Anda di halaman 1dari 11

MATA KULIAH ANATOMI DAN FISIOLOGI HEWAN

LEMBAR KERJA MAHASISWA


ANATOMI ORGAN DAN SISTEM ORGAN PADA REPTIL

NAMA KELOMPOK 6 :

2016 U

PUTRI APRILIYANI (16030654012)


DARY NAUFAL S (16030654040)
PRASTIWI ARISTYA C (16030654070)
AMELIA NUR S (16030654074)
DESTI ALVIANI (16312241027)

UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

JURUSAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SAINS

2018
A. Judul
Anatomi Organ dan Sistem Organ pada Reptil

B. Pertanyaan Pengamatan
1. Bagaimana ciri- ciri bagian luar tubuh reptil?
2. Bagaimana topografi organ- organ antar sistem?
3. Bagaimana anatomi organ penyusun suatu sistem?

C. Tujuan
1. Untuk menentukan ciri- ciri bagian luar tubuh reptil
2. Untuk menentukan topografi organ- organ antar sistem
3. Untuk menentukan anatomi organ penyusun suatu sistem

D. Manfaat
Dari pengamatan yang akan kami lakukan, dapat ditarik manfaat sebagai
berikut:
1. Mahasiwa dapat mengetahui ciri – ciri bagian luar tubuh reptil.
2. Mahasiswa dapat mengetahui topografi organ – organ penyusun antar
sistem.
3. Mahasiswa dapat mengetahui anatomi organ penyusun suatu sistem.

E. Kajian Teori
1. Sistem Respirasi
Sistem respirasi reptil dimulai dari masuknya udara melalui nares
eksterna terus menembus plat yang keras menuju ke nares interna ( di
belakang lubang ) ini pada reptilia yang hidup di air terdapat vellum dan
kemudian melalui glottis sebagai celah lingua menuju ke larynx. Larynx
tersusun atas tulang rawan tiga buah dan berisi beberapa pasang pita suara
( bagi yang bersuara ). Selanjutnya berhubungan dengan trachea yang tersebut
atas gelang – gelang rawan. Trachea bercabang menjadi 2 bronchi, yang
selanjutnya masing – masing menuju ke paru – paru. Paru – paru terbagi atas
bagian – bagian interior yang lebih kompleks dari pada amphibia yang
mengandung capilair pulmonalis.
a. Pengertian Respirasi
Pertukaran gas O2 dan CO2 dalam tubuh makhluk hidup disebut
pernapasan atau respirasi. O2 dapat keluar masuk jaringan melalui difusi.
Pada dasarnya metabolisme yang normal dalam sel-sel makhluk hidup
memerlukan oksigen dan karbondioksida.
Ada dua tahap pernapasan, tahap pertama oksigen masuk ke dalam
dan pengeluaran karbondioksida ke luar tubuh melalui organ-organ
pernapasan disebut respirasi eksternal, dan pengangkutan gas-gas
pernapasan dari organ-organ pernapasan ke jaringam tubuh atau
sebaliknya dilakukan oleh sistem sirkulasi. Tahap kedua adalah
pertukaran O2 dari cairan tubuh (darah) dengan CO2 dari sel-sel dalam
jaringan, disebut respirasi internal.

b. Fungsi Respirasi
Jika melihat dari sistemnya fungsi respirasi adalah menyediakan
oksigen untuk darah dan membuang karbondioksida. Sistem respirasi
terdiri atas paru-paru dan sistem saluran yang menghubungkan jaringan
paru-paru dengan lingkungan luar. Sistem respirasi di bagi menjadi dua,
yaitu bagian kondusi yang terdiri atas rongga hidung, nesofaring, laring,
trakhea, bronki, dan bronkeolus. Dan bagian respirasinya terdiri atas
alveoli dan struktur yang berhubungan.
Pertukaran gas antara udara dan darah hanya terjadi dalam alveoli
(berbentuk seperti kantung khusus yang membentuk sebagian besar paru-
paru). Adapun fungsi dari bagian kondusi adalah menyediakan saluran di
mana udara dapat mengalir ke dan dari paru-paru, memelihara udara
yang diinspirasi. Untuk melaksanakan fungsi tersebut, masing-masing
sub divisi bagian kondusi memperlihatkan beberapa gambaran struktural
yang sama satu sama lain. Agar suplai udara yang tidak terputus, terdapat
gabungan-gabungan rawan, serabut-serabut elastin, dan otot polos yang
memperlihatkan struktur penyokong yang keras dan kaku bagi organ-
organ kondusi serta memerlukan fleksibilitas dan ekstenbilitas. Pada
rawan terutama hialin dan adanya sedikit elastin yang ditemukan pada
pinggir lamina propria (menunjukkan berbagai bentuk mulai dari
lempeng-lempeng yang tidak teratur sampai yang berbentuk cincin
lengkap). Rawan ini umumnya berperan sebagai penyokong dinding
bagian kondusi, mencegah kolaps lumen sehingga udara dapat masuk ke
paru-paru secara terus-menerus.

