Anda di halaman 1dari 110

DINAS KESEHATAN KABUPATEN PANDEGLANG ALAMAT :

Jl. BHAYANGKARA NO. 03 TELP. ( 0253 ) 201064 - P A N D E G L A N G


SAMBUTAN KEPALA DINAS KESEHATAN
KABUPATEN PANDEGLANG

Assalamu’alaikum Wr.Wb,

engan penuh rasa syukur kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat,
nikmat serta kekuatan pada kami, sehingga penyusunan profil kesehatan Kabupaten
Pandeglang tahun 2015 dapat diselesaikan.

Buku Profil Kesehatan Kabupaten Pandeglang merupakan salah satu produk sistem
informasi kesehatan, yang terbit secara berkala setiap tahun. Profil ini diharapkan dapat
digunakan sebagai sarana penyediaan data/ informasi, sebagai salah satu kegiatan evaluasi
dan pemantauan dalam pencapaian “Masyarakat Pandeglang Sehat Mandiri Melalui
Pelayanan Prima“. Dengan kata lain, bahwa sistem informasi kesehatan menjadi tulang
punggung bagi pelaksanaan pembangunan daerah yang berwawasan kesehatan.

Saya harapkan buku profil kesehatan ini dapat dimanfaatkan se- optimal mungkin oleh
semua pihak sesuai dengan keperluannya. Kepada Sub Bagian Perencanaan, Evaluasi dan
Pelaporan yang telah menerbitkan buku Profil Kesehatan, serta semua pihak yang telah
membantu dalam penyusunan buku profil kesehatan tahun 2015 ini, saya ucapkan terima
kasih dan diharapkan profil kesehatan ini dapat diterbitkan setiap tahun dengan kelengkapan
dan penyajian data yang lebih baik.

Semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita
semua.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb.

Pandeglang, Juli 2016


KEPALA DINAS KESEHATAN
KABUPATEN PANDEGLANG

TTD
( Dra. Hj. Indah Dinarsiani.,M.Pd )

Profil Dinas Kesehatan Kab. Pandeglang


Tahun 2015
i
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah dengan memanjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT, Profil
Kesehatan Kabupaten Pandeglang tahun 2015 telah dapat diselesaikan.

Buku Profil Kesehatan Kabupaten ini merupakan publikasi rutin yang diterbitkan oleh
Dinas Kesehatan Kabupaten Pandeglang. Tabel-tabel yang disajikan sebagian besar merupakan
data yang di gunakan sebagai hasil pemantauan terhadap pencapaian Kabupaten Sehat dan
hasil kinerja dari penyelenggaraan pelayanan minimal bidang kesehatan selama setahun.
Diharapkan data yang disajikan dapat memenuhi kebutuhan berbagai pihak, sebagai evaluasi
sekaligus perencanaan yang terarah.

Walaupun profil kesehatan ini telah disiapkan secermat mungkin, namun disadari
masih terdapat kekurangan-kekurangan. Untuk itu, segala saran sangat diharapkan agar profil
kesehatan mendatang dapat lebih baik lagi.

Kepada semua pihak yang telah menyumbangkan pikiran dan tenaga dalam rangka
penyusunan Profil Kesehatan ini, kami menyampaikan terimakasih. Harapan kami semoga
buku Profil Kesehatan bermanfaat bagi peningkatan derajat kesehatan masyarakat guna
mewujudkan Visi Dinas Kesehatan Kabupaten Pandeglang.

Pandeglang, Juli 2016

TIM PENYUSUN
“ Profil Kabupaten Pandeglang “

Profil Dinas Kesehatan Kab. Pandeglang


Tahun 2015
ii
DAFTAR ISI

Hal

Sambutan Ka. Dinkes ………………………………………….……………………………….... i

Kata Pengantar …………………………………………………………..………………………. ii

Daftar Isi ..…………………………………………………………………………….…………. iii

BAB I Pendahuluan ...………………………………………………………………………. 1

1.1 Latar Belakang …………………………………………………………………... 1

1.2 Tujuan …………………………………………………………………............... 2

1.3 Sistematika Penyusunan ………………………………………………………... 3

BAB II Gambaran Umum dan Lingkungan ………………………………………………… 5

2.1. Letak Geografis ………………………………………………………………… 5

2.2. Kependudukan ……………………………………………………….………… 7

2.3. Tingkat Pendidikan ……………………………………………….…………... 10

BAB III Situasi Derajat Kesehatan …………………………………………………………… 11

3.1. Derajat Kesehatan ……….……………………………………………………… 11

A. Kematian (Mortalitas) ……………………………………………………… 12

B. Kesakitan (Morbiditas) …………………………………………………….. 15

C. Status Gizi ………………………………………………………………….. 19

BAB IV Situasi Upaya Kesehatan …………………………………………………………….. 25

A. Kesehatan Ibu dan Anak ………………………………………………….. 25

B. P 2 P L …………………………………………………………………....... 28

1. Pengamatan Penyakit ………………………………………………… 28

2. Pencegahan Penyakit …………………………………………...……. 32

3. Pemberantasan Penyakit ……………………………………………... 33

4. Penyehatan Lingkungan …………………………………………….... 46

C. Rawat Inap dan Rujukan ………………………………………………….. 66

D. Penyuluhan Kesehatan Masyarakat ……………………………………….. 69

E. Pengawasan Obat, Makanan dan Bahan Berbahaya ……………………… 74

Profil Dinas Kesehatan Kab. Pandeglang


Tahun 2015
iii
BAB V Situasi Sumber Daya Kesehatan …………………………………………………… 77

A. Sarana Pelayanan Kesehatan Pemerintah ……………………………….. 77

B. Sarana Pelayanan Kesehatan Swasta …………………………………...... 79

C. Tenaga Kesehatan ………………………………………………………… 79

D. Pembiayaan Kesehatan …………………………………………………… 83

BAB VI Kesimpulan ……………………………………………………………...................... 88

Lampiran-lampiran

Profil Dinas Kesehatan Kab. Pandeglang


Tahun 2015
iv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pembangunan kesehatan yang dilaksanakan selama ini merupakan


bagian yang tidak dapat dipisahkan dari Pembangunan Nasional, karena
kesehatan menyentuh hampir semua aspek kehidupan manusia dan
berhubungan derajat kesehatan masyarakat. Pembangunan kesehatan sangat
terkait dan dipengaruhi oleh aspek demografi/ kependudukan, keadaan dan
pertumbuhan ekonomi masyarakat termasuk tingkat pendidikan, serta keadaan
dan perkembangan lingkungan baik lingkungan fisik maupun biologi.
Pembangunan Kesehatan di Kabupaten Pandeglang tidak lepas dari Visi
Pembangunan Nasional, Visi Kesehatan Kabupaten Pandeglang, yaitu
“Masyarakat Pandeglang Sehat Mandiri Melalui Pelayanan Prima” dalam
mendukung terwujudnya Kabupaten Pandeglang sebagai Daerah Mandiri dan
Berkembang di Bidang Agribisnis dan Pariwisata Berbasis Pembangunan
Perdesaan. Melalui visi ini diharapkan pada tahun 2015 masyarakat di
Kabupaten Pandeglang hidup dalam lingkungan dan prilaku yang sehat mandiri,
memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu
secara adil dan merata, serta memiliki derajat kesehatan yang sesuai dengan
indikator yang telah ditentukan.
Dalam tatanan desentralisasi/ otonomi daerah dibidang kesehatan,
Sistem Informasi Kesehatan memiliki peranan yang sangat penting terutama
dalam pembangunan kesehatan, dengan tersedianya informasi yang akurat
diharapkan Rencana Pembangunan Kesehatan benar-benar sesuai dengan
permasalahan dan kebutuhan masyarakat.
Salah satu bentuk penyajian data dan informasi yang dapat
menggambarkan hasil Pembangunan Bidang Kesehatan di Kabupaten Pandeglang
adalah Profil Kesehatan Kabupaten Pandeglang yang dibuat satu tahun sekali.
Yang tercantum dalam Profil Kesehatan merupakan jabaran dari Indikator
Standar Pelayanan Minimal bidang kesehatan.

Profil Dinas Kesehatan Kab. Pandeglang 1


Tahun 2015
Indikator-indikator ini dipakai sebagai alat untuk mengukur Hasil
Pembangunan sektor kesehatan dalam mencapai visi kesehatan tahun 2011-
2016, yang berarti bahwa pada saat itu masyarakat Kabupaten Pandeglang
berada pada kondisi sehat mandiri, hidup di lingkungan yang sehat, berperilaku
sehat, serta memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang
bermutu dan merata. Di dalam buku Profil Kesehatan Kabupaten Pandeglang
Tahun 2015 ini terlihat kinerja kesehatan baik yang bersifat intern kesehatan
maupun koordinasi dan kerjasama antar sektor-sektor terkait yang diharapkan
mempunyai peran penting dalam pencapaian Visi Kesehatan Pandeglang.

1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Penyusunan Profil Kesehatan Kabupaten Pandeglang bertujuan untuk
menyediakan bahan informasi tentang gambaran kesehatan secara menyeluruh
di wilayah Kabupaten Pandeglang dalam rangka membantu para pimpinan
disemua tingkatan administrasi terutama dalam perbaikan Perencanaan
Pembangunan Kesehatan.

1.2.2 Tujuan Khusus


a. Tersedianya Data Dasar dilingkungan Kabupaten Pandeglang meliputi data
lingkungan fisik, biologik, data prilaku kesehatan masyarakat, data demografi
dan data sosial ekonomi, Derajat Kesehatan, Hasil Cakupan berbagai Program
dan data-data lain yang selama ini dikumpulkan, diolah dan dilaporkan oleh
para UPT Dinas.
b. Tersedianya Dokumen Hasil Evaluasi Kinerja Dinas Kesehatan Kabupaten
Pandeglang sebagai bahan masukan bagi para pengambil Kebijakan baik
dilingkungan Dinas Kesehatan maupun diluar Dinas Kesehatan Kabupaten
Pandeglang.

Profil Dinas Kesehatan Kab. Pandeglang 2


Tahun 2015
Adapun sistematika penyusunan buku profil kesehatan tahun 2015 kali ini
adalah sebagai berikut :

Bab I : Pendahuluan
Bab ini berisi penjelasan tentang latar belakang profil kesehatan
dan sistematika dari penyajian profil kesehatan.
Bab II : Gambaran Umum Kabupaten Pandeglang
Bab ini menyajikan tentang gambaran umum Kabupaten. Selain
uraian tentang letak geografis, administratif dan informasi umum
lainnya misalnya kependudukan, ekonomi, sosial budaya,
pendidikan dan lingkungan.
Bab III : Situasi Derajat Kesehatan
Bab ini berisi uraian tentang indikator derajat kesehatan
(Mortalitas. Morbiditas, UHH dan Status Gizi)
Bab IV : Situasi Upaya Kesehatan
Bab ini menguraikan tentang pelayanan kesehatan dasar, pelayanan
kesehatan rujukan, pemberantasan penyakit menular, pembinaan
kesehatan lingkungan dan sanitasi dasar, perbaikan gizi
masyarakat, pelayanan kefarmasian dan alat kesehatan, pelayanan
kesehatan dalam situasi bencana. Upaya pelayanan kesehatan yang
diuraikan dalam Bab ini juga mengakomodir indikator Standar
Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Kesehatan serta upaya kesehatan
lainnya yang diselenggarakan oleh Kabupaten Pandeglang.
Bab V : Situasi Sumber Daya Kesehatan
Bab ini menguraikan tentang sarana prasarana kesehatan, tenaga
kesehatan, pembiayaan kesehatan dan sumber daya kesehatan
lainnya.
Bab V : Kesimpulan
Bab ini menguraikan tentang hal-hal yang perlu disimak dan
ditelaah lebih lanjut dari profil kesehatan Kabupaten Pandeglang
Tahun 2015 ini. Selain keberhasilan-keberhasilan yang perlu
dicatat, bab ini juga mengemukakan hal-hal yang dianggap masih
kurang dalam rangka penyelenggaraan pembangunan kesehatan.
Lampiran : Pada lampiran ini berisi tabel-tabel data isian (format)

Profil Dinas Kesehatan Kab. Pandeglang 3


Tahun 2015
BAB II
GAMBARAN UMUM KABUPATEN PANDEGLANG

2.1 Letak Geografis

Kabupaten Pandeglang secara geografis terletak pada 6021‘ - 7010’ Lintang


Selatan dan 104048’’-106011’ Bujur Timur, memiliki luas 2.747,89 Km2 (274.689,91
ha), atau 29,98% dari luas Provinsi Banten.

Kota Pandeglang sebagai Ibukota Kabupaten terletak pada jarak 23 km dari


Ibu kota Propinsi Banten (Serang) dan 111 km Ibu kota Negara, Jakarta.

Sejak bulan juli 2007 Kabupaten Pandeglang dibagi menjadi 35 kecamatan


dengan dua tambahan kecamatan yaitu Kecamatan Majasari dan Kecamatan Sobang.
Kecamatan Cikeusik merupakan kecamatan terluas sekitar 322,76 km2 sedangkan
kecamatan Labuan merupakan kecamatan terkecil dengan luas sekitar 15,66 km2.

Secara umum keadaan morfologi Kabupaten Pandeglang terbagi atas


empat kelompok besar, yaitu :

1. Morfologi Mendatar

2. Morfologi Lembah

3. Morfologi Perbukitan

4. Morfologi Perbukitan Terjal

Wilayah administrasi pemerintahan Kabupaten Pandeglang terdiri dari


wilayah administrasi Kecamatan sebanyak 35 Kecamatan, wilayah Desa sebanyak
326 desa dan 13 Kelurahan, dengan batas-batas administrasi :

 Sebelah utara : Kabupaten Serang

 Sebelah selatan : Samudera Indonesia

 Sebelah barat : Selat Sunda

 Sebelah timur : Kabupaten Lebak

Profil Dinas Kesehatan Kab. Pandeglang 4


Tahun 2015
Grafik 2.1
Perkembangan Jumlah Kecamatan di Kabupaten
Pandeglang Tahun 2010-2015

35 35 35
40 35 35 35
30

20
Kecamatan
10

0
2010 2011 2012 2013 2014 2015

Sumber Data : BPS Kabupaten Pandeglang

Dari 35 Kecamatan wilayah administrasi pemerintahan Kabupaten


Pandeglang, sarana Puskesmas sebanyak 36 sarana Puskesmas, dengan titik sarana
puskesmas sebagai berikut :

Bangkonol
Kd. Pagadungan
Kadoma

Sumber Data : Sub. Bag. Perencanaan Evaluasi dan Pelaporan


Dinas Kesehatan Kabupaten Pandeglang Tahun 2015

Profil Dinas Kesehatan Kab. Pandeglang 5


Tahun 2015
1.2 Kependudukan

Salah satu sumber data kependudukan adalah Sensus Penduduk yang


dilakukan oleh BPS atas nama Pemerintah setiap sepuluh tahun sekali yang jatuh
pada tahun yang berakhiran dengan angka nol. Dasar hukum yang melandasinya
adalah Undang-undang nomor 06 tahun 1997 tentang Statistik. Sumber lain adalah
registrasi penduduk dan survei kependudukan.

Registrasi penduduk dilaksanakan oleh kantor desa/kelurahan yang


dikumpulkan setiap bulan berdasarkan Kepres nomor 52 tahun 1977. Dengan
demikian data registrasi penduduk ini memiliki keterkaitan dengan tertib
administrasi di desa/kelurahan. Hingga kini data statistik yang dihasilkan melalui
registrasi belum dapat digunakan sebagai pembanding terhadap informasi yang
diperoleh melalui sensus atau survei secara baik, walau demikian keterangan dari
registrasi penduduk ini tetap berguna untuk mengikuti perkembangan
kependudukan yang diharapkan muncul setiap tahun, sehingga informasi tersebut
sangat berarti pada tahun-tahun antara dua sensus penduduk.

a. Jumlah, Distribusi, Persebaran dan Kepadatan Penduduk

Berdasarkan data dari BPS penduduk Kabupaten Pandeglang pada tahun


2015 tercatat 1.194.911 orang, yang terdiri dari laki-laki sebanyak 610.412 orang
dan perempuan sebanyak 584.499 orang.

Profil Dinas Kesehatan Kab. Pandeglang 6


Tahun 2015
Tabel. 2.1
JUMLAH PENDUDUK MENURUT JENIS KELAMIN DAN KELOMPOK UMUR
JUMLAH PENDUDUK MENURUT JENIS
KABUPATEN/KOTA KELAMIN DAN KELOMPOK UMUR
PANDEGLANG
KABUPATEN/KOTA PANDEGLANG
TAHUN 2015
TAHUN 2015

JUMLAH PENDUDUK
KELOMPOK UMUR
NO LAKI- RASIO JENIS
(TAHUN) LAKI-LAKI PEREMPUAN
LAKI+PEREMPUAN KELAMIN
1 2 3 4 5 6

1 0-4 66.705 64.606 131.311 103,25


2 5-9 66.844 62.544 129.388 106,88
3 10 - 14 63.839 59.171 123.010 107,89
4 15 - 19 58.427 48.651 107.078 120,09
5 20 - 24 44.975 42.377 87.352 106,13
6 25 - 29 44.934 44.658 89.592 100,62
7 30 - 34 42.470 42.736 85.206 99,38
8 35 - 39 43.906 44.711 88.617 98,20
9 40 - 44 41.195 40.817 82.012 100,93
10 45 - 49 38.930 36.827 75.757 105,71
11 50 - 54 31.523 28.998 60.521 108,71
12 55 - 59 22.638 21.260 43.898 106,48
13 60 - 64 17.683 16.367 34.050 108,04
14 65 - 69 11.198 11.596 22.794 96,57
15 70 - 74 7.613 8.900 16.513 85,54
16 75+ 7.532 10.280 17.812 73,27

JUMLAH 610.412 584.499 1.194.911 104,43


ANGKA BEBAN TANGGUNGAN (DEPENDENCY RATIO) 58,46
Sumber: BPS Kabupaten Pandeglang

Sebaran penduduk relatif tidak merata, Kecamatan dengan penduduk


terbanyak yaitu kecamatan labuan dan penduduk terkecil yaitu kecamatan
Keroncong, sementara untuk kepadatan penduduk berdasarkan prediksi BPS untuk
tahun 2015 tercatat 433/km2.
Berdasarkan hasil sensus penduduk pada tahun 2015, jumlah penduduk
Kabupaten Pandeglang tercatat sebanyak 1.194.911 jiwa. Selama periode 1990-
2000 rata-rata LPP menunjukan angka sekitar 2,14% per tahun, sedangkan pada
periode 2000-2010 rata-rata LPP mancapai 1,30%, berdasarkan data LPP di atas
dimana pada periode 2000-2009 angkanya lebih kecil dibandingkan periode
sebelumnya dan tahun 2015 sebesar 1.06%.

Profil Dinas Kesehatan Kab. Pandeglang 7


Tahun 2015
Masalah kependudukan yang tampak terlihat secara kasat mata di
Kabupaten Pandeglang adalah sebaran penduduk yang tidak merata. Persebaran
penduduk yang tidak merata akan terkait dengan akses penduduk terhadap daya
dukung lingkungan baik fisik maupun sosial yang tidak berimbang. Contoh nyata
adalah perbedaan persebaran penduduk pada daerah perkotaan (Urban) dan
pedesaan (rural).
Dampak dari ketidakseimbangan sebaran penduduk tersebut berakibat pada
perbedaan tingkat kemudahan (akses) penduduk terhadap berbagai fasilitas baik
fisik maupun sosial antara penduduk perkotaan dengan penduduk di pedesaan.
Dengan luas wilayah sebesar 2.746,89 km 2 dan jumlah penduduk sebanyak
1.194.911 jiwa (Data BPS), maka pada tahun 2015 setiap km2 wilayah di Kabupaten
Pandeglang rata-rata ditempati oleh 433 jiwa. Kecamatan dengan kepadatan
penduduk paling besar adalah Kecamatan Labuan yaitu 3.598 jiwa per km2,
sedangkan Kecamatan paling kecil kepadatan penduduknya adalah Kecamatan
Sumur, yaitu 93 jiwa per km2 (data tahun 2015).

1.3 Tingkat Pendidikan

Pendidikan merupakan salah satu basic needs bagi setiap manusia, sehingga
upaya mencerdaskan kehidupan bangsa melalui pendidikan merupakan bagian dari
upaya peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang merupakan modal
penggerak pembangunan (Engine Development).
Kemampuan baca tulis tercermin dari indikator Angka Melek Huruf.
Penduduk berusia 10 tahun ke atas di Kabupaten Pandeglang yang sudah mampu
membaca dan menulis huruf latin tahun 2010 mencapai 99,54%, sisanya 0,46%
adalah penduduk yang tidak dapat membaca dan menulis (buta huruf). Penduduk
yang tidak bisa membaca dan menulis sebagian besar terkonsentrasi pada
penduduk usia tua, yaitu penduduk yang berumur 45 tahun keatas.

Profil Dinas Kesehatan Kab. Pandeglang 8


Tahun 2015
Tabel 2.4
Angka Melek Huruf (Latin) Penduduk Usia 10 Tahun
Ke Atas Menurut Jenis Kelamin Di Kabupaten Pandeglang
Data Tahun 2010 - 2015

Jenis Kelamin 2010 2011 2012 2013 2014 2015


Laki-laki 99,27 99,58 99,78 99,84 99,84 99,88
Perempuan 96,43 97,45 98,63 99,14 99,14 99.24
Laki-laki + 98,3 99,54 99,75 99,89 99,89 99,78
Perempuan
Sumber Data : BPS Kabupaten Pandeglang

Gambaran mengenai perkembangan SDM dapat dilihat dari kualitas


pendidikan penduduk usia 10 tahun keatas.
Partisipasi sekolah anak di Kabupaten Pandeglang dapat terlihat dari Angka
Partisipasi Sekolah (APS) usia SD/ Sederajat, SLTP? Sederajat maupun SLTA/
Sederajat. Angka ini menunjukan partisipasi anak pada usia sekolah yang
bersekolah, baik pada usia SD (7-12 tahun), SLTP (13-15 tahun) maupun SLTA (16-
18 tahun). Angka ini juga menunjukan berapa besar keikutsertaan masyarakat
dalam memanfaatkan program pendidikan yang ada.

Profil Dinas Kesehatan Kab. Pandeglang 9


Tahun 2015
BAB III
SITUASI DERAJAT KESEHATAN

3.1 Derajat Kesehatan

Kesehatan adalah Hak dari semua individu, karena menurut UU RI No. 36


Tahun 2009, keadaan sehat adalah keadaan meliputi kesehatan badan, rohani
(mental), social dan bukan hanya keadaan yang bebas penyakit, cacat, dan
kelemahan sehingga dapat hidup produktif secara social ekonomi. keadaan sehat
maupun sakit sangatlah penting mengingat kita harus dapat menentukan ada atau
tidaknya permasalahan/ penyakit diantara individu dan seberapa banyak. Secara
umum keadaan sakit itu dinyatakan sebagai penyimpangan dari keadaan normal,
baik struktural maupun fungsinya atau juga keadaan dimana tubuh atau organisme/
bagian dari organisme/ populasi yang diteliti tidak dapat berfungsi sebagaimana
mestinya dilihat dari keadaan patologisnya.
Untuk mengukur keberhasilan pembangunan kesehatan sesuai dengan Visi
Departemen Kesehatan “Masyarakat Yang Mandiri Untuk Hidup Sehat” dengan Misi
“Membuat Rakyat Sehat” serta Pembangunan Kesehatan di Kabupaten Pandeglang
diperlukan indikator. indikator tersebut yaitu Indikator kinerja Standar Pelayanan
Minimal (SPM) yang meliputi :

a. Indikator Derajat Kesehatan (Mortalitas, Mobiditas dan Status Gizi)


b. Indikator Keadaan Lingkungan (Perilaku Hidup, Akses dan Mutu
Pelayanan Kesehatan)
c. Indikator Pelayanan Kesehatan (Sumber Daya Kesehatan, Manajemen
Kesehatan, dan Kontribusi Sektor Terkait) dan kematian di luar
kewenangan Dinas kesehatan.

A. Kematian (Mortalitas)
Adapun jumlah kematian Ibu bersalin, jumlah kematian bayi dan kematian
neonatal yang selama ini di kumpulkan melalui pencatatan dan pelaporan
puskesmas dan rumah sakit hanyalah salah satu upaya untuk menilai effisiensi dan
efektivitas pelayanan kesehatan bukan sebagai ukuran Derajat Kesehatan.

Profil Dinas Kesehatan Kab. Pandeglang 10


Tahun 2015
 Kasus Kematian Ibu

Adapun jumlah kematian Ibu bersalin, jumlah kematian bayi dan kematian
neonatal yang selama ini di kumpulkan melalui pencatatan dan pelaporan
puskesmas dan rumah sakit hanyalah salah satu upaya untuk menilai
effisiensi dan efektivitas pelayanan kesehatan bukan sebagai ukuran Derajat
Kesehatan.

 Kasus Kematian Ibu

Secara umum di Kabupaten Pandeglang belum dapat menghitung angka


kematian ibu, dikarnakan pembaginya tidak mencapai 100.000 Kelahiran
hidup. Jumlah kasus kematian maternal tahun 2015 sebanyak 48 kasus, hal
ini menggambarkan tingkat kesadaran ibu hamil. Melahirkan dan nifas
terhadap pentingnya kesehatan ibu, status gizi, kondisi lingkungan, tingkat
pelayanan kesehatan terutama untuk ibu hamil, ibu melahirkan dan masa
nifas belum optimal. Berikut kami sampaikan jumlah kematian maternal pada
grafik dibawah ini :
Jumlah Kematian Maternal
Di Kabupaten Pandeglang
Tahun 2010-2015
KEMATIAN
60 55 MATERNAL
47 47
38 48
40 35

20

0
2010 2011
2012 2013 2014 2015

Sumber Data : Bidang Kesga

Profil Dinas Kesehatan Kab. Pandeglang 11


Tahun 2015
Jumlah Kematian Ibu Maternal
Di Kabupaten Pandeglang
Tahun 2015

Kematian Ibu
13 15
20 11
4 5
10
0 Kematian Ibu

Sumber Data : Bidang Kesga

Adapun penyebab kematian ibu di Kabupaten Pandeglang tahun 2015 adalah


sebagai berikut :

Penyebab Kematian Ibu Maternal


Di Kabupaten Pandeglang
Tahun 2015
NO SEBAB KEMATIAN IBU JUMLAH
1. Perdarahan 13
2. Hipertensi dlm kehamilan 11
3. Infeksi 4
4. Gangguan Sistem Perdarahan 5
5. Lain-lain 15
JUMLAH 48
Sumber Data : Bidang Kesga

 Kasus Kematian Bayi

Berdasarkan data yang ada tercatat jumlah kasus kematian bayi 29 hari –
12 bulan secara keseluruhan tercatat sebanyak 64 kasus, kasus kematian bayi
yang berusia 0 - 7 hari tercatat sebanyak 231 kasus dan kematian bayi yang
berusia 8 - 28 hari tercatat sebanyak 32 kasus, sehingga totalitas kematian bayi
0 - 29 hari (neonatal) sebanyak 263 kasus dan keseluruhan kematian bayi dan
neonatal di Kabupaten Pandeglang tahun 2015 sebanyak 327 kasus dengan
gambaran penyebab sebagai berikut :

Profil Dinas Kesehatan Kab. Pandeglang 12


Tahun 2015
Jumlah dan Jenis Penyebab Kematian Bayi (29 hari-12 bln)
Kabupaten Pandeglang
Tahun 2015
NO SEBAB KEMATIAN BAYI JUMLAH
1. Pneumonia 10
2. Diare 6
3. Lain-lain 46
JUMLAH 64
Sumber Data : Bidang Kesga

Jumlah dan Jenis Penyebab Kematian Neonatal (0 hari - 28 hari)


Kabupaten Pandeglang
Tahun 2015
NO SEBAB KEMATIAN BAYI JUMLAH
1. TN 6
2. BBLR 80
3. Asfiksia 91
4. Sepsis 5
5. Kelainan Bawaan 16
5. Lain-lain 65
JUMLAH 263
Sumber Data : Bidang Kesga

Angka kematian bayi di Kabupaten Pandeglang menunjukan penurunan


dibandingkan tahun sebelumnya.

