Anda di halaman 1dari 20

Makalah Pengolahan Air

Pengolahan Air di Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM)


Tirta Pakuan Kota Bogor
Pengampu : Estri Irawati, SKM, M.Kes

Disusun :

Suci Fitriyana
A2A014044

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG
Mei, 2017
BAB I
PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang
Sumber daya air merupakan unsur dasar bagi semua perikehidupan di bumi. Air
memiliki nilai penting bagi keberlanjutan berbagai ekosistem dan mahluk hidup di
dalamnya serta memberikan manfaat sosial dan ekonomi bagi umat manusia. Di dalam
suatu kota, air akan mempengaruhi berbagai aspek yang meliputi kesehatan masyarakat,
ekonomi, sosial, dan peningkatan tata kehidupan kota itu sendiri. Oleh karena itu,
ketersediaan air dalam jumlah dan kualitas yang memadai, serta dalam waktu yang tepat
merupakan salah satu syarat bagi keberlanjutan pembangunan dan kesejahteraan
masyarakat.
Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirta Pakuan Kota Bogor menyediakan air
bersih bagi masyarakat kota Bogor. Sumber air baku yang diolah oleh PDAM Tirta
Pakuan Kota Bogor berasal dari Sungai Cisadane dan tiga sumber mata air. Kondisi
kualitas air sungai Cisadane sebelum diolah oleh PDAM Tirta Pakuan Kota Bogor,
memperlihatkan kondisi tercemar, yang bahan pencemarnya terutama berasal dari
berbagai hasil kegiatan-kegiatan jasa (misalnya laundry, rumah makan, pencucian mobil,
dan sebagainya), proses produksi (diantaranya industri pertanian, tekstil, makanan dan
sebagainya), maupun oleh kegiatan rumah tangga. Untuk memperbaiki kualitas air sungai
Cisadane sebagai air minum, PDAM Tirta Pakuan Kota Bogor telah melakukan tahapan-
tahapan pengolahan yang secara garis besar terdiri dari koagulasi, flokulasi, sedimentasi,
filtrasi, dan desinfeksi.
Upaya perbaikan air baku sungai oleh PDAM Tirta Pakuan Kota Bogor pada
prinsipnya adalah serupa seperti yang dilakukan oleh berbagai kegiatan PDAM lainnya di
Indonesia. Yaitu dengan mengalirkan air baku ke dalam berbagai unit pengolahan air atau
instalasi pengolahan air (IPA), sehingga kualitas air olahan yang nantinya disalurkan
kepada masyarakat memenuhi baku mutu air minum seperti yang ditetapkan oleh
pemerintah. Di dalam IPA, air baku akan mengalami berbagai tahapan pengolahan,
diantaranya proses koagolasi-flokulasi, sedimentasi, filtrasi dan klorinasi yang dimana
hasil pengolahan akan menghasilkan air yang bersih yang diharapkan bebas dari polutan
sehingga tidak menimbulkan masalah kesehatan bagi masyarakat pengguna air sungai.
Untuk mejaga keberlanjutan pelayanan air bersih, diperlukan pengelolaan yang baik
dan didukung oleh partisipasi masyarakat, baik dalam bentuk pembayaran pemakaian air
ata keterlibatan langsung dalam setiap tahan kegiatan pelayanan air bersih. Pengelolaan
yang baik dan keterlibatan masyarakat menjadi pendorong kendalaan sistem penyediaan
air bersih, yang pada akhirnya menaikkan tingkat kepuasan masyarakat.

1.2.Rumusan Masalah
Bagaimana sistem pengolahan air di Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirta
Pakuan Kota Bogor ?

1.3.Tujuan
Untuk mengetahui sistem pengolahan air di Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM)
Tirta Pakuan Kota Bogor dalam penyediaan air bersih untuk memenuhi kebutuhan air
masyarakat setempat.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1.Sejarah pendirian PDAM Tirta Pakuan Kota Bogor


