Fix
Fix
FROZEN SHOULDER
Disusun oleh :
Disusun Oleh :
Shafaa Shafiyah
20174011055
FROZEN SHOULDER
Disusun Oleh :
SHAFAA SHAFIYAH
20174011055
Telah dipresentasikan
Oktober 2017
Disahkan oleh:
Dokter
pembimbing,
2
DAFTAR ISI
3
BAB I
STATUS PASIEN
A. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. SK
Umur : 48 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Pekerjaan : Pekerja Pabrik
Alamat : Jl. Pramuka, Sidorejo Salatiga
B. ANAMNESIS
Keluhan Utama
Pasien mengeluhkan tangan kanan sakit dan sukar digerakkan.
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien mengeluhkan pusing gliyer (+), mual (-), muntah (-), tangan
kanan kaku, sakit dan sukar digerakkan. Riwayat terjatuh dan pingsan (+)
Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat keluhan serupa disangkal. Pasien memiliki riwayat dm
terkontrol, hipertensi (-).
Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada keluarga dengan riwayat keluhan serupa.
Riwayat Sosial
Pasien adalah pekerja dipabrik dengan 2 orang anak dan telah
memiliki 1 orang cucu.
Anamnesis Sistem
Sistem Serebrospinal : Tidak ada keluhan
Sistem Kardiovaskular : Tidak ada keluhan
Sistem Respirasi : Tidak ada keluhan
Sistem Gastrointestinal : Tidak ada keluhan
Sistem Muskuloskeletal : Tangan kanan nyeri dan tidak
bisa digerakkan
Sistem Integumental : Tidak ada keluhan
Sistem Urogenital : Tidak ada keluhan
4
C. PEMERIKSAAN FISIK
Status present
Keadaan umum : Compos
mentis Tekanan darah :
152/116 mmHg Frekuensi
nadi : 90 x/menit Frekuensi
napas : 24x/menit
Status Internus
Kepala : Mesochepal, bentuk simetris dan tidak ada bekas luka
(jahitan)
Mata : Udem palpebra (-/-), trauma palpebra (-/-), conjungtiva
anemis(-/-) , sclera ikhterik (-/-), reflex cahaya (+/+),
Leher : Tidak tampak kelainan
Toraks : Bentuk dinding toraks simetris, ketinggalan gerak (-),
retraksi dada (-)
5
Status Neurologis
Kesadaran : Compos mentis
GCS : 15 (E4 M6 V5)
Orientasi : baik
Daya ingat kejadian : baik
Kemampuan bicara : jelas dan lancar
Sikap tubuh : baik
Cara berjalan : baik
6
Refleks patologis
- -
Babinski
Gonda - -
Chaddock
- -
Oppenheim
Rossolimo - -
Gordon - -
Mendel
Bing - -
Scaffner - -
Trommer
- -
Hoffmen
Satus Lokalisata:
Look bahu simetris, tanda radang (tidak diperiksa) dan tidak ada
deformitas
Feel Masa (-)
Krepitasis (-)
Spasme otot deltoid (tidak dilakukan)
Atrofi otot (tidak dilakukan)
Move nyeri bila digerakkan
Pemeriksaan Fungsi:
a. Tes orientasi :
- Pasien tidak bisa memegang telinga sisi kontralateral()
- Pasien tidak bisa memakai BH ()
- Pasien tidak bisa menyisir rambut (+)
7
b. Pemeriksaan fungsi dasar
Gerakan AROM PROM
Fleksi Nyeri, gerakan terbatas Tidak dilakukan
Ekstensi Nyeri, Tidak dilakukan
Endorotasi Nyeri, Tidak dilakukan
Exorotasi Nyeri, Tidak dilakukan
Adduksi Nyeri, tidak bisa Tidak dilakukan
Abduksi Nyeri, Tidak dilakukan
D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Ro :
- Penyempitan acromioclavicularis joint dextra
- Curiga kelainan soft tissue
8
E. DIAGNOSIS
F. PENATALAKSANAAN
Farmakologi
Depacote 250 mg
Flunarizin 3x1
Esperison 2x1
Meloxicam 12,5
Diazepam 0,1
Paracetamol 300
Non farmakologi
Fisioterapi dirumah
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. DEFINISI
Istilah "ffrozen shoulder" pertama kali diperkenalkan oleh Codman
pada tahun 1934. Dia menggambarkan kondisi bahu yang menyakitkan
dikaitkan dengan kekakuan dan sulit tidur di sisi yang sakit. Frozen Shoulder
juga dikenal sebagai “Adhesive Capsulitis”, “Scapulohumeral
Periarthritis”, “Stiff and Pinful Shoulder”, “Periarthritis Adhesive”,
“Adherent Subacromial Bursitis”, dan “Hypomobile Syndrome” yang
melibatkan sendi bahu dan jaringan-jaringan di sekitarnya.
