Anda di halaman 1dari 28

LAPORAN TUTORIAL

BLOK ILMU BAHAN DAN TEKNOLOGI KEDOKTERAN GIGI


SKENARIO 2

Basis Gigi Tiruan Akrilik

Oleh :
Ketua : Zulfa Fithri (Nim:121610101097)
Sekertaris : Inetia Fluidayanti (Nim:121610101001)
Hayyu Safira F. (Nim:121610101013)
Anggota : Trianike Nor A. (Nim:121610101002)
Gladiola Nadisha (Nim:121610101005)
Yuni Aisyah P. (Nim:121610101006)
Medina Nanda U. (Nim:121610101007)
Fikhih Kartika M. (Nim:121610101008)
Yusron Haries (Nim:121610101010)
Nazala Zetta Z. (Nim:121610101011)
Gita Putri K. (Nim:121610101014)
Ilvana Ardi W. (Nim:121610101099)
Niken W. (Nim:121610101105)

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS JEMBER
2013
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas laporan ini, tentang Basis Gigi Tiruan
Akrilik. Laporan ini disusun untuk memenuhi hasil diskusi tutorial kelompok I
pada skenario kedua.
Penulisan laporan ini semuanya tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, oleh
karena itu penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada :
1. drg. Sukanto M. Kes. selaku tutor yang telah membimbing jalannya diskusi
tutorial kelompok I Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Jember dan yang
telah memberi masukan yang membantu, bagi pengembangan ilmu yang telah
didapatkan.
2. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan laporan ini.
Dalam penyusunan laporan ini tidak lepas dari kekurangan dan kesalahan.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan demi
perbaikanperbaikan di masa mendatang demi kesempurnaan laporan ini. Semoga
laporan ini dapat berguna bagi kita semua.

Jember, April 2013

Tim Penyusun
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang Permasalahan

I.2. Skenario

I.3. Permasalahan

I.4. Mapping Permasalahan

I.5. Learning Objective

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II.1.Klasifikasi resin

II.2. Syarat resin dalam KG

II.3. Komposisi dan sifat resin akrilik

II.4. Manipulasi resin akrilik

II.5. Aplikasi resin akrilik dalam KG

BAB III PEMBAHASAN

BAB IV KESIMPULAN

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang Permasalahan

Gigi merupakan salah satu organ pengunyahan yang sangat penting.


Hilangnya salah satu atau lebih gigi akan menyebabkan terganggunya sistem
mastikasi dan juga hilangnya estetika rongga mulut. Adapun range kasus
hilangnya gigi ini sangatlah tinggi, terutama pada manula. Untuk itu sangatlah
diperlukan adanya suatu solusi dalam menghadapi masalah tersebut, salah satunya
adalah dengan menggunakan gigi palsu atau protesa. Di dalam dunia kedokteran
gigi, protesa ini dalam proses pengaplikasiannya di dalam rongga mulut adalah
melalui suatu basis. Basis dari protesa yang umumnya digunakan adalah basis
berbahan dasar resin akrilik. Resin akrilik merupakan suatu polimer dari metil
metakrilat.

Melihat urgensi dari protesa dalam praktek kedokteran gigi, seorang calon
dokter gigi haruslah mengetahui secara mendalam tentang basis protesa berbahan
dasar resin akrilik. Beberapa hal yang perlu diketahui adalah antara lain
mengetahui klasifikasi resin, sifat resin yang dapat digunakan dalam KG,
komposisi dan sifat resin akrilik, proses manipulasi, serta pengaplikasiannya di
dalam KG. Oleh karena itu, kami kelompok tutorial 1 akan sedikit mengupas
tentang resin akrilik di dalam laporan ini.
I.2. Skenario

BASIS GIGI TIRUAN AKRILIK

Ilham adalah mahasiswa kedokteran gigi universitas jember semester 2.


Sebagai seorang calon dokter gigi Ilham merasa punya tanggung jawab terhadap
masalah-masalah kesehatan gigi dan mulut yang ada di keluarganya. Melihat gigi
ayahnya sudah banyak yang hilang Ilham menyarankan agar ayahnya
membuatkan gigi palsu ke dokter gigi. Sore hari Ilham bersama ayahnya pergi ke
dokter gigi setelah sampai di tempat praktek ternyata sudah banyak pasien yang
antri. Sambil menunggu antrian iseng-iseng Ilham tanya pada salah seorang
pasien yang ingin membetulkan gigi palsu yang patah, pasien ini bilang kalau
dokter gigi ini bisa memperbaiki gigi palsu yang patah tanpa menunggu lama dan
sambungannya tidak kelihatan. Tiba saatnya giliran Ilham dan ayahnya masuk
ruang praktek, setelah berkonsultasi dan mendapat penjelasan dari dokter akhirnya
ayah Ilham memilih gigi tiruan dengan basis resin akrilik. Ilham juga menanyakan
pada dokter gigi bagaimana cara menyambung gigi palsu yang patah dengan
cepat, dokter menjawab bahwa hal itu bisa dilakukan dengan menggunakan resin
akrilik jenis self curring. Dokter gigi ini menjelaskan kalau punya ayah Ilham
tidak menggunakan self curring tetapi menggunakan resin akrilik jenis heat
curring yang membedakan keduanya adalah proses polimerisasinya.

I.3. Permasalahan

I.3.1. Bagaimana klasifikasi resin?

I.3.2. Apa saja syarat resin dalam kedokteran gigi?

I.3.3. Bagaimana komposisi dan sifat resin akrilik?

