Anda di halaman 1dari 16

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Anatomi dan fisiologi Traktus urinarius

Traktus urinarius atau yang sering disebut dengan saluran kemih terdiri dari

dua buah ginjal, dua buah ureter, satu buah kandung kemih ( vesika urinaria )

dan satu buah uretra.

Gambar 1. Anatomi traktus urinarius normal

Sumber : http://mekar-wijaya.blogspot.com/2009/12/ginjal.html

1. Ginjal

Ginjal manusia berjumlah 2 buah, terletak dipinggang, sedikit dibawah

tulang rusuk bagian belakang. ( Daniel S, Wibowo, 2005 )

Ginjal kanan sedikit lebih rendah dibanding ginjal kiri. Mempunyai

ukuran panjang 7 cm dan tebal 3 cm. Terbungkus dalam kapsul yang

terbuka kebawah. Diantara ginjal dan kapsul terdapat jaringan lemak yang

4
5

membantu melindungi ginjal terhadap goncangan. (Daniel S Wibowo,

2005).

Ginjal mempunyai nefron yang tiap – tiap tubulus dan glomerulusnya

adalah satu unit. Ukuran ginjal ditentukan oleh sejumlah nefron yang

dimilikinya. Kira – kira terdapat 1,3 juta nefron dalam tiap – tiap ginjal

manusia. (Ganong, 2001 )

Fungsi Ginjal :

a. Menyaring dan membersihkan darah dari zat-zat sisa metabolisme

tubuh.

b. Mengeksresikan zat yang jumlahnya berlebihan

c. Reabsorbsi (penyerapan kembali) elektrolit tertentu yang dilakukan oleh

bagian tubulus ginjal

d. Menjaga keseimbanganan asam basa dalam tubuh

e. Menghasilkan zat hormon yang berperan membentuk dan mematangkan

sel-sel darah merah (SDM) di sumsum tulang

f. Hemostasis Ginjal, mengatur pH, konsentrasi ion mineral, dan

komposisi air dalam darah. (Guyton, 1996 ).

2. Ureter

Ureter merupakan dua saluran dengan panjang sekitar 25 sampai 30

cm, terbentang dari ginjal sampai vesika urinaria. Fungsi satu – satunya

adalah menyalurkan urin ke vesika urinaria. ( Roger Watson, 2002 )


6

3. Vesika Urinaria

Vesika urinaria adalah kantong berotot yang dapat mengempis, terletak

3 sampai 4 cm dibelakang simpisis pubis ( tulang kemaluan ). Vesika

urinaria mempunyai dua fungsi yaitu :

a. Sebagai tempat penyimpanan urin sebelum meninggalkan tubuh.

b. Dibantu uretra vesika urinaria berfungsi mendorong urin keluar tubuh.

(RogerWatson, 2002 ).

Didalam vesika urinaria mampu menampung urin antara 170 - 230 ml.

(Evelyn, 2002 )

4. Uretra

Uretra adalah saluran kecil dan dapat mengembang, berjalan dari

kandung kemih sampai keluar tubuh. Pada wanita uretra pendek dan

terletak didekat vagina. Pada uretra laki – laki mempunyai panjang 15 – 20

cm. ( Daniel S, Wibowo, 2005 )

B. Pembentukan Urin

Urin merupakan larutan kompleks yang terdiri dari sebagian besar air

( 96%) air dan sebagian kecil zat terlarut ( 4%) yang dihasilkan oleh ginjal,

disimpan sementara dalam kandung kemih dan dibuang melalui proses mikturisi.

(Evelyn C. Pearce, 2002).