B. Angka Harapan Hidup

Angka Harapan Hidup Kabupaten Pandeglang pada tahun 2009 relatif


meningkat dari 63,3 tahun (tahun 2008) menjadi 63,5 tahun (tahun 2009),
angka ini memberi makna bahwa setiap bayi di Kabupaten Pandeglang yang
lahir pada tahun 2009 mempunyai harapan hidup selama 63,5 tahun, tahun
2010 sebesar 63,10 tahun dan di tahun 2011 sebesar 63.95 tahun, Tahun 2012
sebesar 64,13 tahun sedangkan Tahun 2013 sebesar 64,35 tahun dan Tahun
2014 sebesar 64,30 tahun.

Profil Dinas Kesehatan Kab. Pandeglang 13


Tahun 2015
Upaya meningkatkan AHH merupakan hal penting yang perlu dicermati
melalui upaya-upaya peningkatan kegiatan program yang berdampak pada
tingkat kesejahteraan masyarakat seperti penuunan resiko kesakitan, pada
keluarga rentan, trend penyakit degeneratif dan tidak menular, serta
peningkatan kesehatan pra usila yang dapat hidup produktif dan mandiri.
Umur Harapan Hidup (UHH) dipengaruhi oleh masih tingginya Angka
Kematian Ibu (AKI) serta Angka Kematian Bayi (AKB), semakin tinggi jumlah
kematian bayi maka semakin rendah Umur Harapan Hidup.

B. Kesakitan (Morbiditas)
 10 (Sepuluh) Besar Penyakit

Kasus penyakit yang diamati di Puskesmas menunjukan penyakit


pada semua golongan umur, dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

Tabel 3.4
Kasus 10 Besar Penyakit Di Kabupaten Pandeglang
Tahun 2013 -2015
Tahun 2013 Tahun 2014 Tahun 2015
Kasus Jumlah Kasus Jumlah Kasus Jumlah
Infeksi Sal Nafas Atas Akut
Infeksi Sal Nafas Atas Akut Ytt 151.212 Infeksi Sal Nafas Atas Akut Ytt 101.702 99.167
Ytt
Gastritis & Duodenitis 62.821 Gastritis & Duodenitis 45.365 Gastritis & Duodenitis 53.021
Batuk 51.768 Dermatitis 44.722 Batuk 51.472
Dermatitis 42.943 Diare & Gastroenteritis 41.429 Diare & Gastroenteritis 46.223
Diare & Gastroenteritis 41.905 Batuk 37.611 Dermatitis 40.821
Demam yg sebab tidak Demam yg sebab tidak
40.546 Influenza karena virus Ytt 30.456 39.126
diketahui diketahui
Influenza karena virus Ytt 30.163 Demam yg sebab tdk diketahui 23.210 Influenza karena virus Ytt 33.241
Hipertensi Essensial
Hipertensi Essensial (Primer) 23.922 Hipertensi Essensial (Primer) 21.219 23.143
(Primer)
Gangg lain kulit & Jar
Sakit Kepala 21.457 Sakit Kepala 17.497 20.519
Subkutan Ytt
Gangg lain kulit & Jar Subkutan Gangg lain kulit & Jar
17.987 16.224 Sakit Kepala 19.215
Ytt Subkutan Ytt
Sumber Data : Rekapitulasi SP3

Profil Dinas Kesehatan Kab. Pandeglang 14


Tahun 2015
Dari tabel tersebut, menunjukan bahwa penyakit terbanyak yang tercatat di
sarana pelayanan kesehatan yaitu penyakit infeksi saluran nafas atas akut ytt,
dimana hal ini menunjukan bahwa tingkat kesehatan lingkungan dan perilaku
masyarakat serta kesadaran untuk memanfaatkan Sarana Pelayanan Kesehatan
secara oftimal masih belum baik.

 Penyakit Menular
a. Eradikasi Polio

Eradikasi Polio merupakan salah satu komitmen global yang harus dicapai pada
tahun 2016 dengan membuktikan tidak ditemukannya virus polio liar di muka bumi.
Kegiatan penemuan kasus polio liar ini dilaksanakan dengan pelaksanaan surveilans
AFP.

Untuk melihat tingkat keberhasilan pelaksanaan surveilans AFP adalah dengan


menggunakan Indikator kinerja surveilans AFP. Berdasarkan target indikator
Standar Pelayanan Minimal tahun 2010 yang tertuang dalam Rencana Strategis
Pembangunan Kesehatan Kabupaten Pandeglang, indikator penilaian Eradikasi Polio
adalah dengan melihat AFP rate yaitu sebesar > 2 / 100.000 penduduk umur < 15
tahun. Sedangkan hasil pencapaian surveilans AFP di Kabupaten Pandeglang tahun
2015 adalah sebanyak 8 kasus (2/100.000) dari target 9 kasus (89%).

Pelaksanaan surveilans AFP di Kabupaten Pandeglang tahun 2015 di dukung oleh


bantuan dana yang bersumber dari WHO melalui Surveillance Officer (SO) yang ada
di Dinas Kesehatan Provinsi Banten meskipun besar dana tidak mencukupi sebab
tidak ada kenaikan besaran anggaran dari tahun 2002 bahkan ada penurunan
anggaran untuk pengiriman sampel feces ke Litbangkes Kemenkes RI dari tahun
sebelumnya.

Adapun rincian kegiatan yang telah dilaksanakan Tahun 2013 dan akan
dilaksanakan di tahun 2015 adalah sebagai berikut:

1) Investigasi Kasus AFP oleh Puskesmas dan Kabupaten untuk 9 kasus


2) Pengiriman sampel ke Litbangkes kemenkes RI
3) Pengiriman sampel oleh Puskesmas ke Dinas Kesehatan Kab/Kota

Profil Dinas Kesehatan Kab. Pandeglang 15


Tahun 2015
b. Diare

a. Gambaran Kegiatan P2 Diare Tahun 2015

Hingga saat ini penyakit diare masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di
Kabupaten Pandeglang, hal ini dapat dilihat dengan meningkatnya angka kesakitan
diare dari dari tahun ketahun. Rata-rata anak usia <3 tahun di Negara berkembang
mengalami episode diare 3 kali dalam setahun (WHO, 2005).

Hasil Survey Subdit Diare angka kesakitan semua umur tahun 2010 adalah
411/1000 penduduk, dan tahun 2012 adalah 214/1000 penduduk. Kasus diare di
Kabupaten Pandeglang tahun 2013 masih cukup tinggi 41.527 kasus, dengan
cakupan pelayanan 43,99%. Dari data tersebut kasus pada balita sebanyak 21.678
kasus atau 52,20%, dan 19.849 atau 47,80% pada umur > 5 tahun. Sedangkan kasus
kematian sebanyak 3 kasus yang terjadi pada balita.

Penyakit diare di Kabupaten Pandeglang terjadi pada semua umur. Jumlah


Penduduk pada Tahun 2015 adalah 1.188.629 penduduk, dari jumlah penduduk ini
dapat diperoleh sasaran penemuan kasus untuk semua umur adalah 10% jumlah
penduduk, yang berarti sasaran Tahun 2015 adalah 118.862 penduduk.

i. Kebijakan P2 Diare
1. Melaksanakan tatalaksana penderita diare yang standar, baik di sarana
kesehatan maupun masyarakat.
2. Melaksanakan surveilans epidemiologi dan penaggulangan KLB Diare
3. Megembangkan pedoman pengendalian diare
4. Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan petugas dalam pengelolaan
program yang meliputi aspek manajerial dan tehnis medis.
5. Mengembangkan jejearing lintas program dan sektor di Pusat, Provinsi dan
Kabupaten/Kota.
6. Meningkatkan pembinaan tehnis dan monitoring untuk mencapai kualitas
pelaksanaan pengendalian penyakit diare secara maximal.
7. Pelaksanaan evaluasi untuk mengetahui hasi kegiatan program dan sebagai
dasar perencanaan selanjutnya.
ii. Strategi
1. Melaksanakan tatalaksana penderita diare yang standar difasilitas
pelayanan kesehatan melalui lima langkah tuntaskan diare (Lintas Diare)
2. Meningkatkan tatalaksana penderita diare dirumah tangga dengan tepat
dan benar.

Profil Dinas Kesehatan Kab. Pandeglang 16


Tahun 2015
3. Meningkatkan SKD dan penaggulangan KLB Diare
4. Melaksanakan upaya kegiatan preventiv / pencegahan yang efektif
5. Melaksankan monitoring dan evaluasi
iii. Sarana dan Prasarana
Sarana dan prasarana yang dimiliki Dinas Kesehatan Kabupaten Pandeglang
dalam upaya pelaksanaan program pengendalian P2 Diare tahun 2015, sebagai
berikut :
1. Oralit
2. Zink
iv. Kegiatan Pokok P2 Diare
Kegiatan Pengendalian P2 Diare Dinas Kesehatan Kabupaten Pandeglang tahun
2015 adalah :
1. Bimbingan Teknis P2 Diare ke Puskesmas
2. Pelatihan Kader/ pertemuan tim pengendalian diare
3. Supervisi Program P2 Diare ke Puskesmas
4. Monitoring dan Evaluasi Program Diare
v. Monitoring dan Evaluasi
Dalam pelaksanaan P2 Diare di Kabupaten Pandeglang tahun 2015, indikator
yang digunakan untuk mengukur keberhasilan pelaksanaan program Diare
adalah target penemuan penderita diare dan cakupan pelayanan kasus diare.

GRAFIK CAKUPAN P2 DIARE SEMUA UMUR MENURUT


JENIS KELAMIN KAB. PANDEGLANG TAHUN 2015

P L
51% 49%

Pada Grafik diatas dapat dilihat bahwa cakupan penemuan kasus diare
berdasarkan jenis kelamin pada semua umur adalah sama besarnya yaitu untuk
jenis kelamin perempuan 51% dan laki-laki 49%.

Profil Dinas Kesehatan Kab. Pandeglang 17


Tahun 2015
GRAFIK CAKUPAN P2 DIARE SEMUA UMUR MENURUT PUSKESMAS
474 KABUPATEN PANDEGLANG TAHUN 2015
500
247 220
192 166
176 189 173 173 184 171 173
129 147
102 97 8688 519310445108 10276 12071 69 741026997 120
36 41 43 38
0

Cikole

Mekarjaya

Bojong
Jiput

Sobang

Cibitung

Cikeusik
Kaduhejo

Labuan

Perdana
Patia

Cimanggu
Banjar

Cimanuk

Cisata

Sumur

Majasari
Pagadungan

Picung

Angsana
Panimbang

Cigeulis
Munjul

Kabupaten
Mandalawangi

Cipeucang

Cikedal

Pulosari
Pandeglang

Carita
Saketi

Pagelaran
Cadasai

Menes

Sindang resmi

Cibaliung
Bangkonol

Pada Grafik diatas dapat dilihat bahwa cakupan penemuan kasus diare semua
umur sudah melebihi target yaitu 120 persen

GRAFIK CAKUPAN P2 DIARE BALITA MENURUT PUSKESMAS


KABUPATEN PANDEGLANG TAHUN 2015

200 183

180
150
160 144

140
114
120 102 104
100
95
100 82 85
78 75 72
80 64 67 64 67
63 62 62
57 56 56
60 46
38 38 39
33 34 33
29 26
40 25 23
19 20
20 8

0
Picung
Mekarjaya

Cisata

Patia
Pagelaran
Cikedal

Labuan

Sumur

Majasari
Sindang resmi
Cadasai

Pagadungan

Cipeucang

Cigeulis
Cikole

Kabupaten
Mandalawangi

Panimbang

Cibitung

Pada Grafik diatas dapat dilihat bahwa capaian penemuan kasus balita diare
sebanyak 62 persen.

d. TB-Paru

Penyakit tuberkulosis (TB) sudah dikenal luas di Indonesia maupun dunia.Penyakit


tuberkulosis disebabkan oleh infeksi Mycobacterium tuberculosis.TB telah
menyerang kurang lebih sepertiga penduduk dunia terutama di negara berkembang.

TB sampai dengan saat ini masih merupakan salah satu masalah kesehatan
masyarakat didunia walaupun upaya pengendalian strategi DOTS telah diterapkan
dibanyak Negara sejak tahun 1995.

Profil Dinas Kesehatan Kab. Pandeglang 18


Tahun 2015
Diperkirakan terdapat 8,6 juta kasus TB pada tahun 2012 dimana 1,1 juta orang
(13%) diantaranya adalah pasien TB dengan HIV positif. Sekitar 75 % dari pasien
tersebut berada diwilayah. Pada tahun 2012, diperkirakan terdapat 450.000 orang
yang menderita TB MDR dan 170.000 orang diantaranya meninggal dunia. Meskipun
jumlah kasus TB dan jumlah kematian tetap tinggi untuk penyakit yang sebenarnya
bisa dicegah dan disembuhkan tetap fakta juga menunjukan keberhasilan dalam
pengendalian TB.

Di Pandeglang startegi DOTS sudah dilaksanakan sejak tahun 1999 dengan membagi
Puskesmas ke dalam tiga kelompok diantaranya ada PS (Puskesmas satelit), PRM
(Puskesmas Rujukan Mikroskopis) dan PPM (Puskesmas Pelaksana Mandiri).
Namun pada tahun 2011 semua Puskesmas dikategorikan ke dalam Puskesmas
Pelaksana Mandiri.

Pada tahun 2014 jumlah penduduknya 1.190.520, dan diperkirakan ada penderita
TB sekitar 1274 kasus BTA positif. Capaian penemuan kasus BTA Positif tahun 2015
adalah 903 kasus atau 70%.

PENEMUAN KASUS TB TAHUN 2015

1
0,8
0,6
0,4
0,2 903 98 325 71 35
0
0 0 0 0 0

Dari Grafik diatas dapat disimpulkan bahwa pada tahun 2015 jumlah penemuan
kasus penderita TB dengan pengobatan kategori I sebanyak 903 kasus bta positif,
Bta (-) Ro (+) 325 kasus, ekstra paru 71 kasus, dengan pengobatan kategori anak 98
kasus dan pengobatan kambuh dengan kategori 2 sebanyak 35 kasus.

Profil Dinas Kesehatan Kab. Pandeglang 19


Tahun 2015
Hasil Kegiatan pada tahun 2015 adalah penemuan kasus TB BTA Positif dimana
diperoleh data sebagai berikut :

1. Penemuan kasus BTA Positif tertinggi adalah Puskesmas Cimanuk dengan


119 kasus, Puskesmas Sobang dengan 93 kasus, Puskesmas Cipeucang
dengan 60 kasus Puskesmas, Labuan dengan 51 kasus, Puskesmas Saketi
dengan 50 kasus dan Puskesmas Carita dengan 46 kasus.
2. Banyak kendala yang mempengaruhi tidak tercapainya target penemuan
kasus diantaranya adalah tidak adanya petugas laboratorium khusus dan
petugas sering ganti sehngga masih kurangnya pelatihan yang diperoleh
bagi petugas program TB.
3. Kurangnya kerjasama lintas sektoral, masih banyak Dokter Praktek Mandiri
yang belum menggunakan pengobatan dengan Strategi DOTS
4. Angka Penemuan kasus Bta Positif masih dibawah target yaitu 70% dari
target Nasional 80% dan angka kesembuhan dibawah target sebanyak 60 %
dari target nasional 85%.

Pada tahun 2015 dana yang digunakan dalam Penanggulangan Penyakit


Tuberkulosis di Kabupaten Pandeglang Bersumber dari APBD Kabupaten
Pandeglang dengan Perincian kegiatan sebagai berikut:

 Tatalaksana TB MDR
 Pertemuan TB untuk BPS
 On The Job Training P2TB di 3 Puskesmas
 Bintek P2TB di 3 Puskesmas
 Supervisi P2TB

Sedangkan Rencana kegiatan yang akan dilaksanakan pada tahun 2016 :

 Monev P2TB
 Pemantapan Mutu Internal Laboratorium TB
 Diseminasi Penanggulangan TB MDR di Puskesmas
 Supervisi P2TB
5. Rujukan Pasien TB MDR ke Rs Sub Rujukan

Profil Dinas Kesehatan Kab. Pandeglang 20


Tahun 2015
C. Status Gizi

Keadaan gizi merupakan salah satu penyebab dasar kematian bayi dan
anak. Gizi buruk seringkali disertai penyakit seperti TB, ISPA, diare dan lain-lain.
Risiko kematian anak gizi buruk 17 kali lipat dibandingkan dengan anak normal.
Oleh karena itu setiap anak gizi buruk harus dirawat sesuai standar.
Pada bulan Agustus 2015 dilaksanakan Bulan Penimbangan Balita secara
serentak di 36 Puskesmas. Hasil BPB pada tahun 2015 ditemukan jumlah gizi buruk
1.017 balita, gizi kurang 5.758, gizi baik 68.202 dan gizi lebih 1.119 balita. Pada
bulan September dilakukan validasai data gizi buruk, hasil validasi ditemukan balita
sangat kurus 174 balita. Hasil BPB dari tahun 2012 s/d 2014 dapat dilihat pada
tabel dibawah ini :
Hasil Bulan Penimbangan Balita
Tahun 2012 - 2015
Thn Thn Thn
Thn Thn Thn Thn Thn
Hasil BPB 2012 2013 2014
No 2012 2013 2014 2015 2015
menurut BB/U
(Abs) (Abs) (Abs) (Abs) (%)
(%) (%) (%)

1.017 1,33
1 Gizi buruk 1.075 1,11 883 0,95 964 1,23
5.758 7,54
2 Gizi kurang 8.121 8,37 4.935 5,30 5.149 6.55
68.202 89,32
3 Gizi baik 86.363 88,98 86.600 92,98 71.229 90.56
1.119 1,56
4 Gizi lebih 697 0,75 719 0,77 833 1.06
Sumber data : Laporan BPB bulan Agustus 2015

Dari tabel diatas dapat dilihat jumlah balita gizi buruk dari tahun 2012 s/d
2015 meningkat dari 1,11 % menjadi 1,23 %, gizi kurang menurun dari 8,37 %
menjadi 6.55 %, gizi baik meningkat dari 88.98 % menjadi 90.56 % dan balita yang
gizi lebih meningkat dari 0,75 % menjadi 1.06 %.
Hasil Validasi BPB dari tahun 2012 s/d 2014 dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

Hasil Validasi Bulan Penimbangan Balita


Tahun 2012 - 2014
Thn Thn Thn Thn Thn Thn
Hasil validasi BPB 2012 2013 2014
No 2012 2013 2014
menurut BB/TB-PB
(Abs) (%) (Abs) (%) (Abs) (%)
1 Sangat Kurus 111 0,11 132 0,14 115 0,15
2 Kurus 388 0,40 282 0,30 259 0,29
Sumber data : Laporan BPB bulan September 2015

Profil Dinas Kesehatan Kab. Pandeglang 21


Tahun 2015
Dari tabel diatas dapat dilihat jumlah balita gizi buruk sangat kurus dari
tahun 2012 s/d 2014 meningkat dari 011 % menjadi 0,15 %, balita kurus menurun
dari 0.40 % menjadi 0,29 %. Kurang Gizi secara langsung disebabkan kurang asupan
makanan dan adanya penyakit. Salah satu penyebab adalah tidak langsung karena
kurangnya masyarakat menerapkan perilaku gizi seimbang dan perilaku hidup
sehat maka pendidikan gizi merupakan salah satu unsur penting dalam
meningkatkan status gizi masyarakat untuk jangka panjang.

Jumlah kasus gizi buruk yang ditemukan pada tahun 2014 sebanyak 115
kasus dan semuanya telah mendapat perawatan sesuai standar tatalaksana anak gizi
buruk, baik rawat inap maupun rawat jalan. Jumlah kasus gizi buruk menurut
standar BB/U sebanyak 964 sudah 100 % mendapat biscuit MP-ASI selama 3 bulan.

Ditemukannya balita gizi buruk dari tahun 2012 sampai dengan tahun
2014 dikarenakan surveilan gizi aktif dan sebagian besar puskesmas sudah
menggunakan sofweare kurnia, sofweare ini mempermudah tenaga pelaksana gizi
untuk mengolah hasil penimbangan balita setiap bulan, hasil bulan penimbangan
balita pada bulan agustus dan balita gizi buruk yang ditemukan sudah lengkap
dengan nama, alamat dan nama orang tua.

Cakupan balita gizi buruk mendapat perawatan.

Secara umum masalah balita gizi buruk masih cukup tinggi, dapat
dihitung pada indikator Berat Badan/ Tinggi Badan yang menggambarkan status
gizi yang sifatnya akut sebagai akibat dari keadaan yang berlangsung dalam waktu
yang pendek, seperti menurunnya nafsu makan akibat sakit, atau karena menderita
diare. Yang dimaksud dengan cakupan balita gizi buruk mendapat Perawatan sesuai
dengan Definisi Operasional keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor :
828/Menkes/SK/IX/2008 tentang Standar Pelayana Minimal Bidang Kesehatan di
Kabupaten/Kota adalah cakupan pelayanan/perawatan terhadap balita gizi buruk
(dirujuk ke RSU, di rujuk ke puskesmas/rawat jalan, kunjungan rumah/konseling
dan mendapat MP-ASI).

Pada Tahun 2015 ditemukan balita gizi buruk menurut standar BB/TB
sebanyak 115 balita, dan yang mendapat perawatan 174 balita, hasil capai sebesar
100%, dari data tersebut dapat dilihat cakupan balita gizi buruk mendapat
perawatan belum mencapai target 100%.

Profil Dinas Kesehatan Kab. Pandeglang 22


Tahun 2015
Disamping mengidentifikasikan masalah gizi yang bersifat akut dengan
tinggi badan tidak seimbang, dapat juga dilihat dari anak yang kegemukan, dalam
hal ini berat badan anak melebihi proporsi normal terhadap tinggi badannya,
kegemukan ini dapat terjadi sebagai akibat dari pola makan yang kurang baik atau
juga karena keturunan, masalah kekurusan dan kegemukan pada usia dini dapat
berakibat pada rentannya terhadap berbagai penyakit degeneratif pada usia dewasa
(teori Barker).

Untuk mendapatkan data cakupan balita gizi buruk mendapat perawatan


dilakukan beberapa kegiatan yaitu :

1. Cakupan balita gizi buruk mendapat perawatan.

Secara umum masalah balita gizi buruk masih cukup tinggi, dapat dihitung pada
indikator Berat Badan/ Tinggi Badan yang menggambarkan status gizi yang sifatnya
akut sebagai akibat dari keadaan yang berlangsung dalam waktu yang pendek,
seperti menurunnya nafsu makan akibat sakit, atau karena menderita diare.

Yang dimaksud dengan cakupan balita gizi buruk mendapat Perawatan sesuai
dengan Definisi Operasional keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor :
828/Menkes/SK/IX/2008 tentang Standar Pelayana Minimal Bidang Kesehatan di
Kabupaten/Kota adalah cakupan pelayanan/perawatan terhadap balita gizi buruk
(dirujuk ke RSU, di rujuk ke puskesmas/rawat jalan, kunjungan rumah/konseling
dan mendapat MP-ASI).

Pada Tahun 2015 ditemukan balita gizi buruk menurut standar BB/TB sebanyak
174 balita, dan yang mendapat perawatan 174 balita , hasil capai sebesar 100%,
dari data tersebut dapat dilihat cakupan balita gizi buruk mendapat perawatan
sudah mencapai target 100%.

Disamping mengidentifikasikan masalah gizi yang bersifat akut dengan tinggi badan
tidak seimbang, dapat juga dilihat dari anak yang kegemukan, dalam hal ini berat
badan anak melebihi proporsi normal terhadap tinggi badannya, kegemukan ini
dapat terjadi sebagai akibat dari pola makan yang kurang baik atau juga karena
keturunan, masalah kekurusan dan kegemukan pada usia dini dapat berakibat pada
rentannya terhadap berbagai penyakit degeneratif pada usia dewasa (teori Barker).

Profil Dinas Kesehatan Kab. Pandeglang 23


Tahun 2015
Untuk mendapatkan data cakupan balita gizi buruk mendapat perawatan
dilakukan beberapa kegiatan yaitu :

a. Pemantauan Pertumbuhan Balita

Secara umum, prevalensi balita bawah garis merah (BGM/D) tahun 2015 adalah
2,71% dari balita ditimbang 80.506 dan BGM 2.180 balita dan berada dibawah batas
kondisi yang dianggap serius 5% (ambang batas). Semua balita di Kabupaten
Pandeglang yang naik berat badannya (N/D) sekitar 64,69% balita menurut hasil
capaian yang didapat sebesar 76,10% dari target 85% dan (D/S) sebesar 53,58%.

Cakupan Puskesmas yang melaksanakan surveilans gizi tahun 2015 di Kabupaten


Pandeglang sebesar 100%, dari 36 Puskesmas.

b. ASI Eksklusif

Air susu ibu merupakan anugerah yang tak ternilai harganya, hanya seorang ibu
yang dapat memberikan anugerah tersebut kepada bayinya.
Menyusui secara eksklusif merupakan cara yang aman, baik dan selalu tersedia
untuk pemberian makanan bayi dalam 6 (enam) bulan pertama kehidupannya. Dan
penting untuk diteruskan lebih dari 6 (enam) bulan, sebagaimana WHO dan UNICEF
merekomendasikan bahwa menyusui harus berlanjut bersama makanan
pendamping ASI yang benar sampai 2 (dua) tahun atau lebih. Para pakar dewasa ini
menyetujui bahwa ASI dapat memberikan semua yang dibutuhkan bayi normal
untuk 6 (enam) bulan pertama dan tanpa memerlukan minuman atau makanan lain
selama periode ini.
Menyusui eksklusif diartikan bahwa bayi hanya menerima ASI, dari ibunya sendiri
atau ibu susu, atau ASI perah, dan tanpa makanan minuman lainnya. Banyak ibu
yang mengalami bahwa menyusui eksklusif selama 6 (enam) bulan merupakan
suatu hal yang sederhana. Mereka tidak perlu cemas apakah bayi memperoleh
minuman atau makanan yang cukup atau apakah ini benar dan tanpa kesulitan atau
tanpa biaya untuk membuat makanan lain yang tidak perlu. Disayangkan, bahwa
menyusui eksklusif tersebut masih jarang dilakukan oleh masyarakat kita dengan
berbagai alasan. Hal ini dapat di tentukan cakupan bayi yang mendapatkan ASI
eksklusif di Kabupaten Pandeglang pada tahun 2014 baru mencapai 32,2% dari
rencana pencapaian 80% sehingga persentase pencapaiaan belum mencapai Target.
Sedangkan tahun 2015 mengalami kenaikan capaian, terlihat pada hasil yang
dicapai sebesar 45,8% atau 11.219 bayi dari sasaran 24.496 bayi, hal ini
menggambarkan adanya peningkatan kinerja baik dari segi pencatatan pelaporan
maupun dari segi teknik petugas gizi dilapangan (Data capaian E6).

Profil Dinas Kesehatan Kab. Pandeglang 24


Tahun 2015
c. Desa dengan garam beryodium baik

Gangguan Akibat Kurang Yodium adalah sekumpulan gejala yang timbul karena
tubuh seseorang kekurangan unsur Yodium secara terus-menerus dalam jangka
waktu yang cukup lama.Yang dimaksud dengan Yodium adalah sejenis mineral yang
terdapat di alam, baik di tanah maupun di air, merupakan zat gizi mikro yang
diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan makhluk hidup.

Kita membutuhkan Yodium agar badan tumbuh sehat dan mental berkembang
dengan baik. Yodium dapat membentuk hormon Tiroksin yang diperlukan oleh
tubuh untuk mengatur pertumbuhan dan perkembangan mulai dari janin sampai
dewasa. Organ kita yang mengolah yodium adalah kelenjar gondok. Letaknya di
dalam leher, di bagian depannya. Kebutuhan yodium rata-rata per orang dewasa
perhari hanya sekitar 150 mikrogram.

Akan tetapi yodium diperlukan tubuh setiap harinya, sehingga yodium harus
menjadi bagian dari konsumsi makanan sehari-hari.Gangguan Akibat Kurang
Yodium (GAKY) merupakan masalah gizi yang menonjol dibanyak Negara sedang
berkembang termasuk Indonesia. Gondok dan kretin (badan kerdil) merupakan
luaran dari keadaan kurang yodium yang umumnya dijumpai di daerah yang
kekurangan yodium. Upaya penanggulangan jangka panjang terhadap masalah
akibat kurang yodium adalah perbaikan perilaku pola konsumsi masyarakat
termasuk di dalamnya berbagai bahan makanan yang mengandung yodium dan
peningkatan konsumsi bahan makanan yang di fortivikasi dengan yodium yang
secara masal telah di produksi yaitu garam beryodium.

