Praktikum 7 - Biokimia Protein
Praktikum 7 - Biokimia Protein
I. TUJUAN PERCOBAAN
● Tujuan Umum
Menentukan status gizi secara biokimia dalam plasma darah manusia
● Tujuan Khusus
1. Menentukan kadar protein total dalam plasma darah manusia
2. Menentukan kadar albumin dalam plasma darah manusia
3. Menentukan kadar globulin serum dalam plasma darah
manusia
II. DASAR TEORI
Protein adalah suatu makromolekul bentuk polimer dari asamamino. Asam
amino yang dapat membentuk protein ini disebut asam amino dasar (common
amino acid), yang terdiri dari 20 jenis asam amino. Antara asam amino yang satu
dengan yang lain terikat dengan ikatan peptida membentuk rantai polipeptida
dan membentuk struktur primer, sekunder, tertier dan kwartener.
Protein mepunyai peran penting pada berbagai fungsi vital seperti enzim,
penyusun struktur sel, alat transportasi, sistem penyangga, antibody, sistem
komplemen, sumber nutrisi, bagian sistem buffer plasma, dan mempertahankan
keseimbangan cairan intra dan ekstraseluler. Berbagai protein plasma terdapat
sebagai antibodi, enzim, faktor koagulasi, dan transport substansi khusus serta
masih banyak fungsi lainnya. Beberapa hormon juga tersusun dari protein. Asam
amino penyususun protein juga mempunyai peran penting pada biosintesis pada
senyawa-senyawa tertentu seperti kreatin, melanin dan serotonin.
Kita membutuhkan protein kurang lebih 30-60 gram per hari, namun kualitas
protein, yaitu proporsi asam amino esensial di dalam makanan terhadap
proporsinya pada protein yang menjalani sintesis, merupakan faktor penting
yang sangat menentukan. Asam amino yang berlebih tidak akan disimpan. Tanpa
memperdulikan sumbernya, asam amino yang tidak segera disatukan menjadi
protein baru, akan segera diuraikan dengan cepat. Jadi konsumsi asam amino
secara berlebihan tidak memberikan manfaat apapun selain pembentukan energi
yang juga bisa dilakukan oleh karbohidrat dan lipid dengan biaya yang lebih
rendah.
Penguraian dan resintesis protein atau yang kita kenal dengan pertukaran
protein terjadi pada semua protein sel yang berlangsung terusmenerus dan
merupakan proses fisiologis yang penting dalam semua bentuk kehidupan.
Manusia menukar atau menggantikan 12% dari total protein tubuh per hari,
khususnya protein otot. Dari asam amino yang dibebaskan, 7580% digunakan
kembali untuk sintesis protein yang baru.
Protein serum terdiri dari albumin, globulin, faktor-faktor pembekuan darah,
enzim dan hormon. Albumin dan globulin merupakan fraksi yang terbesar,
olehkarena itu pada paktikum kali ini total protein dianggap sama dengan
penjumlahan kadar albumin dan globulin.
Total protein terdiri atas albumin (60%) dan globulin (40%). Bahan
pemeriksaan yang digunakan untuk pemeriksaan total protein adalah serum. Jika
menggunakan bahan pemeriksaan plasma, kadar total protein akan menjadi lebih
tinggi 3 – 5 % karena pengaruh fibrinogen dalam plasma. Cara yang paling
sederhana dalam penetapan protein adalah dengan refraktometer (dipegang
dengan tangan) yang menghitung protein dalam larutan berdasarkan perubahan
indeks refraksi yang disebabkan oleh molekul-molekul protein dalam larutan.
Indeks refraksi mudah dilakukan dan tidak memerlukan reagen lain, tetapi dapat
terganggu oleh adanya hiperlipidemia, peningkatan bilirubin, atau hemolisis. Saat
ini, pengukuran protein telah banyak menggunakan bahan kimiawi otomatis.
Pengukuran kadar menggunakan prinsip penyerapan (absorbance) molekul zat
warna. Protein total biasanya diukur dengan reagen Biuret dan tembaga sulfat
basa. Penyerapan dipantau secara spektrofotometri pada λ=545 nm. Albumin
sering dikuantifikasi sendiri. Sedangkan globulin dihitung dari selisih kadar antara
protein total dan albumin yang diukur.
Albumin merupakan protein plasma yang paling banyak dalam tubuh manusia,
yaitu sekitar 55-60% dan total kadar protein serum normal adalah 3,8-5,0 g/dl.
Albumin terdiri dari rantai tunggal polipeptida dengan berat molekul 66,4 kDa
dan terdiri dari 585 asam amino. Pada molekul albumin terdapat 17 ikatan
disulfida yang menghubungkan asam-asam amino yang mengandung sulfur.
