannnya melalui feses dan oral (terutama
pada anak-anak). Kebanyakan infeksi bersifat subclinical atau
ringan.
f. Astrovirus, Calicivirus, Parvovirus
Seluruhnya adalah virus penyebab diare
Sebagian penyakit disebabkan karena mengkonsumsi kerang
yang tercemar air buangan
The Norwalk-like viruses (NLV/norovirus) dan virus hepatitis E
termasuk kelompok Calicivirus.
Rute Infeksi Penyakit yang Bersumber dari Air
Kontak
Pencernaan Pernapasan langsung
(Makan & Minum) dan partikel (mandi)
udara

Kulit (terutama bila


mengelupas),
Saluran pencernaan Pernafasan membran mukosa,
luka, mata

Bakteri Virus Protozoa & Legionella Acanthamoeba


Campylobacter Adenovirus Cacing pneumophila spp
spp. Astrovirus Cryptosporidium Mycobacteria Aeromonas spp
E. Coli Enterovirus parvum (non- Burkholderia
Salmonella spp. Hepatitis A&E Dracunculus tuberculosis) pseudomallei
Shigella spp. Norovirus medinensis Naegleriaa Mycobacteria
Vibrio cholerae Rotavirus Entamoeba fowleri (non tuberculosis)
Yersinia spp. Sapovirus hystolytica Beragam Leptospira spp
Giardia infeksi virus Pseudomonas
intestinalis Beragam agen aeruginosa
(Sumber: Okafor, 2011) Toxoplasma dalam situasi Schistosoma
gondii paparan tinggi mansoni
Kimia
16%

Lainnya Virus
39% 6%

Bakteri
18%

Protozoa
parasit
21%

Persentase penyebab penyakit yang berhubungan dengan air minum di Amerika Serikat
antara tahun 1991-2000 (From the American Chemistry Council dalam Okafor, 2011).
PENYEDIAAN AIR BERSIH
TUJUAN PENGOLAHAN AIR
Melindungi kesehatan pengguna air dengan mengeliminasi
infeksi yang disebabkan karena mengkonsumsi air
Alasan estetika (rasa, warna, bau, kekeruhan)
Alasan ekonomis
contoh: melunakkan air sadah agar biaya untuk laundry
lebih hemat
Untuk kebutuhan industri
contoh: untuk boiler (menghilangkan Mg dan Ca)
Untuk alasan lain
mengurangi korosif
menambah elemen kesehatan yang dibutuhkan
contoh: penambahan fluoride untuk mengurangi kerusakan
gigi masyarakat
PENGELOMPOKAN AIR
Kelompok 1: Air tanpa perlu perlakukan pengolahan
Terbatas pada air tanah yang tidak terkontaminasi dan memenuhi standar air minum

Kelompok II: Air yang hanya memerlukan klorinasi sederhana


Termasuk air tanah dan permukaan yang rendah kontaminasi, mengandung 50
bakteri koliform per 100 ml air per bulan.

Kelompok III: Air yang memerlukan complete rapid sand filtration dan
continuous post-chlorination
Termasuk air yang memerlukan penanganan filtrasi untuk mengurangi turbiditas dan
membuang warna; air yang memerluan klorinasi jumlah besar dan air yang tercemar
oleh buangan dengan kandungan rata-rata 505.000 coliform per 100 ml
air per bulan dari sebanyak 20% sampel yang diuji tiap bulannya.
Group IV: Air yang memerlukan penanganan bantuan maupun filtrasi
dan post-chlorination
Sama seperti kelompok III, namun menunjukkan coliform lebih dari 5.000 per
100 ml pada lebih dari 20% sample selama sebulan namun tidak lebih dari
20.000 per 100 ml dalam lebih dari 5% sample yang diuji dalam sebulan.
Penanganan bantuan termasuk pre-sedimentasi dengan koagulasi,
preklorinasi, atau penyimpanan yang panjang selama 30 hari atau lebih.
PROSES PENGOLAHAN AIR UNTUK AIR MINUM
1. Pretreatment 7. Disinfeksi
(a) Pre-filtration (a) Chlorination
(b) Pre-chlorination (b) Chloramines
(c) pH adjustment (c) Ozonation
(d) Ultraviolet
2. Penyimpanan dan
8. Iron dan Manganese removal
sedimentasi tanpa koagulasi
9. Softening of water (sand
3. Aerasi stabilization) atau
4. Koagulasi dan Flokulasi demineralisasi
10.Penambahan fluor
5. Sedimentasi 11.Pengendalian alga
6. Filtrasi (pengendalian rasa dan bau)
(a) Slow sand 12.Penanganan tambahan
(b) Rapid sand (dengan (a) Plumbosolvency removal
pre-koagulasi dan (b) Radium removal
sedimentasi) (c) Reverse osmosis
(c) Fiiltrasi karbon (d) Ion exchange
(d) Ultrafiltrasi (e) Electrodeionization
1. PRETREATMENT
a. Pre-filtration
Pre-filtration dilakukan untuk membuang pengotor berukuran
besar termasuk ranting, daun, hewan mati, dll melalui saringan
berukuran 520 mm mesh.

