Anda di halaman 1dari 13

1.

Perkembangan / Hematopoisis sel-sel darah ( Stem sel s/d sel matur )

Perkembangan Hematopoiesis
Hematopoiesis merupakan proses produksi (mengganti sel yang mati) dan perkembangan
sel darah dari sel induk / asal / stem sel, dimana terjadi proliferasi, maturasi dan diferensiasi sel
yang terjadi secara serentak.Proliferasi sel menyebabkan peningkatan atau pelipat gandaan jumlah
sel, dari satu sel hematopoietik pluripotent menghasilkan sejumlah sel darah.

Maturasi merupakan proses pematangan sel darah, sedangkan diferensiasi menyebabkan


beberapa sel darah yang terbentuk memiliki sifat khusus yang berbeda-beda.

Hematopoiesis pada manusia terdiri atas beberapa periode :

 Mesoblastik

Sel-sel darah disini masih berupa sel asal, berlangsung pada bulang pertama sampai
kedua dalam kehamilan.

 Hepatik

Dimulai sejak embrio umur 6 minggu terjadi di hati Sedangkan pada limpa terjadi
pada umur 12 minggu dengan produksi yang lebih sedikit dari hati. Disini
menghasilkan Hb.

 Mieloid

Dimulai pada usia kehamilan 20 minggu terjadi di dalam sumsum tulang,


kelenjar limfonodi, dan timus. Di sumsum tulang, hematopoiesis berlangsung
seumur hidup terutama menghasilkan HbA, granulosit, dan trombosit. Pada kelenjar
limfonodi terutama sel-sel limfosit, sedangkan pada timus yaitu limfosit, terutama
limfosit T. Disini sudah terjadi diferensiasi menjadi sel yang lebih tua setelah bayi
lahir. Pada keadaan tertentu abnormal terjadi hematopoesis extramedula seperti
organ hati, lien dan kelenjar getah bening

Faktor yang mempengaruhi pembentukan sel darah :

1) asam amino

2) vitamin

3) mineral

4) hormone
5) ketersediaan oksigen

6) transfusi darah

7) faktor- faktor perangsang hematopoietik.

Bagan Hematopoiseis
Hematopoesis mencangkup pembentukan :

1. Eritrosit (eritropoesis)

2. Granulasi

3. Monosit (mielopoesis)

4. Trombosit (trombopoesis)
1. Eritrosis (eritropoesis)
Perkembangan eritrosit ditandai dengan penyusutan ukuran (makin tua
makin kecil), perubahan sitoplasma (dari basofilik makin tua acidofilik),
perubahan inti yaitu nukleoli makin hilang, ukuran sel makin kecil,
kromatin makin padat dan tebal, warna inti gelap.

Tahapan perkembangan eritrosit yaitu sebagai berikut :


a. Proeritroblas
Proeritroblas adalah sel yang terbesar, dengan diameter sekitar 15-20μm. Inti
mempunyai pola kromatin yang seragam, lebih nyata dari pada pola kromatin
hemositoblas, serta satu atau dua anak inti yang mencolok dan sitoplasma
bersifat basofil sedang. Setelah mengalami sejumlah pembelahan mitosis,
proeritroblas menjadi basofilik eritroblas.

b. BasofilikEritroblas
Agak lebih kecil daripada proeritroblasdan diameternya rata-rata 10μm. Intinya
mempunyai heterokromatin padat dalam jalan-jalan kasar, dan anak inti biasanya
tidak jelas. Sitoplasmanya yang jarang nampak basofil sekali.

