Anda di halaman 1dari 21

1

PENETAPAN KADAR FENOLIK TOTAL EKSTRAK ETANOL


DAUN KAYU MANIS (Cinnamomum burmannii) SECARA
SPEKTROFOTOMETRI UV-Vis11
NAMA : FITRI DESMA PUTRI
NIM : 1510121221097

I. PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang Masalah

Tanaman sebagai bahan obat telah dimanfaatkan masyarakat Indonesia sejak

dahulu. Salah satu tanaman yang berkhasiat sebagai obat yaitu tumbuhan kayu

manis. Tumbuhan kayu manis (Cinnamomum burmannii) banyak dikembangkan di

berbagai Negara diantaranya : yaitu Indonesia (Sumtera Barat dan Jambi),

Bangladesh, Cina, India dan Vietnam yaitu Cinnamomum aromaticum, di Srilanka

yaitu Cinnamomum zeylanicum. (Abdullah,1990).

Kayu manis secara tradisional digunakan untuk berbagai penyakit, misalnya

sebagai penghilang nyeri (analgetik), peluruh kentut (karminatif), dan perut kembung

(antispasmodic), dan digunakan juga sebagai bumbu masak (Agung dan

Tinton,2001). Salah satu kandungan kimia pada kayu manis adalah senyawa fenolik,

dimana senyawa fenolik di alam sangat luas dan merupakan senyawa yang banyak di

temui pada tumbuhan, seperti pada bagian daun, batang, kulit batang, buah, bunga,

dan biji. Senyawa fenolik mempunyai cincin aromatik dengan satu atau lebih gugus

hidroksil. Fenolik lebih banyak mengandung senyawa eter, ester, atau glikosida

1
Proposal ini akan diseminarkan di Kampus Akademi Farmasi Dwi Farma Bukittinggi pada :
Hari/tanggal : Kamis / 14 Desember 2017
Pukul : 16.00 17.00
Pembimbing : 1. Budi Setiawan, M.Farm, Apt
2. Yonrizon, Amd.Farm, SE, MM
2

(Harborne,1987). Pelarut yang sering digunakan untuk mengekstraksi senyawa

fenolik antara lain: air, metanol, etanol, aseton, dan etil asetat.

Sebagian besar dari masyarakat menggunakan tumbuhan kayu manis

(Cinnamomum burmannii) hanya bagian kulitnya saja, sementara daunnya hanya di

buang dan dibiarkan saja. Padahal daun yang di buang tersebut mengandung

senyawa fenolik (Prasetyaningrum et all, 2012). Menurut hasil penelitian Salim dkk,

2017 menyatakan bahwa kadar fenolik pada daun kayu manis (Cinnamomum

burmannii) menggunakan pelarut etil asetat yaitu sebesar 166,888 mg/g.

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, penulis tertarik untuk melakukan

penelitian tentang penetapan kadar fenolik total pada ekstrak etanol daun kayu manis

(Cinnamomum burmannii) secara spektrofotometri UV-Vis1.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah dari

penelitian ini adalah berapa kadar fenolik total yang terdapat pada daun kayu manis

(Cinnamonum Burmani) ?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kadar fenolik total pada daun

kayu manis (Cinnamomum Burmannii) secara spektrofotometri UV Vis.

1.4 Manfaat Penelitian

1. Untuk memberikan informasi kepada masyarakat tentang kadar fenolik

total dari daun kayu manis (Cinnamonum Burmannii).

2. Bagi peneliti, dapat mengaplikasikan ilmu yang diperoleh di kampus

Akademi Farmasi Dwi Farma Bukittinggi


3

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Klasifikasi dan morfologi Tumbuhan Kayu Manis (Cinnamomum

burmannii)

2.1.1 Klasifikasi Tumbuhan Kayu Manis (Cinnamomum burmannii)

Kingdom : Plantae

Divisi : Magnoliophyta

Sub divisi : Spermatophita

Kelas : Magnoliopsida

Ordo : Laurales

Famili : Lauraceae

Genus : Cinnamomum

Spesies : Cinnamomum burmannii

Nama Daerah : Kayu manis (Padang), Manis jangan (Jawa), Ki amis

(Sunda)

Kandungan Kimia : Tanin, alkaloid, saponin, fenol

Kegunaan : Antiseptik, analgetik, antispasmodic, peluruh kentut.

