Oleh :
Ketua : Zulfa Fithri (Nim:121610101097)
Sekertaris : Inetia Fluidayanti (Nim:121610101001)
Hayyu Safira F. (Nim:121610101013)
Anggota : Trianike Nor A. (Nim:121610101002)
Gladiola Nadisha (Nim:121610101005)
Yuni Aisyah P. (Nim:121610101006)
Medina Nanda U. (Nim:121610101007)
Fikhih Kartika M. (Nim:121610101008)
Yusron Haries (Nim:121610101010)
Nazala Zetta Z. (Nim:121610101011)
Gita Putri K. (Nim:121610101014)
Ilvana Ardi W. (Nim:121610101099)
Niken W. (Nim:121610101105)
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas laporan ini, tentang Basis Gigi Tiruan
Akrilik. Laporan ini disusun untuk memenuhi hasil diskusi tutorial kelompok I
pada skenario kedua.
Penulisan laporan ini semuanya tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, oleh
karena itu penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada :
1. drg. Sukanto M. Kes. selaku tutor yang telah membimbing jalannya diskusi
tutorial kelompok I Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Jember dan yang
telah memberi masukan yang membantu, bagi pengembangan ilmu yang telah
didapatkan.
2. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan laporan ini.
Dalam penyusunan laporan ini tidak lepas dari kekurangan dan kesalahan.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan demi
perbaikanperbaikan di masa mendatang demi kesempurnaan laporan ini. Semoga
laporan ini dapat berguna bagi kita semua.
Tim Penyusun
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
I.2. Skenario
I.3. Permasalahan
II.1.Klasifikasi resin
BAB IV KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
Melihat urgensi dari protesa dalam praktek kedokteran gigi, seorang calon
dokter gigi haruslah mengetahui secara mendalam tentang basis protesa berbahan
dasar resin akrilik. Beberapa hal yang perlu diketahui adalah antara lain
mengetahui klasifikasi resin, sifat resin yang dapat digunakan dalam KG,
komposisi dan sifat resin akrilik, proses manipulasi, serta pengaplikasiannya di
dalam KG. Oleh karena itu, kami kelompok tutorial 1 akan sedikit mengupas
tentang resin akrilik di dalam laporan ini.
I.2. Skenario
I.3. Permasalahan
RESIN
ALAM SINTETIK
AKRILIK KOMPOSISI
SYARAT
SIFAT
KG
BASIS PROTESA
TINJAUAN PUSTAKA
II.1.Klasifikasi resin
Dari sifat termalnya, resin dibagi lagi menjadi resin termoplastik dan
termosetting. Resin termoplastik, seperti kompoun cetak dan akrilik, melunak
ketika di panaskan melebihi temperatur transisi kaca (Tg), kemudian dapat
dibentuk dan dengan pendinginan akan mengeras dalam bentuk tersebut. namun,
pada pemanasan ulang bahan dapat melunak kembali dan dapat dibentuk kembali
bila diperlukan. Setelah itu, resin termosetting, merupakan resin yang menjadi
keras secara permanen bila dipanaskan melebihi temperatur kritis dan tidak
melunak kembali pada pemanasan ulang (Phillips, 1996).
Sesuai dengan skenario, resin akrilik merupakan resin sintetik
termoplastik. Resin akrilik sendiri memiliki beberapa klasifikasi berdasarkan cara
polimerisasinya:
1. Heat cured acrylic resin : resin akrilik yang menggunakan pemanasan untuk
polimerisasi.
2. Self cured acrylic resin : resin akrilik yang menggunakan akselerator kimia
untuk polimerisasi yaitu dimetil-para-toluidin.
3. Light cured resin : resin akrilik yang menggunakan sinar tampak untuk
polimerisasi.
1. Biologis : tidak memiliki rasa, tidak berbau, tidak toksik, dan tidak
mengiritasi jaringan rongga mulut, tidak boleh larut dalam saliva atau cairan
lain yang dimasukkan ke dalam mulut, dan tidak dapat ditembus cairan mulut.
2. Fisik : memiliki kekuatan dan kepegasan serta tahan terhadap tekanan gigit
atau pengunyahan, tekanan benturan, serta keausan berlebihan yang dapat
terjadi di dalam rongga mulut. Resin akrilik jugalah harus stabil dimensinya
dibawah semua keadaan, termasuk perubahan termal serta variasi-variasi
dalam beban.
