Oleh:
KAMMALA AFNI
A14104104
RINGKASAN
masa depan pemilik di hari tuanya. Meskipun belum berbentuk badan hukum,
K’BLAT’S Farm sudah memperoleh izin resmi usaha dari pemerintah daerah
setempat berdasarkan Surat Keterangan Usaha No. 500/20/2003/V/2007.
K’BLAT’S Farm yang bergerak dalam usaha pembesaran lobster air tawar ini
masih beroperasi dalam skala kecil.
Dalam penelitian ini dilakukan tiga skenario pola usaha yaitu pola usaha I
adalah usaha pembenihan, pola usaha II adalah usaha pembesaran, dan pola usaha
III adalah usaha pembenihan dan pembesaran. Dari hasil analisis finansial ketiga
pola usaha dengan menggunakan kriteria NPV, Net B/C, IRR, dan Payback
Periode, diperoleh hasil: untuk pola usaha I diperoleh NPV sebesar Rp
73.792.135, Net B/C sebesar 3,47, IRR sebesar 33 persen, dan PBP selama 4,04
tahun. Untuk pola usaha II diperoleh hasil NPV sebesar Rp 112.563.989, Net B/C
sebesar 4,22, IRR sebesar 41 persen, dan PBP selama 3,4 tahun. Sedangkan untuk
pola usaha III diperoleh hasil NPV sebesar Rp 138.280.330, Net B/C sebesar 5,14,
IRR sebesar 52 persen, dan PBP selama 2,79 tahun. Dari hasil analisis finansial
tersebut dapat dilihat bahwa jenis pengusahaan lobster air tawar yang paling
menguntungkan adalah pola usaha III atau usaha pembenihan dan pembesaran
lobster air tawar.
Untuk melihat kembali daya tarik proyek apabila terjadi perubahan pada
jumlah produksi, harga pakan, dan harga jual output digunakan analisis switching
value. Dari hasil analisis switching value diperoleh hasil: pola usaha I masih layak
untuk dilaksanakan apabila terjadi penurunan jumlah produksi sebesar 23,8
persen, kenaikan harga pakan sebesar 774,95 persen, dan penurunan harga jual
sebesar 23,8 persen. Pola usaha II masih layak untuk dilaksanakan apabila terjadi
penurunan jumlah produksi sebesar 23,11 persen, kenaikan harga pakan sebesar
571,77 persen, dan penurunan harga jual sebesar 23,11 persen. Sementara pola
usaha III masih layak untuk dilaksanakan apabila terjadi penurunan produksi
sebesar 34,87 persen, kenaikan harga pakan sebesar 828,33 persen, dan penurunan
hrga jual sebesar 34,87 persen. Berdasarkan analisis switching value tersebut
dapat disimpulkan bahwa pola usaha II adalah jenis usaha yang peling sensitif
terhadap perubahan jika dibandingkan dengan pola usaha I dan pola usaha III.
Dan jenis perubahan yang paling berpengaruh terhadap kelayakan ketiga pola
usaha adalah perubahan terhadap jumlah produksi dan harga jual.
Kesimpulan dari hasil penelitian ini adalah 1) kegiatan usaha budidaya
lobster air tawar yang dilakukan oleh K’BLAT’S Farm sudah layak dilihat dari
aspek non finansial maupun aspek finansial, 2) pengusahaan lobster air tawar
yang paling menuntungkan adalah pola usaha III yaitu usaha pembenihan dan
pembesaran, dan 3) pola usaha II adalah jenis pengusahaan lobster air tawar yang
paling sensitif terhadap perubahanan, penurunan harga jual dan penurunan
produksi merupakan perubahan yang paling berpengaruh terhadap kelayakan
usaha. Saran yang dapat diberikan antara lain: 1) bagi perusahaan sebaiknya
melakukan jenis pengusahaan pembenihan dan pembesaran lobster air tawar
karena pola usaha ini adalah yang paling menguntungkan, 2) pemerintah
sebaiknya melakukan sosialisasi dan edukasi mengenai budidaya lobster air tawar
agar semakin banyak masyarakat yang mengusahakan lobster air tawar ini, dan 3)
bagi masyarakat yang tertarik untuk menjalankan bisnis lobster air tawar tidak
perlu takut karena usaha ini terbukti menguntungkan meskipun dijalankan dalam
skala kecil.
5
Oleh:
KAMMALA AFNI
A14104104
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pertanian pada
Fakultas Pertanian
Menyetujui,
Dosen Pembimbing,
Mengetahui,
Dekan Fakultas Pertanian
PERNYATAAN
K’BLAT’S FARM, Kec. Gunung Guruh, Kab. Sukabumi, Jawa Barat” ADALAH
Kammala Afni
A14104104
8
Riwayat Hidup
pertama dari 3 bersaudara pasangan Bapak Deddy Rochaedi dan Ibu Husnawati.
Penulis menyelesaikan pendidikan sekolah dasar di SDN 013 Pagi Pejaten Timur
dan lulus pada tahun 1998. Sekolah tingkat menengah pertama dilalui penulis di
SMPN 41 Ragunan Jakarta dan lulus pada tahun 2001. Penulis menyelesaikan
pendidikan sekolah menengah atas di SMUN 38 Jakarta dan lulus pada tahun
2004. di tahun yang sama pula penulis diterima sebagai mahasiswa Program Studi
Mahasiswa Baru).
Penulis menjadi anggota KOPMA IPB pada tahun 2005-sekarang, juga menjadi
anggota IAAS IPB pada tahun 2005-sekarang. Penulis juga pernah aktif sebagai
KATA PENGANTAR
memberikan rahmat dan hidayah Nya kepada penulis sehingga penulis dapat
gelar sarjana.
Penulis sangat berterima kasih kepada semua pihak terutama orang tua dan
dosen pembimbing skripsi penulis Dr. Ir. Rita Nurmalina, MS yang telah
skripsi yang berjudul “Analisis Kelayakan Pengusahaan Lobster Air Tawar Kasus
penulis dan juga perusahaan tempat penulis melakukan penelitian. Penulis juga
masa mendatang.
Penulis
10
kepada:
1. Orang tua, terima kasih untuk kasih sayang, doa, semangat, kesabaran dan
2. Dr. Ir. Rita Nurmalina, MS selaku pembimbing skripsi yang telah memberikan
untuk mengambil data. Terima kasih atas kasih sayang, perhatian, kesabaran,
support, dan kebersamaan selama ini, hingga saat ini dan semoga hingga masa
datang.
6. Esha dan Kamal, adik-adikku yang selalu menjadi semangat penulis dalam
perusahaan papanya.
8. Pak Sudradji (Papanya Siera, Pemilik K’BLAT’S Farm), Kak Fikri dan Kak
9. Om Lili yang sudah banyak membantu penulis baik moril maupun materil.
Terima kasih atas doa, support, masukan, dan informasi yang diberikan.
10. Om Ketut dan Tante Lies dari Pusat Ristek DKP yang sudah banyak
11. Sahabatku Metha, Adi, Ratri, dan Ratieh yang banyak memberikan penulis
semangat dan keceriaan di saat-saat sulit. We’ll still be best friend forever.
12. Teman-teman AGB 41, terima kasih atas rasa kebersamaan dan kekeluargaan
13. Teman sebimbingan Endang, David, Nuy, Anggi, dan Yanti, yang selalu ingat
14. Kakak kelas AGB 40, Panji, Anin, Pipin, Arief, Nina, Anggun, Idham, Ical,
penulis. Mas Fery (AGB 39), terima kasih untuk konsultasi dan masukannya.
15. Semua pihak yang telah membantu yang tak bisa disebutkan satu persatu oleh
penulis.
12
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI .......................................................................................................... i
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ............................................................................................. 1
1.2 Perumusan Masalah ...................................................................................... 6
1.3 Tujuan .......................................................................................................... 8
1.4 Ruang Lingkup Penelitian............................................................................. 8
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
1. Luas Lahan Usaha Budidaya Perikanan Menurut Jenis Budidaya Tahun
2000-2004 ....................................................................................................... 3
2. Jumlah dan Nilai Impor Lobster Indonesia Tahun 2002-2005 .......................... 5
3. Jumlah Produksi dan Nilai Penjualan Benih Lobster Air Tawar ....................... 55
4. Nilai Sisa Biaya Investasi Proyek Pada Pola Usaha I ....................................... 56
5. Biaya Investasi Pada Pola Usaha I ................................................................... 58
6. Biaya Reinvestasi Pada Pola Usaha I ............................................................... 59
7. Biaya Operasional Tiap Produksi (per 4 bulan) ................................................ 59
8. Biaya Tetap Pada Pola Usaha I ........................................................................ 60
9. Hasil Analisis Finansial Pola Usaha I .............................................................. 60
10. Hasil Analisis Switching Value Pola Usaha I ................................................... 61
11. Jumlah Produksi dan Nilai Penjualan Lobster Air Tawar Konsumsi ................. 63
12. Nilai Sisa Biaya Investasi Proyek Pada Pola Usaha II ...................................... 64
13. Biaya Investasi Pada Pola Usaha II .................................................................. 66
14. Biaya Reinvestasi Pada Pola Usaha II .............................................................. 67
15. Biaya Operasional Tiap Produksi (per 6 bulan) ................................................ 68
16. Biaya Tetap Pada Pola Usaha II ....................................................................... 69
17. Hasil Analisis Finansial Pola Usaha II ............................................................. 69
18. Hasil Analisis Switching Value Pola Usaha II .................................................. 70
19. Jumlah Produksi dan Nilai Penjualan Benih dan Lobster Konsumsi ................. 72
20. Nilai Penjualan Indukan Afkir ......................................................................... 73
21. Nilai Sisa Pada Pola Usaha III ......................................................................... 73
22. Biaya Investasi Pada Pola Usaha III................................................................. 76
23. Biaya Reinvestasi Pada Pola Usaha III ............................................................. 77
24. Biaya Operasional Tiap Produksi (per tahun) ................................................... 78
25. Biaya Tetap Pola Usaha III .............................................................................. 79
26. Hasil Analisis Finansial Pola Usaha III ............................................................ 79
27. Hasil Analisis Switching Value Pola Usaha III ................................................. 80
15
DAFTAR GAMBAR
Nomor Halaman
1. Anatomi Tubuh Lobster................................................................................ 11
2. Lobster Air Tawar Capit Merah (Cherax quadricarinatus) ........................... 13
3. Lobster Air Tawar Red Crayfish (Procambarus clarkii)................................ 14
4. Lobster Air Tawar Yabbie (Cherax destructor) ............................................ 15
5. Kerangka Pemikiran Operasional.................................................................. 29
6. Skema Aliran Pemasaran Lobster Air Tawar K’BLAT’S Farm .................... 41
7. Proses Persiapan Kolam Pembesaran Lobster Air Tawar .............................. 47
17
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Halaman
1. Pola Pembenihan Lobster Air Tawar ............................................................ 87
2. Pola Pembesaran Lobster Air Tawar Tahap I ................................................ 88
3. Pola Pembesaran Lobster Air Tawar Tahap II ............................................... 89
4. Pola Pembesaran Lobster Air Tawar Tahap III.............................................. 90
5. Pola Pembenihan Pembesaran Lobster Air Tawar ......................................... 91
6. Cashflow Pengusahaan Lobster Air Tawar Skenario I ................................... 92
7. Cashflow Pengusahaan Lobster Air Tawar Skenario II ................................. 93
8. Cashflow Pengusahaan Lobster Air Tawar Skenario III ................................ 94
9. Laporan Laba Rugi Pengusahaan Lobster Air Tawar Skenario I ................... 95
10. Laporan Laba Rugi Pengusahaan Lobster Air Tawar Skenario II .................. 96
11. Laporan Laba Rugi Pengusahaan Lobster Air Tawar Skenario III ................. 97
12. Analisis Switching Value Penurunan Produksi Skenario I ............................. 98
13. Analisis Switching Value Kenaikan Harga Pakan Skenario I ......................... 99
14. Analisis Switching Value Penurunan Harga Jual Skenario I .......................... 100
15. Analisis Switching Value Penurunan Produksi Skenario II ............................ 101
16. Analisis Switching Value Kenaikan Harga Pakan Skenario II........................ 102
17. Analisis Switching Value Penurunan Harga Jual Skenario II ......................... 103
18. Analisis Switching Value Penurunan Produksi Skenario III........................... 104
19. Analisis Switching Value Kenaikan Harga Pakan Skenario III ...................... 105
20. Analisis Switching Value Penurunan Harga Jual Skenario III ........................ 106
21. Laporan Laba Rugi Analisis Switching Value Penurunan Produks
Skenario I ..................................................................................................... 107
22. Laporan Laba Rugi Analisis Switching Value Kenaikan Harga Pakan
Skenario I ..................................................................................................... 108
23. Laporan Laba Rugi Analisis Switching Value Penurunan Harga Jual
Skenario I ..................................................................................................... 109
24. Laporan Laba Rugi Analisis Switching Value Penurunan Produksi
Skenario II.................................................................................................... 110
25. Laporan Laba Rugi Analisis Switching Value Kenaikan Harga Pakan
18
I. PENDAHULUAN
km dan luas perairan laut sekitar 5,8 juta km2 yang terdiri atas 0,3 juta km2
perairan teritorial, 2,8 juta km2 perairan nusantara, dan 2,7 juta km2 perairan ZEE.