c. Organ – Organ Respirasi

1) Rongga Hidung
Udara masuk dan keluar melalui rongga hidung. Dengan
udara luar dihubungkan oleh lubang hidung luar (nares eksternal),
dengan faring dihubungkan oleh lubang hidung dalam (nares
internal/khoane). Rongga hidung dipisahkan oleh suatu sekat yang
disebut septum basal, menjadi bagian kiri dan kanan sedangkan
dari rongga mulut dibatasi oleh maksila dan tulang langit-langit
mulut. Rongga hidung dilapisi dengan epitel silindris bersilia yang
mengandung banyak sel goblet penghasil lendir. Rongga hidung
dilengkapi dengan rambut hidung yang berfungsi sebagai
penghalau benda-benda asing atau debu yang ikut masuk saat
menghirup udara. Saat udara masuk ke hidung, bulu-bulu hidung
berperan menyaring partikel-partikel debu yang kasar dan zat-zat
lain.
2) Laring/ Glotis
Laring merupakan tabung ireguler yang menghubungkan
faring dengan trakea. Dalam lamina propia terdapat sejumlah
rawan laring, struktur yang paling rumit pada jalan pernapasan.
Rawan-rawan yang lebih besar (tiroid, krikoid, dan sebagian besar
aritenoid) adalah rawan hialin, dan pada orang tua sebagian dapat
mengalami kalsifikasi.
3) Trakea
Trakea merupakan tabung berdinding tipis yang terletak dari
basis larynx (rawan krikoid) ke tempat di mana trakea bercabang
menjadi 2 bronkus primer. Trakea dibatasi oleh mukosa respirasi.

4) Bronchi
Trakea membelah menjadi 2 bronkus utama yang masuk ke
dalam paru-paru pada tiap hilus. Selain itu, pada tiap-tiap hilus
pembuluh limfe masuk dan meninggalkan paru-paru. Struktur ini
dikelilingi oleh jaringan penyambung padat dan membentuk akar
paru-paru.

5) Paru – paru
Paru – paru terdiri dari alveolus sebagai tempat pertukaran gas dan
pleura yang merupakan selaput pada paru – paru.
a) Alveoli
Alveoli ( jamak:alveolus ) merupakan evaginasi kecil
seperti kantung dari bronkiolus respiratorius, duktus
alveolaris , dan sakus alveolaris. Alveoli merupakan bagian
terminal cabang-cabang bronkus dan bertanggungjawab akan
struktur paru-paru yang menyerupai busa. Secara struktural
alveoli menyerupai kantung kecil yang terbuka pada salah satu
sisinya, mirip sarang tawon.
b) Pleura
Pleura adalah membran serosa yang meliputi paru-paru.
Ia terdiri atas dua lapisan, yaitu parietal dan viseral, yang
bersambungan pada daerah hilus. Kedua membran diliputi oleh
sel-sel mesotel yang terletak pada lapisan jaringan
penyambung halus yang mengandung serabut kolagen dan
elastin. Serabut-serabut elastin pleura viseralis bersambungan
dengan serabut-serabut yang terdapat pada parenkim paru-
paru.

