Anda di halaman 1dari 27

PRESENTASI KASUS

KISTA DERMOID
Disusun Untuk Memenuhi Syarat Kelulusan Kepaniteraan Klinik
Bagian Ilmu Kandungan di RSUD Salatiga

Disusun oleh :

Disusun Oleh :

Disusun oleh :
Hilmi Zakiyah Nurlatifah
20120310120

Pembimbing:

dr. Herwati, Sp.OG

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI DOKTER

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

RSUD KOTA SALATIGA

2017
HALAMAN PENGESAHAN

Telah disetujui dan disahkan, presentasi kasus dengan judul

KISTA DERMOID

Disusun Oleh :

Hilmi Zakiyah Nurlatifah

201203010120

Telah dipresentasikan

Hari/tanggal:

Selasa, 6 Februari 2018

Disahkan oleh:

Dokter pembimbing,

dr. Herwati Sp.OG


BAB I

STATUS PASIEN

a. IDENTITAS PASIEN

Nama : An. FES

Umur : 11 tahun

Jenis kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Pekerjaan : Pelajar

Alamat : Tingkir Lor, Suruh.

Masuk RS : 12 Desember 2017

Pukul : 11.59 WIB


b. ANAMNESIS
 Keluhan Utama

Pasien mengeluh nyeri perut

 Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien datang ke IGD RSU Salatiga pada tanggal 12/12/18 dengan mengeluh
nyeri perut bagian bawah sejak 4 hari sebelum masuk Rumah Sakit (SMRS). Semakin
hari nyeri dirasakan semakin memberat, sehingga 2 hari SMRS pasien tidak masuk
sekolah dan hanya bisa berbaring di tempat tidur. Pasien merasa perutnya semakin
keras dan ada yang menonjol. Pasien merasa mual, namun tidak muntah. Nafsu
makan pasien menurun seminggu terakhir. Pasien mengeluh tidak bisa kentut dan
buang air besar (BAB) sejak 4 hari yang lalu.

Pada tanggal 13/12/18 pasien di program untuk operasi Laparoskopi dan USG
abdomen, didapatkan hasil USG megarah gambaran kista ovarii. Namun belum
dikonsultasikan kepada Sp.OG

Pada tanggal 14/12/18 pasien di operasi Laparotomi oleh Sp.B dan Sp.OG.

 Riwayat Penyakit Dahulu

Riwayat penyakit jantung, hipertensi, DM, kejang, kista disangkal oleh pasien.

 Riwayat Penyakit Keluarga

Adanya anggota keluarga yang memiliki penyakit hipertensi, jantung, DM, kista
disangkal oleh pasien

 Riwayat Obstetri

Pasien belum menstruasi dan belum pernah berhubungan sexual


 Riwayat Pribadi
Pasien sehari-hari tinggal bersama kakek nya, orangtua tinggal di luar negri.
Pasien selalu makan makanan yang dibuat dirumah, tidak pernah memakan mie
instan.
c. PEMERIKSAAN FISIK (14 Desember 2017)
 Keadaan Umum : cukup
 Kesadaran /GCS : compos mentis, E4V5M6
 Vital Sign : TD : 110/70 mmHg
Nadi : 96 x/menit
RR : 20 x/menit
Suhu : 36,7 °C
 Status Generalis
o Kepala : Mesochepal, rambut hitam, distribusi merata, mudah dicabut -
o Mata : CA (-/-), SI (-/-), pupil isokor, reflek cahaya (+/+)
o Hidung : Discharge (-), deformitas (-)
o Telinga : Discharge (-), deformitas (-)
o Mulut : Bibir tidak kering, lidah tidak kotor
o Leher : Trakea di tengah, limfonoduli tidak teraba, JVP meningkat (-)
o Thorax
Cor
Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak
Palpasi : Ictus cordis teraba, tidak kuat angkat
Perkusi : Tidak ditemukan cardiomegali
Auskultasi : S1S2 reguler, bising (-), gallop (-)
Pulmo
Inspeksi : Simetris, ketinggalan gerak (-), retraksi (-)
Palpasi : Vokal fremitus kanan = kiri
Perkusi : Sonor di seluruh lapangan paru
Auskultasi : SDV (+/+), Wheezing (/-), Rh (-/-)
o Abdomen (Status Obstetrik) :
a) Pemeriksaan Luar
 Inspeksi : Perut tidak membesar, terpasang verban post op
 Auskultasi : BU (+) Normal
 Palpasi : Nyeri pada jahitan post op (+)
b) Pemeriksaan dalam
Tidak dilakukan pemeriksaan dalam
o Ekstremitas : Edema (-)
DIAGNOSA KERJA
Kista Dermoid
Appendicitis
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium 12/12/2017

Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan


Hematologi
Lekosit 16.81* 4.5-11
Eritrosit 4.71 3.8-5.8
Hemoglobin 13.6 11.5-16.5
Hematokrit 40.5 37-47
Trombosit 242 150-450
MCV 85.9 85-100
MCH 28.9 28-31
MCHC 33.6 30-35
Golongan darah ABO A
Differential
Netrofil 75.9 40-75
Limfosit 17.8 20-45
Monosit 5.2 2-8
Eosinofil 0.8 1-6
Kimia
Gula Darah Sewaktu 97 <140
Imuno/Serologi
HBs Ag (Rapid) Negative Negative
Nti HCV Total Negative Negative
USG Tanggal 13/12/2018

Hasil :
 Tampak lesi anechoic (multiple) yang berhubungan satu dengan yang lain di proyeksi
retro VU bentuk membulat, batas tegas dengan dinding yang tebal, diameter lesi ±
64,2 mm dan 81,6 mmyang pada color Doppler lesi tampak avascular.
 Pada explorasi region Mc Burney, udara usus tampak prominent, appendix tak
tervisualisasi
Kesan :
 Gambaran lesi kistik multiple di proyeksi retro VU, mengarah origin dari organ
genitalia interna (kista ovarii)
 Appendix tak tervisualisasi
Tanggal & Follow Up
Jam

