Anda di halaman 1dari 4

Nama:Abdur Rahman

NPM: 12.110.0040
Manajemen S1, Semester 5 A

Artikel Kepuasan Kerja

Kepuasan kerja merupakan variabel sikap (attitude), yang berkaitan dengan perasaan
pegawai terhadap pekerjaannya. Oleh karena menggambarkan perasaan, maka mengacu
komponen sikap, kepuasan kerja merupakan komponen afeksi. Sikap atau afeksi tersebut terbentuk
sebagai hasil evaluasi terhadap pengalaman aspek-aspek pekerjaannnya. Lebih lanjut, karena
kepuasan kerja merupakan afeksi, maka keberadaanya dapat mempengaruhi perilaku lebih lanjut,
baik intensitas atau arahnya (pilihan-pilihan).

Davis dan Newstrom (2001), menyatakan bahwa kepuasan menyangkut banyak


dimensi,namun pada umumnya menyangkut dua aspek, yaitu kepuasan terhadap pekerjaan itu
sendiri dan kepuasan terhadap lingkungan tugasnya (rekan kerja, kondisi kerja, penyelia dan
organisasi). Pemilahan dimensi kepuasan kerja menjadi dua tersebut, mengacu kepada dua
kategori imbalan sebagai sumber motivasi seseorang dalam bekerja, yaitu imbalan intrinsik dan
imbalan ekstrinsik.

Imbalan Ekstrinsik adalah imbalan yang berasal dari hasil pekerjaan yang mencakup
uang (gaji, upah, bonus), status, promosi, rasa hormat, dsb. dan sedangkan Imbalan Intrinsik
adalah imbalan yang berasal dari bagian pekerjaan itu sendiri, meliputi penyelesaian tugas,
pencapaian prestasi.

Karyawan yang tidak puas dalam kerjanya dapat dinyatakan dalam berbagai cara.
Misalnya, berhenti bekerja, karyawan mengeluh, tidak patuh, atau mengelakkan sebagian dari
tanggung jawab kerjanya. Sementara kepuasan kerja merupakan salah satu tujuan yang ingin
dicapai oleh setiap karyawan di tempat kerjanya. Dan tidak mudah memuaskan karyawan karena
kepuasan kerja merupakan hal yang bersifat individual. Setiap individu akan memiliki tingkat
kepuasan yang berbeda-beda dalam dirinya. Hal ini sesuai dengan pengertian kepuasan itu sendiri,
dimana kepuasan kerja merupakan keadaan emosional yang menyenangkan maupun tidak
menyenangkan dimana para karyawan memandang pekerjaannya.

Dalam kepuasan kerja ada yang di namakan pengukuran kepuasan kerja digunakan untuk
mengetahui tingkat kepuasan kerja pegawai. Dalam pengukurannya dapat digunakan berbagai
cara. Menurut A. A Anwar Prabu Mangunegara (2007:126), “Pengukuran kepuasan kerja dapat
dilakukan dengan skala indeks deskripsi jabatan : Dalam penggunaan ukuran ini, karyawan
diberikan pertanyaan mengenai pekerjaan maupun jabatan yang dirasakan sangat baik dan sangat
buruk. Dalam skala ini diukur sikap dari: Pekerjaan itu sendiri, Pengawasan dalam bekerja,
Promosi jabatan, rekan kerja

