Assalamu’alaikum Wr.Wb,
engan penuh rasa syukur kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat,
nikmat serta kekuatan pada kami, sehingga penyusunan profil kesehatan Kabupaten
Pandeglang tahun 2015 dapat diselesaikan.
Buku Profil Kesehatan Kabupaten Pandeglang merupakan salah satu produk sistem
informasi kesehatan, yang terbit secara berkala setiap tahun. Profil ini diharapkan dapat
digunakan sebagai sarana penyediaan data/ informasi, sebagai salah satu kegiatan evaluasi
dan pemantauan dalam pencapaian “Masyarakat Pandeglang Sehat Mandiri Melalui
Pelayanan Prima“. Dengan kata lain, bahwa sistem informasi kesehatan menjadi tulang
punggung bagi pelaksanaan pembangunan daerah yang berwawasan kesehatan.
Saya harapkan buku profil kesehatan ini dapat dimanfaatkan se- optimal mungkin oleh
semua pihak sesuai dengan keperluannya. Kepada Sub Bagian Perencanaan, Evaluasi dan
Pelaporan yang telah menerbitkan buku Profil Kesehatan, serta semua pihak yang telah
membantu dalam penyusunan buku profil kesehatan tahun 2015 ini, saya ucapkan terima
kasih dan diharapkan profil kesehatan ini dapat diterbitkan setiap tahun dengan kelengkapan
dan penyajian data yang lebih baik.
Semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita
semua.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb.
TTD
( Dra. Hj. Indah Dinarsiani.,M.Pd )
Alhamdulillah dengan memanjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT, Profil
Kesehatan Kabupaten Pandeglang tahun 2015 telah dapat diselesaikan.
Buku Profil Kesehatan Kabupaten ini merupakan publikasi rutin yang diterbitkan oleh
Dinas Kesehatan Kabupaten Pandeglang. Tabel-tabel yang disajikan sebagian besar merupakan
data yang di gunakan sebagai hasil pemantauan terhadap pencapaian Kabupaten Sehat dan
hasil kinerja dari penyelenggaraan pelayanan minimal bidang kesehatan selama setahun.
Diharapkan data yang disajikan dapat memenuhi kebutuhan berbagai pihak, sebagai evaluasi
sekaligus perencanaan yang terarah.
Walaupun profil kesehatan ini telah disiapkan secermat mungkin, namun disadari
masih terdapat kekurangan-kekurangan. Untuk itu, segala saran sangat diharapkan agar profil
kesehatan mendatang dapat lebih baik lagi.
Kepada semua pihak yang telah menyumbangkan pikiran dan tenaga dalam rangka
penyusunan Profil Kesehatan ini, kami menyampaikan terimakasih. Harapan kami semoga
buku Profil Kesehatan bermanfaat bagi peningkatan derajat kesehatan masyarakat guna
mewujudkan Visi Dinas Kesehatan Kabupaten Pandeglang.
TIM PENYUSUN
“ Profil Kabupaten Pandeglang “
Hal
B. P 2 P L …………………………………………………………………....... 28
Lampiran-lampiran
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Penyusunan Profil Kesehatan Kabupaten Pandeglang bertujuan untuk
menyediakan bahan informasi tentang gambaran kesehatan secara menyeluruh
di wilayah Kabupaten Pandeglang dalam rangka membantu para pimpinan
disemua tingkatan administrasi terutama dalam perbaikan Perencanaan
Pembangunan Kesehatan.
Bab I : Pendahuluan
Bab ini berisi penjelasan tentang latar belakang profil kesehatan
dan sistematika dari penyajian profil kesehatan.
Bab II : Gambaran Umum Kabupaten Pandeglang
Bab ini menyajikan tentang gambaran umum Kabupaten. Selain
uraian tentang letak geografis, administratif dan informasi umum
lainnya misalnya kependudukan, ekonomi, sosial budaya,
pendidikan dan lingkungan.
Bab III : Situasi Derajat Kesehatan
Bab ini berisi uraian tentang indikator derajat kesehatan
(Mortalitas. Morbiditas, UHH dan Status Gizi)
Bab IV : Situasi Upaya Kesehatan
Bab ini menguraikan tentang pelayanan kesehatan dasar, pelayanan
kesehatan rujukan, pemberantasan penyakit menular, pembinaan
kesehatan lingkungan dan sanitasi dasar, perbaikan gizi
masyarakat, pelayanan kefarmasian dan alat kesehatan, pelayanan
kesehatan dalam situasi bencana. Upaya pelayanan kesehatan yang
diuraikan dalam Bab ini juga mengakomodir indikator Standar
Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Kesehatan serta upaya kesehatan
lainnya yang diselenggarakan oleh Kabupaten Pandeglang.
Bab V : Situasi Sumber Daya Kesehatan
Bab ini menguraikan tentang sarana prasarana kesehatan, tenaga
kesehatan, pembiayaan kesehatan dan sumber daya kesehatan
lainnya.
Bab V : Kesimpulan
Bab ini menguraikan tentang hal-hal yang perlu disimak dan
ditelaah lebih lanjut dari profil kesehatan Kabupaten Pandeglang
Tahun 2015 ini. Selain keberhasilan-keberhasilan yang perlu
dicatat, bab ini juga mengemukakan hal-hal yang dianggap masih
kurang dalam rangka penyelenggaraan pembangunan kesehatan.
Lampiran : Pada lampiran ini berisi tabel-tabel data isian (format)
1. Morfologi Mendatar
2. Morfologi Lembah
3. Morfologi Perbukitan
35 35 35
40 35 35 35
30
20
Kecamatan
10
0
2010 2011 2012 2013 2014 2015
Bangkonol
Kd. Pagadungan
Kadoma
JUMLAH PENDUDUK
KELOMPOK UMUR
NO LAKI- RASIO JENIS
(TAHUN) LAKI-LAKI PEREMPUAN
LAKI+PEREMPUAN KELAMIN
1 2 3 4 5 6
Pendidikan merupakan salah satu basic needs bagi setiap manusia, sehingga
upaya mencerdaskan kehidupan bangsa melalui pendidikan merupakan bagian dari
upaya peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang merupakan modal
penggerak pembangunan (Engine Development).
Kemampuan baca tulis tercermin dari indikator Angka Melek Huruf.
Penduduk berusia 10 tahun ke atas di Kabupaten Pandeglang yang sudah mampu
membaca dan menulis huruf latin tahun 2010 mencapai 99,54%, sisanya 0,46%
adalah penduduk yang tidak dapat membaca dan menulis (buta huruf). Penduduk
yang tidak bisa membaca dan menulis sebagian besar terkonsentrasi pada
penduduk usia tua, yaitu penduduk yang berumur 45 tahun keatas.
A. Kematian (Mortalitas)
Adapun jumlah kematian Ibu bersalin, jumlah kematian bayi dan kematian
neonatal yang selama ini di kumpulkan melalui pencatatan dan pelaporan
puskesmas dan rumah sakit hanyalah salah satu upaya untuk menilai effisiensi dan
efektivitas pelayanan kesehatan bukan sebagai ukuran Derajat Kesehatan.
Adapun jumlah kematian Ibu bersalin, jumlah kematian bayi dan kematian
neonatal yang selama ini di kumpulkan melalui pencatatan dan pelaporan
puskesmas dan rumah sakit hanyalah salah satu upaya untuk menilai
effisiensi dan efektivitas pelayanan kesehatan bukan sebagai ukuran Derajat
Kesehatan.
20
0
2010 2011
2012 2013 2014 2015
Kematian Ibu
13 15
20 11
4 5
10
0 Kematian Ibu
Berdasarkan data yang ada tercatat jumlah kasus kematian bayi 29 hari –
12 bulan secara keseluruhan tercatat sebanyak 64 kasus, kasus kematian bayi
yang berusia 0 - 7 hari tercatat sebanyak 231 kasus dan kematian bayi yang
berusia 8 - 28 hari tercatat sebanyak 32 kasus, sehingga totalitas kematian bayi
0 - 29 hari (neonatal) sebanyak 263 kasus dan keseluruhan kematian bayi dan
neonatal di Kabupaten Pandeglang tahun 2015 sebanyak 327 kasus dengan
gambaran penyebab sebagai berikut :
B. Kesakitan (Morbiditas)
10 (Sepuluh) Besar Penyakit
Tabel 3.4
Kasus 10 Besar Penyakit Di Kabupaten Pandeglang
Tahun 2013 -2015
Tahun 2013 Tahun 2014 Tahun 2015
Kasus Jumlah Kasus Jumlah Kasus Jumlah
Infeksi Sal Nafas Atas Akut
Infeksi Sal Nafas Atas Akut Ytt 151.212 Infeksi Sal Nafas Atas Akut Ytt 101.702 99.167
Ytt
Gastritis & Duodenitis 62.821 Gastritis & Duodenitis 45.365 Gastritis & Duodenitis 53.021
Batuk 51.768 Dermatitis 44.722 Batuk 51.472
Dermatitis 42.943 Diare & Gastroenteritis 41.429 Diare & Gastroenteritis 46.223
Diare & Gastroenteritis 41.905 Batuk 37.611 Dermatitis 40.821
Demam yg sebab tidak Demam yg sebab tidak
40.546 Influenza karena virus Ytt 30.456 39.126
diketahui diketahui
Influenza karena virus Ytt 30.163 Demam yg sebab tdk diketahui 23.210 Influenza karena virus Ytt 33.241
Hipertensi Essensial
Hipertensi Essensial (Primer) 23.922 Hipertensi Essensial (Primer) 21.219 23.143
(Primer)
Gangg lain kulit & Jar
Sakit Kepala 21.457 Sakit Kepala 17.497 20.519
Subkutan Ytt
Gangg lain kulit & Jar Subkutan Gangg lain kulit & Jar
17.987 16.224 Sakit Kepala 19.215
Ytt Subkutan Ytt
Sumber Data : Rekapitulasi SP3
Penyakit Menular
a. Eradikasi Polio
Eradikasi Polio merupakan salah satu komitmen global yang harus dicapai pada
tahun 2016 dengan membuktikan tidak ditemukannya virus polio liar di muka bumi.
