Presus Kista Dermoid Hilmi
Presus Kista Dermoid Hilmi
KISTA DERMOID
Disusun Untuk Memenuhi Syarat Kelulusan Kepaniteraan Klinik
Bagian Ilmu Kandungan di RSUD Salatiga
Disusun oleh :
Disusun Oleh :
Disusun oleh :
Hilmi Zakiyah Nurlatifah
20120310120
Pembimbing:
2017
HALAMAN PENGESAHAN
KISTA DERMOID
Disusun Oleh :
201203010120
Telah dipresentasikan
Hari/tanggal:
Disahkan oleh:
Dokter pembimbing,
STATUS PASIEN
a. IDENTITAS PASIEN
Umur : 11 tahun
Agama : Islam
Pekerjaan : Pelajar
Pasien datang ke IGD RSU Salatiga pada tanggal 12/12/18 dengan mengeluh
nyeri perut bagian bawah sejak 4 hari sebelum masuk Rumah Sakit (SMRS). Semakin
hari nyeri dirasakan semakin memberat, sehingga 2 hari SMRS pasien tidak masuk
sekolah dan hanya bisa berbaring di tempat tidur. Pasien merasa perutnya semakin
keras dan ada yang menonjol. Pasien merasa mual, namun tidak muntah. Nafsu
makan pasien menurun seminggu terakhir. Pasien mengeluh tidak bisa kentut dan
buang air besar (BAB) sejak 4 hari yang lalu.
Pada tanggal 13/12/18 pasien di program untuk operasi Laparoskopi dan USG
abdomen, didapatkan hasil USG megarah gambaran kista ovarii. Namun belum
dikonsultasikan kepada Sp.OG
Pada tanggal 14/12/18 pasien di operasi Laparotomi oleh Sp.B dan Sp.OG.
Riwayat penyakit jantung, hipertensi, DM, kejang, kista disangkal oleh pasien.
Adanya anggota keluarga yang memiliki penyakit hipertensi, jantung, DM, kista
disangkal oleh pasien
Riwayat Obstetri
Hasil :
Tampak lesi anechoic (multiple) yang berhubungan satu dengan yang lain di proyeksi
retro VU bentuk membulat, batas tegas dengan dinding yang tebal, diameter lesi ±
64,2 mm dan 81,6 mmyang pada color Doppler lesi tampak avascular.
Pada explorasi region Mc Burney, udara usus tampak prominent, appendix tak
tervisualisasi
Kesan :
Gambaran lesi kistik multiple di proyeksi retro VU, mengarah origin dari organ
genitalia interna (kista ovarii)
Appendix tak tervisualisasi
Tanggal & Follow Up
Jam
Ovarium merupakan salah satu organ sistem reproduksi wanita, yang berlokasi
pada pelvis yang menyokong uterus menutupi dinding lateral pelvis, di belakang
ligament dan bagian anterior dari rektum. Kedua ovarium terletak dikedua sisi uterus
dalam rongga pelvis. Selama masa reproduksi ovarium mempunyai ukuran 4 x 2,5 x 1,5
cm.3
Sampai saat ini etiologi dari kistoma ovarii masih belum jelas, namun terdapat
beberapa teori yang membahas tentang etiologi dari kistoma ovarii ini. Dimana terdapat
3 teori yang dikatakan menjadi etiologi dari kistoma ovarii, yaitu teori hiperepitelisasi
dari sel epethelium ovari, teori hormonal dan teori genetika. 4
Kista folikuler secara tipikal kecil dan timbul dari folikel yang tidak sampai saat
menopause, sekresinya akan terlalu banyak mengandung estrogen sebagai respon
terhadap hipersekresi folikel stimulation hormon (FSH) dan luteinizing hormon (LH)
normalnya ditemui saat menopause berdiameter 1 -10 cm (folikel normal berukuran
maximum 2,5 cm); berasal dari folikel ovarium yang gagal mengalami involusi atau
gagal meresorpsi cairan. Dapat multiple, bilateral dan biasanya asimtomatik.
Kista granulosa lutein yang terjadi di dalam korpus luteum indung telur yang
fungsional dan membesar bukan karena tumor, disebabkan oleh penimbunan darah
yang berlebihan saat fase pendarahan dari siklus menstruasi.
