Anda di halaman 1dari 25

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Obat-obat kimia sintetis banyak mengalami kemajuan yang pesat, banyak


digunakan dalam bidang pengobatan. Hal ini menyebabkan obat tradisional yang
dianggap kurang mutakhir terdesak dan secara perlahan-lahan akhirnya ditinggalkan
oleh masyarakat. Meskipun obat-obat kimia sintetis tersebut dianggap lebih
mutakhir dibanding obat tradisional tidak sedikit yang menyebabkan berbagai efek
samping yang merugikan penggunanya. Oleh karena itu, meskipun obat tradisional
sempat terdesak namun masyarakat seakan beralih kembali menggunakan obat-
obatan herbal tradisional yang berasal dari tanaman-tanaman berkhasiat. Obat
tradisional ini meskipun lebih cocok digunakan untuk mencegah dibanding
mengobati dikarenakan efek yang cukup lama terlihat, namun obat tradisional ini
mampu mengurangi penyakit yang ada dalam tubuh penderita dengan efek samping
yang lebih kecil atau bahkan tidak ada efek yang ditimbulkan.

Banyak varietas simplisia / tumbuhan obat yang ada di Indonesia ini. Masing-
masing memiliki khasiat yang berbeda-beda. Obat tradisional sejak dahulu telah
banyak digunakan secara turun temurun oleh masyarakat diantaranya yang banyak
digunakan sebagai komponen jamu yaitu daun keji beling ( sericocalyx crispus (L.)
Bremek ).

1.2 PEMBATASAN MASALAH

Melihat dari latar belakang masalah serta memahami pembahasannya maka


kami dapat memberikan batasan-batasan pada materi mengenai :
1. Tinjauan umum tumbuhan
2. Kandungan kimia tumbuhan
3. Khasiat secara tradisional
1
4. Uji aktivitas biologis yang telah diteliti
5. Cara pengolahan dan pembuatan simplisia
6. Standarisasi ekstrak / simplisia

1.3 RUMUSAN MASALAH

Masalah yang dibahas dalam makalah ini yaitu mengenai :


1. Bagaimana Tinjauan umum tumbuhan keji beling tersebut ?
2. Apa saja Kandungan kimia tumbuhan keji beling ?
3. Bagaimana Khasiat secara tradisional ?
4. Seperti apa Uji aktivitas biologis yang telah diteliti?
5. Bagaimana Cara pengolahan dan pembuatan simplisia ?
6. Bagaimana pula Standarisasi ekstrak / simplisia keji beling tersebut?

1.4 TUJUAN MAKALAH


Adapun tujuan pembuatan makalah ini diantaranya :
1. Untuk memenuhi tugas semester kedua
2. Dapat mengetahui secara keseluruhan mengenai Simplisia Sericocalyx crispus
(L.) Bremek ( dari segi tumbuhan secara umum, kandungan, khasiat, uji
aktivitas biologis, cara pengolahan dan pembuatan simplisia, serta standarisasi
ekstrak / simplisia ).

1.5 MANFAAT MAKALAH


Hasil dari makalah ini dapat diharapkan bermanfaat bagi para membaca dengan
informasi yang ada didalamnya, secara keseluruhan mengenai Simplisia
Strobilanthus crispus.

2
BAB II
TINJAUAN UMUM
STROBILANTHUS CRISPUS (L.) BREMEK

Strobilanthes crispus L. Bremek merupakan tanaman tahunan, yang tumbuh


dengan mudah dalam hutan, sungai dan ladang ditinggalkan. Hal ini biasanya digunakan
sebagai lindung nilai pagar.

Tanaman ini asli negara dari Madagaskar ke Indonesia, yang dapat


tumbuh 50-1200 meter di atas permukaan laut. Tanaman semak-seperti ini dapat
mencapai ketinggian antara 1 sampai 2 m. Kulit melingkar dapat dibagi menjadi segmen
dan mirip dengan cabang-cabangnya, mereka berbulu dan berwarna hijau

Berikut klasifikasi ilmiah serta ulasan lain dari simplisia Strobilanthus crispus.
2.1 Klasifikasi ilmiah

Strobilanthus crispus L. Bremek

Gambar 1. Strobilanthus Crispus

3
Sinonim : Strobilanthes crispus, Sericocalyx Crispus (L.) Bremek
Nama daerah : daun picah beling (jakarta), enyoh kelo, kecibeling, kejibeling
(Jawa),ngikilo
Kingdom : Plantae ( tumbuhan )
Subkingdom : Tracheobionta ( Tumbuhan berpembuluh )
Super divisi : Spermatophyta ( menghasilkan biji )
Divisi : magnoliophyta ( tumbuhan berbunga )
Sub divisi : Dicotyledonae ( Tumbuhan berkeping dua )
Kelas : Magnoliopsida ( Tumbuhan dikotil )
Sub kelas : Asterridae
Ordo : Scrophulariales
Bangsa : Solanales
Famili : Acanthaceae
Genus : Strobilanthes
Spesies : Strobilanthes Crispus