Kegiatan penemuan kasus polio liar ini dilaksanakan dengan pelaksanaan surveilans
AFP.
Adapun rincian kegiatan yang telah dilaksanakan Tahun 2013 dan akan
dilaksanakan di tahun 2015 adalah sebagai berikut:
Hingga saat ini penyakit diare masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di
Kabupaten Pandeglang, hal ini dapat dilihat dengan meningkatnya angka kesakitan
diare dari dari tahun ketahun. Rata-rata anak usia <3 tahun di Negara berkembang
mengalami episode diare 3 kali dalam setahun (WHO, 2005).
Hasil Survey Subdit Diare angka kesakitan semua umur tahun 2010 adalah
411/1000 penduduk, dan tahun 2012 adalah 214/1000 penduduk. Kasus diare di
Kabupaten Pandeglang tahun 2013 masih cukup tinggi 41.527 kasus, dengan
cakupan pelayanan 43,99%. Dari data tersebut kasus pada balita sebanyak 21.678
kasus atau 52,20%, dan 19.849 atau 47,80% pada umur > 5 tahun. Sedangkan kasus
kematian sebanyak 3 kasus yang terjadi pada balita.
i. Kebijakan P2 Diare
1. Melaksanakan tatalaksana penderita diare yang standar, baik di sarana
kesehatan maupun masyarakat.
2. Melaksanakan surveilans epidemiologi dan penaggulangan KLB Diare
3. Megembangkan pedoman pengendalian diare
4. Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan petugas dalam pengelolaan
program yang meliputi aspek manajerial dan tehnis medis.
5. Mengembangkan jejearing lintas program dan sektor di Pusat, Provinsi dan
Kabupaten/Kota.
6. Meningkatkan pembinaan tehnis dan monitoring untuk mencapai kualitas
pelaksanaan pengendalian penyakit diare secara maximal.
7. Pelaksanaan evaluasi untuk mengetahui hasi kegiatan program dan sebagai
dasar perencanaan selanjutnya.
ii. Strategi
1. Melaksanakan tatalaksana penderita diare yang standar difasilitas
pelayanan kesehatan melalui lima langkah tuntaskan diare (Lintas Diare)
2. Meningkatkan tatalaksana penderita diare dirumah tangga dengan tepat
dan benar.
P L
51% 49%
Pada Grafik diatas dapat dilihat bahwa cakupan penemuan kasus diare
berdasarkan jenis kelamin pada semua umur adalah sama besarnya yaitu untuk
jenis kelamin perempuan 51% dan laki-laki 49%.
Cikole
Mekarjaya
Bojong
Jiput
Sobang
Cibitung
Cikeusik
Kaduhejo
Labuan
Perdana
Patia
Cimanggu
Banjar
Cimanuk
Cisata
Sumur
Majasari
Pagadungan
Picung
Angsana
Panimbang
Cigeulis
Munjul
Kabupaten
Mandalawangi
Cipeucang
Cikedal
Pulosari
Pandeglang
Carita
Saketi
Pagelaran
Cadasai
Menes
Sindang resmi
Cibaliung
Bangkonol
Pada Grafik diatas dapat dilihat bahwa cakupan penemuan kasus diare semua
umur sudah melebihi target yaitu 120 persen
200 183
180
150
160 144
140
114
120 102 104
100
95
100 82 85
78 75 72
80 64 67 64 67
63 62 62
57 56 56
60 46
38 38 39
33 34 33
29 26
40 25 23
19 20
20 8
0
Picung
Mekarjaya
Cisata
Patia
Pagelaran
Cikedal
Labuan
Sumur
Majasari
Sindang resmi
Cadasai
Pagadungan
Cipeucang
Cigeulis
Cikole
Kabupaten
Mandalawangi
Panimbang
Cibitung
Pada Grafik diatas dapat dilihat bahwa capaian penemuan kasus balita diare
sebanyak 62 persen.
d. TB-Paru
TB sampai dengan saat ini masih merupakan salah satu masalah kesehatan
masyarakat didunia walaupun upaya pengendalian strategi DOTS telah diterapkan
dibanyak Negara sejak tahun 1995.
Di Pandeglang startegi DOTS sudah dilaksanakan sejak tahun 1999 dengan membagi
Puskesmas ke dalam tiga kelompok diantaranya ada PS (Puskesmas satelit), PRM
(Puskesmas Rujukan Mikroskopis) dan PPM (Puskesmas Pelaksana Mandiri).
Namun pada tahun 2011 semua Puskesmas dikategorikan ke dalam Puskesmas
Pelaksana Mandiri.
Pada tahun 2014 jumlah penduduknya 1.190.520, dan diperkirakan ada penderita
TB sekitar 1274 kasus BTA positif. Capaian penemuan kasus BTA Positif tahun 2015
adalah 903 kasus atau 70%.
1
0,8
0,6
0,4
0,2 903 98 325 71 35
0
0 0 0 0 0
Dari Grafik diatas dapat disimpulkan bahwa pada tahun 2015 jumlah penemuan
kasus penderita TB dengan pengobatan kategori I sebanyak 903 kasus bta positif,
Bta (-) Ro (+) 325 kasus, ekstra paru 71 kasus, dengan pengobatan kategori anak 98
kasus dan pengobatan kambuh dengan kategori 2 sebanyak 35 kasus.
Tatalaksana TB MDR
Pertemuan TB untuk BPS
On The Job Training P2TB di 3 Puskesmas
Bintek P2TB di 3 Puskesmas
Supervisi P2TB
Monev P2TB
Pemantapan Mutu Internal Laboratorium TB
Diseminasi Penanggulangan TB MDR di Puskesmas
Supervisi P2TB
5. Rujukan Pasien TB MDR ke Rs Sub Rujukan
Keadaan gizi merupakan salah satu penyebab dasar kematian bayi dan
anak. Gizi buruk seringkali disertai penyakit seperti TB, ISPA, diare dan lain-lain.
Risiko kematian anak gizi buruk 17 kali lipat dibandingkan dengan anak normal.
Oleh karena itu setiap anak gizi buruk harus dirawat sesuai standar.
Pada bulan Agustus 2015 dilaksanakan Bulan Penimbangan Balita secara
serentak di 36 Puskesmas. Hasil BPB pada tahun 2015 ditemukan jumlah gizi buruk
1.017 balita, gizi kurang 5.758, gizi baik 68.202 dan gizi lebih 1.119 balita. Pada
bulan September dilakukan validasai data gizi buruk, hasil validasi ditemukan balita
sangat kurus 174 balita. Hasil BPB dari tahun 2012 s/d 2014 dapat dilihat pada
tabel dibawah ini :
Hasil Bulan Penimbangan Balita
Tahun 2012 - 2015
Thn Thn Thn
Thn Thn Thn Thn Thn
Hasil BPB 2012 2013 2014
No 2012 2013 2014 2015 2015
menurut BB/U
(Abs) (Abs) (Abs) (Abs) (%)
(%) (%) (%)
1.017 1,33
1 Gizi buruk 1.075 1,11 883 0,95 964 1,23
5.758 7,54
2 Gizi kurang 8.121 8,37 4.935 5,30 5.149 6.55
68.202 89,32
3 Gizi baik 86.363 88,98 86.600 92,98 71.229 90.56
1.119 1,56
4 Gizi lebih 697 0,75 719 0,77 833 1.06
Sumber data : Laporan BPB bulan Agustus 2015
Dari tabel diatas dapat dilihat jumlah balita gizi buruk dari tahun 2012 s/d
2015 meningkat dari 1,11 % menjadi 1,23 %, gizi kurang menurun dari 8,37 %
menjadi 6.55 %, gizi baik meningkat dari 88.98 % menjadi 90.56 % dan balita yang
gizi lebih meningkat dari 0,75 % menjadi 1.06 %.
Hasil Validasi BPB dari tahun 2012 s/d 2014 dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Jumlah kasus gizi buruk yang ditemukan pada tahun 2014 sebanyak 115
kasus dan semuanya telah mendapat perawatan sesuai standar tatalaksana anak gizi
buruk, baik rawat inap maupun rawat jalan. Jumlah kasus gizi buruk menurut
standar BB/U sebanyak 964 sudah 100 % mendapat biscuit MP-ASI selama 3 bulan.
Ditemukannya balita gizi buruk dari tahun 2012 sampai dengan tahun
2014 dikarenakan surveilan gizi aktif dan sebagian besar puskesmas sudah
menggunakan sofweare kurnia, sofweare ini mempermudah tenaga pelaksana gizi
untuk mengolah hasil penimbangan balita setiap bulan, hasil bulan penimbangan
balita pada bulan agustus dan balita gizi buruk yang ditemukan sudah lengkap
dengan nama, alamat dan nama orang tua.
