Anda di halaman 1dari 13

Visi :

Pada tahun 2020 menghasilkan ahli madya keperawatan


yang unggul dalam penguasaan teknologi keperawatan neurosains

SATUAN ACARA PENYULUHAN LATIHAN KOGNITIF: BERMAIN PUZZLE

Mata Kuliah : Keperawatan Gerontik


Nama : Novianty Gliceria
NIM : P3.73.20.3.15.035
Kelas : 3 Reguler C

Dosen Pembimbing: Eska Riyanti., SKp., MKM

JURUSAN KEPERAWATAN
POLTEKKES KEMENKES JAKARTA III
PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN
TAHUN 2018
SATUAN ACARA PENYULUHAN
LATIHAN KOGNITIF: BERMAIN PUZZLE

Pokok Bahasan : Latihan Kognitif: Bermain Puzzle


Tempat : Paviliun D1 Wisma D1 PSTW Bakhti Dharma Bekasi
Sasaran : Ny. K
Hari / Tanggal : Jumat, 23 Maret 2018
Alokasi waktu : 30 menit

A. Latar Belakang
Lansia di PSTW Budhi Dharma Bekasi, aktivitasnya terbatas dan ada yang dibantu.
Dalam kesehariannya, lansia menghabiskan waktu dengan melakukan kegiatan yang
tersedia di PSTW Budhi Dharma Bekasi, dan ada yang hanya di dalam kamar saja.
Pada lansia terjadi penurunan fungsi tubuh, baik itu kognitif, persepsi, sensori dan
motorik. Kondisi gangguan kognitif pada lanjut usia seperti mudah lupa, disorientasi
terutama dalam hal waktu, gangguan pada kemampuan pendapat dan pemecahan
masalah, gangguan dalam berinteraksi antar lansia, gangguan dalam aktivitas di rumah
dan minat intelektual serta gangguan dalam pemeliharaan diri.
Proses penuaan menyebabkan kemunduran kemampuan otak. Diantara kemampuan
yang menurun secara liner atau seiring proses penuaan adalah daya ingat. Salah satu
terapi yang dapat dilakukan untuk daya ingat lansia adalah terapi kognitif. Terapi
kognitif berfokus pada masalah, orientasi pada tujuan, kondisi dan waktu saat itu.
Terapi ini memandang individu sebagai pembuat keputusan.
Terapi kognitif telah menunjukkan keefektifan penanganan dalam masalah klinik
misalnya cemas, schizophrenic, substance abuse, gangguan kepribadian, gangguan
mood. Dalam prakteknya, terapi ini dapat diaplikasikan dalam pendidikan, tempat kerja
dan setting lainnya. Istilah kognitif mulai populer setelah teori piaget banyak dibahas
para ahli tahun 1960-an. Pengertian kognisi, meliputi aspek-aspek struktur intelek
yang digunakan untuk mengetahui sesuatu (Maryam, 2008).
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Terapi kognitif dan motorik: puzzle diharapkan lansia makin bisa meningkatkan
kemampuan berfikir, aktivitas dan kemampuan sosial.
2. Tujuan Khusus
Setelah mengikuti kegiatan terapi kognitif dan motorik lansia mampu:
a. Mengingat bentuk objek yang telah ditunjukkan
b. Melatih konsentrasi untuk memusatkan perhatian sesuai petunjuk yang
diberikan
c. Meningkatkan daya ingat pada lansia dan mencegah otak dari demensia
d. Meningkatkan interaksi sosial antar lansia

C. Pelaksanaan Kegiatan
1. Topik
Terapi kognitif dan motorik: puzzle
2. Sasaran
Ny. K di Paviliun Wisma D1 PSTW Budhi Dharma Bekasi.
3. Metode
Bermain
4. Media & alat
a. Puzzle
b. Stopwatch
5. Waktu dan tempat
Hari / tanggal : Jumat, 23 Maret 2018
Waktu : 09.00 - 09.30
Tempat : Ruang tamu Paviliun Wisma D1 PSTW Budhi Dharma Bekasi
6. Setting Tempat
Keterangan:
A: Penyuluh
A B
B: Klien
D. Proses Kegiatan

