Anda di halaman 1dari 30

BAGIAN ILMU OBSTETRI DAN GINEKOLOGI REFERAT

FAKULTAS KEDOKTERAN FEBRUARI 2017


UNIVERSITAS PATTIMURA

TUMOR JINAK PADA ORGAN GENITALIA

Disusun oleh:
Ninik M Sallatalohy
2010-83-041

Konsulen
dr. Danny Taliak, Sp.OG

DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK


PADA BAGIAN OBSTETRI DAN GINEKOLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS PATTIMURA
AMBON
2017
BAB I

TINJAUAN PUSTAKA

I. TUMOR JINAK ORGAN GENITALIA

A. TUMOR VULVA

1. Tumor kistik vulva

a. Kista Bartholini

Merupakan kista yang cukup besar yang paling sering dijumpai. Sekitar 2%

penderita datang untuk berobat. Kista dapat berupa infeksi hingga berkembang

menjadi abses. Kista barolini terbentuk akibat respon terhadap obstruksi yang

terjadi pada duktusnya. Meskipun mekanismenya sendiri masih belum diketahui.

Kista dapat berkembang menjadi formasi abses dan biasanya akibat penyakit

menular seksual. kebanyakan wanita yang datang dengan kista yang bilateral

biasanya telah terinfeksi bakteri Neisseria Ghonorrea. Namun baru-baru ini

beberapa studi menemukan infeksi bakteri lain juga dapat mengambil bagian

dalam terbentuknya kista bartolini. Kista bartholini paling bayak disebabkan oleh

bakteri aerob diantaranya E.Coli, Neisseria Gonorrhea, dan Chlamydia

Trachomatis. Adapun hal lain yang dapat menyebabkan terjadinya kista bartolini

misalnya, konsistensi mucus yang kental, trauma mekanik akibat penjahitan luka

episiotomy yang tidak rapi, atau penyempitan ductus secara kongenital. Retensi

mucus menyebabkan distensi kista dan ukurannya semakin membesar akibat

2
stimulasi seksual. beberapa studi menjelaskan, cepatnya perkebangan penyakit

juga dikaitkan dengan peningkatan aktifitas seksual. Kebanyakan kista yang

ukurannya kecil asimptomatis atau mungkin hanya perasaan tidak nyaman

dirasakan saat aktifitas seksual. ketika lesi menjadi semakin besar, biasanya akan

terasa nyeri hebat pada vulva terutama saat bergerak, berjalan, duduk, atau saat

beraktifitas seksual. pada pemeriksaan status lokalis, pembesaran kelenjar dapat

menunjukkan adanya massa pada daerah vulva. Kebanyakan kista unilateral,

berbentuk bulat atau ovoid serta tegang. Abses biasanya dikelilingi eritema dan

terdapat nyeri tekan pada pemeriksaan palpasi. Letak massa ada di belakang labia

mayor di vestibulum bagian bawah. Jika kebanyakan kista yang sudah berkembang

menjadi abses menunjukkan keadaan anatomi yang asimetris, maka untuk kista

yang ukurannya kecil biasanya ditemukan jika dilakukan pemeriksaan palpasi.

Pada ksta bartoloni yang ukurannya kecil, dan bersifat asimptomatis biasanya tidak

diberikan intervensi apapun kecuali pada wanita usia diatas 40 tahun. Intervensi

yang diberikan kemungkinan dapat memperparah infeksi. terapi yang dipilih untuk

kista bartolini adalah insisi drai nase, marsupialization, atau bartolinectomy.

