Anda di halaman 1dari 10

Judul / Topik Praktikum Penetapan Kadar Cu2+ dalam CuSO4secara iodimetri

1. Untuk mengetahui kadar konsentrasi sampel Cu2+

Tujuan Praktikum dalam CuSO4.


2. Untuk menetapkan kadar sampel Cu2+ dalam
CuSO4.
- Pemerian Cu2+
- Karena sampelnya adalah Cu2+bersifat oksidator
maka baku sekunder yang digunakan harus bersifat
reduktor. Metode titrasi yang digunakan adalah
iodometri menggunakan dasar reaksi redoks.
- Dimana reaksi iodometri merupakan reaksi I2
secara tidak langsung. I2 yang dihasilkan
merupakan hasil reaksi antara Cu2+dengan KI
Cu2+ + KI →
e + Cu2+→ Cu2+ │× 2
2I- → I2 + 2e │× 1
2e + 2 Cu2+ → 2 Cu+
2I → I2 + 2e

Ringkasan / Dasar Teori 2 Cu2+ + 2 I- → 2 Cu+ + I2 + I-

Tidak semua I2 mengalami oksidasi sehingga


menjadi I-. Reaksinya :
I3 → I2 + I-
- Sampel yang digunakan adalah Cu2+ yang bersifat
oksidator. Cu2+ hanya bisa dibakukan dengan I2
yang bersifat oksidator yang sifatnya tidak stabil
dan mudah menguap, jadi untuk menstabilkannya
harus direaksikan dengan KIO3 yang sama-sama
memiliki sifat oksidator. Maka dibutuhkan larutan
penengah yaitu Na2S2O3 yang sifatnya reduktor
sekaligus sebagai baku sekunder. Dalam titrasi
redoks pasti dibutuhkan suasana asam yang
menggunakan H2SO4 untuk mempercepat reaksi
atau sebagai katalis (menurunkan energi aktivasi,
sehingga zat akan cepat bereaksi).
- Karena Na2S2O3 bersifat higroskopis sehingga
tidak dapat digunakan sebagai larutan baku primer
secara langsung, sehingga Na2S2O3 perlu dibakukan
dengan baku primer lain. Maka, baku primer yang
digunakan harus bersifat oksidator yaitu KIO3.
Kemudian KIO3 ditambahkan denga KI untuk
membantu melarutkan I2 yang berada didalam KIO3
untuk membakukan Na2S2O3.
- Pada saat titrasi ditambahkan indikator amylum
untuk mengikat iod membentuk senyawa biru yang
merupakan senyawa kompleks yang kurang stabil.
Alat :

1. Erlenmayer
2. Statif
3. Buret
4. Gelas ukur
5. Beaker glass
6. Timbangan analitik
7. Timbangan fisika
8. Pipet tetes
9. Botol semprot
10. Pipet volume 10 mL
11. Pipet volume 25 mL
12. Anak timbangan
13. Kertas perkamen
14. Labu takar 250 mL
15. Sendok tanduk
16. Batang pengaduk
17. Gelas corong
18. Bola hisap
19. Klem
20. Labu takar 100 mL

Bahan :

1. I2
2. KI
3. KIO3
4. Na2S2O3
5. H2SO4(e)
6. CuSO4
7. Aquades
8. Amylum / kanji
9. Vaselin
A. Pembuatan Larutan Baku Sekunder 1
1. Dihitung kebutuhan bahan
a. Larutan Baku Sekunder : Na2S2O3
b. Konsentrasi : 0,1 N
c. Volume : 250 mL = 0,25 L
d. Perhitungan
- grek  N × V
 0,1 N × 0,25 L
 0,025 grek
- mol  grek × valensi
Prosedur Praktikum
 0,025 grek × 1
 0,025 mol
- massa  mol × Mr
 0,025 mol × 248,47 gram/mol
 6.21175 gram
2. Ditimbang Na2S2O3 sebanyak.....g.
3. Dilarutkan dalam beaker glass dengan ± 20 mL
aquades.
4. Dimasukkan dalam labu ukur 250 mL diadkan
dengan aquades sampai tanda batas.
B. Pembuatan Larutan Baku Primer (KIO3)
1. Dihitung kebutuhan bahan
a. Larutan Baku Primer : KIO3
b. Konsentrasi : 0,1 N
c. Volume : 100 mL = 0,1 L
d. Perhitungan
- grek  N × V
 0,1 N × 0,1 L
 0,01 grek
- mol  grek : valensi
 0,01 grek : 6
 0,00166 mol
- massa  mol × Mr
 0,00166 mol × 214,0042 gram/mol
 0,3552 gram
2. Ditimbang KIO3 sebanyak.....g.
3. Dilarutkan dalam beaker glass dengan ± 20 mL
aquades.
4. Dimasukkan dalam labu ukur 100 mL diadkan
dengan aquades sampai tanda batas

C. Pembakuan Larutan Baku Sekunder 1 Na2S2O3


untuk menentukan normalitasnya dengan KIO3
dan KI 0,9 N ..... mL
1. Disiapkan buret dan di isi dengan larutan baku
sekunder.
2. Dipipet 10 mL KIO3 (analit) kedalam
erlenmayer dan ditambah 10 mL KI 0,9 N.
3. Ditambahkan H2SO4 10% sebanyak 2 mL tiap
titrasi.
4. Ditambahkan 1-2 tetes indikator amylum/kanji.
5. Dititrasi sampai terjadi perubahan warna dari
biru menjadi tidak berwarna.
6. Titrasi diulangi sampai diperoleh selisih
volume titrasi tidak lebih dari 0,1 mL.