Dengan luas perairan Indonesia yang cukup besar, Indonesia sangat berpotensi
dalam sektor perikanan apalagi Indonesia merupakan salah satu negara yang
tidak hanya berasal dari perikanan laut, tetapi juga perikanan darat atau yang juga
Sektor perikanan Indonesia memiliki prospek yang sangat baik. Pada tahun
diperkirakan sebesar US$ 82 miliar per tahun, dengan rincian potensi perikanan
tangkap sebesar US$ 15,1 miliar, potensi budidaya laut sebesar US$ 46,7 miliar,
potensi peraian umum sebesar US$ 1,1 miliar, potensi budidaya tambak sebesar
US$ 10 miliar, potensi budidaya air tawar sebesar US$ 5,2 miliar, dan potensi
Perubahan trend pola konsumsi protein masyarakat dari red meat to white meat
1
Departemen Kelautan dan Perikanan. www.dkp.go.id. Indonesia dan Negara ASEAN, Up Date Data Perikanan.
15/02/2005. Diakses pada tanggal 19 April 2008.
2
20
Hal ini diungkapkan oleh FAO (2002) bahwa pasokan ikan dari kegiatan
demikian pula kecenderungan ini terjadi pada usaha penangkapan ikan di perairan
pada tahun 2000 menunjukkan bahwa potensi lestari ikan perairan laut Indonesia
mengalami penurunan dari 6,26 juta ton/tahun pada tahun 1997 menjadi 6,11 juta
ton/tahun pada tahun 2000 (Departemen Kelautan dan Perikanan, 2005). Oleh
karena itu budidaya perikanan dijadikan alternatif penyuplai kebutuhan ikan untuk
juta hektar, yang terdiri atas lahan budidaya air tawar sebesar 2,23 juta hektar,
budidaya air payau 1,22 juta hektar, dan budidaya laut 8,37 juta hektar.
persen untuk budidaya air tawar, 40 persen untuk budidaya air payau, dan 0,01
persen untuk budidaya laut. Kegiatan budidaya perikanan secara umum dapat
budidaya tambak, budidaya kolam, budidaya keramba, budidaya jaring apung, dan
bertambah dari 655.381 ha pada tahun 2000 menjadi 716.317 ha pada tahun 2004
dengan laju pertumbuhan 2,28 persen per tahun. Laju pertambahan luas areal
besar, yaitu 27,86 persen per tahun untuk jaring apung dan 19,43 persen per tahun
Kelautan dan Perikanan, 2005). Tabel 1 menunjukkan data luas lahan usaha
diusahakan adalah lobster air tawar. Meskipun demikian, hingga kini belum
banyak orang yang menggeluti usaha budidaya lobster air tawar. Salah satu
penyebabnya adalah belum banyak yang mengetahui keberadaan lobster air tawar
dan kebanyakan orang hanya mengetahui tentang keberadaan lobster air laut yang
ditangkap oleh nelayan. Ukuran dan bentuk lobster air tawar memang mirip
dengan lobster air laut. Perbedaannya, lobster air tawar dapat dibudidayakan
sementara lobster air laut hingga kini belum dapat dibudidayakan. Pembudidayaan
lobster air tawar pun tidaklah sulit karena hewan ini tidak membutuhkan
hewan (omnivora), pertumbuhannya relatif cepat, serta memiliki daya telur yang
tinggi. Keunggulan lobster air tawar adalah dagingnya yang lebih sehat dibanding
makanan laut lain. Lobster air tawar rendah lemak, kolesterol, dan garam. Tekstur
4
22
dan rasanya pun tidak berbeda dengan lobster air laut. Selain sebagai sajian
karena bentuknya yang menarik dengan beragam warna yang menarik pula. Harga
jual lobster air tawar pun cukup tinggi, untuk pasar lokal mencapai kisaran
Rp100.000-Rp120.000 per kg (isi 10-12 ekor). Apalagi bila produksi lobster itu
dikelola dengan pengawasan kualitas yang ketat, sehingga bisa menembus pangsa
mancanegara, maka harganya pun semakin tinggi. Di pasar ekspor, lobster air
tawar dihargai tidak pernah kurang dari Rp150.000 per kg untuk isi 10-12 ekor.2
Harga lobster air tawar juga lebih stabil dari harga lobster laut karena produksinya
dapat diatur oleh petani sehingga supplai senantiasa tersedia di pasar. Sementara
harga lobster air laut lebih fluktuatif karena apabila tangkapan lobster laut
Budidaya lobster khususnya lobster air tawar merupakan salah satu budidaya
andalan yang saat ini sedang digalakkan oleh Departemen Kelautan dan
Perikanan. Prospek lungshia (dalam bahasa China berarti udang naga) sangat
bagus karena harganya yang tinggi dan pasarnya terbuka lebar. Permintaan pasar
lobster air tawar untuk memenuhi pasar Jakarta saja mencapai 2-3 ton per bulan,
sedangkan untuk nasional diperkirakan jumlah kebutuhan lobster air tawar antara
6-8 ton per bulan dengan restoran sebagai penyerap utamanya (Cucun, 2006).
lebih serius terhadap pengembangan lobster air tawar Indonesia yang dinilai
berpeluang mengekspor lobster air tawar ke Singapura dan Hong Kong seharga
2
Bisnis Indonesia Online. http://web.bisnis.com. Bisnis lobster Bisa Bantu Entaskan Kemiskinan, 21/07/2007. Diakses
pada tanggal 21 November 2007.
3
Majalah Demersal. http://www.dkp.go.id. Berita Budidaya Perikanan. 21/07/06. Diakses pada tanggal 14 November 2007
5
23
Rp 250.000 per kilogram size 10. Pemimpin perusahaan budidaya lobster air
tawar Santoso Farm, FX. Santoso T., mengatakan, sektor usaha tersebut cukup
Selama ini pasokan lobster untuk pasar dalam negeri lebih banyak
impor lobster dari Singapura, Australia, Amerika Serikat, dan Jepang untuk
memenuhi kebutuhan dalam negeri. Besarnya jumlah dan nilai impor lobster
Tabel 2. Jumlah dan Nilai Impor Lobster Laut Indonesia Tahun 2002-2005
Tahun Jumlah (Kg) Nilai (US$)
2002 2.482 12.069
2003 5.033 18.402
2004 7.332 9.303
2005 362 1.621
Sumber: Badan Pusat Statistik 2002-2005, data diolah
Budidaya lobster air tawar diharapkan dapat menjadi solusi untuk memenuhi
permintaan lobster dalam negeri. Selain itu, kegiatan budidaya ini juga bertujuan
untuk menjaga kelestarian lobster air laut. Atas dasar itulah, perlu diadakan suatu
kajian atau penelitian mengenai kelayakan usaha budidaya lobster air tawar untuk
menganalisis apakah usaha budidaya lobster air tawar ini menguntungkan atau
tidak. Sehingga masyarakat tertarik untuk membuka usaha budidaya lobster air
tawar.
4
Bisnis Indonesia. http://www.bisnis.com. KNPI Kepri kembangkan lobster 09/05/2007. Diakses pada tanggal 14
November 2007.
6
24
perikanan sehingga produk yang dijual selama ini merupakan produk belum
diolah, serta minimnya diversifikasi produk yang dijual karena sejauh ini ekspor
Indonesia masih didominasi oleh produk udang (58 %), dan tuna (18 %).5
dalam kolam atau tambak. Salah satunya adalah usaha budidaya lobster air tawar.
Kegiatan budidaya lobster air tawar ini cukup menjanjikan karena permintaannya
yang tinggi sementara produksi belum dapat memenuhi pasar yang ada. Hal ini
disebabkan oleh masih sedikit orang yang menggeluti kegiatan budidaya lobster
air tawar. Saat ini yang menjadi kendala dalam melakukan kegiatan budidaya
lobster air tawar adalah indukan yang masih harus didatangkan dari luar negeri.
jumlahnya masih belum mencukupi untuk budidaya skala besar dan strain
Selain itu pengusahaan lobster air tawar membutuhkan investasi yang tidak
air tawar tergolong hewan yang mudah dibudidayakan, tetapi besarnya biaya yang
5
Kompas Online. http://kompas.com. Pasar Ekspor Perikanan Indonesia Belum Tergarap Secara Optimal. 13/05/05.
Diakses pada tanggal 14 November 2007.
7
25
dilakukan dan tingkat pendapatan atau keuntungan yang ingin diperoleh. Karena
itu diperlukan analisis kelayakan usaha lobster air tawar untuk mengetahui apakah
usaha lobster air tawar ini layak untuk dijalankan sehingga investasi yang
dikeluarkan unutk melakukan usaha ini tidak sia-sia dan dapat membuahkan hasil
yang diharapkan.
budidaya lobster air tawar. Investasi yang telah dikeluarkan oleh K’BLAT’S Farm
diketahui apakah usaha ini akan mendatangkan keuntungan atau kerugian bagi
K’BLAT’S Farm.
dilihat dari aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, aspek hukum, dan
usaha budidaya lobster air tawar ini dilakukan dalam 3 pola yaitu pola I adalah
usaha pembenihan, pola II adalah usaha pembesaran, dan pola III adalah usaha
1.3 Tujuan
dilihat dari aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, aspek hukum, dan
usaha budidaya lobster air tawar ini dilakukan dalam 3 pola yaitu pola I adalah
usaha pembenihan, pola II adalah usaha pembesaran, dan pola III adalah usaha
perubahan pada jumlah produksi, harga pakan, dan harga jual output.
lobster air tawar dengan menggunakan tiga skenario yaitu usaha pembenihan,
usaha pembesaran, dan usaha pembenihan pembesaran. Penelitian ini juga telah
Lobster air tawar merupakan salah satu genus dari kelompok udang
(Crustacea) yang hidupnya hanya di air tawar. Lobster air tawar banyak terdapat
di danau, rawa, dan sungai. Di habitat aslinya, jenis udang besar ini biasanya
hidup ditempat yang memiliki tempat berlindung seperti celah-celah bebatuan dan
akar pohon. Daerah penyebarannya meliputi Asia dan Australia, Seperti Papua
dapat dibagi ke dalam 3 famili, yakni famili astacidae dan cambaridae yang
tersebar di belahan bumi utara, seperti Amerika dan Eropa, serta famili
parastacidae yang tersebar di belahan bumi selatan seperti Asia dan Australia. Di
Indonesia, lobster air tawar berasal dari famili parastacidae (Iskandar, 2003).
