Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN KASUS

Open Fraktur Medial Phalang Digiti IV Manus Dextra, Open Fraktur Distal Phalang
Digiti V Manus Dextra, Closed Fraktur Medial Phalang Digiti III Manus Dextra

Nama Peserta dr. Twinda Rarasati


Nama Wahana RS Pertamina Jaya
Open Fraktur Medial Phalang Digiti IV Manus Dextra
Topik Open Fraktur Distal Phalang Digiti V Manus Dextra
Closed Fraktur Medial Phalang Digiti III Manus Dextra
Tanggal Pemeriksaan 01 Juni 2017
Nama Pasien Tn. IW No. RM 135804
Tanggal Presentasi Pendamping dr. Ade Jatmikawati
Tempat Presentasi Komed RS Pertamina Jaya
Objektif Presentasi Mengetahui Diagnosis dan Tatalaksana Fraktur
□ Keilmuan □ Keterampilan □ Penyegaran □ Tinjauan Pustaka
□ Diagnostik □ Manajemen □ Masalah □ Istimewa
□ Neonatus □ Bayi □ Anak □ Remaja □ Dewasa □ Lansia □ Bumil
Autoanamnesis dan alloanamnesis:
□ Deskripsi Pria, 46 thn, dengan keluhan luka terbuka pada tangan kanan pasca KLL.

□ Tujuan Mengetahui Diagnosis dan Tatalaksana Fraktur


Bahan
□ Tinjauan Pustaka □ Riset □ Kasus □ Audit
Bahasan
Cara
Membahas □ Diskusi □ Presentasi dan Diskusi □ E-mail □ Pos
Data Pasien Nama : Tn. IW No. Registrasi : 135804
Nama RS : RS Pertamina Jaya Telp : 4211-911 Terdaftar sejak : Juni 2017
Data Utama untuk Bahan Diskusi :
1. Diagnosis / Gambaran Klinis :
 Keluhan Utama : Nyeri pada luka terbuka di tangan kanan
 Keluhan Tambahan :
 Riwayat Penyakit Sekarang : Pasien datang dengan keluhan nyeri pada luka terbuka pada tangan

1
kanan pasca kecelakaan lalu lintas kurang lebih 3,5 jam SMRS. Tangan kanan pasien terjepit
stang motor. Kejadian pukul 11:00. Pasien mengaku tidak membentur jalanan. Pasien
menyangkal pingsan, mual atau muntah pasca kecelakaan. Pasien kemudian dibawa ke klinik,
mendapat suntikan tetanus, balut luka dan obat asam mefenamat 3x1 dan cefixime 100 mg.
Pasien kemudian di bawa ke RS Fatmawati namun belum dapat terapi.

2. Riwayat Pengobatan : -

3. Riwayat Penyakit Dahulu :


Hipertensi tidak terkontrol

4. Riwayat Keluarga : Tidak ada anggota keluarga atau lingkungan sekitar rumah yg memiliki
keluhan serupa dengan pasien. Tidak ada anggota keluarga atau lingkungan sekitar rumah yang
memiliki penyakit paru, penyakit jantung, DM atau hipertensi.

5. Riwayat Pekerjaan : Karyawan Swasta


6. Lain-lain : -
Daftar Pustaka :
1. Bowyer, Gavin. Injuries of the Ankle and Foot. In: Solomon, L., Warwick, D., Nayagam, S.
Apley’s System of Orthopaedics and Fractures. 9th Edition. UK: Hodder Arnold. 2010.
2. Salter, Robert B. Textbook of Disorders and Injuries of the Musculoskeletal System. 3rd Edition.
USA: William & Wilkins. 1999.
3. Mostofi, Seyed B. Fracture Classifications in Clinical Practice. USA: Springer-Verlag London.
2006.
4. Rasjad, Chairuddin. Pengantar Ilmu Bedah Ortopedi. Jakarta: Yarsif Watampone. 2012.
Hasil Pembelajaran :
1. Diagnosis Fraktur Digiti
2. Tatalaksana Fraktur Digiti

2
Rangkuman Hasil Pembelajaran Portofolio
1. Subjektif :
 Pasien datang dengan keluhan nyeri pada luka terbuka pada tangan kanan pasca
kecelakaan lalu lintas kurang lebih 3,5 jam SMRS.
 Tangan kanan pasien terjepit stang motor. Kejadian pukul 11:00.
 Pasien mengaku tidak membentur jalanan.
 Pasien menyangkal pingsan, mual atau muntah pasca kecelakaan.
 Pasien kemudian dibawa ke klinik, mendapat suntikan tetanus, balut luka dan obat
asam mefenamat 3x1 dan cefixime 100 mg.
 Pasien kemudian di bawa ke RS Fatmawati namun belum dapat terapi.
2. Objektif :
a. Vital sign
 KU : Tampak sakit sedang
 Kesadaran : E4 V6 M5
 Tekanan darah : 180/120 mmHg
 Frekuensi nadi : 84x/menit reguler
 Frekuensi nafas : 16x /menit
 Suhu : 36.2 °C
 SpO2 : 98%
 BB : 78 kg