Proses pembentukan urin, yaitu :

a. Filtrasi (penyaringan) : capsula bowman dari badan malpighi menyaring

darah dalam glomerulus yang mengandung air, garam, gula, urea dan zat
7

bermolekul besar (protein dan sel darah) sehingga dihasilkan filtrat

glomerulus (urin primer). Di dalam filtrat ini terlarut zat seperti glukosa,

asam amino dan garam-garam.

b. Reabsorbsi (penyerapan kembali) : dalam tubulus kontortus proksimal zat

dalam urin primer yang masih berguna akan direabsorbsi yang dihasilkan

filtrat tubulus (urin sekunder) dengan kadar urea yang tinggi.

c. Sekresi (pengeluaran) : dalam tubulus kontortus distal, pembuluh darah

menambahkan zat lain yang tidak digunakan dan terjadi reabsorbsi aktif ion

Na+ dan Cl- dan sekresi H+ dan K+. Selanjutnya akan disalurkan ke tubulus

kolektifus ke pelvis renalis. ( Roger Watson, 2002 )

C. Pengambilan Urin

Jumlah urin sangat berbeda dari seseorang ke orang lain, banyak faktor yang

berpengaruh, maka penting artinya untuk memilih contoh urin menurut tujuan

pemeriksaan.

1. Syarat – syarat Penampung Urin

Botol penampung urin harus bersih dan kering, adanya air dan kotoran

dalam wadah berarti adanya kuman – kuman yang kelak berkembang biak dalam

urin dan mengubah susunannya. (Gandasoebrata, 2006 )

Wadah urin yang terbaik adalah yang bermulut lebar dapat disumbat rapat

dan terbuat dari gelas. Sebuah wadah yang volumenya 300 ml, mencukupi untuk

urin sewaktu tetapi jika hendak mengumpulkan urin, dipakai yang lebih besar.

Untuk pemeriksaan ini wadah tidak perlu steril tetapi harus bersih dan kering.

(Gandasoebrata, 2006 ).
8

2. Macam – macam Contoh Urin.

a. Urin Sewaktu.

Urin sewaktu adalah urin yang dikeluarkan pada satu waktu yang tidak

ditentukan dengan khusus. Urin ini cukup baik untuk pemeriksaan rutin

yang menyertai pemeriksaan badan tanpa tanda khusus.

(Gandasoebrata, 2006)

b. Urin Pagi

Urin pagi adalah urin yang pertama kali dikeluarkan pada pagi hari

setelah bangun tidur. Urin ini lebih pekat dari urin yang dikeluarkan

pada siang hari, jadi baik untuk pemeriksaan sedimen, berat jenis, dan

protein. (Gandasoebrata, 2006 )

c. Urin 24 Jam

Urin 24 jam adalah urin yang dikeluarkan dan dikumpulkan selama 24

jam. Untuk pengumpulan urin ini diperlukan botol yang besar dan dapat

ditutup rapat, botol ini harus bersih dan biasanya memerlukan

pengawet. (Gandasoebrata, 2006 )

d. Urin Postprandial

Urin Postprandial yaitu urin yang pertama kali dikeluarkan 1,5 – 3 jam

setelah makan, sangat baik untuk pemeriksaan terhadap reduksi dan

kelainan sedimen. ( Gandasoebrata, 2006 )

e. Urin 2 Gelas dan urin 3 Gelas pada Orang Lelaki.

Penampungan ini dipakai pada pemeriksaan urologis dan dimaksudkan

untuk mendapatkan gambaran tentang letaknya lesi atau radang lain yang
9

mengakibatkan adanya nanah atau darah dalam urin seorang laki- laki. Penderita

harus berkemih langsung ke dalam gelas – gelas itu tanpa menghentikan aliran

urinnya.

a. Pada gelas pertama ditampung 20 – 40 ml urin yang mula – mula keluar.

b. Ke dalam gelas kedua dimasukkan urin berikutnya, kecuali beberapa ml

terakhir dikeluarkan.Urin ini berisi unsur – unsur dari kantong kencing.

c. Beberapa ml urin terakhir ditampung dalam gelas ketiga dan urin ini

diharapkan akan mengandung unsur – unsur khusus dari pars prostatica

uretra serta getah yang terperas keluar dari akhir berkemih.