14/12 /17 Post Op Laparotomi Hari ke 0


J. 17.00 TD: 100/60 mmHg
Nadi 90 x/menit
Pasien masih lemas, nyeri luka operasi (+). Pusing (+). Kentut (+). Makan (+)
Minum (+).
 Infus Amiparen 7 Tpm
 Inj Ceftriaxone 1gram/12jam
 Inj Ketorolac 30 mg/8jam
 Inj Metronidazole 500mg/8jam
 Inj Kalnex 500mg/8jam
15/12/17 Post Op Laparotomi Hari ke 1
J. 07.30 TD: 110/60
Nadi 94 x/menit
Pasien lemas, nyeri luka operasi (+). Pusing (-). Makan (+) Minum (+). Mual
(-) Muntah (-).
 Infus Amiparen 7 Tpm
 Inj Ceftriaxone 1gram/12jam
 Inj Ketorolac 30 mg/8jam
 Inj Metronidazole 500mg/8jam
 Inj Kalnex 500mg/8jam
 Mobilisasi bertahap
16/12/17 Post Op Laparotomi Hari ke 2
J 07.30 TD: 110/70
Nadi 100 x/menit
Pasien lemas, nyeri luka operasi (+). Pusing (-). Makan (+) Minum (+). Mual
(-) Muntah (-).
 Infus RL 16 Tpm
 Inj Ceftriaxone 1gram/12jam
 Inj Ketorolac 30 mg/8jam
 Inj Metronidazole 500mg/8jam
 Mobilisasi aktif
17/12/18 Post Op Laparotomi Hari ke 3
j. 07.30 TD: 110/70
Nadi 100 x/menit
Tidak ada keluhan
 Infus RL 16 Tpm
 Cefadroxil 2x500 mg
 Asam mefenamat 3x500mg
 Hemafort 1x1
 GV  Luka kering
 Mobilisasi aktif
18/12/17 Post Op Laparotomi Hari ke 4
j.07.30 TD: 110/60
Nadi 102 x/menit
Tidak ada keluhan
 Aff infus
 Cefadroxil 2x500 mg
 Asam mefenamat 3x500mg
 Hemafort 1x1
 BLPL
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kistoma Ovarii


2.1.1 Definisi
Kista adalah pertumbuhan abnormal berupa 1 kantung (pocket, pouch) yang
tumbuh abnormal dibagian tubuh tertentu. Kista ada yang berisi udara, cairan, nanah,
atau bahan-bahan lain. Sedangkan Kista Ovarium adalah suatu kantung yang berisi
cairan atau materi semisolid yang tumbuh pada atau sekitar ovarium.1
Kistoma ovarii merupakan suatu tumor, baik yang kecil maupun yang besar,
kistik atau padat, jinak atau ganas. Dalam kehamilan, tumor ovarium yang dijumpai
yang paling sering ialah kista dermoid, kista coklat atau kista lutein. Tumor ovarium
yang cukup besar dapat menyebabkan kelainan letak janin dalam rahim atau dapat
menghalang-halangi masuknya kepala ke dalam panggul.2
Kistoma ovarii didefinisikan sebagai terjadinya pembesaran ovarium yang
bersifat fungsional atau disfungsonal, berupa kistik, padat atau campuran kistik padat
dan dapat bersifat neoplastik maupun non neoplastik.3

2.1.2 Anatomi Ovarium

Ovarium merupakan salah satu organ sistem reproduksi wanita, yang berlokasi
pada pelvis yang menyokong uterus menutupi dinding lateral pelvis, di belakang
ligament dan bagian anterior dari rektum. Kedua ovarium terletak dikedua sisi uterus
dalam rongga pelvis. Selama masa reproduksi ovarium mempunyai ukuran 4 x 2,5 x 1,5
cm.3

Ovarium dilapisi oleh satu lapisan yang merupakan modifikasi macam-macam


mesotelium yang dikenal sebagai epitel permukaan dan germinal. Stroma ovarium
dibagi dalam region kortikal dan medullari, tapi batas keduanya tidak jelas. Stroma
terdiri dari sel-sel spindel menyerupai fibroblast, biasanya tersusun berupa whorls atau
storiform pattern. Sel-sel terdiri atas cytoplasmic lipid dan dikelilingi oleh suatu serat
retikulin. Beberapa sel menyerupai gambaran seperti miofibroblastik dan
immunoreaktif dengan smooth muscle actin (SMA) dan desmin. Bagian korteks dilapisi
suatu lapisan biasanya ditutupi oleh jaringan ikat kolagen yang aseluler.

Folikel mempunyai tingkatan maturasi yang bervariasi di luar korteks. Setiap


siklus menstruasi, satu folikel akan berkembang menjadi suatu folikel grafian, yang
mana akan berubah menjadi korpus luteum selama ovulasi. Medula ovarium disusun
oleh jaringan mesenkim yang longgar dan terdiri dari kedua duktus (rete ovarii) dan
small clusters yang bulat, sel epiteloid yang mengelilingi pembuluh darah dan
pembuluh saraf.

Ovarium mempunyai dua fungsi yaitu :

1. Menyimpan ovum (telur) yang dilepaskan satu setiap bulan.

2. Memproduksi hormon estrogen dan progesterone.


Pembuluh darah limfe ovarium mengalir ke saluran yang lebih besar membentuk
pleksus pada hilus, dimana akan mengalir melewati mesovarium ke nodus para aortik,
aliran lain ke iliaka interna, iliaka eksterna, interaorta, iliaka pada umumnya dan nodus
inguinal.12

Gambar 2.1 Anatomi Ovarium


2.1.3. Etiologi

Sampai saat ini etiologi dari kistoma ovarii masih belum jelas, namun terdapat
beberapa teori yang membahas tentang etiologi dari kistoma ovarii ini. Dimana terdapat
3 teori yang dikatakan menjadi etiologi dari kistoma ovarii, yaitu teori hiperepitelisasi
dari sel epethelium ovari, teori hormonal dan teori genetika. 4

Penyebab terjadinya kista ovarium yaitu terjadinya gangguan pembentukan


hormon pada hipotalamus, hipofise, atau indung telur itu sendiri. Kista indung telur
timbul dari folikel yang tidak berfungsi selama siklus menstruasi.

