Anda di halaman 1dari 62

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN NY.

AD
DENGAN TB PARU DI RUANG PRAJA LT 3 RSUDW
TANGGAL 1-4 AGUSTUS 2017

I. TINJAUAN KASUS

PENGKAJIAN KEPERAWATAN

Tanggal pengkajian : 1 Agustus 2017

Pukul : 14.30 Wita

Sumber data : Pasien, keluarga dan rekam medis

A IDENTITAS PASIEN
Nama : NY. AD No. CM : 533700
Tgl lahir : 20 Desember 1977 Ruangan : Praja Lt3
Agama : Hindu No kamar : 309
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Swasta
Kewarganegaraan : Warga Negara Indonesia
Alamat : Jln. Kapten Japa no 26 Denpasar

B KEADAAN UMUM
Kesadaran : Composmentis
GCS : E4V5M6
Vital Sign : R = 22 x/menit, N = 88 x/menit, TD = 120/80 mmHg,
S = 38,5 ˚C
Catatan :
Riwayat Keperawatan
Keluhan utama saat MRS : sesak nafas sejak 3 hari yang lalu
Diagnosa medis saat ini : TB Paru + Efusi pleura (D)
Riwayat keluhan/ penyakit saat ini
Pasien datang dengan keluhan sesak sejak 3 hari, nyeri dada kanan seperti
ditusuk-tusuk terutama saat bernafas dengan skala nyeri (2), ada batuk
berdahak sudah dari 1 bulan yang lalu. Demam sejak kemarin, akral teraba
hangat.

Riwayat Penyakit Terdahulu


a. Riwayat operasi : Pasien pernah operasi SC 2x saat
melahirkan
b. Riwayat penyakit : Pasien tidak ada riwayat sakit sebelumnya
c. Riwayat alergi : Pasien tidak ada alergi obat, makanan dan
lain-lain

C PSIKOSOSIAL
Status : Pasien sudah menikah dan tinggal bersama
keluarga
Riwayat kebiasaan : Pasien tidak merokok atau minum alcohol
Resiko mencederai diri : Tidak

D OBSERVASI
(√) Vital sign

E PROSEDUR INVASIF
(√) Infus intravena dipasang di IGD, tanggal 1 Agustus 2017

F KONTROL RESIKO INFEKSI


Status : (√) Suspect
Additional precaution yang harus dilakukan : (√) Droplet
G PENILAIAN RESIKO JATUH
Item Penilaian Jml Item Penilaian Jml
Skor Skor
USIA PENGOBATAN
a. Kurang dari 0 a. > 4 jenis 1
60 tahun 0 b. Antihipertensi/hipoglikemik/
b. Lebih dari 60 1 Antidepresan 2 0
tahun c. Sedatif/ Psikotropika/ 2
c. Lebih dari 80 Narkotika 2
tahun 2 d. Infus epidural/ Spinal
DEFISIT MOBILITAS
SENSORIS a. Mandiri 0
a. Kacamata 0 b. Menggunakan alat bantu 1
bukan bifokal berpindah 2
b. Kacamata 1 0 c. Koordinasi/ Keseimbangan 3 3
bifokal buruk 4
c. Gangguan 1 d. Dibantu sebagian
pendengaran 2 e. Dibantu penuh
d. Kacamata
multifokal 2
e. Katarak/
Glaukoma 3
f. Hampir tidak
melihat
AKTIVITAS POLA BAB/ BAK
a. Mandiri 0 a. Teratur 0
b. ADL dibantu 2 2 b. Inkontinensia urine/ feses 1
sebagian c. Nokturia 2 0
c. ADL dibantu 3 d. Urgensi/ frekuensi 3
penuh
RIWAYAT KOMORBIDITAS
JATUH 0 a. Diabetes/ Penyakit Jantung/
a. Tidak pernah 1 0 Stroke/ ISK 2
b. Jatuh < 1 2 b. Gangguan Saraf Pusat / 2 0
tahun 3 Parkinson 3
c. Jatuh < 1 c. Pasca Bedah 0-24 jam
bulan
d. Jatuh pada
saat dirawat
Sekarang

KOGNISI
a. Orientasi baik 0
b. Kesulitan
mengerti 2 0
perintah 2
c. Gangguan
memori 3
d. Kebingungan 3
e. Disorientasi
TOTAL KRITERIA RESIKO CIDERA/ JATUH :5
KESELURUHAN SKOR (√) Rendah 0-7, ( ) Sedang 8-13, ( ) Tinggi
> 14

H. KEBUTUHAN KOMUNIKASI DAN PENGAJARAN


Bicara : (√) Normal
Bahasa sehari-hari : (√) Indonesia, (√) Daerah (Bali)
Hambatan belajar : Tidak ditemukan hambatan belajar
Cara belajar yang disukai : diskusi
Potensial Kebutuhan Pembelajaran : (√) proses penyakit, (√)
Pengobatan/ tindakan, (√) Terapi/ obat, (√) nutrisi (√) lain-lain : cara
penularan penyakit, istirahat yang cukup, dan tetap berdoa untuk
kesembuhan.

A KETERGANTUNGAN SAAT MELAKSANAKAN ADL


Personala Hygiene : (√) dibantu oleh keluarga
Toileting : (√) mandiri
Berpakaian : (√) dibantu oleh keluarga
Makan/ minum : (√) mandiri
Mobilisasi : (√) mandiri
Alat bantu : Tidak ada

B NYERI / KENYAMANAN
Nyeri : (√) ya, lokasi: dada sebelah kanan dengan skala nyeri 2
Jenis : (√) akut

C PERNAFASAN
Kesulitan bernafas : (√) ya : memakai O2 2 lt/mnt dengan nasal canule
D INTEGRITAS KULIT/ LUKA
Luka : tidak ada masalah

H STATUS NUTRISI
Berat badan : 60 kg, Tinggi badan : 155 cm (tidak ada keluhan)

I ELIMINASI
Masalah perkemihan : Tidak ada keluhan, pasien BAK 7-8 kali perhari
warna kuning, ± 200 cc @ BAK
Masalah defekasi : Tidak ada masalah

J PSIKOLOGI, SOSIAL DAN SPIRITUAL


Tidak ada masalah

P. Data Penunjang
1. EKG terlampir kesan normal ECG
2. Hasil Laboratorium,
a. Tanggal 1 Agustus 2017
DL dbn
LED : 53
SGOT : 19
SGPT : 30
b. Tanggal 2 Agustus 2017-07-29
BTA I & II : Negatif
Analisa cairan pleura :
Jumlah sel : H 1760/ul
Limfosit : H 44
Granulosit : H 37
Monosit : H 19
BTA : negatif
S. Anti HIV : non reaktif
c. Sitologi caira pleura : Kesimpulan (Limfositosis sedang)
3. Hasil Pemeriksaan Radiologi
Rontgen thorax : Observasi TB paru
Efusi pleura
4. Terapi yang didapat dari dr. IB Sutha, SpP
 IVFD Nacl 0,9% 20 tpm
 Clanexi 1 gram @ 8jam
 Paracetamol drip 1 gram @ 8jam
 Cernevit 1 vial@ 24 jam
 Methylprednisolon 62,5 mg @ 12jam
 Azithromycin 500 mg @ 24 jam
 Ambroxol sirup CI @ 8jam
 OAT Kategori I 3 tablet @ 24jam
 Prof punktie

Q. Analisa Data
No DATA ETIOLOGI MASALAH
1 S : “Saya sesak Invasi Mycobacterium Bersihan Jalan
sejak 3 hari, Tuberculosis ke dalam Nafas Tidak
ada batuk alveolus Efektif
berdahak
sudah dari 1 Reaksi radang
bulan yang
lalu“ Fagositosis bakteri

O : pasien Infiltrasi makrofag


tampak membentuk tuberkel
sesak, ada
batuk Necrosis caseosa
berdahak,
terpasang O2 Pelepasan bakteri
2lpm nasal tuberkel ke cabang
canule, RR: trakeobronkial
24x/mnt
Melebar melalui getah
bening dan pembuluh
darah
Static cairan tubuh

Akumulasi secret di
saluran pernafasan

Bersihan Jalan Nafas


Tidak Efektif

2 S : “saya Invasi Mycobacterium Hipertermi


demam dari Tuberculosis
kemarin”
Reaksi Inflamasi
O : akral teraba
hangat Fagositosis bakteri
S : 38,5 C
N:88x/mnt Hipotalamus
terangsang

Hipertermi

R. Rumusan Masalah Keperawatan


1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan akumulasi
secret di saluran pernafasan ditandai dengan pasien tampak sesak,
ada batuk berdahak, terpasang O2 2lpm nasal canule, RR: 24x/mnt
2. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi mycobacterium
tuberculosis ditandai dengan pasien demam, akral teraba hangat,
S : 38,5C

S. Prioritas Diagnosa Keperawatan


1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan akumulasi
secret di saluran pernafasan ditandai dengan pasien tampak sesak, ada
batuk berdahak, terpasang O2 2lpm nasal canule, RR: 24x/mnt
2. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi mycobacterium
tuberculosis ditandai dengan pasien demam, akral teraba hangat, S :
38,5C
T ORIENTASI PASIEN BARU
(√) Lokasi ruangan, (√) Keamanan ruangan, (√)Tata tertib ruangan, (√)
Waktu dokter visite, (√) Jam berkunjung, (√) Administrasi awal, (√)
Tempat ibadah, (√) Fasilitas ruangan, (√) Pelayanan gizi, (√) Kebersihan
kamar, (√) Rencana perawat

U RENCANA KEPULANGAN PASIEN


Estimasi Tanggal Pemulangan : 5 Agustus 2017

Edukasi pasien pulang :

1. Obat
Memberitahu kepada pasien dan keluarganya tentang obat yang
harus dilanjutkan diminum atau dikonsumsi di rumah seperti obat
antibiotik dll. Memberitahukan pentingnya untuk minum obat-obatan
TB di rumah sesuai dengan jadwal dan dosis yang ditentukan.
2. Lingkungan
Memberitahu kepada pasien dan keluarga untuk menjaga kebersihan
lingkungan, jenis-jenis makanan dan kebersihan makanan.
3. Pengobatan
Memberitahu pasien dan keluarga bahwa pengobatan akan
dilanjutkan dan sifatnya kontinyu. Klien tidak boleh putus
pengobatan TB, dan peran aktif keluarga sebagai pengawas minum
obat
4. Pengajaran kesehatan
Memberikan KIE kepada klien untuk selalu menjaga kesehatannya,
dan mengenali kondisi tubuh sehingga bisa menjaga daya tahan
tubuh dengan baik.
5. Diit
Memberitahukan kepada klien dan keluarga tentang diet atau
makanan yang diperbolehkan dikonsumsi di rumah. Tidak ada
pantangan untuk dimakan namun sangat penting untuk menjaga
kebersihan makanan agar tidak banyak mengandung parasit.