Secara umum masalah balita gizi buruk masih cukup tinggi, dapat
dihitung pada indikator Berat Badan/ Tinggi Badan yang menggambarkan status
gizi yang sifatnya akut sebagai akibat dari keadaan yang berlangsung dalam waktu
yang pendek, seperti menurunnya nafsu makan akibat sakit, atau karena menderita
diare. Yang dimaksud dengan cakupan balita gizi buruk mendapat Perawatan sesuai
dengan Definisi Operasional keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor :
828/Menkes/SK/IX/2008 tentang Standar Pelayana Minimal Bidang Kesehatan di
Kabupaten/Kota adalah cakupan pelayanan/perawatan terhadap balita gizi buruk
(dirujuk ke RSU, di rujuk ke puskesmas/rawat jalan, kunjungan rumah/konseling
dan mendapat MP-ASI).
Pada Tahun 2015 ditemukan balita gizi buruk menurut standar BB/TB
sebanyak 115 balita, dan yang mendapat perawatan 174 balita, hasil capai sebesar
100%, dari data tersebut dapat dilihat cakupan balita gizi buruk mendapat
perawatan belum mencapai target 100%.
Secara umum masalah balita gizi buruk masih cukup tinggi, dapat dihitung pada
indikator Berat Badan/ Tinggi Badan yang menggambarkan status gizi yang sifatnya
akut sebagai akibat dari keadaan yang berlangsung dalam waktu yang pendek,
seperti menurunnya nafsu makan akibat sakit, atau karena menderita diare.
Yang dimaksud dengan cakupan balita gizi buruk mendapat Perawatan sesuai
dengan Definisi Operasional keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor :
828/Menkes/SK/IX/2008 tentang Standar Pelayana Minimal Bidang Kesehatan di
Kabupaten/Kota adalah cakupan pelayanan/perawatan terhadap balita gizi buruk
(dirujuk ke RSU, di rujuk ke puskesmas/rawat jalan, kunjungan rumah/konseling
dan mendapat MP-ASI).
Pada Tahun 2015 ditemukan balita gizi buruk menurut standar BB/TB sebanyak
174 balita, dan yang mendapat perawatan 174 balita , hasil capai sebesar 100%,
dari data tersebut dapat dilihat cakupan balita gizi buruk mendapat perawatan
sudah mencapai target 100%.
Disamping mengidentifikasikan masalah gizi yang bersifat akut dengan tinggi badan
tidak seimbang, dapat juga dilihat dari anak yang kegemukan, dalam hal ini berat
badan anak melebihi proporsi normal terhadap tinggi badannya, kegemukan ini
dapat terjadi sebagai akibat dari pola makan yang kurang baik atau juga karena
keturunan, masalah kekurusan dan kegemukan pada usia dini dapat berakibat pada
rentannya terhadap berbagai penyakit degeneratif pada usia dewasa (teori Barker).
Secara umum, prevalensi balita bawah garis merah (BGM/D) tahun 2015 adalah
2,71% dari balita ditimbang 80.506 dan BGM 2.180 balita dan berada dibawah batas
kondisi yang dianggap serius 5% (ambang batas). Semua balita di Kabupaten
Pandeglang yang naik berat badannya (N/D) sekitar 64,69% balita menurut hasil
capaian yang didapat sebesar 76,10% dari target 85% dan (D/S) sebesar 53,58%.
b. ASI Eksklusif
Air susu ibu merupakan anugerah yang tak ternilai harganya, hanya seorang ibu
yang dapat memberikan anugerah tersebut kepada bayinya.
Menyusui secara eksklusif merupakan cara yang aman, baik dan selalu tersedia
untuk pemberian makanan bayi dalam 6 (enam) bulan pertama kehidupannya. Dan
penting untuk diteruskan lebih dari 6 (enam) bulan, sebagaimana WHO dan UNICEF
merekomendasikan bahwa menyusui harus berlanjut bersama makanan
pendamping ASI yang benar sampai 2 (dua) tahun atau lebih. Para pakar dewasa ini
menyetujui bahwa ASI dapat memberikan semua yang dibutuhkan bayi normal
untuk 6 (enam) bulan pertama dan tanpa memerlukan minuman atau makanan lain
selama periode ini.
Menyusui eksklusif diartikan bahwa bayi hanya menerima ASI, dari ibunya sendiri
atau ibu susu, atau ASI perah, dan tanpa makanan minuman lainnya. Banyak ibu
yang mengalami bahwa menyusui eksklusif selama 6 (enam) bulan merupakan
suatu hal yang sederhana. Mereka tidak perlu cemas apakah bayi memperoleh
minuman atau makanan yang cukup atau apakah ini benar dan tanpa kesulitan atau
tanpa biaya untuk membuat makanan lain yang tidak perlu. Disayangkan, bahwa
menyusui eksklusif tersebut masih jarang dilakukan oleh masyarakat kita dengan
berbagai alasan. Hal ini dapat di tentukan cakupan bayi yang mendapatkan ASI
eksklusif di Kabupaten Pandeglang pada tahun 2014 baru mencapai 32,2% dari
rencana pencapaian 80% sehingga persentase pencapaiaan belum mencapai Target.
Sedangkan tahun 2015 mengalami kenaikan capaian, terlihat pada hasil yang
dicapai sebesar 45,8% atau 11.219 bayi dari sasaran 24.496 bayi, hal ini
menggambarkan adanya peningkatan kinerja baik dari segi pencatatan pelaporan
maupun dari segi teknik petugas gizi dilapangan (Data capaian E6).
Gangguan Akibat Kurang Yodium adalah sekumpulan gejala yang timbul karena
tubuh seseorang kekurangan unsur Yodium secara terus-menerus dalam jangka
waktu yang cukup lama.Yang dimaksud dengan Yodium adalah sejenis mineral yang
terdapat di alam, baik di tanah maupun di air, merupakan zat gizi mikro yang
diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan makhluk hidup.
Kita membutuhkan Yodium agar badan tumbuh sehat dan mental berkembang
dengan baik. Yodium dapat membentuk hormon Tiroksin yang diperlukan oleh
tubuh untuk mengatur pertumbuhan dan perkembangan mulai dari janin sampai
dewasa. Organ kita yang mengolah yodium adalah kelenjar gondok. Letaknya di
dalam leher, di bagian depannya. Kebutuhan yodium rata-rata per orang dewasa
perhari hanya sekitar 150 mikrogram.
Akan tetapi yodium diperlukan tubuh setiap harinya, sehingga yodium harus
menjadi bagian dari konsumsi makanan sehari-hari.Gangguan Akibat Kurang
Yodium (GAKY) merupakan masalah gizi yang menonjol dibanyak Negara sedang
berkembang termasuk Indonesia. Gondok dan kretin (badan kerdil) merupakan
luaran dari keadaan kurang yodium yang umumnya dijumpai di daerah yang
kekurangan yodium. Upaya penanggulangan jangka panjang terhadap masalah
akibat kurang yodium adalah perbaikan perilaku pola konsumsi masyarakat
termasuk di dalamnya berbagai bahan makanan yang mengandung yodium dan
peningkatan konsumsi bahan makanan yang di fortivikasi dengan yodium yang
secara masal telah di produksi yaitu garam beryodium.
Hasilnya didapat cakupan garam beryodium di kab. Pandeglang pada tahun 2015
mencapai (68,73%) desa dengan garam beryodium baik dari rencana pencapaian
target (85%).
Vitamin A merupakan salah satu zat gizi penting yang larut dalam lemak dan
disimpan dalam hati, tidak dapat dibuat oleh tubuh, sehingga harus dipenuhi dari
luar, berfungsi untuk penglihatan, pertumbuhan dan meningkatkan daya tahan
tubuh terhadap penyakit.
Upaya yang telah dilakukan untuk mencegah terjadinya gangguan akibat kekurang
vitamin A yaitu :
a. Pemberian kapsul vitamin A warna biru untuk bayi (6-11 bulan), diberikan 1
kali setahun, setiap bulan Pebruari atau Agustus.
b. Pemberian kapsul vitamin A warna merah untuk anak balita diberikan 2 kali
setahun, setiapa bulan Februari dan Agustus
c. Pemberian kapsul vitamin A warna merah untuk ibu nifas diberikan 2 kapsul,
kapsul pertama diberikan segera setelah lahir dan kapsul kedua diberikan 24
jam sesudah kapsul pertama.
Hasil dari pemberian kapsul vitamin A 2 kali per tahun pada bayi 6 – 11 bulan di
posyandu pada tahun 2014 mencapai 103,32% dari target 85%, dan tahun 2015
mencapai 101,35% dari target 85%, dapat kita lihat pemberian vitamin A 2 kali per
tahun mengalamipeningkatan yang signifikan, pada balita 12 – 59 bulan pada tahun
2014 mencapai 66,28% dari target 85% persentase pencapaian 77,97% dan pada
tahun 2015 mencapai 66,42% dari target 85%,.
