Anda di halaman 1dari 10

Samsudin dan Funny Soesanthy

HAMA PENGGEREK KOPI DAN PENGENDALIANNYA

COFFEE BORER AND ITS CONTROL

Samsudin dan Funny Soesanthy

Balai Penelitian Tanaman Industri dan Penyegar


Jalan Raya Pakuwon km 2 Parungkuda, Sukabumi 43357
samsudin.afaqih@gmail.com

ABSTRAK

Hama penggerek kopi merupakan salah satu faktor biotik yang dapat menurunkan produksi kopi. Beberapa jenis
hama penggerek yang menyerang kopi di Indonesia, yaitu penggerek buah kopi (Hypothenemus hampei Ferr.
(Coleoptera: Curculionidae)), penggerek batang kopi (Zeuzera coffeae Nietn. (Lepidoptera: Cossidae)), dan
penggerek ranting kopi (Xylosandrus compactus Eichhoff. (Coleoptera: Curculionidae)). Serangan ketiga jenis
hama penggerek tersebut telah tersebar di sentra produksi kopi nasional dan telah mengakibatkan kerusakan
secara ekonomi. Berdasarkan aspek biologi, ketiga hama tersebut berpotensi untuk berkembang dengan cepat
dan menjadi hama utama apabila kondisi ekologinya menguntungkan. Beberapa teknologi pengendalian hama
penggerek kopi telah tersedia, seperti kultur teknis, mekanis, biologis, dan kimia dengan pestisida sintetik dan
nabati. Integrasi teknologi pengendalian yang disesuaikan dengan karakter perkebunan rakyat diharapkan efektif
mengendalikan hama tersebut.

Kata kunci : Kopi, hama penggerek kopi, teknologi pengendalian

ABSTRACT

Borer pest is one of the biotic factors that can decrease coffee productions. Several borer pests have been reported
attacking coffee in Indonesia, namely the coffee berry borer Hypothenemus hampei Ferr. (Coleoptera:
Curculionidae)), coffee stem borer Zeuzera coffeae Nietn. (Lepidoptera: Cossidae), and coffee twig borer Xylosandrus
compactus Eichhoff. (Coleoptera: Curculionidae). The three kind of borer pests have spread over the central national
coffee productions and have resulted on economic damages. Based on biological aspects, the pests have potency to
grow rapidly and become main pest if the ecological conditions are favorable. Some technologies for controlling
borer pests are availabl, such as technical culture, mechanical, biological, and chemical or botanical pesticides.. The
integration of these technologies synchronized with smallholders characters are expected to be effective in
controlling these pests.

Keywords : Coffee, borer pest, pest management

PENDAHULUAN nematoda akar (Anonim, 2010). Di antara


hama kopi tersebut yang dinilai sebagai hama
Terdapat dua masalah utama pada utama dan merugikan secara ekonomi adalah
perkebunan kopi rakyat, yaitu rendahnya hama penggerek, baik penggerek buah (PBKo)
produktivitas dan mutu hasil yang kurang (Hypothenemus hampei (Ferrari) (Coleoptera:
memenuhi standar untuk diekspor (Laila et al., Curculionidae)), penggerek batang (Zeuzera
2011a). Rendahnya produktivitas kopi antara sp.(Lepidoptera: Cossidae)), dan penggerek
lain disebabkan oleh serangan Organisme cabang (Xylosandrus spp. (Coleoptera:
Pengganggu Tumbuhan (OPT). Beberapa jenis Scolytidae)).
OPT yang menyerang tanaman kopi di Tulisan ini menguraikan tentang
Indonesia adalah hama penggerek buah kopi sebaran, kerusakan ekonomi, karakter biologi
(Hypothenemus hampei Ferr.), penggerek dan ekologi hama penggerek buah, batang dan
batang (Zeuzera sp.,), penggerek cabang cabang kopi, serta upaya pengendaliannya.
(Xylosandrus spp.), kutu hijau (Coccus viridis),
kutu putih (Ferrisia virgata), penyakit karat
daun (Hemileia vastatrix), Cercospora sp.,
embun jelaga dan busuk buah kopi, serta

Bunga Rampai Inovasi Teknologi Tanaman Kopi untuk Perkebunan Rakyat 121
Hama Penggerek Kopi dan Pengendaliannya

PENGGEREK BUAH KOPI Hypothenemus ditanami pohon dadap (Erythrina) sebagai


hampei (Ferrari) (COLEOPTERA: pohon penaung lebih rendah dibandingkan
CURCULIONIDAE) tanaman kopi tanpa pohon penaung (Kuruseng
dan Rismayani, 2010).
Penyebaran Gejala kerusakan yang ditimbulkan
Hama penggerek buah kopi (PBKo) PBKo terkait dengan perilaku hidupnya.
merupakan hama kopi yang berasal dari Afrika Kumbang ini merupakan kategori hama
Tengah. Hama ini pertama kali ditemukan langsung, artinya merusak langsung bagian
Tahun 1867 oleh Ferrari di dalam biji kopi tanaman yang dipanen, yaitu buah kopi.
yang dijual di pasar Afrika. Tahun 1901, Kumbang betina menggerek bagian apikal
serangga ini tersebar di Gabon Afrika Tengah. buah. Biasanya terlihat kotoran bekas gerekan
Kumbang ini juga ditemukan pada perkebunan di sekitar lubang masuk. Ada dua tipe
kopi di Meksiko, Brazil, Kuba, Jamaika, kerusakan yang disebabkan oleh hama ini,
Republik Dominika, dan Puerto Rico (Barrera, yaitu gugur buah muda dan kehilangan hasil
2008). Pada tahun 2010, kumbang ini baru panen secara kuantitas maupun kualitas.
dilaporkan menyerang kopi di Kona Selatan, Menurut Tobing et al. (2007), PBKo dapat
Kepulauan Hawai (Bittenbender et al., 2012). menyerang buah yang belum mengeras, buah
Penyebaran hama PBKo di Indonesia telah kopi yang bijinya masih lunak umumnya
merata di hampir semua wilayah perkebunan digerek hanya untuk mendapatkan makanan
kopi, yaitu Irian Jaya, Sulawesi, Sumatera dan dan selanjutnya akan ditinggalkan. Buah
Jawa (CABI, 2000). demikan tidak berkembang, warnanya
berubah menjadi kuning kemerahan, dan
Kerusakan Ekonomi akhirnya gugur. Serangan pada buah yang
Menurut Vega et al. ( 2003), PBKo bijinya telah mengeras akan berakibat
menyebabkan tingkat kehilangan hasil yang penurunan mutu biji kopi karena biji
serius dan mempengaruhi kehidupan ekonomi berlubang. Biji kopi yang cacat sangat
lebih dari 20 juta petani kopi di seluruh berpengaruh negatif terhadap susunan
penjuru dunia. Serangan hama ini telah senyawa kimianya, terutama pada kafein dan
menurunkan hasil panen di negara Uganda gula pereduksi yang akan mempengaruhi
mencapai 80%, Colombia 60%, Jamaika 58– citarasa.
85%, Tanzania 90%, Malaysia 50–90% dan Menurut Manurung (2008), imago
Meksiko 60% (Vega, 2004). Di Indonesia hama betina PBKo dapat menyerang pada semua
ini merupakan salah satu penyebab utama tingkat umur buah kopi. Kumbang betina
penurunan produksi dan mutu kopi nasional menyerang buah kopi dari mulai buah sedang
(Sulistyowati et al., 1999). Serangan PBKo di terbentuk (8 minggu setelah berbunga) sampai
Sulawesi Selatan telah menyebabkan waktu panen. Akan tetapi buah paling disukai
kehilangan hasil antara 30 sampai 60% (Laila adalah buah yang sudah tua (Baker, 1999,
et al., 2011b). Intensitas serangan hama PBKo Hindayana et. al., 2002). Hama ini menyerang
sangat bervariasi karena dipengaruhi oleh semua jenis kopi, baik jenis kopi arabika,
umur tanaman, kondisi lahan dan sistem robusta dan liberika (Manti, 2004). Gambar 1
budidaya kopi. Sebagai contoh, intensitas menunjukkan gejala kerusakan biji kopi yang
serangan hama PBKo pada lahan kopi yang terserang PBKo.