c. PolikromatikEritroblas (Rubrisit)
Polikromatik Eritoblasadalah Basofilik eritroblasyang membelah berkali-kali secara
mitotris, dan menghasilkan sel-sel yang memerlukan hemoglobin yang cukup untuk
dapat diperlihatkan di dalam sediaan yang diwarnai. Setelah pewarnaan Leishman atau
Giemsa, sitoplasma warnanya berbeda-beda, dari biru ungu sampai lila atau abu-abu
karena adanya hemoglobin terwarna merah muda yang berbeda-beda di dalam
sitoplasma yang basofil dari eritroblas. Inti Polikromatik Eritroblas10mempunyai jalan
kromatin lebih padat dari basofilik eritroblas, dan selnya lebih kecil.

d. Ortokromatik Eritroblas (Normoblas)


Polikromatik Eritroblasmembelah beberapa kali secara mitosis. Normoblas lebih kecil
daripada Polikromatik Eritroblasdan mengandung inti yang lebih kecil yang terwarnai
basofil padat. Intinya secara bertahap menjadi piknotik. Tidak ada lagi aktivitas
mitosis. Akhirnya inti dikeluarkan dari sel bersama-sama dengan pinggiran tipis
sitoplasma. Inti yang sudah dikeluarkan dimakan oleh makrofag-makrofag yang ada di
dalam stroma sumsum tulang

e. Retikulosit
Retikulositadalah sel-sel eritrosit muda yang kehilangan inti selnya, dan mengandung
sisa-sisa asam ribonukleat di dalam sitoplasmanya, serta masih dapat mensintesis
hemoglobin. (Child, J.A,2010 ; Erslev AJ,2001)
Retikulosit dianggap kehilangan sumsum retikularnya sebelum meninggalkan sumsum
tulang, karena jumlah retikulosit dalam darah perifer normal kurang dari satu persen
dari jumlah eritrosit.Dalam keadaan normal keempat tahap pertama sebelum menjadi
retikulosit terdapat pada sumsung tulang. Retikulosit terdapat baik pada sumsum
tulang maupun darah tepi. Di dalam sumsum tulang memerlukan waktu kurang lebih 2
–3 hari untuk menjadi matang, sesudah itu lepas ke dalam darah. (Bell dan Rodak,
2002)

f. Eritrosit
Eritrosit merupakan produk akhir dari perkembangan eritropoesisSel ini berbentuk
lempengan bikonkaf dan dibentukdi sumsum tulang. Pada manusia,sel ini berada di
dalam sirkulasi selama kurang lebih 120 hari. Jumlah normal pada tubuh laki –laki 5,4
juta/μl dan pada perempuan 4,8 juta/μl. setiap eritrosit memiliki diameter sekitar 7,5
μm dan tebal 2 μm. (Ganong, William F.1998)

2. Seri Leukosit

a. Leukosit Granulosit / myelosit


Myelosit terdiri dari 3 jenis yaitu neutrofil, eosinofil dan basofil yang mengandung granula
spesifik yang khas. Tahapan perkembangan myelosit yaitu :
1) Mieloblas
Mieloblas adalah sel yang paling muda yang dapat dikenali dari seri granulosit.
Diameter berkisar antara 10-15μm. Intinya yang bulat dan besar memperlihatkan
kromatin halus serta satu atau dua anak inti.
2) Promielosit
Sel ini agak lebih besar dari mielobas. Intinya bulat atau lonjong, serta anak inti yang
tak jelas.
3) Mielosit
Promielosit berpoliferasi dan berdiferensiasi menjadi mielosit. Pada proses diferensiasi
timbul grnula spesifik, dengan ukuran, bentuk, dan sifat terhadap pewarnaan yang
memungkinkan seseorang mengenalnya sebagai neutrofil, eosinofil, atau basofil.
Diameter berkisar 10μm, inti mengadakan cekungan dan mulai berbentuk seperti tapal
kuda.
4) Metamielosit
Setelah mielosit membelah berulang-ulang, sel menjadi lebih kecil kemudian berhenti
membelah. Sel-sel akhir pembelahan adalah 13metamielosit. Metamielosit
mengandung granula khas, intinya berbentuk cekungan. Pada akhir tahap ini,
metamielosit dikenal sebagai sel batang. Karena sel-sel bertambah tua, inti berubah,
membentuk lobus khusus dan jumlah lobi bervariasi dari 3 sampai 5. Sel dewasa
(granulosit bersegmen) masuk sinusoid-sinusoid dan mencapai peredaran darah. Pada
masing-masing tahap mielosit yang tersebut di atas jumlah neutrofil jauh lebih banyak
daripada eosinofil dan basofil

