Anda di halaman 1dari 39

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Pengertian

Hiperemesis gravidarum adalah keadaan dimana penderita mual dan muntah

berlebihan, lebih dari 10 kali dalam 24 jam atau setiap saat, sehingga menggganggu

kesehatan dan pekerjaan sehari – hari (Arief. B., 2009).

Wanita hamil memuntahkan segala apa yang dimakan dan diminum

sehingga berat badannya sangat turun, turgor kulit berkurang , dieresis berkurang

dan timbul asetonuri, keadaan ini di sebut hiperemesis gravidarum (Sastrowinata,

2004).

Hiperemesis gravidarum adalah vomitus yang berlebihan atau tidak

terkendali selama masa hamil, yang menyebabkan dehidrasi, ketidakseimbangan

elektrolit, atau defisiensi nutrisi, dan kehilangan berat badan (Lowdermilk, 2004).

Jadi kesimpulan yang dapat penulis ambil, hiperemesis gravidarum adalah

mual dan muntah yang berlebihan yang dapat mengganggu aktivitas sehari – hari

yang tidak terkendali selama masa hamil yang menyebabkan dehidrasi,

ketidakseimbangan elektrolit atau defisiensi nutrisi dan kehilangan berat badan.

1
B. Konsep Kehamilan

1. Kehamilan

Kehamilan adalah masa dimulainya konsepsi sampai lahirnya janin.

Lama kehamilan normal adalah 280 hari atau 40 hari atau 9 bulan 7 hari,

dihitung dari hari pertama haid terakhir ( Saifuddin, 2002).

Kehamilan matur (cukup bulan) berlangsung kira-kira 40 minggu (280

hari) dan tidak lebih dari 43 minggu (300hari). Kehamilan berlangsung antara

28 dan 36 minggu disebut kehamilan premature, sedangkan lebih dari 43

minggu disebut kehamilan post matur (Manuaba, 2005).

2. Tanda-tanda Kehamilan

a. Tanda kehamilan tidak pasti

1) Amenorea (tidak dapat haid). Gejala ini sangat penting karena

umumnya wanita hamil tidak dapat haid lagi. Penting diketahui

tanggal hari pertama haid terakhir, supaya dapat ditentukan tuanya

kehamilan dan bila persalinan diperkirakan akan terjadi.

2) Nausea (enek) dan emesis (muntah). Enek terjadi umumnya pada

bulan-bulan pertama kehamilan, disertai kadang-kadang oleh emesis.

Sering terjadi pada pagi hari, tetapi tidak elalu. Keadaan ini lazim

disebut morning sickness

2
3) Mengidam (ingin makanan khusus/tertentu). Mengidam sering terjadi

pada bulan-bulan pertama akan tetapi menghilang dengan makin

tuanya kehamilan.

4) Pingsan. Sering dijumpai bila berada pada tempat-tempat ramai.

Dianjurkan untuk tidak pergi ke tempat-tempat ramai pada bulan-

bulan pertama kehamilan. Hilang sesudah kehamilan 16 minggu.

5) Anoreksia (Tidak ada selera makan). Pada bulan-bulan pertama terjadi

anoreksia, tetapi setelah itu nafsu makan timbul lagi.

6) Sering kencing terjadi karena kandung kemih tertekan oleh rahim

yang membesar. Gejala ini akan hilang pada triwulan kedua

kehamilan. Pada akhir kehamilan, gejala ini kembali, karena kandung

kemih ditekan oleh kepala janin.

7) Obstipasi terjadi karena tonus otot menurun yang disebabkan oleh

pengaruh hormon steroid.

8) Pigmentasi kulit terjadi pada kehamilan 12 minggu ke atas. Pada pipi,

hidung dan dahi kadang-kadang tampak deposit pigmen yang

berlebihan, dikenal sebagai chloasma gravidarum. Areola mammae

juga menjadi lebih hitam karena didapatkan deposit pigmen yang

berlebih. Daerah leher menjadi lebih hitam. Demikian pula linea alba

di garis tengah abdomen menjadi lebih hitam (linea griea).pigmentasi

ini terjadi karena pengaruh dari hormon kortiko-steroid plasenta yang

merangsang melanofor dan kulit.

3
9) Epulis adalah suatu hipertrofi papilla ginggivae, sering terjadi pada

triwulan pertama.

10) Varises. Sering dijumpai padaa triwulan terakhir pada triwulan

terakhir. Didapat pada daerah genitalia eksterna, fosa poplitea, kaki

dan betis. Pada multigravida kadang-kadang varises ditemukan pada

kehamilan terdahulu, timbul kembali pada triwulan pertama. Kadang-

kadang timbulnya varises merupakan gejala pertama kehamilan muda

( Wiknjosastro, 2005).

b. Tanda pasti kehamilan

1) Pada palpasi dirasakan bagian janin dan balotemen serta gerak janin.

2) Pada auskultasi terdengar bunyi jantung janin(BJJ). Dengan stetoskop

laennec BJJ terdengar pada kehamilan pada kehamilan 18-20 minggu.

Dengan alat doppler BJJ terdengar pada kehamilan 12 minggu.

3) Dengan ultrasonogravi (USG) atau scannig dapat dilihat gambaran

janin.

4) Pada pemeriksaan sinar X tampak kerangka janin. Tidak dilakukan

lagi sekarang karena dampak radiasi terhadap janin (Arif, 2000).

3. Adaptasi Fisiologis Pada Ibu Hamil

a) Uterus

4
Uterus akan membesar pada bulan-bulan pertama di bawah

pengaruh estrogen dan progesteron yang kadarnya meningkat.

Pembesaran ini pada dasarnya disebabkan oleh hipertrofi otot polos

uterus; di samping itu, serabut-serabut kolagen yang adapun menjadi

higroskopik akibat meningkatnya kadar estrogen sehingga uterus dapat

mengikuti pertumbuhan janin. Bila ada kehamiln ektopik, uteru akan

membesar pula, karena pengaruh hormon-hormon itu. Begitu pula

endometrium menjadi desidua.

