Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan anak merupakan tanggung jawab orang tua, masyarakat, dan
pemerintah. Oleh sebab itu usaha untuk membantu pertumbuhan dan
perkembangan anak harus dilaksanakan secara terpadu dengan alasan-alasan
tertentu yaitu bahwa perkembangan anak melibatkan banyak aspek, misalnya
fisiologi, mental, dan sosial. Di samping itu pertumbuhan dan perkembangan anak
dipengaruhi oleh faktor sosial budaya, ekonomi, ilmu pengetahuan dan teknologi.
Program yang ditujukan bagi perkembangan anak dapat berupa bimbingan untuk
ibu rumah tangga dan calon ibu muda secara langsung atau melalui media.
Pendidikan merupakan kunci terwujudnya keadilan gender dalam
masyarakat, karena pendidikan merupakan alat untuk mentransfer norma-norma
masyarakat, pengetahuan dan kemampuan mereka. Dengan kata lain lembaga
pendidikan merupakan sarana formal untuk sosialisasi sekaligus transfer nilai-
nilai dan norma-norma yang berlaku dalam masyarakat, termasuk nilai dan norma
gender. Untuk itu sejak awal perlu diupayakan terwujudnya keadilan gender
dalam lembaga pendidikan. Di bidang pendidikan, kaum perempuan masih
tertinggal dibandingkan laki-laki. Kondisi ini antara lain disebabkan adanya
pandangan dalam masyarakat yang mengutamakan dan mendahulukan laki-laki
untuk mendapatkan pendidikan daripada perempuan. Orang tua anak-anak
perempuan usia sekolah dari keluarga miskin, menganggap anak-anak perempuan
mereka tidak usah melanjutkan sekolah, lebih baik langsung dinikahkan atau
didorong untuk bekerja di sektor publik sebagai PRT (pembantu rumah tangga)
atau buruh informal. Kondisi demikian yang menjadikan anak-anak perempuan
usia sekolah dari keluarga miskin menjadi kelompok sosial yang dilanggar hak
sosial-ekonomi-budayanya. Mereka tidak bisa mendapatkan hak memperoleh
(menikmati) pendidikan yang berkualitas dan berbiaya murah.
Pendidikan bagi wanita merupakan hal yang sangat penting dalam agama
Islam. Anak dalam keluarga, baik pria maupun wanita berasal dari-Nya, yang
sama-sama mempunyai hak hidup, hak mendapatkan cinta, kasih sayang,

1
perlindungan dan pendidikan yang baik. Umat manusia pria maupun wanita
diciptakan dari inti (ruh) yang sama. Karena itu hendaknya tidak ada pemisah hak
dan kewajiban antara pria dan wanita dalam berbuat sesuatu yang memungkinkan
untuk kesejahteraan, kemakmuran dan kemajuan masyarakat (Alawiyah AS,
dalam Mulyani Sumantri). Mendidik kaum wanita merupakan suatu keharusan
yang mendasar dan serius, agar mereka dapat memainkan peranannya dengan
benar sebagai anggota masyarakat yang berguna dan produktif.
Pendidikan wanita diharapkan dapat mengasilkan wanita-wanita yang
solehah, cerdas, memiliki ilmu pengetahuan yang mumpuni dan sehat sehingga
dapat memanfaatkan kemampuannya bagi keluarga, masyarakat dan bagi dirinya
sendiri.

B. Rumusan Masalah
1. Apa saja landasan pendidikan wanita?
2. Apa itu pendidikan wanita?
3. Bagaimana hubungan antara tingkat pendidikan yang dicapai dengan
peran wanita?
4. Apa saja hambatan dalam pendidikan wanita?
5. Apa saja strategi pendidikan wanita?
6. Seperti apa kurikulum pendidikan wanita?
7. Apa saja metode-metode yang disajikan untuk pendidikan wanita?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui dan memahami pengertian pendidikan wanita
2. Untuk mengetahui dan memahami hubungan antara tingkat pendidikan
yang dicapai dengan peran wanita
3. Untuk mengetahui dan memahami dan hambatan dan strategi
pendidikan wanita.
4. Untuk mengetahui dan memahami kurikulum pendidikan wanita
5. Untuk mengetahui dan memahami metode-metode pendidikan wanita

