Anda di halaman 1dari 24

1

PENGARUH PUPUK FOSFOR PADA PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI


TANAMAN MENTIMUN (Cucumis Sativus L.) *)
SRI YULIYANTI ADAM/NIM. 613409030 **)

Pengaruh Pupuk Fosfor Pada Pertumbuhan Dan Prouksi Tanaman


Mentimun ( Cucumis sativus L.)
Sri Yuliyanti Adam, Mohamad ikbal Bahua, Fitriah S.Jamin

ABSTRAK

SRI YULIYANTI ADAM. NIM 613409030. Pengaruh Pupuk Fosfor Pada


Pertumbuhan Dan Produksi Tanaman Mentimun Di Desa Dutohe Kecamatan
Kabila Kabupaten Bone Bolango. Dibimbing oleh Mohamad. Ikbal Bahua sebagai
Pembimbing I dan Fitriah S. Jamin sebagai Pembimbing II.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pupuk P dan perlakuan


pupuk P yang terbaik pada pertumbuhan tanaman mentimun. Penelitian ini
dilaksanakan di Desa Dutohe Kecamatan Kabila Kabupaten Bone Bolngo, yang
dimulai pada Bulan April sampai Bulan Juni 2013. Penelitian ini menggunakan
Rancangan Acak Kelompok dengan lima perlakuan. Dosis pupuk P yang
digunakan terdiri atas 5 taraf yaitu: 0, 50, 100, 150, dan 200 kg/ha yang diulang
sebanyak tiga kali. Data hasil penelitian dianalisis dengan menggunakan analisis
of varians (ANOVA) dan dilanjutkan dengan uji BNT jika terdapat pengaruh
perlakuan pupuk P terhadap pertumbuhan dan produksi mentimun. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa pemberian pupuk P pada pertumbuhan dan
produksi mentimun berpengaruh nyata pada parameter tinggi tanaman, jumlah
daun, umur berbunga, jumlah buah, panjang buah dan berat buah. Perlakuan
pupuk phosfor terbaik yang berpengaruh pada pertumbuhan dan produksi
mentimun yaitu terdapat pada perlakuan S4 dengan dosis 200 kg/ha.

Kata Kunci: Pupuk Fosfor, Pertumbuhan dan Produksi Mentimun


2

PENDAHULUAN

Mentimun (Cucumis sativus L.) dikenal dengan nama latin timun (jawa),
bonteng (sunda), atau cucumbe (inggris), termasuk dalam famili Cucurbitaceae.
Mentimun merupakan salah satu jenis komoditi yang terkenal luas dimasyarakat.
Mentimun (Cucumis sativus L.) merupakan salah satu jenis sayuran dari keluarga
labu-labuan (Cucurbitaceae) Rukmana (Muttaqiin, 2010) yang berasal dari daerah
India yang menghasilkan buah yang dapat dimakan.
Mentimun adalah salah satu sayuran buah yang banyak di konsumsi segar
oleh masyarakat Indonesia. Tanaman ini adalah berupa herba melata atau setengah
merambat dan merupakan tanaman semusim (setelah berbunga dan berbuah
tanaman mati). Meskipun bukan tanaman Indonesia, tetapi mentimun sudah
sangat di kenal oleh masyarakat Indonesia. Jenis sayuran ini dengan mudah
ditemukan hampir seluruh pelosok Indonesia. Mentimun juga dikenal dalam dunia
kesehatan sebagai obat batuk, penurunan panas dalam, bahkan mentimun yang
dikukus dan di simpan sehari semalam lalu di diamkan langsung akan berkhasiat
mengurangi sakit tenggorokan dan batuk-batuk.
Produktifitas komoditi sayuran di Provinsi Gorontalo khususnya di
Kabupaten Bone Bolango baru mencapai luas tanam 1 hektar yang menghasilkan
5 kuintal/ha. Jika dibandingkan dengan potensi hasil beberapa varietas mentimun
yang ada, produksi tanaman mentimun secara nasional masih rendah, yaitu hanya
10 ton/ha, sedangkan potensi hasil tanaman mentimun dapat mencapai 49 ton/ha.
Hal ini disebabkan karena selama ini sistem usaha tani mentimun belum dilakukan
secara intensif (Milka et al, 2007). Pertumbuhan mentimun akan menjadi baik dan
subur karena diberi pupuk. Pemupukan merupakan faktor penting guna
menunjang pertumbuhan dan produksi suatu tanaman.
Sejarah penggunaan pupuk pada dasarnya merupakan bagian daripada
sejarah pertanian. Penggunaan pupuk diperkirakan sudah dimulai sejak permulaan
manusia mengenal bercocok tanam, yaitu sekitar 5.000 tahun yang lalu. Bentuk
primitif dari penggunaan pupuk dalam memperbaiki kesuburan tanah dimulai dari
kebudayaan tua manusia di daerah aliran sungai-sungai Nil, Euphrat, Indus, Cina,
dan Amerika Latin. Lahan-lahan pertanian yang terletak di sekitar aliran-aliran
3

sungai tersebut sangat subur karena menerima endapan lumpur yang kaya hara
melalui banjir yang terjadi setiap tahun.
Pupuk P merupakan hara makro kedua setelah N yang dibutuhkan oleh
tanaman dalam jumlah yang cukup banyak. Ketersediaan P dalam tanah
ditentukan oleh bahan induk tanah serta faktor- faktor yang mempengaruhi seperti
reaksi tanah (pH), kadar Al dan Fe oksida, kadar Ca, kadar bahan organik,
tekstur dan pengelolaan lahan.
Rumusan masalah
Masalah pada penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :
1. Bagaimana pengaruh pupuk fosfor bagi pertumbuhan dan produksi tanaman
mentimun?
2. Pupuk fosfor manakah yang paling baik mempengaruhi pertumbuhan dan
produksi tanaman mentimun?

Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan penelitian ini adalah :
1. Mengetahui pengaruh pupuk fosfor pada pertumbuhan dan produksi tanaman
mentimun.
2. Mengetahui pupuk fosfor yang paling baik mempengaruhi pertumbuhan dan
produksi tanaman mentimun.

Manfaat Penelitian
Pupuk fosfor pada pertumbuhan dan produksi tanaman mentimun akan
memberikan suatu informasi ilmu pengetahuan bagi pengembangan usaha
pertanian yang berkelanjutan bagi kepentingan kesejahteraan petani. Untuk itu
manfaat penelitian ini adalah:
1. Dapat dijadikan bahan pengambil kebijakan oleh Dinas Pertanian dalam
program budidaya mentimun dengan penggunaan pupuk fosfor
2. Sebagai bahan informasi bagi petani dalam menggunakan pupuk fosfor pada
budidaya tanaman sayuran buah.
3. Sebagai bahan ilmu pengetahuan bagi mahasiswa dalam meningkatkan
wawasan di bidang budidaya pertanian dan pemupukan dengan memperhatikan
kondisi lahan dan kualitas pertumbuhan tanaman.
4

Hipotesis Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah dan tujuan penelitian, maka dapat
dirumuskan hipotesis penelitian ini sebagai berikut:
1. Diduga pupuk fosfor berpengaruh nyata pada pertumbuhan dan produksi
tanaman mentimun.
2. Terdapat perlakuan pupuk fosfor yang terbaik dalam mempengaruhi
pertumbuhan dan produksi tanaman mentimun.
5

TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Deskripsi Tanamann Mentimun
Menurut Sharma (Sofia, 2007) tanaman mentimun dalam taksonomi
tanaman dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
Kingdom : Plantae
Divisio : Spermatophyta
Kelas : Dicotyledonae
Ordo : cucurbitalesm
Family : Cucurbitaceae
Genus : Cucumis
Spesies : C. sativus
Nama binomial : Cucumis sativus L.
Tanaman mentimun berasal dari daratan Asia hingga mediteran di Timur
Tengah. Tanaman ini sudah dibudidayakan sejak berabad-abad lamanya.
Beberapa spesies liar juga ditemukan di Cina dan Afrika. Timun merupakan
sayuran buah daerah subtropik dan tropik dataran tinggi, namun banyak pula jenis
yang dapat tumbuh dan diusahakan secara luas didtaran rendah.
Mentimun (Cucumis sativus L.) merupakan tanaman semusim yang bersifat
menjalar atau memanjat dengan perantaraan alat pemegang berbentuk pilin atau
spiral. Bagian yang dimakan dari sayuran ini adalah buahnya. Nilai gizi mentimun
cukup baik karena sayuran buah ini merupakan sumber mineral dan vitamin.
Habitus mentimun berupa herbal lemah melata atau setengah merambat dan
merupakan tanaman semusim setelah berbunga dan berbuah tanaman mati.
Pembungaannya berumah satu (monoecious) dengan tipe bunga jantan dan bunga
hermafrodit (banci).

Peran Pupuk Fosfor Pada Tanaman


Menurut Sutedzo (Muttaqiin, 2009), Pupuk dalam arti luas termasuk semua
bahan yang ditambahkan ke dalam tanah untuk menyediakan unsur yang esensial
bagi pertumbuhan tanaman. Pupuk tidak berisi unsur-unsur hara tanaman dalam
bentuk unsur seperti nitrogen, phospor, kalium, tetapi unsur tersebut ada dalam
bentuk campuran yang memberikan bentuk-bentuk ion dari unsur hara yang dapat
diabsorbsi tanaman.
6

Tanaman timun untuk pertumbuhannya memerlukan zat makanan (hara)


yang terdiri atas hara makro, seperti N, P, K, S, Mg, Ca dan zat hara mikro, seperti
Mo, Cu, B, Zn, Fe, Mn. Unsur hara makro terutama NPK merupakan zat hara
penting yang banyak diperlukan tanaman dalam pertumbuhannya. Pemberian
pupuk P yang tepat akan memberikan hasil pertumbuhan tanaman yang subur dan
produksi yang tinggi, sebaliknya apabila dosis yang diberikan tidak tepat maka
akan menghambat produksi tanaman, yaitu pertumbuhan tanaman menurun,
demikian pula produktifitasnya menurun. Kebutuhan fosfor pada tanaman
mentimun adalah 150 kg/ha (Cahyono, 2006).
Fosfor berperan penting dalam proses metabolisme tanaman yang
keberadaannya tidak dapat digantikan oleh unsur hara lain. Fosfor merupakan
komponen penting asam nukleat, karena itu menjadi bagian esensial untuk semua
sel hidup. Fosfor sangat penting untuk perkembangan akar, pertumbuhan awal
akar tanaman, luas daun, dan mempercepat panen. Pupuk fosfor yang umum
terdapat di Indonesia adalah pupuk SP-36 (super fosfat 36% P2O5).
7

METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilaksanakan di Desa Dutohe Kecamatan Kabila Kabupaten