(Gandasoebrata, 2006)

3. Macam – macam Pengawet Urin

Urin yang disimpan mungkin akan terjadi perubahan susunan oleh kuman –

kuman, hal ini disebabkan karena urin untuk pemeriksaan ini tidak dikumpulkan

dan ditampung secara steril. Jika urin terpaksa harus disimpan beberapa lama

sebelum dilakukan pemeriksaan maka dipakai suatu teknik pengawet untuk

menghambat perubahan susunannya. (Gandasoebrata, 2006 )

Macam-macam pengawet urin adalah :

a. Toluen

Dipakai sebanyak 2 – 5 ml untuk pengawet urin 24 jam. Pengawet ini

baik untuk mengawetkan glukosa, aseton dan aseto asetat.

(Gandasoebrata, 2006)
10

b. Formaldehid

Dipakai sebanyak 1 – 2 ml larutan formaldehid 40% untuk urin 24 jam,

pemakaian bahan pengawet terlalu besar akan mengadakan reduksi

terhadap tes reduksi. (Gandasoebrata, 2006 )

c. Thymol

Dipakai sebanyak 0,1 gram thymol untuk 100 ml urin. Baik untuk semua

jenis pengawet dan menyebabkan false positif untuk pemeriksaan

protein. ( Gandasoebrata, 2006)

d. Asam Sulfat Pekat

Dipakai untuk penetapan kuantitatif kalsium nitrogen dan zat organik

lain. Jumlah pemakaian pengawet ini diberikan sampai pH urin tetap

rendah dari 4,5. ( Gandasoebrata, 2006)

D. Infeksi Traktus Urinarius

1. Definisi

Infeksi adalah masuknya kuman atau bibit penyakit ke dalam

tubuh. Infeksi traktus urinarius adalah infeksi dimana pada urin yang

diperiksa ditemukan mikroorganisme dalam jumlah lebih dari normal.

2. Epidemiologi

Infeksi traktus urinarius akut sangat sering terjadi, paling

sedikit melibatkan 15 % dari semua wanita pada suatu waktu dalam

hidupnya. Beberapa penyelidikan menunjukkan bahwa 20 % dari wanita

– wanita dewasa hingga usia lanjut, setiap tahun mengalami disuria


11

(nyeri waktu berkemih ). Pria jarang terkena infeksi simtomatis sampai

sesudah umur 45 tahun, kecuali jika terdapat kelainan urologis. ( Basuki

B Purnomo, 2007 )

3. Etiologi

Berbagai mikroorganisme dapat menginfeksi saluran kemih tetapi

yang paling sering adalah basil gram negatif. Eschericia coli

menyebabkan kira – kira 90% infeksi akut pada penderita tanpa kelainan

urologis dan kalkuli selain itu bakteri lain misalnya Proteus,

Klebsiella,Enterobacter, Serratia, dan Pseudomonas bertanggung jawab

atas sebagian kecil infeksi tanpa komplikasi. ( Basuki B Purnomo, 2007)

Penyebab lain infeksi traktus urinarius bisa karena terlalu lama

menahan kencing, kurang minum, penggunaan toilet umum yang tidak

bersih, kebiasaan cebok yang salah dan katerisasi.

4. Patogenitas

Sejauh ini diketahui bahwa saluran kemih atau urin bebas dari

mikroorganisme atau steril. Infeksi saluran kemih terjadi pada saat

mikroorganisme masuk ke dalam saluran kemih dan berbiak di dalam

media urin. Mikroorganisme memasuki saluran kemih melalui cara :

a. Ascending, yaitu kolonisasi kuman di sekitar uretra.

b. Hematogen, yaitu masuknya kuman melalui uretra ke buli – buli.

c. Limfogen, yaitu penempelan kuman dinding buli – buli.

d. Langsung dari organ sekitarnya yang sebelumnya telah terinfeksi,

yaitu masuknya kuman melalui ureter ke ginjal.