3
Gambar 1. Kista Bartolini

nik marsupialisasi

Gambar 2. Teknik marsupialisasi

b. Kista Pilosebasea

Berasal dari kelenjar sebasea kulit yang terdapat pada labium mayor, labium minor

dan mons veneris, terjadi karena penyumbatan saluran kelenjar sebasea sehingga

terjadilah penimbunan sebum pada duktus sekretorius kelenjar minyak.Kista ini

terbentuk dari oklusi duktus pilosebaseus.Kelenjar ini biasanya diameter kecil,

soliter dengan batas yang jelas dan konsistensi keras, dan asimtomatik. Kista ini

tidak banyak mengalami keluhan kecuali bila terjadi infeksi sehingga

menimbulkan nyeri lokal dan memerlukan insisi dan drainase. 1

4
Gambar 3. Kista Pilosebasea

c. Hidradenoma Papilaris

Hidradenoma merupakan tumor jinak pada vulva yang jarang dan ukurannya

kecil. Tumor ini berasal dari kelenjar apokrin yang berada pada permukaan dalam

labia mayora dan erdekatan dengan perineum. Biasanya terjadi pada wanita

berkulit putih di usia 30 sampai 70tahun, namun penyebabkany belum diketahui.

Hidradenoma dapat berupa kista atau bentuk yang solid. Kista ini soliter diameter

< 1 cm. Ketika terjadi penyumbatan pada duktus sekretorius kelenjar keringat

dapat menimbuilkan kista-kista kecil (mikrocyst) yang disertai gatal. Penyebab

utama infeksi ini adalah streptokokus atau stafilokokus, dan apabila terjadi

infeksi berulang dan berat dapat menimbulkan abses dan sinus-sinus eksudatif

dibawah kulit (hidradenitis supuratifa).Terapi untuk lesi ringan yang disertai

pustulasi berulang dapat dimodifikasi dengan penggunaan pil kontrasepsi

hormonal karena sekresi kelenjar apokrin fungsional pada area lesi dapat

dikurangi. Eksisi dilakukan pada hidradenoma soliter dengan keluhan utama

pruritis vulva, apabila terjadi abses dapat dilakukan tindakan debridement. 1

5
Gambar 4. Hidradenoma

d. Penyakit Fox-Fordyce

Fox-Fordyce disease adalah suatu penyakit yang jarang terjadi dan ditandai

dengan erupsi papular yang rasanya gatal. Biasanya terdapat pada daerah kelenjar

apokrin. Etiologinya sendiri tidak diketahui. Paling sering terjadi pada usia 13-

35 tahun. Insiden penyakit ini cukup kecil, namun biasanya terjadi berkaitan

dengan faktor panas, dan stress fisik. Penyakit ini disebut juga apokrin miliaria

yang terjadi akibat sumbatan saluran kelenjar keringat sehingga membentuk

banyak kristal kecil dengan diameter 1-3 mm, multiple, rasa gatal menjadi ciri

khas penyakit ini. Kelainan ini dapat juga terjadi di ketiak dan gelanggang susu.

Dapat mengalami kekambuhan apabila terjadi gangguan emosi antara lain

rangsang seksual. Tatalaksana Fox-Fordyce disease yaitu langsung pada gejala

yang spesifik tergantung individu masing-masing. Terapi spesifik yang

digunakan yaitu estrogen, retinoid oral, krim steroid dan juga antibiotic topikal.

Hormone estrogen yang diberikan adalah pil kontrasepsi, dan sangat efektif

untuk penyakit ini. Terapi lainnya seperti retinoid oral, krim steroid atau

antibiotic topikal kadang tidak efektif pada beberapa pasien.

6
Gambar 5. Fox-Fordyce disease pada
axilla

e. Hidrokel Kanalis Nuck

Merupakan penyumbatan prosesus vaginalis yang persisten (canal of nuck) yang

dapat menimbulkan tumor kistik atau hidrokel. Dalam fase tumbuh kembang

bayi di dalam kandungan, insersio dari ligamentum rotundum pada labia mayora,

diikuti dengan lipatan peritoneum yang dikenal sebagai kanalis dari nuck.

Kanalis ini akan mengalami obliterasi pada pertumbuhan selanjutnya. Pada

kondisi tertentu, kanalis ini tetap ada hingga usia dewasa sehingga menjadi

tempat akumulasi cairan serosa dan terbentuk hidrokel. Terapi kista ini dengan

melakukan eksisi kantung kista. Kista saluran Nuck berisi cairan jernih dengan

dinding selaput peritoneum. Dengan demikian kista ini harus dibedakan dengan

hernia inguinal dan varikokel yang sering terdapat pada kehamilan. 1

7
Gambar 6. Tampak pembesaran pada regio inguinal kanan

2. Tumor Solid Vulva

a. Fibroma

Merupakan tumor padat vulva yang paling bayak ditemukan. Meskipun

insidensinya cukup kecil 0,03%. Tetapi jumlah fibroma lebih banyak dari lifoma.