2.2 Pertelaan
Terna semusim, tegak, tinggi 0,5 m sampai 1m. Daun berhadapan, bertangkai
pendek, helai daun berbentuk lanset melonjong atau hampir jorong, pinggir daun
bergerigi, panjang helai daun 9 cm sampai 18 cm, lebar helai daun 3 cm sampai 8 cm,
kedua permukaannya kasar. Perbungaan tersusun dalam bulir padat, gagang bunga lebih
panjang dari kelopak, kelopak tertutup dengan rambut-rambut pendek, mahkota
berbentuk corong, terbagi 5, panjang 1,5 cm sampai 2 cm, berambut,berwarna kuning,
benangsari 4. Buah berbentuk gelendong, mengandung 2 sampai 4 biji.

2.3 Keanekaragaman
Diketahui ada 2 macam bentuk daun

2.4 Ekologi dan penyebaran


Tumbuhan liar di hutan, dikiri kanan sungai dan tebing yang sedikit kenaungan.
Di jawa barat banyak ditanam sebagai pagar hidup pekarangan. Tumbuh pada
ketinggian 50 m sampai 1200 m diatas permukaan laut. Tumbuh baik pada tanah liat di
4
kebun-kebun karet di Jawa Tengah, dimana setelah beberapa lama kemudian dapat
menutupi bagian tanah diantara barisan-barisan pohon. Genus sericocalyx terdapat dari
madagaskar sampai Indonesia.

2.5 Aktivitas Biologi


Manfaat Keji Beling Kandungan keji beling seperti disebutkan di atas sangat
dibutuhkan oleh tubuh manusia, terutama untuk mengobati berbagai macam penyakit,
dari penyakit berat seperti kanker, ginjal, asma, diabetes melitus atau kencing manis,
tumor, dan sebagainya sampai penyakit ringan seperti gatal terkena ulat, semut, dll. Di
Malaysia, daun tanaman ini telah digunakan sebagai herbal tradisional untuk merawat
kanker, diabetes melitus, serta digunakan sebagai agen diuretik.
Studi di Indonesia telah menemukan bahwa infus daun kering telah digunakan
sebagai antidiabetes, diuretik, antilithic, dan pencahar (Perry dan Metzger, 1980;
Syamsuhidayat dan Hutapea, 1991; Wijayakusuma et al., 2000). Mereka
menyarankan mendidih 25 - 50g daun segar dalam 200 ml air mendidih, dan kemudian
minum infus setelah filtrasi. Untuk pemakaian luar, tapal dari daun segar
dapat langsung diterapkan pada luka yang disebabkan oleh gigitan ular berbisa atau
hewan lain (Wijayakusuma et al., 2000). Ismail et al., (2000) melaporkan bahwa
ekstrak menunjukkan aktivitas antioksidan menggunakan tiosianat besi (FTC) dan
metode asam thiobarbiturat (TBA). Jaksa et al. (2004) melaporkan bahwa ekstrak
menunjukkan efek anti hepatocarcinogenesis pada tikus. Air-ekstrak
panas difermentasi dan daun difermentasi ditemukan untuk mengurangi glukosa darah
pada tikus hiperglikemik, sedangkan daun difermentasi juga mengurangi kadar glukosa
dalam tikus normal. Kedua fermentasi dan daun difermentasi juga dipamerkan
ditingkatkan profil lipid (Fadzelly et al., 2006). Rahmat et al. (2006) melaporkan bahwa
ekstrak metanol ditampilkan efek sitotoksik kuat pada kanker usus besar (Caco-2),
payudara manusia hormon kanker non-dependent (MDA-MB-231) dan kanker hati
(HepG-2). Ekstrak kloroform tanaman ini juga terbukti memiliki sitotoksik
efek terhadap Caco-2 dan HepG-2.

5
2.6 Fitokimia
Soediro et al. (1983, 1988) diisolasi dan diidentifikasi verbacoside, ester
glikosidik asam caffeic dan tujuh asam fenolat yaitu p-hidroksi benzoat, p-
coumaric, caffeic, vanilic, gentinic, ferulat, dan asam syryngic dalam daun.
Selain itu, daun juga mengandung tanin, saponin, garam kalium, natrium
dan silikat (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1977, 1980 ; Syamsuhidayat
dan Hutapea, 1991; Wijayakusuma et al., 2000). Kandungan kalium pada tanaman keji
beling berfungsi melancarkan kencing dan penghancur batu dalam empedu, ginjal, dan
kandung kemih. Adanya kandungan kalsium menyebabkan tanaman ini sangat
bermanfaat dalam membantu proses pembekuan darah, mempertahankan fungsi
membran sel, serta berperan sebagai katalisator berbagai proses biologi dalam tubuh.
Kandungan natriumnya berfungsi meningkatkan cairan ekstra seluler untuk
meningkatkan volume darah. Sedangkan asam silikat berfungsi mengikat air, minyak,
dan senyawa-senyawa non-polar lainnya. Selain kandungan diatas pada daun keji beling
ini juga terdapat β-sisterol dan stigmasterol.