Kista folikuler secara tipikal kecil dan timbul dari folikel yang tidak sampai saat
menopause, sekresinya akan terlalu banyak mengandung estrogen sebagai respon
terhadap hipersekresi folikel stimulation hormon (FSH) dan luteinizing hormon (LH)
normalnya ditemui saat menopause berdiameter 1 -10 cm (folikel normal berukuran
maximum 2,5 cm); berasal dari folikel ovarium yang gagal mengalami involusi atau
gagal meresorpsi cairan. Dapat multiple, bilateral dan biasanya asimtomatik.

Kista granulosa lutein yang terjadi di dalam korpus luteum indung telur yang
fungsional dan membesar bukan karena tumor, disebabkan oleh penimbunan darah
yang berlebihan saat fase pendarahan dari siklus menstruasi.

Kista teka-lutein biasanya bersifat bilateral dan berisi cairan bening, berwarna
seperti jerami dan biasanya berhubungan dengan tipe lain dari tumor indung telur, serta
terapi hormon.

2.1.4 Klasifikasi

1. Tumor Ovarium Non Neoplastik


- Tumor akibat radang : abses tubo ovarial, abses ovarial, dan kista tubo ovarial.
- Tumor lain :
a. Kista folikel
b. Kista Korpus Luteum
c. Kista Teka Lutein
d. Kista Inklusi Germinal
e. Kista Endometrium
f. Kista Stein-Leventhal
2. Tumor Ovarium Neoplastik Jinak Tumor Kistik
a. Kista Ovarii Simpleks
b. Kistadenoma Ovarii Musinosum
c. Kistadenoma Ovarii Serosum
d. Kista Endometrioid
e. Kista Dermoid
3. Kista ovarium pada kehamilan
4. Kistoma Ovarium Permagna

2.1.5 Manifestasi Klinis

Kebanyakan wanita dengan tumor ovarium tidak menimbulkan gejala dalam


waktu yang lama. Gejala umumnya sangat bervariasi dan tidak spesifik. Sebagian
gejala dan tanda adalah akibat dari pertumbuhan, aktivitas endokrin, atau komplikasi
tumor tersebut. Adanya tumor dapat menyebabkan pembesaran pada perut dan perasaan
penuh pada perut. Rasa sakit atau tidak nyaman pada perut bagian bawah. Rasa sakit
tersebut akan bertambah jika kista tetsebut terpuntir atau terjadi ruptur.

Pada stadium awal dapat berupa gangguan haid. Pada umumnya tumor ovarium
tidak mengubah pola haid, kecuali jika tumor tersebut mengeluarkan hormon.
Ireguleritas siklus menstruasi dan pendarahan vagina yang abnormal dapat terjadi. Pada
anak muda, dapat menimbulkan menarche lebih awal.

Jika tumor sudah menekan rektum atau kandung kemih mungkin terjadi
konstipasi atau sering berkemih. Kista ovarium dapat menyebabkan konstipasi karena
pergerakan usus terganggu atau dapat juga terjadi penekanan dan menyebabkan
defekasi yang sering. Pada tumor yang besar dapat terjadi tidak adanya nafsu makan
dan rasa enak dan rasa sesak. Dapat juga terjadi peregangan atau penekanan daerah
panggul yang menyebabkan nyeri spontan atau nyeri pada saat bersenggama. 10

Pada stadium lanjut gejala yang terjadi berhubungan dengan adanya asites
(penimbunan cairan dalam rongga perut), penyebaran ke omentum (lemak perut), dan
organ-organ di dalam rongga perut lainnya seperti usus-usus dan hati. Perut membuncit,
kembung, mual, gangguan nafsu makan, gangguan buang air besar dan buang air kecil.
Penumpukan cairan bisa juga terjadi pada rongga dada akibat penyebaran penyakit ke
rongga dada yang mengakibatkan penderita sangat merasa sesak napas. Pada
keganasan, dapat ditemukan penurunan berat badan yang drastis.10
2.1.6 Diagnosis

Anamnesa

Pada anamnesa rasa sakit atau tidak nyaman pada perut bagian bawah. Rasa
sakit tersebut akan bertambah jika kista tersebut terpuntir atau terjadi ruptur. Terdapat
juga rasa penuh di perut. Tekanan terhadap alat-alat di sekitarnya dapat menyebabkan
rasa tidak nyaman, gangguan miksi dan defekasi. Dapat terjadi penekanan terhadap
kandung kemih sehingga menyebabkan frekuensi berkemih menjadi sering.

Pemeriksaan Fisik

Kista yang besar dapat teraba dalam palpasi abdomen. Walau pada wanita
premonopause yang kurus dapat teraba ovarium normal tetapi hal ini adalah abnormal
jika terdapat pada wanita postmenopause. Perabaan menjadi sulit pada pasien yang
gemuk. Teraba massa yang kistik, mobile, permukaan massa umumnya rata. Cervix dan
uterus dapat terdorong pada satu sisi. Dapat juga teraba, massa lain, termasuk fibroid
dan nodul pada ligamentum uterosakral, ini merupakan keganasan atau endometriosis.
Padaperkusi mungkin didapatkan ascites yang pasif.10

Pemeriksaan Penunjang

Tidak jarang tentang penegakkan diagnosis tidak dapat diperoleh kepastian


sebelum dilakukan operasi, akan tetapi pemeriksaan yang cermat dan analisis yang
tajam dari gejala-gejala yang ditemukan dapat membantu dalam pembuatan differensial
diagnosis. 10

Beberapa cara pemeriksaan yang dapat digunakan untuk membantu menegakkan


diagnosis adalah :

1. Foto Rontgen
Pemeriksaan ini berguna untuk menentukan adanya hidrotoraks. Selanjutnya, pada
kista dermoid kadang-kadang dapat dilihat adanya gigi dalam tumor.