No Tahap/Waktu Kegiatan Mahasiswa Kegiatan Peserta


1 5 menit Pembukaan:
- Mengucapkan salam - Menjawab salam
- Memberi reinforcement - Mendengarkan dan
positif memperhatikan
- Melakukan evaluasi - Mendengarkan dan
validasi memperhatikan
- Memperkenalkan diri - Mendengarkan dan
- Menjelaskan tujuan menyepakati
kegiatan terapi kognitif
dan motorik: puzzle - Mendengarkan dan
- Menjelaskan kontrak menyepakati
waktu

2 20 menit Pelaksanaan permainan:


- Menjelaskan cara bermain - Mendengarkan dan
- Mendemonstrasikan cara memperhatikan
bermain puzzle - Mendengarkan dan
- menjelaskan cara memperhatikan
menyusun puzzle kepada - Mendengarkan dan
lansia memperhatian
- meminta lansia
menyebutkan kembali cara - Lansia dapat
menyusun puzzle yang menjawab
telah dijelaskan
- Memulai permainan
dengan menentukan waktu
permainan - Melaksanakan
permainan
3 5 menit Penutup:
- Melakukan evaluasi - Memperhatikan
validasi - Mendengarkan dan
- Menyimpulkan materi dan memperhatikan
menutup - Menjawab salam
- Memberikan salam

E. Kriteria Evaluasi
1. Evaluasi struktur
a. Media dan alat tersedia sesuai dengan perencanaan
b. Peran dan tugas mahasiswa sesuai dengan perencanaan
2. Evaluasi proses
a. Pelaksanaan kegiatan sesuai dengan waktu yang direncanakan
b. Mahasiswa menjelaskan aturan jalannya kegiatan dengan jelas
c. Klien dapat mengikuti kegiatan dengan aktif dari awal sampai selesai.
3. Evaluasi hasil
Setelah mengikuti terapi latihan kognitif klien dapat:
a. Lansia dapat merasa senang saat bermain
b. Lansia dapat menggunakan kemampuan persepsi sensorik dan motorik selama
dalam permainan
MATERI PENYULUHAN
LATIHAN KOGNITIF: BERMAIN PUZZLE

A. Definisi Puzzle
Menurut Patmonodewo (Misbach, Muzamil, 2010) kata puzzle berasal dari bahasa
Inggris yang berarti teka-teki atau bongkar pasang, media puzzle merupakan media
sederhana yang dimainkan dengan bongkar pasang.
Menurut Yudha (2007) puzzle adalah suatu gambar yang dibagi menjadi potongan-
potongan gambar yang bertujuan untuk mengasah daya pikir, melatih kesabaran dan
membiasakan kemampuan berbagi. Selain itu puzzle juga dapat digunakan untuk
permainan edukasi karena dapat mengasah otak dan melatih kecepatan pikiran dan
tangan.

B. Tujuan
Tujuan latihan kognitif bermain puzzle:
1. Mengingat bentuk objek yang telah ditunjukkan
2. Melatih konsentrasi untuk memusatkan perhatian sesuai petunjuk yang diberikan
3. Meningkatkan daya ingat pada lansia dan mencegah otak dari demensia
4. Meningkatkan interaksi sosial antar lansia
5. Untuk memperlambat kepikunan
6. Untuk menurunkan stress
7. Teknik relaksasi

C. Manfaat Puzzle
Menurut Suciaty (2010) puzzle mempunyai beberapa manfaat yaitu:
1. Mengasah otak
2. Melatih koordinasi mata dan tangan
3. Melatih nalar
4. Melatih kesabaran
Sedangkan menurut Melly (2010), manfaat bermain puzzle adalah sebagai berikut:
1. Meningkatkan ketrampilan kognitif berkaitan dengan kemampuan untuk belajar
dan memecahkan masalah.
2. Meningkatkan ketrampilan social berkaitan dengan kemampuan berinteraksi
dengan orang lain