Resin akrilik pada dasarnya memiliki dua komposisi dasar yaitu bubuk
polimer dan cairan monomer.
Polimer
Secara umum polimer resin akrilik terdiri dari poli (metil metakrilat), initiator
(0.2-0.5% benzoil peroksida), pigmen (merkuri sulfat, cadmium selenit, ferric
oxide), plasticizer (dibutil ptalat), opacifiers (zinc atau titanium oxide), bahan
tambahan berupa serat sintetis organik (serat nilon atau serat akrilik) dan
anorganik (serat kaca, zirkonium silikat). Untuk resin akrilik jenis self cured ,
ada bahan tambahan aktivator berupa amin tersier, sedangkan pada light cured
terdapat aktivator berupa camphoroquinone.
Monomer
Monomer resin akrilik terdiri dari metil metakrilat, stabilizer (0.003 0.1%
metil ether hydroquinone untuk mencegah terjadinya proses polimerisasi
selama penyimpanan), plasticizer (dibutil pthalat), bahan untuk memacu ikatan
silang (cross-linking agent) yaitu etilen glikol dimetakrilat (EGDMA). Cross-
link agent ini berpengaruh pada sifat fisik polimer dimana polimer yang
memiliki ikatan silang bersifat lebih keras dan tahan terhadap pelarut
(Chanaka, 2010)
2. Pencampuran
3. Dough stage adalah saat konsistensi adonan mudah diangkat dan tidak
melekat lagi, dimana tahap ini merupakan waktu yang tepat untuk
memasukkan adonan ke dalam mould dan kebanyakan dicapai dalam
waktu 10 menit.
4. Rubber hard stage adalah tahap seperti karet dan tidak dapat dibentuk
dengan kompresi konvensional.
5. Pengisian
Tahap ini disebut juga dengan packing, yaitu tahap penuangan
resin kedalam mould. Pada proses manipulasi yang perlu diperhatikan
pada tahap pengisian ini adalah ketepatan bahan mengisi rongga
mould. dengan pengisian pada rongga mould secara bertahap. Pada
tahap selanjutnya setelah dilakukan pengisian pada rongga mould
adalah dilakukannya press dengan pada kuvet. Kekuatan press yang
diberikan pada kuvet sebesar 1000 psi selama 5 menit kemudian
sebesar 2200 psi selamat 5 menit juga. Selama proses press ini
biasanya ditemukan flash, yaitu adanya kelebihan bahan. Flash ini
harus dibersihkan dan dipisahakan dengan bagian resin yang mengisi
mould. Setelah dilakukan ini tahap berikutnya adalah dilakukannya
curing.
6. Curring.
Resin akrilik merupakan salah satu bahan kedokteran gigi yang telah
banyak aplikasikan untuk pembuatan anasir dan basis gigi tiruan, pelat ortodonsi,
sendok cetak khusus, serta restorasi mahkota dan jembatan dengan hasil
memuaskan, baik dalam hal estetik maupun dalam hal fungsinya. Selain itu resin
digunakan untuk reline dan perbaikan prostesa, gigi palsu parsial. Resin juga telah
digunakan untuk retainer ortodontik dan perangkat removable gigi , pelindung
mulut dari bruxism, mahkota gigi. (philis, 2003)
Resin akrilik digunakan sebagai bahan restorasi karena memilki kelebihan
yaitu daya alir tinggi, aplikasi mudah setting dengan light-cured selama 10 menit,
dan menghasilkan permukaan yang sangat halus dan mengkilat. Digunakam
sebagai sendok cetak karena dibuat untuk menyesuaikan lengkung tertentu
sehingga sering disebut sendok cetak individual. Sebagai alat ortodonsi lepasan
karena dipakai sebagai plat dasar alat ortodontik lepasan yang berupa lempengan
plat akrilik berbentuk melengkung mengikuti permukaan palatum atau permukaan
lingual lengkung mandibula. Jenis resin yang dipakai adalah heat curing dan cold
curing. Bahan dari cold curing memiliki berat molekul lebih rendah sehingga
pengkerutannya lebih sedikit namun memiliki porositas lebih banyak sehingga
kekuatannya lebih rendah.Sebagai reparasi yaitu bahan yang biasa digunakan
adalah jenis self-cured dan heat-cured. Bias juga digunakan sebagai relining,
Relining adalah mengganti permukaan protesa yang menghadap jaringan. Bahan
yang biasa digunakan adalah self-cured. Namun juga digunakan resin yang
diaktivasi dengan energy panas, sinar, atau gelombang mikro yang nantinya akan
menghasilkan panas yang cukup besar dan distorsi basis protesa cenderung terjadi.
