Anda di halaman 1dari 13

CONTOH PENYIMPANGAN ETIKA PROFESI

DAN HUKUM KESEHATAN

“DONOR SPERMA DALAM BIDANG HUKUM


DAN SOSIAL”

Disusun Oleh :

1. Ryan Alfian Arifin (P13374301140)


2. Mohammad Rofi (P1337430114021)
3. Dwi Retno Wijayanti (P1337430114012)
4. Apik Diansih (P1337430114017)
5. Septiyun Januatim (P1337430114032)

PRODI D-III TEKNIK RADIODIAGNOSTIK DAN RADIOTERAPI


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG
JURUSAN TEKNIK RADIODIAGNOSTIK DAN RADIOTERAPI
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG

Jl. Tirto Agung, Pedalangan, Banyumanik Semarang, Indonesia

ii
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah S.W.T, atas berkat rahmat
dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah mata kuliah
Etika Profesi dan Pelayanan Hukum Kesehatan program studi DIII Teknik
Radiodiagnostik dan Radioterapi yang berjudul “Etika Donor Sperma dalam Bidang
Hukum dan Sosial”.

Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada semua pihak yang telah
memberikan bantuan, baik secara moril maupun meteril dari awal sampai akhir
penyusunan karya ilmiah ini.

Walaupun penyusunan karya ilmiah ini telah diusahakan dengan sebaik-


baiknya, namun tentu tak luput dari kekurangan, baik dalam penyusunan maupun isi
makalah ini. Oleh karena itu, penulis mengharapakan bantuan para pembaca untuk
berkenan memberikan kritik dan saran yang membangun.

Demikianlah, penulis berharap semoga peyusunan makalah ini dapat


bermanfaat bagi masyarakat umum.

Semarang, 2 Mei 2015

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA
PENGANTAR…………………………………………………………………… i
DAFTAR ISI
…………………………………………………………………………………… ii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ……………………………………..……………………….. 1
B. Rumusan Masalah ………………………………………………….………… 2
C. Tujuan Penulisan Makalah ……………………………………….…………. 3

BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Donor sperma …………………………………….……………….. 4
B. Alasan-Alasan etis Melakukan donor sperma………………….…………….. 5
C. Prosedur Donor Sperma.………………………………………………..……... 5
D. Etika Donor Sperma Dalam Bidang Hukum dan Sosial …..…..……………. 6
E. Contoh Permasalahan Tidak Etis Yang Dapat muncul Akibat donor Sperma
…..………………………………………………………………………….…….. 8

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan ……………………………………………………………..…….. 10
B. Saran ………………………………………….…….…………………………. 10

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………….………… 11

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi atau IPTEK telah
menunjukkan perkembangan yang amat pesat dan para ahli dibidangnya terus
melaju ke depan untuk menemukan penemuan-penemuan baru. Tujuan utama
perkembangan IPTEK adalah menjadikan perubahan kehidupan masa depan
manusia yang lebih baik, mudah, murah, cepat ,efisien,dan aman.
Perkembangan IPTEK sangat menunjang setiap orang untuk mencapai
tujuan hidupnya dalam waktu singkat, baik legal maupun illegal dengan
menghalalkan segala cara karena ingin memperoleh keuntungan. Pengembangan
IPTEK dianggap sebagai solusi dari permasalahan yang ada. Sebagian orang ada
pula yang berpikir bahwa dengan memanfaatkan produk-produk IPTEK akan
dapat membebaskan mereka dari kefanaan dunia. IPTEK diyakini akan memberi
umat manusia kesehatan, kebahagiaan dan imortalitas.
Sumbangan IPTEK terhadap peradaban dan kesejahteraan manusia
tidaklah dapat dipungkiri Namun manusia tidak bisa pula menipu diri akan
kenyataan bahwa IPTEK mendatangkan malapetaka dan kesengsaraan bagi
manusia. Dalam peradaban modern yang muda, terlalu sering manusia
mendapatkan dampak negatif dari IPTEK terhadap kehidupan umat manusia itu
sendiri, terlebih jika manusia yang memanfaatkan IPTEK tersebut belum
mengetahui terlalu dalam bagaimana mengaplikasikan IPTEK tersebut dengan
benar. Klaupun IPTEK mampu mengungkap semua tabir rahasia alam dan
kehidupan, tidak berarti IPTEK sinonim dengan kebenaran. Sebab IPTEK hanya
mampu menampilkan kenyataan. Kebenaran yang manusiawi haruslah lebih dari
sekedar kenyataan obyektif. Kebenaran harus mencakup pula unsur keadilan.
Perkembangan IPTEK yang telah merambah ke segala bidang juga
telah menunjukkan perkembangan yang sangat pesat pula pada bidang
kesehatan. Perubahan yang revolusioner dalam dunia kesehatan ini disebabkan
dari penggabungan teknologi dalam bidang kesehatan yang bisa menimbulkan
berbagai macam inovasi dalam teknik pengobaan dan belum kita lihat
sebelumnya.