2. Ultrasonografi
USG adalah alat diagnostik imaging yang utama untuk kista ovarium. Dengan
pemeriksaan ini dapat ditentukan letak dan batas tumor, apakah tumor berasal dari
uterus, ovarium, atau kandung kencing, apakah tumor kistik atau solid, dan dapat
pula dibedakan antara cairan dalam rongga perut yang bebas dan yang tidak.
Kista simpleks bentuknya unilokular, dindingnya tipis, satu cavitas yang didalamnya
tidak terdapat internal echo. Biasanya jenis kista seperti ini tidak ganas, dan
merupakan kista fungsioal, kista luteal atau mungkln juga kistadenoma serosa atau
kista inklusi.

Kista kompleks multilokular, dindingnya menebal terdapat papul ke dalam lumen.


Kista seperti ini biasanya maligna atau mungkin juga kista neoplasma benigna.

USG sulit membedakan kista ovarium dengan hidrosalfing, paraovarian dan kista
tuba. USG endovaginal dapat memberikan pemeriksaan morfologi yang jelas
daristruktur pelvis. Pemeriksaana ini tidak memerlukan kandung kemih yang penuh.

USG transabdominal lebih baik dari endovaginal untuk mengevaluasi massa yang
besar dan organ intrabdomen lain, seperti ginjal, hati dan ascites. Ini memerlukan
kandung kemih yang penuh.

3. CT Scan
Untuk mengidentifikasi kista ovarium dan massa pelvik, CT Scan kurang baik bila
dibanding dengan MRI. CT Scan dapat dipakai untukmengidentifikasi organ
intraabdomen dan retroperitoneum dalam kasus keganasan ovarium.

4. MRI
MRI memberikan gambaran jaringan lunak lebih baik dari CT scan, dapat
memberikan gambaran massa ginekologik yang lebih baik. MRI ini biasanya tidak
diperlukan

5. Pengukuran serum CA-125


Tes darah dilakukan dengan mendeteksi zat yang dinamakan CA-125, CA-125
diasosiasikan dengan kanker ovarium. Dengan ini diketahui apakah massa ini jinak
atau ganas.

6. Laparoskopi
Pemeriksaan ini sangat berguna untuk mengetahui apakah sebuah tumor berasal dari
ovarium atau tidak, serta untuk menentukan sifat-sifat tumor itu.

7. Parasintesis
Pungsi ascites berguna untuk menentukan sebab ascites. Perlu diperhatikan bahwa
tindakan tersebut dapat mencemarkan kavum peritonei.
2.1.7 Penatalaksanaan

Dapat dipakai prinsip bahwa tumor ovarium neoplastik memerlukan operasi dan
tumor non-neoplastik tidak, jika menghadapi tumor ovarium yang tidak memberikan
gejala/keluhan pada penderita dan yang besarnya tidak melebihi 5 cm diameternya,
kemungkinan besar tumor tersebut adalah kista folikel atau kista korpus luteum. Tidak
jarang tumor tersebut mengalami pengecilan secara spontan dan menghilang, sehingga
perlu diambil sikap untuk menunggu selama 2-3 bulan, jika selama waktu observasi
dilihat peningkatan dalam pertumbuhan tumor tersebut, kita dapat mengambil
kesimpulan bahwa kemungkinan tumor besar itu bersifat neoplastik dan dapat
dipertimbangkan untuk pengobatan operatif.10

Jika wanita usia reproduksi yang masih ingin hamil, berovulasi teratur dan tanpa
gejala, dan hasil USG menunjukkan kista berisi cairan, dokter tidak memberikan
pengobatan apapun dan menyarankan untuk pemeriksaan USG ulangan secara periodic
untuk melihat apakah ukuran kista membesar.

Tindakan operasi pada tumor ovarium neoplastik yang tidak ganas adalah
pengangkatan tumor dengan mengadakan reseksi pada bagian ovarium yang
mengandung tumor. Tetapi jika tumornya besar atau ada komplikasi perlu dilakukan
pengangkatan ovarium, disertai dengan pengangkatan tuba (salphyngoooforektomi).
Seluruh jaringan hasil pembedahan perlu dikirim ke bagian patologi anatomi untuk
diperiksa.

Pasien dengan kista ovarium simpleks biasanya tidak membutuhkan terapi.


Penelitian menunjukkan bahwa pada wanita postmenopause, kista yang berukuran
kurang dari 5 cm dan kadar CA 125 dalam batas normal, aman untuk tidak dilakukan
terapi, namun harus dimonitor dengan pemeriksaan USG serial. Sedangkan untuk
wanita premenopause, kista berukuran kurang dari 8 cm dianggap aman untuk tidak
dilakukan terapi.

Terapi bedah diperlukan pada kista ovarium simpleks persisten yang lebih besar
10 cm dan kista ovarium kompleks. Laparoskopi digunaknan pada pasien dengan kista
benigna, kista fungsional atau simpleks yang memberikan keluhan. Laparotomi harus
dikerjakan pada pasien dengan resiko keganasan dan pada pasien dengan kista benigna
yang tidak dapat diangkat dengan laparaskopi.Eksisi kista dengan konservasi ovarium
dikerjakan pada pasien yang menginginkan ovarium tidak diangkat untuk fertilitas di
masa mendatang.