Hasilnya didapat cakupan garam beryodium di kab. Pandeglang pada tahun 2015
mencapai (68,73%) desa dengan garam beryodium baik dari rencana pencapaian
target (85%).

d. Vitamin Abayi, balita 2 kali per tahun dan Vitamin A Bufas

Vitamin A merupakan salah satu zat gizi penting yang larut dalam lemak dan
disimpan dalam hati, tidak dapat dibuat oleh tubuh, sehingga harus dipenuhi dari
luar, berfungsi untuk penglihatan, pertumbuhan dan meningkatkan daya tahan
tubuh terhadap penyakit.

Profil Dinas Kesehatan Kab. Pandeglang 25


Tahun 2015
Sumber Vitamin A terdapat pada Air Susu Ibu (ASI), bahan makanan hewani seperti
hati, kuning telur, ikan, daging, ayam, dan bebek. Buah – buahan berwarna kuning
dan jingga seperti pepaya, mangga masak, alpukat, jambu biji merah, pisang.
Sayuran yang berwarna hijau tua dan berwarna jingga seperti bayam, daun
singkong, kangkung, daun katuk, tomat, wortel. Akibat dari kekurangan vitamin A
bagi balita salah satunya dapat menyebabkan buta senja yang ditandai dengan
kesulitan melihat dalam cahaya remang atau senja hari.

Upaya yang telah dilakukan untuk mencegah terjadinya gangguan akibat kekurang
vitamin A yaitu :

a. Pemberian kapsul vitamin A warna biru untuk bayi (6-11 bulan), diberikan 1
kali setahun, setiap bulan Pebruari atau Agustus.
b. Pemberian kapsul vitamin A warna merah untuk anak balita diberikan 2 kali
setahun, setiapa bulan Februari dan Agustus
c. Pemberian kapsul vitamin A warna merah untuk ibu nifas diberikan 2 kapsul,
kapsul pertama diberikan segera setelah lahir dan kapsul kedua diberikan 24
jam sesudah kapsul pertama.

Hasil dari pemberian kapsul vitamin A 2 kali per tahun pada bayi 6 – 11 bulan di
posyandu pada tahun 2014 mencapai 103,32% dari target 85%, dan tahun 2015
mencapai 101,35% dari target 85%, dapat kita lihat pemberian vitamin A 2 kali per
tahun mengalamipeningkatan yang signifikan, pada balita 12 – 59 bulan pada tahun
2014 mencapai 66,28% dari target 85% persentase pencapaian 77,97% dan pada
tahun 2015 mencapai 66,42% dari target 85%,.

Catatan : Cakupan Vitamin A balita diambil dari cakupan terendah bulan Februari &
Agustus, dan pemberian Vitamin A pada Ibu Nifas pada tahun 2015 sebanyak 20.852
bufas dari 24.498 bufas yang ada sehingga capaian pemberian vitamin A pada bufas
sebesar 85,12% dari target 85% persentase pencapaian sebesar 100%.

e. Tablet Tambah Darah/TTD

Anemia gizi yang disebabkan karena kekurangan zat besi merupakan salah satu
masalah gizi utama di Indonesia. Salah satu kelompok masyarakat yang rawan
menderita anemia gizi adalah Wanita Usia Subur (WUS) termasuk ibu hamil, remaja
putri dan kelompok lainnya.

Profil Dinas Kesehatan Kab. Pandeglang 26


Tahun 2015
Kekurangan zat besi dapat menimbulkan gangguan atau hambatan pada
pertumbuhan, baik sel tubuh maupun sel otak. Kekurangan zat besi pada ibu hamil
dapat menyebabkan perdarahan dan kematian. Cakupan pemberian tablet fe I pada
ibu hamil pada tahun 2015 mencapai 95,99%, persentase capaian cakupan fe III
mencapai 71,66% dari target 82%.

Persentase Pemberian Tablet Fe1 dan Fe3 pada Ibu Hamil


Di Kabupaten Pandeglang
Tahun 2011-2015

120
85,64 93,97 94,4 95,99
100 77,07 86,96
74,67 76,26 71,66
80 69,96

60 Fe1
40
Fe3
20
0
2011 2012 2013 2014 2015

Sumber Data : Seksi Gizi Tahun 2015

f. Cakupan Pemberian MP-ASI

Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI) merupakan makanan bergizi yang
diberikan disamping ASI kepada bayi berusia 6 (enam) bulan keatas atau
berdasarkan indikasi medic, sampai anak berusia 24 (dua puluh empat) bulan
untuk mencapai kecukupan gizi.

Pada tahun 2015 ditemukan balita gizi buruk sesuai standar Berat Badan menurut
Umur (BB/U) sebanyak 1017 balita. Adapun upaya penanggulangan untuk asupan
bagi balita kekurangan gizi diberikan makanan pendamping air susu ibu (MP-ASI)
pada balita gizi buruk dengan capaian pemberian sebanyak 1017jiwa. Cakupan
pemberian MP-ASI mencapai 100% dari target 100 %.

Profil Dinas Kesehatan Kab. Pandeglang 27


Tahun 2015
BAB IV
SITUASI UPAYA KESEHATAN

A. Kesehatan Ibu dan Anak

a. Cakupan kunjungan ibu hamil (K4)

Pelayanan ibu hamil ( K4 ) adalah pelayanan yang sesuai standar yang telah
memperoleh pelayanan paling sedikit empat kali. Dengan distribusi waktu satu
kali pada trimester pertama, satu kali pada trimester ke dua, dan dua kali pada
trimester ke tiga disuatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.
Dengan indikator ini dapat diketahui cakupan pelayanan antenatal secara lengkap
(memenuhi standar pelayanan dan menepati waktu yang ditetapkan), yang
menggambarkan tingkat perlindungan ibu hamil di suatu wilayah atau
menggambarkan kemampuan manajemen ataupun kelangsungan program KIA.
Pada tahun 2015 dari rencana capaian 85% dan hasil capaian sebesar 84,45%,
sehingga presentasi tingkat capaian target 99,35%, namun bila dibanding dengan
indikator K1 ternyata masih di temukan adanya ketidaksinambungan program
dimana kontak pertama ibu hamil ( K1 ) jauh lebih tinggi yaitu 97.4 % dari target
95% sehingga capaian target sebesar 98,80%, sedangkan tahun 2013 K4 sebesar
84,45% dari target 85% dan K1 sebesar 97,57%

b. Cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan

Tingginya komplikasi obstetri seperti misalnya perdarahan pasca persalinan,


eklampasi, sepsis dan komplikasi keguguran menyebabkan tingginya kasus
kematian dan kematian ibu di banyak negara berkembang, sebagian besar penyebab
kesakitan dan kematian ibu tersebut dapat dicegah, hal ini telah dibuktikan pada
negara-negara dimana angka kesakitan dan kematian ibu tersebut tergolong
rendah, salah satu usahanya dengan berbagai pelatihan dan peningkatan SDM
Kesehatan, serta kemitraan.

Asuhan kesehatan ibu bersalin adalah salah satu kegiatan yang telah dilaksanakan
oleh Dinas Kesehatan dari tahun 2010, yang berfokus pada :

Profil Dinas Kesehatan Kab. Pandeglang 28


Tahun 2015
a. Persalinan yang bersih dan aman serta pencegahan komplikasi, bukti-bukti
klinis menujukan bahwa sebagian besar kematian ibu dapat dicegah jika ibu
mendapat Asuhan persalinan yang bersih, aman dan tepat waktu.
b. Penatalaksanaan komplikasi yang terjadi selama persalinan dan setelah bayi
lahir, dalam upaya menurunkan kejadian kesakitan dan kematian ibu,
penatalaksanaan pada tingkat tertentu akan mempunyai keterbatasan karena
komplikasi tidak selalu mudah di tatalaksana, disetiap tempat dan keadaan.

Pergeseran Paradigma :

Fokus utama APN adalah mencegah terjadinya komplikasi, beberapa contoh


menunjukan adanya pergeseran paradigma tersebut :

 Mencegah perdarahan pasca persalinan yang disebabkan oleh atonia uteri.


 Laserasi Episiotomi (tidak merupakan tindakan rutin).
 Ratensio Plasenta, penatalaksanaan aktif kala tiga dan melakukan
penegangan tali pusat terkendali.
 Mencegah partus lama (APN mengandalkan penggunaan partograf).
 Mencegah asfiksi bayi baru lahir.

Dengan membersihkan muka dan jalan nafas sesaat setelah ekspulsi kapala,
kemudian dilakukan penghisapan lender secara benar segera mengeringkan dan
menghangatkan tubuh bayi, mekanisme ini dapat mencegah terjadinya hipotermi.

Pelayanan persalinan oleh tenaga kesehatan yaitu ibu bersalin yang mendapat
pertolongan persalinan oleh bidan/tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi
kebidanan.

Pada tahun 2015 pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan sebanyak 17.327
bulin dari rencana sasaran bumil sebanyak 23.807, sehingga capaian sasaran
sebesar 76.5%, dari rencana target capaian sebesar 90%. Sedangkan tahun 2014
Linakes sebanyak 21.330 bulin dari sasaran 23.807 bulin sehingga capaian sebesar
72.1%.

Peningkatan kinerja program ini walaupun dibanding tahun lalu terdapat kenaikan
namun kenaikan tersebut relative lamban walaupun program ini mendapat bantuan
dari JPKMM - Askeskin yang cukup memadai, namun nampaknya masih belum
ditemukan suatu model pendekatan yang efektif.

Profil Dinas Kesehatan Kab. Pandeglang 29


Tahun 2015
c. Ibu Hamil resiko tinggi yang ditangani

Kesehatan ibu merupakan salah satu wujud hak asasi perempuan, tetapi masih
banyak ibu hamil yang tidak mendapatkan pelayanan kesehatan yang bermutu
untuk memeriksakan kandungan dan pelayanan persalinan yang sehat dan aman.
Pada tahun 2015 cakupan Ibu Hamil resiko tinggi yang ditangani dari rencana
sebesar 80%, realisasinya mencapai 104%.

d. Pelayanan Nifas (Ibu Nifas) Kf Lengkap

Pelayanan Ibu Nifas yang telah dilakukan sebagai salah satu usaha untuk menekan
angka kematian ibu dan penurunan angka kesakitan merupakan tantangan yang
harus diupayakan, adapun hasil cakupan pelayanan nifas (Kf Lengkap) tahun
2015 sebesar 85.3 % dari rencana target 90%, sehingga capaian pelayanan ibu
nifas (Kf 1) sebesar 88.6 %. Kunjungan Bayi

e. Cakupan Peserta KB Aktif

Upaya keluarga berencana yang dikoordinir oleh BKKBN pada tahun 2015
menunjukan pencapaian pelayanan kepada peserta KB, dari jumlah keseluruhan
sasaran peserta KB sekitar 199.714 dan peserta yang aktif sebanyak 892.136
peserta dari target 70%.

f. Kunjungan Bayi

Presentase cakupan kunjungan bayi sebagai salah satu indikator Standar Pelayanan
Minimal (SPM) bidang kesehatan, yang merupakan pelayanan dasar yang minimal
dilaksanakan di Puskesmas, Tahun 2015 capaian kunjungan bayi tercatat 102.6 %
dari target 90%, dari sasaran kunjungan bayi (data real) sebesar 22.824 bayi yang
berkunjung kesarana pelayanan kesehatan baik Puskesmas, pustu maupun
posyandu sebanyak 21.958 kunjungan bayi. Cakupan kunjungan neonatal lengkap
(Kn Lengkap) sebesar 92.8% dari rencana target 90%.

Profil Dinas Kesehatan Kab. Pandeglang 30


Tahun 2015
B. P 2 P L

A. Pengamatan Penyakit

Kegiatan pengamatan penyakit merupakan salah satu kegiatan penting dalam memberikan
informasi tentang gambaran suatu penyakit secara epidemiologi. Pendekatan epidemiologi
suatu penyakit dapat menjadi suatu acun dalam menentukan rencana kegiatan program
intervensi, sehingga dalam mengintervensi suatu masalah kesehatan menjadi efektif dan
efisien. Ruang lingkup operasional pengamatan penyakit meliputi Sistem Kewaspadaan Dini
penyakit potensial KLB/Wabah, penanganan Kejadian Luar Biasa (KLB) dan pelaksanaan
Surveilans Acut Flacid Paralisis (AFP). Penyakit dibagi 2 (dua) katagori Penyakit Menular dan
Tidak Menular. Penyakit menular biasanya ditularkan melalui Vektor, penyakit yang
ditularkan melalui udara atau percikan air liur, dan penyakit yang ditularkan melalui
makanan atau air, penyakit yang ditularkan oleh vektor adalah filariasis, demam berdarah
dengue (DBD), dan malaria.

Penyakit yang ditularkan melalui udara atau percikan air liur adalah penyakit infeksi saluran
pernafasan akut (ISPA), pneumonia dan campak, sedangkan penyakit yang ditularkan
melalui makanan atau air adalah penyakit tifoid, hepatitis, diare, dll.Sedangkan Penyakit
tidak menular meliputi penyakit sendi, asma, stroke, jantung, DM, hipertensi, tumor/kanker,
ganguan jiwa berat, buta warna, glaukoma, bibir sumbing, dermatitis, rinitis, talasemia dan
hemofilia, dll.

1) Eradikasi Polio
Eradikasi Polio merupakan salah satu komitmen global yang harus dicapai pada
tahun 2016 dengan membuktikan tidak ditemukannya virus polio liar di muka bumi.
Kegiatan penemuan kasus polio liar ini dilaksanakan dengan pelaksanaan surveilans
AFP.

Untuk melihat tingkat keberhasilan pelaksanaan surveilans AFP adalah dengan


menggunakan Indikator kinerja surveilans AFP. Berdasarkan target indikator
Standar Pelayanan Minimal tahun 2010 yang tertuang dalam Rencana Strategis
Pembangunan Kesehatan Kabupaten Pandeglang, indikator penilaian Eradikasi Polio
adalah dengan melihat AFP rate yaitu sebesar > 2 / 100.000 penduduk umur < 15
tahun. Sedangkan hasil pencapaian surveilans AFP di Kabupaten Pandeglang tahun
2015 adalah sebanyak 8 kasus (2/100.000) dari target 9 kasus (89%).

Profil Dinas Kesehatan Kab. Pandeglang 31


Tahun 2015
Pelaksanaan surveilans AFP di Kabupaten Pandeglang tahun 2015 di dukung oleh
bantuan dana yang bersumber dari WHO melalui Surveillance Officer (SO) yang ada
di Dinas Kesehatan Provinsi Banten meskipun besar dana tidak mencukupi sebab
tidak ada kenaikan besaran anggaran dari tahun 2002 bahkan ada penurunan
anggaran untuk pengiriman sampel feces ke Litbangkes Kemenkes RI dari tahun
sebelumnya.

Adapun rincian kegiatan yang telah dilaksanakan Tahun 2015 dan akan
dilaksanakan di tahun 2016 adalah sebagai berikut:

1) Investigasi Kasus AFP oleh Puskesmas dan Kabupaten untuk 9 kasus

2) Pengiriman sampel ke Litbangkes kemenkes RI

3) Pengiriman sampel oleh Puskesmas ke Dinas Kesehatan Kab/Kota

2) Pengamatan Kesehatan Haji

Pengamatan kesehatan haji dimaksudkan untuk melihat status kesehatan jemaah


haji yang akan berangkat ke tanah suci, sehingga tidak menjadi masalah bagi dirinya
sendiri dan menjadi sumber penularan penyakit bagi yang lainnya. Tahapan
pelaksanaan pengamatan kesehatan jemaah haji dilakukan dengan dua tahap, tahap
Dasar adalah pemeriksaan kesehatan jemaah calon haji yang dilaksanakan oleh
puskesmas dan pemeriksaan tahap Lanjutan (Vaksinasi Meningitis) dilaksanakan di
tingkat Kabupaten.

Jumlah jemaah calon haji Kabupaten Pandeglang tahun 2015 yang memenuhi syarat
kesehatan dan berangkat ke tanah suci adalah sebanyak 610 jemaah. Jumlah jemaah
calon haji diperiksa dan diimunisasi meningitis sebanyak 610 jemaah. Biaya
operasional pelaksanaan pemeriksaan kesehatan haji tahun 2015 dibebankan
kepada jemaah calon haji berdasarkan Peraturan Daerah No.10 tahun 2011 tentang
tarif pemeriksaan kesehatan jemaah haji di tingkat Puskesmas dan di Kabupaten,
besar tarif Pemeriksaan Kesehatan lanjutan Rp. 70.000,-/jemaah untuk Tingkat
Kabupaten dan Rp. 20.000,- /jemaah untuk tingkat Puskesmas.

Distribusi jemaah haji Kabupaten Pandeglang berdasarkan tempat tinggal adalah


jumlah jemaah haji terbanyak berasal dari Puskesmas Mandalawangi. Sedangkan
jumlah jemaah haji paling sedikit adalah berasal dari Puskesmas Angsana.

Profil Dinas Kesehatan Kab. Pandeglang 32


Tahun 2015
Adapun jenis kegiatan yang telah dilaksanakan dalam pengamatan kesehatan haji di
Kabupaten Pandeglang tahun 2015 adalah sebagai berikut :

1. Pertemuan Persiapan Pemeriksaan Kesehatan Haji Tingkat Dasar diikuti oleh


Dokter Puskesmas dan Petugas Penanggung Jawab Program Haji Puskesmas
2. Pemeriksaan kesehatan Jemaah Haji Tahap I di Puskesmas
a) Riwayat Kesehatan (Anamnesis)
b) Pemeriksaan Fisik
c) Pemeriksaan Jiwa
d) Pemeriksaan Penunjang
e) Pemeriksaan Kemandirian dan Kebugaran
f) Diagnosa
g) Faktor Risiko Jemaah Haji
h) Kesimpulan
3. Pembinaan Kesehatan Jemaah haji
4. Pertemuan Persiapan Pemeriksaan Kesehatan Haji Tingkat Lanjutan diikuti
semua Panitia Pelaksana yang telah ditunjuk
5. Pemeriksaan Kesehatan Haji Lanjutan
(1) Riwayat Kesehatan (Anamnesis)
(2) Pemeriksaan Fisik (Terkini)
(3) Pemeriksaan Jiwa
(4) Pemeriksaan Penunjang
(5) Diagnosa
(6) Kesimpulan
(7) Imunisasi meningitis
6. Penyelesaian BKJH dan input data Kesehatan JH ke dalam Sistem Informasi
Kesehatan Jemaah Haji dan E-BKJH.
7. Pengawalan dan Penjemputan JH ke embarkasi Bekasi-Jawa Barat
8. Pengamatan penularan penyakit menular Pasca kepulangan JH dengan
mengamati s.d 40 hari setelah kepulangan dari Saudi Arabia melalui Kartu
Kewaspadaan Kesehatan Jemaah Haji (K3JH).

i. Rencana Kegiatan Kesehatan Haji di Tahun 2016:


a) Pertemuan Persiapan Pemeriksaan Kesehatan Haji Dasar tingkat puskesmas
b) Pertemuan Pelatihan Software Sistem Komputerisasi Haji Terpadu Bidang
Kesehatan Generasi ke tiga

Profil Dinas Kesehatan Kab. Pandeglang 33


Tahun 2015
c) Pertemuan Input Buku Kesehatan Haji ke dalam Sistem Komputerisasi Haji
Terpadu Bidang Kesehatan Generasi ke tiga
d) Pertemuan Pembinaan Kesehatan Haji
e) Pertemuan persiapan Pemeriksaan Kesehatan Haji Lanjutan (Vaksinasi
Meningitis) tingkat Kabupaten
f) Pelaksanaan Pemeriksaan Kesehatan Haji Lanjutan (Vaksinasi Meningitis)
g) Pengambilan logistic haji ke Dinkes Prop Banten
h) Pengawalan dan Penjemputan JH ke embarkasi

3) Sistem Kewaspadaan dan Respon Dini Wabah/KLB

Kejadian Luar Biasa (KLB) merupakan salah satu proses alam yang terjadi karena
terganggunya keseimbangan antara agent, host dan environtment (lingkungan). Pada
prinsipnya KLB dapat terjadi pada daerah yang mempunyai kelompok populasi yang
rentan Sangat tinggi atau daerah yang mempunyai kondisi rawan penyakit.
Selama tahun 2014 kejadian KLB penyakit menular di Kabupaten Pandeglang
frekuensinya cukup tinggi. Adapun jenis penyakit yang terjadi pada tahun 2014 adalah
Tetanus Neonatorum, Keracunan Makanan, Suspek Campak, Diare, Acut Flacid Paralisis
(AFP) Banjir dan longsor.Secara umum frekuensi Kejadian Luar Biasa (KLB) yang
terjadi di Kabupaten Pandeglang tahun 2015 sebanyak 28 kali. Jumlah kejadian ini
meningkat dibandingkan dengan frekuensi kejadian pada tahun lalu terjadi 23 kali KLB
karena di Kabupaten Pandeglang masih mempunyai kondisi yang potensial untuk
terjadinya KLB penyakit menular.
Berikut Grafik KLB berdasarkan jenis penyakitnya:

Kejadian Luar Biasa Penyakit


Dinkes Kab. Pandeglang Tahun 2015

1 AFP
6 8
GHPR
6 Keracunan
6 3
TN
Campak

Profil Dinas Kesehatan Kab. Pandeglang 34


Tahun 2015
I. PENCEGAHAN PENYAKIT /IMUNISASI

Pembangunan bidang kesehatan di Indonesia saat ini mempunyai beban ganda (double
burden) yaitu beban masalah penyakit menular dan penyakit degenaratif.
Pemberantasan penyakit menular sangat sulit karena penyebarannya tidak mengenal
batas wilayah administrasi.
Imunisasi merupakan salah satu pencegahan penyebaran penyakit ke wilayah lain
dengan cara menimbulkan/meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif dan spesifik
terhadap beberapa Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I). Imunisasi
merupakan upaya kesehatan masyarakat yang terbukti paling Cost effective dan telah
diselenggarakan sejak tahun 1956. Dengan imunisasi, penyakit cacar telah berhasil
dibasmi sehingga Indonesia dinyatakan bebas cacar pada Tahun 1974.
Penyelenggaraan imunisasi di Kabupaten Pandeglang secara garis besar dibagi menjadi
4 (empat) kegiatan utama yaitu :
1. Pelayanan imunisasi dasar
2. Pelayanan Imunisasi lanjutan
3. Pelayanan imunisasi bagi Wanita Usia Subur (WUS) dan ibu hamil
4. Pelayanan imunisasi bagi Anak Sekolah (BIAS) untuk siswa SD/MI

Pelayanan Imunisasi dasar pada bayi dan anak dibawah tiga tahun dilaksanakan sesuai
dengan Permenkes nomor 42 Tahun 2013 dengan prioritas Lima Imunisasi Dasar
Lengkap (LIL) meliputi Hepatisis 0, BCG, Polio, DPT/HB/Hib dan Campak. Pelayanan
Imunisasi lanjutan diberikan kepada anak usia 18 bulan untuk antigen DPT/HB/Hib
dan usia 24 bulan untuk antigen Campak. Sedangkan pelayanan imunisasi bagi Ibu
Hamil dan Wanita Usia Subur dilaksanakan untuk mencapai Eliminasi Tetanus Maternal
dan Neonatal melalui pemberian Imunisasi TT.

Profil Dinas Kesehatan Kab. Pandeglang 35


Tahun 2015
Cakupan pelayanan Imunisasi untuk Bayi dan Ibu Hamil dapat dilihat dalam tabel
dibawah ini :

Cakupan Imunisasi Per – Antigen


Kabupaten pandeglang
Tahun 2015

No Vaksinasi Sasaran Target Cakupan


(%) ( %)
1 HB 0 22.678 95 84,7
2 BCG 22.678 98 97,2
3 POL 1 22.678 98 97,9
4 DPT / HB / Hib 1 22.217 98 101,6
5 POL 2 22.217 95 101,9
6 DPT / HB / Hib 2 22.217 95 101,2
7 POL 3 22.217 93 100,6
8 DPT / HB / Hib 3 22.217 93 98,3
9 POL 4 22.217 90 100
10 CAMPAK 22.217 90 90,7
11 Imunisasi Lengkap 22.217 90 88,0
12 TT 2 + BUMIL 24.941 80 70,7
Sumber Data : P2 Dinas Kesehatan Kab. Pandeglang 2015

Pelaksanaan Bulan Imunisasi Anak Sekolah (BIAS) dilaksanakan untuk melindungi anak
dari penyakit Campak, Difteri dan Tetanus. Sasaran kegiatan adalah siswa kelas 1
SD/MI untuk imunisasi Campak dan DT serta kelas 2 dan 3 untuk imunisasi Td.
Kegiatan Bulan Imunisasi Anak Sekolah (BIAS) dilaksanakan 2 (dua) kali dalam satu
tahun yaitu BIAS Campak pada Bulan Nopember 2014 dan BIAS DT/Td pada bulan
Desember 2015.

Cakupan Bulan Imunisasi Anak Sekolah (BIAS)


Kabupa ten Pandeglang
Tahun 2015

100 98 94,4 95,9 97,6

90
80
70
60
50
Campak Kelas 1 DT Kelas 1 Td Kelas 2 Td Kelas 3

Profil Dinas Kesehatan Kab. Pandeglang 36


Tahun 2015
Dalam Standar Pelayanan Minimal (SPM) bidang kesehatan, indicator keberhasilan
program Imunisasi adalah cakupan Desa dengan Universal Child Immunization (UCI)
yaitu minimal 80 % bayi dalam suatu Desa telah mendapatkan pelayanan Imunisasi
secara lengkap dengan target 95 % desa pada Tahun 2015. Untuk tingkat Kabupaten
Pandeglang, menurut laporan rutin tahun 2010 sebesar 72 % tahun 2011 sebesar 64 %,
tahun 2012 sebesar 81,1 %, tahun 2013 sebesar 79,35%. tahun 2014 sebesar 67, 2 %
dan capaian Desa UCI Tahun 2015 mengalami penurunan dari tahun 2014 yaitu sebesar
65 %.

Trend Cakupan Desa UCI


Kabupa ten Pandeglang
Tahun 2011 - 2015

85 81 79
80
75 72
70 67
65
65
60
55
50
2011 2012 2013 2014 2015

Sumber Data : P2 Dinas Kesehatan Kab. Pandeglang 2015

Berdasarkan grafik di atas dapat dilihat bahwa cakupan Desa UCI Tahun 2015
mengalami penurunan dibandingkan dengan tahun – tahun sebelumnya. Target
Desa UCI Tahun 2015 sebesar 84 %.

II. PENGENDALIAN PENYAKIT


1. P2 ISPA

ISPA masih merupakan masalah kesehatan yang penting karena menyebabkan


kematian bayi dan balita yang cukup tinggi yaitu kira-kira 1 dari 4 kematian yang
terjadi. Setiap anak diperkirakan mengalami 3-6 episode ISPA setiap tahunnya. 40
% - 60 % dari kunjungan di Puskesmas adalah oleh penyakit ISPA. Dari seluruh
kematian yang disebabkan oleh ISPA mencakup 20 % - 30 %. Kematian yang
terbesar umumnya adalah karena pneumonia dan pada bayi berumur kurang dari 2
bulan. ISPA sering disalah artikan sebagai infeksi saluran pernapasan atas. Yang
benar ISPA merupakan singkatan dari Infeksi Saluran Pernapasan Akut.