Kista teka-lutein biasanya bersifat bilateral dan berisi cairan bening, berwarna
seperti jerami dan biasanya berhubungan dengan tipe lain dari tumor indung telur, serta
terapi hormon.
2.1.4 Klasifikasi
Pada stadium awal dapat berupa gangguan haid. Pada umumnya tumor ovarium
tidak mengubah pola haid, kecuali jika tumor tersebut mengeluarkan hormon.
Ireguleritas siklus menstruasi dan pendarahan vagina yang abnormal dapat terjadi. Pada
anak muda, dapat menimbulkan menarche lebih awal.
Jika tumor sudah menekan rektum atau kandung kemih mungkin terjadi
konstipasi atau sering berkemih. Kista ovarium dapat menyebabkan konstipasi karena
pergerakan usus terganggu atau dapat juga terjadi penekanan dan menyebabkan
defekasi yang sering. Pada tumor yang besar dapat terjadi tidak adanya nafsu makan
dan rasa enak dan rasa sesak. Dapat juga terjadi peregangan atau penekanan daerah
panggul yang menyebabkan nyeri spontan atau nyeri pada saat bersenggama. 10
Pada stadium lanjut gejala yang terjadi berhubungan dengan adanya asites
(penimbunan cairan dalam rongga perut), penyebaran ke omentum (lemak perut), dan
organ-organ di dalam rongga perut lainnya seperti usus-usus dan hati. Perut membuncit,
kembung, mual, gangguan nafsu makan, gangguan buang air besar dan buang air kecil.
Penumpukan cairan bisa juga terjadi pada rongga dada akibat penyebaran penyakit ke
rongga dada yang mengakibatkan penderita sangat merasa sesak napas. Pada
keganasan, dapat ditemukan penurunan berat badan yang drastis.10
2.1.6 Diagnosis
Anamnesa
Pada anamnesa rasa sakit atau tidak nyaman pada perut bagian bawah. Rasa
sakit tersebut akan bertambah jika kista tersebut terpuntir atau terjadi ruptur. Terdapat
juga rasa penuh di perut. Tekanan terhadap alat-alat di sekitarnya dapat menyebabkan
rasa tidak nyaman, gangguan miksi dan defekasi. Dapat terjadi penekanan terhadap
kandung kemih sehingga menyebabkan frekuensi berkemih menjadi sering.
Pemeriksaan Fisik
Kista yang besar dapat teraba dalam palpasi abdomen. Walau pada wanita
premonopause yang kurus dapat teraba ovarium normal tetapi hal ini adalah abnormal
jika terdapat pada wanita postmenopause. Perabaan menjadi sulit pada pasien yang
gemuk. Teraba massa yang kistik, mobile, permukaan massa umumnya rata. Cervix dan
uterus dapat terdorong pada satu sisi. Dapat juga teraba, massa lain, termasuk fibroid
dan nodul pada ligamentum uterosakral, ini merupakan keganasan atau endometriosis.
Padaperkusi mungkin didapatkan ascites yang pasif.10
Pemeriksaan Penunjang
1. Foto Rontgen
Pemeriksaan ini berguna untuk menentukan adanya hidrotoraks. Selanjutnya, pada
kista dermoid kadang-kadang dapat dilihat adanya gigi dalam tumor.
2. Ultrasonografi
USG adalah alat diagnostik imaging yang utama untuk kista ovarium. Dengan
pemeriksaan ini dapat ditentukan letak dan batas tumor, apakah tumor berasal dari
uterus, ovarium, atau kandung kencing, apakah tumor kistik atau solid, dan dapat
pula dibedakan antara cairan dalam rongga perut yang bebas dan yang tidak.
Kista simpleks bentuknya unilokular, dindingnya tipis, satu cavitas yang didalamnya
tidak terdapat internal echo. Biasanya jenis kista seperti ini tidak ganas, dan
merupakan kista fungsioal, kista luteal atau mungkln juga kistadenoma serosa atau
kista inklusi.
USG sulit membedakan kista ovarium dengan hidrosalfing, paraovarian dan kista
tuba. USG endovaginal dapat memberikan pemeriksaan morfologi yang jelas
daristruktur pelvis. Pemeriksaana ini tidak memerlukan kandung kemih yang penuh.