Bone Bolango. Penelitian ini dimulai pada Bulan April 2013 sampai dengan
Bulan Juni 2013. Alat dan bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah
sebagai berikut: meteran, tugal, kertas Label, tajak, timbangan, cangkul, sekop,
tali plastik, kantong plastik, bambu, kamera, dan bor tanah. Bahan yang
digunakan: Benih mentimun hercules, pupuk fosfor SP-36
Penelitian ini dilakukan menggunakan Rancangan Acak Kelompok
(RAK) dengan 5 perlakuan yang diulang sebanyak 3 kali yaitu S0 = Tanpa
pupuk, S1 = 50 kg/ha, S2 = 100 kg/ha, S3 = 150 kg/ha, S4 = 200 kg/ha.
Langkah awal sebelum melakukan penelitian adalah meninjau langsung
lokasi penelitian, guna untuk melihat apa sesuai atau tidak untuk dijadikan
sebagai lokasi penelitian. Selanjutnya mempersiapkan semua alat dan bahan
yang diperlukan untuk penelitian.
Pelaksanaan penelitian terdiri atas beberapa tahap yaitu:
1. Pengolahan Tanah
Tanah diolah dengan membersihkan lahan dari tanaman pengganggu atau
gulma. Selanjutnya dilakukan pembajakan tahap pertama yang bertujuan untuk
membalikan tanah. Pembajakan kedua dilakukan satu minggu setelah dari
pembajakan pertama, yang bertujuan untuk menggemburkan dan meratakan
tanah. Sesudah pembajakan kedua lalu dilakukan pembuatan petakan yang
berukuran 3 m x 5 m dan jarak antara petakan 50 cm sedangkan jarak antar
ulangan 100 cm.
2. Penanaman
Waktu tanam yang tepat didasarkan pada faktor cuaca. Pada musim
kemarau dan musim penghujan cuacanya sangat berbeda. Cuaca sangat
berpengaruh terhadap pertumbuhan dan produktifitas tanaman (hasil panen).
Cuaca juga mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan organisme
pengganggu (hama dan penyakit). Dengan memperhatikan faktor cuaca, maka
waktu tanam timun yang tepat adalah pada bulan April-Juni. Jarak tanamyang
ideal untuk penanaman timun dengan pola tanam baris berganda 60 cm x 50 cm,
8

penanaman dilakukan dengan cara ditugal dengan kedalaman 5-7 cm, setiap
lubang tugalan diisi dengan 2-3 biji lalu ditutup dengan tanah.
3. Pemupukan
Pupuk diberikan bertujuan untuk meningkatkan pertumbuhan tanaman.
Pupuk yang digunakan dalam penelitian ini adalah pupuk fosfor dengan dosis
yang berbeda dan diberikan secara dibenamkan disekeliling tanaman dengan
jarak 5 cm dari tanaman, setelah dilakukan pemupukan dilakukan penyiraman
atau pengairan untuk melarutkan pupuk tersebut, sehingga pupuk mudah diserap
tanaman.
4. Pemasangan ajir
Ajir berfungsi untuk merambatkan tanaman, memudahkan pemeliharaan
dan tempat menompang buah. Pengajiran dilakukan 5 hari setelah tanam agar
tidak mengganggu dan merusak perakaran tanaman. Tinggi ± 5 meter.
5. Pemeliharaan
Pemeliharaan tanaman terdiri dari penyulaman, penyiraman, penyiangan
dan pembumbunan. Penyulaman dilakukan setelah tanaman berumur 7 hst,
tujuan penyulaman untuk menggantikan tanaman yang layu, mati atau tidak
tumbuh. Penyiraman setiap pagi dan sore hari sesuai dengan kondisi tanah pada
poliybag dan curah hujan. Untuk penyiangan setiap hari apabila ada gulma yang
tumbuh disekitar tanaman, serta pembumbunan seminggu sekali tujuan dari
pembumbunan agar tanah menjadi gembur serta memberikan sirkulasi udara
tanah
6. Pengamatan
Pengamatan dilakukan berlangsung sampai pada 49 hari setelah tanam,
yang dimulai pada saat tanaman berumur 14 HST, 21 HST, 28 HST, 35 HST, 42
HST, 49 HST. Pengamatan meliputi pengukuran tinggi tanaman, jumlah daun,
umur berbunga, panjang buah, jumlah buah, berat buah.
7. Panen dan Pascapanen
Panen mentimun dapat dilakukan setelah tanaman berumur 35-49 hari.
Panen dapat dilakukan setiap hari, umumnya diperoleh 1-2 buah/tanaman setiap
kali dipetik. Buah mentimun layak petik adalah buah yang masak penuh dengan
warna yang seragam mulai dari ujung hingga ujung buah dan mencapai panjang
optimal sesuai varietas. Buah yang dipetik terlalu awal akan mudah keriput,
9