10
B. EPIDEMIOLOGI
Secara epidemiologi onset frozen shoulder terjadi sekitar usia 40-65
tahun. Dari 2-5% populasi sekitar 60% dari kasus frozen shoulder lebih
banyak mengenai perempuan dibandingkan dengan laki-laki. Frozen
shoulder juga terjadi pada 10-20% dari penderita diabetus millitus yang
merupakan salah satu faktor resiko frozen shoulder (Miharjanto, et al.,
2010).
C. ETIOLOGI
Menurut Cluett (2007), frozen shoulder sering terjadi tanpa didahului
cedera atau penyebab yang nyata. Ada pasien yang mengalami frozen
shoulder setelah trauma shoulder, tetapi ini bukan penyebab yang lazim.
Faktor etiologi frozen shoulder antara lain :
Usia dan jenis kelamin
Frozen shoulder paling sering terjadi pada orang yang berusia antara
40–60 tahun dan biasanya wanita lebih banyak daripada pria.
Gangguan endokrin
Penderita diabetes militus berisiko tinggi mengalami frozen shoulder.
Gangguan endokrin yang lain misalnya masalah thyroid dapat juga
mencetuskan kondisi ini.
Trauma sendi bahu
Pasien yang mengalami cedera atau menjalani operasi pada bahu dan
disertai imobilisasi sendi bahu dalam waktu lama akan berisiko tinggi
mengalami frozen shoulder.
11
Zuckerman mengklasifikasikan Frozen Shoulder menjadi
primer dan sekunder, yaitu;
Frozen Shoulder Primer
Merupakan diagnosa untuk semua kasus Frozen Shoulder
dimana etiologi yang mendasari kasus ini tidak dapat di identifikasi.
Frozen Shoulder Sekunder
Termasuk semua kasus Frozen Shoulder yang etiologinya dapat
diidentifikasi, antara lain:
1. Penyebab Intrinsik,
Merupakan hambatan gerak bahu selama aROM (active Range
of Motion) dan pROM (passive Range of Motion) yang disebabkan
masalah pada rotator cuff, tendonitis pada biceps, klasifikasi
tendonitis dan arthritis acromioclavicularis.
2. Penyebab Ekstrinsik,
Merupakan penyebab Frozen Shoulder dimana abnormalitas
yang diidentifikasi berhubungan dengan bahu itu sendiri (hambatan
aROM dan pROM yang berhubungan dengan pembedahan
payudara ipsilateral sebelumnya, radiculopathy cervical, tumor
dada, cedera cerebrovascular, fraktur humerus, abnormalitas
scapulothoracic, arthritis pada acromioclavicular atau fraktur
clavicula, penyakit kardiopulmoner, parkinson, dll).
3. Penyebab sistemik,
Antara lain ; diabetes, hipertiroidisme, hipotiroid,
hipoadrenalin, atau kondisi lain yang tercatat mempunyai hubungan
dengan perkembangan Frozen Shoulder.
12
D. ANATOMI DAN BIOMEKANIK BAHU
1.scapula,
2.clavicula,
3.humerus, acromion, dan
4.Coracoideus
Adapun otot utama yang memperkuat sendi bahu (otot rotator cuff) adalah
1. m suprasspinatus
2. m infrasspainatus
3. m teres minor dan
4. m subscapularis
13
Sendi bahu merupakan sendi yang paling kompleks pada tubuh
manusia karena memiliki 5 sendi yang saling terpisah diimana sendi ini
sangat menunjang gerakan. Anatomi sendi bahu merupakan sendi peluru
(ball and socket joint) yang terdiri atas bonggol sendi dan mangkuk sendi.
Cavitas sendi bahu sangat dangkal, sehingga memungkinkan seseorang
dapat menggerakkan lengannya secara leluasa dan melaksanakan aktifitas
sehari-hari. Namun struktur yang demikian akan menimbulkan
ketidakstabilan sendi bahu dan ketidakstabilan ini sering menimbulkan
gangguan pada bahu (Sidharta, 2004). besarnya mobilitas sendi ini
merugikan stabilitas ,oleh karna itu tidak mengherankan banyak masalah
timbul di sendi ini. Glenohumeral joint merupakan sendi yang paling mobile
karena menghasilkan gerakan dengan 3 DKG (flexi – ekstensi, abduksi-
adduksi, exorotasi-endorotasi) dan sirkumdaksi.