Berikut beberapa bentuk struktur kimia dari kandungan keji beling

6
Gambar 2. Struktur kimia konstituen dalam Strobilanthus crispus

2.7 SYARAT TUMBUH


Iklim
1. Curah hujan tahunan 2.500 mm – 4.000 mm/tahun.
2. Bulan basah (di atas 100 mm/bulan) bulan 8 – bulan 9, sedangkan bulan kering
(di bawah 60 mm/bulan) bulan 3 – bulan 4.
3. Suhu udara 20o C – 25o C .
4. Kelembaban sedang.
5. Penyinaran sedang.
Media Tanam
1. Tanah yang terbaik adalah tanah yang bertekstur tanah pasir sampai liat.
2. Mempunyai drainase yang sedang sampai dengan baik.
3. Kedalaman air tanah 25 cm dari permukaan tanah.
4. Kedalaman perakaran 5 cm dari permukaan tanah.
5. Kemasaman (pH) 5,5 – 7.
6. Kesuburan sedang.

Ketinggian Tempat
Ketinggian tempat yang baik dan ideal untuk pertumbuhan keji beling adalah 1-
1000 meter diatas permukaan laut.

7
2.8 Budidaya
Tumbuhan ini mudah sekali diperbanyak dengan stek batang atau cabang yang
cukup tua. Panjang ukuran stek 20 cm sampai 25 cm tiap potong. Stek-stek ini dapat
ditanam langsung di kebun. Oleh penduduk di Jawa Barat tanaman ini sering ditanam
sebagai pagar hidup pekarangan rumah, karena mudah ditanam, cepat tumbuh dan cepat
daya regenerasinya sehabis dipangkas. Jarak tanam bila ditanam di kebun adalah 50 cm
sampai 60 cm. Pengolahan tanah cukup di cangkul satu kali atau hanya mencangkul
bagian yang akan ditanami stek saja. Stek ditanam sedalam 6 cm sampai 8 cm.
Pemeliharaan tidak begitu sukar dan hingga kini belum ada laporan mengenai serangan
hama penyakit yang merusak maupun merugikan. Panenan dilakukan dengan
memangkas tanaman bagian pucuk sepanjang 20 cm sampai 30 cm. Cabang pucuk
dengan daun-daunnya dapat langsung dijemur atau sebelum dijemur. Lama penjemuran
2 hari sampai 3 hari pada hari yang cerah. Rendemen daun kering adalah 30% dari daun
segar. Produksi tiap tahun dari beberapa pangkasan adalah 1.500 kg sampai 3.000 kg
daun kering tiap hektar. Kadar air pada daun kering berkisar antara 10 % sampai 13 %.
( Depkes RI : 1985 )

Berikut dari literatur lain mengenai budidaya keji beling ( Strobilanthus crispus )
2.8.1 Waktu tanam
Pada umumnya keji beling ditanam pada pada permulaan musim hujan yaitu pada
bulan Agustus - September, atau sesudah musim hujan yaitu pada bulan Maret –
April.
2.8.2 Penanaman
1. Penentuan Pola Tanam
Penanaman dilakukan secara monokultur dan lebih baik dilakukan pada
awal musim hujan kecuali pada daerah yang memiliki pengairan sepanjang
waktu. Fase awal pertumbuhan adalah saat dimana tanaman memerlukan
banyak air.
2. Cara Penanaman
Cara penanaman keji beling adalah sebagai berikut :
a) Pilih bibit yang baik dari pembibitan.
b) Tanamkan bibit stek batang tegak lurus sedalam 5 cm.
8
c) Padatkan tanah disekitar bibit dengan tangan.
d) Siram media tanam sampai cukup basah.
3. Jarak Tanam
Lubang tanam dibuat di atas bedengan/petakan dengan ukuran lubang 30 x 30
cm. Stek ditanam pada lubang tanah yang telah disiapkan dengan jarak tanam
adalah 60 x 60 cm.