sedang bila telalu lambat dipetik buah akan terasa pahit. Pemetikan dilakukan
dengan cara memotong sebagian dari tangaki buahnya menggunakan gunting
pangkas atau pisau. Pemetikan sebaiknya dilakukan pada pagi hari agar buah
masih segar karena penguapan sedikin.
Mentimun mudah mengalami kehilangan kandungan air setelah panen
sehingga buah menjadi keriput dan tidak tahan lama. Oleh karena itu sebaiknya
setelah panen, mentimun disimpan ditempat yang teduh dan terlindung dari sinar
matahari secara langsung. Apabila hendak dikemas sebaiknya kemasan diberi
lubang agar sirkulasi udara lancar, dan ditempatkan di tempat sejuk.
Variabel yang diamati yaitu pengamatan dilakukan selama masa umur
vegetatif berlangsung sampai pada 43 hari setelah tanam, yang dimulai pada saat
tanaman berumur 14 HST, 21 HST, 28 HST, 35 HST, 42 HST dan 49 HST.
Komponen variabel yang diamati pada penelitian ini adalah :
1. Tinggi Tanaman (cm)
Pengukuran tinggi tanaman (cm), diukur dari pangkal akar hingga ujung
daun yang terpanjang.
2. Jumlah Daun (helai)
Setelah tanaman berumur dua minggu dimulai menghitung jumlah
helaian daun yang telah membuka sempurna, segar dan belum
menguning
3. Umur Berbunga (hari)
Umur berbunga di hitung mulai muncul bunga pertama sampai 75 %
tanaman mentimun berbunga.
4. Panjang Buah (cm)
Panjang buah diukur pada saat panen, dilakukan pada buah yang
dihasilkan dari tanaman sampel, dengan cara mengukur mulai pangkal
buah sampai ujung buah kemudian dirata-ratakan.
5. Jumlah buah (buah)
Dilakukan dengan cara menhitung seluruh buah yang dihasilkan pada
saat tanaman berumur 45 HST.
6. Berat Buah (gram)
Bobot buah dihitung dengan menimbang buah yang dihasilkan dari
tanaman sampel.
10

Data yang diperoleh dianalisis secara statistik dengan menggunakan sidik


ragam. Terdapat perlakuan yang bebeda nyata, maka dilanjutkan dengan uji
BNT taraf 5%.
11

HASIL DAN PEMBAHASAN


Hasil
Hasil yang diamati dalam penelitian ini adalah tinggi tanman, jumlah daun,
umur berbunga, jumlah buah, panjang buah dan berat buah.
1. Tinggi Tanaman
Hasil pengamatan tinggi tanaman berdasarkan analisis sidik ragam
menunjukan bahwa perlakuan pupuk fosfor tidak berpengaruh nyata pada tanaman
umur 14 HST akan tetapi berpengaruh nyata pada pertumbuhan tinggi tanaman 21,
28, 35 dan 42 HST. Pada 4 umur pengamatan tanaman ini terlihat bahwa pada
dosis pupuk P 200 kg/ha mempunyai nilai tinggi tanaman yang lebih baik seperti
dijelaskan pada Tabel 1.
Tabel 1. Rata-rata Tinggi Tanaman Mentimun
Perlakuan Rata-rata Tinggi Tanaman (cm)
(kg/ha) 14 HST 21 HST 28 HST 35 HST 42 HST
0 13,67 26,14 a 60,86 a 98,19 a 146,19 a
50 14,95 30,98 b 79,38 b 129 b 170,52 ab
100 15 30,48 b 76,19 b 125,95 b 166,53 ab
150 14,12 28,88 ab 77,33 b 127,24 b 188,19 bc
200 15,43 31, 26 b 87 b 145,9 b 201,48 c
BNT 5% 3,27 13,12 2,89 25,19
Keterangan : Angka-angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji 5%
terhadap tinggi tanaman mentimun
Tabel 1 di atas dapat dijelaskan, bahwa berdasarkan hasil uji BNT pada taraf
α = 5 % menunjukan perlakuan S4 = 200 kg/ha memberi hasil tertinggi terhadap
tinggi tanaman dan berbeda nyata dengan perlakuan lainnya. Hal ini dapat dilihat
pada Gambar 1.
12

250

Tinggi Tanaman (cm)


200
S0
150
S1
100
S2
50
S3
0
S4
14 21 28 35 42
Perlakuan (HST)

Gambar 1. Tinggi tanaman selama pengamatan untuk setiap pengamatan


2. Jumlah Daun
Hasil pengamatan jumlah daun berdasarkan analisis sidik ragam
menunjukan bahwa perlakuan pupuk fosfor berpengaruh nyata pada jumlah daun,
baik pada tanaman umur 14, 21, 28, 35 dan 42 HST, yaitu pada perlakuan S4
dengan dosis pupuk fosfor 200 kg/ha seperti di jelaskan pada Tabel 2
Tabel 2. Rata-rata Jumlah daun Mentimun
Perlakuan Rata-rata Jumlah Daun (helai)
(kg/ha) 14 HST 21 HST 28 HST 35 HST 42 HST
0 4,24 a 7,07 a 13,38 a 20,48 a 28,38 a
50 4,57 b 7,19 ab 14,71 ab 24,86 b 34,86 b
100 4,57 b 7,53 abc 15,29 bc 24,57 b 39,76 bc
150 4,71 b 7,67 bc 16,67 cd 27,76 c 48,47 c
200 4,91 b 8,10 c 18,19 d 29,81 c 51,86 c
BNT 5% 0,20 0,58 1,62 2,69 5,76
Keterangan : Angka-angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji 5%
terhadap jumlah daun mentimun
Tabel 2 di atas dapat dijelaskan, bahwa berdasarkan hasil uji BNT pada taraf
α = 5 % menunjukan perlakuan P4 = 200 kg/ha berpengaruh baik pada
pertumbuhan jumlah daun dibandingkan dengan perlakuan lainnya. Hal ini dapat
dilihat pada Gambar 2.
13

60

Jumlah Daun (helai)


50
40 S0
30 S1
20 S2
10 S3
0 S4
14 21 28 35 42
Perlakuan (HST)

