Anda di halaman 1dari 4

SISTEM PERADILAN PIDANA

Laporan Kuliah Minggu Kedua


Buku ke 2, Bab I & Bab 2
Prof. Dr. Mardjono Reksodiputro

Oleh :
1. Rifka Safira : 1706993825
2. Rizka Fakhry Alfiananda : 1706993863
3. Rizkisyah Karoen Nasution : 1706993882
4. Ronny Oktahandika : 1706993926
5. Shirley Mm Oroh : 1706993983
6. Stefanus Reynold Andika : 1706994033
7. Yomofazu Telaumbanua : 1706994140

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS INDONESIA


PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU HUKUM
SALEMBA
2017
Perkembangan Pemikiran Teoritik Tentang Kausa Kejahatan di Indonesia
(MR 2, BAB III)

PENDAPAT DOSEN :

1. Penyimpangan Sosial
Pengertian kejahatan adalah relatif.
Apa yang dinyatakan dalam undang-undang dan diancam pidana adalah perbuatan
yang ditafsirkan sebagai perbuatan yang tidak baik.
Arti netral  penyimpangan dari nilai-nilai sosial

2. Kejahatan Kekerasan
Dibagi menjadi 2, yaitu :
a. kejahatan harta benda : Korupsi
b. kejahatan tanpa korban : Marital Rape, Narkoba
contoh :
-10 tahun lalu, indonesia bebas malaria, sekarang tidak pasti.

3. Viktimologi
Ada pendapat, Polisi adalah pembela kebenaran/korban sedangkan Advokat adalah
Pembela pencuri.
Fungsi viktimologi adalah untuk membela tersangka/terpidana agar tidak
terpojokkan.
Pemenuhan hak oleh mereka.
Praduga tidak bersalah  Non-Sense
Pengertian praduga tidak bersalah harus dilihat sebagai 2 konsep yang harus dilihat
dari 2 sisi :
1. Factual Guilt : Dia bersalah
2. Legal Guilt : Dia tidak bersalah

4. Mazhab – mazhab dalam kriminologi


Mazhab-mazhab dalam kriminologi, dibagi menhadu 3, yaitu :
a. Mazhab Klasik
Pelopornya Cesare Bonesana, Marchese de Beccaria (1738-94) yang
kemudian pemikirannya dimodifikasi oleh mazhab neo-klasik melalui Code
Penal Perancis 1819 (code penal pertama 1791 dan yang kedua 1810)
Manusia adalah makhluk yang rasional. Manusia yang rasional bisa memilih
antara baik dan buruk. Manusia bersifat hedonistik, menjauh dari sesuatu yang
akan menyakitinya.
Contoh : jika seseorang mengetahui bahwa meracuni orang lain itu dilarang
dan pada akhirnya tetap ia lakukan, maka ia pantas untuk dihukum.
KUHAP menerapkan Mazhab Klasik karena harus jelas.
b. Mazhab Positif
Dengan pelopornya : Cesare Lombroso (1835-1909) yang dianggap sebagai
awal pemikiran ilmiah kriminologi tentang sebab musabab kejahatan.
Harus melihat letak sebab kejahatan.
Ia meneliti di penjara dan menemukan bahwa orang-orang di penjara
“fisik”nya berbeda dengan masyarakat umumnya (yang diluar penjara)
Orang miskin masuk penjara, orang kaya tidak.
c. Mazhab Kritikal (critical criminology)
Dimulai dengan masuknya perspektif interaksionis, misalhanya oleh Howard
S Backer dengan “labeling approach to crime” (1963) dan yang kemudian
mengembangkan pendekatan “sociology of conflict” misalnya oleh Richard
Quinney (1970) dan William J Chambliss & Robert B Seidman (1971)
Bahwa sebenarnya manusia itu diarahkan oleh lingkungan, yang terdiri atas :
1. lingkungan luar (Environment); dan
2. Lingkungan dalam (Biologis, psikologis)
Manusia tidak bebas.

5. Kejahatan mendahului hukum VS hukum mendahului kejahatan


Kejahatan itu mulainya kapan?
Kejahatan ada terlebih dahulu, baru kemudian dirumuskan dalam perundang-
undangan.
Intinya adalah penilaian masyarakat bahwa suatu perbuatan itu “jahat”/blame
worthy sehingga harus diatur dalam perundang-undangan untuk meghukum
seorang yang melakukan perbuatan tersebut.
Ada juga peraturan yang dibuat terlebih dahulu, baru muncul kejahatanya.
Contoh : Aturan tentang penggunaan busway.
Peraturan hukum itu membuat sesuatu menjadi kejahatan.
Pasal tersebut dibuat untuk menetralisir kesewenang-wenangan aparat hukum.

6. Hak hak tersangka (MR-3, BAB 2, BAB 3)

Anda mungkin juga menyukai