A B C

Gambar 1. Gejala serangan PBKo pada biji kopi: A. lubang gerekan, B. larva berada dalam buah kopi, C. larva,
pupa dan imago di dalam buah kopi
(Sumber: Bittenbender et al., 2012)

122 Bunga Rampai Inovasi Teknologi Tanaman Kopi untuk Perkebunan Rakyat
Samsudin dan Funny Soesanthy

Gambar 2. Penggerek buah kopi: (A) telur, (B) larva, (C) pupa, dan (D) imago.
(Sumber: Constantino et al., 2011)

Morfologi Hama PBKo akan ditinggalkan oleh PBKo setelah proses


Telur H. hampei berbentuk elips, putih awal serangan, atau imago betina menunggu di
transparan, dan akan berwarna kekuningan dalam lubang gerek di eksokarp sampai
ketika siap menetas (Gambar 2). Ukuran telur kandungan bahan kering di dalam endosperma
0,52-0,69 mm. Larva berbadan gemuk, mencapai jumlah yang cukup. Umumnya, satu
membentuk seperti huruf “C”, tidak buah kopi hanya diserang oleh satu kumbang
bertungkai, mempunyai kepala yang jelas, dan betina PBKo.
berwarna putih (Gambar 2). Panjang larva Kumbang meletakkan telur di dalam
instar terakhir berukuran antara 1,88-2,30 lubang gerek. Jumlah telur yang diletakkan
mm. Bentuk prepupa mirip dengan larva, betina selama hidupnya berkisar 31-50 butir.
hanya bentuknya kurang cekung, dan Telur menetas menjadi larva setelah 14 hari.
berwarna putih susu. Selanjutnya pupa akan Lama fase larva sekitar 15 hari. Masa prepupa
berubah mejadi kekuningan pada saat akan dan pupa terjadi selama 7 hari. Lama hidup
keluar menjadi imago. Ukuran pupa imago betina lebih lama dari jantan. Kumbang
bervariasi, panjangnya 1,84-2,00 mm. betina dapat bertahan hidup selama 157 hari,
(Najiyati, 2004; Wiryadiputra, 2007; Barerra, sedangkan jantan hanya 20-87 hari
2008;). Imago berwarna hitam cokelat dan (Hindayana et al., 2002). Di Kolombia siklus
tungkainya berwarna lebih muda. Kumbang hidup H. hampei rata-rata 26,8 ± 1,0 hari
betina lebih besar daripada kumbang jantan. dengan lama fase telur selama 5,1 ± 1,0 hari,
Panjang kumbang betina kurang 1,7 mm dan larva instar I6,4 ± 1,5 hari, larva instar II 6,6 ±
lebarnya 0,7 mm, sedang panjang kumbang 1,1 hari, prepupa 2,2 ± 0,1 hari, dan pupa 6,5 ±
jantan 1,2 mm dan lebar antara 0,6 mm-0,7 1,2 hari (Constantino et al., 2011). Menurut
mm. Badan kumbang bulat pendek dengan Barerra (2008), siklus hidup PBKo dipengaruhi
pronotum sepertiga panjang badan yang oleh suhu. Semakin rendah suhu, siklus hidup
menutupi kepala. Panjang antena 0,4 mm, akan semakin lama. Pada suhu 27 oC, siklus
kepala kecil dan bulat, kepala tidak terlihat hidup kumbang adalah 21 hari, suhu 22 oC
dari atas karena ditutupi oleh pronatum. adalah 32 hari, dan suhu 19,2 oC adalah 63
Antena berbentuk menyiku dan membulat hari.
pada bagian ujungnya. Kepala berbentuk segi Populasi PBKo di dalam buah yang
tiga yang ditutupi oleh rambut-rambut halus terserang dapat mencapai 25-30 individu dari
(Najiyati, 2004; Irulandi et al., 2007). Tipe alat berbagai fase perkembangan hidup. Jumlah
mulut menggigit mengunyah. Betina memiliki betina lebih banyak daripada jantan. Oleh
sayap yang berkembang sempurna. karena itu, selalu terjadi kopulasi antar
keturunan. Betina yang telah berkopulasi akan
Biologi dan Ekologi keluar dari buah kopi untuk mencari buah
Imago betina menyerang buah kopi baru sebagai tempat peletakan telur.
yang sedang berkembang. Menurut Baker Kumbang dapat bertahan hidup pada buah
(1992), kandungan bahan kering di dalam kopi kering yang telah menghitam yang masih
endosperma merupakan faktor penting yang menempel pada pohon maupun telah
mempengaruhi serangan maupun kecepatan berjatuhan ke tanah. Kumbang jantan tetap
penetrasi PBKo ke dalam biji. Biji dengan hidup di dalam buah yang terserang (Jaramillo
kandungan bahan kering kurang dari 20% et al., 2006; Barerra, 2008).