Pasien pulang ke : rumah ( Jl. Kapten Japa No 26 Dps )


RSUD WANGAYA KOTA DENPASAR FORM : 06/IRM-00
Nama : NY. AD

Tgl.Lahir : 20-12-1977 / P
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
No RM : 533700

Tanggal 1/8/17 2/8/17 3/8/17 4/8/17

P S M P S M P S M P S M P S M P S M P S M
Tindakan
Observasi :
18 06 12 18 06 12 18 06 12 18 06
Suhu
18 06 12 18 06 12 18 06 12 18 06
Nadi
18 06 12 18 06 12 18 06 12 18 06
Tekanan
Darah
18 06 12 18 06 12 18 06 12 18 06
Pernafasan
18 06 12 18 06 12 18 06 12 18 06
Skala Nyeri
18 06 12 18 06 12 18 06 12 18 06
Risiko Jatuh


Mandiri
Personal
Hygiene
Pasien
Mobilisasi /
ROM
16 24 8 16 24 8 16 24 08 16 24
Oksigenasi
Merawat
Luka
Merawat
Area
Tertekan
Merawat
Area Drain
Mencegah
Pasien Jatuh
Membantu
Eliminasi
- BAB
- BAK
19 06 13 19 06 13 19 06 13 19 06
Balance
cairan
15 09 10 10
Memberi
posisi semi
fowler
16 09 10 10
Melatih
batuk efektif
16 20
Memberi
kompres
hangat


Delegatif
16 24 08 16 24 08 16 24 08 16 24
Memberikan
Obat Oral
16 24 08 16 241 08 16 24 08 16 24
Memberikan
Obat Injeksi
17 07 12 17 07 12 17 07 08 16 24
Asuhan Diet
& Nutrisi
RSUD WANGAYA KOTA DENPASAR Form : 10
Nama :NY. AD

EVALUASI KEPERAWATAN Tgl.Lahir : 20/ 12/ 1977

No RM : 533700
Tgl MRS 1 AGUSTUS 2017 Diagnosa Medik : TB PARU Ruangan : PA III Lembar ke : 1
T
TANGGAL / No.
EVALUASI N
JAM Dx.
P
S : “sesak sudah berkurang, batuk berdahak masih”
4/8/2017 O : batuk berdahak masih, RR : 20x/mnt
I Vera
Pk. 14.30 A : masalah teratasi sebagian
P : lanjutkan intervensi 12,15,16,21 sesuai Dx I
S : “Saya sudah tidak demam”
O : S: 36,5
2/8/2017 II A : masalah teratasi Vera
Pk.14.30 P : pertahankan kondisi
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN NY. AD
DENGAN TB PARU DI RUANG PRAJA LT 3 RSUDW
TANGGAL 1-4 AGUSTUS 2017

OLEH:
NI KADEK LISNA ANDARINI
NI LUH PUTU PRIMA RAHAYU
NI LUH SUWIANTINI

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH WANGAYA


KOTA DENPASAR
2017
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa, karena
berkat rahmat-Nyalah penulis dapat menyelesaikan laporan hasil kasus tepat pada
waktunya. Laporan ini disusun berdasarkan laporan pengalaman belajar yang
didapat di lapangan dengan menggunakan proses keperawatan. Dalam menyusun
laporan kasus ini, penulis mengambil kasus dengan judul “ASUHAN
KEPERAWATAN PADA PASIEN “Ny.AD” DENGAN TB PARU DI
RUANG PRAJA AMERTHA LANTAI 3 RSUD WANGAYA KOTA
DENPASAR TANGGAL 1-4 AGUSTUS 2017”.
Dalam penyusunan laporan kasus ini penulis banyak mendapat bantuan dan
bimbingan dari pihak baik secara langsung maupun tidak langsung yang sangat
berguna dalam menyelesaikan laporan kasus ini. Oleh karena itu melalui
kesempatan ini penulis menyampaikan banyak terima kasih kepada :
1. Ibu dr. Setiawati Hartawan, M.Kes, selaku direktur RSUD Wangaya Kota
Denpasar yang telah memberikan kesempatan kepada Penulis untuk
melaksanakan Asuhan Keperawatan di Ruang Praja Amertha Lantai 3
RSUD Wangaya.
2. Kabid dan Kasie Keperawatan RSUD Wangaya Kota Denpasar yang telah
memberikan izin dan petunjuk dalam menyelesaikan laporan ini
3. Pasien AD beserta keluarga atas kesediaan dan ketulusan hatinya untuk
memberikan data yang penulis perlukan dalam penyusunan laporan kasus
ini, semoga mendapatkan kesembuhan yang lebih baik.
4. Seluruh pihak yang telah memberikan dukungan baik moril maupun
materiil dalam menyelesaikan laporan ini.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa laporan kasus ini masih jauh dari
sempurna, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca
demi kesempurnaan kasus ini.
Akhir kata penulis mengharapkan semoga laporan kasus ini bermanfaat
bagi kita semua.
Denpasar, Agustus 2017
Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tuberkulosis (TBC atau TB) adalah suatu penyakit infeksi yang

disebabkan oleh bakteri Mikrobakterium tuberkulosa. Bakteri ini merupakan

bakteri basil yang sangat kuat sehingga memerlukan waktu lama untuk

mengobatinya. Bakteri ini lebih sering menginfeksi organ paru-paru

dibandingkan bagian lain tubuh manusia.

Insiden TBC dilaporkan meningkat secara drastis pada dekade terakhir

ini di seluruh dunia. Demikian pula di Indonesia, TBC merupakan masalah

kesehatan, baik dari sisi angka kematian (mortalitas), angka kejadian

(morbiditas) maupun diagnosis dan therapinya. Dengan penduduk lebih dari

200 juta orang, Indonesia menempati urutan ketiga setelah India dan China

dalam hal jumlah penderita diantara 22 negara dengan masalah TBC terbesar

di dunia.

Hasil survei Kesehatan Rumah Tangga Depkes RI tahun 1992

menunjukkan bahwa TBC merupakan penyakit kedua penyebab kematian,

sedangkan pada tahun 1986 merupakan penyebab keempat. Pada tahun 1999

WHO Global Surveilance memperkirakan di Indonesia terdapat 583.000

penderita TBC baru per tahun dengan 262.000 BTA positif atau insidens rate

kira-kira 130 per 100.000 penduduk tiap tahun. Kematian akibat TBC

diperkirakan menimpa 140.000 penduduk tiap tahun. Jumlah penderita TBC


dari tahun ke tahun di Indonesia terus meningkat. Saat ini setiap dua menit

muncul satu pemnderita TBC baru. Bahkan setiap empat menit satu orang

meninggal akibat TBC di Indonesia. Kenyataan mengenai penyakit TBC di

Indonesia begitu mengkhawatirkan, sehingga kita harus waspada sejak dini

dan mendapatkan informasi lengkap tentang penyakit TBC.

Berdasarkan data tersebut diatas penulis tertarik untuk mengambil

kasus dengan judul “ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN “Ny.

AD” DENGAN TB PARU DI RUANG PRAJA AMERTHA LANTAI 3

RSUD WANGAYA KOTA DENPASAR TANGGAL 1-4 Agustus 2017 “

dengan harapan dapat memperoleh gambaran umum tentang asuhan

keperawatan pada pasien dengan TB Paru dan meningkatkan mutu asuhan

keperawatan dan pelayanan kesehatan di Ruang Praja Amertha Lantai 3

RSUD Wangaya.

B. Tujuan

1. Tujuan Umum

Dapat memperoleh pemahaman dan gambaran umum pada pasien dengan

TB Paru.

2. Tujuan Khusus

a. Penulis mampu melakukan pengkajian keperawatan kepada pasien TB

Paru.

b. Penulis mampu menyusun perencanaan keperawatan kepada pasien TB

Paru.
c. Penulis mampu melaksanakan tindakan keperawatan kepada pasien TB

Paru.

d. Penulis mampu melakukan evaluasi keperawatan kepada pasien TB

Paru.

C. Metode Penulisan

Laporan kasus ini ditulis dengan metode deskriptif dengan tekhnik

pengumpulan data, wawancara, observasi, pemeriksaan fisik dan studi

dokumentasi.