Kota Bogor (dahulu dikenal dengan sebutan BUITENZORG) telah mempunyai sistem
pelayanan air minum yang dibangun oleh Pemerintah Belanda pada tahun 1918. Nama
perusahan air minum saat itu adalah Gemente Waterleiding Buitenzorg, dengan
memanfaatkan sumber mata air Kota Batu yang berkapasitas 70 liter/detik. Perusahaan
Daerah Air Minum Kota Bogor atau disebut PDAM Tirta Pakuan Kota Bogor, didirikan
berdasarkan Peraturan Daerah No. 5 Tahun 1977 tanggal 31 Maret 1977, kemudian
disahkan dengan Surat Keputusan Gubernur Jawa Barat No.300/HK.011/ SK/1977
tanggal 5 Juli 1977 . Sejak diberlakukannya Perda No. 5 Tahun 1977, status perusahaan
adalah berbentuk badan hukum. Sebelum dialihkan menjadi Perusahaan Daerah, status
Perusahaan Air Minum semula adalah sebagai Dinas Daerah.
Modal dasar perusahaan terdiri atas kekayaan daerah yang berasal dari seluruh
kekayaan Perusahaan Air Minum pada waktu kedudukannya sebagai Dinas Daerah dan
alokasi dana dari pemerintah. Modal perusahaan sesuai neraca pembukuan PDAM Kodya
Dt. II Bogor hasil Audit Akuntansi Negara (Kanwil III DJPKN Bandung) per 1 April
1977 keseluruhannya berjumlah Rp. 3.075.358.562,63 yang terdiri dari :
 Eks Modal Pemda = Rp. 518.176.260,19
 Eks Modal Pemerintah Pusat = Rp. 1.048.922.301,44
 Eks Bantuan Australia = Rp. 1.508.260.000,00
Sampai dengan 31 Agustus 1982, tercatat 18.310 sambungan langsung. Dengan
memanfaaatkan sumber air Kota Batu, Tangkil dan Bantar Kambing, yang terdiri dari :
 Kota Batu = 70 liter /detik
 Tangkil = 170 liter/detik
 Bantar Kambing = 170 liter/detik
 Total Kapasitas = 410 liter/detik
Pada tahun 1988, Instalasi Pengolahan Air (IPA) di Cipaku dengan sistem pengolahan
secara lengkap (kapasitas 120 liter/detik) mulai beroperasi. IPA yang berlokasi di Cipaku
tersebut, memanfaatkan sumber air baku dari sungai Cisadane dan dibangun dengan biaya
± Rp. 1,2 milyar (biaya sendiri). Tahun 1994, Instalasi Cipaku ditingkatkan kapasitasnya
menjadi 180 liter/detik. Penambahan kapasitas produksi didapat dari pembangunan
instalasi 60 liter/detik ditambah IPA 120 liter/detik (IPA existing).
Proyek ini dimulai atas dana pinjaman dari Bank Pembangunan Asia (ADB), proyek
program pengembangan prasarana kota terpadu (P3KT) mencakup pekerjaan:
Pembangunan dam (Intake Ciherang Pondok), kapasitas 2000 liter/detik dan baru
dimanfaatkan ± 650 liter/detik.
 Pemasangan pipa transmisi air baku 1000 mm dan 700 mm sepanjang 5.540 meter.
 Pembangunan IPA di daerah Dekeng dengan kapasitas 400 liter/detik.
 Pemasangan pipa transmisi air bersih 1000 mm dan 600 mm sepanjang 4.687 meter.
 Pembangunan Reservoar Pajajaran dengan kapasitas 12.000 m3.
 Pemasangan pipa distribusi sepanjang 32.043 meter.
 Pemasangan pipa retikulasi 63 mm dan 200 mm sepanjang 98.000 meter.
 Pengadaan 9.500 meter air.
Dengan selesainya 100 % proyek P3KT, ditandai dengan beroperasinya IPA Dekeng
tanggal 17 Agustus 1997, PDAM Tirta Pakuan Kota Bogor memiliki idle capacity yang
cukup besar, sehingga Instalasi Cipaku diistirahatkan/standby untuk beberapa waktu
lamanya. Pada tahun 2002, kondisi antara jumlah air yang tersedia sudah seimbang
dengan jumlah air yang digunakan/pemakaian. Untuk meningkatkan pelayanan kepada