Diperlukan konsultasi dengan ahli endokrin reproduksi dan infertilitas untuk


endometrioma dan sindrom ovarium polikistik. Konsultasi dengan onkologi ginekologi
diperlukan untuk kista ovarium kompleks dengan serum CA 125 lebih dari 35 U/ml dan
pada pasien dengan riwayat karsinoma ovarium pada keluarga.

Jika keadaan meragukan, perlu pada waktu operasi dilakukan penteriksaan


sediaan yang dibekukan (frozen section) oleh seorang ahli patologi anatomik untuk
mendapat kepastian tumor ganas atau tidak.

Untuk tumor ganas ovarium, pembedahan merupakan pilihan utama. Prosedurnya


adalah total abdominal histerektomi, bilateral salfingo-ooforektomi, dan appendiktomi
(optional). Tindakan hanya mengangkat tumornya saja (ooforektomi atau
ooforokistektomi) masih dapat dibenarkan jika stadiumnya ia masih muda, belum
menpunyai anak, dan derajat keganasan tumor rendah.

Radioterapi hanya efektif untuk jenis tumor yang peka terhadap radisi,
disgerminoma dan tumor sel granulosa. Kemoterapi menggunakan obat sitostatika
seperti agens alkylating (cyclophosphamide, chlorambucyl) dan antimetabolit
(adriamycin). FoIlow up tumor ganas sampai 1 tahun setelah penanganan setiap 2
bulan, kemudian 4 bulan selama 3 tahun setiap 6 bulan sampai 5 tahun dan seterusnya
setiap tahun sekali.

2.1.8 Komplikasi

Beberapa ahli mencurigai kista ovarium bertanggung jawab atas terjadinya


kanker ovarium pada wanita diatas 40 tahun. Mekanisme terjadinya kanker masih
belum jelas namun dianjurkan pada wanita yang berusia diatas 40 tahun untuk
melakukan skrining atau deteksi dini terhadap kemungkinan terjadinya kanker ovarium.

Dapat terjadi perdarahan ke dalam kista, biasanya terjadi sedikit-sedikit,


berangsur-angsur menyebabkan pembesaran kista, dan hanya menimbulkan gejala
klinik yang minimal. Tetapi bila dalam jumlah banyak akan terjadi distensi cepat dan
nyeri perut mendadak.
Putaran tangkai dapat terjadi pada kista yang berukuran diameter 5 cm atau lebih.
Putaran tangkai menyebabkan gangguan sirkulasi meskipun gangguan ini jarang
bersifat total. Torsio kista dapat menimbulkan rasa sakit yang berat akibat tarikan
melalui ligamentum infundibulopelvikum terhadap peritoneum parietale. Robekan
dinding kista terjadi pada torsi tangkai, tetapi dapat pula akibat trauma yaitu jatuh,
pukulan pada perut dan coitus. Bila kista hanya mengandung cairan serosa, rasa nyeri
akbat robekan akan segera berkurang. Namun bila terjadi hemoragi yang timbul secara
akut, perdarahan bebas dapat berlangsung terus menerus dalam rongga peritoneum dan
menimbulkan rasa nyeri terus menerus disertai tanda-tanda abdomen akut.Infeksi dapat
terjadi, jika dekat tumor terdapat sumber kuman patogen, seperti appendicitis,
divertikulitis, atau salpingitis akuta.

Perubahan keganasan dapat terjadi pada kista jinak, misalnya pada kista denoma
ovarii derosum, kistadenoma ovarii musinosum dan kista dermoid.Sindroma Meigs
ditemukan pada 40% dari kasus febroma ovarii yaitu tumor ovarium disertai asites dan
hidrotoraks.10

2.1.9 Prognosis

Prognosis dari kista jinak sangat baik. Kista jinak tersebut dapat tumbuh di
jaringan sisa ovarium atau di ovarium kontralateral.10

Umumnya kista ovarium pada wanita usia subur akan menghilang dengan
sendirinya dalam 1 sampai 3 bulan. Meskipun ada diantaranya yang pecah namun tidak
akan menimbulkan gejala yang berarti.Kista jenis ini termasuk jinak dan tidak
memerlukan penanganan medis. Kista biasanya ditemukan secara tidak sengaja saat
dokter melakukan pemeriksaan USG. Meskipun demikian, pengawasan tetap harus
dilakukan terhadap perkembangan kista sampai dengan beberapa siklus menstruasi.
Bila memang ternyata tidak terlalu bermakna maka kista dapat diabaikan karena akan
mengecil sendiri.

Kematian disebabkan karena karsinoma ovari ganas berhubungan dengan stadium


saat terdiagnosis pertama kali dan pasien dengan keganasan ini sering ditemukan sudah
dalam stadium akhir. Angka harapan hidup dalam 5 tahun rata-rata 41.6%, bervariasi
antara 86.9% untuk stadium FIGO Ia dan 11.1% untuk stadium IV.12 Tumor sel
granuloma memiliki angka bertahan hidup 82% sedangakan karsinoma sel skuamosa
yang berasal dari kista dermoid berkaitan dengan prognosis yang buruk.
Sebagian besar tumor sel germinal yang terdiagnosis pada stadium awal memiliki
prognosis yang sangat baik. Disgerminoma dengan stadium lanjut berkaitan dengan
prognosis yang lebih baik dibandingkan germinal sel tumor nondisgerminoma. Tumor
yang lebih tidak agresif dengan potensi keganasan yang rendah mempunyai sifat yang
lebih jinak tetapi tetap berhubungan dengan angka kematian yang tinggi. Secara
keseluruhan angka bertahan hidup selama 5 tahun adalah 86.2%.