D. Sistematika Penulisan

Penulisan laporan hasil studi kasus ini disusun menjadi 4 Bab dengan

uraian sebagai berikut: BAB I Pendahuluan, yang menguraikan latar belakang,

Tujuan, Metode Penulisan serta Sistematika Penulisan. BAB II Tinjauan

Teoritis dan Tinjauan Kasus. Pada tinjauan teoritis menguraikan tentang

dasar-dasar kasus yang meliputi pengertian, etiologi, patofisiologi, WOC,

manifestasi klinis, pemeriksaan diagnostik, penatalaksanaan medis,

komplikasi serta teori asuhan keperawatan yang meliputi pengkajian

mencakup diagnosa, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Tinjauan kasus

meliputi : Pengkajian, Perencanaan, Pelaksanaan dan evaluasi. BAB III

Pembahasan, yaitu membahas kesenjangan antara teori dengan kenyataan

yang terjadi pada kasus, argumentasi masalah yang terjadi saat memberikan
asuhan keperawatan. BAB IV Penutup, bagian akhir yang menguraikan

tentang kesimpulan dan saran penulis tentang kasus yang dibuat.


BAB II

TINJAUAN TEORITIS DAN TINJAUAN KASUS

TINJAUAN TEORI

I. Konsep Dasar Penyakit


A. Definisi atau pengertian
Tuberculosis (TB) adalah infeksi yang menyerang parenkim paru –
paru yang disebabkan oleh mycobacterium tuberculosis .Penyakit ini
dapat juga menyebar ke bagian tubuh lain seperti meningen ,ginjal, ,
tulang dan nodus limfe ( Somantri Irman 2009, hal 59 )
Tuberculosis ( TB ) adalah penyakit akibat infeksi Mycobacterium
tuberculosis yang dapat menyerang berbagai organ terutama paru –paru
dengan gejala bervariasi ( Ardiansyah Muhammad 2012, hal 290 )

B. Etiologi

Gambar 2: Bakteri Mikobakterium tuberkulosa (Adi, 2009).


Penyakit TBC disebabkan oleh basil Mycobacterium tuberculosis
tipe humanus (sejenis kuman berbentuk batang). Kuman ini ditemukan
oleh Robert Koch pada tahun 1882. Kuman ini berbentuk batang,
mempunyai sifat khusus yaitu tahan terhadap asam pada pewarnaan.
Oleh karena itu disebut pula sebagai Basil Tahan Asam (BTA), kuman
TB cepat mati dengan sinar matahari langsung, tetapi dapat bertahan
hidup beberapa jam ditempat yang gelap dan lembab. Dalam jaringan
tubuh kuman ini dapat Dormant, tertidur lama selama beberapa tahun
(Adi, 2009; Anonim A, 2005; Anonim B, 2006).
Yang tergolong kuman mycobakterium tuberkulosis complex
adalah:

Mycobakterium tuberkulosis
1. Varian asian
2. Varian african I
3. Varian asfrican II
4. Mycobakterium bovis
Kelompok kuman mycobakterium tuberkulosis dan mycobakterial
othetan Tb (mott, atipyeal) adalah :
1. Mycobacterium cansasli
2. Mycobacterium avium
3. Mycobacterium intra celulase
4. Mycobacterium scrofulaceum
Mycobacterium malma cerse
5. Mycobacterium xenopi (Anonim B, 2006; Guyton, 1997; Anonim F,
2009
C. Patofisiologi

Gambar 4 : Penyebaran bakteri TBC (TBC Indonesia, 2009).


Penyakit TB paru disebabkan oleh Mycobacterium Tuberculosis

berbentuk batang atau basil tahan asam (BTA) yang bersifat aerob.

Pathogen terhadap manusia adalah strain bovin dan human. Namun

kebanyakan infeksi terjadi melalui udara yaitu melalui inhalasi droplet

yang mengandung kuman basil tuberculosis dari orang terinfeksi. Basil

tuberkel yang mencapai permukaan alveolus biasanya diinhalasi

sebagai suatu unit yang terdiri dari satu sampai tiga basil ; gumpalan

basil yang lebih besar cenderung tertahan di saluran hidung dan cabang

besar bronkus dan tidak menyebabkan penyakit. Setelah berada dalam

ruang alveolus, biasanya berada dibawah bagian lobus atas paru-paru

atau dibagian atas lobus bawah dan membangkitkan reaksi peradangan.


Leukosit polimorfonuklear (PNM) tampak pada tempat tersebut dan

memfagosit bakteri, namun tidak membunuh organisme tersebut.

Sesudah hari-hari pertama leukosit diganti oleh makrofag, alveoli yang

terserang mengalami konsolidasi dan timbul gejala pnemonia akut.

Proses dapat terus berlanjut dan bakteri terus difagosit dan berkembang

biak di dalam sel. Basil juga menyebar melalui kelenjar getah bening

menuju kelenjar getah bening regional. Makrofag yang mengadakan

infiltrasi menjadi lebih panjang dan sebagian bersatu sehingga

membentuk sel tuberkel epiteloid, yang dikeliligi oleh limfosit. Reaksi

ini biasanya membutuhkan waktu 10-20 hari. Nekrosis bagian sentral

lesi memberikan gambaran yang relatif padat dan seperti keju disebut

nekrosis kaseosa. Daerah yang mengalami nekrosis kaseosa dan

jaringan granulasi disekitarnya yang terdiri dari sel epiteloid dan

fibroblas menimbulkan respons berbeda. Jaringan granulasi menjadi

lebih fibrosa, membentuk jaringan parut kolagenosa yang akhirnya

akan membentuk suatu kapsul yang mengelilingi tuberkel. Lesi primer

paru disebut fokus ghon dan gabungan terserangnya kelenjar getah

bening regional dan lesi primer disebut kompleks ghon. Kompleks

Ghon yang yang mengalami perkapuran ini dapat dilihat pada orang

sehat yang kebetulan menjalani pemeriksaan radiogram rutin. Namun

kebanyakan infeksi TB paru tidak terlihat secara klinis atau dengan

radiografi. Respons lain yang dapat terjadi pada daerah nekrosis adalah

pencairan, yaitu bahan lain cair lepas ke dalam bronkus yang


berhubungan dan menimbulkan kavitas. Bahan tuberkular yang

dilepaskan dari dinding kavitas akan masuk ke dalam percabangan

trakiobronkial. Proses ini dapat terulang kembali di bagian lain dari

paru, atau basil dapat terbawa sampai ke laring, telinga tengah atau

usus. Walaupun tanpa pengobatan, kavitas yang kecil dapat menutup

dan meninggalkan jaringan parut fibrosis. Bila peradangan mereda,

lumen bronkus dapat menyempit dan tertutup oleh jaringan parut yang

terdapat dekat dengan taut bronkus dan rongga. Bahan perkijuan dapat

mengental dan tidak dapat mengalir melalui saluran penghubung,

sehingga kavitas penuh dengan bahan perkijuan, dan lesi mirip dengan

lesi berkapsul yang tidak terlepas. Keadaan ini dapat menimbulkan

gejala dalam waktu lama atau membentuk lagi hubungan dengan

bronkus dan menjadi tempat peradangan aktif.

Penyakit dapat menyebar melalui getah bening atau pembuluh

darah. Organisme yang lolos dari kelenjar getah bening akan mencapai

aliran darah dalam jumlah kecil, yang terkadang dapat menimbulkan

lesi pada berbagai organ lain. Jenis penyebaran ini dikenal dengan

penyebaran limfohematogen, yang biasanya sembuh sendiri.

Penyebaran hematogen merupakan suatu fenomena akut yang biasanya

menyebabkan TB milier; ini terjadi apabila fokus nekrotik merusak

pembuluh darah sehingga banyak organisme masuk ke dalam sistem

vaskuler dan tersebar ke organ-organ tubuh.


E. Manifestasi klinis
1. Gejala respiratorik meliputi:
a. Batuk lebih dari 4 minggu dengan atau tampa sputum
Batuk dapat terjadi karena adanya iritasi pada bronkus. Batuk ini
diperlukan untuk membuang produk-produk radang keluar. Sifat
batuk mulai dari kering (non produktif) kemudian setelah timbul
peradangan menjadi produktif (menghasilkan sputum). Keadaan
yang lebih lanjut adalah berupa batuk darah (hemoptoe) karena
terdapat pembuluh darah yang pecah. Kebanyakan batuk darah
pada tuberculosis terjadi pada kavitas, tetapi dapat juga terjadi
pada ulkus dinding bronchus.
b. Dahak bercampur darah.
Batuk darah berupa garis atau bercak-bercak darah, gumpalan
darah atau darah segar dalam jumlah banyak
c. Sesak nafas
Pada penyakit yang ringan (baru tumbuh) belum dirasakan sesak
nafas. Sesak nafas akan ditemukan pada penyakit yang sudah
lanjut, dimana infiltrasinya sudah setengah bagian paru-paru.
d. Nyeri dada
Nyeri dada pada TB paru termasuk nyeri pleuritik yang ringan.
Gejala ini timbul apabila sistem persarafan dipleura terkena.
2. Gejala sistemik meliputi:
a. Demam
Merupakan gejala yang sering dijumpai biasanya timbul pada
sore dan malam hari mirip dengan demam influenza, hilang
timbul dan makin lama makin panjang serangannya sedang masa
bebas serangan makin pendek
b. Gejala sistemik lain ialah keringat malam, anoreksia, penurunan
berat badan, serta malaise. Timbulnya gejala biasanya gradual
dalam beberapa minggu sampai bulan, akan tetapi penampilan
akut dengan batuk, panas, sesak nafas walaupun jarang dapatjuga
timbul menyerupai pneumonia (TBC Indonesia, 2009; Sudoyo,
2006)
F. Pemeriksaan diagnostik
1. Pemeriksaan laboratorium
a. Pemeriksaan darah lengkap  LED normal atau meningkat,
limfositosis
b. Pemeriksaan sputum BTA  memastikan diagnosis TB paru
pemeriksaan ini tidak sensitif karena hanya 30-70% yang dapat
terdiagnosis.
c. Pemeriksaan PAP (peroksida Anti Peroksidase)  untuk
menentukan adanya IgG spesifik terhadap hasil TB
d. Uji tuberculin
Pemeriksaan imuno-serologis dilakukan bisanya pada anak,
dilakukan uji kulit dengan tuberkulin (tes Mantoux) dikatakan
positif bila terdapat kemerahan disekitar kulit yang diuji > 15
mm.

