Asuhan Keperawatan Kad
Asuhan Keperawatan Kad
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ketoasidosis diabetik (KAD) adalah keadaan dekompensasi kekacauan metabolik
yang ditandai oleh trias hiperglikemia, asidosis, dan ketosis, terutama disebabkan oleh
deÞ siensi insulin absolut atau relatif. KAD dan Hiperosmolar Hyperglycemia State
(HHS) adalah 2 komplikasi akut metabolik diabetes mellitus yang paling serius dan
mengancam nyawa. Kedua keadaan tersebut dapat terjadi pada Diabetes Mellitus (DM)
tipe 1 dan 2, meskipun KAD lebih sering dijumpai pada DM tipe 1. KAD mungkin
merupakan manifestasi awal dari DM tipe 1 atau mungkin merupakan akibat dari
peningkatan kebutuhan insulin pada DM tipe 1 pada keadaan infeksi, trauma, infark
miokard, atau kelainan lainnya (Gotera, 2010).
Data komunitas di Amerika Serikat, Rochester, menunjukkan bahwa insiden KAD
sebesar 8/1000 pasien DM per tahun untuk semua kelompok umur, sedangkan untuk
kelompok umur kurang dari 30 tahun sebesar 13,4/1000 pasien DM per tahun. Sumber
lain menyebutkan insiden KAD sebesar 4,6 - 8/1000 pasien DM per tahun. KAD
dilaporkan bertanggung jawab untuk lebih dari 100.000 pasien yang dirawat per tahun di
Amerika Serikat. Walaupun data komunitas di Indonesia belum ada, agaknya insiden
KAD di Indonesia tidak sebanyak di negara barat, mengingat prevalensi DM tipe 1 yang
rendah. Laporan insiden KAD di Indonesia umumnya berasal dari data rumah sakit dan
terutama pada pasien DM tipe 2 (Gotera, 2010).
Angka kematian pasien dengan KAD di negara maju kurang dari 5% pada banyak
senter, beberapa sumber lain menyebutkan 5 - 10%, 2 - 10%, atau 9 - 10%. Sedangkan di
klinik dengan sarana sederhana dan pasien usia lanjut angka kematian dapat mencapai 25
- 50%. Angka kematian menjadi lebih tinggi pada beberapa keadaan yang menyertai
KAD, seperti sepsis, syok berat, infark miokard akut yang luas, pasien usia lanjut, kadar
glukosa darah awal yang tinggi, uremia dan kadar keasaman darah yang rendah.
Kematian pada pasien KAD usia muda umumnya dapat dihindari dengan diagnosis cepat,
pengobatan yang tepat dan rasional sesuai dengan patoÞ siologinya. Pada pasien
kelompok usia lanjut, penyebab kematian lebih sering dipicu oleh faktor penyakit
dasarnya (Gotera, 2010). Mengingat pentingnya pengobatan rasional dan tepat untuk
menghindari kematian pada pasien KAD usia muda, maka dalam makalah ini akan
membahas tentang asuhan keperawatan KAD.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengkajian keperawatan KAD?
2. Apa diagnosa keperawatan yang muncul pada kasus KAD?
3. Bagaimana intervensi keperawatan KAD?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengkajian keperawatan KAD.
2. Untuk mengetahui diagnosa keperawatan pada kasus KAD.
3. Untuk mengetahui intervensi keperawatan KAD.
BAB II
PEMBAHASAN
A. KASUS
Tn. O, umur 31 tahun, masuk RS dengan keluhan utama letih, batuk, mual dan
muntah selama 4 hari. Pasien telah didiagnosa DM 1,5 tahun yang lalu, dan mendapat
terapi insulin rumatan 24 NPH dan 9 unit RI pada pagi hari dan 11 unit NPH dan 6
unit RI pada sore hari tanpa ada gangguan. Empat hari yang lalu Tn.O mulai batuk,
awalnya diserta sputum jernih lama kelamaan kecoklatan. Tidak lama pasien menjadi
lemah, lalu mual dan kadang muntah.