2.2. KISTA DERMOID


2.2.1.Definisi
Kista dermoid adalah satu teratoma yang jinak di mana struktur-struktur
ektodermal dengan differensiasi sempurna, seperti epitel kulit, rambut, gigi dan produk
glandula sebasea berwarna putih kuning menyerupai lemak nampak lebih menonjol
daripada elemen-elemen entoderm dan mesoderm.4

Kista dermoid merupakan suatu massa kistik yang dilapisi oleh epitel gepeng
disertai adanya struktur adneksa seperti kelenjar sebasea, rambut, folikel rambut, serta
struktur lain seperti tulang, otot, dan kartilago. Kista dermoid dapat bersifat
kongenital atau didapat, walaupun secara klinis dan histopatologis tidak terdapat
perbedaan diantara keduanya.5

Pada tahun 1955, Meyer mengemukakan konsep bahwa secara histologis


terdapat 3 varian kista dermoid yaitu kista epidermoid, kista dermoid dan teratoid.
Pada jenis epidermoid, kista dilapisi oleh epitel gepeng tanpa disertai adneksa.
Sedangkan pada kista dermoid, selain dilapisi oleh epitel gepeng, juga disertai
adneksa seperti rambut, folikel rambut dan kelenjar sebasea. Pada teratoid, selain
epitel berlapis gepeng dan adneksa, juga ditemukan adanya elemen mesoderm
seperti otot, tulang, dan kartilago.6

Kista dermoid sama halnya dengan kista mosinosum yang dibutuhkan kehati-
hatian pada ibu hamil. Hal ini dikarenakan jika kista tersebut meletus akan
mengeluarkan cairan lengket dan isi cairan tersebut akan masuk ke dalam perut dan
bisa mengakibatkan rasa sakit yang luar biasa.6

Kista dermoid terjadi karena jaringan telur tidak dibuahi. Kemudian tumbuh
menjadi beberapa jaringan seperti rambut, tulang dan lemak. Kista ini dapat terjadi
pada dua indung telur dan biasanya tanpa gejala. Timbul gejala rasa sakit apabila kista
terpuntir atau pecah.

Tidak ada ciri-ciri yang khas pada kista dermoid :6

1. Dinding kista kelihatan putih keabu-abuan, dan agak tipis.


2. Konsistensi tumor sebagian kistik kenyal, dibagian lain padat.
3. Sepintas lalu terlihat seperti kista berongga satu, tetapi bila dibelah, biasanya
nampak satu kista besar dengan ruangan kecil-kecil dalam dindingnya.
4. Pada umunya terdapat satu daerah pada dinding bagian dalam, yang menonjol dan
padat.
5. Tumor mengandung elemen-elemen ektodermal, mesodermal, dan entodermal.
Maka dapat ditemukan kulit, rambut, kelenjar sebase, gigi, tulang rawan, serat otot
jaringan ikat, dan mukosa traktus gastrointestinal, epitel saluran pernapasan, dan
jaringan tiroid.
6. Bahan yang terdapat dalam rongga kista ialah produk dari kelenjar sebasea berupa
massa lembek sperti lemak, bercampur dengan rambut.
7. Pada kista dermoid dapat terjadi torsi tangkai dengan gejala nyeri mendadak di perut
bagian bawah. Ada kemungkinan pula terjadinya sobekan dinding kista dengan
akibat pengeluaran isi kista dalam rongga peritoneum.

2.2.2 Epidemiologi
Kista dermoid adalah sejenis tumor sel germ. Kista ini bersifat jinak dan
jumlahnya sekitar 10%. Pada umumnya kista dermoid terjadi pada wanita yang berusia
dibawah 20 tahun. Hampir 85% teratoma matur terdapat pada wanita usia 16-55 tahun,
dengan rata-rata umur 32-35 tahun. Angka kejadian kista dermoid adalah sekitar 25-
40% dari neoplasma ovarium dan 95% dari semua teratoma ovarium. Sering timbul
pada dekade kedua dan ketiga. Usia paska menopause berkisar 10-20%. Di Indonesia
frekuensi berkisar antara 11,1% sampai 16,9%. Resiko transformasi maligna dijumpai
pada 1-2% kasus dan pada umumnya terjadi pada wanita paska menopause.8

2.2.3. Etiologi

Penyebabnya saat ini belum diketahui secara pasti. Namun ada salah satu
pencetusnya yaitu faktor hormonal, kemungkinan faktor resiko yaitu:13

1. Faktor genetik/ mempunyai riwayat keluarga dengan kanker ovarium dan payudara.

2. Faktor lingkungan (polutan zat radio aktif)

3. Gaya hidup yang tidak sehat

4. Ketidakseimbangan hormon estrogen dan progesteron, misalnya akibat penggunaan


obat-obatan yang merangsang ovulasi dan obat pelangsing tubuh yang bersifat
diuretik.

5. Kebiasaan menggunakan bedak tabur di daerah vagina.

Kista ini diduga berasal dari sel telur melalui proses parthenogenesis. Kista ini
terjadi karena jaringan dalam telur yang tidak dibuahi. Perkembangan tidak sempurna
dari hasil konsepsi pada akhir stadium blastomer. Tumor berasal dari perkembangan
ovum tanpa fertilisasi yang oleh pengaruh faktor rangsang yang tidak diketahui
kemudian membentuk bermacam macam komponen jaringan janin yang tidak
sempurna, seperti rambut, tulang dan lemak. Kista dapat terjadi pada dua indung telur
dan biasanya tanpa gejala. Timbul gejala rasa sakit apabila kista terpuntir atau pecah.10

2.2.4 Gambaran Klinis

Gambaran klinis adalah nyeri mendadak di perut bagian bawah karena torsi
tangkai kista dermoid. Dinding kista dapat ruptur sehingga isi kista keluar di rongga
peritoneum. Bentuk cairan ini seperti mentega, kandunganya tidak hanya cairan tapi
juga partikel lain seperti rambut, gigi, tulang atau sisa-sisa kulit. Seperti kista
mosinosum juga sama dengan kista dermoid memerlukan hati-hati pada ibu hamil
karena bila meletus akan mengakibatkan cairan lengket isi cairanya seperti rambut, gigi
atau tulang bisa masuk perut akan mengakibatkan dan menimbulkan sakit luar biasa.11