Bunga Rampai Inovasi Teknologi Tanaman Kopi untuk Perkebunan Rakyat 123
Hama Penggerek Kopi dan Pengendaliannya

Teknologi Pengendalian PBKo Oktober tiap tahun. Buah-buah yang


Strategi pengendalian hama PBKo berdiameter kurang dari 5 mm, tidak dipungut.
harus dilakukan secara terpadu agar berhasil Buah-buah ini akan masak pada pertengahan
menurunkan atau mengelola populasi PBKo di bulan Januari, dengan demikian penggerek
kebun. Strategi pengendalian difokuskan pada buah kopi tidak dapat berkembang biak pada
teknik budidaya, pengendalian secara biologi, buah-buah yang belum masak sehingga
pengendalian menggunakan pestisida sintetik. perkembangan hama (PBKo) berhenti
Sebelum melakukan tindakan pengendalian beberapa lama.
perlu dilakukan pengamatan terhadap buah Pemangkasan tanaman kopi dan
kopi yang terserang PBKo. Proporsi buah kopi penaungnya secara rutin dilakukan. Cahaya
yang terserang PBKo dihitung berdasarkan matahari dan sirkulasi udara yang baik dapat
metode Barrera (2008). Pada lahan seluas 1-5 mengurangi tingkat kelembaban dan suhu
ha dipilih 20 bagian yang seragam. Pada tiap- lingkungan sehingga menciptakan kondisi
tiap bagian tersebut dipilih 5 tanaman kopi yang kurang cocok untuk perkembangan
dalam satu baris, kemudian pada tiap pohon PBKo. Pengendalian gulma setelah panen
diambil 20 buah secara acak. Semakin tinggi harus dilakukan agar memudahkan
nilai proporsi maka tindakan pengendalian pengambilan sisa-sisa buah kopi yang jatuh ke
PBKo perlu dilakukan. tanah. Buah yang jatuh cepat menghitam
Strategi pengendalian PBKo yang karena terdehidrasi, tidak ada gulma yang
dilakukan, yaitu: menahan lapisan air di atas tanah. Hal ini
dapat meningkatkan kematian kumbang yang
1) Varietas Tahan berada di dalam buah kopi yang hitam
Varietas kopi tahan PBKo dan mengering.
berproduksi tinggi menjadi langkah pertama Kondisi tanaman yang lemah
dalam melakukan strategi pengendalian. merupakan faktor utama terjadinya serangan
Varietas tahan selain murah juga ramah PBKo. Oleh sebab itu perlu dilakukan
lingkungan sehingga dalam usahatani kopi pemupukan secara berkala. Tanaman yang
lebih efisien. Walaupun demikian sampai sehat memiliki kemampuan untuk bertahan
sekarang masih dikembangkan penelitian dari serangan hama dan penyakit atau
pemuliaan varietas yang tahan terhadap hama tanaman mampu bertahan terhadap kerusakan
utama kopi terutama PBKo. yang dialaminya. Pemupukan juga dapat
memicu waktu pembungaan yang relatif
2) Kultur Teknis seragam sehingga dapat memutus siklus hidup
PBKo dapat bertahan dalam satu PBKo. Walupun demikian varietas yang dapat
musim pada buah yang tertinggal di pohon berbunga lebih cepat atau lebih lambat dari
atau buah yang jatuh. Oleh karena itu, harus varietas utama juga dapat ditanam sebagai
dilakukan dengan memetik buah sehat yang tanaman perangkap PBKo. Penggunaan
tertinggal di pohon kopi maupun feromon atraktan yang disebut sebagai brocap
pengumpulan buah yang jatuh. Cara ini trap juga dapat mengurangi populasi imago
dilakukan untuk menghilangkan sumber dan bersifat spesifik hama tersebut (Cirad,
makanan sehingga penggerek buah ini tidak 2004).
dapat berkembang biak dan siklus hidupnya
terputus. Selain itu juga dilakukan dengan 3) Biologi
memetik buah yang terserang kemudian Pengendalian secara biologi dilakukan
dijemur agar penggerek buah yang ada di biji dengan menggunakan musuh alami yang
dalam bentuk telur, larva, pupa maupun menyerang PBKo seperti parasitoid dan
dewasanya mati. Cara ini diharapkan dapat patogen serangga (entomopathogen) (Vega et
mengurangi populasi yang ada di lapangan al., 2009). Meskipun musuh alami PBKo
(Hindayana et al., 2002). banyak ditemui di lapang, akan tetapi
Pengendalian PBKo di daerah Jawa pemanfaatannya untuk mengendalikan PBKo
dilakukan tiga bulan sebelum buah masaknya, masih sangat sedikit. Hasil penelitian
dengan cara memungut buah, baik yang ada di Aristiza´bal et al. (2002) di Kolombia tentang
pohon atau yang telah jatuh ke tanah. pengendalian PBKo menunjukkan bahwa 80%
Pemungutan dilakukan tidak hanya terhadap petani masih menggunakan pestisida sintetik,
buah-buah yang masak tetapi juga terhadap dan hanya 18% petani mengggunakan B.
buah-buah muda yang terserang, dan bassiana, sedangkan sisanya tidak melakukan
dilaksanakan pada bulan September atau pengendalian.