Gambar 5 : Hasil uji kulit tuberkulin (mantoux) (Anonim E, 2009)


Setelah 2-3 hari di tempat suntikan akan timbul benjolan. Benjolan
tersebut akan diukur, jika diameter benjolan lebih dari 10 mm
maka hasilnya positif. Positif berarti kita terkena infeksi TBC.
2. Radiology
a. Foto thoraks PA dan lateral
untuk mengetahui bendungan eksudat pada alveoli
b. Bronchografi
untuk memantau gerakan bronkiolus (Mansjoer, 2001; Sutisna &
Handayani, 2009; Anonim D, 2009; Anonim E, 2009; Sudoyo,
2006).
G. Penatalaksanaan Medis

Pengobatan TBC Kriteria I (Tidak pernah terinfeksi, ada riwayat


kontak, tidak menderita TBC) dan II (Terinfeksi TBC/test
tuberkulin (+), tetapi tidak menderita TBC (gejala TBC tidak ada,
radiologi tidak mendukung dan bakteriologi negatif) memerlukan
pencegahan dengan pemberian INH 5–10 mg/KgBB/hari.
a. Pencegahan (profilaksis) primer
Anak yang kontak erat dengan penderita TBC BTA (+). INH
minimal 3 bulan walaupun uji tuberkulin (-). Terapi
profilaksis dihentikan bila hasil uji tuberkulin ulang menjadi
(-) atau sumber penularan TB aktif sudah tidak ada.
b. Pencegahan (profilaksis) sekunder
Anak dengan infeksi TBC yaitu uji tuberkulin (+) tetapi tidak
ada gejala sakit TBC.
c. Profilaksis diberikan selama 6-9 bulan.
Obat yang digunakan untuk TBC digolongkan atas dua kelompok yaitu :
1. Obat primer : INH (isoniazid), Rifampisin, Etambutol, Streptomisin,
Pirazinamid.
Memperlihatkan efektifitas yang tinggi dengan toksisitas yang masih
dapat ditolerir, sebagian besar penderita dapat disembuhkan dengan
obat-obat ini.
2. Obat sekunder : Exionamid, Paraaminosalisilat, Sikloserin,
Amikasin, Kapreomisin dan Kanamisin.
Dosis obat antituberkulosis (OAT)

Obat Dosis harian Dosis 2x/minggu Dosis 3x/minggu


(mg/kgbb/hari) (mg/kgbb/hari) (mg/kgbb/hari)

15-40 (maks. 900


INH 5-15 (maks 300 mg) 15-40(maks. 900 mg)
mg)

10-20 (maks. 600 15-20 (maks. 600


Rifampisin 10-20(maks. 600 mg)
mg) mg)

Pirazinamid 15-40 (maks. 2 g) 50-70(maks. 4 g) 15-30 (maks. 3 g)

Etambutol 15-25 (maks. 2,5 g) 50(maks. 2,5 g) 15-25 (maks. 2,5 g)

Streptomisin 15-40 (maks. 1 g) 25-40(maks. 1,5 g) 25-40 (maks. 1,5 g)

Tabel 1 : Dosis obat Tuberculosis (Anonim F, 2009).


a. Pengobatan Tbc Pada Orang Dewasa
1) Kategori 1 : 2(HRZE)/4(HR)3
Tahap awal : lama pengobatan 2 bulan ,diberikan setiap hari
yaitu ( HRZE) atau Isoniazid (H) , rifampicin (R)
,pirazinamid(Z), dan etambutol (E) dalam bentuk KDT
Tahap lanjutan : lama pengobatan 4 bulan .diberikan 3 kali
seminggu (HR) atau Isoniasid dan rifampisin ,dalam bentuk
KDT.
Diberikan kepada:
b. Penderita baru TBC paru BTA positif( konfirmasi bakteriologis)
c. Pasien TB paru BTA negatif foto toraks proses spesifik (Klinis)
d. Penderita TBC ekstra paru (TBC di luar paru-paru) berat.
2) Kategori 2 : 2(HRZE) /( HRZE)/ 5(HR)3E3
Tahap awal: lama pengobatan 3 bulan diberikan setiap hari yaitu
: Isoniazid (H) , rifampicin (R) , pyirazinamide(Z), dan
Etambutol (E) dalam bentuk KDT dan S diberikan selama 2
bulan pertama berupa suntikan setiap hari.
Tahap lanjutan : lama pegobatan 5 bulan .Pengobatan diberikan 3
kali seminggu .Isoniazid dan rifampisin diberikan dalam bentuk
KDT dan Etambutol diberikan secara lepas .
Diberikan kepada:
- Penderita kambuh.
- Penderita gagal terapi katagori I sebelumnya .
- Penderita dengan pengobatan setelah lalai minum obat.
3) Kategori 3 : 2HRZ/4H3R3
Diberikan kepada:
- Penderita BTA (+) dan rontgen paru mendukung aktif.
DOTS (Directly Observed Treatment Shortcourse) adalah strategi
penyembuhan TBC jangka pendek dengan pengawasan secara
langsung. Strategi DOTS memberikan angka kesembuhan yang
tinggi, bisa mencapai 95%.
Strategi DOTS terdiri dari 5 komponen, yaitu:
e. Adanya komitment politis dari pemerintah untuk bersungguh-
sungguh menanggulangi TBC, sehingga dengan adanya peran serta
berbagai unsur pemerintah dan masyarakat diharapkan program ini
berjalan sukses.
Meningkatkan deteksi dini dan kemampuan diagnosis penyakit TBC
di pusat pelayanan kesehatan perifier (Puskesmas)
f. Pengobatan TBC dengan Obat Anti TBC (OAT) jangka pendek
dengan diawasi secara langsung oleh PMO (Pengawas Minum Obat)
g. Tersedianya OAT yang terjangkau penderita secara konsisten
h. Pencatatan dan pelaporan penderita TBC (Anonim F, 2009; Sudoyo,
2006).
H. Komplikasi

Komplikasi berikut sering terjadi pada penderita stadium lanjut :


1. Hemoptisis berat (perdarahan dari saluran napas bawah) yang
dapat mengakibatkan kematian karena syok hipovolemik atau
tersumbatnya jalan napas.
2. Kolaps dari lobus akibat retraksi bronkial.
3. Bronkiectasis dan Fibrosis pada paru.
4. Pneumotoraks spontan: kolaps spontan karena kerusakan jaringan
paru.
5. Penyebaran infeksi ke organ lain seperti otak, tulang, persendian,
ginjal dan sebagainya.
6. Insufisiensi Kardio Pulmoner (Cardio Pulmonary Insufficiency).
7. Penderita yang mengalami komplikasi berat perlu dirawat inap di
rumah sakit (Sutisna & Handayani, 2009).

II. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan TBC


A. Pengkajian
Pengkajian berdasarkan 14 Kebutuhan Dasar (Virginia Henderson)

1. Bernapas

a. Gejala

1) Batuk produktif atau tak produktif

2) Nafas pendek

b. Tanda

1) Peningkatan frekwensi pernapasan

2) Fibrosis parenkim paru dan pleura yang meluas

3) Pasien menunjukan pola nafas yang tak simetris (efusi

pleura)
4) Perkusi pekak dan penurunan fremitus (getaran dalam paru)

5) Penebalan pleura

6) Bunyi nafas yang menurun

7) Aspek paru selama inspirasi cepat namun setelah batuk

biasanya pendek (krekels postutik)

8) Karakteristik sputum (yang berwarna hijau/purulen dan

mukoid, kadang kuning dan disertai dengan bercak darah).

9) Deviasi trakeal (penyebab bronkogenik)

10) Tidak perhatian, meunjukan sikap mudah tersinggung yang

jelas

11) Perubahan mental (tahap lanjut)

2 Makan dan minum


a. Gejala

1) Kehilangan nafsu makan

2) Tidak dapat mencerna makanan

3) Terjadi penurunan berat badan

b. Tanda

1) Turgor kulit tidak elastic, keringat atau kulit bersisik

2) Kehilangan otot atau otot mengecil karena hilangnya lemak

subkutan.

3 Eliminasi

a. Konstipasi pada awitan awal


b. Diare (kadang-kadang)
c. Distensi abdomen
d. Nyeri tekan/lepas abdomen
e. Penurunan bising usus

4 Gerak dan Aktivitas

a. Gejala

1) adanya kelelahan dan kelemahan

2) nafas pendek karena beraktivitas

3) kesulitan tidur pada malam atau demam pada malam hari,


menggigil dan atau berkeringat

b. Tanda

1) Takikardia, takipnea / dispnea saat beraktivitas.