Molekul albumin berbentuk elips sehingga dengan bentuk molekul seperti itu
tidak akan meningkatkan viskositas plasma dan larut sempurna. Kadar albumin
serum ditentukan oleh fungsi laju sintesis, laju degradasi, dan distribusi antara
kompartemen intravaskular dan ekstravaskular. Cadangan total albumin 3,5-5,0
g/kg BB atau 250-300 g pada orang dewasa sehat dengan berat 70 kg, dari jumlah
ini 42% berada di kompartemen plasma dan sisanya di dalam kompartemen
ektravaskular (Evans, 2002). Albuminmanusia (human albumin) dibuat dari
plasma manusia yang diendapkan dengan alkohol. Albumin secara luas digunakan
untuk penggantian volume danmengobati hipoalbuminemia (Uhing, 2004: Boldt,
2010). Berdasarkan fungsi dan fisiologis, secara umum albumin di dalam tubuh
mempertahankan tekanan onkotik plasma, peranan albumin terhadap tekanan
onkotik plasma rnencapai 80% yaitu 25 mmHg. Albumin mempunyai konsentrasi
yang tinggi dibandingkan dengan protein plasma lainnya, dengan berat molekul
66,4 kDa lebih rendah dari globulin serum yaitu 147 kDa, tetapi masih
mempunyai tekanan osmotik yang bermakna. Efek osmotik ini memberikan 60%
tekanan onkotik albumin. Sisanya 40% berperan dalam usaha untuk
mempertahankan intravaskular dan partikel terlarut yang bermuatan positif
(Nicholson dan Wolmaran, 2000; Dubois dan Vincent, 2002). Secara detil fungsi
dan peran albumin dalam tubuh adalah seperti yang akan dipaparkan berikut:
a. Albumin sebagai pengikat dan pengangkut
Albumin akan mengikat secara lemah dan reversibel partikel yang
bermuatan negatif dan positif, dan berfungsi sebagai pembawa dan
pengangkut molekul metabolit dan obat. Meskipun banyak teori tentang
pentingnya albumin sebagai pengangkut dan pengikat protein, namun masih
sedikit mengenai perubahan yang terjadi pada pasien dengan
hipoalbuminemia (Nicholson dan Wolmaran, 2000; Khafaji dan Web, 2003;
Vincent, 2003).
b. Efek antikoagulan albumin
Albumin mempunyai efek terhadap pembekuan darah. Kerjanya seperti
heparin, karena mempunyai persamaan struktur molekul. Heparin bermuatan
negatif pada gugus sulfat yang berikatan antitrombin III yang bermuatan
positif, yang menimbulkan efek antikoagulan. Albumin serum juga
bermuatan negatif (Nicholson dan Wolmaran, 2000).
c. Albumin sebagai pendapar
Albumin berperan sebagai buffer dengan adanya muatan sisa dan molekul
albumin dan jumlahnya relatif banyak dalam plasma. Pada keadaan pH
normal albumin bermuatan negatif dan berperan dalam pembentukan gugus
anion yang dapat mempengaruhi status asam basa. Penurunan kadar albumin
akan menyebabkan alkalosis metabolik, karena penurunan albumin 1 g/dl
akan meningkatkan kadar bikarbonat 3,4 mmol/L dan produksi basa >3,7
mmol/L serta penurunan anion 3 mmol/L (Nicholson dan Wolmaran,2000).
a. Total Protein :
Pipet 0,5 ml serum dan masukkan dalam tabung pemusing ( 15 ml ),
tambahkan 7,5 ml larutan Na2SO4 23 %, campur baik
b. Albumin :
1. Pada sisa campuran (yang terdapat pada tabung pemusing),
tambahkan 3 ml dietiliter dan sumbat baik-baik. Kocok agak kuat
dengan sekali-sekali membuka tutupnya untuk mengurangi tekanan
yang terdapat dalam tabung tersebut.
2. Pusingkan selama 10 menit.
Harus terlihat 3 fase berbatasan jelas dari masing-masing campuran
yang terdapat dalam tabung pemusing tersebut. Fase yang teratas
adalah eter yang mengandung lipid, fase yang di tengah merupakan
cincin endapan globulin dan fase yang terbawah merupakan larutan
yang terjernih dari albumin.
3. Miringkan hati-hati tabung pemusing sehingga cincin globulin
terlepeas dari dinding tabung. Masukkan hati-hati sebuah pipet 2 ml
dengan ujung atas pipet ditutup jari waktu pipet menembus lapisan
eter.