Tahap awal dari relining itu membersihkan permukaan yang menghadap jaringan
untuk meningkatkan perlekatan antara resin yang ada dengan bahan relining. Lalu
resin yang tepat dimasukkan dan dibentuk dengan teknik molding tekanan.Dan
yang terakhir digunakan untuk rebasing, rebasing adalah mengganti keseluruhan
basis protesa. Bahan yang biasa digunakan adalah sel-cured. Caranya adalah
bahan self-cured dicampur sampai konsistensi encer lalu dimasukkan ke daerah
yang kan direparasi. Polimerisasi yang timbul akan lebih sedikit apabila
polimerisasi dilakukan di bawah tekanan hydrolic hingga sebesar 250 kN/m pada
suhu 40-50oC. (Philips,2003)
BAB III
PEMBAHASAN
II.1.Klasifikasi resin
Resin merupakan suatu dental material yang telah digunakan secara luas.
Secara umum, resin ada yang alami (berasal dari tumbuhan atau serangga tertentu)
dan sintetik (dari senyawa kimia yang strukturnya mengacu pada struktur resin
alami). Resin akrilik adalah salah satu contoh dari resin sintetik. Selain itu, resin
juga dapat diklasifikasikan berdasarkan sifat termalnya, yaitu termoplastik dan
termosetting. Resin termoplastik dalah suatu resin yang akan melunak apabila
diberi suhu melebihi suhu transisi kaca (Tg)-nya, dan kemudian mengeras.
Apabila resin tersebut dipanaskan kembali, maka akan lunak kembali. Contoh
resin termoplastik adalah resin akrilik. Hal tersebutlah yang membedakan resin
termoplastik dengan resin termosetting. Untuk resin termosetting, resin jenis ini
akan mengeras secara permanen apabila dipanaskan melebihi suhu kritisnya.
Sehingga bentuk resin ini akan tetap atau tidak berubah meskipun mengalami
pemanasan ulang.
Sesuai dengan skenario, resin akrilik yang merupakan jenis resin sintetik,
juga memiliki klasifikasi tersendiri berdasarkan cara polimerisasinya, yaitu: heat-
cured, self-cured, dan light-cured.
Heat cured acrylic resin : yaitu terjadinya curring yang diaktivasi oleh
adanya panas.
Self cured acrylic resin : curring cukup dapat dilakukan pada suhu ruang
karena adanya aktivator amin tersier.
Light cured resin : proses curring dicapai dengan dipaparkannya cahaya
tampak
Setiap jenis resin akrilik tersebut, memiliki kekurangan dan kelebihan
masing-masing.
Sehingga diharapkan dokter gigi dapat memilih mana resin akrilik terbaik untuk
digunakan.
Komposisi
Komposisi resin akrilik secara umum adalah sama, yaitu terdiri dari bubuk
polimer dan cairan monomer. Namun pada resin jenis tertentu, memiliki beberapa
bahan tambahan. Berikut adalah komposisi resin akrilik:
1. Polimer:
a. Poli(metil metakrilat)
Bubuk polimer yaitu poli( metil metakrilat ) adalah resin transparan yang dapat
menyalurkan cahaya dalam range ultraviolet hingga yang mempunyai wavelength
250nm. Ia mempunyai kekerasan dari 18 hingga 20 Knoop Number. Kekuatan
tensilnya dianggarkan dalam 60 Mpa, ketumpatannya adalah 1.19 g/cm2 dan
modulus elasticity dianggarkan 2.4 Gpa (2400 Mpa).
b. Initiator
Initiator merupakan suatu bahan yang berfungsi untuk mengaktifkan
reaksi polimerisasi resin akrilik. Bahan initiator yang biasa ditemukan adalah
berupa 0.2 - 0.5% benzoil peroksida. Substansi ini akan mengalami pemutusan
ikatan oleh karena adanya pemicu seperti panas pada heat-cured, kimia pada self-
cured, dan cahaya pada light-cured. Pemutusan ikatan satu benzoil peroksida akan
menghasilkan dua buah radikal bebas. Radikal bebas inilah yang nantinya akan
mengikat monomer-monomer sehingga terjadilah reaksi polimerisasi.