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Landasan pendidikan wanita


1) Landasan Spiritual
Al-Quran surat Al Hurujat 49;13

Artinya
Wahai manusia! Sungguh, Kami telah Menciptakan kamu dari seorang
laki-laki dan seorang perempuan, kemudian Kami Jadikan kamu
berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal.
Sungguh, yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang
paling bertakwa. Sungguh, Allah Maha Mengetahui, Maha Teliti.
(Fikih Wanita)
2) Landasan Yuridis
a. UU No. 20 tahun 2003 pasal 7 tentang Sistem Pendidikan Nasional
menjelaskan bahwa kesempatan pendidikan pada setiap satuan
pendidikan tidak membedakan jenis kelamin, agama, suku, ras,
kedudukan sosial, dan tingkat kemampuan ekonomi, dan tetap
mengindahkan kekhususan satuan pendidikan yang bersangkutan. (
dalam Iswah Adriana)
b. GBHN 1999 menggariskan dua hal pokok berkaitan dengan kebijakan
pendidikan. Pertama, mengupayakan perluasan dan pemerataan
kesempatan memperoleh pendidikan pada setiap jenjang pendidikan;
dan kedua, melakukan pembaharuan sistem pendidikan, termasuk
pembaharuan kurikulum berupa diversifikasi kurikulum untuk
melayani keragaman peserta didik. ( dalam Iswah Adriana)

3
c. Konvensi Hak Anak pasal 29
1) Negara-negara Pihak bersepakat bahwa pendidikan anak harus
diarahkan ke:
a) Pengembangan kepribadian anak, bakat-bakat dan kemampuan
mental dan fisik pada potensi terpenuh mereka;
b) Pengembangan penghormatan terhadap hak-hak asasi manusia
dan kebebasan-kebebasan dasar dan prinsip-prinsip yang
diabadikan dalam Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa;
c) Pengembangan penghormatan terhadap orang tua anak, jati diri
budayanya sendiri, bahasa dan nilai-nilainya sendiri terhadap
nilai-nilai nasional dari Negara di mana anak itu sedang
bertempat tinggal, negara anak itu mungkin berasal dan
terhadap peradaban-peradaban yang berbeda dengan miliknya
sendiri;
d) Persiapan anak untuk kehidupan yang bertanggung jawab
dalam suatu masyarakat yang bebas, dalam semangat saling
pengertian, perdamaian, tenggang rasa, persamaan jenis
kelamin, dan persahabatan antara semua bangsa, etnis, warga
negara dan kelompok agama, dan orang-orang asal pribumi;
e) Pengembangan untuk menghargai lingkungan alam.
2) Tidak satu pun bagian dari pasal ini atau pasal 28 dapat ditafsirkan
sehingga mengganggu kebebasan orang-orang dan badan-badan
untuk membuat dan mengarahkan lembaga-lembaga pendidikan,
dengan selalu tunduk pada pentaatan prinsip-prinsip yang
dinyatakan dalam ayat 1 pasal ini dan pada persyaratan-persyaratan
bahwa pendidikan yang diberikan dalam lembaga-lembaga tersebut
harus memenuhi standar minimum seperti yang mungkin
ditentukan oleh Negara yang bersangkutan.(dalam Hera Lestari
Mikarsa)

4
B. Pendidikan Wanita
Pendidikan wanita adalah proses pemberdayaan wanota sebagai subjek
dan objek dalam membangu kehidupan yang lebh baik. Pendidikan wanita
juga merupakan proses sadar dan sistematis di sekolah, keluarga, dan
masyarakat untuk menyampaikan suatu maksud dari suatu konsep yang sudah
diterapkan. Tujuan pendidikan wanita yaitu diharapkan wanita mempunyai
kemampuan dan keterampilan secara mandiri untuk meningkatkan taraf hidup
lahir batin dan meningkatkan perannya sebagai pribadi, pegawai/ karyawan,
warga masyarakat, warga negara, dan makhluk Tuhan dalam mengisi
pembangunan.
Alasan perlunya pendidikan bagi wanita menurut Agnes Liantika
dalam http://agnesliantika.blogspot.com/2012/10/dimensi-sosial-bagi-wanita-
di-bidang.html yaitu
1. Wanita sebagai pendidik utama keluarga, sehingga wanita memerlukan
pendidikan yang tinggi atau memadai untuk mendidik putra-putrinya.
2. Dengan pendidikan akan bertambah pengetahuan yang akan melandasi
setiap keputusan-keputusan dalam menghadapi masalah kehidupan.
3. Wajah kemiskinan identik dengan wanita, dengan pendidikan
keterampilan dapat merubah hidupnya.
4. Memanfaatkan potensi yang ada dalam dirinya.

C. Hubungan antara Tingkat Pendidikan yang Dicapai dengan Peran


Wanita
Dengan meningkatnya pendidikan, wanita akan memfasilitasinya
untuk menyesuaiakan diri kepada pola keluarga yang berubah. Secara khusus
dapat dikatakan bahwa perubahan tingkat pendidikan akan:
1. Memperkuat keterlibatan wanita dalam pengambilan keputusan
keluarga, memampukan mereka dalam berpartisipasi lebih luas dalam
berbagai tipe keputusan.