b. Pemeriksaan sistemik
 Kepala : Normocephali, deformitas -
 Mata : Refleks cahaya +/+, konjungtiva anemis +/+, sklera ikterik -/-,
pupil isokor
 Telinga : Membran timpani intak +/+, sekret -/-
 Hidung : Deviasi septum (-), sekret -/- , Nafas cuping hidung -
 Mulut : Mukosa mulut lembab
 Leher : Tidak terdapat pembesaran KGB
 Thoraks
Paru
I : Pergerakan dada simetris statis dinamis.
P : Fremitus taktil simetris kanan dan kiri
3
P : Sonor diseluruh lapang paru.
A : Suara nafas vesikuler +/+ ,ronki -/- , wheezing -/-
Jantung
I : Iktus cordis tidak tampak
P : Iktus cordis tidak teraba
P : batas jantung kanan: ICS 4 garis sternalis dekstra
Batas jantung kiri: ICS 5 garis midclavicularis sinistra
Batas atas jantung : ICS 3 garis parasternalis sinitstra
A : Bunyi jantung I dan II reguler, murmur(-), gallop(-).
 Abdomen
I: Buncit, simetris
A: Bising usus (+) normal
P: Timpani diseluruh kuadran abdomen
P: Supel, nyeri tekan (-), hepar dan lien tidak teraba membesar
 Ekstremitas :
a/r manus dextra: vulnus laseratum digiti IV, V. darah +, tulang +, ROM:
Terbatas. Sianosis di digiti V. nyeri i+. deformitas +. Vulnus ekskoriasi digiti
III, darah -, tulang -, deformitas +, krepitasi +

3. Assesment (penalaran klinis) :


Working diagnosis:
 Open Fraktur Digiti IV Manus Dextra
 Open Fraktur Digiti V Manus Dextra
 Closed Fraktur Digiti III Manus Dextra

FRAKTUR PHALANGES
Fraktur Pada Proksimal dan Middle Phalangeal Shafts
Fraktur pada proksimal dan middle phalangeal shafts paling banyak adalah hasil dari crush
injuries atau cedera hiperekstensi. Fraktur pada phalanx dapat terjadi dengan berbagai
bentuk:
 Fraktur transverse dari shaft, seringkali dengan angulasi ke depan
 Fraktur spiral dari shaft, dari cedera memutar (twisting)

4
 Fraktur kominuta, biasanya akibat crush injury dan seringkali dihubungkan dengan
kerusakan tendon yang signifikan dan kehilangan kulit
 Avulsi dari fragmen kecil tulang
 Fraktur metafiseal pada basis phalanx proksimal, seringkali terlihat pada tulang
osteopaenic. Batang tulang tertarik hingga ekstensi dan pada ujung distal kepalanya
dapat bergeser. Hal ini sering terjadi pada anak-anak
 Fraktur intraartikular: pada bagian ujung distal dari phalanx, seluruh bagian kepala
berputar atau seringkali, satu condyle berputar melalui garis tengah longitudinal
fraktur ke arah sendi. Pada bagian ujung proksimal, pergeseran cenderung akibatkan
deformitas angular.

Penatalaksanaan
Undisplaced Fractures
Fraktur jenis ini dapat diatasi dengan pemasangan funtional splintage. Jari yang mengalami
fraktur diikat dengan jari sebelahnya (buddy strapping). Gerakan dianjurkan dari sejak awal.
Splintage dipertahankan selama 2 – 3 minggu, namun selama waktu tersebut, sebaiknya
dilakukan pemeriksaan x-ray ulang untuk melihat posisi fraktur, untuk berjaga-jaga jika
terjadi pergeseran.
Displaced Fractures
Displaced fractures harus di reduksi dan immobilisasi. Penting untuk mengecek koreksi
rotasi dengan (1) mengevaluasi posisi konvergen dari jari ketika sendi MCP difleksikan, dan
(2) melihat apakah kuku-kuku jari terletak pada bidan yang sama. Teknik yang dilakukan
tergantung dari pola frakturnya sendiri. Kebanyakan kasus butuh manipulasi yang sederhana
dan kemudian dapat di bidai. Basal fractures dengan ekstensi dimanipulasi dan dipertahankan
dengan dorsal blocking splint pada posisi sendi MCP 90 derajat. Angulated basal fractures
dimanipulasi menggunakan pensil diantara jari-jari sebagai tuas dan kemudian dipertahankan
dengan teknik neighbour strapping yang menarik jari yang cedera kearah jari sebelahnya.
Spiral fractures dipertahankan dengan cara de-rotation taping pada jari sebelahnya,
menggunakan tegangan pada plester untuk mengembalikan fraktur pada posisi awal.
Transverse fractures dapat dipertahankan menggunakan gutter splint atau neighbour splint.
Jika reduksi tidak dapat dilakukan atau jika fraktur tidak stabil dan posisinya bergeser,
maka dibutuhkan operasi. Tekniknya tergantung dari konfigurasi fraktur. K-wires lebih tidak

