Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN

IDENTIFIKASI SIMPLISIA DAN BAHAN SEGAR

disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Etnobotani yang


dibimbing oleh Drs. Sulisetijono, M.Si.

Oleh:
Kelompok 3
Offering GHI-W
1. Achib Irmawati 150342605103
2. Aisyatir Rodliyah Bahtiar 150342607659

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
JURUSAN BIOLOGI
Februari 2018
TOPIK
Topik dari praktikum ini adalah identifikasi simplisia dan bahan segar.

TUJUAN
Tujuan dari pratikum ini adalah untuk mengetahui karakteristik
makroskopis dan mikroskopisnya serta mengidentifikasi kandungan senyawa
kimia dalam simplisia dan bahan segar yang diuji.

CARA KERJA

Pengamatan Makroskopis dan Uji Organoleptik


Pengamatan makroskopis dan uji organoleptik dilakukan dengan dengan
menggunakan indera penciuman, perasa, dan penglihatan.
Uji Mikroskopis Histokimia
Uji mikroskopis histokimia dilakukan dengan mengamati melalui
mikroskop. Irisan simplisia diberi reagen yang telah disediakan kemudian diamati
di bawah mikroskop. Berikut adalah tabel reagen dan fungsinya dalam uji
histokimia.
Reagen Fungsinya
Floroglusin + HCl 25% Mengidentifikasi kandungan lignin (berwarna
merah)
FeCl3 Mengidentifikasi kandungan tanin (berwarna biru)
Sudan III Mengidentifikasi kandungan minyak atsiri
IKI + KOH (jika yang Mengidentifikasi kandungan amilum
diamati gelap)
Asam Cuka + HCl 25% Mengidentifikasi kandungan kristal kalsium
(jika lisis, positif) oksalat

HASIL DAN PEMBAHASAN


Pengamatan Makroskopis dan Uji Organoleptik
No. Nama Simplisia Hasil uji makroskopis dan organoleptik
1 Kulit manggis (A) Bentuk seperti cangkang, permukaan luar
mengkerut/keriput dan berwarna coklat,
permukaan dalam halus dan berwarna cokelat
kehitaman. Aroma wangi tapi tidak menyengat.
Rasanya hambar.
2 Merica bolong (B) Berbentuk setengah bulat, berongga, berwarna
coklat keabu-abuan, berbau wangi seperti kemiri,
dan rasa sedikit tengik.
3 Cabe jawa (C) Bentuknya panjang, permukaan luar kasar,
rasanya pedas, dan berwarna coklat kehitaman.
Nama Bahan Segar
4 Jahe (D) Bentuk tak beraturan permukaan nampak berbuku-
buku, warna coklat kekuning-kuningan, aroma
khas jahe, dan berasa pedas jahe.
Hasil pengamatan makroskopis dan organoleptik bahan simplisia pertama
(A) dapat dilihat dari bentuknya seperti cangkang, permukaan luar
mengkerut/keriput dan berwarna coklat, permukaan dalam halus dan berwarna
cokelat kehitaman, aroma wangi tapi tidak menyengat serta rasanya hambar.
Berdasarkan hasil pengamatan tersebut, praktikan mengidentifikasikan sebagai
simplisia kulit buah manggis (gambar 1.). Hal ini didukung oleh pernyataan
Pasaribu et al. (2012) bahwa kulit buah manggis berwarna merah coklat,
permukaan dalam licin, berbau khas, berasa sepat dan pahit. Ketika menjadi
simplisia, diduga warna merah cokelat tersebut akhirnya menjadi cokelat
kehitaman. Pada rasa sepat dan pahit, diduga setelah menjadi simplisia rasanya
menjadi hambar karena kandungan air yang menguatkan rasa berkurang bahkan
hilang.