c. Pigmen
Zat pigmen pada resin akrilik akan membuat resin akrilik dapat memiliki
bermacam warna, yaitu transparan yang menyerupai warna gigi, atau pink yang
menyerupai gingiva. Beberapa sedian bahwa mengandung serat-serat merah
sehingga menyerupai pembuluh darah. Zat pigmen dapat berupa merkuri sulfit,
cadmium sulfit, cadmium selenit, dan ferric oxide.
d. Plasticizer
Plasticizer adalah zat additif untuk menambah kefleksibilitasan resin
akrilik. Zat ini dapat berupa dibutil pthalat.
e. Opacifiers
Tujuan bagi penambahan opacifiers adalah untuk memastikan resin akrilik
terlihat di dalam sinar-X apabila tertelan. Opacifiers yang biasa digunakan adalah
zinc atau titanium oxide.
f. Bahan tambahan
Bahan yang umumnya ditambahkan pada resin akrilik adalah serat
sintetis/organik (serat nilon atau serat akrilik) dan partikel inorganik, seperti serat
kaca, zirkonium silikat. Adanya penambahan bahan-bahan ini biasanya dilakukan
untuk merubah sifat fisik dan menkanik, seperti penambahan serat kaca akan
menyebabkan densitas resin akan akrilik semakin meningkat.
2. Monomer
a. Metil metakrilat
Cairan monomer adalah metil metakrilat, yaitu suatu cairan bening pada
suhu ruangan yang mempunyai sifat fisikal berikut:
Sifat
a. Berat molekul
b. Monomer sisa
Resin akrilik polimerisasi panas relatif menyerap air lebih sedikit pada
lingkungan yang basah. Nilai absorbsi air oleh resin akrilik yaitu 0.69% mg/cm2.
Absorbsi air oleh resin akrilik terjadi akibat proses difusi, dimana molekul air
dapat diabsorbsi pada permukaan polimer yang padat dan beberapa lagi dapat
menempati posisi di antara rantai polimer. Hal inilah yang menyebabkan rantai
polimer mengalami ekspansi. Setiap kenaikan berat akrilik sebesar 1% yang
disebabkan oleh absorbsi air menyebabkan terjadinya ekspansi linear sebesar
0.23%. Sebaliknya pengeringan bahan ini akan disertai oleh timbulnya kontraksi.
e. Retak
Pada permukaan resin akrilik dapat terjadi retak. Hal ini diduga karena
adanya tekanan tarik (tensile stress) yang menyebabkan terpisahnya molekul-
molekul polimer. Keretakan seperti ini dapat terjadi oleh karena stress mekanik,
stress akibat perbedaan ekspansi termis dan kerja bahan pelarut. Adanya crazing
(retak kecil) dapat memperlemah gigi tiruan.
f. Ketepatan dimensional
g. Kestabilan dimensional
Resistensi resin akrilik terhadap larutan yang mengandung asam atau basa
lemah adalah baik. Penggunaan alkohol dapat menyebabkan retaknya protesa.
Ethanol juga berfungsi sebagai plasticizer dan dapat mengurangi temperatur
transisi kaca. Oleh karena itu, larutan yang mengandung alkohol sebaiknya tidak
digunakan untuk membersihkan protesa.
Seperti yang dijelaskan sebelumnya, bahwa resin akrilik dikemas dalam dua
bentuk yaitu cairan (yang mengandung poli (metil metakrilat)/PMMA yang tidak
terpolimerasi atau dengan kata lain dalam bentuk monomer) dan bubuk ( berupa
PMMA prapolimerasi yang berbentuk butiran-butiran halus. Perbandingan
keduanya sangat penting bila digunakan untuk pengaplikasian di kedokteran gigi,
semisal pembuatan protesa, hal ini dikarenakan konsistensi yang tepat diantara
keduanya mampu menghasilkan sifat fisik dan mekanik yang tepat pula.
Perbandingan yang tidak sesuai antara bubuk dan cairan mampu menyebabkan
pengerutan volumetrik dan pengerutan secara linier. Selain itu keadaaan dimana:
a. Konsentrasi Bubuk > Cairan
Untuk itu,dalam mencapai campuran antara bubuk dan cairan yang tepat.
Perbandingan antara bubuk dan cairan resin akrilik adalah 3:1 dilihat berdasarkan
volumenya.