2. Sistem Sirkulasi
Sistem peredaran darah pada reptilia lebih maju jika dibandingkan
dengan sistem peredaran amfibi karena adanya pemisahan darah yang
beroksigen dan tidak beroksigen dalam jantung. Jantung reptilia terletak di
rongga dada di bagian depan ventral.
Menurut (Radiopoetro, 1996:517) Jantung reptilia terdiri atas tiga ruang
yaitu 2 atria dan 1 ventrikulus, kecuali pada crocodilia dan alligator. Tetapi
ventrikulus cordis dari cor yang beruang tiga, sebenarnya terbagi dua oleh
suatu septum yang disebut septum interventricularis yang membentang dari
apex cordis sampai ke pusat cor, sehingga seolah-olah cor semua reptilia
beruang empat. Perlu diketahui bahwa septum interventricularis tadi belum
sempurna sehingga masih ada percampuran darah antara bagian dexter dan
sinister.
Antara kedua antria dipisahkan oleh septum intertrialis yang sudah
sempurna, sehingga tidak akan terjadi percampuran antara darah venosa dan
darah arteriel.Conus arteriosus pada reptilia telah menjadi sebagian dari
venticulus. Dari ventriculus ini akan keluar 3 pembuluh yang besar,
yaitu aorta pulmonalis yang menuju ke pulmo, kemudian arcus aorta
dekster dan arcus aorta sinister yang akan bercabang-cabang ke semua
bagian tubuh. Arcus aorta sinister keluar dari ventrikel dekster sedang arcus
aorta dekster keluar dari ventrikel sinister (Radiopoetro, 1996:517).
Menurut (Campbell, 2000:45) Reptilia mempunyai sirkulasi ganda
yaitu sirkulasi sistemik dan sirkulasi pulmoner yang mengalirkan darah dari
jantung ke jaringan pertukaran-gas dalam paru-paru dan kembali ke jantung.
Pada satu ordo reptilia, crocodilia, ventrikel secara sempurna terbagi menjadi
bilik kiri dan bilik kanan.

 Proses sirkulasi pada reptilia

Darah dari vena masuk ke jantung melalui sinus venosus menuju ke


serambi kanan, kemudian bilik kanan. Darah yang berasal dari paru-paru,
melalui arteria pulmonalis, masuk ke serambi kiri kemudian ke bilik kiri.
Dari bilik kiri, darah dipompa keluar melalui sepasang arkus aortikus,
Dua arkus aortikus ini lalu menghubungkan diri menjadi satu membentuk
aorta dorsalis yang menyuplai darah ke alat-alat dalam, ekor, dan alat
gerak belakang.

Dari seluruh jaringan tubuh, darah menuju ke vena, kemudian


menuju sinus venosus dan kembali ke jantung.

3. Sistem Pencernaan

Sebagian besar reptil adalah pemakan daging (karnivora) yang


memiliki sistem secara lebih sederhana dibanding pemakan tumbuhan
(herbivora). Daging/makanan yang berasal dari hewan lebih mudah dicerna
dibanding makanan dari tumbuhan. Hal ini karena adanya perbedaan struktur
sel kedua jenis makanan tersebut. Sel-sel tumbuhan memiliki dinding sel yang
tersusun dari senyawa selulosa, yang sulit dicerna karena tidak memiliki
enzim selolase. Oleh karena itu, herbivora akan mengadakan simbiosis
mutualisme dengan bakteri atau protozoa penghasil enzim selulase
(mikroorganisme selulolitik).
1. Mulut

Makanan akan diingesti ke dalam rongga mulut reptil yang akan


mengalami pencernaan secara mekanik maupun kimiawi. Mulut disusun oleh
sel-sel bersilia yang mengsekresikan mukus/lendir untuk membantu melumasi
makanan agar mudah ditelan. Pada reptil pemakan daging (karnivora), mulut
dilengkapi dengan gigi-gigi yang tajam yang membantu menangkap objek
makanannya. Sedangkan pada reptil herbivora, terdapat gigi yang sederhana
dalam rongga mulutnya. Keberadaan kerikil-kerikil kecil dalam lambung yang
dikenal dengan “gastrolit” juga membantu kerja gigi dalam mencerna
makanan di dalam mulut.