5
invasif dan tepat untuk beberapa fraktur; teknik lain termasuk fiksasi percutaneous lag screw
(untuk fraktur spiral dan fraktur condylar distal) dan plate fixation (dengan resiko kekakuan
pada phalanx proksimal akibat dari paparan jaringan lunak dan adesi tendon). Fiksasi internal
perlu dilakukan untuk fraktur kominuta.
Childhood Fractures
Pada anak, phalangeal neck dapat rusak, seringkali setelah crush injury. Fragmen distal
pindah ke dorsal dan tertarik. Hal ini merupakan cedera yang serius dan perlu di reduksi
secepat mungkin kemudian dipertahankan dengan percutaneous wire.

Fraktur Terminal Phalax


Terminal phalax, walaupun kecil, dapat terjadi lima tipe fraktur yang berbeda.
Fracture of The Tuft
Crush injuries dari bagian phalang distal seringkali terjadi, terutama di industri. Cedera ini
juga sering terjadi akibat terjepit pintu. Bagian ujung jari dapat terpukul oleh palu atau
terjepit pintu sehingga tulangnya pecah. Biasanya fraktur dari phalang distal berbentuk
kominuta dan jaringan lunaknya terinfiltrasi oleh hematoma yang membesar pada ruang yang
sempit. Hematoma subungual terkadang butuh dekompresi melalui small drill hole pada kuku
jari untuk mengurangi rasa nyeri. Penatalaksanaan pada fraktur jenis ini menjadi sekunder
dibanding dengan cedera jaringan lunaknya, Frakturnya diabaikan dan penatalaksanaan
difokuskan pada mengontrol bengkak dan mengembalikan gerakan. Haematoma yang nyeri
dibawah kuku jari perlu di drainase dengan menindik kuku menggunakan klip kertas panas.
Mallet Finger Injury (Baseball Finger, Cricket Finger)
Setelah cedera akibat fleksi mendadak dari sendi interphalangeal distal dengan tendon
ekstensor yang tertarik dapat menyebabkan avulsi dari fragment tylang pada basis phalang
distal ke insersi tendon. Terdapat tiga tipe cedera yang paling sering terjadi: avulsi dari
bagian distal tendon ekstensor, avulsi dari serpihan tulang dari bagian dasar phalang terminal;
dan avulsi dari fragmen tulang bagian dorsal, terkadang dengan subluksasi dari sendi
interphalangeal terminal (TIP). Penatalaksanaan dari cedera akut terdiri dari membebat jari
dengan molded plaster cast dengan sendi interphalangeal distal diekstensikan dan sendi
interphalangeal proksimal difleksikan. Immobilisasi dilanjutkan selama 3 minggu. Karna
tulang yang sembuh lebih kuat dibanding tendon yang sembuh, hasilnya lebih memuaskan
ketika fragmen tulang telah mengalami avulsi dibanding dengan ruptur tendon.

6
Fraktur Terminal Shaft
Undisplaced fracture dari shaft tidak perlu diatasi selain menggunakan analgesia. Jika
mengalami angulasi, maka perlu di reduksi dan dipertahankan posisinya secara longitudinal
dengan K-wire melalui pulp selama 4 minggu. Bagian kuku seringkali patah dari lipatannya;
jadi secara berhati-hati perlu dikembalikan dari dipertahankan dengan jahitan.
Avulsi Tendon Flexor
Cedera ini disebabkan oleh hiperekstensi mendadak dari sendi bagian distal, biasanya terjadi
ketika pemain olahraga tidak sengaja. Jari manis adalah jari yang paling sering terkena cedera
ini. Fleksor digitorum profundus tendon mengalami avulsi, dapat menyebabkan ruptur tendon
atau menarik fragmen tulang bersmaya. Jika fragmen tulangnya kecil, atau jika hanya tendon
yang ruptur, tendon dapat tertarik ke telapak tangan. Jika lesi terdeteksi dalam waktu
beberapa hari (dan diagnosis mudah sekali untuk tidak terdeteksi), tendon dapat disambung

7
kembali. Jika diagnosis terlambat, kemungkinan usaha repair biasanya tidak berhasil.
Rekonstriksi tendon dua tahap mungkin untuk dilakukan, hanya saja langkah tersebut sulit
dan jari dapat berakhir kaku. Namun, untuk kasus-kasus lambat, tenodesis atau fusi sendi
distal seringkali lebih dipilih.
Fraktur Physeal
Basa physis dapat pecah, biasanya membentuk fraktur Salter-Harris I (fraktur Seymour).
Kuku dapat tertarik keluar dari lipatannya dan matriks germinal dapat terperangkap di bagian
fraktur. Cedera dapat dengan mudah terlewat jika jari benar-benar bengkak. Kuku harus
dibersihkan dan secara hati-hati dikembalikan ke tempatnya.