Gejala kista dermoid yang sering timbul, yakni :


1. Adanya massa tumor
2. Nyeri pada perut
3. Gangguan miksi
4. Nyeri pada punggung

Makroskopis kista dermoid adalah kista dengan permukaan luar licin, warna putih
keabuan dan agak tipis. Konsitensi tumor sebagian kistik, kenyal dan dibagian lain
padat. Kista dermoid kelihatan seperti kista berongga satu, tapi bila dibelah biasanya
nampak suatu kista besar dengan ruangan kecil kecil dalam dindingnya.12
a. Ektodermal : kulit, rambut, kelenjar sebasea, gigi
b. Mesodermal : tulang rawan , serat otot , jaringan ikat
c. Endodermal : mukosa traktus gastrointestinal , epitel saluran nafas dan jaringan
tiroid

Dalam rongga kista sering dijumpai produk dari kelenjar sebasea berupa masa
lembek seperti lemak bercampur dengan rambut. Rambut ini terdapat beberapa lembar
saja, tetapi dapat berupa gelondongan seperti konde. Teratoma jinak ini dapat terapung
di dalam rongga abdomen dan dengan tangkai ovarium yang memanjang menyebabkan
dapat terletak di depan dan kadang diatas uterus.12

2.2.5 Diagnosis

Anamnesa

Pada anamnesa rasa sakit atau tidak nyaman pada perut bagian bawah. Rasa
sakit tersebut akan bertambah jika kista tersebut terpuntir atau terjadi ruptur. Terdapat
juga rasa penuh di perut. Tekanan terhadap alat-alat di sekitarnya dapat menyebabkan
rasa tidak nyaman, gangguan miksi dan defekasi. Dapat terjadi penekanan terhadap
kandung kemih sehingga menyebabkan frekuensi berkemih menjadi sering.
Pemeriksaan Fisik

Kista yang besar dapat teraba dalam palpasi abdomen. Walau pada wanita
premonopause yang kurus dapat teraba ovarium normal tetapi hal ini adalah abnormal
jika terdapat pada wanita postmenopause. Perabaan menjadi sulit pada pasien yang
gemuk. Teraba massa yang kistik, mobile, permukaan massa umumnya rata. Cervix dan
uterus dapat terdorong pada satu sisi. Dapat juga teraba, massa lain, termasuk fibroid
dan nodul pada ligamentum uterosakral, ini merupakan keganasan atau endometriosis.
Padaperkusi mungkin didapatkan ascites yang pasif.10

Pemeriksaan Penunjang
1. Laparaskopi
Pemeriksaan ini sangat berguna untuk mengetahui apakah sebuah tumor
berasal dari ovarium atau tidak, dan untuk menentukan silat-sifat tumor itu.
2. Ultrasonografi
Dengan pemeriksaan ini dapat ditentukan letak dan batas tumor apakah
tumor berasal dari uterus, ovarium, atau kandung kencing, apakah tumor kistik atau
solid, dan dapatkah dibedakan pula antara cairan dalam rongga perut yang bebas
dan yang tidak.
3. Foto Rontgen
Pemeriksaan ini berguna untuk menentukan adanya hidrotoraks. Selanjutnya,
pada kista dermoid kadang-kadang dapat dilihat gigi dalam tumor. Penggunaan foto
rontgen pada pictogram intravena dan pemasukan bubur barium dalam colon disebut
di atas.
4. Parasentesis
Telah disebut bahwa fungsi pada asites berguna menentukan sebab asites.
Perlu diingatkan bahwa tindakan tersebut dapat mencemarkan cavum peritonei
dengan kista bila dinding kista tertusuk.13

Kista dermoid memiliki gambaran masa kistik berisi focus dan material ekogenik
dimana distribusinya tidak merata atau gambaran sebuah area dengan ekogenik kuat
berasal dari jaringan tulang dan gigi. Proses penulangan dan gigi dapat juga dilihat
melalui pemeriksaan radiologist.2
2.2.6. Penatalaksanaan
Tindakan laparoskopi atau laparotomi merupakan pilihan penanganan untuk kista
dermoid, namun harus dipertimbangkan keuntungan dan kerugiannya. Beberapa
peneliti menyebutkan tindakan laparoskopi dapat menyebabkan terjadi tumor spill dan
bisa menyebabkan peritonitis 0,2% serta meningkatkan terjadinya perlengketan. Resiko
terjadi rekurensi 4% dan resiko keganasan sekitar 0,17%-2%. Pada kista dermoid >6
cm atau ada riwayat pembedahan dengan sangkaan perlengketan maka laparotomi
merupakan pilihan terbaik. Kistektomi dengan meninggalkan jaringan ovarium yang
sehat bagi pasien yang masih ingin mempertahankan fungsi reproduksinya.
Ooforektomi bila memang tidak memungkinkan mempertahankan jaringan ovarium
atau fungsi reproduksi tidak diperlukan atau pasien mendekati usia menopause.13

Pada kehamilan dengan teratoma matur, penanganan sebaiknya dilihat dari


ukuran kista tersebut serta usia kehamilan. Pada kehamilan kemungkinan terjadi torsi
kista sebesar 19%, ruptur atau pecahnya kista teratoma sekitar 3%, 14% menimbulkan
obstruksi. Kemungkinan terjadi keganasan sekitar 5%. Beberapa peneliti
merekomendasikan bila besar tumor lebih dari 6cm dan usia kehamilan 16 minggu,
maka sebaiknya tindakan laparoskopi lebih aman dilakukan dibandingkan dengan
tindakan laparotomi, bahkan pada satu penelitian menyebutkan bisa terjadi abortus
spontan serta kemungkinan terjadi peningkatan persalinan preterm.6,8,10
Sedangkan penanganan kista dermoid pada anak-anak yaitu dengan cara
tradisional (ooforektomi) dan laparotomi. Pada usia dewasa penanganannya
laparoskopi-kistektomi. Sedangkan untuk kasus kista yang ukurannya lebih besar dan
dicurigai ada keganasan, maka pendekatan lebih kepada tindakan laparotomi.10