5
2. Memberikan pilihan yang lebih luas kepada wanita, baik dalam baik
di dalam memilih pasangan maupun di dalam menentukan langkah
dan waktu pernikahannya.
3. Memungkinkan wanita untuk memadukan peran mereka dalam
perkawinan sebagai istri dan ibu dan perannya di luar keluarga.
Pertama yang perlu diperhatikan yaitu bahwa perolehan pendidikan
akan berpengaruh terhadap perubahan-perubahan sikap dan persepsi individu
dan kerangka normatif dimana dia berada. Dengan meningkatnya tingkat
pendidikan akan memperluas perspektif wanita dalam kehidupan dan
perannya serta memampukan mereka untuk mempertanyakan kebiasaan
tradisional. Pendidikan akan dapat pula merangsang rasa percaya diri wanita
dan penguasaan terhadap lingkungannya serta akan membuatnya tidak pasif
lagi dalam menentukan pasangan hidupnya atau dalam menentukan aspek-
aspek lain dalam kehidupan di masa datang.
Pendidikan akan berpengaruh pula terhadap statusnya dan peran
dirinya sebagai wanita serta norma-norma yang diterapkan pada perilakunya.
Kebanyakan masyarakat yang berada di masa transisi seolah-olah tidak
menerapkan standar dan aturan yang sama terhadap anggota-anggotanya baik
yang terdidik maupun yang tidak terdidik. Makin tinggi status pendidikan
seseorang dapat menyebabkan ketenangan dari batasan-batasan tradisional
terhadap peran dan kegiatan wanita.
Pendidikan juga cenderung berkolerasi dengan agen perubahan
yang berarti bahwa orang yang terdidik cenderung akan menjadi seseorang
yang mempunyai mobilitas dari desa ke kota, yang telah mengadopsi
pandangan hidup baru dan mengalami berbagai perubahan di sekitar sektor.
Hal ini menunjukkan pada akses pendidikan yang memberi dampak pada
aspek-aspek lain dalam modernisasi terhadap kehidupan dan penghasilan.
Keterkaitan antara pendidikan dengan upah/gaji yang diterima wanita
nampak jelas pada (banyak) masyarakat yaitu bahwa wanita terdidik
mempunyai lebih banyak pilihan, karena dia potensial untuk membantu
dirinya sendiri dan untuk mempertimbangkan kelangsungan pernikahannya,

6
berkontribusi kepada keuangan keluarga karena itu dia berpengaruh dalam
keluarganya, dan kompeten untuk mendukung keluarga serta mampu
memadukan pernikahan dan karir dengan aktivitas lain di luar rumah.
Jika seorang wanita itu makin tinggi pendidikannya, makin tinggi
status sosialnya, mempunyai hubungan sosial yang baik, makin tinggi prestise
pekerjaannya, akan makin luas/tinggi kesempatannya untuk mendapat
penghargaan dalam diskusi dan kegiatan keluarga.

D. Hambatan Pendidikan Wanita


Berdasarkan laporan dari UNICEF dalam
http://www.unicef.org/indonesia/id/Facts_Sheet_on_Girls_Education_IND_.p
df hambatan yang dialami dalam pelaksanaan pendidikan wanita di Indonesia
antara lain:
1. Buku pelajaran yang bias gender dan kuat kesan stereotip gendernya masih
banyak dipakai di sekolah-sekolah. Hasil analisa Isi buku pelajaran yang
digunakan di SD menunjukkan bahwa ilustrasi di dalam buku pelajaran
lebih banyak menonjolkan anak laki-laki daripada anak perempuan. Anak
laki-laki yang digambarkan juga lebih beragam dan kreatif perannya
dibandingkan anak perempuan. Selain itu, laki-laki lebih banyak disebut
di dalam buku-buku dibandingkan perempuan terkemuka.
2. Stereotip jender masih terus ada dan ini terefleksikan melalui cara siswa
memilih spesialisasi di sekolah kejuruan dan universitas, dimana tampak
adanya semacam "diskriminasi yang dilakukan secara sadar" oleh anak
perempuan maupun laki-laki. Ilmu sosial umumnya banyak diambil oleh
siswa perempuan sedangkan bidang teknologi banyak dipelajari oleh siswa
laki-laki.
3. Belum ada cukup banyak program yang dijalankan untuk mengatasi
masalah ketidaksetaraan di bidang pendidikan dengan memberikan
peluang dan mengikutsertakan anak-anak yang kurang beruntung,
termasuk anak-anak perempuan dari keluarga yang miskin dan marjinal,