124 Bunga Rampai Inovasi Teknologi Tanaman Kopi untuk Perkebunan Rakyat
Samsudin dan Funny Soesanthy

a b
Gambar 3. a). C. stephanoderis Betrem (Hymenoptera: Bethylidae), b). P. coffea LaSalle (Hymenoptera:
Eulophidae), (Sumber: Jaramillo et al., 2006)

Gambar 4. Kumbang PBKo terserang B. Bassiana


(Sumber: www.coffeeterms.com)

Parasitoid yang sering digunakan aplikasinya relatif lebih mudah. Strain jamur
untuk mengendalikan PBKo adalah Prorops patogen mudah diisolasi dari PBKo yang
nasuta Waterston, Cephalonomia stephanoderis terinfeksi di lapang, sementara itu proses
Betrem (keduanya Hymenoptera: Bethylidae) perbanyakan massalnya dapat dilakukan
(Gambar 3a), dan Phymastichus coffea LaSalle dengan hanya menggunakan beras. Cara
(Hymenoptera: Eulophidae) (Gambar 3b). aplikasi B. bassiana di lapangan sangat mudah,
Ketiganya adalah ektoparasitoid larva, pre- yaitu buah masak pertama yang terserang
pupa dan pupa. Menurut Jaramillo et al. PBKo, dikumpulkan, dicampur dengan jamur,
(2009), sebesar 97% P. nasuta ditemukan di dan dibiarkan selama satu malam,
dalam buah yang jatuh ke tanah. Oleh sebab kumbangnya akan keluar dan dilepas sehingga
itu pemungutan buah kopi yang jatuh ke tanah dapat menularkan jamur kepada pasangannya
juga dapat mengurangi populasi parasitoid ini. di kebun. Hasil penelitian Barrera (2008)
C. stephanoderis dan P. coffea merupakan menunjukkan bahwa jamur B. bassiana efektif
parasitoid asli Afrika yang telah banyak mengendalikan PBKo. Menurut Hindayana et
terkirim ke berbagai negara penghasil kopi. al. (2002), aplikasi jamur B. bassiana yang
Di Indonesia, C. stephanoderis telah tepat dilakukan pada saat kulit tanduk buah
diperbanyak dan dilepas untuk mengendalikan sudah mengeras. Gambar 4 adalah kumbang
PBKo di perkebunan kopi di Malang. Tingkat yang terserang B. bassiana.
parasitasi P. coffea terhadap PBKo mencapai
lebih dari 55% setelah dilepaskan di Meksiko, 4) Pestisida Sintetik dan Pestisida Nabati
dan diharapkan populasinya dapat Insektisida sintetik yang paling
berkembang sendiri 8-12 bulan setelah banyak digunakan untuk mengendalikan PBKo
dilepaskan pertama kali (Galindo et al., 2002). oleh petani kopi saat ini adalah endosulfan
Walaupun demikian, pelepasan parasitoid dan chlorpyrifos. Kedua jenis insektisida ini
harus diulang secara berkala agar efektif sangat berbahaya bagi manusia dan
mengendalikan populasi PBKo di lapang. mencemari lingkungan (Baker et al., 2002).
Pemanfaatan jamur patogen serangga Menurut Magina (2005), endosulfan bersifat
untuk mengendalikan PBKo lebih berkembang sangat persisten sehingga kemungkinan
dibandingkan musuh alami lainnya. Hal ini kandungan pestisida ini masih terbawa pada
dikarenakan proses isolasi dari lapangan, produk turunan kopi. Pestisida ini juga dapat
perbanyakan massal, formulasi, dan bertahan di lingkungan selama beberapa bulan

Bunga Rampai Inovasi Teknologi Tanaman Kopi untuk Perkebunan Rakyat 125
Hama Penggerek Kopi dan Pengendaliannya

setelah aplikasi. Barrrera (2008) Larva yang berhasil masuk ke dalam batang
menyarankan penggunaan pestisida sintetik atau cabang akan membuat terowongan di
dapat dilakukan jika populasi PBKo sudah dalamnya. Sisa-sisa gerekan kayu dan kotoran
mencapai ambang ekonomi. Waktu larva keluar melalui lubang masuknya
penyemprotan yang tepat saat imago PBKo sehingga dapat dijadikan sebagai tanda adanya
mulai penetrasi buah atau sekitar 90-140 hari serangan. Pada tanaman yang masih muda
setelah pembungaan utama. dapat menyebabkan kematian tanaman secara
Penggunaan pestisida nabati untuk keseluruhan. Tanaman yang diserang
mengendalikan PBKo juga telah digunakan di penggerek batang atau cabang umumnya
beberapa perkebunan kopi. Tephrosia sp. telah relatif lebih rentan terhadap serangan rayap
digunakan di Tanzania untuk mengendalikan dan jamur. Tanaman juga mudah patah karena
PBKo. Konsentrasi yang digunakan adalah bagian dalam batang keropos.
sebanyak 50-100 g daun/liter air dan Beberapa jenis hama penggerek
ditambah dengan sedikit air sabun (Paul et al., batang atau cabang merupakan bagian dari
2001). ordo Coleoptera, famili Cerambycidae dan
Curculionidae, dan ordo Lepidoptera, famili
PENGGEREK BATANG DAN CABANG KOPI Cossidae. Tabel 1 menyajikan beberapa jenis
penggerek batang atau cabang kopi dan
Penggerek batang dan cabang juga wilayah sebarannya (Vega et al., 2006; Barrera,
termasuk hama utama yang harus menjadi 2008). Dari beberapa jenis hama penggerek
perhatian di Indonesia karena mengakibatkan batang dan cabang kopi tersebut, yang telah
tanaman kopi mati dan roboh. Secara umum, menjadi hama penting dan harus diwaspadai
biasanya imago betina dari hama penggerek keberadaannya di Indonesia adalah penggerek
akan meletakan telur pada batang atau cabang batang dan cabang merah Zeuzera coffeae
kopi. Larva instar pertama mengelilingi batang Nietn dan penggerek cabang Xylosandrus
atau cabang mencari jalan masuk ke dalamnya. compactus.

Tabel 1. Beberapa jenis penggerek batang dan cabang kopi


Spesies Ordo dan Famili Wilayah Sebaran Musuh Alami
Zeuzera coffeae Nietn. Lepidoptera: Asia, Australia dan Parasitoid: Braconidae,
Cossidae Kepulauan Pasifik Tachinidae, Chalcididae,
Beauveria bassiana

Monochamus leuconotus Coleoptera: Afrika Barat, Tengah dan Parasitoid:


(Pascoe) Cerambycidae Selatan Eulophidae, Braconidae,
Pteromalidae, Scelionidae.

Bixadus sierricola Coleoptera: Afrika Tengah dan Barat Parasitoid:


(White) Cerambycidae Ichneumonidae, Tachinidae.

Xylotrechus quadripes Coleoptera: Asia Tenggara dan India Burung, Beauveria bassiana
(Chevrolat) Cerambycidae Parasitoid:
Bethylidae, Braconidae,
Eurytomidae, Evaniidae,
Ichneumonidae.