Shoulder kompleks terdiri atas 3 sendi sinovial dan 2 sendi non – sinovial.
3 sendi synovial:
1. Sternoclavicular joint,
2. Acromioclavicular joint dan
3. glenohumeral joint.
2) Sendi sternoclaviculare
Dibentuk oleh extremitas glenoidalis clavikula, dengan incisura
clavicularis sterni. Menurut bentuknya termasuk articulation sellaris, tetapi
fungsionalnya glubiodea. Diantar kedua facies articularisnya ada suatu
15
discus articularis sehingga lebih dapat menyesuikan kedua facies
articularisnya dan sebagai cavum srticulare. Capsula articularis
luas,sehingga kemungkinan gerakan luas (Sidharta, 2004).
3) Sendi acromioclaviculare
Dibentuk oleh extremitas acromialisclavicula dengan tepi medial dari
acromion scapulae. Facies articularisnya kecil dan rata dan dilapisi oleh
fibro cartilago. Diantara facies articularis ada discus artucularis. Secara
morfologis termasuk ariculatio ellipsoidea, karena facies articularisnya
sempit, dengan ligamentum yang longgar(Sidharta, 2004).
4) Sendi subacromiale
Sendi subacromiale berada diantara arcus acromioclaviculare yang
berada di sebelah cranial dari caput serta tuberositas humeri yang ada di
sebeleh caudal, dangan bursa subacromiale yang besar bertindak sebagai
rongga sendi (Mudatsir, 2007).
5) Sendi scapuloThoracic
Sendi scapulo thoracic bukan sendi yang sebenarnya, hanya berupa
pergerakan scapula terhadap dinding thorax (Sri surini, dkk, (2002). Gerak
osteokinematika sendi ini meliputi gerakan kerah medial lateral yang dalam
klinis disebut down ward-up wardrotasi juga gerak kerah cranial-caudal
yang dikenal dengan gerak elevasi-depresi.
16
17
E. PATOFISIOLOGI
Secara pasti Frozen Shoulder belum diketahui penyebabnya dengan
jelas, namun ada beberapa pendapat yang menyatakan keadaan ini terjadi
akibat kelanjutan dan beberapa lesi pada bahu misalnya, karena rotator cuff
syndrom berupa timbulnya peradangan sekitar kapsul sendi pada akhirnya
mengakibatkan reaksi fibrous. Gangguan Rotator Cuff dapat berupa
tendinitis supraspinatus, tendinitis bicipitalis, bursitis, rupture rotator cuff.
Selain itu bisa juga terjadi karena gangguan otot-otot yang lain yang berada
disekitarnya seperti M. Deltoideus, M. Biceps Brchii, M. Triceps.
18
Selanjutnya jarak permukaan sendi menyempit karena pelumas sendi
menipis dan peningkatan jumlah serabut kolagen yang bersilangan serta
susunan tidak teratur. Serabut kolagen yang kusut akan mengurangi
fleksibilitas jaringan ikat dan membatasi gerakan sendi. Kontraktur
anterosuperior kapsul akan mengakibatkan antero superior tightness, maka
akan membatasi gerakan eksorotasi sendi glenohumeralis di posisi adduksi.
Demikian juga kalau terjadi kontraktur kapsul dan ligamenligamen antero
inferior sendi glenohumeralis, maka akan membatasi gerakan eksorotasi
sendi glenohumeralis di posisi abduksi. Kapsul bagian anterior superior dan
anterior inferior yang kaku maka gerakan slide ke anterior terbatas,
mengakibatkan caput humerus bergeser ke posterior pada cavitas
glenoidalis. Dan menyebabkan gerakan permukaan sendi glenohumeralis
tidak harmonis lagi.
Kekakuan pada frozen shoulder berupa imflamasi yang bersifat
kronik, menimbulkan fibrosis atau perlekatan. Akibatnya terjadi gangguan
mikrosirkulasi peredaran darah, baik yang melayani jaringan kontraktil
maupun non kontraktil regio bahu. Kekakuan dan imflamasi kronik pada
regio bahu mengakibatkan gangguan aliran limfe. Aliran limfe yang
terganggu akan mempengaruhi penimbunan (stagnasi) protein. Stagnasi
protein pada jaringan interstitial akan mengakibatkan gangguan asam basa
serta pengeringan sel dan timbullah degenerasi sel.