Fibroma terjadi pada semua kelompok usia dan paling sering ditemukan di labia

mayor. Mereka tumbuh perlahan dari ukuran kecil hingga menjadi besar.

Fibroma merupakan proliferasi dari jaringan fibroblast labium mayor. Hampir

semua fibroma pada vulva merupakan tumor bertangkai dengan diameter kecil

dan tidak dikenali oleh penderita. Pada pertumbuhan lanjut dan pembesaran

ukuran fibroma akan menimbulkan gangguan aktifitas seksual, sehingga gejala

klinis akan bergantung pada diameter tumor. Apabila tumor sudah membesar

akan didapatkan gejala mekanis seperti nyeri, dorongan pada uretra, gangguan

pada saat segama terkait dengan diameter tumor dan organ sekitar yang terdesak.

Terapi dengan eksisi fibroma melalui prosedur operatif merupakan cara terbaik

untuk mengangkat tumor padat vulva.1

8
Gambar. Fibroma vulva

b. Polip Fibroepitelial

Polip fibroepitelial pada vagina jarang, tumor jinak terjadi akibat pertumbuhan

kulit pada vagina. Merupakan tumor jaringan fibrosa dan epitel yang dapat terjadi

pada area manapun pada vulva apabila area tersebut rentan terhadap iritasi. Pada

pemeriksaan morfologi, tumor ini memiliki karakteristik berbentuk polip.

Biasanya terjadi pada wanita dewasa selama kehamilan. Meskipun etiologinya

masih belum diketahui, namun dityakini terdapat faktor hormonal yang terlibat

dalam mekanismenya. Tumor ini biasanya tunggal namun tidak jarang juga bisa

banyak. Biasanya ukurannya kecil dan bisa tumbuh membesar. Tumor ini dapat

berdarah dan menyebabkan luka. Polip ini mempunyai struktur polip lunak dan

halus, berwarna kemerahan seperti jaringan otot. Pada kebanyakan kasus, tidak

diperlukan intervensi namun dapat dikhawatirkan oleh beberapa penderita.

Terapi dilakukan dengan bedah minor (eksisi sederhana) menggunakan

kauterisasi unipolar atau bipolar. Prognosisnya baik dan tidak ditemukan

perubahan menjadi sel ganas.1

9
c. Lipoma

Secara umum, lipoma dapat terjadi di setiap bagian tubuh dan kurang dari 5%

penderita memiliki lipoma lebih dari satu di bagian tubuh yang berbeda. Lipoma

sering terjadi namun jarang ditemukan pada daerah vulva. Lipoma vulva sering

ditemukan pada usia dewasa muda dan usia pertengahan. Lipoma vulvar

biasanya terjadi di daerah subkutaneus dan jarang terasa sakit. Pada beberapa

kasus sering ada keluhan nyeri terutama saat bergerak. Pasien dengan riwayat

orang tua lipoma dapat lebih beresiko terkena lipoma vulva. Elemen utama

penyusun lipoma adalah sel lemak dan lapisan jaringan fibrosa. Gambaran klinik

hamper sama seperti fibroma dengan ukuran kecil dan sedang di daerah vulva,

berbatas tegas dan dapat digerakan bebas dari dasarnya. Terapi yang dapat

dilakukan adalah intervensi bedah dengan eksisi. Dengan hal ini maka dapat

dapat mengurangi rekurensi tumor.