Plagiohammus sp. Coleoptera: Meksiko, Guatemala, El -


Cerambycidae Salvador, Honduras,
Costa Rica

Xylosandrus morigerus Coleoptera: Veracruz, Meksiko, Parasitoid:


(Blanford) Curculionidae Brazil, Indonesia Eulophidae, Bethylidae.
Predator, Formicidae.
Beauveria bassiana

Xylosandrus compactus Coleoptera: Guinea, Afrika Timur dan Parasitoid:


Eichhoff (Xyleborus Curculionidae Barat, Madagaskar, Eulophidae
morstatti) Mauritius, Seychelles,
India, Malaysia,
Indonesia, Amerika dan
Fiji.
(Sumber : Vega et al., 2006; Barrera, 2008)

126 Bunga Rampai Inovasi Teknologi Tanaman Kopi untuk Perkebunan Rakyat
Samsudin dan Funny Soesanthy

Penggerek Batang Kopi Zeuzera coffeae


(Lepidoptera : Cossidae)
Penyebaran
Penggerek batang merah Zeuzera
coffeae Nietn. (Lepidoptera: Cossidae)
merupakan hama polifagus yang menyerang
berbagai jenis tanaman berkayu, seperti: kopi,
kakao, kelengkeng, jati dan teh (Mangan dan
Mangan, 2002; Sulistyowati et al., 2002).
Sebaran geografi dari hama ini meliputi a b
dataran Asia antara lain Banglades, Burma, Gambar 5. a). Larva penggerek batang Zeuzera
Kamboja, Cina, India, Indonesia, Laos, coffeae (Sumber: Yulianto, 2007), dan b).
Imago (Sumber: http://www.papua-
Malaysia, Pilipina, Sri Lanka, Taiwan, Thailand
insects.nl)
dan Vietnam. Hama ini juga telah dijumpai di
daratan Australia dan Kepulauan Pasifik.
Biologi dan Ekologi
(http://www.cabi.org)
Satu ekor imago Z. coffeae mampu
menghasilkan telur sebanyak 500-1000 butir
Kerusakan Ekonomi
dalam waktu 1 sampai 2 minggu. Setelah 10-11
Larva Z. coffeae mengebor kulit kayu
hari biasanya telur akan menetas. Larva
hingga ke bagian kambium dan kayu. menggerek batang muda (± 3 tahun) dan
Kemudian larva terus menggerek sampai ke
cabang berdiameter 3 cm. Stadia larva 81-151
bagian xylem dan terus bergerak ke arah
hari. Pupa berada di dalam "kamar pupa" yang
vertikal, dan atau membuat liang gerek
panjangnya 7-12 cm pada liang gerek.
melingkar batang. Rata-rata panjang gerekan
Biasanya pada bagian atas dan bawah kamar
40-50 cm dan diameter gerekan 1-1,2 cm.
pupa disumbat oleh sisa-sisa gerekan. Masa
Apabila luas gerekan melingkar dan bertemu,
stadia pupanya berkisar antara 21-28 hari.
maka bagian tanaman di atas gerekan akan
Menurut Husaeni (2000) siklus hidup Z.
mengering, mati dan mudah patah (Prat dan
coffeae di Indonesia berkisar antara 4-5,5
Haneda, 1999; Yulianto, 2007; Ratmawati,
bulan. Sementara itu menurut laporan Yang et
2011). Hal itu disebabkan distribusi hara dan
al. (2000), total waktu yang dibutuhkan untuk
air dari tanah terganggu, sehingga daun
menyelesaikan satu siklus hidup serangga ini
tanaman yang diserang menjadi layu,
rata-rata 358.6 hari, dengan periode yang
kemudian rontok, tanaman menjadi kering,
paling lama saat stadia larva yaitu selama 204
dan akhirnya mati (Anonim, 2003).
hari (termasuk periode menggerek selama 167
Bagian permukaan kulit batang atau
hari). Masa hidup imago betina rata-rata 16,5
cabang tanaman yang digerek terdapat lubang
hari sedangkan imago jantan 17,3 hari. Total
masuk larva dengan diameter sekitar 2 mm.
keperidian setiap imago betina bervariasi
Apabila larva masih aktif di dalam, maka akan
mulai dari 203 sampai 817 telur/induk,
terlihat serbuk gerek berbentuk bulatan kecil
dengan rata-rata penetasan 71,1%
berdiameter 1-2 mm dengan warna coklat
kemerahan yang terkumpul di bawah pohon
Penggerek Cabang Kopi (Xylosandrus
tanaman terserang (Prat dan Haneda, 1999).
compactus Eichhoff= Xyleborus morstatti)
(Coleoptera: Curculionidae)
Morfologi
Penyebaran
Telur Z. coffeae berbentuk bujur
Menurut Drizd (2003), Xylosandrus
dengan permukaan bawahnya memipih. Telur
compactus berasal dari Asia, tetapi sudah
berukuran panjang 1 mm dan lebar 0,5 mm,
menyebar di beberapa daerah seperti Guinea,
berwarna kuning-kemerahan, dan berumur
Afrika Timur dan Barat, Madagaskar,
10-11 hari. Larva berwarna merah cerah
Mauritius, Seychelles, India, Malaysia, Jawa,
sampai ungu, panjangnya 3-5 cm (Gambar 5a). Sumatra, dan Fiji. Penggerek ini juga telah
Stadia larva berkisar antara 81-151 hari. Pupa ditemukan di beberapa tempat di Amerika
berada liang gerekan dengan panjang 7-12 cm.
Serikat yaitu Florida, Georgia, Alabama, dan
Umur pupa 17-120 hari tergantung pada nilai
Louisiana.
gizi makanannya dan keadaan iklim pada fase
kepompong. Imago berupa kupu-kupu
Kerusakan Ekonomi
menarik berwarna putih dengan bercak hitam,
Xylosandrus compactus ini dianggap
abdomen biasanya abu-abu (Gambar 5b).
sebagai hama yang sangat penting karena
mudah beradaptasi dengan lingkungan.