USG transabdominal lebih baik dari endovaginal untuk mengevaluasi massa yang
besar dan organ intrabdomen lain, seperti ginjal, hati dan ascites. Ini memerlukan
kandung kemih yang penuh.
3. CT Scan
Untuk mengidentifikasi kista ovarium dan massa pelvik, CT Scan kurang baik bila
dibanding dengan MRI. CT Scan dapat dipakai untukmengidentifikasi organ
intraabdomen dan retroperitoneum dalam kasus keganasan ovarium.
4. MRI
MRI memberikan gambaran jaringan lunak lebih baik dari CT scan, dapat
memberikan gambaran massa ginekologik yang lebih baik. MRI ini biasanya tidak
diperlukan
6. Laparoskopi
Pemeriksaan ini sangat berguna untuk mengetahui apakah sebuah tumor berasal dari
ovarium atau tidak, serta untuk menentukan sifat-sifat tumor itu.
7. Parasintesis
Pungsi ascites berguna untuk menentukan sebab ascites. Perlu diperhatikan bahwa
tindakan tersebut dapat mencemarkan kavum peritonei.
2.1.7 Penatalaksanaan
Dapat dipakai prinsip bahwa tumor ovarium neoplastik memerlukan operasi dan
tumor non-neoplastik tidak, jika menghadapi tumor ovarium yang tidak memberikan
gejala/keluhan pada penderita dan yang besarnya tidak melebihi 5 cm diameternya,
kemungkinan besar tumor tersebut adalah kista folikel atau kista korpus luteum. Tidak
jarang tumor tersebut mengalami pengecilan secara spontan dan menghilang, sehingga
perlu diambil sikap untuk menunggu selama 2-3 bulan, jika selama waktu observasi
dilihat peningkatan dalam pertumbuhan tumor tersebut, kita dapat mengambil
kesimpulan bahwa kemungkinan tumor besar itu bersifat neoplastik dan dapat
dipertimbangkan untuk pengobatan operatif.10
Jika wanita usia reproduksi yang masih ingin hamil, berovulasi teratur dan tanpa
gejala, dan hasil USG menunjukkan kista berisi cairan, dokter tidak memberikan
pengobatan apapun dan menyarankan untuk pemeriksaan USG ulangan secara periodic
untuk melihat apakah ukuran kista membesar.
Tindakan operasi pada tumor ovarium neoplastik yang tidak ganas adalah
pengangkatan tumor dengan mengadakan reseksi pada bagian ovarium yang
mengandung tumor. Tetapi jika tumornya besar atau ada komplikasi perlu dilakukan
pengangkatan ovarium, disertai dengan pengangkatan tuba (salphyngoooforektomi).
Seluruh jaringan hasil pembedahan perlu dikirim ke bagian patologi anatomi untuk
diperiksa.
Terapi bedah diperlukan pada kista ovarium simpleks persisten yang lebih besar
10 cm dan kista ovarium kompleks. Laparoskopi digunaknan pada pasien dengan kista
benigna, kista fungsional atau simpleks yang memberikan keluhan. Laparotomi harus
dikerjakan pada pasien dengan resiko keganasan dan pada pasien dengan kista benigna
yang tidak dapat diangkat dengan laparaskopi.Eksisi kista dengan konservasi ovarium
dikerjakan pada pasien yang menginginkan ovarium tidak diangkat untuk fertilitas di
masa mendatang.
Radioterapi hanya efektif untuk jenis tumor yang peka terhadap radisi,
disgerminoma dan tumor sel granulosa. Kemoterapi menggunakan obat sitostatika
seperti agens alkylating (cyclophosphamide, chlorambucyl) dan antimetabolit
(adriamycin). FoIlow up tumor ganas sampai 1 tahun setelah penanganan setiap 2
bulan, kemudian 4 bulan selama 3 tahun setiap 6 bulan sampai 5 tahun dan seterusnya
setiap tahun sekali.