2.8.3 Pemeliharaan Tanaman


1. Penyulaman
Tanaman yang rusak/mati diganti oleh bibit yang sehat yang merupakan bibit
cadangan.
2. Pemupukan
a) Pemupukan Awal
Pupuk dasar yang diberikan saat tanam adalah SP-36 sebanyak 100 kg/ha
yang disebar di dalam larikan sedalam 5 cm di antara barisan tanaman atau
dimasukkan ke dalam lubang sedalam 5 cm pada jarak 10 cm dari bibit
yang baru ditanam. Larikan atau lubang pupuk kemudian ditutup dengan
tanah. Sesaat setelah pemupukan tanaman langsung disiram untuk
mencegah kekeringan tunas.
b) Pemupukan Susulan
Pada waktu berumur dua bulan, tanaman dipupuk dengan pupuk kandang
sebanyak 0,5 kg/tanaman (10-12,5 ton/ha), 95 kg/ha urea dan 85 kg/ha
KCl. Pupuk diberikan kembali pada waktu umur tanaman mencapai empat
bulan berupa urea dan KCl dengan dosis masing-masing 40 kg/ha. Pupuk
diberikan dengan cara disebarkan merata di dalam larikan pada jarak 20
cm dari pangkal batang tanaman lalu ditutup dengan tanah.
3. Penyiraman
Pengairan dilakukan secara rutin pada pagi/sore hari ketika tanaman masih
berada pada masa pertumbuhan awal. Pengairan selanjutnya ditentukan oleh
kondisi tanah dan iklim. Biasanya penyiraman akan lebih banyak dilakukan pada
musim kemarau. Untuk menjaga pertumbuhan tetap baik, tanah tidak boleh
berada dalam keadaan kering.
9
4. Penyiangan
Penyiangan rumput liar dilakukan pagi/sore hari yang tumbuh di atas bedengan
atau petak bertujuan untuk menghindari persaingan makanan dan air. Peyiangan
pertama dan kedua dilakukan pada dua dan empat bulan setelah tanam
(bersamaan dengan pemupukan). Selanjutnya penyiangan dapat dilakukan
segera setelah rumput liar tumbuh. Untuk mencegah kerusakan akar, rumput liar
disiangi dengan bantuan kored atau cangkul dengan hati-hati.
5. Pembubunan
Pembubunan dilakukan dengan menimbun kembali area perakaran dengan tanah
yang jatuh terbawa air. Pembubunan dilakukan secara rutin setelah dilakukan
penyiangan.
6. Hama dan Penyakit
a) Hama
Hama keji beling adalah :
1) Ulat jengkal (Chrysodeixis chalcites Esp.)
2) Ulat tanah (Agrotis ypsilon Hufn.)
Pengendalian :
Penyemprotan insektisida Kiltop 500 EC atau Dimilin 25 WP dengan
konsentrasi 0.1-0.2 %.
b) Penyakit : Penyakit Layu
Penyebab : Pseudomonas sp.
Gejala : Kelayuan daun bagian bawah yang diawali
menguningnya daun, pangkal batang basah.
Pengendalian : Dengan pergiliran tanaman dan penyemprotan
Agrimycin 15/1.5 WP atau grept 20 WP dengan
konsentrasi 0.1 -0.2%.
7. Pengendalian Hama dan Penyakit
Dalam pertanian organik yang tidak menggunakan bahan-bahan kimia
berbahaya melainkan dengan bahan-bahan yang ramah lingkungan biasanya
dilakukan secara terpadu sejak awal pertanaman untuk menghindari serangan
hama dan penyakit tersebut yang dikenal dengan PHT (Pengendalian Hama
Terpadu) yang komponennya adalah sebagai berikut:
10
a) Mengusahakan pertumbuhan tanaman yang sehat yaitu memilih bibit
unggul yang sehat bebas dari hama dan penyakit serta tahan terhadap
serangan hama dari sejak awal pertanaman.
b) Memanfaatkan semaksimal mungkin musuh alami.
c) Penggunaan pestisida, insektisida, herbisida alami yang ramah lingkungan
dan tidak menimbulkan residu toksik baik pada bahan tanaman
yangdipanen ma maupun pada tanah. Disamping itu penggunaan bahan
inihanya dalam keadaan darurat berdasarkan aras kerusakan ekonomi yang
diperoleh dari hasil pengamatan.
d) Menggunakan pengendalian fisik/mekanik yaitu dengan tenaga manusia.
e) Menggunakan teknik-teknik budidaya yang baik misalnya budidaya
tumpang sari dengan pemilihan tanaman yang saling menunjang, serta
rotasi tanaman pada setiap masa tanamnya untuk memutuskan siklus
penyebaran hama dan penyakit potensial.
8. Gulma
Gulma potensial pada pertanaman keji beling adalah gulma kebun antara lain
adalah rumput teki, alang-alang, ageratum, dan gulma berdaun lebar lainnya.

2.8.4 Panen
Ciri dan umur panen tanaman keji beling bisa di panen setelah berumur 1 tahun
dengan tinggi tanaman sekitar 50 cm. Panenan dilakukan dengan memangkas
tanaman bagian pucuk sepanjang 20 cm sampai 30 cm. Cara panen keji beling
dapat pula dilakukan dengan cara memetik daun menggunakan tangan, helai daun
di bawahnya juga boleh ikut di petik, sedangkan periode panen di lakukan tiap 3
bulan sekali.