Gambar 2. Jumlah daun selama pengamatan untuk setiap pengamatan


3. Umur Berbunga
Hasil pengamatan umur berbunga berdasarkan analisis sidik ragam
menunjukan bahwa perlakuan pupuk fosfor berpengaruh nyata pada umur
berbunga, yaitu pada perlakuan S3 dengan dosis pupuk fosfor 150 kg/ha seperti di
jelaskan pada Tabel 3
Tabel 3. Rata-rata Umur Berbunga Mentimun
Perlakuan (Kg/ha) Rata-rata Umur Berbunga (hari)
0 32,67 c
50 31,33 b
100 30,33 b
150 28,33 a
200 28,67 a
BNT 5% 1,03
Keterangan : Angka-angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji 5%
terhadap umur berbunga mentimun
Tabel 3 di atas dapat dijelaskan, bahwa berdasarkan hasil uji BNT pada taraf
α = 5 % menunjukan perlakuan S3 = 150 kg/ha berpengaruh baik pada umur
berbunga dibandingkan dengan perlakuan lainnya. Hal ini dapat dilihat pada
Gambar 3.
14

Umur Berbunga (hari)


34
32
30
28
26
50 100 150 200 250
Perlakuan (kg/ha)

Gambar 3. Umur Berbunga Mentimun


4. Jumlah Buah
Hasil pengamatan jumlah buah berdasarkan analisis sidik ragam
menunjukan bahwa perlakuan pupuk fosfor berpengaruh nyata pada jumlah buah,
yaitu pada perlakuan S4 dengan dosis pupuk fosfor 200 kg/ha seperti di jelaskan
pada Tabel 4.
Tabel 4. Rata-rata Jumlah Buah Mentimun
Perlakuan (kg/ha) Rata-rata Jumlah Buah (buah)
0 4,33 a
50 6,42 b
100 7,38 c
150 7,95 d
200 8,38 e
BNT 5% 0,38
Keterangan : Angka-angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji 5%
terhadap jumlah buah mentimun
Tabel 4 di atas dapat dijelaskan, bahwa berdasarkan hasil uji BNT pada taraf
α = 5 % menunjukan perlakuan S4 = 200 kg/ha berpengaruh baik pada jumlah
buah dibandingkan dengan perlakuan lainnya. Hal ini dapat dilihat pada Gambar 4
15

Jumlah Buah (buah)


10
8
6
4
2
0
50 100 150 200 250
Perlakuan (kg/ha)

Gambar 4. Jumlah Buah Mentimun


5. Panjang Buah
Hasil pengamatan panjang buah berdasarkan analisis sidik ragam
menunjukan bahwa perlakuan pupuk fosfor berpengaruh nyata pada panjang buah,
yaitu pada perlakuan S4 dengan dosis pupuk fosfor 200 kg/ha seperti di jelaskan
pada Tabel 5.
Tabel 5. Rata-rata Panjang Buah Mentimun
Perlakuan (kg/ha) Rata-rata Panjang Buah (cm)
0 26,57 a
50 27,57 b
100 28,43 c
150 29,66 d
200 31,05 e
BNT 5% 0,43
Keterangan : Angka-angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji 5%
terhadap panjang buah mentimun
Tabel 5 di atas dapat dijelaskan, bahwa berdasarkan hasil uji BNT pada taraf
α = 5 % menunjukan perlakuan S4 = 200 kg/ha berpengaruh baik pada panjang
buah dibandingkan dengan perlakuan lainnya. Hal ini dapat dilihat pada Gambar 5
16

32

Panjang Buah (cm)


31
30
29
28
27
26
25
24
50 100 150 200 250
Perlakuan (kg/ha)

Gambar 5. Panjang Buah Mentimun


6. Berat Buah
Hasil pengamatan berat buah berdasarkan analisis sidik ragam menunjukan
bahwa perlakuan pupuk fosfor berpengaruh nyata pada berat buah, yaitu pada
perlakuan S4 dengan dosis pupuk fosfor 200 kg/ha seperti di jelaskan pada Tabel 6
Tabel 6. Rata-rata Berat Buah Mentimun

Perlakuan (kg/ha) Rata-rata Berat Buah (gram)


0 713,62 a
50 778,9 b
100 900 c
150 925,24 cd
200 942,86 d
BNT 5% 39,79
Keterangan : Angka-angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji 5%
terhadap berat buah mentimun
Tabel 6 di atas dapat dijelaskan, bahwa berdasarkan hasil uji BNT pada taraf
α = 5 % menunjukan perlakuan S4 = 200 kg/ha berpengaruh baik pada berat buah
dibandingkan dengan perlakuan lainnya. Hal ini dapat dilihat pada Gambar 6.
17

1000

Berat Buah (gr)


800
600
400
200
0
50 100 150 200 250
Perlakuan (kg/ha)