Dua hari sebelum MRS, pasien lupa menyuntik insulin sore hari, insulin keesokan
harinya dan insulin sore saat masuk RS, karena ia “tidak makan apa-apa”. Pada hari
MRS, istri pasien mengatakan pasien kurang responsif dan bernafas cepat dan dalam”
dan segera dilarikan ke ruang IGD
Pada saat datang : suhu tubuh per rektal 36,1ºC, nadi : 132 x/mnt, RR : 28 x/mnt dan
dalam, TD : 108/72 mmHg, pasien terorientasi tapi lemah sekali, terdengar bunyi
rales kasar pada kedua dasar parunya.
Hasil lab waktu datang : hematokrit : 51,6, SDP : 36.400 dan 4+ pada glukosa dan
keton urin.
Hasil lab lain : gula darah : 910 mg/dl, Na+ 128, hasil analisa gas darah : pH 7,06,
PO2 112, PCO2 13 dan HCO3 2,5
Pemberian terapi awal : infus normal saline dan 20 unit RI IV “push” diikuti
pemberian isulin perinfus 5 unit/jam selama 9 jam pertama
Tn. O tetap afebris dan tidak menggunakan antibiotik. Sampai saat pulang empat hari
kemudian pasien makan dengan baik, gula darah dapat dikontrol dengan pemberian
dosis insulin NPH dan batuk membaik.
B. ASUHAN KEPERAWATAN KASUS KAD ( Ketoasidosis Diabetikum )
1. Pengkajian
Anamnesis :
Riwayat DM
Berhenti menyuntik insulin
Nyeri perut, mual, mutah
Infeksi
Pemeriksan Fisik :
Ortostatik hipotensi (sistole turun 20 mmHg atau lebih saat berdiri)
Hipotensi, Syok
Nafas bau aseton (bau manis seperti buah)
Hiperventilasi : Kusmual (RR cepat, dalam)
Kesadaran bisa CM, letargi atau koma
Data Obyektif :
a. Aktivitas / Istirahat
Gejala : Lemah, letih, sulit bergerak/berjalan, kram otot, tonus otot
menurun, gangguan istrahat/tidur
Tanda : Takikardia dan takipnea pada keadaan istrahat atau aktifitas,
letargi /disorientasi, koma
b. Sirkulasi
Gejala : Adanya riwayat hipertensi, IM akut, klaudikasi, kebas dan
kesemutan pada ekstremitas, ulkus pada kaki, penyembuhan yang
lama, takikardia.
Tanda : Perubahan tekanan darah postural, hipertensi, nadi yang
menurun/tidak ada, disritmia, krekels, distensi vena jugularis, kulit
panas, kering, dan kemerahan, bola mata cekung.
c. Integritas/ Ego
Gejala : Stress, tergantung pada orang lain, masalah finansial yang
berhubungan dengan kondisi
Tanda : Ansietas, peka rangsang
d. Eliminasi
Gejala : Perubahan pola berkemih (poliuria), nokturia, rasa
nyeri/terbakar, kesulitan berkemih (infeksi), ISK baru/berulang, nyeri
tekan abdomen, diare.
Tanda : Urine encer, pucat, kuning, poliuri ( dapat berkembang
menjadi oliguria/anuria, jika terjadi hipovolemia berat), urin berkabut,
bau busuk (infeksi), abdomen keras, adanya asites, bising usus lemah
dan menurun, hiperaktif (diare)
e. Nutrisi/Cairan
Gejala : Hilang nafsu makan, mual/muntah, tidak mematuhi diet,
peningkatan masukan glukosa/karbohidrat, penurunan berat badan
lebih dari beberapa hari/minggu, haus, penggunaan diuretik (Thiazid)
Tanda : Kulit kering/bersisik, turgor jelek, kekakuan/distensi abdomen,
muntah, pembesaran tiroid (peningkatan kebutuhan metabolik dengan
peningkatan gula darah), bau halisitosis/manis, bau buah (napas
aseton).