ii
Revolusi di dalam bidang kesehatan lewat perpaduannya dengan
teknologi telah menciptakan berbagai macam teknik pengobatan yang dulu tidak
terpikirkan sebelumnya. Contoh Saat ini operasi yang rumit dengan kabutuhan
tingkat ketelitian yang tinggi sudah dapat dilakukan dengan menggunakan robot
yang bernama Robotic Surgery. Beberapa contoh lain yang merupakan hasil
perkembangan IPTEK dibidang kesehatan antara lain: donor darah, donor
sperma, bayi tabung, vasektomi dan tubektomi, transplantasi organ, donor organ
dan lain sebagainya.
Perkembangan IPTEK yang menarik perhatian penulis untuk dibahas
lebih lanjut dalam hal ini adalah “ Donor Sperma”.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis ingin mengajukan
beberapa rumusan masalah sebagai berikut:
1. Apakah pengertian donor sperma?
2. Apa saja alasan etis melakukan donor sperma?
3. Bagaimanakah prosedur donor sperma?
4. Bagaimanakah etika donor sperma berdasarkan hukum dan sosial?
5. Apa saja contoh permasalahan yang tidak etis dapat muncul akibat donor
sperma?

C. Tujuan Penulisan Makalah


Tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui pengertian dari donor sperma
2. Untuk mengetahui alasan etis melakukan donor sperma.
3. Untuk mengetahui prosedur donor sperma
4. Untuk mengetahui bagaimana etikanya donor sperma dalam bidang hukum
dan sosial.
5. Untuk mengetahui contoh permasalahan apa saja yang dapat ditimbulkan
dari donor sperma yang tidak etis.

ii
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Donor Sperma


Donor Sperma terdiri dari dua kata, kata “Donor dan Sperma”. Donor
adalah orang yang mendonasikan sesuatu secara sukarela. Istilah ini biasanya
digunakan untuk suatu bentuk murni amal, tetapi kadang digunakan pula
sewaktu pembayaran untuk suatu jasa yang diakui semua pihak bernilai lebih
sedikit dari pada nilai donasinya sendiri dan ditujukan untuk amal (Wikipedia
Bahasa Indonesia. 2014).
Sperma / spermatozoid (berasal dari bahasa Yunani kuno σπέρμα yang berarti
benih, dan ζῷον yang berarti makhluk hidup) adalah sel dari sistem reproduksi
laki-laki. Jadi “Donor sperma adalah seorang laki-laki yang mendonasikan sel
dari sistem reproduksi”.
Sperma yang didonorkan tersebut nantinya akan disimpan pada sebuah tempat
yang disebut sebagai “Bank
Sperma”. Bank sperma adalah
tempat yang melayani pembekuan
dan penyimpanan sperma.
Donor sperma akan disimpan dalam
tabung pendingin berisi nitrogen cair
dengan suhu 198 ᵒC. Sperma
tersebut akan disimpan selama lima
tahun (Wikipedia Bahasa Indonesia,
2014)

ii
B. Alasan-alasan Etis Melakukan Donor Sperma
Menurut Werner (2008) dalam Anshory, beberapa alasan seseorang
akhirnya memutuskan untuk melalukan donor sperma untuk disimpan
spermanya di bank sperma, antara lain:

1. Seseorang akan menjalani beberapa pengobatan terus menerus yang dapat


mengurangi produksi dan kualitas sperma. Contoh obat tersebut
sulfasalazine, methotrexate
2. Seseorang memiliki kondisi medis yang dapat mempengaruhi kemampuan
orang tersebut untuk ejakulasi (misal: sklerosis multiple, diabetes)
3. Seseorang yang menjalani perawatan penyakit kanker yang mungkin akan
mengurangi atau merusak produksi dan kualitas sperma (misal: kemoterapi,
radiasi)
4. Seseorang akan memasuki daerah kerja yang berbahaya yang
memungkinkan orang tersebut terpapar racun reproduktif.
5. Seseorang akan menjalani beberapa prosedur yang dapat mempengaruhi
kondisi testis, prostat, atau kemampuan ejakulasinya (misal: operasi usus
besar, pembedahan nodus limpha, operasi prostat)
6. Seseorang akan menjalani vasektomi.