Daun kayu manis berbentuk tunggal, kaku seperti kulit, letak berseling,

panjang tangkai daun 0,5 1,5 cm, dengan 3 buah tulang daun yang tumbuh

melengkung. Bentuk daun elips memanjang, panjang 4 14 cm, lebar 1,5 6 cm,

ujung runcing, tepi rata, permukaan atas licin warnanya hijau, permukaan bawah

bertepung warnanya keabu-abuan (Wijayakusuma, H. 1994).


4

2.2. Tinjauan Kimia Asam Galat

Gambar 1. Struktur asam galat

Bentuk : Kristal tidak bewarna

Kelarutan : 1 g larutan dalam 87 bagian air, dalam 6 ml gliserol

dan 5 ml aseton

Rumus molekul : C7H6O5

Berat molekul : 170, 12

2.3. Ekstraksi

Ekstraksi adalah proses pemisahan zat-zat dari bahan padat maupun cair

menggunakan bantuan pelarut. Pelarut yang digunakan hanya mengekstraksi tanpa

menyebabkan material lain ikut larut. Pelarut yang biasa di gunakan adalah etanol,

metanol, n-heksan, etil asetat, aseton dan benzen (Aji, 2014).

Metoda ekstraksi terdiri dari 2 cara yaitu cara dingin dan cara panas

1. Cara dingin terdiri dari :

a. Maserasi

Maserasi adalah proses ekstraksi sederhana dilakukan dengan cara

merendam simplisia dalam satu campuran pelarut selama waktu

tertentu pada temperatur kamar dan terlindungi dari cahaya.


5

b. Perkolasi

Perkolasi adalah proses penyarian zat aktif dengan cara

mengalirkan pelarut secara kontinu pada simplisia selama waktu

tertentu .

2. Cara panas terdiri dari :

a. Seduhan

Merupakan metoda ekstraksi paling sederhana yaitu dengan

cara merendam simplisia dengan air panas selama waktu tertentu

(5-10 menit).

b. Coque (penggodokan)

Merupakan proses penyarian dengan cara menggodok

simplisia menggunakan api langsung dan hasilnya dapat langsung

digunakan sebagai obat baik secara keseluruhan termasuk

ampasnya atau hanya hasil godokannya saja tanpa ampas.

c. Infusa

Infusa merupakan sedian cair yang dibuat dengan cara

menyari simplisia nabati dengan air pada suhu 90oC selama 15

menit.

d. Digesti

Digesti adalah proses ekstraksi yang cara kerjanya sama

dengan maserasi, hanya saja digesti menggunakan pemanasan

rendah pada suhu 30-40oC.


6

e. Dekokta

Proses penyarian secara dekokta hampir sama dengan infusa,

perbedaannya hanya terletak pada lamanya waktu pemanasan.

f. Refluks

Refluks merupakan proses ekstraksi dengan pelarut pada titik

didih pelarut selama waktu dan jumlah pelarut tertentu dengan

adanya pendingin balik (kondensor).

g. Soxhletasi

Proses soxhletasi merupakan proses ekstraksi panas

menggunakan alat khusus berupa ekstraktor soxhlet. Suhu yang

digunakan lebih rendah dibandingkan dengan suhu pada metode

refluks (Marjoni, 2016).

2.4 Spektrofotometri UV-Vis

Spektrofotometri UV-Vis adalah pengukuran panjang gelombang dan intensitas

sinar ultraviolet dan cahaya tampak yang di amborbsi oleh sampel. Sinar ultraviolet

berada pada panjang gelombang (200-400 nm) sedang kan sinar tampak berada pada

panjang gelombang (400-800 nm). Fungsi spektrofotometri yaitu untuk menentukan

kandungan zat organik dan anorganik secara kualitatif dan kuantitatif dalam suatu

larutan. Prinsip kerjanya berdasarkan penyerapan cahaya atau energi oleh suatu

larutan. Jumlah cahaya atau energi yang diserap memungkinkan pengukuran jumlah

zat menyerap dalam larutan(Aji,2014)


7

Metoda spektro UV-Vis dapat digunakan untuk menetapkan kadar senyawa obat

dalam jumlah yang cukup banyak dengan menggunakan persamaan regresi linear,

menyatakan hubungan antara konsentrasi baku dengan absorbansinya

Rumus persamaan regresi linier :

= a + bx

Keterangan :

=absorban

a = harga y, bila x = o

b= koefisien regresi

x= konsentrasi

komponen-komponen pokok spektrofotometri :

Gambar 2. Komponen spektrofotometri UV-Vis

1. Sumber energi cahaya

Sumber yang digunakan adalah lampu hidrogen atau deuterium

untuk pengukuran pada daerah dan lampu tungsten untuk

pengukuran pada UV-Vis (Cahaya tampak)


8

2. Alatnya berupa prisma atau grating, digunakan untuk memperoleh

sinar yang monokromatis dan mendapatkan panjang gelombang

yang diinginkan.