Profil Dinas Kesehatan Kab. Pandeglang 37


Tahun 2015
Infeksi saluran pernapas berdasarkan wilayah infeksinya terbagi menjadi infeksi
saluran napas atas dan infeksi saluran napas bawah. Berdasarkan bukti, bahwa
factor risiko pneumonia adalah kurangnya pemberian ASI eksklusif, gizi buruk,
polusi udara dalam ruangan (indoor air pollution), BBLR, kepadatan penduduk dan
kurangnya imunisasi campak. Kematian Balita karena pneumonia mencakup 19%
dari seluruh kematian Balita dimana sekitar 70 % terjadi di sub sahara Afrika dan
Asia Tenggara . Walaupun data yang tersedia terbatas, studi terkini masih
menunjukan streptococcus pneumonia, haemophilus influensa dan respiratory
syncytial virus sebagai penyebab utama pneumonia pada anak.( Rudan et al bulletin
WHO 2008).
Tujuan dari Program P2 ISPA adalah Tercapainya cakupan penemuan pneumonia
Balita sebagai berikut ( Tahun 2010: 60 %, Tahun 2011: 70%, Tahun 2012: 80%,
Tahun 2013: 90%, Tahun 2014: 100% ).
1) Kebijakan P2 ISPA
a) Mengupayakan P2 ISPA sebagai salah satu Program Prioritas Nasional dari
Program PRioritas Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan
(DITJEN PP & PL), Kemenkes RI untuk mencapai MDG’s 2015.
b) Pengendalian Penyakit ISPA dilaksanakan sesuai dengan otonomi daerah
dan desentralisasi dalam NKRI.
c) Upaya pengandalian kesakitam dan kematian Pneumonia melalui
pendekatn manajemen terpadu balita sakit (MTBS) dilakukan bekerjasama
dengan lintas program yang berkaitan dengan kesehatan balita.
d) Peyebarluasan informasi pengendalian penyakit ISPA melalui berbagai
media sesuai dengan kondisi social dan budaya setempat.
e) Logistic pengendalian penyakit ISPA meliputi obat esensial, sound timer,
oksigen konsentrator, pulse oximetry dan lain-lain disediakan oleh
pemerintah baik Pusat,Provinsi maupun Kabupaten/Kota.
f) Pengendalian penyakit ISPA dilaksanakan melalui jejaring kerjasama
kemitraan dengan berbagai pihak, lintas sector, legislative, perguruan
tinggi, organisasi kemasyarakatan dan organisasi internasional.

2) Ruang Lingkup Pengendalian ISPA


Sesuai dengan tantangan yang dihadapi saat ini, ruang lingkup program P2 ISPA
meliputi :
a) Pengendalian Pneumonia Balita
b) Pengendalian ISPA umur ≥ 5 Tahun

Profil Dinas Kesehatan Kab. Pandeglang 38


Tahun 2015
c) Kesiapsiagaan dan respon terhadap pandemi Influenza serta penyakit
saluran pernafasan lain yang berpotensi wabah.
d) Factor resiko ISPA
3) Indikator dan Sarana Program P2 ISPA
a) Pengendalian Pneumonia Balita (< 5 Tahun)
b) Kesiapsiagaan dan respon terhada pandemic Influenza serta penyakit
saluran pernafasan lain yang berpotensi wabah.
c) Pengendalian ISPA umur ≥ 5 Tahun di fasilitas pelayanan kesehatan
4) Ketersediaan Logistik
a) Obat-obatan
b) Oksigen Konsentrator
c) Pulse Oximetry
d) Sound Timer
e) Media KIE : Poster, Leaflet, lembar balik, dll
5) Kegiatan Pokok Pengendalian ISPA
a) Bimbingan Teknis Program ISPA
b) Monitoring dan Evaluasi Program ISPA
c) Care Seeking

Profil Dinas Kesehatan Kab. Pandeglang 39


Tahun 2015
Pneumonia bayi, balita dan umur lebih 5 tahun
Dinas kesehatan kabupaten pandeglang
Tahun 2015

2. PROGRAM P2 KUSTA

Penyakit kusta adalah penyakit menular, menahun dan disebabkan oleh


kuman kusta (Mycobacterium leprae) yang menyerang saraf tepi, kulit dan
jaringan tubuh lainnya kecuali susunan saraf pusat. Atas dasar definisi
tersebut maka untuk dapat mendiagnosis kusta dicari kelainan-kelainan
yang berhubungan dengan gangguan saraf tepi dan kelainan-kelainan yang
nampak pada kulit. Ada dua klasifikasi penyakit yaitu tipe MB (Multi Basiler)
atau disebut kusta basah, dan tipe PB (Pausi Basiler) disebut kusta kering.

Penyakit kusta masih merupakan penyakit menular yang menimbulkan


masalah sangat kompleks, masalah yang dimaksud bukan hanya dari segi
medis tapi meluas sampai masalah sosial, ekonomi, budaya, keamanan dan
ketahanan sosial. Penyakit kusta pada umumnya terdapat di negara-negara
yang sedang berkembang sebagai akibat keterbatasan kemampuan negara
tersebut dalam memberikan pelayanan yang memadai dalam bidang
kesehatan, pendidikan, dan kesejahteraan sosial ekonomi pada masyarakat.

Profil Dinas Kesehatan Kab. Pandeglang 40


Tahun 2015
Penyakit kusta sampai saat ini masih ditakuti masyarakat, keluarga
termasuk sebagian petugas, hal ini disebabkan masih kurangnya
pengetahuan dan pengertian, kepercayaan yang keliru terhadap kusta dan
cacat yang ditimbulkannya.

Dengan kemajuan teknologi di bidang promotif, pencegahan, pengobatan


serta pemulihan kesehatan dibidang penyakit kusta, maka penyakit kusta
sudah dapat diatasi dan seharusnya tidak lagi menjadi masalah kesehatan
masyarakat. Akan tetapi mengingat kompleksnya masalah penyakit kusta,
maka diperlukan program pengendalian secara terpadu dan menyeluruh
melalui strategi yang sesuai dengan endimisitas penyakit kusta. Selain itu
juga harus diperhatikan rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial ekonomi
untuk meningkatkan kualitas hidup penderita dan mantan penderita.

Tujuan Jangka Panjang adalah menurunkan transmisi penyakit kusta pada


tingkat tertentu sehingga kusta tidak menjadi masalah kesehatan
masyarakat, mencegah kecacatan pada semua penderita baru yang
ditemukan melalui pengobatan dan perawatan yang benar, dan
menghilangkan stigma sosial dalam masyarakat dengan mengubah paham
masyarakat terhadap penyakit kusta melalui penyuluhan secara intensif.

Sedangkan Tujuan Jangka Pendek adalah mengintensifkan penemuan dan


diagnosis penderita di daerah endemik tinggi dan kantong-kantong kusta di
daerah endemik rendah, mengembangkan puskesmas dengan perawatan
cacat yang adekuat dengan dukungan sistem rujukan ke rumah sakit umum
dan rumah sakit khusus untuk penderita yang mengalami komplikasi dan
rehabilitasi medis, melaksanakan pengelolaan program pengendalian kusta
sesuai endemisitas daerah dan didukung dengan kegiatan-kegiatan
penunjangnya, menurunkan proporsi anak dan kecacatan tingkat 2 diantara
penderita baru menjadi kurang dari 5 %, memberikan pengobatan yang
adekuat sehingga tercapai angka kesembuhan (RFT Rate) lebih dari 90 %,
menurunkan proporsi penderita yang cacat pada mata, tangan, kaki setelah
RFT kurang dari 5%, dan memberikan perawatan dan pelayanan rehabilitasi
yang tepat kepada penyandang cacat kusta.

Profil Dinas Kesehatan Kab. Pandeglang 41


Tahun 2015
Hasil kegiatan P2 Kusta Tahun 2015 adalah :

2. Pengumpulan dan analisis data

a. Penemuan kasus baru tahun 2015 adalah : tipe PB anak jumlah 3


orang , PB dewasa jumlah 8 orang, MB anak jumlah 6 orang, MB
dewasa jumlah 40 orang. Prevalensi 0,47/10.000 penduduk, Case
detection Rate (CDR) adalah 4,79/100.000 penduduk, angka ini terus
meningkat dari tahun tahun sebelumnya, angka ini juga sebenarnya
sudah memenuhi target nasional yaitu <5/100.000 penduduk, tetapi
pencapaian angka sesuai target harus diiringi dengan kegiatan –
kegiatan yang sesuai dengan strategi nasional untuk mencapai
eliminasi kusta.

57
60 52
45 46
50 40 42
39
40 32
29 2831 PB
30 23
20 MB
10 11
6 7 5
10 3 TOTAL
0
2010 2011 2012 2013 2014 2015
PENEMUAN KASUS BARU KUSTA TAHUN 2010-2015

Penemuan kasus baru tahun 2015 Sebagian besar masih kasus MB sebanyak 46
Kasus dan PB sebanyak 11 kasus.

CDR
6
5 4,79
4 4,37
4
3 3
2
1 CDR
0
2012 2013 2014 2015
ANGKA PENEMUAN PENDERITA BARU
(CDR) TAHUN 2012-2015

Profil Dinas Kesehatan Kab. Pandeglang 42


Tahun 2015
Angka penemuan kasus kasus baru meningkat dari tahun sebelumnya, tahun
2015 CDR yaitu 4,79 per 100.000 penduduk

PREVALENSI
0,6
0,5 0,52
0,43 0,47
0,4 0,4
0,3 0,28 0,28
0,2
PREVALENSI
0,1
0
2010 2011 2012 2013 2014 2015
ANGKA PREVALENSI KUSTA TAHUN 2010-2015

Pevalensi kusta meningkat menjadi 0,47 per 10.000 penduduk

PROPORSI KASUS MB DIANTARA PENDERITA


BARU TAHUN 2012-2015
89
90
88
86
82,5 83 PROPORSI KASUS MB
84
81 DIANTARA PENDERITA
82
BARU TAHUN 2012-2015
80
78
76
2012 2013 2014 2015

Proporsi kasus MB diantara penderita baru yaitu 81%, masih jauh lebih
besar daripada kasus PB, Hal ini menjadi masalah karena potensi penularan
menjadi lebih besar.

Profil Dinas Kesehatan Kab. Pandeglang 43


Tahun 2015
PROPORSI KASUS ANAK DIANTARA PENDERITA BARU
TAHUN 2012-2015
25
20 20,5
15 16
13 PROPORSI KASUS ANAK
10 DIANTARA PENDERITA
BARU TAHUN 2012-2015
5
0 0,00
2012 2013 2014 2015

Kasus anak masih tetap tinggi dan proporsinya terus meningkat, hal ini
masih merupakan masalah yang besar karena tingginya kasus anak berarti
masih banyak kasus dewasa yang belum ditemukan.

PROPORSI CACAT TK II KUSTA TAHUN 2012-2015


40
33,3
30

20 20 PROPORSI CACAT TK II
17 KUSTA TAHUN 2012-2015
14
10

0
2012 2013 2014 2015

Kecacatan merupakan masalah yang dihadapi dalam program P2 kusta,


kecacatan juga merupakan penyebab tingginya stigma pada Orang yang pernh
Mengalami Kusta (OYPMK), proporsi cacat tingkat II pada tahun ini sebesar
14%, masih cukup tinggi dari target yaitu <5% tetapi terjadi penurunan dari
tahun 2014.

RFT rate atau angka kesembuhan tahun 2015, Kasus PB sebesar 60% dan
kasus MB sebesar 67,5%, angka kesembuhan seharusnya diatas 90%, kasus
yang tidak RFT penyebabnya karena gagal, meninggal dan ganti tipe.

Profil Dinas Kesehatan Kab. Pandeglang 44


Tahun 2015
RFT RATE

100% MB: 67,5%


PB : 60%
RFT RATE
50%

0%

Petugas yang sudah dilatih pada tahun 2015 sebesar 91,66%, hanya sekitar
8,33% belum mendapatkan pelatihan.

Pelatihan Petugas
8,33% 0

dilatih
belum dilatih
91,66%

Penemuan kasus secara aktif belum optimal dilaksanakan, kegiatan aktif


yang dilakukan adalah survei kontak penderita baru dan Survey kontak
pasien paska RFT, dalam P2 kusta penemuan aktif sangat penting karena
penyakit ini sulit sekali dideteksi dan masyarakat belum semua terpapar
tanda dan gejalanya.
Survey Kontak adalah kegiatan wajib dilakukan yaitu pada kasus baru
minimal 20 orang kontak keluarga dan lingkungan sekitar, harus
dilaksanakan > 60% kontak sudah diperiksa ini merupakan salah satu
kriteria untuk menentukan daerah beban rendah atau tinggi kusta di
kabupaten, sedangkan survey kontak yang telah dilakukan sebagian besar
baru mencakup kontak keluarga saja.

Profil Dinas Kesehatan Kab. Pandeglang 45


Tahun 2015
Pertemuan bagi Petugas kusta dan Koordinator P2PL Puskesmas :
a) Pertemuan ini bertujuan untuk mensosialisasikan tentang program
kusta, Bukan hanya terhadap petugas kusta tapi bagi koordinator
P2PL, yaitu tanda dan gejala, cara diagnosis, klasifikasi, pengobatan
dll. Juga bertujuan untuk validasi data kusta puskesmas.
b) Narasumber kegiatan ini adalah, wasor Provinsi dan wasor
kabupaten.
c) Pertemuan ini diharapkan dapat menyegarkan kembali program
kusta, peningkatan kembali komitmen terhadap program, berbagi
permasalahan dan mencari solusi permasalahan, mendapatkan data
yang valid.
Supervisi :

a) Supervisi adalah proses sistematik untuk meningkatkan efisiensi


kerja petugas kesehatan melalui pengembangan pengetahuan,
perbaikan keterampilan dan sikap serta peningkatan motivisi
kerjanya.
b) Kegiatan supervisi dilaksanakan di puskesmas 26 Puskesmas
c) Secara hasil keseluruhan, penemuan kasus sudah ada tetapi
ditemukan melalui pencarian pasif, kegiatan aktif seperti survei
kontak, belum dilaksanakan secara optimal, Juga adanya penderita
yang pengobatan tidak sampai selesai sesuai waktu yang ditentukan.
d) Penemuan kasus di lapangan belum maksimal karena petugas
puskesmas belum semua terpapar program kusta
e) Permasalahan yang ada yaitu monitoring fungsi syaraf belum semua
pasien rutin dilaksanakan. Belum semua Puskesmas bisa disupervisi.
On the job training P2 kusta :
On thejob training p2 kusta bertujuan untuk meningkatkan kemampuan
petugas puskesmas dalam deteksi dini dan diagnosis kusta, on the job
training dilaksanakan di 3 Puskesmas (Pagadungan, mekarjaya dan
Majasari)

Profil Dinas Kesehatan Kab. Pandeglang 46


Tahun 2015
Bimbingan teknis P2 kusta :
Bimbingan teknis P2 kusta bagi petugas kusta dan petugas puskesmas,
kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan kapasitas petugas dalam
deteksi dini, diagnosis, pengobatan dan pelaporan.
Pertemuan kader dan TOMA :
Kusta merupakan penyakit infeksi yang menahun yang memerlukan
waktu penularan yang lama, sehingga peran aktif dari kader dan tokoh
masyarakat sangat membantu untuk memberikan informasi kepada
masyarakat agar masyarakat mau memeriksakan diri ketika ada tanda2
penyakit kusta, penyuluhan kader dan toma dilaksanakan pada 84 orang
kader dan toma.

Rencana Kerja Tahun 2016 :


b. Ravid Village Survei
c. Koordinasi Tim Penanggulangan Kusta Kabupaten
d. Kontak Survey
e. School survey
f. Penyuluhan bagi guru
g. Supervisi
h. Konsultasi dan pelaporan ke provinsi
i. Sosialisasi kusta bagi kader dan tokoh masyarakat
j. OJT petugas Puskesmas

3. TB-PARU

Penyakit tuberkulosis (TB) sudah dikenal luas di Indonesia maupun dunia.Penyakit


tuberkulosis disebabkan oleh infeksi Mycobacterium tuberculosis.TB telah
menyerang kurang lebih sepertiga penduduk dunia terutama di negara berkembang.

TB sampai dengan saat ini masih merupakan salah satu masalah kesehatan
masyarakat didunia walaupun upaya pengendalian strategi DOTS telah diterapkan
dibanyak Negara sejak tahun 1995.

Profil Dinas Kesehatan Kab. Pandeglang 47


Tahun 2015
Diperkirakan terdapat 8,6 juta kasus TB pada tahun 2012 dimana 1,1 juta orang
(13%) diantaranya adalah pasien TB dengan HIV positif. Sekitar 75 % dari pasien
tersebut berada diwilayah. Pada tahun 2012, diperkirakan terdapat 450.000 orang
yang menderita TB MDR dan 170.000 orang diantaranya meninggal dunia. Meskipun
jumlah kasus TB dan jumlah kematian tetap tinggi untuk penyakit yang sebenarnya
bisa dicegah dan disembuhkan tetap fakta juga menunjukan keberhasilan dalam
pengendalian TB.

Di Pandeglang startegi DOTS sudah dilaksanakan sejak tahun 1999 dengan membagi
Puskesmas ke dalam tiga kelompok diantaranya ada PS (Puskesmas satelit), PRM
(Puskesmas Rujukan Mikroskopis) dan PPM (Puskesmas Pelaksana Mandiri).
Namun pada tahun 2011 semua Puskesmas dikategorikan ke dalam Puskesmas
Pelaksana Mandiri.

Pada tahun 2014 jumlah penduduknya 1.190.520, dan diperkirakan ada penderita
TB sekitar 1274 kasus BTA positif. Capaian penemuan kasus BTA Positif tahun 2015
adalah 903 kasus atau 70%.

PENEMUAN KASUS TB TAHUN 2015

1
0,8
0,6
0,4
0,2 903 98 325 71 35
0
0 0 0 0 0

Dari Grafik diatas dapat disimpulkan bahwa pada tahun 2015 jumlah penemuan
kasus penderita TB dengan pengobatan kategori I sebanyak 903 kasus bta positif,
Bta (-) Ro (+) 325 kasus, ekstra paru 71 kasus, dengan pengobatan kategori anak 98
kasus dan pengobatan kambuh dengan kategori 2 sebanyak 35 kasus.

Hasil Kegiatan pada tahun 2015 adalah penemuan kasus TB BTA Positif dimana
diperoleh data sebagai berikut :

Profil Dinas Kesehatan Kab. Pandeglang 48


Tahun 2015
1. Penemuan kasus BTA Positif tertinggi adalah Puskesmas Cimanuk dengan 119
kasus, Puskesmas Sobang dengan 93 kasus, Puskesmas Cipeucang dengan 60 kasus
Puskesmas, Labuan dengan 51 kasus, Puskesmas Saketi dengan 50 kasus dan
Puskesmas Carita dengan 46 kasus.
2. Banyak kendala yang mempengaruhi tidak tercapainya target penemuan kasus
diantaranya adalah tidak adanya petugas laboratorium khusus dan petugas sering
ganti sehngga masih kurangnya pelatihan yang diperoleh bagi petugas program TB.
3. Kurangnya kerjasama lintas sektoral, masih banyak Dokter Praktek Mandiri yang
belum menggunakan pengobatan dengan Strategi DOTS
4. Angka Penemuan kasus Bta Positif masih dibawah target yaitu 70% dari target
Nasional 80% dan angka kesembuhan dibawah target sebanyak 60 % dari target
nasional 85%.

Pada tahun 2015 dana yang digunakan dalam Penanggulangan Penyakit


Tuberkulosis di Kabupaten Pandeglang Bersumber dari APBD Kabupaten
Pandeglang dengan Perincian kegiatan sebagai berikut:

 Tatalaksana TB MDR
 Pertemuan TB untuk BPS
 On The Job Training P2TB di 3 Puskesmas
 Bintek P2TB di 3 Puskesmas
 Supervisi P2TB

Sedangkan Rencana kegiatan yang akan dilaksanakan pada tahun 2016 :

 Monev P2TB
 Pemantapan Mutu Internal Laboratorium TB
 Diseminasi Penanggulangan TB MDR di Puskesmas
 Supervisi P2TB
 Rujukan Pasien TB MDR ke Rs Sub Rujukan

Profil Dinas Kesehatan Kab. Pandeglang 49


Tahun 2015
4. Program P2BB
Program P2B2 adalah kegiatan yang meliputi pencegahan dan pengendalian
penyakit bersumber binatang. Kebijakan Program P2B2 adalah Pemutusan Rantai
Penularan. Kecenderungan terus meningkatnya wabah penyakit menular di
berbagai daerah di Indonesia. Selain penyakit menular yang telah lama ada, penyakit
menular baru (new emerging diseases) juga menunjukkan peningkatan.
Kebijakan penanggulangan wabah penyakit menular telah diatur dalam peraturan
perundangan. Namun demikian implementasi di lapangan masih menghadapi
berbagai permasalahan.
Beberapa permasalahan yang teridentifikasi antara lain berkaitan dengan
(1) pelaksanaan surveilans,
(2) upaya penanggulangan, serta
(3) adanya desentralisasi kewenangan pengelolaan..

Demam Berdarah Dengue (DBD) termasuk emerging diseases yang sampai saat ini
menjadi masalah kesehatan masyarakat. DBD tergolong Arbovirosis yang telah
menyebar di Indonesia dan berpotensi menimbulkan KLB pada musim penghujan.
Selain itu Malaria, Chikungunnya, Filariasis dan Zoonosis masih merupakan salah
satu masalah kesehatan masyarakat yang dapat menyebabkan kematian terutama
pada kelompok risiko tinggi yaitu bayi, anak balita dan ibu hamil. Selain itu malaria
secara langsung menyebabkan anemia dan dapat menurunkan produktivitas kerja.
Upaya untuk menekan angka kesakitan dan kematian akibat penyakit
bersumber binatang terus dilakukan melalui program pemberantasan DBD, malaria,
chikungunnya, filariasis dan zoonosis. Kurangnya peran serta masyarakat dalam
PSN (Pemberantasan Sarang Nyamuk) dan PHBS (pola hidup bersih dan sehat).
1. Dasar Hukum
a) Undnag-undang No. 4 Tahun 1984 tentang Wabah Penyakit Menular
b) Undang-undang No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
c) Permenkes RI Nomor : 04/Menkes/SK/I/2003 tentang Kebijaksanaan dan
Strategi Desentralisasi Bidang Kesehatan.
d) Permenkes RI Nomor : 949/Menkes/SK/VIII/2004 tentang Pedoman
Penyelenggaraan Sistem Kewaspadaan Dini Kejadian Luar Biasa (KLB).
e) Permenkes RI No 1501/Menkes/Per/X/2010 tentang Jenis Penyakit
Menular Tertentu Yang Dapat Menimbulkan Wabah dan Upaya
Penanggulangan.
f) Kepmenkes RI Nomor : 581/Menkes/SK/VII/1992 tentang Pemberantasan
Penyakit Demam Berdarah Dengue.

Profil Dinas Kesehatan Kab. Pandeglang 50


Tahun 2015
2. Strategi
a) Peningkatan PSM (Penggalangan Mitra)
b) Pembangunan Berwawasan Kesling Yang Tidak Menimbulkan Tempat
Perindukan Vektor
c) Peningkatan Profesionalisme
d) Peningkatan Mutu Penatalaksanaan Kasus
e) Peningkatan Surveilans Kasus
f) Peningkatan Surveilans Vektor
g) Peningkatan Surveilans Lingkungan
h) Diagnosa Malaria harus terkonfirmasi mikroskop atau Rapid Diagnostic
Test Pengobatan menggunakan Artemisinin Combination Therapy
3. Tujuan
1. Tujuan Umum
1) Menekan Angka Kesakitan dan Kematian Akibat Demam Berdarah
Dengue dan Chikungunnya.
2) Menekan Angka Kesakitan dan Kematian Akibat Penyakit Endemik Atau
Epidemik (Malaria, Filariasis dan Zoonosis)
2. Tujuan Khusus
1) Menekan Angka Kesakitan DBD atau Insiden Rate (IR) < 50/100.000
penduduk atau < 615 Kasus.
2) Menekan Angka Kematian DBD atau Case Fatality Rate (CFR) < 1% dari
jumlah kasus.
3) Meningkatkan Angka Bebas Jentik (ABJ) sebesar ≥ 95%
4) Menekan Angka Kesakitan Malaria (API) < 1‰.
5) Penemuan dan Tatalaksana Kasus baru Malaria.
6) Penemuan dan Tatalaksana Kasus baru Chikungunnya.
7) Penemuan dan Tatalaksana Kasus baru Filariasis
8) Penemuan dan Tatalaksana Kasus Zoonosis

A. P2 Demam Berdarah
Penyakit menular yang disebabkan oleh virus dari golongan Arbovirosis group A dan B yang
bermasalah di Indonesia adalah Demam Berdarah Dengue (DBD), Chikungunnya dan
Japanese Encephalitis (JE). Ketiga penyakit tersebut sama-sama ditularkan oleh gigitan
vektor nyamuk tetapi mempunyai beberapa perbedaan antara lain jenis/species nyamuk
penularnya, pola penyebaran, gejala penyakit, tata laksana pengobatan maupun upaya
pencegahannya.

Profil Dinas Kesehatan Kab. Pandeglang 51


Tahun 2015
Penyakit DBD mulai dikenal di Indonesia sejak tahun 1968 di Surabaya dan Jakarta, dan
setelah itu kasus DBD terus bertambah seiring dengan semakin meluasnya daerah endemis
DBD. Indikator kinerja atau target pengendalian DBD yang tertuang dalam dokumen RPJMN
yaitu Insiden Rate (IR) DBD pada tahun 2015 adalah 51/100.000 penduduk, serta Angka
Bebas Jentik (ABJ) sebesar ≥ 95% dapat dicapai. DBD adalah penyakit menular yang
disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan oleh nyamuk Aedes Aegipty. Ditandai dengan
demam 2-7 hari disertai dengan manifestasi perdarahan,penurunan jumlah trombosit
<100.000 / mm3, adanya kebocoran plasma ditandai peningkatan hematocrit ≥20% dari nilai
normal. Pemeriksaan serologi (ELISA, Rapid Diagnostic Test/RDT Dengue) menunjukkan hasil
positif. Idikator program P2 DBD terdiri dari angka kesakitan / Insiden Rate (IR) <51/100.000
penduduk dan angka kematian / Case Fatality Rate (CFR) <1%.
Evaluasi program P2 DBD terdiri dari cakupan penemuan dan tatalaksana kasus, serta
angka kesakitan dan angka kematian akibat DBD.

Data Kasus DBD Per Puskesmas


Tahun 2015
0
CIBITUNG 1
1
1
CIKEUSIK 2
2
2
ANGSANA 3
3
4
CIMANGGU 4
4
5
CIMANUK 5
5
6
CARITA 6
6
7
PERDANA 8
9
9
BANGKONOL 10
10
12
CADASARI 13
14
16
MENES 18
19
19
PATIA 20
24
26
PANIMBANG 37
38
0 5 10 15 20 25 30 35 40

Berdasarkan grafik diatas dapat disimpulkan bahwa kasus DBD pada tahun 2015
tertinggi di Puskesmas Panimbang, dimana Puskesmas Panimbang merupakan
Puskesmas (dengan tempat perawatan) DTP dengan 38 kasus, Puskesmas Cikole
dengan 37 kasus dan Puskesmas Kaduhejo dengan 26 kasus.
Sedangkan pada grafik dibawah ini, dapat diketahui kasus tertinggi pada Tahun
2015 terdapat pada bulan maret dengan 54 kasus. Dimana pada bulan maret
tersebut musim hujan sudah mulai berkurang sehingga perkembangbiakan nyamuk
sangat tinggi pasca musim hujan.

Profil Dinas Kesehatan Kab. Pandeglang 52


Tahun 2015
DATA DBD PER BULAN TAHUN
2015
54
49 46
39 40
35
27
19 18 16
13 13

Jan Peb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des

Trend Kasus DBD di


Kab.Pandeglang Tahun 2011 -
2015
500
400 386 369
300 308
238
200
157
100
0
2011 2012 2013 2014 2015

Berdasarkan grafik diatas, dapat disimpulkan bahwa Angka Kesakitan (IR) DBD
tahun 2015 mengalami peningkatan dari 308 kasus pada Tahun 2015 menjadi 369
kasus pada Tahun 2015.

Sedangkan pada grafik dibawah ini, Angka Kematian (CFR) DBD juga dapat ditekan
dari 10 kasus kematian pada Tahun 2013 menjadi 3 kasus pada Tahun 2015.

Trend Kasus Kematian Akibat


DBD

10 11
8
3 3
2011 2012 2013 2014 2015

Profil Dinas Kesehatan Kab. Pandeglang 53


Tahun 2015
B. P2 Malaria
Malaria masih merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang dapat
menyebabkan kematian terutama pada kelompok risiko tinggi yaitu bayi, anak balita, ibu
hamil, selain itu malaria secara langsung menyebabkan anemia dan dapat menurunkan
produktivitas kerja.
Upaya untuk menekan angka kesakitan dan kematian dilakukan melalui program
pemberantasan malaria yang kegiatannya antara lain meliputi diagnosis dini,
pengobatan cepat dan tepat, surveilans dan pengendalian vector yang kesemuannya
ditujukan untuk memutus mata rantai penularan malaria. Selain itu dalam pengelolaan
program pengendalian vector perlu diterapkan Manajemen Pengendalian Vektor
Terpadu (Integrated Vektor Management). Indikator Program Malaria adalah API
<1/1000 penduduk, kasus malaria harus terkonfirmasi laboratorium (mikroskopis dan
atau RDT).
Evaluasi Program P2 Malaria

Distribusi Kasus Malaria di Kab.Pandeglang


Tahun 2015
2,5
2
1,5 2 2 2
1
0,5 1 1 1 1
0

Berdasarkan grafik diatas, dapat diketahui bahwa kasus malaria tahun 2015 di
kabupaten pandeglang tertinggi di Puskesmas Panimbang dengan 2 kasus, Carita
dengan 2 kasus dan Cigeulis 2 kasus.