12

Kuman penyebab infeksi traktus urinarius pada umumnya adalah

kuman yang berasal dari flora normal usus dan hidup secara komersal di

dalam introitus vagina, prepusium penis, kulit perineum dan daerah

sekitar anus. (Basuki B Purnomo, 2007 )

E. Macam – macam Infeksi Traktus Urinarius

1. Glomerulonefritis Akut

Glomerulonefritis akut adalah peradangan glomerulus secara

mendadak. Peradangan akut glomerulus terjadi akibat peradangan

komplek antigen dan antibodi di kapiler – kapiler glomerulus. Komplek

biasanya terbentuk 7 – 10 hari setelah infeksi faring atau kulit oleh

Streptococcus (glomerulonefritis pascastreptococcus ) tetapi dapat

timbul setelah infeksi lain. ( Corwin, Elizabeth J, 2000 )

2. Glomerulonefritis Kronik

Glomerulonefritis kronik adalah peradangan yang lama dari sel –

sel glomerulus. Kelainan ini dapat terjadi akibat glomerulonefritis akut

yang tidak membaik atau timbul secara spontan. Glomerulonefritis

kronik sering timbul beberapa tahun setelah cidera dan peradangan

glomerulus sub klinis yang disertai oleh hematuria (darah dalam urin)

dan proteinuria ( protein dalam urin ) ringan, yang sering menjadi

penyebab adalah diabetes mellitus dan hipertensi kronik. Hasil akhir

dari peradangan adalah pembentukan jaringan parut dan menurunnya

fungsi glomerulus. Pada pengidap diabetes yang mengalami hipertensi


13

ringan, memiliki prognosis fungsi ginjal jangka panjang yang kurang

baik. ( Corwin, Elizabeth, J. 2000 )

3. Pielonefritis Akut

Pielonefritis akut adalah infeksi pada ginjal yang biasanya terjadi

akibat infeksi kandung kemih, dapat terjadi di satu atau ke dua ginjal.

Gejala – gejala umumnya timbul secara cepat dalam beberapa jam atau

hari dan mencakup demam yang sering 103 F atau lebih, menggigil

kedinginan, nyeri pinggang dan disuria. ( Corwin, Elizabeth, J. 2000 )

4. Pielonefritis Kronik

Pielonefritis kronik adalah infeksi pada ginjal itu sendiri, dapat

terjadi akibat infeksi berulang, dan biasanya dijumpai pada penderita

batu. Gejala–gejala umum seperti demam, menggigil, nyeri pinggang,

dan disuria. Atau memperlihatkan gambaran mirip dengan pielonefritis

akut, tetapi juga menimbulkan hipertensi dan gagal ginjal. ( Corwin,

Elizabeth, J. 2000 )

5. Sistitis

Sistitis adalah infeksi kandung kemih, merupakan tempat tersering

untuk infeksi. Gejala yang timbul yaitu disuria ( nyeri waktu berkemih ).

Peningkatan frekuensi berkemih, perasaan ingin berkemih, adanya sel –

sel darah putih dalam urin, nyeri punggung bawah / suprapubis, demam

yang disertai adanya darah dalam urin pada kasus yang parah. ( Corwin,

Elizabeth , J. 2000 )
14

6. Gagal ginjal.

Penyakit Gagal Ginjal adalah suatu penyakit dimana fungsi organ

ginjal mengalami penurunan hingga akhirnya tidak lagi mampu bekerja

sama sekali dalam hal penyaringan pembuangan elektrolit tubuh,

menjaga keseimbangan cairan dan zat kimia tubuh seperti sodium dan

kalium di dalam darah atau produksi urin. Gagal ginjal yang terjadi

secara mendadak adalah gagal ginjal akut. Gagal ginjal yang berkaitan

dengan menurunnya fungsi ginjal secara progresif irreversible disebut

gagal ginjal kronik, biasanya timbul beberapa tahun setelah penyakit

atau kerusakan ginjal.

(Corwin, Elizabeth, J . 2000)

F. Pemeriksaan Makroskopis dan Mikroskopis Urin

Untuk mengetahui adanya infeksi traktus urinarius, maka dilakukan

pemeriksaan makroskopis dan mikroskopis urin.

