ERITRODERMA
ERITRODERMA
I. PENDAHULUAN
Kulit adalah organ tubuh yang terletak paling luar dan membatasinya dari
lingkungan hidup manusia. Kulit merupakan organ yang esensial dan vital serta
merupakan cermin kesehatan dan kehidupan. Salah satu kelainan kulit yang dapat
eritroderma bisa disebabkan oleh kelainan kulit yang ada sebelumnya (misalnya
reaksi obat. Meskipun peningkatan 50% pasien mempunyai riwayat lesi pada kulit
eritroderma, yang kronik eritemnya tidak begitu jelas, karena bercampur dengan
hiperpigmentasi.(5)
2. EPIDEMIOLOGI
bervariasi, menurut penelitian dari 1-70 dari 100.000 populasi. (5,6) Penyakit ini
dapat mengenai pria ataupun wanita. Namun, paling sering pada pria dengan rasio
1
2 : 1 sampai 4 : 1. Dengan onset usia rata-rata > 40 tahun, meskipun eritroderma
eksaserbasi karena dermatitis 61%, idiopatik 14% dan cutaneous T-cell lymphoma
3. ETIOLOGI
Keadaan ini banyak ditemukan pada dewasa muda. Obat yang dapat
obat ke dalam tubuh hingga timbul penyakit bervariasi dapat segera sampai 2
minggu. Gambaran klinisnya adalah eritema universal. Bila ada obat yang masuk
ke dalam tubuh diduga sebagai penyebabnya ialah obat yang paling sering
menyebabkan alergi.(5)
2
b. Eritroderma disebabkan oleh perluasan penyakit kulit
banyak ditemukan dan dapat disebabkan oleh penyakit psoriasis maupun akibat
juga dikenal penyakit Leiner. Etiologinya belum diketahui pasti. Usia penderita
berkisar 4-20 minggu.(8) Pityriasis rubra pilaris yang berlangsung selama beberapa
minggu dapat pula menjadi eritroderma. Selain itu yang dapat menyebabkan
eritroderma adalah pemfigus foliaseus, dermatitis atopic dan liken planus (9)
Berbagai penyakit atau kelainan alat dalam termasuk infeksi fokal dapat
memberi kelainan kulit berupa eritroderma. Setiap kasus eritroderma yang tidak
termasuk akibat alergi obat dan akibat perluasan penyakit kulit harus dicari
penunjang), untuk melihat adanya infeksi penyakit pada alat dalam dan infeksi
jadi terdapat infeksi bakterial yang tersembunyi (occult infection) yang perlu
4. PATOFISIOLOGI
3
mendasarinya, dermatosis yang sudah ada sebelumnya berkembang menjadi
mengandung gen yang mengkodekan toxin dari toxic shock syndrome dan
antigen lain merupakan teori yang mungkin saja seperti toxic shock syndrome
83%, dan pada kulit sekitar 17%, bagaimanapun juga hanya satu dari 6 pasien
Dapat diketahui bahwa akibat suatu agen dalam tubuh baik itu obat-
obatan, perluasan penyakit kulit dan penyakit sistemik maka tubuh bereaksi
eritema berarti terjadi pelebaran pembuluh darah yang menyebabkan aliran darah
merasa dingin dan menggigil. Pada eritroderma kronis dapat terjadi gagal jantung.
Juga dapat terjadi hipotermia akibat peningkatan perfusi kulit. Penguapan cairan
yang makin meningkat dapat menyebabkan dehidrasi. Bila suhu badan meningkat,
basal.(5)
4
Kehilangan skuama dapat mencapai 9 gram/m2 permukaan kulit atau lebih
Eritroderma akut dan kronis dapat menggangu mitosis rambut dan kuku
berupa kerontokan rambut dan kuku berupa kerontokan rambut difus dan
5. GAMBARAN KLINIS
dalam waktu 12-48 jam. Deskuamasi yang difus dimulai dari lipatan, kemudian
oeh obat. Bila kulit kepala sudah terkena, dapat terjadi alopesia, perubahan kuku,
dan kuku dapat lepas. Dapat terjadi limfadenopati dan hepatomegali. Skuama
timbul setelah 2-6 hari, sering mulai didaerah lipatan. Skuamanya besar pada
keadaan akut, dan kecil pada keadaan kronis. Warnanya bervariasi dari putih
sampai kuning. Kulit merah terang, panas, kering dan kalau diraba tebal. Pasien
alergi obat secara sistemik diperlukan anamnesis yang teliti untuk mencari obat
5
penyebabnya. Umumnya alergi timbul akut dalam waktu 10 hari. Pada mulanya
dermatitis seboroik pada bayi. Psoriasis dapat menjadi eritroderma karena dua hal
yaitu: karena penyakitnya sendiri atau karena pengobatan yang terlalu kuat.(8)
6
Gambar 2. Dermatitis Seboroik (dikutip dari pustaka 11)
pula menjadi eritroderma. Mula-mula terdapat skuama moderat pada kulit kepala
diikuti perluasan ke dahi dan telinga. Pada saat ini akan menyerupai gambaran
kulit berambut.(8)
7
Cutaneous T-Cell Lymphoma (Sindrom Sezary).memiliki gambaran klinis
berupa eritem seluruh tubuh, Pada stadium awal pasien mengeluh rambut rontok,
Sindrom ini ditandai dengan eritema berwarna merah membara yang universal
disertai skuama dan rasa sangat gatal. Selain itu terdapat pula infiltrat pada kulit
dan edema. Pada sepertiga hingga setengah para pasien didapati splenomegali,
6. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Pemeriksaan Laboratorium