C. Prosedur Donor Sperma


Untuk menjadi donor sperma, laki-laki harus melewati uji kesehatan
untuk mendeteksi kemungkinan menderita penyakit, seperti hepatitis, kanker,
kesehatan jiwa, TBC hingga HIV/AIDS.
Uji kesehatan pendonor umumnya berlangsung selama enam minggu,
kemudian baru dilakukan pemeriksaan kesehatan sampel sperma. Sperma hanya
diterima bila dalam kondisi sehat dan memiliki jumlah minimal 20 juta sel per
satu ml sperma. Sperma yang disimpan dalam bank sperma biasanya digunakan
oleh pasangan yang tidak bisa memiliki keturunan.
Banyak pasangan mengalami masalah infertilitas sehingga membuat
mereka kesulitan mendapatkan anak. Biasanya sperma didapatkan dari pasangan
pria, namun dalam kasus dimana pasangan pria memiliki masalah kesuburan,
sperma bisa diperoleh dari donor. Salah satu metode medis yang efektif untuk

ii
membantu sperma dapat membuahi ovum dikenal dengan inseminasi buatan
(artificial insemination).
Prosedur tersebut melibatkan penempatan langsung sperma baik di
dalam leher rahim (serviks), rahim atau tuba fallopi melalui prosedur yang
dikenal sebagai Intracervical Insemination (ICI). Intrauterine Insemination (IUI),
atau Intratubal Insemination (ITI).

Gambar prosedur ICI

D. Etika Donor Sperma dalam Bidang Hukum dan Sosial


1. Bidang hukum
Perkembangan teknologi biologi dewasa ini pelaksanaannya tak
terkendali dan teknik-teknik semacam ini dapat menuju ke konsekuensi merusak
yang tak terbayangkan bagi masyarakat.
Indonesia yang merupakan Negara yang masih memegang adat
ketimuran yang tinggi, masyarakatnya secara awam memandang donor sperma
dengan memberikan perumpamaan “ Apa yang secara teknik mungkin, bukan
berarti secara moral dibolehkan”. Apalagi mayoritas masyarakat Indonesia yang
beragama muslim semakin membuat teknologi menghasilkan anak dari hasil
donor sperma (diluar sperma pasangan sahnya) menjadi sangat kontroversi
ditengah-tengah masyarakat.
Menurut majelis ulama Indonesia terdapat dua hukum yang perlu
difahami dalam hal ketersediaan sperma dari pendonor yang disimpan pada bank
sperma. Pertama, hukum kewujudan bank sperma itu sendiri, dan Kedua,
hukum menggunakan khidmat bank tersebut yakni mendapatkan sperma lelaki

ii
untuk dipertemukan dengan sel telur perempuan sampai terjadi kehamilan
melalui inseminasi buatan.
Segi hukum kewujudan dan khidmatnya, bank sperma itu sendiri
tidaklah langsung dikatakan sebagai suatu keharaman, selama bank tersebut
mematuhi Hukum syara’ dari segi operasinya. Sebagai contoh boleh saja seorang
suami menyimpan air mani mereka pada bank sperma hanya untuk isterinya
apabila keadaan memerlukan. Namun jika suami telah meninggal maka sperma
tersebut juga harus dimusnahkan, begitu juga jika terjadi perceraian.