2) Kelelahan otot, nyeri dan sesak (tahap lanjut

5. Istirahat dan tidur


a. Gejala
1) kelelahan, gangguan tidur (insomnis/gelisah atau somnolen)
b. Tanda
1) kelemahan, pucat
6. Berpakaian : pasien berpakaian dibantu oleh keluarga
7.Mempertahankan suhu tubuh
a. Gejala

1) malaise, demam (sepsis, dehidrasi)

8. Personal Hygiene : pemenuhan personal hygiene dibantu sebagian atau


dibantu penuh oleh keluarga
9 Kebutuhan rasa aman dan nyaman
a. Gejala

1. Adanya kondisi tekanan pada system imun (contoh AIDS, kanker,

tes HIV yang hasilnya positif)

2. Nyeri dada meningkat karena batuk berulang

b. Tanda

a. Demam rendah atau sakit panas akut

b. Berhati – hati saat menyentuh atau menggerakan area yang sakit

c. Perilaku distraksi (terganggu), seperti sering gelisah

10. Kebutuhan berkomunikasi: kemampuan pasien mengkomunikasikan


keluhan yang dirasakan
11. Kebutuhan bekerja
Gejala: kesulitan menerima kondisi, contoh tak mampu bekerja,
mempertahankan fungsi peran dalam keluarga
12. Kebutuhan rekreasi: pemenuhan kebutuhan akan rekreasi dapat dilakukan
sesuai dengan toleransi pasien
13. Kebutuhan spriritual: kebiasaan keagamaan, kepercayaan yang dianut
14.Kebutuhan belajar :

a. Riwayat keluarga TB

1. Ketidakmampuan umum/status kesehatan buruk

2. Gagal untuk menyembuhakan TB secara total, TB sering kambuh

3. Tidak mengikuti terapi pengobatan dengan baik

(Dongoes, 2012, Hal 240)

Perlunya penjelasan mengenai konsep penyakit, komplikasi dan terapi,

penerimaan pasien terhadap edukasi yang diberikan


B . Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan yang bisa muncul pada Tuberkulosis Paru

(NANDA NIC-NOC 2013/2014)

1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan sputum dalam

jumlah yang berlebihan ,batuk yang tidak efektif

2. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan perubahan

kedalaman pernafasan

3. Nyeri akut berhubungan dengan inflamasi parenkim paru.

4. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh behubungan

dengan intake nutrisi kurang, faktor biologis

5. Hipertermi berhubungan dengan penyakit infeksi mycobacterium

tuberculosis.

6. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara

suplay dan kebutuhan O2, kelemahan umum.

7. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurangnya pajanan /

informasi / tidak mengenal sumber-sumber informasi, salah ntervensi

informasi, kurang mengingat/keterbatasan kognitif.

8. Ansietas berhubungan dengan perubahan dalam (status ekonomi,

lingkungan ,status kesehatan ,fungsi peran status peran )


TGL RENCANA KEPERAWATAN PARAF /
DIAGNOSA KEPERAWATAN /
NAMA
JAM MASALAH KOLABORATIF TUJUAN DAN KRITERIA HASIL INTERVENSI TERANG

Ketidakefektifan bersihan jalan nafas NIC


Setelah diberikan asuhan keperawatan
definisi: ketidak mampuan untuk selama…..x 24 jam diharapkan bersihan  Pastikan kebutuhan oral /
membersihkan sekresi atau obstruksi dari jalan nafas dapat teratasi dengan tracheal ssuctioning
saluran pernapasan untuk mempertahankan Kriteria Hasil :  Auskultasi suara nafas
kebersihan jalan napas sebelum dan sesudah
 Mendemontrasikan batuk efektif suctioning
Batasan karakteristik : dan suara nafas yang bersih , tidak  Informasikan pada klien
 Ada batuk ada sianosis dan dyspneu ( mampu dan keluarga tentang
 Suara napas tambahan mengeluarkan sputum , mampu suctioning
 Perubahan frekuensi napas bernafas dengan mudah , tidak ada  Minta pasien nafas dalam
 Perubahan irama napas pursed lip) sebelum suction
 Kesulitan berbicara atau mengeluarkan  Meenunjukkan jalan nafas yang dilakukan
suara paten ( klien tidak merasa tercekik  Berikan O2 dengan
 Penurunan bunyi napas , irama nafas , frekuensi menggunakan nasal untuk
 Seputum dalam jumlah yang berlebihan pernafasan dalam rentang normal , memfasilitasi suction
 Batuk yang tidak efektif
tidak ada suara nafas abnormal nasotrakeal
 Orthopneu
 Mampu mengidentifikasi dan  Gunakan alat yang steril
 Gelisah
 Mata terbuka lebar mencegah faktor yang dapat setiap melakukan
menghambat jalan nafas tindakan
 Anjurkan pasien untuk
Faktor –faktor yang berhubungan : istirahat dan nafas dalam
 Lingkungan setelah kateter
- Perokok pasif dikeluarkan dari
- Mengisap asap nasotrakeal
- Merokok
 Monitor status oksigen
 Obstruksi jalan nafas
- Spasme jalan nafas pasien
- Mukus dalam jumlah yang  Ajarkan keluarga
berlebihan bagaimana cara
- Eksudat dalam jalan alveoli melakukan suction
- Materi asing dalam jalan nafas  Hentikan suction dan beri
- Adanya jalan nafas buatan
- Sekresi bertahan atau sisa sekresi oksigen apabila pasien
- Sekresi dalam bronkhi menunjukkan bradikardi ,
peningkatan saturasi O2
 Fisiologis: dll.
- Jalan nafas alergik  Buka jalan nafas
- Asma ,gunakan teknik chinlif
- Penyakit paru obstruktif kronik
atau jaw thrust bila perlu
- Hiperplasi dinding bronkhial
- Infeksi  Posisikan pasien untuk
- Disfungsi neuro muskular memaksimalkan ventilasi
 Idntifikasi pasien
perlunya pemasangan alat
jalan nafas buatan
 Pasang mayo bila perlu
 Lakukan fisiotherafi dada
jika perlu
 Keluarkan sekret dengan
batuk atau suction
 Auskultasi suara nafas ,
catat adanya suara
tambahaan
 Lakukan suction pada
mayo
 Berikan bronchodilator
bila perlu
 Berikan pelembabudara
kassa basah Nacl lembab
 Atur intake untuk cairan
mengoptimalkan
keseimbangan
 Monitor respirasi dan
status O2
PARAF /
TANGGAL NAMA
DIAGNOSA KEPERAWATAN/ RENCANA KEPERAWATAN TERANG

JAM MASALAH KOLABORATIF TUJUAN DAN KRITERIA HASIL INTERVENSI

NOC NIC

Ketidakefektifan Pola Napas Setelah diberikan asuhan keperawatan  Buka jalan napas,
selama…..x 24 jam diharapkan gunakan teknik chin lift
Definisi : inspirasi dan atau ekspirasi ketidakefektifan pola napas dapat atau jaw thrust bila perlu
yang tidak memberi ventilasi teratasi dengan kriteria hasil  Posisikan pasien untuk
memaksimalkan ventilasi
Kriteria hasil :  Identifikasi pasien
perlunya pemasangan
Batasan karakteristik :
 Mendemostrasikan batuk efektif alat bantu napas buatan
dan suara napas yang bersih,  Pasang mayo bila perlu
 Perubahan kedalaman
pernapasan
tidak ada cyanosis dan dyspneu  Lakukan fisioterapi dada
(mampu mengeluarkan sputum, jika perlu
 Perubahan ekskursi dada
mampu bernapas dengan mudah,  Keluarkan secret dengan
 Mengambil posisi tiga titik tidak ada pursed lips) batuk atau suction
 Bradipneu  Menunjukkan jalan napas yang  Auskultasi suara napas,
 Penurunan tekanan ekspirasi paten (klien tidak merasa catat adanya suara
 Penurunan ventilasi semenit tercekik, irama napas, frekuensi tambahan
 Penurunan kapasitas vital pernapasan dalam rentang  Lakukan suction pada
 Dipneu normal, tidak ada suara napas mayo
 Peningkatan diameter anterior- abnormal)  Berikan bronkodilator
posterior  Tanda-tanda vital dalam rentang bila perlu
 Pernapasan cuping hidung normal (tekanan darah, nadi, dan  Berikan pelembab udara
 Ortopneu pernapasan) kassa basah NaCl lembab
 Fase ekspirasi memanjang  Atur intake untuk cairan
 Pernapasan bibir mengoptimalkan
 Takipneu keseimbangan
 Penggunaan otot aksesorius  Monitor respirasi dan
untuk bernapas status O2
 Bersihkan mulut, hidung
dan secret trakea
Faktor yang berhubungan :  Pertahankan jalan napas
yang paten
 Ansietas  Atur peralatan oksigenasi
 Posisi tubuh  Monitor aliran oksigen
 Deformitas tulang  Pertahankan posisi
 Deformitas dinding dada pasien
 Keletihan  Observasi adanya tanda-
 Hiperventilasi tanda hipoventilasi
 Sindrom hipoventilasi  Monitor adanya
 Gangguan muskuluskeletal kecemasan pasien
 Kerusakan neurologis terhadap oksigenasi
 Imaturitas neurologis  Monitor TD, nadi, suhu,
 Disfungsi neuromuscular dan RR
 Obesitas  Catat adanya fluktuasi
 Nyeri tekanan darah
 Keletihan otot pernapasan  Monitor VS saat pasien
cedera medulla spinalis berbaring, duduk, atau
berdiri
 Auskultasi TD pada
kedua tangan dan
bandingkan
 Monitor TD, nadi, RR,
sebelum, selama, dan
setelah aktivitas
 Monitor kualitas dari
nadi
 Monitor frekuensi dan
irama pernapasan
 Monitor suara paru
 Monitor pola pernapasan
abnormal
 Monitor suhu, warna,
dan kelembaban kulit
 Monitor sianosis perifer
 Monitor adanya cushing
triad (tekanan nadi yang
melebar, bradikardi,
peningkatan sistolik)
 Identifikasi penyebab
dari perubahan vital sign
PARAF /
NAMA
RENCANA KEPERAWATAN TERANG