Lobster air tawar memiliki beberapa nama umum seperti Crayfish, Crawfish,
Filum : Arthopoda
Kelas : Malacostrada
Famili : Parastacidae
Ordho : Decapoda
Genus : Cherax
6
http://id.wikipedia.org/wiki/Lobster. Lobster Air Tawar. Diakses pada tanggal 14 November 2007.
10
28
Lobster air tawar merupakan spesies yang tidak memiliki tulang dalam
(internal skeleton), tetapi seluruh permukaan tubuh dan organ luarnya terbungkus
berupa kalsium dan terjadi setelah proses pergantian semua cangkang berlangsung
sempurna.
dan perut (abdomen). Jika dilihat dari organ tubuh luar, lobster air tawar memiliki
1. Sepasang antena yang berperan sebagai perasa dan peraba terhadap pakan dan
kondisi lingkungan.
sepasang capit (celiped) yang lebar dengan ukuran lebih panjang dibandingkan
3. Enam ruas badan (abdomen) agak memipih dengan lebar badan rata-rata
4. Ekor. Satu ekor tengah (telson) memipih, sedikit lebar, dan dilengkapi dengan
duri-duri halus yang terletak di semua bagian tepi ekor, serta 2 pasang ekor
5. Enam pasang kaki renang (pleopod) yang berperan untuk berenang. Kaki
renang pada induk betina yang sedang bertelur memberikan gerakan untuk
digunakan untuk membersihkan telur atau larva dari kotoran yang terendap.
Lobster air tawar memiliki sifat dan tingkah laku khusus yang tidak dimiliki
oleh jenis ikan lainnya. Sifat-sifat dan tingkah laku lobster air tawar tersebut
adalah:
masih kecil hingga dewasa. Namun semakin dewasa, pergantian cangkang akan
semakin berkurang. Molting merupakan saat yang rawan bagi lobster. Saat itu
tubuhnya tidak terlindungi oleh apapun sehingga sangat lemah dan mudah
dimangsa oleh lobster lain. Karena itu pada saat sedang molting biasanya lobster
b. Mengkonsumsi Pakan
Lobster tidak begitu senang dengan panas matahari sehingga hidupnya banyak
sangat lamban pada siang hari, tetapi akan berubah agresif pada malam hari. Hal
ini karena lobster termasuk hewan nocturnal yaitu hewan yang aktif mencari
makan pada malam hari. Makanan Lobster antara lain biji-bijian, sayuran, lumut,
daging segar, cacing, dan bangkai binatang sehingga digolongkan sebagai hewan
omnivora.
Lobster air tawar juga termasuk hewan yang suka memakan jenisnya sendiri.
Biasanya ini terjadi saat tidak tersedia pakan yang memadai. Sifat kanibal ini juga
timbul saat lobster lain dalam keadaan lemah dan tidak dapat mempertahankan
c. Sistem Reproduksi
Lobster hanya akan kawin jika menemukan pasangan yang cocok. Meskipun
bertemu dan saling terangsang, lobster tidak akan melakukan perkawinan jika
tidak cocok. Di habitat aslinya, lobster mulai kawin pada saat berumur 1 tahun
dan terjadi pada awal musim penghujan. Perkawinan biasanya dilakukan pada
malam hari. Sepuluh hari setelah kawin, telur yang dibuahi oleh induk jantan akan
terlihat melekat di bawah perut induk betina. Telur ini akan menetas 1,5 bulan
setelah pembuahan.
13
31
baik sebagai lobster konsumsi maupun lobster hias (Iskandar, 2003). Jenis-jenis
tersebut adalah:
disebut sebagai Yabby Queensland Utara. Disebut redclaw karena lobster air
tawar dewasa jenis ini mempunyai warna merah pada capit bagian luarnya,
khususnya pada lobster jantan. Selain sebagai lobster konsumsi, lobster capit
merah juga cocok digunakan sebagai lobster hias karena memiliki warna tubuh
Lobster air tawar capit merah dapat hidup dan tumbuh pada suhu 2-37o C.
Meskipun demikian, suhu air optimal yang paling tepat untuk hidup dan tumbuh
adalah 23-31oC. Sementara itu, toleransi terhadap kandungan oksigen di dalam air
b. Procambarus clarkii
air tawar asal Australia. Keluarga Cambaridae merupakan keluarga lobster air
14
32
tawar yang hidup di bagian lintang utara. Procambarus clarkii sendiri berasal dari
mempunyai warna tubuh dominan merah. Oleh karena itu mereka sering disebut
karena pertumbuhannya lambat dan ukuran tubuhnya relatif kecil. Panjang tubuh
lobster dewasa ini hanya sekitar 10-12 cm. Red crayfish bersifat sangat agresif,
teritorial, dan rakus, sehingga mereka bisa menjadi ancaman bagi hewan lain yang
Cherax destructor merupakan jenis lobster air tawar yang paling dikenal
diantara 100 jenis lobster air tawar yang hidup di Australia. Mereka bisa dijumpai
mulai dari daerah New South Wales hingga diseluruh dataran benua Australia.
Sebaran yang luas menyebabkan mereka mampu beradaptasi mulai dari daerah
panas.
15
33
Lobster air tawar yabbie memiliki toleransi yang tinggi terhadap konsentrasi
oksigen terlarut sebesar 0,5 ppm dan suhu air 8-30o C. Metabolisme tubuh, nafsu
makan, dan pertumbuhannya rendah jika dipelihara di dalam wadah dengan suhu
air kurang dari 16oC. Lobster yabbie juga memiliki kemampuan membuat tempat
meter. Ciri spesifik lobster yabbie adalah capitnya hampir sama besar dengan
budidaya komoditas perikanan seperti lobster air tawar, udang, dan ikan budidaya.
Salah satunya adalah Shi Astuti Pertiwi (2003) yang melakukan penelitian dengan
finansial usaha pembenihan lobster air tawar pada tingkat diskonto 12 persen,
usaha ini dinyatakan layak untuk dijalankan. Nilai NPV yang diperoleh sebesar
Rp 36.376.582 atau NPV > 0. Ini berarti, usaha pembenihan lobster air tawar yang
16
34
Sedangkan nilai Net B/C Rasio yang dihasilkan adalah sebesar 2,8 atau Net B/C
Rasio > 0, artinya investasi usaha pembenihan lobster air tawar untuk setiap nilai
sebesar 2,8 rupiah sehingga usaha ini layak untuk dijalankan. IRR yang didapat
sebesar 26 persen atau lebih besar dari tingkat diskonto yang berlaku yaitu 12
value, diperoleh hasil bahwa usaha masih layak untuk dijalankan meskipun terjadi
persen.
Investasi Pengusahaan Lobster Air Tawar CV. Vizan Farm dan CV. Sejahtera
Lobster Farm. Pada penelitian ini dilakukan tiga skenario jenis pola usaha yaitu
pola usaha I adalah usaha pembenihan lobster, pola usaha II adalah usaha
pembesaran lobster, dan pola usaha III adalah usaha pembenihan dan pembesaran
lobster. Berdasarkan hasil analisis finansial, ketiga pola usaha dinyatakan layak
untuk dijalankan. Tapi, yang paling menguntungkan adalah pola usaha II yaitu
usaha pembesaran lobster. Dari hasil kriteria investasi, pola usaha I memperoleh
NPV sebesar Rp 25.883.920, Net B/C Rasio 3,22, IRR 50 persen, dan payback
41.850.030, Net B/C Rasio 4,53, IRR 66 persen, dan payback period 2,69 tahun.
Pola usaha III mendapat nilai NPV sebesar Rp 37.457.890, Net B/C Rasio 3,45,
17
35
IRR 52 persen, dan payback period 3,18 tahun. Analisis sensitivitas dilakukan
untuk memperoleh nilai NPV=0 untuk melihat tingkat kepekaan usaha apabila
produksi. Dari hasil analisis switcing value yang dilakukan terhadap ketiga pola
usaha menunjukkan bahwa pola usaha I merupakan pola usaha yang paling
sensitif terhadap perubahan harga pakan, perubahan harga output dan perubahan
produksi. Perubahan produksi dan harga output adalah faktor yang paling sensitif
peneliti terdahulu diatas yaitu lobster air tawar, tetapi terdapat perbedaan pada
perusahaan tempat penelitian ini dilakukan. Selain itu, peneliti hanya melakukan
penelitian pada usaha udang vanname. Dari hasil perhitungan terhadap arus
menfaat dan biaya pada tingkat diskonto 14 persen diperoleh nilai NPV sebesar
Rp 1.442.292.775,16, Net B/C rasionya 2,43 dan tingkat IRR 54,37 persen.
apabila terjadi kenaikan harga pakan sebesar 10 persen dan 98,58 persen,
penurunan harga jual udang sebesar 10 persen dan 28,69 persen. Berdasarkan
hasil perhitungan terhadap kenaikan harga pakan 10 persen, usaha masih layak
diusahakan. Sedangkan jika kenaikan harga pakan mencapai 98,58 persen, maka
18
36
usaha berada pada batas kelayakan. Begitu pula pada perhitungan penurunan
harga jual, bila harga jual udang menurun 10 persen maka usaha masih diikatakan
layak untuk dijalankan, sedangkan jika penurunan harga jual hingga 28,69 persen,
persen pada beberapa jenis tambak udang windu yaitu tambak ekstensif, semi
ekstensif, intensif, dan super intensif. Hasilnya adalah semua jenis tambak layak
457.611.072, dan tambak super intensif Rp 382.380.835. Nilai Gross B/C nya
adalah 2,436 untuk usaha tambak ekstensif, 2,172 untuk tambak semi intensif,
1,531 untuk tambak intensif , dan 1,163 untuk tambak super intensif. Tingkat IRR
untuk setiap jenis tambak secara berurutan adalah 69 persen, 141 persen, 111
perubahan harga jual udang, kenaikan biaya produksi, dan perubahan volume
masih layak untuk dijalankan selama perubahan yang terjadi pada penurunan
harga jual sebesar 33 persen untuk tambak ekstensif, semi intensif, dan intensif
dan 25 persen untuk tambak super intensif. Perubahan kenaikan biaya produksi
yang masih membuat usaha ini layak adalah bila terjadi kenaikan biaya sebesar
28,6 persen pada harga bibit. Sedangkan perubahan volume produksi yang masih
diteliti oleh penulis jelas berbeda dengan komoditi penelitian kedua penulis diatas.