I.3.4. Bagaimana cara manipulasi resin akrilik?

I.3.5. Apa sajakah pengaplikasian resin akrilik dalam kedokteran gigi?


I.4. Mapping Permasalahan

RESIN

ALAM SINTETIK

AKRILIK KOMPOSISI

SYARAT
SIFAT

KG

BASIS PROTESA

I.5. Learning Objevtive

I.5.1. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan klasifikasi resin.

I.5.2. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan syarat-syarat resin


dalam kedokteran gigi.

I.5.3. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan komposisi dan sifat


resin.

I.5.4. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan cara manipulasi resin


akrilik.

I.5.5 Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan aplikasi resin akrilik


dalam kedokteran gigi.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Resin adalah campuran asam-asam karboksilat, minyak essensial, dan


terpenting, yang terdapat sebagai eksudat pada berbagai pohon atau tanaman
semak atau yang diproduksi secara sintetis. Resin merupakan benda padat amorf
atau semi padat yang sangat mudah terbakar dan larut dalam air, sedangkan
beberapa jenis larut dalam etanol dan yang lainnya larut dalam karbon
tetraklorida, eter, dan minyak yang mudah menguap. Sebagian besar lunak dan
lengket, tetapi mengeras jika terpajan pada suhu dingin. (Dorland : 2002)

II.1.Klasifikasi resin

Berdasarkan asalnya resin dapat dibedakan menjadi resin alami dan


sintetik. Resin alami merupakan bahan yang disekresikan oleh tumbuhan dan
serangga tertentu, misalnya rosin (Harty, 1987). Sedangkan resin sintetik terdiri
dari campuran bahan-bahan kimia dengan struktur kimia yang mengacu pada resin
alami.

Dari sifat termalnya, resin dibagi lagi menjadi resin termoplastik dan
termosetting. Resin termoplastik, seperti kompoun cetak dan akrilik, melunak
ketika di panaskan melebihi temperatur transisi kaca (Tg), kemudian dapat
dibentuk dan dengan pendinginan akan mengeras dalam bentuk tersebut. namun,
pada pemanasan ulang bahan dapat melunak kembali dan dapat dibentuk kembali
bila diperlukan. Setelah itu, resin termosetting, merupakan resin yang menjadi
keras secara permanen bila dipanaskan melebihi temperatur kritis dan tidak
melunak kembali pada pemanasan ulang (Phillips, 1996).
Sesuai dengan skenario, resin akrilik merupakan resin sintetik
termoplastik. Resin akrilik sendiri memiliki beberapa klasifikasi berdasarkan cara
polimerisasinya:

1. Heat cured acrylic resin : resin akrilik yang menggunakan pemanasan untuk
polimerisasi.
2. Self cured acrylic resin : resin akrilik yang menggunakan akselerator kimia
untuk polimerisasi yaitu dimetil-para-toluidin.

3. Light cured resin : resin akrilik yang menggunakan sinar tampak untuk
polimerisasi.

II.2. Syarat resin dalam KG

Semua dental material harus memenuhi syarat-syarat fundamental sebelum


dapat digunakan secara klinis pada pasien, tidak terkecuali resin akrilik. Berikut
adalah syarat-syarat standar dental material:

1. Biologis : tidak memiliki rasa, tidak berbau, tidak toksik, dan tidak
mengiritasi jaringan rongga mulut, tidak boleh larut dalam saliva atau cairan
lain yang dimasukkan ke dalam mulut, dan tidak dapat ditembus cairan mulut.

2. Fisik : memiliki kekuatan dan kepegasan serta tahan terhadap tekanan gigit
atau pengunyahan, tekanan benturan, serta keausan berlebihan yang dapat
terjadi di dalam rongga mulut. Resin akrilik jugalah harus stabil dimensinya
dibawah semua keadaan, termasuk perubahan termal serta variasi-variasi
dalam beban.

3. Estetik : menunjukkan transluensi atau transparansi yang cukup sehingga


cocok dengan penampilan jaringan mulut yang digantikan, harus dapat
diwarnai atau dipigmentasi, dan harus tidak berubah warna atau penampilan
setelah pembentukan.

4. Karakteristik penanganan : tidak boleh menghasilkan uap atu debu toksik


selama penanganan dan manipulasi, mudah diaduk, dimasukkan, dibentuk,
dan diproses, mudah dipoles, dan pada keadaan patah yang tidak disengaja,
resin harus dapat diperbaiki dengan mudah dan efisien.

5. Ekonomis : biaya resin dan penanganannya haruslah rendah, dan proses


tersebut tidak memerlukan peralatan kompleks serta mahal (Phillips, 1996)

II.3. Komposisi dan sifat resin akrilik

Resin akrilik pada dasarnya memiliki dua komposisi dasar yaitu bubuk
polimer dan cairan monomer.

Polimer

Secara umum polimer resin akrilik terdiri dari poli (metil metakrilat), initiator
(0.2-0.5% benzoil peroksida), pigmen (merkuri sulfat, cadmium selenit, ferric
oxide), plasticizer (dibutil ptalat), opacifiers (zinc atau titanium oxide), bahan
tambahan berupa serat sintetis organik (serat nilon atau serat akrilik) dan
anorganik (serat kaca, zirkonium silikat). Untuk resin akrilik jenis self cured ,
ada bahan tambahan aktivator berupa amin tersier, sedangkan pada light cured
terdapat aktivator berupa camphoroquinone.