Berat uterus normal lebih kurang 30 gram; pada akhir kehamilan

(40 minggu) berat uterus menjadi 1000 gram dengan panjang 20 cm dan

dinding 2,5 cm. Pada bulan-bulan pertama kehamilan, bentuk uterus

seperti buah alpukat agak gepeng. Pada kehamilan 16 minggu, uterus

berbentuk bulat. Selanjutnya pada akhir kehamilan kembali seperti

bentuk semula, lonjong seperti telur. Hubungan antara besarnya uterus

dengan tuanya kehamilan sangat penting diketahui antara lain untuk

membentuk diagnosis, apakah wanita tersebut hamil fisiologik, hamil

ganda atau menderita penyakit seperti mola hidatidosa dan sebagainya.

Pada minggu-minggu pertama ismus uteri mengadakan hipertrofi

seperti korpus uteri. Hipertrofi ismus pada triwulan pertama membuat

ismus menjadi panjang dan lebih lunak. Hal ini dikenal dalam obstetri

sebagai tanda hegar.

b) Serviks Uteri

5
Serviks uteri pada kehamilan juga mengalami perubahan karena

hormon estrogen. Akibat kadar estrogen yang meningkat dan dengan

adanya hipervaskularisasi, maka konsistensi serviks menjadi lunak.

Serviks uteri lebih banyak mengandung jaringan ikat yang terdiri atas

kolagen. Karena servik terdiri atas jaringan ikat dan hanya sedikit

mengandung jaringan otot, maka serviks tidak mempunyai fungsi sebagai

spinkter, sehingga pada saat partus serviks akan membuka saja mengikuti

tarikan-tarikan corpus uteri keatas dan tekanan bagian bawah janin

kebawah. Sesudah partus, serviks akan tampak berlipat-lipat dan tidak

menutup seperti spinkter. Perubahan-perubahan pada serviks perlu

diketahui sedini mungkin pada kehamilan, akan tetapi yang memeriksa

hendaknya berhati-hati dan tidak dibenarkan melakukannya dengan

kasar, sehingga dapat mengganggu kehamilan.

Kelenjar-kelenjar di serviks akan berfungsi lebih dan akan

mengeluarkan sekresi lebih banyak. Kadang-kadang wanita yang sedang

hamil mengeluh mengeluarkan cairan pervaginam lebih banyak. Pada

keadaan ini sampai batas tertentu masih merupakan keadaan fisiologik,.

c) Vagina dan vulva

Hipervaskularisasi mengakibatkan vagina dan vulva tampak lebih

merah dan agak kebiru-biruan (livide). Warna porsio tampak livide.

Pembuluh-pembuluh darah alat genetalia interna akan membesar. Hal ini

dapat dimengerti karena oksigenasi dan nutrisi pada alat-alat genetalia

6
tersebut menigkat. Apabila terjadi kecelakaan pada kehamilan/persalinan

maka perdarahan akan banyak sekali, sampai dapat mengakibatkan

kematian.

d) Ovarium

Pada permulaan kehamilan masih terdapat korpus luteum

graviditatis sampai terbentuknya plasenta pada kira-kira kehamilan 16

minggu. Korpus luteum graviditas berdiameter kira-kira 3 cm.

Kemudian, ia mengecil setelah plasenta terbentuk. Eperti telah

dikemukakan, korpus luteum ini mengeluarkan hormon estrogen dan

progesteron. Lambat-laun fungsi ini diambil alih oleh plasenta. Dalam

dasawarsa terakhir ini ditemukan pada awal ovulasi hormon relaxin,

suatu immunoreactive inhibin dalam sirkulasi maternal. Diperkirakan

korpus luteum adalah tempat sintesis dari relaxin pada awal kwhamilan.

Kadar relaxin di sirkulasi maternal dapat ditentukan dan meningkat

dalam trimester pertama. Relaxin mempunyai pengaruh menenangkan

hingga pertumbuhan janin menjadi baik hingga term.

e) Mamma

Mamma akan membesar dan tegang akibat hormon

somatomammotropin, estrogen, dan progesteron, akan tetapi belum

mengeluarkan air susu.

Estrogen menimbulkan hipertrofi sistem saluran, sedangkan

progesteron menambah sel-sel asinus pada mamma.

7
Somatomammotropin mempengaruhi pertumbuhan sel-sel asinus pula

dan menimbulakan perubahan dalam sel-sel, sehingga terjadi pembuatan

kasein, laktalbumin, dan laktoglobulin. Dengan demikian mamma

dipersiapkan untuk laktasi. Di samping ini, di bawah pengaruh

progesteron dan somatomammotropin, terbentuk lemak i sekitar

kelompok-kelompok alveolus, sehingga mamma menjadi lebih besar.

Papila mamma akan membesar, lebih tegak, dan tampak lebih hitam,

seperti seluruh areola mamma karena hiperpigmentasi. Glandula

Montgomery tampak lebih jelas menonjol di permukaan areola mamma.

Pada kehamilan 12 minggu keatas, dari puting susu dapat keluar cairan

berwarna putih agak jernih disebut kolostrum. Kolostrum ini berasal dari

kelenjar-kelenjar asinus yang mulai bersekresi.

f) Sirkulasi Darah

Sirkulasi darah ibu dalam kehamilan dipengaruhi oleh adanya

sirkulasi ke plasenta, uterus yang membesar dengan pembuluh-pembuluh

darah yang membesar pula, mamma dan alat lain-lain yang memang

berfungsi berlebihan dalam kehamilan. Volume darah ibu adalm

kehamilan bertambah secara fisiologik dengan adanya pencairan darah

yang disebut hidremia. Volume darah akan bertambah banyak ± 25%

pada puncak usia kehamilan 32 minggu. Meskipun ada peningkatan

dalam volume eritrosit secara keseluruhan, tetapi penambahan volume

plasma jauh lebih besar sehingga konsentrasi hemoglobin dalam darah

menjadi lebih rendah. Walaupun kadar hemoglobin ini menurun menjadi

8
± 120 g/L. Pada minggu ke-32, wanitahamil mempunyai hemoglobin

total lebih besar daripada wanita tersebut ketika tidak hamil. Bersamaan

itu, jumlah sel darah putih meningkat (± 10.500/ml), demikian juga

hitung trombositnya.