2.2.7 Prognosis
Resiko transformasi maligna dijumpai pada 1-2% kasus dan pada umumnya
terjadi pada wanita paska menopause.6
2.2.8 Komplikasi

Kista dermoid sering menimbulkan berbagai komplikasi. Adapun komplikasi


yang sering timbul adalah :10
1. Torsi Kista
Torsi kista ini sering menimbulkan keluhan akut abdomen yang menetap.
Ukuran kista yang bisa menyebabkan torsi adalah kista dengan ukuran kecil dan
sedang. Insidensi torsi kista sekitar 16% dan umumnya pergerakan torsi searah
dengan pergerakan jarum jam.
2. Ruptur Kista
Terjadinya ruptur atau perforasi tergantung ketebalan kapsul kista, hal yang
mempermudah terjadinya ruptur adalah adanya torsi kista dan bila terjadi ruptur
akan menimbulkan peritonitis.
3. Keganasan
Proporsi tipe epidermoid paling sering timbul, sekitar 1-3% kemudian di ikuti
oleh tipe sarkoma dan melanoma malignan. Prognosis tergantung intak atau tidak
intaknya kapsul kista dermoid, bila kapsul kista masih intak dan tidak ada metastase
ekstra ovarium maka prognosis umumnya baik. Tumor carcinoid bisa timbul dan
berasal dari saluran pencernaan dan bermetastase ke ovarium.
4. Anemia
Anemia terdapat pada kista dermoid, hal ini berhubungan dengan
pengangkatan massa tumor.
BAB III
KESIMPULAN

Kista dermoid adalah satu teratoma yang jinak di mana struktur-struktur


ektodermal dengan differensiasi sempurna, seperti epitel kulit, rambut, gigi dan produk
glandula sebasea berwarna putih kuning menyerupai lemak nampak lebih menonjol
daripada elemen-elemen entoderm dan mesoderm.

Kista ini diduga berasal dari sel telur melalui proses parthenogenesis. Tumor
berasal dari perkembangan ovum tanpa fertilisasi yang oleh pengaruh faktor rangsang
yang tidak diketahui kemudian membentuk bermacam macam komponen jaringan janin
yang tidak sempurna, seperti rambut, tulang dan lemak. Kista dapat terjadi pada dua
indung telur dan biasanya tanpa gejala. Timbul gejala rasa sakit apabila kista terpuntir
atau pecah.
Tindakan laparoskopi atau laparotomi merupakan pilihan penanganan untuk kista
dermoid, namun harus dipertimbangkan keuntungan dan kerugiannya. Beberapa
peneliti menyebutkan tindakan laparoskopi dapat menyebabkan terjadi tumor spill dan
bisa menyebabkan peritonitis 0,2% serta meningkatkan terjadinya perlengketan.
Resiko terjadi rekurensi 4% dan resiko keganasan sekitar 0,17%-2%. Pada kista
dermoid >6 cm atau ada riwayat pembedahan dengan sangkaan perlengketan maka
laparotomi merupakan pilihan terbaik.
DAFTAR PUSTAKA

1. Adriansz G. Tumor Jinak Organ Genitalia. Dalam: Ilmu Kandungan. Edisi ketiga. Jakarta:
PT. Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo; 2011.
2. Cunningham FG, Gant NF, Leveno KJ, Gilstrap LC, Hauth JC, Wenstrom KD. Obstetri
Williams. Edisi ke-21. Vol. 2. Jakarta: ECG; 2009.
3. DeCherney AH, Nathan L, Goodwin TM, Laufer N. Current Diagnosis & Treatment
Obstetrics & Gynecology. 10th ed. New York: McGraw-Hill; 2007.
4. Mansjoer A, Triyanti K, Savitri R, Wardhani WI, Setiowulan W. Tumor Ovarium
Neoplastik Jinak. Dalam : Kapita Selekta Kedokteran. Jilid I. Jakarta: Media Aesculapius
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2009.
5. Media Aesculapius. (2000). Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3. Jilid 1. Media
Aesculapius. FKUI.
6. Moeloek FA, Nuranna L, Wibowo N, Purbadi S. Standar Pelayanan Medik Obstetri dan
Ginekologi. Jakarta: Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia; 2008.
7. Pernoll’s & ML. Transverse Lie In : Benson & Pernoll handbook of Obstetrics &
Ginecology, 10th ed. Mcgraw-Hill International Edition, America, 1994.
8. Sastrawinata, Sulaiman. dkk. 2004. Ilmu Kesehatan Reproduksi: Obstetri Patologi.Edisi 2.
Jakarta: EGC
9. Sindroma ovarium polikistik. Hadibroto, Budi R. Departemen Ostetri dan Ginekologi
Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. 2005.
10. Wiknjosastro, H. 2007. Ilmu Kebidanan. Edisi ke-9. Jakarta: Yayasan BinaPustaka
Sarwono Prawirohardjo.
11. Burke TW, Morris M. Secondary cytoreduction operations, in ovarian cancer, ed by
Rubai SC and Sutton GP, Lippincot Williams & Wilkins, Philadelphia USA, 2001; second
ed; 289-300.
12. Junqueira LC, et al, In : Basic Histology, Text & Atlas, 11th ed. Mc graw LANGE 2005
13. Winknjosastro H. Ilmu Kebidanan Edisi IV,cetakan lima. Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo. Balai Penerbit FK UI. Jakarta. 2008.

Anda mungkin juga menyukai