Bunga Rampai Inovasi Teknologi Tanaman Kopi untuk Perkebunan Rakyat 127
Hama Penggerek Kopi dan Pengendaliannya

Hidupnya terbatas di daerah panas dan tropis. kumbang betina, tetapi dalam cabang yang
Walaupun demikian, kumbang diketahui berukuran 8-22 mm dapat ditemukan lebih
mampu memakan dan berkembang biak di dari 20 kumbang betina (Dixon et al., 2005).
berbagai pohon dan semak, baik yang
komersial maupun pohon asli pada suatu
daerah (Drizd, 2003). Lebih dari 224 species
tanaman, dalam 62 famili, menjadi inang
penggerek cabang ini (Dixon et al., 2005).
Luas serangan X. compactus sudah merata
yaitu 65% pada sistem kopi multistrata dan
75% ada sistem kopi naungan sederhana di
perkebunan kopi di Lampung Barat (Rahayu et
al., 2006).

Morfologi
Kumbang betina berukuran panjang
1,4-1,9 mm dan lebar 0,7-0,8 mm. Badan
kokoh, silindris memanjang berwarna coklat Gambar 6. Imago X. compactus Eichhoff
(Sumber: www.coffeeterms.com)
kehitaman. Bagian posterior pronotum
berlubang jelas dan pada bagian basalnya
Teknologi Pengendalian Penggerek Batang
ditumbuhi seta yang panjang dan kaku. Jantan
atau Cabang
berukuran panjang 0,8-1,1 mm dan lebar 0,4-
0,5 mm. Tubuh bulat dan berwarna merah Kondisi tanaman yang lemah
merupakan faktor utama terjadinya serangan
kecoklatan. Jantan tidak dapat terbang. Telur
penggerek batang atau cabang kopi. Oleh
kecil (0,3 mm lebar x 0,5 mm panjang), putih
karena itu untuk mencegah terjadinya
dan berbentuk oval. Kepala larva berbentuk
serangan dan penyebarannya dapat dilakukan
kapsul coklat. Tubuh putih krem dan bulat
telur. Ukuran pupa sama panjang dengan dengan beberapa cara, yaitu:
imago dan bertipe eksarata (Dixon et al., 2005)
1) Kultur Teknis
(Gambar 6).
Pengendalian secara teknis dapat
dilakukan dengan menjaga kesehatan tanaman
Biologi dan Ekologi
yaitu dengan memberikan kondisi lingkungan
Betina yang sudah kopulasi terbang
yang optimal bagi pertumbuhan tanaman kopi,
pada siang hari, mencari ranting baru untuk
antara lain dengan (a) memberikan penaungan
proses peletakkan telur. Betina bersifat
partenogenetik. Kumbang betina membangun sekitar 30% agar aktivitas fotosintesis
tanaman kopi tetap teratur, (b) menjaga
lorong sepanjang 1-3 cm di dalam ranting dan
kesuburan tanah, menjaga pH tanah tetap
menetaskan telurnya. Betina meletakkan telur
30-50 butir. Telurnya diletakkan dalam seimbang dan menjaga kelembaban tanah
tetap sesuai bagi pertumbuhan tanaman kopi.
kelompok kecil yang terdiri dari 8-15
butir/kelompok (Hindayana et al., 2002).
2) Mekanis dan Fisik
Kumbang X. compactus merupakan ambrosia
Pengendalian secara mekanis dapat
beetle, imago dan larva memperoleh tambahan
nutrisi dengan memakan jamur daripada dilakukan dengan menjaga kebersihan
lingkungan dari sumber serangan yaitu dengan
jaringan tanaman kopi (Barrera, 2008). Jamur
memotong dan memusnahkan material
ini tumbuh dan berkembang di dalam lubang
gerek dan juga dapat mematikan tanaman tumbuhan yang telah terserang. Pemusnahan
dapat dilakukan dengan membakar cabang-
inang.
cabang yang terserang agar telur, larva dan
Siklus hidup mulai dari telur sampai
imago yang masih ada di dalamnya mati.
menjadi dewasa berlangsung selama 28 hari
Secara fisik khusus untuk pengendalian
pada suhu 25 oC (Dixon et al., 2005). Menurut
penggerek batang Z. coffeae, pengendalian lain
Hindayana et al. (2002), sesudah lima hari,
dengan menggunakan perangkap cahaya dapat
telur menetas menjadi larva. Larva berumur
dilakukan, mengingat imagonya aktif pada
10 hari kemudian menjadi pupa. Stadia pupa
malam hari dan tertarik pada cahaya lampu.
selama 7 hari, dan setelah itu keluar sebagai
Sehingga jika ngengat tersebut dapat
kumbang dewasa. Satu atau lebih kumbang
ditangkap maka akan dapat mengurangi
betina dapat berada dalam lubang gerek
populasi serangan dan resiko terjadinya
tersebut. Secara umum, jika diameter cabang
serangan yang parah.
berukuran kurang dari 7 mm hanya ada satu