D. Pembakuan Larutan Baku Sekunder 1 Na2S2O3


untuk menentukan normalitasnya dengan KIO3
dan KI 0,1 N ..... mL
1. Disiapkan buret dan di isi dengan larutan baku
sekunder.
2. Dipipet 10 mL KIO3 (analit) kedalam
erlenmayer dan ditambah 10 mL KI 0,1 N.
3. Ditambahkan H2SO4 10% sebanyak 2 mL tiap
titrasi.
4. Ditambahkan 1-2 tetes indikator amylum/kanji.
5. Dititrasi sampai terjadi perubahan warna dari
biru menjadi tidak berwarna.
6. Titrasi diulangi sampai diperoleh

E. Pembakuan Larutan Baku Sekunder Na2S2O3 +


KIO3.
1. Disiapkan buret dan diisi dengan larutan baku
sekunder.
2. Dipipet 10 mL KIO3 kedalam erlenmayer.
3. Ditambahkan H2SO410 % sebanyak 2 mL
tiaptitrasi.
4. Ditambahkan 1-2 tetes indikator amylum /
kanji.
5. Dititrasi sampai terjadi perubahan warna dari
biru menjadi tidak berwarna.
6. Titrasi diulangi sampai diperoleh selisih volume
titrasi tidak lebih dari 0,1 mL.

F. Penetapan Kadar Sampel Cu2+ yang telah


dibakukan dengan I2
1. Buret dicek kondisinya dan diisi dengan I2.
2. Dipipet 10 mL larutan sampel Cu2+.
3. Dimasukkan dalam erlenmeyer.
4. Ditambahkan H2SO4 10% sebanyak 2 mL
tiaptitrasi.
5. Ditambahkan 1-2 tetes indikator amylum /
kanji.
6. Dititrasi sampai terjadi perubahan warna dari
tidak berwarna menjadi biru.
7. Titrasi diulangi sampai diperoleh selisih
volume titrasi tidak lebih dari 0,1 mL.

Hasil dan perhitungan :


A. Perhitungan
1. Larutan baku primer
a. Massa yang tertimbang : g= mg
b. Perhitungan konsentrasi :
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 (𝑚𝑔)
mmol= 𝑀𝑟

mgrek mmol × BE
𝑚𝑔𝑟𝑒𝑘)
N= 𝑉 (𝑚𝐿)

2. Larutan baku sekunder


a. Massa yang tertimbang : g= mg
b. Perhitungan konsentrasi :
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 (𝑚𝑔)
mmol = 𝑀𝑟

mgrek  mmol × BE
𝑚𝑔𝑟𝑒𝑘)
N= 𝑉 (𝑚𝐿)

c. Persen kesalahan :
(𝑘𝑜𝑛𝑠𝑡𝑎𝑛𝑡𝑎 ℎ𝑎𝑠𝑖𝑙 𝑝𝑟𝑎𝑘𝑡𝑖𝑘𝑢𝑚 − 𝑘𝑜𝑛𝑠𝑡𝑎𝑡𝑎 ℎ𝑎𝑠𝑖𝑙 𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖𝑡𝑖𝑠)
x 100%
𝑘𝑜𝑛𝑠𝑡𝑎𝑛𝑡𝑎 ℎ𝑎𝑠𝑖𝑙 𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖𝑡𝑖𝑠

3. Pembakuan larutan baku sekunder


a. Reaksi :
b. TAT :
c. Hasil pengamatan :
Titrasi ke- Volume (mL)

Baku primer Awal Akhir Titrasi

3 10mL

Rata-rata

d. Perhitungan:

∑ 𝑚𝑔𝑟𝑒𝑘𝑏𝑎𝑘𝑢𝑠𝑒𝑘𝑢𝑛𝑑𝑒𝑟 = ∑ 𝑚𝑔𝑟𝑒𝑘𝑏𝑎𝑘𝑢𝑝𝑟𝑖𝑚𝑒𝑟

NBaku Ssekunder X VBaku Sekunder = NBaku Primer X VBaku Primer


NBaku SekunderX Vrata rata titrasi= NBaku PrimerX 10mL
4. Penetapan kadar
a. Reaksi :
b. TAT :
c. Hasil pengamatan :
Titrasike- Volume (mL)

Baku primer Awal Akhir Titrasi

2
10mL
3

Rata-rata

d. Perhitungan:

∑ 𝑚𝑔𝑟𝑒𝑘𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 = ∑ 𝑚𝑔𝑟𝑒𝑘𝑏𝑎𝑘𝑢𝑠𝑒𝑘𝑢𝑛𝑑𝑒𝑟

=NBaku Ssekunder × Vrata-rata titrasi


= mgrek
= mmol
mg = mmol x BM
kadar = mg/10mL
= mg/100mL
= g/100mL
= %b/v
Pembahasan :

Kesimpulan :
TITRASI IODIMETRI

JURNAL SEMENTARA

Untuk memenuhi sebagian tugas


Mata Kuliah Analisa Kuantitatif II
yang dibina oleh Ibu Drs. Wigang

MARTHA VERONICHA PUTRI NIM AKA17012

KEMENTRIAN PENDIDIKAN NASIONAL

AKADEMI ANALIS FARMASI DAN MAKANAN PUTRA INDONESIA MALANG

APRIL 2018

Anda mungkin juga menyukai