Monomer

Monomer resin akrilik terdiri dari metil metakrilat, stabilizer (0.003 0.1%
metil ether hydroquinone untuk mencegah terjadinya proses polimerisasi
selama penyimpanan), plasticizer (dibutil pthalat), bahan untuk memacu ikatan
silang (cross-linking agent) yaitu etilen glikol dimetakrilat (EGDMA). Cross-
link agent ini berpengaruh pada sifat fisik polimer dimana polimer yang
memiliki ikatan silang bersifat lebih keras dan tahan terhadap pelarut
(Chanaka, 2010)

II.4. Manipulasi resin akrilik

Manipulasi adalah suatu bentuk tindakan atau proses rekayasa terhadap


sesuatu dengan menambah ataupun mengurangi variabel yang berkaitan guna
mencapai sifat fisik maupun mekanik yang dikehendaki. Sebelum diaplikasikan
pada pasien, resin akrilik harus diolah dan dimanipulasi sedemikian rupa sehingga
memenuhi kriteria pengaplikasian klinis yang baik. Secara umum, ada beberapa
hal yang harus diperhatikan dalam memanipulasi resin akrilik, antara lain:

1. Perbandingan monomer dan polimer

Perbandingan yang umum digunakan adalah 3,5 : 1 satuan volume


atau 2,5 : 1 satuan berat. Bila monomer terlalu sedikit maka tidak semua
polimer sanggup dibasahi oleh monomer akibatnya akrilik yang telah
selesai berpolimerisasi akan bergranul. Sebaliknya, monomer juga tidak
boleh terlalu banyak karena dapat menyebabkan terjadinya kontraksi pada
adonan resin akrilik.

2. Pencampuran

Polimer dan monomer dengan perbandingan yang benar dicampurkan


dalam tempat yang tertutup lalu dibiarkan beberapa menit sampai
mencapai fase dough.( SK Khindria ,2009) . Pada saat pencampuran ada
empat tahapan yang terjadi, yaitu:
1. Sandy stage adalah terbentuknya campuran yang menyerupai pasir
basah.
2. Sticky stage adalah saat bahan akan merekat ketika bubuk mulai larut
dalam cairan dan berserat ketika ditarik.

3. Dough stage adalah saat konsistensi adonan mudah diangkat dan tidak
melekat lagi, dimana tahap ini merupakan waktu yang tepat untuk
memasukkan adonan ke dalam mould dan kebanyakan dicapai dalam
waktu 10 menit.

4. Rubber hard stage adalah tahap seperti karet dan tidak dapat dibentuk
dengan kompresi konvensional.

5. Pengisian
Tahap ini disebut juga dengan packing, yaitu tahap penuangan
resin kedalam mould. Pada proses manipulasi yang perlu diperhatikan
pada tahap pengisian ini adalah ketepatan bahan mengisi rongga
mould. dengan pengisian pada rongga mould secara bertahap. Pada
tahap selanjutnya setelah dilakukan pengisian pada rongga mould
adalah dilakukannya press dengan pada kuvet. Kekuatan press yang
diberikan pada kuvet sebesar 1000 psi selama 5 menit kemudian
sebesar 2200 psi selamat 5 menit juga. Selama proses press ini
biasanya ditemukan flash, yaitu adanya kelebihan bahan. Flash ini
harus dibersihkan dan dipisahakan dengan bagian resin yang mengisi
mould. Setelah dilakukan ini tahap berikutnya adalah dilakukannya
curing.

6. Curring.

Proses curring adalah proses terjadinya pengerasan, dimana setiap


jenis resin akrilik memiliki spesialisasi tersendiri.
Heat cured acrylic resin : yaitu terjadinya curring yang diaktivasi
oleh adanya panas.
Self cured acrylic resin : curring cukup dapat dilakukan pada suhu
ruang karena adanya aktivator amin tersier.
Light cured resin : proses curring dicapai dengan dipaparkannya
cahaya tampak.

II.5. Aplikasi resin akrilik dalam KG

Resin akrilik merupakan salah satu bahan kedokteran gigi yang telah
banyak aplikasikan untuk pembuatan anasir dan basis gigi tiruan, pelat ortodonsi,
sendok cetak khusus, serta restorasi mahkota dan jembatan dengan hasil
memuaskan, baik dalam hal estetik maupun dalam hal fungsinya. Selain itu resin
digunakan untuk reline dan perbaikan prostesa, gigi palsu parsial. Resin juga telah
digunakan untuk retainer ortodontik dan perangkat removable gigi , pelindung
mulut dari bruxism, mahkota gigi. (philis, 2003)
Resin akrilik digunakan sebagai bahan restorasi karena memilki kelebihan
yaitu daya alir tinggi, aplikasi mudah setting dengan light-cured selama 10 menit,
dan menghasilkan permukaan yang sangat halus dan mengkilat. Digunakam
sebagai sendok cetak karena dibuat untuk menyesuaikan lengkung tertentu
sehingga sering disebut sendok cetak individual. Sebagai alat ortodonsi lepasan
karena dipakai sebagai plat dasar alat ortodontik lepasan yang berupa lempengan
plat akrilik berbentuk melengkung mengikuti permukaan palatum atau permukaan
lingual lengkung mandibula. Jenis resin yang dipakai adalah heat curing dan cold
curing. Bahan dari cold curing memiliki berat molekul lebih rendah sehingga
pengkerutannya lebih sedikit namun memiliki porositas lebih banyak sehingga
kekuatannya lebih rendah.Sebagai reparasi yaitu bahan yang biasa digunakan
adalah jenis self-cured dan heat-cured. Bias juga digunakan sebagai relining,
Relining adalah mengganti permukaan protesa yang menghadap jaringan. Bahan
yang biasa digunakan adalah self-cured. Namun juga digunakan resin yang
diaktivasi dengan energy panas, sinar, atau gelombang mikro yang nantinya akan
menghasilkan panas yang cukup besar dan distorsi basis protesa cenderung terjadi.
Tahap awal dari relining itu membersihkan permukaan yang menghadap jaringan
untuk meningkatkan perlekatan antara resin yang ada dengan bahan relining. Lalu
resin yang tepat dimasukkan dan dibentuk dengan teknik molding tekanan.Dan
yang terakhir digunakan untuk rebasing, rebasing adalah mengganti keseluruhan
basis protesa. Bahan yang biasa digunakan adalah sel-cured. Caranya adalah
bahan self-cured dicampur sampai konsistensi encer lalu dimasukkan ke daerah
yang kan direparasi. Polimerisasi yang timbul akan lebih sedikit apabila
polimerisasi dilakukan di bawah tekanan hydrolic hingga sebesar 250 kN/m pada
suhu 40-50oC. (Philips,2003)
BAB III

