Nifas 170602092018 PDF
Nifas 170602092018 PDF
TAHUN 2017
Disusun Oleh :
NIM. 1409010
BEKASI
2017
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING
Disusun Oleh:
A. Latar Belakang
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Memberikan asuhan kebidanan dengan menggunakan manajemen
kebidanan SOAP dengan pola fikir Varney yang tepat pada Ibu Nifas
Patologis dengan hipertensi dan sesuai standar pelayanan kebidanan.
2. Tujuan Khusus
a. Mampu mengidentifikasi konsep dasar dan asuhan kebidanan pada ibu
nifas patologis dengan hipertensi.
b. Mampu menginterprestasi masalah dan melakukan analisa dari data
yang terkumpul pada ibu nifas patologis dengan hipertensi.
c. Mampu menginterprestasikan data yang terkumpul baik dalam bentuk
diagnosa serta masalah dan kebutuhan pada ibu nifas patologis dengan
hipertensi.
d. Mampu mengidentifikasi diagnosa serta masalah potensial pada ibu
nifas patologis dengan hipertensi.
e. Mampu mengidentifikasikan tindakan mandiri dan kalaborasi pada ibu
nifas patologis dengan hipertensi.
f. Mampu mengidentifikasi planning atau perencanaan terhadap ibu nifas
dengan hipertensi.
g. Mampu mengimplementasikan rencana tindakan yang dibuat pada ibu
nifas patologis dengan hipertensi.
h. Mampu mengevaluasi sejauh mana tingkat keberhasilan rencana
manajement yang telah dicapai pada ibu nifas patologis dengan
hipertensi.
B. Manfaat
1. Bagi Mahasiswa
Puerperium berasal adari bahasa latin yaitu puer artinya bayi, dan parous
artinya melahirkan atau masa sesudah melahirkan, yang berlangsung kurang
lebih 6 minggu. (Saleha, Siti. 2009 2)
Masa nifas ( puerperium) dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir
ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa
nifas atau puerperium dimulai sejak 2 jam setelah lahirnya plasenta sampai
dengan 6 minggu (42 hari). (Nanny, Vivian. 2011 : 1)
Masa nifas adalah masa dari kelahiran plasenta dan selaput janin
(menandakan akhir periode inpartu) sehingga kembalinya reproduksi wanita
pada kondisi tidak hamil. (Varney, 2007)
Masa nifas (puerperium) adalah masa setelah persalinan yang diperlukan
untuk pemulihan alat kandungan yang lamanya 6 minggu.
(Obstetri dan Fisiologi Fakultas Kedokteran Padjadjaran Bandung)
G. Diagnosis
I. Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi pada hipertensi dalam masa nifas antara lain
adalah
1. Stroke dapat terjadi akibat hemoragi tekanan tinggi di otak, atau akibat
embolus yang terlepas dari pembuluh selain otak yang terpajan tekanan
tinggi. Stroke dapat terjadi pada hipertensi kronis apabila arteri yang
memperdarahi otak mengalami hipertrofi dan penebalan, sehingga aliran
darah ke area otak yang diperdarahi berkurang. Arteri otak yang
mengalami aterosklerosis dapat melemah sehingga meningkatkan
kemungkinan terbentuknya aneurisma.
2. Infark miokard dapat terjadi apabila arteri koroner yang aterosklerotik
tidak menyuplai cukup oksigen ke miokardum atau apabila terbentuk
trombus yang menghambat aliran darah melewati pembuluh darah.
3. Gagal ginjal dapat terjadi karena kerusakan progresif akibat tekanan tinggi
pada kapiler glomerulus ginjal. Dengann rusaknya glomerulus, aliran
darah ke unit fungsional ginjal, yaitu nefron akan terganggu dan dapat
berlanjut menjadi hipoksik dan kematian. Dengan rusaknya membran
glomerulus, protein akan keluar melalui urine sehingga tekanan osmotik
koloid plasma berkurang dan menyebabkan edema, yang seringt dijumpai
pada hipertensi kronis.
4. Ensefalopati (kerusakan otak) dapat terjadi, terutama pada hipertensi
maligna ( hipertensi yang meningkat cepat dan berbahaya). Tekanan yang
sangat tinggi pada kelainan ini menyebabkan peningkatan tekanan kapiler
dan mendorong cairan ke ruang interstisial di seluruh susunan saraf pusat.
Neuron-neurn di sekitarnya kolaps dan terjadi koma serta kematian.