Jenis Plasmodium pada Kasus Malaria di Kab.Pandeglang


Tahun 2015

Mix; 3
P.Knowlesi; P.Vivax; 5
0
P.Ovale; 0
P.Malariae;
0
P.Falciparu
m; 2

Profil Dinas Kesehatan Kab. Pandeglang 54


Tahun 2015
Berdasarkan grafik diatas dapat disimpulkan bahwa kasus malaria di Kabupaten
Pandeglang Tahun 2015 berdasarkan plasmodiumnya tertinggi yaitu Plasmodium
Vivax dengan 5 kasus, mix 3 kasus dan plasmodium Falciparum dengan 2 Kasus.

DATA KASUS MALARIA TAHUN 201 5


BERDASARKAN SUMBERNYA
2,5
2
1,5
1
0,5
0

Indigenus Import

Berdasarkan grafik diatas dapat diketahui bahwa kasus malaria di kabupaten


pandeglang tahun 2015 berasala dari wilayah setempat atau indiginus yaitu 3 kasus
(Carita 2 kasus dan Cigeulis 1 kasus) sedangkan kasus impor sebanyak 7 kasus
(Panimbang 2, Cigeulis 1, Sumur 1, Cimangggu 1, Sobang 1, dan Cikeuik 1 kasus).

C. P2 Filariasis
Filariasis (Penyakit Kaki Gajah) adalah penyakit menular menahun yang disebabkan oleh
cacing filarial yang menyerang saluran dan kelenjar getah bening. Penyakit ini bisa merusak
sistem limfe, menimbulkan pembengkakan pada tangan, kaki, glandula mammae dan
scrotum, menimbulkan cacat seumur hidup serta stigma social bagi penderita dan
keluarganya. Penyakit ini ditularkan oleh berbagai jenis nyamuk.
Meskipun filariasis tidak menyebabkan kematian tetapi merupakan salah satu penyebab
utama timbulnya kecacatan, kemiskinan dan masalah-masalah social lainnya. Hal ini
disebabkan karena bila terjadi kecacatan menetap maka seumur hidupnya penderita tidak
dapat bekerja secara optimal, sehingga dapat menjadi beban keluarga.
Terjadinya cacat pada penderita klinis filariasis karena buruknya penatalaksanaan anggota
badan yang luka atau mengalami pembengkakan. Penderita klinis filariasis yang terjangkau
pelayanan kesehatan biasanya tidak menunjukkan gejala dan cacat yang berat, oleh karena
itu penderita klinis kronis berat dan cacat menetap biasanya merupakan penduduk miskin,
terisolir dan tidak terjangkau pelayanan kesehatan memadai.

Profil Dinas Kesehatan Kab. Pandeglang 55


Tahun 2015
Kegiatan P2 Filariasis Tahun 2015
1) Penemuan dan tatalaksana kasus filariasis
2) Survei Darah Jari Filariasis
3) Penelitian kasus filariasis dengan BBTKL Jakarta dan Subdit Filariasis Ditjen P2PL
Kemenkes RI,Jakarta.

Evaluasi ProgramP2 Filariasis

Distribusi Kasus Filariasis Tahun 2015

2 2 2 2

1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

D. Pengendalian Penyakit Tidak Menular (PTM)

Penyakit Tidak Menular (PTM) adalah penyakit yang bukan di sebabkan oleh
proses infeksi (tidak infeksius), pengendalian merupakan nama lain dari
pencegahan dan penanggulangan. Pengendalian adalah serangkaian manajemen
yang menjamin agar suatu program/kegiatan yang dilaksanakan sesuai dengan
rencana yang di tetapkan, pengendalian tidak menular sendiri adalah upaya
yang dilaksanakan melalui pencegahan dan penanggulangan faktor risiko
termasuk penanganan kasus (penderita) penyakit tidak menular.

Manajemen pelayanan kesehatan penyakit tidak menular meliputi keseluruhan


spectrum pelayanan baik promotif, preventif, kuratif dan rehabilitative.
Manajemen pelayanan kesehatan tersebut dikelola secara professional sehingga
pelayanan kesehatan tersebut di kelola secara professional sehingga pelayanan
penyakit tidak menular tersedia dapat di terima, mudah di capai, berkualitas
dan terjanggkau oleh masyarakat. Ruang lingkup penyakit tidak menular dalam
rencana program nasional pencegahan dan penanggulangan penyakit tidak
menular ini meliputi:

Profil Dinas Kesehatan Kab. Pandeglang 56


Tahun 2015
1. Penyakit jantung dan pembuluh darah
b. hipertensi
c. penyakit jantung koroner (pjk)
d. stroke
e. hipertensi dalam kehamilan
2. Diabetes mellitus dan penyakit metabolik
a. diabetes mellitus
b. obesitas
c. penyakit tyroid
3. Kanker
a. kanker leher rahim
b. kanker payudara
c. kanker paru
d. hipertropi prostat
4. Penyakit kronik dan degeneratif lainnya
a. Penyakit paru obstruksi kronik (PPOK)
b. Osteoporosis
c. Asthma
d. Penyakit ginjal kronik
e. Talasemia
f. Perkinson
5. Gangguan akibat kecelakaan dan cedera
a. Gangguan akibat kecelakaan dan cedera lalu lintas darat
b. Kekerasan dalam rumah tangga
c. Kekerasan anak dan perempuan
d. Tenggelam

Penyakit tidak menular (PTM) merupakan ancaman pertumbumbuhn dan


pembangunan ekonomi bangsa. Data dari who global Report on Non Communicable
desiase, 2010 menyebutkan bahwa persentase kematian akibat Penyakit Tidak
menular (PTM) di dunia ini menempati proporsi yang besar (63%) di bandingkan
dengan penyakit menular. Kematian dan kesakitan PTM sebesar 66% terjadi pada
penduduk dengan ekonomi yang menengah ke bawah. Dampak ekonomi langsung
pada penderita adalah biaya pengobatan, sedangkan dampak ekonomi tidak
langsung adalah kehil;angan waktu kerja, waktu sekolah dan yang lain di keluarkan
selain untuk pengobatan seperti transportasi dan akomodasi selama [perawatan
penderita. Pemahaman bahwa telah tercipta dimana PTM dan factor resiko
memperburuk kemiskinan , dan sebaliknya kemiskinan memperburuk tingkat
penyakit tidak menular.
Penyakit tidak menular merupakan masalah kesehatan masyarakat di Indonesia dan
menimbulkan dampak sosial maupun ekonomi. Jumlah kasus yang di laporkan
cenderung meningkat dan dampak sosial maupun ekonomi.

Profil Dinas Kesehatan Kab. Pandeglang 57


Tahun 2015
Jumlah kasus yang di laporkan cenderung meningkat dan daerah penyebarannya
bertambah luas. Pembangunan kesehatan sebagai salah satu upaya pembangunan
nasional diarahkan guna tercapainya kesadaran, kemauan untuk hidup sehat bagi
setiap penduduk , agar masyarakat dapat mewujudkan derajat kesehatan yang
optimal
Untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat tersebut, di
selenggarakan berbagai upaya kesehatan di mana salah satu upaya yang di maksud
adalah dengan CERDIK yaitu salah satunya adalah rajin aktifitas dengan olah raga
secara rutin, selain berolah raga hidup sehat dengan cara enyahkan asap rokok dan
populasi udara lainnya dengan membuat kawasan tanpa rokok dan polusi udara
lainnya dengan cara membuat Kawasan Tanpa Rokok. Rokok adalah zat adiktif yang
di atur dalam pasal 113, pasal 116, dan pasal 119 Undang – undang nomor 36 tahun
2009 tentang kesehatan. Rokok merupakan zat adiktif yang sangat berbahaya bagi
kesehatan yang menimbulkan berbagai penyakit seperti penyakit tidak menular
yaitu penyakit jantung dan penyakit pembuluh darah, stroke, penyakit obstruksi
kronik, kankerparu, kanker mulut, karena asap rokok yang membahayakan
kesehatan si perokok maupun orang lain yang ada di sekitarnya, dengan itu
pemerintah telah menetapkan kebijakan kawasan tanpa rokok untuk melindungi
keseluruhan masyarakat dari bahaya asap rokok melalui undang-undang nomor 36
tahun 2009 pasal 115 ayat 1.
Pemerintah daerah menetapkan dan menerapkan kawasan tanpa rokok di
wilayahnya sesuai pasal 115 ayat 2, yang mengamanatkan kepada pemerintah
daerah (wajib) untuk menetapkan dan menerapkan KTR diwilayahnya. Maka
komitmen bersama dari lintas sektor dan berbagai elemen akan sangat berpengaruh
terhadap keberhasilan KTR.
Tetapi keberdaan puskesmas pun sebagai unit pelayanan kesehatan terdepan perlu
di revitalisasi dengan program pengendalian penyakit tidak menular secara
komperhensif ( promotif-preventif-kuratif-rehabilitatip)
Secara umum tujuan penyelenggaraan pengendalian PTM di puskesmas adalah
untuk meningkatkan akses penderita terhadap pelayanan penyakit tidak menular
yang bermutu di fasilitasi pelayanan dasar. Di harapkan ada beberapa puskesmas
menjadi puskesmas rujukan bagi pelayanan PTM dari puskesmas lain di wilayah
kerja Dinas Kesehatan Kab. Pandeglang.untuk keberhasilan dalam pelayanan
puskesmas untuk pengendalian PTM harus di lakukan dengan :

Profil Dinas Kesehatan Kab. Pandeglang 58


Tahun 2015
1. Meningkatkan sumberdaya tenaga kesehatan yang frofesional dan kompeten
dalam upaya pengendalian PTM
2. Meningkatkan menejemen pelayanan pengendalian PTM secara komperhensif
3. Meningkatkan ketersediaan sarana dan prasarana baik fromotif-preventif
maupun diagnostic dan pengobatan.
Laporan Program Penyakit Tidak menular (PTM) tahun 2015
KASUS BARU KASUS LAMA KEMATIAN
No. Penyakit Tidak Menular
L P JUMLAH L P JUMLAH L P JUMLAH
1 Hipertensi 4010 6987 10997 7119 14508 21627 118 209 327
2 Penyakit Jantung Koroner 79 69 148 212 249 461 9 7 16
3 Stroke 96 135 231 212 162 374 16 13 29
4 Diabetes Melitus 314 648 962 760 1555 2315 9 21 30
5 Kanker Leher Rahim 1 11 12 0 32 32 0 5 5
6 Kanker Payudara 1 26 27 0 57 57 0 8 8
7 Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) 153 100 253 161 136 297 6 27 33
8 Asthma 836 891 1727 1629 1736 3365 30 29 59
9 Osteoporosis 59 79 138 151 334 485 3 33 36
10 Gagal Ginjal Kronik 26 26 52 5 1 6 3 0 3
11 Kecelakaan Lalu Lintas Darat 2603 1346 3949 1054 609 1663 33 9 42
12 Lain-lain
13 Obesitas 847 2026 2873 2139 4292 6431 32 20 52

Dari table di atas dapat di simpulkan bahwa P2 PTM terdapat 12 penyakit utama
yang menjadi Kasus Baru yang meningkat diantaranya hipertensi , kecelakakaan
lalu lintas darat, penyakit obesitas, asthma, Diabetes Melitus, PPOK, stroke, jantung
koroner, osteoporosis, gagal ginjal kronik, kanker payudara , kanker leher Rahim,
Dari table tersebut yang paling banyak mendominasi adalah perempuan. dari
kasus terbanyak hipertensi dari 6987.

CapaianProgram penyakit Tidak menular tahun 2015

16000
14000
12000
10000
8000
6000
4000
2000 L
0
P

Profil Dinas Kesehatan Kab. Pandeglang 59


Tahun 2015
Dari grafik di atas tahun 2015 menunjukan bahwa dari 12 besar kasus di
kab.pandeglang hipertensi merupakan kasus yang ditangani tertinggi mencapai
10997 kasus baru, obesitas yang kedua dengan jumlah kasus 2873 kasus baru.

6. Kegiatan yang sudah di laksanakankan di tahun 2015


Kegiatan yang sudah di laksanakan adalah Evaluasi Program PTM dengan
jumlah peserta 73 orang di antaranya pengelola Program PTM & Dokter
Puskesmas , Pelatihan Peningkatan Kapasitas Kader Posbindu PTM Dengan
Jumlah Peserta 158 orang dari 36 Puskesmas Dengan Tujuan Terlatihnya
Kader Posbindu PTM Guna meningkatkan peran serta dalam pencegahan dan
penanggulangan FR-PTM di Masyarakat. Sosialisasi KTR bagi pengelola
Program PTM, Kepala Puskesmas & Dokter Puskesmas dengan jumlah peserta
180 orang, sosialisasi Ca Cervik & Ca. Mamae untuk dokter puskesmas dan
pegelola Program PTM dengan jumlah pesert 73 Orang, sosialisasi Portal PTM
dengan jumlah peserta 37 orang untuk pengelola program PTM dengan tujuan
untuk meningkatkan pencatatan dan pelaporan yang berbasis website.
Sosialisasi Posbindu PTM Tingkat Puskesmas dengan jumlah peserta 180
orang petugas kesehatan yang membawahi Posbindu PTM dipuskesmas,
Kegiatan Senam Kebugaran Jasmani bagi para pegawai dinas kesehatan dan
puskesmas yang berfaktor resiko PTM dengan kegiatan dilakukan di triwulan
satu (januari – Februari- Maret), tersedianya pembuatan Buku Register
Posbindu Sebanyak 144 Buku agar pencatatan dan pelaporan untuk posbindu
terregristrasi, juga kegiatan monitoring evaluasi ke puskesmas sebanyak 32
puskesmas.

7. Rencana Kegiatan P2 PTM Tahun 2016


a) Pertemuan evaluasi program Tingkat Kabupaten untuk pengelola program
PTM
b) Kegiatan Tim Mobile Skrining PTM
c) Kegiatan TIM Pengelola Program PTM Kabupaten
d) Sosialisasi Posbindu PTM Pada Siswa sekolah Menengah Atas & TP-PKK se-
Kabupaten
e) Sosialisasi Penyekit Tidak Menular Bagi Tokoh masyarakat & Tokoh Agama
f) Pembuatan / Cetak Buku monitoring PTM
g) Monitoring dan evaluasi ke puskesmas
h) Konsultasi Ke Dinas Kesehatan Provinsi Banten

Profil Dinas Kesehatan Kab. Pandeglang 60


Tahun 2015
2. Penyehatan lingkungan

Kesehatan lingkungan merupakan cabang ke ilmuan yang mempelajari dinamika


hubungan interaktif antara kelompok penduduk atau masyarakat dan segala macam
perubahan komponen lingkungan hidup, seperti spesies kehidupan, bahan, zat atau
kekuatan disekitar manusia, yang menimbulkan ancaman, atau berpotensi menganggu
kesehatan masyarakat serta mencari upaya upaya pencegahannya (Achmadi,1991).
Komponen lingkungan (Agent) yang mempunyai potensi bahaya penyakit tersebut,
menurut H L Bloom (40%) dikelompokkan dalam bentuk :

 Fisik (Kebisingan, radiasi,cuaca panas, partikel dan lain-lain)


 Kimia (Pestisida dalam makanan, asap rokok, limbah pabrik, polutan udara,
bahan pewarna makanan)
 Biologi (Spora jamur, bakteri, virus, protozoa, cacing, dan lain lain).
Kemudian komponen lingkungan tersebut berinteraksi dengan manusia
melalui media atau wahana (Vehicle): Udara, air, tanah, makanan, atau
vektor penyakit (seperti nyamuk).

Out Come hasil interaksi ini, yang menyebabkan apakah status manusia sakit atau
sehat. Inilah yang merupakan wilayah kajian Program Kesehatan lingkungan.
Perlindungan terhadap sarana air bersih dan sanitasi dasar, agar tidak menjadi
ancaman terhadap kesehatan masyarakat dirasa mutlak diperlukan, perlindungan ini
ditujukan pada pengamanan sumber air, sarana sanitasi dasar, sampah, salah satu
upaya untuk melindunginya adalah pengawasan kualitas air dan penyehatan
lingkungan permukiman.

Pengawasan penyehatan lingkungan permukiman meliputi penilaian terhadap


kualitas fisik, kimia dan mikrobiologi dan melindungi/memperbaiki sarana air bersih,
cubluk jamban, air limbah dan sampah yang mengakibatkan/ mempengaruhi
terhadap kesehatan masyarakat yang diakibatkan oleh lingkungan yang tidak bersih.

Pemeriksaan secara periodik yang dilaksanakan dalam kegiatan penyehatan


lingkungan permukiman diharapkan memberikan jaminan bahwa semua sarana
penyediaan air bersih dan penyehatan lingkungan yang berada di masyarakat
terbebas dari gangguan kesehatan, sehingga derajat kesehatan masyarakat dapat
tercapai. Sanitasi sebagai salah satu aspek pembangunan memiliki fungsi penting
dalam menunjang tingkat kesejahteraan masyarakat, karena berkaitan dengan
kesehatan, pola hidup, kondisi lingkungan permukiman serta kenyamanan dalam
kehidupan sehari-hari.

Profil Dinas Kesehatan Kab. Pandeglang 61


Tahun 2015
Sanitasi seringkali dianggap sebagai urusan “sekunder”, sehingga sering terpinggirkan
dari urusan-urusan yang lain, namun seiring dengan tuntutan peningkatan standar
kualitas hidup masyarakat, semakin tingginya tingkat pencemaran lingkungan dan
keterbatasan daya dukung lingkungan itu sendiri menjadikan sanitasi menjadi salah
satu aspek pembangunan yang harus diperhatikan. Secara umum pelaksanaan
program di Program Penyehatan Lingkungan Permukiman Kabupaten Pandeglang
tahun 2013 masih belum maksimal, hal ini dikarenakan kompleksitas permasalahan
dan kendala baik yang bersifat intern seperti lemahnya koordinasi lintas program
dalam menentukan intervensi terhadap kondisi lingkungan dan kelompok rentan. Dan
permasalahan yang bersifat ekstern seperti kurangnya dukungan dan kebijakan politis
pemerintah daerah dalam pembangunan sektor kesehatan. Berdasarkan data program
Kesling Dinas Kesehatan Kabupaten Pandeglang pada tahun 2015 kegiatan seksi
Kesehatan Lingkungan sebagai berikut :

Kegiatan Seksi Penyehatan Lingkungan Target dan hasil cakupan :

A. Pelaporan dari Puskesmas setiap 3 bulan sekali (Triwulanan)

Pelaporan yang dilaksanakan oleh Puskesmas dan dilaporkan ke Dinas Kesehatan


Setiap tiga Bulan sekali tanggal 5, dan dilaporkan dari Dinas Kesehatan Kabupaten
Pandeglang ke Dinas Kesehatan Provinsi setiap tanggal 10 . Hasil yang dapat
tergantung dari kemampuan petugas Puskesmas dalam melakukan kegiatan
pengawasan /Inspeksi Sanitasi pada sarana.
1. Cakupan Rumah Sehat
Bangunan rumah tinggal yang memenuhi syarat kesehatan yaitu rumah yang
memiliki jamban sehat, sarana air bersih, tempat pembuangan sampah, sarana
pembuangan air limbah, ventilasi rumah yang baik, kepadatan hunian rumah
yang sesuai dan lantai rumah yang tidak terbuat dari tanah (Kepmenkes No.
829/SK/VII/ 1999 tentang Persyaratan Kesehatan Perumahan), Cakupan Rumah
Sehat tahun 2015 adalah 59,4% dari target 85%
Hasil cakupan rumah sehat
Di kabupaten pandeglang
Tahun 2011 – 2015
100 77 83 85 85
71
55,9 56,01 55,52 59,2 59,4
50 TARGET
RUMAH SEHAT (%)
0
Tahun 2011 Tahun 2012 Tahun 2013 Tahun 2014 Tahun 2015

Profil Dinas Kesehatan Kab. Pandeglang 62


Tahun 2015
2. Cakupan Keluarga Menurut Sumber Air Minum Yang Digunakan
1. Sumber Air Minum yang Digunakan
Berdasarkan keputusan menkes RI Nomor 907/menkes/SK/VII/2002 tentang
syarat syarat dan pengawasan air minum, bahwa air minum dikonsumsi masyarakat
harus memenuhi persyaratan kesehatan.
Sumber Air Minum yang digunakan oleh Masyarakat Kabupaten Pandeglang yang
digunakan/dikonsumsi Tahun 2015 yaitu 43 % dari 134.120 Jumlah Sarana.
2. Akses Air Minum
Air sangat diperlukan oleh tubuh manusia seperti halnya udara dan makanan. Tanpa
air manusia tidak akan bisa bertahan hidup lama. Selain berguna untuk manusia, air
pun diperlukan oleh mahluk lainnya misalnya hewan dan tumbuh tumbuhan.
Bagi manusia, air diperlukan untuk menunjang kehidupan antara lain dalam kondisi
yang layak untuk diminum langsung atau air yang harus dimasak terlebih dahulu
sebelum dapat diminum.
Air minum dalam tubuh manusia berguna untuk menjaga keseimbangan
metabolisme dan fisiologi tubuh .Setiap waktu, air perlu dikonsumsi karena setiap
saat tubuh bekerja dan berproses. Disamping itu, air air juga digunakan untuk
melarutkan dan mengolah sari makanan agar dapat dicerna
Pembangunan air minum dan penyehatan lingkungan dalam waktu sepuluh tahun
terakhir telah mengalami banyak perubahan disepakati kebijakan nasional
pembangunan air minum dan penyehatan lingkungan berbasis masyarakat dan
berperannya kelompok kerja air minum dan penyehatan lingkungan (Pokja AMPL).
Kondisi ini mendorong maraknya pembangunan AMPL berbasisi masyarakat yang
melibatkan hampir seluruh pemangku kepentingan mulai dari pemerintah pusat,
daerah, LSM dan masyarakat. Di Kabupaten Pandeglang AMPL tahun 2015 sebesar
59,93%
Akses penduduk menurut sumber air minum
Di kabupaten pandeglang
Tahun 2011 – 2015

AKSES AIR MINUM (%)


50,93
53,93
TAHUN 2011
TAHUN 2012
TAHUN 2013
53,36 50 TAHUN 2014
TAHUN 2015

49

Profil Dinas Kesehatan Kab. Pandeglang 63


Tahun 2015
3. Cakupan Keluarga Memiliki Sarana dan Akses Air Bersih
Sumber air untuk keperluan minum/ masak serta mandi/ cuci sebagian besar
penduduk. Air bersih yang aman artinya penyediaan air bersih dimana tidak
tercemar oleh debu, bakteri, parasit dll.Air adalah salah satu dari sejumlah
komoditi yang ada untuk kita dan suatu kebutuhan fisik untuk hidup.Tentu saja
itu dapat menjadi sumber penyakit dan kematian. Cakupan SAB tahun 2015
59,98 dari target 85%

Hasil cakupan sarana air bersih sehat


Di kabupaten pandeglang
Tahun 2011 – 2015
100
83 85 85
77
80 71
59,6 60,4 59,7 59,98
56,4
60
TARGET
40 SAB SEHAT (%0

20

0
TAHUN 2011 TAHUN 2012 TAHUN 2013 TAHUN 2014 TAHUN 2015

Tahun 2015 akses air bersih di Kabupaten Pandeglang sebesar 42,48 %

Akses pemakai air bersih


Di kabupaten pandeglang
Tahun 2011 – 2014

AKSES PEMAKAI SAB (%)


33,3

48,05
TAHUN 2011
TAHUN 2012
TAHUN 2013
27
TAHUN 2014

42,48 TAHUN 2015

34,25

Profil Dinas Kesehatan Kab. Pandeglang 64


Tahun 2015
4. Cakupan Keluarga dengan Kepemilikan Sarana Sanitasi Dasar
a. Jamban Keluarga
Tempat buang air besar yang konstruksinya memenuhi syarat-syarat kesehatan,
antara lain menggunakan tangki septic. Jamban merupakan tempat yang aman
dan nyaman untuk digunakan sebagai tempat buang air besar. Berbagai jenis
jamban yang digunakan di rumah tangga, sekolah, rumah ibadat dan lembaga
lembaga lain.
Jamban sehat adalah fasilitas pembuangan tinja yang :
1. Mencegah kontaminasi ke badan air
2. Mencegah kontak antara manusia dan tinja
3. Membuat tinja tersebut tidak dapat dihinggapi serangga, serta binatang
lainnya
4. Mencegah bau yang tidak sedap
5. Konstruksi dudukannya dibuat dengan baik, aman dan mudah dibersihkan.
Cakupan Jamban Sehat tahun 2015 63,79% dari target 85

Hasil cakupan jamban sehat


Di kabupaten pandeglang
Tahun 2011 – 2014
100 85 85
83
77
80 71
62,5 62,7 62,5 63,4 63,79
60
TARGET
40
JAMBAN SEHAT (%)
20
0
Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun
2011 2012 2013 2014 2015

2. Tempat Pembuangan Sampah Sehat (TPS)


Penanganan persampahan menekankan pada pendekatan partisipasi masyarakat,
berupa upaya penanganan sampah mulai dari sumbernya melalui program 3 R
(reduse, reuse, dan recycle). Masyarakat diarahkan untuk bisa melakukan kegiatan
pemilahan, pengolahan, pemanfaatan kembali, dan pengumpulan. Proses ini
diharapkan dapat meningkatkan pendapatan maupun perluasan kesempatan kerja.
Sedangkan untuk kegiatan pengangkutan dan pengolahan akhir, pelaksanaan
kegiatan akan dilakukan secara kontraktual ataupun ditangani oleh Dinas terkait
mengingat skala pekerjaannya yang relatif besar. Tempat pembuangan sampah yang
konstruksinya memenuhi syarat-syarat kesehatan (ketentuan program).

Profil Dinas Kesehatan Kab. Pandeglang 65


Tahun 2015
Hasil cakupan tempat pembuangan sampah (tps) sehat
Di kabupaten pandeglang
Tahun 2011 – 2015
90 83 85 85
77
80 71
70
57,8 58,2
60 50,6 51,52 52,01
50 TARGET
40
TPS SEHAT (%)
30
20
10
0
TAHUN 2011 TAHUN 2012 TAHUN 2013 TAHUN 2014 TAHUN 2015

3. Pengelolaan Saluran Air Limbah Sehat (SPAL)


Tempat pembuangan air limbah keluarga yang konstruksinya memenuhi syarat-
syarat kesehatan ( ketentuan program)
Cakupan SPAL Sehat ada peningkatan tahun 2014 sebanyak 62,59 dari target
85%. Tahun 2015 62,81% hal ini dikarenakan kemampuan petugas dalam
memeriksa SPAL Rumah Tangga tidak dilakukankan sesuai target baik bulanan,
triwulanan.

Hasil cakupan spal sehat


Di kabupaten pandeglang
Tahun 2011 – 2015
90 83 85 85
77
80 71
70 64,9 65,1 62,59 62,81
60
46,85
50 TARGET
40
SPAL SEHAT(%)
30
20
10
0
TAHUN 2011 TAHUN 2012 TAHUN 2013 TAHUN 2014 TAHUN 2015

Profil Dinas Kesehatan Kab. Pandeglang 66


Tahun 2015
5. Cakupan Tempat Tempat Umum (TTU)

Penyehatan tempat tempat umum yaitu segala upaya untuk meningkatkan dan
memelihara kesehatan lingkungan tempat tempat umum, meliputi kegiatan
pengendalian resiko resiko kesehatan akibat kurang terpenuhinya kesehatan dasar
dengan meningkatkan kesehatan lingkungan. Baik pada lingkungan tempatnya
maupun terhadap bentuk atau wujud substantifnya yang berupa fisik, kimia dan
biologis temasuk perubahan perilaku.
Pengawasan Tempat tempat umum yaitu pengawasan terhadap sarana sarana yang
disediakan oleh badan pemerintah, pemerintah daerah, swasta atau perorangan
yang menghasilkan sesuatu yang langsung dapat dipergunakan oleh umum.
Sarana sarana tempat tempat umum seperti Rumah Sakit, Hotel, Kolam Renang,
Pemandian Umum, Bioskop, Gedung, Salon, Pasar dan sebagainya.
Hotel adalah jenis akomodasi yang dipergunakan sebagian atau seluruh bangunan
untuk menyediakan jasa layanan penginapan, yang dikelola secara komersial yang
meliputi hotel berbintang dan hotel melati. Hotel berbintang adalah jenis akomodasi
yang mempergunakan sebagian atau seluruh bangunan untuk menyediakan jasa
pelayanan penginapan, makan, minum (sejenis restoran)serta jasa lainnya bagi
umum.
Hotel melati adalah jenis akomodasi yang mempergunakan sebagian atau seluruh
bangunan untuk menyediakan jasa pelayanan penginapan.
Tempat tempat umum (hotel, restoran, sekolah, sarana ibadah dll) merupakan
tempat yang digunakan untuk fasilitas umum yang merupakan media yang sangat
baik dalam penularan penyakit, karena merupakan tempat interaksi antar manusia.