Catatan : Cakupan Vitamin A balita diambil dari cakupan terendah bulan Februari &
Agustus, dan pemberian Vitamin A pada Ibu Nifas pada tahun 2015 sebanyak 20.852
bufas dari 24.498 bufas yang ada sehingga capaian pemberian vitamin A pada bufas
sebesar 85,12% dari target 85% persentase pencapaian sebesar 100%.
Anemia gizi yang disebabkan karena kekurangan zat besi merupakan salah satu
masalah gizi utama di Indonesia. Salah satu kelompok masyarakat yang rawan
menderita anemia gizi adalah Wanita Usia Subur (WUS) termasuk ibu hamil, remaja
putri dan kelompok lainnya.
120
85,64 93,97 94,4 95,99
100 77,07 86,96
74,67 76,26 71,66
80 69,96
60 Fe1
40
Fe3
20
0
2011 2012 2013 2014 2015
Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI) merupakan makanan bergizi yang
diberikan disamping ASI kepada bayi berusia 6 (enam) bulan keatas atau
berdasarkan indikasi medic, sampai anak berusia 24 (dua puluh empat) bulan
untuk mencapai kecukupan gizi.
Pada tahun 2015 ditemukan balita gizi buruk sesuai standar Berat Badan menurut
Umur (BB/U) sebanyak 1017 balita. Adapun upaya penanggulangan untuk asupan
bagi balita kekurangan gizi diberikan makanan pendamping air susu ibu (MP-ASI)
pada balita gizi buruk dengan capaian pemberian sebanyak 1017jiwa. Cakupan
pemberian MP-ASI mencapai 100% dari target 100 %.
Pelayanan ibu hamil ( K4 ) adalah pelayanan yang sesuai standar yang telah
memperoleh pelayanan paling sedikit empat kali. Dengan distribusi waktu satu
kali pada trimester pertama, satu kali pada trimester ke dua, dan dua kali pada
trimester ke tiga disuatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.
Dengan indikator ini dapat diketahui cakupan pelayanan antenatal secara lengkap
(memenuhi standar pelayanan dan menepati waktu yang ditetapkan), yang
menggambarkan tingkat perlindungan ibu hamil di suatu wilayah atau
menggambarkan kemampuan manajemen ataupun kelangsungan program KIA.
Pada tahun 2015 dari rencana capaian 85% dan hasil capaian sebesar 84,45%,
sehingga presentasi tingkat capaian target 99,35%, namun bila dibanding dengan
indikator K1 ternyata masih di temukan adanya ketidaksinambungan program
dimana kontak pertama ibu hamil ( K1 ) jauh lebih tinggi yaitu 97.4 % dari target
95% sehingga capaian target sebesar 98,80%, sedangkan tahun 2013 K4 sebesar
84,45% dari target 85% dan K1 sebesar 97,57%
Asuhan kesehatan ibu bersalin adalah salah satu kegiatan yang telah dilaksanakan
oleh Dinas Kesehatan dari tahun 2010, yang berfokus pada :
Pergeseran Paradigma :
Dengan membersihkan muka dan jalan nafas sesaat setelah ekspulsi kapala,
kemudian dilakukan penghisapan lender secara benar segera mengeringkan dan
menghangatkan tubuh bayi, mekanisme ini dapat mencegah terjadinya hipotermi.
Pelayanan persalinan oleh tenaga kesehatan yaitu ibu bersalin yang mendapat
pertolongan persalinan oleh bidan/tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi
kebidanan.
Pada tahun 2015 pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan sebanyak 17.327
bulin dari rencana sasaran bumil sebanyak 23.807, sehingga capaian sasaran
sebesar 76.5%, dari rencana target capaian sebesar 90%. Sedangkan tahun 2014
Linakes sebanyak 21.330 bulin dari sasaran 23.807 bulin sehingga capaian sebesar
72.1%.
Peningkatan kinerja program ini walaupun dibanding tahun lalu terdapat kenaikan
namun kenaikan tersebut relative lamban walaupun program ini mendapat bantuan
dari JPKMM - Askeskin yang cukup memadai, namun nampaknya masih belum
ditemukan suatu model pendekatan yang efektif.
Kesehatan ibu merupakan salah satu wujud hak asasi perempuan, tetapi masih
banyak ibu hamil yang tidak mendapatkan pelayanan kesehatan yang bermutu
untuk memeriksakan kandungan dan pelayanan persalinan yang sehat dan aman.
Pada tahun 2015 cakupan Ibu Hamil resiko tinggi yang ditangani dari rencana
sebesar 80%, realisasinya mencapai 104%.
Pelayanan Ibu Nifas yang telah dilakukan sebagai salah satu usaha untuk menekan
angka kematian ibu dan penurunan angka kesakitan merupakan tantangan yang
harus diupayakan, adapun hasil cakupan pelayanan nifas (Kf Lengkap) tahun
2015 sebesar 85.3 % dari rencana target 90%, sehingga capaian pelayanan ibu
nifas (Kf 1) sebesar 88.6 %. Kunjungan Bayi
Upaya keluarga berencana yang dikoordinir oleh BKKBN pada tahun 2015
menunjukan pencapaian pelayanan kepada peserta KB, dari jumlah keseluruhan
sasaran peserta KB sekitar 199.714 dan peserta yang aktif sebanyak 892.136
peserta dari target 70%.
f. Kunjungan Bayi
Presentase cakupan kunjungan bayi sebagai salah satu indikator Standar Pelayanan
Minimal (SPM) bidang kesehatan, yang merupakan pelayanan dasar yang minimal
dilaksanakan di Puskesmas, Tahun 2015 capaian kunjungan bayi tercatat 102.6 %
dari target 90%, dari sasaran kunjungan bayi (data real) sebesar 22.824 bayi yang
berkunjung kesarana pelayanan kesehatan baik Puskesmas, pustu maupun
posyandu sebanyak 21.958 kunjungan bayi. Cakupan kunjungan neonatal lengkap
(Kn Lengkap) sebesar 92.8% dari rencana target 90%.
A. Pengamatan Penyakit
Kegiatan pengamatan penyakit merupakan salah satu kegiatan penting dalam memberikan
informasi tentang gambaran suatu penyakit secara epidemiologi. Pendekatan epidemiologi
suatu penyakit dapat menjadi suatu acun dalam menentukan rencana kegiatan program
intervensi, sehingga dalam mengintervensi suatu masalah kesehatan menjadi efektif dan
efisien. Ruang lingkup operasional pengamatan penyakit meliputi Sistem Kewaspadaan Dini
penyakit potensial KLB/Wabah, penanganan Kejadian Luar Biasa (KLB) dan pelaksanaan
Surveilans Acut Flacid Paralisis (AFP). Penyakit dibagi 2 (dua) katagori Penyakit Menular dan
Tidak Menular. Penyakit menular biasanya ditularkan melalui Vektor, penyakit yang
ditularkan melalui udara atau percikan air liur, dan penyakit yang ditularkan melalui
makanan atau air, penyakit yang ditularkan oleh vektor adalah filariasis, demam berdarah
dengue (DBD), dan malaria.
Penyakit yang ditularkan melalui udara atau percikan air liur adalah penyakit infeksi saluran
pernafasan akut (ISPA), pneumonia dan campak, sedangkan penyakit yang ditularkan
melalui makanan atau air adalah penyakit tifoid, hepatitis, diare, dll.Sedangkan Penyakit
tidak menular meliputi penyakit sendi, asma, stroke, jantung, DM, hipertensi, tumor/kanker,
ganguan jiwa berat, buta warna, glaukoma, bibir sumbing, dermatitis, rinitis, talasemia dan
hemofilia, dll.
1) Eradikasi Polio
Eradikasi Polio merupakan salah satu komitmen global yang harus dicapai pada
tahun 2016 dengan membuktikan tidak ditemukannya virus polio liar di muka bumi.
Kegiatan penemuan kasus polio liar ini dilaksanakan dengan pelaksanaan surveilans
AFP.
Adapun rincian kegiatan yang telah dilaksanakan Tahun 2015 dan akan
dilaksanakan di tahun 2016 adalah sebagai berikut:
Jumlah jemaah calon haji Kabupaten Pandeglang tahun 2015 yang memenuhi syarat
kesehatan dan berangkat ke tanah suci adalah sebanyak 610 jemaah. Jumlah jemaah
calon haji diperiksa dan diimunisasi meningitis sebanyak 610 jemaah. Biaya
operasional pelaksanaan pemeriksaan kesehatan haji tahun 2015 dibebankan
kepada jemaah calon haji berdasarkan Peraturan Daerah No.10 tahun 2011 tentang
tarif pemeriksaan kesehatan jemaah haji di tingkat Puskesmas dan di Kabupaten,
besar tarif Pemeriksaan Kesehatan lanjutan Rp. 70.000,-/jemaah untuk Tingkat
Kabupaten dan Rp. 20.000,- /jemaah untuk tingkat Puskesmas.
Kejadian Luar Biasa (KLB) merupakan salah satu proses alam yang terjadi karena
terganggunya keseimbangan antara agent, host dan environtment (lingkungan). Pada
prinsipnya KLB dapat terjadi pada daerah yang mempunyai kelompok populasi yang
rentan Sangat tinggi atau daerah yang mempunyai kondisi rawan penyakit.