Untuk mengatasi pertambahan volume darah, curah jantung akan

meningkat ± 30% pada minggu ke-30. Kebanyakan peningkatan curah

jantung tersebut disebabkan oleh meningkatnya isi sekuncup, akan tetapi

frekuensi denyut jantung meningkat ± 15%. Setelah kehamilan lebih dari

30 minggu, terdapat kecenderungan peningkatan tekanan darah.

g) Sistem Respirasi

Pernafasan masih diafragmatik selama kehamilan, tetapi karena

pergerakan diafragma terbatas setelah minggu ke-30, wanita hamil

bernafas lebih dalam, dengan meningkatkan volume tidal dan kecepatan

ventilasi, sehingga memungkinkan pencampuran gas meningkat dan

konsumsi oksigen meningkat 20%. Diperkirakan efek ini disebabkan oleh

meningkatnya sekresi progesteron. Keadaan tersebut dapat menyebabkan

pernafasan berlebih dan PO2 arteri lebih rendah. Pada kehamilan lanjut,

kerangka iga bawah melebar keluar sedikit dan mungkin tidak kembali

pada keadaan sebelum hamil, sehingga menimbulkan kekhawatiran bagi

wanita yang memperhatikan penampilan badannya.

h) Traktus Digetivus

9
Di mulut, gusi menjadi lunak, mungkin terjadi karena retensi

cairan intraseluler yang disebabkan oleh progesteron. Spinkter esopagus

bawah relaksasi, sehingga dapat terjadi regorgitasi isilambung yang

menyebabkan rasa terbakar di dada (heathburn). Sekresi

isilambungberkurang dan makanan lebih lama berada di lambung. Otot-

otot usus relaks dengan disertai penurunan motilitas. Hal ini

memungkinkan absorbsi zat nutrisi lebih banyak, tetapi dapat

menyebabkan konstipasi, yang memana merupakan salah satu keluhan

utamawanita hamil.

i) Traktus Urinarius

Pada bulan-bulan pertama kehamilan kandung kencing tertekan

oleh uterus yang mulai membesar, ehingga timbul sering kencing.

Keadaan ini hilang dengan makin tuanya kehamilan bila uterus gravidus

keluar dari rongga panggul. Pada akhir kehamilan, kepala janin mulai

tuun ke PAP, keluhan sering kencing dan timbul lagi karena kandung

kencing mulai tertekan kembali. Disamping itu, terdapat pula poliuri.

Poliuri disebabkan oleh adanya peningkatan sirkulasi darah di ginjal pada

kehamilan sehingga laju filtrasi glomerulus juga meningkat sampai 69%.

Reabsorbsi tubulus tidak berubah, sehingga produk-produk eksresi

seperti urea, uric acid, glukosa, asam amino, asam folik lebih banyak

yang dikeluarkan.

j) Sistem Integumen

10
Perubahan deposit pigmen dan hiperpigmentasi karena pengaruh

melanophore stimulating hormone (MSH), pengaruh lobus hipofisis

anterior , dan pengaruh kelenjar suprarenalis. Hiperpigmentasi ini terjadi

pada striae gravidarum lividae atau alba, areola mamae, papila mamae,

linea nigra, dan pipi (chloasma gravidarum). Setelah persalinan

hiperpigmentasi ini akan menghilang. Perubahan kondisi kulit yang

berubah terbalik dari keadaan semula, yang biasanya (pada saat belum

hamil) kulit kering, maka kini akan menjadi berminyak, begitu pula

sebaliknya. Hal ini terjadi karena adanya perubahan hormone didalam

tubuh ibu hamil. Rambut menjadi lebih kering atau berminyak karena

adanya perubahan

k) Metabolisme dalam kehamilan

BMR meningkat hingga 15-20% yang umumnya ditemukan pada

trimester III. Kalori yang dibutuhkan untuk itu diperoleh terutama dari

pembakaran karbohidrat, khususnya sesudah kehamilan 20 minggu ke

atas. Akan tetapi bila dibutuhkan, dipakailah lemak ibu untuk

mendapatkan tambahan kalori dalam pekerjaan sehari-hari. Dalam

keadaan biasa wanita hamil cukup hemat dalam hal pemakaian

tenaganya.

Janin membutuhkan 30-40 gr kalsium untuk pembentukan tulang-

tulangnya dan hal ini terjadi terutama dalam trimester terakhir. Makanan

tiap harinya diperkirakan telah mengandung 1,5-2,5 gr kalsium.

11
Diperkirakan 0,2-0,7 gr kalsium tertahan dalam badan untuk keperluan

semasa hamil. Ini kiranya telah cukup untuk pertumbuhan janin tanpa

mengganggu kalsium ibu. Kadar kalsium dalam serum memang lebih

rendah, mungkin oleh karena adanya hidremia, akan tetapi kadar kalsium

tersebut masih cukup tinggi hingga dapat menanggulangi kemungkinan

terjadinya kejang tetani.

Segera setelah haid terlambat, kadar enzim diamino-oksidase

(histamine) meningkat dari 3-6 satuan dalam masa tidak hamil ke 200

satuan dalam masa hamil 16 minggu. Kadar ini mencapai puncaknya

sampai 400-500 satuan pada kehamilan 16 minggu dan seterusnya

sampai akhir kehamilan.Pinosinase adalah enzim yang dapat membuat

oksitosin tidak aktif. Pinositase ditemukan banyak sekali di dalam darah

ibu pada kehamilan 14-38 minggu.

Berat badan wanita hamil akan naik kira-kira diantara 6,5-16,5 kg

rata-rata 12,5 kg. Kenaikan berat badan ini terjadi terutama dalam

kehamilan 20 minggu terakhir. Kenaikan berat badan dalam kehamilan

disebabkan oleh hasil konsepsi, fetus placenta dan liquor (Wiknjosastro,

2005).