38
hasil (return) di waktu yang akan datang, dan yang dapat direncanakan, dibiayai
dan dilaksanakan sebagai satu unit (Kadariah, 2001). Menurut Gray (1992),
tenaga kerja, dan waktu. Sedangkan Gittinger (1986) mengatakan bahwa proyek
yang bergerak dalam bidang pertanian adalah suatu kegiatan investasi yang
Suwarsono, 2000). Kriteria keberhasilan suatu proyek dapat dilihat dari manfaat
1. Manfaat ekonomis proyek terhadap proyek itu sendiri (sering juga disebut
2. Manfaat proyek bagi negara tempat proyek itu dilaksanakan (disebut juga
Menurut Gittinger (1986), pada proyek pertanian ada enam aspek yang harus
1. Aspek Pasar
pasar sasaran (Kotler, 2002). Analisis aspek pasar pada studi kelayakan
2. Aspek Teknis
hasil-hasil produksi. Aspek teknis terdiri dari lokasi proyek, besaran skala
3. Aspek Manajemen
deskripsi jabatan, personil kunci, dan jumlah tenaga kerja yang digunakan.
22
40
4. Aspek Hukum
Terdiri dari bentuk badan usaha yang akan digunakan, jaminan-jaminan yang
dapat diberikan apabila hendak meminjam dana, serta akta, sertfikat, dan izin
proyek dilaksanakan.
6. Aspek Finansial
ada sehingga kita dapat memilih alternatif proyek yang paling menguntungkan,
yang mengurangi suatu tujuan, dan suatu manfaat adalah segala sesuatu yang
manfaat yang diterima. Biaya yang diperlukan suatu proyek dapat dikategorikan
sebagai berikut:
diperlukan pada saat proyek mulai dilaksanakan, seperti: biaya bahan baku,
1. Manfaat langsung yaitu manfaat yang secara langsung dapat diukur dan
kesempatan kerja.
2. Manfaat tidak langsung yaitu manfaat yang secara nyata diperoleh dengan
tidak langsung dari proyek dan bukan merupakan tujuan utama proyek,
seperti: rekreasi.
suatu proyek yang dilaksanakan adalah kriteria investasi. Dasar penilaian investasi
adalah perbandingan antara jumlah nilai yang diterima sebagai manfaat dari
perbedaannya adalah berupa tambahan manfaat bersih yang akan muncul dari
biaya yang dikeluarkan dari suatu proyek. Dalam mengukur kemanfaatan proyek
dan tidak berdiskonto. Perbedaannya terletak pada konsep Time Value of Money
suatu teknik yang dapat “menurunkan” manfaat yang diperoleh pada masa yang
akan datang dan arus biaya menjadi nilai biaya pada masa sekarang”, sedangkan
Konsep nilai waktu uang (time value of money) menyatakan bahwa nilai
sekarang (present value) adalah lebih baik daripada nilai yang sama pada masa
yang akan datang (future value). Ada dua sebab yang menyebabkan hal ini terjadi
yaitu: time preference (sejumlah sumber yang tersedia untuk dinikmati pada saat
ini lebih disenangi daripada jumlah yang sama namun tersedia di masa yang akan
datang) dan produktivitas atau efisiensi modal (modal yang dimiliki saat sekarang
kegiatan yang produktif) yang berlaku baik secara perorangan maupun bagi
berhubungan timbal balik di dalam pasar modal untuk menentukan tingkat harga
modal yaitu tingkat suku bunga, sehingga dengan tingkat suku bunga dapat
penyebarannya dalam waktu yang tidak merata. Untuk tujuan itu, tingkat suku
dan manfaat untuk menentukan apakah suatu proyek akan menguntungkan selama
umur proyek (Husnan dan Suwarsono, 2000). Analisis finansial terdiri dari:
Net Present Value (NPV) suatu proyek menunjukkan manfaat bersih yang
diterima proyek selama umur proyek pada pada tingkat suku bunga tertentu. NPV
juga dapat diartikan sebagai nilai sekarang dari arus kas yang ditimbulkan oleh
investasi. Dalam menghitung NPV perlu ditentukan tingkat suku bunga yang
• NPV > 0, artinya suatu proyek sudah dinyatakan menguntungkan dan dapat
dilaksanakan.
• NPV < 0, artinya proyek tersebut tidak menghasilkan nilai biaya yang
tidak dilaksanakan.
modal sosial Opportunities Cost faktor produksi normal. Dengan kata lain,
Net Benefit and Cost Ratio (Net B/C Rasio) menyatakan besarnya
pengembalian terhadap setiap satu satuan biaya yang telah dikeluarkan selama
umur proyek. Net B/C merupakan angka perbandingan antara present value dari
net benefit yang positif dengan present value dari net benefit yang negatif .
• Net B/C = 1, maka NPV = 0, proyek tidak untung dan tidak rugi
Internal Rate Return adalah tingkat bunga yang menyamakan present value
kas keluar yang diharapkan dengan present value aliran kas masuk yang
diharapkan, atau didefinisikan juga sebagai tingkat bunga yang menyebabkan Net
dinyatakan dalam satuan persen. Tingkat IRR mencerminkan tingkat suku bunga
maksimal yang dapat dibayar oleh proyek untuk sumberdaya yang digunakan.
Suatu investasi dianggap layak apabila nilai IRR lebih besar dari tingkat suku
bunga yang berlaku dan sebaliknya jika nilai IRR lebih kecil dari tingkat suku
metode dalam menilai kelayakan suatu usaha yang digunakan untuk mengukur
27
45
periode jangka waktu pengembalian modal. Semakin cepat modal itu dapat
kembali, semakin baik suatu proyek untuk diusahakan karena modal yang kembali
dapat dipakai untuk membiayai kegiatan lain (Husnan dan Suwarsono, 1999).
proyek yang telah dilakukan. Tujuannya adalah untuk melihat pengaruh yang akan
terjadi apabila keadaan berubah. Hal ini merupakan suatu cara untuk menarik
ketidakpastian yang dapat terjadi pada suatu keadaan yang telah diramalkan
(Gittinger, 1986).
yaitu:
3. Kenaikan biaya
dari usaha budidaya lobster air tawar. Analisis kelayakan dilakukan dengan
aspek manajemen, aspek sosial, dan aspek finansial. Analisis finansial mengkaji
28
46
NPV, IRR, Net B/C Rasio, Payback Period, dan sensitivitas usaha budidaya
lobster air tawar ini. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan
Usaha Budidaya
• Analisis Aspek Kelayakan Lobster Air Tawar
Usaha
• Analisis Finansial
Kelayakan Usaha
- NPV
Budidaya Lobster Air
- Net B/C
Tawar
- IRR
- PBP
karena perusahaan ini tergolong baru karena baru berdiri pada Bulan Mei 2007.
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data
selama umur proyek, terdiri dari biaya investasi dan biaya operasional serta
Data sekunder yang diperlukan dalam penelitian ini diperoleh dari studi
literatur berbagai buku, skripsi, internet, dan instansi terkait seperti Departemen
Kelautan dan Perikanan, Pusat Penelitian Sosial Ekonomi Pertanian serta Badan
tabulasi yang digunakan untuk mengklasifikasi data yang ada serta mempermudah
31
49
penerimaan dari hasil penjualan lobster air tawar. Sedangkan untuk data kualitatif
terhadap aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, aspek hukum, dan aspek
yang digunakan antara lain Net Present Value (NPV), Internal Rate Return (IRR),
dan Net Benefit Cost Ratio (Net B/C) dan Payback Periode (PBP).
Net Present Value (NPV) suatu proyek atau usaha adalah selisih antara nilai
sekarang (present value) manfaat dengan arus biaya. NPV juga dapat diartikan
sebagai nilai sekarang dari arus kas yang ditimbulkan oleh investasi. Dalam
menghitung NPV perlu ditentukan tingkat suku bunga yang relevan. Rumus
Keterangan :
n = jumlah tahun
32
50
• NPV > 0, artinya suatu proyek sudah dinyatakan menguntungkan dan dapat
dilaksanakan.
• NPV < 0, artinya proyek tersebut tidak menghasilkan nilai biaya yang
tidak dilaksanakan.
modal sosial Opportunities Cost faktor produksi normal. Dengan kata lain,
Net Benefit and Cost Ratio (Net B/C Rasio) merupakan angka perbandingan
antara jumlah nilai sekarang yang bernilai positif dengan jumlah nilai sekarang
n = jumlah tahun
• Net B/C = 1, maka NPV = 0, proyek tidak untung dan tidak rugi
yang melakukan investasi dan dinyatakan dalam satuan persen. Tingkat IRR
mencerminkan tingkat suku bunga maksimal yang dapat dibayar oleh proyek
untuk sumberdaya yang digunakan. Suatu investasi dianggap layak apabila nilai
IRR lebih besar dari tingkat suku bunga yang berlaku dan sebaliknya jika nilai
IRR lebih kecil dari tingkat suku bunga yang berlaku, maka proyek tidak layak
tambahan yang diperoleh dari usaha budidaya lobster air tawar. Rumus yang
Keterangan :
yang berubah-ubah terhadap hasil suatu analisis. Tujuan analisis ini adalah untuk
melihat kembali hasil analisis suatu kegiatan investasi atau aktivitas ekonomi,
apakah ada perubahan dan apabila terjadi kesalahan atau adanya perubahan di
dalam perhitunagn biaya atau manfaat. Analisis sensitivitas ini perlu dilakukan
mengandung ketidakpastian tentang apa yang akan terjadi di waktu yang akan
adalah nilai pengganti (switching value). Pada analisis sensitivitas secara langsung
memilih sejumlah nilai yang dengan nilai tersebut dapat dilakukan perubahan
terhadap masalah yang dianggap penting pada analisis proyek dan kemudian dapat
pada kenaikan harga input, penurunan harga output, dan turunnya jumlah
produksi.
5. Lobster air tawar yang diusahakan adalah jenis Cherax quadricarinatus atau
Sedangkan 25 persen lainnya gagal panen yang disebabkan oleh kondisi benih
yang tidak baik, gagal molting, serangan penyakit Eromonas sp (penyakit ekor
melepuh) dan predator seperti ular sawah, ikan bogo, dan katak. Data ini
9. Lobster yang siap panen adalah lobster yang telah menjalani masa pembesaran
selama 6 bulan dan panjangnya mencapai 5-6 inchi dengan bobot 100
gram/ekor.
10. Harga yang digunakan adalah harga konstan yaitu harga jual lobster air tawar
11. Total produksi adalah jumlah lobster yang dihasilkan selama satu tahun. Nilai
total penjualan adalah hasil kali antara total produksi dan harga jual.
12. Biaya yang dikeluarkan untuk usaha budidaya lobster air tawar ini terdiri dari
biaya investasi dan biaya operasional. Biaya investasi dikeluarkan pada tahun
ke-1 yaitu tahun 2007 dan biaya reinvestasi dikeluarkan untuk peralatan-
13. Biaya operasional terdiri dari biaya tetap dan biaya variabel.
14. Nilai sisa dihitung berdasarkan perhitungan nilai sisa dengan menggunakan
metode garis lurus dimana harga beli dibagi dengan umur ekonomis.
Sedangkan untuk harga tanah diasumsikan harga beli sama dengan harga jual
15. Dilakukan tiga skenario yaitu analisis kelayakan usaha budidaya lobster air
tawar dengan menggunakan 3 jenis pola usaha yaitu pola I adalah usaha
pola II adalah usaha pembesaran (yaitu pengusahaan lobster mulai dari benih
hingga ukuran konsumsi), dan pola III adalah usaha pembenihan dan
perusahaan, sedangkan pola usaha I dan III adalah usaha rancangan untuk
16. Pajak pendapatan yang digunakan adalah pajak progesif berdasarkan UU No.
17 tahun 2000 Tentang Tarif Umum PPh Wajib Pajak Badan Dalam Negeri
lobster air tawar. K’BLAT’S Farm adalah singkatan dari Keluarga Besar Lobster
Air Tawar Sukabumi yang artinya bahwa K’BLAT’S Farm merupakan usaha
keluarga. Hal ini disebabkan semua pengelola usaha K’BLAT’S Farm masih
memiliki ikatan keluarga satu sama lain. Perusahaan yang didirikan oleh Bapak
Sudradji pada tanggal 29 Mei 2007 di Kp. Limusnunggal, Desa Cibentang, Kec.