Selama tahun 2014 kejadian KLB penyakit menular di Kabupaten Pandeglang
frekuensinya cukup tinggi. Adapun jenis penyakit yang terjadi pada tahun 2014 adalah
Tetanus Neonatorum, Keracunan Makanan, Suspek Campak, Diare, Acut Flacid Paralisis
(AFP) Banjir dan longsor.Secara umum frekuensi Kejadian Luar Biasa (KLB) yang
terjadi di Kabupaten Pandeglang tahun 2015 sebanyak 28 kali. Jumlah kejadian ini
meningkat dibandingkan dengan frekuensi kejadian pada tahun lalu terjadi 23 kali KLB
karena di Kabupaten Pandeglang masih mempunyai kondisi yang potensial untuk
terjadinya KLB penyakit menular.
Berikut Grafik KLB berdasarkan jenis penyakitnya:
1 AFP
6 8
GHPR
6 Keracunan
6 3
TN
Campak
Pembangunan bidang kesehatan di Indonesia saat ini mempunyai beban ganda (double
burden) yaitu beban masalah penyakit menular dan penyakit degenaratif.
Pemberantasan penyakit menular sangat sulit karena penyebarannya tidak mengenal
batas wilayah administrasi.
Imunisasi merupakan salah satu pencegahan penyebaran penyakit ke wilayah lain
dengan cara menimbulkan/meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif dan spesifik
terhadap beberapa Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I). Imunisasi
merupakan upaya kesehatan masyarakat yang terbukti paling Cost effective dan telah
diselenggarakan sejak tahun 1956. Dengan imunisasi, penyakit cacar telah berhasil
dibasmi sehingga Indonesia dinyatakan bebas cacar pada Tahun 1974.
Penyelenggaraan imunisasi di Kabupaten Pandeglang secara garis besar dibagi menjadi
4 (empat) kegiatan utama yaitu :
1. Pelayanan imunisasi dasar
2. Pelayanan Imunisasi lanjutan
3. Pelayanan imunisasi bagi Wanita Usia Subur (WUS) dan ibu hamil
4. Pelayanan imunisasi bagi Anak Sekolah (BIAS) untuk siswa SD/MI
Pelayanan Imunisasi dasar pada bayi dan anak dibawah tiga tahun dilaksanakan sesuai
dengan Permenkes nomor 42 Tahun 2013 dengan prioritas Lima Imunisasi Dasar
Lengkap (LIL) meliputi Hepatisis 0, BCG, Polio, DPT/HB/Hib dan Campak. Pelayanan
Imunisasi lanjutan diberikan kepada anak usia 18 bulan untuk antigen DPT/HB/Hib
dan usia 24 bulan untuk antigen Campak. Sedangkan pelayanan imunisasi bagi Ibu
Hamil dan Wanita Usia Subur dilaksanakan untuk mencapai Eliminasi Tetanus Maternal
dan Neonatal melalui pemberian Imunisasi TT.
Pelaksanaan Bulan Imunisasi Anak Sekolah (BIAS) dilaksanakan untuk melindungi anak
dari penyakit Campak, Difteri dan Tetanus. Sasaran kegiatan adalah siswa kelas 1
SD/MI untuk imunisasi Campak dan DT serta kelas 2 dan 3 untuk imunisasi Td.
Kegiatan Bulan Imunisasi Anak Sekolah (BIAS) dilaksanakan 2 (dua) kali dalam satu
tahun yaitu BIAS Campak pada Bulan Nopember 2014 dan BIAS DT/Td pada bulan
Desember 2015.
90
80
70
60
50
Campak Kelas 1 DT Kelas 1 Td Kelas 2 Td Kelas 3
85 81 79
80
75 72
70 67
65
65
60
55
50
2011 2012 2013 2014 2015
Berdasarkan grafik di atas dapat dilihat bahwa cakupan Desa UCI Tahun 2015
mengalami penurunan dibandingkan dengan tahun – tahun sebelumnya. Target
Desa UCI Tahun 2015 sebesar 84 %.
2. PROGRAM P2 KUSTA
57
60 52
45 46
50 40 42
39
40 32
29 2831 PB
30 23
20 MB
10 11
6 7 5
10 3 TOTAL
0
2010 2011 2012 2013 2014 2015
PENEMUAN KASUS BARU KUSTA TAHUN 2010-2015
Penemuan kasus baru tahun 2015 Sebagian besar masih kasus MB sebanyak 46
Kasus dan PB sebanyak 11 kasus.
CDR
6
5 4,79
4 4,37
4
3 3
2
1 CDR
0
2012 2013 2014 2015
ANGKA PENEMUAN PENDERITA BARU
(CDR) TAHUN 2012-2015
PREVALENSI
0,6
0,5 0,52
0,43 0,47
0,4 0,4
0,3 0,28 0,28
0,2
PREVALENSI
0,1
0
2010 2011 2012 2013 2014 2015
ANGKA PREVALENSI KUSTA TAHUN 2010-2015
Proporsi kasus MB diantara penderita baru yaitu 81%, masih jauh lebih
besar daripada kasus PB, Hal ini menjadi masalah karena potensi penularan
menjadi lebih besar.
Kasus anak masih tetap tinggi dan proporsinya terus meningkat, hal ini
masih merupakan masalah yang besar karena tingginya kasus anak berarti
masih banyak kasus dewasa yang belum ditemukan.
20 20 PROPORSI CACAT TK II
17 KUSTA TAHUN 2012-2015
14
10
0
2012 2013 2014 2015
RFT rate atau angka kesembuhan tahun 2015, Kasus PB sebesar 60% dan
kasus MB sebesar 67,5%, angka kesembuhan seharusnya diatas 90%, kasus
yang tidak RFT penyebabnya karena gagal, meninggal dan ganti tipe.
0%
Petugas yang sudah dilatih pada tahun 2015 sebesar 91,66%, hanya sekitar
8,33% belum mendapatkan pelatihan.
Pelatihan Petugas
8,33% 0
dilatih
belum dilatih
91,66%
3. TB-PARU
TB sampai dengan saat ini masih merupakan salah satu masalah kesehatan
masyarakat didunia walaupun upaya pengendalian strategi DOTS telah diterapkan
dibanyak Negara sejak tahun 1995.
Di Pandeglang startegi DOTS sudah dilaksanakan sejak tahun 1999 dengan membagi
Puskesmas ke dalam tiga kelompok diantaranya ada PS (Puskesmas satelit), PRM
(Puskesmas Rujukan Mikroskopis) dan PPM (Puskesmas Pelaksana Mandiri).
Namun pada tahun 2011 semua Puskesmas dikategorikan ke dalam Puskesmas
Pelaksana Mandiri.
Pada tahun 2014 jumlah penduduknya 1.190.520, dan diperkirakan ada penderita
TB sekitar 1274 kasus BTA positif. Capaian penemuan kasus BTA Positif tahun 2015
adalah 903 kasus atau 70%.
1
0,8
0,6
0,4
0,2 903 98 325 71 35
0
0 0 0 0 0
Dari Grafik diatas dapat disimpulkan bahwa pada tahun 2015 jumlah penemuan
kasus penderita TB dengan pengobatan kategori I sebanyak 903 kasus bta positif,
Bta (-) Ro (+) 325 kasus, ekstra paru 71 kasus, dengan pengobatan kategori anak 98
kasus dan pengobatan kambuh dengan kategori 2 sebanyak 35 kasus.
Hasil Kegiatan pada tahun 2015 adalah penemuan kasus TB BTA Positif dimana
diperoleh data sebagai berikut :
Tatalaksana TB MDR
Pertemuan TB untuk BPS
On The Job Training P2TB di 3 Puskesmas
Bintek P2TB di 3 Puskesmas
Supervisi P2TB
Monev P2TB
Pemantapan Mutu Internal Laboratorium TB
Diseminasi Penanggulangan TB MDR di Puskesmas
Supervisi P2TB
Rujukan Pasien TB MDR ke Rs Sub Rujukan
Demam Berdarah Dengue (DBD) termasuk emerging diseases yang sampai saat ini
menjadi masalah kesehatan masyarakat. DBD tergolong Arbovirosis yang telah
menyebar di Indonesia dan berpotensi menimbulkan KLB pada musim penghujan.
Selain itu Malaria, Chikungunnya, Filariasis dan Zoonosis masih merupakan salah
satu masalah kesehatan masyarakat yang dapat menyebabkan kematian terutama
pada kelompok risiko tinggi yaitu bayi, anak balita dan ibu hamil. Selain itu malaria
secara langsung menyebabkan anemia dan dapat menurunkan produktivitas kerja.
Upaya untuk menekan angka kesakitan dan kematian akibat penyakit
bersumber binatang terus dilakukan melalui program pemberantasan DBD, malaria,
chikungunnya, filariasis dan zoonosis. Kurangnya peran serta masyarakat dalam
PSN (Pemberantasan Sarang Nyamuk) dan PHBS (pola hidup bersih dan sehat).
1. Dasar Hukum
a) Undnag-undang No. 4 Tahun 1984 tentang Wabah Penyakit Menular
b) Undang-undang No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
c) Permenkes RI Nomor : 04/Menkes/SK/I/2003 tentang Kebijaksanaan dan
Strategi Desentralisasi Bidang Kesehatan.
d) Permenkes RI Nomor : 949/Menkes/SK/VIII/2004 tentang Pedoman
Penyelenggaraan Sistem Kewaspadaan Dini Kejadian Luar Biasa (KLB).
e) Permenkes RI No 1501/Menkes/Per/X/2010 tentang Jenis Penyakit
Menular Tertentu Yang Dapat Menimbulkan Wabah dan Upaya
Penanggulangan.
f) Kepmenkes RI Nomor : 581/Menkes/SK/VII/1992 tentang Pemberantasan
Penyakit Demam Berdarah Dengue.