PEMBAHASAN

II.1.Klasifikasi resin

Resin merupakan suatu dental material yang telah digunakan secara luas.
Secara umum, resin ada yang alami (berasal dari tumbuhan atau serangga tertentu)
dan sintetik (dari senyawa kimia yang strukturnya mengacu pada struktur resin
alami). Resin akrilik adalah salah satu contoh dari resin sintetik. Selain itu, resin
juga dapat diklasifikasikan berdasarkan sifat termalnya, yaitu termoplastik dan
termosetting. Resin termoplastik dalah suatu resin yang akan melunak apabila
diberi suhu melebihi suhu transisi kaca (Tg)-nya, dan kemudian mengeras.
Apabila resin tersebut dipanaskan kembali, maka akan lunak kembali. Contoh
resin termoplastik adalah resin akrilik. Hal tersebutlah yang membedakan resin
termoplastik dengan resin termosetting. Untuk resin termosetting, resin jenis ini
akan mengeras secara permanen apabila dipanaskan melebihi suhu kritisnya.
Sehingga bentuk resin ini akan tetap atau tidak berubah meskipun mengalami
pemanasan ulang.

Sesuai dengan skenario, resin akrilik yang merupakan jenis resin sintetik,
juga memiliki klasifikasi tersendiri berdasarkan cara polimerisasinya, yaitu: heat-
cured, self-cured, dan light-cured.

Heat cured acrylic resin : yaitu terjadinya curring yang diaktivasi oleh
adanya panas.
Self cured acrylic resin : curring cukup dapat dilakukan pada suhu ruang
karena adanya aktivator amin tersier.
Light cured resin : proses curring dicapai dengan dipaparkannya cahaya
tampak
Setiap jenis resin akrilik tersebut, memiliki kekurangan dan kelebihan
masing-masing.

Jenis Resin Aktivator Kelebihan Kekurangan


Heat Curing Energi termal Warna stabil dan Terdapat
acrylic resin yang berasal dari murah pengerutan volume
panas akhir,
pembuatannya
tidak praktis
Self Curing Dimethyl Pengerutan Terdapat sisa-sisa
acrylic resin paratoluidine volume akhir monomer,
atau amin tersier lebih kecil, kestabilan warna
praktis, dan rendah, sisa
relatif murah monomer lebih
banyak, porositas
lebih tinggi.
Light Curing Sinar tampak dan Waktu Bila menggunakan
acylic resin sinar UV polimerisasi sinar UV dapat
dapat diatur merusak jaringan.
Microwave Gelombang Waktu lebih Membutuhkan
Curing mikro singkat, peralatan yang
acrylic polimerisasi lebih mahal, masih
lebih sempurna, bersifat menyerap
proses air.
pembuatannya
lebih bersih, sisa
monomer lebih
sedikit.

Sehingga diharapkan dokter gigi dapat memilih mana resin akrilik terbaik untuk
digunakan.

II.2. Syarat resin dalam KG


Persyaratan bahan basis gigitiruan yang ideal untuk pembuatan basis gigitiruan
adalah:
1. Tidak toksis dan tidak mengiritasi
2. Tidak terpengaruh oleh cairan mulut: tidak larut dan tidak mengabsorbsi
3. Mempunyai sifat-sifat yang memadai, antara lain:
a. Modulus elastisitas tinggi
b. Proportional limit tinggi: tidak mudah mengalami perubahan secara
permanen jika menerima tekanan.
c. Kekuatan transversal tinggi
d. Kekuatan impak tinggi: basis gigitiruan tidak mudah pecah apabila terjatuh
e. Kekuatan fatique tinggi
f. Abration resistance dan kekerasan yang baik
g. Konduktivitas termal yang baik
h. Density rendah: untuk membantu retensi gigitiruan pada rahang atas
4. Estetis dan stabilitas warna cukup baik
5. Hal-hal lain yang menjadi pertimbangan antara lain:
a. Radiopak
b. Mudah dimanipulasi dan direparasi
c. Tidak mengalami perubahan dimensi
d. Mudah dibersihkan
Sampai saat ini belum ada satu pun bahan basis gigitiruan yang memenuhi
semua persyaratan diatas.
II.3. Komposisi dan sifat resin akrilik

Komposisi

Komposisi resin akrilik secara umum adalah sama, yaitu terdiri dari bubuk
polimer dan cairan monomer. Namun pada resin jenis tertentu, memiliki beberapa
bahan tambahan. Berikut adalah komposisi resin akrilik:

1. Polimer:
a. Poli(metil metakrilat)
Bubuk polimer yaitu poli( metil metakrilat ) adalah resin transparan yang dapat
menyalurkan cahaya dalam range ultraviolet hingga yang mempunyai wavelength
250nm. Ia mempunyai kekerasan dari 18 hingga 20 Knoop Number. Kekuatan
tensilnya dianggarkan dalam 60 Mpa, ketumpatannya adalah 1.19 g/cm2 dan
modulus elasticity dianggarkan 2.4 Gpa (2400 Mpa).