pelanggan, pada tahun 2003 dibangun lagi IPA tahap berikutnya di Cipaku yang memiliki
kapasitas 4x60 liter/detik dan dapat dioperasikan sampai dengan kapasitas 300 liter/detik.
2.2.Profil Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirta Pakuan Kota Bogor
Pelayanan air minum di Kota Bogor dari tahun ke tahun mengalami banyak
perkembangan sesuai dengan kebutuhan penduduknya. Pada tahun 1930-1950, dilakukan
penambahan kapasitas air sebanyak 30 liter/detik, yang berasal dari Mata Air Ciburial
milik PAM Jaya Ciomas Pintu Ledeng.
Pada tahun 1966, jumlah pelanggan PDAM Tirta Pakuan Kota Bogor mencapai
sekitar ± 7000 sambungan langganan dengan tingkat kehilangan air (kebocoran)
mencapai 50%. Kehilangan air yang cukup besar tersebut diakibatkan oleh kurang
baiknya pipa dinas (sebelum meter air) dan kondisi pipa distribusi yang sudah tua. Sesuai
dengan pentumbuhan penduduk dan perkembangan kota, mulai dirasakan adanya
kekurangan air minum. Menindaklanjuti kondisi tersebut, Departemen Pekerjaan Umum
dan Tenaga Listrik (PUTL) segera melakukan pengamatan dan perencanaan-perencanaan
strategis untuk meningkatkan pelayanan dan pengembangan. Untuk mengatasi kebutuhan
jangka pendek, pada tahun 1967 Departemen PUTL telah merencanakan penambahan
kapasitas air dari mata air Bantar Kambing melalui Reservoir Cipaku. Mengingat
besarnya investasi yang diperlukan untuk pemasangan pipa transmisi dari mata air Bantar
Kambing ke Reservoir Cipaku, pemerintah pusat mengupayakan adanya bantuan dana
dari luar negeri.
Pada tahun 1970 berhasil diperoleh bantuan berupa hibah (Grant) dari Pemerintahan
Australia, yang dikenal dengan proyek Colombo Plan. Bantuan dari Pemerintah Australia
tersebut, selain diwujudkan dalam bentuk pengadaan pipa dan aksesorisnya, juga
termasuk studi kelayakan (feasibility study), perencanaan dan supervisi, yang dilakukan
oleh Vallentine Laurie & Davies Consulting Engineers dari Sydney Australia.
Aktivitas perusahaan dari PDAM Tirta Pakuan Kota Bogor sebagai mana tertuang
dalam peraturan pendiriannya adalah mengusahakan penyediaan air bersih untuk
kebutuhan masyarakat secara memadai, adil merata dan berkesinambungan disamping itu
harus dapat membiayai dirinya sendiri serta mengembangkan pelayanannya serta dapat
memberikan sumbangan kepada pemerintah daerah.
Secara garis besar PDAM Tirta Pakuan Kota Bogor mempunyai 2 fungsi yaitu fungsi
ekonomi/perusahaan dan fungsi sosial. PDAM Tirta Pakuan Kota Bogor juga mempunyai
misi :
 Mencukupi keperluan / kebutuhan air minum yang memenuhi persyaratan kesehatan
bagi masyarakat untuk setiap jenis pemakaian dengan tetap memperhatikan keharusan
PDAM Tirta Pakuan Kota Bogor meningkatkan peranan sebagai fungsi sosial dan
fungsi perusahaan (ekonomi).
 Pembangunan air minum diitergrasikan pada aktivitas perkembangan ekonomi daerah.
 Menjadikan PDAM Tirta Pakuan Kota Bogor benar-benar menguntungkan dan
mampu mengembangkan diri sesuai dengan tugas dan fungsinya sehingga dapat
menambah pendapatan daerah secara langsung dan merupakan tulang punggung
pendapatan asli daerah sendiri/ Pemda Kota Bogor, dalam mempersiapkan dari
menyongsong otonomi daerah tingkat II.