4. Plan :
Anjuran Pemeriksaan:
Darah lengkap:
 Hb : 15.5 g/dL
 Hematokrit : 45.3%
 Leukosit : 14.66 /uL
 Basofil : 0.3%
 Eosinofil : 1.3%
 Stab : 0.0%
 Segmen : 76.7%
 Limfosit : 19.7%
 Monosit : 2.0%
 Trombosit : 302.000 /uL

Endostasis
PT: 9.4
APTT 37.1

Kimia Klinik
Elektrolit
 Natrium : 136 mEq/L
 Kalium : 4.0 mEq/L

8
 Klorida : 100 mEq/L
Ureum : 23 mg/dL
Kreatinin : 1.2 mg/dL
GDS : 186 mg/dL

Rontgen Manus Dekstra

Rontgen Thorax

9
Cor et pulmo dalam batas normal

EKG

Sinus rhythm. HR: 88 bpm. Normoaxis. Normal P. PR interval 0,08 sec, QRS
duration. 0,04 sec. Gelombang patologis (-), ST elevasi (-)

Diagnosis klinis :
 Open Fraktur Medial Phalang Digiti IV Manus Dextra
 Open Fraktur Distal Phalang Digiti V Manus Dextra
 Closed Fraktur Medial Phalang Digiti III Manus Dextra
 Hipertensi Tidak Terkontrol

Tatalaksana :
Medikamentosa :
IVFD Ringer Laktat 500 cc 20 tpm
Inj. Ranitidin 40 mg 1 ampul iv
Inj. Ondansetron 4 mg 1 ampul iv
Amlodipine 5 mg 1 tablet

Non Medikamentosa :

10
Tirah baring
Imobilisasi fraktur
Edukasi
 Tidak disarankan untuk melakukan pijat, urut atau terapi alternatif karena
dapat menyebabkan komplikasi
 Jika tidak dapat merasakan ujung-ujung jari, lapor segera kepada dokter
Konsultasi Dokter Spesialis Orthopedi untuk operasi cito.
 Pro Operasi CITO, pasang K-Wire
 Inj. Hypobac 2 x 100 mg iv (tidak di ACC sehingga diganti dengan Inj.
Ceftriaxone 2 x 1 gr iv)
 Inj. Ranitidine 2 x 40 mg iv
 Inj. Ketorolac 2 x 60 mg iv

11
02 Juni 2017 03 Juni 2017
S: nyeri pada bekas operasi S: keluhan tidak ada.
O: O:
 KU : Tampak  KU : Tampak
sakit sedang sakit sedang
 Kesadaran : E4 V6 M5  Kesadaran : E4 V6 M5
 Tekanan darah : 170/80  Tekanan darah : 150/90
mmHg mmHg
 Frekuensi nadi : 76x/menit  Frekuensi nadi : 80x/menit
reguler reguler
 Frekuensi nafas : 20x /menit  Frekuensi nafas : 18x /menit
 Suhu : 36.3 °C  Suhu : 36 °C

A: A:
 Open Fr Medial Phalang  Open Fr Medial Phalang
Digiti IV Manus Dextra Digiti IV Manus Dextra
 Open Fr Distal Phalang Digiti  Open Fr Distal Phalang Digiti
V Manus Dextra V Manus Dextra
 Closed Fr Medial Phalang  Closed Fr Medial Phalang
Digiti III Manus Dextra Digiti III Manus Dextra
 Hipertensi Tidak Terkontrol Hipertensi Tidak Terkontrol
P: P:
Medikamentosa : Medikamentosa :
 IVFD Ringer Laktat 500 cc  IVFD Ringer Laktat 500 cc
20 tpm 20 tpm
 Inj. Ceftriaxone 2 x 1 gr iv  Inj. Ceftriaxone 2 x 1 gr iv
 Inj. Ranitidine 2 x 40 mg iv  Inj. Ranitidine 2 x 40 mg iv
 Inj. Ketorolac 2 x 60 mg iv  Inj. Ketorolac 2 x 60 mg iv
 Amlodipine 2 x 10 mg po  Amlodipine 2 x 10 mg po
 Boleh pulang

12

Anda mungkin juga menyukai