3. Fungi/Jamur
Jamur merupakan organisme heterotrofik, yang tergantung terhadap kehadiran
senyawa-senyawa organik. Bentuk-bentuk saprofitik dalam air yang ditemukan seperti
halnya parasit yang menyerang sebagian besar tanaman air dan binatang air. Ada jamur
yang hanya mampu sebagai saprofitik atau sebagai parasititik, tetapi ada juga yang
bertindak sebagai parasit fakultatif, dimana mereka mendapatkan makanan dari bahan-
bahan yang telah mati atau hidup parasit pada organisme lain. Ada juga fungi yang
mampu dengan mekanisme yang canggih memangsa Protozoa, Rotatoria atau Nematoda.
Fungi yang demikian dinamakan predator.
Kebanyakan fungi akuatik memerlukan oksigen bebas. Beberapa fungi dapat
tumbuh pada pH 3,2 – 9,6; misalkan Achlya racemosa dan Saprolegnia manoica. Fungi
lebih banyak memiliki variasi morfologis dibandingkan bakteri dan mempunyai sel yang
lebih besar. Fungi tingkat rendah akuatik bersifat uniseluler, pada bentukan yang lebih
tinggi mampu menghasilkan miselium. Kehidupan fungi berkoloni atau hidup pada
bahan-bahan yang telah mati. Fungi tingkat tinggi yang sebagian besar diwakili oleh
Ascomycetes juga didapatkan pada air, sedangkan Basidiomycetes memainkan peran
yang kecil pada habitat akuatik.
a. Fungi pada Perairan Tawar
Mikroflora fungi pada air subteranea tidak begitu memainkan peran yang penting.
Dalam air bersih fungi hampir tidak didapatkan, karena kekurangan nutrien. Tetapi fungi
dapat berada dalam sumber air bersih dan sungai. Beberapa koloni dapat tumbuh dengan
nutrien yang sedikit atau pada aliran air eutrofik. Sejumlah Phycomycetes parasitik dalam
air tidak hanya menyerang alga dan binatang-binatang kecil, tetapi juga menyerang telur
dan larva Crustacea dan ikan.
Pycomycetes merupakan mikroflora penting dalam danau. Kelompok ini yang
dominan adalah adalah Chytridiales dan Saprolegniales yang bertindak sebagai spesies
parasitik dan saprofitik. Anggota genus Leptolegnia, Achlya, dan Aphanomyces juga
sering dijumpai di danau.
b. Fungi pada Danau Bergaram
Sejumlah fungi yang diketahui terdapat di laut juga terdapat di danau bergaram
dengan konsentrasi garam yang rendah. Anastaciou, 1963 dalam Rheiheimer, 1980
menemukan Ascomycetes di Laut Salton, California. Rhizopidium halophilum tumbuh
pada habitat perairan bergaram atau pada sebuah teluk.
c. Fungi Laut
Organisme dari genus Olpidium, Rozella, Chytridium, Rhizophydium,
Sirolpidiumdan Ectrogella yang berperan sebagai parasit di laut. Ada sekitar 91 spesies
yang didapatkan di laut. Basidiomycetes yang berada dalam laut antara lain Nia vibrissa,
Diditatispora marinadan Melanotaenium ruppiae.
4. Virus
Virus juga terdapat di dalam air. Virus sebagian besar terdiri dari asam nukleat
yang dinamakan materi genetic. Asam nukleat ini dikelilingi oleh suatu selubung protein
yang dinamakan kapsid. Virus juga didapatkan pada sejumlah hewan air, yang meliputi
virus DNA dan virus RNA. Lebih banyak virus yang menyebabkan penyakit pada ikan
dan menyebabkan kerugian ekonomis. Virus juga ditemukan pada alga uniseluler dan
alga multiseluler seperti juga yang ditemukan pada sejumlah hewan air.
Ilmuwan berhasil menemukan virus terbesar yang pernah ada di Bumi di perairan
Chile yang diberi nama Megavirus chilensis. Virus ini memiliki ukuran 10-20 kali lebih
besar dibanding virus rata-rata. Megavirus chilensis ini memiliki ukuran sedikit lebih
besar daripada Mimivirus yang sempat memegang julukan virus terbesar dunia itu.
Mimivirus ditemukan di perairan dingin di Inggris pada 1992. Virus ini lebih besar dari
beberapa bakteri. Tak butuh miskroskop electron untuk melihatnya. Virus ini bisa dilihat
dengan mikroskop cahaya biasa.
S
Thiobacillus/C hromatium
j). Kelompok mikroalga (misalnya yang termasuk kelompok mikroalga hijaubiru, biru,
dan kersik), sehingga jika air disimpan lama di dalamnya akan nampak kelompok
mikroorganisme yang berwarna hijau, biru atau kekuningkuningan, tergantung
dominasi mikroalga yang terdapat dalam air serta lingkungan yang
mempengaruhinya. Suatu proses yang sering terjadi di danau atau kolam seluruh
permukaan airnya ditumbuhi oleh pertumbuhan massa alga yang sangat banyak
(blooming). Blooming menyebabkan perairan berwarna, ada endapan, dan bau amis,
disebabkan oleh meningkatnya pertumbuhan mikroalga (Anabaena flos-aquae dan
Microcystis aerugynosa). Dalam keadaan blooming sering terjadi :
· Ikan mati disebabkan jenis-jenis mikroalga yang terdapat di dalam air
menghasilkan toksin yang dapat meracuni ikan
· Korosi/pengkaratan terhadap logam karena di dalam massa mikroalga
didapatkan pula bakteri besi atau belerang penghasil asam yang korosif
· Kekurangan oksigen karena mikroalga yang menutupi permukaan kolam
sehingga menyebabkan ikan mati
k). Lebih jauh lagi akibat kehadiran kelompok bakteri dan mikroalga dalam air, dapat
mendatangkan kerugian. Kehadiran kelompok bakteri dan mikroalga tersebut di
dalam air, dapat menyebabkan terjadinya penurunan turbiditas dan hambatan aliran,
karena kelompok bakteri besi dan belerang dapat membentuk serat atau lendir.