Pada kondisi normal, total kapasitas terpasang sebesar 1.670 liter/detik dengan
kapasitas produksi sebesar 1.308 liter/detik.
2.3.Ekosistem Sungai
Secara garis besar sungai dapat dibagi mejadi tiga bagian, yaitu :
1) Sungai Bagian Hulu. Pada bagian ini gradient / kemiringan dasar sungai cukup besar
sehingga air bergerak dengan arus yang cepat. Substrat dasar pada bagian ini umumnya
terdiri dari bebatuan dan kerikil, namun pada bagian dimana arusnya cukup pelan
ditemukan juga substrat pasir dan detritus organic dalam jumlah yang sedikit.
2) Sungai Bagian Tengah. Pada bagian ini gradient/kemiringan dasar sungai tidak terlalu
besar sehingga air bergerak dengan arus yang lebih pelan dibandingkan pada bagian
hulu. Substrat dasar pada bagian sungai ini umumnya didominansi oleh material kasar
seperti pasir, sedangkan lumpur hanya ditemukan pada bagian sungai yang sedikit
tergenang (pools) pada pinggiran sungai.
3) Sungai Bagian Hilir. Bagian ini terletak dekat mulut sungai. Substrat dasar umumnya
terdiri dari lumpur dan detritus organic. Batas garis pantai pada bagian ini ditandai oleh
adanya semak-semak dan rawa.
Ditinjau dari sisi pemanfataan air sungai sebagai air baku PDAM, maka kualitas dan
kuantitas air sungai akan sangat menentukan besarnya biaya dan hasil mutu pengolahan.
Kualitas air sungai pada bagian hulu umumnya lebih baik dari bagian hilir, oleh
karenanya biaya operasional (pengolahan air) PDAM yang berada di daerah hulu
cenderung lebih murah dari yang berada di daerah hilir.
2.4.Baku Mutu Air pada Sumber Air Baku
Baku mutu air adalah ukuran batas atau kadar makhluk hidup, zat, energi, dan atau
komponen yang ada atau harus ada dan atau unsur pencemar yang dapat ditenggang
keberadaannya di dalam air (Peraturan Pemerintah RI No. 82 tahun 2001). Baku mutu air
di tingkat pusat diatur dalam Peraturan Pemerintah RI No. 82 tahun 2001 tentang
Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air (ditetapan sejak tanggal 14
Desember 2001). Menurut peraturan ini, klasifikasi mutu air ditetapkan menjadi empat
kelas, yaitu:
a. Kelas I, air yang peruntukkannya dapat digunakan untuk air baku air minum, dan atau
peruntukkan lain yang mensyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut.
b. Kelas II, air yang peruntukkannya dapat digunakan untuk prasarana/sarana rekreasi
air, pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, air untuk mengairi pertanaman, dan
atau peruntukkan lain yang mensyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan
tersebut.
c. Kelas III, air yang peruntukkannya dapat digunakan untuk pembudidayaan ikan air
tawar, peternakan, air untuk mengairi pertanaman, dan atau peruntukkan lain yang
mensyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut.
d. Kelas IV, air yang peruntukkannya dapat digunakan untuk mengairi pertanaman dan
atau peruntukkan lain yang mensyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan
tersebut.
Pada tingkat daerah Propinsi Jawa Barat, baku mutu air diatur dalam SK Gub. Jawa
Barat No. 38 tahun 1991 yang isinya berkenaan tentang peruntukkan Air dan Baku Mutu
Air pada Sumber Air di Jawa Barat (ditetapkan sejak tanggal 14 Juni 1991). Meskipun
Pemerintah Pusat telah mengeluarkan Peraturan Pemerintah RI No. 82 tahun 2001,
namun PemProp Jawa Barat maupun PemKab Bogor masih mengacu kepada SK Gub.
Jawa Barat No. 38 tahun 1991. Dalam Peraturan Daerah ini, air menurut peruntukkannya
masih digolongkan menjadi:
a. Golongan A, air yang dapat digunakan sebagai air minum secara langsung tanpa
pengolahan terlebih dahulu.
b. Golongan B, air yang dapat digunakan sebagai air baku air minum.
c. Golongan C, air yang dapat digunakan untuk keperluan perikanan dan peternakan.
d. Golongan D, air yang dapa digunakan untuk pertanian, dan dapat dimanfaatkan untuk
usaha perkotaan, industri dan PLTA.
2.5.Parameter Kualitas Air Baku
2.5.1. Parameter Fisik
a. TDS (Total Dissolved Solid)
b. TSS (Total Suspended Solid)
c. Suhu
d. Kekeruhan
2.5.2. Parameter Kimia
a. pH
b. Mangan (Mn2+)
c. Besi (Fe-)
d. Nitrit (NO2)
e. Sulfat (SO42-)
f. DO
g. BOD dan COD
2.5.3. Parameter Biologi
a. Tidak mengandung bakteri organik, contohnya golongan E.coli, salmonella
typhi, vibrio chlotera, dan lainnya. Bakteri ini mudah tersebar melalui air
(transmitted by water).
b. Tidak mengandung bakteri nonpatogen, seperti actinomycetes, phytoplankton
coliform, cladocera, dan lain-lain.
2.6.Air Baku dan Proses Pengolahan Air
Menurut Kusnaedi (2005) air baku adalah air yang digunakan sebagai bahan baku
dalam proses pengolahan air, baik untuk air minum maupun untuk keperluan lainnya.
Proses pengolahan air minum merupakan proses perubahan sifat fisik, kimiawi, dan
biologi air baku agar memenuhi syarat untuk digunkan sebagai air minum.
Tujuan dibangunnya instalasi pengolahan air (IPA) adalah untuk menghasilkan
sejumlah air yang memenuhi standar kualitas air bersih dengan harga yang sesuai bagi.
Instalasi Pengolahan Air (IPA) mengambil air baku dari sumber-sumber air seperti sungai
atau danau, dan melewatkannya melalui proses-proses atau perlakuan tertentu.
BAB III
PEMBAHASAN