b. Leukosit non granuler


1. Limfosit
Sel-sel precursor limfosit adalah limfoblas, yang merupakan sel berukuran
relatifbesar, berbentuk bulat. Intinya besar dan mengandung kromatin yang
relatifdengan anak inti mencolok. Sitoplasmanya homogendan basofil. Ketika
limfoblas mengalami diferensiasi, kromatin intinya menjadi lebih tebal dan padat
dan granula azurofil terlihat dalam sitoplasma. Ukuran selnya berkurang dan diberi
nama prolimfosit. Sel-sel tersebut langsung menjadi limfosit yang beredar.
2. Monosit
Monosit awalnya adalah monoblas berkembang menjadi promonosit. Sel
ini berkembang menjadi monosit. Monosit meninggalkan darah lalu masuk
ke jaringan, disitu jangka hidupnya sebagai makrofag mungkin 70 hari

3. Seri Trombosit (Trombopoesis)


Pembentukan Megakariosit dan Keping-kepingdarahMegakariosit adalah sel
raksasa (diameter 30-100μm atau lebih). Inti berlobi secara kompleks dan dihubungkan
dengan benang-benang halus dari bahan kromatin. Sitoplasma mengandung banyak
granula azurofil dan memperlihatkan sifat basofil setempat. Megakariosit membentuk
tonjolan-tonjolan sitoplasma yang akan dilepas sebagai keping-keping darah. Setelah
sitoplasma perifer lepas sebagai keping-keping darah, megakariosit mengeriput dan
intinya hancur. (Nadjwa Zamalek D, 2002 ; Indranila KS, 1994)

2. Sebutkan tentang Leukemia mengenai:


a. Definisi
Istilah leukemia pertama kali dijelaskan oleh Virchow sebagai “darah putih” pada
tahun 1874, adalah penyakit neoplastik yang ditandai dengan diferensiasi dan
proliferasi sel induk hematopoetik.
Leukemia adalah suatu tipe kanker yang terjadi pada sel-sel darah putih.
Pertumbuhan dari sel yang normal akan tertekan pada waktu sel leukemia bertambah
banyak sehingga akan menimbulkan gejala klinis. Leukemia (kanker darah) adalah
jenis penyakit kanker yang menyerang sel-sel darah putih yang diproduksi oleh
sumsum tulang (bone marrow). Sumsum tulang atau bone marrow ini dalam tubuh
manusia memproduksi. tiga type sel darah diantaranya sel darah putih (berfungsi
sebagai daya tahan tubuh melawan infeksi), sel darah merah (berfungsi membawa
oxygen kedalam tubuh) dan platelet (bagian kecil sel darah yang membantu proses
pembekuan darah).Leukemia umumnya timbul sejak dimasa kecilnya, tetapi tidak
selalu begitu. Sumsum tulang tanpa diketahui dengan jelas penyebabnya telah
memproduksi sel darah putih yang berkembang tidak normal atau abnormal.
Normalnya, sel darah putih me-reproduksi tulang bila tubuh memerlukannya atau ada
tempat bagi sel darah itu sendiri. Tubuh manusia akan memberikan tanda/signal
secara teratur kapankah sel darah diharapkan be-reproduksi kembali.Pada kasus
Leukemia(kanker darah), sel darah putih tidak merespon kepada tanda/signal yang
diberikan. Akhirnya produksi yang berlebihan tidak terkontrol (abnormal) akan
keluar dari sumsum tulang dan dapat ditemukan di dalam darah perifer atau darah
tepi. Jumlah sel darah putih yang abnormal ini bila berlebihan dapat mengganggu
fungsi normal sel lainnya, Seseorang dengan kondisi seperti ini (Leukemia) akan
menunjukkan beberapa gejala seperti; mudah terkena penyakit infeksi, anemia dan
perdarahan.

