Perkembangan Hematopoiesis
Hematopoiesis merupakan proses produksi (mengganti sel yang mati) dan perkembangan
sel darah dari sel induk / asal / stem sel, dimana terjadi proliferasi, maturasi dan diferensiasi sel
yang terjadi secara serentak.Proliferasi sel menyebabkan peningkatan atau pelipat gandaan jumlah
sel, dari satu sel hematopoietik pluripotent menghasilkan sejumlah sel darah.
Mesoblastik
Sel-sel darah disini masih berupa sel asal, berlangsung pada bulang pertama sampai
kedua dalam kehamilan.
Hepatik
Dimulai sejak embrio umur 6 minggu terjadi di hati Sedangkan pada limpa terjadi
pada umur 12 minggu dengan produksi yang lebih sedikit dari hati. Disini
menghasilkan Hb.
Mieloid
1) asam amino
2) vitamin
3) mineral
4) hormone
5) ketersediaan oksigen
6) transfusi darah
Bagan Hematopoiseis
Hematopoesis mencangkup pembentukan :
1. Eritrosit (eritropoesis)
2. Granulasi
3. Monosit (mielopoesis)
4. Trombosit (trombopoesis)
1. Eritrosis (eritropoesis)
Perkembangan eritrosit ditandai dengan penyusutan ukuran (makin tua
makin kecil), perubahan sitoplasma (dari basofilik makin tua acidofilik),
perubahan inti yaitu nukleoli makin hilang, ukuran sel makin kecil,
kromatin makin padat dan tebal, warna inti gelap.
b. BasofilikEritroblas
Agak lebih kecil daripada proeritroblasdan diameternya rata-rata 10μm. Intinya
mempunyai heterokromatin padat dalam jalan-jalan kasar, dan anak inti biasanya
tidak jelas. Sitoplasmanya yang jarang nampak basofil sekali.
c. PolikromatikEritroblas (Rubrisit)
Polikromatik Eritoblasadalah Basofilik eritroblasyang membelah berkali-kali secara
mitotris, dan menghasilkan sel-sel yang memerlukan hemoglobin yang cukup untuk
dapat diperlihatkan di dalam sediaan yang diwarnai. Setelah pewarnaan Leishman atau
Giemsa, sitoplasma warnanya berbeda-beda, dari biru ungu sampai lila atau abu-abu
karena adanya hemoglobin terwarna merah muda yang berbeda-beda di dalam
sitoplasma yang basofil dari eritroblas. Inti Polikromatik Eritroblas10mempunyai jalan
kromatin lebih padat dari basofilik eritroblas, dan selnya lebih kecil.
e. Retikulosit
Retikulositadalah sel-sel eritrosit muda yang kehilangan inti selnya, dan mengandung
sisa-sisa asam ribonukleat di dalam sitoplasmanya, serta masih dapat mensintesis
hemoglobin. (Child, J.A,2010 ; Erslev AJ,2001)
Retikulosit dianggap kehilangan sumsum retikularnya sebelum meninggalkan sumsum
tulang, karena jumlah retikulosit dalam darah perifer normal kurang dari satu persen
dari jumlah eritrosit.Dalam keadaan normal keempat tahap pertama sebelum menjadi
retikulosit terdapat pada sumsung tulang. Retikulosit terdapat baik pada sumsum
tulang maupun darah tepi. Di dalam sumsum tulang memerlukan waktu kurang lebih 2
–3 hari untuk menjadi matang, sesudah itu lepas ke dalam darah. (Bell dan Rodak,
2002)
f. Eritrosit
Eritrosit merupakan produk akhir dari perkembangan eritropoesisSel ini berbentuk
lempengan bikonkaf dan dibentukdi sumsum tulang. Pada manusia,sel ini berada di
dalam sirkulasi selama kurang lebih 120 hari. Jumlah normal pada tubuh laki –laki 5,4
juta/μl dan pada perempuan 4,8 juta/μl. setiap eritrosit memiliki diameter sekitar 7,5
μm dan tebal 2 μm. (Ganong, William F.1998)
2. Seri Leukosit
ETIOLOGI LEUKEMIA
1. Radiasi Radiasi dengan dosis tinggi. Misalnya bom atom, dan terapi medis radiasi
yang terpapar sel normal.