7
Meskipun sudah ada kebijakan nasional untuk mengedepankan kesetaraan
pria dan wanita.
4. Pemahaman dan keahlian di bidang jender tetap buruk meskipun ada
mandat untuk menjunjung tinggi kesetaraan laki-laki dan perempuan – hal
ini sedikit banyak disebabkan oleh persoalan yang lebih pelik, yaitu
konsep jender tidak dikaitkan dan disesuaikan dengan kepercayaan dan
tradisi sosial-budaya serta agama di Indonesia sehingga masalah jender
selama ini menjadi sesuatu yang sulit dipahami masyarakat.
5. Pernikahan dini menjadi salah satu persoalan penting yang ditemui di
daerah-daerah tertentu di Indonesia (contohnya Indramayu, Jawa Barat)
karena akan membuat anak perempuan tidak bisa mengenyam pendidikan.
6. Data pemerintah pusat dan daerah berdasarkan jenis kelamin tidak
memadai sehingga sektor pendidikan mengalami kesulitan untuk menilai
kemajuan diluar jumlah anak yang sekolah dan turut berpartisipasi dalam
proses belajar. Data berdasarkan jenis kelamin kebanyakan dipakai untuk
membuat laporan tentang komitmen Indonesia di dunia internasional,
namun jarang dimanfaatkan pemerintah dalam menyusun kebijakan dan
perencanaan proyek.

E. Strategi Pendidikan Wanita


Upaya yang dilakukan pemerintah dalam program pendidikan wanita
meliputi:
1. Kebijakan umum untuk meningkatkan mutu pendidikan dasar
a. Meningkatkan peluang bersekolah dan memperluas kesempatan
belajar bagi semua anak usia sekolah, terutama bagi masyarakat
miskin dan terpencil dengan akses sulit terjangkau.
b. Meningkatkan kualitas dan nilai pendidikan dasar sehingga semua
anak yang sudah menyelesaikannya akan memiliki kemampuan
dasar untuk hidup atau untuk melanjutkan ke pendidikan yang
lebih tinggi.

8
c. Meningkatkan efisiensi manajemen sumber daya pendidikan dan
membantu semua institusi pendidikan dasar untuk bisa
menjalankan fungsinya dengan lebih efisien dan efektif.
d. Mengupayakan agar lebih banyak anak yang bisa mengenyam
pendidikan dasar, bersama dengan peningkatan mutu pendidikan
dasar. Hal ini karena menyelesaikan pendidikan dasar berkaitan
erat dengan upaya perbaikan kualitas.
2. Kebijakan khusus untuk meningkatkan kesetaraan gender di bidang
pendidikan memberikan peluang yang setara kepada semua anak laki-
laki dan perempuan untuk bisa mengenyam pendidikan yang
berkualitas dan peka terhadap masalah jender; memperkecil jumlah
penduduk usia dewasa yang buta aksara – terutama perempuan –
dengan memperbaiki kinerja dalam pendidikan formal dan non-
formal, program penyetaraan serta program pemberantasan buta huruf;
dan memperbaiki kemampuan lembaga pendidikan dalam mengelola
dan memajukan pendidikan yang peka terhadap masalah gender.
Strategi pelaksanaan untuk kebijakan umum serta kebijakan khusus
gender di atas antara lain adalah:
a. Membuat gerakan nasional menyelesaikan pendidikan dasar
dengan melibatkan masyarakat, khususnya orang tua dan pemuka
masyarakat, LSM, sektor swasta dan juga sektor industri.
b. Meningkatkan program untuk menambah jumlah anak yang
sekolah sambil mengevaluasi kembali program mana yang tidak
begitu penting, serta mengerahkan sumber daya agar Program
Pendidikan Dasar bisa bertahan dan menjadi lebih baik.
c. Memberikan lebih banyak kesempatan kepada sekolah swasta dan
lembaga pendidikan yang diselenggarakan masyarakat untuk
lebih banyak berperan serta menyelenggarakan pendidikan dasar.
d. Memanfaatkan metode dan program pendidikan alternatif agar
masyarakat miskin dan terpencil yang sebelumnya tidak
terjangkau bisa menikmati pendidikan, dan mengusahakan agar