Gunung Guruh, Kab. Sukabumi, Jawa Barat ini merupakan usaha sampingan dari
memperoleh izin resmi usaha dari pemerintah daerah setempat berdasarkan Surat
dalam usaha pembesaran lobster air tawar ini masih beroperasi dalam skala kecil.
usahanya sehingga pemilik tidak dapat menjalankan usahanya dalam skala besar
secara langsung.
luas 1300 m2 dan tanah yang digunakan adalah bekas sawah. Keuntungan
pemilihan lokasi yang berada di areal persawahan adalah adanya sumber mata air
yang menyebabkan ketersediaan air untuk menjalankan usaha ini selalu terjamin.
Usaha ini didirikan dengan tujuan sebagai investasi masa depan pemilik di hari
budidaya lobster air tawar untuk mengelola usahanya dan beliau hanya bertindak
39
57
pengontrolan.
Produk yang dihasilkan oleh K’BLAT’S Farm adalah lobster air tawar
ukuran konsumsi. Sejak didirikan, K’BLAT’S Farm telah memiliki 5 buah kolam
pembesaran lobster air tawar yang semuanya telah ditebar benih lobster melalui 3
tahap. Karena tergolong perusahaan baru, maka belum ada perkembangan yang
menonjol yang terjadi pada perusahaan ini. Pemilik perusahaan berencana akan
Selain itu, perusahaan ini juga berencana untuk melakukan pembenihan sendiri
lobster air tawar yang menjadi bahan baku usaha pembesaran lobster air tawar.
Hal ini bertujuan untuk menghemat biaya bahan baku dan meningkatkan
pendapatan.
58
Dalam aspek pasar akan dikaji mengenai potensi pasar lobster air tawar baik
dari sisi permintaan, penawaran maupun harga yang berlaku, juga strategi
Potensi pasar untuk lobster air tawar sangat tinggi. Tingginya potensi pasar
lobster air tawar ini terbukti dari jumlah permintaan akan lobster air tawar yang
tinggi baik dalam maupun luar negeri. Permintaan lobster air tawar ini datang dari
rumah tangga. Namun, penawaran lobster air tawar masih sangat terbatas karena
masih sedikit orang yang menggeluti usaha budidaya lobster air tawar. Hal ini
membuat harga lobster air tawar tinggi yaitu Rp. 150.000 per kg untuk lobster air
harga pada tingkat end user dapat mencapai kisaran Rp. 200.000-250.000 per kg.
dapat menyerap seluruh jumlah produksi lobster yang dipanen oleh perusahaan.
Kebutuhan lobster air tawar untuk memenuhi pasar Jakarta saja mencapai 2-3 ton
per bulan, sedangkan untuk nasional diperkirakan jumlah kebutuhan lobster air
tawar antara 6-8 ton per bulan dengan restoran sebagai penyerap utamanya jika
tawar. Dari angka tersebut dapat dilihat betapa menjanjikannya usaha budidaya
lobster air tawar ini (Cucun, 2006). Bahkan, permintaan lobster air tawar
diramalkan tidak akan surut selama masih ada konsumen yang berniat untuk
mengkonsumsinya.
Mengenai sarana promosi, K’BLAT’S Farm belum memiliki alat atau media
khusus untuk memasarkan lobster air tawar yang diproduksinya. Sejauh ini,
sendiri oleh perusahaan. Lobster yang telah dipanen terlebih dahulu dimasukkan
ke dalam kotak sterofoam dan diberi es balok serut sebagai pengawet, baru
kemudian dikirim ke pengumpul yaitu BFC (Bintaro Fish Center). Dari BFC,
lobster akan didistribusikan kepada end user baik itu restoran maupun rumah
tangga melalui pengecer. BFC sendiri telah memasang iklan di beberapa media
Berikut adalah skema aliran pemasaran lobster air tawar yang dilakukan oleh
K’BLAT’S Farm.
K’BLAT’S Farm
Pedagang Pengumpul
(Bintaro Fish Center)
End User
(restoran, rumah tangga)
Sumber: K’BLAT’S Farm
disimpulkan bahwa pengusahaan lobster air tawar ini layak untuk diusahakan. Hal
ini dikarenakan besarnya potensi pasar lobster air tawar jika dilihat dari sisi
permintaan, penawaran, dan harga. Jumlah permintaan yang tidak diimbangi oleh
jumlah penawaran menciptakan peluang besar pada pengusahaan lobster air tawar.
Di samping itu, harga jual yang tinggi juga cukup menjanjikan bahwa usaha
Analisis dalam aspek teknis mencakup lokasi usaha proyek, besarnya skala
usaha proyek, jenis pemilihan mesin, proses produksi, dan ketepatan teknologi
yang digunakan. Berikut adalah hasil analisis pada tiap kriteria aspek teknis.
Bahan baku utama yang digunakan oleh K’BLAT’S Farm adalah benih
proyek. Tetapi, K’BLAT’S Farm tidak mengalami kendala dalam hal ini
43
61
karena benih yang dibeli akan diantar ke lokasi proyek. Bahan baku lainnya
seperti pakan lobster dibeli secara bersamaan dengan benih dari perusahaan
yang sama. Bahan baku juga tidak sulit untuk diperoleh, karena penjual
benih dan pakan selalu mempunyai persediaan yang memadai dan dapat
K’BLAT’S Farm menjual hasil panen lobster air tawarnya kepada pedagang
pengumpul yang bernama BFC (Bintaro Fish Center). Hal ini disebabkan
Sehingga untuk saat ini, K’BLAT’S Farm baru dapat menjual lobster air
hasil panen lobsternya kepada BFC. Tidak ada batasan kuota atau jumlah
lobster yang dapat dijual dan tidak ada syarat kontinuitas produksi. Setelah
itu, BFC lah yang akan mendistribusikan lobster air tawar tersebut kepada
karena sejauh ini masih sangat jarang pasar tradisional yang menjual lobster,
penggunaan listrik, tidak ada masalah dalam hal ini. Sementara itu, air
menggunakan air yang berasal dari sumber mata air langsung untuk
K’BLAT’S Farm tidak perlu mengeluarkan biaya untuk penggunaan air dan
sumur pompa atau PAM. Selain itu, kebutuhan akan air bersih dan kaya
oksigen bagi lobster dapat terjaga karena air terus mengalir sepanjang hari.
Air yang digunakan pun tidak mengandung bahan kimia atau logam
kerja. Suplai tenaga kerja dapat diperoleh dari warga sekitar lokasi proyek.
Sementara itu, tenaga kerja dalam mengelola kegiatan usaha berasal dari
5. Fasilitas transportasi
jalan aspal meskipun kondisinya agak rusak. Untuk alat transportasi tersedia
ojek dan angkutan umum (angkot). Tapi untuk menuju lokasi proyek hanya
45
63
Sejauh ini, tidak ada hambatan hukum dan peraturan lokal yang melarang
kegiatan usaha ini. Perusahaan juga telah mendapat izin resmi usaha dari
sosial budaya masyarakat setempat pun tidak ada yang menentang kegiatan
adalah petani.
pengusahaan lobster air tawar. Rentang perbedaan suhu antara siang dan
malam yang tidak terlalu jauh, sangat baik untuk pertumbuhan lobster air
tawar.
8. Sikap masyarakat
Sikap masyarakat sangat terbuka dan mendukung adanya usaha lobster air
tawar ini. Masyarakat sekitar juga mulai tertarik untuk membuka usaha yang
sama. Tetapi, mereka masih takut untuk mengambil resiko karena modal
yang diperlukan dalam usaha ini cukup besar. Selain itu, mereka juga
karena lokasi proyek bukan merupakan daerah padat sehingga masih ada
Saat ini K’BLAT’S Farm masih beropersi dalam skala kecil. Produksinya
baru dapat dipasarkan ke pedagang pengumpul di BFC (Bintaro Fish Club). Untuk
agar dapat memanen lobsternya setiap bulan. Dengan demikian, perusahaan ini
akan dapat menjual langsung hasil produksinya kepada end user yaitu restoran
atau rumah tangga dengan harga yang lebih tinggi daripada menjual ke pedagang
pengumpul. Karena permintaan lobster air tawar masih sangat tinggi, maka
peluang untuk meraih keuntungan besar dapat diperoleh dengan memperluas skala
usaha. Kapasitas perusahaan juga masih belum tergarap secara optimal. Hal ini
dapat dijadikan modal dalam rencana perluasan skala usaha. Dapat dikatakan
Proses produksi lobster air tawar pada K’BLAT’S Farm melalui beberapa
tahap mulai dari persiapan kolam sampai panen. Berikut adalah tahapan proses
a. Persiapan Kolam
Pada usaha pembesaran, jenis kolam yang digunakan adalah kolam tanah.
yang bertujuan untuk membunuh bakteri yang ada pada kolam. Penebaran
kapur ini harus sesuai dosis yaitu 100 gram per m2. Setelah ditebar kapur,
perikanan dengan dosis yang sama seperti kapur yaitu 100 gram per m2
amonia, dan mengikat logam-logam berat. Dosis yang diberikan masih sama
yaitu 100 gram per m2. Kemudian, kolam diisi air dan didiamkan selama 7
hari. Lalu kolam dikuras lagi dan diisi air serta diamkan selama 3 hari dan
Pengisian Air I
(diamkan selama Penebaran Batu Pemberian
7 hari) Ziolid Granul Garam Ikan
b. Penebaran Benih
Benih ditebarkan pada kolam yang telah siap untuk ditanam. Benih yang
digunakan adalah benih lobster dengan ukuran 2-3 inchi. Penebaran lobster
48
66
dilakukan dalam 3 tahap. Jumlah benih yang ditebar disesuaikan dengan luas
kolam. Agar pertumbuhan lobster optimal, jumlah benih yang ditebar adalah
c. Pemberian Pakan
persen pada pagi hari, 37,5 persen pada sore hari, dan 37,5 persen pada
malam hari. Besarnya porsi pakan yang diberikan mengikuti aturan umum
pemberian pakan lobster yaitu 3 persen dari bobot lobster. Sedangkan jenis
persen. Adapun pakan lain yang diberikan seperti keong mas dan cacing
diperoleh dari lokasi sekitar usaha secara gratis. Pakan seperti ini tidak
diberikan secara rutin melainkan diberikan pada saat-saat tertentu saja (bila
ada).
d. Perawatan Benih
Perawatan benih yang dimaksud adalah menjaga kondisi benih dari hal-hal
dalam air yang dihasilkan dari urin lobster. Selain itu, perawatan benih juga
lobster yang sehat. Hal ini bertujuan agar lobster yang sakit tidak dimangsa
e. Panen
Panen dilakukan saat lobster telah berumur 5-6 bulan dengan panjang
mencapai 5-6 inchi dengan bobot sekitar 100 gram per ekor. Panen dapat
dilakukan dengan 2 cara yaitu cara pertama dengan menguras kolam untuk
memanen lobster dan yang kedua dengan menggunakan jaring ikan untuk
menguras kolam karena akan lebih mudah dalam menangkap lobster serta
f. Pasca Panen
es balok serut dan ditutup dengan daun pepaya baru kemudian kotak ditutup
pengusahaan lobster air tawar yang dilakukan oleh K’BLAT’S Farm adalah layak
untuk dijalankan. Tidak ada masalah yang dapat menghambat jalannya kegiatan
usaha lobster air tawar ini. Usaha ini pun telah dilegalkan oleh pemerintah daerah
setempat melalui surat izin usaha yang dikeluarkan oleh kepala desa Cibentang.