3.1.Sistem Produksi dan Pengolahan Air PDAM Tirta Pakuan Kota Bogor di IPA
Dekeng
Prinsip pengolahan air oleh PDAM Tirta Pakuan Kota Bogor di Dekeng adalah
menurunkan kekeruhan dan mengurangi jumlah bakteri dengan melalui proses koagulasi,
sedimentasi, aerasi, filtrasi dan desinfeksi.
a. Intake (Pengambilan Air Baku)
Proses pengambilan air baku yang berasal dari Sungai Cisadane dilakukan di
Water Intake Station (WIS) yang terletak di sekitar Sungai Cisadane dengan
menggunakan sistem pompa karena berada di dataran tinggi. Pendistribusian air baku
dari Ciherang Pondok menuju Dekeng melalui pipa sepanjang 5160 m menggunakan
sistem gravitasi. Intake dilengkapi dengan screen bar yang berfungsi untuk menyaring
sampah.
b. Prasedimentasi
Pada proses ini pengendapan dilakukan dengan cara mendiamkan masa air
selama beberapa jam tanpa penambahan zat kimia. Lumpur hasil pengendapan
dibuang ke Sungai Cisadane.
c. Penyaringan
Saringan yang digunakan adalah saringan halus berdiameter 1 cm.
Penyaringan bertujuan untuk menghindari penyumbatan pada pipa-pipa dan
kerusakan pada pompa.
d. Koagulasi
Senyawa koagulan yang digunakan adalah Polyalumunium Chloride (PAC)
karena lebih baik dalam penjernihan dibandingkan dengan tawas, efektif dalam skala
besar, tidak memerlukan bahan pembantu, dan dapat pembentukan flok besar. Pada
keadaan normal, biasanya dosis diberikan sekitar 15 mg/l. Dosis ini meningkat dari
tahun-tahun sebelumnya yang berkisar sekitar 12 mg/l. Hal ini menunjukkan bahwa
kondisi air baku sudah memburuk. Instalasi Pengolahan Air (IPA) Dekeng
menggunakan sistem terjunan (gravitasi) untuk proses pengadukan cepat.
e. Flokulasi
Selama proses flokulasi, pengadukan berlangsung dengan kecepatan yang
relatif lambat agar flok-flok baru yang terbentuk dengan ukuran lebih besar tidak
pecah atau tetap utuh.
f. Sedimentasi
Tujuan dari pengendapan adalah membuat partikel flok yang ada di air dapat
mengendap secara gravitasi. Endapan (berupa lumpur) yang dihasilkan oleh bak
pengendap kemudian dipisahkan untuk selanjutnya dibuang kembali ke Sungai
Cisadane dekat hilir PDAM TP.
g. Aerasi
Proses pengontakan air dengan udara bebas yang bertujuan untuk mengurangi
kandungan CO2 (merupakan asam lemah) dalam air untuk menaikkan pH air agar
menjadi netral sehingga dapat mengurangi sifat korosif dari air, mengurangi rasa dan
bau yang disebabkan oleh zat organik yang terdekomposisi dan mengendapkan ion-
ion logam seperti mangan dan besi.
h. Filtrasi
PDAM Tirta Pakuan Kota Bogor menggunakan saringan pasir cepat untuk
proses filtrasinya. Air yang akan disaring, dialirkan ke bawah melalui pasir kerikil dan
dikumpulkan ke dalam bak penampungan yang dihubungkan dengan bak
penyimpanan air bersih atau bak sedimentasi. Di dalam alat saring, bahan padatan
akan tertahan oleh media filter yang terdiri dari tiga lapisan yaitu pasir silica, kerikil,
dan antrasit dengan ketebalan masing-masingnya adalah 30 cm, 25 cm, dan 50 cm. Di