Gambar 7. Lipoma

10
d. Limfangioma Sirkumskriptum

Limfangioma sirkumskriptum merupakan penyakit yang terjadi akibat gangguan

saluran limfatik yang jarang terjadi pada daerah vulva. Secara klinis ditandai

dengan dinding yang tipis, kumpulan vesikel, yang biasanya ada pada daerah

aksila, dada, mulut, dan lidah. Merupakan malformasi mikrositik limfatik, lesi

muncul berpulau-pulau dari sekumpulan nodul atau lepuh kecil yang berisi cairan

limfe menyerupai tonjolan kecil pada kulit katak. Pulau-pulau berwarna putih

jernih hingga merah jambu, merah gelap, coklat dan hitam dan mungkin

mengeras. Dapat bersifat kongenital atau didapat. Komplikasinya dapat berupa

infeksi sekunder dan terjadi perdarah minor. Etiologi spesifik dari penyakit ini

belum diketahui. Gejala klinisnya, dapat berupa rasa nyeri, limforea, gatal, dan

selulitis yang rekuren akibat ekskoriasi dari lesinya. Lesinya sulit dibedakan

dengan metastase kanker serviks. Terapi modalitas yang dapat dilakukan

adalah,observasi, elektrokoagulasi, radioterapi, laser surgery, kleroterapi

intralesi, secara sederhana dapat dilakukan vulvektomi dengan insisi luas. Dapat

juga dilakukan labiektomi. Rekurensi siasa terjadi pada pasien ini.

11
Gambar. Limfangioma Sirkumskriptum pada labia mayora

e. Mioma Vulvo-Vagina

Merupakan suatu kasus yang jarang terjadi dengan variasi gejala klinis seperti;

obstruksi saluran kemih, perdarahan pervaginam, maupun nyeri abdominal.

Tumor ini muncul akibat pembesaran pada dinding anterior dan jarang pada

posterior maupun lateral vagina. Mioma paling sering terjadi myometrium uteri

dan sensitive terhadap hormone reproduksi, sehingga tumor ini lebih sering

terjadi pada usia reproduksi. Gambaran klinis berupa mioma soliter, berbatas

tegas, tanpa rasa nyeri dan mobile. Terapi bedah dipilih untuk kasus ini,

perkembangan dan pertumbuhan tumor ini dipengaruhi oleh hormone estrogen.

Jarang terjadi rekuren tetapi rekurensi biasa terjadi pada masa premenopause.

12
Gambar 8. Mioma Vaginal

B. TUMOR VAGINA

1. Tumor Kistik

a. Kista Inklusi

Merupakan tumor jinak yang paling serring ditemui pada vagina. Lokasi

umumnya 1/3 bagian bawah dan posterior atau lateral. Tumor ini tumbuh dari

jaringan epidermal yang berada dibawah lapisan mukosa vagina. Kista inklusi

terjadi akibat terkumpulnya jaringan epitel yang terjadi selama tindakan

episiotomy atau tidakan bedah vagina lainnya. Kista inklusi memiliki ukuran

yang bervariasi dan biasanya terlihat seperi massa berwarna putih di permukaan

mukosa vagina. Merupakan tumor yang berbatas tegas dengan gerakan terbatas

dan berisi masa berupa cairan musin kental yang berbau jika sudah dipenuhi

cairan eksudat purulen. Kadang juga bersifat asimptomatis dan tidak

memerlukan intervensi kecuali sudah terjadi infeksi dan timbul gejala seperti

dispaneuria atau nyeri hebat. Terapi yang diperlukan adalah insisi drainase.

13
b. Kista Garner

Berasal dari sisa kanalis wolfii yang berjalan sepanjang permukaan anterior dan

bagian atas vagina. Diameternya sekitar 1 cm dan teraba saat palapsi. Jika

kistanya membesar, sukar dibedakan dengan diverticulum uretral atau sistosel.

Lokasi utama di anterolateral puncak vagina. Pada perabaan kista bersifat kistik,

dilapisi dinding translusen tipis yang tersusun epitel kuboid atau kolumner.