Akibat lainnya adalah terjadinya proses korosi (pengkaratan) terhadap benda-benda
logam yang berada di dalamnya, menjadi bau, berubah warna, dan sebagainya.
2. Siklus Karbon
Pada ekosistem air, pertukaran CO2 dengan atmosfer berjalan secara tidak
langsung. Karbon dioksida berikatan dengan air membentuk asam karbonat yang
akan terurai menjadi ion bikarbonat. Bikarbonat adalah sumber karbon bagi alga yang
memproduksi makanan untuk diri mereka sendiri dan organisme heterotrof lain.
Sebaliknya, saat organisme air berespirasi, CO2 yang mereka keluarkan menjadi
bikarbonat. Jumlah bikarbonat dalam air adalah seimbang dengan jumlah CO2 di air.
Karbon adalah bahan penyusun dasar semua senyawa organik. Dalam siklus
karbon terjadi proses timbal balik fotosintesis dan respirasi seluler. Tumbuhan
mendapatkan karbon, dalam bentuk CO2 dari atmosfer melalui proses fotosintesis yang
dapat menghasilkan O2 yang nantinya akan digunakan oleh tumbuhan dan hewan untuk
berespirasi. Hewan dan tumbuhan yang mati, dalam waktu yang lama akan membentuk
batubara di dalam tanah. Batubara akan dimanfaatkan lagi sebagai bahan bakar yang juga
menambah kadar CO2 di udara. Sejumlah karbon bisa dipindahkan dari siklus tersebut
dalam waktu yang lebih lama ketika karbon terakumulasi di dalam kayu dan bahan
organik oleh detritivora akhirnya didaur ulang karbon ke atmosfer sebagai CO2. Hal ini
dapat sebagai kembalinya CO2 ke atmosfer.
3. Siklus Fosfor
Proses daur fosfor yang terjadi di perairan hampir sama dengan proses daur fosfor
yang terjadi di daratan. Molekul fosfat yang terdapat di dalam air digunakan oleh
fitoplankton, ganggang, dan tumbuhan air untuk metabolisme tubuhnya. Melalui rantai
makanan fosfat masuk ke dalam tubuh hewan di perairan. Selanjutnya melalui proses
dekomposisi organisme mati (zat organik) oleh bakteri dan fungi, fosfor kembali
dilepaskan ke lingkungan perairan. Beberapa bakteri dan fungi mampu memecah
senyawa-senyawa organik fosfor dan mampu melepaskan fosfat dari dan kembali dalam
siklus materi. Beberapa bakteri yang dapat mendekomposisi Ca3(PO4)2 adalah genus
Pseudomonas, Aeromonas, Escherichia, Bacillus dan Micrococcus
Molekul fosfat yang terbawa oleh aliran air tidak seluruhnya diserap oleh
tumbuhan. Sebagian terus terbawa menuju lautan dan mengendap di dasar laut. Endapan
tersebut lama kelamaan semakin banyak dan oleh proses geologis selama bertahun-tahun
membetuk batuan atau endapan yang mengandung fosfat.
Pembuangan air deterjen yang mengandung fosfat ke dalam perairan dapat
menyebabkan pertumbuhan ganggang yang berlebihan. Ganggang yang jumlahnya tidak
terkendali menyebabkan oksigen di air berkurang, selanjutnya akan menyebabkan ikan-
ikan di perairan mati. Peristiwa tersebut dinamakan eutrofikasi.
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Mikrobiologi air menelaah mengenai mikroba serta kegiatannya di air, baik di
danau, sungai, dan laut. Mikrobiologi air menjadi penting karena adanya urbanisasi,
sebagai reservoir makanan utama, penelitian lepas pantai untuk mendapatkan minyak dan
mineral, didirikannya badan perlindungan keadaan lingkungan. Mikroorganisme
fototrofik dianggap sebagai plankton yang paling penting karena merupakan produsen
primer bahan organik artinya sebagai pelaku fotosintesis.
1. Penyebaran Mikroorganisme Dalam Lingkungan Akuatik, meliputi:
- Distribusi pada Mata Air dan Sungai
- Distribusi pada Danau
- Distribusi pada Laut
- Distribusi pada Sedimen Perairan Dalam
- Distribusi pada Sedimen Laut
2. Faktor Penyebarluasan Mikroorganisme di Lingkungan Akuatik, meliputi:
- Temperatur
- Tekanan Hidrostatik
- Cahaya
- Salinitas
- Turbiditas
- Konsentrasi Ion Hidrogen (pH)
- Nutrien
3. Komposisi Mikroorganisme Penyusun Lingkungan Akuatik, meliputi:
- Bakteri
- Cyanophyta
- Fungi
- Virus
3.2 Saran
Dengan terselesainya makalah ini diharapkan seluruh elemen baik mahasiswa,
maupun masyarakat tetap menjaga kelestarian lingkungan akuatik, sehingga kehidupan
microorganisme yang ada di dalamnya tidak terganggu.