2. Esofagus

Esofagus pada reptil memiliki panjang yang bervarian tergantung


spesiesnya. Esofagus disusun atas sel-sel bersilia dan sel goblet yang
menghasilkan lendir/mukus. Saluran esofagus akan menghantarkan makanan
dari mulut menuju lambung melalui gerakan peristaltik yang dibantu oleh otot-
otot penyusun dinding esofagus. Di dalam esofagus tidak terjadi proses
pencernaan.

3. Lambung

Lambung akan meneruskan pencernaan dari mulut. Dinding-dinding


lambung melepaskan enzim-enzim pencernaan dan getah lambung (HCL)
kemudian membantu memecah senyawa protein. Setelah itu, makanan akan
dialirkan menuju usus halus melalui sfingter piloris.

4. Intestinum (Usus Halus)

Usus halus merupakan organ terpanjang pada sistem pencernaan.


Duodenum merupakan bagian usus halus yang pertama kali menerima kim dari
lambung. Kelenjar-kelenjar pencernaan, hati, dan pankreas membantu
mencerna makanan secara kimiawi dengan mengeluarkan sekretnya (tidak
terjadi pencernaan mekanik di usus halus). Pankreas mengeluarkan enzim-
enzim ke dalam lumen duodenum yang akan membantu menghidrolisis
makanan yang mengandung karbohidrat oleh karbohidrase, lemak oleh lipase,
dan protein oleh proteinase. Garam empedu yang disimpan di dalam kantung
empedu merupakan hasil perombakan sel darah merah yang telah usang.
Garam empedu disekresikan ke lumen duodenum untuk membantu dalam
pencernaan lemak dan penyerapan vitamin yang terlarut dalam lemak. Selain
itu, di dalam garam empedu terdapat zat warna “urobilin” yang akan mewarnai
feses.

5. Usus Besar

Makanan yang tidak dicerna didorong menuju usus besar. Terdapat


sekum yang pendek yang membatasi antara usus halus dengan usus besar.
Sekum berkembang baik pada reptil pemakan tumbuhan (herbivora). Di dalam
usus besar, reptil akan mengalami pembususkan dan pengurangan kadar air.
Dinding-dinding sel usus besar menyerap kelebihan air dan nutrisi penting
yang belum diserap saat di bagian ileum,

6. Kloaka

Merupakan muara tiga saluran, urin, reproduksi dan pencernaan.


Kloaka merupakan muara menjadi tiga bagian:

a. Korprodaeum: tempat keluar dari sistem pencernaan

b. Uradaeum: menerima dari saluran urin dan sel kelamin

c. Proctodaeum: daerah pengumpul.

F. Alat dan Bahan


1. Alat
a. Papan bedah atau papan seksi 1 buah
b. Alat bedah 1 set

2. Bahan
a. Tokek atau kadal 1 buah
b. Kapas Tokek secukupnya
c. Klorofoam 50 ml

G. Langkah Percobaaan

1. Morfologi Tokek

Morfologi
Tokek
 Dibius dengan klorofoam pada bagian
kepala (hidung)
 Diletakan pada papan seksi
 Diamati bagian luar tubuhnya.

2. Organ – organ Tokek

Tokek
 Difiksasi kakinya dengan menggunakan
jarum pentul
 Digunting kulitnya mulai dari kloaka kearah
kepala sampai rahang bawah
 Disisihkan kulit tadi kearah samping
 Diamati struktur otot yang ada.
 Dibedah atau digunting otot (daging) nya.
 Diamati organ penyusun satu sistem
 Diamati organ – organ penyusun antara satu
sistem dengan sistem yang lain.

Gambar organ
Tokek

H. Tabel

No Sistem Organ Nama Organ Gambar Keterangan

1.
2.
3.
4.
I. Daftar Pustaka
Brotowidjojo, Mukayat Djarubito. Zoologi Dasar. Jakarta: Erlangga, 1989.
Campbell. 2000. Biologi Edisi Kelima Jilid Tiga. Jakarta: Erlangga.
Campbell.Neil A. 1999. Biologi edisi kelima jilid 2. Jakarta: Erlangga.
Jasin, Maskoeri. Zoologi Vertebrata. 1992. Surabaya: Sinar Wijaya.

Anda mungkin juga menyukai