D. Macam-macam Puzzle
Muzamil, Misbach (2010) menyatakan beberapa bentuk puzzle, yaitu:
1. Puzzle konstruksi
Puzzle rakitan (construction puzzle) merupakan kumpulan potongan-potongan yang
terpisah, yang dapat digabungkan kembali menjadi beberapa model. Mainan
rakitan yang paling umum adalah blok-blok kayu sederhana berwarna-warni.
2. Puzzle batang (stick)
Puzzle batang merupakan permainan teka-teki matematika sederhana namun
memerlukan pemikiran kritis dan penalaran yang baik untuk menyelesaikannya.
Puzzle batang ada yang dimainkan dengan cara membuat bentuk sesuai yang kita
inginkan ataupun menyusun gambar yang terdapat pada batang puzzle.
c. Puzzle angka
Mainan ini bermanfaat untuk mengenalkan angka. Selain itu dapat melatih
kemampuan berpikir logisnya dengan menyusun angka sesuai urutannya. Selain
itu, puzzle angka bermanfaat untuk melatih koordinasi mata dengan tangan,
melatih motorik halus serta menstimulasi kerja otak
d. Puzzle logika
Puzzle logika merupakan puzzle gambar yang dapat mengemmbangkan keterampilan
serta akan berlatih untuk memecahkan masalah. Puzzle ini dimainkan dengan cara
menyusun kepingan puzzle hingga membentuk suatu gambar yang utuh.

E. Indikasi Terapi Kognitif


Menurut Setyoadi, dkk (2011) terapi kognitif efektif untuk sejumlah kondisi psikiatri
yang lazim, terutama:
1. Depresi (ringan sampai sedang)
2. Gangguan panik dan gangguan cemas menyeluruh atau kecemasan
3. Individu yang mengalami stress emosional
4. Gangguan obsesif kompulsif (obsesessive compulsive disorder) yang sering terjadi
pada orang dewasa dan memiliki respon terhadap terapi perilaku dan antidepresan
jarang terjadi pada awal masa anak-anak, meskipun kompulsi terisolasi sering terjadi.
5. Gangguan fobia (misalnya agoraphobia, fobia social, fobia spesifik)
6. Gangguan stress pasca trauma (post traumatic stress disorder)
7. Gangguan makan (anoreksia nervosa)
8. Gangguan mood
9. Gangguan psikoseksual
10. Mengurangi kemungkinan kekambuhan berikutnya

F. Kelebihan dan kekurangan Puzzle


1. Kelebihan Puzzle
a. Gambar bersifat konkret
b. Gambar dapat menarik minat dan perhatian
2. Kekurangan Puzzle
a. Lebih menekankan pada indera penglihatan
b. Gambar kurang maksimal bila diterapkan dalam kelompok besar

G. Mekanisme Otak dengan Puzzle


Pada lansia dengan demensia ditemukan adanya kerusakan pada bagian otak yaitu
terdapat kematian sel-sel di dalam otak dan kekurangan suplai darah di otak. Pada
pemeriksaan neuropatologi dan biokimiawi ditemukan pula kerusakan neuron yang
mengakibatkan berkurangnya jumlah neurotransmitter. Padahal otak tengah merupakan
salah satu pabrik dopamine di dalam otak. Kekurangan dopamine
(neurotransmitter) tersebut dapat menyebabkan berkurangnya daya ingat, kosentrasi dan
daya tangkap.
Otak bagian kiri yang mengatur tentang memori seseorang pada penderita demensia
tersebut juga mengalami gangguan. Menurut beberapa ahli, otak kiri merupakan pusat
intelegensi seseorang. Salah satu terapi yang bisa dilakukan untuk merangsang kinerja
otak agar suplai darah di otak kembali lancar sehingga daya ingat lansia tersebut tidak
terus memburuk adalah dengan puzzle. Seperti salah satu manfaat puzzle yaitu
memperkuat daya ingat agar tidak memperburuk fungsi otak. Latihan kognitif tersebut
akan merangsang otak dengan cara menyediakan stimulasi yang memadai untuk
mempertahankan dan meningkatkan fungsi kognitif otak yang tersisa. Otak akan bekerja
saat mengambil, mengolah, dan menginterpretasikan gambar atau informasi yang telah
diserap, serta otak bekerja dalam mempertahankan pesan atau informasi yang
didapat.(Sangkanparan, 2010; Nadesul, 2011; Nani, 2008; Tuppen, 2012)
DAFTAR PUSTAKA

Gunarsa, Singgih D. 2007. Konseling dan Psikoterapi. Jakarta: Gunung Mulia.