2.1.8 Komplikasi
Perubahan keganasan dapat terjadi pada kista jinak, misalnya pada kista denoma
ovarii derosum, kistadenoma ovarii musinosum dan kista dermoid.Sindroma Meigs
ditemukan pada 40% dari kasus febroma ovarii yaitu tumor ovarium disertai asites dan
hidrotoraks.10
2.1.9 Prognosis
Prognosis dari kista jinak sangat baik. Kista jinak tersebut dapat tumbuh di
jaringan sisa ovarium atau di ovarium kontralateral.10
Umumnya kista ovarium pada wanita usia subur akan menghilang dengan
sendirinya dalam 1 sampai 3 bulan. Meskipun ada diantaranya yang pecah namun tidak
akan menimbulkan gejala yang berarti.Kista jenis ini termasuk jinak dan tidak
memerlukan penanganan medis. Kista biasanya ditemukan secara tidak sengaja saat
dokter melakukan pemeriksaan USG. Meskipun demikian, pengawasan tetap harus
dilakukan terhadap perkembangan kista sampai dengan beberapa siklus menstruasi.
Bila memang ternyata tidak terlalu bermakna maka kista dapat diabaikan karena akan
mengecil sendiri.
Kista dermoid merupakan suatu massa kistik yang dilapisi oleh epitel gepeng
disertai adanya struktur adneksa seperti kelenjar sebasea, rambut, folikel rambut, serta
struktur lain seperti tulang, otot, dan kartilago. Kista dermoid dapat bersifat
kongenital atau didapat, walaupun secara klinis dan histopatologis tidak terdapat
perbedaan diantara keduanya.5
Kista dermoid sama halnya dengan kista mosinosum yang dibutuhkan kehati-
hatian pada ibu hamil. Hal ini dikarenakan jika kista tersebut meletus akan
mengeluarkan cairan lengket dan isi cairan tersebut akan masuk ke dalam perut dan
bisa mengakibatkan rasa sakit yang luar biasa.6
Kista dermoid terjadi karena jaringan telur tidak dibuahi. Kemudian tumbuh
menjadi beberapa jaringan seperti rambut, tulang dan lemak. Kista ini dapat terjadi
pada dua indung telur dan biasanya tanpa gejala. Timbul gejala rasa sakit apabila kista
terpuntir atau pecah.
2.2.2 Epidemiologi
Kista dermoid adalah sejenis tumor sel germ. Kista ini bersifat jinak dan
jumlahnya sekitar 10%. Pada umumnya kista dermoid terjadi pada wanita yang berusia
dibawah 20 tahun. Hampir 85% teratoma matur terdapat pada wanita usia 16-55 tahun,
dengan rata-rata umur 32-35 tahun. Angka kejadian kista dermoid adalah sekitar 25-
40% dari neoplasma ovarium dan 95% dari semua teratoma ovarium. Sering timbul
pada dekade kedua dan ketiga. Usia paska menopause berkisar 10-20%. Di Indonesia
frekuensi berkisar antara 11,1% sampai 16,9%. Resiko transformasi maligna dijumpai