Polimer ini sangat stabil. Ia tidak mengalami diskolorisasi dalam cahaya


ultraviolet, secara kimiawi stabil dalam panas dan melembut pada 125C dan
dapat dibentuk seperti bahan termoplastik. Depolimerisasi terjadi pada suhu di
antara 125C dan 200C. Sekitar suhu 450C, 90% polimer telah
terdepolimerisasi membentuk monomer.

Poli (metil metakrilat) mempunyai kecenderungan untuk meresap air melalui


proses imbibisi. Ini karena, struktur non-kristalinnya mempunyai tenaga internal
yang tinggi. Jadi, diffusi molekul dapat terjadi dengan mudah karena tidak
memerlukan tenaga aktivasi yang banyak. Ia dapat larut dalam beberapa pelarut
organik seperti kloroform dan aseton.

b. Initiator
Initiator merupakan suatu bahan yang berfungsi untuk mengaktifkan
reaksi polimerisasi resin akrilik. Bahan initiator yang biasa ditemukan adalah
berupa 0.2 - 0.5% benzoil peroksida. Substansi ini akan mengalami pemutusan
ikatan oleh karena adanya pemicu seperti panas pada heat-cured, kimia pada self-
cured, dan cahaya pada light-cured. Pemutusan ikatan satu benzoil peroksida akan
menghasilkan dua buah radikal bebas. Radikal bebas inilah yang nantinya akan
mengikat monomer-monomer sehingga terjadilah reaksi polimerisasi.
c. Pigmen
Zat pigmen pada resin akrilik akan membuat resin akrilik dapat memiliki
bermacam warna, yaitu transparan yang menyerupai warna gigi, atau pink yang
menyerupai gingiva. Beberapa sedian bahwa mengandung serat-serat merah
sehingga menyerupai pembuluh darah. Zat pigmen dapat berupa merkuri sulfit,
cadmium sulfit, cadmium selenit, dan ferric oxide.
d. Plasticizer
Plasticizer adalah zat additif untuk menambah kefleksibilitasan resin
akrilik. Zat ini dapat berupa dibutil pthalat.
e. Opacifiers
Tujuan bagi penambahan opacifiers adalah untuk memastikan resin akrilik
terlihat di dalam sinar-X apabila tertelan. Opacifiers yang biasa digunakan adalah
zinc atau titanium oxide.
f. Bahan tambahan
Bahan yang umumnya ditambahkan pada resin akrilik adalah serat
sintetis/organik (serat nilon atau serat akrilik) dan partikel inorganik, seperti serat
kaca, zirkonium silikat. Adanya penambahan bahan-bahan ini biasanya dilakukan
untuk merubah sifat fisik dan menkanik, seperti penambahan serat kaca akan
menyebabkan densitas resin akan akrilik semakin meningkat.

2. Monomer
a. Metil metakrilat
Cairan monomer adalah metil metakrilat, yaitu suatu cairan bening pada
suhu ruangan yang mempunyai sifat fisikal berikut:

Berat molekul : 100 u


Suhu lebur : - 48C

Suhu didih : 100.8C

Ketumpatan : 0.945 g/mL pada 20C

Tenaga polimerisasi : 12.9 kcal/mol

Metil metakrilat menunjukkan tekanan uap yang tinggi dan merupakan


pelarut organik yang baik.
b. Stabilizer
Terdapat sekitar 0.003 0.1% metil ether hydroquinone untuk mencegah
terjadinya proses polimerisasi selama penyimpanan.
c. Plasticizer: dibutil pthalat
d. Bahan untuk memacu ikatan silang (cross-linking agent)
Cross-linked agent dapat berupa etilen glikol dimetakrilat (EGDMA).
Bahan ini berpengaruh pada sifat fisik polimer dimana polimer yang memiliki
ikatan silang bersifat lebih keras dan tahan terhadap pelarut.

Sifat

Beberapa sifat-sifat umum resin akrilik adalah:

a. Berat molekul

Resin akrilik polimerisasi panas memiliki berat molekul polimer yang


tinggi yaitu 500.000 1.000.000 dan berat molekul monomernya yaitu 100. Berat
molekul polimer ini akan bertambah hingga mencapai angka 1.200.000 setelah
berpolimerisasi dengan benar. Rantai polimer dihubungkan antara satu dengan
lainnya oleh gaya Van der Waals dan ikatan antar rantai molekul.