128 Bunga Rampai Inovasi Teknologi Tanaman Kopi untuk Perkebunan Rakyat
Samsudin dan Funny Soesanthy

3) Biologi DAFTAR PUSTAKA


Pengendalian secara biologi dapat
dilakukan dengan mempertahankan Anonim. 2003. Musuh Alami, Hama dan Penyakit Tanaman
Kopi. Proyek Pengendalian Hama Terpadu
keberadaan musuh alami. Menurut Arifin Perkebunan Rakyat. Direktorat Perlindungan
(1999) di Indonesia telah ditemukan musuh Perkebunan. Direktorat Jenderal Bina Produksi
alami hama penggerek batang atau cabang Perkebunan. Departemen Pertanian. Jakarta.
kopi, antara lain jenis parasitoid, Bracon Anonim. 2010. Laporan Serangan OPT Penting Tanaman
zeuzerae (Hymenoptera: Braconidae), Carcelia Perkebunan Provinsi Sulawesi Selatan. Dinas
(Senometopia) kockiana Towns., dan Perkebunan Provinsi Sulawesi Selatan. Makassar.
lsosturmia chatterjeeana (Cam.) (Diptera: Arifin, M. 1999. Pemanfaatan Musuh Alami dalam
Tachinidae). Kedua jenis Tachinidae Pengendalian Hama Utama Tanaman Teh, Kopi, dan
mempunyai hiperparasit, yaitu Brachymeria Kelapa. Seminar Pemasyarakatan PHT Tanaman
punctiventris (Cam.) (Hymenoptera: Perkebunan. Dinas Perkebunan Kabupaten Bogor, 4-
5 Agustus 1999. 19 hlm.
Chalcididae). Selain dengan serangga musuh
alami, hama ini dapat juga dikendalikan Aristiza´bal, L. F., H. M. Salazar, and C. G. Mejı´a. 2002.
Changes in the adoption of the components of coffee
dengan jamur patogen serangga, Beauveria berry borer Hypothenemus hampei (Coleoptera:
bassiana. Scolytidae) integrated management, thorough
participative methodologies. Revista Colombiana de
4) Pestisida Sintetik dan Pestisida Nabati Entomologı´a 28: 153–160.
Penggerek ranting dan cabang hidup Baker, P. 1999. The Coffee Berry Borer in Columbia. Final
di dalam tanaman sehingga penggunaan report of the DFID-Cenicafe-CABI Bioscience IPM for
pestisida yang bersifat racun kontak tidak coffee project (CNTR 93/1536A).
efektif. Oleh karena itu perlu dipilih pestisida Baker, P, J. A. F. Jackson, and S. T. Murphy. 2002. Natural
yang bersifat sistemik. Walaupun demikian enemies, Natural allies-how scientist and coffee
farmers forged new partnership in the war against
penggunaan pestisida menjadi alternatif pest and low prices. CABI commodities. www.cabi-
pengendalian yang terakhir dengan commodities.org [7 Oktober 2012]
memperhatikan dampak negatif terhadap
Barrera, J. F. 2008. Coffee pests and their management. In:
lingkungan dan manusia. Selain itu Capinera JL, editor. Encyclopedia of Entomology.
penggunaannya harus pada waktu yang tepat 2nd ed. Springer. p. 961-998.
agar pengendalian berhasil dilakukan. Hasil Bittenbender, H. C., V. E. Smith. 2008. Growing coffee in
penelitian di Cina dengan cara menginjeksikan Hawai‘i. College of Tropical Agriculture and Human
80% dichlorvos EC (1:100) ke dalam lubang Resources. University of Hawai‘i at Mānoa.
gerekan mampu mengendalikan 90% populasi http://www2.ctahr.hawaii.edu/oc/freepubs/pdf/co
ffee08.pdf. [7 Oktober 2012]
(Yang et al., 2000). Pemanfaatan pestisida
nabati yang berbahan aktif kemiri sunan Bittenbender, H. C., M. Wright, E. Burbano. 2012. The
(Biotris) melalui injeksi lubang gerek aktif Coffee Berry Borer Is in Hawai‘i: How Can We
Manage It? The University of Hawai‘i.
perlu dicoba. http://www2.ctahr.hawaii.edu/site/CBBManage-
aspy [7 Oktober 2012]
CAB INTERNATIONAL. 2000. Crop Protection
PENUTUP Compendium. Wallingford, UK.
CIRAD. 2004. The Brocap Trap.
Hama penggerek buah kopi http://frenchagriculturalresearchforinternationalde
Hypothenemus hampei, penggerek batang kopi velopment.pdf. [7 Oktober 2012]
Zeuzera coffeae dan penggerek ranting kopi
Constantino, L. M., L. Navarro, A. Berrio, F. E. Acevedo, D.
Xylosandrus compactus merupakan hama Rubio, and P. Benavides . 2011. Aspectos biológicos,
penting tanaman kopi di Indonesia. Potensi morfológicos y genéticos de Hypothenemus
biologi dan beberapa faktor ekologi yang obscuruse Hypothenemus hampei (Coleoptera:
mendukung akan mempercepat dan Curculionidae: Scolytinae). Revista Colombiana de
Entomología 37 (2): 173-182.
meningkatkan intensitas serangan hama
tersebut. Oleh karena itu strategi pengendalian Dixon, W. N., R. E. Woodruff, and J. L. Flotz. 2005. Black
twig borer. University of Florida, Institute of Food
pada lahan perkebunan kopi harus dilakukan and Agricultural Sciences, Gainesville, FL.
secara terpadu dengan menggabungkan teknik Publication number EENY- 311. ,
pengendalian secara kultur teknis, mekanis, http://entnemdept.ufl.edu/creatures/trees/black_t
biologis dan insektisida nabati. Pengendalian wig_borer.htm. [12 Oktober 2012].
dengan menggunakan insektisida sintetik Drizd, L. 2003. The Black Twig Borer: A Study of The
dilakukan sebagai alternatif terakhir apabila Damage Done to Unprotected Hawaiian Coffee.
intensitas serangan sudah di atas ambang http://www.ncf.edu/mccord/The%20Black%20Twi
g%20Borer.pdf. [12 Oktober 2012]
ekonomi.

Bunga Rampai Inovasi Teknologi Tanaman Kopi untuk Perkebunan Rakyat 129
Hama Penggerek Kopi dan Pengendaliannya