TGL DIAGNOSA KEPERAWATAN/

JAM MASALAH KOLABORATIF TUJUAN DAN KRITERIA INTERVENSI


HASIL

Nyeri akut NOC NIC


Definisi: pengalaman sensori dan Setelah diberikan asuhan  Lakukan pengkajian nyeri secara
emosional yang tidak menyenangkan yang keperawatan selama…..x 24 jam komprehensif termasuk lokasi,
muncul akibat kerusakan jaringan yang diharapkan nyeri dapat teratasi karakteristik, durasi, frekuensi,
aktual atau potensial atau digambarkan kualitas dan faktor presipitasi
dengan kriteria hasil
dalam hal kerusakan sedemikian rupa  Observasi reaksi nonverbal dari
(International Association for the Study of Kriteria hasil:
ketidaknyamanan
 Mampu mengontrol nyeri
Pain): awitan yang tiba-tiba atau lambat  Gunakan teknik komunkaiksi
dari intensitas ringan hingga berat dengan (tahupenyebab nyeri, mampu
terapeutik untuk mengetahui
akhit yang dapat diantisipasi atau menggunakan teknik
pengalaman nyeri pasien
nonfarmakologi untuk
diprediksi dan berlangsung < 6 bulan
mengurangi nyeri, mencari  Kaji kultur yang mempengaruhi
bantuan) respon nyeri
Batasan karakteristik  Evalusai pengalaman nyeri masa
 Perubahan selera makan  Melaporkan bahwa nyeri
berkurang dengan manajemen lampau
 Perubahan tekanan darah  Evaluasi bersama pasien dan tim
nyeri
 Perubahan frekuansi jantung kesehatan lain tentang
 Mampu mengenali nyeri (skala,
 Perubahan frekuensi pernapsan ketidakefektifan kontrol nyeri
intensitas, frekuensi dan tanda
 Laporan isyarat masa lampau
nyeri)
 Diaforesis  Bantu pasien dan keluarga mencari
 Perilaku distraksi (mis: berjalan  Menyatakan rasa nyaman dan menemukan dukungan
mondar-mandir mencari orang lain setelah nyeri berkurang  Kontrrol lingkungan yang dapat
dan atau aktivitas lain, aktivitas mempengaruhi nyeri seperti suhu
berulang) ruangan, pencaghayaan dan
 Mengekspresikan perilaku (mis: kebisingan
gelisah, merengek, menangis)  Kurangi faktor presipitasi nyeri
 Masker wajah (mis: mata kurang  Pilih dan lakukan penanganan
bercahaya, tampak kacau, gerakan nyeri (farmakologi, non
mata nerpencar atau tetap pada satu farmakologi dan inter personal)
fokus meringis)  Kaji tipe dan sumber nyeri untuk
 Sikap melindungi area nyeri menentukan intervensi
 Fokus menyempit (mis: gangguan  Ajarkan tentang teknik non
persepsi nyeri, hambatan proses farmakologi
berpikir, penurunan interaksi  Berikan analgetik untuk
dengan orang dan lingkungan) mengurangi nyeri
 Indikasi nyeri yang dapat diamati  Evaluasi keefektifan kontrol nyeri
 Perubahan posisi untuk  Tingkatkan istirahat
menghindari nyeri  Kolaborasikan dengan dokter jika
 Sikap tubuh melindungi ada keluhan dan tindakan nyeri
 Dilatasi pupil yang tidak berhasil
 Melaporkan nyeri secara verbal  Monitor penerimaan psien tentang
 Gangguan tidur managemen nyeri
 Tentukan lokasi, karakteristik,
Faktor yang berhubungan; kualitas, dan derajat nyeri sebelum
Agen cedera (mis: biologis, zat kimia, pemberian obat
fisik, psikologis)  Cek insttruksi dokter tentang jenis
obat, dosis dan frekuensi
 Cek riwayat alergi
 Pilih analgesik yang diperlukan
atau kombinasi dari analgesik
ketika pemberian lebih dari satu
 Tentukan pilihan analgesik
tergantung tipe dan beratnya nyeri
 Tentukan analgesik pilihan, rute
pemberian, dan dosis optimal.
 Pilih rute pemberian secara IV, IM
untuk pengobatan nyeri secara
teratur
 Monitor vital sign sebelum dan
sesudah pemberian analgesik
pertama kali
 Berikan analgesik tepat waktu
terutama saat nyeri hebat
 Evaluasi efektifitas analgesik,
tanda dan gejala
PARAF/

RENCANA KEPERAWATAN NAMA


TANGGAL TERANG
DIAGNOSA KEPERAWATAN/

MASALAH KOLABORATIF TUJUAN DAN KRITERIA


JAM INTERVENSI
HASIL

Ketidakseimbangan nutrisi kurang NOC NIC


dari kebutuhan tubuh Setelah diberikan asuhan  Kaji adanya alergi makanan
keperawatan selama…..x 24 jam  Anjurkan pasien untuk
Definisi: asupan nutrisi tidak cukup diharapkan ketidakseimabangan meningkatkan intake
untuk memenuhi kebutuhan metabolik nutrisi kurang dari kebutuhan  Anjurkan pasien untuk
Batasan karakteristik: tubuh dapat teratasi dengan meningkatkan protein dan vit. C
kriteria hasil  Berikan substansi gula
 kram abdomen Kriteria hasil :  Yakinkan diet yang dimakan
 nyeri abdomen  Adanya peningkatan berat mengandung tinggi serrat untuk
 menghindari makan badan sesuai dengan mencegah konstipasi
 berat badan 20% atau lebih tujuan  Berikan makanan yang terpilih
dibawah berat badan ideal  Berat badan ideal sesuai (sudah dikonsultasikan dengan ahli
dengan tinggi badan gizi)
 kerapuhan kapiler
 Mampu mengidentifikasi  Ajarkan pasien bagaimana
 diare kebutuhan nutrisi membuat catatan makanan harian
 kehilangan rambut berlebihan  Tidak ada tanda-tanda  Monitor jumlah nutrisi dan
malnutrisi
 bising usus hiperaktif  Menunjukkan peningkatan kandungan kalori
 kurang makanan fungsi pengecapan dari  Berikan informasi mengenai
menelan kebutuhhan nutrisi
 kurang informasi  Tidak terjadi penurunaan  Kaji kemampuan pasien untuk
 kurang minat pada makanan berat badan yang berarti mendapatkan nutrisi yang
dibutuhkan
 penurunan berat badan dengan
 Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
asupan makanan adekuat menentukan jumlah kalori dan
 kesalahan konsepsi nutrisi yang dibutuhkan pasien
 kesalahan informasi  Monitor BB pasien
 Monitor adanya penurunan BB
 membran mukosa pucat
 Monitor tipe dan jumlah
 ketidakmampuan memakan aktivitasyang biasa dilakukan
makanan  Monitor interaksi selama makan
 Monitor lingkungan selama makan
 tonus otot menurun
 Jadwalkan pengobtan dan tindakan
 mengeluh gangguan sensasi tidak selama jam makan
rasa  Monitor kulit kering dan perubahan
 mengeluh asupan makanan pigmentasi
 Monitor turgor kulit
kurang
 Monitor kekeringan, rambut kusam
dari RDA (Recommended daily dan mudah patah
allowance)  Monitor mual dan muntah
 Monitor kadar albumin, total
 cepat kenyang setelah makan protein, hb dan ht
 sariawan rongga mulut  Monitor pertumbuhan dan
perkembangan
 steatorea  Monitor pucat, kemerahan dan
 kelemahan otot pengunyah kekeringan jaringan konjungtiva
 kelemahan otot untuk menelan  Monitor kalori dan intake nutrisi
 Catat adanya edema, hiperemik,
faktor-faktor yang berhubungan
hipertonik papila lidah dan cavitas
oral
 faktor biologis
 Catat jika lidah berwarna magenta,
 faktor ekonomi scarlet
 ketidakmampuan untuk
mengabsorbsi nutrien
 ketidakmampuan untuk
mencerna makanan
 ketidakmampuan menelan
makanan
 faktor psikologis
TANGGAL RENCANA KEPERAWATAN PARAF/
DIAGNOSA KEPERAWATAN/
NAMA
MASALAH KOLABORATIF TERANG
TUJUAN DAN KRITERIA
JAM INTERVENSI
HASIL