9
semua bisa mendapat kesempatan yang sama untuk mengenyam
pendidikan dasar.
e. Memberikan wewenang dan tanggung jawab penuh kepada
pemerintah kabupaten dan kota untuk melaksanakan Program
Wajib Belajar Pendidikan Dasar 9 tahun di daerah sehingga
mereka dapat mempertimbangkan potensi dan kendala yang ada
di daerah, dengan bantuan pemerintah pusat dan propinsi.
f. Memberikan peluang yang setara kepada anak laki-laki dan
perempuan untuk memperoleh pendidikan, terutama pendidikan
dasar, yang berkualitas lewat jalur formal dan non-formal.
g. Memberikan peluang untuk mengikuti program penyamaan
kepada penduduk usia dewasa yang tidak bisa mengikuti
pendidikan formal.
h. Memberikan kesempatan mengikuti program pemberantasan buta
huruf, khususnya kepada kaum perempuan.
i. Meningkatkan koordinasi, informasi dan pendidikan dalam upaya
membina pendidikan yang peka terhadap masalah jender.
j. Mengembangkan institusi untuk pendidikan peka terhadap
masalah jender di tingkat pusat maupun propinsi.

F. Kurikulum Pendidikan Wanita


Kurikulum diharapkan sesuai dan memadai bagi semua siswa pria
maupun wanita, maka pengalaman yang disajikan serta materinya hendaknya
disusun sedemikian rupa sehingga setiap siswa dapat memilih yang paling
sesuai dengan kebutuhannya. Oleh karena itu, kurikulum harus pula
menyediakan pengalaman dan materi yang umum sehingga dapat memenuhi
kebutuhan siswa pada umumnya. Tetapi karena orang berbeda dalam banyak
hal, kurikulum harus memungkinkan siswa untuk belajar secara umum dalam
berbagai cara dengan jumlah yang berbeda. Lebih lanjut, pengembang
kurikulum harus memperhitungkan pengaruh kurikulum terhadap self concept
para siswa. Kurikulum yang terlalu menekankan keunggulan akademis dapat

10
merusak self concept siswa. Kurikulum yang baik akan membantu siswa
untuk mengembangkan diri yang sesuai dengan perannya dalam masyarakat.
Kurikulum yang telah dikembangkan dengan baik, selanjutnya
diimplementasikan dalam pembelajaran di kelas. Agar pembelajaran
berlangsung dengan baik pula, guru perlu merencanakan dengan matang.
Berikut adalah langkah-langkah perencanaannya:
1. Mendiagnosa kebutuhan siswa
2. Memilih dan menentukan isi pembelajaran
3. Menentukan metode pembelajaran
4. Merumuskan unit-unit dan merencanakan pembelajaran
5. Membangkitkan motivasi siswa dan mengimplementasikan program
6. Evaluasi
Setelah membuat rencana pengajaran dengan langkah-langkah yang
disebutkan di atas, guru dapat menentukan pelaksanaan proses belajar dan
pembelajaran. Materi apapun yang dipelajari siswa, serta pendekatan atau
metode apapun yang digunakan oleh guru, yang menjadi harapan ialah agar
siswa dapat belajar dengan sebaik mungkin.
Menurut Iswah Adriana ada empat level integrasi yang ditawarkan
dalam strategi dan kerangka kerja untuk memasukkan materi-materi gender
dalam sebuah kurikulum. yaitu
1. Contributions Approach.
Pendekatan ini dilakukan oleh sistem dan kebijakan yang ada pada
lembaga pendidikan melalui kurikulum. Masalah-masalah gender telah
dimasukkan secara eksplisit dalam kurikulum yang ada.
2. Additive Approach.
Dalam pendekatan ini variasi dan perspektif lain ditambahkan pada
kurikulum tanpa merubah struktur kurikulum yang ada secara umum.
Pemikiran dan ide-ide baru mengenai gender dapat dimasukkan dan
dikaitkan dengan kurikulum yang ada.
3. Transformational Approach.