50
68
Alasannya adalah perusahaan ini masih tergolong baru dan masih merupakan
usaha keluarga. Jadi, karena sifatnya yang kekeluargaan membuat perusahaan ini
bergerak secara non formal tanpa struktur yang jelas. Meskipun tanpa struktur
Kebutuhan tenaga kerja yang paling banyak adalah pada saat pembangunan
proyek. Tenaga kerja yang dibutuhkan untuk pembuatan kolam dan bangunan di
lokasi proyek.
Perusahaan ini cukup layak untuk dijalankan jika dilihat dari aspek
tetapi telah mempunyai pembagian tugas yang jelas antara pemilik dan pengelola
kegiatan usaha. Hal ini disebabkan karena perusahaan ini masih baru dan skala
usahanya kecil serta merupakan usaha keluarga. Jadi, cukup wajar apabila
atau perusahaan.
51
69
Pada aspek hukum, hal yang perlu dianalisis adalah bentuk badan hukum
badan hukum apa yang akan digunakan. Selain karena skala usaha yang masih
kecil, hampir seluruh modal yang digunakan untuk menjalankan kegiatan usaha
lobster air tawar ini berasal dari pemilik perusahaan. Berbeda dengan perusahaan
yang telah berbentuk CV atau Firma. Pada CV atau Firma, jumlah pemilik modal
biasanya berjumlah lebih dari 1 orang. Jadi, pengumpulan modal usaha dilakukan
oleh beberapa orang yang sepakat untuk menjalankan usaha bersama. Perbedaan
yang paling menonjol antara CV dan Firma adalah tanggung jawab antar pemilik
modal. Jika pada CV terdapat sekutu aktif yaitu orang yang memberikan
modalnya serta terlibat dalam pelaksanaan kegiatan usaha dan sekutu pasif yaitu
orang yang hanya memberikan modal tanpa ikut serta dalam pelaksanaan kegitan
usaha. Sedangkan pada Firma, tidak terdapat sekutu aktif dan sekutu pasif, semua
perorangan karena modal usaha yang digunakan berasal dari 1 orang yang
berperan sebagai pemilik perusahaan. Keuntungan dari bentuk usaha ini adalah
Dalam menjalankan kegiatan usaha lobster air tawar, K’BLAT’S Farm telah
memperoleh izin usaha dari pemerintah setempat yaitu dari Kepala Desa
pengusahaan lobster air tawar dan kegiatan usaha ini dinilai tidak berdampak
bagi pendapatan negara atau pemerintah daerah berupa pajak dari keuntungan
usaha budidaya lobster air tawar yang dilakukan oleh K’BLAT’S Farm ini tidak
lingkungan. Beberapa warga yang memiliki sawah di sekitar lokasi proyek justru
yang kabur atau terbawa aliran air di tengah-tengah sawah mereka. K’BLAT’S
Jika dilihat dari aspek sosial ekonomi dan lingkungan, pengusahaan lobster
air tawar ini layak untuk dijalankan. Selain tidak menimbulkan limbah yang dapat
53
71
merusak lingkungan, kegiatan usaha ini juga dapat menambah kesempatan kerja
bagi masyarakat sekitar dan memberikan kontribusi bagi negara berupa pajak.
72
dilakukan pada ketiga pola usaha bertujuan untuk melihat jenis pola pengusahaan
lobster air tawar manakah yang lebih menguntungkan untuk dijalankan. Untuk
mengetahui hasil kelayakan pengusahaan lobster air tawar akan dilihat dari
kriteria-kriteria kelayakan finansial yang meliputi NPV, Net B/C, IRR, dan
Payback Periode.
Pada usaha pembenihan lobster air tawar ini, arus penerimaan diperoleh dari
hasil penjualan benih lobster air tawar. Selain dari nilai penjualan benih,
penerimaan juga diperoleh dari nilai sisa biaya investasi berupa tanah dan
bangunan. Jumlah indukan lobster yang digunakan adalah 10 set indukan yang
terdiri dari 5 ekor betina dan 3 ekor jantan per set-nya, sehingga total jumlah
indukan yang digunakan adalah 50 ekor betina dan 30 ekor jantan. Proses
pemijahan atau perkawinan antara induk betina dan jantan dilakukan secara masal
dalam kolam pemijahan yang terbuat dari kolam plastik berukuran 168 cm x 46
cm. Satu buah kolam pemijahan dapat memuat 2 set indukan sehingga untuk
melakukan proses pemijahan diperlukan 5 buah kolam plastik. Tiap induk betina
dapat menghasilkan 200 ekor telur dengan tingkat kematian (SR) telur menjadi
benih lobster berumur 2 bulan adalah 15 persen. Jadi, pada tiap produksi
didapatkan 10.000 butir telur dengan jumlah benih hidup sebanyak 8.500 ekor.
55
73
telur tersebut tidak dimakan oleh induk jantan. Setelah semua telur-telurnya
dimana induk betina dan induk jantan dipisahkan dalam akuarium yang berbeda.
berukuran 2 inchi selama 2 bulan. Harga jual benih ukuran 2 inchi adalah Rp
2.000 per ekor. Indukan dapat dibuahi 3 kali dalam setahun dan masa produktif
Produksi benih pada tahun pertama adalah 17.000 ekor yang diperoleh dari
hasil produksi sebanyak 2 kali dimana tiap produksi menghasilkan 8.500 ekor
benih. Untuk tahun kedua sampai tahun ke-10, total produksi benih sebanyak
25.500 ekor yang dihasilkan dari 3 kali periode produksi dengan jumlah produksi
tiap periode adalah 8.500 ekor benih. Jumlah produksi per tahun dan nilai
Tabel 3. Jumlah Produksi dan Nilai Penjualan Benih Lobster Air Tawar
Tahun Ke Jumlah Produksi Harga Satuan Nilai (Rp)
(ekor) (Rp/ekor)
1 17.000 2.000 34.000.000
2 25.500 2.000 51.000.000
3 25.500 2.000 51.000.000
4 25.500 2.000 51.000.000
5 25.500 2.000 51.000.000
6 25.500 2.000 51.000.000
7 25.500 2.000 51.000.000
8 25.500 2.000 51.000.000
9 25.500 2.000 51.000.000
10 25.500 2.000 51.000.000
Total 238.000 493.000.000
Setelah indukan tidak produktif lagi, maka indukan dapat dijual dengan
harga jual menggunakan harga jual lobster ukuran konsumsi yaitu Rp 150.000/kg.
56
74
Bobot indukan diasumsikan sesuai dengan bobot lobster untuk konsumsi yaitu
100 gram/ekor. Jumlah indukan lobster yang digunakan adalah 10 set dengan total
50 ekor induk betina dan 30 ekor induk jantan. Karena diasumsikan bobot
indukan setara dengan lobster konsumsi yaitu 100 gram/ekor, maka dari indukan
dari hasil penjualan indukan afkir ini yaitu pada tahun ke-5 dan ke-10.
Selain dari penjualan benih, penerimaan perusahaan juga diperoleh dari nilai
sisa (salvage value) biaya investasi yang dikeluarkan pada tahun pertama yang
tidak habis terpakai selama umur proyek. Nilai sisa yang terdapat hingga akhir
pada usaha pembenihan lobster air tawar ini yang tidak habis terpakai antara lain
lahan dan bangunan. Untuk menghitung nilai sisa lahan, diasumsikan bahwa nilai
beli sama dengan nilai jual. Sementara nilai sisa bangunan dihitung dengan
mengurangi nilai beli dengan penyusutannya per tahun selama umur proyek. Nilai
Arus pengeluaran pada pola usaha I terdiri dari pengeluaran untuk biaya
investasi, biaya operasional, dan biaya tetap. Biaya investasi adalah biaya-biaya
2. Bangunan sebagai kantor sekaligus tempat tinggal bagi pengelola agar dapat
telur. Jumlah indukan yang digunakan adalah 10 set (1 set terdiri dari 5 betina
lobster. Kolam pemijahan ini terbuat dari plastik karena lebih murah dan
mudah digunakan.
10. Jaring atau serokan digunakan untuk menangkap benih lobster dari kolam
pemeliharaan.
12. Balas lampu dan lampu neon digunakan sebagai alat penerangan pada malam
13. Bambu digunakan sebagai pagar yang membatasi areal proyek dengan lahan
warga.
Rincian Biaya investasi pada pola usaha I ini terdapat pada Tabel 5.
Selain biaya investasi juga ada biaya reinvestasi yang dikeluarkan oleh
beberapa biaya saja yang umur ekonomisnya tidak selama umur proyek. Biaya
produksi lobster air tawar. Biaya operasional pada pola usaha I ini terdiri atas
biaya pakan, listrik, sterofoam, dan transportasi. Jumlah pakan (pelet) yang
kg dengan harga beli adalah Rp 20.000/kg. Sedangkan biaya listrik untuk daya
110 kwh dikenakan tagihan rata-rata Rp. 100.000/bulan. Biaya operasional lain
yang dikeluarkan adalah biaya pembelian sterofoam dan transportasi. Satu buah
sterofoam dapat memuat ± 240 ekor benih sehingga untuk mengemas 8.500 ekor
biaya tetap yang terdiri dari biaya perawatan kolam dan gaji pegawai. Biaya
kolam yang dilakukan adalah pemberian garam ikan untuk membunuh jentik-
jentik nyamuk maupun bakteri lain. Dosis pemberian garam ikan adalah 100
gram/m2 dan harga garam ikan hádala Rp 10.000/kg. Jadi biaya yang dikeluarkan
untuk setiap perawatan kolam adalah Rp. 350.000. Biaya tetap lain adalah gaji
Analisis kelayakan finansial dilihat dari kriteria nilai NPV, Net B/C, IRR,
dan Payback Periode. Pada pola usaha I, diperoleh hasil analisis finansial sebagai
berikut.
lobster air tawar ini memperoleh NPV > 0 yaitu sebesar Rp. 73.792.135 yang
artinya bahwa usaha pembenihan lobster air tawar ini layak untuk dijalankan.
diterima dari usaha pembenihan lobster air tawar selama umur proyek terhadap
tingkat diskon (discount rate) yang berlaku. Kriteria lain yang dianalisis adalah
Net B/C, pada pola usaha I ini diperoleh nilai Net B/C > 0 yaitu sebesar 3,47 yang
menyatakan bahwa usaha pembenihan lobster air tawar ini layak dijalankan. Nilai
Net B/C sama dengan 3,47 artinya setiap Rp 1 yang dikeluarkan selama umur
proyek menghasilkan Rp 3,47 satuan manfaat bersih. IRR yang diperoleh dari
analisis finansial pola usaha I adalah 33 persen dimana IRR tersebut lebih besar
dari discount factor yang berlaku yaitu 8,25 persen. Nilai IRR tersebut
IRR > 8,25 persen, maka usaha ini layak dan menguntungkan.. Pola usaha
pembenihan lobster air tawar ini memiliki periode pengembalian biaya investasi
(switching value) sampai memperoleh nilai NPV yang mendekati nol. Hasil
Dari hasil analisis switching value diatas dapat dilihat bahwa batas maksimal
harga jual masing-masing adalah 23,8 persen, 774,95 persen, dan 23,8 persen.