4. Adaptasi Psikologis Pada Ibu Hamil

a) Trimester pertama; Ragu-ragu akan kehamilannya, ambivalen (konflik

perasaan) dan lebih banyak berfokus pada diri sendiri. Pada trimester ini,

12
adanya perasaan tidak nyaman akibat perasaan mual, muntah, dan

keletihan sering kali keinginan seksual menurun.

b) Trimester kedua

1) Adanya pergerakan bayi, ibu menjadi yakin dengan keberadaan

bayinya, dan ibu merasa percaya akan segera mempunyai bayi.

2) Ibu lebih banyak berfokus pada bayinya, biasanya dia merasa lebih

baik daripada trimester I dan belum terganggu aktivitasnya.

3) Perubahan ukuran tubuh untuk beberapa orang menyebabkan

perubahan body image atau pandangan terhadap gambaran diri

yang negative.

c) Trimester ketiga

1) Persiapan kelahiran sudah mulai dilakukan ibu. Ibu

menanyakan tentang tanda-tanda persalinan kepada teman atau

saudaranyayang telah mengalami proses persalinan.

2) Beberapa wanita mengalami ketakutan persalinan dan merasa

tidak nyaman menghadapi hari-hari menjelang persalinan.

3) Ibu menyiapkan pakaian, tempat untuk bayi, dan merencanakan

perawatannya (Hidayati, 2009).

C. Anatomi dan Fisiologi Sistem Reproduksi

13
Anatomi alat kandungan dibedakan menjadi 2 yaitu genetalia ekterna dan

genetalia interna.

(Sobotta, 2006)

1. Genitalia Eksterna

a. Monsveneris

Bagian yang menonjol meliputi bagian simfisis yang terdiri dari jaringan

lemak, daerah ini ditutupi bulu pada masa pubertas.

b. Vulva

Adalah tempat bermuara sistem urogenital. Di sebelah luar vulva

dilingkari oleh labio mayora (bibir besar) yang ke belakang, menjadi

satu dan membentuk kommisura posterior dan perineam. Di bawah

kulitnya terdapat jaringan lemak seperti yang ada di mons veneris.

c. Labio mayora

14
Labio mayora (bibir besar) adalah dua lipatan besar yang membatasi

vulva, terdiri atas kulit, jaringan ikat, lemak dan kelenjar sebasca. Saat

pubertas tumbuh rambut di mons veneris dan pada sisi lateral.

d. Labio minora

Labio minora (bibir kecil) adalah dua lipatan kecil diantara labio mayora,

dengan banyak kelenjar sebasea. Celah diantara labio minora adalah

vestibulum.

e. Vestibulum

Vestibulum merupakan rongga yang berada diantara bibir kecil (labio

minora), maka belakang dibatasi oleh klitoris dan perineum, dalam

vestibulum terdapat muara-muara dari liang senggama (introetus vagina

uretra), kelenjar bartholimi dan kelenjar skene kiri dan kanan.

f. Himen (selaput dara)

Lapisan tipis yang menutupi sebagian besar dan liang senggama

ditengahnya berlubang supaya kotoran menstruasi dapat mengalir keluar,

letaknya mulut vagina pada bagian ini, bentuknya berbeda-beda ada yang

seperti bulan sabit, konsistensi ada yang kaku dan yang lunak, lubangnya

ada yang seujung jari, ada yang dapat dilalui satu jari.

g. Perineum

Terbentuk dari korpus perineum, titik temu otot-otot dasar panggul yang

ditutupi oleh kulit perineum.

15
(Sobotta, 2006)

2. Genetalia Interna

a. Vagina

Tabung, yang dilapisi membran dari jenis jenis epitelium bergaris,

khusus dialiri banyak pembuluh darah dan serabut saraf. Panjangnya dari

vestibulum sampai uterus 7½ cm. Merupakan penghubung antara

introitus vagina dan uterus. Dinding depan liang senggama (vagina) 9

cm, lebih pendek dari dinding belakang. Pada puncak vagina sebelah

dalam berlipat-lipat disebut rugae.

b. Uterus

Organ yang tebal, berotot berbentuk buah Pir, terletak di dalam pelvis

antara rectum di belakang dan kandung kemih di depan, ototnya disebut

miometrium. Uterus terapung di dalam pelvis dengan jaringan ikat dan

16
ligament. Panjang uterus 7½ cm, lebar  5 cm, tebal  2 cm. Berat 50 gr,

dan berat 30-60 gr.

Uterus terdiri dari :

1) Fundus uteri (dasar rahim)

Bagian uterus yang terletak antara pangkal saluran telur. Pada

pemeriksaan kehamilan, perabaan fundus uteri dapat memperkirakan

usia kehamilan.

2) Korpus uteri

Bagian uterus yang terbesar pada kehamilan, bgian ini berfungsi

sebagai tempat janin berkembang. Rongga yang terdapat pada

korpus uteri disebut kavum uteri atau rongga rahim.

3) Servix uteri

Ujung servix yang menuju puncak vagina disebut porsio, hubungan

antara kavum uteri dan kanalis servikalis disebut ostium uteri

internum.

Lapisan-lapisan uterus, meliputi :

1) Endometrium

2) Myometrium

3) Parametrium

c. Ovarium

17
Merupakan kelenjar berbentuk kenari, terletak kiri dan kanan uterus di

bawah tuba uterine dan terikat di sebelah belakang oleh ligamentum

latum uterus.

d. Tuba Fallopi

Tuba fallopi dilapisi oleh epitel bersilia yang tersusun dalam banyak

lipatan sehingga memperlambat perjalanan ovum ke dalam uterus.

Sebagian sel tuba mensekresikan cairan serosa yang memberikan nutrisi

pada ovum.

Tuba fallopi disebut juga saluran telur terdapat 2 saluran telur kiri dan

kanan. Panjang kira-kira 12 cm tetapi tidak berjalan lurus. Terus pada

ujung-ujungnya terdapat fimbria, untuk memeluk ovum saat ovulasi agar

masuk ke dalam tuba (Tambayong, 2002).