A. P2 Demam Berdarah
Penyakit menular yang disebabkan oleh virus dari golongan Arbovirosis group A dan B yang
bermasalah di Indonesia adalah Demam Berdarah Dengue (DBD), Chikungunnya dan
Japanese Encephalitis (JE). Ketiga penyakit tersebut sama-sama ditularkan oleh gigitan
vektor nyamuk tetapi mempunyai beberapa perbedaan antara lain jenis/species nyamuk
penularnya, pola penyebaran, gejala penyakit, tata laksana pengobatan maupun upaya
pencegahannya.
Berdasarkan grafik diatas dapat disimpulkan bahwa kasus DBD pada tahun 2015
tertinggi di Puskesmas Panimbang, dimana Puskesmas Panimbang merupakan
Puskesmas (dengan tempat perawatan) DTP dengan 38 kasus, Puskesmas Cikole
dengan 37 kasus dan Puskesmas Kaduhejo dengan 26 kasus.
Sedangkan pada grafik dibawah ini, dapat diketahui kasus tertinggi pada Tahun
2015 terdapat pada bulan maret dengan 54 kasus. Dimana pada bulan maret
tersebut musim hujan sudah mulai berkurang sehingga perkembangbiakan nyamuk
sangat tinggi pasca musim hujan.
Jan Peb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des
Berdasarkan grafik diatas, dapat disimpulkan bahwa Angka Kesakitan (IR) DBD
tahun 2015 mengalami peningkatan dari 308 kasus pada Tahun 2015 menjadi 369
kasus pada Tahun 2015.
Sedangkan pada grafik dibawah ini, Angka Kematian (CFR) DBD juga dapat ditekan
dari 10 kasus kematian pada Tahun 2013 menjadi 3 kasus pada Tahun 2015.
10 11
8
3 3
2011 2012 2013 2014 2015
Berdasarkan grafik diatas, dapat diketahui bahwa kasus malaria tahun 2015 di
kabupaten pandeglang tertinggi di Puskesmas Panimbang dengan 2 kasus, Carita
dengan 2 kasus dan Cigeulis 2 kasus.
Mix; 3
P.Knowlesi; P.Vivax; 5
0
P.Ovale; 0
P.Malariae;
0
P.Falciparu
m; 2
Indigenus Import
C. P2 Filariasis
Filariasis (Penyakit Kaki Gajah) adalah penyakit menular menahun yang disebabkan oleh
cacing filarial yang menyerang saluran dan kelenjar getah bening. Penyakit ini bisa merusak
sistem limfe, menimbulkan pembengkakan pada tangan, kaki, glandula mammae dan
scrotum, menimbulkan cacat seumur hidup serta stigma social bagi penderita dan
keluarganya. Penyakit ini ditularkan oleh berbagai jenis nyamuk.
Meskipun filariasis tidak menyebabkan kematian tetapi merupakan salah satu penyebab
utama timbulnya kecacatan, kemiskinan dan masalah-masalah social lainnya. Hal ini
disebabkan karena bila terjadi kecacatan menetap maka seumur hidupnya penderita tidak
dapat bekerja secara optimal, sehingga dapat menjadi beban keluarga.
Terjadinya cacat pada penderita klinis filariasis karena buruknya penatalaksanaan anggota
badan yang luka atau mengalami pembengkakan. Penderita klinis filariasis yang terjangkau
pelayanan kesehatan biasanya tidak menunjukkan gejala dan cacat yang berat, oleh karena
itu penderita klinis kronis berat dan cacat menetap biasanya merupakan penduduk miskin,
terisolir dan tidak terjangkau pelayanan kesehatan memadai.
2 2 2 2
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
Penyakit Tidak Menular (PTM) adalah penyakit yang bukan di sebabkan oleh
proses infeksi (tidak infeksius), pengendalian merupakan nama lain dari
pencegahan dan penanggulangan. Pengendalian adalah serangkaian manajemen
yang menjamin agar suatu program/kegiatan yang dilaksanakan sesuai dengan
rencana yang di tetapkan, pengendalian tidak menular sendiri adalah upaya
yang dilaksanakan melalui pencegahan dan penanggulangan faktor risiko
termasuk penanganan kasus (penderita) penyakit tidak menular.
Dari table di atas dapat di simpulkan bahwa P2 PTM terdapat 12 penyakit utama
yang menjadi Kasus Baru yang meningkat diantaranya hipertensi , kecelakakaan
lalu lintas darat, penyakit obesitas, asthma, Diabetes Melitus, PPOK, stroke, jantung
koroner, osteoporosis, gagal ginjal kronik, kanker payudara , kanker leher Rahim,
Dari table tersebut yang paling banyak mendominasi adalah perempuan. dari
kasus terbanyak hipertensi dari 6987.
16000
14000
12000
10000
8000
6000
4000
2000 L
0
P
Out Come hasil interaksi ini, yang menyebabkan apakah status manusia sakit atau
sehat. Inilah yang merupakan wilayah kajian Program Kesehatan lingkungan.
Perlindungan terhadap sarana air bersih dan sanitasi dasar, agar tidak menjadi
ancaman terhadap kesehatan masyarakat dirasa mutlak diperlukan, perlindungan ini
ditujukan pada pengamanan sumber air, sarana sanitasi dasar, sampah, salah satu
upaya untuk melindunginya adalah pengawasan kualitas air dan penyehatan
lingkungan permukiman.
49
20
0
TAHUN 2011 TAHUN 2012 TAHUN 2013 TAHUN 2014 TAHUN 2015
48,05
TAHUN 2011
TAHUN 2012
TAHUN 2013
27
TAHUN 2014
34,25
Penyehatan tempat tempat umum yaitu segala upaya untuk meningkatkan dan
memelihara kesehatan lingkungan tempat tempat umum, meliputi kegiatan
pengendalian resiko resiko kesehatan akibat kurang terpenuhinya kesehatan dasar
dengan meningkatkan kesehatan lingkungan. Baik pada lingkungan tempatnya
maupun terhadap bentuk atau wujud substantifnya yang berupa fisik, kimia dan
biologis temasuk perubahan perilaku.
Pengawasan Tempat tempat umum yaitu pengawasan terhadap sarana sarana yang
disediakan oleh badan pemerintah, pemerintah daerah, swasta atau perorangan
yang menghasilkan sesuatu yang langsung dapat dipergunakan oleh umum.
Sarana sarana tempat tempat umum seperti Rumah Sakit, Hotel, Kolam Renang,
Pemandian Umum, Bioskop, Gedung, Salon, Pasar dan sebagainya.
Hotel adalah jenis akomodasi yang dipergunakan sebagian atau seluruh bangunan
untuk menyediakan jasa layanan penginapan, yang dikelola secara komersial yang
meliputi hotel berbintang dan hotel melati. Hotel berbintang adalah jenis akomodasi
yang mempergunakan sebagian atau seluruh bangunan untuk menyediakan jasa
pelayanan penginapan, makan, minum (sejenis restoran)serta jasa lainnya bagi
umum.
Hotel melati adalah jenis akomodasi yang mempergunakan sebagian atau seluruh
bangunan untuk menyediakan jasa pelayanan penginapan.
Tempat tempat umum (hotel, restoran, sekolah, sarana ibadah dll) merupakan
tempat yang digunakan untuk fasilitas umum yang merupakan media yang sangat
baik dalam penularan penyakit, karena merupakan tempat interaksi antar manusia.
Menurut ahli kesehatan H.L Blum derajat kesehatan masyarakat dipengaruhi oleh 4
(empat) faktor : Lingkungan, perilaku manusia, pelayanan kesehatan dan keturunan.
Puskesmas mempunyai peran sebagai motivator dalam perubahan perilaku hidup bersih
dan sehat serta membina kesehatan lingkungan masyarakat diwilayah kerjanya. Selama
ini telah banyak dilakukan program program yang bertujuan memperbaiki kualitas
lingkungan, namun hasilnya belum dapat diharapkan secara optimal. Oleh sebab itu
dapat diperkenalkan dan dikembangkan suatu alternatif pemecahan masalah kesehatan
lingkungan yang dimaksudkan yaitu klinik sanitasi. Sampai saat ini diketahui bahwa
permasalahan penyakit terbanyak yang terdapat diwilayah kerja puskesmas didominasi
oleh penyakit penyakit yang berhubungan dengan masalah kesehatan lingkungan.
Disamping itu upaya pengobatan penyakit dan upaya perbaikan lingkungan dikerjakan
secara terpisah dan belum terintegrasi dengan upaya terkait lainnya. Petugas
paramedis/medis mengupayakan pengobatan tanpa memperhatikan kondisi lingkungan
perumahan / pemukiman pasien, disisi lain petugas kesling mengupayakan kesehatan
lingkungan tanpa memperhatikan permasalahan penyakit/kesehatan masyarakat.
Klinik Sanitasi adalah merupakan suatu wahana untuk mengatasi masalah kesehatan
masyarakat melaluiupaya terintegrasi antara kesehatan lingkungan pemberantasan
penyakit dengan bimbingan, penyuluhan dan bantuan teknis dari petugas puskesmas.