Galindo, V. H., F. Infante, A. Castillo, J. F. Barrera, E. Pinson, Manurung. 2008. Penggunaan Brocap Trap untuk
G. Gonzalez, J. C. Esponoza. 2002. Establecimiento Mengendalikan Serangga Penggerek Buah Kopi
preliminar del parasitoide Physmastichus coffea Hypothenemus hampei Ferr pada Ketinggian yang
(Hymenoptera: Eulophidae) en Chiapas, Mexico. In: Berbeda pada Tanaman Kopi. Skripsi Universitas
Memorias del XXV Congreso nacional de Control Sumatera Utara. Tidak dipublikasikan.
Niologico. Hermosillo, Sonora, Mexico. p. 44-46.
Najiyati, S. D. 2004. Kopi Budidaya dan Penanganan
Hindayana, D., D. Judawi, D. Priharyanto, G. C. Luther, G. N. PascaPanen. Penebar Swadaya. Bogor.
R. Purnayara, J. Mangan, K. Untung, M. Sianturi, R.
Mundy, dan Riyanto. 2002. Musuh Alami, Hama dan Paul, W. D., J. Mwangi, and W. Mwaiko . 2001. Particiatory
Penyakit Tanaman Kopi. Proyek Pengendalian Hama Work with IPM-Farmer Groups in Tanzania-German,
Terpadu. Direktorat Perlindungan Perkebunan, Project for Integrated Pest Management (IPM).
Direktorat Bina Produksi Perkebunan, Departemen Nothern zone. 53 p.
Pertanian. Jakarta. 52 hlm. Prat, A. W. dan N. F. Haneda. 1999. Studi mekanisme
Husaeni, E. A. 2000. Diktat Hama Hutan Tanaman di toleransi leda (Eucalyptus deglupta Blume) terhadap
Indonesia. Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian hama penggerek batang (Zeuzera cofeae) untuk
Bogor. Bogor. menunjang pemuliaan jenis. Jurnal Manajemen
Hutan Tropika 5 (1): 47-55.
Irulandi, S., R. Rajendran, C. Chinniiah, S. D. Samuel. 2007.
Influence of weather factors on the incidence of Rahayu, S., A. Setiawan, E. A. Husaeni, dan S. Suyanto.
coffee berry borer, Hypothenemus hampei (Ferrari) 2006. Pengendalian hama Xylosandrus compactus
(Scolytidae: Coleoptera) in Pulney hills, Tamil Nadu. pada agroforestri kopi multistrata secara hayati:
Madras Agric. J. 7 (12): 218-231. studi kasus dari Kecamatan Sumberjaya, Lampung
Barat. Agrivita 28(3). http://www.worldagro
Jaramillo, J., C. Borgemeister, P. Baker. 2006. Review forestrycentre.org/sea/Publications/files/journal/J
Article. Coffee berry borer Hypothenemus hampei A0247-07.PDF [7 Oktober 2012].
(Coleoptera: Curculionidae): searching for
sustainable control strategies. Bull. Entomol. Ratmawati I. 2011. Penggerek batang merah (Zeuzera
Research 96: 223–233. coffeae) pada tanaman kopi.
(http://ditjenbun.deptan.go.id/bbp2tpsur/ [12
Jaramillo, J., A. Chabi-Olaye, C. Borgemeister, C. Kamonjo, Oktober 2012].
H. M. Poehling, and F. E. Vega. 2009. Where to
sample? Ecological implications of sampling strata in Sulistyowati, E., S. Mangoendihardjo, dan F. X. Wagiman.
determining abundance of natural enemies of the 1999. Respon fungsional parasitoid Cephalonomia
coffee borer, Hypothenemus hampei. Biol. Control stephanoderis Betr. terhadap penggerek buah kopi,
49: 245-253. Hypothenemus hampei (Ferr.). Pelita Perkebunan 15
(2): 101-108.
Kuruseng, M. A. dan Rismayani. 2010. Intensitas serangan
kumbang bubuk buah (Stephanoderes hampei) pada Sulistyowati, E., E. Mufrihati, dan A. Wahab. 2002.
pertanaman kopi di Desa Bulukamase, Kecamatan Pengujian Keefektifan Insektisida Regent 60 SC dan
Sinjai Selatan, Kabupaten Sinjai, Sulawesi Selatan. Decis Tablet terhadap Penggerek Buah Kakao
Prosiding Seminar Ilmiah dan Pertemuan Tahunan Conopomorpha cramerella. Pusat Penelitian Kopi
PEI dan PFI XX Komisariat Daerah Sulawesi Selatan, dan Kakao Indonesia. Jember. 14 hlm.
27 Mei 2010. Hlm. 221-224. Vega, F. E., M. B. Blackburn, C. P. Kurtzman, P. F. Dowd.
Laila, M. S. I, N. Agus, dan A. P. Saranga. 2011a. Identifikasi 2003. Identification of a coffee berry borrer
penyakit busuk buah pada tanaman kopi Arabika associated yeast: does it break down caffein?
(Coffeea arabica Linn.). Prosiding Seminar dan Entomologia Experimentalis at Aplicata 107: 17-24.
Pertemuan Tahunan XXI PEI, PFI Komda Sulawesi Vega, F. E. 2004. Coffee berry borer Hypothenemus hampei
Selatan dan Dinas Perkebunan Pemerintah Provinsi (Ferrari) (Coleoptera: Scolytidae). Encyclopedia of
Sulawesi Selatan, tanggal 7 Juni 2011. 16 hlm. Entomology (1): 575-576.
Laila, M. S. I., N. Agus, dan A. P. Saranga. 2011b. Aplikasi Vega, F. E., F. Posada, and F. Infante . 2006. Coffee insects:
konsep pengendalian hama terpadu untuk ecology and control. Encyclopedia of Pest
pengendalian hama bubuk buah kopi Management. DOI:10.1081/E-EPM-120042132.
(Hypothenemus hampei). Jurnal Fitomedika 7 (3):
162–166. Vega, F. E., F. Infante, A. Castillo, and J. Jaramillo. 2009. The
coffee berry borer, Hypothenemus hampei (Ferrari)
Magina, F. L. 2005. A review of coffee pest management. (Coleoptera: Curculionidae): a short review, with
TACRI (Tanzania coffee Research Institute). recent findings and future research directions.
Mangan, J. and M. S. Mangan. 2002. FFS for Estate Crops: Terrestrial Arthropod Reviews 2: 129-147.
Ecological, Organizational and Methodological Wiryadiputra, S. 2007. Pengelolaan Hama Terpadu pada
Constraints for Carrying Out FFS Training in Penggerek Buah Kopi, Hypothenemus hampei (Ferr)
Cashew, Cocoa, Coffee, Pepper, and Tea. dengan Komponen Utama pada Penggunaan
International Learning Workshop in Farmer Field Perangkap Brocap Trap. Pusat Penelitian Kopi dan
Schools (FFS): Emerging issues and challenges. Kakao Indonesia. Jember, Jawa Timur. Hlm. 2-9.
Yogyakarta. Indonesia.
Yulianto. 2007. Pengendalian hama penggerek batang
Manti, L. 2004. Produk Pertanian di Era Globalisasi. Dalam (Zeuzera coffeae Neitner) pada tanaman kelengkeng
Harian Umum Independen Singgalang, Jum’at 19 (Dimocarpus longan (Lour) Steud.). JPPTP. 10 (3):
Agustus 2004. http://www.yahoo.com 3 hlm. [12 217–224.
Oktober 2012]
Yang, F. R, G. LiangZhen, L. EnYi, and G. HaiYin. 2000.
Bionomics of Zeuzera coffeae and its control. Journal
Plant Protection 26 (4): 12-14

130 Bunga Rampai Inovasi Teknologi Tanaman Kopi untuk Perkebunan Rakyat

Anda mungkin juga menyukai