2.8.5 Pasca Panen


1. Penyortiran Basah dan Pencucian
Sortasi pada bahan segar dilakukan untuk memisahkan daun dari kotoran.
Setelah selesai, timbang jumlah bahan hasil penyortiran dan tempatkan dalam
wadah plastik untuk pencucian. Pencucian dilakukan dengan air bersih. Amati
air bilasannya dan jika masih terlihat kotor lakukan pembilasan sekali atau dua
11
kali lagi. Setelah pencucian selesai, tiriskan dalam tray/wadah yang belubang-
lubang agar sisa air cucian yang tertinggal dapat dipisahkan, setelah itu
tempatkan dalam wadah plastik atau ember.
2. Pengeringan
Pengeringan dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu dengan sinar matahari atau
alat pemanas/oven. Pengeringan dengan sinar matahari dilakukan diatas tikar
atau rangka pengering, pastikan daun tidak saling menumpuk. Selama
pengeringan harus dibolak-balik kira-kira setiap 4 jam sekali agar pengeringan
merata. Lindungi daun tersebut dari air, udara yang lembab dan dari bahan-
bahan disekitarnya yang bisa mengkontaminasi. Pengeringan di dalam oven
dilakukan pada suhu 50o C – 60o C.
3. Penyortiran Kering
Selanjutnya lakukan sortasi kering pada bahan yang telah dikeringkan dengan
cara memisahkan bahan-bahan dari benda-benda asing atau kotoran-kotoran lain.
4. Pengemasan
Setelah bersih, daun yang kering dikumpulkan dalam wadah kantong plastik atau
karung yang bersih dan kedap udara (belum pernah dipakai sebelumnya).
Berikan label yang jelas pada wadah tersebut, yang menjelaskan nama bahan,
bagian dari tanaman bahan itu, nomor/kode produksi, nama/alamat penghasil,
berat bersih dan metode penyimpanannya.
5. Penyimpanan
Kondisi gudang harus dijaga agar tidak lembab dan suhu tidak melebihi 30o C
dan gudang harus memiliki ventilasi baik dan lancar, tidak bocor, terhindar dari
kontaminasi bahan lain yang menurunkan kualitas bahan yang bersangkutan,
memiliki penerangan yang cukup (hindari dari sinar matahari langsung), serta
bersih dan terbebas dari hama gudang.

12
BAB III
PERSYARATAN SIMPLISIA
SERICOCALYX CRISPUS (L.) BREMEK

3.1 Pemerian :
Bau lemah, rasa agak sepat dan agak pahit

3.2 Makroskopik
Daun : Tunggal berhadapan, tangkai daun pendek, helai daun
berbentuk jorong sampai bundar memanjang, ujung daun
dan pangkal daun meruncing, pinggir daun bergerigi,
panjang helai daun 9 cm sampai 18 cm, lebar helai daun
3 cm sampai 8 cm, permukaan atas sangat kasar,
berwarna hijau tua sampai hitam kelabu, permukaan
bawah kasar dan berwarna lebih pucat dari permukaan
atas.
3.3 Mikroskopik
Epidermis atas : Sel agak besar, bentuk segi empat atau bersudut lima
sampai enam, dinding samping lurus, kutikula berbintik,
pada lapisan epidermis atas terdapat sel-sel litosis dan
rambut kelenjar.
Sel litosis : Berukuran lebih besar dari sel epidermis dan berbentuk
bulat memanjang, didalamnya terdapat sistolit berbentuk
gada yang bertonjolan kecil, letak sel litosis dengan
sistolit umumnya mendatar, kadang-kadang letaknya
miring mengarah ke jaringan palisade.
Epidermis bawah : Ukuran sel lebih kecil dari pada sel epidermis atas,
dinding samping umumnya tidak lurus.
Stomata : Tipe bidiasitik, terdapat sangat banyak pada epidermis
bawah dan sangat sedikit pada epidemis atas.
Rambut kelenjar : Bentuk kerucut, terdiri dari 1 sel sampai 3 sel, ujung

13
rambut runcing, pangkal lebar, dinding tebal, kutikula
berbintik, terdapat pada epidermis bawah pada epidermis
atas hanya terlihat pada sayatan permukaaan atas helai
daun.
Jaringan palisade : Umumnya terdiri dari 1 lapis sel berbentuk tabung yang
tegak dan rapat.
Jaringan bunga karang : Terdiri dari beberapa lapis sel bunga karang yang
berbentuk tidak beraturan, rongga-rongga antar sel besar,
sel litosis dengan sistolit juga terdapat didalam jaringan
bunga karang.
Serbuk : Warna hijau sampai hijau kelabu. Fragmen pengenal
adalah fragmen permukaan atas helai daun dengan sel
litosis dan sistolit, sistolit yang terlepas atau masih dalam
jaringan daun, fragmen permukaan bawah daun dengan
stomata tipe bidiastitik, rambut penutup, rambut kelenjar.