19
BIOMOLEKULER INFLAMATORY
Mikroinjuri Peradangan
Sitokin inflamasi
tingkat
molekuler
IGF-2
^ Sitokin inflamasi ^ kadar IL
(COX-1, Cox-2, IL6, (α1, β2, TNF)
ILL 1,
Infiltrasi fibroblast +
myofibroblast + serat
- Merangsang kolagen
angiogenesis
- Edema sel
- Nyeri
Fibrosis kapsul bahu
20
F. MANIFESTASI KLINIS
Gejala klinis yang muncul:
a. Nyeri
Sakit pada bahu dan lengan nyeri secara berangsur-angsur
bertambah berat dan pasien sering tidak dapat tidur pada sisi yang terkena.
Setelah beberapa lama nyeri berkurang, tetapi sementara itu kekakuan ,
berlanjut terus selama 6- 12 bulan setelah nyeri menghilang. Secara
berangsurangsur pasien dapat bergerak kembali, tetapi tidak lagi normal
Frozen shoulder terdiri dari 4 fase yaitu : the freezing (painful phase),
the frozen (stiff phase), dan the thawing (recovery phase) . Berdasarkan
penggambaran progresitas oleh Hannafin (2010), tahap-tahap progresitas
Frozen Shoulder adalah;
23
H. KRITERIA DIAGNOSTIK
1. Anamnesis
2. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan tanda-tanda vital yang meliputi tekanan darah,
nadi, frekuensi pernafasan, dan suhu tubuh adalah hal pertama yang
harus dilakukan dalam pemeriksaan fisik, diikuti dengan
memperkirakanan score Visual Analog atau verbale diskriptive scale
(VDS) yaitu cara pengukuran derajat nyeri dengan tujuh nilai yaitu:
nilai 1 tidak nyeri, nilai 2 nyeri sangat ringan, nilai 3 nyeri ringan,
nilai 4 nyeri tidak begitu berat, nilai 5 nyeri cukup berat, nilai 6 nyeri
berat, nilai 7 nyeri tak tertahankan.
LOOK:
Pada pemeriksaan, lengan dipegang dari samping dalam posisi
adduksi dan rotasi internal. Atrofi dari deltoid dan supraspinatus
mungkin ada.
FEEL:
Pada palpasi, ada tenderness yang menyebar di atas sendi
glenohumeral, dan ini meluas ke area trapezius dan interscapular.
MOVE:
Rotasi eksternal hilang total. Ini adalah tanda patognomonik
frozen shoulder. Mengkonfirmasi bahwa rotasi eksternal tidak
mungkin dilakukan dengan gerakan aktif dan pasif sangat penting.
Misalnya, jika rotasi eksternal mudah dilakukan dengan bantuan
dokter, kita akan mempertimbangkan diagnosis large rotator cuff
tear, yang memerlukan pengelolaan yang sama sekali berbeda. Pada
frozen shoulder, semua gerakan sendi lainnya berkurang, dan jika
gerakan terjadi biasanya berasal dari sendi toraks.
24
3. Pemeriksaan lingkup gerak sendi (LGS) atau ROM (aktif/pasif)
Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui adanya keterbatasan
lingkup gerak sendi menggunakan alat yang disebut dengan goneometer,
dalam pelaksanaannya banyak hal yang harus diperhatikan dalam
melakukan pengukuran diantaranya letak goneometer yang merupakan
aksis dari sendi bahu. Hasil pengukuran ditulis dengan standar
International Standard Orthopedic Measurement (ISOM).
8. Pemeriksaan Laboratorium
Diagnosisnya pada dasarnya bersifat klinis. Studi imunologi
(seperti antigen leukosit manusia B27), protein reaktif C, dan laju
sedimentasi eritrosit semuanya normal. Perlu dilakukan pengecekan gula
darah untuk kemungkinan penyebab.
9. Pemeriksaan Radiologi
A. X-Ray : untuk melihat danse structure, untuk menemukan faktor
resiko. pemindaian tulang kontras teknetium-99m diphosphonate
menunjukkan peningkatan serapan pada sisi yang sakit pada 92%
pasien dibandingkan dengan sisi berlawanan atau dengan normal.
Arthrography menunjukkan temuan karakteristik dari keterbatasan
kapasitas sendi bahu (5-10 ml dibandingkan dengan 25 -30 ml pada
sendi normal) dan lipatan aksila kecil atau tidak ada .
B. MRI : untuk melihat soft tissue. Pencitraan resonansi magnetik
mungkin menunjukkan sedikit penebalan pada kapsul sendi dan
ligamen corakohumari.
26
Volunter normal : tidak ada penebalan pada kapsul sendi dan ligamen
corakohumari.