ETIOLOGI LEUKEMIA
1. Radiasi Radiasi dengan dosis tinggi. Misalnya bom atom, dan terapi medis radiasi
yang terpapar sel normal.
2. Zat kimia tertentu Beberapa zat kimia dilaporkan telah teridentifikasi dapat
menyebabkan leukemia, misalnya benzene, bahan kimia industry, obat-obatan
kemoterapi, arsen, kloramfenikol.
3. Kemoterapi Pasien kanker jenis lain yang mendapat kemoterapi tertentu dapat
menyebabkan komplikasi yaitu leukemia. Terutama kemoterapi jenis alkylating
agents. Namun tetap diberikan karena manfaatnya.
4. Sindrom down Penderita down sindrom memiliki insiden leukemia akut 20x lebih
besar daripada orang normal.
5. Keturunan
6. Sindrom mielodisplastik: Suatu kelainan pembentukan sel darah yang ditandai
berkurangnya kepadatan sel pada sumsum tulang. Orang dengan kelainan ini resiko
tinggi leukemia.
7. Merokok

b. Klasifikasi
Secara sederhana leukemia dapat diklasifikasikan berdasarkan maturasi sel dan tipe
sel asal yaitu :
 Leukemia Akut
Leukemia akut adalah keganasan primer sumsum tulang yang berakibat
terdesaknya komponen darah normal oleh komponen darah abnormal
(blastosit) yang disertai dengan penyebaran ke organ-organ lain.32 Leukemia
akut memiliki perjalanan klinis yang cepat, tanpa pengobatan penderita akan
meninggal rata-rata dalam 4-6 bulan.
a. Leukemia Limfositik Akut (LLA) LLA merupakan jenis leukemia dengan
karakteristik adanya proliferasi dan akumulasi sel-sel patologis dari
sistem limfopoetik yang mengakibatkan organomegali (pembesaran alat-
alat dalam) dan kegagalan organ.19 LLA lebih sering ditemukan pada
anak-anak (82%) daripada umur dewasa (18%).21 Insiden LLA akan
mencapai puncaknya pada umur 3-7 tahun. Tanpa pengobatan sebagian
anak-anak akan hidup 2-3 bulan setelah terdiagnosis terutama
diakibatkan oleh kegagalan dari sumsum tulang hapusan sumsum tulang.
b. Leukemia Mielositik Akut (LMA) LMA merupakan leukemia yang
mengenai sel stem hematopoetik yang akan berdiferensiasi ke semua sel
mieloid. LMA merupakan leukemia nonlimfositik yang paling sering
terjadi. LMA atau Leukemia Nonlimfositik Akut (LNLA) lebih sering
ditemukan pada orang dewasa (85%) dibandingkan anak-anak (15%).
Permulaannya mendadak dan progresif dalam masa 1 sampai 3 bulan
dengan durasi gejala yang singkat. Jika tidak diobati, LNLA fatal dalam 3
sampai 6 bulan.
 Leukemia Kronik
Leukemia kronik merupakan suatu penyakit yang ditandai proliferasi
neoplastik dari salah satu sel yang berlangsung atau terjadi karena keganasan
hematologi.
a. Leukemia Limfositik Kronis (LLK) LLK adalah suatu keganasan klonal
limfosit B (jarang pada limfosit T). Perjalanan penyakit ini biasanya
perlahan, dengan akumulasi progresif yang berjalan lambat dari limfosit
kecil yang berumur panjang. LLK cenderung dikenal sebagai kelainan
ringan yang menyerang individu yang berusia 50 sampai 70 tahun dengan
perbandingan 2:1 untuk laki-laki. Leukemia Limfositik Kronik
b. Leukemia Granulositik/Mielositik Kronik (LGK/LMK) LGK/LMK
adalah gangguan mieloproliferatif yang ditandai dengan produksi
berlebihan sel mieloid (seri granulosit) yang relatif matang.34
LGK/LMK mencakup 20% leukemia dan paling sering dijumpai pada
orang dewasa usia pertengahan (40-50 tahun). Abnormalitas genetik yang
Universitas Sumatera Utara dinamakan kromosom philadelphia
ditemukan pada 90-95% penderita LGK/LMK..Sebagian besar penderita
LGK/LMK akan meninggal setelah memasuki fase akhir yang disebut
fase krisis blastik yaitu produksi berlebihan sel muda leukosit, biasanya
berupa mieloblas/promielosit, disertai produksi neutrofil, trombosit dan
sel darah merah yang amat kurang.

