0. Yovie & Nuno – Manusia biasa (Cinta Luar Biasa CLB) (Yovie and The Nuno) (CD Rip-
Clean)
Kita pada dasarnya seringkali melakukan asesmen. Misalnya ketika bertemu seseorang, saat itu
kita akan berusaha untuk mengumpulkan informasi, memproses dan menginterpretasikannya.
Informasi tersebut dapat berupa latar belakang, sikap, tingkah laku atau karakteristik yang
dimiliki orang tersebut. Kemudian informasi tersebut dihubungkan dengan pengalaman dan
harapan yang kita miliki sehingga kita akan mendapatkan kesan dari orang tersebut yang
selanjutnya kita jadikan dasar untuk memutuskan cara kita bersikap terhadapnya.
Usaha-usaha atau penekanan asesmen yang dilakukan disesuaikan dengan pendekatan atau teori
yang akan digunakan. Penekanan asesmen berkaitan dengan dinamika kepribadian, latar
belakang lingkungan sosial dan keluarga, pola interaksi dengan orang lain, persepsi terhadap diri
dan realita atau riwayat secara genetis dan fisiologi.
Pedoman tersebut harus selalu disesuaikan dengan pendekatan yang akan digunakan :
Psikodinamika lebih memfokuskan pada pertanyaan seputar motif bawah sadar, fungsi ego,
perkembangan pada awal kehidupan (5 tahun pertama) dan berbagai macam defense mechanism.
Kognitif-behavior memfokuskan pada skill, pola berpikir yang biasa digunakan, berbagai
stimulus yang mendahului serta permasalahan perilaku yang menyertainya.
Fenomenologi cenderung mengikuti outline asesmen dan melihat bahwa serangkaian asesmen
merupakan kolaborasi untuk memahami klien dalam hal bagaimana klien melihat atau
mempersepsi dunia.
DSM III-R pun kemudian dikritik karena beberapa kriteria diagnostiknya masih terlalu samar
dan masih membuka peluang untuk muncul bias dalam penggunaannya. Dan Axis II, IV dan V
mempunyai kekurangan dalam pengukurannya. Akhirnya pada tahun1988, APA membentuk tim
untuk membuat DSM IV. Di dalamnya tetap menggunakan pendekatan multiaxial seperti pada
DSM III-R dan Axis I hanya dapat di tegakkan jika terdapat jumlah kriteria minimum dari daftar
simtom yang disebutkan. Pada DSM IV ini terdapat beberapa modifikasi dalam terminologi
sebelumnya dan skema rating yang digunakan pada beberapa axis. Sekarang ini telah diterbitkan
DSM IV-TR (Text Revised). Sampai saat ini DSM IV dan DSM IV-TR digunakan sebagai
pedoman klinisi dan profesional terkait untuk menentukan diagnostik.
Multiaxial DSM IV :
a. Axis I : Clinical Disorders, Other Conditions That May Be a Focus of Clinical Attentions
b. Axis II : Personality Disorders, Mental Retardation
c. Axis III : General Medical Conditions
d. Axis IV : Psychosocial and Environtmental Problems
e. Axis V : Global Assessment of Functioning (GAF)
2. Deskripsi
Para klinisi beranggapan bahwa untuk memahami content dari perilaku klien secara utuh maka
harus mempertimbangkan juga tentang context sosial, budaya dan fisik klien. Hal itu
menyebabkan asesmen diharapkan dapat mendeskripsikan kepribadian seseorang secara lebih
utuh dengan melihat pada person-environtment interactions. Dalam fungsinya sebagai sarana
untuk melakukan deskripsi terhadap kepribadian seseorang secara utuh, di dalam asesmen harus
terdapat antara lain : motivasi klien, fungsi intrapsikis, respon terhadap tes, pengalaman
subjektif, pola interaksi, kebutuhan (needs) dan perilaku. Dengan menggunakan pendekatan
deskriptif tersebut memudahkan klinisi untuk mengukur perilaku pra treatment, merencanakan
jenis treatment dan mengevaluasi perubahan perilaku pasca treatment.
3. Prediksi
Tujuan asesmen yang ketiga adalah untuk memprediksi perilaku seseorang. Misalnya klinisi
diminta oleh perusahaan, kantor pemerintah atau militer untuk menyeleksi seseorang yang tepat
bagi suatu posisi kerja tertentu. Dalam kasus tersebut, klinisi akan melakukan asesmen dengan
mengumpulkan dan menguji data deskriptif yang kemudian digunakan sebagai dasar untuk
melakukan prediksi dan seleksi.
Klinisi kadang dihadapkan pada situasi untuk memprediksi hal-hal yang berbahaya, misalnya
pertanyaan seperti “Apakah si A akan bunuh diri ?”, “Apakah si B tidak akan menyakiti orang
lain setelah keluar dari RS?”. Pada saat itu klinisi harus menentukan jawaban “ya” atau “tidak”.
Prediksi klinisi tentang “berbahaya” atau “tidak berbahaya” dapat dievaluasi dengan empat
kemungkinan jawaban.
a. True positive, jika prediksi klinisi berbahaya dan ternyata klien menunjukkan perilaku
berbahaya.
b. True negative, jika prediksi klinisi tidak berbahaya dan ternyata klien menunjukkan perilaku
yang tidak berbahaya.
c. False negative, jika prediksi klinisi tidak berbahaya tetapi klien menunjukkan perilaku
berbahaya.
d. False positive, jika prediksi klinisi berbahaya tetapi klien menunjukkan perilaku tidak
berbahaya.