b. Pre-chlorination
Pre-chlorination dilakukan untuk meningkatkan efisiensi proses
hilir, termasuk mengeliminasi bakteri dan membuang rasa dan
bau.
c. pH adjustment
Bila pH air asam, ditingkatkan dengan kalsium oksida (kapur/
CaO).

d. Pre-coagulation
Pre-coagulation dilakukan ketika air sangat keruh
2. PENYIMPANAN DAN SEDIMENTASI TANPA
KOAGULASI

Selama penyimpanan terjadi self-purification melalui aktivitas bakteri


aerob.
Sedimentasi oleh gravitasi akan memindahkan partikel koloid dalam
air
Sinar matahari memiliki efek germisida hingga kedalaman 3 m pada
air dengan turbidity rendah.
Sinar matahari menstimulasi fotosintesis alga kandungan oksigen
dalam air meningkat dan aktivitas aerob memecah materi organik.
Oksidasi melarutkan ion Mn ++ dan Fe ++ sehingga oksida logam
tersebut mengendap.
Jumlah bakteri yang berkembang dikendalikan oleh siliata yang
menjadi predatornya.
3. AERASI
Fungsi aerasi:
Untuk membuang atau mengurangi bau yang dihasilkan oleh
gas H2S, CH4 dan lainnya yang dihasilkan bakteri atau alga.
Memperoleh oksigen dari udara untuk oksidasi besi dan
mangan yang mencegah karat dan noda pada kain.
Untuk menyimpan rasa segar pada air.
Menurunkan suhu air.
4. KOAGULASI DAN FLOKULASI

Metoda untuk menggumpalkan koloid:


(a) Pengadukan menyebabkan koloid bertubrukan dan menggumpal
(b) Pemanasan pemanasan meningkatkan pergerakan partikel
menyebabkan partikel bertubrukan dan menggumpal.
(c) Menggunkan koloid antagonistik koloid dengan arus berlawanan.
Namun dalam pengolahan air, koloid antagonistik tidak digunakan
melainkan menggunakan koagulan.
Koagulan yang biasa digunakan untuk pengolahan air adalah alum
(aluminum sulfate). Reaksi alum dalam air :

Al(SO4)3+3Ca(HCO3)2 Al(OH)3+6CO2+3CaSO4
5. SEDIMENTASI
Air yang meninggalkan kolam flokulasi memasuki kolam
sedimentasi.
Kolam mengalir melalui tanki dengan perlahan memberikan waktu
flokulan untuk menetap. Didisain berbentuk kotak dan air mengalir
hanya pada bagian atas.
Air membutuhkan sekitar 4 jam hingga menuju settling tank.
Flokulan yang mengendap pada tangki sedimen terdapat sekitar
2% dan 5% dari jumlah air yang dioah.
Sludge (flokulan yang mengendap) harus dibuang setiap saat
6. FILTRASI
a. Slow sand filtration
Filter terdiri dari pasir setinggi 25ft. Partikel pada air tersaring di bagian atas
filter.
Keuntungan slow sand filter:
- Sederhana dan tidak membutuhkan prekoagulasi
- Tanpa prekoagulasi menjadi lebih sedikit korosif dan mutunya lebih seragam
Kelemahan slow sand filter :
- Memerlukan area yang luas dan biaya yang besar untuk bangunan dan
penanganan
- Tidak efisien untuk membersihkan air dengan pengotor lebih dari 3050 ppm
untuk waktu yang panjang.
- Tidak efektif untuk membuang warna.
- Walaupun pretreatment dilakukan, hasilnya tetap buruk karena efek clogging
pada air dengan kandungan alga tinggi.
b. Rapid sand filtration
Disebut
mechanical filters (menggunakan pengadukan secara mekanis),
pressure filters (menggunakan filter dalam tangki stainless steel dan
tekanan),
gravity filters (menggunakan gravitasi untuk mengalirkan air).