3. Kuvet

Pada pengukuran untuk Vis digunakan kuvet kaca dan pada

pengukuran daerah UV digunakan kuvet (silica) karena kuvet kaca

tidak tembus cahaya pada daerah ini.

4. Detektor

Detektor berperan memberi respon terhadap cahaya pada bagian

panjang gelombang (Gadjar dan Rohman, 2012)

2.5 Hukum lambert-beer (Dachriyanus, 2004)

Hukuim Lambert-Beer ( Beers law) adalah hubungan linearitas

antara absorban dengan konsentrasi larutan analit. Biasanya hokum

Lambert=beer ditulis dengan :

A= .b.C

Dimana :

A = absorban (serapan)

b = tebal kuvet

c = konsentrasi

= koefisien ekstingsi molar


9

2.6 Metoda Folin Ciocalteu

Ada bebeapa macam cara untuk menentukan kandungan fenolik total dari

suatu sampel, diantaranya yaitu dengan metoda folin ciocalteu. Reagen ini

merupakan pereaksi spesifik untuk senyawa fenol.

Komposisi reagen folin ciocalteu yaitu :

a. Natrium fosfotungstat : 10%

b. Natrium fosfomolibdat : 2,5%

c. H3PO4 : 4,2%

d. HCL : 2,5%

e. Li2SO4 : 15%

f. Br2 : Beberapa tetes

Reagen ini merupakan larutan yang bewarna kuning, kelarutannya mudah

larut dalam air, etanol, dan kloroform (Singleton, 1999).

2.7 Hipotesa

Hipotesa dari penelitian ini adalah ekstrak etanol daun kayu manis

(Cinnamomum burmanni) memiliki senyawa fenolik total.


10

III. METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan November 2017 sampai selesai

di Laboratorium Spektrofotometri dan Laboratorium Fitokimia Akademi

Farmasi Dwi Farma Bukittinggi.

3.2. Alat dan Bahan

3.2.1. Alat

Satu set alat spektrofotometri UV_Vis, timbangan analitik, neraca, neraca

analitik, seperangkat alat destilasi, bola hisap, gelas ukur, labu ukur, pipet mikro,

pipet tetes, tabung reaksi, erlemeyer, botol gelap, gunting, corong, spatel, tissue,

kertas saring, cawan penguap.

3.2.2. Bahan

Daun kayu manis, reagen folin ciocalteu, Na2CO3 10%, asam galat, aqua dest,

etanol 96%, FeCL3.

3.3 Sampel dan Teknik Sampel

3.3.1 Pengambilan Sampel

Sampel yang akan di gunakan adalah daun kayu manis yang di ambil di

kecamatan Bukit Barisan, Kabupaten Lima Puluh Kota. Secara Simple Random

Sampling.

3.3.2 Pengolahan Sampel

Daun kayu manis (Cinnamomum burmannii) dicuci bersih, dikering

anginkan kemudian dirajang, timbang 100 g dan maserasi dengan etanol 96% selama

3x3 hari setelah itu di saring. Maserat yang diperoleh uapkan sampai diperoleh

ekstrak.
11

3.3.3. Uji Kualitatif Senyawa fenolik

Senyawa golongan fenolik dapat dideteksi dengan menggunakan FeCl3. Ambil

sedikit ekstrak daun kayu manis tambahkan 3 tetes FeCl3, jika terbentuk warna hijau,

biru berarti menunjukkan adanya senyawa polifenol (Alfian.R 2012).

3.4 Pembuatan Reagen

3.4.1. Pembuatan FeCl3

Larutkan 0,5 g FeCl3 dalam 10 ml aqua dest.

3.4.2. Na2CO3 10%

Timbang 10 g Na2CO3 tambahkan aquades sampai 100 ml kemudian di

diamkan selama 24 jam.

3.4.3. Pembuatan larutan induk asam galat (1mg/ml)

Timbang 50 g asam galat, larutkan dengan etanol 96% hingga 50 ml.

sehingga diperoleh konsentrasi 1 mg/ml.

3.5 Penentuan operating time

Sebanyak 0,2 ml larutan asam galat konsentrasi 1 mg/ml ditambahkan 1 ml

reagen folin ciocalteu, kemudian dikocok dan didiamkan selama 5 menit. Kedalam

larutan tersebut di tambahkan 3 ml larutan Na2CO3 10% dan 15,8 ml aqua dest,

dikocok homogen, dan di ukur absorbansinya dalam rentang waktu 0-35 menit pada

panjang gelombang 765 nm.