5. Kejang dapat terjadi pada wanita preeklamsi. Bayi yang lahir mungkin
memiliki berat lahir kecil masa kehamilan akibat perfusi plasenta yang
tidak adekuat, kemudian dapat mengalami hipoksia dan asidosis jika ibu
mengalami kejang selama atau sebelum proses persalinan. (Buku Saku
Patofisilogis. 2009)
K. Pengobatan Farmasi
Tekana darah > 140/90 mmHG tidak tercapai untuk pasien dengan diabetes atau gangguan ginjal
terdapat perbedaan nilai
Pilihan obat
-Hipertensi tanpa komplikasi
Diuretik, Beta bloker
-Indikasi tertentu
Inhibitor ACE, penghambat reseptor
Angiotensin II, alfa bloker, alfa-beta-bloker, beta
Bloker, antagonis Ca, diuretik
- Indikasi yang sesuai
*Diabetes mellitus tipe 1 dengan proteinuria
inhibitor ACE
*Gagal jantung
inhibitor ACE, diuret
*Hipertensisistolok terisolasi
Diuretik, Antagonis Ca dihidropiripin kerja lama
*Infrk miokard
Beta bloker(non ISA), Inhibitor ACE(dengan disfungsi sistolik)
Tidak ada respon atau efek samping Respon tidak adekuat tapi toleransi baik
Ganti dengan obat dari golongan lain Tambahkan obat keduua dari golongan yang
berbeda(diuretik, bila belum diberikann
Tambahkan obat dari golongan lain pertimbangkan untuk dirujuk pada dokterspesialis hipertensi
I. DATA SUBJEKTIF
A. Identitas / Biodata
B. Keluhan Utama
C. Riwayat Kehamilan
D. Riwayat Persalinan
Mobilisasi :
Ibu mengatakan sudah bisa miring kanan dan kiri dengan dibantu oleh
keluarganya.
III.ANALISA DATA
2. Menjelaskan kepada ibu tentang penyebab nyeri pada luka SC bahwa itu
adalah hal yang biasa terjadi karena adanya perlengketan bekas luka
dengan organ lain, dimana serabut-serabut jaringan luka menempel dan
menarik organ-organ lain sehingga menimbulkan rasa nyeri ketika terjadi
regangan pada jaringan luka. Ibu mengerti tentang pennyebab nyeri.
3. Memberitahu ibu bahwa ibu belum boleh makan dan minum apabila ibu
belum kentut. Ibu mengerti dan bersedia untuk belum makan dan minum
apabila ibu belum kentut.
4. Menjelaskan kepada ibu dan keluarga tentang alasan dilarang makan dan
minum sebelum kentut terhadap ibu post operasi SC karena pada saat
dioperasi pasien diberikan pembiusan total maka seluruh organ tubuhh
pasien akan “Tidur” berhenti bekerja, termasuk juga seluruh “Jeroan” di
dalam perut, kecuali jantung yang selalu berdetak dan ketika operasi telah
selesai dan efek dari obat bius ini mulai mereda, tetapi proses pemulihan
kinerja organ tubuh lainnya belum pulih secara normal untuk melakukan
aktivitas, meski pasien telah sadarkan diri. Maka dari itu ketika pasien
telah bisa kentut artinya usus telah pulih dan normal untuk beraktivitas
seperti sediakala. Ibu mengerti tentang penjelasan bidan.
5. Menganjurkan ibu mobilisasi dini miring kanan dan kiri secara perlahan-
lahan dan bertahap. Ibu bersedia untuk melakukan mobilisasi dini.
6. Mengganti pakaian operasi ibu dengan pakaian bersih. Ibu sudah memakai
pakaian bersih dan ibu sudah terlihat rapi.
7. Menganjurkan ibu untuk istirahat yang cukup. Ibu bersedia untuk istirahat.
10. Menganjurkan ibu untuk menjaga payudara agar tetap bersih dan kering
terutama bagian putting susu, apabila putting payudara lecet dapat
dioleskan dengan kolostrum atau ASI yang keluar disekitar putting susu
yang lecet. Ibu mengerti dan bersedia melakukan hal yang sudah
dianjurkan.
V. CATATAN PERKEMBANGAN
A. Kesimpulan
B. Saran
4. Bagi Mahasiswa
Mahasiswa sebagai calon bidan diharapka ndapat mengantisipasi
kemungkinan masalah yang akan timbul dalam melakukan asuhan
kebidanan pada ibu nifas patologis dengan hipertensi.
DAFTAR PUSTAKA
Maryunani, Anik. 2015. Asuhan Ibu Nifas & Asuhan Ibu Menyusui. Bogor : IN
MEDIA
Nanny, Vivian. 2011. Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas. Jakarta : Salemba
Medika
PKBI. 2015. Kematian Ibu Melahirkan Terus Meningkat.
http://pkbi.or.id/kematian-ibu-melahirkan-terus-meningkat/, diakses pada
tanggal 17 Maret 2017
Rahayu, YP. dkk. 2012. Buku Ajar Masa Nifas dan Menyusui. Jakarta : Mitra
Wacana Medika