3.4 Identifikasi
A. Pada 2 mg serbuk daun tambahkan 5 tetes asam sulfat P, terjadi warna coklat
hijau
B. Pada 2 mg serbuk daun tambahkan 5 tetes asam sulfat 10 N, terjadi warna coklat
hijau
C. Pada 2 mg serbuk daun tambahkan 5 tetes asam klorida pekat P, terjadi warna
coklat hitam
D. Pada 2 mg serbuk daun tambahkan 5 tetes asam klorida encer P, terjadi warna
coklat hitam
E. Pada 2 mg serbuk daun tambahkan 5 tetes larutan natrium hidroksida P 5 % b/v ,
terjadi warna hijau tua
F. Pada 2 mg serbuk daun tambahkan 5 tetes larutan kalium hidroksida P 5 % b/v ,
terjadi warna hijau tua
G. Pada 2 mg serbuk daun tambahkan 5 tetes amonia (25%) P, terjadi warna hijau
H. Pada 2 mg serbuk daun tambahkan 5 tetes asam asetat encer P, terjadi warna
hijau
14
I. Pada 2 mg serbuk daun tambahkan 5 tetes timbal (II) asetat P 5 % b/v, terjadi
warna hijau
J. Timbang 300 mg serbuk daun, campur dengan 5 ml metanol P dan panaskan
dalam penangas air selama 2 menit, dinginkan, saring, cuci endapan dengan
metanol P secukupnya sehingga diperoleh 5 ml filtrat. Pada titik pertama dari
lempeng KLT silika gel GF254 P ditutulkan 20 μl filtrat dan pada titik kedua
tutulkan 20 μl zat warna II LP. Eluasi dengan campuran etil asetat P – metil etil
keton P – asam format P – air ( 50 + 30 + 10 + 10 ) dengan jarak rambat 15 cm.
Amati dengan sinar biasa dan dengan sinar ultraviolet 366 nm. Pada
kromatogram tampak bercak-bercak dengan warna dan hRx sebagai berikut :

Dengan sinar biasa Dengan sinar UV 366 nm


No hRx Tanpa Dengan Tanpa Dengan
pereaksi pereaksi pereaksi pereaksi
1 31-51 - Kuning coklat Biru lembayung Kuning muda
2 64-70 - Kuning coklat Coklat Kuning muda
3 73-80 - Kuning Coklat Coklat
4 81-88 - Coklat Coklat Coklat
5 88-100 - Kuning Biru lembayung Kuning
6 129-140 - - Biru lembayung Biru lembayung

Catatan : harga hRx dihitung terhadap bercak biru

Kadar abu . tidak lebih dari 16 %


Kadar abu yang tidak larut dalam asam. Tidak lebih dari 4 %
Kadar sari yang larut dalam air. Tidak kurang dari 16 %
Kadar sari yang larut dalam etanol. Tidak kurang dari 4 %
Bahan organik asing. Tidak lebih dari 2 %
Penyimpanan. Dalam wadah tertutup baik
Isi. Kalsium, silikat
Penggunaan. Diuretika
15
BAB IV
UJI AKTIVITAS BIOLOGIS YANG TELAH DIUJIKAN
KARAKTERISASI SIMPLISIA DAN EKSTRAK
STROBILANTHUS CISPUS

4.1 PENDAHULUAN
Obat tradisional sejak dahulu telah digunakan secara turun temurun oleh
masyarakat. Diantara bermacam-macam simplisia yang banyak digunakan sebagai
komponen jamu yaitu daun keji beling strobilanthus crispus (L.) dari famili
Acanthaceae, mengandung senyawa kalium, asam salisilat, kristal kalsium karbonat
dll. Tanaman tersebut banyak digunakan sebagai penghancur batu kandung kemih
dan khasiat tersebut sudah dibuktikan pada beberapa penelitian. Khasiat tanaman
tersebut disebabkan oleh adanya senyawa kimia yang dikandungnya. Kandungan
kimia daun keji beling sebagai hasil pertanian atau kumpulan tumbuhan liar tentu
saja tidak dapat dijamin selalu konstan, karena adanya variabel bibit, tempat
tumbuh, iklim, kondisi (umur dan cara panen),sedangkan kandungan senyawa
kimia yang bertanggung jawab terhadap respon biologis dan harus mempunyai
spesifikasi kimia, yaitu informasi komposisi (jenis dan kadar) dan sebagai obat
harus tetap diupayakan memenuhi paradigma Mutu-Aman-Manfaat. Demikian pula
dengan ekstrak tumbuhan obat yang dibuat dari simplisia tanaman obat dapat
dipandang sebagai bahan antara atau produk jadi. Ekstrak sendiri dalm bentuk
kefarmasian selain harus memenuhi persyaratan monografi bahan baku (simplisia),
juga persyaratan parameter-parameter standar umum dan spesifik. Parameter
spesifik ekstrak sebagian besar memuat analisis kimia yang memberikan informasi
komposisi senyawa kandungan dan kadar zat kimia. Data analisis kimia yang
terstandar dapat Menentukan aspek bisnis sebagai produk galenik dan proses
fitofarmasi dalam rangkaian produksi produk jadi mengandung ekstrak. Untuk
memenuhi persyaratan diatas seperti Mutu-Aman-Manfaat, maka simplisia sebagai
bahan baku ekstrak tetap harus memenuhi dahulu persyaratan monografinya, dan
produk ekstrak juga harus memenuhi persyaratan yaitu parameter standar umum
dan spesifik. Tujuan standarisasi adalah untuk menjamin sediaan mengandung zat
aktif dengan dosis efektif, komposisi batch setiap proses produksi selalu tetap dan
16
dapat mencegah pemalsuan. Oleh karena itu penelitian karakterisasi simplisia dn
ekstrak bertujuan untuk menetapkan karakterisasi (spesifikasi) simplisia dan ekstrak
50 % daun keji beling dari aspek fisiko-kimia dan fitokimia.