Klinik sanitasi bukan sebagai unit pelayanan yang berdiri sendiri tetapi sebagai bagian
integral dari kegiatan puskesmas, bekerjasama dengan program yang lain dari sektor
terkait diwilayah kerja puskesmas.
Pasien : Penderita penyakit yang diduga berkaitan dengan kesehatan lingkungan yang
dirujuk oleh petugas medis ke ruang klinik sanitasi.
Klien : Masyarakat umum bukan penderita penyakit yang datang ke puskesmas untuk
berkonsultasi tentang masalah yang berkaitan dengan kesehatan lingkungan.
Tujuan Khusus :
1. Di Dalam Gedung
Jika klien setelah mendaftar ke loket mereka langsung ke ruang klinik sanitasi
sanitarian/tenaga kesehatan lingkungan akan melakukan wawancara dan
konseling yang hasilnya ditulis dalam kartu status kesehatan lingkungan.
Selanjutnya sanitarian/petugas kesling membuat janji kunjungan rumah ke
pasien/klien.
2. Di Luar Gedung
Kegiatan luar gedung ini adalah kuunjungan rumah/lokasi sebagai tindak lanjut
kunjungan pasien/klien ke puskesmas (klinik sanitasi). Kunjungan ini
sebenarnya merupakan kegiatan rutin yang lebih dipertajam sasarannya, sesuai
hasil wawancara pasien/klien dengan sanitarian pada waktu dipuskesmas.
Puskesmas
30
25 25
20
Puskesmas
10
3 7
0
Tahun 2011 Tahun 2012 Tahun 2013 Tahun 2014 Tahun 2015
8. Laporan STBM
Kegiatannya :
1. Identifikasi Masalah /Penjaringan Lokasi sasaran Pamsimas
2. Pelatihan Kesehatan untuk KKM dan Kader di Desa Pamsimas
3. Pra Pemicuan STBM di Desa Pamsimas
4. Penyusunan RKM di Desa Pamsimas
5. Pelaksanaan Kegiatan Kesehatan :
a. Kegiatan yang dilaksanakan Pemicuan, Kampanye CTPS di Sekolah, Kampanye
Higyene Sanitasi Sekolah, Surveilance Kualitas Air dan Fasilitasi Implementasi
b. Pembangunan Fisik Sarana di 9 Kecamatan dan 10 Desa
6. Monitoring Pasca kegiatan kesehatan
Pelayanan Gawat darurat level I yang harus diberikan sarana kesehatan kabupaten kota
(naratif)
Pelayanan gawat darurat level 1 adalah tempat pelayanan gawat darurat yang memiliki
dokter umum on site 24 jam dengan kualifikasi Gels dan ATLS, ACLS serta memiliki alat
transportasi dan komunikasi. Pelayanan Gawat darurat level I yang harus diberikan
sarana kesehatan kabupaten Pandeglang tahun 2015 adalah 15 sarana pelayanan
kesehatan atau 40.5%, yang terdiri dari Rumah sakit 1, Puskesmas Dengan Tempat
Perawatan 9, dan Puskesmas Tidak Dengan Tempat Perawatan 5.
Indikator lain yang dipakai untuk mengukur keberhasilan pelayanan oleh Puskesmas antara
lain :
Ratio Puskesmas terhadap kecamatan telah mencapai 1.21 dari target 1.51 sehingga
pencapaian kinerja sebesar 85 %
Ratio Pustu terhadap Puskesmas 2.32 dari target 3.3 sehingga pencapaian kinerja
sebesar 70,30 %
Cakupan pelayanan gawat darurat level 1 yang harus diberikan sarana kesehatan (RS) di
Kabupaten/ Kota sebesar 33% dari target 100%, sehingga capaian target sebesar 33%.
Indonesia saat ini mengalami double barden (masalah ganda ) dalam hal kesehatan
dimana belum tuntasnya masalah pemberantasan penyakit menular di masyarakat
timbul lagi masalah penyakit tidak menular yang perlu mendapatkan perhatian dari
berbagai kalangan, diprediksi tahun 2019 mendatang Indonesian akan mendapatkan
bonus demografi penduduk dimana 75% diantaranya adalah usia produktif (pekerja) dan
mengalami obesitas, seperti diketahui bersama pada obesitas rentan terkena penyakit
terutama penyakit tidak menular, seperti DM, Hipertensi, Stroke yang salah satu
sebabnya adalah kurangnya aktivitas fisik, dan gaya hidup yang tidak sehat. Pada usia
produktif pula timbul masalah-maslah baru yang berkaitan dengan kesehatan seperti
penyakit akibat kerja, penyakit akibat hubungan kerja, kecelakaan akibat kerja dan
sebagainya, terlepas dari berbagai masalah tersebut diatas serta dengan adanya amanat
undang undang nomor 36 tahun 2009 tentang kesehatan pasal 80 yang berbunyi upaya
kesehatan kerja dan olahraga ditujukan untuk meningkatkan kesehatan dan kebugaran
jasmani masyarakat, dan 81 menyatakan upaya kesehatan kerja dan olahraga lebih
mengutamakan pendekatan preventif dan promotif tanpa mengabaikan pendekatan
kuratif dan rehabilitatif, dengan dasar itu diharapkan program kesehatan kerja dan
olahraga dapat meminimalisir permaslahan-permaslahan yang memang sebenarnya bisa
dicegah. Jadi pada program kesehatan kerja dan olahraga lebih ditekankan pada preventif
dan rehabiltatif.
Dalam mengupayakan agar masyarakat/individu tahu dan sadar, kuncinya terletak pada
keberhasilan membuat masyarakat/individutersebut memahami bahwa sesuatu
(misalnya Stroke) adalah masalah baginya dan bagi masyarakatnya. Sepanjang
masyarakat/individu yang bersangkutan belum mengetahui dan menyadari bahwa
sesuatu itu merupakan masalah, maka masyarakat/individu tersebut tidak akan bersedia
menerima informasi apa pun lebih lanjut. Saat masyarakat/individu telah menyadari
masalah yang dihadapinya, maka kepadanya harus diberikan informasi umum lebihlanjut
tentang masalah yang bersangkutan.
Selama tahun 2015 kesehatan kerja dan olahraga telah mengadakan kegiatan-kegiatan
baik yang bersumber dari APBN (Dana Dekonsentrasi)ataupun APBD II.diantaranya:
Hasil cakupan Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut Tahun 2015 sebagai
berikut :
Dari hasil cakupan Pelayanan Kesehatan gigi dan mulut Tahun 2015 Masih banyak
kesenjangan antara target dan cakupan, dimana adanya kekurangan tenaga
kesehatan gigi dan mulut yang mana dari 36 Puskesmas Yang bisa memberikan
pelayanan baru 24 Puskesmas. Hal ini yang memungkinkan pencapaian target belum
bisa maksimal.
Program kesehatan Jiwa mempunyai target yang harus dicapai dalam pelaksanaan
kegiatan kurun waktu setahun yaitu :
1. Penemuan Kasus Orang Dengan Masalah Kejiwaan (ODMK) Target 7.8% dari
jumlah Penduduk
2. Penemuan dan penanganan Kasus Pasung 10 % dari jumlah Penduduk
3. Penemuan Orang Dengan Gangguan Jiwa ( ODGJ) 0,7 % dari Jumlah penduduk
Hasil Pencapaian atau Cakupan Program Kesehatan Jiwa Kurun waktu Tahun 2015
Sebagai Berikut :
1. Penemuan Kasus Orang Dengan Masalah Kejiwaan (ODMK) Sebanyak 300
orang atau 0,3 % dari Jumlah Penduduk sedangkan Targetnya 7.8% dari
jumlah Penduduk, jadi masih ada kesenjangan yang signifikan antara target dan
capaian yaitu 7.5 %
2. Penemuan Kasus dan langsung Penanganan Kasus Pasung sebanyak 16 orang
atau 0.013 %
3. Penemuan Kasus Orang Dengan Gangguan Jiwa ( ODGJ) 331 Orang atau 3.98 %
Dari hasil Cakupan Tahun 2015 Program Kesehatan Jiwa masih jauh dari target yang
diharapkan, hal ini dikarenakan :
1. Kesadaran masyarakat terhadap Kesehatan Jiwa Masih Kurang
2. Kecenderungan masyarakat merasa malu dan gengsi mempunyai keluarga
dengan gangguan jiwa sehingga tidak melakukan pengobatan dan tidak
melaporkan ke petugas kesehatan, dan temuan dilapangan sering kali keluarga
menutupi dan menyembunyikan keluarganya dengan Gangguan Jiwa (ODGJ).
Dalam mengupayakan agar masyarakat tahu dan sadar, kuncinya terletak pada
keberhasilan membuat masyarakat tersebut memahami bahwa sesuatu
(misalnya Diare) adalah masalah baginya dan bagi masyarakatnya. Sepanjang
masyarakat yang bersangkutan belum mengetahui dan menyadari bahwa
sesuatu itu merupakan masalah, maka masyarakat tersebut tidak akan bersedia
menerima informasi apa pun lebih lanjut. Saat masyarakat telah menyadari
masalah yang dihadapinya, maka kepadanya harus diberikan informasi umum
lebih lanjut tentang masalah yang bersangkutan.