27
I. DIAGNOSIS BANDING
29
J. PENATALAKSANAAN
FARMAKOLOGIS
a. NSIAD (aspirin dan ibuprofen) untuk mengurangi nyeri
b. Injeksi steroid sebagai anti inflamasi
Satu atau serangkaian suntikan steroid Methylprednisolone.
Pengobatan ini dapat perlu dilakukan dalam beberapa bulan. Injeksi
biasanya diberikan dengan bantuan radiologis, bisa dengan fluoroskopi,
USG, atau CT. Bantuan radiologis digunakan untuk memastikan jarum
30
masuk dengan tepat pada sendi bahu. Kortison dinjeksikan pada sendi untuk
menekan inflamasi yang terjadi pada kondisi ini. Kapsul bahu juga dapat
diregangkan dengan salin normal, kadang hingga terjadi rupture pada kapsul
untuk mengurangi nyeri dan hilangnya gerak karena kontraksi. Tindakan ini
disebut hidrodilatasi, akan tetapi terdapat beberapa penelitian yang
meragukan kegunaan terapi tersebut.
NON FARMAKOLOGIS –
a. Exercise
Shoulder Pendulum
31
Shoulder Flexion
Internal rotation-standing
32
Internal-lying down
b. Akupuntur, Termoterapi
c. Surgery
Apabila terapi-terapi ini tidak berhasil seorang dokter dapat
merekomendasikan manipulasi dari bahu dibawah anestesi umum
untuk melepaskan perlengketan. Opersai dilakukan pada kasus yang
cukup parah dan sudah lama terjadi. Biasanya operasi yang dilakukan
berupa arthroskopi.
-
33
K. KOMPLIKASI
Pada kondisi frozen shoulder akibat capsulitis adhesiva yang berat
dan tidak dapat mendapatkan penanganan yang tepat dalam jangka waktu
yang lama, maka akan timbul problematik yang lebih berat antara lain :
(1) Kekakuan sendi bahu
(2) Kecenderungan terjadinya penurunan kekuatan otot-otot bahu
(3) Potensial terjadinya deformitas pada sendi bahu
(4) Atropi otot-otot sekitar sendi bahu
(5) Adanya gangguan aktifitas keseharian (AKS).
L. PROGNOSIS
Sebuah penelitian prospektif terhadap 41 pasien dengan follow up 5-
10 tahun, menemukan bahwa 39% mengalami pemulihan penuh, 54%
memiliki keterbatasan klinis tanpa cacat fungsional, dan 7% memiliki
keterbatasan fungsi.2 Shaffer dkk menunjukkan bahwa 50 % dari 61 pasien
dengan frozen shoulder memiliki tingkat nyeri dan kekakuan rata-rata tujuh
tahun setelah onset penyakit. Rentang pergerakan normal mungkin tidak
kembali.
35
BAB III
PEMBAHASAN
Pasien bernama Ny. SK berusia 48 tahun dengan diagnosa frozen
shoulder dextra akibat post trauma mengalami nyeri pada bahu sebelah
kiri, adanya keterbatasan lingkup gerak sendi bahu sebelah kiri, penurunan
nilai kekuatan otot bahu sebelah kiri, dan penurunan kemampuan aktivitas
fungsional bahu sebelah kiri.
Pasien datang ke poliklinik saraf RSUD Salatiga dengan keluhan
pusing gliyer dan bahu kanan sukar digerakkan. Pasien memiliki riwayat
trauma (+), DM terkontrol (+). Dimana pasien memiliki faktor resiko positif
wanita, usia diatas 40 tahun, post trauma dan memiliki riwayat Diabetes
Mellitus.
36
DAFTAR PUSTAKA
Hannafin JA, DiCarlo ER, Wickiewicz TL, et al. Adhesive capsulitis: capsular
fibroplasias of the glenohumeral joint. J Shoulder Elbow Surg 1994; 3(Suppl):5
[abstract].
J,S. Salim. Penambahan Teknik Manual Therapy pada Latihan Pendular Codman
lebih Meningkatkan Lingkup Gerak Sendi pada sendi Glenohumeral penderita
frozen shoulder. Jurnal Fisioterapi Volume 14 Nomor 1, April 2014
Li, Jin-qing et al. “MRI Findings for Frozen Shoulder Evaluation: Is the Thickness
of the Coracohumeral Ligament a Valuable Diagnostic Tool?” Ed. Ulrich
Thiem. PLoS ONE 6.12 (2011): e28704. PMC. Web. 6 Oct. 2017.
Morgan, William. A self-care guide for those suffering from frozen shoulder. 2013.