Gambar 6. Berat buah Mentimun


1.1 Pembahasan
1. Tinggi Tanmaan
Hasil analisis sidik ragam menunjukan bahwa perlakuan pupuk fosfor
berpengaruh nyata pada pertumbuhan tinggi tanaman yaitu pada dosis pupuk 200
kg/ha. Hal ini mengindikasikan bahwa perlakuan pupuk fosfor sangat baik
digunakan untuk menambah unsur hara tanah dalam membantu pertumbuhan
tinggi tanaman. Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh
(Kasno et al, 2006) tentang Pengaruh Pemupukan Fosfat Terhadap Produktivitas
Tanah Inceptisol Dan Ultisol menyimpulkan bahwa pemupukan P terlihat dapat
meningkatkan tinggi tanaman dan jumlah daun per tanaman. Pupuk P optimum
untuk tanah inceptisol dan ultisols 20-40 kg P/ha. Peningkatan dosis pupuk P dari
20 menjadi 80 kg/ha tidak meningkatkan tinggi tanaman. Tinggi tanaman
merupakan indikator pertumbuhan tanaman yang sering diuji pada setiap
penelitian budidaya maupun pemupukan, karena tinggi tanaman dapat
memberikan respon yang cepat pada setiap perlakuan yang diuji cobakan (Ismail,
2013).
(Sutedjo, 2010) menjelaskan bahwa, fungsi dari fosfor dalam tanaman
diantaranya dapat mempercepat pertumbuhan akar semai dan dapat mempercepat
serta memperkuat pertumbuhan tanaman muda menjadi tanman dewasa pada
umumnya. Sebagai bahan pembentuk, fosfor terpencar-pencar dalam tubuh
tanaman, semua inti mengandung fosfor dan selanjutnya sebagai senyawa-
senyawa fosfat di dalam citoplasma dan membran sel. Perlakuan S4 dengan dosis
pupuk 200 kg/ha sangat berpengaruh nyata pada tinggi tanaman . Hal ini karena
kandungan unsur hara P rendah (dseperti terlihat pada lampiran 4).
18

2. Jumlah daun
Hasil analisis sidik ragam menunjukan bahwa perlakuan pupuk fosfor
berpengaruh nyata pada pertumbuhan jumlah daun yaitu pada dosis pupuk 200
kg/ha. Hal ini mengindikasikan bahwa perlakuan pupuk fosfor sangat baik
digunakan untuk menambah unsur hara tanah dalam membantu pertumbuhan
jumlah daun. Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya oleh (Afrida, 2009) tentang
pengaruh pemupukan fosfor terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman
pegagan (Centella asiatica (L.) Urban) di dataran tinggi Cianjur, menyimpulkan
bahwa pemupukan fosfor hanya berpengaruh nyata terhadap jumlah daun tanaman
induk pada umur 4 MST. Perlakuan 30 kg P2O5 /ha memiliki jumlah daun
tanaman induk terbanyak yaitu: 6,40 daun/tanaman. Perlakuan pemupukan 30 kg
P2O5/ha memiliki nilai lebih baik dibandingkan perlakuan lainnya pada peubah
jumlah daun tanaman induk. Pertumbuhan akar akan mendorong peningkatan
jumlah unsur hara yang dapat diserap oleh tanaman dan digunakan untuk proses
metabolisme. Unsur hara yang cukup akan menunjang pertumbuhan organ
tanaman, termasuk jumlah daun tanaman induk.
Secara teoritis Rudgers (Ismail, 2013) berpendapat bahwa pemupukan
fosfor yang tinggi menyebabkan terhalangnya serapan seng, sehingga translokasi
unsur ini dari akar ke bagian-bagian dimana metabolisme berlangsung dalam daun
terhambat. Pertumbuhan akar akan mendorong peningkatan jumlah unsur hara
yang dapat diserap oleh tanaman dan digunakan untuk proses metabolisme. Unsur
hara yang cukup akan menunjang pertumbuhan organ tanaman, termasuk jumlah
daun tanaman induk. Perlakuan S4 dengan dosis pupuk 200 kg/ha sangat
berpengaruh nyata pada pertumbuhan jumlah daun tanaman mentimun. Hal ini
karena kandungan unsur hara P rendah (seperti terlihat pada lampiran 4).
3. Umur Berbunga
Hasil analisis sidik ragam menunjukan bahwa perlakuan pupuk fosfor
berpengaruh nyata pada umur berbunga yaitu pada dosis pupuk 200 kg/ha. Hal ini
mengindikasikan bahwa perlakuan pupuk fosfor sangat baik digunakan untuk
menambah unsur hara tanah dalam membantu mempercepat pembungaan.
Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya oleh (Afrida, 2009) tentang pengaruh
pemupukan fosfor terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman pegagan
(Centella asiatica (L.) Urban) di dataran tinggi Cianjur, menyatakan hasil analisis
19

ragam menunjukkan bahwa pemupukan fosfor berpengaruh nyata terhadap umur


berbunga tanaman induk pada saat 6 dan 16 MST . Pada 6 MST umur berbunga
tanaman induk tertinggi terjadi pada perlakuan 30 kg P2O5/ha yaitu sebesar 1.1
bunga/tanaman.
Soepardi (Rahmawati, 2003) menjelaskan di dalam jaringan tanaman P
berperan dalam hampir semua proses reaksi biokimia. Peran P yang istimewa
adalah proses penangkapan energi cahaya matahari dan kemudian mengubahnya
menjadi energi biokimia. P merupakan komponen penyusun membran sel
tanaman, penyusun enzim-enzim, penyusun co-enzim, nukleotida (bahan
penyusun asam nukleat), P juga ambil bagian dalam sintesis protein, terutama
yang terdapat pada jaringan hijau, sintesis karbohidrat, memacu pembentukan
bunga.Pada proses pembungaan kebutuhan fosfor akan meningkat drastis karena
kebutuhan energi meningkat dan fosfor adalah komponen penyusun enzym dan
ATP yang berguna dalam proses transfer energi. Perlakuan S3 dengan dosis pupuk
150 kg/ha sangat berpengaruh nyata pada umur berbunga tanaman mentimun. Hal
ini karena kandungan unsur hara P rendah (seperti terlihat pada lampiran 4).
4. Jumlah Buah
Hasil analisis sidik ragam menunjukan bahwa perlakuan pupuk fosfor
berpengaruh nyata pada jumlah buah yaitu pada dosis pupuk 200 kg/ha. Hal ini
mengindikasikan bahwa perlakuan pupuk fosfor sangat baik digunakan untuk
menambah unsur hara tanah dalam membantu pertumbuhan jumlah buah.
Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya oleh (Saragih, 2009) dengan judul
respon pertumbuhan dan produksi tomat terhadap pemberian pupuk phospat dan
berbagai bahan organik dari data pengamatan dan hasil analisi statistik maka
diperoleh bahwa perlakuan dosis pupuk phospat berpengaruh nyata pada jumlah
buah, diperoleh bahwa phopor memberikan hasil tertinggi pada dosis P1 (25
kg/tnaman) yaitu sebesar 597,25 gram. Hal ini dikarenakan peningkatan kadar
phospat didalam tanah pada taraf yang tepat akan meningkatkan produksi.
(Sumaryo, 2000) mengemukakan bahwa unsur hara P berfungsi dalam
proses pertumbuhan awal dan pertumbuhan akhir. Sifat karakteristik dari pupuk
SP-36 sulit larut atau lama larut, sehingga pada pertumbuhan awal SP-36 belum
dapat digunakan secara maksimal oleh tanaman, maka parameter pertumbuhan
awal dan pertumbuhan menengah kurang terpengaruh pupuk SP-36, sedangkan
20