3. KASUS: Laki-Laki umur 45 Tahun dengan gejala pucat, lemah,


hilang nafsu makan, pendarahan pada kulit dan gusi,
pembesaran pada hati dan limpah.
a. Penyakit apa yang diderita seseorang pada kasus diatas?
Leukemia (kanker darah) adalah jenis penyakit kanker yang menyerang sel-sel darah
putih yang diproduksi oleh sumsum tulang (bone marrow). Sumsum tulang atau bone marrow ini
dalam tubuh manusia memproduksi. tiga type sel darah diantaranya sel darah putih (berfungsi
sebagai daya tahan tubuh melawan infeksi), sel darah merah (berfungsi membawa oxygen
kedalam tubuh) dan platelet (bagian kecil sel darah yang membantu proses pembekuan
darah).Leukemia umumnya timbul sejak dimasa kecilnya, tetapi tidak selalu begitu.
Keganasan hematologik ini adalah akibat dari proses neoplastik yang disertai gangguan
diferensiasi pada berbagai tingkatan sel induk hematopoetik sehingga terjadi ekspansi progresif
kelompok sel ganas tersebut dalam sumsum tulang, kemudian sel leukemia beredar secara
sistemik. Leukemia adalah proliferasi sel leukosit yang abnormal, ganas, sering disertai bentuk
leukosit yang lain daripada normal dengan jumlah yang berlebihan, dapat menyebabkan kegagal
an sumsum tulang dan sel darah putih sirkulasinya meninggi.

Tanda dan Gejala Penyakit Leukemia


Gejala Leukemia yang ditimbulkan umumnya sebagai berikut:
1. Anemia
Penderita akan mengalami cepat lelah, muka pucat dan bernafas cepat (sel darah merah
dibawah normal menyebabkan oxygen dalam tubuh kurang, akibatnya penderita bernafas
cepat sebagai kompensasi pemenuhan kekurangan oxygen dalam tubuh).
2. Perdarahan
Ketika Platelet (sel Page 1 Penyakit Leukemia (Kanker Darah) pembeku darah) tidak
terproduksi dengan wajar karena didominasi oleh sel darah putih, maka penderita akan
mengalami perdarahan dijaringan kulit (banyaknya jentik merah lebar/kecil dijaringan
kulit) dan pendarahan di gusi
3. Terserang Infeksi
Sel darah putih berperan sebagai pelindung daya tahan tubuh, terutama melawan penyakit
infeksi. Pada Penderita Leukemia, sel darah putih yang diterbentuk adalah tidak normal
(abnormal) sehingga tidak berfungsi semestinya. Akibatnya tubuh si penderita rentan
terkena infeksi virus/bakteri, bahkan dengan sendirinya akan menampakkan keluhan
adanya demam, keluar cairan putih dari hidung (meler) dan batuk.
4. Nyeri Tulang dan Persendian
Hal ini disebabkan sebagai akibat dari sumsum tulang (bone marrow) mendesak padat
oleh sel darah putih.
5. Nyeri Perut
Nyeri perut juga merupakan salah satu indikasi gejala leukemia, dimana sel leukemia
dapat terkumpul pada organ ginjal, hati dan empedu yang menyebabkan pembesaran pada
organ-organ tubuh ini dan timbulah nyeri. Nyeri perut ini dapat berdampak hilangnya
nafsu makan penderita leukemia.
6. Pembengkakan Kelenjar Lympa dan Hati
Penderita kemungkinan besar mengalami pembengkakan pada kelenjar lympa, baik itu
yang dibawah lengan, leher, dada dan lainnya. Kelenjar lympa bertugas menyaring darah,
sel leukemia dapat terkumpul disini dan menyebabkan pembengkakan.
7. Kesulitan Bernafas (Dyspnea)
Penderita mungkin menampakkan gejala kesulitan bernafas dan nyeri dada, apabila
terjadi hal ini maka harus segera mendapatkan pertolongan medis.