D. Etiologi

Penyebab hiperemesis gravidarum belum diketahui secara pasti. Tidak ada

bukti bahwa penyakit ini disebabkan oleh factor toksik, juga tidak ditemukan

kelainan biokimia. Perubahan – perubahan anatomic pada otak, jantung, hati, dan

susunan saraf, disebabkan oleh kekurangan vitamin serta zat – zat lain akibat

inanisi. Beberapa factor predisposisi dan faktor lain yang telah ditemukan oleh

beberapa penulis sebagai berikut:

1. Faktor predisposisi : primigravida, overdistensi rahim : hidramnion, kehamilan

ganda, estrogen dan HCG tinggi, mola hidatidosa.

18
2. Faktor organik: masuknya vili khorialis dalam sirkulasi maternal, perubahan

metabolik akibat hamil, resistensi yang menurun dari pihak ibu dan alergi

3. Faktor psikologis: rumah tangga yang retak, hamil yang tidak diinginkan, takut

terhadap kehamilan dan persalinan, takut terhadap tanggung jawab sebagai ibu

dan kehilangan pekerjaan (Wiknjosastro, 2005).

E. Patofisiologi

Hiperemesis gravidarum yang merupakan komplikasi mual dan muntah

pada hamil muda terjadi terus menerus dapat menyebabkan dehidrasi dan tidak

seimbangnya elektrolit dengan alkalosis hipokloremik.

Hiperemesis gravidarum dapat mengakibatkan cadangan karbohidrat dan

lemak habis terpakai untuk keperluan energi. Karena oksidasi lemak yang tidak

sempurna terjadilah ketosis dengan tertimbunnya asam aseton – asetik, asam

hidroksi butirik dan aseton dalam darah. Kekurangan volume cairan yang diminum

dan kehilangan karena muntah menyebankan dehidrasi sehingga cairan

ekstraseluler dan plasma berkurang. Natrium dan khlorida air kemih turun. Selain

itu jug adapt menyebabkan hemokonsentrasi sehingga aliran darah berkurang.

Kekurangan kalium sebagai akibat dari muntah dan bertambahnya ekskresi lewat

ginjal menambah frekuensi muntah – muntah lebih banyak, dapat merusak hati dan

terjadilah lingkaran yang sulit dipatahkan.

19
Selain dehidrasi dan terganggunya keseimbangan elektrolit dapat terjadi

robekan pada selaput lender esophagus dan lambung (Sindroma Mallory Weiss)

dengan akibat perdarahan gastrointestinal. Pada umumnya robekan ini ringan dan

perdarahan dapat berhenti sendiri, jarang sampai diperlukan transfusi atau tindakan

operatif (Wiknjosastro, 2005).

F. Manifestasi Klinik

Batas jelas antara mual yang masih fisiologik dalam kehamilan dengan

hiperemesis gravidarum tidak ada; tetapi bila keadaan umum penderita terpengaruh,

sebaiknya ini dianggap sebagai hiperemesis gravidarum. Hiperemesis gravidarum

menurut berat ringannya gejala dapat dibagi dalam 3 tingkatan:

1. Tingkatan I: Muntah terus menerus yang mempengaruhi keadaan umum

penderita, ibu merasa lemah, nafsu makan tidak ada, berat badan menurun dan

merasa nyeri pada epigastrium. nadi meningkat sekitar 100 kali/menit dan

tekanan darah sistolik turun, turgor kulit mengurang, lidah mongering dan mata

cekung.

2. Tingkatan II: penderita tampak lebih lemah dan apatis, turgor kulit mengurang,

lidah mengering dan Nampak kotor, nadi kecil dan cepat, suhu kadang-kadang

naik dan mata sedikit ikterik. Berat badan menurun dan mata menjadi cekung,

tensi turun, hemokonsentrasi oliguria dan konstipasi. Aseton dapat tercium

dalam hawa pernafasan, karena pempunyai aroma yang khas dan dapat pula

ditemukan dalam kencing.

20
3. Tingkatan III : Keadaan umum lebih parah, muntah berhenti, kesadaran makin

menurun hingga mencapai somnollen atau koma, terdapat ensefalopati

werniche yang ditandai dengan : nistagmus, diplopia, gangguan mental,

kardiovaskuler ditandai dengan: nadi kecil, tekanan darah menurun, dan

temperature meningkat, gastrointestinal ditandai dengan: ikterus makin berat,

terdapat timbunan aseton yang makin tinggi dengan bau yang makin tajam.

Keadaan ini adalah akibat sangat kekurangan zat makanan termasuk vitamin B

kompleks. Timbulnya ikterus menunjukkan adanya payah hati (Wiknjosastro,

2005).

G. Diagnosis

Diagnosis hiperemesis gravidarum biasanya tidak sukar. Harus ditentukan

adanya kehamilan muda dan muntah terus menerus, sehingga mempengaruhi

keadaan umum. Namun demikian harus dipikirkan kehamilan muda dengan

penyakit pielonefritis, hepatitis, ulkus ventrikuli dan tumor serebri yang dapat pula

memberikan gejala muntah.

Hiperemesis gravidarum yang terus menerus dapat menyebabkan kekurangan

makanan yang dapat mempengaruhi perkembangan janin, sehingga pengobatan

perlu segera dilakukan (Wiknjosastro, 2005).

21
H. Pencegahan

Prinsip pencegahan adalah mengobati emesis agar ridak terjadi hiperemesis

gravidarum dengan cara :

1. Memberikan penerapan tentang kehamilan dan persalinan sebagai suatu proses

yang fisiologik.

2. Memberikan keyakinan bahwa mual dan kadang – kadang muntah merupakan

gejala yang fisiologik pada kehamilan muda dan akan hilang setelah kehamilan

4 bulan.

3. Menganjurkan mengubah makan sehari – hari dengan makanan dalam jumlah

kecil tapi sering

4. Menganjurkan pada waktu bangun pagi jangan segera turun dari tempat tidur,

terlebih dahulu makan roti kering atau biscuit dengan teh hangat

5. Makanan yang berminyak dan berbau lemak sebaiknya dihindarkan

6. Makanan seyogyanya disajikan dalam keadaan panas atau sangat dingin

7. Menghindari kekurangan kardohidrat merupakan factor penting, dianjurkan

makanan yang banyak mengandung gula (Wiknjosastro, 2005).