Apabila perubahan yang terjadi melebihi batas tersebut, maka usaha pembenihan
62
80
lobster air tawar ini menjadi tidak layak atau tidak menguntungkan. Besarnya
penurunan produksi dan harga jual sebesar 23,8 persen menunjukkan bahwa usaha
pembenihan lobster air tawar ini masih layak apabila penurunan yang terjadi
terhadap produksi dan harga jual tidak lebih besar dari 23,8 persen. Sementara itu,
besarnya kenaikan harga pakan yang masih dapat mendatangkan keuntungan bagi
usaha pembenihan lobster air tawar adalah 774,95 persen. Ini berarti bahwa
usaha.
disimpulkan bahwa produksi dan harga jual merupakan hal yang sangat
berpengaruh karena penggunaan pakan tidak terlalu besar dan harganya pun relatif
murah. Hal ini dapat dilihat dari besarnya persentase perubahan yang dapat
Arus penerimaan pada pola usaha II yaitu usaha pembesaran lobster air
tawar diperoleh dari penjualan lobster ukuran konsumsi. Selain itu, penerimaan
juga diperoleh dari nilai sisa biaya investasi proyek berupa lahan, dan bangunan.
Pada usaha pembesaran ini, total jumlah benih yang ditebar adalah 3.545 ekor
yang dilakukan melalui 3 tahap. Dengan adanya selang penebaran benih pada tiap
kolam menyebabkan masa panen yang tidak bersamaan. Lama masa pembesaran
lobster hingga ukuran konsumsi dengan panjang 6 inchi dan bobot 100 gram/ekor
63
81
adalah 6 bulan. Jadi dalam 1 tahun, perusahaan melakukan 6 kali panen dimana
tiap tahap panen 2 kali dalam setahun. Tingkat kematian (SR) benih hingga
menjadi lobster konsumsi adalah 25%. Dengan demikian jumlah lobster yang
dapat dipanen hanya 75% dari total benih yang ditebar. Harga jual lobster ukuran
Pada tahun pertama, jumlah produksi lobster air tawar sebanyak 2.659 ekor
atau 75 persen dari 3.545 ekor (jumlah benih yang ditebar), dengan berat total
sebesar 265,9 kg (1 kg terdiri dari 10 ekor lobster). Pada tahun kedua sampai
dengan tahun ke-10 produksi lobster adalah 5.318 ekor atau 2 kali produksi pada
tahun pertama. Hal ini disebabkan pada tahun pertama terdapat proses persiapan
proyek sehingga produksi belum terlaksana secara penuh, sedangkan pada tahun
kedua hingga tahun ke-10 produksi sudah dapat dijalankan dengan penuh artinya
dalam setahun dilakukan 2 kali periode produksi. Berikut adalah Tabel penjualan
lobster air tawar ukuran konsumsi mulai tahun ke-1 hingga tahun ke-10.
Tabel 11. Jumlah Produksi dan Nilai Penjualan Lobster Air Tawar
Konsumsi
Tahun Jumlah Bobot (kg) Harga Satuan Nilai (Rp)
Ke Produksi (Rp/kg)
(ekor)
1 2.659 265,9 150.000 39.885.000
2 5.318 531,8 150.000 79.770.000
3 5.318 531,8 150.000 79.770.000
4 5.318 531,8 150.000 79.770.000
5 5.318 531,8 150.000 79.770.000
6 5.318 531,8 150.000 79.770.000
7 5.318 531,8 150.000 79.770.000
8 5.318 531,8 150.000 79.770.000
9 5.318 531,8 150.000 79.770.000
10 5.318 531,8 150.000 79.770.000
Total 4.875,75 757.815.000
Penerimaan pada pola usaha pembesaran lobster air tawar juga diperoleh
dari nilai sisa (salvage value) biaya investasi yang tidak habis pakai hingga akhir
64
82
umur proyek. nilai sisa tersebut didapat dari lahan dan bangunan. Diasumsikan
nilai jual lahan sama dengan nilai belinya, sedangkan nilai sisa bangunan
bangunan tersebut. Nilai sisa pada pola usaha II disajikan pada Tabel 12.
Tabel 12. Nilai Sisa Biaya Investasi Proyek Pada Pola Usaha II
No Uraian Nilai (Rp) Umur Penyusutan Sisa (Rp)
Ekonomis Per Tahun
(tahun)
1. Lahan 21.200.000 - - 21.200.000
2. Bangunan 10.000.000 15 666.666,67 3.333.333,33
Total 24.533.333,33
Arus pengeluaran pada pola usaha II terdiri dari pengeluaran untuk biaya
investasi, biaya operasional, dan biaya tetap. Biaya investasi adalah biaya-biaya
yang dikeluarkan pada tahun pertama proyek. Biaya investasi pada pola usaha II
terdiri dari:
usaha.
air tawar. Kolam yang digunakan adalah kolam tanah sebanyak 5 buah dengan
4. Naungan Kolam yang digunakan adalah paranet. Naungan kolam ini berfungsi
6. Pompa air digunakan untuk menyedot air dari kolam pada saat pengurasan
kolam.
panen.
11. Balas lampu dan lampu neon sebagai penerangan pada malam hari di sekitar
kolam.
13. Selang aerator sebagai penyalur oksigen dari aerator ke dalam kolam.
14. Selang pompa air untuk menyalurkan air dari kolam keluar.
15. Bambu untuk pagar sebagai pembatas areal usaha dengan lahan di luar areal
usaha.
Selain biaya investasi juga ada biaya reinvestasi yang dikeluarkan oleh
beberapa biaya saja yang umur ekonomisnya tidak selama umur proyek seperti
naungan kolam, naungan lobster, pompa air, jaring ikan atau serokan, balas
lampu, lampu neon, selang aerator, selang pompa air, dan aerator. Biaya
reinvestasi yang dikeluarkan oleh perusahaan dapat dilihat pada Tabel 14.
67
85
produksi lobster air tawar. Biaya operasional pada usaha pembesaran lobster air
tawar terdiri atas biaya benih, pakan, listrik, sterofoam, es balok, transportasi, dan
batu ziolid. Benih lobster yang digunakan adalah benih dengan ukuran 2-3 inchi
dengan harga satuan Rp. 2.000/ekor untuk ukuran 2 inchi dan Rp 3.500/ekor
untuk ukuran 3 inchi. Jumlah pakan yang digunakan untuk tiap periode produksi
produksi digunakan listrik dengan daya 110 kwh dan dikenakan tarif rata-rata per
bulan Rp 100.000. Biaya lain yang dikeluarkan adalah sterofoam untuk mengemas
ukuran konsumsi. Jadi kebutuhan total sterofoam untuk tiap kali panen adalah 27
buah es balok dapat digunakan untuk 3 buah sterofoam sehingga jumlah es balok
yang dipakai pada tiap kali panen adalah 9 buah. Biaya operasional lain adalah
68
86
proses produksi dengan tujuan untuk mengurangi kadar amonia pada air.
Pemberian batu ziolid ini dilakukan seminggu sekali dengan dosis 100 gram/m2
dengan harga beli batu ziolid adalah Rp 2.500/kg. Biaya operasional pola usaha II
biaya tetap. Biaya tetap yang dikeluarkan oleh perusahaan terdiri atas biaya
perawatan kolam dan gaji pegawai. Perawatan kolam dilakukan 1 kali dan 1
periode produksi yaitu pada saat panen lobster. Biaya perawatan kolam digunakan
untuk pembelian garam ikan dan batu ziolid. Jumlah garam ikan yang digunakan
dengan harga beli Rp 10.000/kg dan jumlah penggunaan batu ziolid sebanyak 35
kg (dosis penggunaan 100 gram/m2) dengan harga beli Rp 2.500/kg. Biaya tetap
Kelayakan finansial usaha pembesaran lobster air tawar dapat dilihat dari
beberapa kriteria yaitu NPV, Net B/C, IRR, dan Payback Periode. Hasil cashflow
sehingga usaha pembesaran lobster air tawar ini dikatakan layak. Nilai pada NPV
menunjukkan manfaat bersih yang diterima dari usaha pembesaran lobster air
tawar pada discount rate yang berlaku. Sedangkan hasil Net B/C diperoleh 4,22
dimana Net B/C > 0 sehingga usaha ini layak untuk dijalankan. Net B/C sama
dengan 4,22 berarti setiap Rp 1 biaya yang telah dikeluarkan selama umur proyek
pembesaran lobster air tawar adalah 41 persen dan lebih besar dari discount rate
yang berlaku yaitu 8,25 persen. Ini berarti usaha layak untuk dilaksanakan dengan
(switching value) sampai memperoleh nilai NPV yang mendekati nol. Hasil
terhadap penurunan produksi, kenaikan harga pakan, dan penurunan harga jual
yang masih membuat usaha ini layak adalah 23,11 persen, 571,77 persen, dan
23,11 persen. Perubahan terhadap produksi dan harga jual adalah perubahan yang
switching value, usaha pembesaran lobster air masih layak apabila besarnya
penurunan produksi dan harga jual tidak melebihi 23,11 persen. Jika penurunan
yang terjadi lebih besar dari 23,11 persen, maka usaha pembesaran lobster air
Sementara itu, kenaikan harga pakan tidak memiliki pengaruh yang besar
terhadap kelayakan usaha. Hal ini dapat dilihat dari besarnya perubahan kenaikan
harga pakan yang mencapai 571,77 persen. Dengan demikian, dapat dilihat bahwa
usaha pembesaran lobster air tawar ini sangat sensitif terhadap perubahan
produksi dan harga jual karena dapat mengubah tingkat kelayakan usahanya.
71
89
Pada pola usaha III yaitu usaha pembenihan dan pembesaran lobster air
tawar, arus pemasukan diperoleh dari penjualan benih lobster dan penjualan
lobster konsumsi. Dalam hal ini perusahaan melakukan sendiri pembenihan untuk
kemudian benih tersebut digunakan sebagai bahan baku usaha pembesaran lobster
untuk konsumsi dan sisanya dijual. Jumlah kolam yang digunakan adalah 5 buah
terbagi atas 2 buah kolam untuk pembenihan dan 3 kolam untuk pembesaran.
set indukan yang terdiri dari 25 induk betina dan 15 induk jantan. Tiap induk
betina dapat menghasilkan 200 ekor telur dengan tingkat kematian (SR) telur
menjadi benih lobster berumur 2 bulan adalah 15 persen. Jadi, pada tiap produksi
didapatkan 5.000 butir telur dengan jumlah benih hidup sebanyak 4.250 ekor. Dari
4.200 ekor benih yang hidup tersebut sebanyak 2.100 ekor dibesarkan sampai
ukuran konsumsi dan sisanya sebanyak 2.150 ekor dijual sebagai benih.
proses pembesaran hanya dapat dilakukan 2 kali dalam setahun. Karena itulah ada
1 kali masa pembenihan dimana hasilnya dijual semua dalam bentuk benih.
Tingkat kematian (SR) benih hingga menjadi lobster konsumsi adalah 25% dan
ukuran lobster konsumsi yang dipanen adalah lobster yang telah mengalami masa
pembesaran selama 6 bulan dan mencapai bobot 100 gram/ekor. Harga jual yang
digunakan untuk benih sama seperti pada pola usaha I yaitu Rp 2.000/ekor.