11
Pada pendekatan ini tujuan, struktur, dan perspektif yang ada dalam
kurikulum semuanya dirombak dan diganti dengan tujuan dan perspektif
yang sensitif gender.
4. Social Action Approach.
Pada pendekatan ini siswa diarahkan untuk membuat keputusan dan
tindakan yang sensitif gender dalam aktivitas kehidupan mereka. Hal ini
dilakukan dengan cara mendiskusikan dalam kelas mengenai konsep,
peran dan relasi gender dalam masyarakat, seperti mengapa terjadi
diskriminasi terhadap perempuan, apa yang menyebabkan adanya
diskriminasi itu, bagaimana keadaan dalam kelas apakah ada diskriminasi,
dan bagaimana diskriminasi itu harus disikapi. Dengan pendekatan ini
dimaksudkan supaya siswa dapat melakukan kritik sosial bahkan dapat
melakukan perubahan sosial.
De Porter dalam Mulyani Sumantri mengemukakan bahwa kurikulum
dikembangkan dari suatu falsafah yang menyatakan belajar dapat dan harus
menyenangkan. Kurikulum Terpadu dianggap pendekatan yang paling tepat.
Desain kurikulum terpadu memungkinkan anak secara individual menjelajahi
minatnya dan mengembangkan kemampuannya. Konsep kurikulum terpadu
terutama berfokus pada anak sebagai pelajar dan proses-proses yang berkaitan
dengan perkembangan berpikir dan belajar. Kurikulum ini menekankan
analisis tentang proses berfikir dan memupuk kemampuan berfikir serta
pemahaman siswa. Dalam proses belajar dan pembelajaran, guru berusaha
untuk menjadikan belajar itu relevan dan bermakna bagi anak. Selain itu
dalam kurikulum mengintegrasikan nilai-nilai kesetaraan gender pada mata
pelajaran yang sudah ada tanpa mengubah alokasi waktu dan struktur
kurikulum yang sudah ada
Pendidikan yang dilaksanakan pada umumnya tidak memisahkan
antara pria dan wanita mulai dari SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA, SMK, PT,
kecuali pada kurikulum dan program-program khusus pendidikan wanita
sebagaimana pendidikan pada umumnya merupakan tanggung jawab

12
pemerintah, orang tua dan masyarakat dan hendaknya dilakukan secara
terpadu oleh ketiga pihak tersebut.
Dari waktu ke waktu pendidikan menjadi semakin efektif untuk
mengangkat siswa-siswa yang mampu sampai ke jenjang tertinggi, dan
menjadi proses seleksi bagi siswa-siswa. Sekolah menjadi peluang emas bagi
remaja yang mampu, tetapi juga merupakan arena untuk mengungkap
kelemahan dan keterbatasan bagi siswa yang kurang mampu (Gardner, dalam
Mulyani Sumantri). Namun ada juga individu berbakat yang gagal mencapai
status tinggi karena mereka menghindari istilah berkompetisi. Hal ini bisa
terjadi baik pada siswa pria maupun wanita.
Langkah-langkah yang ditujukan untuk merancang pendidikan wanita
adalah sebagai berikut:
1. Mengadakan diagnosa kebutuhan siswa/wanita
Mengadakan diagnosa kebutuhan siswa/wanita dilakukan dengan
mengumpulkan data dan informasiang bertalian dengan perbedaan bakat,
minat dan kemampuan siswa. Hal ini brkaitan erat hubunganya dengan
penyelesaian tugas-tugas akademik dan tugas yang lain yang merupakan
dukungan terhadap proses pembelajaran. Terdapat beberapa teknik
diagnostik yang potensial untuk menghimpun data siswa. Informasi yang
telah diperoleh harus diorganisir secara sistematis agara memudahkn
penggunaan dalam merancang kegiatan instruksional.
2. Memilih dan menentukan isi pembelajaran
Cakupan isi pembelajaran yang akan disampaikan bagi wanita cukup luas.
Karena itu materi/ isi yang disampaikan hendanya dengan cermat
disesuaikan dengan kebutuhan sasaran. Dengan mengacu kepada program
utama nasional maka materi pendidikan wanita dapat membahas pokok-
pokok bahasan sebagai berikut:
a. Pendidikan
Mendidik wanita sama dengan mendidik bangsa, karena setiap anak
mendapatkan pendidikan yang pertama dan utama dari ibunya. Wanita

13
adalah tiang negara, semakin kuat pendidikan wanita akan semakin
kuat juga suatu negara.
b. Kesehatan
Di dalam badan yang sehat terdapat jiwa yang kuat. Pendidikan
kesehatan harus diberikan sedini mungkin, antara lain dengan cara
pembiasaan hidup bersih, karena bersih pangkal sehat. Di samping itu
kesehatan diperoleh juga dengan asupan makanan yang bergizi serta
olahraga.
c. Pangan dan gizi
Jenis makanan sebagai asupan bagi tubuh sangat mempengaruhi
pertumbuhan bagi anak, dan mempengaruhi daya tahan tubuh baik
bagi anak maupun orang dewasa. Di samping jumahnya harus cukup,
gizi yang terkandung dalam makanan sangat penting. Makanan sehari-
hari yang dimakan harus memenuhi syarat 4 sehat 5 sempurna yaitu
mengandung: karbohidrat, protein, sayuran, buah-buahan dan susu.
Pengetahuan tentang gizi pangan akan mempengaruhi penatalaksanaan
makanan keluarga.
d. Perumahan dan Pemukiman
Rumah yang merupakan tempat tinggal adalah salah satu kebutuhan
primer yang harus memenuhi syarat tertentu: mencukupi kebutuhan
anggota keluarga, mendapat cahaya masuk. Ada sirkulasi udara,
memberi rasa aman dan nyaman, bersih dan sehat.
e. Lingkungan hidup
Rumah dengan keadaan sekelilingnya harus diusahakan kelestariannya
dengan kekayaan alamnya berupa tanaman-tanaman yang sudah ada.
Wanita berperan serta dalam melestarikan lingkungan hidup baik
secara berkelompok maupun secara individual. Aktivitas tersebut
dilakukan sekitar rumah bersama warga ataupun di sekitar tempat kerja
dengan memelihara tanaman hias, menjaga kebersihan air dan polusi
udara.
f. Ekonomi