Hipertermi NOC NIC


Definisi: peningkatan suhu tubuh diatas Setelah diberikan asuhan monitor suhu sesering mungkin
kisaran normal keperawatan selama…..x 24 monitor IWL
Batasan karakteristik jam diharapkan hipertermi monitir warna dan suhu kulit
 Konvulsi dapat teratasi dengan kriteria monitor tekanan darah, nadi dan RR
 Kulit kemerahan hasil monitir penurunan tingkat kesadaran
 Peningkatan suhu tubuh di atas kriteria hasil: monitor WBC, Hb dan Hct
kisaran normal  suhu tubuh dalam monitor intake output
 Kejang rentang normal berikan antipiretik
 Takikardi  nadi dan RR dalam berikan pengobatan untuk mengatasi
 Takipnea rentang normal
penyebab demam
 kulit terasa hangat  tidak ada perubahan  selimuti pasien
warna kulit dan tidak
 lakukan tepid sponge
ada pusing
 kolaborasi pemberian cairan
intravena
Faktor yang berhubungan  kompres pasien pada lipatan paha dan
 anastesia aksila
 penurunan respirasi  tingkatkan sirkulasi udara
 dehidrasi  berikan pengobatan untuk mencegah
 pemajanan lingkungan yang terjadinya menggigil
panas  monitor suhu minimal tiap 2 jam
 penyakit  rencanakan monitoring suhu secara
 pemakaian pakaian yang tidak kontinyu
sesuai dengan suhu lingkungan  monitor tanda-tanda hipertermi dan
 peningkatan laju metabolisme hipotermi
 medikasi  tingkatkan intake dan output
 trauma  selimuti pasien untuj mencegah
 aktivitas berlebihan hilangnya kehangatan tubuh
 ajarkan pada pasien cara mencegah
keletihan akibat panas
 diskusikan tentang pentingnya
sengaturan suhu dan kemungkinan
efek negatif dari kedinginan
 akarkan indikasi hipotermi dan
penanganan yang diperlukan
 berikan antipiretik jika diperlukan
 monitor TD, Nadi, RR dan suhu
 catat adasnya fluktuasi tekanan darah
 monitor VS pada saat pasien
berbaring, duduk dan berdiri
 auskultasi TD pada kedua lengan dan
bandingkan
 monitor kualitas nadi
 monitor frekuensi dan irama
pernapasan
 monitor suara paru
 monitor pola pernapasan abnormal
 monitor suhu, warna dan kelembaban
kulit
PARAF/

RENCANA KEPERAWATAN NAMA


TANGGAL TERANG
DIAGNOSA KEPERAWATAN/

MASALAH KOLABORATIF TUJUAN DAN


JAM INTERVENSI
KRITERIA HASIL

Defisiensi Pengetahuan NOC NIC


Setelah diberikan asuhan  berikan penilaian tentang tingkat
Definisi: ketiadaan atau defisiensi keperawatan selama…..x 24 pengetahuan pasien tentang proses
informasi kognitif yang berkaitan jam diharapkan defisiensi pewnyakit yang spesifik
dengan topik tertenti pengetahuan dapat teratasi  jelaskan patofisiologi dari penyakit dan
bagaimana hal ini berhubungan dengan
dengan kriteria hasil
Batasan karakteristik: anatomi dan fisiologi dengan cata yang
Kriteria hasil: tepat
 perilaku hiperbola  pasien dan keluarga  gambarkan tanda dan gejala yang biasa
 ketidakakuratan mengikuti menyatakan muncul pad penyakit dengan cara yang
perintah pemahaman tentang tepat
 ketidakakuratan melakukan test penyakit, kondisi,
 gambarkan proeses penyakut
 perilaku tidak tepat (mis: prognosis dan
 identifikasi kemungkinan penyebab
proggram
histeria, bermusuhan, agitasi,
pengobatan  sediakan informasi pada psien tentang
apatis) kondisi
 pengungkapan masalah  pasien dan keluarga
mampu  sediakan bagi keluarga tentang kemajuan
faktor yang berhubungan pasien
melaksanakan
prosedur yang  diskusikan perubahan gaya hidup yang
 keterbatasan kognitif mungkin diperlukan umtuk mencegah
dijelaskan secara
 salah interpretasi informasi benar komplikasi di masa yang akan datang
 kurang pajanan  pasien dan keluarga dan atau proses pengontrolan penyakit
 kurang minat dalam belajar mampu menjelaskan  diskusikan pilihan terapi atau
 kurang dapat mengingat kembali pa yang penanganan
 tidak familier dengan sumber akan dijelaskan  dukung pasien untuk mengeksplorasi
informasi perawatn/tim atau mendapatkan second opinion
kesehatan lainnya dengan cara yang tepat
 instruksikan pasien mengenai tanda dan
gejala untuk melaporkan pada petugas
kesehatan.
TGL RENCANA KEPERAWATAN
DIAGNOSA KEPERAWATAN / MASALAH
JAM KOLABORATIF TUJUAN DAN KRITERIA HASIL INTERVENSI

Ketidakefektifan bersihan jalan nafas Setelah diberikan asuhan keperawatan selama NIC
01/08/17
3x 24 jam diharapkan bersihan jalan nafas
definisi: ketidak mampuan untuk membersihkan  Pastikan kebutuhan oral /
Pk.14.30 dapat teratasi dengan
sekresi atau obstruksi dari saluran pernapasan tracheal ssuctioning
untuk mempertahankan kebersihan jalan napas Kriteria Hasil :  Auskultasi suara nafas
sebelum dan sesudah
Dx. I Batasan karakteristik :  Mendemontrasikan batuk efektif dan suctioning
suara nafas yang bersih , tidak ada  Informasikan pada klien dan
 Ada batuk
sianosis dan dyspneu ( mampu
 Suara napas tambahan keluarga tentang suctioning
mengeluarkan sputum , mampu bernafas  Minta pasien nafas dalam
 Perubahan frekuensi napas
 Perubahan irama napas dengan mudah , tidak ada pursed lip) sebelum suction dilakukan
 Kesulitan berbicara atau mengeluarkan suara  Meenunjukkan jalan nafas yang paten (  Berikan O2 dengan
 Penurunan bunyi napas klien tidak merasa tercekik , irama nafas , menggunakan nasal untuk
 Seputum dalam jumlah yang berlebihan frekuensi pernafasan dalam rentang memfasilitasi suction
 Batuk yang tidak efektif normal , tidak ada suara nafas abnormal nasotrakeal
 Orthopneu  Mampu mengidentifikasi dan mencegah  Gunakan alat yang steril
 Gelisah faktor yang dapat menghambat jalan nafas
 Mata terbuka lebar setiap melakukan tindakan
 Anjurkan pasien untuk
istirahat dan nafas dalam
Faktor –faktor yang berhubungan : setelah kateter dikeluarkan
 Lingkungan dari nasotrakeal
- Perokok pasif  Monitor status oksigen
- Mengisap asap
pasien
- Merokok
 Obstruksi jalan nafas  Ajarkan keluarga
- Spasme jalan nafas bagaimana cara melakukan
- Mukus dalam jumlah yang suction
berlebihan  Hentikan suction dan beri
- Eksudat dalam jalan alveoli oksigen apabila pasien
- Materi asing dalam jalan nafas menunjukkan bradikardi ,
- Adanya jalan nafas buatan
- Sekresi bertahan atau sisa sekresi peningkatan saturasi O2 dll.
- Sekresi dalam bronkhi  Buka jalan nafas ,gunakan
teknik chinlif atau jaw
 Fisiologis: thrust bila perlu
- Jalan nafas alergik  Posisikan pasien untuk
- Asma memaksimalkan ventilasi
- Penyakit paru obstruktif kronik
- Hiperplasi dinding bronkhial  Idntifikasi pasien perlunya
- Infeksi pemasangan alat jalan nafas
- Disfungsi neuro muskular buatan
 Pasang mayo bila perlu
 Lakukan fisiotherafi dada
jika perlu
 Keluarkan sekret dengan
batuk atau suction
 Auskultasi suara nafas ,
catat adanya suara
tambahaan
 Lakukan suction pada mayo
 Berikan bronchodilator bila
perlu
 Berikan pelembabudara
kassa basah Nacl lembab
 Atur intake untuk cairan
mengoptimalkan
keseimbangan
 Monitor respirasi dan status
O2
TANGGAL RENCANA KEPERAWATAN
DIAGNOSA KEPERAWATAN/

MASALAH KOLABORATIF
TUJUAN DAN KRITERIA
JAM INTERVENSI
HASIL

01/08/17 Hipertermi NOC NIC


Definisi: peningkatan suhu tubuh diatas Setelah diberikan asuhan  monitor suhu sesering mungkin
Pk.14.30 kisaran normal keperawatan selama 1 x 24 jam  monitor IWL
Batasan karakteristik diharapkan hipertermi dapat  monitir warna dan suhu kulit
 Konvulsi teratasi dengan kriteria hasil  monitor tekanan darah, nadi dan RR
Dx. II  Kulit kemerahan kriteria hasil:  monitir penurunan tingkat kesadaran
 Peningkatan suhu tubuh di atas  suhu tubuh dalam rentang  monitor WBC, Hb dan Hct
kisaran normal normal  monitor intake output
 Kejang  nadi dan RR dalam rentang  berikan antipiretik
 Takikardi normal  berikan pengobatan untuk mengatasi
 Takipnea  tidak ada perubahan warna penyebab demam
 kulit terasa hangat kulit dan tidak ada pusing  selimuti pasien
 lakukan tepid sponge
Faktor yang berhubungan  kolaborasi pemberian cairan intravena
 anastesia  kompres pasien pada lipatan paha dan
 penurunan respirasi aksila
 dehidrasi  tingkatkan sirkulasi udara
 pemajanan lingkungan yang panas  berikan pengobatan untuk mencegah
 penyakit terjadinya menggigil
 pemakaian pakaian yang tidak  monitor suhu minimal tiap 2 jam
sesuai dengan suhu lingkungan  rencanakan monitoring suhu secara
 peningkatan laju metabolisme kontinyu
 medikasi  monitor tanda-tanda hipertermi dan
 trauma hipotermi
 aktivitas berlebihan  tingkatkan intake dan output
 selimuti pasien untuj mencegah hilangnya
kehangatan tubuh
 ajarkan pada pasien cara mencegah
keletihan akibat panas
 diskusikan tentang pentingnya sengaturan
suhu dan kemungkinan efek negatif dari
kedinginan
 akarkan indikasi hipotermi dan
penanganan yang diperlukan
 berikan antipiretik jika diperlukan
 monitor TD, Nadi, RR dan suhu
 catat adasnya fluktuasi tekanan darah
 monitor VS pada saat pasien berbaring,
duduk dan berdiri
 auskultasi TD pada kedua lengan dan
bandingkan
 monitor kualitas nadi
 monitor frekuensi dan irama pernapasan
 monitor suara paru
 monitor pola pernapasan abnormal
 monitor suhu, warna dan kelembaban
kulit
D. Implementasi
Implementasi yang dilakukan mengacu kepada perencanaan yang telah disususn
E. Evaluasi
Evaluasi sesuai dengan rencana tujuan atau kriteria hasil.