2. Zat kimia tertentu Beberapa zat kimia dilaporkan telah teridentifikasi dapat
menyebabkan leukemia, misalnya benzene, bahan kimia industry, obat-obatan
kemoterapi, arsen, kloramfenikol.
3. Kemoterapi Pasien kanker jenis lain yang mendapat kemoterapi tertentu dapat
menyebabkan komplikasi yaitu leukemia. Terutama kemoterapi jenis alkylating
agents. Namun tetap diberikan karena manfaatnya.
4. Sindrom down Penderita down sindrom memiliki insiden leukemia akut 20x lebih
besar daripada orang normal.
5. Keturunan
6. Sindrom mielodisplastik: Suatu kelainan pembentukan sel darah yang ditandai
berkurangnya kepadatan sel pada sumsum tulang. Orang dengan kelainan ini resiko
tinggi leukemia.
7. Merokok
b. Klasifikasi
Secara sederhana leukemia dapat diklasifikasikan berdasarkan maturasi sel dan tipe
sel asal yaitu :
Leukemia Akut
Leukemia akut adalah keganasan primer sumsum tulang yang berakibat
terdesaknya komponen darah normal oleh komponen darah abnormal
(blastosit) yang disertai dengan penyebaran ke organ-organ lain.32 Leukemia
akut memiliki perjalanan klinis yang cepat, tanpa pengobatan penderita akan
meninggal rata-rata dalam 4-6 bulan.
a. Leukemia Limfositik Akut (LLA) LLA merupakan jenis leukemia dengan
karakteristik adanya proliferasi dan akumulasi sel-sel patologis dari
sistem limfopoetik yang mengakibatkan organomegali (pembesaran alat-
alat dalam) dan kegagalan organ.19 LLA lebih sering ditemukan pada
anak-anak (82%) daripada umur dewasa (18%).21 Insiden LLA akan
mencapai puncaknya pada umur 3-7 tahun. Tanpa pengobatan sebagian
anak-anak akan hidup 2-3 bulan setelah terdiagnosis terutama
diakibatkan oleh kegagalan dari sumsum tulang hapusan sumsum tulang.
b. Leukemia Mielositik Akut (LMA) LMA merupakan leukemia yang
mengenai sel stem hematopoetik yang akan berdiferensiasi ke semua sel
mieloid. LMA merupakan leukemia nonlimfositik yang paling sering
terjadi. LMA atau Leukemia Nonlimfositik Akut (LNLA) lebih sering
ditemukan pada orang dewasa (85%) dibandingkan anak-anak (15%).
Permulaannya mendadak dan progresif dalam masa 1 sampai 3 bulan
dengan durasi gejala yang singkat. Jika tidak diobati, LNLA fatal dalam 3
sampai 6 bulan.
Leukemia Kronik
Leukemia kronik merupakan suatu penyakit yang ditandai proliferasi
neoplastik dari salah satu sel yang berlangsung atau terjadi karena keganasan
hematologi.
a. Leukemia Limfositik Kronis (LLK) LLK adalah suatu keganasan klonal
limfosit B (jarang pada limfosit T). Perjalanan penyakit ini biasanya
perlahan, dengan akumulasi progresif yang berjalan lambat dari limfosit
kecil yang berumur panjang. LLK cenderung dikenal sebagai kelainan
ringan yang menyerang individu yang berusia 50 sampai 70 tahun dengan
perbandingan 2:1 untuk laki-laki. Leukemia Limfositik Kronik
b. Leukemia Granulositik/Mielositik Kronik (LGK/LMK) LGK/LMK
adalah gangguan mieloproliferatif yang ditandai dengan produksi
berlebihan sel mieloid (seri granulosit) yang relatif matang.34
LGK/LMK mencakup 20% leukemia dan paling sering dijumpai pada
orang dewasa usia pertengahan (40-50 tahun). Abnormalitas genetik yang
Universitas Sumatera Utara dinamakan kromosom philadelphia
ditemukan pada 90-95% penderita LGK/LMK..Sebagian besar penderita
LGK/LMK akan meninggal setelah memasuki fase akhir yang disebut
fase krisis blastik yaitu produksi berlebihan sel muda leukosit, biasanya
berupa mieloblas/promielosit, disertai produksi neutrofil, trombosit dan
sel darah merah yang amat kurang.