14
Wanita perlu mengetahui pengetahuan ekonomi dalam keluarga secara
mikro, dan memahami perkembangan ekonomi dalam masyarakat
secara makro. Dengan pengetahuan dan pengalamannya, ibu rumah
tangga harus dapat mengatur pengeluaran keluarga yang tidak
melebihi pendapatan keluarga. Pengetahuan ini hendaknya mencakup
pengendalian diri dan keluarga untuk tidak membeli atau mengadakan
hal-hal yang tidak diperlukan.
g. Hukum
Kesadaran akan hukum pada diri wanita saat ini masih perlu
ditanamkan dan dibina. Wanita dan masing-masing anggota keluarga
mempunyai hak dan kewajiban yan dilindungi oleh undang-undang.
h. Keluarga Berencana
Keluarga berencana merupakan pemikiran pemecahan masalah jumlah
penduduk, jumlah anak dalam keluarga. Untuk menyadarkan
masyarakat menjadi akseptor keluarga berencana, perlu adanya
penyuluhan. Masyarakat perlu penyuluhan tentang jenis-jenis/alat
keluarga berencana serta karakteristiknya masing-masing
i. Pengembangan Sumber Daya Manusia
Wanita diharapkan dapat berkiprah dalam masyarakat sesuai dengan
bakat, minat dan kemampuannya. Setiap orang punya potensi untuk
dikembangkan yang pada waktunya dapat digunakan untuk kemajuan
dan kesejahteraan masyarakat.
j. Masalah Sosial
Wanita sebagai anggota masyarakat perlu memahami masalah-masalah
yang ada di sekitarnya dan mampu menyumbangkan pemikiran dan
tenaganya untu mencari solusinya.
3. Menentukan metode pembelajaran
Untuk menyampaikan materi yang ditentukan dan agar materi itu dpat
diterima dan dipahami serta dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-
hari, diperlukan metode pembelajaran yang sesuai setiap materi. Adapun
metode itu adalah:

15
a. Ceramah, adalah metode yang paling populer, memerlukan
penguasaan bahan oleh guru dan ynag memiliki keterampilan
berbahasa
b. Tanya jawab, merupakan interaksi dua arah antara guru dan siswa,
memerlukan penguasaan teknik bertanya oeh guru yang juga mampu
membangun situasi yang kondusif
c. Diskusi, dengan menyampaikan materi secra problematis untuk
melatih siswa mengembangkan keterampilan berkomunikasi
d. Kerja kelompok, guru menyediakan materi dan mengkondisikan siswa
dalam suatu kelompok yang heterogen
e. Pemberian tugas, merangsang siswa untuk aktif belajar, baik individu
maupun kelompok
f. Demonstrasi, untuk memperagakan atau menunjukan suatu prosedur,
proses, situasi, atau benda tertentu dalam bentuk aslinya atau tiruan.
g. Eksperimen/percobaan, dengan melihat-aktifkan siswa dengan
mengalami dan membuktikan sendiri proses dan hasil percobaan itu.
h. Simulasi, untuk meningkatkan keaktifkan belajar siswa dengan
menirukan keadaan sebenarnya ke dalam situasi buatan
i. Inkuiri, metode penemuan yang dirancanag oleh guru sesuai dengan
kemampuan dan tingkat perkembangan intelektual siswa, serta untuk
mengurangi ketergantungan siswa kepada guru dalam belajar.
j. Pembelajaran terpadu, mengajukan suatu masalah oleh guru untuk
dicari solusinya melalui berbagai bdang studi, untuk melatih siswa
secara komprehensif.
Metode pembelajaran itu bisa digunakan secra tunggal, maupun secra
bersama-sama dalam satu kali tatap bergantung pada matri yang
disampaikan
4. Merumuskan unit-unit dan merencanakan pembelajaran
Materi sudah dirancang dapat dijabarkan dalam unit-unit untuk
dilaksanakan dalam satu periode pembelajaran
5. Memotivasi siswa dan mengimplementasikan program

