TEKNOLOGI ADUKAN/MORTAR
1.1 Pendahuluan
Pengertian :
Adukan untuk pasangan bata dan plesteran tersusun dari bahan perekat,
agregat halus dan air sehingga merupakan campuran yang memiliki kelecakan
(konsistensi yang enak untuk dikerjakan/ workable).
Adukan untuk pengisi (grouting) mempunyai workability sangat tinggi
sehingga adukan tersebut dapat mengalir dengan mudah.
Bahan Adukan
a. Perekat
Umumnya perekat mineral, seperti :
Semen Portland
Kapur
Kapur dan Pozolan
Semen Portland dan Pozolan
Semen Portland dan Kapur
b. Agregat halus
Pasir alam, seperti pasir alami dan pecahan batu
Agregat halus buatan
c. Bahan pengisi
Tepung batu
Bahan Pozolan
d. Air
1.2 Persyaratan bahan
1.2.1 Agregat
Karena ketebalan adukan dibatasi 5 – 15 mm, besar butir agregat
maksimum dibatasi 1/5 tebal adukan.
Susunan butir pasir untuk adukan, antara lain menurut ASTM sebagai
berikut:
Plesteran
- - - 1 2 Dinding lama/ baru
- - 1 1 1 Dinding baru
1 - - - 2 Trasraam
1 - - - 3 Lantai
1 - - - 4 Anyamanbambu/kawat
1 Dekat laut
- 1 - - 4 Dinding
1 - 1 3
c. Modulus patah
Jika dinding tembok dibebani lentur murni oleh
gaya-gaya yang melintang dari sisi tembok, maka
modulus patah akan menentukan ketahanan tembok
terhadap gaya-gaya yang melintang.
Kekuatan tarik dan daya rekat penting untuk
menilai modulus patah tersebut. Modulus patah tinggi
dapat diperoleh dari bata yang memiliki daya serap
5-30 gr/dm2/menit dengan retentivitas adukan yang seimbang.
d. Kekekalan bentuk
Akibat basah dan kering , dingin dan panas,
adukan dapat berubah bentuk terutama memanjang
dan menyusut. Apabila pengembangan dan
penyusutan besar maka rekatan adukan akan
mudah lepas atau retak-retak. Adukan yang gemuk,
terlalu banyak butiran halus/ lumpur memiliki susut
muai besar dan mudah retak. Susut muai adukan harus
sesuai dengan batanya agar mempunyai kekekalan
bentuk yang baik.
Bahan utama :
Pembuatan
Tanah : kapur = 3 : 1
Tanah : pasir : kapur = 1 : 2: 1/2
Tanah : pasir :kerikil : kapur = 3 : 2 : 1 : 1
Tanah : PC = 10 : 1
Tanah : pasir : PC = 8 : 2 : 1
Tanah : pasir :kerikil : PC = 9 : 3 : 6 : (2atau1)
Pemakaian
Karena kurang tahan air apabila dipakai ditempat yang berair atu kaki
tembok dilindungi dengan aduk rapat air/trasraam.
Sejenis dengan bata tanah stabilisasi hanya tanahnya bersifat pozolan. Agar
hasilnya baik, kehalusan tras alam sebagai berikut :
Komposisi :
Sama seperti bata tanah stabilisasi dicetak dengan alat sederhana pres
ungkit Cinva Ram, dan dirawat di tempat teduh dan dijaga agar tetap lembab.
Sifatnya tidak rapat air, penyerapan tinggi, susut muai besar sehingga
harus dipakai di tempat dimana perubahan basah kering tidak terlalu basah.
Apabila trasnya baik, tahan air kotor, kekuatan akan meningkat jika
ditempatkan di tempat yang basah, tetapi perlu dilindungi dengan aduk rapat
air atau trasraam.