Bahan yang memiliki berat molekul tinggi mempunyai ikatan rantai


molekul yang lebih banyak dan mempunyai kekakuan yang besar dibandingkan
polimer yang memiliki berat molekul yang lebih rendah.

b. Monomer sisa

Monomer sisa berpengaruh pada berat molekul rata-rata. Polimerisasi pada


suhu yang terlalu rendah dan dalam waktu singkat menghasilkan monomer sisa
lebih tinggi. Monomer sisa yang tinggi berpotensi untuk menyebabkan iritasi
jaringan mulut, inflamasi dan alergi, selain itu juga dapat mempengaruhi sifat fisik
resin akrilik yang dihasilkan karena monomer sisa akan bertindak sebagai
plasticizer yang menyebabkan resin akrilik menjadi fleksibel dan kekuatannya
menurun. Pada akrilik yang telah berpolimerisasi secara benar, masih terdapat
monomer sisa sebesar 0.2 sampai 0.5%. Proses kuring yang kuat pada temperatur
tinggi sangat direkomendasikan untuk mengurangi ketidaknyamanan pasien yang
diketahui memiliki riwayat alergi terhadap MMA (Metil Metakrilat).
c. Absorbsi air

Resin akrilik polimerisasi panas relatif menyerap air lebih sedikit pada
lingkungan yang basah. Nilai absorbsi air oleh resin akrilik yaitu 0.69% mg/cm2.
Absorbsi air oleh resin akrilik terjadi akibat proses difusi, dimana molekul air
dapat diabsorbsi pada permukaan polimer yang padat dan beberapa lagi dapat
menempati posisi di antara rantai polimer. Hal inilah yang menyebabkan rantai
polimer mengalami ekspansi. Setiap kenaikan berat akrilik sebesar 1% yang
disebabkan oleh absorbsi air menyebabkan terjadinya ekspansi linear sebesar
0.23%. Sebaliknya pengeringan bahan ini akan disertai oleh timbulnya kontraksi.

e. Retak

Pada permukaan resin akrilik dapat terjadi retak. Hal ini diduga karena
adanya tekanan tarik (tensile stress) yang menyebabkan terpisahnya molekul-
molekul polimer. Keretakan seperti ini dapat terjadi oleh karena stress mekanik,
stress akibat perbedaan ekspansi termis dan kerja bahan pelarut. Adanya crazing
(retak kecil) dapat memperlemah gigi tiruan.

f. Ketepatan dimensional

Beberapa hal yang dapat mempengaruhi ketepatan dimensional resin akrilik


adalah ekspansi mould sewaktu pengisian resin akrilik, ekspansi termal resin
akrilik, kontraksi sewaktu polimerisasi, kontraksi termis sewaktu pendinginan dan
hilangnya stress yang terjadi sewaktu pemolesan basis gigi tiruan resin akrilik.

g. Kestabilan dimensional

Kestabilan dimensional berhubungan dengan absorbsi air oleh resin


akrilik. Absorbsi air dapat menyebabkan ekspansi pada resin akrilik. Pada resin
akrilik dapat terjadi hilangnya internal stress selama pemakaian gigi tiruan.
Pengaruh ini sangat kecil dan secara klinis tidak bermakna.
h. Resisten terhadap asam, basa, dan pelarut organik

Resistensi resin akrilik terhadap larutan yang mengandung asam atau basa
lemah adalah baik. Penggunaan alkohol dapat menyebabkan retaknya protesa.
Ethanol juga berfungsi sebagai plasticizer dan dapat mengurangi temperatur
transisi kaca. Oleh karena itu, larutan yang mengandung alkohol sebaiknya tidak
digunakan untuk membersihkan protesa.

II.4. Manipulasi resin akrilik

Manipulasi adalah suatu bentuk tindakan atau proses rekayasa terhadap


sesuatu dengan menambah ataupun mengurangi variable yang berkaitan guna
mencapai sifat fisik maupun mekanik yang dikehendaki. Dengan demikian,
apabila manipulasi dilakukan pada resin akrilik memiliki tujuan agar resin akrilik
ini nantinya mampu memenuhi persyaratan sebagai material yang digunakan pada
kedokteran gigi dengan sifat fisik dan mekanik yang sesuai dengan
pengaplikasiannya pada kedokteran gigi.

Manipulasi kedokteran gigi meliputi : menentukkan perbandingan polimer


dan monomer, pencampuran keduanya, pengisian, serat terakhir adalah proses
curring.

1. Perbandingan monomer dan polimer

Seperti yang dijelaskan sebelumnya, bahwa resin akrilik dikemas dalam dua
bentuk yaitu cairan (yang mengandung poli (metil metakrilat)/PMMA yang tidak
terpolimerasi atau dengan kata lain dalam bentuk monomer) dan bubuk ( berupa
PMMA prapolimerasi yang berbentuk butiran-butiran halus. Perbandingan
keduanya sangat penting bila digunakan untuk pengaplikasian di kedokteran gigi,
semisal pembuatan protesa, hal ini dikarenakan konsistensi yang tepat diantara
keduanya mampu menghasilkan sifat fisik dan mekanik yang tepat pula.

Perbandingan yang tidak sesuai antara bubuk dan cairan mampu menyebabkan
pengerutan volumetrik dan pengerutan secara linier. Selain itu keadaaan dimana:
a. Konsentrasi Bubuk > Cairan

Keadaan ini mampu menyebabkan terbentuknya granula-granula pada


adonan. Hal ini dikarenakan bubuk tidak sepenuhnya mampu dibasahi oleh cairan

b. Konsentrasi Cairan > Bubuk

Keadaan ini mampu menyebabkan kontraksi pada adonan resin akrilik,


akibatnya akan terjadi perubahan dimensi yang tampak, serta adanya pengerutan
volumetrik dan linier yang telah dijelaskan sebelumnya.

Akibat yang paling harus diwaspadai dari ketidaktepatan perbandingan ini


adalah mampu menghasilkan monomer sisa. Dimana monomer sisa ini apabila
bereaksi dengan jaringan rongga mulut terutama fibroblas akan menimbulkan
respon iritasi, hal ini sangat dihindari pada tindakan kedokteran gigi karena
menimbulkan ketidaknyamanan atau bahkan kerugian bagi pasien. Disamping itu
monomer sisa juga mampu bertindak sebagai plasticizer yang mampu berakibat
pada menurunnya sifat flexibel dari resin dan menurunkan kekuatannya.