16
Untuk keberhasilan proses pembelajaran guru perlu memotivasi siswa
untuk membangkitkan minat siswa terhadap pembelajaran untuk dapat
memahami materi dapat mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari.
Dalam aktivitas guru mengambil keputusan yang sangat penting yaitu
menetapkan kesinambungan antara satu bagian dengan bagian lainnya
dalam keseluruhan proses pembelajaran.
6. Melakukan pengukuran dan evaluasi prestasi siswa serta keseluruhan
program
Belajar dilakukan bertahap dan diharapkan pada akhir program siswa
memahami materi yang disampaikan. Dengan melakukan evaluasi dapat
diketahui tingkat kompetensi yang telah dimiliki siswa.

G. Metode Yang Digunakan Dalam Pendidikan Wanita


Metode mengajar yang digunakan untuk menyampaikan setiap pokok
bahasan dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain: peserta didik, tujuan
yang akan dicapai, situasi pembelajaran, fasilitas yang tersedia dan guru.
Adapun metode yang dipilih dan digunakan antra lain:
1. Ceramah, adalah metode yang paling populer, memerlukan
penguasaan bahan oleh guru dan yang memiliki keterampilan
berbahasa
2. Tanya jawab, merupakan interaksi dua arah antara guru dan siswa,
memerlukan penguasaan teknik bertanya oeh guru yang juga mampu
membangun situasi yang kondusif
3. Diskusi, dengan menyampaikan materi secra problematis untuk
melatih siswa mengembangkan keterampilan berkomunikasi
4. Kerja kelompok, guru menyediakan materi dan mengkondisikan siswa
dalam suatu kelompok yang heterogen
5. Pemberian tugas, merangsang siswa untuk aktif belajar, baik individu
maupun kelompok
6. Demonstrasi, untuk memperagakan atau menunjukan suatu prosedur,
proses, situasi, atau benda tertentu dalam bentuk aslinya atau tiruan.

17
7. Eksperimen/percobaan, dengan melihat-aktifkan siswa dengan
mengalami dan membuktikan sendiri proses dan hasil percobaan itu.
8. Simulasi, untuk meningkatkan keaktifkan belajar siswa dengan
menirukan keadaan sebenarnya ke dalam situasi buatan
9. Inkuiri, metode penemuan yang dirancanag oleh guru sesuai dengan
kemampuan dan tingkat perkembangan intelektual siswa, serta untuk
mengurangi ketergantungan siswa kepada guru dalam belajar.
10. Pembelajaran terpadu, mengajukan suatu masalah oleh guru untuk
dicari solusinya melalui berbagai bdang studi, untuk melatih siswa
secara komprehensif.

18
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pendidikan wanita adalah proses pemberdayaan wanota sebagai
subjek dan objek dalam membangun kehidupan yang lebih baik. Pendidikan
wanita juga merupakan proses sadar dan sistematis di sekolah, keluarga, dan
masyarakat untuk menyampaikan suatu maksud dari suatu konsep yang sudah
diterapkan. Tujuan pendidikan wanita yaitu diharapkan wanita mempunyai
kemampuan dan keterampilan secara mandiri untuk meningkatkan taraf hidup
lahir batin dan meningkatkan perannya sebagai pribadi, pegawai/ karyawan,
warga masyarakat, warga negara, dan makhluk Tuhan dalam mengisi
pembangunan.
Kurikulum yang di laksanakan dalam pendidikan wanita adalah model
kurikulum integrasi. Model ini mengintegrasikan nilai-nilai kesetaraan gender
pada mata pelajaran yang sudah ada tanpa mengubah alokasi waktu dan
struktur kurikulum yang sudah ada. Nilai-nilai kesetaraan gender yang dapat
diintegrasikan dalam kurikulum, antara lain : persamaan hak laki-laki dan
perempuan, perbedaan fisik laki-laki dan perempuan, partisipasi laki-laki dan
perempuan, keadilan bagi laki-laki dan perempuan, kerjasama laki-laki dan
perempuan, kesetaraan laki-laki dan perempuan, menghargai kemajemukan,
dan demokrasi.
B. Saran
Pendidikan wanita sangat penting bagi wanita untuk memperkaya
ilmu pengetahuan, keterampilan, dan meningkatkan taraf hidup baik lahir
maupun batin. Wanita yang memiliki pendidikan yang tinggi akan mampu
berperan serta dengan baik di lingkungan keluarga, masyarakat dan negara.

19

Anda mungkin juga menyukai