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepuasan Kerja Ada lima faktor yang dapat mempengaruhi
kepuasan kerja menurut Kreitner dan Kinicki (2001; 225) yaitu sebagai berikut :
1) Pemenuhan kebutuhan (Need fulfillment) Kepuasan ditentukan oleh tingkatan karakteristik
pekerjaan memberikan kesempatan pada individu untuk memenuhi kebutuhannya.
2) Perbedaan (Discrepancies) Kepuasan merupakan suatu hasil memenuhi harapan. Pemenuhan
harapan mencerminkan perbedaan antara apa yang diharapkan dan apa yang diperoleh individu
dari pekerjaannya. Bila harapan lebih besar dari apa yang diterima, orang akan tidak puas.
Sebaliknya individu akan puas bila menerima manfaat diatas harapan.
3) Pencapaian nilai (Value attainment) Kepuasan merupakan hasil dari persepsi pekerjaan
memberikan pemenuhan nilai kerja individual yang penting.
4) Keadilan (Equity) Kepuasan merupakan fungsi dari seberapa adil individu diperlakukan di
tempat kerja.
5) Komponen genetik (Genetic components) Kepuasan kerja merupakan fungsi sifat pribadi dan
faktor genetik. Hal ini menyiratkan perbedaan sifat individu mempunyai arti penting untuk
menjelaskan kepuasan kerja disampng karakteristik lingkungan pekerjaan
Selain penyebab kepuasan kerja, ada juga faktor penentu kepuasan kerja. Diantaranya adalah
sebagi berikut :
1) Pekerjaan itu sendiri (work it self) Setiap pekerjaan memerlukan suatu keterampilan tertentu
sesuai dengan bidangnya masing-masing. Sukar tidaknya suatu pekerjaan serta perasaan
seseorang bahwa keahliannya dibutuhkan dalam melakukan pekerjaan tersebut, akan
meningkatkan atau mengurangi kepuasan.
2) Hubungan dengan atasan (supervision) Kepemimpinan yang konsisten berkaitan dengan
kepuasan kerja adalah tenggang rasa (consideration). Hubungan fungsional mencerminkan
sejauhmana atasan membantu tenaga kerja untuk memuaskan nilai-nilai pekerjaan yang penting
bagi tenaga kerja.
3) Teman sekerja (workers) Teman kerja merupakan faktor yang berhubungan dengan hubungan
antara pegawai dengan atasannya dan dengan pegawai lain, baik yang sama maupun yang
berbeda jenis pekerjaannya.
4) Promosi (promotion) Promosi merupakan faktor yang berhubungan dengan ada tidaknya
kesempatan untuk memperoleh peningkatan karier selama bekerja.
5) Gaji atau upah (pay) 19 Merupakan faktor pemenuhan kebutuhan hidup pegawai yang
dianggap layak atau tidak

Contoh Kasus

Biasanya karyawan selalu menyelesaikan pekerjaan tepat waktu, jarang terlambat datang, sangat
nurut. Tetapi misalnya suatu saat karyawan tersebut disuruh keluar kota dan karyawan tersebut
menolaknya/menawar, image pimpinan langsung buruk : “Ahhh… ternyata kamu gak loyal,
disuruh gitu aja gak bisa, saya kirain kamu loyal banget, rajin, pinter, ternyata males,
pembangkang”. Atau pekerjaan telat : “Gw kirain kamu jago bagaimana, ternyata gak ada apa-
apanya, nyatanya project kamu telat, masa pekerjaan kayak gini aja lama banget dikerjain”.
Kedua hal tersebut diatas merupakan suatu kesalahan besar yang sering terjadi.
Ada 2 solusi untuk menghadapi kedua contoh hal diatas :
1. Solusi yang mudah dilakukan tetapi peluang terulang masih besar.
Bicarakanlah baik-baik kepada bawahan yang kecewa, berikan alasan yang jelas, transparan,
mudah diterima dan kesalahan itu jangan sampai sering-sering terulang lagi.
Atau habis memarahi karyawan, panggillah karyawan tersebut, bicarakan baik-baik, kalau
perlu minta maaf lah, itu sudah cukup bagus.
Selidiki apakah betul kemampuan karyawan itu cuman segitu, perhatikan faktor-faktor lain,
mungkin karyawan sudah kelelahan sehingga tidak dapat menyelesaikannya, atau memang
sebelumnya belum pernah mendapatkan pekerjaan demikian sehingga perlu dipelajari lagi.
2. Solusi yang sulit diterapkan tetapi peluang terulang semakin kecil.
Karyawan jangan berharap terlalu banyak terhadap perusahaan, padamkanlah keinginan-
keinginan semu, tetapi tetaplah bekerja secara baik dan tetaplah loyal kepada perusahaan.
Dengan demikian jika terjadi hal-hal demikian karyawan tidak akan kecewa karena tidak ada
tuntutan dan bayangan-bayangan lain. Tapi bukan berarti menganggap perusahaan buruk,
tetapi netral, seimbang, tidak berpihak. Begitu juga terhadap perusahaan.
Kikislah perlahan-lahan segala keinginan dan angan-angat terhadap perusahaan, jangan
menggangap atasan/perusahaan baik, karena jika sekali dia berbuat kesalahan terhadap
karyawan, karyawan akan merasa kecewa. Tetapi jangan juga menggangap perusahaan itu
jahat hanya mau peras tenaga, karena dengan demikian kamu tidak akan dapat bekerja secara
optimal dan akibatnya perusahaan akan benar-benar tidak senang kepada kamu.
Bekerjalah secara netral.

Anda mungkin juga menyukai