Perubahan dari tahu kemau pada umumnya dicapai dengan menyajikan fakta-
fakta dan mendramatisasi masalah. Tetapi selain itu juga dengan mengajukan
harapan bahwa masalah tersebut bias dicegah dan atau diatasi. Di sini dapat
dikemukakan fakta yang berkaitan dengan para tokoh masyarakat sebagai
panutan (misalnya tentang seorang tokoh agama yang dia sendiri dan
keluarganya tak pernah terserang Diare karena perilaku yang dipraktikkannya).
Bilamana seorang individu atau sebuah keluarga sudah akan berpindah dari mau
ke mampu melaksanakan, boleh jadi akan terkendala oleh dimensi ekonomi.
Dalam hal ini kepada yang bersangkutan dapat diberikan bantuan langsung.
Tetapi yang seringkali dipraktikkan adalah dengan mengajaknya ke dalam proses
pemberdayaan kelompok/masyarakat melalui pengorganisasian masyarakat
(community organization) atau pembangunan masyarakat (community
development).
Selain itu program promsi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat juga melakukan
Penyebarluasan informasi kesehatan yang dilakukan melalui berbagai media promosi
kesehatan yang didistribusikan kepada Puskesmas di seperti penyediaan leaflet,
poster-poster, spanduk, baliho utamanya dalam rangka meningkatkan perilaku hidup
bersih dan sehat (PHBS).
Penyuluhan sebagai bagian yang terintegrasi dengan program kesehatan lainnya juga
telah dilaksanakan melalui kegiatan di dalam gedung seperti di ruang pelayanan
puskesmas, klinik sanitasi maupun klinik gizi.
346;
19% 441; 25%
930; 52%
289; 85%
Adanya peningkatan upaya kesehatan yang bersumber daya masyarakat, salah satunya
Pos Pelayanan Terpadu (posyandu) dengan jumlah 1.787 Unit/Pos, dengan tingkat
perkembangan/strata sebagai berikut :
a. Posyandu Pratama : 504 Unit
b. Posyandu Madya : 813 Unit
c. Posyandu Purnama : 394 Unit
d. Posyandu Mandiri : 76 Unit
Dari hasil kegiatan ini tercapai 100% dari jumlah pasar yang ditargetkan
untuk diperiksa. Pada saat pengambilan sampel, didapatkan 16 makanan
yang diindikasikan mengandung bahan tambahan berbahaya. 16
sampeltersebut diuji di Laboratorium Kesehatan Daerah Kabupaten
Pandeglang, serta di Laboratorium keliling BPOM.
2. Pustu
Dalam perkembangan pemberdayaan masyarakat sampai dewasa ini, telah tumbuh dan
berkembang berbagai upaya kesehatan yang berbasis masyarakat (UKBM), dalam
penyelenggaraan upaya kesehatan, masyarakat masih diposisikan sebagai subyek dan
belum sebagai obyek, selain itu masih banyak upaya kesehatan yang belum menyentuh
masyarakat yang tinggal di daerah terpencil, tertinggal, terisolir, kepulauan dan
perbatasan. Untuk itu perlu adanya upaya kesehatan berbasis masyarakat, agar upaya
kesehatan lebih tercapai (accessible), lebih terjangkau (affordable), serta lebih
berkualitas (quality), berbagai upaya yang telah dikembangkan di Kabupaten Pandeglang
antara lain : Pelayanan Pos Kesehatan Desa (poskesdes), Pos Kesehatan Pesantren
(poskestren) dan Pos Pelayanan Terpadu (posyandu).
4. RSUD
Fasilitas yang memberikan layanan rujukan dan rawat inap di Kabupaten Pandeglang
pada tahun 2014 sebanyak 1 Unit yaitu Rumah Sakit Umum Pemerintah Daerah, jika
ditinjau dari letak RSUD Kabupaten Pandeglang yang berada di Ibu Kota Kabupaten
dengan luas wilayah maka dapat dikatakan tidak strategis, mengingat jarak tempuh
mayarakat di wilayah selatan (Kec Sumur) sekitar 101 Km ke RSUD, sehingga diperlukan
pembangunan sarana pelayanan rujukan (Rumah Sakit) yang tempatnya strategis dan
dapat diakses cepat oleh masyarakat setempat pada umumnya dan khususnya
masyarakat wilayah selatan.
Sarana Pelayanan Kesehatan Swasta yang Memiliki Izin sampai dengan Tahun 2015 :
1. Klinik : 15 Unit
2. Klinik Rawat Inap : 2 Unit
3. Rumah Bersalin : 2 Unit
4. Laboratoium : 4 Unit
5. Apotek : 43 Unit
6. Toko Obat : 17 Unit
Tenaga Kesehatan
Dalam pembangunan kesehatan diperlukan sumber daya manusia dalam hal ini tenaga
kesehatan yang memiliki kemampuan melaksanakan upaya kesehatan dengan paradigma
sehat, yang mengutamakan upaya peningkatan, pemeliharaan kesehatan dan pencegahan
penyakit. Tenaga kesehatan yang terampil dilaksanakan melalui pendidikan dan
pengembangan serta pelatihan oleh pemerintah maupun swasta. Keberhasilan
pembangunan kesehatan ditentukan oleh mutu tenaga kesehatan. Salah satu upayanya
adalah peningkatan mutu tenaga kesehatan yang diimplementasikan melalui pendidikan
dan pelatihan sumber daya kesehatan dalam mewujudkan manusia Indonesia yang sehat,
cerdas dan produktif. Badan PPSDM (Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya
Manusia) Kesehatan memiliki tugas dan fungsi menyusun kebijakan dalam
mengimplementasikan program dengan menyeimbangkan upaya promotif, preventif dan
kuratif. Sesuai Renstra RPJMN 2010-2016 Pembangunan Kesehatan difokuskan dalam 12
Program, yaitu: Peningkatan pelayanan kepada 76,4 juta penduduk miskin dalam sistem
jaminan kesehatan (4,6 Triliun);
D. Pembiayaan Kesehatan
KODE
NO. URAIAN TARGET (Rp.) REALISASI (Rp.) %
REKENING
1 2 3 4 5 6
1 4.1.2.01.01 Retribusi Pelayanan Kesehatan Puskesmas 9.942.507.500
a Retribusi Kunjungan 2.021.156.000 2.239.053.000 110,8
b Pelayanan Dasar 1.842.180.700 761.800.000 41,4
Retribusi Pelayanan Kesehatan Haji Tk
c 52.663.300 41.580.000 79,0
Lanjutan
Retribusi Pelayanan Kesehatan Dasar JKN
d 4.578.650.000 3.168.162.100 69,2
(Non Kapitasi)
Penerimaan JKN Tahun 2014 yang akan
e 1.447.857.500 1.359.438.500 93,9
diterima tahun 2015 (Non Kapitasi)
2 4.1.4.19 Lain-lain Pendapatan Asli Daerah
a Dana Kapitasi JKN Pada FKTP 41.743.849.000 41.620.421.000 99,7
JUMLAH 51.686.356.500 49.190.454.600 95,17
Sesuai dengan Rencana Kerja Dinas Kesehatan Kabupaten Pandeglang Tahun 2015
megalami penambahan kegiatan dan program, 16 Program dari 91 bila dibadingkan
dengan kegiatan tahun 2015, adapun secara rinci Realisasi Anggaran Belanja Langsung
Dinas Kesehatan Kabupaten Pandeglang Tahun 2015 dapat di uraikan dalam Tabel
sebagai berikut :
erdasarkan apa yang telah kami uraikan pada bab-bab sebelumnya, terdapat
beberapa simpulan utama yang terkait dengan Profil Kesehatan Kabupaten
Pandeglang Tahun 2015, yaitu :
1. Mengembangkan sumber daya kesehatan baik sumber daya manusia, fasilitas pelayanan
kesehatan termasuk sarana prasarana yang mendukung terhadap peningkatan
pelayanan kesehatan yang optimal.
2. Memantapkan fungsi-fungsi manajemen kesehatan sehinggaa tercipta suatu sistem
pengelolaan data yang akurat, yang mampu mendukung terlaksananya proses
perencanaan yang sesuai dengan permasalahan yang dihadapi, penggerakan sasaran,
evaluasi program yang kontinue serta koordinasi pembangunan kesehatan yang terarah
dan terpadu.
3. Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat melalui penurunan Angka Kematian Ibu,
Angka Kematian Bayi, Angka kesakitan terutama penyakit penyakit yang sering
menimbulkan kejadian yang bersifat luar biasa serta menurunkan jumlah balita di bawah
garis merah.
4. Meningkatkan kualitas lingkungan pemukiman, tempat-tempat umum, lingkungan
pendidikan, tempat kerja baik formal maupun informal sesuai standar kesehatan.
5. Meningkatkan perilaku hidup bersih dan sehat sesuai dengan motto Kabupaten
Pandeglang yang bersih, elok, ramah, kuat, aman, dan hidup.
6. Meningkatkan kerjasama lintas sektor dan kemitraan dengan berbagai lembaga sosial
kemasyarakatan, organisasi profesi dan dunia usaha lainnya.
Demikian profil Kesehatan Kabupaten Pandeglang tahun 2015 ini, diharapkan dapat di
jadikan pedoman dan dasar evaluasi serta laporan pelaksanaan atas kinerja selama satu
tahun Dinas Kesehatan Kabupaten Pandeglang.