pada pertumbuhan akhir secara nyata sangat terpengaruhi oleh pemberian SP-36
yang tercermin pada jumlah buah. Perlakuan S4 dengan dosis pupuk 200 kg/ha
sangat berpengaruh nyata pada jumlah buah tanaman mentimun . Hal ini karena
kandungan unsur hara P rendah (seperti terlihat pada lampiran 4).
5. Panjang Buah
Hasil analisis sidik ragam menunjukan bahwa perlakuan pupuk fosfor
berpengaruh nyata pada panjang buah yaitu pada dosis pupuk 200 kg/ha. Hal ini
mengindikasikan bahwa perlakuan pupuk fosfor sangat baik digunakan untuk
menambah unsur hara tanah dalam membantu pertumbuhan panjang buah.
Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya oleh (Nurlenawati, 2003) respon
pertumbuhan dan hasil tanaman cabai merah varietas prabu terhadap berbagai
dosis pupuk fosfat dan bokashi jerami limbah jamur merang bahwa (P9) P2O5
115,2 kg/ha Pupuk Kandang 10 ton/ha memiliki buah cabai terpanjang yaitu 10,53
cm berbeda nyata dengan (P0) Tanpa Pupuk tetapi tidak berbeda nyata dengan
perlakuan lainnya. Hal ini dikarenakan panjang buah faktor genetik lebih
berpengaruh dibandingkan dengan faktor lingkungan. Walaupun demikian tetap
menunjukkan bahwa kombinasi dari kedua jenis pupuk yaitu pupuk anorganik dan
organik dapat meningkatkan panjang buah.
(Sianuturi, 2008) mengemukakan bahwa fosfor merangsang pembentukan
bunga, buah dan biji bahkan mampu mempercepat pemasakan buah dan menjadi
lebih bernas. Pemupukan fosfor sangat diperlukan oleh tanaman yang tumbuh di
daerah dingin. Tanaman dengan perkembangan akar yang lambat atau terhambat,
dan tanaman yang seluruh bagiannya dipanen. Perlakuan S4 dengan dosis pupuk
200 kg/ha sangat berpengaruh nyata pada panjang buah tanaman mentimun . Hal
ini karena kandungan unsur hara P rendah (seperti terlihat pada lampiran 4).
6. Berat Buah
Hasil analisis sidik ragam menunjukan bahwa perlakuan pupuk fosfor
berpengaruh nyata pada berat buah yaitu pada dosis pupuk 200 kg/ha. Hal ini
mengindikasikan bahwa perlakuan pupuk fosfor sangat baik digunakan untuk
menambah unsur hara tanah dalam membantu pertumbuhan berat buah.
Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya oleh (Idrus, 2004) tentang respon
tanaman mentimun akibat pemangkasan dan pemberian pupuk phosfor bahwa
hasil uji statistik terhadap berat buah mentimun menunjukan bahwa perlakuan
21

pemangkasan tidak berpengaruh nyata pada tanman mentimun dan pupuk phosfor
sangat berbeda nyata. Rataan perlakuan pemangkasan dan dosis pupuk phosfor
terhadap berat buah. Dari hasil penelitian bahwa semakin banyak dosis pupuk p
yang di gunakan semakin meningkat. Perlakuan S4 dengan dosis pupuk 200 kg/ha
sangat berpengaruh nyata pada berat buah tanaman mentimun. Hal ini karena
kandungan unsur hara P rendah (seperti terlihat pada lampiran 4).
22

PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat disimpulkan hal-
hal sebagai berikut :
1. Perlakuan pupuk fosfor berpengaruh nyata pada parameter tinggi tanaman,
jumlah daun, umur berbunga, jumlah buah, panjang buah dan berat buah.
2. Perlakuan pupuk fosfor terbaik yang berpengaruh pada pertumbuhan dan
produksi tanaman mentimun yaitu terdapat pada perlakuan pupuk fosfor 150
kg/ha dan 200 kg/ha.