Bahan :
Syarat agregat sama dengan syarat untuk beton biasa, hanya besar butir dan
gradasinya tersendiri sebagai berikut :
Butir maksimal 10 mm untuk bata pejal dan 2/3 tebal dinding tertipis untuk
bata berlubang
FM 3,45 – 3,70 maksimal 4,25
Susunan butir, antara lain sebagai berikut :
Agregat alam Agregat
buatan
Tertahan di 12,5 mm Nihil Nihil
10 0–5% 0–5%
4,8 20 – 30 % 16 – 28 %
2,4 10 – 23 % 21 – 29 %
1,2 10 – 20 % 16 – 24 %
0,6 10 – 20 % 11 – 19 %
0,3 10 – 20 % 6 – 14 %
0,15 5 – 15 % 3–9%
Lolos 0,15 1,5 – 10 % 3–9%
Faktor air semen berkisar 0,4 – 0,5. Jika dicetak dengan getaran maka fas
dengan agregat padat 0,33 – 0,35. Agregat ringan 0,35 – 0,38.
Perbandingan campuran :
Agregat alam :
Ps dan kerikil alam = 1 PC : 8 – 12 agregat
Agregat ringan :
Sisa bakaran bata / cinder = 1 PC : 6 – 8 agregat
Sama dengan untuk beton, atau pengaduk berputar / rotary blade mixer.
Untuk agregat padat : Agregat dan semen diaduk kering, baru ditambah
seluruh air pengaduk.
Untuk agregat ringan : Agregat dulu, tambah 2/3 air, aduk, tambah air
semua.
Pencetakan :
Perawatan :
Dalam cetakan 1 hari, setelah itu 21 hari atau 7 hari dengan tekanan uap
rendah, atau 12 jam dengan tekanan 8 atm.
Pemakaian :
Bahan :
Disebut juga beton busa / foamed concrete atau beton cell (cellular concrete)
adalah beton yang mengandung gelembung-gelembung udara halus yang
tersebar merata.
Bahan :
Kapur padam, pasir silika halus dan bubuk atau tepung alumunium 100
gr atau 300 gr untuk setiap M3 beton dengan berat isi 0,32 atau 0,96 kg/dm3
Pembuatan :
Sifat :
Yang membedakan adalah lapisan kepala, dimana ubin ini dibuat tiga lapis :
lapisan kaki, lapisan badan dan lapisan kepala.
Bahan :
Semen Portland biasa (tipe I), bila lapisan kepala akan diberi warna,
dipakai semen putih.
Pewarna / pigmen oksida logam.
Agregat :
Untuk lapisan kaki : Pasir harus baik, besar butir maksimal 1/5 tebal
lapisan. Untuk ubin semen dengan tebal 20 mm dan tebal lapisan kaki 15
mm, besar butir maksimal 3 mm. Untuk ubin teraso, tebal lapisan kaki 2/3
tebal ubin dan butir maksimal juga 1/5 tebal lapisan.
Untuk lapisan badan antara : Pasir halus yang digiling bersama-sama
semen 1 PC: 4 pasir halus.
Untuk lapisan kepala ubin teraso, agregat dari batu pecah 3, 5, 10 mm atau
pecahan kulit siput laut yang tebal diayak 10 – 20 mm (disebut juga
teralux).
Pembuatan :
a. Pencampuran bahan :
Lapisan kaki : 1 PC : 4 – 6 pasir dengan air sedikit.
Lapisan antara : 1 PC : 2 – 4 pasir digiling sampai 80 mesh dengan tebal 3
– 5 mm, untuk menambah kuat lentur ubin.
Lapisan kepala :
- Ubin semen biasa : Bubur semen cair, semen yang diberi air sampai
lembab.
- Ubin teraso dengan agregat banyak : 1 PC : 6 – 8 bubuk teraso
dengan kelecakan seperti beton.
b. Pencetakan :
Pada alas ditaburkan lapisan kepala, antara, dan terakhir lapisan kaki
Di pres dengan tekanan 40-60 disimpan untuk manual dan 100-200 kg/cm 2
jika menggunakan mesin
Dikeluarkan dari cetakan, taruh ditempat lembab selama 24 jam
c. Perawatan :
cara sederhana dengan rendaman 3-7 hari kemudian disimpan
di tempat lembab2-3 minggu
cara dipercepat dengan diberi uap dan tekanan rendah selama 12 jam
Di poles supaya rata.Untuk ubin teraso, pemolesan setelah dipasang
minimal 3 hari
Sifat-sifat:
3. Genteng beton
Pembuatan
Bahan :
Pembuatan :
Bahan :
Pembuatan
Tidak tahan air, tidak tahan api ( maksimum 300oC), dapat dipaku
Bahan:
Pembuatan :
Sifat:
Bahan:
Kayu 80% dan 20% perekat PC dicampur fly ash atau tepung batu kapur.