I. Penatalaksanaan

22
Apabila dengan cara diatas keluhan dan gejala tidak berkurang maka

diperlukan:

1. Obat – obatan; Sedativa : Phenobarbital, Vitamin : Vitamin B1 dan B6 atau B –

kompleks, Anti histamine : dramamin, avomin, Anti emetik (pada keadaan

lebih berat) : Dislikomin hidrokloride atau khlorpromasine. Penanganan

hiperemesis gravidarum yang lebih berat perlu dikelola di rumah sakit

2. Isolasi; Penderita disendirikan dalam kamar yang tenang, tetapi cerah

danperedaran udara yang baik, catat cairan yang keluar masuk, hanya dokter

dan perawat yang boleh masuk ke dalam kamar penderita sampai muntah

berhenti pada penderita mau makan. Tidak diberikan makanan atau minuman

dan selama 24 jam. Kadang – kadang dengan isolasi saja gejala – gejala akan

berkurang atau hilang tanpa pengobatan.

3. Terapi psikologika; perlu diyakinkan kepeda penderita bahwa penyakit dapat

disembuhkan, hilangkan rasa takut oleh karena kehamilan, kurangi pekerjaan

serta menghilangkan masalah dan konflik.

4. cairan parenteral; cairan yang cukup elektrolit, karbohidrat dan protein dengan

glukosa 5% dalam cairan fisiologis (2 – 3 liter/hari), dapat ditambah kalium

dan vitamin (vitamin B komplek, vitamin C), bila kekurangan protein dapat

diberiakan asam amino secara intravena, bila dalam 24 jam penderita tidak

muntah dan keadaan umum membaik dapat diberikan minuman dan lambat

laun makanan yang tidak cair. Dengan penanganan diatas, pada umumnya

gejala – gejala akan berkurang dan keadaan akan bertambah baik.

23
5. Menghentikan kehamilan; Bila keadaan memburuk dilakukan pemeriksaan

medik dan psikiatrik, manifestasi komplikasi organis adalah delirium,

takikardi, ikterus, anuria dan perdarahan dalam keadaan demikian perlu

dipertimbangkan untuk mengakhiri kehamilan keadaan yang memerlukan

pertimbangan gugur kandung diantaranya:

a. Gangguan kejiwaan ditandai dengan: delirium, apatis, somnolen sampai

koma, terjadi gangguan jiwa.

b. Gangguan penglihatan ditandai dengan: pendarahan retina, kemunduran

penglihatan.

c. Ganggguan faal ditandai dengan: hati dalam bentuk ikterus, ginjal dalam

bentuk anuria, jantung dan pembuluh darah terjadi nadi meningkat,

tekanan darah menurun. (Wiknjosastro, 2005).

J. Komplikasi

Ensefalopati Wernicke dengan gejala nistagmus, diplopia dan perubahan

mental, serta payah hati dengan gejala timbulnya ikterus. (Arif, 2000).

K. Asuhan Keperawatan Pada Ibu Hamil Dengan Hiperemesis Gravidarum.

1. Pengkajian Fokus

24
a. Aktifitas istirahat; tekanan darah sistol menurun, denyut nadi meningkat

(>100 kali per menit)

b. Integritas ego; konflik interpersonal keluarga, kesulitan ekonomi,

perubahan persepsi tentang kondisinya, kehamilan tak direncanakan.

c. Eliminasi; perubahan pada konsistensi, defekasi, peningkatan frekuensi

berkemih Urinalis ;peningkatan konsistensi urine.

d. Makanan/cairan; mual dan muntah yang berlebihan (4-8 minggu), nyeri

epigastrium, pengurangan berat badan (5-10 kg), membrane mukosa

mulut iritasi dan merah, Hb dan Ht rendah, nafas berbau aseton, turgor

kulit berkurang, mata cekung dan lidah kering.

e. Pernafasan; frekuensi pernapasan meningkat.

f. Keamanan; suhu kadang naik, badan lemah, ikterus, dan dapat jatuh

dalam koma

g. Seksualitas; penghentian menstruasi, bila keadaan ibu membahayakan

maka dilakukan abortus terapeutik.

h. Interaksi sosial; perubahan status kesehatan/stressor kehamilan,

perubahan peran, respon anggota keluarga yang dapat bervariasi

terhadap hospotalisasi dan sakit, system pendukung yang kurang.

i. Pembelajaran dan penyuluhan; segala yang dimakan dan diminum di

muntahkan, apalagi kalau berlangsung lama, berat badan turun lebih

25
dari 1/10 dari berat badab normal, turgor kulit, lidah kering, adanya

aseton dalam urine.

26
2. Pathways
Kehamilan

Perubahan fisiologis Perubahan Psikologis

Hormon HCG estrogen Krisis Kurang informasi

Motilitas lambung dan usus Ancaman kehilangan janin Kurang pengetahuan

Kembung dan produksi gas Cemas

Mual dan muntah Nafsu makan menurun

Cairan elektrolit keluar Kurang volume cairan dan BB turun


turun Kurangnya
elektrolit pemenuhan
Lemah kebutuhan nutrisi
Tugor kulit menurun/jelek Peningkatan suhu tubuh
Intoleransi
Resiko kerusakan integritas
kulit

(Wiknjosastro, 1999:27)

27
3. Diagnosa Keperawatan dan Intervensi

a. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan nausea dan vomitus

yang menetap.

Tujuan : kebutuhan nutrisi terpenuhi

Kriteria hasil :

1) Klien akan mengkonsumsi asupan oral diet yang mengandung zat gizi yang

adequat.

2) Klien tidak mengalami nausea dan vomitus.

3) Klien akan menoleransi diit yang telah di programkan.

4) Klien akan mengalami peningkatan berat badan yang sesuai selama hamil.