b. Untuk memastikan penyakit apa yang ada pada kasus membutuhkan


pemeriksaan apa? Dan jelaskan hasil dari pemeriksaannya?

Pemeriksaan Untuk Diagnose Penyakit Leukemi:


1. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan awal yang dilakukan dokter pada pasien dengan memeriksa apakah
terjadi pembengkakan di kelenjar hati, limpa dan juga getah bening.
Hasilnya :
Pemeriksaan fisik untuk jenis ALL yaitu ditemukan splenomegali (86%),
hepatomegali, limfadenopati, nyeri tekan tulang dada, ekimosis, dan
perdarahan retina. Pada penderita AML ditemukan hipertrofi gusi yang
mudah berdarah. Kadang-kadang ada gangguan penglihatan yang disebabkan
adanya perdarahan fundus oculi. Pada penderita leukemia jenis CLL
ditemukan hepatosplenomegali dan limfadenopati. Anemia, gejala-gejala
hipermetabolisme (penurunan berat badan, berkeringat) menunjukkan
penyakitnya sudah berlanjut. Pada CGL/CML hampir selalu ditemukan
splenomegali, yaitu pada 90% kasus. Selain itu Juga didapatkan nyeri tekan
pada tulang dada dan hepatomegali. Kadang-kadang terdapat purpura,
perdarahan retina, panas, pembesaran kelenjar getah bening dan kadang-
kadang priapismus
2. Pemeriksaan Darah (Complete blood count (CBC))
Selanjutnya dilakukan pemeriksaan darah lengkap seperti melakukan
pemeriksaan jumlah sel darah putih, sel darah merah dan juga trombosit.
Penyakit leukemia menyebabkan jumlah sel darah putih menjadi sangat tinggi.
dan biasanya jumlah trombosit dan hemoglobin pada sel darah merah rendah.
Darah di ambil dari bagian jari atau cuping telinga, untuk mendeteksi jumlah
eritrosit, leukosit, dan trombosit.
Hasilnya:
Nilai normal Hb :

Wanita 12-16 gr/dL


Pria 14-18 gr/dL
Anak 10-16 gr/dL
Bayi baru lahir 12-24gr/dL
Trombosit (platelet)

Penurunan sampai di bawah 100.000 permikroliter (Mel) berpotensi terjadi


perdarahan dan hambatan perm- bekuan darah. Jumlah normal pada tubuh
manusia adalah 200.000-400.ooo/Mel darah. Biasanya dikaitkan dengan
penyakit demam berdarah.