Sebenarnya masalah donor sperma ini dapat ditinjau dari beberapa aspek hukum,
yaitu dari sisi hukum positif Indonesia (hukum pidana dan perdata) dan hukumIslam.
Dari sisi hukum positif Indonesia :
a. Dalam pasal 127 Undang-Undang No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan,
menyatakan:
1) Upaya kehamilan di luar cara alamiah hanya dapat dilakukan oleh
pasangan suami istri yang sah dengan ketentuan: a. hasil pembuahan
sperma dan ovum dari suami istri yang bersangkutan ditanamkan
dalam rahim istri darimana ovum berasal; b. dilakukan oleh tenaga
kesehatan yang mempunyai keahlian dan kewenangan untuk itu; dan
c. pada fasilitas pelayanan kesehatan tertentu.
2) Ketentuan mengenai persyaratan kehamilan di luar cara alamiah
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan
Pemerintah.
b. Undang-Undang Kesehatan yang lama (Undang-Undang No. 23 tahun 1992)
pasal 16 juga secara tegas menyatakan bahwa kehamilan di luar cara alami
dapat dilaksanakan sebagai upaya terakhir untuk membantu suami istri
mendapat keturunan.
c. Selanjutnya dalam pasal 4 Peraturan Menteri Kesehatan Nomor :
73/Menkes/Per/II/1999 tentang Penyelenggaraan Pelayanan Teknologi
Reproduks iBuatan, menyatakan bahwa pelayanan teknologi reproduksi
buatan hanya dapat diberikan kepada pasangan suami istri yang terikat
perkawinan yang sah dan sebagai upaya terakhir untuk memperoleh
keturunan serta berdasarkan suatu indikasi medik.

Dari bunyi peraturan-peraturan tersebut sudah jelas menerima donor


sperma dari laki-laki yang statusnya bukan merupakan suaminya adalah

ii
tindakan yang melawan hukum. Konsekuensi yang didapat bila melawan
hukum tersebut yaitu dipidana dengan pasal 82 ayat (2) huruf a Undang-
Undang No. 23 Tahun 1992 dengan ancaman pidana pejara paling lama lima
tahun dan denda paling banyak seratus juta rupiah. Jika menyinggung
tentang keperdataan, masalah ini berkaitan dengan perjanjian. Perjanjian
yang dilakukan antara si penerima donor sperma dan si pendonor
sperma. Menurut pasal 1313 KUH Perdata, perjanjian didefinisikan sebagai
sesuatu perbuatan dimana seseorang atau beberapa orang mengikatkan
dirinya kepada seorang atau beberapa orang lain. Masing-masing pihak yang
mengadakan perjanjian mempunyai keterikatan dalam sebuah
perjanjian.Dalam pasal 1320 KUH Perdata, syarat sahnya satu perjajnjian
meliputi:

1. Kesepakatan mereka yang mengikatkandirinya


2. Kecakapan untuk membuat suatu perikatan
3. Suatu pokok persoalan tertentu
4. Suatu sebab yang tidak terlarang

Poin keempat menyatakan bahwa syarat sahnya suatu perjanjian salah


satunya adalah dari sebab yang tidak terlarang. Sudah sangat jelas bahwa
donor sperma yang diterima dari suami yang tidak sah adalah tindakan
melawan hukum seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya. Hal ini diperkuat
dengan bunyi pasal 1339 KUH Perdata:

Perjanjian-perjanjian tidak hanya mengikat untuk hal-hal yang dengan


sengaja tegas dinyatakan di dalamnya, tetapi juga untuk segala sesuatu yang
menurut sifat perjanjian, diharuskan oleh kepatutan, kebiasaan atau undang-
undang.

Beberapa Negara komunis yang ada di dunia, donor sperma yang


nantinya sperma tersebut akan disimpan pada bank sperma merupakan usaha
yang legal. Contoh Negara yang melegalkan donor sperma antara lain: China,
Inggris, Australia, Belanda, Denmark, dan lain sebagainya.

2. Sosial

Jika dilihat dari segi sosial, donor sperma ini merupakan tindakan yang
“tidak etis dan tidak bermoral”. Apalagi jika sperma orang lain yang sama sekali

ii
tidak dikenal latar belakang dan asal usul pendonornya akan digunakan oleh para
wanita yang menginginkannya.

Selain itu donor sperma juga tidak punya tanggung jawab sosial
maupun financial atas anak biologis yang nantinya akan lahir. Hanya saja
mereka punya hak untuk menelusuri identitas ayah biologisnya jika kelak sang
anak menghendakinya setelah mencapai usia 18 tahun.