F. Perencanaan pasien pulang


5. Obat
Memberitahu kepada pasien dan keluarganya tentang obat yang harus
dilanjutkan diminum atau dikonsumsi di rumah seperti obat antibiotika, terapi
bronchodilator, terapi nebulizer
6. Lingkungan
Memberitahu kepada pasien dan keluarga untuk menghindari faktor risiko
seperti: merokok, suhu dingin , polusi udara , lingkungan kumuh dan
mengatur ventilasi ruangan.
7. Perawatan
Memberitahu pasien untuk istirahat yang cukup dan mengurangi aktivitas
berat , mengatur posisi tidur yang nyaman , minum air hangat , tanda dan
gejala yang perlu diwaspadai.
8. Pengajaran kesehatan
Mengajarkan batuk efektif , fisiotherapi dada , memberitahu jadwal kontrol ,
hasil pemeriksaan penunjang yang dibawa pulang dan kondisi pasien pada
saat pulang , tetap berdoa untuk kesembuhan penyakitnya.
9. Diit
Menganjurkan kepada pasien untuk mengkonsumsi makanan tinggi kalori ,
tinggi protein.
TINJAUAN KASUS

BAB III

PEMBAHASAN

Pembahasan merupakan proses analisa antara penerapan teori dengan praktek asuhan

keperawatan secara nyata kepada pasien. Pada bab ini akan dibahas secara rinci tentang

kesenjangan antara teori dengan kenyataan yang ditemukan pada kasus. Kesenjangan ini akan

dibahas secara bertahap sesuai dengan tahapan proses keperawatan antara lain :

A. Pengkajian dan Diagnosa Keperwatan

Pada pengkajian penulis menemukan kesenjangan antara konsep teori dengan

data-data yang ditemukan pada pasien. Pada teori ditemukan adanya data bersihan jalan

nafas tidak efektif dan hipertermi, begitupula pada pasien AD yang mengalami bersihan

jalan nafas tidak efektif karena akumulasi sekret di saluran pernafasan. Hipertermi terjadi

karena adanya invasi mycobacterium tuberkulosis yang menimbulkan reaki tubuh

terhadap pirogen.

Pada konsep dasar teori ditemukan 8 diagnosa keperawatan, sedangkan data yang

digali pada pasien AD ditemukan 2 diagnosa keperawatan diantaranya : bersihan jalan

nafas tidak efektif karena akumulasi sekret di saluran pernafasan dan hipertermi yang

terjadi karena adanya invasi mycobacterium tuberkulosis yang menimbulkan reaki tubuh

terhadap pirogen.

B. Perencanaan

Perencanaan keperawatan adalah tindakan yang dirancang untuk membantu klien

dalam beralih dari tingkat kesehatan saat ini ke tingkat yang diinginkan dalam hasil yang

diharapkan. Perencanaan merupakan langkah kedua dari proses keperawatan yang


dimulai dengan memprioritaskan diagnosa berdasarkan atas kebutuhan dasar manusia

menurut Maslow, sifat masalah yang mengancam jiwa serta kehidupan pasien, sehingga

penulis menemukan prioritas yang pertama yaitu mengatasi permasalahan bersihan jalan

nafas tidak efektif, kemudian hipertermi menjadi prioritas yang kedua.

C. Pelaksanaan

Pelaksanaan merupakan tindakan keperawatan sebagai realisasi perencanaan yang

telah ditentukan dengan maksud agar kebutuhan pasien dapat terpenuhi secara optimal.

Tindakan keperawatan sebagian besar sudah dapat dilaksanakan, dimana hal ini terjadi

karena kerjasama antara penulis, perawat ruangan, dokter dan petugas kesehatan lainnya,

beserta pasien dan keluarga yang sangat kooperatif dalam pelaksanaan tindakan

keperawatan. Semua penjelasan dapat diterima dan dapat dilaksanakan sehingga

pelaksanaan berjalan dengan lancar. Pada pasien AD semua tindakan keperawatan yang

dilaksanakan selama periode implementasi sudah didokumentasikan.

D. Evaluasi

Evaluasi adalah bagian terakhir dari proses keperawatan. Pada kasus ini, hingga
saat ditentukan tanggal evaluasi, diagnosa 1 hanya teratasi sebagian, dan untuk diagnosa
2 masalah sudah teratasi.
BAB IV

PENUTUP

Berdasarkan uraian bab-bab sebelumnya yang telah dibuat dalam kasus maka penulis

telah mendapatkan gambaran umum tentang Asuhan Keperawatan pada pasien AD dan

memberi saran-saran sebagai berikut :

A. Kesimpulan

Dari hasil pengkajian yang dilakukan pada pasien AD tidak semua data

ditinjauan teori ditemukan. Hal ini dapat disebabkan oleh progresifitas penyakit itu

sendiri, komplikasi yang ditimbulkan, kualitas dan lamanya perawatan serta sifat dari

manusia yang unik sehingga keluhan satu pasien tidak selalu sama dengan pasien

lainnya. Dalam pembuatan tindakan telah disesuaikan dengan teori, tetapi ada beberapa

rencana yang ada pada tinjauan teori tidak ada pada tinjauan kasus. Pelaksanaan

keperawatan sudah sesuai dengan diagnosa yang tersusun seperti pada rencana. Evaluasi

keperawatan telah dibuat berdasarkan dengan diagnosa yang muncul.

B. Saran

1. Kepada pihak Rumah Sakit Wangaya

Diharapkan kepada rumah sakit agar tetap mempertahankan kualitas perawatan

kepada setiap pasien bahkan agar dapat ditingkatkan sesuai dengan perkembangan

trend dan issue keperawatan terkini.

2. Kepada perawat ruangan Praja RSUD Wangaya

a. Diharapkan agar mampu melanjutkan rencana keperawatan pada pasien AD dan

bila perlu dimodifikasi untuk mencapai hasil yang optimal.


b. Diharapkan agar mempertahankan kualitas perawatan dengan sebaik-baiknya

kepada pasien dengan TB Paru maupun pasien lainnya yang sedang dirawat

diruangan.

3. Kepada Keluarga Pasien

a. Diharapkan keluarga dapat mendukung proses perawatan pasien selama di rumah

sakit yang akan sangat membantu dalam proses pemulihan pasien.

b. Keluarga diharapkan dapat menerima edukasi yang diberikan untuk perawatan

pasien di rumah sehingga pencapaian derajat kesehatan yang optimal dapat

kembali diperoleh pasien.


PERNYATAAN PENGESAHAN

Laporan kasus dengan judul “ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN “Ny.AD”

DENGAN TB PARU DI RUANG PRAJA AMERTHA LANTAI 3 RSUD WANGAYA

KOTA DENPASAR TANGGAL 1-4 AGUSTUS 2017” telah disahkan oleh Kepala

Bidang Keperawatan RSUD Wangaya Kota Denpasar.

Kepala Bidang Keperawatan


RSUD Wangaya Kota Denpasar

I Wayan Wiratama, SH. S.Kep


NIP. 19670422 199003 10
DAFTAR PUSTAKA
Adi. 2009. Penyakit Tuberkolosis, (online), (http://wordpress.com/2009/01/penyakit-
tuberkulosis, diakses 4 November 2010).
Anonim A. 2005. Tuberkolosis, (online), (http://www.medicastore.com/tubercolosis/, diakses
4 November 2010).
Anonim B. 2006. Mycobacterium, (online), (http://ilmukedokteran.net/Permasalahan/ diakses
4 November 2009)
Anonim C. 2009. Tuberkolosis, (online),
(http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/images/ency/fullsize/19099.jpg, diakses 4
Kesehatan-Individu/mycobacterium.html, diakses 4 November 2010).
Anonim D. 2009. Tuberculosis, (online),
(http://id.answers.yahoo.com/question/index?qid=20080624193433AAhINEU, diakses
4 November 2010).
Anonim E. 2009. Tubercolosis Paru, (online),
(http://medlinux.blogspot.com/2009/02/tuberculosis-paru.html, diakses 4 November
2010).
Anonim F. 2009. Pengobatan TBC, (online),
http://www.medicastore.com/tbc/pengobatan_tbc.htm, diakses 4 November 2010)

Carpenito, Lynda jual. 2010. Handbook of Nursing Diagnosis. USA : Lippincott Williams
& Wilkins Inc.

Doenges, E.M. 2012. Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman Untuk Perancanaan dan
Pendokumentasian Perawatan Pasien. Edisi 3. Jakarta: EGC.
Hiswani. 2008. Tuberkulosis Merupakan Penyakit Infeksi Yang Masih Menjadi Masalah
Kesehatan Masyarakat, (online),
(http://www.health.nsw.gov.au/mhcs/publication_pdfs/6140/doh-6140-ind.pdf, diakses 4
November 2010).
Mansjoer, Arif. 2001. Kapita Selekta. Jakarta: Media Aesculapius. Nanda. 2006. Panduan
Diagnose Keperawatan. Jakarta: Prima Medika.
TBC Indonesia. 2009. Penyakit TBC, (online),
(http://www.medicastore.com/tbc/penyakit_tbc.htm, diakses 4 November 2010).
WHO. 2013. Global Tuberculosis Report 2013. Available: http://www.who.int. (10
November 2013).

Anda mungkin juga menyukai