f. Neurosensori
Gejala : Pusing/pening, sakit kepala, kesemutan, kebas, kelemahan
pada otot, parestesi, gangguan penglihatan
Tanda : Disorientasi, mengantuk, alergi, stupor/koma (tahap lanjut),
gangguan memori (baru, masa lalu), kacau mental, refleks tendon
dalam menurun (koma), aktifitas kejang (tahap lanjut dari DKA).
g. Nyeri/kenyamanan
Gejala : Abdomen yang tegang/nyeri (sedang/berat)
Tanda : Wajah meringis dengan palpitasi, tampak sangat berhati-hati
h. Pernapasan
Gejala : Merasa kekurangan oksigen, batuk dengan/tanpa sputum
purulen (tergantung adanya infeksi/tidak)
Tanda : Lapar udara, batuk dengan/tanpa sputum purulen, frekuensi
pernapasan meningkat
i. Keamanan
Gejala : Kulit kering, gatal, ulkus kulit
Tanda : Demam, diaphoresis, kulit rusak, lesi/ulserasi, menurunnya
kekuatan umum/rentang gerak, parestesia/paralisis otot termasuk otot-
otot pernapasan (jika kadar kalium menurun dengan cukup tajam).
Temuan Diagnostik
a. Glukosa serum >300 mg/dl, tetapi tidak >800 mg/dl.
b. Keton urin sangat positif.
c. Keton serum >3 mOsm/L.
d. pH darah >7,3.
e. Bikarbonat serum <15 mEq/L
f. Osmolaritas serum meningkat, tetapi biasanya <330 mOsm/L.
g. Gap anion >20 mmol/L
h. Kalium serum pada awalnya mungkin normal atau tinggi, tetapi akan
menurun menjadi normal atau rendah dengan terapi yang berhasil,
ketika kalium bergeser kembali ke dalam kompartemen intraseluler.
Infection Protection
(proteksi terhadap infeksi)
1. Monitor tanda dan
gejala infeksi sistemik
dan lokal
2. Monitor hitung
granulosit, WBC
3. Monitor kerentanan
terhadap infeksi
4. Batasi pengunjung
5. Saring pengunjung
terhadap penyakit
menular
6. Pertahankan teknik
aspesis pada pasien
yang beresiko
7. Pertahankan teknik
isolasi k/p
8. Berikan perawatan
kulit pada area
epiderma
9. Inspeksi kulit dan
membran mukosa
terhadap kemerahan,
panas, drainase
10. Inspeksi kondisi luka /
insisi bedah
11. Dorong masukkan
nutrisi yang cukup
12. Dorong masukan cairan
13. Dorong istirahat
14. Instruksikan pasien
untuk minum antibiotik
sesuai resep
15. Ajarkan pasien dan
keluarga tanda dan
gejala infeksi
16. Ajarkan cara
menghindari infeksi
17. Laporkan kecurigaan
infeksi
4 Ketidakseimbangan nutrisi NOC : NIC :
kurang dari kebutuhan tubuh Nutritional Status : food Nutrition Management
Definisi : Intake nutrisi tidak and Fluid Intake 1. Kaji adanya alergi
cukup untuk keperluan Nutritional Status : makanan
metabolisme tubuh. nutrient Intake 2. Kolaborasi dengan ahli
Batasan karakteristik : gizi untuk menentukan
Berat badan 20 % atau lebih Kriteria Hasil : jumlah kalori dan
di bawah ideal Adanya peningkatan nutrisi yang dibutuhkan
Dilaporkan adanya intake berat badan sesuai pasien.