3.6 Pembuatan Kurva Kalibrasi Asam galat

1. Dari larutan asam galat konsentrasi 1 mg/ml dipipet 1 ml, 1,25 ml,

1,5 ml, 1,75 ml, dan 2 ml. Diencerkan dengan aquadest hingga 10

ml, sehingga diperoleh konsentrasi 100 g/ml, 125 g/ml, 150 g/ml,

175 g/ml, 200 g/ml.


12

2. Dari masing-masing konsentrasi di atas, pipet 0,2 ml lalu tambahkan

15,8 ml aquadest dan 1 ml reagen folin Folin-Ciocalteu, kocok dan

diamkan selama 8 menit pada suhu kamar.

3. Tambahkan larutan Na2CO3 10% sebanyak 3 ml kocok homogen,

diamkan selama 2 jam pada suhu kamar.

4. Ukur serapan pada panjang gelombang 765 nm.

3.7 Penetapan Kadar Fenolik Total Ekstrak Daun Kayu Manis

(Cinnamomum burmannii)

1. Timbang 100 mg ekstrak sampel, larutkan dengan aquadest hingga

100 ml, dan diperoleh konsentrasi 1 mg/ml.

2. Dari konsentrasi 1 mg/ml pipet 1,5 ml dan encerkan dengan aquadest

sampai 10 ml, sehingga didapat konsentrasi 150 g/ml.

3. Pipet 0,2 ml ekstrak tambahkan aquadest sebanyak 15,8 ml dan

reagen Folin-Ciocalteu sebanyak 1 ml lalu dikocok. Diamkan selama

8 menit kemudian tambahkan Na2CO3 10% sebanyak 3 ml, diam kan

selama 2 jam pada suhu kamar.

4. Ukur serapan pada panjang gelombang 765 nm dengan

spektrofotometer UV-VIS, sebanyak 3 kali pengulangan.

5. Hitung kadar fenolik total sampel dengan menggunakan persamaan

regresi linear.
13

3.8. Analisis Data

Digunakan persamaan regresi untuk membuat kurva kalibrasi asam galat.

Rumus regresi linear :

= a + bx

Keterangan :

= Subjek dalam variable dependen yang diprediksikan

= Harga y bila (x=0)

b= Koefisien regresi

x= Konsentrasi
14

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, A, (1990).Kemungkinan Perkembangan Tiga Jenis Kayu Manis di


Indonesia, dalam Tanaman Industri Lainny. Prosiding Simposium I Hasil
Penelitian dan Pengembangan Tanaman Industri, hal.1231-1244

Agung dan Tinton, (2008). Buku Pintar Tanaman Obat. PT Agromedia Pustaka.
Jakarta

Aji, Rahman Mukti, (2014). Uji Aktivitas Antioksidan Pada Ekstrak Daging Daun
Lidah Buaya Menggunakan Metoda DPPH. Jurnal. Fakultas Kedokteran Uin
Syarif Hidayatullah. Jakarta
Alfian, R. Susanti, H, (2012). Penetapan Kadar Fenolik Total Ekstrak Methanol
Kelopak Bunga Rosella Merah (Hibiscus sabdariffa Linn) Dengan Variasi
Tempat
Tumbuh Secara Spektrofotometri
Dachriyanus, (2004). Analisis Struktur Senyawa Organik Secara Spektroskopi.
Padang. Andalas University Press
Gadjar, I, G dan Rohman, A, (2012). Analisis Pbat Secara Spektrofotometri dan
Kromatografi. Yogyakarta
Harborne, J, B, (1987). Metode Fitokimia Tumbuhan Obat Di Hutan Taman Wisata
Alam Gunung Meja Kabupaten Monokwari Provinsi Papua. ITB
Khayasar, (2013). Kayu Manis Sebagai Tanaman Obat
Marjoni,R, (2016). Dasar-Dasar Fitokimia Untuk Diploma III Farmasi. Trans Info
Media. Jakarta
Marjoni, Afrinaldi dan Novita, A, D, (2015). Kandungan Total Fenol Dan Aktivitas
Antioksidan Ekstrak Air Daun Kersen (Muntingia calabura L.) Jurnal.
Kedokteran Yarsi
Prasetyaningrum (2012). Aktivitas Antioksidan, Total Fenol, Dan Anti Bakteri
Minyak Atsiri Dan Oleoresin Kayu Manis (Cinnamomum burmannii). Jurnal.
Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret
Salim, M, F, A. Rorong, J, A. Katja, D, G, (2017). Aktovitas Penstabil Oksigen
Singlet dari Hasil Fraksinasi Ekstrak Metanol Daun Kayu Manis
(Cinnamomum burmannii) Terhadap Fotooksidasi Asam Askorbat. Jurnal.
FMIPA Unsrat. Manado
15