dalam bak filtrasi, media filter disusun mulai dari media filter yang mempunyai
diameter terkecil hingga makin ke bawah diameter media filter makin besar dengan
maksud agar partikel paling halus yang berada pada lapisan atas berguna untuk
mencegah hasil saringan turun ke bawah, sedangkan pada lapisan paling bawah,
media berdiameter besar akan menjaga agar tidak terekspansi pada saat backwash.
i. Desinfeksi
Proses klorinasi pada PDAM Tirta Pakuan Kota Bogor, pendosisannya
berdasarkan BPC (Break Point Chlorination). Dosis yang dibubuhkan pada proses
desinfeksi sebesar 0,9 mg/l dan kadar khlor yang terkandung pada air olahan yang
siap dikonsumsi masyarakat sebesar 0,3 mg/l. Air bersih hasil pengolahan ditampung
di reservoir untuk siap didistribusikan ke konsumen. PDAM Tirta Pakuan Kota Bogor
memiliki tiga reservoir yang terletak di Cipaku dengan kapasitas 9000 m3, di
Rancamaya dengan kapasitas 3000 m3, dan di Pajajaran dengan kapasitas 12000 m3.
j. Sistem Distribusi
Akhir dari semua proses pengolahan akan langsung dialirkan menuju reservoir
Pajajaran, Rancamaya dan reservoir Cipaku melalui pipa distribusi. Selain air hasil
pengolahan, air yang berasal dari sumber mata air Tangkil juga dialirkan menuju
reservoir. Air yang berasal dari sumber mata air Tangkil dialirkan bersamaan dengan
air hasil pengolahan IPA Dekeng melalui pipa penyaluran yang sama menuju
reservoir Cipaku dan reservoir Pajajaran dengan debit distribusi sekitar 620-649 l/s.
Air Tangkil berasal dari mata air sehingga proses pengolahan air dari mata air Tangkil
hanya dilakukan dengan penambahan soda (abu) ash dan klorinasi.
Air yang dialirkan menuju reservoir Pajajaran selanjutnya akan didistribusikan
kepada pelanggan PDAM Tirta Pakuan Kota Bogor yang berada di zona distribusi 4.
Air bersih hasil pengolahan di IPA PDAM Tirta Pakuan Kota Bogor sebenarnya
sudah dapat langsung dikonsumsi, tetapi dikarenakan kondisi pipa-pipa distribusi
sudah sangat tua sehingga terdapat banyak kebocoran dan mengakibatkan lumpur
serta bahan-bahan asing dari luar masuk ke dalam aliran distribusi. Keadaan seperti
ini menyebabkan kualitas air minum hasil pengolahan PDAM Tirta Pakuan Kota
Bogor mengalami sedikit gangguan saat sampai kepada pihak konsumen.
Distribusi air oleh PDAM Tirta Pakuan Kota Bogor dilakukan dengan dua
cara. Cara pertama yang paling dominan langsung dialirkan dengan gaya gravitasi,
karena sebagian besar daerah distribusi terletak di dataran yang lebih rendah dari
faslitas produksi. Cara kedua dengan bantuan booster pump untuk daerah yang lebih
tinggi, dengan demikian PDAM Tirta Pakuan Kota Bogor dapat mendistribusikan air
minum secara merata sesuai dengan kebutuhan konsumen. Daerah yang belum
terjangkau jaringan PDAM dibangun Terminal Hidran Umum (TAHU).
Daerah distribusi air minum PDAM Tirta Pakuan Kota Bogor meliputi, antara
lain:
 Zona Distribusi I berasal dari mata air Tangkil sebanyak 53 %. Wilayahnya
meliputi kelurahan Katulampa, Tajur dan sekitarnya.
 Zona Distribusi II berasal dari mata air Bantar Kambing sebanyak 14 %.