1. Pemeriksaan Makroskopis Urin

Pemeriksaan makroskopis adalah pemeriksaan yang dilakukan

langsung dengan mata tanpa penambahan reagen atau zat kimia tertentu.

Pemeriksaan makroskopis ini meliputi pemeriksaan volume, warna,

kejernihan, bau. Untuk pemeriksaan derajat keasaman ( pH ) dan berat

jenis dilakukan dengan tes cepat multistick.

a. Volume Urin

Mengukur volume urin bermanfaat untuk ikut menentukan

adanya gangguan faal ginjal , kelainan dalam kesetimbangan cairan


15

badan dan berguna untuk menafsirkan hasil pemeriksaan kuantitatif

dan semi kuantitatif urin. Volume urin dewasa normal daerah tropis

untuk urin 24 jam berkisar antara 750 ml dan 1250 ml. Faktor yang

mempengaruhi jumlah urin adalah : suhu, iklim, jenis dan jumlah

makanan, pekerjaan jasmani, banyaknya keringat yang dikeluarkan,

umur dan luas permukaan badan. (Gandasoebrata, 2006 )

b. Warna Urin.

Warna urin yang dikeluarkan tergantung dari konsentrasi dan

sifat bahan yang larut dalam urin. Warna urin dapat berubah oleh

karena : obat – obatan, makanan, serta penyakit yang diderita. Warna

urin normal: Putih jernih, kuning muda atau kuning. Warna urin

berhubungan dengan derasnya diuresis ( banyak kencing ), lebih

besar diuresis lebih condong putih jernih. Warna kuning urin normal

disebabkan antara lain oleh urocrom dan urobilin. Pada keadaan

dehidrasi atau demam, warna urin lebih kuning dan pekat dari biasa

ginjal normal. ( Gandasoebrata, 2006 )

Adanya infeksi traktus uranius urin akan berwarna putih

seperti susu yang disebabkan oleh bakteri, lemak dan adanya

silinder. Warna urin patologis lain adalah :

b.1) Warna kuning coklat ( seperti teh ) penyebabnya adalah

bilirubin.

b.2) Warna merah coklat penyebabnya hemoglobinuria dan

porpyrin.
16

b.3) Warna merah dengan kabut coklat penyebabnya darah dengan

pigmen– pigmen darah.

b.4) Warna coklat hitam penyebabnya melanin dan warna hitam

disebabkan oleh pengaruh obat - obatan. (Kee, Joyce

LeFever,1997)

c. Kekeruhan

Urin yang baru dikemihkan biasanya jernih. Kekeruhan yang

timbul bila urin didiamkan beberapa jam disebabkan oleh

berkembangnya kuman Kekeruhan ringan bisa disebabkan oleh

nubecula. Pada infeksi traktus urinarius, urin akan keruh sejak

dikemihkan yang disebabkan lendir, sel – sel epitel dan lekosit lama

– lama mengendap. ( Gandasoebrata, 2006 )

d. Bau Urin

Biasanya spesifik. Normal baunya tidak keras. Bau khusus

pada urin dapat disebabkan oleh makanan misalnya : jengkol, pete,

durian dan yang disebabkan obat – obatan, misalnya : mentol,

terpentin. Pada karsinoma saluran kemih, urin akan berbau amoniak

karena adanya kuman yang menguraikan ureum dalam urin. (

Gandasoebrata, 2006 )

e. Derajat keasaman Urin ( pH ).

Derajat keasaman urin harus diukur pada urin baru, pH urin

dewasa normal adalah 4,6 – 7,5. pH urin 24 jam biasanya asam, hal

ini disebabkan karena zat – zat sisa metabolisme badan yang


17

biasanya bersifat asam. Penentuan pH urin berguna pada gangguan

cairan badan elektrolit serta pada infeksi saluran kemih yang

disebabkan oleh kuman yang menguraikan ureum. Adanya

bakteriurea urin akan bersifat alkalis.( Gandasoebrata, 2006)

f. Berat Jenis Urin. ( BJ Urin )

Berat jenis urin yaitu mengukur jumlah larutan yang larut

dalam urin. Pengukuran BJ ini untuk mengetahui daya konsentrasi

dan data dilusi ginjal. Normal berat jenis berbanding terbalik dengan

jumlah urin.