Intervensi :

1) Catat intake dan output.

Rasional: menentukan hidrasi cairan dan pengeluaran melalui muntah.

2) Anjurkan makan dalam porsi kecil tapi sering

Rasional: dapat mencukupi asupan nutrisi yang dibutuhkan tubuh.

3) Anjurkan untuk menghindari makanan yang berlemak

Rasional : dapat merangsang mual dan muntah.

28
4) anjurkan untuk makan makanan selingan seperti biskuit, roti dan teh (panas)

hangat sebelum bagun tidur pada siang hari dan sebelum tidur.

Rasional: makanan selingan dapat mengurangi atau menghindari rangsang

mual muntah yang berlebih

5) Catal intake TPN, jika intake oral tidak dapat diberikan dalam periode

tertentu.

Rasional: untuk mempertahankan keseimbangan nutrisi.

6) Inspeksi adanya iritasi atau Iesi pada mulut.

Rasional: untuk mengetahui integritas inukosa mulut.

7) Kaji kebersihan oral dan personal hygiene serta penggunaan cairan pembersih

mulut sesering mungkin.

Rasional: untuk mempertahankan integritas mukosa mulut.

8) Pantau kadar Hemoglobin dan Hemotokrit

Rasional: mengidenfifikasi adanya anemi dan potensial penurunan kapasitas

pcmbawa oksigen ibu. Klien dengan kadar Hb < 12 gr/dl atau

kadar Ht < 37 % dipertimbangkan anemi pada trimester I.

9) Test urine terhadap aseton, albumin dan glukosa.

Rasional: menetapkan data dasar ; dilakukan secara rutin untuk

mendeteksi situasi potensial resiko tinggi seperti

29
ketidakadekuatan asupan karbohidrat, Diabetik kcloasedosis dan

Hipertensi (Doenges, 2001:57).

b. Defisit volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan akibat vomitus dan

asupan cairan yang tidak adequat.

Tujuan : kebutuhan cairan terpenuhi

Kriteria hasil :

1) Keseimbangan cairan dan elektrolit akan kembali ke kondisi normal, yang

terbukti dengan turgor kulit normal, membran mukosa lembab, berat badan

stabil, tanda-tanda vital dalam batas normal; elektrolit, serum, hemoglobin,

hematokrit, dan berat jenis urin akan berada dalam batas normal.

2) Klien tidak akan muntah lagi

3) Klien akan mengkonsumsi asupan dalam jumlag yang adequat.

Intervensi:

1) Tentukan frekuensi atau beratnya mual/muntah.

Rasional : Memberikan data berkenaan dengan semua kondisi. Peningkatan

kadar hormon Korionik gonadotropin (HCG), perubahan

metabolisme karbohidrat dan penurunan motilitas gastrik

memperberat mual/muntah pada kehamilan.

2) Tinjau ulang riwayat kemungkinah masalah medis lain (misalnya Ulkus

peptikum, gastritis.

30
Rasional: Membantu dalam mengenyampingkan penyebab lain untuk

mengatasi masalah khusus dalam mengidentifikasi intervensi.

3) Kaji suhu badan dan turgor kulit, membran mukosa, TD, input/output dan

berat jenis urine. Timbang BB klien setiap hari.

Rasional: Sebagai indikator dalam membantu mengevaluasi tingkat atau

kebutuhan hidrasi.

4) Anjurkan peningkatan asupan minuman berkarbonat, makan sesering

mungkin dengan jumlah sedikit. Makanan tinggi karbonat seperti : roti kering

sebelum bangun dari tidur.

Rasional: Membantu dalam meminimalkan mual/muntah dengan menurunkan

keasaman lambung. (Doenges, 2001:61)

c. Ketakutan berhubungan dengan efek hiperemesis pada kesejahteraan janin.

Tujuan : ketakutan klien teratasi

Kriteria hasil : klien memverbalisasi perasaan dan kekhawatirannya tentang

kesejahteraan janin.

Intervensi:

1) Memperlihatkan sikap menerima rasa takut klien

Rasional: Sikap yang menerima takut klien akan memungkinkan

komunikasi terbuka tentang sumber ketakutan.

31
2) Mendorong untuk mengungkapakn perasaan dan kekhawatirannya.

Rasional: Pengetahuan tentang risiko potensial pada janin dapat

membantunya menghilangkan rasa takut.

3) Memberi informasi yang berhubungan dengan risiko potensial yang dapat

terjadi pada janinnya.

Rasional : Strategi koping yang efektif dibutuhkan untuk memampukan

klien mengatasi penyakit yang dideritanya dan efek-efek penyakit

tersebut (bobak,2004: 273).

d. Gangguan rasa nyaman : nyeri (perih) berhubungan dengan muntah yang

berlebihan, peningkatan asam lambung.

Tujuan : nyeri hilang/berkurang.

Kriteria hasil :

1) Klien mengungkapkan secara verbal.

2) Nyeri hilang atau berkurang

3) pasien dapat beristirahat dengan tenang

Intervensi:

1) kaji skala nyeri, karakteristik, kualitas, frekuensi dan lokasi nyeri.

32
Rasional : menentukan perubahan dalam tingkat nyeri dan mengevaluasi nilai

skala nyeri. Mengidentifikasi sumber sumber multiple dan jenis

nyeri.

2) Anjurkan penggunaan tekhnik relaksasi dan distraksi

Rasional: menggunakan strategi ini sejalan dengan pemberian analgesic

untuk mengurangi atau mengalihkan respon terhadap nyeri.

3) Yakinkan pada klien bahwa perawat mengetahui nyeri yang dirasakannya

dan akan berusaha membantu untuk mengurangi nyeri tersebut.

Rasional: ketakutan bahwa nyari akan tidak dapat diterima seperti

peningkatan ketegangan dan ansietas yang nyata dan menurunkan

toleransi nyeri.

4) Berikan kembali skala pengkajian nyeri

Rasional: memungkinkan pengkajian terhadap keefektifan analgesic dan

mengidentifikasi kebutuhan terhadap tindak lanjut bila tidak

efektif.