Wilayahnya antara lain Perumda Cipaku.
 Zona Distribusi III berasal dari mata air Bantar Kambing sebanyak 86 % dan IPA
Cipaku. Wilayahnya meliputi kelurahan Empang, Batu Tulis, dan sekitarnya.
 Zona Distribusi IV berasal dari mata air Tangkil sebanyak 47 % dan IPA Dekeng.
Wilayahnya meliputi kelurahan Babakan, Sempur, dan sekitarnya.
 Zona Distribusi VI berasal dari mata air Kota Batu yang meliputi kelurahn Loji,
Gunung Batu, dan sekitarnya.
3.2.Kualitas Air Baku dan Air Hasil Olahan (parameter kunci) PDAM Tirta Pakuan
Kota Bogor
PDAM TP selalu mengukur kualitas air baku dan air hasil olahan sebagai bahan
evaluasi tiap harinya. Parameter yang diukur berupa parameter-parameter fisika, kimia,
dan biologi. Dari total 14 parameter fisika – kimia – biologi yang diukur pada air baku,
terlihat bahwa terdapat 9 parameter yaitu kekeruhan, TSS, besi, mangan, nitrit, BOD,
COD, total coliform, E.coli yang melebihi nilai-nilai baku mutu yang ditetapkan
Pemerintah (PP RI No. 82/2001 dan Permenkes No. 907/2002) sebagai air minum.
Namun demikian, setelah air baku tersebut diolah oleh PDAM TP Bogor, secara umum
telah terjadi perbaikan mutu air sehingga layak untuk dijadikan air minum.
Menurut PP RI No. 82/2001 seluruh parameter air hasil olahan telah memenuhi baku
mutu air minum, namun menurut Permenkes No. 907/2002 air olahan tersebut belum
sepenuhnya memenuhi Baku Mutu air minum karena masih dijumpai adanya total
coliform dan E.coli. Meskipun menurut PP RI No. 82/2001, nilai kekeruhan tidak
dibakukan, namun ia merupakan parameter kunci pada pengolahan air baku untuk
dijadikan air minum. Berfluktuasinya nilai kekeruhan pada air baku menyebabkan pihak
PDAM TP mesti melakukan uji Jartest secara rutin agar diperoleh nilai dosis koagulan
yang optimal (dalam hal ini PDAM TP menggunakan PAC dalam proses penjernihan).
Nilai kekeruhan dan TSS di air secara tidak langsung dipengaruhi oleh curah hujan,
makin tinggi nilai curah hujan maka makin tinggi pula nilai kekeruhan dan TSS.
Tingginya nilai TSS dan Kekeruhan pada saat musim hujan terutama disebabkan oleh
adanya erosi pada lahan yang membawa banyak partikel lumpur dan akhirnya diangkut
oleh masa air sungai.
Selanjutnya, total coliform dan E. coli yang dijumpai dalam air baku jumlahnya
melebihi baku mutu. Kondisi demikian dikarenakan kondisi sekitar air baku PDAM TP
terdapat pemukiman, perkebunan, dan pertanian, sehingga dua parameter biologi tersebut
tinggi. Untuk menghilangkan bakteri ini maka oleh PDAM TP Bogor pada akhir proses
IPA diberi chlorine sebagai desinfektan. Hasil pemberian chlorine ternyata telah mampu
menurunkan jumlah total coliform dan E.Coli hingga 0. Pengukuran dua bekteri ini
setelah pemberian chlorine dilakukan pada keran pelanggan secara random tiap harinya.
Kualitas air baku dan air hasil olahan PDAM Tirta Pakuan :
Nilai total coliform dan E. Coli pada air baku sebelum dan setelah diolah PDAM Tirta
Pakuan dan pada keran pelanggan :