4. Isaplah larutan albumin dengan pipet tersebut sampai melampaui
tanda pipet tersebut bersihkan ujung pipet yang basah dengan kertas
pembersih dan turunkan permukaan larutan sampai pada garis tanda
dari pipet.
5. Masukkan larutan albumin ini kedalam tabung reaksi dengan tanda A.
c. Blanko
Untuk blanko dipakai : 2 ml aquadest ( tabung B )
d. Standard :
Untuk larutan standar 0,5 ml lar. standard dan 7,5 ml aquadest, campur
baik-baik lalu ambil 2 ml dari campuran tersebut dan masukkan dalam
tabung ( S )
e. Tindakan selanjutnya :
1. Tambahkan ke msing-masing tabung tersebut (A, TP,S & B) 4 ml
reagen Biuret dan biarkan selama 10 menit pada suhu kamar.
2. Bila terjadi kekeruhan tambahkan 2-2,5 ml eter, kocok dan pusingkan.
Bila larutan telah jernih, tak perlu tambahkan eter.
3. Tentukan bacaan dari masing-masing tabung (A, TP, B & S) dengan
spektrofotometer pada gelombang 545 nm.
Kadar total protein, albumin dan globulin mahasiswa coba dapat
dihitung menggunakan rumus berikut ini:
AbsTP-AbsB
T.P = -------------------- X CS ( gr % )
AbsS-AbsB
AbsA-AbsB
Alb = -------------------- X CS gr %
AbsS-AbsB
Abs A = 0,457 nm
Abs TP = 0,675 nm
TP = Abs TP – Abs B
x
Abs s – Abs B
= 0,675 – C 0,231
x
s
0,679 – 0,231
6
(
= 5,95 gr/dL
g
Alb = Abs A – Abs B r
x
Abs S – Abs B %
)
= 0,457 – 0,231 C
x
s
0,679 – 0,231
= 3,03 gr/dL (6
Glb = T.P – Alb g
r
= 5,95 – 3,03 %
= 2,92 gr/dL )
Kadar protein larutan tersebut bernilai 5,95 gr/dl. Nilai tersebut berada
di bawah normal.
Uji Kadar Albumin
Pada tabung pemusing yang berisi 6 ml larutan yang tersisa, kami beri
label A, lalu kami tambahkan 3 ml dietileter kemudian sumbat baik-baik.
Kami kocok kuat dengan sekali-sekali membuka tutupnya untuk mengurangi
tekanan yang terdapat dalam tabung tersebut.Lalu kami pusingkan selama 10
menit. Pada larutan arus terlihat 3 fase berbatasan jelas dari masing-masing
campuran yang terdapat dalam tabung pemusing tersebut. Fase yang teratas
adalah eter yang mengandung lipid, fase yang di tengah merupakan cincin
endapan globulin dan fase yang terbawah merupakan larutan yang terjernih
dari albumin.
Kemudian kami miringkan hati-hati tabung sehingga cincin globulin
terlepas dari dinding tabung dan memasukkan hati-hati sebuah pipet 2 ml
dengan ujung atas pipet ditutup jari waktu pipet menembus lapisan eter.
Kami ambil larutan albumin itu dengan menggunakan pipet lalu
bersihkan ujung pipet yang basah dengan kertas pembersih dan turunkan
permukaan larutan sampai pada garis tanda dari pipet.
Lalu kami masukkan larutan albumin ini ke dalam tabung reaksi dan
tambahkan 4 ml reagen biuret, lalu menunggu selama 10 menit pada suhu
kamar. Kemudian kami tentukan bacaannya dengan spektrofotometer pada
gelombang 545 nm.
Penambahan dietileter bermaksud untuk menggumpalkan albumin dan
mengilangkan kekeruhan karena adanya kandungan lipid dalam serum yang
akan mempengaruhi pembacaan spektrofotometer.
V. KESIMPULAN
Percobaan kali ini menggunakan metode Kingsley, dan hasil yang didapatkan
adalah kurang akurat untuk kedua percobaan. Hal ini dapat disebabkan oleh
kesalahan pengambilan serum, penambahan reagen, maupun kesalahan pada
pembacaan spektrofotometer. Kadar normal untuk total protein adalah 6-8 gr%,
albumin 3,5-5 gr%, dan globulin 2-3,6 gr%, sementara hasil yang didapatkan pada
percobaan kali ini sedikit di bawah normal.
Kadar protein pada diri seseorang dapat dipengaruhi oleh asupan makanan
dan karena protein disintesis di liver, kondisi liver seseorang dapat sangat
mempengaruhi kadar protein dalam darah. Minimnya kadar protein dapat
menandakan kerusakan atau malfungsi dari liver seseorang, sehingga
pengukuran kadar protein merupakan hal yang sangat penting untuk diketahui.