Biasanya kista ini asimptomatis dan sering ditemukan pada dinding lateral vagina

pada pemeriksaan rutin. Gejala yang mungkin adalah, dispaneuria, nyeri vagina,

dan obstruksi saat dimasukkan tampon atau alat vaginal yang lain. Dalam

kebanyakan kasus hanya diobservasi namun sebaiknya dilakukan pembedahan

Maka terapinya adalah marsupialisasi atau bisa dilakukan insisi dinding

anterolateral vagina dan eksisi untuk mengeluarkan kista dari sisa kanalis wolfii.1

Gambar 6. Kista Gartner

14
2. Tumor Solid.

a. Fibroma Vagina

Berasal dari proliferasi fibroblast di jaringan ikat dan otot polos vagina. Tumor

ini tidak menimbulkan keluhan apabila berdiameter kecil. Tumor ini hanya

menyebabkan dispareunia apabila ukurannya besar. Terapinya dapat dilakukan

eksisi atau metode marsupialisasi.1

Gambar 7. Fibroma vagina

b. Adenosis Vagina

Berasal dari sisa saluran paramesonefridikus Muler berupa tumor jinak vagina,

terutama terletak dekat serviks uteri, terdiri dari epitel torak yang

mengeluarkanmucus.Di tempat itu mukosa vagina tampak merah dan berbintik.

Ini disebabkan karena pemberian hormone estrogen sintesis lain, diberikan pada

ibu penderita waktu hamil muda (sindrom D.E.S). Tumor ini dapat menjadi

adenocarcinoma.Terapi: eksisi dengan teknik bedah konvensional.1

15
Gambar 8. Vaginal adenosis, terdapat area multiple glanular berwarna merah

c. Endometriosis Vagina

Endometriosis merupakan suatu kondisi dimana fragmen sel melapisi dinding

kandungan (endometrium) yang dapaEndometriosis is a condition in which fragments

of cells like the ones in the lining of tht ditemukan di tempat lain. fragmen sel ini juga

akan bertumbuh seiring pertumbuhnan endometrium selama fase menstruasi dan

sering menimbulkan rasa nyeri hebat. Lapisan ini meluruh dan terjadi perdarahan

seperti lapisan di dinding uterus. Namun, jika terjadi perdarahan internal, maka tidak

ada jalan untuk keluarnya darah, sehingga terjadi inflamasi, nyeri, dan terjadi formasi

jaringan ikat (adesi). Angka insidensi cukup luas dari 2% – 50%. Kebanyakan terjadi pada

wanita bangsa oriental.

Kebanyakan endometriosis terjadi di ovarium,

The most common site is the ovaries, where it may occur as reddy-brown spots or

develop into cysts. Ovarian cysts caused by endometriosis are called chocolate cysts.

They are virtually always benign. Endometriosis may also be found on the peritoneum,

the thin layer of tissue, which covers all the organs inside the abdomen. The most

16
common sites are on or between the ligaments at the back of the womb, between the

uterus and bladder, and on either side of the womb. Spots may also be found on the

fallopian tubes, the cervix, or in the vagina. Less common sites for endometriosis are

the bladder, bowel or appendix. Rarely, the lungs may have endometriotic lesions.

Sering dikelirukan dengan adenosis vagina karena tersebar secara difus di vagina.

Lokasi tersering di forniks posterior. Diagnosis pasti dengan specimen biopsy

dari tempat lesi.1

C. TUMOR SERVIKS

A. Tumor Kistik

a. Kista Nabothi (Kista Retansi)

Epitel kelenjar endoserviks tersusun dari jenis kolumner tinggi yang rentan

terhadap infeksi. Gangguan lanjut dari infeksi atau proses restukturisasi

endoserviks menyebabkan metaplasia squamosal maka muara kelenjar

endoseerviks akan menutup. Penutupan muara duktus menyebabkan secret

tertahan dan berkembang menjadi kantong kista. Gambaran kista ini terlihat

penonjolan kistik di area endoserviks dengan batas tegas dan berwarna lebih

muda dari jaringan sekitarnya karena cairan musin. Terapi: tidak ada terapi

khusus.1

17
Gambar. Kista Nabothi

B. Tumor Solid

a. Polip Serviks

Merupakan penjuluran dari bagian endoserviks atau intramukosal serviks dengan

variasi eksternal atau region vaginal serviks.Polip ini bervariasi, dari tunggal

hingga multiple, berwarna merah terang, rapuh dan strukturnya menyerupai

spons. Gambaran histopatolosis polip sama dengan jaringan asalnya. Tidak

jarang ujung polip mengalami nekrotik atau ulserrasi sehingga dapat

menimbulkan pendarahan pasca segama. Terapi: karena polip ini bertangkai dan

dasarnya mudah dilihat sehingga dapat dilakukan ekstirpasi.1

18
Gambar.Polip Serviks

b. Mioma Serviks

Karena otot polos di serviks jarang, sehingga tumor ini jarang terjadi.Biasanya

tumor ini bersifat soliter namun dapat tumbuh hingga ukuran besar sehingga

dapat memenuhi rongga pelvik dan menekan kandung kemih, rectum dan ureter.