Gambar 1. Simplisia bahan A (Kulit Manggis)


Hasil pengamatan makroskopis dan organoleptik bahan simplisia kedua
(B) dapat dilihat dari bentuknya setengah bulat, berongga, berwarna coklat keabu-
abuan, berbau wangi seperti merica, dan rasa sedikit tengik. Berdasarkan hasil
pengamatan tersebut, praktikan mengidentifikasikan sebagai simplisia merica
bolong (gambar 2.). Fadillah (2014) menyatakan bahwa merica bolong
(Melaleuca lecadendra L.) memiliki bau yang khas, simplisia kering tidak berasa.
Gambar 2. Simplisia bahan B (Merica Bolong)
Hasil pengamatan makroskopis dan organoleptik bahan simplisia ketiga
(C) dapat dilihat dari bentuknya panjang, permukaan luar kasar, rasanya pedas,
dan berwarna coklat kehitaman. Berdasarkan hasil pengamatan tersebut, praktikan
mengidentifikasikan sebagai simplisia cabe jawa. Becker (1962) menjelaskan
bahwa karakteristik makroskopis dari cabe jawa (Piperis retrofratum Vahl.)
memiliki buah majemuk berupa bulir, bentuk bulat panjang sampai silindris,
bagian ujung agak mengecil, permukaan tidak rata, bertonjolan teratur, panjang 2-
7 cm, garis tengah 4-8 mm, bertangkai panjang. Berwarna hijau coklat kehitaman
atau hitam, keras. Biji bulat pipih, keras, coklat kehitaman. Bau khas, aromatis,
rasa pedas.

Gambar 3. Simplisia bahan C (Cabe Jawa)


Hasil pengamatan makroskopis dan organoleptik bahan segar (D) dapat
dilihat dari bentuknya tak beraturan permukaan nampak berbuku-buku, warna
coklat kekuning-kuningan, aroma khas jahe, dan berasa pedas jahe. Berdasarkan
hasil pengamatan tersebut, praktikan mengidentifikasikan sebagai rimpang jahe.
Depkes RI (2008) menjelaskan bahwa karakteristik makroskopis jahe (Zingiber
officinale Roxb.) memiliki bentuk bulat telur terbalik, pada setiap cabang terdapat
parut melekuk ke dalam, bagian luar berwarna coklat kekuningan, beralur
memanjang, kadang-kadang terdapat serat bebas. Bekas patahan pendek dan
berserat menonjol. Pada irisan melintang terdapat berturut – turut korteks sempit
yang tebalnya lebih kurang sepertiga jari – jari dan endodermis. Berkas
pengangkut tersebar berwarna kelabu. Sel kelenjar berupa titik lebih kecil
berwarna kekuningan, bau khas, rasa pedas.

Gambar 4. Bahan segar D (Jahe)


Uji Mikroskopis Histokimia
Minyak Ca
No. Nama Simplisia Lignin Tanin Amilum
atsiri Oksalat
1. Kulit Manggis (A) - - √ √ -
2. Merica bolong (B) - - √ √ √
3. Cabe jawa (C) - - - √ √
Nama Bahan Segar
4. Jahe (D) - - √ √ -
Hasil pengamatan uji mikroskopis histokimia pada bahan A (kulit
manggis) dapat diketahui bahwa tidak ditemukan kandungan lignin, tanin dan ca
oksalat. Berdasarkan hasil uji histokimia pada bahan A, terdapat kandungan
minyak atsiri dan amilum.
Hasil pengamatan uji mikroskopis histokimia pada bahan B (merica
bolong) dapat diketahui juga bahwa tidak terdapat kandungan lignin dan tanin
serta terdapat kandungan minyak atsiri, amilum dan ca oksalat. Hal ini didukung
oleh pernyataan Fadillah (2014) bahwa merica bolong (Melaleuca lecadendra L.)
memiliki kandungan utama minyak atsiri.
Hasil pengamatan uji mikroskopis histokimia pada bahan C (cabe jawa)
dapat diketahui bahwa tidak terdapat kandungan lignin, tanin dan minyak atsiri.
Namun, terdapat kandungan amilum dan ca oksalat. Kametani et al. (200)
menjelaskan bahwa kandungan senyawa kimia cabe jawa yakni mengandung
alkaloid: piperin, kavisin, piperidin, isobutildeka-trans-2-trans-4-dienamida;
saponin, polifenol, minyak atsiri, asam palmitat, asam tetrahidropiperat, 1-
undesilenil-3,4-metilendioksibenzena, dan sesamin.
Hasil pengamatan uji mikroskopis histokimia pada bahan D (jahe) dapat
diketahui bahwa tidak terdapat kandungan lignin, tanin dan ca oksalat. Namun,
terdapat kandungan minyak atsiri dan amilum. Rukmana (2004) mejelaskan
bahwa rimpang jahe mengandung minyak atsiri. Minyak atsiri adalah minyak
yang mudah menguap dan memberikan bau khas pada jahe.

KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pengamatan dan diskusi dalam penyusuan laporan ini
maka dapat disimpulkan sebagai berikut.
1. Bahan A adalah simplisia kulit manggis, secara makroskopis dan hasil uji
organoleptik bentuknya seperti cangkang, permukaan luar
mengkerut/keriput dan berwarna coklat, permukaan dalam halus dan
berwarna cokelat kehitaman, aroma wangi tapi tidak menyengat serta
rasanya hambar. Simplisia tersebut tidak mengandungan lignin, tanin dan
ca oksalat. Namun, terdapat kandungan minyak atsiri dan amilum.
2. Bahan B adalah simplisia merica bolong, secara makroskopis dan hasil uji
organoleptik bentuknya setengah bulat, berongga, berwarna coklat keabu-
abuan, berbau wangi seperti merica, dan rasa sedikit tengik. Pada simplisia
tersebut tidak terdapat kandungan lignin dan tanin serta terdapat
kandungan minyak atsiri, amilum dan ca oksalat.
3. Bahan C adalah simplisia cabe jawa, secara makroskopis dan hasil uji
organoleptik bentuknya panjang, permukaan luar kasar, rasanya pedas, dan
berwarna coklat kehitaman. Pada simplisia tersebut tidak terdapat
kandungan lignin, tanin dan minyak atsiri. Namun, terdapat kandungan
amilum dan ca oksalat.
4. Bahan D adalah bahan segar dari rimpang jahe. Secara makroskopis dan
hasil uji organoleptik bentuknya tak beraturan permukaan nampak
berbuku-buku, warna coklat kekuning-kuningan, aroma khas jahe, dan
berasa pedas jahe. Pada jahe tidak terdapat kandungan lignin, tanin dan ca
oksalat. Namun, terdapat kandungan minyak atsiri dan amilum.
DAFTAR RUJUKAN
Pasaribu, F., Sitorus, P. dan Bahri, S. 2012. Uji Ekstrak Kulit Buah Manggis
(Garcinia mangostana L.) terhadap Penurunan Kadar Glukosa Darah.
Journal of Pharmaceutics and Pharmacology, 1(1):1-8.
Fadillah, S.A. 2014. Farmakognosi Fructus (Buah).
https://pathfinderfarmakognosi.weebly.com/ (online). Diakses pada 27
Februari 2018.
Becker, C.A., Bakhuizen van den Brink. 1962. Flora of java
(spermatophytes only), vol. I, Wolrters-Noordhoff N.V.P., Groningen.
Kametani, S., Kikuzaki, H., Honzawa, M. dan Nakatani. 2005. Chemical
constituents ofPiper retrofractum Vahl and their antioxidan and radical
scavenging activities. ITE Letter.
Rukmana, Rahmat. 2004. Usaha Tani Jahe. Yogyakarta : Kanisius.
Departemen Kesehatan RI. 2008. Farmakope Herbal Indonesia. Edisi I. Jakarta :
Menteri Kesehatan Republik Indonesia

Anda mungkin juga menyukai