4.2 BAHAN DAN CARA KERJA

4.2.1 BAHAN

Bahan simplisia
Tanaman strobilanthus crispus (BL),simplisia bagian daun, tempat kultivasi dengan
jenis tanah Andosol, warna hitam, pH tanah 5,0 bahan organik cukup dan tekstur
tanah gembur dengan cuaca rata-rata suhu maksimum 28 0C, suhu minimum 190C,
curah hujan 2800 mm/th, kelembaban 80 %. Tanaman di panen pada bulan Maret
2002 di ketinggian 1200 m dpl. Umur tanaman lebih kurang 8 bulan, berasal dari
BPTO Tawangmangu.

Bahan uji karakterisasi


Alkohol 95 %, metanol,asam klorida, asam asetat, asam sulfat pekat, kloroform, etil
asetat, toluen, heksan, vanilin sulfat, ammonium sulfat, asam indigo sulfat, kertas
saring bebas abu, lempeng KLT, baku pembanding Piperin (BPOM) , kolom KG
Carbowax 20 m, kolom KG Porapak, kolom KCKT C18.

Alat yang digunakan


Perkolator, evaporator, tangas air, mikropipet,inkubator, seperangkat alat
kromatografi lapis tipis, seperangkat alat kromatograsi gas, densitometer, lampu uv,
seperangkat alat Kromatografi cair kinerja tinggi, dan alat gelas lain yang lazim
digunakan laboratorium.

4.2.2 Cara kerja

Determinasi tanaman secara makroskopis dan mikroskopis


Pembuatan serbuk simpisia
Penanganan pasca panen yaitu bahan simplisia yang telah bersih dikeringkan
dibawah sinar matahari langsung dengan alas pengering dibuat dari bambu
17
(kepang). Setelah kering simplisia diserbuk dengan menggunakan belender dan
diayak menggunakan derajat ayakan nomor 40.
Pembuatan ekstrak 50 % secara perkolasi
Serbuk simplisia keji beling ditimbang lebih kurang 250 gram dibasahi pelarut
etanol 50 % hingga basah dan didiamkan selama 4 jam dalam wadah tertutup.
Masa basah tersebut kemudian dimasukkan kedalam perkolator yang terbuat dari
gelas, dan ditambahkan pelarut yang dialirkan sedemikian rupa hingga diatas
permukaan masih tersisa pelarut setinggi 0,5 cm dan dibiarkan selama 24 jam.
Kemudian kran perkolator dibuka,dibiarkan mengalir dengan kecepatan alir lebih
kurang 40 tetes permenit, ddan ditambahkan pelarut sehingga pelarut diatas
permukaan bahan dipertahankan seperti semula yaitu lebih kurang 0,5 cm. Ekstrak
cair yang diperoleh hendaknya sejumlah lima kali bobot serbuk yang di sari,
kemudian diuapkan dalam cawan porselen yang telah ditara diatas tangas air
dengan suhu lebih kurang 40 0C hingga diperoleh ekstrak kental. Pembuatan
fraksi nonpolar (heksan),semipolar (etilasetat) dan polar (etanol 95 %) secara
bertingkat dari ekstrak etanol 50 %. Ditimbang sejumlah ekstrak kurang lebih 5 g,
disari 3-4 kali. Setiap kali dengan 25 ml heksan hingga diperoleh kumpulan fraksi
heksan,lebih kurang 100 ml, selanjutnya sisa disari 4 kali, setiap kali dengan 25
ml etil asetat,sehingga diperoleh kumpulan fraksi etil asetat leih kurang 100 ml.
Sisa disari kembali dengan etanol sebanyak 4 kali, setiap kali menggunakan 25 ml
etanol sehingga diperoleh kumpulan fraksi etanol lebih kurang 100 ml. Masing-
masing fraksi heksan,etil asetat, dan fraksi etanol diuapkan dalam tangas air
hingga diperoleh lebih kurang 1 ml, kemudian dimasukkan dalam labu takar 5 ml
secara kuantitatif, kemudian ditambah masing-masing pelarut hingga tanda batas.
Masing-masing fraksi digunakan untuk penetapan profil kromatogram komponen
utama.
Karakterisasi simplisia

Karakterisasi simplisia meliputi : penetapan kadar abu, kadar abu larut air, kadar
abu tidak larut asam, kadar sari larut air, kadar sari larut asam, dan kadar air
secara destilasi. Cara penetapan diatas dilakukan sesuai prosedur yang telat
ditetapkan MMI.