Setyoadi, dkk. 2011. Terapi Modalitas Keperawatan pada Klien Psikogeriatrik. Jakarta:
Salemba Medika.
Stuart, G.W. 2009. Principle and Practice of Psychiatric Nursing. St Louis: Mosby.
Yosep, Iyus. 2009. Keperawatan Jiwa. Bandung: PT Refika Aditamam.
Visi :
Pada tahun 2020 menghasilkan ahli madya keperawatan
yang unggul dalam penguasaan teknologi keperawatan neurosains

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR


LATIHAN KOGNITIF: BERMAIN PUZZLE

Mata Kuliah : Keperawatan Gerontik


Nama : Novianty Gliceria
NIM : P3.73.20.3.15.035
Kelas : 3 Reguler C

Dosen Pembimbing: Eska Riyanti., SKp., MKM

JURUSAN KEPERAWATAN
POLTEKKES KEMENKES JAKARTA III
PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN
TAHUN 2018
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
LATIHAN KOGNITIF BERMAIN: PUZZLE

A. Pengertian
Menurut Yudha (2007) puzzle adalah suatu gambar yang dibagi menjadi potongan-
potongan gambar yang bertujuan untuk mengasah daya pikir, melatih kesabaran dan
membiasakan kemampuan berbagi. Selain itu puzzle juga dapat digunakan untuk
permainan edukasi karena dapat mengasah otak dan melatih kecepatan pikiran dan
tangan.

B. Tujuan
Tujuan latihan kognitif bermain puzzle:
8. Mengingat bentuk objek yang telah ditunjukkan
9. Melatih konsentrasi untuk memusatkan perhatian sesuai petunjuk yang diberikan
10. Meningkatkan daya ingat pada lansia dan mencegah otak dari demensia
11. Meningkatkan interaksi sosial antar lansia
12. Untuk memperlambat kepikunan
13. Untuk menurunkan stress
14. Teknik relaksasi

C. Indikasi Terapi Kognitif


Menurut Setyoadi, dkk (2011) terapi kognitif efektif untuk sejumlah kondisi psikiatri
yang lazim, terutama:
1. Depresi (ringan sampai sedang)
2. Gangguan panik dan gangguan cemas menyeluruh atau kecemasan
3. Individu yang mengalami stress emosional
4. Gangguan obsesif kompulsif (obsesessive compulsive disorder) yang sering terjadi
pada orang dewasa dan memiliki respon terhadap terapi perilaku dan antidepresan
jarang terjadi pada awal masa anak-anak, meskipun kompulsi terisolasi sering terjadi.
5. Gangguan fobia (misalnya agoraphobia, fobia social, fobia spesifik)
6. Gangguan stress pasca trauma (post traumatic stress disorder)
7. Gangguan makan (anoreksia nervosa)
8. Gangguan mood
9. Gangguan psikoseksual
10. Mengurangi kemungkinan kekambuhan berikutnya

D. Tahap Prosedur
1. Fase Persiapan
a. Membuat kontrak dengan klien.
b. Mengingatkan kontrak dengan klien
c. Mempersiapkan tempat pertemuan untuk terapi terapi
d. Mempersiapkan alat: kartu puzzle dan papan nama klien
2. Fase Orientasi
a. Mengucapkan salam
b. Memberi reinforcement positif
c. Melakukan evaluasi validasi
d. Memperkenalkan diri
e. Menjelaskan tujuan kegiatan terapi kognitif dan motorik: puzzle
f. Menjelaskan kontrak waktu
3. Tahap Kerja
a. Menjelaskan cara bermain
b. Mendemonstrasikan cara bermain puzzle
c. Menjelaskan cara menyusun puzzle kepada lansia
d. Meminta lansia menyebutkan kembali cara menyusun puzzle yang telah
dijelaskan
e. Memulai permainan dengan menentukan waktu permainan
4. Tahap Terminasi
a. Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti terapi bermain puzzle dan
meminta menyebutkan gambar dari masing-masing puzzle
b. Terapis memberikan pujian atas keberhasilan klien

Anda mungkin juga menyukai