Nilai normal :
Dewasa 4000-10.000/mm3
3. Melakukan Biopsi
Biopsi adalah satu-satunya pemeriksaan kanker leukemia yang pasti untuk bisa
mengetahui keberadaan dari sel-sel leukemia yang ada didalam tulang sumsum.
Pengambilan sampel jaringan atau cairan dengan cara disedot lewat jarum.
Biasanya cara ini dilakukan dengan bius lokal (hanya area sekitar jarum). Bisa
dilakukan secara langsung atau dibantu dengan radiologi seperti CT scan atau
USG sebagai panduan untuk membuat jarum mencapai massa atau lokasi yang
diinginkan. Dokter mengangkat beberapa sumsum tulang dari tulang pinggul atau
tulang besar lainnya. Lalu patologis akan memeriksa sampel dibawah mikroskop.
Hasilnya:
Hasil pemeriksaan sumsum tulang pada penderita leukemia akut ditemukan
keadaan hiperselular. Hampir semua sel sumsum tulang diganti sel leukemia
(blast), terdapat perubahan tiba-tiba dari sel muda (blast) ke sel yang matang
tanpa sel antara (leukemic gap). Jumlah blast minimal 30% dari sel berinti
dalam sumsum tulang. Pada penderita CLL ditemukan adanya infiltrasi
merata oleh limfosit kecil yaitu lebih dari 40% dari total sel yang berinti.
Kurang lebih 95% pasien CLL disebabkan oleh peningkatan limfosit B.
Sedangkan pada penderita CGL/AML ditemukan keadaan hiperselular dengan
peningkatan jumlah megakariosit dan aktivitas granulopoeisis. Jumlah
granulosit lebih dari 30.000/mm3.
4. Sitogenetik
Pemeriksaan sitogenetik ini dilakukan dengan cara meneliti kromosom dari
sampel darah , sumsum tulang serta kelenjar getah bening, dan jika ditemukan
kromosom yang tidak normal, maka hasil tes menunjukan positif leukemia.
Hasilnya:
Umumnya hasil pengobatan pasien leukemia yang memiliki kelainan PH
kromosom tidak akan semaksimal dengan pasien penderita leukemia tanpa
kelainan PH kromosom. Laboran meilihat kromosom dari sel darah tepi,
sumsum tulang dan nodus getah bening. kromosom numerik pada ALL dapat
berupa low hyperdiploidy (47–50), high atau massive hyperdiploidy (> 50),
hypodiploidy (≤ 46), pseudodiploidy (jumlah kromosom normal, tetapi
dengan perubahan struktural yang terkait), juga gain atau loss kromosom
tunggal sebagai perubahan kariotipik yang soliter
5. X-ray dada
Pemeriksaan dengan menggunakan X-ray ini menunjukan adanya pembengkakan
kelenjar getah bening dan juga tanda lain dari penyakit yang ada didalam rongga
dada anda.
6. Spinal tap / Lumbal puncture
Pemeriksaan dengan cairan serebrospinal ( cairan yang mengisi ruang
didalam dan juga pada daerah sekitar otak serta sumsum tulang belakang).
Tujuan dari pemeriksaan ini adalah untuk mengetahui adanya selsel leukemia
dan juga tanda-tanda lain dari masalah.
Daftar Pustaka
1. http://dedaunan.com/ciri-ciri-penyakit-leukimia-stadium-awal/
Diunduh pada tanggal: 9 September 2017
2. http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/20969/Chapter
%20II.pdf;jsessionid=CFCDCEB85B9F39BC134B3888223C71B5?sequence=4
Diunduh pada tanggal: 9 September 2017
3. http://skp.unair.ac.id/repository/web-
pdf/web_Penyakit_Leukemia_Kanker_Darah_Sastaviyana_Yuliangga.pdf
Diunduh pada tanggal: 9 September 2017
4. http://kankerleukimia.com/pemeriksaan-kanker-leukimia/
Diunduh pada tanggal: 9 September 2017
5. http://donordarah.info/mendeteksi-leukemia-bagaimana-caranya/
Diunduh pada tanggal : 9 September 2017