E. Contoh Permasalahan Tidak Etis yang Dapat Muncul Akibat

Donor Sperma
Banyak sekali permasalahan yang dapat ditimbulkan akibat donor sperma ini.
Penulis akan mencoba memaparkan satu persatu permasalahan yang ada:
1. Di Negara Denmark ditemukan satu orang pendonor yang memiliki 43 bayi
yang tersebar di 10 negara. Hasil penelusuran ternyata pendonor tersebut
menyebabkan penyakit menurun pada lima orang anak tersebut. Lima bayi
tersebut terkena penyakit neurofibromatosis yang dapat menyebabkan
kebutaan dan epilepsi (BBC Indonesia tanggal 25 September 2012).
2. Di Negara China, pendonoran sperma yang legal membuat peluang bisnis
yang semakin luas sehingga banyak klinik yang membuka bisnis ini sudah
tidak lagi mengikuti prosedur yang sesuai. Di suatu klinik pendonoran
sperma menyediakan wanita cantik (perawat) untuk membantu proses donor
sperma. Jika di Indonesia hal tersebut diberlakukan, maka sama saja dengan
membuka peluang bisnis pelacuran.
3. Lara carter seorang perempuan dari Inggris yang berusia 25 tahun menjadi
“pemburu sperma”, Keinginannya yang kuat ingin memiliki anak namun
tidak ingin melakukan komitmen dengan seorang pria. Dengan alasan donor
sperma di ilegalkan maka dia mencari pria yang igin mendonorkan
spermanya melalui hubungan badan. Hal ini sama saja dengan model
kenakalan wanita yang dipandang tidak etis untuk dilakukan.
4. Chynthia Daily dari Washington New York, hamil tujuh tahun lalu
menggunakan jasa donor sperma berharap ingin mencari saudara tiri
anaknya. Namun begitu terkejutnya mengatahui faktanya bahwa anaknya
memiliki 150 saudara dari ayah donor yang sama. Muncul kekhawatiran
kemungkinan akan terjadi peningkatan inses ( hubungan seks antar keluarga
dekat) antara saudara se ayah.

ii
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan pada bab sebelumnya, maka penulis
dapat mengambil beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1. Donor sperma adalah seorang laki-laki yang mendonasikan sel dari
sistem reproduksi.
2. Beberapa alasan etis seseorang melakukan donor sperma diantaranya
karena ada gangguan medis, pengobatan secara terus menerus, harus
melakukan terapi kanker yang semuanya dapat menyebabkan produksi
dan kualias sperma berkurang.
3. Prosedur donor sperma yaitu diadakan uji kesehatan, cek kualitas sperma,
kemudian dilakukan inseminasi buatan atau disimpan pada bank sperma.
4. Hukum di Indonesia diperbolehkan melakukan donor sperma apabila
mereka adalah pasangan suami istri yang sah sebagai cara terakhir untuk
memperoleh keturunan. Dilarang menerima donor sperma dari laki-laki
yang statusnya bukan merupakan suaminya karena hal itu termasuk
tindakan yang melawan hukum.
Dari segi sosial donor sperma dengan alasan tertentu dapat menjadi etis,
dilain kasus dapat juga menjadi tidak etis.

B. Saran
Disarankan kepada seluruh pembaca makalah ini untuk tidak
melakukan donor sperma jika tidak dilatarbelakangi karena kondisi medis
yang tidak mendukung. Karena sebagian besar masyarakat Indonesia
memandang donor sperma masih dianggap tindakan yang tidak
bermoral,artinya keputusan melakukan donor sperma ini adalah sesuatu yang
masih dianggap tabu karena tidak sesuai dengan etika,aturan hukum serta
ajaran agama.

ii
DAFTAR PUSTAKA

http://www.academia.edu/8732137/Makalah_Donor_Sperma

https://id-id.facebook.com/notes/konsul-dokter/wowww-1-pendonor-sperma-dengan-
150-keturunan-anda-berminat-/10150414187161276.

http://www.gallerydunia.com%20%20Cara%20donor%20Sperma%20yang%20unik
…htm.

Werner, Michael A. 2008. Cryobanking. http://mazalabs.com/MLcryobanking.htm.

Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas. 2014. DONOR.


http://id.wikipedia.org/wiki/Donor.

www.anehdidunia.com/2013/05/lara-carter-wanita-pemburu-sperma.html?m=1

ii

Anda mungkin juga menyukai