Untuk itu,dalam mencapai campuran antara bubuk dan cairan yang tepat.
Perbandingan antara bubuk dan cairan resin akrilik adalah 3:1 dilihat berdasarkan
volumenya.

2. Pencampuran

Tidakan berikutnya yang berkaitan dengan proses manipulasi setelah


menentukkan perbandingan yang tepat adalah pencampuran antara bubuk
(polimer) dan cairan(monomer).Begitu kedua variable ini dicampur akan
terbentuk beberapa tahap yang terlihat. Pada point ini yang perlu diperhatikan
adalah kemampuan dalam mengenali tahap-tahap tersebut guna menentukan
waktu yang tepat untuk dilakukan pengisian pada mould. Jika tidak, akan
berakibat pada adonan yang terlanjur menjadi keras yang berujung pada
ketidakmampuannya dilakukan pembentukan. Atau bahkan campuran yang masih
pada tahap lunak akibatnya dapat berpengaruh terhadap perubahan dimensi
nantinya, serta timbulanya porositas.
Tahap yang nampak setelah dilakukan pencampuran antara cairan dan
bubuk adalah sebagai berikut:

a. Sandy stage

Tahap ini dicirikan dengan terbentuknya bentukan pasir basah. Ini adalah bentuk
respon mulai berinteraksinya bubuk dan cairan. Pada tahap ini interaksi tingkat
molekuler belum sepenuhnya terjadi atau bahkan belum sama sekali.

b. Sticky stage

Pada tahap ini mulai terjadi interaksi antara bubuk dan cairan. Dimana cairan
mulai larut pada bubuk yang dapat berakibat pada terdispersinya rantai polimer
(pada bubuk) pada monomer (cairan). Sehingga rantai polimer melepaskan jalinan
ikatan yang berpengaruh terhadap adukan yang secara fisual dapat dilihat dengan
adanya bentukan serat begitu adonan tersebut ditarik.

c. Dough Stage

Pada tahap ini adalah kesempurnaan dari sticky stage. Yaitu tahap dimana polimer
dalam jumlah besar telah terlarut sepenuhnya pada monomer. Dengan demikian
adukan yang terbentuk tidak lagi berserat ataupun lengket. Bahkan tidak laki
adanya bentukan rekatan pada spatulan ataupun cawannya, yaitu benar-benar
berbentuk adonan. Pada tahap inilah yang dikatakan tahap paling tepat untuk
dituangkan pada mould.

d. Rubber hard stage

Tahap ini adalah tahap yang telah dikatakan sebelumnya, yaitu ketika adukan
sudah tidak lagi mampu dilakukan pembentukkan dengan teknik kompresi
konvensional . hal ini dikarenakan sepenuhnya monomer bebas telah diuapkan
dan polimer telah seutuhnya masuk lebih jauh di antara monomer, sehingga
adonan nampak seperti karet dan tidak lagi memiliki kemampuan ketika
diregangkan.
3. Pengisian

Tahap ini disebut juga dengan packing, yaitu tahap penuangan resin
kedalam mould. Pada proses manipulasi yang perlu diperhatikan pada tahap
pengisian ini adalah ketepatan bahan mengisi rongga mould. Apabila terjadi
keadaan:

a. Overpacking : akibatnya akan berpengaruh terhadap ketebalan berlebih pada


pembuatan basis proteosa yang nantinya akan mempengaruhi posisi elemen gigi
protesa di dalamnya.

b. Underpacking : sedangkan keadaan bahan yang tidak sepenuhnya memenuhi


rongga mould akan mampu menimbullkan porus.

Untuk menghindari over ataupun under packing. Dapat dilakukan dengan


pengisian pada rongga mould secara bertahap. Pada tahap selanjutnya setelah
dilakukan pengisian pada rongga mould adalah dilakukannya press dengan pada
kuvet. Kekuatan press yang diberikan pada kuvet sebesar 1000 psi selama 5 menit
kemudian sebesar 2200 psi selamat 5 menit juga. Selama proses press ini biasanya
ditemukan flash, yaitu adanya kelebihan bahan. Flash ini harus dibersihkan dan
dipisahakan dengan bagian resin yang mengisi mould. Setelah dilakukan ini tahap
berikutnya adalah dilakukannya curing.

4. Curring

Proses curring adalah proses terjadinya pengerasan, dimana yang menjadi


komponen pembantu dalam terjadinya curring adalah dibagi menjadi 4:

a. Heat curring : yaitu terjadinya curring yang diaktivasi dengan adanya panas.
Dimana panas yang diperlukan untuk terjadinya polimerasi dan tercapainya
curring yang sempurna adalah 740C (1650F) yang dilakukan pada bak air dengan
menjaga suhu tersebut selama 8-12 jam tanpa adanya prosedur pendidihan
terminal. Baru selanjutnya masuk ke tahap yang kedua dengan meningkatkan suhu
mencapai 100oC dan diproses selama 1 jam.
b. Self curring : cukup dilakukan pada suhu ruang dikarenakan aktivator yang
digunakan telah mengunakan amin tersier yang telah dijelaskan sebelumnya pada
klasifikasi

c. Light curring : proses curring dicapai dengan dipaparkannya cahaya tampak


dengan panjang gelombang sebesar 400-500nm dengan kemampuan menembus
ketebalan sebesar 5-6 mm dengan pemaparan radiasi selama 10-25 menit.