Hasil cakupan tempat tempat umum sehat


Di kabupaten pandeglang
Tahun 2011 – 2015
100 85 85
83
77
80 71
60,96 61 60 60,9 60,91
60
TARGET
40
TTU SEHAT (%)
20
0
TAHUN TAHUN TAHUN TAHUN TAHUN
2011 2012 2013 2014 2015

Profil Dinas Kesehatan Kab. Pandeglang 67


Tahun 2015
6. Klinik Sanitasi

Menurut ahli kesehatan H.L Blum derajat kesehatan masyarakat dipengaruhi oleh 4
(empat) faktor : Lingkungan, perilaku manusia, pelayanan kesehatan dan keturunan.
Puskesmas mempunyai peran sebagai motivator dalam perubahan perilaku hidup bersih
dan sehat serta membina kesehatan lingkungan masyarakat diwilayah kerjanya. Selama
ini telah banyak dilakukan program program yang bertujuan memperbaiki kualitas
lingkungan, namun hasilnya belum dapat diharapkan secara optimal. Oleh sebab itu
dapat diperkenalkan dan dikembangkan suatu alternatif pemecahan masalah kesehatan
lingkungan yang dimaksudkan yaitu klinik sanitasi. Sampai saat ini diketahui bahwa
permasalahan penyakit terbanyak yang terdapat diwilayah kerja puskesmas didominasi
oleh penyakit penyakit yang berhubungan dengan masalah kesehatan lingkungan.

Disamping itu upaya pengobatan penyakit dan upaya perbaikan lingkungan dikerjakan
secara terpisah dan belum terintegrasi dengan upaya terkait lainnya. Petugas
paramedis/medis mengupayakan pengobatan tanpa memperhatikan kondisi lingkungan
perumahan / pemukiman pasien, disisi lain petugas kesling mengupayakan kesehatan
lingkungan tanpa memperhatikan permasalahan penyakit/kesehatan masyarakat.

Klinik Sanitasi adalah merupakan suatu wahana untuk mengatasi masalah kesehatan
masyarakat melaluiupaya terintegrasi antara kesehatan lingkungan pemberantasan
penyakit dengan bimbingan, penyuluhan dan bantuan teknis dari petugas puskesmas.
Klinik sanitasi bukan sebagai unit pelayanan yang berdiri sendiri tetapi sebagai bagian
integral dari kegiatan puskesmas, bekerjasama dengan program yang lain dari sektor
terkait diwilayah kerja puskesmas.

Pasien : Penderita penyakit yang diduga berkaitan dengan kesehatan lingkungan yang
dirujuk oleh petugas medis ke ruang klinik sanitasi.

Klien : Masyarakat umum bukan penderita penyakit yang datang ke puskesmas untuk
berkonsultasi tentang masalah yang berkaitan dengan kesehatan lingkungan.

Tujuan Umum : Meningkatnya derajat kesehatan masyarakat melalui upaya preventif


dan kuratif yang dilakukan secara terpadu, terarah dan tersusun secara terus menerus.

Tujuan Khusus :

a. Meningkatkan pengetahuan dan kesadaran masyarakat (pasien dan klien) serta


masyarakat disekitarnya akan pentingnya lingkungan dan perilaku hidup bersih
dan sehat.

Profil Dinas Kesehatan Kab. Pandeglang 68


Tahun 2015
b. Masyarakat mampu memecahkan masalah kesehatan yang berhubungan dengan
kesehatan lingkungan.
c. Terciptanya keterpaduan antar program program kesehatan dan antar sektor
terkait yang dilaksanakan di Puskesmas, dengan pendekatan penanganan secara
holistik terhadap penyakit penyakit berbasis lingkungan
d. Meningkatkan kewaspadaan dini terhadap penyakit penyakit berbasis lingkungan
melalui pemantauan wilayah setempat (PWS) secara terpadu (PWS terhadap
lingkungan dan penyakit).

Kegiatan Klinik Sanitasi

1. Di Dalam Gedung

Semua pasien yang mendaftar diloket, setelah mendapat kartu status,


seterusnya diperiksa oleh petugas paramedis/medis puskesmas. Apabila
didapatkan penderita penyakit yang berhubungan erat dengan faktor
lingkungan, maka yang bersangkutan dirujuk ke ruang klinik sanitasi.

Jika klien setelah mendaftar ke loket mereka langsung ke ruang klinik sanitasi
sanitarian/tenaga kesehatan lingkungan akan melakukan wawancara dan
konseling yang hasilnya ditulis dalam kartu status kesehatan lingkungan.
Selanjutnya sanitarian/petugas kesling membuat janji kunjungan rumah ke
pasien/klien.

2. Di Luar Gedung

Kegiatan luar gedung ini adalah kuunjungan rumah/lokasi sebagai tindak lanjut
kunjungan pasien/klien ke puskesmas (klinik sanitasi). Kunjungan ini
sebenarnya merupakan kegiatan rutin yang lebih dipertajam sasarannya, sesuai
hasil wawancara pasien/klien dengan sanitarian pada waktu dipuskesmas.

Dalam kunjungan ini, sanitarian diharapkan mengikutsertakan kader kesling,


ketua pokma, hal ini dimaksudkan agar masyarakat dapat memahami
permasalahan lingkungan. Puskesmas yang sudah melaksanakan kegiatan Klinik
Sanitasi dari 36 puskesmas sudah 25 Puskesmas (69.4%)

Profil Dinas Kesehatan Kab. Pandeglang 69


Tahun 2015
Hasil laporan kegiatan klinik sanitasi
Di kabupaten pandeglang
tahun 2011 – 2015

Puskesmas
30
25 25
20
Puskesmas
10
3 7
0
Tahun 2011 Tahun 2012 Tahun 2013 Tahun 2014 Tahun 2015

8. Laporan STBM

Kegiatan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) sebanyak 85 Desa di 16


Puskesmas dari APBD 57 Desa Pamsimas 10 Desa TPSTBM 4 Desa MCK 14 Desa
yang Melaksakana Pemicuan STBM (44,44%)

B. Kegiatan Program Penyehatan Lingkungan Pemukiman (PLP) dan Tempat Tempat


Umum (TTU)

1. Kegiatan Tahun 2015

1. Terlaksanaya Pertemuan Perencanaan dan evaluasi program kesling 36


Puskesmas
2. Pertemuan pengelola limbah medis dengan eserta kepala puskesmas dan
sanitarian
3. Penanganan limbah medis di 36 Puskesmas sebanyak 500 kg limbah medis di
bulan Nopember dan 500 kg limbah medis di bulan Desember 2015
4. Pertemuan Pasar Sehat dengan peserta 36 Puskesmas
5. Pertemuan Klinik sanitasi dengan oeserta sanitarian dan petugas BP Puskesmas
6. On The Job Trainning di 9 Puskesmas karena pengelola program kesling bukan
berlatar belakang sanitarian : Puskesmas Cibitung, Sindangresmi, Cibaliung,
Sobang, Cikedal, Cikeusik, Cadasari dan Perdana

Profil Dinas Kesehatan Kab. Pandeglang 70


Tahun 2015
2. Rencana Kegiatan Tahun 2016

1. Terbentuknya Tim panitia pelaksanaan kegiatan baik pengelola limbah medis


Puskesmas, koordinasi PLP dan TTU serta klinik sanitasi di 36 Puskesmas
2. Inpeksi sanitasi tempat tempat umum ( Pondok pesantren, hotel dan kolam
renang) di 100 sarana
3. Terlaksannaya inpeksi sanitasi jamban, SPAL dan TPS di 36 Puskesmas
4. Adanya kemasana, Kantong plastik limbah medis puskesmas di 36 Puskesmas
5. Terlaksananya uji laboratorium secara bakteriologis dan kimia sebanyak 200
sampel
6. Penanganan sampah medis pelayanan puskesmas dengan pihak ke 3
7. Adanya buku register rumah sehat, pedoman pelaksanaan klinik sanitasi
8. On the job trainning puskesmas program kesling 9 Puskesmas
9. Terlaksananya monitoring puskesmas pengelolaan limbah medis

C. Kegiatan Program Pengawasan Kualitas Air dan Lingkungan (PKAL)

c.1. Kegiatan Tahun 2015

1. Terlaksananya IS dan Kaporisasi SAB


Rekap hasil IS sarana Jumlah 14.038 sarana di 216 Desa
Rendah 3.710, Sedang 3.727, Tinggi 1.227, dan Amat Tinggi 301
Pemberian Kaporit sarana air bersih :
SGL : 13.133 sarana
SPT : 175 sarana
SR : 195 Sarana
PMA : 321 Sarana
SA : 4 Sarana
Perpipaan : 210 sarana
2. Terlaksananya IS Damiu di 40 Dam sampel kimia 40 sampel dan bakteriologis 40
sampel
3. Terpantaunya Kualitas air bersih dan air minum
Wilayah 1 : 30 Sampel
Wilayah 2 : 30 sampel
Wilayah 3 : 30 sampel
Uji Laboratorium :
Bakteriologis 120 sampel

Profil Dinas Kesehatan Kab. Pandeglang 71


Tahun 2015
4. Terlaksananya sosialisasi lintas sektor dan Pengusaha DAM
5. Terlaksananya supervisi suportif program kesling
6. Terlaksananya sistem pencatatan dan pelaporan
c.2. Rencana Kegiatan Tahun 2016
1. Terlaksananya infeksi sanitasi (IS) dan kaporisasi sarana air bersih (SAB) di 36
Puskesmas
2. Terlaksananya inpeksi sanitasi depot air minum isi ulang (Damiu) dan AMDK 50
DAM
3. Terpantaunya kualitas air bersih dan air minum di 36 Puskesmas
4. Terpabtaunya pengawasan daerah resiko
5. Pertemuan Tim Pengawas kualitas air dan lingkungan di 36 Puskesmas
6. Pertemuan sosialisasi Pengusaha DAM
7. Terlaksananya monitoring dan evaluasi program PKAL
8. Terlaksananya konsultasi ke Dinas kesehatan Provinsi Banten

D. Kegiatan Community Led Total Sanitation (CLTS)


d.1. Kegiatan Tahun 2015
1. terlaksananya pencatatan data sanitasi dasar untuk melengkapi buku putih
2. Terlaksananya sosialisasi program PPSP
3. Terlaksananya entri dan analisis data sanitasi dasar
4. Terlaksananya penyusunan laporan kegiatan update data sanitasi dasar

d.2. Rencana Kegiatan Tahun 2016


1.Terlaksananya pelatihan kader kesling menjadi Fasilitator CLTS / STBM
sebanyak 108 kader (36 Desa)
2. Terlaksananya kegiatan pemicuan di 18 Desa
3. Terlaksananya pelatihan wira usaha sanitasi (wusan) di 18 Desa
4. Terlaksananya Wusan di Desa
5. Terlaksananya Verifikasi ODF (Bebas Buang Air Besar Sembarangan)

Profil Dinas Kesehatan Kab. Pandeglang 72


Tahun 2015
E. MCK
e.1. Kegiatan Tahun 2015
1. Terlaksananya penentuan titik lokasi kegaiatan sarana dan prasarana MCK
a. Kecamatan Pandeglang kel Babakan Kalanganyar
b. Kecamatan Pandeglang kel Kadomas
c. Kecamatan Majasari Kel SUkaratu
d. Kecamatan Cimanuk Ds Babakan sompok
e. Kecamatan Saketi Ds SOdong
f. Kecamatan Saketi Ds Medalsari
g. Kecamatan Cisata Ds Pasireurih
h. Kecamatan Sukaresmi Ds Cibungur
i. Kecamatan Angsana Ds Kramatmanik
j. Kecamatan Munjul Desa Lebak
k. Kecamatan Munjul Ds Pasanggrahan
2. Terlaksananya pemicuan STBM kegiatan sarana dan prasarana MCK di 11 Desa
3. Terlaksananya monitoring lapangan kegiatan sarana dan prasarana MCK
4. Terlaksananya pembangunan sarana umum MCK di 11 Desa
a. Kecamatan Pandeglang kel Babakan Kalanganyar di Kampung Juwantaka RT 02 RW 04
b. Kecamatan Pandeglang kel Kadomas di Kampung Jajawai Rt 02 RW 03
c. Kecamatan Majasari Kel Sukaratu di Pondok Pesantren Rhaudatul Fallah
d. Kecamatan Cimanuk Ds Babakan sompok Kampung Babakan SOmpok Rt 08 Rw04
Ds Batubantar
e. Kecamatan Saketi Ds Sodong di Pondok pesantren Nurul Amal
f. Kecamatan Saketi Ds Medalsari di Pontren Al Hikmah
g. Kecamatan Cisata Ds Pasireurih di Pontren darul Ibtida
h. Kecamatan Sukaresmi Ds Cibungur di Kampung Rancakarya
i. Kecamatan Angsana Ds Kramatmanik di Kampung Talangtang
j. Kecamatan Munjul Desa Lebak di kampong Cikawung
k. Kecamatan Munjul Ds Pasanggrahan di Pontren Al ABror

e.2. Rencana Kegiatan Tahun 2016


1. Terlaksananya penentuan titik lokasi kegiatan sarana dan prasarana MCK di 12 Desa
2. Terlaksananya pemicuan STBM kegiatan sarana dan prasarana MCK di 12 Desa
3. Terlaksananya monitoring lapangan kegiatan sarana dan prasarana MCK
4. Terlaksananya pembangunan sarana umum MCK di 12 Desa

Profil Dinas Kesehatan Kab. Pandeglang 73


Tahun 2015
F. Kegiatan Penyedianaan Air Minum Sanitasi Masyarakat (Pamsimas)
Kegiatan Tahun 2015
Sumber Dana APBN : Desa Pamsimas : Kecamatan Angsan ( Desa Kadubadak dan Desa
Cipinang) Kecamatan Cimanggu (Desa Batu Hideung) Kecamatan Sumur ( Desa Tunggal
Jaya) Kecamatan Cikeusik ( Desa Parungkokosan) Kecamatan Cibaliung ( Desa
Cihanjuang) Kecamatan Panimbang ( Desa Mekarsari) Kecamatan Sukaresmi ( Desa
Cikuya)
Sumber Dana APBD : Kecamatan Cigeulis ( Desa Ciseureuheun) Kecamatan Jiput ( Desa
Jaya Mekar)

Kegiatannya :
1. Identifikasi Masalah /Penjaringan Lokasi sasaran Pamsimas
2. Pelatihan Kesehatan untuk KKM dan Kader di Desa Pamsimas
3. Pra Pemicuan STBM di Desa Pamsimas
4. Penyusunan RKM di Desa Pamsimas
5. Pelaksanaan Kegiatan Kesehatan :
a. Kegiatan yang dilaksanakan Pemicuan, Kampanye CTPS di Sekolah, Kampanye
Higyene Sanitasi Sekolah, Surveilance Kualitas Air dan Fasilitasi Implementasi
b. Pembangunan Fisik Sarana di 9 Kecamatan dan 10 Desa
6. Monitoring Pasca kegiatan kesehatan

G. Kegiatan Tugas Pembantuan (TP PAM STBM)


1. Pembangunan Sarana sanitasi, Bangunan gedung :
a. Puskesmas Cimanggu di Desa Ciburial Pondok Pesantren Al-Falah
b. Puskesmas Cibitung di Desa Cikadu Pondok Pesantren Darul Mubtadin
c. Puskesmas Picung di Desa Kadupandak Pondok Pesantren Rhaudatussibyan
d. Puskesmas Bojong di Desa Manggung Jaya Pondok Pesantren Matlaul Hidayah

2. Fasilitasi peningkatan kesehatan lingkungan di pondok pesantren


k. Persiapan penjaringan lokasi sasaran
l. Fasilitasi masyarakat pondok pesantren (TKM, RKM)
m. Design Engenering Detil (DED)
n. Monitoring dan Evaluasi kesehatan lingkungan di Pondok Pesantren

Profil Dinas Kesehatan Kab. Pandeglang 74


Tahun 2015
Kendala yang dihadapi pelaksana program penyehatan lingkungan :
a. Jumlah Tenaga Sanitarian di Puskesmas masih kurang karena program kesling
masih dipegang dengan tenaga lain
b. Sarana transportasi, kendaraan dan mobilisasi masih rendah dan kurang
c. Anggaran Kegiatan masih kurang sehingga program yang ada di seksi pebyehatan
lingkungan tidak semua terkoordinir dan belum mendalam
d. Petugas sanitasi sebagian besar masih merangkap tugas sehingga tugas pokok tidak
dapat dilaksanakan secara maksimal .
e. Puskesmas yang masih belum mempunyai petugas sanitarian sebanyak 18
puskesmas
f. Cakupan program penyehatan lingkungan masih kurang dari target karena hal
merupakan kemampuan petugas yang melaksanakan, keterbatasan tenaga, dana
serta kondisi wilayah kerja yang masih sulit dijangkau oleh petugas sanitasi.
g. Pencatatan pelaporan program kesling masih perlu diperbaiki dan kontinuitasnya
ditingkatkan serta feedback dari seksi Kesling ke puskesmas hasil laporan
puskesmas dinirbelum berjalan dengan baik.
h. Kegiatan Program masih belum dilaksanakan secara optimal karena Puskesmas
belum mempunyai fasilitas sanitarian Kit
i. Peran serta masyarakat Pandeglang dalam pembangunan sarana sanitasi dasar
belum maksimal karena kondisi ekonomi masyarakat yang semakin sulit
j. Di Puskesmas tertentu dukungan kepala Puskesmas terhadap program kesling
masih kurang dan masih rendah.

Profil Dinas Kesehatan Kab. Pandeglang 75


Tahun 2015
C. Rawat Inap dan Rujukan

Pelayanan pengobatan yang dilaksanakan oleh Puskesmas dan Puskesmas


Pembantu ( Pustu ) merupakan pelaksanaan kegiatan kesehatan dasar, untuk
menghitung persentase penduduk Kabupaten Pandeglang yang memanfaatkan
sarana pelayanan kesehatan baik pelayanan kesehatan keluarga miskin maupun
masyarakat non miskin, diperlukan adanya penelitian dan perhitungan khusus
mengingat sistem pencatatan dan pelaporan rawat jalan belum optimal.

Pelayanan Gawat darurat level I yang harus diberikan sarana kesehatan kabupaten kota
(naratif)
Pelayanan gawat darurat level 1 adalah tempat pelayanan gawat darurat yang memiliki
dokter umum on site 24 jam dengan kualifikasi Gels dan ATLS, ACLS serta memiliki alat
transportasi dan komunikasi. Pelayanan Gawat darurat level I yang harus diberikan
sarana kesehatan kabupaten Pandeglang tahun 2015 adalah 15 sarana pelayanan
kesehatan atau 40.5%, yang terdiri dari Rumah sakit 1, Puskesmas Dengan Tempat
Perawatan 9, dan Puskesmas Tidak Dengan Tempat Perawatan 5.

Indikator lain yang dipakai untuk mengukur keberhasilan pelayanan oleh Puskesmas antara
lain :

 Ratio Puskesmas terhadap kecamatan telah mencapai 1.21 dari target 1.51 sehingga
pencapaian kinerja sebesar 85 %
 Ratio Pustu terhadap Puskesmas 2.32 dari target 3.3 sehingga pencapaian kinerja
sebesar 70,30 %
 Cakupan pelayanan gawat darurat level 1 yang harus diberikan sarana kesehatan (RS) di
Kabupaten/ Kota sebesar 33% dari target 100%, sehingga capaian target sebesar 33%.

Bertambahnya jumlah dan mutu sarana pelayanan kesehatan masyarakat melalui


tersediannya sumber daya, sarana dan prasarana kesehatan, tersedianya kebutuhan obat
serta perbekalan kesehatan pada tahun 2010 ini. Indikator untuk mengukur keberhasilan
pelayanan tersebut adalah sebagai berikut:

a. Untuk tahun 2015 masih belum terpenuhinya sarana kesehatan dengan


kemampuan UGD, hanya 12 puskesmas dari 36 puskesmas yang memiliki UGD,
sehingga mencapai 33,33% dari target 45%.

Profil Dinas Kesehatan Kab. Pandeglang 76


Tahun 2015
b. Terpenuhinya sarana puskesmas dengan kemampuan Laboratorium Kesehatan
sederhana sebesar 13,89%, dari 36 Puskesmas baru 5 puskesmas dengan
laboratorium kesehatan sederhana, dan puskesmas dengan lab malaria
sebanyak 12 puskesmas atau 33.33%, serta puskesmas dengan lab pemeriksaan
TB Paru sebanyak 36 puskesmas dengan capaian sebesar 100%.
c. Terpenuhinya ketersediaan obat sesuai kebutuhan di Puskesmas untuk tahun
2015 dengan rencana target 90% dan capaian 90%, Obat generik berlogo dalam
persediaan 100% dari target 100%, pengadaan obat essensial 100% dari 100%
dan penulisan resep obat generik tercapai 100% dari target 100%.

Pencapaian Program Perkesmas Kabupaten Pandeglang Tahun 2015

Jumlah Maskin Kab Pandeglang : 629.461


Jumlah sasaran Perkesmas kab pandeglang tahun 2015 : 16. 743
Hasil Cakupan Pencapaian Kemandirian 1 : 16.321 (97,4 %)
Hasil Cakupan Pencapaian Kemandirian 2 : 6.237 ( 37.2% )
Hasil Cakupan Pencapaian Kemandirian 3 : 3.989 ( 23,8 %)

HASIL CAKUPAN PERKESMAS DINKES


KAB.PANDEGLANG TAHUN 2015
97.4 100
100
90 80
80
70 60
60 Pencapaian
50 Target
37.2
40 Column1
30 23.8
20
10
0
Kemandirian 1 Kemandirian 2 Kemandirian 3

Profil Dinas Kesehatan Kab. Pandeglang 77


Tahun 2015
1. Kesehatan Kerja dan olahraga

Indonesia saat ini mengalami double barden (masalah ganda ) dalam hal kesehatan
dimana belum tuntasnya masalah pemberantasan penyakit menular di masyarakat
timbul lagi masalah penyakit tidak menular yang perlu mendapatkan perhatian dari
berbagai kalangan, diprediksi tahun 2019 mendatang Indonesian akan mendapatkan
bonus demografi penduduk dimana 75% diantaranya adalah usia produktif (pekerja) dan
mengalami obesitas, seperti diketahui bersama pada obesitas rentan terkena penyakit
terutama penyakit tidak menular, seperti DM, Hipertensi, Stroke yang salah satu
sebabnya adalah kurangnya aktivitas fisik, dan gaya hidup yang tidak sehat. Pada usia
produktif pula timbul masalah-maslah baru yang berkaitan dengan kesehatan seperti
penyakit akibat kerja, penyakit akibat hubungan kerja, kecelakaan akibat kerja dan
sebagainya, terlepas dari berbagai masalah tersebut diatas serta dengan adanya amanat
undang undang nomor 36 tahun 2009 tentang kesehatan pasal 80 yang berbunyi upaya
kesehatan kerja dan olahraga ditujukan untuk meningkatkan kesehatan dan kebugaran
jasmani masyarakat, dan 81 menyatakan upaya kesehatan kerja dan olahraga lebih
mengutamakan pendekatan preventif dan promotif tanpa mengabaikan pendekatan
kuratif dan rehabilitatif, dengan dasar itu diharapkan program kesehatan kerja dan
olahraga dapat meminimalisir permaslahan-permaslahan yang memang sebenarnya bisa
dicegah. Jadi pada program kesehatan kerja dan olahraga lebih ditekankan pada preventif
dan rehabiltatif.

Dalam mengupayakan agar masyarakat/individu tahu dan sadar, kuncinya terletak pada
keberhasilan membuat masyarakat/individutersebut memahami bahwa sesuatu
(misalnya Stroke) adalah masalah baginya dan bagi masyarakatnya. Sepanjang
masyarakat/individu yang bersangkutan belum mengetahui dan menyadari bahwa
sesuatu itu merupakan masalah, maka masyarakat/individu tersebut tidak akan bersedia
menerima informasi apa pun lebih lanjut. Saat masyarakat/individu telah menyadari
masalah yang dihadapinya, maka kepadanya harus diberikan informasi umum lebihlanjut
tentang masalah yang bersangkutan.

Selama tahun 2015 kesehatan kerja dan olahraga telah mengadakan kegiatan-kegiatan
baik yang bersumber dari APBN (Dana Dekonsentrasi)ataupun APBD II.diantaranya:

1. Program Kesehatan Kerja


 Pembentukan POS UKK Nelayan di Kecamatan Sumur 1 pos
 Pembentukan Pos UKK di kecamatan Panimbang 2 Pos UKK.

Profil Dinas Kesehatan Kab. Pandeglang 78


Tahun 2015
 Pembinaan Pos UKK di 5 Kecamatan yaitu Banjar, Pagadungan,
Menes,Cipeucang dan Pandeglang
 Pertemuan Lintas Program/Sektor terkait standar pelayanan dasar bagi
Calon TKI di Kab. Pandeglang.
 Kordinasi Program Pelayanan Kesehatan Kerja Tingkat Kab.
2. Kesehatan Olahraga
 Sosialisasi Program kesehatan olahraga.
 Koordinasi Program kesehatan olahraga Lintas Program /Lintas Sektor
 Monitoring dan evaluasi Program kesehatan olahraga ke 3 Puskesmas
diantaranya: Menes,Mandalawangi, dan Mekarjaya.
 Test Kebugaran(Rock Port test) bagi Pegawai Dinas Kesehatan.
Indikator Kegiatan Program kesehatan kerja dan olahraga meliputi:

1. Jumlah Puskesmas yang menyelenggarakan kesehatan kerja dasar.


Dimana tahun 2015 pada dasarnya semua Puskesmas telah
menyelenggarakanpelayanan kesehatan kerja dasar dengan membuat SOP pada
masing-masing ruangan dan menerapkannya sesuai dengan kebutuhan dan
fungsinya.
2. Jumlah Pos UKK yang terbentuk di daerah PPI/TPI.
Tahun 2015 Pandeglang telah membentuk 3 Pos UKK di Tempat Pelelangan ikan
yaitu di Kec. Labuan, Kec.Sumur Kec. Panimbang, dan rencana tahun 2016 akan
membentuk 2 Pos UKK lagi di kec. Panimbang dan Sumur,adapun jumlah pelelangan
ikan yang ada di Pandeglang berdasarkan pelaporan ada 12 TPI terdiri dari
Panimbang 2, Cikeusik 1, Sumur 4, Labuan 3, dan Carita 2 TPI.
3. Jumlah Fasilitas Pemeriksaan Kesehatan TKI yang memenuhi standar.
Di Kabupaten Pandeglang belum adanya Fasilitas Kesehatan khusus yang melayani
Pemeriksaan calon tenaga kerja indonesia, karena salah satu syarat faskes yang
melayani CTKI harus mendapatkan ijin dari kementrian kesehatan,setelah
direkomendasikan oleh Dinas kesehatan provinsi.sampai saati ini banten hanya
memeiliki satu faskes khusus untuk CTKI yaitu RSUD Umum Kab. Serang, dan
Pandeglang sendiri baru hanya sebatas MOU Puskesmas dengan PPTKIS untuk
pelayanan keshatan selama di penampungan.