3. Observasi
Tujuan observasi adalah untuk mengetahui lebih jauh di luar apa yang dikatakan klien. Banyak
yang mempertimbangkan bahwa observasi langsung mempunyai tingkat validitas yang tertinggi
dalam asesmen. Hal itu berhubungan dengan kelebihan observasi antara lain:
a. Observasi dilakukan secara langsung dan mempunyai kemampuan untuk menghindari
permasalahan yang muncul selama interview dan tes seperti masalah memori, jenis respon,
motivasi dan bias situasional.
b. Relevansinya terhadap perilaku yang menjadi topik utama. Misalnya perilaku agresif anak
dapat diobservasi sebagaimana perilaku yang ditunjukkan dalam lingkungan bermain dimana
masalah itu telah muncul.
c. Observasi dapat mengases perilaku dalam konteks sosialnya. Misalnya untuk memahami
seorang pasien yang kelihatan depresi setelah dikunjungi keluarganya, akan lebih bermakna
dengan mengamati secara langsung daripada bertanya, “Apakah Anda pernah depresi?”.
d. Dapat mendeskripsikan perilaku secara khusus dan detail. Misalnya untuk mengetahui tingkat
gairah seksual seseorang dapat diobservasi dengan banyaknya cairan vagina yang keluar atau
observasi melalui bantuan kamera.
4. Life record
Asesmen yang dilakukan melalui data-data yang dimiliki seseorang baik berupa ijazah sekolah,
arsip pekerjaan, catatan medis, tabungan, buku harian, surat, album foto, catatan kepolisian,
penghargaan, dsb. Banyak hal dapat dipelajari dari life record tersebut. Pendekatan ini tidak
meminta klien untuk memberi respon yang lebih banyak seperti melalui interview, tes atau
observasi. Selama proses ini, data dapat lebih terhindar dari distorsi memori, jenis respon,
motivasi atau faktor situasional. Contohnya, klinisi ingin mendapatkan informasi tentang riwayat
pendidikan klien. Data tentang transkrip nilai selama sekolah mungkin dapat lebih memberikan
informasi yang akurat tentang hal itu daripada bertanya ,”Bagaimana saudara di sekolah?”. Buku
harian yang ditulis selama periode kehidupan seseorang juga dapat memberikan informasi
tentang perasaan, harapan, perilaku atau detail suatu situasi yang mana hal itu mungkin
terdistorsi karena lupa selama interview. Dengan merangkum informasi yang di dapat tentang
pikiran dan tingkah laku klien selama periode kehidupan yang panjang, life records memberikan
suatu sarana bagi klinisi untuk memahami klien dengan lebih baik.
Disini dapat dilihat, bahwa data berupa usaha bunuh diri dilihat sebagai contoh dari apa yang
dilakukan klien dalam situasi seperti itu. Tidak ada usaha untuk mengetahui mengapa dia
mencoba bunuh diri. Jika dilihat sebagai sampel, akan didapat kesimpulan tingkat rendah. Teori
yang mendasarinya adalah behavioral.
2. Data dilihat sebagai korelasi dengan aspek lain dalam hidup klien. Kemungkinan judgment :
Klien sepertinya seorang lelaki setengah baya yang masih single atau bercerai dan mengalami
kesepian.
Klien saat itu mungkin mengalami depresi.
Klien kurang mendapatkan dukungan emosi dari teman dan keluarganya.
Ada kombinasi antara : 1). Fakta tentang perilaku klien. 2). Pengetahuan klinisi tentang apa yang
sekiranya dapat dikorelasikan dengan perilaku klien. Disini kesimpulan yang diambil berada
pada tingkat yang lebih tinggi. Kesimpulannya didasarkan pada data-data pendukung yang ada di
luar data asli seperti hubungan antara bunuh diri, usia, jenis kelamin, dukungan sosial, dan
depresi. Semakin kuat pemahaman terhadap hubungan antar variabel, maka kesimpulan yang di
dapat semakin akurat. Pendekatan ini bisa didasarkan pada beragam teori.
3. Data dilihat sebagai tanda (sign) yang lain, untuk mengetahui karakteristik kilen yang masih
kurang jelas. Kemungkinan judgment :
Dorongan agresif klien berubah menyerang diri sendiri.
Perilaku klien merefleksikan adanya konflik intrapsikis.
Perilaku minum obat merupakan manifestasi adanya kebutuhan untuk ditolong yang tidak
disadarinya.
Kesimpulan yang didapat berada pada tingkat paling tinggi. Teori yang mendasari pendekatan ini
adalah psikoanalisa atau fenomenologi.
3. Cognitive-Behavioral
I. Deskripsi tentang penampilan fisik dan perilaku selama asesmen
II. Permasalahan
A. Masalah saat ini
B. Latar belakang masalah
C. Situasi tertentu yang menentukan masalah
D. Variabel yang relevan
1. Aspek fisiologis
2. Pengaruh medis
3. Aspek kognitif yang menentukan masalah
E. Dimensi masalah
1. Durasi
2. Frekuensi
3. Keseriusan masalah
F. Konsekuensi masalah
1. Positif
2. Negatif
III. Masalah yang lain (diobservasi oleh asesor, tidak dinyatakan oleh klien)
IV. Aset individu
V. Target perubahan
VI. Treatment yang direkomendasikan
VII. Motivasi klien untuk treatment
VIII. Prognosis
IX. Prioritas treatment
X. Harapan klien
A. Penyelesaian masalah yang spesifik
B. Pada treatment secara umum
XI. Komentar lain
sumber : www.google.co.id