Leukosit (Sel Darah Putih)

Nilai normal :

Bayi baru lahir 9000 -30.000 /mm3

Bayi/anak 9000 – 12.000/mm3

Dewasa 4000-10.000/mm3

3. Melakukan Biopsi
Biopsi adalah satu-satunya pemeriksaan kanker leukemia yang pasti untuk bisa
mengetahui keberadaan dari sel-sel leukemia yang ada didalam tulang sumsum.
Pengambilan sampel jaringan atau cairan dengan cara disedot lewat jarum.
Biasanya cara ini dilakukan dengan bius lokal (hanya area sekitar jarum). Bisa
dilakukan secara langsung atau dibantu dengan radiologi seperti CT scan atau
USG sebagai panduan untuk membuat jarum mencapai massa atau lokasi yang
diinginkan. Dokter mengangkat beberapa sumsum tulang dari tulang pinggul atau
tulang besar lainnya. Lalu patologis akan memeriksa sampel dibawah mikroskop.
Hasilnya:
Hasil pemeriksaan sumsum tulang pada penderita leukemia akut ditemukan
keadaan hiperselular. Hampir semua sel sumsum tulang diganti sel leukemia
(blast), terdapat perubahan tiba-tiba dari sel muda (blast) ke sel yang matang
tanpa sel antara (leukemic gap). Jumlah blast minimal 30% dari sel berinti
dalam sumsum tulang. Pada penderita CLL ditemukan adanya infiltrasi
merata oleh limfosit kecil yaitu lebih dari 40% dari total sel yang berinti.
Kurang lebih 95% pasien CLL disebabkan oleh peningkatan limfosit B.
Sedangkan pada penderita CGL/AML ditemukan keadaan hiperselular dengan
peningkatan jumlah megakariosit dan aktivitas granulopoeisis. Jumlah
granulosit lebih dari 30.000/mm3.

4. Sitogenetik
Pemeriksaan sitogenetik ini dilakukan dengan cara meneliti kromosom dari
sampel darah , sumsum tulang serta kelenjar getah bening, dan jika ditemukan
kromosom yang tidak normal, maka hasil tes menunjukan positif leukemia.
Hasilnya:
Umumnya hasil pengobatan pasien leukemia yang memiliki kelainan PH
kromosom tidak akan semaksimal dengan pasien penderita leukemia tanpa
kelainan PH kromosom. Laboran meilihat kromosom dari sel darah tepi,
sumsum tulang dan nodus getah bening. kromosom numerik pada ALL dapat
berupa low hyperdiploidy (47–50), high atau massive hyperdiploidy (> 50),
hypodiploidy (≤ 46), pseudodiploidy (jumlah kromosom normal, tetapi
dengan perubahan struktural yang terkait), juga gain atau loss kromosom
tunggal sebagai perubahan kariotipik yang soliter
5. X-ray dada
Pemeriksaan dengan menggunakan X-ray ini menunjukan adanya pembengkakan
kelenjar getah bening dan juga tanda lain dari penyakit yang ada didalam rongga
dada anda.
6. Spinal tap / Lumbal puncture
Pemeriksaan dengan cairan serebrospinal ( cairan yang mengisi ruang
didalam dan juga pada daerah sekitar otak serta sumsum tulang belakang).
Tujuan dari pemeriksaan ini adalah untuk mengetahui adanya selsel leukemia
dan juga tanda-tanda lain dari masalah.
Daftar Pustaka

1. http://dedaunan.com/ciri-ciri-penyakit-leukimia-stadium-awal/
Diunduh pada tanggal: 9 September 2017
2. http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/20969/Chapter
%20II.pdf;jsessionid=CFCDCEB85B9F39BC134B3888223C71B5?sequence=4
Diunduh pada tanggal: 9 September 2017
3. http://skp.unair.ac.id/repository/web-
pdf/web_Penyakit_Leukemia_Kanker_Darah_Sastaviyana_Yuliangga.pdf
Diunduh pada tanggal: 9 September 2017
4. http://kankerleukimia.com/pemeriksaan-kanker-leukimia/
Diunduh pada tanggal: 9 September 2017
5. http://donordarah.info/mendeteksi-leukemia-bagaimana-caranya/
Diunduh pada tanggal : 9 September 2017

Anda mungkin juga menyukai