2. Pencampuran
a. Sandy stage
Tahap ini dicirikan dengan terbentuknya bentukan pasir basah. Ini adalah bentuk
respon mulai berinteraksinya bubuk dan cairan. Pada tahap ini interaksi tingkat
molekuler belum sepenuhnya terjadi atau bahkan belum sama sekali.
b. Sticky stage
Pada tahap ini mulai terjadi interaksi antara bubuk dan cairan. Dimana cairan
mulai larut pada bubuk yang dapat berakibat pada terdispersinya rantai polimer
(pada bubuk) pada monomer (cairan). Sehingga rantai polimer melepaskan jalinan
ikatan yang berpengaruh terhadap adukan yang secara fisual dapat dilihat dengan
adanya bentukan serat begitu adonan tersebut ditarik.
c. Dough Stage
Pada tahap ini adalah kesempurnaan dari sticky stage. Yaitu tahap dimana polimer
dalam jumlah besar telah terlarut sepenuhnya pada monomer. Dengan demikian
adukan yang terbentuk tidak lagi berserat ataupun lengket. Bahkan tidak laki
adanya bentukan rekatan pada spatulan ataupun cawannya, yaitu benar-benar
berbentuk adonan. Pada tahap inilah yang dikatakan tahap paling tepat untuk
dituangkan pada mould.
Tahap ini adalah tahap yang telah dikatakan sebelumnya, yaitu ketika adukan
sudah tidak lagi mampu dilakukan pembentukkan dengan teknik kompresi
konvensional . hal ini dikarenakan sepenuhnya monomer bebas telah diuapkan
dan polimer telah seutuhnya masuk lebih jauh di antara monomer, sehingga
adonan nampak seperti karet dan tidak lagi memiliki kemampuan ketika
diregangkan.
3. Pengisian
Tahap ini disebut juga dengan packing, yaitu tahap penuangan resin
kedalam mould. Pada proses manipulasi yang perlu diperhatikan pada tahap
pengisian ini adalah ketepatan bahan mengisi rongga mould. Apabila terjadi
keadaan:
4. Curring
a. Heat curring : yaitu terjadinya curring yang diaktivasi dengan adanya panas.
Dimana panas yang diperlukan untuk terjadinya polimerasi dan tercapainya
curring yang sempurna adalah 740C (1650F) yang dilakukan pada bak air dengan
menjaga suhu tersebut selama 8-12 jam tanpa adanya prosedur pendidihan
terminal. Baru selanjutnya masuk ke tahap yang kedua dengan meningkatkan suhu
mencapai 100oC dan diproses selama 1 jam.
b. Self curring : cukup dilakukan pada suhu ruang dikarenakan aktivator yang
digunakan telah mengunakan amin tersier yang telah dijelaskan sebelumnya pada
klasifikasi
Kelebihan resin akrilik untuk bahan restorasi antara lain daya alir tinggi,
aplikasi mudah setting dengan Light Curing selama 10 menit, dan menghasilkan
permukaan yang sangat halus dan mengkilat.
Pada gigi palsu dibuat pagaran 2 mm agar dam (jarak antara gigi palsu)
tidak kemasukkan saliva yang dapat membuat lepas
Dipakai sebagai plat dasar alat ortodontik lepasan yang berupa lempengan
plat akrilik berbentuk melengkung mengikuti permukaan palatum atau permukaan
lingual lengkung mandibula. Jenis resin yang dipakai adalah heat curing dan cold
curing. Bahan dari cold curing memiliki berat molekul lebih rendah sehingga
pengkerutannya lebih sedikit namun memiliki porositas lebih banyak sehingga
kekuatannya lebih rendah. Cold curing polimerisasinya lebih cepat sehingga
waktu pengolahannya pun singkat. Waktu pembuatan yang singkat ini membuat
bahan ini cocok untuk pembuatan alat ortodontik lepasan dan untuk reparasi plak
akrilik. Selain itu cold curing juga mudah dimanipulasi dalam pembuatan.
Relining
Die lepasan
Pelindung Mulut untuk atlet
BAB IV
KESIMPULAN
Anusavice, Kenneth J. 1996. Phillips: Buku Ajar Ilmu Bahan Kedokteran Gigi.
Jakarta: EGC
Harty, F.J & R. Ogston. 1993. Kamus Kedokteran Gigi. Jakarta: EGC
Nirwana, Intan & R. Heal Soekanto. Jurnal : Sitotoksisitas Resin Akrilik Setelah
Penambahan Glass Fiber dengan Metode Berbeda. Surabaya: Bagian Ilmu
Material dan Teknologi kedokteran Gigi Universitas Airlangga