Saran
Berdasarkan hasil penelitian, pembahasan dan kesimpulan maka pada
penelitian ini disarankan hal-hal sebagai berikut :
1. Diupayakan para petani dapat menerapkan hasil penelitian ini dengan
membudidayakan tanaman mentimun melalui usaha pemupukan fosfor pada
dosis 150 kg/ha dan 200 kg/ha.
2. Berdasarkan pertimbangan ekonomi diharapkan petani dapat menggunakan
pupuk fosfor dengan dosis 150 kg/ha untuk pertumbuhan dan produksi
tanaman mentimun.
3. Apabila petani menggunakan pupuk fosfor dengan dosis 200 kg/ha, maka
diharapkan untuk biaya produksi usaha tani lainnya, seperti : benih, pestisida,
dan biaya tenaga kerja dapat dapat diminimalisir untuk menghemat biaya
usaha tani.
4. Penelitian ini dapat dijadikan bahan informasi bagi penyuluh pertanian dalam
mensosialisasikan penggunaan pupuk fosfor bagi pertumbuhan dan produksi
tanaman hortikultura khususnya tanaman mentimun.
5. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang penggunaan pupuk fosfor
dengan kombinasi pupuk organik lainnya.
23

DAFTAR PUSTAKA
Afrida, A. 2009. Pengaruh Pemupukan Fosfor Terhadap Pertumbuhan Dan
Produksi Tanaman Pegagan (Centella Asiatica) Di Dataran Tinggi.
Skripsi.Dipublikasikan. Bogor: institut Pertanian Bogor.
http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/1909/A08gsa.pdf.
 15 juni 2013 

Cahyono, Bambang. 2006:69 . Timun. Semarang: Aneka Ilmu


Elfiati, D. 2005. Peranan Mikroba Pelarut Fosfat Terhadap Pertumbuhan
Tanaman. Skripsi dipublikasikan : Jurusan Keehutanan. fakultas Pertanian.
Universitas Sumatra Utara.
http://library.usu.ac.id/download/fp/hutan_deni%20elfiati.pdf[2Maret 2013]

Hilman, Yusdar. 2011. Petunjuk Teknis Budidaya Aneka Sayuran. Pusat


Penelitian dan Pengembangan Hortikultura.

Ismail. F. 2013, Pengaruh Pupuk Phosfor Terhadap Pertumbuhan Jagung


Hibrida. Skripsi: Fakultas Pertanian Universitas Negeri Gorontalo.
Kasno. A. , D. Setyorini, dan E. Tuberkih. 2006. Pengaruh Pemupukan Fosfat
Terhadap Produktivitas Tanah Inceptisol dan Ultisol. ISSN 1411 – 0067
Jurnal Ilmu-Ilmu Pertanian Indonesia. Volume 8, No. 2.
http://repository.unib.ac.id/51/1/91JIPI-2006.pdf.
15 juni 2013

Mardalena. 2007:9. respon pertumbuhan dan produksi tanaman mentimun


(cucumis sativus l.) terhadap urin sapi yang telah lama mengalami
perbedaan lama fermentasi . Skripsi dipublikasikan: Fakultas Pertanian.
Universitas Sumatera Utara.
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/15493/1/kptapr2004%20(6).
pdf [18 Februari 2013]

Milka Juwita, Suhardjadinata, Tini Sudartini. 2007:7. Pertumbuhan dan Hasil


Mentimun (Cucumis Sativus L.) varietas venus pada frekuensi
dankonsentrasi mikroba efektif yang berbeda

Muttaqiin. 2010 : 3. Pengaruh Kombinasi Pupuk Kandang dengan Pupuk Organik


Cair Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Mentimun (Cucumis
sativus L.). Skripsi : Jurusan Biologi. Fakultas Sains dan teknologi.
Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang.
Rahmawati. 2003 , Pengaruh Fosfor (P) terhadap Proses Fisiologi Tanaman
http://dian-ayuning-rakhmawati.blogspot.com/2011/11/pengaruh-fosfor-p-
terhadap-proses.html [15 Juni 2013]
Saragih, 2009, Respon Pertumbuhan Dan Produksi Tomat Terhadap Pemberian
Pupuk Phosfat Dan Berbagai bahan Organik. Skripsi. Fakultas Pertanian
Universitas Sumatra Utara

Sedjati, S. 2002:18. Kajian Pemberian Bokashi Jerami padi dan Pupuk P pada
kacang Tanah . Skripsi Dipublikasikan . fakultas Pertanian. Universitas
Muria kudus.
24

http://eprints.umk.ac.id/109/1/KAJIAN_PEMBERIAN_BOKASHI_JERA
MI_PADI.pdf [2 Maret 2013]

Sianturi. D. 2008. Uji Kandungan Fosfat Sebagai P2O5 Dalam Berbagai Merek
Pupuk Fosfat Komersil Secara Spektrofotometri. Skripsi. Medan :
Universitas Sumatera Utara.
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/16428/4/Chapter%20II.pdf
 15 juni 2013 

Soedarya, Prahasta Arief 2009. Agribisnis Mentimun. CV Pustaka Grafika :


Bandung

Sofia. 2007:5. Respon pertumbuhan dan produksi tanaman mentimun (cucumis


sativus l.) dengan mutagen kolkisin. Skripsi Dipublikasikan : Fakultas
Pertanian. Universitas Sumatera Utara.
http://repository.usu.ac.id/bistream/123456789/30310/2/reference.pdf
[18februari 2013]

Sunarya. 2000, Pengaruh Dosis Pupuk Dolmit Dan SP-36 Terhadap Jumlah Bintil
Akar Dan Hasil Tanaman Kacang Tanah Di Tanah Latosol Skripsi
Universitas Sumatera Utara.
Sutedjo, M.M, 2010. Pupuk dan Cara Pemupukan . Cet 8 Rineka cipta : Jakarta

Anda mungkin juga menyukai