pada 1-2% kasus dan pada umumnya terjadi pada wanita paska menopause.8
2.2.3. Etiologi
Penyebabnya saat ini belum diketahui secara pasti. Namun ada salah satu
pencetusnya yaitu faktor hormonal, kemungkinan faktor resiko yaitu:13
1. Faktor genetik/ mempunyai riwayat keluarga dengan kanker ovarium dan payudara.
Kista ini diduga berasal dari sel telur melalui proses parthenogenesis. Kista ini
terjadi karena jaringan dalam telur yang tidak dibuahi. Perkembangan tidak sempurna
dari hasil konsepsi pada akhir stadium blastomer. Tumor berasal dari perkembangan
ovum tanpa fertilisasi yang oleh pengaruh faktor rangsang yang tidak diketahui
kemudian membentuk bermacam macam komponen jaringan janin yang tidak
sempurna, seperti rambut, tulang dan lemak. Kista dapat terjadi pada dua indung telur
dan biasanya tanpa gejala. Timbul gejala rasa sakit apabila kista terpuntir atau pecah.10
Gambaran klinis adalah nyeri mendadak di perut bagian bawah karena torsi
tangkai kista dermoid. Dinding kista dapat ruptur sehingga isi kista keluar di rongga
peritoneum. Bentuk cairan ini seperti mentega, kandunganya tidak hanya cairan tapi
juga partikel lain seperti rambut, gigi, tulang atau sisa-sisa kulit. Seperti kista
mosinosum juga sama dengan kista dermoid memerlukan hati-hati pada ibu hamil
karena bila meletus akan mengakibatkan cairan lengket isi cairanya seperti rambut, gigi
atau tulang bisa masuk perut akan mengakibatkan dan menimbulkan sakit luar biasa.11
Makroskopis kista dermoid adalah kista dengan permukaan luar licin, warna putih
keabuan dan agak tipis. Konsitensi tumor sebagian kistik, kenyal dan dibagian lain
padat. Kista dermoid kelihatan seperti kista berongga satu, tapi bila dibelah biasanya
nampak suatu kista besar dengan ruangan kecil kecil dalam dindingnya.12
a. Ektodermal : kulit, rambut, kelenjar sebasea, gigi
b. Mesodermal : tulang rawan , serat otot , jaringan ikat
c. Endodermal : mukosa traktus gastrointestinal , epitel saluran nafas dan jaringan
tiroid
Dalam rongga kista sering dijumpai produk dari kelenjar sebasea berupa masa
lembek seperti lemak bercampur dengan rambut. Rambut ini terdapat beberapa lembar
saja, tetapi dapat berupa gelondongan seperti konde. Teratoma jinak ini dapat terapung
di dalam rongga abdomen dan dengan tangkai ovarium yang memanjang menyebabkan
dapat terletak di depan dan kadang diatas uterus.12
2.2.5 Diagnosis
Anamnesa
Pada anamnesa rasa sakit atau tidak nyaman pada perut bagian bawah. Rasa
sakit tersebut akan bertambah jika kista tersebut terpuntir atau terjadi ruptur. Terdapat
juga rasa penuh di perut. Tekanan terhadap alat-alat di sekitarnya dapat menyebabkan
rasa tidak nyaman, gangguan miksi dan defekasi. Dapat terjadi penekanan terhadap
kandung kemih sehingga menyebabkan frekuensi berkemih menjadi sering.
Pemeriksaan Fisik
Kista yang besar dapat teraba dalam palpasi abdomen. Walau pada wanita
premonopause yang kurus dapat teraba ovarium normal tetapi hal ini adalah abnormal
jika terdapat pada wanita postmenopause. Perabaan menjadi sulit pada pasien yang
gemuk. Teraba massa yang kistik, mobile, permukaan massa umumnya rata. Cervix dan
uterus dapat terdorong pada satu sisi. Dapat juga teraba, massa lain, termasuk fibroid
dan nodul pada ligamentum uterosakral, ini merupakan keganasan atau endometriosis.
Padaperkusi mungkin didapatkan ascites yang pasif.10
Pemeriksaan Penunjang
1. Laparaskopi
Pemeriksaan ini sangat berguna untuk mengetahui apakah sebuah tumor
berasal dari ovarium atau tidak, dan untuk menentukan silat-sifat tumor itu.
2. Ultrasonografi
Dengan pemeriksaan ini dapat ditentukan letak dan batas tumor apakah
tumor berasal dari uterus, ovarium, atau kandung kencing, apakah tumor kistik atau
solid, dan dapatkah dibedakan pula antara cairan dalam rongga perut yang bebas
dan yang tidak.
3. Foto Rontgen
Pemeriksaan ini berguna untuk menentukan adanya hidrotoraks. Selanjutnya,
pada kista dermoid kadang-kadang dapat dilihat gigi dalam tumor. Penggunaan foto
rontgen pada pictogram intravena dan pemasukan bubur barium dalam colon disebut
di atas.
4. Parasentesis
Telah disebut bahwa fungsi pada asites berguna menentukan sebab asites.
Perlu diingatkan bahwa tindakan tersebut dapat mencemarkan cavum peritonei
dengan kista bila dinding kista tertusuk.13
Kista dermoid memiliki gambaran masa kistik berisi focus dan material ekogenik
dimana distribusinya tidak merata atau gambaran sebuah area dengan ekogenik kuat
berasal dari jaringan tulang dan gigi. Proses penulangan dan gigi dapat juga dilihat
melalui pemeriksaan radiologist.2
2.2.6. Penatalaksanaan
Tindakan laparoskopi atau laparotomi merupakan pilihan penanganan untuk kista
dermoid, namun harus dipertimbangkan keuntungan dan kerugiannya. Beberapa
peneliti menyebutkan tindakan laparoskopi dapat menyebabkan terjadi tumor spill dan
bisa menyebabkan peritonitis 0,2% serta meningkatkan terjadinya perlengketan. Resiko
terjadi rekurensi 4% dan resiko keganasan sekitar 0,17%-2%. Pada kista dermoid >6
cm atau ada riwayat pembedahan dengan sangkaan perlengketan maka laparotomi
merupakan pilihan terbaik. Kistektomi dengan meninggalkan jaringan ovarium yang
sehat bagi pasien yang masih ingin mempertahankan fungsi reproduksinya.