Terapi: apabila pertumbuhanya berlangsung cepat, dapat dilakukan

pengangkatan.1

C. TUMOR ENDOMETRIUM

1. Tumor Padat/So lid

a. Polip Endometrium

Sering dijumpai.Seringkali berupa penonjolan langsung dari lapisan

endometrium atau merupakan tumor bertangkai dengan pembesaran di bagian

ujungnya.Pendarahan nonspesifik diluar siklus sering menjadi gejala

utamanya.Memiliki konsistensi yang lebih kenyal dan berwarna lebih merah dari

pada polip serviks. Terapi: apabila tidak bertangkai, dapat dilakukan kuretase

19
atau evakuasi dengan bantuan histerokopi. Apabila bertangkai dapat dijepit

kemudian dilakukan putaran pada tangkai hingga terputus.1

Gambar. Ilustrasi polip endometrial

2. Tumor Padat Myometrium

a. Mioma Uteri

Merupakan tumor jinak yang struktur utamanya otot polos rahim.Penyebabnya

tidak diketahui secara pasti.Seringkali gejalanya asimtomatik.Namun bisa

bervariasi seperti metroragia, nyeri, menoragia hingga infertilitas. Klasifikasi

berdasarkan lokasinya: mioma submukosa, yang menepati bagian bawah

endometrium dan menonjol ke kavum uteri; mioma intramural, yang berkembang

diantara myometrium; mioma subserosum, mioma yang tumbuh dibawah lapisan

serosa uterus dan dapat bertumbuh kearah luar dan juga bertangkai.Gambaran

klinik dapat terjadi pendarahan abnormal uterus, nyeri dan efek penekanan.

Terapi: miomektomi atau histerektomi.1

20
Gambar.Tempat terjadinya Mioma

b. Adenomiosis

Merupakan lesi pada lapisan myometrium yang ditandai dengan invasi jinak

endometrium yang secara normal hanya melapisi bagian dalam dinding uterus

atau kavum uteri. Gejala utama adalah menoragia dan disminore yang semakin

lama semakin berat terutama pada perempuan usia 40 tahunan. Disminore

bersifat kolik akibat kontraksi yang kuat dan pembengkakan intramural oleh

timbunan darah didalam pulau-pulau jaringan endometrium. Terapi:

histerektomi.1

Gambar. Uterus yang membesar karena adenomyosis

21
D. TUMOR JARINGAN OVARIUM

1. Tumor Kistik

a. Kista Folikel

Kista ini terjadi karena kegagalan ovulasi dan kemudian cairan interafolikel tidak

diabsorbsi kembali.Kista ini tidak menimbulkan gejala yang spesifik.Ada yang

menghubungkan kista folikel dengan gangguan menstruasi (perpanjangan

interval antarmenstruasi atau pemendekan siklus).Penemuan kista ini biasanya

melalui pemeriksaan USG transvaginal. Terapi: sebagian kista dapat mengalami

obliterasi dalam 60 hari tanpa pengobatan. Pil kontrasepsi dapat digunakan untuk

mengatur siklus dan atresia kista folikel.Dapat juga dilakukan pungsi langsung

dinding kista dengan laparoskopi.1

Gambar. Ilustrasi kista folikel


b. Kista Korpus Luteum

Terjadi akibat pertumbuhan lanjut korpus luteum atau pendarahan yang mengisi

rongga yang terjadi setelah ovulasi.Terdapat 2 jenis kista:1

 Kista Granulosa: merupakan pembesaran non-neoplastik ovarium.