Profil Dinas Kesehatan Kab. Pandeglang 79


Tahun 2015
4. Jumlah Puskesmas yang melaksanakan kegiatan kesehatan olahraga pada kelompok
masyarakat wilayah kerjanya.
Puskesmas sudah melaksanakan program kesehatan olahraga pada masyaraka
diantaranya melaksanakan penyuluhan kesehatan, mengadakan senam Lansia,
senam diabet, senam jantung sehat, senam hipertensi, dan tes kebugaran. Adapun
pencatatan dan pelaporan dari 36 Puskesmas hanya 20 Puskesmas yang melapor.
Target capaian program kesehatan kerja dan olahraga berdasarkan Kemenkes
adalah 40 %, dari jumlah Puskesmas yang ada yaitu 36 Puskesmas untuk kesehatan
kerja hanya 6 Puskesmas yang melapor rutin tiap bulannya,artinya untuk kesehatan
kerja dari hasil pelaporan baru mencapai 27,2 %,sedangkan untuk kesehatan
olahraga dari 36 Puskesmas yang melapor rutin sebanyak 14 Puskesmas artinya
untuk kesehatan olahraga dari hasil pelaporan mencapai 63 % melebihi target yang
ditetapkan, tentunya ini menjadi koreksi tersendiri bagi pemegang program apakah
pelaporan yang dikirim sesuai dengan kegiatan yang dilakukan di lapangan atau
hanya berupa laporannya saja.

Meskipun program kesehatan kerja dan olahraga merupkan program


penunjang(non esensial) namun tetap harus mendapatkan perhatian dari berbagai
kalangan karena trsnasisi sosial yang berkembang dimasyarakat akan berdampak
pada masalah kesehatan diantaranya kurangnya aktivitas fisik, gaya hidup yang
serba instant dan meningkatnya angka PHK pada usia produktif akan mendorong
orang untuk bekerja apa saja dengan mengabaikan kesehatan baik pada dirinya,
keluarga dan masyarakat, oleh karena itu program kesehatan kerja dan olah raga
akan terus berusaha untuk mengubah pandangan masyarakt bahwa kita bisa hidup
produktif dalam keadaan sehat,dan bisa menikmati hasil kerja sehinggan bisa
menikmati hidup dalam keadaan sehat di masa lansia.

3. Program Kesehatan Gigi dan Mulut


Program Kesehatan Gigi dan mulut merupakan program pengembangan yang ada di
seksi Yandas dan Rujukan Bidang Pelayanan Kesehatan Umum. Cakupan Pelayanan
Kesehatan Gigi dan Mulut meliputi :

a. Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut


 Dalam Gedung
 Luar Gedung

Profil Dinas Kesehatan Kab. Pandeglang 80


Tahun 2015
b. Jumlah Kunjungan Rawat Jalan
c. Sikat Gigi Bersama
d. UKGS
e. Ratio Cabut Tambal Gigi Dewasa

Target Program Kesehatan Gigi dan Mulut Meliputi :

a. Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut Dalam Gedung 80 % dan luar


gedung 20%
b. Jumlah Kunjungan rawat jalan 15 % dari Jumlah penduduk
c. 50 %dari jumlah SD/MI melaksanakan Sikat Gigi bersama 1 Bulan
sekali
d. 80 % SD/MI dikunjungi 2oleh petugas 2 x dalam setahun
e. Ratio Cabut dan tambal Gigi dewasa 1:1

Hasil cakupan Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut Tahun 2015 sebagai
berikut :

a. Ratio Pelayanan Dalam gedung 88% dan luar gedung 6 %, hasil


cakupan antara dalam gedung dan luar gedung karena ada 2 Puskesmas
pelaksanaan kegiatannya di rangkap oleh perawat gigi dari puskesmas
yang lain yaitu Puskesmas Jiput dan Puskesmas Mekarjaya.
b. Jumlah Kunjungan baru 4 % dari target 15 % dari jumlah penduduk
atau 34,935 Jiwa dari target 122,719 Jiwa.
c. Pelaksanaan Sikat gigi massal baru 5 % dari target 50% jumlah SD/MI
d. Jumlah Kunjungan petugas ke SD/MI Baru 10 % dari target 80%
e. Ratio Perbandingan Cabut dan Tambal gigi dewasa 1:1.5 sudah
mendekati target dimana targetnya 1:1

Dari hasil cakupan Pelayanan Kesehatan gigi dan mulut Tahun 2015 Masih banyak
kesenjangan antara target dan cakupan, dimana adanya kekurangan tenaga
kesehatan gigi dan mulut yang mana dari 36 Puskesmas Yang bisa memberikan
pelayanan baru 24 Puskesmas. Hal ini yang memungkinkan pencapaian target belum
bisa maksimal.

Profil Dinas Kesehatan Kab. Pandeglang 81


Tahun 2015
Dengan dasar tersebut maka untuk Tahun 2016 sudah di anggarkan dalam DPA
Seksi Yandas dan Rujukan Tahun 2016 kegiatan yang bisa menunjang terhadap
percepatan pencapaian target program dan meningkatkan pelayanan Kesehatan Gigi
dan Mulut pada masyarakat. Salah satunya Upaya kaderisasi kesehatan gigi dan
mulut bagi Guru Sekolah Dasar sebanyak 7 Puskesmas.

4. Program Kesehatan Jiwa

Program Kesehatan Jiwa merupakan program pengembangan yang ada di Dinas


kesehatan, dimana pada saat sekarang sesuai dengan nomenklatur terbaru dari
Kementerian kesehatan dibagi dua yaitu Program Essensial dan Non Essensial, dan
Program Kesehatan Jiwa masuk kedalam Program Non Essensial,.

Program kesehatan Jiwa mempunyai target yang harus dicapai dalam pelaksanaan
kegiatan kurun waktu setahun yaitu :

1. Penemuan Kasus Orang Dengan Masalah Kejiwaan (ODMK) Target 7.8% dari
jumlah Penduduk
2. Penemuan dan penanganan Kasus Pasung 10 % dari jumlah Penduduk
3. Penemuan Orang Dengan Gangguan Jiwa ( ODGJ) 0,7 % dari Jumlah penduduk

Hasil Pencapaian atau Cakupan Program Kesehatan Jiwa Kurun waktu Tahun 2015
Sebagai Berikut :
1. Penemuan Kasus Orang Dengan Masalah Kejiwaan (ODMK) Sebanyak 300
orang atau 0,3 % dari Jumlah Penduduk sedangkan Targetnya 7.8% dari
jumlah Penduduk, jadi masih ada kesenjangan yang signifikan antara target dan
capaian yaitu 7.5 %
2. Penemuan Kasus dan langsung Penanganan Kasus Pasung sebanyak 16 orang
atau 0.013 %
3. Penemuan Kasus Orang Dengan Gangguan Jiwa ( ODGJ) 331 Orang atau 3.98 %

Dari hasil Cakupan Tahun 2015 Program Kesehatan Jiwa masih jauh dari target yang
diharapkan, hal ini dikarenakan :
1. Kesadaran masyarakat terhadap Kesehatan Jiwa Masih Kurang
2. Kecenderungan masyarakat merasa malu dan gengsi mempunyai keluarga
dengan gangguan jiwa sehingga tidak melakukan pengobatan dan tidak
melaporkan ke petugas kesehatan, dan temuan dilapangan sering kali keluarga
menutupi dan menyembunyikan keluarganya dengan Gangguan Jiwa (ODGJ).

Profil Dinas Kesehatan Kab. Pandeglang 82


Tahun 2015
D. Penyuluhan Kesehatan Masyarakat

Dalam upaya promosi kesehatan, pemberdayaan masyarakat merupakan bagian


yang sangat penting dan bahkan dapat dikatakan sebagai ujung tombak.
Pemberdayaan adalah proses pemberian informasi kepada individu, keluarga
atau kelompok (mayarakat) secara terus-menerus dan berkesinambungan
mengikuti perkembangan masyarakat, serta proses membantu masyarakat, agar
masyarakat tersebut berubah dari tidak tahu menjadi tahu atau sadar (aspek
knowledge), dari tahu menjadi mau (aspek attitude) dan dari mau menjadi
mampu melaksanakan perilaku yang diperkenalkan (aspek practice). Oleh sebab
itu, sesuai dengan sasaran (masyarakat)nya dapat dibedakan adanya (a)
pemberdayaan individu, (b) pemberdayaan keluarga dan (c) pemberdayaan
kelompok/masyarakat.

Dalam mengupayakan agar masyarakat tahu dan sadar, kuncinya terletak pada
keberhasilan membuat masyarakat tersebut memahami bahwa sesuatu
(misalnya Diare) adalah masalah baginya dan bagi masyarakatnya. Sepanjang
masyarakat yang bersangkutan belum mengetahui dan menyadari bahwa
sesuatu itu merupakan masalah, maka masyarakat tersebut tidak akan bersedia
menerima informasi apa pun lebih lanjut. Saat masyarakat telah menyadari
masalah yang dihadapinya, maka kepadanya harus diberikan informasi umum
lebih lanjut tentang masalah yang bersangkutan.

Perubahan dari tahu kemau pada umumnya dicapai dengan menyajikan fakta-
fakta dan mendramatisasi masalah. Tetapi selain itu juga dengan mengajukan
harapan bahwa masalah tersebut bias dicegah dan atau diatasi. Di sini dapat
dikemukakan fakta yang berkaitan dengan para tokoh masyarakat sebagai
panutan (misalnya tentang seorang tokoh agama yang dia sendiri dan
keluarganya tak pernah terserang Diare karena perilaku yang dipraktikkannya).

Bilamana seorang individu atau sebuah keluarga sudah akan berpindah dari mau
ke mampu melaksanakan, boleh jadi akan terkendala oleh dimensi ekonomi.
Dalam hal ini kepada yang bersangkutan dapat diberikan bantuan langsung.
Tetapi yang seringkali dipraktikkan adalah dengan mengajaknya ke dalam proses
pemberdayaan kelompok/masyarakat melalui pengorganisasian masyarakat
(community organization) atau pembangunan masyarakat (community
development).

Profil Dinas Kesehatan Kab. Pandeglang 83


Tahun 2015
Untuk itu, sejumlah individu dan keluarga yang telah mau, dihimpun dalam suatu
kelompok untuk bekerjasama memecahkan kesulitan yang dihadapi. Tidak
jarang kelompok ini pun masih juga memerlukan bantuan dari luar (misalnya
dari pemerintah atau dari dermawan).

Disinilah letak pentingnya sinkronisasi promosi kesehatan dengan program


kesehatan yang didukungnya dan program-program sektor lain yang berkaitan.
Hal-hal yang akan diberikan kepada masyarakat oleh program kesehatan dan
program lain sebagai bantuan, hendaknya disampaikan pada fase ini, bukan
sebelumnya. Bantuan itu hendaknya juga sesuai dengan apa yang dibutuhkan
masyarakat.

Indikator Kegiatan Promosi kesehatan :

1. Jumlah kebijakan publik yang berwawasan kesehatan


Kebijakan yang di buat oleh Kabupaten Pandeglang yakni Keputusan Bupati
Pandeglang Pembentukan tim Audit Maternal Perinatal AMP (Audit Maternal
Perinatal) Kabupaten Pandeglang periode Tahun 2015- 2020.
2. Persentase (%) desa yang memanfaatkan dana desa minimal 10% untuk upaya
Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM).
Di Kabupaten Pandeglang belum menggunakan dana desa untuk operasional UKBM,
tetapi pada beberapa desa pembiayaan UKBM bersumber dari swadaya masyarakat.
3. Jumlah dunia usaha yang memanfaatkan CSRnya untuk program kesehatan
Dunia usaha yang sudah melakukan CSR berada di wilayah kecamatan Cimanggu
yaitu Cibaliung Sumber Daya (CSD)
4. Jumlah organisasi kemasyarakatan yang memanfaatkan sumber dayanya untuk
mendukung kesehatan
Organisasi yang bermitra dalam penguatan pelaksanaan PHBS (Perilaku Hidup
Bersih dan Sehat) dengan seksi Promosi Kesehatan Dinas Kesehatan Kabupaten
Pandeglang antara lain MUI dan Al Hidayah. Sedangkan organisasi kemasyarakatan
yang berperan serta dalam pelaksanaan PHBS tetapi belum ada MOU antara lain :
Aisyiah, Muslimat NU,Laz Harfa dll.
Pemberdayaan akan lebih berhasil jika dilaksanakan melalui kemitraan serta
menggunakan metode dan teknik yang tepat. Pada saat ini banyak dijumpai lembaga-
lembaga swadaya masyarakat (LSM) atau organisasi kemasyarakatan yang bergerak
di bidang kesehatan atau peduli terhadap kesehatan. LSM/Ormas ini harus digalang
kerjasamanya, baik di antara mereka maupun antara mereka dengan pemerintah, agar
upaya pemberdayaan masyarakat dapat berdayaguna dan berhasil guna.

Profil Dinas Kesehatan Kab. Pandeglang 84


Tahun 2015
Kemitraan yang dilakukan Dinas Kesehatan pada tahun 2015 adalah dengan Fatayat
Nu, Mathlaul Anwar, Aisyah, MUI dan AL Hidayah dengan kegiatan pertemuan
koordinasi dari Ormas tingkat kabupaten dengan tingkat kecamatan / ranting.

Program promosi kesehatan dapat dilaksanakan secara terpadu dan


berkesinambungan apabila:

1. Program tersebut direncanakan sendiri oleh masyarakat berdasarkan atas


identifikasi dan analisis situasi yang dihadapi oleh masyarakat, dilaksanakan,
dikelola dan dimonitor sendiri oleh masyarakat.
2. Ada pembinaan teknis terhadap pelaksanaan program tersebut oleh tim teknis
pada tingkat Kecamatan/Puskesmas.
3. Ada dukungan dan kemudahan pelaksanaan oleh tim lintas sektoral dan tim
lintas program di tingkat Kabupaten dan Propinsi.

Program penyuluhan kesehatan masyarakat di lakukan melalui berbagai upaya


yaknipeningkatan upaya Promosi Kesehatan (Promkes) dalam rangka meningkatkan
peran serta masyarakat di bidang kesehatan, Kemitraan dengan Lembaga Swadaya
Masyarakat (LSM), Ormas dan Media Massa dalam rangka meningkatkan perilaku
hidup bersih dan sehat serta meningkatkan frekwensi komunikasi informasi edukasi
(KIE) oleh petugas Puskesmas.

Selain itu program promsi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat juga melakukan
Penyebarluasan informasi kesehatan yang dilakukan melalui berbagai media promosi
kesehatan yang didistribusikan kepada Puskesmas di seperti penyediaan leaflet,
poster-poster, spanduk, baliho utamanya dalam rangka meningkatkan perilaku hidup
bersih dan sehat (PHBS).

Peningkatan upaya promosi kesehatan yang telah dilakukan diantaranya yakni


kegiatan peningkatan peran serta masyarakat melalui pelatihan kader posyandu guna
meningkatkan perkembangan pos kesehatan desa (Poskesdes) dalam rangka
pengembangan desa siaga aktif pada tahun 2014. Dalam Standar pelayanan Minimal
(SPM) Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat Tingkat Kabupaten/ Kota
ada 3 antara lain :

Profil Dinas Kesehatan Kab. Pandeglang 85


Tahun 2015
1. Persentase Satuan Pendidikan Dasar mendapatkan Promosi Kesehatan Capaian
Kinerja Pemerintah Daerah Kabupaten/ Kota dalam melakukan promosi
Kesehatan di Satuan Pendidikan Dasar adalah persentase satuan pendidikan
dasar mendapat promosi kesehatan minimal satu kali dalam satu tahun di
wilayah kerjanya. Seksi Promosi kesehatan mengalokasi dana tahun 2015 di 36
Puskesmas Kabupaten Pandeglang untuk kegiatan tersebut yakni promosi PHBS
tingkat SD dan SLTP yang pesertanya terdiri dari guru UKS, TP UKS Kecamatan,
Komite Sekolah, Kader Kesehatan Remaja, di harapkan setelah kegiatan tersebut
terjalin hubungan dan komitmen dalam pelaksanaan program PHBS melalui
UKS ( Usaha Kesehatan Sekolah).
2. Persentase Puskesmas dan Pustu melaksanakan Promosi Kesehatan Capaian
Kinerja Pemerintah Daerah Kabupaten/ Kota dalam melakukan promosi
kesehatan sebanyak minimal 12 kali dengan masing-masing durasi 60 menit
dalam satu tahun kepada masyarakat yang datang ke Puskesmas dan Pustu.
Petugas promkes di beberapa puskesmas sudah melakukan penyuluhan baik
dengan menggunakan media film/ pemutaran video di ruang tunggu pasien
ataupun penyuluhan dengan menggunakan lembar balik contohnya puskesmas
Cimanuk rutin mengadakan penyuluhan ke pasien TB yang rutin berobat sesuai
dengan jadwal pelayanan TB.
3. Persentase Puskesmas yang melakukan promosi kesehatan untuk
pemberdayaan Masyarakat di Bidang kesehatan. Capaian kinerja Pemerintah
Daerah Kabupaten Kota dalam melakukan promosi kesehatan untuk
pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan di nilai dari persentasi
puskesmas memberikan promosi kesehatan untuk pemberdayaan masyarakat
minimal 12 kali dalam satu tahun dengan masing- masing sekurang-kurangnya
120 menit kepada masyarakat. Seksi promkes telah mengalokasikan dana dan
memantau pelaksanaan penguatan desa siaga dengan pemberdayaan forum
desa siaga, memantau perkembangan UKBM baik bersumber dana BOK maupun
APBD, dengan harapan forum desa Siaga akan mandiri dengan di fasilitasi oleh
petugas promkes puskesmas.

Profil Dinas Kesehatan Kab. Pandeglang 86


Tahun 2015
Peningkatan upaya promosi kesehatan yang telah dilakukan diantaranya yakni
kegiatan peningkatan peran serta masyarakat melalui pelatihan kader posyandu guna
meningkatkan perkembangan pos kesehatan desa (Poskesdes) dalam rangka
pengembangan desa siaga aktif.
Upaya peningkatan peran serta masyarakat lainnya yang dilakukan adalah melakukan
penguatan Desa Siaga Aktif yang dilakukan sekaligus dalam forum Musyawarah
Masyarakat Desa (MMD) yang melibatkan Seksi Promkes, Petugas promkes
Puskesmas, pengurus forum desa siaga dan tokoh masyarakat setempat, dengan
pelaksanaan di 72 desa satu kali dalam tahun 2015.
Saat ini berdasarkan laporan tingkat perkembangan Desa Siaga Aktif dari 36
Puskesmas telah dibentuk 339 desa siaga aktif di Kabupaten Pandeglang. Walaupun
demikian desa siaga aktif yang ada masih dalam perkembangan dari pratama, madya
dan Purnama. Hal itu berdasarkan pentahapan desa siaga aktif sebagai berikut :

Penyuluhan kesehatan masyarakat secara intensif juga dilakukan ditingkat puskesmas


melalui berbagi aksi baik dalam rangka pencegahan penyakit menular seperti diare,
demam berdarah, flu burung, campak, tetanus neonatorum maupun penyuluhan
penyakit pasca kejadian luar biasa yang terjadi ditengah-tengah masyarakat.
Penyuluhan juga dilakukan secara periodik oleh petugas baik ditatanan sekolah,

Profil Dinas Kesehatan Kab. Pandeglang 87


Tahun 2015
tempat-tempat umum maupun pada kelompok rawan kesehatan dalam rangka
meningkatkan pengetahuan, kesadaran dan kemauan masyarakat untuk berperilaku
hidup bersih dan sehat.

Penyuluhan sebagai bagian yang terintegrasi dengan program kesehatan lainnya juga
telah dilaksanakan melalui kegiatan di dalam gedung seperti di ruang pelayanan
puskesmas, klinik sanitasi maupun klinik gizi.

Ditingkat kabupaten, penyuluhan telah dilaksanakan di sekolah-sekolah, penyuluhan


kelompok langsung kepada warga rawan kesehatan, kampanye kesehatan serta
penyuluhan yang dilakukan melalui media massa baik dengan radio maupun surat
kabar. Dari berbagai intervensi program penyuluhan kesehatan masyarakat yang
telah dilaksanakan selama tahun 2015 baik intervensi kegiatan ditingkat kabupaten
maupun Puskesmas didapat hasil kegiatan sebagai berikut :

1. Penyuluhan PHBS ditatanan Sekolah Tingkat Sekolah Dasar


2. Penyuluhan PHBS ditatanan Sekolah Tingkat SLTP
3. Penguatan desa siaga aktif di 36 Puskesmas dengan 72 Desa
4. Pertemuan Advokasi PHBS dengan lintas sektor
5. Evaluasi PHBS dan Desa siaga di tingkat Kabupaten
6. Penyuluhan PHBS di 5 Pondok pesantren (Munjul, Menes, Pagadungan, Sindang
Resmi dan Labuan)
7. Pengadaan media penyuluhan (leaflet, poster dan spanduk)
8. Pembuatan spanduk tema Asi Exlusive, dilarang BABS dan Jajanan Anak
sekolah yang aman.
9. Promosi kesehatan melalui Talkshow dan spot di Radio
10. Promosi kesehatan melalui TV
11. Promosi kesehatan/publikasi program kesehatan melalui surat kabar
12. Pelaksanaan Monev Program Promosi Kesehatan
13. Melakukan konsultasi kegiatan program promkes ditingkat provinsi dan pusat

Profil Dinas Kesehatan Kab. Pandeglang 88


Tahun 2015
Dengan intervensi kegiatan pada tahun 2015 Adanya peningkatan upaya kesehatan
yang bersumber daya masyarakat, salah satunya Pos Pelayanan Terpadu (posyandu)
dengan jumlah 1.796 Unit/Pos, dengan tingkat perkembangan/strata sebagai berikut :

Grafik Strata Posyandu


Kab. Pandeglang Tahun 2015
79; 4%

346;
19% 441; 25%
930; 52%

Pratama Madya Purnama Mandiri

Capaian Strata Desa Siaga Aktif


Kab. Pandeglang Tahun 2015
7; 2% 0; 0%
43; 13%

289; 85%

Pratama Madya Purnama Mandiri

 Adanya peningkatan upaya kesehatan yang bersumber daya masyarakat, salah satunya
Pos Pelayanan Terpadu (posyandu) dengan jumlah 1.787 Unit/Pos, dengan tingkat
perkembangan/strata sebagai berikut :
a. Posyandu Pratama : 504 Unit
b. Posyandu Madya : 813 Unit
c. Posyandu Purnama : 394 Unit
d. Posyandu Mandiri : 76 Unit

Profil Dinas Kesehatan Kab. Pandeglang 89


Tahun 2015
E. Pengawasan Obat, Makanan dan Bahan Berbahaya

A. Pengawasan dan Pengendalian Kesehatan Makanan


1). Pengawasan dan pengendalian keamanan dan kesehatan makanan hasil
produksi rumah tangga
1) Bimbingan Teknis Keamanan Pangan Untuk PIRT dengan target 300
pengusaha PIRT di 20 kecamatan, yang pengawasannya dibawah
wilayah 20 puskesmas. Dari Hasil kegiatan ini tercapai 100% dari jumlah
yang ditargetkan, sebanyak 30 orang pengusaha PIRT (Produk Industri
Rumah Tangga) dari 20 kecamatan yang sudah memiliki izin ataupun
yang belum memiliki izin PIRT untuk produknya mengikuti kegiatan ini.
2) Pemeriksaan Sampel Kimia untuk Pangan Jajanan Anak Sekolah
Pemeriksaan sampel kimia dari produk makanan jajanan anak sekolah
dilakukan berdasarkan kepada semakin maraknya jumlah pangan
jajanan anak sekolah yang menggunakan bahan tambahan pangan
berbahaya. Pengambilan sampel dilakukan di 8 sekolah dasar di wilayah
Pandeglang. Dari hasil kegiatan ini tercapai 100% dari jumlah
sekolahdasar yang ditargetkan untuk diperiksa.

Pada saat pengambilan sampel, didapatkan 40 sample makanan yang


masing-masing-masing 5 sample dari setiap sekolah dengan bermacam-
macam variasi makanan. yang diindikasikan mengandung bahan
tambahan berbahaya. 25sampel tersebut diuji di Laboratorium
Kesehatan Daerah Kabupaten Pandeglang.

3) Pemeriksaan Sampel Kimia untuk Survey Pasar


Pemeriksaan sampel kimia dari suatu produk makanan dalam rangka
survey pasar dilakukan pada saat bulan Ramadhan. Pelaksanaan
kegiatan ini dilakukan berkoordinasi dengan Dinas Perindustrian dan
Perdagangan, Dinas Peternakan Kabupaten Pandeglang, dan Balai POM
Serang. Pengambilan sampel dilakukan di 2 tempat (pasar) di wilayah
Pandeglang yaitu di pasar badak dan alun-alun Pandeglang.

Dari hasil kegiatan ini tercapai 100% dari jumlah pasar yang ditargetkan
untuk diperiksa. Pada saat pengambilan sampel, didapatkan 16 makanan
yang diindikasikan mengandung bahan tambahan berbahaya. 16
sampeltersebut diuji di Laboratorium Kesehatan Daerah Kabupaten
Pandeglang, serta di Laboratorium keliling BPOM.

Profil Dinas Kesehatan Kab. Pandeglang 90


Tahun 2015
B. Kemitraan Pelayanan Kesehatan Masyarakat

1) Pembinaan Sarana Pelayanan Kesehatan Dasar Swasta (SPKDS)


a. Sosialisasi Penatalaksanaan Sarana Pelayanan Kesehatan Dasar Swasta
(SPKDS). Pelaksanaan kegiatan ini diikuti oleh 30 pemilik SPKDS
danorganisasiyang diantaranya adalah Pemilik Klinik, Rumah Bersalin,
Apotek dan lain-lain. Sosialisasi ini dilakukan salah satunya adalah
karena adanya PermenkesNo 9 Tahun 2014 tentang klinik, dimana pada
peraturan baru tersebut, sudah tidak ada lagi Balai Pengobatan, karena
semua balai Pengobatan dirubah menjadi Klinik, dengan persyaratan
utama penanggung jawab adalah seorang Dokter dan mewajibkan ada 2
(dua) dokter dalam pelaksanaan kegiatan pelayanan kesehatan. Dari
sosialisasi ini diharapkan beberapa Balai Pengobatan dapat merubah
menjadi Klinik sesuai dengan persyaratan yang berlaku.
Pada kegiatan ini pun disosialisasikan peraturan mengenai perizinan
rumah sakit, perizinan rumah sakit terdiri dari 2 bagian, yaitu izin
mendirikan yang berlaku selama 2 tahun, dan diperpanjang 1 tahun
apabiladalam waktu tersebut proses mendirikan bangunan belumselesai,
setelah bangunan sudah berdiri, pemohon akan mengajukan kembali
untuk izin penyelenggaraan rumah sakit. Kedua izin ini, dikeluarkan oleh
pemerintah Kabupaten Pandeglang melalui bagian hukum. Dari hasil
kegiatan ini tercapai 100% dari jumah yang ditargetkan, sebanyak 30
SPKDS baik pemilik/penanggung jawab hadir pada kegiatan ini.
b. Bimbingan Teknis dan Monitoring SPKDS, kegiatan monitoring ini
dilakukan kepada 15 klinik. Monitoring ini dilaksanakan sebagai
kegiatan rutin yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten
Pandeglang sebagai bentuk pengawasan dan pembinaan terhadap
SPKDS. Dari hasil kegiatan monitoring ini tercapai 100% dari jumlah
yang ditargetkan. 15 klinik yang dimonitoring
C. Pengawasan Obat dan Makanan
1). Peningkatan pemberdayaan konsumen di bidang obat dan makanan
a). Sosialiasasi Penatalaksanaan Manajemen Kefarmasian
Kegiatan ini dilakukan dalam upaya peningkatan pelayanan
kefarmasian di puskesmas serta menginventarisir masalah-masalah
yang terjadi dalam pengelolaan kefarmasian di puskesmas. Sasaran
kegiatan ini adalah pengelola obat dari 36 puskesmas.

Profil Dinas Kesehatan Kab. Pandeglang 91


Tahun 2015
Dari hasil kegiatan ini, tercapai 100% dari jumlah yang ditargetkan,
yaitu terpaparnya manajemen kefarmasian bagi pengelola obat di
puskesmas.
b). Sosialisasi sistem pelaporan psikotropik dan narkotik
Sosialisai ini dilakukan kepada penanggung jawab apotek, klinik dan
rumah sakit di wilayah kabupaten pandeglang. Sosialisai system
pelaporan ini, mulai tahun 2012 sudah mulai menggunakan sistem
web, sehingga pelaporan yang dilakukan oleh penanggung jawab
apotek dan klinik, langsung teregestrasi di Kementrian Kesehatan RI.
Dari hasil kegiatan ini tercapai 100% dari hasil yang ditargetkan, yaitu
terpaparnya cara pelaporan obat-obat psikotropik dan narkotik bagi sarana
apotek, klinik dan rumah sakit di wilayah kabupaten pandeglang.