3.3.Kualitas Air Pada Masing-Masing Unit Pengolahan Air PDAM Tirta Pakuan Kota
Bogor
a. Kekeruhan

b. TDS

c. Suhu
d. pH

e. Mangan

f. Besi

g. Nitrit

h. Sulfat
i. DO

j. BOD

k. COD

l. TSS
3.4.Total jumlah pelanggan air PDAM TP per zona dan Jumlah pemakaian air PDAM
TP oleh pelanggan berdasarkan zona
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

4.1.Kesimpulan
1. Sumber air Cisadane adalah sumber air baku PDAM Tirta Pakuan Kota Bogor yang
harus diolah melalui proses penjernihan air. Diawali dengan penyaringan dan
prasedimentasi air sungai pada Water Intake Station, selanjutnya air dialirkan menuju
bak penambahan koagulan dan diaduk cepat oleh turbulensi air itu sendiri secara
gravitasi. Koagulan yang digunakan adalah Poly Alumunium Chlorida (PAC), dalam
bentuk larutan pekat yang diencerkan menjadi 5% sebelum dilakukan pendosisan. Air
dari pengadukan cepat kemudian diteruskan ke bak pengadukan lambat (Flokulator)
agar terbentuk gumpalan (flok) yang lebih besar (dengan bantuan plat yang dipasang
dengan posisi miring) agar mudah dipisahkan dari air di dalam bak pengendapan.
Pada saat air keluar dari bak sedimentasi, air diterjunkan sehingga terjadi proses
aerasi untuk menurunkan CO2 yang dapat menyebabkan korosi pada pipa, kemudian
dilanjutkan pada bak filtrasi dengan bantuan kerikil dan pasir sebagai penyaring. Air
yang telah jernih (clear well) kemudian didesinfeksi dengan gas chlor. Setelah air
didesinfeksi, air dialirkan ke reservoir lalu didistribusikan ke konsumen.
2. PDAM TP selalu mengukur tiap harinya kualitas air yang bersumber dari keran para
pelanggan secara acak di tiap zona. Nilia total coliform dan E.coli menjadi 0 karena
proses desinfeksi, yaitu proses dimana air hasil olahan diberi chlorine guna
membunuh bakeri-bakteri tersebut, sehingga air yang keluar dari keran pelanggan
PDAM TP dapat langsung diminum.

4.2.Saran
1. Perlunya kajian lebih lanjut tentang bahaya PAC yang terbawa lumpur terbuang ke
Sungai Cisadane.
2. Perlunya kajian tentang pengelolaan terhadap Sungai Cisadane baik yang dijadikan air
baku maupun badan penampung lumpur hasil samping dari pengolahan air di PDAM
Tirta Pakuan.
3. Perlu dilakukan pengolahan terhadap lumpur kimia oleh PDAM Tirta Pakuan sebelum
dibuang ke Sungai Cisadane untuk dianalisa kandungan pestisida dan logam berat.
4. Pemantauan yang berlanjut terhadap kualitas air baku begitu juga air hasil olahan oleh
PDAM Tirta Pakuan.
DAFTAR PUSTAKA

Effendi, H.2003.Telaah kualitas air bagi pengelolaan sumberdaya dan lingkungan


perairan. Kanisius. Yogyakarta. 258 hal.
Gubernur Daerah Tingkat I Prop. Jawa Barat. 1991. Surat Keputusan Gubernur No.
38 Tahun 1991 tentang peruntukkan air dan baku mutu air pada sumber air di
Jawa Barat.
Mulyani.2010.Kajian terhadap efisiensi pengolahan air di perusahaan daerah air
minum (pdam) tirta pakuan kota Bogor. Departemen Manajemen
Sumberdaya Perairan Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan Institut
Pertanian Bogor.Bogor.
Kusnaedi. 2005.Mengolah air gambut dan air kotor untuk air minum.Penebar
Swadaya. Depok. 44 hlm.
PDAM Tirta Pakuan Kota Bogor. 2007. Company profile. [terhubung berkala].
http://www.pdamkotabogor.go.id/profile/bagan.asp [07 Mei 2017].
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 907 Tahun 2002 tentang
persyaratan kualitas air minum. Jakarta. Peraturan Menteri Kesehatan
Republik .
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 82 Tahun 2001 tentang pengelolaan
kualitas air dan pengendalian pencemaran air. Jakarta.
Puspita, Lani.2003.Kualitas air sungai Citeureup-Cileungsi dan kaitannya dengan
buangan limbah cair industri. Departemen Manajemen Sumberdaya
Perairan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor.
Bogor.

Anda mungkin juga menyukai