Reabsorbsi darah di ruangan ini menyebabkan terbentuknya kista korpus

22
luteum. Kista ini dapat menyebabkan nyeri local dan tegang dinding perut

disertai amenore atau mens terlambat.

 Kista Teka: kista ini tidak pernah menjadi besar. Umunnya bilateral dan

berisi cairan jernih kekuningan. Kista ini sering dijumpai bersamaan dengan

mola hidatidosa, korio karsinoma dll. Kista ini tidak diperlukan tindakan

bedah dan dapat menghilang spontan setelah evakuasi mola.

c. Ovarium Polikistik (stein-Leventhal Syndrom)

Ditandai dengan pertumbuhan polikistik ovarium kedua ovarium, amenore

sekunder atau oligomenorea dan infertilitas.Diagnosis didasari dnegan

anamnesis dan pemfis.Riwayat menarke dan haid yang normal kemudian

berubah menjadi episode amenore yang semakin lama.Pemeriksaan yang dapat

diandalakan adalah USG dan laparoskopi.FSH biasnya normal, LH tinggi, rasio

LH > FSH > 2.E tinggi/normal.Prolactin normal atau tinggi. Terapi: klomifen

sitrat 50-100 mg per hari untuk 5 – 7 hari per siklus.1

Gambar. Ilustrasi polykistik ovarium, dimana pada gambar menunjukan ovarium yang
normal dan abnormal

23
E. TUMOR EPITEL OVARIUM

1. TUMOR KISTIK OVARIUM

a. Kistadenoma Ovarii Serosum

Mencangkup sekitar 15-25% dari keseluruhan tumor jinak ovarium.12-50%

terjadi pada kedua ovarium.Ukuran kista antara 5-15 cm dan lebih kecil dari rata-

rata kistadenoma musinosum.Kista berisi cairan serosa, jernih kekuningan.

Sering ditemukan pada usia 20-30 tahun. Seperti kebanyakan tumor epitel, kista

ini tidak memiliki gejala yang khas. Terapi: eksisi dengan eksplorasi menyeluruh

pada organ intrapelvik dan abdomen, dan sebaiknya dilakukan pemeriksaan PA.1

Gambar. Kistadenoma serosum

b. Kistadenoma Ovarii Musionum

Mencangkup sekitar 16-30% dari total tumor jinak ovarium. Tumor ini bilateral

pada 5-7% kasus.Tumor ini merupakan tumor ukuran terbesar dari tumor dalam

tubuh manusia.Tumor ini asimtomatik dan sebagian besar pasien hanya

merasakan penambahan berat badan atau rasa penuh di perut.Cairan musin dapat

mengalir ke kavum pelvik atau abdomen melalui stroma ovarium sehingga terjadi

24
akumulasi cairan musin intraperitoneal dan hal ini dikenal sebagai

pseudomiksoma peritonii. Terapi: laparotomy.1

c. Kista Dermoid

Merupakan tumor terbanyak (10% dari total tumor ovarium) yang berasal dari

sel germinativum.Kista ini jarang mencapai ukuran besar, kista ini memiliki

dinding berwarna putih dan relative tebal berisi cairan kental dan berminyak

karena dinding tumor menganndung banyak kelenjar sebasea dan derivate

ectodermal.Rasa penuh dan berat di perut terjadi bila ukuran kista cukup besar.