II.5. Aplikasi resin akrilik dalam KG

Pembuatan Basis Gigi Tiruan

Resin akrilik terutama polimetilmetakrilat (PMMA) telah diperkenalkan dan


dengan cepat menggantikan bahan basis gigi tiruan sebelumnya. Resin akrilik
digunakan karena memiliki sifat yang menguntungkan yaitu estetik, warna dan
tekstur mirip dengan gingiva sehinggga estetik di dalam mulut baik, daya serap air
relatif rendah dan perubahan dimensi kecil.

Sebagai Bahan Restorasi

Kelebihan resin akrilik untuk bahan restorasi antara lain daya alir tinggi,
aplikasi mudah setting dengan Light Curing selama 10 menit, dan menghasilkan
permukaan yang sangat halus dan mengkilat.

Bahan penambah post dam pada full denture

Pada gigi palsu dibuat pagaran 2 mm agar dam (jarak antara gigi palsu)
tidak kemasukkan saliva yang dapat membuat lepas

Restorasi gigi ; tambalan, inlay dan laminate (resin komposit)


Splint dan stents

Sebagai individual tray atau sendok cetak perorangan


Sendok cetak resin dibuat untuk menyesuaikan lengkung tertentu sehingga
sering disebut sendok cetak individual. Bahan yang digunakan adalah bahan self-
cured resin. Tetapi akhir-akhir ini sering digunakan bahan resin urethra
dimetakrilat yang diaktivasi sinar. Sendok cetak dari bahan ini mempunyai
dimensi yang stabil selama pasca polimerisasi tetapi rapuh dan melepaskan
partikel bubuk selama proses pengasahan.

Peralatan ortodonsia (plat ortodontik) dan Pedodonsia


Sebagai alat ortodonti lepasan

Dipakai sebagai plat dasar alat ortodontik lepasan yang berupa lempengan
plat akrilik berbentuk melengkung mengikuti permukaan palatum atau permukaan
lingual lengkung mandibula. Jenis resin yang dipakai adalah heat curing dan cold
curing. Bahan dari cold curing memiliki berat molekul lebih rendah sehingga
pengkerutannya lebih sedikit namun memiliki porositas lebih banyak sehingga
kekuatannya lebih rendah. Cold curing polimerisasinya lebih cepat sehingga
waktu pengolahannya pun singkat. Waktu pembuatan yang singkat ini membuat
bahan ini cocok untuk pembuatan alat ortodontik lepasan dan untuk reparasi plak
akrilik. Selain itu cold curing juga mudah dimanipulasi dalam pembuatan.

Protesa maksilofasial (obturator pada celah palatal)


Inlay dan post-core pattern

Relining

Relining adalah mengganti permukaan protesa yang menghadap jaringan.


Bahan yang biasa digunakan adalah self-cured. Namun juga digunakan resin yang
diaktivasi dengan energy panas, sinar, atau gelombang mikro yang nantinya akan
menghasilkan panas yang cukup besar dan distorsi basis protesa cenderung terjadi.
Tahap awal dari relining itu membersihkan permukaan yang menghadap jaringan
untuk meningkatkan perlekatan antara resin yang ada dengan bahan relining. Lalu
resin yang tepat dimasukkan dan dibentuk dengan teknik molding tekanan.
Rebasing

Rebasing adalah mengganti keseluruhan basis protesa. Bahan yang biasa


digunakan adalah sel-cured. Caranya adalah bahan self-cured dicampur sampai
konsistensi encer lalu dimasukkan ke daerah yang kan direparasi. Polimerisasi
yang timbul akan lebih sedikit apabila polimerisasi dilakukan di bawah tekanan
hydrolic hingga sebesar 250 kN/m pada suhu 40-50oC.

Die lepasan
Pelindung Mulut untuk atlet
BAB IV

KESIMPULAN

Resin akrilik merupakan campuran asam-asam karboksilat, minyak


essensial, dan terpenting, yang terdapat sebagai eksudat pada berbagai pohon atau
tanaman semak atau yang diproduksi secara sintetis. Resin diklasifikasikan
menjadi resin alami dan sintetis (resin akrilik) berdasarkan asal. Ada tiga jenis
resin akrilik berdasarkan polimerisasinya: heat cured, self cured, dan light cured.
Komposisi resin yaitu bubuk polimer poli metil metakrilat dan cairan monomer
metil metakrilat. Resin akrilik harus memenuhi syarat biologis, fisis, estetis,
ekonomis, dan mekanis untuk dapat diaplikasikan dalam kedokteran gigi. Aplikasi
umum resin akrilik dalam kedokteran gigi adalah basis protesa, restorasi, dll.
DAFTAR PUSTAKA

Anusavice, Kenneth J. 1996. Phillips: Buku Ajar Ilmu Bahan Kedokteran Gigi.
Jakarta: EGC

Harty, F.J & R. Ogston. 1993. Kamus Kedokteran Gigi. Jakarta: EGC

Nirwana, Intan & R. Heal Soekanto. Jurnal : Sitotoksisitas Resin Akrilik Setelah
Penambahan Glass Fiber dengan Metode Berbeda. Surabaya: Bagian Ilmu
Material dan Teknologi kedokteran Gigi Universitas Airlangga

Riadiantoro, Affian. 2011. Jurnal : Pembuatan Gigi Tiruan Lepasan dengan


Menggunakan Resin Visible Light Cure

Anda mungkin juga menyukai