Singleton, V, L. Orthofer, R. and Lamuela-Raventos, R. M, (1999). Analysis of total


Phenols and Other Oxidation Subrates and Antioxidants by Means of Folin-
Ciocalteu Reagent. Methods in Enzymology, 229: 152-187
Wijayakusuma, H, (1994). Tanaman Berkhasiat Obat di Indonesia Jilid 1. Pustaka
Kartini. Jakarta. 122 hl
16

Lampiran 1. Skema Kerja Pengolahan Daun Kayu Manis(Cinnamomum


Burmannii)

Daun kayu manis

- Cuci bersih, kering


anginkan, rajang
- Keringkan hingga menjadi
simplisia

Timbang simplisia 100 g

Maserasi 3x3 hari (etanol 96%)

Uapkan maserat dengan destilasi

Gambar 3. Skema Kerja Pengolahan Daun Kayu Manis (Cinnamomum burmannii)


17

Lampiran 2. Skema Uji Kualitatif Senyawa Fenolik Daun Kayu


Manis(Cinnamomum Burmannii)

Ambil sedikit ekstrak etanol


daun kayu manis

Tambahkan 3 tetes FeCl3

Jika terbentuk warna hijau, biru


maka menunjukan adanya
senyawa fenolik

Gambar 4. Uji kualitatif Senyawa Fenolik Daun Kayu Manis(Cinnamomum


Burmannii)
18

Lampiran 3. Skema Kerja Penentuan Operating Time

Ambil 0,2 ml asam galat


konsentrasi 1 mg/ml

Tambahkan 1 ml reagen
Folin-Ciocalteu

Kocok, diamkan selama 5 menit


Tambahkan larutan Na2CO3
3 ml dan 15,8 ml aqua dest

Kocok homogen
Ukur absorbansi dalam range 0-35
menit pada panjang gelombang 765
nm

Gambar 5. Skema Kerja Penentuan Operating Time


19

Lampiran 4. Skema Kerja Pembuatan Kurva Kalibrasi Asam Galat

Larutan asam galat

pipet 1 ml pipet 1,25 ml pipet 1,5 ml pipet 1,75 ml pipet 2 ml


tambahkan tambahkan tambahkan tambahkan tambahkan
aquadest 10 aquadest 10 aquadest 10 aquadest 10 aquadest 10
ml ml ml ml ml
(100 g/ml) (125 g/ml) (150 g/ml) (175 g/ml) (200 g/ml)

Dari masing-masing konsentrasi pipet 0,2 ml


Tambahkan 15,8 aquadest dan tambahkan
1ml reagen Folin-Ciocalteu

Kocok, diamkan selama 8 menit

Tambahkan 10 ml larutan Na2CO3 10%

Kocok, pada suhu kamar selama 2 jam

Ukur serapan pada panjang


gelombang 765 nm

Gambar 6. Skema Kerja Pembuatan Kurva Kalibrasi Asam Galat


20

Lampiran 5. Skema Kerja Penentuan Kadar Fenolik Total Ekstrak Etanol


Daun Kayu Manis (Cinnamomum Burmannii)
Timbang ekstrak 100 mg, larutkan
sampai 100 mL dengan aquadest.
(1mg/ml)

Dari konsentrasi 1 mg/ml dipipet 1,5


ml dan encerkan dengan aquadest
hingga 10 ml
(150 g/ml)

Pipet 0,2 ml konsentrasi 1mg/ml,


tambahkan aquadest hingga 15,8 mL

Tambahkan 1 ml reagen
Folin-Ciocalteu

Kocok, diamkan selama 8 menit


Tambahkan 3 ml larutan Na2CO3 10%

Kocok, simpan pada suhu kamar


selama 2 jam.

Ukur serapan pada panjang


gelombang 765 nm

Gambar 7. Skema Kerja Penentuan Kadar Fenolik Total Ekstrak Etanol


Daun Kayu Manis (Cinnamomum Burmannii)
21

Lampiran 6. Gambar Daun Kayu Manis (Cinnamomum burmannii)

Gambar 8. Gambar Daun Kayu Manis (Cinnamomum Burmannii)

Anda mungkin juga menyukai