Ooforektomi bila memang tidak memungkinkan mempertahankan jaringan ovarium
atau fungsi reproduksi tidak diperlukan atau pasien mendekati usia menopause.13
2.2.7 Prognosis
Resiko transformasi maligna dijumpai pada 1-2% kasus dan pada umumnya
terjadi pada wanita paska menopause.6
2.2.8 Komplikasi
Kista ini diduga berasal dari sel telur melalui proses parthenogenesis. Tumor
berasal dari perkembangan ovum tanpa fertilisasi yang oleh pengaruh faktor rangsang
yang tidak diketahui kemudian membentuk bermacam macam komponen jaringan janin
yang tidak sempurna, seperti rambut, tulang dan lemak. Kista dapat terjadi pada dua
indung telur dan biasanya tanpa gejala. Timbul gejala rasa sakit apabila kista terpuntir
atau pecah.
Tindakan laparoskopi atau laparotomi merupakan pilihan penanganan untuk kista
dermoid, namun harus dipertimbangkan keuntungan dan kerugiannya. Beberapa
peneliti menyebutkan tindakan laparoskopi dapat menyebabkan terjadi tumor spill dan
bisa menyebabkan peritonitis 0,2% serta meningkatkan terjadinya perlengketan.
Resiko terjadi rekurensi 4% dan resiko keganasan sekitar 0,17%-2%. Pada kista
dermoid >6 cm atau ada riwayat pembedahan dengan sangkaan perlengketan maka
laparotomi merupakan pilihan terbaik.
DAFTAR PUSTAKA
1. Adriansz G. Tumor Jinak Organ Genitalia. Dalam: Ilmu Kandungan. Edisi ketiga. Jakarta:
PT. Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo; 2011.
2. Cunningham FG, Gant NF, Leveno KJ, Gilstrap LC, Hauth JC, Wenstrom KD. Obstetri
Williams. Edisi ke-21. Vol. 2. Jakarta: ECG; 2009.
3. DeCherney AH, Nathan L, Goodwin TM, Laufer N. Current Diagnosis & Treatment
Obstetrics & Gynecology. 10th ed. New York: McGraw-Hill; 2007.
4. Mansjoer A, Triyanti K, Savitri R, Wardhani WI, Setiowulan W. Tumor Ovarium
Neoplastik Jinak. Dalam : Kapita Selekta Kedokteran. Jilid I. Jakarta: Media Aesculapius
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2009.
5. Media Aesculapius. (2000). Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3. Jilid 1. Media
Aesculapius. FKUI.
6. Moeloek FA, Nuranna L, Wibowo N, Purbadi S. Standar Pelayanan Medik Obstetri dan
Ginekologi. Jakarta: Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia; 2008.
7. Pernoll’s & ML. Transverse Lie In : Benson & Pernoll handbook of Obstetrics &
Ginecology, 10th ed. Mcgraw-Hill International Edition, America, 1994.
8. Sastrawinata, Sulaiman. dkk. 2004. Ilmu Kesehatan Reproduksi: Obstetri Patologi.Edisi 2.
Jakarta: EGC
9. Sindroma ovarium polikistik. Hadibroto, Budi R. Departemen Ostetri dan Ginekologi
Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. 2005.
10. Wiknjosastro, H. 2007. Ilmu Kebidanan. Edisi ke-9. Jakarta: Yayasan BinaPustaka
Sarwono Prawirohardjo.
11. Burke TW, Morris M. Secondary cytoreduction operations, in ovarian cancer, ed by
Rubai SC and Sutton GP, Lippincot Williams & Wilkins, Philadelphia USA, 2001; second
ed; 289-300.
12. Junqueira LC, et al, In : Basic Histology, Text & Atlas, 11th ed. Mc graw LANGE 2005
13. Winknjosastro H. Ilmu Kebidanan Edisi IV,cetakan lima. Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo. Balai Penerbit FK UI. Jakarta. 2008.