Terapi: laparotomy dan kistektomi.1

2. Tumor Padat Ovarium

a. Fibroma

Tumor ini dikenal terkait dengan sindroma Meig’s. Mekanisme sindroma ini

belum diketahui secara pasti.Tidak seperti namanya, tumor ini tidak sepenuhnya

berasal dari jaringan ikat karena terdapat unsur germinal, tekoma dan

transformasi kearah ganas seperti tumor. Konsistensi tumor adalah kenyal, padat

dengan permukaan yang halus dan rata.Dapat disertai asites dan hidrotoraks yang

merupakan paket sindrom Meig’s dan tanpa kedua gejala tersebut maka tumor

ini disebut fibroma ovarii. Terapi: hamper semua tumor ini diindikasikan untuk

diangkat. Pada sindrom Meig’s pengangkatan tumor ini akan diikuti dengan

menghilangnya hidrotoraks dan asites.1

25
Gambar. Fibroma ovarium disertai hemoragik
b. Tumor Brenner

Tumor Brenner jarang ditemukan dan umunnya ditemukan pada perempuan usia

lanjut (50 tahun). Tumor ini sering disalah diagnosis dengan tumor

fibroma.Greene et al berpendapat bahwa jaringan asal tumor ini adalah epitel

permukaan, rete dan stroma ovarium. Terapi: eksisi.1

Gambar.Tumor Branner. Tampak gambaran tumor yang padat, kekuningan

c. Tumor Sel Stroma1

 Tumor Sel Granulosa

Dikaitan dengan adanya produksi hormone estrogen dan dapat

menyebabkan pubertas prekok pada gadis muda dan menyebabkan

hyperplasia adenomatosa dan pendarahan pervaginam pada perempuan

26
pasca menopous. Histopatologis: sel dengan inti berlekuk seperti biji

kopi, disertai pertumbuhan stroma yang mikrofolikuler, makrofolikuler,

trabekuler, insuler atau padat.

 Tumor Sel Teka

Tumor ini juga memproduksi estrogen.Tumor ini mengandung sebaran

sel lemak yang memberikan warna kekuningan pada badan tumor saat

dilakukan diseksi.

 Tumor Sel Sertoli dan Sel Leyding

Umumnya terjadi pada usia 20-27 tahun. Sebagian besar tumor tumbuh

secara unilateral. Pada pemeriksaan mikroskopik akan dijumpai sel sertoli

dan sel leyding.

d. Tumor Endometroid

Tumor ini sering dijumpai pada ovarium, ligamentum sakro uterine dan

rotundum, septum rektovaginalis, tunika serosa (uterus, tuba, rectum, sigmoid

dan kandung kemih) dll.Bentuk paling sering ditemukan adalah penonjolan

berwarna merah kehitaman, terutama pada ovarium dan bagian belakang

dinding uterus. Kebocoran akibat upaya untuk melepaskan ovarium dari

perlekatanya akan disertai keluarnya jaringan kecoklatan seperti karat.

Terapi: dapat dilakukan ooforektomi tergantung usia dan fertilitas pasien.1

27
DAFTAR PUSTAKA

1. Prawirahardjo S. Ilmu Kandungan. Edisi ketiga. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka

Sarwono Prawirahardjo; 2005.

2. Schorge JO, Cunningham FG, Bradshaw KD. Williams Gynecologic 20th

Edition. Philadelphia: Mc Graw-Hill; 2008.

28
3. Author. Valvular Cancer. American Cancer Society.

http://www.cancer.org.Accessed February 7, 2014.

4. Gibbs, Ronald S. Karlan, Beth Y. Haney, Arthur F. Nygaard, Ingrid E.

Danforth's Obstetrics and Gynecology, 10th Edition. Lippincott Williams &

Wilkins; 2008.

5. Curtis, Michele G. Overholt, Shelley. Hopkins, Michael P. Glass' Office

Gynecology, 6th Edition. Lippincott Williams & Wilkins; 2006.

6. DeCherney, Alan. Lauren N. Goodwin TM. Current Diagnosis & Treatment

Obstetrics & Gynecology. 10thEdition. The McGraw-Hill Companies, Inc;

2007.

7. Katz, FL. Lentz, GM. Lobo RA. Katz: Comprehensive Gynecology. 5thEdition.

Elsevier; 2007.

8. Ramesh. Anjana, A. Kusum, N. Overview of Benign and Malignant Tumours

of Female Genital Tract. Journal of Applied Pharmaceutical Science Vol. 3

(01), pp. 140-149; 2013.

9. Casey, PM. Long, ME. Marnach, ML. Abnormal Cervical Appearance: What

to Do, When to Worry?.Mayo Clinic Proc. Feb; 86(2): 147–151; 2011.

10. Martaadisoebrata D. Buku Pedoman Pengelolaan Penyakit Trofoblas

Gestasional. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran ECG; 2005.

29
30

Anda mungkin juga menyukai