F. Mutu Tenaga Kesehatan

Keberhasilan pembangunan di daerah khususnya di kabupaten dan kota sangat


di tentukan oleh Kualitas Sumber Daya Manusia dan peran aktif masyarakat
sebagai pelaku pembangunan tersebut. Dalam rangka Desentralisasi di bidang
kesehatan, maka peningkatan kualitas sumber daya manusia di daerah
merupakan prioritas dalam pelaksanaan pembangunan di daerah. Hal ini perlu
dipersiapkan dan secara optimal dilaksanakan agar seluruh potensi dari sektor-
sektor pembangunan dapat memberi dampak terhadap derajat kesehatan
masyarakat. Berbagai studi menunjukan bahwa tenaga kesehatan merupakan
kunci utama dalam keberhasilan pencapaian tujuan pembangunan kesehatan.
Tenaga kesehatan memberikan kontribusi hingga 80 % dalam keberhasilan
pembangunan kesehatan.
Dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional ( RPJP-N ) 2005 – 2025,
dinyatakan bahwa dalam mewujudkan Sumber Daya Manusia ( SDM ) yang
berkualitas dan berdaya saing, maka kesehatan bersama-sama dengan
pendidikan dan peningkatan daya beli keluarga/masyarakat adalah tiga pilar
utama untuk meningkatkan kualitas dan Indeks Pembangunan Manusia ( IPM )
Indonesia.

Isu Strategis pengembangan tenaga Kesehatan:


1. Pengembangan tenaga kesehatan belum dapat memenuhi kebutuhan tenaga
kesehatan untuk pelayanan/pembangunan kesehatan
2. Regulasi untuk mendukung upaya pengembangan tenaga kesehatan masih
terbatas.

Profil Dinas Kesehatan Kab. Pandeglang 92


Tahun 2015
3. Perencanaan kebutuhan tenaga kesehatan masih perlu ditingkatkan dan
belum didukung dengan system informasi tenaga kesehatan yang memadai.
4. Masih kurang serasinya antara kebutuhan dan pengadaan/pendidikan
berbagai jenis tenaga kesehatan, kajian jenis tenaga kesehatan yang
dibutuhkan tersebut belum dilakukan sebagaimana mestinya.
5. Dalam pendayagunaan tenaga kesehatan, pemerataan dan pemanfaatan
tenaga kesehatan yang berkualitas masih kurang utamanya di daerah
tertinggal / terpencil.
6. Pembinaan dan pengawasan mutu tenaga kesehatan belum dapat
dilaksanakan sebagaiman yang diharapkan.

Sumber daya manusia kesehatan (SDM Kesehatan) merupakan tatanan yang


menghimpun berbagai upaya perencanaan serta pendayagunaan tenaga
kesehatan secara terpadu dan saling mendukung guna mencapai derajat
kesehatan masyarakat setinggi-tingginya. Tenaga kesehatan adalah semua orang
yang bekerja secara aktif dan profesional di bidang kesehatan.

Perencanaan SDM Kesehatan adalah proses estimasi terhadap jumlah SDM


berdasarkan tempat, keterampilan, perilaku yang dibutuhkan untuk memberikan
upaya kesehatan. Perencanaan dilakukan menyesuaikan dengan kebutuhan
pembangunan kesehatan, baik lokal, nasional, maupun global dan memantapkan
keterkaitan dengan unsur lain dengan maksud untuk menjalankan tugas dan
fungsi institusinya yang meliputi : jenis, jumlah dan kualifikasi.

Keberhasilan pembangunan kesehatan ditentukan oleh mutu tenaga kesehatan


salah satu upayanya adalah peningkatan mutu kesehatan yang
diimplementasikan melalui:

a. Pengembangan karir dokter/ dokter gigi/ apoteker, tenaga Kesehatan


lainnya
b. Pengembangan sistem penilaian kinerja pada unit kerja
c. Peningkatan kompetensi melalui penilaian akreditasi tenaga jabatan
fungsional
d. Pendidikan dan pelatihan bagi tenaga kesehatan

Profil Dinas Kesehatan Kab. Pandeglang 93


Tahun 2015
Begitupun kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh Seksi Mutu Tenaga Kesehatan
di tahun 2015 diantaranya, Penilaian tenaga kesehatan teladan dan puskesmas
berprestasi tk. kabupaten terealisasi 100%, dari rencana tingkat capaian target
100%, terlaksananya penyelenggaraan Akreditasi jabatan fungsional di
Puskesmas & RSUD, pembinaan profesi tenaga kesehatan serta pelaksanaan
pendidikan dan pelatihan bagi tenaga kesehatan sanitarian dan bidan. Kegiatan
ini bertujuan agar Tercapainya SDM Kesehatan yang bermutu, merata juga
berkulitas, meningkatkan kompetensi SDM Kesehatan, meningkatkan kualitas
dan kuantitas tenaga kesehatan. Kegiatan ini juga dapat digunakan sebagai bahan
masukan dan evaluasi dalam rangka penetapan kebijakan program-program
Mutu Tenaga Kesehatan dalam meningkatkan kinerja di tahun berikutnya terkait
kesiapan SDM, mulai dari tingkat desa, Puskesmas dan Kabupaten. Selain itu,
sebagai bahan untuk membuat program-program disertai dengan terobosan-
terobosan baru dalam pengembangan SDM ke depan.

Profil Dinas Kesehatan Kab. Pandeglang 94


Tahun 2015
BAB V
SITUASI SUMBER DAYA KESEHATAN

Sarana Pelayanan Kesehatan Pemerintah


1. Puskesmas

Di Kabupaten Pandeglang distribusi Puskesmas dan Puskesmas Pembantu sebagai unit


pelaksana teknis Dinas Kesehatan yang memberikan pelayanan kesehatan dasar
terhadap masyarakat dapat dikategorikan merata, terlihat dari pemekaran jumlah
Puskesmas per kecamatan yang ada sampai akhir tahun 2015, yaitu sebanyak 36
Puskesmas (DTP 9 Unit, TTP 27 Unit). Dengan demikian rata-rata rasio Puskesmas
terhadap 100.000 penduduk adalah 3,14, hal ini menggambarkan setiap 100.000
penduduk rata-rata dilayani oleh 3 – 4 Puskesmas.

2. Pustu

Puskesmas Pembantu di Kabupaten Pandeglang sampai akhir tahun 2015 tercatat


sebanyak 58 Unit yang tersebar di beberapa desa wilayah binaan Puskesmas, jika
berdasarkan ratio Puskesmas Pembantu terhadap desa adalah 0,17, dengan demikian
setiap Puskesmas Pembantu rata-rata melayani 5 – 6 Desa.

3. Poskesdes dan Poskestren

Dalam perkembangan pemberdayaan masyarakat sampai dewasa ini, telah tumbuh dan
berkembang berbagai upaya kesehatan yang berbasis masyarakat (UKBM), dalam
penyelenggaraan upaya kesehatan, masyarakat masih diposisikan sebagai subyek dan
belum sebagai obyek, selain itu masih banyak upaya kesehatan yang belum menyentuh
masyarakat yang tinggal di daerah terpencil, tertinggal, terisolir, kepulauan dan
perbatasan. Untuk itu perlu adanya upaya kesehatan berbasis masyarakat, agar upaya
kesehatan lebih tercapai (accessible), lebih terjangkau (affordable), serta lebih
berkualitas (quality), berbagai upaya yang telah dikembangkan di Kabupaten Pandeglang
antara lain : Pelayanan Pos Kesehatan Desa (poskesdes), Pos Kesehatan Pesantren
(poskestren) dan Pos Pelayanan Terpadu (posyandu).

Profil Dinas Kesehatan Kab. Pandeglang 95


Tahun 2015
Jumlah sarana Pos Kesehatan Desa di Kabupaten Pandeglang tahun 2015 sebanyak 94
Unit, cakupan Pos Kesehatan Desa sebesar 25% dari jumlah desa yang ada dan jumlah
Pos Kesehatan Pesantren sebanyak 6 Unit, jika dilihat dari Kepmenkes RI
564/Menkes/SK/VII/1/2006 diharapkan seluruh desa sudah menjadi Desa Siaga pada
tahun 2010 dan salah satu kriteria Desa Siaga minimal ada 1 (satu) Pos Kesehatan Desa,
hal ini menggambarkan, di Kabupaten Pandeglang Pos Kesehatan Desa harus lebih di
tingkatkan kembali, baik dari segi sarana prasarana, manajerial maupun teknik
(Fungsional).

4. RSUD

Fasilitas yang memberikan layanan rujukan dan rawat inap di Kabupaten Pandeglang
pada tahun 2014 sebanyak 1 Unit yaitu Rumah Sakit Umum Pemerintah Daerah, jika
ditinjau dari letak RSUD Kabupaten Pandeglang yang berada di Ibu Kota Kabupaten
dengan luas wilayah maka dapat dikatakan tidak strategis, mengingat jarak tempuh
mayarakat di wilayah selatan (Kec Sumur) sekitar 101 Km ke RSUD, sehingga diperlukan
pembangunan sarana pelayanan rujukan (Rumah Sakit) yang tempatnya strategis dan
dapat diakses cepat oleh masyarakat setempat pada umumnya dan khususnya
masyarakat wilayah selatan.

5. Sarana Pelayanan Penunjang lainnya

Sarana Gudang Farmasi di Kabupaten Pandeglang sebanyak 1 Unit dan Laboratorium


Kesehatan Daerah sebanyak 1 Unit, serta jumlah Puskesmas Keliling atau Ambulans
sebanyak 35 Unit, jika dilihat dari proporsi pusling/ ambulans terhadap puskesmas
sebesar 97,22%.

Rata-rata puskesmas yang memiliki pusling/ambulans standar minimalnya sebanyak 1


unit, namun jumlah pusling/ambulans masih kurang, mengingat jumlah puskesmas lebih
banyak dibandingkan jumlah pusling/ambulans yang ada.

Profil Dinas Kesehatan Kab. Pandeglang 96


Tahun 2015
Sarana Pelayanan Kesehatan Swasta yang Memiliki Izin

Sarana pelayanan kesehatan dasar swasta adalah Sarana/tempat untuk


memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat yang diselenggarakan oleh
Perorangan, Kelompok, Yayasan atau Badan Hukum lain yang meliputi sarana pelayanan
kesehatan dasar dan penunjang. Kegiatan ini dilakukan dalam rangka sosialisasi untuk
penatalaksanaan SPKDS yang berada di sekitar wilayah Puskesmas dengan peserta para
petugas dari 36 Puskesmas yaiitu pemegang program SPKDS. Dari kegiatan ini
diharapkan terdatanya SPKDS di wilayah sekitar Puskesmas.

Sarana Pelayanan Kesehatan Swasta yang Memiliki Izin sampai dengan Tahun 2015 :

1. Klinik : 15 Unit
2. Klinik Rawat Inap : 2 Unit
3. Rumah Bersalin : 2 Unit
4. Laboratoium : 4 Unit
5. Apotek : 43 Unit
6. Toko Obat : 17 Unit

Tenaga Kesehatan

Dalam pembangunan kesehatan diperlukan sumber daya manusia dalam hal ini tenaga
kesehatan yang memiliki kemampuan melaksanakan upaya kesehatan dengan paradigma
sehat, yang mengutamakan upaya peningkatan, pemeliharaan kesehatan dan pencegahan
penyakit. Tenaga kesehatan yang terampil dilaksanakan melalui pendidikan dan
pengembangan serta pelatihan oleh pemerintah maupun swasta. Keberhasilan
pembangunan kesehatan ditentukan oleh mutu tenaga kesehatan. Salah satu upayanya
adalah peningkatan mutu tenaga kesehatan yang diimplementasikan melalui pendidikan
dan pelatihan sumber daya kesehatan dalam mewujudkan manusia Indonesia yang sehat,
cerdas dan produktif. Badan PPSDM (Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya
Manusia) Kesehatan memiliki tugas dan fungsi menyusun kebijakan dalam
mengimplementasikan program dengan menyeimbangkan upaya promotif, preventif dan
kuratif. Sesuai Renstra RPJMN 2010-2016 Pembangunan Kesehatan difokuskan dalam 12
Program, yaitu: Peningkatan pelayanan kepada 76,4 juta penduduk miskin dalam sistem
jaminan kesehatan (4,6 Triliun);

Profil Dinas Kesehatan Kab. Pandeglang 97


Tahun 2015
Meningkatkan kesehatan masyarakat pedesaan terutama melalui pemantapan fungsi
Posyandu, Bidan di desa dan KB-Kesehatan Reproduksi untuk upaya promotif dan preventif;
Revitalisasi Permenkes tentang kewajiban menuliskan resep dan menggunakan obat generik
di sarana pelayanan kesehatan, melalui pelatihan dan pemantauan insentif; Penetapan
pembatasan Harga Eceran Tertinggi (HET) Obat Generik Berlogo (OGB); Penanggulangan
HIV/AIDS; Penanggulangan penyakit TB; Penanggulangan Malaria; Peningkatan Universal
Child Immunization (UCI); Peningkatan pengawasan obat dan makanan; Beroperasinya Balai
Pengobatan Haji Indonesia (BPHI) di Makkah mulai musim haji tahun lalu; Penanggulangan
Bencana; dan Peningkatan SDM Kesehatan dalam jumlah, jenis dan mutu terutama di DTPK
termasuk Kabupaten Pandeglang.
Khusus Program Mutu Tenaga Kesehatan pada Dinas Kesehatan Kabupaten Pandeglang
merealisasikan program tersebut, meliputi: paya menyeimbangkan program Promotif,
Preventif dengan Kuratif terkait dengan kesiapan SDM (desa, Puskesmas dan Kabupaten).
Kegiatan ini bertujuan agar informasi yang diperoleh dari pencapaian sasaran kegiatan tahun
2011-2016 dapat digunakan sebagai bahan masukan dan evaluasi dalam rangka penetapan
kebijakan program-program Mutu Tenaga Kesehatan dalam meningkatkan kinerja di tahun
berikutnya terkait kesiapan SDM, mulai dari tingkat desa, Puskesmas dan Kabupaten. Selain
itu, sebagai bahan untuk membuat program-program disertai dengan terobosan-terobosan
baru dalam pengembangan SDM ke depan.
Sesuai Kepmenkes No. 725 tahun 2003 tentang Pedoman Penyelenggaraan Pelatihan di
Bidang Kesehatan, Pusdikat SDM Kesehatan telah melaksanakan berbagai macam kegiatan,
mulai dari penyusunan pedoman, pelaksanaan program pelatihan, penerapan manajemen
pelatihan, pengendalian mutu pelatihan dan institusinya, sarana prasarana pendukung
pelatihan serta untuk menciptakan percepatan dalam menghasilkan SDM yang profesional
dilakukan kemitraan dengan UPT (Unit Pelaksana Teknis ) dan Bapelkesda.
Globalisasi mempertinggi arus kompetisi disegala bidang termasuk bidang kesehatan dimana
pelayanan kesehatan dituntut untuk memberikan pelayanan yang bermutu. Untuk dapat
mempertahankan eksistensinya, maka setiap organisasi dan semua elemen-elemen dalam
organisasi harus berupaya meningkatkan mutu pelayanannya secara terus menerus. Sistem
pengembangan dan manajemen kinerja pelayanan dan sinkron dengan program jaminan
mutu (Quality Assurance).
Kecenderungan masa kini dan masa depan menunjukkan bahwa masyarakat semakin
menyadari pentingnya peningkatan dan mempertahankan kualitas hidup (quality of life).
Oleh karena itu pelayanan kesehatan yang bermutu semakin dicari untuk memperoleh
jaminan kepastian terhadap mutu pelayanan kesehatan yang diterimanya.

Profil Dinas Kesehatan Kab. Pandeglang 98


Tahun 2015
Semakin tinggi tingkat pemahaman masyarakat terhadap pentingnya kesehatan
untuk mempertahankan kualitas hidup, maka customer akan semakin kritis dalam menerima
produk jasa, termasuk jasa pelayanan kesehatan, oleh karena itu peningkatan mutu kinerja
tenaga kesehatan perlu dilakukan terus menerus.
Di dalam lingkungan kesehatan global, costumer telah mengalami perubahan pesat, baik
dalam tuntutan mereka maupun cara mereka memenuhi tuntutan mereka. Oleh karena itu,
untuk dapat bertahan hidup dan berkembang dalam lingkungan pelayanan kesehatan yang
telah berubah ini, manajemen perlu mengubah paradigma mereka, agar sikap dan tindakan
mereka dalam menjalankan pelayanan kesehatan menjadi efektif.
Total quality management merupakan pendekatan yang digunakan oleh pelayanan kesehatan
untuk tetap mampu bertahan dan berkembang dalam persaingan global.
Manajemen pelayanan kesehatan di Kabupaten Pandeglang perlu menggunakan paradigma
baru sebagai dasar untuk mengelola pelayanan kesehatan mereka, sehingga dapat
menjadikan pelayanan kesehatan mereka mampu bertahan dan berkembang dalam
lingkungan persaingan global ini.
Mutu pelayanan kesehatan dipengaruhi oleh ada tidaknya kritikan dan keluhan dari
pasiennya, lembaga sosial atau swadaya masyarakat dan bahkan pemerintah sekalipun. Mutu
akan diwujudkan jika telah ada dan berakhirnya interaksi antara penerima pelayanan dan
pemberi pelayanan. Jika pemerintah yang menyampaikan kritikan ini dapat berarti bahwa
masyarakat mendapatkan legalitas bahwa memang benar mutu pelayanan kesehatan harus
diperbaiki. Mengukur mutu pelayanan dapat dilakukan dengan melihat indikator-indikator
mutu pelayanan puskesmas dan rumah sakit yang ada di beberapa kebijakan pemerintah,
sudahkan kita mengetahuinya. Analisa indikator akan mengantarkan kita bagaimana
sebenarnya kualitas manajemen input, manajemen proses dan output dari proses pelayanan
kesehatan secara mikro maupun makro.
Begitupun kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh Seksi Mutu Tenaga Kesehatan di tahun
2014, diantaranya, Peningkatan pegawai teladan terealisasi 100%, dari rencana tingkat
capaian target 100%, adanya Akreditasi terhadap SDM di sarana kesehatan (Puskesmas &
RSUD) dan Swasta yang terdiri dari : Klinik, Rumah Bersalin, begitupun peningkatan kualitas
SDMKesehatan diantaranya sertifikasi pengadaan barang dan jasa, serta kegiatan penilaian
tenaga teladan tk.Kabupaten, antara lain :

Profil Dinas Kesehatan Kab. Pandeglang 99


Tahun 2015
Dokter Spesialis : 25 Orang Farmasi : 20 Orang
Dokter Umum : 68 Orang Gizi : 20 Orang
Dokter Gigi : 12 Orang Teknis Medis : 25 Orang
Perawat : 689 Orang Sanitasi : 24 Orang
Bidan : 657 Orang Kesmas : 19 Orang

D. Pembiayaan Kesehatan

1. Target dan Realisasi Pendapatan

Pada kelompok Pendapatan yang bersumber dari Retribusi Pelayanan Kesehatan


setelah perubahan ditetapkan anggaran sebesar Rp. 51.686.356.500,-terealisasi
sebesar Rp. 49.190.454.600,- atau sekitar 95,17 %. Yang mempengaruhi besar dalam
capaian pendapatan Dinas Kesehatan salah satunya dari Program JKN terutama
Kapitasi JKN pada FKTP, namun demikian dikarenakan masih dalam proses rekon
akhir maka data pendapatan JKN Kapitasi pada FKTP belum bisa di Informasikan.
Uraian lebih lanjut mengenai realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Dinas
Kesehatan Kabupaten Pandeglang tahun 2015 dapat dijelaskan dalam tabel-tabel
perbandingan antara anggaran dan realisasi berikut ini :
Pendapatan :

KODE
NO. URAIAN TARGET (Rp.) REALISASI (Rp.) %
REKENING

1 2 3 4 5 6
1 4.1.2.01.01 Retribusi Pelayanan Kesehatan Puskesmas 9.942.507.500
a Retribusi Kunjungan 2.021.156.000 2.239.053.000 110,8
b Pelayanan Dasar 1.842.180.700 761.800.000 41,4
Retribusi Pelayanan Kesehatan Haji Tk
c 52.663.300 41.580.000 79,0
Lanjutan
Retribusi Pelayanan Kesehatan Dasar JKN
d 4.578.650.000 3.168.162.100 69,2
(Non Kapitasi)
Penerimaan JKN Tahun 2014 yang akan
e 1.447.857.500 1.359.438.500 93,9
diterima tahun 2015 (Non Kapitasi)
2 4.1.4.19 Lain-lain Pendapatan Asli Daerah
a Dana Kapitasi JKN Pada FKTP 41.743.849.000 41.620.421.000 99,7
JUMLAH 51.686.356.500 49.190.454.600 95,17

Profil Dinas Kesehatan Kab. Pandeglang 100


Tahun 2015
2. Target dan Realisasi Belanja

Sesuai dengan Rencana Kerja Dinas Kesehatan Kabupaten Pandeglang Tahun 2015
megalami penambahan kegiatan dan program, 16 Program dari 91 bila dibadingkan
dengan kegiatan tahun 2015, adapun secara rinci Realisasi Anggaran Belanja Langsung
Dinas Kesehatan Kabupaten Pandeglang Tahun 2015 dapat di uraikan dalam Tabel
sebagai berikut :

N0. Uraian Anggaran (Rp.) Realisasi (Rp.) Gap (Rp.) %

1 Program Pelayanan Administrasi


2.495.499.700 2.124.965.462 370.534.238 85,15
Perkantoran
2 Program Peningkatan Sarana dan
330.000.000 196.900.000 133.100.000 59,67
Prasarana Aparatur
3 Program peningkatan pengembangan
sistem pelaporan capaian kinerja dan 290.600.000 205.042.800 85.557.200 70,56
keuangan
4 Program Peningkatan Pengembangan
Dokumen Perencanaan Pelaporan dan 45.000.000 41.238.200 3.761.800 91,64
Evaluasi
5 Program Obat dan Perbekalan
9.276.655.300 8.875.280.956 401.374.344 95,67
Kesehatan
6 Program Upaya Kesehatan
65.513.011.401 50.030.312.960 15.482.698.441 76,37
Masyarakat
7 Program Pengawasan Obat dan
140.000.000 133.975.000 6.025.000 95,70
Makanan
8 Program Promosi Kesehatan dan
2.012.838.300 1.033.285.500 979.552.800 51,33
Pemberdayaan masyarakat
9 Program Perbaikan Gizi Masyarakat 1.425.000.000 1.199.249.250 225.750.750 84,16
10 Program Pencegahan dan
1.781.604.000 1.725.180.200 56.423.800 96,83
Penanggulangan Penyakit Menular
11 Program Standarisasi Pelayanan
392.650.000 359.328.350 33.321.650 91,51
Kesehatan
12 Program Kemitraan peningkatan
95.000.000 67.840.000 27.160.000 71,41
pelayanan kesehatan
13 Program pengawasan dan
115.000.000 115.000.000 - 100,00
pengendalian kesehatan makanan
14 Program peningkatan keselamatan
2.501.373.026 1.886.177.435 615.195.591 75,41
ibu melahirkan dan anak
15 Program pengembangan sumber daya
620.000.000 550.666.250 69.333.750 88,82
kesehatan
16 Program Pengadaan dan
Pemeliharaan Sarana dan Prasarana 24.006.647.200 20.005.668.425 4.000.978.775 83,33
Kesehatan

Jumlah 111.040.878.927 88.550.110.788 22.490.768.139 79,75

Profil Dinas Kesehatan Kab. Pandeglang 101


Tahun 2015
BAB VI
KESIMPULAN

erdasarkan apa yang telah kami uraikan pada bab-bab sebelumnya, terdapat
beberapa simpulan utama yang terkait dengan Profil Kesehatan Kabupaten
Pandeglang Tahun 2015, yaitu :

1. Pengukuran Sasaran Makro untuk meningkatkan Derajat Kesehatan Masyarakat


Kabupaten Pandeglang yang dapat diukur dari angka kematian Ibu dan Angka Kematian
Bayi sampai saat ini masih belum dapat di uraikan secara jelas dan akurat, hal ini
disebabkan karena pendataan kelahiran dan kematian di luar kewenangan Dinas
kesehatan. Analisa atas pencapaian kinerja Dinas Kesehatan Kabupaten Pandeglang
dapat diuraikan dalam pencapaian Indikator Program Kesehatan yang secara garis besar
terbagi kedalam :
 Indikator Derajat Kesehatan
 Indikator Hasil Antara
 Indikator Proses dan Masukan
2. Dalam pencapaian sasaran mikro dan sasaran stratejik yang ditetapkan melalui
pelaksanaan program dan kegiatan, capaiannya didapat masih belum optimal, terlihat
pada penurunan kematian bayi dan neonatal tahun 2007 sejumlah 261 kasus dan tahun
2008 sejumlah 254 kasus, tahun 2009 sejumlah 217 kasus, tahun 2010 sejumlah 187
penurunan kematian bayi sekitar 37 kasus (14.56%) dari tahun sebelumnya sedangkan
tahun 2011 kematian bayi sekitar 225 kasus, tahun 2012 sebanyak 207 kasus dan tahun
2013 sebanyak 358 kasus dan tahun 2014 menurun menjadi 313 Kasus, sedangkan
tahun 2015 naik menjadi 327 kasus , dan jumlah kematian ibu tahun 2007 sekitar 44
kasus sedangkan tahun 2008 sebanyak 45 kasus dan tahun 2009 sebanyak 41 kasus,
2011 sebanyak 49 kasus, tahun 2012 sebanyak 47 kasus dan Tahun 2013 sebanyak 34
kasus serta tahun 2014 sebanyak 47 dan tahun 2015 sebanyak 48 kasus, permasalahan
ini bukan hanya Sektor Kesehatan yang harus bertanggung jawab tetapi merupakan
tanggungjawab bersama untuk menekan angka kematian Ibu dan Bayi setinggi-tingginya
di Kabupaten Pandeglang.

Profil Dinas Kesehatan Kab. Pandeglang 102


Tahun 2015
Dalam rangka perbaikan kinerja pada tahun-tahun mendatang Dinas Kesehatan mempunyai
tujuan pembangunan kesehatan masyarakat di Kabupaten Pandeglang sampai dengan tahun
2015 antara lain sebagai berikut :

1. Mengembangkan sumber daya kesehatan baik sumber daya manusia, fasilitas pelayanan
kesehatan termasuk sarana prasarana yang mendukung terhadap peningkatan
pelayanan kesehatan yang optimal.
2. Memantapkan fungsi-fungsi manajemen kesehatan sehinggaa tercipta suatu sistem
pengelolaan data yang akurat, yang mampu mendukung terlaksananya proses
perencanaan yang sesuai dengan permasalahan yang dihadapi, penggerakan sasaran,
evaluasi program yang kontinue serta koordinasi pembangunan kesehatan yang terarah
dan terpadu.
3. Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat melalui penurunan Angka Kematian Ibu,
Angka Kematian Bayi, Angka kesakitan terutama penyakit penyakit yang sering
menimbulkan kejadian yang bersifat luar biasa serta menurunkan jumlah balita di bawah
garis merah.
4. Meningkatkan kualitas lingkungan pemukiman, tempat-tempat umum, lingkungan
pendidikan, tempat kerja baik formal maupun informal sesuai standar kesehatan.
5. Meningkatkan perilaku hidup bersih dan sehat sesuai dengan motto Kabupaten
Pandeglang yang bersih, elok, ramah, kuat, aman, dan hidup.
6. Meningkatkan kerjasama lintas sektor dan kemitraan dengan berbagai lembaga sosial
kemasyarakatan, organisasi profesi dan dunia usaha lainnya.

Demikian profil Kesehatan Kabupaten Pandeglang tahun 2015 ini, diharapkan dapat di
jadikan pedoman dan dasar evaluasi serta laporan pelaksanaan atas kinerja selama satu
tahun Dinas Kesehatan Kabupaten Pandeglang.

Profil Dinas Kesehatan Kab. Pandeglang 103


Tahun 2015
“ Semoga Buku Profil Kesehatan Kabupaten Pandeglang Tahun 2015 ini dapat
bermanfaat. Kritik dan saran sangat kami harapkan demi perbaikan Buku
Profil Kesehatan pada tahun-tahun mendatang ”

Profil Dinas Kesehatan Kab. Pandeglang 104


Tahun 2015

Anda mungkin juga menyukai