Tangki filtrasi pasir cepat merupakan kotak berisi 20-30 inchi pasir
diameter 0,35-0,45 mm dan kerikil berdiameter -2 inch
sedalam 16-24 inch disusun berlapis 3-5 lapisan. Lapisan di bagian
atas dua kali lebih banyak dari lapisan bawahnya.
Uji plate count dilakukan sebelum dan filtrasi untuk mengetesi
efisiensi filter.
Filter dibersihkan berkala dengan mengalirkan air bertekanan
dengan arah berkebalikan.
7. PEMBERIAN DESINFEKTAN
Jenis-jenis desinfektan
Gas klorin
Sodium hipoklorit
Kalsium hipoklorit
Chloramines
Ozone
UV
Chlorine dioxide
8. MEMBUANG BESI DAN MANGAN
Ciri air dengan kadar besi dan mangan tinggi: berwarna
kuning atau merah, meinggalkan noda hitam atau
cokelat pada pembuangan, dan beraroma metalik
Dibuang dengan cara:
- Aerasi membuat terjadinya oksidasi ion besi dan
mangan
- Kontak antara air dengan partikel mengandung besi
dan mangan oksida
- Oksidasi oleh klorin dan KMnO4
9. PELUNAKAN AIR
Air yang tidak lunak/air sadah diukur dari kandungan ion Ca and Mg,

Kesadahan sementara dapat dihilangkan dengan mendidihkan air


atau menambah kapur (kalsium hidroksida).

Kesadahan tetap tidak dapat dihilangkan dengan pendidihan.


Disebabkan oleh adanya kalsium atau magnesium sulfate atau
klorida dalam air yang larut dalam air saat suhu dingin/normal.
Kesadahan tetap dihilangkan dengan ion exchange atau dengan
soda kapur.
10. PENAMBAHAN FLUORIDE
Penambahan fluoride (sekitar 1 ppm) dilakukan untuk pencegahan
kerusakan gigi.
11. PENGENDALIAN ALGA
(PENGENDALIAN RASA DAN BAU)
Sumber bau dan rasa :
1. Pertumbuhan mikroorganisme
Protozoa, Synura and Uroglena menimbulkan rasa fishy
Actinomycetes memberikan rasa tanah.
Beberapa alga rasa rumput dan beberapa menimbulkan aroma
khas.
2. Dekomposisi mikroorganisme, tanaman dan hewan yang mati.
3. Produksi methan dan reduksi sulfat menjadi sulfit pada perairan
anaerob.
4. Bau dan rasa yang dihasilkan dari limbah pembuangan rumah
tangga atau industri
Metoda pengendalian alga, rasa dan bau :
1. Menghilangkan alga dengan penambahan CuSO4 dalam jumlah
kecil. CuSO4 tidak menunjukkan beracun bagi manusia namun
dapat berdampak pada ikan.
2. Aerasi.
3. Penambahan dosis chlorine.
Residual chlorine memberikan rasa yang tidak diinginkan bila
dalam bentuk chloroorganic. Penambahan dosis chloramine
akan menghilangkan bentuk chloroorganic dan meninggalkan Cl2
sebagai residual bebas.
4. Melewatkan air pada karbon aktif.
5. Pemberian ozone dalam air.
12. MENGHILANGKAN WARNA DAN EKERUHAN
Warna pada air diperoleh dari degradasi bahan organik oleh
mikroorganisme dan ekstraksi bahan organik dari tanah.
Aurebasidium pullulans menghasilkan senyawa seperti humic
acid yang membuat warna air menjadi kuning.
Bahan kimia penghasil warna merupakan zat kimia kompleks
diantaranya aromatic polyhydric methoxy carboxylic acids
serupa dengan asam tanik yang dihasilkan oleh tanaman.

Penghilangan warna dapat dilakukan dengan garam metalik


Untuk Al(OH)3 digunakan pada pH air 5.57.0, sedangkan
penggunaan garam ferik pada pH 3.54.5.
13. PENANGANAN TAMBAHAN
Plumbosolvency Removal

Plumbosolvency merupakan kemampuan larutan untuk melarutkan timbal.


Plumbosolvency dapat ditangani dengan meningkatkan pH air dengan
penambahan kapur atau sodium hidroksida atau penambahan fosfat selama
penanganan air.

Radium (Radioactivity) Removal

Di area dengan radioaktivitas tinggi, air perlu ditangani dengan resin ion
exchange zeolit sintetis yang dapat menghilangkan 90% radium. Air dengan
kadar radium juga dapat ditangani dengan reverse osmosis.
14. PENANGANAN TAMBAHAN
Reverse Osmosis
Merupakan proses filtrasi menggunakan tekanan untuk memaksa larutan
melewati membran.

Ion Exchange
Resin penukar ion merupakan matriks tak larut dengan ukuran butiran (12 mm
diameter), berwarna putih atau kekuningan, terbuat dari bahan polimer organik.
Partikel penukar ion alami terdapat pada zeolit dan secara sintetis dibuat dari
resin organik. Pori-pori pada matriks permukaan butiran penukar ion secara
mudah menangkap dan melepas ion. Penangkapan ion terjadi simultan dengan
pelepasan ion.

Electrodeionization
Electrodeionization (EDI) merupakan penanganan air yang memindahkan materi
ion dari cairan menggukanan media aktif secara elektrik untuk menghasilkan
tranfer ion. Berbeda dengan teknologi pemurnian air lainnya, EDI tidak
memerlukan bahan kimia seperti asam dan kaustik soda.

Anda mungkin juga menyukai