Pembuatan :
Bahan:
1 PC : 4-5 agregat dengan maksimum butir 1/4 tebal dinding beton yang
dibuat
Pencetakan:
a. Cara tumbukan :
Adukan dengan fas 0,4 diisi sedikit demi sedikit secara berlapis-lapis
kedalam cetakan dari plat baja.
Tiap lapis ditumbuk dan dipadatkan, ratakan permukaannya
Buka cetakan dirawat ditempat lembab.
Agar lebih tahan air bagian dalam dilapisi pasta semen
Pemakaian :
b. Cara getaran:
Adukan yang agak encer (slump + 50 mm) diisi ke dalam cetakan yang
bergetar, selama 30 detik setiap lapis pengisian. Penggetaran dengan pin
vibrator, penggetar tempel atau meja penggetar. Jika digetarkan setelah
setelah penuh maksimum 60 detik.
Selanjutnya sama dengan tumbukan, pemakaian sama.
c. Cara pusingan/spinning (di pabrik)
d. Cara Packerhead
1. Tiang-tiang hias
Bahan utamanya beton biasa, dicetak secara khusus sehingga berbentuk khas.
Satu – dua hari setelah dicetak, dihaluskan sampai bentuk akhirnya menjadi
indah.
Beton biasa dengan agregat halus. Bagian yang terlihat, dilapis dengan semen
putih, semen berwarna atau bubuk teraso.
Penamaan lain
Penaman lain disebut menurut proses, sifat, bahan yang dipakai, seperti:
bata kapur pasir, celcon/hebel, yumen (lembaran/potongan dari pecahan
kayu/semen), papan semen wol kayu, beton bermis (beton dari batu apung), bata
sekam padi, ferro cement, dll.
Adukan untuk pasangan bata tersusun dari bahan perekat, agregat halus dan air
sehingga merupakan campuran yang memiliki kelecakan (konsistensi yang enak
untuk dikerjakan/ workable). Bahan adukan terdiri dari perekat mineral, agregat
halus, pengisi dan air. Jika diperlukan dapat menggunakan bahan tambah baik
mineral maupun kimia. Adukan dapat digunakan untuk aduk pasangan, plesteran,
ataupun komponen bangunan berbentuk bata/ blok, kepingan ubin dan genteng,
lembaran panel dinding dan penutup atap (plafon), pipa air bersih dan kotor, tiang
tiang hias, alat-alat sanitair, dsb. Susunan campuran harus memenuhi kriteria
kekuatan, workability, dan peruntukannya. Sifat penting untuk menghasilkan
pasangan bata yang baik antara lain: lecak, enak dikerjakan, plastis, dapat
menahan air, memiliki kekuatan rekatan yang cukup baik, stabil/tidak banyak
berubah volumenya, tahan lama dan memberikan penampilan yang baik. Untuk
memenuhi hal tersebut sifat adukan segar yang harus diperhatikan adalah
konsistensi normal, workability, kemampuan menahan pelepasan air yang harus
diimbangi dengan laju penyerapan air bata, susut muai serta daya rekat adukan.
Sedangkan sifat adukan keras meliputi kekuatan tekan, modulus elastisitas dan
kuat lentur. Bata yang digunakan untuk pasangan adalah bata tidak dibakar dan
dibakar, dengan kuat tekan berkisar 25 – 250 kg/cm 2.Sifat pasangan bata yang
harus diperhatikan adalah ikatan pasangan, kuat tekan, kuat lentur, susut muai,
pengaruh basah kering, dan kemampuan menyekat panas. Plesteran harus
memperhatikan teknologi serta peralatan yang tepat,.sifat dari bahan plesteran,
serta sifat dinding yang akan diplester. Hal ini untuk mencegah kerusakan pada
plesteran seperti retak-retak serta ikatan yang lemah ataupun karena
diskontinuitas, melepuh atau menggembung, permukaan yang tidak rata dan tidak
teratur, berlubang-lubang, permukaan yang berlubang-lubang menjadi basah,
lunak dan banyak mengandung butiran kapur, alur atau lekuk memanjang dalam
plesteran, maupun kerusakan pada bagian luar akibat pengaruh cuaca.
1.17 Soal-soal
oooooooOoooooo