5) Catat keparahan nyeri pasien dengan bagan.

Rasional: membantu dalam menunjukkan kebutuhan analgesic tambahan atau

pendekatan alternative terhadap penatalaksanaan nyeri.

6) Kolaborasi pemberian analgesik sesuai indikasi.

33
Rasional: analgesic lebih efektif bila diberikan pada awal siklus nyeri.

(Smeltzer. 2001)

e. Kurang pengetahuan tentang penyakit dan pengobatan berhubungan dengan

keterbatasan informasi.

Tujuan: klien mengerti tentang perubahan fisiologis dan pskologis yang normal

dan tanda-tanda bahaya kehamilan.

Kriteria hasil:

1) Klien menjelaskan perubahan fisiologis dan pskologis normal berkaitan

dengan kehamilan trimester pertama..

2) Klien menunjukkan perilaku perawatan diri sendiri yang meningkatkan

kesehatan.

3) Mengidentifikasi tanda-tanda bahaya kehamilan.

Intervensi:

1) Jelaskan tentang Hiperemesis Grvidarum dan kaji pengetahuan pasien.

Rasional: untuk mengetahui seberapa dalam pengetahuan pasien tentang

penyakitnya dan tentang penatalaksanaannya di rumah.

2) Berikan pendidikan kesehatan tentang hiperemesis gravidarum.

34
Rasional: untuk meningkatkan pengetahuan pasien tentang hiperemesis

gravidarum.

3) Buat hubungan perawat-klien yang mendukung dan terus menerus.

Rasional: peran penyuluh atau konselor dapat memberikan bimbingan

antisipasi dan meningkatkan tanggunmg jawab individu terhadap

kesehatan.

4) Evaluasi pengetahuan dan keyakinan budaya saat ini berkenaan dengan

perubahan fisiologis/psikologis yang normal pada kehamilan, serta keyakinan

tentang aktivitas, perawatan diri dan sebagainya.

Rasional: memberikan informasi untuk membantu mengidentifikasi

kebutuhan-kebutuhan dan membuat rencana keperawatan.

5) Klarifikasi kesalahpahaman.

Rasional: ketakutan biasanya timbul dari kesalahan informasi dan dapat

mengganggu pembelajaran selanjutnya.

6) Tentukan derajad motivasi untuk belajar.

Rasional: klien dapat mengalami kesulitan dalam belajar kecuali kebutuhan

untuk belajar tersebut jelas.

7) Pertahankan sikap terbuka terhadap keyakinan klien/pasangan.

35
Rasional: penerimaan penting untuk mengembangkan dan mempertahankan

hubungan.

8) Jawab pertanyaan tentang perawatan dan pemberian makan bayi.

Rasional: memberikan informasi yang dapat bermanfaat untuk membuat

pilihan.

9) Identifikasi tanda bahaya kehamilan, seperti perdarahan, kram, nyeri

abdomen akut, sakit punggung, edema, gangguan penglihatan, sakit kepala

dan tekanan pelvis.

Rasional: membantu klien membedakan yang normal dan abnormal sehngga

membantunya dalam mencari perawatan kesehatan pada waktu

yang tepat. (Doenges,2001:67)

f. Resiko perubahan integritas kulit berhubungan dengan penurunan darah dan

nutrisi kejaringan-jaringan sekunder akibat dehidrasi

Tujuan : Tidak terjadi ganguan integritas kulit.

Kriteria hasil : mengidentifikasi dan menunjukkan perilaku untuk

mempertahankan kulit halus, kenyal, utuh.

Intervensi :

1) Observasi kemerahan, pucat, ekskoriasi.

36
Rasional: area ini meningkat risikonya untuk kerusakan dan memerlukan

pengobatan lebih intensif.

2) Dorong mandi tiap 2 hari 1x, pengganti mandi tiap hari.

Rasional:sering mandi membuat kekeringan kulit.

3) Gunakan krim kulit dua kali sehari dan setelah mandi.

Rasional: melicinkan kulit dan mengurangi gatal.

4) Diskusikan pentingnya perubahan posisi sering, perlu untuk mempertahankan

aktivitas.

Rasional: meningkatkan sirkulasidan perfusi kulit dengan mencegah tekanan

lama pada jaringan.

5) Tekankan pentingnya masukan nutrisi/cairan adequat.

Rasional: perbaikan nutrisi dan hidrasi akan memperbaiki kondisi kuulit.

(Doenges,1999:433-434).

g. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakadekuatan sumber energi

sekunder.

Tujuan : Pasien dapat beraktivitas secara mandiri.

Kriteria hasil :

1) Pasien dapat memperlihatkan kemajuan khususnya tingkat yang lebih tinggi.

37
2) Pasien mengidentifikasi faktor-faktor yang menurunkan toleransi aktivitas.

Intervensi :

1) Tingkatkan tirah baring/duduk. Berikan lingkungan yang tenang; batasi

pengunjung sesuai keperluan.

Rasional: meningkatkan istirahat dan ketenangan.

2) Ubah posisi dengan sering. Berikan perawatan kulit yang baik.

Rasional: meningkatkan fungsi pernapasan dan meminimalkan tekanan pada

area tertentu untuk menurunkan risiko kekurangan jaringan.

3) Tingkatkan aktivitas sesuai toleransi, bantu melakukan latihan rentang gerak

sendi pasif/aktif.

Rasional: tirah baring lama dapat menurunkan kemampuan. Ini dapat terjadi

karena keterbatasan aktivitas yang mengganggu periode istirahat.

4) Dorong penggunaan tekhnik manajemen stress. Contoh relaksasi progresif,

visualisasi, bimbingan imajinasi.

Rasional: meningkatkan relaksasi dan penghematan energy, memusatkan

kembali perhatian dan dapat meningkatkan koping.

5) Kolaborasi pemberian obat sesuai indikasi: sedatif, agen antiansietas, contoh

diazepam (valium); lorazepam(ativan).

38
Rasional: membantu dalam manajemen kebutuhan tidur.

(Doenges, 1999:536-537).

39

Anda mungkin juga menyukai