Demikian juga dengan harga jual lobster konsumsi yang digunakan adalah harga
Pada tahun pertama, diperoleh hasil produksi benih sebanyak 8.500 ekor
yang dihasilkan dari 2 kali proses pembenihan. Sebanyak 2.100 ekor benih
produksi lobster konsumsi pada tahun pertama menghasilkan 1575 ekor (75% dari
2.100 ekor yang ditebar) atau setara dengan 157,5 kg lobster dimana benih
awalnya diperoleh dengan cara membeli dan pada proses pembesaran kedua baru
menggunakan benih hasil usaha pembenihan sendiri. Pada tahun kedua sampai
dengan tahun ke-10 jumlah produksi benih adalah 12.750 ekor dan yang
digunakan untuk proses pembesaran sebanyak 4.200 ekor untuk 2 kali proses
(75% dari 4.200 benih yang digunakan) atau 315 kg. Tabel 19 adalah tabel yang
memaparkan penjualan benih lobster dan lobster air tawar ukuran konsumsi.
Tabel 19. Jumlah Produksi dan Nilai Penjualan Benih dan Lobster Konsumsi
Th Produksi
Ke Benih Harga Nilai (Rp) Lobster Harga Nilai (Rp)
(ekor) Satuan Konsumsi Satuan
(Rp) (Kg) (Rp)
1. 6.400 2.000 12.800.000 157,5 150.000 23.625.000
2. 8.550 2.000 17.100.000 315 150.000 47.250.000
3. 8.550 2.000 17.100.000 315 150.000 47.250.000
4. 8.550 2.000 17.100.000 315 150.000 47.250.000
5. 8.550 2.000 17.100.000 315 150.000 47.250.000
6. 8.550 2.000 17.100.000 315 150.000 47.250.000
7. 8.550 2.000 17.100.000 315 150.000 47.250.000
8. 8.550 2.000 17.100.000 315 150.000 47.250.000
9. 8.550 2.000 17.100.000 315 150.000 47.250.000
10. 8.550 2.000 17.100.000 315 150.000 47.250.000
Total 166.700.000 Total 448.875.000
pada usaha pembenihan dan pembesaran lobster ini juga diperoleh dari penjualan
indukan afkir yaitu indukan yang sudah tidak produktif lagi. Umur produktif
yang baru setelah umur produktifnya habis. Indukan afkir dijual dengan
Diasumsikan berat 1 ekor indukan adalah 100 gram sehingga 5 set indukan (terdiri
dari 25 induk betina dan 15 induk jantan) dapat dijual dengan berat 4 kg. Berikut
Sumber penerimaan lain adalah nilai sisa dari biaya investasi yang tidak
habis pakai pada akhir umur proyek. Nilai sisa tersebut berasal dari lahan dan
bangunan. Nilai sisa lahan diasumsikan sama dengan harga beli lahan, sedangkan
nilai sisa bangunan diperoleh dari hasil penyusutan biaya investasi awal dengan
umur ekonomisnya. Berikut adalah Tabel nilai sisa pada pola usaha III.
Arus pengeluaran pada pola usaha III terdiri atas biaya investasi, biaya
operasional, dan biaya tetap. Biaya investasi pola usaha III terdiri atas:
2. Bangunan sebagai kantor juga tempat tinggal pengelola usaha agar dapat terus
digunakan pada pola usaha III ini sebanyak 5 set (25 induk betina dan 15
induk jantan)
pertama saat usaha pembenihan belum berjalan. Pada saat usaha pembenihan
sudah berjalan maka benih tidak lagi dibeli melainkan menggunakan hasil dari
pembenihan.
pemijahan ini terbuat dari plastik karena lebih murah dan mudah digunakan.
(perkawinan).
akuarium)
10. Pipa paralon sebagai tempat persembunyian induk lobster betina saat
menggendong telur.
12. Timbangan kecil dan timbangan besar. Timbangan kecil digunakan untuk
13. Balas lampu dan lampu neon sebagai penerangan lokasi usaha di malam hari.
14. Bambu untuk pagar sebagai pembatas antara lokasi usaha dengan areal sekitar
lokasi usaha.
15. Pompa air digunakan untuk menyedot air dari kolam saat dilakukan
pengurasan kolam.
16. Selang pompa air untuk menyalurkan air dari kolam keluar kolam.
17. Naungan Kolam digunakan untuk menghalangi sinar matahari jatuh secara
langsung ke kolam.
Biaya investasi pada pola usaha ini terdapat pada Tabel 22.
76
94
Pada biaya investasi diatas, terdapat beberapa biaya yang memiliki umur
ekonomis lebih cepat daripada umur proyek. Komponen biaya tersebut harus
Biaya operasional pada usaha pembenihan dan pembesaran lobster air tawar
terdiri atas biaya pakan, listrik, sterofoam, es balok, transportasi, dan batu ziolid.
Jumlah pakan yang digunakan selama setahun adalah 127,5 kg dengan pembagian
listrik dengan daya 110 kwh dan dikenakan tarif rata-rata per bulan Rp 100.000.
Biaya lain yang dikeluarkan adalah sterofoam untuk mengemas hasil produksi.
Sebuah sterofoam memiliki kapasitas ± 240 ekor untuk benih dan 10 kg lobster air
tawar ukuran konsumsi. Jadi kebutuhan total sterofoam untuk tiap tahun adalah 68
buah dengan rincian 36 buah untuk mengemas benih dan 32 buah untuk
sterofoam, diperlukan juga es balok serut khusus pada saat mengemas lobster
perjalanan. Satu buah es balok dapat digunakan untuk 3 buah sterofoam sehingga
jumlah es balok yang dipakai pada tiap kali panen adalah 10 buah. Biaya
operasional lain adalah transportasi dan batu ziolid. Transportasi digunakan untuk
ziolid diberikan selama proses produksi dengan tujuan untuk mengurangi kadar
amonia pada air. Pemberian batu ziolid ini dilakukan seminggu sekali dengan
dosis 100 gram/m2. Biaya operasional pada pola usaha ini terdapat pada Tabel
berikut.
Selain biaya investasi dan biaya operasional, ada juga biaya tetap yang
dikeluarkan perusahaan. Biaya tetap terdiri dari biaya perawatan kolam dan gaji
pegawai. Perawatan kolam pada pola usaha pembenihan dan pembesaran lobster
dilakukan sebanyak 8 kali selama satu tahun. Perawatan kolam terdiri dari
pemberian garam ikan dan batu ziolid. Dosis pemberian garam ikan dan batu
diolid masing-masing 100 gram/m2 dengan harga baeli garam ikan adalah Rp
10.000/kg dan batu ziolid Rp 2.500/kg. Jumlah tenaga kerja yang digunakan
sebanyak 2 orang karena usaha budidaya lobster air tawar ini memang tidak
Biaya tetap pada pola usaha III ini dapat dilihat pada Tabel 25.
79
97
dapat dilihat dari beberapa kriteria yaitu NPV, Net B/C, IRR, dan Payback
Periode. Hasil cashflow pada pola usaha ini menunjukkan hasil sebagai berikut:
sehingga usaha pembenihan dan pembesaran lobster air tawar ini dikatakan layak.
Nilai pada NPV menunjukkan manfaat bersih yang diterima dari usaha
pembesaran lobster air tawar pada discount rate yang berlaku. Sedangkan hasil
Net B/C diperoleh 5,14 dimana Net B/C > 0 sehingga usaha ini layak untuk
dijalankan. Net B/C sama dengan 5,14 berarti setiap Rp 1 biaya yang telah
dikeluarkan selama umur proyek menghasilkan Rp 5,14 manfaat bersih. IRR yang
diperoleh pada usaha pembesaran lobster air tawar adalah 52 persen dan lebih
besar dari discount rate yang berlaku yaitu 8,25 persen. Ini berarti usaha layak
(switching value) sampai memperoleh nilai NPV yang mendekati nol. Hasil
produksi, kenaikan harga pakan, dan penurunan harga jual adalah 34,87 persen,
828,33 persen, dan 34,87 persen. Apabila perubahan terhadap penurunan produksi
dan penurunan harga jual yang terjadi melebihi 34,87 persen, maka usaha
pembenihan dan pembesaran lobster air tawar ini menjadi tidak layak. Demikian
keuntungkan bagi usaha ini adalah sebesar 828,33 persen. Hal ini menunjukkan
bahwa kenaikan harga pakan memiliki pengaruh yang kecil terhadap kelayakan
Ketiga pola usaha lobster air tawar memang layak untuk dijalankan. Tetapi
dijalankan, dapat dilihat dari perbandingan hasil kelayakan finansial ketiga pola
Tabel di atas menunjukkan bahwa pola usaha III (usaha pembenihan dan
Berdasarkan hasil analisis finansial, nilai NPV pola usaha III lebih besar dari pola
usaha II dan I. Demikian juga dengan nilai Net B/C dan IRR, pola usaha III
menghasilkan Net B/C dan IRR yang lebih besar daripada kedua pola yang lain.
Sedangkan masa pengembalian biaya investasi (payback periode) pola usaha III
tawar pada ketiga pola usaha dapat dilihat dari hasil analisis switching value.
Berikut adalah table perbandingan hasil switching value pada ketiga pola usaha
Dari hasil analisis switching value di atas dapat diketahui bahwa pola usaha
II merupakan pola usaha yang paling sensitif terhadap perubahan. Batas maksimal
82
100
perubahan terhadap harga jual dan produksi yang masih memberikan keuntungan
pada pola usaha II hanya sebesar 23,11 persen. Sedangkan untuk pola usaha I dan
III masing-masing sebesar 23,8 persen dan 34,87 persen. Demikian pula dengan
perubahan kenaikan harga pakan. Meskipun pengaruhnya kecil, tetap saja pola
usaha II merupakan usaha dengan batas maksimal perubahan yang terkecil jika
jual dan produksi adalah perubahan yang paling sensitif terhadap kelayakan ketiga
pola usaha. Sedangkan perubahan kenaikan harga pakan tidak memiliki pengaruh
yang besar terhadap kelayakan ketiga pola usaha. Hal ini disebabkan proporsi
penggunaan pakan yang tidak terlalu besar. Selain itu, lobster merupakan hewan
omnivora sehingga tidak tergantung pada 1 jenis pakan saja. Jadi pola usaha yang
kecil terhadap perubahan adalah pola usaha III yaitu usaha pembenihan dan
8.1 Kesimpulan
dan memiliki prospek yang cerah. Berdasarkan hasil analisis kelayakan non
finansial yaitu analisis aspek pasar, teknis, manajemen, hukum, dan sosial
ekonomi dan lingkungan, usaha yang dijalankan oleh K’BLAT’S Farm layak
untuk dilaksanakan.
pengusahaan pembenihan dan pembesaran lobster air tawar (pola usaha III).
Hal ini dilihat dari hasil analisis finansial yang menunjukkan bahwa NPV pola
usaha III>NPV pola usaha II dan I. Begitu pula dengan nilai Net B/C dan IRR
nya, sedangkan berdasarkan payback periode, pola usaha III lebih cepat dalam
3. Jika dilihat dari hasil analisis switching value, pola usaha II (usaha
pembesaran lobster air tawar) adalah jenis usaha yang paling sensitif terhadap
pakan (pelet) tidak terlalu berpengaruh karena lobster air tawar merupakan
pakan saja.
84
102
8.2 Saran
2. Bagi masyarakat yang tertarik pada bisnis lobster air tawar, jangan takut untuk
menjalankan usaha ini karena pengusahaan lobster air tawar ini terbukti
mengenai budidaya lobster air tawar agar semakin banyak masyarakat yang
DAFTAR PUSTAKA