Pada pemeriksaan darah didapatkan albumin serum yang rendah dan peningkatan
b. Histopatologi
8
Gambar 5. Histology eritroderma pada Sezary Syndrome
kasus, biopsi kulit dapat menunjukkan gambaran yang bervariasi, tergantung berat
dan durasi proses inflamasi. Pada tahap akut, spongiosis dan parakeratosis
menonjol, terjadi edema. Pada stadium kronis, akantosis dan perpanjangan rete
Sezary sering menunjukkan beberapa fitur dari dermatitis kronis, dan eritroderma
limfoma.(4)
gambaran sel T matang pada eritoderma jinak maupun ganas. Pada psoriasis
papilomatosis dan gambaran clubbing lapisan papiler dapat terlihat, dan pada
9
pemfigus foliaseus, akantosis superficial juga ditemukan. Pada eritroderma
ikhtisioform dan pitiriasis rubra pilaris, biopsi diulang dari tempat-tempat yang
7. DIAGNOSIS
Diagnosis agak sulit ditegakkan, harus melihat dari tanda dan gejala yang
sudah ada sebelumnya misalnya, warna hitam kemerahan di psoriasis dan kuning
hyperkeratosis tanpa skuama, dan pityriasis rubra; ditandai bercak kulit dalam
biasanya tanpa rambut rontok di psoriasis dan dengan rambut rontok di CTCL dan
8. DIAGNOSA BANDING
1. Dermatitis Atopik
epidermis dan dermis, sering berhubungan dengan riwayat atopi pada keluarga
10
asma bronchial, rhinitis alergi, konjungtivitis. Atopik terjadi diantara 15-25%
sirkulasi antibodi IgE yang tinggi, lebih banyak karena inhalasi. Dermatitis atopik
adalah penyakit kulit yang mungkin terjadi pada usia berapapun, tetapi biasanya
timbul sebelum usia 5 tahun. Biasanya ada tiga tahap : balita, anak-anak dan
dewasa.(9)
2. Psoriasis
yang terlalu kuat atau oleh karena penyakitnya yang sudah meluas. Ketika
11
psoriasis menjadi eritroderma biasanya lesi yang khas untuk psoriasis tidak
dalam proses yang berlangsung lambat dan tidak dapat dihambat atau sangat
cepat.(5)
3. Dermatitis Seboroik
plak eritema yang sering terdapat pada daerah tubuh yang banyak mengandung
kelenjar sebasea seperti kulit kepala, alis, lipatan nasolabial, belakang telinga,
cuping hidung, ketiak, dada, antara skapula.(15) Dermatitis seboroik dapat terjadi
pada semua umur, dan meningkat pada usia 40 tahun.(16) Biasanya lebih berat
12
apabila terjadi pada laki-laki daripada wanita dan lebih sering pada orang-orang
ovale yang hidup komensal di kulit berkembang lebih subur. Pada kepala tampak
eritema dan skuama halus sampai kasar (ketombe). Kulit tampak berminyak dan
menghasilkan skuama putih yang berminyak pula. Penderita akan mengeluh rasa
gatal yang hebat. DS dapat diakibatkan oleh proliferasi epidermis yang meningkat
seperti pada psoriasis. Hal ini dapat menerangkan mengapa terapi dengan
9. PENATALAKSANAAN
13
(Eritroderma yang disebabkan oleh alergi obat secara sistemik). (7) Karena banyak
cairan fisiologis.(17)
• Pengobatan Topikal :
• Pengobatan Sistemik :
diturunkan perlahan-lahan.
14
2. Diet tinggi protein perlu pada pasien eritroderma karena banyak skuama
yang terlepas.(8)
10. KOMPLIKASI(14)
1. Gagal jantung
2. Gagal ginjal
11. PROGNOSIS(14)
Kasus idiopatik adalah kasus yang tidak terduga, dapat bertahan dalam
waktu yang lama, sering kali disertai dengan kondisi yang lemah
15
Pada eritroderma yang belum diketahui sebabnya, pengobatan dengan
12. KESIMPULAN
atau hampir seluruh tubuh dan biasanya disertai skuama. Kelainan ini lebih
banyak didapatkan pada pria, terutama pada usia rata-rata 40-60 tahun.
reaksi obat, alergi obat dan akibat penyakit sistemik termasuk keganasan.
diruangan hangat.
dapat berlangsung berbulan bulan bahkan bertahun tahun dan cenderung untuk
kambuh.
16
DAFTAR PUSTAKA
Penyakit Kulit Dan Kelamin. Edisi ke-3. Jakarta : FK-UI. 2007. Hal. 1.
2. Wolff Klaus, Allen Richard. J, Suurmond Dick. Exfoliative Erythroderma
17
Synopsis of Clinical Dermatology. 5th Ed. Volume 1. New York : The
Aisah S, eds. Ilmu Penyakit Kulit Dan Kelamin. Edisi ke-3. Jakarta : FK-UI.
from : http://www.AMR.aspx.net
13. Schwartz. A. Robert. Medscape Reference. Lymphoma. (online) 2011.
18
14. Bandyopadhay debabrata, Associate Profesor and Head Departement of
Dermatology, (serial online) 2010 (cited 2010 december 20) : available from :
http://www.tripodIndonesia.com
15. Cameli Norma, Picardo Mauro. Seborrheic Dermatitis. Evidence-based
Chapter 20.p;164.
16. Selden Samuel. Seborrheic Dermatitis, (online) 2010. Available from :
http://www.emedicine.com
17. Sterry W, Assaf Chalid. Papulosquamous and Eczematous Dermatoses.
Erythroderma. In : Bolognia JL, Jonzzo JL. Rapini RP, Horn TD, Mascaro JM,
Saurat JH, Macini AJ, Salasche SJ, Stingl G, editor. Dermatology. 1thed
19