makanan yang kurang dari dengan tujuan 3. Anjurkan pasien untuk
RDA (Recomended Daily Berat badan ideal sesuai meningkatkan intake
Allowance) dengan tinggi badan Fe
Membran mukosa dan Mampumengidentifikasi 4. Anjurkan pasien untuk
konjungtiva pucat kebutuhan nutrisi meningkatkan protein
: 5. Monitor lingkungan
A. Kesimpulan
Asuhan keperawatan meliputi pengkajian, penentuan diagnosa keperawatan,
dan intervensi keperawatan pada kasus KAD meliputi: Pemeriksan Fisik diperoleh
Ortostatik hipotensi (sistole turun 20 mmHg atau lebih saat berdiri), Hipotensi, Syok,
Nafas bau aseton (bau manis seperti buah), Hiperventilasi : Kusmual (RR cepat,
dalam), Kesadaran bisa CM, letargi atau koma; temuan diagnostik yaitu Glukosa
serum >300 mg/dl, tetapi tidak >800 mg/dl, Keton urin sangat positif, Keton serum >3
mOsm/L, pH darah >7,3, Bikarbonat serum <15 mEq/L, Osmolaritas serum
meningkat, tetapi biasanya <330 mOsm/L, Gap anion >20 mmol/L, Kalium serum
pada awalnya mungkin normal atau tinggi, tetapi akan menurun menjadi normal atau
rendah dengan terapi yang berhasil, ketika kalium bergeser kembali ke dalam
kompartemen intraseluler.
Diagnosa Keperawatan yang mungkin timbul pada kasus KAD antara lain:
1. Defisit volume cairan berhubungan dengan diuresis osmotik akibat hiperglikema,
pengeluaran cairan berlebihan ditandai dengan mual dan muntah selama 4 hari,
letih, gula darah : 910 mg/dl, Na+ 128,
2. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan kompensasi asidosis metabolic
ditandai dengan batuk awalnya diserta sputum jernih lama kelamaan kecoklatan,
pasien tampak bernafas cepat dan dalam, RR : 28 x/mnt dan dalam, hasil analisa
gas darah : pH 7,06
3. Resiko tinggi terhadap infeksi (sepsis) berhubungan dengan peningkatan kadar
glukosa ditandai dengan gula darah : 910 mg/dl.
4. Ketidakseimbangan nutrisi:kurang dari kebutuhan berhubungan dengan ketidak
cukupan insulin, penurunan masukan oral, status hipermetabolisme diandai
dengan dengan mual dan muntah selama 4 hari, letih
5. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang terpajan informasi
Intervensi keperawatan yang dilakukan berfokus pada mempertahankan
keseimbangan cairan dan elektrolit, memperbaiki asupan nutrisi, mengurangi
kecemasan, pemantauan dan penatalaksanaan komplikasi potensial
B. Saran
Penatalaksanaan KAD bersifat multifaktorial sehingga memerlukan pendekatan
terstruktur oleh dokter dan paramedis. Keberhasilan penatalaksanaan KAD
membutuhkan koreksi dehidrasi, hiperglikemia, asidosis dan kelainan elektrolit,
identifikasi faktor presipitasi komorbid, dan yang terpenting adalah pemantauan
pasien terus menerus. Sehingga perawat sangat penting untuk memberikan asuhan
keperawatan profesional dengan melakukan monitoring yang ketat terkait pemberian
terapi pada pasien KAD dan pemantauan prognosis kondisi pasien.
DAFTAR PUSTAKA
Hudak dan Gallo. 1996. Keperawatan Kritis Edisi 6 Volume 2. Jakarta: EGC.
Kidd, Pamela S, Patty Ann Strurt, dan Julia Fultz. 2010. Pedoman Keperawatan Emergensi
Edisi 2. Jakarta EGC.
Krisanty Paula, dkk. 2009. Asuhan Keperawatan Gawat Darurat. Cetakan Pertama. Jakarta,
Trans Info Media.
Nurarif. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Diagnosis NANDA NIC NOC. Jakarta: Media
Heaalth.
Smeltzer, Suzanne C. dan Brenda G.Bare. 2002. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta:
EGC.