Berat jenis urin erat hubungannya dengan diuresis, makin

rendah diuresis makin tinggi berat jenisnya dan sebaliknya. Normal

berat jenis adalah 1003 – 1030. Tingginya berat jenis memberikan

kesan tentang pekatnya urin, jadi bertalian dengan faal pemekat

ginjal.(Gandasoebrata, 2006)

2. Pemeriksaan Mikroskopis Urin

Pada pemeriksaan ini digunakan urin yang baru dikemihkan

untuk menghindari perubahan morfologi unsur sedimen.

Syarat – syarat pemeriksaan sedimen adalah :

a. Sebaiknya dipakai urin baru, bila tidak bisa maka sebaiknya

disimpan pada kulkas maksimal 1 jam atau disimpan dengan diberi

pengawet.

b. Sebaiknya digunakan urin pagi karena urin pagi lebih kental dan

bahan – bahan yang terbentuk belum rusak atau lisis.


18

c. Botol penampung harus bersih dan dihindari dari kontaminasi.

( Gandasoebrata, 2006 )

Yang dapat ditemukan pada pemeriksaan mikroskopis adalah :

a. Eritrosit. Normal jumlah eritrosit adalah 0 – 1 / LPB. Pada keadaan

normal eritrosit bisa berasal dari seluruh traktus urogenitalis. Kadang –

kadang perdarahan saluran kemih bagian bawah menimbulkan bekuan darah

dalam urin. Bentuk eritrosit normal adalah cakram bikonkaf, diameter 7 ,

warna hijau pucat dan jernih. (Gandasoebrata, 2006 )

b. Lekosit. Normal jumlah lekosit adalah 4 – 5 / LPB. Lekosit dapat berasal

dari seluruh traktus urogenitalis. Lekosit dalam urin umumnya berupa

segmen, dalam urin asam lekosit atau pus biasanya mengerut, pada urin lindi

lekosit akan mengembang dan cenderung mengelompok. Lekosit umumnya

lebih besar dari eritrosit dan lebih kecil dari sel epitel. (Gandasoebrata,2006)

c. Torak , silinder. Tempat pembentukan silinder adalah tubuli ginjal. Dan

adanya silinder dalam jumlah yang banyak dalam urin menandakan adanya

kelainan pada ginjal. ( Gandasoebrata, 2006 )

d. Sel Epitel. Bentuk sel epitel saluran kemih berbeda – beda dari bagian

atas sampai bawah. Adanya sel epitel berasal dari traktus urogenetalis

bagian atas menunjukkan adanya pelepasan abnormal dari sel epitel

tersebut. (Gandasoebrata, 2006 )

e. Kristal. Adanya kristal dalam urin kurang bermanfaat untuk klinik,

kecuali apabila ditemukan kristal cystin atau sulfa.

Adapun kristal – kristal dalam urin normal:


19

a. Dalam urin asam ; asam urat, natrium urat dan jarang sekali calsium

sulfat. Kristal asam urat biasanya berwarna kuning.

b. Dalam urin asam atau yang netral atau yang agak lindi ; calsium oksalat,

dan kadang – kadang asam hipurat.

c. Dalam urin lindi atau kadang – kadang dalam netral ; ammonium –

magnesium fosfat ( triplefosfat ) dan jarang – jarang calsium fosfat.

d. Dalam urin lindi ; calsium carbonat dan calsium fosfat.( Gandasoebrata,

2006 )

f. Bakteri , Spermatozoa , Protozoa, dll. Adanya infeksi pada traktus

urogenitalis akan menunjukkan adanya bakteriuria. Spermatozoa tidak

menunjukkan gejala klinis.

Anda mungkin juga menyukai