18
Karakterisasi ekstrak

Karakterisasi terhadap ekstrak terdiri dari karakterisasi non spesifik yang meliputi
penetapan bobot jenis, kadar air, kadar sisa pelarut, kadar abu dan karakterisasi
spesifik yang mencakup pemeriksaan senyawa yang terlarut dalam pelarut air dan
etanol, pola kromatografi dengan cara KLT-densitometri, pemeriksaan golongan
kimia ekstrak, penetapan kadar zat kimia.

4.2.3 Hasil penelitian

Determinasi
Hasil determinasi simplisia secara makroskopik adalah sebagai berikut :
Daun keji beling merupakan daun tunggal yang berhadapan, tangkai daun pendek,
helai daun berbentuk jorong, ujung daun dan pangkal daun meruncing, pinggir
daun bergerigi, permukaan atas sangat kasar dan berwarna lebih pucat dari bawah.
Determinasi secara mikroskopis daun dengan penampang melintang
dapat diketahui bagian-bagian daun dapat dilihat pada gambar 1.

Karakterisasi simplisia secara fisika kimia dari aspek kemurnian yang


meliputi penetapan kadar abu, kadar abu tidak larut asam, dan dari aspek mutu
antara lain : penetapan kadar air, kadar sari larut air serta kadar sari larut etanol.
Data hasil penelitian dapat dilihat pada tabel 1.

19
Hampir semua jenis penetapan tidak memenuhi persyaratan MMI dan
hanya penetapan kadar sari larut air yang memenuhi persyaratan MMI.
Karakterisasi ekstrak etanol 50 % terdiri atas karakterisasi non spesifik
yang meliputi rendemen ekstrak,susut pengeringan,penetapan bobot jenis, kadar
air, kadar sisa pelarut, dapat dilihat pada tabel 2.
Karakterisasi spesifik ekstrak etanol 50 % daun keji beling yang
mencakup penetapan golongan senyawa kimia dan penetapan senyawa terlarut
dalam pelarut air serta etanol, kadar minyak atsiri, kadar total senyawa kimia
dapat dilihat pada tabel 3 dan 4.
Dari hasil penetapan golongan senyawa kimia ekstrak berdasarkan reaksi
warna dan pengendapan didapat 3 golongan senyawa yaitu : Tannin, Flavoid, dan
alkaloid.
Pola kromatogram komponen utama KLT, harga RF masing masing
bercak dan kromatogram KLT-densitometer fraksi heksan, kloroform dan etanol
tertera pada tabel 5 dan gambar 2.

20
21
22
23
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Dari pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa simplisia srobilanthus
crispus (L.) Bremek tanaman terna mengandung mineral yang tinggi yaitu kalium
serta kandungan lainnya. Daun keji beling ini berkhasiat utama sebagai Diuretika (
peluruh seni ). Sehingga sering digunakan untuk penderita batu ginjal. Selain itu
daun keji beling ini juga mampu mengobati segala penyakit mulai dari yang ringan
seperti gatal sampai penyakit berat seperti : kanker (antioksidan), diabetes mellitus,
dll.
5.2 Saran
Pembuatan ekstrak dari simplisia Strobilanthus crispus (L.) Bremek
harus memperhatikan standarisasi pembuatan ekstrak baik parameter spesifik
maupun parameter non spesifik agar ekstrak yang didapat sesuai standar mutu,
aman, dan berkhasiat.

24
DAFTAR PUSTAKA

Depkes R.I. 1985. Materia Medika Indonesia VI. Dirjen pengawasan Obat dan
Makanan, Jakarta.

Isnawati, Ani,dkk. 2004. Karakterisasi simplisia dan ekstrak daun Strobilanthus


Crispus. Puslitbang Farmasi, Badan Litbangkes Depkes RI.

Afrizal. 2008. Analytical, Bioactivity and Satbility Studies on Strobilanthes Crispus L.


Bremek and Sonchus arvensis L. Extracts. Malaysia.

Hikaruseikei. 2013.Cara budidaya tanaman Keji Beling. Dapat diakses melalui :


http://blog.ub.ac.id/hikaruseikei/2013/02/14/cara-budidaya-tanaman-keji-beling/

Sutarman,Agus. Mengenal tanaman keji beling. Dapat diakses melalui :


http://cybex.deptan.go.id/penyuluhan/mengenal-tanaman-keji-beling

25

Anda mungkin juga menyukai